• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pelaksanaan pemeblajaran pendidikan agama Islam di SMP Islamiyah Sawangan Depok

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pelaksanaan pemeblajaran pendidikan agama Islam di SMP Islamiyah Sawangan Depok"

Copied!
76
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

Disusun Oleh: Dewi Priyandini

106011000081

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(2)

i .

Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran

pendidikan agama Islam di SMP Islamiyah Sawangan Depok.

Penelitian pada skripsi ini menggunakan metode deskriptif analisis, yaitu untuk

memberikan gambaran tentang pelaksanaan pembelajaran pendidikan agama

Islam di SMP Islamiyah Sawangan Depok. Adapun teknik yang digunakan

adalah penentuan sampel secara cluster random sampling, yaitu pengambilan sampel anggota populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang

ada dalam populasi itu. Data yang diperoleh dari penyebaran angket, sedangkan

untuk menunjang penelitian ini diperoleh melalui observasi dan wawancara.

Subjek dalam penelitian ini yaitu Kepala Sekolah, Guru PAI, Ketua Yayasan dan

Siswa/I SMP Islamiyah Sawangan Depok.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat diambil kesimpulan

bahwa Pelaksanaan pembelajaran pendidikan agama Islam di SMP Islamiyah

sawangan Depok secara umum tergolong baik, dari distribusi frekuensi pada

rentang nilai berkisar antara (91-120). Hal ini ditunjukkan pada frekuensi siswa

paling banyak ada pada rentang skor baik dengan presentase sebesar 93%.

Selebihnya 7% berada pada rentang skor cukup.

(3)

ii

salam semoga tetap terlimpah pada Nabi kita Muhammad Saw. besarta keluarga,

sahabat, dan para pengikutnya hingga akhir zaman.

Penulisan skripsi ini bertujua n untuk memenuhi salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Kesarjanaan Jurusan Pendidikan Agama Islam dari Fakultas

Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak sedikit

hambatan dan kesulitan yang penulis hadapi, namun berkat bantuan, motivasi dan

doanya yang tak ternilai dari berbagai pihak yang telah membantu penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini, diantaranya:

1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta dan segenap jajaran staf.

2. Ketua dan Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak.Drs.H.Achmad Gholib, M.Ag Dosen Pembimbing yang telah

memberikan arahan, petunjuk dan bimbingan terhadap penyelesaian

skripsi ini.

4. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang telah

mencurahkan ilmu pengetahuan dan pelajaran hidup kepada penulis

semasa kuliah.

5. Bapak. Ahmad Suja’i, S.Pd, Kepala SMP Islamiyah Sawangan Depok

yang telah memperkenankan penulis mengadakan penelitian disekolah

tersebut dan memberikan bantuan didalam pelaksanaan penelitian.

6. Keluarga Besar SMP Islamiyah Sawangan Depok, kepada segenap

Guru dan Karyawan serta adik-adik SMP Islamiyah Sawangan Depok

yang selalu memberikan dan kerjasamanya selama proses penelitian

(4)

ii

mengarungi kehidupan ini.

8. Kakanda tersayang (Susdianto beserta Isteri Sumarni) yang telah

memberikan semangat, doa dan motivasi

9. Keponakanku yang lucu (Rif’at Sauqi) yang telah menghibur penulis

dikala jenuh.

10.Suamiku tercinta dan tersayang (Abdul Kohar) yang telah menemani

penulis dalam suka dan duka dalam penulisan skripsi ini.

11.Sahabat-sahabatku Kelas B dan eight girl’s (Ani, Aminah, Dieni,

Bariroh Aisyah, Syarifah, Deput,dan Dahria).

12.Teman-teman Pendidikan Agama Islam Se-angkatan yang telah

membantu dan memberikan saran dan juga masukan bagi penulis

hingga selesainya skripsi ini.

Kepada semua penulis ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya,

semoga Allah SWT. membalas kebaikan yang mereka berikan. Dan apabila

penulis ada kesalahan, kekurangan dan kekhilafan mohon dima’afkan.

Dan akhirnya penulis berharap, semoga hasil penelitian kependidikan ini

bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi yang membaca pada umumnya.

Jakarta, 15 Februari 2011

Penulis

(5)

iii

ABSTRAK ...i

KATA PENGANTAR ...ii

DAFTAR ISI ...iii

DAFTAR TABEL ...iv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ...1

B. Pembatasan Masalah ...4

C. Perumusan Masalah ...4

D. Tujuan Penelitian ...4

E. Manfaat Penelitian ...4

BAB II KAJIAN TEORITIS A. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam ...5

1. Pengertian Pembelajaran ...5

2. Pengertian Pendidikan Agama Islam ...6

3. Dasar Pendidikan Agama Islam ...10

4. Tujuan Pendidikan Agama Islam...16

5. Ruang lingkup Pendidikan Agama Islam ...18

B. Pelaksanaan Pembelajaran PAI ...20

1. Metode Pengajaran ...20

2. Materi Pembelajaran PAI ...23

3. Evaluasi ...24

4. Pendidik...25

5. Kurikulum ...25

(6)

iii

D. Populasi dan Sampel ...31

E. Teknik Pengumpulan Data ...33

F. Teknik Pengolahan Data ...34

G. Teknik Analisis dan Interpretasi Data ...35

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran umum objek penelitian ... 36

1. Profil Guru Pendidikan Agama Islam ... 36

2. Pelaksanaan Pembelajaran PAI kelas VII ... 37

3. Hambatan dalam pelaksanaan pembelajaran PAI ... 37

4. Dukungan Kepala sekolah dalam pembelajaran PAI... 37

B. Analisis Data ... 38

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan... 55

B. Saran-saran ... 55

(7)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan suatu upaya mewarisi nilai yang akan menjadi

penolong dan penentu dalam menjalankan kehidupan, sekaligus untuk

memperbaiki nasib dan peradaban umat manusia yang bisa dilakukan sejak

masa dalam kandungan. Begitu pentingnya pendidikan bagi kita tidak dapat

dibanyangkan misalnya tanpa pendidikan, manusia sekarang tidak akan

berbeda jauh dengan manusia zaman dahulu, bahkan mungkin akan lebih

terpuruk atau lebih rendah kualitas peradabannya.

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.1

Sedangkan pendidikan agama diartikan sebagai suatu kegiatan yang bertujuan untuk membentuk manusia agamis dengan menanamkan aqidah keimanan, amaliyah dan budi pekerti atau akhlah yang terpuji untuk menjadi manusia yang takwa kepada Allah SWT.2

Agama Islam adalah agama Allah yang disampaikan kepada Rasul Muhammad SAW untuk diteruskan kepada seluruh manusia, yang mengandung ketentuan-ketentuan keimanan (aqidah), ibadah, mu’amalah (interaksi sosial) dan

1

Undang-undang Repubilik Indonesia Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Bandung: Fokus Media, 2006), h. 4

2

(8)

akhlak, yang menentukan proses berfikir, merasa, berbuat dan terbebtuknya kata hati.3

Islam adalah agama yang paling sempurna, yang diturunkan kepada

Nabi Muhammad Saw. Wahyunya disampaikan melalui malaikat jibril, di kota

Mekkah. Dalam firmannya disebutkan :



































Artinya :”Pada hari ini ,telah Ku sempurnakan untukmu, dan telah Ku cukupkan nikmat-Ku kepadamu dan telah Ku Ridhoi Islam menjadi agama bagimu”.(Q.S. Al-Maidah: 3)

Dari ayat diatas dapat diambil kesimpulan bahwa agama Islamlah yang

sempurna, karena Islam datang menyempurnakan agama terdahulu dan agama

yang diridhoi Allah SWT. Diridhoi dalam hal ini berlaku bagi orang-orang

yang beriman dan menjalankan segala perintah Allah SWT. dan menjauhi

segala larangan-larangan-Nya karena dalam agama Islam terdapat

hukum-hukum Allah yang harus dipatuhi, dan hukum-hukum-hukum-hukum Allah itu ada dalam

kitab suci Al-Qur’an dan Sunah /Hadits Nabi.

Kehadiran agama Islam yang dibawa Nabi Muhammad Saw. diyakini

dan dapat terwujudnya kehidupan yang sejahtera lahir dan batin. Di dalamnya

terdapat berbagai petunjuk tentang bagaimana seharusnya manusia itu

menyikapi hidup dan kehidupan ini secara lebih bermakna dalam arti

seluas-luasnya.

Islam mengajarkan kehidupan yang dinamis dan progresif, menghargai

akal pikiran melalui pengembangan kepedulian sosial, menghargai waktu,

mencintai kebersihan, mengutamakan persaudaraan, berakhlak mulia dan

sikap-sikap positif lainnya.4

Manusia adalah makhluk yang dikarunia Allah dalam bentuk yang

sempurna, diberikan akal, pikiran dan perasaan. Manusia adalah makhluk

3

Supriadi, dkk, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: CV Grafika Karya Utama, 2001), cet.2, hal.42

4

(9)

yang fitrah, artinya mempunyai naluri. Allah memberikan naluri beragama,

terdapat dalam surat Ar-Rum ayat 30.

Dengan adanya fitrah beragama itu manusia menerima Allah sebagai

Tuhannya, atau dengan kata lain manusia itu dari asal kejadiannya mempunyai

kecendrungan beragama, sebab agama itu, sebagian dari fitrahnya. Manusia

juga mempunyai fitrah yang jahat dan yang baik, maka untuk bisa

mengembangkan fitrah yang baik , manusia dituntut untuk dapat mengadakan

system pendidikan yang integral dan menyeluruh dengan berlandaskan

ketuhanan (agama). Islam mengatur hubungan manusia dengan manusia dan

manusia dengan lingkungan.

Bertitik tolak dari latar belakang masalah tersebut di atas, maka penulis

tertarik untuk membahas kedalam bentuk skripsi dengan judul:

“PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI

SMP ISLAMIYAH SAWANGAN DEPOK

B. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang terkait dalam penelitian ini,

pembatasan masalah yang diambil oleh peneliti adalah:

1. Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan agama Islam yang dilaksanakan di

SMP Islamiyah Depok

2. Materi pelajaran mencakup aqidah akhlak, al-quran hadist, fiqih, dan

sejarah kebudayaan islam.

C. Perumusan Masalah

Berdasarkan masalah di atas, maka masalah yang diteliti dan

dirumuskan sebagai berikut: “Bagaimana Pelaksanaan Pembelajaran

Pendidikan agama Islam yang dilaksanakan di SMP Islamiyah Depok kelas

(10)

D. Tujuan penelitian

Mendapat informasi yang jelas mengenai pelaksanaan pembelajaran

pendidikan agama Islam di SMP Islamiyah Sawangan Depok kelas VIII.

E. Manfaat Penelitian

1. Dengan data ini diharapkan menjadi bahan informasi bagi para guru atau

pihak lain yang berkewajiban meningkatkan dan mengaktifkan dalam

memberikan mata pelajaran pendidikan agama Islam ataupun pendidikan

moral kepada siswa-siswi dan seluruh masyarakat.

2. Dengan penelitian ini diharapkan dapat memberikan bahan masukan, guna

lebih meningkatkan kualitas pelajaran pendidikan agama Islam di SMP

Islamiyah Sawangan Depok khususnya dan sekolah menengah pertama

pada umumnya.

3. Juga berguna bagi penulis dalam menyelesaikan karya ilmiyah sebagai

(11)

5

BAB II

KAJIAN TEORITIS

A. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam 1. Pengertian Pembelajaran

Kata “pembelajaran” dipakai sebagai padanan kata dari bahasa

inggris instruction. Kata instruction mempunyai pengertian yang lebih luas dari pada pengajaran, jika pengajaran ada dalam konteks guru-murid

di kelas (ruang) formal, pembelajaran, atau instruction mencakup pula kegiatan belajar mengajar tidak dihadiri guru secara fisik, oleh karna itu

dalam instruction yang ditekankan adalah proses belajar, maka

usaha-usaha yang terencana dalam memanipulasi sumber-sumber belajar agar

terjadi proses belajar mengajar dalam diri siswa kita sebut pembelajaran1 Istilah pembelajaran diperkenalkan sebagai ganti, sering

dipergunakan bergantian dengan arti yang sama dalam wacana pendidikan

dan perkurikuluman. Selain itu, pengertian pembelajaran dalam definisi

psikologi pembelajaran dengan pengertian belajar itu sendiri,

pembelajaran itu sendiri merupakan sesuatu upaya mengarahkan aktifitas

siswa ke arah aktivitas belajar.

Di dalam proses pembelajaran terkandung dua aktivitas sekaligus,

yaitu aktifitas mengajar (guru) dan aktifitas belajar (siswa). Proses

1

(12)

pembelajaran merupakan proses interaksi antara guru dengan siswa dan

antara siswa dengan siswa.2

Pembelajaran adalah kondisi dengan situasi yang memungkinkan

terjadinya proses belajar mengajar yang efektif dan efesien ,bagi peserta

didik atau siswa. Dari pengertian pembelajaran berpusat pada kegiatan

siswa. Oleh karena itu, hakikat pembelajaran pendidikan agama Islam

adalah proses yang sengaja dirancang dengan tujuan menciptakan suatu

lingkungan yang memungkinkan seseorang melaksanakan kegiatan belajar

yang berkaitan dengan masalah pendidikan agama, sehingga jasmani dan

rohaninya dapat berkembang menjadi kepribadian yang utama sesuai

dengan ajaran islam.

2. Pengertian Pendidikan Agama Islam

Secara umum pendidikan adalah mentransformasikan pengetahuan

dan keterampilan yang dilakukan secara sistematis dan

berkesinambungan.3 Pendidikan berasal dari kata didik yang memberi awalan “pe” dan akhiran “kan” yang artinya perbuatan (hal,cara), istilah

pendidikan terjemahan dari bahasa Yunani, yaitu “paedagogie” yang

berarti bimbingan yang diberikan kepada anak. Kemudian istilah ini

diterjemahkan dalam bahasa Inggris dengan “education” yang berarti

pengembangan atau bimbingan. Dalam bahasa arab istilah ini sering

diterjemahkan dengan “tarbiyah” yang berarti pendidikan.4

Bila kita akan melihat pengertian pendidikan dari segi bahasa,

maka kita harus melihat kepada kata Arab karena ajaran Islam itu

diturunkan dengan bahasa tersebut. Kata “pendidikan” yang umum kita

gunakan sekarang, dalam bahasa arabnya adalah “tarbiyah”, dengan kata

kerja “rabba”.

2Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam,(Jakarta:PT Raja Grafindo Persada,2005),cet ke-1, ,h.7.

3

Cecep Khaeruddin, Politik Pendidikan Di Indonesia dalam Abudin Nata: Kapita

Selekta Pendidikan Islam, (Bandung: Angkasa, 2003), h. 39-40

4

(13)

Kata kerja rabba (mendidik) sudah digunakan pada zaman nabi

Muhammad SAW, seperti terlihat dalam al-Quran sebagai berikut5:

اًﺮﯿِﻐَﺻ ﻲِﻧﺎَﯿﱠﺑَر ﺎَﻤَﻛ ﺎَﻤُﮭْﻤَﺣْرا ﱢبﱠر

“Ya Allah sayangilah keduanya (ibu bapakku) sebagaimana mereka telah

mendidik aku pada waktu kecil”. (QS. Al-Isra/17: 24) .6

Dalam bentuk kata benda, kata “rabba” ini digunakan juga untuk

Allah, mungkin karena Allah juga bersifat mendidik, mengasuh,

memelihara, dan malah mencipta.7

Pendidikan dalam Islam lebih banyak dikenal dengan

menggunakan istilah al-tarbiyah, al-ta`lim, al-ta`dib dan al-riyadhah. Setiap terminologi tersebut mempunyai makna yang berbeda satu sama

lain, karena perbedaan teks dan kontek kalimatnya dan pendidikan Islam

memiliki beberapa karakteristik yang berbeda dengan pengertian

pendidikan secara umum.

Pendidikan adalah segala usaha yang dilakukan untuk mendidik

manusia sehingga dapat tumbuh dan berkembang sehingga memiliki

potensi atau kemampuan sebagaimana mestinya.8

Pendidikan dapat pula diartikan sebagai suatu proses untuk

mendewasakan manusia, atau dengan kata lain pendidikan merupakan

suatu upaya untuk memanusiakan manusia. Melalui pendidikan manusia

dapat tumbuh dan berkembang secara wajar dan sempurna sehingga ia

dapat melaksanakan tugas sebagai manusia.

Pendidikan dapat mengubah manusia dari tidak tahu menjadi tahu,

dari tidak baik menjadi baik. Pendidikanlah yang mengubah semuanya.9 Menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional N0 20

Tahun 2003, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

5

Zakiah Daradjat, dkk, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta Bumi Aksara,1996), cet. 3, hal. 25

6

Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Quran dan Terjamahannya, h. 284

7

Zakiah Daradjat, dkk, Ilmu Pendidikan Islam, , hal. 26

8

Heri Jauhari Muchtar, Fiqih Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005), cet. Ke-1, hal. 14

9

(14)

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik

secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan

spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak

mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan

negara.10

Menurut Ahmad D. Marimba, pendidikan adalah bimbingan atau

pimpinan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani

dan rohani si terdidik menuju kepribadian yang utama.11

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah

proses bimbingan yang diberikan secara sengaja oleh pendidik melalui

upaya pengajaran dan pelatihan terhadap perkembangan jasmani dan

rohani peserta didik menuju kedewasaan, sehingga terbentuklah

kepribadian utama berguna bagi peranannya dimasa yang akan datang.

Sedangkan pendidikan agama Islam adalah pendidikan yang

berdasarkan al-Qur’an dan as-Sunnah selain mempunyai tujuan keilmuan,

juga mempunyai tujuan menjadikan manusia sebagai khalifah yang dapat

menjalankan tugasnya dengan baik.12

Beberapa pakar pendidikan Islam memberikan rumusan pendidikan

Islam, diantaranya Yusuf Qardhawi, mengatakan pendidikan Islam adalah

pendidikan manusia seutuhnya, akal dan hatinya, rohani dan jasmaninya,

akhlak dan keterampilannya. Karena pendidikan Islam menyiapkan

manusia untuk hidup, baik dalam keadaan aman maupun perang, dan

menyiapkan untuk menghadapi masyarakat dengan segala kebaikan dan

kejahatannya, manis dan pahitnya.

Hasan Langgulung mendefinisikan pendidikan Islam adalah proses

penyiapan generasi muda untuk mengisi peranan, memindahkan

10

Departemen agama RI, UU dan Peraturan Pemerintah RI Tentang Pendidikan,

(Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Islam Departemen Agama Islam, 2006), h. 5

11

Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: PT. Al-Ma’arif, 1986), Cet.6, h. 19

12

Armai Arief, M.A. Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat

(15)

pengetahuan dan nilai-nilai Islam yang diselaraskan dengan fungsi

manusia untuk beramal di dunia dan memetik hasilnya di akhirat.

Sedangkan Endang Syaifuddin Anshari memberikan pengertian

pendidikan Islam sebagai proses bimbingan (pimpinan, tuntunan, usulan)

oleh subyek didik terhadap perkembangan jiwa (pikiran, perasaan,

kemauan, intuisi) dan raga obyek didik dengan bahan-bahan materi

tertentu dan dengan alat perlengkapan yang ada ke arah terciptanya pribadi

tertentu disertai evaluasi sesuai dengan ajaran Islam.

Mengenai definisi dari pendidikan agama Islam, terdapat banyak

rumusan yang dikemukakan oleh para ahli pendidikan Islam, diantaranya:

Menurut Zakiyah Darajat, “Pendidikan agama Islam adalah suatu

usaha untuk membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat

memahami ajaran Islam secara menyeluruh, lalu menghayati tujuan, yang

pada akhirnya dapat mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai

pandangan hidup”.

Adapun Tayar Yusuf mengartikan pendidikan agama Islam sebagai

“Usaha sadar generasi tua untuk mengalihkan pengamalan, pengetahuan,

kecakapan dan penampilan kepada generasi muda agar kelak menjadi

manusi bertakwa kepada Allah swt”.

Sedangkan menurut Ahmad Tafsir yang dikutip dari pendapat

Abdul Madjid bahwa ”Pendidikan agama Islam adalah bimbingan yang

diberikan seseorang kepada seseorang agar ia berkembang secara

maksimal sesuai dengan ajaran Islam.13

Dari beberapa defenisi di atas dapat diambil kesimpulan bahwa

pendidikan agama Islam ialah merupakan usaha sadar yang dilakukan

pendidik dalam rangka mempersiapkan peserta didik untuk meyakini,

memahami, dan mengamalkan ajaran islam melalui kegiatan bimbingan,

pengajaran atau pelatihan yang telah dikumpulkan untuk mencapai tujuan

yang telah ditetapkan. Dan dapat dilihat pula perbedaan-perbedaan antara

13

(16)

pendidikan secara umum dengan pendidikan Islam. Perbedaan utama yang

paling menonjol adalah bahwa pendidikan Islam bukan hanya

mementingkan pembentukan pribadi untuk kebahagiaan dunia, tetapi juga

untuk kebahagiaan akhirat. Selain itu pendidikan Islam berusaha

membentuk pribadi yang bernafaskan ajaran-ajaran Islam dan merupakan

rangkaian usaha membimbing, mengarahkan dan melatih anak didik

menuju terbentuknya sikap dan tingkah laku yang sesuai dengan petunjuk

dan ajaran Islam.

3. Dasar Pendidikan Agama Islam

Dasar-dasar atau landasan yang digunakan dalam pendidikan

agama Islam:

a. Al qur`an

Secara lengkap al-Qur`an didefenisikan sebagai firman Allah

yang diturunkan kepada hati Rasulullah, Muhammad Ibn Abdillah,

melalui ruh al-Amin dengan lafal-lafalnya yang berbahasa arab dan

maknanya yang benar, agar menjadi hujjah bagi Rasul bahwa ia adalah

Rasulullah, dan sebagai undang-undang bagi manusia dan memberi

petunjuk kepada mereka, serta menjadi sarana pendekatan dan ibadah

kepada Allah dengan membacanya. Dan Ia terhimpun dalam sebuah

mushaf, diawali dengan surat fatihah dan diakhiri dengan surat

al-naas, disampaikan kepada kita secara mutawatir baik secara lisan

maupun tulisan dari generasi kegenerasi, dan ia terpelihara dari

berbagai perubahan atau pergantian.

Al-Qur’an merupakan kitab Allah SWT. yang memiliki

pembendaharaan luas dan besar bagi pengembangan kebudayaan

manusia. Ia merupakan sumber pendidikan yang terlengkap, baik itu

pendidikan kemasyarakatan (sosial), moral (akhlak), maupun spiritual

(17)

Qur’an merupakan sumber nilai yang absolut dan utuh. Eksistensinya

tidak pernah mengalami perubahan14.

Al-Nadwi mempertegas dengan menyatakan bahwa pendidikan

dan pengajaran umat Islam itu harus bersumber kepada akidah

Islamiyah, menurutnya lagi sekiranya pendidikan Islam itu tidak

didasarkan kepada aqidah yang bersumber kepada Al-Qur’an dan

hadits, maka pendidikan itu bukanlah pendidikan Islam, tetapi

pendidikan asing15

Islam adalah agama yang membawa misi umatnya

menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran. Al-Qur`an merupakan

landasan paling dasar yang dijadikan acuan dasar hukum tentang

Pendidikan Agama Islam. Firman Allah tentang Pendidikan Agama

Islam dalam Al-qur`an Surat Al –alaq ayat 1 sampai ayat 5, yang

berbunyi sebagai berikut :





















































































“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah dan Tuhanmulah yang paling pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak di ketahuinya.”

Dari ayat-ayat tersebut diatas dapatlah di ambil kesimpulan

bahwa seolah-olah Tuhan berkata hendaklah manusia meyakini akan

adanya Tuhan Pencipta manusia (dari segumpal darah), selanjutnya

14

Samsul Nizar, Dasar-Dasar Pemikiran Pendidikan Islam, ( Jakarta: Gaya Media Pratama, 2001), Cet.1, h. 95-96

15

(18)

untuk memperkokoh keyakinan dan memeliharanya agar tidak luntur

hendaklah melaksanakan pendidikan dan pengajaran.

b. As-sunnah.

As-sunnah didefenisikan sebagai sesuatu yang didapatkan dari

Nabi Muhammad s.a.w. yang terdiri dari ucapan,

perbuatan,persetujuan, sifat fisik atau budi, atau biografi, baik pada

masa sebelum kenabian ataupun sesudahnya.

Suatu hal yang sudah kita ketahui bersama bahwa Rasulullah

Muhammad s.a.w. diutus ke bumi ini, salah satunya adalah untuk

memperbaiki moral atau akhlak umat manusia, sebagaimana sabdanya

: “Sesungguhnya aku diutus tiada lain adalah untuk menyempurnakan

akhlak yang mulia”

Makna hadist ini sudah jelas, tujuannya sudah dapat di

mengerti oleh umat muslim. Namun yang terpenting dibalik hadist ini

adalah, memformulasikan sistem, metode, atau cara yang harus

ditempuh oleh para penanggung jawab pendidikan dalam meneruskan

misi risalah, yaitu menyempurnakan keutamaan akhlak. Dan banyak

lagi hadist yang memiliki konotasi pedagogis, baik mengenai metode,

materi, orientasi, dan lain sebagainya.

c. Sikap dan perbuatan para sahabat

Pada masa khulafa’ al- Rasyidin sumber pendidikan dalam

Islam sudah mengalami perkembangan. Selain Al-Qur’an dan Sunah

juga perkataan, sikap dan perbuatan para sahabat. Sikap dan perbuatan

mereka dijadikan sumber pendidikan dalam Islam karena Allah SWT.

sendiri didalam Al-Qur’an memberikan pernyataan yaitu dalam surat

(19)

                                               

Artinya: “ Orang- orang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) diantara orang Muhajirin dan Ansor dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah Ridho kepada mereka dan merekapun ridho kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surge-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya; mereka kekal didalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang

besar. (Q.S. At.Taubah:100).16

Dan Allah SWT berfir’man:

               

Artinya: “Hai orang-orang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang benar.”(Q.S.9:119).

Dengan demikian sudah jelas bahwa perkataan dan sikap para

sahabat dapat dijadikan sebagai dasar Pendidikan dalam Islam. Contoh

perkataan sahabat Umar bin Khattab yang terkenal dengan sifat jujur,

adil, cakap, berjiwa demokratis yang dapat dijadikan panutan

masyarakat.

d.Ijtihad

Ijtihad dijadikan sumber pendidikan karena Al-Qur’an dan

Sunnah, menggunakan ijtihad untuk menetapkan hukum tersebut.

Ijtihad ini terasa sekali kebutuhannya setelah wafatnya Nabi

Muhammad Saw. dan beranjaknya Islam mulai keluar tanah Arab.

Karena situasi dan kondisinya banyak berbeda dengan di tanah arab.

Majelis Muzakarah Al-Azhar menetapkan bahwa ijtihad ialah

jalan yang dilalui dengan memberikan semua daya dan kesungguhan

yang diwujudkan oleh akal melalui ijma’, qias, istishan dengan dzan

(mendekati keyakinan) untuk mengistinbatkanhukum daripada

16

(20)

dalil Al-Qur’an dan As-Sunnah untuk menentukan batas yang

dikehendaki.

Ijtihad dalam penggunaannya dapat meliputi seluruh aspek ajaran

Islam, termasuk juga aspek pendidikan, sebab ajaran Islam yang terdapat

dalam Al-Qur’an dan As-Sunah adalah bersifat pokok-pokok dan

prinsipnya saja. Bila ternyata ada yang agak terinci, maka rinciannya itu

merupakan contoh Islam dalam menerapkan prinsip itu. Sejak

diturunkan ajaran Islam sampai wafatnya Nabi Muhammad Saw. Islam

telah tumbuh dan berkembang melalui ijtihad yang dituntut oleh

perubahan situasi dan kondisi sosial yang tumbuh dan berkembang

pula.17

Dari beberapa pendapat dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud

dengan ijtihad adalah penggunaan akal pikiran oleh ahli hukum Islam

untuk menetapkan suatu hukum yang belum ada ketetapannya dalam

Al-Qur’an dan As-Sunnah, kebanyakan bersifat global, maka seiring dengan

perkembangan zaman dan banyaknya permasalahan yang muncul, maka

dalam hal ini ijtihad sangat diperlukan, begitu juga dalam lapangan

pendidikan yang tujuannya tidak lain adalah untuk meningkatkan mutu

pendidikan itu sendiri. Tapi penggunaan ijtihad ini bisa dijadikan dasar

pendidikan dengan catatan selama tidak bertentangan dengan dasar

pokok yaitu Al-Qur’an dan As-Sunnah.

Sedangkan dasar pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di

sekolah-sekolah di Indonesia mempunyai landasan yang kuat,

diantaranya:

a. Dasar Yuridis

Dasar Yuridis atau dasar hukum adalah dasar-dasar pelaksanaan

Pendidikan Agama yang berasal dari Peraturan perundang-undangan.

Dasar Yuridis/hukum ini terdiri dari : Dasar Idiil, Dasar Konstitusinal

dan dasar Operasional.

17

(21)

1) Dasar Idiil

Dasar Idiil ialah dasar yang berasal dari Filsafat Negara, Dasar

Negara dan Dasar Pendidikan di Indonesia yaitu Pancasila, dimana Sila

pertama adalah Ketuhanan Yang Maha Esa. Ini berarti bahwa bangsa

Indonesia harus percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa atau tegasnya

harus beragama.karena itu Pendidikan Agama harus diberikan kepada

anak-anak, karena tanpa Pendidikan Agama Sila pertama dari pancasila

tersebut sulit untuk diwujudkan.

2) Dasar Konstitusional

Dasar Konstitusional pelaksanaan Pendidikan Agama berasal dari

Undang-undang Dasar 1945 Bab XI pasal 29 ayat 1 dan 2 yang

berbunyi:

1. Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa

2. Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk

agama masing-masing dan beribadah agama dan kepercayaannya itu.

3) Dasar Operasional

Dasar operasional adalah dasar yang secara langsung mengatur

pelaksanaan pendidikan agama di sekolah-sekolah di Indonesia, seperti

yang disebutkan pad Ketetapan MPRS Nomor XXVII/MPRS 1996, Bab

I Pasal I yang berbunyi:” Pendidikan Agama menjadi mata pelajaran di

sekolah-sekolah mulai dari Sekolah Dasar sampai Universitas Negeri.”

b. Dasar Religius

Dasar Religius ialah dasar-dasar yang bersumber dari ajaran agama

Islam baik dari Al-Qur’an maupun Al-Hadits.

c. Dasar Sosial Psikologis

Dasar sosial psikologis berarti landasan yang bersumber dari

kejiwaan manusia, yaitu setiap manusia dalam jiwanya merasakan

pengakuan adanya kekuatan dzat yang Maha Kuasa, tempat berlindung

dan mohon pertolongan.18

18

(22)

4. Tujuan Pendidikan Agama Islam

Tujuan pendidikan merupakan hal yang dominan dalam pendidikan

sebagaimana yang diungkapkan oleh Abdul Majid yang dikutip dari

pendapat Breiter, bahwa “pendidikan adalah persoalan tujuan dan focus.

Mendidik anak berarti bertindak dengan tujuan agar mempengaruhi

perkembangan anak sebagai seseorang secara utuh.19

Pendidikan Agama Islam bertujuan untuk meningkatkan keimanan,

pemahaman, penghanyatan, dan pengalaman siswa tentang agama Islam

sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertakwa kepada

Allah SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat

dan beragama.20

Para ahli mengemukakan pendapatnya tentang tujuan pendidikan

agama Islam sebagai berikut :

Imam al-Ghazali berpendapat bahwa tujuan Pendidikan Agama

Islam adalah membina insan paripurna yang bertaqarrub kepada Allah,

bahagia di dunia dan di akhirat. Tidak dapat dilupakan pula bahwa orang

yang megikuti pendidikan akan memperoleh kelezatan ilmu yang

dipelajarinya dan kelezatan ini pula yang dapat mengantarkannya kepada

pembentukan insan paripurna.

Dari tujuan diatas dapat dipahami bahwa tujuan pendidikan versi

Al-Ghazali tidak hanya bersifat ukhrawi (mendekatkan diri kepada Allah)

sebagaimana yang dikenal dengan kesufiannya, tetapi juga bersifat

duniawi. Karena itu, Al-Ghazali memberi ruang cukup luas dalam sistem

pendidikannya bagi perkembangan duniawi. Namun dunia, hanya

dimaksudkan sebagai jalan menuju kebahagiaan hidup di alam akhirat

yang lebih utama dan kekal. “Dunia adalah alat perkebunan untuk

kehidupan akhirat, sebagai alat yang akan mengantarkan seseorang menemui Tuhannya. Ini tentunya bagi yang memandangnya sebagai alat

19

Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), cet. Ke-3, hal. 136

20

(23)

dan tempat tinggal sementara, bukan bagi orang yang mengundangnya sebagai tempat untuk selamanya”.

Pemikiran Al-Ghazali di atas dapat dipahami dari landasan berfikir

dan berpijak yang digunakan yaitu Al-Qur’an. Dalam Al-Qur’an banyak

ayat yang menyatakan agar manusia tidak terlena dengan kehidupan dunia,

sementara akhirat adalah tempat kembali yang kekal. Keseimbangan

antara dunia dan akhirat adalah adalah sebuah tuntunan yang harus

dilaksanakan. Oleh karena itu, Al-Ghazali menyatakan bahwa tujuan

pendidikan Agama Islam adalah untuk mewujudkan kebahagiaan anak

didik di dunia maupun di akhirat, sebagaimana yang dimaksud dalam

surah Al-Qashash/27: 77

M. Ngalim Purwanto mengemukakan bahwa: tujuan pendidikan

agama Islam pada sekolah umum adalah mendidik anak-anak supaya

menjadi orang yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa yang berarti

taat dan patuh menjalankan perintah serta menjauhi larangan-Nya seperti

yang diajarkan kitab suci masing-masing.21

Zakiah Darajat membagi tujuan Pendidikan Agama Islam menjadi

4 (empat) macam, yaitu :

 Tujuan umum. Tujuan umum adalah tujuan yang akan dicapai dengan

semua kegiatan pendidikan, baik dengan pengajaran atau dengan cara

lain.

 Tujuan akhir. Tujuan akhir adalah tercapainya wujud kamil, yaitu

orang yang telah mencapai ketakwaan dan menghadap Allah dalam

ketakwaannya.

 Tujuan sementara. Tujuan sementara adalah tujuan yang akan dicapai

setelah anak diberi sejumlah pengalaman tertentu yang direncanakan

dalam suatu kurikulum pendidikan formal.

21

(24)

 Tujuan operasional. Tujuan operasional adalah tujuan praktis yang

akan dicapai dengan sejumlah kegiatan pendidikan tertentu22

Jadi Pendidikan Agama Islam disekolah/Madrasah bertujuan untuk

menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui pemberian dan

pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan, serta pengalaman

peserta didik tentang Agama Islam sehingga menjadi manusia muslim

yang terus berkembang dalam hal keimanan, ketakwaan, berbangsa dan

bernegara serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan yang

lebih tinggi.23

5. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam

Menurut Abdullah Nasikh Ulwan secara umum ruang lingkup materi

pendidikan Islam itu terdiri dari tujuh unsur, yaitu:

a. Pendidikan keimanan

b. Pendidikan moral

c. Pendidikan fisik/jasmani

d. Pendidikan rasio/akal

e. Pendidikan kejiwaan

f. Pendidikan seksual.24

Sedangkan ruang lingkup materi pembelajaran PAI pada dasarnya

mencakup tujuh unsur pokok, yaitu:

a. Al-Quran hadits

b. Keimanan

c. Syariah

d. Ibadah

e. Muamalah

f. Akhlak

22

Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Press, 2002), Cet ke-1, hal 19

23

Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, hal. 135

24

(25)

g. Tarikh (sejarah Islam). 25

Pada tingkat Sekolah Dasar (SD) penekanan diberikan kepada empat

unsur pokok yaitu: Keimanan, Ibadah, Al-Qur’an. Sedangkan pada Sekolah

Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA)

disamping ke empat unsur pokok diatas maka unsur pokok syari’ah

semakin dikembangkan. Unsur pokok tarikh diberikan secara seimbang

pada setiap satuan pendidikan.26

Dalam kaitannya dengan KTSP, Depdiknas telah menyiapkan standar

kompetensi dasar berbagai mata pelajaran untuk dijadikan acuan oleh para

guru dalam mengembangkan KTSP pada satuan pendidikan

masing-masing.

Adapun Standar Kompetensi Kelompok Mata Pelajaran untuk SMP

adalah sebagai berikut:

a. Mengamalkan ajaran agama yang dianut sesuai dengan tahap

perkembangan remaja

b. Menerapkan nilai-nilai kejujuran dan keadilan

c. Memahami keberagaman agama, budaya, suku, ras, dan golongan sosial

ekonomi

d. Berkomunikasi dan berinteraksi secara befektif dan satuan yang

mencerminkan harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan.

e. Menerapkan hidup sehat, bugar, aman, dan memanfaatkan waktu luang

sesuai dengan tuntutan agamanya

f. Memanfaatkan lingkungan sebagai makhluk ciptaan Tuhan secara

bertanggung jawab

g. Menghargai perbedaan pendapat dalam menjalankan ajaran agama.27

25

Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), Cet ke-3, hal. 79

26

Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2005) Cet ke-4, hal 23

27

(26)

B. Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam 1. Metode pengajaran

Metode berasal dari dua kata yaitu “Meta” dan “Hodos” berarti jalan atau cara. Jadi metode adalah cara atau jalan yang harus dilalui.28

Dalam kamus umum Bahasa Indonesia disebutkan bahwa metode

adalah cara yang telah teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai suatu

maksud. 29

Sedangkan menurut Mahmud Yunus sebagaimana yang dikutip

Armai Arief, metode adalah jalan yang hendak ditempuh oleh seseorang

supaya sampai kepada tujuan tertentu, baik dalam lingkungan perusahaan

atau perniagaan, maupun dalam lingkup ilmu pengetahuan dan lainnya.30 Dari definisi di atas dapat dikatakan bahwa metode mengandung

arti adanya urutan kerja terencana, sistematis dan merupakan hasil

eksperimen ilmiyah guna mencapai tujuan yang telah direncanakan.

Semakin tepat metode yang digunakan maka semakin efektif pula dalam

pencapaian tujuan.

Metode pengajaran dalam pembelajaran pendidikan agama Islam

yang dimaksud dalam uraian ini adalah cara yang dipergunakan guru

dalam mengajarkan mata pelajaran pendidikan agama Islam kepada siswa.

Adapun macam-macam metode dapat dipergunakan dalam pengajaran

agama adalah metode ceramah, diskusi, demonstrasi, sosiodrama, driil,

dan tanya jawab.

a. Metode ceramah

Yang dimaksud dengan metode cerah ialah menyampaikan sebuah

materi pelajaran dengan cara penuturan kepada siswa atau khalayak

ramai.31

28

Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bina Aksara, 1992), Cet ke-4, h. 61

29

Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1994), Cet ke-3, h. 87

30

Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta:Ciputat Pers, 2002), Cet ke-1, 87

31

(27)

Ciri yang menonjol dalam metode ceramah, dalam pelaksanaan

pengajaran di kelas adalah peranan guru tampak sangat dominan.

Adapun murid mendengarkan dengan teliti dan mencatat isi ceramah

yang disampaikan oleh guru di depan kelas.32

Metode ceramah diberikan apabila suatu materi membutuhkan

penjelasan agar materi tersebut di mengerti oleh siswanya.

b. Metode diskusi

Diskusi yaitu suatu proses yang melibatkan dua individual atau

lebih, berintegrasi secara verbal dan saling berhadapan, saling bertukar

informasi (information sharing), saling mempertahankan pendapat (self

maintenance) dalam memecahkan sebuah masalah tertentu (prolem

solving).33

Sedangkan metode diskusi dalam proses belajar mengajar adalah

sebuah cara yang dilakukan dalam mempelajari bahan dan menyampaikan

materi dengan jalan mendiskusikannya, dengan tujuan dapat menimbulkan

pengertian serta perubahan tingkah laku pada siswa.34

Dengan demikian, bahwa metode diskusi adalah salah satu metode

alternatif atau cara yang dapat dipakai oleh seorang guru di kelas dengan

tujuan dapat memecahkan suatu masalah berdasarkan pendapat para siswa.

c. Metode Demonstrasi

Yang dimaksud dengan metode demonstrasi adalah metode

mengajar dengan menggunakan alat peragaan (meragakan), untuk

memperjelas suatu pengertian atau cara untuk memperlihatkan bagaimana

untuk melakukan dan jalannya suatu proses pembuatan tertentu kepada

siswa. To show atau memperkenalkan/mempertontonkan.35

32

Tayar Yusuf, Metodologi Pengajaran Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Asing, (Jakarta: PT Raja Grafindo, 1995), Cet ke-1, h. 41

33

Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta:Ciputat Pers, 2002), Cet ke-1, h. 145

34

Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta:Ciputat Pers, 2002), Cet ke-1, h. 145

35

(28)

Metode demonstrasi dapat merangsang siswa untuk lebih aktif

dalam mengikuti proses pembelajaran dan juga dapat memusatkan

perhatian anak didik.

d. Sosiodrama

Sosiodrama adalah suatu metode mengajar dimana guru

memberikan kesempatan kepada murid untuk melakukan kegiatan

memainkan peran seperti yang terdapat dalam kehidupan masyarakat

(sosial).36

Dalam pendidikan agama metode sosiodrama ini efektif dalam

menyajikan pelajaran akhlak, sejarah Islam dan topik-topik lainnya. Dalam

pelajaran sejarah, misalnya guru menggambarkan kisah sahabat khalifah

Abu Bakar ketika beliau masuk Islam. Kisah tersebut tentu amat menarik

jika disajikan melalui sosiodrama.37

Manfaat metode ini yaitu agar melatih anak untuk

mendramatisasikan sesuatu serta melatih keberanian, dan juga metode ini

akan lebih menarik perhatian anak, sehingga suasana kelas akan lebih

hidup.

e. Metode Driil

Metode Driil (latihan siap) pengertiannya sering dikacaukan

dengan istiah ulangan. Padahal maksud keduanya berbeda. Latihan siap

(driil) dimaksudkan yaitu agar pengetahuan siswa dan kecakapan tertentu

dapat menjadi miliknya, dan benar-benar dikuasai siswa. Dengan kata

lain metode driil adalah suatu cara menyajikan bahan pelajaran dengan

jalan/cara melatih siswa agar menguasai pelajaran dan terampil dalam

melaksanakan tugas latihan yang diberikan.38

36

Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta:Ciputat Pers, 2002), Cet ke-1, h. 180

37

Tayar Yusuf, Metodologi Pengajaran Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Asing, (Jakarta: PT Raja Grafindo, 1995), Cet ke-1, h. 54

38

(29)

f.Metode Tanya Jawab

Metode tanya jawab adalah penyampaian pelajaran dengan cara

guru mengajukan pertanyaan dan murid menjawab. Atau suatu metode di

dalam pendidikan dimana guru bertanya sedangkan murid menjawab

tentang materi yang ingin di perolehnya.39

Pada metode ini bisa pula diatur pertanyaan yang diajukan siswa

lalu dijawab siswa lainnya. Keunggulan metode tanya jawab yaitu situasi

kelas menjadi hidup / dinamis, karena siswa aktif berpikir dan

memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan dan juga melatih agar

siswa berani menyampaikan buah pikirannya.

2. Materi pembelajaran pendidikan agama Islam di kelas VIII SMP40 Tabel 1

Semester I Semester II

Al-Qur’an

Hukum bacaan Qalqalah dan

Ra

Al-Qur’an

Hukum bacaan mad dan waqaf

Akidah

Keimanan kepada kitab-kitab

Allah

Akidah

Keimanan kepada Rasul Allah

Akhlak

Perilaku terpuji

Perilaku tercela

Akhlak

Perilaku terpuji

Perilaku tercela

Hewan sebagai sumber bahan

makanan

Fiqh

Tata cara sholat sunah

Tata cara puasa

39

Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta:Ciputat Pers, 2002), Cet ke-1, h. 140

40

(30)

Zakat

Tarikh dan Kebudayaan Islam

Sejarah Nabi Muhammad Saw

Tarikh dan Kebudayaan Islam

Sejarah dakwah Islam

3. Evaluasi

Rangkaian akhir dari komponen dalam suatu system pendidikan

yang penting, adalah penilaian (evaluasi). Berhasil atu gagalnya suatu

pendidikan dalam mencapai tujuannya dapat dilihat setelah dilakukan

penilaian terhadap produk yang dihasilkannya.

Evaluasi berasal dari kata “to evaluate” yang berarti “menilai”

istilah nilai atau value pada mulanya popular dikalangan filosof. Evaluasi

adalah kata Indonesiasi dari kata evaluation (Inggris) yang diterjemahkan

menjadi penilaian.41 Jenis-jenis evaluasi:

1. Penilaian formatif, ialah penilaian untuk mengetahui hasil belajar

dalam satuan badan bahan pelajaran pada suatu bidang studi tertentu.

2. Penilaian sumatif, ialah penilaian yang dilakukan terhadap hasil belajar

peserta didik yang telah selesai mengikuti pelajaran dalam satu catur

wulan semester, atau akhir tahun

3. Penilaian penempatan (placement), ialah penilaian tentang pribadi

peserta didik untuk kepentingan penempatan didalam situasi belajar

mengajar yang sesuai dengan anak didik tersebut.

4. Penilaian diagnostic, ialah penilaian yang dilakukan terhadap hasil

penganalisaan tentang keadaan belajar peserta didik baik yang

merupakan kesulitan-kesulitan atau hambatan yang ditemui dalam

situasi belajar mengajar.42

41

Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, hal 239

42

(31)

4. Pendidik

Menurut Langeveld, “pendidik adalah orang yang bertanggung

jawab terhadap pendidikan atau kedewasaan seorang anak”. Jadi

sebenarnya seseorang disebut pendidik itu karena adanya peranan dan

tanggung jawab dalam mendidik seorang anak.

Mendidik adalah suatu tugas yang luhur. Oleh karena itu seseorang

yang bertugas sebagai pendidik haruslah mempunyai kesenangan

bekerja/bergaul dengan orang lain/anak serta mempunyai sifat kasih

sayang kepada orang lain/anak.43 Seperti yang dimiliki guru pendidikan agama Islam di SMP Darussalam (Muhibuddin Mutawali). Muhibuddin

adalah sesosok pendidik yang sudah dewasa, sehat jasmani rohani, jujur,

bertanggung jawab, juga sabar dan sayang terhadap anak didiknya.

Dalam islam kedudukan pendidik sangat tinggi sehingga

ditempatkan dibawah kedudukan nabi dan rasul, itu karena guru selalu

terkait dengan ilmu pengetahuan, sedangkan islam amat sangat

menghargai pengetahuan.

5. Kurikulum

Untuk mewujudkan suatu tujuan dalam pendidikan maka

diperlukan suatu komponen yaitu kurikulum. Kurikulumk merupakan

suatu komponen yang memiliki peran penting dalam system pendidikan,

sebab dalam kurikulum bukan hanya dirumuskan tentang tujuan yang

harus dicapai sehingga memperjelas arah pendidikan, akan tetapi juga

memberikan pemahaman tentang pengalaman belajar yang harus dimiliki

setiap siswa. Oleh karena itu, fungsi dan peran kurikulum sangat penting

dan setiap pengembangan kurikulum pada jenjangn manapun harus

didasarkan pada asas-asas tertentu.44

Istilah kurikulum semula berasal dari istilah dunia atletik yaitu

curere yang berarti berlari, istilah tersebut erat hubungannya dengan kata

43

Alisuf Sabri, Ilmu Pendidikan, hal. 8

44

(32)

curier atau kurir yang berarti penghubung seseorang untuk menyampaikan sesuatu pada orang atau tempat lain. Seorang kurir harus menempuh suatu

perjalanan untuk mencapai tujuan, maka istilah kurikulum kemudian

diartikan sebagai suatu jarak yang harus ditempuh.45

William B Ragan, sebagaimana dikutib Armai Arif berpendapat

bahwa kurikulum meliputi seluruh program dan kehidupan di sekolah.

Kurikulum tidak hanya meliputi bahan pelajaran, tapi seluruh kehidupan di

kelas.46

John Dewey sejak lama telah menggunakan istilah kurikulum dan

hubungannya dengan anak didik. Dewey menegaskan bahwakurikulum

merupakan suatu rekonstruksi berkelanjutan yang memaparkan

pengalaman belajar anak didik melalui suatu susunan pengetahuan yang

terorganisasikan dengan baik yang biasanya disebut kurikulum.47

Hilda Taba berpendapat kurikulum adalah pernyataan tentang

tujuan-tujuan pendidikan yang bersifat umum dan khusus dan materinya

dipilih dan diorganisasikan berdasarkan suatu pola tertentu untuk

kepentingan belajar dan mengajar. Biasanya dalam suatu kurikulum sudah

termasuk program penilai hasilnya.48

Dalam Undang-undang Republik Indonesia tentang Sistem

Pendidikan Nasional dirumuskan kurikulum adalah seperangkat rencana

dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang

digunakan sebagai pedoman penyelenggaran kegiatan pembelajaran untuk

mencapai tujuan pendidikan tertentu.49

Dan kurikulum merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam

meningkatkan kualitas murid dalam suatu lembaga pendidikan, karena

45

M Ahmad et, el. Pengembangan Kurikulum, (Bandung: Pustaka Setia, 1988), cet. Ke-1, h. 10

46

Armai Arif, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Perss, 2002), cet. Ke-1, hal. 30

47

M Ahmad et, el. Pengembangan Kurikulum, (Bandung: Pustaka Setia, 1988), cet. Ke-1, h. 13

48

M Ahmad et, el. Pengembangan Kurikulum, (Bandung: Pustaka Setia, 1988), cet. Ke-1, h. 14

49

(33)

kurikulum berkaitan dengan penentuaan arah, isi, dan proses pendidikan

yang pada akhirnya menentukan kualifikasi lulusan suatu lembaga

pendidikan.50

Pengembangan kurikulum dilakukan dengan mengaju pada standar

nasional pendidikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

Dari beberapa defenisi yang telah dikemukakan, bahwa kurikulum

merupakan alat atau sarana untuk mencapai tujuan pendidikan, sehingga

dalam proses pembelajaran pada jenjang pendidikan berpegang pada

kurikulum yang ada.

Pada pasal 37 Undang-undang Republik Indonesia tenteng Sistem

Pendidikan Nasional disebutkan bahwa isi kurikulum pendidikan dasar

dan menengah wajib memuat:

a. Pendidikan Agama

b.Pendidikan kewarganegaraan c. Bahasa

d.Matematika

e. Ilmu pengetahuan alam f. Ilmu pengetahuan sosial g.Seni dan budaya

h.Pendidikan jasmani dan olahraga i. Keterampilan/kejujuran, dan j. Muatan lokal.51

Kebijakan pemerintah dalam pendidikan agam islam

disekolah-sekolah, kaitannya dengan jam waktu pelajaran yang tersedia baik dari

mulai sekolah tingkat dasar, menengah, maupun perguruan tinggi.

Pendidikan agama hanya disediakan waktu pembelajaran yang sangat

sedikit. Dan kurikulum pendidikan yang selalu berubah-ubah ini juga

sangat mempengaruhi terhadap pemberhasilan pendidikan di negri ini.

Bagaimana mungkin dengan waktu yang sedikit, target dari

pendidikan agama dimana salah satu tujuan pelajaran tersebut adalah

memberikan kemampuan dasar kepada siswa tentang agama dalam

mengembangkan kehidupan beragama sehingga menjadi manusia yang

50

Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2002), cet. Ke-4.

51

(34)

beriman dan bertaqwa akan tercapai. Oleh karena itu, untuk mencapai

yang menjadi target dan tujuan pendidikan, perlu adanya system

pendidikan agama yang terpadu, yaitu memperhatikan segala unsur yang

dapat menunjang keberhasilan pendidikan tersebut.

Secara umum mata pelajaran PAI didasarkan pada

ketentuan-ketentuan yang ada pada dua sumber pokok ajaran Islam, yaitu Al-Qur’an

dan Hadits Nabi Saw (dalil Naqli). Dengan melalui metode ijtihad (dalil

naqli) para ulama mengembangkan prinsip-prinsip PAI tersebut dengan lebih rinci dan mendetail dalam bentuk fikih dan hasil-hasil ijtihad

lainnya.

Karakteristik mata pelajaran PAI tertuang dalam tiga kerangka

dasar ajaran Islam, yaitu aqidah, syariah dan akhlak. Aqidah merupakan

penjabaran dari konsep Iman; merupakan penjabaran dari konsep Islam;

dan akhlak merupakan penjabaran dari Ihsan. Dari ketiga prinsip dasar itulah berkembang berbagai kajian keislaman (ilmu-ilmu agama) seperti

Ilmu Kalam (Theologi Islam, Ushuluddin, Ilmu Tauhid) yang merupakan pengembangan dari aqidah, Ilmu Fiqh yang merupakan pengembangan

dari Ilmu syariah dan Ilmng teru Akhlak (Etika Islam, Moralitas Islam)

yang merupakan pengembangan dari akhlak, termasuk kajian-kajian yang

terkait dengan ilmu dan teknologi serta seni dan budaya yang dapat

dituangkan dalam berbagai mata pelajaran di SMP.52

Itulah gambaran tentang kurikulum, khususnya pada mata

pelajaran pendidikan agama Islam.

52

(35)

C. Kerangka Berfikir

Pendidikan dan pengajaran merupakan hal yang utama dan

pertama, usaha manusia untuk mencerdaskan bangsanya dan sekaligus

mempertinggi cita-cita bangsanya. Akan tetapi, pendidikan dan pengajaran

Islam lebih dari itu, ia juga menuntun orang untuk mencapai kebahagiaan

hidup didunia dan diakhirat. Pendidikan Islam dapat membina akhlak

mulia bagi peserta didiknya.

Pendidikan Islam mempunyai tiga unsur dasar, yaitu mencapai

keridhoan Allah, menjauhi murka dan siksaan-Nya serta melaksanakan

penghambaan yang ikhlas kepada-Nya, mewujudkan ketentraman di dalam

jiwa dan aqidah yang dalam penghambaan semata-mata dan kepatuhan

ikhlas kepada Allah, hasil yang pasti bagi ketentraman hati, menghapus

khufarat-khufarat yang bercaampur baur dengan hakekat agama.

Pendidikan agama Islam adalah bimbingan terhadap pertumbuhan

jasmani dan rohani menurut ajaran-ajaran Islam dengan hikmah

mengharapkan, melatih, mengasuh, dan mengawasi berlakunya semua

ajaran islam.

Dari pengertian diatas, dapat ditegaskan bahwa pendidikan agama

Islam adalah usaha yang dilakukan secara sadar dan tetencana yang

diberikan kepada peserta didik untuk menumbuhkan jasmani dan rohani

secara optimal untuk mencapai bentuk manusia yang berkualitas sesuai

dengan ajaran islam yaitu manusia yang beriman dan bertakwa kepa Allah

(36)

30

Bab III

Metodologi Penelitian

A. Definisi Operasional

a. Pembelajaran adalah kondisi dengan situasi yang memungkinkan

terjadinya proses belajar mengajar yang efektif dan efesien ,bagi peserta

didik atau siswa.

b. Pendidikan adalah segala usaha yang dilakukan untuk mendidik manusia

sehingga dapat tumbuh dan berkembang sehingga memiliki potensi atau

kemampuan sebagaimana mestinya.

c. Pendidikan agama Islam ialah merupakan usaha sadar yang dilakukan

pendidik dalam rangka mempersiapkan peserta didik untuk meyakini,

memahami, dan mengamalkan ajaran islam melalui kegiatan bimbingan,

pengajaran atau pelatihan yang telah dikumpulkan untuk mencapai tujuan

yang telah ditetapkan.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Yang dijadikan tempat penelitian skripsi adalah SMP Islamiyah

Sawangan yang terletak di kecamatan Sawangan Depok, tepatnya JL. Raya

Mukhtar no. 136 Sawangan Depok. Penelitian ini dilaksanakan dari tanggal

(37)

C. Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini digunakan dua variabel, yaitu:

1. Pendidikan Agama Islam sebagai variabel bebas, yaitu berupa segala

sesuatu yang berkenaan dengan pendidikan agama Islam baik itu meliputi

aspek aqidah, ataupun akhlak dan variabel ini disebut juga variabel X.

2. Akhlak Siswa sebagai variabel terikat. Yaitu muatan akhlak yang terdapat

pada seluruh ajaran Islam, dan variabel ini disebut juga dengan variabel Y.

MATRIKS VARIABEL

Variabel Indikator No. Item

Pelaksanaan

pembelajaran pendidikan

agama islam

a. Penanaman nilai ketakwaan

terhadap Tuhan.

b. Kegiatan belajar dan

mengajar di dalam kelas.

c. Peningkatan nilai

spiritualitas.

d. Mengamalkan pelajaran

akhlak yang di dapat dari

sekolah

8, 11, 23,

27, 29

1, 2, 3, 4, 9,

10

5,14,18,19

7, 12,13,

15, 16, 17,

20, 21, 24,

25, 26, 28,

30

D. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Dalam penelitian kuantitatif, dikenal istilah populasi. Arief Furchan

menyebutkan bahwa populasi adalah “semua anggota sekelompok orang,

kejadian, atau obyek yang telah dirumuskan secara jelas”.1 Hal senada juga

1

(38)

diungkapkan oleh J. Supranto yang mengartikan populasi sebagai “seluruh

elemen/unsur baik berupa orang, rumah tangga, perusahaan industri, petak

sawah, bintang-bintang dilangit dan lain sebagainya, yang menjadi objek

penyelidikan”.2 Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah keseluruhan siswa kelas VII SMP Islamiyah.

2. Sampel

Menurut Nana Syaodih Sukmadinata sampling (pemilihan sampel)

adalah merupakan suatu proses pemilihan dan penentuan jenis sampel dan

perhitungan besarnya sampel yang akan menjadi subyek atau obyek

penelitian.3 Arief Furchan dalam bukunya mengartikan sampel adalah sebagian dari populasi.4 J. Suprapto dengan kalimat lain menyebutkan bahwa sampling ialah suatu macam cara pengumpulan data statistik yang sifatnya

tidak menyeluruh, artinya tidak mencakup seluruh obyek penyelidikan

(populasi) akan tetapi hanya sebagian dari populasi saja, yaitu hanya

mencakup sampel yang diambil dari polulasi tersebut.5 Sampling bertujuan untuk mengambil keterangan mengenai “polulation” dengan mengamati

sebagian saja dari polulasi itu.6

Dalam penarikan sampel, jika polulasi cukup homogen, terhadap

populasi dibawah 100 dapat dipergunakan sampel sebesar 50% dan diatas 100

sebesar 15%. Untuk jaminan ada baiknya sampel selalu ditambah sedikit dari

jumlah matematik tadi. Tetapi adakalanya penarikan sampel ini ditiadakan

sama sekali dengan memasukkan seluruh populasi sebagai sampel yakni

selama populasi itu diketahui terbatas.7

Penelitian ini menggunakan metode cluster random sampling atau acak yaitu “pengambilan sampel dengan cara membagi populasi kedalam

2

J. Supranto, Metode Riset dan Aplikasinya di Dalam Riset Pemasaran (Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 1974), hal. 43

3

Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), Cet. Ke-2, hal. 252

4

Arief Furchan, Pengantar Penelitian Dalam Pendidikan, hal. 189

5

J. Supranto, Metode Riset dan Aplikasinya di Dalam Riset Pemasaran, hal. 43

6

Amudi Pasaribu, Pengantar Statistik, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1983), Cet. Ke-6, hal. 219

7

(39)

beberapa kelompok menurut keragaman populasinya dan unit populasi pada

tiap cluster-nya diambil secara acak, minimal 1 anggota per-cluster sebagai

penentuan sampelnya. Metode sampel ini digunakan untuk populasi yang

berkelompok-kelompok.8 Dengan kata lain, sample yang diambil sesuai dengan karakteristik populasi yang diinginkan.

Dalam penelitian ini penulis mengambil 20% dari seluruh siswa kelas

VII SMP Islamiyah yang berjumlah 228, sampelnya adalah 46 siswa.

E. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data dalam penelitian ini diperlukan beberapa

teknik, adapun teknik pengumpulan data yang saya gunakan adalah:

1. Interview/Wawancara

Teknik ini digunakan untuk mendapatkan informasi dengan cara

mengajukan sejumlah pertanyaan yang diajukan secara lisan di antaranya

seputar pelaksanaan kurikulum yang digunakan di SMP Islamiyah Sawangan,

dan pelaksanaan pembelajaran PAI di SMP Islamiyah Sawangan. Ciri utama

pada interview ini adalah bertatap muka langsung antara sipeneliti dengan

yang diteliti. Dalam hal ini penulis akan mengadakan wawancara langsung

dengan kepala sekolah SMP Islamiyah Sawangan Depok. Dokumentasi yaitu

cara pengumpulan data yang sudah direkomendasikan oleh kepala sekolah

SMP Islamiyah Sawangan Depok.

.

2. Angket/Kuisioner

Kuisioner adalah “sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk

memperoleh informasi dari responden, dalam arti laporan tentang pribadinya

atau hal-hal hyang diketahuinya”. Kuisioner juga dapat diartikan “suatu

daftar yang berisikan rangkaian pertanyaan mengenai sesuatu masalah atau

bidang yang akan diteliti”.9 Dengan teknik ini pula akan memudahkan di

8

Mardalis, Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal, (Jakarta: Bumi Aksara: 2008), cet. Ke-10, h. 58

9

(40)

dalam mengambil kesimpulan mengenai pembelajaran Pendidikan Agama

Islam dengan peningkatan Akhlak siswa di SMP Islamiyah Sawangan Depok.

Dalam membuat kuesioner/angket yang di sebarkan poin-poin yang di

tanyakan seputar aqidah (keimanan), keislaman (syari’ah), dan ihsan (akhlak)

F. Teknik Pengolahan Data

Untuk mengelola hasil data penelitian tersebut maka dilakukan

langkah-langkah sebagai berikut:

1. Editing

Pada tahap ini penulis mengecek kelengkapan dan kebenaran pengisian

angket, agar terhindar dari kekeliruan atau kesalahan.

2. Skoring

Penulis memberi skor terhadap butir-butir pertanyaan yang terdapat

dalam angket-angket. Butir jawaban yang terdapat dalam angket ada 4 buah

yaitu:

Skor Item Alternatif Jawaban Responden

Positif (+) Negatif (-)

Jawaban Score Jawaban Skor

Sangat setuju 4 Sangat setuju 1

Setuju 3 Setuju 2

Tidak setuju 2 Tidak setuju 3

Sangat tidak setuju 1 Sangat tidak setuju 4

3. Tabulating

Bertujuan untuk mendapatkan gambaran frekuensi dalam setiap item

yang penulis kemukakan. Untuk itu dibuatlah tabel yang mempunyai kolom

(41)

G. Teknik Analisis Data

Analisa data adalah proses penyederhanaan kedalam bentuk yang

lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan. Tujuan analisa data dalam

penelitian ini yaitu membatasi penemuan-penemuan sehingga mudah

dipahami bukan hanya oleh penulis tetapi orang lain yang ingin mengetahui

hasil dari penelitian ini.

Berdasarkan jenis data yang dikumpulkan yaitu data kualitatif yang

kemudian dirubah menjadi data kuantitatif, dalam menganalisa data penulis

menggunakan rumus statistic distribusi frekuensi atau prosentase, yaitu:10

P = Keterangan :

P = Persentase untuk setiap kategori jawaban

F = Frekuensi jawaban responden

N = number of cases

Adapun teknik pelaksanaan atau analisanya adalah dengan memeriksa

jawaban-jawaban dari tiap responden, kemudian dijumlah dan menghasilkan

(dibuat tabel), seterusnya data yang didapat dari setiap item pertanyaan akan

dibuat masing-masing satu tabel.

10

(42)

36

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Profil Guru Pendidikan Agama Islam

Guru pendidikan agama Islam yang ada di SMP Islamiyah Sawangan

Depok berjumlah tiga orang diantaranya Aida Maqbullah, S.Pd.I yang

mengajar pada kelas VII, Abdul Hafidz, S.Ag yang mengajar pada kelas VIII,

dan Zuaini Muttaqien, S.Ag yang mengajar pada kelas IX. Yang saya

wawancarai adalah guru pendidikan agama Islam kelas VIII bapak Abdul

Hafidz, S.Ag seputar pembelajaran pendidikan agama Islam di SMP

Islamiyah Sawangan Depok. Beliau sudah berpengalaman 14 tahun mengajar

PAI di SMP Islamiyah Sawangan Depok sejak tahun 1996. Pelaksanaan

pembelajaran pendidikan agama Islam dalam meningkatkan atau membina

akhlak siswa di kemas dengan dua model pembelajaran, diantaranya:

pemberian materi pelajaran pendidikan agama Islam dan adanya keterampilan

agama yaitu dengan memperbanyak praktek-praktek ibadah dalam kehidupan

(43)

a. Agar siswa dan siswi bisa merubah akhlak mereka dari yang kurang

baik menjadi baik.

b. Agar siswa dan siswi bisa Baca Tulis Al-Qur’an dan dapat

melaksanakan shalat dengan baik dan benar.

2. Pelaksanaan pembelajaran PAI

Dalam pelaksanaan pembelajaran PAI kelas VII di SMP Islamiyah

Sawangan menggunakan berbagai macam metode, diantaranya:

a. ceramah

b. dis

Gambar

tabel berikut ini:
Tabel. 2 Manfaat mempelajari PAI
Tabel. 4 Materi pembelajaran PAI sulit dipelajari
Tabel.5 Allah memperhatikan kita untuk selalu berbuat baik
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah ada perbedaan asertivitas antara remaja putri Jawa yang menekuni tari klasik gaya Yogyakarta dengan tari Bali..

Dalam hal ini pendidik khususnya guru pendidikan agama Islam memiliki strategi yang sangat penting dalam upaya memelihara toleransi antar umat beragama berbasis

belakang diatas, tentang permasalahan yang ada pada PT Peraga Lambang Sejahtera, maka dapat dirumuskan suatu permasalahan yang ada untuk dijadikan titik tolak pada

Bab Pertama, pendahuluan merupakan uraian tentang mengapa suatu penelitian dilakukan, yang dinarasikan dengan sistematika dalam beberapa sub bab meliputi latar belakang

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Pengaruh voluntary disclosure dan mekanisme terhadap biaya hutang pada perusahaan manufaktur Di Bursa Efek

Oleh itu, Ho 3, iaitu tidak terdapat perbezaan yang signifikan terhadap pencapaian bagi penguasaan aspek bahasa penulisan karangan argumentatif menggunakan peta minda dalam

nansial dengan motivasi kerja. Jenis penelitian ini adalah studi kasus. Penelitian ini dilaksanakan di umah Sakit Sekar Kamulyan Cigugur, Kuningan Jawa Barat pada bulan Februari

rikan bimbingan dan motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan