SKRIPSI
ANALISIS KINERJA KEUANGAN PADA PT. INDONESIA ASAHAN ALUMINIUM (PERSERO) DENGAN MENGGUNAKAN METODE Z-SCORE MODEL ALTMAN,
SPRINGATE DAN ZMIJEWSKI SERTA ECONOMIC VALUE ADDED (EVA) PERIODE 2010-2014
OLEH
YULIANTRI SOLIDEO PAKPAHAN 120521050
PROGRAM STUDI STRATA-1 MANAJEMEN EKSTENSI DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRAK
Analisis Kinerja Keuangan PT. Indonesia Asahan Aluminium (Persero) Dengan Menggunakan Metode Z-Score Model Altman, Springate, Dan
Zmijewski Serta Economic Value Added (EVA) Periode 2010-2014
Metode Z-score model Altman, model Springate dan model Zmijewski
merupakan metode analisis untuk mengetahui apakah kinerja keuangan pada PT.
Indonesia Asahan Aluminium (Persero) mengarah pada kebangkrutan atau tidak
untuk memperoleh data yang mendukung dan membantu dalam menjawab
permasalahan yang terjadi di perusahaan dan untuk mengetahui perkembangan
kinerja keuangan perusahaan pada tahun 2010-2014.
Economic Va lue Added (EVA) sebagai metode yang memperhitungkan biaya
modal sebagai pengganti resiko perusahaan merupakan metode yang tepat untuk
mengukur nilai perusahaan. EVA mampu mencerminkan nilai bisnis rill
perusahaan karena melibatkan perhitungan biaya modal yang mencerminkan
pengembalian yang dibutuhkan untuk menutupi resiko perusahaan.
Pada penelitian ini penulis mengambil data berupa data dokumenter
kuantitatif dengan sumber data dan dengan mengumpulkan laporan keuangan PT.
Indonesia Asahan Aluminium (Persero) dari tahun 2010 sampai dengan tahun
2014. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan PT. Indonesia
Asahan Aluminium (Persero) dalam memaksimalkan sumber daya yang ada di
perusahaan dan menciptakan nilai tambah ekonomis bagi perusahaan.
Kesimpulan dari penelitian ini bahwa PT. Indonesia Asahan Aluminium
(Persero) tidak berpotensi bangkrut tetapi tidak memenuhi nilai tambah ekonomis
bagi perusahaan.
ABSTRACT
Analysis of the Financial Performance of PT. Indonesia Asahan Aluminium (Persero) Method Using Altman Z-Score model, Springate, and Zmijewski
as well Economic Value Added (EVA) Period 2010-2014
Methods Z-score Altman models, Springate models and Zmijewski models
are the method of analysis to determine whether the financial performance at PT.
Indonesia Asahan Aluminium (Persero) leads to bankruptcy or not to obtain data
to support and assist in responding to problems that occur in the company and to
determine the development of the company's financial performance in 2010-2014.
Economic Value Added (EVA) as a method that takes into account the cost
of capital as a substitute for the company risk is an appropriate method for
measuring the value of the company. EVA is able to reflect the real business value
of the company because it involves the calculation of the cost of capital that
reflects the return needed to cover the risk of the company.
In this study the authors used to collect quantitative documentary data
sources to collect data and financial statements. Indonesia Asahan Aluminium
(Persero) from 2010 to 2014. This study aims to determine the ability of PT.
Indonesia Asahan Aluminium (Persero) to maximize existing resources in the
company and create economic added value for the company.
The conclusion from this study that PT. Indonesia Asahan Aluminium
(Persero) is not potentially bankrupct but does not meet the economic added value
for the company.
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,
atas Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan penulisan
skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Departemen Manajemen pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera
Utara. Penulis ingin mengucapkan terima kasih terutama kepada orangtua tercinta
yaitu Ayahanda A. Pakpahan dan Ibunda N. br. Sijabat yang senantiasa
mendoakan dan mendukung, mencukupi segala kebutuhan dana dan material,
nasihat-nasihat yang berharga, serta kasih sayang yang selalu menyertai
perjalanan hidup penulis. Skripsi ini berjudul “Analisis Kinerja Keuangan PT.
Indonesia Asahan Aluminium (Persero) Dengan Menggunakan Metode Z-Score
Model Altman, Springate, Dan Zmijewski Serta Economic Value Added (Eva)
Periode 2010-2014”. Penulis telah banyak menerima bimbingan, saran, motivasi,
dan doa dari berbagai pihak selama penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec, Ac, Ak, CA., selaku Dekan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Dr. Isfenti Sadalia, S.E, ME., selaku Ketua Departemen S1 Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Dra. Marhayanie, M.Si., selaku Sekretaris Departemen Manajemen
4. Ibu Dr. Endang Sulistya Rini, S.E, M.Si., selaku Ketua Program Studi
Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
5. Ibu Dra. Nisrul Irawaty, MBA., selaku Dosen Pembimbing atas ketulusan hati
dan kesabarannya dalam membimbing, mendukung dan mengarahkan penulis.
6. Bapak DR. Muslich Lufti, MBA., selaku Dosen Pembanding I yang telah
memberikan saran dalam penulisan maupun perbaikan skripsi ini.
7. Ibu Dra. Friska Sipayung, M.Si., selaku Dosen Pembanding II yang telah
memberikan saran dalam penulisan maupun perbaikan skripsi ini.
8. Seluruh Dosen dan Pegawai Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Sumatera Utara untuk segala jasa-jasanya selama masa perkuliahan.
9. Kepada saudara penulis Chrisye Fernando Pakpahan, Astatin Efraim Pakpahan
dan Hotnia Rezeki Hutasoit yang penulis cintai dan yang selalu mendoakan
dan memberi dukungan untuk menyelesaikan skripsi ini.
10.Kepada sahabat penulis: Kak Imelda, Winda, Tassa, Dian, Emil, Kak Grace,
Sinta, Imma dan Kismis Kurma Family serta kepada seluruh teman-teman
seperjuangan Manajemen Ekstensi tahun 2012 yang tidak dapat penulis
sebutkan satu-persatu, semoga sukses semuanya.
Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca dan
peneliti lainnya.
Medan, Juli 2015 Penulis,
DAFTAR ISI
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5
1.3.1 Tujuan Penelitian ... 5
1.3.2 Manfaat Penelitian ... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7
2.1 Landasan Teori ... 7
2.1.1 Pengertian Kinerja Keuangan ... 7
2.1.2 Laporan Keuangan Sebagai Informasi Dalam Menilai Kinerja Keuangan Perusahaan ... 7
2.1.3 Pengertian Kebangkrutan ... 9
2.1.4 Faktor-Faktor Penyebab Kebangkrutan ... 11
2.1.5 Analisis Z-Score Model Altman, Model Springate dan Model Zmijewski ... 13
2.1.5.1 Analisis Z-Score Model Altman ... 13
2.1.5.2 Analisis Z-Score Model Springate ... 19
2.1.5.3 Analisis Z-Score Model Zmijewski ... 20
2.1.6 Pengertian Economic Value Added (EVA) ... 24
2.1.7 Metode Perhitungan Economic Value Added (EVA) ... 26
2.1.8 Tujuan dan Manfaat Penerapan Model Economic Va lue Added (EVA) ... 29
2.1.9 Keunggulan dan Kelemahan Economic Value Added (EVA) ... 31
3.4.1 Analisis Z-Score Model Altman ... 40
3.4.2 Analisis Z-Score Model Springate ... 41
3.4.3 Analisis Z-Score Model Zmijewski ... 42
3.4.4 Economic Value Added (EVA) ... 42
3.6 Jenis Data ... 44
3.7 Teknik Pengumpulan Data ... 45
3.8 Metode Analisis Data ... 45
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 48
4.1 Gambaran Umum Perusahaan ... 48
4.1.1 Profil PT. Indonesia Asahan Aluminium (Persero) ... 48
4.1.2 Visi dan Misi PT. Indonesia Asahan Aluminium (Persero)50 4.2 Analisis Kinerja Keuangan PT. INALUM (Persero) Dengan Menggunakan Metode Z-Score Model Altman, Model Springate dan Model Zmijewski ... 51
4.2.1 Analisis Z-Score Model Altman Pada PT. INALUM (Persero) ... 51
4.2.2 Analisis Z-Score Model Springate Pada PT. INALUM (Persero) ... 55
4.2.2.1 Analisis Rasio A ... 55
4.2.2.2 Analisis Rasio B ... 55
4.2.2.3.Analisis Rasio C ... 56
4.2.2.4 Analisis Rasio D ... 56
4.2.3 Analisis Z-Score Model Zmijewski Pada PT. INALUM (Persero) ... 57
4.2.3.1 Analisis Rasio X1 ... 57
4.2.3.2 Analisis Rasio X2 ... 58
4.2.3.3 Analisis Rasio X3 ... 58
4.3 Analisis Economic Value Added (EVA) Pada PT. INALUM (Persero) ... 59
4.3.1 Perhitungan Net Operating Profit After Tax (NOPAT) .... 60
4.3.2 Perhitungan Weighted Average Cost Of Capital (WACC) 61 4.3.3 Perhitungan Modal Yang Diinvestasikan (Invested Ca pita l) ... 61
DAFTAR TABEL
No. Tabel Judul Halaman
1.1 Ringkasan Kinerja Keuangan PT. INALUM (Persero) ... 3
2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 35
3.1 Langkah-Langkah Menghitung Economic Value Added (EVA) .... 43
3.2 Operasional Variabel ... 44
4.6 Evaluasi Z-Score Model Altman Pada PT. INALUM (Persero) .. 55
4.7 Rasio A ... 55
4.9 Rasio B ... 56
4.9 Rasio C ... 56
4.10 Rasio D ... 57
4.11 Evaluasi Z-Score Model Springate Pada PT. INALUM (Persero) 57 4.12 Rasio X1 ... 58
4.13 Rasio X2 ... 58
4.14 Rasio X3 ... 59
4.15 Evaluasi Z-Score Model Zmijewski Pada PT. INALUM (Persero)59 4.16 Hasil Perhitungan NOPAT Pada PT. INALUM (Persero) ... 60
4.17 Hasil Perhitungan WACC Pada PT. INALUM (Persero) ... 61
4.18 Hasil Perhitungan Modal Yang Diinvestasikan Pada PT. INALUM (Persero) ... 62
4.19 Hasil Perhitungan Economic Value Added (EVA) Pada PT. INALUM (Persero) ... 62
4.20 Hasil Perhitungan Kinerja Keuangan PT. INALUM (Persero) Berdasarkan Z-Score Model Altman, Model Springate, Model Zmijewski dan Economic Value Added (EVA) ... 63
DAFTAR GAMBAR
ABSTRAK
Analisis Kinerja Keuangan PT. Indonesia Asahan Aluminium (Persero) Dengan Menggunakan Metode Z-Score Model Altman, Springate, Dan
Zmijewski Serta Economic Value Added (EVA) Periode 2010-2014
Metode Z-score model Altman, model Springate dan model Zmijewski
merupakan metode analisis untuk mengetahui apakah kinerja keuangan pada PT.
Indonesia Asahan Aluminium (Persero) mengarah pada kebangkrutan atau tidak
untuk memperoleh data yang mendukung dan membantu dalam menjawab
permasalahan yang terjadi di perusahaan dan untuk mengetahui perkembangan
kinerja keuangan perusahaan pada tahun 2010-2014.
Economic Va lue Added (EVA) sebagai metode yang memperhitungkan biaya
modal sebagai pengganti resiko perusahaan merupakan metode yang tepat untuk
mengukur nilai perusahaan. EVA mampu mencerminkan nilai bisnis rill
perusahaan karena melibatkan perhitungan biaya modal yang mencerminkan
pengembalian yang dibutuhkan untuk menutupi resiko perusahaan.
Pada penelitian ini penulis mengambil data berupa data dokumenter
kuantitatif dengan sumber data dan dengan mengumpulkan laporan keuangan PT.
Indonesia Asahan Aluminium (Persero) dari tahun 2010 sampai dengan tahun
2014. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan PT. Indonesia
Asahan Aluminium (Persero) dalam memaksimalkan sumber daya yang ada di
perusahaan dan menciptakan nilai tambah ekonomis bagi perusahaan.
Kesimpulan dari penelitian ini bahwa PT. Indonesia Asahan Aluminium
(Persero) tidak berpotensi bangkrut tetapi tidak memenuhi nilai tambah ekonomis
bagi perusahaan.
ABSTRACT
Analysis of the Financial Performance of PT. Indonesia Asahan Aluminium (Persero) Method Using Altman Z-Score model, Springate, and Zmijewski
as well Economic Value Added (EVA) Period 2010-2014
Methods Z-score Altman models, Springate models and Zmijewski models
are the method of analysis to determine whether the financial performance at PT.
Indonesia Asahan Aluminium (Persero) leads to bankruptcy or not to obtain data
to support and assist in responding to problems that occur in the company and to
determine the development of the company's financial performance in 2010-2014.
Economic Value Added (EVA) as a method that takes into account the cost
of capital as a substitute for the company risk is an appropriate method for
measuring the value of the company. EVA is able to reflect the real business value
of the company because it involves the calculation of the cost of capital that
reflects the return needed to cover the risk of the company.
In this study the authors used to collect quantitative documentary data
sources to collect data and financial statements. Indonesia Asahan Aluminium
(Persero) from 2010 to 2014. This study aims to determine the ability of PT.
Indonesia Asahan Aluminium (Persero) to maximize existing resources in the
company and create economic added value for the company.
The conclusion from this study that PT. Indonesia Asahan Aluminium
(Persero) is not potentially bankrupct but does not meet the economic added value
for the company.
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Era globalisasi menuntut perusahaan untuk meningkatkan kinerjanya agar
mampu menghasilkan produk berkualitas yang mampu bersaing dengan produk
-produk lain. Dengan demikian perusahaan akan bisa mempertahankan
eksistensinya di pasar lokal maupun pasar global, sehingga mampu mencapai
tujuan yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Tujuan utama dari sebuah
perusahaan pada umumnya adalah untuk memperoleh laba yang maksimal, namun
saat ini tujuan perusahaan tidak hanya laba akuntansi, melainkan juga berfokus
pada laba ekonomis. Para stakeholders terutama investor membutuhkan analisis
laporan keuangan untuk menilai kinerja keuangan perusahaan sebagai dasar
pertimbangan dalam pengambilan keputusan investasi agar modal yang mereka
investasikan mendapat tingkat pengembalian (rate of return) yang
menguntungkan sebanding dengan risiko yang mereka ambil.
Pada umumnya analisis laporan keuangan yang dilakukan perusahaan untuk
mengukur kinerja keuangannya adalah dengan menggunakan metode
konvensional yaitu analisis rasio keuangan. Dalam praktiknya walaupun analisis
rasio keuangan yang digunakan memiliki fungsi dan kegunaan yang cukup banyak
bagi perusahaan dalam mengambil keputusan, bukan berarti rasio keuangan yang
dibuat sudah menjamin 100% kondisi dan posisi keuangan yang sesungguhnya
(Kasmir, 2010:103). Penggunaan analisis rasio keuangan memiliki kelemahan
mengabaikan adanya biaya modal. Untuk mengatasi kelemahan dari analisis rasio
keuangan, maka dikembangkan konsep pengukuran kinerja keuangan berdasarkan
nilai tambah (value added) yaitu Economic Value Added (EVA) dan metode
Z-Score yang berguna untuk memprediksi kinerja keuangan perusahaan. Kinerja
keuangan yang memburuk dapat memicu kebangkrutan perusahaan. Hal ini
didukung oleh kenyataan kemunduran usaha yang signifikan baik usaha kecil,
menengah, maupun usaha berskala besar, dalam bentuk BUMN maupun
perusahaan go public yang diakibatkan oleh krisis moneter tahun 1997 lalu.
Analisis kebangkrutan yang sering digunakan adalah analisis Z-Score model
Altman, model Springate dan model Zmijewski. Analisis kebangkrutan tersebut
dikenal karena selain caranya mudah dan dalam menentukan prediksi
kebangkrutannya pun cukup akurat. Analisis kebangkrutan tersebut dilakukan
untuk memprediksi suatu perusahaan sebagai penilaian dan pertimbangan akan
suatu kondisi perusahaan. Metode-metode tersebut sering digunakan dalam
melakukan analisis dalam bentuk rasio-rasio keuangan. Rasio keuangan tersebut
antara lain rasio likuiditas, rentabilitas, solvabilitas, dan stabilitas. Analisis rasio
tersebut digunakan untuk mengukur dan memprediksi kondisi kemampuan kinerja
keuangan perusahaan.
Economic Va lue Added (EVA) sangat relevan dalam hal ini karena EVA
dapat mengukur kinerja (prestasi) manajemen berdasarkan besar kecilnya nilai
tambah yang diciptakan selama periode tertentu. Fenomena yang membuat EVA
berbeda dengan penghitungan konvensional lain adalah digunakannya biaya
konvensional. Kondisi EVA yang positif mencerminkan tingkat pengembalian
yang lebih tinggi daripada tingkat biaya modal. EVA yang positif menunjukkan
kemampuan manajemen dalam menciptakan peningkatan nilai kekayaan
perusahaan/pemilik modal, dan sebaliknya, EVA negatif menyiratkan adanya
penurunan nilai kekayaan.
PT. Indonesia Asahan Aluminium (Persero) atau disingkat dengan PT.
INALUM (Persero) yang berlokasi di Kuala Tanjung, Kecamatan Sei Suka,
Kabupaten Batu Bara, Sumatera Utara, Indonesiamerupakan perusahaan terbuka
(go public) yang bergerak di bidang pengolahan dan produksi aluminium. Maka
dari itu, mengingat pentingnya menjaga kelangsungan hidup, perkembangan dan
pertumbuhan perusahaan agar dapat bertahan di masa yang mendatang, maka
kinerja keuangan perusahaan harus dalam kondisi yang terbaik.
Berikut ini di sajikan data kinerja keuangandari PT. INALUM (Persero)
berdasarkan dari laporan keuangan periode 2010 sampai dengan periode 2014
yang dapat dilihat pada Tabel 1.1 berikut ini:
Tabel 1.1
Ringkasan Kinerja Keuangan PT. INALUM (Persero) (dalam Rupiah)
TAHUN PENDAPATAN BIAYA LABA
2010 6.213.314.874.000 323.928.241.000 1.313.037.336.000 2011 7.509.450.338.000 369.217.537.000 1.195.010.934.000 2012 7.535.802.248.000 378.913.691.000 752.840.556.000 2013 6.614.699.884.000 483.378.298.000 319.185.152.000 2014 6.471.293.491.000 394.927.273.000 892.008.754.000 Sumber: Laporan Keuangan PT. INALUM (Persero) Data Diolah (2015)
Berdasarkan pada Tabel 1.1 pada tahun 2011 PT. INALUM (Persero)
diiringi oleh kenaikan biaya operasional perusahaan sebesar Rp 369.217.537.000
atau naik 13% sehingga memperoleh laba bersih yang walaupun mengalami
penurunan sebesar Rp 1.195.010.934.000 atau turun 9%. Pada tahun 2012 PT.
INALUM (Persero) mengalami peningkatan pendapatan walaupun kecil sebesar
Rp 7.535.802.248.000 atau naik 0,3% diiringi oleh kenaikan biaya operasional
sebesar Rp 378.913.691.000 atau naik 2% sehingga memperoleh laba bersih yang
walaupun mengalami penurunan yang drastis sebesar Rp 752.840.556.000 atau
turun 58%. Pada tahun 2013 PT. INALUM (Persero) mengalami penurunan
pendapatan sebesar Rp 6.614.699.884.000 atau turun13% diiringi oleh penurunan
laba bersih secara drastis sebesar Rp 319.185.152.000 atau turun 135% tetapi pada
biaya mengalami kenaikan sebesar Rp 483.378.298.000 atau naik 27%. Pada
tahun 2014 setelah diserahkannya PT. INALUM (Persero) ke Indonesia maka
dapat dilihat pada pendapatannya mengalami penurunan sebesar Rp
6.471.293.491.000 atau turun 2% diiringi oleh penurunan biaya sebesar Rp
394.927.273.000 atau turun 22% tetapi pada laba bersih mengalami kenaikan yang
sangat baik sebesar Rp 892.008.754.000 atau naik 179%.
Berdasarkan atas fenomena yang terjadi pada Tabel 1.1, pendapatan, biaya
dan laba perusahaan yang fluktuatif menunjukkan kinerja PT. INALUM (Persero)
belum optimal dari segi keuangannya maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian tentang kinerja keuangan dengan metode analisis rasio Z-Score model
Altman, model Springate dan model Zmijewski dan Economic Value Added
(EVA), dalam judul skripsi yang berjudul Analisis Kinerja Keuangan Pada PT.
Z-Score Model Altman, Springate, dan Zmijewski serta Economic Value Added (EVA) Periode 2010-2014.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan paparan diatas, maka penulis membuat perumusan masalah
sebagai berikut: Bagaimana perkembangan kinerja keuangan PT. INALUM
(Persero) dari tahun 2010 sampai tahun 2014 dengan menggunakan metode
analisis Z-Score model Altman, model Springate, model Zmijewski dan Economic
Va lue Added (EVA)?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian
Tujuan penulis melakukan penelitian adalah: Untuk mengetahui dan
menganalisis kinerja keuangan PT. INALUM (Persero) dari tahun 2010 hingga
2014 dengan menggunakan metode analisis Z-Score model Altman, model
Springate, model Zmijewski dan Economic Value Added (EVA).
1.3.2 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian diharapkan penulis dari penelitian ini adalah :
1. Bagi perusahaan, diharapkan penelitian ini akan bermanfaat untuk
membantu perusahaan dalam menilai kinerja keuangannya dari sisi yang
berbeda.
2. Bagi penulis, diharapkan dapat menambah pengetahuan serta memahami
dan EVA serta prakteknya pada perusahaan tersebut. Hal ini merupakan
masukan bagi penulis sebagai perbandingan dari teori-teori yang selama ini
diterima penulis dibangku perkuliahan.
3. Bagi kalangan akademis, diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan rujukan
dan inspirasi bagi yang ingin melanjutkan penelitian mengenai metode
analisis Z-Score model Altman, model Springate, model Zmijewski dan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Pengertian Kinerja Keuangan
Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia istilah kinerja seringkali di kaitkan
dengan kondisi keuangan perusahaan. Kinerja merupakan hal penting yang harus
dicapai oleh setiap perusahaan dimanapun, karena kinerja merupakan cerminan
dari kemampuan perusahaan dalam mengelola dan mengalokasikan sumber
dayanya. Selain itu tujuan pokok penelitian kinerja adalah untuk memotivasi para
karyawan dalam mencapai sasaran organisasi dan dalam memenuhi standar
perilaku yang telah ditetapkan sebelumnya, agar membuahkan tindakan dan hasil
yang diharapkan. Standar perilaku dapat berupa kebijakan manajemen atau
rencana formal yang dituangkan dalam anggaran keuangan.
2.1.2 Laporan Keuangan Sebagai Informasi Dalam Menilai Kinerja Keuangan Perusahaan
Menurut Brigham dan Houston (2001: 36) laporan keuangan adalah
beberapa lembar kertas yang bertuliskan angka-angka, tetapi sangat penting juga
untuk memikirkan aktiva riil di balik angka-angka tersebut. Sementara menurut
Darsono dan Ashari (2005:5) laporan keuangan yang disusun dan disajikan
kepada semua pihak yang berkepentingan dengan eksistensi suatu perusahaan,
pada hakekatnya merupakan alat komunikasi. Artinya laporan keuangan itu adalah
suatu perusahaan dan kegiatan-kegiatannya, kepada mereka yang berkepentingan
dengan perusahaan tersebut.
Analisis terhadap laporan keuangan dimaksudkan untuk membantu
manajemen dari pihak-pihak yang berkepentingan dalam perencanaan dan
pengendalian perusahaan. Sehingga dengan adanya laporan keuangan diharapkan
mampu memberikan bantuan informasi kepada pengguna untuk membuat
keputusan ekonomi yang bersifat finansial. Adapun tujuan laporan keuangan
seperti yang tertulis dalam Standar Akuntansi Keuangan/SAK yang disusun oleh
Ikatan Akuntansi Indonesia adalah menyediakan informasi yang menyangkut
posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang
bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi.
Salah satu kegunaan dari laporan keuangan adalah untuk menyediakan
informasi kinerja perusahaan terutama profitabilitas yang diperlukan untuk
menilai perubahan potensial sumber daya ekonomi yang mungkin dikendalikan.
Informasi tersebut menyangkut posisi keuangan perusahaan, informasi kinerja,
dan perubahan posisi keuangan perusahaan kepada pihak-pihak yang
berkepentingan sebagai pertimbangan dalam pengambilan keputusan.
Analisis keuangan sangat tergantung pada informasi yang diberikan oleh
laporan keuangan perusahaan. Laporan keuangan perusahaan merupakan salah
satu sumber informasi yang penting disamping informasi lain seperti informasi
industri, kondisi perekonomian, pangsa pasar perusahaan, kualitas manajemen dan
lainnya. Ada tiga macam laporan keuangan pokok yang dihasilkan suatu
Disamping ketiga laporan pokok tersebut, dihasilkan juga laporan pendukung
seperti laporan laba yang ditahan dan perubahan modal sendiri (Darsono dan
Ashari, 2005:18).
2.1.3 Pengertian Kebangkrutan
Kebangkrutan ditinjau dari sisi keuangan sering dikaitkan dengan istilah
kegagalan keuangan (financial failure), kesulitan keuangan (financial distress)
maupun kegagalan bisnis (business failure) sehingga di dalam keuangan
pengertian tentang kebangkrutan tidak pernah terlepas dari istilah-istilah tersebut.
Analisis rasio keuangan yang dihasilkan oleh akuntansi keuangan juga
bermanfaat untuk melakukan klasifikasi atau prediksi terhadap kebangkrutan.
Tingkat kesehatan sangat penting bagi perbankan untuk meningkatkan efisiensi
dalam menjalankan usahanya, sehingga kemampuan untuk memperoleh
keuntungan dapat ditingkatkan dan pada akhirnya terhindar dari kemungkinan
terjadinya kebangkrutan (terlikuidasi). Analisis kebangkrutan ini dilakukan untuk
memperoleh peringatan awal kebangkrutan (tanda-tanda awal kebangkrutan).
Semakin awal tanda-tanda kebangkrutan tersebut ditemukan, semakin baik bagi
pihak manajemen, karena dapat melakukan perbaikan sejak awal (Hanafi,
2008:263). Kebangkrutan (bankruptcy) biasanya diartikan sebagai kegagalan
perusahaan dalam menjalankan operasi perusahaan untuk menghasilkan laba.
Kebangkrutan sebagai suatu kegagalan yang terjadi pada sebuah perusahaan
1. Kegagalan Ekonomi (Economic Distressed) berarti bahwa perusahaan
kehilangan uang atau pendapatan perusahaan tidak mampu menutupi
biayanya sendiri, ini berarti tingkat labanya lebih kecil dari biaya modal atau
nilai sekarang dari arus kas perusahaan lebih kecil dari kewajiban.
Kegagalan terjadi bila arus kas sebenarnya dari perusahaan tersebut jauh di
bawah arus kas yang diharapkan.
2. Kegagalan Keuangan (Financial Distressed) mempunyai makna kesulitan
dana baik dalam arti dana dalam pengertian kas atau dalam pengertian
modal kerja. Sebagian asset lia bility management sangat berperan dalam
pengaturan untuk menjaga agar tidak terkena financial distressed.
Kegagalan keuangan bisa juga diartikan sebagai insolvensi yang
membedakan antara dasar arus kas dan dasar saham. Insolvensi atas dasar
arus kas ada dua bentuk, yaitu:
a. Insolvensi teknis.
Perusahaan bisa dianggap gagal jika perusahaan tidak dapat memenuhi
kewajiban pada saat jatuh tempo.
b. Insolvensi dalam pengertian kebangkrutan.
Insolvensi dalam pengertian kebangkrutan pengertian ini kebangkrutan
didefinisikan dalam ukuran sebagai kekayaan bersih negatif dalam
neraca konvensional atau nilai sekarang dari arus kas yang diharapkan
2.1.4 Faktor-Faktor Penyebab Kebangkrutan
Menurut Adnan (2000:139) faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya
kebangkrutan pada perusahaan adalah:
1. Faktor Umum
a. Sektor ekonomi
Faktor-faktor penyebab kebangkrutan dari sektor ekonomi adalah gejala
inflasi dan deflasi dalam harga barang dan jasa, kebijakan keuangan,
suku bunga dan devaluasi atau revaluasi uang dalam hubungannya
dengan uang asing serta neraca pembayaran, surplus atau defisit dalam
hubungannya dengan perdagangan luar negeri.
b. Sektor sosial
Faktor sosial sangat berpengaruh terhadap kebangkrutan cenderu ng
pada perubahan gaya hidup masyarakat yang mempengaruhi
permintaan terhadap produk dan jasa ataupun cara perusahaan
berhubungan dengan karyawan. Faktor sosial yang lain yaitu kerusuhan
atau kekacauan yang terjadi di masyarakat.
c. Teknologi
Penggunaan teknologi informasi juga menyebabkan biaya yang
ditanggung perusahaan membengkak terutama untuk pemeliharaan dan
implementasi. Pembengkakan terjadi, jika penggunaan teknologi
informasi tersebut kurang terencana oleh pihak manajemen, sistemnya
d. Sektor pemerintah
Pengaruh dari sektor pemerintah berasal dari kebijakan pemerintah
terhadap pencabutan subsidi pada perusahaan dan industri, pengenaan
tarif ekspor dan impor barang berubah, kebijakan undang-undang baru
bagi perbankan atau tenaga kerja dan lain-lain.
2. Faktor Eksternal Perusahaan
a. Faktor pelanggan / konsumen
Perusahaan harus bisa mengidentifikasi sifat konsumen, karena berguna
untuk menghindari kehilangan konsumen, juga untuk menciptakan
peluang untuk menemukan konsumen baru dan menghindari
menurunnya hasil penjualan dan mencegah konsumen berpaling ke
pesaing.
b. Faktor kreditur
Kekuatannya terletak pada pemberian pinjaman dan mendapatkan
jangka waktu pengembalian hutang yang tergantung kepercayaan
kreditur terhadap kelikuiditasan suatu perusahaan.
c. Faktor pesaing
Faktor ini merupakan hal yang harus diperhatikan karena menyangkut
perbedaan pemberian pelayanan kepada konsumen, perusahaan juga
jangan melupakan pesaingnya karena jika produk pesaingnya lebih
diterima oleh masyarakat perusahaan tersebut akan kehilangan
3. Faktor Internal Perusahaan
Faktor-faktor yang menyebabkan kebangkrutan secara internal menurut
Adnan (2000:140) sebagai berikut:
a. Terlalu besarnya kredit yang diberikan kepada nasabah sehingga akan
menyebabkan adanya penunggakan dalam pembayaran sampai akhirnya
tidak dapat membayar.
b. Manajemen tidak efisien yang disebabkan karena kurang adanya
kemampuan, pengalaman, keterampilan, sikap inisiatif dari manajemen.
c. Penyalahgunaan wewenang dan kecurangan dimana sering dilakukan oleh
karyawan, bahkan manajer puncak sekalipun sangat merugikan apalagi yang
berhubungan dengan keuangan perusahaan.
2.1.5 Analisis Z-Score Model Altman, Model Springate dan Model Zmijewski 2.1.5.1 Analisis Z-Score Model Altman
Sejumlah studi telah dilakukan untuk mengetahui kegunaan analisis rasio
keuangan dalam memprediksi kegagalan perusahaan. Salah satu studi tentang
prediksi ini adalah Multiple Discriminant Analysis yang dilakukan oleh Prof.
Edward I. Altman mempergunakan lina jenis rasio, yaitu: Working Capital to
Tota l Assets, Reta ined Ea rning to Tota l Assets, Ea rning Before Interest a nd Ta xes
(EBIT) to Tota l Assets, Ma rket Va lue of Equity to Book Va lue of Tota l Debt dan
Sa les to Tota l Assets.
Rasio Working Capital to Total Assets digunakan untuk mengukur likuiditas
to Tota l Assets digunakan untuk mengukur profitabilitas kumulatif. Rasio EBIT to
Tota l Assets digunakan untuk mengukur produktivitas yang sebenarnya dari
aktiva perusahaan. Rasio Market Value of Equity to Book Value of Total Debt
digunakan untuk mengukur seberapa banyak aktiva perusahaan dapat turun
nilainya sebelum jumlah utang lebih besar daripada aktivanya dan perusahaan
menjadi apilit (insolvent) sedangkan rasio manajemen dalam menghadapi kondisi
persaingan.
Altman menemukan lima jenis rasio keuangan tersebut dapat
dikombinasikan untuk melihat perbedaan antara perusahaan yang bangkrut dan
yang tidak bangkrut. Adapun bentuk persamaan yang kemudian dikenal dengan
formula Z-Score adalah:
Z = W1X1 + W2X2 +W3X3 + W4X4 + W5X5
Dari hasil studinya tersebut, Altman memperoleh modal prediksi Multiple
Discrimina nt Ana lysis yang dapat dinyatakan sebagai (Muslich, 2000:59) :
Z = 0,717X1 + 0,847X2 + 3,107X3 + 0,420X4 + 0,998X5
Keterangan:
X1= Modal kerja terhadap total aset (Working Capital to Total Assets).
X2= Laba yang ditahan terhadap total aset (Retained Earnings to Total Assets).
X3= Pendapatan sebelum pajak dan bunga terhadap total aset (Earnings Before
Interest a nd Ta xes to Tota l Assets).
X4= Nilai pasar sendiri terhadap nilai buku dari hutang (Market Value Equity to
Book Va lue of Tota l Debt).
Persentase rasio ke-1 sampai dengan ke-4 dihitung dengan persentase
penuh, sedang untuk rasio ke-5 dihitung dengan persentase normal. Kriteria yang
digunakan untuk memprediksi kebangkrutan perusahaan dengan model ini adalah
(Muslich, 2000:60):
1. Jika perusahaan dianalisis dan memperoleh nilai indeks X < 1,20 maka
perusahaan diprediksi akan bangkrut.
2. Jika perusahaan memperoleh nilai indeks X > 2,90 maka perusahaan
diprediksi tidak bangkrut.
3. Nilai cut-off untuk indeks ini adalah X = 2,675, maka perusahaan berada di
area abu-abu (grey area ).
Berikut rasio keuangan yang dianalisis adalah rasio-rasio keuangan yang
terdapat pada model Altman yaitu:
X1 =
X2 =
X3 = �
X4 =
X5=
Rasio-rasio inilah yang akan digunakan dalam menganalisa laporan
keuangan sebuah perusahaan untuk kemudian mendeteksi kemungkinan terjadinya
manajemen keuangan, rasio-rasio yang digunakan dalam metode Altman ini dapat
dikelompokkan dalam tiga kelompok besar yaitu:
1. Rasio Likuiditas yang terdiri dari X1.
2. Rasio Profitabilitas yang terdiri dari X2 dan X3.
3. Rasio Aktivitas yang terdiri dari X4 dan X5.
Formula Altman Z-Score merupakan kombinasi dari beberapa rasio
keuangan yang dianggap dapat memprediksi kesehatan dan terjadinya
kebangkrutan pada sebuah perusahaan. Menurut Muslich (2000:59) adapun
penjelasan tentang kelima rasio keuangan tersebut adalah:
1. Working Ca pita l/Tota l Assets (X1)
Rasio Working Capital to Total Assets atau modal kerja terhadap total asset
digunakan untuk mengukur likuiditas aktiva perusahaan relatif terhadap total
kapitalisasinya, dimana modal kerja diperoleh dari selisih antara aktiva lancar
dengan hutang lancar. Jika dikaitkan dengan indikator-indikator kebangkrutan,
maka indikator yang dapat digunakan untuk mendeteksi adanya masalah pada
tingkat likuiditas perusahaan adalah indikator-indikator internal seperti:
ketidakcukupan kas, hutang dagang membengkak, utilitas modal (harta kekayaan)
menurun, penambahan hutang yang tak terkendali, dan beberapa indikator
lainnya.
Perusahaan mengalami kesulitan keuangan pada umumnya modal kerjanya
akan turun lebih cepat daripada total aktiva menyebabkan rasio ini turun (Sawir,
2005:25). Selisih bersih antara sumber dana dan penggunaan dana akan
sumber dana lebih besar daripada penggunaan dana, maka terjadi surplus yang
berarti modal kerja bertambah, demikian pula sebaliknya akan terjadi defisit
(modal kerja berkurang) apabila sumber dana lebih kecil daripada penggunaan
dana. Modal kerja bertambah karena penjualan aktiva tetap, bertambahnya hutang
jangka panjang, dan modal sendiri. Modal kerja berkurang karena pembelian
aktiva tetap, hutang jangka panjang, dan modal sendiri.
2. Reta ined Ea rning/Tota l Assets (X2)
Reta ined Ea rning to Tota l Assets atau laba ditahan terhadap total aktiva
merupakan rasio-rasio profitabilitas yang mendeteksi kemampuan perusahaan
dalam menghasilkan keuntungan, ditinjau dari kemampuan perusahaan yang
bersangkutan dalam memperoleh laba dibandingkan dengan kecepatan perputaran
opera ting a ssets sebagai ukuran efisiensi usaha. Bila perusahaan mulai merugi,
tentu saja nilai awal laba ditahan mulai turun. Bagi banyak perusahaan, nilai dari
rasio Laba Ditahan/Total Aktiva akan menjadi negatif (Sawir, 2005:25).
3. EBIT/Tota l Assets (X3)
Ea rnings Before Interest a nd Ta xes to Tota l Assets atau pendapatan sebelum
pajak dan bunga terhadap total asetmerupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur produktivitas yang sebenarnya dari aktiva perusahaan. Beberapa
indikator yang dapat kita gunakan dalam mendeteksi adanya masalah pada
kemampuan profitabilitas perusahaan diantaranya adalah: piutang dagang
meningkat, rugi terus menerus dalam beberapa semester, pendapatan menurun,
kesediaan memberi kredit pada konsumen yang tak dapat membayar pada waktu
yang ditetapkan.
Rasio ini dapat digunakan sebagai ukuran seberapa besar produktifitas
penggunaan dana yang dipinjam. Bila rasio ini lebih besar daripada rata-rata
tingkat bunga yang dibayar, maka berarti perusahaan menghasilkan uang yang
lebih banyak daripada bunga pinjaman (Sawir, 2005:25).
4. Ma rket Va lue Equity/Tota l Debt (X4)
Ma rket Va lue Equity to Tota l Debt atau nilai pasar sendiri terhadap nilai
buku dari hutang merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa
banyak aktiva perusahaan dapat turun nilainya sebelum jumlah utang lebih besar
daripada aktivanya dan perusahaan menjadi apilit (insolvent). Rasio ini sering juga
digunakan dalam bentuk persamaan Net Worth/Total Debt. Rasio ini mengukur
kemampuan perusahaan dalam memberikan jaminan kepada setiap hutangnya
melalui modalnya sendiri. Umumnya perusahaan-perusahaan yang gagal adalah
perusahaan yang mengkonsumsi lebih banyak hutang dibandingkan modal sendiri.
Semakin tinggi rasio ini menunjukkan perusahaan semakin dipercaya, artinya nilai
perusahaan menjadi lebih tinggi. Rasio ini kebalikan dari Debt Equity Ratio yang
dikenal di dalam rasio keuangan (Sawir, 2005:25). Perusahaan yang tidak go
public tidak mempunyai nilai pasar, maka Altman mengembangkan model
alternatif dengan menggantikan variabel X4 yang semula merupakan rasio
perbandingan nilai pasar modal sendiri dengan nilai buku total hutang, menjadi
5. Sa les/Tota l Assets (X5)
Sa les to Tota l Assets atau penjualan terhadap total asset merupakan rasio
yang mendeteksi kemampuan dana perusahaan yang tertanam dalam keseluruhan
aktiva berputar dalam satu periode tertentu. Rasio ini dapat pula dikatakan sebagai
rasio yang mengukur kemampuan modal yang diinvestasikan oleh perusahaan
untuk menghasilkan pendapatan (revenue). Semakin besar perputaran total aktiva
semakin efektif perusahaan mengelola aktivanya. Beberapa indikator yang dapat
digunakan untuk mendeteksi adanya masalah pada aktivitas perusahaan yang
kemudian akan berpengaruh pada rasio-rasio tersebut di atas adalah: pangsa pasar
menurun, berpindahnya penguasaan pangsa pasar pada pesaing, modal kerja
menurun, kepercayaan konsumen berkurang, dan beberapa indikator lainnya.
2.1.5.2 Analisis Z-Score Model Springate
Model ini dikembangkan pada tahun 1978 oleh Gorgon L.V. Springate.
Dengan mengikuti prosedur yang dikembangkan Altman, Springate menggunakan
step – wise multiple discrimina te a na lysis untuk memilih empat dari 19 rasio
keuangan yang popular sehingga dapat membedakan perusahaan yang berada
dalam zona bangkrut atau zona aman. Model Springate merumuskan sebagai
berikut :
S = 1,03A + 3,07B + 0,66C + 0,4D
Rasio keuangan yang dianalisis adalah rasio-rasio keuangan yang terdapat
pada model Springate yaitu :
B = � �
C = �
D =
Model tersebut memiliki standar dimana :
1. Perusahaan yang mempunyai skor Z > 0,862 diklasifikasikan sebagai
perusahaan sehat.
2. Perusahaan yang mempunyai skor Z < 0,862 diklasifikasikan sebagai
perusahaan potensial bangkrut.
3. Nilai cut-off yang berlaku untuk model ini adalah 0,862. Model ini memiliki
akurasi 92,5%.
2.1.5.3Analisis Z-Score Model Zmijewski
Perluasan studi dalam prediksi kebangkrutan dilakukan oleh Zmijewski
pada tahun 1983 menambah validasi rasio keuangan sebagai alat deteksi
kegagalan keuangan perusahaan. Zmijewski melakukan studi dengan menelaah
ulang studi bidang kebangkrutan hasil riset sebelumnya selama dua puluh tahun.
Rasio keuangan dipilih dari rasio-rasio keuangan penelitian terdahulu dan diambil
sampel sebanyak 75 perusahaan yang bangkrut, serta 3573 perusahaan sehat
selama tahun 1972 sampai dengan tahun 1978, indikator F-test terhadap
rasio-rasio kelompok, Rate of Return, liquidity, leverage, turnover, fixed payment
perbedaan yang signifikan antara perusahaan yng sehat dan yang tidak sehat.
Dengan kriteria penilaian semakin besar nilai X maka semakin besar
kemungkinan / probabilitas perusahaan tersebut bangkrut. Model yang berhasil
dikembangkan yaitu (Fanny dan Saputra, 2000:4) :
X = -4,3 – 4,5X1 + 5,7X2 – 0,004X3
Rasio keuangan yang dianalisis adalah rasio-rasio keuangan yang terdapat
pada model Zmijewski yaitu :
X1 = x 100%
X2 = x 100%
X3 =
Dimana :
X1 = Return On Asset atau Return On Investment
X2 = Debt Ratio
X3 = Current Ratio
Model tersebut memiliki standar yaitu :
1. Cut-off yang digunakan dalam model ini adalah 0
2. Jika nilai Z positif maka perusahaan berpotensi bangkrut dan apabila negatif
perusahaan berarti sehat.
3. Tingkat akurasi dari model Zmijewski adalah 94,9%.
Berdasarkan uraian di atas, dapat terlihat rasio-rasio yang digunakan dalam
hanya terfokus pada bagian-bagian keuangan perusahaan saja tetapi juga dapat
dikorelasikan dengan beberapa indikator yang mungkin dapat mempengaruhi
rasio-rasio tersebut. Hal ini berarti bahwa implementasi metode Z-Score model
Altman, model Springate dan model Zmijewski pada sebuah perusahaan di
samping akan mendeteksi terjadinya kemungkinan kebangkrutan, juga akan
mengarahkan perusahaan yang sedang mengalami masalah dengan
memperhatikan beberapa indikator yang berkaitan dengan likuiditas, profitabilitas,
dan aktivitas perusahaan.
Metode Z-Score model Altman, model Springate dan model Zmijewski
pertama kali dikembangkan untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan. Pada
dasarnya tujuan perhitungan nilai Z adalah untuk mengingatkan akan masalah
keuangan yang mungkin membutuhkan perhatian serius dan menyediakan
petunjuk untuk bertindak. Bila nilai Z perusahaan lebih rendah daripada yang
dikehendaki manajemen, maka harus diamati laporan keuangan untuk mencari
penyebab mengapa terjadi begitu. Hal yang menarik mengenai metode analisis
Z-Score model Altman, model Springate dan model Zmijewski adalah keandalannya
sebagai alat analisis tanpa memperhatikan bagaimana ukuran perusahaan.
Meskipun perusahaan sangat makmur, tetapi bila nilai Z mulai turun dengan
tajam, perusahaan harus segera waspada dan mengambil langkah tepat untuk
memperbaiki kinerjanya.
Pengamatan dimulai dengan menghitung nilai Z dari periode-periode
sebelumnya dan dibandingkan dengan nilai Z sekarang. Bila kecendrungan
rasio-rasio yang menyebabkan skor jatuh. Memantau kecenderungan nilai Z akan
membantu mengevaluasi perubahan keuangan perusahaan.
Weston dan Copeland (2005:125) menyebutkan sebab-sebab terjadinya
ketidaksehatan suatu perusahaan yang berujung pada kondisi kegagalan
perusahaan tersebut. Kondisi itu dapat berupa:
1. Kegagalan ekonomi yang diartikan:
a. Ketidakseimbangan antara pendapatan dan pengeluaran.
b. Biaya modal perusahaan lebih besar dari tingkat laba atas biaya historis
investasi.
c. Realisasi laba yang diterima perusahaan tidak dapat menututup biaya.
2. Kegagalan bisnis yaitu:
a. Jika perusahaan tidak dapat membayar kewajibannya yang jatuh tempo
dan perusahaan dinyatakan pailit.
b. Jika total kewajiban melebihi nilai wajar dari total aktivanya.
c. Modal atau networth perusahaan adalah negatif.
Pada umumnya, jauh sebelum perusahaan mengalami kegagalan,
tanda-tanda awal yang menunjukkan ke arah kecendrungan yang kurang
menguntungkan itu telah kelihatan, tetapi sering kali manajemen mengindahkan
bahkan tidak memperhatikan sama sekali. Manajemen juga terkadang
menganggap bahwa tanda-tanda yang menunjukkan tidak sehatnya perusahaan
merupakan gejala sementara yang akan hilang dengan sendirinya, tanpa perlu ada
terlambat melakukan tindakan antisipasi maupun proses perbaikan terhadap
kinerja perusahaan.
Menurut Adnan dan Kuniasih (2001) rasio tingkat kesehatan perusahaan
dengan rasio-rasio dalam potensi kebangkrutan mempunyai hubungan yang sangat
kuat dalam menentukan kondisi keuangan perusahaan tersebut.
2.1.6 Pengertian Economic Value Added (EVA)
Metode EVA pertama kali dikembangkan oleh Stewart & Stern seorang
analisis keuangan dari perusahaan Stern Stewart & Co pada tahun 1993. Di
Indonesia metode tersebut dikenal dengan nama Nilai Tambah Ekonomi
(NITAMI).
Menurut Tunggal (2001) “EVA adalah metode manajemen keuangan untuk
mengukur laba ekonomi dalam suatu perusahaan yang menyatakan bahwa
kesejahteraan hanya dapat tercipta manakala perusahanan mampu memenuhi
semua biaya operasi (opera ting cost) dan biaya modal (cost of capital).”
Menurut Young & O’Byrne (2001:8) “EVA merupakan alat komunikasi
yang efektif, baik untuk penciptaan nilai yang dapat dijangkau oleh manajer lini
yang akhirnya mendorong kinerja perusahaan dan untuk berhubungan dengan
pasar modal.”
Berdasarkan definisi EVA yang dikemukakan oleh beberapa ahli tersebut
menunjukkan bahwa pada dasarnya EVA merupakan alat untuk menilai kinerja
keuangan perusahaan berdasarkan nilai tambah yang memperhatikan adanya biaya
pengukuran yang baik untuk menilai kinerja keuangan perusahaan karena EVA
memperhatikan adanya biaya modal. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
EVA merupakan metode analisis keuangan untuk menilai profitabilitas dan kinerja
manajemen dari operasi perusahaan.
Apabila perusahaan memiliki nilai EVA yang positif, maka dapat dikatakan
bahwa manajemen dalam perusahaan tersebut telah mampu menciptakan nilai
tambah bagi perusahaannya, sebaliknya apabila EVA negatif, dinamakan
distructing atau destroying value.
Manajemen dapat melakukan banyak hal untuk menciptakan nilai tambah
tetapi pada prinsipnya EVA akan meningkat jika manajemen melakukan satu dari
tiga hal berikut (Utomo, 2009:37) antara lain:
1. Meningkatkan laba operasi tanpa adanya tambahan modal.
2. Menginvestasikan modal baru ke dalam proyek yang mendapat Return lebih
besar dari biaya modal yang ada.
3. Menarik modal dari aktifitas-aktifitas usaha yang tidak menguntungkan.
Laba operasi perusahaan dapat ditingkatkan tanpa adanya tambahan modal,
berarti manajemen dapat menggunakan aktiva perusahaan secara efisien untuk
mendapatkan keuntungan yang optimal. Selain itu dengan berinvestasi ke proyek
-proyek yang menerima Return lebih besar daripada biaya modal (cost of capital)
yang digunakan berarti manajemen hanya mengambil proyek yang bermutu dan
meningkatkan nilai perusahaan. EVA juga mendorong manajemen untuk berfokus
pada proses dalam perusahaan yang menambah nilai dan mengeliminasi aktifitas
merupakan proses yang kompleks dan terpadu karena perusahaan harus
menentukan terlebih dahulu biaya modalnya.
2.1.7 Metode Perhitungan Economic Value Added (EVA)
Menurut Brigham dan Houston (2001:51) ada beberapa pendekatan yang
dapat digunakan untuk mengukur EVA, yaitu dengan memfokuskan pada
efektivitas manajerial dalam satu tahun tertentu. Apabila dalam struktur modal
perusahaan terdiri dari hutang dan modal sendiri, secara sistematis EVA dapat
ditentukan dengan rumus sebagai berikut:
EVA = NOPAT – (WACC x TA)
Keterangan:
NOPAT = Net Operating Profit After Taxes
WACC = Weighted Average Cost of Capital
TA = Total Asset (Total Modal yang Diinvestasikan)
Interpretasi dari hasil perhitungan EVA adalah sebagai berikut:
a. Jikanilai EVA > 0 atau EVA bernilai positif, hal ini menunjukkan terjadinilai
tambah ekonomis bagi perusahaan.
b. Jika EVA = 0, hal ini menunjukkan posisi impas karena laba telah digunakan
untuk membayar kewajiban kepada penyandang dana baik kreditur maupun
pemegang saham.
c. Jika nilai EVA < 0 atau EVA bernilai negatif, hal ini menunjukkan tidak
Berdasarkan rumus diatas, terlihat bahwa EVA meningkat, dan nilai tambah
diciptakan ketika sebuah perusahaan dapat mencapai hal berikut ini:
1. Meningkatkan pengembalian atas modal yang ada. Jika NOPAT meningkat
sedangkan WACC dan modal yang diinvestasikan tetap, EVA meningkat.
2. Pertumbuhan yang menguntungkan. Ketika sebuah investasi diharapkan
mendapat pengembalian lebih besar dari WACC, nilai diciptakan.
3. Pelepasan dari aktivitas yang memusnahkan nilai. Modal yang
diinvestasikan menurun ketika sebuah bisnis atau divisi dijual atau ditutup.
Jika penggunaan modal lebih mengganti kerugian dengan peningkatan
perbedaan NOPAT dan WACC, EVA meningkat.
4. Pengurangan Biaya Modal.
a . Net Opera ting Profit After Ta xes (NOPAT)
Net Opera ting Profit After Ta xes (NOPAT) atau laba operasi bersih setelah
pajak merupakan sejumlah laba penelitian yang akan dihasilkan jika perusahaan
tersebut tidak memiliki utang dan tidak memiliki asset financial. NOPAT dapat
dihitung dengan menggunakan rumus (Sartono, 2001:100) :
NOPAT = EBIT (1 – Tarif Pajak)
Faktor yang non operasional dan laba/rugi luar biasa, seperti laba/rugi dari
penghentian unit usaha serta beberapa akun laba/rugi lain-lain yang sama sekali
tidak berhubungan dengan kegiatan operasional rutin perusahaan dan tidak ada
keterangan yang jelas dalam catatan laporan keuangan perusahaan, tidak
b. Weighted Avera ge Cost of Ca pita l (WACC)
Weighted Avera ge Cost of Ca pita l (WACC) atau biaya modal rata-rata
tertimbang adalah biaya ekuitas dan biaya hutang, saham preferen, dan ekuitas
saham biasa masing-masing dikalikan dengan presentasi ekuitas dan hutang dalam
struktur modal perusahaan. Adapun rumus untuk menghitung WACC adalah
(Prawironegoro, 2008:35) :
WACC = [(D x Rd) x (1 – Tax) + (E x Re)]
Dimana dalam menghitung WACC suatu perusahaan harus mengetahui
hal-hal sebagai berikut :
1. Tingkat Modal Dari Hutang (D) = x 100%
2. Cost of Debt (Rd) = x 100%
3. Tingkat Modal Dan Ekuitas (E) = x 100%
4. Cost of Equity (Re) = � x 100%
5. Tingkat Pajak (Tax) = �
� x 100%
Sebuah perusahaan dapat meningkatkan nilai tambah ekonomisnya apabila
memperoleh tingkat pengembalian yang lebih besar daripada WACC. Strategi
manajemen dalam berinvestasi sebaiknya mempertimbangkan ada tidaknya
penciptaan nilai tambah ekonomis dari investasi tersebut. Perusahaan yang
tidak diperdagangkan pada bursa efek atau kepada publik, maka biaya ekuitasnya
dihitung dengan menambahkan premi risiko perusahaan dengan suku bunga
obligasi pemerintah (Young & O’Byrne, 2001:161).
c. Modal Yang Diinvestasikan (Invested Capital)
Menurut Young & O’Byrne (2001:39), modal yang diinvestasikan adalah
jumlah seluruh keuangan perusahaan, terlepas dari kewajiban jangka pendek,
pasiva tidak menanggung bunga (non interest bearing liabilities) seperti hutang,
upah yang akan jatuh tempo (accured wages), dan pajak yang akan jatuh tempo
(accured taxes). Modal yang diinvestasikan sama dengan jumlah ekuitas
pemegang saham, seluruh hutang jangka pendek dan jangka panjang.
Modal yang diinvestasikan = Kewajiban Jangka Pendek + Kewajiban Jangka
Panjang + Ekuitas Pemegang Saham
2.1.8 Tujuan dan Manfaat Penerapan Model EVA
Menurut Abdullah (2003:142) tujuan dan manfaat penerapan model EVA
adalah sebagai berikut:
a. Tujuan Penerapan Model EVA
Dengan perhitungan EVA diharapkan akan mendapatkan hasil perhitungan
nilai ekonomis perusahaan yang lebih realistis. Hal ini disebabkan oleh EVA
dihitung berdasarkan perhitungan biaya modal (cost of capital) yang
menggunakan nilai pasar berdasarkan kepentingan kreditur terutama para
pemegang saham dan bukan berdasar nilai buku yang bersifat historis.
keuangan sehingga akan mempermudah bagi para pengguna laporan
keuangan diantaranya para investor, kreditur, karyawan, pemerintah,
pelanggan, dan pihak-pihak yang berkepentingan lainnya.
b. Manfaat Penerapan Model EVA
Manfaat yang diperoleh dari penerapan model EVA didalam suatu
perusahaan adalah:
1. Penerapan model EVA sangat bermanfaat untuk digunakan sebagai
pengukur kinerja perusahaan dimana fokus penilaian kinerja adalah
penciptaan nilai (value creation).
2. Penilaian kinerja keuangan dengan menggunakan pendekatan EVA
menyebabkan perhatian manajemen sesuai dengan kepentingan
pemegang saham. Dengan EVA para manajer akan berpikir dan
bertindak seperti halnya pemegang saham yaitu memilih investasi
yang memaksimumkan tingkat pengembalian dan meminimumkan
tingkat biaya modal sehingga nilai perusahaan dapat dimaksimumkan.
3. EVA mendorong perusahaan untuk lebih memperhatikan kebijakan
struktur modalnya.
4. EVA dapat digunakan untuk mengidentifikasi proyek atau kegiatan
yang memberikan pengembalian yang lebih tinggi daripada biaya
modalnya. Kegiatan atau proyek yang memberikan nilai sekarang dari
total EVA yang positif menunjukkan adanya penciptaan nilai dari
proyek tersebut dengan demikian sebaiknya diambil, begitu pula
2.1.9 Keunggulan dan Kelemahan EVA
Salah satu keunggulan EVA sebagai penilai kinerja perusahaan adalah dapat
digunakan sebagai penciptaan nilai (value creation). Keunggulan EVA yang lain
adalah (Iramani, 2005:6) :
a. EVA memfokuskan penilaian pada nilai tambah dengan memperhitungkan
beban sebagai konsekuensi investasi.
b. Konsep EVA adalah alat perusahaan dalam mengukur harapan yang dilihat
dari segi ekonomis dalam pengukurannya yaitu dengan memperhatikan
harapan para penyandang dana secara adil dimana derajat keadilan
dinyatakan dengan ukuran tertimbang dari struktur modal yang ada dan
berpedoman pada nilai pasar dan bukan pada nilai buku.
c. Perhitungan EVA dapat dipergunakan secara mandiri tanpa memerlukan data
pembanding seperti standar industri atau data perusahaan lain sebagai
konsep penilaian.
d. Konsep EVA dapat digunakan sebagai dasar penilaian pemberian bonus
pada karyawan terutama pada divisi yang memberikan EVA lebih sehingga
dapat dikatakan bahwa EVA menjalankan stakeholders satisfaction concept.
e. Pengaplikasian EVA yang mudah menunjukkan bahwa konsep tersebut
merupakan ukuran praktis, mudah dihitung dan mudah digunakan sehingga
merupakan salah satu bahan pertimbangan dalam mempercepat
pengambilan keputusan bisnis.
EVA selain mempunyai keunggulan-keunggulan seperti tersebut di atas, juga
a. Secara konseptual EVA memang lebih unggul daripada pengukur tradisional
akuntansi, namun secara praktis belum tentu dapat diterapkan dengan
mudah. Penentuan biaya modal saham cukup rumit sehingga diperlukan
analisis yang lebih mendalam tentang teknik-teknik menaksir biaya modal
saham.
b. EVA adalah alat ukur semata dan tidak bias berfungsi sebagai cara mencapai
sasaran perusahaan sehingga diperlukan suatu cara bisnis tertentu untuk
mencapai sasaran.
c. Masih mengandung unsur keberuntungan (tinggi rendahnya EVA dapat
dipengaruhi oleh gejolak di pasar modal).
d. EVA hanya menggambarkan penciptaan nilai pada suatu tahun tertentu.
e. EVA mendorong pengalokasian dana perusahaan untuk investasi resiko yang
kecil sehingga secara tidak langsung EVA mendorong perusahaan untuk
menghindari resiko padahal sebagian besar inovasi-inovasi dalam bisnis
memiliki risiko yang sangat tinggi terutama dalam era pasar bebas yang
penuh dengan ketidakpastian.
2.2 Penelitian Terdahulu
Analisis laporan keuangan merupakan salah satu hal yang penting bagi
perusahaan dalam mencapai tujuan perusahaan untuk meningkatkan laba
perusahaan. Dan penelitian terhadap metode Z-Score dan Economic Value Added
(EVA) juga sudah banyak dilakukan oleh para peneliti sebelumnya untuk melihat
penelitian tersebut menggunakan berbagai macam variabel serta hasil yang juga
berbeda-beda. Oleh karena itu, dalam penelitian ini menggunakan hasil dari
penelitian sebelumnya sebagai dasar penelitian. Berikut ini dijelaskan beberapa
penelitian tentang metode Z-Score dan Economics Value Added (EVA) yang
terdahulu.
Penelitian Yuliastary dan Wirakusuma (2014) dengan judul penelitian
“Analisis Fina ncia l Distress Dengan Metode Z-Score Altman, Springate,
Zmijewski.”Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimanakah kinerja
keuangan PT. Fast Food Indonesia Tbk. dengan menggunakan metode
Z-ScoreAltma n, Springa te, Zmijewski periode 2008-2012. Penelitian ini
menggunakan data sekunder pada PT. Fast Food Indoneisia Tbk. yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia periode 2008-2012 dengan menggunakan teknik analisis
deskriptif komparatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kinerja keuangan
yang dianalisis dengan metode Z-Score Altman, Springate, Zmijewski pada PT.
Fast Food Indonesia Tbk. periode 2008-2012 diklasifikasikan dalam keadaan
sehat atau tidak berpotensi bangkrut. Faktor-faktor yang digunakan antara lain:
fina ncia l distress, rasio Springate, rasio Z-Score Altman, rasio Zmijewski.
Penelitian Lutfiana, Sudjana dan Endang (2011) dengan judul penelitian
“Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan Dengan Menggunakan Metode Economic
Va lue Added (EVA) Dan Metode Market Value Added (MVA).” Penelitian ini
menjelaskan bahwa berdasarkan keseluruhan hasil EVA dan MVA pada PT. Japfa
Comfeed Tbk. dan PT. Charoen Pokphand Tbk. selama periode 2009-2011
pengembalian yang diharapkan investor karena EVA dan MVA yang dicapai
bernilai positif. Tidak ada perbedaan hasil EVA dan MVA mencerminkan bahwa
kinerja manajerial perusahaan tersebut sudah baik dan perusahaan tersebut mampu
memberikan nilai tambah ekonomi maupun nilai tambah pasar.
Penelitian Peter dan Yoseph (2011) dengan judul penelitian “Analisis
Kebangkrutan Dengan Metode Z-Score Altman, Springate, Dan Zmijewski Pada
PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. Periode 2005-2009.” Penelitian ini
menunjukkan bahwa kinerja keuangan PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. pada
tahun 2005, 2006, dan 2009 adalah baik tetapi pada tahun 2007 dan 2008 buruk.
Dalam hal ini juga diperoleh hasil dari analisis kebangkrutan Z-Score Altman pada
tahun 2005-2009 berpotensi bangkrut. Dari analisis Springate pada tahun 2005,
2006, dan 2009 tidak berpotensi bangkrut tetapi pada tahun 2007 dan 2008
berpotensi bangkrut. Dari analisis Zmijewski pada tahun 2005-2009 tidak
berpotensi bangkrut.
Penelitian Srinivasan dan Sundari (2011) dengan judul penelitian
“Dimension Of Fina ncia l Performa nce Of Cement Units In South India – An
Emphirica l Study (Z-Score Ana lysis).” Penelitian ini menjelaskan berdasarkan
hasil perhitungan dari kinerja keuangan dari beberapa perusahaan semen yang ada
di India Selatan dinilai sebagai kegagalan karena adanya kelebihan hutang dan
modal kerja berlebih yang dapat melemahkan kesehatan keuangan perusahaan
tertentu. Tetapi ada cara untuk menghindari kelebihan hutang dan modal kerja
berlebih tersebut yaitu dengan cara membantu meningkatkan laba operasi melalui
pemanfaatan maksimal dari kapasitas yang tersedia sehingga dapat membentuk
dan menjaga perusahaan dari masalah keuangan.
Penelitian Anjum (2012) dengan judul penelitian “Business Ba nkruptcy
Prediction Models : A Significant Study Of The Altman’s Z-Score Model.
Penelitian ini merupakan ringkasan penelitian yang signifikan di daerah
perusahaan perindustrian di India dengan prediksi kebangkrutan dan menyediakan
perbandingan model yang berbeda namun yang umum digunakan yaitu dengan
cara meneliti juga model Altman Z-Score sehingga didapat hasil yang baik dan
terdapat perubahan signifikan dalam meningkatkan prediktabilitas kebangkrutan
dan menghindari kegagalan bisnis dalam informasi keuangan.
Tabel 2.1
Variabel Penelitian Alat Uji Hasil Penelitian
1. Yuliastary
Springate ratio, Altman Z-Score ratio, Zmijewski ratio.
Independen:
Financial Distress.
Deskriptif Komparatif
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kinerja keuangan yang dianalisis dengan metode Z-Score Altman, Springate, Zmijewski pada PT. Fast Food Indonesia Tbk. Periode 2008-2012 diklasifikasikan dalam keadaan sehat atau tidak berpotensi bangkrut.
Economic Value Added (EVA), Market Value Added (MVA).
Dependen:
Kinerja Keuangan Perusahaan.
Deskriptif Analisis kinerja keuangan PT, Japfa Comfeed Indonesia Tbk. dan PT. Charoen Pokphand Indonesia Tbk. dengan penggunaan metode Economic Value Added (EVA) dan Market
Value Added (MVA)
menunjukkan perusahaan dalam kondisi sehat sehingga tidak berpotensi bangkrut.
3. Peter dan
Deskriptif Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kinerja keuangan PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. pada tahun 2005, 2006, 2009 adalah baik tetapi
Z-Score ratio, Springate ratio, Fulmer ratio.
Dependen:
Financial Performance
Deskriptive Dimensi kinerja keuangan beberapa perusahaan semen di India Selatan dengan analisis metode Z-Score menunjukkan perusahaan dalam keadaan sehat sehingga tidak berpotensi bangkrut.
Deskriptive Model prediksi kebangkrutan pada beberapa perusahaan perindustrian di India dalam keadaan sehat dengan menggunakan model analisis
Altman Z-Score sehingga tidak berpotensi bangkrut.
2.3 Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual atau kerangka berpikir merupakan gambaran tentang
hubungan antar variabel yang akan diteliti, yang disusun dari berbagai teori yang
telah dideskripsikan (Sugiyono, 2006:49). Metode untuk mengukur kinerja
keuangan yang dipergunakan didalam penelitian ini adalah dengan menggunakan
metode analisis Z-Score model Altman, model Springate, model Zmijewski dan
Economic Va lue Added (EVA) pada PT. Indonesia Asahan Aluminium (Persero).
(value added) dapat dilakukan dengan metode analisis Z-Score model Altman,
model Springate, model Zmijewski dan Economic Value Added (EVA).
Menurut Muslich (2000:59) analisis Z-Score adalah analisis kinerja
keuangan perusahaan diukur secara kuantitatif dengan rasio-rasio keuangan
berdasarkan formula dari Prof. Edward I. Altman, sesuai dengan jurnalnya pada
tahun 1968, dalam hal ini analisis kinerja keuangan dilihat dari seberapa besar
kemungkinan perusahaan untuk dapat bertahan dari kebangkrutan. Dalam
studinya setelah menyeleksi 22 rasio keuangan, Altman menemukan lima rasio
dikombinasikan untuk melihat perbedaan antara perusahaan yang bangkrut dan
tidak bangkrut. Kelima rasio tersebut adalah Working Capital to Total Assets,
Reta ined Ea rning to Tota l Assets, Ea rning Before Interest and Ta xes to Tota l
Assets, Ma rket Va lue of Equity to Book Va lue of Tota l Debt dan Sales to Total
Assets.
Menurut Tunggal (2001:1) “EVA adalah metode manajemen keuangan
untuk mengukur laba ekonomi dalam suatu perusahaan yang menyatakan bahwa
kesejahteraan hanya dapat tercipta manakala perusahanan mampu memenuhi
semua biaya operasi (operating cost) dan biaya modal (cost of capital).”Secara
lebih rinci dapat didefinisikan sebagai laba usaha dikurangi dengan pajak dan
biaya atas hutang (Net Operating After Tax) atau disingkat dengan NOPAT serta
dikurangi dengan biaya modal (cost of capital). Selisih antara laba setelah pajak
dengan biaya modal disebut spread EVA, selisih yang dipergunakan perusahaan
untuk meningkatkan pertumbuhan perusahaan, yaitu ketika investasi yang
modal (cost of capital) yang diciptakan oleh perusahaan. Hal ini berarti bahwa
pembelian mampu menciptakan nilai tambah bagi pemilik perusahaan berupa
tambahan keuntungan.
Berdasarkan latar belakang dan teori yang telah dikemukakan diatas, maka
model kerangka konseptual yang digunakan adalah sebagai berikut:
Gambar 2.1
Kerangka Konseptual Penelitian Sumber: Erlina(2008) 2.4 Hipotesis Penelitian
Menurut Ginting dan Situmorang (2008), hipotesis merupakan suatu
kesimpulan yang sudah diperoleh dari penyusunan kerangka pikiran, berupa
preposisi deduksi. Merumuskan hipotesis berarti membentuk preposisi yang
sesuai dengan kemungkinan-kemungkinannya serta tingkat kebenarannya (hanya
berupa jawaban yang bersifat sementara dari masalah yang sedang diidentifikasi).
Berdasarkan perumusan masalah dan kerangka konseptual yang telah
diuraikan, maka hipotesis penelitian sebagai berikut: Diduga perkembangan
kinerja keuangan pada PT. INALUM (Persero) dari tahun 2010 sampai tahun
2014 dengan menggunakan analisis Z-Score model Altman, model Springate dan
model Zmijewski serta Economic Value Added (EVA) adalah dalam keadaan sehat
dan tidak berpotensi bangkrut. Z-Score:
-Model Altman -Model Springate -Model Zmijewski
Economic Value Added (EVA)