KETEPATAN POSISI PENOLONG SAAT RESUSITASI
JANTUNG PARU TERHADAP KEBERHASILAN RESUSITASI
JANTUNG PARU
(Studi Pada Pasien Cardiac Arrest Di RS Wava Husada )
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana Keperawatan (S.Kep)
Pada Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang
OLEH:
ANDRI CAHYONO
NIM. 201310420312133
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur penulis panjatkan hanya bagi Allah S.W.T pemelihara alam raya yang atas limpahan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya, penulis mampu menyelesaikan tugasskripsi. Skripsi ini dibuat dalam rangka melakukan studi penelitian demi memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Keperawatan di Program Studi Ilmu Keperawatan, Universitas Muhammadiyah Malang.
Terselesaikannya Skripsi ini tentunya tak lepas dari dorongan dan uluran tangan berbagai pihak. Tak salah kiranya penulis mengungkapkan rasa terimakasih dan penghargaan kepada :
1. Bapak Yoyok Bekti Prasetyo.,M.Kep.Sp.Kom. selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang.
2. Ibu Nurul Aini.,M.Kep. selaku kepala Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Malang dan pembimbing 2 yang memberi banyak masukan dan saran.
3. Ibu Indah Dwi P., S.Kep.Ns.MNg, selaku pembimbing 1 yang dengan sabar meluangkan waktu untuk membimbing dan mengarahkan penulis.
4. Bapak Sunardi S.Kep, Ns, M.Kep, Sp. KMB dan ibu Henik Tri Rahayu, S.Kep, Ns, M.S selaku penguji seminar proposal yang juga banyak sekali memberikan masukan dan saran yang membangun demi terselesaikannya tugas skripsi ini.
5. Seluruh responden yang telah bersedian dilakukan observasi sehingga skripsi ini bisa terselasaikan.
6. Seluruh keluarga besar RS Wava Husada yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu telah banyak memberikan dukungan serta semangat .
7. Keluarga besarku yang banyak memberikan bantuan dan dukungan.
Semoga Allah memberikan balasan kebaikan dan ketulusan semua pihak yang banyak membantu terselesaikannya skripsi ini dengan melimpahkan rahmat dan karunianya.
Malang, April 2015
ABSTRACT
RESCUERS’ POSITION ACCURACY DURING CARDIO PULMONARY RESUCITATION (CPR) AND THE OUTCOME OF CARDIO
PULMONARY RESUCITATION
(Study in the Cardiac Arrests’ patient at Wava Husada Hospital) Andri Cahyono ¹, Indah Dwi P., S.Kep.Ns.MNg.², Nurul Aini.,M.Kep.³
Background: To reduce the death caused by cardiac arrest, than the correct implemantation needs in order to handle patients with cardiac arrest. One of the method used nowadays is cardiopulmonary resucitation (CPR). There are many factors affecting sucsessfullnes of the CPR, one of it is the correct position of the rescuer while doing CPR, so with doing the right position of giving CPR will increase the possibility of life and reduce the mortality.
Purpose : To know responsibility between the right position while doing CPR in order to sucsessfullnes of the CPR in patiens with cardiac arrest
Research Method : This study use chi-square data analysis to hypotesa test.. The sampling technicque use in this stydy is accidental sampling with 14 respondens on period 16th February - 16th March 2015.
Result : there are 92,8% respondens that doing the right position while doing CPR and from that 92,8% respondens there are 55.1% not sucsessfull return the spontaneous circulation and 35.7% success to return the spontaneous circulation. there is a significant relationship between the right position while doing CPR in order to sucsessfullnes of the CPR in patiens with cardiac arrest.
Recommendation: Nurses should increase collaboration with physicians to further improve the effectiveness of doing CPR, more nurses and improve the science and knowledge of emergency so they can find and detect early intervention and collaboration gravity for action. Nurses also have much to learn and understand the nursing care of patients post cardiac arrest.
Keywords: Cardiac Pulmonary Resuscitation, right of position, CPR Success
ABSTRAK
KETEPATAN POSISI PENOLONG SAAT RESUSITASI
JANTUNG PARU TERHADAP KEBERHASILAN
RESUSITASI JANTUNG PARU
(Studi Pada Pada Pasien Cardiac Arrest Di RS Wava Husada )
Andri Cahyono ¹, Indah Dwi P., S.Kep.Ns.MNg.², Nurul Aini.,M.Kep.³
Latar Belakang : Untuk mengurangi angka kematian akibat henti jantung, maka dibutuhkan penatalaksanaan yang tepat dalam penanganan pasien henti jantung. Salah satu penanganan yang dikembangkan adalah Resusitasi Jantung Paru (RJP). Terdapat banyak faktor yang dapat meningkatkan keberhasilan RJP salah satunya adalah ketepatan posisi penolong saat melakukan RJP sehingga diharapkan dengan memberikan RJP dengan posisi yang tepat akan meningkatkan keberhasilan RJP dan menurunkan angka kematian akibat henti jantung.
Tujuan Penelitian : Untuk mengetahui hubungan ketepatan posisi penolong saat resusitasi jantung paru terhadap keberhasilan melakukan resusitasi jantung paru
Desain Penelitian : penelitian ini merupakan penelitian deskriptik analitik dengan pendekatan prospektif. Teknik pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah accidental sampling dengan total sampel sebanyak 14. Analisa data dilakukan dengan uji chi-square untuk menguji hubungan ketepatan posisi penong saat melakukan RJP terhadap keberhasilan melakukan RJP.
Hasil Penelitian: Dari total 14 responden, 92,8% responden yang melakukan tidakan RJP dengan tepat dan dari 92.8 % responden yang melakukan RJP dengan tepat terdapat 57.1 % tidak berhasil mengembalikan nadi pasien dan 35.7 % berhasil mengembalikan nadi pasien. Terdapat hubungan yang signifikan (p value <0.05)antara ketepatan posisi penolong saat melakukan RJP terhadap keberhasilan RJP pada pasien cardiac arrest di RS wava Husada.
Saran : hendaknya perawat lebih banyak dan meningkatkan ilmu dan pengetahuan tentang kegawatdaruratan sehingga bisa mengetahui dan mendeteksi dini kegawatan untuk intervensi dan kolaborasi tindakan. Perawat juga harus banyak belajar dan memahami asuhan keperawatan pada pasien post cardiac arrest.
Kata kunci : Resusitasi Jantung Paru, Ketepatan Posisi, Keberhasilan RJP
DAFTAR ISI
Halaman Judul ... i
Lembar Pengesahan ... ii
Lembar Pernyataan Keaslian ... iii
Kata Pengantar ... iv
Abstract ... v
Intisari ... vi
Daftar Isi ... vii
Daftar Tabel ... viii
Daftar Gambar ... ix
Daftar Lampiran ... x
BAB I BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang……… 1
1.2 Rumusan Masalah………...……… 4
1.3 Tujuan penelitian……… 4
1.4 Manfaat Penelitian………..………… 5
1.5 Keaslian Penelitian………..………... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Resusitasi Jantung Paru………...……… 9
2.1.1 Definisi………. 9
2.1.2 Tujuan Resusitasi Jantung Paru……… 10
2.1.3 Indikasi Resusitasi Jantung Paru………. 10
2.1.3 Penatalaksanaan Resusitasi Jantung Paru……… 13
2.2 Posisi Penolong Yang Tepat pada saat Resusitasi Jantung Paru………... 22
2.3 Hal-Hal Yang Mempengaruhi Keberhasilan Resusitasi Jantung Paru……….. 23
2.4 Faktor-faktor yang menghambat keberhasilan RJP………..……….... 26
BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
3.1 Kerangka Konsep Penelitian……… 29
3.2 Hipotesis Penelitian……… 30
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian………..……… 31
4.2 Kerangka penelitian……… 32
4.3 Populasi dan Sampel………...……… 33
4.4 Variabel Penelitian………..……… 35
4.5 Lokasi dan waktu penelitian……… 36
4.6 Instrumen Penelitian………..… 36
4.7 Definisi Operasional………... 36
4.8 Lembar Observasi………... 38
4.9 Analisa Data………... 38
4.10 Prosedur penelitian………. 39
4.11 Etika Penelitian………... 40
BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Data Umum………... 42
5.2 Data Khusus………... 45
BAB VI PEMBAHASAN 6.1 Ketepatan Posisi Penolong……… 50
6.2 Keberhasilan Resusitasi Jantung Paru………. 52
6.3 Hubungan Ketepatan Posisi Penolong Saat Resusitasi Jantung Paru Terhadap Keberhasilan Resusitasi Jantung Paru………. 55
6.4 Keterbatasan Penelitian 56 6.3 Implikasi Keperawatan………. 56
BAB VII PENUTUP 7.1 Kesimpulan……… 58
7.2 Saran ………. 58
Daftar Pustaka ………... 60
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Jenis Dan Penyebab Henti Nafas……… 11
Tabel 2.2 Frekuensi Denyut Nadi Normal Berdasarkan Usia………... 28
Tabel 4.3 Definisi Operasional Penelitian………... 38
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Responden……….. 41
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Usia Responden………. 42
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Pendidikan Responden………. 42
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Pelatiahn Kegawatan Yang Pernah Diikuti Responden…... 43
Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Masa Kerja Responden………. 43
Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Ketepatan Posisi Penolong……….. 44
Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Keberhasilan RJP……… 44
Tabel 5.8 Tabulasi Silang Ketepatan Posisi Penolong Terhadap Keberhasilan RJP……… 44
Tabel 5.9 Hasil Uji Chi-Square Hubungan Antara Ketepatan Posisi Dengan Keberhasilan RJP……… 46
Gambar 2.1 Algoritme Resusitasi Jantung Paru……… 14
Gambar 2.2 Posisi landmark di middle sternum……….. 17
Gambar 2.3 Kompressi membentuk sudut 90⁰……… 17
Gambar 2.4 Kedalaman, posisi badan dan titik tumpuan kompresi……….. 17
Gambar 2.5 Posisi tangan diatas titik tumpuan saling mengunci………... 18
Gambar 2.6 Posisi penolong saat melakukan RJP……… 22
Gambar 3.1 Bagan kerangka konsep……… 29
Gambar 4.1 Bagan rancangan penelitian……….. 31
Gambar 4.2 Bagan kerangka penelitian……… 32
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Ijin Penelitian Dari FIKES UMM
Lampiran 2 Planning Of Action
Lampiran 3 Surat Perjanjian Melakukan Penelitian
Lampiran 4 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian
Lampiran 5 Inform Consent
Lampiran 6 Lembar Observasi
Lampiran 7 Data Penelitian
Lampiran 8 Hasil Tabulasi Data
Lampiran 9 Hasil Uji Statistik
Lampiran 10 Foto dokumentasi penelitian
DAFTAR PUSTAKA
Abdul MI, 2010, Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik., Jakarta: Binarupa Aksara
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta Rineka Cipta
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan Republik
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2011. Laporan Nasional Riset Kesehatan Dasar 2010. Depkes RI
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Laporan Nasional Riset Kesehatan Dasar 2013. Depkes RI
Colquhoun, M. C., Handley, A. J., Evans, T. R. 2004. ABC of Resuscitation. BJM Publishing Group, Fifth edition
Corwin, Elizabeth J. 2009. Patofisiologi: Buku Saku. Jakarta: EGC
Hazinski M. F., 2005, Current in Emergency Cardiovaskuler Care, AHA Published
Hidayat. (2007). Metode Penelitian Kebidanan Teknik Analisa Data. Jakarta : Salemba Medika
Indonesia. 2008. Laporan Nasional Riset Kesehatan Dasar 2007. Depkes RI
John M. Field, Mary Fran Hazinski, Michel R. Sayre,et.al. 2010 American Heart Association Guidelines for Cardiopulmonary Resuscitation and Emergency Cardiovascular Care Sciene Circulation. 2010;122:S639-S946.
Kartikawati, N. Dewi. 2011. Buku Ajar Dasar-Dasar Keperawatan Gawat Darurat. Jakarta: Salemba Medika
Koeshartono. 2011 Penanggulangan Penderita Gawat Darurat. Surabaya RSU Dr. Soetomo FK Unair.
Kowalak, Jenifer P. 2012. Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta: EGC
Kucia, Angela M., Quin, Tom. 2010. Acute Cardiac Care: A Practical Guide for Nurse. United Kingdom: Blackwell Publishing Ltd
Malang Trauma Services. 2008. Basic Trauma Life Support. Malang: RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
Mutahal, 2007, Apuranto H. Kematian mendadak. In: Apuranto H, Hoediyanto, editors. Buku ajar ilmu kedokteran forensik dan medikolegal. Edisi 3. Surabaya: Airlangga.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
Padmosantjojo. 2000. Keperawatan Bedah Saraf. Jakarta: Bagian Bedah Saraf FKUI.
PERKI. 2012. Buku Panduan KursusBantuan Hidup Jantung Dasar
PERKI. 2012. Buku Panduan Kursus Bantuan Hidup Jantung Lanjut
Perkins GD, Smith CM, Augre C, et al 2006 Effects of a backboard, bed height, and operator position on compression depth during simulated resuscitation: http://dx.doi.org/10.1007/s00134-006/7 July 2006
Pratondo. 2013. Persepsi Perawat Tentang Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Resusitasi Jantung Paru (RJP) Di RSUD DR. Kariadi Semarang. Jurnal Stikes Kusuma Husada
Soemantri, Irman. 2007. Keperawatan Medikal Bedah: Asuhan Keperawtan pada Pasien dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika
Sugianto, Kartika Mawar Sari. 2013. Gambaran Tingkat Pengetahuan Perawat Tentang Bantuan Hidup Dasar Di RSUD Ciawi Bogor. Jurnal Universitas Indonesia
Suharsono, Tony., & Ningsih, Dewi Kartika. 2012. Penatalaksanaan Henti Jantung Di Luar Rumah Sakit.
Tanto, Chris. 2014. Kapita Selecta Kedokteran, Jakarta: Essensial Medicine.
William & Wilkins. 2011. Nursing: The Series For Clinical Exellence. Memahami Berbagai Macam Penyakit. Jakarta: PT. Indeks
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kematian mendadak hingga saat ini masih menjadi penyebab utama
kematian. WHO menjelaskan bahwa sebagian besar kematian mendadak
dilatarbelakangi oleh penyakit kardiovaskuler dan penyebab utama dari kematian ini
adalah penyakit jantung koroner. Komplikasi yang paling memungkinkan dari
penyakit jantung koroner adalah gagal jantung. Individu yang menderita gagal jantung
akan mengalami penurunan toleransi terhadap aktivitas fisik, penurunan kualitas
hidup dan rentang hidupnya memendek (Kowalak, 2013: 175)
Menurut, Dr Marc Eckstein (University of Southern California, Los Angeles),
kompresi dada adalah lebih utama dan jangan dihentikan selama minimal 2 menit,
baru diberi napas buatan dan cara ini akan jauh lebih baik. Tujuan RJP adalah
mempertahankan agar jantung dan otak tetap mendapatkan aliran darah. Hasil studi
yang dilakukan di Airport Chicago dan Las Vegas didapatkan angka keberhasilan
mencapai 50 sampai 74% bagi penderita yang mengalami cardiac arrest dan segera
mendapatkan RJP dan defibrilasi (tindakan mekanis listrik dengan alat defibrilator,
sehingga ritme jantung kembali normal), tindakan RJP dan defibrilasi tersebut mereka
lakukan dalam waktu yang sangat cepat, yaitu sekitar 3-5 menit setelah kejadian cardiac
arrest.
World Health Organization (WHO) pada tahun 2004 melakukan survey yang
menyimpulkan bahwa, diperkirakan 17,1 juta orang meninggal (29% dari jumlah
kematian total) karena penyakit jantung dan pembuluh darah. Dari kematian 17,1 juta
orang tersebut, diperkirakan 7,2 juta kematian disebabkan oleh penyakit jantung
2
koroner. Kasus penyakit jantung koroner meningkat pada negara maju dan negara
berkembang dan diperkirakan pada tahun 2020 kasus penyakit jantung koroner sudah
mencapai 82 juta kasus. Lebih dari 60% beban kasus penyakit jantung koroner secara
global terjadi di negara berkembang (Mackay, 2004:13)
Di Indonesia, menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) yang
dilakukan oleh Balitbangkes pada tahun 2013 menunjukkan bahwa prevalensi
nasional penyakit jantung koroner sebesar 1,5%, sedangkan prevalensi untuk kejadian
henti jantung mendadak belum didapatkan. Namun hasil Riset Kesehatan Dasar
(2007) menunjukkan data bahwa kematian yang disebabkan oleh penyakit jantung
mendapatkan porsi 4,6% dari 4.552 mortalitas dalam 3 tahun. Sedangkan data yang
diperoleh dari WHO pada tahun 2002 di Indonesia sudah terjadi 220 372 kasus
kematian yang disebabkan oleh penyakit jantung (WHO, 2014: 1)
Untuk mengurangi angka kematian akibat henti jantung, maka dibutuhkan
penatalaksanaan yang tepat dalam penanganan pasien henti jantung. Salah satu
penanganan yang dikembangkan adalah Resusitasi Jantung Paru (RJP). Resusitasi
Jantung Paru telah diperkenalkan sejak tahun 1960. Selama kurun waktu 40 tahun
sejak diperkenalkannya, RJP modern telah banyak perubahan dan perkembangan
(Pratondo &Iktavianus, 2012). Hingga saat ini RJP merupakan penatalaksanaan yang
sangat vital dalam kasus henti jantung. American Heart Asociation menyebutkan bahwa
kejadian henti jantung dapat terjadi di mana saja, penanganan RJP pada saat kejadian
dapat membantu mengurangi risiko kematian. Henti jantung dapat sangat mematikan,
namun ketika RJP dan defibrilasi dapat diberikan secepatnya, dalam banyak kasus
jantung dapat berdenyut kembali (AHA, 2012)
Resusitasi Jantung Paru sejak awal kemunculannya sudah di pelajari oleh
3
sudah mulai diberikan pelatihan Resusitasi Jantung Paru. Pemberian pelatihan pada
masyarakat umum ditujukan agar masyarakat dapat melakukan pertolongan pada
seseorang yang membutuhkan RJP, jika kejadian berada di sekitar mereka. Di
rumah sakit petugas kesehatan khususnya dokter, perawat, dan bidan wajib memiliki
kualifikasi RJP yang dibuktikan dengan sertifikasi Basic Cardiac Life Support (BCLS).
Selain itu dapat dipastikan bahwa petugas kesehatan baik dokter maupun perawat
yang bertugas di unit khusus seperti UGD dan ICU memiliki kualifikasi BCLS
(KARS, 2011:75-78).
Consensus on Resuscitation Science, 2005 merekomendasikan bahwa bila ada
pasien dengan henti jantung di atas tempat tidur harus memasukkan papan dibawah
pasien untuk mendapatkan permukaan yang rata dan datar untuk pijat jantung.
Namun penyisipan dari papan adalah memakan waktu dan dapat mempengaruhi
hasil RJP itu sendiri (Perkins et al, 2006:7).
Efektifitas pijat jantung untuk resusitasi jantung paru dipengaruhi oleh posisi
penolong terhadap pasien. Di rumah sakit pijat jantung biasanya dilakukan dengan
berdiri disamping tempat tidur pasien, berdiri dengan menggunakan bangku kecil
atau footstep dan berlutut diatas tempat tidur disamping pasien. Posisi berlutut diatas
tempat tidur disamping pasien atau posisi berdiri dengan menggunakan bangku kecil/
footstep akan mendapatkan kedalaman dan jumlah kompresi yang efektif dan
memberikan ketepatan posisi saat RJP (Perkins et al, 2006:9).
Posisi penolong saat melakukan RJP dapat menentukan rangkaian tindakan
RJP yang diberikan harus guideline AHA 2010 yang sangat mementingkan kualitas
dari pijat jantung. Hands only CPR adalah tidakan resusitasi yang hanya melakukan
4
Data yang kami peroleh dari RS Wava Husada bahwa dalam bulan Juli–
September 2014 angka kematian pada ruang khusus (UGD dan ICU) sebesar 71
kejadian. Dengan kualifikasi BCLS yang dimiliki petugas (perawat) pada ruang
khusus, maka 70 kejadian kematian diantaranya telah mendapatkan penatalaksanaan
Resusitasi Jantung Paru sebelum dinyatakan meninggal oleh dokter. Dari 71
kematian, 1 kasus di dalamnya tidak mendapatkan RJP, hal ini dikarenakan kasus
tersebut termasuk dalam indikasi DNR (Do Not Resuscitation).
Dari data diatas menunjukkan angka kematian pasien di UGD dan ICU
sangat tinggi, dan penulis merasa perlu untuk melakukan penelitian mengenai
Ketepatan Posisi Penolong Saat RJP terhadap Keberhasilan RJP Pada Pasien Cardiac
Arrest. Diharapkan penelitian ini dapat memberikan gambaran terhadap pencapaian
optimal penatalaksanaan Resusitasi Jantung Paru yang ditunjang oleh ketepatan posisi
penolong.
1.2 RumusanMasalah
Apakah terdapat hubungan antara ketepatan posisi penolong saat melakukan
resusitasi jantung paru dengan keberhasilan resusitasi jantung paru pada pasien cardiac
arrest ?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum dari penelitian ini adalah :
Untuk mengetahui hubungan ketepatan posisi penolong saat resusitasi
5
1.3.2 Tujuan Khusus dari penelitian ini adalah :
1. Mengidentifikasi ketepatan posisi penolong saat resusitasi jantung paru
2. Mengidentifikasi keberhasilan resusitasi jantung paru.
3. Mengetahui hubungan ketepatan posisi penolong saat RJP terhadap
keberhasilan RJP.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat dari segi teoritis :
1. Mengembangkan ilmu dalam keperawatan tentang keefektifan, ketepatan
posisi, teknik serta skill dalam melakukan resusitasi jantung paru
2. Pengawasan dan memungkinkan revisi tentang prosedur pelaksanaan
resusitasi jantung paru baik di Rumah Sakit maupun di Institusi Pendidikan.
3. Mengajak dan mengevaluasi institusi, tenaga kesehatan dan lembaga
pendidikan untuk menerapkan standart resusitasi jantung paru dengan baik
dan benar.
1.4.2 Manfaat penelitian dari segi praktisi adalah :
1. Memberikan manfaat pada peneliti, Rumah Sakit dan institusi lain dalam
menerapkan tindakan resusitasi jantung paru dengan posisi dan teknik yang
benar.
2. Keberhasilan resusitasi jantung paru akan menyelamatkan nyawa dan
meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit.
1.5 Keaslian Penelitian
Beberapa penelitian yang menunjang
1.5.1 Persepsi perawat tentang faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan
Resusitasi Jantung Paru di RSUP Dr. Kariadi Semarang (Pratondo, 2013)
6
digunakan menurunkan response time perawat dalam memberikan resusitasi
pada pasien yang mengalami cardiac arrest. Kompetensi perawat menguasai
panduan resusitasi jantung paru dan kolaborasi dengan dokter menentukan
kualitas resusitasi yang diberikan kepada pasien. Penghentian resusitasi
jantung paru dengan mempertimbangkan durasi resusitasi jantung paru dan
kondisi pasien dilakukan untuk memberikan kesempatan pada klien untuk
meninggal dengan tenang. Penanganan pasca resusitasi setelah pasien stabil
perlu persiapkan sebagai penangganan berkelanjutan dari resusitasi jantung
paru
1.5.2 Penelitian lain yang berjudul “Gambaran tingkat pengetahuan perawat
tentang bantuan hidup dasar di RSUD Ciawi Bogor” (Sugianto, 2013)
menunjukkan bahwa mayoritas responden memiliki tingkat pengetahuan
kurang tentang resusitasi jantung paru. Hasil penelitian mendapatkan bahwa
tingkat pengetahuan resusitasi jantung paru berdasarkan karakteristik usia
menunjukkan responden pada kelompok usia dewasa tengah memiliki tingkat
pengetahuan yang lebih baik. Tingkat pengetahuan responden berdasarkan
jenis kelamin didapatkan bahwa responden laki-laki lebih banyak yang
memiliki tingkat pengetahuan baik dibandingkan responden perempuan.
Responden yang pernah mengikuti pelatihan resusitasi jantung paru memiliki
tingkat pengetahuan yang lebih baik. Tingkat pengetahuan tentang resusitasi
jantung paru berdasarkan masa kerja didapatkan bahwa responden yang
memiliki masa kerja lebih lama memiliki tingkat pengetahuan baik.
1.5.3 Penelitian yang lain yang berjudul “Keberhasilan Tindakan Resusitasi Jantung
Paru Otak di Ruang Resusitasi” (Yukti & Raharjo: 2007). Pasien henti jantung
7
memerlukan tindakan resusitasi jantung paru (RJP) yang tepat dan adekuat.
Dari beberapa kepustakaan diketahui bahwa angka keberhasilannya kecil.
Tindakan anestesi sering menyebabkan gangguan fungsi organ vital, dan
bahkan dapat menyebabkan henti jantung. Untuk penanganan henti jantung
PPDS Anestesiologi dan Reanimasi dibekali dengan pengetahuan dan
ketrampilan tindakan RJP. Tujuan penelitian ini adalah untuk menilai berapa
besar keberhasilan tindakan RJP yang dilakukan PPDS Anestesiologi dan
Reanimasi di ruang Resusitasi. Data dikumpulkan secara retrospektif
berdasarkan catatan laporan harian di ruang resusitasi dari bulan September
sampai dengan bulan Desember 2007. Setelah memenuhi kriteria inklusi
pasien henti jantung ditelusuri apakah ROSC (Return of Spontaneous
Circulation) atau tidak setelah dilakukan tindakan RJP. Hubungan antara lama
RJP pada penderita yang ROSC dengan yang tidak ROSC, dan hubungan
antara umur dengan terjadinya ROSC diuji dengan Mann-Whitney test.
Hubungan antara gambaran EKG saat henti jantung, lama henti jantung,
tempat terjadinya henti jantung dan diagnosis dengan terjadinya ROSC, diuji
dengan Chi-square test. Dari data yang terkupul selama 4 bulan ditemukan
terdapat 220 pasien henti jantung di ruang resusitasi, 34 pasien tidak
dilakukan RJP karena DNR. Setelah dilakukan RJP, 53 pasien ROSC (28,5%).
Pasien meninggalkan ruang resusitasi dalam keadaan hidup sebanyak 3 pasien
(1,4%). Median lama RJP yang dilakukan pada pasien yang ROSC lebih
singkat dibandingkan dengan yang tidak ROSC (10 menit dan 20 menit).
Median umur pasien dengan ROSC lebih muda dibandingkan yang tidak
ROSC. Gambaran EKG VF dan VT 100% mengalami ROSC. Lama henti
8
mengalami henti jantung di ruang resusitasi paling banyak yang mendapatkan
ROSC. Pasien henti jantung yang didiagnosis noncardiac mendapatkan ROSC
yang lebih tinggi dibandingkan dengan diagnosis cardiac, dan yang paling kecil
adalah yang didiagnosis trauma. Keberhasilan tindakan RJP di ruang resusitasi
adalah 28,5%. Terdapat perbedaan yang bermakna antara median lama RJP
antara yang ROSC dengan yang tidak ROSC. Terdapat perbedaan yang
bermakna antara gambaran EKG yang shockable dan yang tidak shockable
untuk terjadinya ROSC. Tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara
diagnosis, lama henti jantung dan tempat terjadinya henti jantung dengan
terjadinya ROSC. Angka harapan hidup pasien henti jantung yang ROSC di