BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia sebagai hamba Allah SWT lahir ke dunia ini dalam keadaan suci
(fitrah),suci dari noda dan dosa. Namun setelah hidup dan berinteraksi dengan sesama makhluk dan lingkungan, maka sadar atau tidak manusia telah banyak
melakukan kesalahan sehingga mengakibatkan timbulnya dosa, baik dosa besar
maupun dosa kecil. Allah SWT telah memberikan perangkat akal dan nafsu agar
diginakan dengan sebaik-baiknya. Namun, tidak banyak orang yang
mengekspresikannya secara positif, bahkan justru malah kebalikannya. Tinjauan
penelitian penulis kali ini ditujukan langsung kepada santri yang akhir-akhir ini
mulai banyak perubahan drastis dari zaman ke zaman, yang dipikirkannya hanyalah
kesenangan-kesenangan semata saja.
Hilangnya kedekatan santri kepada ulama mengakibatkan banyak persoalan,
di antaranya persoalan kenakalan santri, kemerosotan moral, penyalah gunaan
obat-obatan terlarang serta banyaknya penyimpangan-penyimpangan perilaku lain bukan
lagi masalah baru, tetapi sudah menjadi sorotan bagi masyarakat dan masalah ini
sangat memprihatikan karena telah melanda santri atau remaja awal Indonesia
terutama dilingkungan pondok pesantren yang sangat memperihatikan dikarenakan
tidak adanya bimbingan dari orang tua maupun ulama-ulama yang sekarang semakin
berkurang populasinya.
pikir dan realitas bilang, tiap barang ciptaan, tentu ada penciptanya. Pencipta
makhluk, dalam bahasa arabnya: Al-Khaliq, dalam bahasa Indonesianya yang berarti:
khalik.1
Seperti yang tertera di atas, dapat disimpulkan bahwa manusia itu makhluk
sosial tidak bisa hidup sendiri, dan Allah SWT menjadi patokan terakhir ketika
masalah yang dialaminya dianggap sudah sangat berat baginya, dan mau tidak mau
manusia harus bergerak mencari dan menjadi yang terbaik. Jelas terlihat bahwa
manusia (masyarakat) Indonesia saat ini santri khususnya remaja dewasa awal sangat
haus akan bimbingan dan nasihat-nasihat seorang senior, kakak kelas, ulama (kiyai)
yang dipercaya dilingkungan tempat tinggal mereka berada.
Berdasarkan judul skripsi, penulis lebih memfokuskan diri pada Peran Biro
Pengasuhan Santri terhadap Permasalahan Santri di Pondok Pesantren Darunnajah,
dikarenakan dalam era globalisasi seperti saat ini, ada banyak sekali orang-orang
yang membutuhkan asupan-asupan tentang ilmu kerohanian.
Pondok Pesantren Darunnajah yang berdiri tepat di Jl. Ulujami Raya No.86
Kecamatan Pesanggrahan Kelurahan Ullujami Jakarta Selatan, telah banyak
menerima hampir 400 santri per tahunnya. Namun, yang menjadi alasan diambilnya
judul ini adalah banyaknya santri yang mengalami Homesick (penyakit rumah) lebih tepatnya (penyakit tidak betah).
1 Machfoeld, KI M.A,lsafat Da’wah-Ilmu Da’wah dan Penerapannya (Jakarta: Bulan Bintang,
Banyak santri yang masih belum mau menerima kenyataan bahwa mereka
nantinya bakal ditinggal oleh orang tuanya, mereka dititipkan dan dipercayakan
kepada Pondok Pesantren untuk menjaga dan mendidik serta dapat menjadikannya
orang yang lebih bisa mengenal dunia luar tannpa melupakan norma-norma yang ada
dalam islam. Bukan cuma itu saja yang mendorong penulis untuk mengkaji judul ini.
KH. Mahrus Amin selaku Pimpinan Pondok Pesantren di Darunnajah, dalam
kesehariannya selalu menyempatkan diri untuk berceramah diatas mimbar setelah
shalat ashar. Dalam ceramahnya itu KH. Mahrus Amin selalu mengajarkan apa arti
kebaikan dan bagaimana cara mencegah kemunkaran. Seringkali beliau berceramah
tentang hal itu. Namun disetiap ceramahnya itu, beliau tidak luput membahas dan
menggabungkan kegiatan sehari-hari yang dilakukan para santrinya.
Dalam Pondok Pesantren Darunnajah banyak terdapat ustad-ustad yang
masing-masing individu meiliki ilmu, pengalaman, dan kemampuan yang
berbeda-beda. Setiap ustadnya pun juga sering menasehati santri-santrinya ketika waktu luang,
dan kapanpun saat santri mulai merasa bosan atau penasaran dengan kurikulum
pendidikan dan kegiatan-kegiatan yang di adakan Pondok Pesantren setiap harinya.
Bukan hanya Pimpinan Pondok Pesantrennya dan ustad-ustadnya saja yang
menjadi teman curhat santri di pondok pesantren ini, para senior atau kakak kelas pun
juga bisa dijadikan teman atau orang yang lebih tua dan lebih berpengalaman dari
santri disini. Kakak kelas atau biasa dibilang mudabbir selaku pimpinan disetiap kamar atau rayon yang ditempati santri juga selalu menjadi incaran para santri-santri
agar santri ini bebas beralasan dan tidak ikut dalam kegiatan yang dimaksud.
Biro Pengasuhan Santri yang terdapat di dalam Pondok pesantren Darunnajah
ini di khususkan dan dibentuk untuk santri-santri yang masih sering mengingat
kampung halamannya, nakal, dan juga sulit dinasehati. Lembaga ini sudah dibentuk
sejak awal dibangunnya Pondok Pesantren ini sendiri. Jadi, penulis terdorong dan
ingin mengamati bagaimana peran dan sistem yang seperti apa yang digunakan para
pembimbing atau pengasuh dalam mengasuh dan membina spiritual santri di Pondok
Pesantren Darunnajah ini.
Bukankah sudah seharusnya bagi setiap muslim untuk benar-benar menyeru
kepada kebaikan dan mencegah kemunkaran (Amar Ma’ruf Nahi Munkar), terutama pemimpin dan pembimbing yang baik, karena memiliki kecakapan serta memiliki
kemampuan untuk mempengaruhi dan mengajak serta mengarahkan aktivitas
terhadap individu dan masyarakat dalam menangani masalah tersebut.
Dalam hal ini Allah SWT, menegaskan dalam firmannya:
Ma’ruf disini diartikan segala perbuatan yang mendekatkan kita kepada
Allah. Sedangkan munkar ialah segala perbuatan yang menjauhkan kita dari
pada-Nya.2
Berdasarkan uraian di atas, maka yang menjadi tugas dan kewajiban bagi
pembimbing agama adalah membina masyarakat, mengajak kepada kebaikan dan
membina manusia kejalan yang bdiridhoi noleh Allah SWT.
Dengan kata lain, dalam diri manusia telah tertanam benih yang disebut
instink agama (Instink Religious atau Nauralite Regional) yang menurut Al-Qur’an disebut kecenderungan kearah beragama (haniefan musliman) yang dikembangkan melalui pendidikan atau bimbingan yang cukup baik.
Sabda Nabi muhammad SAW, yang menjelaskan bahwa “… Setiap manusia dilahirkan diatas fitrahnya, dan orang-orang tuanyalah yang mendidiknya menjadi beragama Yahudi, Nasrani, atau Majusi. Akan tetapi bila orang tuanya beragama Islam, maka niscaya anaknya pun menjadi muslim”.3
Hadits di atas menjelaskan pengaruh bimbingan dan pembinaan yang dipandu
dengan pengaruh dasar yang disebut dengan fitrah. Fitrah tersebut dapat menjadikan
manusia itu hamba Allah yang mampu berjalan di dalam jalan yang benar dan dapat
bermasyarakat. Bimbingan dan pembinaan sangatlah berpengaruh terhadap
pembentukan kepribadian manusia. Dalam bimbingan dan pembinaan itu terdapat
norma-norma dan nilai-nilai yang mengatur tingkah laku manusia dalam masyarakat.
2
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Jakarta: Yayasan Penyelenggara
Penterjemah Al-Qur’an, 1971), hal.93
abnormal tergantung pada kesesuaian dengan aturan-aturan social yang ada atau
kesesuaian dengan norma-norma kebudayaan dari masyarakat.4
Dan jika bimbingan itu bear-benar dijalankan akan terjamin kebahagiaan dan
ketentraman batin dalam hidup ini. Bimbingan merupakan kegiatan yang bersumber
pada kehidupan manusia. Kenyataan menunjukkan manusia di dalam hidupnya silih
berganti menghadapi persoalan atau problem.5
B. Batasan dan Perumusan Masalah 1. Batasan Masalah
Berupa penjelasan hubungan atau korelasi tentang lembaga di Pondok
Pesantren Darunnajah dan teknik pendidikan, pengajaran, dan bimbingan
konseling antara ustad, pengurus dan santri
Sebagaimana telah diketahui, selama ini kegiatan bimbingan rohani
merupkan unsur utama dari Lembaga Biro Pengasuhan Santri dalam melakukan
suatu bimbingan.
Agar tidak terjadi kesalah pahaman dan pelebaran pembahasan maka
penulis mencoba membatasi permasalahan hanya pada “Peran Biro Pengasuhan Santri Terhadap Permasalahan Santri di Pondok Pesantren Darunnajah
4
H. M. Arifin, Psikologi Dakwah Suatu Pengantar Studi, (Jakarta: Bumi Aksara, 1999), Edisi 2,
cet. Ke-4, hal.123
5 Bimo Walgito, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, (Yogyakarta: Penerbit Andi Offset,
Ulujami Jakarta Selatan” khususnya santri yang baru masuk namun banyak dari mereka yang belum siap untuk di tinggal oleh orang tuanya, dan sampai akhirnya
mereka tidak betah, sering mengeluh, dan akan menghalalkan segala cara untuk
menghibur dirinya sendiri.
2. Perumusan Masalah
Setelah membatasi masalah di atas, maka perumusan masalah tersebut dapat
disimpulkan sebagai berikut:
a. Apa peran Biro Pengasuhan Santri di Pondok Pesantren Darunnajah?
b. Bagaimana harapan santri tentang peranan yang seharusnya dilakukan Biro
Pengasuhan Santri dalam mengatasi permasalahan santri di Pondok Pesantren
Darunnajah?
c. Apakah terdapat kesesuaian antara peranan lembaga Biro Pengasuhan Santri
dengan harapan santri Pondok Pesantren Darunnajah Ulujami?
C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah:
a. Untuk mengetahui fungsi dan cara pembimbing dalam memberikan motivasi
terhadap permasalahn santri di Pondok Pesantren Darunnajah.
b. Untuk mengetahui harapan santrit tentang diberikannya motivasi kepada
santri-santri yang bermasalah.
c. Untuk mengetahui terdapat kesesuaian antara peran pembimbing dalam
kondisi maupun kesesuaian antara peran pembimbing dengan harapan
masyarakat. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan evaluasi bagi
pembimbing dalam melakukan pengasuhan.
b. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi motivasi atau acuan bagi para
keluarga yang menitipkan dan mempercayakan anaknya kepada Pondok
Pesantren yang anak ini memiliki permasalahan agar dapat di bimbing dengan
baik.
D. Metodologi Penelitian 1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah
deskriptif, yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara terjun langsung untuk
meneliti sesuatu berupa informasi dan permasalahan santri, dimana peneliti
langsung ke lapangan (objek) penelitian untuk mengamati sesuatu. Dalam hal ini
mengenai Peran Biro Pengasuhan Santri (BPS) Terhadap Permasalahan Santri di
Pondok Pesantren Darunnajah Ulujami Jakarta Selatan.
2. Pendekatan Penelitian
Berupa penelitian kualitatif seperti wawancara, komunikasi konseling baik
yaitu penelitian yang menghasilkan data deskriptif, berupa kata-kata tertulis atau
lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.6 Dalam hal ini yang diteliti
adalah Peran Biro Pengasuhan Santri (BPS) Terhadap Permasalahan Santri di
Pondok Pesantren Darunnajah Ulujami Jakarta Selatan.
3. Tempat dan waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Pondok Pesantren Darunnajah Ulujami Jakarta
Selatan, yang ber alamat di Jl. Ulujami Raya No.86 Kecamatan Pesanggrahan
Kelurahan Ulujami Jakarta Selatan. Adapun waktu penelitian dimulai dari tanggal
28 mei 2010 s/d 8 desember 2010.
4. Subjek dan Objek Penelitian
Adapun subjek penelitian adalah konselor (ketua dan wakil Biro
Pengasuhan Santri) yang lebih sering terlihat dan terlibat langsung dalam
memberikan motivasi terhadap permasalahan santri yang juga terlibat dalam
proses konseling tersebut. Kemudian objeknya yaitu peran pembimbing dalam
memberikan motivasi kepada seluruh santri yang dikira kurang bersemangat,
nakal ataupun mengalami kesulitan dalam belajar.
5. Metode Penelitian
Dalam penelitian kualitatif, metode yang digunakan adalah metode
observasi, yaitu aktivitas pengamatan meliputi kegiatan pemusatan perhatian
terhadap suatu objek dengan menggunakan seluruh alat indera.
6 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung; PT. Remaja Rosdakarya, 2007),
6. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode observasi, maka
instrumen penelitiannya adalah peneliti itu sendiri karena ia menjadi segalanya
dan keseluruhan proses penelitian7.
Alat bantu dalam penelitian ini adalah catatan lapanga, handycam, dan pedoman
wawancara.
7. Teknik keabsahan Data
Teknik pemeriksaan keabsahan data dalam penelitian ini memiliki kriteria;
a. Kreadibilitas (derajat kepercayaan) dengan teknik triangulasi yaitu teknik
pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain, hal itu
dapat dicapai dengan jalan:
1) Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai
pendapat pandangan orang lain, dalam hal ini penulis membandingkan
jawaban yang diberikan oleh pembimbing dengan santri mengenai
pelaksanaan bimbingan dan konseling.
2) Membandingkan hasil wawancara dengan dokumen yang berkaitan.
b. Ketekunan atau keajegan pengamatan
Ketekunan pengamatan yakni, menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur
dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang
dicari kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci,
maksudnya peneliti hanya memusatkan dan mencari jawaban sesuai dengan
rumusan masalah saja.
8. Teknik Pengumpulan Data
Untuk pengumpulan data yang diperlukan dalam penelitian ini, penulis
menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:
a. Observasi, Dalam hal ini penulis mengamati dan memperhatikan secara
langsung, mencatat fenomena yang muncul, dan mempertimbangkan
hubungan antara aspek dan fenomena tersebut . Observasi dilakukan dengan
mengamati langsung ke Pondok Pesantren Darunnajah Ulujami Jakarta
Selatan untuk memeperoleh informasi sehingga data penelitian bisa
didapatkan.
b. Wawancara, yaitu dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk
memperoleh informasi. Peneliti melakukan wawancara kepada ketua dan
wakil Biro Pengasuhan Santri untuk memperoleh kelengkapan data,
sebelumnya penulis terlebih dahulu menyusun pertanyaan tentang
permasalahan yang berkaitan dengan objek peneliti sebagai pedoman
wawancara yang dijadikan acuan pada saat wawancara berlangsung. Teknik
ini dibantu dengan tape recorder untuk merekam hasil wawancara dan
9. Teknik Analisis Data
Dalam menganalisis data dari hasil observasi dan wawancara, penulis
menginterpretasikan catatan lapangan yang ada kemudian menyimpulkan,
setelah itu menganalisa kategori-kategori yang tampak pada data tersebut.
Dimana seluruh data yang penulis peroleh dari hasil pengamatan dan
wawancara, lebih dahulu penulis kelompokkan sesuai dengan persoalan yang
telah ditetapkan lalu menganalisanya secara sistematis.
E. Tinjauan Pustaka
Sebelumnya ada skripsi yang membahas mengenai permasalahan santri yang
telah dilakukan oleh mahasiswa terdahulu, untuk mengetahui materi penelitian
diuraikan sebagai berikut yaitu dengan Judul Skripsi, “Upaya Bimbingan Konseling dalam menumbuhkan Konsep Diri Anak yang Positif di Panti Asuhan Putera Asih Tangerang”, yang ditulis oleh Siti Muchlisoh Jurusan Bimbingan Penyuluhan Islam tahun 2006, dalam skripsi ini lebih ditekankan bagaimana upaya bimbingan dalam
menumbuhkan konsep diri yang positif pada anak asuh di Panti Asuhan Putera Asih
Tangerang.
Mariana Ulfah, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Jurusan Bimbingan Penyuluhan
Islam, yang menjelaskan tentang peran yang seharusnya dilakukan oleh seorang
konselor dalam upaya pembentukan konsep yang ada pada diri siswa khususnya kelas
II di SMK Muhammadiyah 09 Jakarta.
Adapun yang membedakan penelitian skripsi penulis dengan penelitian
sebelumnya adalah subjek dan objek penelitian. Yang menjadi subjek dalam penelitian
ini adalah pembimbing dan santri di Pondok Pesantren Darunnajah. Serta yang
menjadi objek penelitian ini adalah Peran Pembimbing di Lembaga Biro Pengasuhan
Santri terhadap Permasalahan Santri di Pondok Pesantren Darunnajah. Hal tersebut
dikarenakan penulis merasa perlu dilakukan suatu pengkajian dan penelitian mengenai
bentuk bimbingan lain yang memiliki nuansa yang berbeda dalam mengatasi
permasalahan santri.
F. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah dalam skripsi ini, maka penulis membuat sistematika
penulisan sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULAN
Terdiri dari latar belakang masalah, batasan dan perumusan
masalah,tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian, tinjauan
pustaka dan sistematika penulisan.
dan tujuan Penyuluhan, Pengertian santri, Pengertian Pesantren, elemen
pesantren, pengertian teori masalah, pengertian teori santri, serta
bentuk-bentuk Pondok Pesantren.
BAB III : GAMBARAN UMUM, meliputi
Profil lembaga Biro Pengasuhan Santri (BPS); Sejarah berdirinya,
Tujuan, Hasil Penelitian, Struktur Lembaga, serta Visi dan Misi
BAB IV : ANALISIS DAN TEMUAN LAPANGAN
Temuan analisa yang terdiri dari deskripsi klien dan pembimbing,
bagaimana cara pembimbing dalam memberikan motivasi pada santri,
harapan para santri dan kesesuaian antara cara pembimbing memberikan
motivasi dengan harapan para santri.
BAB V : PENUTUP
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Peran Pembimbing 1. Pengertian Peran
Dalam kamus besar bahasa Indonesia “peran adalah beberapa
tingkah laku yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan di
masyarakat dan harus dilaksanakan “.1
Sedangkan menurut Keliat, Peran adalah sikap dan perilaku nilai
serta tujuan yang diharapkan dari seseorang berdasarkan posisinya
dimasyarakat.2
Walaupun kedudukannya ini berbeda antara satu dengan yang
lainnya tersebut akan tetapi masing-masing dirinya berperan sesuai dengan
statusnya. Menurut Soerjano Soekanto, “peran dapat dikatakan sebagai
periaku individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat.3
Berbicara tentang peran, tentunya tidak dapat dipisahkan dengan
status (kedudukan) walaupun keduanya berbeda, akan tetapi saling
berhubungan erat antara satu dengan yang lainnya. Karena yang satu
tergantung pada yang lainnya beguitu juga sealiknya, maka peran
diibaratkan sebagai dua sisi mata uang yang berbeda, akan tetapi
1
Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:
Balai Pustaka, 1998), hal. 667 2
Salbiah, Konsep Diri, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatra Utara, hal. 6
3
Soejono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: Balai Pustaka, 1998), Cet, ke-1,
hal. 667
kelekatannya sangat berbeda sekali. Seseorang dapat dikatakan berperan
atau memiliki peran sikatakan seseorang tersebut mempunyai status dalam
masyarakat walaupun kedudukan ini berbeda antara satu orang dengan
orang lain, akan tetapi masing-masing dirinya memiliki peran yang sesuai
dengan statusnya.
2. Pengertian Bimbingan dan Penyuluhan
Kata penyuluhan selalu disertai dengan bimbingan, menjadi
bimbingan dan penyuluhan yaitu satu kesatuan istilah. Istilah bimbingan
dan penyuluhan adalah terjemahan dari “Guidance” penyuluhan adalah
suatu usaha dari suatu badan pemerintah maupun swasta untuk
meningkatkan kesadaran pemahaman, sikap, keterampilan warga
masyarakat yang berkenaan dengan hal yang tertentu, misalnya
“Penyuluhan Demam Berdarah dan Kebersihan Lingkungan” bermaksud
meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pemahaman, sikap dan
keterampilan warga masyarakat khususnya para warga masyarakat,
berkenaan dengan aspek lingkungan kebersihan dalam kehidupan tertentu.
Untuk memperoleh pengertian yang lebih jelas, berikut ini dikutip
sebuah definisi. Menurut Crow & crow (1960), seperti yang dikutip
Prayitno dan Erman Amti, Bimbingan adalah bantuan yang diberikan oleh
seseorang, laki-laki atau perempuan yang memiliki kepribadian yang
memadai dan terlatih dengan baik kepada individu-individu setiap usia
18
mengembangkan pandangan hidupnya sendiri, membuat keputusan sendiri
dan menanggung bebannya sendiri.4
Meskipun definisi deskriptif diatas menampakkan variasi yang
cukup mencolok, yang bersumber pada sudut pandang yang berbeda-beda,
namun terdapat juga sejumlah unsur yang menunjukkan kesamaan.
Perbedaan yang paling menonjol menyangkut sudut pandang, apakah
bimbingan terutama dilihat sebagai sikap dasar seseorang untuk
menawarkan jasanya untuk membantu orang lain; ataukah terutama di
pandang sebagai kumpulan sejumlah proses, prosedur, cara serta teknik
untuk memberikan pelayanan yang efisien dan efektif kepada orang lain.
Dengan demikian, dari pengertian di atas maka dapat di fahami
bahwa bimbingan ialah bantuan yang di berikan oleh seseorang kepada
orang lain dalam usaha untuk mengatasai kesulitan-kesulitan di dalam
kehidupannya dan menjadi lebih mampu untuk menghadapi masalah yang
akan dihadapi kelak, sehingga tercapai kesejahteraan atau kebahagiaan
dalam hidupnya.
Dapat diambil kesimpulan bahwa dalam proses bimbingan,
pembimbing secara praktis lebih banyak memberikan pengarahan, nasihat
kepada yang dibimbing, maka pembimbing bersikap aktif sedangkan yang
terbimbing bersifat pasif. Rumusan bimbingan pada umumnya mencakup
beberapa hal dalam prosesnya, antara lain:
4
Prayitno dan Erman Amti, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Rineka
a. Bimbingan diberikan kepada individu atau kelompok dan
mempersiapkan individu atau kelompok untuk dapat memahami suatu
proses.
b. Bimbingan menyiapkan individu atau kelompok untuk dapat mencapai
suatu tujuan memberikan kesempatan untuk dapat kesempatan yang
lebih luas dalam pendidikan, pendewasaan, pemahaman dan kepekaan
diri pribadi.
c. Bimbingan adalah merupakan suatu usaha untuk dapat menyesuaikan
diri dengan lingkungan, sekolah dan kehidupan berusaha agar santri
memahami diri sendiri, secara teratur berstimulus dan sistematik.
d. Bimbingan menentukan dan mengarahkan diri sendiri.
e. Bimbingan berusaha agar santri berproses memperoleh pengalaman
yang berguna, dan memiliki kepribadian yang memadahi dan terlatih
dengan baik, melatih pribadi atau kelompok (klien) agar dapat
bertanggung jawab terhadap keputusan-keputusan yang dibuat.
Berdasarkan uraian di atas yang dimaksud dengan bimbingan
adalah proses pemberi bantuan yang dilakukan oleh seorang ahli kepada
seseorang atau beberapa orang individu baik anak-anak, remaja atau
dewasa agar orang-orang yang di bimbing dapat mengembangkan
20
individu dan sarana yang dapat dikembangkan berdasarkan norma-norma
yang berlaku.5
3. Fungsi Bimbingan Dan Penyuluhan
Fungsi bimbingan dapat di artikan sebagai suatu tertentu yang
mendukung atau memepunyai arti terhadap tujuan bimbingan. Dalam
hubungan ini bimbingan dan penyululuhan berfungsi sebagai pemberi
layanan kepada peserta didik agar masing-masing peserta didik
berkembang secara optimal, sehingga menjadi pribadi yang utuh dan
mandiri.
Bila ditinjau dari kegunaan atau manfaat, ataupun
keuntungan-keuntungan yang akan diperoleh melalui pelayanan bimbingan dan
penuluhan Islam, maka para ahli mengelompokkan fungsi-fungsi
bimbingan dan penyuluhan kepada lima fungsi pokok, yaitu:
a. Fungsi penyaluran adalah yang memberikan bantuan kepada santri
untuk mendapatkan lingkungan yang sesuai dengan keadaan dirinya.
b. Fungsi pengadaptasian adalah yang memberikan bantuan kepada
sekolah untuk menyesuaikan program pengajaran dengan diri santri.
c. Fungsi penyesuaian adalah yang memberikan bantuan kepada santri
untuk menyesuaikan diri terhadap lingkungan yang baru.
d. Fungsi perbaikan adalah yang member bantuan kepada santri untuk
memperbaiki kondisi yang di pandang kurang sesuai.
5
Prof Dr. H. Prayitno M.Sc ed dan Drs. Erman Amti, Program Bimbingan dan
e. Fungsi pengembangan adalah yang membantu santri untuk melampaui
proses perkembangan dan fase perkembangan secara wajar.6
4. Tujuan Bimbingan Dan Penyuluhan
Tujuan bimbingan merupakan penjabaran dari tujuan umum dan
telah banyak dirumuskan dalam definisi bimbingan, antara lain bimbingan
dinyatakan sebagai bantuan yang diberikan kepada individu agar individu
tersebut:
a. Mengerti dirinya dan lingkungannya.
b. Mampu memilih, memutuskan dan merencanakan hidupnya secara
bijaksana baik dalam bidang pendidikan, pekerjaan dan sosial pribadi.
c. Mengembangkan kemampuan dan kesanggupannya secara maksimal.
d. Mencegah masalah yang di hadapi secara bijaksana. Bantuan ini
termasuk untuk mencegah kebiasaan-kebiasaan buruk yang menjadi
sumber masalah.
e. Mengelola aktifitas kehidupannya, mengembangkan sudut
pandangnya, dan mengambil keputusan serta mempertanggung
jawabkannya.
f. Memahami dan mengarahkan diri dalam bertindak serta bersikap
sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungannya.7
6
M. Arifin, Pengantar bimbingan dan konseling Buku Panduan Mahasiswa, (Jakarta;
Pren Halindo), cet. Ke-1, ha. 45 7
22
B. Pesantren Dan Permasalahan Santri 1. Pengertian Pesantren
Menurut Clifford Geertz yang dikutip oleh Yasmadi, Pesantren bila
dirunut dari bentuk kata, berasal dari kata Santri dengan diapit awalan pe-
dan akhiran –an ini mengindikasikan Pesantren sebagai tempat tinggal
para santri.8 Sedangakan kata “santri”, menurut Nurcholis Madjid kata
santri ini bisa dilihat dari dua pendapat.9 Pertama, pendapat yang yang
mengatakan bahwa santri berasal dari perkataan sastri, sebuah kata dari
bahasa sansakerta yang artinya melek huruf. Pendapat ini didasarkan pada
kaum santri adalah kelas literary bagi orang jawa yang berusaha
mendalami agama melalui kitab-kitab bertulisan dan berbahasa arab.
Sedangkan menurut Zamakhsyari Dhofier, kata santri berasal dari bahasa
India yang berarti orang-orang yang tahu buku-buku suci agama Hindu,10
atau seorang sarjana ahli kitab suci agama Hindu. Atau secara umum dapat
diartikan buku-buku suci agama atau buku tentang pengetahuan umum.
Kedua, pendapat yang menyatakan bahwa perkataan santri
sesungguhnya berasal dari bahasa jawa, dari kata “cantrik”, berarti
8
Clifford Geertz, Abangan Santri, Priyayi Dalam Pandangan Masyarakat Jawa, terj.
Aswab Mahasin (judul asli ; The Religion of Java), cet. Ke-2, (Jakarta: Dunia Pustaka Jaya, 1983), hal. 268
9
Nurcholis Madjid, Bilik-bilik Pesantren, Sebuah Potret Perjalanan, Cet. Ke-1, (Jakarta:
Paramadina, 1997)hal.19-20 10
Zamakhsyarai Dhofier, Tradisi Pesantren, Studi tentang Pandangan kiyai, cet. Ke-6
seseorang yang selalu mengikuti seorang guru kemana guru ini pergi
menetap.11
Di Indonesia sebutan Pesantren lebih popular disebut Pondok
Pesantren, berbeda dengan Pesantren, Pondok berasal dari bahasa arab
yaitu Funduq, yang berarti asrama, rumah dan tempat tinggal sederhana.12
Dari pengertian terminologi Pesantren secara historis kultural
lahir dari budaya Indonesia. Menurut Nurcholis Madjid Pesantren tidak
hanya mengandung makna keislaman, namun juga mengandung makna
keaslian Indonesia. Sebab, cikal bakal Pesantren sudah ada sejak masa
hindu-budha, dan Islam datang dan tinggal meneruskan. Melestaraikan,
dan mengIslamkannya. 13
Pesantren disamping sebuah asrama atau tempat tinggal santri,
juga menjadi sebuah lembaga pengembangan studi ke Islaman, diman
banyak ilmu agama baik dibidang Fiqih, nahwu, sharaf dan ilmu lainnya di
kaji dan didalami pemahamannya untuk kemudian di bawa pada
masyarakat melalui santrinya sebagai duta pesantren. Hal ini menjadi nilai
tambah bagi keberadaan Pesantren ditengah semakin berkembangnya
dunia pendidikan di Indonesia.
11
Yasmadi, Modernisasi Pesantren; Kritik Nurcholis Madjid Terhadap Pendidikan Islam
Tradisional, (Jakarta: PT Ciputat Press, 2005) Cet. Ke-2 12
Hasbullah, SejarahPendidikan Islam di Indonesia; Lintasan sejarah Pertumbuhan dan
Perkembangan, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1996), h. 138 13
Yasmadi, Modernisasi Pesantren; Kritik Nurcholis Madjid Terhadap Pendidikan Islam
24
2. Elemen Pesantren
Pesantren sebagai lembaga pendidikan, memiliki elemen yang
tidak bisa dipisahkan satu dengan yang lainnya. Adapun elemen dari
Pesantren tersebut meliputi kiyai, santri, Pondok, masjid dan pengajaran
kitab-kitab klasik atau sering disebut kitab kuning.14
M. Arifin mengklasifikasikan perangkat Pesantren meliputi pelaku
Pesantren seperti Kiyai, santri. Perangkat keras Pesantren meliputi asrama,
Pondok, Masjid dan sebagainya. Dan perangkat lunak lainnya seperti
tujuan, kurikulum, metode pengajaran, evaluasi dan alat-alat penunjang
pendidikan lainnya.15
Adapun mengenai elemen Pesantren yang disebutkan diatas, akan
dibicarakan sebagai berikut :
a. Kiayi
Kiayi atau pengasuh Pondok Pesantren merupakan elemen
yang sangat esensial bagi suatu pesantren. Rata-rata Pesantren di Jawa
dan Madura menjadi sosok yang sangat berpengaruh, kharismatik, dan
berwibawa, sehingga amat disegani oleh masyarakat dilingkungan
Pesantren. Disamping itu, Kiayi Pondok Pesantren biasanya juga
sekaligus sebagai pendiri dari pesantren yang bersangkutan. Oleh
karena itu sangat relevan jika dalam perkembangannya, Kiayi menjadi
sosok yang sangat berperan penting bagi Pesantren.
14
Amin Haedari, Abdullah Hanif dkk. Masa depan Pessantren. Dalam tantangan modernitas dan tantangan kompleksitas global.(Jakarta: IRD PRESS.2004) Cet. Ke-1
15
Menurut Zamakhsyari Dhofier, dalam bukunya yang berjudul
tentang Tradisi Pesantren: Study Tentang Pandangan Hidup Kiyai,
perkataan kiyai dalam bahasa Jawa dipakai untuk tiga jenis gelar yang
berbeda. Pertama sebagai gelar kehormatan bagi barang-barang yang
dianggap saktidan kramat. Misalnya Kiyai Garuda Kencana dipakai
untuk sebutan Kereta Emas yang ada di Kraton Yogyakarta. Kedua
sebagai gelar kehormatan bagi orang-orang tua pada umumnya.
Ketiga, sebagai gelar yang diberikan oleh masyarakat kepada seorang
ahli agamaIslam yang memiliki atau menjadi Pemimpin
Pesantren.dalam hal ini pengertian ketiga disebut sebagai acuan bagi
pengertian kiayi yakni sebagai apresiasi masyarakat kepada seorang
Pimpinan Pesantren16.
b. Pondok
Sesuai dengan pengertian Pondok Pesantren yang telah
dikemukakan di awal. Pondok bisa didefinisikan sebagai asrama atau
tempat tinggal para santri, sarana yang berada di sekitar komplek
Pesantren, seperti rumah kiayai, tempat pengajian, dan ruang bagi
keiatan agama lain yang dipergunakan oleh pihak Pesantren. Pondok
kemudian menjadi sebuah ciri khas bagi Pesantren yang
membedakannya dengan sistem pendidikan lainnya.
Pondok menjadi rumah bagi santri, untuk kalangan
Pesantren tradisional, pondok atau bale (asrama) tidak hanya berfungsi
16
Zamakhsyarai Dhofier, Tradisi Pesantren, Studi tentang Pandangan kiyai, cet. Ke-1
26
sebagai tempat untuk tidur bagi santri namun juga digunakan sebagai
tempat memasak dan mengaji sesam santri. Berbeda dengan Pesantren
modern yang menggunakan Pondok hanya untuk tempat tidur, karena
kegiatan makan diberikan fasilitas kantin.
c. Masjid
Masjid pada masa nabi menjadi pusat kegiatan agama, maka
dalm hal ini Pesantren yang diasuh oleh kiayai yang menurut sistem
yang dilakukan Nabi menjadikan masjid sebagai tempat pusat
kegiatan, beberapa kegiatan kajian agama seperti pengajian,
sehubungan dengan itu pula umat Islam dimanapuh berada selalu
menjadikan masjid sebagai pusat kegiatan mereka khususnya yang
berkaitan dengan agama misalnya untuk perkumpulan, kajian,
musyawarah dan lainnya.
d. Santri
Santri adalah siswa dari sebuah Pondok Pesantren, seperti
telah dibahas diawal pembahasan. Pada umumnya santri terbagi ke
dalam dua kategori. Pertama , santri mukim, yaitu murid-murid yang
berasal dari daerah yang jauh dari Pesantren dan menetap di Pesantren.
Tradisi bagi santri yang telah lama atu lebih senior, biasanya memikul
tanggung jawab mengajar santri junior tentang kitab menengah dan
dasar, tentunya setelah ditunjuk oleh pihak pengurus bahkan Kiayi
yang bersangkutan.kedua, santri kalong, yaitu para santri yang berasal
Mereka tidak menetap di Pesantren mereka berada
dipesantren hanya bila ada tugas pesantren atau kegiatan pesantren
saja. Apabila sebuah Pondok Pesantren memiliki santri mukim lebih
banyak, maka Pesantren tersebut dikategorikan Pesantren besar.17
e. Pengajaran Kitab Kuning
Pesantren sebagai lembaga pendidkan Islam tradisional,
telah mengajarkan kitab-kitab klasik, khususnya kitab-kitab karangan
madzhab Syafi’iyah. Pengajaran kitab-kitab kuning berbahasa arab
tanpa syakal stau sering disebut kitab Gundul.kitab kuning ini
satu-satunya metode yang secara formal diajarkan dalam komunitas
Pesantren di Indonesia.
3. Bentuk-bentuk Pesantren
Pesantren sebagai salah satu lembaga pendidikan tradisional dalam
perkembangannya dikelompokan menjadi beberapa bentuk. Pembagian ini
berdasarkan karakteristik pengajaran dan penyampaian yang dilaksanakan
oleh Pondok Pesantren tersebut.
Dalam penyelenggaraan system pengajaran dan pembinaannya
Pondok Pesantren dewasa ini dapat digolongkan kepada tiga bentuk, yaitu:
a. Pondok Pesantren Tradisional.
Pondok Pesantren tradisional adalah lembaga penddikan dan
pengajaran agama Islam yang pada umumnya pendidikan dan
pengajaran tersebut diberikan dengan cara non klasikal (system
17
Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren: Studi Tentang Pandangan Hidup
28
bandongan dan sorogan) dimana seorang kiayi mengajar santri-santri
berdasarkan kitab-kitab yang ditulis dalam bahasa araboleh
ulama-ulama besar sejak abad pertengahan, sedangkan santri biasanya tinggal
didalam Pondok atau asrama dalam Pesantren tersbut.
Pesantren model ini masih memegang teguh penyampaian
dengan pola tradisional dalam mengajarkan nilai-nilai Islam. Cara-cara
yang digunakan telah turun temurun dipraktekan. Ilmu yang dipelajari
umumnya sama disemua pesantren model ini, demikian juga kitb yang
dikaji, perbedaan hanya terletak pada kadar ilmu yang dimiliki oleh
kiayi pada tiap pesantren.18 Ciri lain dari pesantren model ini adalah
kemutlakan kiayi sebagai pemegang kekuasaan dan penentu kepuusan
dan menejemen pun biasanya menggunakan menejemen keluarga, hal
seperti ini bisa saja terjadi pada pesantren model lain.
b. Pondok Pesantren Tradisional Modern.
Pesantren model ini adalah lembaga pendidikan dan pengajaran
agama Islam yang menggabungkan system madrasi (klasikal)19 yang
mengarah kepada system atau pola modern dari segi pengajaran dan
penyampaiannya. Ciri pesantren model ini adalah peran seorang kiayi
tidak mutlak lagi, akan tetapi telah ada pembagian tugas diantara
pengasuh atau pembinanya.
Dari segi pengajarannya disamping menggunakan cara-cara
tradisional (system sorogan, bandongan atau wetonan) juga memakai
18
Sudjuko Prasadjo, Profil Pesantren, (Jakarta: P3M, 1982), h. 90
19
sistem modern (sistem pembagian kelas) dengan menggunakan
tingkatan-tingkatan kemampuan santri. Pesantren ini juga mengadakan
kegitan pendidikan formal untuk memberikan keseimbangan antara
tuntunan duniawi dan ukhrowi.
c. Pondok Pesantren Modern.
Pondok Pesantren Darunnajah yang penulis teliti termasuk
didalam Pondok Pesantren Modern, Pesantren modern adalah
pesantren yang menggunakan sistem modern (baru) dari segi dan
pengajaran materinya. Cirri-ciri pesantren ini adalah:
1) Memakai cara diskusi dan Tanya jawab dalam setiap penyampaian
materinya.20
2) Adanya pendidikan kemasyarakatan, segenap pelajar berlatih
memperhatikan dan mengerjakan hal-hal yang nantinya akan
dialami oleh mereka dalam masyarakat ketika mereka berbaur
dengan masyarakat, mengenai hal-hal yang nanti akan dijumpai
Masyarakatmengenai pelajaran mereka.21
3) Adanya organisasi pelajar yang mengatur aktivitas mereka, segala
sesuatu mengenai kehidupan mereka diatur dan
diselenggarakansendiri oleh mereka dengan cara demokrasi,
gotong royong dan dalam suasana ukhuwah yang dalam, tapi itu
20
J. L. Mursell, Succesful Teaching, disusun oleh Nasution M.A, “Mengajar Dengan
Khusus” (Bandung: I Jemmars, tth), h. 28 21
30
juga tidak terlepas dari bimbingan dan pengawasan
pengasuh-pengasuh atau Pembina-pembinanya.22
4) Adanya organisasi pelajar yang bertanggung jawab atas segala
sesuatu yang berhubungan dengan kehidupan dan kegiatan
sehari-hari, tata tertib, disiplin. Masing-masing dapat mengutarakan
pendapat dan melakukan kegiatan kesiswaan yang terikat dengan
system pendidikan dan pengajaran yang telah ditetapkan.
Adapun peran dan fungsi Pondok Pesantren sendiri
berkembang dari masa ke masa. Pada taraf yang paling awal, Pondok
Pesantren ternyata tidak hanya berfungsi sebagai lembaga pendidikan
namun juga menjadi pusat penyiaran agama Islam.
Sebagai lembaga pendidikan pondok pesantren
menyelenggarakan pendidikan keagamaan, pada perkembangan
selanjutnya pendidikan pondok pesantren membuka lembaga
pendidikan formal, baik yang berafiliasi dengan pendidikan agama
maupun dengan pendidikan umum, atau sekuler.23
4. Permasalahan Santri
Adapun yang menjadi salah satu permasalahan santri disini dan
penyebabnya jika dilihat dari Kegiatan dan kebiasaan-kebiasaan santri
adalah:
22
ibid, hal. 932 23
Anas Madhuri, Pesantren dan Pengembangan Ekonomi Ummat (Surabaya: Departemen
a. Pola hidup yang berbeda dengan dirumah, santri memerlukan waktu
untuk beradaptasi.
b. Santri belum mendapatkan teman yang cocok.
c. Santri belum mempunyai jiwa yang mandiri.
d. Orang tua belum sepenuhnya ikhlas menitip dan mempercayakan
BAB III
GAMBARAN UMUM PONDOK PESANTREN DARUNNAJAH
ULUJAMI JAKARTA SELATAN DAN BIRO PENGASUHAN
SANTRI
A. Gambaran Umum Pondok Pesantren Darunnajah Ulujami Jakarta Selatan
1. Struktur
Nama Pesantren : Pondok Pesantren Darunnajah
Waqif : 1). K.H. Abdul Manaf Mukhayyar (Alm.)
2). Hj. Tsurayya (Almh.)
Pendiri : 1). KH. Abdul Manaf Mukhayyar (Alm.)
2). Drs. H. Komaruzzaman
3). Drs. KH. Mahrus Amin
Penyelenggara : Yayasan Darunnajah
Ketua Umum : H. Syaefuddin Arief, SH., MH
Tahun Berdiri : 1 April 1974
Pimpinan : 1). KH. Mahrus Amin
2). Drs. KH. Sofwan Manaf, M.Si.
Jumlah Santri : 3.240 Santri
Jumlah Ustadz/Guru : 389 Guru
Alamat : Jl. Ulujami Raya 86, Kel. Ulujami, Kec. Pesanggrahan, Jakarta
Selatan 12250
Telp : 021-7350187 (hunting)
Fax : 021-73880158, 021-73886529
Website : www.darunnajah.com
E-mail : sekretaris.darunnajah@gmail.com1
2. Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Darunnajah a. Periode Cikal Bakal (1942-1960)
Pada tahun 1942 K.H. Abdul Manaf Mukhayyar mempunyai
sekolah Madrasah Al-Islamiyah di Petunduhan Palmerah. Tahun 1959
tanah dan madrasah tersebut digusur untuk perluasan komplek
Perkampungan Olah Raga Sea Games, yang sekarang dikenal dengan
komplek Olah Raga Senayan. Untuk melanjutkan cita-citanya, maka
diusahakanlah tanah di Ulujami.
Tahun 1960, didirikan Yayasan Kesejahteraan Masyarakat
Islam (YKMI), dengan tujuan agar di atas tanah tersebut didirikan
pesantren. Periode inilah yang disebut dengan periode cikal bakal,
sebagai modal pertama berdirinya Pondok Pesantren Darunnajah.
b. Periode Rintisan (1961-1973)
Pada tahun 1961 K.H. Abdul Manaf membangun gedung
madrasah enam lokal di atas tanah wakaf. Ide mendirikan pesantren
didukung oleh H. Kamaruzzaman yang saat itu sedang menyelesaikan
kuliahnya di Yogyakarta. Untuk pengelolaan pendidikan diserahkan
1
Buletin Darunnajah, Media Informasi Tahunan Edisi XXIV, Juni 2010. Penerbit: Pondok
34
kepada Ust. Mahrus Amin, alumnus KMI Gontor yang mulai menetap
di Jakarta pada tanggal 2 Februari 1961.
Karena banyaknya rintangan dan hambatan, maka pendidikan
belum bisa dilaksanakan di Ulujami, tetapi dilaksanakan di
Pertukangan bersama beberapa tokoh masyarakat, diantarannya Ust.
Abdillah Amin dan H. Ghozali, berkerjasama dengan YKMI, tanggal 1
Agustus 1961, Ust. Mahrus Amin mulai membina madrasah Ibtidaiyah
Darunnajah dengan jumlah siswa sebanyak 75 orang dan tahun 1964
membuka Tsanawiyah dan TK Darunnajah.
Tahun 1970 ada usaha memindahkan pesantren ke Petukangan,
tapi mengalami kegagalan. Dan usaha merintis pesantren pernah pula
dicoba dengan menampung kurang lebih 9 anak dari Ulujami dan
Petukangan, yakni antara tahun 1963-1964. Dan tahun 1972
menampung kurang lebih 15 anak di Petukangan, namun kedua usaha
itu didak dapat dilanjutkan dengan berbagai kesulitan yang timbul.
Para periode ini, meskipun pesantren yang diharapkan belum
terwujud, tetapi dengan usaha-usaha tersebut, Yayasan telah berhasil
mempertahankan tanah wakaf di Ulujami dari berbagai rongrongan,
antara lain BTI PKI saat itu.
c. Periode Pembinaan dan Penataan (1974-1987)
Pada tanggal 1 April 1974, dicobalah untuk ke sekian kalinya
mendirikan Pesantren Darunnajah di Ulujami. Mula-mula Pesantren
ke Ulujami untuk meramaikannya. Baru pada tahun 1976, Madrasah
Tsanawiyah Pertukangan dibuka kembali dan secara berangsur,
Pesantren Darunnajah Ulujami hanya menerima anak yang mukim
saja, kecuali anak ulujami yang boleh pulang pergi.
Bangunan yang pertama di dirikan adalah masjid dengan
ukuran 11 X 11 m2 dan beberapa lokal asrama. Mesekipun
bangunanya sederhana, namun sudah sesuai dengan master plan yang
dibuat oleh Ir. Ery Chayadipura. Pada awal pembangunannya, seluruh
santri selalu dilibatkan untuk membantu kerja bakti.
Pada periode inilah mulai ditata kehidupan di Pesantren
Darunnajah dengan sunnah-sunnahnya.
1) Aktivitas santri dan kegiatan pesantren disesuaikan dengan jadwal
waktu sholat.
2) Menggali dana dari pesantren sendiri untuk lebih mandiri.
3) Meningkatkan mutu pendidikan dan pengajaran, dengan dibentuk
Lembaga Ilmu Al-Qur’an (LIQ), Lembaga Bahasa Arab dan
Inggris dan Lembaga Da’wah dan Pengembangan Masyarakat
(LDPM).
4) Beasiswa Ashabunnajah (kelompok santri penerima beasiswa
selama belajar di Darunnajah) untuk kader-kader Darunnajah.
d. Periode Pengembangan (1987-1993)
Darunnajah mulai melebarkan misi dan cita-citanya,
36
dan bercita-cita membangun seratus Pondok Pesantren Modern. Masa
inilah, saat memancarkan pancuran kesejukan ke penjuru-penjuru yang
memerlukan. Sampai dengan tahun 2004, Pesantren Darunnajah Group
telah berjumlah 41.
e. Periode Dewan Nazir (1994-sekarang)
Perjalanan sejarah Pesantren Darunnajah yang relatif lama telah
menuntut peraturan kesempurnaan untuk menjadi lembaga yang baik.
Belajar dari perjalanan pondok pesantren di Indonesia dan melihat
keberhasilan lembaga Universitas Al-Azhar Cairo Mesir, yang telah
berumur lebih 1000 tahun lamanya, Yayasan Darunnajah yang
memayungi segala kebijakan yang telah berjalan selama ini, berusaha
merapihkan dan meremajakan pengurus yayasan.
Dengan niat yang tulus dan ikhlas, maka wakif tanah di
Ulujami Jakarta K.H.Abdul Manaf Mukhayyar, Drs.K.H. Mahrus
Amin, dan Drs.H. Kamaruzzaman Muslim yang ketiganya
mengatasnamakan para dermawan untuk wakaf tanah di Cipining
Bogor seluas 70 ha, mengikrarkan wakaf kembali di hadapan para
ulama dan umara dalam acara nasional di Darunnajah pada tanggal 7
Oktober 1994.
Dalam acara tersebut wakif menguraikan niat dan cita-citanya
mendirikan lembaga ini diatas sebuah piagam wakaf yang
Pengurus Harian Yayasan Darunnajah yang disaksikan oleh para tokoh
masyarakat dan ormas di Indonesia.
Ditahun 2007, Pesantren Darunnajah memiliki 11 cabang
pesantren di berbagai tempat; Jakarta, Bogor, Serang, Bengkulu,
Kalimantan Timur. dengan luas asset 318 ha.2
3. Visi dan Misi Pondok Pesantren Darunnajah a. Visi
1) Mencetak manusi yang bermuttafaqah fiddin untuk menjadi kader
pemimpin ummat atau Bangsa.
2) Mendidiki kader-kader ummat dan bangsa yang bertafaqoh fiddin,
para ulama’, zuama’, dan aghniya’; cendikiawan muslim yang
bertaqwa, berakhlak mulia, berpengetahuan luas, jasmani yang sehat,
terampil dan ulet.
b. Misi
1) Mencetak manusia yang;
a) Beriman dan bertaqwa g) Mampu bersaing
b) Berakhlak mulia h) Kritis
c) Berpengetahuan Luas i) Problem solver
d) Sehat dan kuat j) Jujur
e) Terampil dan ulet k) Komunikatif, dan
f) Mandiri l) Berjiwa juang.
38
2) Merintis dan memplopori berdirinya Pondok Pesantren di seluruh
Indonesia sebagai lembaga sosial keagamaan yang bergerak
dibidang pendidikan dan dakwah.3
4. Organisasi Kelembagaan
Untuk menyelenggarakan Pondok Pesantren Darunnajah
dimandatkan sepenuhnya kepada Pimpinana Pesantren. Dalam
melaksanakan tugas-tugas operasionalnya, pimpinan pesantren dibantu
oleh lima Biro:
a. Biro Pendidikan, membawahi;
Kelompok Bermain, Taman Kanak-kanak (TK), Taman
Pendidikan Al-Qur’an (TPA-TKA), Sekolah Dasar Islam (SDI),
Tarbiyatul Mu’Allimin wal Mu’allimat Al Islamiyah (MTs, MAK, dan
SMA), Lembaga Bahasa (LB), Perpustakaan dan Laboratorium,
Lembaga Ilmu Al-Qur’an (LIQ), dan Darunnajah Computer Center.
b. Biro Administrasi, Keuangan dan Usaha, membawahi;
Keuangan, Kesekretariatan, Publikasi dan Dokumentasi,
Bidang-bidang Usaha Darunnajah, dan Biro Pengasuhan Santri,
membawahi; Organisasi Santri, Keamanan Pesantren, Bimbingan dan
Konseling, Musyrif, Bagian Bahasa, dan Marching Band Putri
Darunnajah.
c. Biro Rumah Tangga, membawahi;
Bagian Kesehatan, Bagian Kesejahteraan, Bagian
Perawatan, Bagian Kebersihan, Bagian Pembangunan, Bagian Dapur
Umum, dan Bagian Listrik dan Air
d. Biro Kemasyarakatan, mengelola;
Lembaga Dakwah dan Pengembangan Masyarakat(LDPM),
Peringatan hari-hari besar Islam, Ashabunnajah dan Alumni, Ta’mir
Masjid, dan Protokol Pesantren.
5. Program Pesantren
Untuk mewujudkan cita-cita dalam pembangunan dakwah dan
menjaga kelangsungan pesantren, sejak awal telah dirancang pedoman
kerja yang terdiri atas lima program.
a. Peningkatan Mutu Pendidikan
1) Memantapkan/ menyempurnakan kurikulum
2) Memasukkan pelajran kitab-kitab kuning pada jam formal
b. Pembangunan Fisik
1) Memperbaiki dan merawat gedung yang sudah ada
2) Membangun gedung permanent
c. Penggalian dan pengembangan dana
Membuat badan-badan usaha untuk menunjang biaya operasional
pesantren dan kesejahteraan guru, yang saat ini telah terbentuk 53 unit
40
d. Pengkaderan dan penempatan
Untuk menjaga kelangsungan dan memajukan pesantren pada
masa yang akan datang, lembaga berusaha mempersiapkan
kader-kader pesantren dengan meningkatkan sumber daya manusia dengan
melanjutkan pendidikan diluar negeri maupun didalam negeri dengan
program diploma, S1, S2, S3.dari; Keluarga pendiri pesantren,
Guru-guru pesantren, Penerima beasiswa ashabunnajah, dan Alumni.
Kader-kader disiapkan untuk mengabdi di cabang-cabang
Darunnajah sebagai tenaga pendidik, tenaga administrasi dan pimpinan
pesantren.
e. Pengembangan Masyarakat
Telah dilakukan berbagai pendekatan, baik dengan pembinan
ekonomi, sosial, keagamaan, hal ini dilakukan supaya masyarakat
dapat merasakan manfaat atas keberadaan pesantren.4
7. Prestasi
Prestasi yang pernah diraih 3 tahun terakhir oleh TMI Darunnajah:
a. Tahun 2001 Juara I JAGO Pramuka Penggalang se Jakarta Selatan
b. Juara I Pramuka Yel Regu PUMA se Jakarta Selatan
c. Juara I Prestasi tinggi regu Jago Lt V se Indonesia
d. Pelopor PORSENI PESANTREN se Jawa dan Bali.
e. Juara I Marching Band se Jabotabek.
f. Juara I, Wide Game penggalang se DKI Jakarta
g. Mengikuti Jamboree Pandu Dunia di Tanpin Malaysia sebagai utusan
RI.
h. Mewakali Pemda DKI dalam Lomba Tapak Suci se Jawa dan Bali II
i. Akreditasi dan pengakuan LPK (lembaga Pendidikan Komputer) oleh
Dep. Tenaga Kerja RI5
8. Sarana dan Prasarana
Masjid, Gedung Permanen, Ruang Kelas, Laboratorium IPA,
Laboratorium Bahasa, Laboratorium Komputer, Perpustakaan, Balai
Pengobatan, Sarana Olahraga;berupa: Lapangan Basket, Volly, Renang
Indoor, Bulu Tangkis, Futsal dll, Koperasi Sekolah; Alfa Mart dan Smesco
Mart, Kantin, Asrama, Laundry , Kolam Renang Indoor (Putra dan Putri
dibagi waktu), dan Warnet.
9. Ekstra Kurikuler
Komputer, Pramuka, Muhadharah (Latihan Berpidato), Marching
Band, Seni Bela Diri, Tilawah dan Tahfidz Al – Quran, Praktik
Pengabdian Masyarakat, Latihan Dasar Kepemimpinan , Kursus Bahasa
Inggris, Praktik Mengajar, Kesenian dan Keterampilan, Keorganisasian,
Olahraga, Studi Tour, Pertukaran Pelajar, Kaligrafi (Ikatan Kaligrafi
Darunnajah), Kursus Jurnalistik, Renang Indoor, Video Conference, dan
Workshop.
42
B. Gambaran Umum Biro Pengasuhan Santri 1. Sejarah Berdirinya Biro Pengasuhan Santri
Biro Pengasuhan Santri adalah sebuah Lembaga dibawah naungan
Pondok Pesantren Darunnajah. Tugas utama Biro Pengasuhan Santri
adalah membantu Pimpinan Pondok Pesantren dalam mengatur pola piker
dan aktifitas kehidupan santri diluar jam sekolah santri di tarbiyatul
Mu’allimin wal Mu’allimat Al-Islamiyah (TMI) Darunnajah, mulai dari
bangun tidur sampai tidur kembali. Pada dasarnya tugas Pengasuhan Santri
dapat digolongkan menjadi tiga hal,yakni; sebagai Pembina Organisasi
santri Darunnajah (OSDN), sebagai Pembina Disiplin santri secara
menyeluruh, sebagai pembimbing dan penyuluh santri. Pada dasarnya
tugas Pengasuhan Santri dapat digolongkan menjadi tiga hal,yakni;
a. Sebagai Pembina Organisasi santri Darunnajah (OSDN)
b. Sebagai Pembina Disiplin santri secara menyeluruh
c. Sebagai pembimbing dan penyuluh santri
Kehidupan santri di Pondok Pesantren Darunnajah yang mukim
selama 24 jam tidak lepas dari disiplin, maka pengasuhan santrilah yang
menjadi pengendalian disiplin seluruh santri, baik secara langsung maupun
tidak langsung melalui pengurus OSDN. Dalam menegakkan disiplin
santri lembaga ini lebih menekankan kepada kesadaran prefentif dan
meminimalisasi hukuman fisik. Dengan demikian, jalannya disiplin santri
Dalam rangka meningkatkan pelayanan dan perhatian secara
pembinaan terhadap santri dan wali santri, tentu diperlukan pembenahan
dan pembaharuan diberbagai segi, baik dari segi penempatan santri di
asrama, pengawasan, peningkatan sarana dan prasarananya. Khusus untuk
santri senior kelas enam TMI mendapat perhatian tersendiri dikalangan
pengasuhan dengan dibentuknya komisi yang membahas pembinaan kelas
enam dalam rapat pengasuhan.
Tidak kalah pentingnya pembaharuan dijajaran kantor pengasuhan,
yaitu dengan upaya-upaya perbaikan di ketata usahaan mulai dari
peningkatan SDM staf-stafnya dan komputerisasi pendataan santri dan
lain-lainnya.
2. Kewajiban Dan Tanggung Jawab a. Mengontrol jalannya disiplin
b. Menempati kamar dirayon yang telah ditentukan
c. Mengikuti sholat berjamaah di masjid
d. Mengikuti upacara sabtu pagi
e. Menghadiri rapat mingguan pengasuhan santri
f. Melaksanakan harokatut tabkir
g. Full Time di rayon dan tidak diperkenankan kerja sampingan (les dan
sejenisnya) di luar pondok
h. Berperan aktif dalam rapat majlis fajar dan membuat laporan harian
i. Mengontrol absensi setiap malam pukul 22.00 WIB
44
k. Membuat laporan dan mengikuti rapat mingguan pada hari selasa
pukul 20.00 di Baitul Wakif
l. Mengadakan rapat mudabbir6
3. Program Kerja a. Harian
1) Mengasuh, mengontrol dan memonitor kegiatan santri di rayon
2) Menggerakkan santri untuk kemasjid
3) Melaksanakan harokatut tabkir
4) Memberikan perizinan (tasdiq) untuk meninggalkan kelas
5) Mengontrol kamar santri
6) Melarang tamu atau wali santri masuk ke asrama
7) Menginformasikan kepada wali santri perkembangan anaknya baik
yang positif ataupun negative
8) Memonitor bulis/haritsah dirayon dan kamar mandi
9) Mengadakan puaa sunnah dan kegiatan ubudiah lainnya bersama
dengan pengurus rayon dan anggota rayon sewaktu-waktu
10)Mengontrol keberadaan santri di asrama
a. Mingguan
1) Mengontrol kamar-kamar sebelum adzan pertama sholat jum’at
2) Mengumpulkan anggota rayon seminggu sekali
3) Membimbing dan mengontrol jum’at bersih
4) Mendata fasilitas rayon yang rusak dan kurang layak serta
melaporkannya ke BRT
5) Menginventarisasi barang-barang pesantren yang ada di dalam
rayon
6) Menggerakkan anak-anak untuk berolahraga setelah jum’at bersih
7) Mengadakan siraman rohani bagi anggota rayon. (dibuat materi
khusus)
b. Bulanan
1) Mengabsen santri setelah libur bulanan
2) Memeriksa kamar pengurus. (idak ada skat kamar)
3) Rapat evaluasi bersama pengurus rayon dan ketua kamar
4) Membuat laporan bulanan dan diserahkan ke TU pengasuhan
5) Memeriksa administrasi rayon
6) Musyrifah memeriksa santri setelah perpulangan bulanan didepan
asrama bersama mudabbir
c. Semester
1) Membantu panitia ujian untuk Harokatut tabkir saat ujian
2) Menggerakkan santri untuk belajar diluar asrama pada pagi dan
malam hari
3) Mengontrol asrama saat ujian tulis berlangsung
d. Program Kerja Tahunan
1) Membantu keamanan pesantren dlam perpindahan kamar
46
Ketentuan diatas merupakan sebuah usaha untuk
meningkatkan pengawasan, perhatian dan pelayanan bagi santri
maupun orang tua santri. Selain itu para musyrif dan musyrifah
diwajibkan mengadakan pertemuan dengan orang tua santri secara
berkala. Tempat pertemuan di kamar masing-masing santri ini
bertujuan agar ada perhatian, saran dan kritik mengenai kamar dan
berbagai hal lainnya serta orang tua dapat melihat langsung
keberadaan santri dikamar tersebut.
Segi positif dari pertemuan antara orang tua santri adalah
adanya interaksi langsung antara musyrif dengan wali santri
sehingga dapat dihindari adanya kesalahan informasi.7
4. Revolusi Kepengasuhan
Setiap tahunnya seluruh jajaran pengasuhan mengadakan rapat
khusus untuk membahas dan melakukan pembaharuan-pembaharuan
ditubuh Biro Pengasuhan. Diawali pembenahan pembinaan santri di rayon
oleh musyrif/musyrifah, dalam rapat disahkan susunan musyrif/musyrifah
dengan perbandingan seorang musyrif/musyrifah menangani 10-20 santri.
Adapun tugas dari musyrif/musyrifah selain mengabsen santri
setiap hari dan melaporkannya kepada pimpinan setiap kamis malam, juga
memberikan tausiah dan nasehat-nasehat serta motivasi-motivasi belajar
kepada santri pada malam hari sebelum tidur. Secara rinci standarisasi,
kewajiban dan program kerja musyrif/musyrifah telah ditetapkan dalam
rapat kepengasuhan yang dibahas oleh komisi A sebagai berikut:
a. Pembentukkan TIM Inti Kepengasuhan
Dibentuk pada tanggal 22 januari 2007 berdasarkan surat tugas
nomor 744.05/DN/I/2007, dengan anggota tim berjumlah 26 orang.
Tim ini berfungsi sebagai koordinator pengasuhan atau sebagai
pengawas kegiatan pengasuhan.
b. Pembenahan di Bidang Keamanan Pesantren
Untuk meningkatkan keamanan dan pelayanan, serta tegaknya
disiplin pesantren, maka diadakan perubahan diantaranya satpam, sejak
tanggal 12 februari 2007 satpam ditiadakan, sebagai gantinya seluruh
jajaran mulai dari asatidz, administrator, santri dan karyawan bahu
membahu menjaga keamanan pesantren berdasarkan jadwal piket yang
ditentukan oleh coordinator piket dengan nama Harisul Ma’had.
Selain menjaga keamanan, Harisul Ma’had juga bertugasuntuk
mencatat keluar masuknya santri dan tamu pesantren. Hal ini adalah
untuk meningkatkan kedisiplinan dalam bidang keamanan.
c. Pengawasan dan Pembinaan Kegiatan Santri
Banyaknya kegiatan ekstrakulikuler santri tentunya
membutuhkan pengawasan dan pembinaan yang lebih intensif.8
48
5. Kegiatan Tahunan
a. Jambore Nasional di Gontor
Dalam rangka kesyukuran 80 tahun Pondok Modern
Darussalam Gontor (PMDG), gugus depan gerakan pramukan
pesantren Darunnajah mengikuti Jambore Nasional Pondok Pesantren
Alumni Gontor. Acara tersebut merupakan salah satu perhelatan besar
dalam milad PMDG ke-80. Mengingat pesantren Darunnajah adalah
pesantren alumni PMDG.
b. Darunnajah Art Tournament
Dalam acara ini khususnya santri putra menampilkan beberapa
karya seni yang berhubungan dengan kesenian. Seperti hasil karya seni
lukis berupa kaligrafi, khot, graffiti, karikatur, ASAL (asli atau palsu),
penampilan drama, penampilan marawis, band, dancer dan lain-lain.
Acara ini wajib dihadiri oleh seluruh santriwan dari kelas 1 hingga
kelas 6. Dan secara perhitungan acara ini di bebankan kepada biro
pengasuhan santri selaku pembimbing OSDN.
c. Malam Penganugerahan MISS Darunnajah
Acara ini merupakan acara pemilihan kandidat yang dilakukan
melalui seleksi kriteria pemilihan diantaranya adalah adab serta
ketepatan dalam menjawab pertanyaan yang diajukan oleh dewan juri.
d. Do’a Bersama di Tahun Baru Muharram
Seluruh santriwan-santriwati memperingatinya dengan
di masjid jami Darunnajah dan membaca Do’a awal tahun setelah
jamaah sholat maghribnya.
e. Pekan Khutbatul ‘Arsy
Acara ini dapat diartikan sebagai Khutbah atau ceramah dari
pimpinan tertinggi pondok pesantren Darunnajah Drs. KH. Mahrus
Amin, yang berisikan tentang prinsip dasar kepesantrenan yang
meliputi penjelasan tentang Panca Jiwa, Panca BIna, Panca Darma,
Panca Jangka kepesantrenan, dan Historikal Darunnajah yang
dilaksanakan tiap tahun oleh seluruh santri. Dengan harapan semoga
para santri mampu mendalami ilmu kepesantrenan dengan benar
sehingga akan menimbulkan api unggun dan Cuma malam hari
diadakannya.
f. Pembukaan dan Penutupan Perkhutsy dan Lp3
g. Maulid Nabi di Pesantren
Perayaan Maulid Nabi adalah sebagai bentuk upaya pengenalan
akan keteladanan Nabi Muhammad SAW sebagai pembawa ajaran
agama Islam. Santri-santri Darunnajah memperingati Maulid Nabi tiap
tahun.rasa kesungguhan untuk belajar dan mengamalkannya kelal di
dalam masyarakat.
h. Pembukaan dan Penutupan Perkemahan Khutbatul ‘Arsy
i. Api Unggun Perkhutsy dan Lp3
Acara ini sama halnya dengan acara Pekan Khutbatul ‘Arsy.
50
j. Festival Nasyid Tausiah dan Qiro’ah (NTQ)
Acara ini bertujuan untuk meningkatkan kreativitas dan bakat
seni yang religi dan mendidik santri agar beriman, berseni, dan
berprestasi.
k. Perkajum Santri Darunnajah
Perkajum adalah kegiatan perkemahan yang dilakukan selama
tiga hari dua malam, yang diselenggarakan oleh setiap gugus depan
(GUDEP) pondok pesantren Darunnajah. Bertujuan sebagai sarana
peningkatan kemampuan masing-masing santri dan sarana untuk
mempraktekkan ilmu-ilmu tentang kpramukaan yang telah mereka
peroleh.
l. Festival Marawis Darunnajah (FMD)
Festival Marawis Darunnajah (FMD) merupakan ajang kreasi
untuk santri-santri berbakat, khususnya dibidang musik bernuansa
islami.
m. Rapat BPS dan Forum Sharring
Acara ini merupakan acara yang menampung
tanggapan-tanggapan dan saran-saran dari masing-masing pimpinan atau
ketua-ketua pondok pesantren (khususnya cabang Darunnajah) beserta
struktur-strukturnya untuk mendapat inspirasi baru demi kemajuan
Pondok Pesantren Darunnajah beserta cabang-cabangnya.9
6. Sarana dan Prasarana
Pada dasarnya sarana dan prasarana Biro Pengasuhan Santri (BPS)
adalah sarana dan prasarananya Pondok Pesantren Darunnajah juga,
karena letak Biro Pengasuhan Santri itu sendiri berada didalam Pondok
Pesantren Darunnajah. Oleh karena itu, apapun kegiatan santri disitulah
selalu ada Biro Pengasuhan Santri beserta staff pembimbing lainnya.
Sarana dan prasanara yang dimaksud antara lain: Masjid, Gedung
Permanen, Ruang Kelas, Laboratorium IPA, Laboratorium Bahasa,
Laboratorium Komputer, Perpustakaan, Balai Pengobatan, Sarana
Olahraga;berupa: Lapangan Basket, Volly, Renang Indoor, Bulu Tangkis,
Futsal dll, Koperasi Sekolah; Alfa Mart dan Smesco Mart, Kantin,
Asrama, Laundry , Kolam Renang Indoor (Putra dan Putri dibagi waktu),
dan Warnet.10
BAB IV
TEMUAN DAN ANALISA DATA
A. Deskripsi Informan 1. Klien
Klien yang dimaksud adalah santri laki-laki yang memiliki
masalah. Dari santri yang diwawancarai, rata-rata semuanya pernah
memiliki masalah. Diantara permasalahan tersebut klien yang memiliki
masalah merokok ada 2 orang, 1 orang masalah pribadi, dan yang lainnya
seperti masalah organisasi, permasalahan terlalu keras menghukum anak
baru (junior), kabur dari pondok, masalah keuangan dan masalah keluarga.
Dari permasalahan-permasalahan yang pernah diahadapi klien
terdapat permasalahan yang paling berat seperti memberi hukuman kepada
santri baru lalu santri yang dihukum melaporkannya ke polisi, sering
dimintai uang oleh kakak kelas, masalah cinta, ketahuan merokok, dan
masalah keluarga.
Cara mereka menyikapinya pun berbeda-beda ada yang terpaksa
harus mengikuti aturan-aturan Pondok, curhat dengan teman-temannya,
curhat dengan ustad, dan ada pula yang dibawa santai saja atas
permasalahannya sendiri. Semua santri semuanya pernah mendengar
tentang lembaga Biro Pengasuhan Santri, namun hanya Imam Khairul
Annas dan Ahmad Nurul Hadi saja yang pernah mencoba mencari solusi
di lembaga ini dan yang lainnya belum pernah.
Menurut wawancara yang penulis ajukan kepada santri, rata-rata
jawaban mereka tentang pertanyaan dimana saja Biro Pengasuhan Santri
melakukan bimbingan yaitu di masjid, sekitar asrama, kelas sekitar rayon,
sekitar kamar-kamar santri, lingkungan sehari-harinya, dan bahkan ada
yang menjawab di seluruh lingkungan yang ada di Pondok Pesantren
Darunnajah ini sendiri.
Ada 3 santri yang menginginkan bimbingan dilakukan setiap saat,
namun yang lainnya tidak, mereka lebih menginginkan bimbingan
dilakukan pada waktu-waktu diluar sekolah, acara-acara penting, ketika
ada tamu, dan ada yang menginginkan bimbingan dilakukan pada
waktu-waktu sekolah. Ada 4 pembimbing yang biasa aktif disini, Pembimbing
yang dimaksud yaitu Ustad Agus Sugianto dan Ustad Wahyu Fajri
begitulah rata-rata klien menjawabnya, dan selebihnya ada yang
menambahkan Ustad Yusro Lismar dan Ustad Gusnadi yang keduanya
juga berperan sebagai pembimbing.
Adapun dari ke 5 klien tersebut, masing-masing mempunyai
harapan terhadap kemajuan Biro Pengasuhan Santri (BPS) yang ada di
pondok tempat mereka tinggal, ini pun ter kait pro dan kontra. Terlihat
dari masing-masing harapan yang mereka paparkan pada saat wawancara
cuma 1 santri yang pro dan tidak berharap banyak yaitu Imam Khairul
Annasyang cuma menginginkan BPS dapat memberikan solusi yang lebih