• Tidak ada hasil yang ditemukan

Komunikasi Interaksional Orang Tua Pada Anak Usia Sekolah Dasar di Kota Bandung dalam Menyampaikan Pendidikan Seks (Studi Deskriptif Tentang Komunikasi Interaksional Orang Tua pada Anak Usia Sekolah Dasar di Kota Bandung dalam Menyampaikan Pendidikan Seks

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Komunikasi Interaksional Orang Tua Pada Anak Usia Sekolah Dasar di Kota Bandung dalam Menyampaikan Pendidikan Seks (Studi Deskriptif Tentang Komunikasi Interaksional Orang Tua pada Anak Usia Sekolah Dasar di Kota Bandung dalam Menyampaikan Pendidikan Seks"

Copied!
113
0
0

Teks penuh

(1)

Menyampaikan Pendidikan Seks) SKRIPSI

Diajukan Untuk Mengikuti Sidang Skripsi

Pada Program Studi Ilmu Komunikasi Konsentrasi Humas

Oleh :

Cynthia Apriliani Yaumil Fitriah NIM. 41809200

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI KONSENTRASI HUMAS FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA BANDUNG

(2)
(3)
(4)

LEMBAR PENGESAHAN ... i

LEMBAR PERNYATAAN ... ii

LEMBAR PERSEMBAHAN ... iii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI... x

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR TABEL ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 12

1.2.1 Rumusan Masalah Makro ... 12

1.2.2 Rumusan Masalah Mikro ... 13

1.3 Maksud Dan Tujuan Penelitian ... 13

1.3.1 Maksud Penelitian ... 13

1.3.2 Tujuan Penelitian ... 13

(5)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ... 16

2.1 Tinjauan Pustaka ... 16

2.1.1 Tinjauan Tentang Peneliti Terdahulu ... 16

2.1.2 Tinjauan Tentang Ilmu Komunikasi ... 18

2.1.2.1 Pengertian Ilmu Komunikasi ... 18

2.1.2.2 Unsur-Unsur Komunikasi ... 21

2.1.2.3 Fungsi Komunikasi ... 23

2.1.2.4 Tujuan Komunikasi ... 23

2.1.2.5 Proses Komunikasi ... 25

2.1.2.6 Bentuk Komunikasi ... 26

2.1.3 Tinjauan Tentang Komunikasi Antarpribadi ... 27

2.1.3.1 Pengertian Komunikasi Antarpribadi ... 27

2.1.3.2 Karakteristik Komunikasi Antarpribadi ... 28

2.1.3.3 Tujuan Komunikasi Antarpribadi ... 28

2.1.4 Tinjauan Tentang Komunikasi Interaksional ... 29

2.1.5 Tinjauan Komunikasi Verbal Dan Komunikasi Nonverbal ... 33

(6)

2.1.7 Tinjauan Tentang Anak ... 40

2.1.8 Tinjauan Tentang Pendidikan Seks ... 42

2.1.8.1 Pengertian Pendidikan Seks ... 42

2.1.8.2 Metode Pembekalan Pendidikan Seks Untuk Anak... 43

2.1.8.3 Tujuan Dari Pendidikan Seks ... 48

2.1.9 Tinjauan Tentang Sekolah Dasar Di Kota Bandung ... 44

2.2 Kerangka Pemikiran ... 47

2.2.1 Kerangka Pemikiran Teoritis ... 47

2.2.2 Kerangka Pemikiran Konseptual ... 52

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN ... 58

3.1 Objek Penelitian ... 58

3.1.1 Pendidikan Seks ... 58

3.1.1.1 Pengertian Pendidikan Seks ... 58

3.1.1.2 Tujuan Pendidikan Seks ... 60

3.1.1.3 Penyampaian Pendidikan Seks Untuk Anak ... 61

3.1.1.4 Pentingnya Pendidikan Seks Untuk Anak ... 64

3.1.2 Pendidikan Sekolah Dasar ... 65

3.1.3 Sekolah Dasar Di Kota Bandung ... 67

(7)

3.2.2.1 Studi Pustaka ... 69

3.2.2.2 Studi Lapangan ... 71

3.2.3 Teknik Penentuan Informan ... 77

3.2.3.1 Subjek Dan Informan Penelitian ... 75

3.2.3.1.1 Subjek Penelitian ... 75

3.2.3.1.2 Informan Penelitian ... 75

3.2.4 Teknik Analisa Data ... 77

3.2.4.1 Uji Keabsahan Data ... 79

3.2.5 Lokasi Dan Waktu Penelitian ... 82

3.2.5.1 Lokasi Penelitian ... 82

3.2.5.2 Waktu Penelitian ... 82

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 84

4.1 Deskripsi Identitas Informan ... 88

4.2 Deskripsi Hasil Penelitian ... 95

4.2.1 Komunikasi Verbal Orang Tua Pada Anak Usia Sekolah Dasar Di Kota Bandung Dalam Menyampaikan Pendidikan Seks ... 96

(8)

4.3.2 Komunikasi Nonverbal Orang Tua Pada Anak Usia Sekolah Dasar Di

Kota Bandung Dalam Menyampaikan Pendidikan Seks ... 128

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 139

5.1 Kesimpulan ... 139

5.1.1 Komunikasi Verbal ... 139

5.1.2 Komunikasi Nonverbal ... 140

5.2 Saran ... 142

5.2.1 Saran Untuk Orang Tua dan Anak Sekolah Dasar ... 142

5.2.2 Saran Untuk Masyarakat ... 142

5.2.3 Saran Untuk Peneliti Selanjutnya ... 143

DAFTAR PUSTAKA ... 144

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 149

(9)

Gambar 1.1 Korban Kekerasan Seksual Pada Anak ... 3

Gambar 1.2 Contoh Gambar sex instruction... 5

Gambar 1.3 Simulasi Orang Tua ... 10

Gambar 2.1 Unsur-Unsur Komunikasi ... 21

Gambar 2.2 Model Komunikasi Interaksional Fisher ... 32

Gambar 2.3 Bagan Kerangka Pemikiran Teoritis ... 52

Gambar 2.4 Aplikasi Kerangka Pikir Konseptual... 56

Gambar 3.1 Memperkenalkan Organ Seks Dengan Boneka ... 63

Gambar 3.2 Komponen-komponen Analisis Data ... 79

Gambar 4.1 Informan penelitian (Muhammad Ihsan, SH) ... 89

Gambar 4.2 Informan penelitian (Neni Sumarni) ... 90

Gambar 4.3 Informan penelitian (Muhammad Ferdinan) ... 91

Gambar 4.4 Informan penelitian (Indah Fazrin) ... 92

Gambar 4.5 Informan pendukung (Sukaesah, S.Ag) ... 93

Gambar 4.6 Informan pendukung (Yosi Widarani, S.P.si) ... 94

Gambar 4.7 Interaksi Yang Dilakukan Orang Tua Pada Anak ... 104

Gambar 4.8 Salah Satu Media Yang Digunakan Pendidikan Seks ... 107

Gambar 4.9 Salah Satu Gerakan Tubuh atau Gesture yang dilakukan Orang Tua ... 110

(10)
(11)

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ... 16

Tabel 3.1 Data Informan Penelitian (Orang Tua) ... 76

Tabel 3.2 Data Informan Penelitian (Anak) ... 76

Tabel 3.3 Data Informan Pendukung ... 77

Tabel 3.4 Jadwal Penelitian ... 83

Tabel 4.1 Jadwal Wawancara ... 85

(12)

Lampiran 1 Persetujuan Menjadi Pembimbing Skripsi ... 149

Lampiran 2 Berita Acara Bimbingan ... 150

Lampiran 3 Surat Rekomendasi Seminar Usulan Penelitian ... 151

Lampiran 4 Lembar Pengajuan Seminar Usulan Penelitian ... 152

Lampiran 5 Lembar Revisi Skripsi ... 153

Lampiran 6 Lembar Rekomen Sidang Skripsi ... 154

Lampiran 7 Lembar Pengajuan Sidang Skripsi ... 155

Lampiran 8 Surat Pengantar Wawancara Informan ... 156

Lampiran 9 Pedoman Wawancara ... 157

Lampiran 10 Pedoman Observasi ... 172

Lampiran 11 Transkrip Wawancara Informan Dan Data Informan ... 174

Lampiran 12 Transkrip Observasi ... 204

(13)

Assalamua’laikum Wr.Wb

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan dan karunia-Nya yang telah memberikan kekuatan dan petunjuk serta ketabahan bagi penulis dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan judul

“Komunikasi Interaksional Orang Tua Pada Anak Usia Sekolah Dasar Di

Kota Bandung Dalam Menyampaikan Pendidikan Seks (Studi Deskriptif Tentang Komunikasi Interaksional Orang Tua Pada Anak Usia Sekolah Dasar Di Kota Bandung Dalam Menyampaikan Pendidikan Seks)”.

Penyusunan skripsi ini merupakan syarat kelulusan Sidang Skripsi Studi Ilmu Komunikasi konsentrasi Humas Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM) Bandung. Tidak sedikit hambatan dan kesulitan yang dialami peneliti. Namun, berkat kerja keras, keyakinan dan dukungan dari semua pihak akhirnya peneliti bisa menyelesaikannya dengan tepat waktu. Seiring dengan selesainya skripsi ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua yang tercinta, Mama Tati Rochaeti, SH dan Papa Syarief Rustandi atas segala doa restu, biaya, pengertian dan kepercayaan yang telah diberikan pada ananda selama ini.

(14)

Soegoto beserta jajarannya yang telah menyediakan gedung serta sarana dan ikut memotivasi seluruh civitas akademika dalam menciptakan para kalangan intelektual yang berkualitas.

2. Yang Terhormat Bapak Prof. Dr. Samugyo Ibnu Redjo, Drs., M.A selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia yang telah memberi izin untuk dapat melakukan penelitian. 3. Yang Terhormat Bapak Drs. Manap Solihat, M.Si selaku Ketua Program

Studi Ilmu Komunikasi Universitas Komputer Indonesia yang telah memberikan kontribusinya dalam penelitian ini dan dapat mengesahkan skripsi ini.

4. Yang Terhormat Ibu Melly Maulin P., S.Sos., M.Si selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Komunikasi dan selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan perhatian, waktu, dorongan, bimbingan dan kesabarannya selama penulis menyusun skripsi ini.

5. Yang Terhormat Bapak Sangra Juliano P., S.I.Kom selaku Dosen Wali. Terima kasih atas bantuan dan motivasi yang telah diberikan selama peneliti menempuh hingga saat ini.

(15)

FISIP Universtas Komputer Indonesia Bandung Yang telah membantu semua keperluan penulis.

8. Yang Terhormat Sekretariat Program Studi Ilmu Komunikasi, Ibu Astri Ikawati, A.md yang telah membantu kelancaran dengan mengurus keperluan administrasi penelitian, dan kegiatan akademik di Universitas Komputer Indonesia.

9. Sahabat-sahabat terbaikku Citra Abadi, Alexandra Parahita, Lisbeth Marisca, M Irsan Syahwildani, M Rolland Skandinavia, Ghietsa Nesma Sal Noviawan, Aulia Rachman, Dannu Prakoso dan Galih Luginawati yang sudah banyak membantu peneliti dalam teknis pencarian, penyusunan skripsi ini. Terima kasih sudah menjadi sahabat, teman diskusi dan keluarga bagi penulis. Terima kasih banyak atas doa, dukungan, dan perhatian baik senang maupun duka sudah pernah kita lewati bersama. Semoga kita akan menjadi sahabat yang abadi. Amien. 10.Teman-teman seperjuangan IK 5 angkatan 2009 khususnya untuk Dewi

(16)

sebelum dan selama pelaksanaan penelitian ini yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu. Kritik dan saran yang membangun masih diperlukan dalam penulisan skripsi ini untuk memperoleh kesempurnaan.

Akhir kata peneliti sampaikan, semoga penulisan skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi peneliti khususnya dan pembaca lainnya umumnya. Peneliti berharap semoga bantuan, bimbingan, dan dukungan yang telah diberikan menjadi berkah dari Allah SWT, Amin.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Bandung, Juli 2013

Peneliti

(17)

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku

Aditiawarman. 2002. Komunikasi Bisnis. Jakarta : ARS Internasional.

Ajen, Dianawati. 2003. Pendidikan Seks Untuk Remaja. Jakarta : Kawan Pustaka.

Bungin, Burhan. 2006. Sosiologi Komunikasi Teori Paradigma Dan Diskursus Teknologi Komunikasi Dimasyarakat, Jakarta : Kencana Sendjaya.

______________________. 2007. Penelitian Kualitatif: Komunikais, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial. Jakarta : Gramedia.

Cangara, Hafied. 2005. Pengantar Ilmu Komunikasi (cetakan kelima). Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada.

Chomaria, Nurul. 2012. Pendidikan Seks Untuk Anak. Solo : Aqwam.

Effendy, Onong Uchjana. 1999. Ilmu Komunikasi Dalam Teori dan Praktek.

Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

______________________. 2003. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi.

Bandung : PT. Citra Aditya Bakti.

Fisher, Aubrey. 1986. Teori-Teori Komunikasi (Penerjemah Soejono Trimo). Bandung: Remaja Rosdakarya.

(18)

Kiryantono, Rachmat. 2007. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.

Komala, Lukiati. 2009. Ilmu Komunikasi Perspektif, Proses, Dan Konteks. Bandung : Widya Padjadjaran.

Koentjaraningrat. 1996. Kebudayaan Mentalitas Dan Pembangunan. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.

Kuswarno, Engkus. 2008. Etnografi Komunikasi. Bandung : Widya Padjadjaran.

Liliweri, Alo. 1991. Komunikasi Antar Pribadi. Bandung : PT. Citra Aditya Bakti.

Moleong, Lexy. 2007. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja Rosda Karya.

Mulyana, Deddy. 2005. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

_____________________. 2006. Komunikasi Antarbudaya. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

_____________________. 2012. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar (Edisi Revisi). Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Miles, Matthew B. & A. Michale Huberman. 1992. Analisis Data Kualitatif. (Alih Bahasa Tjetjep Rohendi Rohidi). Jakarta: Universitas Indonesia Press.

(19)

Pratama, Chal. 2012. Bicara Seks Bersama Anak Mengapa Tidak. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.

Rakhmat, Jalaluddin. 2005 Psikologi Komunikasi. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

____________________. 1997. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

_____________________. 2001. Metode Penelitian Komunikasi (cetakan kedelapan ). Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

_____________________. 2008. Metode Penelitian Komunikasi : Dilengkapi Contoh Analisis Statistik. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Riswandi. 2009. Ilmu Komunikasi. Bandung : PT. Graha Ilmu.

Rohim, Syaiful. 2009. Teori Komunikasi : Prespektif, Ragam & Aplikasi. Jakarta : Rineka cipta.

Ruslan, Rosady. 2003. Metode Penelitian Public Relations Dan Komunikasi. Jakarta : PT. Raja Grfindo Persada.

Sarwono, Sarlito Wirawan. 2009. Pengantar Psikologi Umum. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

_____________________. 2001 Peran Orang Tua Dalam Pendidikan Seks

(Edisi Revisi). Jakarta : PT. Rajawali.

Subana dan Sudrajat. 2001. Dasar-dasar Penelitian Ilmiah. Bandung : Pustaka Setia.

(20)

_____________________. 2010 Memahami Penelitian Kualitatif (Cetakan Keenam) Bandung : CV Alfabeta.

UUD 1945. 2011. Amandemen kecil tebal. Bandung : CV Pustaka Agung Harapan.

Wiryanto. 2004. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta : PT. Grasindo

B. Sumber lain:

Harian Umum :

HU Pikiran Rakyat, 2013. Data Komisi Perlindungan Anak tentang kasus kekerasan seksual pada anak mengalami peningkatan, Selasa 9 April 2013, hal 21

Internet :

Pengertian Seks Menurut Sarlito Sarwono :

http://www.sarjanaku.com/2012/12/pendidikan-seksual-pada-anakpengertian.html 27 Maret 2013 (15:35)

Pengertian pendidikan seks :

http://www.kampus-info.com/2012/06/pengertian-pendidkan-seks.html 27 Maret 2013 (15:38)

Pendidikan seks untuk anak : http://mommiesdaily.com/2012/11/30/10-peran-penting-orang-tua-dalam-pendidikan-seks-untuk-anak/ 27 Maret 2013 (15:52)

Sex Education : http://dokterkecil.wordpress.com/2011/05/30/pendidikan-seks-sex-education-sejak-dini%E2%80%A6-kenapa-tidak/ 27 Maret 2013 (15:58)

(21)

Definisi seks : http://www.refrerensimakalah.com/2012/11/definisi-seks-dan-seksualitas.html 29 Maret 2013 (14:21)

Jenis pendidikan seks : http://dokterkecil.wordpress.com 29 Maret 2013 (14:23)

Pembagian wilayah Bandung :

http://www.anneahira.com/kode-pos-bandung.html 9 Maret 2013 (19:22) dan

http://id.wikipedia.org/wiki/kota_bandung 9 Maret 2013 (19:25) Undang-Undang Tentang Anak :

:http://dunkdaknyok.blogspot.com/2011/03/pengertian-anak-menurut-uu.html 29 Maret 2013 (16:00)

Undang-Undang Dasar RI tahun 1945 : http://www.hukumonline.com 29 Maret 2013 (16:30)

Pendidikan seks menurut WHO : http://kaknung.multiply.com 10 April 2013 (20:38)

Sekolah Dasar di kota Bandung : http://disdikkota.bandung.go.id 11 April 2012 17:20

Pengertian Dokumentasi : Erna Febru Aries S./ Teknik pengumpulan data kualitatif/ http://ardhana12.wordpress.com/ 20 Mei 2013 (13:46)

Tata Bahasa : http://adiprakosa.blogspot.com/ 20 Mei 2013 (11:36)

Tinjauan Orang Tua : Muazar Habibi/ Bimbingan Bagi Orang Tua Dalam Penerapan Pola Asuh Untuk Meningkatkan Kematangan Sosial Anak/www.damandiri.or.id/file/muazarhabibiupibab2.pdf. 15 Mei 2013 (10:47)

Tinjauan Anak : Dunia Psikologi/Tugas-tugas perkembangan anak/01-02-2012/http://www.duniapsikologi.com/tugas-tugas perkembangan anak/. 15 Mei 2013 (11:13)

(22)

1.1 Latar Belakang Masalah

Membicarakan mengenai kata seks masih dianggap tabu oleh sebagian masyarakat di Indonesia. Mengingat adanya adat ketimuran yang negara ini miliki, membuat seolah seks dekat dengan sesuatu yang dianggap vulgar. Pada dasarnya kata seks secara etimologis, berasal dari bahasa Latin yaitu sexus kemudian diturunkan menjadi bahasa Perancis Kuno sexe.

Secara umum kata seks berasal dari Bahasa Inggris yaitu‘sex’ yang berarti jenis kelamin.

Jenis kelamin merupakan organ vital manusia sebagai ciri perempuan atau laki-laki. Setiap manusia di muka bumi ini memiliki jenis kelamin dan memiliki hasrat seksual pada periode tertentu menjelang pra remaja atau biasa di sebut dengan masa puber.

(23)

perkembangannya memiliki hasrat seksual dan mampu untuk menyalurkannya secara natural. Namun dengan adanya hasrat alamiah ini akan menimbulkan konsekuensi yang besar jika hasrat tersebut menyimpang dan tidak sesuai. Hal inilah yang dapat menyebabkan adanya kasus pelecehan seksual dan kehidupan seks bebas di kalangan kehidupan anak.1

Meninjau berbagai kasus tentang kekerasan seksual pada anak yang terjadi di Indonesia dari kutipan harian umum Pikiran Rakyat, telah membuat keresahan yang cukup mengkhawatirkan. Data Komisi Nasional Perlindungan Anak mencatat 2.637 kasus kekerasan pada anak selama tahun 2012. Terdapat 1.075 atau 48 persen di antaranya adalah kasus kekerasan seksual. (HU Pikiran Rakyat, 9/4/2013).

Kasus kekerasan seksual pada anak mengalami peningkatan yang signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Menurut Arist Merdeka Sirait, Ketua Umum Komisi Nasional Perlindungan Anak “Untuk tahun ini saja, sejak tanggal 23 Februari 2013 kami sudah menerima 80 laporan kasus pelecehan seksual. Ini seharusnya masuk kategori darurat nasional“. Sebagian besar pelaku yang melakukan pelecehan sesksual ini adalah orang terdekat korban seperti guru, tetangga, ayah tiri bahkan hingga ayah kandung. Inti dari kasus ini adalah kembali lagi pada perhatian khusus orang tua dalam menyampaikan pendidikan seks.2

1

(24)
[image:24.595.237.430.111.234.2]

Gambar 1.1

Korban Kekerasan Seksual Pada Anak

Sumber : www.google.com, 2013

Pendidikan seks begitu penting diketahui oleh anak, selain untuk mencegah hal buruk yang terjadi seperti pemerkosaan, anak-anak dapat mengenal fungsi-fungsi alat seksual, naluri alamiah yang mulai timbul, serta bimbingan dalam menjaga dan memelihara organ intim. Terutama adalah pemahaman dan perilaku pergaulan yang sehat beserta risiko-risiko yang dapat terjadi seputar masalah seksual.

Pendidikan seksual menurut Sarlito adalah :

“Suatu informasi mengenai persoalan seksualitas manusia yang jelas dan benar meliputi proses terjadinya pembuahan, kehamilan sampai kelahiran, tingkah laku seksual yang diberikan sepatutnya berkaitan dengan norma-norma yang berlaku di masyarakat” (Sarwono, 1986 : 13).

Dari definisi tersebut bahwa pendidikan seks dapat meliputi organ seksual dan perubahannya dan tingkah laku seksualitas seuai dengan adanya norma atau aturan yang ada di dalam masyarakat.3

3

(25)

Menurut Nurul Chomaria, S.Psi dalam bukunya yang berjudul Pendidikan Seks untuk anak,

“Pendidikan seks adalah pemberian informasi dan pembentukan sikap serta keyakinan tentang seks, identitas seksual, hubungan, dan keintiman. Ini menyangkut anatomi seksual manusia, reproduksi, hubungan seksual, kesehatan reproduksi hubungan emosional dan aspek lain dari perilaku seksual manusia”. (Chomaria, 2012 : 15). Dalam menyampaikan pendidikan seks pada anak, orang tua perlu melihat usia anak untuk mempertimbangkan pesan yang disampaikan. Secara garis besar pendidikan seks terbagi menjadi beberapa tahap, yaitu :

1. Sesaat setelah lahir hingga anak menginjak pra remaja (sebelum menstruasi/ mimpi basah).

2. Ketika anak mengalami masa remaja (sesaat setelah anak mengalami menstruasi/ mimpi basah).

3. Ketika dewasa (menjelang pernikahan). (Chomaria, 2012 : 16).

Pendidikan seks dapat dibedakan antara sex instruction dan

(26)
[image:26.595.176.490.163.341.2]

Gambar 1.2

Contoh Gambar sex instruction

Sumber : http://dokterkecil.com, 2013

Education in sexuality adalah penjelasan pada bidang-bidang etika, moral, fisiologi, ekonomi, dan pengetahuan lainnya yang dibutuhkan agar seseorang dapat memahami dirinya sendiri sebagai individual seksual serta mengadakan interpersonal yang baik.4

Pendidikan seks tidak hanya mengajarkan anak bagaimana cara berhubungan seksual antara laki-laki dan perempuan, namun pendidikan ini menyadarkan anak pada jenis kelaminnya sehingga ia mampu menjaga dan berlaku sesuai dengan jenis kelamin yang dimilikinya. Pendidikan seks wajib diberikan dalam rentang usia manusia. Sejak lahir, setiap manusia memiliki perangkat yang berkaitan dengan alat reproduksi sehingga mau tidak mau, ilmu tentang memahami seksualitas secara benar sangat di perlukan.

4

(27)

“Dengan demikian, anak tidak berbuat sesuka hati dan tanpa landasan tanggung jawab yang kuat dalam memperlakukan tubuhnya. Hal ini dapat menekan angka kejadian kasus pelecehan seksual, pemerkosaan dan seks bebas”. (Chomaria, 2012: ix )

Anak adalah anugerah terbesar yang di berikan Tuhan Yang Maha Esa kepada orang tua. Dengan demikian, maka seharusnya orang tua menjaga anak dengan sebaik-baiknya. Orang tua lah yang memiliki peran penting untuk mengasuh, mengajarkan, dan mendidik anaknya agar anak tersebut tidak mengalami hal yang buruk.

Pengertian anak menurut pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2001 Tentang Perlindungan Anak, yang dimaksud anak menurut Undang-Undang tersebut adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun termasuk anak yang masih dalam kandungan. Pasal tersebut berbunyi sebagai berikut : “Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan

belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan”. Dalam penelitian ini anak ditekankan pada usia sekolah dasar dimana seorang anak mendapatkan pendidikan dasar dalam usia 6 hingga 12 tahun yaitu kelas 1 hingga kelas 6 sekolah dasar. (UUD RI 1945, 2011: 39).

(28)

Komunikasi merupakan hal yang paling penting dalam penyampaian pendidikan seks yang diberikan orang tua pada anak. Dengan berdasarkan komunikasi yang baik dan lancar sesuai dengan usia anak, pendidikan seks diharapkan dapat di pahami dengan jelas oleh anak. Oleh karena itu perlunya orang tua memahami konteks komunikasi terlebih dahulu untuk pendekatan pada anak.

Dalam kehidupan manusia, komunikasi merupakan peranan yang sangat penting, karena komunikasi merupakan wahana utama dari kegiatan dan kehidupan manusia sehari-hari. Komunikasi adalah alat hidup bagi kepentingan manusia, karena manusia adalah makhluk yang tidak dapat berdiri sendiri, tetapi ia senantiasa memerlukan dan membutuhkan bantuan orang lain. Sebagaimana dikemukakan oleh Jalaludin Rakhmat (2005), mengatakan sebagai berikut :

“Komunikasi selalu hadir dalam bidang kehidupan manusia, karena merupakan faktor yang sangat penting dalam menumbuhkan hubungan antara manusia, melalui komunikasi manusia dapat mengadakan tukar menukar pengetahuan dan pengembangan kerjasama”. (Rakhmat, 2005:54).

(29)

Komunikasi yang terjalin antara orang tua dan anak merupakan tindakan komunikasi interaksional.

“Menurut model interaksional, peserta yang terlibat dalam komunikasi adalah orang-orang yang mengembangkan potensi dirinya sebagai manusia melalui interaksi dengan sesama manusia (interaksi sosial), yaitu melalui proses pengambilan peran orang lain (role-play-ing)”. (Riswandi, 2009 : 47).

Penjelasannya adalah, bahwa orang atau manusia berkembang melalui interaksi dengan orang lain, yang dimulai dengan lingkungan terdekatnya seperti keluarga, hingga berlanjut ke lingkungan yang lebih luas seperti teman sepermainan, sekolah, tempat bekerja, dan masyarakat hingga negara.

Didalam bentuk komunikasi interaksional, adanya interaksi di antara dua pihak. Interaksi inilah yang kemudian menentukan hubungan komunikasi, ke arah yang lebih baik atau justru sebaliknya. Definisi komunikasi interaksional menurut Syaiful Rohim dalam bukunya Teori Komunikasi : Perspektif, Ragam & Aplikasi menjelaskan bahwa:

“Komunikasi Interaksional merupakan proses komunikasi yang berlangsung dua arah: dari pengirim kepada penerima dan dari penerima kepada pengirim. Pandangan interaksional mengilustrasikan bahwa seseorang dapat menjadi pengirim maupun penerima dalam sebuah interaksi, tetapi tidak menjadi keduanya sekaligus”. (Rohim, 2009 : 43).

(30)

Salah satu bagian yang penting dalam komunikasi interaksional adalah umpan balik atau feedback, atau tanggapan terhadap suatu pesan.

“Umpan balik dapat berupa verbal maupun nonverbal, sengaja maupun tidak sengaja. Umpan balik juga membantu para komunikator untuk mengetahui apakah pesan mereka telah tersampaikan atau tidak dan sejauh mana pencapaian makna terjadi. Umpan balik terjadi setelah pesan diterima, tidak saat pesan dikirim kepada komunikan”. (Komala, 2009 : 99).

Komunikasi interaksional antara orang tua dan anak ini tentu bukanlah hal yang mudah. Orang tua harus berusaha agar pesan yang disampaikan kepada anak betul-betul tersampaikan dengan baik. Selain itu, anak harus secara aktif memberikan tanggapan kepada orang tua dan guru sebagai bentuk umpan balik serta respon yang positif sehingga pendidikan seks yang disampaikan orang tua pada anak tersampaikan sesuai dengan yang diharapkan.

Komunikasi interaksional yang dilakukan oleh orang tua, yaitu dengan cara tatap muka di mana orang tua memperhatikan intenstitas komunikasi serta pesan yang ingin disampaikan di dalam komunikasi tersebut. Dengan memaparkan pendidikan seks yang dimulai dari mengenalkan bagian tubuh anak dan menjelaskan fungsinya. Pada kesempatan seperti ini, orang tua akan mendengar umpan balik dari anaknya mengenai pengetahuan seks yang dimilikinya.

(31)
[image:31.595.181.492.163.377.2]

adalah cara penyampaian yang disesuaikan dengan kondisi anak”.(Chomaria, 2012 : 15)

Gambar 1.3

Simulasi orang tua yang menjelaskan tentang pendidikan seks

Sumber : www.google.com, 2013

Pertanyaan-pertanyaan tabu dari anak pada orang tua kadang sering muncul seperti mengenai mengapa ibu bisa hamil, apa itu menstruasi, mengapa perempuan dan laki-laki berbeda, dan hal lain mengenai aktifitas-akifitas organ reproduksi anak. Pertanyaan-pertanyaan ini membuat orang tua merasa malu untuk menjawab dan menjelaskannya. Rasa penasaran anak lebih meningkat jika orang tua tidak bisa menjelaskan dengan baik tentang pertanyaan-pertanyaan tersebut. Hal tersebut mengakibatkan anak cenderung mencari tahu sendiri jawaban dari pertanyaannya tersebut yang mengakibatkan hal buruk menimpanya.

(32)

Melalui komunikasi interaksional, diharapkan para orang tua menyadari bahwa pentingnya pendidikan seksual pada anak. Orang tua juga perlu memperhatikan komunikasi interaksional yang dilakukan saat memberikan penjelasan tentang pendidikan seks. Komunikasi yang baik, selain akan menunjang pengetahuan anak, juga akan membentuk rasa tanggung jawab bagi diri anak. Sehingga anak dapat menjadi anak yang peka pada lingkungannya dan dapat menjaga kesehatan fungsi seksualitasnya dari hal yang dapat menimbulkan dampak negatif.

Memberikan pendidikan seks pada anak usia balita hingga pra nikah, dapat dikatakan tidak mudah. Pasalnya masih banyak orang tua yang merasa malu dan rikuh harus memulai dari mana.

“Sesungguhnya, pendidikan seks pada anak bukan semata hanya mengajarkan hubungan badan, melainkan lebih kepada upaya memberikan pemahaman pada anak sesuai dengan usianya mengenai fungsi-fungsi alat seksual dan naluri alamiah yang mulai timbul, bimbingan dalam menjaga dan memelihara organ intim, serta memberikan pemahaman dan perilaku pergaulan yang sehat beserta risiko-risiko yang dapat terjadi seputar masalah seksual”. (Chomaria, 2012: 9)

(33)

yang baik perlu menjadi pertimbangan bagi para orang tua dalam menyampaikan pendidikan seks yang disesuaikan dengan pemahaman anak sesuai dengan usianya.

Dari uraian diatas, peneliti tertarik dengan kajian yang akan diteliti karena ada sebuah kontroversi mengenai layak atau tidaknya pendidikan seks diberikan kepada anak-anak, sehingga orang tua ragu dan tabu untuk memberikannya. Padahal, kualitas komunikasi antara orang tua dan anak sangat penting untuk menghindarkan anak dari perlaku penyimpangan seksual, karena dengan komunikasi yang baik tersebut diharapkan terjadinya diskusi, sharing, dan pemecahan masalah secara bersama.

Oleh karena itu berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti mencoba menyusun penelitian dengan judul “ Komunikasi Interaksional Orang Tua Pada Anak Usia Sekolah Dasar Di Kota Bandung Dalam Menyampaikan Pendidikan Seks”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka peneliti merumuskan masalah makro dan mikro kedalam bentuk pertanyaan, guna untuk membatasi lingkup permasalahan yang akan dikaji.

1.2.1 Rumusan Masalah Makro

(34)

1.2.2 Rumusan Masalah Mikro

Untuk memberikan arah atau alur dalam penelitian ini, peneliti merinci secara jelas dan tegas dari fokus rumusan masalah yang masih bersifat umum dengan subfokus, sebagai berikut :

1. Bagaimana komunikasi verbal orang tua pada anak usia sekolah dasar di kota Bandung dalam menyampaikan pendidikan seks ? 2. Bagaimana komunikasi nonverbal orang tua pada anak usia

sekolah dasar di kota Bandung dalam menyampaikan pendidikan seks ?

1.3 Maksud Dan Tujuan Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti memiliki maksud dan tujuan yang menjadi bagian dari penelitian. Adapun maksud dan tujuan penelitian ini sebagai beikut :

1.3.1 Maksud Penelitian

Maksud dari penelitian ini untuk menganalisa, menjawab, dan mendeskripsikan tentang komunikasi interaksional orang tua kepada anak dalam menyampaikan pendidikan seks di sekolah dasar kota Bandung.

1.3.2 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

(35)

2. Untuk mengetahui komunikasi nonverbal orang tua pada anak usia sekolah dasar di kota Bandung dalam menyampaikan pendidikan seks.

1.4 Kegunaan Penelitian

Kegunaan dari penelitian ini dapat dilihat dari segi teoritis dan praktis, sebagai berikut :

1.4.1 Kegunaan Teoritis

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi pengembangan keilmuan yaitu khususnya Ilmu Komunikasi dalam kajian komunikasi interaksional.

1.4.2 Kegunaan Praktis

Adapun kegunaan penelitian ini secara praktis, diharapkan bisa memberikan suatu masukan atau referensi tambahan yang dapat diaplikasikan dan menjadi pertimbangan. Kegunaan secara praktis pada penelitian ini adalah :

1. Bagi Peneliti

(36)

2. Bagi Universitas

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan literatur dan acuan bagi mahasiswa UNIKOM (Universitas Komputer Indonesia) secara umum, dan mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi secara khusus yang dapat dijadikan sebagai referensi tambahan bagi peneliti selanjutnya yang akan melakukan penelitian selanjutnya khususnya mengenai komunikasi interaksional.

3. Bagi Masyarakat

(37)

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Tinjauan Tentang Peneliti Terdahulu

[image:37.595.109.539.485.743.2]

Tinjauan penelitian terdahulu merupakan salah satu referensi yang diambil oleh peneliti. Melihat hasil karya ilmiah para peneliti terdahulu, yang mana pada dasarnya peneliti mengutip beberapa pendapat yang dibutuhkan oleh peneliti sebagai pendukung penelitian. Tentunya dengan melihat hasil karya ilmiah yang memiliki pembahasan serta tinjauan yang sama.

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

NO Nama Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian

1. Rr. Sri Intan

Fajarini

Komunikasi Interaksional Facebooker

Dalam Situs Jejaring Sosial Facebook

Sebagai Upaya Untuk Menciptakan

Komunitas Virtual, Universitas

Komputer Indonesia 2010

Hasil dari penelitian tersebut

memperlihatkan, proses

komunikasi interaksional

facebooker dapat dilihat

dengan adanya penggunaan

bahasa yang tidak dibatasi

secara formal, simbol yang

digunakan pun merujuk pada

penggunaan fasilitas

(38)

2. Juneanto Gozali Komunikasi Interaksional Orang Tua

Dan Guru Pada Anak Dalam

Pembentukan Kepribadian Anak,

Universitas Komputer Indonesia 2011

Hasil penelitian

keterbukaan, empati,

dukungan, rasa positif, dan

kesetaraan yang terjadi

antara orang tua,guru dan

anak sudah terlihat dan dapat

dirasakan pada sebagian

besar anak sehingga

membentuk kepribadian

anak yang terbuka,

berempati, percaya diri,

pandengar, dan kepribadian

positif lainnya

3. Imam Agus Faisal

Pratama

Tugas akhir Perancangan Buku Media

Informasi Tentang Pendidikan Seks

Dalam Keluarga, Universitas

Komputer Indonesia 2012

Dengan hasil

penelitian berupa bentuk

buku yang berisi tentang

informasi tentang

pendidikan seks yang

berkaitan dengan

penelitian peneliti.

(39)

2.1.2 Tinjauan Tentang Ilmu Komunikasi

Sebagai makhluk sosial manusia tidak terlepas dari kegiatan komunikasi, karena komunikasi merupakan bagian yang penting dalam kehidupan sosial manusia atau masyarakat.

2.1.2.1 Pengertian Ilmu Komunikasi

Kata atau istilah komunikasi dalam Bahasa Inggris yaitu

communication berasal dari Bahasa Latin yaitu communicatus atau

communicatio atau communicare yang bearti berbagi atau menjadi milik bersama. Dengan demikian, kata komunikasi menurut kamus bahasa mengacu pada suatu upaya yang bertujuan untuk mencapai kebersamaan.

Menurut Webster New Collogiate Dictionary komunikasi adalah suatu proses pertukaran informasi diantara individu melalui sistem lambang-lambang, tanda-tanda atau tingkah laku.

Banyak pengertian komunikasi dari para ahli yang memberikan definisi menganai komunikasi berdasarkan sudut pandang mereka masing-masing. Menurut Carl Hovland, Janis & Kelley :

(40)

Definisi lain yaitu menurut Harold Laswell :

“Komunikasi pada dasarnya merupakan suatu proses yang menjelaskan

“siapa” mengatakan “apa” dengan “saluran” apa, “kepada siapa”, dan

“dengan akibat apa” atau “hasil apa”. (who says waht in which channel to whom and with what effect)”. (Riswandi, 2009 : 2)

Definisi Laswell ini menunjukkan bahwa komunikasi itu adalah suatu upaya yang disengaja serta mempunyai tujuan. Berdasarkan definisi Laswell dapat diturunkan lima unsur komunikasi yang saling bergantung satu sama lain, yaitu :

1. Sumber (source), sering disebut juga sebagai komunikator. Sumber adalah pihak yang berinisiatif atau mempunyai kebutuhan untuk berkomunikasi. Sumber dapat individu, kelompok, organisasi, perusahaan atau negara.

2. Pesan, yaitu apa yang dikomunikasikan oleh sumber kepada penerima. Pesan merupakan seperangkat simbol verbal dan nonverbal yang mewakili perasaan, nilai, gagasan, atau maksud sumber tersebut.

3. Saluran atau media, yaitu alat wahana yang digunakan sumber untuk menyampaikan pesannya kepada penerima. Pada dasarnya saluran komunikasi manusia adalah cahaya dan suara. Saluran juga merujuk pada cara penyampaian pesan , apakah lansung atau lewat media (cetak atau elektronik).

4. Penerima (receiver), sering disebut juga sebagai komunikan. Penerima yaitu orang yang menerima pesan dari sumber.

(41)

Kelima unsur tersebut diatas masih dapat dilengkapi dengan unsur unsur komunikasi yaitu feedback atau umpan balik, noice atau gangguan, dan konteks atau situasi komunikasi.

“Dari berbagai pengertian ilmu komunikasi tersebut, terlihat bahwa para ahli memberikan definisinya sesuai dengan sudut pandangnya dalam melihat komunikasi. Masing-masing memberikan penekanan arti, ruang lingkup, dan konteks yang berbeda”. (Riswandi, 2009 : 2).

Komunikasi merupakan salah satu aktivitas yang sangat fundamental dalam kehidupan umat manusia. Hal ini disebabkan karena keberadaan manusia sebagai makhluk sosial. Ini berarti manusia tidak akan bisa hidup tanpa bantuan orang lain. Ketika seorang komunikator atau karakteristik sumber berbicara tanpa menggunakan taktik dan strategi, itu akan berdampak pada terhambatnya pencapaian tujuan yang ingin dicapai.

Komunikasi merupakan alat utama yang digunakan dalam rangka melakukan interaksi yang berkesinambungan untuk berbagai tujuan menurut kepentingannya. Komunikasi bersifat fundamental karena berbagai maksud dan tujuan yang ingin dicapai memerlukan adanya suatu pengungkapan atas dasar-dasar tujuan tersebut, maka dalam hal ini komunikasi menjadi alat utama yang digunakan untuk menyampaikan tujuan-tujuan tersebut. Komunikasi sangat mendasari berbagai pemaknaan yang akan dibuat dan yang akan terbuat setelahnya.

(42)

elemen komunikasi yang diantaranya adalah sumber, pesan, media, penerima dan efek. Ada beberapa pandangan tentang banyaknya unsur komunikasi yang mendukung terjadi dan terjalinnya komunikasi yang efektif. Secara garis besar komunikasi telah cukup didukung oleh tiga unsur utama yakni sumber, pesan dan penerima, sementara ada juga yang menambahkan umpan balik dan lingkungan selain ketiga unsur yang telah disebutkan.

2.1.2.2 Unsur-Unsur Komunikasi

[image:42.595.141.527.488.692.2]

Menurut Onong Uchjana Effendy bahwa, “Dari berbagai pengertian komunikasi yang telah ada, tampak adanya sejumlah unsur yang dicakup, yang merupakan pernyataan terjadinya komunikasi”. (Effendy ,1999:19). Unsur-unsur tersebut dibuat menjadi model komunikasi menurut paradigma Harold Laswell yang dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 2.1

Unsur-Unsur Komunikasi Dalam Model Komunikasi

(Sumber :Effendy ,1999:19)

Penjelasan unsur-unsur dalam model komunikasi tersebut adalah :

Sender Encoding Message

Media

Decoding Receiver

Noise

(43)

1. Sender : Komunikator yang menyampaikan pesan kepada seseorang atau sejumlah orang.

2. Encoding : Penyandian, yakni proses pengalihan pikiran ke dalam bentuk lambang.

3. Message : Pesan yang merupakan seperangkat lambang bermakna yang disampaikan oleh komunikator.

4. Media : Saluran komunikasi tempat berlalunya pesan dari komunikator kepada komunikan.

5. Decoding : Pengawasandian, yaitu dimana proses menetapkan makna pada lambang yang disampaikan oleh komunikator kepadanya.

6. Receiver : Komunikan yang menerima pesan dari komunikator. 7. Response : Tanggapan, seperangkat reaksi pada komunikan setelah

diterima pesan.

8. Feedback : Umpan balik, yakni tanggapan komunikan apabila tersampaikannya pesan.

9. Noise : Gangguan tak terencana yang terjadi dalam proses komunikasi sebagai akibat diterimanya pesan lain oleh komunikan yang berbeda dengan pesan yang disampaikan oleh komunikator kepadanya. (Effendy

,1999:19).

(44)

Komunikator harus mengirimkan pesan melalui media yang efisien dalam mencapai khalayak sasaran.

2.1.2.3 Fungsi Komunikasi

Komunikasi memiliki beberapa fungsi. Menurut Onong Uchjana Effendy ada empat fungsi utama dari kegiatan komunikasi, yaitu :

1. Untuk menyampaikan Informasi (To Inform)

Berfungsi sebagai penyebar informasi bagi para penerima informasi (komunikan) melalui proses komunikasi, ditandai dengan reaksi penerima setelah mendapatkan informasi sehingga memberikan tanggapan yang baik. 2. Untuk mendidik (To Educate )

Komunikasi dapat membuat pengalihan ilmu pengetahuan sehingga dapat mendorong perkembangan intelektual dan kepribadian seseorang.

3. Untuk menghibur (To Entertain)

Komunikasi berfungsi sebagai hiburan yang dapat menimbulkan kesenangan bagi para penerima pesan.

4. Untuk mempengaruhi (To Influence)

Komunikasi befungsi untuk mempengaruhi penerima pesan, karena adanya penyampaian pesan sehingga penerima pesan dapat terpengaruh pemikiran atau tingkah lakunya setelah menerima pesan dari pengirim pesan. (Effendy, 2003 : 31).

2.1.2.4 Tujuan Komunikasi

(45)

menghilangkan rasa lapar dan memenuhi kebutuhan fisik. Demikian pula seperti komunikasi. Komunikasi dilakukan untuk memenuhi tujuan tertentu. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, bahwa manusia melakukan komunikasi karena ia ingin memenuhi kebutuhannya. Misalnya, seorang petani, selain bekerja dalam mengolah dan merawat padi, ia juga membutuhkan orang lain, misalnya dalam membeli pupuk, dan menjual hasil taninya. Oleh karena itu, ia akan berkomunikasi dengan orang lain agar mencapai kebutuhan-kebutuhannya.

Onong Uchjanda Effendy, dalam bukunya “Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi” mengatakan bahwa tujuan komunikasi adalah sebagai berikut :

a. Perubahan Sosial (Social Exchange)

Perubahan sosial artinya memberikan informasi pada masyarakat dengan tujuan akhir agar masyarakat mau mendukung dan ikut serta terhadap tujuan tersebut.

b. Perubahan Sikap (Attitude Change)

Kegiatan memberikan berbagai informasi pada masyarakat dengan tujuan agar masyarakat dapat mengubah sikap-sikap tertentu.

c. Perubahan pendapat (Opinion Change)

Yaitu memberikan berbagai informasi pada masyarakat dengan tujuan agar masyarakat dapat mengubah pendapat dan persepsinya terhadap tujuan informasi yang telah disampaikan.

d. Perubahan perilaku (Behavior Change)

(46)

2.1.2.5 Proses Komunikasi A. Proses Komunikasi Primer

Dalam melakukan komunikasi, perlu adanya suatu proses yang memungkinkannya untuk melakukan komunikasi secara efektif. Proses komunikasi inilah yang membuat komunikasi berjalan dengan baik dengan berbagai tujuan. Dengan adanya proses komunikasi, berarti ada suatu alat yang digunakan dalam prakteknya sebagai cara dalam pengungkapan komunikasi tersebut. Menurut Onong Uchjana Effendy dalam buku Ilmu Komunikasi, Teori dan Praktek, Proses komunikasi terbagi menjadi dua tahap yakni proses komunikasi secara primer dan secara sekunder, yakni:

“Proses komunikasi secara primer adalah proses penyampaian pikiran dan atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang (symbol) sebagai media. Lambang sebagai media primer dalam proses komunikasi adalah bahasa, kial, isyarat gambar, warna, dan lain sebagainya yang secara langsung mampu menerjemahkan pikiran atau perasaan komunikator kepada komunikan.”(Effendy, 2003:31)

B. Proses Komunikasi Sekunder

Setelah proses komunikasi primer, maka proses komunikasi kedua adalah proses komunikasi sekunder. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Onong Uchjana Effendy bahwa, “Proses komunikasi secara sekunder adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang sebagai media pertama”. (Effendy, 2003: 36).

(47)

relatif jauh atau dengan jumlah yang banyak. Surat, telepon, surat kabar, majalah, radio, televisi, film, internet,dan lain-lain adalah media kedua yang sering digunakan dalam komunikasi. Media kedua ini memudahkan proses komunikasi yang disampaikan dengan meminimalisir berbagai keterbatasan manusia mengenai jarak, ruang, dan waktu. Menurut Onong Uchjana Effendy, “Pentingnya peran media, yakni media sekunder dalam proses komunikasi disebabkan oleh efisiensi dalam mencapai komunikan. (Effendy, 2003:17)”. Surat kabar, radio,atau televisi misalnya, merupakan media yang efisien dalam mencapai komunikan dalam jumlah yang amat banyak. Jelas efisien karena dengan menyiarkan sebuah pesan satu kali saja dapat tersebar luas kepada khalayak yang begitu banyak jumlahnya.

Komunikasi sekunder ini merupakan sambungan dari komunikasi primer untuk menembus ruang dan waktu. Dalam menata lambang lambang untuk memformulasikan isi pesan komunikasi, komunikator harus mempertimbangkan sifat media yang akan digunakan. “Penentuan media yang akan dipergunakan sebagai hasil pilihan dari sekian banyak alternatif perlu didasari atas pertimbangan mengenai siapa komunikan yang akan dituju”. (Effendy, 2003: 18).

2.1.2.6 Bentuk Komunikasi

Menurut bentuknya, komunikasi dapat dikelompokkan menjadi komunikasi verbal dan nonverbal.

(48)

2.1.3 Tinjauan Tentang Komunikasi Antarpribadi 2.1.3.1 Pengertian Komunikasi Antarpribadi

Secara umum komunikasi antarpribadi diartikan sebagai suatu proses pertukaran makna antara orang-orang yang saling berkomunikasi. Pengertian proses mengacu pada perubahan dan tindakan yang berlangsung secara terus menerus. Pengertian dari pertukaran yaitu tindakan menyampaikan dan menerima pesan secar timbal balik. Makna yaitu sesuatu yang dipertukarkan dalam proses tersebut. Kesamaan pemahaman di antara pelaku-pelaku komunikasi.

“Definisi komunikasi antarpribadi dari prespektif proses pengembangannya yaitu komunikasi adalah suatu proses yang berkembang, yaitu dari yang bersifat impersonal menjadi interpersonal atau intim. Artinya ada peningkatan antara para pelaku yang terlibat dalam komunikasi. Seringkali pertemuan antarpribadi diawali dengan pembicaraan pada masalah-masalah yang bersifat

umum seperti usi, asal daerah dan sebagainya”. (Riswandi, 2009 :

84)

(49)

2.1.3.2 Karakteristik Efektivitas Komunikasi Antarpribadi Yoseph Devito mengemukakan 2 prespektif untuk melihat efektivitas komunikasi antarpribadi sebagai berikut :

1. Prespektif Humanistik, yang mencakup : a. Keterbukaan

b. Perilaku suportif, didorong oleh deskritif, Spontanitas dan Profesionalisme.

c. Sedangkan perilaku definsif meliputi Evaluasi, Strategi, dan Kepastian

d. Perilaku Positif e. Empati

f. Kesamaan

2. Prespektif Pragmatis, yang mencakup : a. Bersikap yakin

b. Kebersamaan

c. Manajemen interaksi d. Perilaku ekspresif

e. Orientasi pada orang lain. (Riswandi, 2009:89 ). 2.1.3.3 Tujuan Komunikasi Antarpribadi

Ada 6 tujuan komunikasi antarpribadi sebagai berikut :

(50)

memahami dirinya sendiri, dan memahami sikap dan perilaku diri sendiri.

2. Mengetahui dunia luar. Banyaknya informasi yang dimiliki seseorang berasla dari hasil interaksi dengan orang lain. 3. Menciptakan dan memelihara hubungan menjadi lebih

bermakna. Sebagai makhluk sosial, manusia cenderung untuk mencari dan berhubungan dengan orang lain dimana ia mengadu, berkeluh kesah, menyampaikan isi hati, dan sebagainya.

4. Mengubah sikap dan perilaku. Seseorang banyak mempergunakan waktu untuk mempersuasi orang lain melalui komunikasi antarpribadi.

5. Bermain dan mencari hiburan. Seseorang melakukan komunikasi antarpribadi dengan tujuan untuk menghilangkan kejenuhan dan ketegangan.

6. Membantu. Melalui komunikasi antarpribadi, seseorang dapat membantu dan memberikan saran-saran pada orang lain. (Riswandi, 2009:87)

2.1.4 Tinjauan Tentang Komunikasi Interaksional

West dan Turner, mengemukakan tentang model suatu pemahaman:

“Komunikasi sebagai aksi (Model Linear), komunikasi sebagai interaksi

(Model Interaksional) dan komunikasi sebagai transaksi (Model

(51)

Model ini dikembangkan oleh Wilbur Schramm pada tahun 1954 yang menekankan pada proses komunikasi dua arah di antara dua komunikator. Wilbur Schramm (1954) yang dikutip Lukiati Komala dalam buku Ilmu Komunikasi: Prespektif, Proses, Dan Konteks mengemukakan bahwa,

“Komunikasi interaksional adalah mengamati hubungan antara seorang pengirim dan penerima. Ia mengoseptualisasikan model komunikasi interaksional (Interactional model of communication), yang menekankan proses komunikasi dua arah di antara para komunikator. Dengan kata lain, komunikasi berlangsung dua arah yaitu dari pengirim dan kepada penerima dan dari penerima kepada pengirim. Proses melingkar ini menunjukkan bahwa komunikasi selalu berlangsung”. (Komala, 2009:98).

Pandangan interaksional mengilustrasikan bahwa seseorang dapat menjadi baik pengirim maupun penerima dalam sebuah interaksi. “Suatu elemen yang yang penting bagi model interaksional adalah umpan balik. Umpan balik dapat berua komunikasi verbal atau komunikasi nonverbal”. (Komala, 2009:99)

“Model interaksional berlawanan dengan model S – R dan beberapa model linear lainnya. Jika model S – R mengasumsikan bahwa manusia itu pasif, maka model interaksional menganggap manusia bersifat aktif. Makna kata simbolik secar implisit terkandung dalam konsep interaksional, dan oleh karena itu model interaksional sangat berbeda dengan interaksi biasa yang ditandai dengan pertukaran stimulus – respon”. (Ridwan, 2009:45).

Model interaksional mengacu pada prespektif interaksi simbolik yang dikembangkan oleh ilmuwan sosial untuk menjelaskan komunikasi. Konsep-konsep penting yang digunakan adalah diri (self), diri yang lain (others), simbol, makna, penafsiran, dan tindakan.

(52)

Model interaksional sesungguhnya sulit untuk digambarkan melalui sebuah bagan atau diagram, karena sifatnya yang kualitatif, nonlinear, dan nonsistemik, oleh karena itu model ini lebih mudah dideskripsikan secara verbal dan nonverbal.

“Model ini tidak mengklasifikasikan fenomena komunikasi menjadi berbagai

unsur atau tahapan sebagaimana dijelaskan dalam model-model komunikasi linear dan mekanistis”. (Riswandi, 2009:46).

Didalam bentuk komunikasi interaksional, adanya interaksi di antara dua pihak. Interaksi inilah yang kemudian menentukan hubungan komunikasi, ke arah yang lebih baik atau justru sebaliknya. Definisi komunikasi interaksional menurut Syaiful Rohim dalam bukunya Teori Komunikasi : Perspektif, Ragam & Aplikasi

menjelaskan bahwa:

“Komunikasi Interaksional merupakan proses komunikasi yang berlangsung

dua arah: dari pengirim kepada penerima dan dari penerima kepada pengirim. Pandangan interaksional mengilustrasikan bahwa seseorang dapat menjadi pengirim maupun penerima dalam sebuah interaksi, tetapi tidak menjadi keduanya sekaligus”. (Rohim, 2009 : 43).

Menurut Blumer seorang penganut model komunikasi interaksional mengemukakan 3 premis yang menjadi premis model ini, yaitu sebagai berikut :

1. Manusia bertindak berdasarkan makna yang diberikan individu terhadap lingkungan sosialnya ( simbol verbal, simbol nonverbal, lingkungan fisik). 2. Makna itu berhubungan langsung dengan interaksi sosial yang dilakukan

(53)

3. Makna diciptakan, dipertahankan, dan diubah lewat proses penafsiran yang dilakukan individu dalam berhubungan dengan lingkungan sosialnya. (Riswandi, 2009:46).

[image:53.595.111.528.387.649.2]

Oleh karena itu individu terus berubah, dan masyarakat pun berubah melalui interaksi. Jadi, variabel penting yang mengubah perilaku manusia adalah interaksi, bukan struktur masyarakat. Struktur itu tercipta dan berubah karena interaksi manusia. Untuk melengkapi penjelasan ini, Fisher menggambarkan suatu model diagramatik seperti berikut:

Gambar 2.2

Model Interaksional Fisher

(Sumber : Fisher, 1986:242)

Komunikator Komunikator

Diri /Yang lain

Yang Lain/Diri

Objek

(54)

Aubrey Fisher mengatakan bahwa,

“Para peserta komunikasi menurut model interaksional adalah orang-orang yang mengembangkan potensi manusiawinya melalui interaksi sosial, tepatnya melalui pengambilan peran orang lain (role-taking). Diri (self) berkembang lewat interaksi dengan orang lain, dimulai dengan lingkungan terdekatnya seperti keluarga”. (Fisher dalam Mulyana, 2012 : 173).

2.1.5 Tinjauan Komunikasi Verbal Dan Komunikasi Nonverbal

Komunikasi sebagai interaksi, pandangan ini menyetarakan komunikasi dengan suatu proses sebab aibat atau aksi reaksi, yang arahnya bergantian.

“Seseorang menyampaikan pesan, baik verbal maupun nonverbal, seorang penerima bereaksi dengan memberi jawaban verbal atau menganggukan kepala, kemudian orang pertama bereaksi lagi setelah menerima respon atau umpan balik dari orang kedua, dan begitu seterusnya. “(Riswandi, 2009 : 8 )

Blumer seorang penganut komunikasi interaksional dari salah satu premis yang menjadi premis model komunikasi interaksional yaitu,

“Manusia bertindak berdasarkan makna yang diberikan individu terhadap

lingkungan sosialnya yaitu simbol verbal dan simbol nonverbal”. (Riswandi, 2009 : 46 )

2.1.5.1Komunikasi Verbal

Simbol atau pesan verbal adalah semua jenis simbol yang menggunakan satu kata atau lebih. Definisi dari bahasa disini yaitu,

(55)

Setiap orang mempunyai nama untuk identifikasi sosial. Penamaan adalah dimensi pertama bahasa dan merupakan basis bahasa, yang pada awalnya hal iut dilakukan sesuka manusia kemudian menjadi konvensi.

Fungsi bahasa yang mendasar bagi manusia adalah untuk menamai atau menjuluki obyek, orang, dan peristiwa. Menurut Larry L.Barker, bahasa memiliki tiga fungsi, yaitu :

1. Penamaan (naming/labeling). Penamaan atau penjulukan merujuk pada usaha mengidentifkas objek, tindakan, atau orang dengan menyebut namanya sehingga dapat dirujuk dalam komunikasi.

2. Interaksi. Fungsi interaksi menekankan pada berbagai gagasan dan emosi yang dapat menghubungkan antara orang dengan orang lainya, atau antara kelompok orang dengan orang lainnya. Melalui bahasa, informasi dapat disampaikan kepada orang lain.

3. Transmisi informasi. Melalui bahasa, informasi dapat disampaikan kepada orang lain, baik secara langsung maupun tidak langsung. (Riswandi, 2009:60).

Komunikasi verbal adalah komunikasi dengan menggunakan simbol-simbol yang menggunakan satu kata atau lebih (bahasa). “Bahasa dapat juga dianggap sebagai sistem kode verbal. Bahasa adalah seperangkat kata yang disusun secara berstruktur sehingga menjadi suatu kalimat yang mengandung makna”. (Riswandi, 2009:59).

(56)

merupakan tentang cara pembentukan kalimat. Semantik adalah pengetahuan tentang arti kata atau gabungan kata-kata. 5

Manusia dalam meningkatkan kemampuannya untuk berbahasa perlu melalui suatu proses belajar. Tanpa bahasa, manusia tidak dapat berpikir, bahasalah yang mempengaruhi pola berpikir dan persepsi manusia.

Komunikasi verbal yang meliputi bahasa sesungguhnya memiliki keterbatasan, sebagai berikut :

1. Keterbatasan jumlah kata yang tersedia untuk mewakili objek.

Kata-kata adalah kategori untuk merujuk pada objek tertentu seperti orang, banda, peristiwa, sifat, perasaan, dan sebagainya. Tidak semua kata tersedia untuk merujuk pada objek. Suatu kata hanya mewakili realitas, tetapi bukan realitas itu sendiri. Dengan demikian kata-kata pada dasarnya bersifat parsial, tidak melukiskan sesuatu secara eksak.

2. Kata-kata bersifat ambigu dan kontekstual.

Kata-kata bersifat ambigu, karena kata-kata mempresentasikan persepsi dan interpretasi orang-orang yang berbeda, yang menganut latar belakang sosial budaya yang berbeda pula. Kata berat , yang mempunyai makna yang nuansanya beraneka ragam. Misalnya tubuh orang itu berat, atau

kepala saya berat.

3. Kata-kata mengandung bias budaya.

Bahasa terikat oleh konteks budaya. Dengan kata lain, bahasa merupakan perluasan budaya. Benjamin Lee Whorf mengatakan bahwa: Tanpa bahasa

5

(57)

kita tidak dapat berfikir, bahasa mempengaruhi persepsi, bahasa mempengaruhi pola pikir. Bahasa adalah produk budaya atau respon manusia terhadap lingkungan, maka apapun yang dikatakan orang atau kelompok biasanya tidak lepas dari lingkungan dimana ia berada.

4. Pencampuradukan fakta, penafsiran, dan penilaian.

Dalam berbahasa, sering mencampuradukkan fakta, uraian, penafsiran, dugaan dan penilaian. Hal ini timbul karena berkaitan dengan kekeliruan persepsi orang. (Riswandi, 2009:64).

2.1.5.2Komunikasi Nonverbal

Komunikasi nonverbal adalah komunikasi yang menggunakan pesan-pesan nonverbal. Menurut Larry A.Samovar dan Richard E Porter,

“Komunikasi nonverbal mencakup semua rangsangan (kecuali rangsangan verbal) dalam suatu komunikasi, yang dihasilkan oleh individu dan penggunaan lingkungan oleh individu, yang mempunyai nilai pesan potensial bagi pengirim atau penerima”. (Riswandi, 2009:69).

Sedangkan menurut Aditiawarman, “Komunikasi nonverbal adalah

komunikasi tanpa menggunakan kata-kata secara sederhana, pesan nonverbal adalah semua isyarat yang bukan kata-kata atau bahasa”. ( Aditiawarman, 2002:38). Ada beberapa klasifikasi komunikasi nonverbal menurut Jalaludin Rakhmat yaitu :

(58)

kebahagiaan, rasa terkejut, ketakutan, kemarahan, kesedihan, kemuakan, dan lain-lain. Pesan gestural menunjukkan gerakan sebagian anggota badan seperti mata dan tangan untuk mengkomunikasikan berbagai makna. Pesan postural berkenaan dengan keseluruhan anggota badan, makna yang dapat disampaikan adalah :

a. Immediacy yaitu ungkapan kesukaan dan ketidaksukaan terhadap individu yang lain.

b. Power yaitu mengungkapkan status yang tinggi pada diri komunikator. c. Responsiveness yaitu individu dapat beraksi secara emosional pada

lingkungan secara positif dan negatif. (Rakhmat, 2005:270).

Dan pesan postural yaitu gerakan-gerakan badan yang bisa dibedakan terdapat 5 jenis, yaitu :

a. Emblems, ialah isyarat yang punya arti langsung pada simbol yang dibuat oleh gerakan badan. Misalnya mengangkat jempol yang artinya bagus atau baik.

b. Illustrators, ialah isyarat yang dibuat dengan gerakan-gerakan badan untuk menjelaskan sesuatu, misalnya mengenai besarnya barang atau tinggi rendahnya suatu objek yang dibicarakan.

c. Affect Display, isyarat yang terjadi karena adanya dorongan emosional sehingga berpengaruh pada ekspresi muka.

(59)

e. Adaptory, yaitu gerakan badan yang dilakukan sebagai tanda kejengkelan, seperti mengepalkan tinjuan ke atas meja. (Rakhmat, 2005:271).

2. Pesan proksemik. Pesan yang disampaikan melalui pengaturan jarak dan ruang. Umumnya dengan mengatur jarak seseorang mengungkapkan keakraban seseorang dengan orang lain.

3. Pesan artifaktual. Pesan yang diungkapkan melalui penampilan tubuh, pakaian atau busana, dan kosmetik. Walaupun bentuk tubuh relatif tetap, orang sering berprilaku dalam hubungan dengan orang lain sesuai dengan persepsinya tentang tubuhnya (body image).

4. Pesan paralinguistik adalah pesan nonverbal yang beerhubungan dengan cara mengucapkan pesan verbal. Satu pesan verbal yang sama dapat menyampaikan arti yang berbeda bila diucapkan secara berbeda.

5. Pesan sentuhan dan bau-bauan. Alat penerima sentuhan adalah kulit. Kulit mampu menerima dan membedakan emosi yang disampaikan orang melalui sentuhan. Sentuhan dengan emosi tertentu dapat mengkomunikasikan kasih sayang, takut, marah dan tanpa perhatian. Sedangkan bau-bauan terutama yang menyenangnkan tentang wewangian beraba-abad digunakan orang untuk menyampaikan pesan nonverbal wilayah, mengidentifikasikan keadaan emosional, dan menarik lawan jenis. ( Rakhmat, 2005:272).

(60)

1. Perilaku nonverbal dapat mengulangi/repetisi perilaku verbal. Ketika seseorang menganggukan kepala ketika mengatakan “ya”, atau menggelengkan kepala

ketika mengatakan “tidak”.

2. Memperteguh, menekankan, atau melengkapi perilaku verbal. Misalnya ketika

seseorang melambaikan tangan seraya mengucapkan “selamat jalan”.

3. Perilaku nonverbal dapat menggantikan/substitusi perilaku verbal. Menggoyangkan tangan dengan telapak tangan menghadap ke depan sebagai

pengganti kata “tidak”.

4. Perilaku nonverbal dapat meregulasi perilaku verbal. Misalnya seorang mahasiswa mengenakan jaket atau membereskan buku-bukunya, sehingga membuat dosen segera menutup kuliahnya.

5. Perilaku nonverbal dapat membantah atau bertentangan dengan perilaku

verbal. Misalnya seorang suami mengatakan “bagus” ketika diminta komentar

isterinya, seraya terus membaca surat kabar di tangannya. (Riswandi, 2009:70). 2.1.6 Tinjauan Tentang Orang Tua

Orang tua secara sederhana terdiri dari ayah dan ibu, yang bertugas

merawat dan mendidik seorang anak. Orang tua adalah “ komponen

keluarga yang terdiri dari ayah dan ibu, dan merupakan hasil dari sebuah ikatan perkawinan yang sah yang dapat membentuk sebuah keluarga.6

6

(61)

Orang tua memiliki tanggung jawab untuk mendidik, mengasuh dan membimbing anak-anaknya untuk mencapai tahapan tertentu yang mengahantarkan anak untuk siap adalam kehidupan masyarakat.

2.1.6.1 Peran Orang Tua

Menurut Gunarsa dalam keluarga yang lengkap maka ada dua individu yang memainkan peranan penting yaitu peran ayah dan peran ibu, secara umum peran kedua individu tersebut adalah :

a. Peran Ibu adalah :

1. Memenuhi kebutuhan biologis dan fisik.

2. Merawat dan mengurus keluarga dengan sabar, mesra dan konsisten.

3. Mendidik, mengatur dan mengendalikan anak. 4. Menjadi contoh teladan bagi anak.

b. Peran Ayah adalah :

1. Sebagai pencari nafkah.

2. Sebagai suami yang penuh pengertian dan memberi rasa aman. 3. Berpartisipasi dalam pendidikan anak.

4. Sebagai pelindung atau tokoh yang tegas, bijaksana, mengasihi keluarga. (Gunarsa, 1995:31-38).

2.1.7 Tinjauan Tentang Anak

Definisi anak menurut Undang-undang Nomor 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak, disebutkan bahwa pengertian anak sebagai berikut :

(62)

masih dalam kandungan”. (Undang-Undang Tentang Perlindungan Anak

Pasal 1 ayat 1 ).

Anak memiliki fase-fase perkembangan sebagai tahapan tumbuh kembangnya. Menurut Gunarsa tugas-tugas perkrmbangan tersebut adalah sebagi berikut :

a. Tugas-tugas perkembangan anak usia 0-6 tahun , meliputi belajar memfungsikan visual mtoriknya secara sederhana, belajar memakan makanan padat, belajar bahasa, kontrol badan, mengenali realita sosial atau fisiknya, belajar melibatkan diri secara emosionl dengan orang tua, saudara dan lainnya, belajar membedakan benar atau salah serta membentuk nurani.

b. Tugas-tugas perkembangan anak usia 6-12 tahun, adalah menggunakan kemampuan fisiknya, belajar sosial, mengembangkan kemampuan-kemampuan dasar dalam membaca, menulis, dan menghitung, memperoleh kebebasan pribadi, bergaul, mengembangkan konsep-konsep yang dipadukan untuk hidup sehari-hari, mempersiapkan dirinya sebagai jenis kelamin tertentu, mengembangkan kata nurani dan moral, menentukkan skala nilai dan mengembangkan sikap terhadap kelompok sosial atau lembaga (Havghurts dalam Gunarsa, 1986 : 27).7

7

Dunia Psikologi/Tugas-tugas perkembangan

(63)

2.1.8 Tinjauan Tentang Pendidikan Seks 2.1.8.1 Pengertian Pendidikan Seks

“Suatu informasi mengenai persoalan seksualitas manusia yang jelas dan benar meliputi proses terjadinya pembuahan, kehamilan sampai kelahiran, tingkah laku seksual yang diberikan sepatutnya berkaitan dengan norma-norma yang berlaku di masyarakat “ (Sarwono, 2001:13).

Pendidikan seks dapat di bedakan antara sex instruction dan education in sexuality. Sex Intruction adalah penjelasan mengenai anatomi seperti pertumbuhan rambut pada ketiak, dan mengenai biologi dari repoduksi, yaitu proses berkembang biak melalui hubungan untuk mempertahankan jenisnya termasuk didalamnya pembinaan keluarga dan metode kontrasepsi dalam mencegah terjadinya kehamilan. Sedangkan, Education in Sexuality adalah penjelasan tentang bidang-bidang etika, moral, fisiologi, ekonomi, dan pengetahuan lainnya yang dibutuhkan agar seseorang dapat memahami dirinya sendiri sebagai individual sexual serta mengadakan interpersonal yang baik.

Ada beberapa pendapat mengenai pendidikan seks lain salah satunya menurut Surtiretna ( 2000 ), yaitu :

“Upaya memberikan pendidikan dan pengetahuan tentang perubahan biologis, psikologis dan psikososial sebagai akibat pertumbuhan dan perkembangan manusia. Dengan kata lain, pendidikan seks pada dasarnya merupakan upaya untuk memberikan pengetahuan tentang fungsi organ reproduksi dan menanamkan moral etika, serta komitmen agama supaya tidak terjadi penyalahgunaan organ reproduksi tersebut.” (Surtiretna : 2000:34). 8

8

(64)

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan seks adalah upaya untuk memberikan pengetahuan tentang perubahan biologis, psikologis, dan psikososial yang terjadi pada setiap orang untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan organ reproduksi.9

2.1.8.2 Metode Pembekalan Pendidikan Seks Untuk Anak

Ada empat metode pembekalan pendidikan seks , sebagai berikut :

1. Memberikan pemahaman tentang seks pada anak berdasarkan nilai agama serta nilai moral sehingga segala sesuatu yang menyangkut seksualitas langsung dikaitkan dengan ajaran agama. Dengan demikian anak dapat menyaring dan menetralisir dalam benaknya akan pengertian seks. Dasar agama dengan cara orang tua menerapkan dalam kehidupan sehari-hari sehingga anak melihat bagaimana hubungan antar anggota keluarga yang berpedoman dengan agama. 2. Meberikan rasa aman pada anak dengan adanya komunikasi yang

tepat dan hangat antar anggota keluarga. Komunikasikan secara jelas masalah seks dengan anak sehingga anak tidak takut bertanya atau mencari sumber yang tidak jelas untuk memuaskan rasa ingin tahunya. Dengan jawaban yang terbuka dan disesuaikan dengan tahap pemahaman anak, mereka tidak akan takut menanyakan segala hal kepada orang tuanya.

9

(65)

3. Sesuaikan penjelasan mengenai seks dengan usia dan tingkah pemahaman anak .

4. Membatasi penjelasan atau jawaban hanya pada pertanyaan anak saja, tidak terlalu melebar terlalu jauh.dikarenakan tingkat pemahaman anak sangat terbatas, maka orang tua pun diharapkan menjawab seperlunya, tidak perlu penjelasan mendetail sehingga membuat bingung anak. (Chomaria, 2012:16).

2.1.8.3 Tujuan Dari Pendidikan Seks Disesuaikan Dengan Perkembangan Usia Anak.

1. Usia balita (1-5 tahun). Memperkenalkan organ seks yang dimiliki. Dengan cara menjelaskan anggota tubuh lainnya, termasuk menjelaskan fungsi serta cara melindunginya.

2. Usia sekolah (6-12 tahun). Memahami perbedaan jenis kelamin, menginformasikan asal-usul manusia, membersihkan alat genital dengan benar agar terhindar dari kuman dan penyakit, dan masa pubertas yang mendasar. Disinilah anak usia sekolah dasar.

3. Usia menjelang remaja. Menerangkan masa pubertas dan karakteristiknya, serta menerima perubahan dari bentuk tubuhnya.

4. Usia remaja. Memberi penjelasan mengenai perilaku seks yang merugikan (seperti seks bebas), menanamkan moral dan prinsip ‘say no‘

(66)

Gambar

Gambar 1.1 Korban Kekerasan Seksual Pada Anak
Gambar 1.2
Gambar 1.3 Simulasi orang tua yang menjelaskan tentang pendidikan seks
Tabel 2.1
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dalam penelitian kualitatif dimana uraiannya bersifat deskriptif dalam bentuk katakata, peneliti merupakan instrumen utama pengumpulan data dan hasil PTK ini dapat

Penelitian kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang- orang dan perilaku yang dapat diamati

Dengan ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa penelitian saya yang berjudul “Hubungan Adiksi Internet Dengan Relasi Orang Tua Dan Anak Usia Sekolah” bebas dari

Guna lebih meningkatkan kajian dalam penelitian ini, maka perlu dikemukakan saran-saran sebagai berikut,antara lain : (1) pendidikan karakter yang telah terjadi di lingkungan keluarga

Dalam penelitian kualitatif dimana uraiannya bersifat deskriptif dalam bentuk katakata, peneliti merupakan instrumen utama pengumpulan data dan hasil PTK ini dapat

Hal inipun sesuai dengan data yang diperoleh dimana dua dari orang tua anak tunagrahita memberikan pendidikan seks dengan menerapkan pola asuh authoritative,

Berdasarkan hasil penelitian gambaran komunikasi orang tua didapatkan bahwa sebagian besar gambaran komunikasi orang tua dalam kategori baik yaitu sebanyak 54,4%, karena dilihat

Penarikan Kesimpulan Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan orang tua peserta didik di Desa Taeng Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa menunjukkan