EVALUASI PENGGUNAAN LAHAN (LAND USE) DI
KECAMATAN SINGKOHOR KABUPATEN ACEH SINGKIL
TAHUN 2015
SKRIPSI
Oleh:
Chandra Pangihutan Simamora 111201111
BUDIDAYA HUTAN
PROGRAM STUDI KEHUTANAN
FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
EVALUASI PENGGUNAAN LAHAN (LAND USE) DI
KECAMATAN SINGKOHOR KABUPATEN ACEH SINGKIL
TAHUN 2015
SKRIPSI
CHANDRA PANGIHUTAN SIMAMORA 111201111
BUDIDAYA HUTAN
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara
PROGRAM STUDI KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Penelitian : Evaluasi Penggunaan Lahan (Land Use) Di Kecamatan Singkohor Kabupaten Aceh Singkil Tahun
2015 Nama : Chandra P. Simamora
NIM : 111201111
Program studi : Kehutanan
Disetujui Oleh
Komisi Pembimbing
Afifuddin Dalimunthe, S.P., M.P.
Ketua Anggota
Dr. Budi Utomo, S.P., M.P.
Mengetahui
ABSTRACT
CHANDRA P. SIMAMORA: Evaluation of Land Use (Land Use) in Singkohor Sub District of Aceh Singkil District 2015. Guided by AFIFUDDIN DALIMUNTHE and BUDI UTOMO.
This study aimed to analyze land cover in the District Singkohor and know the function of other land uses contained in Singkohor District 2015. This research is located in Singkohor Sub District,of Aceh Singkil District by using satellite images of landsat 8. The research method was a supervised classification. Analysis of the data for the image interpretation by using monogram of Sumatera. The results showed that land cover in the District Singkohor include forests, plantations, open land, settlements, water bodies, bush, and farm. The largest land use at the location of the research is the type of open land area of 5491.57 Ha and forest area of 4046.67 Ha are expected to be on the wane due to the conversion of land use into other uses such as plantations. In addition, 15 species of plants obtained MPTS (Multi Purpose Tree Species) among the sites that have the advantage among others, have been tested and able to adapt to the environment so that these types of plants are more prospective MPTS in rehabilitation activities.
ABSTRAK
CHANDRA P. SIMAMORA: Evaluasi Penggunaan Lahan (Land Use) di Kecamatan Singkohor Kabupaten Aceh Singkil Tahun 2015. Di bawah bimbingan AFIFUDDIN DALIMUNTHE dan BUDI UTOMO
Penelitian ini bertujuan menganalisis tutupan lahan di Kecamatan Singkohor dan mengetahui fungsi penggunaan lahan lain yang terdapat di Kecamatan Singkohor pada tahun 2015. Penelitian ini berlokasi di Kecamatan Singkohor, Kabupaten Aceh Singkil dengan menggunakan citra satelit landsat 8.Metode penelitian yang digunakan adalah klasifikasi terbimbing. Analisis data untuk interpretasi citra menggunakan monogram Sumatera.
Hasil penelitian menunjukkan tutupan lahan yang ada di Kecamatan Singkohor antara lain kawasan hutan, perkebunan, lahan terbuka, pemukiman, badan air, semak belukar, dan sawah. Penggunaan lahan yang terbesar pada lokasi penelitian adalah tipe lahan terbuka seluas 5.491,57 Ha dan luas kawasan hutan sebesar 4.046,67 Ha yang diperkirakan akan semakin berkurang dikarenakan konversi penggunaan lahan menjadi penggunaan lain seperti perkebunan. Selain itu, didapat 15 jenis tanaman MPTS (Multi Purpose Tree Species) pada lokasi penelitian yang memiliki keunggulan antara lain telah teruji dan mampu beradaptasi dengan lingkungan sehingga jenis tanaman MPTS tersebut lebih prospektif dalam kegiatan rehabilitasi lahan.
RIWAYAT HIDUP
Chandra P. Simamora dilahirkan di Kota Medan, Propinsi Sumatera Utara
pada tanggal 16 Januari 1993 dari bapak H. Simamora dan ibu E. Marpaung. Penulis merupakan anak pertama dari lima bersaudara.
Tahun 2005 penulis lulus dari SD Katolik Budi Luhur Medan, tahun 2008
Penulis lulus dari SMP Katolik Tri Sakti II Medan, dan tahun 2011 penulis lulus dari SMA Negeri 11 Medan. Pada tahun 2011 penulis diterima sebagai mahasiswa
di Program Studi Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).
Selama mengikuti perkuliahan, penulis pernah aktif mengikuti kegiatan
organisasi kampus dan berpartisipasi sebagai anggota di Himpunan Mahasiswa Sylva (HIMAS). Penulis mengikuti kegiatan Pengenalan Ekositem Hutan sebagai
peserta di Taman Hutan Raya dan Hutan Pendidikan Gunung Barus di Berastagi, Kabupaten Karo pada tahun 2013.
Penulis melaksanakan Praktik Kerja Lapangan di PT. PSPI, Kecamatan
Kampar Kiri, Kabupaten Kampar, Propinsi Riau selama 1 bulan pada tahun 2015. Pada akhir kuliah, penulis melaksanakan penelitian dengan judul “Evaluasi
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat dan perlindungan-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Judul skripsi ini adalah “Evaluasi Penggunaan Lahan (Land Use) di Kecamatan Singkohor, Kabupaten Aceh Singkil Tahun 2015”. Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk menganalisis tutupan lahan di kecamatan Singkohor berdasarkan hasil klasifikasi dari citra landsat 8.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada: 1. Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan kasih karunia-Nya
sehingga penulis mampu menyelesaikan penelitian ini.
2. Ayahanda (H. Simamora) dan Ibunda (E.Marpaung) yang telah mendoakan dan memberi semangat kepada penulis.
3. Afifuddin Dalimunthe, S.P., M.P. dan Dr. Budi Utomo, S.P., M.P. selaku ketua dan anggota komisi pembimbing yang telah membimbing penulis dalam menyelesaikan penelitian ini.
4. Staf Dinas Kehutanan Kabupaten Aceh Singkil yaitu Ibu Evi dan Pak Dede yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan
penelitian ini.
5. Rekan mahasiswa/i dan berbagai pihak yang takdapat disebutkan satu persatu disini yang telah membantu dan memberi dukungan pada
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna. Oleh karena itu,
DAFTAR ISI
Kondisi Umum Kecamatan Singkohor ... 6
Faktor Penyebab Terjadinya Perubahan Lahan ... 8
Penginderaan Jarak Jauh ... 9
Sistem Informasi Geografis (SIG) ... 10
Penutupan Lahan (Land Cover) ... 11
METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu ... 13
Alat dan Bahan ... 13
Metode Penelitian ... 14
Prosedur Penelitian Pengumpulan Data ... 14
Metode Analisis Citra ... 15
Analisis NDVI ... 16
Survei Tanaman MPTS (Multi Purpose Tree Species) ... 16
HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Kependudukan Kecamatan Singkohor ... 18
Hasil Analisis Citra ... 21
Hasil Klasifikasi Tutupan Lahan ... 23
Pengaruh Aksesibilitas dalam Perubahan Penggunaan Lahan ... 25
Penggunaan Lahan Berdasarkan SK.941/Menhut-II/2013 ... 27
Hubungan Kerapatan Tajuk dan Penggunaan Lahan ... 30
Inventarisasi Tanaman MPTS (Multi Purpose Tree Species) ... 33
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 35
DAFTAR TABEL
No. Halaman
1. Pertambahan Jumlah Penduduk Kecamatan Singkohor... 18
2. Jumlah Penduduk yang Bekerja Menurut Pekerjaan Utama ... 20
3. Penggunaan Lahan di Kecamatan Singkohor Tahun 2015 ... 24
4. Luas Fungsi Kawasan kecamatan Singkohor ... 29
5. Tingkat Kerapatan Tajuk Berdasarkan Nilai NDVI... 30
6. Kisaran Nilai NDVI Berbagai Penggunaan Lahan ... 31
DAFTAR GAMBAR
No. Halaman
1. Peta Lokasi Penelitian ... 13
2. Diagram Alur Kegiatan Penelitian ... 17
3. Peta Tutupan Lahan Kecamatan Singkohor Tahun 2015 ... 22
4. Peta Akses Jalan Kecamatan Singkohor ... 26
5. Peta Penggunaan Lahan SK 941/Menhut-II/2013... 28
DAFTAR LAMPIRAN
No. Halaman
1. Monogram Citra Landsat Kecamatan Singkohor ... 36
2. Peta administrasi kecamatan Singkohor ... 37
3. Dokumentasi Tanaman MPTS (Multi Purpose Tree Species) ... 38
ABSTRACT
CHANDRA P. SIMAMORA: Evaluation of Land Use (Land Use) in Singkohor Sub District of Aceh Singkil District 2015. Guided by AFIFUDDIN DALIMUNTHE and BUDI UTOMO.
This study aimed to analyze land cover in the District Singkohor and know the function of other land uses contained in Singkohor District 2015. This research is located in Singkohor Sub District,of Aceh Singkil District by using satellite images of landsat 8. The research method was a supervised classification. Analysis of the data for the image interpretation by using monogram of Sumatera. The results showed that land cover in the District Singkohor include forests, plantations, open land, settlements, water bodies, bush, and farm. The largest land use at the location of the research is the type of open land area of 5491.57 Ha and forest area of 4046.67 Ha are expected to be on the wane due to the conversion of land use into other uses such as plantations. In addition, 15 species of plants obtained MPTS (Multi Purpose Tree Species) among the sites that have the advantage among others, have been tested and able to adapt to the environment so that these types of plants are more prospective MPTS in rehabilitation activities.
ABSTRAK
CHANDRA P. SIMAMORA: Evaluasi Penggunaan Lahan (Land Use) di Kecamatan Singkohor Kabupaten Aceh Singkil Tahun 2015. Di bawah bimbingan AFIFUDDIN DALIMUNTHE dan BUDI UTOMO
Penelitian ini bertujuan menganalisis tutupan lahan di Kecamatan Singkohor dan mengetahui fungsi penggunaan lahan lain yang terdapat di Kecamatan Singkohor pada tahun 2015. Penelitian ini berlokasi di Kecamatan Singkohor, Kabupaten Aceh Singkil dengan menggunakan citra satelit landsat 8.Metode penelitian yang digunakan adalah klasifikasi terbimbing. Analisis data untuk interpretasi citra menggunakan monogram Sumatera.
Hasil penelitian menunjukkan tutupan lahan yang ada di Kecamatan Singkohor antara lain kawasan hutan, perkebunan, lahan terbuka, pemukiman, badan air, semak belukar, dan sawah. Penggunaan lahan yang terbesar pada lokasi penelitian adalah tipe lahan terbuka seluas 5.491,57 Ha dan luas kawasan hutan sebesar 4.046,67 Ha yang diperkirakan akan semakin berkurang dikarenakan konversi penggunaan lahan menjadi penggunaan lain seperti perkebunan. Selain itu, didapat 15 jenis tanaman MPTS (Multi Purpose Tree Species) pada lokasi penelitian yang memiliki keunggulan antara lain telah teruji dan mampu beradaptasi dengan lingkungan sehingga jenis tanaman MPTS tersebut lebih prospektif dalam kegiatan rehabilitasi lahan.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kebutuhan manusia akan kelangsungan produktivitas hidupnya menyebabkan manusia sebagai faktor utama dibalik terjadinya perubahan penutupan lahan. Perubahan penutupan lahan merupakan suatu kombinasi dari
hasil interaksi sosial-ekonomi, politik dan budaya. Penutupan lahan merupakan istilah istilah yang berkaitan dengan jenis kenampakan yang ada di permukaan
bumi (Lillesand dan kiefer, 1990).
Penggunaan lahan (Land use) diartikan sebagai setiap bentuk intervensi manusia terhadap lahan dalam rangka pemenuhan kebutuhan hidup manusia.
Penggunaan lahan dapat dikelompokkan dalam dua golongan besar yaitu penggunaan lahan untuk pertanian dan penggunaan lahan bukan untuk pertanian.
Lahan adalah suatu lingkungan fisik yang meliputi tanah, iklim, relief, hidrologi, dan vegetasi dimana faktor- faktor tersebut mempengaruhi potensi penggunaannya. Termasuk didalamnya adalah akibat-akibat kegiatan manusia,
baik pada masa lalu maupun sekarang, seperti reklamasi daerah-daerah pantai, penebangan hutan, dan akibat-akibat merugikan seperti erosi dan akumumulasi
garam (Hardjowigeno, 2001).
Lahan yang luas dan subur dengan kualitas sumberdaya manusia yang berpikiran maju merupakan faktor pendukung utama. Namun demikian dengan
kondisi lahan yang terbatas dan kemampuan lahan tidak merata, maka pengembangan pertanian, kehutanan dan perkebunan yang berkelanjutan harus
sumber daya alam, dimana data dan informasi merupakan instrument yang sangat penting dalam perencanaan pembangunan.
Salah satu cara evaluasi lahan adalah melakukan klasifikasi lahan untuk penggunaan tertentu. Penggolongan kemampuan lahan didasari tingkat produksi pertanian tanpa menimbulkan kerusakan dalam jangka waktu yang sangat panjang
(Sitorus, 1985).
Dalam mengambil keputusan tentang memilih jenis tanaman apa yang
tepat bagi suatu lahan maka diperlukan perencanaan yang tepat. Perencanaan dan pengambilan keputusan yang tepat harus dilandasi oleh data dan informasi yang yang akurat tentang kondisi lahan. Jenis penggunaa lahan dilokasi penelitian
sampai saat ini lebih didominasi oleh penggunaan lahan pertanian atau perkebunan. Hal ini tentu saja dikarenakan oleh berbagai sebab dan salah satunya
adalah faktor fisik lingkungan. Oleh karena itu kajian faktor fisik lingkungan terhadap perubahan penggunaa lahan cukup menarik untuk dilakukan.
Kota Aceh Singkil merupakan kota tujuan program tranmigrasi yang
cukup luas. Badan Pusat Statistik (2013) menyatakan bahwa Kabupaten Aceh Singkil ini mempunyai luas daerah sekitar 1.857,88 Km. Kota Aceh Singkil
berbatasan langsung dengan Kota Subulussalam pada bagian utara, pada bagian selatan berbatasan Samudera Indonesia, sebelah timur berbatasan dengan Provinsi Sumatera Utara, dan sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Aceh Selatan.
Ditinjau dari aspek topografi kota Aceh Singkil berada pada ketinggian 6 s/d 74 m dpl yang terdiri dari 11 Kecamatan. Selain itu, Badan Pusat Statistik juga
terletak didalam kecamatan tersebut. Nama desa tersebut antara lain Lae Pinang, Lae Sipola, Mukti Harapan, Mukti Jaya, Pea Jambu, dan Singkohor.
Dengan memperhatikan hal-hal tersebut maka diperlukan data-data spasial Kecamatan Singkohor yang berguna dalam pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya dan ruang di Kecamatan Singkohor yang direncanakan secara
berkelanjutan. Maka dari itu, perlu diadakan penelitian tentang evaluasi penggunaan lahan di Kecamatan Singkohor, Kabupaten Aceh Singkil.
Tujuan penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis tutupan lahan di kecamatan Singkohor dan mengetahui fungsi penggunaan lahan lain yang terdapat
di kecamatan Singkohor.
Manfaat Penelitian
1. Penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar kajian pencapaian kebijakan dan peran institusi dalam pengembangan kecamatan Singkohor di kota Aceh Singkil.
2. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai referensi guna penelitian lebih lanjut tentang pengembangan kecamatan Singkohor kota Aceh Singkil.
TINJAUAN PUSTAKA
Penggunaan Lahan
Perubahan penggunaan lahan adalah perubahan penggunaan atau aktivitas terhadap suatu lahan yang berbeda dari aktivitas sebelumnya, baik untuk tujuan komersial maupun industri (Munibah, 2008). Dephut (2008) juga menyatakan
penutupan lahan pada kawasan hutan, terutama yang terkait dengan tutupan hutan sangat dinamis dan dapat berubah dengan cepat dimana kondisi hutan semakin
menurun atau berkurang luasnya. Berdasarkan data yang ada, luas hutan selama periode 1985-1997 untuk tiga pulau besar (Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi) telah berkurang seluas ± 1,6 juta ha/tahun. Untuk periode 1997-2000 laju
pengurangan hutan di dalam kawasan hutan mencapai angka ±2,84 juta ha/tahun atau 8,5 juta ha selama 3 tahun.
Penggunaan lahan merupakan aktivitas manusia pada kaitannya dengan lahan, yang biasanya tidak secara langsung tampak dari citra. Penggunaan lahan tekah dikaji dari beberapa sudut pandang yang berlainan, sehingga tidak ada satu
defenisi yang benar-benar tepat (Purbowaseo, 1995). Penggunaan lahan berhubungan dengan kegiatan manusia pada sebidang lahan, sedangkan penutup
lahan lebih merupakan perwujudan sifat fisik obyek-obyek yang menutupi lahan tanpa mempersoalkan kegiatan manusia terhadap obyek-obyek tersebut. Satuan-satuan penutup lahan kadang-kadang juga bersifat penutup lahan alami
(Lillesand dan Kiefer, 1994).
Pemetaan penggunaan lahan dan penutup lahan sangat berhubungan
membuat keputusan yang berhubungan dengan pengelolaan sumberdaya lahan, maka data ini sangat bersifat ekonomi (Lo, 1995).
Salah satu cara evaluasi lahan adalah melakukan klasifikasi lahan untuk penggunaan tertentu. Penggolongan kemampuan lahan didasari tingkat produksi pertanian tanpa menimbulkan kerusakan dalam jangka waktu yang sangat panjang
(Sitorus, 1985).
Kenampakan tutupan lahan berubah berdasarkan waktu, yakni keadaan
kenampakan tutupan lahan atau posisinya berubah pada kurun waktu tertentu. Perubahan tutupan lahan dapat terjadi secara sistematik dan non-sistematik. Perubahan sistematik terjadi dengan ditandai oleh fenomena yang berulang, yakni
tipe perubahan tutupan lahan pada lokasi yang sama. Kecendrungan perubahan ini dapat ditunjukkan dengan peta multi waktu. Fenomena yang ada dapat dipetakan
berdasarkan seri waktu, sehingga perubahan tutupan lahan dapat diketahui. Perubahan non-sistematik terjadi karena kenampakan luasan lahan yang mungkin bertambah, berkurang, ataupun tetap. Perubahan ini pada umumnya tidak linear
karena kenampakannya berubah-ubah, baik penutupan lahan maupun lokasinya (Murcharke, 1990).
Pengembangan pertanian pada suatu daerah merupakan salah satu cara untuk meningkatkan produktifitas pertanian. Secara umum kegiatan pengembangan daerah tersebut meliputi pola pengembangan pertanian secara
tepat dan sesuai dengan potensi lahannya. Potensi lahan perlu dijabarkan secara baik agardapat digunakan sesuai dengan rencana pengembangannya
Keberhasilan penataan ruang akan ditentukan oleh seberapa besar masyarakat dapat terlibat dalam kegiatan perencanaan, pemanfaatan ruang, dan
pengendalian pemanfaatan ruang yang difasilitasi oleh Pemerintah. Sebagai tahapan pertama dari penataan ruang, maka perencanaan memegang peran strategis dan vital untuk dapat menentukan keberhasilan pemanfaatan dan serta
pengendalian pemanfaatan ruang yang efektif dan efisien. Perencanaan yang partisipatif memberikan peluang yang lebih besar untuk terciptanya pemanfaatan
ruang yang terpadu dan sinergis, proses partisipatif dalam tahapan perencanaan tata ruang saja, beserta apa peran dan kontribusi yang dapat dilakukan oleh para perencana.
Kondisi Umum Kecamatan Singkohor
Luas Kota Aceh Singkil adalah 1.857,88 km2 yang terdiri dari sebelas
kecamatan yakni kecamatan Pulau Banyak 15,02 km2, kecamatan Pulau Banyak Barat 278,63 km2, kecamatan Singkil 135,94 km2, kecamatan Singkil Utara 142,23 km2, kecamatan Kuala Baru 485,83 km2, kecamatan Simpang Kanan
289,96 km2, kecamatan Gunung Merah 224,3 km2, kecamatan Danau Paris 206,04 km2, kecamatan Suro 127,6 km2, kecamatan Singkohor 159,63 km2, dan
kecamatan Kota Baharu 232,69 km2. Kecamatan Singkohor merupakan daerah tujuan transmigrasi karena masih memiliki kawasan hutan yang cukup luas (BPS, 2014).
Data pusat statistik kecamatan Singkohor (2014) menunjukkan bahwa penggunaan lahan di kecamatan Singkohor 15.963 Ha. 11.895 Ha dipakai sebagai
Berkembangnya ekonomi di kecamatan ini membuat terjadinya perubahan fungsi lahan akibat dari kegiatan yang dilakukan oleh manusia.
• Daerah transmigrasi
Transmigrasi adalah wilayah potensial yang ditetapkan sebagai
pengembangan permukiman transmigrasi yang terdiri atas beberapa satuan kawasan pengembangan yang salah satu di antaranya direncanakan untuk
mewujudkan pusat pertumbuhan wilayah baru sebagai kawasan perkotaan baru sesuai dengan rencana tata ruang wilayah. Sedangkan ketransmigrasian adalah segala sesuatu yang berkatian dengan penyelenggaraan transmigrasi.
Tujuan dilakukannya transmigrasi di Indonesia untuk meningkatkan
kesejahteraan transmigran dan masyarakat sekitarnya, peningkatan dan
pemerataan pembangunan daerah, serta memperkukuh persatuan dan kesatuan
bangsa. Penyelenggaraan transmigrasi memiliki sasaran untuk meningkatkan
kemampuan dan produktifitas masyarakat transmigrasi, membangun kemandirian,
dan mewujudkan integrasi di permukiman transmigrasi sehingga ekonomi dan
sosial budaya mampu tumbuh dan berkembang secara berkelanjutan. • Kawasan Perkebunan
Pengertian perkebunan adalah segala kegiatan yang mengusahakan
tanaman tertentu pada tanah dan atau media tumbuh lainnya dalam ekositerm yang sesuai, mengolah dan memasarkan barang dan jasa hasil tanamana tersebut, dengan bantuan ilmu pengetahuan dan teknologi, permodalan serta menejemen
untuk mewujudkan kesejahteraan bagi pelaku usaha perkebunan dan masyarakat. Perkebunan diselenggarkan berdasarkan atas berkelanjutan, keterpaduan,
meningkatkan pedapatan masyarakat, meningkatkan penerimaan Negara, meningkatkan penerrimaan devisa, menyadiakan lapangan kerja, azas manfaat dan
keterbukaan, serta meningkatkan produktivitas, nilai tambah, dan daya saing, memenuhi kebutuhan konsumsi dan bahan baku industry dalam negri, dan mengoptimalkan pengelolaan sumberdaya alam secara berkelanjutan. Perkebunan
mempunyai fungsi ekonomi yaitu peningkatan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat serta penguatan struktur ekonomi wilayah dan nasional, fungsi ekologi
yaitu peningkatan konservasi tanah dan air, penyerap karbon, penyedia oksigen, dan penyangga kawasan lindung dan sosial budaya .
• Areal Penggunaan Lain
Berdasarkan peraturan menteri kehutanan republik Indonesia no: p.50/Menhut-II/ 2009 tentang penegasan status dan fungsi kawasan hutan
menjelaskan bahwa areal penggunaan lain adalah areal bukan kawasan hutan. Dalam hal areal penggunaan lain tidak dibebani hak atau izin yang sah dari
pejabat yang berwenang namun dalam penunjukan kawasan hutan provinsi berdasarkan hasil paduserasi TGHK dan RTRWP ditunjuk sebagai kawasan hutan, maka status areal tersebut adalah kawasan hutan.
Faktor Penyebab Terjadinya Perubahan Lahan
Faktor fisik yang mempengaruhi penggunaan dan penutupan lahan adalah
faktor-faktor yang terkait dengan kesesuaian lahannya, meliputi faktor lingkungan yang secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi pertumbuhan dan budidaya tanaman, kemudahan teknik budidaya ataupun pengolahan lahan dan
bersama akan membatasi apa yang dapat dan tidak dapat dilakukan pada sebuah bidang lahan(Gandasasmita, 2001).
Menurut Darmawan (2002), salah satu faktor utama yang menyebabkan terjadinya perubahan lahan adalah faktor sosial ekonomi masyarakat yang berhubungan dengan kelangsungan hidup mereka. Tingginya tingkat kepadatan
penduduk di suatu wilayah telah mendorong penduduk untuk membuka lahan baru dimana lahan tersebut digunakan sebagai tempet tinggal maupun sebagai
lahan-lahan budidaya.
Selain itu, faktor-faktor umum lainnya yang dapat menyebabkan terjadinya perubahan penutupan lahan adalah pertumbuhan penduduk, mata
pencaharian, aksesibilitas, dan fasilitas pendukung kehidupan serta kebijakan pemerintah (Wijaya, 2004). Tekanan dari perubahan penutupan lahan dari
tingginya kepadatan penduduk juga memberi tekanan pada hutan. Mata pencaharian penduduk di suatu wilayah berkaitan erat dengan kegiatan usaha yang dilakukan penduduk di wilayah tersebut. Perubahan penduduk yang bekerja di
bidang pertanian ini memungkinkan terjadinya perubahan penutupan lahan, khususnya budidaya. Semakin banyak penduduk yang bekerja di bidang pertanian,
maka kebutuhanakan lahan semakin meningkat. Hal ini dapat mendorong penduduk untuk melakukan kegiatan konversi lahan menjadi fungsi lain pada berbagai penutupan lahan.
Penginderaan Jarak Jauh
Penginderaan jauh (remote sensing) adalah ilmu dan seni untuk
analisis data yang diperoleh dengan suatu alat tanpa kontak langsung dengan objek, daerah, atau fenomena yang dikaji (Lilesand dkk, 2004).
Data penginderaan jarak jauh merupakan sumber paling utama data dinamis dalam sistem informasi geografis. Beberapa contoh aplikasi yang dimungkinkan oleh data penginderaan jarak jauh adalah sebagai berikut: pemetaan
tutupan lahan, analisa perubahan tutupan lahan, analisa deforestasi, ekspansi perkebunan, perkembangan kota, analisa dampak bencana, perhitungan cadangan
karbon dan emisinya, perhitungan biofisik vegetasi (kerapatan tegakan, jumlah tegakan, biomassa), serta identifikasi dan analisa infrastruktur (jumlah dan
panjang jalan, jumlah rumah, luasan pemukiman dan lain-lain)
(Ekadinata et al., 2008).
Informasi remote sensing yang dihasilkan dari citra satelit (satellite image)
untuk analisis lebih lanjutnya menggunakan SIG. Secara umum data dari penginderaan jauh agar dapat digunakan di SIG harus diinterpretasi dan dikoreksi geometrik terlebih dahulu (Jaya, 2010).
Sistem Informasi Geografis (SIG)
Perkembangan di bidang teknologi komputer telah membawa manfaat
yang sangat besar bagi penyebaran informasi. Sistem Informasi Geografi (SIG) adalah bagian dari sistem informasi yang diaplikasikan untuk data geografi atau alat data base untuk analisis dan pemetaan suatu yang terdapat dan terjadi di bumi.
SIG mulai dikenal pada tahun 1950-an. Dimana awalnya penelitian tentang SIG terbatas dikalangan peneliti-peneliti botani, meteorologi, dan transportasi. Mereka
SIG sering dianggap sebagai hasil perpaduan antara sistem komputer untuk bidang kartografi (Computer Aided Cartography) dengan teknologi basis
data (data base):
1. Pengorganisasian data dan informasi
2. Menempatkan informasi pada tempat tertentu
3. Melakukan komputasi, memberikan ilustrasi keterhubungan satu sama lainnya (koneksi) beserta analisa-analisa spasial lainnya
SIG adalah kumpulan yang terorganisir dari perangkat keras komputer, perangkat lunak, data geografi dan personel yang dirancang secara efisien untuk memperoleh, menyimpan, meng-update, manipulasi, menganalisis, dan
menampilkan semua bentuk informasi yang bereferensi geografis. Penutupan Lahan (Land Cover )
Penafsiran untuk penutupan lahan/ vegetasi dibagi kedalam tiga klasifikasi utama yaitu Hutan, Non Hutan dan Tidak ada data, yang kemudian masing-masing diklasifikasikan lagi. Kelas-Kelas penutupan lahan yaitu lahan
bervegetasi (hutan, perkebunan, semak-belukar, rumput) lahan terbuka, pemukiman dan air.
Contoh kelas penutupan lahan:
1. Hutan, polanya dengan bentuk bergerombol diantara semak dan pemukiman, ukurannya luas, berwarna hijau tua sampai gelap dengan
tekstur relative kasar.
2. Perkebunan, memilki karakter bentuk dan pola bergerombol hingga
3. Pemukiman, memiliki tekstur halus sampai kasar,warna magenta, ungu kemerahan, pola disekitar jalan utama.
4. Semak,tekstur yang relatif lebih halus daripada hutan lebat, berwarna hijau agak terang dibandingkan hutan lebat, terdapat diantara perkebunan dan ada juga berbentuk spot.
5. Rumput mempunyai tekstur yang lebih halus daripada semak. Berwarna hijau lebih terang dibandingkan dengan semak tidak terlalu luas, terdapat
diantara perkebunan dan menyebar membentuk spot.
6. Lahan terbuka mempunyai bentuk pola yang menyebar diantara hutan, pemukiman, perkebunan dan jalan, berwarna putih hingga merah jambu
dengan tekstur halus.
7. Tubuh air berwarna biru, untuk sungai dengan bentuk yang berkelok-kelok,
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian ini berada di kecamatan Singkohor, Kabupaten Aceh
Singkil, Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai dengan bulan Maret 2015.
Gambar 1. Peta lokasi penelitian
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:
a. Komputer (Personal Computer) beserta perlengkapannya.
b. Perangkat lunak, pengolahan citra,dan GIS (Envi 4,7 dan ARC GIS 10.0) c. GPS (Global Positioning System)
d. Kamera digital.
f. Manual Monogram Sumatera
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah data-data spasial
penutupan lahan Kota Administatif Aceh Singkil antara lain:
a. Citra Landsat 8 OLI tahun 2015 sumber (http://www.glovis.usgs.gov) b. Peta Dasar: peta Batas administratif, peta kawasan hutan SK 941 tahun
2013, peta badan air, dan peta jalan.
c. Data-data kependudukan Kota Administratif Aceh Singkil.
Metode Penelitian
Metode penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah pendekatan secara deskriptif. Pendekatan ini memanfaatkan data dan peta yang sudah
dikumpulkan sesuai dengan tujuan untuk di analisis. Data-data seperti peta kependudukan, peta batas administratif, dan lain sebagainya ditabulasikan dalam
bentuk basis data kemudian dideskripsikan. Prosedur penelitian
Prosedur kerja dalam penelitian ini terdiri dari beberapa tahapan yaitu:
Pengumpulan Data
1. Pengumpulan data sekunder
Sebelum dilaksanakan survey lapangan, terlebih dulu dilakukan analisis citra satelit untuk mendapatkan peta penutupan lahan misalnya hutan, perkebunan, sawah, ladang, semak belukar, pemukiman dan lahan
kosong. Kemudian dilakukan cek lapangan untuk menentukan penutupan lahan yang sebenarnya. Selain data dari citra satelit,
Kehutanan dan Perkebunan, Dinas Kehutanan, Bappeda Kabupaten dan Biro Pusat Statistik.
2. Pengumpulan data primer
Data primer yaitu data yang diambil langsung dari lapangan berupa ground chek penutupan lahan hasil dari analisis citra satelit. Data lain yang diambil untuk keperluan mendukung analisis kesesuaian lahan berupa data fisik lapangan.
Analisis dan Interpretasi Data
Data-data yang berhasil dikumpulkan akan dianalisis dengan menggunakan beberapa software (perangkat lunak) yaitu Microsoft Excel (pengolah data
numerik), Software ArcGis 10 (pengolah peta dan citra) dan Software ENVI 4.7 (pengolah citra).
Metode Analisis Citra
Analisis citra landsat TM dengan menggunakan software ENVI 4,7 dilakukan untuk mendapatkan gambaran penutupan lahan seluruh wilayah
kabupaten Aceh Singkil. Analisis ini dilakukan dengan mengelompokkan nilai-nilai pixel dalam kisaran tertentu ke dalam beberapa kelas penutupan lahan.
Metode klasifikasi yang digunakan adalah metode klasifikasi terbimbing dengan metode (Maximum Likehood Classifier) yaitu mengelompokkan citra ke dalam beberapa kelas penutupan lahan dengan mengacu pada peta dasar, dan kemudian
melakukan verifikasi lapangan untuk masing-masing penutupan lahan tersebut. Hasil dari verifikasi lapangan ini digunakan untuk membuat klasifikasi ulang,
Analisis NDVI
Proses analisis NDVI dilakukan pada citra satelit landsat 8 dengan
path/row: 129/58 yang akan melingkupi vegetasi yang terdapat di Kecamatan Singkohor. Formula NDVI merupakan rasio antara band NIR dan band Red. Saluran yang digunakan untuk mengetahui kerapatan tajuk pada citra landsat 8
adalah band 5 dan band 4 (Ginting, 2014).
Berikut merupakan formula untuk mengetahui NDVI:
NDVI = (NIR-Red) /(NIR+Red), maka NDVI = (Band 5 - Band 4) / (Band 5 + Band 4)
Survei Tanaman MPTS (Multi Purpose Tree Species)
Dilakukan kegiatan survei tanaman MPTS berdasarkan jenis di dalam lokasi penelitian. Survei ini bertujuan mendapatkan jenis tanaman yang mampu
Berikut ini adalah kerangka kegiatan penelitian:
.
Gambar 2. Diagram alur kegiatan penelitian Peta Land use
Pengolahan Citra
Data Tabulasi
Peta penggunaan lahan
Koreksi Radiometrik Koreksi Geometrik Pengolahan awal citra
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik kependudukan Kecamatan Singkohor
Pertambahan penduduk kota di Indonesia mendorong meningkatnya kegiatan kehidupan sosial dan ekonomi di kota yang selanjutnya menyebabkan kenaikan kebutuhan akan lahan. Hal ini juga terjadi di Kecamatan Singkohor yang
setiap tahun mengalami pertambahan penduduk. Berikut adalah tabel pertambahan jumlah penduduk di Kecamatan Singkohor berdasarkan Badan Pusat
Statistik Kabupaten Aceh Singkil tahun 2013:
Tabel 1. Pertambahan jumlah penduduk Kecamatan Singkohor. Tahun Jumlah Penduduk
2011 5.431
2012 5.582
2013 5.734
Dapat dilihat pada tabel diatas bahwa pada Kecamatan Singkohor setiap
tahunnya selalu mengalami peningkatan. Pertambahan jumlah penduduk, baik yang bersifat alami maupun migrasi merupakan salah satu penyebab meningkatnya jumlah
penduduk membawa pengaruh terhadap meningkatnya kebutuhan ruang.
Meningkatnya jumlah penduduk membawa pengaruh terhadap meningkatnya
kebutuhan akan permukiman, fasilitas jalan, fasilitas kesehatan, fasilitas pendidikan,
dan fasilitas pelayanan umum dan lainnya (Harahap, 2010).
Perubahan penggunaan lahan adalah peralihan fungsi lahan dari fungsi
tertentu menjadi fungsi lainnya, misalnya dari sawah berubah menjadi pemukiman atau tempat usaha, dari sawah kering berubah menjadi sawah irigasi atau yang
merubah lahan. Tingginya angka kelahiran dan perpindahan penduduk dari desa maupun perkotaan memberikan pengaruh yang besar pada perubahan penggunaan
lahan ( Harahap, 2010).
Pertambahan jumlah penduduk selalu diikuti oleh pertambahan tuntutan akan ruang untuk tempat tinggal dan kemudian juga adanya pertambahan volume
dan frekuensi kegiatan yang diikuti oleh pertumbuhan tuntutan ruang untuk mengakomodasi kegiatan – kegiatan yang baru (Wulangsari dan Pradoto, 2013).
Oleh karena itu pertambahan penduduk di Kecamatan Singkohor juga mempengaruhi perubahan penggunaan lahan di Kecamatan tersebut.
Penggunaan lahan merupakan fenomena berdimensi fisik-sosial- ekonomi
yang keberadaannya dipengaruhi oleh aktivitas manusia, oleh karena itu keberadaannya bersifat dinamis. Ketersedian lahan yang terbatas dengan jumlah
penduduk yang bertambah terus menerus serta semakin kompleksnya aktivitas manusia menyebabkan karakteristik penggunaan lahan semakin variatif.
Sumberdaya lahan sangat penting untuk kelangsungan hidup manusia
karena diperlukan dalam setiap kegiatan manusia, seperti untuk pertenian, industri, daerah pemukiman, jalan untuk transportasi, dan daerah yang dipelihara kondisi
alamnya untuk tujuan ilmiah. Banyaknya kegiatan di suatu wilayah dapat mempengaruhi penggunaan lahan di suatu tempat atau wilayah. Berdasarkan Badan Pusat Statistik (2013), di Kabupaten Aceh Singkil terdapat 3 sektor
lapangan usaha pekerjaan yaitu sektor pertanian atau perkebunan, sektor manufaktur atau industri dan sektor bidang jasa. Berikut adalah tabel rincian
Tabel 2. Jumlah penduduk berumur 15 tahun keatas yang bekerja menurut lapangan usaha pekerjaan utama di Kabupaten Aceh Singkil tahun 2008 – 2013.
Berdasarkan tabel di atas jumlah penduduk yang bekerja paling banyak berada pada sektor pertanian atau perkebunan. Harahap (2010) menyatakan bahwa
faktor – faktor yang mempengaruhi perubahan penggunaan lahan adalah topografi dan potensi yang ada di masing – masing daerah. Banyaknya jumlah penduduk
yang bekerja pada sektor ini disebabkan karena potensi yang ada di Kabupaten Aceh Singkil cocok untuk penggunaan lahan pertanian ataupun perkebunan.
Selain itu penduduk yang bekerja pada sektor jasa umumnya
diklasifikasikan menjadi dua, yakni jasa yang bersifat kelembagaan dan jasa non-kelembagaan. Jasa kelembagaan meliputi lahan untuk perkantoran, tempat
pendidikan/sekolah atau kampus, rumah sakit, dan bank. Jasa non-kelembagan adalah perhotelan. Dan jumlah pekerja yang paling sedikit berada pada sektor industri.
Bentuk penggunaan lahan suatu wilayah terkait dengan pertumbuhan penduduk dan aktivitasnya. Semakin meningkatnya jumlah penduduk dan
makin meningkat jumlahnya dan kedua berkaitan dengan meningkatnya tuntutan akan mutu kehidupan yang lebih baik (Wadyanti, 2010).
Hasil Analisis Citra
Citra komposit 654-RGB dari landsat 8 pada perekaman tahun 2015 telah dipotong sesuai dengan daerah batas kecamatan Singkohor. Selanjutnya
dikonversi kedalam data layer, kemudian diolah pada program ArcGis. Citra landsat 8 OLI hasil dari kombinasi band diklasifikasi berdasarkan hasil interpretasi citra melalui rona, bentuk dan tekstur citra. Pada citra landsat 8 selanjutnya dilakukan analisis dengan klasifikasi terbimbing dan setelah itu dapat dihitung akurasi dari hasil klasifikasi yang telah dilakukan.
Klasifikasi penutupan lahan pada citra landsat dilakukan dengan cara digitasi on screen (digitasi pada layar). Menurut Sambah dan Zainul (2008) dalam
Sirait (2014) digitasi on screen adalah proses merubah data analog atau data digital yang berformat raster (jpeg, tiff, gif, dll) yang ada pada layar komputer menjadi data digital berformat vektor (shp, dwg, dxf) dan mempunyai data atribut.
Gambar 3. Peta Tutupan Lahan Kecamatan Singkohor Tahun 2015
Dalam menginterpretasi citra dapat menggunakan monogram Sumatera yang disesuaikan dengan kondisi kawasan di kecamatan Singkohor yang telah diperoleh saat survey di lapangan. Selain itu, aplikasi Google Earth juga dapat
digunakan sebagai bahan acuan dalam menginterpretasi citra. Dalam aplikasi ini dapat dilihat fungsi penggunaan lahan secara langsung. Setelah dilakukan analisis
citra maka dapat dilihat hasil akhir berupa peta penutupan lahan di kecamatan Singkohor pada tahun 2015.
Berdasarkan pengujian hasil klasifikasi spektral citra satelit terhadap uji
lapangan digunakan uji akurasi dengan confusion matrix / matriks kesalahan yaitu matriks bujur sangkar yang memuat jumlah piksel yang telah diklasifikasi.
semua elemen dalam matriks untuk menguji ketelitian dari interpretasi citra yang sudah dilakukan. Nilai Kappa Accuracy dari klasifikasi tutupan lahan di
kecamatan Singkohor tahun 2015 adalah 93,37%.
Hasil Klasifikasi Tutupan Lahan
Hasil interpretasi citra landsat 8 OLI berformat RGB (band 654) dengan
klasifikasi terbimbing (supervisied classification) menggunakan metode (Maximum likelihood classifier) atau metode peluang maksimum dimana dalam
klasifikasi ini diperlukan suatu penciri kelas dari masing-masing kelas tutupan lahan. Pengkelasan ini menggunakan bentuk training sampel yang bersifat sebaran normal (distribusi normal) yaitu semua sebaran / distribusi pola tanggapan
spektral penutup lahan yang dianggap atau diasumsikan sebagai vektor rata-rata atau dan kovarian matrix. Dari metode tersebut, maximum likelihood classifier
mampu membedakan penggunaan lahan yang ada di kecamatan Singkohor menjadi 7 tipe penggunaan lahan. Luas penutupan lahan di kecamatan Singkohor dapat dilihat lebih jelas pada tabel berikut.
Tabel 3. Penggunaan Lahan di Kecamatan Singkohor tahun 2015
Penggunaan Lahan Luas (ha) Persen (%)
Lahan Terbuka 5.491,57 31,06
Perkebunan 4.585,41 25,93
Kawasan Hutan 4.046,67 22,89
Badan Air 3.040,29 17,19
Semak Belukar 427,9 2,42
Pemukiman 83,7 0,47
Sawah 2,61 0,014
Total 17.678.15 100
Kecamatan Singkohor merupakan salah satu kecamatan yang berada
memiliki luas mencapai 5.491,57 Ha atau menempati sekitar 31,06% dari luas total kecamatan Singkohor. Selain itu tipe penggunaan lahan dengan wilayah luas
kedua adalah perkebunan. Umumnya masyarakat setempat menggunakan tanaman Sawit sebagai komoditi utama dari lahan perkebunan mereka. Tipe penggunaan lahan perkebunan memiliki luasan sekitar 4.585,41 Ha atau sekitar 25,93% dari
luas total kecamatan Singkohor. Selanjutnya tipe penggunaan lahan berupa kawasan hutan menempati urutan ketiga dengan luas 4.046,67 Ha atau sekitar
22,89% dari luas total kecamatan Singkohor.
Badan air menempati urtan keempat dengan luas 3.040,29 Ha atau sekitar 17,19% dari luas total kecamatan Singkohor. Selain itu tipe penggunaan lahan
yang lain adalah sawah dengan luas 2,61 Ha, pemukiman dengan luas 83,7 Ha, dan semak belukar dengan luas 427,9 Ha. Keberadaan badan air di kecamatan
Singkohor menjadi faktor yang sangat penting dikarenakan keberadaan badan air dapat menjadi bahan pertimbangan dalam mengubah fungsi penggunaan lahan seperti pemukiman dan sawah. Selain itu, badan air juga pada dasarnya menjadi
elemen pendukung dalam suatu penggunaan lahan.
Kebanyakan penggunaan lahan seperti lahan terbuka dikhususkan untuk
diubah menjadi fungsi penggunaan lain menjadi perkebunan (sawit). Luas lahan kosong diusahakan untuk penggunaan lahan lain yang semakin luas. Berdasarkan hasil survei yang dilakukan dapat dimungkinkan jika daerah kawasan hutan
mendukung untuk tempat tumbuh tanaman kelapa sawit sehingga perubahan penggunaan lahan banyak menjadi perkebunan (sawit). Hal ini sesuai dengan
Sehubungan dengan fungsinya sebagai sumber hara, tanah merupakan faktor fisik lahan yang paling sering dimodifikasi agar penggunaan lahan yang diterapkan
mendapatkan hasil yang maksimal.
Pengaruh Aksesibilitas dalam Perubahan Penggunaan Lahan
Tingginya tingkat kepadatan penduduk di suatu wilayah telah mendorong
penduduk membuka lahan baru dan selain itu juga penduduk membangun jalan sehingga memudahkan aksesibilitas. Berikut peta jalan kecamatan Singkohor:
Gambar 4. Peta Akses Jalan Kecamatan Singkohor
Berdasarkan peta di atas dapat disimpulkan bahwa akses jalan melewati
yang menyatakan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi perubahan penutupan lahan di suatu wilayah aksesibilitas. Dengan membangun jaringan jalan
maka akan lebih memudahkan dalam proses perubahan penggunaan lahan.
Haryani (2011) dalam Sirait (2014) menyatakan bahwa bebebrapa kajian dan penelitian telah dilakukan untuk menganalisis faktor-faktor penyebab
terjadinya perubahan penggunaan lahan. Beberapa hal yang diduga sebagai penyebab proses perubahan penggunaan lahan antara lain: (1) Besarnya tingkat
urbanisasi dan lambatnya proses pembangunan di pedesaan, (2) Meningkatnya jumlah kelompok golongan berpendapatan menengah hingga atas di wilayah perkotaan yang berakibat tingginya permintaan terhadap pemukiman
(komplek-komplek perumahan), (3) Terjadinya transformasi di dalam struktur perekonomian yang pada gilirannya akan menggeser kegiatan pertanian / lahan
hijau khususnya di perkotaan, (4) Terjadinya fragmentasi pemilikan lahan menjadi satuan-satuan usaha dengan ukuran yang secara ekonomi tidak efisien.
Penggunaan Lahan berdasarkan SK.941/Menhut-II/2013
Hutan primer yang berada di kecamatan Singkohor merupakan tutupan lahan yang saat ini banyak mengalami tekanan dibandingkan dengan tipe tutupan
Gambar 5. Peta Penggunaan Lahan SK 941/Menhut-II/2013 Kecamatan Singkohor
Berdasarkan SK 941/Menhut-II/2013 terdapat dua fungsi kawasan yang
ada di kecamatan Siongkohor yaitu Hutan Produksi Konversi (HPK) dan Areal Penggunaan Lain (APL). Berikut adalah tabel luas masing fungsi kawasan yang ada di kecamatan Singkohor:
Tabel 4. Luas Fungsi Kawasan Kecamatan Singkohor
Fungsi Kawasan Luas (Ha)
HPK 6.022,665
APL 11.655,485
Dari tabel diatas Hutan Produksi Konversi (HPK) menempati sekitar
34,07% dari luas total kecamatan Singkohor dan Areal Penggunaan Lain (APL) sebesar 65,93%. Berdasarkan fungsi kawasan tersebut keberadaan kawasan hutan
lahan berupa kawasan hutan berada dalam fungsi kawasan Hutan Produksi Konversi (HPK).
Pada fungsi kawasan Areal Penggunaan Lain (APL) perubahan penggunaan lahan dapat berubah berdasarkan beberapa faktor. Faktor yang mempengaruhi perubahan tutupan lahan tersebut kemungkinan dapat disebabkan
seperti dalam kutipan Barlowe (1978) dalam Sirait (2014) yang menyatakan bahwa dalam menentukan penggunaan lahan terdapat empat faktor penting yang
perlu dipertimbangkan yaitu: faktor fisik lahan, faktor ekonomi, dan faktor kelembagaan. Selain itu, faktor kondisi sosial budaya juga akan mempengaruhi pola penggunaan lahan. Berdasarkan faktor tersebut, Areal Penggunaan Lain
sebagian besar dikonversi dan dikelola menjadi areal budidaya seperti perkebunan masyarakat.
Hubungan Kerapatan Tajuk dan Penggunaan Lahan
Indeks vegetasi merupakan pengukur empiris dari aktivitas vegetasi. Data ini telah sering digunakan untuk memantau secara global variasi spasial dan
temporal yang terjadi pada vegetasi dengan ketepatan yang tinggi ( Aqsar, 2009). Pada dasarnya indeks vegetasi mencoba menonjolkan saluran spektral yang peka
pada variasi kerapatan tumbuhan.
Proses analisis NDVI dilakukan pada citra satelit landsat 8 dengan path/row: 129/58 dimana akan melingkupi keadaan vegetasi yang ada di kecamatan Singkohor. Formula NDVI merupakan rasio antara band NIR dan band Red yang dimana pada citra landsat 8 merupakan band 5 dan band 4
Tabel 5. Tingkat kerapatan tajuk berdasarkan nilai NDVI:
Tingkat kerapatan Kisaran nilai NDVI Estimasi kerapatan kanopi
Jarang (-1) – 0,32 <50%
Sedang >0,32 - 0,42 50-70%
Rapat >0,42 - 1 >70%
Nilai NDVI memiliki hubungan terhadap keberadaan vegetasi di permukaan bumi dan dapat menunjukkan kondisi vegetasi. Nilai NDVI berkisar
antara (-1) hingga +1. Nilai NDVI rendah menunjukkan tingkat vegetasi yang rendah seperti awan, air, tanah kosong, bangunan, dan unsur non-vegetasi lainnya.
Sedangkan nilai NDVI yang tinggi (positif) menunjukkan tingkat vegetasi hijau yang tinggi. Jadi nilai indeks vegetasi yang lebih besar dihubungkan dengan semakin tingginya tingkat kesuburan penutupan vegetasi.
Nilai NDVI dari citra landsat 8 OLI pada citra perekaman tahun 2015 pada berbagai penggunaan lahan adalah sebagai berikut:
Tabel 6. Kisaran nilai NDVI berbagai penggunaan Lahan pada lokasi penelitian
Penggunaan lahan Nilai NDVI Tingkat kerapatan Badan air (-0,329503) - 0,237620 Vegetasi jarang
Pemukiman - Lahan terbuka 0,237620 - 0,349552 Vegetasi jarang Semak - Sawah 0,349552 - 0,427905 Vegetasi sedang Perkebunan 0,427905 - 0,487602 Vegetasi rapat Kawasan hutan 0,487602 - 0,621921 Vegetasi rapat
Berdasarkan tabel diatas transformasi nilai dengan kelas kerapatan vegetasi jarang adalah (-0,329503) – 0,237620 dimana tipe tutupan lahannya
transformasinya adalah 0,427905 – 0,621921 dimana tipe tutupan lahannya berupa lahan perkebunan dan kawasan hutan.
Berdasarkan data yang ada, rasio nilai tertinggi yaitu 0,621, rasio nilai terendah yaitu (-0,329) dan nilai indeks rata-rata yaitu 0,453. Dari data tersebut dapat diasumsikan bahwa kondisi vegetasi di kecamatan Singkohor cukup baik
karena luas penggunaan lahan yang cukup mendominasi adalah perkebunan dan kawasan hutan seluas 8.632,08 ha dan sudah mewakili tingkat kerapatan vegetasi
yang cukup rapat pada lokasi penelitian. Hal ini didukung oleh pernyataan Thoha (2006) yang menyatakan bahwa semakin tinggi nilai NDVI maka tutupan
lahan berupa vegetasi yang menempati suatu kawasan semakin rapat dan nilai
NDVI yang rendah menunjukkan kondisi vegetasi suatu kawasan tidak rapat dan bahkan tidak bervegetasi.
Berikut peta kerapatan tajuk di kecamatan Singkohor:
Inventarisasi Tanaman MPTS (Multi purpose Tree Species)
Jenis-jenis tanaman unggulan MPTS (Multi purpose Tree Species) kini telah menjadi salah satu sumber pendapatan masyarakat dan dampaknya lebih eksis daripada jenis eksotis yang hanya semata-mata hanya untuk menghasilkan
kayu, sehingga tidak heran jika jenis unggulan MPTS lebih disukai masyarakat. Hal ini dikarenakan jenis MPTS mempunyai fungsi ganda (multi purpose) sejak
memasuki umur produktif selain hasil hutan non kayu berupa buah-buahan, getah, nira, sabut dan sebagainya, setelah dewasa dan tidak produktif lagi pohonnya dapat ditebang dan dimanfaatkan kayunya untuk dijual (Suyanto, dkk, 2009).
Berdasarkan hasil survey yang telah dilakukan terdapat 15 jenis tanaman MPTS yang terdapat di lokasi penelitian. Berikut adalah jenis tanaman MPTS
hasil survey pada lokasi penelitian: Tabel 7. Jenis-Jenis tanaman MPTS.
No. Jenis MPTS Nama Latin
1 Cempedak Arthocarpus champeden
2 Durian Durio zibethinus
3 Jambu air Syzygium aqueum
4 Jambu biji Psidium guajava
5 Jambu bol Syzygium malaccense
6 Jengkol Pithecellobium jiringa
7 Kakao Theobroma cacao
8 Kedondong Spondias dulcis
9 Kelengkeng Dimocarpus longan
10 Langsat Lansium domesticum
11 Mangga Mangifera indica
12 Melinjo Gnetum gnemon
13 Nangka Artocarpus heterophyllus
14 Rambutan Nepheium lappaccium
15 Sawo Manilkara kauki
Pada dasarnya syarat tumbuh suatu tanaman ditentukan oleh tiga faktor utama yang merupakan ASPEK LINGKUNGAN, yakni :
• Jenis media tanam (jenis tanah, kedalaman tanah, ph tanah, dll) • Ketinggian tempat (dataran rendah, dataran tinggi, pegunungan, dll)
Tipe penggunaan lahan yang paling besar luasannya adalah lahan terbuka
yang seluas 5.491,57 Ha. Cukup luasnya lahan terbuka ini kemungkinan terjadi karena konversi lahan menjadi areal budidaya seperti perkebunan masyarakat. Keterlambatan pengelolaan lahan terbuka dapat menyebabkan tumbuhnya semak
dan mengeringnya lahan sehingga menyebabkan lahan menjadi kritis.
Berdasarkan tiga faktor tersebut, dapat diasumsikan bahwa jenis-jenis
tanaman yang didapat (survey) memiliki keunggulan dalam beberapa hal dibandingkan dengan tanaman eksotik lainnya. Keunggulan tersebut antara lain berasal dari habitat aslinya, telah teruji dan mampu beradaptasi dengan
lingkungan, bernilai melestarikan keanekaragaman hayati, dan secara finansial memiliki nilai ekonomis yang tinggi serta disukai oleh masyarakat. Suyanto, dkk
(2009) menyatakan bahwa jenis-jenis tanaman MPTS akan lebih prospektif memberikan peluang bagi keberhasilan kegiatan rehabilitasi lahan kritis jika ditawarkan sebagai jenis-jenis pohon yang digunakan untuk rehabilitasi. Sehingga
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Pada tahun 2015 penggunaan lahan terbesar lahan terbesar pada lokasi penelitian yaitu pada tipe lahan terbuka dengan total luasan 5.491,57 Ha atau sekitar 31,06% dari total luasan, sedangkan kawasan hutan hanya sekitar
4.046,67 atau sekitar 22,89% dari total luasan. Dimana kawasan hutan di lokasi penelitian diperkirakan akan semakin berkurang dikarenakan konversi
penggunaan lahan menjadi tipe penggunaan lahan lain seperti perkebunan. 2. Tingkat kerapatan tajuk (NDVI) di lokasi penelitian bervariasi dengan rasio
nilai tertinggi yaitu 0,621, rasio nilai terendah yaitu -0,329 dan nilai indeks
rata-rata yaitu 0,453. Dari data tersebut dapat diasumsikan bahwa kondisi vegetasi di kecamatan Singkohor cukup baik.
3. Berdasarkan hasil survey yang telah dilakukan didapat 15 jenis tanaman MPTS yang memiliki keunggulan antara lain telah teruji dan mampu beradaptasi dengan lingkungan sehingga tanaman MPTS lebih prospektif
dalam kegiatan rehabilitasi lahan.
Saran
1. Karena interpretasi dilakukan secara visual dengan digitasi on screen, maka kemampuan interpreter harus ditingkatkan untuk memperoleh hasil interpretasi yang lebih akurat.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, T.S. 1993. Survey Tanah dan Evaluasi Lahan. Penebar Swadaya. Jakarta.
Aqsar, Z., E. 2009. Hubungan Ketinggian dan Kelerengan Dengan Tingkat Kerapatan Vegetasi Menggunakan Sistem Informasi Geografis di Taman Nasional Gunung Leuser. [Skripsi]. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Medan.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Aceh Singkil. 2014. Kecamatan Singkohor Dalam Angka Tahun 2014.
Balai Pemantapan Kawasan Hutan. 2014. Peta Administrasi Kabupaten Aceh Singkil. Singkohor. Nanggroe Aceh Darusalam
Darmawan, A. 2002. Perubahan Penutupan Lahan di Cagar Alam Rawa Danau. Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Dephut, 2008. Status Kepemilikan Lahan pada Kawasan Pantai dan Hutan Mangrove. Diakses dari http://dephut.go.id [12 Maret 2015]
Ekadinata, A., S. Dewi, D. P. Hadi, D. K. Nugroho, dan F. Johana. 2008. Sistem Informasi Geografis untuk Pengelolaan Bentang Lahan Berbasis Sumber Daya Alam. World Agroforestry Centre (ICRAF). Bogor.
Gandasasmita, 2001. Perubahan Penggunaan Lahan dan Pengaruhnya Terhadap Perubahan Situ (studi kasus kota Depok). [Tesis]. Sekolah Pasacasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Ginting, Yohanes R. S. 2014. Analisis Tingkat Kerusakan Mangrove Berdasarkan NDVI dan Kriteria Baku di Kawasan Hutan Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang. [Skripsi]. Fakultas Kehutanan Universitas Sumatera Utara. Medan.
Harahap, A. Analisis Perubahan Tata Guna Lahan Terhadap Ketersediaan Lahan dan Terhadap Migrasi Penduduk. Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara. Medan.
Hardjowigeno, S. 1993. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. Akapres. Jakarta.
Jaya, N. 2010. Analisis Citra Digital : Perspektif Penginderaan Jarak Jauh untuk Pengelolaan Sumber Daya Alam. IPB. Bogor.
Lillesand, T.M., dan R.W. Kiefer. 1994. Remote Sensing and Image Interpretation. New York.: John Wiley&Son, Inc,.
Lillesand, T.M., dan R.W. Kiefer. 1990. Penginderaan Jauh dan Interpretasi Citra (Di Indonesia-kan oleh Dulbahri, P. Suharsono, Hartono, Dkk). UGM Press. Yogyakarta.
Lillesand, T. M.,dan R. W. Kiefer., Chipman, J. W. 2004. Remote Sensing and Image Interpretation (Edisi Kelima). John Willey and Sons Inc. New York.
Lo, C.P. 1995. Penginderaan Jauh Tahapan. Terjemahan. Universitas Indonesia. Jakarta
Munibah, K. 2008. Geomorfologi Tanah dan Aplikasinya untuk Pembangunan Nasional. Makalah Orasi Ilmiah, disampaikan dalam rangka Dies Natalies ke-44 Fakultas Geografi UGM. Yogyakarta.
Sirait, Rohana M. 2014. Analisis Perubahan Penutupan Kawasan Hutan Mangrove di Kecamatan Percut Sei Tuan Antara Tahun 2011 Dengan 2014. [Skripsi]. Fakultas Kehutanan Universitas Sumatera Utara. Medan.
Sitorus, S.R.P. 1985. Evaluasi Sumber Daya Lahan. Tarsito. Bandung.
Suryadi,S. 2007. Buletin Jejak Leuser; Penegakan hokum di TNGL bukan basa basi. Balai Taman Nasional Gunung Leuser. Volume 3 No.7 tahun 2007. Medan.
Suyanto, Yusanto, N. Hafizianor. 2009. Inventarisasi Jenis-Jenis Pohon Bermanfaat Ganda Unggulan Lokal (Multi Purpose Tree Species) Berdasarkan Kondisi Ekologisnya Dalam Rangka Upaya Rehabilitasi Lahan Kritis di Kabupaten Banjar. Jurnal Hutan Tropis Borneo. Fakultas Kehutanan Unlam Banjarbaru. Banjarmasin.
Thoha, Achmad Siddik. Tesis. Penggunaan Penginderaan Jarak Jauh dan Sistem Informasi Geografis untuk deteksidan Prediksi Kebakaran Gambut di Kabupaten Bengkalis propinsi Riau. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Wadyanti, R. 2010. Formulasi Model Pengaruh Perubahan Tata Guna Lahan Terhadap Angkutan Kota di Depok. Jurnal Tata Guna Lahan. Depok.
LAMPIRAN
1. Monogram Citra Landsat Kecamatan Singkohor Band 6 5 4 (Landsat 8)
No. Tipe Penutup lahan Kode Kunci Penafsiran Monogram 1. Tubuh Air - Pola tidak teratur
2. Kawasan Hutan - Tekstur agak kasar
sampai dengan kasar - Pola tidak teratur - Biasanya areal cukup
luas - Pola tidak teratur - pada dataran rendah s/d curam
- Tekstur agak kasar - Pola seragam, adanya
5. Perkebunan
Seluruh kawasan perkebunan, baik yang
sudah ditanami
- Tekstur agak halus dan agak kasar - Warna biru bercak merah muda
- Tekstur agak kasar - Bentuk tidak beraturan
- Pola tidak teratur - topografi landai s/d curam
3. Dokumentasi Tanaman MPTS (Multi Purpose Tree Species) pada lokasi penelitian.
a. Cempedak (Arthocarpus champeden) b. Melinjo (Gnetum gnemon)
c. Mangga (Mangifera indica) d. Rambutan (Nepheium lappaccium)
g. Nangka (Artocarpus heterophyllus) h. Kakao (Theobroma cacao)
i. Jambu air (Syzygium aqueum) j. Sawo (Manilkara kauki)
m. Kedondong (Spondias dulcis) n. Jengkol (Pithecellobium jiringa)
o. Jambu air (Syzygium aqueum)
4. Hasil evaluasi kontingensi citra Kecamatan Singkohor tahun 2015
No. Kelas Lahan Kawasan Hutan
Pemukiman Perkebunan Lahan terbuka
Semak belukar
Sawah Badan air 1 Kawasan
Hutan
1703 0 5 0 0 0 0
2 Pemukiman 0 13 0 7 0 0 0
3 Perkebunan 20 0 1008 0 0 0 0
4 Lahan terbuka
6 0 7 868 0 0 1
5 Semak belukar
0 0 1 8 62 0 0
6 Sawah 0 0 0 0 0 9 0
No. Kelas lahan Producer’s Accuracy (%) User’s accuracy (%)
1 Kawasan hutan 92,905 94,78
2 Pemukiman 100 65
3 Perkebunan 95,24 95,975
4 Lahan terbuka 97,305 97,88
5 Semak belukar 100 87,32
6 Sawah 100 100
7 Badan air 98,18 56,25