UNTUK MENDAPATKAN HASIL YANG EFISIEN
Oleh:
Nama : MOCH. ADIB MUSYAFA’
Nim : 09.41020.0057
Program : S1 (Strata Satu)
Jurusan : Sistem Komputer
SEKOLAH TINGGI
MANAJEMEN INFORMATIKA & TEKNIK KOMPUTER SURABAYA
2012
STIKOM
Kerja praktek adalah salah satu mata kuliah yang harus diambil oleh mahasiswa
STIKOM Surabaya. Kerja praktek merupakan suatu kewajiban yang harus ditempuh dalam
mengikuti suatu program pendidikan tingkat perguruan tinggi.
Kegiatan kerja praktek ini merupakan suatu latihanyang dirancang secara cermat
untuk menciptakan suatu pengalaman kerja tertentu bagi mahasiswa, yang dilakukan dalam
suasana belajar.
Dengan melaksanakan kerja praktek, mahasiswa dilatih untuk mengenal dan tahu
ruang lingkup pekerjaan dilapangan, belajar adaptasi dengan lingkungan pekerjaan guna
melengkapi proses belajar yang didapat dibangku kuliah serta mendapatkan pengalaman
kerja.
Kerja praktek ini dilakukan seperti bekerja pada umumnya yaitu 5 kali masuk dalam
seminggu dan 8 jam kerja dalah sehari sehingga mahasiswa STIKOM benar-benar mengalami
suatu pekerjaan seperti di lapangan.
STIKOM
DAFTAR ISI
3.3 Gangguan-gangguan Pada Komunikasi Selular ... 16
STIKOM
3.4 Antenna Sectoral ... 18
3.5 Sektorisasi Antena ... 20
3.6 Konsep Dasar Jaringan WCDMA-UMTS ... 21
BAB IV DESKRIPSI KERJA PRAKTEK ... 25
4.1 Dasar Perencanaan ... 25
4.2 Perancangan ... 26
4.3 Prancangan Sitem ... 27
4.4 Pengujian Sistem ... 31
BAB V PENUTUP ... 32
5.1 Kesimpulan ... 32
5.2 Saran ... 32
DAFTAR PUSTAKA ... 33
STIKOM
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Sistem komunikasi semakin berkembang dengan banyaknya orang yang menghendaki terjaminnya kontinuitas hubungan telekomunikasi, tidak terbatas saat pemakai dalam keadaan diam di tempat juga ketika mereka dalam keadaan bergerak. Untuk itu lahirnya komunikasibergerak dimana pengguna komunikasi tidak lagi terbatas oleh ruang gerak merupakan solusi yang baik untuk menjamin kontinuitas hubungan komunikasi yang saat ini sangat penting.
Setiap jaringan kominikasi bergerak selular membutuhkan perencanaan sel dengan tujuan untuk dapatmemenuhi kebutuhan pencakupan sel yang ditunjukan oleh jumlah base station, dimana diusahakan seminimal mungkin tetapi dapat memenuhi kapasitas trafik yang dibutuhkan.
Perencanaan penentuan letak instalasi sector BTS ini mencakup dua aspek yaitu ditinjau dari segi coverage dan dari segi trafik. Perencanaan penanganan beban trafik meliputi prediksi jumlah pelanggan pada setiap sel, dimana dengan pertimbangan beban trafik yang diperlukan oleh pelanggan dan beban trafik yang dapat ditangani dalam sel, dapat diperoleh jumlah sel yang diperlukan untuk mengatasi beban trafik yang diperlukan oleh pelanggan.
Dalam kerja praktek ini perencanaan jumlah dan lokasi BTS yang dapat mencakup seluruh wilayah pelayanan dengan bantuan alat bantu dalam proses perhitungan dan penentuan lokasi BTS. Dari hasil perencanaan ini maka dapat
STIKOM
ditentukan jumlah BTS di wilayah tersebut baik dilihat dari segi coverage maupun trafik.
1.2 Perumusan Masalah
Salah satu perencanaan yang penting dalam sistem komunikasi bergerak selular adalahperencanaan penentuan lokasi BTS. Perencanaan ini bertujuan untuk mencakup wilayah yang akan dilayani dengan jumlah seminimal mungkin tetapi masih menunjukkan unjuj kerja yang baik ditinjau dari segi teknis yaitu masalah kapasitas trafikyang disediakan dan kualitas sinyal.
1.3 Pembatasan Masalah
Agar dihasilkan suatu perencanaan yang berjalan secara efektif maka penulis membatasi masalah sebagai berikut:
a) Perencanaan BTS menggunakan standar GSM. b) Asumsi pelanggan dalam perencanaan ini. c) Menetapkan lokasi instalasi.
d) Perhitungan link budget. e) Penentuan letak instalasi. 1.4 Tujuan
Adapun tujuan dari laporan ini adalah untuk menerapkan sistem perencanaan utuk menetapkan instalasi BTS baru. Sehingga hasil yang didapat dari penentuan wilayah lebih efisien.
STIKOM
1.5 Kontribusi
Diharapkan kerja praktek mengenai sistem perencanaan penetapan instalasi BTS baru ini dapat membantu kantor PT. Farsendo dalam proyek pembangunan-pembangunan BTS baru dan juga untuk penentuan area yang tepat untuk pemasangan BTS baru berdasarkan pengguna dan dari segi coverage maupun trafik.
1.6 Sistematika Penulisan
Dalam penyusunan laporan kerja praktek ini, sistematika penulisan disusun dalam beberapa bab. Tiap bab terdiri dari sub-sub yang secara garis besar dapat dijelaskan sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini membahas tentang latar belakang permasalahan, perumusan masalah, pembatasan masalah, tujuan, kontribusi dan sistematika penulisan laporan kerja praktek.
BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
Pada bab ini dijelaskan secara detil mengenai berdirinya PT. Farsendo dan juga struktur organisasinya.
BAB III LANDASAN TEORI
Menjelaskan tentang landasan teori yang digunakan oleh penulis dalam perencanaan penetapan untuk instalasi antena sectoral BTS.
STIKOM
BAB IV DESKRIPSI KERJA PRAKTEK
Bab ini membahas tentang perencanaan dan implementasi yang telah dilakukan selama di kantor PT. Farsendo dan pengetesan dari implementasi yang telah dilakukan.
BAB V PENUTUP
Pada bab ini terdiri dari kesimpulan dan saran. Kesimpulan berisi tentang rangkuman dari hasil seluruh pembahasan masalah, sedangkan saran berisi tentang harapan-harapan dari penulis untuk pengembangan sistem yang dibuat supaya semakin sempurna.
STIKOM
BAB II
GAMBARAN UMUM PT. FARSENDO TEKNIKA PERSADA
2.1 Uraian Tentang PT. Farsendo Teknika Persada
PT. FARSENDO TEKNIKA PERSADA didirikan pada November, 2007. Memiliki dan mempertahankan standar kualitas tertinggi dan efisiensi, kami telah berkembang dari sebuah usaha kecil di bidang telekomunikasi dari pasokan bahan (ME dan Fabrikasi dari semua jenis logam). Sebagai bisnis naik sangat cepat, dan menunjukkan suatu kemajuan yang luar biasa, kita sekarang memperluas layanan lebih yang terkait karena permintaan dari teknologi telekomunikasi.
Dengan konsep melebihi harapan dalam pelayanan, PT. FARSENDO TEKNIKA PERSADA melayani pelanggan tidak hanya melalui berbagai perusahaan jasa dan produk, tetapi juga mampu menggabungkan pemasaran, rekayasa, produksi serta layanan di bawah entitas tunggal untuk keuntungan pelanggan maksimal.
Didukung oleh tim profesional pemasaran, rekayasa dan produksi, kami berlokasi di Jakarta Timur, Jl. Raya Setu, Cilangkap No 3
STIKOM
2.2 Pengalaman Pengerjaan
Menjalin kerjsama dengan beberapa perusahaan dalam berbagai macam project yang mencakup telekomunikasi, berikut daftar project :
NEC - Indonesia
- C-NODE Installation (Telkomsel Project)
- Line of Sight Survey (SMART and Telkomsel Projects) - Radio Frequency Interference Survey (SMART Projects)
PT. NEXWAVE
- Microwave Link Survey (LOS) & Installation Design - Radio Frequency Interference (RFI Survey)
METRO GLOBAL SERVICE
- Drive Testing (Telkomsel, Indosat and Hutchinson projects) - RFI Survey
PT. HASTA KRIDA
- All Installation Local Material supply PT.SAKURA MITRATEL
- All Installation Local Material supply (all NEC projects) PT. SISCOMTECH TECHNOLOGIES
- Line of Sight Survey (LOS) for SMART TELECOM PT. QUADRATEL
- Minilink Installation and Commisioning for Leased Line (XL/BUSOL) - RBS & ML Installation, Commisioning and Documentation
UNIVERSAL CELLULAR ENGINEERING (UCE)
STIKOM
- LOS and RF Survey for TelkomFlexy_Huawei - Drive Test for HCPT_NSN Project
PT. SANWA COMSYS
- Microwave Link Survey (LOS) & Installation Design
- Radio Frequency Interference (RFI Survey) for INDOSAT & SMART - Installation, Test and Comm (MIU_SMART, Jabo - Java)
- Installation, Test and Comm, NEO-IP foe INDOSAT_JBRO_2009 PT. SARANA EKA CITRA (SEC)
- Microwave Link Survey (LOS) & Installation Design - Radio Frequency Interference (RFI Survey)
ADA CELLWORKS
- Microwave Link Survey (LOS) & Installation Design - Short Hop - Approach Link
- Long Hop - Backbone Link - Out-source RNP & TNP - RFI Survey
PT. ARBITAL NT
- Node-B and Microwave Installation for 3G Nokia - Telkomsel - Commissioning and Integration for 3G Nokia – Telkomsel PT. GLOBAL INTEGRASI TRITAMA
- Leased line survey for Excelcomindo
- Microwave & BTS Installation for Alcatel - Indosat - Commissioning & Integration for Alcatel – Indosat XERINDO TECHNOLOGIES
STIKOM
- Nokia Flexi Hopper Installation + Commissioning - Nokia UltraSite Installation + Commissioning - Nokia Transmission Cut Over
PT. NESIC BUKAKA
- Radio Frequency Interference (RFI Survey) - Installation and Test Comm (Pasolink Neo IP) - Installation, Test and Comm C-NODE (Telkomsel) PT. INDO ENC
- In Building Coverage Installation, Test Comm, Drive Test (before & after), CME.
PT. LINTAS MEDIA ASIA
- Swap - Upgrade of Paso Neo for M8 project
- Radio Frequency Interference Survey (RFI), for M8 and ISAT RO
STIKOM
2.3 Struktur Organisasi
2.4 Visi dan Misi VISI :
MISI :
1. Meningkatkan kapasitas pelayanan informasi dan pemberdayaan potensi masyarakat dalam rangka mewujudkan masyarakat berbudaya informasi. 2. Meningkatkan kerjasama kemitraan & pemberdayaan lembaga komunikasi
& informatika pemerintah & masyarakat.
3. Meningkatkan daya jangkau infrastruktur komunikasi & informatika untuk memperluas aksesbilitas masyarakat terhadap informasi dalam rangka mengurangi kesenjangan informasi.
STIKOM
BAB III LANDASAN TEORI
3.1 Sejarah Teknologi GSM
Dalam konferensi WARC (World Administrative Radio Conference) tahun 1979 ditetapkan bahwa frekuensi 860 Mhz – 960 Mhz dialokasikan untuk komunikasi selular dikemudian hari. Dengan penetapan ini berarti band frekuensi selebar 2 x 25 Mhz khusus disiapkan untuk seluler digital.
Tahun 1982 dengan dipelopori oleh jerman dan perancis maka CEPT
(Conference Europeance d’Administration de Post et Telecomunication)
menetapkan GSM sebagai standar digital selular untuk Eropa. Tahun 1985 Jerman, Perancis, Italia dan Inggris bersatu untuk mengembangkan standarisasi GSM.
GSm telah diadaptasi di Amerika Utara dengan menggunakan frekuensi 1900 Mhz kemudian sistem ini diberi nama PCS 1900 (Personal Comunication System). Pemisahan frekuensinya sebesar 80 Mhz untuk Uplink dan 1930-1990
Mhz untuk downlink. GSM juga diadaptasi di Eropa dengan nama PCN (Personal Comunication Network) dengan menggunakan frekuensi 1800 Mhz. Frekuensi
modifikasinya antara 1710-1785 Mhz untuk uplink dan 1805-1880 Mhz untuk downlink, dengan pemisah frekuensi sebesar 95 Mhz antara uplink dan downlink.
STIKOM
Gambar 3.1 Arsitektur Jaringan GSM
1. Base Station Subsystem (BSS)
BSS adalah interface antara MS(Mobile Station) dengan MSC(Mobile Switching Mode) pada sistem selular GSM. Teknik radio digital digunakan
untuk hubungan antara BSS dan MS. BSS menyediakan interface sinyal digital pada land network (A-interface) antara BSS dan MSC terdiri dari BSC, BTS dan XCDR (speech trancoder).
2. Base Station Controller (BSC)
Fungsi dari BSC adalah untuk mengontrol BTS, memproses bentuk panggilan, operasi dan maintenance dan menyediakan interface antara BSC dan MSC. Sedangkan fungsi utamanya adalah mengatur kanal radio dan mentransfer sinyal informasi dari dank ke Mobile Station(MS).
STIKOM
3. Base Transceiver Station (BTS)
Setiap BTS menyediakan kanal radio (RF-carries) untuk suatu are cakupan. Kanal RF digunakan untuk hubungan antara MS dan BSS. BTS mengandung transceiver radio yang menangani sebuah sel dan hubungan dengan MS.
Gambar 3.2 Base Transceiver Station
4. Speech Trascoder (XCDR)
XCDR diperlukan untuk penyesuaian A-law PCM data pada land network dari sistem GSM. XCDR adalah alat pemroses sinyal digital yang terdiri dari speech encoding dan decoding. XCDR merupakan interface antara 64 kbps
A-law PCM Channel pada land network dan 13 kbps vocoder channel yang dipakai pada air-interface.
5. Mobile Switching Center
MSC merupakan initi dari jaringan GSM. Fungsinya untuk menghubungkan pelanggan mobile ke PSTN atau pelanggan mobile lainnya. Untuk menangani permintaan panggilan, MSC dapat mengakses informasi dari ketiga database
STIKOM
HLR, VLR dan AuC. Setelah menggunakan ketiga database tersebut MSC mengupdate ketiga database sesuai informasi terakhir dari status panggilan dari posisi pelanggan.
6. Home Location Register (HLR)
HLR menyimpan semua data yang berhubungan dengan pesawat pelanggan. Data statis menerangkan kapabilitas akses pelanggan, jenis pelayanan dan pelayanan tambahan. HLR juga mempunyai data dinamis tentang pesawat pelanggan roaming. MSC menggunakan data dinamik untuk segera meroutekan panggilan yang datang ke pesawat pelanggan yang dipanggil. 7. Visitor Location Register (VLR)
VLR menyimpan informasi tentang pesawat pelanggan yang memasuki area pelayanannya. VLR dapat dianggap sebagai database pelanggan yang dinamik yang secara intensif bertukar data dengan HLR. Hubungan kedua database tersebut memungkinkan MSC untuk menset-up panggilan yang masuk maupun keluar dalam are pelayanan MSC tersebut. Data disimpan dalam VLR mengikuti pelanggan jika memasuki area lain.
8. Equipment Identity Register (EIR)
EIR merupakan database yang menyimpan International Mobile Equipment Identity (IMEI) pesawat pelanggan. Database tersebut dikategorikan dalam
tiga hal yaitu white list (pesawat tersebut sah atau legal), grey list (pesawat sedang dalam pengamatan), black list (pesawat tersebut tidak sah atau ilegal).
STIKOM
9. Authentication Centre (AuC)
AuC adalah pengukuran keamanan dan memproteksi informasi pesawat pelanggan terhadap gangguan melalui media udara. Karena rentanya keamanan dari media udara, spesifikasi GSM memasukkan pengukuran untuk otoritas pelanggan dan kunci rahasia yang disimpan dalam AuC. Database dalam AuC juga diproteksi terhadap mekanisme akses yang tidak berhak.
10.Network Management System (NMC)
NMC menangani informasi konfigurasi dan network-wide data pada PLMN. Hasil laporan statistik pada jaringan dan tugas juga ada di sini. NMC juga menangani kontrol trafik dan rekonfigurasi jaringan.
11.Operation and Maintenance Cemtre (OMC) OMC menyediakan fungsi sebagai berikut:
3.2 Konsep Selular
Bentuk sel heksagonal merupakan bentuk yang cocok untuk perencanaan dan desain sistem selular karena mendekati bentuk lingkaran bentuk yang ideal area coverage, tanpa gap dan overlap dengan sel heksagonal yang lain. Dalam perencanaan BTS yang perlu diperhatikan adalah merencanakan sel, syarat yang harus dipenuhi adalah frequency reuse atau cluster harus simetris artinya tiap sel harus mempunyai jarak yang sama dengan sel co-channelnya.
Gambar 3.3 Bentuk-bentuk sel dan konturnya
3.3 Gangguan-gangguan Pada Komunikasi Selular 1. Interferensi
Ketika terjadi pengulangan frekuensi, terdapat resiko interferensi dari BTS lain yang menggunakan frekuensi yang sama. Namun demikian dengan jarak yang cukup besar antara sel dengan frekuensi yang sama terhadap radius dari sel memungkinkan interferensi sel dapat dikendalikan atau dengan perancanaan pengulangan frekuensi dan sektorisasi sel dengan menggunakan antena berarah (Directional Antenna).
STIKOM
Kemudian interferensi kanal bersebelahan (Adjacent Channel Interference) terjadi akibat penggunaan kanal yang bersebelahan dalam satu
sel atau penggunaan kanal pada sel yang bersebelahan dengan frekuensi yang berdekatan.
Interferensi lainnya yaitu interferensi intersimbol (Intersymbol Interference) terjadi akibat yang ditimbulkan oleh efek multipath sehingga
menimbulkan delay spread khususnya daerah perkantoran. 2. Fading
Fading adalah salah satu gangguan yang terjadi pada sistem komunikasi selular. Dari segi kualitas, keberadaan fading dapat dirasakan sebagai timbul tenggelamnya suara yang terdenganoleh penerima. Fading disebabkan oleh efek yang ditimbulkan oleh perubahan konfigurasi alam antara BTS dan MS sehinggan menimbulkan redaman lintasan. Terdapat dua jenis fading yang terjadi, yaitu:
a. Fading Lambat (long-term fading)
Fading yang disebabkan oleh lintasan yang menyebabkan sinyal menempuh lebih dari satu lintasan dari BTS ke MS akibat pantulan oleh bangunan, pohon, kendaraan serta lainnya yang mengakibatkan efek multipath seperti gambar dibawah ini.
STIKOM
Gambar 3.4 Multipath Fading
b. Fading Cepat (Short-term/Rayleigh Fading)
Fading yang disebabkan oleh efek yang ditimbulkan perubahan konfigurasi alam antara BTS dan MS sehingga menimbulkan fluktuasi redaman akibat efek bayangan dari penghalang (Shadowing).
3.4 Antena Sektoral
Antena sektoral kadang kala disebut dengan Antenna Patch Panel pada dasarnya tidak berbeda jauh dengan antena omni. Biasanya digunakan untuk access point bagi sambunga point-to-multi-point (P2MP). Umumnya antena
sektoral mempunyai polarisasi vertikal, beberapa diantaranya juga mempunyai polarisasi horizontal.
Antena sektoral umumnya mempunyai penguatan lebih tinggi dari antena omni sekitar 10-19 dBi. Sangat baik untuk memberikan servis di daerah dalam jarak 6-8 km. Tingginya penguatan pada antena sektoral biasanya dikompensasi dengan lebar pola radiasi yang sempit 45-180 derajat. Jelas daerah yang dapat diservis menjadi lebih sempit, dan ini sangat menguntungkan.
STIKOM
Secara umum radiasi antenalebih banyak ke muka antena, tidak banyak radiasi di belakang antena sektoral. Radiasi potongan vertikal tidak berbeda jauh dengan antena omni.
Antena sektoral biasanya diletakkan di atas tower yang tinggi karena itu biasanya ditilt sedikit agar memberikan layanan ke daerah di bawahnya.
Gambar 3.5 Antenna Sectoral
Antena sektoral seperti halnya antenna omnidirectional mempunyai polarisasi vertikal dan dirancang untuk digunakan pada base station (BTS) tempat akses poin berada. Berbeda dengan antenna omnidirectional yang dapat memberikan servis dalam jangkauan 360 derajat. Antena sektoral hanya memberikan servis pada wilayah/sektor yang terbatas. Biasanya 45-180 derajat saja. Pengaturan pancaran antena BTS menjadi sektoral dilakukan dengan beberapa alasan teknis, diantaranya adalah meningkatkan kapasitas jaringan. Sudut sektor yang umum biasanya dioperasionalkan 120 derajat, sementara sudut sektor 90 derajat juga diterapkan di beberapa BTS. Keuntungan yang diperoleh denganmembatasi wilayah servis tersebut, antena sektoral mempunya gain yang
STIKOM
lebih besar dari padaantena omni. Biasanya antena sektoral mempunyai gain antara 10-19 dBi.
Potongan medan horizontal antena sektoral yang hanya melebar pada satu sisi saja. Sedang pada potongan medan vertikalnya sangat pipih seperti antenna omnidirectional.
Gambar 3.6 Pola Radiasi Antenna Omnisectoral
3.5 Sektorisasi Antena
Ada dua metode yang digunakan dalam sektorisasi yaitu menggunakan
tiga sektor 120˚ atau 6 sektor 60˚. Kedua metode tersebut sama-sama mengurangi jumlah interferensi sumber. Sektorisasi 3 sektor biasa digunakan pada pola pengulangan 7 sel dan akan memberikan total 21 kanal. Sektorisasi 6 sektor biasa digunakan pada pola pengulangan 6 sel dan akan menghasilkan 24 kanal.
Kelemahan sektorisasi adalah banyaknya kanal yang terbentuk sehingga mengurangi efisiensi jaringan. Hal ini berarti bahwa total trafik yang dapat dibawa untuk memberikan Grade of Service (GoS) menurun.
STIKOM
3.6 Konsep Dasar Jaringan WCDMA-UMTS
WCDMA merupakan teknologi generasi ketiga (3G) yang berbasis packet service dengan menggunakan standar direct spread spectrum dan modulasi RF
yang digunakan adalah QPSK saat uplink maupun downlink. Standar bandwidth yang dipakai sebesar 5 Mhz yang dapat ditingkatkan sampai dengan 10 Mhz, 15 Mhz dan 20 Mhz. Sedangkan dukunagn mobilitas yang dapat dilayani sampai
b) Sistem layanan yang fleksibel yang mendukung multiple parallel variable rate services pada tiap-tiap koneksi.
c) Dukungan terhadap handover antar frekuensi untuk pengoperasian dengan struktur sel yang bertingakt.
d) Implementasi yang mudah pada terminal dual mode UMTS/GSM baik itu handover diantara UMTS dan GSM.
e) Kerahasiaan yang tinggi.
f) Dapat diaplikasikan pada lingkungan interferensi yang tinggi.
g) Menyediakan kapasitas yang lebih besar dari pada sistem FDMA, TDMA, maupun NarrowBand CDMA.
Kelebihan lainnya secara teknis adalah teknologi WCDMA memiliki laju data yang tinggi yang mampu mencapai 5,6 Mbps dan mampu melayani 196 user tiap kanalnya, jauh lebih besar dari teknologo GSM yang hanya mampu
STIKOM
menangani 8 user tiap kanalnya. UMTS adalah salah satu teknologi selular pada generasi ketiga yang menggunakan teknologi WCDMA sebagai interfacenya. UMTS dikembangkan oleh IMT-2000 framework yang merupakan salah satu bagian dari program ITU.
Gambar 3.7 Arsitektur Jaringan 3G WCDMA-UMTS
Dari gambar 3.7 di atas terlihat bahwa arsitektur jaringan UMTS terdiri dari perangkat-perangkat yang saling mendukung, yaitu User Equipment (UE), UMTS Terresterial Radio Access Network (UTRAN) dan Core Network (CN).
1. UE (User Equipment)
User Equipment merupakan perangkat yang digunakan oleh
pelanggan untuk dapat memperoleh layanan komunikasi bergerak. UE dilengkapi dengan smart card yang dikenal dengan nama USIM (UMTS Subscriber Identity Module) yang berisinomor identitas pelanggan dan juga
algoritma security untuk keamanan seperti authentication algorithm dan algoritma enkripsi. Selain terdapat USIM, UE juga dilengkapi dengan ME
STIKOM
(Mobile Equipment) yang berfungsi sebagai terminal radio yang digunakan
untuk komunikasi lewat radio.
2. UTRAN (UMTS Terresterial Radio Access Network)
Jaringan aksek radio menyediakan koneksi antara terminal mobile dan Core Network. Dalam UMTS jaringan akses dinamakan UTRAN. UTRA mode UTRAN terdiri dari satu atau lebih jaringan sub-sistem radio (RNS). Sebuah RNS merupakan suatu sub-jaringan dalam UTRAN dan terdiri dari Radio Network Controller (RNC) dan satu atau lebih Node B. RNS
dihubungkan antar RNC melalui suatu Iur Interface dan Node B dihubungkan dengan satu Iub Interface.
Di dalam UTRAN terdapat beberapa elemen jaringan yang baru dibandingkan dengan teknologi 2G yang ada saat ini, diantaranya adalah Node-B dan RNC.
a) RNC (Radio Network Controller)
RNC bertanggung jawab mengintrol radio resources pada UTRAN yang membewahi beberapa Node-B, menghubungkan CN dengan user, dan merupakan tempat berakhirnya protokol RRC (Radio Resource Controll) yang mendefinisikan pesan dan prosedur antara
mobile user dengan UTRAN. b) Node-B
B sama dengan Base Station di dalam jaringan GSM. Node-B merupakan perangkat pemancar dan penerima yang memberikan
STIKOM
pelayanan radio kepada UE. Fungsi utama Node-B adalah melakukan proses pada layer 1 antara lain: channel coding, interleaving, spreading, de-spreading, modulation, de-modulation
dan lain-lain. Node-B juga melakukan beberapa operasi RRM (Radio Resource Management), seperti handover dan power
controll.
3. CN (Core Network)
Jaringan lokal menggabungkan fungsi kecerdasan dan transport. CN ini mendukung penyisihan dan transport informasi dari trafik termasuk peringanan beban trafik. Fungsi-fungsi kecerdasan yang terdapat langsung seperti logika dan dengan adanya keuntungan fasilitas kendali dari layanan melalui antarmuka yang terdefinisi jelas, yang juga pengaturan mobilitas. Dengan melewati inti jaringan, UMTS juga dihubungkan dengan jaringan telekomunikasi lain, jadi sangat memungkinkan tidak hanya antara pengguna UMTS mobile tetapi juga dengan jaringan yang lain.
STIKOM
BAB IV
DISKRIPSI KERJA PRAKTEK
Dalam kerja praktek ini penulis membuat rancangan instalasi antenna sector dan BTS yang dimaksudkan untuk membantu proses pengerjaan proyek
upgrade sistem telekomunikasi yang dilakukan perusahaan di beberapa wilayah
di Jawa Timur.
4.1 Dasar Perencanaan
Yang perlu diperhatikan dalam perencanaan sel secara teknis adalah: 1. Kapasitas trafik yang dibutuhkan oleh pelanggan. Kapasitas yang
dibutuhkan tergantung pada jenis daerah dan jumlah trafik per user. 2. Kebutuhan sel untuk mencakup daerah pelayanan yang direncanakan. Jumlah sel yang dibutuhkan bergantung pada luas daerah pelayanan dan ukuran sel.
Perencanaan dalam segi trafik ini dilakukan untuk memperoleh kapasitas trafik total dalam area yang direncanakan. Untuk mendapatkan kapasitas trafik tersebut sebelumnya harus diprediksi jumlah pelanggan. Selain itujuga dicari trafik per sel yang dapat disediakan berdasarkan spesifikasi teknis dari sistem GSM yang digunakan adalah bandwidth dan frekuensi operasi.
Dibandingkan dengan perencanaan dalam segi pencakupan merupakan kelanjutan dari tahap perencanaan dalam segi trafik. Input yang dipakai adalah kapasitas trafik total dan trafik per sel. Dalam perencanaan ini dilakukan
STIKOM
perhitungan jumlah radius sel yang di perlukan untuk dapat melayani kebutuhan trafik pelanggan yang dapat mencakupseluruh area yang direncanakan.
4.2 Perancangan
Dalam bagian ini akan dibahas tentang perancangan pelaksanaan karya (cara kerja, interface, dan sebagainya).
Kebutuhan sistem mengimplementasikan proyek akhir instalasi dan analisa proses pointing antena WCDMA, dibagi dalam beberapa kategori, yaitu:
a) Kabinet BTS
Kabinet BTS merupakan tempat dimana semua perangkat BTS ditempatkan, mulai dari IDU, PMU, BBU, DCDU, DDF dan Modul RFU. Serta beberapa perangkat lain yang merupakan perangkat bawaan.
b) Antena
Antena berfungsi untuk mengirim dan menerima gelombang elektromagnetik, ada dua antena yang digunakan, yaitu antenna directional dan antenna microwave.
c) Kabel
Kabel merupakan sarana yang digunakan untuk menghubungkan antar perangkat yang satu dengan perangkat yang lain, kabel yang digunakan disini ada tiga jenis, yaitu kabel fedeer, kabel coaxial dan kabel power. d) Grounding Kit
Grounding kit merupakan kabel yang digunakan untuk menghubungkan antara kabel fedeer, coaxial dan antena MW dengan
STIKOM
4.3 Perancangan Sistem
Sistem yang akan dianalisis di sini merupakan sistem yang telah ada tetapi karena dilakukan penggantian beberapa perangkat maka harus dilakukan proses commissioning dan pointing ulang.
Setelah konfigurasi dasar perangkat dilakukan seperti pemasangan kabel fideer dari antenna sector terhadap BTS maka proses pointing dapat segera dilakukan, proses pointing dilakukan secara bergantian pada setiap sector sesuai dari desain awal yang dibawa, yaitu berupa cakupan-cakupan dari setiap antena sektor yang akan dijangkau.
Setelah semua proses diatas telah selesai dilaksanakan proses selanjutnya adalah peng-upload-an script yang didapat dari setiap vendor-vendor yang melakukan proyek.
Setelah semua proses diatas selesai maka commissioning dapat dilaksanakan. Commissioning adalah tahapan setelah proses instalasi hardware/fisik perangkat selesai dilakukan oleh instaler. Ketika commissioning dilakukan berarti semua kegiatan pre-commissioning yang meliputi check devices, check wiring, check control action sudah selesai dilakukan artinya semua devices
siap untuk beroperasi dalam kondisi normal dan kritikal.
Brikut adalah contoh beberapa proses commissioning capture Node-B pada software U2000.
STIKOM
1. Login software LMT server
Gambar di bawah ini adalah tampilan dari form login ke dalam software LMT server, tempat untuk melaksanakan commissioning.
Gambar 4.1 Form Login LMT Server
2. Display Board
Pada gambar dibawah ini tertera informasi verifikasi dari board yang dipakai dalam instalasi sector.
Gambar 4.2 DSP BRD
STIKOM
3. Display Board Verification WRFU
Pada gambar di bawah ini didapatkan informasi dari tipe-tipe WRFU atau tampilan dari board sector.
Gambar 4.3 DSP BRDVER WRFU
4. Display Clock Status
Gambar berikut ini menjelaskan stastus clock dari setiap sector yang ada di tower.
Gambar 4.4 DSP CLOCKSTAT
STIKOM
5. Display Optical Modul Dynamic Information
Gambar berikut menjelaskan setiap slot yang ada di setiap modul dalam cabinet BTS.
Gambar 4.5 DSP OPINFO
6. List Local Cell
Gambar di bawah iini menjelaskan cell dari setiap sector dan juga menampilkan Cell ID dari setiap sector.
Gambar 4.6 LST LOCELL
STIKOM
4.4 Pengujian Sistem
Pengujian sistem dilakukan dengan cara melakukan pengecekan terhadap sinyal pada kondisi tertentu sehingga nantinya dapat diketahui perbandingan kualitas sinyal yang diperoleh dari pengecekan tersebut. Pengecekan bisa dilakukan dengan berbagai cara, seperti dengan cara cell track atau dengan cara speed test pada setiap sector yang terinstal (3G/WCDMA).
Berikut akan ditampilkan beberapa contoh hasil dari pengecekan sinyal pada setiap cell yang telah terinstal.
Gambar 4.8 Contoh hasil Speed Test
Cell 1 Cell 2 Cell 3
Gambar4.7 Contoh Hasil Cell Track
STIKOM
BAB V PENUTUP
Pada bab ini akan dibahas mengenai kesimpulan dan saran dari proses perencanaan dan instalasi antenna sector untuk mendapatkan hasil yang efisien.
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh selama proses perencanaan dan instalasi antenna sector adalah:
1. Proses perencaan dan desain instalasi antenna sector harus berdasarkan kepada data hasil survey yang akurat, karena data hasil survey sangat berpengaruh pada tingkat keberhasilan installasi.
2. Hasil sinyal keluaran dari instalasi antenna sector yang dilakukan di kota besar lebih banyak gangguan (fading) dari pada instalasi yang dilakukan di daerah yang tidak padat penduduk, hal ini dikarenakan pada kota-kota besar terdapat banyak gedung-gedung tinggi.
3. Instalasi antenna sector lebih mudah pengerjaanya dibandingkan dengan instalasi antenna microwave.
5.2 Saran
Proses perencanaan harus didapatkan dari hasil survey yang akurat agar dapat memberikan keputusan yang benar nantinya. Proses instalasi harus dilakukan berdasarkan hasil dari perencanaan yang telah matang.
STIKOM
Godara, Lal C. Applications of Antenna Array to Mobile Communications, IEEE Proceeding. 1997. Godara, lc. 15. 1997.
http://www.huawei.com/transport_network/products (accessed 11 20, 2012).
Roberts, Speerman. 2009, Information System: Now and Tomorrow, Adventure Press, Chicago
Utomo, Pramudi. 2008, Teknik Telekomunikasi Jilid 1. 15, Jakarta