BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pendekatan Kontekstual
Istilah pendekatan (approach) dalam pembelajaran memiliki kemiripan dengan strategi. Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut
pandang kita terhadap proses pembelajaran. Istilah pendekatan merujuk
kepada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat
umum. Oleh karenanya strategi dan metode pembelajaran yang digunakan
dapat bersumber atau tergantung dari pendekatan tertentu (Sanjaya, 2010:
127). Killen dalam Sanjaya (2010: 127) mencatat adanya dua pendekatan
dalam pembelajaran, yaitu pendekatan yang berpusat pada guru ( teacher-centred approaches) dan pendekatan yang berpusat pada siswa (student- centred approaches). Pendekatan yang berpusat pada guru menurunkan strategi pembelajaran langsung (direct instruction), pembelajaran deduktif atau pembelajaran ekspositori. Sedangkan, pendekatan pembelajaran yang
berpusat pada siswa menurunkan strategi pembelajaran discovery dan inkuiri serta strategi pembelajaran induktif.
Terkait dengan pengelolaan interaksi belajar mengajar, tampaknya penting
Apalagi jika dikaitkan dengan pelaksanaan kurikulum saat ini yaitu KTSP,
pendekatan kontekstual ini menjadi sangat relevan dan mendukung dalam
proses pembelajarannya.
Pembelajaran kontekstual adalah suatu pembelajaran yang menekankan
kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi
yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata
sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan
mereka (Sanjaya, 2010: 255). Blanchard dalam Komalasari (2010: 6)
mengemukakan bahwa:
Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual merupakan konsep belajar dan mengajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga, warga negara, dan pekerja.
Sementara itu Hull’s dalam Komalasari (2010: 6) menjelaskan:
Dengan pendekatan kontekstual, siswa menemukan hubungan penuh makna antara ide-ide abstrak dengan penerapan praktis di dalam konteks dunia nyata. Siswa menginternalisasi konsep melalui
penemuan, penguatan, dan keterhubungan. Pembelajaran kontekstual menghendaki kerja dalam sebuah tim, baik di kelas, laboratorium, tempat bekerja maupun bank. Pembelajaran kontekstual menuntut guru mendesain lingkungan belajar yang merupakan gabungan beberapa bentuk pengalaman untuk mencapai hasil yang diinginkan.
Selanjutnya, Johnson (2010: 65) menjelaskan bahwa kontekstual adalah
sebuah sistem yang menyeluruh. Kontekstual terdiri dari bagian-bagian yang
saling terhubung. Jika bagian-bagian ini terjalin satu sama lain, maka akan
dihasilkan pengaruh yang melebihi hasil yang diberikan bagian-bagiannya
11
pendekatan kontekstual melibatkan tujuh komponen utama, yaitu (1)
kronstruktivisme, (2) inkuiri (menemukan), (3) bertanya, (4) masyarakat
belajar, (5) pemodelan, (6) refleksi, dan (7) penilaian yang sebenarnya.
Penjelasan ketujuh komponen tersebut adalah sebagai berikut.
1. Konstruktivisme
Konstruktivisme adalah proses membangun atau menyusun pengetahuan
baru dalam struktur kognisi siswa berdasarkan pengalaman. Menurut
konstruktivisme, pengalaman itu memang berasal dari luar, akan tetapi
dikonstruksi oleh dan dari dalam diri seseorang. Oleh sebab itu
pengalaman terbentuk oleh dua faktor penting yaitu obyek yang menjadi
bahan pengamatan dan kemampuan subyek untuk menginterpretasi obyek
tersebut.
2. Inkuiri
Asas kedua dalam pembelajaran kontekstual adalah inkuiri. Artinya,
proses pembelajaran didasarkan pada pencarian dan penemuan melalui
proses berpikir secara sistematis. Pengetahuan bukanlah sejumlah fakta
hasil dari mengingat, akan tetapi hasil dari proses menemukan sendiri.
Dengan demikian dalam proses perencanaan, guru bukanlah
mempersiapkan sejumlah materi yang harus dihafal, akan tetapi
merangsang pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat menemukan
3. Bertanya
Belajar pada dasarnya adalah bertanya dan menjawab pertanyaan.
Bertanya dapat dianggap sebagai refleksi dari keingintahuan setiap
individu, sedangkan menjawab pertanyaam mencerminkan kemampuan
sesorang dalam berpikir. Dalam proses pembelajaran pendekatan
kontekstual guru tidak menyampaikan informasi begitu saja, akan tetapi
memancing agar siswa dapat menemukan sendiri. Karena itu peran
bertanya sangat penting, sebab melalui pertanyaan-pertanyaan guru dapat
membimbing dan mengarahkan siswa untuk menemukan setiap materi
yang dipelajarinya.
4. Masyarakat belajar
Dalam pendekatan kontekstual penerapan masyarakat belajar dapat
dilakukan dengan menerapkan pembelajaran melalui kelompok belajar.
Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok yang anggotanya bersifat
heterogen baik dilihat dari kemampuan belajar dan kecepatan belajarnya.
Biarkan dalam kelompoknya mereka saling membelajarkan, yang cepat
didorong untuk membantu yang lambat belajar.
5. Pemodelan
Asas pemodelan yang dimaksud adalah proses pembelajaran dengan
memperagakan sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru oleh setiap siswa.
Misalnya guru memberikan contoh bagaimana cara melafalkan sebuah
kalimat asing. Guru olahraga memberikan contoh bagaimana cara
13
6. Refleksi
Refleksi adalah proses pengendapan pengalaman yang telah dipelajari
yang dilakukan dengan cara mengurutkan kembali kejadian-kejadian atau
peristiwa pembelajaran yang telah dilaluinya. Melalui refleksi pengalaman
belajar itu akan dimasukkan dalam struktur kognisi siswa yang pada
akhirnya akan menjadi bagian dari pengetahuan yang telah dibentuknya.
7. Penilaian sebenarnya
Penilaian sebenarnya (authentic assesement ) adalah proses yang dilakukan guru untuk mengumpulkan informasi tentang perkembangan
belajar yang dilakukan siswa. Penilaian ini diperlukan untuk mengetahui
apakah siswa benar-benar belajar atau tidak. Apakah pengetahuan belajar
siswa mempunyai pengaruh yang positif terhadap perkembangan baik
intelektual maupun mental siswa.
Pendekatan kontekstual dalam pembelajaran merupakan konsep belajar yang
membantu guru untuk mengaitkan antara materi ajar dengan situasi dunia
nyata siswa, yang dapat mendorong siswa membuat hubungan antara
pengetahuan yang dipelajari dengan penerapannya dalam kehidupan para
siswa sebagai anggota keluarga dan masyarakat (Depdiknas, 2003: 1).
Tugas guru dalam kelas kontekstual adalah membantu siswa untuk mencapai
tujuannya. Maksudnya, guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada
kondusif untuk belajar siswa. Jadi, pengetahuan atau keterampilan itu akan
ditemukan oleh siswa sendiri, bukan apa kata guru (Sardiman, 2010: 222).
Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual adalah pembelajaran yang
dimulai dengan mengambil (mensimulasikan, menceritakan) kejadian pada
dunia nyata kehidupan sehari-hari yang dialami siswa kemudian diangkat ke
dalam konsep matematika yang dibahas. Pada pembelajaran kontekstual,
sesuai dengan tumbuh-kembangnya ilmu pengetahuan, konsep dikonstruksi
oleh siswa melalui proses tanya-jawab dalam bentuk diskusi.
B. Konsep Belajar
Belajar menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) (2008: 23) ialah
berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu. Belajar juga diartikan sebagai
berlatih atau merubah tingkah laku yang disebabkan oleh pengalaman. Belajar
merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan.
Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas daripada itu, yakni
mengalami (Hamalik, 2007: 36). Selanjutnya, Sardiman (2010: 21)
menjelaskan lebih lanjut bahwa belajar itu sebagai rangkaian kegiatan jiwa
raga, psiko-fisik untuk menuju keperkembangan pribadi manusia seutuhnya,
yang berarti menyangkut unsur cipta, rasa dan karsa, ranah kognitif, afektif,
dan psikomotorik. Belajar juga merupakan suatu proses perubahan didalam
tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi
15
Selanjutnya Sutikno dalam Putri (2010: 2) mengartikan belajar adalah suatu
proses usaha seseorang yang dilakukan untuk memperoleh suatu perubahan
yang baru sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya. Pemikiran tentang belajar mengacu pada proses : (1) belajar
tidak hanya sekedar menghafal, (2) anak belajar dari mengalami, anak
mencatat sendiri pola-pola bermakna dari pengetahuan baru, (3) pengetahuan
mencerminkan pengetahuan yang mendalam tentang suatu persoalan (subject matter), (4) pengetahuan mencerminkan keterampilan yang dapat diterapkan, (5) manusia mempunyai tingkatan yang berbeda dalam menyikapi situasi baru,
(6) siswa perlu dibiasakan memecahkan masalah menmukan sesuatu yang
berguna bagi diriya (Sagala, 2010: 38).
Sejalan dengan itu, Hakim dalam Putri (2010: 2) mengartikan belajar adalah
suatu proses perubahan dalam kepribadian manusia dan perubahan tersebut
ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku
seperti peningakatan kecakapan pengetahuan, sikap, pemahaman,
keterampilan, daya fikir dan kemampuan lainnya. Sehingga dari penjelasan
tersebut, dapat disimpulkan bahwa belajar pada hakekatnya adalah proses
perubahan perilaku siswa dalam bakat pengalaman dan pelatihan. Artinya
tujuan kegiatan belajar mengajar ialah perubahan tingkahlaku, baik yang
menyangkut pengetahuan, keterampilan, sikap, bahkan meliputi segenap aspek
pribadi. Kegiatan belajar mengajar seperti mengorganisasi pengalaman
belajar, menilai aktivitas dan hasil belajar, termasuk dalam cakupan tanggung
C. Aktivitas Belajar
Aktivitas menurut KBBI (2008: 31) berarti keaktifan atau kegiatan. Maka
aktifitas adalah sekumpulan kegiatan yang dilakukan individu untuk
memperoleh sesuatu yang ingin dicapai. Kaitannya dengan penelitian ini yang
dimaksud dengan aktivitas belajar adalah keterlibatan siswa dalam bentuk
sikap, pikiran, perhatian, dan aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran
guna menunjang keberhasilan proses belajar mengajar dan memperoleh
manfaat dari kegiatan tersebut (Kunandar, 2010: 277).
Sebagaimana Sardiman (2010: 100) menjelaskan bahwa aktivitas belajar
adalah aktivitas yang bersifat fisik maupun mental. Suatu proses pembelajaran
dapat dikatakan berhasil apabila melalui berbagai aktivitas, baik aktivitas fisik
maupun mental. Aktivitas fisik dapat berupa siswa giat, aktif dengan gerak
tubuh. Membuat sesuatu atau bekerja, jadi siswa tidak hanya duduk,
mendengarkan, atau melihat saja. Sedangkan aktivitas mental adalah jika
daya mentalnya bekerja sebanyak-banyaknya atau berfungsi dalam
pengajaran.
Berdasarkan uraian di atas, menunjukkan bahwa aktivitas siswa di sekolah
cukup kempleks dan bervariasi. Jika berbagai aktivitas tersebut dapat
diciptakan di sekolah, tentu siswa tidak mudah merasa bosan dalam
pembelajaran sehingga aktivitas belajar akan mendukung proses
17
D. Hasil belajar
Hasil adalah sesuatu yang dibuat/diperoleh oleh suatu usaha (KBBI, 2008:
486). Berdasarkan pengertian tersebut maka yang dimaksud hasil dalam
penelitian ini adalah hasil belajar siswa yaitu berupa nilai. Nilai siswa adalah
hasil dari siswa melakukan serangkaian kegiatan belajar yang kemudian
dievaluasi dengan ujian.
Setiap proses belajar mengajar keberhasilannya diukur dari seberapa jauh hasil
belajar yang dicapai siswa. Hasil belajar dapat diartikan sebagai taraf
keberhasilan proses belajar mengajar, Syah dalam Putri (2010. blog).
Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi belajar dan tindak mengajar.
Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar.
Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak
proses belajar puncak proses belajar. Dampak pembelajaran adalah hasil yang
dapat diukur seperti tertuang dalam rapor atau angka dalam ijazah (Dimyati
dan Mudjiono, 2003: 3-5).
Selanjutnya, Nasrun (Tim Dosen, 1980: 25) mengemukakan bahwa hasil
belajar merupakan hasil akhir pengambilan keputusan mengenai tinggi
rendahnya nilai yang diperoleh siswa selama mengikuti proses pembelajaran.
Hasil belajar dikatakan berhasil apabila tingkat kemampuan siswa bertambah
dari hasil sebelumnya.
“Rendahnya hasil belajar matematika disebabkan dalam proses pembelajaran matematika diajarkan sebagai bentuk yang sudah jadi, bukan sebagai proses. Akibatnya, ide-ide kreatif siswa tidak dapat berkembang, kurang melatih daya nalar dan tidak terbiasa melihat alternatif lain yang mungkin dapat dipakai dalam menyelesaikan suatu masalah. Siswa hanya mampu mengingat dan menghafal rumus atau konsep matematika tanpa memahami maknanya. Sementara itu, tidak sedikit siswa yang memandang matematika sebagai suatu mata pelajaran yang membosankan, menyeramkan bahkan menakutkan, sehingga banyak siswa berusaha menghindari pelajaran matematika. Banyak siswa merasa kesulitan dalam memahami matematika karena matematika bersifat abstrak,sementara alam pikiran terbiasa berpikir tentang obyek-obyek yang konkret.
Hasil belajar sering dipergunakan dalam arti luas yakni untuk
bermacam-macam aturan terhadap apa yang telah dicapai oleh murid, misalnya ulangan
harian, tugas-tugas pekerjaan rumah, tes lisan yang dilakukan selama pelajaran
berlangsung, tes akhir semester dan sebagainya. Adapun yang dimaksud hasil
belajar dalam penelitian ini adalah nilai siswa yang diperoleh dari
pembelajaran matematika.
E. Mata Pelajaran Matematika di SD
Kata “matematika” sampai saat ini belum ada kesepakatan yang bulat di antara para matematikawan tentang apa yang disebut matematika itu. Untuk
mendeskripsikan definisi kata matematika para matematikawan belum pernah mencapai satu titik “puncak” kesepakatan yang “sempurna”. Banyaknya definisi dan beragamnya deskripsi yang berbeda dikemukakan oleh para
ahli,-mungkin- disebabkan oleh ilmu matematika itu sendiri, di mana matematika
termasuk salah satu disiplin ilmu yang memiliki kajian sangat luas sehingga
masing-masing ahli bebas mengemukakan pendapatnya tentang matematika
19
masing-masing. Oleh sebab itu matematika tidak akan pernah tuntas untuk
didiskusikan, dibahas maupun diperdebatkan. Penjelasan mengenai apa dan
bagaimana sebenarnya matematika itu, akan terus mengalami perkembangan
seiring dengan pengetahuan dan kebutuhan manusia serta laju perubahan
zaman.
Matematika menurut KBBI (2008: 888) merupakan ilmu tentang bilangan,
hubungan antar bilangan, dan prosedur operasional yang digunakan dalam
penyelesaian masalah mengenai bilangan. Bournejuga memahami matematika
sebagai konstruktivisme sosial dengan penekanannya pada knowing how, yaitu pebelajar dipandang sebagai makhluk yang aktif dalam mengkonstruksi ilmu
pengetahuan dengan cara berinteraksi dengan lingkungannya. Hal ini berbeda
dengan pengertian knowing that yang dianut oleh kaum absoluitis, di mana pebelajar dipandang sebagai mahluk yang pasif dan seenaknya dapat diisi
informasi dari tindakan hingga tujuan, Romberg dalam Yahya (2009,blog).
Sejalan dengan pendapat di atas, Sujono (1988: 5) mengemukakan beberapa
pengertian matematika. Di antaranya, matematika diartikan sebagai cabang
ilmu pengetahuan yang eksak dan terorganisasi secara sistematik. Selain itu,
matematika merupakan ilmu pengetahuan tentang penalaran yang logik dan
masalah yang berhubungan dengan bilangan. Bahkan dia mengartikan
matematika sebagai ilmu bantu dalam menginterpretasikan berbagai ide dan
kesimpulan. Sedangkan Aritoteles mengemukakan bahwa matematika
didasarkan atas kenyataan yang dialami, yaitu pengetahuan yang diperoleh
Kesimpulan dari pendapat di atas adalah bahwa hasil belajar matematika siswa
merupakan gambaran kemampuan siswa yang diperoleh dari hasil belajar yang
dicapai oleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar matematika dalam
kurun waktu tertentu yang diukur dengan menggunakan tes. Dalam penelitian
ini, hasil belajar matematika ditunjukkan oleh nilai tes formatif yang diperoleh
siswa kelas IVA SD Negeri 11 Metro Pusat yang merupakan gambaran
kemampuan siswa setelah melakukan kegiatan belajar matematikan.
F. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah jika pembelajaran matematika materi
bangun ruang menggunakan pendekatan konteksual dapat meningkatkan
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang fokus
pada situasi kelas, atau dalam bahasa asing dikenal dengan Classroom Action
Research. PTK merupakan penelitian tindakan yang dilakukan di kelas dengan tujuan memperbaiki/meningkatkan mutu praktik pembelajaran, Arikunto (2009: 58). PTK
dilaksanakan dengan bentuk siklus berulang yang di dalamnya terdapat empat tahapan
utama kegiatan, yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi dalam tiap
siklusnya. Pada tahap perencanaan, peneliti bersama teman sejawat menyiapkan
perangkat pembelajaran. Selanjutnya, teman sejawat (guru) melaksanakan
pembelajaran sesuai dengan skenario yang telah direncanakan. Kemudian peneliti
dibantu pengamat, mengamati setiap kegiatan yang terjadi dan mencatatnya, sebagai
bahan refleksi.
B. Tempat, Waktu, dan Lama Penelitian
1. Tempat Penelitian
Peneliti melaksanakan penelitian ini di kelas IVA SD Negeri 11 Metro Pusat Jl.
melaksanakan P4KA di SD tersebut sejak 2007 hingga 2011, sehingga peneliti
sedikit tahu kondisi yang ada di SD tersebut. Peneliti memilih kelas IVA karena
kelas tersebut merupakan kelas yang rata-rata hasil nilainya paling rendah
dibanding kelas lain, terutama kelas IVB dan IVC.
2. Waktu penelitian
Waktu penelitian dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2010/2011.
Penentuan waktu penelitian di SD mengacu pada kalender akademik sekolah,
karena PTK memerlukan beberapa siklus yang membutuhkan pembelajaran yang
efektif di kelas. Penelitian dilaksanakan mulai dari bulan April 2011 sampai bulan
Mei 2011.
C. Subjek Penelitian
Subjek penelitian tindakan kelas dalam penelitian ini adalah siswa di kelas IVA dengan
jumlah 28 siswa, yang terdiri dari 12 siswa laki-laki dan 16 siswa perempuan.
D. Sumber Data
Sumber data dalam PTK terdiri dari beberapa sumber yaitu:
a. Siswa: untuk mendapatkan data tentang hasil belajar dan aktivitas siswa dalam
proses belajar mengajar.
b. Guru: untuk melihat tingkat keberhasilan implementasi pendekatan kontekstual dan
23
c. Teman sejawat dan kolaborator: untuk melihat implementasi PTK secara
komprehensif, baik dari sisi siswa maupun guru.
d. Dokumentasi: berupa catatan hasil belajar.
E. Teknik dan Alat Pengumpul Data
a. Teknik Pengumpulan Data PTK
1) Pre tes: untuk mengetahui persentase kenaikan hasil belajar.
2) Post tes: dipergunakan untuk mendapatkan data tentang hasil belajar siswa. Tes
dilakukan setelah proses pembelajaran pada materi jaring-jaring balok dan
kubus, bangun datar simetris, dan pencerminan melalui tes formatif siswa setiap
siklusnya.
3) Observasi: dipergunakan untuk mengumpulkan data tentang aktivitas siswa dan
guru dalam proses belajar mengajar matematika.
4) Diskusi antara guru / teman sejawat untuk refleksi hasil siklus PTK dan
perencanaan perbaikan pembelajaran.
b. Alat Pengumpul Data PTK
1) Tes: menggunakan butir soal/instrumen soal untuk mengukur hasil belajar
siswa.
2) Observasi: menggunakan lembar pengamatan untuk mengukur tingkat aktivitas
siswa dan kinerja guru dalam pembelajaran matematika.
F. Indikator Keberhasilan
Penerapan pendekatan kontekstual dikatakan berhasil apabila:
a. Hasil post tes siswa meningkat pada tiap siklusnya.
b. Nilai rata-rata aktivitas siswa secara klasikal meningkat setiap siklusnya.
c. Adanya peningkatan rata-rata nilai siswa secara klasikal setiap siklusnya.
G. Teknik Analisis Data
a. Analisis Hasil Belajar Siswa
Data hasil belajar siswa diperoleh dari tes formatif setiap siklus. Nilai hasil belajar
siswa divari dengan rumus berikut.
100
N : nilai yang dicari/diharapkan
R : skor mentah yang diperoleh
SM : skor maksimum ideal
100 : bilangan tetap
(Sumber: Purwanto, 2008: 102)
Nilai rata-rata siswa dihitung dengan rumus:
25
Menghitung persentase ketuntasan belajar siswa secara klasikal, menggunakan
rumus sebagai berikut:
%
b. Analisis Aktivitas Belajar Siswa
Analisis yang dilakukan terhadap data aktivitas belajar siswa adalah sebagai
berikut:
1) Setiap siswa memperoleh skor dari aktivitas yang dilakukan sesuai dengan
aspek yang diamati. Data aktivitas siswa diperoleh melalui pengamatan
langsung dan dicatat menggunakan lembar pengamatan aktivitas siswa dalam
pembelajaran.
a) Aspek yang diamati
Partisipasi:
1. Mengajukan pertanyaan pada teman/guru
2. Merespon aktif pertanyaan lisan dari guru
3. Mengemukakan pendapat
4. Mengikuti semua tahapan pembelajaran dengan baik
Minat:
1. Mengikuti pelajaran dari awal sampai akhir
2. Semangat dalam mengikuti pembelajaran
3. Menampakkan keceriaan dan kegembiraan dalam belajar
Perhatian:
1. Tidak mengganggu teman
2. Tidak membuat kegaduhan
3. Mendengarkan penjelasan guru dengan seksama
4. Menghargai pendapat orang lain
Presentasi:
1. Mengerjakan tugas yang diberikan (LKS, latihan, dll)
2. Menyampaikan informasi
3. Menjadi pembicara kelompok
4. Memberi kesempatan orang lain berbicara
b) Rubrik
Tabel 1. Rubrik Penilaian Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran.
Skor Keterangan
4 Jika ke empat poin, dalam aspek yang diamati muncul selama pengamatan
3 Jika hanya tiga poin, pada aspek yang diamati yang muncul
2 Jika hanya dua poin, pada aspek yang diamati yang muncul
1 Jika hanya ada satu poin pada aspek yang diamati yang muncul
2) Setelah diperoleh nilai aktivitas siswa, kemudian dikategorikan sesuai dengan
27
Tabel 2. Klasifikasi Hasil Penilaian Aktivitas Siswa.
Tingkat Keberhasilan (%) Kriteria
>80
(Sumber: Arikunto, 2007: 264)
c. Penilaian Kinerja Guru
Data kinerja guru diperoleh dari pengamatan langsung kinerja guru ketika
melaksanakan pembelajaran di kelas dengan menggunakan lembar instrument
penilaian kinerja guru.
Tabel 3. IPKG (Instrumen Penilaian Kinerja Guru)
No. Aspek yang diamati Skor
1 2 3 4
I. Kemampuan Membuka Pelajaran
1. Menarik perhatian siswa 2. Memberikan motivasi awal
3. Memberikan apersepsi kaitan materi yang telah dimiliki siswa dengan materi yang akan disampaikan.
4. Menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan diberikan.
5. Memberikan acuan bahan belajar yang akan diberikan.
II. Sikap Guru Dalam Proses Pembelajaran
1. Kejelasan artikulasi suara
2. Variasi gerakan badan tidak mengganggu perhatian siswa
3. Antusiasme dalam penampilan
4. Mobilitas posisi mengajar
III. Penguasaan Bahan Belajar
1. Bahan belajar disajikan sesuai dengan langkah-langkah yang direncanakan dalam RPP.
2. Kejelasan dalam menjelaskan bahan ajar (materi) 3. Kejelasan dalam memberikan contoh
No. Aspek yang diamati Skor
1 2 3 4
IV. Kegiatan Belajar Mengajar ( Proses Pembelajaran)
1. Kesesuaian metode dengan bahan belajar yang disampaikan.
2. Penyajian bahan belajar sesuai dengan tujuan/ indikator yang telah ditetapkan.
3. Memiliki keterampilan dalam menanggapi dan merespon pertanyaan siswa.
4. Ketepatan dan penggunaan alokasi waktu yang disediakan
V. Evaluasi Pembelajaran
1. Penilaian relevan dengan tujuan yang telah ditetapkan 2. Menggunakan bentuk dan jenis ragam penilaian 3. Penilaian yang diberikan sesuai dengan RPP
VI. Kemampuan Menutup Kegiatan Pembelajaran
1. Meninjau kembali materi yang telah diberikan. 2. Memberi kesempatan untuk bertanya dan menjawab
pertanyaan.
3. Memberi kesimpulan kegiatan pembelajaran.
VII. Tindak Lanjut/ Follow up
1. Memberi tugas/ latihan kepada siswa.
2. Memberikan motivasi untuk selalu terus belajar. Jumlah skor
Nilai Kinerja Peningkatan
Rata-Rata Nilai Kinerja
(Sumber: Andayani, 2009: 73)
Tabel 4. Rubrik Penilaian Tiap Aspek yang Diamati
Skor Indikator
4 Aspek yang diamati: dilaksanakan oleh guru dengan sangat baik, guru melakukannya dengan sempurna, dan guru terlihat
professional.
3 Aspek yang diamati: dilaksanakan oleh guru dengan baik, guru melakukannya tanpa kesalahan, dan guru tampak menguasai. 2 Aspek yang diamati: dilaksanakan oleh guru dengan cukup baik,
guru melakukannya dengan sedikit kesalahan, dan guru tampak cukup menguasai.
1 Aspek yang diamati: tidak dilaksanakan oleh guru, guru melakukannya dengan kesalahan, dan guru tampak tidak menguasai.
29
Setelah diperoleh nilai kinerja guru, kemudian dikategorikan sesuai dengan
klasifikasi hasil penilaian seperti berikut.
Tabel 5. Klasifikasi Hasil Penilaian Kinerja Guru.
Tingkat Keberhasilan (%) Kriteria
>80
H. Prosedur Penelitian
Gambar 1. Rangkaian Siklus Penelitian Tindakan Kelas
(Sumber: Arikunto, dkk., 2009: 74)
Permasalan
Perencanaan
Tindakan I Pelaksanaan Tindakan I
Pengamatan/ pengumpulan data I Refleksi I
Permasalan baru hasil refleksi
Perencanaan
Tindakan II Pelaksanaan Tindakan II
Refleksi II
Dilanjutkan ke siklus berikutnya Siklus I
Siklus II
Pengamatan/ pengumpulan data II
Apabila
Tindakan III Pelaksanaan Tindakan III
Siklus III
Siklus I PTK:
a. Perencanaan
1) Peneliti melakukan analisis kurikulum untuk mengetahui kompetensi dasar
yang akan disampaikan kepada siswa dengan pendekatan kontekstual.
2) Membuat jadwal perencanaan tindakan untuk menentukan materi pokok yang
akan diajarkan.
3) Menyusun skenario pembelajaran dan menyiapkan perangkat pembelajarannya.
4) Menyusun lembar kerja siswa (LKS) yang akan dipelajari kelompok.
5) Menyiapkan lembar observasi untuk melihat aktivitas siswa dan guru selama
pembelajaran berlangsung.
6) Menyiapkan lembar evaluasi tes hasil belajar matematika untuk memperoleh
data tingkat pencapaian ketuntasan belajar siswa.
7) Peneliti bersama guru mengadakan diskusi tentang kegiatan pembelajaran
dengan pendekatan kontekstual.
b. Pelaksanaan tindakan
1) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran, apersepsi dan memotivasi siswa
melalui pemaparan isu dan permasalahan yang berhubungan dengan
kompetensi dasar dan indikator yang akan disajikan. Masalah tersebut harus
diidentifikasi dan dijelaskan sehingga menimbulkan minat untuk
memecahkannya.
2) Guru membentuk kelompok yang terdiri dari 4-5 orang siswa berdasarkan
31
3) Melaksankaan kegiatan mengacu pada skenario pembelajaran yang telah
direncanakan.
4) Guru memberikan tes formatif secara individu.
c. Pengamatan atau observasi
1) Melakukan observasi terhadap situasi kegiatan selama pembelajaran
berlangsung dengan memakai lembar observasi yang telah disiapkan.
2) Mencatat setiap kegiatan dan perubahan yang terjadi saat proses pembelajaran
berlangsung.
d. Refleksi
Pada akhir siklus dilakukan refleksi oleh peneliti untuk mengkaji proses
pembelajaran pada guru dan mengkaji aktivitas serta hasil belajar siswa, sebagai
pedoman untuk membuat rencana tindakan pembelajaran baru pada siklus
berikutnya. Hal-hal positif pada hasil refleksi akan tetap dipertahankan dan hal
yang kurang posotif diminimalisir pada perencanaan siklus berikutnya.
Siklus II PTK
Berdasarkan hasil temuan kesulitan dan kelemahan yang terjadi pada proses
pembelajaran siklus I, maka dilakukan perbaikan pada siklus II. Pelaksanaan
pembelajaran siklus II meliputi:
a. Perencanaan
1) Menyusun rencana perbaikan pembelajaran berdasarkan hasil refleksi pada
siklus pertama yang mengacu pada kurikulum.
3) Menyusun lembar kerja siswa (LKS) yang akan dipelajari kelompok.
4) Menyiapkan lembar observasi untuk melihat aktivitas siswa dan guru selama
pembelajaran berlangsung.
5) Menyiapkan lembar evaluasi tes hasil belajar matematika untuk memperoleh
data tingkat pencapaian ketuntasan belajar siswa.
6) Peneliti bersama guru mengadakan diskusi tentang kegiatan pembelajaran
dengan pendekatan kontekstual.
b. Pelaksanaan
1) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran, apersepsi dan memotivasi siswa
melalui pemaparan isu dan permasalahan yang berhubungan dengan
kompetensi dasar dan indikator yang akan disajikan. Masalah tersebut harus
diidentifikasi dan dijelaskan sehingga menimbulkan minat untuk
memecahkannya.
2) Guru membentuk kelompok yang terdiri dari 4-5 orang siswa berdasarkan
tempat duduk.
3) Melaksankaan kegiatan mengacu pada skenario pembelajaran yang telah
direncanakan.
4) Guru memberikan tes formatif secara individu.
5) Pemeriksaan hasil tes secara bersama-sama.
c. Pengamatan
1) Melakukan observasi terhadap situasi kegiatan selama pembelajaran
33
2) Mencatat setiap kegiatan dan perubahan yang terjadi saat proses pembelajaran
berlangsung.
d. Refleksi
Refleksi dilakukan pada akhir siklus oleh peneliti untuk mengkaji proses
pembelajaran pada guru dan mengkaji aktivitas serta hasil belajar siswa, sebagai
pedoman untuk membuat rencana tindakan pembelajaran baru pada siklus
berikutnya. Apabila tujuan penelitian belum tercapai, maka penelitian akan
dilanjutkan pada siklus berikutnya. Hal-hal positif pada hasil refleksi akan tetap
dipertahankan dan hal yang kurang posotif diminimalisir pada perencanaan siklus
berikutnya.
Siklus III PTK
Berdasarkan hasil temuan kesulitan dan kelemahan yang terjadi pada proses
pembelajaran siklus II, maka dilakukan perbaikan pada siklus III. Pelaksanaan
pembelajaran siklus III meliputi:
a. Perencanaan
1) Menyusun rencana perbaikan pembelajaran berdasarkan hasil refleksi pada
siklus kedua yang mengacu pada kurikulum.
2) Menyusun skenario pembelajaran dan menyiapkan perangkat pembelajarannya.
3) Menyusun lembar kerja siswa (LKS) yang akan dipelajari kelompok.
4) Menyiapkan lembar observasi untuk melihat aktivitas siswa dan guru selama
pembelajaran berlangsung.
5) Menyiapkan lembar evaluasi tes hasil belajar matematika untuk memperoleh
6) Peneliti bersama guru mengadakan diskusi tentang kegiatan pembelajaran
dengan pendekatan kontekstual.
b. Pelaksanaan
1) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran, apersepsi dan memotivasi siswa
melalui pemaparan isu dan permasalahan yang berhubungan dengan
kompetensi dasar dan indikator yang akan disajikan. Masalah tersebut harus
diidentifikasi dan dijelaskan sehingga menimbulkan minat untuk
memecahkannya.
2) Guru membentuk kelompok belajar yang terdiri dari 4-5 berdasarkan tempat
duduk.
3) Melaksankaan kegiatan mengacu pada skenario pembelajaran yang telah
direncanakan.
4) Guru memberikan tes formatif secara individu.
5) Pemeriksaan hasil tes secara bersama-sama.
c. Pengamatan
1) Melakukan observasi terhadap situasi kegiatan selama pembelajaran
berlangsung dengan memakai lembar observasi yang telah disiapkan.
2) Mencatat setiap kegiatan dan perubahan yang terjadi saat proses pembelajaran
berlangsung.
d. Refleksi
Refleksi dilakukan oleh peneliti untuk mengkaji proses pembelajaran oleh guru dan
mengkaji aktivitas dan hasil belajar siswa. Kemudian mengumpulkan semua hasil
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian tindakan kelas yang dilakukan terhadap siswa kelas
IVA mata pelajaran matematika SDN 11 Metro Pusat dapat disimpulkan
bahwa penerapan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran matematika
dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran pada kelas IVA SDN
11 Metro Pusat. Hal ini sesuai dengan pengamatan observer yang telah
dilakukan mulai dari siklus I sampai siklus III, terjadi peningkatan aktivitas
siswa tiap siklusnya. Rata-rata persentase aktivitas siswa siklus I yaitu 47,10%
meningkat menjadi 54,25 % pada siklus II, dan pada siklus III meningkat
menjadi 61,94 %.
Penerapan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran matematika juga dapat
meningkatkan hasil belajar siswa kelas IVA SDN 11 Metro Pusat. Hal ini
sesuai dengan nilai hasil belajar siswa pada siklus I sampai siklus III. Dimana
nilai rata-rata siklus I adalah 65,71 meningkat menjadi 69,86 di siklus II, dan
pada siklus III meningkat menjadi 79,04. Ketuntasan belajar 13 siswa atau
46,43 % disiklus I meningkat menjadi 16 siswa atau 57,14 % di siklus II, dan
siswa yang belum mencapai nilai istimewa. Selain itu, pendekatan kontekstual
juga dapat meningkatkan motivasi belajar siswa, karena dalam proses
pembelajarannya siswa dapat terlibat secara aktif.
B. Saran
1. Kepada siswa, untuk senantiasa membudayakan belajar dan membaca,
guna memperkaya ilmu pengetahuan dan memperoleh hasil belajar yang
lebih baik.
2. Kepada orang tua, untuk selalu membimbing dan memotivasi
putra-putrinya agar rajin belajar dan kelak menjadi anak yang berguna bagi
orang tua, bangsa dan negara.
3. Kepada guru, untuk senantiasa menggunakan variasi pembelajaran baik
dalam pendekatan, metode, maupun media dalam setiap proses
pembelajaran, karena dengan ditunjang hal tersebut, siswa-siswa akan
lebih antusias dalam mengikuti proses pembelajaran.
4. Kepada sekolah, agar dapat melengkapi sarana dan prasarana yang masih
belum ada agar proses pembelajaran dapat berlangsung lebih baik
DAFTAR PUSTAKA
Aqib, Zainal dkk. 2006. Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru. Yrama Widiya. Bandung. 152 hlm.
______________. 2009. Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru SD, SLB, dan TK. Yrama Widiya. Bandung. 258 hlm.
Arikunto, Suharsimi & Jabar, Cepi S. A. 2008. Evaluasi Program Pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta. 228 hlm.
______________. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Bumi Aksara. Jakarta. 151 hlm.
BSNP. 2006. Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Jakarta. 24 hlm.
Budiningsih, C. Asri. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta. 125 hlm.
Depdikbud. 1994. Kurikulum Pendidikan Dasar Garis-Garis Besar Program Pengajaran Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama. Depdikbud. Jakarta. Depdiknas, Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktorat
Pendidikan Lanjutan Pertam. 2003. Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning(CTL)). 35 hlm.
Depdiknas. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 1699 hlm.
Dimyati dan Mudjiono. 2003. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta. 298 hlm.
Ismadi, Janu. 2008. Seri Evaluasi Pintar Terpadu Matematika SD/MI Kelas 4. Grasindo. Jakarta. 190 hlm.
Johnson, Elaine B. 2010. Contextual Teaching and Learning: Menjadikan Kegiatan Belajar – Mengajar Mengasyikkan dan Bermakna. Kaifa. Bandung. 352 hlm.
Komalasari, Kokom. 2010. Pembelajaran Kontekstual: Konsep dan Aplikasi. Refika Aditama. Bandung. 324 hlm.
Kunandar. 2010. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru. Rajawali Pers. Jakarta. 312 hlm.
Muchit, M. Saekhan. 2008. Pembelajaran Kontekstual. Rasail. Semarang. 168 hlm.
Mursalin. 2010. Peningkatan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas V SD Negeri 01 Kibang Tri Jaya Semester Genap Tahun Pelajaran 2009/2010 dengan Pendekatan Kontekstual. (Elektronil Tugas Akhir). Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Muslich, Masnur. 2009. KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual. Bumi Aksara. Jakarta. 246 hlm.
Purwanto, Ngalim. 2008. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Remaja Rosdakarya. Bandung. 165 hlm.
Putri, Ika. 2010. Pengertian definisi hasil belajar dari beberapa ahli pendidikan. diakses pada 20 Januari 2011.
http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2046047-pengertian-definisi-hasil-belajar-dari/
Redaksi Lima Adi Sekawan. 2007. EYD Plus. Limas. Jakarta. 245 hlm.
Ruseffendi dkk. 1992. Pendidikan Matematika 3. Debdikbud. Jakarta. 402 hlm. Ruseffendi, E. T. 1988. Pengantar kepada Membantu Guru Mengembangkan
Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA. Tarsito. Bandung.
Sagala, Syaiful. 2010. Konsep dan Makna Pembelajaran. Alfabeta. Bandung. 409 hlm.
90
Sardiman. 2010. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Rajawali Pers. Jakarta. 236 hlm.
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Rineka Cipta. Jakarta. 195 hlm.
Sudijono, Anas. 2010. Pengantar Statistik Pendidikan. Rajawali Pers. Jakarta. 406 hlm.
Supinah, dkk. 2008. Pembelajaran Matematika SD dengan Pendekatan
Kontekstual dalam Melaksanakan KTSP. Depdiknas. Yogyakarta. 78 hlm. Surya, H. M. 2001. Kapita Selekta Kependidikan SD. Universitas Terbuka.
Jakarta. 12.42 hlm.
Tim Redaksi. 2008. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Tahun 2003. Sinar Grafika. Jakarta. 227 hlm.
Universitas Lampung. 2010. Format Penulisan Karya Tulis Ilmiah. Universitas Lampung. Bandar Lampung. 60 hlm.
Winatraputra, Udin S. 2003. Strategi Belajar Mengajar. Universitas Terbuka. Jakarta. 12.39 hlm.
Wulandari, Aning. 2010. Pendekatan Kontekstual dalam Pembelajaran Matematika SMA/MA. diakses 20 Januari 2010.
http://main.man1bojonegoro.com/pendekatan-kontekstual-dalam-pembelajaran-matematika-smama/artikel-guru
Yahya, A Halim Fathani. 2009. Memahami Kembali Definisi dan Deskripsi Matematika. diakses pada 22 Januari 2011.
PENDEKATAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL UNTUK
MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IVA SD NEGERI 11 METRO PUSAT
(Skripsi)
Oleh SITI KAROMAH
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
ii ABSTRAK
PENDEKATAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL UNTUK
MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IVA SD NEGERI 11 METRO PUSAT
Oleh SITI KAROMAH
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar matematika. Penelitian ini dilakukan untuk perbaikan pembelajaran dalam meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas IVA SD Negeri 11 Metro Pusat pada pembelajaran matematika materi bangun ruang dengan pendekatan kontekstual. Penelitian ini menggunakan pendekatan Penelitian Tindakan Kelas yang fokus pada situasi kelas. Pendekatan ini dipilih karena penelitian ini menuntut kajian dan tindakan secara reflektif, kolaborasi, dan partisipasi berdasarkan situasi alamiah yang terjadi dalam pelaksanaan pembelajaran. Hasil temuan penelitian menunjukkan bahwa dengan menggunakan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran, dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar matematika siswa kelas IVA SD Negeri 11 Metro Pusat. Hasil pengamatan terhadap aktivitas siswa terlihat, terjadi peningkatan disetiap siklusnya yaitu rata-rata siklus II meningkat dari nilai siklus I yaitu 47,10% menjadi 54,25% dan nilai rata-rata siklus III meningkat menjadi 61,94%. Hasil belajar matematika
meningkat tiap siklusnya. Nilai rata-rata siklus II meningkat dari nilai siklus I yaitu 65.71 menjadi 69.86 dan siklus III meningkat menjadi 79.04. Berdasar hasil temuan, disarankan pada guru hendaknya menggunakan pendekatan kontekstual agar aktivitas dan hasil belajar siswa meningkat.
Judul Skripsi : PENDEKATAN PEMBELAJARAN
KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR
MATEMATIKA SISWA KELAS IVA SD NEGERI 11 METRO PUSAT
Nama Mahasiswa : Siti Karomah
Nomor Pokok Mahasiswa : 0713053053
Program Studi : Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Jurusan/Fakultas : Ilmu Pendidikan/Keguruan dan Ilmu Pendidikan
MENYETUJUI, 1. Komisi Pembimbing
Pembimbing I, Pembimbing II,
Dra. Hj. Nelly Astuti, M.Pd. Dra. Hj. Yulina Hamdan, M.Pd. I.
NIP 131760216000000000 NIP 19540722 198012 2 001
2. Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan
vi
PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini:
nama mahasiswa : Siti Karomah
NPM : 0713053053
Jurusan : Ilmu Pendidikan
program studi : S1 PGSD
fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa laporan penelitian dengan judul “Pendekatan Kontekstual untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas IVA SD Negeri 11 Metro Pusat ” adalah benar-benar hasil sendiri.
Demikian pernyataan ini saya buat untuk dapat digunakan sebagaimana mestinya,
dan apabila dikemudian hari ternyata pernyataan ini tidak benar, maka saya
bersedia dituntut berdasarkan undang-undang dan peraturan yang berlaku.
Metro, September 2011 Yang membuat pernyataan,
vii MOTTO
Hiduplah untuk banyak memberi, bukan untuk banyak menerima
(Karomah)
Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan
(Q.S. Asy Syarh: 6)
Bermimpilah, maka tuhan akan memeluk mimpimu…
viii
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Raman Aji, Lampung pada tanggal 11 Januari 1987.
Merupakan anak bungsu dari lima bersaudara, pasangan dari Bapak Hadi Sucipto
dan Ibu Saripah.
Pendidikan formal yang pernah penulis tempuh adalah Taman Kanak-Kanak
LKMD Raman Aji selesai pada tahun 1994. Sekolah Dasar Negeri 1 Raman Aji
selesai pada tahun 2000. Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Raman Utara
selesai pada tahun 2003. Sekolah Menengah Atas Negeri 5 Bandar Lampung
selesai pada tahun 2006.
Pada tahun 2007 penulis tercatat sebagai mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Lampung Program Studi S-1 Pendidikan Guru Sokolah
Dasar (PGSD) melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB).
Penulis melaksanakan Program Pelaksanaan Pembelajaran Kompetensi Akademik
ix
PERSEMBAHAN
Ya Rob, apabila karya ini merupakan salah satu kebanggaannya, maka ku persembahkan karya ini untuk orang yang ku cinta sebagai tanda bakti dan
sayangku kepada:
Mamak dan Bapak yang telah membesarkanku, mendidik dan selalu mendoakan serta mencurahkan kasih sayangnya dengan pengorbanan yang tulus ikhlas demi kebahagiaan dan keberhasilanku. Sungguh ku tak akan pernah dapat membalas itu
semua dengan sempurna.
Saudara kandungku “Mas Doel, Mbak Nur, Mas Ikhsan, Mas Amar” yang selalu memberikan dukungan dan doanya untuk ku.
Saudara iparku “Mas Juwaini, Mbak Pipiet, Mbak Tiara” yang senantiasa membantu dan memberikan semangat kepada ku.
Keponakan-keponakanku “si pintar Nia, si cerdas Thata, si imut Azka, dan si jagoan mungil Fatih, senantiasa menghibur dan melepas lelahku.
Para pendidik yang mendidikku dengan ketulusan dan kesabarannya, semoga mendapat ridho Allah SWT.
Sahabat-sahabatku seperjuangan yang tidak dapat ku sebutkan satu persatu. Semoga kelak kita penuh manfaat untuk diri kita dan orang lain.
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah, dan
innayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang
berjudul ”Pendekatan Kontekstual untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas IVA SD Negeri 11 Metro Pusat”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di
Universitas Lampung.
Penyusunan skripsi ini dapat terwujud berkat adanya bantuan dari berbagai pihak,
untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat:
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Sugeng P. Harianto, M.Sc. selaku Rektor Universitas
Lampung.
2. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si.; selaku Dekan FKIP Universitas
Lampung beserta stafnya yang telah memberi kesempatan dan kemudahan
kepada penulis dalam mengikuti pendidikan hingga terselesaikannya penulisan
skripsi ini.
3. Bapak Drs. Baharuddin Risyak, M.Pd.; selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan
Universitas Lampung beserta stafnya.
4. Bapak Dr. Hi Darsono, M.Pd.; selaku Ketua Program Studi PGSD Universitas
xi
masukan dan saran-saran yang sangat bermanfaat.
7. Ibu Dra. Hj. Nelly Astuti, M.Pd.; selaku Dosen pembimbing utama yang telah
membimbing dan mengarahkan dengan penuh kearifan.
8. Ibu Dra. Hj. Yulina Hamdan, M.Pd.I.; selaku Dosen pembimbing pembantu
dalam penulisan skripsi ini yang telah banyak memberikan masukan yang
sangat berarti bagi penulis.
9. Bapak dan Ibu Dosen serta Staf PGSD UPP Metro yang telah banyak
membantu kelancaran dalam penyusunan skripsi ini.
10.Bapak Basiran, S.Pd. SD. selaku Kepala SD Negeri 11 Metro Pusat, serta
dewan Guru dan Staf Administrasi yang telah membantu penulis selama
penyusunan skripsi ini.
11.Ibu Indah Masliana, S.Pd. SD. selaku teman sejawat yang banyak membantu
penulis dalam kelancaran penyusunan skripsi ini.
12.Teristimewa kedua orang tua dan keluarga penulis yang telah memberikan
bantuan baik moral maupun materil demi keberhasilan studi penulis.
13.Rekan-rekan yang telah berjuang bersama-sama demi keberhasilan masa
depan.
14.Semua pihak yang telah membantu kelancaran dalam penyusunan skripsi ini.
Semoga amal baik Bapak, Ibu dan Saudara-saudara mendapat balasan dari Allah
SWT. Dengan segala kerendahan hati, penulis menyadari bahwa penyusunan
xii
untuk itu saran dan kritik yang bersifat membangun senantiasa penulis butuhkan
dari semua pihak.
Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan memberikan
sumbangsih bagi dunia pendidikan yang selalu menghadapi tantangan seiring
dengan tuntutan zaman, khususnya para guru sebagai acuan dalam pengembangan
pembelajaran di kelas dalam usaha meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.
Metro, September 2011
Penulis
xvii
DAFTAR GAMBAR
Tabel Halaman
1. Rangkaian Siklus Penelitian Tindakan Kelas ... 30
2. Diagram Rekapitulasi Persentase Aktivitas Siswa Tiap Siklus ... 74
3. Diagram Rekapitulasi Hasil Belajar Kognitif Siswa Tiap Siklus ... 77
xiv
F. Indikator Keberhasilan ... 24
G. Teknik Analisis Data ... 24
1. Aktivitas Siswa dalam Proses Pembelajaran ... 81
2. Kinerja Guru dalam Proses Pembelajaran ... 83
3. Hasil Belajar Kognitif Siswa ... 85
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 88
A. Kesimpulan ... 88
B. Saran ... 89
DAFTAR PUSTAKA ... 89
xv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Rubrik Penilaian Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran ... 27
2. Klasifikasi Hasil Penilaian Aktivitas Siswa ... 27
3. IPKG (Instrumen Penilaian Kinerja Guru) ... 28
4. Rubrik Penilaian Tiap Aspek yang Diamati ... 29
5. Jadwal Pelaksanaan penelitian ... 36
6. Rincian Kegiatan Penelitian Tindakan Kelas Tiap Siklus ... 40
7. Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran (Siklus I Pertemuan 1) ... 47
8. Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran (Siklus I Pertemuan 2) ... 48
9. Persentase Aktivitas Siswa Siklus I ... 49
10. Daftar Nilai Hasil Belajar Siswa Siklus I ... 50
11. Persentase Hasil Belajar Siswa Siklus I ... 51
12. Hasil Pengamatan Kinerja Guru dalam Pembelajaran Siklus I... 52
13. Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran (Siklus II Pertemuan 1) ... 61
14. Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran (Siklus II Pertemuan 2) ... 62
xvi
15. Persentase Aktivitas Siswa Siklus II ... 62
16. Daftar Nilai Hasil Belajar Siswa Siklus II ... 63
17. Persentase Hasil Belajar Siswa Siklus II ... 64
18. Hasil Pengamatan Kinerja Guru dalam Pembelajaran Siklus II ... 64
19. Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran (Siklus III Pertemuan 1) ... 72
20. Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran (Siklus III Pertemuan 2) ... 73
21. Persentase Aktivitas Siswa Siklus III ... 73
22. Rekapitulasi Persentase Aktivitas Siswa Tiap Siklus ... 74
23. Daftar Nilai Hasil Belajar Siswa Siklus III ... 75
24. Persentase Hasil Belajar Siswa Siklus III ... 76
25. Rekapitulasi Nilai Hasil Belajar Siswa Per-Siklus ... 77
26. Kinerja Guru dalam Pembelajaran Siklus III ... 78