TUGAS AKHIR
PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI TENTANG
PELAKSANAAN PENYULUHAN DALAM UPAYA MENINGKATKAN KEPATUHAN WAJIB PAJAK DI KANTOR PELAYANAN PAJAK
PRATAMA MEDAN TIMUR
DIAJUKAN
O L E H
NAMA : DONANURLIANASIAGIAN NIM : 062600025
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Untuk Menyelesaikan Studi Pada Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
PROGRAM STUDI DIPLOMA III ADMINISTRASI PERPAJAKAN MEDAN
KATA PENGANTAR
Assalammualaikum wr.wb
Dengan mengucapkan syukur Alhamdulillah puji dan syukur penulis panjatkan
atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya serta shalawat
dan salam atas junjungan Nabi Muhammad SAW yang telah membimbing umatnya dari
alam yang penuh keimanan yang ditandai berbagai macam ilmu pengetahuan dan
teknologi.
Adapun judul laporan PKLM yang dipilih penulis adalah “ PELAKSANAAN
PENYULUHAN DALAM UPAYA MENINGKATKAN KEPATUHAN WAJIB PAJAK DIKANTOR PELAYANAN PAJAK DIKANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN TIMUR ”.
Laporan PKLM ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan
pendidikan pada program Diploma III Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya
kepada orang tua, Ayahanda dan Ibunda yang telah membesarkan, memberikan, kasih
sayang yang tidak ternilai harganya.
Selama menyusun laporan PKLM ini penulis banyak menerima bantuan
dorongan, bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati
1. Bapak Prof. Dr. M. Arif Nasution, MA Selaku Dekan Fakultas
Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Drs. M. Husni Thamrin Nasutian, Msi Selaku Ketua
Program Studi D-III Administrasi Perpajakan Universitas
Sumatera Utara.
3. Bapak Drs, Humaizi, MA Selaku Dosen pembimbing yang
bersedia meluangkan waktunya dalam memberikan bimbingan
sehingga dapat selesai dengan baik.
4. Ibu Dra.Elita Dewi, MSP yang telah memberikan nasehat kepada
penulis.
5. Seluruh staf pengajar dan pegawai diprogram studi Diploma III
Administrasi Perpajakan yang telah memberikan pengajaran Ilmu
Pengetahuan kepada penulis.
6. Buat keluargaku, abang, 2 adikku yang sangat ku sayang caca dan
kiki n for all my family.
7. Buat teman-temanku yang aneh-aneh tingkahnya terutama Sheilla,
Petod Cute yang udah ngebantuin ngetik, Reyre bocor, Nia, Putri,
Silvi, Mira sahabat seperjuangan Thank’s atas semangatnya, dan
yang gak ketinggalan Adit thank’s ya dah bantuin kakak. Serta
anak-anak FISIP USU terutama Jurusan Administrasi Perpajakan
stambuk 06 khususnya kelas A yang tidak bisa penulis sebutkan
8. Special thank’s Buat Arman Syahputra yang telah banyak memberi
semangat dan dukungan semoga dirimu diberi yang terbaik oleh
ALLAH SWT.
Alm. Ayub Abdillah sahabat yang tidak akan pernah terlupakan
terima kasih buat segala-galanya damai disana kami disini selalu
mendoakan mu.
Penulis menyadari masih banyak kelemahan dan kekurangan dalam laporan ini
yang disebabkan keterbatasan kemampuan dan pengetahuan penulis.
Untuk itu penulis mengharapkan saran-saran dan kritik sehat yang sifatnya
membangun dari pembaca.
Akhirnya penulis berharap laporan PKLM ini bermanfaat bagi kita semua.
Semoga ALLAH SWT selalu berkenan memberikan tuntunan dan ridhonya kepada kita
semua. Amin
Medan, Juni 2009
Dona Nurliana Siagian
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……….... i
DAFTAR ISI...……… ii
BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang……….. 1
B. Tujuan……… 2
C. Manfaat………. 2
D. Ruang Lingkup………. 3
E. Metode PKLM……….. 4
F. Metode Pengumpulan Data……….. 5
G. Sistematika Penulisan Laporan PKLM……… 5
BAB II : GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Umum KPP Pratama Medan Timur……… 7
B. Ruang Lingkup Wilayah Kerja KPP Pratama Medan Timur……….. 10
C. Struktur Organisasi KPP Medan Timur……….. 10
D. Bidang-Bidang Kerja KPP Pratama Medan Timur……… 14
E. Deskripsi Kerja KPP Pratama Medan Timur………. 17
BAB III : GAMBARAN DATA PENYULUHAN PAJAK A. Pengertian Pajak……… 23
B. Pembagian dan Pengolahan Pajak………. 24
D. Pengertian Penyuluhan Perpajakan……….. 26
E. Kegiatan Penyuluhan……… 29
F. Sasaran Penyuluhan……….. 31
G. Tujuan Penyuluhan………... 33
H. Metode Penyuluhan………. 34
I. Materi Penyuluhan………... 37
BAB IV : ANALISA DAN EVALUASI A. Penyuluhan Yang Dilakukan Oleh Fiskus Belum Optimal………. 39
B. Materi Yang Diberikan Belum Dapat Dipahami Oleh Masyarakat……. 43
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan………. 48
B Saran……… 49
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri
Partisipasi masyarakat untuk menunjang roda pemerintahan sangat dominan
terutama melalui pembayaran pajak, digunakan oleh pemerintah untuk melakukan
pekerjaan-pekerjaan umum, seperti membiayai fasilitas pendidikan, air minum, listrik,
transportasi, dan memberi gaji pegawai negeri sipil dan banyak hal lainnya yang
ditujukan untuk kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat umum.
Oleh karena itu pajak sangat penting sekali bagi pemerintah untuk menyukseskan
pembangunan. Dimana untuk membangun itu diperlukan dana yang cukup besar, dan
sebagian dana yang untuk membangun itu berasal dari pajak disamping sumber-sumber
lain yang mendukung pembangunan.
Sistem perpajakan yang dianut negara kita adalah sistem “Self Assisment System”
yang berarti wajib pajak diberi kepercayaan sepenuhnya untuk menghitung,
memperhitungkan, membayar dan melaporkan sendiri jumlah pajak yang terhutang.
Untuk berjalannya penyuluhan ini memerlukan sarana-sarana penunjang dibidang
penyuluhan seperti fasilitas penyuluhan dan media massa juga sangat diperlukan untuk
memperluas materi-materi penyuluhan yang diperlukan adalah penyuluhan yang terampil
sehlingga masyarakat tidak mempunyai alasan untuk tidak membayar pajak.
Disamping itu juga kemungkinan masalah yang dapat terjadi adalah kurangnya
tenaga penyuluh sehingga penyuluhan yang dilakukan tidak merata, sehingga tidak semua
untuk membuat tugas akhir dengan judul “PELAKSANAAN PENYULUHAN
DALAM UPAYA MENINGKATKAN KEPATUHAN WAJIB PAJAK DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN TIMUR”.
B. Tujuan Praktik Kerja Lapangan Mandiri
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam melaksanakan Praktik Kerja Lapangan
Mandiri ini adalah :
a. Untuk mengetahui pelaksanaan sistem penyuluhan yang dilakukan oleh
KPP pratama medan timur kepada wajib pajak.
b. Mendapatkan data untuk memberikan materi terutama kepada masyarakat
dari fiskus mengenai pengertian perpajakan, tata cara pemberian NPWP,
perhitungan pajak dan lain-lain, dengan terjun kelapangan.
C. Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri a. Bagi Mahasiswa
a. Untuk memperkenalkan secara langsung kepada mahasiswa situasi
dunia kerja yang sebenarnya.
b. Untuk mempraktikkan dan menerapkan ilmu pengetahuan
khususnya dibidang Administrasi Perpajakan serta
mengaplikasikannya kedalam dunia kerja di Kantor Pelayanan
Pajak Medan Pratama kehidupan nyata yang telah diperoleh
selama masa perkuliahan.
pekerjaan secara efisiensi dan efektif melalui praktik lapangan.
b. Bagi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur
a. Membina hubungan baik dengan Program Studi Perpajakan
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
b. Mendapatkan masukan dan saran untuk perbaikan metode
penyuluhan wajib pajak.
c. Bagi Lembaga Pendidikan Universitas Sumatera Utara
a. Membuka interaksi antara dosen Program Studi Diploma III
Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
dengan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur.
b. Mendapatkan masukan dan saran untuk perbaikan dan
penyempurnaan kurikulum yang berlaku di Program Studi
Diploma III.
c. Mempromosikan sumber daya manusia yang ada di Program Studi
Diploma III.
D. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri
Adapun ruang lingkup yang ingin dicapai Praktik Kerja Lapangan Mandiri ini
adalah :
a. Metode penyampaian penyuluhan yang dilakukan Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Medan Timur kepada wajib pajak.
b. Kendala-kendala yang dihadapi dalam menghadapi penyuluhan wajib
c. Tanggapan wajib pajak terhadap efektifitas penyampaian penyuluhan di
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur.
E. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri a. Tahap Persiapan
1. Pengajuan judul
2. Penentuan judul Program Studi Diploma III
b. Studi Literatur
Penulis mencari berbagai sumber bacaan tentang yang menyangkut
Administrasi Perpajakan.
c. Observasi Lapangan
Penulis mengamati langsung pada objek Praktik Kerja Lapangan Mandiri.
d. Pengumpulan Data
a. Data Primer adalah Data yang diperoleh dari pihak yang memahami
tentang objek penelitian di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan
Timur.
b. Data Sekunder adalah Data yang diperoleh melalui buku-buku atau
referensi-referensi lain yang menyangkut objek penelitian.
e. Analisis data dan Evaluasi
Penulis akan menganalisa dan mengevaluasi data secara kualitatif yang
F. Metode Pengumpulan Data
Dalam penulisan ini digunakan metode sebagai berikut :
a. Daftar Wawancara (Interview Guide)
Pengumpulan data yang dilakukan dengan cara bertanya
langsung mengenai hal-hal yang berhubungan dengan
penyuluhan.
b. Daftar Observasi (Observation Guide)
Pengumpulan data yang dilakukan penulis dengan mengadakan
pengamatan secara langsung ditempat Praktik Kerja Lapangan
Mandiri sehubungan dengan bahan yang akan dispesialisasikan
oleh penulis.
c. Daftar Dokumentasi (Optimal Guide)
Menggunakan data dokumentasi yang diperlukan dan data-data
yang berhubungan dengan kegiatan Praktik Kerja Lapangan
Mandiri yang dilaksanakan penulis.
G. Sistematika Penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri
B. Tujuan Praktik Kerja Lapangan Mandiri
C. Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri
D. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri
E. Metode Pengumpulan Data
BAB II : GAMBARAN UMUM LOKASI PKLM
A. Sejarah Umum KPP Pratama Medan Timur
B. Tugas dan Fungsi KPP Pratama Medan Timur
C. Wilayah Kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur
D. Struktur Organisasi dan Bidang-Bidang Kerja Kantor Pajak Pratama Medan
Timur.
BAB III : GAMBARAN DATA PENYULUHAN PAJAK
Bab ini penulis menguraikan secara sistematis tentang setiap bidang kegiatan
dan bentuk kegiatan apa saja yang telah dilakukan selama masa PKLM.
BAB IV : ANALISA DAN EVALUASI DATA
Bab ini berisikan analisa dan evaluasi dari pelaksanaan penyuluhan
perpajakan di Kantor Penyuluhan Pajak Pratama Medan Timur.
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
Penulis akan membuat kesimpulan dan memberikan saran yang dapat
dijadikan masukan berharga dan bermanfaat bagi perkembangan Kantor Penyuluhan
BAB II
GAMBARAN UMUM KPP PRATAMA MEDAN TIMUR
A. Sejarah Singkat Berdirinya KPP Pratama Medan Timur
Kantor Pelayanan Pajak dimulai pada masa penjajahan Belanda, Kantor
Pelayanan Pajak pada masa itu bernama Belasting, yang kemudian setelah kemerdekaan
berubah nama menjadi Kantor Inspeksi Keuangan. Kemudian berubah lagi menjadi
Kantor Inspeksi Pajak dengan induk organisasinya Direktorat Jenderal Pajak Keuangan
Republik Indonesia. Di Sumatera Utara pada tahun 1976 berdiri tiga kantor inspeksi
pajak, yaitu :
1. Kantor Inspeksi Pajak Medan Selatan
2. Kantor Inspeksi Pajak Medan Utara
3. Kantor Inspeksi Pajak Pematang Siantar
Pada tahun 1978 Kantor Inspeksi Pajak Medan Selatan dipecah menjadi dua
Yaitu Kantor Inspeksi Pajak Medan Selatan dan Kantor Inspeksi Pajak Kisaran. Untuk
memudahkan pelayanan pembayaran pajak dari masyarakat, dan dengan pertumbuhan
ekonomi yang semakin cepat, maka didirikanlah Kantor Inspeksi Medan Timur.
Dalam meningkatkan pelayanannya kepada masyarakat di dalam pelayanan
pembayaran pajak, maka berdasarkan pada Keputusan Menteri Keuangan Republik
Direktorat Jenderal Pajak yang mencakup reorganisasi Kantor Inspeksi Pajak yang
diganti nama menjadi Kantor Pelayanan Pajak, sekaligus dibentuknya Kantor Pelayanan
Pajak Bumi dan Bangunan.
Berdasarkan pada Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia
No.758/KMK.01/1993 tertanggal 3 Agustus 1993, maka pada tanggal 1 April 1994
didirikanlah Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota.
Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota merupakan pecahan dari tiga Kantor
Pelayanan Pajak, yaitu :
1. Kantor Pelayanan Pajak Medan Selatan
2. Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat
3. Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara
Terhitung mulai tanggal 1 April 1994, Kantor Pelayanan Pajak berubah
Menjadi empat wilayah kerja, yaitu :
1. Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur
2. Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat
3. Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara
4. Kantor Pelayanan Pajak Medan Binjai
Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No.
443/KMK.01/2001 tentang “ Organisasi dan Tata Kerja Kantor Wilayah Direktorat
Jenderal Pajak ” yang mana Kantor Pelayanan Pajak di Kotamadya Medan menjadi enam
1. Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur, dengan ruang lingkupnya meliputi wilayah :
1) Kecamatan Medan Timur
2) Kecamatan Medan Area
3) Kecamatan Medan Tembung
4) Kecamatan Medan Perjuangan
2. Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat, dengan ruang lingkup meliputi wilayah :
1) Kecamatan Medan Barat
2) Kecamatan Medan Sunggal
3) Kecamatan Medan Petisah
4) Kecamatan Medan Helvetia
3. Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota, dengan ruang lingkup meliputi wilayah :
1) Kecamatan Medan Kota
2) Kecamatan Medan Denai
3) Kecamatan Medan Johor
4) Kecamatan Medan Amplas
4. Kantor Pelayanan Pajak Medan Polonia, dengan ruang lingkup meliputi wilayah :
1) Kecamatan Medan Polonia
2) Kecamatan Medan Maimun
3) Kecamatan Medan Baru
5) Kecamatan Medan Selayang
5. Kantor Pelayanan Pajak Medan Belawan, dengan ruang lingkup meliputi wilayah :
1) Kecamatan Medan Belawan
2) Kecamatan Medan Marelan
3) Kecamatan Medan Labuhan
4) Kecamatan Medan Deli
6. Kantor Pelayanan Pajak Medan Binjai
1) Kota Binjai
2) Kabupaten Langkat
B. Ruang Lingkup Wilayah Kerja KPP Pratama Medan Timur
1. Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur, dengan ruang lingkupnya meliputi wilayah :
1) Kecamatan Medan Timur
2) Kecamatan Medan Area
3) Kecamatan Medan Tembung
C. Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur
Kantor Pelayanan Pajak dipimpin oleh seorang kepala kantor yang bertugas
melaksanakan kegiatan operasional pelayanan perpajakan dalam daerah wewenangnya
berdasarkan teknis yang ditetapkan Direktur Jenderal Pajak. Secara umum tugas Kantor
1. Pengumpulan, pencarian dan pengolahan data, pengamatan potensi
perpajakan, penyajian informasi perpajakan, pendataan objek dan subjek
pajak, serta penilaian objek Pajak Bumi dan Bangunan
2. Penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan
3. Pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan
pengolahan Surat Pemberitahuan, serta penerimaan surat lainnya
4. Penyuluhan perpajakan
5. Pelaksanaan registrasi Wajib Pajak
6. Pelaksanaan Ekstensifikasi
7. Penatausahaan piutang pajak dan pelaksanaan penagihan pajak
8. Pelaksanaan pemeriksaan pajak
9. Pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak
10. Pelaksanaan konsultasi perpajakan
11. Pelaksanaan Intensifikasi
12. Pembetulan ketetapan pajak
13. Pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan serta Bea Perolehan Hak atas
Tanah dan atau Bangunan
14. Pelaksanaan administrasi kantor.
Adapun struktur organisasi yang digunakan Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Medan Timur adalah struktur organisasi linier dan staf yang berada dibawah seorang
koordinasi Kepala Kantor Wilayah I Direktorat Jenderal Pajak Sumatera Utara, dimana
seluruh pegawainya adalah Pegawai Negeri Sipil dibawah naungan Departemen
Kantor Pelayanan Pajak dapat digolongkan menjadi 2 (dua) tipe, yaitu tipe A
dan tipe B. Kantor Pelayanan Pajak tipe A merupakan Kantor Pelayanan yang tergolong
dalam skala besar, yang biasanya di ibukota propinsi sedangkan KPP tipe B merupakan
Kantor Pelayanan Pajak yang wilayah kerjanya tidak melebihi dari wilayah kerja Kantor
Pelayanan Pajak tipe A, biasanya berada di kotamadya dan kabupaten, jadi berdasarkan
wilayah diatas maka Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur dapat digolongkan
KPP tipe A karena wilayahnya berkedudukan di ibukota Propinsi Sumatera Utara.
Namun berdasarkan SK. Menkeu RI No.162/KMK.01/1997 tanggal 10 April
1997 tentang peningkatan KPP tipe B menjadi tipe A, sehingga dengan adanya surat
keputusan itu KPP tipe B tidak ada lagi di Kantor Wilayah I Direktorat Jenderal Pajak
Sumatera bagian Utara (Sumbagut).
Berdasarkan SK.Menkeu RI No.94/KMK.01/1994 tanggal 29 Maret 1994
tentang susunan organisasi Departemen Keuangan, maka tipe A terdiri dari Kepala
Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur, membawahi 1 sub bagian, 8 seksi, 1 kantor
penyuluhan ditambah kelompok tenaga fungsional (yang berada diluar struktur organisasi
Kantor Pelayanan Pajak) yakni terdiri dari :
1. Sub Bagian Tata Usaha (TU)
2. Seksi Tata Usaha dan Perpajakan (TUP)
3. Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI)
5. Seksi Pajak Penghasilan Badan
6. Seksi Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
7. Seksi Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Tidak Langsung Lainnya
8. Seksi Penagihan
9. Seksi Penerimaan dan Keberatan
10.Kantor Penyuluhan dan Pengamatan Potensi Perpajakan.
Namun setelah adanya modernisasi perpajakan tahun 2006 s.d 2008 Kantor
Pelayanan Pajak Pratama yang berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan maka Kantor
Pelayanan Pajak Pratama terbagi menjadi beberapa seksi yaitu :
Sub Bagian Umum
1. Seksi Pengolahan Data dan Informasi
2. Seksi Pelayanan
3. Seksi Penagihan
4. Seksi Pemeriksaan
5. Seksi Ekstensifikasi Perpajakan
6. Seksi Pengawasan dan Konsultasi I
7. Seksi Pengawasan dan Konsultasi II
8. Seksi Pengawasan dan Konsultasi III
9. Seksi Pengawasan dan Konsultasi IV
D. Bidang-Bidang Kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur 1. Sub Bagian Umum ( Subbag Umum )
Sub Bagian Umum mempunyai tugas melakukan urusan Tata Usaha,
Kepegawaian, Keuangan dan Rumah Tangga. Sub Bagian Umum membawahi 3 (tiga)
Koordinator Pelaksana yaitu :
1. Koordinator Pelaksana Tata Usaha dan Kepegawaian
2. Koordinator Pelaksana Keuangan
3. Koordinator Rumah Tangga.
2. Seksi Pengolahan Data dan Informasi ( Seksi PDI )
Seksi Pengolahan Data dan Informasi mempunyai tugas melakukan, urusan
pengolahan data dan informasi, pembuatan monografi pajak, penggalian potensi
perpajakan serta ekstensifikasi Wajib Pajak.
Seksi Pengolahan Data dan Informasi membawahi 3 (tiga) Koordinator
pelaksana yaitu :
1. Koordinator Pelaksana PDI I, bertugas untuk melaksanakan
pengolahan data keluaran dan masukan
2. Koordinator Pelaksana PDI II, bertugas untuk melaksanakan
pengolahan data dan menyajikan informasi perpajakan
3. Koordinator Pelaksana PDI III, bertugas untuk melaksanakan
penggalian potensi perpajakan, ekstensifikasi wajib pajak dan
3. Seksi Pelayanan
Seksi Pelayanan mempunyai tugas melakukan penetapan dan penerbitan
produk hukum perpajakan, pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan,
penerimaan dan pengolahan Surat Pemberitahuan, serta penerimaan surat lainnya,
penyuluhan perpajakan, pelaksanaan registrasi Wajib Pajak, serta melakukan kerja sama
perpajakan. Seksi Pelayanan membawahi 3 (tiga) Koordinator pelaksana yaitu :
1. Koordinator Pelaksana Pelayanan Terpadu
2. Koordinator Pelaksana Surat Pemberitahuan
3. Koordinator Penyuluhan Perpajakan.
4. Seksi Penagihan
Seksi Penagihan mempunyai tugas melakukan urusan penatausahaan piutang
pajak, penundaan dan angsuran tunggakan pajak, penagihan aktif, usulan penghapusan
piutang pajak, serta penyimpanan dokumen-dokumen penagihan.
Seksi Penagihan membawahi 2 (dua) Koordinator Pelaksana yaitu :
1. Koordinator Pelaksana Tata Usaha Piutang Pajak
2. Koordinator Pelaksana Penagihan Aktif.
5. Seksi Pemeriksaan
Seksi Pemeriksaan mempunyai tugas melakukan penyusunan rencana
pemeriksaan, pengawasan pelaksanaan aturan pemeriksaan, penerbitan dan penyaluran
Peraturan Menteri Keuangan No.426/PM.1/2007 tentang Uraian Jabatan
Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Pajak mengatur :
“ Uraian tugas dan kegiatan Kepala Seksi Pemeriksaan antara lain menyusun
Daftar Nominatif dan atau Lembar Pemeriksaan Wajib Pajak yang akan
Diperiksa, membuat usulan pembatalan Daftar Nominatif dan atau Lembar
Penugasan Pemeriksaan (LP2) Wajib Pajak yang akan diperiksa, dan
menerbitkan dan menyalurkan Surat Perintah Pemeriksaan Pajak (SP3),
Surat Pemberitahuan Pemeriksaan Pajak dan Surat Pemanggilan
Pemeriksaan Pajak ”.
6. Seksi Ekstensifikasi Perpajakan
Seksi Ekstensifikasi Perpajakan mempunyai tugas melakukan pengamatan
potensi perpajakan, pendataan objek dan subjek pajak, pembentukan dan pemutakhiran
basis data nilai objek pajak dalam menunjang ekstensifikasi.
Peraturan Menteri Keuangan No.426/PM.1/2007 tentang Uraian Jabatan
Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Pajak mengatur :
“ Uraian tugas dan kegiatan Kepala Seksi Ekstensifikasi Perpajakan antara
lain melaksanakan penerbitan dan penatausahaan Surat Himbauan NPWP
dan atau pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (PKP), menyusun Daftar
Nominatif Wajib Pajak yang akan dilakukan pemeriksaan untuk tujuan lain
dalam rangka pemberian NPWP dan atau pengukuhan PKP secara jabatan,
dan membimbing pelaksanaan dan penatausahaan pemeriksaan untuk tujuan
jabatan ”.
7. Seksi Pengawasan dan Konsultasi
Seksi Pengawasan dan Konsultasi I, Seksi Pengawasan dan Konsultasi II,
Seksi Pengawasan dan Konsultasi IV, masing-masing mempunyai tugas melakukan
pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak, bimbingan/himbauan kepada
Wajib Pajak dan Konsultasi teknis perpajakan, penyusunan profil Wajib Pajak, analisis
kinerja Wajib Pajak, melakukan rekonsiliasi data Wajib Pajak dalam rangka melakukan
intensifikasi, usulan pembetulan ketetapan pajak, usulan pengurangan Pajak Bumi dan
Bangunan serta Bea Perolehan Hak atas Tanah dan atau Bangunan dan melakukan
evaluasi hasil banding.
8. Kelompok Jabatan Fungsional
Kelompok Jabatan Fungsional terdiri dari sejumlah Jabatan Fungsional
masing-masing berdasarkan peraturan perundang-undangan. Setiap kelompok tersebut
dikoordinasikan oleh pejabat fungsional senior yang ditunjuk oleh Kepala Kantor
Wilayah dan Kepala KPP Pratama yang bersangkutan. Adapun jumlah Jabatan
Fungsional tersebut ditentukan berdasarkan kebutuhan dan beban kerja. Jenis dan jenjang
jabatan fungsional diatur sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
E. Deskripsi Kerja KPP Pratama Medan Timur 1. Sub Bagian Umum
a. Penerimaan dokumen di KPP
b. Pemprosesan dan penatausahaan dokumen masuk
c. Pelaksanaan pelantikan, sumpah dan serah terima jabatan serta
pengambilan sumpah Pegawai Negeri Sipil (PNS)
d. Pelaksanaan pembayaran tagihan melalui mekanisme langsung kepada
rekannya
e. Pemusnahan dokumen, penyusunan laporan berkala KPP dan pembuatan
laporan tahunan.
f. Penyusunan tanggapan/tindak lanjut terhadap Surat Hasil Pemeriksaan
(SHP)/Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) dari Dirjen
Depkeu/BPK/BPKP/Unit Fungsional Pemeriksa Lainnya dan Lain-lain.
2. Seksi Pengolahan Data dan Informasi
Adapun prosedur standar kerja Seksi Pengolahan Data dan Informasi
adalah :
a. Penyusunan rencana penerimaan pajak berdasarkan potensi pajak,
perkembangan ekonomi dan keuangan
b. Penatausahaan penerimaan PBB Non Elektronik
c. Pemprosesan dan Penatausahaan dokumen masuk di Seksi PDI
d. Pembuatan dan penyampaian Surat Perhitungan dikirim ke Kantor
Pelayanan Pajak lain
3. Seksi Pelayanan
Seksi Pelayanan mempunyai prosedur standar kerja sebagai berikut :
a. Penatausahaan surat, dokumen, dan laporan wajib pajak pada Tempat
Pelayanan Terpadu (TPT)
b. Penyelesaian pemindahan wajib pajak di Kantor Pelayanan Pajak (KPP)
lama dan baru
c. Penyelesaian permohonan pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (PKP)
d. Pendaftaran dan pencabutan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
e. Penyelesaian permohonan perpanjangan jangka waktu penyampaian SPT
Tahunan PPh
f. Penerbitan Surat Teguran penyampaian SPT Masa dan SPT Tahunan PPh
g. Pelaksanaan pemenuhan permintaan konfirmasi dan klarifikasi dan
lain-lain.
4. Seksi Penagihan
Seksi Penagihan mempunyai prosedur standar kerja :
a. Pemprosesan dan Penatausahaan dokumen masuk di Seksi Penagihan
b. Penatausahaan Surat Ketetapan Pajak dan Surat Tagihan Pajak beserta
bukti pembayarannya
c. Penyelesaian Usulan Pemeriksaan dalam rangka penagihan pajak
d. Penerbitan STP Bunga Penagihan, Surat Teguran Penagihan, Surat Paksa
dan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan (SPMP) serta Surat
e. Pembuatan Usulan Pencegahan dan Penyanderaan terhadap wajib pajak
tertentu dan lain-lain.
5. Seksi Pemeriksaan
Seksi Pemeriksaan mempunyai prosedur standar kerja sebagai berikut :
a. Penyelesaian SPT Tahunan Pajak Penghasilan Lebih Bayar
b. Penyelesaian Permohonan Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak
Penjualan Barang Mewah
c. Penatausahaan Laporan Pemeriksaan Pajak dan Nota Penghitungan
d. Pengamatan KPP, pemeriksaan kantor, pemeriksaan lapangan dan
penyelesaian Usulan Pemeriksaan dan lain-lain.
6. Seksi Ekstensifikasi Perpajakan
Adapun prosedur standar kerja Seksi Ekstensifikasi Perpajakan di KPP
adalah sebagai berikut :
b. Pendaftaran objek pajak baru dengan penelitian kantor maupun lapangan
c. Penerbitan Surat Himbauan untuk ber-NPWP
d. Pencarian data potensi perpajakan dalam rangka pembuatan Monografi
Fiskal
e. Penyelesaian Permohonan Penundaan Pengembalian SPOP dan mutasi
sebagian atau seluruhnya objek dan subjek pajak PBB
f. Penerbitan daftar nominatif untuk usulan SP3 PSL Ekstensifikasi dan
7. Seksi Pengawasan dan Konsultasi
Seksi Pengawasan dan Konsultasi mempunyai prosedur standar kerja
sebagai berikut :
a. Penyelesaian permohonan penggunaan nilai buku dalam rangka
penggabungan usaha, pengambilalihan usaha, atau pemekaran usaha
b. Penerbitan Surat Perintah Membayar Kelebihan Pajak (SPMKP) dan
Surat Perintah Membayar Imbalan Bunga (SPMIB)
c. Penyelesaian Permohonan Pembetulan Ketetapan Pajak Penghasilan,
Pajak Pertambahan Nilai, dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah di
KPP
d. Penyelesaian Permohonan Pengurangan atau Penghapusan Sanksi
Administrasi PBB di KPP
e. Penyelesaian Permohonan Surat Keterangan Bebas (SKB) Pemotongan
PPh atas Bunga Deposito dan Tabungan serta Diskonto SBI yang
diterima atau diperoleh Dana Pensiun yang pendirinya telah disahkan
oleh Menteri Keuangan
f. Pembuatan Surat Pemberitahuan perubahan besarnya angsuran Pajak
Penghasilan Pasal 25 (Dinamisasi) dan lain-lain.
8. Kelompok Jabatan Fungsional
Mempunyai tugas melakukan kegiatan sesuai dengan jabatan fungsional
masing-masing berdasarkan perundang-undangan yang berlaku. Kelompok
berbagai kelompok sesuai dengan bidang keahliannya. Setiap kelompok
dikoordinasikan oleh pejabat fungsional senior yang ditunjuk oleh Kepala
Kantor Wilayah dan Kepala KPP Pratama yang bersangkutan.
Setiap kelompok tersebut dikoordinasikan oleh pejabat fungsional senior
yang ditunjuk oleh Kepala Kantor Wilayah, Kepala KPP, Kepala KPPBB,
atau Kepala Karikpa yang bersangkutan.
9. Kantor Pelayanan, Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan (KP2KP) KP2KP mempunyai tugas melakukan urusan pelayanan, penyuluhan, dan
konsultasi perpajakan kepada masyarakat serta membantu Kantor Pelayanan
Pajak Pratama dalam melaksanakan pelayanan kepada masyarakat. KP2KP
adalah instansi vertikal Direktorat Jenderal Pajak yang berada di bawah dan
bertanggung jawab langsung kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak Pratama.
Dalam melaksanakan tugasnya KP2KP menyelenggarakan fungsi :
a. Pelaksanaan penyuluhan, sosialisasi, dan pelayanan konsultasi
perpajakan kepada masyarakat
b. Pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak
c. Bimbingan dan konsultasi teknis perpajakan kepada Wajib Pajak
d. Pemberian pelayanan kepada masyarakat di bidang perpajakan
dalam rangka membantu Kantor Pelayanan Pajak Pratama
e. Pelaksanaan administrasi kantor.
KP2KP terdiri dari :
1. Petugas Tata Usaha
BAB III
GAMBARAN DATA PENYULUHAN PAJAK
A. Pengertian Pajak
Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang sangat penting, disamping
minyak dan bumi. Hal ini dapat dilihat dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara
(APBN). Bahwasannya setiap tahun, pajak merupakan sumber penghasilan yang besar
bagi pemerintah.
Banyak ahli dibidang perpajakan yang memberikan pengertian atau definisi
yang berbeda-beda mengenai perpajakan, namun demikian definisi tersebut mempunyai
inti atau tujuan yang sama.
a. Menurut Rochmat Soemitro
Pajak ialah Iuran rakyat kepada kas negara ( pengalihan kekayaan ) partikelir
berdasarkan Undang-Undang ( dapat dipaksakan ) dengan tiada pendapat jasa timbal
balik ( legan prastatic ) yang secara langsung dapat ditunjuk dan digunakan untuk
membiayai pengeluaran umum ( publieke vitgaven ).
b. Menurut P.J.A Adriani
Pajak ialah Iuran rakyat pada negara ( dapat dipaksakan ) yang terutang oleh
wajib pajak membayarnya menurut perundang-undangan dengan tidak dapat kontra
prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk dan digunakan untuk membiayai
c. Menurut S.I. Djajdiningrat
Pajak ialah suatu kewajiban menyerahkan sebagian dari pada kekayaan
kepada kas negara disebabkan suatu keadaan, kejadian dan perbuatan yang memberikan
kedudukan tertentu, tapi bukan sebagai hukuman menurut peraturan-peraturan yang
ditetapkan pemerintah serta dapat dipaksakan tapi tidak ada jasa balik dari negara secara
langsung, namun untuk kesejahteraan umum.
Dari ketiga pendapat para ahli yang diuraikan diatas mengenai definisi atau
pengertian pajak dapat disimpulkan bahwa pajak adalah :
- Merupakan iuran wajib pajak kepada negara
- Dapat dipaksakan menurut Undang-undang
- Tidak mendapat jasa timbal balik secara langsung
- Dipungut berdasarkan adanya suatu keadaan, kejadian dan perbuatan yang
memberikan kedudukan tertentu pada seseorang
- Digunakan untuk membiayai pengeluaran umum, pengeluaran rutin dan pembiayaan
pembangunan dalam hal menjalankan pemerintahan.
B. Pembagian dan Pengolahan Pajak
Pajak dapat dibagi menjadi tiga yaitu :
1. Menurut golongannya
a. Pajak Langsung adalah Pajak yang harus dipikul sendiri oleh wajib pajak dan tidak
dapat dibebankan oleh orang lain.
b. Pajak Tidak Langsung adalah pajak yang pembebannya dapat dilimpahkan kepihak
lain.
Contoh : Pajak Pertambahan Nilai (PPn)
2. Menurut Sifat
a. Pajak Subjektif adalah Pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada subjeknya dalam
arti memperhatikan keadaan diri wajib pajak yang bersangkutan.
Contoh : Pajak Penghasilan (PPh)
b. Pajak Objektif adalah Pajak yang berpangkal pada objeknya, tanpa memperhatikan
keadaan diri wajib pajak yang bersangkutan.
Contoh : PPn, PPnBM, dan PBB
3. Menurut Lembaga Pemungutnya
a. Pajak Pusat adalah Pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan untuk
membiayai rumah tangga negara.
Contoh : Pajak Penghasilan (PPh)
b. Pajak Daerah adalah Pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan digunakan
untuk rumah tangga daerah.
Contoh : Pajak Reklame, Pajak Hiburan
C. Sistem Pemungutan Pajak
1. Official Assesment System
Sistem ini merupakan sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada
pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang terhutang.
Ciri-ciri Official Assesment System :
- Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terhutang berada pada fiskus
- Wajib pajak bersifat pasif
- Utang pajak timbul setelah dikeluarkan Surat Ketetapan Pajak oleh fiskus
2. Self Assesment System
Sistem ini merupakan sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang,
kepercayaan, tanggung jawab kepada wajib pajak untuk memperhitungkan, membayar,
dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang harus dibayar.
3.
Penyuluhan pajak kepada masyarakat Indonesia yang jumlah penduduknya
sekitar 200 juta jiwa, jelaslah merupakan tugas penting. Tujuan bukan saja untuk
meningkatkan jumlah wajib pajak dan penerimaan pajak dari tahun ke tahun, tetapi yang
terutama adalah meningkatkan kesadaran membayar pajak dikalangan masyarakat agar Witholding System
Sistem ini merupakan sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada
pihak ketiga untuk memotong atau memungut besarnya pajak terutang oleh wajib pajak.
pajak yang dibayarkannya sesuai dengan tuntutan masyarakat terhadap pembangunan
ekonomi pada khususnya dan pembangunan nasional pada umumnya.
Upaya penyadaran ini menjadi begitu penting, mengingat bahwa sistem
perpajakan nasional yang berlaku saat ini Sistem Self Assesment yaitu wajib pajak diberi
kepercayaan untuk melaksanakan kegotong-royongan nasional melalui sistem
menghitung, memperhitungkan dan membayar sendiri pajak yang terhutang.
Kepercayaan yang begitu besarnya kiranya hanya akan menimbulkan anarki, tanpa ada
upaya yang sesungguhnya untuk penyadaran. Disinilah pentingnya Penyuluhan
Perpajakan serta kehadiran penyuluh pajak.
Penyuluhan perpajakan adalah kegiatan memberikan informasi bimbingan dan
sosialisasi tentang peraturan perundang-undangan perpajakan kepada masyarakat secara
umum pada khususnya masyarakat wajib pajak, dengan harapan masyarakat menjadi
paham dan sadar akan kewajiban dan hak sebagai wajib pajak. Penyuluhan perpajakan
juga sebagai suatu sistem penyampaian informasi, konsultasi, dan bimbingan perpajakan
secara berkesinambungan kepada masyarakat guna meningkatkan pengetahuan,
kesadaran dan kemauan anggota masyarakat untuk memperoleh hak dan melaksanakan
kewajiban perpajakannya. (Dasar-Dasar Ilmu Sosial untuk Public Relation).
James F.Adams mempunyai pandangan bahwa penyuluhan merupakan suatu
pertalian timbal balik antara individu dimana seseorang membantu yang lain, supaya
dapat memahami lebih baik dalam hubungannya dengan masalah-masalah yang
dihadapinya pada waktu itu dan pada waktu yang akan datang. (Pola Dasar Penyuluhan
Perpajakan 1990:4). Dalam dunia pendidikan penyuluhan diartikan sebagai usaha
diluar sekolah. Dibidang pertanian penyuluhan dilaksanakan untuk menciptakan
perubahan cara berpikir, sikap dan tindakan para petani sehingga tercapai usaha
berproduksi yang lebih baik. (Pola Dasar Penyuluhan Perpajakan 1990:5).
Dari pengertian tersebut diatas terlihat bahwa kegiatan penyuluhan merupakan
suatu proses timbal balik yang berkesinambungan dan dilaksanakan oleh orang, badan
yang mempunyai klasifikasi tertentu dengan maksud untuk mempengaruhi dan membantu
orang lain dalam mengatasi kesulitannya. Masyarakat selama ini mempunyai citra yang
negatif terhadap pajak yang diwarisi dari konsep pada zaman kolonial, maka penyuluhan
pajak harus mampu memperkenalkan nilai-nilai baru dan mengajak masyarakat
menggantikan nilai-nilainya yang tidak sesuai dengan nilai-nilai baru yang ingin
ditanamkan yaitu kesadaran masyarakat membayar pajak.
Mengingat beratnya beban yang diemban, maka menjadi penyuluh pajak tidak
cukup hanya berbekal kemampuan teknis perpajakan semata-mata, namun juga perlu
ditunjang dengan berbagai macam pengetahuan dan keterampilan agar materi yang
disuluhkan dapat diterima oleh pihak yang disuluh secara utuh dan efektif. Untuk dapat
menjalankan tugasnya dengan baik, seseorang penyuluh harus menguasai bahan
penyuluhan, memahami proses pembentukan pendapat, memahami proses belajar,
memahami proses tumbuhnya motivasi dan demotivasi, serta menguasai teknik-teknik
komunikasi, khususnya komunikasi tatap muka (presentasi). Sehingga hasil akhir dari
tugas penyuluh pajak adalah perubahan sikap hidup masyarakat terhadap perpajakan.
Jadi hanya seseorang yang mempunyai kualitas yang ditunjuk dan diangkat
sebagai penyuluh dalam arti petugas penyuluh yang bertenaga professional. Petugas
tujuan penyuluhan melalui konsultasi dan bimbingan dapat tercapai dengan baik yang
akhirnya dapat meningkatkan penerimaan pajak karena masyarakat menjadi sadar dan
mau melaksanakan kewajiban perpajakannya.
E. Kegiatan Penyuluhan
Kegiatan penyuluhan langsung tetap dilakukan secara terus menerus dengan
skala prioritas sesuai dengan analisis rencana penyuluh baik terhadap wajib pajak : badan,
orang pribadi, dan pemotong/pemungut pajak. Untuk mencapai keberhasilan dalam
penyuluhan perlu didukung dengan beberapa kegiatan yang telah dipersiapkan dengan
baik. Untuk kegiatan penyuluhan Kantor Penyuluhan dan Pengamatan Potensi Perpajakan
Medan Timur mempunyai beberapa kegiatan yang telah dirancang dengan baik melalui
kegiatan.
a. Penyuluhan Langsung
Adapun prioritas sasaran penyuluhan terutama mengenai :
- SPT Tahunan Pajak Penghasilan : wajib pajak badan, orang pribadi, PPh pasal 21
- Penyuluhan kepada wajib pajak baru terhutang hak dan kewajiban perpajakan
- Penyuluhan terhadap wajib pajak koperasi
- Penyuluhan terhadap wajib pajak penunggak terbesar
- Penyuluhan terhadap perusahaan pelayaran/pengangkutan jasa laut
- Pemotong/Pemungutan pajak orang para bendaharawan
- Penyuluhan terhadap pengusaha toko mas
- Penyuluhan terhadap pengusaha pernikahan
- Serta kegiatan penyuluhan atas perintah/petunjuk Kepala KPP maupun Kepala Kantor
Wilayah.
b. Penyuluhan Tidak Langsung
- Pemasangan spanduk pelaporan/pembayaran SPT dilokasikan yang strategis diwilayah
Medan Timur serta pemasangan papan reklame terutama berupa slogan atau ajakan
untuk peduli pajak
- Pembuatan kotak penyedia Leafet, brosur, kartu selebaran atau yang sejenisnya dilokasi
kantor pos, Bank persepsi, kantor kelurahan/kecamatan, TPT KPP Medan Timur serta
Penyuluhan dan Pengamatan Potensi Perpajakan Medan Timur sendiri
- Penyampaian informasi peraturan perpajakan baru melalui surat tertulis terhadap wajib
pajak yang terkait dengan ketentuan baru tersebut
- Kampanye atau iklan perpajakan melalui radio.
c. Kegiatan Pelayanan Konsultasi
- Kegiatan pelayanan konsultasi perpajakan terhadap wajib pajak yang datang
- Menindak lanjuti dengan segera setiap permintaan penjelasan secara tertulis melalui
surat
F. Sasaran Penyuluhan
Yang menjadi sasaran penyuluhan pajak pada dasarnya adalah seluruh lapisan
anggota masyarakat dengan pertimbangan jangka penyuluhan dilaksanakan secara
langsung kepada seluruh anggota masyarakat yang tidak memungkinkan, maka sasaran
penyuluhan dikelompokkan menjadi 2 bagian yaitu :
1. Sasaran Utama
Sasaran utama yaitu sasaran yang menjadi tujuan utama dari penyuluhan,
penyuluh mempersiapkan dan melaksanakan penyuluhan dengan tujuan untuk
mempengaruhi secara langsung anggota masyarakat yang disuluh agar mereka mau
merubah cara berpikir dan bertingkah laku.
Sasaran utama ini antara lain adalah :
a. Masyarakat pada umumnya.
Penyuluh diberikan terutama untuk menciptakan iklim dan citra perpajakan
yang baik sehingga masyarakat berpandangan positif nantinya terhadap pajak dan dapat
menerima kewajiban kenegaraan
b. Masyarakat Wajib Pajak.
Baik yang sudah terdaftar maupun yang belum terdaftar, penyuluhan terhadap
golongan ini diberikan terutama untuk membantu dalam pelaksanaan kewajiban
perpajakan. Adapun hal-hal pokok yang disuluhkan mengenai prosedur dan tata cara
c. Aparatur Negara.
Dapat ditinjau dari 2 aspek, yaitu :
a. Aparatur itu sendiri
b. Aparatur yang berhubungan dengan tugas pemungutan pajak.
d. Lembaga Pendidikan
Dimulai dari tingkat yang paling rendah sampai tingkat uang paling tinggi.
Penyuluhan ini diberikan agar sedini mungkin calon wajib pajak dan calon tokoh
masyarakat dan calon pimpinan masyarakat yang ada dalam dunia pendidikan sadar akan
pentingnya pajak bagi suatu negara.
2. Sasaran Pendukung
Sasaran Pendukung merupakan sasaran yang diharapkan akan dapat
memperluas informasi perpajakan tersebut. Yang mana sasaran pendukung itu dibagi
menjadi tiga bagian yaitu :
a. Konsultasi Pajak
Sebagai mitra kerja Direktorat Jenderal Pajak dalam membina dan
menyadarkan wajib pajak. Penyuluhan yang diberikan menyangkut kebijaksanaan umum
perpajakan ketentuan perundang-undangan pajak dan ketentuan pelaksanaannya.
b. Instansi Pemerintahan
Penyuluhan diberikan agar pejabat tersebut melakukan usaha-usaha agar
c. Lembaga Kemasyarakatan
Tokoh masyarakat, tokoh agama, cendikiawan dan lain sebagainya.
G. Tujuan Penyuluhan
I.Djumhur dan Moh.Surya menyebutkan bahwa tujuan dari bimbingan dan
penyuluhan ialah memperoleh beberapa hal :
a. Tingkat perkembangan yang optimal bagi individu sesuai dengan kemampuannya
b. Membantu untuk mengembangkan pemahaman diri sesuai dengan kecakapan, minat,
pribadi serta kesempatan yang ada
c. Memberikan dorongan didalam pengerahan diri, pemecahan masalah, dan
pengambilan keputusan.
Sedangkan menurut Direktorat Jenderal Pajak tujuan penyuluhan untuk :
a. Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang pentingnya peranan pajak bagi suatu
negara tersebut mampu melaksanakan pembangunan nasionalnya untuk mewujudkan
suatu masyarakat yang adil dan makmur
b. Meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai hak dan kewajiban perpajakan yang
bagi warga negara hak dan kewajiban perpajakan tersebut merupakan kewajiban
kenegaraan
c. Meningkatkan kemauan untuk memperoleh hak dan melaksanakan kewajiban
perpajakan
d. Meningkatkan kepatuhan wajib pajak termasuk memungut pajak dan para
menyetor pajak tersebut.
e. Mendorong keikutsertaan suatu lembaga pemerintahan dan lembaga kemasyarakatan
(non pemerintah) agar turut pelaksanaan pemungutan pajak yang baru
f. Memperbaiki dan memelihara citra perpajakan.
H. Metode Penyuluhan
Metode penyuluhan merupakan teknik-teknik, cara-cara yang di gunakan oleh
petugas penyuluhan dalam rangka memberikan penyuluhan kepada masyarakat.
Secara umum ada dua jenis metode penyuluhan yaitu :
1. Metode Informatif
Metode Informatif adalah suatu metode dimana penyuluh secara aktif berperan
serta dimana komunikasi yang dilaksanakan secara satu arah. Dengan pendekatan ini
informasi penyuluhan diisi dengan ceramah atau kuliah, sehingga partisipasi para
peserta sangat kecil. Partisipasi sangat terbatas pada permintaan penjelasan atau
penyampaian pertanyaan mengenai hal-hal yang belum dimengerti.
Yang termasuk Metode Informatif :
a. Metode kuliah yang dalam bidang penyuluhan pajak bertujuan untuk
menyampaikan informasi kebijaksanaan perpajakan secara lengkap dan bulat
dalam waktu yang sudah ditentukan, menyampaikan dan menjelaskan suatu
masalah perpajakan dan menyampaikan analisis masalah perpajakan
b. Metode diskusi panel yaitu suatu metode yang banyak dipergunakan. Tujuannya
mengenai perpajakan. Dengan seorang, moderator cakap, diskusi dapat lebih
terarah dan membahas bahan-bahan diskusi yang lebih relevan
c. Metode simposium yaitu ceramah, uraian atau makalah yang saling
berhubungan dalam masalah perpajakan. Hal ini disampaikan oleh mereka yang
menguasai bidang perpajakan didepan peserta penyuluh.
2. Metode Partisipasif
Metode ini merupakan salah satu yang melibatkan para peserta penyuluhan
secara aktif yaitu kesadaran sendiri tanpa ada dorongan dari orang lain atau dari luar.
Metode partisipasif dapat diterapkan dalam penyuluhan perpajakan antara lain :
a. Metode Audio-Visual yang dibidang perpajakan dibagi atas tiga bagian yaitu :
· Visual saja,yaitu : gambar, poster, dan photo
· Audio, yaitu : berupa kaset atau musik cerita dengan diselingi penyuluhan
perpajakan
· Betul-betul Audio-Visual, seperti : sound slide, film, pita video, dan wayang.
Hal ini bertujuan untuk menyajikan materi penyuluhan dengan cara lebih
menarik, sehingga dapat dipergunakan untuk penyuluhan bagi anggota
masyarakat yang masih awam dalam masalah perpajakan.
b. Metode diskusi kelompok, yaitu : metode yang dapat dipergunakan sebagai
penyuluhan bagi kelompok yang rata-rata mempunyai basis pengetahuan
perpajakan yang sudah memadai
c. Metode studi kasus adalah suatu metode penyuluhan perpajakan dengan cara
masalah untuk dianalisis, diolah, dan dipecahkan bersama
d. Metode Konsultasi adalah suatu metode dimana masyarakat wajib pajak
mempunyai masalah perpajakan dan kemudian mendatangi atau menelpon
langsung ke kantor penyuluhan untuk meminta penjelasan mengenai masalah
perpajakan yang mereka hadapi. Dalam hal ini penjelasan langsung yang
diberikan penyuluh kepada perorangan mengenai masalah perpajakan yang
dihadapi.
Keuntungan metode ini adalah :
- Membuat penyuluhan menjadi realitas, sebab konsultasi ini berdasarkan
masalah perpajakan
- Metode ini langsung mencapai sasaran karena tidak bersifat umum dan
langsung dimanfaatkan oleh anggota masyarakat wajib pajak tersebut.
Dari beberapa metode yang dijelaskan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa
metode berdasarkan cara penyampaian terdiri dari dua bagian :
- Metode langsung dimana penyuluh langsung berhadapan dengan sasaran baik
secara perseorangan maupun kelompok itu yang bersifat tatap muka.
Contoh : ceramah.
- Metode tidak langsung yaitu penyuluh secara pribadi tidak berhadapan langsung
dengan sasaran, namun melalui media.
Contoh : media cetak surat kabar, majalah, dan media elektronik televisi, radio, dan
I. Materi Penyuluhan
Dalam pelaksanaan penyuluhan perpajakan perlu mengadakan pemilihan materi
penyuluhan dengan memperhatikan tingkat pendidikan dan umur peserta penyuluhan.
Contoh jika memberikan bantuan penyuluhan mengenai ketentuan-ketentuan yang harus
dipenuhi oleh wajib pajak dalam membayar PBB-nya serta hal-hal yang relevan dengan
PBB. Materi-materi yang harus disampaikan dalam penyuluhan PBB antara lain
pengertian PBB, cara menghitung PBB terhutang, dan cara mengajukan pengurangan
BAGAN ORGANISASI
KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN TIMUR
KEPALA KANTOR
KASUBBAG UMUM
KASI PDI
KASI PELAYANAN
KASI PENAGIHAN
KASI PEMERIKSAAN
KASI EKSTENSIFIKASI PERPAJAKAN
KASI WASKON I
KASI WASKON II
KASI WASKON III
KASI WASKON IV
FUNGSIONAL PENILAI PBB
BAB IV
ANALISA DAN EVALUASI
A. Penyuluhan Yang Dilakukan Fiskus Belum Optimal 1.
Peningkatan kegiatan penyuluhan perpajakan berpengaruh terhadap kepatuhan
wajib pajak dalam melaksanakan pemenuhan kewajiban perpajakannya. Apabila kegiatan
penyuluhan tidak dilaksanakan lebih optimal bisa membawa dampak terhadap tingkat
kepatuhan wajib pajak. Adapun faktor yang menyebabkan kurang optimalnya kegiatan
penyuluhan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur yang paling dominan
terutama adalah kualitas sumber daya manusia yang tersedia tidak memadai yang
disebabkan oleh :
Metode Penyuluhan
- Rendahnya motivasi pegawai
- Kurangnya bimbingan teknis penyuluhan perpajakan terhadap pegawai
- Belum memadainya tingkat pendidikan pegawai yang tersedia.
Berhasil tidaknya suatu penyuluhan sangat ditentukan petugas penyuluh sebab
merekalah yang menjadi sumber informasi utama tentang hal-hal yang menjadi materi
penyuluhan bagi masyarakat sebagai subjek pajak sekaligus objek penyuluhan. Untuk itu
kuantitas dan kualitas petugas penyuluh perlu disesuaikan dengan kuantitas peserta
penyuluhan. Kualitas petugas penyuluhan harus betul-betul professional dalam arti
mampu memahami, menguasai, dan menyampaikan materi penyuluhan dengan metode
dipandang perlu menyesuaikan diri dengan kebiasaan masyarakat yang disuluh, sehingga
lebih mudah berinteraksi dengan peserta penyuluhan.
Didalam penyuluhan perpajakan terdapat berbagai macam metode penyuluhan
memilih dapat digunakan, sehingga penyuluhan dapat berdaya guna dan berhasil guna,
maka perlu metode yang disesuaikan dengan sasaran penyuluhan tingkat pengetahuan
dan jumlah peserta penyuluh, serta faktor-faktor lainnya.
Khususnya untuk penyuluhan perpajakan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Medan Timur menggunakan metode dalam mengadakan penyuluhan :
a. Metode Informatif
Yang dimaksud dengan metode informatif adalah uraian secara ringkas dari suatu
bidang perpajakan yang disajikan atau dirancang secara menarik, namun dapat memberi
informasi-informasi yang jelas dan lengkap mengenai perpajakan tersebut.
b. Metode Audio-Visual
Metode Audio-Visual dibidang penyuluhan perpajakan merupakan metode dengan
mempergunakan media Audio-Visual.
Metode Audio-Visual ini dikelompokkan menjadi tiga bagian :
1. Visual saja, yaitu gambar, foster, dan foto
2. Audio, yaitu berupa kaset atau musik cerita dengan diselingi penyuluhan perpajakan
3. Betul-betul Audio- Visual, seperti : sound slide, film, dan pita video
c. Metode Diskusi Kelompok
Diskusi kelompok adalah metode yang dapat dipergunakan sebagai penyuluhan bagi
ini menyelenggarakan pembicaraan dan melakukan pembahasan yang terarah mengenai
pokok masalah yang menjadi bahan penyuluhan.
d. Metode Forum
Forum merupakan diskusi terbuka tentang suatu masalah perpajakan yang diadakan
antara peserta penyuluhan yang jumlah pesertanya meliputi 20-40 orang, dengan satu
atau dua orang sebagai nara sumber, dibawah pimpinan moderator. Dalam metode ini
peserta diberi kesempatan untuk menyampaikan persoalan, memberi informasi satu sama
lain dan kepada nara sumber disekitar masalah yang menjadi bahan forum.
e. Metode Konsultasi
Dalam metode masyarakat wajib pajak yang mempunyai masalah, datang dan
langsung menanyakan kepada penyuluh tentang masalah perpajakan dan penyuluh
langsung menyampaikan penyuluhan perpajakan terhadap wajib pajak yang meminta
penjelasan tersebut. Dalam metode ini wajib pajak dapat berkonsultasi langsung melalui
telepon atau surat ke Kantor Penyuluhan. Tentu saja masyarakat wajib pajak
perseorangan atau kelompok lain dan sebagainya. Metode ini berlaku untuk masalah
perpajakan yang bersifat teknis dan penjelasan langsung diberikan oleh penyuluh
perpajakan.
Dari metode diatas dapat diuraikan bahwa metode penyuluhan merupakan
cara digunakan untuk memberi informasi kepada peserta pembayar pajak atau wajib
pajak agar mereka mendapat pengetahuan, keterampilan serta kesadaran atau kewajiban
Tujuan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur memberikan berbagai
penyuluhan kepada peserta penyuluhan agar dapat meningkatkan kesadaran wajib pajak
akan tanggung jawabnya untuk membayar wajib pajak. Akan tetapi tujuan tersebut tidak
akan tercapai apabila penyuluhan kurang memberikan variasi mengenai pembahasan
tentang masalah perpajakan melalui metode yang disampaikan.
Metode yang diberikan oleh tenaga penyuluh kadang kala memberikan kesan
yang menonton terhadap penyuluhan perpajakan, hal ini dapat diketahui dari hasil
wawancara yang dilakukan penulis terhadap seseorang peserta penyuluhan yang
mengikuti penyuluhan perpajakan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur.
Dari beberapa metode yang disampaikan pada penyuluhan perpajakan maka boleh
dikatakan bahwa metode Audio-Visual dari sudut penyampaian masih kurang
frekuensinya dengan pertimbangan bahwa apabila tidak ada peningkatan frekuensi
penyuluhan dalam bentuk Audio-Visual mal ada kemungkinan masyarakat wajib pajak
tidak dapat menerima penjelasan perpajakan secara merata dan menyeluruh.
Jika metode penyuluhan dibuat dan dirancang hanya kepada sasaran
penyuluhan yang sudah ditentukan padahal idealnya dilaksanakan terhadap semua lapisan
masyarakat wajib pajak maka wajib pajak kurang dapat menerima citra positif terhadap
pajak.
Bertitik tolak dari penjelasan diatas, maka dapat diambil kesimpulan dari
penganalisaan tentang metode penyuluhan sebagai berikut :
- Teknik penyampaian kurang ada selingan acara hiburan sehingga dapat menimbulkan
rasa bosan dari peserta penyuluhan pajak. Untuk menghindari adanya kemungkinan
melalui perpajakan dengan acara permainan.
- Metode penyuluhan Audio-Visual dan mass media kurang ditingkatkan frekuensinya
sehingga tidak dapat menjangkau semua lapisan masyarakat wajib pajak sementara
tenaga penyuluh jumlahnya kurang memadai.
- Sasaran penyuluhan perpajakan melalui metode yang disampaikan selama ini di Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur kurang meluas sehingga tingkat kesadaran
wajib pajak terhadap pajak kemungkinan tidak dapat meningkat karena tidak tercover
seluruh masyarakat baik masyarakat awam, masyarakat wajib pajak yang sudah
terdaftar maupun yang belum, dan dunia pendidikan sebagai sasaran utama
penyuluhan.
B. Materi Yang Diberikan Belum Dapat Dipahami Oleh Masyarakat
Pada dasarnya materi penyuluhan perpajakan dibagi menjadi empat kelompok,
yaitu :
1. Pengetahuan dasar perpajakan
2. Kebijaksanaan Perpajakan
3. Undang-Undang Perpajakan
4. Kebijaksanaan Perpajakan yang terakhir.
Isi pelajaran dari materi penyuluhan biasanya telah disusun dalam suatu
program atau kurikulum kepada para peserta selama berlangsungnya proses penyuluhan.
Isi dari materi tersebut disesuaikan dengan tingkat pengetahuan dan umur mereka pada
saat diadakan penyuluhan. Dilihat dari banyaknya materi yang akan dibahas di Kantor
porsi praktik. Maksudnya materi yang akan diberikan terhadap peserta penyuluhan
menurut waktu yang ditentukan, kurang seimbang antara teori dan praktik. Sehingga
peserta penyuluhan kurang menangkap dengan jelas seluruh materi yang disajikan selama
penyuluhan dan dapat dikatakan bahwa seluruh materi yang diperoleh sewaktu mengikuti
penyuluhan pajak belum dapat mengurangi kesulitan yang dihadapi peserta. Dan bila
materi yang disampaikan dalam suasana pembaruan materi pajak dalam pembangunan
dan mengalokasikan dana pajak secara rinci, maka akan dapat menimbulkan kepercayaan
terhadap masyarakat dan kemungkinan dapat menghilangkan kecurigaan wajib pajak
terhadap pajak.
1. Sarana Penyuluhan
Sarana kegiatan penyuluhan juga ikut berperan dalam mendukung
peningkatan kegiatan penyuluhan secara lebih optimal. Untuk penyuluhan diperlukan
sarana yang memadai yaitu fasilitas atau alat-alat segala perlengkapan yang mendukung
bagi kelancaran proses penyuluhan, ini berupa formulir perpajakan, brosur, leaflet
perpajakan. Disamping itu harus ada papan petunjuk mengenai jenis pelayanan,
persyaratan, jangka waktu (tanggal jatuh tempo), dan nama petugas yang memberi
pelayanan.
Prasarana berupa pengaturan tempat parkir baik, ruang tunggu yang nyaman,
tersedia toilet yang bersih, dan kotak saran untuk menerima kritik-kritik dan saran wajib
pajak. Mobil penyuluhan juga sangat diperlukan untuk menginformasikan kepada
masyarakat kapan diadakan penyuluhan, menyebarkan selebaran-selebaran mengenai
Sebagaimana hasil pengamatan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan
Timur bahwa sarana-sarana tersebut diatas pada dasarnya sudah dilengkapi semua oleh
Departemen Keuangan. Hanya saja sarana yang tersedia tersebut belum dimanfaatkan
semaksimal mungkin oleh petugas penyuluhan dalam memberikan penyuluhan sehingga
menyebabkan para peserta kurang memahami bahan yang diberikan dan mereka belum
bisa melihat langsung bagaimana masalah yang mereka hadapi dipecahkan dan dapat pula
menyebabkan terciptanya suasana yang kurang bersemangat dalam mengikuti
penyuluhan.
Sarana penyuluhan selama ini kurang dapat memotivasi peserta penyuluhan
dalam memberikan tanggapannya terhadap masalah yang dihadapi sewaktu mengikuti
penyuluhan perpajakan. Disamping itu sarana yang kiranya belum dapat menimbulkan
wajib pajak untuk lebih giat belajar mengenai perpajakan. Ini disebabkan kurangnya
tingkat komunikasi yang dimiliki petugas dalam penyampaian dan pemecahan
permasalahan, juga kurang kesadaran para petugas dalam menggunakan sarana-sarana
yang tersedia tersebut.
Selanjutnya dapat ditambahkan pula mengenai frekuensi penggunaan fasilitas
yang tersedia berupa mobil-mobil pajak untuk menyebarkan brosur-brosur dan
buku-buku perpajakan kepada masyarakat yang menjadi sasaran penyuluh di Kantor Pelayanan
Pajak Pratama Medan Timur dalam penyuluhan, penggunaannya ada kemungkinan dapat
membantu kelancaran proses penyuluhan perpajakan, akan tetapi hal tersebut jarang
2. Tenaga Penyuluh
Tenaga penyuluh yang mampu yaitu orang yang ditugaskan untuk
memberikan informasi kepada peserta dalam proses penyuluhan kepada sasaran yang
ingin dicapai. Tenaga penyuluh yang mengikuti pendidikan secara khusus secara bertahap
dari segi kuantitas kurang memadai, disamping itu kurang memiliki teknik komunikasi
yang dapat menyesuaikan diri dengan komunikasi yang dihadapi. Untuk merekrut tenaga
penyuluh yang lebih professional lagi, baik dalam penguasaan materi, teknik
Kegiatan penyuluhan hanya dapat dilakukan secara lebih optimal jika tersedia
jumlah tenaga penyuluh terampil yaitu tenaga penyuluh yang memiliki pengetahuan
perpajakan yang cukup, menguasai komputer sehingga mampu mengolah bahan
penyuluhan yang akan ditampilkan serta mempunyai kemampuan dalam menyampaikan
penyajian dihadapan umum.
Pelaksanaan penyuluhan dilakukan penyuluh pajak, jabatan penyuluh pajak
adalah jabatan fungsional dan dengan demikian berarti hanya dapat dijabat oleh mereka
yang berkedudukan sebagai pegawai negeri sipil.
Kelompok tenaga fungsional penyuluh perpajakan mempunyai tugas
melakukan penyuluhan dan pelayanan konsultasi dibidang perpajakan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Kelompok tenaga fungsional perpajakan
dalam jabatan fungsional terbagi dalam kelompok sesuai dengan bidang keahliannya.
Setiap kelompok dipimpin oleh tenaga penyuluh perpajakan paling senior yang ditunjuk
oleh Direktorat Jenderal Pajak. Jumlah tenaga penyuluh pajak tersebut ditentukan
berdasarkan ketentuan dan beban kerja. Jenis dan jenjang jabatan tenaga penyuluh
penyampaian haruslah diambil orang-orang yang benar ahli dalam hal itu. Sebab tenaga
penyuluh mempunyai pengaruh yang sangat besar bagi perpajakan.
Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur dari sudut kuantitas
tenaga penyuluh masih kurang memadai apabila dibandingkan dengan letak geografis dan
demografinya, sehingga informasi mengenai perpajakan yang diberikan belum merata
diterima oleh masyarakat wajib pajak. Oleh karena itu tidak berlebihan rasanya jika
tenaga penyuluh memberikan penerangan dan penyuluhan dengan komunikasi yang
professional, maksudnya adalah untuk membentuk sikap, pengetahuan dan keterampilan
yang dikehendaki melalui komunikasi yang professional pula.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Dari uraian diatas yang telah dijabarkan maka penulis dapat mengambil
kesimpulan sebagai berikut :
1 Dari Praktik Kerja Lapangan Mandiri kita dapat mengetahui pelaksanaan
sistem penyuluhan yang dilakukan oleh Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Medan Timur kepada wajib pajak.
2. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur memberikan data beserta
materi terutama kepada masyarakat dari fiskus mengenai pengertian
perpajakan, tata cara pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak, perhitungan
pajak dan lain-lain.
3. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur mengadakan analisa
terhadap data yang diperoleh guna mengkaji permasalahan yang timbul
dan mencari alternatif pemecahan, maka sistem penyuluhan pajak yang
terarah dan terprogram dapat meningkatkan wajib pajak.
4. Demi suksesnya suatu penyuluhan maka kualitas dan kuantitas
penyuluhan sangat menentukan, disamping materi penyuluhan harus
tepat, sarana penyuluhan yang lengkap dan metode penyuluhan juga
harus tepat.
B. SARAN
1. Hendaknya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur menambah
tenaga penyuluh agar dapat menjangkau semua masyarakat wajib pajak,
sehingga selain citra pajak yang positif dan tingkat kesadaran wajib pajak
semakin tinggi.
2. Perlunya variasi penyuluhan dan metode yang ada dengan membuat
selingan secara hiburan yang dapat menghilangkan rasa bosan dari peserta
yang mengikuti penyuluhan.
3. Sebaiknya porsi materi perpajakan disesuaikan dengan frekuensi waktu,
teori dan praktik. Disamping itu dalam penyampaian materi ada baiknya
disampaikan tentang materi penyuluhan yang ada hubungannya dengan
peran dalam pembangunan dan pengalokasiannya karena untuk
memberikan kepercayaan kepada wajib pajak dan dapat menghilangkan
kecurigaan wajib pajak terhadap pajak.
4. Kepada masyarakat diharapkan lebih berpartisipasi dalam proses
penyuluhan dan tidak ragu mengadakan konsultasi jika terdapat materi
yang belum dipahami.
5. Sarana penyuluhan seharusnya dapat memotivasi peserta penyuluhan
dalam memberikan tanggapan permasalahan yang dihadapi sewaktu
mengikuti penyuluhan, frekuensi penggunaan fasilitas yang tersedia dalam
penyuluhan diharapkan penggunaannya dapat membantu kelancaran
proses penyuluhan perpajakan sehingga pajak dapat memasyarakat di hati
DAFTAR PUSTAKA
Mardiasmo, 2000, Perpajakan, Andi : Yogyakarta
Sihaloho, Cyrus, 2003, Modul Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, Rajawali, Pers : Jakarta
Suandy, Erly, 2005, Hukum Pajak, Edisi Ketiga , Salemba Empat : Jakarta
Markus, Muda, 2005, Perpajakan Indonesia, Gramedia Pustaka Utama : Jakarta
Masyahrul, Tony, 2005, Pengantar Perpajakan , Gramedia Widia Sarana Indonesia : Jakarta