ANALISIS KELEMBAGAAN DAN STRATEGI PENINGKATAN KINERJA KLUSTER KOMODITAS KENTANG
KABUPATEN WONOSOBO
HANA NOVITA MARYAM
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Dengan ini penulis menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Kelembagaan dan Strategi Peningkatan Kinerja Kluster Komoditas Kentang Kabupaten Wonososbo adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, 21 Februari 2015
Hana Novita Maryam
ABSTRAK
HANA NOVITA MARYAM. Analisis Kelembagaan dan Strategi Peningkatan Kinerja Kluster Komoditas Kentang Kabupaten Wonosobo. Dibimbing oleh LINDAWATI KARTIKA.
Asean Economic Community (AEC) 2015 memberikan peluang sekaligus tantangan baru yang harus dihadapi dalam pembangunan pertanian. Tujuan penelitian ini adalah: menganalisis alternatif dan rantai pasok dominan, sumberdaya manusia dalam kelembagaan pertanian dan merumuskan strategi peningkatan kinerja komoditas kentang di wilayah ini. Analisis deskriptif rantai pasok, kelembagaan, startegi TOWS analisis dan Key Perfomance Indicator
berbasis Pairwise Comparison digunakan dalam penelitian ini. Hasilnya terdapat 12 indikator kinerja utama yang menghasilkan tiga indikator prioritas antara lain: a) Peningkatan jumlah Gapoktan aktif dan berprestasi sebagai prioritas pertama. b) Peningkatan jumlah lembaga keuangan mikro agribisnis yang aktif sebagai prioritas kedua dan c) Jumlah peningkatan produksi optimal kentang per tahun prioritas ketiga. Strategi peningkatan kinerja kluster komoditas kentang berdasarkan indikator kinerja utama prioritas adalah: (1) Meningkatan minat petani pemula tergabung dalam kelompok tani. (2) Meningkatan kapasitas petani melalui Gabungan Kelompok Tani yang aktif dalam meningkatkan inovasi dan kinerja produk pertanian; (3) Menguatkan kelembagaan petani dalam mengelola LKMA; (4) Meningkatan produktivitas melalui usaha intensifikasi pertanian.
Kata Kunci: Kelembagaan, Key Perfomance Indicator, Kinerja, Rantai Pasok.
ABSTRACT
HANA NOVITA MARYAM. Analysis of Institutional and Strategy for Perfomance Improvement of Potatos Comodity Cluster Wonosobo Regency. Supervised by LINDAWATI KARTIKA.
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Manajemen
HANA NOVITA MARYAM
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR 2015
ANALISIS KELEMBAGAAN DAN STRATEGI PENINGKATAN KINERJA KLUSTER KOMODITAS KENTANG
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan September sampai Desember 2014 ini ialah kelembagaan dan peningkatan kinerja, dengan judul Analisis Kelembagaan dan Strategi Peningkatan Kinerja Kluster Komoditas Kentang Kabupaten Wonosobo.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Kementerian Pendidikan Nasional atas Hibah Kompetitif Penelitian Strategis Nasional Nomor: 046/SP2H/PL/Dit.Litabmas/III/2012 Tahun Ketiga 2014 dengan judul Rancang Bangun Model Keputusan Manajemen Rantai Pasok dan Risiko Sayuran Dataran Tinggi di Indonesia. Terima kasih pula yang sebesar-besarnya kepada Ibu Lindawati Kartika, SE. M.Si selaku dosen pembimbing atas bimbingan, arahan dan inspirasinya, Ibu Dr. Ir Anggraini Sukmawati, MSc dan Ibu Yusrina Permanasari, S.sos, ME sebagai dosen penguji atas bimbingan dan masukannya, serta Bapak Deddy Cahyadi Sutarman, STP, MM yang telah banyak membantu dan mengarahkan. Penulis juga berterimakasih kepada Bapak Tri Wahyu Utomo Sekretaris Dipertan Wonosobo, Bapak Mukiran Bagian Data Dipertan Wonosobo, Bapak Sadilan Penyuluh Pertanian Lapang, Bapak Anas Sanusi Kepala University
Farm Institut Pertanian Bogor, Mas Nurrohman Ketua POKTAN Muda, Pedagang
Besar dan Eksportir yang telah bersedia menjadi responden dan membantu pengumpulan data di lapangan. Ungkapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada Ayah, Ibu, seluruh keluarga, sahabat dan teman satu perjuangan skripsi atas doa, semangat dan kasih sayangnya.
Bagian skripsi ini telah dipublikasikan pada acara Simposium dan Seminar
Nasional Perhimpunan Agronomi Indonesia dengan Tema “Penguatan Ketahanan Pangan dalam Menghadapi Perubahan Iklim” bertempat di Program Pasca Sarjana
Universitas Sebelas Maret, Surakarta, 13-14 November 2014 dengan judul publikasi “Analisis Nilai Tambah Sayuran Dataran Tinggi dalam Rangka Meningkatkan Kesejahteraan Petani”.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, 21 Februari 2015
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL vii
DAFTAR GAMBAR vii
DAFTAR LAMPIRAN vii
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 3
Tujuan Penelitian 3
Manfaat Penelitian 4
Ruang Lingkup Penelitian 4
TINJAUAN PUSTAKA 4
Komoditas Unggulan 4
Rantai Pasok 4
Kelembagaan 5
Kinerja 5
Strategi 5
Penelitian Terdahulu 6
METODE 6
Kerangka Pemikiran Penelitian 6
Tahapan Penelitian 8
Lokasi dan Waktu Penelitian 10
Jenis dan Sumber Data 10
Metode Pengambilan Sampel 10
Metode Pengolahan dan Analisis Data 10
HASIL DAN PEMBAHASAN 12
Gambaran Umum Kabupaten Wonosobo 12
Analisis Rantai Pasok 13
Analisis Kelembagaan 16
Strategi Peningkatan Kinerja Kluster Komoditas Kentang Kabupaten
Wonosobo melalui Analisis TOWS 20
Indikator Kinerja Utama Kluster Komoditas Kentang Wonosobo 21
Implikasi Manajerial 24
SIMPULAN DAN SARAN 24
Simpulan 24
Saran 25
DAFTAR PUSTAKA 26
LAMPIRAN 28
DAFTAR TABEL
1 Data produksi sayuran dataran tinggi (kw) Kabupaten Wonosobo ... 2
2 Perbedaan karakteristik antara pemerintah, pasar, dan komunitas ... 5
3 Matriks TOWS ... 11
4 Nilai skala perbandingan berpasangan ... 12
5 Grade dan Ciri Kentang Kabupaten Wonosobo ... 13
6 Grade dan Ciri kentang ditingkat Eksportir ... 13
7 Analisis Kondisi Rantai Pasok Kentang Wonosobo ... 15
8 Kelembagaan Pemerintah, Komunitas dan Pasar Komoditas Kentang Kabupaten Wonosobo ... 17
9 Analisis TOWS Sayuran Dataran Tinggi Kentang Wilayah Kabupaten Wonosobo ... 20
10 Indikator Kinerja Utama Peningkatan Kinerja Kluster Komoditas Kentang Kabupaten Wonosobo ... 22
11 Hasil Prioritas dan Bobot Variabel Indikator Kinerja Utama (IKU) . 23
DAFTAR GAMBAR
1 Produksi Sayuran 2010-2013 Kabupaten Wonosobo ... 12 Produktivitas Komoditas Kentang ... 2
3 Skema Rantai Pasok Pertanian ... 5
4 Kerangka Pemikiran Penelitian ... 7
5 Tahapan Penelitian ... 9
6 Sentra Produksi Kentang Kabupaten Wonosobo ... 12
7 Rantai Pasok Kentang Kabupaten Wonosobo ... 14
DAFTAR LAMPIRAN
1 Kuisoner Indepth Interview Kondisi Rantai Pasok, Kelembagaan dan TOWS ... 28PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sektor pertanian masih menjadi perhatian utama bagi suatu negara sebagai bentuk terwujudnya kesejahteraan dan kemandirian ekonomi negara tersebut. Hal ini terutama karena sektor pertanian masih memberikan lapangan pekerjaan bagi sebagian besar penduduk di wilayah pedesaan dan menyediakan bahan pangan bagi penduduk. Sektor pertanian mampu menjadi katup pengaman perekonomian nasional dalam menghadapi krisis ekonomi yang melanda Indonesia dalam satu dasawarsa terakhir ini (Sadono, 2008). Salah satu komoditas pada sektor pertanian berbasis agribisnis adalah hortikultura. Komoditas hortikultura Indonesia terdiri dari sayuran, buah-buahan, tanaman hias dan tanaman obat. Salah satu sub sektor yang berperan dalam mendukung perekonomian nasional adalah sayuran karena merupakan komoditas potensial yang mempunyai nilai ekonomi tinggi dan memiliki potensi untuk terus dikembangkan. Bawang merah, kentang, kubis, cabai, dan petsai/sawi termasuk ke dalam sayuran yang nasional mempunyai potensi untuk dikembagkan karena produksi yang terus meningkat (Badan Pusat Statistik, 2013).
Kabupaten Wonosobo merupakan salah satu daerah dataran tinggi di Indonesia yang sangat cocok untuk pengembangan budidaya pertanian, khususnya pertanian hortikultura komoditas sayuran. Kondisi ini memacu pertumbuhan budidaya hortikultura di kabupaten ini terus meningkat. Besarnya produksi sayuran di wilayah ini kurun waktu empat tahun terakhir disajikan pada Gambar 1.
Gambar 1 Produksi Sayuran 2010-2013 Kabupaten Wonosobo Sumber: Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Kabupaten Wonosobo
Berdasarkan Gambar 1, jumlah produksi sayuran di wilayah ini dari tahun ke tahun memiliki kecenderungan peningkatan. Data statistik besarnya produksi sayuran di Kabupaten Wonosobo dalam angka disajikan dalam Tabel 1.
0 100000 200000 300000 400000 500000 600000
Bawang Merah
Bawang Putih Kacang Merah Wortel Sawi Kentang
Pr
o
d
u
ksi
d
al
am
Kw
Komoditas Sayuran Dataran Tinggi Wonosobo Produksi Sayuran Wonosobo
Tabel 1 Data produksi sayuran dataran tinggi (kw) Kabupaten Wonosobo 2010-2013
Jenis Tanaman 2010 2011 2012 2013
Bawang Merah 70 86 494 285
Bawang Putih 3.980 1.646 1.236 1.198
Kacang Merah 33.759 28.398 27.091 14.170
Wortel 52.348 55.999 465.534 512.112
Sawi 83.496 80.589 94.607 106.478
Daun Bawang 288.678 331.505 352.630 285.729
Kentang 481.661 467.977 473.905 494.405
Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Wonosobo (2014) (diolah) Kecenderungan peningkatan produksi sayuran pada data diatas, menunjukkan komoditas dengan jumlah produksi terbesar adalah kentang. Sejalan dengan hal tersebut, produktivitas kentang di wilayah ini juga paling tinggi. Sehingga kentang di wilayah ini telah mampu memenuhi permintaan pasar internasional. Oleh karena itu kentang menjadi komoditas sayuran unggulan di wilayah ini. Hal ini didukung dengan data yang menunjukkan besarnya produktivitas sayuran hortikultura unggulan di Kabupaten Wonosobo selama lima tahun terakhir pada Gambar 2:
Gambar 2 Produktivitas Komoditas Kentang
Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Wonosobo (2014) (diolah) Besarnya produksi dan produktivitas komoditas kentang yang telah disebutkan, tidak terlepas dari kontribusi sentra-sentra produksi kentang yang menjadi mata rantai pasok dan kelembagaan sayuran kentang dari hulu sampai hilir. Menurut Slamet et al (2011), struktur rantai pasok sayuran dataran tinggi dan buah-buahan secara umum terdiri dari petani, koperasi, bandar, usaha dagang, pemasok hotel, restauran, dan swalayan, eksportir, dan ritel. Penelitian mengenai kelembagaan oleh (Saptana et al 2006) menyebutkan bahwa efektivitas kelembagaan kemitraan usaha pada komoditas sayuran di daerah sentra produksi belum menunjukkan kinerja yang optimal karena lemahnya komitmen antara pihak-pihak yang bermitra, manajemen yang kurang transparan, belum adanya jaminan pasar dan harga pada semua komoditas sayuran serta kurang adanya jaminan pasokan bagi supplier atau perusahaan mitra. Lembaga kemitraan usaha ini berfungsi untuk menunjang sampainya sayuran kentang baik untuk konsumen lokal maupun sayuran kentang untuk pasar luar negeri yang berdaya saing tinggi.
3.013 ha
3.088 ha 3.190 ha
3263 ha
148 148,5 149 149,5 150 150,5 151 151,5 152
2010 2011 2012 2013
Setyawan (2009) menyatakan bahwa kondisi sayuran saat ini masih terkendala dalam jaminan kesinambungan atas kualitas produk, jumlah pasokan yang masih kurang, dan ketetapan waktu pengiriman. Penyebab lainnya adalah belum efektif dan efisiensinya kinerja rantai pasok dan sistem kelembagaannya. Oleh karena itu peningkatan kinerja merupakan tuntutan yang harus dilakukan sebagai antisipasi dalam menghadapi Asean Economic Community (AEC) di tahun 2015 dan pelaksanaan pembangunan pertanian di masa yang akan datang.
Peningkatan kinerja kluster komoditas kentang merupakan salah satu faktor kunci dalam pelaksanaan pembangunan pertanian di masa yang akan datang, khususnya komoditas kentang di wilayah dataran tinggi Kabupaten Wonosobo. Oleh karena itu penting dilakukan analisis mengenai rantai pasok, kelembagaan komoditas kentang, perumusan indikator kinerja utama sebagai titik ukur dan target kinerja bagi peningkatan kinerja komoditas kentang serta perumusan strategi peningkatan kinerja kluster komoditas kentang di wilayah ini.
Perumusan Masalah
Sayuran dataran tinggi merupakan produk hortikultura yang potensial dikembangkan di Indonesia. Kentang merupakan sayuran dataran tinggi unggulan di wilayah Kabupaten Wonosobo. Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Wonosobo menyebutkan potensi komoditas kentang di daerah ini mampu bersaing baik dalam skala nasional maupun internasional. Untuk memaksimalkan usaha peningkatan kinerja kluster komoditas kentang di wilayah ini, maka perlu diadakannya penelitian mengenai analisis kelembagan dan strategi peningkatan kinerjanya, perumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1) Bagaimana analisis alternatif dan struktur rantai pasok dominan kluster komoditas kentang di wilayah Kabupaten Wonosobo?; 2) Bagaimana model kelembagaan pertanian kluster komoditas kentang di wilayah Kabupaten Wonosobo?; 3) Bagaimana perumusan indikator kinerja utama prioritas kluster komoditas kentang di wilayah Kabupaten Wonosobo?; 4) Bagaimana strategi peningkatan kinerja kluster komoditas kentang sebagai komoditas unggulan berdasarkan indikator kinerja utama prioritas?
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat bagi: 1) Bagi Petani dan pelaku usaha di wilayah Kabupaten Wonosobo, hasil penelitian ini dapat berguna untuk dijadikan referensi bagi petani dan pelaku usaha dan kelembagaan di wilayah ini (2) Bagi Pemerintah Kabupaten Wonosobo, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi bagi pemerintah daerah setempat dalam rangka meningkatkan kinerja kluster komoditas kentang, (3) Bagi Masyarakat Ilmiah, penelitian ini diharapkan mampu menjadi media sosialisai tentang kajian kelembagaan dan strategi peningkatan kinerja kluster komoditas kentang Kabupaten Wonosobo. Penelitian ini dapat menjadi referensi dalam penerapan program-program peningkatan kinerja kluster komoditas kentang di Kabupaten Wonosobo.
Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini terbatas pada analisis deskriptif kualitatif kondisi rantai pasok komoditas kentang, kelembagaan dalam struktur rantai pasok kentang di daerah Kabupaten Wonosobo. Analisis deskriptif strategi dari sudut pandang faktor ancaman, peluang, kelemahan dan kekuatan. Analisis deskriptif strategi TOWS peningkatan kinerja kluster komoditas kentang. Perumusan Key Performance Indicator dengan pembobotan melalui instrumen kuisoner pairwise
comparison. Kelompok Tani Muda, Pengumpul, Eksportir dan Para Ahli menjadi
objek dalam penelitian ini.
TINJAUAN PUSTAKA
Komoditas Unggulan
Komoditas unggulan daerah adalah komoditas strategis yang diharapkan dapat menjadi sumber pendapatan yang dapat dengan segera meningkatkan kesejahteraan ekonomi masayarakat, sehingga perlu prioritas dalam pengembangannya (Saptana et al 2006)
Rantai Pasok
Kelembagaan
Menurut Uphoff (1986) terdapat tiga pilar utama kelembagaan sebagai pendukung kehidupan masyarakat, yaitu kelembagaan pemerintah/publik (public
sector), kelembagaan komunitas (voluntary sector), dan kelembagaan
ekonomi/pasar (private sector). Hal ini juga diungkapkan oleh Syahyuti (2004) dengan beberapa ciri kelembagaan pemerintah, komunitas, dan pasar dapat dilihat pada Tabel 2.
Kinerja
Pengukuran kinerja bertujuan untuk mendukung perancangan tujuan, evaluasi kinerja, dan menentukan langkah-langkah ke depan baik pada level strategi, taktik dan operasional (Van der Vorst, 2006).
Strategi
David (2009) menyatakan bahwa strategi adalah sarana bersama dengan tujuan jangka panjang yang hendak dicapai. Strategi adalah aksi potensial yang membutuhkan keputusan manajemen puncak dan sumber daya perusahaan dalam jumlah yang besar. Strategi dapat mempengaruhi perkembangan jangka panjang perusahaan, biasanya untuk lima tahun ke depan, dan karenanya berorientasi ke masa yang akan datang.
Gambar 3 Skema Rantai Pasok Pertanian Sumber: Van Der Vorst, 2006
Tabel 2 Perbedaan karakteristik antara pemerintah, pasar, dan komunitas
Aspek Pemerintah Pasar Komunitas
Orientasi utama Melayani penguasa dan masyarakat
Profit oriented Pemenuhan kebutuhan
hidup komunal Sifat kerja sistem
sosialnya
Monopolis Kompetitif Demokratis
Sandaran kontrol sosial
Coersive compliance
Renumeration compliance
Cultural compliance
Bentuk simbol yang diterapkan
Pseudorealis Realis Mistis
Penelitian Terdahulu
Penelitian yang dilakukan oleh Pujiharto (2011) menyebutkan bahwa produk sayuran dataran tinggi agar mampu bersaing di pasar internasional harus memenuhi persyaratan keharusan (necessary condition), yakni: dihasilkan dengan biaya rendah, memberikan nilai tambah yang tinggi, mempunyai kualitas tinggi, mempunyai keragaman untuk berbagai segmen pasar, mampu mensubstitusi produk sejenis (impor).
Sani (2014) dalam Skripsi Analisis Kebutuhan dan Kendala pada Pelaku Rantai Pasok Kentang Dieng dengan Metode Interpretative Structural Modeling, menyebutkan bahwa rantai pasok kentang berdasarkan tujuan akhir secara umum dapat dikelompokkan menjadi tiga jalur utama, yaitu pasar tradisional, pasar modern dan industri pengolahan. Petani dan Gapoktan merupakan pelaku yang paling berpengaruh terhadap pelaku lain, dengan kebutuhan penyediaan infrastruktur, peningkatan penyuluhan dan bantuan kredit untuk modal. Kendala lain yang menyebabkan kendala yang lainnya yaitu faktor iklim dan cuaca yang mudah mengalami perubahan serta modal petani yang terbatas.
Putri (2013) dalam Skripsi Analisis Beban Kerja Stakeholders dalam Aktivitas Rantai Pasok Komoditas Kentang di Berastagi, Sumatera Utara menyatakan bahwa waktu kerja yang digunakan masih belum optimal dikarenakan metode pertanian yang konvensional. Berdasarkan business process mapping,
kondisi eksisting aktivitas rantai pasok kentang di Kecamatan Berastagi masih belum efektif dan efisien dikarenakan penggunaan bibit yang belum terstandarisasi dan kurangnya pemahaman petani tentang pentingnya kontrak bisnis. Perhitungan distribusi nilai tambah didapat nilai tambah stakeholders yang tidak sesuai dengan banyaknya aktifitas yang dilakukan. Hal ini dapat diatasi dengan business process reengineering melalui training dan penyuluhan trust building, improvement,
budidaya organikdan relationship building.
METODE
Kerangka Pemikiran Penelitian
Gambar 4 Kerangka Pemikiran PenelitianIn
Keterangan: Ruang Lingkup Penelitian
Rancang bangun sayuran dataran tinggi di Indonesia
Dataran Tinggi Kabupaten Wonosobo
Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Kabupaten Wonosobo
Daun Bawang Kentang Bawang
Wortel
Kelompok Tani Muda Komoditas Unggulan Sayuran Dataran Tinggi Wonosobo
Analisis rantai pasok kentang (Van der Vorst
2006)
Analisis Kelembagaan
(Uphoff 1986) dan (Syahyuti 2004)
- Public Sector
- Voluntary Sector
- Private Sector
Perumusan Key Performance Indicators prioritas melalui instrumen pairwise comparison
Analisis Eksternal, Internal Peningkatan Kinerja Kluster Komoditas Kentang Kabupaten Wonosobo
Implikasi Manajerial dan Rekomendasi Peningkatan Kinerja Kluster Komoditas Kentang Berkelanjutan Analisis Strategi Peningkatan Kinerja Menggunakan
Kerangka pemikiran pada Gambar 4 menjelaskan alur penelitian ini. Penelitian ini diawali dengan Rancang bangun sayuran dataran tinggi nasional, salah satu daerah dataran tinggi di Indonesia adalah Kabupaten Wonosobo. Kemudian mengidentifikasi komoditas unggulan di wilayah ini, dihasilkan kentang sebagai sayuran dataran tinggi yang potensial untuk dikembangkan di wilayah ini. Pemerintah daerah yang bertanggung jawab dalam pengembangan komoditas kentang di Kabupaten Wonosobo adalah Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan di mana dinas terkait melakukan pembinaan terhadap Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) yang salah satunya adalah Kelompok Tani Muda.
Komoditas kentang sebagai sayuran unggulan kemudian dianalisis rantai pasoknya dengan pendekatan yang dikembangkan oleh Van der Vorst (2006). Analisis selanjutnya adalah analisis kelembagaan di dalam rantai pasok melalui tiga sektor kelembagaan. Kemudian menganalisis faktor internal dan eksternal dan merumuskan strategi menggunakan analisis TOWS. Hasil analisis ini dipetakan dalam perumusan Key Performance Indikator menggunakan pembobotan kuisoner matriks berpasangan (Pairwise comparison), sehingga diketahui indikator prioritas dan strategi peningkatan kinerja kluster komoditas kentang di wilayah Kabupaten Wonosobo sebagai landasan implikasi manajerial dan rekomendasi peningkatan kinerja kluster komoditas kentang berkelanjutan.
Tahapan Penelitian
Gambar 5 Tahapan Penelitian Rancang Bangun Sayuran Dataran Tinggi
Stategi Peningkatan Kinerja dan Kelembagaan Studi Pustaka dan Diskusi
Studi Kasus Wilayah Kabupaten Wonosobo
Pengolahan Data : 1. Tabulasi data dan informasi
2. Identifikasi rantai pasok, kelembagaan, pembobotan IKU 3. Pengolahan data dan informasi
Rancangan Pengumpulan Data :
Identifikasi Kebutuhan Data, Metode Pengumpulan Data dan Pemilihan Teknik Analisis
Penyusunan Desain Riset, Hipotesis dan Kuesioner
Pengumpulan Data Lapangan :
- Data Primer : Observasi , wawancara dan FGD, Kuesioner - Data Sekunder : Rencana Strategis, LAKIP, BPS
Perumusan Masalah :
1. Bagaimana analisis alternatif dan struktur rantai pasok dominan kluster komoditas kentang di wilayah Kabupaten Wonosobo?
2. Bagaimana model kelembagaan pertanian kluster komoditas kentang di wilayah Kabupaten Wonosobo?
3. Bagaimana perumusan indikator kinerja utama prioritas kluster komoditas kentang di wilayah Kabupaten Wonosobo?
4. Bagaimana strategi peningkatan kinerja kluster komoditas kentang sebagai komoditas unggulan berdasarkan indikator kinerja utama prioritas?
Studi Pendahuluan Tujuan Penelitian :
1. Mengidentifikasi alternatif struktur rantai pasok dan rantai pasok dominan kluster komoditas kentang di wilayah Kabupaten Wonosobo
2. Menganalisis model kelembagaan pertanian kluster komoditas kentang di wilayah Kabupaten Wonosobo
3. Merumuskan indikator kinerja utama prioritas kluster komoditas kentang di wilayah Kabupaten Wonosobo
4. Merumuskan strategi peningkatan kinerja berdasarkan indikator kinerja utama prioritas kluster komoditas kentang di wilayah Kabupaten Wonosobo.
- Anlisis deskriptif rantai pasok dan kelembagaan kemitraan usaha - Analisis deskriptif kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman - Analisis strategi dengan TOWS Analysis
- Perumusan IKU yang dibobotkan mengguanakan pairwise comparison.
Kesimpulan dan Saran
Pra Penelitian
Pengumpulan dan Pengolahan Data
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di wilayah Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) berdasarkan pertimbangan bahwa daerah tersebut merupakan salah satu sentra produksi dengan produksi kentang terbesar di Kabupaten Wonosobo. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan September – Oktober 2014.
Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan berupa data primer dan sekunder. Data primer diperoleh melalui sumber primer yaitu sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data (Sugiyono 2010) melalui observasi, wawancara. Wawancara dilakukan kepada Poktan Muda, Pengumpul, Eksportir, Penyuluh Pertanian Lapang pertanyaan wawancara dapat dilihat pada Lampiran 1. Wawancara para pakar Kepala Bagian Data Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan, Penyuluh Pertanian Lapang dan Kepala University Farm IPB dengan menggunakan kuisoner pairwise comparison dapat dilihat pada Lampiran 2, untuk perumusan Key Perfomance Indicator. Data sekunder diperoleh melalui sumber sekunder yaitu sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data (Sugiyono 2010). Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari Rencana Strategis 2011-2015 Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Kabupaten Wonosobo, LAKIP tahun 2012, literatur, buku, skripsi, dan jurnal yang relevan dengan penelitian ini.
Metode Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel didasarkan pada metode non probability sampling
dimana pengumpulan informasi dari wawancara dan pengetahuan dari pakar (Sugiyono 2010) menggunakan judgement sampling. Judgement sampling juga sering dikenal sebagai purposive sampling, dimana pengumpul data menentukan sampel yang paling sesuai dengan pertimbangan dalam menjawab perumusan masalah (Marshall N Martin 1996). Pertimbangan yang digunakan untuk menentukan kelompok tani adalah kelompok tani aktif. Pertimbangan-pertimbangan untuk menentukan pakar adalah kesesuaian pendidikan, pengalaman dan trackrecord kepakarannya..
Metode Pengolahan dan Analisis Data
Data yang telah diperoleh dianalisis menggunakan Analisis Deskriptif Kualitatif, Startegi TOWS Analisis dan Key Perfomance Indicator berbasis
Pairwise Comparison.
Analisis Deskriptif Kualitatif
Menurut Nazir (2005), analisis deskriptif merupakan suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Analisis deskriptif kualitatif pada penelitian ini digunakan untuk mengetahui struktur rantai pasok dan kelembagaan. Rantai pasok dianalisis menggunakan teori yang dikembangkan oleh
ranrai pasok, sumber daya, manajemen rantai, dan proses bisnis rantai. Kelembagaan dianalisis berdasarkan tiga sektor utama yaitu public sector, voluntary sector dan private sector (Syahyuti, 2004)
Analisis TOWS
Model Matriks TOWS dikembangkan oleh David (2006) menampilkan matriks enam kotak. Model matriks TOWS ditunjukkan pada Tabel 3
Tabel 3 Matriks TOWS
STRENGTHS WEAKNESS
OPPORTUNITIES Memakai kekuatan untuk memanfaatkan peluang
STRATEGI SO
Menanggulangi kelemahan dengan memanfaatkan peluang
STRATEGI WO
THREATS Mamakai kekuatan untuk
menghindari ancaman
STRATEGI ST
Memperkecil kelemahan dan menghindari ancaman
STRATEGI WT
Sumber: David (2006)
Pada penelitian ini, analisis TOWS digunakan untuk merumuskan alternatif strategi yang dapat diterapkan dalam peningkatan kinerja kluster komoditas kentang dengan menganalisis kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang dihadapi dalam peningkatan kinerja komoditas kentang.
Indikator Kinerja Utama
Indikator Kinerja Utama merupakan suatu titik ukur, yang berkaitan dengan faktor penentu keberhasilan dari sasaran strategis. Tolok ukur dan target kinerja bagi peningkatan kinerja komoditas kentang yang dibuat harus memenuhi kriteria SMART (Specific, Measurable, Achievable, Result-oriented, Time specific)
(Rampersad, 2006).
Pairwise Comparison
Pembobotan Indikator Kinerja Utama pada Lampiran 2 dilakukan dengan metode Pairwise Comparison (Saaty, 1991)untuk mengetahui bobot tertinggi dari setiap elemen. Langkah pembobotan kuisoner Pairwise Comparison:
Tabel 4 Nilai skala perbandingan berpasangan
Identitas Kepentingan
Definisi Nilai
9 mutlak lebih penting
7 sangat jelas lebih penting
5 jelas lebih penting
3 sedikit lebih penting
1 sama penting
2, 4, 6, 8 apabila terdapat sedikit saja perbedaan atau keragu-raguan antar dua nilai faktor yang berdekatan
Sumber: (Saaty 1991)
b. Dapatkan semua pertimbangan yang diperlukan untuk mengembangkan perangkat matriks di langkah 1.
c. Setelah mengumpulkan semua data pada matriks perbandingan berpasangan, maka selanjutnya data diolah menggunakan Expert Choice.
d. Rasio inkonsistensi harus bernilai 10 % atau kurang. Jika tidak, mutu informasi harus ditinjau kembali dan diperbaiki.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Kabupaten Wonosobo
Keadaan geografis dan demografis Kabupaten Wonosobo sangat cocok untuk pengembangan budidaya pertanian, khususnya pertanian hortikultura sayuran dataran tinggi. Kabupaten Wonosobo merupakan daerah pegunungan yang memiliki 98.468 Ha (984,68 Km²) terletak pada ketinggian 750-2.250 meter dpl di atas permukaan laut. Rata-rata suhu udara di Wonosobo antara 14,3-26,5° C dengan curah hujan per tahun berkisar 1.713-4.255 mm/tahun. Kondisi ini memacu pertumbuhan budidaya hortikultura di kabupaten ini terus meningkat. Persebaran sentra produksi kentang di Kabupaten Wonosobo terletak di berbagai kecamatan di daerah dataran tinggi Wonosobo pada ketinggian 1000 – 2000 dpl (Rencana Strategis, 2011-2014) persebaran luas panen pada sentra produksi kentang pada tahun 2012-2013 disajikan pada Gambar 6.
Gambar 6 Sentra Produksi Kentang Kabupaten Wonosobo Sumber: BPS Kabupaten Wonosobo (diolah)
0 500 1000 1500 2000 2500 3000
Kejajar Garung Kalikajar Kepil Sapuran
Luas Lahan Panen (Ha) Time Series
Ke
ca
m
atan
Sentra Produksi Kentang
Sentra produksi kentang yang berkembang di wilayah Kabupaten Wonosobo tersebar di beberapa kecamatan di wilayah ini antara lain Kejajar, Garung, Kalikajar, Kepil dan Sapuran. Kejajar merupakan salah satu kecamatan yang memiliki luas panen produksi sayuran kentang terluas dari seluruh sentra produksi yang ada.
Analisis Rantai Pasok
Rantai pasok produk merupakan aktivitas yang berawal dari bahan mentah sampai dengan penanganan purna jual. Terjadi karena adanya hubungan dengan produsen, pemasok, dan konsumen. Proses dari rantai pasok bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan, mulai dari produksi sampai konsumen akhir (Hadiguna, 2010). Berdasarkan hasil indepth interview yang terlampir pada lampiran 1, proses rantai pasok pada pendistribusian kentang didasarkan pada tipe kualitas atau grade yang dihasilkan.Grade kentang yang didistribusikan di tingkat petani dapat dilihat pada Tabel 5 dibawah ini:
Tabel 5 Grade dan Ciri Kentang Kabupaten Wonosobo
Distribusi kentang dengan tipe ABC, DN dan Rindil didistribusikan kepada pedagang besar, pasar tradisional dan pasar induk luar kota. Komoditas kentang ditingkat eksportir disortir kembali. Eksportir melakukan grading tersendiri terhadap kualitas kentang dari petani dan pedagang besar. Daftar grading kentang ditingkat ekportir dapat dilihat pada Tabel 6 berikut.
Tabel 6 Grade dan Ciri kentang ditingkat Eksportir
Hasil penyortiran kentang berdasarkan grade yang ditentukan oleh eksportir menghasilkan kentang reject atau kentang sisa yang tidak masuk dalam kualifikasi kentang ekspor. Kentang barang sisa ini akan dikelbalikan kepada pedagang besar, kemudian dijual ke pasar tradisional dengan harga yang lebih rendah yaitu sekitar 5.000-6.500 per kg. Pedagang besar memenuhi pesanan dari eksportir dengan membeli kentang dari beberapa petani. Jika tidak dapat memenuhi pesanan dari eksportir, maka pihak pertama atau pedagang besar akan terkena klaim.
Arus barang dan uang yang sudah terjadi secara kontinu pada tingkat petani sapai konsumen akhir, sedangkan arus informasi masih belum optimal dan terbuka, terlebih informasi mengenai harga kentang di pasar oleh pedagang kepada petani yang masih tertutup. barang, uang dan informasi komoditas kentang yang ditemukan pada sentra produksi di wilayah Kabupaten Wonosobo, umumnya mengikuti pola seperti ditunjukkan dalam Gambar 7.
Tipe Ciri Ukuran Harga
ABC Diameter > 6 cm 3 biji/kg 7.000 – 10.000
DN Diameter 3,5 ≤ DN ≤ 6 cm 6-10 biji/kg 3.500 – 4.000
Rindil Diameter < 2,5 cm 20-50 biji/kg 1.500 – 2.000
Tipe Ciri Harga
Xl 3 biji/ kg 9.500
Medium 4 biji/ kg 9.250
Small 6-9 biji/ kg 8.000
Mini 9 – 25 biji/ kg 6.500
Gambar 7 Rantai Pasok Kentang Kabupaten Wonosobo Keterangan: Struktur Rantai Pasok I
Struktur Rantai Pasok II Struktur Rantai Pasok III
Berdasarkan gambar diatas arus distribusi kentang pada model rantai pasok diatas dibagi menjadi beberapa rantai, sebagai berikut:
1) Struktur Rantai I
Petani menjual barang ke pengumpul pada saat panen raya. Pada saat panen raya ini produksi kentang melimpah. Pengumpul menemui petani secara langsung kemudian menjualnya di pasar-pasar tradisional kepada konsumen. Arus informasi harga yang diperoleh petani pada saluran ini hanya dari media televisi dan internet, pengumpul tidak memberitahukan
trend harga di pasar atau besaran harga jual pedagang besar sendiri ke konsumen. Arus uang langsung dibayar secara tunai kepada petani saat terjadi transaksi jual beli. Aktivitas petani hanya berfokus pada lahan dan proses produksi saja, tidak melakukan pencucian, pengemasan dan pemberian grade.
2) Struktur Rantai II
Petani menjual kentang kepada pedagang besar yang menawarkan harga paling tinggi, selanjutnya petani bernegosiasi, kemudian petani menjual kentang pada pedagang besar yang memberikan harga tertinggi sesuai kesepakatan. Pedagang besar berperan sebagai penyedia kentang bagi pasar induk kota-kota disekitar Kabupaten Wonosobo, yaitu Jogjakarta, Solo, Muntilan. Selain menjual kentang dengan keadaan baik, pedangang besar juga menjual kembali kentang barang sisa.
3) Struktur Rantai III
Petani menjual kentang kepada pedagang besar. Pedangang besar ini bekerja sama dengan PT. Bumi Sari Lestari di Desa Suro Padang. Perusahaan ini memasarkan berbagai komoditas sayuran ke berbagai negara, untuk sayuran kentang dipasarkan ke Singapura. Pengiriman kentang dilakukan empat sampai lima kali dalam seminggu. Aktivitas yang
Keterangan: Arus Barang Arus Uang dan Informasi Petani Kentang
Pedagang Besar Pengumpul
Eksportir (PT. Bumi Sari Lestari) Pedagang Pasar Induk Luar Kota Pasar Tradisional
Singapura
1
2
1
2b
2b
dilakukan oleh eksportir adalah proses pencucian atau pemberihan kentang dari debu yang menempel, pemberian grade, dan packaging. Pedagang besar memiliki kontrak kerja jangka panjang dengan perusahaan eksportir. Kontrak tersebut memuat jumlah pesanan, kualitas dan harga.
Pelaku-pelaku rantai pasok diatas membentuk suatu pola interaksi yaitu pola dagang umum yang biasanya bersifat informal dan fleksibel. Secara umum pola dagang umum masih berjalan sederhana dengan aliran informasi yang tertutup antara pedagang besar dengan petani.
Berdasarkan paparan di atas, struktur rantai pasok dapat dianalisis dengan metode deskriptif-kualitatif yang dikembangkan menggunakan teori yang dikembangkan oleh Van der Vorst (2006). yang dirinci berdasarkan aspek-aspek pada struktur rantai, sasaran rantai, sumber daya rantai, manajemen rantai, dan proses bisnis rantai pasoknya. Analisis kondisi rantai pasok kentang secara ringkas dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7 Analisis Kondisi Rantai Pasok Kentang Wonosobo
Analisis Deskriptif Komoditas Kentang
Struktur Rantai Anggota rantai pasok terdiri dari: produsen (petani/kelompok tani), distributor (pedagang pengumpul, pedagang pasar, dan eksportir), pasar tradisional dan pasar luar daerah sebagai konsumen. Sasaran Rantai Sasaran pasar berdasarkan kualitas produk dibedakan berdasarkan grade/mutu ABC, DN dan Rindil untuk pedagang besar, pasar tradisional dan pasar luar daerah. Grade XL, Medium, Small, Mini Baby yang disortir oleh eksportir untuk pasar-pasar luar negeri.
Sasaran pengembangan rantai pasok adalah menambah mitra tani dan terciptanya arus informasi terpadu.
Manajemen Rantai Kerja sama dan pemilihan mitra antar pelaku rantai masih didasarkan pada kepercayaan. Kesepakatan kontraktual antara pedagang besar dan eksportir didasarkan pada perjanjian tertulis (MOU), mencakup jumlah, kualitas, serta pembayaran hasil panen dilakukan paling lambat satu bulan setelah barang diterima.
Sumber Daya Rantai Luas panen kentang di Kabupaten Wonosobo adalah 3263 ha dengan produksi 494.405 Kw, dan produktivitas 151.133 Kw/Ha Proses Bisnis Rantai Pola distribusi secara umum mengikuti pola dagang umum
dan tidak terjadi kontrak farming oleh perusahaan
Analisis Kelembagaan
Septian (2010) menyatakan bahwa efektivitas keberadaan kelembagaan berfungsi untuk melihat kinerja kelembagaan yang mampu memberikan manfaat kepada anggotanya. Kemitraan merupakan interdependensi antara dua belah pihak, di mana masing-masing mengharapkan akan memperoleh keuntungan dari hubungan kemitraan tersebut.
Tabel 8 Kelembagaan Pemerintah, Komunitas dan Pasar Komoditas Kentang Kabupaten Wonosobo
Sector Actors Pra During Post Constrains
Public Sector Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Kabupaten Wonosobo
1. Bantuan dana melalui PUAP 2. Bantuan alat dan
mesin pertanian
1. Lembaga pemerintah sebagai pembuat kebijakan memiliki peran yang masih relatif kecil dalam fungsi pelayanan akses informasi pertanian.
2. Posisi dan peran lembaga pemerintah dalam upaya pengadaan alat mesin pertanian dan inrastruktur masih belum optimal. 3. Program pelatihan dan
pengembagan motivasi untuk sumberdaya manusia sebagai petani madya masih sedikit. 4. Rehabilitasi jaringan irigasi
belum dilakukan secara berkala
5. Edukasi dampak kelestarian lingkungan masih belum
Voluntary Petani 1. Persiapan budidaya seperti:
Sector Actors Pra During Post Constrains
2. Modal Pertanian 3. Ketrampilan
proses budidaya
1. Ketrebatasan akses modal yang belum mencukupi segala aspek dari pra – post
2. Kemampuan petani dalam teknologi dan informasi rendah
3. Keterbatasan pengetahuan petani mengenai informasi pasar
4. Kelemahan petani dan kelembagaan dalam akses peluang usaha
5. Ketidakaktifan anggota dalam kelompok tani
6. Struktur organisasi yag masih belum baku dan deksripsi tugas yang belum jelas 7. Rendahnya intensitas
pertemuan dan komunikasi kelompok tani
Permasalahan di tingkat pedagang: 1. Waktu pengiriman produk
kentang yang kurang efisien sehingga terdapat
3. Kerugian yang ditanggung saat melakukan sistem ijon kepada petani
4. Biaya pengiriman yang relatif tinggi menggunakan truk Balai Benih Induk 1. Pertemuan
Sector Actors Pra During Post Constrains
Private Sectors Lembaga Keuangan Formal (BRI, Bank Surya Yudha) ekonomi dan pasar umumnya mengenai masalah:
1. Prosedur peminjaman yang relatif rumit bagi petani 2. Belum ada arus informasi
yang kontinu mengenani tren harga di pasar
3. Kontinuitas pasokan 4. Daya tawar petani lemah 5. Kontinuitas kesinambungan
produk bermutu masih rendah 6. Mudah rusaknya produk
pertanian sehingga risiko di tingkat pedagang dan pasar akan barang busuk relatif besar
7. Biaya transportasi yang relatif tinggi
8. Produk masih belum dapat ekspansi pasar ke
Strategi Peningkatan Kinerja Kluster Komoditas Kentang Kabupaten Wonosobo melalui Analisis TOWS
Berdasarkan hasil analisis kondis rantai pasok dan kelembagaan yang telah dijelaskan diatas, selanjutnya dilakukan analisis kondisi internal dan eksternal melalui kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman pada kluster komoditas kentang. TOWS analisis dilakukan untuk merumuskan strategi peningkatan kinerja komoditas ini. Hasil analisis tersebut diuraikan pada Tabel 9.
Tabel 9 Analisis TOWS Sayuran Dataran Tinggi Kentang Wilayah Kabupaten Wonosobo
Analisis Internal
Analisis Eksternal
Kekuatan (S):
a. Lahan yang sesuai untuk budi daya kentang b. Ketinggian tempat yang
sesuai untuk budi daya kentang
c. Kondisi agroklimat sesuai untuk budidaya kentang d. Penggunaan alat-alat
pertanian modern e. Tingginya komitmen dan
dukungan Daerah dalam mewujudkan daya saing komoditas sayuran dataran tinggi.
Kelemahan (W):
a.Keterbatasan petani dalam penguasaan teknologi produksi sayuran dataran tinggi b. Kelemahan petani dan
kelembagaan dalam akses peluang usaha
c.Keterbatasan pengetahuan petani mengenai informasi modal dan pasar
d.Keterbatasan ketersediaan pupuk organik dehingga masih
a. Kentang menjadi bahan makanana utama bagi warga negara asing. b. Perubahan gaya hidup
masyarakat akan manfaat sayuran (meningkatnya komunitas vegetarian) c. komoditas unggulan d. Inovasi dalam memberikan
nilai tambah komoditas sayuran dataran tinggi baik di hulu maupun di hilir e. Potensi ekspor yang
merupakan sumber devisa Negara
f. Dukungan dari pemerintah nasional dan daerah.
4. Peningkatan kapasitas petani melalui Gabungan
Kelompok Tani aktif dalam meningkatkan inovasi dan daya saing produk pertanian
Strategi WO:
1. Peningkatan rehabilitas irigasi JITUT dan JIDES
2. Peningkatan ketersediaan pupuk dan demplot
pengembangan pupuk organik 3. Peningkatan jumlah alat
angkut pertanian 4. Pengembangan program
pendampingan berkala petani dan kelembagaan
5. Peningkatan minat petani pemula tergabung dalam
b. Adanya fluktuasi harga sayuran
c. Aksesibilitas petani terhadap konsumen akhir dan retail belum berkembang optimal d. Isu kelestarian lingkungan
hidup yang menuntut produksi kentang dan lahan tanam teregister
2. Upaya diversifikasi dengan usaha tani ramah lingkungan 3. Penyediaan akses STA (Sub
Terminal Agribisnis) pemasaran dalam rantai pasok
4. Peningkatan jumlah kultivator
5. Peningkatan mutu dan kualitas komoditas kentang agar dapat masuk ke supermarket atau retail.
Strategi WT:
1. Peguatan kelembagaan petani dalam mengelola LKMA 2. Revitalisasi peran penyuluh
pertanian, kemitraan usaha pertanian dan peneliti 3. Penurunan luas lahan tanam
rusak melalui pengoptimalan fungsi demplot koservasi lahan dan air
Strategi yang dihasilkan analisis TOWS menghasilkan 4 strategi yaitu strategi SO, strategi WO, strategi ST, dan strategi WT.
Strategi SO Stategi terbaik untuk memanfaatkan kekuatan dan peluang antara lain: 1) Peningkatan produksi optimal, 2) Pemanfaatan kebijakan pemerintah dalam pengembangan kelembagaan usaha agribisnis, 3) Peningkatan produktivitas melalui usaha intensifikasi pertanian, 4) Peningkatan kapasitas petani melalui Gabungan Kelompok Tani aktif dalam meningkatkan inovasi dan daya saing produk pertanian.
Strategi WO Strategi terbaik untuk mengatasi kelemahan dengan memanfaatkan peluang antara lain: 1) Peningkatan rehabilitas irigasi JITUT dan JIDES, 2) Peningkatan ketersediaan pupuk dan demplot pengembangan pupuk organik, 3) Peningkatan jumlah alat angkut pertanian, 4) Pengembangan program pendampingan berkala petani dan kelembagaan, 5) Peningkatan minat petani pemula tergabung dalam kelompok tani.
Strategi ST strategi terbaik memanfaatkan kekuatan untuk menjawab tantangan antara lain: 1) Peningkatan kuantitas produksi kentang dan lahan tanam teregister, 2) Upaya diversifikasi dengan usaha tani ramah lingkungan, 3) Penyediaan akses STA dalam rantai pasok. 4) Peningkatan jumlah kultivator, 5) Peningkatan mutu dan kualitas komoditas kentang agar dapat masuk ke supermarket atau ritail.
Strategi WT strategi terbaik dalam mengatasi kelemahan dan tantangan antara lain: 1) Peguatan kelembagaan petani dalam mengelola LKMA, 2) Revitalisasi peran penyuluh pertanian, kemitraan usaha pertanian dan peneliti, 3) Penurunan luas lahan tanam rusak melalui pengoptimalan fungsi demplot koservasi lahan dan air, 4) Pengelolaan industri pengolahan dalam upaya memberikan nilai tambah pada komoditas kentang
Strategi diatas menjadi acuan dalam perumusan indikator kinerja utama yang akan dihitung bobot prioritasnya menggunakan pairwise comparison sehingga dapat ditentukan strategi dan program bagi implikasi manajerial peningkatan kinerja kluster komoditas kentang di wilayah Kabupaten Wonosobo.
Indikator Kinerja Utama Kluster Komoditas Kentang Wonosobo
Tabel 10 Indikator Kinerja Utama Peningkatan Kinerja Kluster Komoditas Kentang Kabupaten Wonosobo
Sasaran Strategis Indikator Kinerja Utama Satuan Target 2014
1. Meningkatnya
Jumlah peningkatan produksi optimal kentang per tahun
Ton 47.202
Penurunan angka kerusakan lahan tanam oleh degredasi lahan
ha NA
Peningkatan luas lahan tanam teregister pupuk organik di tingkat petani pada musim ekstrim
Peningkatan jumlah rehab JITUT dan JIDES
unit 60
Presentase peningkatan jumlah alat angkut di tingkat petani
% unit NA
Presentase peningkatan jumlah alat pengolahan hasil pertanian di tingkat petani
Peningkatan jumlah petani pemula yang mampu mengakses modal
Kepala Keluarga
57.000
Peningkatan jumlah Gapoktan aktif dan berprestasi
POKTAN 20
Peningkatan jumlah lembaga keuangan mikro agribisnis yang dimiliki dan dikelola petani
unit 15
Sumber: Renstra, LAKIP dan wawancara Dinas Pertanian Tanaman Pangan Wonosobo (diolah)
Sasaran startegi dan indikator kinerja utama yang telah disusun selanjutnya dianalisis menggunakan pairwise comparison pada Lampiran 2 untuk menentukan bobot setiap indikator. Penentuan bobot dan prioritas strategi merupakan pendapat gabungan dari 3 responden ahli yaitu Kepala bagian data Hortikultura dan Tanaman Pangan, Penyuluh Pertanian Lapang Kabupaten Wonosobo, dan Kepala University of Farm Institut Pertanian Bogor. Berdasarkan pengolahan pairwise comparison
Tabel 11 Hasil Prioritas dan Bobot Variabel Indikator Kinerja Utama (IKU)
No Indikator Kinerja Utama Bobot Prioritas Sumber
1 Jumlah peningkatan produksi optimal kentang per tahun
0,103 3 Rencana Strategis 2011-2015 (dimodifikasi)
2 Penurunan angka kerusakan lahan tanam oleh degredasi lahan
0,049 8 Pakar Ahli
3 Peningkatan luas lahan tanam teregister 0,041 9 Pakar Ahli
4 Presentase peningkatan demplot pengembangan pupuk organik
0,017 11 Pakar Ahli
5 Presentase peningkatan jumlah kultivator 0,013 12 Pakar Ahli
6 Peningkatan jumlah ketersediaan pupuk organik di tingkat petani pada musim ekstrim
0,028 10 Lakip 2012 (dimodifikasi)
7 Peningkatan jumlah rehab JITUT dan JIDES 0,060 7 Renstra 2011-2015 (dimodifikasi)
8 Presentase peningkatan jumlah alat angkut di tingkat petani
0,078 4 Pakar Ahli
9 Peningkatan jumlah alat pengolahan hasil pertanian di tingkat petani
0,077 5 Renstra 2011-2015 (dimodifikasi)
10 Peningkatan jumlah petani pemula yang mampu mengakses modal
0,063 6 Pakar Ahli
11 Peningkatan jumlah Gapoktan aktif dan berprestasi
0,295 1 Pakar Ahli
12 Peningkatan jumlah lembaga keuangan mikro agribisnis yang aktif
0,176 2 Lakip 2012 (dimodiifkasi) Berdasarkan data pada Tabel 11, bobot prioritas pertama yang dihasilkan adalah peningkatan jumlah Gapoktan aktif dan berprestasi dengan bobot 0,295. Pertumbuhan dan pengembangan poktan dilakukan melalui pemberdayaan petani untuk merubah pola pikir petani agar mau meningkatkan usahataninya dan meningkatkan kemampuan poktan dalam melaksanakan fungsinya. Pemberdayaan petani dapat dilakukan melalui kegiatan pelatihan dan penyuluhan dengan pendekatan kelompok (Peraturan Menteri Pertanian, 2013). Selanjutnya indikator kinerja utama prioritas kedua yaitu, peningkatan jumlah Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis yang aktif sebesar 0,176. Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Supanggih dan Widowo (2013) petani seringkali merasa kesulitan dalam mengakses modal ke lembaga keuangan. Kendala-kendala yang ada dalam proses tersebut antara lain faktor: pendidikan, bunga bank yang tinggi, kurangnya informasi lembaga keuangan, tidak maksimalnya peran penyuluh, terkendala pada agunan yang digunakan (tanah yang bersertifikat), dan terahir dalam upaya peningkatan kontinuitas sayuran petani dan pemerintah harus memerhatikan Jumlah peningkatan produksi optimal kentang per tahun dengan bobot 0,103.
Berdasarkan hasil prioritas bobot indikator kinerja utama maka strategi prioritas utama peningkatan kinerja kluster komoditas kentang di Kabupaten Wonosobo yang diperoleh dalam Analisis SWOT adalah: (1) Meningkatan minat petani pemula tergabung dalam kelompok tani. (2) Meningkatan kapasitas petani melalui Gabungan Kelompok Tani aktif dalam meningkatkan inovasi dan daya saing produk pertanian; (3) Meguatkan kelembagaan petani dalam mengelola LKMA; (4) Meningkatan produktivitas melalui usaha intensifikasi pertanian.
Implikasi Manajerial
Penelitian dengan topik kelembagaan dan strategi peningkatan kinerja kluster komoditas kentang di wilayah Kabupaten Wonosobo yang telah dipaparkan memiliki tiga indikator utama hasil prioritas antara lain: 1) Peningkatan jumlah Gapoktan aktif dan berprestasi 2) Peningkatan jumlah lembaga keuangan mikro agribisnis yang aktif dan 3) Jumlah peningkatan produksi optimal kentang per tahun. Adapun implikasi manajerial yang dapat menjadi masukan dalam pengembangan ketiga indikator tersebut diklasifikasikan melalui 2 aspek utama, Kelembagaan Pertanian dan Keuangan serta Sumberdaya Alam dan Lingkungan:
1. Kelembagaan Pertanian dan Keuangan
Peningkatan Gabungan Kelompok Tani yang aktif dan berprestasi merupakan motor penggerak dari terciptanya peningkatan kinerja komoditas kentang. Program yang dapat dilaksanakan adalah integrasi peran penyuluh pertanian, pemerintah dan lembaga terkait dalam pemberdayaan dan peningkatan motivasi atau minat petani pemula untuk melakukan usaha tani yang tergabung dalam kelompok tani.
Peningkatan ketersediaan adanya lembaga keuangan mikro agribisnis yang aktif sebagai wujud penguatan lembaga mikro agribisnis. Melalui pengelolaan dana PUAP (Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan) kemudian melakukan kredit simpan-pinjam secara sederhana yang dikelola oleh kelompok tani seiring dengan peningkatan kapasitas kelompok tani. Selain itu program sertifikasi lahan pertanian dapat dilakukan agar petani dapat mengakses modal kepada lembaga keuangan formal seperti BRI dan Bank Surya Yudha.
2. Sumberdaya Alam dan Lingkungan
Adapun sumberdaya alam dan lingkungan ini sangat erat mempengaruhi jumlah produksi sayuran kentang optimal per tahun. Hal ini juga mempengaruhi kontinuitas ketersediaan produk. Program yang dapat dilaksanakan dalam peningkatan produksi sayuran, sekaligus menjaga mutu produk adalah intensifikasi program penurunan angka kerusakan lahan oleh isu-isu lingkungan degredasi lahan dengan pengembagan demplot konservasi lahan dan air, rehabilitasi jaringan irigasi, dan perbaikan pola tanam.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Simpulan dari penelitian Kelembagaan dan Strategi Peningkatan Kinerja Kluster Komoditas Kentang di Wilayah Kabupaten Wonosobo antara lain:
besar dan jaringan pasarnya lebih luas mecapai beberapa daerah di luar kota seperti Jogjakarta, Muntilan dan Solo.
2.Sektor utama dalam kelembagaan terdiri dari public sector, voluntary sector, dan
private sector. Actors yang terlibat dalam public sector adalah Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Kabupaten Wonosobo dan Penyuluh Pertanian Lapang. Actors
yang terlibat dalam voluntary sector adalah petani, kelompok tani/gapoktan, pedagang, Balai Benih Induk, sedangkan actors yang terlibat dalam private sector
adalah lembaga keuangan formal, lembaga keuangan informal dan pasar.
3. Terdapat 12 Indikator Kinerja Utama yang menghasilkan tiga indikator prioritas antara lain: a) Peningkatan jumlah Gapoktan aktif dan berprestasi dan sebagai prioritas pertama, b) Peningkatan jumlah lembaga keuangan mikro agribisnis yang aktif prioritas kedua dan c) Jumlah peningkatan produksi optimal kentang per tahun sebagai prioritas ketiga.
4. Strategi peningkatan kinerja kluster komoditas kentang berdasarkan indikator kinerja utama prioritas adalah: (1) Meningkatan minat petani pemula tergabung dalam kelompok tani. (2) Meningkatan kapasitas petani melalui Gabungan Kelompok Tani yang aktif dalam meningkatkan inovasi dan daya saing produk pertanian; (3) Menguatkan kelembagaan petani dalam mengelola LKMA; (4) Meningkatan produktivitas melalui usaha intensifikasi pertanian.
Saran
Saran dari hasil penelitian Kelembagaan dan Strategi Peningkatan Kinerja Kluster Komoditas Kentang di Wilayah Kabupaten Wonosobo adalah:
1. Saran untuk Pemerintah, Penyuluh dan Lembaga terkait dapat berintegrasi dalam upaya memberikan informasi dan pengetahuan dalam upaya meningkatkan minat petani pemula, memfasilitasi dalam proses administrasi, pengawasan budidaya, pemantauan konvervasi lahan dan bantuan alsintan
2. Saran untuk Kelembagaan di Tingkat Petani/ Kelompok Tani agar mengelola dengan baik Lembaga Keuangan Mikro Agribinis (LKMA) dimulai dengan pengelolaan dana PUAP dengan efektif dan efisien sehingga dapat mengembangkan dan menambah LKMA yang dikelola secara aktif sebagai penunjang modal simpan-pinjam secara sederhana di tingkat petani.
3. Saran untuk penelitian selanjutnya dapat merumuskan indikator kinerja utama peningkatan kinerja kluster komoditas kentang di Kabupaten Wonosobo berbasis
DAFTAR PUSTAKA
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2013. Produksi Sayuran di Indonesia, 1997–2013. [internet]. [diunduh 2014 Desember 20]. Tersedia pada http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?kat=3&tabel=1&daftar=1&id_suby ek=55¬ab=70.
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2013. Sentra Produksi Komoditas Kentang Wonosobo. [internet]. [diunduh 2014 September]. Tersedia pada http://wonosobokab.bps.go.id/?hal=publikasi_detil&id=1
David. R Fred. 2006. Manajemen Strategis. Edisi 10. Jakarta [ID]. Salemba Empat Hadiguna, R.A. 2010. Perancangan Sistem Penunjang Keputusan Rantai Pasok dan Penilaian Risiko Mutu Pada Agroindustri Minyak Sawit Kasar. PhD Thesis. Bogor Agricultural University, Indonesia.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Wonosobo 2012
Marimin, Maghfiroh N. 2010. Aplikasi Teknik Pengambilan Keputusan Dalam Manajemen Rantai Pasok. Bogor (ID): IPB Press. Indonesia
Martin N Marshall. 1996. Sampling for qualitative research. Family Prantice International Journal. Oxford University Press. Vol.13 No.8
Menteri Pertanian RI. 2013. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 82/Permentan/OT.140/8/2013 tentang Pedoman Pembinaan Kelompok Tani dan Gabungan Kelompok Tani. Jakarta: Menteri Pertanian RI [internet].
[diunduh 2014 Januari 13]. Tersedia pada
http://perundangan.pertanian.go.id/admin/file/Permentan%20No.82%20Tah un%202013.pdf
Nazir, M. 2005. Metode Penelitian. Bogor [ID]: Ghalia Indinesia
Parmenter D. 2007. Key Performance Indicators: Developing, Implementing, and Using Winning KPIs. New Jersey: John Wiley & Sons, Inc.
Pujiharto. 2011. Kajian Potensi Pengembangan Agribisnis Sayuran Dataran Tinggi di Kabupaten Banjarnegara Provinsi Jawa Tengah. Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian [Internet]. [diunduh 2014 September 02]. XII (2) : 154-175 Putri AS. 2013. Analisis Beban Kerja Stakeholders dalam AKtivitas Rantai Pasok
Komoditas Kentang di Berastagi, Sumatera Utara [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Rampersad HK. 2003. TPS: Mencapai Kinerja dengan Integritas. Sukarno S, Djemadu V, penerjemah. Jakarta (ID): PT Gramedia Pustaka Utama. Terjemahan dari: Total Performance Scorecard: Redefining Management to Achieve Perpormance with Integrity.
Rencana Strategis Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Wonosobo Jawa Tengah 2011-2014
Sadono Dwi. 2008. Pemberdayaan Petani: Paradigma Baru Penyuluhan Pertanian di Indonesia. Jurnal Penyuluhan. [Internet]. [diunduh 2014 September].IV (1): 65-74
Sani, Nurnya Iktikaf. 2014. Analisis Kebutuhan dan Kendala pada Pelaku Rantai Pasok Kentang Dieng dengan Metode Interpretive Structural Modeling
[Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Saptana et al. (2006). Pengembangan Kelembagaan Kemitraan Usaha Hortikultura di Sumatera Utara, Jawa Barat dan Bali. Simatupang et al, editor. Bogor [ID]. Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian
Saptana et al. 2006. Mewujudkan Keunggulan Komparatif Menjadi Keunggulan Kompetitif Melalui Pengembangan Kemitraan Usaha Hortikultura. Forum Penelitian Agro Ekonomi 24(1):61-76. Bogor [ID]. Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian
Septian, Devy. (2010). Peran Kelembagaan Kelompok Tani Terhadap Produksi dan Pendapatan Petani Ganyong di Desa Sindanglaya Kecamatan Sukamantri Kabupaten Ciamis Jawa Barat [skripsi] Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor Setyawan F. 2009. Analisis Rantai Pasokan Sayuran Unggulan Dataran Tinggi di
Jawa Barat [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Slamet et al. 2011. Studi Peningkatan Kinerja Rantai Pasok Sayuran Dataran Tinggi di Jawa Barat. Jurnal Agritech. 31 (1): 60-70
Supanggih, D, Widodo, S. 2013. Aksesibilitas Petani Terhadap Lembaga (Studi Kasus Pada Petani di Desa Sidodadi Kecamatan Sukosewu Kabupaten Bojonegoro). Jurnal Agroekonomika. Vol 2. (2)
Sugiyono. 2010. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung (ID): Alfabeta.
Syahyuti. 2004. Pemerintah, Pasar, dan Komunitas: Faktor Utama dalam Pengembangan Agribisnis di Pedesaan. Forum Penelitian Agro Ekonomi
22(1): 54–62. [internet]. [diunduh 2015 Januari 18]. Tersedia pada http://pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/FAE22-1-04.pdf.
Upphof. N. 1986. Local Institutional Development. An Alnalytical Sourcebook With Cases. Kumarian Press. Saptana et al. 2006. Mewujudkan Keunggulan Komparatif Menjadi Keunggulan Kompetitif Melalui Pengembangan Kemitraan Usaha Hortikultura. Forum Penelitian Agro Ekonomi 24(1):61-76. Bogor [ID]. Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Van der Vorst JGAJ. 2006. Performance Measurement in Agrifood Supply Chain
LAMPIRAN
Lampiran 1 Kuisoner Indepth Interview Kondisi Rantai Pasok, Kelembagaan dan TOWS
INSTRUMEN WAWANCARA
Analisis Kelembagaan dan Strategi Peningkatan Kinerja Kluster Komoditas Kentang di Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah
Nama :
Jabatan :
No. Telp/Hp :
Identifikasi Komoditas Sayuran Unggulan (Kentang)
2010 2011 2012 2013
Target Pemerintah (ton) Realisasi Produksi (ton) Kontribusi provinsi (%) Kontribusi nasional (%)
Identifikasi Rantai Pasok Kentang di Kabupaten Wonosobo
Petani Pengumpul Pasar
Tradisional Supermarket Exportir
Struktur 1
Arus Uang Arus Barang Arus Informasi
Struktur 2
Arus Uang Arus Barang Arus Informasi
Struktur 3
Arus Uang Arus Barang Arus Informasi
Struktur 4
Lampiran 1 Kuisoner Indepth Interview Kondisi Rantai Pasok, Kelembagaan dan TOWS (Lanjutan)
Identifikasi Kelembagaan
Fungsi Komponen Pra During Post
SDM Kualitas SDM Pertanian Identifikasi kelembagaan Struktur Kelembagaan Program Kelembagaan Pola interaksi kelembagaan
Produksi Kondisi agrokilmat Kondisi lahan Ketersediaan sarana dan prasarana
Skala produksi Hasil produksi (kualitas dan kuantitas)
Proses produksi Industri pengolahan yang menunjang
Pemanfaatan dan adaptasi teknologi
Finance Lembaga pendukung pembiayaan (Koperasi, Bank, BPR)
Jumlah dana yang diberikan untuk petani
Alokasi penggunaan dana
Pemasaran Akses informasi pasar
Strategi pemasaran Pengembangan segmentasi pasar
Stakeholder Pihak yang berkepentingan
Peran masing-masing pihak yang
Lampiran 2 Kuesioner pembobotan IKU Peningkatan Kinerja Kluster Komoditas Kentang Kabupaten Wonosobo
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
KUESIONER PAKAR
Analisis Kelembagaan dan Strategi Peningkatan Kinerja Kluster Komoditas Kentang Kabupaten Wonosobo
Responden yang Terhormat
Dalam rangka perumusan strategi peningkatan kinerja kluster komoditas kentang di wilayah Kabupaten Wonosobo. Maka diperlukan dukungan dari Bapak/Ibu untuk mengisi kuesioner yang bertujuan untuk mengetahui bobot dari setiap sasaran strategis dan Indikator Kinerja Utama. Informasi yang jujur, objektif dan akurat sangat diharapkan, agar informasi ilmiah yang disajikan benar-benar dapat dipertanggungjawabkan. Terima kasih atas bantuan dan kesediaannya dalam mengisi kuesioner ini.
Contact Person: hanamaryam11@gmail.com
IDENTITAS RESPONDEN
Nama :
Jabatan :
No. Telp/HP :
Email :
Tanda Tangan :
PETUNJUK PENGISIAN
1. Pada kuesioner ini, saudara diminta untuk membandingkan antara elemen-elemen di kiri (A) dan di kanan (B), lalu memberi tanda (x) atau
(√) pada nilai perbandingannya.
2. Jawaban dari pertanyaan tersebut diberi nilai oleh responden berdasarkan
tingkat kepentingan dari elemen-elemen yang dibandingkan secara bersamaan.
3. Nilai perbandingan yang diberikan mempunyai skala 1-9. Definisi dari skala yang digunakan untuk menilai komparasi ditentukan sebagai berikut :
Nilai Komparasi (A dibandingkan
dengan B)
Definisi
1 A dan B Sama Penting 3 A Sedikit Lebih Penting dari B 5 A lebih penting dari B
4. Jika saudara mengalami kesulitan dalam memilih sebuah nilai berdasarkan definisi di atas, maka lakukanlah menggunakan intuisi saudara, lalu pilih satu nilai yang memiliki kecenderungan lebih penting.
Contoh :
Saudara diminta untuk membandingkan tingkat kepentingan antara “Jumlah produksi optimal Kentang per tahun” dengan ‘Jumlah Luas Panen Kentang Per
tahun’
1. Jika Saudara menganggap ‘Jumlah peningkatan produksi optimal kentang per tahun’ sedikit lebih penting dari ‘Penurunan angka kerusakan lahan tanam oleh degredasi lahan’, maka : Anda akan memberi tanda ceklis (√) pada nomor 3 di sebelah kiri (ke arah Jumlah produksi Optimal Kentang per tahun)
A Nilai Perbandingan B
Jumlah peningkatan produksi optimal kentang per tahun
9 8 7 6 5 4 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Penurunan angka kerusakan lahan tanam oleh degredasi lahan
2. Jika anda menganggap ‘Jumlah peningkatan produksi optimal kentang per tahun’sedikit lebih penting dari ‘Penurunan angka kerusakan lahan tanam oleh degredasi lahan’, maka : Anda akan memberi tanda ceklis (√) pada nomor 7 ke sebelah kanan (ke arah Jumlah Lahan Panen Kentang Per Tahun)
A Nilai Perbandingan B
Jumlah peningkatan produksi optimal kentang per tahun
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 8 9
Lampiran 2 Kuesioner pembobotan IKU Peningkatan Kinerja Kluster Komoditas Kentang Kabupaten Wonosobo(Lanjutan)
A. Perbandingan KPI
B.1. Sasaran Strategis 1 (S1): Meningkatnya Produksi dan produktivitas komoditas sayuran unggul daerah berdaya saing.
S1 Skala Tingkat Kepentingan S1
Lebih Penting <---
=
---Lebih Penting
Jumlah peningkatan produksi optimal kentang per tahun
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Penurunan angka kerusakan lahan tanam oleh degredasi lahan Jumlah peningkatan produksi
optimal kentang per tahun
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Peningkatan luas lahan tanam teregister
Jumlah peningkatan produksi optimal kentang per tahun
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Presentase peningkatan demplot pengembangan pupuk organik
Jumlah peningkatan produksi optimal kentang per tahun
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Presentase peningkatan jumlah kultivator
Jumlah peningkatan produksi optimal kentang per tahun
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Peningkatan jumlah ketersediaan pupuk organik di tingkat petani pada musim ekstrim
Penurunan angka kerusakan lahan tanam oleh degredasi lahan
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Peningkatan luas lahan tanam teregister
Penurunan angka kerusakan lahan tanam oleh degredasi lahan
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Presentase peningkatan demplot pengembangan pupuk organik
Penurunan angka kerusakan lahan tanam oleh degredasi lahan
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Presentase peningkatan jumlah kultivator
Penurunan angka kerusakan lahan tanam oleh degredasi lahan
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Peningkatan jumlah ketersediaan pupuk organik di tingkat petani pada musim ekstrim
Peningkatan luas lahan tanam teregister
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Presentase peningkatan demplot pengembangan pupuk organik
Peningkatan luas lahan tanam teregister
Lampiran 2 Kuesioner pembobotan IKU Peningkatan Kinerja Kluster Komoditas Kentang Kabupaten Wonosobo(Lanjutan) Peningkatan luas lahan tanam
teregister
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Peningkatan jumlah ketersediaan pupuk organik di tingkat petani pada musim ekstrim
Presentase peningkatan demplot pengembangan pupuk organik
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Presentase peningkatan jumlah kultivator
Presentase peningkatan demplot pengembangan pupuk organik
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Peningkatan jumlah ketersediaan pupuk organik di tingkat petani pada musim ekstrim
Presentase peningkatan jumlah kultivator
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Peningkatan jumlah ketersediaan pupuk organik di tingkat petani pada musim ekstrim
B.2. Sasaran Strategis 2 (S2): Meningkatkan infrastruktur pertanian, sarana dan prasaran serta alsintan
S2
Skala Tingkat Kepentingan
S2
Lebih Penting
<--- =
---Lebih Penting
Peningkatan panjang rehab
JITUT dan JIDES 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Presentase peningkatan jumlah alat angkut di tingkat petani
Peningkatan panjang rehab
JITUT dan JIDES 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Peningkatan jumlah alat pengolahan hasil pertanian di tingkat petani Presentase peningkatan jumlah
alat angkut di tingkat petani 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9