• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran biro pengasuhan santri terhadap permasalahan santri di pondok Pesantren Darunnajah Ulujami Jakarta Selatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peran biro pengasuhan santri terhadap permasalahan santri di pondok Pesantren Darunnajah Ulujami Jakarta Selatan"

Copied!
119
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia sebagai hamba Allah SWT lahir ke dunia ini dalam keadaan suci

(fitrah),suci dari noda dan dosa. Namun setelah hidup dan berinteraksi dengan sesama makhluk dan lingkungan, maka sadar atau tidak manusia telah banyak

melakukan kesalahan sehingga mengakibatkan timbulnya dosa, baik dosa besar

maupun dosa kecil. Allah SWT telah memberikan perangkat akal dan nafsu agar

diginakan dengan sebaik-baiknya. Namun, tidak banyak orang yang

mengekspresikannya secara positif, bahkan justru malah kebalikannya. Tinjauan

penelitian penulis kali ini ditujukan langsung kepada santri yang akhir-akhir ini

mulai banyak perubahan drastis dari zaman ke zaman, yang dipikirkannya hanyalah

kesenangan-kesenangan semata saja.

Hilangnya kedekatan santri kepada ulama mengakibatkan banyak persoalan,

di antaranya persoalan kenakalan santri, kemerosotan moral, penyalah gunaan

obat-obatan terlarang serta banyaknya penyimpangan-penyimpangan perilaku lain bukan

lagi masalah baru, tetapi sudah menjadi sorotan bagi masyarakat dan masalah ini

sangat memprihatikan karena telah melanda santri atau remaja awal Indonesia

terutama dilingkungan pondok pesantren yang sangat memperihatikan dikarenakan

tidak adanya bimbingan dari orang tua maupun ulama-ulama yang sekarang semakin

berkurang populasinya.

(2)

pikir dan realitas bilang, tiap barang ciptaan, tentu ada penciptanya. Pencipta

makhluk, dalam bahasa arabnya: Al-Khaliq, dalam bahasa Indonesianya yang berarti:

khalik.1

Seperti yang tertera di atas, dapat disimpulkan bahwa manusia itu makhluk

sosial tidak bisa hidup sendiri, dan Allah SWT menjadi patokan terakhir ketika

masalah yang dialaminya dianggap sudah sangat berat baginya, dan mau tidak mau

manusia harus bergerak mencari dan menjadi yang terbaik. Jelas terlihat bahwa

manusia (masyarakat) Indonesia saat ini santri khususnya remaja dewasa awal sangat

haus akan bimbingan dan nasihat-nasihat seorang senior, kakak kelas, ulama (kiyai)

yang dipercaya dilingkungan tempat tinggal mereka berada.

Berdasarkan judul skripsi, penulis lebih memfokuskan diri pada Peran Biro

Pengasuhan Santri terhadap Permasalahan Santri di Pondok Pesantren Darunnajah,

dikarenakan dalam era globalisasi seperti saat ini, ada banyak sekali orang-orang

yang membutuhkan asupan-asupan tentang ilmu kerohanian.

Pondok Pesantren Darunnajah yang berdiri tepat di Jl. Ulujami Raya No.86

Kecamatan Pesanggrahan Kelurahan Ullujami Jakarta Selatan, telah banyak

menerima hampir 400 santri per tahunnya. Namun, yang menjadi alasan diambilnya

judul ini adalah banyaknya santri yang mengalami Homesick (penyakit rumah) lebih tepatnya (penyakit tidak betah).

1 Machfoeld, KI M.A,lsafat Da’wah-Ilmu Da’wah dan Penerapannya (Jakarta: Bulan Bintang,

(3)

Banyak santri yang masih belum mau menerima kenyataan bahwa mereka

nantinya bakal ditinggal oleh orang tuanya, mereka dititipkan dan dipercayakan

kepada Pondok Pesantren untuk menjaga dan mendidik serta dapat menjadikannya

orang yang lebih bisa mengenal dunia luar tannpa melupakan norma-norma yang ada

dalam islam. Bukan cuma itu saja yang mendorong penulis untuk mengkaji judul ini.

KH. Mahrus Amin selaku Pimpinan Pondok Pesantren di Darunnajah, dalam

kesehariannya selalu menyempatkan diri untuk berceramah diatas mimbar setelah

shalat ashar. Dalam ceramahnya itu KH. Mahrus Amin selalu mengajarkan apa arti

kebaikan dan bagaimana cara mencegah kemunkaran. Seringkali beliau berceramah

tentang hal itu. Namun disetiap ceramahnya itu, beliau tidak luput membahas dan

menggabungkan kegiatan sehari-hari yang dilakukan para santrinya.

Dalam Pondok Pesantren Darunnajah banyak terdapat ustad-ustad yang

masing-masing individu meiliki ilmu, pengalaman, dan kemampuan yang

berbeda-beda. Setiap ustadnya pun juga sering menasehati santri-santrinya ketika waktu luang,

dan kapanpun saat santri mulai merasa bosan atau penasaran dengan kurikulum

pendidikan dan kegiatan-kegiatan yang di adakan Pondok Pesantren setiap harinya.

Bukan hanya Pimpinan Pondok Pesantrennya dan ustad-ustadnya saja yang

menjadi teman curhat santri di pondok pesantren ini, para senior atau kakak kelas pun

juga bisa dijadikan teman atau orang yang lebih tua dan lebih berpengalaman dari

santri disini. Kakak kelas atau biasa dibilang mudabbir selaku pimpinan disetiap kamar atau rayon yang ditempati santri juga selalu menjadi incaran para santri-santri

(4)

agar santri ini bebas beralasan dan tidak ikut dalam kegiatan yang dimaksud.

Biro Pengasuhan Santri yang terdapat di dalam Pondok pesantren Darunnajah

ini di khususkan dan dibentuk untuk santri-santri yang masih sering mengingat

kampung halamannya, nakal, dan juga sulit dinasehati. Lembaga ini sudah dibentuk

sejak awal dibangunnya Pondok Pesantren ini sendiri. Jadi, penulis terdorong dan

ingin mengamati bagaimana peran dan sistem yang seperti apa yang digunakan para

pembimbing atau pengasuh dalam mengasuh dan membina spiritual santri di Pondok

Pesantren Darunnajah ini.

Bukankah sudah seharusnya bagi setiap muslim untuk benar-benar menyeru

kepada kebaikan dan mencegah kemunkaran (Amar Ma’ruf Nahi Munkar), terutama pemimpin dan pembimbing yang baik, karena memiliki kecakapan serta memiliki

kemampuan untuk mempengaruhi dan mengajak serta mengarahkan aktivitas

terhadap individu dan masyarakat dalam menangani masalah tersebut.

Dalam hal ini Allah SWT, menegaskan dalam firmannya:

  3333ttttFFFF9999uuuuρρρρ ΝΝΝΝ3333ΨΨΨΨΒΒΒΒ ππππΒΒΒΒ&&&&

tttt

β ββ βθθθθããã㉉‰‰ttttƒƒƒƒ ’’’’nnnn<<<<))))

ŽŽŽŽssssƒƒƒƒ::::$$$$####

tttt

β ββ βρρρρΒΒΒΒ''''ttttƒƒƒƒuuuuρρρρ ∃

∃ ∃ ∃ρρρρèèèèpppp $$$$$$$$////

tttt

β ββ βθθθθyyyyγγγγΖΖΖΖttttƒƒƒƒuuuuρρρρ 

 ttttããã㠍ssss3333ΨΨΨΨϑϑϑϑ9999$$$$####

yyyy

7 7 7 7××××‾‾‾‾≈≈≈≈ssss9999''''ρρρρ&&&&uuuuρρρρ ΝΝΝΝδδδδ

šššš

χ χ χ

χθθθθssss==== ϑϑϑϑ9999$$$$#### ∩∩∩∩⊇⊇⊇⊇⊃⊃⊃⊃⊆⊆⊆⊆∪∪∪∪

Artinya : “ Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan ummat yang menyeru

kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang

(5)

Ma’ruf disini diartikan segala perbuatan yang mendekatkan kita kepada

Allah. Sedangkan munkar ialah segala perbuatan yang menjauhkan kita dari

pada-Nya.2

Berdasarkan uraian di atas, maka yang menjadi tugas dan kewajiban bagi

pembimbing agama adalah membina masyarakat, mengajak kepada kebaikan dan

membina manusia kejalan yang bdiridhoi noleh Allah SWT.

Dengan kata lain, dalam diri manusia telah tertanam benih yang disebut

instink agama (Instink Religious atau Nauralite Regional) yang menurut Al-Qur’an disebut kecenderungan kearah beragama (haniefan musliman) yang dikembangkan melalui pendidikan atau bimbingan yang cukup baik.

Sabda Nabi muhammad SAW, yang menjelaskan bahwa “… Setiap manusia dilahirkan diatas fitrahnya, dan orang-orang tuanyalah yang mendidiknya menjadi beragama Yahudi, Nasrani, atau Majusi. Akan tetapi bila orang tuanya beragama Islam, maka niscaya anaknya pun menjadi muslim”.3

Hadits di atas menjelaskan pengaruh bimbingan dan pembinaan yang dipandu

dengan pengaruh dasar yang disebut dengan fitrah. Fitrah tersebut dapat menjadikan

manusia itu hamba Allah yang mampu berjalan di dalam jalan yang benar dan dapat

bermasyarakat. Bimbingan dan pembinaan sangatlah berpengaruh terhadap

pembentukan kepribadian manusia. Dalam bimbingan dan pembinaan itu terdapat

norma-norma dan nilai-nilai yang mengatur tingkah laku manusia dalam masyarakat.

2

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Jakarta: Yayasan Penyelenggara

Penterjemah Al-Qur’an, 1971), hal.93

(6)

abnormal tergantung pada kesesuaian dengan aturan-aturan social yang ada atau

kesesuaian dengan norma-norma kebudayaan dari masyarakat.4

Dan jika bimbingan itu bear-benar dijalankan akan terjamin kebahagiaan dan

ketentraman batin dalam hidup ini. Bimbingan merupakan kegiatan yang bersumber

pada kehidupan manusia. Kenyataan menunjukkan manusia di dalam hidupnya silih

berganti menghadapi persoalan atau problem.5

B. Batasan dan Perumusan Masalah 1. Batasan Masalah

Berupa penjelasan hubungan atau korelasi tentang lembaga di Pondok

Pesantren Darunnajah dan teknik pendidikan, pengajaran, dan bimbingan

konseling antara ustad, pengurus dan santri

Sebagaimana telah diketahui, selama ini kegiatan bimbingan rohani

merupkan unsur utama dari Lembaga Biro Pengasuhan Santri dalam melakukan

suatu bimbingan.

Agar tidak terjadi kesalah pahaman dan pelebaran pembahasan maka

penulis mencoba membatasi permasalahan hanya pada “Peran Biro Pengasuhan Santri Terhadap Permasalahan Santri di Pondok Pesantren Darunnajah

4

H. M. Arifin, Psikologi Dakwah Suatu Pengantar Studi, (Jakarta: Bumi Aksara, 1999), Edisi 2,

cet. Ke-4, hal.123

5 Bimo Walgito, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, (Yogyakarta: Penerbit Andi Offset,

(7)

Ulujami Jakarta Selatan” khususnya santri yang baru masuk namun banyak dari mereka yang belum siap untuk di tinggal oleh orang tuanya, dan sampai akhirnya

mereka tidak betah, sering mengeluh, dan akan menghalalkan segala cara untuk

menghibur dirinya sendiri.

2. Perumusan Masalah

Setelah membatasi masalah di atas, maka perumusan masalah tersebut dapat

disimpulkan sebagai berikut:

a. Apa peran Biro Pengasuhan Santri di Pondok Pesantren Darunnajah?

b. Bagaimana harapan santri tentang peranan yang seharusnya dilakukan Biro

Pengasuhan Santri dalam mengatasi permasalahan santri di Pondok Pesantren

Darunnajah?

c. Apakah terdapat kesesuaian antara peranan lembaga Biro Pengasuhan Santri

dengan harapan santri Pondok Pesantren Darunnajah Ulujami?

C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah:

a. Untuk mengetahui fungsi dan cara pembimbing dalam memberikan motivasi

terhadap permasalahn santri di Pondok Pesantren Darunnajah.

b. Untuk mengetahui harapan santrit tentang diberikannya motivasi kepada

santri-santri yang bermasalah.

c. Untuk mengetahui terdapat kesesuaian antara peran pembimbing dalam

(8)

kondisi maupun kesesuaian antara peran pembimbing dengan harapan

masyarakat. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan evaluasi bagi

pembimbing dalam melakukan pengasuhan.

b. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi motivasi atau acuan bagi para

keluarga yang menitipkan dan mempercayakan anaknya kepada Pondok

Pesantren yang anak ini memiliki permasalahan agar dapat di bimbing dengan

baik.

D. Metodologi Penelitian 1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah

deskriptif, yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara terjun langsung untuk

meneliti sesuatu berupa informasi dan permasalahan santri, dimana peneliti

langsung ke lapangan (objek) penelitian untuk mengamati sesuatu. Dalam hal ini

mengenai Peran Biro Pengasuhan Santri (BPS) Terhadap Permasalahan Santri di

Pondok Pesantren Darunnajah Ulujami Jakarta Selatan.

2. Pendekatan Penelitian

Berupa penelitian kualitatif seperti wawancara, komunikasi konseling baik

(9)

yaitu penelitian yang menghasilkan data deskriptif, berupa kata-kata tertulis atau

lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.6 Dalam hal ini yang diteliti

adalah Peran Biro Pengasuhan Santri (BPS) Terhadap Permasalahan Santri di

Pondok Pesantren Darunnajah Ulujami Jakarta Selatan.

3. Tempat dan waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Pondok Pesantren Darunnajah Ulujami Jakarta

Selatan, yang ber alamat di Jl. Ulujami Raya No.86 Kecamatan Pesanggrahan

Kelurahan Ulujami Jakarta Selatan. Adapun waktu penelitian dimulai dari tanggal

28 mei 2010 s/d 8 desember 2010.

4. Subjek dan Objek Penelitian

Adapun subjek penelitian adalah konselor (ketua dan wakil Biro

Pengasuhan Santri) yang lebih sering terlihat dan terlibat langsung dalam

memberikan motivasi terhadap permasalahan santri yang juga terlibat dalam

proses konseling tersebut. Kemudian objeknya yaitu peran pembimbing dalam

memberikan motivasi kepada seluruh santri yang dikira kurang bersemangat,

nakal ataupun mengalami kesulitan dalam belajar.

5. Metode Penelitian

Dalam penelitian kualitatif, metode yang digunakan adalah metode

observasi, yaitu aktivitas pengamatan meliputi kegiatan pemusatan perhatian

terhadap suatu objek dengan menggunakan seluruh alat indera.

6 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung; PT. Remaja Rosdakarya, 2007),

(10)

6. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode observasi, maka

instrumen penelitiannya adalah peneliti itu sendiri karena ia menjadi segalanya

dan keseluruhan proses penelitian7.

Alat bantu dalam penelitian ini adalah catatan lapanga, handycam, dan pedoman

wawancara.

7. Teknik keabsahan Data

Teknik pemeriksaan keabsahan data dalam penelitian ini memiliki kriteria;

a. Kreadibilitas (derajat kepercayaan) dengan teknik triangulasi yaitu teknik

pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain, hal itu

dapat dicapai dengan jalan:

1) Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai

pendapat pandangan orang lain, dalam hal ini penulis membandingkan

jawaban yang diberikan oleh pembimbing dengan santri mengenai

pelaksanaan bimbingan dan konseling.

2) Membandingkan hasil wawancara dengan dokumen yang berkaitan.

(11)

b. Ketekunan atau keajegan pengamatan

Ketekunan pengamatan yakni, menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur

dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang

dicari kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci,

maksudnya peneliti hanya memusatkan dan mencari jawaban sesuai dengan

rumusan masalah saja.

8. Teknik Pengumpulan Data

Untuk pengumpulan data yang diperlukan dalam penelitian ini, penulis

menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:

a. Observasi, Dalam hal ini penulis mengamati dan memperhatikan secara

langsung, mencatat fenomena yang muncul, dan mempertimbangkan

hubungan antara aspek dan fenomena tersebut . Observasi dilakukan dengan

mengamati langsung ke Pondok Pesantren Darunnajah Ulujami Jakarta

Selatan untuk memeperoleh informasi sehingga data penelitian bisa

didapatkan.

b. Wawancara, yaitu dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk

memperoleh informasi. Peneliti melakukan wawancara kepada ketua dan

wakil Biro Pengasuhan Santri untuk memperoleh kelengkapan data,

sebelumnya penulis terlebih dahulu menyusun pertanyaan tentang

permasalahan yang berkaitan dengan objek peneliti sebagai pedoman

wawancara yang dijadikan acuan pada saat wawancara berlangsung. Teknik

ini dibantu dengan tape recorder untuk merekam hasil wawancara dan

(12)

9. Teknik Analisis Data

Dalam menganalisis data dari hasil observasi dan wawancara, penulis

menginterpretasikan catatan lapangan yang ada kemudian menyimpulkan,

setelah itu menganalisa kategori-kategori yang tampak pada data tersebut.

Dimana seluruh data yang penulis peroleh dari hasil pengamatan dan

wawancara, lebih dahulu penulis kelompokkan sesuai dengan persoalan yang

telah ditetapkan lalu menganalisanya secara sistematis.

E. Tinjauan Pustaka

Sebelumnya ada skripsi yang membahas mengenai permasalahan santri yang

telah dilakukan oleh mahasiswa terdahulu, untuk mengetahui materi penelitian

diuraikan sebagai berikut yaitu dengan Judul Skripsi, “Upaya Bimbingan Konseling dalam menumbuhkan Konsep Diri Anak yang Positif di Panti Asuhan Putera Asih Tangerang”, yang ditulis oleh Siti Muchlisoh Jurusan Bimbingan Penyuluhan Islam tahun 2006, dalam skripsi ini lebih ditekankan bagaimana upaya bimbingan dalam

menumbuhkan konsep diri yang positif pada anak asuh di Panti Asuhan Putera Asih

Tangerang.

(13)

Mariana Ulfah, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Jurusan Bimbingan Penyuluhan

Islam, yang menjelaskan tentang peran yang seharusnya dilakukan oleh seorang

konselor dalam upaya pembentukan konsep yang ada pada diri siswa khususnya kelas

II di SMK Muhammadiyah 09 Jakarta.

Adapun yang membedakan penelitian skripsi penulis dengan penelitian

sebelumnya adalah subjek dan objek penelitian. Yang menjadi subjek dalam penelitian

ini adalah pembimbing dan santri di Pondok Pesantren Darunnajah. Serta yang

menjadi objek penelitian ini adalah Peran Pembimbing di Lembaga Biro Pengasuhan

Santri terhadap Permasalahan Santri di Pondok Pesantren Darunnajah. Hal tersebut

dikarenakan penulis merasa perlu dilakukan suatu pengkajian dan penelitian mengenai

bentuk bimbingan lain yang memiliki nuansa yang berbeda dalam mengatasi

permasalahan santri.

F. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah dalam skripsi ini, maka penulis membuat sistematika

penulisan sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULAN

Terdiri dari latar belakang masalah, batasan dan perumusan

masalah,tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian, tinjauan

pustaka dan sistematika penulisan.

(14)

dan tujuan Penyuluhan, Pengertian santri, Pengertian Pesantren, elemen

pesantren, pengertian teori masalah, pengertian teori santri, serta

bentuk-bentuk Pondok Pesantren.

BAB III : GAMBARAN UMUM, meliputi

Profil lembaga Biro Pengasuhan Santri (BPS); Sejarah berdirinya,

Tujuan, Hasil Penelitian, Struktur Lembaga, serta Visi dan Misi

BAB IV : ANALISIS DAN TEMUAN LAPANGAN

Temuan analisa yang terdiri dari deskripsi klien dan pembimbing,

bagaimana cara pembimbing dalam memberikan motivasi pada santri,

harapan para santri dan kesesuaian antara cara pembimbing memberikan

motivasi dengan harapan para santri.

BAB V : PENUTUP

(15)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Peran Pembimbing 1. Pengertian Peran

Dalam kamus besar bahasa Indonesia “peran adalah beberapa

tingkah laku yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan di

masyarakat dan harus dilaksanakan “.1

Sedangkan menurut Keliat, Peran adalah sikap dan perilaku nilai

serta tujuan yang diharapkan dari seseorang berdasarkan posisinya

dimasyarakat.2

Walaupun kedudukannya ini berbeda antara satu dengan yang

lainnya tersebut akan tetapi masing-masing dirinya berperan sesuai dengan

statusnya. Menurut Soerjano Soekanto, “peran dapat dikatakan sebagai

periaku individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat.3

Berbicara tentang peran, tentunya tidak dapat dipisahkan dengan

status (kedudukan) walaupun keduanya berbeda, akan tetapi saling

berhubungan erat antara satu dengan yang lainnya. Karena yang satu

tergantung pada yang lainnya beguitu juga sealiknya, maka peran

diibaratkan sebagai dua sisi mata uang yang berbeda, akan tetapi

1

Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:

Balai Pustaka, 1998), hal. 667 2

Salbiah, Konsep Diri, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatra Utara, hal. 6

3

Soejono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: Balai Pustaka, 1998), Cet, ke-1,

hal. 667

(16)

kelekatannya sangat berbeda sekali. Seseorang dapat dikatakan berperan

atau memiliki peran sikatakan seseorang tersebut mempunyai status dalam

masyarakat walaupun kedudukan ini berbeda antara satu orang dengan

orang lain, akan tetapi masing-masing dirinya memiliki peran yang sesuai

dengan statusnya.

2. Pengertian Bimbingan dan Penyuluhan

Kata penyuluhan selalu disertai dengan bimbingan, menjadi

bimbingan dan penyuluhan yaitu satu kesatuan istilah. Istilah bimbingan

dan penyuluhan adalah terjemahan dari “Guidance” penyuluhan adalah

suatu usaha dari suatu badan pemerintah maupun swasta untuk

meningkatkan kesadaran pemahaman, sikap, keterampilan warga

masyarakat yang berkenaan dengan hal yang tertentu, misalnya

“Penyuluhan Demam Berdarah dan Kebersihan Lingkungan” bermaksud

meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pemahaman, sikap dan

keterampilan warga masyarakat khususnya para warga masyarakat,

berkenaan dengan aspek lingkungan kebersihan dalam kehidupan tertentu.

Untuk memperoleh pengertian yang lebih jelas, berikut ini dikutip

sebuah definisi. Menurut Crow & crow (1960), seperti yang dikutip

Prayitno dan Erman Amti, Bimbingan adalah bantuan yang diberikan oleh

seseorang, laki-laki atau perempuan yang memiliki kepribadian yang

memadai dan terlatih dengan baik kepada individu-individu setiap usia

(17)

18

mengembangkan pandangan hidupnya sendiri, membuat keputusan sendiri

dan menanggung bebannya sendiri.4

Meskipun definisi deskriptif diatas menampakkan variasi yang

cukup mencolok, yang bersumber pada sudut pandang yang berbeda-beda,

namun terdapat juga sejumlah unsur yang menunjukkan kesamaan.

Perbedaan yang paling menonjol menyangkut sudut pandang, apakah

bimbingan terutama dilihat sebagai sikap dasar seseorang untuk

menawarkan jasanya untuk membantu orang lain; ataukah terutama di

pandang sebagai kumpulan sejumlah proses, prosedur, cara serta teknik

untuk memberikan pelayanan yang efisien dan efektif kepada orang lain.

Dengan demikian, dari pengertian di atas maka dapat di fahami

bahwa bimbingan ialah bantuan yang di berikan oleh seseorang kepada

orang lain dalam usaha untuk mengatasai kesulitan-kesulitan di dalam

kehidupannya dan menjadi lebih mampu untuk menghadapi masalah yang

akan dihadapi kelak, sehingga tercapai kesejahteraan atau kebahagiaan

dalam hidupnya.

Dapat diambil kesimpulan bahwa dalam proses bimbingan,

pembimbing secara praktis lebih banyak memberikan pengarahan, nasihat

kepada yang dibimbing, maka pembimbing bersikap aktif sedangkan yang

terbimbing bersifat pasif. Rumusan bimbingan pada umumnya mencakup

beberapa hal dalam prosesnya, antara lain:

4

Prayitno dan Erman Amti, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Rineka

(18)

a. Bimbingan diberikan kepada individu atau kelompok dan

mempersiapkan individu atau kelompok untuk dapat memahami suatu

proses.

b. Bimbingan menyiapkan individu atau kelompok untuk dapat mencapai

suatu tujuan memberikan kesempatan untuk dapat kesempatan yang

lebih luas dalam pendidikan, pendewasaan, pemahaman dan kepekaan

diri pribadi.

c. Bimbingan adalah merupakan suatu usaha untuk dapat menyesuaikan

diri dengan lingkungan, sekolah dan kehidupan berusaha agar santri

memahami diri sendiri, secara teratur berstimulus dan sistematik.

d. Bimbingan menentukan dan mengarahkan diri sendiri.

e. Bimbingan berusaha agar santri berproses memperoleh pengalaman

yang berguna, dan memiliki kepribadian yang memadahi dan terlatih

dengan baik, melatih pribadi atau kelompok (klien) agar dapat

bertanggung jawab terhadap keputusan-keputusan yang dibuat.

Berdasarkan uraian di atas yang dimaksud dengan bimbingan

adalah proses pemberi bantuan yang dilakukan oleh seorang ahli kepada

seseorang atau beberapa orang individu baik anak-anak, remaja atau

dewasa agar orang-orang yang di bimbing dapat mengembangkan

(19)

20

individu dan sarana yang dapat dikembangkan berdasarkan norma-norma

yang berlaku.5

3. Fungsi Bimbingan Dan Penyuluhan

Fungsi bimbingan dapat di artikan sebagai suatu tertentu yang

mendukung atau memepunyai arti terhadap tujuan bimbingan. Dalam

hubungan ini bimbingan dan penyululuhan berfungsi sebagai pemberi

layanan kepada peserta didik agar masing-masing peserta didik

berkembang secara optimal, sehingga menjadi pribadi yang utuh dan

mandiri.

Bila ditinjau dari kegunaan atau manfaat, ataupun

keuntungan-keuntungan yang akan diperoleh melalui pelayanan bimbingan dan

penuluhan Islam, maka para ahli mengelompokkan fungsi-fungsi

bimbingan dan penyuluhan kepada lima fungsi pokok, yaitu:

a. Fungsi penyaluran adalah yang memberikan bantuan kepada santri

untuk mendapatkan lingkungan yang sesuai dengan keadaan dirinya.

b. Fungsi pengadaptasian adalah yang memberikan bantuan kepada

sekolah untuk menyesuaikan program pengajaran dengan diri santri.

c. Fungsi penyesuaian adalah yang memberikan bantuan kepada santri

untuk menyesuaikan diri terhadap lingkungan yang baru.

d. Fungsi perbaikan adalah yang member bantuan kepada santri untuk

memperbaiki kondisi yang di pandang kurang sesuai.

5

Prof Dr. H. Prayitno M.Sc ed dan Drs. Erman Amti, Program Bimbingan dan

(20)

e. Fungsi pengembangan adalah yang membantu santri untuk melampaui

proses perkembangan dan fase perkembangan secara wajar.6

4. Tujuan Bimbingan Dan Penyuluhan

Tujuan bimbingan merupakan penjabaran dari tujuan umum dan

telah banyak dirumuskan dalam definisi bimbingan, antara lain bimbingan

dinyatakan sebagai bantuan yang diberikan kepada individu agar individu

tersebut:

a. Mengerti dirinya dan lingkungannya.

b. Mampu memilih, memutuskan dan merencanakan hidupnya secara

bijaksana baik dalam bidang pendidikan, pekerjaan dan sosial pribadi.

c. Mengembangkan kemampuan dan kesanggupannya secara maksimal.

d. Mencegah masalah yang di hadapi secara bijaksana. Bantuan ini

termasuk untuk mencegah kebiasaan-kebiasaan buruk yang menjadi

sumber masalah.

e. Mengelola aktifitas kehidupannya, mengembangkan sudut

pandangnya, dan mengambil keputusan serta mempertanggung

jawabkannya.

f. Memahami dan mengarahkan diri dalam bertindak serta bersikap

sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungannya.7

6

M. Arifin, Pengantar bimbingan dan konseling Buku Panduan Mahasiswa, (Jakarta;

Pren Halindo), cet. Ke-1, ha. 45 7

(21)

22

B. Pesantren Dan Permasalahan Santri 1. Pengertian Pesantren

Menurut Clifford Geertz yang dikutip oleh Yasmadi, Pesantren bila

dirunut dari bentuk kata, berasal dari kata Santri dengan diapit awalan pe-

dan akhiran –an ini mengindikasikan Pesantren sebagai tempat tinggal

para santri.8 Sedangakan kata “santri”, menurut Nurcholis Madjid kata

santri ini bisa dilihat dari dua pendapat.9 Pertama, pendapat yang yang

mengatakan bahwa santri berasal dari perkataan sastri, sebuah kata dari

bahasa sansakerta yang artinya melek huruf. Pendapat ini didasarkan pada

kaum santri adalah kelas literary bagi orang jawa yang berusaha

mendalami agama melalui kitab-kitab bertulisan dan berbahasa arab.

Sedangkan menurut Zamakhsyari Dhofier, kata santri berasal dari bahasa

India yang berarti orang-orang yang tahu buku-buku suci agama Hindu,10

atau seorang sarjana ahli kitab suci agama Hindu. Atau secara umum dapat

diartikan buku-buku suci agama atau buku tentang pengetahuan umum.

Kedua, pendapat yang menyatakan bahwa perkataan santri

sesungguhnya berasal dari bahasa jawa, dari kata “cantrik”, berarti

8

Clifford Geertz, Abangan Santri, Priyayi Dalam Pandangan Masyarakat Jawa, terj.

Aswab Mahasin (judul asli ; The Religion of Java), cet. Ke-2, (Jakarta: Dunia Pustaka Jaya, 1983), hal. 268

9

Nurcholis Madjid, Bilik-bilik Pesantren, Sebuah Potret Perjalanan, Cet. Ke-1, (Jakarta:

Paramadina, 1997)hal.19-20 10

Zamakhsyarai Dhofier, Tradisi Pesantren, Studi tentang Pandangan kiyai, cet. Ke-6

(22)

seseorang yang selalu mengikuti seorang guru kemana guru ini pergi

menetap.11

Di Indonesia sebutan Pesantren lebih popular disebut Pondok

Pesantren, berbeda dengan Pesantren, Pondok berasal dari bahasa arab

yaitu Funduq, yang berarti asrama, rumah dan tempat tinggal sederhana.12

Dari pengertian terminologi Pesantren secara historis kultural

lahir dari budaya Indonesia. Menurut Nurcholis Madjid Pesantren tidak

hanya mengandung makna keislaman, namun juga mengandung makna

keaslian Indonesia. Sebab, cikal bakal Pesantren sudah ada sejak masa

hindu-budha, dan Islam datang dan tinggal meneruskan. Melestaraikan,

dan mengIslamkannya. 13

Pesantren disamping sebuah asrama atau tempat tinggal santri,

juga menjadi sebuah lembaga pengembangan studi ke Islaman, diman

banyak ilmu agama baik dibidang Fiqih, nahwu, sharaf dan ilmu lainnya di

kaji dan didalami pemahamannya untuk kemudian di bawa pada

masyarakat melalui santrinya sebagai duta pesantren. Hal ini menjadi nilai

tambah bagi keberadaan Pesantren ditengah semakin berkembangnya

dunia pendidikan di Indonesia.

11

Yasmadi, Modernisasi Pesantren; Kritik Nurcholis Madjid Terhadap Pendidikan Islam

Tradisional, (Jakarta: PT Ciputat Press, 2005) Cet. Ke-2 12

Hasbullah, SejarahPendidikan Islam di Indonesia; Lintasan sejarah Pertumbuhan dan

Perkembangan, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1996), h. 138 13

Yasmadi, Modernisasi Pesantren; Kritik Nurcholis Madjid Terhadap Pendidikan Islam

(23)

24

2. Elemen Pesantren

Pesantren sebagai lembaga pendidikan, memiliki elemen yang

tidak bisa dipisahkan satu dengan yang lainnya. Adapun elemen dari

Pesantren tersebut meliputi kiyai, santri, Pondok, masjid dan pengajaran

kitab-kitab klasik atau sering disebut kitab kuning.14

M. Arifin mengklasifikasikan perangkat Pesantren meliputi pelaku

Pesantren seperti Kiyai, santri. Perangkat keras Pesantren meliputi asrama,

Pondok, Masjid dan sebagainya. Dan perangkat lunak lainnya seperti

tujuan, kurikulum, metode pengajaran, evaluasi dan alat-alat penunjang

pendidikan lainnya.15

Adapun mengenai elemen Pesantren yang disebutkan diatas, akan

dibicarakan sebagai berikut :

a. Kiayi

Kiayi atau pengasuh Pondok Pesantren merupakan elemen

yang sangat esensial bagi suatu pesantren. Rata-rata Pesantren di Jawa

dan Madura menjadi sosok yang sangat berpengaruh, kharismatik, dan

berwibawa, sehingga amat disegani oleh masyarakat dilingkungan

Pesantren. Disamping itu, Kiayi Pondok Pesantren biasanya juga

sekaligus sebagai pendiri dari pesantren yang bersangkutan. Oleh

karena itu sangat relevan jika dalam perkembangannya, Kiayi menjadi

sosok yang sangat berperan penting bagi Pesantren.

14

Amin Haedari, Abdullah Hanif dkk. Masa depan Pessantren. Dalam tantangan modernitas dan tantangan kompleksitas global.(Jakarta: IRD PRESS.2004) Cet. Ke-1

15

(24)

Menurut Zamakhsyari Dhofier, dalam bukunya yang berjudul

tentang Tradisi Pesantren: Study Tentang Pandangan Hidup Kiyai,

perkataan kiyai dalam bahasa Jawa dipakai untuk tiga jenis gelar yang

berbeda. Pertama sebagai gelar kehormatan bagi barang-barang yang

dianggap saktidan kramat. Misalnya Kiyai Garuda Kencana dipakai

untuk sebutan Kereta Emas yang ada di Kraton Yogyakarta. Kedua

sebagai gelar kehormatan bagi orang-orang tua pada umumnya.

Ketiga, sebagai gelar yang diberikan oleh masyarakat kepada seorang

ahli agamaIslam yang memiliki atau menjadi Pemimpin

Pesantren.dalam hal ini pengertian ketiga disebut sebagai acuan bagi

pengertian kiayi yakni sebagai apresiasi masyarakat kepada seorang

Pimpinan Pesantren16.

b. Pondok

Sesuai dengan pengertian Pondok Pesantren yang telah

dikemukakan di awal. Pondok bisa didefinisikan sebagai asrama atau

tempat tinggal para santri, sarana yang berada di sekitar komplek

Pesantren, seperti rumah kiayai, tempat pengajian, dan ruang bagi

keiatan agama lain yang dipergunakan oleh pihak Pesantren. Pondok

kemudian menjadi sebuah ciri khas bagi Pesantren yang

membedakannya dengan sistem pendidikan lainnya.

Pondok menjadi rumah bagi santri, untuk kalangan

Pesantren tradisional, pondok atau bale (asrama) tidak hanya berfungsi

16

Zamakhsyarai Dhofier, Tradisi Pesantren, Studi tentang Pandangan kiyai, cet. Ke-1

(25)

26

sebagai tempat untuk tidur bagi santri namun juga digunakan sebagai

tempat memasak dan mengaji sesam santri. Berbeda dengan Pesantren

modern yang menggunakan Pondok hanya untuk tempat tidur, karena

kegiatan makan diberikan fasilitas kantin.

c. Masjid

Masjid pada masa nabi menjadi pusat kegiatan agama, maka

dalm hal ini Pesantren yang diasuh oleh kiayai yang menurut sistem

yang dilakukan Nabi menjadikan masjid sebagai tempat pusat

kegiatan, beberapa kegiatan kajian agama seperti pengajian,

sehubungan dengan itu pula umat Islam dimanapuh berada selalu

menjadikan masjid sebagai pusat kegiatan mereka khususnya yang

berkaitan dengan agama misalnya untuk perkumpulan, kajian,

musyawarah dan lainnya.

d. Santri

Santri adalah siswa dari sebuah Pondok Pesantren, seperti

telah dibahas diawal pembahasan. Pada umumnya santri terbagi ke

dalam dua kategori. Pertama , santri mukim, yaitu murid-murid yang

berasal dari daerah yang jauh dari Pesantren dan menetap di Pesantren.

Tradisi bagi santri yang telah lama atu lebih senior, biasanya memikul

tanggung jawab mengajar santri junior tentang kitab menengah dan

dasar, tentunya setelah ditunjuk oleh pihak pengurus bahkan Kiayi

yang bersangkutan.kedua, santri kalong, yaitu para santri yang berasal

(26)

Mereka tidak menetap di Pesantren mereka berada

dipesantren hanya bila ada tugas pesantren atau kegiatan pesantren

saja. Apabila sebuah Pondok Pesantren memiliki santri mukim lebih

banyak, maka Pesantren tersebut dikategorikan Pesantren besar.17

e. Pengajaran Kitab Kuning

Pesantren sebagai lembaga pendidkan Islam tradisional,

telah mengajarkan kitab-kitab klasik, khususnya kitab-kitab karangan

madzhab Syafi’iyah. Pengajaran kitab-kitab kuning berbahasa arab

tanpa syakal stau sering disebut kitab Gundul.kitab kuning ini

satu-satunya metode yang secara formal diajarkan dalam komunitas

Pesantren di Indonesia.

3. Bentuk-bentuk Pesantren

Pesantren sebagai salah satu lembaga pendidikan tradisional dalam

perkembangannya dikelompokan menjadi beberapa bentuk. Pembagian ini

berdasarkan karakteristik pengajaran dan penyampaian yang dilaksanakan

oleh Pondok Pesantren tersebut.

Dalam penyelenggaraan system pengajaran dan pembinaannya

Pondok Pesantren dewasa ini dapat digolongkan kepada tiga bentuk, yaitu:

a. Pondok Pesantren Tradisional.

Pondok Pesantren tradisional adalah lembaga penddikan dan

pengajaran agama Islam yang pada umumnya pendidikan dan

pengajaran tersebut diberikan dengan cara non klasikal (system

17

Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren: Studi Tentang Pandangan Hidup

(27)

28

bandongan dan sorogan) dimana seorang kiayi mengajar santri-santri

berdasarkan kitab-kitab yang ditulis dalam bahasa araboleh

ulama-ulama besar sejak abad pertengahan, sedangkan santri biasanya tinggal

didalam Pondok atau asrama dalam Pesantren tersbut.

Pesantren model ini masih memegang teguh penyampaian

dengan pola tradisional dalam mengajarkan nilai-nilai Islam. Cara-cara

yang digunakan telah turun temurun dipraktekan. Ilmu yang dipelajari

umumnya sama disemua pesantren model ini, demikian juga kitb yang

dikaji, perbedaan hanya terletak pada kadar ilmu yang dimiliki oleh

kiayi pada tiap pesantren.18 Ciri lain dari pesantren model ini adalah

kemutlakan kiayi sebagai pemegang kekuasaan dan penentu kepuusan

dan menejemen pun biasanya menggunakan menejemen keluarga, hal

seperti ini bisa saja terjadi pada pesantren model lain.

b. Pondok Pesantren Tradisional Modern.

Pesantren model ini adalah lembaga pendidikan dan pengajaran

agama Islam yang menggabungkan system madrasi (klasikal)19 yang

mengarah kepada system atau pola modern dari segi pengajaran dan

penyampaiannya. Ciri pesantren model ini adalah peran seorang kiayi

tidak mutlak lagi, akan tetapi telah ada pembagian tugas diantara

pengasuh atau pembinanya.

Dari segi pengajarannya disamping menggunakan cara-cara

tradisional (system sorogan, bandongan atau wetonan) juga memakai

18

Sudjuko Prasadjo, Profil Pesantren, (Jakarta: P3M, 1982), h. 90

19

(28)

sistem modern (sistem pembagian kelas) dengan menggunakan

tingkatan-tingkatan kemampuan santri. Pesantren ini juga mengadakan

kegitan pendidikan formal untuk memberikan keseimbangan antara

tuntunan duniawi dan ukhrowi.

c. Pondok Pesantren Modern.

Pondok Pesantren Darunnajah yang penulis teliti termasuk

didalam Pondok Pesantren Modern, Pesantren modern adalah

pesantren yang menggunakan sistem modern (baru) dari segi dan

pengajaran materinya. Cirri-ciri pesantren ini adalah:

1) Memakai cara diskusi dan Tanya jawab dalam setiap penyampaian

materinya.20

2) Adanya pendidikan kemasyarakatan, segenap pelajar berlatih

memperhatikan dan mengerjakan hal-hal yang nantinya akan

dialami oleh mereka dalam masyarakat ketika mereka berbaur

dengan masyarakat, mengenai hal-hal yang nanti akan dijumpai

Masyarakatmengenai pelajaran mereka.21

3) Adanya organisasi pelajar yang mengatur aktivitas mereka, segala

sesuatu mengenai kehidupan mereka diatur dan

diselenggarakansendiri oleh mereka dengan cara demokrasi,

gotong royong dan dalam suasana ukhuwah yang dalam, tapi itu

20

J. L. Mursell, Succesful Teaching, disusun oleh Nasution M.A, “Mengajar Dengan

Khusus” (Bandung: I Jemmars, tth), h. 28 21

(29)

30

juga tidak terlepas dari bimbingan dan pengawasan

pengasuh-pengasuh atau Pembina-pembinanya.22

4) Adanya organisasi pelajar yang bertanggung jawab atas segala

sesuatu yang berhubungan dengan kehidupan dan kegiatan

sehari-hari, tata tertib, disiplin. Masing-masing dapat mengutarakan

pendapat dan melakukan kegiatan kesiswaan yang terikat dengan

system pendidikan dan pengajaran yang telah ditetapkan.

Adapun peran dan fungsi Pondok Pesantren sendiri

berkembang dari masa ke masa. Pada taraf yang paling awal, Pondok

Pesantren ternyata tidak hanya berfungsi sebagai lembaga pendidikan

namun juga menjadi pusat penyiaran agama Islam.

Sebagai lembaga pendidikan pondok pesantren

menyelenggarakan pendidikan keagamaan, pada perkembangan

selanjutnya pendidikan pondok pesantren membuka lembaga

pendidikan formal, baik yang berafiliasi dengan pendidikan agama

maupun dengan pendidikan umum, atau sekuler.23

4. Permasalahan Santri

Adapun yang menjadi salah satu permasalahan santri disini dan

penyebabnya jika dilihat dari Kegiatan dan kebiasaan-kebiasaan santri

adalah:

22

ibid, hal. 932 23

Anas Madhuri, Pesantren dan Pengembangan Ekonomi Ummat (Surabaya: Departemen

(30)

a. Pola hidup yang berbeda dengan dirumah, santri memerlukan waktu

untuk beradaptasi.

b. Santri belum mendapatkan teman yang cocok.

c. Santri belum mempunyai jiwa yang mandiri.

d. Orang tua belum sepenuhnya ikhlas menitip dan mempercayakan

(31)
[image:31.595.108.505.189.670.2]

BAB III

GAMBARAN UMUM PONDOK PESANTREN DARUNNAJAH

ULUJAMI JAKARTA SELATAN DAN BIRO PENGASUHAN

SANTRI

A. Gambaran Umum Pondok Pesantren Darunnajah Ulujami Jakarta Selatan

1. Struktur

Nama Pesantren : Pondok Pesantren Darunnajah

Waqif : 1). K.H. Abdul Manaf Mukhayyar (Alm.)

2). Hj. Tsurayya (Almh.)

Pendiri : 1). KH. Abdul Manaf Mukhayyar (Alm.)

2). Drs. H. Komaruzzaman

3). Drs. KH. Mahrus Amin

Penyelenggara : Yayasan Darunnajah

Ketua Umum : H. Syaefuddin Arief, SH., MH

Tahun Berdiri : 1 April 1974

Pimpinan : 1). KH. Mahrus Amin

2). Drs. KH. Sofwan Manaf, M.Si.

Jumlah Santri : 3.240 Santri

Jumlah Ustadz/Guru : 389 Guru

Alamat : Jl. Ulujami Raya 86, Kel. Ulujami, Kec. Pesanggrahan, Jakarta

Selatan 12250

(32)

Telp : 021-7350187 (hunting)

Fax : 021-73880158, 021-73886529

Website : www.darunnajah.com

E-mail : sekretaris.darunnajah@gmail.com1

2. Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Darunnajah a. Periode Cikal Bakal (1942-1960)

Pada tahun 1942 K.H. Abdul Manaf Mukhayyar mempunyai

sekolah Madrasah Al-Islamiyah di Petunduhan Palmerah. Tahun 1959

tanah dan madrasah tersebut digusur untuk perluasan komplek

Perkampungan Olah Raga Sea Games, yang sekarang dikenal dengan

komplek Olah Raga Senayan. Untuk melanjutkan cita-citanya, maka

diusahakanlah tanah di Ulujami.

Tahun 1960, didirikan Yayasan Kesejahteraan Masyarakat

Islam (YKMI), dengan tujuan agar di atas tanah tersebut didirikan

pesantren. Periode inilah yang disebut dengan periode cikal bakal,

sebagai modal pertama berdirinya Pondok Pesantren Darunnajah.

b. Periode Rintisan (1961-1973)

Pada tahun 1961 K.H. Abdul Manaf membangun gedung

madrasah enam lokal di atas tanah wakaf. Ide mendirikan pesantren

didukung oleh H. Kamaruzzaman yang saat itu sedang menyelesaikan

kuliahnya di Yogyakarta. Untuk pengelolaan pendidikan diserahkan

1

Buletin Darunnajah, Media Informasi Tahunan Edisi XXIV, Juni 2010. Penerbit: Pondok

(33)

34

kepada Ust. Mahrus Amin, alumnus KMI Gontor yang mulai menetap

di Jakarta pada tanggal 2 Februari 1961.

Karena banyaknya rintangan dan hambatan, maka pendidikan

belum bisa dilaksanakan di Ulujami, tetapi dilaksanakan di

Pertukangan bersama beberapa tokoh masyarakat, diantarannya Ust.

Abdillah Amin dan H. Ghozali, berkerjasama dengan YKMI, tanggal 1

Agustus 1961, Ust. Mahrus Amin mulai membina madrasah Ibtidaiyah

Darunnajah dengan jumlah siswa sebanyak 75 orang dan tahun 1964

membuka Tsanawiyah dan TK Darunnajah.

Tahun 1970 ada usaha memindahkan pesantren ke Petukangan,

tapi mengalami kegagalan. Dan usaha merintis pesantren pernah pula

dicoba dengan menampung kurang lebih 9 anak dari Ulujami dan

Petukangan, yakni antara tahun 1963-1964. Dan tahun 1972

menampung kurang lebih 15 anak di Petukangan, namun kedua usaha

itu didak dapat dilanjutkan dengan berbagai kesulitan yang timbul.

Para periode ini, meskipun pesantren yang diharapkan belum

terwujud, tetapi dengan usaha-usaha tersebut, Yayasan telah berhasil

mempertahankan tanah wakaf di Ulujami dari berbagai rongrongan,

antara lain BTI PKI saat itu.

c. Periode Pembinaan dan Penataan (1974-1987)

Pada tanggal 1 April 1974, dicobalah untuk ke sekian kalinya

mendirikan Pesantren Darunnajah di Ulujami. Mula-mula Pesantren

(34)

ke Ulujami untuk meramaikannya. Baru pada tahun 1976, Madrasah

Tsanawiyah Pertukangan dibuka kembali dan secara berangsur,

Pesantren Darunnajah Ulujami hanya menerima anak yang mukim

saja, kecuali anak ulujami yang boleh pulang pergi.

Bangunan yang pertama di dirikan adalah masjid dengan

ukuran 11 X 11 m2 dan beberapa lokal asrama. Mesekipun

bangunanya sederhana, namun sudah sesuai dengan master plan yang

dibuat oleh Ir. Ery Chayadipura. Pada awal pembangunannya, seluruh

santri selalu dilibatkan untuk membantu kerja bakti.

Pada periode inilah mulai ditata kehidupan di Pesantren

Darunnajah dengan sunnah-sunnahnya.

1) Aktivitas santri dan kegiatan pesantren disesuaikan dengan jadwal

waktu sholat.

2) Menggali dana dari pesantren sendiri untuk lebih mandiri.

3) Meningkatkan mutu pendidikan dan pengajaran, dengan dibentuk

Lembaga Ilmu Al-Qur’an (LIQ), Lembaga Bahasa Arab dan

Inggris dan Lembaga Da’wah dan Pengembangan Masyarakat

(LDPM).

4) Beasiswa Ashabunnajah (kelompok santri penerima beasiswa

selama belajar di Darunnajah) untuk kader-kader Darunnajah.

d. Periode Pengembangan (1987-1993)

Darunnajah mulai melebarkan misi dan cita-citanya,

(35)

36

dan bercita-cita membangun seratus Pondok Pesantren Modern. Masa

inilah, saat memancarkan pancuran kesejukan ke penjuru-penjuru yang

memerlukan. Sampai dengan tahun 2004, Pesantren Darunnajah Group

telah berjumlah 41.

e. Periode Dewan Nazir (1994-sekarang)

Perjalanan sejarah Pesantren Darunnajah yang relatif lama telah

menuntut peraturan kesempurnaan untuk menjadi lembaga yang baik.

Belajar dari perjalanan pondok pesantren di Indonesia dan melihat

keberhasilan lembaga Universitas Al-Azhar Cairo Mesir, yang telah

berumur lebih 1000 tahun lamanya, Yayasan Darunnajah yang

memayungi segala kebijakan yang telah berjalan selama ini, berusaha

merapihkan dan meremajakan pengurus yayasan.

Dengan niat yang tulus dan ikhlas, maka wakif tanah di

Ulujami Jakarta K.H.Abdul Manaf Mukhayyar, Drs.K.H. Mahrus

Amin, dan Drs.H. Kamaruzzaman Muslim yang ketiganya

mengatasnamakan para dermawan untuk wakaf tanah di Cipining

Bogor seluas 70 ha, mengikrarkan wakaf kembali di hadapan para

ulama dan umara dalam acara nasional di Darunnajah pada tanggal 7

Oktober 1994.

Dalam acara tersebut wakif menguraikan niat dan cita-citanya

mendirikan lembaga ini diatas sebuah piagam wakaf yang

(36)

Pengurus Harian Yayasan Darunnajah yang disaksikan oleh para tokoh

masyarakat dan ormas di Indonesia.

Ditahun 2007, Pesantren Darunnajah memiliki 11 cabang

pesantren di berbagai tempat; Jakarta, Bogor, Serang, Bengkulu,

Kalimantan Timur. dengan luas asset 318 ha.2

3. Visi dan Misi Pondok Pesantren Darunnajah a. Visi

1) Mencetak manusi yang bermuttafaqah fiddin untuk menjadi kader

pemimpin ummat atau Bangsa.

2) Mendidiki kader-kader ummat dan bangsa yang bertafaqoh fiddin,

para ulama’, zuama’, dan aghniya’; cendikiawan muslim yang

bertaqwa, berakhlak mulia, berpengetahuan luas, jasmani yang sehat,

terampil dan ulet.

b. Misi

1) Mencetak manusia yang;

a) Beriman dan bertaqwa g) Mampu bersaing

b) Berakhlak mulia h) Kritis

c) Berpengetahuan Luas i) Problem solver

d) Sehat dan kuat j) Jujur

e) Terampil dan ulet k) Komunikatif, dan

f) Mandiri l) Berjiwa juang.

(37)

38

2) Merintis dan memplopori berdirinya Pondok Pesantren di seluruh

Indonesia sebagai lembaga sosial keagamaan yang bergerak

dibidang pendidikan dan dakwah.3

4. Organisasi Kelembagaan

Untuk menyelenggarakan Pondok Pesantren Darunnajah

dimandatkan sepenuhnya kepada Pimpinana Pesantren. Dalam

melaksanakan tugas-tugas operasionalnya, pimpinan pesantren dibantu

oleh lima Biro:

a. Biro Pendidikan, membawahi;

Kelompok Bermain, Taman Kanak-kanak (TK), Taman

Pendidikan Al-Qur’an (TPA-TKA), Sekolah Dasar Islam (SDI),

Tarbiyatul Mu’Allimin wal Mu’allimat Al Islamiyah (MTs, MAK, dan

SMA), Lembaga Bahasa (LB), Perpustakaan dan Laboratorium,

Lembaga Ilmu Al-Qur’an (LIQ), dan Darunnajah Computer Center.

b. Biro Administrasi, Keuangan dan Usaha, membawahi;

Keuangan, Kesekretariatan, Publikasi dan Dokumentasi,

Bidang-bidang Usaha Darunnajah, dan Biro Pengasuhan Santri,

membawahi; Organisasi Santri, Keamanan Pesantren, Bimbingan dan

Konseling, Musyrif, Bagian Bahasa, dan Marching Band Putri

Darunnajah.

(38)

c. Biro Rumah Tangga, membawahi;

Bagian Kesehatan, Bagian Kesejahteraan, Bagian

Perawatan, Bagian Kebersihan, Bagian Pembangunan, Bagian Dapur

Umum, dan Bagian Listrik dan Air

d. Biro Kemasyarakatan, mengelola;

Lembaga Dakwah dan Pengembangan Masyarakat(LDPM),

Peringatan hari-hari besar Islam, Ashabunnajah dan Alumni, Ta’mir

Masjid, dan Protokol Pesantren.

5. Program Pesantren

Untuk mewujudkan cita-cita dalam pembangunan dakwah dan

menjaga kelangsungan pesantren, sejak awal telah dirancang pedoman

kerja yang terdiri atas lima program.

a. Peningkatan Mutu Pendidikan

1) Memantapkan/ menyempurnakan kurikulum

2) Memasukkan pelajran kitab-kitab kuning pada jam formal

b. Pembangunan Fisik

1) Memperbaiki dan merawat gedung yang sudah ada

2) Membangun gedung permanent

c. Penggalian dan pengembangan dana

Membuat badan-badan usaha untuk menunjang biaya operasional

pesantren dan kesejahteraan guru, yang saat ini telah terbentuk 53 unit

(39)

40

d. Pengkaderan dan penempatan

Untuk menjaga kelangsungan dan memajukan pesantren pada

masa yang akan datang, lembaga berusaha mempersiapkan

kader-kader pesantren dengan meningkatkan sumber daya manusia dengan

melanjutkan pendidikan diluar negeri maupun didalam negeri dengan

program diploma, S1, S2, S3.dari; Keluarga pendiri pesantren,

Guru-guru pesantren, Penerima beasiswa ashabunnajah, dan Alumni.

Kader-kader disiapkan untuk mengabdi di cabang-cabang

Darunnajah sebagai tenaga pendidik, tenaga administrasi dan pimpinan

pesantren.

e. Pengembangan Masyarakat

Telah dilakukan berbagai pendekatan, baik dengan pembinan

ekonomi, sosial, keagamaan, hal ini dilakukan supaya masyarakat

dapat merasakan manfaat atas keberadaan pesantren.4

7. Prestasi

Prestasi yang pernah diraih 3 tahun terakhir oleh TMI Darunnajah:

a. Tahun 2001 Juara I JAGO Pramuka Penggalang se Jakarta Selatan

b. Juara I Pramuka Yel Regu PUMA se Jakarta Selatan

c. Juara I Prestasi tinggi regu Jago Lt V se Indonesia

d. Pelopor PORSENI PESANTREN se Jawa dan Bali.

e. Juara I Marching Band se Jabotabek.

f. Juara I, Wide Game penggalang se DKI Jakarta

(40)

g. Mengikuti Jamboree Pandu Dunia di Tanpin Malaysia sebagai utusan

RI.

h. Mewakali Pemda DKI dalam Lomba Tapak Suci se Jawa dan Bali II

i. Akreditasi dan pengakuan LPK (lembaga Pendidikan Komputer) oleh

Dep. Tenaga Kerja RI5

8. Sarana dan Prasarana

Masjid, Gedung Permanen, Ruang Kelas, Laboratorium IPA,

Laboratorium Bahasa, Laboratorium Komputer, Perpustakaan, Balai

Pengobatan, Sarana Olahraga;berupa: Lapangan Basket, Volly, Renang

Indoor, Bulu Tangkis, Futsal dll, Koperasi Sekolah; Alfa Mart dan Smesco

Mart, Kantin, Asrama, Laundry , Kolam Renang Indoor (Putra dan Putri

dibagi waktu), dan Warnet.

9. Ekstra Kurikuler

Komputer, Pramuka, Muhadharah (Latihan Berpidato), Marching

Band, Seni Bela Diri, Tilawah dan Tahfidz Al – Quran, Praktik

Pengabdian Masyarakat, Latihan Dasar Kepemimpinan , Kursus Bahasa

Inggris, Praktik Mengajar, Kesenian dan Keterampilan, Keorganisasian,

Olahraga, Studi Tour, Pertukaran Pelajar, Kaligrafi (Ikatan Kaligrafi

Darunnajah), Kursus Jurnalistik, Renang Indoor, Video Conference, dan

Workshop.

(41)

42

B. Gambaran Umum Biro Pengasuhan Santri 1. Sejarah Berdirinya Biro Pengasuhan Santri

Biro Pengasuhan Santri adalah sebuah Lembaga dibawah naungan

Pondok Pesantren Darunnajah. Tugas utama Biro Pengasuhan Santri

adalah membantu Pimpinan Pondok Pesantren dalam mengatur pola piker

dan aktifitas kehidupan santri diluar jam sekolah santri di tarbiyatul

Mu’allimin wal Mu’allimat Al-Islamiyah (TMI) Darunnajah, mulai dari

bangun tidur sampai tidur kembali. Pada dasarnya tugas Pengasuhan Santri

dapat digolongkan menjadi tiga hal,yakni; sebagai Pembina Organisasi

santri Darunnajah (OSDN), sebagai Pembina Disiplin santri secara

menyeluruh, sebagai pembimbing dan penyuluh santri. Pada dasarnya

tugas Pengasuhan Santri dapat digolongkan menjadi tiga hal,yakni;

a. Sebagai Pembina Organisasi santri Darunnajah (OSDN)

b. Sebagai Pembina Disiplin santri secara menyeluruh

c. Sebagai pembimbing dan penyuluh santri

Kehidupan santri di Pondok Pesantren Darunnajah yang mukim

selama 24 jam tidak lepas dari disiplin, maka pengasuhan santrilah yang

menjadi pengendalian disiplin seluruh santri, baik secara langsung maupun

tidak langsung melalui pengurus OSDN. Dalam menegakkan disiplin

santri lembaga ini lebih menekankan kepada kesadaran prefentif dan

meminimalisasi hukuman fisik. Dengan demikian, jalannya disiplin santri

(42)

Dalam rangka meningkatkan pelayanan dan perhatian secara

pembinaan terhadap santri dan wali santri, tentu diperlukan pembenahan

dan pembaharuan diberbagai segi, baik dari segi penempatan santri di

asrama, pengawasan, peningkatan sarana dan prasarananya. Khusus untuk

santri senior kelas enam TMI mendapat perhatian tersendiri dikalangan

pengasuhan dengan dibentuknya komisi yang membahas pembinaan kelas

enam dalam rapat pengasuhan.

Tidak kalah pentingnya pembaharuan dijajaran kantor pengasuhan,

yaitu dengan upaya-upaya perbaikan di ketata usahaan mulai dari

peningkatan SDM staf-stafnya dan komputerisasi pendataan santri dan

lain-lainnya.

2. Kewajiban Dan Tanggung Jawab a. Mengontrol jalannya disiplin

b. Menempati kamar dirayon yang telah ditentukan

c. Mengikuti sholat berjamaah di masjid

d. Mengikuti upacara sabtu pagi

e. Menghadiri rapat mingguan pengasuhan santri

f. Melaksanakan harokatut tabkir

g. Full Time di rayon dan tidak diperkenankan kerja sampingan (les dan

sejenisnya) di luar pondok

h. Berperan aktif dalam rapat majlis fajar dan membuat laporan harian

i. Mengontrol absensi setiap malam pukul 22.00 WIB

(43)

44

k. Membuat laporan dan mengikuti rapat mingguan pada hari selasa

pukul 20.00 di Baitul Wakif

l. Mengadakan rapat mudabbir6

3. Program Kerja a. Harian

1) Mengasuh, mengontrol dan memonitor kegiatan santri di rayon

2) Menggerakkan santri untuk kemasjid

3) Melaksanakan harokatut tabkir

4) Memberikan perizinan (tasdiq) untuk meninggalkan kelas

5) Mengontrol kamar santri

6) Melarang tamu atau wali santri masuk ke asrama

7) Menginformasikan kepada wali santri perkembangan anaknya baik

yang positif ataupun negative

8) Memonitor bulis/haritsah dirayon dan kamar mandi

9) Mengadakan puaa sunnah dan kegiatan ubudiah lainnya bersama

dengan pengurus rayon dan anggota rayon sewaktu-waktu

10)Mengontrol keberadaan santri di asrama

a. Mingguan

1) Mengontrol kamar-kamar sebelum adzan pertama sholat jum’at

2) Mengumpulkan anggota rayon seminggu sekali

3) Membimbing dan mengontrol jum’at bersih

(44)

4) Mendata fasilitas rayon yang rusak dan kurang layak serta

melaporkannya ke BRT

5) Menginventarisasi barang-barang pesantren yang ada di dalam

rayon

6) Menggerakkan anak-anak untuk berolahraga setelah jum’at bersih

7) Mengadakan siraman rohani bagi anggota rayon. (dibuat materi

khusus)

b. Bulanan

1) Mengabsen santri setelah libur bulanan

2) Memeriksa kamar pengurus. (idak ada skat kamar)

3) Rapat evaluasi bersama pengurus rayon dan ketua kamar

4) Membuat laporan bulanan dan diserahkan ke TU pengasuhan

5) Memeriksa administrasi rayon

6) Musyrifah memeriksa santri setelah perpulangan bulanan didepan

asrama bersama mudabbir

c. Semester

1) Membantu panitia ujian untuk Harokatut tabkir saat ujian

2) Menggerakkan santri untuk belajar diluar asrama pada pagi dan

malam hari

3) Mengontrol asrama saat ujian tulis berlangsung

d. Program Kerja Tahunan

1) Membantu keamanan pesantren dlam perpindahan kamar

(45)

46

Ketentuan diatas merupakan sebuah usaha untuk

meningkatkan pengawasan, perhatian dan pelayanan bagi santri

maupun orang tua santri. Selain itu para musyrif dan musyrifah

diwajibkan mengadakan pertemuan dengan orang tua santri secara

berkala. Tempat pertemuan di kamar masing-masing santri ini

bertujuan agar ada perhatian, saran dan kritik mengenai kamar dan

berbagai hal lainnya serta orang tua dapat melihat langsung

keberadaan santri dikamar tersebut.

Segi positif dari pertemuan antara orang tua santri adalah

adanya interaksi langsung antara musyrif dengan wali santri

sehingga dapat dihindari adanya kesalahan informasi.7

4. Revolusi Kepengasuhan

Setiap tahunnya seluruh jajaran pengasuhan mengadakan rapat

khusus untuk membahas dan melakukan pembaharuan-pembaharuan

ditubuh Biro Pengasuhan. Diawali pembenahan pembinaan santri di rayon

oleh musyrif/musyrifah, dalam rapat disahkan susunan musyrif/musyrifah

dengan perbandingan seorang musyrif/musyrifah menangani 10-20 santri.

Adapun tugas dari musyrif/musyrifah selain mengabsen santri

setiap hari dan melaporkannya kepada pimpinan setiap kamis malam, juga

memberikan tausiah dan nasehat-nasehat serta motivasi-motivasi belajar

kepada santri pada malam hari sebelum tidur. Secara rinci standarisasi,

(46)

kewajiban dan program kerja musyrif/musyrifah telah ditetapkan dalam

rapat kepengasuhan yang dibahas oleh komisi A sebagai berikut:

a. Pembentukkan TIM Inti Kepengasuhan

Dibentuk pada tanggal 22 januari 2007 berdasarkan surat tugas

nomor 744.05/DN/I/2007, dengan anggota tim berjumlah 26 orang.

Tim ini berfungsi sebagai koordinator pengasuhan atau sebagai

pengawas kegiatan pengasuhan.

b. Pembenahan di Bidang Keamanan Pesantren

Untuk meningkatkan keamanan dan pelayanan, serta tegaknya

disiplin pesantren, maka diadakan perubahan diantaranya satpam, sejak

tanggal 12 februari 2007 satpam ditiadakan, sebagai gantinya seluruh

jajaran mulai dari asatidz, administrator, santri dan karyawan bahu

membahu menjaga keamanan pesantren berdasarkan jadwal piket yang

ditentukan oleh coordinator piket dengan nama Harisul Ma’had.

Selain menjaga keamanan, Harisul Ma’had juga bertugasuntuk

mencatat keluar masuknya santri dan tamu pesantren. Hal ini adalah

untuk meningkatkan kedisiplinan dalam bidang keamanan.

c. Pengawasan dan Pembinaan Kegiatan Santri

Banyaknya kegiatan ekstrakulikuler santri tentunya

membutuhkan pengawasan dan pembinaan yang lebih intensif.8

(47)

48

5. Kegiatan Tahunan

a. Jambore Nasional di Gontor

Dalam rangka kesyukuran 80 tahun Pondok Modern

Darussalam Gontor (PMDG), gugus depan gerakan pramukan

pesantren Darunnajah mengikuti Jambore Nasional Pondok Pesantren

Alumni Gontor. Acara tersebut merupakan salah satu perhelatan besar

dalam milad PMDG ke-80. Mengingat pesantren Darunnajah adalah

pesantren alumni PMDG.

b. Darunnajah Art Tournament

Dalam acara ini khususnya santri putra menampilkan beberapa

karya seni yang berhubungan dengan kesenian. Seperti hasil karya seni

lukis berupa kaligrafi, khot, graffiti, karikatur, ASAL (asli atau palsu),

penampilan drama, penampilan marawis, band, dancer dan lain-lain.

Acara ini wajib dihadiri oleh seluruh santriwan dari kelas 1 hingga

kelas 6. Dan secara perhitungan acara ini di bebankan kepada biro

pengasuhan santri selaku pembimbing OSDN.

c. Malam Penganugerahan MISS Darunnajah

Acara ini merupakan acara pemilihan kandidat yang dilakukan

melalui seleksi kriteria pemilihan diantaranya adalah adab serta

ketepatan dalam menjawab pertanyaan yang diajukan oleh dewan juri.

d. Do’a Bersama di Tahun Baru Muharram

Seluruh santriwan-santriwati memperingatinya dengan

(48)

di masjid jami Darunnajah dan membaca Do’a awal tahun setelah

jamaah sholat maghribnya.

e. Pekan Khutbatul ‘Arsy

Acara ini dapat diartikan sebagai Khutbah atau ceramah dari

pimpinan tertinggi pondok pesantren Darunnajah Drs. KH. Mahrus

Amin, yang berisikan tentang prinsip dasar kepesantrenan yang

meliputi penjelasan tentang Panca Jiwa, Panca BIna, Panca Darma,

Panca Jangka kepesantrenan, dan Historikal Darunnajah yang

dilaksanakan tiap tahun oleh seluruh santri. Dengan harapan semoga

para santri mampu mendalami ilmu kepesantrenan dengan benar

sehingga akan menimbulkan api unggun dan Cuma malam hari

diadakannya.

f. Pembukaan dan Penutupan Perkhutsy dan Lp3

g. Maulid Nabi di Pesantren

Perayaan Maulid Nabi adalah sebagai bentuk upaya pengenalan

akan keteladanan Nabi Muhammad SAW sebagai pembawa ajaran

agama Islam. Santri-santri Darunnajah memperingati Maulid Nabi tiap

tahun.rasa kesungguhan untuk belajar dan mengamalkannya kelal di

dalam masyarakat.

h. Pembukaan dan Penutupan Perkemahan Khutbatul ‘Arsy

i. Api Unggun Perkhutsy dan Lp3

Acara ini sama halnya dengan acara Pekan Khutbatul ‘Arsy.

(49)

50

j. Festival Nasyid Tausiah dan Qiro’ah (NTQ)

Acara ini bertujuan untuk meningkatkan kreativitas dan bakat

seni yang religi dan mendidik santri agar beriman, berseni, dan

berprestasi.

k. Perkajum Santri Darunnajah

Perkajum adalah kegiatan perkemahan yang dilakukan selama

tiga hari dua malam, yang diselenggarakan oleh setiap gugus depan

(GUDEP) pondok pesantren Darunnajah. Bertujuan sebagai sarana

peningkatan kemampuan masing-masing santri dan sarana untuk

mempraktekkan ilmu-ilmu tentang kpramukaan yang telah mereka

peroleh.

l. Festival Marawis Darunnajah (FMD)

Festival Marawis Darunnajah (FMD) merupakan ajang kreasi

untuk santri-santri berbakat, khususnya dibidang musik bernuansa

islami.

m. Rapat BPS dan Forum Sharring

Acara ini merupakan acara yang menampung

tanggapan-tanggapan dan saran-saran dari masing-masing pimpinan atau

ketua-ketua pondok pesantren (khususnya cabang Darunnajah) beserta

struktur-strukturnya untuk mendapat inspirasi baru demi kemajuan

Pondok Pesantren Darunnajah beserta cabang-cabangnya.9

(50)

6. Sarana dan Prasarana

Pada dasarnya sarana dan prasarana Biro Pengasuhan Santri (BPS)

adalah sarana dan prasarananya Pondok Pesantren Darunnajah juga,

karena letak Biro Pengasuhan Santri itu sendiri berada didalam Pondok

Pesantren Darunnajah. Oleh karena itu, apapun kegiatan santri disitulah

selalu ada Biro Pengasuhan Santri beserta staff pembimbing lainnya.

Sarana dan prasanara yang dimaksud antara lain: Masjid, Gedung

Permanen, Ruang Kelas, Laboratorium IPA, Laboratorium Bahasa,

Laboratorium Komputer, Perpustakaan, Balai Pengobatan, Sarana

Olahraga;berupa: Lapangan Basket, Volly, Renang Indoor, Bulu Tangkis,

Futsal dll, Koperasi Sekolah; Alfa Mart dan Smesco Mart, Kantin,

Asrama, Laundry , Kolam Renang Indoor (Putra dan Putri dibagi waktu),

dan Warnet.10

(51)

BAB IV

TEMUAN DAN ANALISA DATA

A. Deskripsi Informan 1. Klien

Klien yang dimaksud adalah santri laki-laki yang memiliki

masalah. Dari santri yang diwawancarai, rata-rata semuanya pernah

memiliki masalah. Diantara permasalahan tersebut klien yang memiliki

masalah merokok ada 2 orang, 1 orang masalah pribadi, dan yang lainnya

seperti masalah organisasi, permasalahan terlalu keras menghukum anak

baru (junior), kabur dari pondok, masalah keuangan dan masalah keluarga.

Dari permasalahan-permasalahan yang pernah diahadapi klien

terdapat permasalahan yang paling berat seperti memberi hukuman kepada

santri baru lalu santri yang dihukum melaporkannya ke polisi, sering

dimintai uang oleh kakak kelas, masalah cinta, ketahuan merokok, dan

masalah keluarga.

Cara mereka menyikapinya pun berbeda-beda ada yang terpaksa

harus mengikuti aturan-aturan Pondok, curhat dengan teman-temannya,

curhat dengan ustad, dan ada pula yang dibawa santai saja atas

permasalahannya sendiri. Semua santri semuanya pernah mendengar

tentang lembaga Biro Pengasuhan Santri, namun hanya Imam Khairul

Annas dan Ahmad Nurul Hadi saja yang pernah mencoba mencari solusi

di lembaga ini dan yang lainnya belum pernah.

(52)

Menurut wawancara yang penulis ajukan kepada santri, rata-rata

jawaban mereka tentang pertanyaan dimana saja Biro Pengasuhan Santri

melakukan bimbingan yaitu di masjid, sekitar asrama, kelas sekitar rayon,

sekitar kamar-kamar santri, lingkungan sehari-harinya, dan bahkan ada

yang menjawab di seluruh lingkungan yang ada di Pondok Pesantren

Darunnajah ini sendiri.

Ada 3 santri yang menginginkan bimbingan dilakukan setiap saat,

namun yang lainnya tidak, mereka lebih menginginkan bimbingan

dilakukan pada waktu-waktu diluar sekolah, acara-acara penting, ketika

ada tamu, dan ada yang menginginkan bimbingan dilakukan pada

waktu-waktu sekolah. Ada 4 pembimbing yang biasa aktif disini, Pembimbing

yang dimaksud yaitu Ustad Agus Sugianto dan Ustad Wahyu Fajri

begitulah rata-rata klien menjawabnya, dan selebihnya ada yang

menambahkan Ustad

Gambar

GAMBARAN UMUM PONDOK PESANTREN DARUNNAJAH

Referensi

Dokumen terkait

Menyatakan bahwa tesis yang berjudul “Peran Kepemimpinan Kyai dan Koperasi Pondok Pesantren (Kopontren) dalam Pembentukan Jiwa Kemandirian dan Entrepreneurship Santri di Pondok

Peran Kyai dalam membina perilaku religius santri di Pondok Pesantren.. Modern Raden

Perencanaan Pimpinan Pondok Pesanntren Membentuk Karakter Multikultural Santri yaitu; pimpinan pondok pesantren melakukan perencanaan dengan dasar dan tujuan yang jelas

Peran santri dalam menjaga kebersihan lingkungan hidup Pondok pesantren Annuqayah Latee I dilihat dari tipologi pesantren yang semi modern disinyalir dapat memberikan peluang besar

Penyusunan penulisan skripsi ini merupakan kajian tentang “Peran Ria'yah Dalam Menyiapkan Mental Santri Di Pondok Pesantren Mawaridusaalam Deli Serdang&#34;

Berdasarkan observasi dan wawancara peneliti, dari beberapa peran pondok pesantren, ada beberapa faktor penghambat dalam meningkatkan kemandirian santrinya di Pondok Pesantren

Hasil dari penelitian ini menyimpulkan bahwa strategi yang digunakan oleh Santri Pondok Pesantren Darunnajah adalah Tehnik Memoriter yaitu Pesan yang akan

Hanya dengan petunjuk Allah semata, peneliti bisa menyelesaikan skripsi yang berjudul “Peran Pembimbing Asrama Putra Dalam Membentuk Karakter Islami Santri Pondok Pesantren Al-Amien