HUBUNGAN KARAKTERISTIK DAN TINDAKAN IBU DALAM PEMELIHARAAN KESEHATAN GIGI DENGAN STATUS
KESEHATAN GIGI DAN MULUT ANAK DI SD KECAMATAN MEDAN TUNTUNGAN
T E S I S
Oleh
INTAN ARITONANG 097032134/IKM
PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
THE RELATIONSHIP BETWEEN MOTHER’S CHARACTERISTICS AND ACTION IN MAINTAINING DENTAL HEALTH WITH THE STATUS OF
HER CHILD’S ORAL AND DENTAL HEALTH AT THE PRIMARY SCHOOL AT MEDAN TUNTUNGAN SUBDISTRICT
T H E S I S
BY
INTAN ARITONANG 097032134/IKM
MAGISTER OF PUBLIC HEALTH SCIENCE PROGRAM STUDY FACULTY OF PUBLIC HEALTH
UNIVERSITY OF SUMATERA UTARA MEDAN
HUBUNGAN KARAKTERISTIK DAN TINDAKAN IBU DALAM PEMELIHARAAN KESEHATAN GIGI DENGAN STATUS
KESEHATAN GIGI DAN MULUT ANAK DI SD KECAMATAN MEDAN TUNTUNGAN
T E S I S
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat
untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat
Minat Studi Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku pada Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara
Oleh
INTAN ARITONANG 097032134/IKM
PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
Judul Tesis : HUBUNGAN KARAKTERISTIK DAN
TINDAKAN IBU DALAM PEMELIHARAAN KESEHATAN GIGI DENGAN STATUS
KESEHATAN GIGI DAN MULUT ANAK DI SD KECAMATAN MEDAN TUNTUNGAN
Nama Mahasiswa : Intan Aritonang Nomor Induk Mahasiswa : 097032134
Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat
Minat Studi : Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku
Menyetujui Komisi Pembimbing
(Prof. Lina Natamiharja, drg., S.K.M) (Drs. Alam Bakti Keloko, M.Kes Ketua Anggota
)
Ketua Program Studi Dekan
(Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si) ( Dr. Drs. Surya Utama, M.S)
Telah diuji pada
Tanggal : 17 Januari 2012
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Prof. Lina Natamiharja, drg., S.K.M Anggota : 1. Drs. Alam Bakti Keloko, M.Kes
PERNYATAAN
HUBUNGAN KARAKTERISTIK DAN TINDAKAN IBU DALAM PEMELIHARAAN KESEHATAN GIGI DENGAN STATUS
KESEHATAN GIGI DAN MULUT ANAK DI SD KECAMATAN MEDAN TUNTUNGAN
TESIS
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Medan, Januari 2012
ABSTRAK
Karies gigi merupakan penyakit gigi dan mulut yang dapat dialami setiap orang dan sering terjadi pada anak-anak. Laporan tahunan Puskesmas Simalingkar, Kecamatan Medan Tuntungan tahun 2009, diperoleh jumlah pasien yang datang berobat dengan keluhan penyakit gigi rata-rata 24 anak setiap bulannya, 19 (79,2 %) orang di antaranya menderita karies dan gingivitis.
Penelitian ini bertujuan menganalisis hubungan karakteristik (umur, pendidikan, pendapatan) dan tindakan ibu (pemeliharaan kesehatan gigi anak) dengan status kesehatan gigi dan mulut anak. Penelitian ini merupakan penelitian survey analitik desain cross sectional yang dilaksanakan mulai bulan Januari sampai Desember 2011 dengan populasi seluruh murid kelas 6 SD Negeri 068332 dan SD Swasta Budi Murni 2 di Kecamatan Medan Tuntungan. Sampel diperoleh dengan cara pengacakan sederhana. Ibu masing-masing anak dijadikan responden. Analisis data dilakukan dengan menggunakan uji t independent dan anova one way.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan bermakna antara umur, tingkat pendidikan, pendapatan dan tindakan ibu dengan status kesehatan gigi anaknya. Kesimpulan bahwa terdapat hubungan bermakna antara karakteristik dan tindakan ibu dengan status kesehatan gigi dan mulut anaknya.
Kepada puskesmas, diharapkan dapat melaksanakan Program UKGS Paripurna untuk meningkatkan status kesehatan gigi dan mulut anak sekolah. Kepada pihak sekolah diharapkan dapat memasukkan pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut dalam mata pelajaran olahraga dan kesehatan dan kepada ibu, informasi kesehatan gigi harus disebarkan melalui televisi, radio atau koran untuk meningkatkan pengetahuan dan tindakan ibu dalam memelihara kesehatan gigi dan mulut.
ABSTRACT
Dental caries is a disease of the teeth and mouth that can be experienced by everyone and often occurs in children. Based on the annual report of Puskesmas Simalingkar in Medan Tuntungan Subdistrict 2009, the number of patients came to this Puskesmas for oral and dental treatment were in average 24 children every month, 19 (79.2%) of them suffered from dental caries and gingivitis.
The purpose of this research was to analyze the relationship between mother’s characteristics (age, education, income) and behavior (action taken to maintain her child’s dental health) and the status of oral and dental health. The design of the research was survey of analytic with cross-sectional design were conducted Januari until December 2011 with a population all of students 6th grade of SD Negeri 068332 and SD Budi Murni 2 in Medan Tuntungan Subdistrict. Samples were selected by means of simple random sampling technique. The mothers of students made as respondents. Data obtained were analyzed through independent t-test and ANOVAs one way
The results of this study showed that there were significant relationships between mother’s age, educational level, income and behavior to maintain child’s dental health with her child’s dental health status. In conclusion, there were relationships between mother’s chracteristics and behavior and the status of oral and dental health of their childreen.
The management of puskesmas Simalingkar is suggested to be able to implement the UKGS complete program to achieve a better oral and dental health status of the school children. The school is suggested to include the lesson on oral and dental health in the lesson of sport and health. For mother information on dental health maintenance should be promoted through television, radio or newspaper in order to improve knowledge and behavior in maintaining dental health.
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas
segala karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini yang
berjudul ” Hubungan Karakteristik dan Tindakan Ibu dalam Pemeliharaan Kesehatan
Gigi dengan Status Kesehatan Gigi dan Mulut Anak di SD Kecamatan Medan
Tuntungan”.
Proses penulisan tesis ini tidak terlepas dari dukungan, bimbingan dan
bantuan dari berbagai pihak, dalam kesempatan ini izinkan penulis untuk
mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat:
1. Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H. M.Sc (CTM), Sp.A(K) selaku Rektor
Universitas Sumatera Utara
2. Dr. Drs. Surya Utama, M.S selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat
USU yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk mengikuti
pendidikan pada Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara
3. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si sebagai Ketua Program Studi S2 Ilmu
Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera
Utara serta seluruh jajarannya yang telah memberikan bimbingan dan arahan
selama saya mengikuti pendidikan
4. Prof. Lina Natamiharja, drg, S.K.M selaku ketua komisi pembimbing dan Drs.
meluangkan waktu dan pikiran dengan penuh perhatian dan kesabaran dalam
memberikan bimbingan sehingga tesis ini dapat diselesaikan.
5. Prof. dr. Sori Muda Sarumpaet, M.P.H selaku ketua komisi pembanding dan
Drg. Nevi Yanti, M. Kes sebagai anggota komisi pembanding, yang telah
memberikan kritik dan saran demi kesempurnaan tesis ini.
6. Camat Medan Tuntungan, Kepala Puskesmas Simalingkar, Kepala SD Negeri
068332 Jalan Rami Perumnas Simalingkar dan Kepala SD Budi Murni II
Medan dimana penulis melaksanakan penelitian.
7. Kedua orang tua, suami tercinta dan anak-anakku tersayang, yang telah turut
memberikan doa restu serta kesabaran, karena kehilangan banyak waktu
bersama dalam masa-masa menempuh pendidikan ini.
8. Rekan-rekan dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu
yang telah banyak memberikan bantuan moril dan materil selama mengikuti
pendidikan, penelitian dan penulisan tesis.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan, sehingga
saran dan kritik yang membangun dari berbagai pihak sangat diharapkan dan
diucapkan terimakasih.
Medan , Januari 2012
RIWAYAT HIDUP
Intan Aritonang, lahir di Dairi pada tanggal 21 Maret 1969, anak keempat dari
lima bersaudara dari pasangan M. Aritonang (alm) dan T. br. Simamora, menikah
dengan E. Naibaho, S.Si dan telah dikaruniai satu orang putra dan tiga putri, tinggal
di Jalan Karet 14 No. 1 Kelurahan Mangga Kecamatan Medan Tuntungan
Pendidikan formal penulis dimulai dari pendidikan di SD Negeri Tigalingga
selesai pada tahun 1982, SMP Negeri Tigalingga selesai pada tahun 1985, SPRG
Depkes RI Medan selesai pada tahun 1988, Akademi Kesehatan Gigi Medan selesai
pada tahun 1998 dan Pendidikan DIV Perawat Gigi Pendidik Universitas Gadjah
Mada Yogyakarta selesai pada tahun 2001.
Bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil di Sekolah Pengatur Rawat Gigi sejak
tahun 1989, dan terakhir sebagai Dosen di Jurusan Kesehatan Gigi Politeknik
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
RIWAYAT HIDUP ... v
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... iii
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB 1. PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Permasalahan ... 8
1.3. Tujuan Penelitian ... 8
1.4. Hipotesis ... 8
1.5. Manfaat Penelitian ... 9
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ... 10
2.1. Karakteristik Personal ... 10
2.1.1. Umur ... 10
2.1.2. Pendidikan ... 11
2.1.3. Pendapatan ... 13
2.2. Perilaku Kesehatan ... 15
2.2.1. Domain Perilaku ... 15
2.2.2. Tindakan Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan Mulut ... 18
2.2.2.1. Menjaga Kebersihan Gigi dan Mulut ... 19
2.2.2.2. Pengawasan Jajanan ... 20
2.2.2.3. Pemeriksaan Gigi ... 21
2.3. Status Kesehatan Gigi dan Mulut Siswa ... 22
2.3.1. Karies ... 23
2.3.2. Oral Higiene ... 24
2.3.3. Gingivitis ... 26
2.4. Landasan Teori ... 27
BAB 3. METODE PENELITIAN ... 31
3.1. Jenis Penelitian ... 31
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 31
3.2.1. Lokasi Penelitian ... 31
3.2.2. Waktu Penelitian ... 31
3.3. Populasi dan Sampel ... 32
3.3.1 Populasi ... 32
3.3.2 Sampel ... 32
3.3.2 Teknik Sampling ... 33
3.4. Metode Pengumpulan Data ... 34
3.4.1. Data Primer ... 34
3.4.2. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 35
3.5. Variabel dan Definisi Operasional ... 35
3.5.1. Variabel Bebas (Faktor Resiko) ... 36
3.5.2. Variabel Terikat (Efek) ... 37
3.6. Metode Pengukuran ... 37
3.7. Metode Analisis Data ... 40
BAB 4. HASIL PENELITIAN ... 41
4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 41
4.2. Karakteristik Responden Ibu ... 42
4.3. Tindakan Ibu dalam Pemeliharan Kesehatan Gigi Anaknya ... 43
4.4. Status Kesehatan Gigi Anak ... 45
4.5. Hubungan Umur Ibu dengan Status Kesehatan Gigi Anak ... 45
4.6. Hubungan Pendidikan Ibu dengan Status Kesehatan Gigi Anak .. 47
4.7. Hubungan Tingkat Pendapatan Keluarga dengan Status Kesehatan Gigi Anak ... 48
4.8. Hubungan Tindakan Ibu dalam Pemeliharaan Kesehatan Gigi Anak dengan Status Kesehatan Anak ... 50
BAB 5. PEMBAHASAN ... 52
5.1. Hubungan Umur Ibu dengan Status Kesehatan Gigi dan Mulut Anaknya di SD Kecamatan Medan Tuntungan ... 52
5.2. Hubungan Pendidikan Ibu dengan Status Kesehatan Gigi dan Mulut Anaknya di SD Kecamatan Medan Tuntungan ... 52
5.4. Hubungan Tindakan Ibu dalam Pemeliharaan Kesehatan Gigi Anak dengan Status Kesehatan Gigi dan Mulut Anaknya di SD
Kecamatan Medan Tuntungan ... 56
BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ... 60
6.1. Kesimpulan ... 60
6.2. Saran ... 60
DAFTAR PUSTAKA ... 62
DAFTAR TABEL
No Judul Halaman
2.1 Indeks Debris ... 24
2.2. Indeks Kalkulus ... 25
2.3. Kriteria Gingiva ... 27
3.1. Proporsi Jumlah Sampel Masing-masing SD ... 33
3.2. Nama Variabel, Hasil Ukur, Kategori Hasil Ukur dan Skala Ukur ... 39
4.1. Karakteristik Responden Ibu ... 42
4.2. Distribusi Jawaban Responden tentang Tindakan Ibu dalam Pemeliharaan Kesehatan Gigi Anaknya ... 44
4.3. Kategori Tindakan Ibu dalam Pemeliharaan Kesehatan Gigi Anaknya ... 45
4.4. Status Kesehatan Gigi Anak ... 45
4.5. Rata-rata D, Me, Mi dan F Anak ... 45
4.6. Hasil Uji Statistik Hubungan Umur Ibu dengan Status Kesehatan Gigi (DMF-T, OHI-S dan Gingivitis) Anak ... 47
4.7. Hasil Uji Statistik Hubungan Pendidikan Ibu dengan Status Kesehatan Gigi (DMF-T, OHI-S dan Gingivitis) Anak ... 48
4.8. Hasil Uji Statistik Hubungan Pendapatan Keluarga dengan Status Kesehatan Gigi (DMF-T, OHI-S dan Gingivitis) Anak ... 50
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
DAFTAR LAMPIRAN
No. Judul Halaman
1. Kuesioner Penelitian ... 65
2. Form Pemeriksaan Status Kesehatan Gigi dan Mulut Anak ... 67
3. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner Penelitian ... 70
4. Master Data dan Hasil Analisis Statistik Variabel Penelitian ... 72
5. Hasil Pengolahan Data SPSS ... 78
ABSTRAK
Karies gigi merupakan penyakit gigi dan mulut yang dapat dialami setiap orang dan sering terjadi pada anak-anak. Laporan tahunan Puskesmas Simalingkar, Kecamatan Medan Tuntungan tahun 2009, diperoleh jumlah pasien yang datang berobat dengan keluhan penyakit gigi rata-rata 24 anak setiap bulannya, 19 (79,2 %) orang di antaranya menderita karies dan gingivitis.
Penelitian ini bertujuan menganalisis hubungan karakteristik (umur, pendidikan, pendapatan) dan tindakan ibu (pemeliharaan kesehatan gigi anak) dengan status kesehatan gigi dan mulut anak. Penelitian ini merupakan penelitian survey analitik desain cross sectional yang dilaksanakan mulai bulan Januari sampai Desember 2011 dengan populasi seluruh murid kelas 6 SD Negeri 068332 dan SD Swasta Budi Murni 2 di Kecamatan Medan Tuntungan. Sampel diperoleh dengan cara pengacakan sederhana. Ibu masing-masing anak dijadikan responden. Analisis data dilakukan dengan menggunakan uji t independent dan anova one way.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan bermakna antara umur, tingkat pendidikan, pendapatan dan tindakan ibu dengan status kesehatan gigi anaknya. Kesimpulan bahwa terdapat hubungan bermakna antara karakteristik dan tindakan ibu dengan status kesehatan gigi dan mulut anaknya.
Kepada puskesmas, diharapkan dapat melaksanakan Program UKGS Paripurna untuk meningkatkan status kesehatan gigi dan mulut anak sekolah. Kepada pihak sekolah diharapkan dapat memasukkan pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut dalam mata pelajaran olahraga dan kesehatan dan kepada ibu, informasi kesehatan gigi harus disebarkan melalui televisi, radio atau koran untuk meningkatkan pengetahuan dan tindakan ibu dalam memelihara kesehatan gigi dan mulut.
ABSTRACT
Dental caries is a disease of the teeth and mouth that can be experienced by everyone and often occurs in children. Based on the annual report of Puskesmas Simalingkar in Medan Tuntungan Subdistrict 2009, the number of patients came to this Puskesmas for oral and dental treatment were in average 24 children every month, 19 (79.2%) of them suffered from dental caries and gingivitis.
The purpose of this research was to analyze the relationship between mother’s characteristics (age, education, income) and behavior (action taken to maintain her child’s dental health) and the status of oral and dental health. The design of the research was survey of analytic with cross-sectional design were conducted Januari until December 2011 with a population all of students 6th grade of SD Negeri 068332 and SD Budi Murni 2 in Medan Tuntungan Subdistrict. Samples were selected by means of simple random sampling technique. The mothers of students made as respondents. Data obtained were analyzed through independent t-test and ANOVAs one way
The results of this study showed that there were significant relationships between mother’s age, educational level, income and behavior to maintain child’s dental health with her child’s dental health status. In conclusion, there were relationships between mother’s chracteristics and behavior and the status of oral and dental health of their childreen.
The management of puskesmas Simalingkar is suggested to be able to implement the UKGS complete program to achieve a better oral and dental health status of the school children. The school is suggested to include the lesson on oral and dental health in the lesson of sport and health. For mother information on dental health maintenance should be promoted through television, radio or newspaper in order to improve knowledge and behavior in maintaining dental health.
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pembangunan kesehatan diselenggarakan dengan memberikan prioritas
kepada upaya peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit dengan tidak
mengabaikan upaya penyembuhan dan pemulihan kesehatan, termasuk pada anak
usia sekolah dasar agar tercapai derajat kesehatan secara optimal. Untuk menunjang
upaya kesehatan yang optimal tersebut, maka upaya dibidang kesehatan gigi dan
mulut perlu mendapat perhatian (Depkes RI, 2000).
Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian dari kesehatan tubuh yang tidak
dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya, sebab kesehatan gigi dan mulut akan
mempengaruhi kesehatan tubuh. Peranan rongga mulut sangat besar bagi kesehatan
dan kesejahteraan manusia. Secara umum, seseorang dikatakan sehat bukan hanya
karena tubuhnya yang sehat melainkan juga sehat rongga mulut dan giginya. Oleh
karena itu, kesehatan gigi dan mulut sangat berperan dalam menunjang kesehatan
tubuh seseorang (Riyanti, 2005).
Tri Astuti (1999), dalam penelitiannya menyatakan bahwa karies adalah
penyakit gigi dan mulut yang paling banyak dijumpai pada anak-anak. Di Jakarta,
90% anak mengalami masalah gigi berlubang. Hasil penelitian yang hampir sama
diperoleh oleh Riset Kesehatan Dasar (RISKESDA, 2007) yang menunjukkan bahwa
prevalensi masalah kesehatan gigi dan mulut pada kelompok umur 6-12 tahun
Karies gigi merupakan salah satu penyakit gigi dan mulut, yang dapat dialami
setiap orang dan sering terjadi pada anak-anak. Karies gigi terdapat di seluruh dunia,
tanpa memandang umur, bangsa ataupun keadaan ekonomi. Menurut penelitian di
Negara-negara Eropa, Amerika dan Asia, termasuk Indonesia, ternyata 80-95% dari
anak-anak di bawah umur 18 tahun terserang karies gigi (Riyanti, 2005).
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO, 2001) menetapkan status kesehatan gigi
dan mulut (Oral Health Global Indicators for Year 2015) untuk anak usia 12 tahun,
yaitu rata-rata indeks DMF-T per-anak tidak lebih dari 1 dan Oral Higiene Indeks
(OHI) tidak lebih dari 1,2. Di Indonesia, sebagai salah satu negara SEARO (South
East Asia Regional Offices), indeks karies saat ini adalah 2.2 untuk kelompok usia 12
tahun.
Penelitian Nurmala Situmorang (2005) di dua Kecamatan Kota Medan
menunjukkan prevalensi karies gigi yang tinggi, yaitu 90% dan pengalaman karies
gigi rata-rata (DMFT) sebesar 6,30. Demikian juga hasil penelitian Essie Octiara
(2004) pada 67 orang anak di Panti Pungai Binjai menunjukkan bahwa prevalensi
karies gigi susu anak umur 2-5 tahun adalah 84,21% sedangkan untuk gigi tetap 6-14
tahun adalah 64,59%.
Kota Medan sebagai ibu kota Provinsi Sumatera Utara menunjukkan
prevalensi penyakit gigi dan mulut yang sangat tinggi. Hal ini dapat dilihat dari profil
data Dinas Kesehatan Kota Medan (2007), tentang penelitian di beberapa Puskesmas
Lingkar Dalam dan Puskesmas Lingkar Luar Kota Medan yang menunjukkan
UKGS, sebanyak 9655 murid (15,12%) telah diperiksa, dan dari 2383 murid SD/MI
yang terdeteksi memerlukan perawatan, hanya 578 (24,26%) yang mendapat
perawatan.
Penelitian Natalina Hutabarat, yang telah dilakukan di Puskesmas yang
letaknya berdekatan dengan kecamatan Medan Tuntungan yaitu Puskesmas PB
Selayang II dan Puskesmas Padang Bulan Kota Medan pada tahun 2008, pada siswa
sekolah dasar, diperoleh prevalensi karies gigi sebesar 80,21%.
Berdasarkan SKRT (2004) Penyakit lain yang sering menyerang gigi dan
mulut yang banyak dikeluhkan adalah penyakit periodontal dengan prevalensi
penderita penyakit periodontal mencapai 96,58%. Seperti penyakit karies gigi,
penyakit periodontal juga lambat perkembangannya, dan apabila tidak dirawat dapat
menyebabkan kehilangan gigi. Studi epidemiologi menunjukkan bahwa penyakit ini
dapat dicegah dengan pembersihan plak dan sikat gigi teratur serta menyingkirkan
karang gigi. Penyakit yang paling sering mengenai jaringan periodontal adalah
gingivitis dan periodontis. Studi epidemiologi penyakit peridontal menunjukkan
bahwa prevalensi dan keparahan penyakit peridontal dipengaruhi oleh umur, jenis
kelamin, faktor lokal rongga mulut dan faktor sistemik (Axellson, P., Sweden, K.,
2000).
Masalah kesehatan gigi dan mulut menjadi perhatian yang sangat penting
dalam pembangunan kesehatan, khususnya anak usia sekolah dasar. Usia sekolah
merupakan masa untuk meletakkan landasan kokoh bagi terwujudnya manusia yang
sumber daya manusia. Selain itu, anak yang menderita penyakit gigi dan mulut rawan
terhadap kekurangan gizi. Rasa sakit pada gigi dan mulut jelas menurunkan selera
makan. Dampak lainnya, kemampuan belajar mereka pun turun sehingga akan
berpengaruh pada prestasi belajar.
Masalah tingginya angka penyakit gigi pada anak SD sangat dipengaruhi oleh
peran orang tua, khususnya ibu. Hal ini disebabkan oleh tingkat ketergantungan anak
yang sangat tinggi terhadap orang tua. Peran serta orang tua sangat diperlukan di
dalam membimbing, memberikan pengertian, mengingatkan, dan menyediakan
fasilitas kepada anak agar anak dapat memelihara kebersihan gigi dan mulutnya.
Selain itu orang tua juga mempunyai peran yang cukup besar di dalam mencegah
terjadinya akumulasi plak dan terjadinya karies pada anak. Pengetahuan orang tua
sangat penting dalam mendasari terbentuknya perilaku yang mendukung atau tidak
mendukung kebersihan gigi dan mulut anak (Ambarwati, 2010).
Umur merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku kesehatan
seseorang. Menurut Suryabudhi (2003) seseorang yang menjalani hidup secara
normal dapat diasumsikan bahwa semakin lama hidup maka pengalaman juga
semakin banyak, pengetahuan semakin luas, keahliannya semakin mendalam dan
kearifannya semakin baik dalam pengambilan keputusan tindakannya. Demikian juga
ibu, semakin lama hidup (tua), maka akan semakin baik pula dalam melakukan
tindakan dalam perawatan kesehatan gigi dan mulut anak. Menurut hasil penelitian
Ahmad Syafii (2005) ditemukan adanya hubungan yang signifikan antara umur ibu
maka semakin matang untuk memberikan pendidikan tentang kebersihan mulut pada
anak, sehingga dapat menurunkan angka kejadian penyakit gigi dan mulut pada anak.
Ditemukan juga bahwa 75% kejadian karies dan gingivitis pada anak memiliki ibu
yang usianya masih muda (25-35 tahun).
Pendidikan juga merupakan faktor yang sering dihubungkan dengan derajat
kesehatan seseorang/masyarakat. Semakin tinggi pendidikan seseorang, maka akan
semakin mudah untuk menyerap informasi dalam bidang kesehatan. Mudahnya
seseorang untuk menyerap informasi akan berpengaruh terhadap pembentukan
perilaku baru yang lebih sehat (Notoatmodjo, 2007). Demikian juga dalam upaya
perawatan gigi dan mulut. Banyaknya informasi yang diperoleh ibu akan berpengaruh
terhadap upaya kesehatan gigi dan mulut anak. Ibu akan lebih baik dalam mendidik
anak untuk menggosok gigi, mengatur pola jajanan yang benar dan berbagai upaya
lainnya. Berdasarkan hasil penelitian Mansyur (2005) ditemukan bahwa jumlah anak
SD yang menderita penyakit karies gigi dan periodontal sebanyak (62,5%) pada anak
yang memiliki tingkat pendidikan ibu yang masih rendah yaitu berlatar belakang
pendidikan SD dan SMP. Hal ini disebabkan oleh pengetahuan dan perhatian ibu
yang memiliki pendidikan yang rendah tentang informasi pemeliharan kesehatan gigi
dan mulut.
Tingkat penghasilan orang tua juga sangat berpengaruh terhadap perilaku
kesehatan ibu dalam mencegah penyakit gigi dan mulut. Tingkat penghasilan yang
tinggi akan meningkatkan upaya pemanfaatan pelayanan kesehatan dan pencegahan
pada kurangnya pemanfaatan pelayanan kesehatan dalam hal pemeliharaan kesehatan
karena daya beli obat maupun biaya transportasi dalam mengunjungi pusat pelayanan
kesehatan (Zacler dalam Notoatmodjo, 1997). Selain itu, tingkat pendapatan
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi konsumsi pangan dan gizi
(Suhardjo, Hardinsyah, 1997). Kussela, dkk (1994) yang dikutip Hidayati (2005),
mengemukaan bahwa ada hubungan yang kuat status sosial ekonomi keluarga anak
dengan konsumsi soft drink dan gula lebih dari satu kali sehari. Pola konsumsi
tersebut menjadikan anak yang berasal dari keluarga sosial ekonomi yang tinggi lebih
banyak mengalami karies dibanding anak yang berasal dari keluarga yang sosial
ekonominya lebih rendah.
Tindakan ibu juga sangat mempengaruhi kesehatan gigi dan mulut anak.
Penelitian Rut D. Holt (2006), tentang efek pendidikan kesehatan gigi yang diberikan
ibu kepada anak-anak yang berumur 5 tahun di London, UK, menunjukkan bahwa
69% dari anak-anak yang ibunya memberikan pendidikan tentang kesehatan gigi dan
mulut di rumah ternyata memperlihatkan bebas karies dan penyakit periodontal yang
lebih rendah dibandingkan anak-anak yang tidak menerima pendidikan kesehatan gigi
dan mulut dari ibunya. Hasil penelitian Soetiarto (1996) pada masyarakat di
Tangerang, Depok, mendapatkan persentase pengetahuan, sikap dan tindakan
responden yang mengetahui cara membersihkan gigi anak adalah kurang dari 55%
yang menjawab benar.
Perilaku dapat diperoleh secara alamiah maupun secara terencana yaitu
kesehatan gigi dan mulut merupakan faktor predisposisi dari pola asuh yang tidak
mendukung kesehatan gigi mulut anak. Proses pelaksanaan pemeliharaan kesehatan
gigi dan mulut membutuhkan proses yang dapat dimulai dengan pola asuh orang tua.
Teknik penerapan ini harus disesuaikan dengan perkembagan kemampuan si anak.
Berbagai sikap dan perilaku anak akan muncul pada saat dimulainya proses ini
(Riyanti Eriska, 2005).
Berdasarkan SKRT (2001) dinyatakan bahwa masyarakat belum menyadari
pentingnya pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut. Hal ini terlihat dari persentasi
penduduk Indonesia menyikat gigi dengan tepat waktu (menyikat gigi setelah makan
pagi dan sebelum tidur malam) yaitu hanya 9,3%. Secara keseluruhan (52%)
penduduk Indonesia dilaporkan mengeluh sakit gigi . Walau demikian, hanya 5,5%
dari penduduk yang memeriksakan giginya ke dokter gigi atau perawat gigi dalam
enam bulan terakhir, dan diantara yang datang hanya 18,6% yang bertujuan
memeriksakan giginya. Sebagian besar (61,8%) bertujuan untuk berobat karena sakit
gigi, 10% diantaranya bertujuan untuk menambal gigi, 5,8% untuk memasang gigi
palsu, dan 24,8% karena alasan lainnya.
Kecamatan Medan Tuntungan sebagai bagian dari lingkar luar Kota Medan
juga menunjukkan prevalensi karies gigi pada anak usia sekolah sebanyak 74,69 %,
sedangkan untuk Puskesmas Simalingkar tahun 2009, diperoleh jumlah pasien yang
datang berobat karena penyakit dengan keluhan gigi rata-rata 24 anak setiap
bulannya. Dari jumlah pasien berobat dengan keluhan penyakit gigi dan mulut yang
sebesar 79,2 %. Juga berdasarkan Pelaksanaan UKGS di salah satu SD binaan, dari
32 orang anak yang diperiksa ditemukan Indeks Karies 3,85
Berdasarkan uraian di atas maka perlu dilakukan penelitian tentang hubungan
karakteristik (umur, pendidikan, pendapatan) dan perilaku (tindakan) ibu dengan
status kesehatan gigi dan mulut anak nya di SD Kecamatan Medan Tuntungan.
1.2. Permasalahan
Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi permasalahan dalam
penelitian ini adalah apakah ada hubungan karakteristik (umur, pendidikan,
pendapatan) dan tindakan ibu dalam pemeliharaan kesehatan gigi dengan status
kesehatan gigi dan mulut anak di SD kecamatan Medan Tuntungan.
1.3. Tujuan Penelitian
Untuk menganalisis hubungan karakteristik (umur, pendidikan, pendapatan)
dan tindakan ibu dalam pemeliharaan kesehatan gigi dengan status kesehatan gigi dan
mulut anak di SD kecamatan Medan Tuntungan.
1.4. Hipotesis
1. Ada hubungan umur ibu dengan status kesehatan gigi dan mulut anak di
SD Kecamatan Medan Tuntungan
2. Ada hubungan pendidikan ibu dengan status kesehatan gigi dan mulut
3. Ada hubungan pendapatan ibu dengan status kesehatan gigi dan mulut
anak di SD Kecamatan Medan Tuntungan
4. Ada hubungan tindakan ibu dalam pemeliharan kesehatan gigi dengan
status kesehatan gigi dan mulut anak di SD Kecamatan Medan Tuntungan.
1.5. Manfaat Penelitian
Dengan dilaksanakannya penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:
a. Puskesmas
Menjadi bahan masukan bagi puskesmas dalam pelaksanaan pencegahan dan
pengobatan penyakit gigi dan mulut anak SD melalui intensifikasi program
Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS).
b. Pihak Sekolah
Menjadi bahan masukan kepada pihak sekolah agar dapat melakukan upaya
penyuluhan tentang pentingnya kesehatan gigi dan mulut.
c. Responden (Ibu)
Sebagai bahan informasi bagi ibu tentang perlunya pemeliharaan kesehatan gigi
dan mulut.
d. Ilmu Pengetahuan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah ilmu pengetahuan
kesehatan masyarakat terutama yang berkaitan dengan promosi kesehatan gigi
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Karakteristik Personal
Menurut Blumm derajat kesehatan (sehat-sakit) seseorang sangat dipengaruhi
oleh empat hal, yaitu: lingkungan, kelengkapan fasilitas kesehatan, perilaku dan
genetika. Dari keempat faktor tersebut, perilaku merupakan faktor terbesar yang
mempengaruhi kesehatan seseorang. Perilaku yang terbentuk dipengaruhi oleh dua
hal, yaitu faktor internal (umur, pendidikan, jenis kelamin, pengetahuan, sikap dan
berbagai faktor lainnya) dan faktor eksternal (budaya, nilai-nilai, sosial, politik).
Faktor internal sering juga disebut sebagai karakteristik personal. Hal ini
membuktikan bahwa karakteristik personal sangat berpengaruh terhadap sehat
sakitnya seseorang (Notoatmodjo, 2005).
2.1.1. Umur
Umur adalah lamanya waktu hidup yaitu terhitung sejak lahir sampai dengan
sekarang. Penentuan umur dilakukan dengan menggunakan hitungan tahun
(Chaniago, 2002 ). Menurut Elisabeth yang dikutip Nursalam (2003), usia adalah
umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang tahun.
Pembagian umur berdasarkan psikologi perkembangan (Hurlock, 2002)
bahwa masa dewasa terbagi atas :
a. Masa Dewasa Dini, berlangsung antara usia 18 - 40 tahun
b. Masa Dewasa Madya, berlangsung antara usia 41 - 60 tahun
Menurut Hurlock (1998) semakin cukup umur, tingkat kematangan dan
kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Dari segi
kepercayaan masyarakat, seseorang yang lebih dewasa lebih dipercaya dari orang
yang belum tinggi kedewasaannya. Hal ini dilihat dari pengalaman dan kematangan
jiwanya.
Umur merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku kesehatan
seseorang. Menurut Suryabudhi (2003) seseorang yang menjalani hidup secara
normal dapat diasumsikan bahwa semakin lama hidup maka pengalaman semakin
banyak, pengetahuan semakin luas, keahliannya semakin mendalam dan kearifannya
semakin baik dalam pengambilan keputusan tindakannya. Demikian juga ibu,
semakin lama hidup (tua), maka akan semakin baik pula dalam melakukan tindakan
dalam perawatan kesehatan gigi dan mulut anak. Menurut hasil penelitian Ahmad
Syafii (2005) ditemukan adanya hubungan yang signifikan antara umur ibu dengan
timbulnya penyakit gigi dan mulut anak SD. Semakin tua umur ibu maka semakin
matang untuk memberikan pendidikan tentang kebersihan mulut pada anak, sehingga
dapat menurunkan angka kejadian penyakit gigi dan mulut pada anak.
2.1.2. Pendidikan
Menurut Dictionary of Education (1984) pendidikan adalah proses dimana
seseorang mengembangkan kemampuan, sikap dan bentuk tingkah laku lainnya di
dalam lingkungan masyarakat. Berdasarkan definisi tersebut dapat diartikan bahwa
pendidikan merupakan alat yang digunakan untuk merubah perilaku manusia.
kepribadian dan kemampuan individu atau masyarakat. Ini berarti bahwa pendidikan
adalah suatu pembentukan watak yaitu sikap disertai kemampuan dalam bentuk
kecerdasan, pengetahuan dan keterampilan.
Menurut Daryanto (1997), pendidikan adalah upaya peningkatan manusia ke
taraf insani itulah yang disebut mendidik. Pendidikan adalah segala usaha untuk
membina kepribadian dan mengembangkan kemampuan manusia secara jasmani dan
rohani yang berlangsung seumur hidup, baik di dalam maupun di luar sekolah dalam
rangka pembangunan persatuan Indonesia dan masyarakat (Hasibuan, 2005).
Koentjoroningrat (1997), mengatakan pendidikan adalah kemahiran menyerap
pengetahuan pendidikan seseorang berhubungan dengan sikap seseorang terhadap
pengetahuan yang diserapnya. Semakin tinggi tingkat pendidikan semakin mudah
untuk dapat menyerap pengetahuan. Pendidikan merupakan unsur karakteristik
personal yang sering dihubungkan dengan derajat kesehatan seseorang/masyarakat.
Semakin tinggi pendidikan seseorang, maka akan semakin mudah untuk menyerap
informasi dalam bidang kesehatan. Mudahnya seseorang untuk menyerap informasi
akan berpengaruh terhadap pembentukan perilaku baru yang lebih sehat. Seperti
informasi kesehatan perawatan gigi dan mulut.
Seperti diketahui bahwa pendidikan formal yang ada di Indonesia adalah
tingkat Sekolah Dasar (SD), sekolah lanjutan tingkat pertama (SLTP), Sekolah
Lanjutan Tingkat Atas (SLTA), dan tingkat akademik Perguruan Tinggi (PT).
Tingkat pendidikan sangat menentukan daya nalar seseorang yang lebih baik,
rasional dalam menanggapi informasi atas setiap masalah yang dihadapi. (Cumming
dkk, Azwar, 2007)
2.1.3. Pendapatan
Tingkat pendapatan keluarga yaitu jumlah penghasilan riil dari seluruh
anggota keluarga yang disumbangkan untuk memenuhi kebutuhan bersama atau
perseorangan. Pendapatan keluarga riil dihitung dengan menjumlah semua
pendapatan riil masing– masing anggota keluarga, di mana pendapatan
masing-masing keluarga merupakan pendapatan perseorangan (personal income), yaitu
pendapatan yang berupa upah, gaji, pendapatan dari usaha, termasuk hadiah dan
subsidi menurut BPS (2006)
Perhitungan terhadap jumlah pendapatan juga bisa dilakukan dengan
mempertimbangkan jumlah pengeluaran dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Menurut Bank Dunia, rata-rata pengeluaran per orang/hari ditentukan sebesar 1
dollar/hari. Jika 1 dollar dihitung sebesar Rp. 10.000, maka jumlah rata-rata
pengeluaran per orang untuk kebutuhan sehari-hari sebesar Rp. 300.000 per bulan.
Jika perhitungan ini dilakukan untuk menentukan pengeluaran dalam keluarga, maka
jumlah pengeluaran per orang/hari dikalikan dengan jumlah anggota keluarga.
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah pengeluaran Rp 233.740 per kapita per
bulan atau naik 10,39 persen dibandingkan dengan batas garis kemiskinan Maret
2010 sebesar Rp 211.726. (BPS, 2010)
Tingkat pendapatan yang baik memungkinkan anggota keluarga untuk
pendidikan, kesehatan, pengembangan karir dan sebagainya. Demikian pula
sebaliknya, jika pendapatan lemah maka hal tersebut akan menghambat pemenuhan
kebutuhan-kebutuhan tersebut. Keadaan ekonomi atau penghasilan memegang
peranan penting dalam meningkatkan status kesehatan keluarga. Jenis pekerjaan
orangtua erat kaitannya dengan tingkat penghasilan dan lingkungan kerja, bila
penghasilan tinggi maka pemanfaatan pelayanan kesehatan dan pencegahan penyakit
juga meningkat, dibandingkan dengan penghasilan rendah akan berdampak pada
kurangnya pemanfaatan pelayanan kesehatan dalam hal pemeliharaan kesehatan
karena daya beli obat maupun biaya transportasi dalam mengunjungi pusat pelayanan
kesehatan (Zacler dalam Notoatmodjo, 1997).
Tingkat penghasilan orang tua juga sangat berpengaruh terhadap perilaku
kesehatan ibu dalam mencegah penyakit gigi dan mulut. Kussela, dkk (1994) yang
dikutip Hidayati (2005), mengemukakan bahwa ada hubungan yang kuat status sosial
ekonomi keluarga anak dengan konsumsi soft drink dan gula lebih dari satu kali
sehari. Pola konsumsi tersebut menjadikan anak yang berasal dari keluarga sosial
ekonomi yang tinggi lebih banyak mengalami karies dibanding anak yang berasal dari
keluarga yang sosial ekonominya lebih rendah.
2.2. Perilaku Kesehatan
Perilaku manusia merupakan hasil daripada segala macam pengalaman serta
interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan,
individu terhadap stimulus yang berasal dari luar maupun dari dalam dirinya.
Respons ini dapat bersifat pasif (tanpa tindakan: berfikir, berpendapat, bersikap)
maupun aktif (melakukan tindakan). Sesuai dengan batasan ini, perilaku kesehatan
dapat dirumuskan sebagai segala bentuk pengalaman dan interaksi individu dengan
lingkungannya, khususnya yang menyangkut pengetahuan, sikap dan tindakannya
yang berhubungan dengan kesehatan (Notoatmodjo, 2005)
Menurut Notoatmodjo, semua ahli kesehatan masyarakat dalam
membicarakan status kesehatan mengacu kepada Blumm. Dari hasil penelitiannya di
Amerika Serikat sebagai salah satu negara yang sudah maju, Blumm menyimpulkan
bahwa lingkungan mempunyai andil yang paling besar terhadap status kesehatan,
disusul oleh perilaku dan keturunan. Ahli lain, Lawrence Green menjelaskan bahwa
perilaku itu dilatarbelakangi atau sangat dipengaruhi oleh tiga faktor pokok yakni:
faktor-faktor predisposisi (predisposing factors), faktor–faktor yang mendukung
(enabling factors) dan faktor-faktor yang memperkuat atau mendorong ( reinforcing
factors).
2.2.1. Domain Perilaku
Terbentuknya suatu perilaku baru, terutama pada orang dewasa dimulai pada
domain kognitif, dalam arti subjek tahu terlebih dahulu terhadap stimulus yang
berupa materi atau objek di luarnya, sehingga menimbulkan pengetahuan baru pada
subjek tersebut. Ini selanjutnya menimbulkan respons batin dalam bentuk sikap si
subjek terhadap objek yang diketahui. Akhirnya rangsangan yakni objek yang telah
lagi, yaitu berupa tindakan (action) terhadap atau sehubungan dengan stimulus atau
objek tadi. Namun demikian, di dalam kenyataan stimulus yang diterima subjek dapat
langsung menimbulkan tindakan. Artinya seseorang dapat bertindak atau berperilaku
baru tanpa mengetahui terlebih dahulu makna stimulus yang diterimanya. Dengan
kata lain tindakan (practice) seseorang tidak harus didasari oleh pengetahuan atau
sikap.
Tindakan atau praktek adalah respons atau reaksi kongkret seseorang terhadap
stimulus atau objek. Penyebab seseorang berperilaku kesehatan atau tidak berperilaku
kesehatan ada empat yaitu: 1) Pikiran dan perasaan dalam bentuk pengetahuan,
perpeksi, sikap, kepercayaan dan penilaian seseorang terhadap kesehatan. 2) Perilaku
kesehatan dari orang lain yang menjadi panutan cenderung akan dicontoh. 3) Sumber
daya yang mencakup fasilitas kesehatan, uang, waktu, tenaga, jarak ke fasilitas
kesehatan akan berpengaruh positif maupun negatif terhadap perilaku seseorang. 4)
Kebudayaan yang terbentuk dalam jangka waktu lama sebagai akibat kehidupan
masyarakat bersama, akan berubah baik secara cepat maupun lambat sesuai dengan
dinamika masyarakat (Budiharto, 2010).
Selain teori perilaku yang dikemukakan oleh Blumm, juga dikenal teori
perilaku yang dikemukakan oleh Rosenstock (1974) yaitu teori Health Belief Model.
Teori ini mengemukakan bahwa kepercayaan seseorang terhadap kerentanan dirinya
dari suatu penyakit dan potensi penyakit, akan menjadi dasar seseorang melakukan
tindakan untuk pencegahan atau pengobatan terhadap penyakit tersebut (Budiharto,
Beberapa teori perilaku yang dikemukakan tersebut secara umum dapat
diamati pada orang dewasa. Hal ini akan berbeda jika melihat perilaku pada
anak-anak. Menurut Davies (1984), perilaku anak sangat dipengaruhi oleh perilaku ibunya.
Oleh sebab itu, ibu berperan dalam menentukan perilaku anak. Hal ini menjadi dasar
keyakinan para ahli bahwa tingginya angka penyakit gigi pada anak SD sangat
dipengaruhi oleh peran orang tua, khususnya ibu. Hal ini disebabkan oleh tingkat
ketergantungan anak yang sangat tinggi terhadap orang tua. Apabila perilaku ibu
mengenai kesehatan gigi baik, maka dapat dilihat bahwa status kesehatan gigi dan
mulut anaknya akan baik (Ambarwati, 2010).
Orang tua adalah tokoh panutan anak-anak, oleh karena itu diharapkan agar
orang tua dapat menjadi teladan, sehingga anak yang belum bersekolahpun sudah
mau dan mampu untuk menyikat gigi dengan baik dan teratur melalui model yang
ditiru dari orang tua atau ibunya (Maulani & Enterprise, 2005).
Berdasarkan hasil penelitian Pamurnasih (2008) tentang perilaku ibu dalam
menjaga kesehatan gigi dan mulut anak usia prasekolah di wilayah Puskesmas
Kedung Mundu Kota Semarang menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna
antara pengetahuan, sikap dan praktik ibu dengan status kesehatan gigi dan mulut
anak usia prasekolah. Demikian juga dengan hasil penelitian Ariningrum, R. dan
Indriasih, E. (2006) menunjukkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan, sikap
dan perilaku tentang karies gigi dengan indeks DMF-T anak kelas VI di Kecamatan
2.2.2. Tindakan Pemeliharan Kesehatan Gigi dan Mulut
Menurut Kegeles (1961) ada empat faktor utama agar seseorang mau
melakukan pemeliharaan kesehatan gigi, yaitu: 1) Merasa mudah terserang penyakit
gigi, 2) Percaya bahwa penyakit gigi dapat dicegah, 3) Pandangan bahwa penyakit
gigi dapat berakibat fatal, dan 4) Mampu menjangkau dan memanfaatkan fasilitas
kesehatan. Namun, yang terjadi di tengah masyarakat Indonesia adalah masih
buruknya pengetahuan terhadap kesehatan gigi dan mulut. Hal ini dapat dilihat dari
persentase penduduk yang meyakini semua orang akan mengalami karies gigi,
tanggalnya gigi pada usia lanjut, kesembuhan gigi tanpa perawatan dokter, dan
penyakit gigi tidak berbahaya atau perawatan gigi dapat menimbulkan rasa sakit.
Keyakinan ini akan berpengaruh buruk pada tindakan pemeliharaan dan pencegahan
gigi (Situmorang, 2005).
Seharusnya banyak masalah kesehatan yang disebabkan oleh kesehatan gigi
yang buruk dapat diatasi. Beberapa upaya pencegahan kesehatan gigi dan mulut yang
dapat dilakukan, antara lain: menjaga kebersihan gigi dan mulut (menyikat gigi,
menggunakan obat kumur, menggunakan pembersih interdental), pengaturan pola
makan (mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung serat ), pemeriksaan gigi
(memeriksakan gigi minimal 2 kali dalam setahun) (Haris & Christen, 1995: Pintauli
2.2.2.1. Menjaga Kebersihan Gigi dan Mulut
Kebersihan mulut yang baik diperlukan untuk meminimalisir agen penyebab
penyakit mulut dan membuang plak gigi. Plak tersebut mengandung bakteri yang
dapat dicegah dengan pembersihan dan pemeriksaan gigi secara teratur. Berbagai cara
menjaga kebersihan gigi dan mulut yang dapat dilakukan ibu terhadap kesehatan gigi
anaknya, yaitu:
a. Membantu menyikat gigi anak. Menyikat gigi anak dapat dilakukan secara rutin,
yaitu dua kali sehari (setelah sarapan pagi dan sebelum tidur malam) dengan
menggunakan pasta gigi
b. Mengajari anak cara menyikat gigi. Mengajari menyikat gigi dapat dilakukan di
depan cermin. Jelaskan sebelumnya permukaan gigi yang harus disikat dengan
memakai gambar atau model gigi. Tujuan utama penyikatan gigi adalah untuk
membersikan sisa makanan yang menempel pada gigi.
c. Mengawasi anak saat melakukan sikat gigi. Pengawasan dapat dilakukan dengan
melihat lamanya menggosok gigi 2-3 menit dan dapat diperiksa dengan kontrol
plak yang menggunakan zat pewarna untuk melihat adanya plak yang masih
melekat pada permukaan gigi.
d. Menyediakan sikat gigi yang ukurannya sesuai dengan ukuran dan umur anak.
e. Mengganti sikat gigi anak setidaknya tiga bulan sekali atau segera diganti jika
f. Mengawasi pemakaian pasta gigi yang berfluorida yang baru boleh diberikan
pada anak-anak di atas usia 3 tahun yang sudah dapat berkumur dan membuang
air kumurannya atau meludah.
g. Ukuran pasta gigi yang diberikan hanya sebesar ukuran kacang tanah atau
sekitar 0,5 cm (Panjaitan, 1997: Pintauli & Hamada, 2008).
2.2.2.2. Pengawasan Jajanan
Tingkat kebersihan gigi dan mulut dapat dilihat dari proses pembentukan
plak. Menurut McDonald dan Avery (1994), bahan makanan yang tergolong
karbohidrat dapat difermentasikan oleh bakteri, sehingga dapat menurunkan pH plak
dalam rongga mulut sampai dibawah 5 dalam waktu 1-3 menit (Haswani, D.A.,
2005). Sedangkan Makanan berserat seperti sayur-sayuran dan buah-buahan
mengandung 75-95% air. Sayur-sayuran dan buah-buahan merupakan pembersih
alamiah pada permukaan oklusal gigi-geligi, berkaitan dengan serat yang terkandung
didalamnya. Serat dapat memperlambat proses makan, menghambat laju pencernaan
makanan, dan meningkatkan intensitas pengunyahan. Proses mengunyah makanan
berserat akan merangsang produksi air liur. Air liur dapat melindungi gigi dari proses
kerusakan (Pollack, R.L., 1985). Penelitian Johansson, dkk. (1996) dari Universitas
King Saud, Saudi Arabia menunjukkan tingkat kebersihan gigi dan mulut pada
vegetarian lebih baik daripada non vegetarian pada suku Indian.
Beberapa tindakan ibu dalam pemeliharan kesehatan gigi anak, melalui
a. Mengawasi jenis jajan dan menghindari makanan yang lengket dan manis serta
kandungan karbohidrat yang tinggi, seperti: permen, coklat dan makanan manis
lainnya yang dapat melekat erat pada permukaan gigi, sehingga sulit
dibersihkan.
b. Memberitahu anak setelah jajan yang manis harus segera berkumur atau minum
air putih
2.2.2.3. Pemeriksaan Gigi
Perawatan gigi dan mulut juga dilakukan melalui upaya pemeriksaan gigi ke
dokter gigi secara rutin. Menurut American Academy of Pediatric Dentistry
menyarankan agar kunjungan pertama ke dokter gigi dimulai pada erupsi gigi
pertama atau pada akhir usia 12 bulan. Pemeriksaan gigi secara rutin sebaiknya
dilakukan minimal 2 kali dalam setahun. Beberapa tindakan ibu dalam pemeliharan
kesehatan gigi anak, melalui pemeriksaan gigi adalah:
a. Pemeriksaan gigi anak dirumah satu bulan sekali untuk menemukan adanya
lubang, karang gigi, gigi berlapis/ gigi goyang.
b. Membawa anak ke dokter gigi 6 bulan sekali.
c. Membawa anak ke dokter gigi untuk penambalan gigi, pencabutan gigi,
pembersihan karang gigi.
2.3. Status Kesehatan Gigi dan Mulut Anak
Masalah kesehatan gigi dan mulut, menjadi perhatian yang sangat penting
usia sekolah dari gangguan kesehatan gigi. Usia sekolah merupakan masa untuk
meletakkan landasan kokoh bagi terwujudnya manusia yang berkualitas. Salah satu
faktor penting untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia adalah dengan
meningkatkan kesehatannya, terutama kesehatan gigi dan mulut, karena dapat
mengakibatkan meningkatnya angka ketidakhadiran (bolos) pada proses pendidikan
di sekolah. Sesuai dengan rekomendasi WHO yang menyatakan bahwa kelompok
umur 12 tahun sangat penting untuk dilakukan pemeriksaan status kesehatan gigi
anak, karena umumnya anak-anak meninggalkan bangku sekolah dasar dan akan
beranjak ke masa remaja pada umur 12 tahun. Selain itu, semua gigi permanen
diperkirakan sudah erupsi pada kelompok umur ini kecuali gigi molar tiga.
Berdasarkan ini, umur 12 tahun ditetapkan sebagai pemantauan global (global
monitoring age) untuk karies
Berbagai penyakit yang menyerang gigi anak-anak tersebut dapat
menyebabkan gangguan pengunyahan yang menyebabkan terganggunya penyerapan
dan pencernaan makanan. Selain itu, dapat menyebabkan gangguan kesehatan secara
umum. Hal ini terjadi karena gigi berlubang yang tidak dirawat akan menjadi busuk
dan menjadi sumber infeksi yang dapat menyebabkan penyakit pada tubuh lainnya
(Axellson, 1999; Harris & Christen, 1995).
2.3.1. Karies
Karies gigi adalah penyakit jaringan gigi yang ditandai dengan kerusakan
jaringan, dimulai dari permukaan gigi (pit, fisur dan daerah interproksimal) meluas ke
dimana bakteri merusak struktur jaringan gigi (enamel, dentin dan sementum)
sehingga menyebabkan lubang pada gigi (Axellson, 1999).
Indeks karies digunakan untuk mengukur pengalaman seseorang terhadap
karies gigi. Dalam hal ini, indeks karies yang dipakai adalah indeks DMF-T yang
diperkenalkan oleh Klein, 1954. Indeks karies terdiri atas komponen D. M. F. T
sebagai berikut:
1. Decay : Gigi tetap dengan satu lesi karies atau lebih yang belum di tambal.
2. Missing : a. Mi (Missing indicated): Gigi tetap dengan lesi karies yang tidak
dapat ditambal lagi dan harus dicabut
b. Me (Missing extracted): Gigi tetap dengan lesi karies yang tidak
dapat ditambal lagi dan sudah dicabut
3. Filled : Gigi tetap dengan lesi karies dan sudah ditambal dengan sempurna
Angka DMF-T menggambarkan banyaknya karies yang diderita seseorang.
DMF-T maksudnya karies dihitung per gigi, artinya gigi yang memiliki karies lebih
dari 1 (misal karies pada gigi molar 1 permanen terdapat karies di oklusal dan di
bukal maka karies tetap dihitung ”satu”).
Rumus yang digunakan untuk menghitung DMF-T :
diperiksa yang
orang Jumlah
F M D Jumlah rata
-rata T
-DMF = + +
Target Indeks DMF-T menurut WHO menetapkan status kesehatan gigi dan
mulut (Oral Health Global Indicators for Year 2015) untuk anak usia 12 tahun yaitu
2.3.2. Oral Higiene
Indeks Oral Higiene (OHI) mengukur debris dan kalkulus yang menutupi
permukaan gigi yang terdiri atas dua komponen yaitu indeks debris dan indeks
kalkulus. Indeks debris maupun indeks kalkulus masing-masing mempunyai
rentangan skor 0-3.
Oral debris adalah lapisan lunak yang terdapat di atas permukaan gigi yang
terdiri atas mucin, bakteri dan sisa makanan yang putih kehijau-hijauan dan jingga.
Indeks debris yang dipakai adalah Debris Index (D.I) Greene and Vermillion (1960)
dengan kriteria sebagai berikut:
Tabel 2.1. Indeks Debris Skor Kriteria
0 Tidak ada debris atau stein/pewarnaan ekstrinsik
1 Ada debris lunak yang menutupi permukaan gigi seluas 1/3 permukaan atau kurang dari 1/3 permukaan
Tidak ada debris lunak tetapi ada pewarnaan ekstrinsik yang menutupi permukaan gigi, sebagian atau seluruhnya
2 Ada debris lunak yang menutupi permukaan gigi seluas lebih 1/3 permukaan atau kurang dari 2/3 permukaan
3 Ada debris lunak yang menutupi 2/3 permukaan atau seluruh permukaan gigi
(6) Diperiksa Yang
Gigi Jumlah
Diperiksa Skor
Jumlah is
IndeksDebr =
Kalkulus adalah pengendapan dari garam-garam anorganis yang terutama
terdiri atas kalsium karbonat dan kalsium fosfat tercampur dengan sisa-sisa makanan,
bakteri-bakteri dan sel-sel epitel yang telah mati. Berdasarkan lokasi perlekatannya
kalkulus supra gingiva adalah karang gigi yang terdapat di sebelah oklusal dari tepi
free gingiva. Biasanya berwarna putih sampai kecoklat-coklatan. Konsistensinya
keras seperti batu apung, dan mudah dilepas dari perlekatannya ke permukaan gigi. 2)
kalkulus sub gingiva adalah karang gigi yang terdapat di sebelah lingual dari tepi
gingiva bebas dan biasanya berwarna coklat muda sampai hitam bercampur dengan
darah. Konsistensinya keras seperti batu api, dan melekat sangat erat kepermukaan
gigi. Pengukuran indeks kalkulus yang digunakan adalah Calculus Index (C.I.)
[image:44.612.114.530.361.503.2]Greene and Vermillion yaitu:
Tabel 2.2. Indeks Kalkulus Skor Kriteria
0 Tidak ada kalkulus
1 Ada kalkulus supragingiva yang menutupi karang dari 1/3 permukaan gigi 2 a. Ada kalkulus supragingiva yang menutupi lebih dari 2/3/ permukaan
gigi
b. Pada bagian servikal terdapat sedikit kalkulus subgingiva
3 a. Ada kalkulus supragingiva yang menutupi lebih dari 2/3 permukaan gigi atau seluruh permukaan gigi
b. Ada kalkulus subgingiva yang menutupi dan melingkari seluruh servikal
(6) Diperiksa Yang
Gigi Jumlah
Diperiksa Skor
Jumlah Kalkulus
Indeks =
Pengukuran Indeks kebersihan mulut menggunakan Simplified Oral Hygiene
Index (OHI-S) Greene and Vermillion. Yang diukur hanya ke-enam gigi indeks, yaitu
gigi 16, 11, 26, 36, 31, dan 46. Pada gigi 16, 11, 26, 31 yang dilihat permukaan
bukalnya sedangkan gigi 36 dan 46 permukaan lingualnya. Apabila gigi 11 tidak ada
Indeks OHI-S = Indeks Debris + Indeks Kalkulus
Indeks Oral Hygiene rata-rata =
Diperiksa yang
Anak Jumlah
S -OHI Jumlah
Tingkat kebersihan mulut secara klinis pada OHI-S dikategorikan baik jika
Indeks OHI-S: 0,0 - 1,2 , sedang: 1,3 – 3,0 dan buruk 3,1 – 6,0.
2.3.3. Gingivitis
Gingivitis merupakan sebuah proses peradangan yang terbatas pada jaringan
epitel mukosa disekitar bagian servikal gigi. Gingivitis merupakan peradangan gusi
yang paling sering tejadi dan merupakan respons inflamasi yang belum merusak
jaringan pendukung. Gingivitis mengalami perubahan warna gusi mulai dari
kemerahan sampai pada merah kebiruan sesuai dengan bertambahnya proses
peradangan yang terus menerus. Rasa sakit atau nyeri jarang dirasakan, sehingga hal
ini menjadi alasan utama gingivitis kronis kurang mendapat perhatian. Tanda-tanda
dan gejala gingivitis secara umum meliputi: gusi bengkak, gusi lunak, mudah terluka
dan mudah berdarah ketika disikat (Manson dan Eley, 1993).
Tingkat/ derajat gingivitis yang terjadi pada anak sekolah dasar dapat diukur
dengan menggunakan Index Gingiva (Ramfjord, 1959). Pemeriksaan dilakukan pada
6 gigi yang sudah ditentukan pada permukaan bukal, labial lingual.
6 1 4
Tabel 2.3. Kriteria Gingiva
Skor Kriteria
0 1 2 3 Normal Mild Gingivitis Moderate Gingivitis Severe Gingivitis
tidak ada peradangan
gingiva ringan, tetapi tidak meluas mengelilingi gigi gingivitis sedang, dan gingivitis meluas melingkari gigi Gingivitis parah, ditandai dengan kemerahan, kemungkinan telah ada pendararhan spontan dan ulcerasi diperiksa yang gigi jumlah gigi tiap gingival indeks jumlah gingival Indeks =
Kriteria keparahan inflamasi gingival secara klinis digolongkan atas gingivitis
ringan: 0,0 – 1,0; gingivitis sedang: 1,1 – 2,0 dan gingivitis parah: 2,1 – 3,0
2.4. Landasan Teori
Masalah kesehatan gigi dan mulut menjadi perhatian yang sangat penting
dalam pembangunan kesehatan, khususnya anak usia sekolah dasar. Usia sekolah
merupakan masa untuk meletakkan landasan kokoh bagi terwujudnya manusia yang
berkualitas dan kesehatan merupakan faktor penting yang menentukan kualitas
sumber daya manusia tersebut. Rasa sakit pada gigi dan mulut jelas menurunkan
selera makan mereka. Dampak lainnya, kemampuan belajar mereka pun turun
sehingga berpengaruh pada prestasi belajar. Menurut Blumm derajat kesehatan
(sehat-sakit) seseorang sangat dipengaruhi oleh empat hal, yaitu: lingkungan,
kelengkapan fasilitas kesehatan, perilaku dan genetika. Dari hasil penelitiannya di
Amerika Serikat sebagai salah satu negara yang sudah maju, Blumm menyimpulkan
disusul oleh perilaku dan keturunan. Perilaku yang terbentuk dipengaruhi oleh dua
hal, yaitu faktor internal (umur, pendidikan, jenis kelamin, pengetahuan, sikap dan
berbagai faktor lainnya) dan faktor eksternal (budaya, nilai-nilai, sosial, politik).
Faktor internal sering disebut sebagai karakteristik personal. Hal ini membuktikan
bahwa karakteristik personal sangat berpengaruh terhadap sehat sakitnya seseorang
(Notoatmodjo, 2005)
Menurut Davies (1984), perilaku anak sangat dipengaruhi oleh perilaku
ibunya. Oleh sebab itu, ibu berperan dalam menentukan perilaku anak. Hal ini
menjadi dasar keyakinan para ahli bahwa tingginya angka penyakit gigi pada anak
SD sangat dipengaruhi oleh peran orang tua, khususnya ibu. Hal ini disebabkan oleh
tingkat ketergantungan anak yang sangat tinggi terhadap orang tua. Apabila perilaku
ibu mengenai kesehatan gigi baik, maka dapat dilihat bahwa status kesehatan gigi dan
mulut anaknya akan baik. Semakin baik perilaku seorang ibu, maka akan semakin
baik pula derajat kesehatan anaknya. Apabila perilaku ibu mengenai kesehatan gigi
baik, maka dapat diprediksi bahwa status kesehatan gigi anaknya akan baik. Perilaku
ibu itu sendiri dipengaruhi oleh dua aspek, yaitu internal (umur, pendidikan, nilai,
budaya, pendapatan) dan eksternal (lingkungan sosial, ekonomi, politik). Peran serta
orang tua sangat diperlukan di dalam membimbing, memberikan pengertian,
mengingatkan, dan menyediakan fasilitas kepada anak agar anak dapat memelihara
kebersihan gigi dan mulutnya. Perilaku orang tua sangat penting dalam mendasari
terbentuknya perilaku yang mendukung atau tidak mendukung kesehatan gigi dan
Beberapa cara menjaga kebersihan mulut yang dapat dilakukan ibu terhadap
kesehatan gigi anaknya, yaitu: membantu menyikat gigi anak pada waktu balita,
mengajari anak cara menyikat gigi sejak balita, mengawasi lamanya menyikat gigi
sampai sekarang, menyediakan sikat gigi sesuai ukuran dan umur anak, mengganti
sikat gigi anak tiga bulan sekali atau apabila bulu sikat gigi sudah melebar/rusak,
menyediakan pasta gigi yang mengandung fluor, memberi ukuran pasta gigi yang
sesuai. Mengawasi jenis jajanan yang lengket dan manis, berkumur setelah makan
makanan yang manis atau minum air putih, memeriksa gigi anak satu bulan sekali
sejak usia 2 tahun untuk menemukan adanya lubang, karang gigi, gigi berlapis/
goyang, membawa anak ke dokter gigi 6 bulan sekali, melakukan penambalan gigi,
pencabutan gigi, dan pembersihan karang gigi (Panjaitan, 1997: Pintauli & Hamada,
2008).
2.5. Kerangka Konsep
Kerangka konsep dalam penelitian ini terdiri variabel bebas (faktor resiko)
yaitu: karakterisik ibu (umur, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan) dan tindakan
Variabel Bebas Variabel Terikat
Gambar 2.1. Kerangka Konsep Karakteristik Ibu
1. Umur ibu yang mempunyai anak
- ≤ 40 tahun
- > 40 tahun
2. Tingkat Pendidikan
- Tidak sekolah/SD
- SMP
- SMU
- PT
3. Tingkat Pendapatan
- Tinggi ( ≥ Rp. 300.000/bulan/orang keluarga)
- Rendah (<Rp. 300.000/bulan/orang keluarga)
Tindakan Ibu dalam Pemeliharaan Kesehatan Gigi pada Anak
- Membantu menyikat gigi anak pada waktu balita.
- Mengajari anak cara menyikat gigi sejak balita
- Mengawasi lamanya menyikat gigi sampai
sekarang.
- Menyediakan sikat gigi sesuai ukuran dan umur
anak.
- Mengganti sikat gigi anak tiga bulan sekali atau
apabila bulu sikat gigi sudah melebar/rusak.
- Menyediakan pasta gigi yang mengandung fluor
- Memberi ukuran pasta gigi yang sesuai.
- Mengawasi jenis jajanan yang lengket dan manis.
- Mengajarkan kepada anak agar berkumur setelah
memakan makanan yang manis/minum air putih
- Memeriksa gigi anak satu bulan sekali untuk
menemukan adanya lubang gigi, karang gigi, gigi berlapis.
- Membawa ke dokter gigi 6 bulan sekali
- Membawa anak ke dokter gigi untuk penambalan
gigi, pencabutan gigi, dan pembersihan karang gigi.
Status Kesehatan Gigi Anak SD
1. Oral Higiene - Indeks Debris - Indeks Kalkulus
2. Karies
- Indeks DMFT
3. Gingivitis
- Derajat
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan penelitian survey analitik desain cross sectional
yang bertujuan menjelaskan hubungan kausal antara faktor resiko karakteristik ibu
(umur, pendidikan, pendapatan) dan perilaku (tindakan pemeliharaan kesehatan gigi
anak) dengan efek yaitu: status kesehatan gigi dan mulut siswa kelas 6 SD di
Kecamatan Medan Tuntungan.
3.2.1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Sekolah Dasar yang ada di Kecamatan Medan
Tuntungan yaitu SD Negeri 068332 Jalan Rami Perumnas Simalingkar Kelurahan
Mangga dan SD Swasta Budi Murni 2 Medan yang berada di wilayah kerja
Puskesmas Simalingkar. Pemilihan lokasi tersebut dilakukan atas pertimbangan
bahwa Puskesmas Simalingkar melaksanakan program UKGS di kedua Sekolah
Dasar tersebut dan SD Swasta Budi Murni 2 Medan merupakan SD swasta terbesar
dengan jumlah murid terbanyak di seluruh Kecamatan Medan Tuntungan, sedangkan
SD Negeri 068332 Jalan Rami Perumnas Simalingkar letaknya berdekatan dengan
Puskesmas.
3.2.2. Waktu Penelitian
3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas 6 di SD Negeri 068332
Jalan Rami Perumnas Simalingkar dan SD Swasta Budi Murni 2 Medan yang berada
di Kecamatan Medan Tuntungan. Pengambilan populasi pada kelompok ini adalah
sesuai dengan rekomendasi WHO yang menyatakan bahwa kelompok umur 12 tahun
sangat penting untuk diperiksa karena umumnya anak-anak meninggalkan bangku
sekolah dasar pada umur 12 tahun. Selain itu, semua gigi permanen diperkirakan
sudah erupsi pada kelompok umur ini kecuali gigi molar tiga. Disamping itu, populasi
penelitian adalah ibu siswa SD tersebut.
3.3.2. Sampel
Penentuan jumlah sampel dilakukan dengan menggunakan rumus (Lemeshow,
1997): n = P) -P(1 Z ) 1 ( d P)N -P(1 /2 1 2 2 2 / 1 2 α α − − + − N Z n = 0,8021) -.0,8021(1 1,96 ) 1 270 ( 0,05 0,8021)270 -0,8021(1 . 96 , 1 2 2 2 + −
n = 128 anak
untuk menghindari data drop out sampel ditambah sebesar 3 % = 4 anak sehingga
sampel keseluruhan menjadi n = 132 anak
Dimana:
d
artinya derajat kesalahan yang dapat di toleransi = Presisi mutlak 0,05 ( 5% ),
Z = Z Skor ditentukan berdasarkan derajat kepercayaan dilihat dari tabel untuk
nilai α = 0,05
P = Proporsi berdasarkan penelitian di Puskesmas PB Selayang II dan
Puskesmas Padang Bulan Kota Medan tahun 2008, pada siswa sekolah
dasar, diperoleh prevalensi karies gigi sebesar 80,21%
N = Jumlah populasi anak SD Negeri 068332 dan SD Budi Murni 2 di
kecamatan Medan Tuntungan sebesar 270 orang.
Data jumlah murid kelas 6 untuk masing-masing SD yaitu SD Negeri 068332
Jalan Rami Perumnas Simalingkar sebanyak 2 kelas 74 orang dan SD Swasta Budi
Murni 2 Medan sebanyak 4 kelas 196 orang, sehingga jumlah populasi 270 murid.
Maka penentuan jumlah sampel untuk masing-masing SD adalah sebagaimana pada
tabel berikut:
Tabel 3.1. Proporsi Jumlah Sampel Masing-masing SD
No Nama SD Proporsi
1. 2.
SD Negeri 068332 SD Budi Murni 2
( 74/270) x 132 = 36 orang (196/270) x 132 = 96 orang
Jumlah 132 orang
3.3.3. Teknik Sampling
Setelah ditentukan jumlah sampel masing-masing SD, maka teknik
sampling), dengan menggunakan data dari daftar hadir anak SD. Setelah sampel anak
SD ditentukan, maka kemudian ibu masing-masing anak SD yang terpilih juga akan
dijadikan responden.
3.4. Metode Pengumpulan Data 3.4.1. Data Primer
Data primer meliputi: umur, pendidikan, pendapatan diperoleh dengan
wawancara dibantu kuesioner. Wawancara akan dilakukan satu minggu setelah
pemeriksaan gigi dan mulut anak dilakukan. Ibu yang akan diundang adalah ibu
siswa SD yang terpilih menjadi sampel. Proses wawancara akan dibantu oleh 10
orang sukarelawan (tim).
Selain data tentang umur, pendidikan dan pendapatan ibu, status kesehatan gigi
dan mulut anak juga akan dikumpulkan dengan melakukan pemeriksaan dalam mulut.
Pengukuran karies dengan menggunakan indeks DMFT (Klein) dengan instrumen
sonde dan kaca mulut. Pemeriksaan oral hegiene dilakukan dengan indeks OHI- S
(Green dan Vermillion) dengan instrumen sonde dan kaca mulut. Pemeriksaan
gingivitis dengan indeks (Ramfjord) dengan menggunakan kaca mulut dan dental
probe. Dalam pemeriksaan gigi dan mulut, peneliti juga akan dibantu oleh 10 orang
3.4.2. Uji Validitas dan Reliabilitas
Setelah uji validitas dan reliabilitas dilakukan, diperoleh nilai r hitung
kuesioner tindakan pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut anak oleh ibu sebesar
0,507 – 0,755. Nilai ini lebih besar dari r tabel (n = 30, α = 0,05) sebesar 0,361,
sehingga dapat disimpulkan bahwa seluruh pertanyaan tindakan pemeliharaan
kesehatan gigi dan mulut anak oleh ibu dinyatakan valid. Demikian juga pada
pengujian reliabilitas kuesioner, diperoleh nilai Cronbach Alpha tindakan
pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut anak oleh ibu sebesar 0,911. Nilai ini lebih
besar dari r tabel sebesar 0,361, sehingga dapat disimpulkan bahwa seluruh
pertanyaan tindakan pencegahan kesehatan gigi dan mulut anak oleh ibu reliable.
Pengambilan kesimpulan validitas kuesioner dilakukan dengan
membandingkan nilai r tabel dengan nilai r hasil. Jika nilai r hasil > r tabel, maka
pertanyaan tersebut valid. Reliabilitas instrumen dilakukan dengan uji Cronbach
Alpha. Jika nilai r cronbach alpha > r tabel maka pertanyaan tersebut dinyatakan
reliable
3.5. Variabel dan Definisi Operasional
Variabel penelitian terdiri atas variabel bebas, yaitu: karakteristik ibu (umur,
pendidikan, pendapatan) dan tindakan ibu dalam pemeliharaan kesehatan gigi anak,
3.5.1. Variabel Bebas (Faktor Resiko)
1. Umur adalah jumlah tahun hidup ibu yang dihitung sejak lahir sampai dengan
tahun terakhir saat penelitian dilaksanakan yang dinyatakan dalam tahun.
2. Pendidikan adalah tingkat pendidikan formal terakhir ibu yang pernah diikuti dan
diselesaikan sampai memperoleh ijazah.
3. Pendapatan adalah rata-rata pendapatan yang diperoleh keluarga setiap bulannya
yang dihitung berdasarkan ketentuan WHO, yaitu jumlah pengeluaran (1
dollar/hari/orang) selama sebulan dikali