• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keanekaragaman dan Distribusi Ikan Di Perairan Hutan Harapan Jambi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Keanekaragaman dan Distribusi Ikan Di Perairan Hutan Harapan Jambi"

Copied!
74
0
0

Teks penuh

(1)

KEANEKARAGAMAN DAN DISTRIBUSI IKAN

DI PERAIRAN HUTAN HARAPAN JAMBI

TEDJO SUKMONO

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul keanekaragaman dan distribusi ikan di Perairan Hutan Harapan Jambi adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Maret 2015

Tedjo Sukmono

(4)

RINGKASAN

TEDJO SUKMONO. Keanekaragaman dan Distribusi Ikan di Perairan Hutan Harapan Jambi. Dibimbing oleh DEDY DURYADI SOLIHIN, MF. RAHARDJO, dan RIDWAN AFFANDI.

Hutan Harapan merupakan kawasan restorasi ekosistem pada areal hutan hujan tropis dataran rendah pertama di Indonesia terletak di Provinsi Jambi dan Sumatera Selatan, memiliki berbagai tipe ekosistem perairan seperti sungai, danau dan rawa banjiran. Eksplorasi keanekaragaman dan distribusi ikan di Hutan Harapan perlu dilakukan sebagai dasar kegiatan restorasi dan konservasi ikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji keanekaragaman spesies, status IUCN, spesies asli dan distribusi ikan di Perairan Hutan Harapan sebagai dasar kegiatan restorasi serta mengkaji keragaman genetik famili Cyprinidae berdasarkan gen sitokrom oksidase I (COI) DNA mitokondria sebagai barcode DNA

Pengambilan contoh dan analisis ikan dilakukan dari September 2012 – Februari 2014. Analisis morfometrik dan meristik di Laboratorium Sumber Daya Ikan IPB dan Laboratorium Iktiologi Bidang Zoologi Puslit Biologi LIPI. Analisis molekuler di Laboratorium Bioteknologi Pusat Studi Satwa Primata (PSSP) IPB. Pengambilan sampel dilakukan pada 8 stasiun penelitian berdasarkan perbedaan tipologi habitat. Alat tangkap yang digunakan bersifat aktif dan pasif dengan berbagai ukuran meliputi jala, jaring, sudu, serok, serua, tajur, bubu dan pancing.

Keanekaragaman ikan di Perairan Hutan Harapan teridentifikasi sebanyak 123 spesies, 62 genera, serta 23 famili. Keanekaragaman tertinggi di Sungai kapas (111) spesies, dan terendah di Danau 41 (2) spesies. Terdapat 23 spesies ikan merupakan catatan baru untuk Jambi. Berdasarkan IUCN Red List ikan di Hutan Harapan terdiri atas lima kategori yaitu: belum dievaluasi (74) spesies, informasi kurang (4) spesies, berisiko rendah (41) spesies, hampir terancam (3) spesies, dan terancam (1) spesies. Sebanyak 65 ekor ikan famili Cyprinidae, mewakili 17 genera dan 26 spesies telah di sekuens berdasarkan gen COI menghasilkan sekuen sepanjang 680 bp. Kesamaan identitas anggota famili Cyprinidae hasil sekuen dibandingkan data pada genbank > 89%. Pohon filogenetik yang dihasilkan menunjukkan bahwa famili Cyprinidae terbagi atas 2 clade utama meliputi Clade A terdiri atas kelompok Puntius dan Clade B kelompok Rasbora

(5)

SUMMARY

TEDJO SUKMONO. Diversity and Distribution of Fish in The Waters Harapan Rainforest Jambi. Supervised by DEDY DURYADI SOLIHIN, MF. RAHARDJO and RIDWAN AFFANDI

Harapan Rainforest is the first ecosystem restoration in Indonesia. This area is located in Jambi and South Sumatra Provinces. There are various types of aquatic ecosystems in Harapan Rainforest such as river, lake or swamp flood. Exploration of the diversity and distribution of fish in Harapan Rainforest was needed to be used as the basis of restoration and conservation of fish. This study aimed to assess the diversity of species, IUCN status, native species, and distributions of fish in The Waters Harapan Rainforest as a basis for restoration projects. And furthermore to assess the genetic diversity of the family Cyprinidae based on gene cytochrome oxidase I (COI) mitochondrial DNA as DNA barcode.

Research was conducted during September 2012 - February 2014. Morphological analysis was carried out in the Laboratory of Fish Resources Research Centre in IPB and Laboratory Icthyology Zoology Indonesian Institute of Sciences. Molecular analysis was conducted in Biotechnology Laboratory of Primate Research Center Bogor Agricultural University. Sampling was done at eight research stations based on different habitat typologies, used gill nets, nets, scoop nets, traditional fish traps and fishing rod.

The diversity of fish in The Waters Harapan Rainforest identify were over 123 species, 62 genera and 23 families. Highest of fish biodiversity in Kapas River (111) species, and the lowest in Lake 41 (2) species. There were 23 species of fish new record for the area of Jambi. Based on the IUCN Red List, fish in Harapan Rainforest consists of five categories: not evaluated (74) species, data deficient (4) species, least concern (41) species, nearly threatened (3) species, and endangered (1) species. A total of 65 individuals members Cyprinidae, representing 17 genera and 26 species had been sequence based on COI genes equences resulted in 680bp. Partial nucleotide sequence of Cyprinidae COI gene has similarity of more 89% comparing to genebank database. Recontruction of phylogenetic tree showed two differend main claude of family Cyprinidae, represented by Puntius and Rasbora.

(6)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

(7)

Disertasi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktor

pada

Program Studi Biosains Hewan

KEANEKARAGAMAN DAN DISTRIBUSI IKAN PADA

PERAIRAN DI HUTAN HARAPAN JAMBI

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2015

(8)

Penguji pada Ujian Tertutup:

Dr. Sudarto, MSc. Reny K Hadiaty, DSc.

Penguji pada Ujian Terbuka:

Prof. Dr. Krismono, MS.

(9)

Judul Disertasi : Keanekaragaman dan Distribusi Ikan Di Perairan Hutan Harapan Jambi

Nama : Tedjo Sukmono

NRP : G362100011

Disetujui oleh Komisi Pembimbing

Dr Ir Dedy Duryadi Solihin, DEA Ketua

Prof Dr Ir MF. Rahardjo, DEA Prof Dr Ir Ridwan Affandi, DEA Anggota Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana IPB Biosains Hewan

Dr Ir Dyah Perwitasari,MSc Dr Ir Dahrul Syah,MScAgr

(10)

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga disertasi yang berjudul “ Keanekaragaman dan Distribusi Ikan di Perairan Hutan Harapan Jambi ” dapat diselesaikan.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang tinggi kepada Bapak Dr Ir Dedy Duryadi Solihin DEA, Bapak Prof Dr Ir MF. Rahardjo DEA, dan Bapak Prof Dr Ir Ridwan Affandi DEA, selaku pembimbing yang telah banyak memberikan arahan, saran, dan motivasi demi terwujudnya disertasi ini.

Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada pimpinan beserta seluruh staf PT.Restorasi Ekosistem Indonesia (REKI) sebagai pengelola Hutan Harapan atas izin dan dukungan yang diberikan dari awal hingga selesainya pelaksanaan penelitian. Kepada kepala beserta staf Pusat Studi Primata (PSSP-IPB) atas izin dan dukungan penggunaan sarana Laboratorium Bioteknologi, serta kepada kepala beserta staf Laboratorium Iktiologi Bidang Zoologi Puslit Biologi- LIPI atas dukungan identifikasi dan penyimpanan sampel penelitian.

Semoga disertasi ini bermanfaat bagi berbagai pihak, khususnya untuk perkembangan ilmu keanekaragaman hayati dan konservasi ikan air tawar.

Bogor, Maret 2015

(11)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL xii

DAFTAR GAMBAR xii

DAFTAR LAMPIRAN xii

I PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Permasalahan 2

Hipotesis 3

Tujuan Penelitian 3

Manfaat Penelitian 3

II PERAIRAN HUTAN HARAAN 5

Habitat Perairan di Hutan Harapan 5

Karakter Stasiun Penelitian 7

III IKTIOFAUNA DI PERAIRAN HUTAN TROPIS DATARAN RENDAH,

HUTAN HARAPAN JAMBI 10

Pendahuluan 10

Bahan dan Metode 11

Hasil 11

Pembahasan 18

Simpulan 21

IV PERSEBARAN SPATIO-TEMPORAL IKAN AIR TAWAR DI PERAIRAN HUTAN TROPIS DATARAN RENDAH, HUTAN HARAPAN JAMBI 22

Pendahuluan 22

Bahan dan Metode 23

Hasil 24

Pembahasan 34

Simpulan 36

V KEANEKARAGAMAN IKAN FAMILI CYPRINIDAE BERDASARKAN

DNA BARCODE DI HUTAN HARAPAN JAMBI 37

Pendahuluan 37

Bahan dan Metode 38

Hasil 39

Pembahasan 45

Simpulan 47

VI PEMBAHASAN UMUM 48

VII SIMPULAN DAN SARAN 51

DAFTAR PUSTAKA 52

(12)

1. Karakter stasiun penelitian 8 2. Spesies ikan, status IUCN, serta potensinya di Hutan Harapan 12 3. Persebaran spasio-temporal ikan pada Sungai Kapas, Sungai Lalan,

Sungai Kandang, dan Rawa Klompang 26

4. Persebaran spasio-temporal ikan pada Danau 41, Danau Camp, Danau

Rohani, dan Danau Tiung Luput 29

5. Parameter fisika-kimia air stasiun penelitian 33

6. Jarak genetik 26 spesies famili Cyprinidae pada genbank NCBI 40

7. Komposisi nukleotida famili Cyprinidae 41

8. Variasi susunan nukleotida dan perubahannya pada famili Cyprinidae 41

DAFTAR GAMBAR

1. Kerangka permasalahan penelitian 4

2. Diagram aliran utama sungai banjiran 6

3. Kondisi Sungai Kapas sepanjang tahun (2012-2013) 7

4. Peta lokasi penelitian di Hutan Harapan 8

5. Katagori IUCN red list ikan di Hutan Harapan 15 6. Potensi Ikan Hutan Harapan sebagai ikan konsumsi, hias, dan

keduanya 16

7. Beberapa spesies ikan hias di Hutan Harapan 16

8. Beberapa spesies ikan konsumsi di Hutan Harapan 17 9. Persebaran jumlah ikan tangkapan di Sungai Kapas, Sungai Kandang,

dan Sungai Lalan 24

10. Persebaran jumlah ikan tangkapan di Danau Rohani, Danau 41,

Rawa Klompang, Danau Tiung Luput, dan Danau Camp 24 11. Persebaran jumlah jenis ikan di Sungai Kapas, Sungai Kandang, dan

Sungai Lalan 25

12. Persebaran jumlah jenis ikan di Danau 41, Rawa Klompang,

Danau Tiung Luput, Danau Camp 25

13. Pengelompokan stasiun penelitian 33

14. Pita DNA hasil elektroforesis 39

15. Ektogram sequence DNA (680 bp) 40

16. Kontruksi filogenetik Cyprinidae dengan NJ- boostrap 100x (500 bp) 44

DATAR LAMPIRAN

(13)

I PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sumatra merupakan pulau terbesar kedua pada kepulauan Paparan Sunda setelah Kalimantan, terdapat banyak kesamaan fauna ikan air tawar karena adanya aliran sungai purba pada masa pleistosen diantara kedua pulau tersebut (McConnell 2002). Menurut Kottelat et al. (1993) Sumatra memiliki jenis endemik yang lebih sedikit dibandingkan Kalimantan tetapi ini hanya perkiraan saja mengingat sebagian besar koleksi ikan di Sumatra hanya didapatkan dari sungai dataran rendah bahkan kadang-kadang hanya dari pasar ikan. Banyak habitat ikan di wilayah Sumatra seperti sungai, danau dan rawa di hutan tropis, sungai di dataran tinggi, dan danau di pegunungan belum di koleksi dan di identifikasi ikannya. Weber & Beaufort (1916) telah mendeskrisikan berbagai spesies ikan di Sumatra meliputi wilayah Padang, Riau, Palembang, dan Jambi hampir seabad yang lalu namun belum intensif. Kottelat et al. (1993) mencatat 272 spesies ikan air tawar di Sumatra dan 30 spesies termasuk endemik. Lebih lanjut Kottelat & Whitten (1996) menyatakan bahwa pengetahuan tentang ikan Sumatra masih sangat terbatas karena minimnya eksplorasi dan publikasi. Wargasasmita (2002) mencatat terdapat 589 spesies ikan air tawar Sumatra, 58 spesies bersifat endemik dan 14 spesies terancam punah.

Penelitian ikan air tawar di berbagai propinsi di Sumatra telah dilakukan oleh beberapa peneliti seperti Muchlisin & Azizah (2009) mengidentifikasi ikan air tawar di Aceh terdiri atas 114 spesies, 69 genera, 41 famili dan 12 ordo. Menurut Simanjutak et al. (2006), di Sungai Kampar Kiri Riau terdapat 86 spesies ikan air tawar yang terdiri atas 21 famili dan 44 genera. Nurdawati & Prasetyo (2007) mengidentifikasi ikan hutan rawa di Sumatra Selatan terdiri 75 spesies , 45 genera, 20 famili dan 7 ordo. Iqbal (2011) telah mengidentifikasi ikan air tawar Hutan Rawa Gambut Merang-Kepayang Sumatra Selatan meliputi 57 spesies, 44 genera dan 24 famili. Spesies ikan air tawar di perairan umum Jambi terdiri atas 131 spesies, 24 famili dan 14 ordo (DKP 1993). Menurut Tan & Kottelat (2009), keanekaragaman spesies ikan yang terdapat di Jambi tercatat 297 spesies, yang 48 spesies diantaranya adalah catatan baru Jambi dan 45 diantaranya merupakan catatan baru Sumatra, namun demikian survai dilakukan antara 1994 dan 2003 dengan habitat ikan terbatas pada daerah aliran sungai (DAS) Batanghari Jambi.

Jambi merupakan salah satu provinsi di Sumatra dengan potensi keanekaragaman ikan air tawar yang tinggi. Menurut Wargasasmita (2002) berdasarkan endemisitas ikan di Sumatra, Jambi memiliki endimisitas tertinggi kedua yaitu 20.7% (12 jenis) setelah Sumatra Barat yaitu 24.1% (14 jenis), sedangkan Propinsi Lampung memiliki endemisitas ikan air tawar terendah 5.2% (3 jenis). Peluang untuk menemukan spesies baru ataupun catatan baru di Jambi, terutama pada habitat air tawar masih sangat besar; seperti temuan spesies berikut ini: Puntius sp. “Bertam”, Puntius sp.”Kerinci”, ataupun

Rasbora britanii (Tan & Kottelat 2009). Keanekaragaman ikan air tawar di Jambi

kemungkinan masih terus akan meningkat karena banyak areal yang berpotensi sebagai habitat ikan air tawar terutama yang berada di hutan belum di inventarisasi, contohnya di Perairan Hutan Harapan Jambi.

(14)

jenis asli masih banyak tersisa dan menggantungkan hidupnya di Hutan Harapan seperti : harimau Sumatra (Panthera tigris sumatrae), gajah (Elephas maximus sumatraensis),

rusa (Cervus unicolor), dan burung rangkong (Buceros rhinoceros). Lebih lanjut David (2009) menyatakan bahwa kawasan Hutan Harapan merupakan habitat bagi 294 spesies burung, 56 spesies mamalia, 27 spesies amphibi, 42 spesies reptil, dan 444 spesies tumbuhan. Namun demikian hingga saat ini belum pernah dilakukan inventarisasi ikan di Perairan Hutan Harapan. Menurut Sukmono et al. (2013a) sedikitnya terdapat 15 ekosistem perairan di Hutan Harapan terdiri atas: sungai besar yang berarus lemah bersifat banjiran, danau ataupun rawa, berpotensi memiliki keanakaragaman ikan air tawar tinggi. Menurut Kottelat et al. (1993),inventarisasi ikan yang dikaitkan dengan lingkungan hidupnya sangat penting guna mengetahui dinamika dalam sistem perairan dan kemungkinan adanya dampak lingkungan perairan. Selain itu, ikan juga dapat digunakan sebagai bioindikator pencemaran (Mirza dan Prasetyo 2000). Banyak kawasan konservasi di Indonesia telah ditetapkan resmi, tetapi belum satupun yang diusulkan sebagai tempat konservasi fauna ikan, hal ini karena kesulitan dalam identifikasi fauna ikan di tempat tersebut.

Sebagai bekas areal HPH kawasan Hutan Harapan telah mengalami deforestasi ataupun fragmentasi. Muchlisin & Azizah (2009), menyatakan bahwa degradasi habitat menyebabkan turunnya kekayaan jenis dan keanekaragaman ikan, terutama pada ekosistem perairan yang tergenang. Kekayaan jenis ikan berperan penting dalam menggambarkan daya dukung lingkungan terhadap spesies ikan (Hargarave 2009). Eksplorasi biodiversitas ikan di Perairan Hutan Harapan perlu dilakukan untuk mendapatkan data sebagai penunjang kegiatan restorasi dan konservasi ikan, seperti penetapan area penampungan, pelarangan penangkapan, penentuan waktu penangkapan, pembatasan alat tangkap, pemulihan stok ataupun untuk penetuan zonasi konservasi perairan. Hal ini hanya dapat dilakukan jika tersedia data yang fundamental tentang karakteristik fauna ikan (Syafei 2005). Karakteristik tersebut antara lain: keanekaragaman, status IUCN red list, distribusi, kemanfaatan, filogenetik, ataupun tipe habitat ikan.

Identifikasi spesies ikan yang cepat dan akurat merupakan komponen penting dalam pemantauan dan konservasi keanekaragaman hayati dalam skala global, umumnya masih dilakukan secara morfologi (morfometri dan meristik), namun dalam perkembangannya karakter morfologi memiliki kesulitan dan keterbatasan terutama saat mengidentifikasi ikan dalam tahap perkembangan seperti pada tahap larva, atau hanya menemukan fragmennya saja atau pada saat spesimen dewasa tidak tersedia. Karakter morfologi juga sulit untuk mengidentifikasi spesies yang memilki kemiripan dengan spesies lain (sibling) atau spesies tersembunyi (kriptik) hal ini akan menimbulkan kerancuan taksonomi, sehingga perlu dilakukan dengan metode lain yaitu melaui identifikasi molekuler (Hajibabei et al. 2007). Gen Cythocrome oksidase I (COI) dengan fragmen 650 bp telah digunakan untuk menjelaskan adanya kerancuan taksonomi akibat adanya spesies kriptik pada famili Mugilidae yang memiliki 17 genus dan lebih dari 60 spesies. Spesies kriptik terjadi antara Mugil platanus dan Mugil liza. Identifikasi dengan morfologi dan morfometri kedua spesies tersebut mengalami kesulitan (Prasanna et al. 2011).

Permasalahan

(15)

spesies didalamnya, tidak terkecuali spesies yang hidup di ekosistem perairan seperti ikan. Hutan Harapan memiliki tipe ekosistem perairan yang bervariasi seperti: sungai, danau, dan rawa banjiran. Ekosistem perairan yang berbeda ini akan dihuni oleh komunitas ikan yang berbeda; dengan demikian Hutan Harapan memiliki peran penting berkaitan dengan keanekaragaman spesies ikan. Sejalan dengan hal tersebut kegiatan restorasi yang bertujuan untuk memulihkan kondisi habitat alami beserta interaksi makhluk hidup yang ada didalamnya membutuhkan data fundamental; begitu juga untuk restorasi badan perairan karena target restorasi adalah spesies dan habitatnya.

Data biodiversitas dan distribusi ikan akan menggambarkan daya dukung lingkungan perairan dan sebaliknya lingkungan perairan yang berkualitas akan memberi kontribusi tinggi terhadap biodiversitas dan distribusinya. Namun hingga saat ini kondisi habitat perairan serta karakteristik ikan di Hutan Harapan belum diketahui. Karakteristik ikan meliputi: keanekaragaman spesies, distribusi spatio-temporal, kemanfaatan, keragaman genetik, serta status IUCN ikan di Hutan Harapan. Karakteristik tersebut sangat penting sebagai data dasar dalam kegiatan restorasi ikan dan badan perairan di Hutan Harapan dan lebih lanjut mendukung kegiatan restorasi areal Hutan Harapan secara keseluruhan. Secara skematis kerangka permasalahan penelitian disajikan pada Gambar 1.

Hipotesis

1. Keanekaragaman spesies ikan alami di Perairan Hutan Harapan masih tinggi

2. Distribusi spesies ikan endemik / unik di wilayah Perairan Hutan Harapan sangat spesifik pada wilayah yang tergenang air sepanjang tahun

3. Tipe habitat perairan yang berbeda akan dihuni oleh komunitas ikan yang berbeda

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mengkaji karakteristik ikan di Perairan Hutan Harapan meliputi : keanekaragaman, status IUCN, keaslian jenis, dan distribusi spatio-temporal sebagai dasar kegiatan restorasi perairan Hutan Harapan.

2. Mengkaji keragaman genetik famili Cyprinidae di Hutan Harapan berdasarkan gen

cytochrome oksidase I(COI) DNA Mitokondria sebagai barcode DNA

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan dasar dan alternatif dalam pengelolaan kawasan restorasi Hutan Harapan terutama yang berkaitan dengan restorasi perairan meliputi fauna ikan dan habitatnya, serta memberikan data barcode DNA ikan famili

(16)

Gambar 1 Kerangka permasalahan penelitian Degradasi habitat di Perairan

Hutan Harapan

Penurunan kondisi fisik dan kimiawi perairan

Keanekaragaman ikan menurun

Pengukuran kondisi perairan

P

Eksplorasi ikan

Parameter fisika dan kimia perairan: panjang maksimum, lebar maksimum, kedalaman, kecerahan, suhu, kecepatan arus, tipe subtrat, pH, DO,

Karakteristik ikan :

keanekaragaman, distribusi , status IUCN, endemisitas, jenis baru, catatan baru, keragaman molekuler

Kondisi karakteristik ikan dan ekosistem Perairan Hutan Harapan

Penentuan strategi restorasi

(17)

II PERAIRAN HUTAN HARAPAN JAMBI

Hutan Harapan merupakan areal restorasi pertama pada hutan hujan tropis dataran rendah di Indonesia, arealnya merupakan bekas hak pengusahaan hutan (HPH) PT Asialog dan PT Inhutani V terletak antara Propinsi Jambi dan Sumatra Selatan memiliki keanekaragaman spesies dan nilai biologi yang tinggi. Hutan Harapan yang saat ini dikelola PT Restorasi Ekosistem Indonesia (REKI) terus mengalami penyusutan lahan akibat perambahan dan penebangan liar. Pada tahun 1990, areal tersebut memiliki luas ± 16 juta ha, kemudian menjadi 2.2 juta ha, dan pada tahun 1997 tinggal 300.000 ha. Pada saat ini luas areal tersebut hanya tersisa 100.000 ha namun demikian proses perambahan terus terjadi. Areal yang saat ini direstorasi merupakan campuran hutan sekunder yang masih baik dan area yang terdegradasi. Kawasan ini sangat menarik berbagai lembaga lingkungan karena masih banyak spesies langka yang menggantungkan hidupnya di Hutan Harapan (REKI 2008). Hasil citra satelit di kawasan hutan ini menunjukkan pembukaan tutupan hutan sejak lima tahun terakhir mencapai hampir 20 %, atau sekitar 13.337 ha. Perambahan paling marak terjadi pada tahun 2007 seluas 6.300 ha, untuk penanaman sawit. Laju penurunan hutan yang besar memiliki banyak konsekuensi karena lebih banyak spesies yang tergantung pada hutan menghadapi resiko kepunahan dibandingkan sebelumnya. Kebanyakan spesies ini bertahan hidup pada areal yang semakin sempit tanpa ada upaya perlindungan kawasan ini (REKI 2008).

Hutan Harapan merupakan hutan hujan tropis Sumatra yang memiliki berbagai tipe ekosistem air tawar baik yang bersifat mengalir (lentik) ataupun menggenang (lotik), berupa sungai besar, anak sungai, danau ataupun rawa banjiran. Pada studi pendahuluan ditemukan sekitar 15 badan perairan di Hutan Harapan, terdiri dari sungai besar berarus lemah, danau dan rawa banjiran (Sukmono et al. 2013a).

Habitat Perairan di Hutan Harapan

Hutan Harapan kaya akan habitat peraran air tawar. Berdasarkan hasil penelitian dan didukung dengan data sekunder melalui angket dan wawancara terhadap penduduk perbatasan, penduduk lokal dalam Hutan Harapan (Suku Batin Sembilan) dan karyawan PT REKI selaku pengelola Hutan Harapan. Terdapat empat daerah aliran sungai (DAS) di Hutan Harapan meliputi : DAS Meranti, DAS Kapas, DAS Lalan, dan DAS Kandang. Setiap DAS terdiri atas beberapa sungai kecil, danau oxbow serta rawa banjiran yang membentuk satu kesatuan ekologis. Sekitar 37 badan perairan dapat ditemukan di Hutan Harapan terdiri atas 7 sungai utama, 9 danau dan rawa utama, 10 anak sungai kecil, dan 11 danau dan rawa dangkal. Hasil ini lebih banyak dibandingkan temuan pada saat studi pendahuluan yang hanya 15 badan perairan karena selain durasi waktu lebih lama, wilayah penelitian juga lebih luas. Pada musim hujan jumlah habitat perairan di Hutan Harapan bisa menjadi lebih banyak karena daerah tangkapan air dan cekungan menjadi tergenang, hingga saat ini beberapa diantara habitat perairan tersebut belum memiliki nama.

(18)

dengan jalan kaki dan beberapa rawa dan danau yang masih berair menjadi terpisah dengan sungai utama. Menurut Rowberry et al. (2011) daerah banjiran dan lahan basah ditandai dengan variabilitas tahunan areal banjiran sepanjang sungai utama yang bersifat banjiran. Aliran sungai di Hutan Harapan yang merupakan sungai banjiran dapat di ilustrasikan berdasarkan Welcomme (2001), sebagai berikut :

Gambar 2 Diagram aliran utama sungai banjiran (Welcomme 2001)

Sungai utama yang terdapat di Hutan Harapan meliputi : Sungai Kapas, Sungai Meranti, Sungai Lalan, Sungai Kandang, Sungai Bungin, Sungai Jerat, Sungai Telang dan Sungai Mase Rusa. Sungai Kapas merupakan sungai paling besar di Hutan Harapan serta paling banyak memiliki anak sungai, danau serta rawa banjiran diikuti Sungai Meranti, namun demikian kedua sungai ini bertemu di bagian tengahnya. Anak sungai yang terdapat di Sungai Kapas meliputi: Sungai Bato, Sungai Nangoi, Sungai Nawai, Sungai Timbun Tulang, Sungai Badak, Sungai Tanam Tubo, Sungai Cawang, Sungai Bujang Palembang, dan Sungai Ibul. Adapun rawa dan danau dangkal yang terdapat disepanjang aliran Sungai Kapas meliputi: Rawa Bato, Pintasan Bayumi, Danau Ngepak Siam,Danau Bedegum, Rawa Muara Perkat, Danau Cabai, Danau Seprena, Danau Begarih, Pintasan Ci Imah, Danau Palau tidak bermulut dan Danau Cincang Kayu.

(19)

jarang dikunjungi oleh penduduk lokal. Gambaran Sungai Kapas beserta anak sungai dan

refuge area disajikan pada Gambar 3.

Gambar 3 Kondisi Sungai Kapas sepanjang tahun (2012-2013)

a.Sungai Kapas musim kemarau b. Sungai Kapas musim hujan c.Sungai Bato (anak Sungai Kapas) musin kemarau, d. Sungai Bato musim hujan e. Danau Bedegum musim kemarau f. Pintasan Bayumi musim kemarau.

Selain itu sepanjang jalan utama di areal Hutan Harapan karena berada didataran rendah banyak daerah tangkapan air yang berbentuk rawa atau danau seperti : Danau Camp, Danau 35, Danau 41, Danau 38 Danau Tiung Luput dan Danau Rohani dan Rawa Danau Hitam, Rawa Klompang, serta Rawa Tanding. Dengan kondisi yang demikian Hutan Harapan sangat berpotensi sebagai habitat alami ikan -ikan asli Sumatra.

Karakter Stasiun Penelitian

Penelitian dilakukan pada 8 perairan utama mewakili ± 40% perairan utama di Hutan Harapan meliputi : Sungai Kapas, Sungai Kandang, Sungai Lalan, Danau Tiung Luput, Danau 41, Danau Camp, Danau Rohani dan Rawa Klompang. Penentuan stasiun penelitian dilakukan berdasarkan tipologi habitat sungai, danau dan rawa. Lokasi Stasiun penelitian disajikan pada Gambar 4.

a b

c d

(20)

Gambar 4 Peta lokasi penelitian di Hutan Harapan; 1) Sungai Kapas, 2) Sungai Lalan, 3) Sungai Kandang, 4) Danau 41, 5) Danau Camp, 6) Danau Rohani, 7) Danau Tiung Luput, 8) Rawa Klompang.

Karakter tiap stasiun penelitian disajikan pada Tabel 1. Tabel 1 Karakter stasiun penelitian

Nama Stasiun Karakter

Sungai Kapas Sungai utama di Hutan Harapan dbersifat banjiran, hulunya berada di Kabupaten Sarolangun (Jambi) dan hilirnya berada di Kabupaten Musi Banyu Asin (Sumsel). Warna air kecoklatan, subtrat dasar pasir putih dangan banyak serasah daun. Lebar sungai pada saat air normal 30- 50 meter dengan kedalaman 1.5 – 5 m. Pada saat banjir besar lebar sungai mencapai 100-300 m dan kedalaman 6-15 m. Pada saat kemarau aliran sungai mengecil seperti parit dan banyak batang kayu besar melintang. Sungai Kapas memiliki banyak anak sungai, danau dan rawa banjiran. Vegetasi sekitar sungai meliputi rotan, makaranga, jambuan, jambu eropa, kelat. medang meranti, dan arang-arang. Berada pada posisi koordinat S 103º17'17.463" dan E 02 º 14'54.382" dengan ketinggian 54 m dpl.

Sungai Kandang Sungaibersifat banjiran,hulunya berada di perusahaan HTI-PT Agronusa dan menuju ke arah Sungai Bahar Jambi. Lebar sungai normal 5-10 m dan kedalaman 0.5 -2 m. Warna air jernih saat kemarau dan subtrat dasar lumpur coklat kehitaman. Pada saat banjir lebar sungai mencapai 5-20 m, kedalaman 2-6 m. air berwarna coklat keruh. Vegetasi sekitar sungai meliputi kayu bulian, Sepa, Aro, rotan, resam dan kumpe. Berada pada posisi koordinat S 103 º 17'34.787" dan E 02 º 5'7.951", ketinggian 45 m

dpl.

Sungai Lalan Sungai bersifat banjiran, hulunya berada disekitar wilayah Sungai Kapas menuju Unit 22 Sungai Bahar Jambi. Lebar sungai normal 10-13 m dengan kedalaman 0.5-2 m. Pada saat kemarau air berwarna kehitaman dan banyak kayu besar melintang di permukaan air, subtrat dasar lumpur hitam dengan banyak serasah daun. Pada saat banjir lebar sungai mencapai 20-50 m dan kedalaman 2-4 m. Memiliki beberapa anak sungai dan rawa dangkal di sepanjang alirannya. Air berwarna coklat kehitaman, Vegetasi sekitar sungai meliputi : medang, meranti, petaling, jambu eropa dan rotan. berada pada posisi koordinat S 103 º 22'28.772" dan E 02 º 11' 20.875", ketinggian

(21)

Danau Tiung Luput Danau Tiung luput terletak di Km 35, sehingga dikenal juga sebagai Danau 35. Bentuk danau tidak beraturan tetapi menyerupai huruf L . Terletak di pinggir jalan utama menuju Camp Hutan Harapan, ± 1 km dari camp utama Danau ini sebelumnya dimanfaatkan oleh kelompok suku anak dalam (SAD) Batin Sembilan untuk mandi. Kedalaman 0.5-6 m, panjang makismum 250 m dan lebar maksimum 136 m. Warna air coklat keruh, subtract dasar lumpur coklat kehitaman campur serasah daun. Pada bagian inlet sangat dangkal banyak ditumbuhi rumput kumpeh dan resam, tepian danau dikelilingi hutan sekunder hanya sisi kiri yang terbuka. Merupakan hulu Sungai Beruang, Berada pada posisi koordinat S 103 º 22' 4.899" dan E

02 º 7' 38.683", dengan ketinggian 53 m dpl.

Danau 41 Merupakan danau tertinggi di areal Hutan Harapan berbentuk menyerupai lingkaran dengan diameter 65 m dan kedalaman 1,5-5 m. warna air jernih kehitaman dan subtrat dasar lumpur kehitaman. Pergantian air danau sangat dipengaruhi oleh curah hujan dan penguapan, karena tidak ditemukan inlet dan outlet pada danau tersebut. Pada musim kemarau permukaan air banyak buih dan fraksi seperti minyak. Bagian tepi danau berbatasan dengan areal bekas tanaman perkebunan sengon dan sawit.. Berada pada posisi koordinat S 103 º 20' 0.296" dan E02 º 7' 20.969",dengan ketinggian 76 m dpl.

Danau Camp Danau berbentuk oval dan berair jernih berada disamping camp utama Hutan Harapan. Panjang maksimum 351 m, lebar maksimum 102 m dengan kedalaman 0.5-3 m dan subtrat dasar lumpur kehitaman. Bagian inlet banyak ditumbuhi paku resam, rumput kumpeh dan bagian tengah banyak ditumbuhi hidrila, teratai. Bagian tepi danau banyak terdapat tanaman jambu eropa. Berada pada posisi koordinat S 103 º 22' 30.428" dan E 02 º 7'

42.161", dengan ketinggian 52 m dpl

Danau Rohani Danau berbentuk persegi panjang dan merupakan danau semi artifisial terbentuk karena dampak pembuatan jalan logging dan bagian sisi Kanan pernah digali untuk memindahkan jalan, terdapat dua saluran inlet dan satu saluran outlet berupa pipa PVC berdimater ± 20 inc . panjang maksimum 215 m dan lebar maksimum 72 m, serta kedalaman 1.2-5 m. Vegetasi pinggiran danau pernah mengalami kebakaran , sehingga nampak bekas kayu terbakar. Saat ini dikelilingi tanaman akasia dan air berwarna hitam Februari 2012) Rawa klompang masih berbatasan dengan kebun sawit dan hutan sekunder. Tetapi pada saat pengambilan sampel (September 2012) di sekitar rawa sudah di jadikan areal Mitra-Zone PT REKI untuk masyarakat adat Batin Sembilan sejak April 2012, sehingga banyak rumah masyarakat adat Batin Sembilan berada disekitar Rawa Klompang. Sebagian besar masyarakat adat tersebut menggunakan rawa untuk kebutuhan mandi dan cuci. Sehingga air rawa sangat kotor dan banyak sampah rumah tangga. Berada pada koordinat S 103 º 22' 39.415" dan E02 º 7' 48.474",dengan

(22)

III Iktiofauna di Perairan Hutan Tropis Dataran Rendah,

Hutan Harapan Jambi

Pendahuluan

Penelitian tentang biodiversitas ikan air tawar di Sumatra bagian tengah seperti Jambi dan Riau sudah dilakukan hampir seabad yang lalu, namun belum intensif. Weber & Beaufort (1916) telah mendeskripsikan berbagai spesies ikan di wilayah Padang, Riau, Palembang, dan Jambi. Kottelat et al. (1993) mencatat 272 spesies ikan air tawar di Sumatra dan 30 spesies termasuk endemik. Lebih lanjut Tan & Kottelat (1996) menyatakan bahwa pengetahuan tentang ikan Sumatra masih sangat terbatas karena minimnya eksplorasi dan publikasi. Terdapat 589 ikan air tawar Sumatra dan 58 spesies bersifat endemik (Wargasasmita 2002). Muchlisin & Azizah (2009) mengidentifikasi ikan air tawar di Aceh terdiri atas 114 spesies, 69 genera, 41 famili dan 12 ordo. Menurut Simanjutak et al. (2006), di Sungai Kampar Kiri Riau terdapat 86 spesies ikan air tawar yang terdiri atas 44 genera dan 21 famili. Iqbal (2011) mengidentifikasi ikan air tawar hutan rawa gambut Merang-Kepayang Sumatra Selatan meliputi 57 spesies, 44 genera dan 24 famili. Spesies ikan air tawar di perairan umum Jambi terdiri atas 131 spesies, 24 famili dan 14 ordo (DKP 1993). Menurut Kottelat & Whitten (2009), keanekaragaman spesies ikan yang terdapat di Daerah Aliran Sungai (DAS) Batanghari Jambi tercatat 297 spesies, yang 48 spesies diantaranya adalah catatan baru Jambi dan 45 diantaranya merupakan catatan baru Sumatra, namun demikian survai dilakukan antara 1994 dan 2003.

Menurut Wargasasmita (2002), distribusi geografis ikan endemik Sumatra mengumpul di kawasan bagian tengah Sumatra (Padang, Jambi, dan Riau). Jambi menempati urutan kedua provinsi di Sumatra dengan endemisitas ikan air tawar tertinggi (20.7%), setelah Padang (24.1%); berikutnya Kepulauan Riau (17.3%), Aceh Darrusalam (17.3%), dan Riau (15.5%). Peluang menemukan spesies baru ataupun catatan baru terutama pada habitat air tawar di Jambi masih sangat besar, seperti temuan spesies berikut ini: Puntius sp. “Bertam”, Puntius sp.”Kerinci”, ataupun Rasbora britanii (Tan & Kottelat 2009). Keanekaragaman ini masih akan terus meningkat karena banyak areal yang berpotensi sebagai habitat ikan air tawar terutama yang berada di hutan Jambi belum diinventarisasi, seperti di Hutan Harapan. Studi pendahuluan yang telah dilakukan pada Agustus 2011 (musim kemarau) dan Februari 2012 (musim penghujan) mencatat 49 spesies dan 10 famili ikan di Hutan Harapan (Sukmono et al. 2013a).

Hutan Harapan merupakan kawasan restorasi ekosistem pada areal hutan hujan tropis dataran rendah pertama dan terbesar di Indonesia yang dikelola oleh PT REKI (Restorasi Ekosistem Indonesia) terletak di perbatasan Jambi dan Sumatra Selatan. Arealnya merupakan bekas wilayah hak pengusahaan hutan (HPH), dengan luas sekitar 100.000 Ha (REKI 2008). Hutan yang tersisa saat ini merupakan campuran hutan sekunder yang masih baik dan areal bekas HPH yang terdegradasi. David (2009) menyatakan bahwa kawasan Hutan Harapan saat ini merupakan habitat bagi 294 spesies burung, 56 spesies mamalia, 27 spesies amfibi, 42 spesies reptil, dan 444 spesies tumbuhan. Namun demikian belum pernah dilakukan inventarisasi ikan air tawar di areal Hutan Harapan. Padahal Hutan Harapan memiliki berbagai tipe ekosistem perairan seperti: sungai besar yang berarus lemah, danau ataupun rawa banjiran.

(23)

ataupun untuk penentuan kawasan restorasi dan konservasi perairan. Hal ini hanya dapat dilakukan jika tersedia data yang fundamental tentang fauna ikan (Syafei 2005). Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji keanekaragaman spesies ikan air tawar yang ada di Hutan Harapan sebagai dasar dari kegiatan restorasi dan konservasi.

Bahan dan Metode

Penelitian dilaksanakan selama satu tahun dari bulan September 2012 hingga Juli 2013 di Hutan Harapan. Penentuan stasiun didasarkan pada tipologi habitat mewakili sungai, danau dan rawa utama yang terdapat di Hutan Harapan meliputi: Sungai Kapas, Sungai Lalan, Sungai Kandang, Danau 41, Danau Camp, Danau Rohani, Danau Tiung Luput dan Rawa Klompang (Bab II, Gambar 4).

Tiap stasiun penelitian dibagi dalam tiga substasiun yang mewakili bagian inlet, tengah, dan outlet atau bagian tepi dan tengah berjarak ±50 m. Pengambilan contoh ikan dilakukan dengan penebaran jala pada setiap substasiun sebanyak 15 kali setiap pengambilan sampel, sedangkan pemasangan jaring insang dilakukan selama enam jam dan diangkat setiap dua jam sekali. Tiga jaring dengan ukuran mata jaring 0.5 inci, 1 inci, dan 1.5 inci; dipasang setiap pengambilan sampel. Jarak antar jaring 50 m bentangan jaring (lebar) 30 m, tinggi 1 m (Haryono 2006). Pada area danau yang tertutup vegetasi dilakukan penangkapan ikan dengan sudu (tray net) dan serok (scoop net). Ikan yang sulit terkena jaring dan jala seperti famili Channidae ditangkap menggunakan pancing dan tajur dengan umpan katak. Ikan berukuran kecil seperti genus Rasbora dan Puntius

selain ditangkap dengan jala dan jaring juga ditangkap dengan menggunakan serua yang diberi umpan dedak. Ikan yang bersarang di lumpur dan vegetasi ditangkap dengan bubu belut dan sudu.

Contoh ikan yang tertangkap diberi label dan dicatat spesies serta jumlahnya. Sebelum diawetkan dalam formalin 10% dan alkohol 70% dalam keadaan segar setiap sampel difoto dengan kepala menghadap kekiri. Identifikasi dilakukan berdasarkan karakter morfometrik dan meristik mengacu kepada buku identifikasi Allen et al. (1990), Kottelat(1993), Kottelat & Whitten (1996), Rachmatika (2004), Haryono (2006), Ng& Lim (2008), dan Tan & Kottelat (2009). Pengukuran morfometrik menggunakan kaliper dengan posisi ikan menghadap kekiri, sedangkan penghitungan meristik jari-jari sirip dan pori-pori garis sisi diamati menggunakan kaca pembesar (loops) dan mikroskop binokuler (Tan & Kottelat 2009). Karakter morfometri yang diukur meliputi 15 karakter sedangkan meristik terdiri atas 8 karakter (Haryono 2010).

Hasil

Dari September 2012 hingga Juli 2013 sebanyak 123 spesies ikan, 62 genera, dan 23 famili berhasil teridentifikasi. Lima famili dengan jumlah spesies terbanyak adalah Cyprinidae 59 spesies (48%), Bagridae 11 spesies (8.9%), Siluridae 8 spesies (6.5%), Hemiramphidae 5 spesies (4.1%) dan Osphronemidae 5 spesies (4.1%). Dari 123 spesies ikan yang ditemukan, 23 spesies diantaranya merupakan catatan baru (new record) bagi Jambi. Spesies, status IUCN dan potensi ikan di Hutan Harapan disajikan pada Tabel 2. Berdasarkan kategori status konservasi IUCN Red List (Fisbase 2013) ikan di Hutan Harapan Jambi terbagi atas lima kategori yaitu: belum dievaluasi (not evaluated) 74 spesies (60%), informasi kurang (data deficient) 4 spesies (3,25%), berisiko rendah

(least concern) 41 spesies (33.3%), hampir terancam (near threatened) 3 spesies (2.4%),

(24)

Ditinjau dari sisi potensi ikan hasil koleksi di Hutan Harapan, 58 spesies (47%) berpotensi sebagai ikan konsumsi, 35 spesies (29%) berpotensi sebagai ikan hias, dan 30 spesies (24%) berpotensi hias dan konsumsi (Gambar 6). Berbagai spesies ikan hias dan ikan konsumsi yang hidup alami di Hutan Harapan disajikan pada Gambar 7 dan Gambar 8. Berdasarkan keaslian ikan di Hutan Harapan, sebanyak 123 spesies (100%) merupakan spesies alami (native species) asli Indonesia. Berbagai spesies ikan introduksi yang umumnya banyak ditemukan di perairan tawar Indonesia berdasarkan Wargasasmita (2005), seperti: ikan mas (Cyprinus carpio), mujahir (Oreochromis

mossambicus), nila (Oreochromis niloticus), ikan seribu (Poeicelia reticulata), sepat

siam (Trichopodus pectoralis), bawal (Colossoma macropomum) dan lele dumbo

(Clarias gariepinus) tidak ditemukan di areal Hutan Harapan. Berdasarkan matrik

kriteria ikan langka yang perlu dilindungi di Provinsi Jambi mengacu pada endemisitas, populasi terancam punah, dan kondisi habitat bahwa sepuluh ikan terlangka di Provinsi Jambi dapat ditemukan di Hutan Harapan antara lain: ridiangus (Balantiocheilos

melanopterus), gurami coklat (Sphaerichtys osphromenoides), sebarau (Hampala

ampalong), sebarau (Hampala macrolepidota), gurami (Osphronemus goramy), dan

kepras atau Cylocheilichthys enoplos (KKP 2010).

Tabel 2 Spesies ikan, status IUCN, dan potensinya di Hutan Harapan

No Famili Nama Lokal Nama Ilmiah IUCN Potensi

I Akysidae Sapu-sapu Acrochordonichthys rugosus** (Bleeker,1854) NE H

Sapu-sapu Acrochordonichthys sp. NE H

II Ambassidae Sebengka Parambassis sp. DD K

Sebengka Parambassis macrolepis** (Bleeker, 1856) NE K

III Anabantidae Betok Anabas testudineus (Bloch, 1792) DD K

IV Bagridae Baung rambe Hemibagrus nemurus (Valenciennes, 1840) LC K

Baung Tikus Nanobagrus armatus** (Vaillant, 1902) NE H & K

Baung murai Pseudomystusmahakamensis**

(Vaillant, 1902) NE H & K

Baung kuning Leiocassis sp. NE H & K

Baung Mystus sp.1 NE K

Baung Mystus sp.2 NE K

Keting Mystus micracanthus (Bleeker, 1846) NE K

Senggiring Mystus nigriceps (Valenciennes, 1846) NE K

Baung Hemibagrus planiceps (Valenciennes, 1840) NE K

Baung Hemibagrus sabanus** (Inger & Chin, 1959) NE K

Biran Mystus sp.3 NE K

V Cobitidae Langli Syncrossus hymenophysa (Bleeker, 1852) NE H

Anculong Acantopsis dialuzona (Van Hasselt, 1823) NE H

VI Channidae Gabus Channa striata (Bloch,1793) LC K

Bujuk Channa lucius (Gunther, 1861) LC K

Toman Channa micropeltes (Cuvier, 1831) LC K

Gabus kuning Channa cyanospilos (Bleeker,1853) NE K

VII Clariidae Keli dacin Clarias meladerma (Bleeker, 1852) DD K

Lembat Clarias nieuhofi (Valenciennes, 1840) LC K

Lembat Clarias teijsmanni (Bleeker, 1857) NE K

(25)

Bentulu Barbichthys laevis (Valenciennes, 1852) LC K

Lampam Barbonymus schwanenfeldii (Bleeker, 1854) LC K

Seluang Malayochela maassi **

(Weber & de Beaufort, 1912) NE H & K

Seluang Crosscheilus oblongus**

(Kuhl & Van Hasselt, 1823) LC H

Kepras sedang Anematichthys repasson(Valenciennes, 1842) LC H &K

Kepras besar Cyclocheilichthys apogon

(Valenciennes, 1842) LC H & K

Kepras bening Cyclocheilichthys heteronema (Bleeker, 1854) LC H & K

Kepras Cyclocheilicthys enoplos (Bleeker, 1849) LC H & K

Sebarau Hampala ampalong (Bleeker, 1852) NE H & K

Sebarau Hampala bimaculata** (Popta, 1905) NE H & K

Sebarau Hampala macrolepidota

(Kuhl & Van Haselt, 1823) LC H & K

Umbut-umbut Labiobarbus fasciatus (Bleeker, 1853) NE K

Terpayang Labiobarbus festivus** (Heckel, 1843) LC K

Umbut-umbut Labiobarbus leptocheilus**

((Valenciennes, 1842)) NE K

Lambak Labiobarbus ocellatus (Heckel, 1843) NE K

Seluang Labocheilos sp. NE H & K

Seluang Luciosoma sp. NE H & K

Seluang bara Luciosoma trinema (Bleeker, 1852) NE H& K

Parang-parang

bengkok Macrochirichtys macrochirus NT H

Arau padi Osteochilus borneensis (Bleeker, 1856) NE K

Palau Osteochilus vittatus(Valenciennes, 1842) LC K

Mata merah Osteochilus melanopleurus (Bleeker, 1852) LC K

Kujam Osteochilus microchepalus (Bleeker, 1855) LC K

Aro Osteochilus kappenii**

(Weber & de Beaufort, 1916) NE K

Aro X Osteochilus sp. 1 NE K

Aro Y Osteochilus sp. 2 NE K

Aro Osteochilus spilurus (Bleeker, 1851) LC K

Banta Osteochilus triporos(Bleeker, 1852) LC K

Kujam garis Osteochilus waandersii (Bleeker, 1853) LC K

Kujam kuning Ostoechilus sp.3 NE K

Parang-parang Oxygaster anomalura (Van Hasselt, 1823) LC H & K

Parang-parang Parachela hypophthalmus (Bleeker, 1860) LC H & K

Parang-parang Parachela oxygastroides (Bleeker, 1852) LC H & K

Seluang kuring Desmopuntius gemellus (Kottelat, 1996) NE H

Aji-aji Puntigrus anchiporus** (Vaillant, 1902) NE H

Tana Barbodes binotatus (Valenciennes, 1842) LC H & K

Kepa Puntioplites bulu (Bleeker, 1851) DD K

Kepa Puntioplites wandersii (Bleeker, 1859) NE K

Kapiat Barbonymus gonionotus (Fowler, 1943) LC K

Kepyur Puntius lateristriga (Valenciennes, 1842) LC H & K

(26)

Seluang kuring Striuntius sp.”Harapan”** NE H

Aji-aji Puntigrus tetrazona (Bleeker, 1855) NE H

Seluang dara Boraras maculatus** (Duncker, 1904) LC H

Seluang Rasbora aprotaenia** (Hubbs & Brittan, 1954) NE H & K

Seluang Rasbora argyrotaenia (Bleeker, 1849) NE H & K

Seluang barau Rasbora caudimaculata (Herre, 1940) NE H & K

Seluang Rasbora cephalotaenia (Bleeker, 1852) NE H & K

Seluang Rasbora elegans (Volz, 1903) LC H & K

Seluang Rasbora kalbarensis (Kottelat, 1991) NE H & K

Seluang merah Rasbora sp.1 NE H & K

Seluang

batang Rasbora borneensis** (Bleeker, 1860) NE H & K Seluang

ekor kuning Rasbora sp.2 NE H

Seluang Rasbora substilis (Roberts, 1989) NE H

Seluang Rasbora sumatrana (Bleeker, 1852) NE H

Seluang

sri gunting Rasbora trilineata (Steindahcner, 1870) LC H

Seluang Rasborichthys sp. NE H

Damaian Thynnichthys tynnoides (Bleeker, 1852) LC K

Damaian Thynnichthys polylepis (Bleeker, 1860) NE K

IX Eleotrididae Betutu Oxyeleotris marmorata (Bleeker, 1853) LC K

X Helostomatidae Tambakan Helostoma temmincki (Cuvier, 1829) LC K

XI Zenarchopteridae Julung-julung Hemirhamphodon tengah** (Collete, 1991) NE H

Julung-julung Hemirhamphodon phaiosoma (Bleeker, 1852) NE H

Julung-julung Mycrophis sp. NE H

Julung-julung Hemiramphodon pogonognathus

(Bleeker, 1853) NE H

XII Mastacembelidae Tiluk Macrognathus aculeatus (Bloch, 1786) NE H

Tilan Macronagthus maculatus (Cuvier, 1832) LC H

XIII Nandidae Kerapu rawa Nandus nebulosus (Gray, 1835) LC K

XIV Nemacheilidae Tali-tali Nemacheilus spiniferus** (Kottelat, 1984) NE H

Tali-tali Nemacheilus lactogeneus** (Robert, 1989) NE H

XV Osphronemidae Selinca Belontia hasselti (Cuvier, 1831) NE K

Gurami Osphronemus goramy (Lacepede, 1801) LC K

Cupang Betta rubra (Perugia, 1893) NE H

Cupang Betta picta (Valenciennes, 1846) NE H

Gurami coklat Sphaerichthys osphromenoides

(Canestrini, 1860) NE H

Sepat mutiara Trichopodus leerii (Bleeker, 1853) NT H&K

Sepat rawa Trichopodus trichopterus (Pallas, 1770) LC H&K

Tumbur bunut Luciocephalus pulcher** (Gray, 1830) NE H

XVI Pangasidae Riu-riu Pangasius sp. NE K

Juaro Pangasius polydon (Bleeker, 1852) NE K

XVII Pristolepididae Sepatung Pristolepis grootii (Bleeker, 1851) NE K

Sepatung Pristolepis fasciata (Bleeker, 1852) LC K

XV

(27)

Patin Pseudeutropius moolenburghae (Weber & de

Beufort, 1913) NE K

XIX Siluridae Lais Kryptopterus cryptopterus (Bleeker, 1851) LC K

Tapa Wallago leerii (Bleeker, 1851) NE K

Tapa Wallago sp NE K

Lais Kryptopterus palembangensis (Bleeker, 1852) NE K

Lais Kryptopterus sp.1 NE K

Lais Ompok hypothalamus** (Bleeker, 1846) NE K

Lais kaca Kryptoperus minor** (Roberts, 1989) NT H

Lais Kryptopterus sp2 NE K

Lais Ompok eugeneiatus (Vaillant, 1893) NE K

XX Sisoridae Layang-layang Glyptothorax sp. NE H&K

XXI Soleidae Ikan lidah Achiroides leucorhynchos** (Bleeker, 1851) NE H

XXII Synbranchidae Belut Monopterus albus (Zuiew, 1793) LC K

XX III

Tetraodontidae Buntal Pao leiurus (Bleeker, 1853) LC H

Buntal Pao palembangensis (Bleeker, 1851) LC H

Keterangan :

** New record (catatan baru ) Jambi

H dan K = Hias dan Konsumsi NE = Not Evaluated

DD= Data Deficient LC = Least Concern

NT = Near Threatened EN= Endngered

Gambar 5 Kategori IUCN Red List Ikan di Hutan Harapan

Not Evaluated Data Deficiency Least Concern Near Threatenet Endangered

(28)

Gambar 6 Potensi ikan Hutan Harapan sebagai ikan konsumsi, hias, serta keduanya

Gambar 7 Beberapa spesies ikan hias di Hutan Harapan

a. Seluang (Crossocheilus oblongus), b. Tali-tali (Nemacheilus spiniferus), c. Akar pisang (Syncrossus hymenophysa), d. Tiluk bambu (Macrognathus aculeatus), e. Buntal (Pao leiurus), f. Seluang srigunting (Rasbora trilineata), g. Tampalo (Betta picta), h.Gurami coklat (Sphaerichtys osphromenoides), i.Lais kaca (Krytopterus minor), j.Kujam garis (Osteochilus waandersii), k. Sepat mutiara(Trichopodus leerii), l. Aji-aji (Puntigrus tetrazona), m. Tumbuk benur (Luciocephalus pulcher), n. Seluang kuring (Desmopuntius gemellus), o. seluang (Rasbora elegans).

Hias

Konsumsi

Hias & Konsumsi

47 % 29 % 24 %

a b c

d e f

g h i

j k l

(29)

Gambar 8. Beberapa spesies ikan konsumsi di Hutan Harapan

a.Kepa (Puntioplites bulu), b.Tapa (Wallago sp), c.Terpayang (Labiobarbus festivus), d.Baung (Hemibagrus nemurus), e.Tambakang (Helostoma temmincki ), f.Lais (Kryptopterus palembangensis), g.Lampam (Barbodes schwanenfeldii), h.Kepras besar (Cyclocheilichthys apogon), i.Sebarau (Hampala macrolepidota), j.Sepatung (Pristolepis grootii), k.Toman (Channa micropeltes), l.Bujuk (Channa lucius), m. Aro Padi (Osteochilus borneensis), n.Lembat (Clarias nieuhofii), o.Gurami (Osphronemus goramy).

a b c

d

e

f

g h i

j k l

(30)

Pembahasan

Hasil identifikasi keanekaragaman spesies ikan di Hutan Harapan menunjukkan terdapat 123 spesies, 62 genera, dan 23 famili. Pada saat studi pendahuluan hanya didapatkan 49 spesies, 23 generadan 10 famili. Pada penelitian ini didapatkan spesies ikan 2.5 kali lipat dari hasil pendahuluan, bahkan jumlah ini juga jauh melebihi jumlah spesies ikan dengan data sekunder yang dikumpulkan berdasarkan angket dan wawancara mendalam (deep interview) hanya ±70 spesies ikan. Hal ini karena lokasi pengambilan sampel lebih luas dengan tipe habitat yang lebih bervariasi dan dengan durasi waktu yang lebih panjang serta alat tangkap yang lebih bervariasi. Keberadaan jumlah spesies ikan yang tinggi tersebut sangat dimungkinkan karena badan perairan di areal Hutan Harapan seperti Sungai Kapas, Sungai Kandang, Danau Camp, dan Danau Tiung Luput merupakan badan air di areal hutan hujan tropis dataran rendah Sumatra dengan kondisi habitatnya relatif belum terganggu. Walaupun tipe sungainya adalah sungai banjiran yang akan kering pada saat kemarau dan banjir pada saat penghujan, namun di sepanjang sungai banyak ditemukan rawa-rawa banjiran dan putusan sungai (pintasan) yang berperan sebagai area pengungsian (refuge) pada saat sungai mengalami kekeringan.

Hal ini sesuai dengan pendapat Wargasasmita (2002) bahwa habitat yang kaya akan ikan air tawar di Sumatra mencakup sungai dataran rendah, danau, dan rawa gambut. Adanya habitat air tawar yang beragam di wilayah Hutan Harapan diyakini bahwa potensi keanekaragaman spesies ikan air tawarnya menjadi sangat tinggi, karena tipe habitat yang berbeda akan dihuni oleh komunitas ikan yang berbeda (Kottelat et al. 1993). Namun demikian antara studi pendahuluan dan penelitian sebenarnya didapatkan kesamaan yaitu jumah famili dengan spesies terbanyak tetap sama yaitu Cyprinidae.

Pada saat studi pendahuluan anggota family Cyprinidae ada 26 spesies dan pada saat riset utama 59 spesies. Hal ini sesuai dengan pendapat Rahardjo et al. (2011) bahwa famili ikan yang mendominasi mintakat Oriental termasuk Sumatra, Jawa dan Kalimantan adalah Cyprinidae dengan jumlah spesies 1058 spesies. Lebih lanjut Kottelat et al. (2009) menyatakan bahwa jumlah keanekaragaman spesies ikan di DAS Sungai Batanghari Jambi didominasi oleh famili Cyprinidae dengan 77 spesies. Famili Cyprinidae juga mendominasai ikan air tawar di wilayah Aceh dengan 12 genera dan 26 spesies (Muchlisin & Azizah 2009). Demikian juga fauna ikan yang terdapat di Hutan rawa Sumatera Selatan dari 75 spesies yang ditemukan di dominasi oleh famili Cyprinidae dengan 17 genera dan 29 spesies (Nurdawati & Prasetyo 2007). Tidak terkecuali di Kalimantan, fauna ikan di Cagar alam Muara Kendawangan Kalimantan Barat dari 40 spesies ikan, didominasi famili Cyprinidae dengan 11 spesies (Hadiaty 2001).

(31)

festivus, Labiobarbus kuhlii, Osteochilus kappenii, Puntigrus anchiporus,

Striupuntius sp “Harapan”, Hemirhamphodon tengah, Luciocephalus pulcher,

Rasbora maculate, Nemacheilus spiniferus, Nemacheilus lactogeneus, Ompok

hypothalamus, Kryptoperus minor, dan Achiroides leucorhychos.

Menurut Tan & Kottelat (2009), Paparan Sunda awalnya merupakan sebuah pulau yang besar terdiri atas Jawa, Sumatra, dan Kalimantan. Pada periode glasial

pleistosen terjadi pemisahan, namun demikian saat ini drainase diantara ke tiga

pulau tersebut masih menunjukkan adanya saling keterkaitan. Drainase besar di Sumatra terutama bagian tengah masih berkaitan dengan drainase yang ada di sekitar Kalimantan Barat. Oleh karena itu spesies ikan yang dulunya hanya dikenal di Kalimantan seperti Rasbora borneensis, Pseudomystus mahakamensis, dan

Osteochilus borneensis juga ditemukan di perairan Sumatra khususnya Hutan

Harapan. Semakin banyak dilakukan ekplorasi dan inventarisasi ikan air tawar maka semakin besar kemungkinan menemukan spesies baru ataupun catatan baru.

Seluang kuring (Striuntius sp’Harapan”), berdasakan karakter badannya yang bergaris-garis sebelumnya merupakan genus Puntius saat ini menjadi genus

Striuntius (Kottelat 2013) masuk dalam katagori striped Puntius patut diduga

sebagai spesies baru (new species). Spesies ini belum terdapat dalam beberapa buku identifikasi ikan yang digunakan sebagai rujukan. Demikian juga berdasarkan komunikasi pribadi Renny K. Hadiaty, DSc (Kepala Laboratorium Iktiologi Bidang Zoologi Puslit Biologi LIPI ) dan Drs. Haryono, M.Si (Staf peneliti ikan air tawar LIPI) bahwa ikan tersebut memang belum pernah dideskripsikan. Hal ini diperkuat dengan hasil penelitian Haryono (2005), dengan membandingkan

striped Puntius yang telah diidentifikasi di Indonesia (P. johorensis, P. gemellus, P.

trifasciatus, dan P. lineatus), bahwa Striuntius sp”Harapan” yang didapatkan dari

Hutan Harapan berbeda dengan ke empat Puntius lainnya dan hal ini berpeluang sebagai spesies baru. Namun demikian diperlukan penelitian lebih lanjut untuk memastikan bahwa ikan tersebut merupakan spesies baru (new species) secara morfologi maupun molekuler.

Berdasarkan kategori status konservasi IUCN Red List dalam Fish Base

(Froese & Pauly 2013), ikan di Hutan Harapan sebagian besar bersifat belum dievaluasi 74 spesies (60%). Hal tersebut menunjukkan bahwa keanekaragaman hayati air tawar masih sedikit mendapat perhatian. Terdapat tiga spesies ikan yang hampir terancam (near treathned) yaitu parang-parang bengkok (Macrochirichthys

macrochirus), lais kaca (Kryptopterus minor) dan sepat mutiara (Trichopodus

leerii) Ref 96402. Selama penelitian parang-parang bengkok hanya sekali

ditemukan dengan jumlah dua ekor yaitu pada survai ke 6 dan hanya terdapat di satu lokasi yaitu Danau Bedegum di tepian Sungai Kapas pada koordinat S = 02º12’35.8”dan E = 103 º 15’51.2”. Begitu pun lais kaca hanya ditemukan di Sungai Kapas (Bato) pada koordinat S= 02 º 14’58.4” dan E= 103 º 17’16.4” pada survai ke-2 dan ke-4 dengan jumlah lima ekor. Namun demikian sepat mutiara

(Trichopodus leerii) masih dapat ditemukan dengan mudah dan jumlah banyak di

(32)

balashark. Keberadaan ikan ini di Hutan Harapan sangat langka karena selama penelitian hanya ditemukan sekali yaitu pada survai ke-2 dan hanya satu ekor di area Danau Bedegum pinggiran Sungai kapas pada koordinat S = 02 º12’35.8”dan E = 103 º 15’51.2”. Adanya ikan ridiangus yang hidup alami di Hutan Harapan Jambi perlu mendapat perhatian tidak hanya spesies, tetapi juga habitatnya.

Keberadaan ikan di Hutan Harapan apabila ditinjau dari sisi potensi menunjukkan 58 spesies (47%) berpotensi sebagai ikan konsumsi, 35 spesies (29%) berpotensi sebagai ikan hias, dan 30 spesies (24%) berpotensi keduanya. Ikan-ikan konsumsi dengan nilai ekonomi penting hidup alami di Hutan Harapan seperti: tambakang (Helostoma temminckii), lais (Kryptopterus palembangensis), lampam (Barbonymus schwanenfeldii), kepras besar (Cyclocheilichthys apogon), sebarau (Hampala macrolepidota), toman (Channa micropeltes), bujuk (Channa

lucius), aro padi (Osteochilus borneensis), lembat (Clarias nieuhofii), gurami

(Osphronemus goramy) serta betutu (Oxyeleotris marmorata). Apabila potensi ini

dapat dikelola dengan baik dan dikembangkan akan menjadi sumber ekonomi masyarakat lokal dan sekaligus akan mengurangi konflik lahan dan perambahan yang sering terjadi di Hutan Harapan. Seperti pendapat Dudgeon et al. (2006), keanekaragaman hayati pada ekosistem air tawar menyediakan berbagai nilai yang penting untuk kehidupan masyarakat seperti ekonomi (perikanan) dan jasa lingkungan.

Berbagai spesies ikan hias yang cukup dikenal oleh kalangan penggemar ikan nasional dan internasional hidup alami di Hutan Harapan seperti akar pisang

(Syncrossus hymenophysa), tiluk bambu (Macrognathus acualeatus), buntal

(Monotrete leiurus), seluang srigunting (Rasbora trilineata), tampalo (Betta picta),

gurami coklat (Sphaerichthys osphromenoides), lais kaca (Krytopterus minor), sepat mutiara (Trichopodus leerii), aji-aji (Puntigrus tetrazona), tumbuk benur

(Luciocephalus pulcher), seluang kuring (Desmopuntius gemellus), dan seluang

(Rasbora elegans). Ikan-ikan tersebut sudah masuk dalam katalog ikan hias (KKP

2013). Keberadaan ikan-ikan hias di Hutan Harapan sebagai sebuah kawasan restorasi perlu mendapat perhatian serius karena sebagai data dasar untuk restorasi habitat perairan.

Keaslian spesies ikan yang hidup di Hutan Harapan sangat tinggi yaitu 100%. Tingginya tingkat keaslian ikan di Hutan Harapan Jambi berarti bahwa tingkat penurunan populasi dan peyebaran penyakit akibat introduksi masih kecil dan sebaliknya daya dukung habitat perairan di Hutan Harapan Jambi terhadap keanekaragaman spesies ikan masih tinggi. Hal ini sesuai dengan pendapat Kernad

et al. (2005) adanya spesies introduksi dan spesies asing merupakan indikator

kesehatan perairan yang jelek, hal ini berarti kondisi perairan di Hutan Harapan masih bagus. Lebih lanjut Kusrini & Priyono (2000) berpendapat bahwa ikan dapat berperan sebagai bioindikator pencemaran, dengan sedikitnya populasi ikan yang toleran terhadap pencemaran berarti kondisi perairan masih bagus.

(33)

Kapas dengan diesel berkekuatan 1300 PK. Begitu juga pada survai ke-1 (September 2013) dan ke-6 (Juli 2013) di Sungai Lalan banyak ditemukan bangkai ikan mengapung dan berbau busuk karena mati terkena racun. Dudgeon et al.

(2006) menyatakan bahwa ancaman utama keanekaragaman hayati ekosistem air tawar salah satunya adalah pencemaran selain tangkapan berlebih, perubahan aliran, degradasi habitat, dan introduksi spesies. Adanya penangkapan ikan yang tidak ramah lingkungan seperti penggunaan racun dan penyetruman menjadi ancaman serius keberadaan ikan asli di Hutan Harapan selain ancaman adanya degradasi habitat akibat banyaknya perambahan dan penebangan liar.

Simpulan

(34)

IV Persebaran Spasio -Temporal Ikan Air Tawar di Perairan

Hutan Tropis Dataran Rendah, Hutan Harapan Jambi

Pendahuluan

Persebaran spasio-temporal ikan dipengaruhi berbagai faktor seperti curah hujan, vegetasi, topografi, kerusakan habitat, dan interaksinya dengan lingkungan (Nunez et al. 2009). Kegiatan antropogenik seperti perubahan alih fungsi lahan di hulu sungai, pembuatan bendungan dan saluran irigasi juga berperan dalam perubahan persebaran spatio-temporal ikan (Shah et al. 2010). Menurut Kottelat et al. (1993) bentuk tubuh ikan akan mencerminkan ekologi dan perilakunya dalam beradaptasi dengan lingkungan habiatnya (ekomorfologi). Perbedaan kondisi habitat dan ketersediaan pakan alami berdampak pada persebaran spasial ikan, sedangkan perubahan kualitas air akan berdampak terhadap persebaran temporal ikan (Simanjutak 2013). Begitu juga panjang hari akan berdampak terhadap temperature air, selanjutnya berpengaruh terhadap waktu pemijahan dan distribusi ikan. Umumnya pemijahan ikan terjadi antara Oktober hingga Februari dan mulai intensif pada November hingga Januari pada saat penyinaran mencapai nilai tertinggi, suhu air meningkat dan debit air mulai menurun (Reynate et al. 2012). Dalam rangka upaya konservasi dan restorasi ikan dan habitatnya diperlukan analisis persebaran spasial - temporal dari spesies endemik maupun langka (Nunez

et al. 2009).

Hutan Harapan Jambi merupakan hutan hujan tropis dataran rendah Sumatra bekas areal hak pengusahaan hutan (HPH) yang saat ini direstorasi oleh PT Restorasi Ekosistem Indonesia (REKI) saat ini terus mengalami tekanan dari perambahan lahan dan penebangan liar. Terdapat empat daerah aliran sungai (DAS) di dalam Hutan Harapan yaitu DAS Meranti dan Kapas (keduanya mengalir ke Selatan), dan DAS Kandang dan Lalan (keduanya mengalir ke Timur Laut). Terdapat sekitar 37 badan air di Hutan Harapan seperti: Sungai Kapas, Sungai Meranti, Sungai Kandang, Sungai Badak, Sungai Nangoi, Danau Tiung Luput, Danau 41, Danau Camp, Danau Hitam, Danau Rohani, dan Rawa Klompang (Sukmono et al. 2013b). Ekosistem perairan tersebut berpotensi sebagai habitat,

areal pemijahan ataupun daerah perlindungan bagi ikan pada saat musim hujan dan kemarau. Sungai di Hutan Harapan bertipe sungai rawa banjiran, pada saat musim hujan air menggenang seluruh rawa banjiran (floodplain), tetapi pada saat kemarau hanya pada sungai utama dan pada bagian perairan rendah yang tetap tergenang, sehingga membentuk danau dan rawa banjiran, serta sungai mati yang umumnya dangkal beberapa diantaranya berperan sebagai daerah perlindungan ikan. Menurut Welcomme (1985) ekosistem rawa banjiran terdiri atas daerah lotik, yaitu aliran sungai dan letik meliputi danau dan rawa baik yang temporal maupun permanen, sehingga menimbulkan beragam habitat yang menunjang kehidupan berbagai spesies ikan

(35)

persebaran ikan di Hutan Harapan, namun demikian persebaran ikan secara spasiao-temporal di areal ini belum pernah diteliti. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi persebaran spasio-temporal ikan di Hutan Harapan sebagai dasar restorasi ekosistem perairan di Hutan Harapan.

Bahan dan Metode

Penelitian dilaksanakan dari bulan September 2012 hingga Juli 2013 di Hutan Harapan. Penentuan stasiun didasarkan pada tipologi habitat mewakili sungai, danau dan rawa utama yang terdapat di Hutan Harapan meliputi : Sungai Kapas, Sungai Lalan, Sungai Kandang, Danau 41, Danau Camp, Danau Rohani, Danau Tiung Luput dan Rawa Klompang (mewakili ± 40 % dari badan air utama yang ada di Hutan Harapan). Peta stasiun penelitian disajikan pada Bab II, Gambar 4.

Berbagai jenis alat tangkap ikan yang bersifat pasif ataupun aktif seperti: jaring dan jala dengan ukuran mata jaring (0.5 inci, 1 inci, dan 1.5 inci), sudu, serok, pancing, tajur, dan serua digunakan untuk mendapatkan berbagai jenis dan ukuran ikan yang hidup disela-sela vegetasi maupun yang berenang bebas di perairan. Contoh ikan yang tertangkap dipisahkan berdasarkan stasiun pengamatan diberi label dan dicatat jenis serta jumlahnya. Sebelum diawetkan dalam formalin 10% dan alkohol 70% dalam keadaan segar setiap sampel difoto dengan kepala menghadap ke kiri. Sebagai penciri ikan dari Hutan Harapan, latar belakang foto menggunakan daun jambu eropa (Bellucia axinanthera) yang merupakan salah satu tumbuhan makanan satwa yang banyak tersebar di areal Hutan Harapan. Identifikasi ikan dilakukan berdasarkan morfometrik sebanyak 15 karakter dan meristik 8 karakter mengacu kepada buku identifikasi Allen et al. (1990), Kottelatet al.(1993), Kottelat & Whitten (1996), Rachmatika (2004), Haryono (2006), Ng & Lim (2008), dan Tan & Kottelat (2009).

Pengukuran morfometrik dan meristik sampel dilakukan di Laboratorium Sumber Daya Ikan IPB dan Laboratorium Iktiologi Bidang Zoologi Puslit Biologi LIPI. Spesimen yang didapat didepositkan di Museum Zoologicum Bogoriens (MZB), untuk mendapatkan nomor seri katalog dan memperkaya koleksi ikan Indonesia, terutama yang berasal dari perairan hutan tropis dataran rendah Sumatra. Data yang didapat ditabulasi untuk mengambarkan persebaran spasial-temporal ikan air tawar di Hutan Harapan. Spesies dengan persebaran luas maupun terbatas serta spesies dengan memiliki nilai konservasi tinggi akan dijadikan data dasar untuk pengelolaan konservasi dan restorasi badan air di Hutan Harapan, begitu juga dengan habitat yang memiliki keanekaragaman jenis tertinggi maupun terendah.

(36)

lingkungan. Kesamaan kondisi habitat berdasarkan kualitas air akan dianalisis multivarian dalam bentuk dendrogram menggunakan Softwareminitab 16.

Hasil

Penelitian yang dilaksanakan selama setahun berhasil mendapatkan ikan sebanyak 4081 ekor yang tergolong dalam 123 spesies ikan, 62 genera dan 23 famili. Sebagian sampel telah didepositkan di MZB di Bogor dengan nomor katalog 22168-22243. Lima famili dengan anggota spesies terbanyak meliputi:

Cyprinidae 59 spesies (48%), Bagridae 11 spesies (8,9%), Siluridae 8 spesies

(6,5%), Hemiramphidae 5 spesies (4,1%), dan Osphronemidae 5 spesies (4,1%). Selama penelitian jumlah tangkapan ikan tertinggi pada bulan November 2012 di Sungai kapas sebanyak 377 ekor, sedangkan terendah di bulan Januari 2013 di Danau 41 sebanyak 2 ekor (Gambar 9 dan 10).

Gambar 9. Persebaran jumlah ikan tangkapan di Sungai Kapas, Sungai Kandang, dan Sungai Lalan

Gambar 10. Persebaran jumlah ikan tangkapan di Danau Rohani, Danau 41, Rawa Klompang,Danau Tiung Luput, dan Danau Camp

Jumlah jenis yang didapatkan dalam sekali pengambilan sampel tertinggi pada bulan Maret 2013 di Sungai Kapas sebanyak 47 jenis, sedangkan terendahpada bulan Mei 2013 di Danau 41 sebanyak 1 jenis (Gambar 11 dan 12).

(37)

Gambar 11. Persebaran jumlah jenis ikan di Sungai Kapas, Sungai Kandang, dan Sungai Lalan

Gambar 12. Persebaran jumlah jenis ikan di Danau 41, Rawa Klompang, Danau TiungLuput, Danau Camp.

Persebaran Spasio-Temporal

Persebaran spasio-temporal ikan di Hutan Harapan selama periode September 2012 hingga Juli 2013 disajikan pada Tabel 3 dan 4

(38)

Tabel 3. Persebaran spasio-temporal ikan di Sungai Kapas, Sungai Lalan, Sungai Kandang, dan Rawa Klompang

No Famili/Species

(39)
(40)
(41)

Keterangan :

(42)
(43)
(44)

Gambar

Gambar 1 Kerangka permasalahan penelitian
Gambar 2 Diagram aliran utama sungai banjiran (Welcomme 2001)
Gambar 3   Kondisi Sungai Kapas sepanjang tahun (2012-2013)
Gambar 4 Peta lokasi penelitian di Hutan Harapan; 1) Sungai Kapas, 2) Sungai Lalan,
+7

Referensi

Dokumen terkait

Mochamad Achrom : Keanekaragaman Arthropoda Pada Ekosistem Hutan Pinus Dan Hutan Eucalyptus…, 2004 USU Repository © 2008... Mochamad Achrom : Keanekaragaman Arthropoda Pada

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Struktur Komunitas Ikan pada Ekosistem Terumbu Buatan di Perairan Pulau Karya dan Pulau Harapan, Kabupaten

Persepsi responden terhadap kegiatan restorasi ekosistem selain yang telah diuraikan sebelumnya, persepsi responden juga diberikan berdasarkan pada harapan masyarakat Sako

Analisis vegetasi mangrove dan keanekaragaman jenis ikan yang terdapat di ekosistem mangrove dapat memberikan gambaran mengenai ekosistem mangrove dan perubahan lingkungan

“Keanekaragaman dan Distribusi Ikan di Perairan Estuaria Belawan Sumatera Utara”telah diteliti.Metoda penentuan lokasi sampling untuk pengambilan sampel ikan adalah “Purposive

Komposisi Jenis Ikan Perairan Mangrove Pada Beberapa Muara Sungai di Taman Nasional Ujung Kulon, Pandeglang Banten.. Zoo Indonesia Jurnal

Sistim konservasi tradisional Tiyaitiki mampu memicu peningkatan fungsi ekologis ekosistem lamun dan terumbu karang, yang berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan

Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji dan mengevaluasi kehadiran kebijakan dan strategi pemerintah Indonesia dalam memanfaatkan sumberdaya hutan di kawasan konservasi