• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Stres Pada Anak Usia Sekolah Dasar Yang Sibuk dan Tidak Sibuk

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Stres Pada Anak Usia Sekolah Dasar Yang Sibuk dan Tidak Sibuk"

Copied!
84
0
0

Teks penuh

(1)

12

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT

STRES PADA ANAK USIA SEKOLAH DASAR

YANG SIBUK DAN TIDAK SIBUK

NUR LAELA

PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)

13

RINGKASAN

NUR LAELA. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Stres pada Anak Usia Sekolah Dasar yang Sibuk dan Tidak Sibuk. Dibimbing oleh DIAH KRISNATUTI PRANADJI.

Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat stres pada anak usia sekolah dasar yang sibuk dan tidak sibuk. Adapun tujuan khusus penelitian adalah sebagai berikut: 1) mengidentifikasi karakteristik contoh (umur saat masuk sekolah dasar dan jenis kelamin), 2) mengidentifikasi karakteristik keluarga contoh (besar keluarga, umur, pendidikan, pekerjaan serta pendapatan orangtua), 3) mengidentifikasi alokasi waktu dan aktivitas contoh di luar sekolah, 4) mengidentifikasi persepsi contoh dan ibu contoh terhadap aktivitas di luar sekolah dan harapan orangtua terhadap anak, 5) membandingkan tingkat stres pada anak sibuk dan tidak sibuk, 6) menganalisis hubungan berbagai variabel dalam penelitian, dan 7) menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat stres contoh.

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional study. SD Bina Insani Bogor, Jawa Barat, dipilih secara purposive sebagai lokasi penelitian. Pengambilan data dilaksanakan pada bulan April hingga Agustus 2008. Contoh adalah anak kelas 5 SD Bina Insani, yang dipilih berdasarkan urutan alokasi waktu kegiatan di luar sekolah. Total contoh penelitian ini sebanyak 60 anak yakni 30 anak sibuk (memiliki alokasi waktu aktivitas di luar sekolah ≥ 7 jam dalam seminggu) dan 30 anak tidak sibuk (alokasi waktu aktivitas di luar sekolah ≤ 3 jam dalam seminggu). Data yang dikumpulkan meliputi data primer (karakteristik contoh, karakteristik keluarga, alokasi waktu dan aktivitas contoh di luar sekolah, persepsi contoh dan ibu contoh, serta tingkat stres) serta data sekunder (gambaran umum sekolah). Data yang diperoleh kemudian diolah melalui proses pengecekan, coding, dan scoring, dengan menggunakan microsoft exel dan SPSS 13 for windows. Setelah itu, data dianalisis dengan menggunakan uji deskriptif, beda mean, korelasi, dan regresi.

Lebih dari separuh (60.0%) contoh anak sibuk berjenis kelamin perempuan, sebaliknya sebagian besar (76.7%) contoh anak tidak sibuk berjenis kelamin laki-laki. Terdapat perbedaan yang nyata pada variabel jenis kelamin contoh. Sebanyak 40.0 persen anak sibuk dan 36.7 persen anak tidak sibuk masuk sekolah dasar ketika berumur kurang dari 6 tahun. Tidak terdapat perbedaan umur saat masuk SD diantara contoh anak sibuk dan tidak sibuk.

(3)

14

juta. Persentase terbesar (46.7%) ibu pada kelompok anak sibuk, memiliki pendapatan antara Rp 2.500.000 hingga Rp 5.000.000, sedangkan pada kelompok anak tidak sibuk, persentase terbesar ibu contoh (40.0%) tidak memiliki pendapatan sendiri. Tidak terdapat adanya perbedaan pada seluruh variabel karakteristik keluarga di kedua kelompok contoh.

Terdapat perbedaan yang nyata pada alokasi waktu leisure dan aktivitas di luar sekolah pada kedua kelompok contoh. Alokasi waktu contoh anak sibuk untuk kegiatan di luar sekolah adalah sebesar 1.12 jam (67 menit) tiap harinya (sebesar 4.67 persen alokasi waktu dalam sehari), sedangkan alokasi waktu anak tidak sibuk adalah sebesar 0.31 jam (18 menit). Persentase terbesar contoh (48.4%) anak sibuk dan lebih dari separuh contoh (56.0%) anak tidak sibuk melakukan kegiatan di luar sekolah berdasarkan usulan orangtua.

Persentase terbesar contoh (78.3%) dan ibu contoh (73.3%) memiliki persepsi yang cukup terhadap aktivitas di luar sekolah dan harapan orangtua pada anak. Tidak terdapat perbedaan (P>0.05) persepsi contoh dan ibu contoh terhadap aktivitas di luar sekolah dan harapan orangtua diantara anak sibuk dan tidak sibuk. Persentase terbesar contoh anak sibuk (73.3%) dan anak tidak sibuk (80.0%) berada dalam kategori tingkat stres sedang. Tidak terdapat adanya perbedaan tingkat stres di kedua kelompok contoh yang diamati.

Semakin meningkat jenis, jumlah dan alokasi waktu kegiatan di luar sekolah, maka persentase contoh yang berjenis kelamin perempuan dalam kategori tersebut semakin banyak. Semakin meningkat alokasi waktu kegiatan contoh di luar sekolah, maka persepsi terhadap kegiatan di luar sekolah dan harapan orangtua pada anak akan semakin kurang baik (p=0.03, r=-0.281). Selain itu, semakin baik persepsi contoh terhadap aktivitas di luar sekolah dan harapan orangtua, maka tingkat stresnya akan semakin menurun (p=0.02, r= -0.298).

Alokasi waktu untuk menonton televisi dan pendidikan ayah memiliki pengaruh yang nyata terhadap tingkat stres. Semakin meningkatnya alokasi waktu menonton televisi dan pendidikan ayah akan menurunkan tingkat stres anak. Meskipun demikian, alokasi waktu untuk kegiatan di luar sekolah tidak memiliki pengaruh terhadap tingkat stres anak.

(4)

15

ABSTRAK

The main purpose of the research is to learn more about the factors influence stress in busy children and un busy children of elementary school. Cross sectional study is a design which used in this research. The location of research is chosen purposively, that is : SD Bina Insani, Bogor, Jawa Barat.

Results of the research show that there are significant differences in leisure and after school activities. Generally, samples had done after school activities depend of their parent’s choose.

The biggest proportion of samples and their mother had middle perception for after school activities and parent’s hopes. There aren’t difference in perception in busy children and unbusy children. Eventhough, the biggest proportion of samples had degrees of stress in middle category.

Due to increase of variances, summaries, and time allocations for after school activities, proportion samples with female sex in those category being increasing. By increasing time allocations for after school activities, perception for after school activities and their parent hopes is more bad (p=0.03, r=-0.281). However, by increasing samples’ perception for after school activities and their parent hopes, the degrees of stress in children being decrease (p=0.02, r= -0.298).

(5)

16

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT

STRES PADA ANAK USIA SEKOLAH DASAR

YANG SIBUK DAN TIDAK SIBUK

NUR LAELA

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian

Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(6)

17

Judul Skripsi : Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Stres Pada Anak Usia Sekolah Dasar Yang Sibuk dan Tidak Sibuk

Nama : Nur Laela

NIM : A54104073

Disetujui, Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Diah K. Pranadji, MS. NIP 131 476 543

Diketahui,

Dekan Fakultas Pertanian

Prof.Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr NIP 131 124 019

(7)

18

RIWAYAT HIDUP

Pada tanggal 27 September 1986, penulis dilahirkan di Purworejo.

Penulis merupakan putri terakhir dari tiga bersaudara keluarga Bapak Muh.

Kasful Anwar dan Ibu Istiqomah.

Tahun 1992 penulis memulai pendidikan di SDN 2 Banyumas, kemudian

setelah selesai kelas 4, penulis pindah ke SDN 2 Purworejo dan menyelesaikan

pendidikan sekolah dasar di sana. Penulis kemudian melanjutkan pendidikan ke

SLTPN 2 Purworejo. Tahun 2001, penulis diterima di SMUN 1 Purworejo dan

lulus pada tahun 2004. Pada tahun yang sama, penulis diterima sebagai

mahasiswa Departemen Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas

Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa

(8)

19

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabilalamin, terimakasih penulis panjatkan kehadirat Allah, Tuhan Semesta alam, karena kasih sayang-Nya yang demikian agung, penulis akhirnya dapat menyelesaikan penulisan karya ilmiah ini. Selain itu, penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah banyak membantu, yakni:

1. Keluarga : orangtua dan kakak tercinta; Mbak Nurul dan A Indra, Mas Amat dan Teh Euis, yang tak terhitung jasanya pada penulisan skripsi ini dan dalam hidup penulis.

2. Pembimbing sekaligus ibu yang baik : Dr. Ir. Diah K. Pranadji, MS. atas segala keceriaan, bimbingan yang tak kenal waktu, kesabaran yang tak bertepi, dan samudra pengetahuan yang terdalam. Tak ada kata yang lebih pantas untuk disampaikan selain Jazakillah Khairon Katsiro (Semoga Allah memberikan kebaikan kepada ibu)

3. Dr. Ir. Euis Sunarti, MS. atas segenap masukan, arahan, serta saran yang bermanfaat bagi penelitian ini. Semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat untuk masyarakat.

4. Ir. Melly Latifah, MSi. baik sebagai dosen pemandu seminar maupun pendidik atas saran, teladan, dan ilmu pengetahuan yang begitu luas. Terimakasih ibu.

5. Teman-teman kecilku : Hafidz , Raihan ZAW, Akbar, Ai, LG, Noor, Ama, Fairuz & Rifki, Indra, Hariadi, Rezqy, Tiktik, Dariel, Ibnu, Raka, Ikhsan, Arsya, Risma, Atikah, Uma, Opin, Rahmat, Sakinah, Rizka, Sashi, Utami, dan semua anak kelas 5 dan 6 SD Bina Insani, yang bukan hanya membuat penulis mengerti lebih banyak tentang arti sebuah perjuangan dan kesabaran, namun juga bahagianya memiliki banyak teman-teman kecil. Terimakasih untuk kenangan ini.

6. Wali kelas 5 (Pak Uci, Pak djajat, Ibu Hera, Pak Sahal, dan Ibu Jannah) dan orangtua murid (terutama Mama Abby, Mama Farras, Mama Raihan, mama Hafidz, Papa Andrea, Mama Fairuz, dan Papa LG) atas bantuan, semangat, dan partisipasinya dalam penelitian ini

(9)

20

8. Dr. Ir. Ikeu Ekayanti, M.Kes dan Tien Herawati, SP.,M.Si yang telah

banyak membantu memberikan saran dan jawaban atas masalah analisis data.

9. Eka Septiani, SP., Ari Adriyani, SP., Renaningsih, SP. , Arina Rizkiana, SP., serta Noorma Bunga Aniri, SP., atas bantuan pengambilan data. 10. Yesa Sri Utami, SP. teman satu bimbingan sekaligus penyemangat. 11. Teman terbaikku : Ari, Ningste, Eka, Cheu, Nurika, Devit, Dedew (atas

semua hal), Arti, Icha, Onye, Pyn, Rizka, Adien, Rika, dan GMSK 41 yang telah memberikan himbauan, bantuan tiada henti, limpahan semangat, dan pelangi persahabatan yang mempesona. Terimakasih. 12. Untuk semua Gamasakers 41 sebagai angkatan GMSK terakhir, yang

tak pernah akan terlupakan.

13. Seluruh anak IKK 42 : Teman yang baik.

14. Yang penulis sayangi : Hannah, Harits, Hanif, dan Rumaisha.

15. Segenap Staf Gizi Masyarakat dan Sumberdaya keluarga, yang telah berjuang memajukan GMSK. Terimakasih atas pelayanan terbaik yang telah diberikan. Terimakasih atas semuanya.

16. Semua pihak yang telah berkenan berpartisipasi. Semoga Allah

membalas kebaikan saudara dengan hal yang lebih baik. Amien.

Penulis menyadari bahwa segala sesuatu tidaklah luput dari kesalahan,

oleh karena itu penulis memohon maaf apabila terdapat kekurangan dalam

penulisan skripsi ini serta mengharapkan kritik dan saran untuk dapat

memperbaikinya. Akhir kata, semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi semua

pihak yang memerlukan.

Bogor, Januari 2009

(10)

21

DAFTAR ISI

Halaman

RIWAYAT HIDUP ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... vi

PENDAHULUAN ... 1

TINJAUAN PUSTAKA Hurried children ... 4

Anak Usia Sekolah Dasar ... 5

Stres pada Anak ... 5

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Stres ... 8

KERANGKA PEMIKIRAN ... 13

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu penelitian ... 15

Contoh dan Cara Penarikan Contoh ... 15

Jenis dan Cara Pengumpulan Data ... 16

Pengolahan dan Analisa Data ... 16

Definisi Operasional... 21

HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 23

Karakteristik Contoh ... 25

Karakteristik Keluarga... 26

Alokasi waktu ... 32

Aktivitas di Luar sekolah ... 37

Persepsi terhadap aktivitas di luar sekolah dan harapan orangtua terhadap anak... 39

Tingkat stres ... 44

Hubungan Antar Variabel ... 47

Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tingkat stres ... 50

KESIMPULAN DAN SARAN ... 53

DAFTAR PUSTAKA ... 55

(11)

12

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT

STRES PADA ANAK USIA SEKOLAH DASAR

YANG SIBUK DAN TIDAK SIBUK

NUR LAELA

PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(12)

13

RINGKASAN

NUR LAELA. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Stres pada Anak Usia Sekolah Dasar yang Sibuk dan Tidak Sibuk. Dibimbing oleh DIAH KRISNATUTI PRANADJI.

Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat stres pada anak usia sekolah dasar yang sibuk dan tidak sibuk. Adapun tujuan khusus penelitian adalah sebagai berikut: 1) mengidentifikasi karakteristik contoh (umur saat masuk sekolah dasar dan jenis kelamin), 2) mengidentifikasi karakteristik keluarga contoh (besar keluarga, umur, pendidikan, pekerjaan serta pendapatan orangtua), 3) mengidentifikasi alokasi waktu dan aktivitas contoh di luar sekolah, 4) mengidentifikasi persepsi contoh dan ibu contoh terhadap aktivitas di luar sekolah dan harapan orangtua terhadap anak, 5) membandingkan tingkat stres pada anak sibuk dan tidak sibuk, 6) menganalisis hubungan berbagai variabel dalam penelitian, dan 7) menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat stres contoh.

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional study. SD Bina Insani Bogor, Jawa Barat, dipilih secara purposive sebagai lokasi penelitian. Pengambilan data dilaksanakan pada bulan April hingga Agustus 2008. Contoh adalah anak kelas 5 SD Bina Insani, yang dipilih berdasarkan urutan alokasi waktu kegiatan di luar sekolah. Total contoh penelitian ini sebanyak 60 anak yakni 30 anak sibuk (memiliki alokasi waktu aktivitas di luar sekolah ≥ 7 jam dalam seminggu) dan 30 anak tidak sibuk (alokasi waktu aktivitas di luar sekolah ≤ 3 jam dalam seminggu). Data yang dikumpulkan meliputi data primer (karakteristik contoh, karakteristik keluarga, alokasi waktu dan aktivitas contoh di luar sekolah, persepsi contoh dan ibu contoh, serta tingkat stres) serta data sekunder (gambaran umum sekolah). Data yang diperoleh kemudian diolah melalui proses pengecekan, coding, dan scoring, dengan menggunakan microsoft exel dan SPSS 13 for windows. Setelah itu, data dianalisis dengan menggunakan uji deskriptif, beda mean, korelasi, dan regresi.

Lebih dari separuh (60.0%) contoh anak sibuk berjenis kelamin perempuan, sebaliknya sebagian besar (76.7%) contoh anak tidak sibuk berjenis kelamin laki-laki. Terdapat perbedaan yang nyata pada variabel jenis kelamin contoh. Sebanyak 40.0 persen anak sibuk dan 36.7 persen anak tidak sibuk masuk sekolah dasar ketika berumur kurang dari 6 tahun. Tidak terdapat perbedaan umur saat masuk SD diantara contoh anak sibuk dan tidak sibuk.

(13)

14

juta. Persentase terbesar (46.7%) ibu pada kelompok anak sibuk, memiliki pendapatan antara Rp 2.500.000 hingga Rp 5.000.000, sedangkan pada kelompok anak tidak sibuk, persentase terbesar ibu contoh (40.0%) tidak memiliki pendapatan sendiri. Tidak terdapat adanya perbedaan pada seluruh variabel karakteristik keluarga di kedua kelompok contoh.

Terdapat perbedaan yang nyata pada alokasi waktu leisure dan aktivitas di luar sekolah pada kedua kelompok contoh. Alokasi waktu contoh anak sibuk untuk kegiatan di luar sekolah adalah sebesar 1.12 jam (67 menit) tiap harinya (sebesar 4.67 persen alokasi waktu dalam sehari), sedangkan alokasi waktu anak tidak sibuk adalah sebesar 0.31 jam (18 menit). Persentase terbesar contoh (48.4%) anak sibuk dan lebih dari separuh contoh (56.0%) anak tidak sibuk melakukan kegiatan di luar sekolah berdasarkan usulan orangtua.

Persentase terbesar contoh (78.3%) dan ibu contoh (73.3%) memiliki persepsi yang cukup terhadap aktivitas di luar sekolah dan harapan orangtua pada anak. Tidak terdapat perbedaan (P>0.05) persepsi contoh dan ibu contoh terhadap aktivitas di luar sekolah dan harapan orangtua diantara anak sibuk dan tidak sibuk. Persentase terbesar contoh anak sibuk (73.3%) dan anak tidak sibuk (80.0%) berada dalam kategori tingkat stres sedang. Tidak terdapat adanya perbedaan tingkat stres di kedua kelompok contoh yang diamati.

Semakin meningkat jenis, jumlah dan alokasi waktu kegiatan di luar sekolah, maka persentase contoh yang berjenis kelamin perempuan dalam kategori tersebut semakin banyak. Semakin meningkat alokasi waktu kegiatan contoh di luar sekolah, maka persepsi terhadap kegiatan di luar sekolah dan harapan orangtua pada anak akan semakin kurang baik (p=0.03, r=-0.281). Selain itu, semakin baik persepsi contoh terhadap aktivitas di luar sekolah dan harapan orangtua, maka tingkat stresnya akan semakin menurun (p=0.02, r= -0.298).

Alokasi waktu untuk menonton televisi dan pendidikan ayah memiliki pengaruh yang nyata terhadap tingkat stres. Semakin meningkatnya alokasi waktu menonton televisi dan pendidikan ayah akan menurunkan tingkat stres anak. Meskipun demikian, alokasi waktu untuk kegiatan di luar sekolah tidak memiliki pengaruh terhadap tingkat stres anak.

(14)

15

ABSTRAK

The main purpose of the research is to learn more about the factors influence stress in busy children and un busy children of elementary school. Cross sectional study is a design which used in this research. The location of research is chosen purposively, that is : SD Bina Insani, Bogor, Jawa Barat.

Results of the research show that there are significant differences in leisure and after school activities. Generally, samples had done after school activities depend of their parent’s choose.

The biggest proportion of samples and their mother had middle perception for after school activities and parent’s hopes. There aren’t difference in perception in busy children and unbusy children. Eventhough, the biggest proportion of samples had degrees of stress in middle category.

Due to increase of variances, summaries, and time allocations for after school activities, proportion samples with female sex in those category being increasing. By increasing time allocations for after school activities, perception for after school activities and their parent hopes is more bad (p=0.03, r=-0.281). However, by increasing samples’ perception for after school activities and their parent hopes, the degrees of stress in children being decrease (p=0.02, r= -0.298).

(15)

16

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT

STRES PADA ANAK USIA SEKOLAH DASAR

YANG SIBUK DAN TIDAK SIBUK

NUR LAELA

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian

Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(16)

17

Judul Skripsi : Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Stres Pada Anak Usia Sekolah Dasar Yang Sibuk dan Tidak Sibuk

Nama : Nur Laela

NIM : A54104073

Disetujui, Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Diah K. Pranadji, MS. NIP 131 476 543

Diketahui,

Dekan Fakultas Pertanian

Prof.Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr NIP 131 124 019

(17)

18

RIWAYAT HIDUP

Pada tanggal 27 September 1986, penulis dilahirkan di Purworejo.

Penulis merupakan putri terakhir dari tiga bersaudara keluarga Bapak Muh.

Kasful Anwar dan Ibu Istiqomah.

Tahun 1992 penulis memulai pendidikan di SDN 2 Banyumas, kemudian

setelah selesai kelas 4, penulis pindah ke SDN 2 Purworejo dan menyelesaikan

pendidikan sekolah dasar di sana. Penulis kemudian melanjutkan pendidikan ke

SLTPN 2 Purworejo. Tahun 2001, penulis diterima di SMUN 1 Purworejo dan

lulus pada tahun 2004. Pada tahun yang sama, penulis diterima sebagai

mahasiswa Departemen Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas

Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa

(18)

19

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabilalamin, terimakasih penulis panjatkan kehadirat Allah, Tuhan Semesta alam, karena kasih sayang-Nya yang demikian agung, penulis akhirnya dapat menyelesaikan penulisan karya ilmiah ini. Selain itu, penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah banyak membantu, yakni:

1. Keluarga : orangtua dan kakak tercinta; Mbak Nurul dan A Indra, Mas Amat dan Teh Euis, yang tak terhitung jasanya pada penulisan skripsi ini dan dalam hidup penulis.

2. Pembimbing sekaligus ibu yang baik : Dr. Ir. Diah K. Pranadji, MS. atas segala keceriaan, bimbingan yang tak kenal waktu, kesabaran yang tak bertepi, dan samudra pengetahuan yang terdalam. Tak ada kata yang lebih pantas untuk disampaikan selain Jazakillah Khairon Katsiro (Semoga Allah memberikan kebaikan kepada ibu)

3. Dr. Ir. Euis Sunarti, MS. atas segenap masukan, arahan, serta saran yang bermanfaat bagi penelitian ini. Semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat untuk masyarakat.

4. Ir. Melly Latifah, MSi. baik sebagai dosen pemandu seminar maupun pendidik atas saran, teladan, dan ilmu pengetahuan yang begitu luas. Terimakasih ibu.

5. Teman-teman kecilku : Hafidz , Raihan ZAW, Akbar, Ai, LG, Noor, Ama, Fairuz & Rifki, Indra, Hariadi, Rezqy, Tiktik, Dariel, Ibnu, Raka, Ikhsan, Arsya, Risma, Atikah, Uma, Opin, Rahmat, Sakinah, Rizka, Sashi, Utami, dan semua anak kelas 5 dan 6 SD Bina Insani, yang bukan hanya membuat penulis mengerti lebih banyak tentang arti sebuah perjuangan dan kesabaran, namun juga bahagianya memiliki banyak teman-teman kecil. Terimakasih untuk kenangan ini.

6. Wali kelas 5 (Pak Uci, Pak djajat, Ibu Hera, Pak Sahal, dan Ibu Jannah) dan orangtua murid (terutama Mama Abby, Mama Farras, Mama Raihan, mama Hafidz, Papa Andrea, Mama Fairuz, dan Papa LG) atas bantuan, semangat, dan partisipasinya dalam penelitian ini

(19)

20

8. Dr. Ir. Ikeu Ekayanti, M.Kes dan Tien Herawati, SP.,M.Si yang telah

banyak membantu memberikan saran dan jawaban atas masalah analisis data.

9. Eka Septiani, SP., Ari Adriyani, SP., Renaningsih, SP. , Arina Rizkiana, SP., serta Noorma Bunga Aniri, SP., atas bantuan pengambilan data. 10. Yesa Sri Utami, SP. teman satu bimbingan sekaligus penyemangat. 11. Teman terbaikku : Ari, Ningste, Eka, Cheu, Nurika, Devit, Dedew (atas

semua hal), Arti, Icha, Onye, Pyn, Rizka, Adien, Rika, dan GMSK 41 yang telah memberikan himbauan, bantuan tiada henti, limpahan semangat, dan pelangi persahabatan yang mempesona. Terimakasih. 12. Untuk semua Gamasakers 41 sebagai angkatan GMSK terakhir, yang

tak pernah akan terlupakan.

13. Seluruh anak IKK 42 : Teman yang baik.

14. Yang penulis sayangi : Hannah, Harits, Hanif, dan Rumaisha.

15. Segenap Staf Gizi Masyarakat dan Sumberdaya keluarga, yang telah berjuang memajukan GMSK. Terimakasih atas pelayanan terbaik yang telah diberikan. Terimakasih atas semuanya.

16. Semua pihak yang telah berkenan berpartisipasi. Semoga Allah

membalas kebaikan saudara dengan hal yang lebih baik. Amien.

Penulis menyadari bahwa segala sesuatu tidaklah luput dari kesalahan,

oleh karena itu penulis memohon maaf apabila terdapat kekurangan dalam

penulisan skripsi ini serta mengharapkan kritik dan saran untuk dapat

memperbaikinya. Akhir kata, semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi semua

pihak yang memerlukan.

Bogor, Januari 2009

(20)

21

DAFTAR ISI

Halaman

RIWAYAT HIDUP ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... vi

PENDAHULUAN ... 1

TINJAUAN PUSTAKA Hurried children ... 4

Anak Usia Sekolah Dasar ... 5

Stres pada Anak ... 5

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Stres ... 8

KERANGKA PEMIKIRAN ... 13

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu penelitian ... 15

Contoh dan Cara Penarikan Contoh ... 15

Jenis dan Cara Pengumpulan Data ... 16

Pengolahan dan Analisa Data ... 16

Definisi Operasional... 21

HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 23

Karakteristik Contoh ... 25

Karakteristik Keluarga... 26

Alokasi waktu ... 32

Aktivitas di Luar sekolah ... 37

Persepsi terhadap aktivitas di luar sekolah dan harapan orangtua terhadap anak... 39

Tingkat stres ... 44

Hubungan Antar Variabel ... 47

Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tingkat stres ... 50

KESIMPULAN DAN SARAN ... 53

DAFTAR PUSTAKA ... 55

(21)

22

DAFTAR TABEL

Halaman

1 Variabel dan reliabilitasnya... 18

2 Variabel dan cara pengkategorian... 19

3 Karakteristik SD Bina Insani ... 23

4 Struktur kurikulum SD Bina Insani ... 24

5 Beban balajar tatap muka keseluruhan di SD Bina Insani ... 24

6 Sebaran contoh menurut jenis kelamin ... 26

7 Sebaran contoh menurut usia anak saat masuk SD……….. 26

8 Sebaran contoh menurut besar keluarga ... 27

9 Sebaran orangtua contoh berdasarkan usia saat ini ... 28

10 Sebaran contoh berdasarkan usia orangtua saat anak pertama lahir .... 29

11 Sebaran contoh berdasarkan pendidikan orangtua... 30

12 Sebaran contoh berdasarkan pekerjaan utama orangtua ... 31

13 Sebaran contoh berdasarkan pendapatan total ayah ... 31

14 Sebaran contoh berdasarkan pendapatan ibu ... 32

15 Sebaran contoh berdasarkan alokasi waktu dalam satu hari ... 33

16 Sebaran contoh menurut jenis kegiatan di luar sekolah dalam satu minggu...37

17 Sebaran contoh menurut jumlah kegiatan di luar sekolah dalam satu minggu...38

18 Sebaran contoh berdasarkan inisiator kegiatan di luar sekolah ... 39

19 Sebaran contoh menurut skor rata-rata pernyataan persepsi ... 40

20 Sebaran contoh menurut kategori persepsi... 42

21 Sebaran ibu contoh menurut skor rata-rata pernyataan persepsi ... 43

22 Sebaran contoh menurut kategori persepsi ibu ... 44

23 Sebaran contoh berdasarkan seringnya mengalami gejala stres ... 45

24 Sebaran contoh berdasarkan tingkat stres ... 46

25 Hubungan antara jenis kelamin dengan jenis, jumlah, dan alokasi waktu aktivitas di luar sekolah ... 47

26 Hubungan antara alokasi waktu aktivitas di luar sekolah dan persepsi contoh ... 48

27 Hubungan antara persepsi anak dengan tingkat stres ... 49

(22)

23

DAFTAR GAMBAR

(23)

24

DAFTAR LAMPIRAN

(24)

25

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Seiring dengan kemajuan zaman dan teknologi, dunia menuntut tenaga kerja yang semakin handal untuk menjalankan sektor-sektor penting dalam kehidupan. Tenaga kerja yang dibutuhkan bukan hanya manusia yang pandai, namun juga memiliki ketrampilan, keluasan wawasan, menguasai teknologi, memiliki kemampuan bekerjasama, dan sebagainya. Semakin sulitnya mencari pekerjaan menyebabkan angka pengangguran melonjak tinggi. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah pengangguran baru semenjak Agustus 2004 hingga Februari 2005 bertambah sebanyak 600 ribu jiwa. Tak dapat dipungkiri bahwa hal ini menyebabkan sebuah kekhawatiran tersendiri bagi para orangtua akan nasib dan kesejahteraan anak-anaknya dikemudian hari. Kekhawatiran ini membuat banyak orangtua membekali berbagai ketrampilan dan pengetahuan baik kurikuler maupun ekstrakurikuler kepada anaknya sedini mungkin.

Dua puluh tahun yang lalu, ahli psikologi Amerika, Elkind memperkenalkan sebuah istilah baru yakni hurried children untuk menggambarkan fenomena anak yang dipercepat perkembangnya. Salah satu cirinya adalah anak diberi berbagai aktivitas ekstrakurikuler setiap minggu yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan di bidang akademik, sosial, olahraga, budaya, dan kemampuan psikologi. Berbagai aktivitas tersebut dilakukan di bawah pengawasan orangtua sehingga bukan sekedar untuk bersenang-senang, namun lebih diarahkan pada pencapaian tujuan (Gross tt).

(25)

26

terstruktur, berkhayal, menjelajahi diri dan lingkungannya sehingga rentan mengalami stres (Anonim 2002).

Menurut Alvin (2007), anak-anak masa kini menghadapi apa yang seharusnya menjadi masalah orang dewasa lebih dini dalam kehidupannya. Tidak seperti anak-anak di generasi lalu yang memiliki banyak waktu untuk bermain setelah pulang sekolah bersama dengan teman-temannya, anak-anak sekarang sulit untuk mendapatkan waktu seperti itu. Menurut survei yang dilakukan oleh Radani Edutainment terhadap 300 responden di wilayah Jabodetabek (Jakarta-Bogor-Depok-Tangerang-Bekasi), hanya sekitar 25 persen anak yang dapat bermain sesuai dengan keinginannya. Dua aktivitas yang paling banyak dilarang oleh para orangtua adalah bermain video games (50.0%) dan bermain di luar rumah (30.0%). Sekitar 60.0 persen anak-anak di Jabodetabek lebih banyak menghabiskan waktunya dengan mengikuti kegiatan les sepulang dari sekolah (Anonim 2007).

Data dari The National Mental Health Assosiation menunjukkan satu dari tiga anak di Amerika menderita depresi. Menurut Denta, pakar psikiatri anak di Universitas Hokaido, tingkat kecenderungan depresi secara keseluruhan pada anak usia 6-15 tahun di Jepang adalah sebesar 13.0 persen. Di Indonesia memang belum terdapat data statistik yang pasti mengenai kasus depresi pada anak, meskipun demikian, maraknya kasus bunuh diri yang terjadi pada anak usia sekolah mengindikasikan bahwa anak-anak Indonesia pun rentan mengalami depresi. Depresi merupakan gangguan kejiwaan yang berat dan kronis, bermula dari stres ringan yang tidak ditangani dengan tepat atau dibiarkan saja sehingga akhirnya menumpuk (Imam 2007). Hal ini semakin diperkuat oleh pernyataan Manarosana dalam Sjafriani (2007) yang mengemukakan bahwa dalam lima tahun terakhir ini, stres di kota besar cenderung mengalami peningkatan, baik dalam segi kuantitas maupun kualitas. Salah satu fenomena menarik ialah semakin mudanya usia penderita stres. Jika beberapa tahun yang lalu, stres lebih banyak dialami oleh usia produktif diatas 20 tahun, kini stres banyak diderita oleh anak usia remaja, bahkan dalam beberapa kasus, anak-anak diperkirakan telah mengalami stres.

(26)

27

internal (persepsi anak, umur saat masuk sekolah dasar, serta jenis kelamin) dan faktor eksternal (persepsi ibu dan keadaan sosial ekonomi keluarga) terhadap stres pada anak?. Hal inilah yang diantaranya melandasi pentingnya dilakukan penelitan yang mempelajari tingkat stres pada anak sibuk dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.

Tujuan Penelitian Tujuan Umum

Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat stres pada anak usia sekolah dasar yang sibuk dan tidak sibuk.

Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mengidentifikasi karakteristik contoh (umur saat masuk sekolah dasar dan jenis kelamin)

2. Mengidentifikasi karakteristik keluarga contoh (besar keluarga, umur, pendidikan, pekerjaan serta pendapatan orangtua)

3. Mengidentifikasi alokasi waktu dan aktivitas contoh di luar sekolah

4. Mengidentifikasi persepsi contoh dan ibu contoh terhadap aktivitas di luar sekolah dan harapan orangtua terhadap anak.

5. Membandingkan tingkat stres pada anak sibuk dan tidak sibuk 6. Menganalisis hubungan berbagai variabel dalam penelitian

7. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat stres contoh

Kegunaan Penelitian

1. Bagi peneliti, karya ilmiah ini bermanfaat sebagai sarana berlatih dan mempelajari fenomena yang terdapat di masyarakat, menganalisisnya dan menjadikannya sebuah informasi yang bermanfaat untuk orang lain. 2. Bagi para orangtua dan generasi muda, penelitian ini diharapkan

bermanfaat sebagai sarana kajian ilmiah aktivitas di luar sekolah dan kaitannya dengan tingkat stres anak.

(27)

28

TINJAUAN PUSTAKA

Hurried Children

Abdullah (2005) mendefinisikan hurried children sebagai anak yang mendapatkan banyak beban belajar dan terus menerus bekerja dalam deraan waktu; dipaksa untuk menguasai pelajaran dalam waktu yang cepat; serta dipaksa untuk menguasai tugas akademik lebih dini. Sedangkan Elkind (1988) diacu oleh Mindock (1999) menyatakan bahwa hurried children adalah anak yang dipercepat baik fisik, psikologis ataupun sosial untuk menjadi dewasa sebelum waktunya. Gasell dan Thompson (1976) membuktikan melalui percobaan terhadap anak kembar identik, bahwa latihan yang diberikan kepada seorang anak sebelum anak mencapai tahapan kematangan untuk dapat menerima suatu latihan, tidak akan berhasil bahkan dapat menimbulkan kesulitan-kesulitan pada perkembangan aspek-aspek lain (Gunarsa & Gunarsa 2006).

Hurried children dapat mengalami gangguan tidur, depresi, kehilangan keinginan untuk belajar, ketakutan apabila mengalami kegagalan, bahkan melakukan percobaan bunuh diri (Gross tt). Menurut Amstrong (2004), hurried children dapat mengalami sakit kepala, ketidakbahagiaan dalam kehidupan, hiperaktif, dan kehilangan motivasi. Elkind dalam Anonim (2002) mengkhawatirkan anak-anak tersebut akan kehilangan waktu bebas untuk bermain, berkhayal, menemukan diri dan lingkungannya. Hurried children seringkali tertidur di kelas karena mereka merasa kelelahan akibat aktivitas yang padat.

Meskipun demikian, Dockett dalam Anonim (2002) mengemukakan bahwa efek dari hurried children tidak selamanya buruk. Beragamnya kegiatan dapat menyebabkan anak memiliki ketrampilan dan kemampuan. Selain itu, anak juga dapat belajar untuk menjadi bagian dari suatu kelompok, belajar bergaul dengan berbagai macam orang, dan memiliki kebahagiaan karena rasa bangga orangtua akan prestasi anak.

(28)

29

jam per hari dan terdapat minimal satu kali jeda waktu antar kegiatan yang singkat (≤ setengah jam) dalam seminggu.

Anak Usia Sekolah Dasar

Menurut Nasution (1994), masa usia sekolah sering disebut dengan masa intelektual atau masa keserasian bersekolah. Masa kelas-kelas tinggi sekolah dasar yakni ketika anak berumur kurang lebih 9 atau 10 tahun hingga umur 12 atau 13 tahun.

Beberapa sifat khas anak-anak pada masa ini antara lain adalah sebagai berikut:

a. adanya minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang konkret. Hal Ini menimbulkan adanya kecenderungan untuk membandingkan pekerjaan secara praktis.

b. realistis, keingintahuan serta minat belajar tinggi

c. menjelang akhir masa ini telah ada minat terhadap hal-hal dan mata pelajaran khusus.

d. sebelum usia 11 tahun, anak masih membutuhkan bantuan orang dewasa atau guru untuk menyelesaikan tugasnya atau memenuhi keinginannya, namun setelah sekitar usia 11 tahun, pada umumnya anak menghadapi tugas-tugasnya dengan mandiri dan berusaha menyelesaikannya sendiri.

e. pada masa ini, anak memandang nilai (angka rapor) sebagai ukuran yang tepat bagi prestasi anak.

f. anak-anak pada masa ini gemar membentuk kelompok sebaya, biasanya untuk dapat bermain bersama.

Akhir masa kanak-kanak (late childhood) berlangsung dari usia enam tahun sampai tiba saatnya individu menjadi matang secara seksual. Pada awal dan akhirnya, masa kanak-kanak ditandai oleh kondisi yang sangat mempengaruhi penyesuaian pribadi dan sosial anak. Selama satu atau dua tahun terakhir dari masa kanak-kanak terjadi perubahan fisik yang menonjol dan hal ini juga dapat mengakibatkan perubahan dalam sikap, nilai, dan perilaku. (Hurlock 2002).

Stres pada Anak

(29)

30

menyebutkan bahwa stres adalah perasaan yang terjadi ketika seseorang bereaksi terhadap kejadian tertentu. Hal ini merupakan cara agar tubuh dapat siap menghadapi situasi dengan konsentrasi, kekuatan, stamina, dan kewaspadaan yang tinggi.

Terkadang stres bersifat normal dan dapat diprediksikan dalam kehidupan sehari-hari. Stres dapat membentuk seseorang untuk belajar dan mempersiapkan diri secara lebih baik, misalnya, stres ketika hendak menghadapi peristiwa penting. Hal ini menerangkan bahwa stres tidak selalu berkonotasi negatif. Stres dapat memacu seseorang untuk lebih memotivasi, menyesuaikan, dan mempersiapkan diri; membuat keputusan serta mencari solusi. Hal inilah yang dinamakan dengan stres positif (eustres) (Imam 2007). Meskipun demikian stres yang berlarut-larut dapat menyebabkan banyak masalah (Ruffin 2001).

Dalam pengertian umum, stres terjadi jika seseorang dihadapkan dengan peristiwa yang dirasakan mengancam kesehatan fisik atau psikologisnya (Atkinson et al. 2000). Meskipun demikian, reaksi seseorang terhadap peristiwa stres sangat berbeda dan bersifat subjektif, sangat tergantung pada konsep diri dan ketahanan mental. Sebagian orang yang menghadapi peristiwa stres, mengalami masalah psikologis atau fisik serius, sedangkan orang lain yang berhadapan dengan peristiwa stres yang sama, tidak mengalami apa-apa dan bahkan mungkin merasa peristiwa itu sebagai suatu yang menantang atau menarik. Hal ini dikaitkan dengan persepsi terhadap stressor (sumber stres).

Stres dalam dunia anak terjadi apabila anak merasa tidak mampu untuk menahan tekanan-tekanan yang berasal dari luar dirinya (external pressure), misalnya tekanan dari teman-teman, keluarga dan sekolah; atau dari dalam dirinya sendiri (internal pressure) (Anonim 2003). Anak-anak bereaksi terhadap stres melalui cara yang berbeda-beda. Beberapa anak mungkin dapat sakit, beberapa dapat mengalami ketegangan dan menarik diri dari lingkungan, sedangkan yang lainnya, dapat menunjukkan amarah dan menjadi manja. Meskipun demikian, terdapat juga beberapa anak yang tidak mengalami kesulitan oleh stres. Anak-anak seperti ini dikenal sebagai anak yang tabah (Ruffin 2001).

(30)

31

kesedihan, depresi, atau menarik diri dari lingkungan. Anak yang lain mungkin mengekspresikan perasaan stres keluar dan mulai berperilaku tidak pantas misalnya mencuri dan berbohong (Longo tt).

Baik kejadian negatif maupun positif dapat menyebabkan stres. Kejadian dalam keluarga seringkali merupakan sumber stres pada anak. Perpecahan dalam keluarga, kekerasan fisik, perpisahan, pertengkaran merupakan contoh sumber stres yang negatif. Kejadian lain seperti orangtua kehilangan pekerjaan dan kematian anggota keluarga, dapat juga menciptakan stres. Kejadian positif juga mampu menyebabkan stres pada anak, misalnya pesta ulang tahun, memiliki peliharaan baru, dan kelahiran adik baru (Ruffin 2001).

Hal yang paling sering menimbulkan stres adalah situasi yang mengancam dan menimbulkan rasa tidak aman. Bagi anak, sedikit perubahan atau kehilangan sesuatu atau seseorang yang disayangi maupun situasi yang bisa mengancam rasa aman atau kasih sayang dan perhatian bisa menjadi sumber stres yang besar, misalnya, pindah rumah, perceraian orangtua, masuk sekolah, pindah sekolah, ditinggal orang terdekat, kematian orang terdekat atau binatang kesayangan (Anonim 2005).

Kondisi fisik yang menurun, misalnya seperti seringkali sakit untuk jangka waktu lama, juga membuat anak tertekan dan daya tahan tubuhnya melemah, sehingga mempengaruhi pula ketahanan mentalnya. Sibling Rivalry (persaingan antar saudara) juga dapat menimbulkan stres pada anak, karena hal tersebut berpengaruh pada kedudukan anak di rumah (Anonim 2005).

(31)

32

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Stres pada Anak

Karakteristik Anak

Usia masuk sekolah. Menurut Nurdadi (2001), seorang anak dikatakan telah pantas masuk sekolah dasar (SD) apabila telah mencapai kematangan untuk duduk di kelas 1 SD. Adapun kematangan tersebut meliputi :

• kematangan fisik, termasuk kematangan fungsi-fungsi motorik halus. Anak telah siap untuk menulis, misalnya.

• kemampuan memusatkan perhatian dalam jangka waktu yang cukup lama • kemampuan menerima otoritas, sehingga bersedia mendengarkan perintah • kemampuan mengendalikan emosinya

kemandirian, misalnya mengurus diri sendiri di toilet, memakai sepatu, makan, dan lain-lain.

Menurut Suhesti (2003), anak yang mogok sekolah kemudian mengalami stres dapat disebabkan karena faktor usia yang belum matang. Usia mempengaruhi kematangan seorang anak untuk masuk SD. Meskipun demikian, banyak orangtua yang berkeinginan untuk sesegera mungkin mendaftarkan anaknya ke SD meskipun usia anak belum cukup. Mungkin pada awalnya, saat anak duduk di kelas satu atau dua anak dapat mengikuti pelajaran yang diberikan. Tetapi selanjutnya, saat anak berada di kelas lima atau enam akan merasa bosan, jenuh, atau malas, sehingga harus selalu dibimbing atau diberikan semangat. Hal tersebut berbeda dengan anak yang sudah matang. Jenis Kelamin. Hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa anak laki-laki memiliki motivasi belajar yang lebih rendah apabila dibandingkan dengan anak perempuan (Anonim 1998). Penelitian di Taiwan tahun 2007, menemukan bahwa anak perempuan kehilangan waktu untuk bermain dan lebih banyak menghabiskan waktu untuk membaca, kegiatan ektrakurikuler, rutinitas, dan aktivitas lain yang dipilih oleh orangtuanya (Newman et al. 2007).

Karakteristik Keluarga

(32)

33

Pendidikan orangtua. Tingkat pendidikan orangtua mempunyai korelasi yang positif terhadap cara mendidik dan mengasuh anak. Tingkat pendidikan baik langsung maupun tidak langsung akan mempengaruhi cara, pola, kerangka berpikir, persepsi, pemahaman, dan kepribadian yang nantinya merupakan bekal dalam berkomunikasi (Gunarsa & Gunarsa 1995 dalam Astuti 2007). Menurut Alvin (2007), di kalangan orangtua dengan pendidikan yang lebih tinggi dan informasi yang lebih banyak, persaingan untuk menghasilkan anak-anak yang memiliki kemampuan dalam segala aspek juga semakin meningkat.

Pendapatan orangtua. Pada golongan ekonomi yang lebih tinggi, Persaingan untuk menghasilkan anak-anak yang memiliki kemampuan di berbagai aspek juga semakin meningkat (Alvin 2007). Kegiatan les, kursus, dan tambahan ketrampilan lain biasanya mengeluarkan biaya yang tidak sedikit. Hal ini menjadi alasan mengapa anak sibuk biasanya berasal dari golongan ekonomi menengah ke atas.

Umur orangtua. Elkind mengemukakan bahwa makin sedikitnya jumlah anak dan semakin tuanya usia orangtua pada saat memiliki anak membuat mereka memiliki harapan yang lebih tinggi pada anaknya. Orangtua dianggap bukanlah orang tua yang baik jika tidak memberikan 101 aktivitas pada anak seperti anak-anak yang lain (Anonim 2002).

Harapan orangtua. Orangtua yang sering menuntut akan semakin memperbesar rasa stres pada diri anak, misalnya orangtua yang ambisius dan menuntut anak agar prestasi akademiknya baik atau menjadi juara di sekolah (Anonim 2003). Salah satu penyebab terjadinya stres pada anak adalah rasa khawatir dari orangtua mengenai prestasi anak (Anton 2006). Kecemasan orangtua akan prestasi anak kemudian membuat anak diberi berbagai kursus tanpa memperhitungkan waktu untuk bermain dan bersosialisasi, sehingga membuat anak merasa jenuh dengan rutinitasnya dan prestasi menjadi menurun. (Ruffin 2001).

Salah satu alasan yang menyebabkan orangtua memberikan anaknya berbagai macam aktivitas ekstrakurikuler adalah karena menginginkan yang terbaik untuk anaknya. Orangtua beranggapan bahwa bermain dan waktu luang merupakan hal yang sia-sia. Orangtua juga merasa bahwa lingkungan bermain seperti taman dan jalan raya sudah tidak seaman dahulu (Anonim 2002).

(33)

34

contohnya adalah keinginan orangtua untuk menjadi seorang atlet renang yang handal, namun tidak tercapai. Hal ini mendorong orangtua untuk memberikan kursus renang pada anaknya. Para orangtua berpendapat bahwa jika anak dapat merealisasikan impian masa kecilnya, maka hal tersebut belum terlambat (Anonim 2002).

Juan dalam Anonim (2002) mengatakan bahwa ambisi orangtua berkaitan dengan kondisi ekonomi. Dalam era globalisasi, meskipun kesejahteraan meningkat namun untuk memperolehnya juga semakin sulit. Orangtua beranggapan bahwa jika anak sukses di kelak kemudian hari maka orangtua tidak akan terlalu dirugikan.

Alokasi Waktu Dan Aktivitas Anak

Alokasi waktu anak antara lain dipergunakan untuk: 1) pekerjaan rumah tangga (membantu ibu dan membersihkan tempat tidur), 2) kegiatan sosial dan pendidikan (belajar, sekolah, les, dan ekstrakurikuler), 3) kegiatan pribadi (mandi, beribadah), dan 4) waktu luang (rekreasi, menonton, dan olahraga) (Suprihatin 1992). Menurut Soekirman et al. (1999) dalam Agustina (2003), aktivitas utama anak sekolah digolongkan dalam 8 kegiatan yaitu 1) belajar selama jam sekolah, 2) belajar diluar jam sekolah, 3) menonton TV, 4) bermain, 5) olahraga, 6) membantu pekerjaan orangtua, 7) tidur siang, dan 8) tidur malam.

Menurut Craig et al. (1986) diacu dalam Agustina (2003), kegiatan anak sekolah dibagi menjadi 1) aktivitas belajar di sekolah, 2) aktivitas bermain, 3) aktivitas olahraga, dan 4) aktivitas ektrakurikuler. Sebuah penelitian dari Universitas Michigan menemukan bahwa sejak tahun 1981, anak-anak Amerika telah kehilangan sekitar 30 menit setiap harinya atau sekitar 4 jam per minggu untuk bermain dan aktivitas di luar rumah. Waktu luang yang tersedia setelah kegiatan makan, tidur, perawatan pribadi, dan sekolah, berkurang dari 40 persen menjadi 25 persen setiap harinya (Anonim 2002).

(34)

35

Persepsi

Persepsi dapat diartikan sebagai proses mengorganisasikan dan menafsirkan pola stimulus dalam lingkungannya (Atkinson et al. 2000). Persepsi pada hakekatnya adalah proses kognitif yang dialami oleh setiap orang di dalam memahami informasi tentang lingkungan, baik lewat penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan, dan penciuman.

Pengertian tentang persepsi yang lebih spesifik dikemukakan oleh McMahon dan McMahon (1986) diacu dalam Endaryanto (1999), yakni merupakan proses penyusunan informasi untuk membuat penafsiran dan pengertian. Karena itu, persepsi merupakan proses komunikasi yang timbul karena adanya respon terhadap stimulus. Stimulus yang diterima seseorang masuk ke dalam otak kemudian diartikan, ditafsirkan, dan diberi makna melalui proses yang rumit sehingga akhirnya terbentuk persepsi. Kunci untuk memahami persepsi adalah terletak pada pengenalan bahwa persepsi merupakan suatu penafsiran yang unik terhadap situasi (Thoha 1986 diacu dalam Endaryanto 1999).

Berlo (1960) dalam Endaryanto (1999) mengemukakan bahwa individu dalam memberikan makna terhadap suatu stimuli seringkali tidak sama antara individu yang satu dengan lainnya, tergantung pada faktor-faktor tertentu yang ada di dalam dan di luar individu tersebut yang dapat mempengaruhi persepsinya. Akibatnya tidak jarang terjadi ketidaksamaan persepsi antara individu yangn satu dengan lainnya tentang obyek yang sama, sehingga peluang terjadinya kesalahan mempersepsikan selalu ada.

(35)

36

KERANGKA PEMIKIRAN

Manarosana dalam Sjafrani (2007) mengemukakan bahwa saat ini stres banyak diderita oleh anak usia remaja, bahkan dalam beberapa kasus, anak-anak diperkirakan telah mengalami stres. Stres pada anak-anak usia sekolah dasar dapat dipengaruhi oleh tingginya alokasi waktu anak untuk kegiatan di luar sekolah. Hal ini disebabkan karena terlalu banyak hal yang harus dilakukan, waktu untuk hiburan dan rekreasi tidak mencukupi, serta tidak memiliki waktu luang untuk bersama keluarga dan teman (Delongis et al. 1988 diacu dalam Johson 2004).

Selain dari segi alokasi waktu dan aktivitas di luar sekolah, tingkat stres pada anak sibuk dapat dipengaruhi oleh faktor yang lain, yaitu karakteristik anak, karakteristik keluarga, persepsi anak serta persepsi ibu. Stres dari segi karakteristik anak dapat ditinjau dari jenis kelamin serta umur pada saat mendaftar SD. Usia anak yang masih terlalu dini ketika masuk sekolah dapat mengakibatkan anak menjadi jenuh dan bosan ketika di akhir masa sekolah (Suhesti 2003).

Karakteristik keluarga juga dapat mempengaruhi tingkat stres anak. Perbedaan karakteristik sosial ekonomi keluarga seperti pendidikan, pendapatan, pekerjaan dan usia orangtua serta persepsi ibu tentang aktivitas di luar sekolah dan harapan orangtua pada anak diduga memiliki kaitan dengan tingkat stres anak. Elkind mengemukakan bahwa semakin sedikitnya jumlah anak dan semakin tuanya usia orangtua pada saat memiliki anak merupakan beberapa hal yang dapat menyebabkan meningkatnya harapan orangtua pada anak (Anonim 2002).

Persepsi anak dan ibu terhadap aktivitas di luar sekolah dan harapan orangtua terhadap anak diduga ikut mempengaruhi tingkat stres anak. Menurut Hayslip dan Panek (1989) diacu dalam Endaryanto (1999), persepsi terhadap sumber stres akan mempengaruhi tingkat stres dan responnya terhadap sumber stres tersebut.

(36)

Sekolah

Interaksi dengan Guru

Interaksi dengan teman

Kurikulum

[image:36.842.45.772.82.448.2]

- mata ajaran - PR

Gambar 1 Kerangka Pemikiran Tingkat Stres pada Anak Sibuk dan Tidak Sibuk

Tingkat Stres

Anak usia

sekolah Dasar

Anak sibuk Anak tidak sibuk Aktivitas dan alokasi

waktu Di Luar Sekolah Karakteristik anak

- Umur - Jenis Kelamin

Karakteristik keluarga

- Besar Keluarga

- Pendidikan orangtua

- Pendapatan orangtua

- Pekerjaan orangtua

- Umur orangtua

Persepsi Anak terhadap aktivitas di luar

sekolah dan harapan orangtua pada anak

Persepsi Ibu terhadap aktivitas di luar

(37)

58

METODE PENELITIAN

Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian

Penelitian mengenai tingkat stres pada anak usia sekolah dasar ini menggunakan desain cross sectional study, yakni penelitian dilaksanakan pada satu waktu tertentu. Penentuan lokasi penelitian menggunakan metode purposive, yaitu dengan pertimbangan bahwa sekolah merupakan sekolah dasar swasta favorit yang memiliki jadwal yang padat dan jumlah anak yang memiliki aktivitas di luar sekolah cukup tinggi, sehingga terpilih SD Bina Insani Bogor. Pengambilan data dilaksanakan pada bulan April hingga Agustus 2008.

Contoh dan Cara Penarikan Contoh

Contoh dalam penelitian ini adalah anak kelas 5 sekolah dasar (SD), dengan pertimbangan anak memiliki waktu yang lebih banyak untuk melakukan kegiatan di luar sekolah (les/kursus/bimbingan/klub olahraga). Kriteria anak sibuk dalam penelitian ini berbeda dengan kriteria Sunarti et al. (2006). Jika dalam Sunarti et al. (2006) kriteria anak sibuk didasarkan pada jumlah kegiatan di luar sekolah (anak sibuk adalah anak memiliki ≥ 4 macam kegiatan di luar sekolah dalam satu minggu), maka dalam penelitian ini, kriteria anak sibuk didasarkan pada alokasi waktu untuk kegiatan di luar sekolah.

Jumlah siswa kelas 5 SD Bina Insani adalah sebanyak 119 anak. Pada tahap awal pemilihan contoh, dilakukan proses penyaringan siswa melalui penyebaran kuisioner tentang jumlah dan alokasi waktu aktivitas di luar sekolah yang dilakukan dalam satu minggu. Dari proses penyaringan tersebut, ternyata hanya 99 siswa yang mengisi kuisioner dengan benar dan lengkap. Selanjutnya 99 siswa tersebut diurutkan berdasarkan alokasi waktu kegiatan di luar sekolah yang dilakukan.

(38)

59

[image:38.595.98.530.90.481.2]

Gambar 2 Metode penarikan contoh.

Jenis dan Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder. Data primer meliputi data karakteristik anak (umur saat masuk SD dan jenis kelamin anak), karakteristik keluarga (besar keluarga, usia, pendidikan, pekerjaan, dan pendapatan orangtua), persepsi anak dan ibu terhadap aktivitas di luar sekolah dan harapan orangtua, aktivitas dan alokasi waktu kegiatan di luar sekolah anak, serta tingkat stres pada anak. Data primer tersebut diperoleh melalui record oleh anak dan wawancara. Data sekunder dalam penelitian ini mencakup gambaran umum lokasi penelitian. Data sekunder diperoleh dari keterangan pihak sekolah dan buku komunikasi SD Bina Insani.

Pengolahan dan Analisis Data

Data yang telah diperoleh kemudian diolah melalui proses pengecekan, coding, dan scoring. Pada mulanya data dari kuisioner ditransfer ke dalam microsoft exel, selanjutnya dianalisis menggunakan SPSS 13.0 for windows. Analisis data yang dilakukan meliputi statistika deskriptif (modus, mean, minimum, maksimum) dan inferensia (uji beda, korelasi, dan regresi).

Sekolah dasar di Bogor

Anak sibuk = 30 anak (purposive) ( aktivitas di luar sekolah ≥ 7

jam perminggu )

Anak tidak sibuk = 30 anak (purposive) ( aktivitas di luar sekolah ≤ 3

jam perminggu) SD Bina Insani

(purposive)

Jumlah anak kelas 5 = 119 anak

(39)

60

Karakteristik anak yang diamati dalam penelitian ini adalah jenis kelamin dan umur anak saat masuk sekolah dasar (SD). Jenis kelamin dibedakan menjadi laki-laki dan perempuan, sedangkan umur saat masuk SD diukur berdasarkan umur anak (diketahui dari tanggal lahirnya) per Juli 2003 (tahun ajaran baru saat anak masuk kelas 1 SD). Data karakteristik keluarga mencangkup besar keluarga, usia (usia saat ini dan usia saat anak pertama lahir), pendidikan, pekerjaan, dan pendapatan orangtua.

Data alokasi waktu anak diperoleh berdasarkan pencatatan (record) aktivitas oleh anak selama satu minggu (7x24 jam). Alokasi waktu anak yang diperoleh kemudian dibedakan menjadi 7 jenis aktivitas, yaitu aktivitas pribadi, waktu antara, sekolah, tidur, leisure, belajar di rumah, dan aktivitas di luar sekolah anak (les/kursus/bimbingan/klub olahraga).

Aktivitas pribadi meliputi aktivitas makan, beribadah, mandi, dan sebagainya. Waktu antara adalah waktu yang digunakan anak untuk melakukan perjalanan dari suatu tempat ke tempat lain, termasuk perjalanan dari dan ke tempat kursus/les/bimbingan/klub olahraga. Aktivitas sekolah adalah kegiatan yang dilakukan oleh anak selama berada di sekolah sejak mulai masuk hingga pulang sekolah. Aktivitas tidur dalam penelitian ini dibedakan menjadi tidur siang dan tidur malam.

Aktivitas leisure mencakup kegiatan anak yang dilakukan pada saat luang. Dalam penelitian ini, aktivitas leisure dibedakan menjadi bermain, olahraga, menonton televisi, bersantai, melakukan hobi, dan jalan-jalan. Aktivitas belajar anak merupakan kegiatan belajar di rumah yang dilakukan anak seperti membaca buku pelajaran, mengerjakan PR (Pekerjaan Rumah), mencari literature di internet/media lain, dan mengerjakan tugas kelompok. Aktivitas anak di luar sekolah merupakan kegiatan les/kursus/bimbingan/klub olahraga yang dilakukan oleh anak.

Data mengenai aktivitas di luar sekolah anak meliputi jenis dan jumlah aktivitas anak dalam satu minggu serta inisiator kegiatan anak. Jenis kegiatan adalah banyaknya macam kegiatan di luar sekolah yang dilakukan dalam satu minggu, sedangkan jumlah kegiatan merupakan banyaknya frekuensi kegiatan yang dilakukan dalam satu minggu. Inisiator kegiatan adalah orang yang mengusulkan diadakannya aktivitas di luar sekolah. Inisiator kegiatan dalam penelitian ini dibedakan menjadi 5 yaitu: anak; orangtua; anggota keluarga lain

(40)

61

Alokasi waktu kegiatan yang telah diperoleh selama satu minggu kemudian dirata-ratakan dalam satu hari dan dihitung dalam satuan jam, yakni untuk mencari persentase rata-rata alokasi waktu dalam sehari.

Persepsi anak dan ibu terhadap aktivitas di luar sekolah dan harapan orang tua pada anak diukur melalui 15 pertanyaan. Jawaban yang diperoleh dikelompokkan menjadi tidak setuju (skor 1), kurang setuju (skor 2), dan setuju (skor 3) untuk pernyataan positif dan skor yang berlawanan untuk pernyataan yang negatif. Pengkategorian persepsi anak dan ibu dilakukan berdasarkan mean ± standar deviasi. Adapun rumus pengkategoriannya adalah sebagai berikut :

● Rendah adalah kurang dari (mean – standar deviasi)

● Sedang adalah (mean – standar deviasi) hingga (mean + standar deviasi) ● Tinggi/baik adalah lebih besar dari (mean + standar deviasi)

Alat ukur tingkat stres yang digunakan dalam penelitian ini diadaptasi dari Pratama (2005). Hal ini disebabkan oleh adanya perbedaan subyek penelitian. Dalam Pratama (2005), subyek penelitiannya adalah orang dewasa sedangkan dalam penelitian ini adalah anak-anak. Reliabilitas tingkat stres dalam penelitian Pratama (2005) adalah sebesar 0.8041 dan ketika diadaptasi dalam penelitian ini menjadi 0.8607 (Tabel 1).

Tabel 1 Variabel dan reliabilitasnya

Variabel Reliabilitas (α-cronbah)

1. Tingkat stres (diadaptasi dari Pratama 2005) 0.8607 2. Persepsi anak

Persepsi anak terhadap aktivitas (13 pertanyaan) 0.8075 Persepsi anak terhadap harapan orang tua ( 2 pertanyaan) 0.8466 3. Persepsi ibu

Persepsi ibu terhadap aktivitas anak (11 pertanyaan) 0.7304 Persepsi anak terhadap harapan orang tua (4 pertanyaan) 0.7794

(41)
[image:41.595.56.520.54.814.2]

62

Tabel 2 Variabel dan cara pengkategorian

Variabel Dasar Kategori

Pengkategorian Karakteristik anak

● Usia anak saat masuk SD

1. < 6 tahun 2. ≥ 6 tahun

● Jenis Kelamin 1.Laki-laki

2. Perempuan

Karakteristik Keluarga

● Besar Keluarga Hurlock (1991) 1.Kecil ( ≤ 4 orang) 2. Sedang (5-6 orang)

3. Besar ( ≥ 7 orang)

● Usia orang tua

- Usia saat ini

Papalia dan Olds (1981)

1. 18-40 tahun (Dewasa muda)

2. 41-65 tahun (dewasa madya)

3. >65 tahun (dewasa

lanjut)

- Usia saat anak pertama lahir 1. Usia 20-30 2. Usia 31-40 3. Usia 41-50

● Pendidikan orangtua 1. SMA 2. Perguruan Tinggi ● Pekerjaan orangtua

(Utama dan tambahan) 1. Tidak bekerja (IRT)

Pekerjaan ayah 2. PNS

Pekerjaan ibu 3. POLRI

4. Swasta

5. Wiraswasta

6. BUMN

Pendapatan orangtua

(Utama dan tambahan) 1. < Rp 2.5 juta

Pendapatan ayah 2. 2.500.001 – 5 juta

Pendapatan ibu 3. 5.000.001 –7.5 juta

4. 7.500.001 – 10 juta 5. > 10 juta

Alokasi waktu anak

(pribadi, waktu antara, sekolah, tidur, leisure, belajar, dan aktivitas di luar sekolah)

Aktivitas di luar sekolah anak ● jenis aktivitas dalam satu minggu ● jumlah aktivitas dalam satu minggu ● alokasi waktu aktivitas dalam satu

minggu

● Inisiator kegiatan 1. Sendiri

2. Orangtua

3. Anggota Keluarga yang lain (kakak, saudara,dll)

(42)

63

Tabel 2 (Lanjutan)

Variabel Dasar Kategori

Pengkategorian

Persepsi anak Mean± Standar Setuju (skor 3)

deviasi Kurang setuju(skor 2)

Tidak setuju (skor 1) ● Persepsi anak terhadap aktivitas Kurang (skor < 32) ● Persepsi anak terhadap harapan Cukup (skor 32-38)

orangtua Baik (skor > 38)

Persepsi orangtua

Setuju (skor 3) Kurang setuju(skor 2) Tidak setuju (skor 1) ● Persepsi terhadap aktivitas anak Mean± Standar Kurang (skor < 31)

● Persepsi terhadap harapan deviasi Cukup (skor 31-37)

orangtua Baik(skor > 37)

Tingkat stres anak Mean± Standar (diadaptasi dari Pratama 2005) deviasi

Tidak pernah (skor 1) Rendah (skor < 29)

Jarang (skor 2) Sedang (skor 29-40)

Sering (skor 3) Tinggi (skor >40)

Sebelum dilakukan pengujian, data yang diperoleh diuji normalitasnya dahulu. Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji uji normalitas Shapiro-Wilk yakni disebut normal, jika p > 0.05 (Dahlan 2004). Data mengenai uji normalitas secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 2. Setelah itu, data diuji dengan menggunakan uji deskriptif, beda mean, korelasi, dan regresi.

1. Uji deskriptif digunakan pada seluruh variabel yang diamati untuk melihat sebaran contoh menurut variabel yang diteliti

2. Uji beda yang digunakan adalah uji beda Mann Whitney (untuk data ketegorik) dan uji beda t-test (untuk data numerik). Uji beda dilakukan pada seluruh variabel yang diamati yakni untuk melihat ada tidaknya perbedaan pada masing-masing variabel di kedua kelompok contoh (anak sibuk dan tidak sibuk).

3. Uji korelasi Chi-Square dan Rank Spearman untuk mengetahui hubungan antara variabel-variabel yang diteliti, menggunakan SPSS 13.0

4. Uji regresi linear berganda, untuk melihat pengaruh karakteristik anak; karakteristik keluarga, persepsi ibu dan anak; serta aktivitas dan alokasi waktu anak terhadap tingkat stres anak.

Y = B0 + B1x1+ B2x2+ B3x3+ B4x4+ B5x5+ B6x6+ B7x7 Y = Tingkat stres

(43)

64

B0 = Constant X1= Jenis kelamin

X2 = Umur anak saat masuk SD

X3 = Alokasi waktu kegiatan di luar sekolah X4 = Alokasi waktu menonton TV

X5 = Usia ibu saat anak pertama lahir X6 = Pendapatan utama ayah

X7 = Total persepsi anak

Definisi Operasional

Contoh adalah anak usia sekolah dasar kelas 5 yang sibuk dan tidak sibuk. Anak sibuk adalah anak yang memiliki waktu aktivitas di luar sekolah ≥ 7 jam

setiap minggu

Anak tidak sibuk adalah anak yang memiliki waktu aktivitas di luar sekolah ≤ 3 jamsetiap minggu

Aktivitas di luar sekolah adalah kegiatan informal yang diikuti oleh anak di luar jam sekolah, yang meliputi les, kursus, dan klub olahraga, dan bukan merupakan kegiatan ektrakurikuler di sekolah.

Alokasi waktu adalah penggunaan waktu oleh anak dalam 24 jam selama 1 minggu. Alokasi waktu ini dikelompokkan menjadi aktivitas pribadi, waktu antara, sekolah, tidur, leisure, belajar, serta aktivitas di luar sekolah anak.

Alokasi waktu kegiatan di luar sekolah adalah penggunaan waktu untuk kegiatan di luar sekolah selama 1 minggu, di luar perjalanan dari dan ke tempat les/kursus/bimbingan.

Karakteristik individu adalah ciri-ciri khas anak yang diteliti, yang meliputi umur pada saat masuk SD dan jenis kelamin.

Karakteristik keluarga adalah ciri-ciri keluarga contoh, yang diduga ikut mempengaruhi tingkat stres pada anak, yang meliputi besar keluarga, umur, pendidikan, pendapatan, serta pekerjaan orangtua.

Besar Keluarga adalah banyaknya jumlah anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah dan menggunakan sumberdaya yang sama.

Pendidikan orangtua adalah jenjang pendidikan formal yang telah diselesaikan oleh orangtua contoh, meliputi SMA dan Perguruan Tinggi.

(44)

65

Pekerjaan orangtua adalah jenis pekerjaan yang ditekuni orangtua (pekerjaan tetap dan tambahan)

Persepsi anak adalah cara pandang anak terhadap aktivitas di luar sekolah dan harapan orang tua terhadap anak.

Persepsi ibu adalah cara pandang ibu terhadap aktivitas di luar sekolah anak dan harapan orang tua terhadap anak.

(45)

66

HASIL DAN PEMBAHASAN

SD Bina Insani

[image:45.595.100.511.238.767.2]

Penelitian mengenai tingkat stres pada anak usia sekolah dasar ini dilakukan di SD Bina Insani, Jalan K.H Sholeh Iskandar, Tanah Sareal Bogor. SD Bina Insani dipilih secara purposive dengan pertimbangan bahwa SD tersebut merupakan salah satu SD swasta favorit di Bogor dengan populasi siswa yang memiliki kegiatan di luar sekolah (les, kursus, bimbingan, klub olahraga) yang cukup besar. Data mengenai karakteristik SD Bina Insani tercantum dalam Tabel 3 berikut ini.

Tabel 3 Karakteristik SD Bina Insani

Karakteristik SD Bina Insani Keterangan

Luas SD Bina Insani 18,000 m2

Jumlah Ruang

• Kelas paralel Kelas 1 = 5 buah Kelas 4 = 5 buah Kelas 2 = 5 buah Kelas 5 = 4 buah Kelas 3 = 6 buah Kelas 6 = 5 buah

Total kelas = 30

• UKS 1 buah

• Perpustakaan 1 buah

• Masjid 1 buah

• Ruang Guru 3 buah

• Ruang Kepala Sekolah 1 buah

• Laboratorium komputer 2 buah

• Tata Usaha 1 buah

• Kantin 2 buah

• Lapangan olahaga Lapangan basket = 2 buah Lapangan sepakbola = 1 buah Lapangan bulutangkis = 1 buah Lapangan voli = 1 buah

Jumlah Guru 49 orang

Pendidikan Guru

• S1 36 orang

• D3/D2/D1 9 orang

• SMU 4 orang

Jumlah Murid

● Laki-laki 479 anak

● Perempuan 402 anak

● Total 879 anak

Jumlah Murid kelas V

● Laki-laki 70 anak

● Perempuan 49 anak

● Total 119 anak

Sumber Air Bersih PAM

(46)

67

Kurikulum. Kurikulum yang digunakan di SD Bina Insani adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), yaitu kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan. Kurikulum ini disusun oleh satu tim penyusun yang terdiri atas unsur dan komite sekolah dibawah koordinasi dan pengawasan Dinas Pendidikan Kota Bogor, serta bimbingan Pusat Pengembangan Akademik (PPA) Perguruan Bina Insani.

[image:46.595.108.521.353.509.2]

Kurikulum SD Bina Insani memuat 8 mata pelajaran, muatan lokal, dan pengembangan diri. Pembelajaran pada kelas 1 hingga kelas 3 dilaksanakan melalui pendekatan tematik sedangkan untuk kelas 4 hingga 6, pembelajaran dilaksanakan melalui pendekatan mata pelajaran. Alokasi waktu satu jam pembelajaran adalah 35 menit. Minggu efektif dalam satu tahun pelajaran (dua semester) adalah 34-38 minggu. Contoh jadwal pelajaran lengkap siswa kelas 5 SD Bina Insani dapat dilihat pada Lampiran 3.

Tabel 4 Struktur kurikulum SD Bina Insani (dalam jam pembelajaran per minggu) Mata Pelajaran

Alokasi waktu Muatan lokal Alokasi waktu Kelas 1-3 Kelas 4-6 Kelas 1-3 Kelas 4-6

Pendidikan Agama Islam 3 Bahasa sunda 2

Kewarganegaraan 2 Bahasa Inggris 3

Bahasa Indonesia TEMATIK 5 AL Qur'an TEMATIK 3

Metematika 6 Teknologi 2

Ilmu Pengetahuan Alam 4 Ilmu Pengetahuan Sosial 3 Seni budaya dan

ketrampilan 4 Pendidikan jasmani,

olahraga, dan kesehatan 4

Kegiatan pembelajaran di SD Bina Insani dimulai pada pukul 07.15 hingga 14.15 WIB. Kegiatan ini dilaksanakan pada Hari Senin hingga Jum’at, sedangkan Hari Sabtu, aktivitas sekolah diliburkan. Peraturan tersebut dapat berubah pada saat kondisi tertentu, seperti ujian. Apabila sedang ujian, aktivitas sekolah diakhiri pada pukul 11.30 hingga 12.00 WIB, hal ini dimaksudkan supaya anak-anak dapat belajar di rumah untuk mempersiapkan ujian.

Tabel 5 Beban belajar tatap muka keseluruhan di SD Bina Insani Kelas Satu jam

pembelajaran tatap muka

Jumlah jam pembelajaran

tiap minggu

Minggu efektif per tahun

ajaran

Waktu pembelajaran per tahun

1-3 35 menit 26-28 34-38 884-1064 jam

(47)

68

Kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan ekstrakurikuler di SD Bina Insani dibedakan menjadi 3 yaitu :

1. Estrakurikuler wajib yakni Pramuka. Esktrakurikuler ini wajib diikuti oleh seluruh siswa kelas 3 hingga 6.

2. Ekstrakurikuler pilihan terdiri dari :

● Ekstrakurikuler pilihan untuk kelas 1 dan 2 meliputi seni lukis, seni tari, renang, pencak silat, dan paduan suara

● Ekstrakurikuler pilihan untuk kelas 3 hingga 6 terdiri dari ekstrakurikuler sanggar bahasa, English club, sepakbola, pencak silat, karate, renang, seni lukis, paduan suara, band cilik, seni tari, dan marawis.

3. Ekstrakurikuler khusus

Ekstrakurikuler khusus yakni ekstrakurikuler yang pesertanya ditunjuk oleh pihak sekolah berdasarkan standar kecakapan masing-masing, yang meliputi ekstrakurikuler drum band, sains club, social club, degungan, tartil Qur’an, dan Da’i cilik.

Setiap akhir masa pembinaan ekstrakurikuler, yakni pada bulan April, diadakan kegiatan apresiasi seni. Apresiasi seni adalah ajang kreasi untuk mempertunjukkan kemampuan yang telah diperoleh selama mengikuti kegiatan ekstrakurikuler. Apresiasi seni tahun ajaran 2007/2008 diadakan pada hari Sabtu tanggal 26 April 2008. Setelah apresiasi seni, kegiatan ekstrakurikuler ditiadakan untuk sementara waktu hingga tahun ajaran baru. Hal ini dimaksudkan supaya anak dapat lebih fokus pada persiapan ujian.

Karakteristik Contoh

Jenis Kelamin

(48)

69

Tabel 6 Sebaran contoh menurut jenis kelamin

Anak sibuk Anak tidak sibuk Total

Jenis kelamin n % n % n %

Laki-laki 12 40.0 23 76.7 35 58.3

Perempuan 18 60.0 7 23.3 25 41.7

Total 30 100.0 30 100.0 60 100.0

P-value 0.004** Keterangan: **= nyata pada p<0.01

Usia Saat Masuk SD

Usia mempengaruhi kematangan seorang anak untuk masuk sekolah dasar. Meskipun demikian, banyak orangtua yang berambisi untuk sesegera mungkin mendaftarkan anaknya masuk ke SD meskipun usia anak belum cukup. Sebanyak 40.0 persen anak sibuk dan 36.7 persen anak tidak sibuk masuk sekolah dasar ketika berumur kurang dari 6 tahun (Tabel 7).

Tabel 7 Sebaran contoh menurut usia anak saat masuk SD

Umur Saat Masuk SD (Tahun)

Anak sibuk Anak tidak sibuk Total

n % n % n %

< 6 12 40.0 11 36.7 23 38.3

≥ 6 18 60.0 19 63.3 37 61.7

Total 30 100.0 30 100.0 60 100.0

Min-maks 5.3-6.6 5.4-6.7 5.3-6.7

Rata-rata±SD 6.026±0.322 6.080±0.380 6.04 ± 0.764

P-value 0.561

Menurut Suhesti (2003), anak yang mogok sekolah kemudian mengalami stres dapat disebabkan karena faktor usia yang belum matang. Mungkin pada awalnya, saat anak duduk di kelas satu atau dua anak dapat mengikuti pelajaran yang diberikan. Tetapi selanjutnya, saat anak berada di kelas lima atau enam akan merasa bosan, jenuh, atau malas, sehingga harus selalu dibimbing atau diberi semangat. Hal ini berbeda dengan anak yang telah matang. Hasil uji beda t-test menunjukkan tidak terdapat perbedaan pada variabel umur saat masuk SD diantara contoh anak sibuk dan tidak sibuk.

Karakteristik Keluarga Contoh

(49)

70

yang diamati dalam penelitian ini meliputi besar keluarga, usia, pendidikan, pekerjaan, dan pendapatan orangtua.

Besar Keluarga

Besar keluarga adalah banyaknya jumlah anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah dan menggunakan sumberdaya yang sama. Menurut Hurlock (1991) besar keluarga dibedakan menjadi tiga yaitu keluarga kecil, keluarga sedang, dan keluarga besar. Keluarga kecil memiliki ≤ 4 orang anggota keluarga, keluarga sedang terdiri dari 5-6 anggota keluarga, dan keluarga besar memiliki ≥ 7 orang anggota keluarga.

Tabel 8 Sebaran contoh menurut besar keluarga

Besar keluarga

Anak sibuk Anak tidak sibuk Total

n % n % n %

Kecil ( ≤ 4 orang) 14 46.7 16 53.3 30 50.0 Sedang (5-6 orang) 16 53.3 14 46.7 30 50.0 Besar ( ≥ 7 orang) 0 0.0 0 0.0 0 0.0

Total 30 100.0 30 100.0 60 100.0

Min-maks 3-6 4-6 3-6

Rata-rata±SD 4.63±0.850 4.57±0.679 4.60 ± 0.764

P-value 0.738

Tabel 8 menunjukkan bahwa jumlah anggota keluarga contoh berkisar antara 3 hingga 6 orang. Persentase terbesar (53.3%) contoh anak sibuk memiliki besar keluarga sedang, sedangkan persentase terbesar contoh (53.3%) anak tidak sibuk memiliki besar keluarga kecil. Tidak terdapat contoh yang memiliki jumlah anggota keluarga ≥ 7 orang. Uji beda t-test tidak menunjukkan adanya perbedaan (P>0.05) besar keluarga di kedua kelompok contoh.

Elkind mengemukakan bahwa makin sedikitnya jumlah anak merupakan salah satu hal yang menyebabkan makin meningkatnya harapan orangtua terhadap anak (Ano

Gambar

Gambar 1 Kerangka Pemikiran Tingkat Stres pada Anak Sibuk dan Tidak Sibuk
Gambar 2 Metode penarikan contoh.
Tabel 2  Variabel dan cara pengkategorian
Tabel 3 berikut ini.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Karies gigi adalah salah satu penyebab kehilangan gigi yang paling sering terjadi, penyebab terjadinya karies, yaitu host, mikroorganisme, substrat, dan waktu

Rahyono (2003) menyatakan intonasi sebuah bahasa memiliki keteraturan yang telah dihayati bersama oleh para penuturnya.Penutur sebuah bahasa tidak memiliki kebebasan yang

The cost of land under development consists of the cost of land for development, direct and indirect real estate development costs and capitalized borrowing

Disahkan dalam rapat Pleno PPS tanggal 26 Februari 2013 PANITIA PEMUNGUTAN SUARA. Nama

permintaan klarifikasi I dan II kepada Presiden perihal langkah-langkah yang sudah dan akan ditempuh oleh Pemerintah dalam rangka penyelesaian kasus Penghilangan Orang Secara

Oleh karena itu bagi lembaga pendidikan yang mengembangkan pendidikan vokasi tidak perlu minder dan kemudian mengubah menjadi pendidikan akademik, karena akan

Selain dari beberapa karya di atas, Fazlur Rahman pernah menulis artikel yang berjudul “Iqbal in Modern Muslim Thoght” Rahman mencoba melakukan survei terhadap

Dengan mempertimbangkan pilihan-pilihan adaptasi yang dikembangkan PDAM dan pemangku kepentingan, IUWASH juga merekomendasikan untuk mempertimbangkan aksi-aksi adaptasi