• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM KETAHANAN PANGAN (Studi di Kantor Ketahanan Pangan dengan Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Lamongan )

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM KETAHANAN PANGAN (Studi di Kantor Ketahanan Pangan dengan Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Lamongan )"

Copied!
58
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu cara mengukur maju tidaknya sebuah negara bisa dilihat dari tingkat kesejahteraan masyarakatnya yang mendominasi negara tersebut, sebut saja Indonesia negara agraria yang mampu sebagai produsen pangan didunia dengan produk utamanya berupa padi. Hal tersebut tidak akan terwujud bilamana tidak ada peran Pemerintah yang menopangnya sebagai instrumen pembuat kebijakan. Namun, hingga saat ini apakah kebijakan perberasan benar-benar mensejahterakan masyarakat petani sebagai subyek pelaksana kebijakan. Dari berbagai kebijakan yang pemerintah keluarkan untuk ketahanan pangan ternyata

banyak menimbulkan berbagai permasalahan yang “mencekik” petani, bahkan

cerita miris pun turut menghiasai perberasan nasional dalam kurun waktu seperempat abad ini. 1) Indonesia tidak mampu lagi melakukan swasembada beras sendiri. 2) Indonesia masuk sebagai 10 besar negara pengimport beras1, miris sekali melihatnya padahal Indonesia merupakan salah satu negara agraria terbesar di dunia. 3) kesejahteraan petani hingga saat ini belum mampu “ terselamatkan”, itu karena pemerintah mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang masih merugikan petani mulai harga gabah yang rendah, mahalnya pupuk, oknum yang tidak bertanggungjawab serta belum lagi kondisi alam yang selalu berubah-ubah.

1

Sulistyaningsih, Tri. 2006. Politik Kebijakan Pangan : Intervensi vs kepentingan petani.Dalam “

(2)

2 Berbagai kebijakan pemerintah lakukan demi stabilitas pangan nasional, namun peran pemerintah mulai orde lama hingga saat ini masih belum cukup efektif terhadap masyarakat petani. Hal tersebut terlihat dari berbagai persoalan yang terjadi pada zaman dahulu. Dimana komoditas beras yang merupakan komoditas ekonomi ternyata memiliki nilai politik sebagai kendaraan untuk mencapai dukungan politik baik itu dukungan internasional maupun nasional. Namun, pada zaman itu kebijakan pemerintah bisa memberikan sedikit harapan bagi masyarakat Indonesia terbukti pada awal 1970-an Indonesia mampu melakukan Swasembada beras yang itu artinya beras nasional menjamin

kebutuhan pokok masyarakat Indonesia. Hal tersebut hanya “kebahagian” semu

yang ternyata itu tidak berlangsung lama dan Indonesia tidak mampu melakukan swasembada beras lagi. Hal ini terjadi karena kebijakan yang diambil pemerintah pada saat itu hanya untuk kepentingan politis saja tanpa memperhatikan kepentingan nasib petani.

Menurut Simatupang (1999), akar permasalahan pada saat itu adalah adanya sistem monopoli pemerintah dalam melakukan formulasi dan implementasi kebijakan. Pemerintah terlalu arogan tanpa menghiraukan aspirasi-aspirasi masyarakat petani dan menimbulkan sikap ignorant2 pada masyarakat yang pada hakekatnya implementasi itu gagal. Pendekatan yang digunakan pada saat itu adalah top-down yang banyak merugikan petani. Seiring dengan tekanan dunia internasionl, Indonesia mau tidak mau harus mngikuti arus liberalisasi yang telah tumbuh dan Indonesia tidak mempunyai nalai tawar di dunia internasional.

2

(3)

3 Dalam menciptakan atau meningkatkan ketahanan pangan memerlukan upaya yang sinergi antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, swasta dan masyarakat. Implementasi kebijakan pemerintah daerah dalam meningkatkan ketahanan pangan diwujudkan oleh hasil kerja suatu sistem ekonomi pangan yang terdiri atas subsistem penyediaan pangan, subsistem distribusi pangan, dan sistem konsumsi pangan yang saling berkesinambungan. Adanya peningkatan pola tanam yang baik menyebabkan produktivitas akan meningkat. proses implementasi program peningkatan ketahanan pangan dilaksanakan melalui perpaduan antara sistem top down dan bottom up.

Bagan : 1.1 Pola Pemerataan Katahanan Pangan.

Sumber: USAID-1999 ( modifikasi ).3

Dari bagan di atas bisa dijelaskan bahwa ketahan pangan dapat tercapai apabila pemerintah tetap menopang produksi sebagai ketersedian pangan yang nantinya di salurkan/distribusikan ke daerah yang membutuhkan pasokan pangan sehingga nantinya tercapai tingkat konsumsi yang merata artinya pola di atas saling berkesinambungan. Selain itu pemerintah juga menjaga kondisi sosial, politik,

3

( di kutip dari skripsi : Konsep dan Implementasi Kebijakan Pemerintah Daerah Kabupaten Boyolali Dalam meningkatkan Ketahanan Pangan. Karya : Dany Puspitasari, Jurusan Ilmu Pemerintahan-UGM. 2010. Abstraksi)

Sistem Ketahan Pangan

(4)

4 ekonomi ,budaya dan lain-lain karena hal itu sangat berkaitan erat dengan ketahanan pangan nasional.

Dari data perberasan Indonesia, mulai tahun 2000 intervensi pemerintah semakin menyulitkan para petani terlihat pemerintah mengimpor beras secara besar-besaran dan masuk dalam 10 negara pengimpor beras terbasar di dunia. Hal ini terjadi bukan lantaran karena pasokan dalam negeri berkurang namun ada berbagai pertimbangan ekonomi politik menyebabkan import beras. Fakta yang lebih mengejutkan bahwa Indonesia mengimpor beras pada tahun 1998 sebesar 5,77 juta ton. Hal tersebut menjadi ironi tersendiri bagi Indonesia ternyata pada tahun 1997 Indonesia surplus sebesar 5,63 juta ton4. Untuk lebih jelas lihat tabel 1.1 :

Tabel 1.1 Neraca Produksi Beras dalam negeri tahun 1997-2001

Tahun Penduduk

Sulistyaningsih, Tri. 2006. Politik Kebijakan Pangan : Intervensi vs kepentingan petani.Dalam “

(5)

5 Sumber : HKTI dalam RDPU komisi III DRP RI dengan HKTI, 4 Pebruari 2002 dan Kompas 28 Januari 2002.5

* Asumsi : Konsumsi beras 133kg/Kapita/Tahun ** Kelebihan =Produksi – Konsumsi

Bahkan terdapat fakta di tahun 2011, dengan jumlah penduduk 238 juta jiwa dengan tingkat konsumsi beras sebesar 140 kg/kapita/tahun, sedangakan produksi beras di tahun itu mencapai 38 juta ton6.Maka tingkat konsumsi secara keseluruhan mencapai 33,3 juta ton itu artinya masih terjadi surplus sebesar 4,7 juta tons. Sedangkan pemerintah pada tahun 2011 memberikan izin kepada Bulog untuk impor beras sebesar 1,5 juta ton7. ( data diolah sendiri dalam Berita-Terbaru.com)8.

Dari fakta di atas terlihat bahwa pemerintah masih belum serius dalam memperhatikan kepentingan petani Indonesia hingga tahun 2011. Petani yang sesungguhnya pahlawan bangsa dengan jerih payahnya masih bisa memberikan

surplus pangan nasional bukan “terimakasih” yang di berikan oleh pemerintah

melainkan “membunuh” secara berlahan-lahan dan parahnya Indonesia menjadi “

sampah” pangan internasional yang menyengsarakan petani Indonesia.

Kelahiran Badan Urusan Logistik (Bulog) tahun 1967 sebagai Badan Pemerintah Non Departement sebagai instruksi kebijakan dalam pengelolan pangan nasional memiliki tugas :

5

Ibid. hlm 70

6

http://bumiganesa.com/import-beras-atau-beras-poltik/html. akses 25-1-12 (Pkl: 22.00wib)

7

http://republika.co.id/berita/html. akses 15-1-12 (23.00 wib)

8

(6)

6 1. Penyangga harga dasar yang tinggi untuk merangsang produksi pangan. 2. Perlindungan harga maksimum untuk menjamin harga bagi konsumen. 3. Membuat perbedaan yang layak untuk harga dasar dan harga maksimal

guna merangsang perdagangan.

4. Membuat harga yang wajar antara harga domestik dengan harga internasional.

Untuk mencapai tujuan di atas, paket instrumen kebijakan pertama kali yang lakukan bulog adalah:

1. Menetapkan harga dasar.

2. Pembelian gabah petani waktu panen

3. Memberikan tambhan gaji beras kepada PNS dan TNI/POLRI. 4. Operasi Pasar

5. Melindungi pasar beras domestik dari arus internasional dengan monopoli import hanya boleh di lakukan oleh Bulog.

6. Distribusi beras ke daerah yang lain untuk merangsang perdagangan swasta.

Seiring berjalannya waktu berdirinya Bulog untuk mensejahterakan petani seolah

terasa”hampar” ketika Bulog berubah menjadi Perusahaan Umum yang tentunya

(7)

7 berujung pada pola kebijakan saat ini yang masih pro liberalisme tanpa mementingkan nasib petani Indonesia.

Hingga tahun ini jumlah penduduk Indonesia hampir mencapai 238 juta jiwa penduduk dan laju pertumbuhan1,7%9.Angka tersebut terbilang cukup besar bila tidak diimbangi dengan peningkatan produksi pangan maka akan terjadi masalah di sektor-sektor yang lain bahkan bisa membahayakan stabilitas nasional apalagi akhir-akhir ini laju produksi nasional terbilang menurun. Untuk itu semua elemen yang ada di negara ini tetap harus berusaha menigkatkan produksi pangan.

Komitmen Indonesia untuk mewujudkan ketahanan pangan tertuang dalam UU No. 7 Tahun 1996 tentang Pangan dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia (PP) No. 68 tentang ketahanan Panagan. Berkaitan dengan Ketahanan Pangan juga terdapat dalam peratura Presiden No. 7 tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka menengah yang salah satu tujuannya untuk mewujudkan Ketahanan Pangan baik di tingkat rumah tangga maupun di tingkat nasional 10. Pada 11 Juni 2005 pemerintah mencanangkan Revitalisasi Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (RPPK). Strategi ini bertujuan untuk lebih meningkatkan kesejahteraan masyarakat (petani dan nelayan), meningkatkan daya saing, dan menjaga kelestarian sumberdaya alam.

Sebagaimana oleh Edwards III bahwa tanpa implementasi yang efektif maka keputusan pembuat kebijakan tidak akan berhasil dilaksanakan. Dalam hal

9

http://bumiganesa.com/import-beras-atau-beras-poltik/html. akses 25-1-12 (Pkl: 22.00wib)

10

(8)

8 ini kebijakan yang efektif nantinya dimulai dari aspirasi dari masyarakat yang kemudian itu nantinya di jadikan acuan dasar untuk proses pembuatan kebijakan atau dengan istilah Bottom-Up, kemudian di implementasikan kebijakan tersebut dalam bentuk Top-Down. Tetapai realita yang terjadi di Indonesia justru metode

Top-Down yang di gunakan pemerintah dalam menangani ketahanan pangan tanpa menyertakan peran aktif petani Indonesia yang akibatnya mereka tersiingkirkan. Sedangkan menurut Hegel (Budiman, 1996), negara mempunyai

power yang dominan, negera dinilai memiliki otoritas yang tinggi untuk mengatur rakyatnya sehingga harus dipatuhi, jika kita melihat teori dari Hegel hal ini sangat cocok di negara kita dimana negara mengusai penuh atas rakyatnya dengan kebijakan-kebijakan yang di keluarkannya tanpa pastisipasi dari masyarakat itu sendiri. Akhirnya terjadilah gejolak dimana-mana atas kebijakan kontroversial tersebut.

(9)

9

Sumber : Dinas Pertanian dan Kehutanan Kab. Lamongan11.

Dari data di atas terlihat bahwa produksi di Kabupaten Lamongan memiliki produksi cukup tinggi. Namun, kenyataan di lapangan sangat berbeda di mana masyarakat petani Lamongan. Para petani masih jauh dari sejahtera padahal tingkat produksi yang cukup tinggi hal ini di sebabkan oleh beberapa faktor :

1. Mahalnya harga pupuk saat masa tanam padi.

2. Perubahan iklim yang tidak menentu membuat patani bingun dalam mengatur, mengolah padi sebelum dan pasca panen.

3. Masih rendahnya harga jual padi di pasar terutama pada masa panen. 4. Sering terserang hama penyakit wereng dan lain-lain sehingga dapat

menghambat pertumbuhan padi.

5. Masih adanya permainan tengkulak di pasaran.

11

(10)

10 Data dari harga beras di Pasar Sidoharjo Kecamatan Lamongan jenis IR64 kualitas Dolog turun Rp 50 per kilogram (kg) dibanding minggu lalu, dari Rp 5.300 per kg menjadi Rp 5.250. Beras kualitas medium turun Rp 250 dari Rp 6.500 menjadi Rp 6.250 per kg, dan IR64 kualitas super turun Rp 500 dari Rp 7.000 menjadi Rp 6.500 per kg. Di Pasar Blimbing Kecamatan Paciran beras IR64 kualitas super turun dari Rp 7.250 menjadi Rp 7.000 per kg. Beras IR64 kualitas Dolog dan medium turun Rp 100 per kg12. Meskipun harga beras turun di Kab. Lamongan penurunannya tidak terlalu signifikan jadi tidak mempengaruhi konsumen justru petani masih berkutik pada kesusahan.

Kondisi ini diperparah ketika pada masa panen, harga gabah cenderung menurun karena banyak petani menjual gabahnya secara langsung kepada tengkulak dan mau tidak mau petani harus menerima dengan harga yang rendah. Hal ini disebabkan karenan petani ingin secepat mungkin menikmati hasil panen, disamping itu petani juga dituntut untuk melunasi modal yang di pakai di awal musim tanam dan membayar hutang pupuk dengan harga tinggi. Jadi hingga saat ini pun petani masih belum sejahtera. Perlu kirannya pemerintah mengeluarkan kebijakann yang nantinya mampu membantu petani.

Urgensi masalah yang di angkat peneliti nantinya mampu mendeskripsikan bagaimana peran pemerintah dalam menentukan kebijakan pro masyarakat petani dalam masalah ketahanan pangan yang di hadapi masyarakat petani kabupaten Lamongan.

12

(11)

11

B. Rumusan Masalah

Sesuai dengan permasalahan dan penjelasan di atas dapat di ambil sebuah kesimpulan rumusan masalah yang akan menjadi point pokok penyusunan penelitian ini dengan sebuah pertanyaan singkat, yaitu: 1. Bagaimana struktur organisasi pelaksanaan kebijakan Pemerintah

kabupaten Lamongan dalam ketahanan pangan di kabupaten Lamongan?

2. Bagaimana mekanisme pelaksanaan kebijakan Pemerintah kabupaten Lamongan dalam ketahanan pangan di kabupaten Lamongan?

3. Bagaimana tanggapan dan sasaran masyarakat dalam implementasi kebijakan ketahanan pangan di kabupaten Lamongan?

4. Kendala apa saja yang dihadapi Pemerintah kabupaten Lamongan dalam ketahanan pangan di kabupaten Lamongan?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ini dicapai dalam penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui struktur organisasi pelaksanaan kebijakan

Pemerintah kabupaten Lamongan dalam ketahanan pangan di kabupaten Lamongan.

2. Untuk mengetahui mekanisme pelaksanaan kebijakan Pemerintah kabupaten Lamongan dalam ketahanan pangan di kabupaten Lamongan.

(12)

12 4. Untuk mengetahui Kendala apa saja yang dihadapi Pemerintah kabupaten Lamongan dalam ketahanan pangan di kabupaten Lamongan.

D. Manfaat Penelitian

1. Secara Teoritis

Secara teoritis, penelitian ini bisa bermanfaat untuk mendukung kebijakan / teori yang di gunakan nantinya dan sebagai referensi bagi mahasiswa Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang.

2. Secara Praktis

Penelitian ini diharapkan bisa menjadi acuan dalam pembelajaran bagi mahasiswa ilmu pemerintahan dalam menganalisis kebijakan ketahanan pangan di Kabupaten Lamongan serta menjadikan sebagai hasil rekomendasi untuk instansi terkait.

E. Definisi Konseptual

Definisi konsep terpacu pada tema penelitian yang diangkat, maka ditemukan konsep yang perlu di definisikan dengan tujuan agarpeneliti dan pembaca kesamaan persepsi dan pemahaman. Sehingga dengan memperhatikan tema dan latar belakang permasalahan maka penulis memberikan definisi konseptual sebagai berikut:

a. Kebijakan

(13)

13 dibuat oleh lembaga atau pejabat pemerintah pada bidang-bidang yang menyangkut tugas pemerintahan, seperti pertahanan keamanan, energi, kesehatan, pendidikan, kesejahteraan masyarakat, kriminalitas, perkotaan dan lain-lain.

- Thomas R Dye mengatakan bahwa kebijakan publik adalah apapun yang dipilih oleh pemerintah untuk dilakukan dan tidak dilakukan13.

Penulis mengambil kesimpulan bahwa kebijakan itu adalah pemanfaatan yang strategis terhadap sumber daya yang ada untuk memecahkan masalah publik atau pemerintah.

b. Ketahanan Pangan

- Undang-Undang Pangan No.7 Tahun 1996: kondisi terpenuhinya kebutuhanpangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan secara cukup, baik dari jumlah maupun mutunya, aman, merata danterjangkau14.

- FIVIMS 2005 (Food Insecuity and Vulnerability Information and Mapping system) Ketahanan Pangan adalah: kondisi ketika “semua orang pada segala waktu secara fisik, social dan ekonomi memiliki akses pada pangan yang cukup, aman dan bergizi untuk

13

(di kutip dari Tugas Mata Kuliah.Definisi Kebijakann Publik dan Klarifikasinnya . Karya Septianto S. Nugroho, Jurusan IP-UGM, 2008. Hlm 2)

14

(14)

14 pemenuhan kebutuhan konsumsi (dietary needs) dan pilihan pangan (food preferences) demi kehidupan yang aktif dan sehat15.

F. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah unsur penelitian yang memberikan arah penelitian atau adapat juga di katakan sebagai suatu informasi ilmiah yang dapat membantu penelitian lainnya yang ingin menggunakan variabel yang sama dalam pengambilan penelitian serupa. Adapun dengan mengacu judul tentang Kebiajkan Pemerintah dalam Ketahan Pangan di Kabupaten Lamongan, maka definisi opersional adalah :

Kebijakan Pemerintah Daerah Kabupaten Lamongan dalam pengembangan ketahan pangan di Kabupaten Lamongan.

a. Struktur organisasi instansi terkait dalam mengimplementasi program ketahanan pangan di kabupaten Lamongan.

b. Mekanisme implementasi program ketahanan pangan sebagai langkah konkrit dalam menjalankan program ketahanan pangan, yang meliputi :

- Sosialisasai kebijakan ketahanan pangan kepada masyarakat petani Kabupaten Lamongan.

- Implementasi kebijakan ketahanan pangan dalam bentuk program-program kepada masyarakat petani kabupaten Lamongan.

15

(15)

15 - Evaluasi kebijakan ketahanan pangan yang telah dilakukan

pemerintah dan masyarakat penati kabupaten Lamongan. c. Tanggapan dan sasaran masyarakat sebagai objek implementasi

kebijakan ketahanan pangan yang nantinya dapat memberikan suatu perubahan lewat masukan dan kritikan terhadap pemerintah tentang berhasil tidaknya kebiajakan ketahanan pangan di kabupaten Lamongan.

d. Kendala Pemerintah daerah kabupaten Lamongan dalam pengembangan Ketahanan pangan di Kabupaten Lamongan.

- Kinerja Pemerintah daerah kabupaten Lamongan dalam pengembangan Ketahanan pangan di Kabupaten Lamongan. - Kesadaran masyarakat dalam ketahanan pangan di kabupaten

Lamongan.

- Pengawasan Pemerintah daerah kabupaten Lamongan dalam pengembangan Ketahanan pangan di Kabupaten Lamongan.

G. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan penelitian diskriptif kualitatif. Yaitu menyajikan satu gambar yang terperinci tentang satu situasi khusus, setting, sosial atau hubungan16. Peneliti menggunakan metode deskriptif kualitatif karena peneliti berupaya menggali data dari responden yang telah menjadi sumber dalam penelitian ini. Selain

16

(16)

16 itu, metode ini juga cocok untuk di terapkan dalam penelitian lapangan dengan alasan peneliti bisa berinteraksi langsung dengan responden serta bisa mengamati langsung pergerakan objek yang akan di teliti yakni tentang kebijakan pemerintah dalam ketahanan pangan di kabupaten Lamongan.

2. Subyek Penelitian

Subyek penelitian adalah seseorang atau kelompok (dinas) yang di pilih dengan sengaja sehingga sumber data dapat terkumpul, dengan ini subyek penelitiannya adalah :

a. Kantor Ketahanan Pangan Kabupaten Lamongan Sebagai SKPD pelaksana kebijakan ketahan pangan kab. Lamongan

b. Dinas Pertanian & Kehutanan Kab. Lamongan

Sebagai pelaksana kebijakan Produktivitas pangan kab. Lamongan.

c. UPT. Dinas Pertanian dan Kehutanan Kec. Kedungring Kab. Lamongan.

Sebagai ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia sebagai mitra pemerintah dalam pengembangan kebijakan ketahanan pangan di kab. Lamongan.

d. Kelompok tani dan masyarakat

(17)

17 3. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian merupakan tempat dimana peneliti mengadakan pengamatan langsung terhadap masalah yang ada sehingga peneliti bisa mendapatkan informasi, gambaran dan data-data yang di inginkan. Peneliti mengadakan penelitian di Kabuapaten Lamongan. Hal itu di lakukan dalam rangka mengetahui kebijakan ketahanan pangan di Kabupaten Lamongan untuk mempermudah mendapatkan informasi, gambaran dan data-data yang valid.

4. Sumber data a. Data primer

Yaitu data yang berasal dari informan khususnya informan yang memahami tentang kebijakan ketahanan pangan kab. Lamongan. Data primer dalam penelitian ini seperti para pejabat pemerintah, swata dan masyarakat. Denagn data primer ini nantinya sangat membantu peneliti untuk mendapatkan data-data yang di teliti.

b. Data sekunder

(18)

18 lengkap, kondisi realita yang berbeda, penelitian tidak bisa melakukan pengamatan secara langsung.

H. Teknik Pengumpulan data

Pada penelitian ini di gunakan tiga metode pengumplan data, yakni :

1. Obeservasi

Pengumpulan data dengan obesrvasi langsung atau pengamatan langsung adalah cara pengambilan data dengan menggunakan mata tanpa ada pertolongan alat standar yang lain untuk keperluan tersebut17. Dengan metode obsevasi dapat diperoleh gambaran yang lebih jelas tentang kehidupan sosial yang sukar di peroleh dengan metode yang lain. Dengan metode ini kita nantinnya memiliki beberapa keuntungan:

a. Dengan cara pengamatan langsung, terdapat kemungkinan untuk mencata hal-hal, perilaku, fenomena sosial yang terjadi di tempet penelitian.

b. Melalui pengamatan langsung dapat di peroleh data dari subyek yang tidak dapat berkomunikasi secara verbal maupun yang tidak mau berkomunikasi secara verbal.

Teknik observasi merupakan teknik penghamatan secara langsung yang terjadi di lapangan yang berkaitan dengan kebijakan ketahanan pangan di Kabupaten Lamongan.

17

(19)

19 2. Wawancara ( interview)

Wawancara adalah suatu percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu di lakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara yang memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut. Dengan interview ini nantinya peneliti akan mendapatkan data-data melalui sistem tanya jawab.

Jika di lihat dari jenisnya teknik wawancara memiliki dua macam yaitu : wawancara terstruktur, wawancara tidak terstruktur dan wawancara semi terstruktur. Wawancara tersetruktur adalah proses wawancara dengan persiapan pertanyaan-pertanyaan yang di susun rapi dan ketat. Wawancara tidak tersetruktur adalah wawancara yang di lakukan secara mengalir begitu saja. Sedangkan, wawancara semi terstruktur adalah gabungan dari wawancara terstruktur dan tidak terstruktur. Peneliti disini menggunakan teknik wawancara semi terstruktur.

3. Dokumentasi

(20)

20

I. Teknik analisis data

Bagan 1.2 : Skema Teknik Analisis Data

Sumber: Saifullah, 2006.18

a. Pengeditan

Yaitu pemeriksan kembali semua data yang di peroleh terutama dari kelengkapannya, kejelasan makna, kesesuaian serta relevansi dengan kleompok data yang lain.Memeriksa kembali data-data primer dan skender yang kemudian di lakukan mengenai validitas data yang di peroleh dalam hal ini memeriksa pengembangan kebijakan ketahanan pangan di kabupaten Lamongan.

18 Saifulllah, 2006.

Buku Panduan Metodelogi Penelitian. Malang :Universitas Islam Negeri Malang.

Teknik Analisis Data

Pengeditan

Verifikasi

Pengklasifikasian

(21)

21 b. Verifikasi

Yaitu langkah dan kegiatan yang di lakukan pada sebuah penelitian untuk memperoleh data dan informasi dari lapangan dan harus di cek ulang agar validitasnya dapat di akui oleh pembaca. Hal ini untuk mempermudah dan memberi fokus kepada obyek yang akan di teliti.

c. Pengklasifikasian

Yaitu menyusun dan mensistemastikan data-data yang di peroleh dari para informan ke dalam pola tertentu gunna mempermudah pembahasan yang berkaitan dengan penelitian yang di lakukan. Dalam hal ini, peneliti mengecek ke absahan data tersebut melihat realita sosial tentang kebijakan ketahanan pangan di Kab. Lmaongan.

d. Analisa

Yaitu penyederhanaan data ke dalam bentuk yang mudah di baca dan di interpretasikan. Disini peneliti mencoba menganalisi permasalah yang terjadi di kab. Lamongan tentang kebijakan ketahan pangan dengan menggunakan metode deskriptif kulitatif.

(22)

i

KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM

KETAHANAN PANGAN

(Studi di Kantor Ketahanan Pangan dengan Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Lamongan )

SKRIPSI

Diajukan sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana (S-1) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Muhammadiyah Malang

Disusun Oleh :

Dani Yuniarta

08230063

JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

(23)
(24)
(25)

iv

SURAT PERNYATAAN

Nama : Dani Yuniarta

Tempat, Tanggal Lahir : Lamongan, 18 Juni 1990

NIM : 08230063

Fakultas : Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik

Jurusan : Ilmu Pemerintahan

Menyatakan bahwa Karya Ilmiah/Skripsi saya yang berjudul:

KEBIJAKAN PEMERINTAH KABUPETEN LAMONGAN DALAM KETAHANAN

PANGAN TAHUN 2011 adalah bukan karya tulis orang lain, baik sebagian maupun

keseluruhan, kecuali dalam bentuk kutipan yang telah saya sebutkan

sumbernya.Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila

pernyataan ini tidak benar, saya bersedia mendapatkan sanksi akademik sebagaimana

berlaku.

Malang, 20 Januari 2013

Yang Menyatakan,

(26)
(27)

vi KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, bawasanya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan sebaik-baiknya, tak lupa juga sholawat serta salam yang selalu penulis panjatkan kepada Nabi Muhammad

SAW. Alhamdulillah hirobil’alamin akhirnya penulis telah menyelesaikan karya

tulis ini dengan judul “KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM KETHANANN PANGAN (Study Kantor Ketahanan Pangan dengan Dinas Pertanian dan

Kehutanan Kabupaten Lamongan), sebagai prasarat untuk memperoleh gelar

kelulusan (S1) pada jurusan Ilmu Pemerintahan, Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik dengan sebaik-baiknya.

Rasa beribu-ribu hormat dan terima kasih penulis tujukan kepada Ayahanda tercinta Drs. Sulardi, Ibunda Tercinta Munartik, Kakak tercinta Arbi Widiantara, adik tersayang Angga Rahmawan dan seluruh keluarga yang senantiasa memberikan Support yang tak terbatas dan bantuan lahir batin, kekuatan doa, masukan dan kritikan, serta selalu menantikan keberhasilan penulis sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan pendidikan di Universitas Muhammadiyah Malang.

(28)

vii bisa menyelesaikan sebagaimana kewajiban penulis yaitu menuntut ilmu. Rasa terima kasih ini saya ucapkan kepada:

1. Bapak Muhajir Efendi, salaku Rektor Universiyas Muhammadiyah Malang. Semoga usaha Bapak menjadi sumbangsih terbesar bagi terbentuknya kader-kader yang bermanfaat bagi bangsa dan negara.

2. Dr. Tri Sulistyaningsih, M.Si selaku Ketua Prodi Ilmu Pemerintahan dan Pembimbing I serta Prof. Ishomuddin, M.Si selaku pembimbing II, yang penuh kesabaran memberikan waktu dan tenaga dalam membimbing penulis, hingga terselesaikannya skripsi ini.

3. Segenap Jajaran Dosen Ilmu Pemrintahan FISIP : Dr. Tri Sulistyaningsih, M.Si, Bpk. Krisno Hadi, Bpk. Asep Nurjaman, Bpk. Solahudin, Bpk. Imam Hidayat, Bpk. Yana, Bpk. Jainuri, Ibu. Hevy, dan lainya. Terima kasih banyak ilmu-ilmu yang bapak-ibu berikan selama perkuliahan. Jasa-jasa bapak-ibu semoga dicatat dalam amal kebaikan.

4. Kantor Ketahanan Pangan Bapak Sigit Yuli, SP

Dinas Pertanian dan Kehutanan Kab. Lamongan Ibu. Hartiwi S. Utami, SP. MM. Terimakasih atas waktu luangnya dan data-datanya.

5. IMM Renaissance FISIP sebagai Keluarga Kedua di Malang. Terimakasih untuk Mas Khikmawanto (amink), Mas Gilang, Mas Ilham (Jawa Post), Mas Dzul (Ateng), Mas Sueb, Mas Hasby, Mas Didit, Mas Fadh, Mbk

Kori’, Mas Handoko (ndok), Mas Salam, Mas Rustam, Mas Agus (

(29)

viii Mas Andy Wahyu, Mas Erwin ( terimakasih atas ilmu prinsipnya mas), Mas Sururin, Mas Abim, Mas Cecep, Mas Andre Lombok, Mas Arsyad, Bang Idrus, Mbk Sandra, Mbk Riska (Makassar), Mbk. Nia, Mbk Cicil, Mas Andre Bima, Mas Qurais, Mas Rofik ( Komandan), Mas Ts. Hendro, Mas Dimas (Bus Community), Bang Romly Rafael, Mas Rustan Hidyaat,

Mbk Dian, Mbk Yayak, Mbk Fella, Mbk Intan, Mbk Dati’ ( makasih ide n

supportx mbk), Mbk Fitri, Mbk Ferdia DLL. Angkatan 08: Eza Rizana, Galang, Rizal, Dyah RA, Aprilia, Ach. Hamdi ( Bang Haji), Ranindya, Helpin, Rizal, Fredy, Suwait, Putri, DLL. Angakatan 09 : Marjuki, Pamulat (Musuh PS), Awan (Cina Jawa), Silung, Anugrah, Danang, Reza (Kulhu ae Lek), Devi, Ira, Yakub, Gusmul, Elsa, Hariz, DLL. Untuk

angkatan 10,11,12 sekses dan semangaattt terus adikku :’) lanjutkan

Pengkaderan

6. Segenap sodara2ku IP 08 : Rizal, Eza, Galang, Helpin, Prima, Dian, Tika, Ayu Twin, kiki, Anjar, AA kurnia, Hary Resnady, Ary Indra, Bagus, Surya, Puji, Bahrun R. Ahimsah, Abd. Malik, Capang, Nikita ( Bule),

Alor, ach. Hamdi, Rio, Jami’ Raya, Luqman Hakim DLL

7. Temen2 KKN Pandanrejo 11: Fredy (Kordes) Dewi, Anggun, Endaah, Ferry, Siklum, Erna, Rita, Rabita (Bu Dokter), Nabila El. Adiy ya Yudha (Koplak), Pandu, Danu S, Avivt DLL

(30)

ix 9. Temen Kampus di semua Fakultas Univ. Muhammadiyah Malang.

10.Untuk Mbk. Umi Fadhilah ( AIT Thailand), Mbak. Ida Kasi, Mbak. Tyas, Pak. Budi Santoso, Mbk Miftahul Rohmah Saputri, Mbk. Diah Lismiadara Intan, Mbk Nidaul Chasanah Terima kasih atas Motivasinya 

11.Serta pihak-pihak yang terkait dalam segala urusan untuk menyelesaikan tugas skripsi sampai selesai dan maaf sebanyak-banyak karena tidak bisa menyebutkan satu persatu .

Semoga Allah SWT memberikan balasan yang setimpal atas segala bantuan yang telah penulis terima. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan karena keterbatasan pada penulis, maka dengan segala kerendahan hati penulis menerima saran dan kritik yang bersifat konstruktif demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga dari apa yang telah penulis buat ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua, Amien Ya Robal Alamin.

Wasalamualaikum. Wr. Wb.

Malang, 20 Januari 2012

(31)

x DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PERSETUJUAN ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

SURAT PERNYATAAN ... iv

BERITA ACARA BIMBINGAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR BAGAN ... xiv

ABSTRACT ... xv

ABSTRAKSI ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

(32)
(33)

xii B. Program Kerja Pemerintah ... 77

1. Kantor Ketahan Pangan Kab. Lamongan ... 77 2. Dinas Pertanian dan Kehutanan Kab. Lamongan ... 80 C. Kerja Sama Pemerintah ... 83

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISA DATA ... 84

A. Struktur Organisasi ... 84 1. Kantor Ketahanan Pangan Kab. Lamongan ... 85 2. Dinas Pertanian dan Kehutanan Kab. Lamongan ... 90 B. Mekanisme Implementasi Kebijakan Pemerintah

dalam bentuk Program ... 98 1. Sosialisasi ... 98 2. Implementasi ... 106 3. Evaluasi ... 113 C. Saran dan Tanggapan ... 116 D. Kendala-kendala yang dihadai Pemerintah ... 117 BAB V PENUTUP ... 118

A. Kesimpulan ... 118 B. Saran ... 119 DAFTAR PUSTAKA ... 121

(34)

xiii DAFTAR TABEL

(35)

xiv DAFTAR BAGAN

(36)

xv DAFTAR PUSTAKA

Abdul Wahab, Solichin. 2008. Pengantar Analisis Kebijakan Publik. Malang : UPT UMM Press.

Mubyarto.1987. Politik Pertanian dan Pembangunan Pedesaan.Jakarta: Sinar Harapan

Nazir, Mohammad. 2005. Metode Penelitian . Jakarta: Ghalia Indonesia.

Saifulllah, 2006. Buku Panduan Metodelogi Penelitian. Malang :Universitas Islam Negeri Malang.

Sulistyaningsih, Tri. 2006. Politik Kebijakan Pangan : Intervensi vs Kepentingan Petani. Dalam Kebijakan Elitis Politik Indonesia. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Silalahi, Ulber. 2009. Metode Penelitian Sosial. Bandung : PT. Rafika Aditama.

Irfan.Islamy, M.2004. Prinsip-prinsip Perumusan Kebijakan Negara. Edisi 2. Cetakan ke-3. Bumi Aksara: Jakarta hal 10-106.

Supanji, Babad. Dkk 2004. Desentralisasi dan Tuntutan Penataan

Kelembagaan Daerah. Humaniora hlm :50

Internet :

- http://berita-terbaru.com .

- http://bumiganesa.com/import-beras-atau-beras-poltik/html.

- dikutip dari skripsi : Konsep dan Implementasi Kebijakan Pemerintah Daerah Kabupaten Boyolali Dalam meningkatkan Ketahanan Pangan. Karya : Dany Puspitasari, Jurusan Ilmu Pemerintahan-UGM. 2010. Abstraksi.

(37)

xvi - dikutip dari Tugas Mata Kuliah.Definisi Kebijakann Publik dan

Klarifikasinnya . Karya Septianto S. Nugroho, Jurusan IP-UGM, 2008. Hlm 2.

- di kutip dari. Tugas Mata Kuliah.dalam Pengertian Ketahan Pangan. Oleh Nuhfil Hanani.

- dikutip dari Politik Ketahan Pangan. Oleh Jonathan Lassa ( http://google/Ketahan Pangan)

- http://sains.kompas./harga.beras.di.lamongan/html.

- http://republika.co.id/berita/html.

- Mahmur, Mulyo. 2010. Strategic Alliance for Achieving MDG’s. Dalam rangka Dies Natalis Unpad ke-53. Bandung

- http://ketahanan_pangan_rumah-tangga_diperdesaan/puslit_kependudukan_LIPI - Wikipedia 2008. Pemerintah Daerah. Di akses pada tanggal 27 Agustus

2012 dari www. Wikipwdia.com

- Kementrian Dalam Negeri Republik Indonesia. 2004. Formulir Isian untuk Analisis SWOT untuk Sepeuluh Fungsi Pemerintahan Daerah.

www.scbdp.com

- www.lamongankab.go.id

- Peraturan Menteri Pertanian No. 61/Permentan/OT.140/10/2010. - http://kertyawitaradya.files.wordpress.com/2010/04/model-van-horn. http://kertyawitaradya.wordpress.com/2010/implementasi.kebijakan.publik.m

(38)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu cara mengukur maju tidaknya sebuah negara bisa dilihat dari tingkat kesejahteraan masyarakatnya yang mendominasi negara tersebut, sebut saja Indonesia negara agraria yang mampu sebagai produsen pangan didunia dengan produk utamanya berupa padi. Hal tersebut tidak akan terwujud bilamana tidak ada peran Pemerintah yang menopangnya sebagai instrumen pembuat kebijakan. Namun, hingga saat ini apakah kebijakan perberasan benar-benar mensejahterakan masyarakat petani sebagai subyek pelaksana kebijakan. Dari berbagai kebijakan yang pemerintah keluarkan untuk ketahanan pangan ternyata

banyak menimbulkan berbagai permasalahan yang “mencekik” petani, bahkan

cerita miris pun turut menghiasai perberasan nasional dalam kurun waktu seperempat abad ini. 1) Indonesia tidak mampu lagi melakukan swasembada beras sendiri. 2) Indonesia masuk sebagai 10 besar negara pengimport beras1, miris sekali melihatnya padahal Indonesia merupakan salah satu negara agraria terbesar di dunia. 3) kesejahteraan petani hingga saat ini belum mampu “ terselamatkan”, itu karena pemerintah mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang masih merugikan petani mulai harga gabah yang rendah, mahalnya pupuk, oknum yang tidak bertanggungjawab serta belum lagi kondisi alam yang selalu berubah-ubah.

1

Sulistyaningsih, Tri. 2006. Politik Kebijakan Pangan : Intervensi vs kepentingan petani.Dalam “

(39)

2 Berbagai kebijakan pemerintah lakukan demi stabilitas pangan nasional, namun peran pemerintah mulai orde lama hingga saat ini masih belum cukup efektif terhadap masyarakat petani. Hal tersebut terlihat dari berbagai persoalan yang terjadi pada zaman dahulu. Dimana komoditas beras yang merupakan komoditas ekonomi ternyata memiliki nilai politik sebagai kendaraan untuk mencapai dukungan politik baik itu dukungan internasional maupun nasional. Namun, pada zaman itu kebijakan pemerintah bisa memberikan sedikit harapan bagi masyarakat Indonesia terbukti pada awal 1970-an Indonesia mampu melakukan Swasembada beras yang itu artinya beras nasional menjamin

kebutuhan pokok masyarakat Indonesia. Hal tersebut hanya “kebahagian” semu

yang ternyata itu tidak berlangsung lama dan Indonesia tidak mampu melakukan swasembada beras lagi. Hal ini terjadi karena kebijakan yang diambil pemerintah pada saat itu hanya untuk kepentingan politis saja tanpa memperhatikan kepentingan nasib petani.

Menurut Simatupang (1999), akar permasalahan pada saat itu adalah adanya sistem monopoli pemerintah dalam melakukan formulasi dan implementasi kebijakan. Pemerintah terlalu arogan tanpa menghiraukan aspirasi-aspirasi masyarakat petani dan menimbulkan sikap ignorant2 pada masyarakat yang pada hakekatnya implementasi itu gagal. Pendekatan yang digunakan pada saat itu adalah top-down yang banyak merugikan petani. Seiring dengan tekanan dunia internasionl, Indonesia mau tidak mau harus mngikuti arus liberalisasi yang telah tumbuh dan Indonesia tidak mempunyai nalai tawar di dunia internasional.

2

(40)

3 Dalam menciptakan atau meningkatkan ketahanan pangan memerlukan upaya yang sinergi antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, swasta dan masyarakat. Implementasi kebijakan pemerintah daerah dalam meningkatkan ketahanan pangan diwujudkan oleh hasil kerja suatu sistem ekonomi pangan yang terdiri atas subsistem penyediaan pangan, subsistem distribusi pangan, dan sistem konsumsi pangan yang saling berkesinambungan. Adanya peningkatan pola tanam yang baik menyebabkan produktivitas akan meningkat. proses implementasi program peningkatan ketahanan pangan dilaksanakan melalui perpaduan antara sistem top down dan bottom up.

Bagan : 1.1 Pola Pemerataan Katahanan Pangan.

Sumber: USAID-1999 ( modifikasi ).3

Dari bagan di atas bisa dijelaskan bahwa ketahan pangan dapat tercapai apabila pemerintah tetap menopang produksi sebagai ketersedian pangan yang nantinya di salurkan/distribusikan ke daerah yang membutuhkan pasokan pangan sehingga nantinya tercapai tingkat konsumsi yang merata artinya pola di atas saling berkesinambungan. Selain itu pemerintah juga menjaga kondisi sosial, politik,

3

( di kutip dari skripsi : Konsep dan Implementasi Kebijakan Pemerintah Daerah Kabupaten Boyolali Dalam meningkatkan Ketahanan Pangan. Karya : Dany Puspitasari, Jurusan Ilmu Pemerintahan-UGM. 2010. Abstraksi)

Sistem Ketahan Pangan

(41)

4 ekonomi ,budaya dan lain-lain karena hal itu sangat berkaitan erat dengan ketahanan pangan nasional.

Dari data perberasan Indonesia, mulai tahun 2000 intervensi pemerintah semakin menyulitkan para petani terlihat pemerintah mengimpor beras secara besar-besaran dan masuk dalam 10 negara pengimpor beras terbasar di dunia. Hal ini terjadi bukan lantaran karena pasokan dalam negeri berkurang namun ada berbagai pertimbangan ekonomi politik menyebabkan import beras. Fakta yang lebih mengejutkan bahwa Indonesia mengimpor beras pada tahun 1998 sebesar 5,77 juta ton. Hal tersebut menjadi ironi tersendiri bagi Indonesia ternyata pada tahun 1997 Indonesia surplus sebesar 5,63 juta ton4. Untuk lebih jelas lihat tabel 1.1 :

Tabel 1.1 Neraca Produksi Beras dalam negeri tahun 1997-2001

Tahun Penduduk

Sulistyaningsih, Tri. 2006. Politik Kebijakan Pangan : Intervensi vs kepentingan petani.Dalam “

(42)

5 Sumber : HKTI dalam RDPU komisi III DRP RI dengan HKTI, 4 Pebruari 2002 dan Kompas 28 Januari 2002.5

* Asumsi : Konsumsi beras 133kg/Kapita/Tahun ** Kelebihan =Produksi – Konsumsi

Bahkan terdapat fakta di tahun 2011, dengan jumlah penduduk 238 juta jiwa dengan tingkat konsumsi beras sebesar 140 kg/kapita/tahun, sedangakan produksi beras di tahun itu mencapai 38 juta ton6.Maka tingkat konsumsi secara keseluruhan mencapai 33,3 juta ton itu artinya masih terjadi surplus sebesar 4,7 juta tons. Sedangkan pemerintah pada tahun 2011 memberikan izin kepada Bulog untuk impor beras sebesar 1,5 juta ton7. ( data diolah sendiri dalam Berita-Terbaru.com)8.

Dari fakta di atas terlihat bahwa pemerintah masih belum serius dalam memperhatikan kepentingan petani Indonesia hingga tahun 2011. Petani yang sesungguhnya pahlawan bangsa dengan jerih payahnya masih bisa memberikan

surplus pangan nasional bukan “terimakasih” yang di berikan oleh pemerintah

melainkan “membunuh” secara berlahan-lahan dan parahnya Indonesia menjadi “

sampah” pangan internasional yang menyengsarakan petani Indonesia.

Kelahiran Badan Urusan Logistik (Bulog) tahun 1967 sebagai Badan Pemerintah Non Departement sebagai instruksi kebijakan dalam pengelolan pangan nasional memiliki tugas :

5

Ibid. hlm 70

6

http://bumiganesa.com/import-beras-atau-beras-poltik/html. akses 25-1-12 (Pkl: 22.00wib)

7

http://republika.co.id/berita/html. akses 15-1-12 (23.00 wib)

8

(43)

6 1. Penyangga harga dasar yang tinggi untuk merangsang produksi pangan. 2. Perlindungan harga maksimum untuk menjamin harga bagi konsumen. 3. Membuat perbedaan yang layak untuk harga dasar dan harga maksimal

guna merangsang perdagangan.

4. Membuat harga yang wajar antara harga domestik dengan harga internasional.

Untuk mencapai tujuan di atas, paket instrumen kebijakan pertama kali yang lakukan bulog adalah:

1. Menetapkan harga dasar.

2. Pembelian gabah petani waktu panen

3. Memberikan tambhan gaji beras kepada PNS dan TNI/POLRI. 4. Operasi Pasar

5. Melindungi pasar beras domestik dari arus internasional dengan monopoli import hanya boleh di lakukan oleh Bulog.

6. Distribusi beras ke daerah yang lain untuk merangsang perdagangan swasta.

Seiring berjalannya waktu berdirinya Bulog untuk mensejahterakan petani seolah

terasa”hampar” ketika Bulog berubah menjadi Perusahaan Umum yang tentunya

(44)

7 berujung pada pola kebijakan saat ini yang masih pro liberalisme tanpa mementingkan nasib petani Indonesia.

Hingga tahun ini jumlah penduduk Indonesia hampir mencapai 238 juta jiwa penduduk dan laju pertumbuhan1,7%9.Angka tersebut terbilang cukup besar bila tidak diimbangi dengan peningkatan produksi pangan maka akan terjadi masalah di sektor-sektor yang lain bahkan bisa membahayakan stabilitas nasional apalagi akhir-akhir ini laju produksi nasional terbilang menurun. Untuk itu semua elemen yang ada di negara ini tetap harus berusaha menigkatkan produksi pangan.

Komitmen Indonesia untuk mewujudkan ketahanan pangan tertuang dalam UU No. 7 Tahun 1996 tentang Pangan dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia (PP) No. 68 tentang ketahanan Panagan. Berkaitan dengan Ketahanan Pangan juga terdapat dalam peratura Presiden No. 7 tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka menengah yang salah satu tujuannya untuk mewujudkan Ketahanan Pangan baik di tingkat rumah tangga maupun di tingkat nasional 10. Pada 11 Juni 2005 pemerintah mencanangkan Revitalisasi Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (RPPK). Strategi ini bertujuan untuk lebih meningkatkan kesejahteraan masyarakat (petani dan nelayan), meningkatkan daya saing, dan menjaga kelestarian sumberdaya alam.

Sebagaimana oleh Edwards III bahwa tanpa implementasi yang efektif maka keputusan pembuat kebijakan tidak akan berhasil dilaksanakan. Dalam hal

9

http://bumiganesa.com/import-beras-atau-beras-poltik/html. akses 25-1-12 (Pkl: 22.00wib)

10

(45)

8 ini kebijakan yang efektif nantinya dimulai dari aspirasi dari masyarakat yang kemudian itu nantinya di jadikan acuan dasar untuk proses pembuatan kebijakan atau dengan istilah Bottom-Up, kemudian di implementasikan kebijakan tersebut dalam bentuk Top-Down. Tetapai realita yang terjadi di Indonesia justru metode

Top-Down yang di gunakan pemerintah dalam menangani ketahanan pangan tanpa menyertakan peran aktif petani Indonesia yang akibatnya mereka tersiingkirkan. Sedangkan menurut Hegel (Budiman, 1996), negara mempunyai

power yang dominan, negera dinilai memiliki otoritas yang tinggi untuk mengatur rakyatnya sehingga harus dipatuhi, jika kita melihat teori dari Hegel hal ini sangat cocok di negara kita dimana negara mengusai penuh atas rakyatnya dengan kebijakan-kebijakan yang di keluarkannya tanpa pastisipasi dari masyarakat itu sendiri. Akhirnya terjadilah gejolak dimana-mana atas kebijakan kontroversial tersebut.

(46)

9

Sumber : Dinas Pertanian dan Kehutanan Kab. Lamongan11.

Dari data di atas terlihat bahwa produksi di Kabupaten Lamongan memiliki produksi cukup tinggi. Namun, kenyataan di lapangan sangat berbeda di mana masyarakat petani Lamongan. Para petani masih jauh dari sejahtera padahal tingkat produksi yang cukup tinggi hal ini di sebabkan oleh beberapa faktor :

1. Mahalnya harga pupuk saat masa tanam padi.

2. Perubahan iklim yang tidak menentu membuat patani bingun dalam mengatur, mengolah padi sebelum dan pasca panen.

3. Masih rendahnya harga jual padi di pasar terutama pada masa panen. 4. Sering terserang hama penyakit wereng dan lain-lain sehingga dapat

menghambat pertumbuhan padi.

5. Masih adanya permainan tengkulak di pasaran.

11

(47)

10 Data dari harga beras di Pasar Sidoharjo Kecamatan Lamongan jenis IR64 kualitas Dolog turun Rp 50 per kilogram (kg) dibanding minggu lalu, dari Rp 5.300 per kg menjadi Rp 5.250. Beras kualitas medium turun Rp 250 dari Rp 6.500 menjadi Rp 6.250 per kg, dan IR64 kualitas super turun Rp 500 dari Rp 7.000 menjadi Rp 6.500 per kg. Di Pasar Blimbing Kecamatan Paciran beras IR64 kualitas super turun dari Rp 7.250 menjadi Rp 7.000 per kg. Beras IR64 kualitas Dolog dan medium turun Rp 100 per kg12. Meskipun harga beras turun di Kab. Lamongan penurunannya tidak terlalu signifikan jadi tidak mempengaruhi konsumen justru petani masih berkutik pada kesusahan.

Kondisi ini diperparah ketika pada masa panen, harga gabah cenderung menurun karena banyak petani menjual gabahnya secara langsung kepada tengkulak dan mau tidak mau petani harus menerima dengan harga yang rendah. Hal ini disebabkan karenan petani ingin secepat mungkin menikmati hasil panen, disamping itu petani juga dituntut untuk melunasi modal yang di pakai di awal musim tanam dan membayar hutang pupuk dengan harga tinggi. Jadi hingga saat ini pun petani masih belum sejahtera. Perlu kirannya pemerintah mengeluarkan kebijakann yang nantinya mampu membantu petani.

Urgensi masalah yang di angkat peneliti nantinya mampu mendeskripsikan bagaimana peran pemerintah dalam menentukan kebijakan pro masyarakat petani dalam masalah ketahanan pangan yang di hadapi masyarakat petani kabupaten Lamongan.

12

(48)

11

B. Rumusan Masalah

Sesuai dengan permasalahan dan penjelasan di atas dapat di ambil sebuah kesimpulan rumusan masalah yang akan menjadi point pokok penyusunan penelitian ini dengan sebuah pertanyaan singkat, yaitu: 1. Bagaimana struktur organisasi pelaksanaan kebijakan Pemerintah

kabupaten Lamongan dalam ketahanan pangan di kabupaten Lamongan?

2. Bagaimana mekanisme pelaksanaan kebijakan Pemerintah kabupaten Lamongan dalam ketahanan pangan di kabupaten Lamongan?

3. Bagaimana tanggapan dan sasaran masyarakat dalam implementasi kebijakan ketahanan pangan di kabupaten Lamongan?

4. Kendala apa saja yang dihadapi Pemerintah kabupaten Lamongan dalam ketahanan pangan di kabupaten Lamongan?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ini dicapai dalam penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui struktur organisasi pelaksanaan kebijakan

Pemerintah kabupaten Lamongan dalam ketahanan pangan di kabupaten Lamongan.

2. Untuk mengetahui mekanisme pelaksanaan kebijakan Pemerintah kabupaten Lamongan dalam ketahanan pangan di kabupaten Lamongan.

(49)

12 4. Untuk mengetahui Kendala apa saja yang dihadapi Pemerintah kabupaten Lamongan dalam ketahanan pangan di kabupaten Lamongan.

D. Manfaat Penelitian

1. Secara Teoritis

Secara teoritis, penelitian ini bisa bermanfaat untuk mendukung kebijakan / teori yang di gunakan nantinya dan sebagai referensi bagi mahasiswa Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang.

2. Secara Praktis

Penelitian ini diharapkan bisa menjadi acuan dalam pembelajaran bagi mahasiswa ilmu pemerintahan dalam menganalisis kebijakan ketahanan pangan di Kabupaten Lamongan serta menjadikan sebagai hasil rekomendasi untuk instansi terkait.

E. Definisi Konseptual

Definisi konsep terpacu pada tema penelitian yang diangkat, maka ditemukan konsep yang perlu di definisikan dengan tujuan agarpeneliti dan pembaca kesamaan persepsi dan pemahaman. Sehingga dengan memperhatikan tema dan latar belakang permasalahan maka penulis memberikan definisi konseptual sebagai berikut:

a. Kebijakan

(50)

13 dibuat oleh lembaga atau pejabat pemerintah pada bidang-bidang yang menyangkut tugas pemerintahan, seperti pertahanan keamanan, energi, kesehatan, pendidikan, kesejahteraan masyarakat, kriminalitas, perkotaan dan lain-lain.

- Thomas R Dye mengatakan bahwa kebijakan publik adalah apapun yang dipilih oleh pemerintah untuk dilakukan dan tidak dilakukan13.

Penulis mengambil kesimpulan bahwa kebijakan itu adalah pemanfaatan yang strategis terhadap sumber daya yang ada untuk memecahkan masalah publik atau pemerintah.

b. Ketahanan Pangan

- Undang-Undang Pangan No.7 Tahun 1996: kondisi terpenuhinya kebutuhanpangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan secara cukup, baik dari jumlah maupun mutunya, aman, merata danterjangkau14.

- FIVIMS 2005 (Food Insecuity and Vulnerability Information and Mapping system) Ketahanan Pangan adalah: kondisi ketika “semua orang pada segala waktu secara fisik, social dan ekonomi memiliki akses pada pangan yang cukup, aman dan bergizi untuk

13

(di kutip dari Tugas Mata Kuliah.Definisi Kebijakann Publik dan Klarifikasinnya . Karya Septianto S. Nugroho, Jurusan IP-UGM, 2008. Hlm 2)

14

(51)

14 pemenuhan kebutuhan konsumsi (dietary needs) dan pilihan pangan (food preferences) demi kehidupan yang aktif dan sehat15.

F. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah unsur penelitian yang memberikan arah penelitian atau adapat juga di katakan sebagai suatu informasi ilmiah yang dapat membantu penelitian lainnya yang ingin menggunakan variabel yang sama dalam pengambilan penelitian serupa. Adapun dengan mengacu judul tentang Kebiajkan Pemerintah dalam Ketahan Pangan di Kabupaten Lamongan, maka definisi opersional adalah :

Kebijakan Pemerintah Daerah Kabupaten Lamongan dalam pengembangan ketahan pangan di Kabupaten Lamongan.

a. Struktur organisasi instansi terkait dalam mengimplementasi program ketahanan pangan di kabupaten Lamongan.

b. Mekanisme implementasi program ketahanan pangan sebagai langkah konkrit dalam menjalankan program ketahanan pangan, yang meliputi :

- Sosialisasai kebijakan ketahanan pangan kepada masyarakat petani Kabupaten Lamongan.

- Implementasi kebijakan ketahanan pangan dalam bentuk program-program kepada masyarakat petani kabupaten Lamongan.

15

(52)

15 - Evaluasi kebijakan ketahanan pangan yang telah dilakukan

pemerintah dan masyarakat penati kabupaten Lamongan. c. Tanggapan dan sasaran masyarakat sebagai objek implementasi

kebijakan ketahanan pangan yang nantinya dapat memberikan suatu perubahan lewat masukan dan kritikan terhadap pemerintah tentang berhasil tidaknya kebiajakan ketahanan pangan di kabupaten Lamongan.

d. Kendala Pemerintah daerah kabupaten Lamongan dalam pengembangan Ketahanan pangan di Kabupaten Lamongan.

- Kinerja Pemerintah daerah kabupaten Lamongan dalam pengembangan Ketahanan pangan di Kabupaten Lamongan. - Kesadaran masyarakat dalam ketahanan pangan di kabupaten

Lamongan.

- Pengawasan Pemerintah daerah kabupaten Lamongan dalam pengembangan Ketahanan pangan di Kabupaten Lamongan.

G. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan penelitian diskriptif kualitatif. Yaitu menyajikan satu gambar yang terperinci tentang satu situasi khusus, setting, sosial atau hubungan16. Peneliti menggunakan metode deskriptif kualitatif karena peneliti berupaya menggali data dari responden yang telah menjadi sumber dalam penelitian ini. Selain

16

(53)

16 itu, metode ini juga cocok untuk di terapkan dalam penelitian lapangan dengan alasan peneliti bisa berinteraksi langsung dengan responden serta bisa mengamati langsung pergerakan objek yang akan di teliti yakni tentang kebijakan pemerintah dalam ketahanan pangan di kabupaten Lamongan.

2. Subyek Penelitian

Subyek penelitian adalah seseorang atau kelompok (dinas) yang di pilih dengan sengaja sehingga sumber data dapat terkumpul, dengan ini subyek penelitiannya adalah :

a. Kantor Ketahanan Pangan Kabupaten Lamongan Sebagai SKPD pelaksana kebijakan ketahan pangan kab. Lamongan

b. Dinas Pertanian & Kehutanan Kab. Lamongan

Sebagai pelaksana kebijakan Produktivitas pangan kab. Lamongan.

c. UPT. Dinas Pertanian dan Kehutanan Kec. Kedungring Kab. Lamongan.

Sebagai ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia sebagai mitra pemerintah dalam pengembangan kebijakan ketahanan pangan di kab. Lamongan.

d. Kelompok tani dan masyarakat

(54)

17 3. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian merupakan tempat dimana peneliti mengadakan pengamatan langsung terhadap masalah yang ada sehingga peneliti bisa mendapatkan informasi, gambaran dan data-data yang di inginkan. Peneliti mengadakan penelitian di Kabuapaten Lamongan. Hal itu di lakukan dalam rangka mengetahui kebijakan ketahanan pangan di Kabupaten Lamongan untuk mempermudah mendapatkan informasi, gambaran dan data-data yang valid.

4. Sumber data a. Data primer

Yaitu data yang berasal dari informan khususnya informan yang memahami tentang kebijakan ketahanan pangan kab. Lamongan. Data primer dalam penelitian ini seperti para pejabat pemerintah, swata dan masyarakat. Denagn data primer ini nantinya sangat membantu peneliti untuk mendapatkan data-data yang di teliti.

b. Data sekunder

(55)

18 lengkap, kondisi realita yang berbeda, penelitian tidak bisa melakukan pengamatan secara langsung.

H. Teknik Pengumpulan data

Pada penelitian ini di gunakan tiga metode pengumplan data, yakni :

1. Obeservasi

Pengumpulan data dengan obesrvasi langsung atau pengamatan langsung adalah cara pengambilan data dengan menggunakan mata tanpa ada pertolongan alat standar yang lain untuk keperluan tersebut17. Dengan metode obsevasi dapat diperoleh gambaran yang lebih jelas tentang kehidupan sosial yang sukar di peroleh dengan metode yang lain. Dengan metode ini kita nantinnya memiliki beberapa keuntungan:

a. Dengan cara pengamatan langsung, terdapat kemungkinan untuk mencata hal-hal, perilaku, fenomena sosial yang terjadi di tempet penelitian.

b. Melalui pengamatan langsung dapat di peroleh data dari subyek yang tidak dapat berkomunikasi secara verbal maupun yang tidak mau berkomunikasi secara verbal.

Teknik observasi merupakan teknik penghamatan secara langsung yang terjadi di lapangan yang berkaitan dengan kebijakan ketahanan pangan di Kabupaten Lamongan.

17

(56)

19 2. Wawancara ( interview)

Wawancara adalah suatu percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu di lakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara yang memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut. Dengan interview ini nantinya peneliti akan mendapatkan data-data melalui sistem tanya jawab.

Jika di lihat dari jenisnya teknik wawancara memiliki dua macam yaitu : wawancara terstruktur, wawancara tidak terstruktur dan wawancara semi terstruktur. Wawancara tersetruktur adalah proses wawancara dengan persiapan pertanyaan-pertanyaan yang di susun rapi dan ketat. Wawancara tidak tersetruktur adalah wawancara yang di lakukan secara mengalir begitu saja. Sedangkan, wawancara semi terstruktur adalah gabungan dari wawancara terstruktur dan tidak terstruktur. Peneliti disini menggunakan teknik wawancara semi terstruktur.

3. Dokumentasi

(57)

20

I. Teknik analisis data

Bagan 1.2 : Skema Teknik Analisis Data

Sumber: Saifullah, 2006.18

a. Pengeditan

Yaitu pemeriksan kembali semua data yang di peroleh terutama dari kelengkapannya, kejelasan makna, kesesuaian serta relevansi dengan kleompok data yang lain.Memeriksa kembali data-data primer dan skender yang kemudian di lakukan mengenai validitas data yang di peroleh dalam hal ini memeriksa pengembangan kebijakan ketahanan pangan di kabupaten Lamongan.

18 Saifulllah, 2006.

Buku Panduan Metodelogi Penelitian. Malang :Universitas Islam Negeri Malang.

Teknik Analisis Data

Pengeditan

Verifikasi

Pengklasifikasian

(58)

21 b. Verifikasi

Yaitu langkah dan kegiatan yang di lakukan pada sebuah penelitian untuk memperoleh data dan informasi dari lapangan dan harus di cek ulang agar validitasnya dapat di akui oleh pembaca. Hal ini untuk mempermudah dan memberi fokus kepada obyek yang akan di teliti.

c. Pengklasifikasian

Yaitu menyusun dan mensistemastikan data-data yang di peroleh dari para informan ke dalam pola tertentu gunna mempermudah pembahasan yang berkaitan dengan penelitian yang di lakukan. Dalam hal ini, peneliti mengecek ke absahan data tersebut melihat realita sosial tentang kebijakan ketahanan pangan di Kab. Lmaongan.

d. Analisa

Yaitu penyederhanaan data ke dalam bentuk yang mudah di baca dan di interpretasikan. Disini peneliti mencoba menganalisi permasalah yang terjadi di kab. Lamongan tentang kebijakan ketahan pangan dengan menggunakan metode deskriptif kulitatif.

Gambar

Tabel 1.1 Neraca Produksi Beras dalam negeri tahun 1997-2001
Tabel 1.2 Sasaran Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Tanaman pangan Tahun 2010
Tabel 1.1 Neraca Produksi Beras dalam negeri tahun 1997-2001
Tabel 1.2 Sasaran Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Tanaman pangan Tahun 2010

Referensi

Dokumen terkait

Bahagian B pula mengandungi item-item yang berkaitan dengan tahap hubungan etnik di kalangan pelajar kursus SPH yang dilihat dari segi 3 aspek iaitu kehidupan seharian

12 Terselenggaranya Layanan Dukungan Manajemen Satker 01 Jumlah Penerbitan Dokumen Keimigrasian Bagi Orang Asing Indikator Kinerja Kegiatan. 01 Jumlah Penerbitan Dokumen

bahwa dalam rangka kelancaran pelaksanaan penyelesaian kerugian negara di lingkungan Kementerian Kelautan dan Perikanan dan sebagai tindak lanjut Pasal 19 Peraturan

Perbedaan pH pada tiap kelompok dengan kontrol diduga karena kandungan zat aktif pada ekstrak bunga krisan mempengaruhi pH pada media perkembangan

c. Mengukur sistem penerapan lean six sigma dengan pendekatan value stream mapping untuk mereduksi idle time material pada gudang pelat dan profil. Menentukan

jumlah jam kerja. Hal ini tentu saja beimbas pada pendapatan dan kondisi ekonomi keluarga. Untuk itu perlu diberikan bantuan untuk meringankan beban mereka. Bantuan dari

Dengan konfigurasi elektron yang sudah penuh, gas mulia termasuk unsur yang stabil, artinya sukar bereaksi dengan unsur lain, sukar untuk.. menerima elektron maupun untuk