PENETAPAN KADAR ASAM BENZOAT
DALAM SEDIAAN TRADISIONAL BENTUK TABLET
SECARA KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS DAN
SPEKTROFOTOMETRI ULTRAVIOLET
TUGAS AKHIR
OLEH:
ATIKAH FATTAH NASUTION
NIM 102410045
PROGRAM STUDI DIPLOMA III
ANALIS FARMASI DAN MAKANAN
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur ke hadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan
karunia-Nya tugas akhir ini telah selesai disusun dengan judul “Penetapan Kadar Asam
Benzoat Dalam Sediaan Obat Batuk Tradisional Bentuk Tablet Secara
Kromatografi Lapis Tipis Dan Spektrofotometri Ultraviolet”, dalam rangka
memenuhi kewajiban penulis sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Ahli
Madia Fakultas Farmasi di Universitas Sumatera Utara. Shalawat beriring salam
penulis kirimkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan para
sahabat beliau.
Dalam menyelesaikan tugas akhir ini, penulis telah banyak mendapat
bimbingan, bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, dengan ini penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Prof. Dr. Julia Reveny, M.Si., Apt., yang telah membimbing dan
mengarahkan penulis dalam pembuatan tugas akhir ini.
3. Bapak Prof. Dr. Jansen Silalahi, M.App.Sc., Apt., selaku Ketua Program Studi
Diploma III Analis Farmasi dan Makanan Fakultas Farmasi USU.
4. Bapak Drs. I Gede Nyoman Suandi, M.M., Apt., selaku Kepala Balai Besar
Pengawas Obat dan Makanan di Medan yang telah memberi izin pelaksanaan
praktek kerja lapangan serta Ibu Lambok Oktavia SR, M.Kes., Apt., selaku
koordinator pembimbing praktek kerja lapangan di Balai Besar Pengawas Obat
Makanan di Medan yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk
melakukan praktek kerja lapangan.
5. Bapak dan Ibu dosen beserta seluruh staff program studi Diploma III Analis
Farmasi dan Makanan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.
Dalam penulisan tugas akhir ini penulis ingin mengucapkan rasa hormat
dan terima kasih yang tak terhingga kepada ibunda tercinta Eny Herwanty dan
ayahanda tercinta Ir. H. Muhammad Faisal Nasution, buat kakak penulis Aurora
Khairani Nasution, dan adik-adik penulis Mhd. Habib, Aulia, Saifullah, Radja,
atas cinta kasih, dukungan baik moril maupun materil, pengorbanan, serta doa
tulus tiada hentinya demi kebaikan dan kebahagian penulis.
Penulis juga ingin mengucapkan rasa hormat dan terima kasih kepada para
teman dekat dan sahabat penulis Wendi, Hijjahtul, Nadya, Ely, Lia, dan seluruh
sahabat dari Analis Farmasi dan Makanan angkatan 2010 yang tidak dapat penulis
sebutkan satu persatu atas segala bantuan dan motivasinya.
Penulis menyadari bahwa penulisan laporan ini masih jauh dari sempurna,
untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritiknya yang bersifat membangun.
Penulis juga berharap tugas akhir ini dapat membawa manfaat bagi
pengembangan ilmu. Akhir kata semoga Allah SWT melimpahkan Rahmat-Nya
kepada kita semua.
Medan, April 2013 Penulis,
PENETAPAN KADAR ASAM BENZOAT
DALAM SEDIAAN TRADISIONAL BENTUK TABLET
SECARA KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS DAN SPEKTROFOTOMETRI ULTRAVIOLET
Abstrak
Asam benzoat (C6H5COOH) merupakan bahan pengawet yang luas
penggunaannya dan sering digunakan pada bahan makanan. Bahan ini digunakan
untuk mencegah pertumbuhan khamir dan bakteri. Benzoat efektif pada pH 2,5 – 4,0.Tujuan analisis ini adalah untuk mengetahui kadar asam benzoat
dalam sediaan obat batuk tradisional bentuk tablet dan kesesuaiannya dengan persyaratan yang diizinkan oleh pemerintah.
Penentuan asam benzoat dalam sediaan obat batuk tradisional dilakukan secara kualitatif dengan kromatografi lapis tipis menggunakan fase gerak pentana : asam asetat glasial (88:12) dan fase diam silika gel GF 254. Hasil yang diperoleh sampel jamu Shi Re Qing positif mengandung asam benzoat. Penetapan kadar asam benzoat dapat ditentukan secara kuantitatif dengan spektrofotometer ultraviolet. Menggunakan larutan baku asam benzoat 0,2% sebagai pembanding pada panjang gelombang 225 nm, dimana diperoleh kadar asam benzoat pada jamu Shi Re Qing 0,012%.
Hasil analisis menunjukkan bahwa kadar asam benzoat pada jamu Shi Re Qing memenuhi persyaratan MA.PPOM 35/OT/93 dengan kadar asam benzoat tidak boleh lebih dari 0,1%.
THE DETERMINATION OF THE LEVELS OF BENZOIC ACID IN THE TRADITIONAL FORM OF TABLETS DOSAGE IN THIN LAYER CHROMATOGRAPHY AND ULTRAVIOLET
SPECTROPHOTOMETRY
Abstract
Benzoic acid (C6H5COOH) is an extensive use of preservatives and are often used in foodstuffs. This material is used to prevent the growth of yeast and bacteria. Its effective at pH 2.5-4.0. the purpose of this analysis is to determine the levels of benzoic acid in traditional forms of cough preparations tablets and for compliance with the requirements that are permitted by the Government.
Determination of benzoic acid in traditional cough preparations done qualitatively by thin layer chromatography using pentane motion phase: glacial acetic acid (88: 12) and silica gel stationary phase GF 254. The results obtained samples of herbs were positive Re Qing Shi contain benzoic acid. The determination of the levels of benzoic acid can be determined quantitatively by ultraviolet spectrophotometry. Use a solution of benzoic acid 0.2% raw as a comparison at a wavelength of 225 nm, which acquired the levels of benzoic acid in herbal medicine Shi Qing Re 0.012%.
Results of analysis showed that the levels of benzoic acid in herbal medicine Shi Qing Re eligible MA.PPOM 35/OT/93 with levels of benzoic acid should not be more than 0.1%.
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR JUDUL ... i
LEMBAR PENGESAHAN ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
ABSTRAK ……… ... v
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Tujuan ... 2
1.3 Manfaat ... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 3
2.1 Obat Tradisional ... 3
2.1.1 Penggolongan Obat Tradisional ... 3
2.2 Tablet ... 4
2.3 Batuk ... 6
2.3.1 Mekanisme Batuk ... 7
2.4 Bahan Pengawet ... 7
2.4.1 Definisi Bahan Pengawet ... 7
2.4.2 Jenis Bahan Pengawet ... 7
2.4.2.2 Zat Pengawet Anorganik ... 7
2.5 Asam Benzoat ... 8
2.5.1 Struktur Kimia dan Sifat Asam Benzoat ... 8
2.5.2 Efek Asam Benzoat Terhadap Manusia ... 9
2.6 Ekstraksi ... 9
2.7 Mengidentifikasi Asam Benzoat ... 10
2.7.1 Keuntungan KLT ... 10
2.7.2 Komponen KLT ... 11
a. Fase Diam ... 11
b. Fase Gerak ... 11
c. Bejana Pemisah dan Penjenuhan ... 12
d. Aplikasi (Penotolan Sampel) ... 12
e. Deteksi Bercak ... 12
2.8 Penetapan Kadar Asam Benzoat secara Spektrofotometri UV-Visible ... 13
2.8.1 Spektrofotometri UV-Visble ... 13
2.8.2 Hukum Lambert-Beer ... 14
2.8.3 Panjang Gelombang Asam Benzoat dan Turunannya pada Daerah Ultraviolet ... 16
2.8.4 Instrument Spektrofotometri UV-Visble ... 16
BAB III METODE PERCOBAAN ... 17
3.1 Tempat Pengujian ... 17
3.3 Bahan ... 17
3.4 Sampel ... 17
3.5 Prosedur ... 20
3.5.1 Pembuatan Pereaksi ... 20
3.5.1.1 Pembuatan Natrium Hidroksi 0,1N ... 20
3.5.2 Cara Penetapan ... 20
a. Persiapan Larutan Uji ... 20
b. Persiapan Larutan Baku ... 21
c. Identifikasi ... 21
3.6 Interprestasi Hasil ... 22
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 23
4.1 Hasil ... 23
4.1.1 Uji Kualitatif ... 23
4.1.2 Uji Kuantitatif ... 24
4.2 Pembahasan ... 25
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 27
5.1 Kesimpulan ... 27
5.2 Saran ... 27
DAFTAR PUSTAKA ... 28
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Panjang Gelombang Maksimal Asam Benzoat dan
Turunannya pada Daerah Ultraviolet ... 15
Tabel 4.1 Data Uji Kualitatif Sampel yang Mengandung Asam
Benzoat ... 23
Tabel 4.2 Data Uji Kuantitatif Sampel yang Mengandung Asam
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Gambar Kromatogram Identifikasi Asam Benzoat . ... 29
Lampiran 2 Gambar Hasil Pengukuran Panjang Gelombang Maksimal
Baku Pembanding dan Sampel secara Spektrofotometri
UV-Vis ... 30
PENETAPAN KADAR ASAM BENZOAT
DALAM SEDIAAN TRADISIONAL BENTUK TABLET
SECARA KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS DAN SPEKTROFOTOMETRI ULTRAVIOLET
Abstrak
Asam benzoat (C6H5COOH) merupakan bahan pengawet yang luas
penggunaannya dan sering digunakan pada bahan makanan. Bahan ini digunakan
untuk mencegah pertumbuhan khamir dan bakteri. Benzoat efektif pada pH 2,5 – 4,0.Tujuan analisis ini adalah untuk mengetahui kadar asam benzoat
dalam sediaan obat batuk tradisional bentuk tablet dan kesesuaiannya dengan persyaratan yang diizinkan oleh pemerintah.
Penentuan asam benzoat dalam sediaan obat batuk tradisional dilakukan secara kualitatif dengan kromatografi lapis tipis menggunakan fase gerak pentana : asam asetat glasial (88:12) dan fase diam silika gel GF 254. Hasil yang diperoleh sampel jamu Shi Re Qing positif mengandung asam benzoat. Penetapan kadar asam benzoat dapat ditentukan secara kuantitatif dengan spektrofotometer ultraviolet. Menggunakan larutan baku asam benzoat 0,2% sebagai pembanding pada panjang gelombang 225 nm, dimana diperoleh kadar asam benzoat pada jamu Shi Re Qing 0,012%.
Hasil analisis menunjukkan bahwa kadar asam benzoat pada jamu Shi Re Qing memenuhi persyaratan MA.PPOM 35/OT/93 dengan kadar asam benzoat tidak boleh lebih dari 0,1%.
THE DETERMINATION OF THE LEVELS OF BENZOIC ACID IN THE TRADITIONAL FORM OF TABLETS DOSAGE IN THIN LAYER CHROMATOGRAPHY AND ULTRAVIOLET
SPECTROPHOTOMETRY
Abstract
Benzoic acid (C6H5COOH) is an extensive use of preservatives and are often used in foodstuffs. This material is used to prevent the growth of yeast and bacteria. Its effective at pH 2.5-4.0. the purpose of this analysis is to determine the levels of benzoic acid in traditional forms of cough preparations tablets and for compliance with the requirements that are permitted by the Government.
Determination of benzoic acid in traditional cough preparations done qualitatively by thin layer chromatography using pentane motion phase: glacial acetic acid (88: 12) and silica gel stationary phase GF 254. The results obtained samples of herbs were positive Re Qing Shi contain benzoic acid. The determination of the levels of benzoic acid can be determined quantitatively by ultraviolet spectrophotometry. Use a solution of benzoic acid 0.2% raw as a comparison at a wavelength of 225 nm, which acquired the levels of benzoic acid in herbal medicine Shi Qing Re 0.012%.
Results of analysis showed that the levels of benzoic acid in herbal medicine Shi Qing Re eligible MA.PPOM 35/OT/93 with levels of benzoic acid should not be more than 0.1%.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Asam benzoat merupakan bahan pengawet yang luas penggunaannya dan
sering digunakan pada bahan makanan yang asam. Bahan ini digunakan untuk
mencegah pertumbuhan khamir dan bakteri. Benzoat efektif pada pH 2,5 – 4,0
(Winarno, 1992).
Bahan pengawet adalah bahan tambahan pangan yang dapat mencegah
atau menghambat proses fermentasi, pengasaman, atau pengurai lain terhadap
makanan yang disebabkan oleh mikroorganisme. Penggunaan pengawet dalam
pangan harus tepat, baik jenis maupun dosisnya. Suatu bahan pengawet mungkin
efektif untuk mengawetkan pangan tertentu, tetapi tidak efektif untuk
mengawetkan pangan lainnya karena pangan mempunyai sifat yang berbeda-beda
sehingga mikroba perusak yang akan dihambat pertumbuhannya juga berbeda.
Penggunaan bahan pengawet dari satu sisi menguntungkan karena dengan
bahan pengawet, bahan pangan dapat dibebaskan dari kehidupan mikroba, baik
yang bersifat patogen yang dapat menyebabkan keracunan atau gangguan
kesehatan lainnya maupun mikrobial yang nonpatogen yang dapat menyebabkan
kerusakan pangan, misalnya pembusukan. Namun dari sisi lain, bahan pengawet
pada dasarnya adalah senyawa kimia yang merupakan bahan asing yang masuk
bersamaan bahan pangan yang dikonsumsi. Apabila pemakaian bahan pangan dan
kerugian bagi pemakaiannya, misalnya keracunan atau terakumulasinya pengawet
dalam organ tubuh dan bersifat karsinogenik (Cahyadi, 2008).
Berdasarkan MA.PPOM 35/OT/93 telah ditetapkan bahwa persyaratan
kadar asam benzoat dalam obat tradisional tidak boleh lebih dari 0,1% . Jika lebih
dari persyaratan yang ditetapkan maka akan memberikan efek terhadap kesehatan
bagi pemakainya, timbulnya reaksi alergi pada mulut dan kulit, terutama orang
penderita asma, urticaria, dan yang sensitif terhadap aspirin akan memberikan
reaksi alergi pada mulut dan kulit.
Dari penjelasan diatas maka penulis tertarik untuk membuat tugas akhir
dengan judul Penetapan Kadar Asam Benzoat Dalam Sediaan Obat Batuk
Tradisional Bentuk Tablet Secara Kromatografi Lapis Tipis Dan
Spektrofotometri Ultraviolet, sehingga dapat mengetahui kadar asam benzoat
dalam sampel obat tradisional.
1.2Tujuan
1. Untuk mengetahui sediaan obat batuk tradisional dalam bentuk tablet yang
mengandung asam benzoat.
2. Untuk mengetahui kadar asam benzoat dalam sediaan obat batuk tradisional
bentuk tablet.
1.3Manfaat
Memberikan informasi kepada masyarakat mengenai asam benzoat yang
memenuhi syarat pemerintah dalam sediaan obat batuk tradisioanal dalam bentuk
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Obat Tradisional
Obat Tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan
tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik) atau campuran
dari bahan tersebut yang secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan
berdasarkan pengalaman (Depkes RI, 1994).
Dalam pembuatan dan pengolahan obat tradisional biasanya ditambahkan
zat tambahan atau eksipien agar obat tradisional yang dihasilkan memiliki
penampakan atau rasa yang lebih menarik, lebih awet dalam penyimpanan, dan
menstabilkan senyawa yang dikandungnya. Bahan tambahan yang biasa
digunakan dapat dibedakan menjadi bahan tambahan alami dan bahan tambahan
kimia. Bahan tambahan kimia pada umunya bersifat racun karena itu perlu ada
pembatasan penggunaanya serta sejauh mungkin agar dihindari. Bahan tambahan
yang biasa digunakan dalam obat tradisional antara lain bahan pengawet,
pewarna, dan bahan pengisi (Wasito, 2011).
2.1.1 Penggolongan Obat Tradisional
Pada dasarnya obat tradisional dapat digolongkan menjadi tiga jenis yakni:
1. Jamu
Inilah jamu tradisional yang diwariskan oleh nenek moyang kita. Di pasaran, kita
bisa menjumpainya dalam herbal kering siap seduh atau siap rebus, juga dalam
gendong. Demi alasan kepraktisan, kini jamu juga diproduksi dalam kapsul dan
dalam bentuk pil siap minum. Pada umumnya jamu dalam kelompok ini di racik
berdasarkan resep peninggalan leluhur, yang belum diteliti secara ilmiah. Khasiat
dan keamanannya dikenal secara empiris (berdasarkan pengalaman turun
temurun).
2. Herbal Terstandar
Sedikit berbeda dengan jamu, herbal terstandar umumnya sudah mengalami
pemrosesan, misalnya berupa ekstrak atau kapsul. Herbal yang sudah diekstrak
tersebut sudah diteliti khasiat dan keamanannya melalui uji pra klinis (terhadap
hewan) di laboraturium. Disebut herbal terstandar, karena dalam proses
pengujiannya telah di terapkan standard kandungan bahan, proses pembuatan
ekstrak, higenitas, serta uji toksisitas (untuk mengetahui ada atau tidaknya
kandungan racun dalam herbal tersebut).
3. Fitofarmaka
Merupakan jamu dengan “kasta” tertinggi karena khasiat, keamanan serta
standard proses pembuatan dan bahannya telah diuji secara klinis, jamu berstatus
sebagai fitofarmaka juga di jual di apotek dan sering diresepkan oleh dokter
(Yuliarti, 2008).
2.2Tablet
Tablet adalah sediaan padat kompak yang dibuat dengan cara kempa cetak
dalam bentuk umumnya tabung pipih, permukaannya rata atau cembung,
mengandung obat dengan atau tanpa bahan pengisi. Obat tunggal atau campuran
perlu digunakan zat pembasah, kemudian dikempa cetak. Granulasi dilakukan
dengan cara kering atau basah tergantung dari sifat obatnya (Jas,A. 2007).
Jenis-jenis tablet menurut Jas,A (2007):
a. Tablet kempa (compressi)
b. Tablet kunyah (chewable tablet)
c. Tablet salut (coated tablet, terdiri dari:
- Tablet salut gula (sugar coated tablet)
- Tablet salut tekan (press coated tablet)
- Tablet salut film (film coated tablet)
- Tablet bersalut enteric (enteric coated tablet)
d. Tablet berlapis
e. Tablet effervescent
f. Tablet bukal/sublingual
g. Tablet hisap (trochesci, lozenges, pastiles)
Bentuk-bentuk Tablet, antara lain:
a. Bentuk bulat dan rata (bikonvek)
b. Bentuk cembung (bikonkaf)
c. Bentuk oval (bulat telur)
d. Bentuk triangle (segitiga), segi lima dan seterusnya
2.3 Batuk
Batuk hanya gejala dari penyakit yang mendasarinya. Penyakit-penyakit
fisik dapat ringan, seperti radang tenggorokan dan dapat pula berat, misalnya
kanker. Gangguan jiwapun dapat mengakibatkan batuk, yang secara tidak
disadarinya merupakan cara untuk minta perhatian atau minta tolong
(Danusantoso,H. 1996).
2.3.1 Mekanisme Timbulnya Batuk
Pada hakekatnya proses batuk terdiri atas paling sedikit dua (kadang-kadang
tiga) tahap. Tahap pertama dimulai dengan ditutupnya pita suara lalu tekanan
dalam rongga dada ditingkatkan dengan amat segera (yaitu dengan secara
bersamaan mengempeskan dada dan menarik diagfragma ke atas akan menekan
paru dari bawah ke atas) serta dengan tenaga penuh, dengan demikian udara
dalam paru dalam sekejap mata saja akan bertekanan sangat tinggi, untuk
selanjutnya berlanjut dengan tahap kedua berupa membukanya pita suara dan
dikeluarkannya udara bertekanan tinggi dari dalam paru tersebut dengan
sekaligus. Akibatnya akan terjadi pergesekan hebat dengan pita suara dan akan
timbul suara batuk. Kadang-kadang sebelum pita suara ditutup, dilakukan
inspirasi yang dalam sekali, maka dalam hal ini proses batuk akan menjadi tiga
2.3Bahan Pengawet
2.4.1 Definisi Bahan Pengawet
Bahan pengawet adalah bahan tambahan pangan yang dapat mencegah
atau menghambat proses fermentasi, pengasaman, atau peruraian lain terhadap
makanan yang disebabkan oleh mikroorganisme (PerMenkes No.722, 1988).
Zat pengawet terdiri dari senyawa organik dan anorganik dalam bentuk
asam dan garamnya. Aktivitas-aktifitas bahan pengawet tidaklah sama, misalnya
ada yang efektif terhadap bakteri, khamir, ataupun kapang (Cahyadi, 2009).
2.4.2Jenis Bahan Pengawet
1. Zat Pengawet Organik
Zat pengawet organik lebih banyak dipakai daripadi zat pengawet
anorganik karena bahan ini lebih mudah dibuat. Bahan organik digunakan baik
dalam bentuk asam maupun dalam bentuk garamnya. Zat kimia yang sering
dipakai sebagai bahan pengawet ialah asam sorbat, asam propionat, asam benzoat,
asam asetat, dan epoksida (Cahyadi, 2009).
2. Zat Pengawet Anorganik
Zat pengawet anorganik yang masih sering dipakai adalah sulfit, hidrogen
peroksida, nitrat, dan nitrit. Sulfit digunakan dalam bentuk gas SO2 garam Na atau
K sulfit, bisulfit, dan metasulfit. Bentuk efektifnya sebagai pengawet adalah asam
sulfit yang tidak terdisosiasi dan terutama berbentuk pH di bawah 3. Garam nitrat
dan nitrit umumnya digunakan pada proses curing daging untuk memperoleh
2.5 Asam Benzoat
Asam benzoat (C6H5COOH) merupakan bahan pengawet yang luas
penggunaannya dan sering digunakan pada bahan makanan yang asam. Bahan ini
digunakan untuk mencegah pertumbuhan khamir dan bakteri. Benzoat efektif
pada pH 2,5 – 4,0. Karena kelarutannya garamnya lebih besar, maka biasanya
digunakan dalam bentuk garam Na-benzoat. Sedangkan dalam bahan, garam
benzoat terurai menjadi bentuk efektif, yaitu bentuk asam benzoat yang tak
terdisosiasi (Winarno, 1992).
Di dalam tubuh, asam benzoat tidak akan mengalami penumpukan
sehingga aman untuk dikonsumsi. Asam benzoat termasuk senyawa kimia
pertama yang diizinkan untuk dimakanan. Pengawet ini mempunyai toksisitas
sangat rendah terhadap hewan maupun manusia, karena hewan dan manusia
mempunyai mekanisme detoksifikasi benzoat yang efisien (Yuliarti, 2007).
2.5.1 Struktur kimia dan sifat-sifat asam benzoat
Rumus Bangun : COOH
Rumus Empiris : C7H6O2
Nama Kimia : Asam benzoat, benzoid acid, bensol carboxylid,
asam carboxybenzene
Pemerian : Asam benzoat berbentuk hablur bentuk jarum atau
sisik, putih, sedikit berbau, biasanya berbau
benzaldehida atau benzoid. Agak mudah menguap
pada suhu hangat. Mudah menguap dalam uap air.
Kelarutan : Sukar larut dalam air, mudah larut dalam etanol,
kloroform, dan eter (Ditjen POM, 1995).
2.5.2 Efek Asam Benzoat terhadap Manusia
Pada penderita asma dan orang yang menderita urticaria sangat sensitif
terhadap asam benzoat, jika dikonsumsi dalam jumlah besar akan mengiritasi
lambung (Cahyadi, 2009).
Sampai saat ini asam benzoat tidak mempunyai efek teratogenik
(menyebabkan cacat bawaan) jika dikonsumsi melalui mulut dan juga tidak
mempunyai efek karsinogenik (Yuliarti, 2007).
2.6 Ekstraksi
Diantara berbagai jenis metode pemisahan, ekstraksi pelarut atau disebut
juga ekstraksi air merupakan metode pemisahan yang paling baik dan popular.
Alasan utamanya adalah bahwa pemisahan ini dapat dilakukan baik dalam tingkat
makro ataupun mikro. Prinsip metode ini didasarkan pada distribusi zat terlarut
dalam perbandingan tertentu antara dua pelarut yang tidak saling bercampur,
seperti benzen, karbon tetraklorida atau kloroform. Batasannya adalah zat terlarut
dapat ditransfer pada jumlah yang berbeda dalam kedua fase pelarut. Teknik ini
serta analisis pada semua skala kerja. Mula-mula metode ini dikenal dalam kimia
analisis, kemudian berkembang menjadi metode yang baik, sederhana, cepat dan
dapat digunakan untuk ion-ion logam bertindak sebagai pengotor dan ion-ion
logam dalam jumlah makrogram (Khopkar, 2008).
2.7 Mengidentifikasi Asam Benzoat secara Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
Teknik ini dikembangkan tahun 1938 oleh Ismailoff dan Schraiber.
Adsorbent dilapiskan pada lempeng kaca yang bertindak sebagai penunjang fase
diam. Fase bergerak akan merayap sepanjang fase diam dan terbentuklah
kromatogram. Ini dikenal juga sebagai kromatografi kolom terbuka. Metode ini
sederhana, cepat dalam pemisahan dan sensitif. Kecepatan pemisahan tinggi dan
mudah untuk memperoleh kembali senyawa-senyawa yang terpisahkan (Khopkar,
2008).
2.7.1 Keuntungan Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
Kromatografi lapis tipis dalam pelaksanaannya lebih mudah dan lebih
murah dibandingkan dengan kromatografi kolom. Demikian peralatan yang
digunakan. Dalam kromatografi lapis tipis, peralatan yang digunakan lebih
sederhana dan dapat dikatakan bahwa hampir semua laboraturium dapat
melaksanakan setiap saat secara tepat.
Beberapa keuntungan lain kromatografi lapis tipis adalah:
1. Kromatografi lapis tipis banyak digunakan untuk tujuan analisis
2. Identifikasi pemisahan komponen dapat dilakukan dengan pereaksi warna,
3. Dapat dilakukan elusi secara menaik (ascending), menurun (descending), atau
dengan cara elusi 2 dimensi
4. Ketepatan penentuan kadar akan lebih baik karena komponen yang akan
ditentukan merupakan bercak yang tidak bergerak (Rohman, 2007).
2.7.2Komponen Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
a. Fase Diam
Fase diam yang digunakan dalam KLT merupakan penjerap berukuran
kecil dengan diameter partikel antara 10-30 µm. Semakin kecil ukuran rata-rata
partikel fase diam dan semakin sempit kisaran ukuran fase diam, maka semakin
baik kinerja KLT dalam hal efisiensinya dan resolusinya (Rohman, 2009).
Kebanyakan penjerap yang digunakan adalah silika gel. Silika gel yang
digunakan kebanyakan diberi pengikat (binder) yang dimaksud untuk memberikan
kekuatan pada lapisan, dan menambah adesi pada gelas penyokong. Pengikat yang
digunakan kebanyakan kalium sulfat. Tetapi biasanya dalam perdagangan silika
gel telah diberi pengikat. Jadi tidak perlu mencampur sendiri, dan diberi nama
dengan kode silika gel G (Sastrohamidjojo, 1985).
b.Fase Gerak
Fase gerak ialah medium angkut dan terdiri atas satu atau beberapa
pelarut. Ia bergerak di dalam fase diam, yaitu suatu lapisan berpori, karena ada
gaya kapiler. Yang digunakan hanyalah pelarut bertingkat mutu analitik dan bila
diperlukan, sistem pelarut multikomponen ini harus berupa suatu campuran
campuran dinyatakan dalam bagian volume sedemikian rupa sehingga volume
total 100 misalnya, benzena-kloroform-asam asetat 96% (50:40:10).
c. Bejana Pemisah dan Penjenuhan
Bejana harus dapat menampung pelat 200x200 mm dan harus tertutup
rapat. Untuk kromatografi dalam bejana yang jenuh, secarik kertas saring bersih
yang lebarnya 18 – 20 cm dan panjangnya 45 cm ditaruh pada dinding sebelah
dalam bejana berbentuk U dan dibasahi dengan pelarut pengembang. Tingkat
kejenuhan bejana dengan uap pelarut pengembang mempunyai pengaruh yang
nyata pada pemisahan dan letak bercak pada kromatogram (Stahl, 1989).
d.Aplikasi (Penotolan) Sampel
Pemisahan pada kromatografi lapis tipis yang optimal akan diperoleh
hanya jika menotolkan sampel dengan ukuran bercak sekecil dan sesempit
mungkin. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penotolan sampel secara otomatis
lebih dipilih daripada penotolan secara manual terutama jika sampel yang akan
ditotolkan lebih dari 15 µl. Penotolan sampel yang tidak tepat akan menyebabkan
bercak yang menyebar dan puncak ganda.
e. Deteksi Bercak
Bercak pemisahan pada KLT umumnya merupakan bercak yang tidak
bewarna. Untuk penentuannya dapat dilakukan secara kimia dengan mereaksikan
bercak dengan suatu pereaksi melalui cara penyemprotan sehingga bercak menjadi
jelas. Kadang-kadang lempeng dipanaskan terlebih dahulu untuk mempercepat
digunakan untuk menampakkan bercak adalah dengan fluoresensi sinar
ultraviolet. Lapisan tipis sering mengandung indikator fluoresensi yang
ditambahkan untuk membantu penampakan bercak berwarna pada lapisan yang
telah dikembangkan. Indikator fluoresensi ialah senyawa yang memancarkan sinar
tampak jika disinari dengan sinar berpanjang gelombang lain, biasanya sinar
ultraviolet. Indikator fluoresensi yang paling berguna ialah sulfida anorganik yang
memancarkan cahaya jika disinari pada 254 nm. Indikator fluoresensi terdapat
dalam penjerap niaga dan lapisan siap pakai sekitar 1% dan tampaknya tidak
berperan dalam proses kromatografi (Rohman, 2009).
2.8 Penetapan Kadar Asam Benzoat Secara Spektrofotometri Ultraviolet
2.8.1 Spektrofotometri UV-Visible
Salah satu cara untuk mengetahui penetapan kadar asam benzoat
menggunakan metode spektrofotometri ultraviolet. Spektrofotometri adalah
pengukuran panjang gelombang dan intensitas sinar ultraviolet dan cahaya tampak
yang diabsorbsi oleh sampel. Sinar ultraviolet dan cahaya tampak memiliki energi
yang cukup untuk mempromosikan elektron pada kulit luar terluar ke tingkat
energi yang lebih tinggi. Spektroskopi ultraviolet biasanya digunakan untuk
molekul dan ion anorganik atau kompleks di dalam larutan. Spektrum ultraviolet
mempunyai bentuk yang lebar dan hanya sedikit informasi tentang struktur yang
bisa didapatkan dari spektrum ini. Tetapi spektrum ini sangat berguna untuk
pengukuran secara kuantitatif (Dachriyanus, 2004).
Spektra UV-Vis dapat digunakan untuk informasi kualitatif dan sekaligus
ultraviolet-visible adalah penyerapan molekuler elektronik dalam larutan. Sinar ultraviolet
mempunyai panjang gelombang antara 200 – 400 nm, sementara sinar tampak
mempunyai panjang gelombang 400 – 750 nm. Jadi, spektrofotometer yang sesuai
untuk pengukuran di daerah spektrum ultraviolet dan sinar tampak terdiri atas
suatu sistem optik dengan kemampuan menghasilkan sinar monokromatis dalam
jangkauan panjang gelombang 200 – 800 nm (Rohman, 2009).
2.8.2 Hukum Lambert-Beer
Konsentrasi dari analit di dalam larutan bisa ditentukan dengan
menggunakan hukum Lambert-Beer. Sinar ultraviolet berada pada panjang
gelombang 200-400 nm sedangkan sinar tampak berada pada panjang gelombang
400-800 nm (Dachriyanus, 2004).
Hukum Lambert-Beer
Hukum Lambert-Beer (Beer’s Law) adalah hubungan linearitas antara absorban
dengan konsentrasi larutan analit. Biasanya hukum Lambert-Beer ditulis dengan:
A =
ε
. b . CA = absorban ( serapan )
ε
= koefisien ekstingsi molar (M-1 cm-1) b = tebal kuvet ( cm )C = konsentrasi ( M )
Pada beberapa buku ditulis juga:
A = E . b . C
E = koefisien ekstingsi spesifik (ml g-1 cm-1) b = tebal kuvet (cm)
C = konsentrasi (gram/100 ml)
Hubungan antara E dan ε adalah:
2.8.3 Panjang Gelombang Asam Benzoat dan Turunannya pada Daerah Ultraviolet
Asam benzoat dan turunannya dapat juga ditetapkan secara kuantitatif
pada daerah ultraviolet karena asam benzoat dan turunannya mempunyai
kromofor yang mampu menyerap sinar UV. Panjang gelombang maksimal asam
benzoat dan turunannya disajikan pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Panjang Gelombang Maksimal Asam Benzoat dan Turunannya pada Daerah Ultraviolet
No. Senyawa Larutan λ maks Keterangan
1 Asetosal Kloroform 278 nm Larutan dalam air antara 220 sampai 350 nm tidak ada serapan 2 Asam gentisat Air pH 5-8 320 nm
2.8.4 Instrumentasi Spektrofotometer UV-Vis
Komponen-komponen dari spektrofotometer UV-Vis meliputi
sumber-sumber sinar, monokromator, dan sistem optik.
i. Sumber-sumber lampu; lampu deuterium digunakan untuk daerah UV pada
panjang gelombang dari 190 – 350 nm, sementara lampu halogen kuarsa atau
lampu tungsten digunakan untuk daerah visibel (pada panjang gelombang
antara 350 – 900 nm).
ii.Monokromator; digunakan untuk mendispersikan sinar ke dalam
komponen-komponen panjang gelombangnya yang selanjutnya akan dipilih oleh celah
(slit). Monokromator berputar sedemikian rupa sehingga kisaran panjang
gelombang dilewatkan pada sampel sebagai scan instrumen melewati
spektrum.
iii. Optik-optik; dapat didesain untuk memecah sumber sinar sehingga sumber
sinar melewati 2 kompartemen, suatu larutan blanko dapat digunakan dalam
suatu kompartemen untuk mengkoreksi pembacaan atau spektrum sampel.
Yang paling sering digunakan sebagai blanko dalam spektrofotometri adalah
semua pelarut yang digunakan untuk melarutkan sampel atau pereaksi
BAB III
METODE PERCOBAAN
3.1 Tempat Pengujian
Pengujian penentuan kadar asam benzoat dalam sediaan obat batuk
tradisional bentuk tablet secara kromatografi lapis tipis dan spektrofotometri
ultraviolet dilakukan di Laboratorium Obat Tradisional, Balai Besar Pengawas
Obat dan Makanan di Medan yang berada di Jalan Willem Iskandar Pasar V Barat
I No. 2 Medan.
3.2 Alat
Alat yang digunakan adalah erlenmeyer, gelas ukur, vial, pipet tetes,
corong pisah, corong, chamber, kertas saring, hair drier, batang pengaduk, statif
dan klem, pipet penotol dan spektrofotometer Shimadzu UV Prose-1800.
3.3 Bahan
Bahan yang digunakan adalah Metanol, Natrium Hidroksida 0,1 N,
Pentana, Asam Asetat Glasial, Etanol dan Aquadest.
3.4 Sampel
- Nama sediaan : Shi Re Qing
Kode produksi :
-No. Reg : POM TI 014 401 521
No. Bets : 201803
Pabrik : PT. Saras Subur Ayoe
Komposisi : Herba andrographis 200 g (20%), Radix paeoniae
alba 200 g (20%), Radix isatidis 140 g (14%),
Radixscutellariae 100 g (10%), Radix platycodonis 100 g
(10%), Fructus gardeniae 100 g (10%), Radix
glycyrrhizae 70 g (7%), Folium mori 70 g (7%), Calculus
bovis 10 g (1%), Borneolum syntheicum 10 g (1%).
Khasiat : Membantu meredakan radang dan demam, sakit
tenggorokan, sakit gigi, sakit kepala, batuk berdahak,
serta melancarkan buang air besar.
- Nama sediaan : Qing Fei Yi Huo Pian
Kode produksi :
-No. Reg : POM TI 044 509 711
No. Bets :
-Tgl Daluarsa : -
Pabrik : PT. Saras Subur Ayoe, Jakarta - Indonesia
Komposisi : Scutellaria baikalensis georgi 21%, Gardenia,
jasminoides ellis 12%, Rheum officinale baill 18%,
Peucedaunm decursivum maxim 7%, Sophora flavescens
art 9%, Trichosanthes kirilowii maxim 12%, Platycodon
Khasiat : Mengatasi batuk dan menurunkan panas ( antipiretik),
digunakan pada radang tenggorokan, batuk, nyeri gigi, gusi
berdarah dan sembelit.
- Nama sediaan : Ching Fei Yi Huo Pien
Kode produksi :
-No. Reg : POM TI 044 509 711
No. Bets : TSF-15
Tgl daluarsa : -
Pabrik : PT. Perdana Sakti Indonesia
Komposisi : Radix scutellariae 21%, Fructus gardenia 12%, Rhei
rhizome 18%, Radix peucedani 7%, Radix sophorae
flavescentis 9%, dan bahan lain sampai 100%.
Khasiat : Membantu mengobati batuk disertai sesak nafas dan sakit
tenggorokan.
- Nama sediaan : Yin Qiao Jie Du Pian
Kode produksi :
-No. Reg : POM TI 034 506 101
No. Bets :
-Tgl Daluarsa : -
Komposisi : Lonicera japonica thunb 17,85%, Forsythia suspensa vahl
17,85%, Platycodon glaucus bge 10,72%, Mentha arvensis
L 10,72%, Lophatherum elatum zoll 7,14%, Schizonepeta
multifida briq 7,14%, Glycine Max merril 8,93%, Arctium
lappa L 10,72%, Glycryrrhiza uralensis fisch 8,93%.
Khasiat : Membantu mengobati batuk, demam, sakit kepala.
3.5Prosedur
3.5.1 Pembuatan Pereaksi
3.5.1.1 Pembuatan Natrium Hidroksida 0,1N
Ditimbang seksama 4 gr kristal Natrium Hidroksida dilarutkan dalam 1000
ml aquadest sampai garis tanda.
3.5.1.2Cara Penetapan
a. Persiapan larutan Uji
Timbang seksama sejumlah satu dosis cuplikan, masukkan kedalam labu
erlenmeyer, tambahkan aquadest 30 ml, basakan dengan larutan natrium
hidroksida 0,1 N hingga pH 10, kocok selama 30 menit dan saring. Filtrat
masukkan kedalam corong pisah 125 ml. Tambahkan dengan larutan dapar
sitrat pH 4 dan diekstraksi 3 kali, setiap kali dengan 30 ml eter. Ekstrak eter
dikumpulkan dan diuapkan sampai kering menggunakan penguapan rotasi
vakum. Sisa penguapan dilarutkan dalam 5 ml etanol (A). Dengan cara yang
sama ekstraksi cuplikan yang telah ditambahkan 5,0 mg larutan baku asam
b.Persiapan Larutan Baku
Buat larutan baku asam benzoat 0,2 % b/v dalam etanol (C)
c. Identifikasi
1. Cara Kromatografi Lapis Tipis
Totolkan secara terpisah Larutan A, B, dan C dan lakukan kromatografi lapis
tipis sebagai berikut:
Fase diam : silika gel GF 254
Fase gerak : pentana – asam asetat glasial ( 88 : 12 )
Penjenuhan : dengan kertas saring
Volume penotolan : larutan A, B, dan C masing-masing 50µl
Jarak rambat : 15 cm
Penampak bercak : cahaya ultraviolet 254 nm, terjadi peradaran fluoresensi
2. Cara Spektrofotometri Ultraviolet
- Larutkan A, B, dan C dikromatografi lapis tipis seperti tersebut diatas dengan
volume penotolan disesuaikan hingga diperoleh bercak setara denga 50µg asam
benzoat.
- Bercak baku dan bercak senyawa yang mempunyai harga Rf sama ditandai dan
dikerok.
- Hasil kerokan diekstraksi secara terpisah dengan metanol dan disaring.
- Ukur serapan filtrat pada panjang gelombang antara 254 nm dan 366 nm.
- Asam benzoat akan menunjukkan serapan maksimum pada panjang gelombang
3. Penetapan kadar
Serapan larutan A, B, dan C diukur pada panjang gelombang lebih kurang
225 nm. Kadar asam benzoat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Keterangan:
Au : serapan larutan uji Ab : serapan larutan baku Kb : konsentrasi larutan baku
Vtb : volume penotolan larutan baku ( mikroliter ) Vtu : volume penotolan larutan uji ( mikroliter ) Veu : volume awal ekstrak ( mililiter )
B : bobot cuplikan ( miligram ) F : faktor pengenceran
3.6 Interpretasi Hasil
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1Hasil
4.1.1 Uji Kualitatif
Uji kualitatif dilakukan dengan kromatografi lapis tipis. Data hasil yang
diperoleh dapat dilihat pada Tabel 4.1
Tabel 4.1 Data Uji Kualitatif Sampel yang Mengandung Asam Benzoat
No Sampel
Mengandung Asam Benzoat/
Tidak Mengandung Asam Benzoat
Harga Rf
1. Jamu Shi Re Qing Mengandung Asam Benzoat Rf 1 = 0,53
Rf 2 = 0,52
2. Jamu Qing Fei Yi Hoo Pian
Tidak Mengandung Asam Benzoat Rf 1 = 0,51
Rf 2 = 0,50
3. Jamu Ching Fei Yi Huo Pien
Tidak Mengandung Asam Benzoat Rf 1 = 0,51
Rf 2 = 0,50
4. Jamu Yin Qioo Jie Du Pian
Tidak Mengandung Asam Benzoat Rf 1 = 0,50
1. Baku Asam Benzoat : 0,54
Uji kuantitatif dilakukan untuk sampel yang positif mengandung asam
benzoat. Dimana uji kuantitatif dilakukan dengan Spektrofotometer UV. Data
Tabel 4.2 Data Pengukuran Absorbansi Sampel yang Mengandung Asam Benzoat
No Sampel Panjang Gelombang Absorbansi
1. Baku Asam Benzoat (1)
Baku Asam Benzoat (2)
225.9
Dari hasil pengujian kromatografi lapis tipis, pada jamu Shi Re Qing
diperoleh harga Rf 0,52 dan 0,53. Pada jamu Qing Fei Yi Hoo Pian diperoleh
harga Rf 0,50 dan 0,51. Pada jamu Ching Fei Yi Huo Pien diperoleh harga Rf
0,50 dan 0,51. Dan pada jamu Yin Qioo Jie Du Pian diperoleh harga Rf 0,50 dan
0,51.
Dari hasil pengujian di atas sampel yang positif mengandung asam
benzoat adalah jamu Shi Re Qing, karena harga Rf baku asam benzoat hampir
sama dengan harga Rf sampel jamu Shi Re Qing dengan menggunakan eluen
pentana : asam asetat glasial (88 : 12) dimana didapat harga Rf baku asam benzoat
memperjelas atau membuktikan hasil KLT maka dilanjutkan pengujian dengan
spektrofotometri UV.
Dari hasil pengujian dengan spektrofotometer UV diperoleh kadar jamu
Shi Re Qing adalah 0,012%.
Persyaratan Metode Analisa Pusat Pengujian Obat dan Makanan 35/Obat
Tradisional/1993 (MA.PPOM 35/OT/93) bahan pengawet asam benzoat yang
boleh digunakan dalam obat tradisional tidak boleh lebih dari 0,1%. Dan menurut
Wasito (2011), secara umum bahan pengawet seperti asam benzoat yang biasa
ditambahkan dalam obat tradisional tidak boleh lebih dari 0,1%. Dengan demikian
kadar asam benzoat dalam jamu Shi Re Qing memenuhi standar, dan baik untuk
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil penetapan kadar asam benzoat dalam obat tradisional bentuk
tablet secara kromatografi lapis tipis dan spektrofotometri UV, dapat disimpulkan
bahwa sampel yang mengandung asam benzoat adalah jamu Shi Re Qing dan
kadar asam benzoat 0,012%. Dengan demikian kadar asam benzoat jamu Shi Re
Qing memenuhi persyaratan MA.PPOM 35/OT/93 yaitu kadar asam benzoat tidak
boleh lebih dari 0,1% dalam obat tradisional.
5.2 Saran
1. Perlunya pengawasan yang baik pada saat proses pengerjaan baik mulai dari
penimbangan sampel sampai hasil diperoleh.
2. Sebaiknya instansi terkait melakukan sampling secara berkala pada produk
DAFTAR PUSTAKA
Cahyadi, W. (2009). Analisis dan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan.
Jakarta: Bumi Aksara. Hal. 5-29.
Dachriyanus, A. (2004). Analisis Struktur Senyawa Organik Secara Spektroskopi. Padang: Andalas University Press. Hal. 1, 8.
Danusantoso, H. (1996). Batuk. Jakarta: Universitas Trisakti. Hal. 9, 110-113.
Depkes RI. (1994). Persyaratan Obat Tradisional. Jakarta: Keputusan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 661/MENKES/SK/VII/1994.
Departemen Kesehatan RI. (1995). Farmakope Indonesia. Jilid IV. Jakarta: Departemen Kesehatan R.I. Hal. 47.
Ditjen Pengawas Obat dan Pangan Departemen Kesehatan R.I. (1988). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 722/Menkes/Per/IX/88 tentang Bahan Tambahan Pangan. Jakarta.
Jas, A. (2007). Perihal Obat dengan Berbagai Jenis dan Bentuk Sediaannya. Medan: USU Press. Hal. 37-38.
Khopkar, S.M. (2008). Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarrta: UI-Press. Hal. 90 – 135.
Rohman, A. (2007). Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Hal. 353-362.
Sudjadi, dan Rohman. (2007). Analisis Kuantitatif Obat. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Hal. 18.
Wasito, H. (2011). Obat Tradisional Kekayaan Indonesia. Yogyakarta: Graha Ilmu. Hal. 52-55.
Winarno, F.G. (1992). Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Hal. 224-225.
Yuliarti, N. (2007) Awas Bahaya di Balik Lezatnya Makanan. Yogyakarta: ANDI. Hal. 71.
LAMPIRAN
Lampiran 1
Lampiran 2
Lampiran 3