• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembuatan Material Selulosa Bakteri dari Limbah Air Kelapa Dengan Penambahan Ekstrak Buah Nanas Menggunakan Aacetobacter Xylinum

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pembuatan Material Selulosa Bakteri dari Limbah Air Kelapa Dengan Penambahan Ekstrak Buah Nanas Menggunakan Aacetobacter Xylinum"

Copied!
61
0
0

Teks penuh

(1)

PEMBUATAN MATERIAL SELULOSA BAKTERI DARI LIMBAH AIR KELAPA DENGAN PENAMBAHAN

EKSTRAK BUAH NANAS MENGGUNAKAN ACETOBACTER XYLINUM

TESIS

Oleh

LODDEN SILITONGA 097006025/KIM

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

PEMBUATAN MATERIAL SELULOSA BAKTERI DARI

LIMBAH AIR KELAPA DENGAN PENAMBAHAN

EKSTRAK BUAH NANAS MENGGUNAKAN

ACETOBACTER XYLINUM

T E S I S

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains dalam Program Studi Magister Ilmu Kimia pada Fakultas Matematika

dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara

Oleh

LODDEN SILITONGA 097006025/KIM

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

Judul Tesis

: PEMBUATAN MATERIAL

SELULOSA BAKTERI DARI

LIMBAH AIR KELAPA DENGAN

PENAMBAHAN EKSTRAK BUAH

NANAS MENGGUNAKAN

ACETOBACTER XYLINUM

Nama Mahasiswa : LODDEN SILITONGA Nomor Pokok : 097006025

Program studi : Ilmu Kimia

Menyetujui Komisi Pembimbing,

Prof. Basuki Wirjosentono, M.S, Ph.D Dr. Yugia Muis, M.Si

Ketua Anggota

Ketua Program Studi, Dekan,

Prof. Basuki Wirjosentono, M.S, Ph.D Dr. Sutarman, M. Sc

(4)

PERNYATAAN ORISINALITAS

PEMBUATAN MATERIAL SELULOSA BAKTERI DARI

LIMBAH AIR KELAPA DENGAN PENAMBAHAN

EKSTRAK BUAH NANAS MENGGUNAKAN

ACETOBACTER XYLINUM

T E S I S

Dengan ini saya menyatakan bahwa saya mengakui semua karya tesis ini adalah hasil kerja saya sendiri kecuali kutipan dan ringkasan yang tiap satunya telah dijelaskan sumbernya dengan benar.

Medan, 21 Juni 2011 Penulis,

LODDEN SILITONGA

(5)

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH

UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademika Universitas sumatera Utara, saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Lodden Silitonga Nomor Pokok : 097006025

Program Studi : Magister Kimia Jenis karya Ilmiah : Tesis

Demi pengembangan ilmu penetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Sumatera Utara Hak Bebas Rotalti Non-Eksklusif (Non-Exclusive Royalty Free Right) atas tesis saya yang berjudul :

PEMBUATAN MATERIAL SELULOSA BAKTERI DARI

LIMBAH AIR KELAPA DENGAN PENAMBAHAN

EKSTRAK BUAH NANAS MENGGUNAKAN

ACETOBACTER XYLINUM

Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Non-Eksklusif ini, Universitas Sumatera Utara berhak menyimpan, mengalih media, memformat, mengelola dalam bentuk data-base, merawat dan mempublikasikan Tesis saya tanpa meminta izin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis dan sebagai pemegang dan atau sebagai pemilik hak cipta. Demikian ppernyataan ini dibuat dengan sebenarnya.

Medan, 21 Juni 2011

(6)

Telah diuji pada

Tanggal : 21 Juni 2011

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Basuki Wirjosentono, M.S, Ph.D Anggota : 1. Dr. Yugia Muis, M.Si

2. Prof. Dr. Harlem Marpaung

3. Prof. Dr. Harry Agusnar, M.Si. M.Phil

4. Dr. Marpongahtun, M.Si

(7)

PEMBUATAN MATERIAL SELULOSA BAKTERI DARI

LIMBAH AIR KELAPA DENGAN PENAMBAHAN

EKSTRAK BUAH NANAS MENGGUNAKAN

ACETOBACTER XYLINUM

 

ABSTRAK

Salah satu manfaat air kelapa adalah untuk pembuatan material selulosa bakteri. Dengan penambahan modifikasi ekstrak buah nanas akan diperoleh polimer material selulosa bakteri ananas yang dapat digunakan untuk keperluan pelapis elektronika. Penelitian dilakukan dengan menggunakan campuran 100 g air kelapa, 10 g sukrosa, 0,5 g urea, kemudian dipanaskan sambil diaduk hingga mendidih. Selanjutnya ditambahkan asam asetat 25 % hingga mencapai pH = 4. Selanjutnya ditambahkan sari buah nanas dengan variasi massa 0 g, 10 g, 20 g, 30 g, 40 g, 50 g. Setelah dingin kedalam campuran ditambahkan 10 ml acetobacter xylinum

kemudian di fermentasi selama 7 hari. Material selulosa bakteri yang diperoleh berupa lapisan pelikel yang mengambang pada permukaan media, kemudian lapisan material selulosa bakteri ananas dikeringkan hingga terbentuk lapisan tipis. Kemudian hasil yang diperoleh dilakukan pengujian dengan analisa FT-IR dan Uji tarik. Dari hasil penelitian ini dapat diperoleh hasil yang paling baik adalah dengan variasi 30 g ekstrak buah nanas dengan 70 g limbah air kelapa karena memiliki kekuatan tarik 14,95 MPa dan kemuluran 14,80 %.

(8)

BACTERIA FROM MAKING MATERIAL CELLULOSE

WITH ADDITION COCONUT WATER WASTE

PINEAPPLE FRUIT EXTRACT USING

ACETOBACTER XYLINUM

ABSTARCT

On of the coconut liquid uses is for making material bacterial cellulose. By the modification of both pineaple and strach, that is, they can be used for medical elktonic. This experiment is performed by mixing 100 ml coconut liquid with 10 gr of sucrose, 0,5 gr of fertilizer then, the mixture is stirred and added with 25 % of viniger acid. The mixture will be come pH = 4. The following steps is with massa variation 0 gr, 10 gr, 20 gr, 30 gr, 40 gr, 50 gr. 10 ml of Acetobecter Xylinum is the added o the mixture, nex fermented for 7 days. It resulted in floating pellicle fiberon the media. After the pellicle layers is dried, athin layer is formed. By the FT-IR, and tensile strength analysis test. The best result is found that is, the variation of 30 gr of pineapple with 70 g coconut liquid has the smoothest serface and the higher tensile strength as 14,95 MPa and engolation is 14,80 %.

(9)

KATA PENGANTAR

Puji Syukur ke hadirat Tuhan Maha Kuasa yang telah memberikan rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis penelitian yang berjudul ” Pembuatan Material Selulosa Bakteri dari Limbah Air Kelapa Dengan Penambahan Ekstrak Buah Nanas Menggunakan Aacetobacter Xylinum ”.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Gubernur Sumatera Utara, H Gatot Pudjonogroho ST c.q. Ketua Bappeda Provinsi Sumatera Utara memberikan beasiswa kepada penulis sebagai mahasiswa Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Rektor Universitas Sumatera Utara, Prof.Dr. dr. Syahril Pasaribu, DT & H.MScz(CTM), Sp.A(K) atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada penulis untuk memperoleh pendidikan.

3. Ketua Program Studi Kimia Bapak Prof. Basuki Wirjosentono, MS, Ph.D dan Dr Hamonangan Nainggolan selaku Sekretaris Prodi Kimia yang senantiasa memberikan bimbingan dalam perkuliahan.

4. Bapak Prof. Basuki Wirjosentono, MS, Ph.D, selaku Pembimbing Utama dan Ibu Dr. Yugia Muis, M.S , selaku anggota komisi pembimbing tesis yang setiap saat dengan penuh perhatian selalu memberikan bimbingan dan saran dalam penyusunan tesis ini. 5. Rekan- rekan mahasiswa Program Studi Kimia Sekolah Pascasarjana USU angkatan

2009 yang telah banyak membantu penulis selama menjalani perkuliahan dan penelitian.

6. Kepada keluarga, yaitu Istri dan anak-anakku Tersanyang, yang memberikan semangat dengan penuh perhatian, doa restu serta dorongan moril sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan di Sekolah Pascasarjana USU Medan.

Semoga Tuhan selalu menyertai dan melimpahkan berkat dan rahmatnya kepada kita semua dan tesis ini dapat bermanfaat.

Medan, Juni 2011 Penulis

(10)
(11)

2.7 Kegunaan FTIR 13

3.3.4 Pembuatan Material Selulosa Bakteri dengan

Variasi Sari Buah Nanas 16

3.3,5 Analisis FTIR 17

3.3.6 Uji Tarik 17

3.3.7 Bagan Penelitian sintesa selulosa Bakteri 19 3.3.8 Bagan Pembuatan Selulosa Bakteri Sari Buah

Nanas dengan A.Xylinum 20 4.1.3 Spektrum FTIR Material Selulosa Bakteri dengan

(12)

DAFTAR GAMBAR

No. J u d u l Halaman

1 Struktur kimia Selulosa 11

v

2. Uju kekuatan tarik ASTM-D-638 17

3. Spektrum FT-IR Material Selulosa Bakteri Tanpa Penambahan

Ekstrak Buah Nanas 22

4. Spektrum FT-IR Material Selulosa Bakteri dengan Penambahan

30 ml Ekstrak Buah Nanas 23

(13)

DAFTAR TABEL

No. J u d u l Halaman

1 Komposisi Kimia Air Kelapa 7

2 Data pengukuran Sampel Pengujian Tarik 25

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor J u d u l Halaman

1 Perhitungan kemuluran ( ε ) dan Perhitungan kekuatan tarik ( σ ) L-1 2 Gambar Universal Testing Machine (UTM) adalah Uji Tarik

(tensile test) dan Uji Lentur (bending/flexural test) L-2 3 Gambar Buah Nanas yang Sudah Matang L-3 4. Gambar Selulosa Bakteri Setelah Fermentasi L-4 5. Gambar Selulosa Bakteri Sebelum Dikeringkan L-5 6. Gambar Spektrum FTIR Material Selulosa Bakteri dengan

Penambahan 10 ml Ekstrak Buah Nanas L-6

7. Gambar Spektrum FTIR Material Selulosa Bakteri dengan

Penambahan 20 ml Ekstrak Buah Nanas L-7

8. Gambar Spektrum FTIR Material Selulosa Bakteri dengan

Penambahan 40 ml Ekstrak Buah Nanas L-8

9. Gambar Spektrum FTIR material Selulosa Bakteri dengan

(15)

PEMBUATAN MATERIAL SELULOSA BAKTERI DARI

LIMBAH AIR KELAPA DENGAN PENAMBAHAN

EKSTRAK BUAH NANAS MENGGUNAKAN

ACETOBACTER XYLINUM

 

ABSTRAK

Salah satu manfaat air kelapa adalah untuk pembuatan material selulosa bakteri. Dengan penambahan modifikasi ekstrak buah nanas akan diperoleh polimer material selulosa bakteri ananas yang dapat digunakan untuk keperluan pelapis elektronika. Penelitian dilakukan dengan menggunakan campuran 100 g air kelapa, 10 g sukrosa, 0,5 g urea, kemudian dipanaskan sambil diaduk hingga mendidih. Selanjutnya ditambahkan asam asetat 25 % hingga mencapai pH = 4. Selanjutnya ditambahkan sari buah nanas dengan variasi massa 0 g, 10 g, 20 g, 30 g, 40 g, 50 g. Setelah dingin kedalam campuran ditambahkan 10 ml acetobacter xylinum

kemudian di fermentasi selama 7 hari. Material selulosa bakteri yang diperoleh berupa lapisan pelikel yang mengambang pada permukaan media, kemudian lapisan material selulosa bakteri ananas dikeringkan hingga terbentuk lapisan tipis. Kemudian hasil yang diperoleh dilakukan pengujian dengan analisa FT-IR dan Uji tarik. Dari hasil penelitian ini dapat diperoleh hasil yang paling baik adalah dengan variasi 30 g ekstrak buah nanas dengan 70 g limbah air kelapa karena memiliki kekuatan tarik 14,95 MPa dan kemuluran 14,80 %.

(16)

BACTERIA FROM MAKING MATERIAL CELLULOSE

WITH ADDITION COCONUT WATER WASTE

PINEAPPLE FRUIT EXTRACT USING

ACETOBACTER XYLINUM

ABSTARCT

On of the coconut liquid uses is for making material bacterial cellulose. By the modification of both pineaple and strach, that is, they can be used for medical elktonic. This experiment is performed by mixing 100 ml coconut liquid with 10 gr of sucrose, 0,5 gr of fertilizer then, the mixture is stirred and added with 25 % of viniger acid. The mixture will be come pH = 4. The following steps is with massa variation 0 gr, 10 gr, 20 gr, 30 gr, 40 gr, 50 gr. 10 ml of Acetobecter Xylinum is the added o the mixture, nex fermented for 7 days. It resulted in floating pellicle fiberon the media. After the pellicle layers is dried, athin layer is formed. By the FT-IR, and tensile strength analysis test. The best result is found that is, the variation of 30 gr of pineapple with 70 g coconut liquid has the smoothest serface and the higher tensile strength as 14,95 MPa and engolation is 14,80 %.

(17)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Material selulosa bakteri adalah hasil proses fermentasi air kelapa dengan

menggunakan bakteri Acetobacter xylinum. Secara kimiawi, serat yang terkandung

di dalam nata de coco adalah serat selulosa, yang dikenal sebagai selulosa bakteri

(Yoshinaga et al., 1997).  Bakteri selulosa mempunyai beberapa keunggulan antara

lain memiliki kemurnian yang tinggi tanpa adanya lignin, pektin dan hemiselulosa,

dimana zat-zat tersebut biasa ditemukan pada selulosa tanaman (Lapuz, et al.,

1967). Selain itu serat selulosa yang diproduksi oleh bakteri Acetobacter xylinum,

memiliki sifat-sifat fisik tertentu yang berbeda dari selulosa tumbuhan. Sifat fisik

yang unik dari selulosa yang berasal dari bakteri ini antara lain adalah memiliki

kemurnian, kristalinitas, kekuatan mekanik, dan porositas yang tinggi serta

memiliki kapasitas dalam menyerap air yang cukup besar dan mudah terurai, hal ini

yang membuat serat selulosa bakteri berpotensi untuk dikembangkan lebih jauh

bukan hanya sebagai bahan olahan makanan atau minuman, tetapi juga dapat

digunakan untuk industri-industri penting seperti membrane separasi, bahan

pencampur dalam industri kertas, produksi karbon film elektrokonduktif, alat optik

dan bahan-bahan untuk keperluan biomedis (Surdia, N. M., 2002).

Nata de coco atau bioselulosa merupakan salah satu produk pangan di negara

kita, dengan kualitas yang berbeda-beda. Di negara maju bioselulosa bukan hanya

sekedar untuk keperluan pangan, melainkan dapat digunakan untuk beberapa

macam keperluan. Salah satu produk yaitu kristalin murni sangat penting untuk

bahan baku industri, sebagai bahan material baru untuk digunakan dalam

memproduksi kertas berkualitas (Johnson dan Winslow., 1990). Uji coba lainnya,

selulosa bakteri dibuat sebagai kulit buatan (Fontana dkk., 1990), dan sebagai

(18)

2

Selulosa bakteri memiliki karakteristik yang lebih menguntungkan

dibanding selulosa dari tanaman. Karakteristik tersebut antara lain kemurniannya

tinggi, dapat terurai, seratnya halus (berdiameter 0.1 nm atau 300 kaIi lebih kecil

dibanding serat kayu), kekuatan tarik mekaniknya bagus, kapasitas pengikatan

airnya yang tinggi dan derajat kristalinitasnya yang tinggi (Ross ., 1991).

Istilah Nata diterjemahkan kedalam bahasa latin sebagai Natare yang berarti

terapung-apung. Nata dapat dibuat dari air kelapa, tetes tebu, limbah cair tahu,

maupun ekstrak buah nanas (Pambayun, R., 2002). Nata de coco merupakan selulosa bakterial yang diperoleh melalui fermentasi oleh bakteri Acetobacter

Xylinium, bakteri ini merupakan aerob gram negatip yang mampu menyusun

glukosa alami yang terkandung dalam sari buah nanas maupun yang sengaja

ditambahkan kedalamnya menjadi serat-serat selulosa yang sangat halus. Material

selulosa bakteri dibentuk oleh spesies bakteri asam asetat pada permukaan cairan

yang mengandung gula, sari buah, atau ekstrak tanaman lain (Lapuz, et al., 1967).

Beberapa spesies yang termasuk bakteri asam asetat dapat membentuk selulosa,

namun selama ini yang paling banyak dipelajari adalah A. xylinum (Swissa, et al.,

1980). Bakteri A. xylinum termasuk genus Acetobacter (Ley., 1974). Bakteri A.

xylinum bersifat gram negatip, aerob, berbentuk batang pendek atau kokus (Moat,

1986., Forng, et al., 1989).

Pemanfaatan limbah pengolahan kelapa berupa air kelapa merupakan cara

mengoptimalkan pemanfaatan buah kelapa. Dalam air kelapa terdapat berbagai

nutrisi yang bisa dimanfaatkan bakteri penghasil selulosa bakteri. Nutrisi yang

terkandung dalam air kelapa antara lain : gula sukrosa 1,28%, sumber mineral yang

beragam antara lain Mg+2 3,54 gr/l ( Pracaya., 1982), serta adanya faktor

pendukung pertumbuhan (growth promoting factor) merupakan senyawa yang

mampu meningkatkan pertumbuhan bakteri penghasil nata (Acetobakter xylinum)

(Lapus, et al., 1967). Adanya gula sukrosa dalam air kelapa akan dimanfaatkan oleh

(19)

3

senyawa metabolit diantaranya adalah selulosa. Senyawa peningkat pertumbuhan

mikroba (growth promoting factor) akan meningkatkan pertumbuhan mikroba,

sedangkan adanya mineral dalam substrat akan membantu meningkatkan aktifitas

enzim kinase dalam metabolisme di dalam sel A. xylinum untuk menghasilkan

material selulosa bakteri.

Menurut para peneliti dari Lab of Active Bio-based Material-Kyoto

University, selulosa bakteri dapat dijadikan komposit yang sangat kuat dengan

teknik pengolahan yang cukup sederhana. Lembar selulosa bakteri yang sudah

dihilangkan airnya dicelupkan terlebih dahulu ke dalam perekat polifenol

formaldehid dengan berat molekul rendah. Setelah melalui proses pengeringan

kemudian dipres panas pada suhu 1800C selama 10 menit sehingga akan dihasilkan

komposit yang sangat kuat ( l_suryanegara (at) yahoo.com)

Material komposit tersebut mempunyai keteguhan patah (bending strength)

450 MPa, dengan kerapatan 1.4 g/cm3. Bahkan kekuatan komposit tersebut dapat

disetarakan dengan kekuatan baja ringan SS400 (kerapatan 1,8 g/cm3) yang

mempunyai keteguhan patah sekitar 500 MPa. Sumber: Layar Monitor Fleksibel 

Berbahan Dasar Nata de Coco?  http://www.indoforum.org  

Komposit material selulosa bakteri bisa memiliki kekuatan yang sangat baik

karena memiliki microfibrils yang seragam dengan ukuran fiber kurang dari 10

nm, lurus serta membentuk jaringan seperti jaring laba-laba. Kekuatan jaringan

inilah yang menjadikan komposit selulosa bakteri mendekati kekuatan baja ringan

namun dengan kerapatan yang jauh lebih rendah bila dibandingkan baja

ringan. Keunggulan tersebut memungkinkan komposit selulosa bakteri untuk

dimanfaatkan dalam berbagai aplikasi seperti industri otomotif, elektronik, maupun

konstruksi. Selain keunggulannya yang ringan, kuat, murah dan mudah dalam

proses pembuatannya, keunggulan lainnya adalah komposit tersebut dibuat dari

(20)

4

Berdasarkan penemuan mutakhir dari para peneliti Kyoto University, ukuran

fiber dari selulosa bakteri yang berskala nano, memungkinkannya untuk

mentransmisikan cahaya tanpa pembelokan. Sifatnya nyaris seperti kaca dengan

keunggulan lebih tahan terhadap panas dan memiliki kelenturan seperti plastic.

Hal ini menjadikan komposit selulosa bakteri sebagai material impian dengan

berbagai keunggulan.

Berdasarkan hal diatas dan merujuk pada penelitian sebelumnya, peneliti

ingin melakukan penelitian lanjutan tentang “Pembuatan Material Sellulosa

Bakteri Dari Limbah Air Kelapa Dengan Penambahan Ekstrak Buah Nanas

menggunakan Acetobacter Xylinum “

1.2 Perumusan masalah

1. Bagaimana pengaruh penambahan limbah air kelapa dengan ekstrak buah

nanas dalam membentuk material selulosa baktreri dengan kekuatan tarik

melalui medium nata de coco dengan bantuan A. Xylinum.

2. Apakah melalui penambahan variasi volume ekstrak buah nanas memberikan

pengaruh terhadap material selulosa bakteri yang dihasilkan.

1.3 Tujuan Penelitian

1. Memanfaatkan limbah air kelapa dengan ekstrak buah nanas, dan

membandingkan variasi penambahan ekstrak buah nanas dalam menghasilkan

material selulosa bakteri,

2. Serta mencari perbandingan yang paling optimum antara limbah air kelapa

dengan ekstrak limbah buah nanas sebagai substrat campuran untuk

menghasilkan material selulosa bakteri dengan kekuatan tarik dan kemuluran

(21)

5

1.4 Manfaat Penelitian

1. Diharapkan dengan panambahan variasi limbah ekstrak buah nanas dapat

membentuk material selulosa bakteri

2. Material selulosa bakteri dapat digunakan dengan baik sebagai kemasan

untuk elektronika, automotif dan pelapis kaca oleh masyarakat luas.

1.5 Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di laboratorium Bio Kimia FMIPA USU Medan, dan

laboratorium Polimer FMIPA USU Medan. Karakterisasi secara spektroskopi

FT-IR di Laboratorium Organik FMIPA UGM Yogjakarta dan Uji Tarik dilakukan di

(22)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kelapa

Tanaman kelapa (Cocos nucifera L.) merupakan tanaman serbaguna, baik

untuk keperluan pangan maupun nonpangan.

Klasifikasi Tanaman Kelapa

Kingdom : Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh) Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)

Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga) Kelas : Liliopsida (berkeping satu / monokotil) Sub Kelas : Arecidae

Ordo : Arecales

Famili : Arecaceae (suku pinang-pinangan) Genus : Cocos

Spesies : Cocos nucifera L

Air kelapa mengandung sejumlah zat gizi, yaitu protein, lemak, gula,

vitamin, asam amino, dan hormon pertumbuhan. Kandungan gula maksimal, yaitu 3

gram per 100 ml air kelapa, tercapai pada bulan keenam umur buah, kemudian

menurun dengan semakin tuanya kelapa. Jenis gula yang terkandung glukosa,

fruktosa, sukrosa, dan sorbitol. Selulosa bakteri merupakan hasil fermentasi air

kelapa dengan bantuan mikroba Acetobacter xylinum. Gula pada air kelapa diubah

menjadi asam asetat dan benang-benang selulosa (Philips., 2000).

(23)

7

Tabel 1. Komposisi kandungan kimia air kelapa

No. Komponen Persentase (%)

Sumber : Sutarminingsih., (2004).

Air kelapa mempunyai potensi yang baik untuk di buat minuman fermentasi

karena kandungan zat gizinya yang kaya dan relatif lengkap, sehingga sesuai untuk

pertumbuhan mikroba. Komposisi gizi air kelapa tergantung pada umur kelapa dan

varietasnya. Air kelapa per 100 ml mengandung sejumlah zat gizi, yaitu protein 0,2

g, lemak 0,2 g, gula 3,8 g, vitamin C 1,0 mg, asam amino, dan hormon

pertumbuhan. Jenis gula yang terkandung pada air kelapa adalah : glukosa,

fruktosa, sukrosa, dan sorbitol (Astawan., 2004).

2.2 Buah Nanas

Buah Nanas (Ananas comosus) merupakan substrat pertama yang digunakan

untuk pembentukan nata, namun karena sifatnya yang musiman maka

dicarikan beberapa alternatif lain untuk memproduksi nata yang bisa tersedia

dengan mudah sepanjang tahun dan murah harganya. Ditinjau dari komposisinya

nanas terdiri atas sebagian besar air yang di dalamnya banyak mengandung gula

dan vitamin serta mineral penting (Muljohardjo., 1984). Kandungan kalori dari

(24)

8

asam 0,6%, protein 0,4%, abu 0,5% dan lemak 0,1% (Samson., 1986). Selain

karbohidrat, di dalam buah nanas juga terdapat lemak, nitrogen, asam‐asam

organik, pigmen, dan vitamin. Asam organik utama yang terkandung di dalam

nanas adalah asam sitrat, yang merupakan asam‐asam non volatil yang terbanyak

dalam buah nanas (Jacob., 1985).

Acetobbakter xylinum merupakan bakteri asam asetat yang bersifat gram

negatip, aerob, berbentuk batang, nonmotil, suhu optimumnya 25‐30 0C, dan

mampu mengoksidasi etanol menjadi asam aetat pada pH 4,5 (Madigan, et

al.,1997). Proses pembuatan selulosa bakteri oleh A. xylinum merupakan kegiatan

sintesa selulosa yang dikatalis oleh enzim pensintesis selulosa yang terikat pada

membran sel bakteri. Penguraian/fermentasi gula dilakukan melalui jalur heksosa

monofosfat dan siklus asam sitrat (Susilawati., 2002)

Nanas merupakan tanaman buah berupa semak yang memiliki nama ilmiah

Ananas comosus. Dalam bahasa Inggris disebut pineapple dan orang-orang

Spanyol menyebutnya pina. Nanas berasal dari Brasilia (Amerika Selatan)

yang telah di domestikasi disana sebelum masa Colombus. Pada abad ke-16 orang

Spanyol membawa nanas ini ke Filipina dan Semenanjung Malaysia,masuk

ke Indonesia pada abad ke-15. Di Indonesia pada mulanya hanya sebagai tanaman

pekarangan, dan meluas dikebunkan di lahan kering di seluruh wilayah nusantara.

Tanaman ini kini dipelihara di daerah tropik dan sub tropik.

http://www.ristek.go.id.

Nanas (Ananas comosus) merupakan salah satu komoditi tanaman

hortikultura buah-buahan yang telah dikembangkan masyarakat secara

turun-temurun di Kabupaten Tapanuli Utara dan merupakan komoditi andalan

masyarakat, dimana penanamannya tersebar di beberapa kecamatan, seperti:

Kecamatan Sipahutar, Pangaribuan, Siborongborong dan Tarutung. Namun

(25)

9

Pangaribuan dan Siborongborong, yang merupakan sentra produksi tanaman nenas

di Kabupaten Tapanuli Utara.

Klasifikasi Tanaman Nanas adalah:

Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan)

Bagian utama yang bernilai ekonomi penting dari tanaman nanas adalah

buahnya. Buah nanas bermanfaat bagi kesehatan tubuh, sebagai obat penyembuh

penyakit sembelit, gangguan saluran kencing, mual-mual, flu, wasir dan kurang

darah.

Buah nanas mengandung vitamin (A dan C), kalsium, fosfor, magnesium,

besi, natrium, kalium, dekstrosa, sukrosa (gula tebu), dan enzim bromelain.

Bromelain berkhasiat antiradang, membantu melunakkan makanan di lambung,

mengganggu pertumbuhan sel kanker, menghambat agregasi platelet, dan

mempunyai aktivitas fibrinolitik. Kandungan seratnya dapat mempermudah buang

air besar pada penderita sembelit (konstipasi).

2.3 Fermentasi

Fermentasi adalah suatu proses pengubahan senyawa yang terkandung

didalam substrat oleh mikroba (kulture). Fermentasi polisakarida mikrobial yang

tersusun oleh serat yang dihasilkan oleh strain xylinum dari Acetobacter aceti,

bakteri non patogen yang dinamakan sebagai selulosa bacterial yang diperoleh dari

(26)

10

tumbuhan dan merupakan rantai lurus yang tersusun oleh D-glukosa melalui ikatan

- 1,4. Fermentasi bisa terjadi secara proses katabolisme maupun proses

anabolisme. prosesnya sebagai berikut; substrat air kelapa disterilkan dengan

menggunakan autoklaf atau dengan cara didihkan selama 15 menit. Substrat

didinginkan hingga suhu 40 0C. Substrat dimasukkan pada gelas kimia jenis pyrex

ukuran 500 ml yang telah distrerilkan melalui autoklav, dengan kedalaman substrat

kira-kira 5 cm, kemudian diinokulasi dengan menggunakan starter atau bibit

sebanyak 10 % (v/v). Substrat kemudian diaduk rata, ditutup dengan menggunakan

kain kasa. Substrat diinkubasi atau diperam dengan cara diletakan pada tempat yang

bersih, terhindar dari debu, ditutup dengan menggunakan kain bersih untuk

menghindari terjadinya kontaminasi. Inkubasi dilakukan selama 7-12 hari, pada

suhu kamar. Media starter di atur pada pH 4-4,5 dengan menambahkan asam asetat

glasial, kemudian disterilisasi selama 15 menit. Starter dapat dibuat dengan

menanamkan satu tabung biakan murni bakteri ke dalam 100 ml media starter

kemudian difermentasi selama 3 hari. Setelah itu, 100 ml stater tersebut

ditambahkan ke dalam media baru sebanyak 1 liter dan diperam lagi selama 3 hari.

Hasil pemeraman yang kedua ini merupakan starter yang siap ditambahkan pada

media fermentasi atau bahan induk untuk produksi nata de coco.

2.4 Selulosa

Merupakan material yang terdapat pada kayu, kapas dan tumbuhan lainnya.

Selulosa diisolasi oleh Charles F.Cross yang berkebangsaan Inggris. Selulosa

merupakan polimer dari -glukosa dengan ikatan -1-4 antara unit-unit glukosa.

Selulosa merupakan material penyusun jaringan tumbuhan dalam bentuk campuran

polimer homolog dan biasanya terdapat bersama-sama dengan polisakarida lainnya

serta lignin dalam jumlah bervariasi. Pemeriksaan dengan sinar X menunjukkan

bahwa pada selulosa terdapat rantai linier unit selobiosa yang oksigen cincinnya

(27)

11

5000 unit glukosa, beragregasi menghasilkan fibril yang terikat bersama oleh ikatan

hydrogen pada gugus OH, struktur selulosa ditunjukkan pada gambar 1.

Gambar 1. Struktur Kimia Selulosa

2.5 Selulosa Bakteri

Klasifikasi ilmiah Bakteri Acetobacter xylinum.

Kerajaan : Bacteria

Filum : Proteobacteria

Kelas : Alpha Proteobacteria

Ordo : Rhodospirillales

Familia : Psedomonadaceae

Genus :Acetobacter

(28)

Acetobacterxylinum merupakan bakteri yang menghasilkan serat‐serat

selulosa yang sangat halus. Serat‐serat ini dapat membentuk suatu jaringan pada

lapisan permukaan antara udara dan cairan yang disebut pelikel. Pelikel ini

memiliki ketebalan kira‐kira 10 mm bergantung pada masa pertumbuhan mikroba.

Pelikel yang berada pada permukaan udara cairan ini terdiri atas pita‐pita yang

mengandung kristalin yang tinggi. Pita–pita tersebut memiliki lebar 40‐100 nm,

namun panjangnya sulit diukur karena membentuk jaringan yang berkaitan satu

dengan yang lainnya. Pita tersebut tersusun atas bagian mikrofibril yang

(29)

12

Menurut Krystinowicz selulosa bekteri mempunyai keunggulan, diantaranya :

kemurnian tinggi, derajat kristalinitas tinggi, mempunyai kerapatan antara 300 –

900 kg/m3, kekuatan tarik tinggi, elastisitas dan terbiodegradasi (Krystinowicz.,

2001).

2.6 Spektrofotometer Fourier Transform Inframerah (FTIR)

Konsep radiasi infra merah diajukan pertama kali oleh Sir William Herschel

(1800) melalui percobaannya mendispersikan radiasi matahari dengan prisma.

Ternyata pada daerah sesudah sinar merah menunjukkan adanya kenaikan

temperatur tertinggi yang berarti pada daerah panjang gelombang radiasi tersebut

banyak kalori (energi tinggi). Daerah spektrum tersebut selanjutnya disebut

infrared. Spektroskopi inframerah ditujukan untuk maksud penentuan gugus-gugus

fungsi molekul pada analisa kualitatif, disamping untuk tujuan analisis kuantitatif

(Mulja., 1995 ). Spektrofotometer inframerah konfensional dikenal sebagai alat

dispersi. Dengan terhubung pada komputer dan mikroprosesor sebagai alat

dasarnya, hal ini telah tersebar luas dan dikenal dengan nama alat Fourier transform

infrared (FTIR) spektrometer, yang mana mempengaruhi sejumlah keuntungan.

Dibandingkan suatu kinerja pada monokromator, alat FTIR memakai suatu

interferometer untuk mendeteksi peak yang mengandung pengganggu yang

terdeteksi.

Pada alat interferometer. Radiasi dari sumber IR konfensional dibedakan

kedalam dua alur oleh suatu pemisah berkas cahaya , satu alur menuju posisi

cermin yang ditentukan, dan yang lainnya menjauhi cermin. Ketika berkas cahaya

dipantulkan, salah satu cahaya dipindahkan (keluar dari tahap) dari yang lainnya

sehingga menjadi lebih kecil ( ataupun lebih besar) tujuan jaraknya untuk menjauhi

cermin, dan mereka dikombinasikan kembali untuk menghasilkan suatu rumus

gangguan (semua panjang gelombang dalam berkas cahaya) sebelum melewati

(30)

13

menukar rumus gangguan dengan waktu seperti cermin yang terusmenerus diteliti

pada percepatan linier.Hasil penyerapan radiasi oleh sampel merupakan suatu

spectrum dalam daerah waktu, yang disebut suatu interferogram, yang menyerap

intensitas sebagai fungsi dari lintasan optis yang membedakannya dengan kedua

berkas cahaya tersebut (Cristian., 2005).

Ketebalan film merupakan parameter kritis dalam mempelajari IR dari

degradasi polimer. Suatu reaksi panas oksidatif mungkin menjadi kontrol difusi jika

film tebal lebih besar dari pada nilai tertentu. Dalam degradasi termal pada polimer,

tingkatan difusi pada produk yang mudah menguap menjadi lebih dominan dan sisi

reaksi diantara produk dan rantai radikal mungkin menjadi lebih besar luasnya

dengan meningkatnya ketebalan film, hal tersebut dicatat bahwa dalam film yang

benar-benar tipis tingkat degradasi dapat ditinggkatkan untuk

volatilisasi pada radikal-radikal dengan hasil pada reaksi radikal yang

non-steady-state. Ini merupakan awal tujuan dari Florin et all untuk menjelaskan peningkatan

tingkat degradasi pada polytetrafluoroetilena irradisi- dengan berkurangnya

ketebalan film (Allen., 1983).

2.7 Kegunaan Spektrofotometer

Spektrofotometer infra merah pada umumnya digunakan untuk :

1. Menentukan gugus fungsi suatu senyawa organik.

2. Mengetahui informasi struktur suatu senyawa organik dengan membandingkan

daerah sidik jarinya.

Pengukuran pada spektrum inframerah dilakukan pada daerah cahaya

inframerah tengah (mid-infrared) yaitu pada panjang gelombang 2,5 - 50 μm atau

bilangan gelombang. 4000 - 200 cm-1. Energi yang dihasilkan oleh radiasi ini akan

menyebabkan vibrasi atau getaran pada molekul. Pita absorbsi inframerah sangat

(31)

14

Spektrum yang dihasilkan berupa grafik yang menunjukkan persentase transmitan

yang bervariasi pada setiap frekuensi radiasi inframerah (Dachriyanus., 2004).

2.8 Syarat – Syarat Interpretasi Spektrum

Tidak ada aturan yang pasti dalam menginterpretasikan spektrum IR. Tetapi

beberapa syarat harus dipenuhi dalam menginterpretasikan spektrum :

1. Spektrum harus tajam dan jelas serta memiliki intensitas yang tepat.

2. Spektrum harus berasal dari senyawa yang murni.

3. Spektrofotometer harus dikalibrasi sehingga akan menghasilkan pita atau

serapan pada bilangan gelombang yang tepat.

4. Metoda penyiapan sampel harus dinyatakan. Jika digunakan pelarut maka

jenis pelarut, konsentrasi dan tebal sel harus diketahui.

Karakteristik frekuensi vibrasi IR sangat dipengaruhi oleh perubahan yang

sangat kecil pada molekul sehingga sangat sukar untuk menentukan struktur

berdasarkan data IR saja. Spektrum IR sangat berguna untuk mengidentifikasikan

suatu senyawa dengan membandingkannya dengan spektrum senyawa standar

terutama pada daerah sidik jari. Secara praktikal, spektrum IR hanya dapat

(32)

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Alat-Alat

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini, gelas beaker, gelas ukur ,

gelas Erlenmeyer semuanya dalam bentuk pyrex, Neraca analitik, indicator

universal (Merck), autoklaf, oven, Bunsen, termometer, cawan porslen, tanur, statif

dan klem labu takar. Uji tarik dilakukan dilaboratorium polimer FMIPA USU,

sedangkan analisa spektrum FTIR dilakukan di laboratorium UGM Yogjakarta

3.2 Bahan-Bahan

Bahan-bahan yang digunakan terdiri dari Air kelapa yang sudah tua, urea (p.a

merck), gula pasir, asam cuka 25 %, ekstrak buah nanas, bibit A.Xylinum, dan

aquades, sedangkan Acetobacter Xylinium di peroleh dari Laboratorium IPB Bogor.

3.3 Prosedur Penelitian 3.3.1 Persiapan Substrat

Substrat adalah media pertumbuhan bakteri A. xylinum, bentuk cair yang

didalamnya mengandung nutrisi yang diperlukan untuk pertumbuhan A. xylinum,

untuk menghasilkan material selulosa bakteri. Air kelapa yang diperoleh dari pasar

Tanjung Rejo Medan disaring dengan menggunakan penyaring kapas. Kedalam air

kelapa ditambahkan sukrosa (gula pasir) sebanyak 10% (b/v). penambahan gula

pasir dilakukan pemanasan sambil, diaduk hingga homogen. ZA (sebanyak 5 gram

untuk setiap 1 liter air kelapa bergula yang disiapkan) ditambahkan dan diaduk

sambil didihkan.

Substrat ini didinginkan, kemudian ditambah asam asetat sebanyak 2% atau

(33)

16

disterilkan dengan cara dimasukkan dalam autoklaf pada suhu 1210 C, tekanan 2

atm, selama 15 menit (atau didihkan selama 15 menit).

3.3.2 Penyiapan Starter

Starter adalah bibit A. xylinum yang telah ditumbuhkan dalam substrat

pertumbuhan kultur tersebut sehingga populasi bakteri A. xylinum mencapai

karapatan optimal untuk proses pembuatan nata , yaitu 1 x 109 sel/ml. substrat

disterilkan dengan autoklaf atau dengan cara didihkan selama 15 menit. Setelah

dingin kira-kira suhu 400 C, sebanyak 200 ml dimasukkan kedalam botol steril

volume 400 ml. Substrat dalam botol steril diinokulasi (ditanami bibit bakteri A.

xylinum) sebanyak 10 %, bibit A. xylinum. Substrat digojog, sebaiknya

menggunakan shaker dengan kecepatan 140 rpm (Masaoka, et al., 1993)

Starter ditumbuhkan selama 2 hari, pada suhu kamar, dimana faktor yang

mempengaruhi perkembangan bakteri axetobacter xylinum adalah tingkat keasaman

medium, lama fermentasi, sumber karbon, sumber nitrogen, suhu dan konsentrasi

bibit (starter). Pada dasarnya proses pembuatan biakan murni bakteri axetobacter

xylinum dapat dilakukan secara laboratories maupun secara sederhana

(Sutarminingsih., 2004).

3.3.3 Pembuatan Selulosa Bakteri

Sebanyak 100 ml air kelapa hasil penyaringan dituangkan kedalam gelas

beaker dengan pengaduk magnet, lalu ditambah 10 gram gula pasir dan 0,5 gram

urea, diaduk hingga larut. Kemudian di asamkan dengan CH3COOH 25 % hingga

pH = 4 sambil dipanaskan hingga suhu 1210 C, selanjutnya dituang kedalam gelas

kimia 250 ml yang telah disterilkan. Setelah media dingin, diinokulasi dengan

biakan A.Xylinum dan dibiarkan selama 1 minggu didalam ruangan yang steril.

Lapisan material selulosa yang terbentuk dicuci dengan aquadest, kemudian

dikeringkan dalam oven hingga suhu 700C– 800C. Produk yang dihasilkan

(34)

17

3.3.4 Pembuatan Material Selulosa dengan Variasi Sari Buah Nanas

Sebanyak 100 ml air kelapa hasil penyaringan dituangkan ke dalam beaker

gelas, ditambahkan 10 gram gula pasir dan 0,5 gram urea, selanjutnya diaduk

hingga larut. Kemudian diasamkan dengan CH3COOH 25 % sampai pH 4 dan

ditambahkan buffer asetat 0,2 M sebanyak 1 ml untuk mempertahankan pH 4.

selanjutnya ditambahkan ekstrak buah nanas dengan variasi 0 g, 10 g, 20 g, 30 g,

40 g, 50 g kemudian diangkat dan didinginkan pada suhu kamar, lalu ditambahkan

starter air kelapa yang mengandung bakteri A.Xylinum 10 %, kemudian di

fermentasikan selama 7 hari. Lapisan material selulosa bakteri yang terbentuk

dicuci dengan aquades lalu dikeringkan di dalam oven dengan suhu 700C– 800 C.

Hasil yang diperoleh dikarakterisasi secara spektroscopi FTIR dan dilakukan Uji

Tarik.

3.3.5 Analisis FTIR

Material selulosa bakteri yang dihasilkan di pres dengan kekuatan 5 ton,

kemudian dilakukan pengeringan dengan suhu 300C– 500C. Setelah diperoleh

lapisan tipis atau pelikel dijepit pada tempat sampel kemudian diletakkan pada alat

ke arah sinar Infra Red. Hasilnya akan direkam kedalam kertas berskala berupa

aliran kurva bilangan gelombang terhadap intensitas.

3.3.6 Uji Tarik

Pengujian kekuatan tarik dilakukan dengan alat uji tarik terhadap tiap

specimen dengan ketebalan 0,5 mm dan ukuran specimen berdasrakan

ASTM-D-638. Material yang akan diuji dipotong dalam bentuk dumb bell seperti gambar

(35)

18

Lebar 1,5 cm Tebal

0,5 mm

2 cm 7 cm

Gbr. 2 Uji Kekuatan Tarik Berdasarkan ASTM-D-638

Material selulosa bakteri dipotong sesuai dengan ukuran lalu diletakkan pada

kedua penjepit (grip) yang posisinya tegak lurus pada alat tarik. Sebelum dilakukan

pengujian alat sudah dikondisikan dengan beban 100 Kgf dengan kecepatan 20

mm/menit, dengan ketebalan merata 0,5 mm, lalu specimen ditarik keatas,

kemudian diamati hingga putus, lalu dicatat gaya dengan maximum (Fmaks) dan

(36)

19

Bagan Penelitian Sintesa Material Selulosa Bakteri

◄ Ditambahkan 10 g gula pasir

◄ Ditambah 0,5 g Urea

◄ Distarter hingga larut

(37)

20

3.3.8 Bagan Pembuatan Pembuatan Material Selulosa Bakteri Ekstrak Buah Nanas dengan A.Xylinum

◄ Distarter hingga larut dan di panaskan

◄ Dituang kedalam wadah fermetasi dalam keadaan panas dan ditutup

◄ Dibiarkan hingga suhu kamar

◄ Ditambah 10 ml media strarter A.Xylinium

◄ Difermentasi hingga 7 hari pada suhu kamar.

◄ dicuci dengan aquadest

◄ dikeringkan dalam oven pd suhu 70-800C

FT‐IR Uji Tarik

Lapisan Filtrat

Lapisan

Media Fermentasi

(38)

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.1 Analisa Spektroskopi Inframerah (FTIR)

Material selulosa bakteri merupakan salah satu turunan selulosa yang dibuat

dengan mengganti gugus hidroksil (OH-) selulosa dengan gugus asil. Penelitian

sebelumnya dalam pembuatan selulosa asetat diperoleh hasil yang kurang baik

karena penggunaan katalis asam (H2SO4) dan reaktor dengan keadaan terbuka.

Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan membran selulosa asetat dari

bioselulosa nata de coco (BNC) dengan katalis basa (piridina) dan reaktor inert,

menentukan karakter membran yang dihasilkan serta menguji kemampuan

membran untuk melewatkan ion Mg+2.

Selulosa bakteri dibuat melalui bioselulosa nata de coco (BNC) dengan

menggunakan pereaksi asam asetat anhidrida dan katalis basa (piridina) dalam

reaktor inert. Produk selulosa asetat dibuktikan dengan analisis spektroskopi FTIR.

Karakterisasi membran yang meliputi permeabilitas, selektivitas, diameter pori

maksimum masing-masing dilakukan dengan alat mikrofiltrasi. Ketebalan membran

diukur dengan mikrometer sekrup sedangkan kelarutan membran dilakukan dengan

(39)

22

21

Gambar . 3 Spektrum FTIR Material Selulosa Bakteri Tanpa Penambahan Ekstrak Buah Nanas

Pada Gambar 4.2 terlihat bahwa puncak serapan karakteristik dari material

selulosa bakteri adalah gugus OH terjadi pada bilangan gelombang 3379,34 cm-1;

2900,99 cm -1 menunjukkan adanya rentangan C-H ; 1651,09 cm -1 menunjukkan

adanya gugus C=O aldehid pada ujung monomer ; 1427,35 cm -1 menunjukkan

adanya vibrasi tekuk C-H ; 1365,63 cm -1 menunjukkan adanya gugus C-O-H

bengkok ; 1026,15cm -1 menunjukkan adanya pita serapan cukup kuat untuk gugus

(40)

lain. Serapan dengan intensitas medium pada 894,99 – 324,05 cm -1 menunjukkan

adanya vibrasi dari lentur C-H untuk -CH2 luar bidang.

23

Gambar. 4 Spektrum FTIR Material Selulosa Bakteri Dengan Penambahan 30 ml Ekstrak Buah Nanas

Pada gambar menunjukkan spektrum FT-IR selulosa bakteri dengan

penambahan sari buah nanas dengan serapan puncak-puncak pada bilangan

gelombang : 3410,20 cm -1 menunjukkan adanya gugus –OH ; 2924,13 cm -1

menunjukkan adanya gugus C-H alifatis ; 1651,09 cm -1 menunjukkan adanya

gugus C=O aldehid pada ujung monomer ; 1427,35 cm -1 menunjukkan adanya

(41)

bengkok ; 1057,01cm-1 menunjukkan adanya gugus eter C-O-C dan serapan pada

925,85 – 300,90cm -1 menunjukkan adanya gugus lentur C-H pada luar bidang. 24

4.2 UJI TARIK

Untuk mengetahui kekuatan tarik suatu bahan adalah dengan menggunakan

pengujian tarik. Beban dikenakan pada spesimen yang ditarik dengan tarikan

konstan. Untuk mengetahui kekuatan tarik suatu bahan adalah dengan

menggunakan pengujian tarik. Beban dikenakan pada spesimen yang ditarik dengan

tarikan konstan.

Analisa kekuatan tarik dan kemuluran campuran air kelapa dengan variasi

massa ekstrak buah nanas merupakan faktor penting untuk menetukan sifat mekanis

suatu bahan yang diteliti. Hasil pengujian didapat Load (Kgf) dan Stroke (mm) .

Hasil pengujian untuk mendapatkan kekuatan tarik dan kemuluran.

Harga kemuluran ( % ) dihitung dengan rumus dibawah ini ;

X 100 % Harga kekuatan tarik dapat dihitung dengan rumus:

Contoh perhitungan kemuluran dan kekuatan tarik untuk sampel material selulosa

1a. Perhitungan kemuluran

x 100 %

(42)

1b. Kekuatan tarik ( σ ) 25

pemberian beban pada specimen sehingga terjadi perubahan panjang (regangan )

yang menyebabkan specimen menjadi putus.

(43)

26

Gambar. 5 Grafik Linier Stroke dan Regangan

Model Summaryb Model

R

R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Durbin -Watson dimension0 1 0,345a 0,119 -,102 735,397 1,338

a. Predictors: (Constant), X = Stroke /Regangan ( mm/menit )

b. Dependent Variable: Y = Load /Tegangan ( Kgf )

R = 0,345 : menyatakan bahwa keeratan hubungan (korelasi) variabel bebas

(44)

27

berarti “terdapat hubungan yang positif dan korelasi lemah antara Stroke terhadap

Load”.

Korelasi positif menunjukkan bahwa hubungan antara variabel-variabel bebas

dengan variabel terikat berlangsung searah, artinya semakin besar variable bebas,

maka semakin besar pula variabel terikatnya.

R2 atau R Square = 0,119 gunanya untuk mengetahui besarnya kontribusi

variabel bebas regangan (Stroke) dalam menjelaskan variabel terikat tegangan

(Load) : menyatakan bahwa hanya 11,9 % perubahan pada variabel terikat tegangan

(Load) dapat dijelaskan oleh variabel bebas regangan (Stroke), sisanya dijelaskan

oleh variabel yang tidak dimasukkan dalam model ini.

(45)

X = Stroke /Regangan ( mm/menit )

,512 ,697 ,345 ,734 ,504

a. Dependent Variable: Y = Load /Tegangan ( Kgf )

28

Y = 923,217 + 0, 512 X

Data hasil kekuatan tarik dan kemuluran pada campuran selulosa bakteri dengan

penambahan variasi volume sari buah nanas dapat dilihat pada tabel Tabel 4.2

Tabel. 3 Data Hasil Perhitungan Kekuatan Tarik (σ) dan Kemuluran (ε) pada Pembuatan Selulosa Sari Buah Nanas.

No. Air Kelapa

Gambar 4.9 Grafik Linier

(46)

Gambar .6 Grafik Kemuluran dan Kekuatan tarik

29

Model Summaryb Model

R

R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Durbin-Watson

dimension0 1 ,066a ,004 -,245 ,71195 1,368

a. Predictors: (Constant), X = Kemuluran ( % )

b. Dependent Variable: Y = Kekuatan Tarik ( Mpa )

R = 0,066 : menyatakan bahwa keeratan hubungan (korelasi) variabel bebas

kemuluran terhadap variabel terikat kekuatan-tarik sebesar 6,6% yang berarti

“terdapat hubungan yang positif tetapi korelasi lemah antara kemuluran terhadap

kekuatan-tarik”. 

(47)

0 Tidak ada Hubungan

0 - 0.5 Korelasi Lemah

0.5 - 0.8 Korelasi

Sedang/Cukup Kuat

0.8 - 1 Korelasi Kuat

1 Korelasi Sempurna

Korelasi positif menunjukkan bahwa hubungan antara variabel-variabel

bebas dengan variabel terikat berlangsung searah, artinya semakin besar variable

bebas, maka semakin besar pula variabel terikatnya. R2 atau R Square = 0,004

gunanya untuk mengetahui besarnya kontribusi variabel bebas regangan (Stroke)

dalam menjelaskan variabel terikat tegangan (Load) : menyatakan bahwa hanya 0,4

% perubahan pada variabel terikat tegangan (Load) dapat dijelaskan oleh variabel

bebas regangan (Stroke, sedangkan sisanya dijelaskan oleh variabel yang tidak

dimasukkan dalam model ini. Pada table 4.2 memberikan informasi bahwa sifat

mekanis film dari selulosa bakteri dengan penambahan nana optimum 30 ml,

dimana kekuatan tarik 14,95 dan kemuluran 14,80 %. 

(48)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Dengan adanya variasi penambahan sari buah nanas pada air kelapa

diperoleh tekstur permukaan yang berbeda

2. Dari variasi penelitian yang dilakukan diperoleh spesimen yang memiliki

tekstur permukaan paling baik dengan kekuatan tarik 14,95 MPa dan

kemuluran 14,80 % yang dihasilkan dengan variasi penambahan 30 g

ekstrak buah nanas dan 70 g air kelapa.

5.2 Saran

Produk yang dihasilkan dalam penelitian ini diharapkan dapat digunakan

dalam pelapis komponen elektronika, sehingga perlu dilakukan penelitian

lanjutan untuk mendapatkan informasi aplikasi dari material selulosa

tersebut.

(49)

32

DAFTAR PUSTAKA

Astawan. M; 2004. Nata De Coco yang Kaya Serat. Kompas.

http://www.ristek.go.id

Fessenden. R. J; and Fessenden. J. S. A; 1999. Kimia Organik. Edisi ketiga, jilid kedua Erlangga, Jakarta

Figini. M; 1982. Cellulose and Other Nature Polymer System. Plenum, New York.

Fontana, J.D., A.M. Souza, C.K. Fontana, I.L. Torriani, J.C. Moreschi, B.J.

Gallotti, S.J. Souza, G.P. Narcisco, J.A. Bichara, and L.F.X. Farah, 1990. Acetobacter cellulose pellicle as a temporary skin substitute.

Applied Biochemistry and. Biotechnology 24-25: 253-264

Forng, E. R., Anderson, S .M., and Cannon, R. E; 1989. Synthetic Medium for Acetobacter xylinum That Can Be Used for Isolation of Auxotrophic

Mutan and Study of Cellulose Biosynthesis. App. and Environ.

Microbiol.

Jacobs, M. B; 1985. The Chemical Analysis of Food and Food Product. Van Nostrand Company. Inc. Princenton, New York.

Johnson, D.C. and A.R. Winslow. 1990. Bacterial cellulose has potential application as new paper coating. Pulp and Paper News: 105-107

Lapuz, M. M., Gollardo E.G., and Palo M .A; 1967. The Organism and Culture Requirements, Characteristics and Identity. The Philippine J. Science.

Ley, J. D.; and Frateur, J; 1974. Genus Acetobacter. Bejering.

Dalam R.E; Buchanan and N. E; Gibson (Ed) Bergeys Manual of DeterminatifBacteriology, Eight Edition. The Williams & Wilkins Co. Baltimore.

Madigan M. T; Martinko J. M; Parker .J; 1997. Brock Biology of Microorganism.

(50)

33

Moat, A.G; 1979. Microbial Physiology. Jhon Willey & Sons, New York.

Muljohardjo, M; 1984. Nanas dan Teknologi Pengolahannya: Ananas comosus

(L) Merr. Liberty. Yogyakarta

Pambayun, R., 2002, Teknologi Pengolahan Nata de Coco, Kanisius, Yogyakarta.

Philip, G .O; and Williams, P. A; 2000, Handbook of Hydrocolloids, Cambridge, Woodhead Publishing Limited.

Pracaya. Bertanam Nanas. Penebar Swadaya. Salatiga.

Ross, P., M. Raphael, B. Moshe. 1991. Cellulose of Biosynthetic and Function in bacteria. Microbiological Review. 55: 35

Samson J.A; 1986. Tropical Fruits. Second Edition. Longman Scientific & Technical. England.

Surdia, N.M., N. Hayati dan W. Master, 2002, Pembuatan dan Karakterisasi Film Selulosa dari Air Buah-buahan, di dalam Prosiding Seminar Kimia Bersama UKM-ITB Ke-5, Universitas Kebangsaan Selangor, Malasia.

Susilawati. L; Mubarik. N. R; 2002. Pembuatan Nata de Coco dan Nata de Radia. Laboratorium mikrobiologi, Jurusan Biologi FMIPA IPB, Bogor.

Swissa. M., Aloni. Y., Weinhouse. H; and Benziman. M; 1980. Intermediary step in Acetobacter xylinum Cellulose Synthesis” Studies whit whole Cells and Cell Free Preparation of the Wild Type and A Celluloses Mutant. J. Bacteriol. 143: 1142 – 1150.

Takai, M., F. Nonomura, T. Inukai, M. Fujiwara, and J. Hayashi. 1991.

Filtration and permeation characteristics of bacterial cellulose composite.

Sen”i Kaghaishi 47: 119-129.

Uning. S. B., 1974. Studi Mengenai Penggunaan Berbagai Umur Bakteri Acetobacter xylinum pada Pembentukan Nata de Coco secara

Fermentasi dari Medium air Kelapa. Jurusan Pengolahan Hasil

(51)

34

Woodroof. J. G; 1970. Coconuts: Production, Processing Product, The AVI Publishing Company, Inc. Conecticut.

Yoshinaga. F; Tonouchi. N; Watanabe. K; 1997. Research Progress in Production of Bacterial Cellulose by Aeration and Agitation Culture and Its Application as a New Industrial Material. Biosci. Biotech. Biochem.,

61:219‐224

(52)

LAMPIRAN

(53)

Lampiran :

Contoh perhitungan kemuluran dan kekuatan tarik untuk sampel material selulosa

1a. Perhitungan kemuluran ( ε )

x 100 %

= 14,80 %

1b. Kekuatan tarik ( σ ) F maks

σ =

tebal (mm) x lebar (mm)

48,61

σ =

0,5 x 6,5

= 14,95

(54)

Gambar 1. Universal Testing Machine (UTM) adalah Uji Tarik (tensile test) dan Uji Lentur (bending/flexural test)

(55)

Gambar 2. Buah Nanas yang Sudah Matang

(56)

Gambar 3. Selulosa Bakteri Setelah Fermentasi

Gambar 4. Selulosa Bakteri Setelah Fermentasi

(57)

Gambar 5. Selulosa Bakteri Sebelum Dikeringkan

Gambar 6. Selulosa Bakteri Sebelum Dikeringkan

(58)

Gambar 4.3 Spektrum FTIR Material Selulosa Bakteri dengan Penambahan 10 ml Ekstrak Buah Nanas

Pada gambar menunjukkan spektrum FT-IR selulosa bakteri dengan

penambahan sari buah nanas dengan serapan puncak-puncak pada bilangan

gelombang : 3379,34 cm -1 menunjukkan adanya gugus –OH ; 2924,13cm -1

menunjukkan adanya rentangan C-H ; 1651,09 cm -1 menunjukkan adanya gugus

C=O aldehid pada ujung monomer ; 1427,35 cm -1 menunjukkan adanya vibrasi

tekuk C-H ; 1365,63 cm -1 menunjukkan adanya gugus C-O-H bengkok ; 1111,02 –

1026,15 cm -1 menunjukkan adanya gugus eter C-O-C ; serapan pada 933,56 –

316,33 cm -1 menunjukkan adanya gugus lentur C-H luar bidang.

(59)

Gambar 4.4 Spektrum FTIR Material Selulosa Bakteri dengan Penambahan 20 ml Ekstrak Buah Nanas

Pada gambar menunjukkan spektrum FT-IR selulosa bakteri dengan

penambahan sari buah nanas dengan serapan puncak-puncak pada bilangan

gelombang : 3379,34 menunjukkan adanya gugus –OH ; 2900,99 cm -1

menunjukkan adanya rentangan C-H ; 1651,09 cm -1 menunjukkan adanya gugus

C=O aldehid pada ujung monomer ; 1427,35 cm -1 menunjukkan adanya gugus

vibrasi tekuk C-H ; 1334,76 cm -1 menunjukkan adanya gugus C-O-H bengkok ;

1057,01 cm -1 menunjukkan adanya gugus eter C-O-C ; serapan pada 925,85 –

300,90 cm -1 menunjukkan adanya gugus lentur C-H pada luar bidang.

(60)

Gambar 4.6 Spektrum FTIR Material Selulosa Bakteri dengan Penambahan 40 ml Ekstrak Buah Nanas

Pada gambar menunjukkan spektrum FT-IR selulosa bakteri dengan

penambahan sari buah nanas dengan serapan puncak-puncak pada bilangan

gelombang : 3379,34 cm -1 menunjukkan adanya gugus –OH ; 2924,13 cm -1

menunjukkan adanya gugus C-H alifatis ; 1651,09 cm -1 menunjukkan adanya

gugus C=O aldehid pada ujung monomer ; 1427,35 cm -1 menunjukkan adanya

gugus/vibrasi tekuk C-H ; 1334,76 cm -1 menunjukkan adanya gugus C-O-H

bengkok ; 1057,01 cm -1 menunjukkan adanya gugus eter C-O-C dan serapan pada

933,56 – 308,62 cm -1 menunjukkan adanya gugus lentur C-H pada luar bidang

(61)

   

Gambar 4.7 Spektrum FTIR material Selulosa Bakteri dengan Penambahan 50 ml Ekstrak Buah Nanas

Pada gambar menunjukkan spektrum FT-IR selulosa bakteri dengan

penambahan sari buah nanas dengan puncak-puncak pada bilangan gelombang

3379,34 cm -1 menunjukkan adanya gugus –OH ; 2924,13 cm -1 menunjukkan

adanya gugus C-H alifatis ; 1651,09 cm -1 menunjukkan adanya gugus C=O aldehid

pada ujung monomer ; 1427,35 cm -1 menunjukkan adanya gugus / vibrasi tekuk

C-H ; 1334,76 cm -1 menunjukkan adanya gugus C-O-H bengkok ; 1057,01 cm -1

menunjukkan adanya gugus eter C-O-C ; dan serapan pada 925,85 – 300,90 cm -1

Gambar

Gambar 1.   Struktur Kimia Selulosa
Gambar . 3   Spektrum FTIR Material Selulosa Bakteri Tanpa Penambahan                         Ekstrak Buah Nanas
Gambar. 4  Spektrum FTIR Material Selulosa Bakteri Dengan                            Penambahan  30 ml Ekstrak  Buah Nanas
Gambar. 5   Grafik Linier Stroke dan Regangan
+7

Referensi

Dokumen terkait

pelepah kelapa dengan penambahan sari buah nanas pada konsentrasi.

Berdasarkan analisis data dan pembahasan pupuk organik cair ekstrak daun lamtoro, limbah air kelapa dengan penambahan feses sapi maka dapat disimpulkan bahwa

Tujuan penelitian untuk mengetahui kandungan Nitrogen dan Fosfor pada pupuk organik cair dari ekstrak daun lamtoro dan limbah air kelapa dengan penambahan feses

Mengetahui organoleptik (rasa, aroma, tekstur,dan bau) telur asin hasil dari pengasinan menggunakan abu pelepah kelapa dengan penambahan sari buah nanas pada

Membran selulosa asetat dapat disintesis dari bahan dasar limbah mahkota buah nanas yang telah diidentifikasi gugus fungsi menggunakan FTIR terhadap membran selulosa

Dalam penelitian ini dilakukan variasi penambahan ekstrak kulit nanas kedalam Nata de Soya, selain dari penambahan ekstrak kulit nanas, dengan adanya penambahan gula

Berdasarkan hasil pengamatan laju pertumbuhan relatif menunjukkan bahwa perlakuan penggunaan ekstrak buah nanas dalam pakan buatan dengan dosis masing-masing (0%; 0,75%;

“Peggunaan Ekstrak Kasar Polisakarida Larut Air Biji Durian (Durio zibethinus Murr) Sebagai Penstabil Dalam Pembuatan Sari buah Nanas” adalah benar–benar hasil karya