• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis kelayakan finansial usaha pembesaran ikan mas dan nila pada keramba jaring apung (KJA) sistem jaring kolor di KJA Waduk Cikoncang, Kecamatan Wanasalam, Kabupaten Lebak, Propinsi Banten

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis kelayakan finansial usaha pembesaran ikan mas dan nila pada keramba jaring apung (KJA) sistem jaring kolor di KJA Waduk Cikoncang, Kecamatan Wanasalam, Kabupaten Lebak, Propinsi Banten"

Copied!
103
0
0

Teks penuh

(1)

KECAMATAN WANASALAM, KABUPATEN LEBAK, BANTEN

Oleh : HARIS PERDANA

A 14102538

SKRIPSI

PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

(2)

RINGKASAN

HARIS PERDANA. Analisis Kelayakan Finansial Usaha Pembesaran Ikan Mas dan Nila pada Keramba Jaring Apung (KJA) Sistem Jaring Kolor di Waduk Cikoncang, Kecamatan Wanasalam, Kabupaten Lebak, Banten. (Di bawah bimbingan DWI RACHMINA).

Peningkatan produksi perikanan melalui pengembangan usaha perikanan bertujuan agar terpenuhinya kebutuhan potein hewani bagi masyarakat untuk mencapai pola konsumsi yang lebih berimbang. Sumber daya perairan umum yang potensial dimanfaatkan untuk pengembangan usaha perikanan seperti waduk, sungai, saluran irigasi teknis, rawa dan danau.

Waduk merupakan perairan umum yang dapat dimanfaatkan untuk usaha perikanan budidaya melalui teknologi Keramba Jaring Apung (KJA). Pada saat ini berkembang usaha pembesaran ikan polikultur yaitu ikan yang dipelihara di KJA terdiri dari dua jenis ikan, umumnya ikan mas sebagai komoditas utama dipelihara pada jaring lapisan atas dan ikan nila sebagai komoditas tambahan dipelihara pada jaring lapisan bawah/jaring kolor. Teknologi KJA sudah berkembang pesat di beberapa danau dan waduk seperti di waduk Saguling, Cirata dan Jatiluhur yang terdapat di Jawa Barat. Waduk Cikoncang merupakan salah satu waduk yang dikembangkan dan dimanfaatkan untuk usaha pembesaran ikan dengan menggunakan teknologi KJA sistem jaring kolor. Untuk mengkaji kelayakan usaha tersebut, maka perlu dilakukan studi atau analisis kelayakan finansial usaha.

Tujuan penelitian ini adalah untuk membuat desain kelayakan usaha melalui analisis aspek pasar, teknis, manjemen, hukum dan lingkungan. Selanjutnya, dilakukan analisis kelayakan finansial dengan menggunakan beberapa kriteria investasi untuk memperoleh gambaran kelayakan usaha pembesaran ikan mas dan nila pada KJA sistem jaring kolor di Waduk Cikoncang. Metode perhitungan dilakukan berdasarkan umur ekonomis KJA konstruksi kayu yaitu selama dua tahun. Berdasarkan analisis sensitivitas, dilakukan pengujian kepekaan usaha terhadap perubahan-perubahan dalam biaya pakan dan benih, harga jual ikan dan jumlah produksi yang akan mempengaruhi kelayakan finansial usaha. Kriteria-kriteria investasi yang digunakan untuk mengukur kelayakan finansial usaha yaitu nilai NPV, Net B/C Rasio, IRR, Payback Period.

(3)

kolor mempunyai dampak positif yang cukup besar bagi lingkungan sekitarnya diantaranya terserapnya tenaga kerja baru dan ekonomi masyarakat dapat diberdayakan.

Berdasarkan hasil analisis kelayakan finansial usaha dengan menggunakan tingkat suku bunga sebesar 13 persen menunjukkan bahwa kegiatan usaha pembesaran ikan mas dan nila pada KJA sistem jaring kolor di waduk Cikoncang layak untuk diusahakan. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai hasil perhitungan NPV yang bernilai positif yaitu sebesar Rp. 15.578.956. Usaha pembesaran ikan memberikan keuntungan bersih setelah pajak sebesar Rp. 15.578.956 selama umur ekonomisnya.

Hasil perhitungan nilai Net B/C rasio menunjukkan angka lebih besar dari satu yaitu 1,206. Setiap Rp. 1 yang dikeluarkan untuk penambahan biaya produksi variabel dapat menghasilkan pendapatan sebesar Rp. 1,206. Nilai IRR yang diperoleh lebih besar dari tingkat suku bunga yang ditetapkan yaitu sebesar 37,14 persen. Dengan demikian, usaha pembesaran ikan mas dan nila dengan menggunakan KJA sistem jaring kolor memberikan rata-rata pendapatan per tahun sebesar 37,14 persen dari modal yang diinvestasikan. Jangka waktu yang diperlukan untuk pengembalian biaya investasi usaha selama satu tahun tujuh bulan.

Berdasarkan hasil perhitungan analisis switching value menunjukkan bahwa kenaikan harga ikan mas dan nila maksimum sebesar 7,43 persen dan harga pakan maksimum sebesar 2,82 persen, penurunan harga jual ikan mas dan nila sebesar 1,77 persen dan penurunan produksi maksimum sebesar 1,77 persen. Usaha pembesaran ikan pada KJA sistem jaring kolor lebih sensitif terhadap perubahan harga jual ikan dan hasil produksi dibanding dengan perubahan biaya pakan dan benih ikan.

Berdasarkan analisis kelayakan finansial menunjukkan bahwa harga jual ikan dan hasil produksi serta biaya produksi variabel menentukan tingkat kelayakan yang diperoleh. Dengan demikian, pemeliharaan ikan nila sebagai komoditas tambahan yang dipelihara pada lapisan jaring bawah/jaring kolor akan memberikan tambahan hasil produksi yang dapat memberikan kelayakan lebih tinggi serta produktifitas usaha dapat ditingkatkan.

(4)

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA PEMBESARAN IKAN MAS DAN NILA PADA KERAMBA JARING APUNG (KJA) SISTEM

JARING KOLOR DI KJA WADUK CIKONCANG,

KECAMATAN WANASALAM, KABUPATEN LEBAK, BANTEN

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian

pada

Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

Oleh : HARIS PERDANA

A 14102538

PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

(5)

Judul : Analisis Kelayakan Finansial Usaha Pembesaran Ikan Mas dan Nila pada Keramba Jaring Apung (KJA) Sistem Jaring Kolor di KJA Waduk Cikoncang, Kecamatan Wanasalam, Kabupaten Lebak, Propinsi Banten Nama : Haris Perdana

NRP : A14102538

Menyetujui : Dosen Pembimbing,

Ir. Dwi Rachmina, M.S. NIP. 131 918 503

Mengetahui : Dekan Fakultas Pertanian,

Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr NIP. 131 124 019

(6)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI BERJUDUL “ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA PEMBESARAN IKAN MAS DAN NILA PADA KERAMBA JARING APUNG (KJA) SISTEM JARING KOLOR DI KJA WADUK CIKONCANG, KECAMATAN WANASALAM, KABUPATEN LEBAK, PROPINSI BANTEN” BELUM PERNAH DIAJUKAN PADA PERGURUAN TINGGI LAIN ATAU LEMBAGA LAIN MANAPUN UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU. SAYA JUGA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH.

Bogor, Januari 2008

(7)

RIWAYAT HIDUP

(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Analisis Kelayakan Finansial Usaha Pembesaran Ikan Mas dan Nila pada Keramba Jaring Apung (KJA) Sistem Jaring Kolor di KJA Waduk Cikoncang, Kecamatan Wanasalam, Kabupaten Lebak, Propinsi Banten. Skripsi disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan Strata 1 pada Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis, IPB.

Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan serta masukan hingga terselesaikan skripsi ini. Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Ir. Dwi Rachmina, M.S. selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, kritik dan saran-saran hingga terselesaikan skripsi ini

2. Ir. Juniar Atmakusumah, M.S. selaku dosen penguji utama pada sidang ujian skripsi yang telah memberikan kritik dan saran pada penulis

3. Dra. Yusalina, M.Si. selaku dosen penguji komisi pendidikan yang telah memberikan kritik dan saran pada penulis

4. Ir. Nety Tinaprilla, M.M. selaku dosen evaluator yang telah memberikan kritik dan saran-sarannya

5. Ir. Hermawan selaku Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Lebak yang telah memberikan izin dan dukungannya

6. Rekan-rekan di Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Lebak terutama di Bidang Perencanaan yang telah memberikan saran-saran, data dan informasi serta rekan-rekan di UPT BBI Bapak Cakrawan dan Bapak Hadi yang telah membantu kelancaran pelaksanaan observasi di lapangan

7. Orang tua dan istri yang telah memberikan doa, dukungan dan semangat 8. Rekan-rekan satu almamater di Ekstensi MAB yaitu Roby Ramdhan yang

(9)

9. Semua pihak yang tidak dapat sebutkan satu persatu, terima kasih atas bantuan dan semangatnya.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan Skripsi ini, saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan untuk perbaikan dan penyempurnaan. Semoga hasil karya ini dapat memberikan sumbangan pemikiran yang berguna untuk pembangunan perikanan di Kabupaten Lebak khususnya dan di Propinsi Banten umumnya, Amin.

Bogor, Januari 2008

(10)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ………... i

DAFTAR ISI ……… iii

DAFTAR TABEL ………..…... v

DAFTAR GAMBAR ………..….…… vii

DAFTAR LAMPIRAN ……….. viii

BAB I. PENDAHULUAN ……….…….…….….….... 1

1.1 Latar Belakang ……….…. 1.2 Perumusan Masalah ……….………….. 1.3 Tujuan Penelitian ……….….. 1.4 Kegunaan Penelitian ……….. 1 4 7 7 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ………... 8

2.1 Perkembangan Perikanan Waduk ……….…. 2.2 Budidaya Ikan pada Keramba Jaring Apung (KJA) ...……... 8 9 2.2.1 Pembesaran Ikan pada Keramba Jaring Apung (KJA) Tunggal (Polikultur) ……… 2.2.2 Pembesaran Ikan pada Keramba Jaring Apung (KJA) Sistem Kolor (Polikultur) ……….... 2.2.3 Analisis Usaha Budidaya Ikan pada Keramba Jaring Apung (KJA) ... 9 10 12 BAB III. KERANGKA PEMIKIRAN ………... 17

3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis ………. 17

(11)

KECAMATAN WANASALAM, KABUPATEN LEBAK, BANTEN

Oleh : HARIS PERDANA

A 14102538

SKRIPSI

PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

(12)

RINGKASAN

HARIS PERDANA. Analisis Kelayakan Finansial Usaha Pembesaran Ikan Mas dan Nila pada Keramba Jaring Apung (KJA) Sistem Jaring Kolor di Waduk Cikoncang, Kecamatan Wanasalam, Kabupaten Lebak, Banten. (Di bawah bimbingan DWI RACHMINA).

Peningkatan produksi perikanan melalui pengembangan usaha perikanan bertujuan agar terpenuhinya kebutuhan potein hewani bagi masyarakat untuk mencapai pola konsumsi yang lebih berimbang. Sumber daya perairan umum yang potensial dimanfaatkan untuk pengembangan usaha perikanan seperti waduk, sungai, saluran irigasi teknis, rawa dan danau.

Waduk merupakan perairan umum yang dapat dimanfaatkan untuk usaha perikanan budidaya melalui teknologi Keramba Jaring Apung (KJA). Pada saat ini berkembang usaha pembesaran ikan polikultur yaitu ikan yang dipelihara di KJA terdiri dari dua jenis ikan, umumnya ikan mas sebagai komoditas utama dipelihara pada jaring lapisan atas dan ikan nila sebagai komoditas tambahan dipelihara pada jaring lapisan bawah/jaring kolor. Teknologi KJA sudah berkembang pesat di beberapa danau dan waduk seperti di waduk Saguling, Cirata dan Jatiluhur yang terdapat di Jawa Barat. Waduk Cikoncang merupakan salah satu waduk yang dikembangkan dan dimanfaatkan untuk usaha pembesaran ikan dengan menggunakan teknologi KJA sistem jaring kolor. Untuk mengkaji kelayakan usaha tersebut, maka perlu dilakukan studi atau analisis kelayakan finansial usaha.

Tujuan penelitian ini adalah untuk membuat desain kelayakan usaha melalui analisis aspek pasar, teknis, manjemen, hukum dan lingkungan. Selanjutnya, dilakukan analisis kelayakan finansial dengan menggunakan beberapa kriteria investasi untuk memperoleh gambaran kelayakan usaha pembesaran ikan mas dan nila pada KJA sistem jaring kolor di Waduk Cikoncang. Metode perhitungan dilakukan berdasarkan umur ekonomis KJA konstruksi kayu yaitu selama dua tahun. Berdasarkan analisis sensitivitas, dilakukan pengujian kepekaan usaha terhadap perubahan-perubahan dalam biaya pakan dan benih, harga jual ikan dan jumlah produksi yang akan mempengaruhi kelayakan finansial usaha. Kriteria-kriteria investasi yang digunakan untuk mengukur kelayakan finansial usaha yaitu nilai NPV, Net B/C Rasio, IRR, Payback Period.

(13)

kolor mempunyai dampak positif yang cukup besar bagi lingkungan sekitarnya diantaranya terserapnya tenaga kerja baru dan ekonomi masyarakat dapat diberdayakan.

Berdasarkan hasil analisis kelayakan finansial usaha dengan menggunakan tingkat suku bunga sebesar 13 persen menunjukkan bahwa kegiatan usaha pembesaran ikan mas dan nila pada KJA sistem jaring kolor di waduk Cikoncang layak untuk diusahakan. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai hasil perhitungan NPV yang bernilai positif yaitu sebesar Rp. 15.578.956. Usaha pembesaran ikan memberikan keuntungan bersih setelah pajak sebesar Rp. 15.578.956 selama umur ekonomisnya.

Hasil perhitungan nilai Net B/C rasio menunjukkan angka lebih besar dari satu yaitu 1,206. Setiap Rp. 1 yang dikeluarkan untuk penambahan biaya produksi variabel dapat menghasilkan pendapatan sebesar Rp. 1,206. Nilai IRR yang diperoleh lebih besar dari tingkat suku bunga yang ditetapkan yaitu sebesar 37,14 persen. Dengan demikian, usaha pembesaran ikan mas dan nila dengan menggunakan KJA sistem jaring kolor memberikan rata-rata pendapatan per tahun sebesar 37,14 persen dari modal yang diinvestasikan. Jangka waktu yang diperlukan untuk pengembalian biaya investasi usaha selama satu tahun tujuh bulan.

Berdasarkan hasil perhitungan analisis switching value menunjukkan bahwa kenaikan harga ikan mas dan nila maksimum sebesar 7,43 persen dan harga pakan maksimum sebesar 2,82 persen, penurunan harga jual ikan mas dan nila sebesar 1,77 persen dan penurunan produksi maksimum sebesar 1,77 persen. Usaha pembesaran ikan pada KJA sistem jaring kolor lebih sensitif terhadap perubahan harga jual ikan dan hasil produksi dibanding dengan perubahan biaya pakan dan benih ikan.

Berdasarkan analisis kelayakan finansial menunjukkan bahwa harga jual ikan dan hasil produksi serta biaya produksi variabel menentukan tingkat kelayakan yang diperoleh. Dengan demikian, pemeliharaan ikan nila sebagai komoditas tambahan yang dipelihara pada lapisan jaring bawah/jaring kolor akan memberikan tambahan hasil produksi yang dapat memberikan kelayakan lebih tinggi serta produktifitas usaha dapat ditingkatkan.

(14)

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA PEMBESARAN IKAN MAS DAN NILA PADA KERAMBA JARING APUNG (KJA) SISTEM

JARING KOLOR DI KJA WADUK CIKONCANG,

KECAMATAN WANASALAM, KABUPATEN LEBAK, BANTEN

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian

pada

Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

Oleh : HARIS PERDANA

A 14102538

PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

(15)

Judul : Analisis Kelayakan Finansial Usaha Pembesaran Ikan Mas dan Nila pada Keramba Jaring Apung (KJA) Sistem Jaring Kolor di KJA Waduk Cikoncang, Kecamatan Wanasalam, Kabupaten Lebak, Propinsi Banten Nama : Haris Perdana

NRP : A14102538

Menyetujui : Dosen Pembimbing,

Ir. Dwi Rachmina, M.S. NIP. 131 918 503

Mengetahui : Dekan Fakultas Pertanian,

Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr NIP. 131 124 019

(16)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI BERJUDUL “ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA PEMBESARAN IKAN MAS DAN NILA PADA KERAMBA JARING APUNG (KJA) SISTEM JARING KOLOR DI KJA WADUK CIKONCANG, KECAMATAN WANASALAM, KABUPATEN LEBAK, PROPINSI BANTEN” BELUM PERNAH DIAJUKAN PADA PERGURUAN TINGGI LAIN ATAU LEMBAGA LAIN MANAPUN UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU. SAYA JUGA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH.

Bogor, Januari 2008

(17)

RIWAYAT HIDUP

(18)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Analisis Kelayakan Finansial Usaha Pembesaran Ikan Mas dan Nila pada Keramba Jaring Apung (KJA) Sistem Jaring Kolor di KJA Waduk Cikoncang, Kecamatan Wanasalam, Kabupaten Lebak, Propinsi Banten. Skripsi disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan Strata 1 pada Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis, IPB.

Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan serta masukan hingga terselesaikan skripsi ini. Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Ir. Dwi Rachmina, M.S. selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, kritik dan saran-saran hingga terselesaikan skripsi ini

2. Ir. Juniar Atmakusumah, M.S. selaku dosen penguji utama pada sidang ujian skripsi yang telah memberikan kritik dan saran pada penulis

3. Dra. Yusalina, M.Si. selaku dosen penguji komisi pendidikan yang telah memberikan kritik dan saran pada penulis

4. Ir. Nety Tinaprilla, M.M. selaku dosen evaluator yang telah memberikan kritik dan saran-sarannya

5. Ir. Hermawan selaku Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Lebak yang telah memberikan izin dan dukungannya

6. Rekan-rekan di Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Lebak terutama di Bidang Perencanaan yang telah memberikan saran-saran, data dan informasi serta rekan-rekan di UPT BBI Bapak Cakrawan dan Bapak Hadi yang telah membantu kelancaran pelaksanaan observasi di lapangan

7. Orang tua dan istri yang telah memberikan doa, dukungan dan semangat 8. Rekan-rekan satu almamater di Ekstensi MAB yaitu Roby Ramdhan yang

(19)

9. Semua pihak yang tidak dapat sebutkan satu persatu, terima kasih atas bantuan dan semangatnya.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan Skripsi ini, saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan untuk perbaikan dan penyempurnaan. Semoga hasil karya ini dapat memberikan sumbangan pemikiran yang berguna untuk pembangunan perikanan di Kabupaten Lebak khususnya dan di Propinsi Banten umumnya, Amin.

Bogor, Januari 2008

(20)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ………... i

DAFTAR ISI ……… iii

DAFTAR TABEL ………..…... v

DAFTAR GAMBAR ………..….…… vii

DAFTAR LAMPIRAN ……….. viii

BAB I. PENDAHULUAN ……….…….…….….….... 1

1.1 Latar Belakang ……….…. 1.2 Perumusan Masalah ……….………….. 1.3 Tujuan Penelitian ……….….. 1.4 Kegunaan Penelitian ……….. 1 4 7 7 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ………... 8

2.1 Perkembangan Perikanan Waduk ……….…. 2.2 Budidaya Ikan pada Keramba Jaring Apung (KJA) ...……... 8 9 2.2.1 Pembesaran Ikan pada Keramba Jaring Apung (KJA) Tunggal (Polikultur) ……… 2.2.2 Pembesaran Ikan pada Keramba Jaring Apung (KJA) Sistem Kolor (Polikultur) ……….... 2.2.3 Analisis Usaha Budidaya Ikan pada Keramba Jaring Apung (KJA) ... 9 10 12 BAB III. KERANGKA PEMIKIRAN ………... 17

3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis ………. 17

(21)

BAB IV. METODE PENELITIAN ………

28 4.3.2 Analisis Aspek Teknis …….…….……….…. 4.3.3 Analisis Aspek Manajemen …………..…………... 4.3.4 Analisis Aspek Hukum ………... 4.3.5 Analisis Aspek Lingkungan ………... 4.3.6 Analisis Aspek Finansial ….………... 4.3.7 Analisis Sensitivitas ………... 29 BAB V. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN .………... 34

5.1 Gambaran Umum Kecamatan Wanasalam ……….. 34

5.2 Gambaran Umum Waduk Cikoncang ……….. 36

BAB VI. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA ... 38

6.1 Analisis Aspek-aspek Studi Kelayakan ... 38

6.1.1 Analisis Aspek Pasar ... 38

6.1.2 Analisis Aspek Teknis ... 42

6.1.3 Analisis Aspek Manajemen ... 49

6.1.4 Analisis Aspek Hukum ... 50

6.1.5 Analisis Aspek Lingkungan ... 50

6.1.6 Analisis Aspek Finansial/Keuangan ... 6.1.6.1 Analisis Biaya ... 6.2 Analisis Sensitivitas ... 65

BAB VII. KESIMPULAN DAN SARAN ... 69

7.1 Kesimpulan ... 69

7.2 Saran ... 70

DAFTAR PUSTAKA ……….. 72

(22)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Data Produksi Perikanan Nasional dari Tahun 2001-2005 ………. 1

2. Produksi Ikan Air Tawar menurut Jenis Budidaya di Indonesia

Pada Tahun 2004 ………. 2 3. Luas Usaha, Produksi dan Produktifitas Budidaya Ikan pada KJA

di Indonesia Tahun 2001-2004 ... 3 4. Jumlah Produksi Perikanan Budidaya Jaring Apung di Indonesia

Menurut Jenis Ikan dan Propinsi Penghasil Ikan Tahun 2004 ... 4 5. Luas Usaha, Produksi dan Produktifitas Perikanan Budidaya KJA di

Propinsi Banten Tahun 2002-2005 ... 5 6. Luas Usaha dan Produksi Perikanan Budidaya Air Tawar di Kabupaten

Lebak Tahun 2003-2006 ... 6 7. Perbandingan Hasil Penelitian Budidaya Ikan pada KJA dengan

Sistem Monokultur dan Sistem Polikultur (Jaring Kolor) ... 15 8.

9.

Komposisi Penduduk Kecamatan Wanasalam berdasarkan

Matapencaharian pada Tahun 2004 ... Konsumsi Ikan Per Kapita dan Jumlah Konsumsi Ikan di Kabupaten Lebak Tahun 2003-2006 .……...

36

38 10. Produksi dan Jumlah Ikan Mas dan Nila dari Luar Daerah

Kabupaten Lebak Tahun 2006 ………... 39 11.

Produksi Ikan Mas dan Nila di KJA Waduk Cikoncang per Musim Tanam ………..….. Jenis Input Tetap dan Variabel yang Digunakan pada Usaha

Pembesaran Ikan Mas dan Nila di KJA Waduk Cikoncang ……….. Perhitungan Biaya Investasi 5 Unit KJA Sistem Jaring Kolor ... Perhitungan Biaya Reinvestasi Perlengkapan ... Perhitungan Biaya Variabel Tahun ke-1 Usaha Pembesaran Ikan Mas dan Nila pada 5 Unit KJA Sistem Jaring Kolor ... Perhitungan Biaya Variabel Tahun ke-2 Usaha Pembesaran Ikan Mas dan Nila pada 5 Unit KJA Sistem Jaring Kolor ... Perhitungan Biaya Penyusutan dan Perkiraan Nilai Sisa per Tahun dari 5 Unit KJA Sistem Jaring Kolor ...

(23)

18. 19.

20.

21

22.

23.

24. 25.

Perhitungan Biaya Tetap per Tahun ... Perhitungan Penerimaan Tahun ke-1 dari 5 Unit KJA Sistem Jaring Kolor ... Perhitungan Penerimaan Tahun ke-2 dari 5 Unit KJA Sistem Jaring Kolor ………... Nilai Arus Tunai Tahun ke-1 Usaha Pembesaran Ikan Mas dan Nila pada 5 Unit KJA Sistem Jaring Kolor dengan Tingkat Suku Bunga 13 Persen ………. Nilai Arus Tunai Tahun ke-2 Usaha Pembesaran Ikan Mas dan Nila pada 5 Unit KJA Sistem Jaring Kolor dengan Tingkat Suku Bunga 13 Persen ……….. Proyeksi Laba/Rugi Usaha Pembesaran Ikan Mas dan Nila pada KJA Sistem Jaring Kolor ……….. Nilai NPV, Net B/C dengan Tingkat Suku Bunga 13 Persen ... Hasil Analisis Switching Value yang Menghasilkan NPV=0/,

Nilai Net B/C Rasio=1 dan Nilai IRR=13 Persen ... 57

58

59

60

61

62 63

(24)

DAFTAR GAMBAR

Nomor

Halaman

1. Konstruksi Keramba Jaring Apung (KJA) Kolor II ... 11 2. Konstruksi Keramba Jaring Apung (KJA) Kolor IV ... 12

3. Kerangka Pemikiran Konseptual Analisis Kelayakan Finansial Usaha Pembesaran Ikan Mas dan Nila pada KJA Sistem

Jaring Kolor ... 26 4. Saluran Distribusi Penjualan Ikan Mas dan Nila di KJA Waduk

Cikoncang ... ……….… 5. Siklus Produksi Ikan Mas Per Musim Tanam Selama 2 Tahun ………. 6. Siklus Produksi Ikan Nila Per Musim Tanam Selama 2 Tahun ……….

(25)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor

Halaman

1.

2.

Kegiatan Budidaya Pembesaran Ikan pada KJA Sistem Jaring Kolor di Waduk Cikoncang ... Perhitungan Nilai NPV, Net B/C Rasio, IRR dan PBP

Usaha Pembesaran Ikan Mas dan Nila pada 5 Unit KJA Sistem Jaring Kolor dengan Tingkat Suku Bunga

13 Persen ... 76

(26)

BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Keberhasilan Indonesia dalam mencapai swasembada beras pada tahun 1984 merupakan prestasi yang perlu terus dipertahankan dan bahkan dikembangkan menjadi swasembada pangan lain seperti ikan, sehingga tercapainya pola konsumsi masyarakat yang lebih berimbang. Sumber daya ikan merupakan salah satu modal dasar pembangunan, terutama dalam kaitannya dengan penyediaan protein hewani guna mencerdaskan kehidupan bangsa.

Menurut Cahyono (2005), peranan sektor perikanan dalam pembangunan nasional antara lain meningkatkan produksi perikanan, meningkatkan lapangan kerja baru dan meningkatkan kebutuhan konsumsi ikan untuk memenuhi gizi masyarakat. Pada tahun 2006 sektor pertanian (dalam arti luas) mampu menyerap tenaga kerja paling banyak yaitu sebesar 44,5 persen (42,3 juta orang tenaga kerja) dari total 95,1 juta orang tenaga kerja nasional yang terserap pada berbagai bidang pekerjaan. Sub sektor perikanan mampu menyerap tenaga kerja sebesar 14,4 persen atau sebanyak 6,1 juta orang tenaga kerja (Badan Pusat Statistik, 2007). Produksi perikanan nasional setiap tahunnya mengalami peningkatan dari tahun 2001-2005 dengan laju kenaikan per tahun sebesar 6,57 persen. Data produksi perikanan nasional dari tahun 2001-2005 disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Data Produksi Perikanan Nasional Indonesia Tahun 2001-2005

Tahun Produksi (ton)

2001 5.353.470 2002 5.515.648 2003 5.915.988 2004 6.350.420 2005 6.900.000

Laju (%/tahun) 6,57

Sumber : Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap, 2005

(27)

Budidaya ikan di perairan umum merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan produksi perikanan melalui perluasan lahan perikanan dengan memanfaatkan perairan umum. Tujuan lainnya adalah untuk pelestarian sumber daya alam dan lingkungan hidup. Sumber daya perairan umum yang dapat dimanfaatkan untuk pengembangan budidaya perikanan seperti waduk, sungai, saluran irigasi teknis, rawa dan danau. Pada tahun 2000 luas perairan waduk tercatat 500.000 ha (Cahyono, 2005).

Waduk merupakan perairan umum yang sangat potensial dikembangkan untuk budidaya ikan. Teknologi budidaya ikan pada Keramba Jaring Apung (KJA) saat ini sudah berkembang dengan pesat di beberapa danau dan waduk seperti di waduk Saguling, Cirata dan Jatiluhur yang terdapat di Jawa Barat. Selain dimanfaatkan untuk usaha budidaya perikanan, waduk juga memiliki fungsi utama sebagai sediaan air, irigasi, tenaga listrik dan agrowisata.

Menurut Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya (2005), produksi budidaya ikan air tawar pada jaring apung secara nasional pada tahun 2004 baru mencapai 62.371 ton atau 5,95 persen dari total produksi ikan air tawar sebesar 1.047.691 ton (Tabel 2). Masih rendahnya produksi budidaya ikan KJA dikarenakan pengembangan budidaya ikan air tawar terbatas pada penggunaan lahan untuk dijadikan tambak, kolam dan sawah.

Tabel 2. Produksi Ikan Air Tawar menurut Jenis Budidaya di Indonesia pada Tahun 2004

No Jenis Budidaya Jumlah (Ton) Persentase (%)

1. Tambak 559.612 53,41

2. Kolam 286.182 27,32

3. Karamba 53.694 5,13

4. Jaring Apung 62.371 5,95

5. Sawah 85.832 8,19

Jumlah 1.047.691 100,00

(28)

Tabel 3 menggambarkan luas usaha, jumlah produksi perikanan budidaya KJA di Indonesia yang setiap tahunnya mengalami kenaikan. Laju kenaikan luas usaha dan tingkat produksi pada tahun 2001-2004 masing-masing sebesar 51,67 persen dan 15,42 persen. Luas usaha mengalami kenaikan tertinggi pada tahun 2004 yaitu sebesar 952 ha dari 382 ha pada tahun 2003. Kenaikan luas usaha pada tahun 2004 tidak diikuti dengan kenaikan produktivitas lahan budidaya yang mengalami penurunan menjadi 65,52 ton/ha dari 150,86 ton/ha pada tahun 2003. Rendahnya produktivitas lahan pada tahun 2004 dikarenakan adanya kematian masal ikan sebelum dipanen akibat arus bawah air (Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, 2005).

Tabel 3. Luas Usaha, Produksi dan Produktivitas Budidaya Ikan pada KJA di Indonesia Tahun 2001 - 2004 Sumber : Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, 2005 (diolah).

Berdasarkan data statistik budidaya ikan KJA pada tahun 2004 di Indonesia, ikan mas dan nila merupakan jenis ikan air tawar yang paling banyak dibudidayakan masing-masing produksinya sebanyak 42.382 ton dan 15.319 ton. Produksi perikanan budidaya ikan pada KJA secara nasional tertinggi dihasilkan di Jawa Barat yaitu 40.817 ton dari total produksi sebanyak 62.371 ton atau mencapai 65,44 persen dengan sentra produksinya terletak di waduk Cirata, Saguling dan Jatiluhur. Produksi budidaya ikan pada KJA di Propinsi Banten pada tahun 2004 sebesar 120 ton atau 0,19 persen dari total produksi nasional sebesar 62.371 ton1, sedangkan luas usaha baru mencapai 18 ha (hektar) atau sebesar 0,78 persen dari total potensi waduk yang tersedia seluas 2.302 ha di

1

(29)

Propinsi Banten (Dinas Kelautan dan Perikanan Propinsi Banten, 2005). Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa masih ada peluang usaha untuk meningkatkan produksi budidaya ikan KJA di Propinsi Banten. Data Produksi Perikanan KJA menurut Jenis Ikan dan Propinsi Penghasil Ikan dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Jumlah Produksi Perikanan Budidaya KJA di Indonesia menurut Jenis Ikan dan Propinsi Penghasil Ikan Tahun 2004

No Propinsi Produksi Ikan (Ton)

Mas Nila Gurame Mujair Tambak Lele Patin Lain Jumlah

1. Sumatera

Sumber : Statistik Perikanan Budidaya Banten. http://www.dkp.go.id. Tanggal 25 Juli 2006.

1.2. Perumusan Masalah

(30)

produksi perikanan budidaya KJA di Propinsi Banten dari tahun 2002-2005 disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5. Luas Usaha, Produksi dan Produktivitas Perikanan Budidaya KJA di Propinsi Banten Tahun 2002 - 2005

Tahun Luas Usaha (Ha) Produksi (Ton) Produktivitas (Ton/Ha)

2002 0,06 198,00 3.300,00

2003 0,06 196,00 3.266,67

2004 0,36 119,50 331,94

2005 0,39 99,40 254,87

Laju (%/tahun) 169,44 (18,95) (38,02)

Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Propinsi Banten, 2005 (diolah).

Tabel 6 menyajikan data luas usaha dan produksi budidaya ikan air tawar di Kabupaten Lebak dari tahun 2003-2006. Luas usaha dan produksi perikanan budidaya air tawar di Kabupaten Lebak setiap tahunnya mengalami kenaikan dengan laju kenaikan masing-masing sebesar 12,04 persen/tahun dan 13,59 persen/tahun, namun dilihat dari laju kenaikan produktivitas lahan sangat rendah hanya mencapai 2,97 persen/tahun. Rendahnya produktivitas lahan diantaranya disebabkan sebagian besar lahan usaha budidaya ikan baik kolam maupun sawah merupakan lahan tadah hujan. Upaya peningkatan produksi ikan air tawar diarahkan pada pengembangan usaha budidaya ikan di perairan umum waduk, karena ketersediaan air baik sepanjang waktu dan tidak pernah mengalami kekeringan pada musim kemarau. Berdasarkan permasalahan tersebut, apakah usaha budidaya ikan di waduk Cikoncang layak untuk dikembangkan sehingga akan memberikan keuntungan secara finansial?.

(31)

pada KJA sistem jaring kolor. Budidaya ikan sistem KJA jaring kolor lebih efisien dalam penggunaan pakan, karena ikan nila dapat memanfaatkan sisa-sisa pakan dari ikan mas (Sukamto dan Maryam 2005).

Tabel 6. Luas Usaha, Produksi dan Produktivitas Perikanan Budidaya Air Tawar di Kabupaten Lebak Tahun 2003-2006

Tahun Luas Usaha (Ha) Produksi (Ton) Produktivitas (Ton/Ha)

2003 2.900,02 2.109,20 0,73

2004 2.942,72 2.250,20 0,77

2005 3.962,00 2.649,20 0,67

2006 3.962,09 3.082,70 0,78

Laju (%/tahun) 12,04 13,59 2,97

Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kab. Lebak, 2007 (diolah).

Menurut Dinas Kelautan dan Perikanan Prop. Banten (2007), pembangunan bidang kelautan dan perikanan di Kabupaten Lebak diarahkan pada pengembangan budidaya ikan air tawar yang berbasiskan kawasan melalui pemanfaatan lahan-lahan potensial. Waduk merupakan salah satu perairan umum potensial yang dapat dimanfaatkan dan dikembangkan untuk kegiatan budidaya perikanan air tawar. Lahan waduk yang sangat potensial untuk pengembangan budidaya ikan pada KJA di Kabupaten Lebak mencapai 2.252 ha, namun sampai dengan tahun 2006 tingkat pemanfaatannya masih rendah yaitu 0,18 ha atau 0,008 persen (Dinas Kelautan dan Perikanan Kab. Lebak, 2007). Berdasarkan permasalahan tersebut, apakah lahan waduk yang tersedia dapat dikembangkan lebih luas lagi, sehingga dapat memberikan manfaat?. Berapa batas maksimum penggunaan lahan waduk untuk kegiatan usaha budidaya ikan pada KJA?.

Tingkat konsumsi ikan masyarakat Kabupaten Lebak pada tahun 2006 baru mencapai 16,94 kg/kapita/tahun (Dinas Kelautan dan Perikanan Kab. Lebak, 2007), namun dibanding dengan tingkat konsumsi ikan nasional masih tertinggal jauh. Pada tahun 2006 tingkat konsumsi ikan nasional sudah mencapai 25,03 kg/kapita/tahun2. Usaha pengembangan budidaya ikan diharapkan dapat

2

(32)

meningkatkan produksi perikanan yang pada akhirnya dapat memenuhi dan meningkatkan konsumsi ikan masyarakat.

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Melakukan analisis aspek pasar, teknis, manajemen, hukum, lingkungan dan kelayakan finansial usaha pembesaran ikan mas dan nila pada Keramba Jaring Apung (KJA) sistem jaring kolor di daerah penelitian.

2. Melakukan analisis tingkat sensitivitas kelayakan usaha pembesaran ikan mas dan nila pada Keramba Jaring Apung (KJA) sistem jaring kolor di daerah penelitian.

1.4. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan masukan yang lengkap tentang usaha pembesaran ikan mas dan nila pada Keramba Jaring Apung (KJA) dengan sistem jaring kolor bagi pihak yang berkepentingan :

1. Bagi penulis sebagai media untuk melihat serta menganalisis masalah yang timbul di lapangan dan mencari penyelesaian masalahnya.

2. Bagi investor sebagai bahan masukan dalam pengambilan keputusan yang berkaitan dengan usaha pembesaran ikan mas dan nila pada Keramba Jaring Apung (KJA) sistem jaring kolor dalam rangka peningkatan produksi ikan air tawar.

(33)

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perkembangan Perikanan Waduk

Menurut Jangkara (2000), waduk adalah wilayah yang digenangi badan air sepanjang tahun serta dibentuk atau dibangun atas rekayasa manusia. Waduk dibangun dengan cara membendung aliran sungai sehingga air sungai tertahan sementara dan menggenangi bagian daerah aliran sungai atau water shed yang rendah. Waduk dapat dibangun di dataran rendah maupun dataran tinggi. Beberapa waduk dapat dibangun disepanjang aliran sungai. Waduk yang dibangun di dataran tinggi atau hulu sungai akan memiliki bentuk menjari, relatif sempit dan bertebing curam serta dalam. Waduk yang dibangun di dataran rendah atau hilir sungai berbentuk bulat, relatif luas dan dangkal.

Menurut Rochdianto (2000), Usaha ke arah pembudidayaan ikan di perairan umum kian hari memang terasa kian mendesak. Hal ini perlu dimaklumi karena usaha penangkapan ikan yang tidak diimbangi dengan usaha budidaya dan penebaran ikan (restocking), lambat laun akan mengganggu kelestarian sumber daya perairan. Bila di sungai dikenal budidaya ikan sistem keramba, maka di waduk dan danau dapat diterapkan cara budidaya ikan dalam keramba jaring apung. Budidaya ikan dengan sistem ini pada prinsipnya mirip dengan sistem keramba.

(34)

2.2 Budidaya Ikan pada Keramba Jaring Apung

Budidaya ikan di Keramba Jaring Apung (KJA) sudah dilakukan sejak tahun 1978 di perairan Situ Lido Bogor, dikembangkan oleh Balai Penelitian Perikanan Darat yang sekarang menjadi Balai Riset Perikanan Air Tawar. Kemudian berturut-turut pada tahun 1982 di Waduk Jatiluhur, Kelapa Dua dan Cibubur Jakarta, tahun 1984 di Danau Tondano Sulawesi Utara, Cekdam Guna Sari Jawa Barat, pada tahun 1986 di Riam Kanan Kalimantan selatan serta Danau Toba Sumatera Utara. Hasil uji coba tersebut menunjukkan bahwa budidaya ikan di KJA memiliki prospek cerah (Rochdianto, 2000).

Menurut Achmad et al. (1995) dalam Fahrur dan Tamsil (2005), keramba jaring apung biasa digunakan untuk menamai wadah pemeliharaan ikan dari jaring yang dibentuk segi empat atau silindris dan diapungkan dalam air permukaan menggunakan pelampung dan kerangka kayu, bambu atau besi serta pemberian jangkar disetiap sudutnya. Ukuran kantong keramba jaring disesuaikan dengan jenis, ukuran dan kepadatan ikan yang akan dipelihara.

Menurut Sutarman et al. (2003) dalam Fahrur dan Tamsil (2005), untuk pembesaran ikan digunakan mata jaring 1 inci (2,54 cm). Bahan yang digunakan harus memenuhi beberapa syarat yang layak seperti simpul kuat dan halus/tanpa simpul, tidak melukai ikan, dapat melindungi ikan dari predator, mudah dipotong dan dirajut serta mudah dibersihkan. Bahan jaring biasanya dibuat dari bahan polietilen (Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil, 2005). Budidaya ikan pada KJA terdiri dari sistem jaring tunggal (monokultur) dan sistem jaring kolor (polikultur).

2.2.1 Pembesaran Ikan pada Keramba Jaring Apung (KJA) Sistem Tunggal (Monokultur)

(35)

danau atau waduk biasanya dirakit menjadi satu unit. Satu unit rakit jaring terapung terdiri dari empat net kolam dan satu tempat jaga (Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil, 2005).

2.2.2 Pembesaran Ikan pada Keramba Jaring Apung (KJA) Sistem Kolor (Polikultur)

Menurut penelitian Sukamto dan Maryam (2005), teknik budidaya Keramba Jaring Apung (KJA) dengan sistem jaring kolor yaitu jaring terdiri atas bagian bawah satu buah jaring dan di bagian atas dua buah jaring dalam dua petakan. Ada lagi jaring kolor empat yang terdiri dari atas satu jaring di bagian bawah dan empat jaring di bagian atas di dalam empat petakan. Berdasarkan teknik budidaya sistem KJA kolor petani ikan tidak harus membudidayakan ikan nila di jaring apung secara khusus, akan tetapi dapat dibudidayakan bersama dengan ikan mas (budidaya ikan secara polikultur) serta produksi ikan dapat ditingkatkan yaitu dari ikan mas di jaring atas dan ikan nila di jaring bawah.

Keramba jaring apung sistem kolor terdiri dari jaring kolor dua dan jaring kolor empat. Jaring kolor dua artinya untuk jaring atas 7x7x3 m3 terdiri atas dua petak sedangkan untuk di bagian bawah 17x9x5 m3, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 1. Jaring kolor empat memiliki ukuran jaring kolor bagian atas 7x7x3 m3 yang terdiri atas 4 petak dan bagian bawah berukuran 17x17x 5 m3, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 2 (Sukamto dan Maryam, 2005).

(36)

9 m

17 m

A. Tampak atas

5 m 5 5 5 m

B. Tampak samping

Gambar 1. Konstruksi Keramba Jaring Apung (KJA) Kolor II Keterangan :

: Pelampung dari drum : Kerangka bambu / : Pemberat/jangkar

: Jaring kolor/bawah untuk pemeliharaan ikan nila

: Jaring atas untuk pemeliharaan ikan mas Sumber : Sukamto dan Maryam, 2005

Jaring I

Jaring II

Jaring kolor

3 m

7 m

Jaring I

7 m

7 m

Jaring II

(37)

17 m

17 m A. Tampak atas

5 m

B. Tampak samping

Gambar 2. Konstruksi Keramba Jaring Apung (KJA) Kolor IV Sumber : Sukamto dan Maryam, 2005

2.2.3 Analisis Usaha Budidaya Ikan pada Keramba Jaring Apung (KJA) Penelitian mengenai budidaya ikan pada KJA sistem jaring kolor belum banyak dilakukan, tetapi penelitian mengenai analisis kelayakan usaha telah banyak dilakukan. Beberapa penelitian yang berkaitan dengan analisis kelayakan

7 m

7 m

Jaring I

7 m

7m

Jaring III

7 m

7 m

Jaring II

7 m

7 m

Jaring IV

3 m Jaring

Jaring

Jaring kolor

(38)

finansial budidaya ikan pada KJA telah dilakukan oleh Mungky (2001), Gultom (2002) dan Maulana (2003).

Mungky (2001), melakukan penelitian yang bertujuan membuat desain investasi usaha pembesaran ikan kolam jaring apung sistem tunggal (monokultur) dengan studi kasus pada KJA Batuhapur, Waduk Cirata, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Analisis yang dilakukan terdiri dari analisis keuntungan usaha, kelayakan finansial dan analisis sensitivitas. Analisis dilakukan selama satu tahun dengan tiga kali musim tanam. Luas kolam 1.568 m2 (32 unit kolam) dengan produksi total ikan mas 48.000 kg/tahun. Produktifitas lahan sebesar 10,20 kg/m2. Harga ikan mas di tingkat petani senilai Rp. 5.000/kg. Penerimaan total pertahun sebesar Rp. 240.000.000 dengan biaya total sebesar Rp. 215.976.960/tahun. Pendapatan pertahun sebesar Rp. 24.023.040. Analisis imbangan penerimaan dan biaya (R/C Ratio) sebesar 1,1. Nilai NPV sebesar Rp. 98.952.859 dengan tingkat diskonto 16 persen. Nilai IRR sebesar 34 persen yang berarti usaha memberikan pendapatan sebesar 34 persen/tahun dari modal yang diinvestasikan. Nilai Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) sebesar 1,93.

Gultom (2002), melakukan penelitian mengenai prospek pengembangan usaha budidaya ikan mas dalam jaring apung sistem tunggal (monokultur) di Danau Toba Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara. Analisis yang dilakukan meliputi analisis usaha, finansial dan sensitivitas. Analisis dilakukan selama setahun dengan dua kali musim tanam. Luas usaha 24 m2/kolam, namun tidak diketahui jumlah unit kolam yang diteliti. Produksi rata-rata ikan mas 19.914 kg/tahun. Harga ikan mas di tingkat petani senilai Rp. 9.000/kg. Penerimaan rata-rata pertahun sebesar Rp. 179.229.600 dengan biaya rata-rata sebesar Rp. 141.047.852/tahun. Jumlah rata-rata pendapatan pertahun sebesar Rp. 38.181.748. Nilai R/C Ratio sebesar 1,27. Nilai NPV sebesar Rp. 55.495.666 dengan tingkat diskonto 18 persen. Nilai IRR sebesar 57,39 persen yang berarti usaha memberikan pendapatan sebesar 57,39 persen/tahun dari modal yang diinvestasikan. Nilai Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) sebesar 2,5.

(39)

usaha tani dilakukan terhadap budidaya ikan pada KJA dengan sistem tunggal (monokultur) dan sistem kolor (polikultur). Penelitian meliputi analisis usahatani (penerimaan, biaya dan pendapatan usahatani), analisis kelayakan investasi (aspek pasar, aspek teknik dan teknologi, aspek lingkungan dan aspek finansial) dan analisis pemasaran.. Perhitungan dilakukan selama setahun dengan tiga kali musim tanam. Luas usaha KJA monokultur 196 m2 (empat unit kolam). Produksi rata-rata usahatani KJA monokultur 14.400kg/tahun. Produktifitas lahan sebesar 73,47 kg/m2. Harga ikan nila di tingkat petani senilai Rp. 3.800/kg. Penerimaan rata-rata pertahun usahatani KJA monokultur sebesar Rp. 54.720.000 dengan biaya rata-rata sebesar Rp. 42.180.642,85/tahun. Jumlah pendapatan pertahun sebesar Rp. 12.539.357,15. Nilai R/C Ratio sebesar 1,297. Nilai NPV sebesarRp. 53.856.359,94 dengan tingkat diskonto 12 persen. Nilai IRR sebesar 179 persen. Nilai Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) sebesar 7,59.

(40)

Tabel 7. Perbandingan Hasil Penelitian Budidaya Ikan pada KJA dengan Sistem Monokultur dan Sistem Polikultur (Jaring Kolor)

No Uraian

10. NPV (Rp.) 98.952.859 55.495.666 53.856.359,94 193.073.372,67

11. IRR (%) 34 57,39 179 132

12. Net B/C 1,93 2,5 7,59 5,63

Keterangan :

* Sumber dari penelitian Mungky (2001) ** Sumber dari penelitian Gultom (2002) *** Sumber dari penelitian Maulana (2003)

(41)

berarti bahwa setiap Rp. 1 yang dikeluarkan untuk biaya produksi akan menghasilkan Rp. 1,297. Nilai NPV tertinggi diperoleh pada kegiatan budidaya ikan KJA polikultur sebesar Rp. 193.073.372,67. Budidaya ikan nila pada KJA sistem monokultur memberikan keuntungan internal terbesar yaitu 132 persen dari nilai investasi yang ditanamkan. Nilai Net B/C tertinggi diperoleh pada budidaya ikan nila dengan sistem monokultur.

(42)

BAB III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis

3.1.1 Pengertian Studi Kelayakan Proyek

Proyek adalah suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan sumber-sumber untuk mendapatkan kemanfaatan (benefit) atau suatu aktivitas yang mengeluarkan uang dengan harapan untuk mendapatkan hasil (returns) di waktu yang akan datang, dan yang dapat direncanakan, dibiayai dan dilaksanakan sebagai satu unit. Aktivitas suatu proyek selalu ditujukan untuk mencapai suatu tujuan (objektive) dan mempunyai suatu titik tolak (starting poin) dan suatu titik akhir (ending poin). Biaya-biayanya maupun hasilnya yang pokok dapat diukur (Kadariah, Karlina dan Gray, 1999).

Menurut Gittinger (1986), proyek merupakan elemen operasional yang paling kecil yang disiapkan dan dilaksanakan sebagai suatu kesatuan yang terpisah dalam suatu perencanaan nasional atau program pembangunan pertanian. Proyek merupakan kegiatan tertentu yang dimaksudkan untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu. Biasanya proyek merupakan kegiatan yang khas yang secara nyata berbeda dari kegiatan investasi yang diterangkan terdahulu dan kelihatannya berbeda pula dari kegiatan penggantinya, bukan merupakan bagian rutin dari suatu program yang sedang dilaksanakan. Proyek pertanian adalah kegiatan usaha yang rumit karena menggunakan sumber-sumber daya untuk memperoleh keuntungan atau manfaat.

(43)

menyangkut tiga aspek, yaitu : 1). Manfaat ekonomis proyek bagi proyek itu sendiri (sering disebut sebagai manfaat finansial), 2). Manfaat ekonomis proyek tersebut bagi negara tempat proyek itu dilaksanakan (sering disebut manfaat ekonomi nasional), 3). Manfaat sosial proyek tersebut bagi masyarakat sekitar proyek tersebut. Tujuan studi kelayakan proyek adalah untuk menghindari keterlanjuran penanaman modal yang terlalu besar untuk kegiatan yang ternyata tidak menguntungkan. Studi kelayakan ini akan memakan biaya, tetapi biaya tersebut relatif kecil apabila dibandingkan dengan resiko kegagalan suatu proyek yang menyangkut investasi dalam jumlah besar (Husnan dan Muhamad, 2000).

3.1.2 Identifikasi Biaya dan Manfaat

Secara sederhana suatu biaya adalah segala sesuatu yang mengurangi suatu tujuan atau segala sesuatu yang mengurangi pendapatan nasional dan secara langsung mengurangi jumlah barang dan jasa akhir. Suatu manfaat adalah segala sesuatu yang membantu suatu tujuan atau segala sesuatu yang langsung menambah jumlah dan jasa akhir (Gittinger, 1986).

Menurut Choliq, Wirasasmita dan Hasan (1999), biaya proyek adalah seluruh biaya yang dikeluarkan guna mendatangkan penghasilan (return) pada masa yang akan datang. Benefit adalah suatu manfaat yang diperoleh dari suatu proyek baik yang dapat dihitung atau dinilai dengan uang (tangible benefit) ataupun yang tidak dapat dinilai dengan uang (intangible benefit), baik secara langsung (direct benefit) maupun yang tidak langsung (indirect benefit).

Menurut Choliq, Wirasasmita dan Hasan (1999), biaya proyek pada dasarnya diklasifikasikan atas biaya investasi dan biaya operasional.

1. Biaya investasi adalah seluruh biaya yang dikeluarkan mulai proyek tersebut dilaksanakan sampai proyek tersebut mulai berjalan (beroperasi). Biaya investasi misalnya pendirian bangunan pabrik, pembelian mesin dan peralatannya, tenaga kerja yang berhubungan dengan investasi dan sebagainya.

(44)

operasional misalnya pembelian bahan baku, biaya listrik dan air, bahan bakar dan sebagainya.

3.1.3 Aspek-aspek Studi Kelayakan Proyek

Untuk melakukan studi kelayakan, terlebih dahulu harus ditentukan aspek-aspek apa yang akan dipelajari. Walaupun belum ada kesepakatan tentang aspek-aspek apa saja yang perlu diteliti, tetapi umumnya penelitian akan dilakukan terhadap aspek-aspek pasar, teknis, keuangan, hukum dan ekonomi negara. Tergantung pada besar kecilnya dana yang tertanam dalam investasi tersebut, maka terkadang juga ditambahkan studi tentang dampak sosial (Husnan dan Muhamad, 2000).

3.1.3.1 Aspek Pasar

Menurut Husnan dan Muhamad (2000), aspek pasar dan pemasaran terdiri dari permintaan, penawaran, harga, program pemasaran dan perkiraan penjualan. 1. Permintaan, baik secara total ataupun diperinci menurut daerah, jenis

konsumen, perusahaan besar pemakai dan proyeksi permintaan tersebut. 2. Penawaran, baik yang berasal dari dalam negeri maupun juga yang berasal

dari impor. Bagaimana perkembangannya di masa lalu dan bagaimana perkiraan di masa yang akan datang. Faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran, seperti jenis barang yang bisa menyaingi, perlindungan dari pemerintah dan sebagainya.

3. Harga, dilakukan perbandingan dengan barang-barang impor, produksi dalam negeri lainnya. Apakah ada kecenderungan perubahan harga dan bagaimana polanya.

4. Program pemasaran, mencakup strategi pemasaran yang akan dipergunakan dan bauran pemasaran (marketing mix). Identifikasi siklus kehidupan produk dan pada tahap apa produk akan dibuat.

5. Perkiraan penjualan yang bisa dicapai perusahaan dan market share yang bisa dikuasai perusahaan.

(45)

dengan pembelian atau penjualannya. Pasar persaingan sempurna mempunyai syarat yaitu produk yang serba sama (homogen), Mobilitas sumber tidak ada pembatasnya dan terdapat banyak pembeli dan penjual. Pasar monopoli yaitu suatu pasar atau sektor industri yang hanya memiliki satu perusahaan (produsen) tunggal yang bertindak sebagai satu-satunya penjual atau pemasok atas suatu barang yang tidak ada substitutan atau barang penggantinya. Pasar oligopoli yaitu jumlah perusahaan yang kuat lebih dari dua tapi tetap sedikit, dalam struktur oligopoli iklim kompetitif masih terjaga. Pasar monopolistik adalah suatu pasar yang memiliki banyak perusahaan yang menjual produk-produk yang terdiferensiasi (product differentiation), terdapat banyak produk yang mirip namun berbeda, yang semuanya menyajikan pilihan-pilihan (Miller dan Meiners, 2000).

7. Faktor persaingan perlu diperhatikan dari perusahaan sejenis terutama terhadap usaha yang telah ada dan kemungkinan tentang berdirinya usaha sejenis lainnya di masa yang akan datang (Ibrahim, 2003).

3.1.3.2 Aspek Teknis

Menurut Gittinger (1986), analisis secara teknis berhubungan dengan input proyek (penyediaan) dan output (produksi) berupa barang-barang nyata dan jasa-jasa. Aspek teknis merupakan suatu aspek yang berkenaan dengan proses pembangunan proyek secara teknis dan pengoperasiannya setelah proyek tersebut selesai dibangun. Berdasarkan analisa ini dapat diketahui rancangan awal penaksiran biaya investasi termasuk biaya eksploitasinya. Aspek teknis membahas tentang lokasi proyek, luas produksi, lay out pabrik dan pemilahan jenis teknologi dan equipment (Husnan dan Muhamad, 2000).

1. Lokasi proyek

(46)

bahan mentah untuk proses operasi perusahaan, letak bahan mentah yang dituju, ketersediaan tenaga listrik dan air terutama untuk jenis industri hulu, tersedianya tenaga kerja terdidik maupun terlatih akan berpengaruh terhadap biaya produksi yang ditanggung perusahaan dan fasilitas transportasi. Variabel sekunder yang perlu diperhatikan antara lain : hukum dan peraturan, iklim dan keadaan tanah, sikap dari masyarakat setempat, rencana masa depan perusahaan.

2. Luas produksi dan rencana produksi

Luas produksi produksi merupakan jumlah produk yang akan diproduksi untuk mencapai keuntungan yang optimal. Beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam penentuan luas produksi adalah batasan permintaan, tersedianya kapasitas mesin-mesin, jumlah dan kemampuan tenaga kerja pengelola proses produksi, kemampuan finansial dan manajemen, kemungkinan adanya perubahan teknologi produksi di masa yang akan datang. Perencanaan produksi tergantung pada pangsa pasar dari produk yang dihasilkan.

3. Lay out

Lay out merupakan keseluruhan proses penentuan bentuk dan penempatan fasilitas yang dimiliki oleh perusahaan. Pengertian lay out mencakup lay out site (lay out lahan lokasi proyek), lay out pabrik, lay out bangunan bukan pabrik dan fasilitasnya. Lay out pabrik terdiri dari dua tipe utama yaitu lay out fungsional (lay out process)dan lay out produk (lay out garis). Dalam lay out fungsional mesin-mesin dan peralatan yang mempunyai fungsi yang sama dikelompokkan dan ditempatkan dalam suatu ruang/tempat tertentu. Pada lay out produk, mesin dan peralatan disusun berdasarkan urutan dari opersi pembuatan produk.

4. Pemilihan jenis teknologi dan equipment

(47)

5. Penggunaan input

Input dibutuhkan bagi produksi suatu komoditi. Input atau faktor produksi atau sumber-sumber daya produktif secara sederhana dapat dikelompokkan menjadi dua kategori, yakni modal (capital) dan tenaga kerja (labor). Klasifikasi lebih jauh terbagi menjadi dua golongan input, yakni input tetap (fixed input) dan input yang berubah-ubah atau input variabel (variable input). Berdasarkan klasifikasi ini, maka modal dianggap sebagai biaya tetap, sedangkan tenaga kerja dianggap sebagai biaya variabel (Miller dan Meiners, 2000).

3.1.3.3 Aspek Manajemen

Aspek manajemen mempelajari tentang manajemen dalam masa pembangunan proyek yang meliputi pelaksana proyek, jadwal penyelesaian proyek, siapa yang melakukan studi masing-masing aspek pemasaran, teknis dan sebagainya. Manajemen dalam operasi meliputi bentuk organisasi/badan usaha yang dipilih, struktur organisasi (deskripsi jabatan dan spesifikasi jabatan), anggota direksi dan tenaga-tenaga kunci. Jumlah tenaga kerja yang akan digunakan (Husnan dan Muhamad, 2000).

1. Manajemen pembangunan proyek

Tahap rencana pembangunan proyek dapat menerangkan bagaimana menyusun rencana penyelesaian proyek tepat pada waktunya. Mengkoordinasikan berbagai kegiatan dan sumber daya agar sarana fisik proyek tersebut bisa disiapkan tepat pada waktunya. Fasilitas penunjang yang harus disiapkan seperti tenaga kerja, transportasi, komunikasi dan berbagai perangkat lunak.

2. Manajemen dalam operasi

(48)

pekerjaan-pekerjaan tersebut dengan baik, struktur organisasi yang akan dipergunakan, mencari tenaga untuk memenuhi kebutuhan tersebut.

3.1.3.4 Aspek Hukum

Aspek hukum mempelajari tentang badan usaha yang dipergunakan., jaminan-jaminan yang bisa disediakan kalau akan menggunakan sumber dana yang berupa pinjaman. Berbagai izin, akta, sertifikat yang diperlukan untuk kegiatan usaha (Husnan dan Muhamad, 2000).

3.1.3.5 Aspek Lingkungan

Pembangunan mempunyai dampak terhadap kualitas lingkungan secara global baik dampak positif maupun negatif. Pembangunan yang berkesinambungan merupakan tuntutan yang realistis dan bersifat jangka panjang. Faktor pokok yang menyebabkan kemerosotan kualitas lingkungan adalah pembangunan dengan menggunakan teknologi yang mencemari (polluting technology) (Choliq, Wirasasmita dan Hasan, 1999).

3.1.3.6 Aspek Keuangan

Aspek keuangan/finansial menyangkut masalah pengeluaran dan penerimaan dari pelaksanaan proyek, menyangkut masalah-masalah kemampuan proyek dalam pengembalian dana-dana proyek, lebih jauh lagi apakah proyek itu akan berkembang sehingga secara finansial dapat berdiri sendiri. Analisis finansial menitik beratkan kepada pendekatan individu yaitu analisis yang melihat suatu hasil kegiatan proyek dilihat dari segi individu dalam hal ini bisa perorangan, perseroan, CV ataupun kelompok usaha lainnya yang berhubungan langsung dengan proyek. Proyek-proyek yang akan dilakukan swasta pada umumnya cukup hanya dianalisis secara analisis finansial saja, sedangkan proyek-proyek pemerintah pada umumnya dianalisis secara analisis finansial dan ekonomi (Choliq, Wirasasmita dan Hasan, 1999).

(49)

1. Harga, analisis finansial menggunakan harga yang berlaku setempat atau market price atau harga yang diterima oleh pengusaha.

2. Subsidi, besarnya subsidi dalam analisis finansial merupakan keringanan karena mengurangi biaya Adanya subsidi akan menambah benefit, dengan perkataan lain subsidi tidak diperhitungkan dalam biaya proyek

3. Pajak, besarnya pajak dalam analisis finansial diperhitungkan dalam biaya proyek.

4. Upah, upah yang digunakan dalam analisis finansial baik untuk tenaga kerja ahli, menengah maupun kasar adalah upah yang berlaku setempat.

5. Bunga modal, besarnya bunga modal dalam analisis finansial dibedakan atas bunga yang dibayarkan kreditur, dianggap biaya dan untuk bunga atas modal proyek tidak dianggap biaya.

Menurut Kadariah, Karlina dan Gray (1999), beberapa kriteria investasi yang digunakan untuk menilai kelayakan suatu proyek, antara lain : 1). Net Present Value dari Arus-arus Benefit dan Biaya (NPV), 2). Internal Rate of Return (IRR), 3). Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C), 4). Gross Benefit-Cost Ratio (Gross B/C), 5). Profitability Ratio. Untuk melihat posisi keuangan unit usaha ditambahkan analisis proyeksi laba/rugi dan Net Profit Marjin (Ibrahim, 2003).

3.1.4 Analisis Sensitivitas

(50)

3.1.4.1Harga

Pada setiap proyek pertanian barangkali diteliti apa yang akan terjadi bila asumsi mengenai harga jual produk proyek pertanian tersebut ternyata keliru. Analis boleh saja membuat asumsi alternatif lain mengenai harga jual pada masa yang akan datang dan meneliti pengaruhnya terhadap manfaat sekarang neto yang akan diterima oleh proyek, terhadap tingkat pengembalian secara nilai finansial maupun ekonomi atau terhadap rasio perbandingan manfaat dan investasi neto (net benefit-investmen ratio).

3.1.4.2Keterlambatan Pelaksanaan

Keterlambatan pelaksanaan mempengaruhi hampir semua proyek-proyek pertanian. Meneliti pengaruh-pengaruh keterlambatan dalam proyek terhadap manfaat sekarang neto, tingkat pengembalian secara finansial dan secara ekonomi, dan ratio manfaat-investasi neto dari suatu investasi dalam bidang pertanian merupakan salah satu bagian yang penting dari analisis sensitivitas.

3.1.4.3Kenaikan Biaya

Proyek-proyek cenderung sangat sensitif terhadap kenaikan biaya terutama untuk konstruksi, karena biaya-biaya seringkali diperkirakan sebelum proyek dilaksanakan yang mungkin faktor diskonto yang digunakan terlalu besar atau karena semua fasilitas harus sudah tersedia padahal manfaat proyek belum dapat direlisasikan. Salah satu alasan mengapa proyek harus diuji kembali bila terjadi kenaikan biaya adalah terdapat ketidakpastian mengenai harga yang sebenarnya dan jumlah yang harus dibayar untuk peralatan dan perlengkapan, terdapat kecenderungan bagi teknisi dan analis proyek dalam mengestimasi biaya didasarakan kepada asumsi-asumsi dan kerangka pelaksanaan proyek yang terlalu optimis mengenai harga input proyek.

3.1.4.4Hasil

(51)

kecenderungan untuk bersikap optimis dalam memperkirakan hasil yang akan diperoleh, terutama bila suatu cara panenan baru diusulkan dan bila informasi agronominya terutama didasarkan atas percobaan-percobaan eksperimental.

Gambar 3. Kerangka Pemikiran Konseptual Analisis Kelayakan Finansial Usaha Pembesaran Ikan Mas dan Nila pada KJA Sistem Jaring Kolor - Spesifikasi Tenaga Kerja - Wewenang dan - Luas Produksi dan

(52)

3.2 Kerangka Pemikiran Konseptual

Usaha pembesaran ikan mas dan nila di waduk Cikoncang menggunakan teknologi KJA sistem jaring kolor. Usaha pembesaran ikan ini merupakan suatu unit bisnis perorangan yang tidak berbadan hukum dianalisis berdasarkan kelayakan finansial usaha. Untuk menentukan kelayakan finansial usaha harus ditentukan terlebih dahulu kelayakan dari aspek pasar, teknis, manajemen, hukum dan lingkungan.

(53)

BAB IV. METODE PENELITIAN

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Waduk Cikoncang, Desa Ketapang, Kecamatan Wanasalam, Kabupaten Lebak, Propinsi Banten. Pemilihan lokasi penelitian ditentukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan karena waduk ini diarahkan untuk dikembangkan sebagai kawasan budidaya pembesaran ikan pada KJA di Kabupaten Lebak. Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan, dimulai dari bulan September sampai dengan Nopember 2007.

4.2 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder. Pengumpulan data primer diperoleh dari hasil pengamatan di lapangan dan melalui wawancara langsung dengan petani ikan pemilik, buruh tani dan informan lainnya yang ditetapkan secara purposive sampling. Informan terdiri dari pedagang input dan output maupun petugas pengawas perikanan. Data primer seperti harga input dan output, biaya dan jumlah produksi, jumlah penjualan serta data lain yang berkaitan dengan penelitian ini.

Data sekunder diperoleh dari berbagai literatur, antara lain : internet, Badan Pusat Statistik, Buletin, Departemen Kelautan dan Perikanan, Dinas Kelautan dan Perikanan Propinsi Banten dan Kabupaten Lebak, hasil-hasil penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya serta literur-literatur yang mendukung penelitian ini. Data sekunder berupa data permintaan dan penawaran pasar, data potensi perikanan, data produksi perikanan Indonesia, luas usaha budidaya ikan, konsumsi ikan perkapita serta data lain yang berkaitan dengan penelitian ini.

4.3 Metode Analisis Data

(54)

informasi yang lengkap mengenai kelayakan usaha pembesaran ikan mas dan nila dengan sistem jaring kolor. Analisis yang terakhir yaitu analisis sensitivitas digunakan untuk menguji kelayakan usaha bila terjadi perubahan harga produk, biaya dan jumlah produksi. Pengolahan data dilakukan dengan tahapan pemasukan data, transfer data dan editing data, pengolahan data dengan menggunakan mesin hitung kalkulator dan komputer dengan program Excel.

Jumlah KJA yang di analisis sebanyak lima unit KJA sistem jaring kolor, terdiri dari 20 kolam jaring atas dan lima kolam jaring bawah atau jaring kolor. Benih ikan mas yang dipelihara pada kolam jaring atas mempunyai ukuran 5-8 cm berumur sekitar dua bulan, sedangkan benih ikan nila yang dipelihara pada kolam jaring kolor mempunyai ukuran 8-12 cm berumur sekitar tiga bulan.

4.3.1 Analisis Aspek Pasar

Aspek pasar dianalisis secara deskriptif atau kualitatif. Analisis aspek pasar dilakukan untuk mengetahui permintaan, penawaran, harga, perkiraan penjualan, struktur pasar dan persaingan. Usaha pembesaran ikan mas dan nila dengan sistem jaring kolor dikatakan layak ditinjau dari aspek pasar bila terdapat suatu permintaan dengan harga yang menguntungkan.

4.3.2 Analisis Aspek Teknis

Analisis aspek teknis dilakukan secara deskriptif. Analisis ini meliputi lokasi proyek, penggunaan input, luas produksi dan rencana produksi, lay out lahan lokasi serta pemilihan jenis teknologi dan equipment.

4.3.3 Aspek Manajemen

(55)

4.3.4 Analisis Aspek Hukum

Analisis aspek hukum dilakukan secara deskriptif. Aspek hukum yang dianalisis meliputi bentuk badan dan izin usaha budidaya ikan pada KJA sistem jaring kolor di waduk Cikoncang.

4.3.5 Analisis Aspek Lingkungan

Analisis aspek lingkungan dilakukan secara deskriptif. Aspek lingkungan yang dianalisis mengenai pengaruhnya terhadap lingkungan sosial maupun lingkungan hidup sekitar baik berupa dampak positif maupun negatif adanya usaha budidaya ikan di waduk.

4.3.6 Analisis Aspek Finansial

Analisis aspek finansial dilakukan terhadap lima unit KJA sistem jaring kolor. Setiap unit KJA terdiri dari jaring atas empat petak (196 m2) dan satu jaring bawah/jaring kolor (289 m2). Jaring atas ditebar ikan mas sebagai komoditas utama dan jaring bawah ditebar ikan nila sebagai komoditas tambahan.

Menurut Ibrahim (2003), format aliran kas (cash flow) disusun untuk menganalisis finansial. Cash flow terdiri dari cash inflow (arus penerimaan kas) dan cash outflow (arus pengeluaran kas). Cash inflow meliputi nilai produksi total, penerimaan pinjaman, dana bantuan, nilai sewa, nilai sisa dan lain-lain. Cash outflow terdiri dari biaya investasi, biaya produksi, pembayaran pinjaman dan bunga, pajak dan lain-lain. Pengurangan cash inflow dengan cash outflow diperoleh net benefit (manfaat bersih). Analisis kriteria investasi yang digunakan untuk menilai kelayakan usaha dapat dihitung setelah cash flow diketahui. Kriteria investasi yang digunakan adalah NPV, IRR dan Net B/C (Kadariah, Karlina dan Gray, 1999).

4.3.6.1Net Present Value (NPV)

(56)

proyek tersebut menguntungkan. Sebaliknya jika NPV<0 berarti proyek tersebut tidak layak diusahakan (Choliq, Wirasasmita dan Hasan, 1999).

Cara perhitungan NPV menurut Kadariah, Karlina dan Gray (1999), adalah sebagai berikut :

Keterangan :

Bt = Benefit pada tahun ke t Ct = Biaya pada tahun ke t n = Umur ekonomis dari proyek

t = Tahun

4.3.6.2Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)

Menurut Ibrahim (2003), Net B/C merupakan perbandingan net benefit yang telah didiskonto yang bernilai positif dengan net benefit yang telah di discount yang bernilai negatif. Jika nilai Net B/C lebih besar dari satu berarti gagasan suatu usaha layak untuk dikerjakan dan jika lebih kecil dari satu berarti tidak layak untuk dikerjakan. Net B/C sama dengan satu berarti cash in flow sama dengan cash outflow. Perhitungan Net B/C (Kadariah, Karlina dan Gray, 1999), adalah sebagai berikut :

4.3.6.3Internal Rate of Return (IRR)

(57)

t

berarti pulang pokok dan di bawah discount rate berarti proyek tersebut tidak layak (Ibarahim, 2003).

Nilai IRR ditentukan dengan menghitung nilai NPV1 dan nilai NPV2

dengan cara coba-coba. Apabila nilai NPV1 telah menunjukkan angka positif

maka discount factor yang kedua harus lebih besar dari discount rate, sebaliknya apabila NPV2 menunjukkan angka negatif maka discount factor yang kedua

berada di bawah discount rate. Berdasarkan hasil percobaan ini, nilai IRR berada antara nilai NPV positif dan nilai NPV negatif yaitu NPV nol. Formula untuk IRR (Ibrahim, 2003), adalah sebagai berikut :

Keterangan :

i1 = Discount Rate yang menghasilkan NPV1

i2 = Discount Rate yang menghasilkan NPV2

4.3.6.4 Payback Period

Menurut Ibrahim (2003), payback period adalah waktu tertentu yang menunjukkan terjadinya arus penerimaan (cash in flow) secara kumulatif sama dengan jumlah investasi dalam bentuk present value. Analisis Payback Period diperlukan untuk mengetahui berapa lama usaha yang dikerjakan dapat mengembalikan investasi. Semakin cepat dalam pengembalian biaya investasi sebuah proyek, maka semakin baik proyek tersebut karena semakin lancar perputaran modal. Perhitungan payback period menggunakan data yang telah didiskontokan (discounted payback period) sebagai berikut :

Keterangan :

v = Nilai Investasi I = Net Benefit

4.3.7 Analisis Sensitivitas

Menurut Kadariah, Karlina dan Gray (1999), analisis sensitivitas bertujuan untuk melihat apa yang akan terjadi dengan hasil analisis proyek jika ada suatu kesalahan atau perubahan dalam dasar-dasar perhitungan biaya dan manfaat.

(58)

Variasi yang digunakan pada analisis sensitivitas adalah nilai pengganti (switching value). Analisis sensitivitas secara langsung memilih sejumlah nilai yang dengan nilai tersebut dilakukan perubahan terhadap masalah yang dianggap penting pada analisa proyek dan kemudian dapat ditentukan pengaruh perubahan terhadap daya tarik proyek. Sebaliknya, bila ingin dihitung suatu nilai pengganti maka harus ditanyakan berapa banyak elemen yang kurang baik dalam analisa yang akan diganti agar supaya proyek dapat memenuhi tingkat minimum diterimanya proyek sebagaimana ditunjukkan oleh salah satu ukuran-ukuran kemanfaatan proyek (Gittinger, 1986).

Variabel-variabel yang akan dirubah dalam skenario analisis switching value yaitu harga output, biaya input dan hasil produksi atau kuantitas output. Perubahan variabel-variabel tersebut mempunyai pengaruh yang cukup besar pada perhitungan biaya total, jumlah produksi, jumlah penerimaan dan manfaat bersih dari usaha pembesaran ikan mas dan nila pada KJA sistem jaring kolor.

(59)

BAB V. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

5.1 Gambaran Umum Kecamatan Wanasalam 5.1.1 Letak Geografis dan Luas Wilayah

Kecamatan Wanasalam merupakan salah satu kecamatan yang terletak di Kabupaten Lebak Propinsi Banten. Jarak dari Rangkasbitung sebagai ibukota Kabupaten Lebak sekitar 120 km yang dihubungkan oleh jalan negara, propinsi dan kabupaten. Secara administrasi wilayah Kecamatan Wanasalam dibatasi : Sebelah Utara : berbatasan dengan Kecamatan Banjarsari

Sebelah Timur : berbatasan dengan Kecamatan Malingping Sebelah Selatan : berbatasan dengan Samudera Indonesia

Sebelah Barat : berbatasan dengan Kecamatan Cikeusik Kabupaten Pandeglang

Luas Kecamatan Wanasalam berdasarkan data pokok kecamatan tahun 2003/2004 adalah 12.922 ha yang terbagi pada 12 desa. Jumlah penduduk Kecamatan Wanasalam sampai dengan tahun 2004 sebanyak 44.157 jiwa, terdiri dari laki-laki sebanyak 22.691 jiwa dan wanita sebanyak 21.466 jiwa (Bappeda Kab. Lebak, 2005).

Bentuk fisiografi Kecamatan Wanasalam mempunyai bentang lahan berada pada lereng datar sampai berbukit dengan kemiringan tanah 0-15 persen. Ketinggian tempat mencapai 0-200 m di atas permukaan laut (dpl). Sebagian besar lahan mencapai 98,8 persen merupakan dataran rendah (kurang dari 100 m dpl) meliputi dataran 80,53 persen dan pantai 18,27 persen. Dataran tinggi (lebih dari 100 m dpl) hanya mencapai 1,2 persen (Bappeda Kab. Lebak, 2005).

Gambar

Tabel 4. Jumlah Produksi Perikanan Budidaya KJA di Indonesia menurut Jenis Ikan dan Propinsi Penghasil Ikan Tahun 2004
Tabel 5.  Luas Usaha, Produksi dan Produktivitas Perikanan Budidaya KJA di Propinsi Banten Tahun 2002 - 2005
Tabel 6. Luas Usaha, Produksi dan Produktivitas Perikanan Budidaya Air Tawar di Kabupaten Lebak Tahun 2003-2006
Gambar 1. Konstruksi Keramba Jaring Apung (KJA) Kolor II
+7

Referensi

Dokumen terkait