i
Penamuan Terbimbing Untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar siswa (Penelitian Tindakan Kelas di SMP Islam Plus Mardhotillah)”. Tujuan penelitian untuk meningkatkan aktivitas belajar matematika siswa. Tempat penelitian SMP Islam Plus Mardhotillah, tahun pelaksanaan 2008, metode yang digunaka metode penemuan terbimbing. Skripsi Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
Latar belakang penelitian ini adalah kurang aktifnya siswa dalam proses pembelajaran. Melihat sangat perlunya aktivitas belajar matematika siswa dalam proses pembelajaran, maka diperlukan metode pembelajaran yang dapat mengarahkan siswa untuk aktif dalam proses pemebelajaran.
Metode pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode Penemuan Terbimbing (Guided Discovery Lesson). Metode penemuan terbimbing adalah salah satu metode yang mengarahkan siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan aktivitas belajar matematika siswa dengan menggunakan metode penemuan terbimbing. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitina ini adalah penelitian tindakan kelas atau (Classroom Action Research). Subjek penelitian yaitu siswa-siswi kelas VIII SMP Islam Plus Mardhotillah tahun ajaran 2008/2009. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa Metode Penemuan Terbimbing dapat meningkatkan aktivitas belajar matematika siswa. Hal ini terlihat dari meningkatnya skor aktivitas belajar matematika siswa melalui lembar observasi, skor awal yang diperoleh siswa 11,67 meningkat menjadi 27,64
Kata kunci :Pembelajaran Matematika, Metode Penemuan Terbimbing, Aktivitas belajar
ii
Alhamdulillah segala puji hanya bagi Allah SWT tuhan semesta alam yang
menggenggam setiap kejadian, penyempurna setiap kebahagiaan, tempatku
barsandar dan bersyukur atas seluruh nikmat tanpa batas bilangan. Shalawat dan
Salam senantiasa menyelimuti Rasulullah SAW tercinta beserta seluruh keluarga,
sahabat, dan para pengikutnya sampai akhir zaman.
Selama penulisan skripsi ini, penulis menyadari sepenuhnya bahwa tidak
sedikit kesulitan dan hambatan yang dialami. Namun, berkat kerja keras, do’a, dan kesungguhan hati serta dukungan dari berbagai pihak untuk penyelesaian skripsi
ini, semua dapat teratasi. Oleh sebab itu penulis mengucapkan terimakasih
kepada:
1. Prof. Dr. Dede Rosyada, MA., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Maifalinda Fatra M.Pd, Ketua Jurusan Pendidikan Matematika UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bpk. Otong Suhyanto, M.Si., Sekretaris Jurusan Pendidikan Matematika
sekaligus Dosen Jurusan Pendidikan Matematika yang telah memberikan
ilmu pengetahuan dan bimbingan kepada penulis.
4. Bpk Drs. H. M. Ali Hamzah, M.Pd Dosen Pembimbing I yang penuh
kesabaran dan keikhlasan dalam membimbing penulis selama ini.
5. Bpk Abdul Muin, S.Si, M.Pd, Dosen Pembimbing 2 yang penuh kesabaran
dan keikhlasan dalam membimbing penulis selama ini
6. Seluruh Dosen Jurusan Pendidikan Matematika UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta yang telah memberikan ilmu pengetahuan serta bimbingan kepada
penulis selama mengikuti perkuliahan, semoga ilmu yang telah Bapak dan
Ibu berikan mendapatkan keberkahan dari Allah SWT.
7. Kepala Sekolah SMP Islam Plus Mardhatilah Jakarta, Bpk. Faturahman,
S.pd yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian di SMP Islam
Plus Mardhatilah Jakarta, Ibu Feny Indriawati, S.Pd yang telah membantu
iii
membantu penulis dalam menyediakan serta meberikan pinjaman literatur
yang dibutuhkan.
9. Teristimewa untuk kedua orang tua saya, Ibu Hj. Misni dan Bapak H.
Sumanta yang selalu penulis banggakan. Mereka tak henti-hentinya
mendo’akanku, melimpahkan kasih sayang dan memberikan dukungan moril dan materil kepadaku. Hanya Allah SWT. yang dapat membalasnya,
semoga penulis dapat memberikan yang terbaik untuk kalian.
10. Teristimewa untuk keluargaku, Fachrurozi (abang), farhan, farida, fajriah
(ade), H. Toha (mamang), H. Haris (mamang) terimakasih atas doanya dan
dukungannya. Semoga Allah SWT memberikan balasan yang setimpal untuk
kalian.
11. Sahabat-sahabatku Zaenal terimakasih banyak atas bantuanya selama ini,
Ibul, Izal, Sukron, Anam, Munok, Asqol thanks bro untuk semangatnya, Lia,
Nubi, Aan, Lina dan Ria terima kasih doanya.
12. Sahabat-sahabat seperjuangan Jurusan Pendidikan Matematika Angkatan
‘03, kelas A dan B yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Terimakasih kebersamaannya semoga persahabatan kita tetap abadi, sampai jumpa dalam
kesuksesan.
13. Teman-temanku bedoel, dindin, edy, fuad, cempeng thanks nyo atas
bantuanya dan doanya akhirnya gw bisa...
Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu,
mudah-mudahan bantuan, bimbingan, dukungan, semangat, dan do’a yang telah diberikan menjadi pintu datangnya ridho dan kasih sayang Allah SWT di dunia dan akhirat.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi khazanah
ilmu pengetahuan umumnya.
Jakarta, Januari 2010
iv
ABSTRAK ...i
KATA PENGANTAR ...ii
DAFTAR ISI...iv
DAFTAR TABEL ...vi
DAFTAR GAMBAR ...vii
DAFTAR LAMPIRAN ...viii
BAB I PENDAHULUAN...1
A. Latar Belakang Masalah...1
B. Identifikasi Area dan Fokus Penelitian ...7
C. Pembatasan Fokus Penelitian...7
D. Perumusan Masalah Penelitian ...8
E. Tujuan dan Manfaat Hasil Penelitian...8
BABII KAJIAN TEORITIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL PERENCANAAN TINDAKAN ...9
A. Kajian Teori...9
1. Pembelajaran Matematika...9
a.Pengertian Matematika...9
b. Belajar dan Pembelajaran Matematika...11
2. Metode Penemuan Terbimbing (Guided Discovery Lesson) ...13
a. Pengertian Metode Penemuan Terbimbing...13
b. Perencanaan Pelaksanaan Metode Penemuan Terbimbing ...18
c. Kelebihan dan Kelemahan Metode Penemuan Terbimbing...19
3. Aktifitas Belajar Matematika ...20
4. Hubungan Aktifitas Belajar Matematika dengan Metode Penemuan Terbimbing ...24
B. Penelitian Yang Relevan ...25
C. Pengajuan Konseptual Intervensi/Perencanaan Tindakan ...26
D. Kerangka Berfikir...26
v
A. Tempat dan Waktu Penelitian ...30
B. Metode Penelitian Dan Desain Intervensi Tindakan...31
C. Subjek Penelitian...33
D. Peran Dan Posisi Peneliti Dalam Penelitian ...33
E. Tahapan Perencanaan Kegiatan ...33
F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan...37
G. Data dan Sumber Data ...37
H. Instrumen-instrumen Pengumpulan Data...38
I. Teknik Pengumpulan Data...40
J. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan (Trusworthiness) Studi ...40
K. Analisis Data dan Intervensi Hasil Data ...40
L. Pengembangan Perencanaan Tindakan ...41
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...42
A. Deskripsi Data...42
B. Pemeriksaan Keabsahan Data ...69
C. Analisis Data ...70
D. Interpretasi Data ...71
E. Pembahasan Temuan Penelitian...73
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...76
A. Kesimpulan ...76
B. Saran...77
DAFTAR PUSTAKA ...78
vi
Tabel 3.1 : Jadwal Kegitan Penelitian / Siklus...30
Tabel 3.2 : Pemberian Skor Pada Skala Likert ...40
Tabel 4.1 : Skor Awal Hasil Belajar Matematika Siswa...43
Tabel 4.2 : Rangkuman Nilai Awal Hasil Belajar Matematika Siswa ...44
Tabel 4.3 : Skor Rata-Rata Observasi Aktivitas Belajar Matematika Siswa Selama Pembelajaran Pada Siklus I...50
Tabel 4.4 : Distribusi Frekuensi Nilai Tes Akhir Siklus I...51
Tabel 4.5 : Hasil Refleksi Pada Siklus I...53
Tabel 4.6 : Skor rata-rata observasi aktivitas belajar matematika siswa selama Pembelajaran Pada Siklus II ...57
Tabel 4.7 : Distribusi Frekuensi Nilai tes akhir siklus II ...59
Tabel 4.8 : Hasil Refleksi Pada Siklus II ...60
Tabel 4.9 : Skor Rata-Rata Observasi Aktivitas Belajar Matematika Siswa Selama Pembelajaran Pada Siklus III ...66
Tabel 4.10 : Distribusi Frekuensi Nilai Tes Akhir Siklus III ...67
Tabel 4.11 : Hasil Refleksi Pada Siklus III ...69
Tabel 4.12 : Skor Rata-Rata Lembar Observasi Aktivitas Belajar Matematika Siswa ...71
vii
Gambar 1 : Desain Penelitian Tindakan Kelas ...34
[image:14.598.111.524.104.560.2]Gambar 2 : Aktivitas Siswa Mengerjakan Tes Akhir Siklus I ...53
Gambar 3 : Histogram Dan Poligon Distribusi Frekuensi Hasil Tes Akhir Siklus I .54
Gambar 4 : Aktivitas Siswa Mengerjakan Tugas Kelompok...60
Gambar 5 : Histogram Dan Poligon Distribusi Frekuensi Hasil Tes Akhir Siklus II 61
Gambar 6 : Aktivitas Siswa Untuk Bertanya Langsung ...68
Gambar 7 : Histogram Dan Poligon Distribusi Frekuensi Hasil Tes Akhir Siklus
III 69
Gambar 8 : Diagram Batang Hasil Skor Rata-Rata Aktivitas Melalui Lembar
Observasi...73
viii
Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ...80
Lampiran 2 LKS Metode Penemuan Terbimbing Pert 3 ...98
Lampiran 3 Jawaban Latihan Soal Pert 3...100
Lampiran 4 LKS Metode Penemuan Terbimbing Pert 6 ...101
Lampiran 5 Jawaban Latihan Soal Pert 6...102
Lampiran 6 LKS Metode Penemuan Terbimbing Pert 9 ...103
Lampiran 7 Jawaban Latihan Soal Pert 9...104
Lampiran 8 Lembar Observasi Aktivitas Belajar Matematika Siswa ...105
Lampiran 9 Lembar Observasi Guru...119
Lampiran 10 Kisi-Kisi Angket Aktivitas Belajar Matematika Siswa Sebelum Uji Validitas ...120
Lampiran 11 Angket Aktivitas Belajar Matematika Siswa Sebelum Uji Validitas ...121
Lampiran 12 Kisi-kisi Angket Aktivitas Belajar Matematika Siswa Setelah Uji Validitas ...124
Lampiran 13 Angket Aktivitas Belajar Matematika Siswa Setelah Uji Validitas ...125
Lampiran 14 Lembar Wawawncara Guru Sebelum dan Sesudah Penelitian...128
Lampiran 15 Kutipan Wawancara Guru Sebelum Penelitian ...129
Lampiran 16 Kutipan Wawancara Guru Setelah Penelitian ...131
Lampiran 17 Lembar Wawancara Siswa Sebelum dan Setelah Penelitian...133
Lampiran 18 Kutipan Wawancara Siswa Sebelum Penelitian ...134
Lampiran 19 Kutipan Wawancara Siswa Setelah Penelitian ...135
Lampiran 20 Kisi-kisi Tes Akhir Siklus I ...136
Lampiran 21 Tes Akhir Siklus 1 ...137
Lampiran 22 Jawaban Tes Akhir Siklus 1 ...138
Lampiran 23 Kisi-kisi Tes Akhir Siklus II...139
Lampiran 24 Tes Akhir Siklus 2 ...140
Lampiran 25 Jawaban Tes Akhir Siklus 2 ...141
Lampiran 26 Kisi-kisi Tes Akhir Siklus III ...142
Lampiran 27 Tes Akhir Siklus 3 ...143
Lampiran 28 Jawaban Tes Akhir Siklus 3 ...144
Lampiran 29 Kisi-kisi Ulangan BAB Lingkaran dan Garis Singgung ...145
ix
Lampiran 32 Daftar Nilai Awal Hasil Belajar Matematika Siswa...148
Lampiran 33 Perhitungan Statistik Nilai Awal Hasil Belajar Matematika Siswa ...149
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.
Islam memandang manusia sebagai makhluk yang dilahirkan dalam
keadaan fitrah. Allah SWT memberikan potensi jasmani dan rohani bagi manusia,
potensi yang terdapat didalam organ tubuh manusia disebut fisio psikis manusia,
berfungsi sebagai alat yang penting untuk melakukan kegiatan belajar.
Dalam sejarah kehidupan manusia, satu hal yang menjadi cita-cita manusia
yaitu menjadikan hidup ini lebih baik. Usaha perbaikan tersebut telah dilakukan
sejak manusia diciptakan, sebagai suatu keniscayaan dari kodratnya yang
memiliki akal dan hasrat untuk mencapai perubahan yang lebih baik. Perubahan
dan kemampuan untuk berubah merupakan batasan dan makna yang terkandung
dalam belajar. Banyak sekali bentuk perubahan yang terdapat dalam diri manusia
melalui proses belajar, sehingga kualitas peradaban manusia berpulang kepada
apa dan bagaimana ia belajar.
Masalah pendidikan dan pengajaran merupakan salah satu masalah yang
cukup komplek dan masalah pokok pendidikan di Indonesia pada saat ini masih
berkisar pada soal pemerataan kesempatan, revolusi, kualitas, efektifitas, dan
efisiensi pendidikan sesuai dengan masalah pokok tersebut. Serta memperhatikan
tentang masa kini dan kecenderungan di masa depan, maka dalam rangka
meningkatkan sumber daya manusia untuk mengatasi persoalan dan menghadapi
itu perlu diciptakan pendidikan yang unggul yaitu pendidikan yang dapat
mengembangkan potensi dan prestasi belajar siswa.
Firman Allah SWT dalam surat Al-Mujaadilah ayat 11
Artinya:
Pendidikan itu sangat penting dan tidak dapat dipisahkan dalam
kehidupan. Sifatnya mutlak, baik dalam kehidupan seseorang, keluarga maupun
bangsa dan negara. Perkembangan suatu bangsa banyak dipengaruhi dan
ditentukan oleh perkembangan pendidikan bangsa dan negara itu sendiri. Hal
tersebut mangandung implikasi bahwa masa depan bangsa dan negara dapat
diukur dari seberapa besar pendidikan sebagai investasi sumber daya manusia,
oleh karena itu mau tidak mau, senang atau tidak senang, pendidikan harus
menjadi investasi masa depan yang utama karena sumber daya manusia
merupakan pusat bagi pembangunan secara keseluruhan.
Landasan pendidikan di Indonesia juga diatur dalam undang-undang
Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentag Sistem Pendidikan Nasional,
diungkapkan bahwa:
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif megembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual agama, pengendalian diri, kepribadian, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.1
Begitu pentingnya pendidikan bagi bangsa dan negara, maka pemerintah
merumuskan tujuan pendidikan nasional. Tujuan pendidikan nasional yang
dimaksud adalah ”tujuan akhir yang akan dicapai oleh semua lembaga pendidikan baik formal, non formal, maupun informal yang berada dalam masyarakat dan
negara indonesia”.2
Undang-undang No. 20 tahun 2003 juga menjelaskan bahwa: ”Pendidikan bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan
bertanggung jawab.”3
Langeveld dalam bukunya Beknpte Theore Tische
Paedagogiek mengungkapkan ”tujuan umum pendidikan adalah tujuan didalam
1
UU RI No 20 Th 2003,Sist em pendidikan nasional, (Jakart a : Sinar Grafika, 2006), cet ke 3, hal. 2
2
M . Ngalim Purw ant o,Ilmu Pendidikan Teorit is dan Prakt is, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2003), cet ke 15, hal. 36
3
pendidikan yang seharusnya menjadi tujuan orang tua atau pendidik lain”.4
Seorang cendikiawan muslim Cak Nur (2002) mengungkapkan bahwa: ”tujuan utama pendidikan adalah pendidikan moral atau akhlak dan pengembangan
kecakapan atau keahlian.”5
Persoalan pendidikan bukan lagi hanya sekedar menyampaikan
pengetahuan (Transfer of knowledge), menyampaikan nilai atau hasil (Transfer of
value), dan menyampaikan kemampuan atau keahlian (Trasnfer of skill),
melainkan merupakan kegiatan intergratif yang mengembangkan suasana liberatif
(membebaskan) dan bukan memenjarakan, mengembangkan praksis (praktik dan
refleksi) serta pendidikan yang meluluskan manusia will in formed sadar IPTEK,
karena punya etika dan solidaritas. Oleh karena itu pendidikan harus senantiasa
memperhatikan pengelola operasional pendidikan, diantaranya pemberdayaan
peserta didik, guru, dan tenaga kependidikan lain, serta masyarakat yang menjadi
komponen penentu keberhasilan suatu program pendidikan dan merupakan
investasi SDM jangka panjang dan berlangsung sumur hidup.
Ilmu pengetahuan juga sangat berperan dalam mempertahankan kehidupan
umat manusia di tengah persaingan yang cukup ketat di kehidupan ini. Akibat
persaingan tersebut kenyataan tragis juga bisa terjadi, misalnya tidak sedikit orang
pintar yang menggunakan kepintarannya untuk mendesak bahkan menghancurkan
kehidupan orang lain. Kinerja akademik yang merupakan hasil belajar disamping
membawa manfaat juga membawa mudharat.
Sebagai menejer, guru atau pendidik dapat memenej kelas agar dapat
terlaksana proses belajar mengajar yang baik, bukan memenejemeni untuk
terjadinya prilaku baik, tetapi memenejemen kelas agar dapat terlaksananya
proses belajar mengajar yang baik, mencakup perencanaan untuk memfokuskan
pemikiran peserta didik, memfasilitasi diskusi, dan membentuk peserta didik
secara individual. Guru memenejemen kelas untuk mempromosikan belajar yang
lebih baik, yakni dengan meningkatkan kondisi belajar yang lebih baik, yang
mencakupi kesukaran dan aktivitas belajar, koperasi sekolah, kependidikan belajar
4
M . Ngalim Purw ant o,Ilmu Pendidikan…, hal.20
5
dan meningkatkan kepercayaan diri peserta didik. Dengan demikian,
sebagai hasilnya diharapkan guru atau pendidik memerlukan sedikit waktu untuk
memenejemeni perilaku mengerjakan tugas dan lebih banyak waktu untuk
berinteraksi dengan peserta didik, yakni menemukan ide, pertanyaan, dan
pemahaman.
Firman Allah SWT dalam surat Al-Baqarah ayat 242
Artinya:
”Demikianlah Allah menerangkan kepadamu ayat-ayatnya (hukum-hukumnya) supaya kamumemahaminya”
Guru sebagai salah satu faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya proses
belajar mengajar agar dapat tercapainya tujuan pengajaran yang telah dicanangkan
dan harus memiliki kemampuan serta kreativitas dalam menyesuaikan materi yang
diajarkan dengan model-model pembelajaran yang dapat membantu siswa untuk
lebih mengerti sekaligus berpikir kreatif, inovatif, dan aspiratif dalam menyikapi
masalah yang ada. Guru merupakan factor human kedua setelah peserta didik,
walaupun padangan dari paham teacher centred pada umumnya tidak diterima,
tetapi guru mempunyai peranan yang sangat penting didalam proses pendidikan,
karena tanpa guru pendidikan tidak mungkin dapat berlangsung. Peranan guru
dalam proses belajar mengajar meliputi banyak hal sebagaimana oleh Adam
Decey dalam Basic Principle of student Teaching dalam Usman, antara lain guru
sebagai “pengajar, pemimpin kelas, pembimbing, pengatur lingkungan belajar, partisipan, ekspeditor, perencana, supervisor, motivator, penanya, evaluator, dan
konselor.”6
Guru yang professional dalam tugasnya adalah guru yang kinerjanya
dilandasi secara benar oleh pengetahuan dan kemahiran mengelola interaksi
pembelajaran, penguasaan bahan ajar, dan kelihaian mengukur proses belajar dan
hasil pembelajaran serta guru yang mahir mengelola interaksi pembelajaran
6
inklusif menguasai dan mampu memilih bahan ajar yang tepat serta dapat
menerapkan berbagai model dan bentuk penilaian. Oleh karena itu, guru tidak
hanya sebagai seorang yang memberikan informasi dan mengemas mata pelajaran
peserta didik untuk dijadikan bahan ajar, akan tetapi harus lebih mendidik mereka
belajar hidup sebagai masyarakat yang hidup bersosialisasi dengan semangat
persaudaran, menjunjung tinggi martabat manusia, saling menghargai, kerjasama
dan peduli terhadap sesama. Tugas lain dari guru adalah membimbing peserta
didik yaitu untuk mencari pengenalan terhadapnya mengenai kebutuhan,
kesanggupan, bakat, minat, serta aktif dan menciptakan situasi untuk pendidkan
yaitu suatu keadaan di mana tindakan-tindakan pendidikan dapat berlangsung
dengan baik dengan hasil yang memuaskan.
Matematika merupakan pelajaran yang selalu diajarkan di setiap jenjang
pendidikan. Karena pelajaran matematika merupakan syarat kelulusan siswa dan
matematika sangat berguna dalam kehidupan sehari–hari untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi manusia. Pelajaran matematika juga merupakan
pelajaran yang dianggap penting oleh pemerintah, peserta didik menjadikan
pelajaran matematika suatu yang tidak menyenangkan. Matematika (ilmu pasti)
bagi anak-anak merupakan pada umumnya mata pelajaran yang tidak disenangi,
kalau bukan mata pelajaran yang dibenci.
Namun demikian, kita juga tidak dapat mengingkari kenyataan bahwa
sampai sekarang masih banyak orang yang mengalami kesulitan dalam
mempelajari matematika. Bahkan tidak jarang matematika dianggap momok atau
hantu yang menakutkan, yang sebisa mungkin dihindari. Ketika mendengar kata
matematika serta merta yang muncul di pikiran indentik dengan kata sulit.
Pendidikan matematika juga mempunyai ciri-ciri khusus sehingga
pendidikan dan pengajarannya perlu ditangani secara khusus pula. Demikian pula
matematika sebagai proses yang aktif, dinamik dan generatif melalui kegiatan
matematika (doing math), matematika juga memberikan sumbangan yang penting
kepada siswa dalam pengembangan motivasi belajar, berpikir logis, sistematik,
kritis, cermat dan bersikap obyektif serta terbuka dalam menghadapi
Secara umum diberikannya pendidikan matematika di sekolah adalah
untuk membantu siswa mempersiapkan diri agar sanggup menghadapi perubahan
keadaan didalam kehidupan dan di dunia yang selalu berkembang, melalui latihan
bertindak atas dasar pemikiran secara logis, rasional, dan kritis. Serta
mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan pola fikir
matematika dalam kehidupan sehari-hari dan dalam mempelajari berbagai ilmu
pengetahuan. Tujuan pendidikan matematika di sekolah lebih ditekankan pada
penataan nalar, dasar dan pembentukan sikap, serta ketrampilan dalam penerapan
matematika.
Pembelajaran akan berhasil jika diawali dengan membangun pemikiran
siswa, misalnya siswa diberikan permasalahan yang tidak asing lagi dalam
pemikirannya, artinya permasalahan yang diberikan pernah mereka alami,
sehingga siswa berupaya untuk mencari dan menemukan jawabannya berdasarkan
pada struktur pengetahuan telah mereka miliki sebelumnya. Pada umumnya
metode yang banyak digunakan guru adalah metode ceramah dan tanya jawab,
guru bertindak sebagai sumber informasi yang sangat dominan, interaksi yang
berlangsung sering kali membuat siswa merasa jenuh.
Pembelajaran matematika juga mempunyai beberapa metode yang dapat
dipilih untuk kegiatan belajar mengajar agar dapat berlangsung dengan baik.
Metode-metode yang banyak digunakan diantaranya adalah metode ceramah,
tanya jawab, diskusi, demontrasi, pemecahan masalah, penemuan, dan
sebagainya. Dari beberapa metode yang banyak digunakan dalam pembelajaran
matematika, pada dasarnya tidak ada metode yang mutlak bernilai tepat.
Pada perkembangan pendidikan dewasa ini, proses pembelajaran lebih
menekankan pada terciptanya suasana belajar yang interaktif dan komunikatif atau
dengan kata lain pembelajaran berpusat pada siswa. Salah satu metode yang
mengarah pada hal tersebut adalah metode penemuan. Metode penemuan dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu metode penemuan terbimbing dan metode
penemuan tidak terbimbing. Metode penemuan terbimbing adalah metode yang
lebih mengarahkan siswa untuk berfikir dan belajar, guru menjadi sumber
pembimbing. Metode seperti ini lebih dapat memuaskan keingintahuan pada diri
siswa sehingga keaktifan belajar siswa dapat meningkat, sedangkan metode
penemuan tidak terbimbing siswa harus menemukan prinsip pembelajaran sendiri.
Berdasarkan uraian di atas maka metode penemuan terbimbing bisa
menjadi salah satu alternatif pilihan yang dapat digunakan dalam proses
pembelajaran. Sehingga penulis tertarik untuk mengangkat masalah dengan judul:
“Pembelajaran Matematika dengan Menggunakan Metode Penemuan Terbimbing(Guided Discovery Lesson)untuk Meningkatkan Aktivitas
Belajar Matematika Siswa”
B. Identifikasi Area dan Fokus Penelitian
Dari penjelasan uraian di atas, maka dapat di identifikasi beberapa masalah
yang timbul, antara lain:
1. Faktor apa saja yang menyebabkan rendahnya aktivitas belajar siswa?
2. Apakah metode penemuan terbimbing dapat meningkatkan aktivitas
belajar siswa?
3. Bagaimana metode penemuan terbimbing dapat meningkatkan
aktivitas belajar siswa?
4. Hambatan apa saja yang mungkin terjadi dalam pembelajaran
matematika dengan menggunkan metode penemuan terbimbing?
Fokus penelitian ini adalah meningkatkan aktivitas belajar siswa dengan metode
penemuan terbimbing.
C. Pembatasan Fokus Penelitian.
Fokus penelitian pada penelitian ini dibatasi, pembatasan fokus penelitian
sebagai berikut:
1. Aktivitas adalah suatu kegiatan yang dilakukan sehari-hari dalam kelas
atau dalam istilah proses belajar mengajar. Aktivitas dalam belajar
dilakukan bila ada guru dan siswa. Aktivitas itu sendiri berupa kehadiran,
pembahasan materi, mendengarkan, mencatat, mengingat, adanya diskusi
2. Aktivitas belajar yang dimaksud adalah aktivitas belajar siswa setelah
diberi pembelajaran dengan metode penemuan terbimbing.
3. Metode penemuan terbimbing yang dimaksud membimbing dan lebih
mengarah kepada aktifnya siswa dalam menyelesaikan suatu
permasalahan.
D. Perumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan masalah yang telah dibatasi sebagaimana di atas, maka
perumusan masalah yang diajukan adalah sebagai berikut :
1. Apakah metode penemuan terbimbing dapat meningkatkan aktivitas
belajar matematika siswa?
2. Bagaimana hasil belajar matematika siswa setelah menggunakan
metode penemuan terbimbing dalam proses pembelajaran matematika?
E. Tujuan Dan Manfaat Penelitian .
1. Tujuan Penelitian.
1. Untuk mengetahui bagaimana metode penemuan terbimbing dapat
meningkatkan aktivitas belajar matematika siswa
2. Untuk mengetahui keaktifan belajar matematika siswa dengan metode
penemuan terbimbing.
3. Untuk mengetahui penerapan metode penemuan terbimbing dalam
proses pembelajaran matematika.
2. Manfaat Penelitian.
1. Dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa.
2. Siswa lebih semangat merumuskan, menafsirkan, dan dapat
menyelesaikan model matematika.
3. Siswa dapat berperan aktif dalam proses pembelajaran.
BAB II
KAJIAN TEORITIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL
PERENCANAAN TINDAKAN
A. Deskripsi Teori
1. Pembelajaran Matematika
a. Pengertian Matematika
Perkataan matematika sangat erat hubungannya dengan kata
mathaein yang mempunyai arti belajar (berpikir). Banyak sekali pendapat
yang muncul tentang pengertian matematika, baik dipandang dari segi
ilmu pegetahuan atau maupun pengalaman masing-masing orang yang
berbeda. Berdasarkan etimologis, perkataan matematika mempunyai arti
“ilmu pengetahuan yang diperoleh dengan benalar.”1
Hal ini dimaksudkan
bukan berarti ilmu lain yang diperoleh buka melalui penalaran, akan tetapi
dalam matematika lebih mengarah kepada aktivitas dalam dunia rasio
(penalaran), sedangkan dalam ilmu lain lebih menekankan kepada hasil
observasi atau eksperimen disamping penalaran. Matematika terbentuk
sebagai hasil pemikiran manusia yang behubungan dengan ide, proses, dan
penalaran. Matematika adalah pola berpikir, pola mengorganisasikan,
pembuktian yang logis. Matematika itu adalah bahasa yang menggunakan
istilah yang didefinisikan dengan cermat, jelas dan akurat, representasinya
dengan simbol, lebih berupa bahasa simbol mengenai ide dari pada
mengenai bunyi. Ruseffendi menyatakan ”bahwa terdapat banyak anak yang setelah belajar matematika bagian yang sederhana tidak
dipahaminya, bahkan banyak konsep yang dipahaminya secara keliru.”2
Banyak dari mereka menghafal bukan memahami konsepnya. Matematika
dianggap pelajaran yang membosankan dan membuat ruwet.
1
H. Erman Suherman, et al. Common Text Book; St rat egi Pembelajaran M at emat ika Kot emporer,(Bandung: UPI, 2003), hal. 16
2
Untuk mengenal matematika lebih dekat, lebih dulu kita mesti
mengetahui ciri-ciri atau mengenal sifat-sifatnya. Matematika itu
memiliki beberapa ciri-ciri penting. Pertama, memiliki obyek yang sangat
abstrak. Berbeda dengan ilmu pengetahuan lain, matematika merupakan
cabang ilmu yang spesifik. Matematika tidak mempelajari obyek-obyek
secara langsung dapat ditangkap oleh indera manusia. Subtansi
matematika adalah benda-benda pikir yang bersifat abstrak. Walaupun
pada awalnya matematika lahir dari hasil pengamatan empiris terhadap
benda-benda konkret (geometri), namun dalam perkembanganya
matematika lebih memasuki dunianya yang abstrak. Obyek matematika
adalah fakta, konsep, operasi dan prinsip yang kesemuanya itu berperan
dalam membentuk proses berpikir matematis, dengan salah satu cirinya
adalah adanya alur penalaran yang logis. Kedua, memiliki pola pikir
deduktif dan konsisten. Matematika dikembangkan melalui deduksi dari
seperangkat anggapan-anggapan yang tidak dipersoalkan lagi nilai
kebenaranya dan dianggap saja benar.
Dalam matematika, anggapan-anggapan yang dianggap benar itu
dikenal dengan sebutan aksioma. Sekumpulan aksioma ini dapat
digunakan untuk menyimpulkan kebenaran suatu pernyataan lain, dan
pernyataan ini disebut teorema. Dari aksioma dan teorema atau dari
teorema dan teorema kemudian dapat diturunkan teorema lain. Akhirnya
matematika merupakan kumpulan-kumpulan butir-butir pengetahuan benar
yang hanya terdiri atas dua jenis kebenaran, yaitu aksioma dan teorema.
Andi Hakim Nasution mengungkapkan kalaulah ada pengetahuan yang
tampaknya benar, namun belum dapat dibuktikan, maka butir pengetahuan
itu belum dianggap kebenaran dan hanya berupa suatu takhayul yang
masih perlu dibuktikan. Dengan kata lain, kebenaran konsistensi
matematika adalah kebenaran dari suatu pernyataan tertentu yang
didasarkan pada kebenaran-kebenaran pernyataan terdahulu yang telah
diterima sebelumnya. Sehingga satu sama lain tidak mengalami
Matematika tumbuh dan berkembang karena ada proses berpikir,
oleh karena itu logika dasar dari terbentuknya matematika. Logika adalah
masa bayi dari matematika, sedangkan matematika adalah masa dewasa
dari logika. Pada awalnya cabang-cabang matematika yang pertama kali
ditemukan adalah Aritmatika atau Berhitung, aljabar dan geometri.
Setelah itu ditemukanlah ilmu kalkulus yang berfungsi sebagai tonggak
penopang terbentuknya cabang-cabang ilmu matematika baru yang lebih
kompleks, antara lain Statistika, Topologi, Aljabar (linier, abstrak,
himpunan), Geometri (linier dan sistem geometri), Analisis Vektor dan
lain-lain.
b. Belajar dan Pembelajaran Matematika
Belajar merupakan salah satu faktor penting dalam perkembangan
peradaban manusia. Sebagai makhluk yang memiliki akal dan pikiran,
manusia selalu memikirkan dan berusaha untuk menjadikan segala sesuatu
agar lebih mudah. Sehingga setiap manusia berusaha untuk mengetahui
apa yang menjadi permasalahan hidup dan mencari jalan keluar atas
permasalahan tersebut. Untuk dapat mengatasi permasalahan yang
dihadapinya manusia memerlukan suatu perubahan tingkah laku dalam
dirinya. Perubahan tingkah laku tersebut dapat diperoleh berdasarkan
pemikiran dan pengalaman pribadi atau melalui interaksi sosial dengan
orang lain. Proses yang menyebabkan perubahan tingkah laku pada
manusia itu disebut sebagai proses dari belajar.
Belajar pada manusia merupakan proses psikis yang berlangsung
dalam interaksi aktif subjek dengan lingkungan dan menghasilkan
perubahan-perubahan dalam pengetahuannya, pemahamannya,
keterampilan, nilai yang relatif konstan/menetap. Dari berbagai sudut
pandang tentang pengertian belajar, hal yang paling mendasar adalah
yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamanya sendiri dalam
interaksi dengan lingkunganya.”3
Belajar pada hakekatnya dapat
dilakukan dimana saja dan kapan saja. Baik itu dilakukan disekolah secara
formal maupun dilakukan dialam sekitar. Lain halnya dengan Sardiman
AM, yang mengganggap bahwa sekolah adalah salah satunya pusat
kegiatan belajar karena merupakan arena untuk mengembangkan aktivitas.
Proses yang terjadi pada lingkungan tertentu dinamakan
pembelajaran. Lingkungan tertentu yang dimaksud adalah lingkungan
yang didalamnya terdapat proses pembelajaran, seperti sekolah atau
lingkungan belajar di kelas. Titik fokus pembelajaran adalah bagaimana
membelajarkan siswa agar tujuan yang diinginkan tercapai. Sehingga
proses belajar merupakan inti dari kegiatan pembelajaran. Dalam kamus
besar Bahasa Indonesia kata pembelajaran diartikan sebagai proses, cara,
menjadikan orang atau makhluk hidup belajar. Dan dalam undang-undang
Republik Indonesia No 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional
disebutkan bahwa pembelajaran adalah “proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar”4
.
Dari uraian-uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
matematika berperan dalam upaya bagaimana menciptakan kegiatan
belajar siswa yang baik. Oleh karena itu pada hakikatnya pembelajaran
matematika adalah proses yang sengaja dirancang dengan tujuan untuk
menciptakan suasana lingkungan yang memungkinkan seseorang siswa
melaksanakan kegiatan belajar matematika dan dalam proses tersebut
terjalin hubungan yang sinergis dan tak terpisahkan antara tiga unsur
pembelajaran yaitu: peserta didik, pendidik, dan sumber belajar.
Pembelajaran matematika harus memberikan peluang kepada siswa untuk
berusaha dan mencari pengalaman tentang matematika. Menurut Zurinal
dan Wahdi, pembelajaran adalah suatu usaha dan proses yang dilakukan
secara sadar dengan mengacu pada tujuan (pembentukan kompetensi),
3
Slamet o,Belajar dan Fakt or-fakt or yang M empengaruhinya, (Jakart a: PT Rineka Cipt a, 2003), Cet ke 4, hal.2
4
yang dengan sistematik dan terarah pada terwujudnya perubahan tingkah
laku.
2. Metode Penemuan Terbimbing(Guided Discovery Lesson)
a. Pengertian Metode Penemuan Terbimbing
Metode penemuan (discovery method) awalnya dikembangkan
Jeromer Bruner dengan yang menyatakan “bahwa anak harus berperan aktif di dalam kelas”5. Metode penemuan adalah cara menyampaikan bahan ajar sedemikian sehingga proses belajar yang terjadi memungkinkan
siswa untuk menemukan hal baru baginya berdasarkan serentetan
pengalaman yang dimiliki. Metode ini merupakan metode yang
memajukan cara belajar aktif, berorientasi pada proses, mengarahkan
sendiri, mencari sendiri dan reflektif. Biarkanlah siswa menemukan arti
bagi diri mereka sendiri dan memungkinkan mereka untuk mempelajari
konsep-konsep di dalam bahasa mereka sendiri. Hal-hal yang perlu
diperhatikan di dalam metode penemuan yaitu “adanya suatu kenaikan di dalam potensi intelektual, ganjaran instrinsik lebih ditekankan dari pada
ekstrinsik, siswa yang mempelajari bagaimana menemukan berarti siswa
itu menguasai metode penemuan (discovery)”6.
Menurut Encyclopedia of Educational Research, “penemuan
merupakan suatu strategi yang unik dapat bentuk oleh guru dengan
berbagai cara”7
, termasuk mengajarkan keterampilan menyelidiki dan
memecahkan masalah sebagai alat bagi siswa untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Sund berpendapat bahwa metode penemuan (discovery
lesson) adalah “proses mental dimana siswa mampu mengasimilasikan
suatu konsep atau sesuatu prinsip”8
. Proses mental misalnya; mengamati,
5
Sumarmi,St rat egi Belajar M engajar Geografi,(M alang: Depart emen Pendidikan Nasional UM M alang, 2002), h 23
6
Sumarmi,St rat egi Belajar …, h 23
7
B.Suryosubrot o,Proses Belajar M engajar di Sekolah, (Jakart a : PT Rineka Cipt a, 2002), Cet ke 2, hal.192
8
menggolongkan-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur,
membuat kesimpulan, sedangkan konsep misalnya; bundar, segi tiga,
demokrasi, energi dan sebagai dan prinsip misalnya setiap logam bila
dipanaskan memuai.
Beberapa konsep dasar dalam metode penemuan adalah:
1. Ditinjau dari segi siswa yang belajar:
a. Terjadinya proses mental yang tinggi dari siswa sebab dari
aktivitas ini siswa mengasimilasikan konsep dan mengasimilasikan
prinsip
b. Problem solving
c. Self learning activities
d. Tangung jawab sendiri
2. Ditinjau dari guru yang mengajar
a. Guru sebagai pendiagnosis yang berusaha mengetahui
kebutuhan siswa dan kesiapan siswa
b. Guru sebagai fasilitator
1. Menyiapkan tugas atauproblem yang dipecahkan oleh para
siswa
2. Memberikan klasifikasi-klasifikasi
3. Menyiapkan setting kelas
4. Menyiapkan alat-alat dan fasilitas belajar yang diperlukan
5. Memberikan kesempatan pelaksanaan
6. Sumber informasi, jika diperlukan siswa
7. Membantu siswa agar dapat sendiri merumuskan
kesimpulan dan implikasi-implikasinya
c. Guru sebagai dinamisator:
1. Merangsang terjadinya interaksi
2. Merangsang hati siswa untuk lebih bergairah dalam
kegiatan-kegiatannya
3. Ditinjau dari derajat keterlibatan proses mental dan jenis tujuan
pengajaran yang ingin dicapai:
a. Ada guru yang menggunakan metode penemuan bebas yang
tidak terpimpin sama sekali
b. Ada guru yang tidak menggunakan metode penemuan yang
terpimpin
c. Ada guru yang menggunakan metode inquiri
Dalam menggunakan teknik discovery guru berusaha
meningkatkan aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar, “maka teknik
discoverymemiliki keunggulan sebagai berikut:”9
1. Teknik ini mampu membantu siswa untuk mengembangkan,
memperbanyak kesiapan, serta penguasaan ketrampilan dalam
proses kognitif atau pengenalan siswa
2. Siswa memperoleh pengetahuan yang bersifat sangat pribadi,
individual, sehingga dapat kokoh atau mendalam tertinggal dalam
jiwa siswa tersebut
3. Dapat membangkitkan aktivitas belajar pada siswa
4. Teknik ini mampu memberikan kesempatan kepada siswa untuk
berkembang dan maju sesuai dengan kemampuannya
masing-masing
5. Mampu mengarahkan cara siswa belajar, sehingga lebih memiliki
motivasi yang kuat untuk belajar lebih giat
6. Membantu siswa untuk memperkuat dan menambah kepercayaan
pada diri sendiri dengan proses penemuan sendiri
7. Strategi itu berpusat pada siswa tidak pada guru, guru hanya
sebagai teman belajar saja, membantu bila diperlukan
Walaupun demikian baiknya teknik ini masih ada kelemahan yang perlu
diperhatikan ialah:
9
1. Pada siswa harus ada kesiapan dan kematangan mental untuk
belajar dengan metode ini. Siswa harus berani dan berkeinginan
untuk mengetahui keadaan sekitarnya dengan baik.
2. Bila kelas terlalu besar penggunaan teknik ini akan kurang
berhasil.
3. Bagi guru dan siswa yang sudah biasa dengan perencanaan dan
pengajaran tradisional mungkin akan sangat kecewa bila diganti
dengan teknik penemuan.
4. Dengan teknik ini ada yang berpendapat bahwa proses mental ini
terlalu mementingkan proses pengertian saja, kurang
memperhatikan perkembangan atau pembentukan sikap dan
ketrampilan bagi siswa.
5. Teknik ini mungkin tidak memberikan kesempatan untuk berfikir
secara kreatif.
Konsep dasar metode penemuan di atas menjadi landasan
penggunaan metode penemuan terbimbing dalam pembelajaran
matematika. Sebagai suatu metode pembelajaran dari sekian banyak
metode pembelajaran yang ada, metode penemuan terbimbing
menempatkan guru sebagai fasilitator, guru membimbing siswa jika
diperlukan. Dalam metode ini, siswa didorong untuk berpikir sendiri,
menganalisis sendiri, sehingga dapat menemukan prinsip umum
berdasarkan bahan atau data yang telah disediakan guru. Sampai seberapa
jauh siswa dibimbing, tergantung pada kemampuannya dan materi yang
sedang dipelajari
Sund mengatakan bahwa penggunaan discovery dalam batas-batas
tertentu adalah baik untuk kelas-kelas rendah. Dr. J. Richard dan
asistennya (2000) mencoba self learning siswa, sehingga “proses
pengajaran berpindah dari situasi teacher dominated learning (vertical)ke
situasi student dominated learning (horizontal)”10, dengan menggunakan discovery yang melibatkan siswa dalam proses kegiatan mental melalui
10
tukar pendapat dengan diskusi, tanya jawab, membaca sendiri dan
mencoba sendiri, agar anak dapat belajar sendiri. “Salah satu bentuknya adalahGuided Discovery Lesson.”11 Metode penemuan terbimbing adalah proses asimilasi konsep dan prinsip yang dilakukan oleh siswa tidak lepas
dan bebas, tetapi masih berada dalam pengamatan dan bimbingna guru,
sehingga proses pembelajaran dapat terkendali dan terarah. “Untuk kebanyakan situasi di dalam kelas, paling baik diterapkan pendekatan
penemuan terbimbing dimana guru memimpin murid-murid dengan
tahapan-tahapan yang benar.”12 Permulaan pembelajaran guru memberikan wacana kepada siswa, lalu siswa dibiasakan untuk
menemukan sendiri informasi mengenai bahan pelajaran. Mereka tergerak
hatinya untuk menemukan sendiri informasi tersebut, sehingga suasana
kelas tidak kering dan tidak membosankan karena para siswa terlibat
dalam situasi yang aktif. Peranan guru dalam metode ini hanya sebatas
prepai objek, membantu kebutuhan-kebutuhan siswa dalam proses
penemuannya, serta menjadi sumber informasi apabila diperlukan siswa.
Dalam metode penemuan terbimbing, langkah yang ditempuh guru
adalah menyatakan masalah kemudian membimbing siswa untuk
menemukan penyelesain masalah itu dengan instruksi-instruksi seminimal
mungkin yang diberikan guru, sedangkan siswa mengikuti instruksi yang
sedikit itu, dan berusaha menemukan sendiri penyelesainya. Kesimpulan
yang dapat diambil untuk menentukan langkah-langkah yang harus
dilakukan siswa berdasarkan konsep dasar metode penemuan adalah:
1. Memahami masalah
2. Melihat pola yang terjadi dan membuat dugaan
3. Menguji dugaan tersebut
4. Menyatakan dalam bentuk umum13
11
B.Suryosubrot o,Proses Belajar …, hal.194
12
M AX A. Sobel dan Guan M . M alet sky,M engajar M at emat ika, (Jakart a : Erlangga, 2004), Cet ke 3, hal. 16
13
Karakteristik metode ini terletak pada peran siswa dalam proses
pemahaman definisi dan teorema yang ditemukan sendiri, dan mengujinya,
serta peranan guru yang membantu kebutuhan siswa dan memberikan
latihan. Proses tersebut masih dapat berkembang sesuai
kebutuhan-kebutuhan dalam memberikan pemahaman kepada siswa pada
pembelajaran dalam kelas dan suasana didalam kelas tidak akan
membosankan tetapi akan terasa lebih menyenangkan, karena siswa
terlibat langsung dalam proses pembelajaran.
b. Perencanaan dan Pelaksanan Metode Penemuan Terbimbing
Pada perencanaan metode penemuan terbimbing yang perlu
diperhatikan oleh guru adalah:
1. Indentifikasi kebutuhan siswa
2. Seleksi pendahuluan terhadap prinsip-prinsip, pengertian konsep
dan generalisasi yang akan dipelajari
3. Seleksi bahan danproblem/tugas-tugas
4. Membantu memperjelas
- tugas / masalah yang dipelajari
- peranan masing-masing siswa
5. Mempersiapkan seting kelas dan alat-alat yang diperlukan
Untuk pelaksanaan metode penemuan terbimbing yang harus
diperhatikan guru adalah:
1. Mencek pemahaman siswa terhadap masalah yang akan
dipecahkan dan tugas-tugas siswa
2. Memberi kesempatan pada siswa untuk melakukan penemuan
3. Membantu siswa dengan informasi/data, jika diperlukan oleh siswa
4. Memimpin analisis sendiri dengan pertanyaan yang mengarahkan
dan mengidenifikasi proses
5. Merangsang terjadinya interaksi antar siswa dengan siswa
6. Memuji dan membesarkan siswa yang aktif dalam proses
7. Membantu siswa merumuskan prinsip-prinsip dan generalisasi atas
hasil penemuannya
c. Kelebihan Dan Kelemahan Metode Penemuan Terbimbing
Beberapa kelebihan penemuan terbimbing adalah sebagai berikut:
1. Siswa aktif dalam kegiatan belajar, sebab ia befikir dan
menggunakan kemampuannya untuk menemukan hasil belajar
2. Siswa memahami benar bahan pelajaran, sebab mengalami sendiri
proses menemukannya. Sesuatu yang diperoleh dengan cara ini
akan lebih lama diingat
3. Menemukan sendiri menimbulkan rasa puas. Kepuasan batin ini
mendorong ingin melakukan penemuan lagi hingga minat
belajarnya meningkat.
4. Siswa yang memperoleh pengetahuan dengan metode ini akan
lebih mampu mentransfer pengetahuannya ke berbagai konteks
5. Metode ini melatih siswa untuk lebih banyak belajar sendiri
Beberapa kelemahan metode penemuan terbimbing adalah:
1. Metode ini banyak menyita waktu.
2. Tidak setiap guru mempunyai kemampuan mengajar dengan cara
penemuan terbimbing
3. Tidak semua siswa mampu melakukan penemuan. Apabila
bimbingan guru tidak sesuai dengan kesiapan intelektual siswa, ini
dapat merusak struktur pengetahuannya. Juga bimbingan yang
terlalu banyak dapat mematikan inisiatifnya, jadi yang dilakukan
guru terhadap siswa yang tidak mampu melakukan penemuan
membimbing sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya.
4. Metode ini tidak dapat digunakan untuk mengajar tiap topik.
5. Kelas yang banyak siswanya akan sangat merepotkan guru dalam
3. Aktivitas Belajar Matematika
Aktivitas dalam belajar adalah suatu kegiatan yang dilakukan
sehari-hari didalam kelas atau dalam istilah kata proses belajar mengajar. Aktivitas
dalam belajar dilakukan bila keduanya hadir, adanya guru dan siswa.
Di dalam belajar perlu adanya aktivitas, sebab pada prinsipnya belajar
itu adalah berbuat. Menurut pandangan ilmu jiwa modern, aktivitas belajar
adalah aktivitas yang bersifat fisik maupun mental, dalam kegiatan belajar
kedua aktivitas itu harus saling berkaitan, kaitan antara keduanya akan
membuahkan aktivitas belajar yang optimal
Dari semua asas diktaktik dapat dikatakan aktivitas merupakan asas
yang terpenting karena belajar merupakan suatu kegiatan. Tanpa kegiatan
atau bergerak tak mungkin seorang dikatakan belajar. Pada prinsipnya belajar
adalah berbuat, berbuat untuk mengubah tingkah laku jadi melakukan
kegiatan. Tidak ada belajar kalau tidak aktivitas.
Seperti yang terjadi di Indonesia kebanyakan sekolah tradisional hanya
memberlakukan siswanya dengan aktivitas mendengar dan mencatat. Mereka
menjadikan guru sebagai sentral dalam proses belajar mengajar dikelas,
sedangkan siswa bersifat pasif dan menerima begitu saja. Siswa diibaratkan
kertas putih, sedangkan guru adalah tintanya yang menulis apa saja yang
diinginkan, dengan begitu siswa tidak mempunyai tujuan dalam aktivitas
belajarnya. Oleh karena itu aktivitas belajar sangat penting dalam proses
pembelajaran, karena ”hampir tidak pernah terjadi proses belajar mengajar tanpa adanya keaktifan individu / siswa yang belajar, dan ada pula keaktifan
belajar kategori tinggi.”14
Aktivitas yang dilakukan siswa di dalam kelas
sangatlah berpengaruh terhadap proses pembelajaran.
Dalam hal ini dapat diartikan sebagai contoh bahwa guru hanya
memberikan kail ikan sedangkan siswa yang memancing. Besar kecilnya ikan
yang di dapat tergantung dari aktivitas yang dilakukan. Kiasan ini sebenarnya
memiliki makna yang sangat penting dalam aktivitas belajar mengajar. Sebab
siswa harus aktif sendiri termasuk bagaimana strategi yang harus ditempuh
untuk mendapatkan ilmu atau nilai.
14
Seperti yang telah dijelaskan aktivitas belajar itu adalah aktivitas yang
bersifat fisik maupun mental. Dalam kegiatan belajar mengajar, kedua aspek
harus selalu berkaitan, dengan begitu apapun yang dilakukan tidak terlepas
dari tujuan belajar yang sebenarnya karena adanya aktivitas belajar, sebagai
contoh seseorang itu sedang belajar dengan membaca. Secara fisik kelihatan
bahwa orang itu sedang membaca menghadapi sebuah buku, secara pikiran
dan sikap mentalnya tertuju pada buku yang dibaca, ini menunjukan adanya
keserasian aktivitas, kalau sudah demikian belajar itu akan optimal.
Meskipun orang telah mempunyai tujuan dalam belajar serta telah
memilih set yang tepat untuk merealisir tujuan itu, namun tindakan-tindakan
untuk mencapai tujuan sangat dipengaruhi oleh situasi. Setiap situasi
dimanapun dan kapan saja dapat memberi kesempatan belajar kepada
seseorang. Situasi ini ikut menentukan set belajar yang dipilih. “Aktivitas belajar itu berhubungan dengan masalah belajar menulis, mencatat,
memandang, mengingat, berfikir, latihan atau praktek, dan sebagainya”15
.
Disamping itu, ada juga contoh aktivitas belajar yang lain seperti diskusi, hal
ini merupakan salah satu diantarannya yang harus sering dilakukan siswa
selain dari pada kehadiran di kelas. Mengingat aktivitas belajar tersebut
merupakan credit poin siswa dalam pencapaian nilai yang baik. “Beberapa contoh aktivitas belajar”16
:
1. Mendengarkan
Mendengarkan adalah salah satu aktivitas belajar. Setiap orang yang
belajar di sekolah pasti ada aktivitas mendengarkan.
2. Memandang
Memandang adalah mengarahkan penglihatan ke suatu objek.
Aktivitas memandang berhubungan erat dengan mata. Karena dalam
memandang itu matalah yang memegang peranan penting.
15
Syaiful Bahri Djamarah,Psikologi Belajar,( Jakart a: PT Rineka Cipt a, 2002 ), cet 1, h 38
16
3. Meraba, membau, dan mencicipi/mengecap
Aktivitas meraba, membau, dan mengecap adalah indra manusia yang
dapat dijadikan sebagai alat untuk kepentingan belajar.
4. Menulis atau mencatat
Menulis atau mencatat merupakan kegiatan yang tidak terpisahkan
dari aktivitas belajar.
5. Membaca
Aktivitas membaca adalah aktivitas yang paling banyak dilakukan
selama belajar di sekolah.
6. Membuat ikhtisar atau ringkasan dan menggarisbawahi
Ikhtisar atau ringkasan memang dapat membantu dalam hal mengingat
atau mencari kembali materi dalam buku untuk masa-masa yang akan
datang.
7. Mengamati tabel-tabel, diagram-diagram dan bagan-bagan
Aktivitas mengamati tabel-tabel, diagram-diagram dan bagan-bagan
jangan diabaikan untuk diamati, karena ada hal-hal tertentu yang tidak
termasuk dalam penjelasan melalui tulisan.
8. Menyusun paper atau kertas kerja
Dalam penyusunan paper tidak bisa sembarangan, tetapi harus
metodologis dan sistematis.
9. Mengingat
Mengingat merupakan gejala psikologis. Untuk mengetahui bahwa
seseorang sedang mengingat sesuatu, dapat dilihat dari sikap dan
perbuatannya. Perbuatan mengingat dilakukan bila seseorang sedang
mengingat-ingat kesan yang telah dipunyai.
10. Berfikir
Berfikir termasuk aktivitas belajar. Dengan berfikir orang
memperoleh penemuan baru, setidak-tidaknya orang menjadi tahu
tentang hubungan antara sesuatu.
11. Latihan atau praktek
Paul B. Dierdrich (2007) membuat suatu daftar yang berisi 177 macam
kegiatan siswa yang merupakan jenis-jenis aktivitas antara lain:17
1. Visual activities seperti : membaca, memperhatikan, menggambar,
mendemonstrasikan, percobaan, pekerjaan orang lain.
2. Oral activities seperti : menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi
saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan interview, diskusi,
instrupsi,.
3. Listening activities seperti : mendengarkan urain, percakapan diskusi,
pidato.
4. Writing activities seperti : menulis cerita, karangan, laporan, tes,
angket, menyalin.
5. Drawing activities seperti : menggambar, membuat grafik, peta
diagram, pola.
6. Motor activities seperti : melakukan percobaan, membuat konstruksi,
model, mereparasi, bermain, berkebun, memelihara binatang.
7. Mental activities seperti : menanggap, mengingat, memcahkan soal,
menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan.
8. Emotional activities seperti : manaruh minat, merasa bosan, gembira,
berani, tenang, gugup.
Dari contoh-contoh dan jenis-jenis aktivitas yang sudah diuraikan di
atas, terdapat beberapa aktivitas belajar matematika dengan menggunakan
metode penemuan terbimbing yang mengarah kepada langkah-langkah yang
dilakukan siswa, antara lain:
1. Mental activities
2. Motor activities
3. Visual activities
4. Oral activities
17
4. Hubungan Aktivitas Belajar dengan Metode Penemuan Terbimbing
Hakikat pekerjaan mengajar bukanlah melakukan sesuatu bagi siswa,
tetapi lebih berupa menggerakan siswa melakukan hal-hal yang dimaksudkan
menjadi tujuan pendidikan. “Tugas utama seorang guru bukanlah menerangkan hal-hal yang terdapat dalam buku-buku, tetapi mendorong,
memberikan inspirasi, memberikan motif-motif dan membimbing siswa dalam
usaha mereka mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan”18
Metode penemuan terbimbing merupakan salah satu metode
pembelajaran yang bertujuan mengarahkan siswa untuk aktif dalam proses
pembelajaran, tetapi tidak lepas dari bimbingan yang diberikan guru untuk
mencapai tujuan yang diinginkan oleh siswa. “Dalam menggunakan metode penemuan terbimbing peranan guru adalah menyatakan persoalan, kemudian
membimbing siswa untuk menemukan penyelesaian dari persoalan itu dengan
perintah-perintah atau dengan lembar kerja”19. Siswa mengikuti petunjuk dan menemukan sendiri penyelesaiannya.
Dalam metode penemuan terbimbing terdapat langkah-langkah dan
aktivitas belajar yang harus dilakukan siswa yaitu:
1. Memahami masalah
Untuk memahami masalah, aktivitas yang dilakukan siswa adalah
aktivitas mental.
2. Melihat pola yang terjadi dan membuat dugaan
Untuk melihat pola yang terjadi dan membuat dugaan aktivitas yang
dilakukan siswa adalah aktivitas motor, aktivitas mental, aktivitas
visual, aktivitas oral.
3. Menguji dugaan tersebut
Aktivitas yang dilakukan siswa untuk menguji dugaan tersebut yaitu
aktivitas visual, aktivitas mental, aktivitas motor.
4. Menyatakan dalam bentuk umum
18
H.C. Wit heringt on,Psikologi Pendidikan,( Jakart a: PT Rineka Cipt a, 1999 ), cet ke 7, h 85
19
Aktivitas yang dilakukan siswa dalam menyatakan dugaan tersebut
dalam bentuk umum yaitu aktivitas oral.
Aktivitas belajar merupakan kegiatan sehari-hari yang dilakukan siswa
di dalam kelas. Aktivitas akan terjadi bila adanya guru dan siswa, siswa akan
aktif dalam proses pembelajaran dengan bimbingan guru, dengan begitu siswa
akan dapat menemukan sesuatu yang baru bagi dirinya.
Dari uraian di atas, hubungan antara aktivitas belajar dengan metode
penemuan terbimbing tidak dapat dipisahkan, karena dengan metode penemuan
terbimbing guru membimbing siswa untuk lebih aktif mencapai tujuan yang
diinginkannya. Hal ini sangat erat hubungannya dengan konsep metode
penemuan terbimbing yang mengarahkan siswa untuk aktif dalam proses
pembelajaran dan mendapat bimbingan dari guru untuk mencapai tujuan yang
diinginkan.
B. Penelitian Yang Relevan
Sebagai bahan penguat penelitian tentang peningkatan aktivitas belajar
matematika siswa dengan menggunakan metode penemuan terbimbing, penulis
mengutip beberapa penelitian yang relevan diantaranya:
1. Hasil penelitian oleh Iman Sukirman (2006) tentang Perbandingan Hasil
Belajar Matematika Antara Siswa yang Menggunakan Metode Penemuan
Terbimbing (Guided Discovery Lesson) dengan Siswa yang Menggunakan
Metode Ekspositori, penelitian ini dilakukan di SMP Islam Al-Azhar BSD.
Hasil penelitian adalah terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil
belajar siswa yang menggunakan metode penemuan terbimbing dengan
metode ekspositori.
2. Hasil penelitian oleh Laksmy Rathmila (2007) tentang Pengaruh
Penggunaan Metode DiscoveryTerbimbing Terhadap Hasil Belajar Siswa.
Hasil penelitian adalah terdapat perbedaan hasil belajar siswa antara kelas
eksperimen yang menggunakan metodediscoveryterbimbing dengan kelas
C. Pengajuan Konseptual Intervensi / Perencanaan Tindakan
Konsep atau pokok bahasan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
lingkaran, materi matematika pada kelas VIII semester genap yang meliputi :
pengertian lingkaran, menentukan nilai phi, melukis lingkaran, menghitung
keliling dan luas lingkaran, menghitung panjang busur, luas juring, luas
tembereng, mengenal hubungan sudut pusat dan sudut keliling, menentukan besar
sudut-sudut keliling. Pemilihan penelitian tindakan kelas dalam meningkatkan
aktivitas belajar matematika khususnya pada pokok bahasan lingkaran, karena
pokok bahasan tersebut masih menjadi materi matematika yang dianggap sulit dan
siswa membutuhkan contoh-contoh konkrit untuk meningkatkan pemahaman
tentang materi lingkaran.
Pengambilan konsep/pokok bahasan lingkaran ini juga disesuaikan dengan
metode penemuan terbimbing. Dalam proses pembelajaran dengan metode
penemuan terbimbing siswa diarahkan dan dibimbing untuk aktif dalam proses
pembelajaran. Sehingga diharapkan proses pembelajaran dengan metode
penemuan terbimbing dapat meningkatkan aktivitas belajar matematika siswa.
D. Kerangka Berpikir
Kegiatan pembelajaran matematika merupakan proses yang mengarahkan
siswa untuk belajar aktif, agar pada diri siswa terjadi perubahan tingkah laku baik
dalam pengetahuan, kemampuan dan ketrampilan, serta kritis dalam berfikir.
Keberhasilan proses pembelajaran matematika akan membentuk pola pikir dan
intuisi yang matang dalam berbagai hal yang mempengaruhi kemampuan siswa
berinteraksi dengan sesamanya maupun dengan lingkungannya, yang kemudian
dapat mempengaruhi masa depannya.
Metode pembelajaran yang bisa mengarahkan siswa untuk aktif dalam
proses pembelajaran yaitu metode penemuan terbimbing. Metode penemuan
terbimbing adalah salah satu metode pembelajaran yang bertujuan agar siswa
aktif dalam kegiatan belajar mengajar dan aktifnya siswa tidak lepas dari
bimbingan yang diberikan guru jika diperlukan.
Aktivitas belajar adalah kegiatan sehari yang dilakukan guru dan siswa
menciptakan suasana belajar menjadi tidak membosankan dan merupakan kredit
point siswa untuk mendapat nilai yang baik.
Skema kerangka berpikir
Proses pembelajaran matematika
Metode penemuan terbimbing
Memahami masalah
Melihat pola yang terjadi dan membuat dugaan
Menguji dugaan
Menyatakan dalam bentuk umum
Aktivitas Mental 1. Aktivitas
Motor 2. Aktivitas
Mental 3. Aktivitas
Visual 4. Aktivitas
Oral
1. Aktivitas Visual 2. Aktivitas
Mental 3. Aktivitas
Motor
Akivitas
Proses pembelajaran matematika merupakan kegiatan yang mengarahkan
siswa untuk belajar aktif agar pada diri siswa terjadi perubahan tingka laku baik
dalam hal pengetahuan, kemampuan dan keterampilan dalam berfikir. Untuk
mencapai suatu proses pembelajaran matematika yang baik, metode pembelajaran
merupakan salah satu unsur yang dapat menentukan tingkat keberhasilan proses
pembelajaran. Dalam pemilihan metode pembelajaran harus disesuaikan dengan
perkembangan peserta didik baik dari segi umur, latar belakang, dan tingkat
kecerdasaan. Beberapa contoh metode pembelajaran matematika metode
ceramah, metode diskusi, metode demonstrasi, dan metode penemuan.
Salah satu metode pembelajaran matematika yang mengarahkan siswa
untuk aktif dalam proses pembelajaran matematika adalah metode penemuan.
Metode penemuan itu terbagi menjadi dua yaitu metode penemuan terbimbing dan
metode penemuan tidak terbimbing. Metode penemuan terbimbing merupakan
salah satu metode pembelajaran matematika yang lebih mengarahkan siswa
mendominasi proses pembelajaran, yang bertujuan agar siswa aktif dalam
kegiatan belajar mengajar, melatih belajar sendiri, dan menemukan sendiri
konsep-konsep yang menjadi objek pembelajaran.
Peranan guru dalam metode penemuan terbimbing adalah membimbing
atau mengarahkan siswa untuk mencapai tujuan yang diinginkan, sedangkan
peranan guru dalam metode penemuan tidak terbimbing adalah guru tidak
membimbing siswa untuk mencapai tujuan yang diinginkan, namun metode
penemuan tidak terbimbing juga bertujuan agar siswa aktif dalam proses
pembelajaran.
Langkah-langkah dan aktivitas yang dilakukan siswa dalam proses
pembelajaran dengan menggunakan metode penemuan terbimbing adalah
memahami masalah (aktivitas mental), melihat pola yang terjadi dan membuat
dugaan (aktivitas motor), menguji dugaan tersebut (aktivitas visual), menyatakan
dalam bentuk umum (oral activities), sehingga suasana yang terjadi di dalam
kelas dengan metode penemuan terbimbing akan lebih menarik dan tidak
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan
metode penemuan terbimbing dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa.
E. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kerangka berfikir yang telah dipaparkan di atas, metode
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di SMP Islam Plus Mardhotilah kelas
VIII, keseluruhan populasi siswa kelas VIII di SMP Islam Plus Mardhotilah
berjumlah 26 orang.
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian akan dilakukan pada semester genap tahun ajaran
[image:46.598.113.514.173.615.2]2008/2009 berlangsung selama satu bulan.
Tabel 3.1
Jadwal Kegiatan Penelitian / Siklus
Siklus Hari / Tanggal Pembahasan
1
Senin, 2 Februari 2009 - Pengertian lingkaran - Unsur-unsur lingkaran - Bagian-bagian lingkaran Kamis, 5 Februari 2009 - Menghitung keliling lingkaran
dan luas lingkaran
Jumat, 6 Februari 2009 - Menggunakan hubungan sudut
pusat dan sudut keliling
2
Senin, 9 Februari 2009 - Hubungan panjang busur, luas juring dan luas tembereng Kamis, 5 Februari 2009 - Menghitung panjang garis
singgung dan garis singgung persekutuan
Jumat, 6 Februari 2009 - Menghitung panjang tali minimal
3
Senin, 16 Februari 2009 - Lingkaran dalam segitiga Kamis, 19 Februari 2009 - Lingkaran luar segitiga Jumat, 20 Februari 2009 - Lingkaran singgung segitiga
B. Metode Penelitian dan Desain Intervensi Tindakan
Metode yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas atau classroom
action research, yaitu “penelitian tindakan yang dilakukan di kelas dengan tujuan memperbaiki atau meningkatkan mutu praktik pembelajaran,’1
mutu praktik yang
mengarahkan proses pembelajaran bisa lebih atau meningkat. “Penelitian tindakan kelas ini adalah usaha guru untuk dapat mengorganisasikan kondisi
1
praktek pembelajaran mereka, dan belajar dari pengalaman mereka sendiri.”2 Metode penelitian kelas ini dilakukan pada pembelajaran matematika dengan
menggunakan metode penemuan tebimbing untuk meningkatkan aktifitas belajar
matematika siswa dengan pokok bahasan lingkaran.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan tiga siklus, dimana tiap-tiap
siklus terdiri dari “empat tahapan penting dalam penelitian tindakan kelas, yaitu:”3
1. Perencanaan (Planning)
Peneliti merencanakan tindakan berdasarkan tujuan penelitian.
Peneliti menyiapkan skenario pembelajaran dan instrumen penelitian
yang terdiri atas lembar soal-soal latihan, lembar tes formatif, lembar
angket aktifitas, lembar observasi dan lembar wawancara.
2. Tindakan (Acting)
Tahap kedua dari penelitian ini adalah pelaksanaan yang
merupakan implementasi atau isi rancangan, yaitu menggunakan
tindakan kelas.
3. Pengamatan(Observation)
Tahap ketiga yaitu selama tahap pelaksanaan peneliti
mengobservasi keaktifan dan respon siswa terhadap skenario
pembelajaran yang telah dibuat peneliti. Dengan menggunakan lembar
observasi.
4. Refleksi(Reflecting)
Pada tahap ini, hasil yang didapat dari observasi dikumpulkan dan
dianalisa bersama oleh peneliti dan guru, sehingga dapat diketahui apakah
kegiatan yang dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang direncanakan. Hasil
2
Rochiat i Wiraat madja,M et ode Penelit ian Tindakan Kelas, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2005), Cet . 1, h. 13.
3
analisis tersebut akan digunakan sebagai acuan untuk merencanakan
tindakan selanjutnya.
Adapun desain penelitian tindakan kelas yang akan dilaksanakan
[image:48.598.110.566.114.688.2]digambarkan sebagai berikut :
Gambar 1
Desain Penelitian Tindakan Kelas Catatan:
Apabila permasalahan belum terselesaikan dilanjutkan ke siklus selanjutnya Permasalahan
Kurangnya aktivitas belajar matematika
siswa
Perencanaan
tindakan 1
Pelaksanaan
tindakan 1
Observasi
tindakan 1 Refleksi 1
Refleksi 2 Permasalahan baru
hasil refleksi I
Perencanaan
tindakan 2
Pelaksanaan
tindakan 2
Observasi
tindakan 2
Permasalahan
baru hasil refleksi 2
Perencanaan
tindakan 3
Pelaksanaan
tindakan 3
Re