• Tidak ada hasil yang ditemukan

Konflik Kerja-Keluarga, Tipologi Keluarga, dan Kepuasan Perkawinan pada Keluarga dengan Suami-Istri Bekerja

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Konflik Kerja-Keluarga, Tipologi Keluarga, dan Kepuasan Perkawinan pada Keluarga dengan Suami-Istri Bekerja"

Copied!
173
0
0

Teks penuh

(1)

KONFLIK KERJA-KELUARGA, TIPOLOGI KELUARGA,

DAN KEPUASAN PERKAWINAN PADA KELUARGA

DENGAN SUAMI-ISTRI BEKERJA

FITRI MELIANI

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER

INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Konflik Kerja-Keluarga, Tipologi Keluarga, dan Kepuasan Perkawinan pada Keluarga dengan Suami-Istri Bekerja adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, November β014

Fitri Meliani

(4)

RINGKASAN

FITRI MELIANI. Konflik Kerja-Keluarga, Tipologi Keluarga, dan Kepuasan Perkawinan pada Keluarga dengan Suami-Istri Bekerja. Dibimbing oleh EUIS SUNARTI dan DIAH KRISNATUTI.

Ketidakseimbangan antara permintaan dengan ketersediaan lapangan kerja bagi wanita yang semakin meningkat dari tahun ke tahun menciptakan dua pilihan kegiatan ekonomi yang dapat dijalankan oleh wanita, yaitu di sektor formal dan informal. Peran ganda wanita, yaitu di tempat kerja dan dalam rumah tangga menghasilkan ketegangan dan konflik (role strain). Konflik tersebut terbagi

menjadi dua, yaitu konflik kerja mengganggu keluarga dan konflik keluarga mengganggu kerja. Tuntutan dalam menyeimbangkan kehidupan pekerjaan dan keluarga (balancing work and family life) dapat menjadi sumber stres dalam

kehidupan keluarga, sehingga menjadi pencetus menurunnya kepuasan perkawinan (satisfaction) dan berakibat buruk bagi keutuhan suatu keluarga.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis konflik kerja-keluarga, tipologi keluarga dan kepuasan perkawinan istri pada keluarga dengan suami istri bekerja. Penelitian ini mengacu pada penelitian payung yang bertema keseimbangan kerja dan keluarga (balancing work and family) menggunakan desain cross sectional study. Penentuan lokasi dilakukan secara purposive di Kecamatan Bogor Barat

dan Kecamatan Bogor Tengah. Pengumpulan data dilakukan pada bulan Februari – Juni β014. Contoh dalam penelitian ini adalah istri bekerja di sektor formal dan informal yang memiliki salah satu anak berumur 0-6 tahun. Teknik penarikan contoh dilakukan secara stratified non-proporsional random sampling sebanyak

1β0 orang.

Hasil penelitian menunjukkan istri yang bekerja di sektor formal cenderung mengalami konflik kerja-keluarga yang lebih tinggi dibandingkan dengan istri yang bekerja di sektor informal. Hal tersebut diduga karena aturan di tempat kerja dan lama perjalanan ke tempat kerja pada sektor formal lebih menuntut waktu dan perhatian dibandingkan dengan pekerjaan di sektor informal. Tingkat pendidikan istri dan pendapatan keluarga berhubungan positif dengan kepuasan perkawinan. Jumlah anggota keluarga dan lama pernikahan berhubungan negatif dengan kepuasan perkawinan. Tidak ada perbedaan indikator tipologi antara istri yang bekerja di sektor formal dan informal. indikator tipologi yang perlu ditingkatkan adalah ketangguhan dan ikatan keluarga.

Hasil penelitian ini merekomendasikan bahwa instansi ketenagakerjaan perlu menyusun kebijakan yang ramah keluarga, terutama berkaitan dengan fasilitas, waktu kerja dan pendapatan pekerja. Bagi Lembaga Swadaya Masyarakat dan Lembaga Pendidikan agar meningkatkan sosialisasi mengenai peningkatan pendidikan dan keterampilan guna meningkatkan penghasilan keluarga.

(5)

SUMMARY

FITRI MELIANI. Work-Family Conflict, Family Typology, and Marital Satisfaction of Dual Earner Families. Supervised by EUIS SUNARTI and DIAH KRISNATUTI.

The imbalance between the availability of market and demand for female labor is increasing from year to year, creating two choices of economic activities that can be run by women, namely the formal and informal sectors. Dual role of wife produces tension and conflict (role strain) between the demands of work and family. Conflict is divided into two, namely work conflict interferes with family and family conflict influence with work. In balancing the demands of work and family life (balancing work and family life) may be a cause of stress in family life, which became the cause of declining satisfaction (satisfaction) and bad for the health and integrity of the family. Given the number of divorces in Indonesia that increas every year, it is important to do further research on the problems faced by dual- earner families in these modern times.

This study aims to analyze the work-family conflict, family typology and wife marital satisfaction among dual earner families. This study draws on research umbrella themed work and family balance (balancing work and family), using a cross-sectional study design. Location determination is purposive in Bogor City, namely West and Central District of Bogor. Data collection was conducted in February-June β014. The example in this study is a working mother with the type of formal or informal job, among dual earner families. Sampling techniques performed non-proportional stratified random sampling of 1β0 people.

The results showed that wife worked in the formal sector tend to experience work-family conflict is higher than with a wife who works in the informal sector. This is presumably because the rules in the workplace and a long way to work in the formal sector is more demanding of time and attention than the work in the informal sector. Wife's education level and family income is positively related to marital satisfaction. The number of family members and long marriage negatively related to marital satisfaction. There is no difference between typology indicator amaong wifes who work in the formal and informal sectors. The typology indicators needs to be improved is family hardiness and bonding.

(6)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun β014

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

(7)

Tesis

sebagai syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains

pada

Program studi Ilmu Keluarga dan Perkembangan Anak

KONFLIK KERJA-KELUARGA, TIPOLOGI KELUARGA,

DAN KEPUASAN PERKAWINAN PADA KELUARGA

DENGAN SUAMI-ISTRI BEKERJA

FITRI MELIANI

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(8)
(9)
(10)

Judul : Konflik Kerja-Keluarga, Tipologi Keluarga, dan Kepuasan Perkawinan pada Keluarga dengan Suami-Istri Bekerja

Nama : Fitri Meliani NIM : Iβ511β0181

Disetujui oleh Komisi Pembimbing

Prof.Dr.Ir.Euis Sunarti,M.S

Ketua Dr.Ir. Diah Krisnatuti, M.Si Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi Ilmu Keluarga dan Perkembangan Anak

Dr. Ir. Herien Puspitawati, M.Sc., M.Sc

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr. Ir.Dahrul Syah, MScAgr.

(11)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Rasa syukur juga penulis haturkan pada junjungan Nabi Muhammad SAW yang telah menjadi motivator kehidupan bagi penulis. Tema yang dipilih dalam penelitian yang akan dilaksanakan pada bulan Februari-Juni β014 adalah keseimbangan kerja-keluarga dengan judul Konflik Kerja-Keluarga, Tipologi Keluarga, dan Kepuasan Perkawinan pada Keluarga dengan Suami-Istri Bekerja.

Terima kasih penulis sampaikan kepada Prof. Dr. Ir. Euis Sunarti, M.Si dan Dr. Ir. Diah Krisnatuti, M.S selaku komisi pembimbing tesis atas arahan, dukungan, pembelajaran, dan doa yang diberikan kepada penulis untuk menyelesaikan penulisan tesis ini.

Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada orangtua, Ir. Zainal Muttaqin, M.Sc. dan Neni Daerani, S.Pd., suami Andy Naisabury, dan putri Azka Namira Fajriani, serta keluarga besar yang telah memberikan doa, semangat, dan kasih sayang yang tidak pernah berhenti. Terima kasih kepada rekan penelitian, yaitu Fitri Apriliana Hakim, Risda Rizkillah dan Nurlita Tsania yang telah berjuang bersama untuk mencapai target penelitian agar selesai tepat waktu, serta teman-teman IKA β01β atas bantuan dan saran yang telah diberikan. Akhir kata, semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi seluruh pihak yang membutuhkan segala informasi yang terdapat didalamnya.

Bogor, November β014

(12)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL xiii

DAFTAR GAMBAR xiii

DAFTAR LAMPIRAN xiii

PENDAHULUAN 8

Latar Belakang 8

Perumusan Masalah β

Tujuan Penelitian 4

Manfaat Penelitian 4

TINJAUAN PUSTAKA 5

Teori Struktural Fungsional 5

Konflik Kerja-Keluarga 6

Tipologi Keluarga 7

Tipe Keluarga Regeneratif 9

Tipe Keluarga Lenting 10

Kepuasan Perkawinan 1β

KERANGKA PIKIR 1γ

METODE PENELITIAN 15

Disain, Lokasi, dan Waktu Penelitian 15

Gambar 5 Teknik penarikan contoh 15

Contoh dan Teknik Penarikan Contoh 15

Jenis dan Cara Pengumpulan Data 16

Pengolahan dan Analisis Data 18

Definisi Operasional 19

PENGARUH FAKTOR DEMOGRAFI DAN KONFLIK KERJA-KELUARGA TERHADAP KEPUASAN PERKAWINAN PADA KELUARGA DENGAN

SUAMI-ISTRI BEKERJA β1

Abstrak β1

Abstract β1

Pendahuluan ββ

Tujuan Penelitian βγ

Manfaat Penelitian βγ

Metode Penelitian βγ

Hasil β5

Pembahasan β9

(13)

PERBEDAAN KONFLIK KERJA-KELUARGA DAN TIPOLOGI KELUARGA

BERDASARKAN JENIS PEKERJAAN ISTRI γβ

Abstrak γβ

Abstract γβ

Pendahuluan γγ

Tujuan Penelitian γ4

Manfaat Penelitian γ4

Metode Penelitian γ4

Hasil γ6

Pembahasan 47

Simpulan 49

PEMBAHASAN UMUM 50

SIMPULAN DAN SARAN 5β

Simpulan 5β

Saran 5γ

DAFTAR PUSTAKA 54

LAMPIRAN 60

(14)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Variabel, skala, dan pengolahan data 17

Tabel β Rataan faktor demografi β5

Tabel γ Sebaran contoh berdasarkan kategori capaian dimensi konflik

kerja mengganggu keluarga β6

Tabel 4 Sebaran item berdasarkan rataan capaian konflik

kerja-keluarga β6

Tabel 5 Sebaran contoh berdasarkan kategori capaian kepuasan

perkawinan β7

Tabel 6 Sebaran item berdasarkan rataan capaian kepuasan perkawinan β7 Tabel 7 Hasil koefisien korelasi antara faktor demografi, konflik

kerja-keluarga, dan kepuasan perkawinan β8

Tabel 8 Koefisien regresi pengaruh karakteristik demografik dan konflik kerja-keluarga terhadap kepuasan perkawinan β8 Tabel 9 Hasil Uji beda karakteristik keluarga berdasarkan jenis

pekerjaan γ7

Tabel 10 Hasil uji beda karakteristik pekerjaan istri berdasarkan jenis

pekerjaan γ7

Tabel 11 Hasil uji beda dimensi konflik kerja-keluarga berdasarkan jenis

pekerjaan γ8

Tabel 1β Sebaran contoh berdasarkan kategori capaian dimensi konflik kerja mengganggu keluarga menurut jenis pekerjaan γ8 Tabel 1γ Hasil uji beda item rataan capaian konflik kerja mengganggu

keluarga berdasarkan jenis pekerjaan γ8

Tabel 14 Hasil uji beda item rataan capaian konflik keluarga mengganggu kerja berdasarkan jenis pekerjaan γ9 Tabel 15 Hasil uji beda capaian dimensi tipologi keluarga berdasarkan

jenis pekerjaan 40

Tabel 16 Sebaran contoh berdasarkan kategori capaian dimensi ketangguhan keluarga (hardiness) menurut jenis pekerjaan 40

Tabel 17 Hasil uji beda item rataan capaian ketangguhan keluarga

(hardiness) berdasarkan jenis pekerjaan 41

Tabel 18 Sebaran contoh berdasarkan kategori capaian dimensi koherensi keluarga menururt jenis pekerjaan 41 Tabel 19 Hasil uji beda item rataan capaian koherensi keluarga

berdasarkan jenis pekerjaan 4β

Tabel β0 Hasil uji beda item rataan capaian ikatan keluarga berdasarkan

jenis pekerjaan 4γ

Tabel β1 Sebaran contoh berdasarkan kategori capaian dimensi ikatan

keluarga menururt jenis pekerjaan 44

Tabel ββ Hasil uji beda item rataan capaian fleksibilitas keluarga

berdasarkan jenis pekerjaan 44

(15)

Tabel β5 Koefisien korelasi antar karakteristik keluarga, konflik kerja keluarga, dan indikator tipologi keluarga 46

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Model Penyesuaian dan Adaptasi Keluarga T-Double ABCX 8

Gambar β Tipe keluarga regeneratif 9

Gambar γ Tipe keluarga resilient 10

Gambar 4 Kerangka pikir konflik kerja-keluarga, tipologi keluarga dan kepuasan perkawinan pada keluarga dengan suami-isri

bekerja 14

Gambar 5 Teknik penarikan contoh 15

Gambar 6 Sebaran keluarga (%) berdasarkan model kuadran circumplex

tipe keluarga regeneratif berdasarkan jenis pekerjaan 4β Gambar 7 Sebaran keluarga (%) berdasarkan model kuadran circumplex

tipe keluarga lenting berdasarkan jenis pekerjaan 45

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Uji Reliabilitas dan Validitas Variabel Utama Penelitian 60 Lampiran β Uji Normalitas dan Multicolinearity Variabel 61

Lampiran γ Uji Beda Karakteristik Keluarga 6β

Lampiran 4 Uji Beda Karakteristik Pekerjaan Istri 65

Lampiran 5 Uji Beda Variabel Utama 68

Lampiran 6 Uji Korelasi dan Regresi Variabel Penelitian 70

(16)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Dewasa ini, persentase wanita bekerja terus meningkat dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Berdasarkan data Kementrian Tenaga Kerja dan Transmigrasi (β01β), dari β008 hingga β010, persentase wanita bekerja meningkat dari γ7.9 persen (β008), dan γ8.β persen (β009) menjadi γ8,6 persen pada β010. Peningkatan ini mengindikasikan bahwa kesempatan bekerja wanita semakin besar. Saat ini, laki-laki dan wanita memiliki kesempatan yang sama di pasar tenaga kerja. Peran ganda yang dijalani wanita dalam pekerjaan dan rumah tangga menuntut lebih banyak waktu dan energi untuk memenuhi tanggung jawab pada setiap peran tersebut. Tantangan ini berkaitan dengan adanya tuntutan (demands)

untuk menyerap lebih banyak sumber daya (resources) keluarga (McCubbin et al.,

1988), disebut sebagai konflik kerja-keluarga, yaitu wanita bekerja mengalami efek langsung dan tidak langsung dari karir mereka, dan karir tersebut memberikan efek langsung dan tidak langsung pada keluarga mereka (Greenhaus, Parasuraman dan Collins, β001).

Pada level individu dan keluarga, tuntutan dalam menyeimbangkan kehidupan pekerjaan dan keluarga (balancing work and family life) dapat menjadi

penyebab konflik dalam kehidupan keluarga, yang menjadi pencetus menurunnya kepuasan dalam pekerjaan, hidup, perkawinan, dan meningkatkan distress yang berakibat buruk bagi kesehatan, dan kesejahteraan suatu keluarga (Frone, Russell, dan Barnes, β00γ; Boles, Johnston dan Hair, 1997). Terlebih, 56.β persen ibu-ibu di negara Asia yang memiliki anak dibawah 6 tahun berstatus sebagai pekerja (BLS, β01γ). Perkembangan anak usia 0 – 6 tahun adalah dasar yang penting bagi perkembangan anak selanjutnya, karena fase awal kehidupan hingga 5 tahun adalah golden age. Fase golden age adalah fase terpenting dalam memberikan

kasih sayang, perhatian, dan berbagai macam rangsangan agar setiap tugas perkembangan dapat tercapai. Keterbatasan waktu ibu di rumah dapat berdampak kurang baik pada pengasuhan anak di fase ini. Perubahan besar dalam keberfungsian keluarga tersebut adalah gaya hidup keluarga dual-earner yang

merupakan tantangan bagi individu, keluarga, pekerja, komunitas dan pemerintah. Kemampuan suatu keluarga mengatasi setiap kejadian, tantangan, tekanan dan perubahan dalam hidup adalah kemampuan yang diperlukan agar menjadi keluarga yang berfungsi secara tepat (McCubbin dan Thompson, 1987).

Setiap keluarga memiliki usaha yang berbeda-beda dalam menghadapi kejadian, tekanan dan perubahan dalam hidup. Tipologi keluarga merupakan karakteristik atau ciri-ciri keluarga dalam menilai, beroperasi, dan atau berperilaku ketika menghadapi sumber stress (Sunarti β01β). Keluarga dengan dimensi tipologi yang baik akan memiliki pola adaptasi yang positif terhadap kondisi krisis, dan mengalami kepuasan perkawinan (McCubbin et al., 1988).

(17)

β

konflik kerja-keluarga dan cara keluarga berperilaku dan beradaptasi ketika mendapat tantangan dan tekanan yang dihadapi keluarga dengan diukur oleh indikator tipologi keluarga (family hardiness, family coherence, family bonding

dan family flexibility).

Keluarga dual-earner adalah keluarga dengan suami dan istri yang

sama-sama berperan aktif di ranah publik. Tugas yang tumpang tindih di tempat kerja dan tugas di rumah dapat mempengaruhi keberfungsian keluarga, dimana tugas utama istri adalah sebagai pemelihara rumah tangga. Keberfungsian keluarga memegang peranan penting sebagai penyangga keutuhan keluarga. Mengingat angka perceraian di Indonesia yang semakin bertambah setiap tahun, 70 persennya diinisiasi oleh pihak istri, dan masih tertinggi di kawasan Asia Pasifik (BKKBN, β01γ), maka penting untuk melakukan kajian lebih lanjut mengenai permasalahan yang dihadapi oleh keluarga dual-earner di masa modern ini.

Perumusan Masalah

Keinginan bekerja wanita yang tidak memiliki pendidikan tinggi seringkali tidak didukung oleh ketersediaan lapangan kerja, dengan begitu wanita cenderung berpeluang di sektor informal. Komponen pekerja informal terdiri dari penduduk bekerja dengan status berusaha sendiri, berusaha dibantu buruh tidak tetap, pekerja bebas di pertanian, pekerja bebas di nonpertanian dan pekerja keluarga/tak dibayar (BPS, β014). Sektor informal banyak terdapat di perkotaan dan pedesaan, kegiatannya terutama disektor perdagangan (penjual keliling, pedagang kaki lima, tukang loak, penjual buku bekas), sedang dari sektor jasa adalah tukang becak, buruh angkut, tukang gunting rambut dan sebagainya (Gilarso, 199β). Ahmad (β00β) menambahkan, bahwa sektor informal disebut sebagai kegiatan ekonomi yang bersifat marjinal (kecil-kecilan) yang memperoleh beberapa ciri seperti kegiatan yang tidak teratur, tidak tersentuh peraturan, bermodal kecil dan bersifat harian, tempat tidak tetap dan berdiri sendiri. Tipe informal didominasi oleh kalangan masyarakat yang berpenghasilan rendah, tidak membutuhkan keahlian dan keterampilan khusus, lingkungan kecil atau keluarga serta tidak mengenal perbankan, pembukuan maupun perkreditan (Firdiansyah, β009). Sektor formal adalah usaha yang secara sah terdaftar dan mendapat izin dari pejabat berwenang. Kegiatannya terhimpun dalam instansi pemerintah, bentuk badan usaha seperti BUMN, BUMS, dan koperasi. Pekerjaan sektor informal adalah sebuah lapangan kegiatan usaha yang bersifat independen (Triputrajaya, β011).

Peran ganda istri dijelaskan dalam konsep dualism cultural (Michelle dan

Louise, 1974), yang terbagi dalam dua lingkungan, yaitu domestik dan publik. Peran domestik merupakan peran sebagai istri, ibu dan pengelola rumah tangga, sedangkan peran publik merupakan peran dalam lingkungan kerja anggota masyarakat, dan organisasi. Peran ganda istri menghasilkan ketegangan dan konflik peran (role strain) antara tuntutan pekerjaan dan keluarga. Konflik

(18)

γ (interference) yang artinya ada pekerjaan di kantor yang harus diselesaikan,

sementara kewajiban keluarga juga harus dilaksanakan dalam waktu yang sama. Konflik kerja-keluarga mendapat perhatian besar dari banyak peneliti karena pengaruhnya terhadap berbagai aktifitas di tempat kerja dan rumah tangga. Pada tempat kerja, konflik kerja-keluarga mengakibatkan munculnya stres kerja dan niat pengunduran diri individu. Konflik kerja-keluarga adalah masalah bagi pegawai maupun organisasi tempat individu bekerja. Hal ini mengganggu aktifitas pegawai di tempat kerja dan menciptakan masalah pada situasi keluarga individu (Adams, King, dan King, 1996; Ghayyur dan Jamal, β01β). Hubungan negatif antara konflik kerja-keluarga dengan kepuasan perkawinan dapat dibuktikan dengan fakta bahwa wanita bekerja yang memiliki level konflik kerja-keluarga yang rendah mengalami kepuasan yang lebih tinggi dalam peran pekerjaan maupun peran dalam keluarga (Williams dan Alliger, 1994; Judge, Ilies, dan Scott, β006).

Tipologi keluarga masih jarang dikaji. Beberapa penelitian mengenai tipologi keluarga membahas hubungan tipologi keluarga dengan ketahanan keluarga, dan membahas tipologi keluarga berdasarkan wilayah (perdesaan dan perkotaan), dan status ekonomi (miskin dan tidak miskin). Hasil yang menarik untuk dibahas adalah bahwa proporsi tipe keluarga resilient lebih besar di perdesaan, sedangkan tipe keluarga regeneratif lebih banyak di perkotaan, berarti keluarga perkotaan memiliki tipologi yang lebih baik dari keluarga perdesaan (Kharisma, β01γ; Sunarti β01βb). Keluarga tidak miskin memiliki persentase indikator tipologi keluarga yang lebih baik dari keluarga miskin. Hal ini menegaskan bahwa keluarga miskin memiliki keterbatasan dalam berbagai hal bila dilihat dari tipologi keluarga (Ginanjarsari, β010). Ketiga penelitian tersebut menggambarkan kemampuan keluarga dalam menghadapi situasi stres dalam hal ekonomi dan wilayah tempat tinggal. Namun demikian, belum ada penelitian yang mengkaji hubungan antara tipologi keluarga dengan konflik kerja-keluarga. Penting untuk meneliti tipologi dan konflik kerja keluarga guna memetakan kemampuan keluarga dalam mengelola tekanan yang timbul dari peran ganda istri. Penelitian ini memperlihatkan implikasi keseimbangan dunia kerja dan rumah tangga agar mencapai kesuksesan dan keharmonisan pada dua peran yang berbeda. Kontribusi dari penelitian ini adalah mengkaji dampak konflik kerja-keluarga terhadap kepuasan perkawinan. Penting untuk memotret fenomena keseimbangan kerja-keluarga pada masyarakat modern saat ini yang didominasi oleh keluarga dengan suami-istri bekerja guna untuk membuat rekomendasi dan pengembangan kebijakan. Guna menggambarkan proses dalam keluarga yang mengalami konflik kerja-keluarga, diperlukan tipologi keluarga sebagai tolak ukur keluarga yang regeneratif (regenerative) dan lenting (resilient), sehingga

diperoleh gambaran menyeluruh mengenai kepuasan perkawinan pada keluarga dengan suami-istri bekerja. Berdasarkan fenomena di atas, penelitian ini ingin menjawab pertanyaan permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana gambaran karakteristik keluarga, karakteristik pekerjaan istri, konflik kerja-keluarga, tipologi keluarga dan kepuasan perkawinan pada keluarga dengan suami-istri bekerja?

(19)

4

γ. Bagaimana hubungan antara karakteristik keluarga, karakteristik pekerjaan istri, konflik kerja-keluarga, tipologi keluarga dan kepuasan perkawinan pada keluarga dengan suami-istri bekerja?

4. Bagaimana pengaruh karakteristik keluarga dan konflik kerja-keluarga terhadap kepuasan perkawinan pada keluarga dengan suami-istri bekerja?

Tujuan Penelitian

Umum :

Menganalisis konflik kerja-keluarga, tipologi keluarga dan kepuasan perkawinan pada keluarga dengan suami-istri bekerja.

Khusus :

1. Mengidentifikasi karakteristik keluarga, karakteristik pekerjaan istri, konflik kerja-keluarga, tipologi keluarga dan kepuasan perkawinan pada keluarga dengan suami-istri bekerja.

β. Menganalisis perbedaan karakteristik keluarga, karakteristik pekerjaan istri, konflik kerja-keluarga dan tipologi keluarga berdasarkan jenis pekerjaan formal dan informal.

γ. Menganalisis hubungan antara karakteristik keluarga, karakteristik pekerjaan istri, konflik kerja-keluarga, tipologi keluarga dan kepuasan perkawinan pada keluarga dengan suami-istri bekerja.

4. Menganalisis pengaruh karakteristik keluarga dan konflik kerja-keluarga terhadap kepuasan perkawinan pada keluarga dengan suami-istri bekerja.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai keluarga dengan suami-istri bekerja, karakteristik pekerjaan istri, konflik kerja-keluarga, tipologi keluarga dan kepuasan perkawinan. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan informasi bagi peneliti-peneliti selanjutnya. Bagi keluarga, penelitian ini diharapkan dapat lebih memahami bagaimana mengelola potensi-potensi keluarga dalam menghadapi berbagai tekanan akibat konflik kerja-keluarga agar lebih merasa puas dengan perkawinannya. Bagi pemerintah dan instansi, gambaran konflik yang dialami oleh dua tipe keluarga (regenerative dan resilient) dan pengaruhnya terhadap kepuasan perkawinan pada keluarga dengan

suami-istri bekerja diharapkan dapat membantu merencanakan berbagai program penyeimbang masalah pekerjaan dan keluarga (balancing work-family) dari sisi

(20)

5

TINJAUAN PUSTAKA

Teori Struktural Fungsional

Teori struktural fungsional berlandaskan empat konsep yaitu sistem, struktur sosial, fungsi dan keseimbangan. Teori ini membahas perilaku seseorang dipengaruhi orang lain dan oleh institusi sosial, dan bagaimana perilaku tersebut pada gilirannya mempengaruhi orang lain dalam proses aksi-reaksi berkelanjutan. Teori ini memandang tidak ada individu dan sistem yang berfungsi secara independen, melainkan dipengaruhi dan pada gilirannya mempengaruhi orang lain atau sistem lain (Winton, 1995), serta mengakui adanya keragaman dalam kehidupan sosial, yang merupakan sumber utama struktur masyarakat (Megawangi, 1999).

Kajian berdasarkan teori sistem keluarga (Galvin dan Brommel, 1996) melihat hubungan keluarga sebagai sesuatu yang menyeluruh, berinteraksi dan saling bergantung satu sama lain untuk mengendalikan keseimbangan dan kelangsungan sistem. Teori ini juga digunakan untuk menerangkan proses komunikasi yang berlaku dalam keluarga. Teori tentang keluarga dapat dari empat level analisis (Klein dan White, 1996). Pada level terkecil, keluarga dapat dilihat sebagai hubungan interpersonal yang sederhana dalam melakukan pertukaran (exchange). Pada level yang lebih besar lagi peran individu masih kentara namun

bentuk hubungannya lebih kompleks karena berbentuk jaringan. Pada level analisis selanjutnya, keluarga tidak lagi dapat dilihat secara mudah pada level individu karena sistem dan kelompok lebih dominan. Pada level yang paling tinggi, keluarga dapat dianggap sebagai institusi yang solid dan lebih formal seperti layaknya organisasi. Empat sistem dinilai vital dalam keluarga, yaitu sistem perumusan sasaran dan rencana, sistem standarisasi, sistem upaya peningkatan, dan sistem komunikasi serta pemecahan masalah. Masalah yang tidak kalah penting adalah integrasi dari sistem-sistem itu. Contohnya, menyekolahkan anak seharusnya dibarengi dengan upaya untuk meningkatkan kemampuan membuat rencana, mempertahankan upaya tersebut dan diikuti oleh keterbukaan dalam pemecahan masalah yang dihadapi.

Definisi keluarga dapat dilihat dari berbagai perspektif. Menurut Olson dan DeFrain (β00γ) mendefinisikan keluarga sebagai komitmen antara dua orang atau lebih untuk barbagi keintiman (sharing intimacy), sumber daya, pengambilan

keputusan, tanggung jawab dan nilai. Dalam kehidupan keluarga diperoleh pandangan mengenai keluarga, yakni “Family System Theory”, yang menyatakan

bahwa segala sesuatu yang terjadi pada salah satu anggota keluarga akan berpengaruh terhadap anggota keluarga yang lainnya. Antaranggota keluarga akan saling berhubungan dan bekerja sebagai satu kelompok sistem keluarga (family system).

Family System Theory dikembangkan dari general system theory. Beberapa

konsep dalam general system theory dianggap relevan dengan sistem keluarga.

Konsep mengenai multiple system level menjelaskan bahwa sistem melekat di

(21)

6

supra-sistemnya adalah keluarga dan sub-sistemnya terdiri dari dua individu (suami dan istri). Jika fokusnya adalah nuclear family (keluarga inti) maka

supra-sistemnya adalah extended family (keluarga besar) dan sub-sistemnya adalah

pasangan sumai istri atau unit diadic (dua orang) yang lainnya, seperti orang

tua-anak. Sistem yang sehat digambarkan dengan adanya keseimbangan antara

separatedness (keterpisahan) sebagai individu dan connectedness (keterkaitan)

sebagai sebuah sistem. Dinamika akan membantu sistem untuk menjaga keseimbangan antara separatedness-connectedness yang ada. Sistem keluarga

akan berfungsi dengan baik jika pertukaran informasi-informasi yang penting dilakukan secara teratur antar anggota keluarga.

Konflik Kerja-Keluarga

Konflik kerja-keluarga dibangun dari paradigma stres dalam dunia kerja. Terjadinya berbagai masalah baik di pekerjaan maupun di keluarga dapat mengakibatkan konflik antara dua wilayah penting dalam kehidupan, yaitu pekerjaan dan keluarga, salah satunya adalah adanya tuntutan peran yang bertentangan. Netemeyer (1996) menyatakan bahwa konflik kerja-keluarga dapat terjadi dari dua arah yaitu konflik kerja mengganggu keluarga (Work-Family Conflict) dan konflik keluarga mengganggu pekerjaan (Family-Work Conflict).

Carlson et al. (β000) membagi tiga bentuk konflik kerja-keluarga, yaitu time-based conflict (berdasarkan waktu), strain-based conflict (berdasarkan

ketegangan), dan behavior-based conflict (berdasarkan perilaku). Greenhaus dan

Beutell (1985) mendefinisikan, time-based conflict terjadi saat ada tuntutan waktu

di suatu peran yang menyulitkan keikutsertaan peran lainnya; strain-based conflict

adalah saat satu peran mengganggu peran lainnya; dan behavior-based conflict

adalah saat suatu perbuatan/perilaku yang dibutuhkan dalam satu peran tidak sesuai dengan harapan dalam peran lain.

Penelitian mengenai konflik kerja-keluarga menemukan bahwa variabel ini mempengaruhi beberapa aspek, yaitu psychological well-being, depresi, kepuasan

perkawinan, dan kepuasan hidup (Greenhaus dan Beutell, 1985). Konflik antara pekerjaan dan keluarga memiliki konsekuensi nyata, yaitu dalam pencapaian karir dan kualitas keluarga baik pada pria maupun wanita. Pada wanita, termasuk di dalam konsekuensi ini adalah keterbatasan dalam pilihan berkarir, kurangnya kesempatan bekerja dan kesuksesan peran dalam pekerjaan, dan kebutuhan memilih antara dua kepentingan yang bertolak belakang, yaitu karir yang aktif dan memuaskan, atau perkawinan dan anak. Tuntutan pekerjaan dapat mengancam sumberdaya seseorang dari waktu ke waktu, terlalu lama terkena tuntutan seperti jam kerja yang panjang dapat mengakibatkan kelelahan, emosi, dan stres. Hal tersebut dapat mengakibatkan istri tidak dapat menyelesaikan sesuatu di rumah. Walaupun istri memiliki pekerjaan penuh waktu diluar rumah, istri tetap mengerjakan dua kali lebih banyak tugas-tugas rumah tangga daripada suami (Greenhaus dan Friedman, β000).

(22)

7 (FWC) cenderung lebih tinggi pada pekerja yang menikah dibanding mereka yang masih melajang, dan lebih dialami pekerja yang telah memiliki anak dibanding pekerja yang belum memiliki anak (Lu, Gilmour, Kao, dan Huang, β006). Perencanaan dan penyusunan jadwal merupakan bagian utama dari semua kemampuan penyeimbangan peran ganda pada wanita(Greenhaus dan Friedman, β000). Namun begitu, tidak semua penelitian menunjukkan hubungan yang negatif antara peran dalam pekerjaan dan keluarga. Adanya percampuran nilai, keterampilan dan perilaku yang telah dipelajari dari suatu peran (tempat kerja) dapat mempengaruhi peran lainnya (rumah) (Haar dan Bardoel, β008). Tumpang tindih peran dalam kerja dan keluarga dapat meningkatkan kepuasan keluarga (Grzywacz, Almeida, dan McDonald, β00β).

Dua penelitian mengenai konflik kerja-keluarga pada keluarga Latin dan keluarga Asia (Yang et al., β000 & Spector et al., β004) menunjukkan bahwa

pada lingkungan budaya kolektif, individu cenderung lebih sedikit mengalami konflik kerja-keluarga, karena pekerjaan dan keluarga merupakan suatu integrasi. Pekerjaan adalah suatu hal yang penting dan komponen vital dalam menjamin kesejahteraan keluarga (Aryee et al., 1999; Spector et al., β004; Yang et al.,

β000). Bagi masyarakat kolektif, orang fokus pada kesejahteraan keluarga. Pekerjaan tidak hanya berfungsi untuk mengembangkan diri, tapi juga untuk menyokong keluarga. Masyarakat kolektif yang bekerja untuk hidup bergantung pada kemakmuran keluarga sebagai syarat makna hidup dan kebahagiaan pribadi. Orang Cina secara tradisional melihat pekerjaan sebagai kontribusi untuk kesejahteraan keluarga, bukan untuk berkompetisi di dalamnya. Karena masyarakat kolektif tidak melihat pekerjaan dan rumah sebagai dua hal yang independen, maka mereka cenderung melihat waktu dan tuntutan kerja sebagai kontribusi yang dikorbankan untuk kesejahteraan keluarga, sehingga konflik kerja-keluarga rendah (WFC). Bila tuntutan peran di rumah yang lebih dirasakan, konflik keluarga kerja (FWC) mereka juga lebih rendah dibanding masyarakat individualist, karena memandang hal ini sebagai kewajiban dalam keluarga (Lu, Gilmour, Kao dan Huang, β006).

Tipologi Keluarga

Teori stres keluarga menggambarkan keluarga dalam menghadapi transisis, krisis dan daptasi keluarga menggunakan Model Penyesuaian dan Adaptasi Keluarga T-Double ABCX. Teori ini dibangun berdasarkan empat dasar

asumsi mengenai kehidupan keluarga, yaitu: (1) keluarga menghadapi tantangan dan perubahan sebagai aspek yang alami dan dapat diprediksi sepanjang masa hidup; (β) keluarga membangun kekuatan dan kemampuan dasar agar terus dapat menumbuhkan dan mengembangkan anggota dan unit keluarga, juga untuk melindungi keluarga dari gangguan utama; (γ) keluarga membangun kekuatan dan kemampuan dasar dan unik yang dirancang untuk melindungi keluarga dari stressor tak terduga dan tidak biasa, juga membantu keluarga beradaptasi selama menghadapi krisis, transisi atau perubahan; dan (4) keluarga mendapat manfaat dan berkontribusi dari jaringan relasi dan sumber daya dalam masyarakat, khususnya saat menghadapi stress dan krisis.

(23)

8

ketahanan keluarga (sumberdaya, koping, dan penilaian) dengan penekanan

terhadap tradisi keluarga, perayaan, ketangguhan, koherensi, rutinitas dan waktu keluarga. Tipologi keluarga sebagai satu set atribut dasar tentang sistem keluarga yang menjadi ciri dan menjelaskan bagaimana sebuah sistem keluarga biasanya dinilai, beroperasi, dan/atau bersikap. Pola-pola ini yang diprediksi dan bisa dilihat dari perilaku keluarga (yang diperkuat oleh aturan dan rutinitas), ternyata memainkan peran penting dalam menjelaskan perilaku keluarga dalam menghadapi peristiwa stres dan transisi atau perubahan (McCubbin,1987).

Gambar 1 Model Penyesuaian dan Adaptasi Keluarga T-Double ABCX Keterangan:

X : Stressor / masalah keluarga

R : Tingkat regeneratif keluarga

T : Tipologi keluarga

AA : Setumpuk stressor keluarga BB : Sumberdaya koping keluarga CC : Persepsi keluarga terhadap stressor CCC : Skema keluarga

XX : Adaptasi keluarga

PSC : Penyelesaian masalah keluarga

(24)

9 memfasilitasi keluarga untuk memecahkan masalah, koping dan menyesuaikan diri menghadapi stressor.

Faktor CC (pemaknaan keluarga: fokus pada stressor), yaitu bagaimana keluarga memaknai secara subjektif kejadian, stressor atau tantangan yang dihadapi. Makna subjektif ini mereflkesikan keberagaman nilai suatu keluarga dan bagaimana keluarga tersebut menghadapi perubahan dan tantangan sebelumnya. Faktor PSC (pengelolaan keluarga: memecahkan masalah dan koping), dimana pemecahan masalah sebagai kemampuan keluarga dalam mendefinisikan stressor dan situasi dalam komponen yang dapat dikelola, untuk mengidentifikasi berbagai alternatif untuk menyelesaikan masalah. Faktor XX (krisis, adjustment dan maladjustment keluarga: tuntutan untuk berubah), yaitu hasil dari proses

penyesuaian keluarga, apakah suatu sistem keluarga akan berubah secara positif setelah menyelesaikan masalah, atau tidak dapat menjaga stabilitas keluarga dan menjadi maladjustment (tidak dapat menyesuaikan diri) sehingga menimbulkan

krisis dalam keluarga.

Tipe Keluarga Regeneratif

Tipe keluarga regeneratif meliputi dua level (rendah-tinggi) dimensi-dimensi keutuhan keluarga (family coherence) dan ketahanan keluarga (family hardiness).

Dimensi keutuhan keluarga didefinisikan sebagai fundamental coping strategies

keluarga yang digunakan dalam mengelola masalah keluarga. Keutuhan keluarga dioperasionalkan melalui pemahaman keluarga terhadap penerimaan, loyalitas, kebanggaan, kepercayaan, kejujuran, respek, kepedulian dan berbagi dalam mengelola tekanan dan ketegangan.

Indeks family hardiness (ketangguhan keluarga) terdiri dari empat sub-skala

yaitu kontrol, koorientasi, komitmen, tantangan, dan percaya diri. Menurut Failla dan Jones (1991), ketangguhan keluarga dapat dikaitkan dengan penilaian keluarga, dukungan sosial, koping orangtua yang terkait dengan mempertahankan integrasi keluarga, dan kepuasan dengan fungsi keluarga. Ketangguhan dapat juga didefinisikan sebagai komitmen untuk hidup, melihat perubahan sebagai tantangan, dan memiliki kontrol atas hidup seseorang. Ketangguhan berhubungan dengan hasil yang lebih baik dalam situasi stres.

Family Hardiness

Low High

Fa

m

ily

C

oh

er

en

ce Low Vulnerable Families Secure Families

High Durable Families Regenerative Families

Gambar β Tipe keluarga regeneratif

(25)

10

Konstrak ketangguhan keluarga mencakup gagasan dan tanggapan anggota keluarga terhadap stresor dalam hal ikatan keluarga dan dukungan dalam menghadapi gangguan dan ketegangan keluarga, dimana ketangguhan keluarga, fungsi keluarga, dan self-efficacy, berpengaruh signifikan satu sama lain (Chan

β005).

Menurut McCubbin dan Thompson (1988), indeks family coherence

(koherensi keluarga) terdiri dari tiga sub-skala utama: kebanggaan keluarga (family pride), kepedulian keluarga (family caring) dan kepercayaan (trust).

Secara bahasa, koherensi memiliki makna sebagai koneksi sistematis atau logis atau konsistensi yang merupakan integrasi berbagai elemen, hubungan, atau nilai-nilai. Koherensi keluarga mengacu pada sejauh mana persepsi orang melihat kehidupan keluarga untuk dipahami, dikelola, dan dimaknai (Antonovsky dan Sourani, 1988).

Model Regeneratif memungkinkan seseorang untuk mengidentifikasi dan menjelaskan empat jenis sistem keluarga: (1) keluarga dengan koherensi keluarga rendah dan ketangguhan keluarga rendah diberi nama keluarga rentan

(vulnerable), (β) keluarga dengan koherensi keluarga rendah dan sifat tangguh

keluarga tinggi dinamakan keluarga aman (secure), (γ) keluarga yang rendah pada

ketangguhan keluarga (family hardiness) tapi tinggi pada koherensi keluarga

dinamakan keluarga tahan lama (durable families), (4) keluarga yang tinggi pada

ketangguhan keluarga (family hardiness) dan koherensi keluarga (family coherence) dinamakan keluarga regeneratif (McCubbin 1987).

Tipe Keluarga Lenting

Indeks ikatan keluarga (family bonding) menggambarkan kesatuan dan

kebersamaan keluarga dalam mengukur bagaimana keluarga berfungsi. Ikatan keluarga merupakan tingkat kohesi keluarga dimana anggota keluarga saling berbagi. Ikatan keluarga tetap dapat terjalin dengan kuat meskipun anggota keluarga sibuk. Salah satunya dengan makan bersama, nonton TV bersama, dan saling mengungkapkan rasa sayang. Fleksibilitas keluarga merupakan kemampuan keluarga untuk mengubah peran mereka, tanggung jawab, peraturan dan pembuatan keputusan untuk mengakomodasi perubahan kondisi.

Family Bonding

Low High

Fa

m

ily

Fle

xib

ilit

y Low Fragile Families Bonded Families

High Pliant Families Resilient Families

Gambar γ Tipe keluarga resilient

Model sistem keluarga resilient (lenting) dicapai dengan menetapkan dua

tingkat (rendah dan tinggi) terhadap dimensi ikatan keluarga (family bonding) dan

(26)

11 kecenderungan seseorang untuk melawan konsekuensi negatif dari sebuah resiko dan mengembangkan kondisi yang memuaskan. Karakteristik keluarga lenting berdasarkan sejumlah penelitian ialah mempunyai komitmen, kohesi, adaptasi, komunikasi, spiritualitas, keterhubungan, dan manajemen sumber daya (Matthews dan Gallo, β00γ). Dalam institusi keluarga, kelentingan dapat dipupuk melalui struktur yang fleksibel, berbagi kepemimpinan, saling mendukung, dan kerja sama tim dalam menghadapi tantangan hidup (Walsh, β00β). Keluarga dapat mengembangkan fleksibilitas yang diperlukan untuk memenuhi tantangan hidup dengan belajar dan menggunakan beberapa strategi yang sangat praktis yaitu merancang rencana masa depan, bekerja sama, belajar dari pengalaman, dan menikmati waktu bersama (Matthews dan Gallo, β00γ). Berbagi nilai yang sama tidak hanya memberikan keluarga kelentingan untuk menghadapi tantangan, tetapi juga mengikat keluarga bersama-sama. Memiliki sistem nilai umum menginduksi rasa kebersamaan atau rasa saling memiliki yang pada gilirannya memberikan keluarga kelentingan untuk menangani perubahan keadaan dan transisi kehidupan (Silberberg, β001).

Dimensi ikatan keluarga didefinisikan sebagai sejauh mana keluarga secara emosional terikat bersama-sama ke dalam sebuah unit keluarga yang berarti dan menyeluruh. Keluarga yang mempunyai skor tinggi pada dimensi ini dapat digambarkan sebagai keluarga yang terbuka untuk mendiskusikan masalah, merasa dekat dengan anggota keluarga, berkeinginan tetap terhubung kepada anggota keluarga lainnya, dan terlibat dalam melakukan sesuatu bersama-sama sebagai unit keluarga. Dimensi fleksibilitas keluarga didefinisikan sebagai sejauh mana unit keluarga mampu mengubah aturan, batas, dan peran untuk mengakomodasi perubahan tekanan dari dalam dan luar unit keluarga. Keluarga fleksibel digambarkan memiliki pola komunikasi yang terbuka, kemauan untuk berkompromi, pengalaman dalam menggeser tanggung jawab antara anggota keluarga, dan partisipasi aktif dari anggota keluarga dalam pengambilan keputusan (McCubbin,1987).

Tipologi ini mengasumsikan linearitas ikatan keluarga dan fleksibilitas keluarga. Dengan dua tingkat untuk setiap dimensi, model Resilient

memungkinkan seseorang untuk mengidentifikasi dan menjelaskan empat jenis sistem keluarga: (1) keluarga dengan ikatan keluarga rendah dan fleksibilitas keluarga rendah diberi nama keluarga rapuh (fragile families), (β) keluarga

dengan fleksibilitas keluarga rendah tetapi ikatan keluarga tinggi dinamakan keluarga terikat (bonded families), (γ) keluarga dengan ikatan keluarga rendah

tetapi fleksibilitas keluarga tinggi bernama keluarga lunak (pliant), (4) keluarga

dengan ikatan keluarga dan fleksibilitas yang tinggi bernama keluarga resilient.

(27)

Kepuasan Perkawinan

Kepuasan perkawinan merupakan sebentuk persepsi terhadap kehidupan pernikahan seseorang yang diukur dari besar kecilnya kesenangan yang dirasakan dalam jangka waktu tertentu (Roach, Frasier, dan Bowten, 1981). Hawkins (dalam Olson dan Hamilton, 198γ) berpendapat bahwa kepuasan pernikahan merupakan perasaan subyektif yang dirasakan pasangan suami istri, berkaitan dengan aspek-aspek yang ada dalam suatu pernikahan, seperti rasa bahagia, puas, serta pengalaman-pengalaman yang menyenangkan bersama pasangannya yang bersifat individual. Apabila seseorang merasa puas terhadap pernikahan yang telah dijalani, maka ia beranggapan bahwa harapan, keinginan dan tujuan yang ingin dicapai pada saat ia menikah telah terpenuhi, baik sebagian ataupun seluruhnya. Ia merasa hidupnya lebih berarti dan lebih lengkap dibandingkan dengan sebelum menikah.

Wright (199γ) menemukan bahwa pernikahan yang tidak bahagia dan banyak mengalami konflik merupakan penyebab serius terjadinya depresi. Roy (Johnson dan Jacob, β000) menyebutkan bahwa lebih dari 50% penderita depresi melaporkan masalahmasalah pernikahan. Hasil penelitian (Clemension, β009) juga mengungkapkan bahwa depresi berkaitan erat dengan adanya kekacauan pernikahan, yang ditandai dengan adanya ketergantungan yang berlebihan, hambatan dalam berkomunikasi, menarik diri, perasaam benci dan amarah yang meluap, friksi atau perselisihan, serta berbagai perasaan negatif yang kuat.

Gove (dalam Hess, β008) mengungkapkan bahwa salah satu faktor penentu kesehatan mental seseorang adalah kualitas afeksi terhadap pernikahannya, atau dengan kata lain adanya kepuasan perkawinan. Bila seseorang merasa puas dan bahagia akan pernikahan yang dijalani, maka dapat berpengaruh pada cara pandangnya terhadap diri, lingkungan, maupun masa depannya, juga terhadap kesehatan mental dan fisik. Clayton (1975) mengemukakan beberapa aspek kepuasan perkawinan, yaitu: (1) kemampuan sosial (Marriage Sociability); (β)

persahabatan dalam perkawinan (Marriage Companionship); (γ) urusan ekonomi

(Economic Affair); (4) kekuatan perkawinan (Marriage Power); (5) hubungan

dengan keluarga besar (Extra Family Relationship); (6) persamaan ideology

(Ideological Congruence); (7) keintiman perkawinan (Marriage Intimacy); dan (8)

taktik interaksi (Interaction Tactics).

(28)

KERANGKA PIKIR

Berdasarkan perumusan masalah, peneliti menduga adanya hubungan antara konflik kerja-keluarga, tipologi keluarga dan kepuasan perkawinan. Variabel yang mendukung penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi variabel-variabel lainnya. Sedangkan, variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel lain. Dalam penelitian ini, terdapat lima variabel besar, yaitu variabel karakteristik keluarga, karakteristik pekerjaan istri, konflik kerja-keluarga, tipologi keluarga dan kepuasan perkawinan.

Variabel yang mempengaruhi dalam penelitian ini ditunjukkan dengan garis satu tanda panah. Variabel karakteristik keluarga dibagi ke dalam beberapa variabel yang lebih spesifik, yaitu usia suami dan istri, pendidikan suami dan istri, pekerjaan suami, pendapatan keluarga, jumlah anggota keluarga, lama pernikahan, usia anak terakhir, dan kepemilikan asset yang diduga berhubungan dengan konflik kerja-keluarga, tipologi keluarga dan kepuasan perkawinan. Selain variabel karakteristik keluarga, terdapat variabel karakteristik pekerjaan istri yang juga diduga dapat mempengaruhi konflik kerja-keluarga, tipologi keluarga dan kepuasan perkawinan.

Dalam keluarga dual-earner, konflik kerja-keluarga adalah sesuatu yang

dirasakan oleh istri, yaitu terjadi keinginan atau kehendak yang berbeda atau berlawanan antara pekerjaan dengan keluarga sehingga salah satu atau keduanya saling terganggu. Konflik kerja-keluarga dibagi menjadi dua yaitu konflik kerja mengganggu keluarga dan konflik keluarga mengganggu pekerjaan (Netemeyer

et.al. 1996). Ukuran konflik kerja-keluarga ini dapat berbeda-beda untuk setiap

individunya. Istri yang memiliki peran ganda memiliiki usaha dalam memodifikasi peran dan standar untuk memelihara keseimbangan keluarga-pekerjaan (work-family balance), yang secara signifikan berhubungan dengan

adaptasi keluarga. Perilaku istri ini memainkan peran penting dan suportif dalam mengelola situasi kritis keluarga dengan suami-istri bekerja, dan membantu keluarga tetap seimbang (McCubbin et al., 1987).

McCubbin dan Thompson (1988) mendefinisikan tipologi keluarga sebagai satu set atribut dasar tentang sistem keluarga yang menjadi ciri dan menjelaskan bagaimana sebuah sistem keluarga biasanya dinilai, beroperasi, dan/atau bersikap. Dimensi tipologi keluarga merupakan gabungan dari dua buah indikator tipologi keluarga yang bernilai tinggi dan rendah. Dimensi regenerative (gabungan

ketangguhan dan koherensi keluarga) terdiri dari empat tipe keluarga yaitu

vulnerable, secure, durable, dan regenerative. Dimensi resilient (gabungan

fleksibilitas dan ikatan keluarga) mempunyai empat tipe keluarga yaitu fragile, bonded, pliant, resilient. Dimensi rhythmic (gabungan waktu dan rutinitas

keluarga serta pemaknaan nilai waktu dan rutinitas keluarga) terdiri dari tipe keluarga unpatterned, intentional,standardized, dan rhythmic. Dimensi tradisionalistik ( gabungan tradisi dan perayaan keluarga) mempunyai empat tipe

keluarga yaitu situational, traditionalistic, celebratory, ritualistic. Fleksibilitas

(29)

14

Irama gaya hidup keluarga dual-earner sering menghasilkan tekanan dalam

hal peran, yang berhubungan erat dengan tuntutan dan ketersediaan sumberdaya individu. Hal ini menyebabkan istri bekerja sering mengalami keterasingan dari ikatan yang semestinya dapat memberikan kehangatan (keluarga). Kehidupan keluarga pun menjadi terasa kering dan hambar, sehingga keluarga menjadi rentan terhadap berbagai masalah dan konflik yang muncul. Ketangguhan dan koherensi keluarga merupakan keterampilan juga modal yang penting dalam perkawinan agar situasi keluarga dapat tetap seimbang dan mencapai kepuasan perkawinan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 4 Kerangka pikir konflik kerja-keluarga, tipologi keluarga dan kepuasan perkawinan pada keluarga dengan suami-isri bekerja

Karakteristik Keluarga

1.Usia suami dan istri β.Lama pendidikan

suami dan istri γ.Pekerjaan suami dan

istri

4.Pendapatan keluarga 5.Jumlah anggota

keluarga

6.Lama pernikahan

Karakteristik Pekerjaan Istri

1. Sektor Formal atau Informal

β. Lama jam kerja γ. Lama perjalanan ke

tempat kerja 4. Lama pengalaman

kerja

5. Pengalaman pindah kerja

Kepuasan Perkawinan

Tipologi Keluarga

1. Regenerative family (family hardiness, family coherence) β. Resilient family

(family flexibility, family bonding) Konflik Kerja-Keluarga

1. Konflik kerja menggangu keluarga β. Konflik keluarga

(30)

15

METODE PENELITIAN

Disain, Lokasi, dan Waktu Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian payung bertema keseimbangan kerja-keluarga (balancing work and family) yang menggunakan disain cross sectional.

Pemilihan tempat penelitian di pilih secara purposive, yaitu di Kota Bogor pada

[image:30.595.60.497.145.774.2]

Kecamatan Bogor Barat (Kelurahan Pasir Jaya, Menteng, dan Cilendek Barat) dan Kecamatan Bogor Tengah (Kelurahan Paledang dan Panaragan). Waktu penelitian terdiri dari persiapan, pengumpulan data, pengolahan data, analisis data, dan penulisan laporan dilakukan dalam jangka waktu sembilan bulan terhitung mulai bulan September β01γ hingga Juni β014.

Gambar 5 Teknik penarikan contoh

Contoh dan Teknik Penarikan Contoh

Populasi penelitian ini adalah keluarga dengan suami-isteri bekerja di Kota Bogor. Contoh dalam penelitian ini adalah istri bekerja di sektor formal dan informal yang memiliki salah satu anaknya berusia 0–6 tahun di Kecamatan Bogor Barat dan Kecamatan Bogor Tengah. Teknik penarikan contoh dilakukan secara stratified non-proportional random sampling berdasarkan jenis pekerjaan

Purpossive

Stratified disproportional Random Sampling Formal = γ7γ

Informal= 107 Formal = 105 Informal = γ5

Formal=478 Informal =14β

n = 60 n = 60

Kelurahan

Pasir Jaya Kelurahan Menteng Kelurahan Cilendek barat Kelurahan Paledang Kelurahan Panaragan

Formal = 75

Informal = 40 Formal = 119 Informal= γ7 Formal = 179 Informal = γ0 Formal = 5γ Informal =

ββ

Formal =5β Informal= 1γ

Kecamatan Bogor Barat Kecamatan Bogor Tengah

Istri Bekerja di Kota Bogor

(31)

16

(formal atau informal) dengan contoh sebanyak 1β0 orang. Pengambilan 1β0 contoh dengan pertimbangan central limit theorm, bahwa minimal contoh dalam

penelitian adalah γ0 orang, guna penelitian dapat lebih optimal maka diambil 60 dari masing-masing karakteristik contoh (formal dan informal). Proses awal yang dilakukan adalah dengan memilih dua kecamatan secara purposive (Kecamatan

Bogor Barat dan Kecamatan Bogor Tengah) yang memiliki penduduk terbanyak, sehingga memungkinkan untuk mendapat data keluarga suami-istri bekerja paling banyak. Peneliti melakukan screening data kependudukan dari dua kecamatan

tersebut, kemudian dipilih secara purposive lima kelurahan yang memiliki data digital kartu keluarga, sehingga memudahkan dalam pengacakan. Setelah

mendapat data besar keluarga dengan suami-istri bekerja, peneliti melakukan

screening guna mengelompokkan keluarga dengan istri yang bekerja di sektor

formal dan sektor informal. berdasarkan data tersebut, peneliti melakukan pengacakan non-proportional random sampling, dengan pertimbangan tidak

diketahui angka pasti populasi istri bekerja di sektor formal dan informal. Teknik

penarikan contoh dapat dilihat pada Gambar β.

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Berdasarkan sumber datanya, maka data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data sekunder diperoleh dari dokumentasi kantor kecamatan dan kelurahan Kota Bogor yang terpilih menjadi tempat sampling. Pengumpulan data primer dilakukan dengan menggunakan teknik wawancara yang dibantu dengan kuesioner terstruktur. Data primer yang dikumpulkan meliputi:

1. Karakteristik keluarga dalam penelitian ini adalah usia suami dan istri, lama pendidikan suami dan istri, pekerjaan suami, pendapatan keluarga, jumlah anggota keluarga, lama pernikahan.

β. Karakteristik pekerjaan istri, yaitu jenis pekerjaan (formal dan informal), lama jam kerja, lama perjalanan ke tempat kerja, lama pengalaman kerja, dan pengalaman pindah kerja.

γ. Konflik kerja-keluarga diukur dengan menggunakan alat ukur Netemeyer (1996), yang terdiri dari dua dimensi, yaitu WFC atau Work-Family Conflict

(konflik kerja mengganggu keluarga), dan FWC atau Family-Work Conflict

(konflik keluarga mengganggu kerja). Masing-masing dimensi diwakili oleh lima pernyataan, maka total pernyataan adalah sepuluh item. Skala pengukuran menggunakan skala semantik, yaitu dari sangat tidak setuju (skor = 1) hingga sangat setuju (skor = 4). Uji validitas (dilampirkan) dan reliabilitas (cronbach alpha 0.855) menyatakan bahwa alat ukur konflik kerja-keluarga

adalah valid dan reliable.

4. Tipologi keluarga diukur dengan alat ukur McCubbin (1988) yang dimodifikasi oleh Sunarti (β01β), terdiri dari empat indikator tipologi keluarga (family hardiness, family coherence, family flexibility, dan family bonding).

Masing-masing indikator terdiri dari 10 pernyataan. Skala pengukuran yang digunakan adalah ya (skor = 1) dan tidak (skor = 0). Uji validitas (dilampirkan) dan reliabilitas (cronbach alpha 0.5β5) menyatakan bahwa alat

(32)

17 5. Kepuasan perkawinan diukur dengan ENRICH (Evaluation and Nurturing Relationship Issues, Communication and Happiness) Marital Satisfaction Scale yang disusun oleh Fowers & Olson (199γ). Limabelas item pernyataan mewakili sepuluh dimensi kepuasan perkawinan. Skala pengukuran yang digunakan adalah skala semantik, yaitu dari sangat tidak puas (skor = 1) hingga sangat puas (skor = 4). Uji validitas (dilampirkan) dan reliabilitas (cronbach alpha 0.877) menyatakan bahwa alat ukur kepuasan perkawinan

[image:32.595.104.516.201.761.2]

adalah valid dan reliable.

Tabel 1 Variabel, skala, dan pengolahan data

Varibel Skala Pengolahan data

Karakteristik keluarga

Usia suami-istri Rasio (1) β0-γ0 tahun; (β) γ1-40 tahun; (γ) 41-50 tahun; (4) >50 tahun

Pendidikan suami-istri Rasio (1) ≤ 6 tahun (SD); (β) 7-9 tahun (SMP); (γ) 10-1β tahun (SMA); (4) 1β-16 tahun (Perguruan Tinggi);

(5) > 16 tahun (Pasca Sarjana)

Pekerjaan Suami-istri Nominal (1) PNS; (β) Wiraswasta; (γ) Swasta; (4) Buruh; (5) BUMN; (6) Guru;

(7) PRT; (8) Lainnya Pendapatan Perkapita (GK Jawa Barat,

September β01β) Rasio (1) Sangat Miskin (< β78.5γ0); (β) Miskin (β78.5γ0-γγ4.βγ6);

(γ) Mendekati miskin (γγ4.βγ7-417.795); (4) Tidak miskin (>417.795)

Lama Pernikahan Rasio (1) ≤ 5 tahun; (β) 6-10 tahun; (γ) 11-β0 tahun; (4) > β0 tahun Besar keluarga

(BKKBN 1998) Rasio (1) (β) Keluarga kecil (≤4 orang) Keluarga sedang (5-7 orang) (γ) Keluarga besar (≥ 8 orang) Karakteristik pekerjaan

Jenis pekerjaan Nominal 1) Formal; dan β) Informal

Lama jam kerja Rasio Rataan data

Lama perjalanan ke tempat kerja Rasio Rataan data Lama pengalaman bekerja Rasio Ratan data Konflik Kerja-keluarga

1. Konflik Kerja mengganggu Kelurga. Ordinal Rentang total skor: 5–β0

Rendah : 0-γγ,γ9%; Sedang: γγ,4-66,79%;

Tinggi : 66,8-100% Konflik Kelurga mengganggu Kerja Ordinal

Tipologi Keluarga

Family hardiness Ordinal Rentang total skor = 0-10;

Rendah: 0-5; Tinggi: 6-10

Family coherence Ordinal

Family bonding Ordinal

Family flexibility Ordinal

Regenerative Family Ordinal Rentang total skor = 0-β0;

Rendah: 0-10; Tinggi: 11-β0

Resilient Family Ordinal

Kepuasan Perkawinan Ordinal Rentang total skor: 15–60,

Rendah: 0-γγ,γ9%; Sedang: γγ,4-66,79%;

(33)

18

Pengolahan dan Analisis Data

Data yang telah dikumpulkan dari kuesioner diolah dengan komputer. Kegiatan yang dilakukan mulai dari presurvei, pengambilan data sekunder, pengambilan data primer, entry data, cleaning data, dan analisis data. Berikut

urutan kegiatan dalam pengolahan data yaitu penyusunan code-book sebagai

panduan entry dan pengolahan data; setelah entry data, kemudian dilakukan cleaning data untuk memastikan tidak ada kesalahan dalam memasukkan data.

Setelah itu dilakukan penyajian hasil dari pengolahan data dan penganalisisan data. Reliabilitas data dilakukan dengan menggunakan uji Cronbach α, menyajikan statistik deskriptif untuk setiap peubah, pemberian skor terhadap jawaban kusioner; kategorisasi terhadap data, dan analisis data. Pengolahan data yang diperoleh dilakukan dengan menggunakan program Microsoft Excel dan

SPSS for windows.

Data penelitian yang telah dikumpulkan diolah secara statistik deskriptif dan statistik inferensia. Statistik deskriptif yang akan digunakan adalah rata-rata, simpangan baku, maksimum, dan minimum digunkan untuk semua data kuantitatif. Statistik inferensia adalah suatu proses untuk menarik kesimpulan tentang keadaan populasi berdasarkan sampel yang diambil, dengan menggunkan metode tertentu. Hasil pengolahan disajikan dalam bentuk tabel dan grafik. Beberapa analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Analisis deskriptif digunakan meliputi rata-rata, simpangan baku, maksimum, dan minimum untuk semua data kuantitatif.

β. Uji independent sample T-test digunakan untuk mengetahui perbedaan konflik

kerja-keluarga, tipologi keluarga, dan kepuasan perkawinan antara keluarga dengan istri bekerja di sektor formal dan informal.

γ. Uji korelasi rank Spearman untuk menganilisis konflik kerja-keluarga,

tipologi keluarga, dan kepuasan perkawinan pada keluarga dengan istri bekerja di sektor formal dan informal.

4. Uji multiple regression digunakan untuk menganalisis pengaruh konflik

kerja-keluarga dan tipologi kerja-keluarga terhadap kepuasan perkawinan pada kerja-keluarga dengan istri bekerja di sektor formal dan informal. model regresi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Keterangan:

Y = Kepuasan perkawinan X4 = jumlah anggota keluarga

α = Konstanta X5 = Lama pernikahan

1-7 = Koefisien regresi X6 = konflik kerja mengganggu keluarga

ε = galat X7 = konflik keluarga mengganggu kerja X1 = Usia istri (tahun) 1= Koefisien dummy

Xβ = Pendidikan istri (tahun) D1 = Jenis pekerjaan (0= formal; 1= informal)

Xγ = Pendapatan keluarga (Rp/bulan)

(34)

19

Definisi Operasional

Karakteristik keluarga adalah ciri khas yang dimiliki oleh keluarga responden

seperti usia (suami, isteri, dan anak terakhir), pekerjaan (suami dan isteri), pendidikan (suami dan isteri), pendapatan keluarga atau per kapita, besar keluarga, jenis kelamin anak, dan lama pernikahan.

Karakteristik pekerjaan istri adalah pekerjaan istri yang dibedakan berdasarkan

jenis pekerjaan (formal atau informal), lama perjalanan kerja, lama jam kerja, dan lama pengalaman bekerja.

Usia suami, isteri, dan anakadalah jumlah tahun lengkap sejak lahir sampai usia

ulang tahun terakhir suami, isteri, dan anak terakhir.

Pendidikan suami dan isteri adalah lama pendidikan formal yang diperoleh

suami dan isteri dalam tahun.

Pendapatan per kapitaadalah pendapatan keluarga dibagi dengan jumlah

anggota keluarga.

Lama pengalaman bekerjaadalah lama contoh memiliki pengalaman bekerja

dalam tahun.

Lama pernikahan adalah lama contoh menikah dalam tahun.

Lama Jam Kerjaadalah alokasi waktu yang digunakan istri dalam bekerja di

sektor publik termasuk saat perjalanan (dalam jam)

Sektor formal adalah kegiatan ekonomi yang secara sah terdaftar dan mendapat

izin dari pejabat berwenang. Kegiatannya terhimpun dalam instansi pemerintah, dalam bentuk badan usaha seperti BUMN, BUMS, dan koperasi, dan lain-lain.

Sektor informal adalah kegiatan ekonomi yang bersifat marjinal (kecil-kecilan)

dengan beberapa ciri seperti kegiatan yang tidak teratur, tidak tersentuh peraturan, bermodal kecil dan bersifat harian, tempat kerja tidak tetap dan bersifat independen.

Konflik kerja-keluarga adalah keinginan atau kehendak yang berbeda atau

berlawanan antara pekerjaan dengan keluarga dimana peran yang satu menuntut peran yang lain sehingga salah satu atau keduanya saling terganggu.

Konflik kerja mengganggu keluarga adalah konflik antar peran yang terjadi sebagai

hasil dari tuntutan dan tekanan umum dari pekerjaan yang mengganggu kemampuan isteri untuk melakukan tanggung jawab di keluarga.

Konflik keluarga mengganggu pekerjaan adalah konflik peran akibat tuntutan

umum dan ketegangan yang diciptakan oleh keluarga yang menganggu kemampuan isteri untuk melakukan tanggung jawab yang berhubungan dengan pekerjaan.

Dimensi tipologi keluarga regeneratif (regenerative)merupakan model tipologi

pertama yang diturunkan ke dalam empat tipologi keluarga berdasarkan indikator family coherence dan family hardiness. Keempat tipologi

tersebut adalah vulnerable family (keluarga yang rentan), secure family

(keluarga yang aman), durable family (keluarga yang tahan lama), dan regenerative family (keluarga regeneratif).

Dimensi tipologi keluarga lenting (resilient) merupakan model tipologi kedua

yang diturunkan ke dalam empat tipologi keluarga berdasarkan indikator

(35)

β0

terikat), pliant family (keluarga yang lunak), dan resilient family (keluarga

yang tahan).

Indikator Family hardiness (ketangguhan keluarga) adalah kekuatan dan

ketahanan keluarga yang timbul oleh perasaan yang kuat sebagai suatu keluarga dalam mengontrol peristiwa serta kesulitan-kesulitan hidup, mampu melihat adanya potensi masalah dalam kehidupan berkeluarga, mampu bertahan saat menghadapi masalah keluarga yang besar, dan memandang penting makna ikatan keluarga dan hubungan antara anggota keluarga.

Indikator Family coherence (koherensi keluarga) adalah sebuah hal yang

mendasar dalam melakukan koping strategi dalam keluarga, dan dipakai dalam manajemen permasalahan keluarga. Family coherence

dioperasionalkan sebagai penerimaan terhadap permasalahan dan perbedaan pendapat antara anggota keluarga, mampu memaknai masalah keluarga secara positif, dan memandang masalah sebagai upaya untuk berkembang.

Indikator Family bonding (ikatan keluarga) adalah derajat yang mengukur

kelekatan emosi dan arti kebersamaan keluarga serta integrasi antar anggota keluarga. Family bonding dapat dijabarkan dalam keterbukaan

untuk mendiskusikan masalah, merasa dekat dengan anggota keluarga lain, dan terlibat dalam kebersamaan keluarga sebagai bagian dari keluarga secara keseluruhan.

Indikator Family flexibility (fleksibilitas keluarga) adalah kemampuan keluarga

untuk merubah aturan, batasan, dan peran untuk mengakomodasi tekanan perubahan dari dalam maupun luar keluarga. Family flexibility dapat

dijabarkan dalam keluwesan aturan keluarga, peran suami-istri dalam pengambilan keputusan dan pembagian tugas antar anggota keluarga.

Kepuasan perkawinan adalah evaluasi subjektif terhadap kualitas perkawinan

(36)

β1

PENGARUH FAKTOR DEMOGRAFI DAN KONFLIK

KERJA-KELUARGA TERHADAP KEPUASAN PERKAWINAN PADA

KELUARGA DENGAN SUAMI-ISTRI BEKERJA

Influence of Demographic Factors and Work-Family Conflict on Marital

Satisfaction among Dual Earner Family

Fitri Meliani, Euis Sunarti, Diah Krinatuti

Abstrak

Penelitian ini bertujuan melihat pengaruh faktor demografi dan konflik kerja keluarga terhadap kepuasan perkawinan. Desain penelitian ini adalah studi cross sectional. Sampel penelitian dipilih secara non-proportional stratified random sampling di Kecamatan Bogor Barat dan Bogor Tengah dengan total 1β0 istri

bekerja. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata suami dan istri termasuk dalam usia produktif, berpendidikan setara SMA, dan tergolong keluarga kecil. Sepertiga keluarga memiliki pendapatan di bawah UMR, namun sebagian besar termasuk dalam kategori keluarga tidak miskin. Satu dari dua (54.β%) istri bekerja tergolong dalam kategori konflik kerja-keluarga sedang dan lebih dari sepertiga (γ9.β%) istri bekerja tergolong dalam kategori kepuasan perkawinan tinggi. Uji korelasi menyatakan semakin tinggi pendidikan istri, semakin tinggi kepuasan perkawinan. Semakin besar jumlah keluarga, semakin lama pernikahan, semakin tinggi konflik kerja mengganggu keluarga dan konflik keluarga mengganggu kerja, maka semakin rendah kepuasan perkawinan. Pendidikan berpengaruh positif terhadap kepuasan perkawinan, dan konflik kerja-keluarga berpengaruh secara negatif terhadap kepuasan perkawinan. Berdasarkan hasil penelitian ini, diharapkan bagi instansi ketenagakerjaan diharapkan menyusun kebijakan yang ramah keluarga, terutama berkaitan dengan fasilitas, waktu kerja dan pendapatan pekerja. Bagi instansi pembangun keluarga meningkatkan sosialisasi mengenai menikah di usia dewasa dan ajakan untuk menggunakan KB bagi keluarga besar. Kata kunci: konflik kerja-keluarga, kepuasan perkawinan, peran ganda, suami-istri bekerja

Abstract

(37)

ββ

to determination of facilities, hours of work, wages and compensation for the wife work. BKKBN, to help by socializing about the urgency of using contraception.

Keywords: work-family conflict, marital satisfaction, dual role, dual earner

Pendahuluan

Perkawinan merupakan salah satu tahapan yang penting dalam siklus kehidupan. Perkembangan yang positif dalam perkawinan dapat terjadi jika hubungan antar pasangan saling melengkapi dan memuaskan. Kepuasan perkawinan merefleksikan secara umum kebahagiaan dan keberfungsian dalam pernikahan seseorang (Schoen et al. β00β). Kepuasan perkawinan merupakan

proses kompleks yang berlangsung sepanjang waktu, dan dipengaruhi oleh faktor umur, jumlah anak, kondisi kesehatan, pendidikan, status sosio-ekonomi, cinta, komitmen, komunikasi, konflik, gender, lama pernikahan, relasi seksual dan pembagian tugas rumah tangga (Hendrick dan Hendrick 199β, Pimentel β000, Trudel β00β, Guo dan Huang β005).

Dengan adanya perubahan struktural dalam masyarakat, maka peluang bagi wanita untuk bekerja dalam berbagai bidang semakin terbuka. Seorang istri tidak hanya berperan dalam lingkungan domestik (rumah tangga), tapi juga dapat berperan di sektor publik (lingkungan kerja dan partisipasi dalam masyarakat). Berdasarkan data Sakernas (BPS β014), jumlah TPAK (Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja) wanita terus meningkat dari tahun ke tahun, seperti peningkatan yang terjadi pada tahun β01β, yaitu 5β.67 persen menjadi 5γ.β6 persen pada tahun β01γ. Hasil survei IPB dengan Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan An

Gambar

Gambar  5 Teknik penarikan contoh
Tabel 1 Variabel, skala, dan pengolahan data
Tabel 14 Hasil uji beda item rataan capaian konflik keluarga mengganggu kerja
Tabel 17 Hasil uji beda item rataan capaian ketangguhan keluarga (hardiness) berdasarkan jenis pekerjaan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil analisis menunjukkan bahwa pada populasi F3 karakter umur panen, tinggi tanaman, bobot buah per tanaman, bobot per buah, panjang buah, panjang tangkai buah, diameter

2015 FIA Regional Rallies Championships Sporting Regulations dapat di download dari website FIA, http: // www.. PROGRAM RALLY ... KEPANITIAAN DAN PENJELASAN ... Gelar Kejuaraan

merencanakan arah jabatan atau karier. Bagi siswa yang masih kesulitan dalam.. menentukan kariernya, maka di sekolah SMA Gapura ini terdapat konselor

Mengingat betapa pentingnya pemilihan strategi pembelajaran yang tepat agar dapat meningkatkan prestasi belajar siswa secara optimal, terutama siswa kelas X SMK Ma’arif 9

Maka, Kongres Perempuan Indonesia nasional pertama diadakan di Yogyakarta pada bulan Desember 1928 yang dihadiri oleh hampir 30 organisasi perempuan merupakan fondasi pertama

o) Keputusan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 114- II/2005 tentang Manual Pendaftaran Tanah Berbasis Masyarakat pada Lokasi Terkena Bencana Tsunami di Propinsi Nanggroe

sosial yang diperlukan dalam praktek pendidikan, penelitian, dan pengabdian

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai pengaruh Prophetic Parenting dalam membentuk karakter pribadi Islami pada Anak di Kuching, Sarawak, Malaysia,