• Tidak ada hasil yang ditemukan

Persepsi Masyarakat Lokal Terhadap Dampak Industri Pariwisata Taman Safari Indonesia Ditinjau Dari Konsep Pembangunan Berkelanjutan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Persepsi Masyarakat Lokal Terhadap Dampak Industri Pariwisata Taman Safari Indonesia Ditinjau Dari Konsep Pembangunan Berkelanjutan"

Copied!
131
0
0

Teks penuh

(1)

PERSEPSI MASYARAKAT LOKAL TERHADAP DAMPAK INDUSTRI

PARIWISATA TAMAN SAFARI INDONESIA DITINJAU DARI KONSEP

PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

SITTI HALUMIAH

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Persepsi Masyarakat Lokal Terhadap Dampak Industri Pariwisata Taman Safari Indonesia

Ditinjau dari Konsep Pembangunan Berkelanjutan adalah benar karya saya

dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, September 2014

(4)

ABSTRACT

SITTI HALUMIAH. Local residences perception toward the effect of tourism industry of Indonesia Safari park seen from continous development concept. Supervised by. ARYA HADI DHARMAWAN dan EKA INTAN KUMALA PUTRI

This study tries to identify and analyze the perception of local society towards the effect of tourism industry of Indonesia Safari Park at Cisarua-Bogor. The existence of such toursm activity has effected the local society and environment. This study aims at analyzing society’s perception towards the effect of such tourism industry of Indonesia Safari Park at Cisarua-Bogor. In analyzing such perception towards the effect of tourism industry at Indonesia Safari Park Bogor, descriptive qualitative, Strength Weakness Opportunity Threat (SWOT), and Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM) used by seeing the direct and indirect impact as well as the continous strategy. The result of analysis shown that the existence of Indonesia Safari Park at Cisarua-Bogor tourism had given positive impact to the society particularly in economy aspect, but on the other hand it had also shown its negative impact particularly the condition of its environment. Furtheremore, there had been a formulation of strategy for empowering the local society economy and an optimalization of tourism potency for encouraging society’s ability in preserving the environment.

(5)

RINGKASAN

SITTI HALUMIAH. Persepsi Masyarakat Lokal Terhadap Dampak Industri Pariwisata Taman Safari Indonesia Ditinjau dari Konsep Pembangunan Berkelanjutan. Dibimbing oleh ARYA HADI DHARMAWAN dan EKA INTAN KUMALA PUTRI

Studi ini berupaya mengidentifikasi dan menganalisis persepsi masyarakat lokal terhadap dampak industri pariwisata Taman Safari Indonesia Cisarua Bogor. Kegiatan wisata ini telah menimbulkan dampak bagi masyarakat dan lingkungan setempat berupa dampak positif pada kondisi sosial dan ekonomi serta dampak negatif terhadap lingkungan. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis persepsi masyarakat lokal terhadap dampak industri pariwisata Taman Safari Indonesia dan memformulasikan strategi pengelolaan industri pariwisata yang ramah lingkungan dan bermanfaat secara sosial ekonomi bagi masyarakat sekitar kawasan wisata. Penentuan responden dalam penelitian ini dilakukan secara sengaja (purposive sampling). Teknik yang digunakan adalah observasi, survei dan wawancara mendalam terhadap responden dan informan. Survei dilakukan dengan cara wawancara pada responden menggunakan kuesioner yang telah disiapkan. Sedangkan wawancara mendalam terhadap informan dengan menggunakan pedoman pertanyaan. Keseluruhan data terarah pada penjelasan tentang persepsi masyarakat lokal terhadap dampak industri pariwisata Taman Safari Indonesia. Analisis dilakukan secara deskriptif kualitatif, analisis Strengths Weaknesses Opportunities Threats (SWOT) dan analisis Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM). Analisis persepsi terfokus pada kegiatan-kegiatan yang mempunyai dampak lansung maupun tidak lansung dan strategi berkelanjutan industri pariwisata.

Hasil analisis deskriptif menunjukkan bahwa keberadaan industri pariwisata Taman Safari Indonesia telah memberikan dampak positif terutama bidang sosial dan ekonomi kepada masyarakat namun disisi lain juga menimbulkan dampak negatif khususnya terhadap kondisi lingkungan setempat. Selanjutnya dirumuskan formulasi berupa strategi pemberdayaan yang mampu meningkatkan nilai tambah ekonomi, sosial dan perbaikan kualitas lingkungan.

Sedangkan hasil analisis SWOT dan QSPM dalam penelitian diperoleh tujuh alternatif strategi yang direkomendasikan dalam pengembangan industri pariwisata Taman Safari Indonesia yaitu: (1) Pencegahan konversi lahan dan kerusakan sumberdaya alam dan lingkungan (2) Pengelolaan pariwisata yang berwawasan lingkungan (3) Pemberdayaan ekonomi masyarakat lokal (4) Pemanfaatan potensi wisata secara optimal untuk mencapai pembangunan pariwisata yang berkelanjutan (5) Membangun kerjasama dengan pemerintah dan masyarakat untuk menemukan solusi kemudahan akses mencapai obyek wisata Taman Safari Indonesia (6) Peningkatan usaha home stay untuk mencegah tergesernya masyarakat lokal (7) Memaksimalkan wisata edukasi untuk meningkatkan pengetahuan baik masyarakat lokal maupun wisatawan.

(6)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya.Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB.

(7)

Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada

Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan

PERSEPSI MASYARAKAT LOKAL TERHADAP DAMPAK INDUSTRI

PARIWISATA TAMAN SAFARI INDONESIA DITINJAU DARI KONSEP

PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2014

(8)
(9)
(10)
(11)

5

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Subhaanahu Wa Ta’ala yang tidak henti-hentinya memberikan ilmu, kesehatan dan waktu kepada penulis sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tesis dengan judul Persepsi Masyarakat Lokal Terhadap Dampak Industri Pariwisata Taman Safari Indonesia Ditinjau dari Konsep Pembangunan Berkelanjutan di Desa Cibeureum Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor.

Dalam penyusunan tesis, penulis banyak menerima masukan, saran dan arahan serta bimbingan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga dan penghargaan kepada Bapak Dr.Ir. Arya Hadi Dharmawan, MSc.Agr. dan Ibu Dr.Ir. Eka Intan Kumala Putri, MSi. Sebagai komisi pembimbing yang telah memberikan arahan dan masukan dalam penulisan tesis. Ucapan terima kasih kepada Ibu Dr.Ir. Srimulatsih, MSc.Agr. yang telah bersedia menjadi dosen penguji pada sidang tesis serta memberikan masukan untuk perbaikan tesis. Ucapan terima kasih kepada Bapak Prof. Dr.Ir. Cecep Kusmana, MS. Selaku ketua Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan dan Ibu Dr.Ir. Lailan Syaufina selaku sekretaris kemahasiswaan yang telah memberikan arahan dalam penyelesaian tesis, seluruh Dosen dan Pengajar serta pengurus jajaran Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan. Terima kasih penulis sampaikan pada Bapak H Rahmat Hamami selaku Kepala Desa Cibeureum beserta jajarannya yang telah banyak membantu penulis dalam pemberian data-data sekunder sebagai pendukung dalam penelitian.

Ungkapan terima kasih yang mendalam dipersembahkan kepada orang tua Bapak La Ode Mpenowu (Almahrum) dan Ibu Wa Asa, Bapak La Ode Nkumesi (Almahrum) dan Ibu Wa Ipande untuk seluruh harapan dan kasih sayangnya. Ucapan terima kasih kepada Suami tercinta Drs Kamrin yang terus memberikan motivasi dan semangat untuk penyelesaian tesis dan putra/putri tersayang Widya Ardhiya Azimuhidarti, La Ode Muhammad Achmed Yudha Zuljalali dan La Ode Muhammad Rosyid Ali Yusuf yang menjadi penyemangat, Saudara-saudara penulis (Sitti Rosdina, La Ode Harjuddin, Sumiati, La Ode Harsilan, Sitti Masri), sahabat penulis Wa Ode Samia serta seluruh keluarga besar atas segala do’a dan bantuan baik moril maupun materil, teman-teman PSL angkatan 2010 dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah banyak membantu dan memberikan motivasi dalam penyelesaian tesis.

Akhirnya penulis berharap semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, September 2014

(12)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tongkuno pada tanggal 18 juni 1967 dari Ayah La Ode Mpenowu (Almahrum) dan ibu Wa Asa. Penulis merupakan putri kedua dari tuju bersaudara.

Penulis menempuh pendidikan sarjana pada Program Studi Manajemen Perusahaan, Fakultas Ekonomi Universitas Dayanu Ikhsanuddin (UNIDAYAN) di Kabupaten Buton Pada tahun 1994 dan selesai pada Tahun 1999. Kesempatan untuk melanjutkan ke program magister pada Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan di Institut Pertanian Bogor (IPB) pada Tahun 2010, dengan biaya sendiri.

(13)

Dampak Sosial Pariwisata 14

Dampak Ekonomi Pariwisata 15

Dampak Lingkungan Pariwisata 16

Formulasi Strategi Implementasi Analisis SWOT dan QSPM 17

Persepsi Masyarakat 20

Penelitian Terdahulu yang Relevan 20

3 METODE PENELITIAN 24

Jenis dan Sumber Data 24

Teknik Pengambilan dan Pengumpulan Data 25

Metode Pengolahan Analisis Data 26

Analisis Data Responden Masyarakat 26

Analisis SWOT dan QSPM 26

Analisis Strength Weakness Opportunities Threat (SWOT) 26

Analisis Internal Eksternal (IE) 31 Analisis Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM) 32

4 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 33

Kondisi Geografis Taman Safari Indonesia (TSI) Cisarua-Bogor 33

Letak dan Luas Kawasan 34

Kondisi Iklim Curah Hujan Tanah dan Topografi 34

Akssesibilitas 34

Fasilitas Wisata yang tersedia di Taman Safari Indonesia

Cisarua- Bogor 35

Kondisi Geografis dan Kependudukan Desa Penelitian 35 Jumlah penduduk Desa Cibeureum 35 Jenis Pekerjaan Terkait Wisata yang ada di Desa Cibeureum 37

(14)

Jenis Kelamin 38

Usia Responden 38

Tingkat Pendidikan 39

Jenis Pekerjaan Responden Terkait Pariwisata 40

Tingkat Penghasilan 41

5 PERSEPSI MASYARAKAT SECARA SOSIAL EKONOMI DAN LINGKUNGAN TERHADAP KEBERADAAN INDUSTRI PARIWISATA 42 Dampak Sosial Pariwisata 42 Dampak Ekonomi Pariwisata 47

Dampak Lingkungan Pariwisata 48

Persepsi Masyarakat Lokal Terhadap Dampak Industri Pariwisata 49

Persepsi Masyarakat Lokal Terhadap Dampak Sosial 50

Persepsi Masyarakat Lokal Terhadap Dampak Ekonomi 59

Persepsi Masyarakat Lokal Terhadap Dampak Lingkungan 65

6 FORMULASI STRATEGI PENGELOLAAN PARIWISATA YANG BERKELANJUTAN 74 Analisis Lingkungan Internal dan Eksternal TSI Cisarua Bogor 74

Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) 74

Matriks External Factor Evaluation (EFE) 76

Matriks Internal Eksternal (IE) 80

Analisis Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM) 83

7 KONSEPTUALISASI DAN GAGASAN YANG TERKAIT DENGAN PERSEPSI MASYARAKAT LOKAL TERHADAP DAMPAK INDUTRI PARIWISATA TAMAN SAFARI INDONESIA 90

Konseptualisasi dan Gagasan Terkait Persepsi Masyarakat 90

Konseptualisasi dan Gagasan Terkait Dampak Sosial 91 Dampak Perubahan Sosial 96 Jumlah wisatawan di Indonesia tahun 2000 - 2012 2

Ilustrasi matriks faktor strategi internal dan faktor strategi eksternal 18 Matriks interaksi SO, WO, ST dan WT 19

(15)

9

Kriteria Penilaian Persepsi Masyarakat 26

Ilustrasi Matriks Pembobotan IFE 27

Jumlah penduduk Desa Cibeureum Tahun 2002-2011 36

Jumlah penduduk Desa Cibeureum berdasarkan usia 36

Jenis pekerjaan masyarakat terkait pariwisata yang ada di Desa Cibeureum 37

Jumlah responden berdasarkan pekerjaan (mata pencaharian) 40

Persepsi masyarakat terhadap kondisi sosial sebelum ada industri pariwisata TSI Cisarua-Bogor 54

Persepsi masyarakat terhadap kondisi sosial setelah adanya industri pariwisata TSI56 Cisarua-Bogor 56

Persepsi masyarakat terhadap kondisi ekonomi sebelum adanya industri pariwisata TSI Cisarua-Bogor 59

Persepsi masyarakat terhadap kondisi ekonomi setelah adanya industri pariwisata TSI Cisarua-Bogor 61

Mata pencaharian responden di Desa Cibeureum 63 Penghasilan responden setelah adanya kegiatan industri pariwisata TSI Cisarua-Bogor 64

Persepsi masyarakat terhadap kondisi lingkungan sebelum adanya industri pariwisata TSI Cisarua-Bogor 66

Persepsi masyararakat terhadap kondisi lingkungan setelah adanya Industri pariwisata TSI Cisarua-Bogor 71

Matriks IFE keberadaan industri pariwisata TSI Cisarua-Bogor 75 Matriks EFE keberadaan industri pariwisata TSI Cisarua-Bogor 77

Matriks Analisis SWOT Industri Pariwisata TSI Cisarua-Bogor 80

Hasil Analisis Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM) 84

DAFTAR GAMBAR

Diagram Alir kerangka penelitian 9

Pembangunan tiga pilar 13

Peta Kecamatan Cisarua 24

Matriks Internal Eksternal (IE) 31 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin 38

Karakteristik Responden Berdasarkan Usia 38

Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan 39 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Penghasilan 41 Sembilan Sel Matriks Internal Eksternal (IE) 82

(16)
(17)

1

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pembangunan sektor pariwisata terus mengalami kemajuan dan menjadi andalan ekonomi negara, daerah dan masyarakat. Sektor pariwisata dianggap menjadi salah satau sektor pembangunan yang dapat memacu pertumbuhan ekonomi suatu wilayah, karena itu sektor ini merupakan suatu aset yang strategis untuk mendorong pembangunan pada wilayah–wilayah, terutama yang mempunyai potensi obyek wisata. Tidak salah jika sektor pariwisata diandalkan sebagai sumber pendapatan negara yang mampu memberikan devisa dalam sektor non–migas. Pesatnya perkembangan kepariwisataan di Indonesia ditunjang oleh berbagai faktor, yaitu faktor keadaan alam, geografis, sejarah dan peninggalan purbakala serta kebudayaan yang unik dengan kekhasan tersendiri, sehingga dapat menimbulkan minat wisatawan untuk berkunjung menikmati obyek dan daya tarik wisata, baik itu wisatawan lokal maupun mancanegara. Tingginya jumlah kunjungan wisatawan disuatu tempat wisata dapat mempengaruhi penerimaan devisa di bidang pariwisata.

(18)

Pariwisata mempunyai dampak dan manfaat yang besar, diantaranya menghasilkan devisa negara, memperluas lapangan kerja, menjaga kelestarian alam dan mengembangkan budaya lokal. Hal ini sejalan dengan pandangan Hartono (1974) yang mengemukakan bahwa terdapat tiga aspek pengaruh pariwisata yaitu aspek ekonomis (sumber devisa dan pajak-pajak), aspek sosial budaya (penciptaan lapangan kerja, adat istiadat) dan aspek lingkungan (terganggunya masyarakat dan habitat di sekitar kawasan). Pariwisata merupakan salah satu bentuk komoditas yang memiliki prospek cerah di masa depan dan mempunyai potensi yang sangat besar untuk berkembang secara pesat. Peluang tersebut ditunjang oleh unsur-unsur alamiah seperti posisi geografis yang terwujud dalam bentangan lautan dan hamparan daratan yang indah, kesuburan tanah, serta beragam flora dan fauna yang menjadi bagian dari isi alam yang kaya. Industri pariwisata merupakan salah satu sektor yang tepat dalam meningkatkan kemajuan ekonomi suatu negara. Keberadaan industri pariwisata disuatu wilayah dapat turut serta meningkatkan perekonomian masyarakat lokal yang tinggal di sekitar kawasan bahkan hingga masyarakat global. Peningkatan ekonomi bidang pariwisata ditunjang oleh banyaknya wisatawan yang berkunjung pada suatu lokasi wisata, baik wisatawan lokal maupun mancanegara. Jumlah kunjungan wisatawan dan perkembangan devisa beberapa tahun terakhir dapat disajikan pada Tabel 1

Tabel 1 Jumlah wisatawan di Indonesia tahun 2000 - 2012

(19)

3

Pesatnya perkembangan pariwisata dan peningkatan kunjungan wisatawan serta aktivitas pariwisata yang berlangsung di dalam kawasan, secara langsung atau tidak langsung telah menimbulkan pengaruh terhadap kehidupan sosial, ekonomi masyarakat dan lingkungan setempat. Dampak sosial bisa terjadi ketika kunjungan wisatawan di suatu tempat menyebabkan terjadinya interaksi sosial antara masyarakat setempat dengan wisatawan yang dapat mengakibatkan perubahan pola atau tata nilai kehidupan masyarakat. Disamping menimbulkan pengaruh terhadap aspek sosial, kegiatan pariwisata juga dapat memberikan dampak pada aspek ekonomi yaitu terbukanya peluang atau kesempatan kerja di dalam kawasan yang dapat meningkatkan pendapatan masyarakat setempat.

Selain itu pariwisata juga dapat menimbulkan dampak terhadap lingkungan. Untuk menelusuri eskalasi perubahan yang ditimbulkannya, diperlukan suatu identifikasi yang mencakup persepsi masyarakat lokal terhadap keberadaan wisata Taman Safari Indonesia. Dengan demikian sedapat mungkin pihak-pihak yang berkepentingan dan masyarakat setempat dapat memahami dan menyadari dampak pengembangan pariwisata. Aspek pengaruh pariwisata yaitu aspek ekonomi, aspaek sosial budaya dan aspek lingkungan. Selain potensi yang dimilikinya, pariwisata juga merupakan suatu sektor yang tidak jauh berbeda dengan sektor ekonomi yang lain, dalam proses perkembangannya juga mempunyai dampak atau pengaruh dibidang sosial dan ekonomi. Pengaruh yang ditimbulkan tersebut dapat berupa pengaruh positif dan negatif terhadap kehidupan masyarakat setempat.

Realitas yang telah dijelaskan di atas juga dapat terjadi pada salah satu kawasan tujuan wisata di Indonesia, yaitu Taman Safari Indonesia Cisarua-Bogor. Taman Safari Indonesia Cisarua-Bogor merupakan satu kawasan wisata yang didirikan oleh PT. Taman Safari Indonesia. Sejak ditetapkan sebagai kawasan wisata nasional pada tahun 1990 yang sebelumnya pada tahun 1980 oleh pemerintah difungsikan sebagai penangkaran hewan.Taman Safari Indonesia Cisarua-Bogor ikut berkontribusi meningkatkan PDRB daerah setempat melalui pembayaran pajak ataupun kontribusi ekonomi lainya.

(20)

bagi masyarakat lokal yang tinggal di sekitar kawasan wisata tersebut. Dampak yang timbul tersebut perlu diidentifikasi dan dikaji guna menghindari munculnya permasalahan baru di masyarakat lokal dan industri pariwisata Taman Safari Indonesia Cisarua-Bogor itu sendiri sehingga pada akhirnya akan tercipta pembangunan pariwisata yang berkelanjutan.

Perumusan Masalah

Masyarakat lokal terutama penduduk asli yang bermukim di kawasan wisata menjadi salah satu pemain kunci dalam sektor pariwisata, masyarakat lokal menyediakan berbagai kebutuhan wisatawan seperti atraksi seni, atraksi budaya, dan kerajinan tangan, produk khas lokal serta industri kreatif lain disektor lingkungan, memberikan daya tarik bagi wisatawan (Weber dan Damanik 2006). Pada saat yang sama karena keadaan wisata memiliki daya tarik ekonomi terutama disektor jasa hotel maka persoalan konversi lahan menjadi semakin meningkat yang justru kontra produktif dengan gagasan pembangunan berkelanjutan. Pengembangan pariwisata pada dasarnya adalah pengembangan masyarakat dan wilayah yang lebih berkualitas dengan kriteria-kriteria sebagai berikut:

1. Meningkatkan taraf hidup masyarakat dan melestarikan seni budaya dan tradisi lokal.

2. Meningkatkan pendapatan secara ekonomi sekaligus mendistribusikan dengan merata pada penduduk lokal.

3. Berorientasi pada pengembangan wirausaha berskala kecil dan menengah dengan daya serap tenaga kerja besar dan berorientasi pada teknologi kooperatif.

4. Memanfaatkan pariwisata seoptimal mungkin sebagai agen penyumbang tradisi budaya dengan dampak negatif yang seminimal mungkin (Fandeli 2001).

(21)

5

Pengembangan kegiatan pariwisata di Indonesia yang merupakan suatu hal baru yang mulai mendapat perhatian dan sangat menarik banyak peminat. Kegiatan pariwisata harus bertanggung jawab terhadap lingkungan, artinya turut serta mengawasi dan melestarikan lingkungan, selain itu juga butuh kepedulian terhadap masyarakat setempat. Kecenderungan pengelolaan pariwisata saat ini masih identik dengan masyarakat sebagai obyek dalam pengembangan pariwisata dan hanya melibatkan pengelola dan investor . Pengembangan kegiatan pariwisata secara ideal diharapkan mampu menciptakan saling keterkaitan dan menjaga keharmonisan antara unsur-unsur sosial, ekonomi masyarakat dan lingkungan setempat. Namun, kegiatan pengembangan pariwisata mempunyai dampak baik positif maupun negatif.

Dampak positif pariwisata antara lain dapat meningkatkan devisa negara, perluasan lapangan kerja, mendorong pengembangan usaha-usaha baru, serta diharapkan mampu meningkatkan kesadaran baik masyarakat lokal maupun wisatawan, mengenai konservasi sumberdaya alam dan lingkungan. Sedangkan dampak negatif pariwisata antara lain adalah terjadinya degradasi lingkungan, seperti erosi, banjir, pencemaran air, polusi udara, kerusakan sumberdaya alam serta munculnya kesenjangan sosial ekonomi dan perubahan perilaku masyarakat setempat. Kegiatan-kegiatan pariwisata membutuhkan dukungan tenaga-tenaga operasional untuk pengelolaan sumberdaya alam dan ekosistemnya, khususnya kawasan pelestarian alam, sehingga dalam pelaksanaannya di lapangan akan lebih terarah (Fandeli 2001).

(22)

permasalahan lain yang timbul pada kawasan tersebut. Secara umum gejala-gejala yang sering muncul di dalam kawasan pariwisata antara lain:

1. Adanya interaksi antara masyarakat setempat dengan para wisatawan, baik wisatawan lokal maupun mancanegara yang berpengaruh pada perubahan perilaku dan pola pikir masyarakat setempat.

2. Adanya kegiatan yang berbenturan dengan norma-norma kesusilaan dan keagamaan yang dapat menyebabkan degradasi moral masyarakat lokal.

3. Tumbuhnya berbagai fasilitas penunjang wisata seperti: hotel, villa, restoran, home stay, cottage, industri cinderamata, toko sampai pedagang kaki lima yang terdapat di Taman Safari Indonesia Cisarua-Bogor selain dapat membuka kesempatan kerja, ternyata juga mempengaruhi sikap dan perilaku masyarakat serta linkungan setempat.

Berdasarkan pernyataan tersebut maka diperlukan studi untuk mengetahui persepsi masyarakat lokal mengenai dampak aktifitas pariwisata di Taman Safari Indonesia Cisarua-Bogor terhadap kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat serta lingkungan setempat. Studi ini diharapkan dapat mengidentifikasi dan menganalisis persepsi masyarakat lokal terhadap dampak industri pariwisata Taman Safari Indonesia Cisarua-Bogor mengenai pengaruh–pengaruh yang ditimbulkan berkaitan dengan perubahan kehidupan sosial ekonomi masyarakat dan lingkungan setempat. Studi ini menjadi semakin penting dilakukan karena pengembangan pariwisata memiliki keterkaitan dengan berbagai aspek perkembangan masyarakat sebagai unsur yang sangat penting untuk mendukung keberhasilan pembangunan yang berkelanjutan.

Berdasarkan gejala-gejala sosial, ekonomi dan lingkungan tersebut maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan yang terdapat di sekitar kawasan Taman Safari Indonesia Cisarua-Bogor sebagai berikut:

1. Bagaimana persepsi masyarakat lokal mengenai dampak keberadaan kawasan industri pariwisata Taman Safari Indonesia terhadap kondisi sosial ekonomi dan lingkungan di Desa Cibeureum?

(23)

7

Dengan mengetahui berbagai permasalahan yang timbul akibat adanya aktifitas pariwisata pada kawasan wisata maka diharapkan masyarakat sekitar dapat mengantisipasi hal-hal tersebut dan dapat menangkap peluang-peluang usaha di bidang pariwisata.

Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan di atas, tujuan umum penelitian ini adalah menganalisis dampak industri pariwisata Taman Safari Indonesia Cisarua-Bogor berdasarkan persepsi masyarakat lokal. Tujuan tersebut diperinci kedalam tujuan khusus sebagai berikut:

1. Menganalisis persepsi masyarakat lokal mengenai dampak keberadaan industri pariwisata Taman Safari Indonesia Cisarua-Bogor terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat dan lingkungan sekitar kawasan wisata.

2. Memformulasikan strategi pengelolaan industri pariwisata yang ramah lingkungan dan bermanfaat secara sosial ekonomi bagi masyarakat sekitar kawasan wisata.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan mampu menghasilkan data dan informasi yang dapat digunakan sebagai landasan (rujukan) untuk mendukung pembangunan industri pariwisata yang berkelanjutan, antara lain:

1. Data dan informasi mengenai kondisi sosial ekonomi masyarakat dan lingkungan di sekitar Desa Cibeureum.

2. Informasi mengenai pengelolaan pariwisata yang ramah lingkungan dan bermanfaat secara sosial ekonomi.

Kerangka Penelitian

(24)

mempunyai domain yang sama tetapi dalam derajat yang beragam tergantung bagaimana masyarakat mampu merespon eksisitensi pariwisata di daerahnya.

(25)

9

Gambar 1: Diagram Alir kerangka penelitian

Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk melihat dampak keberadaan industri pariwisata Taman Safari Indonesia Cisarua-Bogor terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat dan lingkungan di Desa Cibeureum, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor. Adapun ruang lingkup dalam penelitian ini adalah:

1. Penelitian ini hanya dilakukan di Kecamatan Cisarua, dan khususnya pada masyarakat lokal yang berada di Desa Cibeureum.

(26)

2

TINJAUAN PUSTAKA

Konsep Pariwisata

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009, pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata yang didukung oleh berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan masyarakat, pengusaha, pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Selanjutnya kepariwisataan adalah seluruh kegiatan yang terkait dengan pariwisata yang bersifat multidimensi serta multidisiplin yang muncul sebagai wujud kebutuhan setiap individu kelompok atau negara serta interaksi antara wisatawan dengan masyarakat lokal, sesama wisatawan, pemerintah dan swasta.

Sedangkan industri pariwisata menurut Kusdianto (1996) adalah suatu susunan organisasi, baik pemerintah maupun swasta yang terkait dalam pengembangan, sedang bepergian. Industri pariwisata menurut Undang-Undang Pariwisata Nomor 10 Tahun 2009 adalah kumpulan usaha pariwisata yang saling terkait dalam rangka menghasilkan barang dan jasa bagi pemenuhan kebutuhan wisatawan dalam kegiatan pariwisata.

Pariwisata merupakan suatu kegiatan yang tidak terlepas dari ekowisata. Ekowisata adalah kegiatan wisata yang memanfaatkan jasa lingkungan baik itu alam (keindahan dan keunikannya) ataupun masyarakat (budayanya, cara hidupnya, struktur sosialnya) dengan mengemukakan unsur-unsur konservasi, edukasi dan pemberdayaan masyarakat setempat (Fandeli at al. 2000).

(27)

11

Komponen Pariwisata

Secara umum pariwisata memiliki komponen utama sebagai berikut: (1) obyek wisata (alam, sejarah dan kebudayaan); (2) masyarakat setempat; (3) biro wisata atau travel; (4) infrastruktur (promosi, sarana dan prasarana bagi wisatawan dan (5) wisatawan. Setiap komponen memiliki porsi/ruang dan saling menunjang. Keaslian, kelestarian alam dan peran serta masyarakat setempat pada komponen satu dan dua menjadi prioritas.

Idealnya pariwisata melibatkan pihak-pihak, seperti: (1) pemerintah pusat dan daerah; (2) swasta (biro wisata dan travel); (3) lembaga atau organisasi lingkungan hidup dan (4) masyarakat setempat.

Pemerintah pusat dan daerah selain menghasilkan regulasi juga menyiapkan infrastruktur yang berwawasan masyarakat setempat, pendidikan sumber daya manusia dan promosi obyek wisata dan kegiatan, bekerjasama dengan pihak swasta (biro wisata dan travel). Biro wisata atau travel harus mampu mengendalikan dirinya untuk tidak masuk terlalu jauh mencampuri kegiatan disektor ekonomi yang melibatkan masyarakat setempat. Sementara itu, lembaga atau organisasi lingkungan hidup atau pencinta alam menjadi sumber informasi, pelaksana pendidikan dan pengawas kegiatan wisata dari dampak negatif yang mungkin akan ditimbulkannya. Oleh karena itu masyarakat setempat harus disiapkan dan siap bertindak sebagai operator kegiatan wisata.

Selain dari komponen utama di atas, ada nilai-nilai positif yang harus terus dijaga didalam penerapannya. Nilai-nilai yang terkandung didalam kegiatan pariwisata seperti kepedulian, tanggung jawab, komitmen terhadap kelestarian lingkungan dan upaya bersama meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat, muncul karena alasan sebagai berikut:

1. Kekhawatiran akan makin rusaknya obyek wisata alam oleh perkembangan industri pariwisata tradisional yang bersifat eksploitatif.

2. Kegiatan ini membutuhkan lingkungan yang baik, sehat dan dapat dinikmati oleh semua orang, sehingga dibutuhkan standar dan klasifikasi tertentu untuk segala hal didalam pelaksanaannya.

(28)

memberi kesadaran kepada mereka untuk menjaga kelestarian obyek wisata alam dan lingkungannya.

Satu hal yang menarik dari kegiatan pariwisata adalah adanya konsep dan kewajiban bahwa peserta kegiatan wisata tidak boleh mempengaruhi apalagi merusak obyek-obyek wisata alam maupun budaya masyarakat yang mereka kunjungi. Hal ini sangat bertolak belakang dengan kegiatan wisata tradisional. Dimana masyarakat lokal harus mau menerima, memahami dan toleransi terhadap dunia luar. Pembangunan dan pengembangan infrastruktur diusahakan seminimal mungkin mempengaruhi lingkungan dan budaya lokal. Kalaupun peserta wisata ingin berpartisipasi dalam pengembangan kegiatan pariwisata disuatu wilayah, maka bentuknya adalah pada kegiatan konservasi alam dan obyek wisata serta pengembangan sumber daya manusia yang bersifat pengetahuan atau wawasan.

Pembangunan Berkelanjutan

(29)

13

Gambar 2 Pembangunan tiga pilar

Aspek implementasi pembangunan berkelanjutan yang pertamakali harus diperhatikan adalah aspek sosial karena berperan sebagai pusat dari pembangunan. Aspek sosial yang paling penting adalah pendekatan kesejahteraan (well-being) dan pemberdayaan. Kelompok masyarakat yang harus diutamakan adalah masyarakat marginal dan kelompok miskin. Diantara kedua kelompok tersebut peranan wanita mendapat posisi yang sangat penting (Serageldin 1993). Pemberdayaan dapat dilakukan melalui pembukaan akses kelompok masyarakat kesumber modal, dengan penyuluhan, training usaha, kesempatan usaha dan kesempatan kerja.

Pariwisata Berkelanjutan

(30)

dalam pariwisata harus dapat melestarikan lingkungan dalam jangka panjang secara aspek sosial ekonomi masyarakat setempat (Morin dan Jafiar 2002).

Pariwisata berkelanjutan dengan kata lain merupakan kegiatan wisata yang diselenggarakan berasaskan prinsip-prinsip sosial ekonomi dan ekologi. Secara ekologis kegiatan wisata/pariwisata diharapkan memelihara keseimbangan dinamis dari ekosistem daerah tujuan wisata. Daerah tujuan wisata berupa kawasan konservasi harus dijaga dan berfungsi sebagai konservasi, demikian pula dengan daerah wisata budaya maka daya dukungnya disesuaikan dengan perkembangan jumlah penduduk.

Dampak Pariwisata

Pariwisata (ekowisata) dianggap sebagai salah satu sektor ekonomi penting, tetapi apabila tidak dilakukan dengan benar maka pariwisata berpotensi menimbulkan masalah atau dampak negatif terhadap kehidupan sosial budaya, ekonomi dan lingkungan (Suwantoro 2001), sedangkan (Yoeti 2008) menyatakan bahwa pariwisata termasuk ekowisata sebagai katalisator dalam pembangunan karena dampak yang diberikan terhadap perekonomian di negara yang dikunjungi oleh wisatawan.

Kegiatan pariwisata memberikan dampak positif dan negatif dalam berbagai aspek baik lingkungan, sosial budaya, maupun ekonomi. Pariwisata kini membuka peluang bagi siapa saja untuk bisa berpartisipasi dan mengambil manfaat positif didalamnya namun tidak terlepas dari dampak negatif yang akan ditimbulkan oleh kegiatan tersebut.

Dalam rangka menghindari dampak negatif yang mungkin timbul dalam suatu kegiatan pariwisata sebaiknya mengadakan pemantauan secara periodik ini dimaksudkan untuk menemukenali dampak-dampak negatif sedini mungkin baik oleh pemerintah, swasta maupun dengan masyarakat.

Dampak Sosial Pariwisata

(31)

15

mengakibatkan konflik dan keresahan sosial dalam masyarakat, sebagai akibat kurangnya pendekatan yang selaras dengan masyarakat sekitar kawasan.

Studi dampak sosial didasarkan pada pemikiran (Hadi 2005), yang menyatakan bahwa masyarakat merupakan sub-sistem dalam ekosistem. Perubahan salah satu sistem akan mempengaruhi sistem lain dimana kehidupan masyarakat secara umum terdiri dari tiga sub-sistem yang saling berinteraksi yaitu sistem sosial budaya, sistem ekonomi dan lingkungan fisik.

Kegiatan pariwisata memberikan dampak terhadap sosial budaya dan ekonomi masyarakat. Pariwisata memberikan dampak positif, yaitu (a) dikenalnya obyek wisata alam dan budaya masyarakat setempat ke mancanegara, (b) terjadinya interaksi yang positif yang menghargai budaya lokal sehingga kehidupan masyarakat setempat tidak terganggu, (c) terkontaminasi oleh budaya asing dan bagi masyarakat setempat ini merupakan peluang untuk mengenal, belajar dan memperluas wawasan terhadap kebudayaan bangsa lain. Pariwisata juga memberikan dampak negatif, diantaranya memicu terjadinya kesenjangan sosial dalam lingkungan masyarakat akibat dari pergeseran nilai-nilai sosial menjadi nilai ekonomi, budaya wisatawan yang diadopsi oleh masyarakat setempat bertentangan dengan budaya dan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat lokal bahkan sampai pada tingkat kejahatan.

Dampak Ekonomi Pariwisata

Sebagian besar negara-negara di dunia, termasuk Indonesia, mengakui bahwa pariwisata dapat memberikan kontribusi yang besar bagi perekonomian negara. Pada umumnya, pemerintahan negara-negara di dunia menerima pariwisata sebagai sesuatu yang positif dan sebagian besar kebijakan pariwisata dibuat untuk memperluas industri pariwisatanya. Pemerintahan di setiap tingkat, dari tingkat internasional hingga tingkat regional berperan lebih aktif dalam mengembangkan pariwisata sebagai alat pembangunan.

(32)

modal bagi pembangunan kepariwisataan untuk peningkatan kemakmuran dan kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia.

Pembangunan kepariwisataan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional yang dilakukan secara sistematis, terencana, terpadu, berkelanjutan dan bertanggung jawab dengan tetap memberikan perlindungan terhadap nilai-nilai agama, budaya yang hidup dalam masyarakat, kelestarian dan mutu lingkungan hidup serta kepentingan nasional. Pembangunan kepariwisataan diperlukan untuk mendorong pemerataan kesempatan berusaha dan memperoleh manfaat serta mampu menghadapi tantangan peubahan kehidupan lokal, nasional dan global. Dalam Undang-Undang Nomor 10 tahun 2009 ini, pembangunan kepariwisataan meliputi industri pariwisata, destinasi pariwisata, pemasaran dan kelembagaan kepariwisataan.

World Travel and Tourism Council dalam Lindberg (1997) menyatakan bahwa terdapat tiga dampak dari pariwisata terhadap perekonomian yaitu:

1) Dampak langsung, merupakan perubahan dalam penjualan kesempatan kerja dan pendapatan pada berbagai bisnis sebagai suatu hasil dari pembelian secara langsung berbagai barang dan jasa oleh wisatawan.

2) Dampak tidak langsung, merupakan perubahan dalam penjualan, kesempatan kerja dan pendapatan yang ditimbulkan secara tidak langsung pada berbagai bisnis, begitu mata uang asing wisatawan itu dibelanjakan kembali.

3) Dampak lanjutan, merupakan bagian dari pengeluaran konsumsi yang berubah dengan perubahan PDB riil yang dikurangi impor.

Dampak Lingkungan Pariwisata

Manusia adalah bagian dari lingkungan dan setiap aktifitas manusia akan menimbulkan dampak baik secara positif maupun negatif dalam lingkungan hidupnya, sehingga dibutuhkan konservasi agar dapat memberikan peluang dan manfaat yang terbuka luas bagi setiap anggota masyarakat dalam menimbulkan kesadaran akan pentingnya kelestarian obyek wisata alam maupun wisata buatan.

(33)

17

pengembamgan pendidikan cinta lingkungan yang dimanfaatkan sebagai wahana pendidikan lingkungan baik bagi wisatawan maupun masyarakat lokal, penetapan zona khusus dengan resiko lingkungan yang tinggi.

Dalam kegiatan pariwisata banyak menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan, seperti rusaknya hutan yang menyebabkan hilangnya flora dan fauna yang ada di dalamnya, rusaknya ekosistem karang dan hilangnya spesies, banyaknya sampah, baik sampah organik maupun an-organik akibat kegiatan wisata yang tidak bersahabat dan tidak ramah lingkungan serta kurangnya kesadaran dan pengetahuan masyarakat akan pentingnya lingkungan sebagai sumber kehidupan manusia serta mahluk hidup lainnya.

Formulasi Strategi Implementasi Analisis SWOT dan QSPM

Analisis SWOT adalah suatu cara untuk mengidentifikasi berbagai faktor secara sistematis dalam rangka merumuskan strategi suatu organisasi atau perusahaan. Analisis SWOT didasarkan pada logika dapat memaksimalkan kekuatan (strengths) dan peluang (opportunities) namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weaknesses) dan ancaman (threats) (Rangkuti 2006).

Formulasi strategi dari sebuah organisasi memerlukan analisis lingkungan baik lingkungan internal maupun lingkungan eksternal. Analisis tersebut akan memberikan gambaran mengenai kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang dihadapi oleh perusahaan/lembaga (Rangkuti 2006). Strategi yang telah diformulasikan agar dapat mendukung pengembangan suatu industri, maka strategi tersebut harus dikembangkan dalam bentuk tindakan-tindakan yang nyata. Tahap inilah yang disebut dengan implementasi strategi. Implementasi strategi mensyaratkan perusahaan/lembaga untuk menetapkan tujuan tahunan, membuat kebijakan, memotivasi karyawan dan mengalokasikan sumberdaya sehingga strategi yang telah diformulasikan dapat dijalankan (David 2006).

(34)

kekuatan (strengths) dan kelemahan (weaknesses) serta survei eksternal atas peluang/kesempatan (opportunities) dan ancaman (threats).

Analisis variabel internal IFAS (Internal Strategy Factors Analysis Summary) menurut David (2006) adalah faktor yang dapat dikontrol karena berada dalam lingkungan perusahaan/organisasi. Fungsinya untuk menganalisis perusahaan/organisasi secara internal dalam persaingan usaha yang terdiri dari kekuatan dan kelemahan. Analisis variabel eksternal (External Strategy Factors Analysis Summary/EFAS) merupakan faktor di luar jangkauan perusahaan atau organisasi karena tidak dapat dikontrol dan berada di luar perusahaan. Faktor ini meliputi peluang dan ancaman.

Metode analisis SWOT menggunakan pembobotan yaitu pemberian nilai terhadap parameter yang diambil berdasarkan tingkat kesesuaian dengan membandingkan persyaratan yang ditentukan. Pemberian nilai atau skor berdasarkan atas penilaian terhadap kepentingan tertentu (Rangkuti 2006). Melalui analisis SWOT, dapat teridentifikasi faktor-faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan faktor-faktor eksternal (peluang dan ancaman) sebagaimana yang disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2 Ilustrasi matriks faktor strategi internal dan faktor strategi eksternal

No Faktor Strategis Bobot Rating Skor Terbobot Faktor Strategis Internal

1. Kekuatan (S) (3-10 fackor) 2. Kelemahan (W) (3-10 faktor) Total:

Faktor Strategis Eksternal 1 Peluang (O) (3-10 faktor) 2 Ancaman (T) (3-10 faktor) Total:

Sumber: Marimin (2004)

Keterangan :

Bobot 1 = Tidak penting Rating 1 = Kecil Bobot 2 = Agak penting Rating 2 = Sedang Bobot 3 = Cukup penting Rating 3 = Besar Bobot 4 = Penting Rating 4 = Sangat Besar Bobot 5 = Sangat penting

(35)

19

disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh organisasi tersebut. Matriks gabungan atau interaksi SO, WO, ST dan WT dapat disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3 Matriks interaksi SO, WO, ST dan WT

Faktor Internal Faktor Eksternal

Matriks pada Tabel 3 menjelasan sebagai berikut:

1. Strategi Strengths Opportunities (SO): strategi dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya.

2. Strategi Strengths Threats (ST): strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk mengatasi ancaman.

3. Strategi Weaknesses Opportunities (WO): strategi yang diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan.

4. Strategi Weaknesses Threats (WT): strategi yang didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman.

(36)

Persepsi Masyarakat

Persepsi merupakan suatu proses dimana individu dapat memilih, mengorganisasikan serta mengartikan stimulus yang diterima melalui inderanya menjadi suatu makna. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi persepsi yaitu faktor personal dan faktor struktural, faktor personal antara lain adalah proses belajar, motif dan kebutuhan, sedangkan faktor struktural meliputi lingkungan dan nilai sosial dalam masyarakat (Rangkuti 2002). Persepsi juga merupakan suatu proses pengamatan seseorang yang berasal dari komponen kognetif yang sangat dipengaruhi oleh faktor pengalaman, proses belajar, cakrawala dan pengetahuannya. Menurut Soleman (1982), persepsi merupakan proses pencarian informasi untuk dipahami, pandangan seseorang terhadap suatu fenomena dapat bersifat konotatif dan denotatif, menolak atau menerima, suka atau tidak suka terhadap obyek yang dihadapinya. Menyatakan persepsi masyarakat terhadap lingkungan sangat dipengaruhi oleh faktor sosial ekonomi dan pendidikan. Seseorang akan memberi persepsi positif terhadap lingkungan apabila lingkungan tersebut memberikan kesejahteraan kepadanya, sebaliknya jika lingkungan tidak mampu meningkatkan kesejahteraan, masyarakat cenderung memberi nilai negatif terhadap lingkungan yang dihadapinya. Sedangkan masyarakat adalah kumpulan individu-individu yang saling bergaul berinteraksi karena mempunyai nilai-nilai, norma-norma, cara-cara dan prosedur yang merupakan kebutuhan bersama berupa suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontinyu dan terikat oleh suatu identitas bersama (Mussadun 2000).

Jadi pengertian persepsi masyarakat dapat disimpulkan sebagai tanggapan atau pengetahuan lingkungan dari kumpulan individu-individu yang saling bergaul dan berinteraksi karena mempunyai nilai-nilai, norma-norma, cara-cara dan prosedur merupakan kebutuhan bersama berupa suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontiyu dan terikat oleh suatu identitas bersama yang diperoleh melalui interpretasi data indera.

PenelitianTerdahulu yang Relevan

(37)

21

(ODTW) terhadap penambahan sarana bermain dan penyediaan fasilitas atraksi wisata. Pengembangan yang dilakukan difokuskan pada peningkatan pemberdayaan masyarakat lokal. Dimana potensi yang dimungkinkan untuk dikembangkan, meliputi potensi flora dan fauna, landscape, dan atraksi wisata. Hasil inventarisasi flora dan fauna ditemukan 25 jenis flora dan 25 jenis fauna, menurut kriteria kualitas keanekaragaman sangat baik dan potensial untuk aset wisata. Potensi landscape termasuk berkualitas tinggi (19-25), secara bentang lahannya berpotensi untuk dikembangkan sebagai destinasi pariwisata alam. Potensi atraksi wisata yang masih dapat dikembangkan adalah wisata hutan, wisata tirta, wisata goa, wisata bahari. Sedangkan strategi pengembangan yang diharapkan berdasarkan hasil analisis SWOT adalah (a) memanfaatkan potensi kawasan secara maksimal untuk pemberdayaan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat lokal, (b) pengembangan yang dilakukan lebih dititik beratkan pada upaya kelestarian lingkungan dan (c) perlu dilakukan promosi yang lebih intensif dalam menarik kunjungan wisatawan nusantara dan wisatawan mancanegara. Perlunya dukungan pemerintah dalam rangka pengembangan destinasi unggulan yang berbasis masyarakat lokal.

Penelitian yang kedua adalah berjudul Dampak Ekonomi Pariwisata Internasional pada Perekonomian Indonesia: Suatu Pendekatan Ekonometrika dan Analisis Input-Output yang dilakukan oleh Lumaksono (2011). Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pendekatan Ekonometrika, Teknik kuantitatif Granty model dan model time series.

Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa peningkatan jumlah penduduk Indonesia keluar negeri dengan pengeluaran meningkat mempengaruhi neraca pariwisata. Penerimaan devisa pariwisata tergantung dari jumlah kunjungan wisatawan manncanegara dan faktor kualitatif seperti terjadinya krisis tidak mempengaruhi jumlah kunjungan namun beberapa negara menetapkan travel warning terhadap Indonesia akibat Bom Bali 2001 dan 2006.

(38)

Hasil dari pada penelitian ini menyatakan bahwa masyarakat Ujungnegoro masuk dalam kategori persepsi baik dan tingkat partisipasi yang aktif sehingga memiliki hubungan yang erat antar sesama masyarakat sekitar pesisir maupun dengan masyarakat pendatang atau wisatawan.

Selanjutnya penelitian yang dilakukan di Pulau Tidung (Dritasto dan Aggraeni 2013), melibatkan masyarakat dalam kegiatan wisata sehingga dapat memberikan dampak ekonomi masyarakat yaitu berupa pendapatan. Secara umum kegiatan wisata yang ada di Pulau Tidung telah memberikan dampak ekonomi kepada masyarakat. Dampak ekonomi ini terjadi karena adanya perputaran uang antara wisatawan, unit usaha dan tenaga kerja yang ada di Pulau Tidung.

Semakin banyaknya wisatawan yang datang ke Pulau Tidung dapat memberikan dampak berupa pendapatan yang lebih besar kepada unit usaha. Sebanyak 98% unit usaha yang ada di Pulau Tidung merupakan milik penduduk asli yang ikut memanfaatkan peluang usaha. Seiring berkembangnya kegiatan wisata di Pulau Tidung. Jenis usaha yang dimiliki masyarakat yang ada di Pulau Tidung diantaranya sebanyak 64% memiliki usaha jasa penginapan (home stay), 11% memiliki usaha kios warung, 6% memiliki usaha jasa catering, 5% memiliki usaha warung makan, 4% memiliki usaha penyewa alat, 3% memiliki usaha pemandu wisata, 2% memiliki usaha transportasi kapal dan 1 % berusaha souvenir. Penelitian ini dilakukan dengan jumlah responden 99 orang, diambil berdasarkan rumus Slovin dan dianalisis dengan metode statistik deskriptif.

(39)

23

Tabel 4 Matriks penelitian terdahulu yang relevan

(40)

3

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di Desa Cibeureum, Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor yang terletak di sekitar kawasan Taman Safari Indonesia Cisarua-Bogor. Lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 3. Adapun waktu pelaksanaan penelitian lapangan adalah pada bulan April sampai dengan Mei 2014.

PETA KECAMATAN CISARUA

Sumber: http//www.google.com

Gambar 3 Peta Kecamatan Cisarua (Desa Cibeureum)

Jenis dan Sumber Data

(41)

25

Teknik Pengambilan dan Pengumpulan Data

Arikunto (2007) menjelaskan beberapa cara atau teknik yang dapat digunakan untuk pengumpulan data. Pada penelitian ini teknik pengumpulan data didapat dari studi lapangan dan studi pustaka, observasi suvei dan wawancara mendalam dengan pihak-pihak terkait dengan menggunakan kuesioner.

Data persepsi masyarakat Desa Cibeureum diperoleh dengan wawancara dilakukan secara langsung kepada masyarakat sekitar yang tinggal dan menetap di Desa Cibeureum serta instansi pemerintah dan swasta yang terkait dengan penelitian. Setiap responden diminta untuk menjawab pertanyaan tertutup yang tersedia di lembar kuesioner, meliputi pertanyaan kondisi sosial, ekonomi dan lingkungan sebelum dan sesudah adanya industri pariwisata Taman Safari Indonesia Cisarua-Bogor. Matriks metode analisis data penelitian pada Tabel 5. Tabel 5 Matriks metode analisis data penelitian

No Tujuan Penelitian Alat Analisis Teknik Pengumpulan Data

(42)

cukup memadai dan dapat menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan perubahan yang terjadi sebelum dan setelah adanya Taman Safari Indonesia Cisarua-Bogor, dengan jumlah dari keseluruhan responden sebanyak 150 orang.

Metode Pengolahan dan Analisis Data

Analisis Data Responden Masyarakat

Data persepsi masyarakat berdasarkan sosial ekonomi dan lingkungan dianalisis dengan statistik deskriptif kualitatif menggunakan skala likert (Sugiyono 2006). Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau kelompok tentang fenomena sosial ekonomi dan lingkungan yang terjadi, setiap jawaban responden ditransformasikan dalam bentuk angka berdasarkan skala likert tersebut. Jawaban yang menggunakan skala likert mempunyai tingkatan dari sangat positif sampai dengan negatif. Guna keperluan analisis kualitatif, jawaban dapat diberi skor seperti pada Tabel 6. Tabel 6 Kriteria penilaian persepsi masyarakat

No Kriteria Nilai

1 Sangat Setuju 5

2 Setuju 4

3 Biasa saja 3

4 Kurang setuju 2

5 Tidak Setuju 1

Data responden masyarakat sekitar kawasan Taman Safari Indonesia Cisarua-Bogor dikumpulkan dengan metode purposive sampling dengan menggunakan kuesioner dan wawancara mendalam. Masyarakat sekitar kawasan yang dijadikan sebagai responden penelitian terdiri dari warga yang tinggal di sekitar kawasan dan telah berdomisili minimal 25 tahun, sedangkan responden yang diteliti berjumlah 150 orang. Data responden masyarakat sekitar kawasan tersebut dianalisis secara deskriptif kualitatif dan dilakukan dengan bantuan program Microsoft Excel 2007.

Analisis SWOT dan QSPM

Analisis Strength Weakness Opportunities Threat (SWOT)

(43)

27

(IFE) dan External Factor Evaluation Matrix (EFE) dengan tahapan melakukan perkalian pembobotan dengan peringkat setiap faktor internal dan eksternal dalam bentuk matriks (David at al. 2006). Tahapan identifikasi faktor-faktor lingkungan dalam matriks IFE dan EFE sebagai berikut:

1. Identifikasi faktor internal kekuatan dan kelemahan yang dimiliki industri pariwisata Taman Safari Indonesia Cisarua-Bogor. Data eksternal merupakan data hasil wawancara dengan menggunakan kuesioner pada responden kunci (key responden) yaitu Dinas Pariwisata, BLHD, Tokoh masarakat dan pihak pengelola Taman Safari Indonesia yang terkait dan mengetahui keberadaan Taman Safari Indonesia Cisarua-Bogor.

2. Menentukan bobot dengan cara mengidentifikasi faktor strategis eksternal dan internal kepada para pakar dengan menggunakan metode perbandingan berpasangan (paired comparison). Pembobotan IFE dan EFE dapat dilihat pada tabel 7 dan 8:

Tabel 7 Matriks Pembobotan IFE

Faktor Strategik Internal A B C D E …. Total Xi Bobot A

B C D E

….

Sumber: David 2006

Tabel 8 Matriks Pembobotan EFE

Faktor Strategik Eksternal A B C D E …. Total Xi Bobot A

B C D E

….

Sumber: David 2006

Menurut David (2006), bobot setiap peubah dapat diperoleh dengan menentukan nilai setiap peubah terhadap jumlah nilai keseluruhan peubah dengan rumus:

Xi αi = …… (1)

(44)

Dimana: αi = bobot peubah ke-i Xi = nilai peubah ke-i i = 1,2,3,4,……n

n = jumlah peubah

3. Beri bobot masing-masing faktor dalam kolom IFE dan EFE mulai dari 0,0 (tidak penting) sampai 1,0 (sangat penting). Faktor-faktor teresebut kemungkinan dapat memberikan dampak terhadap faktor strategis

4. Hitung rating untuk masing-masing faktor dengan memberikan skala mulai dari (4 sampai dengan 1). Berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap kondisi industri pariwisata yang bersangkutan. Pemberian nilai rating untuk faktor peluang bersifat positif (peluang yang semakin besar diberi rating +4 dan jika peluang kecil diberi nilai rating +1). Pemberian nilai rating ancaman apabila nilai ancamannya sangat besar ratingnya adalah 1 dan sebaliknya jika nilai ancamannya sedikit ratingnya adalah 4.

5. Kalikan bobot dengan peringkat dari masing-masing faktor untuk mendapatkan skor pembobotan dan semua hasil skor pembobotan dijumlahkan secara vertikal untuk mendapatkan skor total yang akan digunakan pada tabel IFE dan EFE. Matriks IFE dan EFE diilustrasikan pada tabel 9 dan 10 berikut: Tabel 9 Matriks IFE

Faktor Strategis Internal Kekuatan Bobot Rating Skor

Terbobot

(45)

29

nilai (2.0–2.99) maka kondisi internal berada pada posisi sedang, dan (1.0 – 1.99) berarti kondisi internal rendah atau lemah.

Tabel 10 Matriks EFE

Faktor Strategis Eksternal Peluang Bobot Rating Skor

Terbobot Tumbuhnya hotel, villa dan cottage di kawasan

taman safari

Makin bertambahnya atraksi menarik Areal taman makin diperluas

Makin banyaknya peluang kesempatan kerja bagi masyarakat lokal

Peningkatan pendapatan masyarakat

Sumber pendapatan Daerah Kabupaten Bogor Faktor Strategis Eksternal Ancaman

Jumlah pengunjung yang terus meningkat ancaman bagi kelestarian SDA di sekitar kawasan wisata Semakin tergesernya penduduk lokal akibat penjualan lahan untuk hotel dan villa

Daya dukung kawasan semakin menurun Banyaknya obyek wisata lain

Menimbulkan potensi konflik Sumber: David 2006

Total skor pembobotan akhir berkisar pada nilai 1- 4 dengan rataan 2.5. Bila total skor EFE mencapai (3.0 – 4.0) maka kondisi eksternal dapat merespon kuat terhadap peluang dan ancaman dan jika nilai (2.0 – 2.99) maka kondisi rataan eksternalmasih dapat merespon peluang dan ancaman, dan nilai (1.0 – 1.99) berarti kondisi eksternal rendah dan tidak dapat merespon peluang dan ancaman.

(46)

Dalam penelitian ini ditemukan faktor-faktor internal dan eksternal yang terdiri dari 9 (sembilan) elemen kekuatan, 6 (enam) elemen kelemahan, 6 (enam) elemen peluang dan 5 (lima) elemen ancaman dan seluruh elemen yang telah diidentifikasi dibuat dalam matriks SWOT seperti disajikan pada Tabel 11.

(47)

31

Matriks Internal Eksternal (IE)

Menurut David (2006), matriks Internal Eksternal (IE) yang merupakan hasil penggabungan dari matriks IFE dan EFE. Matriks External Factor Evaluation (EFE) merupakan serangakaian faktor straregis eksternal yang terdiri atas peluang dan ancaman, alat analisis matriks EFE dimaksudkan agar para penyusun strategi dapat merangkum dan mengevaluasi informasi tentang sosial, ekonomi, lingkungan dan budaya, politik, hukum, demografi, pemerintah, teknologi dan lingkungan industri. Sedangkan matriks Internal Factor Evaluation (IFE) digunakan untuk mengetahui faktor-faktor internal perusahaan berkaitan dengan kekuatan dan kelemahan yang dianggap penting khususnya dalam bidang fungsional, selain itu digunakan sebagai landasan agar dapat mengidentifikasi dan mengevaluasi hubungan antar bidang. Matriks Internal Eksternal (IE) dapat disajikan pada Gambar 4.

Pada prinsipnya ke sembilan sel dalam matriks IE dapat dikelompokkan menjadi tiga strategi utama yaitu:

(48)

2. Sel 3, 5 dan 7 disebut strategi pertahankan dan pelihara. Penetrasi pasar dan pengembangan produk merupakan dua strategi yang banyak dilakukan apabila perusahaan berada dalam sel tersebut.

3. Sel 6, 8 dan 9 disebut strategi panen dan divestasi.

Nilai-nilai IFE dikelompokkan ke dalam tinggi (3.0−4.0), sedang (2.0−2.99), dan rendah (2.0−2.99), sedangkan Nilai-nilai EFE dikelompokkan dalam kategori kuat (3.0−4.0), rata-rata (2.0−2.99), dan lemah (2.0−2.99). Bentuk matriks IE (Internal Evaluation) adalah menghubungan antara IFE dan EFE.

Analisis Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM)

Teknik Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM) adalah alat yang memungkinkan para penyusun strategi mengevaluasi berbagai strategi alternatif secara obyektif, berdasarkan faktor-faktor keberhasilan penting antara faktor eksternal dan internal yang diidentifikasi pada matriks SWOT (Strength Weakness Opportunities Threat). Analisis ini dibuat untuk menentukan prioritas strategis dari beberapa alternatif pilihan berdasarkan hasil yang diperoleh melaluai hasil persilangan analisis SWOT. Ada beberapa kriteria yang dilakukan dalam analisis QSPM (David 2006):

1. Masukan faktor-faktor internal dan eksternal pada kolom QSPM sesuai dengan matriks IFE dan matriks EFE dalam SWOT.

2. Beri bobot masing-masing faktor sesuai dengan bobot yang digunakan dalam matriks IFE dan matriks EFE

3. Mengidentifikasi faktor strategis pilihan dalam matriks SWOT dan diimplementasikan kedalam matriks QSPM.

4. Menentukan nilai daya tarik Attractive Score (AS) setiap faktor strategis pilihan untuk menunjukan daya tarik relatif antara satu strategi dengan faktor strategis yang lain. Adapun nilai daya tarik ditentukan 1 sampai 4 yaitu:

1 = tidak menarik, 2 = agak menarik, 3= cukup menarik, 4 = amat menarik 5. Tentukan nilai total daya tarik Total Attractive Score (TAS) dari hasil perkalian

(49)

33

6. Hitung nilai Total Attractive Score (TAS) dan jumlahkan semua nilai TAS pada kolom QSPM. Nilai TAS tertinggi menunjukan bahwa alternatif strategi tersebut menjadi prioritas utama dan nilai TAS terkecil menjadi prioritas akhir dalam pemilihan strategi alternatif. Matriks QSPM disajikan pada tabel 12. Tabel 12 Matriks Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM)

Faktor Strategi Bobot Alternatif Strategi

Strategi 1 Strategi 2 Strategi 3 Strategi 4

Kekuatan AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS

Kekuatan 1 Kekuatan 2 Kelemahan Kelemahan 1 Kelemahan 2 Peluang Peluang 1 Peluang 2 Ancaman Ancaman 1 Ancaman 2

Sumber: David 2006

4

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Kondisi Geografis Taman Safari Indonesia (TSI) Cisarua-Bogor

Pada dasarnya lokasi Taman Safari Indonesia Cisarua-Bogor merupakan lahan pertanian masyarakat dan perkebunan teh yang tidak lagi produktif dan oleh pemerintah dialih fungsikan menjadi penangkaran hewan di alam bebas pada tahun 1980-1985. Kemudian pada tahun 1986, Taman Safari Indonesia Cisarua-Bogor dibuka bagi masyarakat luas untuk kepentingan pendidikan seperti penelitian dalam bidang biologi dengan jumlah koleksi satwa sebanyak 400 ekor yang terbagi dalam 100 species.

(50)

Selain itu Taman Safari Indonesia juga sebagai Pusat Penangkaran satwa langka Indonesia SK. Dirjen PHPA No. 2366/VI- Sek/Kp 90 tanggal 20 November 1990.

Letak dan Luas Kawasan

Taman Safari Indonesia Cisarua-Bogor adalah tempat wisata keluarga yang berwawasan lingkungan dan berorientasi habitat satwa pada alam bebas dan juga merupakan penyangga Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Taman Safari Indonesia Cisarua-Bogor terletak pada ketinggian 900-1800 m diatas permukaan laut. Luas Taman Safari Indonesia awalnya ± 70 hektar dan saat ini menjadi ± 130,5 hektar dengan rincian 70 hektar sebagai taman satwa dan 30 hektar sebagai taman hiburan atau area rekreasi dan selebihnya untuk areal konservasi dan karavan yang merupakan salah satu fasilitas yang disediakan oleh pihak Taman Safari Indonesia Cisarua-Bogor.

Kondisi Iklim Curah Hujan Tanah dan Topografi

Wilayah Indonesia pada umumnya mempunyai kondisi iklim tropis demikian pula halnya kondisi iklim Taman Safari Indonesia Cisarua-Bogor. Jumlah curah hujan rata-rata 2600-4600 mm/tahun dengan jumlah bulan hujan berkisar 10 bulan, suhu rata-rata 18°C-24°C. Jenis tanah bertekstur gembur dan memiliki warna coklat kemerahan dengan kedalaman 40 m tanpa batu cadas, keadaan wilayah bentang areal Taman Safari Indonesia Cisarua-Bogor berada dalam kondisi yang berbukit dan gunung.

Aksesibilitas

(51)

35

dan Taman Safari Indonesia Cisarua-Bogor, kendaraan ini oleh masyarakat sekitar kawasan pariwisata Desa Cibeureum lebih dikenal dengan nama truktuk.

Fasilitas Wisata yang tersedia di Taman Safari Indonesia Cisarua-Bogor

Jenis fasilitas yang tersedia saat ini antara lain: bus safari, kolam renang dengan seluncur ombak, danau buatan, kano, sepeda air, kereta api mini yang melintasi perkampungan ala Afrika, taman burung, baby zoo, kincir raksasa, kuda tunggang, gajah tunggang, komedi putar, pentas sirkus, area gocart, bom bom car, rumah setan, kesenian tradisional dan sulap di panggung terbuka Balai Ruyung Safari, animal education show, children’s play ground, karavan, hotel, wild-wild west. Selain itu di Taman Safari Indonesia Cisarua-Bogor juga terdapat air terjun yang dapat dimanfaatkan dan dinikmati oleh wisatawan.

Kondisi Geografis dan Kependudukan Desa Penelitian

Penelitian persepsi masyarakat lokal terhadap dampak industri pariwisata Taman Safari Indonesia dilakukan di Desa Cibeureum, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor. Secara geografis Desa Cibeureum adalah salah satu dari 9 (Sembilan) Desa dan 1 (satu) kelurahan di dalam wilayah Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor, yang letak administrasinya sebelah selatan berbatasan langsung dengan Kabupaten Cianjur. Desa Cibeureum berada pada posisi: 06.69087° Lintang Selatan dan 106.143° Bujur Barat, Ketinggian dari permukaan laut adalah 955 m dengan suhu maksimum/minimum 18°C - 24°C.

Jarak pusat pemerintahan Desa dengan Ibu kota Kecamatan sejauh 15 km, Ibu kota Kabupaten sejauh 46 km, Ibu kota Provinsi sejauh 93 km dan Ibu kota Negara Republik Indonesia (Jakarta) sejauh 82 km. Sementara luas dan batas wilayah desa adalah 1 128,62 Ha dengan peruntukan untuk perumahan penduduk, hotel, villa, cottage, fasilitas umum, fasilitas sosial, fasilitas bisnis dan sebagainya.

Jumlah Penduduk

(52)

Tabel 13 Jumlah Penduduk Desa Cibeureum Tahun 2002-2011 Cibeureum selama 10 tahun terakhir terus meningkat dari tahun ketahun. Sedangkan kondisi penduduk yang ada di Desa Cibeureum tidak jauh berbeda antara jumlah laki-laki dan perempuan yaitu laki-laki sebanyak 7.659 orang dan perempuan 7.031 orang dengan jumlah KK sebanyak 3.272 orang pada tahun 2011. Selanjutnya jumlah penduduk juga dibagi berdasarkan faktor usia yang disajikan pada tabel 14.

Tabel 14 Jumlah Penduduk Desa Cibeureum berdasarkan usia Tahun 2012

No. Usia Laki-Laki Perempuan Jumlah

(53)

37

Jenis Pekerjaan Terkait Wisata yang ada di Desa Cibeureum

Pariwisata menawarkan beragam jenis pekerjaan bagi masyarakat lokal yang ada di lokasi wisata maupun masyarakat dari luar kawasan wisata yang dapat memanfaatkan peluang yang ada, demikian pula dengan pariwisata Taman Safari Indonesia Ciusarua-Bogor, yang menawarkan berbagai jenis kegiatan dan pekerjaan dari yang memiliki keterampilan bernilai tambah sangat rendah hingga tingkat keterampilan dengan nilai tambah yang sangat tinggi. Industri pariwisata Taman Safari Indonesia Ciusarua-Bogor selain menarik bagi wisatawan yang berkunjung ke lokasi tersebut tetapi juga menarik bagi tingkat manajemen yang bergerak di bidang perhotelan, catering, dagang dan kegiatan terkait dengan pariwisata sebab kawasan Taman Safari Indonesia Ciusarua-Bogor, memiliki potensi yang mengandung nilai ekonomi yang berdampak pada kesejahteraan masyarakat yang berada di sekitar kawasan serta diharapkan dapat memberikan kesadaran terhadap masyarakat mengenai pentingnya lokasi wisata bagi peningkatan perekonomian masyarakat lokal dan mendorong masyarakat untuk turut melindungi kawasan tersebut. Untuk mengetahui jenis pekerjaan masyarakat di Desa Cibeureum yang berkaitan dengan pariwisata dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15 Jenis pekerjaan masyarakat terkait wisata yang ada di Desa Cibeureum

Tahun 2014.

No Jenis pekerjaan Jumlah (org) Persentase

1 Pedagang 586 16,32

2 Wiraswasta 645 17,96

3 Karyawan 502 13,98

4 Buruh Tani 413 11,50

5 Petani 423 11,78

6 Peternak 184 5,12

7 Buruh serabutan 506 14,1

8 Jasa-jasa 331 9,22

Total 3590 100

Sumber: Desa Cibeureum 2014

(54)

industri pariwisata Taman Safari Indonesia Cisarua-Bogor. Hal ini mencerminkan bahwa masyarakat memiliki keterkaitan dengan kegiatan pariwisata dalam mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Karakteristik Responden

Karakteristik responden diperoleh berdasarkan observasi, survei dan wawancara lansung pada 150 orang responden yang ada dilokasi penelitian dengan karakteristik responden yang sangat beragam. Secara umum karakteristik responden meliputi jenis kelamin, usia, pendidikan formal, jenis pekerjaan dan tingkat penghasilan.

Jenis Kelamin

Pada umumnya responden yang ditemui di lokasi penelitian adalah laki-laki sehingga didapatkan responden laki-laki-laki-laki sebanyak 143 orang sedangkan perempuan sebanyak 7 (tujuh) orang hal ini juga disebabkan sasaran peneliti adalah kepala keluarga yang tinggal dan berdomisili minimal 25 tahun di Desa Cibeureum. Perbandingan dari jenis kelamin dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5 Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin

Usia Responden

Hasil penelitian menunjukan usia kepala keluarga (responden) di lokasi penelitian bervariasi antara usia 25–75 tahun keatas. Sedangkan jumlah responden tertinggi dijumpai pada usia 36-45 tahun berjumlah 64 orang, diikuti usia 46-55 tahun sebanyak 44 orang, seterusnya berusia 25-35 tahun sebanyak 20 orang, responden berusia 56-65 tahun sebanyak 17 orang, yang berusia 66-75 tahun sebanyak 3 (tiga) orang dan responden berusia 76 tahun keatas berjumlah 2 (dua) orang. Persentase dan interval usia responden di lokasi penelitian dapat disajikan pada Gambar 6.

95%

5% Jenis Kelamin

L

Laki-laki

(55)

39

Interval Usia Responden

Gambar 6 Karakteristik responden berdasarkan usia

Tingkat Pendidikan

Penelitian ini menggali tingkat pendidikan masyarakat sekitar kawasan Taman Safari Indonesia Cisarua-Bogor karena pendidikan merupakan faktor yang sangat penting dalam menentukan perkembangan suatu daerah, dari total responden yang disurvei diperoleh informasi mengenai pendidikan responden yang beragam. Data tingkat pendidikan disajikan pada Gambar 7.

Gambar 7 Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan

Dari total reponden yang disurvei dijumpai 54 persen responden hanya berpendidikan Sekolah Dasar (SD), berpendidikan SMP sebanyak (24 persen), berpendidikan SLTA (15,34 persen), perguruan tinggi (4 persen) dan tidak sekolah (3 persen). Gambaran ini mencerminkan kondisi pendidikan di Desa Cibeureum masih rendah. Pendidikan juga berpengaruh terhadap peluang dan kesempatan masyarakat untuk bekerja pada industri pariwisata Taman Safari

Gambar

Tabel 1 Jumlah wisatawan di Indonesia tahun 2000 - 2012
Gambar 1: Diagram Alir kerangka penelitian
Gambar 2 Pembangunan tiga pilar
Tabel 2 Ilustrasi matriks faktor strategi internal dan faktor strategi eksternal
+7

Referensi

Dokumen terkait