• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Terhadap Kemampuan Kerjasama dan Hasil Belajar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Terhadap Kemampuan Kerjasama dan Hasil Belajar"

Copied!
62
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP KEMAMPUAN KERJASAMA DAN HASIL BELAJAR (Studi Eksperimen pada Siswa Kelas XI Semester Genap SMA Negeri 1

Bangunrejo Kabupaten Lampung Tengah Tahun Pelajaran 2013/2014 Pada Materi Pokok Sistem Pertahanan

Tubuh Manusia)

Oleh

SARVIA TRISNIATI

Hasil observasi di SMA Negeri 1 Bangunrejo Lampung Tengah menunjukkan bahwa kemampuan kerjasama dan hasil belajar siswa masih rendah. Oleh karena itu, perlu kegiatan pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan kerjasama dan hasil belajar siswa. Salah satunya dengan menggunakan model Jigsaw. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model Jigsaw dalam meningkatkan kemampuan kerjasama dan hasil belajar siswa.

(2)

Sarvia Trisniati

iii

Pertahanan Tubuh kemudian dianalisis secara statistik dengan menggunakan uji-t dan uji U.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan model Jigsaw dapat

meningkatkan kemampuan kerjasama siswa dengan rata-rata berkriteria baik yaitu 75,00. Siswa menunjukkan tingkat kontribusi dengan kriteria “cukup” (67,58 ± 0,00) dengan ikut menyampaikan pendapatnya ketika proses diskusi. Siswa menunjukkan kemampuan pemecahan masalah (problem solving) berkriteria “cukup” (68,37 ± 1,66) dengan berusaha aktif mencari solusi untuki setiap masalah dalam proses diskusi. Siswa menunjukkan sikap (attitude) dengan kriteria “baik” (83,60 ± 4,42) dengan tidak memberikan kritik yang negatif terhadap pendapat yang disampaikan oleh anggota yang lain. Siswa menunjukkan tingkat fokus pada tugas (focus on the task) dengan kriteria “baik” (81,84 ± 0,28) sehingga siswa dapat memahami tugas yang diberikan. Siswa menunjukkan kemampuan bekerja dengan yang lain (working with others) dengan kriteria “cukup” (73,64 ± 1,38) dengan mendengarkan dan mempertimbangkan pendapat anggota lain serta tidak mengambil alih proses diskusi. Hasil belajar siswa mengalami peningkatan, dengan rata-rata nilai N-gain (60,43± 14,57) dengan kriteria sedang. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa

penggunaan model Jigsaw berpengaruh dalam meningkatkan kemampuan kerjasama dan hasil belajar siswa pada materi Sistem Pertahanan Tubuh Manusia.

(3)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP KEMAMPUAN KERJASAMA DAN HASIL BELAJAR

(Studi Eksperimen pada Siswa Kelas XI Semester Genap SMA Negeri 1 Bangunrejo Kabupaten Lampung Tengah Tahun Pelajaran

2013/2014 Pada Materi Pokok Sistem Pertahanan Tubuh Manusia)

Oleh

SARVIA TRISNIATI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Biologi

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)
(5)
(6)
(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kalirejo, Lampung Tengah pada 30 Oktober 1992. Penulis adalah putri kelima dari lima bersaudara pasangan Surip Udi Winarno dengan Sartinem. Penulis beralamat di desa Sinarsari, Kecamatan Kalirejo Kabupaten Lampung Tengah. Penulis memiliki nomor handphone 085758929792, dan email sarvia_trisniati@yahoo.com.

Pendidikan yang penulis tempuh adalah SD Negeri 1 Sinarsari (1998-2004), SMP Negeri 1 Kalirejo (2004-2007) dan SMA Negeri 1 Kalirejo (2007-2010). Pada Juli 2010, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Pendidikan Biologi FKIP Unila melalui jalur ujian tulis Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).

(8)

PERSEMBAHAN

Segala puji hanya milik Allah SWT, atas rahmat dan nikmat yang tak terhitung. Sholawat serta salam selalu tercurah kepada Rasulullah Muhammad SAW.

Kupersembahkan karya ini sebagai tanda bakti dan cinta kasihku kepada:

Ibu (Sartinem) dan ayah (Surip udi Winarno) tercinta, yang telah mendidik dan membesarkanku dengan doa, kesabaran dan limpahan kasih sayang, selalu menguatkanku, mendukung segala

langkahku menuju keberhasilan dan kebahagian.

Kakak- kakakku (Supriyanto, Saryanti, Sarmiyatun, dan Sarwati Ningsih) tersayang, yang selalu memberikan bantuanya ketika aku dalam kesulitan, memotivasiku dan menyayangiku.

Oppa, yang senantiasa memberikan dukungan dan selalu menemaniku ketika aku dalam kesulitan.

(9)

----

Moto

----

“Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum, sampai ia mengubah keadaan yang ada pada dirinya ”

___Allah SWT. (Q.S Ar-rad:11)___

“ Todo es facil si sabes como hacerlo (Everything is easy if you know how to do it).”

___Jorge Lorenzo___

“Rencana Allah itu lebih baik dari rencana mu, jadi tetaplah berjuang dan berdoa, hingga kau kan menemukan bahwa ternyata memang Allah memberikan yang terbaik untukmu”

___Muhammad Agus___

“Jangan pernah iri dengan kesuksesan orang lain, just do your best, “believe” rezeki tidak akan pernah tertukar.”

(10)
(11)

SANWACANA

Puji Syukur kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan nikmat-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan sebagai salah satu syarat dalam meraih gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan MIPA FKIP Unila. Skripsi ini berjudul “PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TIPE JIGSAW TERHADAP KEMAMPUAN KERJASAMA DAN HASIL BELAJAR PADA MATERI POKOK SISTEM PERTAHANAN TUBUH MANUSIA (Studi Eksperimen Pada Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Bangunrejo Semester Genap Tahun Pelajaran 2013/2014 Pada Materi Pokok Sistem

Pertahanan Tubuh)”.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari peranan dan bantuan berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung; 2. Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan PMIPA FKIP Universitas Lampung; 3. Dr. Tri Jalmo, M. Si., selaku Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan

dan motivasi hingga skripsi ini dapat selesai;

(12)

xii

5. Drs. Hi. Arwin Achmad, M.Si., selaku Pembahas atas saran-saran perbaikan dan motivasi yang sangat berharga;

6. Syarief Hamka, S.Pd., selaku Kepala SMA Negeri 1 Bangunrejo dan

Muharom, S.Pd., selaku guru mitra, yang telah memberikan izin dan bantuan selama penelitian serta motivasi yang sangat berharga;

7. Seluruh dewan guru, staf, dan siswa-siswi kelas XI IPA 2 dan XI IPA 3 SMA Negeri 1 Bangunrejo atas kerjasama yang baik selama penelitian berlangsung; 8. Partner terbaik Dira Tiara, terima kasih untuk kebersamaan, semangat yang

diberikan, dan segala bantuan yang telah diberikan;

9. Sahabat-sahabatku Mila Vanalita, Eli Komariah, mbak Sefty Goestira, Marettha Ania, Rahma Nurul, Destya Norrahmah, dan Rika Purwanti, terima kasih atas kebersamaan dan kekeluargaan luar biasa yang terjalin hingga saat ini;

10.Rekan-rekan seperjuangan (Mahasiswa Pendidikan Biologi 2010), kakak tingkat Pendidikan Biologi FKIP UNILA dan teman- teman KKN dan PPL terima kasih atas persahabatan yang kalian berikan;

11.Semua pihak yang membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Akhir kata, semoga skripsi yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.

Bandar Lampung, November 2014 Penulis

(13)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

IV.HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 41

B. Pembahasan ... 45

V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 53

(14)

xvi

DAFTAR PUSTAKA ... 55

LAMPIRAN 1. Silabus ... 60

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 64

3. Lembar Kerja Siswa ... 74

4. Soal Pretest dan Posttest ... 134

5. Lembar Observasi ... 147

(15)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel

1. Kriteria poin peningkatan kelompok ... 15

2. Lembar observasi kemampuan kerjasama siswa ... 34

3. Keterangan aspek kemampuan kerjasama siswa ... 35

4. Kriteria peningkatan N-gain... ... 36

5. Kriteria skor kemampuan kerjasama siswa ... 40

6. Kemampuan kerjasama siswa kelas eksperimen dan kontrol ... 41

7. Hasil uji statistik nilai pretest, posttest dan N-gain Hasil Belajar siswa ... ... 42

8. Hasil uji statistik rata-rata N-gain indikator hasil belajar kognitif (C2, C3, dan C4) pada siswa... ... 43

(16)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Hubungan antara variabel bebas dan terikat ... 8 2. Hubungan antara kelompok asal dan kelompok ahli ... 14 3. Desain penelitian pretes-postes kelompok non ekuivalen. ... 26 4. Jawaban siswa untuk indikator kognitif C4 (LKS kelas Jigsaw

(17)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kualitas pendidikan di Indonesia masih tergolong rendah. Hal ini tercermin berdasarkan hasil Olimpiade Sains Nasional (OSN) yang diikuti siswa SMA/MA. Hasil OSN Bandung misalnya pada tahun 2013, siswa dengan peringkat pertama untuk biologi memperoleh nilai 60 lebih rendah dibandingkan nilai untuk siswa peringkat pertama mata pelajaran lain misalnya kimia yang memperoleh nilai 70 (Suratman, 2013: 4). Hal yang sama juga terjadi pada hasil OSN pontianak tahun 2014, siswa dengan peringkat pertama untuk biologi memperoleh nilai 50. Hal ini lebih kecil dibandingkan nilai peringkat pertama untuk mata pelajaran kimia yang memperoleh nilai 93 (Nazaruddin, 2014: 9). Hal ini menunjukkan masih rendahnya kualitas pembelajaran yang berdampak pada rendahnya hasil belajar siswa.

(18)

2

auditori, bila terlalu lama pembelajaran akan membosankan, susah untuk mengetahui sejauh mana siswa dapat memahami materi yang disampaikan, dan metode ceramah membuat siswa bersikap pasif (Sanjaya, 2012: 1). Sikap pasif siswa dalam pembelajaran tentu berdampak pada rendahnya kemampuan kerjasama siswa.

Rendahnya hasil belajar dan kemampuan kerjasama siswa juga terjadi di SMA Negeri 1 Bangunrejo Lampung Tengah yang diketahui berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru biologi kelas XI SMA Negeri 1 Bangunrejo tahun ajaran 2012/2013 sekitar 39% siswa memperoleh hasil belajar kognitif pada materi sistem pertahanan tubuh manusia yang masih di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan yaitu 73 dengan rata- rata nilai ulangan harian 69.

Kurangnya kerjasama antar siswa SMA Negeri 1 Bangunrejo tercermin ketika proses diskusi berlangsung. Pada proses diskusi semua anggota belum terlibat secara aktif. Siswa yang pandai masih mendominasi proses diskusi.

(19)

3

sehingga akan berdampak pada rendahnya hasil belajar siswa pada materi tersebut. Hal ini penting untuk dicarikan solusinya agar memperbaiki kualitas pembelajaran dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia sebagai hasil dari meningkatnya kualitas pemahaman dan kemampuan siswa.

Salah satu model pembelajaran yang diduga dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan mengembangkan kemampuan kerjasama siswa adalah model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Lie (2008: 27) menjelaskan bahwa Jigsaw didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Model

pembelajaran tipe Jigsaw ini lebih menekankan pada pentingnya interaksi dan kerjasama dalam suatu tim. Setiap anggota kelompok akan ditugaskan untuk mempelajari salah satu bagian dari materi, tetapi semua siswa dalam

kelompok akan bertanggung jawab untuk mengetahui semua materi. Oleh karena itu, menjadi penting bagi semua anggota tim untuk bekerja sama. Siswa saling tergantung satu dengan yang lain dan harus bekerja sama secara kooperatif untuk mempelajari materi yang ditugaskan. Menurut Hamalik (2002: 172) kemampuan kerjasama dalam proses belajar merupakan salah satu faktor penting yang dapat mendukung ketercapaian kompetensi pembelajaran siswa.

(20)

4

kerjasama kelompok. Selanjutnya berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ristiani (2011: 51) diketahui bahwa rata-rata N-gain siswa kelas eksperimen (pembelajaran dengan model Jigsaw) lebih tinggi dibandingkan rata-rata N-gain kelas kontrol (pembelajaran dengan metode diskusi). Hal ini

menunjukkan bahwa model pembelajaran Jigsaw efektif terhadap hasil belajar aspek kognitif siswa. Merujuk pada penelitian terdahulu tersebut, terlihat bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat meningkatkan kemampuan kerjasama siswa dan hasil belajar siswa.

Berdasarkan uraian di atas, maka perlu diadakan penelitian dengan judul

“Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw terhadap Kemampuan

Kerjasama dan Hasil Belajar Siswa pada Materi Pokok Sistem Pertahanan Tubuh Manusia (Studi Eksperimen pada Siswa Kelas XI Semester Genap SMA Negeri 1 Bangunrejo Kabupaten Lampung Tengah Tahun Pelajaran

2013/2014)”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Bagaimanakah pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw terhadap kemampuan kerjasama siswa?

(21)

5

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui:

1. Pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw terhadap kemampuan kerjasama siswa.

2. Pengaruh signifikan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dalam meningkatkan hasil belajar siswa.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini sebagai berikut:

1. Bagi peneliti, dapat memberikan wawasan dan pengalaman bagi peneliti sebagai calon guru biologi yang profesional, terutama dalam merancang dan melaksanakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.

2. Bagi guru, dapat menjadi alternatif untuk menggunakan model Jigsaw lagi sehingga dapat mengembangkan kemampuan kerjasama siswa dan

meningkatkan hasil belajar siswa.

3. Bagi siswa, dapat memberikan pengalaman belajar yang berbeda sehingga diharapkan mampu melatih, mengasah, serta mengembangkan kemampuan siswa dalam bekerjasama.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Untuk menghindari anggapan yang berbeda terhadap masalah yang akan dibahas maka peneliti membatasi masalah sebagai berikut.

(22)

6

kelompok asal; (2) memberi tugas kepada masing- masing anggota untuk mempelajari salah satu bagian materi pembelajaran; (3) membentuk kelompok ahli; (4) diskusi kelompok ahli; (5) dikusi kelompok asal; (6) penyajian hasil diskusi kelompo; (7) kuis secara individual (dimodifikasi dari Amri dan Ahmadi, 2010: 96-97).

2. Hasil belajar yang diukur adalah hasil belajar kognitif yang diperoleh berdasarkan nilai pretes dan postes.

3. Kemampuan kerjasama yang diamati dalam penelitian mencakup lima indikator, yaitu: (1) Contributions (Berkontribusi dalam tim), (2) Problem solving (Penyelesaian masalah), (3) Attitude (Sikap), (4) Focus on the task (Fokus pada tugas), dan (5) Working with others (Bekerja dengan yang lain). Kemampuan kerjasama ini diukur melalui observasi saat proses pembelajaran berlangsung.

4. Subjek penelitian adalah siswa kelas XI IPA 2 dan XI IPA 3 semester genap SMA Negeri 1 Bangunrejo Kabupaten Lampung Tengah Tahun Pelajaran 2013/2014.

5. Materi pokok yang diteliti adalah Sistem Pertahanan Tubuh Manusia

dengan kompetensi dasar “Menjelaskan mekanisme pertahanan tubuh

terhadap benda asing berupa antigen dan bibit penyakit”

F. Kerangka Pikir

(23)

7

meningkatkan hasil belajar dan juga dapat mengukur kemampuan siswa misalnya kemampuan kerjasama yaitu dengan menggunakan model pembelajaran. Setiap model pembelajaran memiliki konsep untuk mengembangkan kemampuan siswa yang berbeda. Oleh karena itu, guru dituntut untuk mampu memilih dan menggunakan model pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan siswa yang akan diukur.

Model pembelajaran kooperatif Jigsaw dapat digunakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa dan kemampuan kerjasama siswa. Jigsaw menggunakan konsep diskusi kelompok, setiap anggota kelompok akan selalu terlibat dalam diskusi dan akan bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan. Model Jigsaw menuntut tim ahli menguasai materi yang ditugaskan sehingga dapat digunakan untuk mengetahui hasil yang diperoleh dari diskusi tersebut. Kerjasama antar individu sangat diperlukan dikarenakan akan menentukan keberhasilan kelompok, dengan begitu diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar kognitif siswa sehingga tingkat ketuntasan belajar siswa 100% . Dengan tercapainya seluruh tujuan pembelajaran berarti proses pembelajaran sudah efektif.

(24)

8

Hubungan antar variabel dalam penelitian ini digambarkan dalam diagram berikut:

Keterangan: X= Model pembelajaran tipe Jigsaw; Y1 = hasil belajar siswa; Y2 = kemampuan kerjasama siswa.

Gambar 1. Hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat

2 Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

1. Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw berpengaruh dalam meningkatkan kemampuan kerjasama siswa.

2. Ho = Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw tidak berpengaruh signifikan terhadap hasil belajar siswa pada materi pokok sistem pertahanan tubuh manusia.

H1 = Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw berpengaruh signifikan terhadap hasil belajar siswa pada materi pokok sistem pertahanan tubuh manusia.

X

Y1

(25)

9

I. TINJAUAN PUSTAKA

A. Model Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif berasal dari bahasa Inggris cooperative learning. Isjoni (2010: 15) menyatakan bahwa cooperative learning berasal dari kata cooperative yang artinya mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dan saling membantu satu sama lainnya sebagai satu kelompok. Menurut Slavin (dalam Isjoni, 2010: 15), pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dengan sistem belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil yang berjumlah 4-6 orang secara kolaboratif sehingga dapat

merangsang siswa lebih bergairah dalam belajar. Menurut Isjoni (2010:21) tujuan utama dalam penerapan pembelajaran kooperatif adalah:

Agar peserta didik dapat belajar secara berkelompok bersama teman- temannya dengan cara saling menghargai pendapat dan memberikan kesempatan kepada orang lain untuk mengemukakan gagasannya dengan menyampaikan pendapat mereka secara berkelompok.

Sebuah pembelajaran kooperatif dalam kelas mengharuskan kelompok siswa berusaha untuk mencapai tujuan bersama di mana semua anggota kelompok bertanggung jawab satu sama lain. Ada banyak pendekatan untuk

(26)

10

mereka untuk berkolaborasi bersama-sama pada suatu tugas, selanjutnya mereka menyerahkan laporan. Hal ini disebut pendekatan ' belajar bersama '. Sebuah pendekatan yang lebih formal untuk membagi kelas menjadi

beberapa kelompok, dan memberikan tanggung jawab kepada setiap anggota kelompok untuk mempelajari bagian dari topik, mengajarkan bagiannya kepada anggota kelompok yang lain, dan juga belajar dari mereka (Biggs dan Watkins, 1995: 36-37).

Selain itu, pembelajaran kooperatif menurut Trianto (2010: 56) muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan temannya. Siswa secara rutin bekerja dalam kelompok untuk memecahkan masalah-masalah yang

kompleks. Jadi, menurutnya hakikat sosial dan penggunaan kelompok sejawat menjadi aspek utama dalam pembelajaran kooperatif.

Selanjutnya Arends (dalam Trianto 2010: 65-66), berpendapat bahwa pembelajaran kooperatif memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajar.

2. Kelompok dibentuk dari siswa yang mempunyai kemampuan tinggi, sedang, dan rendah.

3. Bila memungkinkan, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku dan jenis kelamin yang beragam.

(27)

11

mempelajari materi yang diberikan guru dalam rangka memperoleh hasil yang optimal dalam belajar.

B. Model Pembelajaran Jigsaw

Dalam model Jigsaw, siswa ditempatkan dalam kelompok- kelompok kecil yang terdiri 5 anggota. Setiap kelompok diberi informasi yang membahas salah satu topik dari materi pelajaran mereka saat itu. Dari informasi yang diberikan pada setiap kelompok ini, masing- masing anggota harus

mempelajari bagian- bagian yang berbeda dari informasi tersebut. Setelah mempelajari informasi tersebut dalam kelompoknya masing- masing, setiap anggota yang mempelajari bagian- bagian ini berkumpul dengan anggota- anggota dari kelompok- kelompok lain yang juga menerima bagian- bagian materi yang sama. Jadi, dalam metode Jigsaw, siswa bekerja kelompok selama dua kali, yakni dalam kelompok mereka sendiri dan dalam “kelompok

ahli”. Setelah masing- masing anggota menjelaskan bagiannya masing-

masing kepada teman- teman satu kelompoknya, mereka bersiap untuk diuji secara individu (biasanya dengan kuis). Skor yang diperoleh setiap anggota dari hasil ujian/ kuis individu ini akan menentukan skor yang diperoleh kelompok mereka (Huda, 2013: 120-122).

(28)

kelompok-12

kelompok. Setiap anggota kelompok akan ditugaskan untuk mempelajari salah satu bagian dari materi, tetapi semua siswa dalam kelompok akan bertanggung jawab untuk mengetahui semua materi. Oleh karena itu, menjadi penting bagi semua anggota tim untuk bekerja sama, tidak hanya

mengajarkan satu sama lain apa yang telah mereka pelajari, tetapi juga memperluas pengetahuan satu sama lain dengan mengajukan pertanyaan dan menawarkan saran. Tidak ada kompetisi tim atau hadiah. Pada akhir

pelajaran Jigsaw, setiap siswa diberikan kuis oleh guru (Biggs dan Watkins, 1995: 38).

Jigsaw didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap

memberikan dan mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompoknya yang lain. Dengan demikian, siswa saling tergantung satu dengan yang lain dan harus bekerja sama secara kooperatif untuk mempelajari materi yang ditugaskan (Lie, 2008: 27).

Pada model pembelajaran tipe Jigsaw, terdapat kelompok asal dan kelompok ahli. Kelompok asal yaitu kelompok induk siswa yang beranggotakan siswa dengan kemampuan, asal, dan latar belakang keluarga yang beragam.

Kelompok asal merupakan gabungan dari beberapa ahli. Kelompok ahli yaitu kelompok siswa yang terdiri dari anggota kelompok asal yang berbeda yang ditugaskan untuk mempelajari dan mendalami topik tertentu dan

(29)

13

kemudian dijelaskan kepada anggota kelompok asal. Para anggota dari tim-tim yang berbeda dengan topik yang sama bertemu untuk diskusi (tim-tim ahli) saling membantu satu sama lain tentang topik pembelajaran yang ditugaskan kepada mereka. Kemudian siswa-siswa itu kembali pada tim / kelompok asal untuk menjelaskan kepada anggota kelompok yang lain tentang apa yang telah mereka pelajari sebelumnya pada pertemuan tim ahli (Amri dan Ahmadi, 2010: 95).

Model Jigsaw memberikan siswa dengan kesempatan untuk secara aktif terlibat dalam proses belajar. Jigsaw dapat meningkatkan efektivitas dengan meminta pertanggungjawaban kepada setiap individu untuk kinerja kelompok (Lucas, dalam Maden, 2011: 913). Dalam teknik Jigsaw, siswa adalah peserta dari dua kelompok yang berbeda yaitu kelompok asal dan kelompok ahli. Pada awalnya, para siswa berkumpul di kelompok asal dan masing-masing peserta dalam kelompok asal mempelajari bagian dari topik sebagai

"spesialis", dan mengajarkan untuk / nya teman-temannya pada saat yang sama ( Doymus, Simsek, dan Bayrakceken, dalam Maden, 2011: 913).

(30)

14

materi kepada anggota lain dari kelompok mereka (Wang, dalam Mengduo dan Xiaoling, 2010: 113-114).

Variasi lain dari teknik ini adalah bahwa siswa menyelesaikan "lembar ahli" untuk dijelaskan kembali ke kelompok asal. Jigsaw dikatakan mampu meningkatkan belajar siswa karena kurang mengancam bagi banyak siswa, meningkatkan jumlah partisipasi siswa di dalam kelas, mengurangi

kebutuhan akan daya saing, dan mengurangi dominansi guru dalam kelas." Akibatnya, strategi Jigsaw berhasil dapat mengurangi keengganan siswa untuk berpartisipasi dalam kegiatan kelas dan membantu menciptakan suasana aktif yang berpusat pada peserta didik. (Longman Dictionary, dalam Mengduo dan Xiaoling, 2010: 114).

Hubungan yang terjadi antar kelompok asal dan kelompok ahli digambarkan oleh Arrends dalam Ainy (2000: 15) sebagai berikut:

(31)

15

Adapun rencana pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw ini diatur secara instruksional sebagai berikut (Slavin, 1995: 30):

1. Membaca: siswa memperoleh topik-topik ahli dan membaca materi tersebut untuk mendapatkan informasi.

2. Diskusi kelompok ahli: siswa dengan topik-topik ahli yang sama bertemu untuk mendiskusikan topik tersebut.

3. Diskusi kelompok asal: ahli kembali ke kelompok asalnya untuk menjelaskan topik pada kelompoknya.

4. Kuis: siswa memperoleh kuis individu yang mencakup semua topik 5. Penghargaan kelompok: penghitungan skor kelompok dan menentukan

penghargaan kelompok.

Penghargaan kelompok diberikan berdasarkan poin peningkatan kelompok. Untuk menentukan poin peningkatan kelompok digunakan rumus:

Jumlah poin peningkatan individu setiap kelompok Pk =

Banyaknya anggota kelompok Pk = Poin peningkatan kelompok

Tabel 1. Kriteria poin peningkatan kelompok

Peningkatan Penghargaan

(32)

16

Selain itu, Langkah- langkah yang dapat dilakukan dalam model pembelajaran Jigsaw (Hanafiah dkk, 2010: 44) sebagai berikut: a. Peserta didik dikelompokkan ke dalam 4 anggota tim. b. Setiap orang dalam tim diberi bagian materi yang berbeda. c. Setiap orang dalam tim diberi bagian materi yang ditugaskan.

d. Anggota dari tim yang berbeda yang telah mempelajari bagian/ bab- bab yang sama bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk

mendiskusikan sub bab mereka.

e. Setelah selesai, diskusi sebagai tim ahli setiap anggota kembali ke kelompok asal dan bergantian mengajar teman satu tim mereka tentang sub bab yang mereka kuasai dan setiap anggota lainnya mendengarkan. f. Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi .

g. Guru memberi evaluasi. h. Penutup.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Jhonson dan Jhonson (dalam Rusman, 2012: 219) tentang pembelajaran kooperatif model Jigsaw yang hasilnya menunjukkan bahwa interaksi kooperatif memiliki pengaruh positif terhadap perkembangan anak. Pengaruh positif tersebut adalah:

a. Meningkatkan hasil belajar. b. Meningkatkan daya ingat.

c. Dapat digunakan untuk mencapai taraf penalaran tingkat tinggi. d. Mendorong tumbuhnya motivasi intrinsik (kesadaran individu). e. Meningkatkan hubungan antarmanusia yang heterogen.

(33)

17

g. Meningkatkan sikap positif terhadap guru. h. Meningkatkan harga diri anak.

i. Meningkatkan perilaku penyesuaian sosial yang positif. j. Meningkatkan keterampilan hidup bergotong-royong.

C. Hasil Belajar Kognitif

Belajar adalah suatu proses perubahan di dalam kepribadian manusia, dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir, dan lain-lain kemampuan (Hakim, 2008: 1). Sedangkan menurut Sudirman (1986: 20), belajar

merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengar, meniru dan lain sebagainya.

Proses belajar akan menghasilkan hasil belajar. Namun harus juga diingat, meskipun tujuan pembelajaran dirumuskan secara jelas dan baik, belum tentu hasil pengajaran yang diperoleh mesti optimal. Karena hasil yang baik itu dipengaruhi oleh komponen-komponen yang lain, dan terutama bagaimana aktivitas siswa sebagai subjek belajar (Sudirman,1986: 49).

(34)

18

belajar. Dengan demikian hasil belajar adalah perubahan yang terjadi pada individu setelah mengalami pembelajaran.

Dalam KTSP ketuntasan belajar meliputi aspek kognitif, psikomotorik dan afektif. Nilai ketuntasan belajar untuk aspek pengetahuan (kognitif)

dinyatakan dalam bentuk bilangan bulat, dengan rentang 0 -100. Setiap satuan pendidikan dapat menentukan KKM untuk setiap mata pelajaran yang dilakukan oleh forum guru pada awal tahun pelajaran. Forum guru

menentukan KKM melalui analisis kriteria ketun-tasan belajar minimal pada setiap kompetensi dasar (KD). Adapun penetapannya harus memperhatikan tingkat kompleksitas (kesulitan dan kerumitan) setiap KD yang harus dicapai oleh siswa, tingkat kemampuan (intake) rata-rata siswa pada sekolah yang bersangkutan, dan kemampuan sumber daya pendukung dalam

penyelenggaraan pembelajaran (BNSP, 2006: 53).

Secara umum, ranah kognitif hasil belajar dapat diukur menggunakan tes tertulis dan/atau tes lisan. Dalam pengukuran hasil belajar ranah kognitif mayoritas menggunakan tes tertulis. Proses tahapan mengkonstruksi tes tertulis secara garis besar yaitu: mengkaji kurikulum, mengembangkan indikator dan kisi-kisi, menulis item soal, uji validasi konsep,

revisi/perbaikan, uji validasi empiris, seleksi soal, dan penyajian tes. Tes tertulis merupakan tes dimana soal dan jawaban yang diberikan kepada peserta didik dalam bentuk tulisan (Suryantini, 2011: 1).

(35)

19

non verbal, (2) informasi fakta dan pengetahuan verbal, (3) konsep dan prinsip, dan (4) pemecahan masalah dan kreatifitas. Informasi non verbal dikenal atau dipelajari dengan cara penginderaan terhadap objek-objek dan peristiwa-peristiwa secara langsung. Informasi fakta dan pengetahuan verbal dikenal atau dipelajari dengan cara mendengarkan orang lain dan dengan jalan membaca. Semuanya itu penting untuk memperoleh konsep-konsep. Selanjutnya, konsep-konsep itu penting untuk membentuk prinsip-prinsip. Kemudian prinsip-prinsip itu penting di dalam pemecahan masalah atau di dalam kreativitas (Slameto, 1991: 131).

Berdasarkan rumusan Bloom (dalam Dimyati dan Mudjiono, 2002: 23-28) aspek kognitif terdiri dari 6 jenis perilaku sebagai berikut :

1. Remember, mencakup ingatan tentang hal yang telah dipelajari dan tersimpan dalam ingatan.

2. Understand, mencakup kemampuan menangkap arti dan makna hal yang dipelajari.

3. Apply, mencakup kemampuan menerapkan metode dan kaidah untuk menghadapi masalah yang nyata dan baru.

4. Analyze, mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan ke dalam bagian-bagian sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik. 5. Evaluate, mencakup kemampuan membentuk pendapat tentang beberapa

hal berdasarkan kriteria tertentu.

(36)

20

D. Kemampuan Kerjasama

Kerjasama dalam proses belajar mengajar merupakan salah satu faktor

penting yang dapat mendukung ketercapaian kompetensi pembelajaran siswa. Pengajaran yang efektif adalah pengajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melakukan aktivitas sendiri (Hamalik, 2002: 172).

Sedangkan menurut William Burton ada 2 jenis kerjasama kelompok: 1. Kerja kelompok untuk memecahkan suatu proyek atau masalah memiliki

langkah- langkah sebagai berikut: merasa ada/ timbul masalah, identifikasi dan analisis masalah, diseminasi tugas, aktivitas kelompok, penyelidikan oleh kelompok, dan konklusi.

2. Diskusi kelompok untuk memecahkan suatu masalah yang menimbulkan berbagai pendapat.

Kemudian, agar kerja kelompok berjalan baik, perlu diperhatikan beberapa prinsip berikut:

1. Peserta didik perlu mengenal dan memahami tujuan, rencana, masalah, dan manfaat untuk mereka.

2. Setiap anggota memberikan masukan-kontribusi.

3. Setiap individu merasa bertanggung jawab pada kelompok. 4. Dikembangkan peran serta dan kerjasama secara efektif.

5. Perlu dicapai prosedur yang demokratis dalam perencanaan, pelaksanaan, penyelesaian, dan pembuatan keputusan.

(37)

21

7. Gunakan evaluasi terhadap kemajuan kelompok dalam berbagai segi; social, aktivitas, kepemimpinan, dan sebagainya.

8. Diusahakan menimbulkan perubahan konstruktif pada kelakuan seseorang. 9. Setiap anggota merasa puas dan aman dalam kelompok kelas.

Maka, pada setiap pengajaran, guru hendaknya menciptakan suasana sosial yang membangkitkan kerja sama diantara peserta didik dalam menerima pelajaran sehingga pengajaran terlaksana lebih efektif dan efisien (Rohani, 2004: 25-26).

Beberapa siswa dalam menyelesaikan tugas mungkin merasa dieksploitasi dan bahkan mereka harus bekerja lebih keras karena anggota tim lainnya kurang berkontribusi dalam kerjasama kelompok. Perilaku yang tidak memenuhi norma dalam kerjasama tim diantaranya tidak mendengarkan orang lain dan tidak mendamaikan ide-ide dan pendapat yang berbeda, mendominasi diskusi tim, dan menekan orang lain untuk menerima perspektif mereka. Kebutuhan untuk mendidik siswa sebagai norma-norma tim yang dibutuhkan adalah salah satu kunci untuk mencapai pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana terlibat dalam kerja sama tim (Arabella, 2007: 61).

(38)

22

kedua memandang tim sebagai sarana untuk memajukan pengetahuan individu dan kolektif mereka.

Teamwork didefinisikan oleh Scarnati (2001: 5) "sebagai suatu proses kerja sama yang memungkinkan orang biasa untuk mencapai hasil yang luar biasa". Harris dan Harris (1996: 23) juga menjelaskan bahwa tim memiliki tujuan bersama atau tujuan di mana anggota tim dapat mengembangkan hubungan timbal balik untuk mencapai tujuan tim. Individu yang bekerja bersama dalam lingkungan kooperatif untuk mencapai tujuan tim bersama melalui berbagi pengetahuan dan keterampilan. Hal ini menunjukkan bahwa salah satu elemen penting dari sebuah tim adalah fokusnya menuju tujuan bersama dan tujuan yang jelas (Fisher, Hunter, dan Macrosson, dalam Pina dan Joe, 2002: 641).

Kerja sama tim yang sukses bergantung pada sinergisme yang ada antara semua anggota tim yang menciptakan lingkungan agar semua anggota bersedia untuk berkontribusi dan berpartisipasi dalam rangka memelihara lingkungan tim yang efektif. Anggota tim harus cukup fleksibel untuk beradaptasi dengan lingkungan kerja kooperatif agar tujuan dapat dicapai melalui kolaborasi dan saling ketergantungan sosial ketimbang individual atau tujuan kompetitif (Luca dan Tarricone, dalam Pina dan Joe, 2002: 641).

(39)

23

a. Komitmen terhadap keberhasilan tim dan tujuan bersama

Anggota tim berkomitmen untuk keberhasilan tim dan tujuan bersama mereka untuk proyek tersebut. Tim sukses termotivasi, terlibat dan bertujuan untuk mencapai pada tingkat tertinggi.

b. Interdependensi

Anggota tim perlu menciptakan suatu lingkungan agar mereka bersama-sama dapat memberikan kontribusi jauh lebih banyak daripada sebagai individu. Sebuah tim saling tergantung positif yang memungkinkan tim untuk mencapai tujuan mereka pada tingkat jauh lebih unggul. Individu mempromosikan dan mendorong anggota tim mereka sesama untuk mencapai, berkontribusi, dan belajar.

c. Keterampilan Interpersonal

Keterampilan ini mencakup kemampuan untuk membahas permasalahan secara terbuka dengan anggota tim, jujur, dapat dipercaya, mendukung dan menunjukkan rasa hormat dan komitmen terhadap tim dan kepada individu tersebut. Membina lingkungan kerja yang peduli termasuk kemampuan untuk bekerja secara efektif dengan anggota tim lainnya.

d. Komunikasi Terbuka dan umpan balik positif

Aktif mendengarkan dan menghargai kontribusi anggota tim akan

(40)

24

e. Komposisi tim yang tepat sangat penting dalam pembentukan tim sukses Tim anggota harus sepenuhnya menyadari peran tim mereka spesifik dan memahami apa yang diharapkan dari mereka dalam hal kontribusi mereka terhadap tim.

(41)

25

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2014 di SMA Negeri 1 Bangunrejo, Kabupaten Lampung Tengah.

B. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI semester genap SMA Negeri 1 Bangunrejo Tahun Pelajaran 2013/2014 yang terdiri atas 3 kelas. Sampel dalam penelitian ini adalah kelas XI IPA 3 (sebagai kelas eksperimen) dan kelas XI IPA 2 (sebagai kelas kontrol) yang dipilih dengan teknik pengambilan sampel bertujuan khusus (purposive sampling) (Sugiyono, 2009: 83).

C. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian dengan desain pretes-postes kelas non ekuivalen. Kelas eksperimen (kelas XI IPA 3) diberi perlakuan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, sementara kelas kontrol (kelas XI IPA 2) diberi perlakuan dengan metode diskusi. Setelah itu, kedua kelas diberi

(42)

26

Struktur desain penelitian ini adalah sebagai berikut:

Kelompok Pretes Perlakuan Postes

I O1 X O2

II O1 C O2

Keterangan:

I = Kelas eksperimen (kelas XI IPA 3) II = Kelas kontrol (kelas XI IPA 2)

X = Perlakuan di kelas eksperimen dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw

C = Perlakuan di kelas kontrol dengan metode diskusi O1 = Pretes

O2 = Postes

Gambar 3. Desain penelitian pretes-postes kelompok non ekuivalen (dimodifikasi dari Riyanto, 2001: 43).

D. Prosedur Penelitian

Penelitian ini terdiri dari dua tahap, yaitu prapenelitian dan pelaksanaan penelitian. Adapun langkah-langkah dari tahap tersebut yaitu sebagai berikut: 1) Prapenelitian

Kegiatan yang dilakukan pada prapenelitian sebagai berikut: a. Membuat surat izin penelitian ke sekolah tempat diadakannya

penelitian.

b. Mengadakan observasi ke sekolah tempat diadakannya penelitian, untuk mendapatkan informasi tentang keadaan kelas yang menjadi subjek penelitian.

c. Menetapkan sampel penelitian untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol.

(43)

27

e. Membuat instrumen penelitian yaitu soal pretes/postes dan lembar observasi kemampuan kerjasama siswa.

f. Membentuk kelompok diskusi bersifat heterogen pada kelas

eksperimen dan kontrol berdasarkan nilai akademik siswa semester ganjil. Setiap kelompok terdiri dari 4-5 siswa.

2) Pelaksanaan Penelitian

Kegiatan penelitian dilaksanakan dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw untuk kelas eksperimen dan metode diskusi untuk kelas kontrol. Penelitian ini dilaksanakan sebanyak dua kali pertemuan dengan langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut:

a. Kelas Eksperimen (Pembelajaran dengan Model Jigsaw) a. Kegiatan Awal

1) Siswa mengerjakan soal tes awal (pretes) dalam bentuk uraian untuk materi pokok sistem pertahanan tubuh pada manusia. 2) Guru memberikan apersepsi kepada siswa.

a. Pertemuan I

” Sewaktu kita kecil kita sering bermain di tempat kotor.

Seperti bermain tanah, mengapa kita tidak sakit ketika bermain tanah? Padahal di tanah banyak sekali terdapat kuman dan bakteri?”

b. Pertemuan II

“Kita sudah tahu bahwa kita mempunyai organ luar yang

(44)

28

bagaimana jika bakteri dapat lolos dari perlindungan organ luar? Bagaimana respon dalam tubuh kita?”

3) Guru memberikan motivasi kepada siswa a. Pertemuan I

”Dengan mempelajari materi ini kita dapat mengetahui

bagaimana tubuh kita melawan bibit penyakit yang akan masuk ke dalam tubuh. Kalian akan tahu bahwa kita memiliki pelindung dalam tubuh kita.”

b. Pertemuan II

”Dengan mempelajari materi ini kita dapat mengetahui

bahwa sistem pertahanan tubuh merupakan sistem yang sangat penting karena dapat melindungi tubuh kita dari berbagai bibit penyakit.”

4) Siswa mendengarkan tujuan pembelajaran yang harus dicapai siswa diakhir pembelajaran. Siswa mendengarkan penjelasan guru mengenai langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.

b. Kegiatan Inti

1) Siswa diminta duduk dalam kelompoknya masing- masing 4 orang (pembagian kelompok dilakukan pada hari sebelumnya, yang terdiri dari 8 kelompok yang heterogen berdasarkan tingkat intelegensi dan jenis kelamin).

(45)

29

3) Siswa ditempatkan ke dalam kelompok ahli sesuai dengan warna kartunya, yaitu siswa yang memiliki kartu merah berkumpul membentuk kelompok ahli pertama, siswa yang memiliki kartu hijau berkumpul membentuk kelompok ahli kedua, siswa yang memiliki warna kartu oranye berkumpul membentuk kelompok ahli ketiga, dan siswa yang memiliki warna kartu biru berkumpul membentuk kelompok ahli keempat.

4) Setiap anggota kelompok memperoleh lembar ahli sesuai dengan jumlah anggota kelompoknya

a. Pertemuan I: sistem pertahanan tubuh non spesifik dan kelainan pada sistem pertahan non spesifik.

b. Pertemuan II: sistem pertahanan tubuh spesifik dan kelainan pada sistem pertahanan tubuh spesifik. 5) Kemudian siswa dalam kelompok ahli berdiskusi untuk

mengerjakan lembar ahli dengan dibimbing dan diawasi oleh guru.

6) Masing- masing anggota kelompok ahli kembali ke kelompok asal dan setiap kelompok asal diberikan lembar asal. Setiap anggota ahli menginformasikan hasil diskusi dengan anggota kelompok asal. Dalam kegiatan ini, siswa saling melengkapi dan berinteraksi antara yang satu dengan yang lainnya. 7) Salah satu kelompok asal diminta oleh guru untuk

(46)

30

tidak presentasi, mendengarkan presentasi dan dapat

membandingkan hasil diskusi untuk menambahkan informasi dan melengkapi jawaban.

8) Guru memberikan evaluasi dari hasil tugas kelompok yang telah dikerjakan oleh siswa.

9) Guru mengadakan penguatan dengan menjelaskan materi yang belum dipahami oleh siswa.

c. Kegiatan Penutup

1) Siswa bersama guru menyimpulkan ide-ide penting dari pembelajaran.

2) Siswa mengerjakan tes akhir (postes).

3) Siswa memperhatikan penyampaian guru tentang rencana pembelajaran pada pertemuan selanjutnya.

b. Kelas Kontrol (Pembelajaran dengan Metode Diskusi) a. Kegiatan Awal

1) Siwa mengerjakan soal tes awal (pretes) dalam bentuk uraian untuk materi pokok sistem pertahanan tubuh pada manusia. 2) Siswa diberikan apersepsi oleh guru.

a. Pertemuan I

” Sewaktu kita kecil kita sering bermain di tempat kotor.

(47)

31

b. Pertemuan II

“Kita sudah tahu bahwa kita mempunyai organ luar yang

dapat melindungi kita dari berbagai bakteri dan virus. Lalu bagaimana jika bakteri dapat lolos dari perlindungan organ luar? Bagaimana respon dalam tubuh kita?”

3) Siswa memperoleh motivasi dari guru a. Pertemuan I

” Dengan mempelajari materi ini kita dapat mengetahui

bagaimana tubuh kita melawan bibit penyakit yang akan masuk ke dalam tubuh. Kalian akan tahu bahwa kita memiliki pelindung dalam tubuh kita.”

b. Pertemuan II

” Dengan mempelajari materi ini kita dapat mengetahui

bahwa sistem pertahanan tubuh merupakan sistem yang sangat penting karena dapat melindungi tubuh kita dari berbagai bibit penyakit.”

2) Siswa mendengarkan materi yang akan dipelajari dan tujuan pembelajaran serta karakter yang harus dicapai siswa diakhir pembelajaran.

b. Kegiatan Inti

1) Siswa diminta duduk dalam kelompoknya masing- masing (setiap kelompok terdiri dari 4- 5 anggota).

(48)

32

a. Pertemuan I: sistem pertahanan tubuh non spesifik dan kelainan pada sistem pertahan non spesifik.

b. Pertemuan II: sistem pertahanan tubuh spesifik dan kelainan pada sistem pertahanan tubuh spesifik. 3) Setiap siswa mulai mengkaji literatur dan mengumpulkan

informasi dari berbagai sumber untuk menyelesaikan LKS dari guru.

4) Siswa berdiskusi, saling mengemukakan pendapat, dan bekerjasama dengan teman sekelompoknya untuk mendiskusikan LKS tersebut.

5) Setiap kelompok mengumpulkan LKS yang sudah dikerjakan. 6) Setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusinya dan

kelompok yang belum presentasi mendengarkan dengan rasa hormat dan perhatian, kemudian dapat mengajukan pertanyaan, memberikan tanggapan, serta mengemukakan pendapatnya. 7) Guru memberikan evaluasi dari hasil tugas kelompok yang

telah dikerjakan oleh siswa.

8) Guru mengadakan penguatan dengan menjelaskan materi yang belum dipahami oleh siswa.

c. Kegiatan Penutup

1) Siswa bersama guru menyimpulkan ide-ide penting dari pembelajaran.

(49)

33

3) Siswa memperhatikan penyampaian guru tentang rencana pembelajaran pada pertemuan selanjutnya.

E. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data

Jenis dan teknik pengumpulan data pada penelitian ini sebagai berikut: 1. Jenis Data

a. Data Kuantitatif

Data kuantitatif yaitu berupa skor hasil belajar kognitif siswa yang diperoleh dari nilai pretes dan postes.

b. Data Kualitatif

Data kualitatif dalam penelitian ini adalah deskripsi kemampuan kerjasama oleh siswa selama pembelajaran.

2. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah sebagai berikut: a) Pretes dan Postes

(50)

34

S = x 100

Keterangan:

S = Nilai yang diharapkan (dicari); R = Jumlah skor dari item atau soal yang dijawab benar; N = Jumlah skor maksimum dari tes tersebut (Purwanto, 2008: 112).

b) Lembar Observasi Kerjasama Siswa

Lembar observasi kerjasama tim siswa berisi aspek kegiatan

kerjasama siswa yang diamati pada saat proses pembelajaran di kedua kelas. Setiap siswa diamati aspek kegiatan kerjasama yang dilakukan dengan cara memberi skor pada tiap aspek dengan rentang 1 - 4 pada lembar observasi.

Tabel 2. Lembar observasi kemampuan kerjasama siswa

(51)

35

Tabel 3. Keterangan aspek kemampuan kerjasama siswa

Aspek Skor Deskriptor

Contributions

(Kontribusi)

1 Tidak pernah memberikan ide-ide yang berguna ketika berpartisipasi dalam diskusi kelompok

2 Jarang memberikan ide-ide yang berguna ketika berpartisipasi dalam diskusi kelompok

3 Kadang-kadang memberikan ide-ide yang berguna ketika berpartisipasi dalam diskusi kelompok

4 Rutin memberikan ide-ide yang berguna ketika berpartisipasi dalam diskusi kelompok

Catatan

Sering = > 5 kali mengeluarkan ide Kadang- kadang = 3-4 kali mengeluarkan ide

Jarang = 1-2 kali mengeluarkan ide

Tidak pernah = 0

Problem solving

(Pemecahan masalah)

1 Tidak mencoba untuk memecahkan masalah atau membantu orang lain memecahkan masalah

2

Tidak menyarankan atau memperbaiki solusi, tetapi bersedia untuk mencoba solusi yang disarankan oleh orang lain.

3 Memperbaiki solusi yang disarankan oleh orang lain

4 Secara aktif mencari dan menyarankan solusi untuk masalah

Attitude (Sikap)

1 Sering memberi kritik negatif terhadap pekerjaan anggota lain

2 Jarang memberi kritik negatif terhadap pekerjaan anggota lain

3 Kadang- kadang memberi kritik negatif terhadap pekerjaan orang lain.

4 Tidak pernah memberi kritik negatif terhadap pekerjaan orang lain

Catatan

Sering = > 5 kali memberikan kritik Kadang- kadang = 3-4 kali memberikan kritik

Jarang = 1-2 kali memberikan kritik

Tidak pernah = 0

Focus on the task

(Fokus pada tugas)

1 Tidak pernah fokus pada tugas. Memungkinkan orang lain yang melakukan pekerjaan

2

Fokus pada tugas dan apa yang perlu dilakukan beberapa waktu. Harus didorong dan diingatkan untuk melaksanakan tugas

3 Fokus pada tugas dan apa yang perlu dilakukan sebagian besar waktu

4 Secara konsisten tetap fokus pada tugas dan apa yang perlu dilakukan

Working with others

(Bekerja dengan yang lain)

1 Tidak mendengarkan dan mengambil alih diskusi tanpa membiarkan orang lain memiliki giliran

2 Mengalami kesulitan untuk mendengarkan, dan tidak mempertimbangkan ide-ide lain

3 Mendengarkan dan mempertimbangkan ide-ide lain

4

Mendengarkan, mempertimbangkan ide-ide lain, dan membantu mengarahkan kelompok dalam

(52)

36

F. Teknik Analisis Data

1. Data Kuantitatif

Hasil Belajar Kognitif Siswa

Data hasil belajar kognitif siswa diperoleh dari rata-rata skor pretes postes. Kemudian dihitung selisih antara nilai pretest dan postest dengan

menggunakan rumus N-gain lalu dianalisis secara statistik.

Hasil belajar kognitif siswa ditinjau berdasarkan perbandingan gain yang dinormalisasi atau N-gain (g) dengan menggunakan rumus yaitu:

Ngain =

Keterangan:

Ngain = average normalized gain = rata-rata N-gain Spost = postscore class averages = rata-rata skor postes Spre = prescore class averages = rata-rata skor pretes

Smax = maximum score = skor maksimum

Modifikasi dari Hake (1999: 1)

Tabel 4. Kriteria peningkatan N-gain siswa

Nilai Kriteria 80,1-100 Sangat tinggi 60,1-100 Tinggi

40,1-60 Sedang 20,1-40 Rendah

0,1-20 Sangat rendah Sumber: (Fithria, 2012: 37).

Data penelitian yang berupa nilai pretes, postes, dan skor gain pada kelompok eksperimen dan kontrol dianalisis menggunakan uji t dengan program SPSS 17, yang sebelumnya dilakukan uji prasyarat berupa:

Spost – Spre

(53)

37

1) Uji Normalitas

Uji normalitas berfungsi untuk mengetahui sebaran data yang tersebar antara nilai yang paling tinggi sampai nilai yang paling rendah pada sampel. Uji normalitas data dilakukan dengan uji Lilliefors

menggunakan program SPSS versi 17. a. Hipotesis

Ho : Sampel berdistribusi normal H1 : Sampel tidak berdistribusi normal b. Kriteria Pengujian

Terima Ho jika Lhitung < Ltabel atau p-value > 0,05, tolak Ho untuk harga yang lainnya (Nurgiantoro, 2002: 118).

2) Uji Homogenitas Data

Apabila masing masing data berdistribusi normal, maka dilanjutkan dengan uji kesamaan dua varian dengan menggunakan program SPSS versi 17.

a. Hipotesis

Ho : Kedua sampel mempunyai varians sama H1 : Kedua sampel mempunyai varians berbeda b. Kriteria Uji

a) Jika F hitung < F tabel atau probabilitasnya > 0,05 maka Ho diterima

b) Jika F hitung > F tabel atau probabilitasnya < 0,05 maka Ho ditolak

(54)

38

3) Pengujian Hipotesis

Untuk menguji hipotesis digunakan uji t yang meliputi uji kesamaan dua rata-rata dan uji perbedaan dua rata-rata atau menggunakan uji U. Uji t digunakan apabila sampel berdistribusi normal, sedangkan uji U digunakan apabila sampel tidak berdistribusi normal. Uji hipotesis dilakukan dengan menggunakan program SPSS 17.

A.Uji hipotesis dengan uji t

a. Uji Kesamaan Dua Rata-rata 1. Hipotesis

H0 = Rata-rata N-gain kedua sampel sama H1 = Rata-rata N-gain kedua sampel tidak sama 2. Kriteria Uji

- Jika -t tabel < t hitung < t tabel, maka Ho diterima

- Jika t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel maka Ho ditolak (Pratisto, 2004: 13)

b. Uji Perbedaan Dua Rata-rata 1. Hipotesis

H0 = rata-rata N-gain pada kelas eksperimen sama dengan kelas kontrol.

H1 = rata-rata N-gain pada kelas eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol.

2. Kriteria Uji

- Jika –t tabel < t hitung < t tabel, maka Ho diterima

(55)

39

B.Uji Hipotesis dengan uji U 1. Hipotesis

H0 = Rata-rata N-gain kedua sampel sama H1 = Rata-rata N-gain kedua sampel tidak sama 2. Kriteria Uji

- Jika –Ztabel < Zhitung < Ztabel atau p-value > 0,05, maka Ho diterima

- Jika Zhitung < -Ztabel atau Zhitung > Ztabel atau p-value < 0,05, maka Ho ditolak (Martono, 2010: 158).

2. Data Kualitatif

Kemampuan Kerjasama oleh Siswa

Data kerjasama siswa selama proses pembelajaran berlangsung merupakan data yang diambil melalui observasi. Data tersebut dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif dengan menghitung persentase kerjasama siswa. Langkah-langkah yang dilakukan untuk adalah sebagai berikut:

1. Menghitung rata- rata skor kemampuan dengan menggunakan rumus:

n x100

x

X

i

Keterangan : X = Rata-rata skor kemampuan siswa

xi = Jumlah skor yang diperoleh n = Jumlah skor maksimum

(Sudjana, 2002: 69).

(56)

40

Tabel 5. Kriteria skor kemampuan kerjasama siswa

Sumber: Dimodifikasi dari Hidayati, dkk (2011: 17).

Skor Kriteria

87,50 – 100 75,00 – 87,49 50,00 – 74,99

0 – 49,99

(57)

53

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw berpengaruh dalam meningkatkan kemampuan kerjasama siswa pada pembelajaran.

2. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw berpengaruh secara signifikan terhadap hasil belajar aspek kognitif siswa.

B. Saran

Untuk kepentingan penelitian, maka penulis menyarankan sebagai berikut:

1. Pembelajaran dengan menggunakan model Jigsaw dapat digunakan oleh guru sebagai salah satu alternatif model pembelajaran yang dapat

meningkatkan kemampuan kerjasama dan hasil belajar siswa pada materi pokok sistem pertahanan tubuh.

(58)

54

(59)

55

DAFTAR PUSTAKA

Ainy, C. 2000. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dalam Pengajaran Matematika di Sekolah Dasar (Tesis). Program Pascasarjana Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Negeri Surabaya. Surabaya.

Alsa, A. 2010. Pengaruh Metode Belajar Jigsaw Terhadap Keterampilan Hubungan Interpersonal dan Kerjasama Kelompok pada Mahasiswa Fakultas Psikologi (Skripsi). Universitas Gadjah mada. Jogjakarta.

Amri, S., dan Ahmadi, I.K. 2010. Kontruksi Pengembangan Pembelajaran. Prestasi Pustakaraya. Jakarta.

Arabella, V. 2007. Teamwork and Assessment: A Critique. Monash University. Australia. Diakses dari http://www.questia.com/library/journal/1G1-183313478/teamwork-and-assessment-a-critique pada 22 Desember 2013 11:45 a.m.

Biggs, J., dan Watkins, D. 1995. Classroom Learning. University of Hongkong. Hongkong.

BSNP. 2006. Petunjuk Teknis Pengembangan Silabus dan Contoh/Model Silabus SMA/MA. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.

Dimyati dan Mujiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta. Fithria, D.M. 2012. Pengaruh Penggunaan Metode Pembelajaran Inkuiri Terbimbing

(Guided Inquiry) Terhadap Keterampilan Proses Sains Siswa Pada Materi Pokok Ciri-Ciri Makhluk Hidup. (Skripsi). Universitas Lampung: Bandar Lampung.

Hake, R. R. 1999. Analyzing Change/ Gain Score. American Educational Research Methodology. Diakses dari

http://lists.asu.edu/cgi-bin/wa?A2=ind9903&L=aera-d&P=R6855 pada 20 Desember 2013 9.24 a.m. Hakim, Th. 2008. Belajar Secara Efektif. Puspa Swara. Jakarta.

(60)

56

Hanafiah, N., dan S. Cucu. 2010. Konsep dan Strategi Pendidikan. Refika Aditama. Bandung.

Harris, P. R., & Harris, K. G. 1996. Managing effectively through teams. Team Performance Management: An International Journal.

Hidayati, A., N. Rustaman, S. Redjeki dan Munandar. 2011. Training of Trainer Berorientasi Higher Order Learning Skills dan Pengaruhnya pada Prestasi serta Performance Guru. (Prosiding Seminar Nasional Pendidikan

2011).Kerjasama FKIP Unila HEPI Bandar Lampung. Huda, M. 2013. Cooperative Learning. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

Ibrahim, M. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Universitas Negeri Surabaya. Surabaya. Isjoni. 2010. Cooperative Learning. Alfabeta. Bandung.

Lie, A. 2008. Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas. Grasindo. Jakarta.

Maden, S. 2011. Effect of Jigsaw I Technique on Achievement in Written Expression Skill. Cumhuriyet University. Turkey. Diakses dari

http://www.academia.edu/1322758/Effect_of_Jigsaw_I_Technique_on_Achie vement_in_Written_Expression_Skill pada 20 Desember 2013 11:30 a.m. Martono, N. 2010. Statistik Sosial. Gava Media. Yogyakarta.

Mengduo, Q., dan X. Jin. 2010. Cooperative Learning Technique Focusing on The Language Learners. Harbin Institute of Technology. Chinese. Diakses dari http://www.celea.org.cn/teic/92/10120608.pdf pada 22 Desember 2013 09:45 a.m.

Nazaruddin. 2014. Daftar Nilai Hasil Seleksi Olimpiade Sains Nasional (Osn) Tingkat Sma/Ma Kota Pontianak Tahun 2014. Diakses dari

http://www.dindikptk.net/dikmen/NILAI_AKHIR_OSN_2014.pdf pada 26 April 2014 09:00 p.m.

Nurgiantoro, B., Gunawan, dan Marzuki. 2002. Statistik Terapan untuk Penelitian Ilmu-ilmu Sosial. Gadjah Mada University Press. Jogjakarta.

Perkins, D V. 2001. A "Jigsaw Classroom" Technique for Undergraduate Statistics Courses. Ataturk University. Turki. Diakses dari

http://top.sagepub.com/content/28/2/111 pada 22 Juli 2014 08.00 p.m. Pina, T., dan Joe, L. 2002. Does Emotional Intelligence Affect Successful

(61)

http://www.deakin.edu.au/itl/assets/resources/pd/tl-modules/teaching-57

approach/group-assignments/case-studies/case-study-edith-cowan-university.pdf pada 20 Desember 2013 10:58 a.m.

Pratisto, A. 2004. Cara Mudah Mengatasi Masalah Statistik dan Rancangan Percobaan dengan SPSS 12. Gramedia. Jakarta.

Prima, F. 2013. Fakta pendidikan Di Indonesia. Diakses dari

http://edukasi.kompasiana.com/2013/06/02/fakta-pendidikan-di-indonesia--565120.html pada 18 September 2014 07.11 a.m.

Purwanto, N. 2008. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Remaja Rosdakarya. Bandung.

Ristiani, R. 2011. Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Sub Materi Vertebrata Di Sma Bina Mulya Tahun Pelajaran 2010/2011 (Skripsi). Universitas Lampung. Bandar Lampung. Riyanto, Y. 2001. Metodologi Penelitian Pendidikan. SIC. Jakarta.

Rohani, A. 2004. Pengelolaan Pengajaran. PT Rineka Cipta. Jakarta.

Rusman. 2012. Model-Model Pembelajaran. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Sanjaya, B. 2012. Metode Pembelajaran: Metode Ceramah - Kelebihan dan

Kekurangan. Diakses dari http://www.hasiltesguru.com/2012/10/metode-pembelajaran-metode-ceramah.html. pada 18 september 2014 07.08 a.m. Scarnati, J. T. 2001. On becoming a team player. Team Performance Management:

An International Journal.

Slameto. 1991. Proses Belajar Mengajar dalam Sistem Kredit Semester. Bumi Aksara. Jakarta.

Slavin, R. 1995. Cooperative Learning ( Theory, Research and Practice) Second Edition. Allyn and Bacon. Boston.

Sudirman. 1986. Interaksi&Motivasi Belajar Mengajar. Pt Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Sudjana. 2002. Metode Statistika Edisi keenam. PT Tarsito. Bandung.

Sudjana, N. 2005. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Remaja Rosdakarya. Bandung.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Alfabeta. Bandung.

(62)

58

Suryantini, S. 2011. Desain Dan Analisis Instrumen Tes Hasil Belajar. Diakses dari

http://skp.unair.ac.id/repository/Guru-Indonesia/DESAINDANANALISIS_HjSriSuryantiniSPd_9316.pdf pada 27 April 1:12 a.m.

Trianto. 2007. Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek. Prestasi Pustaka. Surabaya

Gambar

Gambar 1. Hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat
Gambar 2. Hubungan antara kelompok asal dan kelompok ahli
Tabel 1. Kriteria poin peningkatan kelompok
Tabel 2.  Lembar observasi kemampuan kerjasama siswa
+4

Referensi

Dokumen terkait

KAMPUS JAKARTA PANDUAN PENGAMBILAN MATA KULIAH PROGRAM SARJANA TERAPAN.

Untuk penelitian selanjutnya diharapkan mengembangkan aplikasi perhitungan tunjangan kerja kinerja pegawai di Badan Pusat Statistik Kabupaten Banjar ini dapat

Telah dilakukan penelitian hubungan ukuran testes dengan volume semen pada sapi Simmental di Balai Inseminasi Buatan (BIB) Tuah Sakato Kota Payakumbuh.. Materi yang

Maka, barangsiapa yang hendak memasukkan suatu anggapan kepada manusia, bahwa kebenaran (al haq) itu tidak hanya terbatas pada satu jalan saja, berarti dia adalah syetan.. Dan

Pada hari ini Selasa tanggal Lima Belas bulan Mei tahun Dua Ribu Dua Belas, dimulai pukul 09.00 Wita, dengan mengambil tempat di LPSE Kabupaten Tanah Laut Pelaihari, berdasarkan

“ saya memiliki tato dilengan kiri, dengan tulisan lLet it Be… ini ha nya sebagai identitas diri, serta termotivasi dengan tulisan tersebut, selain sebagai identitas,

[r]

dimasukkan ke dalam sebuah channel decoder untuk melindungi data. Gambar 5.26 Model Umum Sistem Komunikasi Digital Spektrum.. Komentar mengenai jumlah pseudorandom adalah