ANALISIS KOMPARASI EFISIENSI PENGGUNAAN PAKAN
PABRIK DAN PAKAN BUATAN PADA BIAYA PRODUKSI
IKAN PATIN (Pangasius pangasius)
(Kasus :Desa Kuok, Kecamatan Kuok, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau)
SKRIPSI
OLEH:
BOYON STEFANUS SIMBOLON
110304057
AGRIBISNIS
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
IKAN PATIN (Pangasius pangasius)
(Kasus :Desa Kuok, Kecamatan Kuok, Kabupaten Kampar)
SKRIPSI
BOYON STEFANUS SIMBOLON 110304057
AGRIBISNIS
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Melakukan Penelitian di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian,
Univesitas Sumatera Utara, Medan
Diketahui Oleh : Komisi Pembimbing
Ketua Komisi Pembimbing Anggota Komisi Pembimbing
(Dr.Ir.Salmiah, M.S)
NIP : 195702171986032001 NIP : 196206241986031001 (Ir. Yusak Maryunianta, M.Si)
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
i ABSTRAK
BOYON STEFANUS SIMBOLON NIM 110304057, dengan judul skripsi ANALISIS KOMPARASI EFISIENSI PENGGUNAAN PAKAN PABRIK DAN PAKAN BUATAN PADA BIAYA PRODUKSI IKAN PATIN (Pangasius pangasius) (Kasus :Desa Kuok, Kecamatan Kuok, Kabupaten Kampar), dengan pembimbing Ibu Dr. Ir. Salmiah, M.S dan Bapak Ir. Yusak Maryunianta, M.Si.
Ikan patin merupakan ikan yang sudah lama dikenal masyarakat Riau. Selain karena sudah cukup lamanya ikan ini dibudidayakan juga karna rasa yang sesuai dengan lidah masyarakat Riau. Hal ini tentunya menjadi pasar yang baik bagi para petani ikan patin. Usahatani ikan patin juga banyak digeluti oleh masyarakat.Kabupaten Kampar adalah salah satu daerah yang menjadi produsen ikan patin. Dan desa Kuok merupakan salah satu desa yang berada di kecamatan Kuok, Kabupaten Kampar. Dimana sebagian mata pencaharian masyarakatnya adalah sebagai petani ikan patin. Di dalam kegiatan ekonomi tentunya sangat diharapkan apabila dapat mengoptimalkan biaya produksi sehingga dapat meningkatkan pendapatan. Tujuaan penelitian ini adalah untuk menganalisis komparasi total biaya, pendapatan serta efisiensi perusahaan antara petani yang menggunakan pakan buatan dan pakan pabrik. Penentuan daerah penelitian dilakukan secara sengaja (purposive). Metode penentuan saampel adalah secara random sampling. Jumlah sampel yang diambil adalah sebanyak 60 petani yakni 30 petani yang menggunakan pakan pabrik dan 30 petani yang menggunakan pakan buatan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata total biaya produksi usahatani ikan patin dengan pakan pabrik lebih tinggi daripada total biaya produksi usahatani ikan patin dengan pakan buatan. Pendapatan petani ikan patin yang menggunakan pakan buatan lebih tinggi daripada petani yang menggunakan pakan pabrik. Efisiensi perusahaan menunjukkan bahwa usahatani ikan patin dengan pakan buatan lebih efisien daripada usahatani dengan pakan pabrik.
ii
Penulis lahir di Tanah Putih, Provinsi Riau pada tanggal 19 September 1993. Merupakan anak ke empat dari empat bersaudara dari Bapak alm. Oscar Simbolon dan Ibu Rismeilina Sianturi.
Pendidikan formal yang telah ditempuh penulis adalah sebagai berikut: 1. Tahun 2005 lulus dari Sekolah Dasar Santa Maria Pekanbaru.
2. Tahun 2008 lulus dari Sekolah Menengah Pertama Santa Maria Pekanbaru.
3. Tahun 2011 lulus dari Sekolah Menengah Atas Santa Maria Pekanbaru. 4. Tahun 2011 diterima di Progra Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian,
Universitas Sumatera Utara melalui jalur SNMPTN.
iii
KATA PENGANTAR
Segala puji, hormat serta syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih dan anugerah-Nya yang tak pernah henti, yang memberikan pertolongan kepada penulis untuk dapat menyelesaikaaan skripsi dengan judul “ANALISIS KOMPARASI EFISIENSI PENGGUNAAN PAKAN PABRIK DAN PAKAN
BUATAN PADA BIAYA PRODUKSI IKAN PATIN (Pangasius pangasius)
(Kasus :Desa Kuok, Kecamatan Kuok, Kabupaten Kampar)”.
Secara khusus penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada mama tersayang Ibu Rismeilina Sianturi atas kasih sayang, perhatian, motivasi, dukungan baik dalam bentuk materi maupun setiap doa, serta kesabarannya dalam mendidik penulis selama ini. Juga kepada kakak-kakak penulis yaitu Novalina Tiur Moraganda Simbolon,S.Psi, dan Novena Ceria Simbolon, S.E , dan juga abang penulis Yohanes Fransiskus Simbolon, S.P.
Pada kesempatan ini penulis juga ingin mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada:
1. Ibu Dr. Ir. Salmiah, M.S. sebagai Ketua Komisi Pembimbing dan Ketua Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian yang telah meluangkan waktunya untuk memberi bimbingan dan arahan, serta memotivasi penulis untuk menyelesaikan penulisan skripsi ini,
iv perkuliahan,
4. Seluruh Staf/ pegawai di Program Studi Agribisnis yang telah membantu dan memberi kemudahan dalam setiap urusan administrasi kampus,
5. Teman-teman yang seperjuangan penulis khususnya: Budi Ginting, Fadli Nasution yang telah banyak membantu dan mengajari penulis di dalam pembuatan skripsi,
6. Adinda tersayang Yohana Febrina Elisabeth Pandiangan yang telah memberikan dukungan dan motivasi serta menemani penulis untuk membuat skripsi di dalam berbagai kesempatan.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik dari semua pihak untuk menyempurnakan skripsi ini. Akhir kata semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat dan kontribusi pemikiran bagi setiap orang yang membacanya.
Medan, Agustus 2015
v DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
RIWAYAT HIDUP ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Identifikasi Masalah ... 3
1.3 Tujuan Penelitian ... 3
1.4 Kegunaan Penelitian... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka ... 5
2.2 Landasan Teori ... 7
2.3 Peneliti Terdahulu ... 10
2.4 Kerangka Pemikiran ... 12
2.5 Hipotesis Penelitian ... 14
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 15
3.2 Metode Penentuan Sampel ... 16
3.3 Metode Pengumpulan Data ... 17
vi
3.5.2 Batasan Operasional ... 22 BAB IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1 Deskripsi Daerah Penelitian ... 24 4.2 Karakteristik Sampel Dalam Penelitian ... 27 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Karakteristik Usahatani Ikan Patin... 30 5.2 Perbedaan Cara Penggunaan Pakan Pabrik dan Pakan Buatan 33 5.3 Analisis Komparasi Total Biaya Usahatani Ikan Patin
Dengan Menggunakan Pakan Pabrik Dan Pakan Buatan ... 36 5.4 Analisis Komparasi Pendapatan Petani Ikan Patin yang
Menggunakan Pakan Pabrik dan Pakan Buatan ... 39 5.5 Analisis Efisiensi Perusahaan Usahatani Ikan Patin Dengan
Pakan Pabrik dan Buatan ... 42 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan ... 46 6.2 Saran ... 49 DAFTAR PUSTAKA
vii
DAFTAR TABEL
No. JUDUL HALAMAN
2.1 Komposisi kimia ikan patin per 100 gr daging ikan
patin 6
2.2 Hasil analisa kimia bahan baku pakan ikan 7 3.1 Jumlah Budidaya Kolam RTP (Rumah Tangga
Perikanan), Luas Lahan, dan Jumlah Produksi Kabupaten Kampar 2014
15
3.2. Jumlah Produksi Budidaya Perikanan Patin
Menurut Kecamatan Tahun 2014(Ton) 16
3.3 Data Jumlah Petani dan Jumlah Kolam Ikan Patin Yang Menggunakan Pakan Pabrik dan Pakan Buatan di Desa Kuok, Kecamatan Kuok Tahun 2014
16
4.1 Luas dan Jenis Penggunaan Lahan Desa Kuok
2013 24
4.2 Distribusi Penduduk berdasarkan Jenis Kelamin
2013 25
4.3 Distribusi Penduduk Berdasarkan Umur 2013 26 4.4 Sarana dan Prasarana Desa Kuok 2013 26 4.5 Karakteristik Petani Sampel Pengguna Pakan
Pabrik Desa Kuok 27
4.6 Karakteristik Petani Sampel Pengguna Pakan
Buatan Desa Kuok 27
5.1 Kandungan Pakan PT Charoen Pokphand
Indonesia Tbk 33
5.2 Kandungan Pakan PT Mabar Feed Indonesia 34 5.3 Jenis, Jumlah kebutuhan pakan, dan Harga Pakan
Pabrik 35
5.4 Jumlah Kebutuhan dan Harga Pakan Buatan 35 5.5 Biaya total biaya per produksi 1000kg per bulan
usahatani ikan patin dengan pakan pabrik dan pakan buatan
36
5.6 Hasil uji beda rata-rata untuk total biaya total biaya per produksi 1000kg per bulan usahatani ikan patin dengan pakan pabrik dan pakan buatan
viii
No. JUDUL HALAMAN
5.7 Pendapatan petani yang menggunakan pakan pabrik dan pakan buatan per produksi 1000 kg per bulan
38
5.8 Hasil uji beda rata-rata untuk pendapatan usahatani dengan menggunakaan pakan pabrik dan pakan buatan per produksi 1000 kg per bulan
38
5.9 Penerimaan dan total biaya usahatani ikan patin dengan pakan buatan dan pakan pabrik per produksi 1000 kg per bulan
40
5.10 Hasil uji beda rata-rata untuk efisiensi usahatani dengan menggunakaan pakan pabrik dan pakan buatan
ix
DAFTAR GAMBAR
No. JUDUL HALAMAN
x
No Judul
1 Karakteristik Responden Petani Pengguna Pakan Pabrik di Desa Kuok (2015)
2 Karakteristik Responden Petani Pengguna Pakan Buatan di Desa Kuok (2015)
3 Peralatan Produksi Usahatani Ikan Patin dengan Penggunaan Pakan Pabrik
4 Peralatan Produksi Usahatani Ikan Patin dengaan Penggunaan Pakan Buatan
5
Biaya Pakan Usahatani Ikan Patin Dengan Penggunaan Pakan Pabrik PT. Charoen Pokphand Indonesia
6 Biaya Pakan Usahatani Ikan Patin Dengan Penggunaan Pakan Pabrik PT. Mabar Feed Indonesia
7 Biaya Pakan Usahatani Ikan Patin dengan Penggunaan Pakan Buatan di Desa Kuok
8 Biaya Bibit Usahatani Ikan Patin dengan Penggunaan Pakan Pabrik
9 Biaya Bibit Usahatani Ikan Patin dengan Penggunaan Pakan Buatan
10 Obat-obatan Usahatani Ikan Patin dengan Penggunaan Pakan Pabrik
11 Obat-obatan Usahatani Ikan Patin dengan Penggunaan Pakan Buatan
12 Biaya Peralatan Usahatani Ikan Patin dengan Penggunaan Pakan Pabrik : Cangkul
13 Biaya Peralatan Usahatani Ikan Patin dengan Penggunaan Pakan Buatan : Cangkul
14 Biaya Peralatan Usahatani Ikan Patin dengan Penggunaan Pakan Pabrik : Sabit
15 Biaya Peralatan Usahatani Ikan Patin dengan Penggunaan Pakan Buatan : Sabit
16 Biaya Peralatan Usahatani Ikan Patin dengan Penggunaan Pakan Pabrik : Sprayer
17 Biaya Peralatan Usahatani Ikan Patin dengan Penggunaan Pakan Buatan : Sprayer
18 Biaya Peralatan Usahatani Ikan Patin dengan Penggunaan Pakan Pabrik: Beko
19 Biaya Peralatan Usahatani Ikan Patin dengan Penggunaan Pakan Buatan : Beko
20 Total Biaya Penyusutan Peralatan Usahatani Ikan Patin dengan Penggunaan Pakan Pabrik
21 Total Biaya Penyusutan Peralatan Usahatani Ikan Patin dengan Penggunaan Pakan Buatan
22 Biaya Tenaga Kerja Usahatani Ikan Patin dengan Penggunaan Pakan Pabrik : Pemberian Pakan
23 Biaya Tenaga Kerja Usahatani Ikan Patin dengan Penggunaan Pakan Buatan : Pemberian Pakan
24 Biaya Tenaga Kerja Usahatani Ikan Patin dengan Penggunaan Pakan Pabrik : Pengolahan lahan
25 Biaya Tenaga Kerja Usahatani Ikan Patin dengan Penggunaan Pakan Buatan: Pengolahan lahan
26 Biaya Tenaga Kerja Usahatani Ikan Patin dengan Penggunaan Pakan Pabrik: Panen
27 Biaya Tenaga Kerja Usahatani Ikan Patin dengan Penggunaan Pakan Buatan: Panen
28 Total Biaya Tenaga Kerja Usahatani Ikan Patin dengan Penggunaan Pakan Pabrik
29 Total Biaya Tenaga Kerja Usahatani Ikan Patin dengan Penggunaan Pakan Buatan
30 Total Biaya Produksi Usahatani dengan Penggunaan Pakan Pabrik
31 Total Biaya Produksi Usahatani dengan Penggunaan Pakan Buatan
32 Total Penerimaan Usahatani Ikan Patin dengan Penggunaan Pakan Pabrik
33 Total Penerimaan Usahatani Ikan Patin dengan Penggunaan Pakan Buatan
34 Pendapatan Usahatani Ikan Patin dengan Penggunaan Pakan Pabrik
35 Pendapatan Usahatani Ikan Patin dengan Penggunaan Pakan Buatan
36 Total Biaya Produksi Usahatani Ikan Patin Dengan Pakan Pabrik per Produksi 1000 kg
xi
DAFTAR LAMPIRAN LANJUTAN
No Judul
38 Pendapatan Usahatani Ikan Patin Dengan Pakan Pabrik per Produksi 1000 kg
39 Total Biaya Produksi Usahatani Ikan Patin dengan Pakan Buatan per Produksi 1000 kg 40 Penerimaan Usahatani Ikan Patin Dengan Pakan Buatan per Produksi 1000 kg
41 Total Pendapatan Usahatani Ikan Patin Dengan Pakan Buatan per Produksi 1000 kg
42 Total Biaya Usahatani Dengan Pakan Pabrik per Produksi 1000 kg per Bulan
43 Penerimaan Usahatani Dengan Pakan Pabrik per Produksi 1000 kg per Bulan
44 Pendapatan Usahatani Ikan Patin Dengan Pakan Pabrik per Produksi 1000 kg per Bulan 45 Total Biaya Usahatani Ikan Patin Dengan pakan Buatan per Produksi 1000 kg per Bulan
46 Penerimaan Usahatani Ikan Patin Dengan Pakan Buatan per Produksi 1000 kg per Bulan
47 Pendapatan Usahatani Ikan Patin Dengan Pakan Buatan per Produksi 1000 kg per Bulan
48 Efisiensi Usahatani Ikan Patin Dengan Pakan Pabrik
49 Efisiensi Usahatani Ikan Patin Dengan Pakan Buatan
50 SPSS Total Biaya Produksi Usahatani ikan patin dengan Pakan pabrik dan Pakan Buatan
51 SPSS Pendapatan Usahatani ikan patin dengan Pakan pabrik dan Pakan Buatan
i
BOYON STEFANUS SIMBOLON NIM 110304057, dengan judul skripsi ANALISIS KOMPARASI EFISIENSI PENGGUNAAN PAKAN PABRIK DAN PAKAN BUATAN PADA BIAYA PRODUKSI IKAN PATIN (Pangasius pangasius) (Kasus :Desa Kuok, Kecamatan Kuok, Kabupaten Kampar), dengan pembimbing Ibu Dr. Ir. Salmiah, M.S dan Bapak Ir. Yusak Maryunianta, M.Si.
Ikan patin merupakan ikan yang sudah lama dikenal masyarakat Riau. Selain karena sudah cukup lamanya ikan ini dibudidayakan juga karna rasa yang sesuai dengan lidah masyarakat Riau. Hal ini tentunya menjadi pasar yang baik bagi para petani ikan patin. Usahatani ikan patin juga banyak digeluti oleh masyarakat.Kabupaten Kampar adalah salah satu daerah yang menjadi produsen ikan patin. Dan desa Kuok merupakan salah satu desa yang berada di kecamatan Kuok, Kabupaten Kampar. Dimana sebagian mata pencaharian masyarakatnya adalah sebagai petani ikan patin. Di dalam kegiatan ekonomi tentunya sangat diharapkan apabila dapat mengoptimalkan biaya produksi sehingga dapat meningkatkan pendapatan. Tujuaan penelitian ini adalah untuk menganalisis komparasi total biaya, pendapatan serta efisiensi perusahaan antara petani yang menggunakan pakan buatan dan pakan pabrik. Penentuan daerah penelitian dilakukan secara sengaja (purposive). Metode penentuan saampel adalah secara random sampling. Jumlah sampel yang diambil adalah sebanyak 60 petani yakni 30 petani yang menggunakan pakan pabrik dan 30 petani yang menggunakan pakan buatan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata total biaya produksi usahatani ikan patin dengan pakan pabrik lebih tinggi daripada total biaya produksi usahatani ikan patin dengan pakan buatan. Pendapatan petani ikan patin yang menggunakan pakan buatan lebih tinggi daripada petani yang menggunakan pakan pabrik. Efisiensi perusahaan menunjukkan bahwa usahatani ikan patin dengan pakan buatan lebih efisien daripada usahatani dengan pakan pabrik.
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia sebagai negara dengan jumlah penduduk lebih dari 250 juta, yang tentunya tidak sedikit. Tingginya jumlah penduduk Indonesia maka tingkat konsumsi masyarakat Indonesia juga tinggi. Tingkat konsumsi yang tinggi ini sayangnya tidak didukung dengan tingkat produksi yang masih terbilang rendah. Salah satu konsumsi yang harus kita perhatikan adalah ikan, sebab banyak nutrisi yang dikandung oleh ikan. Dan Indonesia memiliki lahan yang luas untuk melakukan budidaya ikan.
Banyak juga ikan-ikan khas dari beberapa daerah di Indonesia. Ikan-ikan ini sering kali tidak didukung penuh baik oleh pemerintah ataupun masyarakat padahal dengan dukungan baik dengan mengkonsumsi ataupun membudidayakannya maka secara tidak langsung juga dapat meningkatkan tingkat ekonomi di daerah tersebut.
yang dihadapi oleh industri ikan patin di Indonesia, yaitu ongkos produksinya yang tinggi, yakni sebesar Rp 8.000 – Rp 11.000 per kg. Biaya ini lebih mahal bila dibandingkan dengan di Vietnam yang hanya Rp 6.000 per kg. Akibatnya, harga jual ikan patin dari Vietnam pun menjadi lebih murah, yaitu Rp 12.000 per kg, di pasar internasional. Kendala lain yang mempengaruhi harga jual ikan patin Indonesia adalah karena pakannya masih tergantung pada impor. Ini berbeda dengan Vietnam yang sudah mampu memproduksi sendiri (Kemendag, 2013). Kabupaten Kampar merupakan salah satu daerah yang memproduksi ikan patin. Provinsi Riau juga merupakan daerah yang terkenal akan ikan patin olahannya yaitu ikan patin asam pedas. Berikut adalah tabel produksi ikan patin di Kabupaten Kampar.
Tabel 1.1 Jumlah Produksi Budidaya Perikanan Patin Menurut Kecamatan Tahun 2014(Ton)
No Kecamatan Produksi Patin Kolam
1 Xiii Koto Kampar 4,819.81
3
Pakan ikan (pellet) sebagai komponen biaya produksi tertinggi dalam suatu usaha budidaya harganya terus meningkat, mengakibatkan keuntungan yang diperoleh pembudidaya ikan semakin sedikit, sehingga diperlukan adanya upaya untuk menekan biaya produksi antara lain dengan membuat pakan ikan sendiri, menggunakan bahan baku yang tersedia secara lokal, menggunakan mesin pakan ikan yang dirakit dengan teknologi tepat guna (Deptan,2011).
Berdasarkan keterangan dari paragraf di atas maka apabila kita dapat menekan biaya komponen produksi ini (pellet), maka dengan kata lain biaya produksi akan dapat ditekan. Dengan menganalisis efisiensi penggunaan pakan pabrik dan pakan buatan pada ikan patin, diharapkan dapat menjadi masukan baik bagi pemerintah untuk dapat melakukan sosialisasi kepada masyarakat yang melakukan budidaya ikan patin mengenai manfaat yang didapat dari penggunaan pakan buatan dan masukan bagi masyarakat untuk beralih dari penggunaan pakan pabrik ke pakan buatan agar dapat meningkatkan pendapatan petani.
Penelitian ini penting sebab banyak masyarakat di daerah penelitian yang melakukan budidaya ikan patin yakni 150 kk dari total 1745 kk atau sebesar 8.595%. Dengan mengoptimalkan biaya produksi, diharapkan pendapatan petani kita dapat meningkat.
1.2 Identifikasi Masalah
1. Bagaimana komparasi cara penggunaan pakan pabrik dan pakan buatan pada usahatani ikan patin di daerah penelitian?
3. Bagaimana komparasi pendapatan petani yang menggunakan pakan pabrik dan petani yang menggunakan pakan buatan di daerah penelitian?
4. Bagaimana komparasi efisiensi perusahaan antara penggunaan pakan pabrik dan pakan buatan di daerah penelitian?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui komparasi cara penggunaan pakan pabrik dan pakan buatan pada usahatani ikan patin di daerah penelitian.
2. Untuk menganalisis komparasi biaya produksi penggunaan pakan pabrik dan pakan buatan pada usahatani ikan patin di daaerah penelitian.
3. Untuk menganalisis komparasi pendapatan petani yang menggunakan pakan pabrik dan petani yang menggunakan pakan buataan di daerah penelitian.
4. Untuk menganalisis komparasi efisiensi perusahaan antara penggunaan pakan pabrik dan pakan buatan di daerah penelitian.
1.4 Kegunaan Penelitian
Penelitian ini berguna untuk:
1. Sebagai bahan informasi bagi petani ikan patin untuk mengefisienkan biaya produksi.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Pustaka
Di pasar internasional, harga ikan patin segar per kilogram adalah USD 1. Sementara itu, harga fillet ikan patin per kilogram mencapai USD 3.4. Kekurangan ikan patin Indonesia lainnya, apabila dibandingkan dengan ikan patin Vietnam, adalah ukurannya yang Indonesia rata-rata 500-600 gram, sedangkan pasar Eropa menginginkan ikan patin dengan ukuran 800 gram hingga satu kilogram. Idealnya, ikan patin yang bagus adalah yang berukuran satu kilogram hingga 1,2 kilogram agar mudah diolah dalam bentuk fillet. Ukuran ikan patin ini semakin menjadi hambatan karena para peternak ikan patin Indonesia, yang umumnya kalangan rumah tangga, cenderung tidak sabar menunggu hingga ikan patin mereka mencapai berat dan ukuran ideal. Ketika datang permintaan ikan patin berukuran 500 gram, para peternak ikan patin langsung menjualnya (Roestifitawati, 2013).
produk olahan perikanan lainnya. Daging ikan patin memiliki kandungan kalori dan protein yang cukup tinggi seperti tertera pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Komposisi kimia ikan patin per 100 gr daging ikan patin
Komposisi Kimia Persentase (%)
Air 82,22
Protein 14,3
Lemak 1,09
Abu 0,74
Sumber : (Subagja, 2009)
Komposisi kimia tubuh ikan dipengaruhi oleh pakan dan lingkungan. Komposisi kimia tubuh organisme akuatik berhubungan erat dengan kualitas daging komoditi tersebut. Untuk meningkatkan kualitas daging, salah satu cara yang dilakukan adalah aplikasi pakan dengan nutrisi seimbang. Protein merupakan salah satu zat makanan yang dibutuhkan ikan dan perlu dipenuhi untuk mencapai pertumbuhan yang optimal. Kebutuhan energi ikan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain spesies ikan, umur atau ukuran ikan, aktivitas ikan, suhu dan jenis pakan. Jenis pakan yang dapat diberikan pada ikan yaitu 100 % pelet dan pelet yang diberi suplemen probiotik serta paku air atau Azolla pinnata (Sukmawati, 2006).
Pelet merupakan salah satu jenis pakan ikan. Setiap ikan membutuhkan nilai gizi berbeda, kebutuhan protein, lemak dan serat. Makanan yang memiliki keseimbangan protein, lemak dan serat untuk kebutuhan ikan tertentu akan membuat ikan cepat besar, tetapi apabila nutrisi kurang, pertumbuhan ikan akan sangat lambat sehingga berakibat biaya dan waktu panen yang cukup lama. Kandungan kimia pelet 7 ikan tergantung dari bahan dasar pembuatan pelet (Sriharti, 1992).
7
beranekaragam lebih baik daripada komposisi yang sedikit ragam bahan baku. Contoh kandungan gizi bahan pembuat makanan ikan dapat dilihat pada Tabel 2.2.
Tabel 2.2 Hasil analisa kimia bahan baku pakan ikan
No. Bahan Baku Kandungan gizi ( %)
Sumber : (Sriharti, 1992)
2.2 Landasan Teori
2.2.1 Usahatani
Menurut Vink (1984), ilmu usahatani merupakan ilmu yang mempelajari norma-norma yang digunakan untuk mengatur usahatani agar memperoleh pendapatan yang setinggi-tingginya.
Ilmu usahatani biasa diartikan sebaagai ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang mengalokasikan sumber daya yang ada secara efektif dan efisien untuk tujuan memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu. Dikatakan efektif bila petani dapat mengalokasikan sumber daya yang mereka miliki dengan sebaik-baiknya dan dikatakan efisien bila pemanfaatan sumber daya tersebut menghasilkan pengeluaran yang melebihi masukan (Soekartawi, 1995).
usaha pertanian, peternakan, atau perikanan. Selain itu juga dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana membuat dan melaksanakan keputusan pada usaha pertanian, peternakan, atau perikanan untuk mencapai tujuan yang telah disepakati oleh petani/peternak tersebut (Prawirokusumo, 1990).
Karena setiap perusahaan bertujuan untuk mencari laba, maka efisiensi merupakan suatu hal yang penting yang harus dilakukan oleh setiap perusahaan. Laba yang maksimal dapat diperoleh atau dicapai melalui penggunaan sumber daya yang efisien. Terdapat beberapa pengertian efisiensi, diantaranya adalah sebagai berikut:
Menurut Kamus Besar Indonesia (2001:284), pengertian efisiensi adalah ketepatan cara (usaha, kerja) dalam menjalankan sesuaatu (dengaan tidak membuang waktu, tenaga, biaya).
Menurut John dan
Menurut Joel G. Siegel dan Jaae K. Shim (1999), mendefenisikan efisiensi merupakan biaya input (masukan) untuk tiap unit output (keluaran) yang diproduksi.
Orazem (1992), efisiensi merupakan suatu cara yang digunakan dalam proses produksi dengan menghasilkan output yang optimal dengan meminimalisir biaya produksi terutama bahan baku atau dapat menghasilkan output produksi yang maksimal dengan sumberdaya terbatas.
9
Efisiensi
=
������
:
��� ���Keterangan : TRa =Total Revenue A TCa= Total Cost A TRb =Total Revenue B
TCb= Total Cost B ( Suratiyah, 2011). 2.2.2 Biaya
Biaya usahatani biasanya diklasifikasikan menjadi dua, yaitu biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap (variable cost) (Soekartawi, 1999). Biaya tetap (FC)
adalah biaya yang relatif jumlahnya dan terus dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh banyak atau sedikit. Biaya variabel (VC) adalah biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh, contohnya biaya tenaga kerja.
2.2.3 Harga
Harga pasar suatu komoditi dana jumlah yang diperjualbelikan ditentukan oleh permintaan dan penawaran dari komoditi tersebut. Dengan harga pasar dimaksudkan harga yang disepakati oleh penjual dan pembeli (Sugiarto, 2000).
2.2.4 Pendapatan
Pendapatan (Pd) adalah selisih antara penerimaan (TR) dan semua biaya (TC). Jadi, Pd = TR - TC. Penerimaan usahatani (TR) adalah perkalian antara produksi yang diperoleh (Y) dengan harga jual (Py) (Soekartawi, 1999).
2.3 Penelitian Terdahulu
pasar tradisional dan pasar modern, yaitu saluran pemasaran sembako di pasar tradisional lebih panjang sehingga lebih banyak melibatkan lembaga-lembaga pemasaran dibandingkan saluran pemasaran sembako di pasar modern. Dan ada perbedaan nyata harga sembako di pasar tradisional dan pasar modern yaitu harga sembako di pasar tradisional lebih murah dibandingkan di pasar modern kecuali jenis sembako susu bendera dan minyak goreng(Bimoli).
Hasil penelitian Dumasari (2014) di dalam jurnal Teknologi Subtitusi Bahan Dalam Pengembangan Usaha Mikro Pakan Organik Berprotein. Pengembangan usaha mikro pakan organik berprotein bagi ikan air tawar dengan pemanfaatan teknologi subtitusi bahan memiliki kontribusi berarti bagi upaya pemberdayaan masyarakat petani petambak di pedesaan. Jenis usaha mikro ini berbasis sumberdaya lokal dan ramah lingkungan. Produk pakan organik berprotein yang dihasilkan dari pengembangan usaha mikro potensial mengurangi ketergantungan para petani petambak pada pakan pellet buatan pabrik yang berbiaya tinggi. Bahan baku pakan organik berprotein bersumber dari berbagai jenis limbah hasil pertanian sebagai potensi sumberdaya alam lokal.
Berdasarkan hasil penelitian Edison, dkk (2013) pada jurnal yang berjudul Pertumbuhan dan Efisiensi Pemanfaatan Pakan Pada Ikan Nila, Oreochromis Niloticus Yang Mengkonsumsi Pellet Produk Industri Pakan Ikan Skala Rumah
11
perlakuan C, dan Kota Makassar sebagai perlakuan D, serta pakan komersial sebagai pakan kontrol (perlakuan A). Ikan uji diberi pakan tiga kali sehari selama 30 hari secara satiasi. Parameter yang diukur adalah pertumbuhan mutlak, komsumsi pakan harian, dan efisiensi pakan. Berdasarkan hasil penelitian ini disimpulkan bahwa pakan produk industri skala rumah tangga asal Kabupaten Sidrap memiliki pertumbuhan dan efisiensi pakan tertinggi dibanding dengan pakan lainnya.
Proses produksi membutuhkan waktu yang lama dan biaya yang cukup banyak. Proses produksi dilakukan dengan memperhatikan kesesuaian tiap input produksi untuk menghasilkan produksi optimal. Sehingga sangat perlu memperhatikan bagaimana caranya untuk mengalokasikan input seefisien mungkin.
Pengefisienan pakan yang digunakan adalah salah satu usaha yang dapat digunakan untuk mengoptimalkan produksi baik dalam rangka mengurangi biaya produksi maupun meningkatkan produktivitas, terutama untuk petani ikan skala kecil sehingga dapat memberikan benefit yang lebih besar untuk dapat memperluas ataupun memperbesar skala usahanya.
2.4 Kerangka Pemikiran
13
Keterangan: :Menyatakan Pengaruh
Gambar 1. Kerangka Pemikiran
Usahatani Ikan Patin
Jumlah Input Pakan Buatan x Harga pakan
Input Pakan Pabrik x Harga pakan
Produksi x Harga
Penerimaan
Efisiensi Perusahaan
Efisien Tidak Efisien
Produksi x Harga
Penerimaan
Total Biaya ( Bibit, pakan, obat-obatan,TK, Peralatan)
Total Biaya (Bibit, pakan, obat-obatan, TK, Peralatan)
2.5 Hipotesis Penelitian
1. Biaya produksi penggunaan pakan pabrik lebih tinggi daripada biaya produksi penggunaan pakan buatan
2. Pendapatan petani yang menggunakan pakan pabrik lebih rendah daripada pendapatan petani yang menggunakan pakan buatan.
15
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian
Daerah penelitian ditentukan secara purposive di Kecamatan Kuok, Kabupaten Kampar, Riau.Dengan alasan bahwa Kecamatan Kuok memiliki jumlah budidaya kolam, luas lahan yang cukup besar dan produksi patin di Kecamatan Kuok adalah yang terbesar ketiga, seperti ditunjukkan pada tabel 3.1 dan tabel 3.2
Tabel 3.1 Jumlah Budidaya Kolam RTP (Rumah Tangga Perikanan), Luas Lahan, dan Jumlah Produksi Kabupaten Kampar 2014
No Kecamatan Budidaya
Kolam
Tabel 3.2 Data Jumlah Petani dan Jumlah Kolam Ikan Patin Yang Menggunakan Pakan Pabrik dan Pakan Buatan di Desa Kuok, Kecamatan Kuok Tahun 2014
Desa Jumlah Petani
Menggunakan Pakan
Sumber : Penyuluh Perikanan Desa Kuok, 2015
3.2 Metode Penentuan Sampel
Dalam penelitian ini, metode penarikan sampel dilakukan secara random sampling (pengambilan sampel secara acak).
Dari seluruh populasi sampel terdapat 38 petani menggunakan pakan pabrik dan 112 petani menggunakan pakan buatan. Berdasarkan teori penarikan contoh sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah ≥ sampel karena bagaimanapun bentuk populasinya teori penarikan contoh menjamin akan diperolehnya hasil yang memuaskan dan untuk penelitian yang menggunakan analisa statistik, ukuran sampel paling minimum 30. Dan oleh karena itu setiap populasi penggunaan pakan yang berbeda akan diambil sampel sebanyak 30 sampel (Walpole, 1992).
3.3 Metode Pengambilan Data
Data yang diambil dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer dalam penelitian ini diperoleh dari hasil wawancara dengan 30 petani yang menggunakan pakan pabrik dan 30 petani yang menggunakan pakan buatan menggunakan daftar pertanyaan. Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari Dinas Perikanan Kabupaten Kampar, Penyuluh Perikanan Desa Kuok dan sumber lainnya.
17
Identifikasi masalah (1) dijawab secara deskriptif
Identifikasi masalah (2) dianalisis dengan menggunakan uji rata-rata (Compare Means) karena berasal dari dua variabel yang berbeda maka uji beda rata-rata
yang digunakan dalam penelitian ini adalah independent test (unpair) atau tidak berpasangan untuk mengetahui perbedaan antara Total Biaya usahatani ikan patin dengan menggunakan pakan pabrik dan pakan buatan, dengan rumus:
t = X1 – X2
sX1 – X2
Keterangan :
X1 : Rata-rata variabel 1
X2 : Rata-rata variabel 2
sX1 – X2 : Rata-rata standar deviasi variabel atau kekeliruan baku
apabila N1 = N2 maka untuk menghitung sX1 – X2 digunakan rumus sebagai
sX1 – X2 : Rata-rata standar deviasi variabel atau kekeliruan baku
X1 : Variabel 1
X2 : Variabel 2
N : Jumlah Sampel
N1 : Jumlah Sampel untuk Variabel 1
Kriteria uji :
thit> ttabel , maka H0 diterima H1 ditolak
thit< ttabel, maka H0 ditolak H1 diterima,
dengan formulasi H0 dan H1.
Dimana rumus untuk biaya sebagai berikut :
TC = TFC + TVC Keterangan :
TC = Total Cost TFC = Total Fixed Cost TVC = Total Variable Cost
Pengolahan dan analisis data dilakukan dengan cara kuantitatif dan kualitatif, dan menggunakan model T-test mean compare untuk mengetahui perbedaan yang signifikan antara Total Biaya usahatani ikan patin dengan menggunakan pakan pabrik dan pakan buatan di Desa Kuok Kecamatan Kuok Kabupaten Kampar . Pengolahan data digunakan dengan menggunakan alat bantu software spss 17. Dengan kriteria uji :
1. Berdasarkan Perbandingan Nilai t- hitung dan t- table -t-hitung > t-tabel α/2 (n-p), maka tolak H0
-t-hitung < t-tabel α/2 (n-p), maka terima H0 2. Berdasarkan Nilai Signifikansi (α =0,05)
-Jika nilai signifikansi > α maka H0 diterima -Jika nilai Signifikansi <α maka H0 ditolak
Identifikasi masalah (3) dianalisis dengan menggunakan uji rata-rata (Compare Means) karena berasal dari dua variabel yang berbeda maka uji beda rata-rata
19
berpasangan untuk mengetahui perbedaan pendapatan petani ikan patin yang menggunakan pakan pabrik dan pakan buatan, dengan rumus sebagai berikut:
t = X1 – X2
sX1 – X2
Keterangan :
X1 : Rata-rata variabel 1
X2 : Rata-rata variabel 2
sX1 – X2 : Rata-rata standar deviasi variabel atau kekeliruan baku
apabila N1 = N2 maka untuk menghitung sX1 – X2 digunakan rumus sebagai
berikut :
sX1 – X2 = �
∑ �12−(∑ �1)2
� +∑ �22−
(∑ �2)2
�
� (�−1)
Keterangan :
sX1 – X2 : Rata-rata standar deviasi variabel atau kekeliruan baku
X1 : Variabel 1
X2 : Variabel 2
N : Jumlah Sampel
N1 : Jumlah Sampel untuk Variabel 1
N2 : Jumlah Sampel untuk Variabel 2
Kriteria uji :
thit> ttabel , maka H0 diterima H1 ditolak
dengan formulasi H0 dan H1 (Ritonga, 2004).
Pengolahan dan analisis data dilakukan dengan cara kuantitatif dan kualitatif, dan menggunakan model T-test mean compare untuk mengetahui perbedaan yang signifikan antara pendapatan petani ikan patin yang menggunakan pakan pabrik dan pakan buatan di desa Kuok Kecamatan Kuok Kabupaten Kampar. Pengolahan data digunakan dengan menggunakan alat bantu software spss 17.
Dengan kriteria uji :
3. Berdasarkan Perbandingan Nilai t- hitung dan t- table -t-hitung > t-tabel α/2 (n-p), maka tolak H0
-t-hitung < t-tabel α/2 (n-p), maka terima H0
4. Berdasarkan Nilai Signifikansi (α =0,05) -Jika nilai signifikansi > α maka H0 diterima
-Jika nilai Signifikansi <α maka H0 ditolak
Dimana rumus untuk menghitung pendapatan sebagai berikut: Pendapatan
I = TR – TC Keterangan :
I (Income) = Pendapatan (Rp) TR (Total Revenue) = Total Penerimaan (Rp)
TC (Total Cost) = Total biaya (Rp) (Soekartawi, 1995). Identifikasi masalah (4):
21
nilai produksi yang dapat dicapai atas nilai faktor produksi (input) tertentu yang digunakan antara pakan pabrik dan pakan buatan dengan analisis sebagai berikut:
��� ���
:
��� ���
Keterangan : TRa =Total Revenue A
TCa= Total Cost A
TRb =Total Revenue B
TCb= Total Cost B
Setelah mendapatkan efisien perusahan maka dapat ditentukan penggunaan input mana yang lebih efisien (Suratiyah, 2011)
3.5.1 Definisi dan Batasan Operasional
Untuk menghindari kesalahpahaman dalam memahami penelitian ini, maka dibuat definisi dan batasan operasional sebagai berikut:
3.5.1 Definisi
1. Petani sampel adalah petani ikan patin yang merupakan pemilik penggarap dan penggarap yang melakukan budidaya dengan kolam dan menggunakan pakan buatan dan pakan pabrik.
2. Usahatani ikan patin adalah suatu kombinasi usaha yang tersusun dari faktor produksi berupa modal, alam, tenaga kerja yang ditujukan untuk proses produksi ikan patin.
4. Pakan Pabrik adalah pakan yang dibeli dalam bentuk jadi dan diproduksi oleh perusahaan (Rp/kg).
5. Jumlah produksi ikan patin adalah hasil yang diperoleh dari pengusahaan lahan kolam dengan menggunakan input-input produksi (kg).
6. Harga adalah nilai jual ikan patin (Rp/kg).
7. Penerimaan adalah nilai yang diterima hasil penjualan yakni total produksi dikali dengan harga.(Rp)
8. Biaya adalah biaya yang dikeluarkan untuk usahatani ikan patin.(Rp)
9. Pendapatan adalah penerimaan dikurangi biaya keseluruhan yang dikeluarkan.(Rp)
10. Efisiensi perusahaan adalah perbandingan yang digunakan untuk mengukur besarnya nilai produksi yang dapat dicapai atas nilai faktor produksi tertentu.
3.5.2 Batasan Operasional
1. Lokasi penelitian adalah Desa Kuok, Kecamatan Kuok, Kabupaten Kampar.
2. Sampel merupakan petani ikan patin yang menggunakan pakan pabrik dan buatan yang melakukan budidaya dengan kolam di Desa Kuok, Kecamatan Kuok, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau.
3. Cara penggunaan pakan yang dimaksud adalah rangkaian aktifitas mulai dari mempersiapkan bahan, mencampur, menggiling, menjemur dan memberi pakan.
23
BAB IV
DESKRIPSI WILAYAH DAN KARAKTERISTIK SAMPEL
4.1 Deskripsi Daerah Penelitian
4.1.1 Luas dan Topografi Lahan
Desa Kuok merupakan satu desa dari 6 desa yang terletak di Kecamatan Kuok Kabupaten Kampar. Desa Kuok merupakan desa dengan luas wilayah ± 6.600 ha. Luas Desa Kuok menurut fungsinya dibagi atas lahan persawahan, ladang, perkebunan rakyat, usaha perikanan, serta prasarana.Penggunaan wilayah Desa Kuok menurut fungsinya dapat dilihat dari tabel berikut:
Tabel 4.1 Luas dan Jenis Penggunaan Lahan Desa Kuok 2013
No Jenis Penggunaan Lahan Desa Luas(Ha)
1. Perkebunan 4.495
Sumber: Kantor Kepala Desa Kuok, 2015
Desa Kuok terletak 43 m di atas permukaan laut dengan suhu udara rata-rata 300C-320C, merupakan ibukota kecamatan, berjarak 10 km dari ibukota kabupaten dan berjarak 75 km dari ibukota provinsi.
Secara administratif, batas-batas wilayahnya adalah sebagai berikut: - Sebelah Utara berbatasan dengan Sungai Kampar,
4.2 Keadaan Penduduk
4.2.1 Keadaan Penduduk berdasarkan Jenis Kelamin
Desa Kuok mempunyai jumlah penduduk sebanyak 7.273 jiwa, dengan jumlah rumah tangga sebanyak 1.745 kepala keluarga, dengan rincian pada Tabel 4.2. Tabel 4.2 Distribusi Penduduk berdasarkan Jenis Kelamin 2013
No Jenis Kelamin Jumlah(Jiwa) Persentase (%)
1 Laki-laki 3676 50,54
2 Perempuan 3597 49,46
Jumlah 7.273 100
Sumber: Kantor Kepala Desa Kuok, 2015
Dari Tabel 4.2 dapat diketahui bahwa Desa Kuok mempunyai laki-laki lebih banyak dari jumlah perempuan, dengan selisih sebanyak 79 jiwa (1,08%).
4.2.2 Keadaan Penduduk berdasarkan Umur
Penduduk Desa Kuok tersebar dalam kelompok umur yang bervariasi. Penduduk Desa Kuok adalah anak-anak, remaaja, orang tua, dan penduduk lanjut usia. Keadaan dan jumlah penduduk berdasarkan kelompok umur dapat diliat dari Tabel 4.3
Tabel 4.3 Distribusi Penduduk Berdasarkan Umur 2013
No. Umur(Tahun) Jumlah(Jiwa) Persentase(%)
1. 0-5 829 11,41
Sumber: Kantor Kepala Desa Kuok, 2015
25
dan jumlah penduduk paling sedikit pada kelompok umur 19-22 tahun yaitu sebanyak 436 jiwa (5,99%). Tabel ini juga menunjukkan bahwa sebagian penduduk Desa Kuok berada pada usia produktif (19-58 tahun), yakni sebesar 51,77%. Hal ini menggambarkan ketersediaan tenaga kerja yang cukup banyak.
4.3 Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana desa yang baik akan mempengaruhi perkembangan dan kemajuan masyarakat di suatu desa, dan mempercepat laju kemajuan desa tersebut.
Adapun sarana dan prasarana desa yang ada di Desa Kuok dapat dilihat dari Tabel 4.4
Tabel 4.4 Sarana dan Prasarana Desa Kuok 2013
No. Uraian Jumlah (Unit)
1. Pendidikan Formal
Taman Kanak-Kanak 4
SD 7
SLTP 2
SLTA 2
2. Sarana Kesehatan
Puskesmas 1
Sumber: Kantor Kepala Desa Kuok, 2015
4.4 Karakteristik Petani Sampel
30 petani yang menggunakan pakan pabrik dan 30 petani yang menggunakan pakan buatan.
Tabel 4.5 Karakteristik Petani Sampel Pengguna Pakan Pabrik Desa Kuok
No. Uraian Rentang Rataan
1. Umur(Tahun) 35-61 45
2. Tingkat Pendidikan (Tahun) 6-12 9
3. Luas Lahan(m2) 600-1.000 765
4. Lama Berusahatani (Tahun) 4-15 8,6
5. Jumlah Tanggungan Keluarga (Jiwa) 2-6 3,1 Sumber: Lampiran 1 (diolah)
Tabel 4.6 Karakteristik Petani Sampel Pengguna Pakan Buatan Desa Kuok
No. Uraian Rentang Rataan
1. Umur(Tahun) 37-60 46
2. Tingkat Pendidikan (Tahun) 6-12 8
3. Luas Lahan(m2) 600-1000 775
4. Lama Berusahatani (Tahun) 4-17 8,5
5. Jumlah Tanggungan Keluarga (Jiwa) 2-7 3,4 Sumber: Lampiran 2 (diolah)
Tabel 4.5 menunjukkan bahwa rataan umur petani sampel adalah 45 tahun dengan rentang 35-61 tahun, yang menyatakan secara umum bahwa usia petani sampel masih tergolong produktif dalam pengerjaan usahataninya.
Tingkat rataan pendidikan formal yang ditempuh petani sampel adalah 9 tahun dengan rentang 6-12 tahun menunjukkan bahwa petani sampel masih memiliki tingkat pendidikan setara SMP, dimana tingkat SD merupakan tingkat pendidikan paling rendah.
27
Adapun jumlah keluarga yang masih ditanggung oleh petani sampel berada pada rentang 2-6 jiwa dengan rataan 3,1 jiwa. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah keluarga tanggungan petani sampel tergolong sedang.
Dan pada tabel 4.6 menunjukkan bahwa rataan umur petani sampel adalah 46 tahun dengan rentang 37-60 tahun, yang menunjukkan secara umum bahwa usia petani sampel masih tergolong produktif dalam pengerjaan usahataninya.
Tingkat rataan pendidikan formal yang ditempuh petani sampel adalah 8 tahun dengan rentang 6-12 tahun menunjukkan bahwa petani sampel masih memiliki tingkat pendidikan setara SMP, dimana tingkat SD merupakan tingkat pendidikan paling rendah.
Dengan rentang luas lahan 600 m2 sampai 1000 m2 dan rataan 775 m2 artinya luas lahan petani cukup luas walaupun dengan jumlah luas lahan yang cukup bervariasi. Kemudian lama berusahatani dengan rentang 4-17 tahun (rata-rata 8,5 tahun), menunjukkan bahwa rata-rata petani sampel sudah memiliki pengalaman yang cukup banyak dibidang perikanan.
28 5.1 Karakteristik Usahatani Ikan Patin
Kegiatan usahatani ikan patin membutuhkan waktu selama 6 – 9 bulan per periode panen. Adapun perbedaan periode panen disebabkan oleh perbedaan input pakan yang digunakan. Usahatani ikan patin yang menggunakan input pakan pabrik hanya membutuhkan waktu 6 bulan untuk 1 kali periode panen, sedangkan untuk usahatani ikan patin yang menggunakan input pakan buatan membutuhkan waktu yang lebih lama yaitu 9 bulan.
Adapun pakan pabrik yang digunakan adalah PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk dan PT Mabar Feed Indonesia. Merk dari PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk yang digunakan oleh petani adalah 781-1, 781-2, 781 dan 782 sedangkan merk dari PT Mabar Feed Indonesia yang digunakan adalah F150, FL2 dan FL3.Pakan pabrik dapat diberikan secara langsung atau siap tebar sedangkan untuk pakan buatan memiliki tahap-tahap yaitu, pertama melakukan pencampuran bahan untuk gilingan yang berupa dedak dan ikan asin busuk, lalu melakukan penggilingan kemudian setelah digiling pakan harus dijemur terlebih dahulu baru dapat di tebar..
29
5.1.1 Pengolahan Lahan
Kegiatan pengolahan lahan pada umumnya dilakuka untuk menciptakan lingkungan fisik yang baik bagi pertumbuhan ikan patin. Selain itu, pengolahan lahan juga dimaksud untuk tujuan mensterilkan kolam dari hama seperti ikan gabus dan perbaikan irigasi kolam. Pengolahan lahan untuk kolam yang dilakukan di daerah penelitian umumnya masih menggunakan cara tradisional yakni dengan mencangkul.
5.1.2 Penyebaran Ikan
Penyebaran ikan dilakukan setelah kolam siap diolah. Jumlah bibit yang disebar kurang lebih 15-20 ekor per meter2 . Bibit ikan ini dikemas di dalam kantong plastik berisi air dimana bibit ikan yang di dalam kantong plastik tersebut juga diisi dengan oksigen sehingga ikan dapat bertahan di dalam kantong plastik.
5.1.3 Pemberian Pakan
Pemberian pakan dilakukan 3 x sehari oleh petani. Pemberian pakan umumnya dilakukan pada pagi, siang dan malam hari. Pemberian pakan biasanya dilakukan dengaan cara ditebarkan sedikit terlebih dahulu untuk mengumpulkan ikan. Setelah ikan berkumpul barulah pakan ditebar dalam jumlah banyak.
5.1.4 Pemberian Obat
Obat diberikan kepada ikan berupa probiotik dimana probiotik ini sendiri cara pemberiannya yaitu dengan mencampurkan air dan probiotik ke dalam sprayer lalu menyemprotkan ke pakan yang akan diberikan kepada ikan.
5.1.5 Pembersihan Saluran Air
Pembersihan saluran air masuk dan keluar kolam dilakukan dengan membersihkan pipa masuk dan pipa keluar air. Hal ini dilakukan dengan cara pengecekan apabila ada daun-daun ataupun sampah yang tersangkut agar dapat dibersihkan sehingga air dapat masuk dengan lancar ke dalam kolam dan saat hujan deras air kolam tidak meluap.
5.1.6 Panen
Panen merupakan kegiatan terakhir dari sistem usahatani ikan patin di daerah penelitian. Sebagai kegiatan terakhir, kegiatan yang dilakukan mencakup kegiatan penangkapan dan penyortiran ikan patin. Kegiatan ini dilakukan setelah ikan patin berumur 6 sampai 9 bulan, yang dikerjakan secara upahan kepada tenaaga kerja laki yang bergerak dalam grup yang terdiri dari 3-4 orang. Tenaga kerja laki-laki ini pada umumnya berasal dari daerah penelitian sendiri.
Sehari sebelum panen dimulai ikan patin sudah dipuasakan atau sudah tidak diberi makan, adapun tujuan puasa ini agar ikan lebih tahan dan ikan tidak memuntahkan pakan di dalam perjalanan ke pasar.
31
kolam adalah untuk membiasakan ikan dalam kondisi air yang sedikit, sehingga dapat meminimalisir stress ikan saat dimasukkan ke dalam tong berisi air dan selama perjalanan menuju pasar.
Cara panen dilakukan dengan cara menggunakan jaring atau istilah setempat dengan memberoklalu setelah itu ditangkap menggunakan tangan.Selanjutnya dikumpulkan di dalam drum yang telah dibelah 2 dan dibolong-bolongi. Setelah itu lalu ikan ditimbang dan kemudian dimasukkan ke dalam drum berisi air yang ada di dalam mobil panen. Dan untuk upah tukang tangkap, upah yang diterima adalah 300 rupiah untuk setiap kilogram ikan yang ditangkap.
5.2 Perbedaan Cara Penggunaan Antara Pakan Pabrik Dan Pakan Buatan
Untuk identifikasi masalah 1, mengenai perbedaan cara penggunaan antara pakan pabrik dan pakan buatan dapat diuraikan sebagai berikut.
Petani di daerah penelitian menggunakan pakan pabrik yang digunakan oleh petani adalah merk 781-1, 781-2, 781 dan 782 yang diproduksi oleh PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk dan merk F150, FL2 dan FL3 yang diproduksi oleh PT Mabar Feed Indonesia serta pakan buatan yang digiling oleh petani.Adapun kandungan masing-masing pakan pabrik dapat dilihat pada tabel 5.1 dan tabel 5.2
Tabel 5.1 Kandungan Pakan PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk
Dari tabel 5.1 dapat dilihat bahwa kandungan tertinggi dari pakan PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk adalah Protein dengan kisaran 29-33%, dimana protein adalah salah satu komponen terpenting yang dibutuhkan untuk menunjang pertumbuhan ikan.
Tabel 5.2 Kandungan Pakan PT Mabar Feed Indonesia
No. Merk Pakan Sumber: Data Primer(diolah) 2015
Dari tabel 5.2 dapat dilihat bahwa kandungan tertinggi dari pakan PT Mabar Feed Indonesia hampir sama dengan kandungan pakan PT Charoend Pokphand Indonesia Tbk yaitu protein dengan kisaran minimal 30% minimal31%, dimana protein adalah salah satu komponen terpenting yang dibutuhkan untuk menunjang pertumbuhan ikan.
Sedangkan untuk pakan buatan, komposisinya adalah dedak dan ikan busuk yang diasinkan ataupun ikan asin yang sudah tidak layak konsumsi.
33
Tabel 5.3 Jenis, Jumlah kebutuhan pakan, dan Harga Pakan Pabrik PT. Charoen Pokphand
Indonesia Tbk
PT. Mabar Feed Indonesia
Jenis Pakan 781-1 781-2 781 782
FL150 FL2 FL3
Jumlah kebutuhan
pakan (kg) 391,7 792 3889 5.750 483,33333 4.333 5375
Harga(Rp/Kg) 10113 9.352 9288,8889 9.267 10.788 9575 9.454
Sumber: Lampiran 5 dan 6 (diolah)
Adapun intensitas penggunaan pakan pabrik adalah 3 kali sehari. Untuk pakan 781-1 pokphand digunakan sampai dengan usia 1 bulan atau dengan rata-rata perhari sebanyak 13,05 kg atau per pemberian pakan sebanyak 4,35 kg. Untuk pakan 781-2 pokphand digunakan dari usia 1-2 bulan atau dengan rata-rata perhari sebanyak 26,4 kg atau per pemberian pakan sebanyak 8,8 kg. Untuk pakan 781 pokphand digunakan dari usia 2-4 bulan atau dengan rata-rata perhari sebanyak 64,81 kg atau per pemberian pakan sebanyak 21,60 kg. Dan untuk pakan 782 pokphand digunakan dari usia 4-6 bulan atau dengan rata-rata perhari sebanyak 95,83 kg atau dengan rata-rata perhari sebanyak 31,94 kg.
Untuk pakan FL 150 Mabar digunakan sampai usia 5 minggu atau dengan rata-rata perhari sebanyak 13,8 kg atau per pemberian pakan sebanyak 4,6 kg. Pakan Mabar FL 2 digunakan mulai usia 5 minggu sampai 4 bulan dengan rata-rata perhari sebanyak 50,97 kg atau dengan rata-rata per pemberian pakan sebanyak 16,99 kg. Pakan Mabar FL 3 digunakan untuk usia 4-6 bulan dengan rata-rata perhari sebanyak 89,58 kg atau perhari sebanyak 29,86 kg.
Tabel 5.4 Jumlah Kebutuhan dan Harga Pakan Buatan
Jenis Pakan Pakan Buatan
Jumlah kebutuhan pakan (kg) 18.057
Harga(Rp/Kg) 4.112
Untuk usia 0-1 bulan menghabiskan pakan buatan sebanyak 510 kg dengan rata-rata 17 kg per hari atau sebanyak 5,6 kg per pemberian pakan. Untuk usia 1-2 bulan menghabiskan pakan buatan sebanyak 847 kg dengan rata-rata 28,23 kg per hari atau sebanyak 9,4 kg per pemberian pakan. Untuk usia 2-3 bulan menghabiskan pakan buatan sebanyak 1.500 kg dengan rata-rata 50 kg per hari atau sebanyak 16,6 kg per pemberian pakan. Untuk usia 3-6 bulan menghabiskan pakan buatan sebanyak 6.200 kg dengan rata-rata perhari sebanyak 68,8 kg per hari atau 22,9 kg per pemberian pakan. Untuk usia 6-9 bulan menghabiskan pakan sebanyak 9.000 kg dengan rata-rata perhari sebanyak 100 kg atau sebanyak 33,3 kg per pemberian pakan.
5.3 Analisis Komparasi Total Biaya Usahatani Ikan Patin Dengan Menggunakan Pakan Pabrik Dan Pakan Buatan
Uji normalitas total biaya usahatani ikan patin dengan pakan pabrik dan pakan buatan.
Hipotesis yang diajukan adalah:
H0 : Distribusi sampel tidak berbeda nyata dengan distribusi normal( Sampel
berasal dari populasi yang berdistribusi normal).
H1 : Distribusi sampel berbeda nyata dengan distribusi normal ( Sampel berasal
dari populasi yang tidak berdistribusi normal Kriteria pengambilan keputusan adalah:
H0 diterima jika nilai signifikansi ≥ α(0.05)
35
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
VAR00001
N 30
Normal Parametersa Mean 2.0874E6
Std. Deviation 2.01606E4 Most Extreme
Differences
Absolute .112
Positive .112
Negative -.087
Kolmogorov-Smirnov Z .613
Asymp. Sig. (2-tailed) .847
Sig 0.847 > 0.05 maka H0 diterima dan H1 ditolak, artinya distribusi sampel tidak
berbeda nyata dengan distribusi normal (Distribusi data normal).
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
VAR00004
N 30
Normal Parametersa Mean 1.2694E6
Std. Deviation 1.80616E4 Most Extreme
Differences
Absolute .152
Positive .152
Negative -.078
Kolmogorov-Smirnov Z .835
Asymp. Sig. (2-tailed) .488
Sig 0.488 > 0.05 maka H0 diterima dan H1 ditolak, artinya distribusi sampel tidak
berbeda nyata dengan distribusi normal (Distribusi data normal)
Total Biaya pada usahatani ikan patin mencakup biaya bibit, biaya pakan, biaya obat-obatan, biaya tenaga kerja serta peralatan.
Tabel 5.5 Tabel biaya total biaya rata-rata per petani, per produksi 1000 kg dan per produksi 1000kg per bulan usahatani ikan patin dengan pakan pabrik dan pakan buatan
Pakan Pabrik Pakan Buatan
Total Biaya Produksi rata-rata per petani 106.051.762,20 82.128.882,23
Total Biaya per Produksi 1000 kg 12.581.216 11.424.631
Total Biaya per 1000 kg per bulan 2.087.424 1.269.403
Sumber: lampiran 36, 39,42 dan 45 (diolah)
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa total biaya usahatani per Produksi 1000 kg per bulan dengan pakan buatan lebih rendah daripada dengan menggunakan pakan pabrik yakni Rp 818.021,00 lebih rendah dibandingkan dengan pakan pabrik.
Untuk mengetahui adanya perbedaan yang nyata atau tidak masing-masing total biaya usahatani ikan patin dengana menggunakan pakan pabrik dan pakan buatan, maka dilakukan uji beda rata-rata sebagai berikut.
Tabel 5.6 Hasil uji beda rata-rata untuk total biaya total biaya per produksi 1000kg per bulan usahatani ikan patin dengan pakan pabrik dan pakan buatan
Ikan Patin Mean N T Df Sig. (2-tailed)
Total Biaya Produksi
Pakan Pabrik 2.0874 30 16.528 58 .000 Pakan Buatan 1.2694 30
Sumber: lampiran 53 (diolah)
Dengan kriteria uji :
Berdasarkan Nilai Signifikansi (α =0,05)
- Jika nilai signifikansi >α maka H0 diterima - Jika nilai Signifikansi <α maka H0 ditolak
H0= Tidak ada perbedaan nyata total biaya usahatani ikan patin dengan pakan
37
H1 = Ada perbedaan nyata total biaya usahatani ikan patin dengan pakan pabrik
dan pakan buatan di daerah penelitian
Sig 2 tailed 0,00<0,05, ada perbedaan nyata total biaya usahatani ikan patin pakan dengan pabrik dan biaya total pakan buatan usaha tani ikan patin di daerah penelitian.
Total Biaya usahatani ikan patin dengan pakan buatan lebih rendah dari total
biaya usahatani ikan patin dengan pakan pabrik yaitu dengan selisih Rp 818.021,00.
5.4 Analisis Komparasi Pendapatan Petani Ikan Patin yang Menggunakan Pakan Pabrik dan Pakan Buatan
Uji normalitas pendapatan usahatani ikan patin dengan pakan pabrik dan pakan buatan.
Hipotesis yang diajukan adalah:
H0 : Distribusi sampel tidak berbeda nyata dengan distribusi normal( Sampel
berasal dari populasi yang berdistribusi normal).
H1 : Distribusi sampel berbeda nyata dengan distribusi normal ( Sampel berasal
dari populasi yang tidak berdistribusi normal Kriteria pengambilan keputusan adalah:
H0 diterima jika nilai signifikansi ≥ α(0.05)
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
VAR00002
N 30
Normal Parametersa Mean 3.3813E5 Std. Deviation 2.03844E4 Most Extreme
Differences
Absolute .073
Positive .073
Negative -.072
Kolmogorov-Smirnov Z .399
Asymp. Sig. (2-tailed) .997
Sig 0.997 > 0.05 maka H0 diterima dan H1 ditolak, artinya distribusi sampel tidak
berbeda nyata dengan distribusi normal (Distribusi data normal)
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
VAR00005
N 30
Normal Parametersa Mean 3.4763E5 Std. Deviation 1.96765E4 Most Extreme
Differences
Absolute .116
Positive .083
Negative -.116
Kolmogorov-Smirnov Z .634
Asymp. Sig. (2-tailed) .817
Sig 0.817 > 0.05 maka H0 diterima dan H1 ditolak, artinya distribusi sampel tidak
berbeda nyata dengan distribusi normal (Distribusi data normal).
Pendapatan petani pada usahatani ikan patin dapat dihitung dari rumus Pd=TR-TC atau dari penghitungan Penerimaan dikurangi dengan Total Biaya.
39
Tabel 5.7 Pendapatan petani yang menggunakan pakan pabrik dan pakan buatan per petani, per produksi 1000 kg dan per produksi 1000 kg per bulan
Pakan Pabrik Pakan Buatan
Pendapatan rata-rata per petani 16.700.471 22.481.518
Pendapatan per Produksi 1000 kg 2.028.784 3.128.701
Pendapatan per 1000 kg per bulan 338.130 347.633
Sumber: Lampiran 42, 44, 45dan 47(diolah)
Dari tabel5.7 dapat dilihat bahwa pendapatan petani yang melakukan usahatani ikan patin dengan pakan buatan lebih besar daripada yang menggunakan pakan pabrik yakni lebih tinggi Rp. 9.503,00.
Untuk mengetahui adanya perbedaan yang nyata atau tidak masing-masing pendapatan petani ikan patin yaaang menggunakan pakan pabrik dan pakan buatan, maka dilakukan uji beda rata-rata pada Tabel 5.8
Tabel 5.8 Hasil uji beda rata-rata untuk pendapatan usahatani dengan menggunakaan pakan pabrik dan pakan buatan per produksi 1000 kg per bulan
Ikan Patin Mean N T Df Sig. (2-tailed)
Pendapatan
Pakan Pabrik 3.3813 30 -1.837 57.928 .071
Pakan Buatan 3.4763 30 sumber:lampiran 54 (diolah)
Dengan kriteria uji :
Berdasarkan Nilai Signifikansi (α =0,05)
- Jika nilai signifikansi >α maka H0 diterima
- Jika nilai Signifikansi <α maka H0 ditolak
H0= Tidak ada perbedaannyata pendapatan pakan pabrik dan pendapatan buatan
H1 = Ada perbedaan nyata pendapatan pakan pabrik dan pendapatan pakan buatan
usaha tani ikan patin di daerah penelitian
Sig 2 tailed 0,071>0,05, berarti tidak ada perbedaan nyata pendapatan petani yang menggunakan pakan pabrik dan pakan buatan di daerah penelitian.
Pendapatan petani ikan patin dengan pakan buatan lebih tinggi dari pendapatan usahatani ikan patin dengan pakan pabrik yaitu pendapatan petani ikan patin dengan pakan buatan lebih tinggiRp. 9.503,00 dari petani ikan patin yang menggunakan pakan pabrik.
5.5 Analisis Efisiensi Perusahaan Usahatani Ikan Patin Dengan Pakan Pabrik dan Buatan
Uji normalitas Efisiensi usahatani ikan patin dengan pakan pabrik dan pakan buatan.
Hipotesis yang diajukan adalah:
H0 : Distribusi sampel tidak berbeda nyata dengan distribusi normal( Sampel
berasal dari populasi yang berdistribusi normal).
H1 : Distribusi sampel berbeda nyata dengan distribusi normal ( Sampel berasal
dari populasi yang tidak berdistribusi normal Kriteria pengambilan keputusan adalah:
H0 diterima jika nilai signifikansi ≥ α(0.05)
41
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
VAR00003
N 30
Normal Parametersa Mean 1.16208220E 0 Std. Deviation .011202419 Most Extreme
Differences
Absolute .072
Positive .072
Negative -.068
Kolmogorov-Smirnov Z .396
Asymp. Sig. (2-tailed) .998
Sig 0.998 > 0.05 maka H0 diterima dan H1 ditolak, artinya distribusi sampel tidak
berbeda nyata dengan distribusi normal (Distribusi data normal)
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Pendapatan
N 30
Normal Parametersa Mean 1.27411253 Std. Deviation .019181698 Most Extreme
Differences
Absolute .108
Positive .084
Negative -.108
Kolmogorov-Smirnov Z .593
Asymp. Sig. (2-tailed) .874
Sig 0.874 > 0.05 maka H0 diterima dan H1 ditolak, artinya distribusi sampel tidak
berbeda nyata dengan distribusi normal (Distribusi data normal)
Efisiensi Perusahaan = ����
����
:
���� ����
Keterangan : TRpp =Total Revenue (produksi x harga) pakan pabrik TCpp= Total Costpakan pabrik
TRpb =Total Revenue (produksi x harga) pakan buatan TCpb= Total Cost pakan buatan
Setelah mendapatkan efisien perusahan maka dapat ditentukan penggunaan input mana yang lebih efisien. Adapun efisiensi perusahaan pada usahatani ikan patin dengan pakan buatan dan pakan pabrik dapat dilihat tabel 5.9.
Tabel 5.9 Penerimaan dan total biaya usahatani ikan patin dengan pakan buatan dan pakan pabrik per produksi 1000 kg per bulan
Pakan Pabrik Pakan Buatan
Penerimaan(Rp) 2425556 1617037
Total Biaya(Rp) 2087425 1269403
Efisiensi 1,16208 1,274113
Sumber: lampiran 48 dan 49 (diolah)
Tabel 5.9 menunjukkan bahwa pakan buatan lebih efisien daripada pakan pabrik. Dikarenakan setiap 1 rupiah yang dikeluarkan di dalam produksi usahatani ikan patin dengan pakan buatan akan memberikan penerimaan sebesar 1,274 rupiah sedangkan untuk usahatani ikan patin dengan pakan pabrik, setiap 1 rupiah yang dikeluarkan di dalam produksi usahatani ikan patin dengan pakan pabrik hanya memberikan penerimaan sebesar 1,162 rupiah.
43
total biaya pada usahatani ikan patin dengan pakan pabrik juga lebih tinggi dari pakan buatan.
Tabel 5.10 Hasil uji beda rata-rata untuk efisiensi usahatani dengan menggunakan pakan pabrik dan pakan buatan
Ikan Patin Mean N T Df Sig. (2-tailed)
Pendapatan
Pakan Pabrik 1.1620 30 218.951 46.721 .000
Pakan Buatan 1.2741 30 Sumber:lampiran 55 (diolah)
Dengan kriteria uji :
- Jika nilai signifikansi >α(0.05) maka H0 diterima
- Jika nilai Signifikansi <α(0.05) maka H0 ditolak
H0= Tidak ada perbedaannyata efisiensi usahatani ikan patin dengan pakan pabrik
dan pakan buatan di daerah penelitian
H1 = Ada perbedaan nyata efisiensi usahatani ikan patin dengan pakan pabrik dan
pakan buatan usaha tani ikan patin di daerah penelitian
Sig 2 tailed 0,000<0,05, berarti ada perbedaan nyata efisiensi usahatani ikan patin dengan pakan pabrik dan pakan buatan di daerah penelitian.
44 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap usahatani ikan patin dengan pakan pabrik dan pakan buataan di Desa Kuok dapat disimpulkan
1. Ada perbedaan cara penggunaan pakan pabrik dan pakan buatan yaitu petani yang menggunakan pakan pabrik lebih mudah dalam pengaplikasian atau pemberian pakan sehingga mempermudah petani. 2. Ada perbedaan nyata antara Total Biaya usahatani ikan patin dengan
pakan pabrik dan pakan buatan yaitu Total Biaya usahatani ikan patin dengan pakan buatan lebih rendah Rp 818.021,00 dari Total Biaya usahatani ikan patin dengan pakan pabrik.
3. Tidak ada perbedaan nyata antara Pendapatan petani yang menggunakan pakan pabrik dan pakan buatan di dalam usahatani ikan patin yaitu pendapatan petani yang menggunakan pakan pabrik sebesar Rp 338.130,00 dan pendapatan petani yang menggunakan pakan buatan sebesar Rp 347.633,00
45
Saran
Kepada Petani
1. Petani dengan pakan pabrik sebaiknya beralih ke pakan buatan karena dapat mengoptimalkan biaya produksi, sehingga dapat meningkatkan pendapatan petani.
Kepada Pemerintah.
Anita. 2010. Analisis Komparasi Harga Dan Rantai Pemasaran Sembako di Pasar Tradisional dan Pasar Modern. Universitas Sumatera Utara: Medan.
Anonymous.2010.Efisiensi Biaya Produksi Budidaya Ikan Patin di Kabupaten Muaro Jambi. diakses melalui m.epetani.deptan.go.id diakses pada hari rabu tanggal 18 Februari 2015 pukul 15.00 WIB
Bustanul, A dan Didik J. 2005. Pembangunan Pertanian:Paradigma Kebijakan dan Strategi Revitalisasi. PT Grasindo: Jakarta.
Dinas Perikanan. 2015. Data Jumlah Petani dan Jumlah Kolam Ikan Patin Yang Menggunakan Pakan Pabrik dan Pakan Buatan di Desa Kuok, Kecamatan Kuok Tahun 2014. Kabupaten Kampar.
Dinas Perikanan Kabupaten Kampar 2014
Dumasari. 2014. Teknologi Subtitusi Bahan Dalam Pengembangan Usaha Mikro Pakan Organik Berprotein. Purwokerto. diakses melalui urnal.dppm.uii.ac.id/index.php/AJIE/article/view/21/14 pada hari jumat tanggal 4 September 2015 pukul 17.00 WIB
Doll, John P. dan Orazem. 1992. Production Economic: Theory With Application. Krieger Publishing Company: Florida.
Edison, dkk. 2013. Pertumbuhan Dan Efisiensi Pemanfaatan Pakan Pada Ikan Nila, Oreochromis Niloticus Yang Mengkonsumsi Pellet Produk Industri Pakan Ikan Skala Rumah Tangga Di Sulawesi Selatan. Universitas
Hasanuddin. Makasar. diakses melalui
September 2015 pukul 17.00 WIB
Joel G. Siegel dan Jae K. Shim. 1999. Kamus Istilah Akuntansi. Cetakan Ketiga. PT. Elex Media Komputindo: Jakarta.
Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1999. Edisi II, Cetakan Kesepuluh. Balai Pustaka: Jakarta.
Roesfitawati. 2013. Ikan Patin Hasil Alam Bernilai Ekonomi dan Berpotensi Ekspor Tinggi. diakses melalui djpen.kemendag.go.id pada hari rabu tanggal 18 Februari 2015 pukul 15.00 WIB
Sriharti. 1992. Pakan Ikan dalam Laporan Pelaksanaan Pelatihan Kewiraswastaan bagi PNS yang memasuki MPP, Kerjasama LIPI dan Pemda Tingkat I JawaBarat, Balai Pengembangan Teknologi Tepat Guna, Pusat Penelitian danPengembangan Fisika Terapan-LIPI : Subang.
Subagja Y. 2009. Fortifikasi ikan patin pada snack ekstrusi. Fakultas Perikanan danIlmu Kelautan: Bogor.
Sukmawati. 2006. Pertumbuhan dan Sintasan Ikan Bandeng (Chanos chanosForsskal) pada Berbagai Kadar Karbohidrat-Protein Pakan yang diInokulasikan dengan Carnobacterium sp. Fakultas Ilmu Kelautan danPerikanan Universitas Hasanuddin : Makassar.
Suratiyah, Ken. 2011. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya: Jakarta.
Soekartawi. 1994. Teori Ekonomi Produksi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Soekartawi. 1995. Analisis Usahatani. UI Press: Jakarta.
Soekartawi. 1999. Agribisnis teori dan aplikasinya. Jakarta: PT Raja Grafindo.
Sugiarto, dkk. 2000. Ekonomi Mikro Suatu Pendekatan Praktis. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.
Vink, G.J. 1984. Dasar-Dasar Usahatani di Indonesia. Yayasan Obor Indonesia: Jakarta.