• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembelajaran matematika dengan menggunakan metode penemuan terbimbing (guided discorvery lesson) untuk meningkatkan aktivitas belajar matematika siswa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pembelajaran matematika dengan menggunakan metode penemuan terbimbing (guided discorvery lesson) untuk meningkatkan aktivitas belajar matematika siswa"

Copied!
95
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)

i

Penamuan Terbimbing Untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar siswa (Penelitian Tindakan Kelas di SMP Islam Plus Mardhotillah)”. Tujuan penelitian untuk meningkatkan aktivitas belajar matematika siswa. Tempat penelitian SMP Islam Plus Mardhotillah, tahun pelaksanaan 2008, metode yang digunaka metode penemuan terbimbing. Skripsi Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.

Latar belakang penelitian ini adalah kurang aktifnya siswa dalam proses pembelajaran. Melihat sangat perlunya aktivitas belajar matematika siswa dalam proses pembelajaran, maka diperlukan metode pembelajaran yang dapat mengarahkan siswa untuk aktif dalam proses pemebelajaran.

Metode pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode Penemuan Terbimbing (Guided Discovery Lesson). Metode penemuan terbimbing adalah salah satu metode yang mengarahkan siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan aktivitas belajar matematika siswa dengan menggunakan metode penemuan terbimbing. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitina ini adalah penelitian tindakan kelas atau (Classroom Action Research). Subjek penelitian yaitu siswa-siswi kelas VIII SMP Islam Plus Mardhotillah tahun ajaran 2008/2009. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa Metode Penemuan Terbimbing dapat meningkatkan aktivitas belajar matematika siswa. Hal ini terlihat dari meningkatnya skor aktivitas belajar matematika siswa melalui lembar observasi, skor awal yang diperoleh siswa 11,67 meningkat menjadi 27,64

Kata kunci :Pembelajaran Matematika, Metode Penemuan Terbimbing, Aktivitas belajar

(9)

ii

Alhamdulillah segala puji hanya bagi Allah SWT tuhan semesta alam yang

menggenggam setiap kejadian, penyempurna setiap kebahagiaan, tempatku

barsandar dan bersyukur atas seluruh nikmat tanpa batas bilangan. Shalawat dan

Salam senantiasa menyelimuti Rasulullah SAW tercinta beserta seluruh keluarga,

sahabat, dan para pengikutnya sampai akhir zaman.

Selama penulisan skripsi ini, penulis menyadari sepenuhnya bahwa tidak

sedikit kesulitan dan hambatan yang dialami. Namun, berkat kerja keras, do’a, dan kesungguhan hati serta dukungan dari berbagai pihak untuk penyelesaian skripsi

ini, semua dapat teratasi. Oleh sebab itu penulis mengucapkan terimakasih

kepada:

1. Prof. Dr. Dede Rosyada, MA., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ibu Maifalinda Fatra M.Pd, Ketua Jurusan Pendidikan Matematika UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bpk. Otong Suhyanto, M.Si., Sekretaris Jurusan Pendidikan Matematika

sekaligus Dosen Jurusan Pendidikan Matematika yang telah memberikan

ilmu pengetahuan dan bimbingan kepada penulis.

4. Bpk Drs. H. M. Ali Hamzah, M.Pd Dosen Pembimbing I yang penuh

kesabaran dan keikhlasan dalam membimbing penulis selama ini.

5. Bpk Abdul Muin, S.Si, M.Pd, Dosen Pembimbing 2 yang penuh kesabaran

dan keikhlasan dalam membimbing penulis selama ini

6. Seluruh Dosen Jurusan Pendidikan Matematika UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta yang telah memberikan ilmu pengetahuan serta bimbingan kepada

penulis selama mengikuti perkuliahan, semoga ilmu yang telah Bapak dan

Ibu berikan mendapatkan keberkahan dari Allah SWT.

7. Kepala Sekolah SMP Islam Plus Mardhatilah Jakarta, Bpk. Faturahman,

S.pd yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian di SMP Islam

Plus Mardhatilah Jakarta, Ibu Feny Indriawati, S.Pd yang telah membantu

(10)

iii

membantu penulis dalam menyediakan serta meberikan pinjaman literatur

yang dibutuhkan.

9. Teristimewa untuk kedua orang tua saya, Ibu Hj. Misni dan Bapak H.

Sumanta yang selalu penulis banggakan. Mereka tak henti-hentinya

mendo’akanku, melimpahkan kasih sayang dan memberikan dukungan moril dan materil kepadaku. Hanya Allah SWT. yang dapat membalasnya,

semoga penulis dapat memberikan yang terbaik untuk kalian.

10. Teristimewa untuk keluargaku, Fachrurozi (abang), farhan, farida, fajriah

(ade), H. Toha (mamang), H. Haris (mamang) terimakasih atas doanya dan

dukungannya. Semoga Allah SWT memberikan balasan yang setimpal untuk

kalian.

11. Sahabat-sahabatku Zaenal terimakasih banyak atas bantuanya selama ini,

Ibul, Izal, Sukron, Anam, Munok, Asqol thanks bro untuk semangatnya, Lia,

Nubi, Aan, Lina dan Ria terima kasih doanya.

12. Sahabat-sahabat seperjuangan Jurusan Pendidikan Matematika Angkatan

‘03, kelas A dan B yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Terimakasih kebersamaannya semoga persahabatan kita tetap abadi, sampai jumpa dalam

kesuksesan.

13. Teman-temanku bedoel, dindin, edy, fuad, cempeng thanks nyo atas

bantuanya dan doanya akhirnya gw bisa...

Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu,

mudah-mudahan bantuan, bimbingan, dukungan, semangat, dan do’a yang telah diberikan menjadi pintu datangnya ridho dan kasih sayang Allah SWT di dunia dan akhirat.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi khazanah

ilmu pengetahuan umumnya.

Jakarta, Januari 2010

(11)

iv

ABSTRAK ...i

KATA PENGANTAR ...ii

DAFTAR ISI...iv

DAFTAR TABEL ...vi

DAFTAR GAMBAR ...vii

DAFTAR LAMPIRAN ...viii

BAB I PENDAHULUAN...1

A. Latar Belakang Masalah...1

B. Identifikasi Area dan Fokus Penelitian ...7

C. Pembatasan Fokus Penelitian...7

D. Perumusan Masalah Penelitian ...8

E. Tujuan dan Manfaat Hasil Penelitian...8

BABII KAJIAN TEORITIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL PERENCANAAN TINDAKAN ...9

A. Kajian Teori...9

1. Pembelajaran Matematika...9

a.Pengertian Matematika...9

b. Belajar dan Pembelajaran Matematika...11

2. Metode Penemuan Terbimbing (Guided Discovery Lesson) ...13

a. Pengertian Metode Penemuan Terbimbing...13

b. Perencanaan Pelaksanaan Metode Penemuan Terbimbing ...18

c. Kelebihan dan Kelemahan Metode Penemuan Terbimbing...19

3. Aktifitas Belajar Matematika ...20

4. Hubungan Aktifitas Belajar Matematika dengan Metode Penemuan Terbimbing ...24

B. Penelitian Yang Relevan ...25

C. Pengajuan Konseptual Intervensi/Perencanaan Tindakan ...26

D. Kerangka Berfikir...26

(12)

v

A. Tempat dan Waktu Penelitian ...30

B. Metode Penelitian Dan Desain Intervensi Tindakan...31

C. Subjek Penelitian...33

D. Peran Dan Posisi Peneliti Dalam Penelitian ...33

E. Tahapan Perencanaan Kegiatan ...33

F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan...37

G. Data dan Sumber Data ...37

H. Instrumen-instrumen Pengumpulan Data...38

I. Teknik Pengumpulan Data...40

J. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan (Trusworthiness) Studi ...40

K. Analisis Data dan Intervensi Hasil Data ...40

L. Pengembangan Perencanaan Tindakan ...41

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...42

A. Deskripsi Data...42

B. Pemeriksaan Keabsahan Data ...69

C. Analisis Data ...70

D. Interpretasi Data ...71

E. Pembahasan Temuan Penelitian...73

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...76

A. Kesimpulan ...76

B. Saran...77

DAFTAR PUSTAKA ...78

(13)

vi

Tabel 3.1 : Jadwal Kegitan Penelitian / Siklus...30

Tabel 3.2 : Pemberian Skor Pada Skala Likert ...40

Tabel 4.1 : Skor Awal Hasil Belajar Matematika Siswa...43

Tabel 4.2 : Rangkuman Nilai Awal Hasil Belajar Matematika Siswa ...44

Tabel 4.3 : Skor Rata-Rata Observasi Aktivitas Belajar Matematika Siswa Selama Pembelajaran Pada Siklus I...50

Tabel 4.4 : Distribusi Frekuensi Nilai Tes Akhir Siklus I...51

Tabel 4.5 : Hasil Refleksi Pada Siklus I...53

Tabel 4.6 : Skor rata-rata observasi aktivitas belajar matematika siswa selama Pembelajaran Pada Siklus II ...57

Tabel 4.7 : Distribusi Frekuensi Nilai tes akhir siklus II ...59

Tabel 4.8 : Hasil Refleksi Pada Siklus II ...60

Tabel 4.9 : Skor Rata-Rata Observasi Aktivitas Belajar Matematika Siswa Selama Pembelajaran Pada Siklus III ...66

Tabel 4.10 : Distribusi Frekuensi Nilai Tes Akhir Siklus III ...67

Tabel 4.11 : Hasil Refleksi Pada Siklus III ...69

Tabel 4.12 : Skor Rata-Rata Lembar Observasi Aktivitas Belajar Matematika Siswa ...71

(14)

vii

Gambar 1 : Desain Penelitian Tindakan Kelas ...34

[image:14.598.111.524.104.560.2]

Gambar 2 : Aktivitas Siswa Mengerjakan Tes Akhir Siklus I ...53

Gambar 3 : Histogram Dan Poligon Distribusi Frekuensi Hasil Tes Akhir Siklus I .54

Gambar 4 : Aktivitas Siswa Mengerjakan Tugas Kelompok...60

Gambar 5 : Histogram Dan Poligon Distribusi Frekuensi Hasil Tes Akhir Siklus II 61

Gambar 6 : Aktivitas Siswa Untuk Bertanya Langsung ...68

Gambar 7 : Histogram Dan Poligon Distribusi Frekuensi Hasil Tes Akhir Siklus

III 69

Gambar 8 : Diagram Batang Hasil Skor Rata-Rata Aktivitas Melalui Lembar

Observasi...73

(15)

viii

Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ...80

Lampiran 2 LKS Metode Penemuan Terbimbing Pert 3 ...98

Lampiran 3 Jawaban Latihan Soal Pert 3...100

Lampiran 4 LKS Metode Penemuan Terbimbing Pert 6 ...101

Lampiran 5 Jawaban Latihan Soal Pert 6...102

Lampiran 6 LKS Metode Penemuan Terbimbing Pert 9 ...103

Lampiran 7 Jawaban Latihan Soal Pert 9...104

Lampiran 8 Lembar Observasi Aktivitas Belajar Matematika Siswa ...105

Lampiran 9 Lembar Observasi Guru...119

Lampiran 10 Kisi-Kisi Angket Aktivitas Belajar Matematika Siswa Sebelum Uji Validitas ...120

Lampiran 11 Angket Aktivitas Belajar Matematika Siswa Sebelum Uji Validitas ...121

Lampiran 12 Kisi-kisi Angket Aktivitas Belajar Matematika Siswa Setelah Uji Validitas ...124

Lampiran 13 Angket Aktivitas Belajar Matematika Siswa Setelah Uji Validitas ...125

Lampiran 14 Lembar Wawawncara Guru Sebelum dan Sesudah Penelitian...128

Lampiran 15 Kutipan Wawancara Guru Sebelum Penelitian ...129

Lampiran 16 Kutipan Wawancara Guru Setelah Penelitian ...131

Lampiran 17 Lembar Wawancara Siswa Sebelum dan Setelah Penelitian...133

Lampiran 18 Kutipan Wawancara Siswa Sebelum Penelitian ...134

Lampiran 19 Kutipan Wawancara Siswa Setelah Penelitian ...135

Lampiran 20 Kisi-kisi Tes Akhir Siklus I ...136

Lampiran 21 Tes Akhir Siklus 1 ...137

Lampiran 22 Jawaban Tes Akhir Siklus 1 ...138

Lampiran 23 Kisi-kisi Tes Akhir Siklus II...139

Lampiran 24 Tes Akhir Siklus 2 ...140

Lampiran 25 Jawaban Tes Akhir Siklus 2 ...141

Lampiran 26 Kisi-kisi Tes Akhir Siklus III ...142

Lampiran 27 Tes Akhir Siklus 3 ...143

Lampiran 28 Jawaban Tes Akhir Siklus 3 ...144

Lampiran 29 Kisi-kisi Ulangan BAB Lingkaran dan Garis Singgung ...145

(16)

ix

Lampiran 32 Daftar Nilai Awal Hasil Belajar Matematika Siswa...148

Lampiran 33 Perhitungan Statistik Nilai Awal Hasil Belajar Matematika Siswa ...149

(17)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah.

Islam memandang manusia sebagai makhluk yang dilahirkan dalam

keadaan fitrah. Allah SWT memberikan potensi jasmani dan rohani bagi manusia,

potensi yang terdapat didalam organ tubuh manusia disebut fisio psikis manusia,

berfungsi sebagai alat yang penting untuk melakukan kegiatan belajar.

Dalam sejarah kehidupan manusia, satu hal yang menjadi cita-cita manusia

yaitu menjadikan hidup ini lebih baik. Usaha perbaikan tersebut telah dilakukan

sejak manusia diciptakan, sebagai suatu keniscayaan dari kodratnya yang

memiliki akal dan hasrat untuk mencapai perubahan yang lebih baik. Perubahan

dan kemampuan untuk berubah merupakan batasan dan makna yang terkandung

dalam belajar. Banyak sekali bentuk perubahan yang terdapat dalam diri manusia

melalui proses belajar, sehingga kualitas peradaban manusia berpulang kepada

apa dan bagaimana ia belajar.

Masalah pendidikan dan pengajaran merupakan salah satu masalah yang

cukup komplek dan masalah pokok pendidikan di Indonesia pada saat ini masih

berkisar pada soal pemerataan kesempatan, revolusi, kualitas, efektifitas, dan

efisiensi pendidikan sesuai dengan masalah pokok tersebut. Serta memperhatikan

tentang masa kini dan kecenderungan di masa depan, maka dalam rangka

meningkatkan sumber daya manusia untuk mengatasi persoalan dan menghadapi

itu perlu diciptakan pendidikan yang unggul yaitu pendidikan yang dapat

mengembangkan potensi dan prestasi belajar siswa.

Firman Allah SWT dalam surat Al-Mujaadilah ayat 11



 













 





Artinya:

(18)

Pendidikan itu sangat penting dan tidak dapat dipisahkan dalam

kehidupan. Sifatnya mutlak, baik dalam kehidupan seseorang, keluarga maupun

bangsa dan negara. Perkembangan suatu bangsa banyak dipengaruhi dan

ditentukan oleh perkembangan pendidikan bangsa dan negara itu sendiri. Hal

tersebut mangandung implikasi bahwa masa depan bangsa dan negara dapat

diukur dari seberapa besar pendidikan sebagai investasi sumber daya manusia,

oleh karena itu mau tidak mau, senang atau tidak senang, pendidikan harus

menjadi investasi masa depan yang utama karena sumber daya manusia

merupakan pusat bagi pembangunan secara keseluruhan.

Landasan pendidikan di Indonesia juga diatur dalam undang-undang

Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentag Sistem Pendidikan Nasional,

diungkapkan bahwa:

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif megembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual agama, pengendalian diri, kepribadian, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.1

Begitu pentingnya pendidikan bagi bangsa dan negara, maka pemerintah

merumuskan tujuan pendidikan nasional. Tujuan pendidikan nasional yang

dimaksud adalah ”tujuan akhir yang akan dicapai oleh semua lembaga pendidikan baik formal, non formal, maupun informal yang berada dalam masyarakat dan

negara indonesia”.2

Undang-undang No. 20 tahun 2003 juga menjelaskan bahwa: ”Pendidikan bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang

beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,

berilmu, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan

bertanggung jawab.”3

Langeveld dalam bukunya Beknpte Theore Tische

Paedagogiek mengungkapkan ”tujuan umum pendidikan adalah tujuan didalam

1

UU RI No 20 Th 2003,Sist em pendidikan nasional, (Jakart a : Sinar Grafika, 2006), cet ke 3, hal. 2

2

M . Ngalim Purw ant o,Ilmu Pendidikan Teorit is dan Prakt is, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2003), cet ke 15, hal. 36

3

(19)

pendidikan yang seharusnya menjadi tujuan orang tua atau pendidik lain”.4

Seorang cendikiawan muslim Cak Nur (2002) mengungkapkan bahwa: ”tujuan utama pendidikan adalah pendidikan moral atau akhlak dan pengembangan

kecakapan atau keahlian.”5

Persoalan pendidikan bukan lagi hanya sekedar menyampaikan

pengetahuan (Transfer of knowledge), menyampaikan nilai atau hasil (Transfer of

value), dan menyampaikan kemampuan atau keahlian (Trasnfer of skill),

melainkan merupakan kegiatan intergratif yang mengembangkan suasana liberatif

(membebaskan) dan bukan memenjarakan, mengembangkan praksis (praktik dan

refleksi) serta pendidikan yang meluluskan manusia will in formed sadar IPTEK,

karena punya etika dan solidaritas. Oleh karena itu pendidikan harus senantiasa

memperhatikan pengelola operasional pendidikan, diantaranya pemberdayaan

peserta didik, guru, dan tenaga kependidikan lain, serta masyarakat yang menjadi

komponen penentu keberhasilan suatu program pendidikan dan merupakan

investasi SDM jangka panjang dan berlangsung sumur hidup.

Ilmu pengetahuan juga sangat berperan dalam mempertahankan kehidupan

umat manusia di tengah persaingan yang cukup ketat di kehidupan ini. Akibat

persaingan tersebut kenyataan tragis juga bisa terjadi, misalnya tidak sedikit orang

pintar yang menggunakan kepintarannya untuk mendesak bahkan menghancurkan

kehidupan orang lain. Kinerja akademik yang merupakan hasil belajar disamping

membawa manfaat juga membawa mudharat.

Sebagai menejer, guru atau pendidik dapat memenej kelas agar dapat

terlaksana proses belajar mengajar yang baik, bukan memenejemeni untuk

terjadinya prilaku baik, tetapi memenejemen kelas agar dapat terlaksananya

proses belajar mengajar yang baik, mencakup perencanaan untuk memfokuskan

pemikiran peserta didik, memfasilitasi diskusi, dan membentuk peserta didik

secara individual. Guru memenejemen kelas untuk mempromosikan belajar yang

lebih baik, yakni dengan meningkatkan kondisi belajar yang lebih baik, yang

mencakupi kesukaran dan aktivitas belajar, koperasi sekolah, kependidikan belajar

4

M . Ngalim Purw ant o,Ilmu Pendidikan…, hal.20

5

(20)

dan meningkatkan kepercayaan diri peserta didik. Dengan demikian,

sebagai hasilnya diharapkan guru atau pendidik memerlukan sedikit waktu untuk

memenejemeni perilaku mengerjakan tugas dan lebih banyak waktu untuk

berinteraksi dengan peserta didik, yakni menemukan ide, pertanyaan, dan

pemahaman.

Firman Allah SWT dalam surat Al-Baqarah ayat 242









 



 











Artinya:

”Demikianlah Allah menerangkan kepadamu ayat-ayatnya (hukum-hukumnya) supaya kamumemahaminya”

Guru sebagai salah satu faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya proses

belajar mengajar agar dapat tercapainya tujuan pengajaran yang telah dicanangkan

dan harus memiliki kemampuan serta kreativitas dalam menyesuaikan materi yang

diajarkan dengan model-model pembelajaran yang dapat membantu siswa untuk

lebih mengerti sekaligus berpikir kreatif, inovatif, dan aspiratif dalam menyikapi

masalah yang ada. Guru merupakan factor human kedua setelah peserta didik,

walaupun padangan dari paham teacher centred pada umumnya tidak diterima,

tetapi guru mempunyai peranan yang sangat penting didalam proses pendidikan,

karena tanpa guru pendidikan tidak mungkin dapat berlangsung. Peranan guru

dalam proses belajar mengajar meliputi banyak hal sebagaimana oleh Adam

Decey dalam Basic Principle of student Teaching dalam Usman, antara lain guru

sebagai “pengajar, pemimpin kelas, pembimbing, pengatur lingkungan belajar, partisipan, ekspeditor, perencana, supervisor, motivator, penanya, evaluator, dan

konselor.”6

Guru yang professional dalam tugasnya adalah guru yang kinerjanya

dilandasi secara benar oleh pengetahuan dan kemahiran mengelola interaksi

pembelajaran, penguasaan bahan ajar, dan kelihaian mengukur proses belajar dan

hasil pembelajaran serta guru yang mahir mengelola interaksi pembelajaran

6

(21)

inklusif menguasai dan mampu memilih bahan ajar yang tepat serta dapat

menerapkan berbagai model dan bentuk penilaian. Oleh karena itu, guru tidak

hanya sebagai seorang yang memberikan informasi dan mengemas mata pelajaran

peserta didik untuk dijadikan bahan ajar, akan tetapi harus lebih mendidik mereka

belajar hidup sebagai masyarakat yang hidup bersosialisasi dengan semangat

persaudaran, menjunjung tinggi martabat manusia, saling menghargai, kerjasama

dan peduli terhadap sesama. Tugas lain dari guru adalah membimbing peserta

didik yaitu untuk mencari pengenalan terhadapnya mengenai kebutuhan,

kesanggupan, bakat, minat, serta aktif dan menciptakan situasi untuk pendidkan

yaitu suatu keadaan di mana tindakan-tindakan pendidikan dapat berlangsung

dengan baik dengan hasil yang memuaskan.

Matematika merupakan pelajaran yang selalu diajarkan di setiap jenjang

pendidikan. Karena pelajaran matematika merupakan syarat kelulusan siswa dan

matematika sangat berguna dalam kehidupan sehari–hari untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi manusia. Pelajaran matematika juga merupakan

pelajaran yang dianggap penting oleh pemerintah, peserta didik menjadikan

pelajaran matematika suatu yang tidak menyenangkan. Matematika (ilmu pasti)

bagi anak-anak merupakan pada umumnya mata pelajaran yang tidak disenangi,

kalau bukan mata pelajaran yang dibenci.

Namun demikian, kita juga tidak dapat mengingkari kenyataan bahwa

sampai sekarang masih banyak orang yang mengalami kesulitan dalam

mempelajari matematika. Bahkan tidak jarang matematika dianggap momok atau

hantu yang menakutkan, yang sebisa mungkin dihindari. Ketika mendengar kata

matematika serta merta yang muncul di pikiran indentik dengan kata sulit.

Pendidikan matematika juga mempunyai ciri-ciri khusus sehingga

pendidikan dan pengajarannya perlu ditangani secara khusus pula. Demikian pula

matematika sebagai proses yang aktif, dinamik dan generatif melalui kegiatan

matematika (doing math), matematika juga memberikan sumbangan yang penting

kepada siswa dalam pengembangan motivasi belajar, berpikir logis, sistematik,

kritis, cermat dan bersikap obyektif serta terbuka dalam menghadapi

(22)

Secara umum diberikannya pendidikan matematika di sekolah adalah

untuk membantu siswa mempersiapkan diri agar sanggup menghadapi perubahan

keadaan didalam kehidupan dan di dunia yang selalu berkembang, melalui latihan

bertindak atas dasar pemikiran secara logis, rasional, dan kritis. Serta

mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan pola fikir

matematika dalam kehidupan sehari-hari dan dalam mempelajari berbagai ilmu

pengetahuan. Tujuan pendidikan matematika di sekolah lebih ditekankan pada

penataan nalar, dasar dan pembentukan sikap, serta ketrampilan dalam penerapan

matematika.

Pembelajaran akan berhasil jika diawali dengan membangun pemikiran

siswa, misalnya siswa diberikan permasalahan yang tidak asing lagi dalam

pemikirannya, artinya permasalahan yang diberikan pernah mereka alami,

sehingga siswa berupaya untuk mencari dan menemukan jawabannya berdasarkan

pada struktur pengetahuan telah mereka miliki sebelumnya. Pada umumnya

metode yang banyak digunakan guru adalah metode ceramah dan tanya jawab,

guru bertindak sebagai sumber informasi yang sangat dominan, interaksi yang

berlangsung sering kali membuat siswa merasa jenuh.

Pembelajaran matematika juga mempunyai beberapa metode yang dapat

dipilih untuk kegiatan belajar mengajar agar dapat berlangsung dengan baik.

Metode-metode yang banyak digunakan diantaranya adalah metode ceramah,

tanya jawab, diskusi, demontrasi, pemecahan masalah, penemuan, dan

sebagainya. Dari beberapa metode yang banyak digunakan dalam pembelajaran

matematika, pada dasarnya tidak ada metode yang mutlak bernilai tepat.

Pada perkembangan pendidikan dewasa ini, proses pembelajaran lebih

menekankan pada terciptanya suasana belajar yang interaktif dan komunikatif atau

dengan kata lain pembelajaran berpusat pada siswa. Salah satu metode yang

mengarah pada hal tersebut adalah metode penemuan. Metode penemuan dapat

dibedakan menjadi dua, yaitu metode penemuan terbimbing dan metode

penemuan tidak terbimbing. Metode penemuan terbimbing adalah metode yang

lebih mengarahkan siswa untuk berfikir dan belajar, guru menjadi sumber

(23)

pembimbing. Metode seperti ini lebih dapat memuaskan keingintahuan pada diri

siswa sehingga keaktifan belajar siswa dapat meningkat, sedangkan metode

penemuan tidak terbimbing siswa harus menemukan prinsip pembelajaran sendiri.

Berdasarkan uraian di atas maka metode penemuan terbimbing bisa

menjadi salah satu alternatif pilihan yang dapat digunakan dalam proses

pembelajaran. Sehingga penulis tertarik untuk mengangkat masalah dengan judul:

“Pembelajaran Matematika dengan Menggunakan Metode Penemuan Terbimbing(Guided Discovery Lesson)untuk Meningkatkan Aktivitas

Belajar Matematika Siswa”

B. Identifikasi Area dan Fokus Penelitian

Dari penjelasan uraian di atas, maka dapat di identifikasi beberapa masalah

yang timbul, antara lain:

1. Faktor apa saja yang menyebabkan rendahnya aktivitas belajar siswa?

2. Apakah metode penemuan terbimbing dapat meningkatkan aktivitas

belajar siswa?

3. Bagaimana metode penemuan terbimbing dapat meningkatkan

aktivitas belajar siswa?

4. Hambatan apa saja yang mungkin terjadi dalam pembelajaran

matematika dengan menggunkan metode penemuan terbimbing?

Fokus penelitian ini adalah meningkatkan aktivitas belajar siswa dengan metode

penemuan terbimbing.

C. Pembatasan Fokus Penelitian.

Fokus penelitian pada penelitian ini dibatasi, pembatasan fokus penelitian

sebagai berikut:

1. Aktivitas adalah suatu kegiatan yang dilakukan sehari-hari dalam kelas

atau dalam istilah proses belajar mengajar. Aktivitas dalam belajar

dilakukan bila ada guru dan siswa. Aktivitas itu sendiri berupa kehadiran,

pembahasan materi, mendengarkan, mencatat, mengingat, adanya diskusi

(24)

2. Aktivitas belajar yang dimaksud adalah aktivitas belajar siswa setelah

diberi pembelajaran dengan metode penemuan terbimbing.

3. Metode penemuan terbimbing yang dimaksud membimbing dan lebih

mengarah kepada aktifnya siswa dalam menyelesaikan suatu

permasalahan.

D. Perumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan masalah yang telah dibatasi sebagaimana di atas, maka

perumusan masalah yang diajukan adalah sebagai berikut :

1. Apakah metode penemuan terbimbing dapat meningkatkan aktivitas

belajar matematika siswa?

2. Bagaimana hasil belajar matematika siswa setelah menggunakan

metode penemuan terbimbing dalam proses pembelajaran matematika?

E. Tujuan Dan Manfaat Penelitian .

1. Tujuan Penelitian.

1. Untuk mengetahui bagaimana metode penemuan terbimbing dapat

meningkatkan aktivitas belajar matematika siswa

2. Untuk mengetahui keaktifan belajar matematika siswa dengan metode

penemuan terbimbing.

3. Untuk mengetahui penerapan metode penemuan terbimbing dalam

proses pembelajaran matematika.

2. Manfaat Penelitian.

1. Dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa.

2. Siswa lebih semangat merumuskan, menafsirkan, dan dapat

menyelesaikan model matematika.

3. Siswa dapat berperan aktif dalam proses pembelajaran.

(25)

BAB II

KAJIAN TEORITIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL

PERENCANAAN TINDAKAN

A. Deskripsi Teori

1. Pembelajaran Matematika

a. Pengertian Matematika

Perkataan matematika sangat erat hubungannya dengan kata

mathaein yang mempunyai arti belajar (berpikir). Banyak sekali pendapat

yang muncul tentang pengertian matematika, baik dipandang dari segi

ilmu pegetahuan atau maupun pengalaman masing-masing orang yang

berbeda. Berdasarkan etimologis, perkataan matematika mempunyai arti

“ilmu pengetahuan yang diperoleh dengan benalar.”1

Hal ini dimaksudkan

bukan berarti ilmu lain yang diperoleh buka melalui penalaran, akan tetapi

dalam matematika lebih mengarah kepada aktivitas dalam dunia rasio

(penalaran), sedangkan dalam ilmu lain lebih menekankan kepada hasil

observasi atau eksperimen disamping penalaran. Matematika terbentuk

sebagai hasil pemikiran manusia yang behubungan dengan ide, proses, dan

penalaran. Matematika adalah pola berpikir, pola mengorganisasikan,

pembuktian yang logis. Matematika itu adalah bahasa yang menggunakan

istilah yang didefinisikan dengan cermat, jelas dan akurat, representasinya

dengan simbol, lebih berupa bahasa simbol mengenai ide dari pada

mengenai bunyi. Ruseffendi menyatakan ”bahwa terdapat banyak anak yang setelah belajar matematika bagian yang sederhana tidak

dipahaminya, bahkan banyak konsep yang dipahaminya secara keliru.”2

Banyak dari mereka menghafal bukan memahami konsepnya. Matematika

dianggap pelajaran yang membosankan dan membuat ruwet.

1

H. Erman Suherman, et al. Common Text Book; St rat egi Pembelajaran M at emat ika Kot emporer,(Bandung: UPI, 2003), hal. 16

2

(26)

Untuk mengenal matematika lebih dekat, lebih dulu kita mesti

mengetahui ciri-ciri atau mengenal sifat-sifatnya. Matematika itu

memiliki beberapa ciri-ciri penting. Pertama, memiliki obyek yang sangat

abstrak. Berbeda dengan ilmu pengetahuan lain, matematika merupakan

cabang ilmu yang spesifik. Matematika tidak mempelajari obyek-obyek

secara langsung dapat ditangkap oleh indera manusia. Subtansi

matematika adalah benda-benda pikir yang bersifat abstrak. Walaupun

pada awalnya matematika lahir dari hasil pengamatan empiris terhadap

benda-benda konkret (geometri), namun dalam perkembanganya

matematika lebih memasuki dunianya yang abstrak. Obyek matematika

adalah fakta, konsep, operasi dan prinsip yang kesemuanya itu berperan

dalam membentuk proses berpikir matematis, dengan salah satu cirinya

adalah adanya alur penalaran yang logis. Kedua, memiliki pola pikir

deduktif dan konsisten. Matematika dikembangkan melalui deduksi dari

seperangkat anggapan-anggapan yang tidak dipersoalkan lagi nilai

kebenaranya dan dianggap saja benar.

Dalam matematika, anggapan-anggapan yang dianggap benar itu

dikenal dengan sebutan aksioma. Sekumpulan aksioma ini dapat

digunakan untuk menyimpulkan kebenaran suatu pernyataan lain, dan

pernyataan ini disebut teorema. Dari aksioma dan teorema atau dari

teorema dan teorema kemudian dapat diturunkan teorema lain. Akhirnya

matematika merupakan kumpulan-kumpulan butir-butir pengetahuan benar

yang hanya terdiri atas dua jenis kebenaran, yaitu aksioma dan teorema.

Andi Hakim Nasution mengungkapkan kalaulah ada pengetahuan yang

tampaknya benar, namun belum dapat dibuktikan, maka butir pengetahuan

itu belum dianggap kebenaran dan hanya berupa suatu takhayul yang

masih perlu dibuktikan. Dengan kata lain, kebenaran konsistensi

matematika adalah kebenaran dari suatu pernyataan tertentu yang

didasarkan pada kebenaran-kebenaran pernyataan terdahulu yang telah

diterima sebelumnya. Sehingga satu sama lain tidak mengalami

(27)

Matematika tumbuh dan berkembang karena ada proses berpikir,

oleh karena itu logika dasar dari terbentuknya matematika. Logika adalah

masa bayi dari matematika, sedangkan matematika adalah masa dewasa

dari logika. Pada awalnya cabang-cabang matematika yang pertama kali

ditemukan adalah Aritmatika atau Berhitung, aljabar dan geometri.

Setelah itu ditemukanlah ilmu kalkulus yang berfungsi sebagai tonggak

penopang terbentuknya cabang-cabang ilmu matematika baru yang lebih

kompleks, antara lain Statistika, Topologi, Aljabar (linier, abstrak,

himpunan), Geometri (linier dan sistem geometri), Analisis Vektor dan

lain-lain.

b. Belajar dan Pembelajaran Matematika

Belajar merupakan salah satu faktor penting dalam perkembangan

peradaban manusia. Sebagai makhluk yang memiliki akal dan pikiran,

manusia selalu memikirkan dan berusaha untuk menjadikan segala sesuatu

agar lebih mudah. Sehingga setiap manusia berusaha untuk mengetahui

apa yang menjadi permasalahan hidup dan mencari jalan keluar atas

permasalahan tersebut. Untuk dapat mengatasi permasalahan yang

dihadapinya manusia memerlukan suatu perubahan tingkah laku dalam

dirinya. Perubahan tingkah laku tersebut dapat diperoleh berdasarkan

pemikiran dan pengalaman pribadi atau melalui interaksi sosial dengan

orang lain. Proses yang menyebabkan perubahan tingkah laku pada

manusia itu disebut sebagai proses dari belajar.

Belajar pada manusia merupakan proses psikis yang berlangsung

dalam interaksi aktif subjek dengan lingkungan dan menghasilkan

perubahan-perubahan dalam pengetahuannya, pemahamannya,

keterampilan, nilai yang relatif konstan/menetap. Dari berbagai sudut

pandang tentang pengertian belajar, hal yang paling mendasar adalah

(28)

yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamanya sendiri dalam

interaksi dengan lingkunganya.”3

Belajar pada hakekatnya dapat

dilakukan dimana saja dan kapan saja. Baik itu dilakukan disekolah secara

formal maupun dilakukan dialam sekitar. Lain halnya dengan Sardiman

AM, yang mengganggap bahwa sekolah adalah salah satunya pusat

kegiatan belajar karena merupakan arena untuk mengembangkan aktivitas.

Proses yang terjadi pada lingkungan tertentu dinamakan

pembelajaran. Lingkungan tertentu yang dimaksud adalah lingkungan

yang didalamnya terdapat proses pembelajaran, seperti sekolah atau

lingkungan belajar di kelas. Titik fokus pembelajaran adalah bagaimana

membelajarkan siswa agar tujuan yang diinginkan tercapai. Sehingga

proses belajar merupakan inti dari kegiatan pembelajaran. Dalam kamus

besar Bahasa Indonesia kata pembelajaran diartikan sebagai proses, cara,

menjadikan orang atau makhluk hidup belajar. Dan dalam undang-undang

Republik Indonesia No 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional

disebutkan bahwa pembelajaran adalah “proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar”4

.

Dari uraian-uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

matematika berperan dalam upaya bagaimana menciptakan kegiatan

belajar siswa yang baik. Oleh karena itu pada hakikatnya pembelajaran

matematika adalah proses yang sengaja dirancang dengan tujuan untuk

menciptakan suasana lingkungan yang memungkinkan seseorang siswa

melaksanakan kegiatan belajar matematika dan dalam proses tersebut

terjalin hubungan yang sinergis dan tak terpisahkan antara tiga unsur

pembelajaran yaitu: peserta didik, pendidik, dan sumber belajar.

Pembelajaran matematika harus memberikan peluang kepada siswa untuk

berusaha dan mencari pengalaman tentang matematika. Menurut Zurinal

dan Wahdi, pembelajaran adalah suatu usaha dan proses yang dilakukan

secara sadar dengan mengacu pada tujuan (pembentukan kompetensi),

3

Slamet o,Belajar dan Fakt or-fakt or yang M empengaruhinya, (Jakart a: PT Rineka Cipt a, 2003), Cet ke 4, hal.2

4

(29)

yang dengan sistematik dan terarah pada terwujudnya perubahan tingkah

laku.

2. Metode Penemuan Terbimbing(Guided Discovery Lesson)

a. Pengertian Metode Penemuan Terbimbing

Metode penemuan (discovery method) awalnya dikembangkan

Jeromer Bruner dengan yang menyatakan “bahwa anak harus berperan aktif di dalam kelas”5. Metode penemuan adalah cara menyampaikan bahan ajar sedemikian sehingga proses belajar yang terjadi memungkinkan

siswa untuk menemukan hal baru baginya berdasarkan serentetan

pengalaman yang dimiliki. Metode ini merupakan metode yang

memajukan cara belajar aktif, berorientasi pada proses, mengarahkan

sendiri, mencari sendiri dan reflektif. Biarkanlah siswa menemukan arti

bagi diri mereka sendiri dan memungkinkan mereka untuk mempelajari

konsep-konsep di dalam bahasa mereka sendiri. Hal-hal yang perlu

diperhatikan di dalam metode penemuan yaitu “adanya suatu kenaikan di dalam potensi intelektual, ganjaran instrinsik lebih ditekankan dari pada

ekstrinsik, siswa yang mempelajari bagaimana menemukan berarti siswa

itu menguasai metode penemuan (discovery)”6.

Menurut Encyclopedia of Educational Research, “penemuan

merupakan suatu strategi yang unik dapat bentuk oleh guru dengan

berbagai cara”7

, termasuk mengajarkan keterampilan menyelidiki dan

memecahkan masalah sebagai alat bagi siswa untuk mencapai tujuan

pembelajaran. Sund berpendapat bahwa metode penemuan (discovery

lesson) adalah “proses mental dimana siswa mampu mengasimilasikan

suatu konsep atau sesuatu prinsip”8

. Proses mental misalnya; mengamati,

5

Sumarmi,St rat egi Belajar M engajar Geografi,(M alang: Depart emen Pendidikan Nasional UM M alang, 2002), h 23

6

Sumarmi,St rat egi Belajar …, h 23

7

B.Suryosubrot o,Proses Belajar M engajar di Sekolah, (Jakart a : PT Rineka Cipt a, 2002), Cet ke 2, hal.192

8

(30)

menggolongkan-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur,

membuat kesimpulan, sedangkan konsep misalnya; bundar, segi tiga,

demokrasi, energi dan sebagai dan prinsip misalnya setiap logam bila

dipanaskan memuai.

Beberapa konsep dasar dalam metode penemuan adalah:

1. Ditinjau dari segi siswa yang belajar:

a. Terjadinya proses mental yang tinggi dari siswa sebab dari

aktivitas ini siswa mengasimilasikan konsep dan mengasimilasikan

prinsip

b. Problem solving

c. Self learning activities

d. Tangung jawab sendiri

2. Ditinjau dari guru yang mengajar

a. Guru sebagai pendiagnosis yang berusaha mengetahui

kebutuhan siswa dan kesiapan siswa

b. Guru sebagai fasilitator

1. Menyiapkan tugas atauproblem yang dipecahkan oleh para

siswa

2. Memberikan klasifikasi-klasifikasi

3. Menyiapkan setting kelas

4. Menyiapkan alat-alat dan fasilitas belajar yang diperlukan

5. Memberikan kesempatan pelaksanaan

6. Sumber informasi, jika diperlukan siswa

7. Membantu siswa agar dapat sendiri merumuskan

kesimpulan dan implikasi-implikasinya

c. Guru sebagai dinamisator:

1. Merangsang terjadinya interaksi

2. Merangsang hati siswa untuk lebih bergairah dalam

kegiatan-kegiatannya

(31)

3. Ditinjau dari derajat keterlibatan proses mental dan jenis tujuan

pengajaran yang ingin dicapai:

a. Ada guru yang menggunakan metode penemuan bebas yang

tidak terpimpin sama sekali

b. Ada guru yang tidak menggunakan metode penemuan yang

terpimpin

c. Ada guru yang menggunakan metode inquiri

Dalam menggunakan teknik discovery guru berusaha

meningkatkan aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar, “maka teknik

discoverymemiliki keunggulan sebagai berikut:”9

1. Teknik ini mampu membantu siswa untuk mengembangkan,

memperbanyak kesiapan, serta penguasaan ketrampilan dalam

proses kognitif atau pengenalan siswa

2. Siswa memperoleh pengetahuan yang bersifat sangat pribadi,

individual, sehingga dapat kokoh atau mendalam tertinggal dalam

jiwa siswa tersebut

3. Dapat membangkitkan aktivitas belajar pada siswa

4. Teknik ini mampu memberikan kesempatan kepada siswa untuk

berkembang dan maju sesuai dengan kemampuannya

masing-masing

5. Mampu mengarahkan cara siswa belajar, sehingga lebih memiliki

motivasi yang kuat untuk belajar lebih giat

6. Membantu siswa untuk memperkuat dan menambah kepercayaan

pada diri sendiri dengan proses penemuan sendiri

7. Strategi itu berpusat pada siswa tidak pada guru, guru hanya

sebagai teman belajar saja, membantu bila diperlukan

Walaupun demikian baiknya teknik ini masih ada kelemahan yang perlu

diperhatikan ialah:

9

(32)

1. Pada siswa harus ada kesiapan dan kematangan mental untuk

belajar dengan metode ini. Siswa harus berani dan berkeinginan

untuk mengetahui keadaan sekitarnya dengan baik.

2. Bila kelas terlalu besar penggunaan teknik ini akan kurang

berhasil.

3. Bagi guru dan siswa yang sudah biasa dengan perencanaan dan

pengajaran tradisional mungkin akan sangat kecewa bila diganti

dengan teknik penemuan.

4. Dengan teknik ini ada yang berpendapat bahwa proses mental ini

terlalu mementingkan proses pengertian saja, kurang

memperhatikan perkembangan atau pembentukan sikap dan

ketrampilan bagi siswa.

5. Teknik ini mungkin tidak memberikan kesempatan untuk berfikir

secara kreatif.

Konsep dasar metode penemuan di atas menjadi landasan

penggunaan metode penemuan terbimbing dalam pembelajaran

matematika. Sebagai suatu metode pembelajaran dari sekian banyak

metode pembelajaran yang ada, metode penemuan terbimbing

menempatkan guru sebagai fasilitator, guru membimbing siswa jika

diperlukan. Dalam metode ini, siswa didorong untuk berpikir sendiri,

menganalisis sendiri, sehingga dapat menemukan prinsip umum

berdasarkan bahan atau data yang telah disediakan guru. Sampai seberapa

jauh siswa dibimbing, tergantung pada kemampuannya dan materi yang

sedang dipelajari

Sund mengatakan bahwa penggunaan discovery dalam batas-batas

tertentu adalah baik untuk kelas-kelas rendah. Dr. J. Richard dan

asistennya (2000) mencoba self learning siswa, sehingga “proses

pengajaran berpindah dari situasi teacher dominated learning (vertical)ke

situasi student dominated learning (horizontal)”10, dengan menggunakan discovery yang melibatkan siswa dalam proses kegiatan mental melalui

10

(33)

tukar pendapat dengan diskusi, tanya jawab, membaca sendiri dan

mencoba sendiri, agar anak dapat belajar sendiri. “Salah satu bentuknya adalahGuided Discovery Lesson.”11 Metode penemuan terbimbing adalah proses asimilasi konsep dan prinsip yang dilakukan oleh siswa tidak lepas

dan bebas, tetapi masih berada dalam pengamatan dan bimbingna guru,

sehingga proses pembelajaran dapat terkendali dan terarah. “Untuk kebanyakan situasi di dalam kelas, paling baik diterapkan pendekatan

penemuan terbimbing dimana guru memimpin murid-murid dengan

tahapan-tahapan yang benar.”12 Permulaan pembelajaran guru memberikan wacana kepada siswa, lalu siswa dibiasakan untuk

menemukan sendiri informasi mengenai bahan pelajaran. Mereka tergerak

hatinya untuk menemukan sendiri informasi tersebut, sehingga suasana

kelas tidak kering dan tidak membosankan karena para siswa terlibat

dalam situasi yang aktif. Peranan guru dalam metode ini hanya sebatas

prepai objek, membantu kebutuhan-kebutuhan siswa dalam proses

penemuannya, serta menjadi sumber informasi apabila diperlukan siswa.

Dalam metode penemuan terbimbing, langkah yang ditempuh guru

adalah menyatakan masalah kemudian membimbing siswa untuk

menemukan penyelesain masalah itu dengan instruksi-instruksi seminimal

mungkin yang diberikan guru, sedangkan siswa mengikuti instruksi yang

sedikit itu, dan berusaha menemukan sendiri penyelesainya. Kesimpulan

yang dapat diambil untuk menentukan langkah-langkah yang harus

dilakukan siswa berdasarkan konsep dasar metode penemuan adalah:

1. Memahami masalah

2. Melihat pola yang terjadi dan membuat dugaan

3. Menguji dugaan tersebut

4. Menyatakan dalam bentuk umum13

11

B.Suryosubrot o,Proses Belajar …, hal.194

12

M AX A. Sobel dan Guan M . M alet sky,M engajar M at emat ika, (Jakart a : Erlangga, 2004), Cet ke 3, hal. 16

13

(34)

Karakteristik metode ini terletak pada peran siswa dalam proses

pemahaman definisi dan teorema yang ditemukan sendiri, dan mengujinya,

serta peranan guru yang membantu kebutuhan siswa dan memberikan

latihan. Proses tersebut masih dapat berkembang sesuai

kebutuhan-kebutuhan dalam memberikan pemahaman kepada siswa pada

pembelajaran dalam kelas dan suasana didalam kelas tidak akan

membosankan tetapi akan terasa lebih menyenangkan, karena siswa

terlibat langsung dalam proses pembelajaran.

b. Perencanaan dan Pelaksanan Metode Penemuan Terbimbing

Pada perencanaan metode penemuan terbimbing yang perlu

diperhatikan oleh guru adalah:

1. Indentifikasi kebutuhan siswa

2. Seleksi pendahuluan terhadap prinsip-prinsip, pengertian konsep

dan generalisasi yang akan dipelajari

3. Seleksi bahan danproblem/tugas-tugas

4. Membantu memperjelas

- tugas / masalah yang dipelajari

- peranan masing-masing siswa

5. Mempersiapkan seting kelas dan alat-alat yang diperlukan

Untuk pelaksanaan metode penemuan terbimbing yang harus

diperhatikan guru adalah:

1. Mencek pemahaman siswa terhadap masalah yang akan

dipecahkan dan tugas-tugas siswa

2. Memberi kesempatan pada siswa untuk melakukan penemuan

3. Membantu siswa dengan informasi/data, jika diperlukan oleh siswa

4. Memimpin analisis sendiri dengan pertanyaan yang mengarahkan

dan mengidenifikasi proses

5. Merangsang terjadinya interaksi antar siswa dengan siswa

6. Memuji dan membesarkan siswa yang aktif dalam proses

(35)

7. Membantu siswa merumuskan prinsip-prinsip dan generalisasi atas

hasil penemuannya

c. Kelebihan Dan Kelemahan Metode Penemuan Terbimbing

Beberapa kelebihan penemuan terbimbing adalah sebagai berikut:

1. Siswa aktif dalam kegiatan belajar, sebab ia befikir dan

menggunakan kemampuannya untuk menemukan hasil belajar

2. Siswa memahami benar bahan pelajaran, sebab mengalami sendiri

proses menemukannya. Sesuatu yang diperoleh dengan cara ini

akan lebih lama diingat

3. Menemukan sendiri menimbulkan rasa puas. Kepuasan batin ini

mendorong ingin melakukan penemuan lagi hingga minat

belajarnya meningkat.

4. Siswa yang memperoleh pengetahuan dengan metode ini akan

lebih mampu mentransfer pengetahuannya ke berbagai konteks

5. Metode ini melatih siswa untuk lebih banyak belajar sendiri

Beberapa kelemahan metode penemuan terbimbing adalah:

1. Metode ini banyak menyita waktu.

2. Tidak setiap guru mempunyai kemampuan mengajar dengan cara

penemuan terbimbing

3. Tidak semua siswa mampu melakukan penemuan. Apabila

bimbingan guru tidak sesuai dengan kesiapan intelektual siswa, ini

dapat merusak struktur pengetahuannya. Juga bimbingan yang

terlalu banyak dapat mematikan inisiatifnya, jadi yang dilakukan

guru terhadap siswa yang tidak mampu melakukan penemuan

membimbing sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya.

4. Metode ini tidak dapat digunakan untuk mengajar tiap topik.

5. Kelas yang banyak siswanya akan sangat merepotkan guru dalam

(36)

3. Aktivitas Belajar Matematika

Aktivitas dalam belajar adalah suatu kegiatan yang dilakukan

sehari-hari didalam kelas atau dalam istilah kata proses belajar mengajar. Aktivitas

dalam belajar dilakukan bila keduanya hadir, adanya guru dan siswa.

Di dalam belajar perlu adanya aktivitas, sebab pada prinsipnya belajar

itu adalah berbuat. Menurut pandangan ilmu jiwa modern, aktivitas belajar

adalah aktivitas yang bersifat fisik maupun mental, dalam kegiatan belajar

kedua aktivitas itu harus saling berkaitan, kaitan antara keduanya akan

membuahkan aktivitas belajar yang optimal

Dari semua asas diktaktik dapat dikatakan aktivitas merupakan asas

yang terpenting karena belajar merupakan suatu kegiatan. Tanpa kegiatan

atau bergerak tak mungkin seorang dikatakan belajar. Pada prinsipnya belajar

adalah berbuat, berbuat untuk mengubah tingkah laku jadi melakukan

kegiatan. Tidak ada belajar kalau tidak aktivitas.

Seperti yang terjadi di Indonesia kebanyakan sekolah tradisional hanya

memberlakukan siswanya dengan aktivitas mendengar dan mencatat. Mereka

menjadikan guru sebagai sentral dalam proses belajar mengajar dikelas,

sedangkan siswa bersifat pasif dan menerima begitu saja. Siswa diibaratkan

kertas putih, sedangkan guru adalah tintanya yang menulis apa saja yang

diinginkan, dengan begitu siswa tidak mempunyai tujuan dalam aktivitas

belajarnya. Oleh karena itu aktivitas belajar sangat penting dalam proses

pembelajaran, karena ”hampir tidak pernah terjadi proses belajar mengajar tanpa adanya keaktifan individu / siswa yang belajar, dan ada pula keaktifan

belajar kategori tinggi.”14

Aktivitas yang dilakukan siswa di dalam kelas

sangatlah berpengaruh terhadap proses pembelajaran.

Dalam hal ini dapat diartikan sebagai contoh bahwa guru hanya

memberikan kail ikan sedangkan siswa yang memancing. Besar kecilnya ikan

yang di dapat tergantung dari aktivitas yang dilakukan. Kiasan ini sebenarnya

memiliki makna yang sangat penting dalam aktivitas belajar mengajar. Sebab

siswa harus aktif sendiri termasuk bagaimana strategi yang harus ditempuh

untuk mendapatkan ilmu atau nilai.

14

(37)

Seperti yang telah dijelaskan aktivitas belajar itu adalah aktivitas yang

bersifat fisik maupun mental. Dalam kegiatan belajar mengajar, kedua aspek

harus selalu berkaitan, dengan begitu apapun yang dilakukan tidak terlepas

dari tujuan belajar yang sebenarnya karena adanya aktivitas belajar, sebagai

contoh seseorang itu sedang belajar dengan membaca. Secara fisik kelihatan

bahwa orang itu sedang membaca menghadapi sebuah buku, secara pikiran

dan sikap mentalnya tertuju pada buku yang dibaca, ini menunjukan adanya

keserasian aktivitas, kalau sudah demikian belajar itu akan optimal.

Meskipun orang telah mempunyai tujuan dalam belajar serta telah

memilih set yang tepat untuk merealisir tujuan itu, namun tindakan-tindakan

untuk mencapai tujuan sangat dipengaruhi oleh situasi. Setiap situasi

dimanapun dan kapan saja dapat memberi kesempatan belajar kepada

seseorang. Situasi ini ikut menentukan set belajar yang dipilih. “Aktivitas belajar itu berhubungan dengan masalah belajar menulis, mencatat,

memandang, mengingat, berfikir, latihan atau praktek, dan sebagainya”15

.

Disamping itu, ada juga contoh aktivitas belajar yang lain seperti diskusi, hal

ini merupakan salah satu diantarannya yang harus sering dilakukan siswa

selain dari pada kehadiran di kelas. Mengingat aktivitas belajar tersebut

merupakan credit poin siswa dalam pencapaian nilai yang baik. “Beberapa contoh aktivitas belajar”16

:

1. Mendengarkan

Mendengarkan adalah salah satu aktivitas belajar. Setiap orang yang

belajar di sekolah pasti ada aktivitas mendengarkan.

2. Memandang

Memandang adalah mengarahkan penglihatan ke suatu objek.

Aktivitas memandang berhubungan erat dengan mata. Karena dalam

memandang itu matalah yang memegang peranan penting.

15

Syaiful Bahri Djamarah,Psikologi Belajar,( Jakart a: PT Rineka Cipt a, 2002 ), cet 1, h 38

16

(38)

3. Meraba, membau, dan mencicipi/mengecap

Aktivitas meraba, membau, dan mengecap adalah indra manusia yang

dapat dijadikan sebagai alat untuk kepentingan belajar.

4. Menulis atau mencatat

Menulis atau mencatat merupakan kegiatan yang tidak terpisahkan

dari aktivitas belajar.

5. Membaca

Aktivitas membaca adalah aktivitas yang paling banyak dilakukan

selama belajar di sekolah.

6. Membuat ikhtisar atau ringkasan dan menggarisbawahi

Ikhtisar atau ringkasan memang dapat membantu dalam hal mengingat

atau mencari kembali materi dalam buku untuk masa-masa yang akan

datang.

7. Mengamati tabel-tabel, diagram-diagram dan bagan-bagan

Aktivitas mengamati tabel-tabel, diagram-diagram dan bagan-bagan

jangan diabaikan untuk diamati, karena ada hal-hal tertentu yang tidak

termasuk dalam penjelasan melalui tulisan.

8. Menyusun paper atau kertas kerja

Dalam penyusunan paper tidak bisa sembarangan, tetapi harus

metodologis dan sistematis.

9. Mengingat

Mengingat merupakan gejala psikologis. Untuk mengetahui bahwa

seseorang sedang mengingat sesuatu, dapat dilihat dari sikap dan

perbuatannya. Perbuatan mengingat dilakukan bila seseorang sedang

mengingat-ingat kesan yang telah dipunyai.

10. Berfikir

Berfikir termasuk aktivitas belajar. Dengan berfikir orang

memperoleh penemuan baru, setidak-tidaknya orang menjadi tahu

tentang hubungan antara sesuatu.

11. Latihan atau praktek

(39)

Paul B. Dierdrich (2007) membuat suatu daftar yang berisi 177 macam

kegiatan siswa yang merupakan jenis-jenis aktivitas antara lain:17

1. Visual activities seperti : membaca, memperhatikan, menggambar,

mendemonstrasikan, percobaan, pekerjaan orang lain.

2. Oral activities seperti : menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi

saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan interview, diskusi,

instrupsi,.

3. Listening activities seperti : mendengarkan urain, percakapan diskusi,

pidato.

4. Writing activities seperti : menulis cerita, karangan, laporan, tes,

angket, menyalin.

5. Drawing activities seperti : menggambar, membuat grafik, peta

diagram, pola.

6. Motor activities seperti : melakukan percobaan, membuat konstruksi,

model, mereparasi, bermain, berkebun, memelihara binatang.

7. Mental activities seperti : menanggap, mengingat, memcahkan soal,

menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan.

8. Emotional activities seperti : manaruh minat, merasa bosan, gembira,

berani, tenang, gugup.

Dari contoh-contoh dan jenis-jenis aktivitas yang sudah diuraikan di

atas, terdapat beberapa aktivitas belajar matematika dengan menggunakan

metode penemuan terbimbing yang mengarah kepada langkah-langkah yang

dilakukan siswa, antara lain:

1. Mental activities

2. Motor activities

3. Visual activities

4. Oral activities

17

(40)

4. Hubungan Aktivitas Belajar dengan Metode Penemuan Terbimbing

Hakikat pekerjaan mengajar bukanlah melakukan sesuatu bagi siswa,

tetapi lebih berupa menggerakan siswa melakukan hal-hal yang dimaksudkan

menjadi tujuan pendidikan. “Tugas utama seorang guru bukanlah menerangkan hal-hal yang terdapat dalam buku-buku, tetapi mendorong,

memberikan inspirasi, memberikan motif-motif dan membimbing siswa dalam

usaha mereka mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan”18

Metode penemuan terbimbing merupakan salah satu metode

pembelajaran yang bertujuan mengarahkan siswa untuk aktif dalam proses

pembelajaran, tetapi tidak lepas dari bimbingan yang diberikan guru untuk

mencapai tujuan yang diinginkan oleh siswa. “Dalam menggunakan metode penemuan terbimbing peranan guru adalah menyatakan persoalan, kemudian

membimbing siswa untuk menemukan penyelesaian dari persoalan itu dengan

perintah-perintah atau dengan lembar kerja”19. Siswa mengikuti petunjuk dan menemukan sendiri penyelesaiannya.

Dalam metode penemuan terbimbing terdapat langkah-langkah dan

aktivitas belajar yang harus dilakukan siswa yaitu:

1. Memahami masalah

Untuk memahami masalah, aktivitas yang dilakukan siswa adalah

aktivitas mental.

2. Melihat pola yang terjadi dan membuat dugaan

Untuk melihat pola yang terjadi dan membuat dugaan aktivitas yang

dilakukan siswa adalah aktivitas motor, aktivitas mental, aktivitas

visual, aktivitas oral.

3. Menguji dugaan tersebut

Aktivitas yang dilakukan siswa untuk menguji dugaan tersebut yaitu

aktivitas visual, aktivitas mental, aktivitas motor.

4. Menyatakan dalam bentuk umum

18

H.C. Wit heringt on,Psikologi Pendidikan,( Jakart a: PT Rineka Cipt a, 1999 ), cet ke 7, h 85

19

(41)

Aktivitas yang dilakukan siswa dalam menyatakan dugaan tersebut

dalam bentuk umum yaitu aktivitas oral.

Aktivitas belajar merupakan kegiatan sehari-hari yang dilakukan siswa

di dalam kelas. Aktivitas akan terjadi bila adanya guru dan siswa, siswa akan

aktif dalam proses pembelajaran dengan bimbingan guru, dengan begitu siswa

akan dapat menemukan sesuatu yang baru bagi dirinya.

Dari uraian di atas, hubungan antara aktivitas belajar dengan metode

penemuan terbimbing tidak dapat dipisahkan, karena dengan metode penemuan

terbimbing guru membimbing siswa untuk lebih aktif mencapai tujuan yang

diinginkannya. Hal ini sangat erat hubungannya dengan konsep metode

penemuan terbimbing yang mengarahkan siswa untuk aktif dalam proses

pembelajaran dan mendapat bimbingan dari guru untuk mencapai tujuan yang

diinginkan.

B. Penelitian Yang Relevan

Sebagai bahan penguat penelitian tentang peningkatan aktivitas belajar

matematika siswa dengan menggunakan metode penemuan terbimbing, penulis

mengutip beberapa penelitian yang relevan diantaranya:

1. Hasil penelitian oleh Iman Sukirman (2006) tentang Perbandingan Hasil

Belajar Matematika Antara Siswa yang Menggunakan Metode Penemuan

Terbimbing (Guided Discovery Lesson) dengan Siswa yang Menggunakan

Metode Ekspositori, penelitian ini dilakukan di SMP Islam Al-Azhar BSD.

Hasil penelitian adalah terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil

belajar siswa yang menggunakan metode penemuan terbimbing dengan

metode ekspositori.

2. Hasil penelitian oleh Laksmy Rathmila (2007) tentang Pengaruh

Penggunaan Metode DiscoveryTerbimbing Terhadap Hasil Belajar Siswa.

Hasil penelitian adalah terdapat perbedaan hasil belajar siswa antara kelas

eksperimen yang menggunakan metodediscoveryterbimbing dengan kelas

(42)

C. Pengajuan Konseptual Intervensi / Perencanaan Tindakan

Konsep atau pokok bahasan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

lingkaran, materi matematika pada kelas VIII semester genap yang meliputi :

pengertian lingkaran, menentukan nilai phi, melukis lingkaran, menghitung

keliling dan luas lingkaran, menghitung panjang busur, luas juring, luas

tembereng, mengenal hubungan sudut pusat dan sudut keliling, menentukan besar

sudut-sudut keliling. Pemilihan penelitian tindakan kelas dalam meningkatkan

aktivitas belajar matematika khususnya pada pokok bahasan lingkaran, karena

pokok bahasan tersebut masih menjadi materi matematika yang dianggap sulit dan

siswa membutuhkan contoh-contoh konkrit untuk meningkatkan pemahaman

tentang materi lingkaran.

Pengambilan konsep/pokok bahasan lingkaran ini juga disesuaikan dengan

metode penemuan terbimbing. Dalam proses pembelajaran dengan metode

penemuan terbimbing siswa diarahkan dan dibimbing untuk aktif dalam proses

pembelajaran. Sehingga diharapkan proses pembelajaran dengan metode

penemuan terbimbing dapat meningkatkan aktivitas belajar matematika siswa.

D. Kerangka Berpikir

Kegiatan pembelajaran matematika merupakan proses yang mengarahkan

siswa untuk belajar aktif, agar pada diri siswa terjadi perubahan tingkah laku baik

dalam pengetahuan, kemampuan dan ketrampilan, serta kritis dalam berfikir.

Keberhasilan proses pembelajaran matematika akan membentuk pola pikir dan

intuisi yang matang dalam berbagai hal yang mempengaruhi kemampuan siswa

berinteraksi dengan sesamanya maupun dengan lingkungannya, yang kemudian

dapat mempengaruhi masa depannya.

Metode pembelajaran yang bisa mengarahkan siswa untuk aktif dalam

proses pembelajaran yaitu metode penemuan terbimbing. Metode penemuan

terbimbing adalah salah satu metode pembelajaran yang bertujuan agar siswa

aktif dalam kegiatan belajar mengajar dan aktifnya siswa tidak lepas dari

bimbingan yang diberikan guru jika diperlukan.

Aktivitas belajar adalah kegiatan sehari yang dilakukan guru dan siswa

(43)

menciptakan suasana belajar menjadi tidak membosankan dan merupakan kredit

point siswa untuk mendapat nilai yang baik.

Skema kerangka berpikir

Proses pembelajaran matematika

Metode penemuan terbimbing

Memahami masalah

Melihat pola yang terjadi dan membuat dugaan

Menguji dugaan

Menyatakan dalam bentuk umum

Aktivitas Mental 1. Aktivitas

Motor 2. Aktivitas

Mental 3. Aktivitas

Visual 4. Aktivitas

Oral

1. Aktivitas Visual 2. Aktivitas

Mental 3. Aktivitas

Motor

Akivitas

(44)

Proses pembelajaran matematika merupakan kegiatan yang mengarahkan

siswa untuk belajar aktif agar pada diri siswa terjadi perubahan tingka laku baik

dalam hal pengetahuan, kemampuan dan keterampilan dalam berfikir. Untuk

mencapai suatu proses pembelajaran matematika yang baik, metode pembelajaran

merupakan salah satu unsur yang dapat menentukan tingkat keberhasilan proses

pembelajaran. Dalam pemilihan metode pembelajaran harus disesuaikan dengan

perkembangan peserta didik baik dari segi umur, latar belakang, dan tingkat

kecerdasaan. Beberapa contoh metode pembelajaran matematika metode

ceramah, metode diskusi, metode demonstrasi, dan metode penemuan.

Salah satu metode pembelajaran matematika yang mengarahkan siswa

untuk aktif dalam proses pembelajaran matematika adalah metode penemuan.

Metode penemuan itu terbagi menjadi dua yaitu metode penemuan terbimbing dan

metode penemuan tidak terbimbing. Metode penemuan terbimbing merupakan

salah satu metode pembelajaran matematika yang lebih mengarahkan siswa

mendominasi proses pembelajaran, yang bertujuan agar siswa aktif dalam

kegiatan belajar mengajar, melatih belajar sendiri, dan menemukan sendiri

konsep-konsep yang menjadi objek pembelajaran.

Peranan guru dalam metode penemuan terbimbing adalah membimbing

atau mengarahkan siswa untuk mencapai tujuan yang diinginkan, sedangkan

peranan guru dalam metode penemuan tidak terbimbing adalah guru tidak

membimbing siswa untuk mencapai tujuan yang diinginkan, namun metode

penemuan tidak terbimbing juga bertujuan agar siswa aktif dalam proses

pembelajaran.

Langkah-langkah dan aktivitas yang dilakukan siswa dalam proses

pembelajaran dengan menggunakan metode penemuan terbimbing adalah

memahami masalah (aktivitas mental), melihat pola yang terjadi dan membuat

dugaan (aktivitas motor), menguji dugaan tersebut (aktivitas visual), menyatakan

dalam bentuk umum (oral activities), sehingga suasana yang terjadi di dalam

kelas dengan metode penemuan terbimbing akan lebih menarik dan tidak

(45)

Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan

metode penemuan terbimbing dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa.

E. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kerangka berfikir yang telah dipaparkan di atas, metode

(46)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di SMP Islam Plus Mardhotilah kelas

VIII, keseluruhan populasi siswa kelas VIII di SMP Islam Plus Mardhotilah

berjumlah 26 orang.

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian akan dilakukan pada semester genap tahun ajaran

[image:46.598.113.514.173.615.2]

2008/2009 berlangsung selama satu bulan.

Tabel 3.1

Jadwal Kegiatan Penelitian / Siklus

Siklus Hari / Tanggal Pembahasan

1

Senin, 2 Februari 2009 - Pengertian lingkaran - Unsur-unsur lingkaran - Bagian-bagian lingkaran Kamis, 5 Februari 2009 - Menghitung keliling lingkaran

dan luas lingkaran

Jumat, 6 Februari 2009 - Menggunakan hubungan sudut

pusat dan sudut keliling

2

Senin, 9 Februari 2009 - Hubungan panjang busur, luas juring dan luas tembereng Kamis, 5 Februari 2009 - Menghitung panjang garis

singgung dan garis singgung persekutuan

Jumat, 6 Februari 2009 - Menghitung panjang tali minimal

3

Senin, 16 Februari 2009 - Lingkaran dalam segitiga Kamis, 19 Februari 2009 - Lingkaran luar segitiga Jumat, 20 Februari 2009 - Lingkaran singgung segitiga

B. Metode Penelitian dan Desain Intervensi Tindakan

Metode yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas atau classroom

action research, yaitu “penelitian tindakan yang dilakukan di kelas dengan tujuan memperbaiki atau meningkatkan mutu praktik pembelajaran,’1

mutu praktik yang

mengarahkan proses pembelajaran bisa lebih atau meningkat. “Penelitian tindakan kelas ini adalah usaha guru untuk dapat mengorganisasikan kondisi

1

(47)

praktek pembelajaran mereka, dan belajar dari pengalaman mereka sendiri.”2 Metode penelitian kelas ini dilakukan pada pembelajaran matematika dengan

menggunakan metode penemuan tebimbing untuk meningkatkan aktifitas belajar

matematika siswa dengan pokok bahasan lingkaran.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan tiga siklus, dimana tiap-tiap

siklus terdiri dari “empat tahapan penting dalam penelitian tindakan kelas, yaitu:”3

1. Perencanaan (Planning)

Peneliti merencanakan tindakan berdasarkan tujuan penelitian.

Peneliti menyiapkan skenario pembelajaran dan instrumen penelitian

yang terdiri atas lembar soal-soal latihan, lembar tes formatif, lembar

angket aktifitas, lembar observasi dan lembar wawancara.

2. Tindakan (Acting)

Tahap kedua dari penelitian ini adalah pelaksanaan yang

merupakan implementasi atau isi rancangan, yaitu menggunakan

tindakan kelas.

3. Pengamatan(Observation)

Tahap ketiga yaitu selama tahap pelaksanaan peneliti

mengobservasi keaktifan dan respon siswa terhadap skenario

pembelajaran yang telah dibuat peneliti. Dengan menggunakan lembar

observasi.

4. Refleksi(Reflecting)

Pada tahap ini, hasil yang didapat dari observasi dikumpulkan dan

dianalisa bersama oleh peneliti dan guru, sehingga dapat diketahui apakah

kegiatan yang dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang direncanakan. Hasil

2

Rochiat i Wiraat madja,M et ode Penelit ian Tindakan Kelas, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2005), Cet . 1, h. 13.

3

(48)

analisis tersebut akan digunakan sebagai acuan untuk merencanakan

tindakan selanjutnya.

Adapun desain penelitian tindakan kelas yang akan dilaksanakan

[image:48.598.110.566.114.688.2]

digambarkan sebagai berikut :

Gambar 1

Desain Penelitian Tindakan Kelas Catatan:

Apabila permasalahan belum terselesaikan dilanjutkan ke siklus selanjutnya Permasalahan

Kurangnya aktivitas belajar matematika

siswa

Perencanaan

tindakan 1

Pelaksanaan

tindakan 1

Observasi

tindakan 1 Refleksi 1

Refleksi 2 Permasalahan baru

hasil refleksi I

Perencanaan

tindakan 2

Pelaksanaan

tindakan 2

Observasi

tindakan 2

Permasalahan

baru hasil refleksi 2

Perencanaan

tindakan 3

Pelaksanaan

tindakan 3

Re

Gambar

Gambar 3 : Histogram Dan Poligon Distribusi Frekuensi Hasil Tes Akhir Siklus I .54
Tabel 3.1Jadwal Kegiatan Penelitian / Siklus
Gambar 1Desain Penelitian Tindakan Kelas
Tabel 3.2Pemberian Skor Pada Skala Likert
+7

Referensi

Dokumen terkait

Alhamdulillahi Rabbil’alamin, segala puji hanya bagi Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan proposal skripsi dengan judul

pembinaan dan pengawasan terhadap pengelolaan keuangan daerah kabupaten dan kota. Dalam melaksanakan tugas, bidang bina anggaran daerah bawahan mempunyai tugas :.. Penyiapan

Kuesioner ISAAC ini, baik kuesioner inti untuk mendiagnosis DA, RA dan asma maupun kuesioner faktor risiko, dapat digunakan pada keadaan geografi maupun bahasa yang

Tahapan model discovery diawali dengan (1) stimulation yaitu guru memberikan rangsangan kepada siswa agar muncul keinginan untuk menyelidiki objek yang akan dipelajari,

Tujuan penelitian ini adalah menentukan aliran daya aktif maupun reaktif pada saat kondisi normal dan saat terjadi kontingensi saluran transmisi N-1, menentukan urutan performansi

Mata kuliah Praktik IEM dideskripsikan untuk “memberikan pengalaman kepada mahasiswa terkait sensor dan transduser, rangkaian pengkondisi sinyal, pengolah sinyal,

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat Universitas Semarang (2008) yang

d) Penyusunan Pola Karir akan dilaksanakan mulai Januari s.d. e) Terlaksananya penyertaan Pegawai Negeri Sipil KESDM dalam diklat teknis dan fungsional serta