HUBUNGAN ANTARA PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI DINI DENGAN INSIDEN DIARE PADA BAYI 0-6 BULAN di
PUSKESMAS AEK GOTI KECAMATAN SILANGKITANG KABUPATEN LABUHANBATU SELATAN
SKRIPSI Oleh TRIYANTO
091121009
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat
rahmat dan hidayahNya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul
“Hubungan Antara Pemberian Makanan Pendamping ASI Dini Dengan Insiden
Diare Pada Bayi 0-6 Bulan di Puskesmas Aek Goti Kecamatan Silangkitang
Kabupaten Labuhan Batu”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat bagi
penulis untuk menyelesaikan pendidikan dan mencapai gelar sarjana di Fakultas
Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan.
Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis banyak mendapatkan dukungan,
bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan
terimakasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada:
1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes sebagai Dekan Fakultas Keperawatan Universitas
Sumatera Utara.
2. Ibu Erniyati, S.Kp, MNS sebagai Pembantu Dekan I Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara sekaligus sebagai pembimbing skripsi II.
3. Ibu Reni Ariga Asmara, S.Kp, MARS sebagai dosen pembimbing skripsi I,
yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan arahan, bimbingan, dan
ilmu yang bermanfaat dalam penyusunan skripsi ini.
4. Ibu Nur Afi Darti, S.Kp, M.Kep, sebagai dosen penguji I dan seluruh staf
pengajar Fakultas keperawatan USU yang memberikan ilmu yang berharga
kepada penulis dan seluruh staf kepegawaian Fakultas USU yang
5. Bapak Kepala Puskesmas Aek Goti Kecamatan Silangkitang Kabupaten
Labuhanbatu Selatan yang telah membantu peneliti memberikan izin penelitian
dan semua ibu-ibu yang mempunyai bayi 0-6 Bulan yang telah bersedia
menjadi responden dalam penelitian ini.
6. Teristimewa kepada keluargaku tercinta terutama Ayah, Ibu, Abang dan Adik
serta seluruh keluarga yang telah memberikan cinta, do’a, dorongan serta
menghibur dan memotivasi penulis.
7. Rekan-rekan mahasiswa S1 Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara
ekstensi khususnya stambuk 2009 yang telah memberikan semangat dan
masukan dalam penyusunan skripsi ini.
Akhirnya dengan segala kerendahan hati semoga skripsi ini dapat
bermanfaat nantinya demi kemajuan ilmu pengetahuan khususnya profesi
keperawatan.
Medan, Januari 2011
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul ... i
Halaman Lembar Pengesahan ... ii
Prakata ... iii
Daftar Isi ... v
Daftar Skema ... viii
Daftar Tabel ... ix
Abstrak ... x
BAB 1. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang ... 1
2. Tujuan Penelitian ... 4
2.1. Tujuan Umum ... 4
2.2. Tujuan Khusus ... 4
3. Perumusan Masalah ... 4
4. Pertanyaan Penelitian ... 4
5. Manfaat Penelitian ... 5
5.1. Praktek Keperawatan ... 5
5.2. Pendidikan Keperawatan ... 5
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
1. Air Susu Ibu (ASI) ... 6
2. Makanan Pendamping ASI ... 7
2.1. Pengertian MPASI ... 7
2.2. Tujuan Pemberian MPASI ... 7
2.3. Jenis MPASI ... 8
2.4. Waktu dan Cara Pemberian MPASI ... 8
2.5. Syarat MPASI ... 10
3. Diare ... 10
3.1. Definisi Diare ... 10
3.2. Etiologi ... 11
3.3. Patofisiologi... 11
3.4. Manifestasi Klinis ... 12
3.5. Komplikasi ... 13
3.6. Penatalaksanaan ... 14
3.7. Pencegahan Penyakit Diare ... 15
3.8. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Insiden Diare ... 15
BAB 3. KERANGKA PENELITIAN 1. Kerangka Penelitian... 17
2. Defenisi Operasional ... 18
3. Hipotesis ... 19
BAB 4. METODOLOGI PENELITIAN 1. Desain Penelitian ... 20
2. Populasi ,Sampel Penelitian dan Tehnik Sampling ... 20
2.1. Populasi Penelitian ... 20
3. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 21
4. Pertimbangan Etik ... 21
5. Instrumen Penelitian ... 22
6. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen... 23
7. Pengumpulan Data ... 24
8. Analisa Data ... 25
BAB 5. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Penelitian ... 28
1.1. Deskripsi Karakteristik Responden Ibu dan Bayi ... 28
1.2. Pemberian Makanan Pendamping ASI Dini ... 29
1.3. Insiden Diare Pada Bayi 0-6 Bulan ... 30
1.4. Hubungan Antara Pemberian Makanan Pendamping ASI Dini Dengan Insiden Diare Pada Bayi 0-6 Bulan di Puskesmas Aek Goti Ksecamatan Silangkitang Kabupaten Labuhan Batu Selatan ... 30
2. Pembahasan ... 32
2.1. Pemberian Makanan Pendamping ASI Dini ... 32
2.2. Insiden Diare Pada Bayi 0-6 Bulan ... 34
2.3. Hubungan Antara Pemberian Makanan Pendamping ASI Dini Dengan Insiden Diare Pada Bayi 0-6 Bulan di Puskesmas Aek Goti Ksecamatan Silangkitang Kabupaten Labuhan Batu Selatan ... 35
BAB 6. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 1. Kesimpulan ... 38
2. Rekomendasi ... 39
2.1. Praktek Keperawatan ... 39
2.2. Pendidikan Keperawatan ... 39
2.3. Penelitian Keperawatan ... 39
LAMPIRAN:
1. Lembar Surat Pengambilan Data dari Fakultas Keperawatan ... 40
2. Lembar Surat Pemberian Izin Pengambilan Data Dari Puskesmas Aek Goti Kecamatan Silangkitang Kabupaten Labuhan Batu Selatan ... 45
3. Formulir Persetujuan Menjadi Responden ... 46
4. Kuesioner Hubungan Pemberian Makanan Pendamping ASI Dini Dengan Insiden Diare Pada Bayi 0 – 6 Bulan ... 47
5. Analisa Reliabilitas Instrumen ... 50
6. Analisa Data ... 55
DAFTAR SKEMA
Skema Halaman
1. Hubungan Antara Pemberian Makanan Pendamping ASI Dini
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Defenisi operasional Variabel Penelitian ... 18
2. Kriteria Penafsiran Korelasi Menurut Burns & Grove (1993) ... 27
3. Distribusi Frekuensi Data Demografi Ibu Yang Mempunyai
Bayi 0-6 Bulan ... 29
4. Distribusi Frekuensi Pemberian Makanan Pendamping ASI Dini ... 29
5. Distribusi Frekuensi Insiden Diare Pada Bayi 0-6 Bulan ... 30
6. Hasil Analisa Hubungan Antara Pemberian Makanan Pendamping
Judul : Hubungan Antara Pemberian Makanan Pendamping ASI Dini Dengan Insiden Diare Pada Bayi 0-6 Bulan di Puskesmas Aek Goti Kecamatan Silangkitang Kabupaten Labuhanbatu Selatan
Nama : Triyanto
Fakultas : Keperawatan
Nim : 091121009
Tahun : 2009/2010
Abstrak
Makanan Pendamping ASI adalah makanan atau minuman yang mengandung gizi diberikan kepada bayi/ anak untuk memenuhi kebutuhan gizinya. Pemberian makan sebelum bayi berumur 6 bulan mengakibatkan bayi sangat rentan untuk mengalami diare, salah satu cara yang digunakan adalah dengan pemberian ASI tanpa disertai makanan pendamping ASI sampai bayi berusia 6 bulan. Penelitian deskriptif ini, melibatkan 40 orang di Puskesmas Aek Goti Kecamatan Silangkitang Kabupaten Labuhanbatu Selatan. Dari penelitian diperoleh hasil bahwa 45% bayi telah mendapatkan MPASI pada usia 5-6 bulan, 42,5% usia 3-4 bulan dan 12,5% usia 0-2 bulan. Sementara itu 65% bayi berusia 0-6 bulan dalam kategori tidak pernah mengalami diare, 35% pernah mengalami diare, dimana 25% diantaranya pernah mengalami diare 1 kali, 7,5% pernah mengalami diare 2 kali dan 2,5% pernah mengalami diare lebih dari 2 kali. Hasil Analisa statistik menunjukan bahwa pemberian makanan pendamping ASI dini berhubungan secara positif dengan insiden diare pada bayi 0-6 bulan (r = 0.287 ). Hasil analisa statistik dalam penelitian ini adalah bahwa hubungan antara pemberian makanan pendamping ASI dini berhubungan secara positif denan insiden diare (r= 0,287). Hasil analisa hubungan kedua variabel tersebut tidak memiliki nilai signifikansi yang dapt diterima dimana p > 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa hipotesa penelitian ditolak, artinya bahwa pernyataan hipotesa adanya hubungan antara pemberian makanan pendamping asi dini dengan insidensi diare tidak dapat diterima. Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu perawat untuk memberikan informasi yang benar tentang pemberian MPASI setelah bayi berusia lebih dari 6 bulan.
Judul : Hubungan Antara Pemberian Makanan Pendamping ASI Dini Dengan Insiden Diare Pada Bayi 0-6 Bulan di Puskesmas Aek Goti Kecamatan Silangkitang Kabupaten Labuhanbatu Selatan
Nama : Triyanto
Fakultas : Keperawatan
Nim : 091121009
Tahun : 2009/2010
Abstrak
Makanan Pendamping ASI adalah makanan atau minuman yang mengandung gizi diberikan kepada bayi/ anak untuk memenuhi kebutuhan gizinya. Pemberian makan sebelum bayi berumur 6 bulan mengakibatkan bayi sangat rentan untuk mengalami diare, salah satu cara yang digunakan adalah dengan pemberian ASI tanpa disertai makanan pendamping ASI sampai bayi berusia 6 bulan. Penelitian deskriptif ini, melibatkan 40 orang di Puskesmas Aek Goti Kecamatan Silangkitang Kabupaten Labuhanbatu Selatan. Dari penelitian diperoleh hasil bahwa 45% bayi telah mendapatkan MPASI pada usia 5-6 bulan, 42,5% usia 3-4 bulan dan 12,5% usia 0-2 bulan. Sementara itu 65% bayi berusia 0-6 bulan dalam kategori tidak pernah mengalami diare, 35% pernah mengalami diare, dimana 25% diantaranya pernah mengalami diare 1 kali, 7,5% pernah mengalami diare 2 kali dan 2,5% pernah mengalami diare lebih dari 2 kali. Hasil Analisa statistik menunjukan bahwa pemberian makanan pendamping ASI dini berhubungan secara positif dengan insiden diare pada bayi 0-6 bulan (r = 0.287 ). Hasil analisa statistik dalam penelitian ini adalah bahwa hubungan antara pemberian makanan pendamping ASI dini berhubungan secara positif denan insiden diare (r= 0,287). Hasil analisa hubungan kedua variabel tersebut tidak memiliki nilai signifikansi yang dapt diterima dimana p > 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa hipotesa penelitian ditolak, artinya bahwa pernyataan hipotesa adanya hubungan antara pemberian makanan pendamping asi dini dengan insidensi diare tidak dapat diterima. Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu perawat untuk memberikan informasi yang benar tentang pemberian MPASI setelah bayi berusia lebih dari 6 bulan.
BAB 1 PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia.
Menurut Survey Kesehatan Nasional tahun 2001, pada tahun 1980-2001 angka
kematian bayi karena diare selalu menduduki urutan pertama sampai ketiga dari
semua penyebab kematian. (Depkes, 2001).
Diare merupakan keadaan dimana seseorang menderita mencret-mencret,
tinjanya encer,dapat bercampur darah dan lendir kadang disertai muntah-muntah.
Diare dapat menyebabkan cairan tubuh terkuras keluar melalui tinja. Bila
penderita diare banyak sekali kehilangan cairan tubuh maka hal ini dapat
menyebabkan kematian terutama pada bayi dan anak-anak usia di bawah lima
tahun (Ummuauliya, 2008). Dampak negatif penyakit diare pada bayi dan
anak-anak antara lain adalah menghambat proses tumbuh kembang anak-anak yang pada
akhirnya dapat menurunkan kualitas hidup anak. Penyakit diare di masyarakat
lebih dikenal dengan istilah "Muntaber". Penyakit ini menimpa pada bayi dan
tidak segera diobati dalam waktu singkat (± 48 jam) akan menyebabkan kematian
(Triatmodjo, 2008).
Orang tua berperan besar dalam menentukan penyebab anak terkena diare.
Bayi dan balita yang masih menyusui dengan ASI eksklusif umumnya jarang
diare karena tidak terkontaminasi dari luar. Namun, susu formula dan makanan
Kematian bayi di Indonesia sangat tinggi. Bahkan di seluruh dunia, Indonesia
menduduki rangking keenam dengan angka kejadian sekitar 6 juta bayi yang mati
pertahunnya. Kasus kematian bayi di Indonesia ini, menurut Masri (2004),
kematian bayi di Indonesia disebabkan oleh penyakit diare. Untuk mendiagnosis
diare, maka pemeriksaan antigen secara langsung dari tinja mempunyai nilai
sensitifitas cukup tinggi (70-90%), tetapi biaya pemeriksaan cukup mahal
(Kompas.com, 2008).
Pemberian makan sebelum bayi berumur 6 bulan tidak dapat memberikan
perlindungan yang besar pada bayi dari berbagai penyakit. Hal ini disebabkan
sistem imun bayi berumur kurang dari 6 bulan belum sempurna. Pemberian
makanan pendamping ASI (MPASI) dini sama saja dengan membuka pintu
gerbang masuknya berbagai jenis kuman. Belum lagi jika tidak disajikan secara
higienis Hasil riset terakhir dari peneliti di Indonesia menunjukkan bahwa bayi
yang mendapatkan MPASI sebelum bayi berumur 6 bulan, lebih banyak terserang
diare, sembelit, batuk-pilek, dan panas dibandingkan bayi yang hanya mendapat
ASI eksklusif (Utami, 2001). Makanan pendamping ASI harus diberikan tepat
pada waktunya, artinya bahwa semua bayi harus mulai mendapatkan makanan
sebagai tambahan ASI dari umur 6 bulan kedepan. Makanan harus diberikan
secara adekuat, yang berarti bahwa nilai nutrisi dari makanan pendamping ASI
harus sama dengan ASI. Makanan harus dipersiapkan dan diberikan dengan cara
yang aman, harus dipastikan memiliki resiko sekecil mungkin dari kontaminasi
patogen. Dan makanan harus diberikan dengan cara layak secara tekstur dan
Menurut Rahayuningsih (2005) penelitian terhadap 900 ibu di Jabotabek
diperoleh fakta bahwa hanya sekitar 5% ibu yang memberikan ASI Eksklusif
jpada bayinya, sedangkan sekitar 98% ibu lainnya sudah memberikan Makanan
Pendamping ASI (MPASI) pada bayi mereka ketika bayi masih berumur 1 bulan.
Adapun jenis dan bentuk MPASI yang diberikan adalah pisang dan nasi lembek,
padahal MPASI baru bias diperkenalkan pada bayi setelah bayi tersebut berumur
6 bulan. Hal ini berakibat pada meningkatnya angka kesakitan jpada bayi karena
alat pencernaan bayi belum mampu untuk mencerna MPASI, sehingga
menimbulkan masalah gizi, akibatnya pertumbuhan dan perkembangan bayi
terganggu.
Data mengenai insiden diare dari Dinas Kesehatan Kabupaten Labuhanbatu
Selatan pada tahun 2009 diketahui bahwa jumlah penderita diare semua umur
sebanyak 5.132 jiwa yang tersebar di semua Puskesmas. Wilayah kerja Puskesmas
Aek Goti dengan jumlah penduduk 25.855 di ketahui jumlah anak bayi 389 jiwa
dengan angka insiden diare 96 jiwa. Penyebab masih adanya angka insiden diare
pada anak disebabkan oleh beberapa faktor salah satu diantaranya adalah
memberikan makanan pendamping ASI dini. Berdasarkan latar belakag di atas
penulis tertarik untuk melakukan penelitian untuk mengetahui hubungan antara
pemberian makanan pendamping ASI dini dengan insiden diare, khususnya pada
anak usia 0-6 bulan di Puskesmas Aek Goti, Kecamatan Silangkitang, Kabupaten
2. Tujuan Penelitian 2.1. Tujuan Umum
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada hubungan
antara pemberian makanan pendamping ASI dini dengan insiden diare pada bayi
0-6 bulan di Puskesmas Aek Goti, Kecamatan Silangkitang, Kabupaten
Labuhanbatu Selatan.
2.2. Tujuan Khusus
- untuk mengidentifikasi pemberian makanan pendamping ASI.
- untuk mengidentifikasi insiden diare.
- untuk mengidentifikasi hubungan pemberian makanan pendamping ASI dini
dengan insiden diare pada bayi usia 0-6 bulan.
3. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalahnya adalah
hubungan antara pemberian makanan pendamping ASI dini dengan insiden diare
pada bayi usia 0-6 bulan di wilayah kerja Puskesmas Aek Goti, Kecamatan
Silangkitang, Kabupaten Labuhanbatu Selatan.
4. Pertanyaan Penelitian
Bagaimana hubungan antara pemberian makanan pendamping ASI dini
dengan insiden diare pada bayi usia 0-6 bulan di Puskesmas Aek Goti, Kecamatan
4. Manfaat Penelitian 4.1. Praktek Keperawatan
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi dan masukan dalam
memberikan pelayanan asuhan keperawatan yang komprehensif dan sebagai
bahan pertimbangan dalam meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan di
Puskesmas.
4.2. Pendidikan Keperawatan
Hasil penelitian ini dapat menjadi informasi pembanding yang berkaitan
dengan konsep dan kebijakan yang telah diperoleh pada hasil studi dan
diintegrasikan dalam wahana pembelajaran keperawatan anak sehingga dapat
meningkatkan kesadaran masyarakat terutama ibu-ibu terhadap pentingnya
pemberian ASI dan MPASI yang benar kepada bayi mereka agar terhindar dari
penyakit diare.
4.3. Penelitian Keperawatan
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi awal untuk
melaksanakan penelitian lebih lanjut yang berkaitan dengan kesadaran
masyarakat terutama ibu-ibu terhadap pentingnya pemberian ASI dan MPASI
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
1. Air Susu Ibu (ASI)
ASI adalah salah satu zat terbaik yang dimiliki manusia sebagai makanan
bayi. Setiap bayi harus diberi ASI paling tidak selama 4-6 bulan pertama
hidupnya (Gupte, 2004). ASI merupakan makanan yang paling cocok bagi bayi
karena mempunyai nilai gizi yang paling tinggi dibandingkan dengan makanan
bayi yang dibuat oleh manusia ataupun susu yang berasal dari hewan seperti susu
sapi, susu kerbau, atau susu kambing. Pemberian ASI secara penuh sangat
dianjurkan oleh ahli gizi diseluruh dunia. Tidak satupun susu buatan manusia
(susu formula) dapat menggantikan perlindungan kekebalan tubuh seorang bayi,
seperti yang diperoleh dari susu kolostrum (Krisnatuti & Yenrina, 2001).
ASI meningkatkan kesehatan bayi sepanjang hidupnya. Bukti eksperimental
menyimpulkan bahwa air susu ibu adalah gizi terbaik untuk bayi. Bayi tidak
memerlukan air tambahan atau susu formula, selama ibu mengikuti prisnsip
demand feeding yaitu menyusui sesering dan selama yang bayi inginkan.
Pemberian minuman tambahan (susu formula, air glukosa, dll) hanya akan
mengurangi nafsu minum si bayi, dan juga dapat berakibat berkurangnya suplai
ASI kecuali ada justifikasi medis dari dokter untuk pemberian minuman tambahan
2. Makanan Pendamping ASI 2.1 Pengertian MPASI
Makanan Pendamping ASI adalah makanan atau minuman yang
mengandung gizi diberikan kepada bayi/anak untuk memenuhi kebutuhan gizinya.
MP-ASI merupakan proses transisi dari asupan yang semata berbasis susu menuju
ke makanan yang semi padat. Untuk proses ini juga dibutuhkan keterampilan
motorik oral. Keterampilan motorik oral berkembang dari refleks menghisap
menjadi menelan makanan yang berbentuk bukan cairan dengan memindahkan
makanan dari lidah bagian depan ke lidah bagian belakang. Pengenalan dan
pemberian MP-ASI harus dilakukan secara bertahap baik bentuk maupun
jumlahnya, sesuai dengan kemampuan pencernaan bayi/anak . Pemberian MP-ASI
yang cukup dalam hal kualitas dan kuantitas penting untuk pertumbuhan fisik dan
perkembangan kecerdasan anak yang bertambah pesat pada periode ini (Ariani,
2008).
2.2 Tujuan Pemberian MPASI
Tujuan pemberian MPASI adalah karena ASI tidak mencukupi kebutuhan
bayi yang dikarenakan olleh pertambahan umur bayi yang diiringi pertumbuhan
dan aktifitasnya yang bertambah. Selain itu ketika bayi berumur lebih dari 6
bulan, timbul perbedaan antara jumlah makanan yang diperlukan dan makanan
yang dapat disediakan oleh ASI. Maka kekurangan tersebut dapat dilengkapi dari
MPASI. Selain itu pada saat bayi berumur diatas 6 bulan, syaraf dan otot di mulut
mengunyah. Pada umur tersebut bayi juga sudah mulai tumbuh gigi, bias
mengontrol pergerakan lidah, mulai menaruh barang di mulutnya dan tertarik
untuk mencoba rasa yang baru. Ditambah lagi pencernaan bayi mulai umur 6
bulan sudah cukup baik untuk mencerna makanan (Ariani, 2008).
2.3. Jenis MPASI
a. Makanan lumat halus yaitu makanan yang dihancurkan dari tepung
dan tampak homogeny (sama/rata). Contoh: bubur susu, bubur
sumsum, biscuit ditambah air panas, papaya saring.
b. Makanan lumat yaitu makanan yang dihancurkan atau disaring tampak
kurang rata. Contoh: papaya dihaluskan dengan sendok, pisang dikerik
dengan sendok, nasi tim saring, bubur kacang hijau saring, kentang
rebus.
c. Makanan lunak yaitu makanan yang dimasak dengan banyak air dan
tampak berair. Contoh: bubur nasi, bubur ayam, bubur kacang hijau.
d. Makanan padat yaitu makanan lunak yang tidak nampak air. Contoh:
lontong, nasi tim, kentang rebus, biscuit (Nadesul, 2001).
2.4. Waktu dan Cara Pemberian MPASI
Waktu dan cara pemberian MPASI sesuai dengan umur adalah:
a. Makanan Bayi Umur 6-7 Bulan
Pemberian ASI diteruskan dan MPASI diberikan dalam bentuk lumat halus
lain bubur susu, biscuit yang ditambah air atau susu, pisang dan papaya yang
dilumatkan. Berikan untuk pertama kali salah satu jenis MPASI, misalnya
pisang lumat. Berikan sedikit demi sedikit mulai dengan jumlah 1-2 sendok
makan, 1 kali sehari. Berikan untuk beberapa hari secara tetap kemudian baru
dapat diberikan jenis MPASI yang lainnya. Berikan ASI dulu kemudian
MPASI berbentuk cairan berikan dengan sendok dan jangan menggunakan
botol dan dot.
b. Makanan Bayi Umur 7-9 Bulan
Pemberian ASI diteruskan semau bayi. Pada bulan ini bayi diberikan nasi tim
ditambah sedikit demi sedikit sumber lemak yaitu santan atau minyak
kelapa/margarine. Bahan makanan ini dapat menambah kalori makanan bayi,
di samping memberikan rasa enak juga mempertinggi penyerapan vitamin A
dan zat lain yang larut dalam lemak. Waktu pemberian MPASI pada masa ini
adalah umur 7 bulan dapat diberikan bubur susu satu kali, sari buah dua kali.
Umur 8 bulan dapat diberikan bubur susu satu kali, sari buah satu kali dan
nasi tim saring satu kali dan umur 9 bulan dapat diberikan bubur susu satu
kali, sari buah satu kali, nasi tim saring satu kali dan ditambah telur satu kali.
c. Makanan Bayi Umur 10-12 Bulan
Pemberian ASI dapat diteruskan semau bayi. Pemberian MPASI pada bayi
umur 10 bulan adalah dapat diperkenalkan dengan makanan keluarga secara
bertahap. Bentuk dan kepadatan nasi tim bayi harus diatur secara
berangsur-angsur, kemudian lambat laun mendekati bentuk dan kepadatan makanan
yang bernilai gizi tinggi seperti bubur kacang hijau, buah dan lain-lain. Waktu
pemberian MPASI pada umur 10-11 bulan adalah bubur susu dua kali sehari,
sari buah satu kali dan nasi tim saring satu kali dan berikan telur satu kali dan
umur 12 bulan adalah bubur susu satu kali, sari buah satu kali dan nasi tim
saring dua kali dan ditambah telur satu kali (Krisnatuti, 2002).
2.5. Syarat MPASI
Beberapa syarat MPASI yang baik yaitu:
a. Kaya energy, protein dan zat besi, vitamin A, vitamin C, kalsium dan folat.
b. Bersih dan sehat, yaitu tidak mengandung kuman penyakit atau bahan
berbahaya lain. Tidak keras sehingga tidak menyebabkan bayi tersedak,
mudah dimakan oleh bayi, tidak terlalu asin atau terlalu pedas serta disukai
bayi.
c. Merupakan makanan local yang mudah didapat dengan harga terjangkau serta
mudah disiapkan (Ariani, 2008).
3. Diare
3.1 Definisi Diare
Diare merupakan suatu penyakit dengan tanda-tanda adanya perubahan
bentuk dan konsistensi tinja yang cair dan frekuensi buang air besar lebih dari
biasanya (3 kali dalam sehari), namun tak selamanya mencret dikatakan diare.
Misalnya pada bayi yang berusia kurang dari sebulan, yang bisa buang air hingga
Biasanya ibu akan mengetahui kapan anaknya menderita diare. Bila diare
timbul, ibu bisa mengatakan bahwa tinjanya sangat bau atau dikeluarkan dengan
banyak suara angin atau seperti air. Diare sering didefenisikan sebagai buang air
encer tiga kali atau lebih dalam sehari. Diare sering terjadi pada anak terutama
antara usia 6 bulan sampai 2 tahun atau pada bayi berusia dibawah 6 bulan yang
minum susu sapi atau formula makanan bayi (Adrianto, 1995).
3.2 Etiologi
Penyebab diare dapat dikelompokkan menjadi:
- virus : rotavirus (40-60%), adenovirus.
- Bakteri: echerichia coli (20-30%), shigella sp. (1-2%), vibriao cholerae, dan
lain-lain.
- Parasit: entamoeba histolitica (<1%), giardia lamblia, crytossporidium
(4-11%).
- Keracunan makanan.
- Malabsorpsi: karbohidrat, lemak, dan protein.
- Alergi: makanan, susu sapi.
- Imunodefisiensi: AIDS.
3.3 Patofisiologi
Mekanisme dasar yang menyebabkan diare ialah yang pertama gangguan
osmotik, akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan
pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus, isi rongga usus yang berlebihan
ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.
Kedua akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan
terjadi peningkatan sekali air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya
diare timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
Ketiga gangguan motalitas usus, terjadinya hiperperistaltik akan
mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan
sehingga timbul diare sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan
mengakibatkan bakteri timbul berlebihan yang selanjutnya dapat menimbulkan
diare pula.
Selain itu diare juga dapat terjadi, akibat masuknya mikroorganisme hidup
ke dalam usus setelah berhasil melewati rintangan asam lambung,
mikroorganisme tersebut berkembang biak, kemudian mengeluarkan toksin dan
akibat toksin tersebut terjadi hipersekresi yang selanjutnya akan menimbulkan
diare ( Kusmaul, 2002).
3.4 Manifestasi Klinis
- Mula-mula anak/bayi cengeng gelisah, suhu tubuh mungkin meningkat, nafsu
makan berkurang.
- Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer.
- Warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur empedu.
- Anus dan sekitarnya lecet karena seringnya difekasi dan tinja menjadi lebih
- Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelas (elistitas kulit menurun),
ubun-ubun dan mata cekung membran mukosa kering dan disertai penurunan
berat badan.
- Perubahan tanda-tanda vital, nadi dan respirasi cepat tekan darah turun, denyut
jantung cepat, pasien sangat lemas, kesadaran menurun (apatis, samnolen,
sopora komatus) sebagai akibat hipovokanik.
- Diuresis berkurang (oliguria sampai anuria).
- Bila terjadi asidosis metabolik klien akan tampak pucat dan pernafasan cepat
dan dalam (Kusmaul, 2002).
3.5 Komplikasi
- Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik atau hipertonik).
- Renjatan hipovolemik.
- Hipokalemia (dengan gejala mekorismus, hiptoni otot, lemah, bradikardi,
perubahan pada elektro kardiagram).
- Hipoglikemia.
- Introleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim laktase karena
kerusakan vili mukosa, usus halus.
- Kejang terutama pada dehidrasi hipertonik.
- Malnutrisi energi, protein, karena selain diare dan muntah, penderita juga
3.6 Penatalaksanaan
Dasar pengobatan diare adalah:
- Pemberian cairan, jenis cairan, cara memberikan cairan, jumlah pemberiannya.
1) Cairan per oral
Pada klien dengan dehidrasi ringan dan sedang diberikan peroral berupa
cairan yang bersifat NaCl dan NaHCO3
2) Cairan parentral
dan glukosa. Untuk diare akut dan
kolera pada anak diatas 6 bulan kadar Natrium 90 mEg/l. Pada anak dibawah
umur 6 bulan dengan dehidrasi ringan-sedang kadar natrium 50-60 mEg/l.
Formula lengkap disebut oralit, sedangkan larutan gula garam dan tajin disebut
formula yang tidak lengkap karena banyak mengandung NaCl dan sukrosa
Diberikan pada klien yang mengalami dehidrasi berat, dengan rincian
sebagai berikut:
Untuk anak umur 1 bl-2 tahun berat badan 3-10 kg
- 1 jam pertama : 40 ml/kgBB/menit= 3 tts/kgBB/mnt (infus set berukuran 1
ml=15 tts atau 13 tts/kgBB/menit (set infus 1 ml=20 tetes).
- 7 jam berikutnya : 12 ml/kgBB/menit= 3 tts/kgBB/mnt (infusset berukuran
1 ml=15 tts atau 4 tts/kgBB/menit (set infus 1 ml=20 tetes).
- 16 jam berikutnya : 125 ml/kgBB/ oralit
Untuk bayi baru lahir dengan berat badan 2-3 kg
- Kebutuhan cairan: 125 ml + 100 ml + 25 ml = 250 ml/kg/BB/24 jam, jenis
- Kecepatan : 4 jam pertama : 25 ml/kgBB/jam atau 6 tts/kgBB/menit (1 ml
= 15 tts) 8 tts/kg/BB/mt (1mt=20 tts).
Untuk bayi berat badan lahir rendah
- Kebutuhan cairan: 250 ml/kg/BB/24 jam, jenis cairan 4:1 (4 bagian
glukosa 10% + 1 bagian NaHCO3 1½ %) (kusmaul, 2002).
3.7. Pencegahan Penyakit Diare.
Menurut Masri (2004), cara mencegah diare pada bayi yang benar dan
efektif yang dapat dilakukan adalah memberikan ASI sebagai makanan yang
paling baik untuk bayi. Komponen zat makanan tersedia dalam bentuk yang ideal
dan seimbang untuk dicerna dan diserap secara optimal oleh bayi. ASI saja sudah
cukup untuk menjaga pertumbuhan bayi sampai umur 4-6 bulan.
ASI steril, berbeda dengan sumber susu lain, susu formula atau cairan lain
disiapkan dengan air atau bahan-bahan yang terkontaminasi dalam botol yang
kotor. Pemberian ASI saja tanpa cairan atau makanan lain dan tanpa
menggunakan botol, menghindarkan anak dari bahaya bakteri dan organisme lain
yang akan menyebabkan diare. ASI mempunyai khasiat mencegah secara
imunologik dengan adanya antibodi dan zat-zat lain yang dikandungnya. ASI
turut memberikan perlindungan terhadap diare.
3.8. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Insiden Diare.
Kejadian diare pada bayi dapat di pengaruhi oleh beberapa faktor antara
- Pemberian ASI
Pemberian ASI pada bayi sampai berusia 4-6 bulan, akan memberikan
kekebalan kepada bayi terhadap berbagai macam penyakit karena ASI adalah
cairan yang mengandung zat kekebalan tubuh yang dapat melindungi bayi dari
berbagai penyakit infeksi bakteri, virus, jamur dan parasit. Oleh karena itu,
dengan adanya zat anti infeksi dari ASI, maka bayi yang diberi ASI dapat
terlindung dari penyakit diare (Utami, 2001).
- Status Gizi.
Penderita gizi buruk akan mengalami penurunan produksi antibodi serta
terjadinya atropi pada dinding usus yang menyebabkan berkurangnya sekresi
berbagai enzim sehingga memudahkan masuknya bibit penyakit ke dalam
tubuh terutama penyakit diare (Moehji, 2003).
- Laktosa Intoleran.
Laktosa hanya dapat diserap oleh usus setelah dihidrolisis menjadi
monosakarida oleh laktosa, namun dalam keadaan tertentu aktivitas laktosa
menurun atau tidak ada sama sekali, sehingga pencernaan laktosa terganggu
dan laktosapun tidak dapat dicerna. Laktosa yang tidak dapat dicerna tersebut
akan masuk ke usus besar, dan di dalam usus besar ini akan di fermentasi oleh
mikro flora usus sehingga dihasilkan asam laktat dan beberapa macam gas.
BAB 3
KERANGKA PENELITIAN
1. Kerangka Penelitian
Konsep merupakan abstraksi yang terbentuk oleh generalisasi dari hal-hal
khusus. Oleh karena konsep merupakan abstraksi, maka konsep tidak dapat
langsung diamati atau diukur. Konsep hanya dapat diamati atau diukur melalui
konstruk atau yang lebih dikenal dengan variabel. Jadi variabel adalah simbol atau
lambang yang menunjukkan nilai atau bilangan dari konsep. Variabel adalah
sesuatu yang bervariasi (Notoatmodjo, 2002). Variabel independent yaitu
pemberian makanan pendamping ASI dini dan variabel dependent yaitu insiden
diare.
Kerangka konseptual penelitian bertujuan untuk mengetahui apakah ada
hubungan antara pemberian makanan pendamping ASI dini dengan insiden diare
pada bayi usia 0-6 bulan.
Variabel Independen Variabel dependen
Skema 1: Hubungan Antara Pemberian Makanan Pendamping ASI Dini dengan
Insiden Diare.
Pemberian makanan
pendamping ASI dini Insiden diare
1 Bayi mengalami diare
2. Definisi Operasional
Tabel 1. Defenisi Operasional Variabel Penelitian
Variabel Defenisi Operasional Alat Ukur Hasil ukur Skala
Pemberian
makanan
pendamping
ASI dini
Makanan yang diberikan pada
bayi yang berbentuk padat
seperti biskuit, nasi tim saring,
pisang/ pepaya dan bubur nasi
sebelum waktunya yaitu umur
0-6 bulan. Yang dikategorikan
kedalam 3 tingkatan umur:
• 0-2 bulan
• 3-4 bulan
• 5-6 bulan
Kuesioner yang
berisi pertanyaan tentang waktu pemberian makanan pendamping ASI Skor 1-3:
1 = usia 0-2
bulan
2 = usia 3-4
bulan
3 = usia 5-6
bulan
Rasio
Insiden diare Frekuensi kejadian diare yang
dialami selama bayi 0-6 bulan.
Dikategorikan kedalam 4
tingkatan:
• Tidak pernah
• Pernah 1 kali
• Pernah 2 kali
• Pernah > 2 kali
Kuesioner berisi
pertanyaan
tentang frekuensi
kejadian diare.
Skor 0-3:
0 = tidak
pernah
1 = pernah 1
kali
2 = pernah 2
kali
3 = pernah > 2
kali
3. Hipotesis
Ada hubungan antara pemberian makanan pendamping ASI dini dengan
BAB 4
METODOLOGI PENELITIAN
1. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah studi deskriptif korelasi yaitu jenis
penelitian yang digunakan untuk mengetahui hubungan suatu variabel dengan
variabel lainnya (Notoadmodjo, 2005). Variabel-variabel yang di identifikasi
adalah hubungan pemberian makanan pendamping ASI dini dengan insiden diare
pada bayi 0-6 bulan.
2. Populasi, Sampel Penelitian dan Tehnik Sampling 2.1 Populasi Penelitian
Populasi atau subjek penelitian ini adalah ibu yang mempunyai bayi usia 0-6
bulan yang terdapat di wilayah kerja Puskesmas Aek Goti Kecamatan
Silangkitang Kabupaten Labuhanbatu Selatan dengan jumlah bayi sebanyak 389
jiwa.
2.2 Sampel Penelitian
Sampel adalah sebagian subjek penelitian yang diambil dari populasi.
Dikatakan penelitian sampel apabila kita bermaksud menggeneralisasikan atau
mengangkat simpulan penelitian yang berlaku bagi populasi (Arikunto, 1996).
Jumlah sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah 10% dari jumlah
mempunyai bayi yang berusia 0-6 bulan yang diberikan makanan pendamping
ASI. Jumlah ini sudah memenuhi batas ketentuan sampel yang di butuhkan, yaitu
10% dari 389.
2.3 Tehnik Sampling
Teknik pengambilan sampel yang dilakukan convenience sampling, yaitu
tehnik penarikan sampel yang dilakukan dengan mengambil responden yang
tersedia pada saat itu atau kebetulan ada dan memenuhi kriteria sampel yang telah
ditentukan (Arikunto, 2002). Adapun kriteria sampel adalah ibu-ibu yang
mempunyai bayi yang berumur 0-6 bulan yang diberikan makanan pendamping
ASI.
4. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Puskesmas Aek Goti, Kecamatan Silangkitang
Kabupaten Labuhanbatu Selatan. Penelitian dilakukan pada bulan Juni hingga
bulan Agustus 2010. Penelitian dilakukan selama 3 bulan. Adapun alasan
pemilihan lokasi adalah karena tersedianya responden yang memadai di
Puskesmas Aek Goti yaitu tempatnya tidak jauh dari tempat tinggal peneliti dan
Puskesmas ini belum pernah dilakukan penelitian tentang hubungan pemberian
5. Pertimbangan Etik
Penelitian ini dilakukan setelah peneliti mendapat persetujuan dari Fakultas
keperawatan Universitas Sumatera Utara untuk melakukan penelitian. Setelah
mendapat surat izin penelitian dari Fakultas Keperawatan USU maka peneliti
menyerahkan surat izin penelitian kepada Puskesmas Aek Goti, Kecamatan
Silangkitang, Kabupaten Labuhanbatu Selatan.
Setelah izin didapatkan dari Puskesmas Aek Goti, Kecamatan Silangkitang,
Kabupaten Labuhanbatu Selatan. maka peneliti melaksanakan penelitian dengan
cara datang ketempat Posyandu dengan memberi penjelasan kepada calon
responden penelitian tentang tujuan penelitian dan prosedur pelaksanaan
penelitian. Seluruh responden bersedia menandatangani informend consent, dan
tidak ada yang menolak atau mengundurkan diri selama proses pengumpulan data
berlangsung. Penelitian ini tidak menimbulkan resiko bagi individu yang menjadi
responden baik faktor fisik maupun psikis. Kerahasiaan catatan data responden
dijaga dengan tidak menuliskan nama responden, tetapi nama di beri kode dengan
angka pada instrumen penelitian setelah proses penelitian selesai. Data-data yang
diperoleh dari responden juga hanya digunakan untuk kepentingan penelitian.
5. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian dibuat dalam bentuk kuesioner
yang disusun berdasarkan tinjauan pustaka. Instrumen penelitian ini terdiri dari
waktu pemberian dan jenis makanan pendamping ASI dan yang ketiga berisi
tentang insiden diare.
Kuesioner data demografi (KDD) yang digunakan untuk mengkaji data
demografi responden yang meliputi identitas Ibu yaitu nama (inisial dengan
angka), umur, pendidikan, pekerjaan, alamat. Identitas bayi yaitu nama, tempat
tanggal lahir, umur bayi.
Kuesioner waktu pemberian dan jenis makanan pendamping ASI. Peneliti
menyusun kuesioner pemberian makanan pendamping ASI dini berdasarkan
tinjauan pustaka dengan penilaian kuesioner menggunakan skala Guttman
(Hidayat, 2007). Kuesioner waktu pemberian dan jenis makanan pendamping ASI
berisi tentang pertanyaan-pertanyaan yang meliputi waktu dan jenis makanan.
Pertanyaan dengan alternatif jawaban usia 0-2 bulan dengan skor 1, 3-4 bulan
dengan skor 2 dan 5-6 dengan skor 3. Sehingga jumlah skor dalam kuesioner
pemberian makanan pendamping ASI dini adalah 1-3.
Kuesioner insiden diare berisi pertanyaan dengan alternatif jawaban
tidaknah 1 kali, pernah 2 kali dan pernah lebih dari 2 kali. Jika tidak pernah
dengan skor 0, pernah 1 kali dengan skor 1, pernah 2 kali dengan skor 2, dan
pernah lebih dari 2 kali dengan skor 3. Sehingga jumlah skor dalam kuesioner
dengan insiden diare adalah 0-3.
6. Uji Validitas Dan Reliabilitas Instrumen
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan
mengukur apa yang diinginkan dan memiliki validitas tinggi. Tinggi rendahnya
validitas instrumen menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak
menyimpang dari gambaran validitas tersebut (Arikunto, 2006). Uji validasi
instrumen penelitian tidak dilakukan tetapi kuesioner diperiksa kesesuaian
konteks (isi) oleh dosen keperawatan yang dianggap kompeten yaitu Ibu Farida
Linda Sari Siregar, S.Kep, M.Kep.
Hasil kuesioner dinyatakan oleh yang bersangkutan dapat digunakan untuk
mengukur hubungan antara pemberian makanan pendamping ASI dini dengan
insiden diare pada bayi 0-6 bulan di Puskesmas Aek Goti Kecamatan Silangkitang
Kabupaten Labuhanbatu Selatan.
Untuk mengetahui kepercayaan (reliabilitas) instrumen dilakukan uji
reliabilitas instrumen sehingga dapat digunakan untuk penelitian berikutnya dalam
ruang lingkup yang sama. Instrumen yang reliable akan dapat menghasilkan data
yang dapat dipercaya atau benar sesuai kenyataannya sehingga walaupun data
diambil berulang-ulang, hasilnya akan tetap sama. Uji reliabilitas ini dilakukan
sebelum pengumpulan data terhadap 10 orang yang memiliki kriteria yang sama
dengan sampel penelitian.
Uji reliabilitas ini dilakukan dengan menggunakan SPSS versi 16 untuk
analisis cronbach alpha dengan hasil koefisien reliabilitas untuk instrumen
kuesioner pemberian MPASI dini yaitu 0,713. Untuk instrument kuesioner insiden
Menurut Polit & Hungler (1997) suatu instrumen dikatakan reliabel bila
koefisiennya 0,70 atau lebih. Jadi dapat disimpulkan bahwa kuesioner pemberian
MPASI dini dan insiden diare pada bayi 0-6 bulan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah reliabel.
7. Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang digunakan adalah memberikan kuesioner kepada
responden. Pegumpulan data dimulai setelah peneliti menerima surat izin
pelaksana penelitian dari institusi pendidikan yaitu Fakultas Keperawatan USU
dan surat izin penelitian dari Puskesmas Aek Goti. Pada saat pengumpulan data
peneliti menjelaskan tujuan, manfaat dan proses pengisian kuesioner penelitian
kepada calon responden dan siapa yang bersedia berpartisipasi diminta untuk
menandatangani informed consent. Setelah mendapat persetujuan responden
maka pengumpulan data dimulai. Selanjutnya menjelaskan cara pengisian
kuesioner dan responden diminta untuk mengisi kuesioner yang diberikan oleh
peneliti dengan cermat dan tidak ada hal yang terlewatkan. Responden diberikan
kesempatan untuk bertanya bila ada pertanyaan yang tidak dimengerti. Pengisian
kuesioner diisi oleh responden sesuai dengan yang dialami dan diketahui,
selanjutnya data dikumpulkan untuk dianalisa.
8. Analisa Data
Setelah semua data terkumpul, maka peneliti melakukan analisis dan
responden dan memastikan bahwa semua jawaban telah terisi. Setelah itu
mengklarifikasi dan mentabulasikan data yang telah dikumpulkan serta dilakukan
pengolahan data dengan menggunakan bantuan komputerisasi.
Pengolahan data dilakukan dengan cara univariat dan bivariat, dimana data
univariat untuk menampilkan data demografi, pemberian makanan pendamping
ASI dini dan insiden diare dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan persentase.
Sedangkan bivariat untuk mengidentifikasi hubungan antara pemberian makanan
pendamping ASI dini dengan insiden diare menggunakan uji korelasi Pearson
Product Moment. Uji ini digunakan untuk mengetahui derajat hubungan antara
pemberian makanan pendamping ASI dini dengan insiden diare dengan
menggunakan data rasio pada tabel. Hasil dari analisa korelasi Pearson Product
MomentI adalah jika t hitung ≥ t tabel H0 ditolak artinya ada perbedaan yang
signifikan yaitu antara pemberian makanan pendamping ASI dini dengan insiden
diare dan jika t hitung ≤ t tabel H 0
Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara pemberian makanan
pendamping ASI dini dengan insiden diare pada bayi 0-6 bulan dilakukan dengan
menggunakan uji statistik korelasi Pearson Product Moment. Nilai r berkisar
antara -1 sampai dengan +1 untuk menunjukkan derajat hubungan antara kedua
variabel tersebut, dan untuk menentukan apakah terdapat hubungan yang
signifikan antara kedua variabel, maka dilakukan pengamatan terhadap nilai
signifikansi (p) pada hasil analisa p < 0,05.
diterima artinya tidak ada perbedaan yang
signifikan yaitu antara pemberian makanan pendamping ASI dini dengan insiden
Untuk menafsirkan hasil pengujian statistik tersebut lebih lanjut digunakan
[image:39.595.108.528.225.708.2]penafsiran korelasi Pearson Product Moment.
Tabel 2. Kriteria Penafsiran Korelasi Menurut Burns & Grove (1993)
Nilai r Penafsiran
Diatas -0,5
-0,3 sampai - 0.5
-0,1 sampai -0,3
0
0,1 sampai 0,3
0,3 sampai 0,5
Diatas 0,5
Korelasi negatif tinggi
Hubungan negatif, interpretasi kuat.
Korelasi negatif sedang
Hubungan negatif, interpretasi sedang.
Korelasi negatif rendah
Hubungan negatif, interpretasi lemah.
Tidak ada korelasi
Korelasi positif rendah.
Hubungan positif, interpretasi lemah.
Korelasi positif sedang.
Hubungan positif, interpretasi sedang
Korelasi positif tinggi.
BAB 5
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini akan diuraikan hasil penelitian mengenai hubungan antara
pemberian makanan pendamping ASI dini dengan insiden diare pada bayi 0-6
bulan yang diperoleh melalui pengumpulan data yang dilakukan sejak tanggal 11
Juni 2010 sampai tanggal 23 Agustus 2010 di Puskesmas Aek Goti Kecamatan
Silangkitang Kabupaten Labuhanbatu Selatan. Penyajian data hasil penelitian
meliputi deskripsi karakteristik responden, pemberian makanan pendamping ASI
dini dan insiden diare. Selanjutnya dipaparkan hubungan antara pemberian
makanan pendamping ASI dini dengan insiden diare pada bayi 0-6 bulan.
1. Hasil Penelitian
1.1. Deskripsi Karakteristik Responden Ibu Dan Bayi
Deskripsi karakteristik responden mencakup usia ibu, pendidikan ibu,
pekerjaan ibu dan usia bayi.
Dari 40 orang responden yang terkumpul usia rata-rata ibu terbanyak pada
rentang usia ≤ 30 tahun (92,5%). Dimana untuk tingkat pendidikan, didominasi
oleh 31 orang ibu responden dengan tingkat pendidikan lulusan SMU (77,5%).
Sebahagian besar ibu responden bekerja sebagai ibu rumah tangga sebanyak 20
orang (50%). Sementara usia bayi didominasi bayi usia 5-6 bulan sebanyak 18
orang bayi (45%). Distribusi data demografi ibu yang mempunyai bayi usia 0-6
Tabel 3. Distibusi data demografi ibu yang mempunyai bayi 0-6 bulan Karakteristik Responden Frekuensi Persentase
Umur Ibu
≤ 30 tahun
> 30 37 3 92,5 7,5 Pendidikan Ibu SMU SMP S 1 31 7 2 77,5 17,5 5,0 Pekerjaan Ibu
Ibu Rumah Tangga Petani PNS 20 18 2 50,0 45,0 5,0 Usia Bayi 5-6 bulan 3-4 bulan 0-2 bulan 18 17 5 45,0 42,5 12,5
1.2.Pemberian Makanan Pendamping ASI Dini
Penelitian ini menggambarkan tentang tingkatan usia pemberian makanan
pendamping ASI dini, dimana mayoritas responden berada pada usia 5-6 bulan
sebanyak 18 orang (45%), usia 3-4 bulan sebanyak 17 orang (42,5%), dan 5 orang
berusia 0-2 bulan (12,5%). Distribusi frekuensi pemberian makanan pendamping
ASI dini dapat dilihat pada tabel 4.
Tabel 4. Distribusi frekuensi pemberian makanan pendamping ASI dini Pemberian Makanan
Pendamping ASI Frekuensi Persentase
Usia 5-6 bulan Usia 3-4 bulan Usia 0-2 bulan
[image:41.595.114.516.669.739.2]1.3.Insiden Diare Pada Bayi 0-6 Bulan
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa 26 responden (65%) dalam kategori
tidak pernah mengalami diare, 14 orang responden (35%) pernah mengalami
diare, dimana 10 orang responden (25%) pernah mengalami diare 1 kali, 3 orang
responden (7,5%) pernah mengalami diare 2 kali, dan hanya 1 orang responden
(2,5%) pernah mengalami diare lebih dari 2 kali. Distribusi frekuensi insiden diare
[image:42.595.113.517.363.434.2]pada bayi 0-6 bulan dapat dilihat pada tabel 5.
Tabel 5. Distribusi frekuensi insiden diare pada bayi 0-6 bulan
Insidensi Diare Frekuensi Persentase
Tidak Pernah mengalami diare Pernah diare 1 kali
Pernah diare 2 kali
Pernah diare lebih dari 2 kali
26 10 3 1
65,0 25,0 7,5 2,5
1.4.Hubungan Antara Pemberian Makanan Pendamping ASI Dini Dengan Insiden Diare Pada Bayi 0-6 Bulan di Puskesmas Aek Goti Kecamatan Silangkitang Kabupaten Labuhanbatu Selatan
Hasil analisa berdasarkan penafsiran korelasi menurut Burns & Groove
(2001) bahwa variabel hubungan antara pemberian makanan pendamping ASI
dini dengan insiden diare memiliki hubungan positif dengan interpretasi lemah (r
pada 0,1 sampai 0,3). Dengan nilai p> 0,05 yang menunjukan bahwa hubungan
Tabel 6. Hasil analisa hubungan antara pemberian makanan pendamping ASI dini dengan insiden diare pada bayi 0-6 bulan (n=40)
Variabel 1 Variabel 2 Mean (SD) r p - value
Pemberian makanan pendamping ASI dini
Insiden Diare pada bayi usia
2. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian, peneliti dapat menjawab pertanyaan
bagaimana hubungan antara pemberian makanan pendamping ASI dini dengan
insiden diare pada bayi 0-6 bulan di Puskesmas Aek Goti Kecamatan
Silangkitang Kabupaten Labuhanbatu Selatan.
2.1. Pemberian Makanan Pendamping ASI Dini
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa mayoritas bayi mendapatkan
makanan pendamping ASI pada usia 5-6 bulan (45%). Hasil ini tidak sama
dengan penelitian yang dilakukan oleh Ansar, Lubis, Aritonang (2005) yang
menyatakan bahwa dari 99 responden sebagian besar bayi sudah mendapat
MPASI pada usia 1-3 bulan (25%) bahkan ada yang sudah memberi MPASI
begitu lahir. Pada penelitian tersebut pemberian MPASI pada usia 4-6 bulan
terdapat pada 15% dari keseluruhan responden.
Makanan tambahan adalah makanan untuk bayi selain ASI atau susu botol,
sebagai penambah kekurangan ASI atau susu pengganti (PASI) (Husaini, 2001).
Pemberian makanan tambahan adalah memberi makanan lain selain ASI untuk
mengisi kesenjangan antara kebutuhan nutrisi dengan jumlah yang didapat dari
ASI (Rosidah, 2004).
MP-ASI diberikan mulai umur 6-24 bulan dan merupakan makanan
peralihan dari ASI ke makanan keluarga. Pengenalan dan pemberian MP-ASI
dimaksudkan untuk menyesuaikan kemampuan alat cerna bayi dalam menerima
MP-ASI (Depkes RI, 2004).
Menurut Depkes (1997) pemberian makanan atau minuman pengganti ASI
berbahaya bagi bayi karena saluran pencernaan bayi belum cukup kuat untuk
mencernakan makanan atau minuman selain ASI.
Adapun waktu yang baik dalam memulai pemberian makanan tambahan
pada bayi adalah umur 6 bulan. Makanan tambahan mulai diberikan umur enam
bulan satu hari. Pada usia ini otot dan saraf didalam mulut bayi cukup
berkembang untuk mengunyah, menggigit, menelan makanan dengan baik, mulai
tumbuh gigi, suka memasukkan sesuatu ke dalam mulutnya dan berminat
terhadap rasa yang baru (Rosidah, 2004). Menurut Ariani (2008) pemberian
makanan tambahan pada bayi sebelum umur tersebut (>6 bulan) akan
menimbulkan risiko sebagai berikut: 1) Anak akan minum ASI lebih sedikit dan
ibu pun memproduksinya lebih sedikit sehingga akan lebih sulit untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi anak, 2) Anak mendapat faktor pelindung dari ASI lebih sedikit
sehingga risiko infeksi meningkat, 3) Risiko diare juga meningkat karena
makanan tambahan tidak sebersih ASI, 4) Makanan yang diberikan sebagai
pengganti ASI sering encer, buburnya berkuah atau berupa sup karena mudah
dimakan bayi, makanan ini memang membuat lambung penuh tetapi memberikan
2.2. Insidensi Diare Pada Bayi 0-6 Bulan
Hasil penelitian menunjukan bahwa 26 responden (65%) dalam kategori
tidak pernah mengalami diare, 14 orang responden (35%) pernah mengalami
diare, dimana 10 orang responden (25%) pernah mengalami diare 1 kali, 3 orang
responden (7,5%) pernah mengalami diare 2 kali, dan hanya 1 orang responden
(2,5%) pernah mengalami diare lebih dari 2 kali. Hasil penelitian ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Kamalia (2005) yang menyatakan bahwa
kejadian diare yang dikategorikan berdasarkan frekuensi buang air besar (BAB)
diperoleh bahwa persentase tertinggi sampel tidak mengalami diare sebanyak 64%
(32 sampel), dan 36% (18 sampel) lainnya mengalami kejadian diare.
Diare merupakan suatu penyakit dengan tanda-tanda adanya perubahan
bentuk dan konsistensi tinja yang cair dan frekuensi buang air besar lebih dari
biasanya (3 kali dalam sehari) (Masri, 2004). Lebih jauh Masri menjelaskan
bahwa diare merupakan mekanisme perlindungan tubuh untuk mengeluarkan
sesuatu yang merugikan atau racun dari dalam tubuh. Namun, banyaknya cairan
tubuh yang dikeluarkan bersama tinja akan mengakibatkan dehidrasi yang dapat
berakibat kematian.
Sedangkan diare menurut Prabu (2002) merupakan simtom, jadi bukan
penyakit, sama halnya dengan demam panas, bukan suatu penyakit tetapi
merupakan gejala dari suatu penyakit tertentu, contoh: malaria, radang, paru,
influinza, dan lain-lain. Lebih jauh Prabu menyatakan ada dua jenis diare menurut
lama hari terjadinya yaitu diare akut dan diare kronik. Diare akut adalah diare
berlangsung antara 3-5 hari. Sedangkan diare kronik adalah diare yang berlanjut
lebih dari 2 minggu, disertai kehilangan berat badan atau tidak bertambahnya
berat badan.
2.3. Hubungan Antara Pemberian Makanan Pendamping ASI Dini Dengan Insiden Diare Pada Bayi 0-6 Bulan di Puskesmas Aek Goti Kecamatan Silangkitang Kabupaten Labuhan Batu Selatan
Hasil analisa statistik dalam penelitian ini adalah bahwa hubungan antara
pemberian makanan pendamping ASI dini berhubungan secara positif denan
insiden diare (r= 0,287). Hasil analisa hubungan kedua variabel tersebut tidak
memiliki nilai signifikansi yang dapat diterima dimana p > 0,05 sehingga dapat
disimpulkan bahwa hipotesa penelitian ditolak, artinya bahwa pernyataan hipotesa
adanya hubungan antara pemberian makanan pendamping ASI dini dengan
insidensi diare tidak dapat diterima.
Hasil penelitian ini berolak belakang dengan penelitian yang dilakukan oleh
Fatmawati (2003) yang menyatakan bahwa ada hubungan pemberian MPASI
dengan kejadian diare bayi 4-12 bulan di wilayah kerja Puskesmas Purwosari
Kudus (p=0.011, α =0.329).
Sebagaimana yang dinyatakan oleh Mutiara & Roslianti (2007) tubuh anak
membutuhkan zat gizi yang sesuai untuk tumbuh dan berkembang dengan baik.
Asupan zat gizi yang baik dapat diupayakan dengan memberikan ASI eksklusif
Susu Ibu (MP-ASI). MP-ASI adalah makanan tambahan selain ASI yang
diberikan pada bayi sampai usia 24 bulan, sehingga MP-ASI diberikan tepat
waktu pada usia 6-12 bulan, karena pada usia tersebut merupakan waktu yang
sangat rawan terjadi malnutrisi (Suhardjo, 1999).
Lebih jauh Suhardjo (1999) mengatakan bahwa pemberian makan setelah
bayi berumur 6 bulan memberikan perlindungan besar dari berbagai penyakit. Hal
ini disebabkan sistem imun bayi berumur kurang dari 6 bulan belum sempurna.
Pemberian makanan pendamping ASI (MPASI) dini sama saja dengan membuka
pintu gerbang masuknya berbagai jenis kuman. Belum lagi jika tidak disajikan
secara higienis. Hasil riset terakhir dari peneliti di Indonesia menunjukkan bahwa
bayi yang mendapatkan MPASI sebelum bayi berumur 6 bulan, lebih banyak
terserang diare, sembelit, batuk-pilek, dan panas dibandingkan bayi yang hanya
mendapat ASI eksklusif (Suhardjo, 1999).
Dari hasil penelitian peneliti menemukan beberapa hal yang berkenaan
dengan pemberian makanan pendamping ASI dini, dimana mayoritas ibu
memberikan makanan selain ASI kepada bayi berupa nasi tim saring yaitu
sebanyak 22 orang responden (55%), 10 orang responden (25%) diberikan pisang/
papaya saring, dan 8 orang responden (20%) diberikan biskuit. Dimana 27 orang
ibu responden (67,5%) beralasan memberikan makanan selain ASI pada bayi
karena pekerjaan, 10 orang ibu responden (25%) beralasan ASI tidak cukup, dan 3
orang ibu responden (7,5%) beralasan karena bayi menangis. Mayoritas ibu
(72,5%), 9 orang ibu mengatakan makanan bersih dan sehat (22,5%), dan hanya 2
orang ibu mengatakan banyak mengandung vitamin (5%).
Selain itu mayoritas ibu responden mengatakan tanda-tanda diare pada bayi
yaitu tinja bayi sangat bau (72,5%), dan 11 orang ibu mengatakan tinja bentuknya
cair (27,5%). 16 orang ibu mengatakan keadaan umum pada bayi yang mengalami
diare nafsu makan bayi berkurang (40%), 16 orang ibu mengatakan berat badan
bayi menurun (40%), 7 orang ibu mengatakan suhu tubuh meningkat/ demam
BAB 6
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
1. Kesimpulan
Hasil analisa statistik dalam penelitian ini adalah bahwa hubungan antara
pemberian makanan pendamping ASI dini berhubungan secara positif denan
insiden diare (r= 0,287). Hasil analisa hubungan kedua variabel tersebut tidak
memiliki nilai signifikansi yang dapat diterima dimana p > 0,05 sehingga dapat
disimpulkan bahwa hipotesa penelitian ditolak, artinya bahwa pernyataan hipotesa
adanya hubungan antara pemberian makanan pendamping ASI dini dengan
insidensi diare tidak dapat diterima.
Penelitian ini menunjukan bahwa tingkatan usia pemberian makanan
pendamping ASI dini pada bayi 0-6 bulan mayoritas diberikan pada bayi usia 5-6
bulan sebanyak 18 orang (45%).
Penelitian ini menunjukan bahwa mayoritas responden yang diberikan
makanan pendamping ASI dini, 26 responden (65%) dalam kategori tidak pernah
mengalami diare, 14 orang responden (35%) pernah mengalami diare, dimana 10
orang responden (25%) pernah mengalami diare 1 kali, 3 orang responden (7,5%)
pernah mengalami diare 2 kali, dan hanya 1 orang responden (2,5%) pernah
2. Rekomendasi
2.1. Praktek Keperawatan
Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa hubungan antara pemberian
makanan pendamping asi dini dengan insiden diare pada bayi 0-6 bulan
berhubungan secara positif namun dengan interpretasi yang lemah. Dalam
pelayanan keperawatan khususnya keperawatan anak perlu mempertimbangkan
dilakukannya penyuluhan ibu tentang pentingnya pemberian ASI pada bayi
sampai berusia 6 bulan tanpa memberikan makanan pendamping ASI (MPASI)
sebelum berusia lebih dari 6 bulan.
2.2. Pendidikan Keperawatan
Dalam pendidikan keperawatan khususnya keperawatan anak perlu
diberikan penekanan materi mengenai pemberian ASI pada bayi sampai berusia 6
bulan. Sehingga perawat dapat memberikan informasi dengan benar.
2.3. Penelitian Keperawatan
Peneliti menyadari bahwa penelitian ini masih memiliki keterbatasan-
keterbatasan, sehingga untuk peneliti yang akan datang peneliti mengharapkan: 1)
Jumlah subjek penelitian dipilih dengan metode convenience sampling sehingga
kurang mewakili gambaran populasi yang sebenarnya, 2) Data kuisioner belum
diuji validitas sehingga mungkin ada pernyataan yang menimbulkan bias dalam
DAFTAR PUSTAKA
Andrianto, Dr. Petrus (1995). Penata Laksanaan dan Pencegahan Diare Akut,
Jakarta: buku kedokteran EGC.
Ansar, Taufik dkk. (2005). Analisis Pola Asuh Makan Dan Status Gizi Pada Bayi
Di Kelurahan Pb Selayang Medan. Fak: Kesehatan Masyarakat USU
Ariani,Dr. (2008). Makanan Pendamping ASI (MP-ASI).
Arikunto,S.(2000). Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta: Penerbit Rineka
Cipta.
As’ad,S.(2002). Gizi-Kesehatan Ibu dan Anak, Jakarta: Puspa Swara.
Burns & Grove. (1993). The practise of nursing research: conduct, critique and
utilization. Philadelphia: W.B. Saunders Company.
Departemen Kesehatan (Depkes) .(2002). Diare.
http://www.Depkes-dki.go.id/penyakit.html.
Diah Krisnatuti dan Rina Yenrina.(2000). Menyiapkan Makanan Pendamping
AS,Jakarta: Puspa Swara.
Grupte, Dr.Suraj. (2004). Panduan Perawatan Anak, Jakarta: Pustaka Populer
Obor.
Hidayat, A.A, (2007). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data.
Istiyarningsih, Eny I .(2009). Hubungan Antara Perilaku Ibu Dalam Pemberian
Makanan Pendamping ASI Secara Dini Dengan Angka Kejadian Diare
Pada Bayi Di Rumah Sakit Umum Kota Semarang. Undergraduate
thesis, Program Studi Ilmu Keperawatan.
Kamalia, Dina. (2005). Hubungan Pemberian Asi Eksklusif Dengan Kejadian
Diare Pada Bayi Usia 1-6 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas
Kedungwuni I Tahun 2004/2005. Skripsi, Ilmu Kesehatan Masyarakat
Universitas Negeri Semarang.
Kusmaul. (2002). Penyakit Diare Akut, Jakarta: Puspa Swara.
Masri ,Siti H. (2004). Diare Penyebab Kematian 4 Juta Balita Per Tahun.
61175 35k
Moehji,S. (2002). Pemeliharaan Gizi Bayi dan Balita. Jakara: Bhratara.
Muchtadi,D.(1996). Gizi Untuk Bayi : air susu Ibu, Susu Formula, dan Makanan
Tambahan, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Nadesul,H. (2001). Makanan Sehat untuk Bayi, Jakarta: Puspa Swara.
Ngastiya.(1997). Ilmu Gizi 2, Jakarta: Penerbit Papas Sinar SinantiSoekidjo.
Notoadmojo,S.(2002). Metodelogi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Picciano, dr. (2001). Menyusui Bayi dengan Baik dan Berhasil, Jakarta: Gaya
Favorit Press.
Santoso,S.( 2000). Mengatasi Berbagai Masalah Statistik dengan SPSS Versi
Soetjiningsih.(1997). Seri Gizi Klinik ASI Petunjuk untuk Tenaga Kesehatan.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Sophia, E. (2006). Masalah Pemberian Makan & Saluran Pencernaan,
http://medicastore.com/penyakit/387/Masalah_Pemberian_Makan_&_Sal
uran_Pencernaan.html
Suharyono, Rulina Suradi dkk. 1992. ASI Tinjauan dari Beberapa Aspek. Jakarta:
Suryono, (1997). Dibalik Kontravensi ASI, Susu formula, Jakarta: Yayasan Obor
Suryono. (1997). Bayi Sehat Berkat ASI Eksklusif, Jakarta: PT Elex Komputindo.
Tagor, dr.H.Adi.(2009), Susu Formula untuk Bayi, Jakarta, RS Pondok Indah.
Triatmodjo, (2008 ). Kesehatan Anak di Daerah Tropis. Jakarta, Bumi Aksara.
Ummualiyah,dr (2008). Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Diare pada Balita
di RS.http://addy1571.wordpress.com/2009/08/23/faktor-faktor
penyebab terjadinya-diare-pada-balita-di-rsu/
Utami,R. (2001), Bayi Sehat Berkat ASI Eksklusif, makanan Pendamping Tepat
dan Imunisasi Lengkap, Jakarta: PT Elek Media Komputindo.
Utami,R.(2001). Mengenal ASI Eksklusif, Jakarta: PT Elex Komputindo.
Widoyono.(2009). Penyakit Tropis Epidemiologi, Penularan, Pencegahan dan
Pemberantasannya, Jakarta: Erlangga.
Wiryo, Dr.dr.H, SpA. (2002). Peningkatan Gizi Bayi, Anak, Ibu Hamil dan
Menyusui dengan Makanan Lokal, Jakarta.
LAMPIRAN 3 LEMBAR PERSETUJUAN (INFORMED CONSENNT)
MENJADI RESPONDEN PENELITIAN
Hubungan Pemberian makanan Pendamping ASI Dini dengan Insiden Diare Pada Bayi Usia 0-6 Bulan di Puskesmas Aek Goti
Kec.Silangkitang Kab. Labuhanbatu Selatan Oleh
TRIYANTO
Saya adalah mahasiswa Fakultas keperawatan Universitas Sumatera Utara yang melakukan penelitian dengan tujuan untuk mengetahui hubungan pemberian makanan pendamping ASI dini dengan insiden diare pada bayi usia 0-6 bulan di wilayah kerja Puskesmas Aek Goti Kec. Silangkitang Kab. Labuhanbatu Selatan.
Penelitian ini dilaksanakan sebagai salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir (skripsi) di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
Saya mengharapkan partisipasi Ibu dalam memberikan jawaban atas wawancara sesuai dengan yang ibu rasakan tanpa dipengaruhi oleh orang lain, saya akan menjamin kerahasiaan identitas dan jawaban Ibu. Informasi yang Ibu berikan hanya akan dipergunakan untuk pengembangan Ilmu Keperawatan.
Partisipasi Ibu dalam penelitian ini bersifat sukarela, Ibu bebas menerima menjadi responden penelitian atau menolak tanpa ada sanksi apapun.
Jika Ibu bersedia menjadi responden dalam penelitian ini, silakan menandatangani surat persetujuan ini sebagai bukti kesukarelaan di wawancarai.
Terima kasih atas partisipasi Ibu untuk penelitian ini. Tanda Tangan :
Tanggal :
LAMPIRAN 4 KUESIONER PENELITIAN
Hubungan Pemberian makanan Pendamping ASI Dini dengan Insiden Diare Pada Bayi Usia 0-6 Bulan di Puskesmas Aek Goti
Kec.Silangkitang Kab. Labuhanbatu Selatan
IDENTITAS RESPONDEN Identitas Ibu
Nama :
Umur :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Alamat :
Identitas Bayi
Nama :
Tempat tanggal Lahir :
Umur : Bulan
Petunjuk: Berilah tanda checklist (√) pada kolom yang tersedia sesuai dengan kecenderungan pilihab jawaban anda terhadap pernyataan itu.
1. Sejak usia berapa ibu memberi makanan selain ASI sebelum bayi ibu berusia 6 bulan?
0-2 bulan 3-4 bulan 5-6 bulan
2. jenis makanan apa yang ibu berikan selain ASI Biskuit
3. Apakah alasan ibu memberikan makanan padat pada bayi? ASI tidak cukup
Pekerjaan Bayi menangis Penyakit
Puting ibu masuk kedalam
4. Apakah ibu mengetahui syarat pemberian makanan selain ASI pada bayi? Tidak
Ya
Jika ya, apa saja syaratnya? Banyak vitamin Bersih dan sehat
Mudah dimakan oleh bayi
5. Apakah ibu mengetahui tanda-tanda diare pada bayi? Tidak
Ya
Jika ya, apa saja yang ibu ketahui? BAB lebih dari 3 kali Tinja bentuknya cair Tinja sangat bau 6. pernahkah bayi ibu mengalami diare?
Tidak pernah Pernah
Jika pernah berapa kali? 1 kali
2 kali
7. jika bayi ibu mengalami diare, umur berapa mengalmi diare? 0-2 bulan
3-4 bulan 5-6 bulan
8. Apakah ibu mengetahui keadaan umum pada bayi saat mengalami diare? Bayi gelisah dan menangis
Suhu tubuh meningkat/ demam Nafsu makan berkurang
Lampiran 5
Analisa Reliabilitas Instrumen
Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 10 90.9
Excludeda 1 9.1
Total 11 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.713 8
Frequencies
Statistics
K1 K2 K3 K4 K5 K6 K7 K8
N Valid 10 10 10 10 10 10 10 10
Missing 1 1 1 1 1 1 1 1
Std. Deviation .527 .738 .632 .707 .516 .738 .699 .699
Variance .278 .544 .400 .500 .267 .544 .489 .489
Range 1 2 2 2 1 2 2 2
Minimum 2 1 1 1 2 1 1 2
Frequency Table
K1
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 3-4 bulan 5 45.5 50.0 50.0
5-6 bulan 5 45.5 50.0 100.0
Total 10 90.9 100.0
Missing System 1 9.1
Total 11 100.0
K2
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid biskuit 3 27.3 30.0 30.0
nasi tim saring 5 45.5 50.0 80.0
pisang/ pepaya 2 18.2 20.0 100.0
Total 10 90.9 100.0
Missing System 1 9.1
Total 11 100.0
K3
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid ASI tidak cukup 3 27.3 30.0 30.0
Pekerjaan 6 54.5 60.0 90.0
Bayi Menangis 1 9.1 10.0 100.0
Total 10 90.9 100.0
Missing System 1 9.1
K4
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Banyak vitamin 1 9.1 10.0 10.0
Bersih dan sehat 3 27.3 30.0 40.0
mudah dimakan 6 54.5 60.0 100.0
Total 10 90.9 100.0
Missing System 1 9.1
Total 11 100.0
K5
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Tinja bentuknya cair 4 36.4 40.0 40.0
Tinja sangat bau 6 54.5 60.0 100.0
Total 10 90.9 100.0
Missing System 1 9.1
Total 11 100.0
K6
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Pernah 1 kali 3 27.3 30.0 30.0
Pernah 2 kali 5 45.5 50.0 80.0
Pernah lebih dari 3 kali 2 18.2 20.0 100.0
Total 10 90.9 100.0
Missing System 1 9.1
K7
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 0-2 bulan 1 9.1 10.0 10.0
3-4 bulan 4 36.4 40.0 50.0
5-6 bulan 5 45.5 50.0 100.0
Total 10 90.9 100.0
Missing System 1 9.1
Total 11 100.0
K8
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Suhu tubuh meningkat/ demam 1 9.1 10.0 10.0
Nafsu makan berkurang 4 36.4 40.0 50.0
Berat badan bayi berkurang 5 45.5 50.0 100.0
Total 10 90.9 100.0
Missing System 1 9.1