• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Karakteristik dan Tindakan Ibu dalam Pemeliharaan Kesehatan Gigi dengan Status Kesehatan Gigi dan Mulut Anak di SD Kecamatan Medan Tuntungan”

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Hubungan Karakteristik dan Tindakan Ibu dalam Pemeliharaan Kesehatan Gigi dengan Status Kesehatan Gigi dan Mulut Anak di SD Kecamatan Medan Tuntungan”"

Copied!
83
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN KARAKTERISTIK DAN TINDAKAN IBU DALAM PEMELIHARAAN KESEHATAN GIGI DENGAN STATUS

KESEHATAN GIGI DAN MULUT ANAK DI SD KECAMATAN MEDAN TUNTUNGAN

T E S I S

Oleh

INTAN ARITONANG 097032134/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

THE RELATIONSHIP BETWEEN MOTHER’S CHARACTERISTICS AND ACTION IN MAINTAINING DENTAL HEALTH WITH THE STATUS OF

HER CHILD’S ORAL AND DENTAL HEALTH AT THE PRIMARY SCHOOL AT MEDAN TUNTUNGAN SUBDISTRICT

T H E S I S

BY

INTAN ARITONANG 097032134/IKM

MAGISTER OF PUBLIC HEALTH SCIENCE PROGRAM STUDY FACULTY OF PUBLIC HEALTH

UNIVERSITY OF SUMATERA UTARA MEDAN

(3)

HUBUNGAN KARAKTERISTIK DAN TINDAKAN IBU DALAM PEMELIHARAAN KESEHATAN GIGI DENGAN STATUS

KESEHATAN GIGI DAN MULUT ANAK DI SD KECAMATAN MEDAN TUNTUNGAN

T E S I S

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku pada Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara

Oleh

INTAN ARITONANG 097032134/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(4)

Judul Tesis : HUBUNGAN KARAKTERISTIK DAN

TINDAKAN IBU DALAM PEMELIHARAAN KESEHATAN GIGI DENGAN STATUS

KESEHATAN GIGI DAN MULUT ANAK DI SD KECAMATAN MEDAN TUNTUNGAN

Nama Mahasiswa : Intan Aritonang Nomor Induk Mahasiswa : 097032134

Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi : Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Prof. Lina Natamiharja, drg., S.K.M) (Drs. Alam Bakti Keloko, M.Kes Ketua Anggota

)

Ketua Program Studi Dekan

(Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si) ( Dr. Drs. Surya Utama, M.S)

(5)

Telah diuji pada

Tanggal : 17 Januari 2012

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Lina Natamiharja, drg., S.K.M Anggota : 1. Drs. Alam Bakti Keloko, M.Kes

(6)

PERNYATAAN

HUBUNGAN KARAKTERISTIK DAN TINDAKAN IBU DALAM PEMELIHARAAN KESEHATAN GIGI DENGAN STATUS

KESEHATAN GIGI DAN MULUT ANAK DI SD KECAMATAN MEDAN TUNTUNGAN

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, Januari 2012

(7)

ABSTRAK

Karies gigi merupakan penyakit gigi dan mulut yang dapat dialami setiap orang dan sering terjadi pada anak-anak. Laporan tahunan Puskesmas Simalingkar, Kecamatan Medan Tuntungan tahun 2009, diperoleh jumlah pasien yang datang berobat dengan keluhan penyakit gigi rata-rata 24 anak setiap bulannya, 19 (79,2 %) orang di antaranya menderita karies dan gingivitis.

Penelitian ini bertujuan menganalisis hubungan karakteristik (umur, pendidikan, pendapatan) dan tindakan ibu (pemeliharaan kesehatan gigi anak) dengan status kesehatan gigi dan mulut anak. Penelitian ini merupakan penelitian survey analitik desain cross sectional yang dilaksanakan mulai bulan Januari sampai Desember 2011 dengan populasi seluruh murid kelas 6 SD Negeri 068332 dan SD Swasta Budi Murni 2 di Kecamatan Medan Tuntungan. Sampel diperoleh dengan cara pengacakan sederhana. Ibu masing-masing anak dijadikan responden. Analisis data dilakukan dengan menggunakan uji t independent dan anova one way.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan bermakna antara umur, tingkat pendidikan, pendapatan dan tindakan ibu dengan status kesehatan gigi anaknya. Kesimpulan bahwa terdapat hubungan bermakna antara karakteristik dan tindakan ibu dengan status kesehatan gigi dan mulut anaknya.

Kepada puskesmas, diharapkan dapat melaksanakan Program UKGS Paripurna untuk meningkatkan status kesehatan gigi dan mulut anak sekolah. Kepada pihak sekolah diharapkan dapat memasukkan pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut dalam mata pelajaran olahraga dan kesehatan dan kepada ibu, informasi kesehatan gigi harus disebarkan melalui televisi, radio atau koran untuk meningkatkan pengetahuan dan tindakan ibu dalam memelihara kesehatan gigi dan mulut.

(8)

ABSTRACT

Dental caries is a disease of the teeth and mouth that can be experienced by everyone and often occurs in children. Based on the annual report of Puskesmas Simalingkar in Medan Tuntungan Subdistrict 2009, the number of patients came to this Puskesmas for oral and dental treatment were in average 24 children every month, 19 (79.2%) of them suffered from dental caries and gingivitis.

The purpose of this research was to analyze the relationship between mother’s characteristics (age, education, income) and behavior (action taken to maintain her child’s dental health) and the status of oral and dental health. The design of the research was survey of analytic with cross-sectional design were conducted Januari until December 2011 with a population all of students 6th grade of SD Negeri 068332 and SD Budi Murni 2 in Medan Tuntungan Subdistrict. Samples were selected by means of simple random sampling technique. The mothers of students made as respondents. Data obtained were analyzed through independent t-test and ANOVAs one way

The results of this study showed that there were significant relationships between mother’s age, educational level, income and behavior to maintain child’s dental health with her child’s dental health status. In conclusion, there were relationships between mother’s chracteristics and behavior and the status of oral and dental health of their childreen.

The management of puskesmas Simalingkar is suggested to be able to implement the UKGS complete program to achieve a better oral and dental health status of the school children. The school is suggested to include the lesson on oral and dental health in the lesson of sport and health. For mother information on dental health maintenance should be promoted through television, radio or newspaper in order to improve knowledge and behavior in maintaining dental health.

(9)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas

segala karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini yang

berjudul ” Hubungan Karakteristik dan Tindakan Ibu dalam Pemeliharaan Kesehatan

Gigi dengan Status Kesehatan Gigi dan Mulut Anak di SD Kecamatan Medan

Tuntungan”.

Proses penulisan tesis ini tidak terlepas dari dukungan, bimbingan dan

bantuan dari berbagai pihak, dalam kesempatan ini izinkan penulis untuk

mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat:

1. Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H. M.Sc (CTM), Sp.A(K) selaku Rektor

Universitas Sumatera Utara

2. Dr. Drs. Surya Utama, M.S selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat

USU yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk mengikuti

pendidikan pada Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas

Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

3. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si sebagai Ketua Program Studi S2 Ilmu

Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera

Utara serta seluruh jajarannya yang telah memberikan bimbingan dan arahan

selama saya mengikuti pendidikan

4. Prof. Lina Natamiharja, drg, S.K.M selaku ketua komisi pembimbing dan Drs.

(10)

meluangkan waktu dan pikiran dengan penuh perhatian dan kesabaran dalam

memberikan bimbingan sehingga tesis ini dapat diselesaikan.

5. Prof. dr. Sori Muda Sarumpaet, M.P.H selaku ketua komisi pembanding dan

Drg. Nevi Yanti, M. Kes sebagai anggota komisi pembanding, yang telah

memberikan kritik dan saran demi kesempurnaan tesis ini.

6. Camat Medan Tuntungan, Kepala Puskesmas Simalingkar, Kepala SD Negeri

068332 Jalan Rami Perumnas Simalingkar dan Kepala SD Budi Murni II

Medan dimana penulis melaksanakan penelitian.

7. Kedua orang tua, suami tercinta dan anak-anakku tersayang, yang telah turut

memberikan doa restu serta kesabaran, karena kehilangan banyak waktu

bersama dalam masa-masa menempuh pendidikan ini.

8. Rekan-rekan dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu

yang telah banyak memberikan bantuan moril dan materil selama mengikuti

pendidikan, penelitian dan penulisan tesis.

Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan, sehingga

saran dan kritik yang membangun dari berbagai pihak sangat diharapkan dan

diucapkan terimakasih.

Medan , Januari 2012

(11)

RIWAYAT HIDUP

Intan Aritonang, lahir di Dairi pada tanggal 21 Maret 1969, anak keempat dari

lima bersaudara dari pasangan M. Aritonang (alm) dan T. br. Simamora, menikah

dengan E. Naibaho, S.Si dan telah dikaruniai satu orang putra dan tiga putri, tinggal

di Jalan Karet 14 No. 1 Kelurahan Mangga Kecamatan Medan Tuntungan

Pendidikan formal penulis dimulai dari pendidikan di SD Negeri Tigalingga

selesai pada tahun 1982, SMP Negeri Tigalingga selesai pada tahun 1985, SPRG

Depkes RI Medan selesai pada tahun 1988, Akademi Kesehatan Gigi Medan selesai

pada tahun 1998 dan Pendidikan DIV Perawat Gigi Pendidik Universitas Gadjah

Mada Yogyakarta selesai pada tahun 2001.

Bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil di Sekolah Pengatur Rawat Gigi sejak

tahun 1989, dan terakhir sebagai Dosen di Jurusan Kesehatan Gigi Politeknik

(12)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB 1. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Permasalahan ... 8

1.3. Tujuan Penelitian ... 8

1.4. Hipotesis ... 8

1.5. Manfaat Penelitian ... 9

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ... 10

2.1. Karakteristik Personal ... 10

2.1.1. Umur ... 10

2.1.2. Pendidikan ... 11

2.1.3. Pendapatan ... 13

2.2. Perilaku Kesehatan ... 15

2.2.1. Domain Perilaku ... 15

2.2.2. Tindakan Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan Mulut ... 18

2.2.2.1. Menjaga Kebersihan Gigi dan Mulut ... 19

2.2.2.2. Pengawasan Jajanan ... 20

2.2.2.3. Pemeriksaan Gigi ... 21

2.3. Status Kesehatan Gigi dan Mulut Siswa ... 22

2.3.1. Karies ... 23

2.3.2. Oral Higiene ... 24

2.3.3. Gingivitis ... 26

2.4. Landasan Teori ... 27

(13)

BAB 3. METODE PENELITIAN ... 31

3.1. Jenis Penelitian ... 31

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 31

3.2.1. Lokasi Penelitian ... 31

3.2.2. Waktu Penelitian ... 31

3.3. Populasi dan Sampel ... 32

3.3.1 Populasi ... 32

3.3.2 Sampel ... 32

3.3.2 Teknik Sampling ... 33

3.4. Metode Pengumpulan Data ... 34

3.4.1. Data Primer ... 34

3.4.2. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 35

3.5. Variabel dan Definisi Operasional ... 35

3.5.1. Variabel Bebas (Faktor Resiko) ... 36

3.5.2. Variabel Terikat (Efek) ... 37

3.6. Metode Pengukuran ... 37

3.7. Metode Analisis Data ... 40

BAB 4. HASIL PENELITIAN ... 41

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 41

4.2. Karakteristik Responden Ibu ... 42

4.3. Tindakan Ibu dalam Pemeliharan Kesehatan Gigi Anaknya ... 43

4.4. Status Kesehatan Gigi Anak ... 45

4.5. Hubungan Umur Ibu dengan Status Kesehatan Gigi Anak ... 45

4.6. Hubungan Pendidikan Ibu dengan Status Kesehatan Gigi Anak .. 47

4.7. Hubungan Tingkat Pendapatan Keluarga dengan Status Kesehatan Gigi Anak ... 48

4.8. Hubungan Tindakan Ibu dalam Pemeliharaan Kesehatan Gigi Anak dengan Status Kesehatan Anak ... 50

BAB 5. PEMBAHASAN ... 52

5.1. Hubungan Umur Ibu dengan Status Kesehatan Gigi dan Mulut Anaknya di SD Kecamatan Medan Tuntungan ... 52

5.2. Hubungan Pendidikan Ibu dengan Status Kesehatan Gigi dan Mulut Anaknya di SD Kecamatan Medan Tuntungan ... 52

(14)

5.4. Hubungan Tindakan Ibu dalam Pemeliharaan Kesehatan Gigi Anak dengan Status Kesehatan Gigi dan Mulut Anaknya di SD

Kecamatan Medan Tuntungan ... 56

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ... 60

6.1. Kesimpulan ... 60

6.2. Saran ... 60

DAFTAR PUSTAKA ... 62

(15)

DAFTAR TABEL

No Judul Halaman

2.1 Indeks Debris ... 24

2.2. Indeks Kalkulus ... 25

2.3. Kriteria Gingiva ... 27

3.1. Proporsi Jumlah Sampel Masing-masing SD ... 33

3.2. Nama Variabel, Hasil Ukur, Kategori Hasil Ukur dan Skala Ukur ... 39

4.1. Karakteristik Responden Ibu ... 42

4.2. Distribusi Jawaban Responden tentang Tindakan Ibu dalam Pemeliharaan Kesehatan Gigi Anaknya ... 44

4.3. Kategori Tindakan Ibu dalam Pemeliharaan Kesehatan Gigi Anaknya ... 45

4.4. Status Kesehatan Gigi Anak ... 45

4.5. Rata-rata D, Me, Mi dan F Anak ... 45

4.6. Hasil Uji Statistik Hubungan Umur Ibu dengan Status Kesehatan Gigi (DMF-T, OHI-S dan Gingivitis) Anak ... 47

4.7. Hasil Uji Statistik Hubungan Pendidikan Ibu dengan Status Kesehatan Gigi (DMF-T, OHI-S dan Gingivitis) Anak ... 48

4.8. Hasil Uji Statistik Hubungan Pendapatan Keluarga dengan Status Kesehatan Gigi (DMF-T, OHI-S dan Gingivitis) Anak ... 50

(16)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Halaman

1. Kuesioner Penelitian ... 65

2. Form Pemeriksaan Status Kesehatan Gigi dan Mulut Anak ... 67

3. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner Penelitian ... 70

4. Master Data dan Hasil Analisis Statistik Variabel Penelitian ... 72

5. Hasil Pengolahan Data SPSS ... 78

(18)

ABSTRAK

Karies gigi merupakan penyakit gigi dan mulut yang dapat dialami setiap orang dan sering terjadi pada anak-anak. Laporan tahunan Puskesmas Simalingkar, Kecamatan Medan Tuntungan tahun 2009, diperoleh jumlah pasien yang datang berobat dengan keluhan penyakit gigi rata-rata 24 anak setiap bulannya, 19 (79,2 %) orang di antaranya menderita karies dan gingivitis.

Penelitian ini bertujuan menganalisis hubungan karakteristik (umur, pendidikan, pendapatan) dan tindakan ibu (pemeliharaan kesehatan gigi anak) dengan status kesehatan gigi dan mulut anak. Penelitian ini merupakan penelitian survey analitik desain cross sectional yang dilaksanakan mulai bulan Januari sampai Desember 2011 dengan populasi seluruh murid kelas 6 SD Negeri 068332 dan SD Swasta Budi Murni 2 di Kecamatan Medan Tuntungan. Sampel diperoleh dengan cara pengacakan sederhana. Ibu masing-masing anak dijadikan responden. Analisis data dilakukan dengan menggunakan uji t independent dan anova one way.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan bermakna antara umur, tingkat pendidikan, pendapatan dan tindakan ibu dengan status kesehatan gigi anaknya. Kesimpulan bahwa terdapat hubungan bermakna antara karakteristik dan tindakan ibu dengan status kesehatan gigi dan mulut anaknya.

Kepada puskesmas, diharapkan dapat melaksanakan Program UKGS Paripurna untuk meningkatkan status kesehatan gigi dan mulut anak sekolah. Kepada pihak sekolah diharapkan dapat memasukkan pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut dalam mata pelajaran olahraga dan kesehatan dan kepada ibu, informasi kesehatan gigi harus disebarkan melalui televisi, radio atau koran untuk meningkatkan pengetahuan dan tindakan ibu dalam memelihara kesehatan gigi dan mulut.

(19)

ABSTRACT

Dental caries is a disease of the teeth and mouth that can be experienced by everyone and often occurs in children. Based on the annual report of Puskesmas Simalingkar in Medan Tuntungan Subdistrict 2009, the number of patients came to this Puskesmas for oral and dental treatment were in average 24 children every month, 19 (79.2%) of them suffered from dental caries and gingivitis.

The purpose of this research was to analyze the relationship between mother’s characteristics (age, education, income) and behavior (action taken to maintain her child’s dental health) and the status of oral and dental health. The design of the research was survey of analytic with cross-sectional design were conducted Januari until December 2011 with a population all of students 6th grade of SD Negeri 068332 and SD Budi Murni 2 in Medan Tuntungan Subdistrict. Samples were selected by means of simple random sampling technique. The mothers of students made as respondents. Data obtained were analyzed through independent t-test and ANOVAs one way

The results of this study showed that there were significant relationships between mother’s age, educational level, income and behavior to maintain child’s dental health with her child’s dental health status. In conclusion, there were relationships between mother’s chracteristics and behavior and the status of oral and dental health of their childreen.

The management of puskesmas Simalingkar is suggested to be able to implement the UKGS complete program to achieve a better oral and dental health status of the school children. The school is suggested to include the lesson on oral and dental health in the lesson of sport and health. For mother information on dental health maintenance should be promoted through television, radio or newspaper in order to improve knowledge and behavior in maintaining dental health.

(20)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembangunan kesehatan diselenggarakan dengan memberikan prioritas

kepada upaya peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit dengan tidak

mengabaikan upaya penyembuhan dan pemulihan kesehatan, termasuk pada anak

usia sekolah dasar agar tercapai derajat kesehatan secara optimal. Untuk menunjang

upaya kesehatan yang optimal tersebut, maka upaya dibidang kesehatan gigi dan

mulut perlu mendapat perhatian (Depkes RI, 2000).

Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian dari kesehatan tubuh yang tidak

dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya, sebab kesehatan gigi dan mulut akan

mempengaruhi kesehatan tubuh. Peranan rongga mulut sangat besar bagi kesehatan

dan kesejahteraan manusia. Secara umum, seseorang dikatakan sehat bukan hanya

karena tubuhnya yang sehat melainkan juga sehat rongga mulut dan giginya. Oleh

karena itu, kesehatan gigi dan mulut sangat berperan dalam menunjang kesehatan

tubuh seseorang (Riyanti, 2005).

Tri Astuti (1999), dalam penelitiannya menyatakan bahwa karies adalah

penyakit gigi dan mulut yang paling banyak dijumpai pada anak-anak. Di Jakarta,

90% anak mengalami masalah gigi berlubang. Hasil penelitian yang hampir sama

diperoleh oleh Riset Kesehatan Dasar (RISKESDA, 2007) yang menunjukkan bahwa

prevalensi masalah kesehatan gigi dan mulut pada kelompok umur 6-12 tahun

(21)

Karies gigi merupakan salah satu penyakit gigi dan mulut, yang dapat dialami

setiap orang dan sering terjadi pada anak-anak. Karies gigi terdapat di seluruh dunia,

tanpa memandang umur, bangsa ataupun keadaan ekonomi. Menurut penelitian di

Negara-negara Eropa, Amerika dan Asia, termasuk Indonesia, ternyata 80-95% dari

anak-anak di bawah umur 18 tahun terserang karies gigi (Riyanti, 2005).

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO, 2001) menetapkan status kesehatan gigi

dan mulut (Oral Health Global Indicators for Year 2015) untuk anak usia 12 tahun,

yaitu rata-rata indeks DMF-T per-anak tidak lebih dari 1 dan Oral Higiene Indeks

(OHI) tidak lebih dari 1,2. Di Indonesia, sebagai salah satu negara SEARO (South

East Asia Regional Offices), indeks karies saat ini adalah 2.2 untuk kelompok usia 12

tahun.

Penelitian Nurmala Situmorang (2005) di dua Kecamatan Kota Medan

menunjukkan prevalensi karies gigi yang tinggi, yaitu 90% dan pengalaman karies

gigi rata-rata (DMFT) sebesar 6,30. Demikian juga hasil penelitian Essie Octiara

(2004) pada 67 orang anak di Panti Pungai Binjai menunjukkan bahwa prevalensi

karies gigi susu anak umur 2-5 tahun adalah 84,21% sedangkan untuk gigi tetap 6-14

tahun adalah 64,59%.

Kota Medan sebagai ibu kota Provinsi Sumatera Utara menunjukkan

prevalensi penyakit gigi dan mulut yang sangat tinggi. Hal ini dapat dilihat dari profil

data Dinas Kesehatan Kota Medan (2007), tentang penelitian di beberapa Puskesmas

Lingkar Dalam dan Puskesmas Lingkar Luar Kota Medan yang menunjukkan

(22)

UKGS, sebanyak 9655 murid (15,12%) telah diperiksa, dan dari 2383 murid SD/MI

yang terdeteksi memerlukan perawatan, hanya 578 (24,26%) yang mendapat

perawatan.

Penelitian Natalina Hutabarat, yang telah dilakukan di Puskesmas yang

letaknya berdekatan dengan kecamatan Medan Tuntungan yaitu Puskesmas PB

Selayang II dan Puskesmas Padang Bulan Kota Medan pada tahun 2008, pada siswa

sekolah dasar, diperoleh prevalensi karies gigi sebesar 80,21%.

Berdasarkan SKRT (2004) Penyakit lain yang sering menyerang gigi dan

mulut yang banyak dikeluhkan adalah penyakit periodontal dengan prevalensi

penderita penyakit periodontal mencapai 96,58%. Seperti penyakit karies gigi,

penyakit periodontal juga lambat perkembangannya, dan apabila tidak dirawat dapat

menyebabkan kehilangan gigi. Studi epidemiologi menunjukkan bahwa penyakit ini

dapat dicegah dengan pembersihan plak dan sikat gigi teratur serta menyingkirkan

karang gigi. Penyakit yang paling sering mengenai jaringan periodontal adalah

gingivitis dan periodontis. Studi epidemiologi penyakit peridontal menunjukkan

bahwa prevalensi dan keparahan penyakit peridontal dipengaruhi oleh umur, jenis

kelamin, faktor lokal rongga mulut dan faktor sistemik (Axellson, P., Sweden, K.,

2000).

Masalah kesehatan gigi dan mulut menjadi perhatian yang sangat penting

dalam pembangunan kesehatan, khususnya anak usia sekolah dasar. Usia sekolah

merupakan masa untuk meletakkan landasan kokoh bagi terwujudnya manusia yang

(23)

sumber daya manusia. Selain itu, anak yang menderita penyakit gigi dan mulut rawan

terhadap kekurangan gizi. Rasa sakit pada gigi dan mulut jelas menurunkan selera

makan. Dampak lainnya, kemampuan belajar mereka pun turun sehingga akan

berpengaruh pada prestasi belajar.

Masalah tingginya angka penyakit gigi pada anak SD sangat dipengaruhi oleh

peran orang tua, khususnya ibu. Hal ini disebabkan oleh tingkat ketergantungan anak

yang sangat tinggi terhadap orang tua. Peran serta orang tua sangat diperlukan di

dalam membimbing, memberikan pengertian, mengingatkan, dan menyediakan

fasilitas kepada anak agar anak dapat memelihara kebersihan gigi dan mulutnya.

Selain itu orang tua juga mempunyai peran yang cukup besar di dalam mencegah

terjadinya akumulasi plak dan terjadinya karies pada anak. Pengetahuan orang tua

sangat penting dalam mendasari terbentuknya perilaku yang mendukung atau tidak

mendukung kebersihan gigi dan mulut anak (Ambarwati, 2010).

Umur merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku kesehatan

seseorang. Menurut Suryabudhi (2003) seseorang yang menjalani hidup secara

normal dapat diasumsikan bahwa semakin lama hidup maka pengalaman juga

semakin banyak, pengetahuan semakin luas, keahliannya semakin mendalam dan

kearifannya semakin baik dalam pengambilan keputusan tindakannya. Demikian juga

ibu, semakin lama hidup (tua), maka akan semakin baik pula dalam melakukan

tindakan dalam perawatan kesehatan gigi dan mulut anak. Menurut hasil penelitian

Ahmad Syafii (2005) ditemukan adanya hubungan yang signifikan antara umur ibu

(24)

maka semakin matang untuk memberikan pendidikan tentang kebersihan mulut pada

anak, sehingga dapat menurunkan angka kejadian penyakit gigi dan mulut pada anak.

Ditemukan juga bahwa 75% kejadian karies dan gingivitis pada anak memiliki ibu

yang usianya masih muda (25-35 tahun).

Pendidikan juga merupakan faktor yang sering dihubungkan dengan derajat

kesehatan seseorang/masyarakat. Semakin tinggi pendidikan seseorang, maka akan

semakin mudah untuk menyerap informasi dalam bidang kesehatan. Mudahnya

seseorang untuk menyerap informasi akan berpengaruh terhadap pembentukan

perilaku baru yang lebih sehat (Notoatmodjo, 2007). Demikian juga dalam upaya

perawatan gigi dan mulut. Banyaknya informasi yang diperoleh ibu akan berpengaruh

terhadap upaya kesehatan gigi dan mulut anak. Ibu akan lebih baik dalam mendidik

anak untuk menggosok gigi, mengatur pola jajanan yang benar dan berbagai upaya

lainnya. Berdasarkan hasil penelitian Mansyur (2005) ditemukan bahwa jumlah anak

SD yang menderita penyakit karies gigi dan periodontal sebanyak (62,5%) pada anak

yang memiliki tingkat pendidikan ibu yang masih rendah yaitu berlatar belakang

pendidikan SD dan SMP. Hal ini disebabkan oleh pengetahuan dan perhatian ibu

yang memiliki pendidikan yang rendah tentang informasi pemeliharan kesehatan gigi

dan mulut.

Tingkat penghasilan orang tua juga sangat berpengaruh terhadap perilaku

kesehatan ibu dalam mencegah penyakit gigi dan mulut. Tingkat penghasilan yang

tinggi akan meningkatkan upaya pemanfaatan pelayanan kesehatan dan pencegahan

(25)

pada kurangnya pemanfaatan pelayanan kesehatan dalam hal pemeliharaan kesehatan

karena daya beli obat maupun biaya transportasi dalam mengunjungi pusat pelayanan

kesehatan (Zacler dalam Notoatmodjo, 1997). Selain itu, tingkat pendapatan

merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi konsumsi pangan dan gizi

(Suhardjo, Hardinsyah, 1997). Kussela, dkk (1994) yang dikutip Hidayati (2005),

mengemukaan bahwa ada hubungan yang kuat status sosial ekonomi keluarga anak

dengan konsumsi soft drink dan gula lebih dari satu kali sehari. Pola konsumsi

tersebut menjadikan anak yang berasal dari keluarga sosial ekonomi yang tinggi lebih

banyak mengalami karies dibanding anak yang berasal dari keluarga yang sosial

ekonominya lebih rendah.

Tindakan ibu juga sangat mempengaruhi kesehatan gigi dan mulut anak.

Penelitian Rut D. Holt (2006), tentang efek pendidikan kesehatan gigi yang diberikan

ibu kepada anak-anak yang berumur 5 tahun di London, UK, menunjukkan bahwa

69% dari anak-anak yang ibunya memberikan pendidikan tentang kesehatan gigi dan

mulut di rumah ternyata memperlihatkan bebas karies dan penyakit periodontal yang

lebih rendah dibandingkan anak-anak yang tidak menerima pendidikan kesehatan gigi

dan mulut dari ibunya. Hasil penelitian Soetiarto (1996) pada masyarakat di

Tangerang, Depok, mendapatkan persentase pengetahuan, sikap dan tindakan

responden yang mengetahui cara membersihkan gigi anak adalah kurang dari 55%

yang menjawab benar.

Perilaku dapat diperoleh secara alamiah maupun secara terencana yaitu

(26)

kesehatan gigi dan mulut merupakan faktor predisposisi dari pola asuh yang tidak

mendukung kesehatan gigi mulut anak. Proses pelaksanaan pemeliharaan kesehatan

gigi dan mulut membutuhkan proses yang dapat dimulai dengan pola asuh orang tua.

Teknik penerapan ini harus disesuaikan dengan perkembagan kemampuan si anak.

Berbagai sikap dan perilaku anak akan muncul pada saat dimulainya proses ini

(Riyanti Eriska, 2005).

Berdasarkan SKRT (2001) dinyatakan bahwa masyarakat belum menyadari

pentingnya pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut. Hal ini terlihat dari persentasi

penduduk Indonesia menyikat gigi dengan tepat waktu (menyikat gigi setelah makan

pagi dan sebelum tidur malam) yaitu hanya 9,3%. Secara keseluruhan (52%)

penduduk Indonesia dilaporkan mengeluh sakit gigi . Walau demikian, hanya 5,5%

dari penduduk yang memeriksakan giginya ke dokter gigi atau perawat gigi dalam

enam bulan terakhir, dan diantara yang datang hanya 18,6% yang bertujuan

memeriksakan giginya. Sebagian besar (61,8%) bertujuan untuk berobat karena sakit

gigi, 10% diantaranya bertujuan untuk menambal gigi, 5,8% untuk memasang gigi

palsu, dan 24,8% karena alasan lainnya.

Kecamatan Medan Tuntungan sebagai bagian dari lingkar luar Kota Medan

juga menunjukkan prevalensi karies gigi pada anak usia sekolah sebanyak 74,69 %,

sedangkan untuk Puskesmas Simalingkar tahun 2009, diperoleh jumlah pasien yang

datang berobat karena penyakit dengan keluhan gigi rata-rata 24 anak setiap

bulannya. Dari jumlah pasien berobat dengan keluhan penyakit gigi dan mulut yang

(27)

sebesar 79,2 %. Juga berdasarkan Pelaksanaan UKGS di salah satu SD binaan, dari

32 orang anak yang diperiksa ditemukan Indeks Karies 3,85

Berdasarkan uraian di atas maka perlu dilakukan penelitian tentang hubungan

karakteristik (umur, pendidikan, pendapatan) dan perilaku (tindakan) ibu dengan

status kesehatan gigi dan mulut anak nya di SD Kecamatan Medan Tuntungan.

1.2. Permasalahan

Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi permasalahan dalam

penelitian ini adalah apakah ada hubungan karakteristik (umur, pendidikan,

pendapatan) dan tindakan ibu dalam pemeliharaan kesehatan gigi dengan status

kesehatan gigi dan mulut anak di SD kecamatan Medan Tuntungan.

1.3. Tujuan Penelitian

Untuk menganalisis hubungan karakteristik (umur, pendidikan, pendapatan)

dan tindakan ibu dalam pemeliharaan kesehatan gigi dengan status kesehatan gigi dan

mulut anak di SD kecamatan Medan Tuntungan.

1.4. Hipotesis

1. Ada hubungan umur ibu dengan status kesehatan gigi dan mulut anak di

SD Kecamatan Medan Tuntungan

2. Ada hubungan pendidikan ibu dengan status kesehatan gigi dan mulut

(28)

3. Ada hubungan pendapatan ibu dengan status kesehatan gigi dan mulut

anak di SD Kecamatan Medan Tuntungan

4. Ada hubungan tindakan ibu dalam pemeliharan kesehatan gigi dengan

status kesehatan gigi dan mulut anak di SD Kecamatan Medan Tuntungan.

1.5. Manfaat Penelitian

Dengan dilaksanakannya penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:

a. Puskesmas

Menjadi bahan masukan bagi puskesmas dalam pelaksanaan pencegahan dan

pengobatan penyakit gigi dan mulut anak SD melalui intensifikasi program

Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS).

b. Pihak Sekolah

Menjadi bahan masukan kepada pihak sekolah agar dapat melakukan upaya

penyuluhan tentang pentingnya kesehatan gigi dan mulut.

c. Responden (Ibu)

Sebagai bahan informasi bagi ibu tentang perlunya pemeliharaan kesehatan gigi

dan mulut.

d. Ilmu Pengetahuan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah ilmu pengetahuan

kesehatan masyarakat terutama yang berkaitan dengan promosi kesehatan gigi

(29)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Karakteristik Personal

Menurut Blumm derajat kesehatan (sehat-sakit) seseorang sangat dipengaruhi

oleh empat hal, yaitu: lingkungan, kelengkapan fasilitas kesehatan, perilaku dan

genetika. Dari keempat faktor tersebut, perilaku merupakan faktor terbesar yang

mempengaruhi kesehatan seseorang. Perilaku yang terbentuk dipengaruhi oleh dua

hal, yaitu faktor internal (umur, pendidikan, jenis kelamin, pengetahuan, sikap dan

berbagai faktor lainnya) dan faktor eksternal (budaya, nilai-nilai, sosial, politik).

Faktor internal sering juga disebut sebagai karakteristik personal. Hal ini

membuktikan bahwa karakteristik personal sangat berpengaruh terhadap sehat

sakitnya seseorang (Notoatmodjo, 2005).

2.1.1. Umur

Umur adalah lamanya waktu hidup yaitu terhitung sejak lahir sampai dengan

sekarang. Penentuan umur dilakukan dengan menggunakan hitungan tahun

(Chaniago, 2002 ). Menurut Elisabeth yang dikutip Nursalam (2003), usia adalah

umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang tahun.

Pembagian umur berdasarkan psikologi perkembangan (Hurlock, 2002)

bahwa masa dewasa terbagi atas :

a. Masa Dewasa Dini, berlangsung antara usia 18 - 40 tahun

b. Masa Dewasa Madya, berlangsung antara usia 41 - 60 tahun

(30)

Menurut Hurlock (1998) semakin cukup umur, tingkat kematangan dan

kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Dari segi

kepercayaan masyarakat, seseorang yang lebih dewasa lebih dipercaya dari orang

yang belum tinggi kedewasaannya. Hal ini dilihat dari pengalaman dan kematangan

jiwanya.

Umur merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku kesehatan

seseorang. Menurut Suryabudhi (2003) seseorang yang menjalani hidup secara

normal dapat diasumsikan bahwa semakin lama hidup maka pengalaman semakin

banyak, pengetahuan semakin luas, keahliannya semakin mendalam dan kearifannya

semakin baik dalam pengambilan keputusan tindakannya. Demikian juga ibu,

semakin lama hidup (tua), maka akan semakin baik pula dalam melakukan tindakan

dalam perawatan kesehatan gigi dan mulut anak. Menurut hasil penelitian Ahmad

Syafii (2005) ditemukan adanya hubungan yang signifikan antara umur ibu dengan

timbulnya penyakit gigi dan mulut anak SD. Semakin tua umur ibu maka semakin

matang untuk memberikan pendidikan tentang kebersihan mulut pada anak, sehingga

dapat menurunkan angka kejadian penyakit gigi dan mulut pada anak.

2.1.2. Pendidikan

Menurut Dictionary of Education (1984) pendidikan adalah proses dimana

seseorang mengembangkan kemampuan, sikap dan bentuk tingkah laku lainnya di

dalam lingkungan masyarakat. Berdasarkan definisi tersebut dapat diartikan bahwa

pendidikan merupakan alat yang digunakan untuk merubah perilaku manusia.

(31)

kepribadian dan kemampuan individu atau masyarakat. Ini berarti bahwa pendidikan

adalah suatu pembentukan watak yaitu sikap disertai kemampuan dalam bentuk

kecerdasan, pengetahuan dan keterampilan.

Menurut Daryanto (1997), pendidikan adalah upaya peningkatan manusia ke

taraf insani itulah yang disebut mendidik. Pendidikan adalah segala usaha untuk

membina kepribadian dan mengembangkan kemampuan manusia secara jasmani dan

rohani yang berlangsung seumur hidup, baik di dalam maupun di luar sekolah dalam

rangka pembangunan persatuan Indonesia dan masyarakat (Hasibuan, 2005).

Koentjoroningrat (1997), mengatakan pendidikan adalah kemahiran menyerap

pengetahuan pendidikan seseorang berhubungan dengan sikap seseorang terhadap

pengetahuan yang diserapnya. Semakin tinggi tingkat pendidikan semakin mudah

untuk dapat menyerap pengetahuan. Pendidikan merupakan unsur karakteristik

personal yang sering dihubungkan dengan derajat kesehatan seseorang/masyarakat.

Semakin tinggi pendidikan seseorang, maka akan semakin mudah untuk menyerap

informasi dalam bidang kesehatan. Mudahnya seseorang untuk menyerap informasi

akan berpengaruh terhadap pembentukan perilaku baru yang lebih sehat. Seperti

informasi kesehatan perawatan gigi dan mulut.

Seperti diketahui bahwa pendidikan formal yang ada di Indonesia adalah

tingkat Sekolah Dasar (SD), sekolah lanjutan tingkat pertama (SLTP), Sekolah

Lanjutan Tingkat Atas (SLTA), dan tingkat akademik Perguruan Tinggi (PT).

Tingkat pendidikan sangat menentukan daya nalar seseorang yang lebih baik,

(32)

rasional dalam menanggapi informasi atas setiap masalah yang dihadapi. (Cumming

dkk, Azwar, 2007)

2.1.3. Pendapatan

Tingkat pendapatan keluarga yaitu jumlah penghasilan riil dari seluruh

anggota keluarga yang disumbangkan untuk memenuhi kebutuhan bersama atau

perseorangan. Pendapatan keluarga riil dihitung dengan menjumlah semua

pendapatan riil masing– masing anggota keluarga, di mana pendapatan

masing-masing keluarga merupakan pendapatan perseorangan (personal income), yaitu

pendapatan yang berupa upah, gaji, pendapatan dari usaha, termasuk hadiah dan

subsidi menurut BPS (2006)

Perhitungan terhadap jumlah pendapatan juga bisa dilakukan dengan

mempertimbangkan jumlah pengeluaran dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Menurut Bank Dunia, rata-rata pengeluaran per orang/hari ditentukan sebesar 1

dollar/hari. Jika 1 dollar dihitung sebesar Rp. 10.000, maka jumlah rata-rata

pengeluaran per orang untuk kebutuhan sehari-hari sebesar Rp. 300.000 per bulan.

Jika perhitungan ini dilakukan untuk menentukan pengeluaran dalam keluarga, maka

jumlah pengeluaran per orang/hari dikalikan dengan jumlah anggota keluarga.

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah pengeluaran Rp 233.740 per kapita per

bulan atau naik 10,39 persen dibandingkan dengan batas garis kemiskinan Maret

2010 sebesar Rp 211.726. (BPS, 2010)

Tingkat pendapatan yang baik memungkinkan anggota keluarga untuk

(33)

pendidikan, kesehatan, pengembangan karir dan sebagainya. Demikian pula

sebaliknya, jika pendapatan lemah maka hal tersebut akan menghambat pemenuhan

kebutuhan-kebutuhan tersebut. Keadaan ekonomi atau penghasilan memegang

peranan penting dalam meningkatkan status kesehatan keluarga. Jenis pekerjaan

orangtua erat kaitannya dengan tingkat penghasilan dan lingkungan kerja, bila

penghasilan tinggi maka pemanfaatan pelayanan kesehatan dan pencegahan penyakit

juga meningkat, dibandingkan dengan penghasilan rendah akan berdampak pada

kurangnya pemanfaatan pelayanan kesehatan dalam hal pemeliharaan kesehatan

karena daya beli obat maupun biaya transportasi dalam mengunjungi pusat pelayanan

kesehatan (Zacler dalam Notoatmodjo, 1997).

Tingkat penghasilan orang tua juga sangat berpengaruh terhadap perilaku

kesehatan ibu dalam mencegah penyakit gigi dan mulut. Kussela, dkk (1994) yang

dikutip Hidayati (2005), mengemukakan bahwa ada hubungan yang kuat status sosial

ekonomi keluarga anak dengan konsumsi soft drink dan gula lebih dari satu kali

sehari. Pola konsumsi tersebut menjadikan anak yang berasal dari keluarga sosial

ekonomi yang tinggi lebih banyak mengalami karies dibanding anak yang berasal dari

keluarga yang sosial ekonominya lebih rendah.

2.2. Perilaku Kesehatan

Perilaku manusia merupakan hasil daripada segala macam pengalaman serta

interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan,

(34)

individu terhadap stimulus yang berasal dari luar maupun dari dalam dirinya.

Respons ini dapat bersifat pasif (tanpa tindakan: berfikir, berpendapat, bersikap)

maupun aktif (melakukan tindakan). Sesuai dengan batasan ini, perilaku kesehatan

dapat dirumuskan sebagai segala bentuk pengalaman dan interaksi individu dengan

lingkungannya, khususnya yang menyangkut pengetahuan, sikap dan tindakannya

yang berhubungan dengan kesehatan (Notoatmodjo, 2005)

Menurut Notoatmodjo, semua ahli kesehatan masyarakat dalam

membicarakan status kesehatan mengacu kepada Blumm. Dari hasil penelitiannya di

Amerika Serikat sebagai salah satu negara yang sudah maju, Blumm menyimpulkan

bahwa lingkungan mempunyai andil yang paling besar terhadap status kesehatan,

disusul oleh perilaku dan keturunan. Ahli lain, Lawrence Green menjelaskan bahwa

perilaku itu dilatarbelakangi atau sangat dipengaruhi oleh tiga faktor pokok yakni:

faktor-faktor predisposisi (predisposing factors), faktor–faktor yang mendukung

(enabling factors) dan faktor-faktor yang memperkuat atau mendorong ( reinforcing

factors).

2.2.1. Domain Perilaku

Terbentuknya suatu perilaku baru, terutama pada orang dewasa dimulai pada

domain kognitif, dalam arti subjek tahu terlebih dahulu terhadap stimulus yang

berupa materi atau objek di luarnya, sehingga menimbulkan pengetahuan baru pada

subjek tersebut. Ini selanjutnya menimbulkan respons batin dalam bentuk sikap si

subjek terhadap objek yang diketahui. Akhirnya rangsangan yakni objek yang telah

(35)

lagi, yaitu berupa tindakan (action) terhadap atau sehubungan dengan stimulus atau

objek tadi. Namun demikian, di dalam kenyataan stimulus yang diterima subjek dapat

langsung menimbulkan tindakan. Artinya seseorang dapat bertindak atau berperilaku

baru tanpa mengetahui terlebih dahulu makna stimulus yang diterimanya. Dengan

kata lain tindakan (practice) seseorang tidak harus didasari oleh pengetahuan atau

sikap.

Tindakan atau praktek adalah respons atau reaksi kongkret seseorang terhadap

stimulus atau objek. Penyebab seseorang berperilaku kesehatan atau tidak berperilaku

kesehatan ada empat yaitu: 1) Pikiran dan perasaan dalam bentuk pengetahuan,

perpeksi, sikap, kepercayaan dan penilaian seseorang terhadap kesehatan. 2) Perilaku

kesehatan dari orang lain yang menjadi panutan cenderung akan dicontoh. 3) Sumber

daya yang mencakup fasilitas kesehatan, uang, waktu, tenaga, jarak ke fasilitas

kesehatan akan berpengaruh positif maupun negatif terhadap perilaku seseorang. 4)

Kebudayaan yang terbentuk dalam jangka waktu lama sebagai akibat kehidupan

masyarakat bersama, akan berubah baik secara cepat maupun lambat sesuai dengan

dinamika masyarakat (Budiharto, 2010).

Selain teori perilaku yang dikemukakan oleh Blumm, juga dikenal teori

perilaku yang dikemukakan oleh Rosenstock (1974) yaitu teori Health Belief Model.

Teori ini mengemukakan bahwa kepercayaan seseorang terhadap kerentanan dirinya

dari suatu penyakit dan potensi penyakit, akan menjadi dasar seseorang melakukan

tindakan untuk pencegahan atau pengobatan terhadap penyakit tersebut (Budiharto,

(36)

Beberapa teori perilaku yang dikemukakan tersebut secara umum dapat

diamati pada orang dewasa. Hal ini akan berbeda jika melihat perilaku pada

anak-anak. Menurut Davies (1984), perilaku anak sangat dipengaruhi oleh perilaku ibunya.

Oleh sebab itu, ibu berperan dalam menentukan perilaku anak. Hal ini menjadi dasar

keyakinan para ahli bahwa tingginya angka penyakit gigi pada anak SD sangat

dipengaruhi oleh peran orang tua, khususnya ibu. Hal ini disebabkan oleh tingkat

ketergantungan anak yang sangat tinggi terhadap orang tua. Apabila perilaku ibu

mengenai kesehatan gigi baik, maka dapat dilihat bahwa status kesehatan gigi dan

mulut anaknya akan baik (Ambarwati, 2010).

Orang tua adalah tokoh panutan anak-anak, oleh karena itu diharapkan agar

orang tua dapat menjadi teladan, sehingga anak yang belum bersekolahpun sudah

mau dan mampu untuk menyikat gigi dengan baik dan teratur melalui model yang

ditiru dari orang tua atau ibunya (Maulani & Enterprise, 2005).

Berdasarkan hasil penelitian Pamurnasih (2008) tentang perilaku ibu dalam

menjaga kesehatan gigi dan mulut anak usia prasekolah di wilayah Puskesmas

Kedung Mundu Kota Semarang menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna

antara pengetahuan, sikap dan praktik ibu dengan status kesehatan gigi dan mulut

anak usia prasekolah. Demikian juga dengan hasil penelitian Ariningrum, R. dan

Indriasih, E. (2006) menunjukkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan, sikap

dan perilaku tentang karies gigi dengan indeks DMF-T anak kelas VI di Kecamatan

(37)

2.2.2. Tindakan Pemeliharan Kesehatan Gigi dan Mulut

Menurut Kegeles (1961) ada empat faktor utama agar seseorang mau

melakukan pemeliharaan kesehatan gigi, yaitu: 1) Merasa mudah terserang penyakit

gigi, 2) Percaya bahwa penyakit gigi dapat dicegah, 3) Pandangan bahwa penyakit

gigi dapat berakibat fatal, dan 4) Mampu menjangkau dan memanfaatkan fasilitas

kesehatan. Namun, yang terjadi di tengah masyarakat Indonesia adalah masih

buruknya pengetahuan terhadap kesehatan gigi dan mulut. Hal ini dapat dilihat dari

persentase penduduk yang meyakini semua orang akan mengalami karies gigi,

tanggalnya gigi pada usia lanjut, kesembuhan gigi tanpa perawatan dokter, dan

penyakit gigi tidak berbahaya atau perawatan gigi dapat menimbulkan rasa sakit.

Keyakinan ini akan berpengaruh buruk pada tindakan pemeliharaan dan pencegahan

gigi (Situmorang, 2005).

Seharusnya banyak masalah kesehatan yang disebabkan oleh kesehatan gigi

yang buruk dapat diatasi. Beberapa upaya pencegahan kesehatan gigi dan mulut yang

dapat dilakukan, antara lain: menjaga kebersihan gigi dan mulut (menyikat gigi,

menggunakan obat kumur, menggunakan pembersih interdental), pengaturan pola

makan (mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung serat ), pemeriksaan gigi

(memeriksakan gigi minimal 2 kali dalam setahun) (Haris & Christen, 1995: Pintauli

(38)

2.2.2.1. Menjaga Kebersihan Gigi dan Mulut

Kebersihan mulut yang baik diperlukan untuk meminimalisir agen penyebab

penyakit mulut dan membuang plak gigi. Plak tersebut mengandung bakteri yang

dapat dicegah dengan pembersihan dan pemeriksaan gigi secara teratur. Berbagai cara

menjaga kebersihan gigi dan mulut yang dapat dilakukan ibu terhadap kesehatan gigi

anaknya, yaitu:

a. Membantu menyikat gigi anak. Menyikat gigi anak dapat dilakukan secara rutin,

yaitu dua kali sehari (setelah sarapan pagi dan sebelum tidur malam) dengan

menggunakan pasta gigi

b. Mengajari anak cara menyikat gigi. Mengajari menyikat gigi dapat dilakukan di

depan cermin. Jelaskan sebelumnya permukaan gigi yang harus disikat dengan

memakai gambar atau model gigi. Tujuan utama penyikatan gigi adalah untuk

membersikan sisa makanan yang menempel pada gigi.

c. Mengawasi anak saat melakukan sikat gigi. Pengawasan dapat dilakukan dengan

melihat lamanya menggosok gigi 2-3 menit dan dapat diperiksa dengan kontrol

plak yang menggunakan zat pewarna untuk melihat adanya plak yang masih

melekat pada permukaan gigi.

d. Menyediakan sikat gigi yang ukurannya sesuai dengan ukuran dan umur anak.

e. Mengganti sikat gigi anak setidaknya tiga bulan sekali atau segera diganti jika

(39)

f. Mengawasi pemakaian pasta gigi yang berfluorida yang baru boleh diberikan

pada anak-anak di atas usia 3 tahun yang sudah dapat berkumur dan membuang

air kumurannya atau meludah.

g. Ukuran pasta gigi yang diberikan hanya sebesar ukuran kacang tanah atau

sekitar 0,5 cm (Panjaitan, 1997: Pintauli & Hamada, 2008).

2.2.2.2. Pengawasan Jajanan

Tingkat kebersihan gigi dan mulut dapat dilihat dari proses pembentukan

plak. Menurut McDonald dan Avery (1994), bahan makanan yang tergolong

karbohidrat dapat difermentasikan oleh bakteri, sehingga dapat menurunkan pH plak

dalam rongga mulut sampai dibawah 5 dalam waktu 1-3 menit (Haswani, D.A.,

2005). Sedangkan Makanan berserat seperti sayur-sayuran dan buah-buahan

mengandung 75-95% air. Sayur-sayuran dan buah-buahan merupakan pembersih

alamiah pada permukaan oklusal gigi-geligi, berkaitan dengan serat yang terkandung

didalamnya. Serat dapat memperlambat proses makan, menghambat laju pencernaan

makanan, dan meningkatkan intensitas pengunyahan. Proses mengunyah makanan

berserat akan merangsang produksi air liur. Air liur dapat melindungi gigi dari proses

kerusakan (Pollack, R.L., 1985). Penelitian Johansson, dkk. (1996) dari Universitas

King Saud, Saudi Arabia menunjukkan tingkat kebersihan gigi dan mulut pada

vegetarian lebih baik daripada non vegetarian pada suku Indian.

Beberapa tindakan ibu dalam pemeliharan kesehatan gigi anak, melalui

(40)

a. Mengawasi jenis jajan dan menghindari makanan yang lengket dan manis serta

kandungan karbohidrat yang tinggi, seperti: permen, coklat dan makanan manis

lainnya yang dapat melekat erat pada permukaan gigi, sehingga sulit

dibersihkan.

b. Memberitahu anak setelah jajan yang manis harus segera berkumur atau minum

air putih

2.2.2.3. Pemeriksaan Gigi

Perawatan gigi dan mulut juga dilakukan melalui upaya pemeriksaan gigi ke

dokter gigi secara rutin. Menurut American Academy of Pediatric Dentistry

menyarankan agar kunjungan pertama ke dokter gigi dimulai pada erupsi gigi

pertama atau pada akhir usia 12 bulan. Pemeriksaan gigi secara rutin sebaiknya

dilakukan minimal 2 kali dalam setahun. Beberapa tindakan ibu dalam pemeliharan

kesehatan gigi anak, melalui pemeriksaan gigi adalah:

a. Pemeriksaan gigi anak dirumah satu bulan sekali untuk menemukan adanya

lubang, karang gigi, gigi berlapis/ gigi goyang.

b. Membawa anak ke dokter gigi 6 bulan sekali.

c. Membawa anak ke dokter gigi untuk penambalan gigi, pencabutan gigi,

pembersihan karang gigi.

2.3. Status Kesehatan Gigi dan Mulut Anak

Masalah kesehatan gigi dan mulut, menjadi perhatian yang sangat penting

(41)

usia sekolah dari gangguan kesehatan gigi. Usia sekolah merupakan masa untuk

meletakkan landasan kokoh bagi terwujudnya manusia yang berkualitas. Salah satu

faktor penting untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia adalah dengan

meningkatkan kesehatannya, terutama kesehatan gigi dan mulut, karena dapat

mengakibatkan meningkatnya angka ketidakhadiran (bolos) pada proses pendidikan

di sekolah. Sesuai dengan rekomendasi WHO yang menyatakan bahwa kelompok

umur 12 tahun sangat penting untuk dilakukan pemeriksaan status kesehatan gigi

anak, karena umumnya anak-anak meninggalkan bangku sekolah dasar dan akan

beranjak ke masa remaja pada umur 12 tahun. Selain itu, semua gigi permanen

diperkirakan sudah erupsi pada kelompok umur ini kecuali gigi molar tiga.

Berdasarkan ini, umur 12 tahun ditetapkan sebagai pemantauan global (global

monitoring age) untuk karies

Berbagai penyakit yang menyerang gigi anak-anak tersebut dapat

menyebabkan gangguan pengunyahan yang menyebabkan terganggunya penyerapan

dan pencernaan makanan. Selain itu, dapat menyebabkan gangguan kesehatan secara

umum. Hal ini terjadi karena gigi berlubang yang tidak dirawat akan menjadi busuk

dan menjadi sumber infeksi yang dapat menyebabkan penyakit pada tubuh lainnya

(Axellson, 1999; Harris & Christen, 1995).

2.3.1. Karies

Karies gigi adalah penyakit jaringan gigi yang ditandai dengan kerusakan

jaringan, dimulai dari permukaan gigi (pit, fisur dan daerah interproksimal) meluas ke

(42)

dimana bakteri merusak struktur jaringan gigi (enamel, dentin dan sementum)

sehingga menyebabkan lubang pada gigi (Axellson, 1999).

Indeks karies digunakan untuk mengukur pengalaman seseorang terhadap

karies gigi. Dalam hal ini, indeks karies yang dipakai adalah indeks DMF-T yang

diperkenalkan oleh Klein, 1954. Indeks karies terdiri atas komponen D. M. F. T

sebagai berikut:

1. Decay : Gigi tetap dengan satu lesi karies atau lebih yang belum di tambal.

2. Missing : a. Mi (Missing indicated): Gigi tetap dengan lesi karies yang tidak

dapat ditambal lagi dan harus dicabut

b. Me (Missing extracted): Gigi tetap dengan lesi karies yang tidak

dapat ditambal lagi dan sudah dicabut

3. Filled : Gigi tetap dengan lesi karies dan sudah ditambal dengan sempurna

Angka DMF-T menggambarkan banyaknya karies yang diderita seseorang.

DMF-T maksudnya karies dihitung per gigi, artinya gigi yang memiliki karies lebih

dari 1 (misal karies pada gigi molar 1 permanen terdapat karies di oklusal dan di

bukal maka karies tetap dihitung ”satu”).

Rumus yang digunakan untuk menghitung DMF-T :

diperiksa yang

orang Jumlah

F M D Jumlah rata

-rata T

-DMF = + +

Target Indeks DMF-T menurut WHO menetapkan status kesehatan gigi dan

mulut (Oral Health Global Indicators for Year 2015) untuk anak usia 12 tahun yaitu

(43)

2.3.2. Oral Higiene

Indeks Oral Higiene (OHI) mengukur debris dan kalkulus yang menutupi

permukaan gigi yang terdiri atas dua komponen yaitu indeks debris dan indeks

kalkulus. Indeks debris maupun indeks kalkulus masing-masing mempunyai

rentangan skor 0-3.

Oral debris adalah lapisan lunak yang terdapat di atas permukaan gigi yang

terdiri atas mucin, bakteri dan sisa makanan yang putih kehijau-hijauan dan jingga.

Indeks debris yang dipakai adalah Debris Index (D.I) Greene and Vermillion (1960)

dengan kriteria sebagai berikut:

Tabel 2.1. Indeks Debris Skor Kriteria

0 Tidak ada debris atau stein/pewarnaan ekstrinsik

1 Ada debris lunak yang menutupi permukaan gigi seluas 1/3 permukaan atau kurang dari 1/3 permukaan

Tidak ada debris lunak tetapi ada pewarnaan ekstrinsik yang menutupi permukaan gigi, sebagian atau seluruhnya

2 Ada debris lunak yang menutupi permukaan gigi seluas lebih 1/3 permukaan atau kurang dari 2/3 permukaan

3 Ada debris lunak yang menutupi 2/3 permukaan atau seluruh permukaan gigi

(6) Diperiksa Yang

Gigi Jumlah

Diperiksa Skor

Jumlah is

IndeksDebr =

Kalkulus adalah pengendapan dari garam-garam anorganis yang terutama

terdiri atas kalsium karbonat dan kalsium fosfat tercampur dengan sisa-sisa makanan,

bakteri-bakteri dan sel-sel epitel yang telah mati. Berdasarkan lokasi perlekatannya

(44)

kalkulus supra gingiva adalah karang gigi yang terdapat di sebelah oklusal dari tepi

free gingiva. Biasanya berwarna putih sampai kecoklat-coklatan. Konsistensinya

keras seperti batu apung, dan mudah dilepas dari perlekatannya ke permukaan gigi. 2)

kalkulus sub gingiva adalah karang gigi yang terdapat di sebelah lingual dari tepi

gingiva bebas dan biasanya berwarna coklat muda sampai hitam bercampur dengan

darah. Konsistensinya keras seperti batu api, dan melekat sangat erat kepermukaan

gigi. Pengukuran indeks kalkulus yang digunakan adalah Calculus Index (C.I.)

[image:44.612.114.530.361.503.2]

Greene and Vermillion yaitu:

Tabel 2.2. Indeks Kalkulus Skor Kriteria

0 Tidak ada kalkulus

1 Ada kalkulus supragingiva yang menutupi karang dari 1/3 permukaan gigi 2 a. Ada kalkulus supragingiva yang menutupi lebih dari 2/3/ permukaan

gigi

b. Pada bagian servikal terdapat sedikit kalkulus subgingiva

3 a. Ada kalkulus supragingiva yang menutupi lebih dari 2/3 permukaan gigi atau seluruh permukaan gigi

b. Ada kalkulus subgingiva yang menutupi dan melingkari seluruh servikal

(6) Diperiksa Yang

Gigi Jumlah

Diperiksa Skor

Jumlah Kalkulus

Indeks =

Pengukuran Indeks kebersihan mulut menggunakan Simplified Oral Hygiene

Index (OHI-S) Greene and Vermillion. Yang diukur hanya ke-enam gigi indeks, yaitu

gigi 16, 11, 26, 36, 31, dan 46. Pada gigi 16, 11, 26, 31 yang dilihat permukaan

bukalnya sedangkan gigi 36 dan 46 permukaan lingualnya. Apabila gigi 11 tidak ada

(45)

Indeks OHI-S = Indeks Debris + Indeks Kalkulus

Indeks Oral Hygiene rata-rata =

Diperiksa yang

Anak Jumlah

S -OHI Jumlah

Tingkat kebersihan mulut secara klinis pada OHI-S dikategorikan baik jika

Indeks OHI-S: 0,0 - 1,2 , sedang: 1,3 – 3,0 dan buruk 3,1 – 6,0.

2.3.3. Gingivitis

Gingivitis merupakan sebuah proses peradangan yang terbatas pada jaringan

epitel mukosa disekitar bagian servikal gigi. Gingivitis merupakan peradangan gusi

yang paling sering tejadi dan merupakan respons inflamasi yang belum merusak

jaringan pendukung. Gingivitis mengalami perubahan warna gusi mulai dari

kemerahan sampai pada merah kebiruan sesuai dengan bertambahnya proses

peradangan yang terus menerus. Rasa sakit atau nyeri jarang dirasakan, sehingga hal

ini menjadi alasan utama gingivitis kronis kurang mendapat perhatian. Tanda-tanda

dan gejala gingivitis secara umum meliputi: gusi bengkak, gusi lunak, mudah terluka

dan mudah berdarah ketika disikat (Manson dan Eley, 1993).

Tingkat/ derajat gingivitis yang terjadi pada anak sekolah dasar dapat diukur

dengan menggunakan Index Gingiva (Ramfjord, 1959). Pemeriksaan dilakukan pada

6 gigi yang sudah ditentukan pada permukaan bukal, labial lingual.

6 1 4

(46)
[image:46.612.113.532.140.236.2]

Tabel 2.3. Kriteria Gingiva

Skor Kriteria

0 1 2 3 Normal Mild Gingivitis Moderate Gingivitis Severe Gingivitis

tidak ada peradangan

gingiva ringan, tetapi tidak meluas mengelilingi gigi gingivitis sedang, dan gingivitis meluas melingkari gigi Gingivitis parah, ditandai dengan kemerahan, kemungkinan telah ada pendararhan spontan dan ulcerasi diperiksa yang gigi jumlah gigi tiap gingival indeks jumlah gingival Indeks =

Kriteria keparahan inflamasi gingival secara klinis digolongkan atas gingivitis

ringan: 0,0 – 1,0; gingivitis sedang: 1,1 – 2,0 dan gingivitis parah: 2,1 – 3,0

2.4. Landasan Teori

Masalah kesehatan gigi dan mulut menjadi perhatian yang sangat penting

dalam pembangunan kesehatan, khususnya anak usia sekolah dasar. Usia sekolah

merupakan masa untuk meletakkan landasan kokoh bagi terwujudnya manusia yang

berkualitas dan kesehatan merupakan faktor penting yang menentukan kualitas

sumber daya manusia tersebut. Rasa sakit pada gigi dan mulut jelas menurunkan

selera makan mereka. Dampak lainnya, kemampuan belajar mereka pun turun

sehingga berpengaruh pada prestasi belajar. Menurut Blumm derajat kesehatan

(sehat-sakit) seseorang sangat dipengaruhi oleh empat hal, yaitu: lingkungan,

kelengkapan fasilitas kesehatan, perilaku dan genetika. Dari hasil penelitiannya di

Amerika Serikat sebagai salah satu negara yang sudah maju, Blumm menyimpulkan

(47)

disusul oleh perilaku dan keturunan. Perilaku yang terbentuk dipengaruhi oleh dua

hal, yaitu faktor internal (umur, pendidikan, jenis kelamin, pengetahuan, sikap dan

berbagai faktor lainnya) dan faktor eksternal (budaya, nilai-nilai, sosial, politik).

Faktor internal sering disebut sebagai karakteristik personal. Hal ini membuktikan

bahwa karakteristik personal sangat berpengaruh terhadap sehat sakitnya seseorang

(Notoatmodjo, 2005)

Menurut Davies (1984), perilaku anak sangat dipengaruhi oleh perilaku

ibunya. Oleh sebab itu, ibu berperan dalam menentukan perilaku anak. Hal ini

menjadi dasar keyakinan para ahli bahwa tingginya angka penyakit gigi pada anak

SD sangat dipengaruhi oleh peran orang tua, khususnya ibu. Hal ini disebabkan oleh

tingkat ketergantungan anak yang sangat tinggi terhadap orang tua. Apabila perilaku

ibu mengenai kesehatan gigi baik, maka dapat dilihat bahwa status kesehatan gigi dan

mulut anaknya akan baik. Semakin baik perilaku seorang ibu, maka akan semakin

baik pula derajat kesehatan anaknya. Apabila perilaku ibu mengenai kesehatan gigi

baik, maka dapat diprediksi bahwa status kesehatan gigi anaknya akan baik. Perilaku

ibu itu sendiri dipengaruhi oleh dua aspek, yaitu internal (umur, pendidikan, nilai,

budaya, pendapatan) dan eksternal (lingkungan sosial, ekonomi, politik). Peran serta

orang tua sangat diperlukan di dalam membimbing, memberikan pengertian,

mengingatkan, dan menyediakan fasilitas kepada anak agar anak dapat memelihara

kebersihan gigi dan mulutnya. Perilaku orang tua sangat penting dalam mendasari

terbentuknya perilaku yang mendukung atau tidak mendukung kesehatan gigi dan

(48)

Beberapa cara menjaga kebersihan mulut yang dapat dilakukan ibu terhadap

kesehatan gigi anaknya, yaitu: membantu menyikat gigi anak pada waktu balita,

mengajari anak cara menyikat gigi sejak balita, mengawasi lamanya menyikat gigi

sampai sekarang, menyediakan sikat gigi sesuai ukuran dan umur anak, mengganti

sikat gigi anak tiga bulan sekali atau apabila bulu sikat gigi sudah melebar/rusak,

menyediakan pasta gigi yang mengandung fluor, memberi ukuran pasta gigi yang

sesuai. Mengawasi jenis jajanan yang lengket dan manis, berkumur setelah makan

makanan yang manis atau minum air putih, memeriksa gigi anak satu bulan sekali

sejak usia 2 tahun untuk menemukan adanya lubang, karang gigi, gigi berlapis/

goyang, membawa anak ke dokter gigi 6 bulan sekali, melakukan penambalan gigi,

pencabutan gigi, dan pembersihan karang gigi (Panjaitan, 1997: Pintauli & Hamada,

2008).

2.5. Kerangka Konsep

Kerangka konsep dalam penelitian ini terdiri variabel bebas (faktor resiko)

yaitu: karakterisik ibu (umur, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan) dan tindakan

(49)
[image:49.612.108.538.98.642.2]

Variabel Bebas Variabel Terikat

Gambar 2.1. Kerangka Konsep Karakteristik Ibu

1. Umur ibu yang mempunyai anak

- ≤ 40 tahun

- > 40 tahun

2. Tingkat Pendidikan

- Tidak sekolah/SD

- SMP

- SMU

- PT

3. Tingkat Pendapatan

- Tinggi ( ≥ Rp. 300.000/bulan/orang keluarga)

- Rendah (<Rp. 300.000/bulan/orang keluarga)

Tindakan Ibu dalam Pemeliharaan Kesehatan Gigi pada Anak

- Membantu menyikat gigi anak pada waktu balita.

- Mengajari anak cara menyikat gigi sejak balita

- Mengawasi lamanya menyikat gigi sampai

sekarang.

- Menyediakan sikat gigi sesuai ukuran dan umur

anak.

- Mengganti sikat gigi anak tiga bulan sekali atau

apabila bulu sikat gigi sudah melebar/rusak.

- Menyediakan pasta gigi yang mengandung fluor

- Memberi ukuran pasta gigi yang sesuai.

- Mengawasi jenis jajanan yang lengket dan manis.

- Mengajarkan kepada anak agar berkumur setelah

memakan makanan yang manis/minum air putih

- Memeriksa gigi anak satu bulan sekali untuk

menemukan adanya lubang gigi, karang gigi, gigi berlapis.

- Membawa ke dokter gigi 6 bulan sekali

- Membawa anak ke dokter gigi untuk penambalan

gigi, pencabutan gigi, dan pembersihan karang gigi.

Status Kesehatan Gigi Anak SD

1. Oral Higiene - Indeks Debris - Indeks Kalkulus

2. Karies

- Indeks DMFT

3. Gingivitis

- Derajat

(50)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian survey analitik desain cross sectional

yang bertujuan menjelaskan hubungan kausal antara faktor resiko karakteristik ibu

(umur, pendidikan, pendapatan) dan perilaku (tindakan pemeliharaan kesehatan gigi

anak) dengan efek yaitu: status kesehatan gigi dan mulut siswa kelas 6 SD di

Kecamatan Medan Tuntungan.

3.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Sekolah Dasar yang ada di Kecamatan Medan

Tuntungan yaitu SD Negeri 068332 Jalan Rami Perumnas Simalingkar Kelurahan

Mangga dan SD Swasta Budi Murni 2 Medan yang berada di wilayah kerja

Puskesmas Simalingkar. Pemilihan lokasi tersebut dilakukan atas pertimbangan

bahwa Puskesmas Simalingkar melaksanakan program UKGS di kedua Sekolah

Dasar tersebut dan SD Swasta Budi Murni 2 Medan merupakan SD swasta terbesar

dengan jumlah murid terbanyak di seluruh Kecamatan Medan Tuntungan, sedangkan

SD Negeri 068332 Jalan Rami Perumnas Simalingkar letaknya berdekatan dengan

Puskesmas.

3.2.2. Waktu Penelitian

(51)

3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas 6 di SD Negeri 068332

Jalan Rami Perumnas Simalingkar dan SD Swasta Budi Murni 2 Medan yang berada

di Kecamatan Medan Tuntungan. Pengambilan populasi pada kelompok ini adalah

sesuai dengan rekomendasi WHO yang menyatakan bahwa kelompok umur 12 tahun

sangat penting untuk diperiksa karena umumnya anak-anak meninggalkan bangku

sekolah dasar pada umur 12 tahun. Selain itu, semua gigi permanen diperkirakan

sudah erupsi pada kelompok umur ini kecuali gigi molar tiga. Disamping itu, populasi

penelitian adalah ibu siswa SD tersebut.

3.3.2. Sampel

Penentuan jumlah sampel dilakukan dengan menggunakan rumus (Lemeshow,

1997): n = P) -P(1 Z ) 1 ( d P)N -P(1 /2 1 2 2 2 / 1 2 α α − − + − N Z n = 0,8021) -.0,8021(1 1,96 ) 1 270 ( 0,05 0,8021)270 -0,8021(1 . 96 , 1 2 2 2 + −

n = 128 anak

untuk menghindari data drop out sampel ditambah sebesar 3 % = 4 anak sehingga

sampel keseluruhan menjadi n = 132 anak

Dimana:

(52)

d

artinya derajat kesalahan yang dapat di toleransi = Presisi mutlak 0,05 ( 5% ),

Z = Z Skor ditentukan berdasarkan derajat kepercayaan dilihat dari tabel untuk

nilai α = 0,05

P = Proporsi berdasarkan penelitian di Puskesmas PB Selayang II dan

Puskesmas Padang Bulan Kota Medan tahun 2008, pada siswa sekolah

dasar, diperoleh prevalensi karies gigi sebesar 80,21%

N = Jumlah populasi anak SD Negeri 068332 dan SD Budi Murni 2 di

kecamatan Medan Tuntungan sebesar 270 orang.

Data jumlah murid kelas 6 untuk masing-masing SD yaitu SD Negeri 068332

Jalan Rami Perumnas Simalingkar sebanyak 2 kelas 74 orang dan SD Swasta Budi

Murni 2 Medan sebanyak 4 kelas 196 orang, sehingga jumlah populasi 270 murid.

Maka penentuan jumlah sampel untuk masing-masing SD adalah sebagaimana pada

tabel berikut:

Tabel 3.1. Proporsi Jumlah Sampel Masing-masing SD

No Nama SD Proporsi

1. 2.

SD Negeri 068332 SD Budi Murni 2

( 74/270) x 132 = 36 orang (196/270) x 132 = 96 orang

Jumlah 132 orang

3.3.3. Teknik Sampling

Setelah ditentukan jumlah sampel masing-masing SD, maka teknik

(53)

sampling), dengan menggunakan data dari daftar hadir anak SD. Setelah sampel anak

SD ditentukan, maka kemudian ibu masing-masing anak SD yang terpilih juga akan

dijadikan responden.

3.4. Metode Pengumpulan Data 3.4.1. Data Primer

Data primer meliputi: umur, pendidikan, pendapatan diperoleh dengan

wawancara dibantu kuesioner. Wawancara akan dilakukan satu minggu setelah

pemeriksaan gigi dan mulut anak dilakukan. Ibu yang akan diundang adalah ibu

siswa SD yang terpilih menjadi sampel. Proses wawancara akan dibantu oleh 10

orang sukarelawan (tim).

Selain data tentang umur, pendidikan dan pendapatan ibu, status kesehatan gigi

dan mulut anak juga akan dikumpulkan dengan melakukan pemeriksaan dalam mulut.

Pengukuran karies dengan menggunakan indeks DMFT (Klein) dengan instrumen

sonde dan kaca mulut. Pemeriksaan oral hegiene dilakukan dengan indeks OHI- S

(Green dan Vermillion) dengan instrumen sonde dan kaca mulut. Pemeriksaan

gingivitis dengan indeks (Ramfjord) dengan menggunakan kaca mulut dan dental

probe. Dalam pemeriksaan gigi dan mulut, peneliti juga akan dibantu oleh 10 orang

(54)

3.4.2. Uji Validitas dan Reliabilitas

Setelah uji validitas dan reliabilitas dilakukan, diperoleh nilai r hitung

kuesioner tindakan pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut anak oleh ibu sebesar

0,507 – 0,755. Nilai ini lebih besar dari r tabel (n = 30, α = 0,05) sebesar 0,361,

sehingga dapat disimpulkan bahwa seluruh pertanyaan tindakan pemeliharaan

kesehatan gigi dan mulut anak oleh ibu dinyatakan valid. Demikian juga pada

pengujian reliabilitas kuesioner, diperoleh nilai Cronbach Alpha tindakan

pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut anak oleh ibu sebesar 0,911. Nilai ini lebih

besar dari r tabel sebesar 0,361, sehingga dapat disimpulkan bahwa seluruh

pertanyaan tindakan pencegahan kesehatan gigi dan mulut anak oleh ibu reliable.

Pengambilan kesimpulan validitas kuesioner dilakukan dengan

membandingkan nilai r tabel dengan nilai r hasil. Jika nilai r hasil > r tabel, maka

pertanyaan tersebut valid. Reliabilitas instrumen dilakukan dengan uji Cronbach

Alpha. Jika nilai r cronbach alpha > r tabel maka pertanyaan tersebut dinyatakan

reliable

3.5. Variabel dan Definisi Operasional

Variabel penelitian terdiri atas variabel bebas, yaitu: karakteristik ibu (umur,

pendidikan, pendapatan) dan tindakan ibu dalam pemeliharaan kesehatan gigi anak,

(55)

3.5.1. Variabel Bebas (Faktor Resiko)

1. Umur adalah jumlah tahun hidup ibu yang dihitung sejak lahir sampai dengan

tahun terakhir saat penelitian dilaksanakan yang dinyatakan dalam tahun.

2. Pendidikan adalah tingkat pendidikan formal terakhir ibu yang pernah diikuti dan

diselesaikan sampai memperoleh ijazah.

3. Pendapatan adalah rata-rata pendapatan yang diperoleh keluarga setiap bulannya

yang dihitung berdasarkan ketentuan WHO, yaitu jumlah pengeluaran (1

dollar/hari/orang) selama sebulan dikali

Gambar

Tabel 2.2. Indeks Kalkulus
Tabel 2.3. Kriteria Gingiva
Gambar 2.1. Kerangka Konsep
Tabel. 3.2.  Nama Variabel, Hasil Ukur, Kategori Hasil Ukur dan Skala Ukur
+7

Referensi

Dokumen terkait

Untuk menunjukkan kesalahan yang dialami siswa dalam menyelesaikan soal cerita matematika digunakan indikator tahapan dalam menyelesaikan soal cerita matematika

Kasus juga memenuhi 4 dari 11 kriteria American College of Rheumatology yaitu fotosensitif, lesi diskoid, titer anti ds-DNA dan ANA positif, sehingga diagnosis ;LES

Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) Kapasitas dan kecepatan laju infiltrasi pada sistem OTI lebih tinggi dibandingkan dengan sistem TOT; (2) Perlakuan sistem OTI maupun TOT

Maksud penyelenggaraan pengukuran Survei Kepuasan Masyarakat adalah untuk memperoleh data dan informasi mengenai seberapa besar tingkat kepuasan masyarakat terhadap

Seorang pria yang menikah dengan tujuan untuk menjaga dirinya dari perbuatan dosa, maka Allah Shubhanahu wa ta’alla akan membantu didalam nikahnya itu,

Transformasi Tanaman Tebu (Saccharum officinarum L. BL) Dengan Gen SoSUT1 Menggunakan Agrobacterium tumefaciens strain GV3101 dan Eksplan Kalus; Anisa Indah

Pirmiausia buvo siekiama nustatyti, kurie Seimo nariai apskritai kalbėjo svarstant Nepilnamečių apsaugos įstatymą ir kurie iš jų – ilgiausiai (1 lentelė, laikas

Selama pelatihan berlangsung, evaluasi akan dilakukan untuk melihat ketercapaian target dan luaran yang diharapkan. Terdapat dua jenis evaluasi yang akan