ABSTRAK
STUDI PEMBUATAN NATRIUM ALGINAT DARI Sargassum sp MENGGUNAKAN METODE EKSTRAKSI MODIFIKASI DENGAN PENAMBAHAN NATRIUM KARBONAT DAN KARAKTERISASINYA
Oleh
SUWARDA DUA IMATU DELA
Telah dilakukan studi pembuatan dan karakterisasi natrium alginat dari alga coklat
Sargassum sp. Pembuatan natrium alginat dalam penelitian ini menggunakan metode ekstraksi yang dimodifikasi dari beberapa metode yang telah digunakan. Rendemen terbesar yang diperoleh sebesar 24% dari penggunaan konsentrasi Na2CO3 4% dan CaCl2 5% serta waktu pengadukan 5 menit dalam proses
ekstraksi. Kadar air dan kadar abu natrium alginat yang diperoleh berturut-turut 11,1% dan 38,9%. Spektrum FTIR natrium alginat hasil ekstraksi dengan natrium alginat standar memberikan spektrum yang hampir sama serta memiliki struktur asam manuronat dan asam guluronat yang merupakan penyusun alginat. Karakterisasi TGA membuktikan tingkat kemurnian natrium alginat melalui termogram TGA yang menunjukkan terjadinya dehydration, decomposition, serta Na2CO3 forming dan Na2CO3 residu.
Kata kunci : Alga coklat, Sargassum sp., Natrium alginat, Spektofometri IR,
ABSTRACT
STUDY MANUFACTURING SODIUM ALGINATE FROM Sargassum sp USE MODIFIED EXTRACTION METHODWITH ADDITION SODIUM
CARBONATE AND ITS CHARACTERIZATION
By
SUWARDA DUA IMATU DELA
Has done study manufacturing and characterization of sodium alginate from brown algae Sargassum sp. Manufacturing of sodium alginate in this study using a modified extraction of some methods that have been used. The bigest yield is 24% obtained from the use concentration of Na2CO3 4% and CaCl2 5% and
stirring time of 5 minutes in the extraction process. Moisture and ash content of sodium alginate obtained respectively 11,1% and 38,9%. FTIR spectra of sodium alginate extraction with standard provides almost the same spectrum as well as having the structure of mannuronic acid and guluronic acids which are building blocks of alginates. TGA characterization prove the purity level of sodium alginate through TGA thermogram indicating the occurrence of dehydration, decomposition, as well as forming Na2CO3 and Na2CO3 residue.
STUDI PEMBUATAN NATRIUM ALGINAT DARI Sargassum sp MENGGUNAKAN METODE EKSTRAKSI MODIFIKASI DENGAN PENAMBAHAN NATRIUM KARBONAT DAN KARAKTERISASINYA
(Skripsi)
Oleh
SUWARDA DUA IMATU DELA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMPUNG
ABSTRAK
STUDI PEMBUATAN NATRIUM ALGINAT DARI Sargassum sp MENGGUNAKAN METODE EKSTRAKSI MODIFIKASI DENGAN PENAMBAHAN NATRIUM KARBONAT DAN KARAKTERISASINYA
Oleh
SUWARDA DUA IMATU DELA
Telah dilakukan studi pembuatan dan karakterisasi natrium alginat dari alga coklat
Sargassum sp. Pembuatan natrium alginat dalam penelitian ini menggunakan metode ekstraksi yang dimodifikasi dari beberapa metode yang telah digunakan. Rendemen terbesar yang diperoleh sebesar 24% dari penggunaan konsentrasi Na2CO3 4% dan CaCl2 5% serta waktu pengadukan 5 menit dalam proses
ekstraksi. Kadar air dan kadar abu natrium alginat yang diperoleh berturut-turut 11,1% dan 38,9%. Spektrum FTIR natrium alginat hasil ekstraksi dengan natrium alginat standar memberikan spektrum yang hampir sama serta memiliki struktur asam manuronat dan asam guluronat yang merupakan penyusun alginat. Karakterisasi TGA membuktikan tingkat kemurnian natrium alginat melalui termogram TGA yang menunjukkan terjadinya dehydration, decomposition, serta Na2CO3 forming dan Na2CO3 residu.
Kata kunci : Alga coklat, Sargassum sp., Natrium alginat, Spektofometri IR,
ABSTRACT
STUDY MANUFACTURING SODIUM ALGINATE FROM Sargassum sp USE MODIFIED EXTRACTION METHODWITH ADDITION SODIUM
CARBONATE AND ITS CHARACTERIZATION
By
SUWARDA DUA IMATU DELA
Has done study manufacturing and characterization of sodium alginate from brown algae Sargassum sp. Manufacturing of sodium alginate in this study using a modified extraction of some methods that have been used. The bigest yield is 24% obtained from the use concentration of Na2CO3 4% and CaCl2 5% and
stirring time of 5 minutes in the extraction process. Moisture and ash content of sodium alginate obtained respectively 11,1% and 38,9%. FTIR spectra of sodium alginate extraction with standard provides almost the same spectrum as well as having the structure of mannuronic acid and guluronic acids which are building blocks of alginates. TGA characterization prove the purity level of sodium alginate through TGA thermogram indicating the occurrence of dehydration, decomposition, as well as forming Na2CO3 and Na2CO3 residue.
STUDI PEMBUATAN NATRIUM ALGINAT DARI Sargassum sp MENGGUNAKAN METODE EKSTRAKSI MODIFIKASI DENGAN PENAMBAHAN NATRIUM KARBONAT DAN KARAKTERISASINYA
Oleh
Suwarda Dua Imatu Dela
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar
SARJANA SAINS
Pada
Jurusan Kimia
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMPUNG
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Gaya Baru II pada tanggal 21 Mei
1995, merupakan anak kedua dari empat bersaudara dari
pasangan Bapak Suwarno (Alm) dan Ibu Sri Andayani.
Penulis menyelesaikan pendidikan taman kanak-kanak di
TK Aisyah Gaya Baru II, Seputih Surabaya, Lampung
Tengah pada tahun 2000. Kemudian menyelesaikan
pendidikan sekolah dasar di SD Negeri 1 Setia Bumi,
Seputih Banyak, Lampung Tengah pada tahun 2006. Selanjutnya penulis
menyelesaikan pendidikan sekolah menengah pertama di SMP Negeri 1 Seputih
Banyak, Lampung Tengah pada tahun 2009 dan menyelesaikan pendidikan
sekolah menengah atas di SMA Negeri 1 Seputih Banyak, Lampung Tengah pada
tahun 2012. Pada tahun 2012 penulis terdaftar sebagai mahasiswi Jurusan Kimia,
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung melalui
Selama menjadi mahasiwa, penulis pernah mendapat penghargaan sebagai
mahasiswa berprestasi jurusan Kimia pada tahun 2013. Selain itu, penulis pernah
menjadi Sekretaris Bidang Sosial dan Masyarakat dalam Lembaga
kemahasiswaan Himpunan Mahasiswa Kimia (HIMAKI) periode 2014/2015 dan
pernah menjadi anggota di beberapa Unit Kegiatan Mahasiswa seperti English
Society (ESo) dan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM). Pada tahun 2015, penulis
juga pernah menjadi asisten praktikum Sains Dasar. Penulis juga tercatat sebagai
salah satu mahasiswa penerima beasiswa prestasi yaitu beasiswa Peningkatan
Kupersembahkan karyaku ini untuk almarhum Bapak tercinta dan
Mamak tersayang, kakak, adikku dan Tama yang selalu mendukung
dan berdoa untuk keberhasilanku.
“Karena sesungguhnya sesu
dah kesulitan itu ada kemudahan,
sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila
kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan
sungguh-sungguh (urusan) yang lain, dan hanya kepada
Tuhan-mulah hendaknya kamu berharap”
.
(Q.S. Asy-Syarh : 5-8).
“Demi waktu matah
ari sepenggalahan naik, dan demi malam apabila
telah sunyi, Tuhan-mu tiada meninggalkan kamu dan tiada pula
benci kepadamu, dan sesungguhnya akhir itu lebih baik bagimu
daripada permulaan. Dan kelak Tuhan-mu pasti memberikan
karunia-Nya kepadamu lalu hati kamu menjadi puas. Bukankah
Dia mendapatimu sebagai seorang yatim, lalu Dia melindungimu.
Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang bingung, lalu Dia
memberikan petunjuk. Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang
kekurangan, lalu Dia memberikan kecukupan. Adapaun terhadap
anak yatim, maka janganlah kamu berlaku sewenang-wenang. Dan
terhadap orang yang meminta-minta , maka janganlah kamu
menghardiknya. Dan terhadap nikmat Tuhan-mu, maka hendaklah
kamu menyebut-
nyebutnya (dengan bersyukur)”.
SANWACANA
Tak ada ucapan yang patut saya utarakan selaku insan selain puji syukur atas
segala nikmat, rahmat dan hidayah Allah SWT. Sholawat serta salam tak lupa
selalu tercurahkan bagi Nabi Allah Muhammad saw. yang telah memberikan
pencerahan dan menebarkan segala petunjuk hidup di bumi Allah ini.
Terimakasih untuk almarhum Bapak yang telah membimbing, mendidik,
menyemangati, berjuang dengan sepenuh hati dan tak pernah lelah bekerja keras,
serta Mamak tercinta yang selalu memberikan kasih sayangnya yang tulus,
menjadi inspirasi, mendoakan dan memotivasi sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul :
Studi Pembuatan Natrium Alginat Dari Sargassum sp Menggunakan Metode Ekstraksi Modifikasi dengan Penambahan Natrium Karbonat dan
Karakterisasinya .
Skripsi ini dapat terselesaikan berkat bantuan dari Allah melalui berbagai pihak.
Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Andi setiawan, Ph.D., selaku Dosen Pembimbing I yang telah banyak
memberikan bimbingan dan bantuan dalam penyusunan skripsi ini.
2. Bapak Prof. John Hendri, M.S.,selaku Dosen Pembimbing II, atas
3. .Bapak Dr. Eng.Suripto Dwi Yuwono,M.T., selaku Dosen Penguji sekaligus
Ketua Jurusan Kimia yang telah banyak memberikan kritikan, saran dan
bantuannya untuk perbaikan skripsi ini.
4. Ibu Dr.Zipora Sembiring, M.Si.,yang telah dengan sabar membimbing,
mengarahkan, memberikan nasihat serta semangat dalam belajar dan
.memotivasi untuk terus berjuang mewujudkan harapan.
5. Bapak/Ibu dosen Kimia yang dengan sepenuh hati memberikan ilmu.
6. Bapak Prof. Warsito, S.Si., D.E.A., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Matematika
dan Imu Pengetahuan Alam Universitas Lampung.
7. Riandra Pratama Usman atas segala semangat, perhatian, kepedulian dan
bantuannya.
8. Mbak Eka, Mas Trian, Adik Gadis, Adik Kino, dan seluruh saudara atas doa
dan dukunganya selama ini baik spiritual maupun material.
9. Arya, Sofian, Edi, selaku tim sekaligus rekan kerja selama penelitian di
Laboratorium Terpadu dan Sentra Inovasi Teknologi Universitas Lampung
atas kerjasamanya, dan sering mengingatkan, memberikan semangat serta
banyak membantu.
10.Indri, Ais, Yunsi, Atma, Ningrum dan Nila atas dukungan dan bantuanya
selama ini.
11.Mbak Yanti dan Riya yang setia membantu dan memberikan saran serta
nasihat.
Penulis menyadari tak ada segala sesuatu yang sempurna kecuali Allah SWT.
Namun, penulis berusaha semaksimal mungkin dalam skripsi ini dengan baik dan
benar. Harapannya skripsi ini dapat memberikan informasi dan bermanfaat bagi
yang membacanya terutama bagi penulis.
Bandar Lampung, 24 Juni 2016
Penulis
DAFTAR ISI
G. Penentuan Gugus Fungsi Alginat dengan Fourier Transformed Infra Red (FTIR) ... 11
H. Rotational Rheometer (Viscometer) ... 13
I. Analisis Termal dengan Menggunakan TG/DTA (Thermo Gravimetric-Differential Thermal Analysis) ... 13
III. METODOLOGI PENELITIAN a) Ekstraksi dengan variasi konsentrasi Na2CO3 2%, 4% dan 6% ... 17
b) Ekstraksi dengan variasi konsentrasi CaCl2 5% dan 10%... 18
3.Analisis dan Karakterisasi
IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN A. Preparasi sampel... 22
B. Ekstraksi Natrium Alginat 1. Penentuan konsentrasi Na2CO3 Optimum... 23
2. Penentuan konsentrasi CaCl2 Optimum... 26
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Struktur Alginat...8
2. Spektrum Natrium Alginat Murni...12
3. Jenis-jenis Thermobalance pada Instrumen TGA...14
4. Sargassum sp....22
5. Sampel alga coklat halus...22
6. Perbandingan rendemen hasil ekstraksi Natrium Alginat... ...29
7. Kurva perbandingan viskositas Natrium Alginat hasil ekstraksi dan Natrium Alginat standar...33
8. Spektrum Natrium Alginat dari alga coklat sargassum sp. ... ...35
9. Spektrum Natrium Alginat standar...37
10. Perbandingan Spektrum IR Natrium Alginat Hasil Ekstraksi dengan Natrium Alginat Standar ... ...38
11.Asam D-manuronat...38
12.Asam L-guluronat ...39
13.Struktur konformasi kursi Natrium Alginat...39
14.Termogram TGA Natrium Alginat dari alga coklat sargassum sp....40
15.Termogram TGA Natrium Alginat Standar ...42
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Standar mutu Natrium Alginat... ...9
2. Hasil Ekstraksi dengan variasi Na2CO3...25
3. Hasil Ekstraksi dengan variasi CaCl2...26
4. Hasil Ekstraksi dengan variasi waktu pengadukan...27
5. Data Rendemen dengan Variasi Konsentrasi Na2CO3 2%, 4% dan 6%...28
6. Data Rendemen dengan Variasi Konsentrasi CaCl2 3%, 5% dan 7%...28
7. Data Rendemen dengan Variasi Waktu Pengadukan 5, 10 dan 15 menit....28
8. Kesesuaian Natrium Alginat Hasil Ekstraksi dengan Standar Mutu...32
9. Data pengukuran viskositas Natrium Alginat hasil ekstraksi dan standar...31
10.Serapan puncak-puncak gugus fungsi Natrium Alginat...36
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan berbagai sumber daya
alam. Sumber daya alam tersebut sangat menunjang bagi pertumbuhan
perekonomian maupun meningkatkan potensi dalam hal penelitian. Pada
dasarnya sumber daya hayati di Indonesia sangat melimpah, misalnya adalah
Sargassum yang merupakan salah satu jenis alga coklat. Habitat dan
sebaran Sargasssum di Indonesia tumbuh di perairan yang terlindung maupun berombak besar pada habitat batu. Pengaruh alam yang dapat menentukan
sebarannya adalah jenis substrat, cahaya matahari, kadar garam dan lain-lain.
Substrat dasar tempat melekatnya adalah berupa batu karang, batu, lumpur, pasir,
kulit kerang dan kayu. Penyebaran spesies ini banyak terdapat di perairan
Indonesia yaitu Sumatera, Jawa, Kepulauan Seribu, Sulawesi dan Aru (Indriani
dan Sumarsih, 1999).
Sargassum sp adalah jenis rumput laut penghasil alginat yang cukup tinggi. Jenis
alga coklat sebagai sumber bahan baku alginat berbeda-beda disetiap negara
2
nodosum yang tumbuh disepanjang pantai bagian selatan Nova Scotia. Beberapa negara produsen alginat di Eropa seperti Inggris, Norwegia dan Prancis
menggunakan Ascophylum nodosum, Laminaria hyperborea dan Laminaria digitata sebagai bahan baku alginat, sedangkan negara di Asia yang juga merupakan produsen alginat yang signifikan yaitu Jepang dan Korea,
menggunakan Eclonia cava dan beberapa jenis lainnya (Kirk and Othmer, 1994).
Adapun spesies alga coklat asal perairan pantai Indonesia yang memiliki potensi
untuk diolah menjadi alginat adalah Sargassum sp, Turbinaria sp, Hormophysa sp dan Padina sp. Keempat spesies alginofit (algae penghasil alginat) tersebut masih diperoleh dari sediaan alami (Rasyid, 2003). Sargassum tergolong sebagai salah satu jenis rumput laut komersial, akan tetapi tidak banyak yang tahu
bahwa Sargassum sp adalah salah satu jenis rumput laut yang saat ini
permintaannya cukup tinggi. Sebab jumlahnya yang cukup melimpah, namun
pemanfaatannya yang kurang maksimal. Maka dengan dilakukannya penelitian
ini, diharapkan mampu memberikan informasi mengenai pemanfaatan Sargassum
sebagai sumber alginat secara efektif dan lebih maksimal serta dapat membantu
meningkatkan kemajuan penelitian di Indonesia, sehingga dapat menambah
bahan baku penghasil alginat sekaligus memaksimalkan persediaan sumber daya
3
B. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu:
1. Membuat natrium alginat dari alga coklat Sargassum spdanmengetahui kadar alginat dalam sampel.
2. Mengetahui pengaruh penambahan variasi konsentrasi Na2CO3 dan CaCl2
serta waktu pengadukan dalam proses ekstraksi.
3. Menghitung kadar air dan kadar abu natrium alginat yang diperoleh.
4. Mengkarakterisasi natrium alginat menggunakan TG/DTA dan spektrometer
IR.
C. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini yaitu dapat memberikan informasi mengenai
pembuatan natrium alginat dari Sargassum sp dengan pengaruh penambahan variasi konsentrasi Na2CO3 dan CaCl2 melalui proses ekstraksi yang dimodifikasi
serta waktu pengadukan yang optimum terhadap kualitas natrium alginat yang
4
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Rumput Laut
Rumput laut merupakan tumbuhan laut yang hidup di dasar perairan (fitobentos) ,
berukuran besar (makroalga) dan tergolong dalam divisi Thallophyta. Secara botanis, rumput laut tidak termasuk golongan rumput-rumputan (Graminae). Rumput laut atau dikenal juga sebagai alga makro laut adalah biota laut yang
tergolong tanaman berderajat rendah karena tidak memiliki perbedaan susunan
kerangka seperti akar, batang, dan daun. Sesungguhnya penampakan tersebut
merupakan bentuk thalus saja, sehingga tumbuhan ini dinamakan Thallophyta
(Yunizal, 2004).
Secara taksonomi rumput laut digolongkan menjadi empat kelas yaitu alga hijau
(Chlorophyceae), alga hijau biru (Myxophyceae), alga merah (Rhodophyceae), dan alga coklat (Phaeophyceae). Dari empat kelas alga tersebut, hanya tiga kelas yang merupakan golongan alga atau rumput laut ekonomis, yaitu alga hijau
(Chlorophyceae), alga coklat (Phaeophyceae) dan alga merah (Rhodophyceae). Alga hijau dan alga hijau biru banyak yang hidup di air tawar, sedangkan alga
merah dan coklat banyak di temukan di laut (Yunizal, 1999). Keanekaragaman
Indonesia-5
Malaysia dilaporkan terdapat 624 jenis alga, yang termasuk dalam 489 marga
diantaranya 186 jenis termasuk alga merah. Jenis-jenis rumput laut secara
ekonomi menjadi penting karena mengandung senyawa polisakarida. Rumput
laut penghasil karaginan (karaginofit), dan penghasil agar (agarofit) termasuk
kelas alga merah (Rhodophyceae), sedangkan penghasil alginat (alginofit) dari kelas alga coklat (Phaeophyceae) (Angka dan Suhartono 2000).
B. Alga Coklat
Secara taksonomi, alga atau ganggang digolongkan kedalam divisio Thallophyta
yang terbagi dalam empat kelas yaitu alga Hijau (Chlorophyceae), alga biru (Cyanophyceae), alga coklat (Pheaophyceae) dan alga merah (Rhodopoceae). Pembagian ini berdasarkan pigmen yang dikandungnya. Rumput Laut coklat
mengandung beberapa senyawa diantaranya alginat, laminarin, selulosa, fukoidin
dan manitol. Selain itu, rumput laut coklat juga mengandung protein, vitamin,
lemak dan anti bakteri (Kadi, 1988).
Rumput laut coklat yang berpotensi sebagai sumber alginat antar lain macrocystis, laminaria, aschophyllum, nerocytis, ecklonia, fucus, lessonia, durvillaea,
turbinaria dan sargassum (McHugh, 1987). Kandungan alginat pada rumput laut coklat bervariasi tergantung pada musim, tempat tumbuh, bagian yang diekstrak
6
C. Sargassum sp.
Rumput laut jenis Sargassum umumnya merupakan tanaman perairan yang mempunyai warna coklat, berukuran relatif besar, tumbuh dan berkembang pada
substrat dasar yang kuat. Bagian atas tanaman menyerupai semak yang berbentuk
simetris bilateral atau radial serta dilengkapi bagian sisi pertumbuhan. Umumnya
rumput laut tumbuh secara liar dan masih belum dimanfaatkan secara baik.
Rumput laut coklat memiliki pigmen yang memberikan warna coklat dan dapat
menghasilkan algin atau alginat, laminarin, selulosa, fikoidin dan manitol yang
komposisinya sangat tergantung pada jenis (spesies), masa perkembangan dan
kondisi tempat tumbuhnya (Maharani dan Widyayanti, 2010).
Klasifikasi Sargassum sp adalah sebagai berikut :
Divisio : Thallophyta
Kelas : Phaeophyceae
Ordo : Fucales
Famili : Sargassacaceae
Genus : Sargassum
Spesies : Sargassum sp
Rumput laut coklat jenis Sargassum adalah rumput laut yang mempunyai cabang seperti jari, dan merupakan tanaman yang berwarna coklat, berukuran relatif
besar, tumbuh dan berkembang pada substrat dasar yang kuat. Bagian tanaman
menyerupai semak yang berbentuk simetris bilateral atau radikal serta dilengkapi
7
Thalus berbentuk silindris atau gepeng percabangannya menyerupai tanaman
perdu di darat, daun melebar, lonjong atau seperti pedang, mempunyai gelembung
udara (bladder), umumnya hidup soliter dan panjangnya dapat mencapai 7 m. Rumput laut ini tumbuh di perairan yang terlindung ataupun dapat juga diperairan
yang berombak besar pada habitat berkarang, atau pada bongkahan karang (Kadi,
1988).
D. Alginat
Alginat adalah salah satu kelompok polisakarida yang terbentuk dalam dinding sel
alga coklat, dengan kadar mencapai 40% dari total berat kering dan memegang
peranan penting dalam mempertahankan struktur jaringan alga. Alginat disintesa
pertama kali oleh Stanford pada tahun 1880 (Chapman & Chapman, 1980). Pada
awalnya alginat dianggap sebagai suatu asam polimannuronat, namun sejak tahun
1964 asam alginat lebih dikenal sebagai kopolimer dari asam L-guluronat dan
asam D-mannuronat. Pada prinsipnya alginate terdiri dari 3 macam struktur, yaitu
homopolisakarida α-1,4-L-guluronat, β -1,4-D-mannuronat, dan
heteropolisakarida yang merupakan bentuk selang-seling asam α -1,4-L-guluronat
dan asam β -1,4-D-mannuronat (An Ullman's, 1998).
Asam alginat dalam alga coklat umumnya terdapat sebagai garam-garam kalsium,
magnesium dan natrium. Tahap pertama pembuatan alginat adalah mengubah
kalsium dan magnesium alginat yang tidat larut menjadi natrium alginat yang
8
Alginat adalah polisakarida alam yang umumnya terdapat pada dinding sel dari
semua spesies alga coklat (phaeophyceae). Asam alginat ditemukan, diekstraksi
pertama sekali dan dipatenkan oleh seorang ahli kimia dari Inggris Stanford tahun
1880 dengan mengekstraksi Laminaria stenophylla. Kelarutan alginat dan kemampuannya mengikat air bergantung pada jumlah ion karboksilat, berat
molekul dan pH.
Kemampuan mengikat air meningkat jika jumlah ion karboksilat semakin banyak
dan jumlah residu kalsium alginat kurang dari 500, sedangkan pada pH di bawah
3 terjadi pengendapan (McHugh, 2003). Molekul asam alginat berbentuk polimer
linier tak bercabang dan disusun oleh kurang lebih 700-1000 residu asam ß-D-
manuronat (M) dan α-L- guluronat (G). Asam D-manuronat memiliki ikatan
diekuatorial 4C1 sedangkan asam guluronat memiliki ikatan diaksial 1C4
(Wandrey, 2005).
Rantai yang terdiri atas 3 segmen polimer yang berbeda terlihat pada Gambar 1.
9
E. Sifat dan Standar Mutu Alginat
Alginat memiliki sifat-sifat utama:
1. Kemampuan untuk larut dalam air serta meningkatkan viskositas larutan .
2. Kemampuan untuk membentuk gel.
3. Kemampuan membentuk film (natrium atau kalsium alginat) dan serat
(kalsium alginat) (Wandrey, 2005).
Faktor-faktor yang mempengaruhi sifat-sifat larutan alginat adalah suhu,
konsentrasi, dan ukuran polimer. Faktor kimia yang berpengaruh adalah
sequestran (pengikat logam) serta garam monovalen dan kation polivalen (Cottrel, 1980). Berdasarkan Food Chemical Codex umumnya natrium alginat mempunyai sifat-sifat dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Standar Mutu Natrium Alginat (Food Chemical Codex, 1981).
No. Karakteristik Natrium Alginat
1. Kemurnian (%) 90,8 - 106
2. Kadar air (%) 5 - 20
3. Kadar Abu (%) 18 - 27
4. Warna Bubuk gading
5. Kadar Pb (ppm) < 10
6. Logam berat (%) < 0,004
7. Kadar As (ppm) < 3
10
F. Manfaat Alginat
Alginat memiliki berbagai manfaat seperti dalam industri tekstil yaitu sekitar
50%, industri pangan 30%, industri kertas 6%, welding rods 5%, farmasi 5%, dan lainnya 4% (McHugh, 2008). Pada industri tekstil, alginat digunakan sebagai
pengental pada textile printing. Dengan penambahan alginat maka
kekentalan bahan pewarna akan lebih baik sehingga menghasilkan kualitas textile printing yang lebih baik seperti warna yang tajam dan bentuk gambar atau garis yang lebih halus (Subaryono, 2010).
Pada industri pangan, alginat digunakan sebagai pengental, pembentuk gel,
stabilizer, pembentuk bodi, bahan pengemulsi dan pensuspensi . Sebagai
pengental dan pengemulsi, alginat digunakan dalam pembuatan susu kental manis
serta topping untuk es krim. Dalam produk es krim, alginat digunakan sebagai
stabilizer menggantikan pati dan karaginan. Selain mencegah es krim agar tidak
mudah meleleh, natrium alginat juga tidak membentuk kristal es dan membuat
produk menjadi lebih lembut dan enak. Alginat juga dapat diaplikasikan untuk
minuman campuran seperti es loli, es jus buah, dan sebagainya. Jika alginat
ditambahkan pada produk keju, produk tersebut tidak akan lengket dengan
pembungkusnya (Velez et al., 2003). Selain itu, natrium alginat dapat menjaga produk tetap baik selama proses penyimpanan dan distribusi pemasaran. Alginat
juga digunakan dalam produk jeli untuk pencuci mulut. Jeli dibuat dari campuran
alginat-kalsium dan sering disebut sebagai jeli instan karena pembuatannya yang
mudah dan sederhana yaitu hanya dengan mencampurkan serbuk jeli dengan air
11
Selain itu alginat digunakan dalam menstabilkan emulsi seperti pada minuman
emulsi (Paraskevopoulou et al., 2005). Alginat juga banyak digunakan sebagai bahan pada proses imobilisasi enzimatau sel serta pembent ukan bahan
biocompatible (Yabur et al., 2007).
G. Penentuan Gugus Fungsi Alginat dengan Fourier Transformed Infra Red (FTIR)
Gugus fungsi alginat dapat ditentukan menggunakan FTIR. FTIR merupakan
suatu teknik analisis yang digunakan untuk melihat atom-atom dalam sebuah
molekul melalui vibrasi-vibrasi yang ditimbulkan oleh atom tersebut. Untuk
dapat melihat atom-atom tersebut diperlukan suatu spektrum IR yang diperoleh
dengan cara menembakkan radiasi sinar infra merah ke sampel menentukan fraksi
apa yang terjadi saat melewatkan radiasi yang terabsorpsi dengan energi khusus.
Energi yang terdapat pada beberapa puncak dalam sebuah spektrum absorpsi
menunjukan kecocokan terhadap frekuensi pada vibrasi dari sebagian molekul
sampel (Ayyad, 2011).
Prinsip dasar dari analisis spektrofotometri IR adalah penyerapan radiasi
elektromagnetik oleh gugus-gugus fungsi tertentu, sehingga dari spektrum serapan
yang terbaca kita mampu mengetahui gugus fungsi apa saja yang terdapat pada
suatu senyawa. Bila sinar inframerah dilewatkan melalui sebuah cuplikan, maka
sejumlah frekuensi diserap oleh cuplikan tersebut dan frekuensi lainnya
diteruskan atau ditransmisikan tanpa adanya penyerapan. Hubungan antara persen
absorbansi dengan frekuensi maka akan dihasilkan sebuah spektrum inframerah
12
Puncak serapan inframerah yang paling karakteristik dalam asam alginat dan
natrium alginat adalah dengan adanya serapan C-O-C glikosida didaerah bilangan
gelombang 1150-1160 cm-1 , C-O-C siklik jenuh pada 1033-1010 cm-1 dan C-H khas piranosa pada 950-890 cm-1 (Arifudin, 2002).
Gambar spektrum IR pada kontrol natrium alginat murni dapat dilihat pada
Gambar 2.
Gambar 2. Spektrum Natrium Alginat Murni (Kosman, 2011).
Pada pengukuran spektrofotometri inframerah menunjukkan bahwa natrium
alginat murni memperlihatkan gugus hidroksil (-OH) pada bilangan gelombang
3461,31 cm -1, 1418,19 cm -1, gugus alkil (-CH-) pada bilangan 1097,55 cm -1, 948,83 cm -1, 893,38 cm -1, gugus karbonil (C=O) pada bilangan 1634,83 cm -1, 1032,65 cm -1, dan gugus alken (C=C) 568,77 cm -1 (Kosman, 2011).
13
H. Rotational Rheometer (Viscometer)
Rotational rheometer terdiri dari beberapa sistem sensor yang memungkinkan untuk merancang suatu rheometer yang baik, mutlak, dan serbaguna. Alat ini secara umum digunakan untuk mengamati parameter-parameter rheological suatu cairan atau senyawa semi-padat. Parameter-parameter rheological tersebut antara lain: viskositas, shear stress, dan shear rate. Shear stress merupakan suatu gaya atau tegangan yang diterapkan ke suatu sistemyang menjadi penghubung antara
bagian atas wadah dengan bagian bawah larutan dan mengarah ke aliran dalam
lapisan cairan. Sedangkan shear rate merupakan gradien kecepatan yang menyebabkan suatu fluida mengalir dalam pola yang khusus.
Dalam pengukuran viskositas, terdapat dua jenis cairan yang dikenal yaitu:
Newtonian fluid dan non-Newtonian fluid. Newtonian fluid merupakan suatu cairan yang memiliki nilai viskositas tetap seiring dengan perubahan nilai shear rate serta memenuhi aturan Newton. Contohnya adalah air, minyak, aspal, dan lain-lain. Sedangkan non-Newtonian fluid merupakan cairan yang tidak
memenuhi aturan Newton, cairan ini memiliki nilai viskositas yang berubah-ubah
seiring dengan perubahan nilai shear rate (Schramm, 1998).
I. Analisis Termal dengan Menggunakan TG/DTA (Thermo Gravimetric-Differential Thermal Analysis)
Thermo Gravimetric Analysis (TGA) merupakan suatu teknik eksperimental dimana suatu berat atau massa diukur sebagai fungsi temperatur sampel atau
14
atau dapat juga terjadi pada suhu yang konstan (pengukuran isotermal). Pilihan
pada temperatur program bergantung pada informasi yang dibutuhkan pada
sampel tersebut. Hasil dari pengukuran TGA ini biasanya ditampilkan dalam
bentuk termogram (kurva TGA) dimasa persen berat pada sampel diplotkan
terhadap temperatur dan/atau waktu. Selain kurva TGA, dapat juga dihasilkan
suatu bentuk turunan pertama dari kurva TGA yang disesuaikan terhadap
temperatur dan waktu yang akan menunjukkan laju pada perubahan massa yang
disebut sebagai Differential Thermo Gravimetric atau kurva DTG.
Terdapat 3 jenis thermobalance yang digunakan pada instrumen TGA saat ini, ketiga jenis thermobalance tersebut adalah horizontal arrangement, top loading, dan hang down. Ketiga jenis thermobalance ini dapat diamati pada Gambar 3.
Gambar 3. Jenis-jenis Thermobalance pada Instrumen TGA (Gabbott, 2008).
Pada beberapa thermobalance, sebuah pemanas eksternal diletakkan tidak memiliki kontak dengan atmosfer, sehingga dapat bermanfaat untuk eksperimen
yang menggunakan gas hidrogen murni. Thermobalance modern saat ini telah diperlengkapi agar dapat merekam sinyal DTA (Differential Thermal Analysis) pada saat yang bersamaan ketika melakukan pengukuran Thermo Gravimetric. Sinyal DTA ini dapat memperlihatkan efek termal yang tidak dipengaruhi oleh
15
transition). Data evaluasi ini hanya terbatas pada temperatur awal dan temperatur puncak. Setiap proses yang menyebabkan kehilangan berat pada sampel biasanya
memberikan puncak endotermik pada DTA yang disebabkan karena ekspansi
kerja. Namun terdapat pengecualian untuk hal ini, ketika gas mudah terbakar
terbentuk pada temperatur yang tinggi dan tersedia oksigen yang cukup, maka
entalpi pembakaran lebih besar dan reaksinya eksotermis. Berikut ini contoh
termogram yang dihasilkan pada instrumenTGA yang dilengkapi dengan DTA
16
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai bulan Mei 2016 di
Laboratorium Terpadu dan Sentra Inovasi Teknologi Universitas Lampung
(Unila). Penggilingan atau penghalusan sampel dilakukan di Laboratorium
Peternakan Politeknik Negeri Lampung (Polinela) dan karakterisasi menggunakan
spektrofotometri IR dilakukan di Laboratorium Kimia Organik Universitas Gajah
Mada (UGM).
B. Alat dan Bahan
Pada penelitian ini, alat-alat yang digunakan yaitu gelas kimia, gelas ukur,corong
buchner, erlenmeyer, labu takar, pipet tetes, pengaduk, neraca analitik, cawan
porselen, oven, furnace, stirer, viskotester, TG/ DTA dan spektrofotometer IR.
Dan adapun bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel alga
coklat sargassum, akuades, larutan HCl 5%, larutan H2O2 25%, larutan CaCl2 5%
dan 10%, larutan NaOH 10%, isopropanol 95%, kertas saring dan larutan
17
C. Metode Penelitian
Cara kerja untuk studi pembuatan natrium alginat ini diadopsi dari prosedur
yang dilakukan oleh Rasyid (2010).
1. Preparasi Sampel
Sampel sargassum diperoleh dari Balai Besar Pengembangan budidaya Laut Lampung Selatan, Lampung. Sampel yang masih basah dicuci sampai bersih
dengan air tawar, dan dikeringkan dengan cara dijemur dibawah sinar
matahari langsung. Setelah sampel kering, dihaluskan hingga menjadi bubuk.
2. Ekstraksi Natrium Alginat
a. Ekstraksi dengan variasi konsentrasi Na2CO3 2%, 4% dan 6%
Sampel halus sebanyak 15 gram dimasukkan kedalam 3 gelas kimia
masing-masing 5 gram, setiap gelas kimia diberi label A, B, dan C.
Kemudian masing-masing dicuci dengan HCl 5% dan selanjutnya dicuci
dengan aquades. Setelah itu, ditambah 25 mL larutan Na2CO3 2% untuk
gelas kimia A, Na2CO3 4% untuk gelas kimia B, dan Na2CO3 6% untuk
gelas kimia C, lalu distirer selama 5 menit dan kemudian disaring.
Selanjutnya filtrat yang diperoleh dari masing-masing penyaringan
dipucatkan dengan menambah larutan H2O2 25% sebanyak 2 mL,
kemudian ditambahkan 20mL larutan CaCl2 5% sehingga terbentuk
endapan putih. Berikutnya, endapan tersebut ditambahkan 5mL larutan
18
menandakan asam alginat yang telah terbentuk. Setelah itu, disaring dan
diperoleh residu yang kemudian ditambah 5mL larutan NaOH 10% dan
ditambahkan 7,5 mL isopropanol 95%. Selanjutnya disaring dengan kertas saring
yang telah diketahui beratnya. Endapan yang diperoleh dikeringkan dalam oven
pada suhu 60 0C. Kemudian endapan yang telah kering ditimbang beratnya untuk penentuan kadar natrium alginat.
b. Ekstraksi dengan variasi konsentrasi CaCl2 3%, 5% dan 7%
Dalam variasi konsentrasi CaCl2 3%, 5% dan 7%, pada penggunaan konsentrasi
CaCl2 5% telah dilakukan pada prosedur (a). Maka, pada prosedur ini akan
dilakukan ekstraksi terhadap CaCl2 3 % dan 7% menggunakankonsentrasi
Na2CO3 yang optimum dari prosedur (a) dalam gelas kimia 250 mL yang telah
diberi label D dan E.
c. Variasi waktu pengadukan selama 5 menit, 10 menit dan 15 menit
Dalam variasi waktu pengadukan 5 menit, 10 menit dan 15 menit, proses
pengadukan dengan waktu 5 menit telah dilakukan pada prosedur (a). Maka,
pada prosedur ini akan dilakukan ekstraksi menggunakan waktu 10 menit dan 15
menit dengan konsentrasi Na2CO3 dan CaCl2 yang optimum dari prosedur (a) dan
(b) dalam 2 gelas kimia 250 mL yang masing-masing telah diberi label E dan F.
3. Analisis dan Karakterisasi
Natrium alginat yang diperoleh selanjutnya dianalisis dan dikarakterisasi.
Analisis natrium alginat meliputi analisis rendemen, kadar air, kadar abu dan
19
Analisis dan karakterisasi ini bertujuan untuk mengetahui kesesuaian natrium
alginat hasil ekstraksi dengan natrium alginat standar.
a. Rendemen (FCC, 1981).
Rendemen natrium alginat yang diperoleh sebagai hasil ekstraksi alga coklat
Sargassum sp dihitung berdasarkan berat hasil ekstraksi setelah pengeringan (natrium alginat) terhadap berat kering bahan baku (sampel bubuk). Rumus
perhitungan rendemen natrium alginat yaitu sebagai berikut :
Rendemen = x 100 %
b. Kadar Air (AOAC, 1995).
Natrium alginat ditimbang sebanyak 0,2 gram (berat kering sampel) dan
ditempatkan dalam cawan porselen yang sebelumnya telah dikeringkan dan
diketahui beratnya. Sampel dikeringkan dalam oven pada suhu 105 oC selama 3 jam, kemudian didinginkan dalam desikator dan ditimbang. Penimbangan
dilakukan sampai diperoleh berat yang konstan. Kadar air dihitung berdasarkan
berat yang hilang (gram) terhadap berat kering sampel (gram). Rumus
perhitungan kadar air natrium alginat yaitu sebagai berikut :
Jika A adalah berat kering sampel dan B adalah berat sampel setelah dioven.
Maka, berat yang hilang (gram) adalah A-B.
Sehingga:
20
c. Kadar Abu (AOAC, 1990)
Natrium alginat ditimbang sebanyak 0,3 gram (berat kering sampel) dan
ditempatkan dalam cawan porselen yang sebelumnya telah dikeringkan dan
diketahui beratnya. Kemudian dipanaskan dalam Furnace pada suhu 600 oC sampai diperoleh abu berwarna abu-abu keputihan dan didinginkan dalam
desikator. Kemudian ditimbang sampai bobot tetap sebagai bobot akhir (berat
abu). Kadar abu dihitung berdasarkan berat abu yang diperoleh (gram) terhadap
berat kering sampel (gram). Rumus perhitungan kadar abu natrium alginat yaitu
sebagai berikut :
% Kadar abu = x 100%
d. Penentuan Viskositas
Analisis viskositas dilakukan berdasarkan metode menurut James (1995) yaitu
dengan menggunakan Viscotester. Sampel yang digunakan untuk penentuan viskositas yaitu larutan natrium alginat sebanyak 50 mL. Larutan ini diperoleh
dengan cara membuat larutan natrium alginat 1 % yang dipanaskan pada suhu 50
0
C.
e. FTIR
Natrium Alginat yang diperoleh dari hasil ekstraksi selanjutnya ditentukan gugus
fungsinya dengan menggunakan FTIR. Sampel natrium alginat dalam bentuk
21
f. Analisis Termal
Analisis termal pada Natrium alginat dilakukan dengan menggunakan SII
TG/DTA 7300. Sampel ditimbang sekitar 5 mg dan dimasukkan kedalam platina pan. Tipe pan yang sama dengan sampel disiapkan dan digunakan sebagai
reference pan dalam pengukuran. Sampel dan reference yang telah disiapkan, diletakkan kedalam TGA menggunakan pinset. Analisis dilakukan pada kisaran
V. KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:
1. Natrium alginat dapat dihasilkan dari alga coklat Sargassum sp. dengan metode ekstraksi yang dimodifikasi dengan rendemen yang diperoleh sebesar
24%.
2. Konsentrasi Na2CO3, CaCl2 dan waktu pengadukan optimum dalam proses
ekstraksi didapatkan pada Na2CO3 4%, CaCl2 5% dan 5 menit .
3. Kadar air dan kadar abu natrium alginat yang diperoleh pada penelitian ini
berturut-turut yaitu 11,1%, dan 38,9%.
4. Spektrum FTIR natrium alginat hasil ekstraksi dengan natrium alginat standar
memberikan spektrum yang hampir sama serta memiliki struktur asam
manuronat dan asam guluronat yang merupakan penyusun alginat.
5. Karakterisasi TGA membuktikan tingkat kemurnian natrium alginat melalui
45
B. Saran
1. Perlu dilakukan analisis viskositas pada tiga rendemen terbesar yang
diperoleh untuk mengetahui natrium alginat dengan rendemen besar dan
mempunyai viskositas tinggi.
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk meningkatkan kualitas alginat
DAFTAR PUSTAKA
Angka S.L. dan Suhartono M.T. 2000. Pusat Kajian Sumber Daya Pesisir dan Lautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Ansar, A.Muh. dan Wahab, Abd.Wahid. 2013. Ekstraksi Natrium Alginat Sebagai Edible Coating Terhadap Proses Pematangan Buah Naga. Kimia Fmipa Universitas Hassanudin. Makasar.
An Ullman's Encyclopedia. 1998. Industrial Organic Chemicals. Vol. 7. Wiley-VCH, New York. 3993-4002.
[AOAC ] Association Of Official Analytical Chemyst. 1995. Official Method Of Analysist Of The Association Of Official Analytical Of Chemyst.
Arlington, Virginia. Published by The Association Of Official Analytical Chemyst, Inc. USA.
Arifudin. 2002. Pembuatan Natrium Alginat Dari Alga Coklat (Sargassum Filipendula C. Agarth) Dengan Menggunakan Pelarut Organik. Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Atmadja, W.S. 1996. Pengenalan Jenis Alga Coklat (Phaeophyta). Puslitbang Oseanologi LIPI. Jakarta.
Ayyad, O.D. 2011. Novel Strategies The Synthesis of Metal Nanoparticle and Nanostructure (Tesis).Universitas de Barcelona. Barcelona.
Chapman, V.J. and D.J. Chapman. 1980. Seaweed and Their Uses. Third edition. Chapman and Hall, New York. 194-225.
Cottrel, Kovacs P. 1980. Alginats . Di dalam : Davidson RI, editor. Hand Book Of Water Soluble Gums and Resin. New York. Mc Graw-Hill Book Co. Devi, B. Mahalakshmi et al. 2014. Synthesis and characterisation of
chitosan/sodium alginate/carboxymethyl cellulose beads. Scholars Research Library. USA.
Draget, K.I. et al .2005. Alginates. In :Steinbuchel A, Rhee SK (eds) Polysacharides and Polyamides in the Food Industry: Properties,
Production, and Patents. Wiley. Winheim, pp. 1-30.[FCC] Food Chemical Codex . 1981. Food Chemical Codex. National Academy Press.
Washington DC.
47
Furia, T.E. 1972. Hand Book Of Food Adictives, 2nd Ed. CRC Press.Inc,Ohio. Gabbott, P. 2008. Principles and Applications of Thermal Analysis. Blackwell
Publishing. Oxford.
Hardjono, S.1990. Spektroskopi Inframerah.Liberti. Yogyakarta.
Indriani, H. dan Sumarsih, E. 1999. Budidaya Pengolahan dan Pemasaran Rumput Laut. PT Penebar Swadaya. Jakarta.
James, C.S. 1995. Analytical Chemistry Of Foods. Blackie Academic and Proffesional. London.
Kadi A, Atmadja W.S. 1988. Rumput Laut, Jenis, Reproduksi, Budidaya dan Pasca Panen. Seri Sumber Daya Alam No.141. Puslitbang Oceanologi LIPI. Jakarta.
King, AH. 1983. Brown Seawed Extracts (Alginates): Glicksman M (Ed). Food Hydrocoloids. Volume II. CRC Press Inc. Ohio.
Kirk and Othmer. 1994. Encyclopedia ofChemical Technology. Fourth Edition. Volume 12. John Wiley & Sons, New York 844- 847.
Kosman, Rahmat. 2011. Pemurnian Natrium Alginat Dari Sargassum Duplicatum J.G. Agardh, Turbinaria Decurrens (Bory) Dan Turbinaria Ornata (Turner) J. Argardh Asal Perairan Ternate, Maluku Utara. Majalah Farmasi dan Farmakologi, Vol. 15, No. 1 – Maret 2011, hlm. 30 – 34.
Maharani, M.A. dan R.Widayanti . 2010. Pembuatan Alginat Dari Rumput Laut Untuk Menghasilkan Produk Dengan Rendemen Dan Viskositas Tinggi.
Jurusan Teknik Kimia. Fakultas Teknik Universitas Diponegoro. 5 hal.
Mairamo A.L .1977. Sulfated Seawed Polysacharide Food Colloids. AVI. Wesport, Connecticut.
McHugh, D.J. 1987. Production, Properties and uses of Alginat. Food and Agriculture Organization Of United Nation. Rome.
McHugh, D.J. 2003. AGuide To The Seawed Industry. FAO Fisheries Technical Paper 44. Food and Agriculture Organization Of TheUnited Nation. Rome:105 pp.
McHugh, D.J. 2008. Productio, Properties and uses of Alginat in Production and Utilization Of Products from Comersial Seaweds. FAO Corporate
Repository. Rome.
48
Mushollaeni, W. dan Rusdiana, E . 2011. Karakterisasi Natrium Alginat Dari Sargassum sp.,Turbinaria sp. dan Padina sp. Program studi Teknologi Industri Pertanian. Fakultas Pertanian Universitas Tribhuana Tunggadewi.
Paraskevopoulou, A. et al . 2005. Stabilization of olive oil-lemon juice emulsion with polysaccharides. Food Chemistry 90: 627–635.
Rasyid, A. dan R. Rachmat. 2002. Modifikasi metode ekstraksi natrium alginat untuk meningkatkan nilai viskositasnya. Makalah disampaikan pada
Seminar Nasional Rumput Laut, Mini Simposium Mikroalgae dan Kongres I Ikatan Fikologi Indonesia 23-25 Oktober 2002 di Hotel Sedona,
Makassar:6 hal.
Rasyid, A. 2003. Karakteristik natrium alginat hasil ekstraksi Sargassum polycystum. Makalah disampaikan pada seminar RIPTEK Kelautan Nasional 30-31 Juli 2003 di Gedung BPPT, Jakarta : 6 hal.
Rasyid, A. 2009. Perbandingan kualitas natrium alginat beberapa jenis algae coklat. Oseanologi dan Limnologi di Indonesia, 35 (1) : 57-64.
Rasyid, A. 2010. Ekstraksi Natrium Alginat Dari Alga Coklat Sargassum Echinocarphum. Oseanologi dan Limnologi di Indonesia , 36(3): 393-400. Salasa, F. F. A . 2002. Teknologi Pengolahan Ikan dan Rumput Laut. Departemen
Kelautan dan Perikanan. Pusat Pendidikan dan Pelatihan Perikanan. Jakarta.
Schramm, G. 1998. A Practical Approach to Rheology and Rheometry. Gebruederhaakegmbh. Karlsruhe.
Soares, J.P. et al. 2004. Thermal behavior of alginic acid and its sodium salt. Volume 29, número 2. Ecl. 29(2): 53-56
Subaryono. 2010. Modifikasi Alginat dan Pemanfaatan Produknya. Balai Besar Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan, KKP. Squalen Vol. 5 No. 1,
Truss et al . 2001. Algal biomass from Fucus vesiculosus (Phaeophyta): Investigation of the Mineral and Alginate Components. Proc. Estonian Acad. Sci. Chem., 50: 95-103.
Velez, G., et al. 2003. Role of hydrocolloids in the creaming of oil in water emulsions. Journal of Agricultural and Food Chemistry 51: 265–269. Vold, IMN. et al. 2006. A Study Of The Chain Stiffness and Extension Of
Alginates, in vitro using size-exclusion chromatography combined with light scattering and viscosity detectors. Biomacromolecules. 7:2136-2146.
49
Yabur, R. et al. 2007. Alginate from Sargassum sinicola as a novel source for microbial immobilization material in wastewater treatment and plant growth promot ion. J. Appl . Phycol. 19: 43–53.
Yani, M .1998. Modifikasi dan Optimasi Proses Ekstraksi Dalam Rancang Bangun Proses Tepung Algin Dari Jenis Turbinaria sp. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian IPB. Bogor.
Yunizal et al. 1999. Teknologi Ekstraksi Alginat dari Rumput Laut Coklat.Jakarta: Balai Penelitian Perikanan Laut.
Yunizal. 2004. Teknologi Pengolahan Alginat. Jakarta: Pusat Riset Pengolahan Produk dan Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan.
Zhanjiang, F. 1990. Trainning Manual Of Gracilaria Culture and Seawed