MORFOLOGI ORGAN REPRODUKSI BETINA
MUSANG LUAK (Paradoxurus hermaphroditus)
FITRIA APRILIANI
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Morfologi Organ Reproduksi Betina Musang Luak (Paradoxurus hermaphroditus) adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Oktober 2012
Fitria Apriliani
ABSTRACT
FITRIA APRILIANI. Morphology of Female Reproductive Organ in the Asian Palm Civet (Paradoxurus hermaphroditus). Under direction of SAVITRI NOVELINA and HERU SETIJANTO
The study was aimed to describe the morphology of female reproductive organ of the Asian palm civet (Paradoxurus hermaphroditus). This study was used three females of Asian palm civet that examined using macroscopic and microscopic observation. Microscopic observation was done using Hematoxillin-Eosin and Masson’s trichrome staining methods. The female reproductive organs of Asian palm civet were consisted of ovary sinister and dexter, oviducts, uteri, vagina, vestibule, and vulva. The average weight of dexter and sinister ovaries were 0,18±0,09 and 0,19±0,09 g respectively. The length of dexter and sinister ovaries, oviduct, cornua uteries, and corpus uteries were 0,79±0,23 and 0,77±0,26; 3,82±1,49 and 3,85±1,43; 3,04±0,22 and 3,27±0,60, 2,32±0,12 cm respectively. The length of cervix, vagina, and vestibule were 0,97±0,44, 1,27±0,44, and 0,71±0,22 cm respectively. Ovaries of Asian palm civet were consisted of cortex and medula. The oviduct has mucosa folds and the epithelium was found no cilia. Endometrial glands were found in cornua and corpus uteri. Macroscopically and microscopically, the structure of the female reproductive organs were very similar to those cat and dog.
RINGKASAN
FITRIA APRILIANI. Morfologi Organ Reproduksi Betina Musang Luak (Paradoxurus hermaphroditus). Dibimbing oleh SAVITRI NOVELINA dan HERU SETIJANTO.
Musang luak merupakan satwa liar yang dikenal masyarakat karena mempunyai kemampuan memilih buah kopi yang benar-benar matang sehingga diperoleh biji kopi yang memiliki cita rasa yang khas dan berkualitas baik.
Klasifikasi musang yang tersebar di dunia yaitu Paradoxurus zeylonensis, P.
jerdoni, P lignicolor, dan P. hermaphroditus. Musang luak memiliki tiga garis
gelap yang terdapat pada punggung atau berbentuk garis samar-samar, rambut tubuh berwarna kecoklatan, ekor dan moncong berwarna hitam, serta sebagian rambut berwarna putih pada wajah yang menyerupai topeng. Musang luak
termasuk ke dalam Least Concern menurut International Union for the
Conservation of Nature (IUCN) yang berarti bahwa spesies ini masih kurang
diperhatikan statusnya. Selain itu, musang luak bersifat toleran terhadap berbagai habitat dan berdistribusi secara luas di berbagai negara namun masih tetap ada penurunan jumlah populasi. Penurunan jumlah populasi disebabkan oleh perburuan liar, perdagangan ilegal, dan kerusakan habitat. Data-data reproduksi musang luak masih sangat kurang. Salah satu fungsi organ reproduksi adalah untuk mempertahankan jumlah populasi suatu spesies. Pengetahuan mengenai morfologi organ reproduksi diharapkan dapat meningkatkan kemampuan reproduksi.
Penelitian ini dilakukan untuk mempelajari gambaran makroanatomi dan mikroanatomi organ reproduksi betina (n=3) yang terdiri atas ovarium, tuba uterina, korpus uterus, kornua uterus, serviks uterus, vagina, vestibula, dan vulva. Organ reproduksi difiksasi dengan larutan paraformaldehid 4% dan diproses sesuai dengan standar pembuatan preparat histologi. Pewarnaan yang digunakan yaitu pewarnaan Hematoksilin-Eosin untuk mempelajari struktur dan morfologi
jaringan, dan pewarnaan Masson’s Trichrome untuk mempelajari jaringan ikat
yang terdapat pada organ reproduksi betina.
Pengamatan makroanatomi yang dilakukan, menunjukkan bahwa ovarium berbentuk oval dan berukuran lebih kecil jika dibandingkan dengan ovarium
kucing dan anjing. Kedua ovarium dextra dan sinistra sama-sama berkembang.
Berat ovarium dextra dan sinistra yaitu 0,18±0,09 g dan 0,19±0,09 g. Panjang
ovarium dextra dan sinistra berturut-turut 0,79±0,23 cm dan 0,77±0,26 cm.
Ovarium memiliki bagian korteks dan medula. Tuba uterina terdiri atas infundibulum, ampulla, dan isthmus. Panjang tuba uterina yaitu 3,82±1,49 cm
untuk bagian dextra dan 3,85±1,43 cm untuk bagian sinistra. Lipatan mukosa
semakin kompleks saat mendekati ovarium dan tidak ditemukan silia pada tuba uterina.
Musang luak memiliki uterus dengan tipe bikornua. Kornua uterus dextra
dan sinistra memiliki panjang berturut-turut 3,04±0,22 cm dan 3,27±0,60 cm.
epitel silindris sebaris bersilia dan terdapat sel-sel penghasil mukus. Panjang vagina memiliki rata-rata 1,27±0,44 cm. Mukosa vagina tersusun atas epitel pipih banyak lapis. Panjang vestibula yaitu 0,71±0,22 cm. Struktur histologis vestibula
pada umumnya sama dengan vagina. Komisura dorsal berbentuk agak lancip dan
terdapat rambut yang lebat, sedangkan komisura ventralnya membulat. Klitoris
musang luak tidak tampak secara makroanatomi namun terlihat adanya fossa klitoris. Lebar vulva musang luak yang sudah dirata-rata yaitu 1,32±0,32 cm.
© Hak Cipta milik IPB, tahun 2012
Hak Cipta dilindungi Undang Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan wajar IPB.
MORFOLOGI ORGAN REPRODUKSI BETINA
MUSANG LUAK (Paradoxurus hermaphroditus)
FITRIA APRILIANI
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Hewan pada
Fakultas Kedokteran Hewan
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Judul Skripsi : Morfologi Organ Reproduksi Betina Musang Luak (Paradoxurus hermaphroditus)
Nama : Fitria Apriliani
NIM : B04080082
Disetujui
Dr. Drh. Savitri Novelina, MSi, PAVet. Pembimbing I
Dr. Drh. Heru Setijanto, PAVet(K) Pembimbing II
Diketahui
Drh. Agus Setiyono, MS. Ph.D, APVet Wakil Dekan Fakultas Kedokteran Hewan
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan
skripsi dengan judul “Morfologi Organ Reproduksi Betina Musang Luak
(Paradoxurus hermaphroditus)”.
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1 Ibu Dr. Drh. Savitri Novelina, PAVet. dan bapak Dr. Drh. Heru Setijanto, PAVet(K) selaku dosen pembimbing atas segala bimbingan, masukan, arahan, kritik, saran, serta nasihat sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan skripsi ini.
2 Bapak Dr. Drh. Muhammad Agil, MSi, Agr. selaku dosen pembimbing akademik atas nasihat, bantuan, saran, dan motivasi, serta semangat yang diberikan kepada penulis selama masa perkuliahan.
3 Mamah, papah, adik-adikku Nur Muhamad Fajar dan Daffa Farel Subhan, yang telah memberikan dukungan, motivasi, dan doa yang tak pernah putus. 4 Keluarga besar dosen Anatomi Dr. Drh. Nurhidayat PAVet, Dr. Drh. Chairun
Nisa’, MSi, PAVet, Drh. Supratikno, MSi, PAVet. yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi. 5 Ibu Dr. Drh. Wahono Esthi P, PAVet. selaku dosen penilai pada saat seminar
skripsi dan Prof. Dr. Drh. Iman Supriatna, serta Ibu Dr. Drh. Elok Budi Retnani, MS. Selaku dosen penguji pada saat Ujian Akhir Sarjana Kedokteran Hewan, atas koreksi dan saran yang membuat skripsi ini lebih baik lagi. 5 Teknisi laboratorium anatomi: Pak Rudi, Pak Bayu, dan Pak Kholid atas
semua bantuan yang diberikan kepada penulis pada saat penelitian.
6 Rekan penelitian satu laboratorium: (Ratih Komala Dewi, Arini Kusumastuti, Afdi Pratama, Oki Kurniawan Nur Cahyo, Shandy Maha Putra, Hilda Susanti, Agustian Eka Saputra, Yohana Ayu Sawitri, dan Aidell Fitri) terimakasih untuk semua diskusi dan bantuan tenaga yang diberikan selama penulis melakukan penelitian.
7 Rekan seperjuangan (Iin Nuraeni, Viranti Mandasari, Gita Tri Wardani, Febriana Wulandari, Dwi Oktaviani, Ana Khofifah, Hastin Utami Damayanti, Kholis Afidatunisa, Siti Astuti, Niaka Meyfilina, dan Euis Fujiarti) yang telah membagi waktu bersama dalam tawa, canda, suka, bahkan duka, dan atas bantuan, semangat, serta doa yang diberikan kepada penulis.
8 Rekan FKH Avenzoar 45 khususnya, Rindang Khairani, Jasmine Setiawati, Irene F. Alfares, Eva Meydina, GPC Sarai Silaban, Alvi Nur Mayliana, Novericko Ginger Budiono, dan Andi Rahayu yang mencurahkan waktu, tenaga, doa, dan semangat kepada penulis, serta untuk seseorang yang selalu memberi dukungan, semangat, juga menjadi tempat curhatan penulis.
Akhir kata penulis berharap semoga penelitian dan skripsi ini bermanfaat.
Fitria Apriliani
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 1 April 1991 di Haurgeulis-Indramayu, Jawa Barat. Penulis merupakan anak dari Ibu Rofiqoh dan Bapak Dadang Kusmayadi. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara.
Pendidikan formal penulis dimulai dari Taman Kanak-kanak Nurul Hikmah Haurgeulis, Indramayu yang diselesaikan pada tahun 1996. Kemudian dilanjutkan dengan pendidikan dasar di SDN 1 Haurgeulis, Indramayu hingga tahun 2002. Tahun 2005 penulis berhasil menyelesaikan pendidikan di SMPN 1 Haurgeulis, Indramayu, dan dilanjutkan dengan pendidikan di SMAN 2 Kota Cirebon hingga tahun 2008 pada jurusan IPA.
Penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor di Fakultas Kedokteran Hewan melalui jalur Ujian Saringan Masuk IPB (USMI) tahun 2008. Selama perkuliahan penulis aktif dalam organisasi intrafakultas yaitu Ikatan Mahasiswa Kedokteran Hewan Indonesia (IMAKAHI), sebagai anggota Bagian Jawa Barat dari Forum Mahasiswa Indonesia Tanggap Flu Burung (FMITFB) tahun 2008/2009, anggota Divisi Kajian Strategis tahun kepengurusan 2009/2010,
sekretaris 1 dan dewan komisaris Veterinary Integrity and Skill Improvement
(VISI) angkatan II dan III tahun kepengurusan 2009/2011, sebagai sekretaris
umum IMAKAHI cabang FKH IPB tahun kepengurusan 2010/2011, Himpunan Minat Profesi (Himpro) Ruminansia, sebagai anggota Sapi perah tahun kepengurusan 2009/2011. Penulis pernah menjadi asisten mata kuliah Anatomi
Veteriner I tahun ajaran 2009/2010 dan semester pendek tahun 2011, serta asisten
xi
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ... xv
PENDAHULUAN ... 1
Latar Belakang Penelitian ... 1
Tujuan Penelitian ... 2
Manfaat Penelitian... 2
TINJAUAN PUSTAKA... 3
Musang Luak (Paradoxurus hermaphroditus) ... 3
1 Klasifikasi dan Distribusi ... 3
2 Morfologi dan Tingkah Laku ... 4
Organ Reproduksi Betina ... 5
1 Ovarium ... 5
2 Tuba Uterina ... 7
3 Uterus ... 7
4 Vagina dan Vestibula ... 9
5 Vulva ... 10
MATERI DAN METODE ... 11
Waktu dan Tempat Penelitian ... 11
Materi Penelitian ... 11
Metode Penelitian ... 12
1 Perfusi Organ Reproduksi Betina Paradoxurus hermaphroditus ... 12
2 Pengamatan Makroanatomi ... 12
3 Pengamatan Mikroanatomi ... 12
4 Analisis dan Penyajian Data ... 13
HASIL ... 14
Struktur Makroanatomi ... 14
Karakteristik Mikroanatomi Perkembangan Folikel dalam Ovarium ... 17
Karakteristik Mikroanatomi Saluran Reproduksi ... 19
Karakteristik Pewarnaan Masson’spada Organ Reproduksi Betina ... 22
PEMBAHASAN ... 25
SIMPULAN DAN SARAN ... 33
Simpulan ... 33
Saran ... 33
DAFTAR PUSTAKA ... 34
xii
DAFTAR TABEL
Halaman
1 Data biologis dan reproduksi Paradoxurus hermaphroditus ... 5
2 Ukuran ovarium musang luak betina ... 14
3 Perbandingan panjang saluran reproduksi betina musang luak dengan
xiii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1 Paradoxurus hermaphroditus terlihat adanya sebagian rambut berwarna
putih di wajah yang menyerupai topeng dan ekor berwarna hitam... 3
2 Perkiraan wilayah persebaran musang luak di Indonesia... 4
3 Skema perkembangan folikel dalam ovarium ... 6
4 Tipe uterus pada anjing ... 9
5 Organ urogenitalia musang luak betina terdiri atas (1) ovarium, (2) tuba uterina, (3) kornua uterus, (4) korpus uterus, (5) vulva, dan (6) vesika urinaria. Bar: 1 cm. ... 14
6 Gambaran makroanatomi (1) vagina, (2) vestibula, (3) serviks, dan (4) orificium urethralis externum. (A) Perbesaran vagina terlihat (4) orificium urethralis externum, (5) fossa klitoris, dan (6) lipatan-lipatan mukosa. Bar: 0,5 cm. ... 16
7 (A) Ovarium musang luak terdiri atas bagian korteks sebagai zona parenkimatosa (a) dan medula sebagai zona vaskularis (b); serta (B) Kelenjar interstitial (1) dalam stroma korteks. Pewarnaan HE. Bar: A= 100 µ m, B= 40 µm. ... 17
8 Tahap perkembangan folikel pada ovarium musang luak yaitu (A) folikel primordial, (B) folikel primer, (C) folikel sekunder, dan (D) folikel tersier/ de Graaf. (1) Oosit, (2) stroma, (3) lapis sel granulosa, dan (4) antrum folikuli. Pewarnaan HE. Bar: A, C=40 40 µm; B= 20 µm; D= 100 µ m. ... 18
9 Folikel atresia (A) ditandai dengan membrana glasial (1) dan korpus luteum (B) dengan sel vakuola pucat (2). Pewarnaan HE. Bar: A= 40 µ m, B= 100 µm. ... 18
10 (A) Infundibulum, (B) ampulla, (C) isthmus. Lipatan mukosa (1) dan lapisan muskularis (2). Pewarnaan HE. Bar: A, B= 100 µm, C= 40 µm. ... 19
11 Lapisan uterus (A) dan perbesaran kelenjar uterus (B). Bagian endometrium ditemukan (1) kelenjar uterus dan (2) lamina propria. Bagian miometrium terdiri atas (3) lapis otot sirkuler dan (4) longitudinal, dan (5) stratum vasculare. (6) Perimetrium. Pewarnaan HE. Bar: A= 40 µm, B= 20 µm. ... 20
12 Serviks uterus tampak (1) epitel silindris sebaris, (2) lamina propria, dan (3) sel penghasil mukus. Pewarnaan HE. Bar: 10 µm. ... 21
13 Vagina musang luak tampak (1) epitel pipih banyak lapis berkeratinisasi dan (2) lamina propria. Pewarnaan HE. Bar: 40 µm. ... 21
xiv
15 Folikel de Graaf. Lapisan sel teka interna/lapis vaskuler (1), sel teka eksterna berupa jaringan ikat (2), dan zona pelusida (3). Pewarnaan
Masson’s Trichrome. Bar= 20 µm. ... 23
16 Perubahan korpus luteum musang luak antara lain (1) korpus regressivum
dan (2) korpus luteum. Pewarnaan Masson’s Trichrome. Bar: 20 µm. ... 23
17 Serviks uterus (A) dan vagina (B) musang luak. Lapisan submukosa terdiri atas (1) jaringan ikat yang terlihat berwarna biru-hijau. Pada vagina terlihat
epitel pipih banyak lapis yang terkeratinisasi (2). Pewarnaan Masson’s
Trichrome. Bar: A = 10 µm dan B= 40 µm ... 24
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1 Prosedur pembuatan preparat histologi ... 38
2 Prosedur pewarnaan Hematoksilin-Eosin ... 40
PENDAHULUAN
Latar Belakang Penelitian
Musang luak (Paradoxurus hermaphroditus) merupakan satwa unik yang
termasuk hewan karnivora berdasarkan taksonomi dan termasuk hewan omnivora
berdasarkan makanan yang dikonsumsi (Joshi et al. 1995). Hewan ini dikenal oleh
masyarakat karena mempunyai kemampuan memilih buah kopi yang benar-benar
matang, kemudian biji tersebut dimakan untuk dikeluarkan kembali bersama
feses. Biji kopi yang tidak tercerna tersebut dikenal dengan kopi luak yang
mempunyai cita rasa yang khas dan mempunyai nilai jual yang tinggi. Harga 1 kg
biji kopi luak yaitu sekitar 1,2 juta rupiah. Harga secangkir kopi luak bervariasi
pada berbagai negara. Harga secangkir kopi luak di Indonesia sekitar 75–100 ribu
rupiah, di Hongkong mencapai 300–400 ribu rupiah, dan di Amerika Serikat
mencapai US $50 atau sekitar 500 ribu rupiah (Abbas 2012). Oleh karena itu,
musang luak merupakan satwa yang dapat dijadikan komoditi unggulan atau
alternatif bagi peningkatan taraf hidup petani kopi.
Musang dari genus Paradoxurus berdistribusi hampir di seluruh dunia.
Terdapat empat spesies musang dari genus Paradoxurus yaitu P. zeylonensis,
P. jerdoni, P. lignicolor, dan P. hermaphroditus (Schreiber et al. 1989).
P. hermaphroditus berdistribusi di Indonesia, India, sampai Cina Selatan (Francis
2001). Spesies musang dapat dibedakan berdasarkan warna rambut, ekor, cakar,
taring, ukuran tubuh, berat, rata–rata umur, umur pubertas, siklus estrus, dan
musim kawin. Musang luak memiliki ciri–ciri warna rambut abu–abu tua sampai
krem dengan tiga garis gelap pada punggung, rambut berwarna kecoklatan, ekor
dan moncong berwarna hitam, serta sebagian rambut berwarna putih pada wajah
yang menyerupai topeng.
Habitat musang biasanya berada di hutan primer, tetapi di hutan sekunder
musang luak ini dapat ditemukan (Grassman 1998). Terdapat catatan bahwa pada
tahun 1997–2001 ditemukan tiga jenis musang yang diperdagangkan secara ilegal
di Indonesia, termasuk salah satunya Paradoxurus hermaphroditus (Shepherd
2008). Organisasi konservasi alam internasional, (IUCN 2011) memasukkan
hewan ini ke dalam daftar satwa Least Concern. Artinya musang luak masih
2
berbagai habitat dan berdistribusi secara luas di berbagai negara dengan populasi
besar namun masih tetap ada penurunan jumlah populasi.
Eaton et al. tahun 2010 menyatakan bahwa musang luak merupakan satwa
nokturnal dengan status konservasi yang belum jelas. Hal tersebut merupakan
gambaran dari rendahnya perhatian dunia terhadap mamalia ini. Reproduksi
penting untuk mempertahankan spesies dari suatu hewan. Kemampuan reproduksi
dapat ditingkatkan jika morfologi organ reproduksi musang luak diketahui.
Penelitian pada musang yang pernah dilaporkan adalah tentang arteri pada
jantung musang luak oleh Rung–ruangkijkrai pada tahun 2006. Tetapi sampai saat
ini belum ada penelitian tentang morfologi organ reproduksi betina musang luak.
Oleh karena itu, penelitian mengenai morfologi organ reproduksi betina musang
luak perlu dilakukan sebagai dasar bagi upaya konservasi musang luak dalam
bidang reproduksi maupun sebagai acuan dalam penelitian selanjutnya.
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini untuk mempelajari morfologi organ reproduksi
betina musang luak secara makroanatomi maupun mikroanatomi, serta
membandingkannya dengan hewan karnivora lain yaitu kucing dan anjing.
Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah memberikan data dasar anatomi organ
reproduksi betina musang luak yang dapat dijadikan pedoman bagi penelitian
lebih lanjut pada aspek reproduksi musang luak (Paradoxurus hermaphroditus).
Manfaat selanjutnnya adalah memperkaya data biologi satwa liar khususnya
TINJAUAN PUSTAKA
Musang Luak (Paradoxurus hermaphroditus)
1 Klasifikasi dan Distribusi
Genus Paradoxurus diklasifikasikan ke dalam empat spesies menurut
Schreiber et al. 1989 dalam International Union for Conservation of Nature yaitu
Paradoxurus hermaphroditus, yang menyebar luas mulai dari India dan bagian
utara Pakistan, Sri Lanka, Bangladesh, Burma, Asia Tenggara, Tiongkok Selatan,
Semenanjung Malaya, Filipina, dan Indonesia. Spesies yang kedua yaitu P.
zeylonensis yang menyebar terbatas di Sri Lanka, kemudian P. jerdoni yang
menyebar terbatas di negara bagian Kerala, India selatan. Spesies musang yang
terakhir adalah P. lignicolor yang menyebar terbatas di Kepulauan Mentawai.
Taksonomi Paradoxurus hermaproditus menurut IUCN (2011) adalah
sebagai berikut.
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mammallia
Ordo : Carnivora
Famili : Viverridae
Genus : Paradoxurus
Spesies : Paradoxurus hermaphroditus
Gambar 1 Paradoxurus hermaphroditus terlihat adanya sebagian rambut berwarna
4
Musang luak memiliki kemampuan adaptasi yang baik dan dapat hidup di
hutan, area pertanian, atau bahkan di sekitar pemukiman penduduk. Persebaran
musang luak sebagian besar di Asia Tenggara dari Timor sampai India yaitu
tersebar di beberapa negara meliputi India, Nepal, Bangladesh, Bhutan, Myanmar,
Sri Lanka, Thailand, Singapura, Semenanjung Malaysia, Sabah, Sarawak, Brunei
Darussalam, Laos, Kamboja, Vietnam, Cina, Filipina. Persebaran musang luak di
Indonesia yaitu terdapat di pulau–pulau Indonesia dari Sumatera, Jawa,
Kalimantan, Nusa Tenggara, Bawean, dan Siberut. Musang luak juga terdapat di
Papua, Kepulauan Sunda Kecil, Taliabu dan Seram di Maluku, Sulawesi bagian
selatan, dan Jepang (Duckworth et al. 2008). Distribusi musang luak di Indonesia
dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2 Perkiraan wilayah persebaran musang luak di Indonesia (Modifikasi dari IUCN 2011).
2 Morfologi dan Tingkah Laku
Musang luak dikenal juga dengan sebutan Asian palm civet, memiliki berat
badan rata–rata 3,5 kg, panjang tubuh 54 cm (Jackson 2004) dan panjang ekor
kurang lebih 48 cm (Baker dan Kelvin 2008), serta panjang kaki belakang sekitar
70–76 mm (FOBI 2010). Musang luak merupakan hewan arboreal yang sebagian
hidupnya di cabang pohon tempat untuk memakan buah–buahan, kacang, dan
sebagainya. Hewan ini mengambil buah–buahan secara hati–hati dan menyimpan
beberapa buah untuk persediaan (Jackson 2004). Menurut Shiroff (2005), musang
luak mencari makan khususnya pada malam hari atau disebut juga hewan
nokturnal.
Hewan ini juga memiliki tanda khusus yaitu adanya garis hitam di
punggung dan sebagian rambut berwarna putih di wajah yang menyerupai topeng.
Musang jantan maupun betina memiliki kelenjar anal yang terletak di bawah ekor
5
hanya berkembang pada jantan, sedangkan pada musang luak kelenjar ini
berkembang pada jantan maupun betina. Oleh sebab itu, nama spesies musang
luak adalah Paradoxurus hermaphroditus.
Musang luak dapat hidup sampai 22–24 tahun. Dewasa kelamin musang
luak betina yaitu sekitar umur 11–12 bulan. Lama kebuntingan musang luak yaitu
60 hari. Musang betina biasanya melahirkan 2–5 anak per siklus masa
kebuntingan (Weigl 2005). Musang beranak sepanjang tahun, walaupun pernah
ada catatan bahwa anak musang lebih sering ditemukan antara bulan Oktober
hingga Desember. Biasanya anak–anak musang diletakkan di dalam lubang pohon
atau gua. Perilaku reproduksi musang luak selama mating (perkawinan), pasangan
musang biasanya tetap tinggal bersama sampai anak–anak tersebut lahir. Musang
betina memiliki tiga pasang puting susu (Grassman 1998). Data biologis dan
reproduksi musang luak dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Data biologis dan reproduksi Paradoxurus hermaphroditus menurut
Weigl (2005)
Nama Latin Paradoxurus hermaphrodites
Status Konservasi Least Concern
Lokasi Asia
Warna Abu kecoklatan
Panjang Badan 48–59 cm (19–23 inches)
Panjang Ekor 44–53,5 cm (17–21 inches)
Bobot Badan 2,4–4 kg
Lama Hidup + 22 tahun
Masa Kebuntingan + 60 hari
Suhu Tubuh + 36,850C
Organ Reproduksi Betina
Salah satu fungsi dari organ reproduksi adalah untuk menghasilkan gonad,
yaitu gonad jantan dan betina. Reproduksi penting untuk mempertahankan
spesies. Pada beberapa hewan domestik, sistem reproduksi betina terdiri atas
organ internal yaitu ovarium, tuba uterina, uterus, serviks, dan vagina serta organ
eksternal yaitu vulva dan klitoris.
1 Ovarium
Ovarium merupakan organ yang memiliki dua fungsi yaitu fungsi eksokrin
6
sebagai organ endokrin menghasilkan hormon reproduksi (estrogen dan
progesteron). Bentuk ovarium sangat bervariasi menurut spesies, umur, dan
tahapan dari siklus estrus (Dellmann dan Eurell 1998). Bentuk ovarium dapat
dibagi berdasarkan jenis hewan politokus atau monotokus. Menurut Pineda dan
Dooley (2003), bentuk ovarium pada hewan yang menghasilkan banyak keturunan
dalam sekali kebuntingan (politokus) seperti anjing, kucing, dan babi, memiliki
beberapa folikel dan korpus luteum sehingga bentuk yang dihasilkan mirip dengan
buah anggur dengan berbagai variasi ukuran. Bentuk ovarium yang permukaannya
rata terdapat pada hewan yang menghasilkan satu keturunan dalam sekali
kebuntingan (monotokus).
Ovarium secara mikroanatomi, dilapisi epitel kubus sebaris dan terdiri atas
bagian korteks dan medula. Korteks terdiri atas jaringan ikat yang membentuk
stroma dan folikel–folikel pada berbagai tahap perkembangan yaitu folikel
primordial, primer, sekunder, tersier, juga terdapat korpus luteum, korpus albikan,
dan folikel atresia (Dellmann dan Eurell 1998). Menurut Samuelson (2007), pada
bagian medula terdapat pembuluh darah, jaringan saraf, pembuluh limfe, dan
jaringan ikat fibroelastik yang terdiri atas serabut elastik dan serabut retikular.
Pembuluh darah memberikan vaskularisasi untuk perkembangan folikel serta
perkembangan dan regresi korpus luteum. Pada hewan yang masih muda,
permukaan ovarium rata tetapi pada hewan yang sudah dewasa, permukaan
ovarium bernodul–nodul karena adanya folikel yang besar. Gambaran ovarium
secara umum dapat dilihat pada Gambar 3.
7
2 Tuba Uterina
Tuba uterina disebut juga oviduct atau tuba Falopii berfungsi
mengumpulkan sel telur saat dilepaskan dari folikel de Graaf, menggerakan sel
telur menuju kornua uterus, menyediakan lingkungan yang baik untuk sel telur
maupun sperma, dan sebagai saluran tempat terjadinya fertilisasi. Tuba uterina
memiliki tiga bagian yaitu infundibulum, ampulla dan isthmus (Samuelson 2007).
Membran mukosa tuba uterina membentuk lipatan–lipatan yang terlihat
secara mikroanatomi. Lipatan tersebut terbagi menjadi lipatan primer, sekunder,
dan tersier (Hafez dan Hafez 2000). Lipatan akan semakin kompleks pada daerah
yang mendekati infundibulum. Epitel yang melapisi permukaan mukosa tuba
Falopii adalah epitel silindris sebaris atau silindris banyak baris bersilia
(Dellmann dan Eurell 1998 serta Samuelson 2007). Sel epitel tipe bersilia maupun
tidak bersilia masing–masing memiliki mikrovili (Dellmann dan Eurell 1998).
3 Uterus
Uterus merupakan tempat fertilisasi, konseptus, implantasi, dan
perkembangan fetus. Uterus dibagi menjadi tiga bagian yaitu korpus, kornua, dan
serviks. Akers dan Denbow (2008) menyebutkan bahwa terdapat tiga tipe uterus
yaitu tipe dupleks, tipe bikornua, dan tipe simpleks. Karnivora memiliki uterus
dengan dua kornua dan satu korpus yaitu disebut tipe bikornua (Pineda dan
Dooley 2003). Menurut Schatten dan Constantinescu (2007), uterus terdiri atas
beberapa lapisan yaitu endometrium (lapisan mukosa–submukosa), miometrium
(lapis tunika muskularis), dan perimetrium (lapis tunika serosa atau visceral
peritoneum).
Endometrium disusun oleh lapisan epitel yang mengelilingi lumen uterus,
kelenjar uterus, dan jaringan ikat. Pada kucing, anjing, dan kuda, epitel yang
menutupi endometrium adalah epitel silindris sebaris (Dellmann dan Eurell 1998
serta Samuelson 2007). Kelenjar uterus yang terdapat pada lapisan endometrium
letaknya menyebar (Frandson 1992) dan berfungsi sebagai penghasil cairan uterus
(Hafez dan Hafez 2000). Struktur tubulus kelenjar uterus dilapisi oleh epitel kubus
sebaris (Dellmann dan Eurell 1998). Kelenjar ini dikelilingi oleh jaringan ikat dan
8
merupakan suatu respon untuk meningkatkan level estrogen dan progesteron
selama siklus estrus dan kebuntingan (Pineda dan Dooley 2003).
Miometriumterdiri atas tiga lapis otot polos. Lapisan dalam merupakan otot
polos sirkular dan lapisan luar merupakan otot polos longitudinal. Otot polos
tersebut akan meningkat ukurannya saat hewan bunting (Dellmann dan Eurell
1998). Diantara kedua lapisan otot sirkular dan longitudinal, terdapat inervasi
saraf dan vaskularisasi berupa arteri, vena, dan pembuluh limfe (Dellmann dan
Eurell 1998; Bacha dan Bacha 2000). Pada kedua lapisan, otot polos disusun dan
diikat agar menempel satu sama lain oleh lapisan tipis dari jaringan ikat yang
mengandung fibrosit, antara lain jaringan mesenkim, histiosit, sel mast, kolagen
dan serabut elastik (Samuelson 2007). Miometrium berperan dalam proses
kontraksi uterus selama estrus dan membatasi aktivitas uterus sepanjang siklus
estrus (Pineda dan Dooley 2003). Selain itu, miometrium juga dapat memberi
kekuatan untuk mendorong fetus keluar pada saat partus (Colville dan Bassert
2002).
Perimetrium atau tunika serosa terdiri atas jaringan ikat longgar yang
dilapisi epitel pipih selapis di bagian eksternal. Pada lapisan ini terdapat pembuluh
darah, pembuluh limfe, dan serabut saraf yang berkembang dengan baik
(Dellmann dan Eurell 1998). Otot polos mengisi sebagian besar lapisan ini
(Samuelson 2007). Lipatan dari peritoneum bagian visceral menggantung uterus
dari bagian dorsal tubuh dan diteruskan menjadi mesovarium and mesosalping
(Aspinall dan O’Reilly 2007).
Serviks merupakan pintu uterus dan pemisah antara lingkungan luar dan
lingkungan dalam dari suatu sistem reproduksi (Pineda dan Dooley 2003). Leher
uterus atau disebut juga serviks uterus berhubungan langsung dengan vagina.
Bagian ini memiliki struktur menyerupai sphincter. Pada sebagian besar spesies,
serviks memiliki epitel silindris sebaris dengan banyak sel mukus dan sel goblet.
Kuantitas mukus bertambah selama hewan estrus dan bunting (Dellmann dan
Eurell 1998). Penyusun serviks uterus didominasi oleh jaringan ikat yang
mengandung sedikit otot polos (Hafez dan Hafez 2000). Selama estrus, serviks
9
memucat dan juga berkontraksi (Pineda dan Dooley 2003). Bagian–bagian organ
reproduksi betina anjing dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4 Tipe uterus pada anjing (Modifikasi dari Schatten dan Rosenfeld 2007).
4 Vagina dan Vestibula
Vagina dan vestibula merupakan bagian yang menghubungkan saluran
reproduksi bagian dalam ke bagian luar. Vagina diawali dari serviks sampai ke
orificium urethralis externum (tempat bertemunya urethra dan saluran
reproduksi). Vestibula diawali orificium urethralis externum sampai ke vulva
(Aspinall dan O’Reilly 2007). Vagina berfungsi sebagai organ kopulatoris dan
jalan keluar fetus saat partus. Semen yang dikeluarkan organ kelamin jantan pada
saat kopulasi dideposisi di dalam vagina sebelum bergerak menuju sel telur.
Menurut Dellmann dan Eurell (1998) mukosa vagina terdiri dari epitel pipih
banyak lapis. Ketebalan epitel tersebut meningkat selama proestrus dan estrus
(Samuelson 2007). Lapisan submukosa tersusun oleh jaringan ikat longgar yang
memiliki sedikit kelenjar. Pada lapisan ini banyak ditemukan jaringan limfoid
10
oleh tunika muskularis yang terdiri dari otot polos melingkar di bagian dalam dan
otot polos longitudinal di bagian luar (Dellmann dan Eurell 1998).
Tunika muskularis dibungkus oleh tunika adventisia di bagian caudal.
Lapisan ini terdiri dari jaringan ikat yang mengandung pembuluh darah dan saraf
untuk daerah vagina. Di bagian cranial vagina, tunika muskularis dibungkus oleh
tunika serosa yang memiliki lapisan otot polos longitudinal yang tipis yang
disebut muscularis serosae (Samuelson 2007).
5 Vulva
Vulva merupakan bagian eksternal dari saluran urogenital dan terdiri atas
dua bagian yaitu labia dan klitoris (Aspinall dan O’Reilly 2007). Pada vulva
banyak terdapat kelenjar apokrin dan sebaceous (Dellmann dan Eurell 1998).
Secara normal vulva tertutup untuk mencegah masuknya infeksi. Setiap jenis
hewan memiliki bentuk, ukuran, dan ketebalan labia yang berbeda–beda. Anjing
memiliki labia yang tipis dengan komisura dorsal yang membulat dan komisura
ventral yang lancip (Schatten dan Constantinescu 2007).
Klitoris merupakan bentuk analogi dari penis pada hewan jantan yang
mengalami rudimentasi pada masa embrional. Lokasi klitoris berada di bagian
dasar vestibula. Klitoris terdiri dari dua krura atau akar, badan klitoris yang
mengandung korpus kavernosus serta kepala klitoris (glans) yang mengandung
korpus spongiosum dan fasia klitoris (Schatten dan Constantinescu 2007).
Menurut Frandson (1992) klitoris terdiri dari jaringan erektil yang tertutup oleh
MATERI DAN METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2011 sampai Agustus 2012 di
Laboratorium Riset Anatomi, Bagian Anatomi Histologi dan Embriologi,
Departemen Anatomi Fisiologi dan Farmakologi, Fakultas Kedokteran Hewan,
Institut Pertanian Bogor.
Materi Penelitian
Objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah organ reproduksi betina yang berasal dari tiga ekor musang luak (Paradoxurus hermaphroditus) dewasa.
Musang luak tersebut berjenis kelamin betina dengan berat badan 2–2,5 kg.
Musang ini diperoleh dari tangkapan masyarakat sekitar daerah lingkungan kampus IPB.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi larutan untuk penyiapan organ, bahan pembuatan blok parafin, dan bahan pembuatan preparat histologi. Larutan yang digunakan untuk mempersiapkan organ reproduksi betina adalah ketamin dan xylazine, larutan NaCl fisiologis, paraformaldehid 4%, dan alkohol 70% sebagai stopping point. Bahan pembuatan blok parafin terdiri dari alkohol 70%, 80%, 90%, 95%, absolut, xylol, gliserol, dan parafin cair. Bahan pembuatan preparat histologi terdiri dari set larutan rehidrasi dan dehidrasi, aquades, air kran, pewarna Hematoksilin-Eosin (HE) dan Masson’s Trichrome, serta Entelan®.
Alat–alat yang digunakan dalam penelitian meliputi alat pengamatan makroanatomi, pembuatan preparat histologi, dan alat pengamatan mikroanatomi. Alat pengamatan makroanatomi terdiri dari penggaris, benang jahit, jangka sorong, timbangan digital, pinset, mikroskop stereo, dan alat dokumentasi berupa kamera Canon EOS 200D. Alat pembuatan preparat histologis terdiri dari skalpel,
12
Metode Penelitian
1 Perfusi Organ Reproduksi Betina Paradoxurus hermaphroditus
Musang luak yang masih hidup dianestesi dengan xylazine dengan dosis 2
mg/kg berat badan dan ketamin dengan dosis 10 mg/kg berat badan serta
diaplikasikan secara intramuskular. Kemudian dilakukan sayatan dengan skalpel
agar organ jantung dari hewan tersebut dapat terlihat. Perfusi dilakukan dengan
cara memasukkan larutan NaCl fisiologis ke dalam ventrikel kiri dan atrium
kanan digunting agar darah keluar dan tidak kembali ke jantung. Setelah
eksanguinasi selesai, larutan fiksatif dimasukkan ke dalam ventrikel kiri dan
disuntikkan ke masing–masing bagian organ agar mengisi ke seluruh bagian.
Larutan fiksatif yang digunakan adalah paraformaldehid 4%. Setelah itu, organ
reproduksi betina dipisahkan dari tubuh musang kemudian organ tersebut
direndam dalam larutan fiksasi.
2 Pengamatan Makroanatomi
Pengamatan makroanatomi meliputi pengamatan morfologi, pengukuran,
dan penimbangan terhadap organ reproduksi betina musang luak. Pengukuran dan
penimbangan organ reproduksi betina musang luak dilakukan pada ovarium, tuba
uterina, kornua dan korpus uterus, serviks, vagina, serta vulva. Pengukuran organ
meliputi pengukuran panjang, lebar, tebal, dan diameter untuk bagian yang
memiliki lumen. Pengukuran pada bagian organ yang berpasangan seperti kornua
uterus, tuba uterina, dan ovarium, dilakukan pada masing–masing sisi. Setelah itu
dilakukan pemotretan organ reproduksi betina musang luak dengan menggunakan
kamera. Pengukuran ini dilakukan dengan keadaan organ terfiksasi dalam alkohol
70%.
3 Pengamatan Mikroanatomi
Pengamatan mikroanatomi diawali dengan pembuatan preparat histologi
(prosedur terlampir). Berat organ reproduksi betina ditimbang kemudian dipotong
pada masing–masing bagian dengan ukuran ≤ 0,5 cm (Aughey dan Frye 2001).
Masing–masing bagian organ dimasukkan ke dalam tissue basket untuk dibuat
13
dengan alkohol konsentrasi bertingkat, clearing dalam larutan xylol, infiltrasi
parafin, dan dilanjutkan dengan embedding dalam parafin cair.
Setelah masing–masing blok jaringan terbentuk, proses selanjutnya adalah
pemotongan (sectioning) menggunakan mikrotom. Ketebalan potongan diatur
untuk mendapatkan ukuran ideal preparat histologi (3–5 µ m). Setelah didapat
preparat dalam gelas objek, kemudian disimpan dalam inkubator dengan suhu 37
0
C selama 24 jam untuk menyempurnakan penempelan jaringan pada gelas objek
dan siap untuk diwarnai dengan menggunakan pewarnaan Hematoksilin-Eosin
(prosedur terlampir) dan Masson’s Trichrome (prosedur terlampir) yang sesuai
dengan prosedur Kiernan (1990).
Preparat kemudian diamati menggunakan mikroskop cahaya (Olympus
CH30). Pengamatan dilakukan pada semua bagian organ reproduksi betina mulai
dari ovarium, tuba uterina, kornua uterus pada masing–masing sisi, korpus uterus,
serviks, dan vagina. Hal yang diamati adalah jenis epitel pada masing–masing
bagian organ, lapisan otot, dan folikel–folikel yang terdapat pada ovarium. Hal
tersebut diamati pada potongan melintang maupun memanjang pada setiap bagian
organ. Pengamatan morfologi dari tiap bagian organ dan klasifikasi dari tiap
folikel di ovarium untuk dapat ditentukan tahapan oogenesis dan siklus estrus
musang luak tersebut.
4 Analisis dan Penyajian Data
Penelitian ini merupakan penelitian eksploratif dengan menggunakan
pengolahan data statistik dekriptif. Analisis terhadap data makroanatomi organ
reproduksi betina yang diperoleh, dilakukan secara deskriptif mengenai morfologi
masing-masing bagian organ dan ditampilkan dalam tabel dan dibandingkan
dengan beberapa data dari hewan lain, kemudian didokumentasikan menggunakan
kamera dan ditampilkan dalam bentuk gambar. Data mikroanatomi dianalisis
secara deskriptif dengan membuat dan mengamati preparat histologi, mencatat
hasil pengamatan, dan membandingkan dengan data pada hewan lain maupun
literatur yang terkait serta melakukan pemotretan gambaran mikroanatomi dengan
HASIL
Struktur Makroanatomi
Organ reproduksi betina musang luak dapat dibedakan menjadi organ
reproduksi internal dan eksternal. Organ reproduksi internal berada di dalam
rongga pelvis dan terdiri atas sepasang ovarium, sepasang tuba uterina, sepasang
kornua uterus, korpus uterus, serviks, dan vagina. Organ reproduksi eksternal
terdiri atas vestibula dan vulva.
Gambar 5 Organ urogenitalia musang luak betina terdiri atas (1) ovarium, (2) tuba uterina, (3) kornua uterus, (4) korpus uterus, (5) vulva, dan (6) vesika urinaria. Bar: 1 cm.
Alat penggantung organ reproduksi betina musang luak berupa fasia tipis
yang terdiri atas mesovarium, mesosalping, dan mesometrium. Alat pembungkus
ovarium juga berupa selaput tipis yang menyelimuti ovarium. Ovarium musang
luak berbentuk oval dan terdapat sepasang yaitu ovarium dextra dan sinistra.
Berat ovarium dextra dan sinistra musang luak yaitu sebesar 0,18±0,09 g dan
0,19±0,09 g. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Ukuran ovarium musang luak betina
Parameter Dextra Sinistra
Panjang (cm) 0,79±0,23 0,77±0,26
Lebar (cm) 0,53±0,23 0,56±0,24
Tebal (cm) 0,32±0,20 0,35±0,25
Berat (cm) 0,18±0,09 0,19±0,09
1 2 2
3 3
4 5
15
Tabel 3 Perbandingan panjang saluran reproduksi betina musang luak dengan anjing dan kucing
Bagian Organ Musang Luak
Anjing (Pineda&Dooley 2003) Kucing (Pineda&Dooley 2003) Tuba Uterina
Dextra (cm)
Sinistra (cm)
3,82±1,49
3,85±1,43 4-7 3-5
Tipe Uterus Bikornua Bikornua Bikornua
Kornua Uterus
Dextra (cm)
Sinistra (cm)
3,04±0,22
3,27±0,60 10-14 6-10
Korpus Uterus (cm) 2,32±0,12 1,4-2 1,5-2
Serviks Uterus (cm) 0,97±0,44 1,5-2 1-1,5
Vagina (cm) 1,27±0,44 5-10 *
Vestibula (cm) 0,71±0,22 2-5 0,5-1,5
Lebar Vulva (cm) 1,32±0,32 * *
[image:30.595.95.514.61.833.2]* Tidak dilaporkan.
Tabel 3 menunjukkan panjang setiap bagian organ yang membentuk saluran
reproduksi betina musang luak. Tuba uterina terdiri atas infundibulum, ampulla,
dan isthmus. Tuba uterina mempunyai beberapa lekukan yang diduga merupakan
batas antara ketiga bagian tuba uterina. Bagian infundibulum memiliki fimbria
yang berbentuk seperti corong yang tipis dan terletak paling dekat dengan
ovarium. Panjang tuba uterina yang dirata-rata yaitu 3,82±1,49 cm untuk bagian
dextra dan 3,85±1,43 cm untuk bagian sinistra.
Uterus terdiri atas dua kornua uterus yang panjang dan terpisah, serta korpus
uterus yang kemudian berlanjut menjadi serviks uterus, sehingga disebut tipe
bikornua. Kedua kornua uterus terpisah dan masing-masing berjalan lurus ke arah
craniolateral. Percabangan korpus uterus menjadi dua kornua uterus dinamakan
bifurcatio uteri. Panjang kornua uterus bagian dextra sebesar 3,04±0,22 cm dan
bagian sinistra sebesar 3,27±0,60 cm. Uterus difiksir oleh jaringan penggantung
di kedua sisi lateral (mesometrium). Panjang korpus uterus yaitu sebesar
[image:30.595.106.514.116.335.2]16
Gambar 6 (A) Gambaran makroanatomi (1) vagina, (2) vestibula, (3) serviks, dan
(4) orificium urethralis externum. (A’) Perbesaran vagina terlihat (4)
orificium urethralis externum, (5) fossa klitoris, dan (6) lipatan-lipatan
mukosa. Bar: 0,5 cm.
Serviks uterus memiliki lumen yang lebih sempit dibandingkan dengan
vagina. Serviks memiliki panjang sebesar 0,97±0,44 cm. Vagina musang luak
memiliki lipatan-lipatan mukosa yang hampir memenuhi lumen vagina (Gambar
6A’). Panjang vagina yaitu sebesar 1,27±0,44 cm. Vestibula adalah bagian yang
terletak antara vagina dan vulva. Batas antara vestibula dengan vagina yaitu
orificium urethralis externum. Panjang vestibula adalah 0,71±0,22 cm.
Vulva adalah organ reproduksi eksternal yang terdiri atas labia mayor dan
labia minor, serta klitoris. Komisura dorsal berbentuk agak lancip dan terdapat
rambut yang lebat, sedangkan komisura ventralnya membulat. Hal ini dapat
dilihat pada Gambar 5. Klitoris tidak nampak dari eksternal, namun terlihat
adanya fossa klitoris di ventral vestibula. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 6.
Klitoris merupakan bentuk analogi dari penis pada hewan jantan yang mengalami rudimentasi pada masa embrional. Lokasi klitoris berada di bagian dasar vestibula. Sekitar vulva dikelilingi oleh rambut yang lebat. Arah celah vulva
musang luak yaitu cranio-caudal. Lebar vulva yang sudah dirata-rata yaitu
sebesar 1,32±0,32 cm.
A’
6
1
2 3
5 4 4
[image:31.595.142.454.86.218.2]17
Karakteristik Mikroanatomi Perkembangan Folikel dalam Ovarium
Ovarium musang luak terdiri atas bagian korteks dan medula yang dilapisi
germinal epithelium berupa epitel kubus sebaris yang ditunjukkan pada Gambar
7a. Pada bagian korteks terdapat berbagai tahap perkembangan folikel dan
jaringan ikat yang membentuk stroma. Kelenjar interstitial juga dapat ditemukan
di stroma korteks dan terdapat dalam Gambar 7b. Medula terletak di bagian
tengah ovarium dan terdapat banyak pembuluh darah, pembuluh limfe, serta saraf.
Rete ovarium terdapat dalam medula, berbentuk jalinan saluran tidak teratur yang
dibalut oleh epitel kubus sebaris.
Tahap perkembangan folikel yaitu folikel primordial, primer, sekunder, dan
tersier (de Graaf). Gambar 8 menunjukkan berbagai macam perkembangan folikel
dalam ovarium. Folikel primordial terdapat dalam jumlah banyak dan berada di
bawah tunika albuginea, serta ditandai dengan adanya oosit yang dilapisi epitel
pipih selapis. Epitel pipih selapis berganti menjadi kubus sebaris pada folikel
primer. Folikel sekunder ditandai dengan adanya zona pelusida dan rongga kecil
diantara sel-sel granulosa. Folikel tersier memiliki antrum folikuli, kumulus
ooforus, dan korona radiata. Folikel atresia, korpus luteum, dan korpus albikan
juga ditemukan dalam ovarium yang ditunjukkan pada Gambar 9. Folikel atresia
merupakan folikel yang mengalami regresi dan ditemukan di bagian korteks
ditandai dengan adanya membran glasial yaitu sisa dari zona pelusida.
Gambar 7 (A) Ovarium musang luak terdiri atas bagian korteks sebagai zona parenkimatosa (a) dan medula sebagai zona vaskularis (b); serta (B) Kelenjar interstitial (1) dalam stroma korteks. Pewarnaan HE. Bar: A= 100 µm, B= 40 µm.
1
a
b
1
18
Gambar 8 Tahap perkembangan folikel pada ovarium musang luak yaitu (A) folikel primordial, (B) folikel primer, (C) folikel sekunder, dan (D) folikel tersier/de Graaf. (1) Oosit, (2) stroma, (3) lapis sel granulosa, dan (4) antrum folikuli. Pewarnaan HE. Bar: A, C= 40 µm; B= 20 µ m; D= 100 µm.
Gambar 9 Folikel atresia (A) ditandai dengan membrana glasial (1) dan korpus
luteum(B) dengan sel vakuola pucat (2). Pewarnaan HE. Bar: A= 40
µ m, B= 100 µm.
A
B
1
1
2
A
B
C
D
1
1
1
1 2
[image:33.595.106.481.80.825.2] [image:33.595.139.469.82.385.2]19
Karakteristik Mikroanatomi Saluran Reproduksi
Setiap saluran reproduksi pada musang luak memiliki fungsi yang
berbeda-beda dengan karakteristik jaringan penyusun yang berberbeda-beda pula. Tuba uterina
terdiri atas tiga bagian yaitu infundibulum, ampulla, dan isthmus. Gambaran
umum tuba uterina terdiri atas lumen, lapis mukosa, submukosa, muskularis, dan
serosa. Permukaan mukosa tuba uterina dilapisi oleh epitel silindris sebaris. Lapis
muskularis tuba uterina musang luak terdiri atas otot polos sirkuler dan
longitudinal, serta lapis serosa yang berupa jaringan ikat dan berasal dari
mesosalping.
Ketiga bagian tuba uterina tersebut dapat dibedakan berdasarkan tinggi
rendahnya lipatan membran mukosa dan ketebalan lapis muskularis.
Infundibulum memiliki lipatan mukosa yang tinggi dan lapisan muskularis yang
sangat tipis. Ampulla memiliki lipatan mukosa yang lebih rendah dan lapisan
muskularis yang lebih tebal dibanding infundibulum. Isthmus memiliki lipatan
mukosa yang sangat rendah dan lapisan muskularis yang sangat tebal. Gambar 10
menunjukkan lipatan mukosa dan lapis muskularis yang membedakan
infundibulum, ampulla, dan isthmus pada musang luak.
Gambar 10 (A) Infundibulum, (B) ampulla, (C) isthmus. Lipatan mukosa (1) dan lapisan muskularis (2). Pewarnaan HE. Bar: A, B= 100 µ m, C= 40 µ m.
Saluran tuba uterina juga berbatasan dengan uterus yaitu kornua uterus.
Utero-tubal junction merupakan perbatasan antara bagian tuba uterina isthmus
dengan kornua uterus. Kornua dan korpus uterus tersusun oleh struktur yang sama
yaitu lumen, endometrium (lapis mukosa-submukosa), miometrium (lapis tunika
muskularis), dan perimetrium (lapis tunika serosa) (Gambar 11a). Endometrium
A
B
C
1 1 1
2
2
20
dilapisi oleh lapisan epitel silindris sebaris yang mengelilingi lumen uterus.
Kelenjar uterus atau endometrial gland banyak ditemukan pada bagian
endometrium. Kelenjar uterus berupa simple tubular gland yang terdiri atas satu
lapis sel tunggal.
Miometrium merupakan lapis muskularis. Bagian ini disusun oleh otot polos
yang berbentuk sirkuler dan longitudinal. Otot polos sirkuler terletak lebih dalam,
sedangkan otot polos longitudinal terletak di lapisan luar. Pembuluh darah juga
ditemukan di superfisial kedua lapisan otot tersebut yaitu disebut dengan stratum
vasculare. Perimetrium atau lapis serosa terdiri atas jaringan ikat longgar yang
dilapisi epitel pipih selapis di bagian superfisial.
Gambar 11 Lapisan uterus (A) dan perbesaran kelenjar uterus (B). Bagian endometrium ditemukan (1) kelenjar uterus dan (2) lamina propria. Bagian miometrium terdiri atas (3) lapis otot sirkuler dan (4)
longitudinal, dan (5) stratum vasculare. (6) Perimetrium. Pewarnaan
HE. Bar: A= 40 µm, B= 20 µm.
Serviks memiliki beberapa perbedaan dengan kornua dan korpus uterus.
Kelenjar uterus yang ditemukan pada kornua dan korpus uterus tidak terdapat di
dalam serviks. Selain itu, serviks uterus mengandung banyak serabut elastik.
Mukosa-submukosa berupa lipatan primer, sekunder, dan tersier. Lipatan serviks
dapat memberikan kesan yang salah yaitu terlihat seperti struktur kelenjar. Epitel
yang menyusun mukosa serviks adalah silindris sebaris bersilia dan sel penghasil
mukus, termasuk sel goblet. Beberapa sel goblet dapat ditemukan di sela-sela
epitel tersebut sebagai massa kosong yang berwarna lebih cerah. Gambar 12
menunjukkan epitel serviks dan sel-sel penghasil mukus.
A
B
2
3
4
5 6
1
21
[image:36.595.104.488.54.778.2]
Gambar 12 Serviks uterus tampak (1) epitel silindris sebaris, (2) lamina propria, dan (3) sel penghasil mukus. Pewarnaan HE. Bar: 10 µm.
Saluran reproduksi musang luak selanjutnya adalah vagina. Epitel yang
menyusun mukosa vagina adalah epitel pipih banyak lapis. Vagina dengan epital
pipih banyak lapis yang mengalami keratinisasi juga dapat ditemukan pada
musang luak. Lamina propria atau lapis submukosa vagina terdiri atas jaringan
ikat. Pada lapisan ini ditemukan juga pembuluh darah. Lapis muskularis juga
ditemukan pada vagina bagian superfisial yang terdiri atas otot polos. Lumen dan
epitel mukosa vagina terdapat pada Gambar 13.
Gambar 13 Vagina musang luak tampak (1) epitel pipih banyak lapis berkeratinisasi dan (2) lamina propria. Pewarnaan HE. Bar: 40 µm.
1
2 1
[image:36.595.206.404.86.229.2]22
Karakteristik Pewarnaan Masson’s pada Organ Reproduksi Betina
Pewarnaan Masson’s Trichrome pada organ reproduksi betina musang
luak digunakan untuk melihat jaringan ikat dalam masing-masing bagian organ
tersebut. Tunika albuginea merupakan jaringan ikat yang melapisi ovarium dan
berasal dari mesovarium. Jaringan ikat tersebut dapat dilihat pada Gambar 14a.
Jaringan ikat mesovarium pada bagian hilus ovarium masuk ke dalam bagian
medula ovarium, pembuluh darah terwarnai dengan baik, dan dapat dilihat pada
Gambar 14b.
Folikel tersier dikelilingi oleh sel-sel teka interna yang berupa lapis vaskuler
dan sel-sel teka eksterna yang berupa jaringan ikat. Hal ini dapat dilihat pada
Gambar 15. Stroma korteks berupa jaringan ikat longgar. Selain folikel, jaringan
ikat juga ditemukan pada korpus luteum yang berawal dari atresia pada folikel.
Perubahan korpus luteum musang luak dapat dilihat pada Gambar 16.
Gambar 14 (A) Jaringan ikat tunika albuginea ovarium musang luak (1) dan (B) jaringan ikat mesovarium pada bagian hilus ovarium menyusup ke bagian medula (2) dan terlihat pembuluh darah (3). Pewarnaan
Masson’s Trichrome. Bar: A=10 µ m, B= 100 µm.
A
B
1
2
2
3
23
Gambar 15 Folikel de Graaf. Lapisan sel teka interna/lapis vaskuler (1), sel teka eksterna berupa jaringan ikat (2), dan zona pelusida (3). Pewarnaan
Masson’s Trichrome. Bar= 20 µm.
Gambar 16 Perubahan korpus luteum musang luak antara lain (1) korpus
regressivum dan (2) korpus luteum. Pewarnaan Masson’s Trichrome.
Bar: 20 µm.
Saluran reproduksi tuba uterina digantung dengan mesosalping yang berupa
jaringan ikat. Tuba uterina yang terdiri atas infundibulum, ampulla, dan isthmus
memiliki bagian mukosa dan submukosa. Lapis serosa yang berasal dari
mesosalping pada masing-masing tuba uterina berupa jaringan ikat dan terlihat
berwarna biru-hijau. Korpus dan kornua uterus memiliki penggantung yang
disebut dengan mesometrium yang berupa jaringan ikat. Lapis perimetrium atau
lapis visceral peritoneum berupa jaringan ikat longgar yang dilapisi epitel pipih
selapis di bagian superfisial.
Serviks uterus terdiri atas lapisan mukosa yang dilapisi oleh epitel silindris
sebaris bersilia dan terdapat pada Gambar 17a. Lapisan submukosa serviks uterus
1 2
[image:38.595.232.386.85.282.2]24
terdiri atas jaringan ikat. Vagina terdiri atas lapisan mukosa yang dilapisi oleh
epitel pipih banyak lapis dan terdapat lapis keratin. Pada lapisan submukosa atau
[image:39.595.117.497.180.353.2]lamina propria vagina juga terdapat oleh jaringan ikat yang dapat dilihat pada
Gambar 17b.
Gambar 17 Serviks uterus (A) dilapisi epitel silindris sebaris bersilia ( ) dan vagina (B) musang luak. Lapisan submukosa terdiri atas (1) jaringan ikat yang terlihat berwarna biru-hijau. Pada vagina terlihat epitel pipih
banyak lapis yang terkeratinisasi (2). Pewarnaan Masson’s Trichrome.
Bar: A= 10 µ m dan B= 40 µ m.
A
B
1 1
PEMBAHASAN
Organ reproduksi betina terdiri atas organ reproduksi primer yaitu ovarium
dan organ reproduksi sekunder yaitu tuba uterina, uterus (kornua, korpus, dan
serviks), dan vagina. Ovarium memiliki dua fungsi yaitu fungsi eksokrin dan
endokrin. Sebagai organ eksokrin, ovarium memproduksi sel telur (ovum, ova,
oosit) dan sebagai organ endokrin menghasilkan hormon reproduksi, terutama
estrogen dan progesteron.
Ukuran ovarium musang luak relatif sama dengan ukuran ovarium anjing
dan kucing. Ovarium musang luak berbentuk oval memanjang dan berukuran
kecil. Perbedaan bentuk dan ukuran ovarium dapat disebabkan oleh
perkembangan siklus reproduksi pada masing-masing individu (Hafez dan Hafez
2000; Pineda dan Dooley 2003; Samuelson 2007). Bentuk ovarium sangat
bervariasi menurut spesies, umur, dan tahapan dari siklus estrus (Dellmann dan
Eurell 1998). Pada karnivora, ovarium berukuran kecil berbentuk oval memanjang
di kedua sisi dan agak rata. Pineda dan Dooley (2003) mengatakan bahwa, bentuk
ovarium pada hewan yang menghasilkan banyak keturunan dalam sekali
kebuntingan seperti anjing, kucing, dan babi, memiliki beberapa folikel dan
korpus luteum sehingga bentuk yang dihasilkan mirip dengan buah anggur dengan
berbagai variasi ukuran.
Ovarium difiksir oleh penggantung yang disebut mesovarium. Mesovarium
merupakan jaringan ikat yang bertaut pada hilus ovarium dan merupakan pintu
masuk pembuluh darah untuk ovarium (Hafez dan Hafez 2000). Pewarnaan
Masson’s Trichrome pada ovarium musang luak menunjukkan bahwa jaringan ikat mesovarium masuk ke dalam medula ovarium. Hal ini sesuai dengan
Samuelson (2007) yaitu bagian hilus diteruskan ke medula ovarium sehingga pada
bagian medula banyak terdapat pembuluh darah, pembuluh limfe, dan jaringan
saraf.
Perbedaan berat ovarium pada individu hewan dapat disebabkan oleh
perbedaan umur, bangsa, paritas (berapa kali melahirkan), tingkatan makanan, dan
siklus reproduksi (Hafez dan Hafez 2000). Ketika folikel tersebut tumbuh dan
26
sinistra berturut-turut sebesar 0,79±0,23 cm dan 0,77±0,26 cm, lebih pendek
dibandingkan dengan ovarium anjing dan kucing yaitu sebesar 2 cm dan 0,8-0,9
cm (Constantinescu 2007). Ovarium dextra dan sinistra keduanya berkembang.
Musang luak dapat beranak 2-3 kali sepanjang tahun, meskipun ada catatan bahwa
anak musang luak lebih sering ditemukan pada bulan Oktober sampai Desember
(Weigl 2005).
Ovarium terdiri atas bagian korteks dan medula. Lapisan korteks ovarium
atau disebut juga zona parenkimatosa merupakan tempat perkembangan folikel
dan korpus luteum serta dilapisi oleh epitel permukaan berbentuk kubus sebaris.
Stroma korteks berupa jaringan ikat longgar. Kelenjar interstitial juga dapat
ditemukan dalam ovarium musang luak. Pada ovarium anjing dan kucing, stroma
korteks mengandung sederetan sel kelenjar interstitial berbentuk polihedral
(Dellmann dan Brown 1992; Schatten dan Rosenfeld 2007). Sel-sel kelenjar
interstitial dapat dibedakan dari sel-sel stroma ovarium dengan bentuknya yang
mirip kincir dan terbenam dalam jalinan serabut retikular (Dellmann dan Brown
1992).
Folikel dalam ovarium terdiri atas folikel primordial, primer, sekunder, dan
tersier. Folikel primordial terdapat dalam jumlah banyak dan berada di bawah
tunika albuginea. Tunika albuginea merupakan jaringan ikat yang melapisi
ovarium dan tampak berwarna biru-hijau dengan pewarnaan Masson’s Trichrome.
Menurut Dellmann dan Brown (1992), tebal tunika albuginea dapat menipis dan
bahkan menghilang karena terdesak oleh perkembangan folikel ovarium serta
korpus luteum selama aktivitas ovarium meningkat.
Folikel primordial sudah ada sejak hewan lahir dan terdapat dalam jumlah
banyak. Setiap folikel primordial mengandung oosit primer yang dikelilingi oleh
epitel pipih selapis. Secara berkala, folikel primordial akan berkembang menjadi
folikel primer, sekunder, dan tersier. Epitel pipih selapis pada folikel primordial
berganti menjadi kubus sebaris pada folikel primer. Oosit pada folikel primer juga
mengalami pembesaran. Folikel primer kemudian berubah menjadi folikel
sekunder setelah terbentuknya sel granulosa dan zona pelusida (Samuelson 2007).
Pada folikel sekunder terbentuk zona pelusida yang mengitari plasma oosit,
27
teka mulai terbentuk mengitari lapis sel-sel granulosa pada tahap akhir folikel
sekunder (Dellmann dan Brown 1992).
Pada folikel tersier terdapat suatu rongga sentral antrum folikuli yang berisi
cairan (likuor folikuli). Ooosit primer berada di satu sisi dan dikelilingi oleh
sel-sel granulosa yang terakumulasi (kumulus ooforus), serta terbentuknya korona
radiata. Menurut Dellmann dan Brown (1992), sel-sel yang membentuk korona
radiata berperan memberi nutrisi bagi oosit, dan sel-sel granulosa membentuk
lapisan folikel parietal, disebut stratum granulosum yang menopang membran
basal. Sel teka telah berdiferensiasi menjadi sel teka interna dan sel teka eksterna.
Sel teka interna merupakan jaringan ikat dengan banyak vaskularisasi dan berada
lebih dalam dibandingkan dengan teka eksterna yaitu jaringan ikat fibrosa yang
terletak lebih luar sebagai penunjang (Samuelson 2007).
Folikel tersier atau disebut juga folikel de Graaf yang mensekresikan
hormon estrogen, yaitu diproduksi oleh sel-sel teka interna dan sel-sel granulosa.
Estrogen berfungsi untuk mempertahankan sistem saluran reproduksi, sifat-sifat
reproduksi sekunder, tingkah laku reproduksi, dan stimulasi kelenjar mammae
pada betina. Saat folikel mencapai ukuran penuh, folikel tersebut ruptur agar
ovarium dapat terlepas. Proses ini disebut dengan ovulasi dan terjadi ketika hewan
sudah dewasa kelamin. Ovum atau sel telur turun menuju tuba uterina. Sisa folikel
de Graaf yang telah mengalami ovulasi akan berkembang menjadi korpus
hemoragikum, korpus rubrum, korpus luteum, dan korpus albikan.
Korpus luteum mensekresikan hormon progesteron. Progesteron berfungsi
untuk mempersiapkan kondisi saluran reproduksi untuk menerima fertilisasi,
menyebabkan pembesaran kelenjar mammae, dan menghambat sekresi
Gonadotropin Releasing Hormone (GnRH) dari hipotalamus yang menghambat
keluarnya Folicle Stimulating Hormone (FSH) dan mencegah perkembangan
folikel (Aspinall dan O’Reilly 2007). Jika terjadi fertilisasi dan kebuntingan, maka korpus luteum akan tetap dipertahankan dan terus berfungsi untuk memelihara
kebuntingan. Apabila hewan tidak bunting, saat masa estrus berakhir korpus
luteum akan mengalami regresi menjadi korpus albikan (Contantinescu 2007).
Folikel atresia ditandai dengan adanya membarana glasial. Tanda-tanda
28
kromatolisis (Dellmann dan Brown 1992). Membran glasial (selaput kaca)
merupakan membran basal lapis granulosa yang melipat, menebal, dan mengalami
proses hialinisasi selama terjadi atresia (Dellmann dan Eurell 1998; Samuelson
2007).
Tuba uterina berfungsi untuk menangkap ovum yang diovulasikan,
menyediakan lingkungan yang baik untuk ovum dan sel sperma, kapasitasi
sperma, serta menjadi tempat fertilisasi (Aspinall dan O’Reilly 2007; Dellmann
dan Brown 1992). Tuba uterina merupakan saluran dan mempunyai beberapa
lekukan yang merupakan batas antara ketiga bagian tuba uterina yaitu
infundibulum, ampulla, dan isthmus. Hal ini dipertegas dengan pengamatan secara
mikroanatomi. Utero-tubal junction atau perbatasan antara isthmus dan uterus
berfungsi untuk mencegah pergerakan bakteri dari uterus ke tuba uterina dan
rongga peritoneum, namun membolehkan semen yang diejakulasikan ke dalam
tuba uterina, serta menggerakkan embrio melalui perbatasan ini menuju uterus
pada waktu yang tepat (Pineda dan Dooley 2003).
Panjang tuba uterina musang luak yaitu 3,82±1,49 cm untuk bagian dextra
dan 3,85±1,43 cm untuk bagian sinistra. Ukuran tuba uterina musang luak
tersebut lebih pendek dari tuba uterina anjing dan kucing. Tuba uterina anjing dan
kucing berturut-turut yaitu 4–7 cm dan 3–5 cm (Pineda dan Dooley 2003), 6-10
cm dan 4-6 cm (Constantinescu 2007). Saluran ini memiliki fungsi
mengumpulkan sel telur saat dilepaskan dari folikel de Graaf, menggerakkan sel
telur menuju kornua uterus, menyediakan lingkungan yang baik untuk sel telur
maupun sperma, dan sebagai saluran tempat terjadinya fertilisasi (Samuelson
2007).
Tuba uterina terdiri atas membran mukosa yang membentuk lipatan primer,
sekunder, dan tersier (Hafez dan Hafez 2000). Infundibulum berbentuk seperti
corong tipis dan memiliki jumbai-jumbai yang disebut fimbria yang berfungsi
membantu menangkap sel telur. Fimbria akan bergabung menjadi struktur tubular
tunggal pada bagian akhir infundibulum, sebelum akhirnya bergabung menjadi
ampulla (Samuelson 2007). Lapis mukosa tuba uterina dilapisi epitel silindris
sebaris tanpa silia. Lipatan mukosa tuba uterina akan menjadi semakin tinggi
29
lebih tinggi dibandingkan dengan di daerah ampulla dan isthmus. Lapis
muskularis pada isthmus lebih tebal dibandingkan dengan ampulla dan
infundibulum. Pergerakkan ovum maupun spermatozoa digantikan oleh kontraksi
otot polos yang terdapat dalam tuba uterina pada lapis muskularis serta dibantu
oleh hormon-hormon yang berasal dari ovarium. Lapis muskularis tersebut akan
semakin tebal jika mendekati perbatasan dengan uterus yaitu utero-tubal junction
(Aughey dan Frye 2001).
Ampulla merupakan tempat terjadinya fertilisasi, yaitu di sepertiga bagian
tuba uterina. Daerah ampulla dan isthmus musang luak memiliki lipatan
mukosa-submukosa yang lebih rendah dibandingkan dengan daerah infundibulum.
Isthmus merupakan tuba uterina yang berbatasan dengan kornua uterus. Susunan
mikroanatomi tuba uterina secara umum yaitu terdiri atas lumen, lapisan mukosa,
submukosa, muskularis mukosa, dan serosa. Lapisan muskularis mukosa berupa
lapisan otot polos dan lapisan serosa berupa jaringan ikat yang mengandung
banyak pembuluh darah dan saraf. Menurut Kimura et al. (2004), isthmus
memiliki lapisan muskularis yang lebih tebal dan lapis mukosa yang lebih tipis
dibandingkan dengan ampulla. Jika terjadi fertilisasi, sel telur yang telah dibuahi
akan menjadi zigot dan mengalami proses pembelahan (cleavage).
Proses konseptus, implantasi, dan perkembangan fetus terjadi di dalam
uterus. Akers dan Denbow (2008) menyebutkan bahwa terdapat tiga tipe uterus
yaitu tipe dupleks, bikornua, dan simpleks. Musang luak memiliki tipe uterus
bikornua yaitu sama dengan karnivora lainnya seperti anjing dan kucing. Tipe
bikornua terdiri atas dua kornua uterus, satu korpus uterus, dan satu serviks uterus
(Pineda dan Dooley 2003). Uterus berfungsi untuk menyediakan tempat untuk
perkembangan fetus. Uterus juga berfungsi untuk menyediakan lingkungan yang
optimal agar embrio dapat bertahan dan mengondisikan embrio agar dapat
menerima nutrisi, hal ini dilaksanakan oleh plasenta (Aspinall dan O’Reilly 2007).
Moghe (1956) mengatakan bahwa Indian palm civet memiliki jenis plasenta
zonaria serupa dengan anjing dan kucing. Uterus difiksir oleh jaringan
penggantung di kedua sisi lateral yang disebut mesometrium.
Kornua uterus musang luak berjalan ke arah craniolateral. Kornua uterus
30
cm. Kornua uterus berukuran lebih pendek jika dibandingkan dengan kornua
uterus anjing dan kucing. Kornua uterus anjing dan kucing yaitu sebesar 10–1