• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PERSEPSI SISWA TENTANG PEMBERIAN TUGAS PEKERJAAN RUMAH DAN PEMANFAATAN MEDIA PEMBELAJARAN OLEH GURU TERHADAP HASIL BELAJAR IPS TERPADU SISWA KELAS VII SEMESTER GENAP DI SMP NEGERI 22 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2011/2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PERSEPSI SISWA TENTANG PEMBERIAN TUGAS PEKERJAAN RUMAH DAN PEMANFAATAN MEDIA PEMBELAJARAN OLEH GURU TERHADAP HASIL BELAJAR IPS TERPADU SISWA KELAS VII SEMESTER GENAP DI SMP NEGERI 22 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2011/2012"

Copied!
81
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PENGARUH PERSEPSI SISWA TENTANG PEMBERIAN TUGAS PEKERJAAN RUMAH DAN PEMANFAATAN

MEDIA PEMBELAJARAN OLEH GURU TERHADAP HASIL BELAJAR IPS TERPADU SISWA KELAS

VII SEMESTER GENAP DI SMP NEGERI 22 BANDAR LAMPUNG TAHUN

PELAJARAN 2011/2012

Oleh

DWINTA OCTIARA

Pendidikan memiliki peran penting dalam mencerdaskan bangsa. Melalui pendidikan diharapkan siswa memperoleh pengetahuan, keterampilan dan sikap yang sangat diperlukan untuk memecahkan persoalan yang dihadapi. Proses belajar tidak selalu berhasil, hasil yang dicapai antara siswa yang satu dengan yang lain memiliki perbedaan. Berhasil tidaknya proses belajar mengajar tidak terlepas dari faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar siswa antara lain persepsi siswa tentang pemberian tugas pekerjaan rumah dan pemanfaatan media pembelajaran.

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data mengenai pengaruh persepsi siswa tentang pemberian tugas pekerjaan rumah dan pemanfaatan media pembelajaran oleh guru SMP Negeri 22 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011/2012.

Populasi dalam penelitian ini adalah Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Negeri 22 Bandar Lampung sebanyak 8 kelas dengan jumlah siswa keseluruhan 318 orang. Dengan menggunakan rumus Cochran dengan probability sampling didapat sampel sebanyak 176 orang yang selanjutnya dilakukan alokasi

(2)

Berdasarkan analisis diperoleh hasil penelitian yang menunjukan bahwa: 1. Ada pengaruh yang positif dan signifikan persepsi siswa tentang pemberian

tugas pekerjaan rumah terhadap hasil belajar IPS Terpadu siswa kelas VII SMP Negeri 22 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011/2012. Hal ini

ditunjukan dengan t hitung > t tabel yaitu 6,959 > 1,960 dengan koefisien korelasi (r) 0,447 dan koefisien determinasi (r²) sebesar 0,222 yang berarti hasil belajar IPS Terpadu dipengaruhi oleh persepsi siswa tentang pemberian tugas

pekerjaan rumah sebesar 22,2% dan sisanya 77,8% dipengaruhi oleh faktor lain.

2. Ada pengaruh yang positif dan signifikan pemanfaatan media pembelajaran oleh guru terhadap hasil belajar IPS Terpadu siswa kelas VII SMP Negeri 22 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011/2012. Hal ini ditunjukan dengan thitung > t tabel yaitu 5,195 > 1,960 dengan koefisien korelasi (r) 0,390 dan koefisien determinasi (r²) sebesar 0,302 yang berarti hasil belajar IPS Terpadu dipengaruhi pemanfaatan media pembelajaran oleh guru sebesar 30,2% dan sisanya 69,8% dipengaruhi oleh faktor lain.

(3)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan usaha manusia agar dapat mengembangkan potensi dirinya melalui

proses pembangunan maupun dengan cara lain yang dikenal dan diakui oleh masyarakat.

Usaha untuk mengembangkan pendidikan merupakan tanggung jawab yang harus dimiliki

dan dilaksanakan oleh setiap lembaga pendidikan. Pentingnya pendidikan membuka mata

kita bahwa pendidikan memegang peranan yang penting bagi kehidupan suatu bangsa. Ini

dikarenakan pendidikan memiliki pengaruh langsung terhadap perkembangan manusia.

Melalui pendidikan diharapkan lahir sumber daya manusia yang berkualitas dan mampu

membangun masyarakat ke arah yang lebih baik.

Pernyataan tersebut sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam

Undang-undang RI No. 20 tahun 2003 tentang fungsi pendidikan nasional yang berbunyi:

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Hasbullah, 2005: 310).

Menyadari betapa besar peranan sektor pendidikan, pemerintah dalam hal ini Departemen

Pendidikan Nasional secara terus menerus telah mengadakan usaha-usaha perbaikan di

bidang pendidikan dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia. Perbaikan

tersebut antara lain melakukan pembenahan kurikulum dan penyempurnaan kurikulum 2004

(4)

Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), pemantapan kualitas tenaga pendidik,

menyempurnakan Garis-garis Besar Program Pengajaran (GBPP) berbagai mata

pelajaran,serta perbaikan sarana dan prasarana pendidikan.

Sekolah merupakan salah satu lembaga yang bertanggung jawab dalam menangani masalah

pendidikan. Pendidikan menengah pertama merupakan kelanjutan pendidikan sekolah dasar

yang diselenggarakan untuk menyiapkan peserta didik menjadi seseorang yang berjiwa

sosial tinggi, kreatif, terampil dan menjadi generasi yang bertanggung jawab.

Tujuan Sekolah Menengah Pertama Negeri 22 Bandar Lampung adalah menghasilkan

lulusan yang berkualitas, mampu menjadi generasi yang berkompeten dan mampu berkarya

di luar pendidikan yang sesuai dengan ilmu yang diperoleh selama proses belajar mengajar

di sekolah. Keberhasilan dalam proses belajar mengajar di SMP Negeri 22 Bandar Lampung

terlihat dari hasil belajar siswa yang diperoleh selama mengikuti kegiatan belajar mengajar

di sekolah. Hasil belajar siswa SMP Negeri 22 harus selalu ditingkatkan, guna tercapainya

tujuan SMP Negeri 22 Bandar Lampung.

Hasil belajar siswa menandakan mutu pendidikan yang diperolehnya, dengan indikator mutu

hasil belajar siswa, yang merupakan gambaran tingkat ketercapaian tujuan dan penguasaan

siswa atas inti dari apa yang dipelajari.

Berdasarkan hasil penelitian pendahuluan yang dilaksanakanpada siswa kelas VII SMP

Negeri 22 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011/2012hasil belajar yang dicapai siswa

pada umumnya belum menunjukkan hasil belajar yang optimal, yang dapat dilihat pada tabel

(5)

Tabel 1. Hasil Ulangan Mid Semester Ganjil Siswa Kelas VII SMPN 22 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011/2012

No Kelas ≤ 73 Nilai ≥ 73 Jumlah Siswa Keterangan 1 VII A 23 17 40 Kriteria

Ketuntasan Minimum yang ditetapkan adalah sebesar 73

2 VII B 25 14 39

3 VII C 24 16 40

4 VII D 25 15 40

5 VII E 26 14 40

6 VII F 23 16 39

7 VII G 22 18 40

8 VII H 27 13 40

Siswa 195 123 318 % 61,32% 38,68% 100%

Sumber: Guru mata pelajaran IPS Terpadu SMPN 22 Bandar Lampung

Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa hasil belajar siswa yang diraih belum optimal, ini

karena dari 318 siswa terlihat hanya 123 siswa atau 38,68% siswa yang mendapat nilai ≥ 73

dan berarti 61,32% atau 195 siswa memperoleh nilai ≤ 73. Tinggi rendahnya hasil belajar

menunjukkan bahwa tujuan pendidikan belum tercapai. Berhasil tidaknya pencapaian tujuan

pendidikan banyak tergantung kepada bagaimana proses belajar yang dialami oleh anak

didik.

Rendahnya hasil belajar siswa tersebut diduga disebabkan oleh beberapa faktor, hal tersebut

sejalan dengan pendapat Slameto (2003: 54-72) yang mengemukakan bahwa faktor-faktor

yang mempengaruhi hasil belajar adalah:

a. Faktor interen, yaitu faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar, faktor intern terdiri dari:

1. Faktor jasmaniah (kesehatan dan cacat tubuh)

2. Faktor psikologis (intelegensi,perhatian, minat,bakat,motif, kematangan, dan kesepian. 3. Faktor kelelahan.

(6)

1. Faktor keluarga (cara orangtua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, dan latar belakang kebudayaan)

2. Faktor sekolah (metode mengajar guru,kurikulum,relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, standar pelajaran diatas ukuran, keadaan gedung, metode belajar, dan tugas rumah)

3. Faktor masyarakat (kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media,teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat)

Faktor yang satu dengan yang lain saling mendukung dalam pencapaian hasil belajar

optimal. Faktor yang diduga berpengaruh terhadap rendahnya hasil belajar siswa tersebut

diantaranya adalah persepsi siswa tentang pemberian tugas pekerjaan rumah dan

pemanfaatan media pembelajaran oleh guru. Persepsi siswa tentang pemberian tugas

pekerjaan rumah merupakan faktor yang mempengaruhi siswa yang berasal dari dalam diri

siswa atau disebut juga faktor internal. Sebab persepsi siswa tentang pemberian tugas

pekerjaan rumah akan memberikan pengaruh positif bagi tercapainya hasil belajar siswa.

Apabila persepsi siswa tentang pemberian tugas pekerjaan rumah positif maka seluruh

tugas-tugas yang diberikan oleh guru akan direspon positif pula oleh siswa dan dikerjakan

dengan optimal, siswa akan lebih terlatih sehingga diharapkan pemahaman siswa terhadap

pelajaran IPS Terpadu menjadi meningkat pula. Sebaliknya apabila persepsi siswa tentang

pemberian tugas pekerjaan rumah negatif akibatnya tugas-tugas yang diberikan oleh guru

tidak akan dikerjakan dengan optimal oleh siswa dan hasil belajar tidak bisa tercapai dengan

baik sesuai dengan yang diharapkan.

Metode pemberian tugas merupakan suatu metode mengajar yang diterapkan dalam proses

belajar mengajar, yang biasa disebut dengan metode pemberian tugas. Biasanya guru

memberikan tugas itu sebagai pekerjaan rumah. Tujuan pemberian tugas pekerjaan rumah

(7)

sekolah, sehingga siswa yang kurang paham terhadap materi yang disampaikan di sekolah

akan lebih mengerti karena adanya latihan di rumah. Setelah tugas pekerjaan rumah

dikerjakan siswa, maka tugas guru selanjutnya yaitu membahas kembali tugas yang

diberikan pada materi terdahulu. Dengan adanya pembahasan kembali materi yang telah lalu

diharapkan siswa yang kesulitan mengenai materi pelajaran yang telah dipelajari

sebelumnya dapat lebih mengerti lagi. Sehingga hasil belajar IPS Terpadu dapat meningkat.

Faktor lain yang diduga berpengaruh terhadap rendahnya hasil belajar siswa adalah media

pembelajaran.Media sebagai alat bantu pembelajaran yang digunakan guru untuk

mengefektifkan pembelajaran, karena dapat berfungsi menarik perhatian siswa dan

memperjelas materi yang disampaikan guru.Dalam proses mengajar seringkali guru

mengalami kesulitan untuk menjelaskan materi yang disampaikan, oleh karena itu media

pengajaran yang digunakan dalam pembelajaran harus sesuai dengan tujuan yang ingin

dicapai dan memperhatikan kriteria dalam pemilihan media tersebut.

Kehadiran media dapat membantu siswa dalam menyerap materi yang diajarkan,

penggunaan media yang sesuai dengan tujuan pengajaran dapat memberikan kemudahan

bagi siswa dalam menyerap setiap materi pelajaran yang diberikan, sehingga dampaknya

tentu saja akan berpengaruh pada hasil belajar yang dicapai siswa.

Berpedoman pada hasil observasi awal dan wawancara terhadap guru bidang studi IPS

Terpadu kelas VII di SMP Negeri 22 Bandar Lampung tanggal 23 November 2011 saat

penelitian pendahuluan, pada kenyataanya terdapat permasalahan dalam proses

(8)

pelajaran yang disampaikan oleh guru. Indikasi dari permasalahan tersebut diantaranya

adalah

1. Guru kurang memperhatikan siswa dalam hal mengoreksi tugas pekerjaan rumah,

sehingga siswa tidak termotivasi untuk mengerjakan tugasnya.

2. Penguasaan media dan teknologi pembelajaran yang belum maksimal dikarenakan

kurangnya keterampilan guru dalam menggunakan media LCDsehingga menyulitkan

siswa dalam memahami materi pelajaran yang dijelaskan oleh guru.

3. Dalam mengajar guru masih menerapkan metode ceramah sehingga penyampaian

materi pelajaran masih monoton tanpa ada variasi dalam proses pembelajaran, sehingga proses pembelajaran kurang efektif.

4. Kurangnya guru dalam memahami kesulitan dalam proses pembelajaran yang di alami

siswa dan kemampuan membimbing siswa dalam proses belajar mengajar yang kurang

dipedulikan oleh guru, dikarenakan persepsi yang negatif terhadap kemampuan anak.

Selain persepsi siswa tentang pemberian tugas pekerjaan rumah yang baik untuk meraih

hasil belajar siswa yang optimal, keberhasilan siswa juga dapat ditentukan dalam memahami

materi pelajaran yang telah disampaikan oleh guru dalam proses pembelajaran. Oleh karena

itu, guru harus benar-benar profesional dalam mengajar dalam hal ini guru harus bisa

memanfaatkan media pembelajaran yang tersedia di sekolah, sehingga proses pembelajaran

lebih menarik perhatian siswa dan dapat memperjelas materi yang disampaikan guru.

Persepsi siswa tentang pemberian tugas pekerjaan rumah dan pemanfaatan media

pembelajaran oleh guru. merupakan tanggapan atau cara pandang seorang siswa tentang

(9)

siswa SMPN 22 Bandar Lampung kelas VII berbeda meskipun juga sama pemberian tugas

pekerjaan rumah masih direspon negatif dan pemanfaatan media pembelajaran oleh guru

kurang baik sehingga mereka cendrung kurang memahami materi yang di sampaikan oleh

guru. Perbedaan tanggapan dari siswa baik positif maupun negatif, dapat berpengaruh

terhadap hasil belajar siswa, atau adanya tanggapan negatif akan cenderung membuat

seorang siswa tidak peduli terhadap tugas-tugas yang diberikan oleh guru maupun pada

pelajaran yang guru jelaskan. akibatnya proses belajar mengajar kurang berjalan dengan baik

sehingga dapat berpengaruh terhadap hasil belajar yang ingin dicapai.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas untuk melengkapi hasil penelitian, maka penulis

mengambil judul“Pengaruh Persepsi Siswa Tentang Pemberian Tugas Pekerjaan

Rumah dan Pemanfaatan Media Pembelajaran Oleh Guru Terhadap Hasil Belajar

Siswa Kelas VII Tahun Pelajaran 2011/2012”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasi permasalahan yang

muncul dalam penelitian ini adalah:

1. Mutu proses dan hasil belajar IPS Terpadu masih rendah. Hal tersebut dilihat dari

persentase siswa yang lulus dengan nilai ketuntasan belajar hanya 38,68% dari seluruh jumlah siswa kelas VII, dan itu masih jauh harapan yang diinginkan.

2. Rendahnya perhatian guru terhadap siswa dalam hal mengoreksi tugas pekerjaan rumah,

sehingga siswa tidak termotivasi untuk mengerjakan tugasnya.

3. Rendahnya motivasi siswa dalam mengerjakan tugas pekerjaan dikarenakan kurang

(10)

4. Rendahnya komunikasi antara guru dan orang tua dalam hal memantau sikap, prestasi,

dan motivasi belajar siswa.

5. Kurangnyapemahaman guru terhadap kesulitan yang dialami peserta didik dalam proses

pembelajaran.

6. Rendahnya motivasi belajar IPS Terpadu pada siswa kelas VII, hal ini dikarenakan

dalam proses belajar mengajar guru hanya menerapkan metode mengajar secara

konvensional, guru mengajar dan siswa memperhatikan sehingga tidak ada interaksi

aktif dengan siswa.

7. Proses pembelajaran masih berpusat pada guru, guru mempunyai peran yang dominan

dalam kegiatan belajar.

8. Partisipasi aktif siswa dalam proses belajar mengajar masih sangat rendah.

9. Kurang menariknya penyampaian materi pelajaran yang di sampaikan oleh guru, hal ini

dikarenakan guru hanya menggunakan metode ceramah dalam mengajar.

10.Penyampaian materi pelajaran yang dilakukan oleh guru kurang mendalam, penjelasaan

hanya sekali lewat dan tidak dikupas secara menyeluruh.

11. Kurang menunjangnya sarana dalam proses belajar, sehingga pembelajaran tidak

berjalan dengan efektif.

12. Rendahnya penguasaan guru dalam menggunakan media pembelajaran seperti LCD,

sehingga penyampaian materi yang di ajarkan tidak tercapai sesuai tujuan yang ingin

dicapai, dampaknya siswa kurang paham dengan materi yang disampaikan oleh guru di

(11)

13.Persepsi siswa SMP Negeri 22 Bandar Lampung tentang pemberian tugas pekerjaan

rumah dan pemanfaatan media pembelajaran yang yang masih direspon kurang baik hal

ini dapat mempengaruhi hasil belajar siswa.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah di atas, maka masalah dalam

penelitian ini dibatasi pada pengaruh persepsi siswa tentang pemberian tugas pekerjaan

rumah (X1), pemanfaatan media pembelajaran oleh guru (X2), dan hasil belajar IPS Terpadu (Y) pada siswa kelas VII Semester Genap SMP Negeri 22 Bandar Lampung Tahun Pelajaran

2011/2012.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah:

1. Apakah ada pengaruh persepsi siswa tentang pemberian tugas pekerjaan rumah terhadap

hasil belajar IPS Terpadu siswa kelas VII Semester Genap SMP Negeri 22 Bandar

Lampung tahun pelajaran 2011/2012?

2. Apakah ada pengaruh pemanfaatan media pembelajaran oleh guru terhadap hasil belajar

IPS Terpadu siswa kelas VII Semester Genap SMP Negeri 22 Bandar Lampung tahun

pelajaran 2011/2012?

3. Apakah ada pengaruh persepsi siswa tentang pemberian tugas pekerjaan rumah dan

pemanfaatan media pembelajaran oleh guru terhadap hasil belajar IPS Terpadu siswa

(12)

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mengetahui pengaruh persepsi siswa tentang pemberian tugas pekerjaan rumah terhadap

hasil belajar IPS Terpadu siswa kelas VII Semester Genap SMP Negeri 22 Bandar

Lampung tahun pelajaran 2011/2012.

2. Mengetahui pengaruh pemanfaatan media pembelajaran oleh guru terhadap hasil belajar

IPS Terpadu siswa kelas VII Semester Genap SMP Negeri 22 Bandar Lampung tahun

pelajaran 2011/2012.

3. Mengetahui pengaruhpersepsi siswa tentang pemberian tugas pekerjaan rumah dan

pemanfaatan media pembelajaran oleh guru terhadap hasil belajar IPS Terpadu siswa

kelas VII Semester Genap SMP Negeri 22 Bandar Lampung tahun pelajaran 2011/2012.

F. Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian ini adalah:

1. Secara teoritis, memberikan informasi kepada peneliti dan untuk mengembangkan

pengetahuan yang khususnya adalah pengetahuan tentang pendidikan.

2. Secara praktis, penelitian ini digunakan bagi:

a. Siswa: sebagai salah satu cara untuk mengetahui persentase pengaruh persepsi siswa

tentang pemberian tugas pekerjaan rumah dan pemanfaatan media pembelajaran

(13)

b. Guru: sebagai mediasi untuk mengatasi permasalahan dalam pembelajaran dalam

rangka peningkatan hasil belajar mata pelajaran IPS Terpadu

c. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan peluang pada peneliti lain untuk

melakukan penelitian lebih lanjut tentang hal yang sama dengan menggunakan

teori-teori lain yang belum digunakan dalam penelitian ini.

G. Ruang Lingkup penelitian

Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah:

1. Objek Penelitian

Ruang lingkup objek yang akan diteliti adalah pengaruh persepsi siswa tentang

pemberian tugas pekerjaan rumah (X1), pemanfaatan media pembelajaran (X2), dan hasil belajar IPS Terpadu (Y).

2. Subjek Penelitian

Ruang lingkup subjek penelitian adalah siswa kelas VII.

3. Tempat Penelitian

Ruang lingkup tempat penelitian ini adalah SMP Negeri 22 Bandar Lampung.

4. Waktu Penelitian

Ruang lingkup waktu penelitian ini adalah pada semester genap tahun 2011/2012.

5. Ilmu Penelitian

Ruang lingkup ilmu dalam penelitian ini adalah ilmu kependidikan, khususnya bidang

(14)
(15)

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS

A. Tinjauan Pustaka

1. Persepsi Siswa TentangPemberian Tugas Pekerjaan Rumah

Pelaksanaan pendidikan dan pengajaran yang diselenggarakan di sekolah adalah bentuk pengajaran formal yang terikat dalam waktu belajar atau jadwal tatap muka antara guru dan murid. Setiap hari dalam kegiatan pembelajaran di sekolah siswa mengikuti beberapa macam mata pelajaran. Kondisi ini memerlukan kesiapan siswa sejak dari rumah sampai berakhirnya proses belajar mengajar di sekolah hingga kegiatan belajar kembali secara mandiri di rumah.

Kegiatan di sekolah bagi banyak siswa dianggap sebagai kegiatan rutinitas saja, dimana siswa melakukan aktivitas dimulai dan mempersiapkan buku-buku pelajaran, berangkat ke sekolah, mendengarkan guru mengajar dan pulang sekolah. Sikap yang demikian itu tidak mendorong siswa untuk belajar kembali di rumah ataupun mengerjakan pekerjaan rumah. Sehingga apabila diadakan tes harian siswa mendapatkan nilai kecil.

(16)

Menurut Ibrahim (2002:75): Metode pemberian tugas pekerjaan rumah merupakan salah satu metode mengajar yang dapat digunakan guru dalam proses pembelajaran. Metode pemberian tugas merupakan cara penyajian bahan pelajaran dengan menugaskan siswa untuk melakukan serangkaian kegiatan di luar jam pelajaran. Karena tugas diberikan di luar jam pelajaran, maka metode pemberian tugas dikalangan siswa dikenal dengan istilah pekerjaan rumah (PR).

Kegiatan pemberian tugas atau pekerjaan rumah mulai banyak digunakan setelah para pendidik menyadari bahwa ceramah perlu dilengkapi dengan kegiatan sebagai langkah penilaian terhadap apakah siswa telah memahami pelajaran yang telah diceramahkan oleh guru. Kegiatan ini semakin barnyak dikombinasikan dengan metode-metode mengajar lainnya, karena ternyata kegiatan pemberian tugas atau pekerjaan rumah memungkinkan siswa belajar lebih aktif, baik dalam bentuk kelompok maupun dalam bentuk

individual(Sriyanti, 2003:78).

Berdasarkan pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwaMetode pemberian tugas pekerjaan rumah merupakan tugas atau pekerjaan yang sengaja diberikan kepada siswa yang harus di laksanakan dengan baik. Pekerjaan rumah atau PR merupakan kegiatan belajar yang direncanakan guru yang bertalian dengan pengajaran di sekolah. Kegiatan ini tidak terikat pada jadwal yang telah ditentukan di sekolah, tetapi wajib dilaksanakan oleh siswa.

(17)

Pemberian tugas pekerjaan rumah harus jelas dan penentuan batas yang tepat yang diberikan benar-benar nyata. Pemberian penentuan batasan tugas merupakan prasyarat yang sangat penting yang harus mendapat perhatian dari guru. Banyak anak mengalami hambatan untuk memperoleh kemajuan belajar karena tidak menentunya batasan tugas yang diberikan guru yang harus diselesaikan. Siswa harus mendapat kejelasan mengapa ia harus mengerjakan tugas itu. Apa yang menjadi tujuan khusus dari tugas yang diberikan guru harus jelas.

Metode pemberian tugas pekerjaan rumah merupakan salah satu metode untuk memberikan pengalaman belajar yang dapat meningkatkan cara belajar yang lebih baik dan memantapkan penguasaan perolehan hasil belajar. Guru seringkali tidak menyadari dan menghargai nilai pemberian tugas pekerjaan rumah.

Menurut Moeslichatoen (2004: 186): pemberian tugas pekerjaan rumah merupakan tahap yang paling penting dalam mengajar. Karena dengan pemberian tugas pekerjaan rumah guru memperoleh umpan balik tentang kualitas hasil belajar anak. Hasil pemberian tugas

pekerjaan rumah yang diberikan secara cepat dan menjadi prasyarat anak untuk memperoleh pengalaman belajar yang lebih luas, tinggi dan kompleks.

Pemberian tugas pekerjaan rumah bila dirancang secara tepat dan proporsional akan dapat meningkatkan bagaimana cara belajar yang benar. Menurut Rohani Ahmadi (2003: 68):Melalui pemberian tugas pekerjaan rumah siswa semakin terampil mengerjakan, semakin lancar, semakin pasti, semakin terarah ke pencapaian tujuan pembelajaran.

Pemberian tugas yang diberikan secara teratur, berkala dan ajeg akan menanamkan

kebiasaan dan sikap belajar yang positif yang pada gilirannya dapat memotivasi siswa untuk belajar sendiri berlatih sendiri, dan memperlajari semua materi yang telah diberikan guru secara mandiri. Jadi pemberian tugas itu dapat menimbulkan prakarsa anak untuk

(18)

Pemberian tugas yang diberikan secara tepat dan dirancang secara seksama dapat

menghasilkan hasil belajar yang optimal. Hasil belajar yang optimal akan menjadi landasan yang kuat dalam memasuki kegiatan belajar lebih lanjut, yang merupakan peningkatan penguasaan kemampuan yang sudah dimiliki siswa.

Menurut Jajang Harits (2007: 12): manfaat dari pemberian tugas pekerjaan rumah adalah sebagai berikut:

1. Memberikan kesempatan belajar yang lebih aktif, lebih luas, dan lebih menyenangkan kepada siswa

2. Mendorong siswa belajar memecahkan masalah-masalah yang bertalian dengan kehidupan di masyarakat melalui PR.

3. Memperkaya dan memperluas serta memperdalam pengetahuan siswa, baik yang berhubungan secara langsung maupun tidak langsung dengan bidang pengajaran di sekolah.

4. Mengembangkan rasa sosial dan rasa tanggungjawab melalui kerja sama dalam mengerjakan tugas PR.

5. Membina dan memperkuat hubungan kerja sama antara sekolah dan keluarga serta guru dan orang tua.

6. Tugas PR mendorong siswa memanfaatkan waktu senggangnya di rumah secara baik, bahkan dapat berfungsi sebagai kegiatan rekreatif.

7. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan bakat dan keterampilannya sesuai dengan tugas yang diberikan oleh guru.

(19)

penambahan waktu belajar siswa). Siswa didorong untuk mencari sendiri bahan/sumber pengetahuan yang berkaitan dengan apa yang mereka pelajari.

Menurut Joel Ropa (2001: 6): metode pemberian tugas memiliki tujuan, yaitu: 1. Dengan melakukan latihan, hasil belajar siswa mantap

2. Pengalaman siswa lebih terintergrasi dengan menggunakan situasi yang berbeda atau masalah baru

3. Memperluas dan memperkaya pengetahuan dan keterampilan 4. Siswa terangsang untuk berusaha lebih baik

5. Mendorong kegiatan siswa mengisi waktu luang dengan kegiatan yang berguna dan konstruktif

Jadi tujuan penggunaan metode pemberian tugas adalah untuk memelihara aktivitas siswa dengan segenap potensinya diluar jam pelajaran tatap muka agar kedalaman dan keluasan bahan pelajaran dapat dikuasai dengan baik. Adapun langkah-langkah yang dapat diambil dalam metode pemberian tugas adalah sebagai berikut:

1. Merumuskan tujuan pembelajaran 2. Menetapkan topik

3. Menetapkan prosedur penyajian materi yang mendukung pencapaian tujuan dengan metode pemberian tugas

4. Menetapkan waktu untuk menyelesaikan tugas yang diberikan

5. Memeriksa hasil dan memberikan penguatan kepada siswa yang dapat menyelesaikan tugasnya (Ibrahim, 2002: 76)

(20)

Pemberian tugas pekerjaan rumah mempunyai pengertian yang lebih khusus, ialah tugas - tugas yang diberikan oleh guru, dikerjakan siswa di rumah.

Berdasarkan uraian tersebut pemberian tugas kepada siswa jadikan sebagai sarana untuk melatih kecerdasan, sekaligus juga dapat dijadikan sebagai sarana untuk mengembangkan kreativitas siswa, rasa sosial, kemandirian, dan rasa tanggungjawab. Selain itu juga

pemberian tugas pekerjaan rumah ditujukan untuk meningkatkan penguasaan materi dalam pelajaran IPS Terpadu. Dengan kata lain bahwa materi pelajaran yang disajikan oleh guru dapat menarik minat dan membangkitkan motivasi siswa serta mendorong kegiatan belajar mengajar berlangsung secara aktif yang dapat mendukung dalam keberhasilan kegiatan belajar di sekolah.

2. Pemanfaatan Media Pembelajaran

Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medius yang secara harfiah berarti tengah, perantara atau pengantar. Media merupakan alat bantu pembelajaran yang digunakan dalam pengajaran untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Oemar Hamalik (2008: 32),

menyatakan media adalah sebagai teknik yang digunakan dalam rangka lebih

mengefektifkan komunikasi dan interaksi antara guru dan siswa dalam proses pendidikan dan pengajaran di sekolah.

(21)

Association) memaknai media sebagai segala benda yang dapat dimanipulasi, dilihat, didengar, dibaca, atau dibincangkan beserta instrumen yang digunakan untuk kegiatan tersebut.

Media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima, sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat siswa sehingga proses belajar mengajar terjadi (Sardiman, 2008: 34).

Setiap materi pelajaran memiliki tingkat kesukaran yang bervariasi dan untuk

menyederhanakan tingkat kesukaran tersebut diperlukan kehadiran media sebagai alat bantu dalam menyampaikan isi materi pengajaran yang terdiri dari antara lain slide, buku, tape recorder, kaset, video camera, video recorder, film, televisi, foto, globe, grafik, gambar dan komputer.

Berdasarkan uraian diatas, media belajar merupakan berbagai jenis alat yang secara fisik digunakan untuk menyampaikan materi pelajaran sehingga siswa dapat memperoleh pengetahuan, keterampilan dan sikap. Selain itu juga dapat merangsang siswa untuk belajar dengan baik, akibatnya tujuan pengajaran dapat tercapai.

Disamping itu media juga memiliki fungsi untuk mengatasi kebosanan dan kelelahan yang di akibatkan dari penjelasan guru yang sukar di mengerti penggunaan media harus

menunjang tujuan pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik.

(22)

memperoleh pengetahuan, keterampilan atau sikap. Sehingga guru, buku teks dan lingkungan sekolah merupakan media.

Hainich (2005: 4) mengemukakan istilah media sebagai perantara yang mengantar informasi antara sumber dan penerima. Jika media tersebut membawa pesan-pesan atau informasi yang bertujuan instruksional atau mengandung maksud-maksud pengajaran, maka media disebut dengan media pembelajaran.

Media digunakan untuk mengatasi berbagai hambatan yang dihadapi dalam penyampaian pesan dari sumber pesan ke penerima pesan. Menurut I Wayan Satriasa (2007: 6), hambatan-hambatan komunikasi dalam proses pembelajaran adalah sebagai berikut:

1. Verbalisme, artinya siswa dapat menyebutkan kata tetapi tidak mengetahui artinya. Hal ini terjadi karena biasanya guru mengajar hanya dengan penjelasan lisan (ceramah), siswa cenderung hanya menirukan apa yang dikatakan oleh guru.

2. Salah tafsir, artinya dengan istilah atau kata yang sama artinya berbeda oleh siswa. Hal ini terjadi karena biasanya guru hanya menjelaskan secara lisan dengan tanpa

menggunakan media pembelajaran yang lain, misalnya gambar, bagan, model, dan sebagainya.

3. Perhatian yang tidak terpusat, hal ini dapat terjadi karena beberapa hal antara lain, gangguan fisik, ada hal lain yang lebih mempengaruhi perhatian siswa, siswa melamun, cara guru mengajar membosankan, cara menyajikan bahan pelajaran, kurang adanya pengawasan dan bimbingan guru.

4. Tidak terjadinya pemahaman, artinya kurang memiliki kebermaknaan logis dan spikologis. Apa yang diamati atau dilihat, dialami secara terpisah. Tidak terjadi proses berpikir yang logis mulai dari kesadaran hingga timbulnya konsep.

Menurut B.F Skiner (2006: 56), menyatakan orientasi tujuan belajar mengarah ke perubahan tingkah laku belajar dari siswa, karena pada hakekatnya mendidik adalah mengubah tingkah laku. Menurut Gerlach dan Ely dala Arsyad (2005: 11) ciri media pendidikan yang layak digunakan dalam pembelajaran adalah sebagai berikut:

1. Fiksatif (fixative property)

(23)

2. Manipulatif manipulatif property)

Kejadian yang memakan waktu berhari-hari dapat disajikan kepada siswa dalam waktu dua atau tiga menit.

3. Distributif (distributive property)

Dari uraian diatas, media memiliki ciri-ciri yang menjadi unsur penting penggunaannya dalam proses belajar mengajar. Dengan ciri-ciri yang dimiliki tersebut, memberikan gambaran sejauh mana media tersebut mampu digunakan dalam kegiatan pengajaran. Dengan mengetahui ciri-ciri mengapa suatu media digunakan memberikan informasi kepada guru untuk dapat mengoptimalkan penggunaan media dalam mengajar.

Kriteria pemilihan media belajar yang harus diperhatikan oleh guru menurut Azhar Arsyad (2005: 27) antara lain:

1. Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai

2. Tepat untuk mendukung isi pelajaran yang sifatnya fakta, konsep, prinsip atau generalisasi

3. Praktis, luwes dan bertahan 4. Guru terampil menggunakannya 5. Pengelompokkan sasaran 6. Mutu teknis

Dari uraian tersebut, terdapat beberapa aspek yang harus diperhatikan guru sebagai tenaga pendidik dalam memilih media yang digunakan proses belajar mengajar. Media yang digunakan harus berpedoman pada tujuan yang hendak dicapai dan hal-hal lain yang menjadi kriteria pemilihan media tersebut. Dengan penggunaan media belajar yang baik diharapkan memberikan hasil yang baik pula bagi anak didik dalam menyerap materi pelajaran yang tentu saja akan mempengaruhi hasil belajarnya.

(24)

1. Dapat memperjelas penyajian pesan dan informasi sehingga dapat memperlancar dan meningkatkan proses dan hasil belajar;

2. Dapat meningkatkan dan mengarahkan perhatian anak sehingga dapat menimbulkan motivasi belajar, interaksi yang lebih langsung antara siswa dan lingkungannya dan kemungkinan siswa untuk belajar sendiri sesuai dengan kemampuan dan minatnya; dan 3. Dapat memberikan kesamaan pengalaman kepada siswa tentang peristiwa-peristiwa di

lingkungan mereka, serta memungkinkan terjadinya interaksi langsung dengan guru, masyarakat, dan lingkungannya misalnya melalui karyawisata dan lain-lain.

Penggunaan media dalam proses belajar mengajar memiliki banyak manfaat, baik bagi guru maupun siswa. Bagi guru manfaat media adalah memberikan kemudahan dalam

penyampaian materi pelajaran, sedangkan bagi siswa adalah mereka lebih mudah menyerap materi yang diberikan oleh guru. Tersedianya media pembelajaran dapat meminimalisir ketidakjelasan materi yang disampaikan.

Kerumitan materi pelajaran yang akan disampaikan kepada siswa dapat disederhanakan dengan bantuan media. Menurut Djamarah (2000:133), yang menyatakan keterampilan dasar mengajar guru, metode mengajar yang tepat dan penggunaan media yang sesuai dengan tujuan pengejarannya dapat terlihat dari pemahaman siswa yang ditunjukkan dari hasil belajar yang diraihnya.

Selanjutnya, menurut Seels dan Richey (Azhar Arsyad, 2005: 29) berdasarkan perkembangan teknologi, media pembelajaran dapat dikelompokkan kedalam:

1. Media hasil teknologi cetak

adalah cara untuk menghasilkan atau menyampaikan materi, seperti buku, materi visual statis terutama melalui proses pencetakan mekanis atau foto grafis.

2. Media hasil teknologi audio-visual

adalah cara menghasilkan atau menyampaikan materi dengan menggunakan mesin-mesin mekanis dan elektronik untuk menyajikan pesan-pesan audio atau visual. 3. Media hasil teknologi yang berdasarkan komputer

(25)

4. Media hasil gabungan teknologi cetak dan komputer

adalah cara menghasilkan atau menyampaikan materi dengan menggabungkan pemakaian beberapa bentuk media yang dikendalikan oleh komputer.

Terdapat beberapa jenis dan bentuk media pengajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran yang dapat disesuaikan dengan tujuan yang hendak dicapai, hal tersebut memberikan kemudahan bagi guru dalam memilih jenis media yang sesuai dengan tujuan pembelajaran dan materi pelajaran yang akan disampaikan dengan memilih media yang paling tepat untuk digunakan akan memberikan hasil yang baik dalam pencapaian tujuan pengajaran dalam hal ini pencapaian prestasi belajar siswa yang memuaskan.

Berdasarkan uraian tersebut, kehadiran media dalam pembelajaran mempengaruhi

pemahaman siswa atas materi yang diberikan. Dengan pemahaman dan penyerapan materi yang baik, siswa akan lebih mudah merekam pesan yang telah disampaikan oleh guru, hal ini akan membuat siswa akan lebih termotivasi untuk terus belajar tanpa merasa bosan atau jenuh.

3. Hasil Belajar

(26)

yang diperoleh individu setelah proses belajar berlangsung, yang dapat memberikan perubahan tingkah laku baik pengetahuan, pemahaman, sikap dan keterampilan siswa sehingga menjadi lebih baik dari sebelumnya.

Menurut Sriyanti Widyaiswara (2003: 18),“hasil belajar adalah hasil dimana guru melihat bentuk akhir dari pengalaman interaksi edukatif yang diperhatikan adalah menempatkan tingkah laku”.

Dalam kaitannya dengan kegiatan belajar, maka hasil belajar merupakan hasil kegiatan belajar sedangkan belajar sendiri lebih menekankan pada proses kegiatannya, selain pada hasil kegiatannya.Hasil belajar merupakan hasil yang menunjukkan kemampuan seseorang siswa dalam menguasai bahan pelajarannya. Hasil belajar dapat diuji melalui test, sehingga dapat digunakan untuk mengetahui keefektifan pengajaran dan keberhasilan siswa atau guru dalam proses belajar mengajar.

Slameto (2003: 51) mengemukakan bahwa, hasil belajar merupakan salah satu yang digunakan untuk memperoleh laporan tentang hasil pembelajaran yang di capai oleh siswa.

Menurut Gagne dalam Dimyati dan Mudjiono (2002:10-12), belajar merupakan kegiatan yang kompleks. Belajar terdiri dari tiga komponen penting yaitu kondisi eksternal, kondisi internal, dan hasil belajar. Belajar merupakan interaksi antara keadaan internal dan proses kognitif siswa dengan stimulasi dari lingkungan. Proses kognitif tersebut menghasilkan suatu hasil belajar. Hasil belajar tersebut terdiri dari informasi verbal, keterampilan intelek, keterampilan motorik,sikap dan siasat kognitif. Kelima hasil belajar tersebut merupakan kapabilitas siswa. Gagne mengungkapkan bahwakapabilitas siswa tersebut berupa:

1. Informasi verbal adalah kapabilitas untuk mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis. Pemilikan informasi ver-bal memungkinkan individu berperanan dalam kehidupan.

2. Keterampilan intelektual adalah kecakapan yang berfungsi untuk ber-hubungan dengan lingkungan hidup serta mempresentasikan konsep dan lambang. Keterampilan intelek ini terdiri dari diskriminasi jamak, konsep konkret dan definisi, dan prinsip.

(27)

4. Keterampilan motorik adalah kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme ge-rak jasmani.

5. Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak obyek berdasarkan pe-nilaian terhadap obyek tersebut.

Selanjutnya menurut Dimyati dan Mudjiono (2002:3),hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar.Dari sisi guru, tindakan mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar, dari sisi siswa hasil belajar merupakan puncak proses belajar.

Proses belajar merupakan hal yang dialami oleh siswa, suatu respon terhadap segala acara pembelajaran yang diprogramkan oleh guru. Proses belajar mencapai puncaknya pada hasil belajar siswa atau unjuk kerja siswa. Sebagai suatu hasil maka dengan unjuk kerja tersebut, proses belajar berhenti untuk sementara, dan terjadilah penilaian.

Menurut Sardiman N., dkk. dalam Djamarah (2000:209) tujuan penilaian dalam proses belajar mengajar adalah:

1. Mengambil keputusan tentang hasil belajar 2. Memahami anak didik

3. Memperbaiki dan mengembangkan program pengajaran.

Setiap kegiatan belajar akan berakhir dengan hasil belajar. Hasil belajar setiap siswa dikelas terkumpul dalam himpunan hasil belajar kelas. Bahan mentah hasil belajar berwujud dalam lembar-lembar jawaban soal ulangan atau ujian, dan yang berwujud karya atau benda. Semua hasil belajar tersebut merupakan bahan yang berharga bagi guru dan siswa.

(28)

cara-cara belajar lebih lanjut. Oleh karena itu guru mengadakan analisis tentang hasil belajar siswa dikelasnya.Berhasil atau tidaknya belajar bergantung pada terdapat atau tidaknya hasil belajar itu digunakan didalam situasi-situasi tertentu. Hasil belajar itu akan diukur dengan sebuah tes. Tes hasil belajar adalah alat untuk membelajarkan siswa.

Dari uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa hasil belajar adalah tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran sebagai akibat dari perubahan perilaku setelah mengikuti proses belajar mengajar sesuai tujuan pembelajaran yang ingin dicapai yang diukur dengan sebuah tes. Dalam penelitian ini tes yang digunakan adalah tes formatif yang diberikan pada setiap akhir siklus.

B. Penelitian yang Relevan

Tabel 2. Penelitian yang relevan

No. Nama Judul Hasil

1 Dedy Setiawan (2007)

Pengaruh metode mengajar guru, media pembelajaran

dankemampuan kognitif guru terhadap prestasi belajar

ekonomi-akuntansi siswa kelas XI IPS semester ganjil SMA Negeri 1 Sungkai Utara Lampung Utara Tahun Ajaran 2006/2007

Ada pengaruh yang signifikan antara aktivitas belajar terhadap hasil belajar IPS Terpadu siswa kelas VII semester ganjil MTS

Hasanudin yang dibuktikan dengan hasil perhitungan uji t dipeoleh thitung>ttabel yaitu 6,080>1,989 koofisien determinasi (r2) sebesar 0,099.

2 Nita Lestari

(2009) Pengaruh aktivitas belajar, dan media pembelajaran terhadap hasil belajar IPS Terpadu siswa kelas VII semester ganjil MTS Hasanudin Tahun Pelajaran 2008/2009

(29)

0,128. 3 Indah

Permata Sari (2009) Pengaruh persepsi siswa tentang keterampilan mengajar guru, pemanfaatan media pembelajaran, dan lingkungan keluarga terhadap prestasi belajar ekonomi/akuntansi siswa kelas XI IPS semester ganjil SMA Negeri 1 Pagelaran Tahun Pelajaran 2008/2009.

Ada pengaruh yang

signifikan antara pemanfaatan media pembelajaran terhadap prestasi belajar

ekonomi/akuntansi kelas XI IPS semester ganjil SMA Negeri 1 Pagelaran yang dibuktikan dengan hasil perhitungan uji t diperoleh thitung>ttabel yaitu 7,346>1,989 koofisien determinasi (r2) sebesar 0,369.

C. Kerangka Pikir

Dalam proses pembelajaran terjadi interaksi dan komunikasi antara siswa dan guru dimana masing-masing memiliki karakter dan fungsinya yang perlu dipahami secara lebih terperinci dalam upaya pencapaian tujuan pengajaran yang telah digariskan.Tingkat keberhasilan siswa dalam mencapai prestasi belajar tergantung dari bagaimana pelaksanaan atau proses dari kegiatan tersebut

Keberhasilan siswa dalam belajar dapat dilihat dari hasil belajar siswa tersebut, yaitu menilai yang diperoleh siswa setelah mengikuti evaluasi. Seperti yang di kemukakan oleh Slameto (2003: 51) mengemukakan bahwa, hasil belajar merupakan salah satu yang digunakan untuk memperoleh laporan tentang hasil pembelajaran yang di capai oleh siswa.

Banyak faktor yang menyebabkan hasil yang diperoleh siswa tinggi atau rendah. Faktor tersebut dapat berupa faktor dari dalam diri dan dari luar diri siswa. Adapun faktor yang berpengaruh kuat mempengaruhi hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS Terpadu dalam penelitian ini adalah persepsi siswa tentang pemberian tugas pekerjaan rumah dan

(30)

Persepsi siswa tentang pemberian tugas pekerjaan rumah merupakan salah satu bagian wajib dalam proses belajar mengajar, seperti yang diungkapkan oleh Ibrahim (2002: 75) bahwa, metode pemberian tugas merupakan cara penyajian bahan pelajaran dengan menugaskan siswa untuk melakukan serangkaian kegiatan di luar jam pelajaran.

Pelaksanaan tugas yang diberikan dapat secara individual maupun kelompok dengan harapan dapat menumbuhkan kreativitas dan kebiasaan melakukan serangkaian latihan dan kegiatan belajar lainnya di luar jam tatap muka dan di luar jam sekolah, sehingga dapat melatih siswa untuk memperoleh pengalaman dan keterampilan, sehingga tercapailah keberhasilan dalam belajar.

Selain persepsi siswa tentang pemberian tugas pekerjaan rumah, faktor lain yang

memperngaruhi adalah pemanfaatan media pembelajaran. Media pembelajaran adalah sarana yang sangat penting untuk mendukung keefektifan proses belajar mengajar, seperti yang diungkapkan oleh Oemar Hamalik (2008: 32), menyatakan media adalah sebagai teknik yang digunakan dalam rangka lebih mengefektifkan komunikasi dan interaksi antara guru dan siswa dalam proses pendidikan dan pengajaran di sekolah.

Berdasarkan kerangka pikir diatas, maka persepsi siswa tentang pemberian tugas pekerjaan rumah (X1), pemanfaatan media pembelajaran (X2), berpengaruh terhadap hasil belajar IPS Terpadu (Y). Dengan demikian kerangka pikir ini dapat digambarkan sebagai berikut :

(31)

(Sugiyono,2010:68)

D. Hipotesis

1. Ada pengaruh persepsi siswa tentang pemberian tugas pekerjaan rumah terhadap hasil belajar IPS Terpadu siswa kelas VII SMP Negeri 22 Bandar Lampung tahun pelajaran 2011/2012.

2. Ada pengaruh pemanfaatan media pembelajaran oleh guru terhadap hasil belajar IPS Terpadu siswa kelas VII SMP Negeri 22 Bandar Lampung tahun pelajaran 2011/2012. 3. Ada pengaruh persepsi siswa tentang pemberian tugas pekerjaan rumah dan pemanfaatan

media pembelajaran terhadap hasil belajar IPS Terpadu siswa kelas VII SMP Negeri 22 Bandar Lampung tahun pelajaran 2011/2012.

Persepsi Siswa Tentang Pemberian tugas pekerjaan

rumah (X1)

Pemanfaatan media pembelajaran Guru (X2)

(32)

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian Deskriptif Verifikatif, dengan menggunakan metode pendekatan Ex Post Facto dan Survey. Penelitian deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang (Nazir, 2003: 63).

Tujuan penelitian ini merupakan Verifikatif yaitu untuk menentukan tingkat pengaruh variabel-variabel dalam suatu populasi. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berdasarkan data yang ada ditempat penelitian sehingga menggunakan pendekatan Ex Post Facto dan Survey.

Ex Post Facto merupakan suatu penelitian yang dilakukan untuk meneliti peristiwa yang telah terjadi dan kemudian menurut kebelakang untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat menimbulkan kejadian tersebut (Sugiono, 2004: 7).Sedangkan metode surveyadalah penelitian yang dilakukan pada populasi besar maupun kecil, tetapi data yang dipelajari adalah dari data sampel yang diambil dari populasi tersebut sehingga ditemukan kejadian-kejadian relatif, distributif, dan hubungan-hubungan antar variabel (Riduwan, 2003: 49). Berdasarkan jenis data yang dianalisis, penelitian ini tergolong dalam penelitian kuantitatif, yaitu penelitian yang datanya berbentuk angka atau data kualitatif yang diangkakan

(Sugiyono, 2009: 13).

(33)

1. Populasi

Menurut Suharsimi Arikunto (2002:72) Populasi adalah keseluruhan atau jumlah dari suatu objek yang diteliti. Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan siswa kelas VII SMP Negeri 22 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011/2012 semester genap seluruhnya berjumlah 318 orang, dengan rincian sebagai berikut.

Tabel 3. Jumlah siswa kelas VII SMP Negeri 22 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011/2012

No Kelas Jumlah Siswa Laki-laki Perempuan

1 VII A 40 21 19

2 VII B 39 15 24

3 VII C 40 21 19

4 VII D 40 19 21

5 VII E 40 18 22

6 VII F 39 20 19

7 VII G 40 18 22

8 VII H 40 21 19

Jumlah 318 153 165

Sumber: Guru mata pelajaran IPS Terpadu

2. Sampel

Menurut Sugiyono (2010: 81), Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Untuk menentukan besarnya sampel dari populasi digunakan rumus Cochran yang didasarkan pada jenis kelamin, yaitu:

=

. .

1 + ( . . − 1)

Keterangan:

[image:33.612.103.468.288.451.2]
(34)

t = Tingkat kepercayaan (digunakan 0,95 sehingga nilai t = 1,96) d = Taraf kekeliruan (digunakan 0,05)

p = Proporsi dari karakteristik tertentu (golongan) q = 1 – p

1 = Bilangan konstan (Sudarmanto,2011).

Berdasarkan rumus di atas besarnya sampel dalam penelitian ini adalah:

p = = 0,4811; (Proporsi untuk siswa laki-laki)

q = 1 – 0,4811 = 0,5189; (Proporsi untuk siswa perempuan)

. . = 1,96 x 0,4811x 0,5189= 0,9590 = 0,05 = 0,0025

=

, ,

1 + ( ,, − 1)

=1 + 1,1860 =383,6 2,1860 = 175,50 383,6 176

Jadi, besarnya sampel dalam penelitian adalah ini 176 siswa. Dengan menggunakan rumus Cochran ini maka dalam menentukan besarnya sampel mempertimbangkan atau memasukkan karakter yang terdapat pada populasi sehingga diharapkan penentuan besarnya sampel tersebut akan dapat mencerminkan kondisi populasi yang sebenarnya.

3. Teknik Pengambilan Sampel

(35)

peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi yang dipilih untuk menjadi sampel (Sugiyono, 2008:120).

Untuk menentukan besarnya sampel pada setiap kelas dilakukan dengan alokasi proporsional agar sampel yang diambil lebih proporsional (Rahmat, 1997:82).

Hal ini dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:

[image:35.612.108.451.540.725.2]

Jumlah sampel tiap kelas = ℎ ℎ

Tabel 4. Perhitungan jumlah sampel untuk masing-masing kelas No Kelas Perhitungan Pembulatan Presentase

1 VII A 176

318 40 = 22,1 22 12,5%

2 VII B 176

318 39 = 21,5 22 12,5%

(36)

4 VII D 176318 40 = 22,1 22 12,5%

5 VII E 176318 40 = 22,1 22 12,5%

6 VII F 176318 39 = 21,5 22 12,5%

7 VII G 176318 40 = 22,1 22 12,5%

8 VII H 176318 40 = 22,1 22 12,5%

Jumlah 176 100%

Penentuan siswa yang dijadikan sampel tiap kelas dilakukan dengan cara undian. Cara undian merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan dalam menarik sampel dengan menggunakan simple random sampling (Nazir, 2003: 36).

C. Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat dua jenis variabel, yaitu variabel bebas (independen) dan variabel terikat (dependen). Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab timbulnya variabel terikat, sedangkan variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi.

Variabel bebasnya adalah pemberian tugas pekerjaan rumah (X1), dan pemanfaatan media

(37)

D. Definisi Konseptual dan Operasional Variabel

Definisi operasional variabel adalah definisi yang diberikan kepada suatu variabel dan konstrak dengan cara memberikan arti atau menspesifikasikan kegiatan atau memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur konstrak variabel tersebut (Nazir, 2003:152)

i. Definisi Konseptual

1. Tugas Pekerjaan Rumah

Metode pemberian tugas pekerjaan rumah merupakan salah satu metode mengajar yang dapat digunakan guru dalam proses pembelajaran. Metode pemberian tugas merupakan cara penyajian bahan pelajaran dengan menugaskan siswa untuk melakukan serangkaian kegiatan di luar jam pelajaran (Ibrahim, 2002: 75).

2. Pemanfaatan media pembelajaran oleh guru

Penggunaan media pengajaran sangat diperlukan dalam kaitannya dengan peningkatan mutu pendidikan agar proses belajar mengajar yang sedang berlangsung dapat berjalan dengan tepat guna dan berdaya guna (Achsin, 2001:17).

3. Hasil belajar

(38)

ii. Definisi Operasional

1. Tugas Pekerjaan Rumah (X1)

Tugas pekerjaan rumah meliputi: a. Perhatian siswa

1. Kesiapan siswa saat belajar 2. Konsentrasi pada pelajaran 3. Kemauan untuk belajar

4. Perasaan senang atau tidak senang dalam mengikuti kegiatan belajar di kelas 5. Sikap siswa terhadap pelajaran

b. Keterampilan guru dalam mengajar di kelas 1. Memfokuskan perhatian siswa

2. Menyampaikan materi pelajaran secara sistematis 3. Mengikutsertakan siswa dalam mengatur kelas 4. Perhatian yang diberikan

2. Pemanfaatan media pembelajaran oleh guru (X2)

Pemanfaatan media pembelajaran meliputi: a. Sumber belajar

Adanya buku pelajaran dan lembar kerja siswa b. Media yang digunakan guru

(39)

Besarnya angka atau nilai IPS Terpadu yang diperoleh siswa pada saat Ulangan Harian.

Berdasarkan definisi - definisi yang dikemukan di atas maka untuk lebih jelasnya berikut ini disajikan tabel yang menggambarkan definisi operasianal variabel tentang variabel-variabel, indikator- indikator, dan sub indikator yang digunakan sebagai acuan dalam penelitian ini.

Tabel 5. Definisi Operasional Variabel

Variabel Konsep Variabel Indikator Sub Indikator Skala Persepsi Siswa Tentang Pemberian tugas pekerjaan rumah (X1) Pemberian tugas sebagai suatu metode mengajar merupakan suatu pemberian pekerjaan oleh guru kepada siswa untuk mencapai tujuan pengajaran tertentu diharapkan siswa memperoleh suatu hasil dalam hal perubahan tingkah laku tertentu sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan (Dimyati dan Mudjiono, 2002: 32)

1. Perhatian siswa dalam proses belajar

1. Kesiapan siswa saat belajar 2. Konsentrasi

pada pelajaran 3. Kemauan untuk

belajar 4. Perasaan senang atau tidak senang dalam mengikuti kegiatan belajar di kelas 5. Sikap siswa

terhadap pelajaran

Interval dengan pendekat an Rating Scale 2. Keterampi lan guru dalam mengajar di kelas 1. Memfokuskan perhatian siswa 2. Menyampaikan materi pelajaran secara sistematis 3. Mengikutsertak

an siswa dalam mengatur kelas 4. Perhatian yang

diberikan Pemanfaat an media pembelajar an oleh guru (X2) Media adalah

penggunaan alat bantu dalam proses belajar mengajar secara optimal demi tercapainya tujuan pengajaran. (Djamarah dan Zain, 2006: 138)

1. Sumber belajar

2. Media yang digunakan

(40)

guru

3. Media lain yang mendukung

Hasil belajar IPS Terpadu (Y)

Hasil belajar adalah hasil yang telah dicapai seseorang setelah mengalami proses belajar dengan terlebih dahulu mengadakan evaluasi dari proses belajar yang dilakukan, yang dinyatakan ke dalam ukuran dan data hasil belajar (Sudjana, 2005:65) Hasil ulangan Mid Semester Genap pada mata pelajaran IPS Terpadu siswa kelas VII di SMPN 22 Bandar Lampung tahun pelajaran 2011/2012. Tingkat besarnya nilai yang diperoleh dari hasil ulangan Mid

SemesterGenap pada mata pelajaran pelajaran IPS Terpadu.

Interval dengan pendekat an Rating Scale

E.Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Observasi

Oberservasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis maupun psikologis. Observasi digunakan apabila peneliti berkenaan dengan prilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar (Sugiyono, 2004: 136). Teknik ini dilakukan pada saat melakukan penelitian pendahuluan.Observasi digunakan dalam penelitian pendahuluan untuk mengumpulkan informasi mengenai proses pembelajaran, jumlah peserta didik dan hasil belajar peserta didik di SMP Negeri 22 Bandar Lampung.

2. Teknik Dokumentasi

(41)

Terpadu siswa kelas VII SMPN 22 Bandar Lampung tahun pelajaran 2011/2012 berupa data nilai siswa pada hasil belajar materi yang ingin diteliti pada guru yang bersangkutan.

3. Interview

Interview digunakan sebagai teknik pengambilan data, apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menentukan permasalahan yang akan diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah

respondennya sedikit/kecil (Sugiyono, 2010:194).Pada penelitian ini, Interview dilakukan dengan wawancara tidak terstruktur secara jelas, namun hanya sekedar menjajaki apa yang belum terangkum tentang persepsi siswa tentang pemberian tugas pekerjaan rumah dan pemanfaatan media pembelajaran oleh guru pada saat penelitian pendahuluan di SMP Negeri 22 Bandar Lampung.

4. Angket

(42)

belajar IPS Terpadu siswa kelas VII SMPN 22 Bandar Lampung tahun pelajaran 2011/2012.

F. Uji Persyaratan Instrumen

Alat ukur atau instrumen penelitian adalah alat yang digunakan untuk mendapatkan data penelitian. Sedangkan pengumpulan data yang baik akan dapat dipergunakan untuk pengumpulan data yang obyektif dan mampu menguji hipotesis penelitian. Ada dua syarat pokok untuk dapat dikatakan sebagai alat pengumpulan data yang baik, yaitu uji validitas dan reliabilitas.

1. Uji Validitas

Uji validitas ini digunakan untuk mengukur sejauh mana alat ukur yang digunakan dapat mengukur apa yang diinginkan. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat. Metode uji kevalidan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasi product moment sebagai berikut :

r = ∑ − (∑ )(∑ )

{ ∑ − (∑ ) }{ ∑ − (∑ ) }

Keterangan :

rxy = koefisien korelasi antara variabel x dan y

(43)

∑ = Skor rata-rata dari X dan Y

∑ = jumlah skor item X

∑ = jumlah skor total (item) Y

Dengan kriteria pengujian apabila r hitung > r tabel dengan  0,05 maka alat ukur tersebut

dinyatakan valid, dan sebaliknya apabila r hitung< r tabel maka alat ukur tersebut adalah

tidak valid (Suharsimi Arikunto,2009: 72).

Berikut disajikan tabel hasil uji coba angket pada variabel X1 dan X2 kepada 176 orang responden dengan 20 item pernyataan, kemudian dihitung dengan menggunakan

perangkat lunak SPSS 15.

Hasil perhitungan kemudian dicocokan dengan tabel r product momentdengan α = 0,05 adalah 0,444 maka diketahui hasil perhitungan sebagai berikut. Hasil uji coba validitas variabel persepsi siswa tentang peberian tugas pekerjaan rumah (X1) menggunakan SPSS

[image:43.612.113.457.538.738.2]

15 yaitu:

Tabel 6. Hasil Uji Validitas Pada Angket Uji Coba Untuk Variabel Persepsi Siswa Tentang Pemberian Tugas Pekerjaan Rumah (X1)

No r hitung r tabel Keterangan

1 0.688 0.444 Valid

2 0,518 0.444 Valid

3 0,577 0.444 Valid

4 0,645 0.444 Valid

5 0,669 0.444 Valid

6 0,599 0.444 Valid

7 0,521 0.444 Valid

8 0,701 0.444 Valid

9 0,598 0.444 Valid

10 0,458 0.444 Valid

11 0,543 0.444 Valid

12 0,266 0.444 TidakValid

(44)

14 0,543 0.444 Valid 15 0,384 0.444 Tidak Valid

16 0,445 0.444 Valid

17 0,475 0.444 Valid

18 0,158 0.444 Tidak Valid

19 0,655 0.444 Valid

20 0,562 0.444 Valid

Sumber : Hasil Pengolahan Data 2012

Kriteria yang digunakan adalah jika rhitung > rtabel, maka soal tersebut valid dan

sebaliknya. Berdasarkan kriteria tersebut, maka dari 20 soal tersebut dinyatakan 3 tidak valid dan soal tersebut diperbaiki dalam angket selanjutnya. Dengan demikian angket yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 20 soal.

Hasil uji coba validitas variabel komepetensi profesional guru (X2) menggunakan SPSS

[image:44.612.113.458.104.211.2]

15 yaitu:

Tabel 7. Hasil Perhitungan Uji Coba Validitas Angket untuk Variabel X2

Item Pernyataan rhitung rtabel Keterangan

1 0,612 0.444 Valid

2 0,673 0.444 Valid

3 0,545 0.444 Valid

4 0,496 0.444 Valid

5 0,493 0.444 Valid

6 0,311 0.444 Tidak Valid

7 0,567 0.444 Valid

8 0,591 0.444 Valid

9 0,595 0.444 Valid

10 0,764 0.444 Valid

11 0,754 0.444 Valid

12 0,689 0.444 Valid

13 0,643 0.444 Valid

14 0,461 0.444 Valid

15 0,575 0.444 Valid

16 0,223 0.444 Tidak Valid

17 0,639 0.444 Valid

18 0,469 0.444 Valid

19 0,491 0.444 Valid

(45)

Sumber : Hasil Pengolahan Data 2012

Kriteria yang digunakan adalah jika rhitung > rtabel, maka soal tersebut valid dan

sebaliknya. Berdasarkan kriteria tersebut, maka dari 20 soal tersebut dinyatakan 2 tidak valid dan soal tersebut diperbaiki dalam angket selanjutnya . Dengan demikian angket yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 20 soal.

2. Uji Reliabilitas

Suatu tes dapat dikatakan reliabel (taraf kepercayaan) yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap. Jadi reliabilitas tes adalah ketetapan hasil tes atau

seandainya hasilnya berubah-berubah, perubahan yang terjadi dapat dikatakan tidak berarti (Arikunto,2009: 86).

Pengujian reliabilitas alat ukur dalam penelitian ini menggunakan rumus Alpha, sebagai berikut:

 

           

2

2

11 nn-1 1 -r t i   Keterangan:

r11 : Reliabilitas instrumen

2

i

 : Skor tiap-tiap item n : Banyaknya butir soal

2

t

 : Varians total

Kriteria uji reliabilitas dengan rumus alpha adalah apabila rhitung> rtabel, maka alat ukur

(46)

Jika instrumen itu valid, maka dilihat kriteria penafsiran mengenai indeks r11 sebagai

berikut :

Antara 0,800 sampai dengan 1,000 : sangat tinggi Antara 0,600 sampai dengan 0,799 : tinggi Antara 0,400 sampai dengan 0,599 : cukup Antara 0,200 sampai dengan 0,399 : kurang

Antara 0,000 sampai dengan 0,100 : sangat rendah (Arikunto,2009: 109).

Dengan Kriteria uji reliabilitas dengan rumus Alpha adalah apabila rhitung> rtabel, maka alat

ukur tersebut reliabel dan juga sebaliknya, jika rhitung< rtabel maka alat ukur tidak reliabel.

Berikut disajikan tabel hasil uji coba reliabilitas angket pada 20 responden dengan 20 item pernyataan dengan bantuan perangkat lunak SPSS 15.

Tabel 8. Hasil Perhitungan Uji Coba Reliabilitas Angket untuk Variabel X1

Cronbach's

Alpha N of Items .864 20

Sumber : Hasil Pengolahan Data 2012

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa harga koefisien alpha hitung untuk variabel X1 > 0,444, maka dapat disimpulkan bahwa angket atau alat pengukur data

tersebut bersifat reliabel. Jika dilihat dari kriteria penafsirannya mengenai indeks

korelasinya r = 0,864 maka memiliki tingkat reliabilitas sangat tinggi. Dengan demikian, semua semua pernyataan untuk variabel X1 dapat digunakan untuk mengumpulkan data

yang diperlukan.

(47)

Tabel 9. Hasil Perhitungan Uji Coba Reliabilitas Angket untuk Variabel X2

Cronbach's

Alpha N of Items .882 20

Sumber : Hasil Pengolahan Data 2012

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa harga koefisien alpha hitung untuk variabel X2 > 0,444, maka dapat disimpulkan bahwa angket atau alat pengukur data

tersebut bersifat reliabel. Jika dilihat dari kriteria penafsirannya mengenai indeks

korelasinya r = 0,882 maka memiliki tingkat reliabilitas sangat tinggi. Dengan demikian, semua semua pernyataan untuk variabel X2 dapat digunakan untuk mengumpulkan data

yang diperlukan.

Berdasarkan hasil analisis uji coba reliabilitas angket untuk variabel persepsi peserta siswa tentang pemberian tugas pekerjaan rumah (X1) dan pemanfaatan media

pembelajaran oleh guru (X2), maka dapat disimpulkan bahwa kedua variabel tersebut

memiliki nilai rhitung> rtabel. Selain itu, ketiga variabel tersebut memiliki pernyataan yang

reliabel sehingga alat ukur ini dapat digunakan untuk mengumpulkan data yang dibutuhkan.

G. Uji Persyaratan Statistik Parametrik

Untuk menggunakan alat analisis statistik parametrik selain diperlukan data yang interval dan rasio juga harus diperlukan persyaratan uji normalitas dan homogenitas.

(48)

Salah satu uji persyaratan yang harus dipenuhi dalam penggunaan statistik parametrik yaitu uji normalitas data populasi. Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah instrumen yang digunakan sebagai alat pengumpul data berdistribusi normal atau tidak. Pengujian normalitas distribusi data populasi dilakukan dengan menggunakan ststistik Kolmogorov-Smirnov. Alat uji ini biasa disebut dengan uji K-S.

Untuk menguji normalitas distribusi data populasi diajukan hipotesis sebagai berikut. Ho : Data berasal dari populasi yang berdistribusi normal

Ha : Data berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal

Kriteria pengujian sebagai berikut.

Menggunakan nilai Asymp. Sig. (2-tailed). Apabila menggunakan ukuran ini maka harus dibandingkan dengan tingkat alpha yang ditetapkan sebelumnya. Karena α yang

ditetapkan sebesar 0,05 (5 %), tidak maka kriteria pengujian yaitu.

1. Tolak Ho apabila nilai Asymp. Sig. (2-tailed) < 0,05 berarti sampel normal.

2. Terima Ho apabila nilai Asymp. Sig. (2-tailed) > 0,05 berarti distribusi sampel adalah

normal (Sudarmanto, 2005 : 105-108).

2. Uji Homogenitas

Salah satu uji persyaratan yang harus dipenuhi dalam penggunaan statistik parametrik yaitu uji homogenitas. Uji homogenitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah data sampel yang diperoleh berasal dari populasi yang bervarians homogen atau tidak. Untuk melakukan pengujian homogenitas populasi diperlukan hipotesis sebagai berikut. Ho : Data populasi bervarians homogen

(49)

Kriteria pengujian sebagai berikut.

Menggunakan nilai significancy. Apabila menggunakan ukuran ini harus dibandingkan dengan tingkat alpha yang ditentukan sebelumnya. Karena α yang ditetapkan sebesar 0,05 (5 %), maka kriterianya yaitu.

1. Terima Ho apabila nilai significancy> 0,05

2. Tolak Ho apabila nilai significancy< 0,05

(Sudarmanto, 2005 : 123)

H. Uji Persyaratan Regresi Linear Ganda (Uji Asumsi Klasik)

1. Uji Kelinieran Regresi

Uji kelinieran regresi dilakukan untuk mengetahui apakah pola regresi bentuknya linier atau tidak. Menurut Hadi (2004:2) mengemukakan bahwa uji ini dimaksudkan untuk mengetahui linieritas hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat. Uji kelinieran regresi linier multiple dengan menggunakan statistik F dengan rumus :

F = G S

TC S

2 2

Keterangan:

S2TC = Varian Tuna Cocok

S2G = Varian Galat

Kriteria pengujian :

(50)

Apabila nilai Sig. pada Deviation from linearity> α maka H0 diterima. Sebaliknya

H0 tidak diterima.

2. Menggunakan harga koefisien F pada baris Deviation from linearity atau F Tuna Cocok (TC) pada tabel ANOVA dibandingkan dengan Ftabel. Kriteria pengujiannya

adalah H0 diterima apabila Fhitung ≤ Ftabel dengan dk pembilang = 1 dan dk penyebut

= k – 2. Sebaliknya H0 ditolak (Sudjana, 2001).

[image:50.612.112.303.535.732.2]

Untuk mencari F hitung digunakan tabel ANOVA (Analisis Varians) sebagai berikut.

Tabel 10. Tabel Analisis Varians Anova

Sumber DK JK KT F keterangan Total 1 N

Y2

Koefisien(a) Regresi(a/b) Residu 1 1 n-2 JK(a) JKReg(b/a)

JK (S)

JK(a)

S2reg=JK b/a) S2sis=

2 ) (  n s

JK SS2regsis 2 Untuk menguji keberartian hipotesis Tuna cocok Galat/Error k-2 n-k JK (TC) JK (G)

S2TC

2 ) (  K TC JK

S2G =

k n E JK  )

( S E TC S 2 2 Untuk menguji kelinearan regresi Keterangan:

JK (a) =

 

n

Y 2

JK (b/a) =

 

      

XY

Xn

Y

b

JK (G) =

 

 

         1 2 2 n Y Y

JK (T) = JK (a) – JK (b/a) JK (T) = 2

JK (TC) = JK (S) – JK (G) S2

reg = Varians Regresi

S2

(51)

n = Banyaknya Responden Kriteria pengujian

1. Jika Fhitung ≤ Ftabel (1 – α) (k – 2, n – k ) maka regresi adalah linier dan sebaliknya

jika Fhitng ≥ F (1 – α) (k – 2, n – k) maka regresi adalah tidak linier.

2. Untuk distribusi F yang digunakan diambil dk pembilang = (k –2) dan dk penyebut = (n – k) (Riduwan, 2004 : 187).

2. Uji Multikolinearitas

Uji Multikolinearitas merupakan bentuk pengujian asumsi untuk membuktikan ada tidaknya hubungan yang linear antara variabel bebas satu dengan variabel bebas yang lainnya. Dalam analisis regresi linear berganda, maka akan terdapat dua atau lebih variabel bebas yang diduga akan mempengaruhi variabel terikatnya. Pendugaan tersebut akan dapat dipertanggungjawabkan apabila tidak terjadi adanya hubungan yang linear (multikolinearitas) di antara varaibel-variabel independen. Adanya hubungan yang linear antar variabel bebasnya akan menimbulkan kesulitan dalam memisahkan pengaruh masing-masing variabel bebasnya terhadap variabel terikatnya.

Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Jika terjadi hubungan yang linier (multikolinieritas) maka akan mengakibatkan:

1. Tingkat ketelitian koefisien regresi sebagai penduga sangat rendah, dengan demikian menjadi kurang akurat.

2. Koefisien regresi serta ragamnya akan bersifat tidak stabil, sehingga adanya sedikit perubahan pada data akan mengakibatkan ragamnya berubah sangat berarti.

(52)

Metode uji multikolinearitas yang digunakan dalam penelitian ini ada dua yaitu: 1. Menggunakan koefisien signifikansi dan kemudian membandingkan dengan

tingkat alpha.

2. Menggunakan harga koefisien Pearson Correlation dengan penentuan harga koefisien sebagai berikut.

r = } ) ( }{ ) ( { ) )( ( . 2 2 2

2 X n Y Y

X n Y X XY n          Keterangan :

r = Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y X = Skor butir soal

Y = Skor total

n = Jumlah sampel (Arikunto, 2007: 72).

Rumusan hipotesis yaitu:

H0 : tidak terdapat hubungan antarvariabel independen.

Hi : terdapat hubungan antar variabel independen.

Kriteria pengujian sebagai berikut.

1. Apabila koefisien signifikansi < α maka terjadi multikolinearitasdi antara variabel independennya.

2. Apabila rhitung< rtabel dengan dk = n dan α = 0,05 maka H0 ditolak sebaliknya jika

rhitung> rtabel maka H0 diterima.

3. Uji Autokorelasi

Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah terjadi korelasi di antara data pengamatan atau tidak. Adanya autokorelasi dapat mengakibatkan penaksir mempunyai

xy

(53)

varians minimum (Gujarati dalam Sudarmanto. 2005 : 142 - 143). Metode uji autokorelasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah statistik Durbin- Waston.

Tahap-tahap pengujian dengan uji Durbin- Waston sebagai berikut.

i. Carilah nilai-nilai residu dengan OLS (Ordinary Least Square) dari persamaan yang akan diuji dan hitung statistik d dengan menggunakan persamaan

 

t ut ut tut

d 2 2 1 2

1 /

ii. Menentukan ukuran sampel dan jumlah variabel independen kemudian lihat Tabel Statistik Durbin-Waston untuk mendapatkan nilai-nilai kritis d yaitu nilai Durbin-Waston Upper, du dan nilai Durbin-Waston, dl

iii.Dengan menggunakan terlebih dahulu Hipotesis Nol bahwa tidak ada otokorelasi positif

Gambar

Tabel 1.  Hasil Ulangan Mid Semester Ganjil Siswa Kelas VII SMPN 22 Bandar
Tabel 2. Penelitian yang relevan
Tabel 3. Jumlah siswa kelas VII SMP Negeri 22 Bandar Lampung Tahun
Tabel 4. Perhitungan jumlah sampel untuk masing-masing kelas
+4

Referensi

Dokumen terkait

The objectives of this research were to find out whether wh - question technique can be used to develop reading comprehension ability and teacher’s performance and also students’

Apabila bahan dan alat yang dibutuhkan tidak terdapat di daerahmu bersama guru diharapkan mencari alternatif lain sehingga kompetensi membuat produk kerajinan logam teknik ukir

3.1 Mengenal kegiatan persiapan membaca permulaan (cara duduk wajar dan baik, jarak antara mata dan buku, cara memegang buku, cara membalik halaman buku, gerakan mata dari

pada mata pelajaran IPA, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “ Efektifitas Strategi Jigsaw dan Snowball Throwing Terhadap Hasil Belajar IPA

Terdapat pula pergelaran Seni Tari Betawi Ronggeng Blantek, Tari Blenggo dan Tari Jakarta yang diadakan di Balai Latihan Jakarta Selatan, merupakan hasil dari proses pelatihan

Ketentuan merek sendiri telah diatur dalam Undang-Undang No.15 Tahun 2001 tentang merek, namun aturan-aturan ini dalam kenyataannya masih mempunyai banyak kendala

Bagi jem aah haji In don esia yan g lan gsun g ke Madin ah un tuk m en gerjakan salat Arba’in (40 waktu salat fardu den gan berjem aah di Masjid Nabawi/ Madin ah), m aka

Kita harus tetap mempertahankan persatuan Indonesia.” Siti : ”Benar, seperti yang diamanatkan Pancasila, terutama Sila Ketiga.” Dayu : ”Hasil alam dan kenampakan alam itu juga