• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peningkatan Kemampuan Menyunting Karangan dengan Menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share pada Siswa Kelas IX B SMP Negeri 2 Tulis Batang Tahun Pelajaran 2011 2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peningkatan Kemampuan Menyunting Karangan dengan Menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share pada Siswa Kelas IX B SMP Negeri 2 Tulis Batang Tahun Pelajaran 2011 2012"

Copied!
197
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYUNTING KARANGAN

DENGAN MENERAPKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

TIPE THINK-PAIR-SHARE (TPS) PADA SISWA KELAS IX B

SMP NEGERI 2 TULIS-BATANG TAHUN PELAJARAN 2011/2012

SKRIPSI

untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Nama : Aldila Andhita Nugrahani

NIM : 2101406009

Prodi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Jurusan : Bahasa dan Sastra Indonesia

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

(2)

ii SARI

Nugrahani, Aldila Andhita. 2011. “Peningkatan Kemampuan Menyunting Karangan dengan Menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share pada Siswa Kelas IX B SMP Negeri 2 Tulis-Batang Tahun Pelajaran 2011/2012”. Skripsi. Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia. Fakultas Bahasa dan Seni. Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I: Drs. Bambang Hartono, M.Hum., Pembimbing II: Drs. Mukh Doyin, M.Si. Kata kunci : kemampuan menyunting karangan, model pembelajaran kooperatif,

metode think-pair-share.

Kemampuan menyunting sebagai salah satu keterampilan menulis dapat diartikan sebagai kemampuan untuk mengubah atau memperbaiki kesalahan yang ada dalam karangan. Kemampuan menyunting karangan siswa kelas IX B SMP Negeri 2 Tulis-Batang masih rendah. Hal ini disebabkan karena kurangnya pemahaman siswa tentang ejaan yang disempurnakan (EYD), siswa kurang menguasai tata tulis yang benar, dan siswa kurang tertarik dengan pembelajaran menyunting karangan karena beranggapan bahwa kemampuan menyunting karangan sangat rumit dan membutuhkan pengetahuan yang baik. Oleh karena itu, sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan menyunting karangan siswa kelas IX B SMP Negeri 2 Tulis-Batang, diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe think-pair-share (TPS).

Masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah (1) bagaimanakah tanggapan siswa terhadap penerapan model pembelajaran kooperatif tipe think-pair-share (TPS) dalam pembelajaran menyunting karangan?, (2) bagaimanakah peningkatan kemampuan menyunting karangan pada siswa kelas IX B SMP Negeri 2 Tulis-Batang setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe think-pair-share (TPS)?, dan (3) bagaimanakah perubahan perilaku siswa kelas IX B SMP Negeri 2 Tulis-Batang setelah mengikuti pembelajaran menyunting karangan dengan model pembelajaran kooperatif tipe think-pair-share (TPS)? Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tanggapan siswa terhadap model pembelajaran kooperatif tipe think-pair-share (TPS) dalam menyunting karangan dan peningkatan kemampuan mneyunting karangan serta perubahan perilaku siswa kelas IX B SMP Negeri 2 Tulis-Batang setelah mengikuti pembelajaran menyunting karangan dengan model pembelajaran kooperatif tipe think-pair-share (TPS).

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas dengan tiga siklus yang dilaksanakan pada siswa kelas IX B SMP Negeri 2 Tulis-Batang. Siklus I, siklus II, dan siklus III terdiri atas perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Subjek penelitian ini, yaitu kemampuan menyunting karangan pada siswa kelas IX B SMP Negeri 2 Tulis-Batang. Variabel dalam penelitian ini adalah kemampuan menyunting karangan dan model pembelajaran kooperatif tipe think-pair-share (TPS).

(3)

iii

think-pair-share (TPS), nilai rata-rata kelas siswa kelas IX B SMP Negeri 2 Tulis-Batang dari siklus I sampai dengan siklus III mengalami peningkatan. Pada siklus I nilainya sebesar 61 dengan tingkat ketuntasan sebesar 25%, pada siklus II nilainya sebesar 74,75 dengan tingkat ketuntasan sebesar 70%, dan pada siklus III nilainya sebesar 78 dengan tingkat ketuntasan sebesar 80%. Peningkatan kemampuan menyunting karangan siswa ini juga diikuti dengan perubahan perilaku dan juga peningkatan minat siswa terhadap pembelajaran menyunting karangan. Pada siklus III, siswa terlihat lebih siap dan bersemangat mengikuti pembelajaran, semakin aktif, lebih banyak bertanya. Siswa juga semakin senang dan antusias terhadap pembelajaran menyunting karangan.

(4)

iv

PENGESAHAN KELULUSAN

Skripsi ini dipertahankan di hadapan sidang Panitia Ujian Skripsi Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang

pada hari : Kamis

tanggal : 20 Oktober 2011

Panitia Ujian Skripsi Ketua,

Prof. Dr. Agus Nuryatin, M.Hum. NIP 196008031989011001

Sekretaris,

Suseno, S.Pd., M.A. NIP 197805142003121002

Penguji I,

Drs. Wagiran, M.Hum. NIP 196703131993031002

Penguji II,

Drs. Mukh Doyin, M.Si. NIP 196506121994121001

Penguji III,

(5)

v

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke Sidang Panitia Ujian Skripsi.

Semarang, 12 Oktober 2011

Pembimbing I,

Drs. Bambang Hartono, M.Hum. NIP 196510081993031002

Pembimbing II,

(6)

vi

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa yang ditulis pada skripsi ini benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya orang lain, baik sebagian atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Semarang, 12 Oktober 2011

(7)

vii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto:

Sesungguhnya bersama kesulitan pasti ada kemudahan (Q.S Al-Insyiroh: 5-6). Kesulitan-kesulitan dan tantangan-tantangan hari ini adalah harga yang harus kita bayar untuk sebuah prestasi dan kemenangan hari esok (William J.H Boeker).

Semua orang berbuat salah, tetapi hanya orang bijak yang belajar dari kesalahannya (Sir Winston Churchill).

Persembahan:

Dengan tidak mengurangi rasa syukur penulis kepada Allah Swt, karya sederhana ini penulis persembahkan untuk

Almarhumah Ibu (Sri Maryati), semoga Allah senantiasa menjadikan penulis anak solekhah yang doanya sampai kepadamu; Ayahku tercinta (Dwi Haryana, S.Pd) atas doa yang senantiasa tercurah, kasih sayang dan ketegaran yang engkau ajarkan;

Adikku Angga yang selalu memberikan motivasi;

Kak Awan tersayang yang selalu memberi dukungan dan motivasi; Mas Ofan, Mas Tian, Mbak Ami, Mas Siyan, Mbak Biyah atas dukungannya;

Emy, Siti, Mae, dan Aru sahabat-sahabatku;

teman-teman jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, terima kasih untuk persahabatan dan kenangannya;

teman-teman kost Rumah Warna, terima kasih atas persaudaraannya; dan

(8)

viii PRAKATA

Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan karunia-Nya sehingga penulis masih diberi kekuatan untuk menyelesaikan skripsi dengan judul “Peningkatan Kemampuan Menyunting Karangan dengan Menerapkan Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share (TPS) pada Siswa Kelas IXB SMP Negeri 2 Tulis-Batang”. Penyusunan skripsi ini sebagai syarat akhir untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan.

Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak yang sangat berguna bagi penulis. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Sudjiono Sastroatmojo, M.Si., Rektor Universitas Negeri Semarang atas kesempatan yang diberikan untuk belajar di UNNES;

2. Prof. Dr. Agus Nuryatin, M.Hum. selaku Dekan Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan izin penelitian;

3. Prof. Dr. Agus Nuryatin, M.Hum. selaku Ketua Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah memberikan izin penelitian;

4. Drs. Bambang Hartono, M.Hum. selaku dosen pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini;

5. Drs. Mukh Doyin, M.Si. selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini;

(9)

ix

7. Bapak Tirtoroso, S.Pd. selaku guru bahasa dan sastra Indonesia di SMPN 2 Tulis-Batang yang telah membantu dalam pelaksanaan penelitian;

8. Bapak Taryoso selaku Tata Usaha di SMPN 2 Tulis-Batang yang telah membantu dalam pelaksanaan penelitian;

9. Keluargaku terkasih yang senantiasa mendukung langkahku dengan iringan doa dan kasih sayang;

10.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, yang telah memberikan bantuan dalam penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa yang ditulis pada skripsi ini masih belum sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat diharapkan guna sempurnanya skripsi ini. Akhirnya, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Semarang, 12 Oktober 2011

(10)

x

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... v

PERNYATAAN ... vi

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... vii

PRAKATA ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Masalah ... 1

1.2Identifikasi Masalah ... 4

1.3Pembatasan Masalah ... 6

1.4Rumusan Masalah ... 7

1.5Tujuan Penelitian ... 8

1.6Manfaat Penelitian ... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka ... 10

2.2 Landasan Teori ... 13

2.2.1 Hakikat Menyunting Karangan ... 13

(11)

xi

2.2.3 Tahap Menyunting ... 24

2.2.4 Model Pembelajaran Kooperatif ... 26

2.2.5 Hakikat Think-Pair-Share ... 29

2.2.6 Pembelajaran Menyunting Karangan dengan Menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share ... 31

2.3 Kerangka Berpikir ... 33

2.4 Hipotesis Tindakan... 34

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian ... 35

3.1.1 Prosedur Penelitian pada Siklus I ... 37

3.1.1.1 Perencanaan... 37

3.1.1.2 Tindakan ... 38

3.1.1.3 Observasi ... 39

3.1.1.4 Refleksi ... 41

3.1.2 Prosedur Penelitian pada Siklus II ... 41

3.1.2.1 Perencanaan... 42

3.1.2.2 Tindakan ... 42

3.1.2.3 Observasi ... 43

3.1.2.4 Refleksi ... 44

3.1.3 Prosedur Penelitian pada Siklus III ... 44

3.1.3.1 Perencanaan... 44

3.1.3.2 Tindakan ... 45

3.1.3.3 Observasi ... 46

3.1.3.4 Refleksi ... 47

3.2 Subjek Penelitian ... 47

(12)

xii

3.3.1 Kemampuan Menyunting Karangan ... 47

3.3.2 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share ... 48

3.4 Instrumen Penelitian... 48

3.4.1 Instrumen Tes ... 49

3.4.2 Instrumen Nontes ... 50

3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 52

3.5.1 Teknik Tes ... 52

3.5.2 Teknik Nontes ... 52

3.6 Teknik Analisis Data ... 54

3.6.1 Analisis Kuantitatif ... 54

3.6.2 Analisis Kualitatif ... 55

3.7 Indikator Keberhasilan ... 56

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 57

4.1.1 Hasil Prasiklus ... 57

4.1.2 Hasil Penelitian Siklus I ... 60

4.1.2.1 Hasil Tes Siklus I ... 60

4.1.2.2 Perubahan Perilaku pada Siklus I ... 66

4.1.2.3 Minat Siswa terhadap Pembelajaran Menyunting Karangan ... 72

4.1.2.4 Refleksi Siklus I ... 79

4.1.3 Hasil Penelitian Siklus II ... 81

4.1.3.1 Hasil Tes Siklus II ... 81

4.1.3.2 Perubahan Perilaku pada Siklus II ... 87

4.1.3.3 Minat Siswa terhadap Pembelajaran Menyunting Karangan ... 93

4.1.3.4 Refleksi Siklus II ... 99

4.1.4 Hasil Penelitian Siklus III ... 101

(13)

xiii

4.1.4.2 Perubahan Perilaku pada Siklus III ... 106

4.1.4.3 Minat Siswa terhadap Pembelajaran Menyunting Karangan ... 111

4.1.4.4 Refleksi Siklus III ... 117

4.2 Pembahasan ... 119

4.2.1 Peningkatan Kemampuan Menyunting Karangan Siswa ... 121

4.2.2 Perubahan Perilaku Siswa Kelas IX B SMP Negeri 2 Tulis-Batang ... 126

4.2.3 Minat Siswa terhadap Pembelajaran Menyunting Karangan dengan Menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share ... 129

BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan ... 131

5.2 Saran ... 132

DAFTAR PUSTAKA ... 133

(14)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Sintaks Pembelajaran ... 31

Tabel 2. Rubrik Penilaian ... 49

Tabel 3. Hasil Tes Menyunting Karangan Prasiklus ... 58

Tabel 4. Hasil Tes Menyunting Karangan Siklus I ... 61

Tabel 5. Hasil Tes Aspek Ejaan dan Tanda Baca ... 64

Tabel 6. Hasil Tes Aspek Diksi atau Pilihan Kata ... 64

Tabel 7. Hasil Tes Aspek Keefektifan Kalimat ... 65

Tabel 8. Hasil Tes Aspek Kepaduan Paragraf ... 66

Tabel 9. Perubahan Perilaku Siswa pada Siklus I ... 67

Tabel 10. Minat Siswa terhadap Pembelajaran Menyunting Karangan Siklus I.... 73

Tabel 11. Data Hasil Tes Menyunting Karangan ... 80

Tabel 12. Hasil Tes Menyunting Karangan Siklus II ... 82

Tabel 13. Hasil Tes Aspek Ejaan dan Tanda Baca ... 85

Tabel 14. Hasil Tes Aspek Diksi atau Pilihan Kata ... 86

Tabel 15. Hasil Tes Aspek Keefektifan Kalimat ... 86

Tabel 16. Hasil Tes Aspek Kepaduan Paragraf ... 87

Tabel 17. Perubahan Perilaku pada Siklus II ... 88

Tabel 18. Minat Siswa terhadap Pembelajaran Menyunting Karangan Siklus II .. 94

Tabel 19. Perbandingan Hasil Tes Menyunting Karangan ... 99

Tabel 20. Hasil Tes Menyunting Karangan Siklus III ... 101

Tabel 21. Hasil Tes Aspek Ejaan dan Tanda Baca ... 104

Tabel 22. Hasil Tes Aspek Diksi atau Pilihan Kata ... 105

Tabel 23. Hasil Tes Aspek Keefektifan Kalimat ... 105

Tabel 24. Hasil Tes Aspek Kepaduan Paragraf ... 106

Tabel 25. Perubahan Perilaku Siswa pada Siklus III ... 107

Tabel 26. Minat Siswa terhadap Pembelajaran Menyunting Karangan Siklus III ... 112

Tabel 28. Perbandingan Hasil Tes Tiap Aspek ... 118

Tabel 29. Perbandingan Hasil Menyunting Karangan Tiap Siklus ... 122

(15)

xv

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1. Hasil Tes Menyunting Karangan Prasiklus ... 60

Grafik 2. Hasil Tes Menyunting Karangan Siklus I ... 63

Grafik 3. Hasil Tes Menyunting Karangan Siklus II ... 84

(16)

xvi

DAFTAR DIAGRAM

Diagram 1. Nilai Prasiklus pada Tiap Aspek ... 59

Diagram 2. Nilai Siklus I pada Tiap Aspek ... 62

Diagram 3. Nilai Siklus II pada Tiap Aspek ... 83

Diagram 4. Nilai Siklus III pada Tiap Aspek ... 102

Diagram 5. Perbandingan Hasil Tes Prasiklus, Siklus I, Siklus II, dan Siklus III pada Tiap Aspek ... 124

Diagram 6. Perbandingan Nilai Rata-rata Tiap Siklus ... 125

Diagram 7. Perbandingan Tingkat Ketuntasan Tiap Siklus ... 125

(17)

xvii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kegiatan Guru Menyampaikan Materi Pembelajaran ... 69

Gambar 2. Aktivitas Siswa Mendengarkan Penjelasan Guru ... 70

Gambar 3. Kegiatan Guru Menampilkan Contoh Karangan dan Siswa Memikirkan Kesalahan-kesalahan yang Ada/thinking Siklus I ... 71

Gambar 4.Guru Membagikan Karangan untuk Disunting Siswa ... 71

Gambar 5. Siswa Bekerja Sama secara Berpasangan/pairing Siklus I ... 72

Gambar 6. Kegiatan Awal Pembelajaran Siklus II ... 91

Gambar 7. Antusias Siswa di Kelas ... 91

Gambar 8. Guru Membagikan Karangan ... 92

Gambar 9. Keaktifan Siswa di Kelas ... 92

Gambar 10. Keaktifan Siswa di Kelas pada Siklus III ... 110

Gambar 11. Guru Membagikan Karangan ... 110

(18)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Daftar Nama Siswa Kelas IX B SMP Negeri 2 Tulis-Batang ... 135

Lampiran 2. Rencana Pembelajaran Siklus I ... 136

Lampiran 3. Rencana Pembelajaran Siklus II ... 139

Lampiran 4. Rencana Pembelajaran Siklus III ... 142

Lampiran 5. Daftar Pasangan Belajar ... 143

Lampiran 6. Pedoman Observasi ... 144

Lampiran 7. Angket Minat ... 145

Lampiran 8. Pedoman Wawancara ... 146

Lampiran 9. Instrumen Tes Siklus I ... 149

Lampiran 10. Instrumen Tes Siklus II... 150

Lampiran 11. Instrumen Tes Siklus III ... 151

Lampiran 12. Hasil Tes Menyunting Karangan Prasiklus ... 152

Lampiran 13. Analisis Hasil Tes Menyunting Karangan Prasiklus ... 153

Lampiran 14. Hasil Tes Menyunting Karangan Siklus I... 154

Lampiran 15. Analisis Hasil Tes Menyunting Karangan Siklus I ... 155

Lampiran 16. Hasil Tes Menyunting Karangan Siklus II ... 156

Lampiran 17. Analisis Hasil Tes Menyunting Karangan Siklus I ... 157

Lampiran 18. Hasil Tes Manyunting Karangan Siklus III ... 158

Lampiran 19. Analisis Hasil Tes Menyunting Karangan Siklus III ... 159

Lampiran 20. Hasil Observasi Siklus I ... 160

Lampiran 21. Hasil Observasi Siklus II ... 161

Lampiran 22. Hasil Observasi Siklus III ... 162

Lampiran 23. Hasil Pengamatan Minat Siswa terhadap Pembelajaran... 163

Lampiran 24. Hasil Wawancara Siklus I... 164

Lampiran 25. Hasil Wawancara Siklus II ... 165

(19)

BAB I

PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang

Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, khususnya di SMP/MTs berdasarkan kurikulum 2006 mencakup empat aspek keterampilan berbahasa, yaitu keterampilan mendengarkan (menyimak), berbicara, membaca, dan menulis. Keempat keterampilan tersebut dalam proses pembelajarannya dilaksanakan secara terpadu dan seimbang, maksudnya antara aspek satu dengan aspek yang lain harus saling mendukung.

Menulis adalah salah satu dari keempat keterampilan berbahasa yang harus diajarkan kepada siswa karena keterampilan menulis mempunyai peranan yang penting bagi kehidupan sehari-hari. Menulis merupakan keterampilan berbahasa yang digunakan untuk berkomunikasi secara langsung. Kegiatan menulis, penulis harus memperhatikan grafologi, struktur bahasa, dan kosakata. Keterampilan menulis tidak akan datang secara otomatis, tetapi harus dengan latihan dan praktik yang banyak dan terus-menerus (Tarigan 1986).

Machmoed (dalam Harsini 1999:23) menyatakan bahwa keberhasilan dalam dunia pendidikan, perdagangan, dan profesi-profesi lain sangat erat hubungannya dengan keterampilan menulis. Pernyataan ini mengandung pengertian bahwa betapa penting keterampilan menulis bagi kehidupan sehari-hari. Dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, setiap siswa dituntut agar lebih menguasai keterampilan menulis sehingga diharapkan siswa dapat mengkomunikasikan gagasannya kepada orang lain. Pada proses penulisan

(20)

melibatkan seluruh penguasaan kebahasaan, baik penguasaan ejaan, bentuk kata, kalimat, dan makna kata. Oleh karena itu, biasanya kepandaian menulis tidak serta merta diperoleh secara langsung, tetapi perlu latihan secara bertahap untuk mengurangi kesalahan dalam pembelajaran menulis.

Fenomena yang terjadi adalah kebanyakan siswa yang mempunyai ide bagus dan dituangkan ke dalam tulisan, namun ketika hasil tulisannya dinilai secara teknis terasa janggal, sulit dipahami, dan membosankan. Hal ini disebabkan karena minimnya keterampilan menulis pada siswa. Siswa cenderung menganggap remeh mata pelajaran bahasa Indonesia, khususnya menulis, mereka cenderung lebih menyukai pelajaran bahasa dan sastra Indonesia khususnya apresiasi sastra. Bisa juga mereka merasa bosan dengan pembelajaran menulis yang dirasa sulit untuk dipahami, namun tidak dapat dipungkiri juga kesalahan yang dilakukan siswa bersumber dari kesalahan yang telah dilakukan di bangku sekolah dasar dan kesalahan itu terbawa hingga ke bangku sekolah menengah pertama.

(21)

Pengembangan kemampuan menyunting karangan perlu mendapat perhatian yang sungguh-sungguh karena kemampuan ini melatih siswa untuk menggunakan bahasa dengan benar, khususnya dalam hal menulis. Selain itu, kemampuan ini dapat melatih siswa untuk menjadi seorang penyunting yang dapat menghasilkan karya yang bisa diterbitkan di media massa.

Kemampuan menyunting karangan ini tidak akan datang dengan sendirinya secara otomatis, melainkan harus melalui tahap, latihan, praktik yang baik dan teratur. Dalam pelaksanaan pembelajaran menyunting karangan, siswa dalam melaksanakan kegiatan menyunting masih menyimpang, ini terlihat ketika mereka menuliskan idenya yang tidak logis dan sistematis sebagai akibat dari seringnya mengulang kesalahan dalam menulis.

Dalam pembelajaran menyunting di sekolah, khususnya di SMP/MTs, hal yang harus dikuasai, yakni penggunaan ejaan dan tata bahasa, diksi, keefektifan kalimat, serta kepaduan paragraf. Mengingat realita yang terjadi, banyak siswa yang belum dapat menyunting karangan dengan baik dan benar sehingga tidak dapat memenuhi KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yang telah diberlakukan di setiap sekolah maka diperlukan perubahan dalam hal sistem pembelajaran. KKM khususnya mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia harus mencapai nilai 70 atau 75% mata pelajaran harus dapat dikuasai oleh setiap siswa. Setiap siswa harus mampu menguasai kompetensi dasar yang ada tak terkecuali menyunting karangan.

(22)

khususnya Kelas IX B belum dapat menyunting dengan baik. Adapun yang menjadikan rendahnya kemampuan siswa dalam menyunting karangan, yaitu (1) kurangnya pemahaman siswa tentang EYD; (2) siswa kurang menguasai tata tulis yang benar; (3) siswa merasa kurang tertarik dengan pembelajaran menyunting karangan karena beranggapan bahwa menyunting karangan sangat rumit dan membutuhkan pengetahuan yang baik.

Sehubungan dengan upaya meningkatkan kemampuan menyunting karangan pada siswa, pemilihan model pembelajaran yang tepat merupakan solusi untuk meningkatkan motivasi siswa dalam belajar. Dewasa ini kecenderungan dalam dunia pembelajaran bahwa siswa akan belajar lebih baik apabila pembelajaran diciptakan oleh guru secara menyenangkan. Oleh sebab itu, penelitian ini berusaha menghadirkan model pembelajaran kooperatif tipe think-pair-share (TPS) yang mengutamakan kerja sama dari semua pihak dalam

pembelajaran.

Berdasarkan uraian di atas maka peneliti memilih judul “Peningkatan Kemampuan Menyunting Karangan dengan Menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share (TPS) pada Siswa Kelas IX B SMP Negeri 2 Tulis-Batang”.

1.2Identifikasi Masalah

(23)

antaranya tingkat kemampuan siswa, kemauan, dan motivasi siswa, serta strategi pembelajaran yang dilakukan guru.

Pada kenyataannya dalam proses pembelajaran tidak selamanya berjalan dengan lancar, siswa sering mengalami hambatan dalam belajar. Faktor yang menyebabkan hambatan belajar siswa bisa berasal dari dalam diri siswa itu sendiri (internal) ataupun faktor sekitar di luar siswa (eksternal). Faktor internal tersebut sebagai berikut.

(1) Kurangnya pemahaman siswa tentang EYD dan tata tulis yang benar sehingga siswa merasa kesulitan dalam menyunting karangan.

(2) Kesalahan yang telah dilakukan siswa sejak duduk di bangku sekolah dasar yang terbawa sampai sekarang.

(3) Kurangnya minat siswa dalam pelajaran menyunting karangan karena mereka menganggap pelajaran ini sangat sulit dan membutuhkan ketelitian yang cukup tinggi yang meliputi pemahaman tentang ejaan, pilihan kata, dan keefektifan kalimat.

(4) Kemalasan siswa untuk belajar di rumah dan mencoba terus berlatih agar dapat menyunting karangan dengan baik.

Selain faktor internal yang mempengaruhi terhambatnya pembelajaran ada pula faktor dari luar (eksternal). Faktor ini bisa berasal dari guru sebagai penyampai materi pelajaran, maupun dari lingkungan di mana siswa tinggal. (1) Faktor dari guru.

(24)

- Guru belum bisa menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif sehingga siswa kurang tertarik dalam proses pembelajaran.

- Guru belum dapat menerapkan strategi pembelajaran (meliputi pendekatan, metode, teknik, dan media) yang atraktif yang dapat membuat siswa terangsang untuk belajar.

- Guru masih saja menggunakan strategi lama yang lebih menekankan pada metode ceramah sehingga siswa merasa bosan dan kurang tertarik. Selain itu, sikap pasif sering muncul pada diri siswa akibat pembelajaran yang monoton.

(2) Faktor Lingkungan.

Lingkungan tempat tinggal siswa juga mempengaruhi keberhasilan siswa dalam belajar. Oleh karena itu, peran orang tua sangat penting sebagai pemberi dorongan dan semangat kepada siswa untuk terus belajar.

1.3Pembatasan Masalah

(25)

Ada beberapa pertimbangan dipilihnya model pembelajaran kooperatif TPS untuk diterapkan pada siswa kelas IXB SMP Negeri 2 Tulis sebagai berikut. Pertama, model pembelajaran ini memungkinkan siswa untuk bekerja sama. Hal ini karena siswa berpasangan sehingga mereka harus saling membantu untuk mencari informasi tentang materi yang diberikan oleh guru. Kedua, siswa dapat saling memberikan pengetahuan dan berinteraksi. Mereka dapat bertukar pengetahuan karena tidak semua siswa memiliki tingkat pengetahuan yang sama. Ketiga, kegiatan penyuntingan dengan menggunakan teknik ini akan mempermudah siswa untuk menemukan kesalahan penulisan ejaan karena tidak harus mencari kesalahan itu sendiri, tetapi dengan bantuan temannya.

1.4Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah

1. Bagaimanakah tanggapan siswa terhadap penerapan model pembelajaran kooperatif tipe think-pair-share (TPS) dalam pembelajaran mneyunting karangan?

2. Bagaimanakah peningkatan keterampilan menyunting karangan pada siswa kelas IXB SMP Negeri 2 Tulis-Batang setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe think-pair-share (TPS)?

(26)

1.5Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan di atas, maka penelitian ini bertujuan sebagai berikut.

1. Mendeskripsikan tanggapan siswa terhadap penerapan model pembelajaran kooperatif tipe think-pair-share (TPS) dalam pembelajaran mneyunting karangan.

2. Mendeskripsikan peningkatan kemampuan menyunting karangan dengan model pembelajaran kooperatif think-pair-share (TPS).

3. Mendeskripsikan perubahan perilaku siswa kelas IXB SMP Negeri 2 Tulis-Batang setelah mengikuti pembelajaran menyunting karangan dengan model pembelajarn kooperatif tipe think-pair-share (TPS).

1.6 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini ada 2 macam, yaitu manfaat secara teoretis dan secara praktis.

1. Secara teoretis

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk pengembangan teori pembelajaran bahasa sehingga dapat dijadikan referensi untuk penelitian yang selanjutnya. Selain itu, penelitian ini juga bermanfaat untuk memperkaya khasanah penelitian, terutama yang berupa penelitian tindakan kelas.

2. Secara praktis

(27)

a. Manfaat bagi guru, yaitu (1) dengan adanya penelitian tentang menyunting karangan dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif think-pair-share (TPS) akan dapat dijadikan alternatif pembelajaran; dan (2)

memperkaya khasanah teknik dalam pembelajaran menulis.

(28)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

2.1Kajian Pustaka

Upaya untuk meningkatkan kemampuan menulis pada siswa telah banyak dilakukan. Hal ini terbukti dengan banyaknya penelitian yang dilakukan oleh para ahli bahasa maupun para mahasiswa. Penelitian tersebut belum semuanya sempurna. Oleh karena itu, penelitian tersebut memerlukan penelitian lanjutan demi melengkapi dan menyempurnakan penelitian sebelumnya. Beberapa penelitian yang terdahulu yang berhubungan dengan topik penelitian ini yaitu penelitian tentang peningkatan kemampuan menulis yang dijadikan sebagai kajian pustaka dalam penelitian. Penelitian tersebut dilakukan oleh Pralistyawati (2001) dan Sriyati (2005).

Pralistyawati (2001) dalam penelitiannya yang berjudul “Peningkatan Penggunaan Ejaan dalam Mengarang Narasi dengan Teknik Latihan Berjenjang pada Siswa SMPN 1 Ungaran” menjelaskan bahwa teknik latihan berjenjang dapat dijadikan sebagai upaya meningkatkan penggunaan ejaan dalam mengarang narasi. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya peningkatan keterampilan mengarang siswa. Hal ini dapat dilihat dari hasil rata-rata peningkatan penggunaan ejaan siswa setelah mengikuti pembelajaran mengarang narasi dengan teknik latihan berjenjang. Teknik ini cukup dapat meningkatkan hasil kerja siswa terutama mengenai penggunaan ejaan dalam mengarang. Selain itu, hasil penelitian ini juga menunjukkan perubahan perilaku siswa ke arah yang lebih positif.

(29)

Persamaan penelitian yang dilakukan oleh Pralistyawati dengan yang dilakukan oleh peneliti terletak pada desain penelitiannya, yaitu penelitian tindakan kelas. Perbedaannya terletak pada masalah yang dikaji, subjek penelitian, dan metode yang digunakan. Jika dilihat dari variabel penelitian yang ditampilkan peneliti yaitu peningkatan penggunaan ejaan juga berkaitan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti karena dalam hal menyunting karangan subbabnya berisi tentang penggunaan ejaan yang baik dan benar sehingga penelitian yang dilakukan oleh Pralistyawati dapat menjadi referensi bagi penelitian ini.

Sriyati (2005) dalam penelitiannya yang berjudul “Peningkatan Menyunting Karangan dengan Teknik Koreksi Langsung pada Siswa Kelas VII SMPN 1 Tawang Sari” menjelaskan bahwa teknik koreksi langsung dapat meningkatkan keterampilan menyunting karangan. Hasil peningkatannya dapat diketahui setelah membandingkan hasil tes prasiklus, siklus I, dan siklus II. Hasil tes prasiklus menunjukkan skor rata-rata hanya 52,91 sehingga diperlukan siklus I. Hasil yang diperoleh dari siklus I meningkat menjadi 66,05, namun hasil ini masih kurang sehingga diperlukan peningkatan pada siklus II dan hasilnya meningkat sebesar 70,11. Secara klasikal, jumlah peningkatan hasil rata-rata kelas menunjukkan bahwa teknik koreksi langsung dapat meningkatkan keterampilan menyunting karangan. Hasil penelitian ini juga menunjukkan perubahan perilaku siswa dalam proses pembelajaran. Siswa terlihat lebih aktif dan lebih semangat dalam mengikuti pembelajaran.

(30)

tersebut. Masalah yang diteliti oleh Sriyati adalah apakah teknik koreksi langsung mampu meningkatkan keterampilan menyunting karangan siswa kelas VII F SMPN 1 Tawang Sari? Masalah yang diteliti oleh peneliti adalah apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe think-pair-share dapat meningkatkan kemampuan menyunting karangan. Tindakan yang dilakukan Sriyati adalah dengan menggunakan teknik koreksi langsung, sedangkan tindakan yang dilakukan oleh peneliti adalah dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe think-pair-share.

Adapun persamaan dari skripsi ini dengan skripsi yang ditulis oleh Sriyati hanya terletak pada variabel penelitian yang diangkat yaitu menyunting karangan karena menurut observasi yang dilakukan di SMP/MTs, siswa masih kurang dapat menyunting karangan dengan baik.

Berdasarkan kajian pustaka tersebut, dapat diketahui bahwa penelitian tindakan kelas mengenai keterampilan menulis sudah banyak dilakukan namun dengan topik yang berbeda. Hal ini menarik perhatian penulis untuk melakukan penelitian tentang keterampilan menulis khususnya kemampuan menyunting karangan dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe think-pair-share pada siswa kelas IXB SMP Negeri 2 Tulis.

(31)

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa keterampilan menulis tidak sebatas menulis karangan dengan metode ceramah yang membuat siswa kurang aktif dan kurang tertarik, namun dengan adanya proses pembelajaran yang berbeda yakni mencoba menerapkan model pembelajaran yang kooperatif dapat meningkatkan kemampuan menyunting karangan. Model pembelajaran ini diharapkan mampu meningkatkan minat siswa untuk belajar lebih giat khususnya dalam kemampuan menyunting karangan. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi perintis dan pelengkap untuk mengatasi masalah-masalah yang dihadapi siswa di sekolah.

2.2 Landasan Teori

Dalam skripsi ini akan dibahas tentang pengertian menyunting karangan, aspek yang perlu disunting, tahap menyunting, model pembelajaran kooperatif tipe think-pair-share (TPS).

2.2.1 Hakikat Menyunting Karangan

(32)

organisasi, kebenaran dan kelayakan isi, ketaatasasan pemakaian bahasa, struktur/sistematika penyajian, kelayakan grafika, dan konteks kebangsaan (Hartono 2010:8).

Pada dasarnya kegiatan menyunting perlu mendapatkan perhatian khusus karena dapat melatih siswa untuk menggunakan bahasa dengan baik dan benar khususnya dalam hal menulis. Selain itu, keterampilan menyunting itu dapat melatih siswa untuk menjadi seorang penyunting dalam sebuah agen jurnalistik dan dapat memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Menyunting karangan merupakan proses pembenahan sebuah teks karangan sebelum menjadi teks karangan yang siap disajikan, dinilaikan, ataupun diterbitkan (Alief 2010).

Marantika (2010) menyatakan bahwa menyunting karangan adalah memperbaiki tulisan atau naskah karangan agar terhindar dari kesalahan sehingga layak baca atau layak terbit.

(33)

Dapat disimpulkan bahwa menyunting karangan merupakan satu bentuk proses untuk memperbaiki tulisan dengan memperhatikan ejaan, diksi, keefektifan kalimat, dan keterpaduan paragraf dalam sebuah karangan sehingga enak dibaca.

Setiap penyunting (editor) memiliki tanda-tanda koreksi yang berbeda-beda. Berikut merupakan sebagian tanda-tanda yang biasa digunakan penyunting (editor) untuk mengoreksi teks.

1. Tanda × digunakan untuk menghilangkan tanda baca, huruf, kata, atau kalimat yang tidak terpakai.

Contoh:

Rumah tetangggaku terbakar.

2. Tanda O digunakan untuk mengganti tanda baca, huruf, kata, atau kalimat. Contoh:

Rumah Drs. Rudiyanto di Bogor,O

3. Tanda ~ digunakan untuk mengubah posisi huruf, kata, atau kalimat. Contoh:

Kamu rusha → harus

4. Tanda digunakan untuk memulai paragraf baru. Contoh:

. Wahyudi adalah seorang ulama di Desa Rambayan. Gofur adalah seorang pekerja keras.

2.2.2 Aspek Penyuntingan Karangan

(34)

menyunting tulisan sendiri dan tulisan teman, dengan indikator yaitu mampu menyunting karangan dengan memperhatikan penggunaan ejaan yang baik dan benar, pilihan kata yang tepat, keefektifan kalimat, dan keterpaduan paragraf. Dengan demikian, menyunting karangan perlu diajarkan pada siswa khususnya kelas IX SMP/MTs tentunya dengan pemilihan model pembelajaran yang tepat dan sesuai. Untuk dapat menyunting karangan dengan baik perlu memperhatikan ejaan, pilihan kata (diksi), keefektifan kalimat, dan keterpaduan paragraf.

a. Ejaan

Tarigan (1984:2) mengemukakan bahwa ejaan adalah cara atau aturan menulis kata-kata dengan huruf menurut disiplin ilmu bahasa. Ejaan berarti tata cara penulisan bahasa, meliputi dua hal pokok, yaitu aksara yang berarti kumpulan huruf yang digunakan untuk melambangkan bunyi-bunyi bahasa, dan tanda baca yang melambangkan unsur-unsur supra-segmental bahasa yang dinyatakan dengan titik, koma, dan tanda tanya.

Ejaan yang berlaku di Indonesia saat ini adalah Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan (EYD). EYD mengatur pemakaian huruf, pemakaian tanda baca, penulisan kata, dan penulisan unsur serapan.

(35)

angka dan bilangan, (10) kata ganti ku-, kau-, -mu, dan –nya, dan (11) kata si dan sang.

Dalam perkembangannya, bahasa Indonesia menyerap unsur dari berbagai bahasa, baik dari bahasa daerah maupun dari bahasa asing, seperti Sansekerta, Arab, Portugis, Belanda, Cina, dan Inggris. Penggunaan tanda baca yang tercantum dalam kaidah ejaan yang disempurnakan antara lain (1) tanda titik, (2) tanda koma, (3) tanda titik koma, (4) tanda titik dua, (5) tanda hubung, (6) tanda pisah, (7) tanda tanya, (8) tanda seru, (9) tanda elipsis, (10) tanda petik, (11) tanda petik tunggal, (12) tanda kurung, (13) tanda kurung siku, (14) tanda garis miring, dan (13) tanda penyingkat atau apostrop.

Dari paparan di atas, dapat kita ketahui bahwa tanda baca sangat banyak dan perlu untuk dipelajari lebih mendalam, namun dalam kegiatan menyunting karangan, tanda baca yang paling dominan digunakan bagi penyunting pemula adalah pengenalan penggunaan tanda baca titik dan koma.

(36)

bilangan ribuan atau kelipatannya yang menunjukkan jumlah, dan (7) tanda titik dipakai pada penulisan singkatan.

Selanjutnya akan dibahas mengenai penggunaan tanda baca koma yang terdapat dalam EYD, antara lain (1) tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau pembilangan, (2) tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara berikutnya yang didahului dengan kata seperti tetapi, melainkan, sedangkan, dan kecuali, (3) tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu mendahului induk kalimatnya, (4) tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat yang terdapat pada awal kalimat, seperti kata oleh karena itu, jadi, dengan demikian, sehubungan dengan itu, dan meskipun begitu, (5) tanda koma dipakai untuk memisahkan kata seru, seperti o,

ya, wah, aduh, dan kasihan, atau kata-kata yang digunakan sebagai sapaan, seperti

Bu, Dik, atau Mas dari kata lain yang terdapat di dalam kalimat, (6) tanda koma

(37)

mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau marga, (12) tanda koma dipakai di muka angka decimal atau di antara rupiah dan sen yang dinyatakan dengan angka, (13) tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak membatasi, dan (14) tanda koma dapat dipakai -untuk menghindari salah baca/salah pengertian– di belakang keterangan yang terdapat pada awal kalimat.

Dari paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa ejaan merupakan faktor penting dalam penyuntingan karangan. Seorang penyunting pemula agar dapat menyunting dengan baik, modal utama yang harus dimiliki adalah mampu menguasai EYD karena pada dasarnya tulisan yang baik dan benar yaitu tulisan yang sesuai dengan tata bahasa baku yang disempurnakan. Berikut ini contoh penyuntingan penulisan ejaan.

a. Menyunting penulisan ejaan

Dia duduk diantara saya dan Melani = salah Dia duduk di antara saya dan Melani = benar b. Menyunting penulisan tanda baca

Bagaimana ini Departemen Pendidikan Nasional. (salah) Bagaimana ini Departemen Pendidikan Nasional? (benar)

b. Diksi

(38)

diperlukan penguasaan kosakata yang lebih dan peristilahan yang terpilih untuk menentukan corak dan mutu keteknisan tulisan.

Di sini akan dipaparkan sejumlah kata dalam bahasa Indonesia yang maknanya mirip namun bentuk-bentuk pemakaiannya berbeda. Oleh sebab itu, seorang penyunting naskah seharusnya paham tentang perbendaharaan kata-kata itu. Berikut ini akan dipaparkan lebih lanjut.

a. Kata yang sepintas maknanya mirip, tetapi bentuknya berbeda. Segala : Film itu untuk segala umur.

Segenap : Segenap lapisan masyarakat ikut merayakan proklamasi kemerdekaan.

Seluruh : Seluruh siswa MTs Negeri Magelang.

Semua : Semua bertepuk tangan ketika Pak Lurah berpidato. b. Kata adalah, ialah, dan yaitu.

Adalah : Semarang adalah ibukota Jawa Tengah. Ialah : Kata benda ialah …

Yaitu : Anaknya dua orang, yaitu Dara dan Mita. c. Kata dan lain-lain (dll) “macam-macam”.

Kata dan lain-lain, misalnya dalam kalimat di bawah ini:

Ibu membeli sayur, telur, mentega, permen, sabun mandi, dan lain-lain. d. Dan sebagainya (dsb) “satu macam atau jenis”.

(39)

Tiap : Tiap hari saya naik bus.

Masing-masing : Masing-masing anak mempunyai tugas yang berbeda dari dosen.

f. Kata jam dan pukul.

Jam : Perjalanan dari Batang ke Semarang bisa ditempuh dalam dua jam.

Pukul : Saya bangun pukul 5 pagi. g. Kata banyaknya dan jumlah

Banyaknya : Banyaknya ayam kami 120 ekor. Jumlah : Jumlah uang saya Rp. 50.000,00.

Dari paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa diksi memiliki peranan penting dalam penyuntingan karangan karena apabila seorang editor tidak dapat memilih kata-kata yang tepat berdampak pada hasil karangan yang kurang enak dinikmati pembaca. Berikut ini contoh penyuntingan diksi atau pilihan kata. - sistim (tidak baku) sistem (baku)

- nyambung (tidak baku) menyambung atau berhubungan (baku)

c. Kalimat Efektif

(40)

sebenarnya tidak perlu dan justru dapat mengaburkan maksud kalimat. Suatu kalimat tidak akan efektif mengungkapkan gagasan apabila kata-kata yang digunakan dalam kalimat tersebut dapat menimbulkan kerancuan atau penafsiran ganda (ambigu). Misalnya dalam kalimat di bawah ini.

Antara para polisi dan para mahasiswa terjadi aksi dorong-mendorong pintu gerbang gedung DPR/MPR sehingga pintu gerbang yang didorong para polisi dan para mahasiswa itu akhirnya roboh ke bawah.

Kalimat di atas terdiri atas dua kalimat, yaitu.

(1) Polisi dan mahasiswa saling mendorong pintu gerbang gedung DPR/MPR. dan

(2) Pintu gerbang yang didorong polisi dan mahasiswa itu akhirnya roboh. Kalimat efektifnya adalah sebagai berikut.

Polisi dan mahasiswa saling mendorong pintu gerbang gedung DPR/MPR sehingga pintu gerbang itu roboh.

Menurut Keraf (2004:40), kalimat efektif adalah yang memenuhi syarat-syarat, yaitu: (1) secara tepat dapat mewakili gagasan atau perasaan pembicara atau penulis dan (2) sanggup menimbulkan gagasan yang sama tepatnya dalam pikiran pendengar atau pembaca seperti yang dipikirkan oleh pembicara atau penulis.

Apabila kedua syarat tersebut dipenuhi maka tidak mungkin terjadi salah paham antara mereka yang terlibat dalam komunikasi. Selanjutnya menurut Keraf (2004:40-54) ciri-ciri kalimat efektif adalah

(1) kalimat efektif mengandung kesatuan gagasan;

(41)

oleh subyek, predikat ± obyek. Kesatuan yang diwakili oleh subyek, predikat, dan ± obyek itu dapat berbentuk kesatuan tunggal, kesatuan gabungan, kesatuan pilihan, dan kesatuan yang mengandung pertentangan.

(2) kalimat efektif mewujudkan koherensi yang baik dan kompak;

Kalimat efektif mewujudkan koherensi yang baik dan kompak. Yang dimaksud koherensi atau kepaduan yang baik dan kompak adalah hubungan timbal balik yang baik dan jelas antara unsur-unsur (kata atau kelompok kata) yang membentuk kalimat itu.

(3) adanya penekanan dalam kalimat;

Inti pikiran yang terkandung dalam tiap klaimat (gagasan utama) haruslah dibedakan dari sebuah kata yang dipentingkan. Kata yang dipentingkan harus mendapat tekanan atau harus lebih ditonjolkan dari unsur-unsur yang lain.

(4) variasi;

Variasi merupakan suatu upaya yang bertolak belakang dengan repetisi atau pengulangan. Variasi adalah usaha untuk menganeka-ragamkan bentuk bahasa agar tetap terpelihara minat dan perhatian orang.

(5) paralelisme; dan

Kalimat efektif juga memperhatikan paralelisme, artinya menempatkan gagasan-gagasan yang sama penting dan sama fungsinya ke dalam suatu struktur gramatikal yang sama. Bila salah satu dari gagasan itu ditempatkan dalam struktur kata benda, kata atau kelompok kata yang lain juga menduduki fungsi yang sama harus juga ditempatkan dalam struktur kata benda.

(42)

Penalaran (jalan pikiran) adalah suatu proses berpikir yang berusaha untuk menghubung-hubungkan evidensi menuju pada suatu simpulan yang masuk akal. Artinya, kalimat-kalimat yang diucapkan harus dapat dipertanggungjawabkan dari segi akal yang sehat.

Berikut ini contoh penyuntingan keefektifan kalimat.

- Di sini kita ini berbicara tentang SD Negeri yang notabene 100% mengikuti sistem pendidikan dari pemerintah. (tidak efektif)

- Kita berbicara tentang SD negeri yang notabene 100% mengikuti sistem pendidikan dari pemerintah. (efektif)

d. Kepaduan Paragraf

Pada dasarnya karangan yang baik harus memperhatikan keterpaduan paragraf, dengan tujuan agar tidak terjadi kesalahan penafsiran makna antara pembaca dan penulis. Oleh sebab itu, sebagai penyunting yang baik harus senantiasa memperhatikan kohesi dan koherensi sebagai pendukung keterpaduan itu. Kohesi adalah hubungan perkaitan antara preposisi yang dinyatakan secara eksplisif oleh unsur-unsur gramatikal dan semantik dalam kalimat yang membentuk sebuah paragraf, sedangkan koherensi adalah hubungan perkaitan antara preposisi, tetapi perkaitan tersebut tidak secraa eksplisif. Hal yang paling dominan dalam perpaduan paragraf adalah penggunaan konjungsi yang tepat.

2.2.3 Tahap Menyunting

(43)

yaitu (a) tahap penyuntingan tulisan untuk kejelasan dan (b) tahap penyuntingan bahasa demi kesesuaian.

a. Tahap penyuntingan tulisan untuk kejelasan

Pada tahap pertama, penyunting biasanya mengorganisasi tulisannya kembali karena jika dilihat dari segi penyajian kurang efektif. Adakala seorang penyunting membuang beberapa paragraf untuk memperlancar hubungan gagasan yang ditampilkan. Hal-hal pokok yang berkaitan dengan penyuntingan pada tahap pertama ini adalah kerangka karangan, penegmbangan karangan, penyusunan paragraf, dan pembentukan kalimat efektif. Penyuntingan isi sering disebut sebagai tahapan menyunting makro karena pada tahap ini tulisan diolah sedemikian rupa sehingga isinya dapat diterima jelas oleh pembaca.

b. Tahap penyuntingan demi kesesuaian

(44)

Dari kedua tahapan itu dapat disimpulkan bahwa sebagai seorang penyunting agar dapat menyunting dengan baik harus memperhatikan benar tentang tahapan menyunting baik segi isi maupun segi bahasa. Maksudnya, dalam penyuntingan karangan agar hasil karangan dapat terbaca dengan baik maka diperlukan ketelitian dalam menyusun karangan berdasarkan isi maupun bahasa.

2.2.4 Model Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran adalah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas maupun tutorial (Suprijono dalam Setyawan 2010). Menurut Arends (dalam Setyawan 2010) model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap kegiatan di dalam pembelajaran, lingkungan pembelajaran dan pengelolaan kelas.

Model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran.

(45)

Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengutamakan kerjasama di antara siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran kooperatif memiliki ciri-ciri sebagai berikut.

Untuk memuntaskan materi belajarnya, siswa belajar dalam kelompok secara bekerja sama.

Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan rendah.

Jika dalam kelas terdapat siswa-siswa yang heterogen ras, suku, budaya, dan jenis kelamin, maka diupayakan agar tiap kelompok terdapat keheterogenan tersebut.

Penghargaan lebih diutamakan pada kerja kelompok daripada perorangan.

Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pengajaran di mana siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan berbeda, di mana yang diutamakan adalah kerjasama, yakni kerjasama antarsiswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran (Depdiknas 2004:1). Bukanlah pembelajaran kooperatif jika para siswa duduk bersama dalam kelompok-kelompok kecil, tetapi menyelesaikan masalah sendiri-sendiri atau mempersilakan salah seorang di antaranya untuk menyelesaikan seluruh pekerjaan kelompok.

(46)

1. Hasil belajar akademik

Pembelajaran kooperatif bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik. Model pembelajaran kooperatif dapat membantu siswa untuk memahami konsep-konsep yang sulit.

2. Penerimaan terhadap keragaman

Model kooperatif bertujuan agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai macam perbedaan latar belakang. Perbedaan tersebut antara lain perbedaan suku, agama, kemampuan akademik, dan tingkat sosial. 3. Pengembangan keterampilan sosial

Pembelajaran kooperatif bertujuan mengembangkan keterampilan sosial siswa. Keterampilan sosial yang dimaksud antara lain adalah berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, memancing teman untuk bertanya, mau menjelaskan idea tau pendapat, bekerja dalam kelompok, dan sebagainya.

Menurut Kagan (1994) pembelajaran kooperatif adalah strategi pengajaran yang sukses di mana tim kecil, masing-masing dengan siswa dari tingkat kemampuan yang berbeda, menggunakan berbagai aktivitas belajar untuk meningkatkan pemahaman mereka tentang suatu subjek. Setiap anggota tim bertanggung jawab tidak hanya untuk belajar apa yang diajarkan tetapi juga untuk membantu rekan belajar sehingga menciptakan suasana prestasi bersama-sama. Students work through the assignment until all group members successfully

understand and complete it. Siswa bekerja melalui penugasan sampai semua

(47)

2.2.5 Hakikat Think-Pair-Share

Strategi think-pair-share (TPS) atau berpikir-berpasangan-berbagi adalah merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa.

Arends (1997) menyatakan bahwa think-pair-share merupakan suatu cara yang efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi kelas. Dengan asumsi bahwa semua diskusi membutuhkan pengaturan untuk mengendalikan kelas secara keseluruhan, dan prosedur yang digunakan dalam think-pair-share dapat memberi siswa lebih banyak waktu berpikir, untuk merespon, dan saling membantu.

Langkah-langkah dalam think-pair-share sebagai berikut, yaitu (1) berpikir (thinking), (2) berpasangan (pairing), dan (3) berbagi (sharing).

Langkah 1: Berpikir (thinking)

Guru mengajukan suatu pertanyaan atau masalah yang dikaitkan dengan pelajaran, dan meminta siswa menggunakan waktu beberapa menit untuk berpikir sendiri jawaban atau masalah.

Langkah 2: Berpasangan (pairing)

(48)

Langkah 3: Berbagi (sharing)

Pada langkah akhir, guru meminta pasangan-pasangan untuk berbagi dengan keseluruhan kelas yang telah mereka bicarakan. Hal ini efektif untuk berkeliling ruangan dari pasangan ke pasangan dan melanjutkan sampai sekitar sebagian pasangan mendapat kesempatan untuk melaporkan.

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe think-pair-share adalah suatu model pembelajaran yang efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi dengan membagi siswa berpasangan untuk saling memecahkan suatu masalah.

Adapun kelebihan model pembelajaran think-pair-share adalah sebagai berikut. Pertama, model pembelajaran ini memungkinkan siswa untuk bekerja sama. Hal ini karena siswa berpasangan sehingga mereka harus saling membantu untuk mencari informasi tentang materi yang diberikan oleh guru. Kedua, siswa dapat saling memberikan pengetahuan dan berinteraksi. Mereka dapat bertukar pengetahuan karena tidak semua siswa memiliki tingkat pengetahuan yang sama. Ketiga, kegiatan penyuntingan dengan menggunakan teknik ini akan mempermudah siswa untuk menemukan kesalahan penulisan ejaan karena tidak harus mencari kesalahan itu sendiri, tetapi dengan bantuan temannya.

(49)

Pembelajaran adalah usaha sadar dari guru untuk membantu siswa dalam proses pembelajaran agar siswa dapat belajar sesuai dengan kebutuhan yang dimiliki. Guru hanya sebagai fasilitator dan motivator sehingga peran siswa yang dominan dalam proses pembelajaran. Dalam hal ini guru hendaknya menciptakan variasi pembelajaran agar siswa tertarik untuk belajar. Salah satu usaha yang dilakukan oleh guru adalah penerapan model pembelajaran efektif dan sesuai.

Dalam pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, menyunting karangan adalah salah satu kompetensi dasar yang perlu mendapat perhatian lebih, mengingat hasil yang dicapai oleh siswa kurang memuaskan. Untuk menyelesaikan msalah tersebut, penelitian ini berusaha menerapkan model pembelajaran yang efektif sehingga siswa merasa tertarik untuk mengikuti pembelajaran menyunting karangan, mengingat pembelajaran menyunting karangan merupakan salah satu kompetensi dasar yang sangat sulit dan membutuhkan ketelitian. Model pembelajaran think-pair-share dapat dijadikan alternatif pilihan dalam pembelajaran menyunting karangan.

(50)

guru menutup pembelajaran dengan memberikan simpulan dan refleksi tentang pembelajaran yang telah berlangsung. Sintaks pembelajarannya sebagai berikut.

Tabel 1. Sintaks Pembelajaran

Langkah-langkah Kegiatan

Langkah 1: Berpikir (thinking) 1. Siswa ditempatkan dalam kelompok-kelompok. Setiap kelompok terdiri atas empat anggota/siswa.

2. Guru memberikan tugas pada setiap kelompok.

3. Tiap-tiap anggota memikirkan dan mengerjakan tugas tersebut sendiri-sendiri terlebih dahulu. Langkah 2: Berpasangan (pairing) 4. Kelompok membentuk

anggota-anggotanya secara berpasangan. Setiap pasangan mendiskusikan hasil pengerjaan individunya. Langkah 3: Berbagi (sharing) 5. Kedua pasangan lalu bertemu

(51)

2.3Kerangka Berpikir

Kemampuan menyunting karangan siswa SMP Negeri 2 Tulis khususnya kelas IX B masih rendah, terbukti dari hasil observasi yang dilakukan, masih banyak siswa yang belum dapat menyunting karangan dengan baik.

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe think-pair-share untuk membelajarkan menyunting karangan diharapkan dapat menarik siswa dan memotivasi untuk aktif dalam pembelajaran sehingga kompetensi dasar menyunting karangan dapat meningkat.

Penelitian tentang penerapan model pembelajaran kooperatif tipe think-pair-share untuk meningkatkan kemampuan menyunting karangan dilakukan

(52)

Bagan 1. Kerangka Berpikir

2.4 Hipotesis Tindakan

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap permasalahan yang hendak dicapai dan dipecahkan. Hipotesis hanya bersifat dugaan yang mungkin benar atau justru mungkin salah. Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah melalui pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe think-pair-share kemampuan menyunting karangan siswa SMP Negeri 2

(53)

`BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain penelitian tindakan kelas (PTK). Dalam penelitian tindakan kelas memuat empat aspek pokok, yaitu: (1) penyusunan rencana; (2) tindakan; (3) observasi; dan (4) refleksi. Keempat aspek pokok tersebut pengkajiannya dilakukan secara bertahap dan sistematis yang diterapkan dalam tiga siklus, yaitu siklus I,siklus II, dan siklus III.

Hubungan antara siklus I, siklus II, dan siklus III dapat diterangkan dalam gambar desain menurut Tripp (dalam Subyantoro 2009:27), sebagai berikut.

PERENCANAAN

REFLEKSI

OBSERVASI

TINDAKAN REFLEKSI

OBSERVASI

TINDAKAN

SIKLUS I SIKLUS II

PERENCANAAN

REFLEKSI

OBSERVASI

TINDAKAN SIKLUS III

PERENCANAAN

Gambar 1. Siklus Penelitian Tindakan

(54)

Tahap-tahap yang dilakukan dalam penelitian adalah sebagai berikut:

1. Perencanaan

Tahap perencanaan merupakan tahap awal yang berupa kegiatan untuk menentukan langkah-langkah yang akan dilakukan oleh peneliti untuk memecahkan masalah yang akan dihadapi. Pada tahap ini, peneliti melakukan koordinasi dengan guru mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia mengenai waktu pelaksanaan penelitian, materi yang akan diajarkan, dan bagaimana rencana pelaksanaan penelitiannya. Permasalahaan yang muncul berdasarkan hasil wawancara dengan guru Bahasa dan Sastra Indonesia adalah cukup rendahnya kemampuan menyunting karangan. Berdasarkan permasalahan tersebut, peneliti berusaha mencari penyelesaian yang baik untuk meningkatkan kemampuan menyunting karangan. Hal yang dilakukan oleh peneliti pada tahap perencanaan ini adalah (1) menyusun rencana pembelajaran; (2) menyusun pedoman observasi, wawancara, dan jurnal; (3) menyusun rancangan evaluasi; dan (4) mempersiapkan alat dokumentasi.

2. Tindakan

(55)

3. Observasi

Tahap observasi merupakan kegiatan peneliti dalam mengamati segala perilaku siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Observasi dilakukan dengan menggunakan lembar pedoman observasi. Pelaksanaan observasi, peneliti dibantu oleh salah seorang rekannya dan guru mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia untuk mencatat hal-hal yang dilakukan siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Kegiatan observasi dilakukan dari awal sampai akhir pembelajaran. Melalui observasi ini diperoleh data tentang kegiatan siswa selama proses pembelajaran. Data yang diperoleh pada siklus I sebagai acuan dalam perbaikan siklus II, serta dijadikan bahas refleksi.

4. Refleksi

Refleksi adalah upaya untuk mengkaji apa yang telah dan atau terjadi, apa yang telah dihasilkan dengan tindakan perbaikan yang telah dilakukan. Refleksi dilakukan pada akhir pembelajaran yang telah dilaksanakan. Hasil refleksi ini digunakan untuk menerapkan langkah lebih lanjut sebagai dasar perbaikan pada pembelajaran berikutnya untuk mencapai pembelajaran yang diharapkan.

3.1.1 Prosedur Tindakan Kelas Siklus I

Prosedur tindakan kelas dalam siklus I dapat diuraikan sebagai berikut.

3.1.1.1 Perencanaan

(56)

dilakukan pada tahap tindakan. Dengan adanya perencanaan, tindakan pembelajaran yang akan dilakukan akan lebih terarah dan sistematis. Pada tahap perencanaan, peneliti mengadakan kegiatan-kegiatan sebagai berikut ini: (1) melakukan koordinasi dengan guru kelas mengenai rencana penelitian yang akan dilakukan; (2) menyusun rencana pembelajaran; (3) membuat dan mempersiapkan instrumen penelitian berupa: rubrik penilaian, pedoman observasi, pedoman dokumentasi, dan pedoman wawancara; (4) menyiapkan media pembelajaran berupa segala sesuatu yang diperlukan dalam kegiatan menyunting karangan.

3.1.1.2 Tindakan

Pada tahap tindakan, hal yang dilakukan yaitu melakukan proses pembelajaran yang disesuaikan dengan perencanaan pembelajaran yang matang. Proses tindakan penelitian dilakukan dalam tiga tahap yaitu pendahuluan, inti, dan penutup.

(1) Pendahuluan

Tahap pendahuluan merupakan tahap untuk mempersiapkan mental siswa dan mengkondisikan siswa agar mengikuti pembelajaran dengan baik. Persiapan dilakukan dengan cara memberikan apersepsi seputar materi menyunting karangan, apa yang diketahui tentang menyunting dan hal-hal apa saja yang harus diperhatikan dalam menyunting.

(2) Inti

(57)

think-pair-share. Pada tahap ini, hal-hal yang dilakukan peneliti antara lain: (1) guru

mencoba mengubah konsep kelas menjadi forum diskusi; (2) guru menanyakan kendala apa yang dihadapi ketika menyunting karangan; (3) guru menjelaskan cara metode think-pair-share, yaitu siswa berpasangan untuk berdiskusi dalam menyunting karangan; (4) guru memberikan kepada siswa karangan untuk disunting; (5) siswa menyunting karangan berdasarkan aspek-aspek yang harus diperhatikan dalam menyunting yaitu ejaan, diksi, keefektifan kalimat, dan keterpaduan paragraf; (6) setelah selesai, guru bersama siswa membahas hasil suntingan; (7) guru memberikan prestos sebagai hasil jerih payah penyunting yang mendapatkan nilai paling baik sehingga dapat dijadikan motivasi untuk lebih dapat menyunting dengan benar.

(3) Penutup

Pada tahap ini, guru bersama siswa mengadakan refleksi terhadap pembelajaran yang telah berlangsung dan membuat kesimpulan terhadap pembelajaran menyunting karangan. Tujuannya untuk mengetahui kekurangan yang ada dalam siklus I ini. Kemudian, guru meminta siswa mengisi jurnal yang telah dipersiapkan.

3.1.1.3 Observasi

(58)

mengenai perilaku siswa selama pembelajaran berlangsung. Peneliti dibantu oleh rekan peneliti dan guru mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia dalam mengobservasi yaitu untuk mencatat hal-hal yang dilakukan siswa baik positif maupun negatif selama pembelajaran dilaksanakan.

Observasi dilakukan terhadap data tes dan nontes. Data tes yang diobservasi berupa hasil suntingan siswa dan sikap siswa pada saat menyunting karangan. Hasil observasi ini sebagai bukti observasi terhadap data tes menyunting karangan. Melalui observasi data tes ini dapat diketahui beberapa kekurangan dan kelebihan hasil tes menyunting karangan dengan metode think-pair-share sehingga kekurangan yang ada pada hasil observasi data tes siklus I

dapat diperbaiki pada siklus II dan kelebihan-kelebihannya dapat terus dipertahankan dan ditingkatkan.

Selain itu, data nontes berupa observasi, angket minat, wawancara, dan dokumentasi. Tujuan dilakukannya observasi terhadap data nontes ini adalah untuk mengetahui sikap siswa selama pembelajaran berlangsung. Melalui kegiatan observasi ini dapat diketahui beberapa siswa yang bersikap positif atau negatif pada waktu pembelajaran menyunting karangan dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe think-pair-share dilaksankan.

(59)

pembelajaran; (4) wawancara yang digunakan untuk mengetahui pendapat siswa tentang pembelajaran menyunting karangan dengan model pembelajaran kooperatif tipe think-pair-share.

3.1.1.4 Refleksi

Refleksi dilakukan pada akhir pembelajaran. Kegiatan ini dilakukan sebagai upaya mengkaji segala hal yang telah terjadi pada tahap tindakan. Hasil refleksi ini digunakan sebagai bahan masukan dalam menetapkan langkah selanjutnya. Dalam penelitian tindakan kelas ini, refleksi pada siklus I dijadikan masukan dalam menentukan langkah pada siklus II. Dengan demikian, akan dilakukan perbaikan perencanaan dan tindakan pada siklus II sehingga hasil pembelajaran yang didapatkan semakin meningkat.

Dari hasil tes dan nontes (observasi, dokumentasi, dan wawancara) akan diketahui tindakan-tindakan yang kurang mengena kepada sasaran. Kemudian diadakan perubahan-perubahan agar pada siklus II kesalahan tidak terulang lagi, sedangkan kelebihan-kelebihan yang terdapat pada siklus I akan dipertahankan dan ditingkatkan sehingga akan diperoleh hasil pembelajaran yang lebih baik.

3.1.2 Prosedur Tindakan Kelas Siklus II

(60)

3.1.2.1Perencanaan

Perencanaan yang dilakukan pada siklus II ini merupakan perbaikan dan perencanaan pada siklus I. Perubahan perencanaan dilakukan karena guru kurang dapat menjelaskan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menyunting karangan.

Adapun perencanaan yang dilakukan pada siklus II adalah (1) membuat perbaikan rencana pembelajaran menyunting karangan berdasarkan refleksi pada siklus I; (2) menyiapkan lembar observasi, pedoman dokumentasi, dan lembar wawancara untuk memperoleh data pada siklus II; (3) menyiapkan perangkat pembelajaran yang sudah diperbaiki.

3.1.2.2Tindakan

Pelaksanaan tindakan pada siklus II merupakan penerapan dari perencanaan yang sudah diperbaiki. Tindakan ini difokuskan pada hal-hal yang penting dengan peningkatan keterampilan menyunting karangan. Pelaksanaan tindakan pada siklus I yaitu tahap pendahuluan, inti, dan penutup.

(1) Pendahuluan

Pada pendahuluan siklus II ini, guru melakukan pembaharuan tindakan, yiatu guru menanyakan materi yang telah lalu untuk mengingatkan kembali kesalahan-kesalahan yang ada dalam siklus I agar pada nantinya kesalahan itu tidak terulang pada siklus II.

(2) Inti

(61)

guru berdiskusi tentang kesalahan yang masih dilakukan siswa dan mencari cara memperbaikinya; (3) guru menjelaskan manfaat menyunting; (4) guru memberikan karangan kepada siswa untuk disunting; (5) guru menyampaikan lagi tentang langkah dalam menyunting serta hal-hal yang perlu disunting; (6) siswa mulai menyunting karangan dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe think-pair-share, yaitu siswa berdiskusi berpasangan; (7) siswa menukarkan pekerjaannya kepada pasangan lain; (8) siswa bersama guru mencocokkan hasil jawaban; dan (9) guru memberikan penghargaan untuk siswa yang mendapat nilai tertinggi.

(3) Penutup

Pada tahap ini, guru bersama siswa merefleksi kegiatan pembelajaran yang berlangsung. Setelah itu, siswa bersama guru menyimpulkan pembelajaran yang berlangsung, yakni penerapan model pembelajaran koooperatif tipe think-pair-share mampu meningkatkan kemampuan siswa dalam menyunting karangan.

3.1.2.3Observasi

(62)

Pada tahap observasi data nontes ini, peneliti mempersiapkan lembar observasi yang berisi pernyataan mengenai perilaku siswa, baik yang positif maupun yang negatif selama pembelajaran berlangsung. Observasi pada kegiatan wawancara dilakukan pada akhir pembelajaran. Wawancara dilakukan untuk memperoleh data berdasarkan pendapat siswa. Observasi pada dokumentasi foto dilakukan untuk mengambil gambar siswa selama pembelajaran berlangsung. Hal ini dilakukan sebagai bukti visualisasi pembelajaran menyunting karangan.

3.1.2.4Refleksi

Refleksi pada siklus II merupakan koreksi perenungan akhir dalam penelitian ini. Semua kendala atau kelemahan tentang pembelajaran menyunting yang ditemukan mulai dari awal perencanaan sampai dengan hasil akhir yang berasal dari data tes dan nontes pada siklus I akan diatasi pada siklus II.

3.1.3 Prosedur Tindakan Kelas Siklus III

Proses tindakan pada siklus III dilakukan berdasarkan hal-hal yang kurang sesuai pada siklus II. Pelaksanaan siklus III ini melalui tahap yang sama dengan siklus I dan siklus II, yaitu: perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi.

3.1.3.1Perencanaan

Perencanaan yang dilakukan pada siklus III ini merupakan perbaikan dan perencanaan pada siklus II. Perubahan perencanaan dilakukan karena guru kurang dapat menjelaskan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menyunting karangan.

(63)

siklus II; (2) menyiapkan lembar observasi, pedoman dokumentasi, dan lembar wawancara untuk memperoleh data pada siklus III; (3) menyiapkan perangkat pembelajaran yang sudah diperbaiki.

3.1.3.2Tindakan

Pelaksanaan tindakan pada siklus III merupakan penerapan dari perencanaan yang sudah diperbaiki. Tindakan ini difokuskan pada hal-hal yang penting dengan peningkatan keterampilan menyunting karangan. Pelaksanaan tindakan pada siklus III yaitu tahap pendahuluan, inti, dan penutup.

(1) Pendahuluan

Pada pendahuluan siklus III ini, guru melakukan pembaharuan tindakan, yaitu guru menanyakan materi yang telah lalu untuk mengingatkan kembali kesalahan-kesalahan yang ada dalam siklus II agar pada nantinya kesalahan itu tidak terulang pada siklus III.

(2) Inti

(64)

pekerjaannya kepada pasangan lain; (8) siswa bersama guru mencocokkan hasil jawaban; dan (9) guru memberikan penghargaan untuk siswa yang mendapat nilai tertinggi.

(3) Penutup

Pada tahap ini, guru bersama siswa merefleksi kegiatan pembelajaran yang berlangsung. Setelah itu, siswa bersama guru menyimpulkan pembelajaran yang berlangsung, yakni penerapan model pembelajaran koooperatif tipe think-pair-share mampu meningkatkan kemampuan siswa dalam menyunting karangan.

3.1.3.3Observasi

Observasi pada siklus III ini bentuknya sama dengan pengamatan pada siklus II. Adapun observasi yang dilakukan berupa observasi tes dan nontes. Observasi tes digunakan untuk mengetahui nilai tes menyunting karangan pada siklus III serta melihat perilaku siswa pada saat menyunting karangan. Sedangkan observasi data nontes dilakukan pada observasi perilaku siswa selama pembelajaran menyunting karangan. Observasi nontes digunakan sebagai penguat hasil data tes.

Gambar

Tabel 1. Sintaks Pembelajaran
gambar desain menurut Tripp (dalam Subyantoro 2009:27), sebagai berikut.
Tabel 2. Rubrik Penilaian Menyunting Karangan
Tabel 3. Hasil Tes Menyunting Karangan Prasiklus
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan hambatan kewirausahaan dengan jiwa kewirausahaan petani padi sawah di daerah penelitian, mengetahui apa faktor internal

Aplikasi yang dibangun pada artikel ini dapat membantu pengguna mencari informasi alam tanpa harus melakukan pencocokan dengan kata kunci pencarian. 5.2

Prosedur penyelesaian dirancang untuk menemukan kebijakan optimal dari keseluruhan masalah, yang menunjukkan keputusan kebijakan mana yang optimal pada setiap tahap untuk

Apabila yang hadir bukan direktur atau penerima kuasa yang namanya tercantum pada akta pendirian atau perubahan, maka POKJA berhak menolak dan perusahaan saudara

Berdasarkan hasil evaluasi penawaran dan evaluasi teknis yang kami lakukan pada proses Seleksi Sederhana untuk Pengadaan Jasa Konsultansi dan Sertifikasi ISO 9001:2008

Sehubungan dengan telah dilakukannya evaluasi administrasi, teknis dan kewajaran harga serta formulir isian Dokumen Kualifikasi untuk penawaran paket pekerjaan tersebut diatas,

Maka jumlah plastik paling banyak yang bisa digunakan adalah sebanyak .... Sinta membeli kue bolu dan kue donat untuk sajian

Hasil penelitian ini adalah: (1) rata- rata nilai kevalidan instrumen penilaian aspek psikomotorik adalah 1,00 dengan kriteria sangat tinggi, (2) kepraktisan instrumen penilaian