• Tidak ada hasil yang ditemukan

Solidaritas Sosial Pada Masyarakat Pluralis yang Sering Mengalami Bencana Banjir di Kelurahan Polonia Kota Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Solidaritas Sosial Pada Masyarakat Pluralis yang Sering Mengalami Bencana Banjir di Kelurahan Polonia Kota Medan"

Copied!
131
0
0

Teks penuh

(1)

SOLIDARITAS SOSIAL PADA MASYARAKAT

PLURALIS YANG SERING MENGALAMI

BENCANA BANJIR

(Studi Kasus Pada Masyarakat etnis Cina, India, dan Karo di Kelurahan Polonia,

Kecamatan Medan Polonia)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Mencapai Gelar

Sarjana

DISUSUN OLEH

WISTIN MONICA

080901048

DEPARTEMEN SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

ABSTRAK

Indonesia merupakan negara yang sering mengalami bencana hidrometereologi, terutama banjir. Banjir yang terjadi dialami oleh masyarakat pluralis yang ada di Indonesia. Masyarakat pluralis yang tinggal pada satu kawasan menyadari perbedaan yang terjadi di antara mereka tidak menjadi suatu penghalang untuk hidup saling menolong, terutama karena persamaan nasib yang mereka hadapi yakni bencana banjir yang sering terjadi. Tidak hanya sekedar mengenal, hubungan di antara masyarakat pluralis menjadi sangat erat dan solidaritas akhirnya muncul di tengah- tengan masyarakat tersebut. Hal inilah yang membuat peneliti tertarik untuk melihat bentuk solidaritas yang terjadi pada masyarakat pluralis dan faktor- faktor yang memengaruhi solidaritas tersebut.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian empiris yaitu penelitian tentang dunia nyata yang sebenarnya, dalam penelitian ini terhadap 35 responden. Penentuan informannya menggunakan teknik “purposive”. Artinya, penentuan siapa yang menjadi sumber data didasarkan atas kriteria tertentu yang sudah ditetapkan terlebih dahulu.Melalui wawancara dan observasi partisipasi , peneliti langsung mengamati hubungan sosial yang terjadi. Data diperoleh melalui pembagian kuesioner kepada responden yang berisi tentang pertanyaan pengetahuan mengenai kondisi kawasan tempat tinggal, kondisi banjir kepada lingkungan dan bentuk solidaritas sosial yang terjadi pada saat banjir. Interview guide yang digunakan untuk menambah serta melengkapi informasi dari responden dan dokumentasi juga menggambarkan kondisi penelitian.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa bentuk solidaritas terlihat pada tolong-menolong yang terjadi disaat banjir, perkumpulan rutin yang dilakukan oleh warga dan arisan yang ada di tengah-tengah masyarakat pluralis. Melalui kegiatan tersebut, solidaritas masyarakat semakin erat tidak hanya dengan sesama etnis tetapi juga dengan etnis yang lain. Faktor yang memengaruhi solidaritas yaitu masyarakat yang saling berbaur dengan komunikasi yang intens, agama dan lembaga masyarakat yaitu serikat tolong menolong. Solidaritas yang kuat terjadi di antara masyarakat pluralis menyebabkan asimilasi terjadi di lingkungan masyarakat pluralis.

(3)

i KATA PENGANTAR

Skripsi berjudul Solidaritas Sosial Pada Masyarakat Pluralis yang Sering Mengalami Bencana Banjir di Kelurahan Polonia Kota Medan ini merupakan penelitian yang disusun untuk diajukan sebagai salah satu syarat dalam menempuh Ujian Kompeherensif untuk mencapai Gelar Sarjana Sosial pada Departemen Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. Penelitian terhadap solidaritas sosial terhadap masyarakat pluralis yang sering mengalami banjir di Lingkungan III, Kelurahan Polonia ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana bentuk solidaritas sosial yang terjadi karena sering mengalami banjir, di antara masyarakat pluralis, yaitu masyarakat Cina, India, dan Karo yang tinggal di lingkungan tersebut.

Solidaritas biasanya terjadi pada masyarakat yang memiliki banyak persamaan, seperti persamaan budaya dan suku. Namun, solidaritas juga dapat terjadi di tengah kehidupan masyarakat pluralis. Solidaritas tersebut timbul karena berbagai faktor. Salah satu faktor utamanya melalui bencana banjir yang sering dialami oleh masyarakat pluralis. Berbagai bentuk tolong- menolong terjadi pada saat masyarakat pluralis menghadapi bencana banjir yang sering terjadi di lingkungan tempat tinggalnya.

(4)

untuk menyelesaikan skripsi dengan menanyakan perkembangan skripsi saya setiap hari.Semoga kita bisa sukses ya kak. Kepada keluarga besar Sitepu- Gulo, terutama bibik saya Febriana Sitepu atas dukungan yang luar biasa, terimakasih yang sebesar- besarnya saya ucapkan. Kepada orang- orang yang special, yaitu my Charles Bastian S.sos atas setiap nasehat, bantuan, doa, dan selalu menemani saya disaat masa- masa suka dan sulit dalam mengerjakan skripsi, saya ucapkan terimakasih yang tiada henti. Begitu juga kepada sahabat saya sejak SMA (speaqmaroeq) yaitu Mariana Florensia S.E, Isabela Deliana S.I.Kom, Kartika Fidesia, dan Dewi Sartika Ginting, terimakasih untuk dukungan, “we love each other” nya, sukacita yang selalu diberikan kepada saya. Sahabat saya selama perkuliahan yaitu Frina, Sylvia S.sos, Damira, Yova, Elizabeth, Anwar S.sos, Micael S.sos dan Martin untuk masa- masa yang begitu indah dan sangat berkesan selama menjalani perkuliahan di Fisip Usu.

Saya juga mengucapkan terimakasih kepada teman- teman gerakan pemuda GPIB Kasih Karunia Medan, terutama veby, ryan, ernest, mancini, steffi atas doa dan sukacita yang diberikan kepada saya. Begitu pula dengan teman- teman kerja saya di BT/BS Medica yang telah mengajarkan saya banyak hal dan dukungan yang tiada henti. Tidak lupa juga saya ucapkan terimakasih untuk SOSIOLOGI 2008 atas suka duka yang dilewati bersama- sama, keluarga baru yang saya miliki, serta kepada rekan satu dosen pembimbing saya, Judika Manurung, semoga kita akan selalu mengingat pengalaman dalam mengerjakan skripsi. Terimakasih yang begitu mendalam juga saya ucapkan kepada Bapak Ram Sanden selaku kepala lingkungan III dan masyarakat lingkungan III yang telah memberikan banyak informasi serta pengalaman baru bagi saya melalui pengerjaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat membawa dampak yang baik bagi ilmu sosial, khususnya Sosiologi dan bisa menambah wawasan dan informasi mengenai solidaritas yang terjadi di antara masyarakat pluralis.

Medan, September 2012 Penulis

(5)

DAFTAR ISI

BAB II BEBERAPA KAJIAN PUSTAKA TENTANG SOLIDARITAS SOSIAL DAN PENGALAMAN MASYARAKAT KELURAHAN POLONIA DALAM MENGHADAPI BANJIR………. 23

2.1 Solidaritas sosial………. 23

2.1.1 Gambaran Solidaritas Sosial Pada Masayarakat Majemuk…… 23

2.1.2 Keberagaman (pluralitas) di Indonesia……….. 28

2.1.3 Konsep Perilaku Masyarakat Coping Behaviour dalam menghadapi banjir……….. 30

2.2 Peristiwa banjir di Kota Medan……… 32

2.3 Kejadian banjir di Kelurahan Polonia………... 37

2.4 Tingkah laku Penduduk Kelurahan Polonia Dalam Menghadapi Banjir…. 38 2.5 Karakteristik Banjir Sungai Deli di Kecamatan Medan Polonia…………. 40

2.6 Aktivitas Masyarakat Pluralis Dalam Menghadapi Bencana Alam………. 41

2.6.1 Masyarakat Cina……… 41

2.6.2 Masyarakat India………... 43

2.6.3 Masyarakat Karo……… 45

BAB III GAMBARAN RESPONDEN dan PENGETAHUAN MASYARAKAT PLURALIS TENTANG BENCANA BANJIR di KAWASAN TEMPAT TINGGALNYA……….. 46

3.1 Masyarakat Pluralis di Kawasan Tempat Tinggal………... 46

3.2 Pengetahuan Responden Tentang Kawasan Tempat Tinggal……. 51

(6)

BAB IV SOLIDARITAS MASYARAKAT PLURALIS DALAM MENGHADAPI

BANJIR……… 65

4.1 Solidaritas Masyarakat Banjir……….. 65

4.2 Bentuk Solidaritas Sesama Masyarakat………... 75

4.2.1 Solidaritas Sesama Masyarakat India……….. 75

4.2.2 Solidaritas Sesama Masyarakat Cina………... 83

4.2.3 Solidaritas Sesama Masyarakat Karo………... 87

4.2.4 Solidaritas Warga dengan Etnis Lain……… 92

4.3 Faktor yang Memengaruhi Solidaritas Sosial di antara Warga……… 96

BAB V PENUTUP……… 104

5.1 Kesimpulan……… 104

5.2 Saran……….. 112

(7)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Responden Berdasarkan Etnis Tabel 2 Responden Berdasarkan Usia

Tabel 3 Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan Tabel 4 Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Tabel 5 Responden Berdasarkan Agama

Tabel 6 Lamanya Responden Tinggal di Kawasan Tempat Tinggalnya Tabel 7 Alasan Responden Memilih Tinggal di Lingkungan Ini

Tabel 8 Responden Berdasarkan Nyaman/Tidak Lingkungan Tempat Tinggalnya Tabel 9 Pengetahuan Tentang Perubahan Kondisi Lingkungan Tempat Tinggal Tabel 10 Kondisi Jarak Rumah Responden dengan Rumah Tetangga

Tabel 11 Pengetahuan Tentang Saluran Pembuangan Air di Depan Rumah Responden

Tabel 12 Pengetahuan Responden Bahwa Daerah Tempat Tinggalnya Merupakan Daerah Rawan Banjir

Tabel 13 Pengetahuan Responden Tentang Frekuensi Banjir yang Terjadi Setiap Tahun

Tabel 14 Pengetahuan Responden Tentang Kedalaman Genangan Air Akibat Banjir Tabel 15 Responden Berdasarkan Penyebab Banjir di Lingkungan Tempat

Tinggal

Tabel 16 Responden Tentang Dampak Banjir di Lingkungan Tempat Tinggal Tabel 17 Pengetahuan Tentang Banjir Terbesar yang Pernah Terjadi di Kawasan

Tempat Tinggal

(8)

Tabel 19 Responden Berdasarkan Pernah/ Tidak Menolong Tetangga Ketika Terjadi Banjir

Tabel 20 Bentuk Tolong- Menolong yang Terjadi di antara Warga Pluralis Selama Banjir

Tabel 21 Pendapat Responden Berdasarkan Siapa yang Didahulukan untuk Ditolong Pada Saat Terjadi Banjir

Tabel 22 Pendapat Responden Berdasarkan Sering/ Tidaknya Kerja Bakti Diadakan Tabel 23 Responden Berdasarkan Iya/ Tidak Mengikuti Kerja Bakti yang

Dilaksanakan

Tabel 24 Pendapat Responden Berdasarkan Iya/ Tidak Hanya Membersihkan Halaman di Depan Rumah Pada Saat Kerja Bakti

Tabel 25 Pendapat Responden Mengenai Ada/ Tidaknya Kegiatan Secara Rutin yang Dilakukan Oleh Warga Masyarakat

Tabel 26 Pendapat Responden Mengenai Pernah/ Tidak Pernah Terjadi Konflik Diantara Warga Masyarakat

(9)

DAFTAR FOTO

Foto 1. Tukang becak yang sedang menunggu warga yang ingin menggunakan becaknya untuk masuk ke dalam lingkungan III

Foto 2. Jalan di lingkungan III yang sudah diperbaiki sejak tahun 2010 Foto 3. Lapangan 1 yang biasanya digunakan untuk bermain sepakbola

Foto 4. Lapangan 2 yang biasanya digunakan warga untuk bermain bulutangkis dan bola voli

Foto 5. Banjir besar yang terjadi pada 01 April 2011 yang menggenangi rumah warga di Kawasan Aur

Foto 6. Gambar warga yang berusaha mengungsi di tengah luapan air dari Sungai Deli yang mengalir sangat deras

Foto 7 Salah satu saluran air yang berada di depan rumah warga yang dipenuhi sampah Foto 8 Salah satu warga yang ikut berpartipasi dalam kerja bakti yang diadakan secara

rutin

Foto 9 Parit besar yang berada di belakang Vihara Lokal Shanti. Air yang menggenangi vihara berasal dari parit besar ini

Foto 10 Bekas banjir yang terjadi di vihara Lokal Shanti awal April 2011 lalu. Tanda yang nampak pada dinding di vihara yang menunjukkan seberapa tinggi air yang menggenangi vihara tersebut

Foto 11 Vihara Bodhi Gaya yang digunakan sebagai tempat mengungsi masyarakat India pada banjir April (01/04/2011)

Foto 12 Ibu Shanti (India) dan Ibu Desma (Karo) yang merupakan tetangga dekat Foto 13 Keluarga Ibu Bobby (India) yang menikah dengan bapak Hermanto (Cina) sejak

tahun 1995

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

(11)

ABSTRAK

Indonesia merupakan negara yang sering mengalami bencana hidrometereologi, terutama banjir. Banjir yang terjadi dialami oleh masyarakat pluralis yang ada di Indonesia. Masyarakat pluralis yang tinggal pada satu kawasan menyadari perbedaan yang terjadi di antara mereka tidak menjadi suatu penghalang untuk hidup saling menolong, terutama karena persamaan nasib yang mereka hadapi yakni bencana banjir yang sering terjadi. Tidak hanya sekedar mengenal, hubungan di antara masyarakat pluralis menjadi sangat erat dan solidaritas akhirnya muncul di tengah- tengan masyarakat tersebut. Hal inilah yang membuat peneliti tertarik untuk melihat bentuk solidaritas yang terjadi pada masyarakat pluralis dan faktor- faktor yang memengaruhi solidaritas tersebut.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian empiris yaitu penelitian tentang dunia nyata yang sebenarnya, dalam penelitian ini terhadap 35 responden. Penentuan informannya menggunakan teknik “purposive”. Artinya, penentuan siapa yang menjadi sumber data didasarkan atas kriteria tertentu yang sudah ditetapkan terlebih dahulu.Melalui wawancara dan observasi partisipasi , peneliti langsung mengamati hubungan sosial yang terjadi. Data diperoleh melalui pembagian kuesioner kepada responden yang berisi tentang pertanyaan pengetahuan mengenai kondisi kawasan tempat tinggal, kondisi banjir kepada lingkungan dan bentuk solidaritas sosial yang terjadi pada saat banjir. Interview guide yang digunakan untuk menambah serta melengkapi informasi dari responden dan dokumentasi juga menggambarkan kondisi penelitian.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa bentuk solidaritas terlihat pada tolong-menolong yang terjadi disaat banjir, perkumpulan rutin yang dilakukan oleh warga dan arisan yang ada di tengah-tengah masyarakat pluralis. Melalui kegiatan tersebut, solidaritas masyarakat semakin erat tidak hanya dengan sesama etnis tetapi juga dengan etnis yang lain. Faktor yang memengaruhi solidaritas yaitu masyarakat yang saling berbaur dengan komunikasi yang intens, agama dan lembaga masyarakat yaitu serikat tolong menolong. Solidaritas yang kuat terjadi di antara masyarakat pluralis menyebabkan asimilasi terjadi di lingkungan masyarakat pluralis.

(12)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

(13)

oleh bencana hidrometeorologi. Perubahan iklim global, degradasi lingkungan, kemiskinan, dan bertambahnya jumlah penduduk makin memperbesar ancaman risiko bencana. Bencana tersebut telah menimbulkan korban jiwa dan kerugian yang besar.

(14)

Kebanyakan masyarakat Indonesia memanfaatkan bantaran sungai sebagai tempat tinggal dan digunakan untuk melakukan berbagai aktivitas kehidupannya. Selain itu, penggundulan hutan yang banyak dilakukan masyarakat pun merupakan salah satu faktor penyebab tingginya debit banjir tiap tahunnya. Permasalahan lingkungan seperti penurunan muka tanah (land subsidence) juga turut membuat semakin tinggi genangan banjir dari tahun ke tahun. Bencana banjir yang terjadi di Indonesia sering memberikan kerugian yang tidak sedikit. Kerugian yang ditimbulkan oleh banjir beragam, mulai dari kerugian materiil hingga korban jiwa yang ada. Selain dampak yang di atas akibat banjir yang juga banyak dirasakan oleh warga masyarakat yaitu hambatan dalam bertransportasi. Banjir yang menggenangi jalan-jalan akan menghambat pengguna jalan di dalam melakukan aktivitasnya.

(15)

Kota Medan merupakan salah satu kota terbesar di Indonesia yang terdiri dari berbagai masyarakat yang berasal dari suku dan budaya yang berbeda. Beragam masyarakat yang ada di kota Medan disebabkan oleh berbagai faktor penarik yang ada sehingga banyak orang yang tertarik untuk pindah ke kota tersebut. Penduduk kota memiliki ciri penting yaitu meliputi unsur agama, suku etnis, budaya dan keragaman (plural) adat istiadat. Hal ini memunculkan karakter sebagian besar penduduk kota Medan bersifat terbuka, tidak hanya masyarakat dengan suku tertentu yang bermukim di Medan, namun banyak ragam suku yang telah bermukim di kota tersebut dan bertambah di setiap tahunnya. Perbedaan budaya yang ada pada setiap penduduk mempengaruhi cara mereka untuk berkomunikasi atau bersosialisasi dengan penduduk lainnya. Pola hubungan sosial yang diterapkan oleh penduduk kota Medan berpengaruh dengan kehidupan yang mereka jalani sehari- hari, sehingga perbedaaan suku dan budaya tidak dijadikan sebagai alasan terjadinya perpecahan atau pertentangan di dalam berbaur antar masyarakat pluralis.

(16)

(220 Ha), daerah aliran Percut (206,5 Ha) (BAPPEDA Medan 2009). Beberapa penyebab sehingga sering terjadi banjir di Medan, yaitu (1) intensitas curah hujan yang semakin meningkat dengan frekuensi banjir periodik yang semakin dekat, (2) kondisi DAS di bagian hulu sungai yang semakin kritis, (3) kebutuhan ruang perkotaan yang semakin meningkat dan meluas, (4) bidang resapan air hujan di perkotaan yang semakin berkurang, (5) sistem drainase yang belum terintegrasi secara optimal,(6) masih kurangnya kesadaran masyarakat dalam menjaga dan memelihara kebersihan saluran sungai dan drainase,(7) tumbuh dan meluasnya kawasan permukiman ilegal yang berada di bantaran sungai,(8) belum optimalnya koordinasi penyelenggaraan pembangunan drainase,(9) terbatasnya anggaran pembangunan dan pemeliharaan saluran sungai dan drainase, (10) perubahan iklim yang mengakibatkan terjadinya perubahan watak banjir. Masyarakat merupakan peran utama dalam menghindari banjir besar yang sering terjadi di kota Medan. Kesadaran masyarakat yang tinggi terhadap kebersihan lingkungan sangat mempengaruhi potensi terjadinya banjir. Kesadaran tersebut dimulai dari hal- hal seperti membuang sampah pada tempatnya sehingga pada saat hujan turun terus- menerus, tidak mengakibatkan sungai atau saluran air yang berada di sekitar lingkungan tempat tinggal warga meluap.

(17)

yang terjadi pada warga masyarakat yang terdiri dari berbagai macam etnis seperti Cina, India, dan Karo.

1.2 Perumusan Masalah

Hal yang sangat penting untuk memulai suatu penelitian adalah adanya masalah yang akan diteliti. Agar penelitian dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, maka peneliti harus merumuskan masalahnya dengan jelas sehingga akan jelas bagi peneliti dari mana harus mulai, ke mana harus pergi dan dengan apa (Arikunto, 2006:24).

Berdasarkan kajian yang telah dikemukakan di atas, maka yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini, yaitu : “ Bagaimana bentuk dan faktor- faktor yang memengaruhi solidaritas pada masyarakat pluralis yang sering mengalami banjir pada etnis Cina, India, dan Karo di Kota Medan, khususnya di kawasan Kelurahan Polonia?”

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas maka yang menjadi tujuan dalam penelitian ini

adalah untuk mengetahui bentuk dan pola solidaritas pada masyarakat yang sering mengalami banjir pada berbagai etnis yang tinggal bersama di suatu kawasan.

1.4. Manfaat Penelitian

(18)

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan kajian ilmiah bagi mahasiswa khususnya mahasiswa sosiologi serta dapat memberikan sumbangsih dan kontribusi bagi ilmu sosial, masyarakat, pemerintah, khususnya bagi bidang studi sosiologi perkotaan.

1.4.1. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan penulis dalam membuat karya tulis ilmiah tentang bentuk dan faktor-faktor yang memengaruhi solidaritas pada masyarakat yang sering mengalami banjir yang dihadapi oleh etnis Cina, India, dan Karo di Kecamatan Medan Polonia.

1.5. Definisi Konsep 1.5.1. Solidaritas

(19)

Masyarakat sederhana memiliki bentuk solidaritas sosial yang berbeda dengan bentuk solidaritas sosial pada masyarakat modern. Masyarakat sederhana mengembangkan bentuk solidaritas sosial mekanik, sedangkan masyarakat modern mengembangkan bentuk solidaritas sosial organik. Jadi, berdasarkan bentuknya, solidaritas sosial masyarakat terdiri dari dua bentuk yaitu:

1.Solidaritas sosial mekanik.

Pada saat solidaritas mekanik memainkan peranannya, kepribadian tiap individu boleh dikatakan lenyap, karena ia bukanlah diri indvidu lagi, melainkan hanya sekedar mahluk kolektif. Jadi, masing-masing individu diserap dalam kepribadian kolektif.

2.Solidaritas sosial organik

Solidaritas organik berasal dari semakin terdiferensiasi dan kompleksitas dalam pembagian kerja yang menyertai perkembangan sosial. Durkheim merumuskan gejala pembagian kerja sebagai manifestasi dan konsekuensi perubahan dalam nilai-nilai sosial yang bersifat umum.

1.5.2. Masyarakat Pluralis

(20)
(21)

1.5.3. Masyarakat Banjir

(22)

Kerugian yang dialami oleh masyarakat banjir apabila banjir sudah terjadi di rumah mereka yaitu perabotan rumah yang terbuat dari kayu menjadi rusak akibat terkena banjir. Banjir yang sering terjadi dan masuk ke dalam rumah warga membuat perabotan rumah seperti kursi dan meja menjadi rusak. Selain itu masyarakat banjir harus membersihkan sampah yang dibawa oleh arus air. Selain sampah, lumpur juga sering masuk ke dalam rumah warga dan pada saat air surut warga harus membersihkan sampah- sampah yang berserakan dan lumpur yang mengotori halaman depan atau belakang rumah warga serta lantai rumah. Kerugian lain yang dialami masyarakat banjir pada saat banjir sudah terjadi yaitu aktivitas masyarakat yang terganggu. Aktivitas masyarakat terganggu karena jalan yang mereka lewati biasanya masih tergenang air apabila banjir belum surut. Akibatnya masyarakat dapat terlambat pergi ke kantor dan bagi anak- anak yang sekolah juga dapat terlambat tiba di sekolahnya.Selain itu banjir yang sering terjadi apabila musim hujan telah tiba biasanya akan merusak jalan sehingga masyarakat yang menggunakan kendaraan akan mengalami kesulitan dalam bertransportasi di kawasan tempat tinggal mereka tersebut. Masyarakat banjir juga biasanya harus berhati- hati dengan segala penyakit yang muncul pada saat banjir terjadi dan air yang tergenang di saluran air rumah warga masih tergenang. Berbagai kerugian dialami masyarakat banjir apabila banjir mulai terjadi, apalagi sekarang hujan sering turun karena dipengaruhi faktor iklim cuaca yang tidak menentu.

(23)

terjadi, seperti mengangkat perabotan yang memungkinkan untuk diamankan ketika banjir terjadi. Tindakan tersebut dilakukan untuk meminimalkan segala bentuk kerugian yang terjadi pada saat banjir terjadi. Selain itu melalui pertemuan ini masyarakat yang sering mengalami banjir juga dapat membahas masalah kebersihan lingkungan yang juga mempengaruhi terjadinya banjir di lingkungan tempat tinggal mereka. Bersama dengan kepala lingkungan yang ada di lingkungan tempat tinggal, masyarakat dapat merencanakan kegiatan kerja bakti yang waktu pelaksanaannya disepakati oleh seluruh warga dan dapat dilaksanakan secara rutin. Masyarakat juga harus memperhatikan kebersihan sungai apabila terdapat sungai di sekitar lingkungan tempat tinggal. Kebersihan bantaran sungai dan sampah yang berada di sekitar sungai harus diperhatian. Banjir kiriman juga sering terjadi dan membuat banjir besar sering dialami oleh masyarakat banjir.

1.6. Metode Penelitian

1.6.1. Jenis Penelitian

Penelitian dilakukan dengan metode pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian empiris. Penelitian empiris adalah penelitian tentang dunia nyata yang sebenarnya. Dimana kita merupakan bagian daripadanya. Sudah tentu bahwa manusia hanya mengetahui dunia empiris melalui pengalaman dan melihat realitas yang sebenarnya. Ia muncul bagi kita hanya karena kita melihat dan memahaminya. Akan tetapi pemahaman kita tentang realitas tersebut bukanlah realitas itu sendiri.

(24)

merupakan suatu usaha manusia untuk meneliti sifat realitas empiris yang sebenarnya, sifat realitas yang memang ada, seperti setiap bentuk pemahaman manusia. Ilmu empiris selalu berubah memperbaiki dirinya sendiri. Gagasan ilmu empiris sangat mendasar dan sangat umum, artinya membuat gambaran tentang realitas atau sebagian daripadanya dan memperbaiki gambaran itu serta membandingkannya dengan keadaan yang sebenarnya (Ismail, 2009:33).

1.6.2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Lingkungan III, Kelurahan Polonia, Kecamatan Medan Polonia.

Adapun alasan peneliti memilih lokasi tersebut adalah :

1. Kota Medan saat ini merupakan salah satu kota besar di Indonesia yang menuju kota metropolitan dimana masyarakatnya yang heterogen jauh lebih bisa menerima keberagaman dan perbedaan.

2. Lingkungan III, Kelurahan Polonia, Kecamatan Medan Polonia terdiri dari beragam etnis sehingga sesuai dengan penelitian yang akan dilakukan penelitian.

3. Lingkungan III, Kelurahan Polonia, Kecamatan Medan Polonia merupakan daerah yang rawan banjir.

1.6.3. Unit Analisis dan Informan

1.6.3.1. Unit analisis data

(25)

Adapun yang menjadi unit analisis atau objek kajian dalam penelitian ini adalah masyarakat pluralis yang lebih dari setahun mendiami kawasan banjir di Jalan Karya Bersama, Lingkungan III, Kelurahan Polonia, Kecamatan Medan Polonia.

1.6.3.2. Informan

Informan adalah orang-orang yang masuk dalam karakteristik unit analisis dan dipilih menjadi sumber data yang dapat memberikan informasi yang dibutuhkan oleh peneliti (Arikunto, 2006: 145). Adapun yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah :

1. 10 KK (kepala keluarga) etnis Cina yang diwakili oleh suami, istri, atau anak yang berusia diantara 17- 55 tahun di dalam keluarga yang tinggal di Lingkungan III, Kelurahan Polonia, Kecamatan Medan Polonia.

2. 10 KK (kepala keluarga) etnis India yang diwakili oleh suami, istri, atau anak yang berusia diantara 17- 55 tahun di dalam keluarga yang tinggal di Lingkungan III, Kelurahan Polonia, Kecamatan Medan Polonia.

3. 10 KK (kepala keluarga) masyarakat Karo yang diwakili oleh suami, istri, atau anak yang berusia diantara 17- 55 tahun di dalam keluarga yang tinggal di Lingkungan III, Kelurahan Polonia, Kecamatan Medan Polonia.

4. 5 KK (kepala keluarga) etnis lain yang diwakili oleh suami, istri, atau anak yang berusia diantara 17- 55 tahun di dalam keluarga yang tinggal di Lingkungan III, Kelurahan Polonia, Kecamatan Medan Polonia.

(26)

Data yang dikumpul dalam penelitian ini diperoleh dari :

1. Observasi, yaitu pengamatan yang dilakukan secara langsung untuk memperoleh dan mengumpulkan data yang diperlukan. Dalam penelitian ini peneliti hanya berperan sebagai pengamat dimana peneliti melihat bentuk solidaritas yang terjadi di tengah- tengah masyarakat yang berbeda etnis. Observasi dilakukan untuk mengamati objek di lapangan meliputi masyarakat Jalan Karya Bersama, Lingkungan III, Kelurahan Polonia, Kecamatan Medan Polonia.

2. Wawancara mendalam, bertujuan untuk memperoleh keterangan, pendapat secara lisan dari seseorang dengan berbicara langsung maupun tanya jawab dengan informan. Wawancara ini dilakukan dengan menggunakan pedoman wawancara. Pedoman wawancara yang digunakan peneliti berkaitan dengan identitas responden, deskripsi tempat tinggal, kondisi banjir pada lingkungan tempat tinggal dan solidaritas dalam menghadapi banjir. Wawancara ini dilakukan untuk memperoleh data secara mendetail tentang solidaritas masyarakat pluralis di Jalan Karya Bersama, Lingkungan III, Kelurahan Polonia, Kecamatan Medan Polonia dalam menghadapi banjir.

3. Studi kepustakaan, yaitu mengumpulkan data melalui jurnal penelitian ataupun dokumen- dokumen lainnya yang mendukung penelitian ini.

1.6.5. Interpretasi Data

(27)

telah diperoleh dari studi kepustakaan juga terlebih dahulu dievaluasi untuk memastikan relevansinya dengan permasalahan penelitian. Setelah itu data dikelompokkan menjadi satuan yang dapat dikelola, kemudian dilakukan interpretasi data mengacu pada tinjauan pustaka. Sedangkan hasil observasi dinarasikan sebagai pelengkap data penelitian. Akhir dari semua proses ini adalah penggambaran atau penuturan dalam bentuk kalimat-kalimat tentang apa yang telah diteliti sebagai dasar dalam pengambilan kesimpulan-kesimpulan(Faisal, 2007:257).

1.6.6. Jadwal Pelaksanaan

Jadwal penelitian skripsi ini dilakukan sejak November 2011 sampai dengan Juni 2012. Secara terperinci kegiatan dapat dilihat dalam tabel berikut ini:

Tabel 3.1 Jadwal Pelaksanaan Penelitian

No. Kegiatan

Bulan ke-

1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 Pra Observasi √

2 Acc judul √

3 Proposal √ √

4 Seminar Proposal √

5 Revisi Proposal √ √

6 Operasional Lapangan √

7 Pengumpulan dan Interpretasi Data

√ √ √

8 Bimbingan Skripsi √ √ √

(28)

10 Sidang Meja Hijau √

1.6.7. Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti menyadari masih banyak keterbatasan penelitian baik karena faktor intern dimana peneliti memiliki keterbatasan ilmu dan materi juga karena faktor eksternal seperti informan. Untuk itu bagi para akademisi yang menggunakan hasil penelitian ini sebagai dasar kajian ilmiah maupun bagi praktisi yang menggunakan hasil penelitian ini sebagai dasar pengambilan keputusan diharapkan memperhatikan keterbatasan peneliti dalam penelitian ini yaitu:

1. Penelitian ini hanya membahas solidaritas yang terjadi di antara warga masyarakat yang berbeda etnis di Lingkungan III, Kelurahan Polonia, Kecamatan Medan Polonia, yaitu warga masyarakat Karo, warga masyarakat etnis Cina,warga masyarakat etnis India dan warga masyarakat etnis lain. Bentuk solidaritas yang dibahas adalah bentuk solidaritas yang terjadi diantara masyarakat beda etnis dalam menghadapi banjir.

2. Ruang waktu dalam penelitian ini hanya sekitar enam bulan untuk pencarian data di lapangan dengan observasi lapangan dan wawancara dengan para informan. Informan di dalam penelitian ini kebanyakan pekerja, sehingga peneliti melakukan penelitian pada saat informan pulang bekerja dan pada hari libur para informan.

1.6.8. Mengenal Lingkungan III Kelurahan Polonia

(29)

Lingkungan III merupakan bagian dari Kelurahan Polonia yaitu lingkungan ke III dari VIII lingkungan yang ada di kelurahan tersebut. Luas lingkungan III yaitu ± 25 hektar. Lingkungan III terdiri dari penduduk yang beragam etnis dan kerap mengalami banjir di lingkungan tempat tinggalnya.Jumlah penduduk yang ada di lingkungan III adalah 803 orang. Berikut merupakan rincian jumlah penduduk yang ada di lingkungan III :

Kelompok Umur Jenis Kelamin Jumlah Laki-laki Perempuan

Ada 165 KK (kepala keluarga) yang tinggal di lingkungan III, berikut perinciannya :

Etnis Jumlah KK (kepala keluarga)

India 53 KK

Cina 45 KK

Karo 52 KK

Lain- lain (Jawa, Melayu,Padang) 15 KK

Jumlah 165 KK

Sumber : Data Primer 2010

1.6.8.2. Kondisi Lingkungan III

(30)

penduduk yang tinggal di lingkungan III dikarenakan letaknya yang tergolong strategis. Mengenai kondisi jalan yang ada di lingkungan III juga mengalami perubahan. Sebelum jalan tersebut diperbaiki dan diaspal, kondisi jalan yang ada di lingkungan tersebut sulit untuk dilewati kendaraan. Hal ini nampak juga pada perbedaan tarif becak yang biasanya menunggu penduduk yang ingin masuk ke dalam lingkungan III dengan menggunakan becak. Harga sewa yang dibayar oleh penduduk lebih mahal pada saat jalan yang ada di lingkungan tersebut belum diperbaiki.

(31)

Foto 2. Jalan di lingkungan III yang sudah diperbaiki sejak tahun 2010

(32)
(33)

Foto 4. Lapangan 2 yang biasanya digunakan warga untuk bermain bulutangkis dan bola voli

Melihat semakin banyak perubahan ke arah yang baik pada lingkungan tempat tinggal mereka, warga lingkungan III pun semakin menjaga segala perubahan yang bermanfaat bagi mereka, seperti menjaga kondisi jalan yang telah diperbaiki dan lapangan olahraga yang sudah dibuat.

(34)

BAB II

BEBERAPA KAJIAN PUSTAKA TENTANG SOLIDARITAS SOSIAL DAN PENGALAMAN MASYARAKAT KELURAHAN POLONIA DALAM MENGHADAPI

BANJIR

2.1. Solidaritas Sosial

2.1.1. Gambaran Solidaritas Sosial Pada Masyarakat Majemuk

. Indonesia terdiri dari masyarakat majemuk yang multikultural yaitu masyarakat yang terdiri dari kelompok-kelompok yang berbeda latar belakang budaya. Kemajemukan tersebut ditandai oleh adanya suku-suku bangsa yang mempunyai cara hidup atau kebudayaan yang berlaku dalam masyarakat suku bangsanya sehingga mencerminkan adanya perbedaan dan pemisahan antara etnik yang satu dengan etnik lainnya. Dalam kajiannya Suparlan menyebutkan bahwa perbedaan tersebut pada hakekatnya adalah perbedaan-perbedaan yang disebabkan oleh sejarah perkembangan kebudayaan masing-masing. Corak kemajemukan masyarakat Indonesia yang Bhinneka Tunggal Ika menjadi lebih kompleks karena adanya sejumlah masyarakat Indonesia yang tergolong sebagai keturunan asing yang hidup dan menjadi sebagian dari masyarakat Indonesia. Keturunan asing yang paling kuat kedudukannya dalam masyarakat Indonesia antara lain adalah orang Cina. Telah menjadi ciri khas bahwa hampir di semua tempat di Indonesia terdapat WNI keturunan Cina yang telah bermukim secara turun temurun.

(35)

masyarakat etnis Cina ini cenderung hidup berkelompok dan hubungan dengan etnis lain yang ada di kota tersebut sangat terbatas. Hal ini juga terlihat dari kebanyakan masyarakat Cina yang menggunakan bahasa Cina di dalam percakapan sehari- hari meskipun ada tetangga yang ada di sekitar lingkungan tempat tinggal mereka merupakan warga pribumi. Kondisi masyarakat Bengkulu ini menggambarkan bahwa masyarakatnya lebih membangun hubungan solidaritas dengan satu etnisnya saja. Melalui proses asimilasi dan akulturasi yang diharapkan dapat membuat proses pembauran dapat terjadi juga tidak menjamin adanya solidaritas antar etnis karena hal tersebut kembali lagi pada kesadaran setiap individu. Susiyanto juga menyebutkan dalam kajiannya bahwa berdasarkan data BPS tahun 2000,etnis Cina ada sekitar 14.187 (0,06%) jiwa dari 237.202 jiwa penduduk yang ada di kota Bengkulu. Dari jumlah etnis Cina tersebut ada sekitar seribu (1,2%) yang beragama Islam. Meskipun terdapat perbedaan keyakinan di antara masyaraka Cina yang ada di Bengkulu tidak membuat solidaritas yang ada di antara mereka menurun. Struktur kehidupan sosial masyarakat etnis Cina sangat terikat oleh marga dan sistem sosial yang diterapkan bersifat tradisional, tertutup, serta tidak berlaku pada etnis yang lain.

(36)

Sistem kekerabatan masyarakat Cina muslim yaitu pada saat menggunakan sistem kekerabatan masyarakat Cina dan pada saat lain menggunakan sistem kekerabatan etnik lain sesuai situasi yang sedang dihadapi. Hubungan keterikatan yang terjadi di antara masyarakat Cina masih sangat dekat dengan pihak keluarga maupun orang Cina yang lainnya karena mereka merasa masih sebagai orang Cina. Orang Cina Muslim menempatkan dirinya yang masih terikat dengan tradisi dan ikatan kekerabatannya, tetapi di sisi yang lain mereka menyesuaikan pola sikap mereka dengan ajaran agama Islam yang telah mereka anut dan mereka membina hubungan serta pergaulan yang baik dengan masyarakat Muslim lainnya di Kota Bengkulu tersebut.

(37)

antara mereka memudar karena cara hidup, tempat tinggal, bahasa, adat istiadat menghormati leluhur masih menampakkan identitas ke-Cinaannya.

(38)

Selain pada masyarakat etnis Cina dan India yang berbaur dengan lingkungan sekitarnya, masyarakat Karo juga melakukan hal yang sama. Masyarakat Karo mengenal atau mempunyai adat istiadat sendiri yang berbeda dengan adat yang lain. Masyarakat Karo mempunyai ciri khas sendiri yang tidak dimiliki suku lain. Adat istiadat ini yang mengatur pergaulan hidup masyarakat Karo sehari-hari. Karena adat itu merupakan norma-norma sosial yang dijunjung tinggi oleh masyarakat dan mengatur tindak tanduk para warga masyarakat. Dasar hidup masyarakat Karo adalah Daliken sitelu (tiga tungku perapian) yang terdiri dari kalimbubu, sembuyak/ sukut dan anak bani yang merupakan suatu kebutuhan bagi masyarakat Karo dalam kehidupannya, maka adat istiadat Karo yang terkenal dengan merga silima, rakut sitelu, tutur siwaluh, benar-benar masyarakat dalam kebudayaan dan adat istiadat Karo. Ketiga kelompok ini

merupakan perwujudan dari pemenuhan kebutuhan masyarakat Karo dalam hubungan sosialnya dengan masyarakat. Akibatnya mulailah terjadi pengelompokan dalam kehidupan bersama tersebut sesuai dengan fungsinya dalam masyarakat, khususnya masyarakat Karo. Daliken sitelu merupakan sistem sosial bagi anggota masyarakat. Dalam setiap pelaksanaan adat istiadat, ketiga kelompok masyarakat ini memegang peranan yang sangat penting dalam setiap kehidupan sosial masyarakat Karo. Masing-masing sudah memiliki fungsi dan batasan-batasan hubungan dalam berinteraksi dengan sesama atau kelompok lainnya.

(39)

sepenanggungan diantara masyarakat. Nilai dan norma tidak dapat dipisahkan dari jaringan dan kepercayaan. Pada masyarakat Karo norma dan nilai yang menyangkut aturan dalam masyarakat Karo yang harus dipatuhi. Salah satu variabel pendukung dan penggerak adat istiadat dalam masyarakat Karo adalah daliken si telu. Nilai-nilai yang dominan yang terdapat di dalam daliken si telu ini adalah nilai gotong royong dan kekerabatan. Daliken si telu ini merupakan alat

pemersatu masyarakat Karo, sekaligus dapat mengikat atau terikat kepada hubungan perkerabatan yang sekaligus pula sebagai dasar gotong royong, dan saling hormat menghormati. Kerja tahun yang terjadi di kampung tempat masyarakat Karo tinggal setiap tahunnya merupakan kegiatan yang dinantikan oleh setiap warga. Pada kegiatan tersebut setiap orang merayakan kerja tahun yang berarti pesta atas panen yang mereka hasilkan dari kerja keras selama setahun. Kerja tahun itu juga ditandai dengan berkunjungnya setiap warga ke rumah warga lain sehingga meningkatkan solidaritas diantara masyarakat karo.

2.1.2. Keberagaman (pluralitas) di Indonesia

(40)

ada kebudayaan yang tidak setara. Karena itu, setiap kebudayaan harus diakui, dihargai secara sosial oleh penduduk yang beragam.

(41)

Masyarakat yang tinggal di Kelurahan Polonia juga merupakan masyarakat yang terdiri dari beberapa etnis dan agama. Masyarakat ini mencerminkan kondisi masyarakat Indonesia yang multietnis dan memiliki keanekaragaman budaya. Namun meskipun dengan adanya perbedaan dapat memperbesar terjadinya pertentangan diantara warga masyarakat tersebut, mereka tetap lebih memilih untuk hidup dengan berbaur dengan warga yang lain meskipun berbeda etnis. Mereka hidup sama seperti masyarakat lainnya yaitu saling ketergantungan antara satu dengan yang lain, saling menghargai dan menghormati, serta saling menjaga keharmonisan antara satu dengan yang lain. Begitulah cara yang diharapkan dan dilakukan oleh warga masyarakat tersebut dalam menghadapi pluralitas yang terjadi di sekitar mereka.

2.1.3. Konsep Perilaku Masyarakat Coping Behaviour dalam Menghadapi Banjir

Masyarakat banjir yang mengalami kondisi banjir di sekitar lingkungan mereka memiliki perilaku yang berbeda- beda dalam menghadapi banjir yang terjadi di lingkungan mereka. Banjir yang terus menerus terjadi di sekitar lingkungan tempat tinggal masyarakat membuat masyarakat mempunyai cara atau srategi sendiri untuk mengatasi bencana banjir, salah satu tindakan yang dilakukan masyarakat adalah coping behaviour. Dalam kajiannya mengenai Coping Behaviour, Pramadi (dalam Wardani,2009), menyatakan bahwa coping behaviour secara bebas diartikan sebagai suatu perilaku untuk menghadapi masalah, tekanan, atau tantangan. Selain itu merupakan respon perilaku yang bersifat perilaku psikologis untuk mengurangi tekanan yang sifatnya dinamis. Perilaku coping juga diartikan sebagai tingkah laku dimana individu melakukan interaksi dengan lingkungan sekitarnya, dengan tujuan menyelesaikan masalah. Strategi Coping Behaviour berfokus pada emosi seperti (a) Positive reappraisal (memberi penilaian positif) yaitu

(42)

positive reappraisal akan selalu berpikir positif dan mengambil hikmahnya atas segala sesuatu

yang terjadi dan tidak pernah menyalahkan orang lain serta bersyukur dengan apa yang masih dimilikinya. (b) Accepting responbility (penekanan pada tanggung jawab), yaitu bereaksi dengan menumbuhkan kesadaran akan peran diri dalam permasalahan yang dihadapi dan berusaha meendudukkan segala sesuatu sebagaimana mestinya. Contohnya adalah seseorang yang melakukan coping accepting responbility akan menerima segala sesuatu yang sedang terjadi sebagaimana mestinya dan mampu menyesuaikan diri dengan kondisi yang sedang dialaminya. (c) Self controlling (pengendalian diri) yaitu bereaksi dengan melakukan regulasi baik dalam perasaan maupun tindakan. Contohnya adalah seseorang yang melakukan tindakan ini dalam menyelesaikan masalah akan selalu berfikir sebelum berbuat sesuatu dan menghindari untuk melakukan sesuatu tindakan secara tergesa-gesa.

4. Distancing (menjaga jarak) yaitu tindakan yang dilakukan agar tidak terbelenggu oleh permasalahannya. Contohnya adalah seseorang yang melakukan coping ini dalam penyelesaian masalah, hal ini tampak dari sikapnya yang kurang peduli terhadap persoalan yang sedang dihadapi, bahkan mencoba melupakannya seolah- olah tidak pernah terjadi apa- apa (Mohammad Khasan dan Mochamad Widjanarko, 2011).

(43)

dalam suatu komunitas, dengan membuka lebih banyak kesempatan bagi masyarakat untuk memberi kontribusi sehingga implementasi kegiatan berjalan lebih efektif, efisien, dan berkelanjutan. Beberapa tindakan juga harus dilakukan masyarakat untuk siap siaga dalam menghadapi terjadinya banjir, yaitu (a) Persiapan dalam pencegahan kemungkinan banjir. Untuk menghindari risiko banjir, sebaiknyamembuat bangunan di daerah yang aman seperti di dataran yang tinggi dan melakukan tindakan-tindakan pencegahan. (b)Mengerti akan ancaman banjir - termasuk banjir yang pernah terjadi dan mengetahui letak daerah apakah cukup tinggi untuk terhindar dari banjir. (c)Melakukan persiapan untuk mengungsi dan melakukan latihan pengungsian. Mengetahui jalur evakuasi, jalan yang tergenang air dan yang masih bisa dilewati. Setiap orang harus mengetahui tempat evakuasi sehingga mengetahui tempat mana yang aman apabila terjadi banjir. (d)Mengembangkan program penyuluhan untuk meningkatkan kesadaran akan ancaman banjir dan meningkatkan kesadaran masyarakat untuk memperhitungkan ancaman banjir dalam perkembangan masa depan. (e)Memasang tanda ancaman pada jembatan yang rendah - agar tidak dilalui orang pada saat banjir dan tentunya melakukan perbaikan pada kondisi jembatan yang kurang baik. (f) Menjaga agar sistem pembuangan limbah dan air kotor – tetap bekerja pada saat terjadi banjir. (g) Memasang tanda ketinggian air - pada saluran air, kanal, kali atau sungai yang dapat dijadikan petunjuk pada ketinggian berapa akan terjadi banjir atau petunjuk kedalaman genangan air (Yayasan IDEP,2007).

2.2. Peristiwa banjir di Kota Medan

(44)

yang tidak diinginkan. Imbauan untuk mengungsi telah disampaikan kepada warga di lokasi banjir di Kecamatan Medan Polonia sejak Kamis (4/1/2011) siang. Sebagai antisipasi, pihak kecamatan mendirikan tenda penampungan di sejumlah titik, termasuk di samping kantor Camat Medan Polonia. Pihak kecamatan juga mendirikan dapur umum karena peralatan masak warga ikut terendam banjir. Wilayah Kecamatan Medan Maimun menjadi kawasan terparah akibat bencana banjir besar yang melanda Kota Medan dan sekitar di Sumatera Utara. Enam kelurahan di kecamatan ini ikut diterjang luapan air Sunga Deli yang mengalir di tengah Kota Medan. Enam kelurahan tersebut adalah Kelurahan Aur, Kelurahan Kampung Baru, Kelurahan Jati, Kelurahan Sukaraja, Kelurahan Hamdan dan Kelurahan Sei Mati. Totalnya, hampir sekitar 3.000 rumah warga yang terendam banjir di wilayah ini. Kecamatan ini sebenarnya berada di tengah kota, namun dalam bencana banjir kali ini, wilayah Kecamatan Medan Maimun terkena dampak paling buruk. Sebelumnya, di akhir tahun 2010, Kelurahan Aur juga sempat terendam banjir. Saat itu, Sungai Deli yang meluap juga sempat mencapai ketinggian hingga satu meter dan merendam ratusan rumah di kawasan itu. Bahkan, Dinas Kesehatan Medan juga sempat menurunkan tim medis untuk mengantisipasi munculnya berbagai penyakit. Pada saat banjir tahun 2011 lalu terjadi puluhan posko sudah didirikan di sekitar Kecamatan Medan Maimun tersebut untuk menampung para korban banjir. Selain itu, sejumlah dapur umum juga dibuat untuk menyediakan makanan bagi para korban. Dapur umum yang terdapat di Jalan Brigjen Katamso menjadi yang terbanyak.

(45)

mengancam, menyusul tingginya tingkat curah hujan. Pemerintah pun diharapkan menyiapkan sistem peringatan dini. Peringatan yang diberikan terhadap seluruh sungai yang melintasi Kota Medan, seperti Sungai Deli,Sungai Babura, dan Sungai Belawan,meluap menggenangi sejumlah rumah dan sejumlah badan jalan. Bahkan di Kelurahan Aur dan Sei Mati,Medan Maimon, ada rumah warga yang hanya terlihat atapnya.Sebab,ketinggian air mencapai 6 meter. Banjir terparah memang terjadi di Medan Maimon. Enam kelurahan di kawasan ini digenangi air. Diperkirakan 1.200 rumah terendam air. Di Medan Polonia, yaitu Kelurahan Suka Damai, 85 rumah yang tergenang air, Kelurahan Polonia 300 rumah, dan Kelurahan Anggrung 33 rumah, Kelurahan Sari Rejo 19 rumah. Selanjutnya, di Kecamatan Medan Sunggal, banjir terparah terjadi di Kelurahan Kampung Lalang. Di kawasan ini 460 rumah terendam, sedangkan di Kelurahan Sunggal 180 rumah.Kemudian di Kecamatan Medan Helvetia, 400 rumah terendam di Kelurahan Cinta Damai,dan 250 rumah di Kelurahan Tanjung Gusta. Namun, tidak ada laporan korban jiwa akibat bencana banjir ini.

(46)

Sementara itu, 86 rumah warga di Kompleks Flamboyan, Jalan Flamboyan Raya, Kelurahan Tanjung Selamat, Kecamatan Medan Tuntungan diterjang banjir. Rumah warga terendam karena tanggul yang membatasi perumahan dengan Sungai Tuntungan jebol pada pukul 01.00 WIB dini hari. Berdasarkan pantauan wartawan sekitar pukul 03.00 WIB, jejeran mobil warga yang berhasil diselamatkan berjejer di sepanjang Jalan Flamboyan Raya.Teriakan histeris korban yang lebih dulu menyelamatkan diri turut mewarnai suasana pagi di wilayah Tuntungan tersebut. Air meluap hingga ke pintu masuk perumahan. Jembatan, tembok pembatas, dan sebagian rumah hancur dihantam arus sungai. Akibatnya, warga yang menempati kompleks terjebak di dalam rumah hingga hampir 7 jam.

Berdasarkan data yang dihimpun dari Bagian Administrasi Pemerintahan Umum Setda Kota Medan tercatat, berikut keterangan mengenai kecamatan di Kota Medan yang terkena banjir pada 14 April 2011 :

Kecamatan Lingkungan / Kelurahan Korban Banjir

Medan Petisah I 40 KK (160 jiwa) dan 35 rumah III 32 KK (133 jiwa) dan 30 rumah VII 95 KK (300 jiwa) dan 60 rumah X 11 KK (20 jiwa) dan 9 rumah

Medan Tuntungan III 75 rumah

Medan Belawan I 243 jiwa

(47)

Kelurahan Jati 20 KK Kelurahan Sei Mati 624 KK

Kelurahan Aur 656 KK Kelurahan Hamdan 485 KK Kelurahan Kampung Baru 920 KK

Medan Barat I 29 KK (291 jiwa) dan 31 rumah II 180 jiwa dan 35 rumah Medan Selayang Kelurahan Beringin 105 KK

Medan Polonia Kelurahan Suka Damai 145 KK (725 jiwa) dan 85 rumah Kelurahan Sari Rejo 19 KK (79 jiwa) dan 19 rumah

Kelurahan Polonia 416 KK (1.125 jiwa) dan 312 rumah

Kelurahan Anggrung 34 KK (186 jiwa) dan 33 rumah Kelurahan Madras Hulu 3 KK (15 jiwa) dan 3 rumah Medan Baru Kelurahan Padang Bulan 417 KK

Kelurahan Merdeka 187 KK Kelurahan Petisah Hulu 219 KK Kelurahan Darat Lingkungan 100 KK

Kelurahan Titi Rantai

Kelurahan Tanjung Gusta 1989 KK Medan Johor Kelurahan Titi Kuning 8 KK

Kelurahan Pangkalan Mansyur 45 KK Kelurahan Johor 157 KK Kelurahan Kwala Bekala 228 KK Medan Marelan Kelurahan Renggas Pulau 50 KK

Kelurahan Labuhan Deli 136 KK Medan Deli Kelurahan Titi Papan 463 KK Medan Labuhan Kelurahan Pekan Labuhan 1624 KK

(48)

2.3. Kejadian banjir di Kelurahan Polonia

Banjir merupakan keadaan dimana beberapa wilayah tergenang air dengan ketinggian tertentu. Banjir dapat disebabkan karena beberapa faktor penyebab yaitu karena curah hujan yang sangat tinggi pada wilayah tertentu dan banjir juga dapat disebabkan karena banjir tersebut merupakan banjir kiriman dari wilayah yang telah terkena banjir sebelumnya.Di daerah Kelurahan Polonia sendiri banjir sudah sering terjadi beberapa waktu terakhir ini. Namun banjir yang paling besar yang terjadi di Kelurahan Polonia tersebut adalah banjir yang terjadi pada bulan April tahun 2011.

Hujan yang terjadi malam Kamis (31/3/2011) sampai dengan Jumat (1/4/2011) pagi menyebabkan air sungai Babura meluap yang mengakibatkan berbagai daerah terendam banjir, seperti di kawasan jalan Mongonsidi- Kecamatan Polonia Medan terutama di Jalan Karya Bersama dan Karya Utama tergenang air setinggi lutut orang dewasa. Pantauan di lapangan air terus semakin meninggi menggenangi permukiman penduduk di mana sejak pukul 4.00 WIB dinihari air terus membanjiri permukiman warga dan banjir kali ini merupakan banjir terparah yang sebelumnya pada 2002 pernah mengalami banjir seperti ini. Pada tahun 2002 banjir juga menggenangi kelurahan Polonia. Akibat air yang sangat tinggi, jembatan penghubung antara pajak sore ke lingkungan 3, Kelurahan polonia, pun terputus sehingga warga di sekitar sempat menggunakan rakit yang terbuat dari bambu sehingga mereka tetap bisa beraktivitas dari satu daerah ke daerah lain.

(49)

sejak pukul 4.00 dinihari. Dan, dalam waktu 20 menit debit air terus memasuki rumah warga. Hujan lebat yang terjadi pada malam sebelumnya dan banjir kiriman dari gunung membuat air sungai terus meluap. Pemukiman yang berada di sekitar sungai pun sudah mulai tenggelam dan pemukiman yang berada agak jauh dari sungai mulai ditinggalkan oleh para penghuninya karena mereka takut kalau air akan merendam rumah mereka. Pada saat air semakin menggenangi wilayah Kelurahan Polonia tersebut, berbagai peringatan pun dilakukan dengan cara memukul tiang listrik yang ada di daerah tersebut untuk mengingatkan warga agar segera menyelamatkan jiwa dan harta bendanya karena banjir yang terjadi pada saat itu sangat dahsyat dan diperkirakan akan merendam kawasan Medan Polonia dan sekitarnya. Selain merusak sebagian rumah, di mana barang-barang yang menjadi korban seperti kasur, berkas-berkas, lemari, kereta, mobil, peralatan rumah tangga, peralatan elektronik (televisi dan kulkas) dan barang-barang pecah belah, binatang ternak telah terbawa arus banjir. Selain karena bahan-bahan material bangunan banyak yang terbawa arus air dan kerugian secara dari korban banjir besar di daerah ini tercatat mencapai miliaran rupiah. (wawancara dengan S.I. Ginting , tanggal 18 juni 2012 jam 20.00 wib di rumah informan)

2.4. Tingkah laku penduduk Kelurahan Polonia dalam menghadapi banjir

(50)
(51)

2.5. Karakteristik banjir Sungai Deli di Kecamatan Medan Polonia

Pembuangan limbah langsung ke sungai sudah merupakan hal yang sangat sering terjadi di dalam kehidupan sehari- hari, terutama di kota Medan. Akibat dari pencemaran sungai ini menyebabkan sungai tidak berfungsi lagi sebagaimana mestinya yang justru menimbulkan penyakit apabila digunakan, dan dapat berakibat lebih jauh bila ternyata limbah yang dibuang mengandung B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun). Disamping itu banyaknya limbah dan sampah di sungai dapat membuat sungai berbau busuk dan terjadinya banjir. Sungai-sungai utama yang berada di kota Medan yaitu sungai Deli, sungai Percut, dan sungai Belawan. Seiring berjalannya waktu dari hari ke hari jumlah debit air yang ada di sungai Deli semakin lama semakin bertambah, dengan begitu diperlukan adanya normalisasi pada sungai Deli tersebut. Namun dikarenakan sungai Deli berada atau melintasi pusat pemerintahan dan melintasi pusat pemukiman kota Medan, maka sangat sulit dilakukannya normalisasi sungai.

Pada banjir yang terjadi pada April tahun 2011 lalu, sungai Deli pun meluap ke lingkungan yang ada di sekitarnya serta membanjiri rumah- rumah disekitarnya tersebut. Berikut gambar Sungai Deli yang meluap tahun lalu (01/04/2011).

(52)

2.6. Aktivitas Masyarakat Pluralis Dalam Menghadapi Bencana Alam

2.6.1. Masyarakat Cina

Istilah Cina berasal dari nama dinasti Chin (abad ketiga sebelum Masehi) yang berkuasa di Cina selama lebih dari dua ribu tahun sampai pada tahun 1913. Bencana banjir, kelaparan, dan peperangan memaksa orang-orang bangsa Chin ini merantau ke seluruh dunia. Kira-kira pada abad ke tujuh orang-orang ini mulai masuk ke Indonesia. Pada abad ke sebelas, ratusan ribu bangsa Chin mulai berdiam di kawasan Indonesia, terutama di pesisir timur Sumatera dan di Kalimantan Barat. Bangsa Chin yang merantau dari Cina ini di Indonesia lalu disebut dengan cina perantauan. Orang-orang Cina perantauan ini mudah bergaul dengan penduduk lokal sehingga mereka bisa diterima dengan baik. Para perantau yang membawa keluarga mereka kemudian membentuk perkampungan yang disebut dengan "Kampung Cina." Cina menganut Confucianism menjadi maju karena ajarannya yang tidak menyukai kekerasan. Salah satu hal penting yang diajarkan ialah "Janganlah berbuat sesuatu yang kau tak inginkan orang berbuat kepadamu". Ajaran penting lainnya ialah "Selalu hormatilah orang yang lebih tua, lebih-lebih orang tuamu". Prinsip lainnya adalah "Kalau kamu hidup mampu, jangan sampai saudara-saudaramu hidup berkekurangan". Itulah salah satu prinsip yang menyebabkan keluarga keturunan Cina selalu memperhatikan saudara-saudara, jadi kalau yang satu kaya akan membantu yang kekurangan: memberikan pekerjaan, membantu secara moral dan finansial.

(53)

cenderung bersikap ulet di dalam menghadapi bencana banjir. Mereka menghadapi bencana yang banjir dengan segera bertindak dibanding mengeluh. Seperti pada kejadian banjir besar yang terjadi pada tahun 2011 lalu (01/04) di Jalan Karya Bersama, Lingkungan III,Kelurahan Polonia, masyarakat Cina yang mengetahui bahwa air mulai masuk ke dalam rumah segera mengambil tindakan agar tidak terjebak di dalam banjir yang bisa dikatakan merupakan banjir yang paling parah dalam beberapa kurun waktu terakhir. Mereka cenderung segera melakukan berbagai tindakan penyelamatan terhadap anggota keluarga. Mereka langsung mengingatkan dan juga mempersiapkan hal- hal lain yang berhubungan dengan dampak yang bisa ditimbulkan dalam menghadapi bencana banjir. Selain itu, mereka cenderung tidak mengeluh karena mereka menyadari bahwa dengan mengeluh hanya akan memperlambat proses berjalannya penyelamatan diri dan keluarganya dalam menghadapi banjir. Masyarakat Cina juga tidak segan membantu orang lain di luar dari lingkungan keluarga mereka. Alasannya adalah masyarakat Cina percaya bahwa apa yang mereka lakukan terhadap orang lain juga akan mereka terima di dalam perlakuan masyarakat di dalam kehidupan sehari- hari. Sikap yang mau menolong tidak hanya pada keluarga sendiri yang membuat masyarakat ini juga akan mendapat bantuan apabila ada bencana yang datang secara tidak terduga. Jadi masyarakat Cina yang terkenal ahli di dalam perdagangan pun memiliki keahlian tertentu di dalam kehidupan sehari- hari. Setiap manusia adalah makhluk sosial yang selalu membutuhkan orang lain di dalam kehidupannya, karena masyarakat ini juga menerapkan prinsip tersebut di dalam kehidupan sehari- hari, termasuk di dalam menghadapi berbagai bencana alam yang bisa dating sewaktu- waktu tanpa bisa diperkirakan.

(54)
(55)

hanya sekedar mempunyai persamaan sebagai masyarakat etnis India dan tidak memiliki hubungan keluarga.

Dari hal di atas dapat kita lihat bahwa di dalam menghadapi bencana alam masyarakat India memiliki tingkat solidaritas yang tinggi diantara sesama mereka. Meskipun tidak memiliki hubungan keluarga, antara masyarakat India bisa memberikan bantuan di dalam menghadapi bencana alam secara luar biasa yakni dengan memberikan tumpangan sementara bagi mereka yang mengalami kerugian dari dampak bencana alam yang terjadi. Walaupun tidak memiliki dasar hubungan yang erat, persamaan sebagai masyarat India yang membuat adanya hubungan interaksi diantara masyarakat yang satu dengan masyarakat yang lain. Dalam menghadapi bencana banjir juga masyarakat India cenderung tertutup dan tidak banyak mengemukakan segala keluhan yang berkaitan dengan bencana alam, seperti banjir, yang mereka alami. Biasanya masyarakat India lebih suka bertindak pada saat menghadapi bencana alam yang terjadi. Begitu ada bencana alam yang terjadi mereka langsung memikirkan hal- hal mana yang pertama harus dilakukan agar apabila bencana alam tersebut selesai tidak akan mengganggu kelangsungan kehidupan mereka selanjutnya. Selain itu juga dapat meminimalisir segala bentuk kerugian yang bisa terjadi di dalam menghadapi bencana alam di sekitar mereka dan tidak dapat diperkirakan waktu dari bencana alam tersebut.

2.6.3. Masyarakat Karo

(56)
(57)

BAB III

Gambaran Responden dan Pengetahuan Masyarakat Pluralis Tentang

Bencana Banjir di Kawasan Tempat Tinggalnya

3.1. Karakteristik Responden

Indonesia merupakan negeri yang terdiri dari berbagai suku bangsa. Hal tersebut disebabkan oleh berbagai faktor seperti letak geografis Indonesia, sejarah Indonesia dan masih ada beberapa faktor lainnya. Akibatnya Indonesia terdiri dari banyak masyarakat multikultural. Masyarakat itu tersebar diseluruh Indonesia, termasuk di kota Medan, Jalan Karya Bersama, Lingkungan III, Kelurahan Polonia. Pada tabel di bawah ini, telah dipilih responden berdasarkan etnis, yaitu warga masyarakat Cina ada sebanyak 10 orang (28,57%). Responden yang berasal dari etnis Karo ada sebanyak 10 orang (28,57%). Responden yang berasal dari etnis India ada sebanyak 10 orang (28,57%). Responden yang berasal dari etnis lain sepert Jawa dan Melayu ada sebanyak 5 orang (14,29%).

Tabel 1

Responden Berdasarkan Etnis

No. Etnis Frekuensi Persentase (%)

1. Cina 10 28,57%

2. Karo 10 28,57%

3. India 10 28,57%

4. Etnis lain (Jawa dan Melayu) 5 14,29%

Jumlah 35 100%

(58)

Warga masyarakat yang berbeda etnis seperti yang telah dipaparkan di atas hidup di dalam lingkungan yang sama. Berbagai aktivitas yang dilakukan tetap berjalan harmonis karena perbedaan etnis yang terjadi merupakan hal yang biasa terjadi.

Tabel 2

Berdasarkan umur, dapat dilihat responden yang berada pada usia 16-25 tahun ada sebanyak 6 orang (17,14%). Responden yang berada pada usia 26-35 tahun ada sebanyak 9 orang (25,72%). Responden yang berada pada usia 36-45 tahun ada sebanyak 10 orang (28,57%). Responden yang berada pada usia 46 – 55 tahun ada sebanyak 8 orang (22,86%). Responden yang berada pada usia 56 tahun ke atas ada sebanyak 2 orang (5,71%). Responden yang berada pada usia 51- 55 tahun ada sebanyak 6 orang (17,15%).

Tabel 3

Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan

No. Pekerjaan Frekuensi Persentase (%)

(59)

Berdasarkan jenis pekerjaan, banyaknya jumlah responden yang masih pelajar adalah 5 orang (14,28%). Responden yang bekerja sebagai guru ada sebanyak 4 orang (11,43%). Responden yang bekerja sebagai karyawan swasta ada sebanyak 6 orang (17,15%). Responden yang bekerja sebagai PNS (Pegawai Negeri Sipil) ada sebanyak 1 orang (2,85%). Responden yang bekerja sebagai wiraswasta ada sebanyak 13 orang (37,14%) dan responden yang berperan sebagai ibu rumah tangga ada sebanyak 6 orang (17,15%).

Tabel 4

Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

No. Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%)

1. Perempuan 25 71,43%

2. Laki- laki 10 28,57%

Jumlah 35 100%

Sumber: Data Primer 2012

Sedangkan pada tabel 4, berdasarkan jenis kelamin didapati jumlah responden laki- laki adalah 10 orang (28,57%). Jumlah responden perempuan ada sebanyak 25 orang (71,43%).

Tabel 5

(60)

Tabel 6

Lamanya Responden Tinggal di Kawasan Tempat Tinggalnya

No. Jawaban Frekuensi Persentase (%)

1. 9-10 tahun 1 3,58%

Berdasarkan tabel 6 di atas, 28 responden yang sudah lama tinggal di lingkungan ini, sebanyak 1 responden (3,58%) telah tinggal selama 9- 10 tahun di lingkungan tersebut, sebanyak 7 responden (25%) telah tinggal selama 16-20 tahun, sebanyak 7 responden (25%) telah tinggal selama 21-25 tahun. Sebanyak 5 responden (17,85%) telah tinggal selama 26-30 tahun, sebanyak 5 responden (17,85%) yang telah tinggal selama 31-35, sebanyak 2 responden (7,14%) yang telah tinggal selama 36-40 tahun dan 1 responden (3,58%) yang telah tinggal di daerah tersebut.

Ada sebanyak 3 responden (42,86%) yang tinggal selama 1-3 tahun di daerah tersebut. Responden yang belum lama tinggal di daerah tersebut yaitu selama 4- 5 tahun ada sebanyak 2 responden (28,57%), dan responden yang tinggal selama 6 – 8 tahun ada sebanyak 2 responden (28,57%).

Tabel 7

Alasan Responden Memilih Tinggal di Lingkungan Ini

No. Jawaban Frekue

nsi

(61)

3. Lingkungan tempat tinggal ini strategis 8 22,86%

Jumlah 35 100%

Sumber: Data Primer 2012

Sedangkan tentang pemilihan tempat tinggal, ada sebanyak 17 responden (48,57%) yang menyatakan bahwa mereka memilih lingkungan tempat tinggal tersebut karena sejak mereka kecil sudah tinggal di lingkungan ini bersama orangtuanya. Seiring dengan berjalannya waktu, warga yang tinggal di lingkungan tersebut sejak kecil tumbuh dan menghabiskan masa kecilnya di Jalan Karya Bersama, Lingkungan III, Kelurahan Polonia. Setelah mereka beranjak dewasa bahkan sampai menikah, mereka tetap tinggal di lingkungan tersebut. Sampai mereka berkeluarga dan mempunyai anak, masih tinggal di lingkungan ini. Mengingat harga tanah di masa sekarang yang harganya jauh semakin naik dibandingkan dulu membuat warga masyarakat yang dari kecil sudah tinggal di lingkungan tersebut memutuskan untuk melanjutkan kehidupannya dengan keluarga barunya di lingkungan tersebut bersama kedua orangtuanya juga.

(62)

merupakan salah satu hal penting yang dicari oleh setiap orang agar dapat menjalankan aktivitas sehari- hari.

3.2. Pengetahuan Responden Tentang Kawasan Tempat Tinggal

Lingkungan tempat tinggal yang nyaman merupakan lingkungan tempat tinggal dambaan setiap keluarga. Setiap keluarga memang mempunyai cara masing- masing untuk membuat lingkungan tempat tinggal mereka menjadi nyaman. Kenyamanan adalah hal yang sangat penting karena apabila kenyamanan dapat ditimbulkan di dalam lingkungan tempat tinggal kita akan menciptakan suasana yang harmonis, tidak hanya di antara anggota keluarga tetapi juga antara tetangga.

Tabel 8

Responden Berdasarkan Nyaman/Tidak Lingkungan Tempat Tinggalnya

No. Jawaban Frekuensi Persentase (%)

1. Nyaman 33 94,29%

2. Tidak Nyaman 2 5,71%

Jumlah 35 100%

Sumber: Data Primer 2012

Penelitian ini menunjukkan terdapat sebanyak 33 orang (94,29%) yang menyatakan nyaman tinggal di lingkungan ini dan 2 orang (5,71%) yang menyatakan tidak nyaman di lingkungan tempat tinggal mereka

(63)

Bagi 2 orang responden (5,71%) yang menyatakan lingkungan tempat tinggal tidak nyaman disebabkan oleh kondisi lingkungan apabila terjadi banjir. Air yang masuk ke rumah warga menyebabkan warga harus membersihkan rumahnya apabila hujan deras terjadi. Hal tersebut yang membuat responden kurang nyaman tinggal di lingkungan tempat tinggalnya.

Tabel 9

Pengetahuan Tentang Perubahan Kondisi Lingkungan Tempat Tinggal

No. Jawaban Frekuensi Persentase (%)

1. Ada Perubahan 31 88,57%

2. Tidak Ada Perubahan 4 11,43%

Jumlah 35 100%

Sumber: Data Primer 2012

Pada tabel 9 di atas, didapati sebanyak 31 responden (88,57%) yang menyatakan bahwa di lokasi ini telah terjadi perubahan kondisi lingkungan tempat tinggal dibanding yang dulu pertama sekali mereka tinggal di lingkungan itu. Perubahan yang terjadi dirasakan oleh warga masyarakat sekitar memberikan dampak tersendiri di dalam kehidupan mereka sehari- hari. Namun 4 responden (11,43%) yang merasa bahwa tidak ada perubahan yang terjadi pada kondisi lingkungan tempat tinggal mereka selama tinggal disana.

Sebanyak 31 responden (88,57%) menyatakan bahwa telah terjadi perubahan kondisi lingkungan di daeran tempat tinggal mereka. Perubahan- perubahan yang terjadi yaitu adanya bangunan baru, hal itu dinyatakan oleh 12 responden (34,29%). Bangunan baru seperti rumah- rumah yang semakin banyak dibangun di lahan kosong di sekitar lingkungan tersebut. Komplek perumahan juga sedang dirancang untuk dibangun di sekitar rumah warga.

(64)

Perubahan kondisi lingkungan yang terjadi selanjutnya adalah penduduk yang menjual tanahnya pada developer, ada sebanyak 2 orang (5,71%) yang menyatakan hal tersebut. Lahan kosong milik warga dijual kepada developer sehingga developer dapat membangun perumahan yang berada di lingkungan tersebut. Pembangunan Hermes Palace yang terletak di samping jalan masuk menuju lingkungan III menyebabkan pembangunan Hermes Palace berdampak sedikit banyak ke lingkungan tersebut. Banyak rumah di sekitar Hermes Palace yang dijual ke developer untuk mendukung pembangunan mall tersebut. Akibat pembangunan itu pula jalanan menjadi semakin padat akan kendaraan yang berpengaruh ke lingkungan III karena banyak kendaraan yang memotong dari lingungan tersebut untuk menghindari macet.

Tabel 10

Kondisi Jarak Rumah Responden dengan Rumah Tetangga

No. Jawaban Frekuensi Persentase (%)

1. Sangat sempit 3 8,57%

2. Sudah Pas 30 85,72%

3. Jarak antara satu rumah dengan yang lainnya cukup jauh

2 5,71%

Jumlah 35 100%

Sumber: Data Primer 2012

(65)

berbicara lebih keras saja, tetangga di samping rumah mereka dapat mendengar apa yang dikatakan oleh tetangganya.

Ada sebanyak 2 orang responden (5,71%) yang menyatakan jarak antara satu rumah dengan yang lainnya cukup jauh yaitu 10 meter. Responden yang mengatakan hal tersebut adalah warga masyarakat yang belum lama tinggal di daerah tersebut sehingga ketika warga itu pertama sekali pindah tidak dapat posisi rumah yang sesuai dengan keinginannya. Namun, meskipun jarak antara rumahnya dengan tetangga cukup jauh tidak membuat keluarga tersebut hanya selalu di dalam rumah. Sambil membeli perlengkapan sehari- hari, ibu rumah tangga dari keluarga tersebut sekaligus berinteraksi dengan warga sekitar.

Selanjutnya ada sebanyak 30 responden (85,72% ) yang menyatakan jarak rumah mereka dengan jarang rumah tetangga sudah pas yaitu 5 meter. Pas yang dimaksud dalam pernyataan ini adalah jarak yang tidak terlalu jauh dan jarak yang tidak terlalu sempit diantara rumah- rumah yang ada di lingkungan III tersebut. Setiap warga yang tinggal disana meskipun sibuk dalam aktivitas sehari- harinya selalu menyempatkan diri untuk berinteraksi dengan tetangganya.

Tabel 11

Pengetahuan Tentang Saluran Pembuangan Air di Depan Rumah Responden

No. Jawaban Frekuensi Persentase (%)

1. Sudah bagus 19 54,29%

2. Tidak bagus 16 45,71%

Jumlah 35 100%

Sumber: Data Primer 2012

(66)

dengan baik dan lancar. Saluran pembuangan tersebut mengalir dengan lancar dan tidak ada sampah yang berada di saluran air tersebut. Warga masyarakat turut merasakan keuntungan dari lancarnya saluran air apabila berfungsi dengan baik. Cara warga menjaga kebersihan saluran pembuangan air adalah dengan membersihkan sampah yang ada di saluran tersebut secara rutin. Tidak semua warga masyarakat memiliki saluran air yang bagus di rumahnya. Biasanya, saluran air tersebut merupakan saluran air yang kering (tidak ada air didalamnya) dan terdapat banyak sampah di dalam saluran air tersebut. Ada sebanyak 16 orang (45,71%) yang saluran air di depan rumahnya tidak berfungsi dengan baik. Dampak yang kurang menguntungkan juga akan timbul akibat saluran air yang tidak berfungsi dengan baik ini, salah satunya adalah dapat menimbulkan terjadinya banjir apabila terjadi hujan.

(67)

3.3. Pengetahuan Responden Tentang Bencana Banjir di Kawasan Tempat Tinggalnya Tabel 12

Pengetahuan Responden Bahwa Daerah Tempat Tinggalnya Merupakan Daerah Rawan Banjir

No. Jawaban Frekuensi Persentase (%)

1. Iya, saya tahu sebelumnya 14 40%

2. Saya tidak tahu 21 60%

Jumlah 35 100%

Sumber: Data Primer 2012

Sebanyak 14 responden (40%) menyatakan bahwa mereka telah mengetahui sebelumnya bahwa daerah tempat tinggal tersebut merupakan daerah yang rawan banjir. Tanah yang rendah membuat sering terjadi banjir di lingkungan ini. Selain itu, apabila terjadi hujan, sungai yang berada di dekat rumah warga akan meluap sehingga air sungai tersebut akan menggenangi jalan dan rumah- rumah tempat tinggal warga.

Responden yang tidak tahu sebelumnya mengenai hal ini ada sebanyak 21 orang (60%). Responden tersebut tidak terlalu mengetahui apabila daerah tersebut merupakan daerah rawan banjir. Menurut mereka, apabila hujan turun terus- menerus memang akan mengakibatkan banjir, tetapi mereka tidak mengetahui seberapa besar banjir yang dapat terjadi di lingkungan tersebut.

Tabel 13

Pengetahuan Responden Tentang Frekuensi Banjir yang Terjadi Setiap Tahun

No. Jawaban Frekuensi Persentase (%)

1. Sering 21 60%

2. Jarang 14 40%

Jumlah 35 100%

(68)

Sebanyak 21 orang (60%) yang menyatakan bahwa sering terjadi banjir di lingkungan III tersebut. Menurut responden banjir seiring terjadi terutama karena rumah tempat tinggal mereka yang tidak jauh dari sungai. Sungai yang berada di dekat tempat tinggal mereka tersebut tidak terlalu bersih. Hal tersebut dikarenakan masih banyak orang yang membuang sampah ke sungai. Akibatnya apabila terjadi hujan deras, sungai akan meluap dan air terus mengalir ke dalam rumah warga masyarakat. Banjir yang terjadi di lingkungan tempat tinggal tentu merupakan hal yang tidak disukai oleh warga masyarakat. Namun lama kelamaan warga masyarakat yang ada di lingkungan ini mulai terbiasa dengan kondisi tersebut sehingga pada saat turun hujan warga dapat mempersiapkan diri untuk menghadapi banjir yang timbul akibat hujan deras yang terjadi. Responden yang menyatakan sering terjadi banjir menyebutkan dalam sebulan banjir bisa terjadi 1- 3 kali. Berarti banjir dapat terjadi setiap minggunya. Para responden juga menyatakan akibat frekuensi tersebut mereka selalu bersiap siaga sebelum banjir terjadi. Persiapan mereka seperti mengamankan perabotan yang biasanya terkena banjir apabila bencana alam tersebut terjadi. Selain itu para warga masyarakat telah menyiapkan beberapa peralatan dalam mengantisipasi terjadinya banjir agar segala bentuk kerugian dalam di minimalisir.

Gambar

Tabel 3.1 Jadwal Pelaksanaan Penelitian
gambar Sungai Deli yang meluap tahun lalu (01/04/2011).
Tabel 1 Responden Berdasarkan Etnis
Tabel 3 Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa partisipasi masyarakat dalam mitigasi bencana banjir berdasarkan lokasi tempat tinggal pada Masyarakat di Kelurahan Sangkrah,

Hasil penelitian menunjukkan bahwa partisipasi masyarakat dalam mitigasi bencana banjir berdasarkan lokasi tempat tinggal pada Masyarakat di Kelurahan Sangkrah,

Berdasarkan hasil perhitungan di atas, diketahui indeks ancaman bencana banjir yang pernah tercatat di Kelurahan digambarkan dengan Peta Zonasi Daerah rawan banjir

Kesimpulan yang diambil adalah Tingkat ancaman tinggi dan Tingkat Kesiapsiagaan Masyarakat Dalam Menghadapi Bencana Banjir di Kelurahan Sumber Kecamatan Banjarsari

Dan masyarakat juga sudah bisa jaga jaga-jaga jika banjir terjadi di Kelurahan Anggrung karena mereka sudah paham dan tahu detik- detik terjadi banjir jika hujan

Adaptasi yang dilakukan oleh masyarakat dalam menghadapi masalah banjir merupakan pilihan bagi mereka yang tidak memiliki tempat tinggal selain di Daerah Aliran

Deli dalam membantu masyarakat yang terkena banjir seperti memberikan. bantuan makanan berupa mie instan, beras,nasi bungkus, tumpangan

Berdasarkan hasil wawancara dengan ketua RW dan beberapa warga di Lingkungan Bugis bentuk partisipasi mereka dalam mengurangi risiko bencana banjir adalah sering