• Tidak ada hasil yang ditemukan

“Efektivitas Pelaksanaan Pembangunan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan (PNPM –MP) Di Desa Hutapadang Kota Padangsidimpuan Hutaimbaru

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "“Efektivitas Pelaksanaan Pembangunan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan (PNPM –MP) Di Desa Hutapadang Kota Padangsidimpuan Hutaimbaru"

Copied!
111
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIVITAS PELAKSANAAN PEMBANGUNAN PROGRAM

NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYRAKAT MANDIRI

PERKOTAAN (PNPM-MP) DI DESA HUTAPADANG

KOTA PADANG SIDEMPUAN HUTAIMBARU

SKRIPSI

Disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan pendidikan sarjana (S-1) Pada Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Oleh :

DEPI DAHNIAR SIREGAR

110903010

DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

ABSTRAK

EFEKTIVITAS PELAKSANAAN PEMBANGUNAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYRAKAT MANDIRI PERDESAAN (PNPM-MP) DI

DESA HUTA PADANG KOTA PADANG SIDEMPUAN HUTAIMBARU

Nama : DEPI DAHNIAR SIREGAR

NIM : 110903010

Departemen : ILMU ADMINISTRASI NEGARA

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Pembimbing : Prof.DR.MARLON SIHOMBING, MA

Permasalahan kemiskinan di Indonesia sudah sangat mendesak untuk ditangani. Khususnya di wilayah perkotaan, salah satu ciri umum dari kondisi fisik masyarakat miskin adalah tidak memiliki akses dari prasarana ke sarana dasar lingkungan yang memadai, kualitas perumahan dan permukiman yang jauh di bawah standar kelayakan, serta mata pencaharian yang tidak menentu. Disadari bahwa selama ini banyak pihak lebih melihat persoalan kemiskinan hanya pada tataran gejala-gejala yang tampak terlihat dari luar atau di tataran permukaan saja, yang, mencakup multidimensi, baik dimensi politik,sosial,ekonomi,dan asset lain-lain. Sejak pelaksanaan P2KP -1 hinggaa pelaksanaan P2KP-3 saat ini telah terbentuk sekitar 6.405 LKM yang tersebar di 1.125 kecamatan di 235 kabupaten/kota, telah memunculkan lebih dari 291.000 relawan-relawan dari masyarakat setempat, serta telah mencakup 18,9 juta orang pemamfaat (penduduk miskin), melalui 243.838 KSM. Mempertimbangkan perkembangan positif P2KP tersebut, mulai dari tahun 2007 telah dirintis untuk mengadopsi P2KP menjadi bagian dari Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri, oleh sebab itu mulai tahun 2007,PNPM Mandiri P2KP diarahkan untuk mendukung upaya peningkatan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dsan pencapaian sasaran Millenium Development Goals (MDGs)

sehingga mencapai tercapainya pengurangan penduduk miskin sebesar 50% di tahun 2015. Sebagai bagian dari PNPM Mandiri Mandiri juga menjadi tujuan, prinsip dan pendekatan PMPN mandiri Perkotaan, begitu juga nama generik lembaga kepemimpinan masyarakat berubah dari BKM menjadi LKM ( Lembaga Keswadayaan Masyarakat). Pada tahun 2009, terdapat penguatan-penguatan konsep maupun kebijakan pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan sebagai upaya mendorong kemandirian masyarakat serta Pemerintah Daerah dalam melaksanakan PNPM Mandiri Perkotaan di wilayahnya masing-masing. Untuk itu, Departemen pekerjaan umum menerbitkan Pedoman Pelaksanaan PNPM Perkotaan 2009 sebagai penyempurnaan pedoman pelaksanaan sebelumnya.

Pada Bulan September 2013, garis kemiskinan Sumatera Utara pada Maret 2014 naik 2,36 persen. Garis kemiskinan di perkotaan naik 2,33 persen dan garis kemiskinan di perdesaan naik 2,38 persen. Sejak tahun 2004 sampai dengan tahun 2014.Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) yang dilaksanakan pada bulan

(3)

Maret 2014 menunjukkan bahwa jumlah penduduk miskin di Provinsi Sumatera Utara sebanyak 1.286.700 orang atau sebesar 9,38 persen terhadap jumlah total penduduk. Kondisi ini lebih baik jika dibandingkan dengan kondisi September 2013 yang jumlah penduduk miskinnya sebanyak 1.416.400 orang atau sebesar 10,39 persen. Dengan demikian, ada penurunan jumlah penduduk miskin sebanyak 129.700 orang serta penurunan persentase penduduk miskin sebesar 1,01 point. Perkembangan tingkat kemiskinan mulai tahun 1999 sampai dengan tahun 2014 (Berita Resmi Statistik Provinsi Sumatera Utara No. 47/07/12/Th. XVII, 1 Juli 2014).

Adapun yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah Bagaimana Pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan (PNPM-MP) pada program pembangunan PNPM di Desa Huta Padang Di Kota Padang Sidempuan efektif atau tidak efektif.

Peenelitian ini dilakukan di Desa Hutapadang Kota Padang Sidempuan Hutaimbaru. Adapun alasan peneliti melakukan peneliti di lokasi ini Karena Desa Hutapadang merupakan salah satu daerah target dari program PNPM-MP ( program nasional pemberdayaan masyrakat mandiri perdesaan). Dalam penelitian ini yang menjadi informan kunci adalah Ketua atau Aparat PNPM –MP , Paskel PNPM yang turun langsung ke daerah atau desa btersebut. Sedangkan yang menjadi informan utama yaitu ketua PNPM Hutapadang, masyrakat Desa Hutadang yang ikut serta dalam PNPM tersebut.

Adapun hasil dari penelitian ini adalah: Desa Hutapadang adalah salah satu desa yang sumberdaya alamnya melimpah, perkebunan tanaman salak menjadi komoditi andalan masyarakatnya, selain padi dan tanaman palawija lainnya. Untuk itu, dalam meningkatkan perekonomian masyarakatnya, dirasa perlu dilaksanakan pembangunan baik fasilitas jalan, pengembangan usaha masyarakat. Di sini peran Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan sangat diperlukan demi perbaikan perekonomian masyarakat Desa Hutapadang. Berdasarkan pengawasan dan pengamatan dari PNPM Mandiri Perkotaan, bahwa Desa Hutapadang merupakan salah satu desa yang mampu mengoptimalkan adalah Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan. Hal ini dapat dilihat dari berbagai program yang direncanakan dapat berjalan dengan baik, sesuai dengan yang diharapkan. Berjalannya Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan (PNPM-MP) di Desa Hutapadang tentunya memberikan manfaat yang sangat besar bagi kesejahteraan masyarakat di Desa Hutapadang. Hal ini terbukti dengan pembangunan jalan desa yang dilaksanakan PNPM-MP Desa Hutapadang mempermudah akses keluar masuk warga dari tempat berusaha baik dikebun salak, sawah dan kebun palawija.

(4)

Seterusnya program dana bergilir yang dijalan dapat membantu masyarakat dalam modal usaha yang dijalan masyarakat, dan hasilnya dapat dilihat bahwa tingkat perekonomian masyarakat sudah mengalami perubahan yang baik, dan dana bergulir yang diberikan dikembalikan dengan tepat waktu. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan (PNPM-MP) di Desa Hutapadang, bertujuan untuk mensejahterakan masyarakat, dengan demikian didalam program yang dijalankan akan tentu membutukan tenaga kerja yang diambil dari masyarakat desa itu sendiri, maka masyarakat di dorong untuk membentuk beberapa Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) yang nantinya menjadi pelaksana segala bentuk kegiatan yang dilaksanakan olen PNPM-MP dalam pembangun desa. Contohnya pembuatan irigasi yang dilaksanakan oleh KSM Mengkudu dan pembuatan jalan pavling blook yang dikerjakan oleh KSM Mekar Indah. Dengan demikian Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan (PNPM-MP) di Desa Hutapadang memberikan lapangan kerja bagi masyarakat Desa Hutapadang. Faktor pendorong diadakannya kegiatan PNPM Mandiri Perkotaan di Desa Hutapadang adalah peningkatan ekonomi masyarakat, upaya pemberatansan kemiskinan, sumberdaya alam yang melimpah.

(5)

KATA PENGANTAR

Pertama-tama saya memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allh SWT. karena berkat Rahmat dan Hidayah-Nya, akhirnya saya bisa menyelesaikan sebuah karya ilmiah dengan judul “Efektivitas Pelaksanaan Pembangunan Program Nasional

Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan (PNPM –MP) Di Desa Hutapadang Kota Padangsidimpuan Hutaimbaru. Skripsi ini merupakan laporan yang diperlukan untuk melengakapi persyaratan dan melengkapi gelar sarjana serta sebagai wahana untuk melatih diri dan mengembangkan wawasan berfikir dalam penulisan skripsi ini. Dalam penulisan skripsi ini, penulis sangat banyak menerima saran dan dukungan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung, sehingga semangat penulis tetap terjaga hingga akhirnya skripsi ini selesai dikerjakan. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M. Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. M. Husni Thamrin, M. Si., selaku Ketua Departemen Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dra. Elita Dewi, M.SP, selaku Sekretaris Departemen Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

(6)

4. Prof.Dr.Marlon Sihombing, MA selaku dosen pembimbing yang telah membantu saya mengerjakan proses pengerjaan skripsi hingga selesai. Terimakasih pak atas masukan dan sarannya.

5. Kepada kedua orangtua saya tercinta yaitu Nasrul Hidayat Siregar dan Arjuna Harahap. Terimakasih telah menjadi sosok yang sangat hebat dalam perjalanan hidup saya sampai saat ini.

6. Seluruh Dosen Departemen Ilmu Administrasi Negara. Terimakasih atas ilmu yang telah anda berikan kepada saya selama masa perkuliahan dikampus.

7. Bapak Iswardi, selaku ketua PNPM Mandiri Perkotaan di Kota Padangsidimpuan yang telah memberi izin penelitian dan membantu saya selama proses penelitian dilapangan.

8. Bapak Mara Salih Hasibuan, selaku kepala Desa Hutadang yang telah memberi izin penelitian dan membantu saya selama proses penelitian dilapangan.

9. Bapak Zahri Harahap, selaku ketua BKM PNPM Mandiri Perkotaan Di Desa Hutapadang yang telah membatu dalam penelitian saya selama proses penelitian dilapangan.

10.Untuk Kak Dian dan Kak Mega yang telah banyak membantu masalah administrasi di kampus.

(7)

11.Buat kedua adik saya Nanda Ashari Siregar dan Mahmud Muda Siregar terimakasih buat semangat dan dukungannya selama ini. Semoga apa yang adik cita-citakan tercapai dan menjadi kebanggaan bagi keluarga.

12.Buat sahabat dan rekan seperjuangan saya di AN 11 sheila ramani, adynda fathia, zoraya, bunga, hanindhita, dewi anggiati, faradila. Dan buat teman kelompok magang yaitu novita, felix, josua, sampai, rahman, daniel, dan erlita. Terimakasih buat kebersamaan yang telah kita jalani, semoga suatu saat kita bisa bertemu kembali.

13.Buat tari, mia, dwi, sarah , ade iman sari, hapni, apsa, gusnar, iqbal. Terimakasih buat kebersamaan yang telah kita jalani, semoga suatu saat kita bisa bertemu kembali.

Terimakasih...

Medan,

Penulis

DEPI DAHNIAR SIREGAR

(8)

DAFTAR ISI

ABSTRAK... i

KATA PENGANTAR... ii

DAFTAR ISI... . vi

DAFTAR TABEL... . x

DAFTAR LAMPIRAN... . xi

BAB I PENDAHULUAN... 1

I.1 Latar Belakang... 1

1.2 Fokus Penelitian……… 10

I.3 Rumusan Masalah... 10

I.4 Tujuan Penelitian... 11

I.5 Manfaat Penelitian... . 11

I.6 Kerangka Teori... 12

1.6.1 Efektivitas ………. 12

1.6.1.1 Pengertian Efektivitas ……… 12

(9)

1.6.1.2 Kriteria Efktivitas Organisasi ………. 15

1.6.1.3 Pendekatan Terhadap Efektivitas ……….. 17

1.6.2 Pembangunan ………... 19

1.6.2.1 Pengertian Pembangunan ………. 19

1.6.2.2 Pembangunan Desa ……….. 21

1.6.2.3 Tiga prinsip Pokok Pembangunan Desa ……… 23

1.6.2.4 Tujuan Pembangunan Desa ………..……. 24

1.6.2.5 Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan Desa……. 24

1.6.2.6 Paradigma Pembangunan ……… 28

1.6.3 Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan ... 33

1.6.3.1 Pengertian PNPM Mandiri Perkotaan ………. 33

1.6.3.2 Visi,Misi dan Tujuan PNPM MP……… 34

1.6.3.3 Prinsip dan Pendekatan PNPM MP ……… 35

1.7 Defenisi Konsep ……….. 38

1.8 Sistematika Penulisan ……….. 40

BAB II METODE PENELITIAN... 41

II.1 Bentuk Penelitian... 41

II.2 Lokasi Penelitian... 41

(10)

II.3 Informan Penelitian... 41

II.4 Teknik Pengumpulan Data... 42

II.5 Teknik Analisis Data... 43

BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN... 45

III.1 Gambaran Umum Desa Hutapadang Kota Padangsidimpuan Hutaimbaru ……….. 45

III.1.1 Letak Geografis Desa Hutapadang ………. 45

III.1.2 Visi dan Misi Desa ...……….. 46

III.1.3 Keadaan Masyarakat ……… 46

III.1.4 Keadaan Sarana Pendidikan…….……….. 47

III.1.5 transportasi ………... 48

III.2 BKM (badan keswadayaan masyarakat) PNPM MP Desa Hutapadang ……… 49

BAB IV PENYAJIAN DATA... 55

IV.1 Hasil Wawancara... 56

IV.1.1 Wawancara dengan Kepala Desa Hutapadang …….. 58

IV.1.2 Wawancara dengan Faskel PNPM MP Desa Hutapadang 62

(11)

IV.1.3 Wawancara dengan Ketua PNPM MP Kota

Padangsidimpuan……… 65

IV.1.4 Wawancara dengan Ketua PNPM MP Desa Hutapadang ……… 69

IV.1.5 Wawancara dengan Anggota PNPM MP Desa Hutapadang……… 73

BAB V ANALISIS DATA... 77

V.1 Analisis Efektivitas Peleksanaan PNPM MP Desa Hutapadang ….. 77

V.1.1 Pembangunan Jalan Desa dan Irigasi Air……… 80

V.1.2 Pinjaman Dana Bergulir Untuk Masyarakat ……….. 81

BAB VI PENUTUP... 82

VI.1 Kesimpulan... 82

VI.2 Saran... 84

DAFTAR PUSTAKA... 85

(12)

DAFTAR TABEL

NO TEKS HAL

1. Tabel Penduduk Masyarakat Desa Hutapadang ………. 47 2. Tabel Sarana Pendidikan Desa Hutapadang ………... 47 3. Tabel Keadaan Jalan Tranportasi Desa Hutapadang……… 48 4. Tabel Kegiatan Pembangunan Jaringan Jalan Di Desa Hutapang

……… 51

5. Tabel Kegiatan Pembangunan Jaringan Draenase Di Desa Hutapang ……….. 53

(13)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Depi Dahniar Siregar yang dilahirkan pada tanggal 21 Juli 1993 di Hutapadang. Anak dari Bapak Nasrul Hidayat Siregar dan Ibu Arjuna Harahap , penulis beragama Islam dan Bertempat tinggal di Hutapadang Kota Padangsidimpuan Hutaimbaru. Penulis menempuh pendidikan Sekolah Dasar di SD Neg. 200407 pada tahun 1999-2006. Pendidikan Sekolah lanjutan tingkat pertama di SMP Negeri 9 Padangsidimpuan Hutaimbaru pada tahun 2006-2009. Pendidikan Sekolah Menengah Atas di Madrasah Aliyah Negeri 1 Padangsidimpuan pada tahun 2009-2011. Dan meneruskan Pendidikan S1 di Fakultas ILmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan Ilmu Administrasi Negara pada tahun 2011-2015.

(14)

Maret 2014 menunjukkan bahwa jumlah penduduk miskin di Provinsi Sumatera Utara sebanyak 1.286.700 orang atau sebesar 9,38 persen terhadap jumlah total penduduk. Kondisi ini lebih baik jika dibandingkan dengan kondisi September 2013 yang jumlah penduduk miskinnya sebanyak 1.416.400 orang atau sebesar 10,39 persen. Dengan demikian, ada penurunan jumlah penduduk miskin sebanyak 129.700 orang serta penurunan persentase penduduk miskin sebesar 1,01 point. Perkembangan tingkat kemiskinan mulai tahun 1999 sampai dengan tahun 2014 (Berita Resmi Statistik Provinsi Sumatera Utara No. 47/07/12/Th. XVII, 1 Juli 2014).

Adapun yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah Bagaimana Pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan (PNPM-MP) pada program pembangunan PNPM di Desa Huta Padang Di Kota Padang Sidempuan efektif atau tidak efektif.

Peenelitian ini dilakukan di Desa Hutapadang Kota Padang Sidempuan Hutaimbaru. Adapun alasan peneliti melakukan peneliti di lokasi ini Karena Desa Hutapadang merupakan salah satu daerah target dari program PNPM-MP ( program nasional pemberdayaan masyrakat mandiri perdesaan). Dalam penelitian ini yang menjadi informan kunci adalah Ketua atau Aparat PNPM –MP , Paskel PNPM yang turun langsung ke daerah atau desa btersebut. Sedangkan yang menjadi informan utama yaitu ketua PNPM Hutapadang, masyrakat Desa Hutadang yang ikut serta dalam PNPM tersebut.

Adapun hasil dari penelitian ini adalah: Desa Hutapadang adalah salah satu desa yang sumberdaya alamnya melimpah, perkebunan tanaman salak menjadi komoditi andalan masyarakatnya, selain padi dan tanaman palawija lainnya. Untuk itu, dalam meningkatkan perekonomian masyarakatnya, dirasa perlu dilaksanakan pembangunan baik fasilitas jalan, pengembangan usaha masyarakat. Di sini peran Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan sangat diperlukan demi perbaikan perekonomian masyarakat Desa Hutapadang. Berdasarkan pengawasan dan pengamatan dari PNPM Mandiri Perkotaan, bahwa Desa Hutapadang merupakan salah satu desa yang mampu mengoptimalkan adalah Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan. Hal ini dapat dilihat dari berbagai program yang direncanakan dapat berjalan dengan baik, sesuai dengan yang diharapkan. Berjalannya Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan (PNPM-MP) di Desa Hutapadang tentunya memberikan manfaat yang sangat besar bagi kesejahteraan masyarakat di Desa Hutapadang. Hal ini terbukti dengan pembangunan jalan desa yang dilaksanakan PNPM-MP Desa Hutapadang mempermudah akses keluar masuk warga dari tempat berusaha baik dikebun salak, sawah dan kebun palawija.

(15)

Seterusnya program dana bergilir yang dijalan dapat membantu masyarakat dalam modal usaha yang dijalan masyarakat, dan hasilnya dapat dilihat bahwa tingkat perekonomian masyarakat sudah mengalami perubahan yang baik, dan dana bergulir yang diberikan dikembalikan dengan tepat waktu. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan (PNPM-MP) di Desa Hutapadang, bertujuan untuk mensejahterakan masyarakat, dengan demikian didalam program yang dijalankan akan tentu membutukan tenaga kerja yang diambil dari masyarakat desa itu sendiri, maka masyarakat di dorong untuk membentuk beberapa Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) yang nantinya menjadi pelaksana segala bentuk kegiatan yang dilaksanakan olen PNPM-MP dalam pembangun desa. Contohnya pembuatan irigasi yang dilaksanakan oleh KSM Mengkudu dan pembuatan jalan pavling blook yang dikerjakan oleh KSM Mekar Indah. Dengan demikian Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan (PNPM-MP) di Desa Hutapadang memberikan lapangan kerja bagi masyarakat Desa Hutapadang. Faktor pendorong diadakannya kegiatan PNPM Mandiri Perkotaan di Desa Hutapadang adalah peningkatan ekonomi masyarakat, upaya pemberatansan kemiskinan, sumberdaya alam yang melimpah.

(16)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Program Penenggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) merupakan program pemerintah yang secara subtansi berupaya dalam penenggulangan kemiskinan melalui konsep memberdayakan masyarakat dan pelaku pembangunan lokal lainnya, termasuk Pemerintah Daerah dan kelompok peduli setempat, sehingga dapat terbangun “gerakan kemandirian penanggulangan kemiskinan dan pembangunan berkelanjutan”,yang bertumpu pada nilai-nilai luhur dan prinsip-prinsip universal .

Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan ( P2KP) dilaksanakan sejak tahun 1999 sebagai satuan upaya pemerintah untuk membangun kemandirian masyarakat dan pemerintah daerah dalam menanggulangi kemiskinan secara berlanjutan. Program ini sangat strategis karena menyiapkan landasan kemandirian masyarakat berupa “lembaga kemandirian masyarakat” yang representif, mengakar

dan kondusif bagi perkembangan modal sosial (social capital) masyarakat di masa mendatang serta menyiapkan “program masyarakat jangka menengah dalam penanggulangan kemiskinan” yang menjadi pengikat dalam kemitraan masyarakat

dengan pemerintah daerah dan kelompok peduli setempat.

Permasalahan kemiskinan di Indonesia sudah sangat mendesak untuk ditangani. Khususnya di wilayah perkotaan, salah satu ciri umum dari kondisi fisik masyarakat miskin adalah tidak memiliki akses dari prasarana ke sarana dasar

(17)

lingkungan yang memadai, kualitas perumahan dan permukiman yang jauh di bawah standar kelayakan, serta mata pencaharian yang tidak menentu. Disadari bahwa selama ini banyak pihak lebih melihat persoalan kemiskinan hanya pada tataran gejala-gejala yang tampak terlihat dari luar atau di tataran permukaan saja, yang, mencakup multidimensi, baik dimensi politik,sosial,ekonomi,dan asset lain-lain.

Sejak pelaksanaan P2KP-1 hinggaa pelaksanaan P2KP-3 saat ini telah terbentuk sekitar 6.405 LKM yang tersebar di 1.125 kecamatan di 235 kabupaten/kota, telah memunculkan lebih dari 291.000 relawan-relawan dari masyarakat setempat, serta telah mencakup 18,9 juta orang pemamfaat (penduduk miskin), melalui 243.838 KSM. Mempertimbangkan perkembangan positif P2KP tersebut, mulai dari tahun 2007 telah dirintis untuk mengadopsi P2KP menjadi bagian dari Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri, oleh sebab itu mulai tahun 2007,PNPM Mandiri P2KP diarahkan untuk mendukung upaya peningkatan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dsan pencapaian sasaran

Millenium Development Goals (MDGs) sehingga mencapai tercapainya pengurangan penduduk miskin sebesar 50% di tahun 2015.

(18)

Perkotaan sebagai upaya mendorong kemandirian masyarakat serta Pemerintah Daerah dalam melaksanakan PNPM Mandiri Perkotaan di wilayahnya masing-masing. Untuk itu, Departemen pekerjaan umum menerbitkan Pedoman Pelaksanaan PNPM Perkotaan 2009 sebagai penyempurnaan pedoman pelaksanaan sebelumnya.

(19)

1.837 kecamatan di 32 provinsi. Pada tahun 2008, PNPM Mandiri Perkotaan dinikmati di 34.031 desa dari 2.230 kecamatan di 32 provinsi di tanah air. Sedangkan pada 2009, jumlahnya mencapai 50.201 desa dari 3.908 kecamatan di tanah air. Jumlah tesebut belum termasuk desa yang memperoleh pendanaan dari program-program lain yang melekat pada PNPM Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pulau Nias (PNPM-R2PN), PNPM Rencana Strategis Pembangunan Kampung (PNPM-P2SPP), PNPM Program Pengambangan Sistem Pembangunan Partisifatif (PNPM-P2SPP), dan lain-lain.

Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Jawa Tengah, Ir. H. Muhammad Tamzil, MT menyampai di wilayah Jawa tengah selama tahun 2008 hingga 2009, telah mampu menurunkan penduduk miskin yang ada sebesar 7,49%. Di Jawa Tengah program kemiskinan sudah diakses oleh 11.839.660 jiwa dari 300.589.724 KK Miskin yang disalurkan melalui 78.721 KSM. “Berkat PNPM Mandiri dan program

(20)

Pada Bulan September 2013, garis kemiskinan Sumatera Utara pada Maret 2014 naik 2,36 persen. Garis kemiskinan di perkotaan naik 2,33 persen dan garis kemiskinan di perdesaan naik 2,38 persen. Sejak tahun 2004 sampai dengan tahun 2014.Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) yang dilaksanakan pada bulan Maret 2014 menunjukkan bahwa jumlah penduduk miskin di Provinsi Sumatera Utara sebanyak 1.286.700 orang atau sebesar 9,38 persen terhadap jumlah total penduduk. Kondisi ini lebih baik jika dibandingkan dengan kondisi September 2013 yang jumlah penduduk miskinnya sebanyak 1.416.400 orang atau sebesar 10,39 persen. Dengan demikian, ada penurunan jumlah penduduk miskin sebanyak 129.700 orang serta penurunan persentase penduduk miskin sebesar 1,01 point. Perkembangan tingkat kemiskinan mulai tahun 1999 sampai dengan tahun 2014 (Berita Resmi Statistik Provinsi Sumatera Utara No. 47/07/12/Th. XVII, 1 Juli 2014).

(21)

modal awal dan juga untuk memajukan usaha kecil mereka demi meningkatkan taraf ekonomi untuk hidup yang lebih baik.

Dengan kehadiran PNPM Mardiri Perkotaan di Desa Huta Padang Kecamatan Hutaimbaru dimulai sejak tahun 2008 silam, serangkaian siklus mulai dari sosial

mapping ( pengenalan wilayah) sosialisasi, tahap Rembug Kesiapan Masyarkat ( keputusan masyarakat untuk menerima dan menolak PNPM-MP), Refleksi Kemiskinan ( masyarakat diajak mereka ulang secara focus group discussion atau

musyawarah, mengenal dari mana akar kemiskinan hingga bagaimana cara mengatasi kemiskinan tersebut) Pemetaan swadaya ( menggali potensi yang dimiliki warga yang

berbasis hasil refleksi kemiskinan), pembentukan Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM). BKM tersebut adalah lembaga kolektif yang dipilih secara langsung dari masyarakat tanpa ada intervensi kepentingan, tanpa ada kampanye warga cukup

memilih calon anggota BKM melalui hak suara yang dimiliki seperti proses Pilkada,pilek,pilgub,pilpres dengan berpegang pada prinsip nilai-nilai universal dan

luhur (Amanah,bertanggungjawab,terbuka, dapat dipercaya,integritas, memiliki jiwa kerelawanan dalam pelaksanaan PNPM-MP) dan cuma ini modal masyarakat supaya

dapat dipilih dan memilih BKM,dengan adanya keterlibatan kaum perempuan 30% tahapan selanjutnya jiwa integritas, akuntabilitas,transparansi warga dalam menyusun

dan menggodok PJM pronangkis (Program Jangka menengah-Program

Penanggulangan Kemiskinan) PJM ini adalah dasar pijakan warga dalam menjalankan kegiatan ditingkat masyarakat desa yang berbasis Tri daya (kepedulian

(22)

warga kemudian BKM membuat agenda kerja tahunan yang memproyeksikan kegiatan dengan BLM ( Bantuan Langsung Masyarakat) memberikan duit berupa

bantuan stimulant atau pancingan dari pemerintah (APBN/APBD) kepada masyarakat setempat.

BKM Simandar melakukan fasilitasi setelah menetapkan Prioritas Usulan kegiatan untuk pemanfaatan BLM tahap I tahun 2012 dengan hasil kesepakatan Pembangunan Jalan Desa (Paving blok), Dek dan drainase dengan volume 112 Meter

berlokasi di dusun 1 Desa Hutapadang dengan dana BLM 45.000.000 ditambah hasil swadaya masyarakat 5.590.000,- dengan total keseluruhan kegiatan 50.590.000,

kemudian pelaksana kegiatan dibentuk Kelompok Swadaya masyarakat (KSM) yang terbentuk secara relawan dari warga desa Huta Padang (dengan anggota KSM Minimal 5 orang berhimpun dalam satu KSM 2/3 harus KK Miskin yang terdaptar

dalam PS-2) maka terpilihn KSM Mengkudu dengan anggota 5 orang 3 laki-laki 2 perempuan 3 orang KK Miskin, yang kemudian BKM,UPL dan tim faskel

melaksananakan fasilitasi dan pendampingan kepada KSM tersebut mulai tahap perencanaan (proposal), pelaksanaan (30%,60%dan10% fisik dan pendanaan) hingga

evaluasi (sertifikasi,SP3) dan laporan Fisik dan penggunaan dana 100% yang berbentuk LPJ, dari proses tersebutlah kami temukan warisan leluhur kita tadi " gotong-royong" KSM mengkudu bersama warga sekitar melaksanakan pekerjaan

kegiatan Pembangunan Jalan Desa (Paving blok), Dek dan drainase secara bersama-sama dengan prinsip utama dari kita untuk kita, nah disini kita harus bedakan

(23)

dengan warga yang cuma membantu mengangkat bahan material yang dibutuhkan

ada sekitar 21 orang baik kaum laki-laki dan perempuannya (blogspot.com).

Sehubungan dengan hal tersebut, usaha kecil perlu diberdayakan dalam memanfaaatkan peluang kerja dan menjawab tantangan perkembangan ekonomi dimasa yang akan datang. Yang dimaksud dengan usaha kecil sesuai dengan pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1995 Tentang Usaha Kecil adalah “usaha kecil adalah kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dan memenuhi kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sertakepemilikan sebagaimana diatur dalam undang-undang ini”. Banyak masyarakat Desa Hutapadang yang berdagang kecil-kecilan terlebih lagi kaum perempuan atau ibu-ibu. Berdagang dilakukan guna membantu perekonomian keluarga supaya dapat mencukupi kehidupan sehari-hari.

(24)

kemiskinan seperti Jaminan Kesehatan Masyarakat (JAMKESMAS), Inpres Desa Tertinggal (IDT).

Disahkannya UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menggantikan UU Nomor 22 Tahun 1999 menjadi tonggak pelaksanaan otonomi daerah dengan paradigma baru. Pemberlakuan UU ini tidaklah dimaksudkan sebagai upaya resentralisasi atau mengembalikan iklim politik dengan kekuasaan yang memusat. Namun di dalamnya justru terkandung semangat penguatan makna desentralisasi dengan membuka peluang luas bagi daerah untuk merencanakan dan melaksanakan pembangunan secara lebih baik, lebih mandiri dan terkoordinasi.

Dalam konteks pemberdayaan masyarakat, tak dapat dipungkiri desentralisasi selama ini masih menimbulkan bias persepsi yang menjadi tantangan tersendiri. Pergeseran ketersediaan dana dan kewenangan pembangunan dari Pemerintah Pusat ke daerah membuat pelaksanaan program lebih efisien dan tepat sasaran karena lebih dekat ke masyarakat sebagai sasaran akhirnya, dengan syarat adanya kemauan dan kemampuan pemerintah.Dengan demikian, perlu adanya dukungan peran dan fungsi Pemerintah Daerah dalam menjaga proses pembangunan yang mempunyai fokus pemberdayaan masyarakat. Kuncinya adalah bagaimana menyediakan mekanisme yang sesuai bagi daerah untuk berlomba memberdayakan masyarakatnya dalam menanggulangi kemiskinan dan melakukan pembangunan partisipatif, serta mengesampingkan ego sektoral yang berdampak pada kepentingan masyarakat luas.

(25)

,mengingat desa tersebut merupakan salah satu wilayah yang menjadi target dan menerima program pembangunan PNPM Mandiri Perdesaan, dengan alasan tersebut penelliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian seputar PNPM Mandiri Perdesaan dengan judul “Efektivitas Pelaksanaan Pembangunan Program Nasional Pemberdayaan Masyrakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MP) di Desa Huta Padang Kota Padang Sidempuan Hutaimbaru”.

1.2Fokus Penelitian

Dalam penelitian kualitatif ada yang disebut dengan batasan masalah. Batasan masalah dalam penelitian kualitatif disebut dengan fokus yang berisi pokok masalah yang masih bersifat umum. penelitian sangat penting dalam menentukan batasan-batasan atau cakupan yang dilakukan, dimana dengan diterapkannya fokus penelitian akan jelas batasannya dan juga mempertajam dalam analisis pembahasan. Berdasarkan masalah yang dirumusan sesuai dengan tujuan penelitian maka fokus penelitian ini adalah : untuk mengetahui dan mendeskripsikan Efektivitas Pemabangunan Program Nasional Pembangunan Masyrakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MP), apakah berjalan sesuai dengan indikator yang sudah ditetapkan sebelumnya, karena diketahui adanya masalah dalam penyelenggaraan program tersebut.

1.3Rumusan Masalah

(26)

hakikatnya merupakan perumusan pertanyaan yang jawabannya akan dicari melalui penelitian. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka yang menjadi rumusan masalah yang akan diteliti dalam penelitian adalah “Bagaimana Pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan (PNPM-MP) pada program pembangunan PNPM di Desa Huta Padang Di Kota Padang Sidempuan efektif atau tidak efektif ?.

1.4Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui efektifitas pelaksanaan pembangunan program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan (PNPM-MP) di Desa Huta Padang Di Kota Padang Sidempuan Hutaimbaru.

b. Untuk mengetahui apakah Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan berdampak positif terhadap penghasilan rumah tangga miskin dan penciptaan kesempatan kerja masyarakat miskin di desa Huta Padang.

c. Untuk menganalisis efektivitas dampak yang dirasakan masyarakat dengan program PNPM Mandiri Perkotaan.

1.5Mamfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :

(27)

b. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi kepada pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, maupun terhadap pelaksanaan PNPM-Mandiri Perkotaan pada keluarga miskin.

c. Meningkatkan kemampuan penulis dalam berfikir dan memahami permasalahan kemiskinan perdesaan serta dapat menerapkan ilmu pengetahuan yang diperoleh selama perkuliahan di FISIP USU melalui penulisan karya ilmiah.

1.6Kerangka Teori

Teori merupakan preposisi yang menggambarkan satu gejala yang terjadi. Untuk memudahkan penelitian yang diperlukan pedoman berfikir yaitu kerangka teori. Sebelum melakukan penelitian yang lebih lanjut peneliti perlu menyusun suatu kerangka teori sebagai landasan berfikir untuk menggambarkan dari sudut mana peneliti menyoroti masalah yang dipilih (Suyanto,2005:34).

Kerangka teori ini di harapkan memmberikan pemahaman yang jelas dan tepat bagi peneliti dalam memahami masalah yang akan diteliti.

1.6.1 Efektivitas

1.6.1.1. Pengertian Efektivitas.

(28)

yang dinyatakan dengan hasil yang dicapai. Jadi pengertian efektivitas adalah pengaruh yang ditimbulkan atau disebabkan oleh adanya suatu kegiatan tertentu untuk mengetahui sejauh mana tingkat keberhasilan yang dicapai dalam setiap tindakan yang dilakukan.

Suatu organisasi secara keseluruhannya dalam kaitannya dengan efektivitas adalah mencapai tujuan organisasi. Jika tiap-tiap individu berperilaku atau bekerja efektif dalam mencapai tujuannya, maka kelompok dimana ia menjadi anggota juga efektif dalam mencapai tujuan, organisasi itu juga efektif mencapai tujuan. Efektivitas berbeda dengan efesiensi. Efesiensi adalah pengorbanan untuk mencapai tujuan. Dimana semakin kecil pengorbanannya dalam mencapai tujuan, maka dikatakan semakin efesiensi. Sedangkan Efektivitas adalah ukuran sejauh mana tujuan (organisasi) dapat dicapai ( Sigit, 2003: 1 ).

Efektivitas adalah pemanfaatan sumber daya, sarana dan prasarana dalam jumlah tertentu yang secara sadar ditetapkan sebelumnya untuk menghasilkan sejumlah barang atas jasa kegiatan yang dijalankannya. Efektivitas merupakan suatu ukuran yang dapat menunjukkan suatu program tersebut berhasil atau tidak. Efektivitas menunjukan keberhasilan dari segi tercapai tidaknya sasaran yang telah ditetapkan ( Siagian, 2001: 24).

(29)

ditentukan sebelumnya. Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh Bernard, efektivitas adalah tercapainya sasaran yang telah disepakati bersama (Bernard, 1992:207).

Masih menurut pendapat ahli, menurut Cambel J.P, Pengukuran efektivitas secara umum dan yang paling menonjol adalah :

a. Keberhasilan program b. Keberhasilan sasaran

c. Kepuasan terhadap program d. Tingkat input dan output

e. Pencapaian tujuan menyeluruh (Cambel, 1989:121)

Sehingga efektivitas program dapat dijalankan dengan kemampuan operasional dalam melaksanakan program-program kerja yang sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya, secara Komprehensif, efektivitas dapat diartikan sebagai tingkat kemampuan suatu lembaga atau organisasi untuk dapat melaksanakan semua tugas-tugas pokonya atau untuk mencapai sasaran yang telah ditentukan sebelumnya (Cambel, 1989:47). Dari beberapa uraian di atas, dapat dijelaskan bahwa efektivitas merupakan kemampuan untuk melaksanakan aktifitas-aktifitas suatu lembaga secara fisik dan non fisik untuk mencapai tujuan serta meraih keberhasilan maksimal.

(30)

Berdasaarkan teori sistem, suatu organisasi merupakan elemen sebuah sistem yang lebih besar yaitu lingkungan. Dengan berlalunya waktu setiap organisasi mengambil, memproses, dan mengembalikan sumber daya ke lingkungan. Kriteria utama dari efektivitas organisasi adalah apakah organisasi tersebut bertahan dengan lingkungan.

Sehubungan dari penjelasan tersebut maka efektivitas adalah menggambarkan seluruh program atau kegiatan yang menyatakan sejauhmana tujuan (kualitas, kuantitas, dampak dan waktu) telah dicapai, serta ukuran berhasil tidaknya suatu organisasi mencapai tujuannya dan mencapai target-targetnya.

1.6.1.2. Kriteria Efektivitas Organisasi.

Konsep mengenai efektivitas organisasi selain disandarkan pada teori sistem, tetapi perlu ditambahkan dengan sesuatu yang baru yaitu pada dimensi waktu. Hubungan antara kriteria efektivitas dan dimensi waktu dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Produksi

Produksi menggambarkan kemampuan organisasi untuk memproduksi jumlah dan mutu output yang sesuai dengan permintaan lingkungan.

b. Efesiensi

(31)

keuntungan dan biaya atau dengan waktu atau output yang merupakan bentuk umum dari ukuran ini.

c. Kepuasan

Konsep kepuasan mendefenisikan penekanan pada perhatian yang menguntungkan bagi anggota organisasi maupun pelanggannya. Artinya bahwa organisasi harus mampu memberikan kepuasan kepada kebutuhan para anggota.

d. Adaptasi

Kemampuan beradaptasi diartikan dengan sampai seberapa organisasi mampu menanggapi perubahan intren dan ekstren. Jika organisasi tidak dapat menyesuaikan diri , maka kelangsungan hidupnya akan terancam, namun adaptasi tidak memiliki ukuran yang pasti dan nyata. Dapat dijelaskan, apabila tiba waktunya untuk mengadakan penyesuaian dikarenakan adanya fenomena-fenomena tertentu, maka organisasi harus dapat menyesuaikan diri.

e. Perkembangan

(32)

1.6.1.3. Pendekatan Terhadap Efektivitas

Pendekatan efektivitas digunakan untuk mengukur sejauh mana aktifitas itu efektif. Ada beberapa pendekatan yang digunakan terhadap efektivitas yaitu:

a. Pendekatan Sasaran

Pendekatan ini mencoba mengukur sejauh mana suatu lembaga berhasil merealisasikan sasaran yang hendak dicapai. Pendekatan sasaran dalam pengukuran efektivitas dimulai dengan identifikasi sasaran organisasi dan mengukur tingkatan keberhasilan organisasi dalam mencapai sasaran tersebut.

Selain tercapainya tujuan, efektivitas juga selalu memperhatikan faktor waktu pelaksanaan. Oleh karena itu dalam efektivitas selalu terkandung unsur waktu pelaksanaan. Tujuan tercapai dengan waktu yang tepat maka program tersebut efektif.

b. Pendekatan Sumber

(33)

merupakan input lembaga tersebut dan output yang dihasilkan juga dilemparkannya pada lingkungannya.

c. Pendekatan Proses

Pendekatan proses menganggap sebagai efisiensi dan kondisi kesehatan dari suatu lembaga internal. Pada lembaga yang efektif, proses internal berjalan dengan lancer dimana kegiatan bagian-bagian yang berjalan secara terkoordinasi. Pendekatan ini tidak memperhatikan lingkungan melainkan memusatkan perhatian terhadap kegiatan yang dilakukan terhadap sumber-sumber yang dimiliki lembaga, yang menggambarkan tingkat efisiensi serta kesehatan lembaga.

Kegiatan PNPM-Mandiri Perkotaan, transparan dan diumumkan; gotong royong dan tambahan pendapatan; monitoring dan evaluasi proyek. Menurut (Subagyo,2000:12) efektivitas adalah kesesuaian antara output dengan tujuan yang ditetapkan. Tingkat efektivitas program dalam hal ini menggambarkan kemampuan pemerintah daerah dalam merealisasikan program yang direncanakan dibandingkan dengan target yang ditetapkan. Jarak (range) realisasi program sebagai berikut :

(34)

1.6.2 Pembangunan

1.6.2.1Pengertian Pembangunan

Penggunaan kata pembangunan telah dipopulerkan oleh para sarjana dan pembuat kebijakan di Amerika Serikat, dan diperkenalkan ke Eropa Barat dan negara-negara dunia ketiga yang sedang berkembang. Pembangunan berasal dari kata development. Kata development ini diartikan sebagai pembangunan atau perkembangan dan perubahan sosial. Menurut Sondang P. Siagian pembangunan didefenisikan sebagai rangkaian usaha mewujudkan pertumbuhan dan perubahan secara terencana dan sadar dalam rangka pembinaan bangsa.

(35)

Menurut (Todaro,2003: 33) pembangunan merupakan suatu proses berdimensi jamak yang melibatkan perubahan-perubahan besar dalam struktur sosial, sikap masyarakat, dan kelembagaan nasional, seperti halnya percepatan pertumbuhan ekonomi, pengurangan ketidakmerataan, dan pemberantasan kemiskinan absolut. Menurut Todaro defenisi di atas memberikan beberapa implikasi bahwa:

1. Pembangunan bukan hanya diarahkan untuk peningkatan income, tetapi juga pemerataan.

2. Pembangunan juga harus memperhatikan aspek kemanusiaan seperti: a. Life sustenance: kemampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar.

b. Self-Esteem: kemampuan untuk menjadi orang yang utuh yang memiliki harga diri dan tidak diisap orang lain.

c. Freedom From Servitude: Kemampuan untuk melakukan berbagai pilihan dalam hidup, yang tentunya tidak merugikan orang lain.

Konsep dasar di atas telah melahirkan beberapa arti pembangunan yang sekarang ini menjadi popular, yaitu:

a. Capacity: hal ini yang menyangkut aspek kemampuan meningkatkan income atau produktivitas.

b. Equity: hal ini menyangkut aspek pengurangan kesenjangan antara berbagai lapisan masyarakat dan daerah.

(36)

d. Suistanable: hal ini menyangkut usaha untuk menjaga kelestarian pembangunan

Esensi dari pembangunan ternyata tidak hanya dapat dilihat dari sisi pengertian tetapi juga dapat dilihat dari segi tujuannya pembangunan tersebut. Dalam hal ini Gant menyebutkan tujuan pembangunan ada dua tahap. Tahap pertama, pada hakikatnya pembangunan bertujuan menghapuskan kemiskinan. Apabila tujuan ini sudah mulai dirasakan hasilnya maka tahap keduanya adalah menciptakan kesempatan-kesempatan bagi bagi warganya untuk dapat hidup bahagia dan terpenuhi segala kebutuhannya. Berdasarka pendapat diatas menunjukan bahwa pembangunan memiliki tujuan yang luas dan mulia yang menyangkut pada kesempatan pada keseluruhan kebutuhan manusia dalam mewujudkan dan memenuhi kebutuhan masyarakat secara luas baik dalam bentuk materi dan non materi.

1.6.2.2Pembangunan Desa

(37)

meningkatkan kehidupan sosial dan kehidupan ekonomi keluarga petani sehingga mereka mendapat kesejahteraan, yang berarti mereka memperoleh tingkat kepuasan dalam pemenuhan kebutuhan material (makanan-minuman, pakaina, perumahan, alat-alat, dsb).

(38)

Pembangunan desa yang dilaksanakan harus sesuai dengan masalah yang dihadapi, potensi yang dimiliki, serta aspirasi dan prioritas masyarakat pedesaan. 1.6.2.3Tiga Prinsip Pokok Pembangunan Desa

Pembangunan pedesaan dilakukan dengan pendekatan secara multisektoral (holistic), partisipatif, berlandaskan pada semangat kemandirian, berwawasan lingkungan dan berkelanjutan serta melaksanakan pemanfaatan sumber daya pembangunan secara serasi dan selaras dan sinergi sehingga tercapai optimalitas. Ada tiga prinsip pokok pembangunan pedesaan, yaitu: a. Kebijakan dan langkah-langkah pembangunan di setiap desa mengacu kepada

pencapaian Trilogi Pembangunan. Ketiga unsur Trilogi Pembangunan tersebut yaitu pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya, pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi, dan stabilitas yang sehat dan dinamis, diterapkan di sektor, termasuk desa dan kota, di setiap wilayah dan antar wilayah secara saling terkait, serta dikembangkan secara selaras dan terpadu.

b. Pembangunan desa dilakukan dengan prinsip-prinsip pembangunan yang berkelanjutan. Penerapan prinsip pembangunan berkelanjutan mensyaratkan setiap daerah lebih mengandalkan sumber-sumber alam yang terbaharui sebagai sumber pertumbuhan. Di samping itu setiap desa perlu memanfaatkan SDM secara luas, memanfaatkan modal fisik, prasarana mesin-mesin, dan peralatan seefisien mungkin.

(39)

1.6.2.4Tujuan Pembangunan Desa

Salah satu faktor pembentuk kemampuan untuk untuk mewujudkan masa depan yang direncanakan menurut Arifin ,Muhammad (2007:24) adalah Empowerment. Dengan Empowerment masyarakat mempunyai kesempatan untuk terus mengembangkan kemampuan dan peranannya dalam merencanakan dan melaksanakan sendiri perubahan-perubahan yang mereka kehendaki untuk mewujudkan masa depan yang lebih baik. Pembangunan yang terkait dengan empowerment adalah pembangunan desa, yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dan lembaga desa secara simultan atau serentak. Dengan tujuan itu pembangunan desa dirancang untuk menjadi landasan yang kokoh bagi pembangunan daerah dan pembangunan nasional, selain itu pembangunan desa juga diharapkan dapat menjadi pembangunan yang berwawasan masa depan dan berkelanjutan.

1.6.2.5Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan Desa

Partisipasi masyarakat dalam pembangunan merupakan bagian yang

integral yang harus ditumbuhkembangkan yang pada akhirnya akan menumbuhkan rasa memiliki (sense of belonging) dan rasa tanggung jawab

(sense of responsibility) dari masyarakat secara sadar, bergairah dan bertanggung

jawab, karena partisipasi merupakan kesediaan untuk membantu berhasilnya

setiap program sesuai kemampuan setiap orang. Partisipasi masyarakat menurut

Adisasmita (2006:41) adalah pemberdayaan masyarakat, peran sertanya dalam

(40)

pembangunan dan merupakan aktualisasi dan kesediaan dan kemauan masyarakat

untuk berkorban dan berkontribusi terhadap implementasi program

pembangunan. Dan agar partisipasi dapat memberikan hasil yang berdaya guna,

Adisasmita (2006:41) menyatakan perlu memperhatikan sifat dan ciri-ciri

partisipasi tersebut, yaitu :

a. Partisipasi harus bersifat sukarela.

b. Berbagai isu atau masalah haruslah disajikan atau dibicarakan secara jelas dan

objektif.

c. Kesempatan untuk berpartisipasi haruslah mendapat keterangan/informasi

yang jelas dan memadai tentang setiap segi dari program yang dilaksanakan.

d. Partisipasi masyarakat dalam rangka menentukan kepercayaan diri sendiri

haruslah menyangkut berbagai tingkatan dan berbagai sektor, bersifat dewasa,

penuh arti dan berkesinambungan.

Partisipasi masyarakat dalam proses pembangunan menurut Cohen

dan Uphoff (Tangkilisan, 2005:323) dapat diklasifikasikan menjadi enam

tahap berdasarkan bentuk aktifitas yang dilaksanakannya. Keenam bentuk

tahapan partisipasi itu adalah sebagai

berikut:

a. Partisipasi dalam atau melalui kontak dengan pihak lain sebagai titik awal

pelaksanaan aktivitas tersebut.

b. Partisipasi dalam memperlihatkan atau menyerap dan memberi tanggapan

(41)

informasi, baik dalam arti menerima, maupun dalam arti menolaknya.

c. Partisipasi dalam perencanaan pembangunan, termasuk pengambilan

keputusan, baik yang bersifat politis yang menyangkut kepentingan mereka

maupun dalam hal yang bersifat teknis.

d. Partisipasi dalam pelaksanaan operasional pembangunan.

e. Partisipasi dalam hal menerima, memelihara, dan mengembangkan hasil

pembangunan.

f. Partisipasi dalam hal menilai pembangunan, yaitu keterlibatan anggota

masyarakat dalam

menilai sejauh mana pelaksanaan pembangunan sesuai dengan rencana dan

sejauh mana

hasilnya dapat memenuhi kebutuhan masyarakat.

Pada hakikatnya partisipasi masyarakat itu merupakan suatu keniscayaan,

karena hasil pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintah betrsama-sama dengan masyarakat adalah untuk kesejahteraan dan untuk kemajuan masyarakat

sendiri. Dalam hal ini pemerintah membari bantuan, sedangkan masyarakat harus

memberi respon dalam bentuk partisipasi secara aktif dalam proses pembangunan

tersebut. Masyarakat hanya dapat diharapkan ikut ambil bagian dalam suatu

kegiatan adalah bila yang bersangkutan merasa dirinya berkepentingan dan diberi

kesempatan untuk ambil bagian. Dengan kata lain partisipasi tidak mungkin

optimal jika diharapkan dari mereka yang merasa berkepentingan tidak diberi

(42)

Soedjono (dalam Soetrisno, 1995:48) meyatakan pula bahwa partisipasi

adalah sebagai kesediaan untuk membantu berhasilnya setiap program sesuai

dengan kemampuan setiap orang tanpa mengorbankan kepentingan diri. Dan

menurut Tjokroamidjojo partisipasi masyarakat dalam pembangunan dibagi atas

tiga tahap, yaitu:

a. Partisipasi atau keterlibatan dalam proses penentuan arah, strategi dan

kebijakan pembangunan yang dilakukan pemerintah.

b. Keterlibatan dalam memikul beban dan tanggungjawab dalam

pelaksanaan kegiatan pembangunan.;

c. Keterlibatan dalam memetik dan memanfaatkan pembangunan secara

berkeadilan. Sedangkan partisipasi masyarakat atau keterlibatan

masyarakat dalam pembangunan menurut Adi (2003:252) dapat dilihat

dalam empat tahap, yaitu:

1. Tahap Assessment

Dilakukan dengan mengidentifikasi masalah dan sumber daya yang dimiliki.

Untuk ini masyarakat dilibatkan secara aktif merasakan permasalahan yang

sedang terjadi merupakan pandangan mereka sendiri.

2. Tahap Alternatif Program atau Kegiatan

Dilakukan dengan melibatkan warga untuk berpikir tentang masalah yang

mereka hadapi dan cara mengatasinya dengan memikirkan cara alternatif

program.

(43)

Dilakukan dengan melaksanakan program yang telah direncanakan dengan

baik agar tidak melenceng dalam pelaksanaan dilapangan.

4. Tahap Evaluasi

Dilakukan dengan adanya pengawasan dari masyarakat dan petugas dari

program yang sedang berjalan.

1.6.2.6Paradigma Pembangunan

Pradigma pembangunan adalah cara pandang terhadap suatu persoalan

pembangunan yang dipergunakan dalam penyelenggaraan pembangunan dalam

arti pembangunan baik sebagai proses maupun sebagai metode untuk mencapai

peningkatan kualitas hidup manusia dan kesejahteraan rakyat. Pradigma

pembangunan pada suatu waktu tertentu dipergunakan sebagai acuan pada proses

pembangunan bangsa di suatu Negara, sebagai upaya meningkatkan kualitas

pembangunannya. Peningkatan kualitas pembangunan yang benar-benar

berorientasi untuk peningkatan kualitas hidup manusia dan kepentingan

kesejahteraan rakyat merupakan salah satu perwujudan good governance yang

diangendakan dalam reformasi birokrasi pemerintahan.

Dalam perkembangannya, pembangunan bangsa-bangsa di dunia

mengalami beberapa pergeseran pola atau model atau paradigma pembangunan

mulai dari paradigma pertumbuhan, paradigma kesejahteraan, paradigma neo -

ekonomi, paradigma dependencia sampai paradigma pembangunan manusia.

Dalam tulisan ini secara terbatas dilakukan pengkajian pada tiga paradigma saja

(44)

a. Paradigma Pertumbuhan (Growth Paradigm)

Pelaksanaan pembangunan dinegara berkembang (developing countries),

penekanannya pada upaya peningkatan pendapatan masyarakat dan pertumbuhan

pendapatan nasional. Penerapan paradigma pertumbuhan dalam pelaksanaan

pembangunan berorientasi pada pertumbuhan ekonomi. Dalam hubungan ini

PBB mencanangkan dasawarsa pembangunan pertama berlangsung pada

dasawarsa 1960-1970 dengan strategi pertumbuhan ekonomi negara berkembang

sebesar 5% pertahun. Pada periode ini ternyata mengabaikan masalah distribusi

pendapatan nasional, sehingga timbul masalah kemiskinan, penganguran dan

kesenjangan pembagian pendapatan, urbanisasi dan kerusakan lingkungan.

Melihat kenyataan itu terjadilah pergeseran dari strategi pertumbuhan ekonomi

menjadi strategi pertumbuhan dan pemerataan pembangunan Selanjutnya timbul

pemikiran paradigma baru yaitu paradigma kesejahteraan (welfare paradigm).

b. Paradigma Kesejahteraan (welfare paradigm)

Pada awal dasawarsa 1970_an muncul pemikiran baru dalam pelaksanaan

pembangunan yaitu paradigma kesejahteraan (welfare paradigm) yang

orientasinya ingin mewujudkan peningkatan kesejahteraan rakyat dan keadilan

sosial dalam waktu sesingkat mungkin.

Pada periode dasawarsa pembangunan kedua (1971-1980) pelaksanaan

pembangunan dengan strategi pertumbuhan ekonomi bergeser menjadi orientasi

pertumbuhan dan pemerataan pembangunan (growth and equity of strategy

(45)

sebesar 6% pertahun dengan tujuan pemerataan pembangunan di bidang

pendapatan, kesehatan, keadilan, pendidikan, kewirausahaan,keamanan,

kesejahteraan sosial termasuk pelestarian dan penyelamatan lingkungan dari

kerusakan. Dalam dasawarsa ini ternyata juga belum mampu merubah

ketergantungan negara berkembang terhadap negara maju ditandai dengan

ketergantungan investasi, bantuan dan pinjaman luar negeri.

Penerapan paradigma kesejahteraan ini cenderung pelaksanaan

pembanagunan bersifat sentralistik (top down) sehingga cenderung

menumbuhkan hubungan ketergantungan antara rakyat dan proyek-proyek

pembangunan (birokrasi pemerintah) yang dilakukan oleh pemerintah. Pada

gilirannya dapat membahayakan keberlanjutan proyek pembangunan itu, karena

pembangunan sifatnya tidak menumbuhkan pemberdayaan (disempowering)

rakyat agar mampu menjadi subyek dalam pembangunan.

Namun tidak dapat dipungkiri bahwa keberhasilan pembangunan dengan

orientasi pada pertumbuhan ekonomi menjadikan paradigma pertumbuhan

menjadi semakin dominan. Akan tetapi keberhasilan itu tidak terlepas dari

berbagai resiko negatif yang terjadi. Sebagaimana dinyatakan oleh (Tjokrowinoto

(1999:10) bahwa paradigma pertumbuhan cenderung menciptakan efek negatif

tertentu yang akibatnya menurunkan derajat keberlanjutan pembangunan.

Selanjutnya muncul gagasan baru dalam strategi pembangunan untuk menjamin

keberlanjutan pembangunan yaitu pembangunan berkelanjutan (sustained

(46)

Strategi pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development) ini

belajar dari pengalaman pelaksanaan pembangunan pada dasawarsa ketiga

dengan munculnya konsep tata ekonomi dunia baru sebagai upaya perbaikan

sosial ekonomi negara berkembang dengan strategi pertumbuhan ekonomi

sebesar 7% pertahun. Pada dasawarsa ini pusat perhatian proses pembangunan

berkaitan dengan masalah kependudukan yang meningkat pesat (population

boom), urbanisasi, kemiskinan, kebodohan, partisipasi masyarakat, organisasi

sosial politik, kerusakan lingkungan dan masyarakat pedesaan. Dalam dasawarsa

ini masih manghadapi masalah yakni pelaksanaan pembangunan tidak

berdemensi pada pembangunan manusia, sehingga pada gilirannya berpengaruh

pada timbulnya masalah ketidak adilan,kelangsungan hidup dan ketidak

terpaduan pembangunan.

c. Paradigma Pembangunan Manusia (People Centered Development

Paradigm)

Belajar dari pengalaman pada dasawarsa ketiga pada awal 1980-an di

negara berkembang penerapan konsep pembangunan yang berkelanjutan

(sustainable development) didukung dengan pendekatan pembangunan manusia

(human development) yang ditandai dengan pelaksanaan pembangunan yang

berorientasi pada pelayanan sosial melalui pemenuhan kebutuhan pokok berupa

pelayanan sosial di sektor kesehatan, perbaikan gizi, sanitasi, pendidikan dan

pendapatan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Di samping itu juga

(47)

budaya, kedamaian serta pembangunan yang berpusat pada manusia (people

centered development) dan berorientasi pada pemberdayaan masyarakat (public

empowerment) agar dapat menjadi aktor pembangunan sehingga dapat

menumbuhkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan, kemandirian dan etos

kerja.

Fokus perhatian dari paradigma pembangun yang berpusat pada manusia

ini (people centered development paradigm) ini adalah perkembangan manusia

(human-growth), kesejahteraan (well-being), keadilan (equity) dan berkelanjutan

(sustainability). Dominasi pemikiran dalam paradigma ini adalah keseimbangan

ekologi manusia (balanced human ecology), sumber pembangunannya adalah

informasi dan prakarsa yang kreatif dengan tujuan utama adalah aktualisasi

optimal dari potensi manusia (diadaptasi dari Korten, 1984:300 dalam

Tjokrowinoto, 1999:218) . Dalam paradigma pembangunan manusia yang

mendapatkan perhatian dalam proses pembangunan adalah :

a. Pelayanan sosial (social service);

b. Pembelajaran sosial (social learning);

c. Pemberdayaan (empowerment);

d. Kemampuan (capacity);

(48)

1.6.3 Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan

1.6.3.1Pengertian PNPM Mandiri Perkotaan

PNPM ( program nasional pemberdayaan masyarakat) Madiri Perkotaan (Buku Pedoman Umum PNPM-MP edisi 2010) adalah program nasional

penanggulangan kemiskinan terutama yang berbasis pemberdayaan masyarakat. Pengertian yang terkandung mengenai PNPM Mandiri adalah:

a. PNPM Mandiri adalah program nasional dalam wujud kerangka kebijakan sebagai dasar dan acuan pelaksanaan program-program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat. PNPM Mandiri dilaksanakan melalui harmonisasi dan pengembangan sistem serta mekanisme dan prosedur program, penyediaan pendamping dan pendanaan stumulan untuk mendorong prakarsa dan inovasi masyarakat dalam upaya penanggulangan kemiskinan yang berkelanjutan.

(49)

1.6.3.2Visi, Misi dan Tujuan PNPM Mandiri Perkotaan

Dalam (buku Pedoman Umum PNPM-MP edisi 2012) Visi,Misi dan Tujuan PNPM Mandiri Perkotaan:

1. Visi PNPM Mandiri Perkotaan adalah masyarakat yang berdaya dan mampu menjalin sinergi dengan pemerintah kota dan kelompok setempat dalam rangka menanggulangi kemiskinan secara efektif, mandiri dan berkelanjutan.

2. Misi PNPM Mandiri Perkotaan adalah memberdayakan masyarakat perkotaan khususnya masyarakat miskin, menjalin kerjasama dengan pemerintah dan kelompok peduli lokal untuk menaggulangi kemiskinan melalui: pengembangan kapasitas, penyediaan sumber daya, melembagakan budaya kemitraan antar pelaku.

3. Tujuan PNPM Mandiri Perkotaan adalah :

a. Tujuan Umum PNPM Mandiri Perkotaan adalah meningkatkan kesejahteraan dan kesempatan kerja masyarakat miskin secara mandiri. b. Tujuan Khusus PNPM Perkotaan adalah:

(50)

2) Meningkatkan kapasitas kelembagaan masyarakat yang mengakar, representif dan akuntabel.

3) Meningkatkan kapasitas pemerintah dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat terutama masyarakat miskin melalui kebijakan, program dan pengangguran yang berpihak pada masyarakat miskin. 4) Meningkatkan sinergi masyarakat, peemerintah daerah,

swasta,asossiasi, perguruan tinggi, lembaga swadaya masyarakat, dan kelompok peduli lainnya untuk mengefektifkan upaya-upaya penanggulangan kemiskinan.

5) Meningkatnya keberadaan dan kemandirian masyarakat serta kapasitas pemerintah daerah dan kelompok pduli setempat dalam menanggulangi kemiskinan di wilayahnya.

6) Meningkatkan modal sosial masyarakat yang berkembang sesuai dengan potensi sosial dan budaya serta melestarikan kearifan local. 7) Meningkatnya inovasi dan pemamfaatan teknologi tepat guna,

informasi dan komunikasi dalam pemberdayaan. 1.6.3.3Prinsip dan Pendekatan PNPM Mandiri Perkotaan

1. Prinsip PNPM Mandiri Perkotaan

(51)

b. Berorientasi pada Masyarakat Miskin, semua kegiatan yang dilaksanakan mengutamakan kepentingan dan kebutuhan masyarakat miskin dan kelompok masyarakat yang kurang beruntung.

c. Partisipasi, masyarakat yang terlibat secara aktif pada setiap proses pngambilan keputusan pembangunan dan secara gotong royong mnjalankan pembangunan.

d. Otonomi, dalam pelaksanaan PNPM masyarakat memiliki kewenangan secara mandiri dan partisipatif untuk menetukan dan mengelola kegiatan pembangunan secara swakelola.

e. Desentralisasi, kewenangan pengelolaan kegiatan pembangunan sektoral dan kewilayahan dilimpahkan kepada pemerintah daerah atau masyarakat sesuai dengan kapasitasnya.

f. Demokratis, setiap pengambilan keputusan pembangunan dilakukan secara musyawarah dan mufakat dengan tetap berorientasi pada kepentigan masyarakat miskin.

(52)

h. Berkelanjutan, setiap pengambilan keputusan harus mempertimbangkan kepentingan peningkatan kesejahteraan masyarakat tidak hanya saat ini tapi juga di masa depan dengan tetapmenjaga kelestarian lingkungan. 2. Pendekatan PNPM Mandiri Perkotaan

Penanggulangan kemiskinan membutuhkan penanganan yang menyeluruh dalam skala perwilayahan yang memadai yang memungkinkan terjadinya keterpaduan antara pendekatan sektoral, perwilayahan dan partisipatif yang dalam hal ini dipilih kecamatan sebagai lokus program yang mampu mempertemukan perencanaan dari atas dan dari bawah.

Di tataran kecamatan inilah rencana pembangunan yang direncanakan oleh SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) bermutu dengan perencanaan dari masyarakat dalam Musrembang (Musyawarah Perencanaan Pembangunan) kecamatan sehingga dapat di galang perencanaan pembangunan yang menyeeluruh, terpadu dan selaras waktu (synchrone). Dengan demikian PNPM Mandiri Perkotaan akan menekankan pemanfaatan Musrembang Kecamatan sebagai mekanisme harmonis kegiatan berbagai program yang ada sehingga peranan forum LKM (lembaga swadaya masyarakat) tingkat kecamatan menjadi sangat vital.

(53)

b. Memposisikan masyarakat sebagai pelaku utama pembangunan

c. Mengutamakan nilai-nilai universal dan budaya lokal dengan proses pembagunan partisipatif

d. Mengunakan pendekatan pemberdayaan masyarakat yang ssuai dengan karakteristik sosial dan geografis.

1.7 Defenisi Konsep

Menurut Marsi Singarimbun (1995), konsep adalah istilah dan defenisi yang dingunakan untuk mengambarkan secara abstrak kejadian, keadaan, kelompok atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial. Tujuannya adalah untuk memudahkan pemahaman dan menghindari terjadinya interpretasi ganda dari variabel yang diteliti.

Berdasarkan penjelasan tersebut, berikut merupakan batasan yang jelas dari masing-masing konsep yang akan diteliti, defenisi konsep tersebut antara lain:

1. Penanggulangan kemiskinan harus dilakukan secara bertahap, terpadu, terukur, sinergi dan terencana yang dilandasi oleh kemitraan dan keterlibatan berbagai pihak dan dikelola sebagai suatu gerakan bersama untuk mewujudkan pemenuhan hak- hak dasar.

(54)

program penanggulangan kemiskinan PNPM-Mandiri Perkotaan agar sesuai tujuan yang diinginkan dapat dilihat dari efektivitas pelaksanaan program.

(55)

1.8 Sistematika Penulisan

BAB I : Pendahuluan

Bab ini memuat latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka teori, defenisi konsep dan sistematika penulisan.

BAB II : Metode Penelitian

Bab ini memuat bentuk penelitian, lokasi penelitian, populasi, dan sample penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data. BAB III : Deskripsi Lokasi Penelitian

Bab ini menguraikan tentang gambaran atau karateristik lokasi penelitian.

BAB IV : Penyajian Data

Bab ini memuat hasil penelitian yang diperoleh dari lapangan dan dokumentasi yang akan dianaklisis, serta memuat pembahasan atau interprestasi dari data-data yang disajikan pada bab sebelumnya.

BAB V : Analisis Data

Bab ini berisi analisis dari hasil dilapangan dan dokumentasi.

BAB VI : Penutup

(56)

BAB II

METODE PENELITIAN

II.1. Bentuk Penelitian

Bentuk yang dingunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif dengan meelakukan wawancara secara mendalam. Penelitian memilih penelitian ini karena bersifat menyeluruh (holistic), dinamis dan tidak menggeneralisasikan. Hal ini sejalan dengan tujuan penelitian dalam melihat bagaimana efektivitas program PNPM-MP untuk keluarga miskin di Desa Hutapadang Kecamata Kota Padang Sidempuan Hutaimbaru yang merupakan fenimena sosial yang memerlukan informasi mendalam dan menyeluruh dari masing-masing informan agar terlihat jelas apa yang sebenarnya terjadi di lokasi atau lapangan.

II.2. Lokasi Penelitian

Peenelitian ini dilakukan di Desa Hutapadang Kota Padang Sidempuan Hutaimbaru. Adapun alasan peneliti melakukan peneliti di lokasi ini Karena Desa Hutapadang merupakan salah satu daerah target dari program PNPM-MP ( program nasional pemberdayaan masyrakat mandiri perkotaan).

II.3. Informan penelitian

(57)

penelitian. Sedangkan informan utama adalah mereka yang terlibat secara langsung dalam interaksi sosial yang diteliti.

1. Dalam penelitian menentukan informan dengan menggunakan teknik sampel bertujuan (purpose sampling) yaitu pengambilan sumber data secara sengaja dan pertimbangan tertentu. Dalam penelitian ini yang menjadi informan kunci adalah Ketua atau Aparat PNPM –MP , Paskel PNPM yang turun langsung ke daerah atau desa btersebut.

2. Sedangkan yang menjadi informan utama yaitu ketua PNPM Hutapadang, masyrakat Desa Hutadang yang ikut serta dalam PNPM tersebut.

II.4. Teknik Pengumpulan data

Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data penelitian terdiri atas data primer dan data sekunder.

1. Metode pengumpulan data primer

Teknik pengumpulan data primer yaitu teknik pengumpulan data yang diperoleh melalui kegiatan penelitian langsung di lokasi penelitian untuk mencari data-data yang lengkap yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Tekni pengumpulan data primer dilakukan melalui:

a. Metode wawancara, yaitu teknik pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan langsung kepada pihak-pihak yang terkait dengan proses penyelenggara program PNPM-MP tersebut.

(58)

gejala-gejala yang dikemukekan lapangan untuk melengkapi data-data yang diperlukan sebagai acuan untuk yang berkaitan dengan permasalahan penelitian.

c. Angket atau kuesioner, yaitu suatu daftar yang berisi rangkaian pertanyaan mengenai masalah yang akan diteliti yang bertujuan untuk memperoleh informasi yang relevan serta informasi yang diperoleh secar serentak.

2. Metode pengumpulan data sekunder

Teknik pengumpulan data sekunder yaitu metode atau teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui kepustakaan yang dapat mendukung data primer. Teknik pengumpulan data sekunder dapat dilakukan deengan menggunakan instrument sebagai berikut:

a. Studi dokumentasi yaitu pengumpulan data yang menggunakan catatan-catatan atau foto-foto dan rekaman video yang ada di lokasi penelitian atau sumber lain yang terkait dengan objek penelitian.

b. Studi kepustakaan yaitu pengumpulan data yang diperoleh daari buku-buku karya ilmiah serta pendapat ahli yang memiliki relevansi dengan masalah yang akan diteliti.

II.5. Teknik Analisa Data

(59)

kemampuannya daya nalar peneliti untuk membuat kesimpulan peneliti. Menurut Miles dan Haberman, terdapat beberapa langkah yang harus dilalui dalam melakukan analisis data yaitu sebagai berikut:

1. Reduksi Data

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal peting, dicari tema dan polanya.

Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dn mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulaan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.

2. Penyajian Data

Setelah langkah pertama selesai, maka langkah slanjutnya adalah mengajukan data dalam penelitian dengan tekss yang bersifat negatif sehingga memudahkan peneliti memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami.

3. Penarikan Kesimpulan

Gambar

Tabel 1
Tabel 4

Referensi

Dokumen terkait

berkaitan dengan penanggulangan kemiskinan. Masing-masing fokus kajian sebagaimana yang telah dijelaskan dalam alur pikir dan definisi konsep akan dicermati secara

mempunyai kesetaraan dalam perannya di setiap tahap pembangunan dan menikmati secara adil manfaat kegiatan pembangunan, (g) demokratis, setiap pengambilan

1. Informan Kunci merupakan mereka yang mengetahui dan memiliki berbagai informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian. Sebagai informan kunci adalah Kepala Desa Dolok

1) Pada dasarnya seluruh sumber daya manusia di dalam organisasi pelaksana PNPM Mandiri Perkotaan kota Manado dapat melaksanakan seluruh program-program yang telah

1) Adanya keterlibatan mental dan perasaan, lebih dari semata-mata atau hanya keterlibatan secara jasmaniah. Disini masyarakat Desa Pulorejo yang tergabung dalam relawan

Untuk mengetahui apakah program ini telah berhasil dengan baik atau tidak, maka perlu dilakukan kajian melalui penelitian dengan judul “Program Nasional Pemberdayaan

Oleh karena itu pada penelitian ini penulis membuat video profil PNPM Mandiri Perkotaan Kabupaten Karanganyar sebagai media informasi, promosi dan dokumentasi agar

LARAP tersebut akan mencakup; (a) survei identifikasi karakteristik sosial dan ekonomi dari orang yang terkena dampak, (b) rencana menyeluruh untuk pembebasan