• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peningkatan Minat Belajar Akuntansi Dengan Metode Peer Teaching Pada Konsep Jurnal Umum Dan Laporan Keuangan Siswa Kelas Xi Di Sma Darussalam Ciputat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peningkatan Minat Belajar Akuntansi Dengan Metode Peer Teaching Pada Konsep Jurnal Umum Dan Laporan Keuangan Siswa Kelas Xi Di Sma Darussalam Ciputat"

Copied!
170
0
0

Teks penuh

(1)

UMUM DAN LAPORAN KEUANGAN SISWA KELAS XI

DI SMA DARUSSALAM CIPUTAT

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh :

RIADLUL JANNAH.

NIM 109015000134

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

i

November 2013 dengan tujuan untuk mengetahui peningkatan minat belajar akuntansi siswa dengan metode peer teaching pada konsep jurnal umum dan laporan keuangan. Penelitian ini merupakan jenis penelitian tindakan kelas (PTK) dengan pendekatan deskriptif kuantitatif yang dilakukan dalam 1 siklus, dimana dalam 1 siklus terdiri dari 4 kali pertemuan. Hal ini dikarenakan peneliti hanya ingin mengetahui minat siswa dalam belajar akuntansi, dan kemudian menerapkan suatu metode untuk meningkatkan minat siswa tersebut. Jenis data dalam penelitian ini adalah data primer yang bersumber langsung dari subyek penelitian yaitu siswa kelas XI SMA Darussalam Ciputat sebanyak 29 siswa. Materi pelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah jurnal umum dan laporan keuangan. Teknik pengumpulan data menggunakan lembar observasi, lembar angket, dan dokumentasi.

Hasil penelitian ini menggambarkan bahwa pembelajaran menggunakan metode peer teaching dapat meningkatkan keaktifan dan kreativitas siswa, menjadikan pembelajaran efektif dan menyenangkan, dan dapat meningkatkan minat siswa yang dapat dilihat dari hasil belajar siswa. Hasil belajar yang mengalami peningkatan pada setiap pertemuannya dengan nilai rata-rata hasil penilaian ranah kognitif pertemuan pertama sebesar 71,12 pertemuan kedua sebesar 82,16 pertemuan ketiga sebesar 96,29, dan pertemuan ke4 sebesar 98,28.

(7)

ii

with the aim of improving learning to know the method of accounting student peer teaching on the concept of general ledger and financial statements. This research is a classroom action research (PTK) by quantitative descriptive approach is performed in 1 cycle, which in one cycle consists of 4 meetings. This is because researchers just want to know the students 'interest in learning accounting, and then apply a method to increase the students' interest. The type of data in this study is primary data sourced directly from the research subjects in class XI students Darussalam Chester High School as 29 students. Subject matter used in this study is a general journal and financial reports. Data collection techniques using observation sheets, sheet questionnaires, and documentation.

The results of this study illustrate that peer teaching learning method can improve the liveliness and creativity of students, making learning effective and fun, and can increase the interest of students that can be seen from the results of student learning. Increased learning outcomes at each meeting with the average value of the results of the cognitive assessment at the first meeting of the second meeting for 82.16 71.12 third meeting at 96.29, and 98.28 for the 4 th meeting.

(8)

iii

sekalian. Karena itu, tiada kata yang paling tepat untuk mengawali pengantar ini selain mengucapkan puji syukur yang tiada terhingga ke hadirat Allah Swt. atas segala keajaiban, kesempatan, kesehatan, dan semangat yang tiada henti diberikan kepada penulis sehingga pengerjaan skripsi ini dapat berjalan lancar dan akhirnya tersaji untuk anda yang ingin menjadikannya sebagai panduan dalam penyusunan skripsi. Shalawat serta salam semoga senantiasa terlimpahkan kepada kekasih Allah yaitu baginda besar Nabi Muhammad saw. beserta keluarga, sahabat, dan umatnya yang senantiasa mengikuti ajaran agamanya hingga akhir zaman.

Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan skripsi ini banyak mengalami kendala, namun berkat bantuan, bimbingan, dan kerjasama dari berbagai pihak, serta tentunya berkah dari Allah Swt. Sehingga kendala-kendala yang dihadapi tersebut dapat diatasi. Untuk itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan kepada ibu Annisa Windarti, M.Sc selaku pembimbing yang telah dengan sabar, tekun, tulus, dan ikhlas meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran dalam membimbing, memotivasi, mengarahkan, dan memberikan saran-saran yang sangat berharga kepada penulis selama dalam penyusunan skripsi.

Selanjutnya ucapan terima kasih penulis sampaikan pula kepada:

1. Bapak Dr. Iwan Purwanto, M.Pd selaku Ketua Jurusan Pendidikan IPS, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Drs. Syarifulloh, M.Si sebagai Sekjur Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial.

3. Bapak Marul Wa’id selaku kepalah sekolah tempat penulis melakukan penelitian.

(9)

iv data-data yang diperlukan.

6. Terima kasih Rie ucapkan kepada ayahanda Amronih Am dan ibu Sobriyah selaku orang tua. Berkat didikan, doa, dan pengorbanan keduanya penulis dapat menyelesaikan laporan ini.

7. Lantunan do’a dan ucapan terima kasih kepada almh ibunda Siti Aminah sebagai wanita yang telah berjuang dalam melahirkan dan merawat Ririe. Semoga Allah membalas setiap tetes keringatmu dan menempatkanmu di syurgaNya. Aamiin.

8. Tak lupa pula terima kasih kepada Abd Ghoni dan Siti Husnah selaku paman dan bibi yang tak henti-hantinya mengingatkan dan memotivasi penulis, serta do’anya. Sehingga Ririe tak patah semangat dalam proses pembuatan skripsi. 9. Ibu Ela beserta keluarga yang selalu mendo’akan dan menyemangati.

10.Kakak-kakak dan adik-adik tersayang: Husnul khotimah (Mpo Noel), Siti Atikoh (Sabaq), Husnul Khotimah (Unul), Syarifah Jumilah, Sintia, Desti, Nur’aini (matha), dan lainya yang tidak disebutkan namun tidak mengurangi rasa terima kasih penulis. Terima kasih telah menghibur dan memberikan dorongan semangat kepada penulis, sehingga kejenuhan dalam pembuatan skripsi dapat hilang dalam sekejap.

11.Teman-teman terdekat: Nina nur’aini, Suci Lestari, Siti Sugiyati, Linda Permatasari, Deslina Maharani dan lainnya yang tidak disebutkan namun tetap teringat oleh penulis atas dukungan semangat dan motivasi dalam pembuatan skripsi. Terima kasih sobat, tak ku lupa perjuangan kita masa-masa itu.

12.Teman-teman kosan: Zakiyah, Dedeh, Irma, Nur (nene), uyun, Ainun, Marfuah, Nelin, Ka Fitri, Ka Ifah, dan lainnya yang tidak dapat tersebutkan satu persatu namun tidak mengurangi untaian terima kasih kepada kalian akan do’a serta semangat yang kalian berikan kepada penulis.

(10)

v

kelas A (Ekonomi) yang telah membantu penulis dengan berbagai pendapat dan tenaga kalian, sehingga kebingungan-kebingungan dapat teratasi. Terima kasih ku ucapkan kepada kalian semua.

15.Terima kasi untuk teman-teman Aliyah (MAN 5 Jakarta): Rosyidah, Riya Isnu, Putri Lestari, Shofwatul Husna, Neneng Komalasari, dan sebagainya tak dapat disebutkan satu persatu. Wabil khusus ucapan terima kasih yang amat banyak pada Neneng Komalasari yang telah membantu penulis dalam pembuatan hard cover. Terima kasih atas do’a, dan motivasi yang kalian berikan selama pembuatan skripsi.

Penulis juga mengucapkan terimakasih untuk semua pihak yang tak bisa penulis sebutkan seperti tersebut di atas. Terima kasih telah membantu dalam proses pembuatan skripsi ini. Ungkapan kata memang takkan cukup untuk kebaikan kalian semua. Semoga Allah membalasnya dengan segala kebaikan dan pahala yang berlipat.

Penulis mengakui dan menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh pada kesempurnaan, baik dari segi isi, sususnan kalimat dan sistematika penulisannya. Maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan selanjutnya agar tidak terjadi kesalahan-kesalahan yang terdahulu. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya.

Jakarta, 28 April 2014

(11)

vi

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 8

C. Pembatasan Masalah ... 9

D. Rumusan Masalah ... 9

E. Tujuan Penelitian ... 9

F. Manfaat Penelitian ... 9

BAB II KAJIAN TEORI A. Acuan Teori ... 10

1. Pengertian Metode Pembelajaran ... 10

2. Macam-macam Metode Pembelajaran ... 14

3. Pembelajaran Peer Teaching ... 18

4. Langkah-langkah Penggunaan Metode Peer Teaching... 23

5. Minat Belajar ... 27

a. Pengertian Minat Belajar... 27

b. Macam-macam Minat Belajar ... 30

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat Belajar .... 31

d. Peranan Minat Dalam Belajar ... 35

6. Hakikat Pembelajaran Akuntansi ... 37

a. Pengertian Akuntansi ... 37

b. Tujuan Akuntansi ... 40

c. Jurnal Umum ... 41

d. Laporan Keuangan ... 42

B. Hasil Penelitian yang Relevan ... 43

(12)

vii

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 46

B. Metode dan Desain Intervensi Tindakan... 46

C. Subjek Penelitian ... 47

D. Peran dan Posisi Peneliti ... 47

E. Tahapan Intervensi Tindakan ... 48

F. Hasil Intervensi Tindakan ... 53

G. Data dan Sumber Data ... 54

H. Instrumen Pengumpulan Data ... 54

I. Teknik Pengumpulan Data ... 56

J. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan Studi ... 56

K. Analisis Data dan Interptretasi Hasil Analisis ... 58

1. Teknik Pengolahan Data ... 58

2. Teknik Analisis Data ... 59

L. Indikator keberhasilan ... 60

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Sekolah ... 62

B. Deskripsi Data Intervensi Tindakan ... 67

C. Pemeriksaan Keabsahan Data ... 78

D. Data Hasil Penelitian ... 79

1. Data Hasil Angket... 79

2. Data Hasil Observasi ... 92

E. Pembahasan Hasil Penelitian ... 98

1. Hasil Angket Minat Belajar ... 98

2. Hasil Lembar Observasi ... 99

F. Keterbatasan Penelitian ... 104

BAB V KESIMPULAN A. Kesimpulan ... 106

(13)
(14)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu pesat mengakibatkan generasi muda harus mempersiapkan diri untuk menjadi lebih baik. Salah satu cara agar manusia dapat menjadi lebih baik yaitu dengan pendidikan. Dengan pendidikan manusia dapat mengimbangi setiap perkembangan yang terjadi agar mereka tidak tertinggal jauh oleh kemajuan teknologi.

Pendidikan menurut Oemar Hamalik merupakan “bagian integral dalam pembangunan. Proses pendidikan tidak dapat dipisahkan dari proses pembangunan itu sendiri. Pembangunan diarahkan dan bertujuan untuk mengembangkan sumber daya manusia yang berkualitas dan pembangunan sektor ekonomi yang satu dengan lainnya saling berkaitan dan berlangsung dengan berbarengan”.1

Oemar Hamalik juga mengatakan bahwa pendidikan merupakan “suatu proses sosial, karena berfungsi memasyarakatkan anak didik melalui proses sosialisasi di dalam masyarakat tertentu. Sekolah sebagai salah satu institusi pendidikan dan berperan juga sebagai institusi sosial, karena melalui lembaga tersebut anak dipersiapkan untuk mampu terjun dan aktif dalam kehidupan masyarakatnya kelak”.2 Oleh karena itu sekolah perlu menyusun suatu program yang tepat dan serasi, sehingga memungkinkan para siswa melakukan kegiatan belajar yang kondusif.

Pendidikan bertujuan untuk “mengembangkan kemampuan peserta didik yang mencakup pengetahuan (kognitif), keterampilan (skill), perilaku, hasil tindakan, dan sikap (afektif), serta pengalaman eksploratoris (pengalaman lapangan).”3

Dalam keseluruhan proses pendidikan, siswa merupakan salah satu komponen utama dalam proses kegiatan belajar mengajar. Di mana kegiatan utama siswa adalah belajar yang merupakan tuntunan dan kewajiban yang harus dijalankan

1 Oemar Hamlik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), cet. 9, h. 1

2 Oemar Hamalik, Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,

(15)

siswa agar terjadi perubahan yang diinginkan dalam dirinya, baik pada aspek kognitif, afektif maupun psikomotor.

Menurut pendapat Oemar Hamalik, Siswa merupakan “suatu komponen input dalam proses pendidikan. Sehingga berhasil atau tidak proses pendidikan bergantung pada keadaan, kemampuan, dan tingkat perkembangan siswa itu sendiri, karena adanya perbedaan individu, baik fisik, psikologis, maupun kondisi sosial budaya tempat mereka tinggal”.4

Dalam buku proses belajar mengajar, Pada dasarnya “siswa adalah unsur penentu dalam proses belajar mengajar. Tanpa adanya siswa, sesungguhnya tidak akan terjadi proses pengajaran. Sebabnya karena siswalah yang membutuhkan pengajaran dan bukan guru, guru hanya berusaha memenuhi kebutuhan yang ada pada murid.”5 Jadi tanpa adanya murid tidak akan terjadi proses pengajaran. Kemudian komponen yang tidak kalah pentingnya adalah guru.

Menurut Oemar Hamalik, Guru memegang salah satu peranan penting dalam proses pendidikan. Guru bertugas memberikan pengajaran di dalam sekolah (kelas). Guru menyampaikan pelajaran agar siswa memahami dengan baik semua pengetahuan yang telah disampaikan itu. Selain itu guru juga berusaha agar terjadi perubahan sikap, keterampilan, kebiasaan, hubungan sosial, apresiasi, dan sebagainya melalui pengajaran yang diberikannya.6

Guru hendaknya dapat mengembangkan dan memanfaatkan semua potensi yang dimiliki siswa. Guru memiliki posisi yang sangat menentukan keberhasilan pembelajaran. Selain itu guru juga bertugas mengalihkan seperangkat pengetahuan yang terorganisir sehingga pengetahuan tersebut menjadi bagian dari sistem pengetahuan siswa. Salah satu faktor yang mempengaruhi guru dalam memperluas dan memperdalam materi pelajaran adalah rancangan pembelajaran yang dibuat dan dipilihnya. Sehingga proses pembelajaran yang efektif, efisien, menarik dan hasil pembelajaran yang bermutu tinggi akan dapat dilakukan dan dicapai oleh setiap guru.

Mutu pendidikan dalam usaha mengembangkan potensi masih menjadi salah satu masalah yang dirasakan dalam pendidikan, hal ini karena lemahnya proses

4Ibid., h. 115

(16)

pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, anak didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir, sedangkan kemampuan berfikir siswa itu berbeda-beda tidak sama antara satu siswa dengan siswa lainnya. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan baik secara fisik, mental, minat, hobi, dan karakteristik lainnya.

Mengingat akuntansi merupakan salah satu mata pelajaran yang diujikan dalam UN, masih mempunyai kendala dalam proses pembelajaran. Sebagian besar siswa kurang berminat terhadap pelajaran akuntansi dan mengalami banyak kesulitan. Alasanya sangat beragam, mulai dari penghitungannya yang sulit dimengerti, hingga pada proses pembelajaran yang berlangsung menjenuhkan.

Kesulitan dalam penghitungan akuntansi tidak hanya dikarenakan kurangnya penguasaan materi, akan tetapi kurangnya minat pada siswa dalam pembelajaran akuntansi. Akuntansi bukan hanya penguasaan materi dalam bentuk hitungan saja, tetapi juga bermain pada logika. Fakta yang terlihat di SMA Darussalam, khusunya kelas XI masih banyak yang belum mengerti mengenai pembelajaran akuntansi. Hal ini dapat dilihat dari nilai siswa SMA Darussalam kelas XI masih dibawah nilai KKM, yaitu 40 dengan nilai tertinggi 75. Oleh karena itu saya tertarik untuk melakukan penelitian dalam pembelajaran akuntansi pada konsep jurnal umum dan laporan keuangan.

Akuntansi menurut American Accounting Association dalam buku Alam S adalah “suatu proses pengidentifikasian, pengukuran, dan pelaporan informasi ekonomi, untuk memungkinkan adanaya penilaian dan pengambilan keputusan yang jelas dan tegas oleh mereka yang menggunakan informasi keuangan tersebut.”7 Sedangkan menurut Rudianto, akuntansi merupakan “aktivitas mengumpulkan, menganalisis, menyajikan dalam bentuk angka, mengklasifikasikan, mencatat, meringkas dan melaporkan aktivitas/transaksi perusahaan dalam bentuk informasi keuangan.”8

Dalam proses menghasilkan informasi yang dibutuhkan oleh berbagai pihak yang berkepentingan, maka akuntansi harus melewati beberapa tahapan proses yang disebut dengan siklus akuntansi.

(17)

Siklus akuntansi adalah urutan kerja yang harus dibuat oleh akuntan sejak awal hingga menghasilkan laporan keuangan. Proses atau siklus akuntansi tersebut dimulai dari mengumpulkan dokumen dasar transaksi, mengklasifikasikan jenis transaksi, menganalisis, meringkasnya dalam catatan, sampai dengan melaporkannya dalam bentuk laporan keuangan yang dibutuhkan.9

Jurnal menurut Alam S. adalah “media dalam proses akuntansi yang menjadi dasar bagi penentuan ke akun mana suatu transaksi dicatat, berapa jumlah uang yang dicatat, dan keterangan singkat tentang transaksi.”10 Sedangkan menurut Rudianto, Jurnal umum atau jurnal transaksi merupakan “aktivitas meringkas dan mecatat transaksi perusahaan berdasarkan dokumen dasar secara kronologis beserta penjelasan yang diperlukan di dalam buku harian.”11

Laporan keuangan merupakan “ringkasan dari suatu proses pencatatan, merupakan suatu ringksan dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku yang bersangkutan.”12 Dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan merupakan tahapan terakhir dari proses akuntansi.

Mata pelajaran akuntansi kurang diminati oleh siswa SMA, karena dianggap pelajaran yang sulit. Sebagian besar siswa memandang bahwa akuntansi adalah mata pelajaran yang penuh dengan angka, sehingga siswa tidak berminat dengan pembelajaran akuntansi. Masalah yang sering dijumpai dalam pembelajaran akuntansi adalah pembelajaran yang sukar dimengerti, sehingga menyebabkan siswa mendapat kesulitan untuk belajar. Selain itu juga muncul masalah-masalah lain yaitu salah satunya adalah metode pembelajaran yang diterapkan oleh guru. Tidak jarang guru dalam menyampaikan materi akuntansi hanya menggunakan metode ceramah saja, sehingga aktivitas belajar siswa selama di kelas hanya mendengarkan penjelasan dari guru sebagai nara sumber.

Metode pembelajaran yang tidak tepat, akan memicu keragaman masalah pada diri masing-masing individu yaitu antara lain: 1) antusias dan keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran masih belum nampak, 2) para siswa jarang mengajukan pertanyaan, 3) kurangnya keaktifan dalam mengerjakan soal-soal

9Ibid.

10 Alam S., op. cit., h. 203 11 Rudianto, op. cit., h. 64

(18)

latihan, 4) rendahnya penguasaan siswa terhadap materi. Hal ini menggambarkan keefektifan pembelajaran di dalam kelas yang masih sangat rendah. Akibatnya menyebabkan rendahnya minat belajar siswa pada pembelajaran akuntansi, karena siswa malas membaca materi tentang akuntansi, mengulang materi, mengerjakan tugas yang diberikan guru.

Kemudian proses pembelajaran akuntansi masih berpusat pada satu arah yaitu pada guru. Siswa dituntut untuk menguasai materi sebanyak mungkin tanpa memberikan kesempatan kepada siswa untuk mempraktekkan materi yang diajarkan oleh guru, sehingga siswa kurang mampu menerapkan pembelajaran akuntansi baik di dalam kelas maupun kehidupan sehari-hari.

Guru lebih menekankan pada proses pembelajaran akuntansi dengan metode pemberian tugas. Metode-metode tersebut kurang efektif dan efisien untuk menggiatkan siswa untuk dapat berfikir lebih aktif dan kreatif dalam kegiatan belajar mengajar. Proses pembelajaran di kelas pun menyebabkan minat belajar siswa berkurang, sehingga hasil belajar yang diperoleh siswa rendah.

Dari alasan-alasan tersebut, pembelajaran akuntansi dianggap tidak menyenangkan, membosankan dan mengakibatkan rendahnya minat siswa untuk belajar akuntansi. Oleh karena itu diperlukan adanya suatu metode pembelajaran yang dapat memberikan kontribusi positif terhadap proses belajar siswa, sehingga siswa tertarik untuk mempelajari pembelajaran akuntansi. Metode yang digunakan harus sesuai dengan tujuan pembelajaran serta jenis materi yang diajarkan. Kurang tepatnya penggunaan metode pembelajaran, dapat menimbulkan kebosanan, monoton, atau bahkan siswa kesulitan dalam memahami konsep yang diajarkan.

(19)

Sebenarnya telah banyak upaya yang dilakukan oleh guru kelas untuk meningkatkan prestasi belajar siswa. Namun usaha itu belum menunjukkan hasil yang optimal. Rentang nilai siswa yang pandai dengan siswa yang kurang pandai terlalu jauh. Untuk itu perlu diupayakan pula agar rentang nilai anatara siswa tersebut tidak terlalu jauh yaitu dengan memanfaatkan siswa yang pandai untuk menularkan kemampuannya pada siswa lain yang kemampuannya lebih rendah. Tentu saja guru yang menjadi perancang model pembelajaran harus mengubah bentuk pembelajaran yang lain.

Metode pembelajaran yang dapat meningkatkan daya serap pengetahuan dan keterampilan berfikir kritis siswa secara aktif dan kreatif yang berbasis pada siswa aktif misalnya metode pembelajaran peer teaching. Metode pembelajaran peer teaching merupakan cara pembelajaran yang dapat meningkatkan minat belajar

siswa secara berkualitas dalam proses pembelajaran.

Pada dasarnya metode peer teaching dapat meningkatkan interaktif sosial siswa dalam proses pembelajaran. Siswa dituntut mampu mengembangkan keterampilan bekerja dalam kelompok agar dapat membangun semangat bekerja sama. Siswa diharapkan dapat meningkatkan rasa tanggung jawab untuk belajar sendiri. Sehingga proses pencapaian hasil belajar pun dapat meningkat. Maka dari itu, untuk mengkaji masalah-masalah sosial di dalam kelas yang dianggap penting dan dapat mendorong terciptanya diskusi kelas dengan harapan dapat merumuskan hipotesis yang telah diuji kebenaran faktanya, guru IPS khususnya guru akuntansi dapat menggunakan metode pembelajaran peer teaching sebagai metode mengajar yang efisien dan efektif yang dapat meningkatkan minat belajar siswanya.

(20)

seorang guru juga telah mengajarkan strategi atau cara belajar yang efektif dan efisien kepada siswanya agar dapat mempelajari, mengeksplorasi dan memahami sendiri setiap persoalan, kasus atau masalah yang diberikan oleh guru di sekolah dengan mudah dan menyenangkan sesuai dengan potensi dan modalitas belajar yang mereka miliki.

Metode peer teaching atau tutor sebaya dapat diartikan “siswa yang pandai

dapat memberikan bantuan belajar kepada siswa yang kurang pandai.”13 Oleh karena itu, penerapan metode peer teaching ini akan sangat membantu guru dalam mengajarkan materi kepada siswa-siswanya. Karena dalam hal tertentu terkadang siswa lebih paham dengan bahasa teman sebayanya daripada bahasa guru, dan siswa tidak akan merasa malu atau takut untuk menanyakan materi yang belum mereka pahami, karena yang mereka tanya tidak lain adalah temannya sendiri.

Penelitian-penelitian tentang metode peer teaching telah banyak dilakukan oleh praktisi-praktisi pendidikan di banyak sekolah dan dengan menerapkannya pada mata pelajaran yang berbeda. Sebagian besar hasilnya menunjukkan peningkatan yang positif dan cukup signifikan bagi hasil belajar siswa. Dan hasil penelitian dengan menggunakan metode peer teaching yaitu siswa merasa nyaman dan tidak takut untuk bertanya mengenai materi yang belum mereka mengerti. Salah satu contohnya yaitu penelitian yang dilakukan oleh Sarifudin dengan kesimpulan bahwa:

Tutor sebaya memberikan lingkungan yang nyaman bagi siswa untuk bertanya tanpa merasa takut atau malu ditertawakan. Siswa dapat bertanya sebebas-bebasnya kepada tutor dalam kelompoknya. Para siswa menjadi lebih senang dan bersemangat belajar matematika karena soal-soalnya tidak lagi menjadi momok yang menakutkan bagi mereka. Siswa dapat dengan mudah menyelesaikan soal-soal yang dihadapi melalui diskusi dalam kelompoknya serta bimbingan dari tutor yang cukup membantu mereka dalam belajar matematika.14

13 Erman Suherman, dkk., Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, (Bandung: IMSTEP, 2003), h. 276

(21)

Berdasarkan pengalaman peneliti selama melaksanakan kegiatan PPKT di SMA Darussalam Ciputat selama bulan februari sampai bulan juni 2013, diketahui pada saat pembelajaran berlangsung minat belajar akuntansi siswa sangat kurang (rendah). Hal ini terlihat ketika guru meminta siswa untuk mengerjakan soal yang diberikan, siswa tidak mengerjakannya dan tidak berminat untuk mencari penyelesaian dari soal tersebut tetapi lebih senang menunggu guru menyelesaikan soal tersebut. Ketika guru mengajukan pertanyaan mengenai materi, siswa tidak menjawab dengan baik bahkan beberapa siswa menjawab asal-asalan. Jika pertanyaan guru mudah atau hanya melengkapi, mereka menjawab secara bersama-sama. Jika guru meminta siswa untuk menjawab pertanyaan secara lisan, mereka hanya terdiam dan tidak akan menjawab hingga guru memanggil nama mereka. Observasi kembali dilakukan pada tanggal 14 November 2013. Dari pengamatan yang dilakukan, pembelajaran yang terjadi masih sama seperti pada saat observasi PPKT.

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dalam bentuk penelitian tindakan kelas (PTK) guna membantu pencapaian proses pembelajaran yang diinginkan guru serta dapat meningkatkan minat belajar siswa, khususnya dalam pelajaran akuntansi. Dengan judul “Peningkatan Minat Belajar Akuntansi dengan Metode Peer Teaching

Pada Konsep Jurnal Umum dan Laporan Keuangan Siswa Kelas XI Di SMA

Darussalam Ciputat”.

Secara umum terdapat empat langkah dalam melakukan PTK, yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Gambaran-gambaran secara lebih rincinya akan diperluas di bab III.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka teridentifikasi masalah sebagai berikut:

1. Kurangnya minat siswa dalam pembelajaran akuntansi.

(22)

C. Pembatasan Masalah

Agar permasalahan dalam penelitian ini menjadi terarah dan tidak meluas, maka peneliti membatasi permasalahannya yaitu kurangnya minat siswa terhadap mata pelajaran akuntansi, khususnya pada konsep jurnal umum dan laporan keuangan yang pada akhirnya mengakibatkan rendahnya hasil belajar akuntansi.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut: “Bagaimana meningkatkan minat belajar akuntansi siswa SMA Kelas XI dengan metode peer teaching pada konsep jurnal umum dan laporan keuangan?”

E. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin diperoleh dari penelitian ini adalah untuk meningkatan minat belajar akuntansi siswa dengan metode peer teaching pada konsep jurnal umum dan laporan keuangan.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan harapan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Siswa, dapat meningkatkan minat belajar siswa dalam proses pembelajaran akuntansi.

2. Guru IPS khususnya guru akuntansi dapat memberikan pemahaman terhadap minat siswa melalui metode pembelajaran peer teaching dalam pengajaran sebagai solusi untuk mengatasi rendahnya minat siswa pada pelajaran akuntansi.

3. Institusi, sebagai bahan evaluasi dalam meningkatkan kebijakan sekolah dan meningkatkan mutu pendidikan khususnya berkaitan dengan pelajaran akuntansi.

(23)

10

INTERVENSI TINDAKAN

A. Acuan Teori Area dan Fokus yang Diteliti

1. Pengertian Metode Pembelajaran

Dalam pelaksanaan pembelajaran di dalam kelas, guru akan menyampaikan pesan-pesan yang terkait dengan materi pembelajaran. Untuk menyampaikan pesan itu, guru sering sekali menggunakan berbagai cara atau teknik tertentu agar siswa merasa tertarik dengan pesan atau materi yang disampaikannya. Cara atau teknik tertentu itu disebut sebagai metode, maka disinilah guru membutuhkan suatu metode yang tepat sebagai media penyampai pesan.

Metode seca a ha fiah yaitu “ca a”.1Menu ut Wina Sanjaya, “metode adalah

cara yang digunakan untuk meimplementasikan rencana yang sudah disusun

dalam kegiatan nyata aga tujuan yang telah disusun te capai seca a optimal”.2

Cara yang dimaksud di sisni adalah suatu cara yang mampu digunakan untuk menjembatani seseorang (guru) untuk menganalisis dan mencapai suatu tujuan yang diterapkan.

Metode, menurut Muhibbin Syah adalah cara atau jalan yang ditempuh seseorang dalam melakukan sebuah kegiatan.3 Jadi dapat dikatakan metode adalah jalan atau cara yang harus ditempuh untuk mencapai suatu tujuan.

Metode mengandung implikasi bahwa proses penggunaannya bersifat konsisten dan sistemtatis, mengingat sasaran tersebut adalah manusia yang sedang mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Dimana dalam dunia psikologi, metode be a ti “p osedu sistematis (atau tata ca a yang be u utan) yang biasa digunakan untuk menyelidiki fenomena (gejala-gejala) kejiwaan”.4 Artinya

1 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset, 2010), cet. 16, h. 198

2 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2010), cet. 7, h. 147

3 Muhibbin Syah, op. cit., h. 27

(24)

pelaksanaan metode dalam proses kependidikan pada hakikatnya adalah pelaksanaan sikap hati-hati dalam pekerjaan mendidik atau mengajar yang bersifat konsisten dan sitematis.

Metode merupakan langkah operasional dari strategi pembelajaran yang dipilih dalam mencapai tujuan belajar, sehingga guru dalam menggunakan suatu metode pembelajaran harus disesuaikan dengan jenis strategi yang digunakan. Ketepatan penggunaan suatu metode akan menunjukkan fungsionalnya strategi dalam kegiatan pembelajaran.

Dari beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa metode adalah seperangkat teknik atau cara yang juga merupakan suatu langkah operasional, yang harus dimiliki dan digunakan oleh pendidik dalam menyampaikan pasan atau materi demi tercapainya suatu tujuan pendidikan yang diinginkan. Dan pendidik harus mengetahui pula mengenai kelebihan dan kelemahan dari suatu metode yang dipilihnya, serta harus mampu mempertimbangkan aspek efktifitas, efesiensi dan relevansinya dengan tujuan pembelajaran, materi yang akan disampaikan, karakteristik siswa dan sebagainya. Sehingga siswa mampu menangkap, memahami dan mengaplikasikan makna yang terkandung dalam materi pembelajaran tersebut.

Sedangkan definisi pembelajaran adalah suatu aktivitas belajar mengajar, di mana proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar yang meliputi guru dan siswa yang saling bertukar informasi.

Pembelajaran pada hakikatnya adalah kegiatan guru dalam membelajarkan siswa, artinya membuat atau menjadikan siswa dalam kondisi belajar. Dalam proses belajar terdapat komponen pendukung yang dapat mendorong tercapainya tujuan utama dari proses pembelajaran yang ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku. Perubahan tingkah laku tersebut biasanya bersifat menetap yang diperoleh dari suatu kejadian atau pengalaman. Sebagaiman yang diungkapkan oleh Chalin dalam Dictionary of psychology, bahwa “belaja adalah pe olehan perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai akibat praktik dan

pengalaman”.5

(25)

Konsep di atas memandang bahwa tujuan utama dari proses pembelajaran pada dasarnya merupakan rumusan tingkah laku (pengalaman belajar) dan kemampuan yang harus dimiliki oleh siswa setelah ia menyelesaikan pengalaman serta pembentukan tingkah laku yang lebih luas. Dengan kata lain pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik dalam pengetahuan, keterampilan, dan pembentukan sikap sehingga peserta didik dapat belajar dengan baik.

Tujuan dari pembelajaran di atas yang merupakan adanya perubahan prilaku dan tingkah laku yang positif dari peserta didik setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar, yaitu seperti: perubahan yang secara psikologis akan tampil dalam tingkah laku (over behaviour) yang dapat diamati melalui alat indera oleh orang lain baik tutur katanya, motorik dan gaya hidupnya.

Penyusunan tujuan pembelajaran merupakan tahapan penting dalam rangkaian pengembangan desain pembelajaran. Dari tahap inilah ditentukan apa dan bagaimana harus melakukan tahap lainnya. Apa yang dirumuskan dalam tujuan pembelajaran menjadi acuan untuk menentukan jenis materi pembelajaran, strategi pembelajaran, metode pembelajaran, dan media pembelajaran yang akan digunakan dalam proses pembelajaran. Tanpa tujuan yang jelas, pembelajaran akan menjadi kegiatan tanpa arah, tanpa fokus, dan menjadi tidak efektif.

Dalam pengertian tersebut di atas, tahapan perubahan dapat diartikan sepadan dengan proses. Jadi proses belajar dapat dikatakan sebagai tahapan perubahan perilaku kognitif, afektif dan psikomotor yang terjadi dalam diri siswa. Perubahan tersebut bersifat positif dalam arti berorientasi ke arah yang lebih maju dari pada keadaan sebelumnya. Kemudian belajar sebagai aktifitas yang berproses menuju pada satu perubahan dan terjadi melalui tahapan-tahapan tertentu.

(26)

tercapainya perubahan perilaku karena ada rancangan yang berisi metode dan alat pendukung.

Dalam kegiatan proses pembelajaran tidak dapat terlepas dari interaksi antara siswa dengan guru. Sehingga untuk melaksanakan interaksi tersebut diperlukan berbagai cara dalam pelaksanaannya. Interaksi dalam pembelajaran tersebut dapat diciptakan interaksi satu arah, dua arah atau banyak arah. Untuk masing-masing jenis interaksi tersebut maka jelas diperlukan berbagai metode yang tepat sehingga tujuan akhir dari pembelajaran tersebut dapat tercapai. Hal ini dapat disimpulkan bahwa proses pembelajaran merupakan proses melibatkan guru dengan semua komponen tujuan, bahan, metode dan alat serta penilaian. Jadi proses pembelajaran merupakan suatu sistem yang saling terkait antar komponennya di dalam mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan.

Berdasarkan dari pengertian metode dan pembelajaran di atas dapat diisyaratkan bahwa suatu metode pembelajaran tidak dapat dipisahkan dari sebuah sistem pembelajaran. Metode dalam rangkaian sistem pembelajaran memegang peran yang sangat penting. Keberhasilan implementasi strategi pembelajaran sangat tergantung pada cara guru menggunakan metode pembelajaran, karena suatu strategi pembelajaran hanya mungkin dapat diimplementasikan melalui penggunaan metode pembelajaran.

(27)

Jadi dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran.

2. Macam-macam Metode Pembelajaran

Dalam mencapai tujuan intstruksional, seorang guru perlu mengetahui dan memahami macam-macam metode pembelajran. Selain itu juga perlu memilih dan menetapkan metode yang dipandang tepat untuk mencapai tujuan instruksional yang telah ditetapkan. Metode yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran harus bersumberkan pada pemikiran sejauh mana metode tersebut dapat mendorong terciptanya situasi belajar yang kondusif.

Pada prinsipnya tidak satupun metode mengajar yang dapat dipandang sempurna dan cocok dengan semua pokok bahasan yang ada dalam setiap bidang studi, karena setiap metode pasti memiliki keunggulan dan kelemahan masing-masing. Oleh karena itu seorang guru tidak boleh asal dalam memilih suatu metode yang akan digunakan dalam proses pembelajaran di kelas.

Melihat peran yang begitu vital, maka menerapkan metode yang efketif dan efisien merupakan sebuah keharusan. Dengan harapan proses belajar mengajar akan berjalan menyenangkan dan tidak membosankan. Di bawah ini beberapa metode yang dapat diterapkan dalam proses pembelajaran, diantaranya:

a. Metode ceramah, yaitu sebuah metode mengajar dengan menyampaikan informasi dan pengetahuan secara lisan kepada sejumlah siswa yang pada umumnya mengikuti secara pasif.

b. Metode tanya jawab, yaitu cara penyajian pelajaran dalam bentuk pertanyaan yang harus dijawab, terutama dari guru kepada siswa, tetapi dapat pula dari siswa kepada guru.

c. Metode diskusi, yaitu salah satu cara mendidik yang berupaya memecahkan masalah yang dihadapi, baik dua orang atau lebih yang masing-masing mengajukan argumentasinya untuk memperkuat pendapatnya.

(28)

langsung maupun melalui penggunaan media pengajaranyan relevan dengan pokok bahasan yang sedang dikaji.

e. Metode karyawisata, yaitu metode dalam proses belajar mengajar siswa perlu diajak ke luar sekolah untuk meninjau tempat tertentu atau objek yang mengandung sejarah. Hal ini bukan rekreasi, tetapi untuk belajar atau memperdalam suatu pelajaran dengan melihat langsung.

f. Metode tutorial, yaitu metode yang diberikan dengan bantuan tutor. Setelah siswa diberikan bahan ajar, kemudian siswa diminta untuk mempelajari bahan ajar tersebut. Pada bagian yang dirasakan sulit, siswa dapat bertanya kepada tutor.

g. Metode perumpamaan, yaitu suatu metode yang digunaka untuk mengungkapkan suatu sifat dan hakikat dari realitas sesuatu.

h. Metode pemahaman dan penalaran, yaitu metode mendidik dengan membimbing anak didik untuk dapat memahami problema yang dihadapi dengan menemukan jalan keluar yang benar dari berbagai macam kesulitan dengan melatih anak didik menggunakan pikirannya dalam mendata dan menginventarisasi masalah, dengan cara memilah-milah, membuang mana yang salah, meluruskan yang bengkok, dan mengambil yang benar.

i. Metode praktek, yaitu mendidik dengan memberikan materi pendidikan baik menggunakan alat atau benda.

j. Metode penugasan, yaitu untuk merangsang anak aktif belajar baik secara individual atau kelompok, dan dapat dikerjakan di mana saja baik disekolah, rumah, maupun diperpus, dll.6

Secara garis besar, metode pembelajaran dibedakan menjadi dua yaitu metode pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher centered) dan metode pembelajran yang berpusat pada siswa (student centered). Metode pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher centered) merupakan sebuah praktik yang mekanistik dan diredusir menjadi pemberian informasi. Dalam kegiatan belajar mengajar, guru memegang peranan yang sangat penting karena mengajar

6 Pupuh Fathurrohman, dan M. Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: PT.

(29)

dianggap memindahkan pengetahuan ke orang yang belajar (pembelajar). Dengan kata lain, penyelenggaraan pembelajaran dianggap sebagai model transmisi pengetahuan. Transmisi pengetahuan dari guru ke siswa merupakan salah satu peran utama guru sebagai penyampai informasi. Hal ini seperti yang diungkapkan Wina Sanjaya, yaitu “Sehubungan dengan proses pembelajaran yang berpusat pada guru, maka minimal ada tiga peran utama yang harus dilakukan guru. Tiga peran utama guru tersebut yaitu guru sebagai perencana, sebagai penyampai informasi, dan guru sebagai evaluator.”7

Guru sebagai perencana pengajaran harus menyiapkan berbagai hal yang diperlukan, mulai dari materi yang akan disampaikan sampai pada media apa yang akan digunakan. Jadi tugas guru disini hendaknya memahami dan menguasai materi pelajaran yang akan diajarkannya, serta memiliki ketrampilan mengusahakan, memilih, dan menggunakan media dengan baik. Kemudian guru sebagai penyampai informasi yaitu “membe ikan info masi lisan maupun te tulis dengan bahasa sederhana dan mudah dimengerti siswa. Namun dalam hal ini peran guru tidak terlalu dominan, sebab bisa dibayangkan jika para siswa dari waktu ke waktu hanya menjadi pendengar setia mungkin proses pendidikan tidak

akan menghasilkan lulusan yang optimal.”8

Sedangkan peran guru sebagai evaluator yaitu melakukan penilaian terhadap siswa untuk mengetahui keberhasilan pencapaian tujuan, penguasaan siswa terhadap pelajaran, serta ketepatan dan keefktifan dalam menggunakan metode. Hal ini seperti ungkapan Rusman bahwa:

“Penilaian dilakukan untuk mengtahui apakah tujuan yang telah dirumuskan tercapai atau tidak, apakah materi yang diajarkan sudah dikuasai atau belum oleh siswa, dan apakah metode yang digunakan sudah cukup tepat. Tujuan lain dari penilaian adalah untuk mengetahui kedudukan siswa di dalam kelas atau kelompoknya, sehingga guru dapat menetapkan apakah siswa tersebut termasuk dalam kelompok siswa pandai, sedang, kurang atau cukup baik di kelasnya, jika dibandingkan dengan teman-temannya.”9

7 Wina Sanjaya, op. cit., h. 97

8 Rusman, Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011), Ed. 1, Cet. 4, h. 60

(30)

Penyelenggaraan pembelajaran berfokus pada guru biasanya lebih menekankan kepada tujuan pembelajaran berupa penambahan pengetahuan,

sehingga belaja dilihat sebagai p oses “meni u” dan siswa dituntut untuk dapat

mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah dipelajari melalui kuis atau tes terstandar. Dalam hal ini metode pembelajaran berfokus pada guru menekankan pada resitasi konten, tanpa memberikan waktu yang cukup kepada siswa untuk merefleksi materi-materi yang dipresentasikan, menghubungkannya dengan pengetahuan sebelumnya, atau mengaplikasikannya kepada situasi kehidupan nyata.

Kesimpulan dari penjelasan metode yang berpusat pada guru di atas, maka peran guru adalah menyiapkan dan mentransmisi pengetahuan atau informasi kepada siswa. Sedangkan peran para siswa adalah menerima, menyimpan, dan melakukan aktivitas-aktivitas lain yang sesuai dengan informasi yang diberikan. Maka dapat dikatakan pula bahwa metode yang berpusat pada guru kurang efisien jika hanya menggunakan satu metode yaitu ceramah, namun akan lebih efektif lagi bila metode ceramah bisa dipadukan dengan metode lainnya yang dapat menunjang satu sama lain.

Kemudian metode pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered) yaitu dimana mengajar tidak hanya ditentukan oleh selera guru, akan tetapi sangat ditentukan oleh sisiwa itu sendiri. Dalam hal ini siswa mempunyai kesempatan untuk belajar sesuai dengan gayanya sendiri.

Metode yang berpusat pada siswa menggambarkan strategi-strategi pembelajaran di mana guru lebih memfasilitasi dalam proses pembelajaran. Hal ini seperti yang diungkapkan Wina sanjaya bahwa:

“Peran guru berubah dari peran sebagai sumber belajar menjadi peran sebagai fasilitator, artinya guru lebih banyak sebagai orang yang membantu siswa untuk belajar. Karena tujuan utama dari mengajar adalah membelajarkan siswa, maka kriteria keberhasilan proses mengajar tidak diukur dari sejauh mana siswa telah menguasai materi pelajaran, akan tetapi diukur dari sejauh mana siswa telah melakukan proses belajar”.10

(31)

Dalam pembelajaran yang berpusat pada siswa, guru secara sadar menempatkan perhatian yang lebih banyak pada keterlibatan, inisiatif, dan interaksi sosial siswa. Maka guru sebagai fasilitator hendaknya mampu mengusahakan sumber belajar yang kiranya berguna serta dapat menunjang pencapaian tujuan dan proses belajar mengajar, baik yang berupa narasumber, buku teks, majalah, ataupun surat kabar.

Akhirnya dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered) merupakan metode yang efektif karena di sini siswa yang lebih aktif dalam proses pembelajaran, dan guru hanya sebagai fasilitaor dan mengawasi proses pembelajaran di kelas. Peran guru sebagai fasilitator berfungsi sebagai jembatan penghubung ke arah pemahaman yang lebih tinggi, dengan catatan siswa sendiri. Dalam hal ini guru tidak hanya memberikan pengetahuan kepada siswa, tetapi juga harus membangun pengetahuan dalam pikirannya. Jadi siswa mempunyai kesempatan untuk mendapatkan pengalaman langsung dalam menemukan dan menerapkan ide-ide mereka sendiri.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode peer teaching. Dimana motde peer teaching merupakan metode yang berpusat pada siswa. Dalam hal ini siswa yang sangat berperan dalam proses pembelajaran, guru hanya memfasilitasi siswa dan mengawasi dalam berlangsungnya proses pembelajaran.

3. Pembelajaran Peer Teaching atau Tutor Sebaya

Sekolah memiliki banyak potensi yang dapat dimanfaatkan untuk mencapai keberhasilan pembelajaran. Salah satunya adalah dengan memanfaatkan sumber daya yang ada di sekolah. Salah satu sumber daya yang dimaksud adalah sumber daya pengajar dapat orang lain yang bukan guru, melainkan teman sekelas. Jadi dapat dikatakan bahwa keberhasilan suatu program pengajaran disebabkan oleh perpaduan antara berbagai sumber-sumber daya yang saling mendukung menjadi suatu sistem.

Menurut Harsunarko dalam Suhe man menyatakan “sumber daya pengajar yang bukan guru berasal dari orang yang lebih pandai disebut sebagai tutor.”11

(32)

Seperti yang diungkapkan Supriyadi dalam Suherman, menyatakan bahwa: “Tutor sebaya adalah seorang atau beberapa orang siswa yang ditunjuk dan ditugaskan untuk membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar. Tutor tersebut diambil dari kelompok yang prestasinya lebih tinggi.”12

Pembelajaran denggan menggunakan metode peer teaching atau tutor sebaya ini telah banyak digunakan di inggris dan di negara-negara yang mengikuti sistem pendidikan inggris. Pembelajaran tutor sebaya ini dapat dipandang sebagai reaksi terhadap pembelajaran klasikal dengan kelas terlampau besar dan padat sehingga guru atau tenaga pengajar tidak dapat memberikan bantuan secara individual, bahkan sering guru tidak mengenal siswa satu persatu. Selain itu para pendidik mengetahui bahwa beberapa siswa menunjukkan perbedaan dalam cara-cara belajar.

Pengajaran klasikal yang menggunakan proses belajar mengajar yang sama bagi semua siswa tidak akan sesuai bagi kebutuhan dan kepribadian setiap siswa. Maka karena itu perlu dicari sistem pembelajaran yang membuka kemungkinan memberikan pengajaran bagi sejumlah besar siswa dan disamping itu memberi kesempatan bagi pengajaran tutor sebaya.

Dari penjelasan di atas, peneliti menyimpulkan definisi metode tutor sebaya atau peer teaching adalah metode yang diterapkan dalam proses pembelajaran, dengan menunjuk siswa sebagai tutor yang bertugas memberikan pemahaman kepada siswa lainnya dalam proses pembelajaran. Dalam hal ini fungsi tutor hanyalah membantu guru dan bekerja sesuai dengan petunjuk yang diberikan, dan ia bukanlah guru dan bukan juga pengganti guru. Jadi dalam pembelajaran dengan menggunakan metode peer teaching atau tutor sebaya, tutor hendaknya adalah siswa yang mempunyai kemampuan lebih dibandingkan dengan teman-temannya. Sehingga pada saat ia membimbing teman-temannya, ia sudah menguasai bahan atau materi yang akan disampaikan kepada teman-teman lainnya.

Sebenarnya metode peer teaching atau tutor sebaya merupakan modifikasi dari cara belajar kelompok. Perbedaannya, pada cara berkelompok belum ada penekanan secara khusus tentang siapa yang menjadi tutor bagi temannya, dan

(33)

tidak ada tanggung jawab untuk mengajarkan teman-temannya. Masalah ini dapat dilihat dari hasil evaluasi belajar yang menunjukkan siswa berhasil dalam kelompok, namun tidak berhasil pada saat evaluasi belajar secara individu. Karena dalam belajar kelompok, siswa yang lebih pandai tidak berusaha memberikan penjelasan kepada siswa yang kurang, dan begitu sebaliknya, siswa yang kurang pandai tidak diberikan kesempatan untuk berdiskusi dan bertanya kepada teman yang lebih pandai. Akhirnya yang bekerja dalam kelompok adalah mereka yang pandai.

Muntasi dalam bukunya “Pengaja an Te p og am” mengemukakan bahwa tutor berfungsi sebagai tukang atau pelaksana mengajar, cara mengajarnya telah disiapkan secara khusus dan terperinci. Fungsi lainnya dari metode peer teaching (tutor sebaya) yaitu siswa yang kurang aktif menjadi aktif karena tidak malu lagi untuk bertanya dan mengeluarkan pendapat secara bebas. Sebagaimana diungkapkan oleh M. Saleh Muntasir bahwa “dengan pergaulan antara para tutor dengan murid-muridnya mereka dapat mewujudkan apa yang terpendam dalam hatinya, dan khayalannya”.13

Jadi, sistem pengajaran dengan tutor sebaya akan membantu siswa yang kurang mampu, kurang cepat menerima pelajaran dari gurunya, dan siswa yang malu untuk bertanya kepada gurunya. Kegiatan tutor sebaya bagi siswa merupakan kegiatan yang kaya akan pengalaman yang sebenarnya merupakan kebutuhan siswa itu sendiri. Tutor maupun yang ditutori sama-sama diuntungkan, bagi tutor akan mendapat pengalaman, sedangkan yang ditutori akan lebih kreatif dalam menerima pelajaran.

Kelebihan metode peer teaching atau tutor sebaya dalam pendidikan yaitu pada penerapan tutor sebaya siswa diajarkan untuk mandiri, dewasa dan punya rasa setia kawan yang tinggi. Maksudnya dalam penerapan tutor sebaya ini, siswa yang dianggap pintar bisa mengajari atau menjadi tutor temannya yang kurang pandai atau ketinggalan materi. Jadi disini peran guru hanya sebagai fasilitator

(34)

mediator dan pembimbing terbatas. Artinya guru hanya melakukan intervensi ketika betul-betul diperlukan oleh siswa.

Sebagai mediator gurupun menjadi perantara dalam hubungan antar siswa, oleh karena itu guru juga perlu trampil dalam mempergunakan pengetahuan tentang bagaimana orang berinteraksi dan berkomunikasi. Dengan kata lain guru dapat menugaskan siswa pandai untuk memberikan penjelasan (menjadi tutor sebaya) kepada siswa yang kurang pandai, dengan begitu siswa yang bertanya atau yang ditutori tidak akan merasa malu dan takut karena yang menjelaskannya adalah teman mereka sendiri.

Penerapan tutor sebaya dalam proses belajar mengajar diharapkan dapat memberikan lingkungan belajar yang penuh penguatan positif bagi seluruh siwa. Lingkungan belajar yang penuh asosiasi positif dan menghapus ketegangan sehingga siswa mendapatkan kembali energinya untuk menerima pelajaran. Sedangkan lingkungan sosial yang positif bagi siswa adalah lingkungan yang membuat siswa mendapatkan pengalamn belajar secara optimal tanpa merasa terasingkan atau diremehkan.

(35)

Penerapan metode peer teaching atau tutor sebaya dalam pelaksanaannya guru bertugas mengamati dan mengawasi proses belajar siswa dalam kelompok. Jika ada hal-hal yang tidak dapat dipecahkan oleh tutor, maka tutor meminta bantuan langsung kepada guru untuk menyelesaikannya. Pada kasus tertentu guru menangani siswa yang memerlukan bimbingan khusus. Sebagaimana dijelaskan oleh Cony Semiawan yang menyatakan bahwa :

“Pelaksanaan tutor sebaya dapat dilaksanakan di dalam maupun di luar kelas. Jika tutor sebaya dilakukan di dalam kelas, maka (i) guru memberikan penjelasan umum tentang topik yang akan dibahas. (ii) kelas dibagi dalam kelompok dan siswa yang pandai disebar kesetiap kelompok untuk memberikan bantuannya. (iii) guru membimbing siswa yang perlu mendapat bimbingan khusus. (iv) jika ada masalah yang tidak terpecahkan, siswa yang pandai meminta bantuan kepada guru. (v) guru mengadakan evaluasi”.14

Dengan demikian, penggunaan metode peer teaching diharapkan mampu mengatasi masalah dalam proses pembelajaran. Namun perlu juga diketahui mengenai kelebihan dan kekurangan dari metode peer teaching atau tutor sebaya. Diantara kelebihan dari metode peer teaching yaitu:

a. Adakalanya hasilnya lebih baik bagi beberapa anak yang mempunyai perasaan takut atau enggan kepada guru. Dalam hal ini meningkatkan kualitas dalam proses pembelajaran, sehingga meningkatkan hasil belajar.

b. Bagi tutor, pekerjaan tutoring akan mempunyai akibat memperkuat konsep yang sedang dibahas. Dengan memberitahukan kepada anak lain, maka seolah-olah ia menelaah serta menghafalnya kembali.

c. Bagi tutor merupakan kesempatan untuk melatih diri memegang tanggung jawab dalam mengemban suatu tugas dan melatih kesabaran.

d. Mempererat hubungan antara siswa, sehingga mempertebal perasaan sosial. Dalam hal ini Meningkatkan interaktif sosial siswa dalam pembelajaran.15

Adapun kelemahan dari metode peer teaching yaitu:

a. Siswa yang dibantu sering belajar kurang serius, karena hanya berhadapan dengan kawannya, sehingga hasilnya kurang memuaskan.

(36)

b. Ada beberapa anak yang menjadi malu bertanya, karena takut rahasianya diketahui kawannya.

c. Pada kelas-kelas tertentu, pekerjaan tutoring ini sukar dilakasanakan. Karena perbedaan jenis kelamin antara tutor dengan siswa yang diberi program perbaikan.

d. Bagi guru sukar untuk menentukan seorang tutor yang tepat bagi seorang atau beberapa orang siswa yang harus dibimbing.

e. Tidak semua siswa pandai atau cepat waktu belajarnya dapat mengajarkannya kembali kepada kawan-kawannya.16

Beberapa penjelasan di atas, jelas bahwa peer teaching memudahkan siswa untuk mengeluarkan pendapat atau pikiran dan kesulitan kepada temannya sendiri ketimbang kepada guru, karena siswa lebih sungkan dan malu bila bertanya kepada guru. Hal tersebut dimungkinkan karena diantara siswa telah terbentuk bahasa mereka sendiri, tingkah laku, dan juga pertanyaan perasaaan yang dapat diterima oleh semua siswa.

Model tindakan yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah melaksanakan pembelajaran dengan memanfaatkan tutor sebaya. Siswa yang bertindak sebagai tutor yaitu siswa yang telah memiliki kemampuan akuntansi yang baik. Tutor tersebut terlibat dalam proses pembelajaran di kelas, yaitu membimbing atau menjelaskan kepada anggotanya dalam hal ini yang ditutorinya, sesuai dengan arahan yang telah diberikan oleh guru. Siswa yang menjadi tutor dikatakan berhasil jika dapat menjelaskan kepada teman-temannya dan yang dijelaskan (tutee) dapat membuktikan bahwa dia telah mengerti atau memahami dengan cara hasil pekerjaannya.

4. Langkah-langkah atau Prosedur penggunaan Metode Peer Teaching

Dari kelebihan dan kelemahan metode peer teaching di atas, maka perlu diketahui bagaimana langkah dalam menggunakan metode peer teaching atau tutor sebaya dalam proses pembelajaran. Adapun langkah-langkahnya yaitu:

(37)

a. Tahap persiapan

1) Guru membuat program pengajaran satu pokok bahasan yang dirancang dalam bentuk penggalan-penggalan sub pokok bahasan. Setiap penggalan satu pertemuan yang di dalamnya mencakup judul penggalan tujuan pembelajaran, khususnya petunjuk pelaksanaan tugas-tugas yang harus diselesaikan.

2) Menentukan beberapa orang siswa yang memenuhi kriteria sebagai tutor sebaya. Jumlah tutor sebaya yang di tunjuk disesuaikan dengan jumlah kelompok yang dibentuk.

3) Mengadakan latihan bagi para tutor. Dalam pelaksanaan tutorial atau bimbingan ini, siswa yang menjadi tutor bertindak sebagai guru. Sehingga latihan yang diadakan oleh guru merupakan semacam pendidikan guru atau siswa itu. Latihan di adakan dengan dua cara yaitu melalui latihan kelompok kecil dimana dalam hal ini yang mendapatkan latihan hanya siswa yang akan menjadi tutor, dan melalui latihan klasikal, dimana siswa seluruh kelas dilatih bagaimana proses pembimbingan ini berlangsung.

4) Pengelompokan siswa dalam kelompok-kelompok kecil yang yang terdiri atas 4-6 orang. Kelompok ini disusun berdasarkan variasi tingkat kecerdasan siswa. Kemudian tutor sebaya yang telah ditunjuk di sebar pada masing-masing kelompok yang telah ditentukan.

b. Tahap pelaksanaan

1) Setiap pertemuan guru memberikan penjelasan terlebih dahulu tentang materi yang di ajarkan.

2) Siswa belajar dalam kelompoknya sendiri. Tutor sebaya menanyai anggota kelompoknya secara bergantian akan hal-hal yang belum dimengerti, demikian pula halnya dengan menyelesaikan tugas. Jika ada masalah yang tidak diselesaikan barulah tutor meminta bantuan guru.

(38)

c. Tahap evaluasi

1) Sebelum kegiatan pembelajaran berakhir, guru memberikan soal-soal latihan kepada anggota kelompok (selain tutor) untuk mengetahui apakah tutor sudah menjelaskan tugasnya atau belum.

2) mengingatkan siswa untuk mempelajari sub pokok bahasan sebelumnya di rumah.17

Sedangkan prosedur penyelenggaraan metode peer teaching atau tutor sebaya menurut David Jaques, yaitu dapat dilihat dari cara pemilihan anggota-anggotanya. David Jaques dalam bukunya (learning in groups) yakni “the way in which students are assined to groups likewise depends on the purposes, both

educational and sosial. One procedure for accomplishing effective mixes is as follows”:

a. Divide the total number of students by the possible number of groups to

estimate the rough size of each group.

b. Decide on criteria whicht might be used to differentiate one student from

another, age, background, etc.

c. Go trough all the notes and assign a code to each according to these sriteria

A,B,C,etc.

d. Then, starting with group I, take one person from each of A,B,C,etc. Until this group’s complement is more than the number of qualities. Do the same for the other groups. Finally, check that each group has a similar mix and adjust

if not.18

Maksud di atas yaitu satu cara di mana siswa dibentuk menjadi kelompok-kelompok kecil yang sesuai dengan tujuan, baik pendidikan dan sosial. Salah satu caranya yaitu dengan membagi siswa menjadi beberapa kelompok kecil dengan kriteria yang sama (kelompok yang cepat tanggap, sedang, dan lama). Kemudian dari kelompok dengan keriteria yang sama tersebut diberikan kode A, B, C, dan lainnya. Selanjutnya untuk membentuk kelompok 1 dengan mengambil satu siswa dari masing-masing A, B, C, dan lainnya. Dan untuk membentuk kelompok

17

http://pendidikan-matematika.blogspot.com/2009/03/contoh-skripsi-menggunakan-pendekatan.html

(39)

selanjutnya lakukanlah hal yang sama. Kemudian periksa bahwa setiap kelompok memiliki campuran yang sama dan menyesuaikan jika tidak.

Menurut Branley, seperti yang dikutip oleh Fahrur Azis ada tiga model dasar dalam menyelenggarakan proses pembelajaran dengan tutor, yaitu : (a) Tutor to student, yaitu proses pembelajaran di sini tutor membantu teman-temannya yakni tiap individu dalam belajar. (b) Group to tutor, yaitu proses pembelajaran pada model ini tutor membantu teman- temannya dalam bentuk kelompok belajar. (c) Student to student, yaitu proses pembelajaran disini tutor membantu sebagian dari teman/peserta didik lain dan peserta didik tersebut juga berperan membantu teman yang lainnya.19

Adapun penyebaran dari tiga model ini adalah sebagai berikut :

19Fahrur Azis, Efektivitas Model Pembelajaran Tutor Sebaya Dalam Kelompok Kecil Untuk

(40)

Gambar 1

Model Pembelajaran Tutor Menurut Branley.

Dari tiga model dasar dalam menyelenggarakan proses pembelajaran dengan tutor sebaya di atas, maka peneliti menggunakan model group to totor. Dalam model group to tutor ini siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, dimana dalam setiap kelompok terdapat siswa yang memiliki pemahaman yang tinggi dan cerdas yang akan ditugaskan sebagai tutor. Kemudian tugas tutor memberikan penjelasan atau mengajarkan anggota kelompoknya masing-masing.

Hal yang menarik peneliti untuk menggunakan model group to tutor ini, yaitu karena dengan adanya pembentukan kelompok maka suasana kelas akan terlihat lebih rapih dan terorganisir. Selain itu dengan adanya pembagaian tugas tutor kepada masing-masing kelompoknya, maka poses pembelajaran akan lebih efisien dan efektif.

5. Minat Belajar

a. Pengertian Minat Belajar

Minat belajar menurut kamus besar indonesia terdiri dari dua suku kata, yaitu kata minat dan belajar. Dari segi bahasa minat merupakan “kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu”.20 Kecenderungan seseorang terhadap sesuatu itu menandakan adanya minat terhadap suatu objek yang dituju.

(41)

Secara sederhana Muhibbin Syah mengatakan bahwa minat berarti “kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap seseuatu”.21 Seseorang yang mempunyai minat, maka akan mempunyai keinginan yang besar dalam hal tertentu. Misalnya dalam belajar, ketika siswa mempunyai minat belajar maka siswa akan memperhatikan ketika pembelajaran berlangsung. Hal ini dikarenakan minat dapat menyebabkan perhatian, di mana minat seolah-olah menonjolkan fungsi rasa dan perhatian serta seseolah-olah-seolah-olah menonjolkan fungsi pikiran. Artinya apa yang menarik minat menyebabkan siswa berperhatian, dan apa yang menyebabkan berperhatian siswa tertarik, minatpun menyertainya. Jadi ada hubungan antara minat dan perhatian. Seperti ungkapan Reber yang

menyatakan bahwa “minat tidak termasuk istilah populer dalam psikologi karena

ketergantungannya yang banyak pada faktor-faktor internal lainnya seperti pemusatan perhatian, keingintahuan, motivasi, dan kebutuhan.”22

Kecenderungan terhadap sesuatu yang menandakan adanya suatu minat biasanya bersifat menetap. Kecenderungan yang menetap maksudnya yaitu bahwa minat maerupakan ketertarikan dan kecenderungan untuk selalu memperhatikan dan mengingat secara terus menerus terhadap sesuatu (orang, benda, kegiatan) yang disertai dengan keinginan untuk mengetahui dan mempelajari serta membuktikannya lebih lanjut. Ketika seseorang memperhatikan dengan rasa keingintahuannnya yang begitu tinggi, maka pemahaman akan dicapainnya. Pemahaman yang diperoleh dari adanya perhatian yang tinggi, disebabkan pula adanya rasa ketertarikan seseorang terhadap sesuatu yang mengakibatkan timbulnya perhatian.

Berdasarkan pemaparan mengenai minat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa minat mengandung beberapa unsur yaitu perhataian, keingintahuan, motivasi, rasa senang atau suka, rasa ketertarikan, dan pemahaman. Dengan demikian minat merupakan kompleksitas internal individu yang mengandung unsur perhatian, keingintahuan, motivasi, rasa senang, ketertarikan, dan unsur pemahaman.

21Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2011), h. 152

(42)

Sedangkan definisi belajar menurut Slameto adalah “suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”.23 Jadi belajar merupakan suatu usaha untuk suatu perubahan tingkah laku yang baru, yang terbentuk dari adanya suatu interaksi di lingkungan siswa. Kemudian perubahan dari adanya kegiatan belajar tidak hanya ditandai dengan bertambahnya ilmu saja, melainkan perubahan pada tingkah laku siswa juga merupakan adanya perubahan dari proses belajar. Hal ini sesuai dengan tanggapan sudi man, yaitu “pe ubahan tidak hanya be kaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan saja, tetapi juga berbentuk kecakapan, keterampilan, sikap,

penge tian, ha ga di i, minat, watak dan penyesuaian di i.”24

Menurut Jomes O. Wittaker dalam buku Wasty Soemanto dengan judul bukunya Psikologi pendidikan, belajar merupakan “suatu proses di mana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman.”25 Sedangkan menu ut Mo gan dalam Pu wanto mengemukakan bahwa ”Belaja adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu

hasil da i latihan atau pengalaman”.26

Pengalaman hidup sehari-hari dalam bentuk apa pun sangat memungkinkan untuk diartikan sebagai belajar. Alasannya, sampai batas tertentu pengalaman hidup juga berpengaruh besar terhadap pembentukan kepribadian organisme yang bersangkutan.

Dari definisi-definisi belajar di atas, maka dapat dismpulkan bahwa ciri-ciri adanya proses belajar itu yaitu adanya perubahan tingkah laku, perubahan itu bersifat relatif tetap dan perubahan itu terjadi karena adanya latihan dan pengalaman. Hal ini sesuai dengan pendapat Purwanto yang mengatakan bahwa ada beberapa elemen yang penting yang mencirikan pengertian tentang belajar, yaitu :

23 Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), cet. 5, h. 2

24 Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003), cet. 10, h. 21

(43)

1) Belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku, dimana perubahan itu dapat mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik.

2) Belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi melalui latihan atau pengalaman.

3) Untuk dapat disebut belajar, maka perubahan tingkah laku itu harus relatif menetap.27

Dari berbagai definisi yang tersebutkan diatas, jika dikaitakan antara minat dengan belajar, maka minat belajar merupakan kecenderungan hati dalam diri seseorang untuk selalu memperhatikan dan mengingat secara terus menerus terhadap sesuatu (orang, benda atau kegiatan) yang disertai dengan keinginan untuk mengetahui dan mempelajarinya serta membuktikannya dalam perubahan tingkah laku atau sikap yang sifatnya menetap.

b. Macam-macam Minat Belajar

Minat dapat digolongkan menjadi beberapa macam, antara lain berdasarkan timbulnya minat dan berdasarkan arahnya minat. Berdasarkan timbulnya, minat dapat dibedakan menjadi dua yaitu :

1) Minat primitif

Minat primitif adalah minat yang timbul karena kebutuhan biologis atau jaringan-jaringan tubuh, misalnya kebutuhan makanan, perasaan enak atau nyaman, kebebasan beraktivitas dan lainnya.

2) Minat sosial

Minat sosial adalah minat yang timbulnya karena proses belajar, minat ini tidak secara langsung berhubungan dengan kita sendiri. Misalnya minat belajar, individu punya pengalaman bahwa masyarakat atau lingkungan akan lebih menghargai orang-orang terpelajar dan pendidikan tinggi, sehingga hal ini akan menimbulkan minat individu untuk belajar dan berprestasi agar mendapat penghargaan dari lingkungan, hal ini mempunyai arti yang sangat penting bagi harga dirinya.

Sedangkan minat berdasarkan arahannya menurut Abdul Rahman yaitu:

(44)

“(1) Minat intrinsik, yaitu minat yang langsung berhubungan dengan aktifitas itu sendiri, ini merupakan minat yang lebih mendasar. Misalnya, seseorang belajar karena memang pada ilmu pengetahaun atau karena memang senang membaca, bukan karena ingin mendapatkan pujian atau penghargaan. (2) Minat ekstrinsik, yaitu minat yang berhubunnga dengan tujuan akhir dari kegiatan tersebut, apabila tujuannya sudah tercapai ada kemungkinan minat tersebut hilang. Misalnya, seseorang yang belajar dengan tujuan agar menjadi juara kelas”.28

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat Belajar

Keberhasilan suatu pendidikan ditentukan oleh proses pendidikan, karena pada proses pendidikan diperlukan peran siswa secara aktif. Sementara itu, keaktifan seorang siswa dalam proses belajar mengajar erat kaitannya dengan kondisi minat belajarnya. Minat belajar tiap-tiap siswa tidaklah sama. Ketidaksamaan itu disebabkan oleh banyak hal yang mempengaruhi minat belajar, sehingga ia dapat belajar dengan baik atau tidak. Demikian juga halnya dengan minat siswa terhadap pelajaran akuntansi, ada yang minatnya tinggi dan ada juga yang rendah. Hal tersebut akan sangat mempengaruhi aktivitas dan hasil belajarnya dalam pelajaran akuntansi.

Secara garis besar timbulnya minat belajar siswa dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan eksternal.

1) Faktor Internal a) Kebutuhan

Seseorang akan melakukan seseuatu jika ada kebutuhan di dalam dirinya atau ada sesuatu yang hendak dicapainya. Kebutuhan sebagai faktor yang mempengaruhi minat dan menjadi tolak ukur tinggi rendahnya minat terhadap suatu objek. Misalnya siswa yang ingin menang dalam olimpiade akuntansi, maka rasa ingin menang tersebut akan menimbulkan minat untuk belajar lebih giat dari sebelumnya.

b) Bakat

Menurut Chaplin, bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. Kemampuan itu

28Abdul Rahman, Muhbib Abdul Wahab, Psikologi Suatu Pengantar dalam Perspektif Islam,

Gambar

Gambar 1 Model Pembelajaran Tutor Menurut Branley.
Gambar 1 Model Penelitian Kurt Lewin
 Tabel 3.1  Kisi-kisi Angket Minat Belajar Siswa Setelah Intervensi Tindakan
Tabel 3.4 Kriteria Reliabilitas
+7

Referensi

Dokumen terkait

Studi ini dimaksudkan untuk menjawab permasalahan: Adakah korelasi antara prestasi belajar mata pelajaran aqidah akhlak dengan akhlak kepada orang tua peserta didik kelas

Studi hubungan antara kenyamanan termal dan visual dengan pengelolahan/penataan ruang luar yang dapat memanfaatkan pencahayaan alami dan penghawaan alami pada

Namun demikian ada parameter mutu yang tidak dapat dirubah, antara lain jenis tembakau, daerah penanaman, pembagian berdasarkan posisi daun pada batang, teknik budidaya yang

Pada penelitian ini akan dihitung waktu optimum produksi dari suatu graf sistem produksi ber-loop dengan menggunakan sistem persamaan linear aljabar max-plus waktu invarian,

mengetahui manajemen pengelolaan keuangan yang sudah diterapkan oleh KP SPAMS (Kelompok Pengelola Sarana Penyediaan Air Minum dan Sanitasi) serta mengetahui dampak dari

Penggalangan dana yang lain melalui sponsorship kegiatan, selain itu panitia juga membuat buku kenangan 60 tahun SMA Kolese Loyola.. Dalam buku kenangan, kami menyediakan ruang

Berdasarkan latar belakang penelitian, yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : Apakah perilaku wirausaha dan lingkungan keluarga berpengaruh positif dan

Penodongan ditujukan kepada orang tertentu, sedang hukum kepada kelas, kelompok, atau golongan tertentu, atau bahkan kepada semua orang yang memenuhi