• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Potensi Obyek Wisata dan Keterpaduannya dalam Pengembangan Kawasan Wisata Pangandaran, Kabupaten Pangandaran, Provinsi Jawa Barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Potensi Obyek Wisata dan Keterpaduannya dalam Pengembangan Kawasan Wisata Pangandaran, Kabupaten Pangandaran, Provinsi Jawa Barat"

Copied!
64
0
0

Teks penuh

(1)

ix

ANALISIS POTENSI OBYEK WISATA DAN

KETERPADUANNYA DALAM PENGEMBANGAN

KAWASAN WISATA PANGANDARAN,

KABUPATEN PANGANDARAN, PROVINSI JAWA BARAT

TEGUH RIANTO

DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

ix

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Potensi Obyek Wisata dan Keterpaduannya dalam Pengembangan Kawasan Wisata Pangandaran, Kabupaten Pangandaran, Provinsi Jawa Barat adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)

viii

ABSTRAK

TEGUH RIANTO. Analisis Potensi Obyek Wisata dan Keterpaduannya dalam Pengembangan Kawasan Wisata Pangandaran, Kabupaten Pangandaran, Provinsi Jawa Barat. Dibimbing oleh SANTUN R P SITORUS dan DYAH RETNO PANUJU.

Pangandaran memiliki banyak potensi pariwisata yang belum tergali. Dorongan untuk menjadikan Pangandaran sebagai kabupaten pariwisata pun muncul. Program pembangunan dan pengembangan pariwisata diprioritaskan sebagai bagian terpenting dari strategi pembangunan ekonomi jangka panjang, menengah, dan jangka pendek. Tujuan penelitian adalah (1) Mengetahui dan menganalisis obyek atau daerah tujuan wisata eksisting, (2) Mengidentifikasi dan menganalisis obyek atau daerah/kawasan wisata yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai daerah tujuan wisata baru, (3) Mengetahui dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi minat berkunjung wisatawan ke Kawasan Wisata Pangandaran, serta (4) Menyusun arahan rencana dan strategi pengembangan Kawasan Wisata Pangandaran secara terpadu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah: analisis skoring bertujuan untuk mengetahui obyek wisata eksisting dan obyek wisata/daerah yang berpotensi untuk dikembangkan, analisis regresi logistik biner bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi minat berkunjung wisatawan, Analytical Hierarchy Process (AHP) dan analisis Strengths, Weaknesses, Opportunities, and Threaths (SWOT) yang bertujuan untuk menghasilkan arahan rencana pengembangan Kawasan Wisata Pangandaran. Obyek wisata eksisting yaitu Pantai Pangandaran dengan skor 600, Green Canyon dengan skor 345, Batu Karas dengan skor 50, Cagar Alam dengan skor 30 dan Batu Hiu dengan skor 25. Sedangkan obyek wisata yang berpotensi untuk dikembangkan yaitu Citumang berada di peringkat pertama dengan skor 688, Karapyak di peringkat ke dua dengan skor 552, Madasari di peringkat ke tiga dengan skor 192. Selanjutnya Karang Nini menduduki peringkat ke empat dengan skor 184, Lembah Putri di peringkat ke lima dengan skor 48, Keusik Luhur di peringkat ke enam dengan skor 16, Palatar Agung dan Karang Tirta di peringkat ke tujuh dan ke delapan dengan skor 0. Faktor-faktor yang mempengaruhi minat berkunjung wisatawan di Kawasan Wisata Pangandaran adalah informasi awal tentang obyek wisata, pemandu wisata, hotel, tipe wisata, dan sarana toilet umum. Rencana dan strategi pengembangan Kawasan Wisata Pangandaran secara terpadu yaitu: (1) mengadakan percepatan pembangunan jaringan transportasi dan perbaikan jalan terutama jalan-jalan nasional, provinsi, maupun jalan penghubung ke lokasi wisata dan (2) peningkatan kapasitas dan kualitas layanan di lokasi kawasan wisata unggulan.

(5)

ix

ABSTRACT

TEGUH RIANTO. Analysis of The Tourism Object Potential and Its Integration in Tourist Area Development of Pangandaran, Pangandaran Regency, West Java Province. Under supervision of SANTUN R P SITORUS and DYAH RETNO PANUJU.

Pangandaran has a lot of undiscovered tourist destination. Encouragement to develop Pangandaran as tourism regency appears. Tourism is then prioritized at the long-term, medium-term, and short-term. The purpose of this research was (1) To learn some objects or areas of the existing tourist destinations, (2) To identify to potential regions that potential to be developed as new tourist destination, (3) To know factors affecting the interest of visiting tourists in the tourist area of Pangandaran, and ( 4 ) To compile direction of plans and development strategy of the tourist area of Pangandaran integrally. We utilitized the scoring to find out the existing attractions areas to be developed, binary logistic regression analysis to obtain the factors affecting the interest of tourists, the Analytical Hierarchy Process (AHP) and the analytical of Strengths, Weaknesses, Opportunities, and Threaths (SWOT) to generate a tourist area development plan of Pangandaran. Existing tourist attractions are Pangandaran beach with a score of 600, Green Canyon with a score of 344, Batu Karas with a score of 50, Cagar Alam with a score of 30 and Batu Hiu with a score of 25. While the tourism potential to be developed are Citumang is ranked first with a score of 688, Karapyak ranked second with a score of 552, Madasari ranked third with a score of 192. Then Karang Nini was ranked fourth with a score of 184, Lembah Putri ranked fifth with a score of 48, Keusik Luhur ranked sixth with a score of 16, Palatar Agung and Karang Tirta ranked seventh and eighth with a score of 0. Factors affecting the interest of tourists to visit are preliminary information about tourist attractions, tour guides, hotels, type of tourist destination, and availability of rest area. Integrated and strategies for the development of the tourist area of Pangandaran, are: (1) hold the acceleration of transportation network and repair roads especially national roads, provincial roads, and a connecting entrance to the tourist area; (2) capacity improvement and quality service at the top seed tourist area.

(6)
(7)

ix

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada

Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan

ANALISIS POTENSI OBYEK WISATA DAN

KETERPADUANNYA DALAM PENGEMBANGAN

KAWASAN WISATA PANGANDARAN,

KABUPATEN PANGANDARAN, PROVINSI JAWA BARAT

TEGUH RIANTO

DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(8)
(9)

Judul Skripsi: Analisis Potensi Obyek Wisata dan Keterpaduannya dalam Pengembangan Kawasan Wisata Pangandaran, Kabupaten Pangandaran, Provinsi Jawa Barat

Nama NIM

: Teguh Rianto

: A14090071

Prof Dr Ir Santun R P Sitorus Pembimbing I

Tanggal Lulus: 2 1 FEB 2014

Disetujui oleh

(10)
(11)

ix

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari 2013 ini ialah pariwisata, dengan judul Analisis Potensi Obyek Wisata dan Keterpaduannya dalam Pengembangan Kawasan Wisata Pangandaran, Kabupaten Pangandaran, Provinsi Jawa Barat.

Dalam proses penyelesaian penelitian ini banyak pihak yang terlibat, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu penulis ucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr Ir Santun R P Sitorus dan Dyah Retno Panuju, SP. M.Si selaku pembimbing atas segala nasihat, bimbingan, arahan, motivasi, kesabaran, dan keikhlasan yang telah diberikan selama proses penyelesaian karya ilmiah ini. 2. Dr Ir Widiatmaka, DAA selaku dosen penguji yang telah memberikan saran

dan masukannya.

3. Kedua orang tua, Bapak Supriono dan Ibu Marsih serta seluruh keluarga yang telah memberikan motivasi, pengorbanan, cinta, dan kasih sayang kepada penulis.

4. Staf BAPPEDA, DISBUDPAR, KESBANGPOLINMAS Kabupaten Ciamis dan Pangandaran serta seluruh instansi, masyarakat, wisatawan/pengunjung, dan seluruh pihak yang terlibat dalam penelitian ini atas kerjasama dalam memberikan informasi dan data-data yang diperlukan.

5. Seluruh dosen dan staf Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan yang telah memberikan ilmu dan nasihat kepada penulis.

6. Sahabat seperjuangan Lab. Bangwil (Ian, Rani, Karin, Wida, Novia, dan Lona)

dan Bangwilers ’45.

7. Sahabat Soil Science ’46 yang telah memberikan semangat dan kasih sayang selama ini.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi pembaca. Kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan.

(12)

viii

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL xii

DAFTAR GAMBAR xii

DAFTAR LAMPIRAN xiii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan 2

TINJAUAN PUSTAKA 2

Kawasan Wisata 2

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat Berkunjung Wisatawan 3

Pengembangan Kawasan Wisata 4

Penelitian-penelitian Terdahulu Terkait Topik Penelitian Ini 4

BAHAN DAN METODE PENELITIAN 6

Lokasi dan Waktu Penelitian 6

Jenis Data dan Sumber Data 6

Metode Penelitian 7

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 13

Kondisi Fisik 13

Kebudayaan 15

Kondisi Sarana dan Prasarana 15

HASIL DAN PEMBAHASAN 17

Kawasan Wisata Pangandaran 17

Obyek atau Daerah Tujuan Wisata yang Sudah Berkembang di

Kawasan Wisata Pangandaran 18

Obyek atau Daerah/Kawasan Wisata yang Berpotensi untuk

Dikembangkan Sebagai Daerah Tujuan Wisata Baru 23 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat Berkunjung Wisatawan ke

Kawasan Wisata Pangandaran 29

Arahan Rencana dan Strategi Pengembangan Kawasan

(13)

ix

SIMPULAN DAN SARAN 41

Simpulan 41

Saran 41

DAFTAR PUSTAKA 42

LAMPIRAN 44

(14)

viii

DAFTAR TABEL

1 Tujuan penelitian, jenis data, teknik analisis dan output 7

2 Variabel penentu minat berkunjung wisatawan 9

3 Contoh evaluasi faktor internal 12

4 Jarak lintasan/trayek angkutan perbatasan di Kabupaten Pangandaran

tahun 2011 15

5 Jarak lintasan/trayek angkutan pedesaan di Kabupaten Pangandaran

tahun 2011 16

6 Jumlah hotel, kamar, dan tempat tidur menurut kecamatan di

Kabupaten Pangandaran tahun 2011 17

7 Nilai akurasi dan Pseudo R² hasil regresi logistik biner 29 8 Ringkasan koefisien hasil analisis regresi logistik biner penentu

faktor-faktor yang mempengaruhi minat berkunjung wisatawan 30 9 Bobot komponen kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman

menurut tiga kelompok pemangku kepentingan 34

10 Bobot subkomponen sepuluh teratas hasil analisis dengan AHP 36 11 Matriks IFAS dalam pengembangan Kawasan Wisata Pangandaran 37 12 Matriks EFAS dalam pengembangan Kawasan Wisata Pangandaran 38

DAFTAR GAMBAR

1 Kerangka analisis penelitian 8

2 Dekomposisi (penyusunan hirarki) 10

3 Matriks space dan posisi kuadran 12

4 Diagram Matriks SWOT dan kemungkinan strategi yang sesuai 13

5 Peta administrasi Kabupaten Pangandaran 14

6 Peta Kawasan Wisata Pangandaran 17

7 (a) Pantai Pasir Putih Pangandaran dan (b) Sunset di Pantai Pangandaran 19

8 Pantai Batu Hiu 20

9 Sunset di Pantai Batu Karas 20 10 (a) Sungai Cijulang yang diapit oleh dua tebing dan

(b) Fasilitas perahu untuk mengantar penumpang 21 11 (a) Jembatan yang ada dalam Cagar Alam Pananjung dan

(b) Bunga Raflessia Padma 21

12 Total skor di setiap obyek wisata yang sudah berkembang di

Kabupaten Pangandaran 22

13 Pantai Karang Nini 23

14 Samudera Indonesia dari atas Lembah Putri 24

15 Pantai Karapyak 25

16 Pantai Palatar Agung 25

17 Tambak di dekat Pantai Karang Tirta 26

18 Pantai Madasari 26

19 Pantai Keusik Luhur 27

(15)

ix 21 Total skor di setiap obyek wisata yang berpotensi untuk

dikembangkan di Kabupaten Pangandaran 28

22 Struktur hirarki pada analisis dengan AHP 32

23 Bobot penting penyusunan strategi pengembangan

Kawasan Wisata Pangandaran menurut persepsi pemangku kepentingan 33 24 Hasil analisis matriks space dengan berbagai strateginya 39 25 Hasil analisis matriks SWOT dalam pengembangan

Kawasan Wisata Pangandaran secara terpadu 40

DAFTAR LAMPIRAN

1 Urutan obyek wisata yang sudah berkembang yang disukai oleh

responden wisatawan/pengunjung 44

2 Urutan obyek wisata yang belum berkembang dan berpotensi untuk

dikembangkan yang disukai oleh responden wisatawan/pengunjung 44 3 Bobot komponen manajemen, aksesibilitas, sarana penunjang,

kebijakan kawasan, dan keamanan dalam analisis AHP menurut tiga

kelompok pemangku kepentingan 45

4 Bobot komponen kebijakan kawasan, aksesibilitas, dan IPTEK dalam

analisis AHP menurut tiga kelompok pemangku kepentingan 46 5 Bobot komponen konflik, kerusakan alam, perubahan tradisi,

kebijakan kawasan, dan minat pelaku wisata dalam analisis AHP

(16)
(17)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Otonomi daerah menjadi isu penting di daerah sejak diundangkannya UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Otonomi daerah ini selanjutnya secara sempit diartikan sebagai pemekaran wilayah. Fenomena pemekaran semakin sering muncul dipicu oleh ketidakmerataan kesejahteraan, distribusi pendapatan, dan ketidakseimbangan perkembangan wilayah. Muncul suatu fenomena di mana di satu cakupan wilayah hanya ada satu kota primer yang menjadi nodal pertumbuhan dan wilayah di sekitarnya tidak mampu mengimbanginya, sehingga tertinggal dari segi pembangunan fisik, ekonomi, dan sumberdaya manusianya. Begitu juga yang terjadi di Kabupaten Ciamis bagian selatan. Oleh karena itu pada tahun 2012 berdasarkan UU No. 21 tahun 2012 wilayah ini memisahkan diri menjadi Daerah Otonomi Baru (DOB) dan menjadikan sektor pariwisata menjadi sektor unggulan dalam meningkatkan pembangunan di berbagai bidang.

Pangandaran memiliki banyak potensi pariwisata yang belum digali secara maksimal. Dorongan untuk menjadikan Pangandaran sebagai kabupaten pariwisata pun muncul. Secara geografis, Pangandaran terletak di Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, yang terkenal dengan keindahan alamnya. Terdapat beberapa obyek wisata yang menjadi kebanggaan, seperti Pantai Pangandaran, Green Canyon, Batu Karas, Batu Hiu, Taman Wisata Alam Pananjung, dan lainnya. Pelaku industri pariwisata Pangandaran ternyata memandang bahwa potensi wilayah yang berada di bagian selatan Jawa Barat dan tepi Samudera Hindia ini belum dieksplorasi dengan baik. Selain potensi alam, nilai jual yang menjadi sumber pendapatan Pangandaran lainnya, adalah sektor pertambangan, pertanian-perkebunan, dan kehutanan.

Zona yang ada di Pantai Pangandaran terbentuk oleh perbukitan terjal, pegunungan karst, serta dataran pantai yang dapat dimanfaatkan dalam pengembangan: (1) Kawasan kehutanan, pertanian, dan perikanan dengan mempertimbangkan keseimbangan fisik dan lingkungan. (2) Kawasan pemukiman dan industri, dengan mempertimbangkan sumberdaya alam dan lingkungan serta kemungkinan kebencanaan geologi. (3) Kawasan wisata, dengan mempertimbangkan potensi sumberdaya alam dan lingkungan serta kemungkinan kebencanaan geologi.

(18)

2

Namun demikian, penelitian tentang peranan pembangunan pariwisata dan potensi pengembangannya di wilayah ini belum banyak dilakukan. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengkaji potensi obyek wisata dan arahan pengembangannya di Kabupaten Pangandaran.

Tujuan

Tujuan penelitian ini adalah :

1. Mengetahui dan menganalisis obyek atau daerah tujuan wisata eksisting. 2. Mengidentifikasi dan menganalisis obyek atau daerah/kawasan wisata yang

berpotensi untuk dikembangkan sebagai daerah tujuan wisata baru.

3. Mengetahui dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi minat berkunjung wisatawan ke Kawasan Wisata Pangandaran.

4. Menyusun arahan rencana dan strategi pengembangan Kawasan Wisata Pangandaran secara terpadu.

TINJAUAN PUSTAKA

Kawasan Wisata

Kawasan adalah bentangan permukaan (alam) dengan batas-batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek fungsional (Adisasmita 2010). Kawasan memiliki fungsi tertentu (misalnya kawasan lindung, kawasan budidaya, kawasan pesisir pantai, kawasan pariwisata, dan lainnya). Wisata berarti perjalanan atau bepergian. Jadi kawasan wisata adalah bentangan permukaan yang dikunjungi atau didatangi oleh banyak orang (wisatawan) karena kawasan tersebut memiliki obyek wisata yang menarik (Adisasmita 2010).

Obyek wisata adalah suatu tempat yang menjadi kunjungan wisatawan karena mempunyai daya tarik, baik alamiah maupun buatan manusia, seperti keindahan alam/pegunungan, pantai, flora dan fauna, kebun binatang, bangunan kuno bersejarah, monumen-monumen, candi-candi, tari-tarian, atraksi, dan kebudayaan khas lainnya (Adisasmita 2010). Kawasan wisata adalah kawasan dengan luas tertentu yang dibangun atau disediakan untuk memenuhi kebutuhan pariwisata menjadi sasaran wisata (Undang-undang No. 9 tahun 1990 tentang Pariwisata).

Kawasan pariwisata berdasarkan Undang-undang No. 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang pasal 5 ayat (2) merupakan salah satu dari sebelas kawasan budidaya. Nindi (2008) mengemukakan bahwa kawasan pariwisata itu sendiri berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 47 tahun 1997 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional pasal 49 memiliki kriteria sebagai berikut :

a. Kawasan yang secara teknis dapat digunakan untuk kegiatan pariwisata, serta tidak mengganggu kelestarian budaya, keindahan alam, dan lingkungan.

(19)

3 lindung. (4) Tidak mengganggu upaya pelestarian sumberdaya alam. (5) Meningkatkan pendapatan masyarakat. (6) Meningkatkan pendapatan nasional dan daerah. (7) Meningkatkan kesempatan kerja. (8) Melestarikan budaya. (9) Meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat Berkunjung Wisatawan

Karakteristik setiap Daerah Tujuan Wisata (DTW) dengan segala potensi daya tarik dan kegiatan yang ditawarkannya dapat dipastikan turut mewarnai motivasi para wisatawan dalam menentukan pilihan DTW yang menjadi tujuannya (Warpani dan Warpani 2007). Munculnya kebutuhan untuk berwisata yang didorong oleh berbagai faktor sosial, ekonomi, psikologi, dan lain-lain tentu tidak dengan sendirinya dilanjutkan dengan pencarian informasi. Oleh karena itu pengambilan keputusan untuk berwisata sangat kompleks karena banyak hal yang harus dipertimbangkan, seperti faktor kepribadian, daya tarik DTW, ketersediaan sumberdaya, jarak, dan kondisi lingkungan wisata (Damanik dan Weber 2006).

Menurut Warpani dan Warpani (2007) daya tarik wisata yang dianggap sebagai magnet/energi pariwisata, menjadi pemicu dan pemacu utama minat kunjungan wisatawan. Beberapa faktor yang sering menjadi daya tarik obyek wisata dan mempengaruhi arus kunjungan wisatawan diantaranya: (1) Prasarana/utilitas serta (2) Sarana dan fasilitas.

Kelengkapan prasarana dan sarana akan menjadi faktor penunjang perkembangan pariwisata yang secara langsung akan berpengaruh terhadap pola pencarian arus wisatawan menuju DTW dan selanjutnya menuju obyek wisata. Pembangunan dan pengelolaannya harus memperhatikan aspek ekologi dan pelestarian lingkungan serta ekosistemnya agar pemanfaatan obyek wisata dapat berlangsung secara lestari. Selain itu, penempatan sarana dan prasarana harus dilakukan dengan sangat hati-hati dan cermat karena dapat mempengaruhi mutu tampilan obyek wisata. Jaringan prasarana yang penting untuk menunjang perkembangan kawasan wisata adalah jaringan perangkutan.

Berbagai kegiatan pariwisata memerlukan dukungan sektor perangkutan sebagai urat nadi kegiatan tersebut. Keandalan fasilitas dan pelayanan jasa perangkutan sangat penting artinya bagi upaya pengembangan kepariwisataan karena merupakan jaringan penghubung antar DTW, dan antara sumber (asal) wisatawan dengan DTW. Sistem perangkutan meliputi simpul jasa perangkutan/terminal, jaringan pelayanan, moda angkutan, dan aksesibilitas (jalan).

Berikutnya jaringan utilitas juga memiliki peran penting dalam pengembangan kawasan wisata. Jenis utilitas yang dimaksud adalah air bersih dan listrik. Air bersih dapat diperoleh dari perusahaan air minum dan dapat juga diperoleh dari air tanah. Untuk keperluan besar-besaran seperti hotel, industri manufaktur, dan lain-lain harus diperoleh dari sumber air dalam. Dalam pengembangan suatu DTW, penggunaan listrik harus diperhatikan. Tidak semua obyek wisata membutuhkan listrik untuk penerangan atau penggerak mesin, bahkan mungkin sama sekali tidak memerlukannya.

(20)

4

fasilitas kesehatan dan keamanan. Selain menggunakan pribadi, jasa angkutan umum adalah pilihan utama bagi masyarakat tertentu. Oleh karena itu, usaha kendaraan sewa mendapat pasar yang berarti. Pembangunan akses dan akomodasi seperti hotel, penginapan, dan pondok wisata perlu direncanakan dengan cermat karena memerlukan lahan dalam proporsi yang sangat berarti bagi lokasi daya tarik wisata. Selain rumah makan yang disediakan oleh pihak hotel, banyak wisatawan yang memilih mencari makanan khas daerah di luar hotel. Selain biasanya lebih murah dan menawarkan suasana khas daerah, makan di luar hotel membuka peluang interaksi sosial dengan masyarakat setempat.

Keberadaan lembaga keuangan sangat mempermudah dan mempernyaman wisatawan untuk bepergian karena tidak perlu membawa uang tunai dalam jumlah yang besar. Berbelanja merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pariwisata. Sebaran pusat perbelanjaan, akomodasi, dan jaringan pelayanan angkutan harus menjadi bahan perhitungan dalam menata ruang wilayah. Hal penting bagi para wisatawan adalah jaminan bahwa di DTW yang akan dikunjunginya mempunyai akses yang mudah ke fasilitas kesehatan. Selain kesehatan, keamanan suatu destinasi juga menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi daya tarik destinasi yang bersangkutan.

Pengembangan Kawasan Wisata

Ross (1994) menyatakan bahwa dalam perencanaan dan pengembangan pariwisata dibutuhkan pertimbangan berdasarkan beberapa unsur dasar yang merupakan sendi model pariwisata. Pertama wisatawan dan perjalanan, artinya orang yang melakukan perjalanan dan bermalam di tempat tujuan. Kedua adalah organisasi dan fasilitas yang dinikmati wisatawan, karena pariwisata itu rumit, luas, dan membawa dampak. Ada lagi dampaknya pada pihak lain atau pihak-pihak seperti pemerintah, masyarakat, ekonomi, dan orang lain yang terlibat secara tidak langsung. Perencanaan dan pengembangan suatu kawasan wisata juga membutuhkan perencanaan fasilitasnya, di mana seharusnya fasilitas wisata tersebut dikelompokkan menjadi satu wilayah. Selain itu, wilayah-wilayah khusus harus dibangun untuk menunjang keberadaan fasilitas wisata. Pembangunan fasilitas wisata perlu lebih dari pada sekedar menempatkan bangunan-bangunan, karena sebagian dari daya tarik wisata biasanya terletak pada pusat kota, tempat dengan nilai sejarah, dan sebagainya (Law 1993).

Pembangunan dan pengembangan kawasan wisata memiliki dampak-dampak terhadap lingkungan. Kondisi lingkungan merupakan atraksi utama bagi wisatawan. Semakin luas wilayah yang digunakan, semakin besar pula dampak yang ditimbulkan. Menurut Marpaung (2002), dampak-dampak yang ditimbulkan oleh pembangunan pariwisata diantaranya dampak ekonomi, dampak lingkungan, serta dampak sosial dan budaya.

Penelitian-penelitian Terdahulu Terkait Topik Penelitian Ini

(21)

5 dan analisis preskriptif (AHP dan SWOT) dalam penelitiannya yang berjudul

“Pengembangan Kawasan Wisata Balekambang Kabupaten Malang“. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan perhitungan AHP diketahui bahwa menurut persepsi praktisi, aspek yang perlu diprioritaskan untuk pengembangan kawasan wisata Balekambang adalah aspek ekonomi sosial budaya dan kebijakan, terutama untuk konsep pelatihan dan pendidikan SDM mengenai bisnis dan perkembangan pariwisata. Sedangkan berdasarkan analisis SWOT dengan perhitungan IFAS (Internal Factor Analysis Summary) dan EFAS (External Factor Analysis Summary), strategi pengembangan kawasan wisata Balekambang yaitu konsep Rapid Growth Strategy, yaitu strategi pertumbuhan aliran cepat untuk diperlihatkan pengembangan secara maksimal untuk target tertentu dan dalam waktu singkat.

Pusporini (2010) dalam tesisnya yang berjudul Strategi Pengembangan Wisata di Situ Pengasinan Kota Depok, melakukan penelitian dengan menganalisis beberapa aspek yang menjadi daya dukung dalam pengembangan wisata, diantaranya analisis finansial, analisis kesediaan membayar dengan menggunakan regresi logistik, willingness to pay responden terhadap tarif masuk kawasan wisata, dan analisis kelayakan investasi. Penelitian ini menghasilkan program strategi untuk pengembangan wisata di Situ Pengasinan, yaitu : (1) Sosialisasi dengan kegiatan FGD (Focus Group Discussion), antara masyarakat, pemerintah kota, dan swasta; promosi mengenai wisata melalui seminar/workshop/penyebaran pamflet untuk menarik minat pengunjung agar mau mengunjungi destinasi wisata Situ Pengasinan. (2) Pemberdayaan masyarakat melalui pembentukan dewan budaya untuk mengembangkan serta melestarikan tradisi dan budaya lokal, pembukaan peluang masyarakat dalam kegiatan pra operasional hingga pengelolaan, dan pelatihan kewirausahaan usaha skala kecil. (3) Pembangunan sarana dan prasarana kawasan wisata dengan mengikutsertakan investor melalui kegiatan penyusunan profil kelayakan investasi. (4) Peningkatan infrastruktur melalui peningkatan pelayanan transportasi dan pengelolaan lingkungan hidup. (5) Peningkatan kebijakan/dukungan kelembagaan dilakukan melalui kegiatan public hearing antara pihak eksekutif dengan legislatif.

Mahura (2010) melakukan analisis mengenai potensi wisata bahari, analisis strategi kebijakan pengembangan wisata bahari, dan AHP dalam tesisnya yang

berjudul “Analisis Kebijakan Pengembangan Wisata Bahari (Kasus Pulau Tagalaya dan Pulau Kumo di Kabupaten Halmahera Utara)”. Penelitian ini

dilakukan di kawasan wisata bahari Pulau Tagalaya dan Pulau Kumo, Kabupaten Halmahera, Provinsi Maluku Utara. Dalam merumuskan alternatif strategi kebijakan pengembangan wisata bahari di Kabupaten Halmahera, digunakan analisis matriks SWOT dan AHP yang menghasilkan skala prioritas strategi kebijakan, diantaranya peningkatan infrastukstur wisata bahari, pengelolaan wisata bahari berbasis masyarakat, promosi, dan publikasi obyek wisata, peningkatan kerjasama antar sektor terkait, pembinaan dan pelatihan wisata bahari, peningkatan stabilitas keamanan wilayah, serta pembagian zonasi pemanfaatan perikanan dan pariwisata.

(22)

6

Process (AHP), dan analisis A’WOT (AHP dan SWOT). Peneliti melakukan analisis terhadap keterkaitan sektor pariwisata dengan sektor lainnya, obyek wisata yang berpotensi untuk dikembangkan, dan faktor-faktor yang yang mempengaruhi kunjungan wisatawan. Dengan menganalisis ketiga aspek tersebut maka dihasilkan rencana dan strategi utama pengembangan obyek wisata secara terpadu dengan pengembangan Kawasan Agropolitan Payangan. Rencana dan strategi yang dihasilkan yaitu pertama, rencana meningkatkan keterkaitan sektoral dengan strategi meningkatkan keterpaduan antar sektor yang ada melalui pengembangan IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi), kedua memperkenalkan dan menawarkan potensi obyek wisata yang ada dengan pengembangan paket-paket wisata melalui kerjasama pemerintah, swasta, dan masyarakat, serta yang ketiga memperkuat kepariwisataan dengan membangun kemitraan dan membentuk jejaring.

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di lima kecamatan di Kabupaten Pangandaran yaitu Pangandaran, Parigi, Cijulang, Cimerak, dan Kalipucang. Analisis data dilakukan di Bagian Perencanaan Pengembangan Wilayah, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian berlangsung dari bulan Februari 2013 sampai November 2013.

Jenis Data dan Sumber Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian dapat dilihat pada Tabel 1. Jenis data yang digunakan adalah data-data primer yang merupakan hasil survei lapangan dan data sekunder yang merupakan literatur-literatur yang diperoleh dari instansi terkait seperti BAPPEDA, BPS, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, perpustakaan, dan lain-lain. Secara ringkas sumber data berasal dari data-data Kabupaten Ciamis, mengingat Kabupaten Pangandaran merupakan kabupaten baru yang terbentuk pada tahun 2012 sehingga belum tersedia data dokumen resmi. Pada 5 tahun sebelumnya Kabupaten Pangandaran merupakan bagian wilayah Kabupaten Ciamis, khususnya berada di Kecamatan Parigi, Cijulang, Cimerak, Cigugur, Langkaplancar, Mangunjaya, Padaherang, Kalipucang, Pangandaran, dan Sidamulih. Oleh karena itu sumber utama data untuk penelitian ini mencakup data-data kecamatan-kecamatan tersebut yang menjadi bagian dokumen resmi Kabupaten Ciamis.

(23)

7 belum berkembang data acuan diambil berdasarkan data panjang jalan, luas desa, dan luas kecamatan. Cakupan responden dalam penelitian ini adalah wisatawan, akademisi, pemerintah, dan swasta. Responden wisatawan berjumlah 210 orang, responden akademisi berjumlah 4 orang, responden pemerintah berjumlah 6 orang, dan responden swasta berjumlah 5 orang.

Tabel 1 Tujuan penelitian, jenis data, teknik analisis dan output

No Tujuan Jenis Data Teknik

Persepsi responden Regresi Logistik Biner

Pelaksanaan wawancara dengan menggunakan kuesioner dilakukan melalui 2 jenis kuesioner yaitu:

1. Kuesioner pertama, untuk mendapatkan data analisis skoring, analisis regresi logistik biner, dan analisis AHP dari responden wisatawan.

2. Kuesioner kedua, untuk mendapatkan data untuk analisis skoring, analisis AHP dalam penentuan faktor-faktor internal dan eksternal, dan analisis SWOT dari responden akademisi, pemerintah, dan swasta.

Metode Penelitian

(24)

8

survei dan wawancara. Kedua untuk mengetahui persepsi wisatawan atas faktor-faktor yang mempengaruhi minat berkunjung wisatawan ke Kawasan Wisata Pangandaran, digunakan analisis regresi logistik biner. Ketiga untuk merumuskan arahan rencana pengembangan Kawasan Wisata Pangandaran digunakan AHP dan analisis SWOT. Secara sistematis rangkaian tahapan penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1 Kerangka analisis penelitian

Analisis Pembobotan (Skoring)

Analisis ini bertujuan untuk mengetahui obyek wisata yang sudah berkembang dan obyek atau daerah/kawasan wisata yang berpotensi untuk dikembangkan atau menjadi daerah tujuan wisata baru. Hasil penilaian didapatkan dari akumulasi skor yang diperoleh masing-masing obyek wisata eksisting dan obyek atau daerah/kawasan yang berpotensi untuk dikembangkan berdasarkan pendapat responden. Besarnya skor masing-masing obyek wisata atau daerah/kawasan yang berpotensi untuk dikembangkan ditentukan dari kebalikan dari jumlah obyek wisata atau daerah/kawasan yang ditentukan. Misalkan sejumlah n obyek wisata yang telah ditentukan, maka nilai skor tertinggi suatu obyek wisata adalah n dan skor terendah adalah 1.

Analisis Regresi Logistik Biner

Analisis regresi logistik biner digunakan untuk menjawab tujuan ke tiga dalam penelitian ini yaitu mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi minat berkunjung wisatawan ke Kawasan Wisata Pangandaran. Data yang digunakan

Gambar 1 Kerangka analisis penelitian

Arahan rencana dan strategi pengembangan Kawasan Wisata Pangandaran

Analisis skoring

Obyek wisata eksisting dan daerah/kawasan yang berpotensi untuk dikembangkan menjadi kawasan wisata

Persepsi wisatawan

Persepsi wisatawan

Regresi logistik biner

Faktor-faktor yang mempengaruhi minat berkunjung wisatawan

Persepsi pemangku kepentingan

(25)

9 dalam analisis regresi logistik biner diperoleh dari persepsi responden terkait faktor-faktor yang mempengaruhi minat berkunjung wisatawan. Identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi minat berkunjung wisatawan mengacu pada tiga faktor yaitu potensi dan daya tarik obyek wisata, prasarana/utilitas, serta sarana dan fasilitas (Warpani dan Warpani 2007).

Secara umum model logistik biner adalah sebagai berikut :

P(y = 1) = π=

dimana

π = Peubah respon biner

β0, β1, ..., βk = Parameter regresi logistik X1, ..., Xk = Peubah penjelas

Tabel 2 Variabel penentu minat berkunjung wisatawan

Peubah respon (Y) Peubah penjelas (X) Y= Obyek wisata yang memiliki prioritas

utama (1) dan tidak berprioritas (0)

X1= Pernah berkunjung atau tidak ke lokasi

wisata (Ya=1 dan Tidak=0)

X2= Informasi awal tentang obyek wisata

(Tahu=1 dan Tidak tahu=0)

X3= Jenis wisata yang disukai (wisata budaya

dan alam=1 dan wisata lainnya=0)

X4= Alat transportasi yang digunakan (Umum=1

dan Pribadi=0)

X5= Pemandu wisata (Ada=1 dan Tidak ada=0)

X6= Hotel (Ada=1 dan Tidak ada=0)

X7= Restoran (Ada=1 dan Tidak ada=0)

X8= toilet umum (Ada=1 dan Tidak ada=0)

X9= Harga tiket (Pakai tiket=5.000 - 125.000

dan Tidak pakai tiket=0)

X10= Biaya menginap (Menginap=250.000

1.000.000 dan Tidak menginap=0) X11= Sarana penunjang lainnya (Ada=1 dan

Tidak ada=0)

X12= Tipe wisata (Pantai=1 dan Non pantai=0)

Analytic Hierarchy Process (AHP)

(26)

10

Aplikasi dari model AHP dilakukan dalam dua tahap yaitu penyusunan hirarki dan evaluasi hirarki. Pada Gambar 2 dijelaskan tentang tahap-tahap dalam penyususnan hirarki (dekomposisi). Dekomposisi merupakan bagian terpenting yang menentukan validitas dan keampuhan model (Permadi 1992).

Sumber: Marimin (2004)

Tahapan dalam AHP yaitu penyusunan hirarki yang terdiri dari tujuan utama, kriteria dan alternatif. Susunan hirarki disajikan pada Gambar 22. Selanjutnya penilaian kriteria dan alternatif. Kriteria dan alternatif yang diperoleh dari uraian suatu persoalan dinilai melalui perbandingan berpasangan. Lalu penentuan prioritas yang dihitung dengan manipulasi matriks atau melalui penyelesaian persamaan matematika (Marimin 2004). Elemen yang diperoleh dari proses sebelumnya dikelompokkan secara logis dan diperingkatkan secara konsisten sesuai kriteria yang logis. Konsistensi sampai batas tertentu dalam menetapkan prioritas sangat diperlukan untuk memperoleh hasil-hasil yang sahih dalam dunia nyata. Nilai rasio konsistensi harus 10 persen atau kurang. Jika lebih dari 10 persen maka penilaiannya masih acak dan perlu diperbaiki (Marimin dan Maghfiroh 2010).

Data untuk analisis dengan AHP diperoleh dari pendapat 3 kelompok responden sebanyak 15 orang, yaitu responden pemerintah sebanyak 6 orang, responden swasta sebanyak 5 orang, dan responden akademisi sebanyak 4 orang. Pada penentuan besar bobot masing masing kriteria, digunakan persamaan sebagai berikut:

Gambar 2 Dekomposisi (penyusunan hirarki)

Evaluasi hirarki Pengisian persepsi dan prioritas

Sintesis prioritas

Konsistensi

Identifikasi level danelemen

Definisi konsep

(27)

11

Pengolahan data untuk menyusun prioritas elemen keputusan setiap hirarki dilakukan berdasarkan Saaty (1983) dalam Marimin (2010) yaitu :

a) Perkalian baris (z) dengan rumus:

= (i, j = 1,2,...,n), i dan j= elemen di setiap level hirarki b) Perhitungan vektor prioritas atau vektor eigen

=

, eVPi adalah elemen vektor prioritas ke-i c) Perhitungan nilai eigen maksimum

VA = x VP dengan VA = ( )

VB =VA/VP dengan VB = ( )

max = untuk i = 1,2,...,n

VA=VB= Vektor antara

d) Perhitungan indeks konsistensi (CI):

Perhitungan ini bertujuan untuk mengetahui konsistensi jawaban yang akan berpengaruh pada kesahihan hasil. Rumusnya sebagai berikut:

CI =

dengan

= akar ciri

Rasio yang dianggap baik yaitu apabila CR= 0,1. Persamaan CR adalah CR=

Nilai RI merupakan nilai random indeks yang dikeluarkan oleh Oakridge Laboratory berupa tabel sebagai berikut ini:

N 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 RI 0,00 0,00 0,58 0,90 1,12 1,24 1,32 1,41 1,45 1,49 1,51 1,48 1,56

Analisis SWOT

Analisis SWOT adalah suatu cara untuk mengidentifikasi berbagai faktor secara sistematis dalam rangka merumuskan strategi. Dalam penelitian ini analisis SWOT digunakan untuk menentukan strategi yang tepat dalam pengembangan Kawasan Wisata Pangandaran. Analisis SWOT mempertimbangkan faktor lingkungan internal (kekuatan dan kelemahan) serta lingkungan eksternal (peluang dan ancaman) dalam mengambil suatu keputusan. Analisis ini membandingkan antara faktor internal dan eksternal sehingga dari analisis ini dapat diambil suatu keputusan rencana dan strategi dalam pengembangan Kawasan Wisata Pangandaran.

a. Tahap Evaluasi Data Internal dan Eksternal

(28)

12

faktor-faktor yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman dalam pengembangan Kawasan Wisata Pangandaran.

b. Tahap Evaluasi Faktor Internal Eksternal dan Matriks SWOT Langkah-langkah dalam evaluasi faktor internal eksternal adalah:

Penyusunan terhadap semua faktor yang dimiliki Kawasan Wisata Pangandaran dengan membagi dua bagian yaitu faktor internal dan faktor eksternal.

Pemberian bobot pada masing-masing faktor dilakukan dengan menggunakan teknik pembobotan pada AHP.

Perhitungan rating terhadap faktor-faktor tersebut berdasarkan pengaruhnya terhadap kondisi Kawasan Wisata Pangandaran. Penentuan selang untuk masing-masing faktor diperoleh dengan cara mengurangi nilai bobot tertinggi dengan nilai bobot terendah, kemudian hasilnya dibagi empat. Rentang nilai 1 berarti kurang berpengaruh dan rentang nilai 4 berarti sangat berpengaruh. Skor diperoleh dari perkalian bobot dengan rating.

Tabel 3 Contoh evaluasi faktor internal

Faktor-faktor strategi internal Bobot Rating Skor

Kekuatan:

Penjumlahan total skor untuk masing-masing faktor internal dan eksternal. Untuk memperoleh strategi yang tepat nilai tersebut diletakkan pada kuadran yang tepat di matriks space. Pada Gambar 3 disajikan matriks space.

Berbagai Peluang

Kuadran III Kuadran I

Strategi Turn-Around Strategi Agresif

Kuadran IV Kuadran II

Strategi Defensif Strategi Diversifikasi

Berbagai Ancaman

Gambar 3 Matriks space dan posisi kuadran

(29)

13 c. Tahap Pengambilan Keputusan

Dalam tahap pengambilan keputusan, matriks SWOT perlu merujuk pada matriks space yang menghasilkan posisi Kawasan Wisata Pangandaran saat ini sehingga dapat diketahui kombinasi strategi yang paling tepat. Dari matriks ini terbentuk 4 (empat) kemungkinan alternatif strategi seperti tertera pada Gambar 4.

Internal Factor STRENGTHS (S) WEAKNESSES (W)

External Factor

OPPORTUNITIES (O) Strategi SO

Menciptakan strategi yang

Gambar 4 Diagram Matriks SWOT dan kemungkinan strategi yang sesuai

Sumber: Marimin (2004)

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

Kondisi Fisik

Geografi dan Administrasi

(30)

14

Kabupaten Pangandaran mempunyai batas-batas wilayah sebagai berikut: a. sebelah utara berbatasan dengan Desa Ciulu, Desa Pasawahan, Desa Cikupa

Kecamatan Banjarsari, Desa Sidarahayu Kecamatan Purwadadi, Desa Sidamulih Kecamatan Pamarican Kabupaten Ciamis dan Desa Citalahab Kecamatan Karangjaya, Desa Cisarua Kecamatan Cineam Kabupaten Tasikmalaya;

b. sebelah timur berbatasan dengan Desa Tambaksari, Desa Sidanegara, Desa Rejamulya Kecamatan Kedungreja, Desa Sidamukti, Desa Patimuan, Desa Rawaapu, Desa Cinyawang, Desa Purwodadi Kecamatan Patimuan Kabupaten Cilacap Provinsi Jawa Tengah;

c. sebelah selatan berbatasan dengan Samudera Hindia; dan

d. sebelah barat berbatasan dengan Desa Pasangrahan Kecamatan Cikatomas, Desa Neglasari, Desa Tawang, Desa Panca Wangi, Desa Mekarsari Kecamatan Pancatengah, Desa Cimanuk Kecamatan Cikalong, Desa Mulyasari Kecamatan Salopa Kabupaten Tasikmalaya.

Gambar 5 Peta administrasi Kabupaten Pangandaran

Geologi dan Jenis Tanah

(31)

15

Kebudayaan

Kabupaten Pangandaran merupakan Kabupaten yang berada di wilayah Priangan, sehingga budaya dan keseniannya sangat erat dengan nilai-nilai adat Sunda. Sebagai penarik minat wisatawan, di Kabupaten Pangandaran terdapat cukup banyak obyek wisata, diantaranya terdapat 3 petilasan dan 50 makam bersejarah yang tersebar di beberapa kecamatan. Untuk hiburannya tersedia pula berbagai perkumpulan atau organisasi kesenian karawitan sebanyak 21 grup yang tersebar di semua beberapa kecamatan. Seni teater hanya terdapat 1 grup yaitu teater modern yang terdapat di Kecamatan Pangandaran. Selain itu juga terdapat organisasi seni tari sebanyak 22 grup (BPS Kabupaten Ciamis 2012).

Kondisi Sarana dan Prasarana

Sarana Jalan

Keadaan jalan di Kabupaten Pangandaran dapat digambarkan dalam kondisi baik. Namun ada beberapa ruas jalan yang rusak parah dan sering menimbulkan kemacetan, terutama pada hari-hari tertentu. Kerusakan tersebut disebabkan oleh banyaknya kendaraan yang membawa muatan yang melebihi kapasitas.

Jasa Penunjang Angkutan

Di Kabupaten Pangandaran sudah terdapat angkutan perbatasan dengan berbagai trayeknya seperti disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4 Jarak lintasan/trayek angkutan perbatasan di Kabupaten Pangandaran tahun 2011

No. Lintasan/Trayek Jarak (km)

1 Ciamis – Banjar – Pangandaran – Cijulang 124

2 Ciamis – Banjar - Pamarican – Langkaplancar 67

3 Rancah – Banjar – Pangandaran – Cijulang 100 4 Banjar – Pamarican – Langkaplancar 43

5 Banjar – Banjarsari – Kalipucang – Majingklak 55

6 Banjar – Pangandaran – Cijulang 85

7 Banjar – Pamarican – Sidamulih 48

Sumber : BPS Kabupaten Ciamis (2012)

(32)

16

Tabel 5 Jarak lintasan/trayek angkutan pedesaan di Kabupaten Pangandaran tahun 2011

No. Lintasan/Trayek Jarak (km)

1 Banjarsari - Padaherang - Paledah - Mangunjaya 23

2 Banjarsari - Padaherang - Mangunjaya 20

3 Pangandaran - Parigi Selasari 35

4 Pangandaran - Cijulang Keusikluhur 39

5 Pangandaran - Parigi Cigugur 36

6 Pangandaran - Kalipucang - Majingklak 28

7 Parigi - Cijulang Cibanten 20

8 Cijulang - Cimerak – Cimeudang 21

9 Cijulang - Cimerak - Sindangsari - Kertamukti 34

10 Cijulang Kalapagenap 27

11 Kalipucang - Pangandaran - Parigi - Cijulang 40

12 Banjarsari - Cigayam - Pasawahan -Sidamulih 10

13 Cijulang Cibanten 8

14 Pangandaran - Cikembulan - Sidamulih - Selasari 16

15 Parigi - Cigugur Pagerbumi 10

16 Parigi - Selasari Langkaplancar 26

17 Pangandaran - Purbahayu - Sidomulyo 14

18 Kalipucang - Bagolo Karapyak 14

19 Kalipucang Tunggilis Cicaruy 18

20 Pangandaran – Putrapinggan 8

21

Pangandaran - Babakan - Sukahurip - Purbahayu – Pagergunung 15

22 Pamarican - Cikupa - Karangkamiri - Gunungkelir - Langakaplancar

(Bangunjaya) 26

23 Langkaplancar (Bangunjaya) - Bojongkondang - Cibatu - Cigugur –

Parigi 51

Sumber : BPS Kabupaten Ciamis (2012)

Perhotelan

(33)

17 Tabel 6 Jumlah hotel, kamar, dan tempat tidur menurut kecamatan di Kabupaten

Pangandaran tahun 2011

No. Kecamatan Jumlah Hotel Kamar (Buah) Tempat Tidur Bintang Non Bintang

1 Padaherang 0 0 0 0

2 Mangunjaya 0 0 0 0

3 Kalipucang 0 12 93 120

4 Pangandaran 1 181 2.881 4.705

5 Sidamulih 0 7 56 70

6 Parigi 0 8 34 34

7 Cijulang 0 8 66 132

8 Cigugur 0 0 0 0

9 Cimerak 0 0 0 0

10 Langkaplancar 0 0 0 0

Sumber : BPS Kabupaten Ciamis (2012)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kawasan Wisata Pangandaran

Kabupaten Pangandaran yang merupakan pemekaran dari Kabupaten Ciamis memiliki daerah tujuan wisata yang sudah berkembang. Selain itu, beberapa obyek wisata juga memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan sebagai kawasan wisata. Berdasarkan hasil pengamatan (observasi), wawancara dan dari data literatur, Kabupaten Pangandaran memiliki beberapa obyek wisata yang sudah berkembang dan belum berkembang.

(34)

18

Berdasarkan Gambar 6 dapat diketahui obyek-obyek wisata di Kawasan Wisata Pangandaran tersebar di enam kecamatan yaitu Kalipucang, Pangandaran, Sidamulih, Parigi, Cijulang, dan Cimerak. Obyek wisata yang sudah berkembang adalah Pantai Pangandaran, Batu Hiu, Batu Karas, Green Canyon (Cukang Taneuh), dan Cagar Alam Pananjung. Sedangakn obyek wisata yang belum berkembang dan berpotensi untuk dikembangkan adalah Citumang, Keusik Luhur, Madasari, Karang Tirta, Palatar Agung, Karapyak, Karang Nini, dan Lembah Putri.

Obyek atau Daerah Tujuan Wisata yang Sudah Berkembang di Kawasan Wisata Pangandaran

Obyek wisata yang sudah berkembang di Kawasan Wisata Pangandaran yaitu Pantai Pangandaran, Batu Hiu, Batu Karas, Green Canyon (Cukang Taneuh), dan Cagar Alam Pananjung. Pada sub bagian ini diuraikan karakteristik obyek wisata tersebut secara lebih rinci.

Pantai Pangandaran

Obyek wisata yang merupakan primadona pantai Jawa Barat ini terletak di Desa Pananjung, Kecamatan Pangandaran, memiliki berbagai keistimewaan seperti :

 Terdapat pantai dengan hamparan pasir putih (Gambar 7a)

 Dapat melihat terbit dan terbenamnya matahari dari tempat yang sama (Gambar 7b)

 Pantainya landai dengan airnya yang jernih serta jarak antara pasang dan surut relatif lama sehingga memungkinkan orang untuk berenang dengan aman

 Tersedia tim penyelamat wisata pantai

 Terdapat taman laut dan muara sungai Cirengganis yang konon membuat orang awet muda

 Terdapat cagar alam dengan flora dan fauna yang langka

 Goa alam dan goa-goa buatan pada waktu penjajahan Jepang

(35)

19 kebersihan dan menyusun peraturan peraturan yang mengikat seluruh pemangku kepentingan. Atraksi wisata yang sering diselenggarakan antara lain Pangandaran Kite Festival, Pemilihan Putra Putri Pariwisata, Hajat Laut, Pangandaran Lautan Scooter, dan Pemilihan Mojang Jajaka tingkat kabupaten yang baru pertama kalinya diselenggarakan pada tahun 2013. Pemilihan Mojang Jajaka ini merupakan kegiatan rutin yang diadakan setiap tahun di setiap kabupaten di Jawa Barat.

a b

Terdapat dua moda transportasi yaitu jalur darat dengan menggunakan bus dengan trayek sebagai berikut: Bus Jurusan Bandung - Tasikmalaya - Banjar - Pengandaran, Bus Jurusan Kp. Rambutan (Jakarta) - Pangandaran, Bus Yogyakarta - Cilacap - Kalipucang - Pangandaran. Serta jalur udara menggunakan pesawat Susi Air dengan trayek sebagai berikut: Bandara Husen Sastranegara (Bandung) - Bandara Nusawiru (Pangandaran) dan Bandara Halim Perdanakusuma (Jakarta) - Bandara Nusawiru (Pangandaran). Keberadaan sarana angkutan umum ini sangat membantu wisatawan untuk sampai di obyek tujuan wisata. Namun saat ini frekuensi penerbangan Bandara Nusawiru rendah. Selain itu angkutan umum lain seperti angkutan kota (angkot) dan angkutan desa (angdes) masih terbatas.

Batu Hiu

Pantai Batu Hiu terletak di Desa Ciliang, Kecamatan Parigi sekitar 14 km dari Kecamatan Pangandaran ke arah selatan memiliki panorama alam yang sangat indah (Gambar 8). Terdapat bukit kecil dengan taman pantainya yang banyak ditumbuhi pohon Pandan Wong (Disbudpar Kabupaten Ciamis 2009).

Sekitar 200 meter dari pinggir pantai terdapat batu karang yang menyerupai ikan Hiu karena itulah tempat ini dinamakan Batu Hiu. Fasilitas yang tersedia antara lain: pondok wisata, kios makanan dan minuman, kios cinderamata, lahan parkir, TIC (Tourist Information Centre) (Disbudpar Kabupaten Ciamis 2009). Berbeda dengan Pantai Pangandaran, di Pantai Batu Hiu ini penataan ruang cukup teratur. Jumlah kios pedagang yang berada di pinggir pantai dibatasi. Pemerintah perlu mengatur dan mengawasi kios pedagang di sekitar obyek wisata Batu Hiu. Kebijakan dan peraturan yang tepat akan sangat membantu upaya pemerintah dalam menangani masalah ini. Sampai saat ini jumlah swasta yang terlibat dalam pengelolaan sarana dan prasarana wisata masih sedikit

.

(36)

20

Batu Karas

Obyek wisata ini merupakan perpaduan nuansa alam antara obyek wisata Pangandaran dan Batu Hiu (Gambar 9). Batu Karas terletak di Desa Batu Karas, Kecamatan Cijulang dengan jarak 34 km dari Pangandaran. Kegiatan wisata yang dapat dilakukan diantaranya berenang, berperahu di bengawan, berkemah, dan berselancar. Fasilitas yang tersedia antara lain: hotel, rumah makan, camping ground, kios cinderamata, sewaan papan selancar, dan ban berenang (Disbudpar Kabupaten Ciamis 2009).

Obyek wisata Batu Karas ini mirip dengan Pantai Pangandaran. Jenis wisata yang ditawarkan memiliki kesamaan, tetapi banyak wisatawan yang lebih memilih Batu Karas untuk berselancar dibandingkan dengan Pantai Pangandaran. Gelombang pantai Batu Karas lebih cocok digunakan untuk berselancar. Sarana dan prasarana wisata yang tersedia cukup. Namun pengawasan kegiatan wisata harus dilakukan dengan optimal. Berdasarkan informasi masyarakat, spesies ubur-ubur kadang muncul yang dapat membahayakan keselamatan wisatawan yang sedang renang.

Green Canyon (Cukang Taneuh)

Green Canyon yang nama aslinya Cukang Taneuh terletak di Desa Kertayasa, Kecamatan Cijulang sekitar 31 km dari Pangandaran ke arah selatan. Obyek wisata ini berupa aliran Sungai Cijulang yang menembus goa dengan stalaktit dan stalagmit serta diapit oleh dua bukit dengan bebatuan dan pepohonan rimbun (Gambar 10a) yang menyajikan atraksi alam khas dan menantang (Disbudpar Kabupaten Ciamis 2009).

Di mulut goa terdapat air terjun Palatar sehingga suasana di obyek wisata ini terasa sejuk dan penuh nuansa petualangan. Kegiatan yang dapat dilakukan diantaranya panjat tebing (rock climbing), berenang, bersampan sambil

Gambar 8 Pantai Batu Hiu

(37)

21 memancing. Untuk mencapai lokasi ini wisatawan dapat menggunakan perahu (Gambar 10b) yang banyak tersedia di Dermaga Ciseureuh. Sedangkan fasilitas yang tersedia antara lain: dermaga perahu, lapangan parkir, kios makanan dan minuman, kios cendramata, mushola, dan toilet umum.

a b

Perlu penataan sarana dan prasarana yang lebih baik untuk menarik minat wisatawan serta pengawasan keamanan yang maksimal. Berdasarkan hasil observasi, sarana umum seperti tempat ibadah dan toilet umum masih belum cukup.

Cagar Alam Pananjung

Cagar Alam Pananjung terletak di dalam kawasan obyek wisata Pangandaran dengan luas 530 ha yang diantaranya termasuk hutan wisata seluas 37,70 ha (Gambar 11a). Memiliki berbagai flora dan fauna langka seperti Bunga Raflesia Padma (Gambar 11b), Banteng, Rusa, dan berbagai jenis Kera (Disbudpar Kabupaten Ciamis 2009).

Selain itu terdapat pula goa-goa alam dan goa buatan seperti Goa Panggung, Goa Parat, Goa Sumur Mudal, Goa Lanang, Goa Jepang, sumber mata air Cirengganis, dan Pantai Pasir Putih dengan Taman Lautnya. Selain itu beberapa atraksi wisata pantai seperti wind surfing, scuba diving, snorkling, berperahu menyeberang ke Pasir Putih, serta mengamati berbagai ikan hias juga tersedia.

a b

Dengan adanya pengelolaan dari dua pihak yang berbeda, yaitu pihak konservasi yang menangani masalah konservasi hutan dan Perhutani yang menangani Tawan Wisata Alam (TWA), menjadi peluang pengembangan obyek Gambar 10 (a) Sungai Cijulang yang diapit oleh dua tebing dan (b) Fasilitas

perahu untuk mengantar penumpang

(38)

22

wisata ini dengan tetap memperhatikan aspek konservasi. Selain itu keberadaan obyek yang sangat dekat dengan Pantai Pangandaran akan memudahkan aksesibilitas wisatawan. Namun perlu pengawasan dari pihak pengelola terkait masalah kelestarian flora dan fauna langka yang ada di obyek ini perlu diperhatikan.

Urutan Obyek Wisata yang Sudah Berkembang yang Paling Disukai Wisatawan

Berdasarkan uraian dari kelima obyek wisata yang sudah berkembang di atas, dapat diketahui bahwa di Kabupaten Pangandaran terdapat obyek-obyek wisata yang sudah diakui baik regional maupun nasional. Dari kelima obyek di atas, tiga obyek wisata, yaitu Pantai Pangandaran, Batu Hiu, dan Batu Karas memiliki jenis atraksi wisata yang sama, yaitu pantai. Namun masing-masing obyek wisata tersebut memiliki keunikan dan daya tarik tersendiri. Wisatawan yang menyukai petualangan alam dapat mendatangi obyek wisata Green Canyon (Cukang Taneuh) dengan kondisi yang masih alami. Cagar alam menyajikan berbagai keindahan alam dengan beragam flora dan fauna langka yang masih dilindungi. Selain itu obyek wisata ini juga menyajikan Taman Wisata Alam (TWA).

Hasil analisis skoring dari hasil wawancara dengan wisatawan/pengunjung sebanyak 210 orang mengenai obyek wisata yang paling disukai menunjukkan Pantai Pangandaran memiliki skor tertinggi yaitu sebesar 600. Peringkat kedua, ketiga, keempat, dan kelima yaitu Green Canyon, Batu Karas, Cagar Alam, dan Batu Hiu dengan skor masing-masing 345, 50, 30, dan 25. Total skor obyek wisata eksisting di Kabupaten Pangandaran disajikan pada Gambar 12.

Gambar 12 Total skor di setiap obyek wisata yang sudah berkembang di Kabupaten Pangandaran

Berdasarkan Gambar 12, dapat diketahui bahwa obyek wisata yang memiliki nilai tinggi yaitu Pantai Pangandaran dan Green Canyon. Pantai Pangandaran merupakan salah satu obyek wisata yang sudah berkembang, baik tingkat regional maupun nasional, bahkan banyak wisatawan asing yang sudah mengetahui keberadaan Pantai Pangandaran. Dari segi sarana dan prasarana

600

(39)

23 wisata, Pantai Pangandaran sudah lebih berkembang dibandingkan obyek wisata lainnya di Kabupaten Pangandaran. Selain itu wisata pantai dinilai menarik bagi para wisatawan. Green Canyon juga salah satu obyek wisata yang memiliki daya tarik wisata yang khas di Kabupaten Pangandaran, yaitu berupa rekreasi di alam bebas. Sarana dan prasarana yang ada cukup mendukung untuk berbagai kegiatan wisata.

Obyek atau Daerah/Kawasan Wisata yang Berpotensi untuk Dikembangkan Sebagai Daerah Tujuan Wisata Baru

Obyek wisata yang berpotensi untuk dikembangkan di Kabupaten Pangandaran adalah Karang Nini, Lembah Putri, Karapyak, Palatar Agung, Karang Tirta, Madasari, Keusik Luhur, dan Citumang.

Karang Nini

Obyek wisata ini terletak di Desa Emplak, Kecamatan Kalipucang, 10 km dari Pangandaran ke arah timur. Kawasan wisata berada di sekitar hutan jati dan Samudera Indonesia dengan latar belakang Pulau Nusa Kambangan. Terhampar batu-batu karang yang salah satunya menyerupai nenek (nini dalam Bahasa Sunda) yang menjadi legenda tentang seorang istri yang setia menunggu suami datang sampai menjadi batu (Gambar 13). Selain panorama pantai, hutan pohon jati serta flora dan fauna yang langka menjadi obyek utama obyek wisata Karang Nini. Alat transportasi umum menuju lokasi antara lain bis, mini bis maupun elf dan dapat ditempuh melalui: Garut-Tasikmalaya-Banjar-Ciamis-Kalipucang-lokasi objek sejauh ±170 km, Bandung-Tasikmalaya-Banjar-Ciamis-Kalipucang-lokasi objek sejauh ± 210 km, serta Cirebon-Kuningan-Ciamis-Banjar-Kalipucang-lokasi objek sejauh ± 170 km.

Wana wisata pantai Karang Nini memiliki fasilitas kantor informasi tentang wana wisata, pondok wisata, mushola, warung/kedai, camping ground, play ground, dan areal parkir seluas ± 300 meter. Disamping itu, di kawasan wana wisata pantai Karang Nini terdapat situs tempat ziarah makam Syech Wali Kutub Cikabuyutan dan Anggasinga Wencana Bagaspati serta hutan mangrove dan hutan tanaman jati. Wisatawan bisa mengamati atau mengobservasi jenis tumbuhan jati dan mahoni serta mengamati proses kegiatan pengelolaan hutan tanaman jati atau teak plantation forest management mulai dari kegiatan persemaian, pemeliharaan hutan sampai dengan kegiatan produksi.

(40)

24

Obyek wisata ini memiliki kendala pada berbagai infrastruktur, baik pengelolaannya maupun kelengkapannya. Sarana aksesibilitas dan wisata kurang mencukupi. Dengan Pangandaran dijadikan kabupaten baru diharapkan pembangunan dan penataan obyek wisata dilakukan dengan optimal. Selain pembangunan dan penataan, pengelolaan/manajemen yang profesional juga sangat mempengaruhi perkembangan obyek wisata ini menuju obyek wisata unggulan di Kabupaten Pangandaran.

Lembah Putri

Lembah Putri memiliki panorama yang indah. Terdapat bukit, lautan, serta agrowisata (Gambar 14). Di obyek wisata ini dapat dilakukan kegiatan olahraga layang gantung gantole. Obyek wisata ini terletak di Desa Ciputrapinggan sekitar 5 km dari Pangandaran ke arah timur.

Obyek wisata ini ramai di hari-hari libur nasional. Berdasarkan observasi lapang yang telah dilakukan, obyek wisata ini dikelola oleh pihak swasta yang berdomisili di luar Kabupaten Pangandaran. Hal ini yang menyebabkan pengelolaan kurang diperhatikan. Keunikan yang dimiliki oleh obyek wisata ini pun, yaitu agrowisata sangat kurang perawatan dari pihak pengelola. Aksesibilitas di obyek wisata ini sangat mudah karena berdekatan dengan jalan utama Kabupaten Pangandaran.

Karapyak

Pantai Karapyak ini terletak di Desa Bagolo, Kecamatan Kalipucang. Ekosistem di kawasan wisata ini bersifat alami. Kegiatan rekreasi yang dapat dilakukan di kawasan wisata antara lain memancing, berkemah, dan berburu ikan-ikan kecil serta keong laut di hamparan batu karang (Gambar 15). Fasilitas obyek wisata pantai Karapyak untuk sementara ini memiliki areal parkir, warung/kedai, pondok wisata yang dikelola penduduk setempat, tempat pelelangan ikan, mushola, toilet, dan sebagian garis pantai dipergunakan masyarakat setempat untuk pemberdayaan rumput laut. Jarak dari obyek wisata pantai Pangandaran ke jalan raya menuju lokasi ± 10 km sedangkan arah menuju ke lokasi obyek wisata melalui jalan desa ± 3 km dengan kondisi jalan kurang baik.

(41)

25

Seperti obyek-obyek wisata yang lain, pengelolaan di obyek wisata ini juga masih kurang. Berdasarkan informasi yang diperoleh, obyek wisata ini sebelumnya dikelola oleh pemerintah desa setempat, tetapi belum lama ini, Pemerintah Daerah melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata mengambil alih sistem pengelolaannya sehingga pengembangan yang lebih lanjut belum dilaksanakan secara optimal. Sarana aksesibilitas yang sangat kurang membuat wisatawan berpikir ulang untuk berkunjung ke obyek wisata ini.

Palatar Agung

Pantai Palatar Agung ini terletak di Desa Bagolo sebelum Pantai Karapyak dengan jarak sekitar 15 km dari Pangandaran (Gambar 16). Perjalanan dapat ditempuh melalui jalan darat dari Desa Emplak atau menggunakan Ferry dari Dermaga Majingklak atau Santolo.

Di obyek wisata ini pengunjung dapat melakukan kegiatan seperti memancing, berkemah, berperahu pesiar serta melihat kegiatan nelayan tradisional dengan berbagai aktivitasnya.

Karang Tirta

Karang Tirta terletak di Desa Sukaresik, Kecamatan Sidamulih sekitar 9 km dari Pangandaran ke arah barat. Mempunyai keindahan alam dengan muaranya yang apabila airnya surut dapat dikelilingi dengan berjalan kaki sambil melihat-lihat berbagai jenis kerang yang banyak berkembang biak (Gambar 17).

Fasilitas yang tersedia diantaranya kedai makanan dan minuman serta pondok wisata. Di Pantai Karang Tirta dapat dilakukan kegiatan seperti bermain perahu, berenang, camping, memancing, menjala ikan, mencari taritip, membuat gula dari kelapa (wisata agro), belajar membuat opak buatan Cipari, belajar tari ronggeng, melihat pembuatan wayang golek (wisata Budaya), serta melihat

Gambar 15 Pantai Karapyak

(42)

26

pembuatan makanan khas di daerah ini yaitu Pindang Gunung /sejenis sup lauk (Wisata Kuliner).

Promosi yang kurang sangat mempengaruhi kunjungan wisatawan ke obyek wisata ini. Berdasarkan observasi yang telah dilakukan, sebagian besar responden tidak mengetahui obyek wisata ini, padahal lokasi obyek wisata ini berdekatan dengan obyek wisata Pantai Pangandaran yang sudah diketahui berbagai kalangan. Hal ini menunjukkan bahwa Pantai Karang Tirta masih kurang diperhatikan oleh pemerintah setempat. Pengembangan lebih lanjut akan sangat mendukung obyek wisata ini menjadi obyek wisata unggulan di Kabupaten Pangandaran.

Madasari

Pantai Madasari menyajikan panorama alam yang spesifik dengan pulau-pulau kecilnya yang berpadu dengan hijaunya dataran Masawah, serta dihiasi pula oleh batu-batu karang yang unik dengan pantainya yang landai (Gambar 18). Obyek wisata ini terletak di Desa Masawah, Kecamatan Cimerak sekitar 39 km dari Pangandaran ke arah barat dan dapat dijangkau dengan berbagai jenis kendaraan. Di sekeliling obyek wisata ditumbuhi pepohonan hijau dengan hamparan daratan, serta di dalamnya terdapat jalan setapak yang dapat ditempuh dengan berjalan kaki menuju obyek wisata Batu Karas.

Kondisi obyek wisata ini masih sangat perawan karena belum banyak perubahan dari segi penataan dan pembangunan fasilitas wisata. Infrastruktur jalan menuju obyek wisata ini masih berupa jalan setapak yang sedikit sulit untuk dijangkau. Pengelolaan obyek wisata ini juga masih dilakukan oleh pemerintah desa setempat. Namun berdasarkan informasi yang diperoleh, Pemerintah Daerah

Gambar 17 Tambak di dekat Pantai Karang Tirta

(43)

27 Kabupaten Pangandaran akan mengambil alih pengelolaan dari pemerintah desa setempat. Diperlukan penataan dan pembangunan yang maksimal untuk pengembangan obyek wisata ini.

Keusik Luhur

Pantai Keusik Luhur merupakan perpaduan antara alam pegunungan dengan panorama pantai. Dari sebuah bukit kita dapat melihat bergeloranya Samudera Indonesia dengan gelombang laut selatan yang menghempas karang sehingga tampak buih-buih di birunya laut lepas (Gambar 19). Gelombang laut mengangkat pasir ke atas batu karang yang terjal sehingga orang-orang menamakannya Keusik Luhur (keusik = pasir, luhur = tinggi). Obyek wisata ini terletak di Desa Kertamukti, Kecamatan Cimerak dengan jarak 45 km dari Pangandaran ke arah selatan.

Obyek wisata ini sama seperti Pantai Madasari dengan kondisi alamnya yang masih alami dan belum banyak perubahan dari segi penataan dan pembangunan fasilitas wisata. Promosi dan informasi yang masih kurang diperhatikan serta jarak yang jauh, banyak wisatawan yang tidak mengetahui keberadaan obyek wisata ini. Pengelolaan yang masih dilakukan oleh pemerintah desa setempat juga belum terlalu mendukung berjalannya kegiatan wisata di obyek wisata ini.

Citumang

Obyek wisata Citumang terletak di Desa Bojong, Kecamatan Parigi sekitar 13 km dari Pangandaran ke arah selatan yang berada dalam kawasan hutan jati milik Perhutani. Memiliki keunikan antara lain aliran sungai Citumang yang airnya sangat jernih, goa-goa karang dan akar-akar pohon yang besar dengan batuan (Gambar 20). Kegiatan yang dapat dilakukan antara lain body rafting, berenang, panjat tebing, dan cross country/outbond.

Berdasarkan observasi yang dilakukan, yang masih menjadi kendala di obyek wisata ini yaitu infrastruktur jalan rusak dan sempit. Selain itu sarana penunjang juga masih kurang memadai. Obyek wisata ini dikelola oleh pihak Perhutani. Pengelolaan obyek wisata ini sudah cukup baik karena penataan obyek yang teratur dan sesuai keadaan alaminya sehingga cukup menarik minat wisatawan untuk berkunjung ke obyek wisata ini.

(44)

28

Urutan Obyek Wisata yang Belum Berkembang yang Paling Disukai oleh Wisatawan

Berdasarkan uraian kedelapan obyek yang berpotensi untuk dikembangkan di atas dapat dijelaskan bahwa di Kabupaten Pangandaran terdapat pilihan obyek wisata yang memiliki potensi untuk dikembangkan dengan jenis atraksi wisata yang berbeda-beda. Obyek wisata yang berkaitan dengan pantai dapat dinikmati di beberapa obyek, yaitu Karang Nini, Karapyak, Palatar Agung, Karang Tirta, Madasari, dan Keusik Luhur. Namun di setiap obyek wisata pantai tersebut masing-masing memiliki keunikan yang berbeda. Wisatawan yang menyukai agrowisata dapat mendatangi Lembah Putri dengan berbagai hasil pertanian yang dapat dinikmati langsung oleh wisatawan. Wisatawan yang menyukai wisata alam dan petualangan dapat mendatangi obyek wisata Citumang.

Gambar 21 Total skor di setiap obyek wisata yang berpotensi untuk dikembangkan di Kabupaten Pangandaran

Obyek wisata yang berpotensi untuk dikembangkan di Kabupaten Pangandaran dinilai berdasarkan persepsi responden pengunjung sebanyak 210 orang mengenai urutan obyek wisata yang paling disukai dengan pengamatan dilakukan di empat obyek wisata, yaitu Lembah Putri, Karapyak, Citumang, dan Madasari. Pemilihan keempat obyek wisata tersebut dipertimbangkan berdasarkan luas wilayah desa dan kecamatan, panjang jalan, dan jenis wisata yang ditawarkan. Jumlah skor obyek wisata yang berpotensi untuk dikembangkan disajikan pada

184

Gambar

Tabel 1 Tujuan penelitian, jenis data, teknik analisis dan output
Gambar 1.
Gambar 2 Dekomposisi (penyusunan hirarki)
Gambar 5 Peta administrasi Kabupaten Pangandaran
+7

Referensi

Dokumen terkait

Potensi internal obyek wisata Grojokan adalah sedang, hal ini disebabkan kekuatan atraksi komponen obyek wisata yang alami atau buatan yang dimiliki kurang mampu mempertinggi

Arah pengembangan potensi kawasan Pantai Alam Indah akan dijadikan obyek wisata yang lebih baik dan akan diarahkan menjadi obyek wisata menyediakan resort atau cottage

Tujuan dari penelitian ini adalah (1) mengidentifikasi potensi obyek wisata di Kabupaten Karanganyar, (2) mengidentifikasi permasalahan-permasalahan yang menjadi

Tujuan dari penelitian ini adalah (1) mengidentifikasi potensi obyek wisata di Kabupaten Karanganyar, (2) mengidentifikasi permasalahan-permasalahan yang menjadi

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Ciamis dalam mengembangkan obyek wisata

Mengetahui obyek-obyek wisata alam di kabupaten Cilacap yang dapat dipromosikan menjadi obyek wisata unggulan Survai lapangan dan didukung oleh data sekunder dari instansi terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi potensi obyek dan daya tarik wisata alam yang ada di kawasan Danau Linting dan untuk menganalisis kesiapan masyarakat untuk

Tujuan penelitian ini adalah : (1) Menganalisis potensi wisata karst yang ada di Kecamatan Semanu sebagai obyek tujuan wisata, (2) Menganalisis klasifikasi tingkat