• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keanekaragaman dan Komposisi Species Semut (Hymenoptera: Formicidae) pada Vegetasi Mangrove Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara dan Muara Angke, Jakarta:

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Keanekaragaman dan Komposisi Species Semut (Hymenoptera: Formicidae) pada Vegetasi Mangrove Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara dan Muara Angke, Jakarta:"

Copied!
144
0
0

Teks penuh

(1)

KEANEKARAGAMAN DAN KOMPOSISI SPESIES SEMUT

(HYMENOPTERA: FORMICIDAE) PADA VEGETASI MANGROVE

KABUPATEN KOLAKA SULAWESI TENGGARA DAN

MUARA

ANGKE JAKARTA

D A K I R

S E K O ~ A H

PASCASA~JANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMAS1

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Keanekaragaman d m Komposisi Spesies Semut (Hymenoptera: Formicidae) pada Vegetasi Mangrove Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara dan Muara Angke, Jakarta adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan tercantum dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

(3)

ABSTRACT

DAKIR. The Species Composition and Diversity of Ants (Hymenoptera: Formicidae) in Mangrove Vegetation, in Kolaka, South East Sulawesi and Muara Angke, Jakarta. Supervised by R K A RAFFIUDIN and ROSICHON UBAIDILLAH.

Mangrove forests are plant communities defined by the existence of several species of trees and shrubs growing in the transitional area between land and sea (tidal zone). Mangrove forests consist of three zonations clearly distinguished by three tree types; Sonneratia, Rhizophora, and Bruguiera. Mangrove ecosystems have played an important role in the socio-economic development of costal communities in Indonesia. However, the fauna, especially the ants, remain poorly understood, despite ants being the dominant insect group in any ecosystem. The aims of this study were to investigate the species composition, diversity, domination, dispersion, and abundance estimates of ants in the mangrove communities of Kolaka, South East of Sulawesi, and Muara Angke, Jakarta. Ants were collected at three stations (50 m transectlstation) using baiting, sweep netting, and beating methods. Efforts resulted in the collection of four subfamilies, 16 genera, and 18 species of ants from Sonneratia, Rhizophora, and Bruguiera trees in Kolaka and four subfamilies, eight genera, and 11 species from Sonnerafia trees in Muara Angke. Several ant species were recorded on only one species of tree while other ant species were found on two or three tree species. Results show that ant diversity in Kolaka and Muara Angke is moderate and no dominant species exist. Ant dispersion was found to be very low since several species were rare with only a few individuals collected. The use of three collection methods in this study provides an accurate estimate of the entire ant community thought to exist in Kolaka and Muara Angke mangrove forests.

(4)

DAKIR. Keanekaragaman dan Komposisi Spesies Semut (Hymenoptera: Formicidae) pada Vegetasi Mangrove Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara dan Muara Angke, Jakarta. Dibimbing oleh RIKA RAFFIUDIN dan ROSICHON UBAIDILLAH.

Salah satu kelompok fauna yang memiliki kelimpahan tertinggi pada filum Arthropoda adalah kelompok serangga. Serangga merupakan fauna avertebrata yang memiliki peranan penting dalam berbagai ekosistem. Salah satu kelompok serangga yang memiliki peranan ekologi yang sangat penting adalah semut (Hymenoptera: Formicidae). Semut merupakan serangga eusosial yang penyebarannya sangat luas dan dapat ditemukan pada berbagai habitat mulai hutan tropis, padang rumput dan beberapa habitat lainnya. Semut memiliki keanekaragaman yang tinggi dan memiliki kemampuan adabtasi sehingga keberadaannya dapat ditemukan disemua habitat

.

Selain pada daerah teresterial semut juga dapat ditemukan di daerah pesisir pantai karena terdapat habitat yang memungkinkan keberadaan semut yaitu vegetasi mangrove antara lain Sonnerafia, Rhizophora dan Bruguiera.

Kabupaten Kolaka dan Muara Angke adalah sebagian dari daerah pesisir pantai di Indonesia yang memiliki vegetasi mangrove. Kedua wilayah tersebut diduga memiliki keragaman semut yang cukup tinggi dau berbeda. Perbedaan yang terjadi disebabkan kondisi habitat dan faktor lingkungan. Oleh karena itu kedua daerah tersebut dijadikan lokasi penelitian. Pada vegetasi mangrove Kabupaten Kolaka lokasi pengambilan semut dilakukan pada tiga stasiun yaitu pada stasiun Latambaga, Samaturu dan Wolo, sedangkan pada vegetasi mangrove Muara Angke dilakukan pada satu stasiun yaitu pada kawasan Suaka Margasatwa Muara Angke (SMMA).

Dari hasil penelitian, pada kawasan mangrove Kabupaten Kolaka dan Suaka Margasatwa Muara Angke ditemukan empat subfamili semut yaitu Dolichoderinae, Formicinae, Myrmicinae dan Pseudomyrmicinae dengan 23 spesies. Pada lokasi vegetasi mangrove Kabupaten Kolaka dikoleksi 18 spesies semut dan pada lokasi vegetasi Muara Angke dikoleksi 11 spesies semut. Di kedua lokasi terdapat persamaan dan perbedaan spesies semut. Semut-semut yang dikoleksi sarna adalah Technomyrmex sp., Forelophillus sp., Polyrhachis spl.,

Crematogaster spl., Crematogaster sp2. dan Tetraponera yunctulata. Semut yang berbeda adalah semut 0. snzaragdina, Camponotus sp., Pseudolasius sp.,

Cladomyrma sp. dan Monomorium sp. yang dikoleksi pada pohon Sonneratia

(5)

Pengoleksian semut dilakukan dengan menggunakan tiga teknik koleksi yaitu dengan pemberian umpan (bait) keju, jaring (sweeping) serangga serta penadah (beating). Pada vegetasi mangrove Kabupaten Kolaka, semut yang memiliki kelimpahan tinggi adalah Oechophylla smaragdina, Pseudolasius sp. dan Crematogaster sp., sedangkan pada mangrove Muara Angke Technomyrmex

sp., Cardiocandyla sp., dan Crematogaster sp. Keragaman semut pada mangrove Kabupaten Kolaka dan Muara Angke berdasarkan analisis Shannon-Wiener (H') dikategorikan keragaman sedang karena hasil koleksi pada masing-masing lokasi penelitian memiliki kategori nilai l<H'<3. Di kedua lokasi penelitian tidak terdapat dorninasi semut tertentu terhadap semut lain yang dinyatakan dengan nilai indeks dominansi Simpson (D') yaitu D ' 4 . Namun, kemerataan semut di masing-masing lokasi penelitian sangat rendah karena ditemukan beberapa spesies semut dengan jumlah individu yang kurang dibandingkan spesies lain, ha1 tersebut berdasarkan indeks kemerataan Evenness (E') yaitu E'cl.

Estimasi kelimpahan semut dikawasan mangrove Kabupaten Kolaka berdasarkan Species Abundance-based Coverage Estimate (SACE) adalah 973 1% dan Estimasi presence-absence semut berdasarkan Species Insidence-based Coverage Estimate (SICE) adalah 84,99%. Berbeda dengan lokasi penelitian pada mangrove Muara Angke yang hanya terdiri dari satu stasiun pengamatan yaitu pada SMMA dan hanya dilakukan pada pohon Sonneratia. Nilai estimasi spesies semut pada mangrove Muara Angke berdasarkan Species Abundance-based Coverage Estimate (SACE) adalah 100% dan estimasi presence-absence semut berdasarkan Species Insidence-based Coverage Estimale (SICE) adalah 95,99%. Persentase pendugaan kelimpahan semut di kedua lokasi penelitian berbeda disebabkan perbedaan jenis pohon, luasan lokasi penelitian dan frekuensi koleksi. Namun secara keseluruhan estimasi tentang keberadaan semut pada mangrove Kabupaten Kolaka dan Muara Angke sudah memberikan gambaran yang cukup baik tentang keanekaragaman semut pada daerah mangrove.

Beberapa faktor yang mempengaruhi keberadaan jenis semut di mangrove adalah sumber makanan, sarang dan gangguan. Sumber makanan beberapa semut pada daerah mangrove adalah cairan embun madu yang dihasilkan coccids yang terdapat di d a m atau di ranting pohon. Selain itu, semut dengan sifatnya sebagai predotor juga memangsa beberapa jenis serangga yang ditemukan sebagai perusak pada pohon Sonneratia, Rhizophora dan Bruguiera. Hal lain yang menyebabkan keberadaan semut pada daerah mangrove adalah peristiwa pasang dan surut air laut. Hal tersebut dapat terlihat pada pohon Sonneratia yang terletak pada bagian depan zonasi mangrove yang memiliki frekunsi genangan air laut yang cukup lama sehingga pohon Sonneratia terkadang membentuk pulau tersendiri. Hal ini yang menyebabkan beberapa spesies dapat terspesialisasi untuk menetap pada pohon Sonneratia seperti semut Cladomyrma sp., Technomyrmex sp.,

(6)

Berdasarkan keanekaragaman spesies semut, pohon Rhizophora merupakan habitat yang memiliki keanekaragaman yang tinggi dibandingkan pohon Sonneratia dan Bruguiera. Morfologi Rhizophora terutama kondisi batang yang berkulit keras dan membentuk celah memudahkan beberapa semut untuk tinggal dan berlindung khususnya semut yang memiliki ukuran tubuh lebih kecil dan ramping seperti Pseudolasius sp., Crematogasteu sp., dan Monornorium sp. serta letak pohon Rhizophora pada zona tengah sebagai zona aman pada kawasan mangrove memungkinkan ditemukan semut lebih banyak.

(7)

0

Hak Cipta rnilik IPB, tahun

2009

Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumhzn atau menyebutkan sumbernya. Pengutipun haizya untuk kepentingan pendidikan penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan

kritik, atau tinjauan sualu masalah; dun pengutipan tersebuf tidak merugikan kepeniingan yang wajar IPB

(8)

KEANEKARAGAMAN DAN KOMPOSISI SPESIES SEMUT

(HYMENOPTERA: FORMICIDAE) PADA VEGETASI

MANGROVE KABUPATEN KOLAKA, SULAWESI TENGGARA

DAN

MUARA

ANGKE, JAKARTA

D A K I R

Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada

Mayor Biosains Hewan .

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(9)

Judul Tesis : Keanekaragaman dan Komposisi Spesies Semut (Hymenoptera: Formicidae) pada Vegetasi Mangrove Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara dan Muara Angke, Jakarta.

N a m a : D a k i r

N R P : G 352070251

Program Studi : Biosains Hewan

Disetujui Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Rika Raffiudin, M.Si Ketua

Diketahui

(10)

PRAKATA

Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kesehatan dan kemampuan sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis dengan judul "Keanekaragaman dan Komposisi Spesies Semut pada Vegetasi Mangrove Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara dan Muara Angke, Jakarta". Tesis ini merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Magister Sains di Institut Pertanian Bogor.

Penulis menyadari bahwa tesis ini tidak akan tersusun tanpa bantuan dari berbagai pihak. Sehubungan dengan itu, dengan segala kerendahan hati penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada Dr. Ir. Rika Raffiudin, M.Si dan Dr. Rosichon Ubaidillah, DIC, M.Phil selaku komisi pembimbing yang telah memberikan bimbingan dengan sabar dan tulus dalam penyelesaian penulisan tesis ini serta Dr. Ir. Damayanti Buchori, M.Sc selaku penguji luar komisi pembimbing.

Ucapan terima kasih secara pribadi penulis sampaikan kepada Departemen Agama RI yang telah memberikan beasiswa pendidikan Pascasarjana di Institut Pertanian Bogor, kepada Dr. Bambang Suryobroto, Dr. Dedi Duryadi Solichin, Dr. Akhmad Farjallah, Dr. RR. Dyah Penvitasari, Dr. Tri Atmowidi, Ir. Tri Heru Widarto, M.Si, Ben Juliandi, M.Si, Dra. T ~ N N Sri Prawasti dan teknisi laboratorium yang telah memberikan ilmu dan pengalaman yang tak ternilai harganya. Tidak lupa pula penulis menyampaikan terima kasih kepada seluruh rakan-rekan mahasiswa Mayor Biosain Hewan atas bantuan, dukungan, kebersamaan dan doa yang diberikan.

Ucapan terima kasih yang paling tulus penulis sampaikan kepada kedua orang tua, istri dan anak-anak saya tercinta yang menjadi penyemangat sehingga dapat menyelesaikan tugas mulia ini.

Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari kesempumaan. Kritik dan saran sangat penulis harapkan untuk kesempumaan tulisan ini. Semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Bogor, Mei 2009

(11)

Penulis dilahirkan di Kendari pada tanggal 22 Maret 1971 sebagai putra ketiga dari enam bersaudara pasangan Haji Torang ( a h ) dan ibu Indo Rewe (alm). Pada tahun 1990 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Kendari dan pada tahun yang sama lulus seleksi masuk perguruan tinggi negeri pada Universitas Haluoleo melalui jalur seleksi penerimaan mahasiswa baru pada Program Diploma 111. Pendidikan Diploma ditempuh di Program Studi Biologi Jurusan MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Haluoleo dan lulus pada tahun 1993. Pendidikan Sarjana ditempuh di Program Studi Biologi Jurusan MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Haluoleo dan lulus pada tahun 2001. Kesempatan untuk mengikuti program pascasarjana pada Mayor Biosains Hewan Departemen Biologi Institut Pertanian Bogor diperoleh pada tahun 2007. Beasiswa pendidikan pascasarjan diperoleh dari Departemen Agama Republik Indonesia melalui Beasiswa Utusan Daerah.

(12)

DAFTAR IS1

DAFTAR TABEL

...

xi

DAFTAR GAMBAR

...

xii

...

DAFTAR LAMPIRAN xiv 1 PENDAHULUAN

...

Latar Belakang 1

. .

Tujuan Penel~tlan

...

3

Manfaat Penelitian

...

3

Ruang Lingkup

...

3

2 KERAGAMAN SPESIES SEMUT PADA VEGETASI MANGROVE Pendahuluan

...

4

...

Bahan dan Metode 8 Hasil

...

12

Simpulan

...

24

3 STRUKTUR DAN KOMPOSISI SPESIES SEMUT (HYMENOPTERA: FORMICIDAE) PADA VEGETASI MANGROVE Pendahuluan

...

25

Bahan dan Metode

...

27

...

Hasil 28

...

Pembahasan 40 Simpulan

...

47

4 PEMBAHASAN UMUM

...

48

5 SIMPULAN DAN SARAN

...

52
(13)

Halaman

1. Spesies semut yang dikoleksi pada mangrove Kabupaten Kolaka dan

Muara Angke

...

I2

2. Jumlah semut yang koleksi pada pohon Sonneratia, Rhizophora dan

Brugueira pada tiga stasiun di Kabupaten Kolaka dengan

...

menggunakan tiga teknik koleksi 30

3. Nilai indeks H', D', dan E' semut disetiap stasiun pada lokasi

Kabupaten Kolaka

...

32

4. Estimasi kelimpahan semut disetiap stasiun pada lokasi Kabupaten

Kolaka

...

32

5. Jumlah semut yang dikoleksi pada pohon Sonneratia satsiun Suaka

...

Margasatwa Muara Angke 34

6. Nilai indeks D', H' dan E'semut pada pohon Sonneratia stasiun

...

Suaka Margasatwa Muara Angke 35

7. Estimasi kelimpahan semut pada stasiun penelitian Suaka Margasatwa

...

Muara Angke 35

8. Indeks Sorensen semut antara pohon Sonneratia, Rhizophora dan

Biuguiera pada lokasi Kabupaten Kolaka

...

36

9. lndeks Sorensen semut antara pohon Sonneratia Kabupaten Kolaka

...

dan Suaka Margasatwa Muara Angke 37

10. Jumlah semut yang dikoleksi berdasarkan teknik koleksi umpan

dan bukan umpan pada lokasi Kabupaten Kolaka dan Muara Angke

..

38

1 I. Arthropods dan serangga lain yang dikoleksi pada vegetasi

(14)

DAF'TAR GAMBAR

Hataman

1 . Morfologi semut

...

4

2

.

Peta lokasi penelitian di Kabupaten Kolaka

...

8

...

3

.

Peta lokasi penelitian di Jakarta Utara 9 4

.

Desain transek penelitian keragaman semut pada lokasi Kab

.

Kolaka dan Muara Angke

...

9

...

5 Tekcik koleksi semut: (2) umpsn, (b) j~ring, (c) penadah 10 6

.

Proses mounting semut

...

11

7

.

Ciri Subfamili Dolichoderinae

...

19

8

.

Ochetellus sp

..

(a) sisi anterior, (b) sisi lateral

...

19

9 . Technornyrmex sp .. (a) sisi anterior, (b) sisi lateral

...

19

10

.

Turneria sp .. (a) sisi anterior, (b) sisi lateral

...

19

11 . Tapinoma sp

..

(a) sisi anterior, (b) sisi lateral

...

19

12

.

Iridornyrmex sp

..

(a) sisi anterior, (b) sisi lateral

...

20

13 . Ciri Subfamili Formicinae

...

20

14

.

0 . smaragdina: (a) sisi anterior, (b) sisi lateral

...

20

15 . Camponotus sp .. (a) sisi anterior, (b) sisi lateral

...

20

16 . Opisfhopsis tnayor Forel: (a) sisi anterior, (b) sisi lateral

...

20

17 . Forelophillus sp

..

(a) sisi anterior. (b) sisi lateral

...

21

18 . Echinopla sp .. (a) sisi anterior, (b) sisi lateral

...

21

19 . Pseudolasius sp

..

(a) sisi anterior, (b) sisi lateral

...

21

20

.

Cladomyrma sp

..

(a) sisi anterior. (b) sisi lateral

...

21

21

.

Polyrhachis spl .. (a) sisi anterior, (b) sisi lateral

...

21

22

.

Polyrhachis sp2 .. (a) sisi anterior, (b) sisi lateral

...

22

23

.

Polyrhachis bohoni: (a) sisi anterior, (b) sisi lateral

...

22

24

.

Ciri Subfamili Myrmicinae

...

22

25 . Crematogaster sp1

..

(a) sisi anterior, (b) sisi lateral

...

22
(15)

2 6 . Cremafogaster sp2

..

(a) sisi anterior, (b) sisi lateral

...

22

27 . Monomorium sp

..

(a) sisi anterior, (b) sisi lateral

...

23

2 8

.

Cataulacus sp

..

(a) sisi anterior, (b) sisi lateral

...

23

2 9

.

Cardiocandyla sp

..

(a) sisi anterior. (b) sisi lateral

...

23

30

.

Wasmanniapunctata : (a) sisi anterior. (b) sisi lateral

...

23

31

.

Ciri Subfamili Pseudomyrmecinae

...

23

32

.

T

.

punctulata: (a) sisi anterior, (b) sisi lateral

...

24

3 3

.

Tetraponera sp: (a) sisi anterior, (b) sisi lateral

...

24

3 4

.

Grafik distribusi semut pada pohon Sonneratia. Rhizophora dan Bruguiera di mangrove Kabupaten Kolaka

...

31

35

.

Kurva akumulasi spesies semut pada mangrove Kabupaten Kolaka

...

3 3 36

.

Kurva akumulasi spesies semut pada mangrove Muara Angke

...

36
(16)

Halaman

1

.

Data koleksi semut pada lokasi Kabupaten Kolaka

...

57 2

.

Data koleksi semut pada lokasi Muara Angke

...

60
(17)

1.

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Semut (Hymenoptera: Formicidae) adalah salah satu kelompok serangga eusosial yang memiliki kelimpahan tertinggi dan bersifat kosmopolit (Wilson 1971). Semut menyusun i 10% total biomassa dalam hutan tropis, padang rumput dan tempat lain pada biosfer (Agosti el al. 2000). Keberadaan organisme pada suatu habitat tergantung dari kemampuan distribusi dan adaptasi organisme tersebut pada kondisi-kondisi yang berubah (Whittaker 1988). Perilaku tersebut merupakan alasan utama semut sangat sukses dalam adabtasi.

Keanekaragaman semut di wilayah tropis urnurnnya dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adanya predasi, kelembaban, tempat membuat sarang, ketersediaan makanan, struktur dan komposisi tanaman serta topografi (Wilson 1958; Bestelmeyer & Wiens 1996; Vasconcelos 1999). Keanekaragaman dan kekayaan spesies semut akan mengalami penurunan berdasarkan ketinggian yaitu dari tempat yang rendah ke tempat yang tinggi. Hal tersebut sangat dipengaruhi oleh faktor mikroiklim yaitu temperatur dan kelembaban (Noor 2008).

(18)

Semut adalah serangga yang memiliki daerah penyebaran yang sangat luas. Kondisi suatu daerah akan memberikan dampak terhadap kekayaan spesies semut. Daerah yang mendapat gangguan rendah memiliki kekayaan spesies semut yang lebih banyak dibandingkkan daerah yang mendapat gangguan sedang atau bahkan tinggi. Kondisi habitat sebagai daerah jelajah akan mempengaruhi aktifitas semut dalam pencarian makanan (Graham et al. 2004). Beberapa penelitian tentang distribusi semut adalah penelitian yang dilakukan pada daerah konservasi Kepulauan Seribu dengan ditemukan lima subfamili, 28 genus dan 48 spesies semut (Rizali 2006). Selain didaerah teresterial, beberapa semut juga ditemukan terdisitribusi pada daerah pesisir pantai khususnya pada vegetasi mangrove. Lima genus semut yang ditemukan pada pohon Sonneratia di daerah mangrove Darwin, Australia yaitu Camponotus, Crematogaster, Tetruponera, Tapinoma.

dan Monomorium (Nielsen 2000).

(19)

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan :

1. Mempelajari karakteristik spesies semut pada vegetasi mangrove.

2. Mempelajari keanekaragaman, dominansi, kemerataan dan prediksi kelimpahan spesies semut berdasarkan habitat pada vegetasi mangrove

3. Mempelajari teknik koleksi spesies semut pada vegatasi mangrove

4. Mempelajari struktur dan komposisi spesies semut pada masing-masing tipe vegetasi mangrove serta jejaring ekologinya.

Manfaat Penelitian

Memberikan informasi tentang keanekaragaman spesies semut dan jejaring ekologi pada vegatsi mangrove. Informasi yang diperoleh dapat dijadikan sebagai gambaran tentang kondisi ekologi vegetasi mangrove, khususnya di wilayah mangrove Kabupaten Kolaka dan Muara Angke.

Ruang Lingkup Penelitian

(20)

2. KEANEI(ARAGAMAN SPESIES SEMUT

(HYMENOPTERA: FORMICIDAE) PADA VEGETASI

MANGROVE

PENDAHULUAN

Karakteristik Semut

Sama seperti serangga pada umumnya, tubuh semut terdiri atas tiga segmen (tagma) yaitu kepala, toraks, dan abdolnen (Brian 1976). Ciri morfologi tubuh selnut sama dengan serangga lain, perbedaannya hanya pada mas abdolnen yang bersatu dan Inenyeinpit (mengecil) pada ruas ke-3 dan ke-4 di belakang toraks. Selain itu, antena selnul lnelnbentuk siku (genikulatus) dengan ine~niliki mas pangkal yang panjang dilanjutkan dengan ruas-ruas pendek di depannya (Bolton 2003). Karena kekhususan ~norfologi selnut ini, tubuh selnut dibagi lnenjadi elnpat bagian, yaitu: kepala, mesoso~na (toraks dan ruas abdomen pertalna = propodium), peduncule (mas abdolnen ke-2 dan atau ke-3 menyempit), dan gaster (Gambar 1).

KEPALA MESOSOMA GASTER

*

8

*

1

2 ,

i"""'

stpetiole

Gambar 1 Morfologi Seinut

[image:20.595.157.492.443.624.2]
(21)

menjadi salah satu penanda awal untuk memulai identifikasi di tingkat subfamili

(Hasmi et a(. 2006). Semut-semut yang memiliki petiole ditemukan pada

Subfamili Cerapachynae, Dolichoderinae, Dorylinae, Formicinae, Ponerinae dan

yang memiliki dua penggentingan yaitu petiole dan postpetiole ditemukan pada

Subfamili Ecitoninae, Leptanilloidinae, Mymeciinae, Myrmicinae, dan

Pseudomyrmecinae (Bolton 1994).

Bagian penting lainnya yang sering dipakai dalam identifikasi adalah

karakter alat mulut (mandibula, klipeus, palpus), antena, mata dan lobus fiontal.

Semut memiliki bentuk mandibula triangular dan memanjang. Antena semut

memiliki 4 sampai 12 mas dan ujung antena dapat berbentuk pemukul (club).

Posisi mata pada semut biasa ditemukan pada posisi garis tengah kepala atau

mengarah ke bagian belakang dengan ukuran yang besar, sedang dan lebih kecil.

Mesosoma tersusun dari protoraks, mesotoraks, metatoraks, dan propodeum.

Protoraks, mesotoraks, dan metatoraks adalah bagian dari toraks, sementara

propodeum adalah bagian dari abdomen. Setiap ruas toraks terdiri dari notum,

pleuron, dan sternum. Pinggang terdiri dari satu atau dua ruas abdomen yang

menyempit antara gaster dan mesosoma. Ruas pertama pinggang di belakang

propodeum disebut petiole. Ruas selanjutnya disebut postpetiole (Agosti el al.

2000).

Ruas abdomen seringkali dinamakan berdasarkan urutannya. Propodeum

disebut ruas pertama abdomen, petiole adalah ruas kedua abdomen, dan

seterusnya. Karakter pada ruas pinggang yang sering dipakai dalam identifikasi

adalah jumlah ruas pinggang, bentuk petiole, embelan subpetioler. Petiole

biasanya membentuk tegakan yang disebut nodus atau sisik petiole. Peduncule

adalah bagian petiole yang membentuk tangkai panjang di depan nodus petiole.

Bila tangkai tidak ada, petiole itu disebut sebagai petiole yang sesil. Bila tangkai

pendek, petiole disebut petiole yang subsesil. Embelan subpetioler adalah struktur

yang tnencuat dibawah petiol (Bolton 2003).

Gaster adalah bagian tubuh paling belakang yang membulat. Gaster seinut

tersusun dari ruas ketiga atau keempat abdomen hingga ruas ketujuh abdomen.

Ruas gaster juga memiliki cara penamaan berdasarkan urutannya. Ruas pertama di

(22)

disebut ruas dua gaster, dan seterusnya. Bagian gaster yang penting dalam

identifikasi adalah acidopore, yaitu lubang melingkar yang ditumbuhi rambut-

rambut halus pada ujung gaster pada beberapa jenis. Pada ujung gaster umumnya

juga ditemui duri (sting). Selain itu, karakter penting lainnya yang juga menjadi

ukuran dalam identifikasi semut adalah tungkai, terdiri dari mas-ruas coxa, femur,

tibia, dan tarsus (Bolton 2003).

Gambaran Lokasi Penelitian

Kabupaten Kolaka

Vegetasi mangrove di Sulawesi Tenggara digolongkan kedalam tiga tipe

yaitu (1) ovenvash mangrove forest yaitu mangrove yang selalu tergenang oleh air laut, (2)fiinge mangrove forest yaitu hutan mangrove yang berbentuk rumbai tipis

yang elevasinnya lebih tinggi dari pasang rata-rata dan memiliki sistem akar

tunjang yang berkembang baik, dan (3) riverine nzangrove forest yaitu mangrove

pinggiran sungai yang terjadi karena hamparan lumpur sepanjang aliran sungai

dan teluk.

Zona pertumbuhan vegetasi mangrove di Sulawesi Tenggara dibagi menjadi

tiga yaitu zona yaitu Sonneratia, Rhizophora dan Bruguiera. Zona tersebut

banyak terdapat di Kabupaten Kolaka. Jenis pohon pada wilayah mangrove yang

sering dijumpai adalah Rhizophora nzucronata, Rhizophora apiculata, Rhizophora

Sfylosa, dan Sonarafio alba. Daerah mangrove Kabupaten Kolaka dijadikan

stasiun penelitian karena kondisi vegetasi mangrove masih memperlihatkan

formasi zonasi vegetasi mangrove yaitu zona Sonneratia, Rhizophora dan

Brzcgzriera. Luas hutan mangrove Kabupaten Kolaka adalah 4,096.73 ha (sumber:

BPDAS Sampara, Provinsi Sulawesi Tengara 2001)

Muara Angke

Di wilayah Jakarta bagian utara yaitu pada daerah Muara Angke terdapat

vegetasi mangrove yang terletak di kawasan Suaka Margasahva Muara Angke

(SMMA) yang merupakan sisa hutan terakhir di daratan Jakarta. Kawasan

vegatasi mangrove tersebut berada di sekitar aliran sungai dan telah mengalami

(23)

mengalami pencemaran yang sangat kompleks mulai dari pencemaran air, tanah

maupun udara bempa limbah, sampah, bahan bakar dan pembuangan asap pabrik.

Berbeda dengan daerah pantai lainnya, jenis pohon mangrove yang

ditemukan pada kawasan Suaka Margasatwa Muara Angke hanya didominasi oleh

pohon Sonneratia caseoaris dan Nypa fmcticans. Daerah vegetasi mangrove

Suaka Margasatwa Muara Angke ditetapkan oleh pemerintah sebagai kawasan

Suaka Margasatwa yang berfungsi sebagai pusat pendidikan lahan basah. Luas

kawasan Suaka Margasatwa Muara Angke adalah 25,02 ha.

Dari gambaran tentang karakteristik habitat spesies semut dan vegetasi

mangrove pada lokasi penelitian, maka tujuan penelitian ini adalah mempelajari

komposisi dan distribusi spesies semut pada vegetasi mangrove khususnya di

wilayah mangrove Kabupten Kolaka dan Muara Angke. Habitat semut yang akan

(24)

BAHAN DAN METODE

Lokasi Peneiitian

Penelitian dilakukan pada dua lokasi yaitu di kawasan mangrove Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara dan Muara Angke, Jakarta. Waktu pengambilan sarnpel dilaksanakan pada bulan Juli salnpai dengan September 2008.

Kabupaten Kolaka

Pada lokasi Kabupaten Kolaka terdapat tiga stasiun penelitian yaitu stasiun Latambaga (04~01'01" S - 121' 29'56" E), stasiun Samaturu (04006'57" S - 121' 29'13" E), dan stasiun Wolo (04~00'57" S - 121' 29'13" E) (Gambar 2).

(25)

Muara Angke

Pada lokasi Muara Angke terdapat satu stasiun yaitu pada kawasan mangrove Suaka Margasatwa Muara Angke (06"06'52,8" S - 106°46'05" E) (Gambar 3).

Gainbar 3 Peta lokasi penelitian di Jakarta Utara. Stasiun penelitian SMMA (4).

Pembentukan transek koleksi semut

Pada inasing-inasing stasiun penelitian dibuat satu transek dengan ukuran panjang 50 ineter sepanjang pesisir pantai. Setiap transek dibagi inenjadi einpat plot. Di dalain plot pada stasiun mangrove Kabupaten Kolaka terdapat tiga jenis pohon yaitu Sonnercilia, Rlzizoplzora dan Bruguieru yang lnerupakan zona vegetasi mangove (Ga~nbar 4). Plot pada transek yang dibuat di stasiun Suaka Margasatwa Muara Angke hanya terdapat pohon Somzeralia.

.#..

rr~la::ah l a u t P l o t 1 P l o t 1 P l o t 3 P l o t 4

Pcsisir

Gambar 4 Desain transek penelitian keanekaragalnan selnut pada lokasi Kab. Kolaka dan Muara Angke. zona Sonneratia (S), Rlzizoplzora (R), dan

[image:25.595.129.491.175.375.2]
(26)

Teknik koleksi semut

Koleksi selnut dilakukan antara pukul 09.00 sainpai dengan 12.00. Teknik koleksi yang digunakan adalah teknik pasif yaitu pemberian umpan (buit) keju dan teknik aktif yaitu lnenggunakan jaring (sweeping) dan penadah (beating) (Gambar 5). Teknik uinpan dilakukan dengan ineletakkan umpan pada cabang pohon, penggunaan teknik jaring serangga dengan cara jaring diayunkan disekitar dedaunan dan penggunaan teknik penadah dengan meneinpatkan kain putih berukuran 1 m2 di bawah tangkailranting pohon keinudian tangkailranting pohon dipukullgoyangkan (Yamane & Magata 1989; Agosti et a/. 2000; Gullan & Cranston 2005).

Teknik ulnpan dimaksud untuk mendapatkan spesimen semut yang tertarik terhadap umpan. Uinpan diletakkan pada cabang pohon di setiap zona mangrove sebanyak S O titik secara acak dan pengalnbilan selnut dilakukan setelah 30 inenit. Koleksi semut inenggunakan jaring dan penadah dimaksud untuk mengoleksi seinut yang bersifat soliter, aktif bergerak pada batang, ranting, dan daun. Kedua teknik tersebut dilakukan tiga kali penga~nbilan disetiap zona mangrove selama 3- 5 menit. Semut dikoleksi lnenggunakan aspirator ke~nudian dimasukkan ke dala~n botol yang berisi alkohol 70% yang telah diberi label berdasarkan stasiun, zonasi, plot dan teknik koleksi. Identifikasi semut dan analisis data dilakukan di bagian Fungsi dan Perilaku Hewan, Departeinen Biologi, Fakultas MIPA, Institut Pertanian Bogor dan Laboratoriurn Entomologi, Museum Zoologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.

(27)

Hasil koleksi semut kemudian diidentifikasi yang didahului dengan proses

mounting (Gambar 6). Proses identifikasi dilakukan dengan menggunakan

mikroskop stereo tipe Nikon SMZ 1000 yang dihubungkan dengan kamera digital

Nikon FDX-35 dan diidentifikasi dengan menggunakan panduan The

ZdentiJication Guide to the Ant Genera of the World (Bolton 1994).

[image:27.602.194.455.193.345.2]
(28)

H A S I L

Berdasarkan hasil identifikasi spesies semut pada vegetasi mangrove

Kabupaten Kolaka dan Muara Angke ditemukan empat subfamili semut yaitu

Dolichoderinae, Formicinae, Myrmicinae dan Pseudomyrmicinae dengan 23

[image:28.602.125.517.244.639.2]

spesies (Tabel 1).

Tabel 1 Spesies semut yang dikoleksi pada mangrove Kolaka dan Muara Angke.

No Subfamili

Lokasi

Spesies Kolaka M. Angke

Sonnerolio Rhiiop1u)ro Br,rrrpaimo So,u,eratic

1 Ochelellus sp. +

2 Technon~yrmer sp. + + +

3 Dolichoderinae Turtleria sp. +

4 Tapinonla sp. +

5 Irido,n,yrnzer sp. +

6 Oecltophylla srnarogdim + + +

7 cn,npo,loll,s sp. + + +

8 Opisfl~opsis mayor Forel. + +

9 l:oreiophilirrs sp. + + +

10 Fomicinae Echbropla sp. +

I I Pseudolasius sp. + + +

12 Cladornyr~~ta sp. +

13 Polyltochi.~ spl. + +

14 Polyrhachis sp2. + +

15 Polyrhachis bohoni

16 Cre,narogasler sp I. + + +

17 Crenralogasler sp2. i - + +

18 Myrmicinae Monomori~rm sp. + + +

19 Cardioco~~dyla sp.

20 iYasn~annia a~~ropawcrara +

21 Catoltlnc~rs sp. +

22 Pseudomyrmicinae Tcrraponerapuncrulafa + + + +

23 Terraponera sp. +

J u n ~ l a h 11 15 10 I I

(29)

Deskripsi morfologi semut pada vegetasi mangrove berdasarkan ciri

morfologi yang teridentifikasi adalah sebagai berikut:

Subfamili Dolichoderinae

Ciri tubuh pada subfamili ini adalah memiliki satu ruas antara mesosoma

dan gaster yang disebut petiole (p). Pada ujung hypopygium tidak ada acidopore

(a) dan sting. Hypopygium pada sisi lateral tidak memiliki duri. Soket antena

terletak dekat di belakang klipeus (c). Tergit pada helcium berbentuk U (Gambar

7). Pada Subfamili ini ditemukan semut Ochetellus sp. Technonzyrmex

sp., Turneria sp., Tapinoma sp. dan Iridomyrnlex sp.

a. Spesies Ochetellus sp. dengan ciri-ciri:

Petiole berbentuk lurus, lebih rendah dan selalu tampak (Gambar 8). Kepala

dan mesosoma biasanya pendek dan luas tidak memanjang, kulit tipis, sudut

posterodorsal pada propodeum tidak tampak. Mandibula berbentuk triangular,

propodeal spirakel disamping, adanya alur metanotal dan metathoracis spirakel

dorsal. Rumus palp 6,4. Bentuk propodeum dengan lereng yang cekung

.

b. Spesies Technomyrnzex sp. dengan ciri-ciri:

Petiole berbentuk sederhana dan tidak terlihat pada saat mesosoma dangan

gaster pada bidang yang sama (Gambar 9). Bila dilihat dari dorsal, tergit

berjumlah 5 dengan anal dan orifice terletak di bagian apical gaster. Mandibula

memiliki gigi yang tajam.

c. Spesies Turneria sp. dengan ciri-ciri:

Bentuk petiole lurus, lebih rendah dan selalu tampak. Kepala dan

mesosoma biasanya pendek dan luas tidak memanjang. Kulit tipis, terbentuk

sudut posterodorsal pada propodeum. Posisi propodeal spirakel lebih keatas

(Gambar 10).

d. Spesies Tapinonla sp. dengan ciri-ciri:

Petiole berbentuk sederhana dan terlihat agak membulat dan tidak terlihat

(30)

dorsal, tergit berjumlah 4 dengan anal dan orifice terletak di bagian ventral

(Gambar 11).

e. Spesies Iridoinyrtnex sp. dengan ciri-ciri:

Kepala biasanya pendek dan melebar, petiolc umumnya jarang membentuk

tonjolan, madibula berbentuk segitiga, terdapat spirakel pada sisi atas metatorical

propodeal, propodeum berbentuk cekung. Occipital pada bagian kepala berbentuk

cekung. Mata tampak jelas pada agak kebelakang kepala (Gambar 12).

Subfamili Formicinae

Tubuh terdiri dari satu ruas antara mesosoma dan gaster yang disebut

petiole (p), segmen pertama pada gaster bersatu dengan segmen kedua. Di ujung

hypopygium terdapat acidopor berupa kerucut berlubang yang biasanya ditumbuhi

barisan seta di tepiannya (Gambar 13a). Terkadang acidopor tertutup oleh

pygidium dan tidak ditemukan sengat. Bila acidopor tersembunyi, maka soket

antena terletak jauh di belakang tepian belakang klipeus (Gambar 13c). Pada

subfamili ini ditemukan spesies 0. smaragdina, Camponatus sp., Ophisthopsis sp., Forelophilus sp., Echinopla sp., Pseudolasius sp., Cladoinyrma sp. dan

Polyrhachis sp.

a. Spesies 0. slnaragdina dengan ciri-ciri:

Antena dengan 12 segmen. Mandibula berbentuk segitiga memanjang tidak

melebar. Posisi soket jauh dibagian belakang klipeus. Petiole tereduksi

memanjang dan puncaknya rendah (Gambar 14).

b. Spesies Camponatus sp. dengan ciri-ciri:

Antena dengan 12 segmen. Mandibula berbentuk segitiga rnemanjang tidak

melebar. Posisi soket jauh di bagian belakang klipeus. Petiole memiliki nodus

yang lurus. Mata sedang dan biasanya terletak dibagian belakang tengah kedua

sisi kepala. Metathorical spirakel pada alithrunk biasanya berbentuk tuberculiform

prominences yang terletak dibelakang. Ujung antena funikulus tidak berbentuk

(31)

kecil, petiole tidak memiliki duri atau bergerigi. Mandibel dengan 5 gigi, membentuk suatu cuping sempit kedepan di atas mandibels (Gambar 15).

c. Spesies Opislhopsis ntayor Fore1 dengan ciri-ciri:

Antena dengan 12 segmen. Mandibula berbentuk segitiga memanjang tidak

melebar. Posisi soket jauh dibagian belakang klipeus. Petiole memiliki nodus

yang lums (Gambar 16). Mata sangat besar yang letaknya di bagian samping

belakang kepala. Spesies ini merupakan new record untuk wilayah mangrove di

Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara. Beberapa penelitian sebelumnya yang

telah dilakukan di wilayah mangrove tidak menemukan spesies ini. Wilayah

distribusi spesies ini adalah daerah savanna dan ditemukan di bagian dasar

vegetasi dan arboreal (Anderson dasn Clay 1996).

d. Spesies Forelophilzrs sp. dengan ciri-ciri:

Antena dengan 12 segmen (Gambar 17). Mandibula berbentuk segitiga

memanjang tidak melebar. Posisi soket jauh dibagian belakang klipeus. Petiole

memiliki nodus yang lurus. Mata sedang dan biasanya terletak dibagian belakang

tengah kedua sisi kepala. Metathorical spirakel pada alithrunk berbentuk

tuberculifornt pro~ninences yang terletak dibelakang, pronotum dan node petiole

tidak memiliki duri.

e. Spesies Echinopla sp. dengan ciri-ciri:

Antena dengan 12 segmen. Mandibula berbentuk segitiga memanjang tidak

melebar (Gambar 18). Posisi soket jauh dibagian belakang klipeus. Petiole

memiliki nodus yang lums. Mata sedang dan biasanya terletak dibagian belakang

tengah kedua sisi kepala. Metathorical spirkel pada alithrunk biasanya berbentuk

tu6erculiform prontinences yang terletak dibelakang. Ujung antena funikulus

tidak berbentuk club. Terdapat metapleural gland orifce. Tergit pada gaster

segmen pertama besar.

f. Spesies Pseudolasius sp. dengan ciri-ciri:

Antena dengan 12 segmen. Mandibula berbentuk segitiga memanjang tidak

melebar (Gambar 19). Posisi antenna1 soket pendek dibagian belakang klipeus,

(32)

propodeal berada di atas coxa di bagian belakang. Palpus maksila 4 segmen. Pada

alithrunk bentuk mesonotum dan anepisternum bersama-sama membentuk

segitiga yang jelas.

g. Spesies Cladomyrma sp. dengan ciri-ciri:

Antena 8 segmen. Antena scape, jika ditelungkupkan posisinya ditengah agak

diatas posisi mata (Gambar 20). Ujung garis tepi rahang bawah dengan 4 gigi.

h. Genus Polyrhchis dengan ciri-ciri:

Pada genus ini ditemukan tiga spesies yaitu Polyrhachis spl. (Gambar 21),

Polyrhachis sp2 (Gambar 22). dan Polyrhachis sp3 (Gambar 23). Ciri-ciri genus

ini adalah antena dengan 12 segmen. Mandibula berbentuk segitiga memanjang

tidak melebar. Posisi soket jauh dibagian belakang klipeus. Petiole memiliki

nodus yang lurus. Mata sedang dan biasanya terletak dibagian belakang tengah

kedua sisi kepala. Metathorical spirakel pada alithrunk biasanya berbentuk

tuberculiform prominences yang terletak dibelakang. Ujung antena funukulus

tidak berbentuk pemukul. Tidak ada metapleural gland orifice. Tergit segmen

pertama gaster besar. Tergit pertama berjarak panjang dengan yang kedua. Ada

duri pada pronotum, propedium, petiole dua atau seluruhnya. Perbedaan yang

terlihat dari ketiga spesies adalah posisi duri pada petiole (datar, menjulang dan

pendek), warna gaster (hitam dan merah) dan integumen tubuh (kasar dan halus).

Subfamili My rmicinae

Tubuh terdiri dari dua ruas antara mesosoma dan gaster yaitu petiole (a) dan

post petiole (b) (Gambar 24). Permukaan pygidium selalu cembung dan tidak

diterdapat senjata pada daerah lateral atau bagian belakang dengan duri-duri

pendek. Tidak terdapat frontal lobes (c), antenna1 soket terlihat sempurna

dipermukaan wajah. Mata ada dan menyolok dengan banyak ommatidia (d). Tidak

terbentuk jelas atau tidak ada sutura promesonotal (e), tibia paling belakang

(33)

Pada Subfamili ini terdiri dari genus :

a. Genus Crematogaster dengan ciri-ciri:

Pada genus ini ditemukan dua spesies yaitu Crematogaster spl (Gambar 25) dan Crematogaster sp2. (Gambar 26). Ciri-ciri genus ini adalah tidak ada antenal scrobes atau ada tetapi berada diatas mata. Pospetiole bersambung dengan permukaan segmen pertama gaster bagian dorsal. Mata tampak jelas. Perbedaan kedua spesies adalah integumen Crematogaster spl. lebih kasar dan warnanya lebih gelap dibandingkan Crematogaster sp2.

b. Spesies Monomorium sp. dengan ciri-ciri:

Antena 11 ruas. Bagian atas kepala tanpa alur dan tanpa antenal scrobes. Petiole tanpa peduncule, petiole lebih besar dibandingkan postpetiole. Propodeum tidak memiliki duri, datar dan membulat (Gambar 27).

c. Spesies Cataulacus sp. dengan ciri-ciri:

Terdapat antenal scrobes dan mata bearada di bagian bawah garis tepi atas antenal scrobes. Antena memiliki 11 mas. Tanpa peduncle bagian depan petiole. Bagian depan gaster bergabung dengan tergit pertama (Gambar 28).

d. Spesies Cardiocandyla sp. dengan ciri-ciri:

Tidak ada antenal scrobes. Bagian atas kepala tidak membumbung. Petiole tidak rata, menlbentuk tangkai dan membengkak. Postpetiole berhubungan langsung dengan permukaan gaster segmen pertama. Antena 12 Segmen dan pada ujung antend membentuk 2 segment club (Gambar 29).

e. Spesies Wasmannia auropunctata dengan ciri-ciri:

Terdapat antenal scrobes yang luas. Postpetiole berhubungan langsung dengan permukaan gaster segmen pertama Pada ujung antena terdapat dua segmen yang membesar membentuk pemukut. Klipeus terletak agak ke depan dan cembung. Antenal dengan 11 segmen (Gambar 30).

Subfamili Pseudomyrmicinae

(34)

pada daerah lateral atau bagian belakang dengan duri-duri pendek. Tidak terdapat

frontal lobes (c), antennal soket terlihat sempuma dipermukaan wajah Mata ada dan menyolok dengan banyak ommatidia. Ada promesonotal sutura (d), garis tepi

dibagian belakang clypeus tidak memproyeksikan antara antennal soket (Gambar

3 1).

Ciri Subfamili Pseudomyrmicinae:

Genus Tetraponera

.

Pada genus ini ditemukan dua spesies yaitu T. punctulatu dan Tetraponera

spl. Ciri-ciri dari genus ini adalah antena dengan 12 segmen. Tepi rahang tanpa

duri, mata lebih luas. Perbedaan yang nampak dari kedua spesies adalah ukuran

tubuh T. puctulatu (Gambar 32) lebih kecil dan warna tubuh hitam sedangkan untuk spesies Tetraponera spl (Gambar 33). Ukuran tubuhnya lebih besar dan

(35)

Gainbar 7 Ciri Subfainili Dolichoderinae

Gambar 8 Oclze/e//us sp.: (a) sisi anterior, (b) sisi lateral

Gainbar 9 Technonzymzes sp.: (a) sisi anterior, (b) sisi lateral

Galnbar 10 Turneria sp.: (a) sisi anterior, (b) sisi lateral

(36)

Gambar 12 Iridornyrine-x ssp.: (a) sisi anterior, (b) sisi lateral

Galnbar 13 Ciri Subfamili For~nicinae

Ga~nbar 14 0. sniaragdinu: (a) sisi anterior, (b) sisi lateral

Gambar 15 Culnponotus sp.: (a) sisi anterior, (b) sisi lateral

(37)

Gambar 17 Foreloplzilus sp.: (a) sisi anterior, (b) sisi lateral

Gambar 18 Eclzinoplu sp.: (a) sisi anterior, (b) sisi lateral

Gambar 19 Pseudolusius sp.: (a) sisi anterior, (b) sisi lateral

-

Garnbar 20 Cludo~~zyrr~zu sp.: (a) sisi anterior, (b) sisi lateral

(38)
[image:38.595.169.461.87.278.2]

Gambar 22 Polyrhuclzis sp2.: (a) sisi anterior, (b) sisi lateral

Galnbar 23 Polyrhuclzis bolzoni: (a) sisi anterior, (b) sisi lateral

Ga~nbar 24 Ciri Subfainili Mynnicinae

Gambar 25 Cre~?zatoguster spl.: (a) sisi anterior, (b) sisi lateral

(39)

Gambar 27 Mononzoriut~z sp.: (a) sisi anterior, (b) sisi lateral

Ga~nbar 28 Cutuuluct~s sp.: (a) sisi anterior, (b) sisi lateral

Gainbar 29 Cardiocundylu sp.: (a) sisi anterior, (b) sisi lateral

Gambar 30 lYusr?zunniu uuropunctutu: (a) sisi anterior, (b) sisi lateral

(40)

Gambar 32 T. punctula/a: (a) sisi anterior, (b) sisi lateral

Gambar 33 Tetraponeru sp.: (a) sisi anterior, (b) sisi lateral

SIMPULAN

Semut-semut yang ditelnukan pada vegetasi mangrove Kabupaten Kolaka dan Muara Angke inemilih persamaan khususnya pada pohon Sonneratia. Semut- semut yang dikoleksi sama adalah Teclznonzyr~izex sp., Foreloplzilus sp.,

Polyraclzis spl ., (:re~?ratogcister spl ., Crenzutogaste~ sp2. dan Tetraponera punctuluta.

(41)

3.

STRUKTUR DAN KOMPOSISI SPESIES SEMUT

(HYMENOPTERA: FORMICIDAE) PADA VEGETASI

MANGROVE

Semut merupakan salah satu kelompok serangga yang dominan di daerah

tropis (Kempf 1964; Agosti ei al. 2000)). Jumlah genus semut yang teiah

dideskribsi sebanyak 296 genus dengan wilayah distribusi meliputi Paleartic,

Afrotropical, Malagasy, Oriental, Indo-Australia, Australian, Neartic dan

Neotropical. Indonesia merupakan salah satu negara tropis yang memiliki

keanekaragaman semut yaitu sekitar 126 genus dari 296 genus dan sembilan

subfamili dari 16 subfamili yang diketahui (Bolton 1994).

Keanekaragaman spesies menggambarkan kekayaan spesies (McGeoch

1988). Keanekaragaman spesies secara umum dapat menjelaskan tentang

komposisi, kelirnpahan, dominansi, kemerataan penyebaran spesies berdasarkan

data penelitian (Magurran 1988). Distribusi atau sebaran spesies semut disetiap

habitat sangat dipengaruhi oleh ketersediaan surnber makanan, daerah pembuatan

sarang serta daerah jelajah. Aktifitas manusia juga mempengaruhi keberadaan

semut (Graham et al. 2004). Beberapa spesies semut hahkan telah beradaptasi

dengan keberadaan manusia. Beberapa semut hersifat invasif dan sering membuat

sarang disekitar lokasi aktifitas manusia.

Semut merupakan serangga yang lebih maju dalam evolusinya sehingga

sukses dalam beraktifitas yaitu dapat berperan sebagai predator, scavenger,

herbivora, detritivor serta memiliki peranan yang unik dalam interaksinya dengan

organisme lain seperti tumbuhan atau serangga lain pada habitatnya (Holdobler &

Wilson 1990). Pada daerah teresterial semut membuat sarang di tanah, hebatuan,

kayu lapuk, dan dalam serasah (Holldober & Wilson 1990; Taylor 1991). Pada

daerah tropis khususnya pada mangrove semut umumnya berada pada bagian

arboreal yaitu pada daun, batang, dan ranting bahkan bersimbiosis dengan

beberapa pohon yang dapat membuat kondisi semut menjadi terlindungi.

Vegetasi mangrove sangat memungkinkan ditemukan berbagai serangga

(42)

karakter dan habitat pohon pada vegetasi mangrove sangat dipengaruhi oleh

kondisi lingkungan yang berkadar garam, jenuh air, kondisi tanah yang tidak

stabil dan anaerob (Bengen 2000). Beberapa jenis pohon pada vegetasi mangrove

sangat mempengaruhi keberadaan fauna serangga khususnya semut. Spesies

semut 0. snzaragdina, Cremalogaster sp., Canzponotus sp., Tetraponera

punctulata, Tapinonla sp. dan Moi~omorium sp. adalah semut yang sudah

teridentifikasi pada pohon Sonneratia mielsen 1997). Semut 0. snzaragdina juga

ditemukan pada pohon Rhizophora niucronata (Offenberg et al. 2004). Semut

Polyrhachis conslricta dan P. socolova ditetnukan membuat sarang pada bagian

akar dari pohon Rhizophora (Andersen & Clay 1996; Nielsen 1997).

Teknik koleksi yang umum dilakukan untuk mengoleksi dan mendapatkan

data tentang keanekaragaman semut umumnya dilakukan dengan teknik umpan

atau piflail trap (Agosti el al. 2000, Gullan & Cranston 2005). Namun, kondisi

daerah mangrove yang sering digenangi oleh air laut dan keadaan daerah dasar

vegetasi yang tidak stabil tidak memungkinkan dilakukan teknik koleksi seperti

pitfall trap di daerah dasar vegetasi. Variasi teknik koleksi seperti penggunaan

umpan, jaring, dan panadah sangat mendukung pada kondisi mangrove, ha1 ini

berhubungan dengan sifat biologi beberapa semut yaitu soliter dan umumnya

berada di bagian arboreal.

Berdasarkan informasi di atas, maka tujuan penelitian ini adalah (1)

mempelajari keanekaragaman, dominansi, kemerataan dan prediksi kelimpahan

semut berdasarkan habitat vegetasi mangrove, (2) mempelajari beberapa teknik

koleksi semut pada vegetasi mangrove, dan (3) mempelajari jejaring ekologi pada

(43)

BAHAN DAN METODE

Analisis

Hasil identifikasi semut pada mangrove Kabupaten Kolaka dan Suaka

Margasatwa Muara Angke ( Bab 2 ) dikelompokan berdasarkan stasiun

pengambilan semut dan teknik koleksi. Frekuensi pengambilan sa~npel

berdasarkan tiga teknik koleksi disetiap jenis pohon diseluruh stasiun Kabupaten

Kolaka adalah 27 kali dan pada stasiun Suaka Margasatwa Muara Angke adalah 3

kali. Data hasil identifikasi semut dikelompokan dan dianalisis berdasarkan:

1. Analisis keanekaragaman semut dengan menggunakan software Primer 5 for

Windows ver 5.1.2 untuk menghitung :

a. Indeks Shannon Wiener (H') untuk mengetahui keanekaragaman semut pada vegetasi mangrove.

b. lndeks dominansi Simpson (D') untuk mengetahui semut yang mendominasi vegetasi mangrove.

c. Indeks kemerataan Evenness (E') untuk mengetahui kemetraan individu semut pada vegetasi mangrove.

2. Analisis Spesies Abundance-based Coverage Esinzates (SACE) untuk

memprediksi kelimpahan spesies semut dan analisis Spesies Incidence-based

Coverage Esimafes (SICE) untuk memprediksi kekayaan spesies semut

berdasarkan data presence-absence pada vegetasi mangrove dengan

menggunakan software Estimates Win 7.52.

3. Analisis kesamaan Sorensen (IS) untuk mengetahui kesamaan spesies semut

pada vegetasi mangrove (Magurran 1988).

4. Jumlah individu semut pada pohon Sonneratia, Rhizopohra, dan Bruguiera

pada vegetasi mangave dikategorikan dalam enam kategori skor yaitu: skor 0

= 0 individu; skor 1 = I individu; skor 2 = 2-10 individu; skor 3 = 11-20

individu; skor 4 = 21- 50 individu; skor 5= > 51 individu (Andersen & Clay 1996).

Mengidentifikasi beberapa arthropoda dan serangga lain yang ikut terkoleksi

dengan menggunakan teknik jaring dan penadah. Identifikasi Arthropoda dan

(44)

H A S I L

Kondisi Lokasi Penelitian d i Kabupaten Kolaka

Vegetasi mangrove Kabupaten Kolaka umumnya di tumbuhi oleh pohon

jenis Sonneratia, Rhizophora dan Bruguiera. Jenis pohon Sonnerafia tumbuh

pada bagian depan pesisir pantai yang berhadapan langsung dengan laut. Substrat

tempat tumbuh pohon tersebut adalah pasir berbatu. Jenis pohon Rhizophora

adalah jenis pohon mangrove yang tumbuh pada daerah pertengahan dengan

subshat berlumpur. Daerah yang lebih mengarah ke darat pada umumnya tumbuh

pohon Biuguiera, namun jumlah pohon tersebut sudah semakin berkurang karena

mengalami eksploitasi oleh masyarakat untuk dijadikan lahan tambak. Kondisi

iklim dan cuaca pada waktu pengambilan sampel adalah cerah dengan kisaran

suhu antara 2 6 , 5 ' ~ sampai dengan 32,9'C dan kisaran kelembaban udara adalah J-

68% dipagi hari dan

*

36% disiang hari.

Keanekaragaman, dominansi, dan kemerataan spesies semut pada mangrove ~ a b u ~ a t e n ~ o i a k a .

Berdasarkan hasil koleksi di tiga stasiun pada mangrove Kabupaten Kolaka,

dikoleksi empat subfamili semut yaitu Dolichoderinae, Formicinae, Myrmicinae

dan Pseudomyrmicinae dengan jumlah 18 spesies (Tabel 2). Dari keempat

subfamili, Formicinae dikoleksi lebih banyak yaitu sembilan spesies semut,

Myrmicinae dikoieksi empat spesies semut, Dolichoderianae dikoleksi empat

spesies semut dan Pseudomyrmicinae dikoleksi satu spesies semut.

Pada umumnya semut yang dikoleksi di tiga stasiun pada mangrove

Kabupaten Kolaka adalah spesies semut yang sama yaitu semut 0. sniaragdina,

Camponolus sp., 0pisfhopsi.s sp., Polyrhachis sp., Crematogaster sp.,

Monoinoriun~ sp., dan Tetraponerapunclulata. Namun, ada beberapa semut hanya

dikoleksi pada stasiun tertentu (Tabel 2). Semut Ochetellus sp. hanya dikoleksi

pada stasiun Latambaga, semut Wasmannia sp. hanya dikoleksi pada stasiun

Samaturu, semut Tztrneria sp. dan Cladomyrn~a sp. hanya dikoleksi pada stasiun

(45)

Pada vegetasi mangrove Kabupaten Kolaka beberapa semut terdistribusi

diseturuh jenis pohon Sonneratia, Rhizophora dan Bruguiera seperti semut 0.

smaragdina, Camponotus sp., Pseudolasius sp., Cremafogaster sp., Mononiorium

sp., dan Tefraponera punctulata. Namun ada beberapa spesies semut juga

dikoleksi pada satu atau dua jenis pohon. Semut Cladomyrnza sp. adalah semut

yang hanya dikoleksi pada pohon Sonneratia. Semut Ochetellus sp., Turneria sp.,

Iridomyr~i~ex sp., Echinopla sp. dan Wasmannia sp. adalah semut yang hanya

dikoleksi pada pohon Rhizophora. Sedangkan pada pohon Bruguiera tidak

ditemukan spesies semut khusus. Semut 0. smaragdina, Cremafogaster sp. dan

Mononioriuni sp. merupakan semut yang memiliki kelimpahan tinggi disemua

lokasi dan semua jenis pohon. Semut Pseudolasius sp. dikoleksi melimpah hanya

(46)
[image:46.842.71.772.153.467.2]

Tabel 2 Ju~nlah semut yang dikoleksi pada pohon Sonneratia, Rhizophora dan Bruguiera pada tiga stasiun di Kabupaten Kolaka dengan menggunakan tiga teknik.

Stasiun Pohon Teknik

No Subfamili Spesies Latambaga Samaturu Wolo Sonnemfia Rhizophoru B n r ~ ~ r i e r a Umpan Jaring Penadah Jumlah

1 Dolichoderiliae OchefeNas sp. 17 0 0 0 17(3) 0 17(3) 0 0 17

2 Techno,ny,me,r sp. 0 I 68 68(5) 0 0 0 69(5) 69

3 Trrrneria sp. 0 0 2 0 2 0 ) 0 0 2(2) 0 2

4 Iridomyrmex sp. 0 1 I 0 2(2) 0 0 2

5 Formicinae 0.smaragdina 570 699 760 1 146(5) 525(5) 358(5) 1419(5) 330(5) 280(5) 2029

6 Compono~~rs sp. 8 I I 20 20(3) 7(2) 12(3) 35(4) 4(2) 0 39

7 Opislhopsis mayor Forel. 8 15 2 0 17(3) 8(2) I ( ] ) 8(2) 25

8 Forelophillrrs sp. 3 2 0 3(2) 2(2) 0 2(2) 0 3(2) 5

9 Echinopla sp. 0 7 5 0 1 2 0 ) 0 2(2) 9(2) ](I) 12

10 Pselrdolasi~rs sp. I 0 1221 2(2) 1217(5) 3(2) 1 196(5) 5(2) 2 1(4) 1222

I I C l a d o m p ~ a sp. 0 0 36 36(4) 0 0 36(4) 0 0 36

12 Polyrhachis sp I. 2 3 2 ] ( I ) 0 6(2) 0 4(2) 3(2) 7

13 Polyrhachis sp2. 1 1 3 0 4(2) 0 3(2) 2(2) 5

I4 ivlyrmicinae C~emofogasfer sp I . 759 1355 206 1934(5) 28(4) 358(5) 1439(5) 491(5) 390(5) 2320

15 Crea~arogasrer sp2. 106 219 210 401(5) 103(5) 31(4) 278(5) 145(5) 112(5) 535

16 iC/onomo~inm sp. 176 136 34 85(5) 106(5) 155(5) 345(5) 0 ] ( I ) 346

17 CYasrnannia o~rrop~rncfa~a 0 I 0 0 l(1) 0 0 0 l(1) I

18 Pseudomyrmicinae T. prrnct~rlata 58 99 I I 145(5) 1 8(3) 5(2) 123(5) 15(3) 30(4) 168

Z: Tota individu 1714 2545 2581 6840

): Spesies 12 14 15 1 1 16 10 12 12 14 18

(47)

Gambar 34 Grafik distribusi semut pada pohon Sonneratia, Rhizophora dan

Bruguiera di mangrove Kabupaten Kolaka.

(48)

Tabel 3 Nilai indekiD', IT dan E' semut di setiap stasiun pada lokasi Kabupaten Kolaka.

Indeks Nilai indeks

Latambaga Samaturu Wolo Mangrove Kolaka

H' 1,372 1,28 1,433 1,65

D' 0,324 0,369 0,325 0,244

E' 0,552 0,485 0,529 0,571

Keterangan: H' = indeks Shannon-Wiener, D' = indeks Simpson, E' = indeks Evenness

Estimasi kelimpahan spesies semut pada mangrove Kabupaten Kolaka

Jumlah semut berdasarkan hasil observasi pada stasiun Latambaga, Samaturu dan Wolo berturut-turut 12, 14 dan 15 spesies (Tabel 2). Hasil analisis dengan menggunakan analisis SACE memperlihatkan bahwa persentase prediksi kelimpahan semut pada stasiun Latambaga, Samaturu dan Wolo berturut-turut adalah 87,02; 65,51; dan 97,21% (Tabel 4). Persentase prediksi kekayaan spesies semut berdasarkan SICE pada stasiun Latambaga, Samaturu dan Wolo berturut- turut adalah 67,85; 74,39; dan 67,33%. Persentase tersebut memperlihatakan

presence-absence spesies semut yang dikoleksi. Secara keseluruhan pada

mangrove Kabupaten Kolaka, persentase kelimpahan dan keberadaan spesies semut dengan menggunakan analisis SACE dan SICE masih tergolong baik dan cukup tinggi yaitu 97,51% dan 84,99%.

Tabel 4 Estimasi kelimpahan semut di setiap stasiun pada lokasi Kabupaten Kolaka.

Stasiun N Sobs S ACE %ACE S ICE %ICE

Latambaga - 1714 12 13,79 87,02 17.18 69.85

Samaturu 2545 14 21i37 65;51 18182 74i39

Wolo 2581 15 15,43 97,21 22,28 67,33

Kolaka 6840 18 18,46 97,51 21,18 84,99

(49)

Nilai estimasi yang didapatkan berdasarkan andisis SACE dan SICE memperlihatkan fluktuasi nilai jumlah spesies semut. Fluktuasi tersebut terlihat pada kisaran pengoleksian 1 sampai 4. Prediksi terhadap keanekaragaman dan kekayaan spesies semut akan lebih baik jika fiekuensi koleksi dilakukan lebih banyak (Gambar 35).

--

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112131415161718192021222324252627

Frekuensi koleksi

Gambar 35 Kurva akumulasi spesies semut pada mangrove Kabupaten Kolaka Kondisi Lokasi Penelitian di Muara Angke

Vegetasi mangrove Suaka Margasatwa Muara Angke didominasi oleh jenis pohon Sonneratia caseoaris. Iklim dan cuaca pada waktu pengambilan sampel dengan kondisi cerah. Kisaran suhu pada lokasi pengambilan sampel antara 30,8O~ sampai dengan 42,1°c dan kisaran kelembaban udara adalah

*

78% di pagi hari dan

*

37% di siang hari.

Keanekaragaman, dominansi dan kemerataan spesies semut pada mangrove Suaka Margasatwa Muara Angke

(50)
[image:50.602.110.520.166.380.2]

spl., Crematogaster sp2., T. punctulata, Tetraponera sp. Semut yang memiliki jumlah melimpah adalah Cardiocandyla sp. dan Crematogaster sp. (Tabel 5).

Tabel 5 Jumlah semut yang di koleksi pada pohon Sonneratia stasiun SMMA.

No Subfamili Spesies Teknik

x

umpan jaring penadah

1 Dolichoderinae Technomyrmex sp. 80 0 3 83

2 Tapiriorna sp. 25 3 4 32

3 Formicinae Forelophillus sp. 9 2 0 11

4 Polyrhachis sp2. 3 5 8 16

5 Polyrhachis bohoni 0 1 2 3

6 Myrmicinae Cardiocandyla sp. 392 7 3 402

7 Crematogaster sp I . 224 28 54 306

8 Cremalogaster sp2. 149 16 3 168

9 Catazrlacus sp. 6 4 0 10

10 Pseudomyrmicinae T. Punctulata 10 16 5 31

11 Terraporiera sp. 0 2 0 2

1 Spesies 9 10 8 11

(51)

35

Tabel 6 Nilai indeks D', H' dan E' semut pada pohon Sonneratia stasiun SMMA.

Indeks Nilai indeks

H' 1,608

Keterangan: H' = indeks Shannon-Wiemer, D' = indeks Simpson, E' = indeks Evenness.

Estimasi kelimpahan semut pada mangrove Suaka Margasatwa Muara Angke.

Hasil analisis dengan menggunakan analisis estimasi memperlihatkan bahwa persentase prediisi kelimpahan berdasarakan SACE semut pada stasiun Suaka Margasahva Muara Angke adalah 100% dan persentase prediksi keberadaan spesies semut berdasarkan SICE adalah 95,99%. Persentase tersebut menggambarkan bahwa prediisi kelimpahan semut pada mangrove Suaka Margasatwa Muara Angke adalah stabil sesuai hasil observasi dan prediksi keberadaan semut yang masih tinggi.

Tabel 7 Estimasi kelimpahan semut pada stasiun SMMA.

Stasiun N Sobs SACE %ACE SICE %ICE

Muara Angke 1064 11 11 100 11,46 95,99

Keterangan: N = jumlah indivudu; Sobs= jumlah semut hasil obesewasi; S ACE = prediksi kelimpahan semut; S ICE = prediksi presence-absence spesies semut; % =

persentase spesies h a i l obsewasi dengan spesies hasit prediksi.

Nilai estimasi yang didapatkan berdasarkan analisis SACE dan SICE memperlihatkan prediksi yang lebih sempuma. Hal tersebut disebabkan karena habitat tempat melakukan koleksi sangat terbatas yaitu hanya pada tanaman

(52)

L___

0

1 2 3

[image:52.599.134.442.95.260.2]

Frekuensi koleksi

Gambar 36 Kurva akumulasi spesies semut pada mangrove Muara Angke Kesamaan Semut pada Habitat Mangrove Kabupaten Kolaka dan Muara Angke.

Persamaan dan perbedaan hasil koleksi semut digambarkan antara jenis pohon yaitu Sonneratia, Rhizophora dan Bruguiera serta antara lokasi yaitu mangrove Kabupaten Kolaka dan Muara Angke. Persamaan dan perbedaan semut dapat digambarkan dengan melakukan analisis indeks Sorensen (IS). Variabel yang menjadi pembanding adalah semut yang hanya dikoleksi pada satu habiatat'lokasi tertentu (A atau B) dan semut yang dikoleksi dengan spesies yang sarna pada dua habitattlokasi (C). Nilai indeks Sorensen yang tinggi antara habitat yang dibandingkan mengindikasikan banyaknya persamaan semut yang mendiami habitat'lokasi. (Tabel 8).

Tabel 8 Indeks Sorensen semut antara pohon Sonneratia, Rhizopora dan

Bruguiera pada lokasi Kabupaten Kolaka.

Jenis Pohon A B C IS

(A) (B)

Sonneratia

+

Rhizophora 2 7 9 2

Sonneratia

+

Bruguiera 3 2 8 3.2
(53)

Beberapa semut yang dikoleksi sama antara mangrove Kabupaten Kolaka dan mangrove Muara Angke khususnya pada pohon Sonneratia adalah semut

Technomyrmex sp., Forelophillus sp., Crematogaster spl., Crematogaster sp2.,

T. punctulata. Kedua lokasi masing-masing mengoleksi semut sebanyak I1 spesies.

Selain memiliki persamaan, beberapa spesies semut juga dikoleksi berbeda antara kedua lokasi. Semut 0. smaragdina, Camponotus sp., Pseudolasius sp.,

Cladomyrma sp., Polyrhachis spl., dan Monomorium sp. adalah semut yang dikoleksi pada pohon Sonneratia mangrove Kabupaten Kolaka, sedangkan semut

Tapinoma sp., Polyrhachis sp2., Polyrhachis bohoni, Cardiocandyla sp.,

Cataulacus sp., dan Teh~aponera spl. adalah semut yang dikoleksi pada pohon

Sonneratia pada mangrove Muara Angke.

Tabel 9 Indeks Sorensen semut pada pohon Sonneratia Kabupaten Kolaka dan Muara Angke.

Pohon Sonneratia A B C IS

Kolaka (A)

+

Muara Angke (B) 5 5 6 1.2

Efektifitas Penggunaan Teknik Koleksi Semut

Pada daerah arboreal khususnya pada vegetasi mangrove beberapa semut dapat dikoleksi dengan menggunakan teknik koleksi umpan, jaring dan penadah seperti semut 0. smaragdina, Crematogaster sp, Pseudolasius sp.. dan T. punctulata. Namun, ada beberapa semut hanya dapat dikoleksi dengan satu atau dua teknik koleksi. Beberapa semut dikoleksi secara khusus pada pohon tertentu dengan teknik tertentu. Semut Ochetellus sp. hanya dikoleksi pada pohon

(54)

Hasil koleksi semut tersebut memperlihatkan pengaruh teknik koleksi pasif (umpan) dan aktif (jaring dan penadah) terhadap jumlah koleksi. Dari hasil koleksi terlihat perbedaan semut yang dikoleksi dengan menggunakan umpan dan bukan umpan (Tabel 10).

Tabel 10 Jumlah semut yang diioleksi dengan teknik koleksi urnpan dan bukan umpan berdasarkan skor pada lokasi Kabupaten Kolaka dan Muara Angke.

Nilai Skor

No Subfnmili Spesies Kolaka Muara Angke

bukan bukan

Umpan umpan umpan umpan

1 Ochetellus sp. 3 0 0 0

2 Technomyrmex sp. 0 5 5 2

3 Dolichoderinae Tapinonlo sp. 0 0 4 2

4 Tzwneria sp. 0 2 0 0

5 Iridotnyrmex sp. 0 2 0 0

6 0. snzarugdina 5 5 0 0

7 Componottrs sp. 4 2 0 0

8 Opisllzolxis nrayor Forel I 4 0 0

9 I;orelophilltts sp. 2 2 2 2

10 Fomicinae Echinopla sp. 2 2 0 0

I I Pse~idolosius sp. 5 4 0 0

12 Clodomyrmo sp. 4 0 0 0

13 I'olyrlrochis spl . 0 2 0 0

14 Po1.vrhachis sp2. 0 2 2 3

15 Polyrhachis sp3. 0 0 0 2

I6 Cardiocandylo sp. 0 0 5 2

17 Crematogaster sp I . 5 5 5 5

18 Myrmicinae Crenzatogartrr sp2. 5 5 5 3

19 Cotaulacrrs sp. 0 0 2 2

20 Monomorittnr sp. 5 1 0 0

2 1 IVosr~ta~tnia o!rroprinctata 0 1 0 0

22 Pseudom)~micinae T pr~nctuloto 5 4 2 4

23 Tetroponera sp. 0 0 0 2

7. Spesies I2 16 9 I1

70 66.7 88,9 81,2 100

[image:54.599.111.517.231.630.2]
(55)

Muara Angke dengan teknik umpan dikoleksi 9 spesies dengan persentase 8 1,2% dan koleksi dengan teknik bukan umpan diioleksi 11 spesies semut dengan presentase 100% (Tabel 10).

Komposisi Arthropoda dan Serangga Lain pada Vegetasi Mangrove

Selain semut, beberapa arthropoda dan serangga lain dikoleksi dengan menggunakan teknik koleksi jaring dan penadah. Perbedaan komposisi arthropoda dan serangga lain pada vegetasi mangrove Kabupaten Kolaka dan Suaka Margasatwa Muara Angke khususnya pada pohon Sonneratia tidak jauh berbeda. Araneae mempakan ordo yang paling mendominasi daerah pepohonan mangrove di kedua lokasi penelitian. Beberapa ordo lain yang dikoleksi dengan jumlah yang cukup tinggi adalah Hemiptera, Homoptera, Coleoptera dan Diptera. Perbedaan hanya terlihat pada ordo Lepidoptera dan Tysanoptera yang dikoleksi pada mangrove Kabupaten Kolaka dan Ordo Mantodea yang dikoleksi pada mangrove Muara Angke. Ketiga ordo tersebut memiliki jumlah yang kecil dibandingkan ordo lainnya (Tabel 11).

Tabel 11 Arthropoda dan serangga lain yang dikoleksi pada lokasi Kabuptaen Kolaka dan Muara Angke.

No Ordo Jenis Pohon

Sonneratia Rhizophora Bruguiera Jumlah Kabupaten Kolaka

1 Hymenoptera 9 5 I 15

2 Araneae 147 98 74 3 19

3 Hemiptera 63 6 5 74

4 Homoptera 104 9 3 116

5 Diptera 18 8 17 43

6 Coleoptera 17 50 7 74

7 Lepidoptera I 0 0

Gambar

Gambar 1 Morfologi Seinut
Gambar 4 Desain transek penelitian keanekaragalnan selnut pada lokasi Kab.
Gambar 6 Proses mounting semut (Gullan & Cranston 2005)
Tabel 1 Spesies semut yang dikoleksi pada mangrove Kolaka dan Muara Angke.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sangat disadari bahwa salah satu yang mempengaruhi daya saing produk kredit yang merupakan produk BMT Paiton adalah perilaku kosumen (debitur) dalam memilih

ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU BUNGA KRANS PADA USAHA BUNGA PLASTIK DENGAN MENGGUNAKAN METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY DAN METODE ECONOMIC

Permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah terdapat kontribusi supervisi kepala sekolah, motivasi berprestasi dan komitmen kerja terhadap kinerja guru SD di

Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 52 Tahun 2014 tentang Pedoman Pembangunan Zona Integritas Menuju Wilayah Bebas dari

Berdasarkan uraian-uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa adaptasi administrasi CFIT perlu dilakukan agar validitas hasil tes dapat dipercaya. Peneliti

Puryanti, D1510067, PROSEDUR PENYELESAIAN SENGKETA TANAH DI KANTOR PERTANAHAN KOTA SURAKARTA, Program Studi Manajemen Administrasi, Program Diploma III, Fakultas

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi jenis-jenis pewarna sintetis yang dijual di pasaran dan yang dipakai oleh pedagang kecil rninuman serta

Berdasarkan pengertian di atas, dapat dikatakan bahwa suatu kegiatan komunikasi harus memiliki lima unsur, yaitu: (1) komunikator: orang yang menyampaikan pesan, (2) pesan: ide