• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh penyuluhan agama terhadap kesadaran lingkungan melalui pendirian bank sampah di desa Ragajaya Bogor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh penyuluhan agama terhadap kesadaran lingkungan melalui pendirian bank sampah di desa Ragajaya Bogor"

Copied!
138
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PENYULUHAN AGAMA TERHADAP KESADARAN LINGKUNGAN MELALUI PENDIRIAN

BANK SAMPAH DI DESA RAGAJAYA BOGOR

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk Memenuhi Persyaratan memeroleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom. I)

Oleh

MUHTAR MOCHAMAD SOLIHIN NIM. 1 1 1 0 0 5 2 0 0 0 0 4 1

JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

i

ABSTRAK

MUHTAR MOCHAMAD SOLIHIN, NIM. 1110052000041, Pengaruh Penyuluhan Agama Terhadap Kesadaran Lingkungan Melalui Pendirian Bank Sampah Di Desa Ragajaya Bogor, Dibawah Bimbingan Ir. Noor Bekti Negoro, SE., M.Si

Berdasarkan data BPS angka kemiskinan tertinggi di Jawa Barat berada di wilayah Bogor. Secara tidak langsung angka kemiskinan tersebut berdampak pada kurangnya kesadaran lingkungan. Salah satu upaya dalam meningkatkan kesadaran lingkungan telah dilakukan dengan penyuluhan agama melalui pendirian bank sampah yang digagas oleh Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis: (1) tingkat kesadaran kelompok majelis taklim Nurul Falah dalam mengelola kebersihan lingkungan sekitar, (2) pengaruh metode dan media penyuluhan agama terhadap kesadaran lingkungan, dan (3) pengaruh dari masing-masing dimensi variabel metode dan variabel media penyuluhan terhadap kesadaran lingkungan kelompok majelis taklim Nurul Falah.

Metode penyuluhan adalah suatu ―cara yang terpilih‖ untuk mencapai tujuan penyuluhan. Sedangkan media penyuluhan adalah alat atau sarana untuk menyalurkan pesan yang dapat merangsang pikiran, perasaan dan perhatian atau minat. Kesadaran lingkungan adalah keadaan tergugahnya jiwa terhadap lingkungan hidup dan terlihat pada perilaku masing-masing individu. Dimensi kesadaran lingkungan dibagi menjadi pengetahuan (kognitif), sikap (afektif) dan psikomotorik/konatif (perilaku/tindakan).

Metodologi penelitian yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif dengan jenis deskriptif analisis dengan alasan peneliti ingin mengukur dan menganalisis fenomena yang teramati. Sampel sebanyak 35 orang dengan teknik pengambilan acak sederhana. Analisis data menggunakan uji regresi linier berganda, uji koefisien korelasi dan determinasi, uji F-test dan uji t-test.

Hasil penelitian ini menemukan: (1) terdapat peningkatan kesadaran di majelis taklim Nurul Falah hanya saja aspek konatif masih lebih kecil dari aspek afektif, (2) terdapat pengaruh positif dan signifikan antara variabel metode dan media penyuluhan terhadap kesadaran lingkungan MT Nurul Falah. Variabel metode penyuluhan berpengaruh positif dan signifikan, sedangkan variabel media penyuluhan hanya berpengaruh positif tapi tidak signifikan, dan (3) masing-masing dimensi, terlihat bahwa dimensi diskusi kelompok/ Focus Group Discussion berpengaruh positif dan signifikan, sedangkan dimensi ceramah, demonstrasi terplot, pengajian, alat peragaan, dan pemanfaatan sampah kering, hanya berpengaruh positif tapi tidak signifikan.

(6)

ii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas semua limpahan rahmat, nikmat dan bimbingan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Penyuluhan Agama Terhadap Kesadaran Lingkungan melalui Pendirian Bank Sampah Di Desa Ragajaya Bogor.

Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada Baginda Rasulullah Nabi Muhammad SAW berserta keluarganya, sahabatnya, dan para pengikutnya sampai kepada kita selaku umatnya yang senantiasa taat menjalankan perintah Allah SWT dan Rasul-Nya hingga akhir zaman.

Ucapan terima kasih secara khusus penulis haturkan kepada orangtua tercinta Ibu Sumiyati dan Bapak Taad yang selalu mendukung, menasihati, memberi kasih sayang dan mendoakan siang dan malam untuk kesuksesan dan kebahagiaan penulis.

Selanjutnya penulis sampaikan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dan mendukung demi kelancaran penulis dalam menyelesaikan pendidikan Strata Satu (S1) di jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam (BPI) Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FIDKOM) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, antara lain kepada:

(7)

iii

pemberi bantuan beasiswa BIDIKMISI angkatan pertama tahun 2010 selama 4 tahun.

2. Bapak Beben dan Bapak Robi sebagai pengelola beasiswa BIDIMISI Direktorat Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (Kemdikbud R.I).

3. Prof. Dr. Sudarnoto Abdul Hakim, MA sebagai Wakil Rektor bidang Kemahasiswaan sekaligus penanggungjawab dan pengelola BIDIKMISI UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2010

4. Dr. Arief Subhan, MA sebagai dekan, Suparto, M.Ed, Ph.D sebagai Wakil Dekan bidang Akademik, Drs. Jumroni, M. Si sebagai Wakil Dekan bidang Administrasi dan Keuangan, dan Dr. Sunandar Ibnu Nur, MA sebagai Wakil Dekan III bidang Kemahasiswaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FIDKOM) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Dra. Rini Laili Prihatini, M.Si sebagai Ketua Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam (BPI) Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FIDKOM) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah banyak membantu memberikan arahan/masukan, nasihat, bimbingan dan do‘a kepada penulis.

6. Drs. Sugiharto, MA sebagai Sekretaris Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam (BPI) Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FIDKOM) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu secara administratif.

(8)

iv

8. Seluruh dosen di lingkungan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FIDKOM) dan secara khusus dosen jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam FIDKOM UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan pengalaman baru kepada penulis.

9. Tim Pemberdayaan Masyarakat untuk pengelolaan bank sampah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FIDKOM) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah melibatkan penulis untuk ikut andil dalam pemberdayaan masyarakat.

10.Dra. Mahmudah Tasyrifatun sebagai Kasubbag Kemahasiswaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang saat ini menjabat Kabag Tata Usaha (TU) Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FIDKOM) dan Ameliya Hidayat, S.Pd.I sebagai pengelola BIDIKMISI yang telah membantu dan mendukung penulis dalam menempuh pendidikan Strata Satu.

11.Kepada kakak penulis tercinta juga Ceu Cicih, Kang Didi, A. Aris Effendy (A. Asep), Teh Nolis Cartini, A. Rudi Hartanto (A. Use), Teh Tuty Wahyuni, A. Tatang Soetarno dan keponakan tersayang Elvis, Sri Oktaviani, Dernt, Dimas, Surya, Deri Dermawan serta keluarga besar lainnya yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

12.Ade Rina Farida, M.Si sebagai pembina bank sampah Desa Ragajaya Bogor yang telah membantu kelancaraan proses penelitian skripsi di lapangan. 13.Ibu-Ibu majelis taklim Uswatun Hasanah dan Nurul Falah yang sudah

bersedia menjadi responden dalam penelitian skripsi ini.

(9)

v

15.Seluruh teman dan keluarga besar jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam (BPI) Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FIDKOM) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penulis berharap semoga Allah SWT selalu memberikan kemudahan dan keberkahan kepada orang-orang di atas yang telah berjasa dengan tulus kepada penulis baik secara langsung maupun tidak langsung. Selain itu, semoga ilmu yang diperoleh di jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam tercinta selama ini bermanfaat dan dapat diterapkan di lingkungan masyarakat yang dijadikan sebagai amal sholeh di sisi Allah SWT. Aamiin....

Terakhir, semoga skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi diri penulis sendiri dan umumnya bagi pembaca dan pengguna. Kritik dan saran yang membangun pada penulis untuk perbaikan karya tulis ini sehingga bisa lebih sempurna.

Jakarta, 14 Dzulkaidah 1435H 09 September 2014M

(10)

vi

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR DIAGRAM ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Batasan dan Rumusan Masalah ... 10

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 11

D. Tinjauan Pustaka ... 12

E. Sistematika Penulisan ... 18

BAB II. TINJAUAN TEORITIS A. Ruang Lingkup Penyuluhan Agama Islam ... 19

1. Pengertian Penyuluhan Agama Islam ... 19

2. Metode Penyuluhan Agama Islam ... 23

3. Media Penyuluhan Agama Islam ... 27

B. Teori Kesadaran Lingkungan ... 29

1. Pengertian Kesadaran ... 29

2. Dimensi-Dimensi Kesadaran ... 31

3. Kesadaran Lingkungan ... 34

4. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kesadaran Lingkungan... 37

C. Penjelasan Bank Sampah ... 40

1. Pengertian Bank Sampah ... 40

2. Jenis-Jenis Sampah ... 41

3. Sumber-Sumber Sampah ... 43

4. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Sampah ... 44

(11)

vii

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian ... 48

1. Subyek dan Obyek Penelitian ... 48

2. Tempat dan Waktu Penelitian ... 48

B. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 49

C. Populasi dan Sampel ... 50

D. Variabel Penelitian ... 51

E. Definisi Operasional dan Indikator Penelitian ... 51

F. Teknik Pengumpulan Data ... 53

1. Observasi atau Pengamatan ... 53

2. Kuesioner ... 54

3. Dokumentasi ... 54

G. Teknis Analisis Data ... 54

1. Uji Regresi Linier Berganda ... 55

2. Uji Koefisien Korelasi ... 55

3. Uji Koefisien Determinasi ... 56

4. Uji F-test (Simultan) ... 56

5. Uji t-test (Parsial) ... 57

H. Instrumen Pengumpulan Data ... 58

1. Uji Validitas ... 59

2. Uji Reliabilitas ... 62

I. Sumber Data ... 62

BAB IV. GAMBARAN UMUM LEMBAGA A. Profil Desa Ragajaya Kabupaten Bogor ... 64

1. Kondisi Geografis ... 64

2. Kondisi Demografis ... 65

3. Kondisi Keagamaan ... 66

B. Profil Majelis Taklim Nurul Falah ... 67

1. Sejarah Singkat Majelis Taklim Nurul Falah ... 67

2. Visi Misi Majelis Taklim Nurul Falah ... 68

3. Struktur Pengurus Majelis Taklim Nurul Falah ... 68

(12)

viii

C. Profil Bank Sampah Melati Bersih FIDKOM UIN Jakarta ... 70 1. Sejarah Singkat Bank Sampah Melati Bersih FIDKOM UIN Jakarta.. 70 2. Struktur Pengurus Bank Sampah Melati Bersih FIDKOM UIN Jakarta

Majelis Taklim Nurul Falah ... 71 3. Kegiatan Bank Sampah Melati Bersih FIDKOM UIN Jakarta Majelis

Taklim Nurul Falah ... 72

BAB V. TEMUAN DAN ANALISIS DATA

A. Karakteristik Responden ... 73 B. Pengaruh Metode dan Media Penyuluhan Agama Terhadap Kesadaran Lingkungan ... 77 1. Pengaruh Metode dan Media Penyuluhan Agama Terhadap Kesadaran

Lingkungan ... 77 a) Uji Koefisien Regresi Linier Berganda ... 78 b) Uji Serentak Varibel Regresi Linier Berganda (F-test) ... 78 c) Uji Parsial Variabel Persamaan Regresi Linier Berganda (t-test) ... 79 d) Uji Koefisien Korelasi dan Determinasi ... 79 2. Pengaruh Dimensi Variabel Metode dan Media Penyuluhan Agama

Terhadap Kesadaran Lingkungan ... 80 a) Uji Koefisien Regresi Linier Berganda ... 81 b) Uji Serentak Varibel Regresi Linier Berganda (F-test) ... 82 c) Uji Parsial Variabel Persamaan Regresi Linier Berganda (t-test) ... 82 d) Uji Koefisien Korelasi dan Determinasi ... 83

BAB VI. PENUTUP

A. Kesimpulan ... 84 B. Saran ... 86

DAFTAR PUSTAKA ... 87

(13)

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Jumlah Angka Kemiskinan Provinsi Jawa Barat Tahun 2013…. 3 Tabel 2. Statistik Perkembangan bank sampah di Indonesia Tahun 2012 41

Tabel 3. Interpretasi Terhadap Koefisien Korelasi ……… 56

Tabel 4. Bobot Nilai Skala Likert ……….. 59

Tabel 5. Blue Print Skala Metode Penyuluhan (Sebelum Validitas Instrumen) ……… 60 Tabel 6. Blue Print Skala Media Penyuluhan (Sebelum Validitas Instrumen) ……… 60 Tabel 7. Blue Print Skala Kesadaran Pengelolaan Lingkungan (Sebelum Validitas Instrumen) ……… 60 Tabel 8. Blue Print Skala Metode Penyuluhan (Setelah Validitas Instrumen) ……… 61 Tabel 9. Blue Print Skala Media Penyuluhan (Setelah Validitas Instrumen) ……… 61 Tabel 10. Luas Wilayah Per RW di Desa Ragajaya ……… 64

Tabel 11. Jumlah Jiwa Berdasarkan RW di Desa Ragajaya ………... 66

Tabel 12. Institusi Keagamaan di Desa Ragajaya ………... 66

Tabel 13. Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama ………... 67

Tabel 14. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan …… 73

Tabel 15. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ……… 73 Tabel 16. Perbandingan Rata-Rata Respon Metode, Media dan Kesadaran

Lingkungan Ibu-Ibu Majelis Taklim Nurul Falah ………..

(14)

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kerangka Berfikir Penelitian ………...…….. 46 Gambar 2. Struktur Pengurus majelis taklim Nurul Falah Desa Ragajaya

Bogor ………... 69 Gambar 3. Struktur Kepengurusan Bank Sampah Melati Bersih FIDKOM

(15)

xi

DAFTAR DIAGRAM

(16)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Bimbingan Skripsi Lampiran 2. Surat Izin Penelitian (Skripsi)

Lampiran 3. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian di Majelis Taklim Nurul Falah

Lampiran 4. Daftar Nama Responden Majelis Taklim Nurul Falah

Lampiran 5. Dokumentasi Kegiatan Penyuluhan Agama dan Saat Penelitian Berlangsung di Majelis Taklim Nurul Falah

Lampiran 6. Tabulasi Data Penelitian (Sebelum Validitas) Lampiran 7. Tabulasi Data Penelitian (Setelah Validitas)

Lampiran 8. Output Regresi Linier Metode dan Media Penyuluhan Terhadap Kesadaran Pengelolaan Lingkungan

(17)
(18)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Laju pertumbuhan penduduk Indonesia yang pesat merupakan masalah penting yang harus diatasi bersama oleh pemerintah dan masyarakat. Dalam 10 tahun terakhir (2000-2010) laju pertumbuhan penduduk Indonesia mengalami peningkatan menjadi 1,49 persen per tahun dibandingkan dengan periode sebelumnya (1990-2000) yang hanya 1,44 persen per tahun. Peningkatan jumlah penduduk dapat dilihat dalam diagram berikut ini:1

Diagram 1. Pertumbuhan Penduduk Indonesia Tahun 1971-2010

BKKBN, Profil Kependudukan dan Pembangunan di Indonesia Tahun 2013 Disatu sisi jumlah penduduk yang tinggi dapat dimaknai sebagai ketersediaan jumlah tenaga kerja yang tinggi, namun disisi lain angka kemiskinan akibat keterbatasan jumlah lapangan pekerjaan juga terus beranjak naik. Idealnya jumlah pertumbuhan penduduk yang tinggi harus diiringi dengan tingkat

1

(19)

2

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011* 2012* 2013* 36,10 35,10 39,30 37,17 34,96

32,53 31,02

29,89 28,59 28,55

TAHUN

JUMLAH PENDUDUK MISKIN DI INDONESIA

Penduduk Miskin (juta jiwa)

pendapatan dan kesejahteraan masyarakat itu sendiri guna menekan angka kemiskinan.

Sekalipun data Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan jumlah penduduk miskin menunjukkan tren penurunan sejak tahun 2006 hingga tahun 2013, namun negeri ini tetap mempunyai pekerjaan rumah yang harus mendapat perhatian serius soal pengentasan kemiskinan. Sebagaimana dilaporkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) jumlah penduduk miskin Indonesia meningkat dari 28, 07 juta orang pada bulan Maret 2013 menjadi 28, 55 juta orang pada bulan September 2013 atau meningkat 480.000 orang. Peningkatan tersebut mendorong angka kemiskinan naik dari 11,37 persen menjadi 11,47 persen.2 Kecenderungan angka yang menunjukkan penurunan dan peningkatan penduduk miskin tersebut dapat dilihat dalam diagram sebagai berikut:

Diagram 2. Jumlah Penduduk Miskin di Indonesia

*Posisi pada bulan September

Sumber: data Litbang Kompas/IWN disarikan dari BPS, Kompas 3 Januari 2014. Terkait dengan data di atas, fenomena kemiskinan juga menjadi masalah serius bagi pemerintah provinsi Jawa Barat khususnya wilayah Kabupaten Bogor

2

(20)

3

untuk segera dicarikan solusinya. Fenomena peningkatan angka kemiskinan Kabupaten Bogor Jawa barat dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 1. Jumlah Angka Kemiskinan Provinsi Jawa Barat Tahun 2013 No Wilayah Angka Kemiskinan Jumlah

Peningkatan

Sumber: data BPS Jawa Barat, jabar.bps.go.id, 02 Januari 2014

Dari data di atas daerah Kabupaten Bogor merupakan daerah dengan tingkat kemiskinan tertinggi yang mana jumlah keluarga miskin di Kabupaten Bogor pada tahun 2014 mengalami lonjakan yang cukup signifikan, yaitu mencapai 10 persen atau sekitar 500.000 jiwa dari jumlah penduduk sebanyak 5 juta jiwa lebih.3

Kemiskinan sebagai masalah serius secara konseptual dapat dibedakan menjadi dua: pertama, kemiskinan relatif (Relative Poverty) yaitu kemiskinan karena pengaruh kebijakan pembangunan yang belum mampu menjangkau seluruh lapisan masyarakat sehingga menyebabkan ketimpangan distribusi pendapatan. Standar minimum yang disusun berdasarkan kondisi hidup suatu negara pada waktu tertentu dan perhatian terfokus pada golongan penduduk ―termiskin‖, misalnya 20 persen atau 40 persen lapisan terendah dari total penduduk yang telah diurutkan menurut pendapatan/pengeluaran. Kedua, kemiskinan absolut (Absolute Poverty), yaitu kemiskinan ditentukan berdasarkan ketidakmampuan mencukupi kebutuhan pokok minimum seperti pangan, sandang,

(21)

4

kesehatan, perumahan dan pendidikan yang diperlukan untuk bisa hidup dan bekerja.4

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mendefinisikan miskin berdasarkan konsep/pendekatan kesejahteraan keluarga dengan membagi ke dalam lima tahapan seperti, keluarga prasejahtera (KPS), keluarga sejahtera I (KS-I), keluarga sejahtera II (KS-II), keluarga sejahtera III (KS-III), dan keluarga sejahtera III plus (KS-III plus). Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2008, pendekatan BKKBN ini dianggap masih kurang realistis karena konsep dan KS-I sifatnya normatif dan lebih sesuai dengan keluarga kecil/inti. Disini Badan Pusat Statistik (BPS) mengukur kemiskinan dengan menggunakan konsep kemampuan pemenuhan kebutuhan dasar (basic need approach) yang memandang kemiskinan sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan makanan maupun non makanan yang bersifat mendasar.5

Berkenaan dengan fenomena kemiskinan, Al-Qur‘an menyebut istilah miskin sebanyak 23 kali. Secara bahasa miskin berasal dari kata sakana, artinya diam, tetap, jumud dan statis. Menurut Al-Raghib al-Ashfahani dalam Asep Usman Ismail mendefinisikan miskin sebagai seorang yang tidak memiliki sesuatu apapun. Disini menggambarkan bahwa miskin sebagai akibat dari keadaan diri seseorang atau sekelompok orang yang lemah. Ketika seseorang tidak berhasil mengembangkan potensi (baca: kecerdasan, mental, dan keterampilan) dirinya

4

Direktorat Kependudukan, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Bappenas 2010, Evaluasi Pelayanan Keluarga Berencana Bagi Masyarakat Miskin (Keluarga Prasejahtera/KPS dan Keluarga Sejahtera-I/KS-I),h.9, www. bappenas.go.id, diakses tanggal 23 April 2014

5

(22)

5

secara maksimal, maka akan berakibat pada kemiskinan. Ia memilih pola hidup sakana yang berarti diam, jumud, dan statis yang akibatnya menjadi miskin.6

Al-Qur‘an mengumpamakan perjuangan untuk mengentaskan kemiskinan dengan jalan yang berat seperti tersurat dalam Q.S. al-Balad ayat 12-16 sebagai (yaitu) melepaskan perbudakan (hamba sahaya), atau memberi makan pada hari terjadi kelaparan, (kepada) anak yatim yang ada hubungan kerabat, atau orang miskin yang sangat fakir”. (Q.S. al-Balad : 12-16)7

Menurut Asep Usman Ismail, surat al-Balad ayat 12-16 di atas menjelaskan bahwa mengatasi masalah kemiskinan itu merupakan jalan yang mendaki dan sukar. Kemiskinan yang menjadi akar masalah sosial itu bersumber dari kualitas sumber daya manusia yang rendah, terutama soal mentalitas, seperti; al-dha‟if, yaitu keadaan diri seseorang yang diliputi kelemahan; al-khawf, yaitu keadaan diri seseorang yang diselimuti suasana takut mencekam; al-kaslan, yaitu keadaan jiwa seseorang yang diliputi kemalasan; al-bakhil, yaitu keadaan diri seseorang yang didominasi sifat kikir.8

Ajaran dan pengetahuan agama di atas tentang keharusan manusia untuk menghindari diri dari kemiskinan menjadi lebih maksimal bila diikuti dengan perhatian dan peran pemerintah (ulil amri) untuk mengatasi kemiskinan tersebut.

6

Asep Usman Ismail (Ed.), Pengamalan Al-Qur‟an tentang Pemberdayaan Dhu‟afa,

(Ciputat: Dakewah Press, 2008), h. 20

7

Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahnya, (Bandung: PT. Sygma Examedia Arkanleema, 2007), h. 594

8

Asep Usman Ismail (Ed.), Pengamalan Al-Qur‟an tentang Pemberdayaan Dhu‟afa,

(23)

6

Sebagaimana diketahui tingginya angka kemiskinan suatu negara akibat peningkatan laju pertumbuhan jumlah penduduk yang tidak diimbangi dengan tingkat pendapatan dan kesejahteraan, tidak saja menciptakan pengangguran terbuka, rendahnya angka partisipasi sekolah, memunculkan kriminalitas, tapi juga berdampak pada persoalan kesadaran pengelolaan lingkungan.

Saat ini masalah pengelolaan lingkungan masih harus mendapat perhatian bersama dalam mengatasi kebersihan lingkungan tempat tinggal sekitar, seperti penanganan masalah sampah. Masalah sampah seakan belum menemukan solusi yang tepat untuk mengatasi timbunan sampah yang setiap hari volumenya semakin meningkat. Tingginya jumlah volume sampah berbanding lurus dengan meningkatnya pertumbuhan penduduk. Namun disayangkan sarana dan fasilitas pengelolaan sampah yang ada di masyarakat masih terbatas jumlahnya.9

Undang-undang R.I No 18/2008 dan Peraturan Pemerintah No 81 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah menyebutkan pola lama pengelolaan sampah yang ada di Indonesia yang semula berupa pengumpulan-pengangkutan-pembuangan (P3) mulai bergeser ke bentuk pemilahan-pengolahan-pemanfaatan-pembuangan residu (P4).10 Pergeseran paradigma pola pengelolaan sampah tersebut berlangsung dengan cukup signifikan di beberapa kota metropolitan, seperti Medan, Surabaya dan Jakarta. Dalam pengelolaan sampah wilayah tersebut terdapat peran aktif dari Dinas Kebersihan, yang mendapat dukungan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), praktisi, serta program Corporate Social Responsibility (CSR) dari perusahaan-perusahaan industri yang mendukung

9

Itasmalinda, artikel: ‖Pengelolaan Sampah Terkendala Fasilitas‖,www.koran-sindo.com, diposting tanggal 24 Maret 2014, diakses tanggal 29 Maret 2014

10

(24)

7

program penyelamatan bumi. Data survey yang diungkapkan oleh Japan International Cooperation Agency (JICA) tahun 2008 menunjukkan pengelolaan sampah di Pulau Jawa baru mampu melayani 59% dari total jumlah penduduk. Dilaporkan pula, tingkat pelayanan pengelolaan sampah pada tingkat nasional hanya mencapai 56%.11

Penyelesaian masalah sampah kota sebenarnya berhubungan dengan Millenium Development Goals (MDGs – Tujuan Pembangunan Millenium) yang ditandatangani oleh 149 Kepala Negara dalam UN Millenium Summit pada bulan September 2000. Sebagaimana dinyatakan oleh United Nations Development Program (UNDP) tahun 2006, ada 8 tujuan MDGs yang ditargetkan dapat tercapai pada tahun 2015, yaitu: (1) teratasinya masalah kemiskinan dan kelaparan yang ekstrim, (2) tercapainya tingkat pendidikan dasar umum, (3) meningkatnya peran gender dan kemampuan wanita, (4) berkurangnya tingkat kematian anak-anak, (5) meningkatnya kesehatan ibu, (6) terkendalinya HIV/AIDS, malaria, dan penyakit lainnya, (7) tercapainya sustainabilitas lingkungan, dan (8) berkembangnya kemitraan global untuk pembangunan.12

Tidak sedikit program-program pembangunan untuk pengentasan kemiskinan yang diluncurkan oleh Pemerintah pusat maupun daerah yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakat. Bahkan belakangan kegiatan pembangunan untuk peningkatan kualitas hidup masyarakat melalui peningkatan pendapatan pada keluarga miskin digagas oleh

11

Yulinah Trihadiningrum, artikel: “Perkembangan Paradigma Pengelolaan Sampah Kota dalam Rangka Pencapaian Millenium Development Goals”, h. 2, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh November Jln. Arif Rachman Hakim, Sukolilo, Surabaya, Indonesia 60111 e-mail: yulinah_t@enviro.its.ac.id, www.unhas.ac.id, diakses tanggal 30 Maret 2014

12

(25)

8

Perguruan Tinggi dan lembaga mitra di masyarakat. Contohnya, pemberian pengetahuan dan peningkatan keterampilan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat melalui kegiatan pengelolaan lingkungan tempat tinggal sekitar.

Salah satu bentuk respon yang dilakukan oleh Perguruan Tinggi terhadap upaya peningkatan pendapatan pada keluarga miskin di masyarakat adalah melakukan kegiatan penyuluhan agama untuk meningkatkan kesadaran pengelolaan lingkungan melalui pendirian bank sampah. Kegiatan penyuluhan agama di atas adalah transformasi nilai-nilai sosial keagamaan untuk perubahan perilaku masyarakat dalam pengelolaan lingkungan guna meningkatan kualitas mutu hidup. Pentingnya mengelola dan menjaga lingkungan hidup sebagaimana firman Allah SWT dalam Q.S. Al-A‘raf ayat 56 yang berbunyi:

(diciptakan) dengan baik. Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut dan penuh harap. Sesungguhnya rahmat Allah sangat dekat kepada orang yang berbuat kebaikan”. (Q.S. Al-A‘raf : 56)13

(26)

9

Artinya:”Dan apabila dia berpaling (dari engkau), dia berusaha untuk berbuat kerusakan di bumi, serta merusak tanam-tanaman dan ternak, sedang Allah tidak menyukai kerusakan”.(Q.S. Al-Baqarah : 205)14

Lebih dari itu, Allah SWT juga menyatakan dengan jelas bahwa Dia tidak menyukai manusia yang membuat kerusakan di muka bumi seperti dalam firman-Nya Q.S. Al-Qasas ayat 77 yang berbunyi sebagai berikut:

anugerahkan Allah kepadamu, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepada mu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berbuat kerusakan”. (Q.S. Al-Qasas ayat 77)15

Kegiatan penyuluhan agama disini tidak hanya membahas secara langsung mengenai urusan akhirat, tapi juga membahas mengenai kesadaran pengelolaan lingkungan demi mencapai kesejahteraan hidup yang secara tidak langsung berkaitan dengan urusan akhirat. Telah di uraikan di atas bahwa peningkatan angka kemiskinan yang terus melonjak dapat berdampak pada kurangnya kesadaran pengelolaan lingkungan, dan salah satu upaya dalam meningkatkan kesadaran pengelolaan lingkungan tersebut telah dilakukan oleh Tim Pemberdayaan FIDKOM UIN Jakarta dengan cara penyuluhan agama. Oleh karena itu, penelitian ini penting dilakukan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh kegiatan penyuluhan agama sebagai upaya meningkatkan kesadaran masyarakat dalam mengelola lingkungan.

14

Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahnya, (Bandung: PT. Sygma Examedia Arkanleema, 2007), h. 32

15

(27)

10

Selain itu, hal yang menarik dari penelitian ini adalah pendirian bank sampah melati bersih dibentuk oleh Perguruan Tinggi di lingkungan Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri (PTAIN), yakni Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FIDKOM) UIN Jakarta.

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang ―Pengaruh Penyuluhan Agama Terhadap Kesadaran

Lingkungan Melalui Pendirian Bank Sampah Di Desa Ragajaya Bogor”.

B. Batasan dan Rumusan Masalah

Berlandaskan latar belakang masalah di atas, maka batasan dan rumusan masalah penelitian ini sebagai berikut:

1. Batasan Masalah

Batasan dari penelitian ini adalah:

a. Penyuluhan agama yang dimaksud dalam penelitian disini adalah penggunaan metode (yaitu, ceramah, FGD, dan demonstrasi plot) dan media (yaitu, pengajian, alat peraga dan pemanfaatan sampah kering) penyuluhan dalam mentransformasikan nilai-nilai sosial keagamaan untuk meningkatkan kesadaran pengelolaan lingkungan.

b. Kesadaran lingkungan disini dibatasi pada perilaku kelompok majelis taklim yang secara sadar tahu, mau dan mampu menjaga dan mengelola tempat tinggal sekitar.

(28)

11

2. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah penelitian berdasarkan batasan di atas sebagai berikut:

a. Bagaimanakah tingkat kesadaran kelompok majelis taklim Nurul Falah dalam mengelola lingkungan tempat tinggal sekitar?

b. Bagaimanakah pengaruh metode dan media penyuluhan agama yang digunakan untuk meningkatkan kesadaran lingkungan kelompok majelis taklim Nurul Falah?

c. Bagaimanakah pengaruh masing-masing dimensi variabel metode dan media penyuluhan agama terhadap kesadaran lingkungan kelompok majelis taklim Nurul Falah?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Mengetahui dan menganalisis tingkat kesadaran kelompok majelis taklim Nurul Falah dalam mengelola kebersihan lingkungan tempat tinggal sekitar. b. Mengetahui dan menganalisis pengaruh metode dan media penyuluhan agama

terhadap kesadaran lingkungan di kelompok majelis taklim Nurul Falah. c. Mengetahui dan menganalisis pengaruh dimensi variabel metode dan media

(29)

12

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Untuk pengembangan ilmu bimbingan dan penyuluhan agama, penyuluhan sosial, dan pengelolaan lingkungan.

b. Untuk pengembangan kurikulum dan referensi dalam kegiatan praktikum profesi mikro dan makro pada mahasiswa jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam.

c. Untuk memetakan kebutuhan praktis dan strategis oleh penyuluh agama yang berhubungan dengan penerapan metode dan media kegiatan penyuluhan agama untuk meningkatkan kesadaran pengelolaan lingkungan pada kelompok-kelompok majelis taklim.

D. Tinjauan Pustaka

Sebelum melakukan penelitian, penulis terlebih dahulu melakukan kajian atas penelitian terdahulu. Hal ini dilakukan untuk memperjelas perbedaan penelitian ini dengan penelitian-penelitian sebelumnya dan menghindari penjilpakan (plagiarism) karya orang lain. Berikut penelaahan atas penelitian terdahulu sebagai berikut:

1. Penelitian jurnal yang ditulis oleh Retno Jamanti Mahasiswi Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik (FISIP) Universitas Mulawarman tahun 2014 dengan judul ―Pengaruh Berita Banjir di Koran Kaltim Terhadap Kesadaran

(30)

13

dengan korelasi 0,644. Kedua, hubungan tersebut bersifat pengaruh dilihat dari Ftest>Ftabel. Harga b dalam penelitian ini yaitu 0,607. Hasil penelitian

ttest>ttabel, berarti harga b sebesar 0,607 tersebut adalah signifikan. Hal ini

berarti perubahan sebesar satu satuan pada variabel berita banjir di Koran Kaltim akan menyebabkan perubahan sebesar 0,607 pada variabel kesadaran lingkungan masyarakat Kelurahan Temindung Permai Samarinda. Kelebihan penelitian yang ditulis dalam jurnal tersebut, peneliti dengan jelas memberikan perbedaan mendasar dengan alasan yang jelas mengenai hasil analisis. Namun kelemahannya, peneliti belum memberikan ulasan yang rinci mengeni faktor-faktor lain yang mempengaruhi munculnya kesadaran lingkungan masyarakat.

2. Penelitian skripsi yang ditulis oleh Irhamna Romadlon Mahasiswi Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FIDKOM) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2013 dengan judul “Pengaruh Pembinaan Rohani Mental Islam Terhadap Pemahaman dan Kesadaran Keagamaan Anggota di Markas Korps Brimob Kelapadua Depok”. Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa kegiatan pembinaan rohani mental Islam berpengaruh positif terhadap pemahaman dan kesadaran keagamaan anggota Brimob di Markas Korps Brimob Kelapadua Depok. Kelemahan dari penelitian ini, yaitu peneliti belum menjelaskan secara menyeluruh dan mendalam mengenai pokok bahasan pamahaman dan kesadaran.

(31)

14

Penyuluhan Terhadap Perilaku Berdagang Pada Kelompok Pedagang Makanan Sehat di Depok”. Hasil penelitian menjelaskan bahwa pedagang merubah perilaku berdagangnya dengan tidak menggunakan bahan tambahan pangan berbahaya pada makanan, menjaga kebersihan lingkungan dan menjaga kesehatan makanan yang dijualnya pada konsumen. Metode yang digunakan pada penyuluhan ini adalah metode kelompok dan individu, dan metode kelompok lebih efektif dari metode individu. Melalui metode kelompok, pedagang dapat termotivasi menjadi sadar dengan makanan sehat, halal dan higenis. Sementara metode individu lebih banyak untuk sarana bimbingan pembayaran angsuran. Kelemahan dari penelitian ini, peneliti menjelaskan metode kelompok lebih efektif dari metode individu, tapi dalam penggunaan yang berbeda, yaitu metode individu digunakan sebagai sarana bimbingan pembayaran angsuran bukan untuk penyuluhan merubah perilaku berdagang.

(32)

15

Bukit Pamulang Indah dalam kegiatan Bank Sampah dengan hubungan-hubungan yang dirasakan oleh warga. Kelebihan dari skripsi ini, peneliti memberikan gambaran secara umum mengenai manfaat adanya bank sampah di Bukit Pamulang Indah. Namun kelemahannya, yaitu peneliti belum membahas mengenai manfaat bank sampah dalam aspek sosial dan ekonomi. Padahal manfaat penting bank sampah selain menumbuhkan sikap tanggung jawab masyarakat terhadap lingkungan, tapi juga bermanfaat untuk menumbuhkan perekonomian keluarga anggota bank sampah. Selain itu, peneliti belum menggambarkan kegiatan bank sampah di Bukit Pamulang Indah secara jelas.

(33)

16

6. Penelitian skripsi yang ditulis oleh Buhori Mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FIDKOM) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2010 dengan judul ―Model Pengorganisasian Masyarakat dalam Meningkatkan Kesadaran Lingkungan”. Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa pengorganisasian masyarakat yang dilakukan oleh Harini Bambang Wahono termasuk ke dalam model pengorganisasian masyarakat lokal (locality development model). Dalam identifikasi pengorganisasian masyarakat melalui 11 indikatornya, 1 indikator yakni Karakteristis Taktik dan Teknik Perubahan pada wilayah asumsi lebih mengarah pada Aksi Sosial, hal itu terbukti dari persetujuan Harini terhadap tindakan demonstrasi sebagai kontrol pemerintah. Adapun tahapan pengorganisasiannya (tahapan alaminya, bukan berdasarkan pengklasifikasian atau penggolongan), yaitu persiapan diri praktisi; memotivasi diri dan mulai dari diri sendiri, interaksi/pendekatan; keterlibatn langsung dan tidak langsung, membangun kontak; rektutmen anggota untuk mendapatkan informasi tentang masyarakat, diskusi kelompok (forum warga), membuat aturan; menyusun tata tertib, pemetaan permasalahan; pembagian tugas, pembentukan kelompok kecil, perencanaan pengorganisasian, pembentukan organisasi dan membangun jaringan; melakukan promosi dan penyebarluasan ide-ide. Kelemahan dari penelitian ini, yaitu peneliti belum menjelaskan model-model yang ada dalam pengorganisasian masyarakat dan belum menjelaskan secara rinci dari kesadaran lingkungan yang diteliti.

(34)

17

Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2006 dengan judul ―Metode Bimbingan dan Penyuluhan Islam Terhadap Perubahan Tingkah Laku Mantan Wanita Tuna Susila (WTS) di Panti Sosial Karya Wanita (PSKW) Mulya Jaya „Pasar Rebo‟ Jakarta Timur”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kegiatan yang dilaksanakan di PSKW Mulya Jaya adalah bimbingan dan penyuluhan Islam termasuk didalamnya bimbingan fisik, mental, sosial dan keterampilan, yang menunjukkan adanya perubahan tingkah laku serta mempunyai kemampuan untuk memahami dan menguasai keterampilan, kemampuan untuk tidak kembali menjadi WTS; mempunyai kemampuan untuk hidup berumah tangga dengan pasangan yang sah dan bertanggung jawab. Kelemahan dari penelitian ini, peneliti hanya memberikan gambaran umum mengenai bentuk atau jenis bimbingan dan penyuluhan Islam dan belum memberikan gambaran yang jelas mengenai metode yang dilakukan PSKW dalam melakukan bimbingan dan penyuluhan Islam untuk perubahan tingkah laku.

(35)

18

E. Sistematika Penulisan

Dalam penyusunan skripsi ini penulis menyusun sistematikannya kepada Enam Bab dengan rincian sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN, yang terdiri dari latar belakang masalah, batasan dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, dan sistematika penulisan

BAB II LANDASAN TEORI, yang terdiri dari pengertian penyuluhan agama Islam, metode dan media penyuluhan agama Islam, pengertian kesadaran, dimensi-dimensi kesadaran, kesadaran lingkungan, faktor-faktor yang memengaruhi kesadaran lingkungan, pengertian bank sampah, jenis-jenis jenis sampah, sumber-sumber sampah dan faktor-faktor yang memengaruhi sampah.

BAB IIIMETODOLOGI PENELITIAN, yang terdiri dari pendekatan dan jenis penelitian, tempat dan waktu penelitian, populasi dan sampel, variabel penelitian, definisi operasional variabel penelitian, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, uji validitas, uji reliabilitas, teknik analisis data, sumber data dan teknik penulisan

BAB IVGMBARAN UMUM LEMBAGA, yang terdiri dari profil wilayah Desa Ragajaya, profil, visi misi, program, struktur dan kegiatan majelis taklim Nurul Falah, kemudian profil, struktur dan kegiatan bank sampah melati bersih FIDKOM UIN Jakarta.

BAB V TEMUAN DAN ANALISIS DATA, yang terdiri dari karakteristik responden, hasil uji koefisien regresi linier berganda, uji F-test, t-test dan uji koefisien korelasi dan determinasi.

(36)
(37)

19

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Ruang Lingkup Penyuluhan Agama Islam

1. Pengertian Penyuluhan Agama Islam

Kata penyuluhan secara bahasa berasal dari kata ―suluh‖ yang berarti

obor atau alat untuk menerangi dalam keadaan yang gelap. Ini artinya penyuluhan dimaksudkan untuk memberi penerangan atau penjelasan kepada tersuluh atau khalayak sasaran agar tidak lagi berada dalam kegelapan mengenai suatu masalah tertentu.1 Penerangan yang dilakukan tersebut tidaklah sekedar memberi penerangan sesaat, tetapi penerangan yang dilakukan secara terus menerus sampai khalayak sasaran benar-benar memahami, menghayati dan melaksanakan.2

Totok Mardikanto mengemukakan bahwa penyuluhan merupakan proses perubahan sosial, ekonomi dan politik untuk memberdayakan dan memperkuat kemampuan masyarakat melalui proses belajar bersama yang partisipatif, agar terjadi perubahan perilaku pada diri semua stakeholder (individu, kelompok dan kelembagaan) yang terlibat demi terwujudnya kehidupan yang semakin berdaya, mandiri dan partisipatif yang semakin sejahtera dan berkelanjutan.3

Selanjutnya kata ―Agama‖ berasal dari bahasa sanskerta, yaitu ―a”, artinya ―tidak‖ dan ―gam”, artinya ―pergi‖, jadi agama artinya tidak pergi,

tetap ditempat, diwarisi turun temurun.4 Menurut kamus ilmiah populer agama

1

Zulkarimein Nasution, Prinsip-Prinsip Komunikasi untuk Penyuluhan. (Jakarta: Lemlit FEUI, 1990), h. 7

2

Totok Mardikanto, Penyuluhan Pembangunan Pertanian, (Surakarta: UNS Press, 1993), h. 13

3

Totok Mardikanto, Redefinisi dan Revitalisasi Penyuluhan Pembangunan,- dalam buku:‖Membentuk Pola Perilaku Manusia Pembangunan”, (Bogor: IPB Press, 2003), h. 190-191

4

(38)

20

didefinisikan sebagai ajaran, sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan YME serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan antar manusia dan manusia dengan lingkungan.5 Sedangkan menurut Mujahid istilah agama terbentuk dari kata ―a‖, artinya ke sini dan ―gam, gaan, go, gehen‖ yang berarti berjalan-jalan sehingga istilah agama diartikan sebagai ajaran, peraturan-peraturan tradisional atau kumpulan hukum-hukum. Secara singkat agama menurut Mujahid tersebut adalah apa saja yang turun temurun dan ditentukan oleh adat kebiasaan.6 Kemudian ada lagi yang berpendapat bahwa istilah agama itu berarti teks atau kitab suci yang menjadi tuntunan.7

Sesuai pengertian penyuluhan dan agama di atas, dalam Keputusan Menteri Negara Koordinator Bidang Pengawasan Pembangunan dan Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 54/Kep/MK.WASPAN/9/1999 tentang Jabatan Fungsional Penyuluh Agama dan Angka Kreditnya disebutkan bahwa Penyuluhan Agama adalah suatu kegiatan bimbingan atau penyuluhan agama dan pembangunan melalui bahasa agama untuk meningkatkan peran serta masyarakat dalam pembangunan nasional. Selain itu, ditetapkan juga bahwa penyuluh agama adalah pegawai negeri sipil yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan kegiatan bimbingan atau penyuluhan agama dan pembangunan melalui bahasa agama.8 Menurut Arifin penyuluhan agama

5

Heppy El Rais, Kamus Ilmiah Populer, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012), h. 10

6

Mujahid Abdul Manaf, Sejarah Agama-agama, (Jakarta:PT RajaGrafindo Persada, 1996), h. 2

7

Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, (Jakarta:UI Press, 2011), h. 1

8

(39)

21

merupakan segala kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dalam rangka memberikan bantuan kepada orang lain yang mengalami kesulitan-kesulitan rohaniah dalam lingkungan hidupnya agar orang tersebut mampu mengatasinya sendiri karena timbul kesadaran atau penyerahan diri terhadap kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa.9

Sebagaimana penjelasan Arifin di atas, materi yang disampaikan dalam kegiatan penyuluhan agama tentunya harus merujuk kepada sumber ajaran agama, dalam hal ini Al-Qur‘an dan sunnah Rasul. Dalam pada itu tertuang dengan jelas dalam Al-Qur‘an manfaat mengimplementasi ajaran Al-Qur‘an dalam kehidupan manusia. Sebagaimana firman Allah dalam surat Yunus ayat 57 yang menjelaskan Al-Qur‘an sebagai sumber pelajaran bagi manusia sebagai berikut:

Artinya: ‖Wahai manusia! Sungguh, telah datang kepadamu pelajaran (Al-Qur‟an) dari Tuhanmu, penyembuh bagi penyakit yang ada dalam dada, dan petunjuk serta rahmat bagi orang yang beriman‖. (Q.S. Yunus : 57)10

Dewasa ini, Penyuluh Agama Islam mempunyai peran penting dalam pemberdayaan masyarakat dan pemberdayaan dirinya masing-masing sebagai insan pegawai pemerintah. Dengan kata lain, keberhasilan dalam bimbingan dan penyuluhan agama kepada masyarakat menunjukkan keberhasilan dalam manajemen diri sendiri. Penyuluh Agama Islam sebagai leading sektor bimbingan masyarakat Islam, memiliki tugas/kewajiban yang cukup berat,

9

Arifin. Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama. (Jakarta: Golden Terayon Press, 1979:21, 1982), h. 1

10

(40)

22

luas dan permasalahan yang dihadapi semakin kompleks. Oleh karenanya Penyuluh Agama Islam tidak mungkin sendiri dalam melaksanakan amanah yang cukup berat ini, ia harus mampu bertindak selaku motivator, fasilitator, dan sekaligus katalisator dakwah Islam.11

Mengenai tugas atau kewajiban penyuluh agama Islam yang berat, Allah berfirman dalam Q.S Ali Imran ayat 104 yang berbunyi:

 menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung”. (Q.S. Ali Imran : 104)12

Artinya: ―Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk”.(Q.S. An-Nahl : 125)13

Beberapa ayat di atas menggambarkan bahwa penyuluhan agama itu diperlukan demi terciptanya kehidupan manusia yang selaras dan seimbang dalam lingkungan hidupnya. Sejalan dengan uraian di atas, Rasyidul Basri

11

Rini Laili Prihatini, Draft Buku Ajar: Dasar-dasar Penyuluhan Sosial Keagamaan,

(UIN Jakarta, 2014), h. 29

12

Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahnya, (Bandung: PT. Sygma Examedia Arkanleema, 2007), h. 63

13

(41)

23

menjelaskan bahwa penyuluhan agama merupakan upaya membangun masyarakat berdasarkan nilai-nilai keagamaan dengan menumbuhkan kualitas keberagamaannya. Dalam pelaksanaannya, penyuluhan agama dapat dilakukan melalui dua pendekatan utama, pertama dengan pendekatan normatif yaitu merefleksikan nilai-nilai keberagamaan ke dalam tatanan masyarakat sebagaimana yang diinspirasikan oleh agama, dan kedua dengan pendekatan kultural yaitu membangun nilai-nilai luhur dalam kultur lokal yang relevan dengan nilai-nilai agama.14

2. Metode Penyuluhan Agama Islam

Metode berasal dari bahasa Inggris ―method‖, dari bahasa Latin “methodus”, dan dari bahasa Yunani “methodos” yang artinya ‗cara ke seberang‘ atau suatu cara, alat mengamati, mendekati, menganalisis dan

menjelaskan suatu fenomena.15 Menurut Soesmono yang dikutip Totok Mardikanto dalam Rini L. Prihatini menjelaskan metode sebagai ―cara yang terpilih‖ sehingga apabila metode dikaitkan dengan penyuluhan diartikan sebagai suatu ―cara yang terpilih‖ untuk tercapainya tujuan penyuluhan yang

dilaksanakannya.16

Lebih lanjut menurut Rini L. Prihatini sebelum melakukan penyuluhan agama metode penyuluhan tersebut harus dipersiapkan dengan matang oleh penyuluh agama mengingat tugas dan tanggung jawab penyuluh agama sangat berat, yaitu mentransformasikan materi kepada khalayak sasaran yang

14 Rasyidul Basri, artikel:‖

Kajian Diklat Terhadap Strategi dan Metode Penyuluhan Agama Islam, 2013, h. 14, sumbar.kemenag.go.id, diakses tanggal 30 Maret 2014

15

Dewan Redaksi Kebahasaan Indonesia, Ensiklopedi Kebahasaan Indonesia Jilid III L-P, (Bandung: Angkasa, 2009), h. 767

16

Rini Laili Prihatini, Draft Buku Ajar: Dasar-dasar Penyuluhan Sosial Keagamaan,

(42)

24

beragam dengan tujuan mengubah khalayak sasaran menjadi tahu, mau dan mampu menerapkan informasi dari penyuluh agama.17

Dalam penggunaannya, ―metode‖ penyuluhan dapat pula dikatakan sebagai ―teknik‖. Penyamaan kata tersebut dikarenakan keduanya dipahami sebagai ―cara‖ yang digunakan untuk melakukan suatu kegiatan dengan

mudah guna mencapai maksud yang ditentukan. Perbedaannya ―metode‖ diartikan sebagai ―cara‖ yang digunakan dalam pelaksanaan penyuluhan guna mencapai tujuan sedangkan ―teknik‖ diartikan sebagai ―seperti apa‖

penerapan cara/ metode tersebut dalam penggunaannya, langsung atau tidak langsung. Singkatnya kata teknik tersebut menurut Ainur Rahim Faqih dalam Rini L. Prihatini merupakan penerapan metode dalam praktik.18

Menurut peraturan menteri pertanian Nomor 52/ Permentan/ OT.140/ 12/ 2009 menyebutkan bahwa metode penyuluhan berdasarkan teknik komunikasi dibagi menjadi dua bagian, yaitu: a). metode penyuluhan langsung, yaitu penyuluhan yang dilakukan melalui tatap muka dan dialog langsung antara penyuluh dengan pelaku utama dan pelaku usaha melalui demonstrasi, kursus tani dan obrolan sore, b). metode penyuluhan tidak langsung, yaitu penyuluhan dilakukan melalui perantara (media komunikasi) seperti: pemasangan poster, penyebaran brosur/leaflet/majalah, siaran radio, televisi, pemutaran slide dan film.19

17

Rini Laili Prihatini, Draft Buku Ajar: Dasar-dasar Penyuluhan Sosial Keagamaan,

(UIN Jakarta, 2014), h. 16

18

Ibid, h. 17

19

(43)

25

Metode yang biasa digunakan dalam proses penyampaian materi menurut Rayidul Basri dalam Rini L. Prihatini diantaranya sebagai berikut20:

a. Metode ceramah, yaitu metode yang biasa disebut tabligh atau khutbah. Namun tabligh lebih dapat dikatakan ceramah karena khutbah biasanya hanya berlaku dalam ibadah formal seperti Shalat Jumat, Nikah, Haji dan Idain. Keduanya memiliki kesamaan makna, tapi tetap memiliki ciri khas masing-masing. Metode ceramah ini biasanya menggunakan media mimbar dan pengajian.

b. Metode wisata religi, yiatu metode yang dikenal dengan wisata ziarah, dilakukan dengan cara mengunjungi tempat-tempat bersejarah dari masa lalu. Selain itu dapat dilakukan pada tempat-tempat yang dianggap telah lebih baik kehidupan keberagamaannya sehingga menjadi komparasi yang memadai untuk meningkatkan gairah keberagamaan khalayak sasaran.

c. Metode tanya jawab, yaitu metode dengan ciri keterlibatan aktif sasaran untuk mengungkapkan hal-hal yang masih belum difahami atau menjadi persoalan bersama.

d. Metode diskusi kelompok atau Foccus Group Discussion (FGD), yaitu metode yang mirip dengan tanya jawab. Perbedaan metode diskusi kelompok dengan tanya jawab, yaitu metode tanya jawab hanya menerima keterlibatan sasaran sebatas bertanya dan penyuluh menjawab. Sedangkan metode diskusi kelompok sasaran tidak hanya bertanya

20

Rini Laili Prihatini, Draft Buku Ajar: Dasar-dasar Penyuluhan Sosial Keagamaan,

(44)

26

kepada penyuluh, tapi juga bersama-sama dengan penyuluh dan anggota kelompok diskusi lainnya menuntaskan suatu pokok kajian.

e. Metode demontrasi terplot, yaitu metode untuk menyampaikan hal-hal yang sifatnya praktis dan memerlukan penjelasan secara demonstratif. Metode ini memerlukan model yang tepat agar materi dapat dipahami sasaran. Dalam ajaran Islam, sepeti contoh praktik wudlu, sholat, atau manasik haji.

f. Metode konseling, yaitu metode penyuluhan itu sendiri. Namun dalam hal ini konseling menjadi metode tertentu dalam penyuluhan agama dimana penyuluh agama dalam hal ini menjadi pembimbing agama atau konselor spiritual. Penyuluhan model ini lebih bersifat konsultatif, atau terapi bagi klien—sasaran. Jika pada metode-metode sebelumnya (ceramah, diskusi, wisata religi, dan demontratif) penyuluh memerankan fungsi edukatif dan preventif, maka pada metode ini penyuluh memerankan fungsi konsultatif dan kuratif.

g. Metode peragaan yang biasanya menggunakan media wayang, baik wayang golek, wayang kulit maupun wayang orang

Berdasarkan penjelasan metode-metode penyuluhan di atas, penggunaan metode yang dimaksud dalam penelitian ini adalah metode ceramah, diskusi kelompok/Foccus Group Discussion (FGD) dan demonstrasi plot.

3. Media Penyuluhan Agama Islam

(45)

27

media, alat atau saluran komunikasi dapat dimanfaatkan oleh individu dan/atau kelompok yang berkomunikasi untuk menyampaikan pesan-pesan (messages) penyuluhan mereka. Tentang hal ini, Berlo dalam Totok Mardikanto mengartikan media dalam beragam pengertian, yaitu21:

a. Saluran/media sebagai alat pembawa pesan b. Saluran yang dilalui oleh alat pembawa pesan

c. Media/wahana yang memungkinkan alat pembawa pesan itu melalui jalan atau saluran yang harus dilaluinya

d. Media/wahana yang dapat dijadikan sarana untuk berkomunikasi, seperti: pertemuan, pertunjukan dan lain-lain.

Secara konseptual, Totok Mardikanto membagi media komunikasi menjadi tiga macam, yaitu: saluran antar pribadi (inter-personal), media massa (mass media), dan forum media yang dimaksudkan untuk menggabungkan keunggulan-keunggulan yang dimiliki saluran antar pribadi dan media massa.22

Penyuluhan sebagai proses penyebaran informasi tentu memerlukan media sebagai alat atau saluran menyampaikan pesan penyuluhan. Menurut Yetti Wira Citerawati SY, media penyuluhan adalah semua sarana atau upaya untuk menampilkan pesan informasi yang ingin disampaikan oleh penyuluh kepada sasaran sehingga sasaran dapat meningkat pengetahuannya yang akhirnya dapat berubah perilakunya kearah positif. Media penyuluhan juga dapat diartikan sebagai wahana untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke

21

Totok Mardikanto, Komunikasi Pembangunan –Acuan bagi Akademisi, Praktisi, dan Peminat Komunikasi Pembangunan, (Surakarta:UNS Press, 2010), h. 127

22

(46)

28

penerima yang dapat merangsang pikiran, perasaan dan perhatian atau minat.23

Menurut H.A.W Widjaja media komunikasi yang dapat digunakan dalam penyuluhan seperti: a). the printed word, termasuk didalamnya majalah, surat kabar, booklet dan pamplet, pedoman, surat-surat dan bulletin, papan pengumuman, poster dan reklame, b). the spoken word, yang terdiri dari rapat-rapat, pertemuan, konferensi dan sebagainya, dan c). media lainnya, seperti televisi, radio, pameran, open house, dan sandiwara. Secara umum lingkup media komunikasi tersebut terdiri dari dua: pertama, media umum yang terdiri dari surat, telepon, telegraf, telex dan sebagainya. Kedua, media massa yang terdiri dari pers, radio, film, televisi dan lain-lain.24

Berdasarkan fungsi, media penyuluhan dibagi menjadi Tiga (3), antara lain25:

a. Media cetak, merupakan media yang biasanya menggunakan pesan-pesan visual yang terdiri dari gambaran sejumlah kata, gambar atau foto dan tata warna, seperti leaflet, selebaran, poster, foto dan lain-lain.

b. Media elektronik, merupakan media yang bergerak dan dinamis, dapat dilihat dan didengar yang penyampainnya melalui alat bantu elektronika, seperti televisi, radio, film, kaset, DVD dan lain-lain.

23

Yetti Wira Citerawati SY, Media Penyuluhan, h.2, www.e-bookspdf.org, diakses tanggal 08 Mei 2014

24

H.A.W. Widjaja, Komunikasi –Komunikasi dan Hubungan Masyarakat, (Jakarta: Bumi Aksara, 2002), Cet. Ke-2, h. 7-77

25

(47)

29

c. Media luar ruang, merupakan media yang menyampaikan pesannya di luar ruangan, bisa melalui media cetak maupun elektronik seperti papan reklame, spanduk, pameran, televisi layar lebar dan lain-lain.

Berdasarkan sifat, media penyuluhan dapat dibagi menjadi media tradisional dan modern yang terdiri dari wayang dengan metode peragaan, mimbar dan pengajian dengan metode ceramah, penyuluhan keliling (penyuling), arisan dan outbond. Sedangkan berdasarkan bentuk, media penyuluhan dapat dibagi menjadi media audio, seperti; radio, telepon, kaset, media visual, seperti; koran, majalah, leaflet, internet (twitter, fb, instagram) dan sebagainya, dan media audio-visual, seperti; tv, slide (ppt.), internet (youtube, web), film, kaset, DVD, dan lain-lain.26

Dengan demikian, media yang digunakan untuk penyuluhan agama dalam penelitian ini adalah media pengajian, alat peragaan, dan pemanfaatan sampah kering.

B. Teori Kesadaran Lingkungan

1. Pengertian Kesadaran

Kesadaran menurut bahasa berawal dari kata ‖sadar‖ yang mendapat

imbuhan ke– dan –an, yang artinya insaf, merasa, tahu dan mengerti, ingat kembali, dan siuman.27 Sedangkan menurut istilah yang disampaikan Joseph Murphy dalam Amos Neolaka, kesadaran adalah siuman atau sadar akan tingkah lakunya, yaitu pikiran sadar yang mengatur akal dan dapat menentukan pilihan terhadap yang diingini seperti baik-buruk, indah-jelek dan sebagainya. Dalam pada itu Sigmund Freud yang dikutip Monowito

26

Rini Laili Prihatini, Draft Buku Ajar: Dasar-dasar Penyuluhan Sosial Keagamaan,

(UIN Jakarta, 2014), h. 30

27

(48)

30

dalam Amos Neolaka menjelaskan kesadaran sebagai keadaan manusia dalam sadar atau siuman.28

Menurut Simorangkir kesadaran pada dasarnya adalah berpikir. Jika kita menghendakai suatu perubahan, dalam skala besar atau kecil, baik dalam lingkungan keluarga atau dalam pekerjaan maupun masyarakat luas, maka langkah pertama yang harus dilakukan adalah merubah cara berpikir. Lebih jelasnya kesadaran merupakan hasil cara berpikir sekelompok masyarakat, masing-masing pikiran terpisah satu sama lain dan kesadaran setiap orang adalah bagian dari kesadaran manusia secara kolektif.29

Buletin Para Navigator dalam Amos Neolaka menyatakan bahwa kesadaran adalah modal utama bagi setiap orang yang ingin maju. Secara garis besar kesadaran itu dapat dilihat dari beberapa aspek, antara lain: kemampuan membuka mata dan menafsirkan apa yang dilihat, kemampuan aktivitas, dan kemampuan berbicara. Maksudnya seseorang yang sadar adalah orang yang mampu melakukan ketiga aspek tersebut secara terintegrasi. Disisi lain kesadaran diartikan sebagai adanya hak dan kemampuan kita untuk menolak melakukan keinginan orang lain atau sesuatu yang diketahui buruk/tidak bermanfaat bagi dirinya.30

2. Dimensi-Dimensi Kesadaran

Menurut Amos Neolaka tentang kesadaran lingkungan hidup, menyatakan bahwa kesadaran adalah keadaan tergugahnya jiwa terhadap

28

Amos Neolaka, Kesadaran Lingkungan, (Jakarta:PT. Rineka Cipta, 2008),h. 18

29

O.P. Simorangkir, Kesadaran, Pikiran dan Tanggung Jawab, (Jakarta: Yagrat, 1987), Cet. Pertama, h. 107-108

30

(49)

31

sesuatu, dalam hal ini terhadap lingkungan hidup, dan dapat terlihat pada perilaku dan tindakan masing-masing individu.31

Kesadaran menurut Carl Gustav Jung terdiri dari tiga sistem yang saling berhubungan. Ketiga sistem tersebut antara lain sebagai berikut32:

a. Ego

Ego merupakan jiwa sadar yang terdiri dari persepsi, ingatan, pikiran dan perasaan-perasaan sadar yang bekerja pada tingkat kesadaran. Singkatnya ego merupakan bagian dari manusia yang membuat ia sadar pada dirinya. Sigmun Freud mengungkapkan bahwa ego sebagai bagian kepribadian yang mengambil keputusan yang oleh karena ego mengontrol pintu-pintu kearah tindakan, memilih segi-segi lingkungan kemana akan merespons dan memutuskan insting-insting manakah yang akan dipuaskan dan bagaimana caranya.33

b. Ketidaksadaran Pribadi (personal unconscious)

Struktur kepribadian ini berdekatan dengan ego yang terdiri dari pengalaman-pengalaman yang pernah disadari tetapi kemudian direpresikan, disupresikan, dilupakan atau diabaikan serta pengalaman-pengalaman yang terlalu lemah untuk menciptakan kesan sadar pada sang pribadi. Penekanan kenangan pahit kedalam personal unconscious dapat

31

Amos Neolaka, Kesadaran Lingkungan, (Jakarta:PT. Rineka Cipta, 2008), h.18

32

Calvin S. Hall & Gardner Lindzey (penulis), A. Supratiknya (terj.), Teori-Teori Psikodinamik (Klinis), (Yogyakarta: Kanisius, 1993), h.182-183

33

(50)

32

dilakukan oleh diri sendiri secara mekanik namun bisa juga karena desakan dari pihak luar yang kuat dan lebih berkuasa.34

c. Ketidaksadaran Kolektif (collective unconsciousness)

Konsep ketidaksadaran kolektif merupakan salah satu diantara segi-segi teori kepribadian Jung yang paling original dan kontroversial. Ketidaksadaran kolektif merupakan gudang bekas ingatan yang diwariskan dari masa lampau leluhur seseorang, seperti sejarah ras manusia sebagai sebuah spesies tersendiri dan leluhur pramanusiawi atau nenek moyang binatangnya. Ketidaksadaran Kolektif adalah sisa psikis perkembangan evolusi manusia, sisa yang menumpuk sebagai akibat dari pengalaman-pengalaman yang berulang selama banyak generasi. Semua manusia kurang lebih memiliki ketidaksadaran kolektif yang sama. Disini Jung menghubungkan sifat universal ketidaksadaran kolektif dengan kesamaan struktur otak pada semua ras manusia dan kesamaan ini disebabkan oleh evolusi umum. 35

Menurut Soekanto terdapat empat indikator kesadaran yang masing-masing merupakan suatu tahapan bagi tahapan berikutnya dan menunjuk pada tingkat kesadaran tertentu mulai dari yang terendah sampai dengan yang tertinggi. Keempat indikator tersebut antara lain: pengetahuan, pemahaman,

34

Calvin S. Hall & Gardner Lindzey (penulis), A. Supratiknya (terj.), Teori-Teori Psikodinamik (Klinis), (Yogyakarta: Kanisius, 1993), h.183

35

(51)

33

sikap dan pola perilaku (tindakan).36 Dalam pada itu, tahapan-tahapan dalam tingkatan kesadaran seseorang menurut Geller sebagai berikut37:

a. Unconscious Incompetence, yaitu tahapan pertama dimana seseorang tidak mengerti apa yang harus dilakukannya.

b. Conscious Incompetence, yaitu tahapan kedua dimana seseorang mengerti atau tahu apa yang seharusnya dilakukan, tetapi perlu adanya pembelajaran bagaimana untuk melakukannya secara benar.

c. Conscious Competence, yaitu tahapan ketiga dimana seseorang dapat melakukannya dengan benar dikarenakan telah mengikuti aturan yang terlah ditetapkan.

d. Unconscious Competence, yaitu tahapan terakhir dimana seseorang telah mempunyai kebiasaan dan mengetahui secara benar apa yang dilakukannya.

Pembagian indikator di atas menurut B.S. Bloom dapat digunakan sebagai dasar dalam menyusun suatu sistematika pengkategorian atas jenis-jenis perilaku yang harus nampak bila warga belajar telah mencapai tujuan instruksional khusus. Dalam perkembangannya B.S. Bloom membagi sistematika tersebut kedalam tiga domain (dimensi) diantaranya: a). kognitif (pengetahuan), b). afektif (sikap), dan c). psikomotorik/konatif (perilaku/tindakan).38

36

Retno Jamanti, eJurnal: “Pengaruh Berita Banjir di Koran Kaltim Terhadap Kesadaran Lingkungan Masyarakat Kelurahan Termindung Permai Samarinda, tahun 2014, vol. 2 (1), ejournal.ilkom.fisip.unmul.ac.id, diakses tanggal 05 Mei 2014 h. 24

37

Ambar Sih Wadani, Penelitian: Studi Tentang Literatur Kesadaran, h. 12-13,

lontar.ui.ac.id, diakses tanggal 05 Mei 2014

38

(52)

34

Berdasarkan dimensi-dimensi kesadaran yang diuraikan di atas, dalam penelitian ini peneliti menggunakan dimensi kesadaran menurut B.S. Bloom yang dikombinasikan dengan tingkatan kesadaran menurut Geller. Hal ini dikarenakan penyuluhan agama sebagai proses perubahan perilaku harus dilihat dari ketiga aspek, yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik/konatif dengan tahapan-tahapan dalam tingkatan perubahan kesadaran.

3. Kesadaran Lingkungan

Pengelolaan kualitas lingkungan sangat diperlukan agar semua kegiatan manusia tidak kembali merugikan manusia beserta harta bendanya, tetapi betul-betul dapat mencapai kesejahteraan yang dituju. Berbagai ahli diperlukan untuk secara bersama mengelola lingkungan, bahkan seluruh masyarakat perlu ikut serta dalam pengelolaannya. Secara khusus, para ahli lingkungan dan teknik lingkungan mempunyai peran yang sangat besar dalam pengelolaan ini.39 Untuk mencapai harapan tersebut, terlebih dahulu diperlukan upaya membangun kesadaran pengelolaan lingkungan secara bersama-sama.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kesadaran lingkungan adalah pengertian yang mendalam pada seseorang atau sekelompok orang yang terwujud dalam pemikiran, sikap dan tingkah laku yang mendukung pengembangan lingkungan.40 Kesadaran lingkungan menurut M.T. Zen dalam Amos Neolaka adalah usaha melibatkan setiap warga Negara dalam menumbuhkan dan membina kesadaran untuk melestarikan lingkungan,

39

Juli Soemirat (ed.), Toksikologi Lingkungan, (Yogyakarta: UGM Press, 2005), Cet. Ke-2, h. 3

40

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia,

(53)

35

berdasarkan tata nilai, yaitu tata nilai dari pada lingkungan itu sendiri dengan filsafat hidup secara damai dengan alam lingkungannya.41

Menurut Emil Salim dalam Amos Neolaka kesadaran lingkungan adalah upaya untuk menumbuhkan kesadaran agar tidak hanya tahu tentang sampah, pencemaran, penghijauan dan perlindungan satwa langka, tetapi lebih dari itu semua, membangkitkan kesadara lingkungan manusia Indonesia khususnya pemuda masa kini agar mencintai tanah dan air untuk membangun tanah air Indonesia yang adil, makmur serta utuh lestari.42

Dasar yang menjadi penyebab kesadaran lingkungan menurut Danil Chiras dalam Amos Neolaka adalah etika lingkungan.43 Etika lingkungan menurut Sony Keraf adalah disiplin ilmu yang berbicara mengenai norma, nilai, kaidah dan prinsip moral yang mengatur dan menjiwai perilaku manusia dalam berhubungan dengan alam. Selanjutnya prinsip-prinsip Etika Lingkungan Hidup diantaranya sebagai berikut44:

a. Sikap hormat terhadap alam (Respect for Nature), yaitu suatu prinsip dasar bagi manusia sebagai bagian dari alam semesta seluruhnya. Manusia mempunyai kewajiban menghargai hak semua makhluk hidup untuk berada, hidup, tumbuh dan berkembang secara alamiah sesuai dengan tujuan penciptaannya. Singkatnya manusia perlu memelihara, merawat, melindungi dan melestarikan alam beserta seluruh isinya.

b. Tanggung jawab (Moral Responsibility for Nature), yaitu manusia sebagai bagian dari alam semesta, memiliki tanggung jawab untuk menjaganya.

41

Amos Neolaka, Kesadaran Lingkungan, (Jakarta:PT. Rineka Cipta, 2008), h.20

(54)

36

Prinsip tanggung jawab ini menuntut manusia untuk mengambil prakarsa, usaha, kebijakan dan tindakan bersama secara nyata untuk menjaga alam semesta dengan segala isinya. Wujud konkretnya, semua orang harus bisa bekerjasama bahu membahu menjaga dan melestarikan alam dan mencegah serta memulihkan kerusakan alam dan segala isinya.

c. Solidaritas kosmis (Cosmic Solidarity), yaitu prinsip yang mendorong manusia untuk mengambil kebijakan pro-alam, pro-lingkungan hidup, atau menentang setiap tindakan yang merusak alam dengan tujuan menyelematkan lingkungan.

d. Kasih sayang dan kepedulian terhadap alam (Caring for Nature), yaitu prinsip moral satu arah, menuju yang lain tanpa mengharapkan balasan semata-mata demi kepentingan alam bukan pribadi.

e. No harm, yaitu kewajiban dan tanggung jawab moral bisa dinyatakan dalam bentuk maksimal dengan melakukan tindakan merawat (care), melindungi, menjaga dan melestarikan alam. Sebaliknya, kewajiban dan tanggung jawab moral yang sama bisa mengambil bentuk minimal dengan tidak melakukan tindakan yang merusak alam semesta dan segala isinya. f. Hidup sederhana dan selaras dengan alam, yaitu manusia harus

Gambar

Struktur Kepengurusan Bank Sampah Melati Bersih FIDKOM Gambar 3. UIN Jakarta majelis taklim Nurul Falah ………....................
Tabel 1. Jumlah Angka Kemiskinan Provinsi Jawa Barat Tahun 2013
Tabel 2. Statistik Perkembangan bank sampah di Indonesia Tahun 2012
Gambar 1. Kerangka berfikir penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait