Universitas Sumatera Utara
Fakultas Ekonomi
Medan
Analisis Kausalitas Dan Uji Kointegrasi Antara Pertumbuhan
Ekonomi Dan Ekspor Di Sumatera Utara
SKRIPSI
Diajukan Oleh:
Samuel Simpar Mulia Pelawi
060501109
Ekonomi Pembangunan
Guna Memenuhi Salah Satu Syarat
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
ABSTRACT
This research is titled Causality Analysis And Cointegration Test Between Economic Growth And Export In North Sumatera, include 1975 – 2007. The purpose of this search is to know weather there are two ways relationship (influence each other), one way relationship, or even no relationship at all between economic growth and ekspor in North Sumatera.
This research use dynamic model with Granger Causality Test Method. The data is proceed by Eviews 5.1 programe. The result of estimation is there is one way fuction between export and economic growth. Which is export is the fuction of economic growth. On the other word, export causes the increase or decrease of economic growth in North Sumatera from 1975 – 2007.
Then after knowing the relationship between these variables, the cointegration test can be used to know the relationship between variables in long term. The results shows there is a cointegration between economic growth and export in North Sumatera from 1975 – 2007.
ABSTRAK
Judul dari penelitian ini adalah Analisis Kausalitas Dan Uji Kointegrasi Antara Pertumbuhan Ekonomi Dan Ekspor Di Sumatera Utara, dalam kurun waktu 1975 – 2007. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat hubungan timbal balik (saling mempengaruhi), hubungan searah, atau bahkan tidak ada hubungan sama sekali antara pertumbuhan ekonomi dan ekspor di Sumatera Utara.
Penelitian ini menggunakan model dinamis dengan metode uji Granger Causality. Data diolah dan diproses menggunakan program eviews 5.1. Hasil dari estimasi adalah terdapat hubungan satu arah antara ekspor terhadap pertumbuhan ekonomi (tingkat pertumbuhan ekspor mempengaruhi tingkat pertumbuhan ekonomi). Dimana bahwa ekspor adalah fungsi dari pertumbuhan ekonomi. Dengan kata lain ekspor mempengaruhi tingkat kenaikan atau penurunan tingkat pertumbuhan ekonomi dalam kurun waktu 1975 – 2007.
Kemudian setelah mengetahui hubungan antara variabel, uji kointegrasi dapat dilakukan untuk mengetahui hubungan keseimbangan jangka panjang antara variabel tersebut. Hasil dari penelitian menunjukkan terdapat hubungan keseimbangan jangka panjang antara kedua variabel tersebut di Sumatera Utara dalam kurun waktu 1975 – 2007.
KATA PENGANTAR
Segala pujian syukur, hormat, dan kemulian di tempat yang maha tinggi tidak henti – hentinya penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yesus Kristus atas segala kasih, berkat dan penyertaanya sehingga skripsi ini dapat selesai.
Adapun tujuan penulis menyusun skripsi ini adalah sebagai syarat untuk meraih gelar sarjana ekonomi. Penulis mengerjakan skripsi ini dengan judul
“Analisis Kausalitas Dan Uji Kointegrasi Antara Pertumbuhan Ekonomi Dan Ekspor Di Sumatera Utara”.
Dengan segala kerendahaan hati penulis juga ingin menyampaikan hormat dan terima kasih kepada kedua orang tua yang paling penulis sayangi yakni
Bapak Drs. Daulat Pelawi dan Ibu Terulina Barus, Amd dan kepada abang
saya Maja Pelawi dan juga kaka saya Anggun Regina Pelawi atas doa,
semangat, dukungan baik moril maupun materiil, dan juga telah menjadi inspirasi bagi penulis.
Dalam berbagai bentuk, penulis menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna, hal ini tidak terlepas dari kurangnya pengalaman dan terbatasnya ilmu pengetahuan. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna mencapai kesempurnaan skripsi ini pada masa mendatang.
kepada semua pihak yang telah membantu, memberikan bimbingan, saran, dan dorongan moril baik selama masa perkuliahan maupun dalam penyusunan skripsi, antara lain:
1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M. Ec., sebagai Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec., sebagai Ketua Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. 3. Bapak Irsad Lubis, Ph.D, sebagai Sekretaris Departemen Ekonomi
Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Kasyful Mahalli, M.Si, sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu dalam memberikan masukan, saran, dan bimbingan mulai dari awal penulisan hingga selesainya skripsi ini.
5. Bapak Syahrir Hakim Nasution, M.Si, sebagai dosen penguji I yang telah memberikan saran dan masukan bagi penulis dalam rangka penyempurnaan skripsi ini.
6. Bapak Walad Al – Tsami, sebagai dosen penguji II yang telah memberikan saran dan masukan bagi penulis dalam rangka penyempurnaan skripsi ini.
7. Bapak Drs. Iskandar Syarief M.Ec., sebagai dosen wali yang telah menjadi penasehat akademik selama masa perkuliahan
8. Seluruh staf pengajar dan staf administrasi Departemen Ekonomi Pembangunan dan staf administrasi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara khususnya.
9. Seluruh staf pegawai perpustakaan ekonomi dan perpustakaan universitas atas pelayanan dalam penyediaan kepustakaan yang berhubungan dengan skripsi ini.
11.Kepada teman penulis Valentina Samosir yang telah banyak membantu saya dalam memberikan ide serta informasi selama proses pengerjaan skripsi ini
12.Kepada teman sekaligus sahabat-sahabat penulis yakni Arisandi, Irwin, Albert, Andreas, ahmadi, hafnida, merry, julia, beserta seluruh teman – teman Ekonomi Pembangunan 2006, yang tidak bisa penulis sebutkan, atas kebersamaan kita selama ini dan juga inspirasi, kerjasama, dan bantuan ide yang diberikan.
13.Kepada adik saya Irawaty Agustina yang telah memberikan semangat serta dukungan kepada penulis selama dalam proses pengerjaan skripsi ini. 14.Kepada senior dan junior penulis di Ekonomi Pembangunan yang telah
memberikan masukan dan saran selama proses pengerjaan skripsi ini.
Medan, Pebruari 2010
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRACT...i
ABSTRAK...ii
KATA PENGANTAR...iii
DAFTAR ISI...vi
DAFTAR TABEl...……….viii
DAFTAR LAMPIRAN...ix
BAB I PENDAHULUAN... 1
1.1Latar Belakang... 1
1.2Perumusan Masalah... 6
1.3Hipotesis... 6
1.4Tujuan Penelitian... 6
1.5Manfaat Penelitian... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 8 2.1 Pertumbuhan Ekonomi...8
2.1.2 Teori Pertumbuhan Ekonomi...10
2.1.2.1 Teori – Teori Klasik...11
2.1.2.2 Teori – Teori Modern...16
2.2 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)... 21
2.3 Ekspor... 24
2.3.1 Teori Ekspor Base... 25
2.3.2 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Ekspor...26
2.3.3 Manfaat Dan Peranan Ekspor...27
2.3.4 Penelitian Sebelumnya... 28
BAB III METODE PENELITIAN... 33
3.1 Ruang Lingkup Penelitian... 33
3.2 Jenis Dan Sumber Data... 33
3.4 Defenisi Oprasional Variabel... 39
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN... 40
4.1 Deskriptif Daerah Penelitian... 41
4.1.1 Kondisi Geografis... 42
4.1.2 Kondisi Alam Dan Topografi... 42
4.1.3 Kondisi Demografi... 42
4.1.4 Potensi Wilayah... 44
4.2 Gambaran Perekonomian Sumatera Utara... 44
4.3 Gambaran Ekspor Sumatera Utara... 47
4.4 PDRB Perkapita Sumatera Utara... 49
4.5 PDRB Menurut Lapangan Usaha Sumatera Utara... 52
4.6 Analisis Data... 54
4.6.2 Uji Kointegrasi (Cointegration Test)... 56
4.6.3 Granger Causality Test... 57
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 61
5.1 Kesimpulan... 61
5.2 Saran... 61
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
No. Tabel Judul Halaman
4.1 Kondisi Geografis Sumatera Utara menurut Kab/Kota 41
4.2 Perkembangan Beberapa Indikator Makro Ekonomi 46
Sumatera Utara
4.3 Volume dan Nilai Ekspor Sumatera Utara 48
4.4 PDRB Perkapita ADHB dan ADHK 2000 Sumut Tahun 50
2000 – 2007
4.5 Pendapatan Perkapita 25 Kabupaten / Kota Di Sumatera 51
Tahun 2001 – 2007
4.6 Produk Domestik Regional Bruto Sumut Menurut 53
4.7 Hasil Estimasi Untuk Uji Akar – Akar Unit 55
4.8 Hasil Uji Kointegrasi 56
4.9 Hasil Tes Uji Granger Causality 58
5.0 Hasil Estimasi Ekspor Mempengaruhi Pertumbuhan 59
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Tabel Data
Lampiran 2 1. Uji Akar – Akar Unit Ekspor
2. Uji Akar – Akar Unit PDRB (PE)
3. Uji Tes Kointegrasi
4. Uji Granger Causality
ABSTRACT
This research is titled Causality Analysis And Cointegration Test Between Economic Growth And Export In North Sumatera, include 1975 – 2007. The purpose of this search is to know weather there are two ways relationship (influence each other), one way relationship, or even no relationship at all between economic growth and ekspor in North Sumatera.
This research use dynamic model with Granger Causality Test Method. The data is proceed by Eviews 5.1 programe. The result of estimation is there is one way fuction between export and economic growth. Which is export is the fuction of economic growth. On the other word, export causes the increase or decrease of economic growth in North Sumatera from 1975 – 2007.
Then after knowing the relationship between these variables, the cointegration test can be used to know the relationship between variables in long term. The results shows there is a cointegration between economic growth and export in North Sumatera from 1975 – 2007.
ABSTRAK
Judul dari penelitian ini adalah Analisis Kausalitas Dan Uji Kointegrasi Antara Pertumbuhan Ekonomi Dan Ekspor Di Sumatera Utara, dalam kurun waktu 1975 – 2007. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat hubungan timbal balik (saling mempengaruhi), hubungan searah, atau bahkan tidak ada hubungan sama sekali antara pertumbuhan ekonomi dan ekspor di Sumatera Utara.
Penelitian ini menggunakan model dinamis dengan metode uji Granger Causality. Data diolah dan diproses menggunakan program eviews 5.1. Hasil dari estimasi adalah terdapat hubungan satu arah antara ekspor terhadap pertumbuhan ekonomi (tingkat pertumbuhan ekspor mempengaruhi tingkat pertumbuhan ekonomi). Dimana bahwa ekspor adalah fungsi dari pertumbuhan ekonomi. Dengan kata lain ekspor mempengaruhi tingkat kenaikan atau penurunan tingkat pertumbuhan ekonomi dalam kurun waktu 1975 – 2007.
Kemudian setelah mengetahui hubungan antara variabel, uji kointegrasi dapat dilakukan untuk mengetahui hubungan keseimbangan jangka panjang antara variabel tersebut. Hasil dari penelitian menunjukkan terdapat hubungan keseimbangan jangka panjang antara kedua variabel tersebut di Sumatera Utara dalam kurun waktu 1975 – 2007.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pertumbuhan ekonomi merupakan gambaran keadaan perekonomian dari
suatu daerah. Pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan dapat
meningkatkan kemakmuran masyarakat. Pertumbuhan ekonomi ditandai dengan
meningkatnya jumlah barang dan jasa (output) yang dihasilkan oleh suatu
daerah, dalam hal ini Propinsi Sumatera Utara. Dalam kegiatan perekonomian
yang sebenarnya pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan fiskal produksi
barang dan jasa yang berlaku di suatu negara / daerah, seperti pertambahan dan
jumlah produksi barang industri, perkembangan infrasturktur, pertambahan
jumlah sekolah, pertambahan produksi sektor jasa barang modal (Sukirno 2006 :
423).
Untuk melihat fluktuasi ekonomi secara rill dari tahun ke tahun tergambar dari
kenaikan pendapatan perkapita dan lajunya dengan menggunakan tingkat
pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) untuk ukuran suatu negara atau
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) untuk tingkat wilayah (regional).
Untuk melihat pendapatan regional, terdapat berbagai konsep yang dapat
digunakan, antara lain:
1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas Dasar Harga Pasar.
2. Produk Domestik Regional Neto (PDRN) atas Dasar Harga Pasar.
4. Pendapatan Regional.
5. Pendapatan Perorangan (Personal Income) dan Pendapatan Siap
Dibelanjakan (Disposible Income).
6. Pendapatan Regional Atas Dasar Harga Berlaku dan Harga Konstan.
7. Pendapatan Per Kapita (Tarigan 2005:18).
Dalam hal ini Pendapatan Regional Sumatera Utara. Pertumbuhan ekonomi di
proyeksikan melalui Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Penilaianya
adalah yaitu apabila pertumbuhan tingkat PDRB menunjukkan kenaikan maka
terjadi pertumbuhan ekonomi yang positif, sebaliknya apabila menunjukkan
penurunan maka terjadi pertumbuhan ekonomi yang negatif.
Perekonomian Sumatera Utara secara makro pada triwulan IV tahun 2008 bila
dibandingkan dengan triwulan III tahun 2008 (quartal to quartal) meningkat 0,61
persen dan pada triwulan I tahun 2009 meningkat 1,73 persen dibanding dengan
triwulan IV tahun 2008. Secara makro, perekonomian Sumatera Utara pada
triwulan pertama tahun 2009 mengalami pertumbuhan yang positif. Di dukung
oleh kestabilan moneter yang semangkin baik yang dapat dilihat dari
kecendrungan menguat dan stabilnya nilai tukar rupiah dan tingkat inflasi
Sumatera Utara yang terkendali (Press release BPS Sumatera Utara, Agustus
2009).
PDRB Sumatera Utara pada triwulan IV tahun 2008 atas dasar harga berlaku
mencapai Rp.56,4 Triliun, sedangkan atas dasar harga konstan sebesar Rp.27,03
berlaku mencapai Rp.57,32 triliun dan atas dasar harga konstan sebesar Rp27,50
triliun. Mengalami kenaikan yang menandakan bahwa pertumbuhan ekonomi
Sumatera Utara mengalami pertumbuhan ekonomi yang positif.
Pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara yang diukur melalui kenaikan atau penurunan
PDRB disumbang oleh beberapa sektor. Sektor-sektor tersebut antara lain:
1. Sektor pertanian.
2. Sektor pertambangan dan penggalian.
3. Sektor industri pengolahan.
4. Sektor listrik, gas, dan air bersih.
5. Sektor bangunan.
6. Sektor perdagangan, hotel, dan retoran.
7. Sektor jasa-jasa.
8. Sektor keuangan,persewaan, dan jasa perusahaan.
9. Sektor pengangkutan dan komunikasi.
Kinerja sektor-sektor tersebut pada semester I tahun 2009 yang digambarkan
oleh PDRB atas dasar harga konstan mengalami peningkatan sebesar 4,61 persen.
Peningkatan tersebut terjadi pada semua sektor ekonomi dengan pertumbuhan
tertinggi dicapai oleh sektor jasa-jasa sebesar 7,49 persen, disusul oleh sektor
listrik, gas, dan air bersih 7,34 persen, sektor keuangan, persewaan, dan jasa
perusahaan 6,77 persen, sektor perdagangan, hotel, dan restoran 4,70 persen,
sektor bangunan 4,05 persen, sektor pertanian 3,89 persen, sektor industri
Pertumbuhan ekonomi juga dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor
tanah (land), faktor modal (capital), faktor tenaga kerja (labor), dan Teknologi.
Selain dari beberapa faktor yang telah disebut diatas terdapat faktor lain yang
langsung berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi. Faktor yang sangat
mempengaruhi pertumbuhan ekonomi suatu negara atau daerah adalah ekspor.
Ekspor adalah proses transportasi barang atau komoditas dari suatu negara ke
negara lain secara legal, umumnya dalam proses perdagangan. Ekspor akan secara
langsung memberi kenaikan penerimaan dalam pendapatan suatu negara atau
daerah. Terjadinya kenaikan penerimaan pendapatan suatu negara atau daerah
akan mengakibatkan terjadinya kenaikan tingkat PDRB. Dalam hal ini
pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara di proyeksikan melalui besaran PDRB
Sumatera Utara. Dengan kata lain ekspor akan menyebabkan pertumbuhan
ekonomi.
Peranan ekspor terhadap pertumbuhan ekonomi pada suatu negara atau daerah
selalu menarik untuk diteliti secara teori maupun empirik. Selama dua dekade
terakhir sudah banyak studi empirik yang telah dilakukan untuk meneliti berapa
besar peranan ekspor dalam mendorong pertumbuhan ekonomi di suatu negara /
daerah atau hipotesis yang menyatakan bahwa ekspor (pertumbuhan ekspor) akan
mendorong pertumbuhan ekonomi. Hal ini dikarenakan pertumbuhan ekspor yang
bagus akan menghasilkan devisa bagi suatu daerah dan selanjutnya dapat
digunakan untuk membiayai pembangunan di daerah tersebut. Karena secara
teoritis (hipotesis) dapat dikatakan bahwa ada korelasi yang positif antara
masyarakat kesempatan kerja, pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB) dipihak lainya.
Kinerja ekspor Sumatera Utara pada triwulan tahun 2009, dilihat dari nilai
ekspor melalui pelabuhan muat di wilayah Sumatera Utara, pada bulan juli dicatat
sebesar US$507,39 juta dollar yang mengalami peningkatan dibandingkan bulan
sebelumnya yakni bulan juni sebesar 17,09 persen, pada bulan juni nilai ekspor
sebesar US$433,31 juta dollar. Namun jika dibandingkan dengan nilai ekspor
bulan yang sama tahun 2008, nilai ekpor di bulan juli tahun 2009 turun 26,39
persen. Nilai ekpor periode januari-juli 2009 melalui pelabuhan muat Sumatera
Utara mencapai US$ 3,31 milyar dollar, mengalami penurunan hingga 40,68
persen jika dibandingkan periode januari-juli 2008, yakni sebesar U$ 5,58 milyar
dollar.
Bertolak dari hal-hal diatas, maka perlu diketahui hubungan antara ekspor dan
pertumbuhan ekonomi. Ekspor sebagai penyumbang dalam besarnya Produk
Domestik Regional Bruto, akan tetapi apakah ekspor disuatu periode mampu
memberikan kontribusi bagi kenaikanan PDRB pada periode yang lain, demikian
juga PDRB, apakah mampu memberikan kontribusi bagi kenaikan ekspor di suatu
periode tertentu.
Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk meneliti dan menulis
skripsi dengan judul “Analisis Kausalitas Dan Uji Kointegrasi Antara
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka yang menjadi permasalahan
dalam kajian ini adalah:
1. Apakah terdapat hubungan kausalitas (timbal balik) antara pertumbuhan
ekonomi dan ekspor di Sumatera Utara.
2. Apakah terdapat hubungan jangka panjang antara ekspor dan pertumbuhan
ekonomi di Sumatera Utara.
1.3 Hipotesis
Berdasarkan perumusan diatas, maka dapat dibuat suatu hipotesis :
1. Terdapat hubungan kausalitas antara pertumbuhan ekonomi dan ekspor di
Sumatera Utara.
2. Terdapat hubungan jangka panjang antara pertumbuhan ekonomi dan
ekspor di Sumatera Utara.
1.4 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan pokok permasalahan yang telah dikemukakan diatas, maka
penelitian ini bertujuan:
1. Untuk melihat hubungan timbal balik antara pertumbuhan ekonomi dan
ekspor di Sumatera Utara.
2. Untuk mengetahui besarnya pengaruh ekspor dan pertumbuhan ekonomi
1.5 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Sebagai tambahan wawasan ilmiah dan ilmu pengetahuan penulis dalam
disiplin ilmu yang penulis tekuni.
2. Sebagai bahan tambahan dan pelengkap terhadap penelitian yang telah ada
sebelumnya.
3. Sebagai bahan studi dan tambahan literatur bagi mahasiswa/I Fakultas
Ekonomi Universitas Sumatera Utara terutama bagi mahasiswa/I
Departemen Ekonomi Pembangunan yang ingin melakukan penelitian
selanjutnya dalam cabang ilmu ekonomi makro.
4. Sebagai bahan referensi dan informasi bagi penelitian selanjutnya,
sekaligus untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahuan bagi penulis
5. Sebagai bahan masukan yang bermanfaat bagi pemerintah atau instansi
yang terkait.
TINJAUAN PUSTAKAAN
2.1 Pertumbuhan Ekonomi
Pengertian Pertumbuhan dalam kegiatan perekonomian yang sebenarnya,
pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan fiskal produksi barang dan jasa yang
berlaku di suatu negara, seperti pertambahan dari jumlah produksi barang industri,
perkembangan infrastruktur, pertambahan jumlah sekolah, pertambahan produksi
sektor jasa dan pertambahan produksi barang modal (Sukirno, 2006:423).
Pertumbuhan ekonomi adalah proses terjadi kenaikan produk nasional bruto
rill atau pendapatan nasional rill. Jadi perekonomian dikatakan tumbuh atau
berkembang bila terjadi pertumbuhan output rill. Output total rill suatu
perekonomian bisa juga tetap konstan atau mengalami penurunan sepanjang
waktu. Ini berarti perekonomian statis atau mengalami penurunan (stagnasi).
Perubahan ekonomi meliputi baik pertumbuhan, statis maupun stagnasi
pendapatan nasional rill. Penurunan merupakan pertumbuhan negatif, sedangkan
pertumbuhan merupakan pertumbuhan positif (Faried Wijaya, 1990:262).
Pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan output perkapita dalam jangka
panjang. Ada tiga aspek yang perlu diperhatikan yaitu: proses, output per kapita
dan prespektif waktu jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi adalah suatu proses,
bukan suatu gambaran ekonomi pada suatu saat. Disini dapat dilihat aspek
dinamis dari suatu perekonomian, yaitu melihat bagaimana perekonomian
berkembang atau berubah dari waktu ke waktu (Boediono, 1999:1).
Pertumbuhan ekonomi berkaitan dengan kenaikan output per kapita. Ada dua
sisi hal yang perlu diperhatikan yaitu sisi output totalnya dan sisi jumlah
proses kenaikan output per kapita, tidak bisa tidak, harus dianalisa dengan jalan
melihat apa yang terjadi dengan output total di satu pihak, dan jumlah penduduk
dilain pihak (Boediono, 1999:1).
Aspek yang ketiga dari defenisi pertumbuhan ekonomi adalah prespektif
waktu jangka panjang. Kenaikan output per kapita selama satu atau dua tahun,
yang kemudian diikuti dengan penurunan output per kapita bukan pertumbuhan
ekonomi. Suatu perekonomian tumbuh apabila dalam jangka waktu yang cukup
lama untuk mengalami kenaikan output per kapita (Boediono, 1999:2).
2.1.1 Sumber-Sumber Pertumbuhan Ekonomi
Ada beberapa sumber strategis dan dominan yang menentukan pertumbuhan
ekonomi tergantung bagaimana mengklasifikasikanya. Salah satu untuk
mengklasifikasikanya menjadi faktor-faktor fisik dan faktor-faktor manajemen
yang mempengaruhi sumber-sumber tersebut. Meskipun dipunyai sumber
dominan untuk pertumbuhan yang kwantitasnya cukup banyak serta dengan
kwalitas cukup tinggi bila manajemen penggunaanya tidak menunjang maka laju
pertumbuhan ekonominya rendah (Faried Wijaya, 1990:264).
Faktor pertumbuhan berupa faktor-faktor fisik sumber-sumber daya alami,
kwantitas dan kwalitas sumber daya manusia, jumlah barang-barang kapital dan
teknologi. Tersedianya lebih banyak dan lebih baik sumber-sumber alami dan
manusia, barang kapital, serta tingkat pengetahuan teknologi yang lebih tinggi
memungkinkan perekonomian memproduksi jumlah output lebih besar (Faried
Wijaya, 1990:264).
Faktor manajemen penggunaan sumber-sumber dalam pertumbuhan ekonomi
berarti agar sumber-sumber daya yang ada dan terus bertambah dapat digunakan
sepenuhnya, maka diperlukan pertumbuhan tingkat permintaan agregatif yang
mencukupi. Menggunakan semua sumber daya dan kapital serta teknologi yang
ada saja tidaklah cukup. Sumber-sumber tersebut haruslah digunakan sedemikian
rupa sehingga dapat diproduksi jumlah output maksimum dengan menggunakan
sumber daya tersebut (Faried Wijaya, 1990:264).
2.1.2 Teori Pertumbuhan Ekonomi
Teori pertumbuhan ekonomi bisa didefenisikan sebagai penjelasan mengenai
faktor-faktor apa yang menentukan kenaikan output per kapita dalam jangka
panjang, dan penjelasan mengenai bagaimana faktor-faktor tersebut berinteraksi
satu sama lain, sehingga terjadi proses pertumbuhan. Jadi teori pertumbuhan
ekonomi tidak lain adalah suatu ceritera (yang logis) mengenai bagaimana proses
pertumbuhan terjadi (Boediono, 1999:2).
Satu hal yang perlu ditekankan sejak awal adalah bahwa didalam ilmu
ekonomi tidak hanya terdapat satu teori pertumbuhan, tetapi terdapat banyak teori
pertumbuhan. Sampai saat ini (dan masa mendatang) tidak ada suatu teori
pertumbuhan yang menyeluruh dan lengkap dan yang merupakan satu-satunya
teori pertumbuhan yang baku. Berbagai ekonom besar, sejak lahirnyailmu
ekonomi mempunyai pandangan atau presepsi yang tidak selalu sama mengenai
proses pertumbuhan suatu perekonomian.
Sering sekali pandangan atau presepsi ini sangat dipengaruhi oleh keadaan
atau peristiwa-peristiwa pada waktu ekonom tersebut hidup. Sering sekali pula
ekonom, sehingga aspek-aspek yang ditonjolkan dalam teorinya mencerminkan
kecendrungan idiologisnya. Ini semua perlu dipahami oleh setiap orang yang
mempelajari teori pertumbuhan (ilmu ekonomi umumnya). Jangan sampai
berpendapat bahwa teori yang kebetulan dipelajari adalah satu-satunya kebenaran
yang tidak dapat dibantah. Semangkin banyak teori yang dipelajari, semangkin
luas pandangan, dan semangkin mudah menghindari perangkap fanatisme
intelektual tersebut (Boediono, 1999:2)
2.1.2.1Teori-Teori Klasik
1. Adam Smith
Adam Smith (1723-1790) yang terkenal dengan teori nilainya yaitu teori yang
menyelidiki faktor-faktor yang menentukan nilai atau harga suatu barang. Tetapi
didalam bukunya An Inquiry into the Nature and Causes of the Wealth of the
Nations (1776) secara singkat sering disebut sebagai Wealth of Nations, bisa
dilihat bahwa tema pokoknya adalah mengenai bagaimana perekonomian
(kapitalis) tumbuh. Dalam buku tersebut Smith, mungkin orang yang pertama
yang mengungkapkan proses pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang secara
sistematis. Oleh sebab itu, teori Adam Smith sering dianggap sebagai awal dari
pengkajian masalah pertumbuhan secara sistematis (Boediono, 1999:7).
Menurut Adam Smith, ada dua aspek utama dari pertumbuhan ekonomi yaitu :
1. Pertumbuhan output (GDP) total
2. Pertumbuhan penduduk
Dalam pertumbuhan output Adam Smith melihat sistem produksi suatu negara
terdiri dari tiga unsur pokok yaitu :
2. Sumber-sumber manusiawi (jumlah penduduk)
3. Stok barang kapital yang ada
Menurut Smith, sumber-sumber alam yang tersedia merupakan wadah yang
paling mendasar dari kegiatan produksi suatu masyarakat. Jumlah sumber-sumber
alam yang tersedia merupakan batas maksimum bagi pertumbuhan perekonomian
tersebut. Artinya, selama sumber-sumber ini belum sepenuhnya dimanfaatkan,
yang memegang peranan dalam proses produksi adalah dua unsur produksi yang
lain, yaitu jumlah penduduk dan stok kapital yang ada. Dua unsur lain inilah yang
menentukan besarnya output masyarakat dari tahun ke tahun. Tetapi apabila
output terus meningkat, sumber-sumber alam akhirnya akan sepenuhnya
dimanfaatkan (dieksploitir), dan pada tahap ini sumber-sumber lama akan
membatasi output. Unsur sumber alam ini akan menjadi batas atas dari
pertumbuhan suatu perekonomian. Pertumbuhan ekonomi (dalam arti pertubuhan
output dan prtumbuhan penduduk) akan berhenti apabila batas atas ini dicapai
(Boediono, 1999:8).
Unsur yang kedua adalah sumber-sumber manusiawi atau jumlah penduduk.
Dalam proses pertumbuhan output unsur ini dianggap peranan yang pasif, dalam
arti bahwa jumlah penduduk akan menyesuaikan diri dengan kebutuhan akan
tenaga kerja dari masyarakat tersebut. Apabila stok kapital yang tersedia
membutuhkan, misalnya: satu juta orang untuk menggunakanya, dan apabila
jumlah tenaga kerja yang tersedia adalah sembilan ratus ribu orang, maka jumlah
penduduk akan cenderung meningkat sehingga tenaga kerja yang tersedia
akhirnya menjadi 1 juta orang. Pada tahap ini, bisa dianggap bahwa berapapun
proses pertumbuhan (atau penurunan) penduduk. Faktor-faktor apa yang
mempengaruhi proses pertumbuhan itu sendiri.
Dalam model Smith tinggallah unsur produksi yang ketiga, yaitu stik kapital,
yang secara aktif menentukan tingkat output. Smith memang memberikan peranan
sentral kepada pertumbuhan stok kapital atau akumulasi kapital dalam proses
pertumbuhan output. Apa yang terjadi dengan tingkat output tergantung pada laju
pertumbuhan stok kapital (tentu saja sampai tahap pertumbuhan dimana
sumber-sumber alam mulai membatasi) (Boediono, 1999:9).
2. David Ricardo
David Ricardo (1772-1823) mengembangkan teori pertumbuhan klasik lebih
lanjut. Pengembangan ini berupa penjabaran model pertumbuhan menjadi suatu
model yang lebih tajam, baik dalam konsep-konsep yang dipakai maupun dalam
hal mekanisme proses pertumbuhan itu sendiri. Namun perlu ditekan lagi disini
bahwa garis besar dari proses pertumbuhan dan kesimpulan-kesimpulan umum
yang ditarik oleh Ricardo tidak terlalu berbeda dengan Adam Smith. Tema dari
proses pertumbuhan ekonomi masih pada perpacuan antara laju pertumbuhan
penduduk dan laju pertumbuhan output. Kesimpulan umumnya masih tetap bahwa
dalam perpacuan tersebut penduduklah yang akhirnya menang, dan dalam jangka
panjang perekonomian akan mencapai posisi stationer. Seperti juga dengan Adam
Smith, Ricardo menganggap bahwa jumlah faktor produksi tanah (sumber-sumber
alam) tidak bisa bertambah, sehingga akhirnya bertindak sebagai faktor pembatas
dalam proses pertumbuhan suatu masyarakat (Boediono, 1999:17).
Perbedaan terutama terletak pada penggunaan alat analisa mengenai distribusi
mekanisme pertumbuhan dan pengungkapan peranan yang lebih jelas dari sektor
pertanian diantara sektor-sektor lain dalam proses pertumbuhan (Boediono,
1999:17). Model perekonomian Ricardo ditandai oleh ciri-ciri sebagai berikut :
1. Tanah terbatas jumlahnya.
2. Tenaga kerja (penduduk) yang meningkat (atau menurun) sesuai dengan
apakah tingkat upah diatas atau tingkat upah minimal yang oleh Ricardo
disebut tingkat upah alamiah (natural wage).
3. Akumulasi kapital terjadi apabila tingkat keuntungan yang diperoleh
pemilik kapital berada diatas tingkat keuntungan minimal yang diperlukan
untuk menarik mereka melakukan invesatasi.
4. Dari waktu ke waktu terjadi kemajuan teknologi.
5. Sektor pertanian dominan.
Dengan terbatasnya tanah, maka pertumbuhan penduduk (tenaga kerja) akan
menghasilkan produk marginal (marginal product) yang semangkin menurun. Ini
tidak lain adalah hukum produk marginal yang makin menurun atau lebih terkenal
dengan nama the Law of Diminishing Return. Selama buruh yang dipekerjakan
pada tanah tersebut bisa menerima tingkat upah diatas tingkat upah alamiah, maka
penduduk (tenaga kerja) akan terus bertambah, dan ini akan menurunkan lagi
produk marginal tenaga kerja, dan selanjutnya menekan kebawah tingkat upah.
Proses ini akan berhenti apabila tingkat upah turun pada tingkat upah alamiah.
Apabila, misalnya tingkat upah ternyata turun dibawah tingkat upah alamiah,
maka jumlah penduduk (tenaga kerja) menurun. Tingkat upah akan naik kembali
pada tingkat alamiah. Pada posisi ini jumlah penduduk konstan. Jadi dari segi
yang selalu menarik perekonomian ke arah upah tingkat minimu, yaitu bekerjanya
The Law of Diminishing Return (Boediono, 1999:18).
The Law of Diminishing Return berbunyi: “ Apabila salah satu input tetap,
sedang input-input lain ditambah penggunaanya (variabel) maka tambahan output
yang dihasilkan dari setiap unit tambahan input variabel tersebut mula-mula
menaik, akan tetapi kemudian seterusnya menurun, apabila input variabel tersebut
terus ditambah” (Boediono, 1999 : 18).
3. Arthur Lewis
Salah satu perumusan yang terkenal dari teori klasik dalam konteks
permasalahan pembangunan ekonomi negara-negara bekembang diungkapkan
oleh ekonom zaman modern Arthur Lewis. Model pertumbuhan dengan suplay
tenaga kerja yang tak terbatas merupakan model pertumbuhan Arthur Lewis
(Boediono, 1999:35).
Pokok permasalahan yang dikaji oleh Lewis adalah bagaimana proses
pertumbuhan terjadi dalam perekonomian dua sektor :
1. Sektor tradisional, dengan produktivitas rendah dan sumber tenaga kerja
yang melimpah.
2. Sektor modern, dengan produktivitas tinggi dan sebagai sumber akumulasi
kapital.
Proses pertumbuhan ekonomi terjadi apabila tenaga kerja bisa dipertemukan
dengan kapital. Lewis memberikan teori mengenai proses pertemuan kedua fakor
produksi ini dan proses pertumbuhan ekonomi yang ditimbulkan.
Pada saat sektor modern mempunyai sejumlah stok barang kapital tertentu.
marginal produknya. Dengan stok kapital tertentu tersebut, maka bisa
digambarkan marginal produk bagi tenaga kerja yang dipekerjakan pada sektor ini
(Boediono, 1999:35).
Ciri-ciri utama dari sektor tradisional yaitu produktivitasnya yang rendah dan
tenaga kerja yang melimpah. Ini berarti bahwa tingkat upah di sektor ini berada
pada tingkat subsistensi (ini sejalan dengan teori-teori klasik Smith, Malthus dan
Ricardo), dan pada tingkat upah ini suplai tenaga kerja yang bersedia untuk
berkerja melimpah (artinya apabila ada seorang pengusaha yang bersedia
memperkerjakan buruh dengan tingkat upah subsitensi ini, maka bisa memperoleh
jumlah buruh berapapun yang diperlukan) (Boediono, 1999:37).
2.1.2.2Teori-Teori Modern
1. Harrod – Domar
Teori Harrod – Domar adalah perkembangan langsung dari teori makro
Keynes jangka pendek menjadi suatu teori makro jangka panjang. Aspek utama
yang dikembangkan dari teori Keynes adalah aspek yang menyangkut peranan
investai dalam jangka panjang. Dalam teori Keynes, pengeluaran investasi
mempengaruhi permintaan agregat tetapi tidak mempengaruhi penawaran agregat.
Harrod – Domar melihat pengaruh investasi dalam prespektif waktu yang lebih
panjang. Menurut kedua ekonom ini, pengeluaran investasi tidak hanya
mempunyai pengaruh (lewat roses multipier) terhadap permintaan agregat, tetapi
juga terhadap penawaran agregat melalui pengaruhnya terhadap kapasitas
produksi. Dalam prespektif waktu yang lebih panjang ini, investasi menambah
stok kapital misalnya, pabrik-pabrik, jalan-jalan, dan sebagainya (Boediono,
Hubungan antara stok kapital dengan penawaran agregat adalah setiap
penambahan stok kapital masyarakat meningkatkan pula kemampuan masyarakat
untuk menghasilkan output. Output yang dimaksud adalah output yang potensial
bisa dihasilkan dengan stok kapital (kapasitas pabrik) yang ada (Boediono,
1999:60).
Laju pertumbuhan natural dalam sistem Harrod yang sederhana adalah
persentase pertumbuhan satuan tenaga kerja efisien per tahun, sebagai kondisi
(syarat) pertumbuhan seimbang maka output dan kapital harus juga tumbuh
dengan laju pertumbuhan natural yang sama (Boediono, 1999:68).
2. Solow – Swan
Robert Solow dan Trevor Swan secara sendiri – sendiri mengembangkan
model pertumbuhan ekonomi yang sekarang sering disebut dengan nama model
pertumbuhan Neo Klasik. Model Solow dan Swan memusatkan perhatianya pada
pertumbuhan penduduk, akumulasi kapital, kemajuan teknologi dan output saling
berinteraksi dalam proses pertumbuhan ekonomi (Boediono, 1999 : 81).
Kerangka umum dari model Solow – Swan mirip dengan model Harrod –
Domar, tetapi model Solow – Swan lebih luwes karena,
1. Menghindari masalah ketidakstabilan yang merupakan ciri warranted of
growth dalam model Harrod – Domar.
2. Bisa lebih luwes digunakan untuk menjelaskan masalah – masalah
distribusi pendapatan.
Keluwesan ini terutama disebabkan oleh karena Solow dan Swan
menggunakan bentuk fungsi produksi yang lebih mudah di manipulasi secara
Ada empat anggapan yang melandasi model Neo Klasik:
1. Tenaga kerja (penduduk), tumbuh dengan laju tertentu.
2. Adanya fungsi produksi yang berlaku bagi setiap periode
3. Adanya kecendrungan untuk menabung propersity to save oleh
masyarakat yang dinyatakan sebagai proporsi tertentu dari output.
4. Semua tabungan masyarakat di investasikan (Boediono, 1999:83).
Untuk keseimbangan jangka panjang Solow mengatakan bahwa posisi long
run equilibrium akan tercapai apabila kapital per kapita, mencapai suatu tingkat
yang stabil, artinya tidak lagi berubah nilainya. Apabila kapital konstan, maka
long run equilibrium tercapai. Hal ini merupakan ciri posisi keseimbangan yang
pertama (Boediono, 1999:88).
Ciri yang kedua adalah mengenai laju pertumbuhan output, kapital dan tenaga
kerja. Pada posisi long run equilibrium laju pertumbuhan output bisa disimpulkan
dari ciri bahwa output per kapita adalah konstan dan penduduk tumbuh sesuai
dengan asusmsi. Difinisi output per kapita adalah output total tumbuh dengan laju
jumlah penduduk per tahun (Boediono, 1999:90).
Ciri yang ketiga adalah mengenai stabilitas dari posisi keseimbangan tersebut.
Posisi keseimbangan model Solow – Swan bersifat stabil, dalam arti bahwa
apabila kebetulan perekonomian tidak pada posisi keseimbangan, maka akan ada
kekuatan-kekuatan yang cenderung membawa kembali perekonomian tersebut
pada posisi keseimbangan jangka panjang (Boediono, 1999:91).
Ciri yang keempat menyangkut tingkat konsumsi dan tingkat tabungan
adalah konstan. Apa yang tidak ditabung dikonsumsikan, sehingga konsumsi per
kapita juga konstan pada posisi equilibrium (Boediono, 1999:93).
Ciri yang kelima berkaitan dengan imbalan yang diterima oleh masing-masing
faktor produksi atau aspek distribusi pendapatan. Karena hanya ada dua macam
faktor produksi (kapital dan tenaga kerja), maka output total akan habis terbagi
antara para pemilik kapital dan pemilik faktor produksi tenaga kerja (Boediono,
1999:93).
3. Schumpeter
Joseph Schumpeter hidup di zaman modern (1883 – 1950 ). Dari segi teori
Schumpeter bisa digolongkan dalam kelompok teori pertumbuhan Klasik. Namun
dari segi kesimpulanya khususnya mengenai prospek perbaikan hidup masyarakat
banyak dalam perekonomian kapitalis. Berbeda dengan ekonom – ekonom Klasik
sebelumnya, ia optimis bahwa dalam jangka panjang tingkat hidup orang banyak
bisa ditingkatkan terus sesuai dengan kemajuan teknologi yang bisa dicapai
masyarakat tersebut. Sejalan juga dengan para ekonom modern, Schumpeter tidak
terlalu menekankan pada aspek pertumbuhan penduduk maupun aspek
keterbatasan sumber daya alam dalam pertumbuhan ekonomi. Bagi Schumpeter,
masalah penduduk tidak dianggap sebagai aspek sentral dari proses pertumbuhan
ekonomi (Boediono, 1999:47).
Schumpeter berpendapat bahwa motor penggerak perkembangan ekonomi
adalah suatu proses yang diberi nama inovasi, dan para pelakunya adalah para
wiraswata atau inovator atau entrepreuner. Kemajuan ekonomi suatu masyarakat
hanya bisa diterangkan dengan adanya inovasi oleh para entrepreuner (Boediono,
Gambaran umum dari proses kemajuan ekonomi menurut Schumpeter adalah
membedakan antara pengertian pertumbuhan ekonomi dan pengertian
perkembangan ekonomi. Keduanya adalah sumber dari peningkatan output
masyarakat, tetapi masing – masing mempunyai sifat yang berbeda. Pertumbuhan
ekonomi diartikan sebagai peningkatan output masyarakat yang disebabkan oleh
semangkin banyaknya jumlah faktor produksi yang digunakan dalam proses
produksi masyarakat tanpa adanya perubahan cara – cara atau teknologi produksi
itu sendiri. Pertumbuhan ekonomi adalah satu sumber kenaikan output, sedangkan
perkembangan ekonomi adalah kenaikan output yang disebabkan oleh inovasi
yang dilakukan oleh para wiraswata. Inovasi berarti perbaikan teknologi dalam
arti luas mencakup penemuan produk baru, pembukaan pasar baru dan
sebagainya. Tetapi yang penting adalah bahwa inovasi menyangkut perbaikan
kwalitatif dari sistem ekonomi itu sendiri, yang bersumber dari kreaivitas para
wiraswastanya (Boediono, 1999:48).
Perkembangan ekonomi berawal pada suatu lingkungan sosial, politik dan
teknologi yang menunjang kreativitas para wiraswasta. Dengan adanya
lingkungan yang menunjang kreativitas, maka akan timbul beberapa wiraswata
yang menjadi pioner dalam mencoba menerapkan ide – ide baru dalam kehidupan
ekonomi (cara berproduksi baru, produk baru, bahan mentah dan sebagainya).
Mungkin tidak semua pioner usaha akan berhasil tetapi mereka yang berhasil
dikatakan telah melakukan inovasi (Boediono, 1999:50).
Inovasi mempunyai tiga pengaruh, yang pertama adalah diperkenalkanya
teknologi baru, yang kedua adalah inovasi menimbulkan keuntungan lebih
kapital. Yang ketiga adalah inovas pada tahap – tahap selanjutnya akan diikuti
oleh timbulnya proses imitasi yaitu adanya pengusaha baru yang meniru teknologi
baru tersebut. Proses imitasi ini akan diikuti oleh investasi (akumulasi kapital)
oleh para imitator tersebut. Proses imitasi ini mempunyai pengaruh berupa:
1. Menurunya keuntungan monopolistis yang dinikmati oleh para inovator.
2. Penyebaran teknologi baru didalam masyarakat (teknologi tersebut tidak
lagi menjadi monopoli para inovatornya).
Semua proses ini meningkatkan output masyarakat dan secara total merupakan
proses perkembangan ekonomi. Keuntungan yang diperoleh dari adanya inovasi
akan turun dan hilang akibat disaingi oleh para penirunya. Jadi inovasi dan
keuntungan yang diperoleh darinya merupakan motor penggerak dinamika
masyarakat kapitalis atau perekonomian pasar (Boediono, 1999:51).
2.2Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Salah satu dasar yang digunakan untuk tingkat perekonomian suatu wilayah
adalah dengan menggunakan besaran nilai PDRB. Apabila ditinjau dari segi
pendapatan, PDRB merupakan jumlah dari pendapatan yang diterima oleh faktor
– faktor produksi yang dimiliki oleh penduduk di wilayah tersebut yang ikut serta
dalam proses produksi di dalam jangka waktu tertentu.
PDRB adalah jumlah seluruh nilai produk barang dan jasa yang dihasilkan
oleh unit – unit produksi yang beroperasi pada suatu daerah dalam jangka waktu
tertentu. Nilai PDRB disajikan atas dasar harga berlaku (sesuai dengan harga
pasar transaksi pada tahun perhitungan) dan atas dasar harga konstan (harga dasar
Hasil perhitungan atas dasar harga berlaku merupakan jumlah seluruh nilai
barang dan jasa yang dihasilkan oleh unit – unit produksi dalam periode tertentu,
biasanya dalam satu tahun yang dinilai dengan harga tahun yang bersangkutan.
Pada perhiungan atas dasar harga berlaku belum menghilangkan faktor produksi,
yang artinya masih memuat akibat terjadinya inflasi / deflasi sehingga tidak
memperlihatkan pertumbuhan atau perubahan PDRB secara rill.
Perhitungan atas dasar harga konstan menggambarkan perubahan volume
produksi saja. Pengaruh perubahan harga telah dihilangkan dengan cara menilai
dengan harga pasar pada tahun dasar tertentu, dan pada perhitungan atas dasar
harga konstan ini faktor inflasi dihilangkan, yang artinya perubahan besarnya
PDRB sudah terlepas dari pengaruh inflasi / deflasi.
Adapun pembagian sektor yang terdapat dalam PDRB, yaitu:
1. Sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan.
2. Sektor pertambangan dan penggalian.
3. Sektor industri pengolahan.
4. Sektor listrik, gas, dan air bersih.
5. Sektor bangunan / konstruksi.
6. Sektor transportasi dan komunikasi.
7. Sektor perdagangan, hotel, dan restoran
8. Sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan.
9. Sektor jasa.
Untuk mengukur pendapatan masyarakat dan hasil kegiatan ekonomi di suatu
wilayah (regional) konsep pendekatan yang dipakai adalah PDRB. Adapun
1. Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas dasar Harga Pasar
PDRB atas dasar harga pasar adalah jumlah nilai produk barang dan jasa yang
dihasilkan oleh berbagai unit produksi yang terjadi di suatu wilayah tertentu.
Nilai tambah bruto atau netto terdiri dari upah, gaji, bunga, sewa tanah,
keuntungan, penyusutan, dan pajak tak langsung netto. Dapat dikatakan
bahwa PDRB Atas Dasar Harga Pasar merupakan penjualan nilai tambah
bruto dan seluruh kegiatan ekonomi yang ada di suatu wilayah dalam kurun
waktu tertentu (Tarigan, 2005:18).
2. Produk Domestik Regional Neto (PDRN) Atas Dasar Harga Pasar
PDRN atas dasar harga pasar dikurangi dengan pajak tidak langsung netto.
Pajak tidak langsung neto merupakan pajak tidak langsung dikurangi dengan
subsidi. Pajak tidak langsung meliputi pajak penjualan, pajak tontonan, biaya
ekspor dan impor, dan lain – lain. Kecuali pajak pendapatan dan perorangan.
Pajak tak langsung umumnya dibedakan pada harga jual maupun biaya produk
masing – masing unit produksi, sehingga langsung menaikkan yang berakibat
pada kenaikan harga barang. Subsidi merupakan dana yang diberikan
pemerintah pada unit – unit produksi, sehingga langsung berakibat kenaikan
harga barang dan jasa yang menyangkut pada kepentingan umum, seperti
subsidi BBM, subsidi beras, angkutan, dan sebagainya. Jadi pajak tak
langsung berpengaruh positif menaikkan harga (Tarigan, 2005:19)
3. Produk Domestik Regional Neto (PDRN) Atas Dasar Biaya Faktor
PDRN atas dasar biaya faktor adalah PDRN atas dasar harga pasar dikurangi
pajak tak langsung neto. Pajak tidak langsung meliputi pajak penjualan, bea
perseroan. PDRN atas dasar biaya faktor merupakan jumlah pendapatan yang
diperoleh dari balas jasa dari faktor – faktor produksi berupa upah dan gaji,
bunga, sewa tanah, dan keuntungan yang timbul dalam suatu wilayah
(Tarigan, 2005:19)
4. Pendapatan Regional
Pendapatan regional neto adalah produk domestik regional neto atas dasar
biaya faktor dikurangi aliran dana yang mengalir keluar ditambah aliran dana
yang mengalir masuk. Produk Domestik Regional Neto atas dasar biaya faktor
dikurangi pendapatan yang mengalir keluar dan ditambah pendapatan yang
mengalir masuk hasilnya merupakan produk regional neto ( Pendapatan
regional), yaitu merupakan jumlah pendapatan yang benar – benar diterima
(income receipt) oleh penduduk yang tinggal di daerah tersebut (Tarigan,
2005:19).
2.3Ekspor
Ekspor merupakan penjualan barang dan jasa yang dihasilkan suatu negara ke
negara lainya (Samuelson dalam kutipan Nordhaus, 1994).
Fungsi penting komponen ekspor dari perdagangan luar negri adalah negara
memperoleh keuntungan dan pendapatan nasional naik, yang pada gilirannya
menaikkan jumlah output dan laju pertumbuhan ekonomi. Dengan tingkat output
yang lebih tinggi lingkaran setan kemiskinan dapat dipatahkan dan pembangunan
ekonomi dapat ditingkatkan (M.L.Jhingan, 1975:448).
Ekspor merupakan faktor penting dalam merangsang pertumbuhan ekonomi
meningkatkan output dunia, serta menyajikan akses ke sumber – sumber daya
yang langka dan pasar – pasar internasional yang potensial untuk berbagai produk
ekspor yang mana tanpa produk – produk tersebut, maka negara – negara miskin
tidak akan mampu mengembangkan kegiatan dan kehidupan perekonomian
nasionalnya. Ekspor juga dapat membantu semua negara dalam mengambil
keuntungan dari skala ekonomi yang mereka miliki (M.P.Todaro dan stephen C).
2.3.1 Teori Ekspor Base
Menurut teori Export base, ekspor sangat mendukung perkembangan ekonomi
suatu daerah. Teori basis ekspor merupakan bentuk model pendapatan regional
yang mendukung pertumbuhan yang paling sederhana. Teori ini sebenarnya
menyederhanakan suatu sistem regional menjadi dua bagian yaitu daerah yang
bersangkutan dan daerah-daerah selebihnya. Pentingnya teori ini terletak pada
kenyataan bahwa ia memberikan kerangka teolitik bagi banyak studi multiflier
regional.
Asumsi pokok dari teori ini adalah bahwa ekspor adalah satu – satunya unsur
otonom dalam pengeluaran. Semua komponen pengeluaran lainnya dianggap
sebagai fungsi dari pendapatan, dan fungsi pengeluaran. Semua komponen
pengeluaran lainnya dianggap sebagai fungsi dari pendapatan, dan fungsi
pengeluaran dan impor, kedua – duanya tidak mempunyai nilai intersep tetapi
bertolak dari titik nol. Jadi berkenaan dengan daerah I dapat dituliskan
Yi = (Ei – Mi) + Xi
Yi = Pendapatan
Ei = Pengeluaran untuk barang / jasa domestik
Kebanyakan usaha – usaha untuk menaksir multiflier employment regional
berdasarkan pada cara – cara pendekatan basis ekspor. Jenis dan model
pendapatan peranan dalam analisa fluktuasi regional. Fluktuasi regional ini
menarik perhatian kita pada pentingnya ekspor yang dapat menimbulkan
ketidakseimbangan dalam struktur ekonomi antar daerah. Dengan semangkin
luasnya skala perekonomian, maka kegiatan ekspor menjadi sangat penting.
Secara singkat menurut model basis ekspor, pertumbuhan suatu daerah adalah
tergantung dari pertumbuhan industri – industri ekspornya dan kenaikan
permintaan yang bersifat ekstrim bagi daerah yang bersangkutan adalah penentu
pokok dari pertumbuhan regional. Bertambah luasnya basis ekspor suatu daerah
akan cenderung menaikkan tingkat pertumbuhan ekonomi.
2.3.2 Faktor – Faktor yang mempengaruhi Ekspor
Faktor yang dapat mempengaruhi ekspor adalah :
1. Harga internasional, semangkin besar selisih antara harga dipasar
internasional dengan harga domestik akan menyebabkan jumlah komoditi
yang akan diekspor menjadi bertambah banyak.
2. Nilai tukar uang (Exchange Rate). Semangkin tinggi nilai tukar mata uang
suatu negara (mengalami apresiasi) maka harga ekspor negara itu dipasar
internasional menjadi mahal. Sebaliknya, semangkin rendah nilai tukar
mata uang suatu negara (mengalami depresiasi), harga ekspor negara itu
dipasar internasional menjadi lebih murah. Kuota ekspor – ekspor yaitu
kebijaksanaan perdagangan internasional berupa pembatasan kuota
3. Kebijakan tarif dan non tarif. Kebijakan tarif adalah untuk menjaga harga
produk dalam negeri dalam tingkatan tertentu yang dianggap mampu atau
dapat mendorong pengembangan komodii tersebut. Sedangkan kebijakan
non tarif adalah untuk mendorong tujuan diversifikasi ekspor (Soekarwati,
1999:1228).
2.3.3 Manfaat dan Peranan Ekspor
Secara umum, ada beberapa manfaat atau peranan yang dapat diperoleh dari
kebijakan ekspor antara lain :
1. Keuntungan komperatif (Comperative Advantage), didasakan pada
hukum keuntungan komperatif, yaitu suatu negara akan mengekspor
hasil produksi yang darinya terdapat keuntungan lebih besar dan
mengimpor barang – barang yang darinya terdapat keuntungan yang
lebih kecil.
2. Sektor ekspor menjadi penggerak dari kebijakan perekonomian (leading
sektor).
3. Ekspor merupakan sumber devisa bagi negara bila ekspor naik akan
mengakibatkan penerimaan dalam negri meningkat.
4. Ekspor menciptakan permintaan efektif yang baru. Akibat permintaan
barang – barang di pasar dalam negeri meningkat. Terjadinya
persaingan mendorong industri – industri dalam negeri mencari inovasi
dan efesiensi yang menaikkan produktifitas.
5. Perluasan kebijakan ekspor mempermudah pembangunan karena
industri tertentu tumbuh tanpa membutuhkan investasi dalam kapital
dijual di dalam negeri misalnya karena sempitnya pasar dalam negeri
akibat tingkat pendapatan riil yang rendah atau hubungan transportasi
yang belum memadai (Djamin, 1994:5).
2.3.4 Penelitian Sebelumnya
Hasil penelitian Badikenita “ Analisis Kausalitas Antara Ekspor Dan
Pertumbuhan Ekonomi Di Negara – Negara ASEAN ”. Pertumbuhan ekonomi
dan ekspor mempunyai hubungan yang saling mempengaruhi satu sama lain
dalam perekonomian suatu negara. Peranan ekspor di negara – negara
berkembang dapat dikatakan sebagai motor penggerak negara tersebut. Demikian
juga negara – negara yang tergabung dalam ASEAN yang umumnya adalah
negara – negara berkembang. Sehingga menarik untuk mengkaji kausalitas antara
pertumbuhan ekonomi dan ekspor di negara – negara ASEAN. Peneltian ini
menggunakan model Granger Causality Test untuk menganalisa kausalitas antara
pertumbuhan ekonomi dan ekspor di negara – negara ASEAN. Lima negara yang
menjadi objek penelitian adalah Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, dan
Philipina. Masalah yang akan dianalisis adalah bagaimana kausalitas antara
ekspor dan pertumbuhan ekonomi di negara – negara tersebut dan manfaat The
export led growth hypotesis berlaku di negara – negara tersebut. Penelitian ini
adalah untuk memberikan informasi ilmiah dan wawasan ilmu pengetahuan
tentang hubungan antara ekspor dan pertumbuhan ekonomi di negara – negara
ASEAN. Penelitian ini menggunakan data time series selama kurun 1960 – 2002
dengan menggunakan data sekunder dari berbagai sumber, yaitu Asian
Development Bank (ADB), World Development Indicators (WDI), International
penelitian. Hasil penelitian memberikan kesimpulan bahwa di empat negara yaitu,
Indonesia, Malaysia, Thailand, dan Philipina, terdapat kausalitas antara ekspor
dan pertumbuhan ekonomi. Di Indonesia dan Malaysia, pertumbuhan ekonomi
mempengaruhi ekspor, di Thailand dan Philipina, ekspor yang mempengaruhi
pertumbuhan ekonomi. Sementara itu di Singapura tidak terdapat kausalitas antara
ekspor dan pertumbuhan ekonomi pada derajat integrasi i,I (1).
Hasil penelitian Yuni Priadi Utomo mengenai “Ekspor Mendorong
Pertumbuhan atau Pertumbuhan Mendorong Ekspor”. Sejak Industrialisasi
Indonesia masih bersifat substitusi impor pada periode 1970-an, hingga Indonesia
mulai beralih ke strategi promosi ekspor karena krisis harga minyak yang
mencapai titik terendah pada agustus 1986, ekspor pada dasarnya telah
memainkan peranan yang sangat penting di dalam proses pembangunan ekonomi
Indonesia. Pada periode industrialisasi substitusi impor, ekspor (terutama migas
dan gas bumi) hanya dipandang sebagai salah satu sumber pembiayaan
pembangunan yang dominan dan bukan sebagai motor pertumbuhan ekonomi,
ketika Indonesia mulai beralih ke strategi industrialisasi promosi ekspor
pandangan tersebut berubah, ekspor kemudian dipandang sebagai sektor yang
diharapkan dapat menjadi motor pertumbuhan ekonomi (Export led growth).
Dipilihnya strategi industrialisasi promosi ekspor pada hakekatnya dilandasi
keyakinan bahwa ekspor akan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi (Export
led growth atau export as an engine of growth), padahal dari hasil berbagai
penelitian tentang pertumbuhan ekonomi, hal tersebut masih menjadi perdebatan.
Untuk itulah perlu dilakukan penelitian empiris mengenai apakah mekanisme
led growth ternyata tidak terbukti, berarti peralihan strategi industrialisasi tersebut
adalah sia – sia.
Dengan metode kausalitas Granger penelitian ini mencoba mengamati
hubungan antara ekspor dan pendapatan nasional di Indonesia. Ingin diteliti
apakah di Indonesia telah terjadi mekanisme ekspor mendorong pertumbuhan
ataukah pertumbuhan mendorong ekspor. Hasil analisi tersebut memperlihatkan
bahwa mekanisme Export led growth ataupun Growth led export ternyata tidak
terjadi di Indonesia. Ekspor tampaknya tidak pernah menjadi motor penggerak
dari petumbuhan ekonomi Indonesia.
Dari penelitian Prabowo Sutanto (2004) tentang “Analisis Faktor-faktor
Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tahun 1986-2002”.
Dengan menggunakan model analisis data time series atau runtut waktu kuantitaf
yaitu melalui metode regresi. Analisis ini dimaksudkan untuk mengungkapkan
hubungan antara variabel dependent dengan variabel independent, sehingga dapat
ditarik kesimpulan yang mengarah pada tujuan penelitian. Dengan bentuk umum
dari fungsi Produk Domestik Bruto (PDB riil) sebagai berikut:
PDB Rill = f (L, I, EX, S)
Dengan model regresi yang digunakan dalam penelitian sebagai berikut :
Ln Y = Ln α0 + α1 Ln X1 + α2 Ln X2 + α3 Ln X3 + α4 Ln X4
Dimana: Y = PDB rill (Juta rupiah)
X1 = Jumlah Angkatan Kerja (Jiwa)
X2 = Nilai Investasi asing (Juta U$)
X3 = Nilai Ekspor
Dalam penelitian yang dilakukan oleh “Prabowo Sutanto” tersebut penulis
mengatakan yang mempengaruhi besar kecilnya pertumbuhan ekonomi Indonesia,
ialah jumlah angkatan kerja, investasi asing, nilai eksport, dan tingkat tabungan
domestik. Alat analisis yang digunakan oleh peneliti meliputi analisis regresi,
pengujian statistik (pengujian secara parsial, pengujian secara serempak, uji
ketepatan model), pengujian asumsi klasik ( uji autokorelasi, uji heterokedasitas,
uji multikolerasi). Adapun hasil penelitian melalui pengujian statistik diperoleh
adalah :
1. Variabel angkatan kerja berpengaruh secara positif dan signifikan
terhadap petumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 0.000000136%.
2. Variabel Investasi Asing berpengaruh secara positif dan signifikan
terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 0.000235%.
3. Variabel nilai eksport berpengaruh secara positif dan signifikan
terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 0.0000814%.
4. Variabel tabungan domestik berpengaruh positif secara positif dan
signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar
0.187876%.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dibatasi dengan menganalisis data sekunder kuantitatif tahunan
pada rentang waktu antara 1975-2008 dengan pertimbagan ketersediaan data. Data
sekunder digunakan karena penelitian yang dilakukan meliputi objek yang bersifat
makro dan mudah didapat dan data tersebut diolah kembali oleh penulis sesuai
hubungan kausalitas dan kointegrasi antara pertumbuhan ekonomi dan ekspor di
Sumatera Utara selama kurun waktu 1975-2008.
3.2 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dengan
jenis data time series selama kurun waktu 1975-2008.
Sumber data yang diperoleh berasal dari berbagai sumber seperti Badan Pusat
Statistik (BPS) dan dari situs Bank Indonesia. Di samping itu, penulis juga
melakukan studi literature untuk mendapatkan teori yang mendukung penelitian
yang diperoleh dari jurnal dan sebagainya.
3.3 Metode Analisis dan Pengolahan Data
Metode analisis dalam penelitian ini adalah Cointegration Test dan Granger
Causality Test. Analisis Cointegration Test (Test Johansen) bertujuan untuk
melihat hubungan pertumbuhan ekonomi dengan ekspor di Sumatera Utara dalam
jangka panjang. Sedangkan analisis Granger Causality Test adalah untuk melihat
hubungan timbal balik (kausal) antara pertumbuhan ekonomi dengan ekspor di
Sumatera Utara. Dalam kaitanya dengan metode tersebut maka pengujian
terhadap perilaku data runtun waktu (time series) dan integrasinya dapat
dipandang sebagai uji prasyarat bagi digunakanya metode Cointegration Test dan
Granger Causality Test.
Sebelum dilakukanya estimasi terhadap kedua metode tersebut, maka terlebih
dahulu dilakukan langkah-langkah sebagai berikut :
Validitas hipotesis kausalitas pertumbuhan ekonomi dan ekspor dapat
dibuktikan dengan cara melakukan pengujian stasioneritas terhadap
masing-masing variable yang akan dianalisis dengan Uji akar unit (Unit Root Tes) yang
merupakan bagian dari uji stasioneritas. Uji akar unit guna membentuk model
dinamis dari semua variable dimana terlebih dahulu di uji stasionaritasnya melalui
prosedur Augmented Dickey Fuller (ADF) Unit Root Test dari Dickey Fuller
maupun Phillips-Perron. Tujuanya adalah untuk melihat stasionaritas data time
series yang diteliti dengan program Eviews 5.1. Adapun formula dari uji
Augmented Dickey Fuller (ADF) dapat dinyatakan sebagai berikut :
P
D =
+
+
……….(1)i = 1
Sedangkan untuk uji Phillip Perron (PP) adalah:
D = +
+
………...(2)Dimana D adalah perbedaan atau differensi.
Kedua uji dilakukan dengan hipotesis null = 0 untuk ADF dan = 1 untuk
PP. Prosedur untuk mengetahui data stasioner atau tidak dengan cara
membandingkan antara nilai statistic ADF dan PP yang diperoleh dari nilai t
Jika nilai absolute statistic ADF dan PP lebih besar dari nilai kritis Mackinnon
maka data stasioner dan sebaliknya jika nilai absolute statistic ADF dan PP lebih
kecil dari nilai kritis Mackinnon maka data tidak stasioner. Hal penting dalam uji
ADF adalah menentukan panjangnya kelambanan. Panjangnya kelambanan bias
ditentukan berdasarkan kriteria AIC ataupun SIC. Nilai terkecil dari AIC dan SIC
digunakan untuk panjangnya kelambanan yang optimal.
2. Uji Kointegrasi (Cointegration Test )
Setelah diketahui bahwa baik data pertumbuhan ekonomi dan ekspor
Sumatera Utara keduanya stasioner, maka selanjutnya akan diuji kointegrasi. Uji
kointegrasi bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan keseimbangan
jangka panjang antara dua variable tersebut. Hubungan keseimbangan dalam
jangka panjang antar pertumbuhan ekonomi dan ekspor dapat diuji menggunakan
Johansen test. Hipotesis yang akan diuji adalah untuk menentukan jumlah dari
arah kointegrasi tersebut maka johansen menyarankan untuk melakukan dua uji
statistic yaitu untuk menentukan banyaknya vektor kointegrasi. Dua uji tersebut
adalah Trace test dan Maximum eigenvalue statistic.
Uji statistic pertama adalah uji trace (Trace test , ) yaitu menguji
hipotesis nol (null hypothesis) yang mensyaratkan bahwa jumlah dari arah
kointegrasi adalah kurang dari atau sama dengan p dan uji ini dapat dilakukan
sebagai berikut :
P
di mana ,…. adalah nilai eigenvektors terkecil (p-r). Null hipotesis
yang disepakati adalah jumlah dari arah kointegrasi sama dengan banyaknya r.
Dengan kata lain, jumlah vector kointegrasinya lebih kecil atau sama dengan (≤) r.
Johansen trace statistic atau juga dikenal sebagai test statistic LR (Likelihood
Ratio) untuk menguji hipotesis Ho : r < 1 terhadap Ha : r = 0, yang dirumuskan
dalam persamaan:
Trace test ( Qr ) = - n ln (1- i)
Untuk uji statistic yang kedua adalah uji maksimum eigenvalue ( yang
dilakukan dengan formula sebagai berikut:
(r, r+1) = -T in (1- )………..(4)
Uji ini berdasarkan pada uji null hypothesis bahwa terdapat r dari vector
kointegrasi yang berlawanan (r + 1) dengan vector kointegrasi. Untuk melihat
hubungan kointegrasi tersebut maka dapat dilihat dari besarnya nilai trace statistic
dan max eigen statistic dibandingkan dengan nilai critical value pada tingkat
kepercayaan 5%.
Alternatif uji kointegrasi dari Johansen adalah dengan menggunakan
maximum eigenvalue statistic yang dapat dihitung dari trace statistic, yaitu :
Qmax = -nln (1- i) = Qr – Qr+1
3. Uji Granger Causality
Pengujian dengan metode Granger Causality Test digunakan untuk melihat
hubungan kausalitas (hubungan timbal balik) antara variabel-variabel yang diteliti
yakni pertumbuhan ekonomi dan ekspor. Sehingga dapat diketahui kedua variabel
hubungan searah atau sama sekali tidak ada hubungan (tidak saling
mempengaruhi). Berikut ini metode Granger Causality Test seperti berikut ini :
r s
dan Vt adalah error terms yang diasumsikan tidak mengandung korelasi serial
dan m = n = r = s. Berdasarkan hasil regresi dari kedua bentuk model regresi
linear diatas akan menghasilkan empat kemungkinan mengenai nilai
koefisien-koefisien regresi dari persamaan (1,2) dan (1,3) adalah sebagai berikut :
n s
1. Jika 0 dan = 0
J=1 j=1 Maka terdapat kausalitas satu arah dari Y ke X.
n s 2. Jika 0 dan 0 J=1 j=1
Maka terdapat kausalitas satu arah dari X ke Y.
n s
3. Jika 0 dan 0
Maka Y dan X bebas antara satu dengan yang lainnya.
n s
4. Jika ≠ 0 dan 0
J=1 j=1
Maka terdapat kausalitas dua arah antara X dan Y.
Dalam penulisan skripsi ini, data diolah dengan menggunakan program
Eviews 5.1
3.4 Defenisi Oprasional Variabel
1. Pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan Produk Domestik Bruto
(PDRB) tanpa memandang kenaikan tersebut lebih besar atau lebih
kecil daripada tingkat pertumbuhan penduduk atau perubahan dalam
struktur ekonomi yang diproyeksikan dengan PDRB harga berlaku
2. Ekspor adalah nilai barang dan jasa yang dikirim keluar negeri dalam
satuan miliar rupiah.
BAB IV
Hasil Dan Pembahasan
4.1 Deskriptif Daerah Penelitian
4.1.1 Kondisi Geografis
Propinsi Sumatera Utara berada di bagian barat indonesia yang terletak pada
garis 1○-4○ LU dan 98○-100○ BT. Sebelah utara propinsi ini berbatasan dengan
Malaysia di selat malaka, sebelah selatan berbatasan dengan propinsi Riau dan
Sumatera Barat, dan di sebelah barat berbatasan dengan Samudera Hindia. Luas
daratan Propinsi Sumatera Utara adalah 71.680,68 km2, atau sekitar 14,95% dari
seluruh luas sumatera dan 3.69% dari luas wilayah Indonesia.
Berdasarkan letak dan kondisi alamnya, Sumatera Utara dibagi atas tiga
kelompok wilayah, yaitu:
1. Pantai barat (Tapanuli Selatan, Tapanuli Tengah, Sibolga dan Nias)
2. Daratan tinggi ( Tapanuli Utara, Simalungun, Pematang Siantar, Karo,
dan Dairi)
3. Pantai Timur (Medan, Binjai, Langkat, Tebing Tinggi, Asahan,
Tanjung Balai, dan Labuhan Batu)
Jumlah pulau di Sumatera Utara sekitar 162 pulau yang terdiri dari 156 pulau
berada di tepi barat dan 6 pulau berada di pantai timur. Pada saat ini, propinsi
Sumatera Utara terdiri dari 21 kabupaten dan 7 kota. Keseluruhan kabupaten /
kota ini terbagi dalam357 kecamatan dan 5616 desa / kelurahan. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat dari tabel di bawah ini.
Tabel 4.1
Kondisi Geografis Sumatera Utara Menurut Kabupaten dan Kotamadya
Kabupaten / Kota Luas / Ha
Kabupaten :
1. Nias 349 539
2. Mandailing Natal 662 070
3. Tapanuli Selatan 1 216 365
4. Tapanuli Tengah 215 800
5.Tapanuli Utara 376 465
6. Toba Samosir 235 235
Sumber : Badan Pusat Statistik Sumatera Utara, 2008
4.1.2 Kondisi Alam dan Topografi
Karena letaknya dekat dengan garis katulistiwa, Propinsi Sumatera Utara
tergolong ke daerah yang beriklim tropis. Ketinggian permukaan darat sangat
bervariasi, sebagian daerahnya datar hanya beberapa meter diatas permukaan laut,
beriklim cukup panas bisa mencapai 35, 8○C. Sebagian daerah berbukit dengan
kemiringan yang landai, beriklim sedang dan sebagian lagi berada pada daerah
ketinggian yang suhu minimalnya bisa mencapai 13○C.
8. Asahan 458 075
15.Humbang Hasundutan 229 720
16. Pakpak Barat 121 830
17. Samosir 243 350
18. Serdang Bedagai 191 333
19. Batu Bara x
7. Padang Sidempuan 11 465