• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Antara Pemberian Makanan Pendamping ASI Dini Dengan Insiden Diare Pada Bayi 0-6 Bulan di Puskesmas Aek Goti Kecamatan Silangkitang Kabupaten Labuhanbatu Selatan.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Hubungan Antara Pemberian Makanan Pendamping ASI Dini Dengan Insiden Diare Pada Bayi 0-6 Bulan di Puskesmas Aek Goti Kecamatan Silangkitang Kabupaten Labuhanbatu Selatan."

Copied!
75
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI DINI DENGAN INSIDEN DIARE PADA BAYI 0-6 BULAN di

PUSKESMAS AEK GOTI KECAMATAN SILANGKITANG KABUPATEN LABUHANBATU SELATAN

SKRIPSI Oleh TRIYANTO

091121009

FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)
(3)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat

rahmat dan hidayahNya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul

“Hubungan Antara Pemberian Makanan Pendamping ASI Dini Dengan Insiden

Diare Pada Bayi 0-6 Bulan di Puskesmas Aek Goti Kecamatan Silangkitang

Kabupaten Labuhan Batu”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat bagi

penulis untuk menyelesaikan pendidikan dan mencapai gelar sarjana di Fakultas

Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan.

Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis banyak mendapatkan dukungan,

bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan

terimakasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada:

1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes sebagai Dekan Fakultas Keperawatan Universitas

Sumatera Utara.

2. Ibu Erniyati, S.Kp, MNS sebagai Pembantu Dekan I Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara sekaligus sebagai pembimbing skripsi II.

3. Ibu Reni Ariga Asmara, S.Kp, MARS sebagai dosen pembimbing skripsi I,

yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan arahan, bimbingan, dan

ilmu yang bermanfaat dalam penyusunan skripsi ini.

4. Ibu Nur Afi Darti, S.Kp, M.Kep, sebagai dosen penguji I dan seluruh staf

pengajar Fakultas keperawatan USU yang memberikan ilmu yang berharga

kepada penulis dan seluruh staf kepegawaian Fakultas USU yang

(4)

5. Bapak Kepala Puskesmas Aek Goti Kecamatan Silangkitang Kabupaten

Labuhanbatu Selatan yang telah membantu peneliti memberikan izin penelitian

dan semua ibu-ibu yang mempunyai bayi 0-6 Bulan yang telah bersedia

menjadi responden dalam penelitian ini.

6. Teristimewa kepada keluargaku tercinta terutama Ayah, Ibu, Abang dan Adik

serta seluruh keluarga yang telah memberikan cinta, do’a, dorongan serta

menghibur dan memotivasi penulis.

7. Rekan-rekan mahasiswa S1 Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

ekstensi khususnya stambuk 2009 yang telah memberikan semangat dan

masukan dalam penyusunan skripsi ini.

Akhirnya dengan segala kerendahan hati semoga skripsi ini dapat

bermanfaat nantinya demi kemajuan ilmu pengetahuan khususnya profesi

keperawatan.

Medan, Januari 2011

(5)

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Judul ... i

Halaman Lembar Pengesahan ... ii

Prakata ... iii

Daftar Isi ... v

Daftar Skema ... viii

Daftar Tabel ... ix

Abstrak ... x

BAB 1. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang ... 1

2. Tujuan Penelitian ... 4

2.1. Tujuan Umum ... 4

2.2. Tujuan Khusus ... 4

3. Perumusan Masalah ... 4

4. Pertanyaan Penelitian ... 4

5. Manfaat Penelitian ... 5

5.1. Praktek Keperawatan ... 5

5.2. Pendidikan Keperawatan ... 5

(6)

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

1. Air Susu Ibu (ASI) ... 6

2. Makanan Pendamping ASI ... 7

2.1. Pengertian MPASI ... 7

2.2. Tujuan Pemberian MPASI ... 7

2.3. Jenis MPASI ... 8

2.4. Waktu dan Cara Pemberian MPASI ... 8

2.5. Syarat MPASI ... 10

3. Diare ... 10

3.1. Definisi Diare ... 10

3.2. Etiologi ... 11

3.3. Patofisiologi... 11

3.4. Manifestasi Klinis ... 12

3.5. Komplikasi ... 13

3.6. Penatalaksanaan ... 14

3.7. Pencegahan Penyakit Diare ... 15

3.8. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Insiden Diare ... 15

BAB 3. KERANGKA PENELITIAN 1. Kerangka Penelitian... 17

2. Defenisi Operasional ... 18

3. Hipotesis ... 19

BAB 4. METODOLOGI PENELITIAN 1. Desain Penelitian ... 20

2. Populasi ,Sampel Penelitian dan Tehnik Sampling ... 20

2.1. Populasi Penelitian ... 20

(7)

3. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 21

4. Pertimbangan Etik ... 21

5. Instrumen Penelitian ... 22

6. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen... 23

7. Pengumpulan Data ... 24

8. Analisa Data ... 25

BAB 5. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Penelitian ... 28

1.1. Deskripsi Karakteristik Responden Ibu dan Bayi ... 28

1.2. Pemberian Makanan Pendamping ASI Dini ... 29

1.3. Insiden Diare Pada Bayi 0-6 Bulan ... 30

1.4. Hubungan Antara Pemberian Makanan Pendamping ASI Dini Dengan Insiden Diare Pada Bayi 0-6 Bulan di Puskesmas Aek Goti Ksecamatan Silangkitang Kabupaten Labuhan Batu Selatan ... 30

2. Pembahasan ... 32

2.1. Pemberian Makanan Pendamping ASI Dini ... 32

2.2. Insiden Diare Pada Bayi 0-6 Bulan ... 34

2.3. Hubungan Antara Pemberian Makanan Pendamping ASI Dini Dengan Insiden Diare Pada Bayi 0-6 Bulan di Puskesmas Aek Goti Ksecamatan Silangkitang Kabupaten Labuhan Batu Selatan ... 35

BAB 6. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 1. Kesimpulan ... 38

2. Rekomendasi ... 39

2.1. Praktek Keperawatan ... 39

2.2. Pendidikan Keperawatan ... 39

2.3. Penelitian Keperawatan ... 39

(8)

LAMPIRAN:

1. Lembar Surat Pengambilan Data dari Fakultas Keperawatan ... 40

2. Lembar Surat Pemberian Izin Pengambilan Data Dari Puskesmas Aek Goti Kecamatan Silangkitang Kabupaten Labuhan Batu Selatan ... 45

3. Formulir Persetujuan Menjadi Responden ... 46

4. Kuesioner Hubungan Pemberian Makanan Pendamping ASI Dini Dengan Insiden Diare Pada Bayi 0 – 6 Bulan ... 47

5. Analisa Reliabilitas Instrumen ... 50

6. Analisa Data ... 55

(9)

DAFTAR SKEMA

Skema Halaman

1. Hubungan Antara Pemberian Makanan Pendamping ASI Dini

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Defenisi operasional Variabel Penelitian ... 18

2. Kriteria Penafsiran Korelasi Menurut Burns & Grove (1993) ... 27

3. Distribusi Frekuensi Data Demografi Ibu Yang Mempunyai

Bayi 0-6 Bulan ... 29

4. Distribusi Frekuensi Pemberian Makanan Pendamping ASI Dini ... 29

5. Distribusi Frekuensi Insiden Diare Pada Bayi 0-6 Bulan ... 30

6. Hasil Analisa Hubungan Antara Pemberian Makanan Pendamping

(11)

Judul : Hubungan Antara Pemberian Makanan Pendamping ASI Dini Dengan Insiden Diare Pada Bayi 0-6 Bulan di Puskesmas Aek Goti Kecamatan Silangkitang Kabupaten Labuhanbatu Selatan

Nama : Triyanto

Fakultas : Keperawatan

Nim : 091121009

Tahun : 2009/2010

Abstrak

Makanan Pendamping ASI adalah makanan atau minuman yang mengandung gizi diberikan kepada bayi/ anak untuk memenuhi kebutuhan gizinya. Pemberian makan sebelum bayi berumur 6 bulan mengakibatkan bayi sangat rentan untuk mengalami diare, salah satu cara yang digunakan adalah dengan pemberian ASI tanpa disertai makanan pendamping ASI sampai bayi berusia 6 bulan. Penelitian deskriptif ini, melibatkan 40 orang di Puskesmas Aek Goti Kecamatan Silangkitang Kabupaten Labuhanbatu Selatan. Dari penelitian diperoleh hasil bahwa 45% bayi telah mendapatkan MPASI pada usia 5-6 bulan, 42,5% usia 3-4 bulan dan 12,5% usia 0-2 bulan. Sementara itu 65% bayi berusia 0-6 bulan dalam kategori tidak pernah mengalami diare, 35% pernah mengalami diare, dimana 25% diantaranya pernah mengalami diare 1 kali, 7,5% pernah mengalami diare 2 kali dan 2,5% pernah mengalami diare lebih dari 2 kali. Hasil Analisa statistik menunjukan bahwa pemberian makanan pendamping ASI dini berhubungan secara positif dengan insiden diare pada bayi 0-6 bulan (r = 0.287 ). Hasil analisa statistik dalam penelitian ini adalah bahwa hubungan antara pemberian makanan pendamping ASI dini berhubungan secara positif denan insiden diare (r= 0,287). Hasil analisa hubungan kedua variabel tersebut tidak memiliki nilai signifikansi yang dapt diterima dimana p > 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa hipotesa penelitian ditolak, artinya bahwa pernyataan hipotesa adanya hubungan antara pemberian makanan pendamping asi dini dengan insidensi diare tidak dapat diterima. Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu perawat untuk memberikan informasi yang benar tentang pemberian MPASI setelah bayi berusia lebih dari 6 bulan.

(12)

Judul : Hubungan Antara Pemberian Makanan Pendamping ASI Dini Dengan Insiden Diare Pada Bayi 0-6 Bulan di Puskesmas Aek Goti Kecamatan Silangkitang Kabupaten Labuhanbatu Selatan

Nama : Triyanto

Fakultas : Keperawatan

Nim : 091121009

Tahun : 2009/2010

Abstrak

Makanan Pendamping ASI adalah makanan atau minuman yang mengandung gizi diberikan kepada bayi/ anak untuk memenuhi kebutuhan gizinya. Pemberian makan sebelum bayi berumur 6 bulan mengakibatkan bayi sangat rentan untuk mengalami diare, salah satu cara yang digunakan adalah dengan pemberian ASI tanpa disertai makanan pendamping ASI sampai bayi berusia 6 bulan. Penelitian deskriptif ini, melibatkan 40 orang di Puskesmas Aek Goti Kecamatan Silangkitang Kabupaten Labuhanbatu Selatan. Dari penelitian diperoleh hasil bahwa 45% bayi telah mendapatkan MPASI pada usia 5-6 bulan, 42,5% usia 3-4 bulan dan 12,5% usia 0-2 bulan. Sementara itu 65% bayi berusia 0-6 bulan dalam kategori tidak pernah mengalami diare, 35% pernah mengalami diare, dimana 25% diantaranya pernah mengalami diare 1 kali, 7,5% pernah mengalami diare 2 kali dan 2,5% pernah mengalami diare lebih dari 2 kali. Hasil Analisa statistik menunjukan bahwa pemberian makanan pendamping ASI dini berhubungan secara positif dengan insiden diare pada bayi 0-6 bulan (r = 0.287 ). Hasil analisa statistik dalam penelitian ini adalah bahwa hubungan antara pemberian makanan pendamping ASI dini berhubungan secara positif denan insiden diare (r= 0,287). Hasil analisa hubungan kedua variabel tersebut tidak memiliki nilai signifikansi yang dapt diterima dimana p > 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa hipotesa penelitian ditolak, artinya bahwa pernyataan hipotesa adanya hubungan antara pemberian makanan pendamping asi dini dengan insidensi diare tidak dapat diterima. Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu perawat untuk memberikan informasi yang benar tentang pemberian MPASI setelah bayi berusia lebih dari 6 bulan.

(13)

BAB 1 PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia.

Menurut Survey Kesehatan Nasional tahun 2001, pada tahun 1980-2001 angka

kematian bayi karena diare selalu menduduki urutan pertama sampai ketiga dari

semua penyebab kematian. (Depkes, 2001).

Diare merupakan keadaan dimana seseorang menderita mencret-mencret,

tinjanya encer,dapat bercampur darah dan lendir kadang disertai muntah-muntah.

Diare dapat menyebabkan cairan tubuh terkuras keluar melalui tinja. Bila

penderita diare banyak sekali kehilangan cairan tubuh maka hal ini dapat

menyebabkan kematian terutama pada bayi dan anak-anak usia di bawah lima

tahun (Ummuauliya, 2008). Dampak negatif penyakit diare pada bayi dan

anak-anak antara lain adalah menghambat proses tumbuh kembang anak-anak yang pada

akhirnya dapat menurunkan kualitas hidup anak. Penyakit diare di masyarakat

lebih dikenal dengan istilah "Muntaber". Penyakit ini menimpa pada bayi dan

tidak segera diobati dalam waktu singkat (± 48 jam) akan menyebabkan kematian

(Triatmodjo, 2008).

Orang tua berperan besar dalam menentukan penyebab anak terkena diare.

Bayi dan balita yang masih menyusui dengan ASI eksklusif umumnya jarang

diare karena tidak terkontaminasi dari luar. Namun, susu formula dan makanan

(14)

Kematian bayi di Indonesia sangat tinggi. Bahkan di seluruh dunia, Indonesia

menduduki rangking keenam dengan angka kejadian sekitar 6 juta bayi yang mati

pertahunnya. Kasus kematian bayi di Indonesia ini, menurut Masri (2004),

kematian bayi di Indonesia disebabkan oleh penyakit diare. Untuk mendiagnosis

diare, maka pemeriksaan antigen secara langsung dari tinja mempunyai nilai

sensitifitas cukup tinggi (70-90%), tetapi biaya pemeriksaan cukup mahal

(Kompas.com, 2008).

Pemberian makan sebelum bayi berumur 6 bulan tidak dapat memberikan

perlindungan yang besar pada bayi dari berbagai penyakit. Hal ini disebabkan

sistem imun bayi berumur kurang dari 6 bulan belum sempurna. Pemberian

makanan pendamping ASI (MPASI) dini sama saja dengan membuka pintu

gerbang masuknya berbagai jenis kuman. Belum lagi jika tidak disajikan secara

higienis Hasil riset terakhir dari peneliti di Indonesia menunjukkan bahwa bayi

yang mendapatkan MPASI sebelum bayi berumur 6 bulan, lebih banyak terserang

diare, sembelit, batuk-pilek, dan panas dibandingkan bayi yang hanya mendapat

ASI eksklusif (Utami, 2001). Makanan pendamping ASI harus diberikan tepat

pada waktunya, artinya bahwa semua bayi harus mulai mendapatkan makanan

sebagai tambahan ASI dari umur 6 bulan kedepan. Makanan harus diberikan

secara adekuat, yang berarti bahwa nilai nutrisi dari makanan pendamping ASI

harus sama dengan ASI. Makanan harus dipersiapkan dan diberikan dengan cara

yang aman, harus dipastikan memiliki resiko sekecil mungkin dari kontaminasi

patogen. Dan makanan harus diberikan dengan cara layak secara tekstur dan

(15)

Menurut Rahayuningsih (2005) penelitian terhadap 900 ibu di Jabotabek

diperoleh fakta bahwa hanya sekitar 5% ibu yang memberikan ASI Eksklusif

jpada bayinya, sedangkan sekitar 98% ibu lainnya sudah memberikan Makanan

Pendamping ASI (MPASI) pada bayi mereka ketika bayi masih berumur 1 bulan.

Adapun jenis dan bentuk MPASI yang diberikan adalah pisang dan nasi lembek,

padahal MPASI baru bias diperkenalkan pada bayi setelah bayi tersebut berumur

6 bulan. Hal ini berakibat pada meningkatnya angka kesakitan jpada bayi karena

alat pencernaan bayi belum mampu untuk mencerna MPASI, sehingga

menimbulkan masalah gizi, akibatnya pertumbuhan dan perkembangan bayi

terganggu.

Data mengenai insiden diare dari Dinas Kesehatan Kabupaten Labuhanbatu

Selatan pada tahun 2009 diketahui bahwa jumlah penderita diare semua umur

sebanyak 5.132 jiwa yang tersebar di semua Puskesmas. Wilayah kerja Puskesmas

Aek Goti dengan jumlah penduduk 25.855 di ketahui jumlah anak bayi 389 jiwa

dengan angka insiden diare 96 jiwa. Penyebab masih adanya angka insiden diare

pada anak disebabkan oleh beberapa faktor salah satu diantaranya adalah

memberikan makanan pendamping ASI dini. Berdasarkan latar belakag di atas

penulis tertarik untuk melakukan penelitian untuk mengetahui hubungan antara

pemberian makanan pendamping ASI dini dengan insiden diare, khususnya pada

anak usia 0-6 bulan di Puskesmas Aek Goti, Kecamatan Silangkitang, Kabupaten

(16)

2. Tujuan Penelitian 2.1. Tujuan Umum

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada hubungan

antara pemberian makanan pendamping ASI dini dengan insiden diare pada bayi

0-6 bulan di Puskesmas Aek Goti, Kecamatan Silangkitang, Kabupaten

Labuhanbatu Selatan.

2.2. Tujuan Khusus

- untuk mengidentifikasi pemberian makanan pendamping ASI.

- untuk mengidentifikasi insiden diare.

- untuk mengidentifikasi hubungan pemberian makanan pendamping ASI dini

dengan insiden diare pada bayi usia 0-6 bulan.

3. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalahnya adalah

hubungan antara pemberian makanan pendamping ASI dini dengan insiden diare

pada bayi usia 0-6 bulan di wilayah kerja Puskesmas Aek Goti, Kecamatan

Silangkitang, Kabupaten Labuhanbatu Selatan.

4. Pertanyaan Penelitian

Bagaimana hubungan antara pemberian makanan pendamping ASI dini

dengan insiden diare pada bayi usia 0-6 bulan di Puskesmas Aek Goti, Kecamatan

(17)

4. Manfaat Penelitian 4.1. Praktek Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi dan masukan dalam

memberikan pelayanan asuhan keperawatan yang komprehensif dan sebagai

bahan pertimbangan dalam meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan di

Puskesmas.

4.2. Pendidikan Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat menjadi informasi pembanding yang berkaitan

dengan konsep dan kebijakan yang telah diperoleh pada hasil studi dan

diintegrasikan dalam wahana pembelajaran keperawatan anak sehingga dapat

meningkatkan kesadaran masyarakat terutama ibu-ibu terhadap pentingnya

pemberian ASI dan MPASI yang benar kepada bayi mereka agar terhindar dari

penyakit diare.

4.3. Penelitian Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi awal untuk

melaksanakan penelitian lebih lanjut yang berkaitan dengan kesadaran

masyarakat terutama ibu-ibu terhadap pentingnya pemberian ASI dan MPASI

(18)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

1. Air Susu Ibu (ASI)

ASI adalah salah satu zat terbaik yang dimiliki manusia sebagai makanan

bayi. Setiap bayi harus diberi ASI paling tidak selama 4-6 bulan pertama

hidupnya (Gupte, 2004). ASI merupakan makanan yang paling cocok bagi bayi

karena mempunyai nilai gizi yang paling tinggi dibandingkan dengan makanan

bayi yang dibuat oleh manusia ataupun susu yang berasal dari hewan seperti susu

sapi, susu kerbau, atau susu kambing. Pemberian ASI secara penuh sangat

dianjurkan oleh ahli gizi diseluruh dunia. Tidak satupun susu buatan manusia

(susu formula) dapat menggantikan perlindungan kekebalan tubuh seorang bayi,

seperti yang diperoleh dari susu kolostrum (Krisnatuti & Yenrina, 2001).

ASI meningkatkan kesehatan bayi sepanjang hidupnya. Bukti eksperimental

menyimpulkan bahwa air susu ibu adalah gizi terbaik untuk bayi. Bayi tidak

memerlukan air tambahan atau susu formula, selama ibu mengikuti prisnsip

demand feeding yaitu menyusui sesering dan selama yang bayi inginkan.

Pemberian minuman tambahan (susu formula, air glukosa, dll) hanya akan

mengurangi nafsu minum si bayi, dan juga dapat berakibat berkurangnya suplai

ASI kecuali ada justifikasi medis dari dokter untuk pemberian minuman tambahan

(19)

2. Makanan Pendamping ASI 2.1 Pengertian MPASI

Makanan Pendamping ASI adalah makanan atau minuman yang

mengandung gizi diberikan kepada bayi/anak untuk memenuhi kebutuhan gizinya.

MP-ASI merupakan proses transisi dari asupan yang semata berbasis susu menuju

ke makanan yang semi padat. Untuk proses ini juga dibutuhkan keterampilan

motorik oral. Keterampilan motorik oral berkembang dari refleks menghisap

menjadi menelan makanan yang berbentuk bukan cairan dengan memindahkan

makanan dari lidah bagian depan ke lidah bagian belakang. Pengenalan dan

pemberian MP-ASI harus dilakukan secara bertahap baik bentuk maupun

jumlahnya, sesuai dengan kemampuan pencernaan bayi/anak . Pemberian MP-ASI

yang cukup dalam hal kualitas dan kuantitas penting untuk pertumbuhan fisik dan

perkembangan kecerdasan anak yang bertambah pesat pada periode ini (Ariani,

2008).

2.2 Tujuan Pemberian MPASI

Tujuan pemberian MPASI adalah karena ASI tidak mencukupi kebutuhan

bayi yang dikarenakan olleh pertambahan umur bayi yang diiringi pertumbuhan

dan aktifitasnya yang bertambah. Selain itu ketika bayi berumur lebih dari 6

bulan, timbul perbedaan antara jumlah makanan yang diperlukan dan makanan

yang dapat disediakan oleh ASI. Maka kekurangan tersebut dapat dilengkapi dari

MPASI. Selain itu pada saat bayi berumur diatas 6 bulan, syaraf dan otot di mulut

(20)

mengunyah. Pada umur tersebut bayi juga sudah mulai tumbuh gigi, bias

mengontrol pergerakan lidah, mulai menaruh barang di mulutnya dan tertarik

untuk mencoba rasa yang baru. Ditambah lagi pencernaan bayi mulai umur 6

bulan sudah cukup baik untuk mencerna makanan (Ariani, 2008).

2.3. Jenis MPASI

a. Makanan lumat halus yaitu makanan yang dihancurkan dari tepung

dan tampak homogeny (sama/rata). Contoh: bubur susu, bubur

sumsum, biscuit ditambah air panas, papaya saring.

b. Makanan lumat yaitu makanan yang dihancurkan atau disaring tampak

kurang rata. Contoh: papaya dihaluskan dengan sendok, pisang dikerik

dengan sendok, nasi tim saring, bubur kacang hijau saring, kentang

rebus.

c. Makanan lunak yaitu makanan yang dimasak dengan banyak air dan

tampak berair. Contoh: bubur nasi, bubur ayam, bubur kacang hijau.

d. Makanan padat yaitu makanan lunak yang tidak nampak air. Contoh:

lontong, nasi tim, kentang rebus, biscuit (Nadesul, 2001).

2.4. Waktu dan Cara Pemberian MPASI

Waktu dan cara pemberian MPASI sesuai dengan umur adalah:

a. Makanan Bayi Umur 6-7 Bulan

Pemberian ASI diteruskan dan MPASI diberikan dalam bentuk lumat halus

(21)

lain bubur susu, biscuit yang ditambah air atau susu, pisang dan papaya yang

dilumatkan. Berikan untuk pertama kali salah satu jenis MPASI, misalnya

pisang lumat. Berikan sedikit demi sedikit mulai dengan jumlah 1-2 sendok

makan, 1 kali sehari. Berikan untuk beberapa hari secara tetap kemudian baru

dapat diberikan jenis MPASI yang lainnya. Berikan ASI dulu kemudian

MPASI berbentuk cairan berikan dengan sendok dan jangan menggunakan

botol dan dot.

b. Makanan Bayi Umur 7-9 Bulan

Pemberian ASI diteruskan semau bayi. Pada bulan ini bayi diberikan nasi tim

ditambah sedikit demi sedikit sumber lemak yaitu santan atau minyak

kelapa/margarine. Bahan makanan ini dapat menambah kalori makanan bayi,

di samping memberikan rasa enak juga mempertinggi penyerapan vitamin A

dan zat lain yang larut dalam lemak. Waktu pemberian MPASI pada masa ini

adalah umur 7 bulan dapat diberikan bubur susu satu kali, sari buah dua kali.

Umur 8 bulan dapat diberikan bubur susu satu kali, sari buah satu kali dan

nasi tim saring satu kali dan umur 9 bulan dapat diberikan bubur susu satu

kali, sari buah satu kali, nasi tim saring satu kali dan ditambah telur satu kali.

c. Makanan Bayi Umur 10-12 Bulan

Pemberian ASI dapat diteruskan semau bayi. Pemberian MPASI pada bayi

umur 10 bulan adalah dapat diperkenalkan dengan makanan keluarga secara

bertahap. Bentuk dan kepadatan nasi tim bayi harus diatur secara

berangsur-angsur, kemudian lambat laun mendekati bentuk dan kepadatan makanan

(22)

yang bernilai gizi tinggi seperti bubur kacang hijau, buah dan lain-lain. Waktu

pemberian MPASI pada umur 10-11 bulan adalah bubur susu dua kali sehari,

sari buah satu kali dan nasi tim saring satu kali dan berikan telur satu kali dan

umur 12 bulan adalah bubur susu satu kali, sari buah satu kali dan nasi tim

saring dua kali dan ditambah telur satu kali (Krisnatuti, 2002).

2.5. Syarat MPASI

Beberapa syarat MPASI yang baik yaitu:

a. Kaya energy, protein dan zat besi, vitamin A, vitamin C, kalsium dan folat.

b. Bersih dan sehat, yaitu tidak mengandung kuman penyakit atau bahan

berbahaya lain. Tidak keras sehingga tidak menyebabkan bayi tersedak,

mudah dimakan oleh bayi, tidak terlalu asin atau terlalu pedas serta disukai

bayi.

c. Merupakan makanan local yang mudah didapat dengan harga terjangkau serta

mudah disiapkan (Ariani, 2008).

3. Diare

3.1 Definisi Diare

Diare merupakan suatu penyakit dengan tanda-tanda adanya perubahan

bentuk dan konsistensi tinja yang cair dan frekuensi buang air besar lebih dari

biasanya (3 kali dalam sehari), namun tak selamanya mencret dikatakan diare.

Misalnya pada bayi yang berusia kurang dari sebulan, yang bisa buang air hingga

(23)

Biasanya ibu akan mengetahui kapan anaknya menderita diare. Bila diare

timbul, ibu bisa mengatakan bahwa tinjanya sangat bau atau dikeluarkan dengan

banyak suara angin atau seperti air. Diare sering didefenisikan sebagai buang air

encer tiga kali atau lebih dalam sehari. Diare sering terjadi pada anak terutama

antara usia 6 bulan sampai 2 tahun atau pada bayi berusia dibawah 6 bulan yang

minum susu sapi atau formula makanan bayi (Adrianto, 1995).

3.2 Etiologi

Penyebab diare dapat dikelompokkan menjadi:

- virus : rotavirus (40-60%), adenovirus.

- Bakteri: echerichia coli (20-30%), shigella sp. (1-2%), vibriao cholerae, dan

lain-lain.

- Parasit: entamoeba histolitica (<1%), giardia lamblia, crytossporidium

(4-11%).

- Keracunan makanan.

- Malabsorpsi: karbohidrat, lemak, dan protein.

- Alergi: makanan, susu sapi.

- Imunodefisiensi: AIDS.

3.3 Patofisiologi

Mekanisme dasar yang menyebabkan diare ialah yang pertama gangguan

osmotik, akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan

(24)

pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus, isi rongga usus yang berlebihan

ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.

Kedua akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan

terjadi peningkatan sekali air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya

diare timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus.

Ketiga gangguan motalitas usus, terjadinya hiperperistaltik akan

mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan

sehingga timbul diare sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan

mengakibatkan bakteri timbul berlebihan yang selanjutnya dapat menimbulkan

diare pula.

Selain itu diare juga dapat terjadi, akibat masuknya mikroorganisme hidup

ke dalam usus setelah berhasil melewati rintangan asam lambung,

mikroorganisme tersebut berkembang biak, kemudian mengeluarkan toksin dan

akibat toksin tersebut terjadi hipersekresi yang selanjutnya akan menimbulkan

diare ( Kusmaul, 2002).

3.4 Manifestasi Klinis

- Mula-mula anak/bayi cengeng gelisah, suhu tubuh mungkin meningkat, nafsu

makan berkurang.

- Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer.

- Warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur empedu.

- Anus dan sekitarnya lecet karena seringnya difekasi dan tinja menjadi lebih

(25)

- Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelas (elistitas kulit menurun),

ubun-ubun dan mata cekung membran mukosa kering dan disertai penurunan

berat badan.

- Perubahan tanda-tanda vital, nadi dan respirasi cepat tekan darah turun, denyut

jantung cepat, pasien sangat lemas, kesadaran menurun (apatis, samnolen,

sopora komatus) sebagai akibat hipovokanik.

- Diuresis berkurang (oliguria sampai anuria).

- Bila terjadi asidosis metabolik klien akan tampak pucat dan pernafasan cepat

dan dalam (Kusmaul, 2002).

3.5 Komplikasi

- Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik atau hipertonik).

- Renjatan hipovolemik.

- Hipokalemia (dengan gejala mekorismus, hiptoni otot, lemah, bradikardi,

perubahan pada elektro kardiagram).

- Hipoglikemia.

- Introleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim laktase karena

kerusakan vili mukosa, usus halus.

- Kejang terutama pada dehidrasi hipertonik.

- Malnutrisi energi, protein, karena selain diare dan muntah, penderita juga

(26)

3.6 Penatalaksanaan

Dasar pengobatan diare adalah:

- Pemberian cairan, jenis cairan, cara memberikan cairan, jumlah pemberiannya.

1) Cairan per oral

Pada klien dengan dehidrasi ringan dan sedang diberikan peroral berupa

cairan yang bersifat NaCl dan NaHCO3

2) Cairan parentral

dan glukosa. Untuk diare akut dan

kolera pada anak diatas 6 bulan kadar Natrium 90 mEg/l. Pada anak dibawah

umur 6 bulan dengan dehidrasi ringan-sedang kadar natrium 50-60 mEg/l.

Formula lengkap disebut oralit, sedangkan larutan gula garam dan tajin disebut

formula yang tidak lengkap karena banyak mengandung NaCl dan sukrosa

Diberikan pada klien yang mengalami dehidrasi berat, dengan rincian

sebagai berikut:

Untuk anak umur 1 bl-2 tahun berat badan 3-10 kg

- 1 jam pertama : 40 ml/kgBB/menit= 3 tts/kgBB/mnt (infus set berukuran 1

ml=15 tts atau 13 tts/kgBB/menit (set infus 1 ml=20 tetes).

- 7 jam berikutnya : 12 ml/kgBB/menit= 3 tts/kgBB/mnt (infusset berukuran

1 ml=15 tts atau 4 tts/kgBB/menit (set infus 1 ml=20 tetes).

- 16 jam berikutnya : 125 ml/kgBB/ oralit

Untuk bayi baru lahir dengan berat badan 2-3 kg

- Kebutuhan cairan: 125 ml + 100 ml + 25 ml = 250 ml/kg/BB/24 jam, jenis

(27)

- Kecepatan : 4 jam pertama : 25 ml/kgBB/jam atau 6 tts/kgBB/menit (1 ml

= 15 tts) 8 tts/kg/BB/mt (1mt=20 tts).

Untuk bayi berat badan lahir rendah

- Kebutuhan cairan: 250 ml/kg/BB/24 jam, jenis cairan 4:1 (4 bagian

glukosa 10% + 1 bagian NaHCO3 1½ %) (kusmaul, 2002).

3.7. Pencegahan Penyakit Diare.

Menurut Masri (2004), cara mencegah diare pada bayi yang benar dan

efektif yang dapat dilakukan adalah memberikan ASI sebagai makanan yang

paling baik untuk bayi. Komponen zat makanan tersedia dalam bentuk yang ideal

dan seimbang untuk dicerna dan diserap secara optimal oleh bayi. ASI saja sudah

cukup untuk menjaga pertumbuhan bayi sampai umur 4-6 bulan.

ASI steril, berbeda dengan sumber susu lain, susu formula atau cairan lain

disiapkan dengan air atau bahan-bahan yang terkontaminasi dalam botol yang

kotor. Pemberian ASI saja tanpa cairan atau makanan lain dan tanpa

menggunakan botol, menghindarkan anak dari bahaya bakteri dan organisme lain

yang akan menyebabkan diare. ASI mempunyai khasiat mencegah secara

imunologik dengan adanya antibodi dan zat-zat lain yang dikandungnya. ASI

turut memberikan perlindungan terhadap diare.

3.8. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Insiden Diare.

Kejadian diare pada bayi dapat di pengaruhi oleh beberapa faktor antara

(28)

- Pemberian ASI

Pemberian ASI pada bayi sampai berusia 4-6 bulan, akan memberikan

kekebalan kepada bayi terhadap berbagai macam penyakit karena ASI adalah

cairan yang mengandung zat kekebalan tubuh yang dapat melindungi bayi dari

berbagai penyakit infeksi bakteri, virus, jamur dan parasit. Oleh karena itu,

dengan adanya zat anti infeksi dari ASI, maka bayi yang diberi ASI dapat

terlindung dari penyakit diare (Utami, 2001).

- Status Gizi.

Penderita gizi buruk akan mengalami penurunan produksi antibodi serta

terjadinya atropi pada dinding usus yang menyebabkan berkurangnya sekresi

berbagai enzim sehingga memudahkan masuknya bibit penyakit ke dalam

tubuh terutama penyakit diare (Moehji, 2003).

- Laktosa Intoleran.

Laktosa hanya dapat diserap oleh usus setelah dihidrolisis menjadi

monosakarida oleh laktosa, namun dalam keadaan tertentu aktivitas laktosa

menurun atau tidak ada sama sekali, sehingga pencernaan laktosa terganggu

dan laktosapun tidak dapat dicerna. Laktosa yang tidak dapat dicerna tersebut

akan masuk ke usus besar, dan di dalam usus besar ini akan di fermentasi oleh

mikro flora usus sehingga dihasilkan asam laktat dan beberapa macam gas.

(29)

BAB 3

KERANGKA PENELITIAN

1. Kerangka Penelitian

Konsep merupakan abstraksi yang terbentuk oleh generalisasi dari hal-hal

khusus. Oleh karena konsep merupakan abstraksi, maka konsep tidak dapat

langsung diamati atau diukur. Konsep hanya dapat diamati atau diukur melalui

konstruk atau yang lebih dikenal dengan variabel. Jadi variabel adalah simbol atau

lambang yang menunjukkan nilai atau bilangan dari konsep. Variabel adalah

sesuatu yang bervariasi (Notoatmodjo, 2002). Variabel independent yaitu

pemberian makanan pendamping ASI dini dan variabel dependent yaitu insiden

diare.

Kerangka konseptual penelitian bertujuan untuk mengetahui apakah ada

hubungan antara pemberian makanan pendamping ASI dini dengan insiden diare

pada bayi usia 0-6 bulan.

Variabel Independen Variabel dependen

Skema 1: Hubungan Antara Pemberian Makanan Pendamping ASI Dini dengan

Insiden Diare.

Pemberian makanan

pendamping ASI dini Insiden diare

1 Bayi mengalami diare

(30)
[image:30.595.93.574.178.738.2]

2. Definisi Operasional

Tabel 1. Defenisi Operasional Variabel Penelitian

Variabel Defenisi Operasional Alat Ukur Hasil ukur Skala

Pemberian

makanan

pendamping

ASI dini

Makanan yang diberikan pada

bayi yang berbentuk padat

seperti biskuit, nasi tim saring,

pisang/ pepaya dan bubur nasi

sebelum waktunya yaitu umur

0-6 bulan. Yang dikategorikan

kedalam 3 tingkatan umur:

• 0-2 bulan

• 3-4 bulan

• 5-6 bulan

Kuesioner yang

berisi pertanyaan tentang waktu pemberian makanan pendamping ASI Skor 1-3:

1 = usia 0-2

bulan

2 = usia 3-4

bulan

3 = usia 5-6

bulan

Rasio

Insiden diare Frekuensi kejadian diare yang

dialami selama bayi 0-6 bulan.

Dikategorikan kedalam 4

tingkatan:

• Tidak pernah

• Pernah 1 kali

• Pernah 2 kali

• Pernah > 2 kali

Kuesioner berisi

pertanyaan

tentang frekuensi

kejadian diare.

Skor 0-3:

0 = tidak

pernah

1 = pernah 1

kali

2 = pernah 2

kali

3 = pernah > 2

kali

(31)

3. Hipotesis

Ada hubungan antara pemberian makanan pendamping ASI dini dengan

(32)

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

1. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah studi deskriptif korelasi yaitu jenis

penelitian yang digunakan untuk mengetahui hubungan suatu variabel dengan

variabel lainnya (Notoadmodjo, 2005). Variabel-variabel yang di identifikasi

adalah hubungan pemberian makanan pendamping ASI dini dengan insiden diare

pada bayi 0-6 bulan.

2. Populasi, Sampel Penelitian dan Tehnik Sampling 2.1 Populasi Penelitian

Populasi atau subjek penelitian ini adalah ibu yang mempunyai bayi usia 0-6

bulan yang terdapat di wilayah kerja Puskesmas Aek Goti Kecamatan

Silangkitang Kabupaten Labuhanbatu Selatan dengan jumlah bayi sebanyak 389

jiwa.

2.2 Sampel Penelitian

Sampel adalah sebagian subjek penelitian yang diambil dari populasi.

Dikatakan penelitian sampel apabila kita bermaksud menggeneralisasikan atau

mengangkat simpulan penelitian yang berlaku bagi populasi (Arikunto, 1996).

Jumlah sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah 10% dari jumlah

(33)

mempunyai bayi yang berusia 0-6 bulan yang diberikan makanan pendamping

ASI. Jumlah ini sudah memenuhi batas ketentuan sampel yang di butuhkan, yaitu

10% dari 389.

2.3 Tehnik Sampling

Teknik pengambilan sampel yang dilakukan convenience sampling, yaitu

tehnik penarikan sampel yang dilakukan dengan mengambil responden yang

tersedia pada saat itu atau kebetulan ada dan memenuhi kriteria sampel yang telah

ditentukan (Arikunto, 2002). Adapun kriteria sampel adalah ibu-ibu yang

mempunyai bayi yang berumur 0-6 bulan yang diberikan makanan pendamping

ASI.

4. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Puskesmas Aek Goti, Kecamatan Silangkitang

Kabupaten Labuhanbatu Selatan. Penelitian dilakukan pada bulan Juni hingga

bulan Agustus 2010. Penelitian dilakukan selama 3 bulan. Adapun alasan

pemilihan lokasi adalah karena tersedianya responden yang memadai di

Puskesmas Aek Goti yaitu tempatnya tidak jauh dari tempat tinggal peneliti dan

Puskesmas ini belum pernah dilakukan penelitian tentang hubungan pemberian

(34)

5. Pertimbangan Etik

Penelitian ini dilakukan setelah peneliti mendapat persetujuan dari Fakultas

keperawatan Universitas Sumatera Utara untuk melakukan penelitian. Setelah

mendapat surat izin penelitian dari Fakultas Keperawatan USU maka peneliti

menyerahkan surat izin penelitian kepada Puskesmas Aek Goti, Kecamatan

Silangkitang, Kabupaten Labuhanbatu Selatan.

Setelah izin didapatkan dari Puskesmas Aek Goti, Kecamatan Silangkitang,

Kabupaten Labuhanbatu Selatan. maka peneliti melaksanakan penelitian dengan

cara datang ketempat Posyandu dengan memberi penjelasan kepada calon

responden penelitian tentang tujuan penelitian dan prosedur pelaksanaan

penelitian. Seluruh responden bersedia menandatangani informend consent, dan

tidak ada yang menolak atau mengundurkan diri selama proses pengumpulan data

berlangsung. Penelitian ini tidak menimbulkan resiko bagi individu yang menjadi

responden baik faktor fisik maupun psikis. Kerahasiaan catatan data responden

dijaga dengan tidak menuliskan nama responden, tetapi nama di beri kode dengan

angka pada instrumen penelitian setelah proses penelitian selesai. Data-data yang

diperoleh dari responden juga hanya digunakan untuk kepentingan penelitian.

5. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian dibuat dalam bentuk kuesioner

yang disusun berdasarkan tinjauan pustaka. Instrumen penelitian ini terdiri dari

(35)

waktu pemberian dan jenis makanan pendamping ASI dan yang ketiga berisi

tentang insiden diare.

Kuesioner data demografi (KDD) yang digunakan untuk mengkaji data

demografi responden yang meliputi identitas Ibu yaitu nama (inisial dengan

angka), umur, pendidikan, pekerjaan, alamat. Identitas bayi yaitu nama, tempat

tanggal lahir, umur bayi.

Kuesioner waktu pemberian dan jenis makanan pendamping ASI. Peneliti

menyusun kuesioner pemberian makanan pendamping ASI dini berdasarkan

tinjauan pustaka dengan penilaian kuesioner menggunakan skala Guttman

(Hidayat, 2007). Kuesioner waktu pemberian dan jenis makanan pendamping ASI

berisi tentang pertanyaan-pertanyaan yang meliputi waktu dan jenis makanan.

Pertanyaan dengan alternatif jawaban usia 0-2 bulan dengan skor 1, 3-4 bulan

dengan skor 2 dan 5-6 dengan skor 3. Sehingga jumlah skor dalam kuesioner

pemberian makanan pendamping ASI dini adalah 1-3.

Kuesioner insiden diare berisi pertanyaan dengan alternatif jawaban

tidaknah 1 kali, pernah 2 kali dan pernah lebih dari 2 kali. Jika tidak pernah

dengan skor 0, pernah 1 kali dengan skor 1, pernah 2 kali dengan skor 2, dan

pernah lebih dari 2 kali dengan skor 3. Sehingga jumlah skor dalam kuesioner

dengan insiden diare adalah 0-3.

6. Uji Validitas Dan Reliabilitas Instrumen

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan

(36)

mengukur apa yang diinginkan dan memiliki validitas tinggi. Tinggi rendahnya

validitas instrumen menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak

menyimpang dari gambaran validitas tersebut (Arikunto, 2006). Uji validasi

instrumen penelitian tidak dilakukan tetapi kuesioner diperiksa kesesuaian

konteks (isi) oleh dosen keperawatan yang dianggap kompeten yaitu Ibu Farida

Linda Sari Siregar, S.Kep, M.Kep.

Hasil kuesioner dinyatakan oleh yang bersangkutan dapat digunakan untuk

mengukur hubungan antara pemberian makanan pendamping ASI dini dengan

insiden diare pada bayi 0-6 bulan di Puskesmas Aek Goti Kecamatan Silangkitang

Kabupaten Labuhanbatu Selatan.

Untuk mengetahui kepercayaan (reliabilitas) instrumen dilakukan uji

reliabilitas instrumen sehingga dapat digunakan untuk penelitian berikutnya dalam

ruang lingkup yang sama. Instrumen yang reliable akan dapat menghasilkan data

yang dapat dipercaya atau benar sesuai kenyataannya sehingga walaupun data

diambil berulang-ulang, hasilnya akan tetap sama. Uji reliabilitas ini dilakukan

sebelum pengumpulan data terhadap 10 orang yang memiliki kriteria yang sama

dengan sampel penelitian.

Uji reliabilitas ini dilakukan dengan menggunakan SPSS versi 16 untuk

analisis cronbach alpha dengan hasil koefisien reliabilitas untuk instrumen

kuesioner pemberian MPASI dini yaitu 0,713. Untuk instrument kuesioner insiden

(37)

Menurut Polit & Hungler (1997) suatu instrumen dikatakan reliabel bila

koefisiennya 0,70 atau lebih. Jadi dapat disimpulkan bahwa kuesioner pemberian

MPASI dini dan insiden diare pada bayi 0-6 bulan yang digunakan dalam

penelitian ini adalah reliabel.

7. Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang digunakan adalah memberikan kuesioner kepada

responden. Pegumpulan data dimulai setelah peneliti menerima surat izin

pelaksana penelitian dari institusi pendidikan yaitu Fakultas Keperawatan USU

dan surat izin penelitian dari Puskesmas Aek Goti. Pada saat pengumpulan data

peneliti menjelaskan tujuan, manfaat dan proses pengisian kuesioner penelitian

kepada calon responden dan siapa yang bersedia berpartisipasi diminta untuk

menandatangani informed consent. Setelah mendapat persetujuan responden

maka pengumpulan data dimulai. Selanjutnya menjelaskan cara pengisian

kuesioner dan responden diminta untuk mengisi kuesioner yang diberikan oleh

peneliti dengan cermat dan tidak ada hal yang terlewatkan. Responden diberikan

kesempatan untuk bertanya bila ada pertanyaan yang tidak dimengerti. Pengisian

kuesioner diisi oleh responden sesuai dengan yang dialami dan diketahui,

selanjutnya data dikumpulkan untuk dianalisa.

8. Analisa Data

Setelah semua data terkumpul, maka peneliti melakukan analisis dan

(38)

responden dan memastikan bahwa semua jawaban telah terisi. Setelah itu

mengklarifikasi dan mentabulasikan data yang telah dikumpulkan serta dilakukan

pengolahan data dengan menggunakan bantuan komputerisasi.

Pengolahan data dilakukan dengan cara univariat dan bivariat, dimana data

univariat untuk menampilkan data demografi, pemberian makanan pendamping

ASI dini dan insiden diare dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan persentase.

Sedangkan bivariat untuk mengidentifikasi hubungan antara pemberian makanan

pendamping ASI dini dengan insiden diare menggunakan uji korelasi Pearson

Product Moment. Uji ini digunakan untuk mengetahui derajat hubungan antara

pemberian makanan pendamping ASI dini dengan insiden diare dengan

menggunakan data rasio pada tabel. Hasil dari analisa korelasi Pearson Product

MomentI adalah jika t hitung ≥ t tabel H0 ditolak artinya ada perbedaan yang

signifikan yaitu antara pemberian makanan pendamping ASI dini dengan insiden

diare dan jika t hitung ≤ t tabel H 0

Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara pemberian makanan

pendamping ASI dini dengan insiden diare pada bayi 0-6 bulan dilakukan dengan

menggunakan uji statistik korelasi Pearson Product Moment. Nilai r berkisar

antara -1 sampai dengan +1 untuk menunjukkan derajat hubungan antara kedua

variabel tersebut, dan untuk menentukan apakah terdapat hubungan yang

signifikan antara kedua variabel, maka dilakukan pengamatan terhadap nilai

signifikansi (p) pada hasil analisa p < 0,05.

diterima artinya tidak ada perbedaan yang

signifikan yaitu antara pemberian makanan pendamping ASI dini dengan insiden

(39)

Untuk menafsirkan hasil pengujian statistik tersebut lebih lanjut digunakan

[image:39.595.108.528.225.708.2]

penafsiran korelasi Pearson Product Moment.

Tabel 2. Kriteria Penafsiran Korelasi Menurut Burns & Grove (1993)

Nilai r Penafsiran

Diatas -0,5

-0,3 sampai - 0.5

-0,1 sampai -0,3

0

0,1 sampai 0,3

0,3 sampai 0,5

Diatas 0,5

Korelasi negatif tinggi

Hubungan negatif, interpretasi kuat.

Korelasi negatif sedang

Hubungan negatif, interpretasi sedang.

Korelasi negatif rendah

Hubungan negatif, interpretasi lemah.

Tidak ada korelasi

Korelasi positif rendah.

Hubungan positif, interpretasi lemah.

Korelasi positif sedang.

Hubungan positif, interpretasi sedang

Korelasi positif tinggi.

(40)

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini akan diuraikan hasil penelitian mengenai hubungan antara

pemberian makanan pendamping ASI dini dengan insiden diare pada bayi 0-6

bulan yang diperoleh melalui pengumpulan data yang dilakukan sejak tanggal 11

Juni 2010 sampai tanggal 23 Agustus 2010 di Puskesmas Aek Goti Kecamatan

Silangkitang Kabupaten Labuhanbatu Selatan. Penyajian data hasil penelitian

meliputi deskripsi karakteristik responden, pemberian makanan pendamping ASI

dini dan insiden diare. Selanjutnya dipaparkan hubungan antara pemberian

makanan pendamping ASI dini dengan insiden diare pada bayi 0-6 bulan.

1. Hasil Penelitian

1.1. Deskripsi Karakteristik Responden Ibu Dan Bayi

Deskripsi karakteristik responden mencakup usia ibu, pendidikan ibu,

pekerjaan ibu dan usia bayi.

Dari 40 orang responden yang terkumpul usia rata-rata ibu terbanyak pada

rentang usia ≤ 30 tahun (92,5%). Dimana untuk tingkat pendidikan, didominasi

oleh 31 orang ibu responden dengan tingkat pendidikan lulusan SMU (77,5%).

Sebahagian besar ibu responden bekerja sebagai ibu rumah tangga sebanyak 20

orang (50%). Sementara usia bayi didominasi bayi usia 5-6 bulan sebanyak 18

orang bayi (45%). Distribusi data demografi ibu yang mempunyai bayi usia 0-6

(41)
[image:41.595.106.515.139.406.2]

Tabel 3. Distibusi data demografi ibu yang mempunyai bayi 0-6 bulan Karakteristik Responden Frekuensi Persentase

Umur Ibu

≤ 30 tahun

> 30 37 3 92,5 7,5 Pendidikan Ibu SMU SMP S 1 31 7 2 77,5 17,5 5,0 Pekerjaan Ibu

Ibu Rumah Tangga Petani PNS 20 18 2 50,0 45,0 5,0 Usia Bayi 5-6 bulan 3-4 bulan 0-2 bulan 18 17 5 45,0 42,5 12,5

1.2.Pemberian Makanan Pendamping ASI Dini

Penelitian ini menggambarkan tentang tingkatan usia pemberian makanan

pendamping ASI dini, dimana mayoritas responden berada pada usia 5-6 bulan

sebanyak 18 orang (45%), usia 3-4 bulan sebanyak 17 orang (42,5%), dan 5 orang

berusia 0-2 bulan (12,5%). Distribusi frekuensi pemberian makanan pendamping

ASI dini dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel 4. Distribusi frekuensi pemberian makanan pendamping ASI dini Pemberian Makanan

Pendamping ASI Frekuensi Persentase

Usia 5-6 bulan Usia 3-4 bulan Usia 0-2 bulan

[image:41.595.114.516.669.739.2]
(42)

1.3.Insiden Diare Pada Bayi 0-6 Bulan

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa 26 responden (65%) dalam kategori

tidak pernah mengalami diare, 14 orang responden (35%) pernah mengalami

diare, dimana 10 orang responden (25%) pernah mengalami diare 1 kali, 3 orang

responden (7,5%) pernah mengalami diare 2 kali, dan hanya 1 orang responden

(2,5%) pernah mengalami diare lebih dari 2 kali. Distribusi frekuensi insiden diare

[image:42.595.113.517.363.434.2]

pada bayi 0-6 bulan dapat dilihat pada tabel 5.

Tabel 5. Distribusi frekuensi insiden diare pada bayi 0-6 bulan

Insidensi Diare Frekuensi Persentase

Tidak Pernah mengalami diare Pernah diare 1 kali

Pernah diare 2 kali

Pernah diare lebih dari 2 kali

26 10 3 1

65,0 25,0 7,5 2,5

1.4.Hubungan Antara Pemberian Makanan Pendamping ASI Dini Dengan Insiden Diare Pada Bayi 0-6 Bulan di Puskesmas Aek Goti Kecamatan Silangkitang Kabupaten Labuhanbatu Selatan

Hasil analisa berdasarkan penafsiran korelasi menurut Burns & Groove

(2001) bahwa variabel hubungan antara pemberian makanan pendamping ASI

dini dengan insiden diare memiliki hubungan positif dengan interpretasi lemah (r

pada 0,1 sampai 0,3). Dengan nilai p> 0,05 yang menunjukan bahwa hubungan

(43)
[image:43.595.106.521.157.227.2]

Tabel 6. Hasil analisa hubungan antara pemberian makanan pendamping ASI dini dengan insiden diare pada bayi 0-6 bulan (n=40)

Variabel 1 Variabel 2 Mean (SD) r p - value

Pemberian makanan pendamping ASI dini

Insiden Diare pada bayi usia

(44)

2. Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian, peneliti dapat menjawab pertanyaan

bagaimana hubungan antara pemberian makanan pendamping ASI dini dengan

insiden diare pada bayi 0-6 bulan di Puskesmas Aek Goti Kecamatan

Silangkitang Kabupaten Labuhanbatu Selatan.

2.1. Pemberian Makanan Pendamping ASI Dini

Dari hasil penelitian didapatkan bahwa mayoritas bayi mendapatkan

makanan pendamping ASI pada usia 5-6 bulan (45%). Hasil ini tidak sama

dengan penelitian yang dilakukan oleh Ansar, Lubis, Aritonang (2005) yang

menyatakan bahwa dari 99 responden sebagian besar bayi sudah mendapat

MPASI pada usia 1-3 bulan (25%) bahkan ada yang sudah memberi MPASI

begitu lahir. Pada penelitian tersebut pemberian MPASI pada usia 4-6 bulan

terdapat pada 15% dari keseluruhan responden.

Makanan tambahan adalah makanan untuk bayi selain ASI atau susu botol,

sebagai penambah kekurangan ASI atau susu pengganti (PASI) (Husaini, 2001).

Pemberian makanan tambahan adalah memberi makanan lain selain ASI untuk

mengisi kesenjangan antara kebutuhan nutrisi dengan jumlah yang didapat dari

ASI (Rosidah, 2004).

MP-ASI diberikan mulai umur 6-24 bulan dan merupakan makanan

peralihan dari ASI ke makanan keluarga. Pengenalan dan pemberian MP-ASI

(45)

dimaksudkan untuk menyesuaikan kemampuan alat cerna bayi dalam menerima

MP-ASI (Depkes RI, 2004).

Menurut Depkes (1997) pemberian makanan atau minuman pengganti ASI

berbahaya bagi bayi karena saluran pencernaan bayi belum cukup kuat untuk

mencernakan makanan atau minuman selain ASI.

Adapun waktu yang baik dalam memulai pemberian makanan tambahan

pada bayi adalah umur 6 bulan. Makanan tambahan mulai diberikan umur enam

bulan satu hari. Pada usia ini otot dan saraf didalam mulut bayi cukup

berkembang untuk mengunyah, menggigit, menelan makanan dengan baik, mulai

tumbuh gigi, suka memasukkan sesuatu ke dalam mulutnya dan berminat

terhadap rasa yang baru (Rosidah, 2004). Menurut Ariani (2008) pemberian

makanan tambahan pada bayi sebelum umur tersebut (>6 bulan) akan

menimbulkan risiko sebagai berikut: 1) Anak akan minum ASI lebih sedikit dan

ibu pun memproduksinya lebih sedikit sehingga akan lebih sulit untuk memenuhi

kebutuhan nutrisi anak, 2) Anak mendapat faktor pelindung dari ASI lebih sedikit

sehingga risiko infeksi meningkat, 3) Risiko diare juga meningkat karena

makanan tambahan tidak sebersih ASI, 4) Makanan yang diberikan sebagai

pengganti ASI sering encer, buburnya berkuah atau berupa sup karena mudah

dimakan bayi, makanan ini memang membuat lambung penuh tetapi memberikan

(46)

2.2. Insidensi Diare Pada Bayi 0-6 Bulan

Hasil penelitian menunjukan bahwa 26 responden (65%) dalam kategori

tidak pernah mengalami diare, 14 orang responden (35%) pernah mengalami

diare, dimana 10 orang responden (25%) pernah mengalami diare 1 kali, 3 orang

responden (7,5%) pernah mengalami diare 2 kali, dan hanya 1 orang responden

(2,5%) pernah mengalami diare lebih dari 2 kali. Hasil penelitian ini sejalan

dengan penelitian yang dilakukan oleh Kamalia (2005) yang menyatakan bahwa

kejadian diare yang dikategorikan berdasarkan frekuensi buang air besar (BAB)

diperoleh bahwa persentase tertinggi sampel tidak mengalami diare sebanyak 64%

(32 sampel), dan 36% (18 sampel) lainnya mengalami kejadian diare.

Diare merupakan suatu penyakit dengan tanda-tanda adanya perubahan

bentuk dan konsistensi tinja yang cair dan frekuensi buang air besar lebih dari

biasanya (3 kali dalam sehari) (Masri, 2004). Lebih jauh Masri menjelaskan

bahwa diare merupakan mekanisme perlindungan tubuh untuk mengeluarkan

sesuatu yang merugikan atau racun dari dalam tubuh. Namun, banyaknya cairan

tubuh yang dikeluarkan bersama tinja akan mengakibatkan dehidrasi yang dapat

berakibat kematian.

Sedangkan diare menurut Prabu (2002) merupakan simtom, jadi bukan

penyakit, sama halnya dengan demam panas, bukan suatu penyakit tetapi

merupakan gejala dari suatu penyakit tertentu, contoh: malaria, radang, paru,

influinza, dan lain-lain. Lebih jauh Prabu menyatakan ada dua jenis diare menurut

lama hari terjadinya yaitu diare akut dan diare kronik. Diare akut adalah diare

(47)

berlangsung antara 3-5 hari. Sedangkan diare kronik adalah diare yang berlanjut

lebih dari 2 minggu, disertai kehilangan berat badan atau tidak bertambahnya

berat badan.

2.3. Hubungan Antara Pemberian Makanan Pendamping ASI Dini Dengan Insiden Diare Pada Bayi 0-6 Bulan di Puskesmas Aek Goti Kecamatan Silangkitang Kabupaten Labuhan Batu Selatan

Hasil analisa statistik dalam penelitian ini adalah bahwa hubungan antara

pemberian makanan pendamping ASI dini berhubungan secara positif denan

insiden diare (r= 0,287). Hasil analisa hubungan kedua variabel tersebut tidak

memiliki nilai signifikansi yang dapat diterima dimana p > 0,05 sehingga dapat

disimpulkan bahwa hipotesa penelitian ditolak, artinya bahwa pernyataan hipotesa

adanya hubungan antara pemberian makanan pendamping ASI dini dengan

insidensi diare tidak dapat diterima.

Hasil penelitian ini berolak belakang dengan penelitian yang dilakukan oleh

Fatmawati (2003) yang menyatakan bahwa ada hubungan pemberian MPASI

dengan kejadian diare bayi 4-12 bulan di wilayah kerja Puskesmas Purwosari

Kudus (p=0.011, α =0.329).

Sebagaimana yang dinyatakan oleh Mutiara & Roslianti (2007) tubuh anak

membutuhkan zat gizi yang sesuai untuk tumbuh dan berkembang dengan baik.

Asupan zat gizi yang baik dapat diupayakan dengan memberikan ASI eksklusif

(48)

Susu Ibu (MP-ASI). MP-ASI adalah makanan tambahan selain ASI yang

diberikan pada bayi sampai usia 24 bulan, sehingga MP-ASI diberikan tepat

waktu pada usia 6-12 bulan, karena pada usia tersebut merupakan waktu yang

sangat rawan terjadi malnutrisi (Suhardjo, 1999).

Lebih jauh Suhardjo (1999) mengatakan bahwa pemberian makan setelah

bayi berumur 6 bulan memberikan perlindungan besar dari berbagai penyakit. Hal

ini disebabkan sistem imun bayi berumur kurang dari 6 bulan belum sempurna.

Pemberian makanan pendamping ASI (MPASI) dini sama saja dengan membuka

pintu gerbang masuknya berbagai jenis kuman. Belum lagi jika tidak disajikan

secara higienis. Hasil riset terakhir dari peneliti di Indonesia menunjukkan bahwa

bayi yang mendapatkan MPASI sebelum bayi berumur 6 bulan, lebih banyak

terserang diare, sembelit, batuk-pilek, dan panas dibandingkan bayi yang hanya

mendapat ASI eksklusif (Suhardjo, 1999).

Dari hasil penelitian peneliti menemukan beberapa hal yang berkenaan

dengan pemberian makanan pendamping ASI dini, dimana mayoritas ibu

memberikan makanan selain ASI kepada bayi berupa nasi tim saring yaitu

sebanyak 22 orang responden (55%), 10 orang responden (25%) diberikan pisang/

papaya saring, dan 8 orang responden (20%) diberikan biskuit. Dimana 27 orang

ibu responden (67,5%) beralasan memberikan makanan selain ASI pada bayi

karena pekerjaan, 10 orang ibu responden (25%) beralasan ASI tidak cukup, dan 3

orang ibu responden (7,5%) beralasan karena bayi menangis. Mayoritas ibu

(49)

(72,5%), 9 orang ibu mengatakan makanan bersih dan sehat (22,5%), dan hanya 2

orang ibu mengatakan banyak mengandung vitamin (5%).

Selain itu mayoritas ibu responden mengatakan tanda-tanda diare pada bayi

yaitu tinja bayi sangat bau (72,5%), dan 11 orang ibu mengatakan tinja bentuknya

cair (27,5%). 16 orang ibu mengatakan keadaan umum pada bayi yang mengalami

diare nafsu makan bayi berkurang (40%), 16 orang ibu mengatakan berat badan

bayi menurun (40%), 7 orang ibu mengatakan suhu tubuh meningkat/ demam

(50)

BAB 6

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

1. Kesimpulan

Hasil analisa statistik dalam penelitian ini adalah bahwa hubungan antara

pemberian makanan pendamping ASI dini berhubungan secara positif denan

insiden diare (r= 0,287). Hasil analisa hubungan kedua variabel tersebut tidak

memiliki nilai signifikansi yang dapat diterima dimana p > 0,05 sehingga dapat

disimpulkan bahwa hipotesa penelitian ditolak, artinya bahwa pernyataan hipotesa

adanya hubungan antara pemberian makanan pendamping ASI dini dengan

insidensi diare tidak dapat diterima.

Penelitian ini menunjukan bahwa tingkatan usia pemberian makanan

pendamping ASI dini pada bayi 0-6 bulan mayoritas diberikan pada bayi usia 5-6

bulan sebanyak 18 orang (45%).

Penelitian ini menunjukan bahwa mayoritas responden yang diberikan

makanan pendamping ASI dini, 26 responden (65%) dalam kategori tidak pernah

mengalami diare, 14 orang responden (35%) pernah mengalami diare, dimana 10

orang responden (25%) pernah mengalami diare 1 kali, 3 orang responden (7,5%)

pernah mengalami diare 2 kali, dan hanya 1 orang responden (2,5%) pernah

(51)

2. Rekomendasi

2.1. Praktek Keperawatan

Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa hubungan antara pemberian

makanan pendamping asi dini dengan insiden diare pada bayi 0-6 bulan

berhubungan secara positif namun dengan interpretasi yang lemah. Dalam

pelayanan keperawatan khususnya keperawatan anak perlu mempertimbangkan

dilakukannya penyuluhan ibu tentang pentingnya pemberian ASI pada bayi

sampai berusia 6 bulan tanpa memberikan makanan pendamping ASI (MPASI)

sebelum berusia lebih dari 6 bulan.

2.2. Pendidikan Keperawatan

Dalam pendidikan keperawatan khususnya keperawatan anak perlu

diberikan penekanan materi mengenai pemberian ASI pada bayi sampai berusia 6

bulan. Sehingga perawat dapat memberikan informasi dengan benar.

2.3. Penelitian Keperawatan

Peneliti menyadari bahwa penelitian ini masih memiliki keterbatasan-

keterbatasan, sehingga untuk peneliti yang akan datang peneliti mengharapkan: 1)

Jumlah subjek penelitian dipilih dengan metode convenience sampling sehingga

kurang mewakili gambaran populasi yang sebenarnya, 2) Data kuisioner belum

diuji validitas sehingga mungkin ada pernyataan yang menimbulkan bias dalam

(52)

DAFTAR PUSTAKA

Andrianto, Dr. Petrus (1995). Penata Laksanaan dan Pencegahan Diare Akut,

Jakarta: buku kedokteran EGC.

Ansar, Taufik dkk. (2005). Analisis Pola Asuh Makan Dan Status Gizi Pada Bayi

Di Kelurahan Pb Selayang Medan. Fak: Kesehatan Masyarakat USU

Ariani,Dr. (2008). Makanan Pendamping ASI (MP-ASI).

Arikunto,S.(2000). Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta: Penerbit Rineka

Cipta.

As’ad,S.(2002). Gizi-Kesehatan Ibu dan Anak, Jakarta: Puspa Swara.

Burns & Grove. (1993). The practise of nursing research: conduct, critique and

utilization. Philadelphia: W.B. Saunders Company.

Departemen Kesehatan (Depkes) .(2002). Diare.

http://www.Depkes-dki.go.id/penyakit.html.

Diah Krisnatuti dan Rina Yenrina.(2000). Menyiapkan Makanan Pendamping

AS,Jakarta: Puspa Swara.

Grupte, Dr.Suraj. (2004). Panduan Perawatan Anak, Jakarta: Pustaka Populer

Obor.

Hidayat, A.A, (2007). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data.

(53)

Istiyarningsih, Eny I .(2009). Hubungan Antara Perilaku Ibu Dalam Pemberian

Makanan Pendamping ASI Secara Dini Dengan Angka Kejadian Diare

Pada Bayi Di Rumah Sakit Umum Kota Semarang. Undergraduate

thesis, Program Studi Ilmu Keperawatan.

Kamalia, Dina. (2005). Hubungan Pemberian Asi Eksklusif Dengan Kejadian

Diare Pada Bayi Usia 1-6 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas

Kedungwuni I Tahun 2004/2005. Skripsi, Ilmu Kesehatan Masyarakat

Universitas Negeri Semarang.

Kusmaul. (2002). Penyakit Diare Akut, Jakarta: Puspa Swara.

Masri ,Siti H. (2004). Diare Penyebab Kematian 4 Juta Balita Per Tahun.

61175 35k

Moehji,S. (2002). Pemeliharaan Gizi Bayi dan Balita. Jakara: Bhratara.

Muchtadi,D.(1996). Gizi Untuk Bayi : air susu Ibu, Susu Formula, dan Makanan

Tambahan, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Nadesul,H. (2001). Makanan Sehat untuk Bayi, Jakarta: Puspa Swara.

Ngastiya.(1997). Ilmu Gizi 2, Jakarta: Penerbit Papas Sinar SinantiSoekidjo.

Notoadmojo,S.(2002). Metodelogi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Picciano, dr. (2001). Menyusui Bayi dengan Baik dan Berhasil, Jakarta: Gaya

Favorit Press.

Santoso,S.( 2000). Mengatasi Berbagai Masalah Statistik dengan SPSS Versi

(54)

Soetjiningsih.(1997). Seri Gizi Klinik ASI Petunjuk untuk Tenaga Kesehatan.

Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Sophia, E. (2006). Masalah Pemberian Makan & Saluran Pencernaan,

http://medicastore.com/penyakit/387/Masalah_Pemberian_Makan_&_Sal

uran_Pencernaan.html

Suharyono, Rulina Suradi dkk. 1992. ASI Tinjauan dari Beberapa Aspek. Jakarta:

Suryono, (1997). Dibalik Kontravensi ASI, Susu formula, Jakarta: Yayasan Obor

Suryono. (1997). Bayi Sehat Berkat ASI Eksklusif, Jakarta: PT Elex Komputindo.

Tagor, dr.H.Adi.(2009), Susu Formula untuk Bayi, Jakarta, RS Pondok Indah.

Triatmodjo, (2008 ). Kesehatan Anak di Daerah Tropis. Jakarta, Bumi Aksara.

Ummualiyah,dr (2008). Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Diare pada Balita

di RS.http://addy1571.wordpress.com/2009/08/23/faktor-faktor

penyebab terjadinya-diare-pada-balita-di-rsu/

Utami,R. (2001), Bayi Sehat Berkat ASI Eksklusif, makanan Pendamping Tepat

dan Imunisasi Lengkap, Jakarta: PT Elek Media Komputindo.

Utami,R.(2001). Mengenal ASI Eksklusif, Jakarta: PT Elex Komputindo.

Widoyono.(2009). Penyakit Tropis Epidemiologi, Penularan, Pencegahan dan

Pemberantasannya, Jakarta: Erlangga.

Wiryo, Dr.dr.H, SpA. (2002). Peningkatan Gizi Bayi, Anak, Ibu Hamil dan

Menyusui dengan Makanan Lokal, Jakarta.

(55)
(56)
(57)
(58)

LAMPIRAN 3 LEMBAR PERSETUJUAN (INFORMED CONSENNT)

MENJADI RESPONDEN PENELITIAN

Hubungan Pemberian makanan Pendamping ASI Dini dengan Insiden Diare Pada Bayi Usia 0-6 Bulan di Puskesmas Aek Goti

Kec.Silangkitang Kab. Labuhanbatu Selatan Oleh

TRIYANTO

Saya adalah mahasiswa Fakultas keperawatan Universitas Sumatera Utara yang melakukan penelitian dengan tujuan untuk mengetahui hubungan pemberian makanan pendamping ASI dini dengan insiden diare pada bayi usia 0-6 bulan di wilayah kerja Puskesmas Aek Goti Kec. Silangkitang Kab. Labuhanbatu Selatan.

Penelitian ini dilaksanakan sebagai salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir (skripsi) di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Saya mengharapkan partisipasi Ibu dalam memberikan jawaban atas wawancara sesuai dengan yang ibu rasakan tanpa dipengaruhi oleh orang lain, saya akan menjamin kerahasiaan identitas dan jawaban Ibu. Informasi yang Ibu berikan hanya akan dipergunakan untuk pengembangan Ilmu Keperawatan.

Partisipasi Ibu dalam penelitian ini bersifat sukarela, Ibu bebas menerima menjadi responden penelitian atau menolak tanpa ada sanksi apapun.

Jika Ibu bersedia menjadi responden dalam penelitian ini, silakan menandatangani surat persetujuan ini sebagai bukti kesukarelaan di wawancarai.

Terima kasih atas partisipasi Ibu untuk penelitian ini. Tanda Tangan :

Tanggal :

(59)

LAMPIRAN 4 KUESIONER PENELITIAN

Hubungan Pemberian makanan Pendamping ASI Dini dengan Insiden Diare Pada Bayi Usia 0-6 Bulan di Puskesmas Aek Goti

Kec.Silangkitang Kab. Labuhanbatu Selatan

IDENTITAS RESPONDEN Identitas Ibu

Nama :

Umur :

Pendidikan :

Pekerjaan :

Alamat :

Identitas Bayi

Nama :

Tempat tanggal Lahir :

Umur : Bulan

Petunjuk: Berilah tanda checklist (√) pada kolom yang tersedia sesuai dengan kecenderungan pilihab jawaban anda terhadap pernyataan itu.

1. Sejak usia berapa ibu memberi makanan selain ASI sebelum bayi ibu berusia 6 bulan?

0-2 bulan 3-4 bulan 5-6 bulan

2. jenis makanan apa yang ibu berikan selain ASI Biskuit

(60)

3. Apakah alasan ibu memberikan makanan padat pada bayi? ASI tidak cukup

Pekerjaan Bayi menangis Penyakit

Puting ibu masuk kedalam

4. Apakah ibu mengetahui syarat pemberian makanan selain ASI pada bayi? Tidak

Ya

Jika ya, apa saja syaratnya? Banyak vitamin Bersih dan sehat

Mudah dimakan oleh bayi

5. Apakah ibu mengetahui tanda-tanda diare pada bayi? Tidak

Ya

Jika ya, apa saja yang ibu ketahui? BAB lebih dari 3 kali Tinja bentuknya cair Tinja sangat bau 6. pernahkah bayi ibu mengalami diare?

Tidak pernah Pernah

Jika pernah berapa kali? 1 kali

2 kali

(61)

7. jika bayi ibu mengalami diare, umur berapa mengalmi diare? 0-2 bulan

3-4 bulan 5-6 bulan

8. Apakah ibu mengetahui keadaan umum pada bayi saat mengalami diare? Bayi gelisah dan menangis

Suhu tubuh meningkat/ demam Nafsu makan berkurang

(62)

Lampiran 5

Analisa Reliabilitas Instrumen

Scale: ALL VARIABLES

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 10 90.9

Excludeda 1 9.1

Total 11 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the

procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.713 8

Frequencies

Statistics

K1 K2 K3 K4 K5 K6 K7 K8

N Valid 10 10 10 10 10 10 10 10

Missing 1 1 1 1 1 1 1 1

Std. Deviation .527 .738 .632 .707 .516 .738 .699 .699

Variance .278 .544 .400 .500 .267 .544 .489 .489

Range 1 2 2 2 1 2 2 2

Minimum 2 1 1 1 2 1 1 2

(63)

Frequency Table

K1

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 3-4 bulan 5 45.5 50.0 50.0

5-6 bulan 5 45.5 50.0 100.0

Total 10 90.9 100.0

Missing System 1 9.1

Total 11 100.0

K2

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid biskuit 3 27.3 30.0 30.0

nasi tim saring 5 45.5 50.0 80.0

pisang/ pepaya 2 18.2 20.0 100.0

Total 10 90.9 100.0

Missing System 1 9.1

Total 11 100.0

K3

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid ASI tidak cukup 3 27.3 30.0 30.0

Pekerjaan 6 54.5 60.0 90.0

Bayi Menangis 1 9.1 10.0 100.0

Total 10 90.9 100.0

Missing System 1 9.1

(64)

K4

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Banyak vitamin 1 9.1 10.0 10.0

Bersih dan sehat 3 27.3 30.0 40.0

mudah dimakan 6 54.5 60.0 100.0

Total 10 90.9 100.0

Missing System 1 9.1

Total 11 100.0

K5

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Tinja bentuknya cair 4 36.4 40.0 40.0

Tinja sangat bau 6 54.5 60.0 100.0

Total 10 90.9 100.0

Missing System 1 9.1

Total 11 100.0

K6

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Pernah 1 kali 3 27.3 30.0 30.0

Pernah 2 kali 5 45.5 50.0 80.0

Pernah lebih dari 3 kali 2 18.2 20.0 100.0

Total 10 90.9 100.0

Missing System 1 9.1

(65)

K7

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 0-2 bulan 1 9.1 10.0 10.0

3-4 bulan 4 36.4 40.0 50.0

5-6 bulan 5 45.5 50.0 100.0

Total 10 90.9 100.0

Missing System 1 9.1

Total 11 100.0

K8

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Suhu tubuh meningkat/ demam 1 9.1 10.0 10.0

Nafsu makan berkurang 4 36.4 40.0 50.0

Berat badan bayi berkurang 5 45.5 50.0 100.0

Total 10 90.9 100.0

Missing System 1 9.1

(66)

Gambar

Tabel 1. Defenisi Operasional Variabel Penelitian
Tabel 2. Kriteria Penafsiran Korelasi Menurut Burns & Grove (1993)
Tabel 4. Distribusi frekuensi pemberian makanan pendamping ASI dini
Tabel 5. Distribusi frekuensi insiden diare pada bayi 0-6 bulan
+2

Referensi

Dokumen terkait

Hasil pengujian ini memberikan makna bahwa nilai pengaruh antara kecerdasan emosional dengan hasil belajar matematika adalah sebesar 0,2536 merupakan pengaruh yang

1. Pemberian pupuk hijau cair dapat meningkatkan tinggi tanaman, jumlah anakan, luas daun, berat akar dan produksi bahan kering. Pemberian pupuk hijau cair daun eceng gondok

[r]

Hasil kajian menunjukkan keberadaan jenis&#34;jenis foraminifera penciri karang mengindikasikan seluruh lokasi kajian pada dasarnya merupakan ekosistem terumbu karang. Ekosistem

Konsentrasi asam sulfat bertindak sebagai agen dehidrasi yang bertindak pada gula untuk membentuk furfural dan turunannya yang kemudian dikombinasikan dengan alfa

Kegiatan Pemeliharaan Saluran Irigasi Pekerjaan Pemeliharaan. Saluran Irigasi Desa

PENGADAAN BARANG/JASA DALAM RANGKA PEMELIHARAAN PERANGKAT KOMPUTER SERVER MERK IBM DAN SARANA PENUNJANGNYA BESERTA PERPANJANGAN SOFTWARE SUPPORT UNTUK LISENSI PERANGKAT

Dalam penelitian ini dilakukan perancangan alat bantu pada proses mengangkat beban yang mampu meminimasi gaya tekan pada lempeng tulang belakang bagian