• Tidak ada hasil yang ditemukan

KREATIVITAS DAN FUNGSI MUSIK KERONCONG (STUDI KASUS PADA GRUP MUSIK KERONCONG KASELA BERGEMA)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KREATIVITAS DAN FUNGSI MUSIK KERONCONG (STUDI KASUS PADA GRUP MUSIK KERONCONG KASELA BERGEMA)"

Copied!
110
0
0

Teks penuh

(1)

 

KREATIVITAS DAN FUNGSI MUSIK KERONCONG

(STUDI KASUS PADA GRUP MUSIK KERONCONG KASELA

BERGEMA)

Skripsi

disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Seni Musik

oleh

Christina Rosalia Sulestiyorini 2503408055

JURUSAN PENDIDIKAN SENI DRAMA, TARI, DAN MUSIK

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

(2)

ii 

Semarang, 14 Maret 2013

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Dr.F. Totok Sumaryanto, M.Pd Drs. Slamet Haryono, M.Sn NIP. 196510181992031001 NIP. 196610251992031003

Mengetahui, Ketua Jurusan PSDTM

(3)

iii 

KERONCONG (Studi Kasus pada GRUP MUSIK KERONCONG KASELA BERGEMA” telah dipertahankan di hadapan sidang Panitia Ujian Skripsi FBS UNNES pada tanggal 14 Maret 2013.

 

Panitia Ujian Skripsi

Ketua Sekretaris

Moh. Hasan Bisri,

S.Sn.M.Sn

NIP.

196601091998021001

Penguji

Abdul Rachman, S.Pd., M.Pd. NIP. 198001202006041002

Penguji/Pembimbing I Penguji /Pembimbing II

Prof. Dr.F. Totok Sumaryanto, M.Pd. Drs. Slamet Haryono, M.Sn NIP. 196410271991021001 NIP. 196610251992031003

(4)

iv 

1. Father, thank you for the precious gift of life, help me to serve you each day

and to trust you forever, in Jesus name. Amen. (my Thanks to Lord,

@kayumanez)

2. Waktu akan menjawab, tangan Tuhan tak pernah terlambat (@kayumanez)

3. Beginilah sejarah, yang manis kita rayakan, dan pahit kita catat agar jangan

terjadi lagi ( Ruma maida)

PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan kepada:

1. Ibuku (K. Puji Lestari) dan Bapaku (Suko

Tiyono), terima kasih untuk perjuangan dan doa

kalian.

2. Adikku Merry Anggraeni dan Stefanus Nugroho

Gama Putra yang selalu memberikan doa dan

dukungan.

(5)

kekuatan, pencerahan, dan petunjuk sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

dengan judul “ KREATIVITAS DAN FUNGSI MUSIK KERONCONG (Studi

Kasus Pada Grup Musik keroncong KASELA BERGEMA) “

Dalam penulisan skripsi ini penulis memperoleh bantuan dari berbagai

pihak. Untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih yang tak terhingga

kepada:

1. Prof. Dr. H. Sudijono Sastroatmodjo, M.Si, Rektor Universitas Negeri

Semarang yang telah memberikan segala fasilitas dalam menyelesaikan studi

di FBS Universitas Negeri Semarang.

2. Bapak Prof. Dr. Agus Nuryatin, M.Hum, Dekan Fakultas Bahasa dan Seni

yang telah memberikan ijin untuk menyelesaikan skripsi.

3. Bapak Joko Wiyoso, S.Kar, M.Hum, Ketua Jurusan Pendidikan Seni Drama

Tari dan Musik yang telah memberikan kemudahan dalam proses penyusunan

skripsi ini.

4. Bapak Prof. Dr.F. Totok Sumaryanto, M.Pd, Dosen Pembimbing I dan Bapak

Drs. Slamet Haryono, M.Sn, Dosen Pembimbing II yang telah banyak

meluangkan waktu untuk mengoreksi dan memberikan saran-saran selama

penyusunan skripsi ini.

5. Bapak Prof. Dr.F. Totok Sumaryanto, M.Pd, selaku Dosen Wali yang selalu

(6)

vi 

7. Bapak dan Ibu Joseph dan anggota grup Kasela Bergema yang telah memberi

ijin kepada penulis untuk mengadakan penelitian kepada Grup musik

Keroncong Kasela Bergema.

8. Bapak dan Ibuku tersayang, yang tidak pernah lelah berjuang dan selalu

menyebut namaku dalam setiap doanya, adik – adikku dan keluarga besarku

yang selalu memberi dukungan.

9. Teman-teman seperjuangan Sendratasik 2008 yang telah memberikan

semangat dan dukungan selama penulis berada di Jurusan Sendratasik.

10.Semua pihak yang telah membantu dan mendukung dalam penyusunan skripsi

ini, Dita, Gandung, Galih Ateng, anak – anak Wisma Reksonegoro dan pihak

yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

11.Almamaterku tercinta, UNNES.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh

karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan perkembangan seni

pertunjukan di Indonesia.

Semarang, 14 Maret 2013

(7)

vii 

Universitas Negeri Semarang. Dosen Pembimbing I Prof. Dr.F. Totok Sumaryanto, M.Pd dan Pembimbing II Drs. Slamet Haryono, M.Sn.

Grup musik keroncong Kasela Bergema adalah grup keroncong dari kota Semarang yang membawakan lagu-lagu Keroncong. Grup musik keroncong Kasela Bergema mempunyai keunikan berbeda dalam penampilannya dibandingkan dengan kelompok musik keroncong lain. Hal unik tersebut ditunjukkan dengan cara mengemas lagu populer menjadi lagu keroncong. Lagu-lagu yang dibawakan disertai dengan kreativitas dan fungsi musik didalam masyarakat. Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini yaitu, bagaimana kreativitas dan fungsi grup musik keroncong Kasela Bergema dalam membawakan lagu - lagu yang mereka bawakan disetiap acara. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mendiskripsikan kreativitas dan fungsi musik grup musik keroncong Kasela Bergema membawakan lagu-lagunya.

Pendekatan penelitian adalah pendekatan musikologis dengan metode deskriptif kualitatif. Penelitian ini berfungsi untuk mengetahui kreativitas dan fungsi musik grup musik keroncong Kasela Bergema di Semarang dalam membawakan lagu-lagunya disetiap acara. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara, dokumentasi. Keabsahan data diperiksa dengan teknik derajat kepercayaan (reability), keabsahan data yang dimulai dari triangulasi sumber, metode dan data. Teknik analisis data yang digunakan yaitu dengan cara mereduksi data, penyajian data dengan tujuan akhir dapat memperoleh verifikasi.

Hasil penelitian menunjukan bahwa grup musik keroncong Kasela Bergema adalah sebuah grup yang membawakan lagu-lagu keroncong dengan nuansa berbeda. Dalam membawakan lagu-lagu Keroncong, grup musik keroncong Kasela Bergema menampilkan kreativitas jenis lagu populer indoneisa, dangdut, campursari dan sebagainya. Dengan kreativitasnya mengembangkan lagu yang sudah ada di balut dengan nuansa keroncong dengan tujuan menjadikan lebih menarik dari versi aslinya dan dapat diminati oleh berbagai elemen masyarakat. Kreativitas grup musik keroncong Kasela Bergema dalam membawakan lagu – lagunya dengan cara: (1) mengolah lagu awal dengan akord dasar. (2) Membawakan keroncong dengan sentuhan berbeda. Maksud mengolah lagu awal dengan akord dasar adalah Gambaran awal terlebih dahulu membuat konsep penciptaan dengan menggunakan akord dasar. Sedangkan membawakan keroncong dengan sentuhan berbeda berarti memainkan berbagai jenis lagu populer yang dibawakan menyerupai sentuhan keroncong dengan tidak meninggalkan ciri khas dari keroncong asli seperti stambul dan langgam.

(8)
(9)

ix 

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PERNYATAAN ... iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

SARI ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR FOTO ... xi

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR LAGU ... xiii

DAFTAR PARTITUR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB 1. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Fokus Utama dan pertanyaan Penelitian ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Manfaat Penelitian ... 6

1.4.1 Manfaat Praktis ... 6

1.4.2 Manfaat Teoritis ... 7

1.5 Definisi Istilah ... 7

BAB 2. LANDASAN TEORI ... 9

2.1 Pengertian Kreativitas ... 9

2.1.1 Dimensi Person ... 11

2.1.2 Dimensi Proses ... 11

2.1.3 Dimensi Produk... 12

2.2 Kreativitas Musik ... 13

2.3 Teori Fungsi ... 14

2.3.1 Fungsi Musik Secara Umum ... 15

2.3.2 Fungsi Musik Secara Khusus ... 19

2.3.3 Fungsi Musik Keroncong ... 23

2.4 Pengertian Musik ... 25

2.5 Musik Keroncong ... 27

(10)

BAB 3. METODE PENELITIAN ... 39

3.1 Pendekatan Penelitian ... 39

3.2 Latar dan Sasaran Penelitian ... 39

3.3 Sumber Data ... 40

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 40

3.4.1 Teknik Observasi ... 41

3.4.2 Teknik Wawancara ... 42

3.4.3 Teknik Dokumentasi ... 45

3.5 Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data ... 46

3.5 Teknik Analisis Data ... 47

BAB 4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 50

4.1 Gambaran Umum Grup Musik Keroncong Kasela bergema ... 50

4.1.1 Letak dan Kondisi Geografis ... 50

4.1.2 Sejarah Terbentuknya Grup Musik Keroncong Kasela Bergema ... 51

4.2 Kreativitas Grup Musik Keroncong Kasela Bergema ... 55

4.2.1 Mengolah Lagu Awal dengan Akord Dasar ... 56

4.2.2 Membawakan Keroncong dengan Sentuhan Berbeda ... 62

4.3 Fungsi Grup Musik Keroncong Kasela Bergema ... 68

4.3.1 Fungsi Pendidikan ... 69

4.3.2 Fungsi Hiburan ... 70

4.3.3 Fungsi Ekonomi ... 71

4.3.4 Fungsi Sosial ... 72

BAB 5. PENUTUP ... 75

5.1 Simpulan ... 75

5.2 Saran ... 76

DAFTAR PUSTAKA ... 78

(11)

xi 

(12)

xii 

Foto 1 Tempat Latihan Grup Musik Keroncong Kasela Bergema ... 50

Foto 2 Piala Penghargaan HAMKRI Semarang ... 54

Foto 3 Proses Latihan Grup Musik Keroncong Kasela Bergema ... 65

Foto 4 Grup Musik Keroncong Kasela Bergema acara Pernikahan ... 70

Foto 5 Grup Musik Keroncong Kasela Bergema acara Gebyar Keroncong ... 71

Foto 6 Grup Musik Keroncong Kasela Bergema acara Khitanan ... 72

(13)

xiii 

(14)

xiv 

Lagu 2 Akord Keroncong Nusantara Indah ... 63

Lagu 3 Akord Keroncong Gado – gado Semarang ... 64

Lagu 4 Gambar Akord Dasar Simphony yang Indah ... 66

Lagu 5 Gambar Notasi Angka dan Lirik Lagu Jingle Kasela ... 68

(15)

xv 

Partitur 1 a. Contoh Irama Engkel ... 58

Partitur 2 b. Contoh Irama Dobel ... 59

Partitur 3 c. Contoh Irama Petikan ... 59

Partitur 4 d. Contoh Irama Kentrungan ... 60

Partitur 5 e. Contoh Irama Cello Umum ... 61

(16)

xvi  2. SK Penetapan Dosen Pembimbing Skripsi  3. Surat Keterangan melaksanakan penelitian  4. Surat Pernyataan telah melakukan penelitian  5. Pedoman Observasi, Wawancara, dan Dokumentasi.  6. Transkip Wawancara. 

7. Catatan Lapangan Pengamatan.  8. Catatan Dokumentasi 

(17)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang 

  Kebudayaan merupakan identitas suatu bangsa. Identitas ini yang yang

membedakan kebiasaan, sifat, dan karya-karya seni yang dihasilkan.

Masing-masing bangsa mempunyai cirri khasnya, hal ini yang memberikan keunikan dan

nilai budaya suatu bangsa. Indonesia memiliki beragam kebudayaan yang tersebar

di masing-masing wilayah. Semboyan Bhineka Tunggal Ika menunjukkan bahwa

dengan keragaman budaya yang ada di Indonesia, diharapkan semua tetap menjadi

satu kesatuan bangsa Indonesia.

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi mempengaruhi perkembangan

dan perubahan budaya. Nilai-nilai budaya hari demi hari mulai terkikis oleh

pengaruh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kekayaan budaya menjadi

terabaikan oleh bangsanya sendiri, ketika semua orang sibuk untuk membangun

dirinya sendiri dengan adanya teknologi yang mereka anggap sebagai kebudayaan

baru. Kesadaran akan budaya, baru terbangun ketika batik, reog, karya seni dalam

bentuk lagu dipindah kepemilikannya oleh bangsa lain. Eksistensi budaya di

tengah perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi ini perlu terus

dipertahankan, jika bangsa Indonesia tetap ingin budaya-budayanya beragam.

Sebagai bagian dari kebudayaan, kesenian senantiasa berkaitan dengan

aspek-aspek keagamaan, ekonomi, bahasa, maupun sosial budaya, dengan

demikian kesenian merupakan salah satu aktivitas budaya masyarakat yang dalam

(18)

 

macam kesenian yaitu seni rupa, seni drama, seni tari, dan seni musik. Musik

adalah cetusan hati nurani atau daya cipta dengan bentuk suara, suatu penjelmaan

dari pencerminan yang nyata yang didasarkan atas pemikiran dan adat istiadat

dalam kehidupan masyarakat. (Soeharto, dkk 1996:43), dan musik keroncong

sangat erat kaitannya dengan musik kerakyatan yang tumbuh dan berkambang di

masyarakat. Musik keroncong merupakan salah satu jenis musik yang memiliki

bayak penggemar atau penikmat musiknya tidak terlepas dari sebuah alat musik

yang menjadikan khas dari musik itu sendiri yaitu ukulele (semacam gitar kecil

berdawai tiga). Musik keroncong sebenarnya telah lama berkembang di Indonesia,

musik ini merupakan peleburan dari berbagai ragam musik yang coba memadukan

beberapa jenis alat dalam versi baru.

Keroncong merupakan sebagian kecil dari kebudayaan Indonesia. Alat

musik keroncong eavaquinho (ukulele) diperkenalkan pertama kali di Indonesia

bagian Timur oleh para pelaut Spanyol dan Portugis dalam konteks imperialisme

abad XVI. Pada waktu itu pelaut mengenalkan alat musik ukulele kepada

masyarakat sebagai sarana hiburan bagi para pelaut. Perkembangan selanjutnya,

alat musik tersebut dipergunakan oleh masyarakat Indonesia dengan penambahan

alat musik lain, dan kemudian mereka menyebutnya dengan musik keroncong,

karena bunyi alat musik ukulele “cong”.

Musik keroncong berkembang di zamannya, tetapi dengan seiring dengan

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, musik ini juga semakin hilang

keberadaannya. Saat ini yang berkembang hanya musik-musik popular saja, jenis

(19)

 

tersebut. Seniman-seniman musik tradisional seakan-akan tidak mempunyai

tempat untuk mempertahankan eksistensinya. Mereka harus berjuang melawan

kepopuleran jenis-jenis musik yang sedang berkembang saat ini. Industri musik

juga semakin menutup diri untuk musik-musik yang tidak komersil. Pada

akhirnya musik-musik tradisional seperti halnya keroncong hanya menjadi musik

“tuan rumah” bagi masyarakarnya sendiri.

Situasi seperti ini, walaupun kecil lingkupnya dapat merapuhkan tiang

budaya yang lain. Bangsa yang besar adalah bangsa yang mengenal budayanya,

dengan kata lain untuk membangun dan membesarkan bangsanya, seluruh

masyarakat seharusnya juga mengenal budaya yang dimiliki bangsanya.

Keroncong sebagai manifestasi budaya Indonesia, seharusnya dapat dikenal dan

disukai oleh seluruh masyarakat Indonesia. Keroncong Indonesia belum mati,

hanya saja eksistensinya perlu ditanyakan.

Beberapa seniman nasional memang sudah mengusahakan eksistensi

keroncong melalui industri musik. Ada keroncong pop yang dipelopori Hetty

Koes Endang dan Nur Afni Octavia, lalu muncul keroncong campursari yang

dirintis Manthous. Belakangan muncul keroncong dangdut yang mengorbitkan

Didi Kempot. Seniman-seniman tersebut bergerak untuk memperkenalkan

keroncong melalui caranya masing-masing. Didi Kempot menggunakan media

keroncong, dangdut dan gamelan, yang selanjutnya dikenal dengan campursari.

Berkembangnya musik campursari, menurut Waldjinah, adalah salah satu hasil

perkembangan keroncong. Baginya, campursari bukanlah jenis musik yang

(20)

 

Gerakan untuk mempertahankan eksistensi keroncong terus dilakukan

melalui berbagai cara. Salah satunya adalah dengan menggabungkan musik

keroncong dengan jenis musik lainnya. Hal tersebut dilakukan untuk menarik

minat pendengar dan peminat musik, keroncong semakin diperkaya untuk

persatuannya dengan jenis musik lain. Demikianlah yang dilakukan oleh grup

musik keroncong “Kasela Bergema”. Mereka mempertahankan irama keroncong

sebagai spirit dari lagu dan menyatukan irama lain dalam lagu tersebut. Irama

keroncong tetap menjadi dominan dalam lagu, pengolahan irama keroncong

dengan irama lain di olah dengan menggunakan sistim kombinasi dan juga

penyatuan dari irama-irama yang lain. Keunikan yang dilakukan oleh Kasela

bergema terletak pada penyatuan irama keroncong dengan irama musik lainnya.

Penyatuan ini bukan merupakan hal yang mudah untuk dilakukan, karena irama

musik yang satu dengan irama musik yang lain mempunyai bangunan unsur-unsur

musik yang berbeda. Penyatuan pola irama yang lain membentuk suatu pola irama

yang merupakan ciri khas Orkes Kasela bergema.

Grup musik ini mengolah unsur-unsur musik yang berbeda itu menjadi

satu spirit keroncong yang dominan dengan tidak menghilangkan spirit irama

yang lain, merupakan suatu pekerjaan unik yang dilakukan grup ini. Keunikan ini

juga yang menjadi suatu ciri khas grup musik ini dengan grup musik yang lain

yang juga bergerak mengusung keroncong dalam musiknya. Dalam proses latian

kadang musik bukan menjadi tujuan utama, melainkan interaksi sosial antar

anggota. Bertemu dan berbincang-bincang antar warga komplek X karonsih

(21)

 

angkat. Hal ini menunjukkan bahwa orientasi aktivitas berlatih musik bukanlah

untuk mencapai tingkat kualitas tertentu, melainkan lebih pada interaksi sosial

antar anggota.

Keunikan yang menjadi ciri khas Kasela Bergema ini yang membuat

penulis tertarik untuk mengangkat kreativitas dan fungsi musik keroncong dengan

irama yang berbeda. Bagaimana grup musik ini dapat menyatukan irama musik

keroncong dengan irama musik lain, merupakan sisi kreativitas yang dilakukan

oleh Kasela Bergema. Keroncong memang bukan musik yang popular, tetapi

bagaimana kita semua dapat menjadikan keroncong sejajar dengan musik popular

lainnya, dan dapat diterima di masyarakat, Merupakan salah satu fungsi musik

dari musik keroncong itu sendiri dan suatu bentuk perhatian kita untuk

mempertahankan eksistensi musik tradisionl dan budaya Indonesia.

1.2 Fokus Utama dan Pertanyaan Penelitian

Fokus utama penelitian ini adalah Bagaimana kreativitas dan fungsi musik

keroncong pada grup musik Kasela Bergema. Selanjutnya fokus utama tersebut di

rinci menjadi pertanyaan penelitian sebagai berikut :

1.2.1 Bagaimana profil grup musik keroncong Kasela Bergema ?

1.2.2 Bagaimana gaya kreativitas Musik Kasela bergema ?

1.2.3 Apa fungsi musik keroncong Kasela Bergema ?

1.3Tujuan Penelitian

Berdasarkan pertanyaan - pertanyaan diatas, selanjutnya tujuan penelitian

(22)

 

1.3.1 Mengetahui profil grup musik keroncong Kasela Bergema ?

1.3.2 Mengetahui gaya kreativitas musik Kasela bergema ?

1.3.3 Mengetahui fungsi musik keroncong Kasela Bergema ?

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pembacanya yaitu sebagai

berikut :

1.4.1Manfaat Praktis

1.4.1.1Bagi kelompok : hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan

bahan masukan yang berharga untuk kelangsungan eksistensi group

keroncong kasela bergema, sehingga di masa depan dapat lebih baik

dan lebih berkembang.

1.4.1.2Bagi masyarakat : dapat menambah wawasan pengetahuan dan daya

apresiatif terhadap musik keroncong, melalui kreativitas,fungsi

musik dan profil dari group musik keroncong kasela bergema.

1.4.1.3Bagi praktisi musik : dapat memberikan sumbangan pemikiran

praktis kepada pemusik maupun kepada penikmat musik agar lebih

mencintai dan memahami musik keroncong sebagai warisan nenek

moyang.

1.4.1.4Bagi peneliti lain : diharapakan untuk dapat digunakan sebagai dasar

untuk melakukan penelitian lebih lanjut yang berkaitan dengan

kreativitas dan fungsi musik atau studi kasus yang lain dengan

(23)

 

1.4.1.5Bagi peneliti : peneliti dapat menambah wawasan dan memahami

proses pengelolaan musik keroncong baik dari segi sumber daya

manusia, kreativitas dan setiap fungsi musik yang disajikannya. Dan

hasil penelitian ini diharapkan juga dapat menjadi bahan acuan

maupun pendukung dalam penelitian yang lebih lanjut.

1.4.2Manfaat Teoritis

Penelitian ini mempunyai manfaat teoritis yaitu dapat menambah referensi

kepustakaan dalam usaha meningkatkan dan mengembangkan konsep

kreativitas dan fungsi keroncong dimasa yang akan datang.

1.5Definisi Istilah

Untuk menghindari pemahaman yang berbeda mengenai kreativitas dan

fungsi musik Orkes keroncong Kasela Bergema dalam pengolahan musik

keroncong, maka ada pengertian yang perlu ditegaskan :

1.5.1 Kreativitas adalah kemampuan untuk mencipta sesuatu yang baru serta

dapat dirasakan oleh orang lain.

1.5.2 Fungsi musik adalah sebagai sarana hiburan pribadi dimana dalam

aktivitas sehari-hari, manusia tidak akan terlepas dari yang namanya

musik sebagai hiburan.

1.5.3 Grup keroncong Kasela Bergema adalah sebuah kelompok musik keroncong di Semarang yang kreatif, alat musik yang dimainkan selain

alat musik keroncong dan alat musik tradisonal adalah alat musik

(24)

8 BAB II

LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Kreativitas

Ruud Saeb (dalam Sayuti, 2000:2 – 3) menyatakan bahwa ciri-ciri kreatif

dapat diperinci menjadi sejumlah hal walaupun diakui bahwa antara ciri yang satu

dengan yang lain tidak dapat dipisahkan secara tegas. Hal itu disebabkan adanya

suatu kenyataan bahwa kepribadian (personality) bukanlah sekedar kumpulan dari

sejumlah unsur-unsur kepribadian. Ciri-ciri antara lain :

1) Keterbukaan terhadap pengalaman baru. Orang yang kreatif akan selalu

menyukai pengalaman-pengalaman baru, dan mudah bereaksi, reaksi ini

berupa kemauan untuk mencoba.

2) Keleluasaan dalam berfikir, orang kreatif hampir selalu fleksibel dalam

berfikir artinya ia dapat memilih dan mengetahui berbagai pendekatan

yang mungkin dapat dipergunakan.

3) Kebebasan dalam mengemukakan pendapat. Orang kreatif cenderung

tidak suka berdiam diri.

4) Penghargaan terhadap fantasi atau imajinasi. Bermula dari imajinasi.

5) Minat terhadap kegiatan kreatif. Kemauan yang kuat untuk menciptakan

suatu hal yang baru.

6) Keteguhan dalam berpendapat.

7) Kemandirian dalam mengambil keputusan.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990:465), kata kreatif berarti

(25)

 

diartikan kemampuan untuk mencipta. Ciri prilaku individu yang kreatif menurut

(Munandar Semiawan, 1990:10-11) adalah:

(1) Memiliki daya imajinatif yang kuat. (2) Mempunyai inisiatif. (3) Mempunyai

minat yang luas, (4) Bebas dalam berfikir (tidak kaku). (5) Bersifat ingin tahu. (6)

Selalu ingin mendapat pengalaman-pengalaman baru. (7) Percaya pada diri

sendiri. (8) Penuh semangat. (9) Berani mengambil resiko (tidak takut membuat

kesalahan). (10) Berani dalam pendapat dan keyakinan

Kemampuan kreatif adalah kemampuan yang membantu untuk berbuat

lebih dari kemungkinan rasional dari data dan pengetahuan yang dimilikinya,

manusia merupakan satu-satunya makhluk lengkap yang memiliki kreativitas aktif

dan pasif. (Setiawan, 2008:222)

Menurut Amabile (1983:33) suatu produk atau respons seseorang

dikatakan kreatif apabila menurut penilaian orang yang ahli atau pengamat yang

mempunyai kewenangan dalam bidang itu bahwa itu kreatif. Dengan demikian,

kreativitas meruakan kualitas suatu produk atau respons yang dinilai kreatif oleh

pengamat yang ahli. Ada tiga dimensi yang terkait dengan kreativitas yakni

dimensi person, dimensi proses, dimensi produk.

2.1.1 Dimensi Person

Dimensi Person yaitu dimensi yang menekankan pada sifat normal

manusia, artinya setiap individu mempunyai kreativitas walaupun mempunyai

(26)

 

ini diperkuat oleh Guiiford dan Hargreaves (Gunara, 2010:24) yang menyatakan

bahwa kreativitas berhubungan dengan karakteristik orang yang kreatif tersebut.

Menambahkan bahwa kreativitas dipandang sebagai sifat individual yang dapat

dilihat dari produktivitasnya.

Dimensi person ini juga menunjukan banyak ciri-ciri kepribadian tertentu,

antara lain mempunyai rasa ingin tahu, imajinasi yang kuat, minat yang luas,

tekun dan ulet mengerjakan tugas yang diminati. Tanpa ciri-ciri kepribadian

tersebut, bakat dan kemampuan seseorang tidak akan terwujud dalam perilaku

kreatif.

2.1.2 Dimensi Proses

Dimensi proses menurut pendapat Munandar (Gunara, 2010:26)

menyatakan bahwa kreativitas adalah proses nyata seseorang dalam kelancaran,

fleksibelitas berfikir.

Ada empat tahap proses kreatif yang diungkapkan wallas (Milyartini,

2009, Gunara, 2010:27). Pengertian empat tahap proses kreatif dijabarkan sebagai

berikut:

(1) Preparing (persiapan), membuat sketsa saat timbul idea tau gagasan musik.

Tahapan ini diawali dengan mempelajari fakta, latar belakang perkara, seluk

beluk dan mempelajari problematika. Sesudah dilakukan konsentrasi penuh

terhadap masalah yang dihadapi.

(2) Incubation (inkubasi), berfikir informal. Pada tahapan ini yang bekerja adalah

alam bawah sadar, tahapan ini justru terjadi ketika pencipta tidak memikirkan

(27)

 

(3) Illumunitasion (iluminasi), munculnya ilham. Pada tahap ini ide, gagasan,

pemecahan, cara kerja di dapatkan dan mulai menampakan kejelasan.

(4) Verification (verifikasi), tahap pengujian dan penyempurnaan ide tau

gagasan.

2.1.3 Dimensi Produk

Menurut Munandar (1987:30) dimensi ini menjelaskan bahwa kreativitas

adalah kemampuan untuk menghasilkan yang baru. Pengertian baru dapat

diartikan sebagai individu yang menciptakan sesuatu yang baru menurut

lingkunganya. Pentingnya kreativitas diungkapkan sebagai berikut:

(1) Dengan berkreasi orang dapat mewujudkan dirinya, diperwujudkan diri

termasuk salah satu kebutuhan pokok dalam hidup manusia.

(2) Kreativitas atau berpikir kreatif sebagai kemampuan untuk melihat

bermacam-macam kemungkinan penyelesaian terhadap suatu masalah,

merupakan bentuk pemikiran yang sampai saat ini masih kurang mendapat

perhatian dalam pendidikan formal.

(3) Bersibuk diri secara kreatif tidak hanya bermanfaat akan tetapi juga

memberikan kepuasan kepada individu.

(4) Kreativitas yang memungkinkan manusia meningkatkan kualitas hidupnya.

Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa kreativitas adalah

proses berfikir yang melibatkan berbagai unsur atau ide-ide untuk dikombinasikan

(28)

 

dalam usaha memecahkan masalah dalam bentuk kemampuan seseorang untuk

melahirkan gagasan atau karya baru.

2.2 Kreativitas Musik

English National for Musik atau ENCM (Odena, 2001, dan Gunara 2010:

54) mengatakan bahwa kreativitas musik dipandang menjadi dua perbedaan

yaitu:

2.2.1 Kreativitas sebagai “gaya berfikir”, belajar musik dapat memberi

kesempatan untuk mengembangkan kemampuan perpikir, hal ini

dilakukan secara analisis, penilaian karya musik dan

improvisasi/eksplorisasi musik

2.2.2 Kreativitas sebagai aktivitas, dimana kreativitas merupakan sebuah proses

berkreasi dan mengembangkan ide-ide musikal. Dengan demikian pemain

melatih untuk memproduksi atau mencipta.

Walls mengungkapkan 4 (empat) tingkatan dalam berpikir kreatif, yakni:

preparation, incubation, illumunitation ,verification. Konsep tersebut

dikembangkan oleh Webster 1988, (Milyartini 2009: 82) untuk menawarkan

model pikiran kreatif di bidang musik. Sebuah model yang memungkinkan

kemampuan akan kebutuhan skil (keahlian) dan kondisi yang dibutuhkan untuk

menumbuhkan kemampuan tersebut dipertimbangkan secara seimbang.

Kemampuan tersebut adalah sikap, pemahaman, konseptual, ketrampilan

(29)

 

kemampuan eksplorasi musikal pemain dalam bermain instrument musik,

misalnya melodi, irama, dan dinamik.

Berkreasi dalam kegiatan musik merupakan hal yang sangat penting,

sebagai kegiatan imajinatif dan terciptanya karya-karya musik maupun

menganalisis sebuah karya musik. Seperti yang diungkapkan oleh Milyartini

(2009: 83) dalam buku evaluasi musik bahwa wujud dari proses kreatif yakni

karya musik dan analisis musik. Kreativitas musik seseorang tidak hanya dinilai

pada sebuah hasil akhir berupa penciptaan sebuah karya musik atau lagu,

melainkan pada proses pembuatanya juga. Sehingga untuk menilai kreativitas,

diperlukan evaluasi terhadap proses yaitu yang berkaitan dengan aransemen dan

makna dari lagu tersebut.

2.3 Teori Fungsi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1999:281) kata fungsi memiliki

pengertian yaitu kegunaan suatu hal bagi hidup suatu masyarakat. Kesenian yang

dimiliki suatu lingkungan masyarakat tertentu memiliki fungsi dan manfaat

tersendiri bagi masyarakat pendukungnya seperti halnya musik.

Fungsi merupakan suatu kegiatan yang bermanfaat dan berguna bagi

kehidupan suatu masyarakat dimana keberadaan suatu hal tersebut mempunyai

arti penting dalam kehidupan sosial (Koentjoroningrat, 1984:29). Namun ternyata

terdapat perbedaan antara fungsi dan kegunaan, terlihat dari penjabaran sesuatu

secara khusus. Disebutkan oleh Koentjoroningrat (1986:213) bahwa konsep

(30)

 

hubungan suatu hal dengan tujuan tertentu, (2) dalam pengertian korelasi adanya

hubungan antara satu hal dengan yang lainnya, dan (3) menerangkan adanya

hubungan yang terjadi antara satu hal dengan yang lainnya dalam suatu sistem

yang berinteraksi.

Menurut peursen (1988:85) fungsi selalu menunjukkan terhadap sesuatu

yang lain, apa yang dinamakan fungsi adalah suatu hal yang dapat berdiri sendiri.

Tetapi apabila dihubungkan dengan sesuatu yang lain akan mempunyai arti dan

makna pula. Fungsi seni musik sangat penting dalam berbagai segi kehidupan

manusia. Kegiatan seni melibatkan masyarakat karena hasilnya berguna bagi

seluruh masyarakat. Kesenian merupakan salah satu media komunikasi antara

manusia dengan alam, maupun antara manusia dengan Maha Penciptanya

(Yudoseputro, 1993:95).

Musik mempunyai fungsi yang tidak akan terlepas dari kehidupan manusia

sehari-hari. Berdasarkan teori fungsi, fungsi musik dibagi menjadi dua, yaitu

fungsi musik secara umum dan fungsi musik secara khusus.

2.3.1 Fungsi Musik Secara Umum

Jazuli (1994:60), menyatakan bahwa pada hakekatnya fungsi seni secara

global adalah sebagai sarana hiburan, namun dalam masyarakat sekarang fungsi

seni mempunyai kekhususan masing-masing sesuai dengan kondisi masyarakat

pendukungnya. Musik mempunyai pengaruh yang besar sekali didalam manusia,

tingkah laku dan aktivitas manusia. Karena adanya pengaruh inilah, kemudian

(31)

 

masyarakat sebagai sarana hiburan saja tetapi bentuk dari segi pengaruh yang

diberikan oleh musik dalam kehidupan manusia sepenuhnya sangat banyak.

Kesenian sebagai salah satu aktivitas budaya masyarakat dalam hidupnya

tidak pernah berdiri sendiri, segala bentuk dan fungsinya berkaitan erat dengan

masyarakat tempat kesenian itu tumbuh, hidup, dan berkembang.

Sehubungan dengan hal diatas, Triyanto (1993:170) mengemukakan

bahwa seni mempunyai fungsi budaya, sebagai fungsi budaya seni merupakan

sistem-sistem symbol yang berfungsi menata, mengukur, dan mengendalikan

tingkah lagu manusia dalam memenuhi kebutuhan ekspresi seninya, baik dalam

tahapan kreasi (pencipta karya), maupun dalam harapan apresiasi (penikmat

karya).

Menurut Soedarsono (1985:24) terdapat tiga fungsi pokok atau primer musik

sebagai berikut.

1. Sebagai sarana hiburan pribadi.

Sarana pertunjukan benar-benar ditempatkan menjadi sajian yang

dinikmati kadar estetisnya dan bersifat menghibur.

2. Sarana Ritual.

Pertunjukan musik tradisional mengandung makna lambang kehidupan

manusia, dengan demikian isi cerita memegang peran penting dalam gerak

hidup masyarakat, dalam hal ini berkaitan dengan ungkapan rasa syukur

kepada Tuhan Yang Maha Esa.

(32)

 

Pertunjukan musik di persiapkan untuk dipentaskan sebagai pementasan

seni, dan penonton menyaksikan sebagai suatu karya seni.

Fungsi seni pertunjukan dalam kehidupan masyarakat menurut Soedarsono

(1997:119) yaitu sebagai berikut.

1. Seni pertunjukan yang berfungsi sebagai sarana ritual.

Fungsi-fungsi ritual seni pertunjukan di Indonesia banyak berkembang

dikalangan masyarakat yang dalam tata kehidupannya masih mengacu pada

nilai-nilai budaya agraris serta masyarakat yang memeluk agama yang dalam kegiatan

ibadahnya sangat melibatkan seni pertunjukan, seperti misalnya masyarakat bali

yang beragama Hindu Dharma yang menggelar seni pertunjukan sebagai sarana

ritual keagamaannya.

2. Seni Pertunjukan yang berfungsi sebagai pertunjukan pribadi

Indonesia sangat kaya akan seni pertunjukan yang berfungsi sebagai

hiburan pribadi. Dalam jenis seni pertunjukan yang berfungsi sebagai hiburan

pribadi setiap orang penikmat memiliki gaya pribadi sendiri-sendiri, tidak ada

aturan yang ketat untuk tampil di atas pentas. Biasanya asalkan penikmat bisa

mengikuti irama yang mengiringi serta merespon dengan baik, maka kenikmatan

pribadi akan tercipta. Maksudnya kenikmatan pribadi akan tercipta jika sang

penyaji dalam seni pertunjukan tampil secara maksimal dan menghayati serta

mengikuti irama lagu yang mengiringi dan merespon dengan baik.

(33)

 

Pada umumnya seni yang berfungsi sebagai presentasi estetis menyandang

dana produksinya (Production Cost) adalah para pembeli karcis. Sistem

managemen semacam ini lazim disebut pendanaan yang ditanggung secara

komersial (Comercial Support). Fungsi seni pertunjukan sebagai presentasi estetis

akan tercipta jika penyaji mampu menyajikan pertunjukan dengan maksimal dan

menciptakan suatu keindahan, sehingga penikmat merasakan keindahan seni

pertunjukan tersebut.

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut dapat penulis simpulkan bahwa

musik secara umum memiliki fungsi yang penting dalam masyarakat, salah

satunya sebagai sarana hiburan pribadi dimana dalam aktivitas sehari-hari,

manusia tidak akan terlepas dari yang namanya musik sebagai hiburan, misalnya

saja terlihat disetiap televisi hamper tiap waktu ada acara tentang musik. Dengan

mendengarkan musik masyarakat pada umumnya dapat sedikit terhibur dan

melupakan penat dalam diri setelah disibukkan dengan berbagai kegiatan

sehari-hari. Sebagai sarana hiburan, musik berfungsi dalam mengiringi acara ritual dan

religi. Dalam setiap upacara adat, pastilah musik diperlukan untuk mengiringi tiap

rangkaian sebagai pelengkap acara ritual tersebut. Musik juga sangat dibutuhkan

untuk mengiringi acara keagamaan, misalnya saja dalam agama islam musik

dimanfaatkan untuk mengiringi sholawat nabi dengan alat musik rebana. Selain

umat Islam, musik juga digunakan untuk mengiringi acara keagamaan umat

Kristen protestan dan Khatolik. Musik digunakan untuk mengiringi kebaktian.

Selain dua fungsi musik diatas, musik juga berfungsi untuk presentasi estetis.

(34)

 

sebagai bentuk ungkapan perasaan dan para pecinta musik juga dapat

menyaksikan penampilan penyaji.

2.3.2 Fungsi Musik Secara Khusus

Musik mempunyai beberapa fungsi yang tidak akan lepas dari kehidupan

manusia sehari-hari. Menurut Merriam (2000:26) fungsi musik dibagi menjadi

sepuluh, yaitu sebagai berikut.

1. Fungsi Ekspresi Emosional (perasaan)

Fungsi musik sebagai sarana ekspresi emosional sangatlah banyak. Di

dalam teks lagu dapat kita lihat bahwa salah satu ciri yang menonjol adalah suatu

fakta dalam lagu itu sebagai ekspresi ide-ide dan emosi yang tidak dapat di

ungkapkan dalam percakapan biasa. Seperti misalnya orang sedang mendengarkan

dan menghayati musik yang isinya mengisahkan tentang kehidupan yang mirip

dengan orang tersebut, maka orang tersebut akan mengalami perubahan emosional

dan akan terbawa oleh suasana alunan musik tersebut.

2. Fungsi tentang Kenikmatan Estetis (aesthetic enjoyment)

Musik cukup estetis dari sudut pandang pencipta dan dari orang yang

melakukan kontemplasi serta fungsi utama dari musik harus dapat ditunjukkan

untuk kebudayaan lain selain sebagai kebudayaan kita. Fungsi musik sebagai

kenikmatan estetis ada dalam kebudayaan di dunia. Maksudnya dengan

mendengarkan musik kita dapat menikmati keindahan musik tersebut dan akan

tercipta suatu kenikmatan dan keindahan budaya Negara kita.

(35)

 

Musik menyediakan sebuah fungsi hiburan di dalam semua masyarakat.

Hanya perlu dicatat bahwa sebuat perbedaan barangkali harus dibuat antara

hiburan yang murni yang Nampak menjadi ciri khusus dari musik di masyarakat

barat dan hiburan yang dikombinasikan dengan fungsi-fungsi lain. Seperti

misalnya seorang yang sedang sedih kemudian tanpa sengaja atau tidak dia

mendengarkan alunan musik yang mengisahkan tentang kegembiraan atau

keceriaan maka orang tersebut akan terhibur.

4. Fungsi Komunikasi

Musik dapat dijadikan sebagai alat komunikasi ketika pendengar

memahami bahasa-bahasa musik, musik juga dapat dijadikan sarana untuk

menyampaikan emosi seseorang kepada orang lain yang memahaminya. Seperti

misalnya seseorang yang menginginkan lagu dari pesawat radio untuk dikirimkan

kepada orang lain yang melukiskan tentang perasaannya lewat lagu tersebut, maka

dengan demikian musik dapat mengkomunikasikan perasaan seorang kepada

orang lain.

5. Fungsi Representasi simbolis

Fungsi musik sebagai sebuah representasi simbolis dari hal-hal lain

ide-ide perilaku representasi disebut juga sebagai lambing, dalam hal ini musik

berfungsi sebagai perwakilan lambing suatu hal. Arti sebuah nyanyian patriot

dalam sebuah pemfungsian adalah simbolis. Musik dapat mengungkapkan dan

mengartikan lambing atau symbol suatu hal. Misalnya lagu iringan dalam tari

tor-tor merupakan symbol pemfungsian.

(36)

 

Musik dapat meninggikan respon fisik. Musik juga mengangkat, membuat

makna, dan menyalurkan perilaku seseorang atau kelompok orang. Pada dasarnya

otak memiliki pusat ingatan bunyi mulai mengumpulkan bunyi sejak lahir,

termasuk juga bunyi musik, dan didalam otak sebuah bunyi dapat menimbulkan

banyak reaksi. Seperti misalnya seseorang yang sedang menonton dan menikmati

pertunjukan musik live secara tidak sadar dia menggerak-gerakkan anggota

badannya (berjoget).

7. Fungsi Menguatkan Konfornitas terhadap Norma-norma Sosial

Lagu-lagu tentang kontrol sosial mengandung sebuah peringatan secara

langsung kepada anggota-anggota masyarakat yang melakukan kesalahan melalui

cara yang tidak langsung tentang apa yang dipandang sebagai perilaku yang tidak

sesuai dengan norma-norma sosial. Misalnya pada saat upacara inisiasi yang

isinya mengajarkan pada remaja tentang bagaiama cara berperilaku yang baik

secara khusus. Lagu-lagu tentang protes yang meminta perhatian kepada

pemerintah. Misalnya lagu-lagu karya Iwan Fals yang kebanyakan bertema kritik

sosial kepada pemerintah.

8. Fungsi Validasi Institusi-institusi Sosial dan Ritual-ritual Keagamaan

Institusi sosial tervalidasi melalui lagu-lagu yang menekankan ketepatan

dan ketidak tepatan di dalam masyarakat, dan juga memberitahu manusia, apa

yang harus dilakukan dan bagaimana melakukannya. Musik berfungsi sebagai

keabsahan institusi-institusi sosial. Maksudnya musik dapat berfungsi dalam

institusi sosial dan dalam ritual keagamaan. Misalnya pada lagu-lagu rohani.

(37)

 

Jika musik memungkinkan estetis, menghibur mengkomunikasikan,

memunculkan respon fisik, menegakkan konfornitas terhaadap norma-norma

sosial dan memvalidasi institusi-institusi sosial dan ritual keagamaan adalah jelas

bahwa musik memberikan kontribusi tidak lebih dan tidak kurang dari semua

aspek kebudayaan yang lainnya. Musik dapat memberikan sumbangan untuk terus

menjaga kestabilan budaya. Misalnya musik-musik daerah seperti keroncong,

campursari,dan musik dangdut yang sangat membudaya di negara kita Indonesia.

10.Fungsi Kontribusi terhadap Integrasi Masyarakat

Dalam memberikan suatu gal tentang solidaritas disekitr yang

anggota-anggota masyarakat angkat bersama-sama, musik berfungsi untuk

mengintegrasikan masyarakat.

Musik dapat memberikan sumbangan terhadap integritas masyarakat, jadi

dengan begitu musik dapat berfungsi penting dalam kehidupan manusia dan

solidaritas dengan masyarakat. Misalnya sekelompok masyarakat yang sangat

menggemari musik dangdut. Maka akan tercipta solidaritas antar penggemar

musik dangdut.

Selain musik primer, Soedarsono (1997:199) juga menyebutkan fungsi

sekunder dalam pertunjukan yaitu sebagai berikut: (1) sebagai pengikat solidaritas

sekelompok masyarakat, (2) pembangkit rasa solidaritas bangsa, (3) sebagai

media propaganda keagamaan, (4) sebagai media komunikasi masa, (5) sebagai

media propaganda politik, (6) sebagai media propaganda program-program

pemerintah, (7) sebagai media meditasi, (8) sebagai sarana terapi,dan (9) sebagai

(38)

 

Dari beberapa teori tentang fungsi musik tersebut, maka teori yang di pilih

penulis dalam penelitian ini adalah fungsi musik menurut Merriam (2000:26).

Dengan alasan teori tersebut memaparkan fungsi musik yang kompleks dan lebih

mendukung dalam penelitian.

2.3.3Fungsi Musik Keroncong

Musik keroncong memiliki fungsi yang hampir sama dengan jenis musik

lain pada umumnya. Secara khusus aspek estetika musik keroncong muncul dari

perpaduan berbagai aspek baik musikal maupun non musikal. Perpaduan tersebut

dapat dikaji sebagai berikut .

Pada umumnya seniman dalam berkreasi selalu memiliki harapan dan

tujuan yang jelas. Mereka juga mempertimbangkan apakah yang dilakukan hanya

sebatas untuk berprestasi estetis, atau hanya sebagai hiburan belaka. Apabila

bertujuan sebagai presentasi estetis, maka seorang seniman mengharapkan adanya

penikmat. Untuk tujuan hiburan, maka yang dipentingkan adalah fungsi serta

siapa yang ingin menghibur diri. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa posisi

seni dalam masing–masing masyarakar berbeda-beda.

Menurut Sedyawati (2006:121) sebagaimana telah dikutip oleh Ardini

(2010:1) Sebagai salah satu bentuk kesenian yang berkembang di masyarakat,

kehadiran musik keroncong mempunyai beberapa fungsi, yaitu :

1. Fungsi Pendidikan

Karya seni dalam bentuk lagu-lagi keroncong merupakan salah satu media

penting untuk pendidikan informal bagi masyarakat. Nilai-nilai pendidikan dapat

(39)

 

memahami ajaran agama, budi pekerti dan ajaran lainnya yang berguna dalam

meningkatkan eksistensinya.

2. Fungsi Hiburan

Musik merupakan salah satu bentuk konsumsi bagi kebutuhan batin

manusia yang tergolong kebutuhan sekunder. Ketika mereka mengalami

ketegangan atau kejenuhan setelah menyelesaikan suatu pekerjaan, atau sedang

mengalami masalah, dengan mendengarkan musik merupakan salah satu upaya

untuk melepaskan ketegangan. Musik merupakan salah satu hiburan yang cukup

mudah untuk didapatkan baik melalui radio, televisi, MP3, maupun handphone.

3. Fungsi Ekonomi

Sebelum menjadi sebuah hasil komoditas, musik keroncong hanyalah

sebagai karya seni yang berfungsi sebagai penyegar rohani atau hiburan dikala

sedang beristirahat. Namun, keberadaannya kini telah beralih fungsi, disamping

berfungsi hiburan juga berfungsi ekonomi.

Berkat hasil sentuhan teknologi modern yang merupakan hasil budaya

popular sehingga menjadikan lagu-lagu tersebut mulai memperlihatkan

eksistensinya melalui bentuk penyajian. Berbagai bentuk komodifikasi diciptakan

untuk mengemas lagu-lagu tersebut agar dikenal dan popular dimasyarakat.

Kemasan dalam bentuk kaset dan VCD ternyata mendapat sambutan hangat dari

masyarakat, terutama bagi penggemar lagu-lagu keroncong. Larisnya peredaran

kaset dan VCD tidak saja menguntungkan bagi pemilik modal yaitu studio

rekaman, yaitu penyanyi, pemusik dan pencipta lagu juga merasakan ikut

(40)

  4. Fungsi Sosial

Ungkapan-ungkapan Seni, baik yang seni “adiluhung” maupun yang

“hiburan” di samping memiliki nilai estetis tentulah juga mempunyai

fungsi-fungsi sosialnya. Fungsi sosial dalam kesenian dapat dilihat dari isi yang terdapat

pada suatu bentuk kesenian yang bertujuan untuk mempengaruhi masyarakat atau

penonton agar bisa berbuat sosial terhadap lingkungan sekitarnya. Fungsi sosial

dalam musik keroncong, bisa dilian dari fungsian lagu-lagu keroncong yang

dinyanyikan untuk kepentingan sosial dalam masyarakat. Seperti misalnya dalam

kegiatan syukuran, acara pernikahan. Dengan tujuan untuk menghibur para

undangan yang menghadiri acara tersebut.

2.4 Pengertian Musik

Musik dari kata muse, yaitu salah satu dewa dalam mitologi yunani kuno

bagi cabang seni dan ilmu. Musik adalah gambaran (refleksi) kehidupan

masyarakat yang dinyatakan melalui suara dan irama sebagai alatnya dalam

bentuk warna yang sesuai dengan alam masyarakat yang diwakilinya (soeharto,

dkk, 1996:59)

Musik juga dikatakan sebagai hasil penelitian suatu ide para komponis

dengan menggunakan bahasa musik yang berupa isyarat, lambang atau

tanda-tanda khusus (Suharto, dkk, 1996:60). Pono banoe (2003 : 288) menyebutkan

bahwa musik adalah cabang seni yang membahas dan menetapkan berbagai suara

kedalam pola-pola yang dapat dimengerti dan dipahami manusia. Kamus Besar

(41)

 

atau suara dalam urut-urutan, kombinasi, dan hubungan temporal untuk

menghasilkan komposisi (suara) yang mempunyai kesatuan dan kesinambungan.

Musik juga diartikan nada atau suara yang disusun demikian rupa sehingga

mengandung irama, lagu dan keharmonisaan (terutama yang menggunakan

alat-alat yang dapat menghasilkan bunyi-bunyian).

Safrina (2003: 2) mengatakan bahwa musik adalah suatu hasil karya seni

bunyi dalam bentuk lagu atau komposisi musik, yang mengungkapkan pikiran dan

perasaan penciptaan melalui unsur-unsur musik, yaitu: irana, melodi, harmoni,

bentuk/struktur lagu dan ekspresi.

Dari beberapa pendapat di atas dapat diuraikan bahwa musik adalah

penulisan ide seorang komponis dengan menggunakan bahasa musik yang berupa

isyarat, lambang atau tanda – tanda khusus berupa suara dan irama sebagai alatnya

yang ditata secara rapi dan enak, merupakan gambaran dari kehidupan

masyarakat.

2.5 Musik keroncong

Menurut Soeharto (1996:45) Musik keroncong adalah jenis permainan

musik tradisional menggunakan tangga nada diatonik dengan iringan beberapa

alat musik berdawai yang dimainkan dengan aturan tertentu sehingga menjadi

cirri khas musik itu sendiri. Musik keroncong merupakan musik tradisional

dengan tata nada dinamik, berbentuk vocal dengan iringan beberapa alat musik

berdawai yang merupakan bentuk baku dari sebuah orchestra yang terdiri dari

(42)

 

lagu, gitar pengiring, ukulele (cuk), dan cello untuk menimbulkan nada staccato

yang disebut sebagai kendhang (menurut istilah dalam keroncong) atau efek bunyi

kendang (Dekdikbud 1987:84).

2.5.1 Sejarah Musik Keroncong

Menurut Erant Heins ( dalam Harmunah, 1987 : 7 ) sebelum abad XVI,

datanglah kapal-kapal Portugis kekepulauan ini. Mereka mengadakan

perhubungan perdagangan hamper diseluruh pelosok Indonesia dan

mengembangkan agama katolik. Perdagangan portugis ini hanya menggunakan

kapal-kapal tetapi menimbulkan perbudakan-perbudakan (hamba). Dan akhirnya

meninggalkan bekas di Afrika India, Sri Langka, Malaya (Malaysia) yang dikenali

dengan istilah Indo Portugis dan disebut pula dengan istilah “Portugis hitam”.

Orang-orang hitam ini merupakan keluarga baru yang disebut Mahardika dalam

bahasa Sanskrit.

Dalam masa lampau di Eropa, orang-orang memandang bangsa Indo itu

sebagai bangsa yang rendah derajatnya dan yang hanya mewarisi tabiat-tabiat

tidak baik dari orang tuanya. Pendapat ini ditentang oleh ahli (pakar) dan bukti

menyatakan bahwa orang yang berdarah campuran pada umumnya ulung dalam

berbagai ilmu, jadi termasuklah orang yang berderajat tinggi. Pandangan yang

salah seperti diatas itulah yang mungkin mempengaruhi tabiat para ahli, sehingga

mereka hanya timbul niat untuk menyelidiki apa yang di pandang asli saja, dan

nyatalah bahwa musik keroncong karena sejarahnya diketepikan oleh para ahli

(43)

 

Tahun 1511 bangsa Portugis dibawah pimpinan Alfonso d’ Albuquerque

merebut malaka yang waktu itu dipimpin oleh Sultan Alaudin Syah. Setelah 11

tahun berada di Melaka, maka pada tahun 1522 pedagang-pedagang Portugis

melanjutkan perdagangannya ke Ternate dan Ambon dan telah singgah di

beberapa pulau. Karena datang dari jauh mereka kesepian disebabkan berpisah

dari ahli keluarganya. Untuk mengisi kesepian tersebut mereka membawa alat

musik ukulele yaitu seperti gitar kecil. Bunyi yang keluar dari alat tersebut dan

nyanyian merdu yang didendangkanm oleh pedagang Portugis tersebut terasa

asing dan aneh kedengarannya oleh orang-orang pribumi Nusantara, karena orang

pribumi biasa mendengar notasi pentatonik pelog dan slendro sedangkan saat itu

yang mereka dengarkan adalah notasi diatonik. Berbekalkan hanya alat musik

ukulele yang dimulai dari musik soliter (diamainkan seorang diri), maka

berabad-abad kemudian tumbuhlah menjadi musik keroncong yang kita kenali sekarang.

Bermain alat musik seorang menimbulkan kebosanan, sehingga mereka mulai

bermain dengan kawan-kawannya dengan menambah alat musik yang lain seperti

tempurung kelapa, kentung bambu, rebana dan lain-lain. Dengan demikian alat

musik keroncong tidak wujud seperti yang ada sekarang tetapi memerlukan waktu

atau evolusi yang sangat panjang.

Berdasarkan riwayat singkat tersebut, kita tidak memungkiri bahwa ada

unsur musik keroncong yang berasal dr luar ialah alat musiknya, tetapi bentuk

musiknya (musik keroncong) bukanlah bentuk musik asing melainkan

(44)

 

musik yang datang dari luar justru merupakan kreativitas nenek moyang kita yang

patut kita hargai.

2.5.2 Alat-alat yang di pakai pada alat Musik Keroncong

Menurut Soeharto (1996:64), alat musik dalam musik keroncong terdiri

dari dua bagian, yaitu alat musik bagian depan dan bagian belakang.

1. Alat musik bagian depan

Alat musik bagian depan dalam musik keroncong yaitu flute dan biola.

a. Flute merupakan alat musik tiup terbuat dari logam yang mempunyai

ambitus nada c1 sampai c4. Flute berfungsi mengisi hiasan, yang

melayang-layang mengisi ruang melodi yang kosong.

b. Biola merupakan alat musik gesek yang memiliki empat senar g – d1 – a1 –

e2. Biasanya instrument ini digunakan untuk memainkan melodi. Biola

berfungsi sebagai penuntun melodi skaligus hiasan/ornament.

2. Alat musik bagian belakang

Alat musik belakang dalam musik keroncong terdiri dari alat musik gitar

melodi, cello, cuk (ukulele), cak, dan bass.

a. Gitar melodi merupakan alat yang digunakan sama dengan gitar akustik

biasa namun menggunakan 6 dawai kawat dengan nada e1 – b – g – d – A

– E. Biasanya menggunakan dua gitar, yaitu sebagai melodi dan sebagai

pengisi ritme.

b. Cello merupakan alat musik mirip biola berukuran besar yang biasanya

dimainkan dengan digesek, tetapi dalam musik keroncong dimainkan

(45)

 

“jangat” dan berurutan mulai dari senar yang besar kemudian senar yang

kecil dengan stem nada yaitu D – G – d.

c. Cuk (ukulele) merupakan Alat musik petik, seperti gitar kecil yang

memiliki tiga senar nilon. Dalam alat musik cuk ini urutan nadanya adalah

g2, b1 dan e2. Pada umumnya ukulele yang digunakan dalam orkes

keroncong menggunakan tiga tali / dawai dengn penempatan tali yang

lebih besar di tengah dibanding dengan kedua tali yang lain yang ada di

sisi kanan-kirinya, yang digunakan biasanya Nylon.

d. Cak merupakan alat musik yang bentuknya hampir mirip dengan cuk

tetapi lebih kecil, senarnya juga empat, terbuat dari senar string. Urutan

nadanya d2.d2 – fis1 – b1. Senar tali yang digunakan adalah jenis logan

(steel) dan tali yang ditengah juga lebih besar dibanding dengan ketiga

talinya yang lain.

e. Bass merupakan alat musik yang paling besar dengan bentuk menyerupai

cello dan biola, cara memainkannya juga dipetik dan sambil berdiri. Untuk

musik keroncong, intrumen ini hanya menggunakan tiga senar A – D – G.

2.5.3 Ragam Irama pada Musik Keroncong

Dalam musik keroncong memiliki ragam irama yang sangat khas yaitu

terdiri dari ragam irama tunggal (engkel), irama ganda (double), irama petik, dan

irama cakapur (Soeharto 1196:78).

Irama tunggal (engkel) pada musik keroncong pada umumnya digunakan

pada lagu keroncong. Dipakai pada bagian bait-bait awal lagu/birama awal

(46)

 

atau 2 kali dari cara pukulan engkel dan biasanya dipakai pada bagian bait-bait

kedua atau birama kedua setelah koda hingga lagu selesai.

2.5.4Jenis Penyajian Lagu Keroncong

Musik keroncong lebih condong pada progresi akord dan jenis alat yang

digunakan. Sejak pertengahan abad ke-20 telah dikenal paling tidak tiga macam

keroncong, yang dapat dikenali dari pola progresi akordnya. Bagi pemusik yang

susah memahami alurnya, mengiringi lagu-lagu keroncong sebenarnya tidaklah

susah, sebab cukup menyesuaikan pola yang berlaku. Pengembangan dilakukan

dengan menjaga konsistensi pola tersebut. Selain itu, terdapat pula bentu-bentuk

campuran serta adaptasi (Soeharto 1996:80).

Soeharto menjelaskan ragam / jenis penyajian lagu keroncong menjadi 4

yaitu

1. Keroncong Asli

Kerongcong asli memiliki bentuk lagu A – B – C, lagu terdiri dari 8 baris,

8 baris x 4 birama = 32 birama, di mana dibuka dengan PERLUDE 4 birama

yang dimainkan secara instrumental, kemudian disisipi INTERLUDE standar

sebanyak 4 birama yang dimainkan secara instrumental juga. Alur akordnya

seperti tersusun dibawah ini :

Ciri-ciri keroncong yaitu :

a. Irama : Mempunyai baku irama keroncong dan umumnya

(47)

 

b. Susunan Bar : Yang terdiri dari 14 bar yang terdiri dari 2 bagian

yaitu bagian A disebut angkatan sebanyak 10 bar, dan

bagian B disebut senggakan sebanyak 4 bar.

c. Kata-kata : Umumnya berupa lirik pantun.

d. Pembawaan : Dimainkan 2 x 14 bar = 32 bar.

e. Contoh Lagu : Kr. Kemayoran, Kr. Petir, dll

f. Contoh alur akord :

• Pr V. . . I . 17 . IV . V7. I . . . Perlude 4 birama diambil baris ke-7 (B3)

• (A3) I . . . I . . . V . . . V . . .

• (A2) II#. . . II# . . . V . . . Modulasi sebanyak 4 birama

• In V . . . V . . . V . . . IV . . . Interlude 4 birama

• (B1) IV . . . IV . . . V7 . . . I . . .

• (B2) I. . . V7 . . . V7 . . . I . 17 .

• (B3) IV. V7. I . 17 . IV . V7 . I . . .

• (B2) I . . . V7 . . . V7 . . . I . . .

Keroncong asli diawali oleh voorspel terlebih dahulu, atau intro yang

mengarah nada/akord awal lagu, yang dilakukan oleh alat musik melodi seperti

seruling/flute, biola, atau gitar.

2. Keroncong Langgam

Bentuk lagu langgam ada dua versi, yang pertama A – A – B – A dengan

(48)

 

Bridge B – Verse A, panjang 32 birama. Beda sedikit pada versi kedua, yakni

pengulangannya langsung pada bagian B. Meski sudah memiliki bentuk baku,

namun pada perkembangannya irama ini lebih bebas di ekspresikan. Penyanyi

serba bisa Hetty Koes Endang misalnya, dia sering merekam lagu-lagu

non-keroncong dan langgam menggunakan irama yang sama, dan kebanyakan tetap

dinamakan langgam.

Ciri-ciri keroncong langgam yaitu :

a. Irama : Mempunyai baku irama keroncong dan umumnya

keroncong asli berirama 4/4.

b. Susunan bar : Terdiri dari 32 bar yang terdiri dari 4 bagian yaitu bagian

A bait pertama, bagian A bait kedua, bagian b yang

disebut refrain, dan bagian A untuk bait terakhir.

c. Kata-kata : Bebas

d. Pembawaan : Bebas

e. Contoh Lagu : Lg. Putri Ngayogyakarta, Lg. Sampul Surat, dll

f. Contoh Akord

• Verse A V . . . I . . . IV . V7 . I . . . I . . . V7 . . . V7 . . . I . . .

• Verse A V . . . I . . . IV . V7 . I . . . I . . . V7 . . . V7 . . . I . . .

• Verse B I7 . . . IV . . . IV . V . I . . . I . . . II# . . . II# . . . V . . .

• Verse A V . . . I . . . IV . V7 . I . . . I . . . V7 . . . V7 . . . I . . . Bentuk adaptasi keroncong terhadap tradisi musik gamelan dikenal sebagai

(49)

 

Langgam jawa antara lain lagu Yen Ing Tawang (Tawang suatu desa di

Magetan) ciptaan Anjar Any lahir setelah tahun 1955, dan penyanyi yang terkenal

dengan langgam jawa adalah Waljinah bintang Lomba Lagu Kembang Kacang di

Surakarta tahun 1960.

Langgam jawa memiliki cirri khusus pada penambahan instrument

antara lain siter, kendang (bisa diwakili dengan modifikasi permainan cello ala

kendang), saron dan adanya bawa atau suluk berupa introduksi vokal tanpa

instrument untuk membuka sebelum irama dimulai secara utuh. Tahun 1980

Langgam jawa berkembang berkembang menjadi campursari.

3. Keroncong stambul

Stambul Keroncong berbentuk (A – B – A – B’)x 2 = 16 birama x 2 = 32

birama, merupakan modifikasi stambul II yang 16 birama menjadi 32 birama

(menyesuaikan standar Keroncong Abadi yang 32 birama). Stambul merupakan

jenis keroncong yang namanya diambil dari bentuk sandiwara yang dikenal pada

akhir abad ke-19 hingga paruh awal abad ke-20 di Indonesia dengan nama

Komedi Stambul. Nama “stambul” diambil dari Istambul di Turki.

Ciri-ciri keroncong stambul yaitu :

a. Irama : Mempunyai baku irama keroncong dan umumnya irama

keroncong asli berbirama 4/4

b. Susunan Bar : Terdiri dari 16 bar yang terdiri 2 bagian, yaitu bagian A dan

bagian B.

(50)

 

d. Pembawaan : Jika pantun terdiri dari 2 x 16 bar = 32 bar, dan jika syair

bebas

e. Contoh lagu : St. Lambang Kehidupan, St. Baju Biru.

f. Contoh alur akord

(tanda – adalah tacet atau iringan tidak di bunyikan) :

1. I - - - - - - - - - - - IV - - - dibuka dengan broken chord I untuk

mencari nada

2. IV . . . IV . . . IV . V . I . . .

3. I . . . I . . . I . . . V . . .

4. V . . . V . . . V . . . I . . .

5. I . . . I . . . I . . . IV . . . 16 birama ini pengulangan dari 16

birama pertama atau sama

6. IV . . . IV . . . IV . V . I . . .

7. I . . . I . . . I . . . V . . .

8. V . . . V . . . V . . . I . . .

4. Keroncong Ekstra

Pengertian ekstra adalah khusus untuk menampung semua jenis irama

keroncong yang bentuknya menyimpang dari ketiga jenis keroncong yang telah

diuraikan diatas contohnya adalah lagu “jail-jali”, lagu-lagu daerah dan

sebagainya yang mempunyai bentuk khusus. Atau dapat juga diartikan iramanya

keroncong namun lagunya berupa Pop, Dangdut, Rock dll. Lagu ini bertujuan

(51)

 

semua orang dapat menikmati lagu ini karena lagunya sudah dikenal oleh

kebanyakan orang. Dan yang membuat lagu ini menarik karena ada alunan musik

Keroncongnya.

2.6Kerangka Teoritik

Pada hakikatnya musik adalah cetusan hati nurani atau daya cipta dengan

bentuk suara, suatu penjelmaan dari pencerminan yang nyata yang didasarkan atas

pemikiran dan adat-istiadat dalam kehidupan masyarakat (Soeharto, dkk 1996:43).

Gerakan untuk mempertahankan eksistensi keroncong terus dilakukan

melalui berbagai cara. Salah satunya adalah dengan menggabungkan musik

keroncong dengan jenis musik lainnya. Hal tersebut dilakukan untuk menarik

minat pendengar dan peminat musik, keroncong semakin diperkaya bentuk

persatuannya dengan jenis musik lain. Berikut adalah bagan alir dari kerangka

berfikirnya.

Kebudayaan

Profil Kreativitas Fungsi

(52)

 

Musik juga mempunyai fungsi yang tidak akan terlepas dari kehidupan

manusia sehari-hari dan berharap musik keroncong tidak jalan di tempat saja

tetapi berkembang seiring dengan perkembangan musik sekarang. Musik

Keroncong sangat berfungsi dalam setiap acara formal atau non-formal yang

dilaksanakan. Irama musik keroncong yang bersifat merakyat tersebut dapat

merangsang ekspresi emosional (perasaan) manusia sehingga dapat menimbulkan

efek mendalam yang menenangkan. Sehingga penikmat musik keroncong dapat

menikmati lagu-lagu yang di lantunkan group musik “Kasela Bergema”.

Berdasarkan pengamatan peneliti di beberapa acara seperti pernikahan,

syukuran, dan acara sosial lainnya di Jawa Tengah, bentuk musik yang digunakan

sebagian besar adalah bentuk komposisi musik keroncong. Musik keroncong

adalah jenis permainan musik tradisional menggunakan tangga nada diatonik

dengan iringan beberapa alat musik berdawai yang dimainkan dengan aturan

tertentu sehingga menjadi cirri khas musik itu sendiri (Soeharto 1987:45). Kasela

Bergema merupakan kolaborasi antara musik keroncong dan musik moderen,

hasil kolaborasi itulah yang menjadi ciri khas dari gaya musik keroncong Kasela

Bergema yaitu kombinasi antara irama musik keroncong dan irama musik

moderen seperti rock, jazz, reggae, pop, dan lain sebagainya. Keberanian

melakukan eksplorasi musik inilah yang membuat variasi Group musik Kasela

Bergema bertambah kaya, kreativitasnya dalam mengolah musik keroncong

tersebut membuat peneliti lain membuat peneliti ingin mengenal lebih dalam

tentang kreativitas dan fungsi musik dalam pengolahan musik keroncongnya.

(53)

37 BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan Penelitian

Permasalahan yang dikaji, penelitian ini menggunakan pendekatan

deskriptif kualitatif. Hasil penelitian berupa kata-kata, gambaran bukan angka

yang menunjukan kuantitas. Penelitian deskriptif dengan mengumpulkan, data,

menentukan, dan melaporkan keadaan yang ada menurut kenyataan.

Nawawi (1993:32-36) mengatakan deskriptif karena prosedur pemecahan

masalah yang dilakukan dengan cara menggambarkan, melukiskan keadaan objek

penelitian (seseorang, lembaga masyarakat, dan lain-lain) pada saat sekarang yang

berdasarkan pada fakta-fakta yang tampak dan berusaha untuk mengemukakan

hubungan yang satu dengan yang lain didalam aspek-aspek yang diselidiki itu.

3.2 Latar dan sasaran Penelitian

Latar dari penelitian ini yaitu grup musik keroncong “KASELA

BERGEMA” Semarang. Alasan memilih latar belakang grup ini karena salah satu

grup Keroncong yang aktif di dunia keroncong di kota Semarang. Sasaran

(54)

  3.3 Sumber Data

Sumber data yang diperoleh dapat dikelompokkan menjadi data primer

dan data sekunder sebagai berikut.

1. Data Primer

Data primer adalah data yang di dapat secara langsung dalam bentuk

verbal, kata-kata, atau pun ucapan lisan dari responden dan orang-orang yang

menjadi informan yang mengetahui pokok-pokok permasalahan atau objek

penelitian ini. Responden dalam penelitian ini adalah seluruh anggota Group

Musik Keroncong Kasela bergema.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung dari

sumber utama. Data ini diperoleh dari buku-buku, internet, serta diskusi-diskusi

yang berhubungan dengan penelitian ini. Bentuk data sekunder dalam penelitian

ini adalah berupa gambar-gambar dan buku yang terkait dengan penelitian sejarah

musik keroncong, dan macam-macam iringan yang di gunakan.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Data dan keterangan yang akurat, relevan, reliabel, harus digunakan suatu

teknik pengumpulan data yang tepat sesuai dengan yang diharapkan dalam

penelitian ini. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah dengan teknik observasi, wawancara, dan studi dokumen. Berikut akan

(55)

  3.4.1 Teknik Observasi

Arikunto (1993:123) mengatakan metode observasi atau pengamatan

meliputi kegiatan pemusatan perhatian terhadap sesuatu objek dengan

menggunakan seluruh alat indra. Observasi dapat dilakukan melalui penglihatan,

penciuman, pendengaran, perabaan, dan pengucapan.

Pengamatan atau observasi dapat diklasifikasikan atas pengamatan melalui

cara berperan serta dan tidak berperan serta (Bogdan dan Taylor dalam

Sumaryanto 2001:19), Pengamatan melalui cara berperan serta maksudnya

peneliti terjun langsung dalam setiap rangkaian acara yang dilakukan dalam

penelitian, sedangkan melalui cara tidak berperan serta artinya peneliti tidak

terlibat secara langsung pada situasi yang sedang diamati, dengan kata lain

peneliti tidak berinteraksi atau mempengaruhi objek yang diamati.

Pengamatan menurut Moleong dalam (Sumaryanto 2001:17), dapat pula

dibagi kedalam pengamatan terbuka diketahui oleh subjek dengan suka rela

memberikan kesempatan pada pengamat untuk mengamati peristiwa yang terjadi

dan mereka menyadari bahwa ada orang lain yang sedang mengamati mereka,

sebaliknya pada pengamatan tertutup adalah pengamat beroprasi tanpa diketahui

oleh subjeknya. Jenis observasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah

observasi nonpartisipan atau peneliti tidak berperan serta karena peneliti tidak

melihat langsung pada situasi yang sedang diamati, dengan kata lain peneliti tidak

berinteraksi atau mempengaruhi objek yang diamati dan menggunakan observasi

terbuka yang mana diketahui oleh subjeknya. Dalam penelitian ini yang dilakukan

(56)

 

bawakan tersebut. Hal ini dilakukan untuk memperoleh informasi secara jelas

tentang kreatifitas dan fungsi musik keroncong dalam Grup Musik Keroncong

Kasela Bergema.

Observasi dilakukan secara langsung, yang dilakukan dalam observasi itu

terutama mengamati secara langsung mengenai kreatifitas dan fungsi musik

keroncong. Pokok-pokok hal yang diobservasi adalah sebagai berikut.

(1) Grup musik keroncong Kasela Bergema.

(2) Kreativitas dan fungsi musik yang terkait di dalam setiap pertunjukannya.

3.4.2 Teknik Wawancara

Wawancara atau interview adalah sebuah proses memperoleh

keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap antara

pewawancara dengan responden atau orang yang diwawancarai dengan atau tanpa

menggunakan pedoman (guide) wawancara (Burhan 2006:126).

Wawancara adalah dengan maksud tertentu percakapan dilakukan oleh

dua pihak yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan

pihak kedua yaitu yang diwawancarai atau yang memberikan jawaban ataas

pertanyaan itu (Moleong 2001:135).

Jenis-jenis wawancara meliputi wawancara oleh tim panel, wawancara

tertutup dan terbuka, wawancara riwayat secara lisan, serta wawancara terstruktur

(57)

  a. Wawancara Oleh Tim Panel

Wawancara oleh tim panel adalah wawancara yang dilakukan tidak

hanya satu orang, tetapi oleh dua orang atau lebih terhadap seseorang yang

diwawancarai.

b. Wawancara Tertutup dan Wawancara Terbuka

Pada wawancara tertutup orang yang diwawancarai tidak mengetahui

dan menyadari bahwa mereka diwawancarai. Mereka juga tidak mengetahui

tujuan wawancara. Sebaliknya untuk wawancara terbuka pada subjeknya tau

bahwa mereka sedang diwawancarai dan mengetahui pula maksud dan tujuan

dilakukan kegiatan wawancara itu.

c. Wawancara Riwayat Secara Lisan

Wawancara riwayat secara lisan adalah wawancara yang dilakukan

terhadap orang-orang yang pernah membuat sejarah atau pernah membuat

karya ilmiah besar.

d. Wawancara Terstruktur dan Tidak Terstruktur

Wawancara terstruktur adalah wawancara yang pewawancaranya

menentukan sendiri masalah dan pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan

yang bertujuan untuk mencari jawaban terhadap hipotesis kerja. Sedangkan

untuk wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang digunakan untuk

menemukan informasi yang bukan baku atau informasi tunggal.

Tujuan utama melakukan wawancara adalah untuk menyajikan konstruksi

saat sekarang dalam suatu konteks mengenai para pribadi, peristiwa, aktivitas,

(58)

 

merekonstruksi beragam hal seperti itu sebagai bagian dari pengalaman masa

lampau, dan memproyeksikan hal-hal seperti itu di kaitkan dengan harapan yang

bisa terjadi di masa yang akan datang (Sutopo 1996:55).

Wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara bebas

terstruktur yaitu pewawancara membawa pedoman yang merupakan garis besar

tentang hal yang akan diteliti. Alat-alat yang digunakan peneliti dalam melakukan

kegiatan wawancara yaitu (1) Daftar pe

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukan bahwa dalam estetika musik lagu keroncong Kelly Puspito yang meliputi harmoni, melodi, dan syair memang sangat berbeda dengan lagu

Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan permainan cuk dalam musik keroncong dan penerapannya pada langgam jawa. Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah

Dilihat dari beberapa unsur yang terdapat dalam musik keroncong seperti, alat.. musik yang dimainkan, bentuk musik, tangga nada, harmonisasi dan

Kontribusi komunitas dalam pelestarian musik keroncong dinilai sudah optimal dalam pelaksanaannya, seperti adanya Pergelaran Keroncong Joglo Sriwedari, Solo Keroncong

grup keroncong dengan para pemainnya yang merupakan generasi muda adalah bagian dari identitas yang mereka miliki, sehingga mereka mengkomparasikan bagaimana mereka

Sama seperti lagu “Bengawan Solo” lagu “Yen ing tawang” juga merupakan salah satu langgam keroncong dan termasuk dalam jenis lagu yang mempunyai bentuk 2 (dua) bagian

Kebaruan bentuk lagu (di dalamnya termasuk gaya musikal) dalam musik keroncong merupakan hasil dari upaya kreatif yang dilakukan oleh pencipta lagu dan/atau komponis

Penulis dalam melakukan rangkaian penelitian ini, menggunakan metode deskriptif kualitatif, dengan judul “Kolaborasi Grup Keroncong Djagank dan DJ Nunu dalam Aransemen Lagu Bengawan