perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
PENYUSUNAN MODEL ANALISIS STANDAR BELANJA (ASB) UNTUK PROGAM PENDIDIKAN DAN PELATIHAN (DIKLAT) DI KABUPATEN
BOYOLALI
Skripsi
Diajukan Guna Melengkapi Tugas – Tugas dan Memenuhi Syarat – Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan
Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi dengan judul :
PENYUSUNAN MODEL ANALISIS STANDAR BELANJA (ASB) UNTUK PROGAM PENDIDIKAN DAN PELATIHAN (DIKLAT) DI KABUPATEN
BOYOLALI
Surakarta, Juli 2011
Disetujui dan diterima oleh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
HALAMAN PENGESAHAN
Telah disetujui dan diterima dengan baik oleh tim penguji skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret guna melengkapi tugas – tugas dan memenuhi syarat – syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan
Surakarta, Juli 2011
Tim Penguji Skripsi
1. Dr. Agustinus Suryantoro,MS Sebagai Ketua ( ) NIP. 19590911 198702 1 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
HALAMAN PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan untuk :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yesus, penulis panjatkan atas segala anugrahNya yang berlimpah, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Penyusunan Model Analisis Standar Belanja (ASB) Untuk Progam Pendidikan Dan Pelatihan Di Kabupaten Boyolali”.
Skripsi ini disusun guna melengkapi untuk menyelesaikan progam S–1 pada Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta. Bersama ini penulis mengucapkan terimakasih dan penghargaan setingi-tingginya kepada semua pihak yang membantu memberikan dukungan material maupun spiritual sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Kemudian dengan selesainya skripsi ini penulis dengan segenap cinta dan ketulusan hati mengucapkan terimakasih kepada :
1. Bapak Dr. Wisnu Untoro, MS,. Selaku dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
5. Seluruh pegawai Satuan Kerja Perangkat Daerah Boyolali, yang telah membantu penulis dalam mengumpulkan data yang sangat berguna dalam penyusunan skripsi.
6. Keluarga tercinta, Papa, Mama, Mbak Icha, Esye, atas dukungan materiil, moril, dan spiritual.
7. Rekan – rekan, Eko Yuono, Nastiti Yanuarita, Ari Widi Andhono, Satya Tamyawan, atas dukungan dan bantuannya setiap saat
8. Rekan – rekan tim doa dan profetik GBI ROCK Solo, terimakasih untuk dukungan doa dan semangatnya
9. Teman – teman EP 2007 kelas B, HMJ EP UNS, atas dukungan dan bantuannya, serta pengalaman hidup yang berharga bersama kalian.
10.Semua pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini, kami ucapkan terimakasih. Semoga Tuhan senantiasa memberikan anugrahNya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL………... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING………. ii
HALAMAN PENGESAHAN………. iii
HALAMAN PERSEMBAHAN……….. iv
KATA PENGANTAR………. v
DAFTAR ISI……… vii
DAFTAR TABEL……… x
ABSTRAKSI………... xi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian………. 1
B. Perumusan Masalah……….. 6
C. Tujuan Penelitian……….. 6
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
c. Value for Money………... 16
F. Penelitian Terdahulu………. 17
G. Hipotesis Penelitian……….. 18
BAB III Metodologi Penelitian A. Jenis dan Sumber Data……… 19
B. Teknis Analisis Data……… 19
1. Pendekatan ABC (Activities Based Costing) ………… …... 20
2. Pendekatan Regresi Sederhana………. 21
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data………. 26
1. Penyusunan Analisis Standar Belanja……… 25
B. Analisis Hasil Estimasi Data……… 30
1. Pengujian Outlier pada Data……… 30
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
6. Perhitungan Prosentase Alokasi Belanja Maksimum…... 37 7. Penyusunan Analisis Standar Belanja
Secara Keseluruhan………. 38 8. Verifikasi Kewajaran Belanja dalam Suatu Kegiatan
dengan Menggunakan Model ASB……… 41
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan……… 44 B. Keterbatasan Penelitian………. 46 C. Saran………. 46
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1 Perkembangan Anggaran dan Realisasi Belanja
Daerah Kabupaten Boyolali,Tahun 2006-2009……… 5 Tabel 4.1 Anggaran dan pengendali belanja
kegiatan Diklat Kabupaten Boyolali tahun 2006 – 2010………. 29 Tabel 4.2 Analisis Kekeliruan Baku Taksiran
Kegiatan Diklat Kabupaten Boyolali Tahun 2006 – 2010………….. 34 Tabel 4.3. Perhitungan Prosentase Alokasi Belanja Rata-rata
Kegiatan Diklat Kabupaten Boyolali Tahun 2006 – 2010………….. 35 Tabel 4.4 Perhitungan Prosentase Alokasi Belanja Minimum
Kegiatan Diklat Kabupaten Boyolali Tahun 2006 – 2010……… 36 Tabel 4.5 Perhitungan Prosentase Alokasi Belanja Minimum
Kegiatan Diklat Kabupaten Boyolali Tahun 2006 – 2010………. 37 Tabel 4.6. Batasan Alokasi Objek Kegiatan Diklat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
ABSTRAKSI
PENYUSUNAN MODEL ANALISIS STANDAR BELANJA (ASB) UNTUK PROGAM PENDIDIKAN DAN PELATIHAN (DIKLAT) DI KABUPATEN
BOYOLALI
Andreas Tattuk Bramantya F0107025
Penelitian ini berjudul “PENYUSUNAN MODEL ANALISIS STANDAR BELANJA (ASB) UNTUK PROGAM PENDIDIKAN DAN PELATIHAN (DIKLAT) DI KABUPATEN BOYOLALI”, yang bertujuan untuk mengetahui kewajaran anggaran keuangan dan menentukan model analisis standar belanja yang memenuhi kewajaran pada kegiatan pendidikan dan pelatihan di Satuan Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Boyolali.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan pendekatan the cost perfomance of activities (ABC) dan pendekatan regresi sederhana.Sedangkan data yang digunakan adalah data sekunder, berupa kegiatan eksisting pemerintah daerah pada tahun berjalan (berupa Rancangan Kerja Anggaran atau Dokumen Pelaksanakan Anggaran – Satuan Perangkat Kerja Daerah) dan juga data sekunder berupa standar harga satuan Kabupaten Boyolali tahun 2006 – 2010.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Pada jaman sekarang ini, adanya tuntutan transparansi dan akuntabel
terhadap pengelolaan keuangan daerah semakin meningkat. Supaya dapat
memenuhi tuntutan tersebut, terutama atas tuntutan akuntabel, dapat
dilakukan dengan cara pengelolaan keuangan daerah secara ekonomis,
efisien, dan efektif. Transparansi berarti keterbukaan pemerintah dalam
membuat kebijakan – kebijakan keuangan, sehingga dapat diketahui dan
diawasi oleh DPR/DPRD maupun masyarakat. Transparansi pengelolaan
keuangan pada akhirnya akan menciptakan horizontal accountability
(pertanggungjawaban kepada masyarakat luas) antara pemerintah dengan
masyarakatnya, sehingga tercipta pemerintahan yang bersih, efektif, efisien,
akuntabel dan responsif terhadap aspirasi dan kepentingan masyarakat.
Sedangkan pengendalian berarti penerimaan dan pengeluaran harus sering
dimonitor, dengan cara membandingkan antara yang dianggarkan dengan
yang dicapai (Mardiasmo, 2002).
Berdasarkan tuntutan tersebut, ada sebuah penyusunan dalam
keuangan daerah yang disebut dengan Analisis Standar Belanja (ASB) yang
dapat mengatasi permasalahan di atas. Menurut Peraturan Menteri Nomor 13
tahun 2006 pada lampiran surat edaran bupati tentang penyusunan Rencana
Kerja dan Anggaran-Satuan Kerja Perangkat Daerah (RKA-SKPD), dokumen
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Rekening APBD, format RKA-SKPD, Analisis Standar Belanja, dan standar
satuan harga.
Alasan Analisis Standar Belanja tersebut dibuat dikarenakan sering
terjadi di dalam sebuah proses penganggaran, suatu kegiatan yang sama,
target kinerja yang sama, tetapi anggaran yang dibuat jauh berbeda. Hal
tersebut disebabkan karena dalam proses penganggaran masih tergantung
oleh pembuat alokasi penganggaran, serta belum adanya perangkat yang
dapat menstandarkan pembuatan anggaran tersebut. Berdasarkan
permasalahan diatas, maka perlu dibuat sebuah instrument/alat yaitu Analisis
Standar Belanja, yang mana alat yang dapat mengetahui standar untuk output
setiap kegiatan, serta estimasi (harga) untuk setiap penganggaran kegiatan
bila output tersebut kinerjanya sama. Dokumen penganggaran seringkali
dikalahkan dengan produk politik dan birokrasi. Ini yang menyebabkan
kualitas kinerja dari kegiatan tersebut itu tidak maksimal. Sedangkan letak
ASB sendiri berada pada bagian perencanaan, artinya sebelum APBD
ditetapkan, ASB harus sudah ada terlebih dahulu.
Cara menyusun Analisis Standar Belanja ialah pertama,
mengidentifikasi kegiatan-kegiatan yang ada di Pemerintah daerah (Dasar
Anggaran Satuan Kerja, Dokumen Pelaksanaan Anggaran, Satuan Kerja
Perangkat Daerah). Kedua, mengidentifikasi jenis kegiatan dengan persamaan
output dan cost drivernya, artinya penentu dari anggaran itu yang sama
dikumpulkan (sebagai contoh kegiatan diklat A, diklat B, Diklat C, dst).
Ketiga, mengidentifikasi variabel-variabel yang mempengaruhi belanja jenis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
membuat modelnya, selanjutnya ialah melakukan model regresi berganda
dengan menghubungkan belanja anggaran dengan cost drivernya, dan tahap
yang terakhir ialah melakukan simulasi untuk berbagai kemungkinan
indipendent variabel, memasukkan nilai minimum dan maksimum
berdasarkan standar deviasi. Jadi di dalam model tersebut, nantinya terdapat
model rata-rata, model minimal, model maksimal, kemudian menghitung
kewajaran alokasi belanja untuk masing-masing kegiatan pengeluaran
belanja.
Sebagaimana visi Kabupaten Boyolali yaitu Boyolali pro investasi
yang mana visi tersebut telah dijabarkan dalam beberapa misinya peningkatan
pelayanan masyarakat serta mewujudkan masyarakat sehat dan berdaya saing,
untuk meningkatkan kapasitas dan kualitas bagi aparatur dan masyarakat
dalam penyelenggaraan pemerintah daerah dan mampu memberikan
pelayanan prima kepada masyarakat, maka pendidikan dan pelatihan adalah
salah satu cara agar visi dari pemerintah kabupaten boyolali dapat tercapai.
Pendidikan dan pelatihan bagi peningkatan sumber daya manusia di daerah
dibedakan menjadi dua yaitu :
1. Pendidikan dan pelatihan bagi aparatur
Pendidikan dan pelatihan bagi aparatur merupakan kegiatan untuk
meningkatkan pengetahuan, pemahaman, kemampuan dan keterampilan
aparatur daerah. Para aparatur yang mengikuti pelatihan ini diharapkan
akan semakin mampu untuk meningkatkan kualitas pelayanannya kepada
masyarakat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Pendidikan dan pelatihan ini merupakan kegiatan yang dibangun
untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan masyarakat. Elemen
masyarakat yang pernah mengikuti kegiatan ini diharapkan akan menjadi
salah satu bagian dari pendorong perubahan yang cukup baik dalam
kehidupan masyarakat
Dalam menyusun APBD, Pemerintah Kabupaten Boyolali belum
sepenuhnya berdasarkan pada penganggaran berbasis kinerja, yang mana
belum terlihat jelas kaitan yang erat dengan proses pengelolaan
pencapaian dan juga belum adanya standar analisis belanja, standar biaya,
standar pelayanan minimal, perencanaan kinerja dan target kinerja. Hal ini
disebabkan di pemerintah Kabupaten Boyolali belum sepenuhnya
menerapkan alat yang menjadi tolok ukur capaian kinerja keberhasilan suatu
program dan kegiatan. Demikian juga sumber daya yang cukup untuk
peningkatan implementasi anggaran berbasis kinerja berupa adanya upaya
penyediaan sarana dan prasarana peningkatan kualitas implementasi anggaran
berbasis kinerja masih belum terselenggara secara berkelanjutan dalam upaya
perbaikan penganggaran berbasis kinerja. Meskipun saat ini dalam
penyusunan anggaran pada masing-masing kegiatan telah berpedoman
berdasarkan anggaran berbasis kinerja, akan tetapi hanya sebatas pemahaman
dari sisi format penganggaran saja dan tidak secara menyeluruh dalam
penerapannya serta belum menggunakan Analisis Standar Belanja meski
tetap berpegangan pada standar harga barang dan jasa. Berikut ini tabel yang
menunjukkan perkembangan anggaran dan realisasi belanja daerah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Tabel 1.1
Perkembangan Anggaran dan Realisasi Belanja Daerah Kabupaten Boyolali,Tahun 2006-2009
No Tahun Anggaran (Rp) Realisasi (Rp) %
1 2006 626.294.516.267,00 530.074.202.235,00 84,64
2 2007 811.613.230.000,00 738.497.675.773,00 90,99
3 2008 845.747.630.000,00 793.262.107.869,00 93,79
4 2009 892.987.309.000,00 808.017.387.034,00 90,48
Sumber : Boyolali dalam Angka tahun 2006-2009, Laporan Realisasi
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Boyolali Tahun 2006-2009 (data diolah)
Berdasarkan tabel 1.1 dapat dilihat bahwa perkembangan anggaran
belanja daerah Pemerintah Kabupaten Boyolali mengalami peningkatan
setiap tahunnya yang mana pada tahun 2006 terdapat anggaran sebesar Rp
626.294.516.267,00 meningkat menjadi sebesar Rp 811.613.230.000,00 pada
tahun 2007, dan lebih tinggi lagi kenaikannya untuk tahun 2009 yaitu sebesar
Rp 892.987.309.000,00. Begitu pula dengan realisasi belanja daerahnya.
Menurut penjelasan dimuka, peningkatan anggaran maupun realisasi belanja
daerah setiap tahunnya di Kabupaten Boyolali dapat menimbulkan
kekurang-efisiensian dan dapat menimbulkan ketidakwajaran dalam proses
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan perumusan uraian diatas, maka dapat disimpulkan rumusan
masalah sebagai berikut:
1. Apakah anggaran keuangan untuk Progam Pendidikan dan Latihan
(Diklat) di Kabupaten Boyolali sudah berjalan wajar/realistis?
2. Bagaimana model penyusunan Analisis Standar Belanja yang dapat
memenuhi kewajaran anggaran keuangan untuk Progam Pendidikan dan
Latihan (Diklat) di Kabupaten Boyolali?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini adalah :
1. Mengetahui kewajaran pada anggaran keuangan Progam Pendidikan dan
Latihan (Diklat) di Kabupaten Boyolali
2. Menentukan model analisis standar belanja yang memenuhi kewajaran
pada kegiatan pendidikan dan pelatihan di Satuan Perangkat Kerja Daerah
Kabupaten Boyolali
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Sebagai bahan informasi yang dapat memberikan kontribusi bagi
pemerintah kabupaten Boyolali dan DPRD dalam penyusunan anggaran
belanja daerah agar penetapan pengeluaran pembiayaan untuk suatu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
2. Sebagai perluasan khasanah penelitian yang sudah ada khususnya dalam
upaya menentukan analisis standar belanja bagi pemerintah kabupaten
Boyolali dalam menetapkan anggaran kinerja sesuai yang diamanatkan
oleh peraturan perundang-undangan dalam keuangan daerah
3. Sebagai bahan masukan dan referensi bagi peneliti untuk penelitian
selanjutnya tentang implementasi model analisis standar belanja dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB II
TELAAH PUSTAKA
A. Anggaran Berbasis Kinerja
Anggaran berbasis kinerja merupakan sistem penganggaran yang
memberikan fokus pada fungsi dan kegiatan pada suatu unit organisasi,
dimana setiap kegiatan yang ada tersebut harus dapat diukur kinerjanya.
Definisi lain pada buku Modul Overview Keuangan Negara oleh Departemen
Keuangan (2008), anggaran berbasis kinerja merupakan metode
penganggaran bagi manajemen untuk mengaitkan setiap pendanaan yang
dituangkan dalam kegiatan-kegiatan dengan keluaran dan hasil yang
diharapkan termasuk efisiensi dalam pencapaian hasil dari keluaran tersebut.
Capaian hasil tersebut didiskripsikan pada seperangkat tujuan dan dituangkan
dalam target kinerja pada setiap unit kerja. Bagaimana cara agar tujuan itu
dapat dicapai, dituangkan dalam program diikuti dengan
pembiayaan/pendanaan pada setiap tingkat pencapaian tujuan. Program pada
anggaran berbasis kinerja didefinisikan sebagai keseluruhan aktivitas, baik
aktivitas langsung maupun tidak langsung yang mendukung program
sekaligus melakukan estimasi biaya-biaya berkaitan dengan pelaksanaan
aktivitas tersebut. Aktivitas tersebut disusun sebagai cara untuk mencapai
kinerja tahunan. Dengan kata lain, integrasi dari rencana kinerja tahunan
(Renja) yang merupakan rencana operasional dari Renstra dan anggaran
tahunan merupakan komponen dari anggaran berbasis kinerja. Sedangkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
manajemen untuk mengaitkan setiap pendanaan yang dituangkan dalam
kegiatan-kegiatan dengan keluaran dan hasil yang diharapkan termasuk
efisisiensi dalam pencapaian hasil dari keluaran tersebut. Keluaran dan hasil
tersebut dituangkan dalam target kinerja pada setiap unit kerja.
B. Belanja Daerah
Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006, belanja
daerah adalah belanja yang dipergunakan untuk mendanai pelaksanaan
urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintah daerah yang
terdiri dari urusan wajib, urusan pilihan dan urusan yang penanganannya
dalam bagian atau bidang tertentu yang dilaksanakan bersama antara
pemerintah daerah atau antar pemerintah daerah yang ditetapkan dengan
ketentuan perundang-undangan. Belanja urusan wajib diprioritaskan untuk
melindungi dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dalam
memenuhi kewajiban daerah yang diwujudkan dalam bentuk peningkatan
pelayanan dasar, pendidikan, kesehatan, fasilitas sosial dan fasilitas umum
yang layak serta mengembangkan sistem jaminan sosial. Dan peningkatan
kualitas kehidupan masyarakat diwujudkan dalam prestasi kerja dalam
pencapaian standar pelayanan minimal sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
Berdasarkan kelompok jenis belanja dapat uraikan sebagai berikut :
a. Belanja Tidak Langsung; merupakan belanja yang dialokasikan tidak
terkait langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan. Belanja tidak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
bersama-sama (common cost) untuk melaksanakan seluruh program atau
kegiatan unit kerja. Oleh karena itu dalam penghitungan ASB, anggaran
belanja tidak langsung dalam satu tahun anggaran harus dialokasikan ke
setiap program atau kegiatan yang akan dilaksanakan dalam tahun
anggaran yang bersangkutan.
b. Belanja langsung merupakan belanja yang dialokasikan terkait secara
langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan. Karakteristik belanja
langsung adalah bahwa input (alokasi belanja) yang ditetapkan dapat
diukur dan diperbandingkan dengan output yang dihasilkan.
C. Analisis Standar Belanja
Analisis Standar Belanja merupakan salah satu yang harus dikembangkan
sebagai dasar pengukuran kinerja keuangan dalam penyusunan APBD dengan
pendekatan kinerja. Menurut buku Pedoman Penyusunan APBD berbasis
kinerja yang diterbitkan oleh Badan Pengawasan Keuangan dan
Pembangunan (2005), Analisis Standar Belanja adalah standar yang
digunakan untuk menganalisis anggaran belanja yang digunakan dalam suatu
progam atau kegiatan untuk menghasilkan tingkat pelayanan tertentu sesuai
dengan kebutuhan masyarakat.
Standar Analisis Belanja digunakan untuk menilai kewajaran beban kerja
dan biaya setiap program atau kegiatan yang akan dilaksanakan oleh satuan
kerja perangkat daerah dalam satu tahun anggaran. Penilaian terhadap usulan
anggaran belanja dikaitkan dengan tingkat pelayanan yang akan dicapai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
dengan Standar Analisis Belanja akan ditolak atau direvisi sesuai standar
yang ditetapkan. Rancangan anggaran pendapatan dan belanja daerah
(APBD) disusun berdasarkan hasil penilaian terhadap anggaran belanja yang
diusulkan satuan kerja perangkat daerah.
Dalam rangka menyiapkan rancangan APBD, Standar Analisis Belanja
merupakan standar atau pedoman yang bermanfaat untuk menilai kewajaran
atas beban kerja dan biaya terhadap suatu kegiatan yang direncanakan oleh
setiap unit kerja. Standar Analisis Belanja digunakan untuk menilai dan
menentukan rencana program, kegiatan dan anggaran belanja yang paling
efektif dan upaya pencapaian kinerja. Penilaian kewajaran berdasarkan
Standar Analisis Belanja berkaitan dengan kewajaran biaya suatu progam
atau kegiatan yang dinilai berdasarkan hubungan antara rencana alokasi biaya
dengan tingkat pencapaian kinerja progam atau kegiatan yang bersangkutan.
Disamping Standar Analisis Belanja sebagai dasar penilaian usulan anggaran
belanja dapat juga dilakukan berdasarkan kewajaran beban kerja untuk
menilai kesesuaian antara program atau kegiatan yang direncanakan oleh
suatu unit kerja dengan tugas pokok dan fungsi satuan kerja perangkat daerah
(SKPD) yang bersangkutan.
Penerapan Standar Analisis Belanja pada dasarnya akan memberikan
manfaat antara lain: 1) mendorong setiap unit kerja untuk lebih selektif dalam
merencanakan program dan atau kegiatannya; 2) menghindari adanya belanja
yang kurang efektif dalam upaya pencapaian kinerja; 3) mengurangi tumpang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
D. Arahan Perundang-undangan Analisis Standar Belanja
Anggaran pendapatan dan belanja daerah merupakan wujud pengelolaan
keuangan daerah yang ditetapkan setiap tahun dengan peraturan daerah .
APBD disusun sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan pemerintah dan
kemampuan pendapatan daerah. Penyusunan APBD berpedoman kepada
rencana kerja pemerintah daerah dalam rangka tercapainya tujuan bernegara.
Analisis standar belanja merupakan isu penting bagi setiap daerah dalam
menetapkan rencana anggaran pengeluaran daerah.
Arahan peraturan perundang-undangan yang terkait dengan analisis
standar belanja antara lain :
1. Pasal 167 ayat (3) Undang-undang nomor 32 tahun 2004 tentang
pemerintahan daerah,”Belanja daerah sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) mempertimbangkan analisis standar belanja, standar harga, tolok ukur
kinerja, dan standar pelayanan minimal yang ditetapkan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan”.
2. Pasal 39 ayat (1) dan (2) Peraturan Pemerintah Nomor 58 tahun 2005
tentang pengelolaan Keuangan Daerah,”Penyusunan RKA – SKPD
dengan pendekatan prestasi kerja dilakukan dengan memperhatikan
keterkaitan antara pendanaan dengan keluaran dan hasil yang diharapkan
dari kegiatan dan progam termasuk efisiensi dalam pencapaian keluaran
dan hasil tersebut; Penyusunan anggaran berdasarkan prestasi kerja
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan berdasarkan capaian
kinerja, indicator kerja, analisis standar belanja, standar satuan harga, dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
3. Pasal 93 ayat (1) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 tahun 2006
tentang pedoman pengelolaan keuangan daerah,”Penyusunan RKA –
SKPD berdasarkan prestasi kerja sebagaimana dimaksud dalam pasal 90
ayat (2) berdasarkan pada indicator kinerja, analisis standar belanja,
standar satuan harga, dan standar pelayanan minimal”.
Penerapan anggaran kinerja perlu dikembangkan oleh pemerintah
daerah untuk menghasilkan alokasi dana yang akurat, adil, dan dapat
dipertanggungjawabkan. Pengembangan anggaran kinerja perlu didukung
oleh analisis standar belanja, tolok ukur kinerja, dan standar biaya. Analisis
stabdar belanja terkait erat dengan aspek kompleksitas tugas pokok dan
fungsi, kualitas dan kuantitas barang modal, kualitas dan kuantitas sumber
daya manusia serta perlengkapan yang dibutuhkan unit kerja.
Paradigma baru dalam pengelolaan keuangan daerah mencakup
tentang penerapan anggaran berbasis kinerja. Dalam penyusunan anggaran
berbasis kinerja yang disampaikan oleh SKPD harus betul-betul dapat
menyajikan informasi yang jelas, tentang tujuan, sasaran serta keterkaitan
antara besaran anggaran dan manfaat yang ingin dicapai dan diperoleh
masyarakat dari suatu kegiatan yang dianggarkan. Oleh karena itu penerapan
anggaran berbasis kinerja mengandung makna bahwa setiap penyelenggara
pemerintahan (pusat/daerah) wajib bertanggung jawab atas hasil proses dan
penggunaan semua sumber daya. Selain itu, anggaran berbasis kinerja juga
merupakan suatu metode penganggaran yang mengkaitkan setiap biaya yang
dituangkan target kinerja dari setiap SKPD di lingkungan pemerintahan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Pengalokasian sumber daya dalam rangka menghasilkan kineja
pengelolaan keuangan yang ekonomis, efisien dan efektif, sering dihadapkan
oleh situasi dan pilihan yang sulit. Sering kali keputusan diambil tidak
berdasarkan data yang memadai dan mendukung, sebab hanya menggunakan
dasar feeling atau intuisi. Dalam situasi demikian terseusunnya analisis
standar belanja (ASB) sangat membantu para pengambil kebijakan untuk
menghasilkan keputusan yang logis dengan didukung oleh fakta atau data
yang dapat dipertanggungjawabkan.
E. Landasan Teori
Aplikasi anggaran berbasis kinerja bagi pemerintah daerah akan
menghasilkan alokasi dana yang akurat, adil, serta dapat
dipertanggungjawabkan. Pengembangan anggaran berbasis kinerja perlu
didukung analisa standar belanja, standar analisis belanja, tolok ukur kinerja
dan standar biaya.
1. Transparansi Publik
Transparansi merupakan salah satu prasyarat untuk menciptakan
good governance dan pemerintahan yang bersih dan bebas dari korupsi.
Transparansi dibangun berdasarkan arus informasi yang bebas, seluruh
proses pemerintahan, lembaga-lembaga dan informasi perlu diakses oleh
pihak-pihak yang berkepentingan, serta informasi yang tersedia harus
memadai supaya dapat dimengerti ataupun dimonitoring. Menurut
Mardiasmo (2002:30), transparansi merupakan keterbukaan pemerintah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
dan diawasi oleh DPRD maupun masyarakat. Transparansi pengelolaan
keuangan daerah pada akhirnya akan menciptakan horizontal
accountability antara pemerintah daerah dan masyarakat sehingga
tercipta pemerintahan yang bersih, efektif, efisien, akuntabel,dan
responsif terhadap kepentingan masyarakat.
2. Akuntabilitas Publik
Menurut Mahmudi (2007:9), akuntabilitas publik adalah
kewajiban agen untuk mengelola sumber daya, melaporkan dan
mengungkapkan segala aktivitas dan kegiatan yang berkaitan dengan
sumber daya publik kepada pihak pemberi mandat (principal). Dalam
konteks organisasi pemerintah, akuntabilitas publik adalah pemberian
informasi atas aktivitas dan kinerja pemerintah kepada pihak-pihak
berkepentingan. Konsep akuntabilitas berbeda dengan konsep
responsibilitas karena akuntabilitas dapat dilihat sebagai salah satu
elemen dalam konsep responsibilitas. Akuntabilitas berarti kewajiban
yang dijalankan untuk mempertanggungjawabkan apa yang telah
dilakukan atau tidak dilakukan oleh seseorang, sedangkan responsibilitas
merupakan akuntabilitas yang berkaitan dengan kewajiban untuk
menjelaskan kepada orang atau pihak lain yang memiliki kewenangan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
3. Value for money
Tujuan yang dikehendaki oleh masyarakat dalam system anggaran
kinerja adalah mencakup pertanggungjawaban mengenai value for money
yaitu ekonomis (hemat dan cermat) dalam pengadaan alokasi sumber
daya, efisien (berdaya guna) dalam penggunaan dan maksimalisasi hasil,
serta efektif (berhasil guna) dalam arti mencapai tujuan dan sasaran
(Mardiasmo, 2002:130). Menurut Mardiasmo, indikator value for money
dibagi menjadi dua bagian yaitu : indikator alokasi biaya (ekonomi dan
efisien), dan indikator kualitas pelayanan (efektifitas).
a. Ekonomi, berarti hubungan antara pasar dan masukan (cost of input),
atau ekonomi adalah praktik pembelian barang dan jasa input dengan
tingkat kualitas tertentu pada harga terbaik yang dimungkinkan
(spending less)
b. Efisiensi, berhubungan erat dengan konsep produktivitas. Pengukuran
efisiensi dilakukan dengan menggunakan perbandingan antara output
yang dihasilkan terhadap input yang digunakan (cost of input). Proses
kegiatan operasional dapat dikatakan efisien apabila suatu produk
tertentu dapat dicapai dengan penggunaan sumber daya dan dana yang
serendah-rendahnya (spending well)
c. Efektifitas pada dasarnya berhubungan dengan pencapaian tujuan atau
target kebijakan (hasil guna). Efektivitas merupakan hubungan antara
keluaran dengan tujuan atau sasaran yang harus dicapai. Kegiatan
operasional dikatakan efektif apabila proses kegiatan mencapai tujuan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
F. Penelitian Terdahulu
Penelitian ini secara empiris erat kaitanya dengan penelitian-penelitian
sebelumnya yang berhubungan dengan anggaran belanja daerah dan Analisis
Standar Belanja (ASB) baik dalam negeri maupun luar negeri. Penelitian
tersebut dilakukan dengan berbagai pendekatan yang berbeda.
1. Nurrahmawati (2006) melakukan perhitungan analisis standar belanja
(ASB) pada Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Dompu. Dalam
penelitian ini disimpulkan bahwa dari tiga sub dinas yang dijadikan fokus
penelitian, kesemuanya mengalami overfinacing sehingga dengan
kelebihan anggaran ini menunjukkan tidak efisiennya pengelolaan pada
unit kerja.
2. Penelitian juga dilakukan oleh Azmi (2007) yang meneliti tentang
Analisis Standar Belanja (ASB) pada Pemerintah Kota Sawahlunto
dengan mengambil kegiatan yang setara dalam kelompok kegiatan
pengawasan/pengamatan. Penelitian ini juga bertujuan untuk
menganalisis kebutuhan anggaran untuk kegiatan
pengawasan/pengamatan serta menilai kewajaran alokasi anggarannya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 11 kegiatan
pengawasan/pengamatan yang mengalami overfinancing dan terdapat 25
kegiatan pengawasan/pengamatan mengalami underfinancing.
3. Blondal dan Kim (2006) yang meneliti penganggaran di Thailand
menyimpulkan bahwa Thailand sangatlah solid dalam penganggarannya,
secara tradisional sangat sentralistisk yang telah memberikan kekuatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
dan efisiensi dalam hal operasional dan pengeluaran publik yang mampu
mengurangi terpusatnya proses anggaran. Dalam memformulasikan
anggaran yang mempunyai peran penting tetap dipegang oleh jajaran
kementerian.
4. Ahmad Dijanto Sajuti (2008) meneliti tentang Implementasi model
analisis standar belanja dalam penyusunan anggaran kegiatan pelatihan di
Kabupaten Halmahera Selatan yang menyimpulkan perbandingan dari 30
kegiatan pelatihan teknis maupun nonteknis antara DPA dengan model
ASB dengan menggunakan analisis Comparative Buget Statement,
menghasilkan 18 kegiatan pelatihan teknis maupun nonteknis mengalami
underfinancing dan yang mengalami overfinancing adalah sebanyak 12
kegiatan pelatihan teknis maupun nonteknis.
G. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan landasan teori dan kerangka konsep yang telah
dikemukakan, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah anggaran yang
dialokasikan untuk progam pendidikan dan pelatihan di pemerintah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan adalah data sekunder, berupa kegiatan eksisting
pemerintah daerah pada tahun berjalan (berupa RKA – SKPD atau DPA –
SKPD) dan juga data sekunder berupa standar harga satuan. Penelitian ini
membahas tentang Analisis Standar Belanja (ASB) dengan obyek penelitian
dilingkungan Pemerintah Kabupaten Boyolali yang difokuskan pada belanja
langsung pelaksanaan kegiatan pendidikan dan pelatihan (diklat) Kabupaten
Boyolali tahun 2010. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
gambaran alokasi belanja dengan menggunakan model Analisis Standar
Belanja, sebagai suatu acuan untuk menentukan kewajaran belanja.
B. Teknis Analisis Data
Penilaian kewajaran atas beban kerja dan biaya yang dialokasikan
untuk melaksanakan suatu kegiatan. Kegiatan dari program yang
dilaksanakan oleh satu atau lebih unit kerja pada Satuan Kerja Perangkat
Daerah (SKPD) sebagai bagian dari pencapaian sasaran, terukur pada suatu
program dan terdiri dari sekumpulan tindakan pengerahan sumber daya yang
berupa personil, barang modal, dana, atau kombinasi dari beberapa atau
kesemua objek sumber daya tersebut sebagai masukan (input) untuk
menghasilkan keluaran (output) dalam bentuk barang atau jasa. Adapun
[image:30.842.254.642.418.659.2]perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
1. Pendekatan ABC (Activities Based Costing)
Menurut Yanne Kardias, pendekatan ABC (Activities Based
Costing) adalah sebuah cara untuk mengukur/menghitung secara
kuantitatif biaya dan kinerja dari suatu kegiatan serta teknik yang
digunakan untuk mengalokasikan penggunaan sumber daya dan biaya
kepada masing-masing objek biaya (operasional maupun administrasi)
dalam satu kegiatan. Pendekatan ABC bertujuan untuk meningkatkan
keakuratan biaya dalam penyediaan barang maupun jasa yang dihasilkan
dengan menghitung biaya tetap (fixed cost) dan biaya variabel (variable
cost), sehingga total biaya dengan pendekatan ABC adalah :
TOTAL BIAYA = BIAYA TETAP + BIAYA VARIABEL
Disamping itu, proses evaluasi dan penilaian kewajaran
biaya dengan pendekatan ABC dilakukan atas dasar biaya-biaya per
kegiatan pada suatu organisasi atau SKPD. Adapun langkah-langkah yang
harus dijalankan dalam menggunakan pendekatan ABC sebagai berikut :
a. Mengelompokkan kegiatan-kegiatan yang menghasilkan output yang
seragam dalam satu kelompok.
b. Menentukan aktivitas-aktivitas apa saja yang akan menyebabkan
timbulnya biaya dalam satu kegiatan.
c. Menetapkan pengendali belanja (cost driver) . yang merupakan
faktor-faktor yang mempunyai efek terhadap perubahan level biaya
variabel-perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
variabel yang menjadi penyebab munculnya perbedaan biaya dalam
melaksanakan suatu kegiatan tertentu.
2. Pendekatan Regresi Sederhana
Pendekatan regresi sederhana adalah suatu teknik yang
digunakan untuk membangun suatu persamaan yang menghubungkan
antara variabel tidak bebas (Y) dengan variabel bebas (X) sekaligus
untuk menentukan nilai ramalan atau dugaannya. Dalam regresi
sederhana ini, variabel tidak bebas merupakan total biaya dari suatu
kegiatan, sedangkan variabel bebas merupakan pengendali belanja
dari kegiatan tersebut. Penggunaan regresi dalam menyusun ASB
berguna untuk membuat model (persamaan) regresi untuk peramalan
belanja dari suatu kegiatan. Peramalan belanja dengan model
regresi ini dengan cara menghitung belanja rata-rata, menghitung
batas minimum belanja, dan batas maksimum belanja, serta
menghitung prosentase alokasi kepada masing-masing objek belanja.
Sebelum melakukan estimasi regresi, data terlebih dahulu diuji
outliernya untuk mengetahui sebaran data sesungguhnya. Selanjutnya
menguji koefisien regresi pada data. Sedangkan persamaan garis
regresi sederhana adalah sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Di mana X dan Y adalah nilai-nilai yang diperoleh dari
pengamatan. Yang perlu ditaksir adalah koefisien a dan b.
Taksiran terbaik untuk koefisien a dan b adalah dengan
menggunakan metode kuadrat terkecil , yaitu :
(Michael C. Fleming,1996:183)
dimana :
n = jumlah data
a =
Dimana koefisien a merupakan biaya tetap, dan koefisien b
merupakan koefisien untuk belanja variabel. Untuk melihat
reliabilitas dari persamaan garis yang ditaksir, maka dapat
digunakan apa yang disebut sebagai kekeliruan baku taksiran
(standar deviasi). Rumus yang digunakan adalah :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Jika prediksi terhadap berdasarkan sebuah nilai X yang
ditetapkan telah dibuat,maka kita dapat menentukan interval
taksiran untuk ini dengan menggunakan kekeliruan baku
taksiran yang dikemukakan di atas. Dengan demikian batas bawah
(minimum) untuk taksiran dapat dihitung dengan :
Sedangkan batas atas (maksimum) taksiran adalah :
di mana t diperoleh dari tabel t dengan derajat bebas n – 2
Selanjutnya menghitung prosentase alokasi belanja rata-rata,
prosentase alokasi belanja minimum dan prosentase alokasi
belanja minimumnya. Rumus yang digunakan untuk menghitung
prosentase alokasi belanja rata-rata ialah :
Keterangan :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Untuk menghitung prosentase alokasi belanja minimum, dapat
dilakukan dengan cara :
Keterangan :
BR : Belanja Rata-rata
BMin : Belanja Minimum
Sedangkan untuk menghitung alokasi belanja maksimum,
dapat menggunakan rumus sebagai berikut :
Keterangan :
BR : Belanja Rata-rata
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB IV
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
1. Penyusunan Analisis Standar Belanja
Tahapan pertama saat memulai penyusunan Analisis Standar
Belanja ialah mengumpulkan data sekunder yang berupa kegiatan sejenis
yang dijalankan oleh pemerintah daerah Boyolali pada tahun berjalan
(berupa Rancangan Kerja Anggaran/RKA atau Dokumen Pelaksanaan
Anggaran/DPA Satuan Kerja Perangkat Daerah), dan memeriksa
kesesuaian harga satuan yang ada pada RKA – SKPD/DPA – SKPD
dengan peraturan bupati Boyolali tentang standar harga satuan. Pada tabel
Dokumen Pelaksanakan Anggaran Kegiatan Diklat Kabupaten Boyolali
Tahun 2006 – 2010 (lampiran) akan disajikan data mengenai kegiatan
pendidikan dan pelatihan (diklat) di Kabupaten Boyolali beserta anggaran
masing-masing kegiatan pada tahun 2006 – 2010.
Kegiatan Pendidikan dan pelatihan (Diklat) merupakan kegiatan
yang dilakukan oleh pemerintah daerah untuk meningkatkan
kinerja/kemampuan dan juga keahlian pada bidang tertentu bagi Pegawai
Negeri Sipil (PNS) dengan mendatangkan narasumber di lingkungan
pemerintah daerah khususnya di pemerintah kabupaten Boyolali. Pada
pembahasan ini, yang termasuk dalam kegiatan Diklat ialah meliputi
kegiatan diklat itu sendiri, penyuluhan, pembinaan, sosialisasi,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
yang diperlukan untuk menjalankan kegiatan diklat bervariasi dan sesuai
kebutuhan serta peraturan yang berlaku, sebagai contoh untuk kegiatan
diklat prajabatan bagi calon PNS daerah memiliki anggaran sebesar Rp
782.235.300,00. Angka ini sangat besar bila dibandingkan dengan
penataran bagi petugas pelayanan umum yang hanya membutuhkan
anggaran sebesar Rp 5.000.000,00. Jumlah seluruh anggaran kegiatan
pendidikan dan pelatihan sebesar Rp 2.424.404.950,00. Jumlah orang
maupun hari secara keseluruhan ialah masing-masing sebesar 7.459 orang
dan 107 hari.
Kegiatan Pendidikan dan pelatihan dilaksanakan oleh beberapa
Satuan Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Boyolali diantaranya kegiatan
Pendidikan dan pelatihan prajabatan bagi calon PNS daerah dan
Pendidikan (1) dan pelatihan teknis tugas dan fungsi bagi PNS daerah (5)
oleh Badan Kepegawaian Daerah, Dinas Pendapatan Pengelolaan
Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) meliputi kegiatan Penyusunan
analisa standar belanja (2), Sosialisasi paket regulasi tentang pengelolaan
keuangan daerah (3), dan Bimbingan teknis implementasi paket regulasi
tentang pengelolaan keuangan daerah (4). Selanjutnya, Dinas Peternakan
dan Perikanan meliputi Pendampingan pada kelompok tani pembudidaya
ikan (6), Pendampingan pada kelompok nelayan perikanan tangkap (7),
Penyuluhan pengelolaan bibit ternak yang didistribusikan kepada
masyarakat (8), Penyuluhan kualitas gizi dan pakan ternak (9),
Penyuluhan distribusi pemasaran atas hasil produksi peternakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
tepat guna (11), dan Pelatihan dan bimbingan pengoperasian teknologi
peternakan tepat guna (12).
Pada SKPD PU Perhubungan dan Kebersihan meliputi
Pemberdayaan petani pemakai air (13) serta Kegiatan pendidikan dan
pelatihan pertolongan dan pencegahan kebakaran (14). Sedangkan pada
Dinas Kesehatan dan Sosial terdapat 8 kegiatan Pendidikan dan
Pelatihan yaitu Pendidikan dan pelatihan formal (15), Sosialisasi
peraturan perundang-undangan (16), Pembinaan puskesmas menuju
puskesmas era desentralisasi (17), Pembinaan sarana pelayanan
kesehatan (18), Pelatihan ketrampilan dan praktek belajar kerja bagi anak
telantar (19), Pendidikan dan pelatihan bagi penyandang cacat dan eks
trauma (20), Penyuluhan masyarakat pola hidup sehat (21), dan
Pemberdayaan masyarakat untuk pencapaian keluarga sadar gizi (22).
Infokom Kehumasan terdapat 1 kegiatan yaitu Sosialisasi program
kegiatan penyelenggaraan pemerintah, pembangunan dan
kemasyarakatan (23), untuk Dampak lingkungan terdapat 3 kegiatan
yaitu Pembinaan gerakan lingkungan hidup (24), Koordinasi dan
pembinaan pelaksanaan program adipura (25), Pembinaan penyusunan
dan penerapan dokumen UKL/UPL (26).
Satuan Kerja Perangkat Daerah berikutnya ialah Dinas
Pelayanan terpadu yaitu Sosialisasi penyelenggaraan SOS (27), dan
Penataran bagi petugas pelayanan umum (28) dan Kantor arsip daerah
adalah Bintek kearsipan (29) dan Sosialisasi kearsipan (30),
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
diantaranya Pendidikan pendahuluan bela bangsa (31), Pendidikan dan
latihan bagi kader linmas (32), (33) Sosialisasi dan komunikasi kebijakan
politik dan pembangunan kepada masyarakat (ormas, orpol, LSm, dll),
Penyuluhan narkoba (34), Sosialisasi di daerah rawan bencana (35),
Pelatihan PKB Kabupaten Boyolali (36), dan Pendidikan dan latihan
SAR (37). Satuan Kerja Perangkat Daerah yang terakhir adalah Kantor
Pemberdayaan Masyarakat Desa yang mempunyai 3 kegiatan Pendidikan
dan pelatihan yaitu Pelatihan P3MD (38), Pelatihan, penelitian, dan
pengelolaan potensi desa/kelurahan (39), dan Pelatihan dan pembinaan
pengelolaan usaha ekonomi desa simpan pinjam (40). Berdasarkan hal
itu, penyusunan anggaran tidak bisa dilakukan secara asal, tetapi tetap
menggunakan kaidah peraturan yang berlaku di pemerintah daerah
setempat.
Setelah kegiatan yang sejenis telah dijadikan satu, maka
langkah berikutnya ialah menentukan pengendali belanja (cost driver)
dari masing-masing kegiatan yaitu jumlah orang/peserta dan jumlah hari
yag dibutuhkan dalam kegiatan itu dilaksanakan. Tabel 4.1 menyajikan
data yang mengkaitkan antara jenis kegiatan, anggaran, pengendali
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Tabel 4.1. Anggaran dan pengendali belanja kegiatan Diklat Kabupaten Boyolali tahun 2006 – 2010
Kegiatan Satuan Kerja Perangkat Daerah Anggaran Orang Hari Output
1 Badan Kepegawaian Daerah 782235300 392 21 8232
2 Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah 46379000 230 2 460
3 Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah 46277500 225 2 450
4 Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah 32010000 200 2 400
5 Badan Kepegawaian Daerah 134932500 467 3 1401
6 Dinas Peternakan dan Perikanan 94768000 225 4 900
7 Dinas Peternakan dan Perikanan 24940000 50 4 200
8 Dinas Peternakan dan Perikanan 46136000 215 2 430 9 Dinas Peternakan dan Perikanan 14769000 50 2 100
10 Dinas Peternakan dan Perikanan 118871000 378 3 1134
11 Dinas Peternakan dan Perikanan 38930000 138 3 414
12 Dinas Peternakan dan Perikanan 24751000 70 3 210 13 PU Perhubungan dan Kebersihan 289702000 500 5 2500
14 PU Perhubungan dan Kebersihan 19002000 53 3 159
15 Dinas Kesehatan dan Sosial 74357000 233 3 699
16 Dinas Kesehatan dan Sosial 4580000 81 1 81
17 Dinas Kesehatan dan Sosial 5377000 100 1 100
18 Dinas Kesehatan dan Sosial 39841000 270 2 540
19 Dinas Kesehatan dan Sosial 4808000 28 3 84
20 Dinas Kesehatan dan Sosial 3850000 55 1 55
21 Dinas Kesehatan dan Sosial 4608000 55 1 55
22 Dinas Kesehatan dan Sosial 11963000 130 1 130
23 Infokom Kehumasan 79871250 380 2 760
24 Dampak Lingkungan 20674000 175 1 175
25 Dampak Lingkungan 98784500 310 3 930
26 Dampak Lingkungan 21379000 104 2 208
27 Dinas Pelayanan Terpadu 6000000 160 1 160
28 Dinas Pelayanan Terpadu 5000000 128 1 138
29 Kantor Arsip Daerah 23800000 153 3 459
30 Kantor Arsip Daerah 7850000 192 1 192
31 Kesbangpollinmas 9000000 100 2 200
32 Kesbangpollinmas 26781900 73 3 219
33 Kesbangpollinmas 10000000 95 1 95
34 Kesbangpollinmas 73900000 684 1 684
35 Kesbangpollinmas 10000000 110 1 110
36 Kesbangpollinmas 10000000 110 1 107
37 Kesbangpollinmas 15000000 60 3 180
38 Kantor Pemberdayaan Masyarakat Desa 41012000 137 3 411
39 Kantor Pemberdayaan Masyarakat Desa 25100000 54 3 162 40 Kantor Pemberdayaan Masyarakat Desa 77165000 289 3 867
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
B. Analisis Hasil Estimasi Data
1. Pengujian Outlier pada Data
Berdasarkan data yang telah tersaji (tabel 4.1), untuk mengetahui
data mengandung outlier atau tidak, dapat dilakukan melalui aplikasi
SPSS. Hal pertama yang dilakukan ialah mencari nilai rata-rata, dan
standar deviasi untuk setiap variabel dari data yang disajikan didapatkan
hasil nilai rata-rata serta standar deviasi untuk masing-masing variabel
adalah untuk anggaran sebesar 60.610.123,75 dengan standar deviasi
128.212.537,3 , variabel orang sebesar 186,48 dengan standar deviasi
145,25, dan variabel hari sebesar 2,68 dengan standar deviasi 3,15.
Selanjutnya, untuk menguji ada atau tidaknya data yang ekstrim (outlier),
maka harus dilakukan standarisasi dengan nilai Z (hasil dapat dilihat
dalam lampiran).
Selanjutnya untuk mendeteksi ada atau tidaknya data yang ekstrim
(outlier), dapat dilakukan pengujian dengan kurva distribusi normal
(sebagaimana data yang sudah distandarkan). Dengan menggunakan nilai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Berdasarkan kurva di atas, dapat dikatakan bahwa suatu data
dianggap outlier apabila nilai Z yang di dapat ialah (z > +2,5) atau (z <
-2,5). Melalui perhitungan di atas didapatkan hasil seluruh data dinyatakan
lolos dalam pengujian outlier.(Anto Dajan, 1986)
2 Pembuatan dan Pengujian Koefisien Regresi pada Model Pendidikan
dan Pelatihan
a. Pengujian Koefisien Regresi pada Model Pendidikan dan Pelatihan
Berdasarkan data yang telah disajikan (lampiran), untuk
mendapatkan sebuah model dan pengujian koefisien regresi
Pendidikan dan Pelatihan, yaitu dengan cara meregresi data dengan
menggunakan aplikasi SPSS didapatkan hasil sebagai berikut
Berdasarkan hasil regresi pada penelitian ini, diketahui nilai
uji F sebesar 5763,837 dengan signifikansi 0,000. Dimana diisyaratkan
nilai signifikansi F lebih kecil dari 5%. Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa variabel oranghari (output) independent dalam
penelitian ini secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel
dependen Anggaran.Hal ini berarti bila terjadi kenaikan oranghari,
maka juga berpengaruh terhadap kenaikan anggaran. Sedangkan bila
dilihat dari hasil regresi variabel secara individu, variabel orang
maupun hari secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel
dengan nilai uji F sebesar 455,339 dengan signifikansi 0,000, yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Y = 609.512 + 96.806X
(0,0074) (0,0000)
Menurut hasil regresi diatas, didapatkan nilai signifikansi
variabel oranghari adalah 0,000. Lebih kecil dibandingkan tingkat
signifikansi 5%. Ini berarti bahwa variabel oranghari secara statistik
berpengaruh terhadap anggaran pada tingkat signifikansi 0,05. Bila kita
melihat regresi dengan setiap individu atau variabel dipisah,
didapatkan nilai signifikansi masing-masing variabel sebesar 0,000
untuk variabel orang, dan 0,000 untuk variabel hari. Hal ini
mengindikasikan bahwa variabel orang maupun variabel hari secara
statistik berpengaruh terhadap anggaran pada signifikansi 5%.
b. Pembentukan Model Analisis Standar Belanja Pendidikan dan
Pelatihan
Berdasarkan hasil regresi diatas, dapat disimpulkan bahwa
persamaan regresi model ASB Pendidikan dan Pelatihan adalah Y =
609.512 + 96.806X atau dengan kata lain, model ASB Pendidikan dan
Pelatihan adalah :
Belanja Total = 609.512 + 96.806 x (jumlah hari)
x (jumlah peserta)
3. Perhitungan Batas Minimum dan Batas Maksimum Belanja
Batas maksimum maupun batas minimum digunakan untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
sebuah kegiatan pendidikan dan pelatihan yang akan dilaksanakan. Batas
maksimum dan batas minimum juga digunakan untuk perbandingan
anggaran setiap belanja yaitu dengan memprosentasekan setiap belanja
yang harus dianggarkan. Sebelum menghitung batas maksimum maupun
batas minimum, harus mengetahui standar deviasinya terlebih dahulu
sebagai berikut :
Setelah mendapatkan kekeliruan baku taksiran, maka dapat dihitung
besarnya belanja rata-rata, belanja minimum dan belanja maksimum dengan
menggunakan model Analisis Standar Belanja Pendidikan dan Pelatihan
sebagai berikut :
Belanja rata-rata : Y = 609.512 + 96.806X
= 609.512 + 96.806(620)
= 60.629.486
Belanja minimum :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Tabel 4.2. Analisis Kekeliruan Baku Taksiran Kegiatan Diklat Kabupaten Boyolali Tahun 2006 – 2010
Sumber : Tabel 4.1 (data diolah)
Kegiatan Anggaran Output
(X)
Y-
1 782.235.300 8232 797.511.095 -15,284,579 233.618.343.590.961
2 46.379.000 460 45.142.635 1,238,540 1.533.981.083.892
3 46.277.500 450 44.174.585 2,105,104 4.431.462.850.816
4 32.010.000 400 39.334.335 -7,322,076 53.612.789.627.700
5 134.932.500 1401 136.236.140 -1,302,792 1.697.266.760.761
6 94.768.000 900 87.736.835 7,032,720 49.459.143.565.680
7 24.940.000 200 19.973.335 4,969,207 24.693.013.239.642
8 46.136.000 430 42.238.485 3,899,732 15.207.911.231.717
9 14.769.000 100 10.292.835 4,478,848 20.060.074.928.256
10 118.871.000 1134 110.389.205 8,483,020 71.961.620.855.343
11 38.930.000 414 40.689.605 -1,757,365 3.088.332.586.760
12 24.751.000 210 20.941.385 3,812,142 14.532.429.677.878
13 289.702.000 2500 242.624.835 47,076,464 2.216.193.415.666.830
14 19.002.000 159 16.004.330 3,000,269 9.001.615.932.528
15 74.357.000 699 68.279.030 6,079,808 36.964.064.222.499
16 4.580.000 81 8.453.540 -3,870,831 14.983.330.385.479
17 5.377.000 100 10.292.835 -4,913,153 24.139.067.488.256
18 39.841.000 540 52.887.035 -13,043,973 170.145.229.015.934
19 4.808.000 84 8.743.955 -3,933,250 15.470.455.090.510
20 3.850.000 55 5.936.610 -2,083,864 4.342.489.378.882
21 4.608.000 55 5.936.610 -1,325,864 1.757.915.479.082
22 11.963.000 130 13.196.985 -1,231,345 1.516.210.016.487
23 79.871.250 760 74.184.135 5,688,867 32.363.206.605.916
24 20.674.000 175 17.553.210 3,123,367 9.755.419.855.006
25 98.784.500 930 90.640.985 8,145,027 66.341.468.088.740
26 21.379.000 208 20.747.775 633,755 401.645.678.877
27 6.000.000 160 11.191.135 -10,098,537 101.980.451.560.076
28 5.000.000 138 9.571.425 -8,968,796 80.439.303.124.623
29 23.800.000 459 45.045.830 -21,243,654 451.292.822.100.651
30 7.850.000 192 12.198.895 -11,346,342 128.739.481.773.354
31 9.000.000 200 16.973.335 -10,970,794 120.358.310.019.642
32 26.781.900 219 21.812.630 4,971,785 24.718.643.202.590
33 10.000.000 95 9.808.810 193,880 37.589.279.908
34 73.900.000 684 66.826.955 7,074,904 50.054.267.458.204
35 10.000.000 110 11.260.885 -1,258,217 1.583.109.012.516
36 10.000.000 107 10.970.470 -967,797 936.631.749.379
37 15.000.000 180 18.037.235 -3,034,665 9.209.193.483.024
38 41.012.000 411 40.399.190 615,054 378.291.410.615
39 25.100.000 162 17.294.745 8,807,850 77.578.223.031.756
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
4. Menghitung Prosentase Alokasi Belanja Rata-rata
Menghitung Alokasi belanja rata-rata kepada masing-masing
objek belanja (aktivitas) dilakukan dengan cara
Keterangan :
n : Jumlah kegiatan diklat
[image:46.842.273.681.414.663.2]sehingga hasilnya sebagai berikut :
Tabel 4.3. Perhitungan Prosentase Alokasi Belanja Rata-rata Kegiatan Diklat Kabupaten Boyolali Tahun 2006 – 2010
Objek Belanja Perhitungan alokasi %
Hon. PNS 430,857%/40 10,77%
Hon. Non-PNS 66,733%/40 1,67%
belanja jasa kantor 1037,559%/40 25,94%
Bahan habis pakai 306,226%/40 7,66%
Belanja cetak & penggandaan 253,756%/40 6,34%
Perjalanan dinas 659,609%/40 16,49%
sewa 140,270%/40 3,51%
mamin 802,774%/40 20,07%
sewa perlengkapan & peralatan kantor 21,929%/40 0,55%
B.bahan/material 186,120%/40 4,65%
B. Rawat kend 6,777%/40 0,17%
B. Modal 53,707%/40 1,34%
B.Kursus 33,622%/40 0,84%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
5. Menghitung Prosentase Alokasi Belanja Minimum
Menghitung prosentase alokasi belanja minimum kepada
masing-masing objek belanja dilakukan dengan cara mencari terlebih dahulu
selisih prosentase belanja rata-rata dengan belanja minimum, hasilnya
dialokasikan kepada masing-masing objek belanja, lalu besarnya
prosentase alokasi belanja minimum adalah % belanja rata-rata - %
alokasi selisih masing-masing objek belanja, sebagai berikut :
Selisih prosentase = 60.629.486 – = 21.265.515
[image:47.842.226.681.403.668.2]= 21.265.515/60.629.486 x 100% = 35%
Tabel 4.4. Perhitungan Prosentase Alokasi Belanja Minimum Kegiatan Diklat Kabupaten Boyolali Tahun 2006 – 2010
Objek Belanja
Perhitungan alokasi (%)
alokasi belanja minimum (%)
Hon. PNS 10,77/100 x 35 = 3,78 10,77% - 3,78% = 6,99%
Hon. Non-PNS 1,67/100 x 35 = 0,59 1,67% - 0,59% = 1,08%
belanja jasa kantor 25,94/100 x 35 = 9,10 25,94% - 9,10%=16,84%
Bahan habis pakai 7,66/100 x 35 = 2,69 7,66% - 2,69% = 4,97%
Belanja cetak & penggandaan 6,34/100 x 35 = 2,22 6,34% - 2,22% = 4,12%
Perjalanan dinas 16,49/100 x 35 = 5,78 16,49% - 5,78%= 10,71%
sewa 3,51/100 x 35 = 1,23 3,51% - 1,23% = 2,28%
mamin 20,07/100 x 35 = 7,04 20,07% - 7,04% = 13,03%
sewa perlengkapan & peralatan kantor 0,55/100 x 35 = 0,19 0,55% - 0,19% = 0,36%
B.bahan/material 4,65/100 x 35 = 1,63 4,65% - 1,63% = 3,02%
B. Rawat kend 0,17/100 x 35 = 0,06 0.17%-0,06%=0,11%
B. Modal 1,34/100 x 35 = 0,47 1,34% - 0,47% =0,87%
B.Kursus 0,84/100 x 35 = 0,29 0,84% - 0,29% =0,55%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
6. Menghitung Prosentase Alokasi Belanja Maksimum
Menghitung presentase alokasi belanja maksimum dilakukan
dengan cara mencari terlebih dahulu selisih prosentase belanja rata-rata
dengan belanja maksimum, hasilnya dialokasikan kepada masing-masing
objek belanja, lalu besarnya alokasi belanja maksimum = % belanja
rata-rata + % alokasi selisih masing-masing objek belanja, hasilnya sebagai
berikut
Selisih prosentase = 60.629.486 – 89.810.440 = 29.180.954
[image:48.842.184.695.403.666.2]= 29.180.954/60.629.486 x 100% = 48%
Tabel 4.5. Perhitungan Prosentase Alokasi Belanja Minimum Kegiatan Diklat Kabupaten Boyolali Tahun 2006 – 2010
Objek Belanja Perhitungan alokasi (%) % alokasi belanja maksimum
Hon. PNS 10,77/100 x 35 = 3,78 10,77% + 3,78% = 14,55%
Hon. Non-PNS 1,67/100 x 35 = 0,59 1,67% + 0,59% = 2,25%
belanja jasa kantor 25,94/100 x 35 = 9,10 25,94% + 9,10%=35,04%
Bahan habis pakai 7,66/100 x 35 = 2,69 7,66% + 2,69% = 10,34%
Belanja cetak & penggandaan 6,34/100 x 35 = 2,22 6,34% + 2,22% = 8,57%
Perjalanan dinas 16,49/100 x 35 = 5,78 16,49% + 5,78%= 22,27%
sewa 3,51/100 x 35 = 1,23 3,51% + 1,23% = 4,74%
mamin 20,07/100 x 35 = 7,04 20,07% + 7,04% = 27,11%
sewa perlengkapan & peralatan kantor 0,55/100 x 35 = 0,19 0,55% + 0,19% = 0,74%
B.bahan/material 4,65/100 x 35 = 1,63 4,65% + 1,63% = 6,29%
B. Rawat kend 0,17/100 x 35 = 0,06 0.17%+0,06%=0,23%
B. Modal 1,34/100 x 35 = 0,47 1,34% + 0,47% =1,81%
B.Kursus 0,84/100 x 35 = 0,29 0,84% + 0,29% =1,14%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
7. Penyusunan Analisis Standar Belanja Secara Keseluruhan
a. Kegiatan yang termasuk dalam lingkup ASB Pendidikan dan
Pelatihan (Diklat), antara lain :
1) Pendidikan dan pelatihan prajabatan bagi calon PNS daerah dan
Pendidikan
2) Penyusunan analisa standar belanja
3) Sosialisasi paket regulasi tentang pengelolaan keuangan daerah
4) Bimbingan teknis implementasi paket regulasi tentang
pengelolaan keuangan daerah
5) Pendidikan dan pelatihan teknis tugas dan fungsi bagi PNS
daerah
6) Pendampingan pada kelompok tani pembudidaya ikan
7) Pendampingan pada kelompok nelayan perikanan tangkap
8) Penyuluhan pengelolaan bibit ternak yang didistribusikan
kepada masyarakat
9) Penyuluhan kualitas gizi dan pakan ternak
10) Penyuluhan distribusi pemasaran atas hasil produksi peternakan
masyarakat
11) Kegiatan penyuluhan penerapan teknologi peternakan tepat
guna
12) Pelatihan dan bimbingan pengoperasian teknologi peternakan
tepat guna
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
14) Kegiatan pendidikan dan pelatihan pertolongan dan
pencegahan kebakaran
15) Pendidikan dan pelatihan formal
16) Sosialisasi peraturan perundang-undangan
17) Pembinaan puskesmas menuju puskesmas era desentralisasi
18) Pembinaan sarana pelayanan kesehatan
19) Pelatihan ketrampilan dan praktek belajar kerja bagi anak
telantar
20) Pendidikan dan pelatihan bagi penyandang cacat dan eks
trauma
21) Penyuluhan masyarakat pola hidup sehat
22) Pemberdayaan masyarakat untuk pencapaian keluarga sadar
gizi
23) Sosialisasi program kegiatan penyelenggaraanpemerintah,
pembangunan dan kemasyarakatan
24) Pembinaan gerakan lingkungan hidup
25) Koordinasi dan pembinaan pelaksanaan program adipura
26) Pembinaan penyusunan dan penerapan dokumen UKL/UPL
27) Sosialisasi penyelenggaraan SOS
28) Penataran bagi petugas pelayanan umum
29) Bintek kearsipan
30) Sosialisasi kearsipan
31) Pendidikan pendahuluan bela bangsa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
33) Sosialisasi dan komunikasi kebijakan politik dan
pembangunan kepada masyarakat (ormas, orpol, LSm, dll)
34) Penyuluhan narkoba
35) Sosialisasi di daerah rawan bencana
36) Pelatihan PKB Kabupaten Boyolali
37) Pendidikan dan latihan SAR
38) Pelatihan P3MD
39) Pelatihan, penelitian, dan pengelolaan potensi desa/kelurahan
40) Pelatihan dan pembinaan pengelolaan usaha ekonomi desa
simpan pinjam
b. Pengendali Belanja (Cost driver) :
1) Jumlah peserta pendidikan dan pelatihan
2) Hari pendidikan dan pelatihan
c. Satuan Pengendali Belanja Tetap :
Rp 609.512 per kegiatan
d. Satuan Pengendali Belanja Variabel :
96.806 x Jumlah peserta x jumlah hari pendidikan dan pelatihan
e. Perhitungan Belanja Total :
Rp 609.512 + (96.806 x Jumlah peserta x jumlah hari pendidikan dan
pelatihan)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Tabel 4.6. Batasan Alokasi Objek Kegiatan Diklat Kabupaten Boyolali Tahun 2006 – 2010
Objek Belanja Rata-rata (%) Batas bawah (%) Batas atas (%)
Hon. PNS 10,77% 6.99% 14.55%
Hon. Non-PNS 1,67% 1.08% 2.25%
belanja jasa kantor 25,94% 16.84% 35.04%
Bahan habis pakai 7,66% 4.97% 10.34%
Belanja cetak & penggandaan 6,34% 4.12% 8.57%
Perjalanan dinas 16,49% 10.71% 22.27%
sewa 3,51% 2.28% 4.74%
mamin 20,07% 13.03% 27.11%
sewa perlengkapan & peralatan kantor 0,55% 0.36% 0.74%
B.bahan/material 4,65% 3.02% 6.29%
B. Rawat kend 0,17% 0.11% 0.23%
B. Modal 1,34% 0.87% 1.81%
B.Kursus 0,84% 0.55% 1.14%
Jumlah 100% 65% 135%
Sumber : Tabel 4.3, Tabel 4.4, Tabel 4.5 (data diolah)
8. Verifikasi Kewajaran Belanja Dalam Suatu Kegiatan Dengan
Menggunakan Model ASB
Untuk menggambarkan lebih lanjut penggunaan model ASB yang
telah dibuat dalam mengevaluasi kewajaran nilai belanja suatu kegiatan.
Berikut ini dihitung besarnya belanja berdasarkan model ASB, baik
secara rata-rata, minimum, maupun maksimum dari data yang telah diolah
lalu dibandingkan dengan belanja yang ada pada RKA, sebagai berikut :
Model = Rp 609.512 + (96.806 x Jumlah peserta x jumlah hari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Berikut ini merupakan tiga buah analisis kewajaran kegiatan yang
diajukan oleh dua Satuan Kerja Perangkat Daerah yang berbeda. Untuk
kegiatan pertama yang menjadi cost driver ialah jumlah peserta 400
orang, lamanya pendidikan dan pelatihan 5 hari, sedangkan untuk
kegiatan kedua yang menjadi cost driver adalah jumlah peserta 350 orang
[image:53.842.182.675.328.661.2]dengan lamanya kegiatan 3 hari.
Tabel 4.7. Anggaran Kegiatan Diklat Untuk Verifikasi Kewajaran Belanja Dengan Metode ASB
No 1 2
Kegiatan Kerjasama
pengembangan
kemampuan aparat polisi pamong praja dengan
TNI/POLRI dan
kejaksaan
Bimbingan teknis
implementasi paket
regulasi tentang
pengelolaan keuangan Daerah
Anggaran 110.127.000 47.495.000
Hon. PNS 0 9,460,000.00
Hon. Non-PNS 94,970,000 0
belanja jasa kantor 0 0
Bahan habis pakai 15,157,000 8,535,000
Belanja cetak & penggandaan 0 15,500,000
Perjalanan dinas 0 0
sewa 0 0
mamin 0 14,000,000
sewa perlengkapan & peralatan kantor 0 0
B.bahan/material 0 0
B. Rawat kend 0 0
B. Modal 0 0
B.Kursus 0 0
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Tabel 4.8. Verifikasi Kewajaran Belanja Kegiatan Diklat Dengan Metode ASB
Kegiatan Anggaran
Belanja Berdasarkan DPA – SKPD
Output (OH) Belanja Berdasarkan ASB Batas Minimum Berdasarkan ASB Batas Maksmum Berdasarkan ASB Keterangan
1 110.127.000 2000 194.222.332 109.108.753 262.355.526 Wajar
2 47.495.000 1050 102.256.242 66.394.978 138.127.732 Tidak wajar, dibawah
batas minimum yang diperkenankan Sumber : Tabel 4.7 (data diolah)
Berdasarkan hasil perhitungan dari kedua kegiatan tersebut,
terdapat satu kegiatan yang proses penganggarannya wajar yaitu kegiatan
1 (Kerjasama pengembangan kemampuan aparat polisi pamong praja
dengan TNI/POLRI dan kejaksaan). Sedangkan untuk kegiatan 2
mengalami ketidak-wajaran dalam proses penganggarannya. Pada
kegiatan kedua (Bimbingan teknis implementasi paket regulasi tentang
pengelolaan keuangan Daerah), anggaran yang dibuat di bawah nilai
kewajaran, yaitu sebesar Rp18.899.978,00 dari nilai minimum yang
ditetapkan oleh model ASB Pendidikan dan Pelatihan Kabupaten
Boyolali tahun 2006 – 2010. Anggaran yang diajukan di bawah nilai
kewajaran, dikhawatirkan output yang dihasilkan dari kegiatan tersebut
tidak tercapai dengan baik, karena beban kerja lebih besar dengan
anggaran yan