KEKUATAN CINTA DALAM NOVEL HABIBIE DAN AINUN
KARYA BACHARUDDIN JUSUF HABIBIE:
ANALISIS SOSIOLOGI SASTRA
SKRIPSI
OLEH:
NATALIA SIMANGUNSONG
110701041
DEPARTEMEN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Kekuatan Cinta dalam Novel Habibie dan Ainun
Karya Bacharuddin Jusuf Habibie:
Analisis Sosiologi Sastra
Oleh:
Natalia Simangunsong
NIM 110701041
Skripsi ini diajukan untuk melengkapi persyaratan memeroleh gelar sarjana ilmu
budaya dan telah disetujui oleh:
Pembimbing I, Pembimbing II,
Drs. Isma Tantawi, M.A. Dra. Nurhayati Harahap, M.Hum.
NIP 19600207 198601 1 001 NIP 19620419 198703 2 001
Departemen Sastra Indonesia
Ketua,
Prof. Dr. Ikhwanuddin Nasution, M.Si.
Kekuatan Cinta dalam Novel Habibie dan Ainun
Karya Bacharuddin Jusuf Habibie:
Analisis Sosiologi Sastra
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul ”Kekuatan Cinta
dalam Novel Habibie dan Ainun Karya Bacharuddin Jusuf Habibie: Analisis
Sosiologi Sastra” adalah benar dan tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk
memeroleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi. Sepanjang pengetahuan saya
juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh
orang lain, kecuali yang tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar
pustaka. Apabila pernyataan yang saya perbuat ini tidak benar, saya bersedia
menerima sanksi berupa pembatalan gelar kesarjanaan yang saya peroleh.
Medan, Agustus 2015
Natalia Simangunsong
Kekuatan Cinta dalam Novel Habibie dan Ainun Karya Bacharuddin Jusuf Habibie:
Analisis Sosiologi Sastra
Oleh:
Natalia Simangunsong
Abstrak
Banyak sisi kehidupan yang dapat dikaji dari sebuah karya sastra termasuk novel. Kajian tentang sosial masyarakat terhadap sebuah karya sastra atau novel disebut kajian sosiologi sastra. Novel Habibie dan Ainun dapat dikaji dari segi kekuatan cinta. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan bagaimanakah kekuatan cinta Habibie kepada Ainun dan mendeskripsikan penyebab kekuatan cinta Habibie kepada Ainun tetap abadi meskipun Ainun telah meninggal dunia dalam novel Habibie dan Ainun karya Bacharuddin Jusuf Habibie. Penelitian ini menggunakan data data primer dan data sekunder dilanjutkan dengan menggunakan metode kualitatif dan metode hermeneutika untuk meneliti novel Habibie dan Ainun karya Bacharuddin Jusuf Habibie. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa kekuatan cinta adalah kekuatan yang dapat mematri hubungan Habibie dan Ainun, sehingga dapat menghanyutkan hati manusia yang paling dalam. Cinta Habibie kepada Ainun tetap abadi karena adanya sebuah perjanjian, kemesraan, kesucian, syukur, saling memberi, saling menasehati, saling membantu, saling melengkapi, perhatian, dan adanya telepati cinta antara Habibie dan Ainun.
PRAKATA
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
dan kasih-Nya yang tiada henti-hentinya dicurahkan kepada penulis dalam
mengerjakan skripsi ini dari awal hingga selesainya penulisan skripsi ini.
Skripsi ini berjudul ”Kekuatan Cinta dalam Novel Habibie dan Ainun Karya
Bacharuddin Jusuf Habibie: Analisis Sosiologi Sastra” sebagai salah satu syarat untuk
memeroleh gelar sarjana di Departemen Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Sumatera Utara.
Penulisan skripsi ini ditemukan pula berbagai hambatan. Berkat bimbingan,
bantuan, dan doa dari berbagai pihak skripsi ini dapat saya selesaikan. Penulis
ucapkan terima kasih yang setulusnya kepada:
1. Bapak Dr. Syahron Lubis, M.A. selaku dekan Dekan Fakultas Ilmu Budaya,
Dr. M. Husnan Lubis, M.A. sebagai pembatu dekan I, Drs. Syamsul Tarigan
sebagai pembantu dekan II, dan Drs. Yuddi Adrian, M.A. sebagai pembantu
dekan III di Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.
2. Prof. Dr. Ikhwanuddin Nasution, M.Si., sebagai Ketua Departemen Sastra
Indonesia Fakultas Ilmu Budaya USU dan Drs. Haris Sutan Lubis, M.SP.,
sebagai sekretaris Departemen Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya USU
yang telah memberikan banyak ilmu dan semangat kepada penulis selama
3. Drs. Isma Tantawi, M.A., sebagai dosen pembimbing I saya dan Dra.
Nurhayati Harahap, M.Hum sebagai dosen pembimbing II saya yang telah
meluangkan banyak waktu untuk memberikan ilmu, didikan, perhatian,
arahan, dan kesabaran yang luar biasa dalam membimbing penulis dan
mengarahkan penulis selama proses penyelesaian skripsi ini. Semoga Beliau
panjang umur dan sehat selalu. Terima kasih dosen pembimbingku.
4. Bapak dan Ibu staf pengajar Departemen Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu
Budaya, Universitas Sumatera Utara, yang telah membekali penulis dengan
ilmu pengetahuan, baik dalam bidang linguistik, sastra, maupun
bidang-bidang umum lainnya dan juga kepada Bapak Slamet yang telah membantu
penulis dalam hal administrasi. Terima kasih penulis sampaikan atas segala
bimbingan dan pengajaran yang diberikan selama penulis menjalankan
perkuliahan.
5. Terima kasih teramat besar dipersembahkan kepada kedua orang tua saya
tercinta, Ayahanda (Drs. H. Simangunsong) dan Ibunda (R. Tampubolon),
yang telah memberikan segala dukungan baik moral, spiritual, maupun
material dengan penuh kasih sayang. Saudara saya Kak Wulan Sari, Kak
Febrina Margaretha, Kak Sartika Wandana, dan abang saya Putra Samuel
serta abang ipar Aprianto Lumban Gaol dan Eduart Simanjuntak serta
keponakan saya Gian Adriel, terima kasih atas dukungan dan kasih
6. Teman- teman baik saya Jumpa Riama Tampubolon dan Herti Simanjorang
terimakasih atas semangat dan dukungannya selalu. Kepada Yani, Melisa,
Elina, Bonita, serta teman-teman sasindo lainnya angkatan 2011 Sastra
Indonesia terimakasih atas dukungannya. Anak-anak kos Marakas 40 yang
telah memberikan dukungan, juga kepada Uda Tony dan Uda Albert yang
telah memberikan semangat dalam penyelesaian skripsi ini.
Akhir kata penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam
skripsi ini dan masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari pembaca untuk kesempurnaan isi skripsi ini.
Semoga skripsi ini bermanfaat dan memberi pengetahuan tentang Kekuatan Cinta
dalam novel Habibie dan Ainun Karya Bacharuddin Jusuf Habibie.
Medan, Agustus 2015
Penulis,
Natalia Simangunsong
DAFTAR ISI
PERNYATAAN………... i
ABSTRAK……… ii
PRAKATA……… iii
DAFTAR ISI……… iv
BAB 1 PENDAHULUAN………... 1
1.1 Latar Belakang dan Masalah…..………. 1
1.2 Rumusan Masalah………... 6
1.3 Batasan Masalah………... 6
1.4 Tujuan Penelitian………. 7
1.5 Manfaat Penelitian……… 8
1.5.1 Manfaat Teoretis……… 8
1.5.2 Manfaat Praktis ………. 8
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA…….. 9
2.1 Konsep………... 9
2.1.1 Sastra……… 9
2.1.2 Karya Sastra………. 9
2.1.3 Novel……… 10
2.1.4 Sosiologi Sastra……… 11
2.1.5 Kekuatan……….. 11
2.1.6 Cinta……… 12
2.1.7 Kekuatan Cinta……… 12
2.1.8 Penyebab Kekuatan Cinta……… 12
2.2 Landasan Teori……….. 13
BAB III METODE PENELITIAN………. 19
3.1 Metode dan Teknik Pengumpulan Data………... 19
3.2 Sumber Data……….. 20
3.3 Analisis Data………. 21
BAB IV KEKUATAN CINTA DAN PENYEBABNYA DALAM NOVEL HABIBIE DAN AINUN KARYA BACHARUDDIN JUSUF HABIBIE ... 22
4.1Kekuatan Cinta dalam Novel Habibie dan Ainun………. 22
4.1.1 Perjanjian ……… 24
4.1.2 Kemesraan atau Keromantisan ………... 25
4.1.3 Kesucian Cinta ………... 29
4.1.4 Saling Memberi ……….. 32
4.1.5 Selalu Besyukur ……….. 32
4.1.6 Hidup Mandiri………. 35
4.1.7 Saling Membantu ……… 37
4.1.8 Saling Mengingatkan………... 40
4.1.9 Perhatian ………. 41
4.1.10 Saling Melengkapi ……… 43
4.1.11 Adanya Telepati ……… 43
4.2 Penyebab Kekuatan Cinta Habibie kepada Ainun……….. 45
4.2.1 Mentaati Perjanjian antara Habibie dengan Ainun………. 45
4.2.2 Melakukan Kemesraan dan Keromantisan antara Habibie dan Ainun………. 46
4.2.3 Kesucian Cinta antara Habibie dan Ainun………. 47
4.2.4 Selalu Memberikan yang Terbaik kepada Habibie ataupun Ainun.……….. 48
Habibie dan Ainun……….. 49
4.2.6 Hidup Mandiri antara Habibie dan Ainun……….. 50
4.2.7 Saling Membantu antara Habibie dan Ainun………. 50
4.2.8 Saling Mengingatkan antara Habibie dan Ainun……… 50
4.2.9 Perhatian antara Habibie dan Ainun………... 51
4.2.10 Saling Melengkapi antara Habibie dan Ainun……….. 51
4.2.11 Adanya Telepati yang Menguatkan Cinta Habibie dan Ainun. 52 BAB V SIMPULAN DAN SARAN……….. 53
5.1 Simpulan……… 53
5.2 Saran……….. 54
Daftar Pustaka……… 55
Kekuatan Cinta dalam Novel Habibie dan Ainun Karya Bacharuddin Jusuf Habibie:
Analisis Sosiologi Sastra
Oleh:
Natalia Simangunsong
Abstrak
Banyak sisi kehidupan yang dapat dikaji dari sebuah karya sastra termasuk novel. Kajian tentang sosial masyarakat terhadap sebuah karya sastra atau novel disebut kajian sosiologi sastra. Novel Habibie dan Ainun dapat dikaji dari segi kekuatan cinta. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan bagaimanakah kekuatan cinta Habibie kepada Ainun dan mendeskripsikan penyebab kekuatan cinta Habibie kepada Ainun tetap abadi meskipun Ainun telah meninggal dunia dalam novel Habibie dan Ainun karya Bacharuddin Jusuf Habibie. Penelitian ini menggunakan data data primer dan data sekunder dilanjutkan dengan menggunakan metode kualitatif dan metode hermeneutika untuk meneliti novel Habibie dan Ainun karya Bacharuddin Jusuf Habibie. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa kekuatan cinta adalah kekuatan yang dapat mematri hubungan Habibie dan Ainun, sehingga dapat menghanyutkan hati manusia yang paling dalam. Cinta Habibie kepada Ainun tetap abadi karena adanya sebuah perjanjian, kemesraan, kesucian, syukur, saling memberi, saling menasehati, saling membantu, saling melengkapi, perhatian, dan adanya telepati cinta antara Habibie dan Ainun.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang dan Masalah
Karya sastra tidak akan terlepas dari imajinasi pengarang. Karya sastra
merupakan sebuah ciptaan yang disampaikan secara komunikatif untuk tujuan
estetika atau nilai keindahan dengan menceritakan kisah yang dialami sendiri, kisah
orang lain, dalam bentuk perasaan, ide, semangat, dan keyakinan sehingga dapat
membangkitkan pesona bagi pembacanya. Setelah penulis menuangkan imajinasinya
dalam bentuk karya sastra, pembaca dapat mengambil manfaat atau amanat positif
dalam bentuk tersirat atau tersurat.
Karya sastra yang membahas tentang cinta memiliki banyak peminat karena
cinta seakan konsumsi bagi semua golongan. Cinta sejati akan lahir ketika dua insan
manusia saling percaya dan saling menjaga kesetiaannya karena tanpa keduanya cinta
tidak dapat berjalan dengan baik. Kesetiaan manusia yang diberikan Tuhan yaitu
untuk saling menyayangi, menjaga, dan menghormati. Kejujuran dan kesetiaan akan
mempererat hubungan antarsesama manusia sebagai makhluk sosial. Pemahaman
setiap orang tentang cinta akan selalu berbeda dengan pengalaman, latar belakang,
dan kepekaan individu yang dirasakannya.
Kekuatan cinta mampu mengantarkan banyak orang untuk melakukan hal
apapun dalam menjalankan kewajiban di dunia ini. Kekuatan yang dapat
kekuatan yang dapat mendorong semangat perjuangan hidup dan keberhasilan yang
cemerlang.
Kekuatan cinta yaitu kekuatan yang dapat memaksa manusia untuk
melakukan hal apapun untuk kesenangan sendiri. Hal yang tidak mungkin menjadi
mungkin, hal yang sulit menjadi mudah, dan hal yang sakit terasa indah
(file:///D:/contoh%20skripsi/Makna%20Kekuatan%20Cinta%20dalam%20Tali%20A
smara%20%20%20Okezone%20Lifestyle.htm). Diakses pada Tanggal 22 April 2015.
Menurut Abdullah Nasih Ulwan, dalam bukunya Manajemen Cinta, cinta
adalah perasaan jiwa dan gejolak hati yang mendorong seseorang untuk mencintai
kekasihnya dengan penuh gairah, lembut, dan kasih sayang. Cinta adalah fitrah
manusia yang murni yang tidak dapat terpisahkan dengan kehidupan.
Novel Habibie dan Ainun merupakan pengalaman hidup mantan Presiden
Republik Indonesia ke-3, yaitu Bapak Bacharuddin Jusuf Habibie dengan Ibu Hasri
Ainun Habibie. Novel yang menggambarkan betapa besar kekuatan cinta Habibie
kepada Ainun, arti dari sebuah pengorbanan, keteladanan seorang suami dan ayah,
kesetiaan yang begitu mendalam, keteguhan hati dalam menjalani hidup, dan
keberhasilan cinta Habibie dan Ainun. Sebuah percintaan akan melalui masa-masa
yang sulit dan hanya cinta sejati yang bisa melaluinya untuk menjadi lebih kuat.
Cerita Habibie dan Ainun merupakan kisah inspirasi yang mengajarkan kita
tentang arti kekuatan cinta. Kisah yang melukiskan betapa cintanya Habibie kepada
Ainun dengan menggambarkan keberhasilan cinta mereka. Cinta sejati akan terjadi
Menyatukan sebuah perbedaan dan menjalankannya di tengah jalan yang berliku
hingga terwujud keluarga romantis yang hanya dapat dipisahkan oleh kematian.
Kisah cinta yang luar biasa juga terlihat dalam cerita cinta Romeo dan Juliet
yang merupakan karya dari William Shakespeare yang berlatar di kota Verona, Italia
Utara. Cerita yang mengisahkan sepasang insan, bernama Romeo yang berasal dari
keluarga Montague dan Juliet dari keluarga Capulet. Romeo dan Juliet yang saling
jatuh cinta namun cinta mereka terhalang karena kedua orang tua yang saling
bermusuhan. Kisah ini berakhir tragis setelah Romeo memutuskan untuk meminum
racun setelah mengira Juliet meninggal dunia. Juliet terbangun dan melihat Romeo
meninggal karena racun yang diminumnya. Akhirnya, Juliet memutuskan untuk
bunuh diri dengan menggunakan pisau. Kisah ini dianggap sebagai salah satu kisah
cinta romantis sepanjang masa yang telah difilmkan, ditulis kembali, dan dipentaskan
di teater membuktikan bahwa cinta menjadi objek dalam dunia sastra.
Kebahagiaan dan kedamaian bahtera yang telah berlayar selama 48 tahun 10
bulan, tiba-tiba (pada tanggal 22 Maret 2010) memasuki masa yang penuh dengan
cobaan, yaitu saat diketahui Ainun mempunyai penyakit berat dan sudah berada
dalam stadium lanjut. Ainun harus menjalani sampai 12 rangkaian operasi. Kekuatan
cinta yang dimiliki Habibie kepada Ainun dapat dilihat dengan semua usaha yang
telah dilakukan Habibie. Namun, Ainun, tidak tertolong dan meninggal dunia.
Kepergian Ainun bukan membuat Habibie harus melupakan Ainun tetapi Habibie
tetap menunjukkan betapa dirinya semakin cinta kepada Ainun dan tidak akan pernah
orang. Dalam novelnya, Habibie mengatakan ”maut sekalipun tidak dapat
memisahkan Habibie dan Ainun karena kekuatan cinta yang suci dan abadi.”
Masalah yang menonjol dari perjalanan bahtera Habibie dan Ainun bukan saja
perubahan kehidupan dan karir (materi, keilmuan, profesi, dan kedudukan) yang
begitu spektakuler, melainkan juga bagaimana pasangan ini telah menyatu. Habibie
menyebut cintanya kepada Ainun sebagai ”kemanunggalan” dalam ”jiwa, roh, batin,
dan nurani” karena cinta mereka merupakan anugerah dari Tuhan. Habibie
(2010:303) mengatakan bahwa kemanunggalan cinta yaitu walaupun jiwa, roh, batin,
dan nurani kita sudah manunggal dan atap kita bersama adalah langit alam semesta.
Karena itu Ainun tetap berada di samping saya dan saya di samping Ainun, di mana
saja kami sedang berada sepanjang masa.
Mereka berdua berhasil saling menyiram bibit-bibit cinta dengan
kebersamaan, saling menjaga, saling mendukung, dan menopang di dalam bingkai
nilai-nilai agama dan budaya sehingga akhirnya berkembanglah menjadi cinta yang
disebut ”murni, suci, sejati, sempurna, dan abadi.”
”Kekuatan cinta yang tulus dapat digunakan untuk sinergi positif dalam
berbagai hal," (BJH:2010). Habibie mengungkapkan cinta sejatinya dikelompokkan
menjadi tiga, yaitu cinta kepada sesama umat manusia, cinta kepada karya sesama
manusia, seperti budaya dan iptek, dan terakhir cinta kepada pekerjaan. Ketiganya
bersinergi positif yang berarti hal dasar yang membangun cinta itu seperti rasio,
Novel yang terdiri dari 37 bab diterbitkan pada November 2010 memiliki
banyak sekali kesulitan. Masing-masing babnya mengandung hikmah tentang
kehidupan dari Profesor Habibie. Gaya ceritanya yang sederhana, menjadikan para
pembaca ingin terus menyaksikan apa-apa saja tingkah Habibie dan Ainun. Novel
Habibie dan Ainun mampu menyajikan sebuah alur cerita unik dan menawan
sehingga begitu dekat dengan para pembacanya.
Cerita yang mulanya menjadi sebuah novel akhirnya berkembang menjadi
sebuah film yang disutradarai oleh Faozan Rizaly. Film yang diperankan oleh aktor
Reza Rahadian sebagai pelaku utama yang membawakan karakter tokoh Bapak
Habibie dan Bunga Citra Lestari yang menjadi Ibu Hasri Ainun Habibie. Dalam film
ini, Habibie menyampaikan banyak pesan untuk kaum muda supaya tidak salah
dalam memilih cinta dan tetap bertahan dengan cinta mereka walaupun banyak
rintangan yang akan dilewati.
Semua uang hasil penjualan buku ini tidak satu rupiah pun untuk memperkaya
Habibie atau keluarga Habibie. Namun, dimasukkan ke dalam rekening yayasan yang
dibentuk oleh Bapak Habibie dan Ibu Ainun untuk menyantuni orang cacat dan
penyandang tunanetra.
Peneliti memilih novel Habibie dan Ainun karena cerita ini membawa
kekuatan cinta yang dimiliki sang suami kepada istrinya sangat besar, tetap bertahan
dalam kondisi apapun, dan akan selalu mengenang sang istri yang telah tiada. Cerita
ini dianggap sebagi pasangan hidup sejati yang diberkahi oleh Tuhan dan cerita
bagi masyarakat. Dari keunikan inilah peneliti tertarik untuk menganalisis
bagaimanakah kekuatan cinta Habibie kepada Ainun dan apakah penyebab kekuatan
Habibie kepada Ainun tetap abadi walaupun Ainun telah meninggal dunia dalam
novel Habibie dan Ainun karya Bacharuddin Jusuf Habibie.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah di dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimanakah kekuatan cinta dalam novel Habibie dan Ainun karya
Bacharuddin Jusuf Habibie?
2. Apakah penyebab kekuatan cinta Habibie kepada Ainun tetap abadi walaupun
Ainun telah meninggal dunia?
1.3 Batasan Masalah
Sebuah penelitian membutuhkan batasan masalah agar penelitian yang ingin
dicapai terarah dan tidak terlalu luas sesuai dengan yang kita harapkan. Novel
Habibie dan Ainun karya Bacharuddin Jusuf Habibie mengisahkan bagaimana
pengalaman kisah cinta Habibie kepada Ainun, keharmonisan keluarga Habibie,
perjuangan kisah hidupnya dalam membuat sebuah pesawat terbang untuk Indonesia,
karir politik hidup, dan juga bagaimana keadaan ekonomi Habibie dan Ainun.
Namun, pembatasan masalah yang akan dibahas oleh peneliti yaitu fokus
dan Ainun karya Bacharuddin Jusuf Habibie dan apa penyebab kekuatan cinta
Habibie kepada Ainun tetap abadi walaupun Ainun meninggal dunia.
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
1. Mendeskripsikan bagaimanakah kekuatan cinta sebagaimana yang tergambar
di dalam novel Habibie dan Ainun karya Bacharuddin Jusuf Habibie.
2. Mendeskripsikan penyebab kekuatan cinta Habibie kepada Ainun sehingga
tetap abadi walaupun Ainun telah meninggal dunia.
1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah:
1. Manfaat Teoretis
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya jenis penelitian
sosiologi sastra, khususnya mengenai kekukatan cinta dalam novel
Habibie dan Ainun dan dapat menjadi sumber informasi bagi
akademisi yang berkaitan dengan judul tersebut.
b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai salah satu
referensi untuk penelitian lebih lanjut yang berkaitan dengan
2. Manfaat Praktis
a. Hasil penelitian ini diharapkan masyarakat mengetahui bagaimana
kekuatan cinta dan apa penyebab kekuatan cinta sehingga tetap abadi
dalam novel Habibie dan Ainun karya Bacharuddin Jusuf Habibie.
BAB II
KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep
Adapun konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
2.1.1 Sastra
Sastra pada dasarnya merupakan ciptaan, kreasi bukan sebuah imitasi.
(Luxemburg, 1989:5). Karya sastra sebagai bentuk dan hasil sebuah pekerjaan kreatif,
pada hakikatnya adalah suatu media yang mendayagunakan bahasa untuk
mengungkapkan tentang kehidupan manusia.
Lotman (1979) sastra sebagai sistem pemodelan tingkat kedua. Maksudnya,
sastra merupakan sistem pemodelan yang ditumpangkan pada sistem pemodelan
tingkat pertama, yaitu bahasa. Bahwa sastra adalah suatu wacana yang memodelkan
semesta yang tidak terbatas dalam satu sistem imajiner yang terbatas.
2.1.2 Karya Sastra
Mahayana (2007:225) mengatakan karya sastra adalah produk pengarang yang
hidup di lingkungan sosial. Karya sastra merupakan dunia imajinatif pengarang yang
selalu terkait dengan kehidupan sosial. Pengarang sebagai anggota masyarakat
dilahirkan, dibesarkan, dan memeroleh pendidikan di tengah-tengah kehidupan sosial.
Di dalam esainya yang berjudul “The Epistemology of Sociology”
merupakan ekspresi pandangan dunia imajiner dan juga bahwa karya sastra berarti
mengekpresikan pandangan dunia, pengarang menciptakan semesta tokoh, objek, dan
juga relasinya secara imajiner.
Goldmann juga memandang karya sastra sebagai produk pandangan dunia
sehinggga pandangan dunia cenderung memunyai struktur yang koheren, sehingga
Goldmann (1979:99) mengatakan bahwa karya sastra yang valid adalah karya sastra
yang didasarkan atas keseluruhan kehidupan manusia, yaitu pengalaman subjek
sebagai warisan tradisi. Dalam penulisan karya sastra tidak akan terlepas dari bahasa.
Roger Fowler (1977:80), mengatakan bahwa hubungan penulis dengan karyanya
berupa pikiran yang imajinatif suatu karya sehingga bahasa dapat memperluas
penafsiran teks bagi pembacanya.
Menurut Usman Efendi (1992:99), karya sastra merupakan ciptaan manusia
yang dilukiskan dalam bentuk lisan ataupun tulisan yang dapat menghasilkan sesuatu
yang bagus. Banyaknya pengertian tentang karya sastra berbeda menurut
masing-masing orang, namun itu semua memiliki pemahaman dengan maksud yang sama,
yaitu bahwa karya sastra merupakan imajinasi yang ditulis pengarang dalam
menyampaikan suatu pesan yang tersirat.
2.1.3 Novel
Culler (1979) mangatakan bahwa novel merupakan suatu wacana yang di
dalamnya berupa kata-kata yang disusun sedemikian rupa dan berisi tentang segala
mendefinisikan novel sebagai cerita tentang pencarian yang terdegradasi akan
nilai-nilai yang otentik. Artinya, nilai-nilai-nilai-nilai yang mengorganisasikan dunia novel secara
keseluruhan meskipun hanya secara implisit.
Goldmann (1977a:7) menjelaskan novel yaitu transposisi ke dataran sastra
kehidupan sehari-hari dalam masyarakat individualistik yang diciptakan oleh produk
pasar yang dibukukan.
2.1.4 Sosiologi Sastra
Sosiologi sastra menurut Wellek dan Warren (dalam Faruk, 1994:4) yaitu
karya yang memasalahkan status sosial, ideologi sosial, dan lain-lain yang
menyangkut pengarang sebagai penghasil karya sastra dan sosiologi sastra yang
memasalahkan pembaca dan pengaruh sosial karya sastra.
”Sosiologi sastra yaitu suatu disiplin tanpa bentuk, tidak terdefenisikan dengan baik, terdiri dari sejumlah studi-studi empiris dengan berbagai percobaan pada teori yang lebih general, yang masing-masing hanya mempunyai kesamaan dalam hal bahwa semuanya berurusan dengan hubungan antara seni atau kesusastraan dengan masyarakat.” (Wolff:1975).
2.1.5 Kekuatan
Kekuatan yaitu adanya tenaga yang dimiliki seseorang dalam mengerjakan
sesuatu yang berat. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga, kekuatan
2.1.6 Cinta
Cinta adalah sesuatu yang putih, suci, dan murni yang dimiliki oleh setiap
orang yang merupakan anugerah dari Tuhan. Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia Edisi Ketiga, cinta adalah suka sekali dan sayang benar. (Alwi, 2007:214).
2.1.7 Kekuatan Cinta
Kekuatan cinta adalah kekuatan yang mampu mengalahkan segalanya yang
dapat membuat kita bertahan. Kekuatan yang mampu mengalahkan apapun yang
terjadi karena ada dasarnya cinta.
”Kekuatan cinta adalah kekuatan yang mematri hubungan Ainun dengan Habibie. Kekuatan yang dapat menghanyutkan hati manusia dalam kesedihan yang paling dalam, namun juga kekuatan yang dapat mendorong semangat perjuangan hidup dan keberhasilan yang cemerlang. (BJH 2010:xiii).”
2.1.8 Penyebab Kekuatan Cinta
Mencintai seseorang berarti menerima segala kelebihan dan kekurangan yang
dimiliki oleh pasangan kita. Penyebab kekuatan cinta yaitu adanya rasa kasih dan
sayang yang membuat cinta akan bertahan dalam menghadapi masalah apapun.
Membuat menjadi kuat dan mengerti akan segala yang terjadi karena adanya
2.2 Landasan Teori
Penelitian ini menganalisis penyebab kekuatan cinta Habibie kepada Ainun
tetap abadi dan bagaimana kekuatan cinta dalam novel Habibie dan Ainun karya
Bacharuddin Jusuf Habibie dengan menggunakan teori sosiologi sastra. Sosiologi
sastra merupakan penelitian terhadap karya sastra dengan mempertimbangkan
keterlibatan struktur sosialnya yang dilakukan dengan cara mendeskripsikan,
memahami, dan menjelaskan unsur-unsur karya sastra dalam kaitannya dengan
perubahan-perubahan struktur sosial yang terjadi di sekitarnya. (Ratna, 2003:25).
Sosiologi sastra dengan memanfaatkan teori strukturalisme dianggap
mengalami kemunduran. Analisis strukturalisme dianggap mengabaikan masyarakat
yang justru merupakan asal-usulnya karena kesadaran bahwa karya sastra harus
difungsikan sama dengan aspek-aspek kebudayaan yang lain, maka satu-satunya cara
adalah mengembalikan karya sastra ke tengah masyarakat dan memahaminya sebagai
bagian yang tidak terpisahkan dengan sistem komunikasi secara keseluruhan. (Ratna,
2004:332).
Ilmu-ilmu yang terlibat dalam sosiologi sastra adalah sastra dan sosiologi.
Karya sastra memasukkan aspek-aspek kebudayaan yang lain, maka ilmu-ilmu yang
terlibat adalah sejarah, filsafat, agama, ekonomi, dan politik. Hal yang diperhatikan
dalam penelitian sosiologi sastra adalah dominasi karya sastra, sedangkan ilmu-ilmu
yang lain sebagai imu pembantu. Di dalam analisis sosiologi sastra oleh Wellek dan
Warren (dalam Faruk, 1994:4) menggunakan pendekatan sosiologi sastra, yaitu
yang menyangkut pengarang sebagai penghasil karya sastra, sosiologi karya sastra
yang memasalahkan karya itu sendiri, sosiologi sastra yang memasalahkan pembaca,
dan sosiologi sastra karena pengaruh sosial karya sastra.
Sapardi (dalam Faruk, 1994:4) menemukan tiga pendekatan yang berbeda.
Pertama, konteks sosial pengarang. Hal yang berhubungan dengan posisi sosial
sastrawan dalam masyarakat dan kaitannya dengan masyarakat pembaca. Hal yang
perlu diteliti dalam pendekatan ini adalah: (a) bagaimana pengarang mendapatkan
mata pencahariaanya, (b) sejauh mana pengarang menganggap pekerjaannya sebagai
suatu profesi, dan (c) masyarakat apa yang setuju oleh pengarang. Kedua, sastra
sebagai cermin masyarakat. Hal yang mendapat perhatian adalah: (a) sejauh mana
sastra mencerminkan masyarakat pada waktu karya sastra itu ditulis, (b) sejauh mana
sifat pribadi pengarang memengaruhi gambaran masyarakat yang ingin
disampaikannya, (c) sejauh mana genre sastra yang digunakan pengarang dapat
dianggap mewakili seluruh masyarakat. Ketiga, fungsi sosial sastra. Dalam hubungan
ini ada tiga hal yang menjadi perhatian: (a) sejauh mana sastra dapat berfungsi
sebagai perombak masyarakat, (b) sejauh mana sastra hanya berfungsi sebagai
penghibur, dan (c) sejauh mana terjadi sintesis antara kemungkinan (a) dan (b) di
atas.
Pada kesempatan ini, penulis akan meneliti sesuai dengan pendapat Sapardi
(dalam Faruk) pada bagian kedua poin (a) yaitu sejauh mana sastra mencerminkan
Ada beberapa jenis relasi laki-laki dengan perempuan menurut Brahmanto
(2015:15), yaitu:
1. Relasi antara Laki-Laki dan Perempuan sebagai Suami Istri
Relasi antara laki-laki dan perempuan akan didapatkan dalam sebuah ikatan
rumah tangga. Kedudukan dari seorang laki-laki yaitu sebagai pemimpin dan
seorang istri sebagai pendamping dari pemimpinnya. Membina relasi yang
baik antara suami dengan istri yang tidak dengan jalan yang mudah, yaitu
menjadikan keluarga sebagai keluarga yang benar menurut pandangan agama
yang dianutnya.
2. Relasi antara Laki-Laki dan Perempuan dalam Keluarga
Relasi antara laki-laki dan perempuan dalam keluarga akan tercermin dari
perilaku kesehariaannya. Menjalin relasi atau hubungan yang baik harus
memiliki etika atau norma yang harus dipatuhi di dalam lingkungan
masyarakat. Belajar di dalam menjaga perasaan orang lain dan menghormati
keberadaan anggota keluarga sehingga tercipta hubungan yang baik. Kita
harus tetap menjaga relasi tersebut agar tetap tercipta suatu hubungan yang
dipenuhi dengan kejujuran tanpa ada noda, tipu daya, dan kecurangan.
Pergaulan yang baik akan melahirkan keamanan dan ketenangan hati,
sementara penyalahgunaan kepercayaan akan memicu kemerosotan akhlak
3. Relasi dalam Bidang Sosial
Relasi dalam bidang sosial berarti adanya hubungan jalinan relasi atau
hubungan dengan masyarakat di sekitar kita. Membina relasi yang baik
dengan masyarakat sehingga terwujud sesuatu yang baik.
Pada kesempatan ini penulis hanya meneliti relasi laki-laki dan perempuan
sebagai suami istri dengan menitikberatkan kepada kekuatan cinta yang tergambar
dalam novel Habibie dan Ainun karya Bacharuddin Jusuf Habibie.
2.3 Tinjauan Pustaka
Seperti yang telah disampaikan sebelumnya, novel ini akan menjelaskan
tentang kekuatan cinta dalam novel Habibie dan Ainun karya Bacharuddin Jusuf
Habibie. Penelitian terhadap novel Habibie dan Ainun pernah dilakukan oleh
beberapa peneliti namun belum ada yang mengkaji sama dengan penelitian ini, yaitu:
Pertama, Pramesti dari Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta
2010 yang membahas tentang ”Nilai-Nilai Kejujuran dan Optimisme dalam Buku
Habibie dan Ainun serta Relevansinya terhadap Kompetensi Kepribadian Guru PAI”.
Pramesti membahas tentang nilai kejujuran dalam buku Habibie dan Ainun yang
mencerminkan perilaku B.J. Habibie dan Ainun Hasri. Perilaku mereka yang
memiliki perilaku jujur dalam berkata, yakni dengan menyampaikan suatu keadaan,
kenyataan apa adanya tanpa menambah, dan juga menguranginya. Jujur dalam
banyak hal ketika seseorang memilliki tekad, maka tekad tersebut haruslah
antaranya memiliki pengharapan tinggi, salah satu bentuknya yakni adanya berbagai
cita-cita yang mereka miliki. Adanya sikap yang tidak mudah putus asa antara
keduanya dalam kehidupan susah, adanya usaha dalam mewujudkan harapan dan
impian. Mampu memotivasi diri sendiri dengan selalu berpikir positif, tidak hanya
dari dalam diri sendiri tetapi juga dari lingkungannya. Beliau mampu memotivasi
dengan melihat lingkungan sekitarnya. Penelitian yang menggunakan penelitian
pustaka dengan objek penelitian yaitu novel Habibie dan Ainun karya Bacharuddin
Jusuf Habibie.
Kedua, Istiningdias dan Yani dari Universitas Padjajaran membahas
”Implikatur dalam Percakapan Habibie dan Ainun”. Istiningdias dan Yani
mendeskripsikan jenis-jenis implikatur percakapan dalam film Habibie dan Ainun
dengan menggunakan metode deskriptif. Data penelitan dengan menggunakan 102
tuturan pemeran utama dalam film Habibie dan Ainun. Teori cara pengungkapan
menggunakan teori F, X, dan Nadar dengan menggunakan teori implikatur George
Yule. Untuk menganalisis data tersebut digunakan teknik dokumentasi dengan
menggunakan CD original film Habibie dan Ainun serta dengan menggunakan teori
catat. Dari penelitian data tersebut disimpulkan hasil: (1) Jenis implikatur tuturan
yang paling banyak adalah implikatur skala 62 tuturan (60,78%), (2) Jenis implikatur
umum sebanyak 20 tuturan (19,60%), dan (3) Jenis implikatur sedikit sebanyak 20
tuturan (19,60%). Dari penelitian ini, tidak ditemukan implikatur percakapan
konvensional. Kesimpulannya, dalam penelitian Istiningdias dan Yani lebih banyak
Saya akan meneliti kekuatan dan penyebab cinta dalam novel Habibie dan
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Metode dan Teknik Pengumpulan Data
Metode yang digunakan penulis yaitu metode kualitatif. Metode kualitatif
yaitu metode yang bukan berdasarkan angka-angka tetapi kedalaman penghayatan
terhadap interaksi antarkonsep yang dikaji secara empiris terhadap novel Habibie dan
Ainun karya Bacharuddin Jusuf Habibie. Selain menggunakan metode kualitatif,
metode hermeneutika juga digunakan dalam penelitan ini.
”Hermeneutika yaitu dengan membaca novel objek kajian dengan cara
memahami konvensi-konvensi yang berlaku terhadap sebuah karya sastra, terutama
konvensi sastra dan budaya yang menyangkut tema, alur, gaya bahasa, dan tokoh.”
(Tantawi, 2014:111).
Heuristik menurut Pradopo (Tantawi, 2014:110) menyatakan pembacaaan
karya sastra berdasarkan struktural bahasanya.
Data dianalis dengan mendeskripsikan data yang sudah dicatat sesuai dengan
masalah yang akan dibahas. Pendeskripsian dimulai dengan menggambarkan
bagaimana jalan cerita itu sebenarnya terjadi dan kemudian dikaji. Subjek penelitian
penulis adalah novel yang berjudul ”Kekuatan Cinta dalam Novel Habibie dan Ainun
Karya Bacharuddin Jusuf Habibie”.
Menggunakan objek penelitian struktur sastra dan aspek sosiologis sastra
digunakan berdasarkan metode deskriptif yaitu penelitian yang bertujuan menemukan
informasi sebanyak-banyaknya dari suatu fenomena. Menggunakan instrumen utama
yaitu penulis dengan menggunakan buku-buku acuan tentang teori satra, teori
sosiologis, dan artikel-artikel dari internet.
Dalam menyelesaikan penelitian ini penulis menggunakan data primer atau
data utama, yaitu dengan menggunakan novel Habibie dan Ainun sebagai data
primernya. Menggunakan data sekunder yang berarti data ini hanya sebagai
tambahan, yaitu seperti buku-buku sebagai referensinya dan juga menggunakan
skripsi, makalah, dan tesis orang lain.
Setelah data ini dilakukan, sumber ini dibaca secara seksama dan diteliti
menjadi teori pendukung data utama. Buku-buku yang dikutip ditulis dengan memuat
nama pengarang, tahun, dan nomor halaman sebagai bahan acuan referensi tersebut.
Setelah semua data telah terkumpul dan telah dilakukan kajian terhadap novel
tersebut perlu diadakan pembatasan supaya isi dari penelitian ini berjalan sesuai
dengan yang diinginkan penulis dan kajiannya lebih mendalam dengan menggunakan
objek tersebut. Oleh karena itu, penulis membuat kajian kepada novel Habibie dan
Ainun karya Bacharuddin Jusuf Habibie, khususnya menganalisis tentang kekuatan
cinta dalam novel Habibie dan Ainun.
3.2 Sumber Data
Adapun yang menjadi sumber data ini yaitu :
Pengarang : Bacharuddin Jusuf Habibie
Penerbit : THC Mandiri
Tebal buku : 323 halaman
Ukuran : 14 cm x 21 cm
Tahun : November 2010
Gambar : Cover Habibie dan Ainun
3.3Analisis Data
Analisis data yang saya gunakan yaitu metode kualitatif yang bersifat
deskriptif. Nasir (Tantawi, 2014:111) deskriptif yaitu mendekripsikan tentang situasi
atau kejadian, gambaran, lukisan, secara sistematis, faktual, akurat mengenai
fakta-fakta, dan sifat-sifat serta hubungan antara fenomena dengan fenomena.
Berikut ini adalah satu contoh teknik analisis data terhadap Kekuatan Cinta
dalam Novel Habibie dan Ainun Karya Bacharuddin Jusuf Habibie yaitu:
”Kekuatan yang mematri hubungan Ainun dan Habibie. Kekuatan yang dapat menghanyutkan hati manusia dalam kesedihan yang paling dalam, namun juga kekutan yang dapat mendorong semangat perjuangan hidup dan keberhasilan yang cemerlang.”
Melalui pendekatan sosiologi sastra yaitu pengarang sebagai penghasil karya
sastra itu sendiri. Karya sastra yang diciptakan dengan kata-kata yang
menggambarkan bagaimana kekuatan cinta yang dimilikinya untuk Ainun. Pegarang
menciptakan karya sastra itu karena hal yang dialami dan juga dirasakannya sendiri.
BAB IV
KEKUATAN DAN PENYEBAB KEKUATAN CINTA DALAM NOVEL
HABIBIE DAN AINUN KARYA BACHARUDDIN JUSUF HABIBIE
4.1 Kekuatan Cinta Habibie dan Ainun dalam Novel Habibie dan Ainun
Kekuatan cinta Habibie dan Ainun sangat luar biasa. Cinta mereka selalu
hadir bahkan sampai Ainun meninggal dunia. Kekuatan cinta Habibie dan Ainun lahir
ketika mereka berpacaran, melangsungkan pernikahan, hingga Ainun meninggalkan
Habibie untuk selamanya. Cinta Habibie kepada Ainun sangat besar karena cinta
mereka manunggal. Kemanunggalan cinta berarti walaupun jiwa, roh, hati, batin, dan
nurani mereka sudah manunggal dan atap mereka akan selalu bersama adalah langit
alam semesta. Karena itu, Ainun tetap berada di samping Habibibe dan Habibie di
samping Ainun, di mana saja Habibie dan Ainun akan tetap bersama. Inilah yang
membuat Habibie tidak mampu untuk melupakan Ainun.
Berbeda dengan kehidupan di zaman sekarang. Banyak orang yang dengan
cepat dapat berpaling ke wanita atau pria lain setelah orang yang disayangi pergi. Hal
ini disebabkan cinta mereka yang kurang besar dan tidak adanya kekuatan cinta yang
mendasari suatu hubungan. Namun, Habibie tetap menjaga kesucian cintanya kepada
Ainun karena baginya Ainun adalah sosok wanita yang selalu memancarkan
keteduhan, ketulusan, dan keikhlasan dengan mata yang indah yang membuat
Kekuatan cinta mereka dapat dilihat sewaktu Ainun masuk rumah sakit pada
Tanggal 24 Maret 2010. Habibie selalu memberikan perhatian dan menunjukkan
cintanya kepada Ainun. Ini semua terjadi karena Habibie dan Ainun yang telah
banyak melewati berbagai perjuangan dalam melewati hidup. Perjuangan tersebut
memupuk cinta mereka yang kuat yang sulit untuk dipisahkan.
Kami sekeluarga terus memanjatkan doa dengan getaran jiwa kami untuk
Ainun. Kepergian Ainun untuk selamanya membuat hati dan jiwa Habibie terasa
lebih berat. Namun, bagi Habibie seorang Ainun akan tetap selalu hadir di dalam
kehidupannya. Ainun tidak akan tergantikan oleh siapapun sekalipun wajah Ainun
memiliki rupa yang sama dengan orang lain. Perpisahan Ainun tidak membuat
Habibie harus melupakan Ainun karena Habibie dan keluarga setiap harinya tetap
memanjatkan doa untuk Ainun. Cinta mereka akan tetap selalu bersama walaupun
keduanya sudah berada di alam yang berbeda. Ainun dapat saja muncul bersamaan di
beberapa tempat melalui mimpi atau ilusi, sehingga membuat Habibie selalu
merindukan Ainun.
Orang yang sudah pergi meninggalkan kita, akan tetap menjalankan
aktivitasnya seperti biasa. Sama halnya dengan Ainun yang selalu hadir di dalam
mimpi dan ilusi Habibie. Namun, tidak semua orang mampu merasakan hal yang
sama dengan Habibie. Kekuatan cinta Habibie yang besar membuat Habibie tidak
Kekuatan Cinta Habibie kepada Ainun dapat dilihat karena adanya:
4.1.1 Perjanjian atau Komitmen
Komitmen adalah kepentingan atau perlibatan diri kita pada diri seseorang.
Untuk pasangan kita, komitmen dinyatakan dengan perkawinan yang akan dijalankan
dengan pasangan kita. (Gayatri, 2008:8).
Perjanjian atau komitmen yang diucapkan dalam sebuah perkawinan tidak
boleh sembarangan. Janji inilah yang menjadi dasar dari sebuah perkawinan yang
dapat mengikat kita dengan pasangan hidup kita dalam menjaga cinta yang suci,
murni, sejati, sempurna, dan abadi.
Dapat dilihat dengan jelas ketika mereka melangsungkan pernikahan yang
berarti Habibie dan Ainun mengucapkan sebuah janji. Habibie dan Ainun terlihat
bahagia dan begitu yakin untuk menjalani hidup bersama-sama. Ketika mereka
melempar bunga yang mengenai sasaran memberi keyakinan kepada mereka untuk
berjanji akan selalu hidup bersama. Ini merupakan awal yang baik untuk
pembentukan cinta mereka yang suci. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan:
”Temu kami berdua sambil melempar bunga berdasarkan keyakinan tradisi Jawa bahwa yang akan dominan dalam kehidupan berumahtangga adalah siapa yang pertama mengenai sasaran. Berarti kami Insya Allah akan selalu setara sebagai suami dan isteri, akan setia bersama-sama membangun keluarga sakinah yang diilhami dan dikalbui oleh cinta yang murni, suci, sejati, sempurna, dan abadi.” (BJH, 2010:13).
Perjanjian yang mengikat antara hubungan Habibie dan Ainun masih dapat
dilihat jelas walaupun Ainun telah meninggal dunia. Perjanjian yang Habibie dan
janjinya untuk selalu bersama dengan Ainun setelah meninggal dunia. Kebersamaan
mereka hingga 48 tahun 10 hari mengisahkan banyak sekali kenangan di antara
mereka, sehingga Habibie sangat sulit untuk melupakan Ainun. Hal ini terlihat dalam
kutipan: ”Manunggal jiwa, roh, batin, dan nurani Ainun dan saya mungkin saja dapat
terjadi karena direkat oleh cinta Ainun dan saya yang murni, suci, sejati, sempurna
dan abadi.” (BJH, 2010:319). Cinta yang suci membuat Habibie berjanji untuk selalu
menjaga dan mencinta Ainun sampai Ainun meninggal dunia.
4.1.2 Kemesraan atau Keromantisan
Kemesraan atau keromantisan adalah aliran kesenian yang mengutamakan
perasaan. (Jasin, 1962:29). Romantis dapat juga diartikan sebagai dunia orang yang
sedang bercinta, udara penuh harum-haruman, dan getaran jiwa yang mesra.
Abdul (2006:13) mengatakan kemesraan adalah sesuatu yang harus ada di
dalam setiap rumah tangga karena tanpa adanya kemesraan, tidak akan menikmati
hidup yang indah dan benar-benar bermakna. Kemesraan seharusnya diberikan setiap
saat kepada pasangan suami dengan istri supaya kebahagiaan dan keromantisan akan
selalu tercipta di dalam hubungan.
Kemesraan akan selalu datang saat menjalin hubungan dengan orang yang
disayangi. Kemesraan itu akan datang dengan sendirinya tanpa dibuat-buat atau
dipikirkan sebelumnya. Begitu juga dengan kemesraan yang dirasakan oleh Habibie
dan Ainun di saat mereka masih berpacaran. Hari-hari Habibie dan Ainun dihiasi
sebuah becak. Keduanya saling malu untuk mengatakan cinta mereka sambil adanya
kemesraan yang hadir di dalam diri mereka. Masa pacaran Habibie dan Ainun selalu
dilengkapi dengan adanya keromantisan cinta. Habibie dan Ainun selalu berusaha
untuk bertemu agar cinta mereka semakin kuat. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan:
”Entahlah, yang jelas kita lalu berpacaran; malam-malam hari di dalam becak dengan jok tertutup walaupun tidak hujan. Kami berpacaran di Bandung. Kami pacaran di Jakarta; cuti saya tidak berlangsung selamanya. Ia rajin datang; setiap hari saya pulang kantor selalu sudah menunggu di rumah. Rumahnya sendiri cukup dekat di Jalan Mendut tempat tinggal kakaknya yang menikah dengan Subono Mantofani. Semuanya berlangsung dengan cepat. Ia datang bulan Januari atau Februari. Kami menikah bulan Mei. Bulan Juni kami mengurus cuti saya di luar tanggungan negara mengikuti suami ke Jerman….” (BJH, 2010:9).
Seorang istri akan membutuhkan dan merindukan seorang suami yang selalu
romantis. Cinta yang romantis akan dimulai dengan adanya komunikasi cinta yang
berjalan dengan baik dan lancar. Seorang istri membutuhkan dan merindukan waktu
komunikasi kepada suami. Namun, hal ini akan rusak atau hancur apabila suatu
hubungan selalu ada kesibukan yang membuat lupa dengan semuanya tanpa adanya
kebersamaan.
Habibie yang selalu sibuk dengan tugas dan tanggungjawabnya, tidak
membuat Ainun banyak berkomentar. Ainun selalu berusaha mengerti dengan
kesibukan Habibie. Setiap masalah yang terjadi pada mereka, akan mereka selesaikan
secara bersama. Setiap senyuman yang diberikan Ainun kepada Habibie dapat
menambah semangatnya. Bagi Habibie senyuman dari Ainun akan sangat berarti
mendampingi Habibie membuat mereka selalu bertemu dalam keromantisan cinta
mereka. Jiwa mereka yang sudah menyatu membuat mereka sudah saling memahami.
Tidak ada pertengkaran ataupun keributan diantara mereka karena adanya perbedaan
pendapat. Cinta mereka yang telah menyatu yang membuat hidup mereka berdua
selalu harmonis. Keromantisan dan kesetiaan cinta mereka dapat dilihat ketika Ainun
yang selalu setia mendampingi Habibie. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan:
”Beliau telah mendampingi Presiden Republik Indonesia ketiga, Bapak Prof. Dr. Bacharuddin Jusuf Habibie, dalam menunaikan ibadah tugas-tugas kenegaraan yang sangat berat. Dengan penuh kesetiaan dan kepercayaan, almarhumah senantiasa mendampingi Presiden Habibie melewati hari-hari yang tidak mudah dalam satu periode sejarah yang sangat menentukan, yaitu ketika negara kita diguncang krisis tahun 1998 sampai 1999, berbarengan dengan mulai dilaksanakannya reformasi nasional yang dramatis dan berskala besar. Dalam suka dan duka, beliau selalu tegar menjalankan tugas sebagai Ibu Negara bagi kepentingan masyarakat, bangsa, dan negara yang kita cintai.” (BJH, 2010:304).
Kesetiaan Ainun dalam mendampingi Habibie dapat dilihat jelas karena
keromantisan yang mereka miliki. Kebahagiaan yang mereka pertahankan sangat sulit
apabila tidak didampingi dengan rasa kesetiaan. Kebersamaan Habibie dan Ainun
menggambarkan kesuksesan cinta mereka. Ainun yang selalu setia, membuahkan
hasil sehingga cinta mereka tetap abadi. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan:
Ainun selalu setia mendampingi Habibie dengan sebuah senyuman yang
membuat Habibie semakin semangat menjalani hari-harinya. Keromantisan Habibie
dan Ainun selalu mereka rasakan walaupun ada kesibukan salah satu dari mereka.
”Pada semua proses persiapan apapun, Ainun setia mendampingi saya di segala pasang surut perjuangan. Penampilan, wajah senyuman yang saya rindukan itu, tidak pernah meninggalkan saya. Ainun senantiasa mengilhami, menjadikan sesuatu yang tidak mungkin menjadi mungkin.” (BJH, 2010:110).
Keromantisan cinta Habibie dan Ainun karena cinta mereka yang murni,
sejati, suci, sempurna, dan abadi. Habibie dan Ainun yang berusaha menjaga
keromantisan cinta sehingga tercipta keluarga yang sempurna. Hal ini dapat dilihat
dalam kutipan:
”Ainun yang memiliki moral baik, bekerja mandiri, konsisten, kuat, religius, pejuang, merakyat, berusaha, belajar dari proses membangun keluarganya menjadi keluarga sakinah yang berakar pada nilai agama dan nilai budaya yang dikalbui oleh cinta yang murni, suci, sejati, sempurna dan abadi, tulus dan ikhlas. Pengalaman Ainun diterapkan membantu membangun masyarakat sekitarnya dapat memahami mekanisme membangun keluarga sakinah atau keluarga sejahtera dan bahagia.” (BJH, 2010:65).
Kemesraan Habibie dan Ainun akan selalu hadir sekalipun mereka tidak dapat
selalu bersama. Tidak perduli dengan yang terjadi karena Habibie dan Ainun percaya
saat mereka menyatukan hati dan perasaan mereka menjadi satu dan lebih kuat. Hal
ini dapat dilihat dalam kutipan:
Saat keromantisan menghiasi hari-hari Habibie dan Ainun semuanya akan
terasa indah dan lebih berarti. Keromantisan inilah yang menjadi dasar kekuatan
cinta Habibie dan Ainun.
4.1.3 Kesucian Cinta
Kesucian adalah kebersihan dan kemurnian hati. (Alwi, 2007:1096). Kesucian
cinta berarti menerima segala kekurangan dan kelebihan yang dimiliki oleh pasangan.
Segalanya akan terasa indah di saat menjaga kesucian cinta yang dimiliki. Habibie
dan Ainun juga yang menjaga kesucian cinta mereka, sehingga apapun kesusahan
yang mereka rasakan akan berubah menjadi kebahagiaan antara mereka berdua. Hal
ini dapat dilihat dalam kutipan: ”Rasa kedinginan, letih, dan lapar hilang terpukau
oleh pandangan mata Ainun yang mencerminkan kebahagiaan dan cinta yang murni,
suci, sejati, sempurna, dan abadi.” (BJH, 2020:20).
Menjaga kesucian di dalam perkawinan sangat penting. Habibie dan Ainun
yang saling menjaga kesucian cinta mereka dengan sebuah keyakinan. Ainun yang
rela mengorbankan segalanya untuk membuat suami dan kedua anaknya bahagia.
Bagi Ainun, yang terpenting tetap menjaga kesucian cinta mereka. Hal ini dapat
dilihat dalam kutipan:
Ketika kehilangan seseorang yang disayangi berarti kehilangan sebagian dari
diri sendiri, tetapi ketika mencintai orang yang disayangi berarti menyatukan dua
jiwa menjadi satu. Perpisahan antara Habibie dan Ainun bukan berarti kehilangan
cinta mereka. Kesuksesan cinta yang mereka dapatkan tidak mudah apabila tidak
adanya kesucian cinta. Habibie yang tidak pernah untuk lupa untuk mendoakan
Ainun. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan: ”Ainun sepanjang masa berada di sekitar
saya dan keluarga, selama kami sekeluarga terus memanjatkan doa dengan getaran
jiwa kami untuk Ainun.” (BJH, 2010:319).
Kematian yang menjemput seseorang tidak berarti harus melupakan orang
tersebut. Orang di dunia pada akhirnya harus berakhir dengan kematian. Kematian
Ainun berarti hanya kehilangan fisiknya secara nyata. Namun, bukan berarti harus
kehilangan semua yang ada di dalam diri Ainun. Kepergian Ainun yang harus
mengajarkan Habibie untuk menerima segalanya karena Habibie mengiklhaskan
kepergian Ainun. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan: ”Saya ikhlas menerima keadaan
dan menjadi lebih tenang dan tegar dan tidak merasa ditinggalkan Ainun.” (BJH,
2010:319).
Kekuatan cinta berarti jiwa, roh, batin, dan nurani sudah menyatu. Kehilangan
fisik dari seseorang akan pasti terjadi, tetapi tidak untuk kehilangan jiwa, roh, batin,
dan nurani dari orang yang disayangi. Habibie dan Ainun memiliki kekuatan cinta
yang begitu luar biasa. Cinta mereka akan selalu hadir. Mereka juga dapat
berkomunikasi setiap saat hanya dengan tatapan mata mereka saja. Cinta Habibie dan
dan dalam. Kesucian cinta Habibie kepada Ainun abadi dan membuat Habibie tetap
merasakan hadirnya Ainun. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan:
”Hanya dengan tatapan mata saja tanpa berbicara sering dapat berkomunikasi langsung dan mengerti isi hati dan kehendak kami. Ainun jiwa, roh, batin dan nurani kita sudah manunggal dan atap kita bersama adalah langit alam semesta.” (BJH, 2010:265).
Perpisahan yang terjadi di antara Habibie dan Ainun bukan berarti membuat
Habibie harus melupakannya. Jiwa mereka yang sudah menyatu membuat Habibie
tidak harus kehilangan sepenuhnya jiwa Ainun karena bagi Habibie perpisahan akan
mengantarkan setiap manusia kepada Tuhan-Nya. Kesucian cinta mereka akan selalu
hadir sampai Ainun meninggal dunia karena cinta mereka akan selalu bersama. Hal
ini dapat dilihat dalam kutipan:
”Ainun jiwa, roh, batin dan nurani kita sudah manunggal dan atap kita bersama adalah langit alam semesta. Karena itu Ainun tetap berada di samping saya dan saya di samping Ainun, di mana saja kami sedang berada sepanjang massa.” (BJH, 2010:303).
Kesucian cinta mereka membuat Habibie dan Ainun memiliki jiwa yang sulit
untuk dipisahkan. Habibie sangat merasa kehilangan Ainun, tetapi itu semua hadir
karena cinta mereka yang sudah menyatu. Kesucian cinta Habibie dan Ainun akan
selalu dijaga oleh Habibie. Hal ini ditandai dalam kutipan:
4.1.4 Saling Memberi
Memberi berarti proses seseorang memberikan sesuatu kepada orang yang
dicintainya. Rela memberi tanpa mengharapkan imbalan sebagai proses belajar kita
melakukan yang terbaik. (Muler, 2005:300).
Sebuah pernikahan berarti memberi apa yang kita miliki untuk suami atau istri
kita. Memberi segalanya untuk kebahagiaan dari orang yang kita sayangi sangat lebih
berarti. Tidak ada yang dapat diberikan Habibie kepada Ainun kecuali membuatnya
tersenyum dan bahagia. Bagi Ainun itu semua sudah sangat berarti daripada sebuah
materi. Menurut Habibie dan Ainun dengan saling memberi berarti sudah dapat
menerima segala kemampuan dan kekurangan dari pasangan untuk sebuah
kebahagiaan. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan: ”Maafkan kemampuan saya hanya
ini saja. Ia mencium saya dan menjawab: kamu sudah memberi saya yang lebih indah
dari semuanya yang kamu tak dapat bayangkan.” (BJH, 2010:20).
4.1.5 Selalu Bersyukur
Beryukur yaitu suatu kenyataan bahwa kita harus mengakui hidup karena itu
semua berasal dari Tuhan. (Izaak, 2009:55).
Selalu bersyukur dengan apa yang telah dimiliki terlebih ketika Tuhan
mengaruniakan seorang anak untuk keluarga mereka. Cinta mereka semakin terasa
sempurna karena Tuhan mengaruniakan seorang anak kepada mereka.
saya adalah titipan Allah untuk kamu berdua. Saya mengandung bayimu, anakmu, dan keturunanmu. Itu yang paling indah dan titipan Allah itu harus kami syukuri. Saat memeluknya sambil memanjatkan doa bersama membaca Al Faatihah.”(BJH, 2010:20).
Bersyukur adalah salah satu cara supaya lebih dapat menikmati hidup.
Penghasilan yang cukup tidak membuat Habibie dan Ainun harus mengeluh. Mereka
menikmati hidup dengan cara bersyukur karena dengan bersyukur berarti menerima
segala apa yang diberikan oleh Tuhan. Perekonomian rendah tidak membuat mereka
menjadi patah semangat karena semua yang telah diberikan oleh Tuhan akan ada
hikmatnya. Rezeki dari Habibie dan Ainun mereka gunakan dengan seperlunya.
Membeli mesin jahit harus penuh dengan syukur karena itu merupakan suatu
keperluan yang sangat dibutuhkan. Habibie dan Ainun yang selalu bersyukur
mengajarkan mereka banyak untuk kekuatan cinta mereka. Hal ini dapat dilihat dalam
kutipan:
”Tidak ada uang kecuali untuk membeli mesin jahit. Belinya tentu dengan menyicil dan karena mesinnya mesin Singer yang bagus cicilannya lunas baru setelah satu setengah tahun. Hidup benar-benar perihatin. Hidup benar-benar keras. Tetapi hikmahnya. Di masa-masa inilah saya belajar untuk hidup berdikari.” (BJH, 2010:21).
Selalu bersyukur dengan apa yang diberikan Tuhan untuk keluarga mereka.
Belajar banyak hal dengan meyakini bahwa semua akan indah pada waktunya.
Bekerja keras dan selalu berusaha akan mendapatkan hasil yang memuaskan. Segala
sesuatu yang terasa sulit akan berubah menjadi indah ketika kita tetap
mensyukurinya.
khusus yang dikalbui oleh cinta yang murni, suci, sejati, sempurna, dan abadi. Sehingga semua yang tidak mungkin menjadi mungkin.” (BJH, 2010:55).
Habibie yang selalu bersyukur memiliki pasangan hidup seperti Ainun yang
memiliki sifat dan tanggung jawab yang dapat menjaga cinta sejati mereka.
Kepintaran Ainun bukan untuk diri Habibie saja, namun juga untuk seluruh
masyarakat Indonesia.
”Saya bersyukur bahwa Ainun sudah berhasil melaksanakan fungsinya sebagai ibu yang menciptakan keluarga yang sakinah dan sejahtera, selain menunjukkan pembelaannya atas peningkatan terus menerus kodrat wanita Indonesia, bahkan untuk seluaruh masyarakat dan bangsanya.” (BJH, 2010:156).
Selalu bersyukur dengan apa yang Tuhan berikan untuk umat-Nya. Kepergian
Ainun tidak membuat Habibie harus menyalahkan dirinya sendiri ataupun Tuhan.
Habibie mengambil hikmat bahwa kepergian Ainun merupakan jalan satu-satunya
yang harus disyukuri untuk kebahagiaan mereka. Walaupun Habibie yang selalu
merasa sedih. Namun semua itu, jalan yang sudah diberikan Tuhan. Mengikhlaskan
Ainun dan menyukuri apa yang telah terjadi. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan:
”Saya juga bertanya mengapa harus demikian? Apa yang harus saya laksanakan? Namun, saya kembali kepada keyakinan dan agama saya, bahwa tiap orang yang beragama dan percaya pada eksitensi Tuhan percaya bahwa hidup dan mati seseorang ditentukan oleh Tuhan. Yang dikehendaki Tuhan adalah yang terbaik dan pasti akan terjadi.” (BJH, 2010:238).
4.1.6 Hidup Mandiri
Mandiri berarti potensi yang dikaruniakan Tuhan kepada setiap manusia
yang besar dalam menghadapi hidup dan menyelesaikan permasalahan sendiri.
(Syafie’ie, 2008:85).
Hidup mandiri Habibie membuat dirinya sudah terbiasa melakukan apa yang
telah menjadi tanggungjawabnya. Ainun yang tidak pernah mengeluh kepada
Habibie, membuat Habibie bangga kepadanya. Ainun memiliki sifat mandiri karena
Ainun menyadari pekerjaan yang telah dilakukan Habibie sudah terlalu banyak,
sehingga Ainun tidak mungkin menambah pekerjaannya. Kemandirian Ainun inilah
yang membuat Habibie bahagia. Semua pekerjaan rumah dapat dikerjakan Ainun
dengan baik tanpa mengeluh. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan:
”Saya belajar menggunakan waktu secara maksimal sehingga semuanya dapat terselesaikan dengan baik mengatur menu murah tetapi sehat, membersihkan rumah, menjahit pakaian, melakukan permainan edukatif dengan anak, menjaga suami, membuat suasana rumah yang nyaman; pendeknya semuanya yang harus dilakukan agar suami dapat memusatkan perhatiaannya pada tugas-tugasnya. Saya belajar tidak mengganggu konsentrasinya dengan persoalan di rumah.” (BJH, 2010:26).
Penghasilan yang pas-pasan membuat Habibie dan Ainun harus hidup
mandiri. Ini semua mereka lakukan untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup mereka.
Hidup mandiri mengajarkan mereka banyak hal untuk tetap mensyukuri hidup.
Habibie yang harus berjuang sendiri untuk menambah penghasilan dilakukan dengan
semangat dan untuk membahagiakan keluarganya. Habibie harus menambah
penghasilan dengan meninggalkan Ainun sementara waktu. Habibie dan Ainun
belajar banyak hal dengan hidup mandiri karena dengan hidup mandiri berarti mereka
”Penghasilan kami pas-pasan: mendapat setengah gaji seorang Diploma Ingeneur, oleh karena bekerja setengah hari sebagai Asisten pada Institut Konstruksi Ringan Universitas, enam ratus DM lagi dari DAAD, Dinas Beasisiwa Jerman. Untuk menambah penghasilan, suami dengan mencuri-curi waktu bekerja sebagai ahli konstruksi pada pabrik kereta api mendisain gerbong-gerbong berkonstruksi ringan. Waktu sangat berharga dan harus diatur ketat: pagi-pagi ke pabrik dulu, kemudian sampai malam di universitas. Pukul 10.00 atau pukul 11.00 malam baru sampai di rumah dan menulis disertasi. Kemana-mana naik bis, malah karena kekurangan uang untuk membeli kartu langganan bulanan, dua tiga kali seeminggu ia jalan kaki mengambil jalan pintas sejauh limabelas kilometer. Sepatunya berlobang-lobang; baru menjelang musim dingin lobangnya ditambal.” (BJH, 2010:19).
Kepergian Habibie ke luar kota saat Ainun hamil tua tidak membuat Ainun
gelisah. Pekerjaan Habibie yang sibuk mengajarkan Ainun banyak hal untuk
memahami pekerjaan dari suaminya. Hidup mandiri Ainun membuat Habibie bangga
memiliki seorang pasangan hidup sepertinya. Ainun yakin kepergian Habibie akan
membuat dirinya menjadi lebih baik lagi karena Tuhan akan memberkati keluarga
mereka. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan:
”Untuk pertama kalinya saya harus tinggalkan Ainun seorang diri dalam keadaan hamil tua tanpa pembantu di desa kecil di luar Kota Aachen. Tetangga Jerman kami menyatakan akan menjaga dan memperhatikan Ainun, mencatat alamat, telepon kantor dan hotel di mana saya akan tinggal dan bekerja di Kota Minden. Ainun sama sekali tidak memperlihatkan keprihatinan dan kegelisahan untuk tidak menggangu konsentrasi saya, pada pekerjaan dengan segala masalah yang sedang saya hadapi. Ainun menyatakan keyakinannya bahwa semua yang saya hadapi Insya Allah akan selesai dengan baik dan Allah selalu akan melindungi kami. Ia mencium saya dan terus melihat dari jendela ketika saya berjalan ke tempat pemberhentian bus.” (BJH, 2010:27).
Kesibukan Habibie membuat Ainun menjadi wanita yang mandiri dan tidak
Namun, itu semua akan terobati ketika mereka dapat bertemu dengan senyuman yang
selalu mereka rindukan. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan:
”Mengasuh Ilham yang begitu aktif sambil mengandung, muntah, meludah, dan membereskan rumah seorang diri adalah pekerjaan yang tidak gampang. Tetapi Ainun tidak pernah mengeluh dan melaksanakan tugasnya dengan kesabaran sebaik mungkin. Ia tetap segar dan cerah jikalau saya pulang. Senyumannya terus memberi ketenangan mencerminkan kebahagiaan. Saya sering menceritakan pengalaman di kantor dan Ainun selalu mengilhami saya dengan senyuman yang kurindukan.” ( BJH, 2010:47).
4.1.7 Saling Membantu
Membantu berarti saling menolong orang lain karena adanya naluri kita untuk
membantunya. Saling membantu kepada orang lain akan memiliki kebahagiaan
tersendiri apabila kita membantunya secara ikhlas. (Yanto:2007).
Habibie dan Ainun saling membantu di dalam setiap pekerjaan mereka.
Mereka melakukan ini supaya setiap beban yang mereka miliki dapat mereka
selesaikan secara bersamaan tanpa ada yang dirugikan. Hal ini dapat dilihat dalam
kutipan:
”Saya bahagia malam-malam hari berdua di kamar: dia sibuk di antara kertas-kertasnya yang berserakan di tempat tidur, saya menjahit, membaca, atau berbuat yang lainnya. Saya terharu melihat ia pun banyak membantu tanpa diminta mencuci piring, mencuci popok bayi yang ada isinya.” (BJH, 2010:38).
Menjaga kebahagiaan keluarga yaitu dengan cara saling membantu. Saling
membantu yang dilakukan Ainun untuk Habibie yaitu dengan cara memberi dorongan
dan mengilhami Habibie. Ainun yang berperan sebagai seorang dokter tidak lupa
keluarganya menjadi keluarga yang bahagia dan sehat. Banyak pekerjaan yang
dilakukan Habibie membuat Ainun harus menyadari bahwa semua itu dilakukannya
untuk kebahagiaan keluarga mereka. Saling membantu dengan segala usaha yang
mereka punya untuk kebahagiaan cinta mereka. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan:
”Ainun terus menerus dengan kesabaran dan ketabahan yang tulus memberi dorongan dan mengilhami saya dalam segala pekerjaan tugas, baik di Kantor Institut Konstruksi Ringan maupun di Perusahaan Talbot. Ainun tidak pernah menuntut dan memberi persoalan, sehingga saya dengan tenang dapat konsentrasi pada pelaksanaan tugas dan pekerjaan yang sedang saya hadapi. Yang diperhatikan Ainun adalah semua yang berkaitan langsung dan tidak langsung dengan kesehatan saya. Sering Ainun sebagai seorang dokter memeriksa kesehatan saya termasuk denyutan dan getaran jantung dengan alat kedokteran yang dia miliki. Dengan perkataan lain, Ainun bertindak tidak saja sebagai isteri namun juga sebagai dokter pribadi. Jika saya lelah, Ainun selalu menyapa dengan senyuman dan pandangan mata yangmemukau dan saya rindukan selalu.” (BJH, 2010:23).
Ainun sangat memahami kondisi Habibie. Tidak ingin mengganggu Habibie,
namun selalu berusaha memberikan yang terbaik kepadanya dengan membantu
Habibie. Salah satu yang dilakukan Ainun untuk Habibie yaitu dengan tidak lupa
membantu Habibie dengan cara selalu memperhatikan kesehatannya. Ketika Habibie
sibuk, Ainun tidak pernah menggangu, namun membantu Habibie dengan tidak
menggangunya. Seperti yang terdapat dalam kutipan:
ibunya berminggu-minggu; mendengar mereka tidak mau makan karena bukan masakan ibunya. Tetapi saya menjadi sadar mengimbangi suami merupakan keharusan. Ada semacam hukum alamnya: ”istri yang tidak mengikuti suami akan ditinggalkan. Dan Alhamdulilah, Ilham dan Thareq pun dapat mengerti. Mereka pun mau membantu.” (BJH, 2010:46).
Ainun tidak ingin membuat Habibie semakin sibuk dengan tugas-tugasnya.
Ainun berusaha membantu Habibie mulai dari hal kecil hingga hal besar untuk
kebahagiaan cinta mereka. Melakukan pekerjaan rumah dan menjaga Habibie sudah
menjadi pekerjaan Ainun untuk membantu Habibie. Hal sederhana yang sudah
dilakukan Ainun untuk Habibie sudah dapat membantu Habibie dengan
kesibukannya. Tidak lupa Ainun yang selalu tersenyum untuk membantu Habibie
agar selalu semangat dalam pekerjaannya. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan:
”Saya belajar menggunakan waktu secara maksimal sehingga semuanya dapat terselesaikan dengan baik mengatur menu murah tetap sehat, membersihkan rumah, menjahit pakaian, melakukan permainan edukatif dengan anak, menjaga suami, dan membuat suasana rumah yang nyaman; pendeknya semuanya yang harus dilakukan agar suami dapat memusatkan perhatiannya pada tugas-tugasnya. Saya belajar tidak mengganggu konsentrasinya dengan persoalan-persoalan di rumah.” (BJH, 2010:26).
Hanya dengan kesetian Ainun sudah dapat membantu Habibie dalam
menyelesaikan tugas-tugasnya, sehingga Habibie dapat lebih bersemagat.
”Ainun selalu setia mendampingi dan membantu saya dalam melaksanakan tugas berat, walaupun keadaan Ainun tidak begitu sehat. Semuanya dilaksanakan penuh dedikasi dan semangat yang mengagumkan.” (BJH, 2010:251).
Ainun yang selalu membantu Habibie mulai dari hal sekecil apapun tetap
menjaga kesehatan Habibie karena tugas Habibie yang sangat banyak. ”Ainun bukan
ingin mencampuri urusan kantor, tetapi ia mencintai saya dan ia ingin saya tetap
selalu sehat. Dengan demikian, saya bisa memberi pengabdian yang lebih panjang
untuk negara.” (BJH, 2010:157).
4.1.8 Saling Mengingatkan
Saling mengingatkan berarti memberi perhatian atau mengingatkan akan
sesuatu yang akan terjadi. (Alwi, 2007:433). Saling mengingatkan di dalam berumah
tangga sangatlah diharapkan sehingga terjalin hubungan baik. Habibie dan Ainun
yang saling mengingatkan supaya hubungan keluarga mereka tetap berjalan dengan
baik. Saling mengingatkan sehingga mereka berdua saling memahami akan setiap
pekerjaan yang dilakukan oleh pasangan. Mengingatkan kesehatan merupakan hal
yang paling diutamakan Ainun kepada Habibie. Di saat Habibie dan Ainun saling
mengingatkan berarti mereka dapat saling mengerti.
4.1.9 Perhatian
Perhatian adalah kegiatan yang menjadi pusat perhatian kita yang tertuju pada
suatu objek karena adanya suatu ketertarikan. (Aisyah, 2015:3). Perhatian yang
diberikan Ainun untuk Habibie dengan cara memotivasi Habibie untuk lebih
semangat lagi dalam mencari nafkah untuk keluarga mereka. Hal ini dapat dilihat
dalam kutipan: ”Dengan semangat, motivasi, dan diilhami oleh Ainun produktivitas
kerja saya terus meningkat dan semua berjalan lancar.” (BJH, 2010:33).
Perhatian yang diberikan Ainun kepada Habibie sangat besar. Apabila
Habibie larut malam pulang tidak hentinya Ainun menelepon Habibie hanya untuk
menanyakan kesehatannya. Perhatian Ainun kepada Habibie sangat besar karena
kekuatan cinta yang mereka miliki. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan:
”Tetapi tugas dan kesibukannya di luar selesai, ia kembali ke rumah, kembali berfungsi menjadi ibu rumah tangga, menjalankan peranannya sebagai seorang isteri. Sejak awal saya ditugaskan sebagai Ketua BPPT tahu dan maklum, karena kesibukan pekerjaan saya setiap hari, membuat saya selalu pulang terlambat, rata-rata sekitar pukul 21.00 artau 22.00, bahkan bisa lebih. Jika demikian, Ainun selalu menelpon saya dari rumah memperingatkan bahwa saya harus pulang. Jagalah kesehatanmu demikian disampaikan berkali-kali jika saya belum juga beranjak dari tempat duduk bekerja dan menerima tamu. Namun akhirnya, dengan perasaan hati yang masih erat, saya harus pulang.” (BJH, 2010:157).
Perhatian yang diberikan Ainun kepada Habibie sangat luar biasa. Semua ini
dilakukan Ainun untuk membuat Habibie tetap menikmati pekerjaanya dan selalu
merasa bahagia. Apabila Habibie sudah lelah dengan pekerjaannya, Ainun tidak
ingin mengganggu Habibie karena bagi Ainun kebahagiaan dari Habibie yang paling