• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PENGARUH TENAGA KERJA, INVESTASI DAN PENGELUARAN PEMERINTAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI (Studi Kasus Provinsi Banten Tahun 2010 – 2014)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS PENGARUH TENAGA KERJA, INVESTASI DAN PENGELUARAN PEMERINTAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI (Studi Kasus Provinsi Banten Tahun 2010 – 2014)"

Copied!
151
0
0

Teks penuh

(1)

ANALYSIS OF LABOUR, INVESTMENT AND GOVERMENT SPENDING INFLUENCE TOWARDS ECONOMIC GROWTH

(Case Study of Banten Province Period 2010 – 2014)

Oleh

ADDIN AZRA MAULANA

20120430119

FAKULTAS EKONOMI

(2)

(Studi Kasus Provinsi Banten Tahun 2010 – 2014)

ANALYSIS OF LABOUR, INVESTMENT AND GOVERMENT SPENDING INFLUENCE TOWARDS ECONOMIC GROWTH

(Case Study of Banten Province, Period 2010 – 2014)

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana pada Fakultas Ekonomi Program Studi Ilmu Ekonomi

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Oleh

ADDIN AZRA MAULANA 20120430119

FAKULTAS EKONOMI

(3)

i

ANALYSIS OF LABOUR, INVESTMENT AND GOVERMENT SPENDING INFLUENCE TOWARDS ECONOMIC GROWTH AT

REGENCY/CITY IN PROVINCE BANTEN IN 2010-2014

(Case Study of Banten Province, Period 2010 – 2014)

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana pada Fakultas Ekonomi Program Studi Ilmu Ekonomi

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Oleh

ADDIN AZRA MAULANA 20120430119

FAKULTAS EKONOMI

(4)

ii Nama : Addin Azra Maualana Nomor Mahasiswa : 20120430119

Menyatakan bahwa skripsi ini dengan judul : “ANALISIS PENGARUH TENAGA KERJA, INVESTASI, DAN PENGELUARAN PEMERINTAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI BANTEN TAHUN 2010-2014” tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam Daftar Pustaka. Apabila ternyata dalam skripsi ini diketahui terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain maka saya bersedia karya tersebut dibatalkan.

Yogyakarta, 17 Agustus 2016

(5)

iii

CUKUPLAH ALLAH MENJADI PENOLONG KAMI DAN ALLAH ADALAH SEBAIK-BAIK-NYA PELINDUNG

(QS. ALI IMRAN; 173)

TIDAK ADA DAYA DAN KEKUATAN KECUALI DENGAN PERTOLONGAN ALLAH

(HR. Al-Bukhori no. 5909)

DO IT NOW. SOMETIME ‘LATER’ BECOME ‘NEVER’

YOULL NEVER WALK ALONE

Planning, Do It, Trying, Try Again #Rencanakan apa yang kamu inginkan #Lakukan

(6)

iv

 Kedua orang tua, Ayahanda S. Teguh Wiyono dan Mamah Disni Aisah

yang telah memberikan semangat, support dan nasihatnya sampai sejauh ini, serta semangat kalian aku terus berjuang dan berusaha sampai saat ini.  Adik-adik tersayang Rusyda, Naufal, Dio dan Dillara

 Bpk Agus Tri Basuki, SE,. M.Si Selaku dosen pembimbing skripsi  Keluarga “Kontrakan Ceria” (Rangga dan Ihooy)

 Teman-teman seperjuangan Ilmu Ekonomi (Thomi, Oni, Diyah, Wida,

dkk.)

 Keluarga Besar Organisasi HIMIE (Adilah, Nadia, Malik, dkk)

 Teman-teman yang membantu awal proses hingga akhir skripsi

terselesaikan (Fitra, Endah, Indana, Ida dan Rendi)  Team 7 Hari (Wafi, Weni, Ucup, Luki, Thomi dll)  Keluarga “KKN 65” 2015

 Keluarga Lorong JAA Unires (Archil, Latapek, dkk)  Keluarga ICM di Yogyakarta (Brada Mahmud, Amar, dkk)

 Seluruh jajaran dosen Ilmu Ekonomi UMY yang telah memberika ilmunya

yang sangat bermanfaat

(7)

v Provinsi Banten tahun 2010-2014.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data sekunder dari 8 kabupaten/kota di Provinsi Banten tahun 2010-2014. Model analisis yang digunakan adalah analisis data panel dengan model Fixed Effect.

Hasil Penelitian menunjukkan bahwa variabel tenaga kerja berpengaruh negatif dan signifikan, investasi berpengaruh positif dan tidak signifikan dan pengeluaran pemerintah berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.

(8)

vi

This study uses a quantitative approach. The research data were secondary data from 8 regencies/city in Banten Province in 2010-2014. The analysis model was panel data analysis with the Fixed Effect model.

The results showed that the variables of investment and government spending and a significant positive effect on economic growth. While the labor force and have not negative significant impact on economic growth.

(9)

vii

“Analisis Pengaruh Tenaga Kerja, Investasi dan Pengeluaran Pemerintah terhadap

Pertumbuhan Ekonomi (Studi kasus Provinsi Banten Tahun 2010 – 2014)”. Shalawat dan salam senantiasa ditujukan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah menjadi uswatun khasanah bagi kita semua.

Skripsi ini disusun guna memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar Sarjana pada Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Diharapkan skripsi ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi pihak-pihak terkait dalam memajukan sektor basis daerah.

Penyelesaian penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan dan dukungan berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih sebanyak – banyaknya kepada :

1. Agus Tri Basuki, SE., M.Si. selaku dosen pembimbing yang telah memberikan arahan dan kemudahan dalam penilitian skripsi.

(10)

viii

4. Teman-teman Seperjuangan Skripsi Ilmu Ekonomi 2012

5. Seluruh pihak yang telah memberikan dukungan dan semangat hingga skripsi ini selesai.

Sebagai penutup, dalam skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan dan kesalahan, oleh karena itu dibutuhkan kritik dan saran yang membangun untuk hasil yang lebih baik lagi.

Yogyakarta, 20 Agustus 2016

(11)

ix

2. Hubungan Investasi dan Pertumbuhan Ekonomi ... 30

3. Hubungan Pengeluaran Pemerintah dan Pertumbuhan Ekonomi 33

(12)

x

B. Jenis Data ... 38

C. Teknik Pengumpulan Data ... 38

D. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 39

E. Alat Analisis ... 40

2. Uji Heteroskedastisitas ... 48

J. Teknik Penaksiran Model ... 49

BAB IV GAMBARAN UMUM ... 52

A. Kondisi Geografis Provinsi Banten ... 55

B. Profil Kabupaten/Kota Provinsi Banten ... 55

(13)

xi

F. Pengeluaran Pemerintah ... 77

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ... 81

A. Uji Kualitas Data ... 81

1. Uji Heteroskedastisitas ... 81

2. Uji Multikolinearitas ... 82

B. Analisis Pemilihan Model ... 82

1. Uji Chow ... 83

2. Uji Hausman ... 84

C. Analisis Model Terbaik ... 84

D. Hasil Estimasi Model Data Panel ... 85

E. Uji Statistik ... 90

1. Uji T ... 90

2. Uji F ... 91

3. R-Squared ... 91

F. Analisis Pemilihan Model ... 92

G. Interpensi Ekonomi ... 92

1. Tenaga Kerja ... 93

2. Investasi ... 95

3. Pengeluaran Pemerintah ... 97

BAB VI SIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN PENELITIAN ... 99

A. Simpulan ... 99

B. Saran ... 101

C. Keterbatasan Penelitian ... 103 DAFTAR PUSTAKA

(14)

xii

Tabel 1.2 Perubahan Jumlah Orang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan

2010-2014 (Jiwa) ... 10

Tabel 1.3 Rekapitulasi Realisasi Pendapatan Dan Belanja Pemerintah Provinsi Banten (Juta Rupiah) 2010-2014 ... 12

Tabel 3.1 Penelitian Terdahulu ... 34

Tabel 4.1 Produk Domestik Bruto Harga Konstan 2010 Menurut Lapangan Usaha Provinsi Banten Tahun 2010-2014 (Miliar Rupiah) ... 66

Tabel 4.2 Produk Domestik Bruto Menurut Lapangan Usaha Dengan Harga Konstan 2010 Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Banten 2010-2014 (Miliar Rupiah) ... 68

Tabel 4.3 Jumlah Realisasi Investasi Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Banten Tahun Banten 2010-2014 (Juta Rupiah) ... 72

Tabel 4.4 Jumlah Penduduk Yang Bekerja Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Banten 2010-2014 ... 76

Tabel 4.5 Jumlah Realisasi Belanja Daerah Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Banten Tahun 2010-2014 ... 79

Tabel 5.1 Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 81

Tabel 5.2 Hasil Uji Multikolinearitas ... 82

Tabel 5.3 Hasil Uji Chow... 83

Tabel 5.4 Hasil Uji Hausman ... 84

Tabel 5.5 Hasil Estimasi Common Effect, Fixed Effect Dan Random Effect ... 85

Tabel 5.6 Hasil Estimasi Model Fixed Effect ... 86

Tabel 5.7 Hasil Uji T ... 90

(15)

xiii

Gambar 2.1 Gerakan Kearah Stasioner ... 24

Gambar 2.2 Fungsi Produksi ... 26

Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran ... 36

Gambar 4.1 Peta Provinsi Banten ... 52

Gambar 4.2 Laju Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Banten Tahun 2010-2014 .... 65

Gambar 4.3 Struktur Perekonomian Provinsi Banten ... 67

Gambar 4.4 Realisasi Nilai Investasi PMA di Provinsi Banten 2010-2014 ... 70

Gambar 4.5 Realisasi Investasi PMDN di Provinsi Banten 2010-2014... 71

(16)
(17)
(18)
(19)

1 A. Latar Belakang Masalah

Pertumbuhan ekonomi merupakan perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam masyarakat bertambah sehingga akan meningkatkan kemakmuran masyarakat (Sukirno,1994). Menurut Boediono, pertumbuhan ekonomi merupakan proses kenaikan output per kapita dalam jangka panjang. Sedangkan menurut Lincolin (1997), pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai kenaikan GDP/GNP tanpa memandang apakah kenaikan tersebut lebih besar atau lebih kecil dari tingkat pertumbuhan penduduk, dan apakah terjadi perubahan struktur ekonomi atau tidak.

(20)

bergantung pada perkembangan faktor-faktor produksi yaitu; modal, tenaga kerja dan teknologi (Sukirno, 1994 : 456).

Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang umumnya dipergunakan untuk melihat kesuksesan keadaan perekonomian di suatu wilayah. Pertumbuhan ekonomi mengukur hasil dan perkembangan suatu perekonomian dari satu periode ke periode selanjutnya. Pertumbuhan ekonomi suatu negara dapat dilihat dari proses produksi barang dan jasa yang ada di negara tersebut. Proses produksi barang dan jasa itu dapat dilihat dari produk domestik bruto (PDB). Produk Domestik Bruto (PDB) adalah nilai barang dan jasa yang dihasilkan dalam suatu negara dalam suatu tahun tertentu dengan menggunakan faktor-faktor produksi milik warga negaranya dan milik penduduk di negara-negara lain (Sukirno,2012: 61). Terjadinya kenaikan atau penurunan PDB mengindikasikan terjadinya kenaikan atau penurunan dalam proses produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh suatu negara. Terjadinya kenaikan PDB menunjukkan kegairahan ekonomi suatu negara karena ekonomi di negara tersebut telah bergerak dan berekspansi sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat negara tersebut.

(21)

Penyelenggaraan pemerintah daerah sebagai sub sistem negara dimaksudkan untuk meningkatkan daya guna dan hasil dari penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan masyarakat. Sebagai daerah otonom, Kabupaten/Kota untuk

bertindak sebagai “motor” sedangkan pemerintah Propinsi sebagai koordinator

mempunyai kewenangan dan tanggung jawab menyelenggarakan kepentingan masyarakat berdasarkan prinsip-prinsip keterbukaan, partisipasi masyarakat dan pertanggung jawaban kepada masyarakat. Salah satu indikator penting untuk menganalisis pembangunan ekonomi yang terjadi di suatu negara adalah pertumbuhan ekonomi, yang diukur dari perbedaan produk domestik bruto tahun tertentu dengan tahun sebelumnya (Setiawan dan Handoko, 2005).

Disamping untuk meningkatkan pendapatan nasional riil juga untuk meningkatkan produktivitas. Pembangunan ekonomi dapat memberikan kepada manusia kemampuan yang lebih besar untuk menguasai alam sekitarnya dan mempertinggi tingkat kebebasannya dalam mengadakan suatu tindakan tertentu. Pembangunan ekonomi ini mempunyai tiga sifat penting, yang pertama adalah suatu proses yang berarti merupakan perubahan yang terjadi terus-menerus. Kedua, suatu usaha untuk menaikkan pendapatan per jiwa/income per kapita. Ketiga, adalah kenaikan income per kapita itu harus terus-menerus dan pembangunan itu dilakukan sepanjang masa (Hasibuan, 1987).

(22)

dengan PDB, yang menjadi tolok ukur nilai PDRB adalah nilai barang dan jasa yang dihasilkan dalam suatu daerah dalam suatu tahun tertentu dengan menggunakan faktor-faktor produksi yang dimiliki daerah tersebut. Nilai PDRB inilah yang akan menunjukkan tingkat kemajuan pembangunan daerah tersebut.

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dari sisi supply mencerminkan besaran nilai tambah bruto yang tercipta sebagai akibat proses produksi barang dan jasa yang dilakukan oleh berbagai unit produksi yang ada di suatu wilayah. Dalam jangka pendek, supply ini ada untuk memenuhi demand. Karena itu dari sisi demand, PDRB adalah jumlah permintaan akhir yang dilakukan oleh berbagai pelaku ekonomi yang ada di suatu wilayah, baik untuk kepentingan konsumsi rumah tangga dan investasi swasta maupun belanja pemerintah. Bila supply berlebih, kelebihannya digunakan untuk memenuhi permintaan luar daerah/luar negeri. Sebaliknya bila kurang, dipenuni melalui impor dari luar daerah/luar negeri.

Tabel 1.1.

Nilai PDRB di Pulau Jawa dari 33 Provinsi terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2014

Provinsi PDRB ADHK 2000 Kontribusi

DKI Jakarta 477.285.245,38 17,93%

Jawa Barat 386.838.839,6 14,54%

Banten 105.856.068,16 3,98%

Jawa Tengah 223.099.740,34 8,38%

(23)

Jawa Timur 419.428.445,69 15,76%

Pulau Jawa 1.637.075.815,39 57,99%

33 Provinsi di Indonesia

2.661.070.761,64 100%

Sumber : Badan Pusat Statistik, 2015

Tabel 1.1. di atas menjelaskan kontribusi PDRB di Pulau Jawa terhadap pertumbuhan ekonomi di indonesia. Pulau Jawa memiliki kontribusi terbesar dalam menyumbang pertumbuhan ekonomi secara nasional. Kontribusi terbesar di pulau Jawa yaitu sebesar 17,93% yang dicapai oleh Provinsi DKI Jakarta, sedangkan kontribusi terendah sebesar 0,92% yang dicapai oleh DIY dan Provinsi Banten sendiri sebesar mendapatkan 3,98%. Minimnya kontribusi Provinsi Banten dalam menyumbang pertumbuhan ekonomi secara nasional dikarenakan banten masih dalam tahap perkembangannya pada sektor industri dan jasa-jasa sehingga tidak banyak aktivitas ekonomi yang berskala besar seperti Provinsi DKI Jakarta.

(24)

ekonomi nasional (PDRB 33 provinsi) kontribusi PDRB Provinsi Banten dalam pembentukan output nasional sebesar 3,98% (Tabel 1.1.).

(25)

Sumber : BPS Provinsi Banten, 2015

Gambar 1.1.

Laju Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Banten Tahun 2010-2014 Pada Gambar 1.1. Diatas menerakangkan laju pertumbuhan ekonomi provinsi banten dari tahun 2010-2014 dibilang cukup baik di karnakan bisa tumbuh di atas 5% dimana dari tahun 2010-2011 mengalami kenaikan sebesar 1,98% akan tetapi di tahun berikutnya (2011-2014) justru mengalami penurunan di setiap tahunya, tentu banyak kendala dan hambatan yang di hadapi di setiap tahunnya seperti halnya di tahun 2014 yang terjadi cenderung lebih lambat di bandingkan tahun-tahun sebelumnya disebabkan adanya ketidakpastian kenaikan harga BBM, sehingga menyebabkan dari sisi domestik menyebabkan kenaikan biaya ongkos produksi dan harga komoditas sehingga mengurangi daya beli masyarakat. Akibatnya hanya tumbuh sebesar 5,28%.

(26)

Sumber : BKM RI, 2015

Gambar 1.2.

Realisasi Nilai Investasi di Provinsi Banten tahun 2012-2014 Gambar 1.2. diatas menunjukan realisasi nilai investasi penanaman modal asing (PMA) dari tahun 2012-2014 mengalami fluktuatif, artinya dari tahun 2012-2013 mengalami kenaikan dan kemudian turun pada tahun 2014 dari 2.716 (juta US$) naik menjadi 3.720 (juta US$) dan kemudian turun menjadi 2.034 (juta US$). Adapun dengan penanaman modal dalam negeri (PMDN) di Provinsi Banten sendiri disetiap tahunya justru mengalami kenaikan tahun 2012-2014 dari 2.490 (miliar rupiah) menjadi 4.008 (miliar rupiah) dan memingkat tajam sebesar 8.081 (miliar rupiah). Provinsi Banten sendiri memang menjadi lahan para investor untuk menanamkan modalnya karena Provinsi Banten memiliki berbagai infrastruktur strategis dalam bidang transportasi seperti pelabuhan merak dan ciganding serta bandara intermasional

(27)

Soekarno-Hatta dan juga akses yang mudah menuju pelabuhan internasional tanjung periuk melalui tol (BPS, 2014).

(28)

Tabel 1.2.

Perubahan Jumlah Orang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan 2010-2014 (jiwa)

No. Lapangan Pekerjaan 2010 2014 Perubahan

1 Pertanian 717.535 712.079 -5.456

2 Pertambangan 20.897 47.687 26.790

3 Industri 863.269 1.088.392 225.123

4 Listrik, Gas, Air 12.334 18.323 5.989

5 Bangunan 153.951 243.698 89.747

6 Perdagangan, dll 984.513 1.266.512 281.999

7 Telekomunikasi, dll 354.674 325.286 -29.388

8 Keuangan 105.460 297.410 191.950

9 Jasa-Jasa, dll 602.082 938.706 336.624

Total 3.814.715 4.938.093 1.123.378 Sumber: BPS Provinsi Banten, 2015

(29)

sudah mulai berkurang setiap tahunnya untuk di jadikan lahan industri dan juga pada sektor komunikasi dikarnakan adanya pemutusan hubungan kerja.

Peranan sektor perdagangan di Provinsi Banten sangatlah dominan, hal ini terlihat dari kontribusinya yang menyumbang hampir sebagian dari PDRB Provinsi Banten setiap tahunnya. Pertumbuhan yang tinggi pada sektor perdagangan tersebut pada satu sisi dapat menyediakan lapangan pekerjaan cukup besar sehingga mampu menekan angka pengangguran. Tetapi pada sisi lain hal itu bisa menjadi ancaman bagi sektor lain, terutama pertanian, di mana proses regenerasi profesi pertanian akan terganggu. Apalagi pertanian merupakan salah satu sektor potensial yang menjadi tumpuan pendapatan masyarakat Provinsi Banten.

(30)

Pengeluaran pemerintah sendiri merupakan alat intervensi pemerintah terhadap perekonomian yang dianggap paling efektif. Selama ini, tingkat efektifitas pengeluaran pemerintah dapat diukur melalui seberapa besar pertumbuhan ekonomi. Keberhasilan pembangunan di suatu daerah disamping ditentukan oleh besarnya pengeluaran pemerintah tersebut juga dipengaruhi oleh besarnya investasi (Syafii, 2009).

Tabel 1.3.

Rekapitulasi Realisasi Pendapatan dan Belanja Pemerintah Provinsi Banten (Juta Rupiah) 2013 -2014

Uraian 2013 2014

1. Pendapatan Daerah 6.230.229,81 7.068.432,91

a. Pendapatan Asli Daerah 4.118.551,72 4.899.125,74

b. Dana Perimbangan 1.126 004,17 1.159.872,63

c. Lain - lain Pendapatan Daerah Yang Sah /

985.673,92 1.009.434,54

2. Belanja Daerah 5.295 139,15 6.192.155,57

a. Belanja Langsung 3.316.069,66 4.013.607,70

b. Belanja Tidak Langsung 1.979.069,49 2.178.547,86

3. Surplus(Defisit) 935.090,66 876.277,34

4. Pembiayaan Daerah 134.714,20 1.031.716,86

a. Penerimaan Pembiayaan Daerah 450.814,20 169.804,86 b. Pengeluaran Pembiayaan Daerah 316.100,00 38.088,00

5. Sisa Lebih Penghitungan Anggaran (SILPA) Tahun Berkenan

1.069.804,86 1.907.994,21

Sumber: BPS Provinsi Banten, 2015

(31)

daerah, porsi pengeluaran tertinggi digunakan untuk belanja tidak langsung yang mencapai 4,01 triliun rupiah atau 69,31 persen dari total belanja daerah, sementara sisanya sebanyak 2,18 triliun (35,18%) digunakan untuk belanja langsung. Realisasi penerimaan pajak di Provinsi Banten sendiri pada tahun 2014 mencapai 24,64 triliun rupiah atau meningkat dari tahun sebelumnya yaitu 21,52 triliun rupiah, dan ditargetkan mengalami peningkatan menjadi 34,69 triliun rupiah pada tahun 2015

(32)

prasarana umum, transportasi dan lainnya. Tanpa itu, sulit diharapkan dunia usaha daerah dapat berkembang.

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya pertumbuhan ekonomi yang telah dicapai Provinsi Banten tidak lepas dari kontribusi PDRB Kabupaten/Kota di Provinsi Banten. Sementara itu PDRB Kabupaten/Kota di Provinsi Banten di pengaruhi oleh beberapa factor seperti Tenaga Kerja, Investasi dan Pengeluaran Pemerintah di masing-masing daerah. Banyak penelitian sebelumnya yang menggunakan variable yang sama seperti penelitian Fitrah Afrizal (2013) dengan judul “Pengaruh Investasi, Tenaga Kerja dan Pengeluaran Pemerintah terhadap Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi

Selatan”

Maka berdasarkan latar belakang tersebut, penulis memandang perlu untuk mengkaji dan mendalami serta menganalisis lebih dalam. Dalam bentuk proposal dengan judul “Analisis Pengaruh Tenaga Kerja, Investasi, dan Pengeluaran Pemerintah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten/ Kota di Provinsi Banten Tahun 2010-2014”.

B. Batasan Masalah Penelitian

(33)

PMDN dan PMA, dan tenaga kerja yang sudah bekerja. Sedangkan pertumbuhan ekonomi menggunakan data PDRB dengan harga konstan.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan pada permasalahan yang telah diuraikan sebelumnya, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah

1. Bagaimana pengaruh tenaga kerja terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Banten tahun 2010-2014.

2. Bagaimana pengaruh investasi terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Banten tahun 2010-2014.

3. Bagaimana pengaruh pengeluaran pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Banten tahun 2010-2014.

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan permasalahan, tujuan yang dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh tenaga kerja terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Banten tahun 2010-2014.

2. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh investasi terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Banten tahun 2010-2014.

3. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh pengeluran pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Banten tahun 2010-2014.

E. Manfaat Penelitian

(34)

1. Sebagai gambaran bagi pemerintah provinsi tentang pengaruh investasi, tenega kerja dan pengeluaran pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi dalam rangka penentuan arah, kebijakan serta pengambilan keputusan dalam pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

(35)

17 1. Teori Pertumbuhan Ekonomi

Prof. Simon Kuznet (1871) mendefinisikan bahwa pertumbuhan ekonomi sebagai kenaikan jangka panjang untuk menyediakan berbagai jenis barang ekonomi yang terus meningkat kepada masyarakat. Kemampuan ini tumbuh atas dasar kemajuan teknologi, institusional dan idiologis yang diperlukannya. Definisi tersebut mempunyai 3 (tiga) komponen penting: pertama, pertumbuhan ekonomi suatu bangsa terlihat dari meningkatnya secara terus-menerus persediaan barang. Kedua, teknologi maju merupakan faktor dalam pertumbuhan ekonomi yang menentukan derajat pertumbuhan kemampuan dalam penyediaan aneka macam barang kepada penduduk. Ketiga, penggunaan teknologi secara luas dan efisien memerlukan adanya penyesuaian di bidang kelembagaan dan idiologi sehingga inovasi yang dihasilkan oleh ilmu pengetahuan dapat dimanfaatkan secara tepat dan baik (Suryana, 2000).

(36)

Pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan kemampuan dari suatu perekonomian dalam memproduksi barang dan jasa. Maka dapat disimpulkan bahwa makin tingginya pertumbuhan ekonomi biasanya makin tinggi pula kesejahteraan masyarakat, meskipun terdapat indikator yang lain yaitu distribusi pendapatan (Nanga, 2005). Adapun penelitian yang mengkaitkan hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan tenaga kerja yaitu teori fungsi produksi Cobb Douglas dalam teori ini menjelaskan adanya pembagian pendapatan nasional diantara modal dan tenaga kerja tetap konstan selama periode yang jangka panjang. Dengan kata lain, ketika perekonomian mengalami pertumbuhan yang mengesankan, pendapatan total pekerja dan pendapatan total pemilik modal tumbuh pada tingkat yang nyaris sama. Jika pembagian faktor yang konstan maka ada faktor-faktor selalu menikmati produk marjinalnya. Fungsi produksi tersebut harus mempunyai unsur dimana.

Pendapatan Modal = MPK x K = αY dan

Pendapatan Tenaga Kerja = MPL x L = (1-α)Y

Dimana α adalah konstanta antara nol dadn satu yang mengukur bagian

modal dari pendapatan. Yaitu α menentukan betapa bagian pendapatan yang

(37)

skala konstan. Yaitu, jika modal dan tenaga kerja meningkat dalam propornsi yang sama, maka output meningkat menurut proporsi yang sama. Dinyatakan produk marjinal untuk fungsi produksi cobbdouglas. Produk marjinal tenaga kerja adalah MPL = (1-α) k α L-α danMPK = α K α-1L1-α dari persamaan ini,

dengan mengetahui bahwa α berada antara nol, kita melihat apa yang

menyebabkan produk marjinal dari kedua faktor berubah. Kenaikan dalam jumlah modal meningkat MPL dan mengurangi MPK. Demikian pula, kenaikan dalam jumlah tenaga kerja mengurangi MPL dan meningkatkan MPK. Maka produk marjinal fungsi produksi cobb-douglas bisa ditulis sebagai:

MPL = (1-α) Y/L

MPK = α Y/K

MPL proposional terhadap output per pekerja dan MPK proporsional terhadap output per unit modal. Y/L disebut produktivitas tenaga kerja rata-rata dan Y/K di sebut produktivitas modal rata-rata. Jika fungsi produksi adalah cobb-douglas, maka produktivitas marjinal sebuah faktor proporsional terhadap produktivitas rata-rata. (Mankiw, 2007:55)

Teori Peacock & Wiseman dianggap sebagai teori sering disebut sebagai The Displacement Effect, dimana teori ini didasarkan pada suatu pandangan

(38)

pengeluaran pemerintah. Tingkat toleransi ini merupakan kendala bagi pemerintah untuk menaikkan pungutan pajak. Teori Peacock dan Wiseman adalah sebagai berikut: pertumbuhan ekonomi menyebabkan pemungutan pajak semakin meningkat walaupun tarif pajak tidak berubah, dan meningkatnya penerimaan pajak menyebabkan pengeluaran pemerintah juga semakin meningkat. Peningkatan pada PDB dalam keadaan normal menyebabkan penerimaan pemerintah yang semakin besar, begitu juga dengan pengeluaran pemerintah.

Apabila keadaan normal tersebut terganggu, misalnya karena adanya perang, maka pemerintah harus memperbesar pengeluarannya untuk membiayai perang. Salah satu cara umtuk meningkatkan penerimaannya tersebut dengan menaikkan tarif pajak sehingga dana swasta untuk investasi dan konsumsi menjadi berkurang Keadaan ini disebut efek pengalihan (Displacement effect) yaitu adanya gangguan sosial menyebabkan aktivitas swasta dialihkan pada aktivitas pemerintah.

2. Teori Pertumbuhan Ekonomi Klasik

Adapun ekonomi klasik menurut Arsyad (2010:115) pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh dua faktor utama yakni dua faktor utama yakni Pertumbuhan output total dan pertumbuhan penduduk . Unsur pokok dari sistem produksi suatu negara ada tiga:

(39)

sumber daya alam yang tersedia mempunyai batas maksimum bagi pertumbuhan suatu perekonomian.

b) Sumber daya insani (jumlah penduduk) merupakan peran pasif dalam proses pertumbuhan output, maksudnya jumlah penduduk akan menyesuaikan dengan kebutuhan akan tenaga kerja.

c) Stok modal merupakan unsur produksi yang sangat menentukan tingkat pertumbuhan output. Laju pertumbuhan ekonomi sangat dipengaruhi oleh produktivitas sektor- sektor dalam menggunakan faktor-faktor produksinya.

Produktivitas dapat ditingkatkan melalui berbagai sarana pendidikan, pelatihan dan manajemen yang lebih baik.

3. Teori Pertumbuhan Neo Klasik

Teori pertumbuhan neoklasik dikembangkan oleh Solow dan Swan. Model Solow-Swan menggunakan unsur pertumbuhan penduduk, akumulasi kapital, dan besarnya output yang saling berinteraksi. Perbedaan utama dengan model Harrod-Domar adalah dimasukkannya unsur kemajuan teknologi dalam modelnya. Selain itu, Solow, dan Swan menggunakan model fungsi produksi yang memungkinkan adanya substitusi antara kapital (K) dan tenaga kerja (L). Adapun model pertumbuhan ekonomi Neo Klasik Solow (Solow Neo Classical Growth Model) maka fungsi produksi agregat standar adalah sama seperti yang

(40)

Yi = i ( K, L)

Dalam kerangka ekonomi regional, menderivasikan rumus diatas menjadi sebagai berikut:

Yi = ai Ki + (1- ai ) ni Dimana:

Yi = besarnya output

ai = bagian yang dihasilkan dari faktor modal Ki = tingkat pertumbuhan modal

(1- ai ) = bagian yang dihasilkan diluar faktor modal ni = tingkat pertumbuhan tenaga kerja

Teori Neoklasik sebagai penerus dari teori klasik menganjurkan agar kondisi selalu diarahkan untuk menuju pasar sempurna. Dalam keadaan pasar sempurna, perekonomian bisa tumbuh maksimal. Hal khusus yang perlu dicatat adalah bahwa model neoklasik mengasumsikan I=S. Hal ini berarti kebiasaan masyarakat yang suka memegang uang tunai dalam jumlah besar dapat menghambat pertumbuhan ekonomi. Analisis lanjutan dari paham neoklasik menunjukkan bahwa untuk terciptanya suatu pertumbuhan yang mantap (steady growth), diperlukan suatu tingkat saving yang tinggi dan seluruh keuntungan pengusaha diinvestasikan kembali.

4. Teori David Ricardo

(41)

(sumber daya alam) tidak bisa bertambah sehingga akhirnya faktor pembatas dalam proses pertumbuhan suatua masyarakat. Perekonomian yang diciri-cirikan Ricardo sebagai berikut:

a. Tanah terbatas

b. Tenaga kerja meningkat atau menurun sesuao tingkat upah diats atau dibawah tingkat upah minimal

c. Akumulasi modal terjadi apabila tingkat keuntungan yang diperoleh pemilik modal berada diatas tingkat keuntungan minimal yang diperlukan untuk menarik meraka melakukan investasi

d. Sektor pertanian dominan dari faktor produksi tanah dan tenaga kerja, ada satu kekuatan dinamis yang selalu menarik perekonomian kearah tingkat upah minimum, yaitu bekerjanya the lawa of diminishing return. Pada akumulasi modal juga berlaku hukum tersebut.

(42)

Product/Upah W

Y P4

P3 S P

P2

W3 P1

W2

W1

X O N1 N2 N3 N4 N5 Tenaga Kerja Sumber : Suryana, 2000

Gambar 2.1.

Gerakan Kearah Stasioner

(43)

dikurangi sewa dibagi jumlah rekening upah atau P1 N1 – WI N1). Pada waktu keuntungan P1 W1 investasi terangsang. Permintaan terhadap buruh meningkat menjadi ON2, dan tingkat upah naik menjadi W2 N2. Ini akan meningkatkan investasi dan kemajuan teknik lebih lanjut dan kenaikan permintaan akan buruh menjadi ON3. Tetapi keuntungan akan menurun menjadi P3 W3. Proses penumpukan modal, kemajuan teknik, peningkatan penduduk, dan tingkat upah ini akan berlangsung sampai keuntungan lenyap sama sekali pada titik S, dan timbul stasioner (Suryana, 2000).

Dalam teori pertumbuhan ekonomi Klasik, pertumbuhan ekonomi bergantung pada faktor-faktor produksi (Sukirno, 2010). Persamaanya adalah sebagai berikut :

Y = f(K, L, R, T) Keterangan :

Y : tingkat pertumbuhan ekonomi

K : jumlah barang modal yang tersedia dan digunakan L : jumlah dan kualitas tenaga kerja yang digunakan R : jumlah dan jenis kekayaan yang digunakan T : tingkat teknologi yang digunakan

5. Teori Pertumbuhan Ekonomi Keynes

(44)

dibangun berdasarkan pengalaman negara maju. Kesemuanya terutama dialamatkan kepada perekonomian kapitalis maju dan mencoba menelaah persyaratan pertumbuhan mantap (steady growth) dalam perekonomin seperti itu (Jhingan, 1992). Berikut ini adalah kurva fungsi produksi :

Modal Q1 Q2

K2

K1

Tenaga Kerja L1 L2

Sumber : Lincolin Arsyad (1999)

Gambar 2.2. Fungsi Produksi

Pada Gambar 2.2. merupakan kurva fungsi produksi yang berbentuk L. Untuk menghasilkan output sebesar Q1 diperlukan tenaga kerja L1 dan modal sebesar K1. Untuk menghasilkan output sebesar Q2 juga diperlukan tenaga kerja L2 dan modal sebesar K2. Apabila kombinasi itu berubah maka tingkat output juga berubah.

(45)

diketahui proporsi pendapatan nasional yang ditabung sebesar 6%, maka bisa dicapai pertumbuhan 2%. Hal tersebut dapat disusun dari model sederhana:

a. Tabungan (S) adalah beberapa proporsi (s) dari pendapatan nasional (Y) sehingga : S = s.Y

b. Investasi (I) sebagai perubahan stok modal (K) maka : I =

c. Stok modal (K) membawa hubungan langsung dengan pendapatan nasional (Y), COR = k maka :

= �

atau

∆�∆�

= �

atau ∆� = �. ∆�

d. S harus sama dengan I maka S = I, maka : S = s . Y = k . ∆� = ∆� = � atau s . Y = k . ∆�

dan disimpulkan menjadi ∆� �

=

� �

�����ℎ = ��

Keterangan :

Growth : Pertumbuah

S : Saving

COR : Capital Output Ratio

(46)

perencana dapat menentukan seberapa banyak tabungan serta penanaman modal yang harus dilakukan oleh negara untuk mencapai suatu tingkat pertumbuhan yang diinginkan. Oleh karena itu jumlah penduduk 2,5% maka pertambahan pendapatan (pertumbuan) harus naik dengan tingkat yang sama supaya tingkat pendapatan per kapita dapat dipertahankan. Untuk mendapatkan kenaikan 2% dalam kenaikan pendapatan per kapita, maka keseluruhan hasil harus naik 4,5% (2% + 2,5%) setahunnya. Karena untuk kenaikan US$1 diperlukan US$3 maka perekonomian haruslah mampu menabung 13,5% (3 x 4,5%) dari jumlah pendapatan nasionalnya setiap tahun (Suryana, 2000).

B. Hubungan Antar Variabel

1. Hubungan Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi

Menurut Todaro (2000) pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan Angkatan kerja (AK) secara tradisional dianggap sebagai salah satu faktor positif yang memacu pertumbuhan ekonomi. Jumlah tenaga kerja yang lebih besar berarti akan menambah tingkat produksi, sedangkan pertumbuhan penduduk yang lebih besar berarti ukuran pasar domestiknya lebih besar. Meski demikian hal tersebut masih dipertanyakan apakah benar laju pertumbuhan yang cepat benar-benar akan memberikan dampak positif atau negatif dari pembangunan ekonominya.

(47)

pertambahan tenaga kerja tersebut. Kemampuan tersebut dipengaruhi oleh tingkat dan jenis akumulasi modal dan tersedianya input dan faktor penunjang seperti kecakapan manajerial dan administrasi.

Pada teori yang dikemukakan oleh David Ricardo yang dianggap mewakili kaum klasik dalam membangun teorinya. Sebagaimana ciri dar mazhab klasik Ricardo memusatkan perhatian pada peranan manusia dalam pertumbuhan ekonomi, atau dengan kata lain output nasional (GDP) tergantung/ditentukan semata-mata oleh tenaga kerja (Hudiyanto, 2013).

Dalam model sederhana tentang pertumbuhan ekonomi, pada umumnya pengertian tenaga kerja diartikan sebagai angkatan kerja yang bersifat homogen. Menurut Lewis, angkatan kerja yang homogen dan tidak terampil dianggap bisa bergerak dan beralih dari sektor tradisional ke sektor modern secara lancar dan dalam jumlah terbatas. Dalam keadaan demikian penawaran tenaga kerja mengandung elastisitas yang tinggi. Meningkatnya permintaan atas tenaga kerja (dari sektor tradisional) bersumber pada ekspansi kegiatan sektor modern. Dengan demikian salah satu faktor yang berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi adalah tenaga kerja.

(48)

masukan lainnya dianggap tetap akan menyebabkan tambahan dan masukan lainnya dianggap tetap akan menyebabkan tembahan keluaran yang dapat diproduksi. Tambahan keluaran yang diproduksi inilah yang disebut dengan produk fisik marjinal (Marginal physical Product).Selanjutnya dikatakan bahwa apabila jumlah tenaga kerja ditambah terus menerus sedang faktor produksi lain dipertahankan konstan, maka pada awalnya akan menunjukkan peningkatan produktivitas namun pada suatu tingkat akan memperlihatkan penurunan produktivitas serta setelah mencapai tingkat keluaran maksimal setiap penambahan tenaga kerja aakan mengurangi pengeluaran.

Jumlah angkatan kerja yang bekerja merupakan gambaran kondisi dari lapangan kerja yang tersedia. Semakin bertambah besar lapangan kerja yang tersedia, maka akan menyebabkan semakin meningkatnya total produksi di suatu daerah. (Kuncoro, 2004)

2. Hubungan Investasi dan Pertumbuhan Ekonomi

(49)

adalah positif dan signifikan, khususnya mengenai pengaruh ganda yang dimiliki investasi melalui proses akselerasi dan proses multiplier yaitu pertama,

menciptakan pendapatan yang juga disebut ”dampak permintaan”, dan kedua

memperbesar kapasitas produksi perekonomian dengan menciptakan stok

capital, yang juga disebut “dampak penawaran” dari investasi. Selama investasi

netto tetap berlangsung, maka pendapatan riil dan output akan senantiasa membesar (Sukirno,2004).

Modal merupakan faktor penting, sebab dengan tersedianya modal maka faktor-faktor produksi lainnya akan dapat terpenuhi. Investasi yang diinvestir dalam pembangunan ekonomi mengutamakan kepada service motive yakni pemberian pelayanan, dorongan-dorongan kepada mesyarakat walaupun pertimbangan ekonomi juga diperhatikan. (Hasibuan,1987).

(50)

Dalam upaya pembangunan ekonomi modal memegang peranan penting, karena akumulsi modal akan menentukan cepat atau lambatnya pertumbuhan ekonomi dan mencerminkan marak lesunya pembangunan ekonomi suatu daerah. Dimana investasi itu dapat dilakukan dengan cara menghimpun akumulasi modal untuk membangun sejumlah gedung dan peralatan yang berguna bagi kegiatan produktif, maka output potensial suatu bangsa akan bertambah dan pertumbuhan ekonomi jangka panjang juga akan meningkat. Investasi baik Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) maupun Penanaman Modal Asing (PMA) memainkan peranan penting dalam menentuka jumlah output dan pendapatan. Dengan semakin besarnya investasi baik PMDN maupun PMA maka diharapkan akan mendorong pertumbuhan sektor swasta dan rumah tangga dalam mengalokasikan sumber daya yang ada di suatu daerah. Hal ini pada akhirnya akan menyebabkan makin meningkatnya PDRB dan diharapkan pertumbuhan ekonomi daerah dapat meningkat. Dengan demikian investasi PMDN dan PMA memiliki hubungan positif terhadap pertumbuhan ekonomi suatu daerah.

(51)

3. Hubungan Pengeluaran Pemerintah dan Pertumbuhan Ekonomi

Investasi pemerintah yang dilakukan melalui pengeluaran pemerintah daerah memiliki kontribusi yang sangat erat dengan pertumbuhan ekonomi suatu daerah. Pengeluaran pemerintah diwujudkan dalam bentuk fasilitas publik seperti jalan raya, jembatan, bandara, dan sebagainya. Selain itu, pengeluaran pemerintah ini diwujudkan dalam bentuk bantuan seperti untuk membiayai masyarakat yang produktif (UKM) dan sebagainya.

Pengeluaran Pemerintah menurut Sukirno dalam Sitaniapessy (2013) adalah bagian dari kebijakan fiskal, yaitu suatu tindakan pemerintah untuk mengatur jalannya perekonomian dengan cara menentukan besarnya penerimaan dan pengeluaran pemerintah setiap tahunnya, yang tercermin dalam dokumen Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) untuk nasional dan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) untuk daerah atau regional. Tujuan dari kebijakan fiskal ini adalah dalam rangka menstabilkan harga, tingkat output, maupun kesempatan kerja dan memacu atau mendorong pertumbuhan ekonomi.

(52)

C. Penelitian Terdahulu

Pada bagian ini memuat tentang penelitian-penelitian yang di lakukan sebelumnya yang mendasari pemikiran penulis dan menjadi bahan pertimbangan dalam menyusun skripsi ini Berikut ini merupakan tabel penelitian terdahulu:

Tabel 3.1. Penelitian Terdahulu

No. Peneliti Judul Model Analisis

(53)

4. 3. I Gusti Ayu

Perbedaan penelitian terdahulu yang di jadikan penulisan sebagai dasar dari penelitian ini adalah metode penelitian dan daerah yang di ambil sampelnya untuk di teliti ialah menggunakan metode panel dan daerah Provinsi Banten.

D. Kerangka Penelitian

(54)

institusional (kelembagaan) dan ideologi terhadap berbagai tuntutan keadaan yang ada (M.P. Todaro, 2000: 144).

Dari uraian di atas maka dapat disusun skema sebagai berikut :

(+)

(+)

(+)

Gambar 2.3. Kerangka Penelitian

E. Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

1. Diduga Tenaga Kerja berpengaruh positive dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi kabupaten/kota di Provinsi Banten.

TENAGA KERJA (X1)

INVESTASI (PMDN + PMA = X2)

PERTUMBUHAN EKONOMI

(Y)

(55)

2. Diduga Investasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi kabupaten/kota di Provinsi Banten.

(56)

38

Penelitian ini merupakan penelitian empiris yang dilakukan untuk mengetahui pengaruh investasi, tenaga kerja, dan pengeluaran pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi Kabupaten/Kota di Provinsi Banten, yang terdiri dari 4 Kabupaten dan 4 Kota, antara lain Kabupaten Pandeglang, Serang, Lebak, Tangerang dan Kota Tangerang, Cilegon, Serang, Tangerang Selatan Penelitian ini menggunakan data sekunder selama periode 5 tahun dari tahun 2010 hingga 2014.

B. Jenis Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data runtut waktu (time series) dengan rentang waktu 5 tahun. Data yang dipilih adalah data dari tahun 2010 sampai 2014.

C. Teknik Pengumpulan Data

(57)

Pemerintah di Provinsi Banten yang bersumber dari dokumentasi BPS, BAPPEDA, BKMPT dan Instansi lainya di Provinsi Banten. Selain data-data laporan tertulis untuk kepentingan penelitian ini juga digali berbagai data, informasi dan referensi dari sumber pustaka, media masa dan internet.

D. Definisi Operasional Variabel Penelitian 1. Investasi

Data investasi yang digunakan berupa keseluruhan total nilai investasi PMDN dan PMA dalam satuan mata uang Rupiah di 8 Kabupaten/Kota di Provinsi Banten pada tahun 2010-2014.

2. Pengeluaran Pemerintah

Data pengeluaran pemerintah yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan data belanja darah di 8 Kabupaten/Kota di Provinsi Banten pada tahun 2010-2014.

3. Tenaga Kerja

Data tenaga kerja yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan data penduduk menurut usia kerja yang bekerja antara usia produktif (15-64 tahun) menurut lapangan usaha di 8 Kabupaten/Kota di Provinsi Banten pada tahun 2010-2014.

4. Pertumbuhan Ekonomi

(58)

PDRB. Dalam penelitian ini, data yang digunakan sebagai ukuran pertumbuhan ekonomi adalah nilai PDRB atas dasar harga konstan selama 5 tahun terakhir atau dari tahun 2010-2014.

E. Alat Analisis

Alat analisis yang digunakan untuk menjawab permasalahan atau hipotesis dalam penelitian ini adalah analisis regresi Data Panel dengan cara menguji secara statistik terhadap variabel-variabel yang telah dikumpulkan dengan menggunakan program EViews7. Hasil analisis diharapkan dapat digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh beberapa variabel bebas terhadap variabel terikat.

F. Metode Analisis Data

Model ekonometrik digunakan pada penelitian ini untuk mengetahui hubungan timbal-balik antara formulasi teori, pengujian, dan estimasi empiris. Dalam teori ekonometri, data panel merupakan gabungan antara data silang (cross-section) dan data time series deret waktu (time series). Dengan demikian, jumlah data observasi dalam data panel merupakan hasil kali data observasi time series (t > 1) dengan data observasi cross-section (n > 1). Model dasar yang akan digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut.

Y = β0+ β1 X1it+ β2 X2it+ β3 X3it + u

Keterangan:

Y = variabel dependen, yaitu PDRB

(59)

X1 = variabel investasi

X2 = variabel pengeluaran pemerintah X3 = variabel tenaga kerja

i = kabupaten/kota

t = tahun

u = error term

Dimana i menunjukkan cross section (individu) dan t menunjukkan periode waktunya. Dengan asumsi komponen error dalam pengolahan kuadrat terkecil biasa, proses estimasi secara terpisah untuk setiap unit cross section dapat dilakukan.

G. Estimasi Model Regresi Panel

Dalam metode estimasi regresi dengan menggunakan data panel dapat dibedakan melalui tiga pendekatan, antara lain:

Macam-macam Model Regresi Data Panel

1) Model Pooled Least Square (Common Effect)

(60)

Dalam pendekatan ini hanya mengasumsikan bahwa perilaku data antar ruang sama dalam berbagai kurun waktu. Pada beberapa penelitian data panel, model ini sering kali tidak pernah digunakan sebagai estimasi utama karena sifat dari model ini yang tidak membedakan perilaku data sehingga memungkinkan terjadinya bias, namun model ini digunakan sebagai pembanding dari kedua pemilihan model lainnya.

Adapun persamaan regresi dalam model Common Effect dapat ditulis sebagai berikut :

Yit = α + Xitβ + ɛit Dimana :

i = menunjukkan cross section (individu) t = menunjukkan periode waktunya

Dengan asumsi komponen error dalam pengolahan kuadrat terkecil biasa, proses estimasi secara terpisah untuk setiap unit cross section dapat dilakukan.

2) Metode Fixed Effect

Pendekatan model ini menggunakan variabel boneka atau dummy yang dikenal dengan sebutan model efek tetap (Fixed Effect) atau Least Square Dummy Variable atau disebut juga Covariance Model. Pada metode Fixed

Effect estimasi dapat dilakukan dengan tanpa pembobot (no weight) atau

Least Square Dummy Variable (LSDV) dan dengan pembobot (cross

(61)

pembobotan adalah untuk mengurangi heterogenitas antar unit cross section (Gujarati, 2012). Estimasi Fixed Effect mengasumsikan bahwa perbedaan antar individu dapat diakomodasi dari perbedaan intersepnya. Untuk mengestimasi data panel model ini menggunakan teknik variable dummy untuk menangkap perbedaan intersep antar objek yang satu dengan objek yang lainnya. Model estimasi ini sering disebut dengan teknik Error Component Model Least Squares Dummy Variable (LSDV). Adapun persamaan regresi

dalam model Fixed Effect dapat ditulis sebagai berikut :

Yit = α + iαit+ X’itβ + ɛit

3) Model Pendekatan Efek Acak (Random Effect)

Model data panel pendekatan ketiga yaitu model efek acak (random effect). Dalam model efek acak, parameter-parameter yang berbeda antar

daerah maupun antar waktu dimasukan ke dalam error. Karena hal inilah, model efek acak juga disebut model komponen eror (error component model).

(62)

apabila sebaliknya maka dapat memilih salah satu yang terbaik antara Model Fixed dengan Random Effect. Dengan demikian, persamaan model

random effects dapat dituliskan sebagai berikut :

Yit = α + X’itβ + wit Dimana :

wit = ɛit + u1 ; E(wit) = 0 ; E(wit2) = α2+ αu2 ; E(wit, wjt-1) = 0; i ǂ j; E(ui,ɛit) = 0;

E(ɛi,ɛis) = E(ɛit,ɛjt) = E(ɛjt,ɛjs)

Meskipun komponen error wt bersifat homoskedastik, nyatanya terdapat korelasi antara wt dan wit-s (equicorrelation), yakni :

Corr(wit, wi(t-1)) = αu2/( α2 + αu2)

H. Pemilihan Model Estimasi Data Panel

Untuk menganalisis indeks pembangunan manusia digunakan regresi data panel menggabungkan antara data time series dengan cross section. Prosedur regresi data panel tersebut adalah dengan memilih model yang paling tepat dengan cara:

1) Uji Chow

Chow test yakni pengujian untuk menentukan model Fixed Effect Model atau Random Effect yang paling tepat digunakan mengestimasi data panel. Untuk mengetahuinya digunakan rumus sebagai berikut :

Chow = − / �−

(63)

Keterangan :

RRS : Restricted Residual Sum Square (Sum of Square Residual yang diperoleh dari model PLS (Pooled Least Square)) URSS : Unrestriced Residual Sum Square (Sum of Square

Residual yang diperoleh dari model FEM)

n : jumlah data cross section t : jumlah data time series k : jumlah variabel penjelas

Pengujian ini menggunakan distribusi F statistik. Jika nilai F stat > F tabel maka model yang akan digunakan adalah model FEM. Sedangkan apabila F stat < F tabel maka model PLS yang akan digunakan

2) Uji Hausman

Hausman test adalah pengujian statistik untuk memilih apakah model Fixed Effect atau Random Effect yang paling tepat digunakan. Uji ini

didasarkan bahwa kedua metode OLS dan GLS konsisten tetapi OLS tidak efisien dalam H0. Mengikuti kriteria Wald, uji Hausman ini akan mengikuti distribusi chi-squares sebagai berikut.

m =�̂’ var (�̂)-1�̂

dimana �̂ = [�̂OLS-�̂GLS]

dan var (�̂) = var (�̂OLS)- var (�̂0-GLS)

(64)

3) Uji Lagrange Multiplier

Untuk mengetahui apakah model Random Effect lebih baik daripada metode common Effect (OLS) digunakan uji Langrange Multiplier (LM). Setelah

didapatkan model yang tepat maka hasil regresi dari model tersebut membuktikan hipotesis ada atau tidaknya pengaruh yang signifikan maka di lakukan uji t dan uji F.

Sumber : Gujarati, 2003 Normalitas

Obyek Penelitian

Variabel Dependen (Y) Variabel Independen (X)

Pemilihan Model Regresi Panel

Uji Hausman

Uji Langrange Multiplier Uji Chow

Fixed Effect Random Effect

Common Effect

Model Estimas Data Panel

Heteroskedatisitas

Multikolinierit

Uji Asumsi Klasik

Autokorelasi

Uji Signifikasi

Uji F Uji t Adjusted R2

(65)

I. Uji Asumsi Klasik (Kualitas Data) a. Uji Multikolinearitas

Multikolinearitas dapat diartikan sebagai suatu keadaan dimana satu atau lebih variabel bebas dapat dinyatakan sebagai kombinasi sebagai kolenier dari variabel yang lainya. Uji ini bertujuan untuk mengetahui apakah dalam regresi ini ditemukan adanya korelasi antar variabel indevenden. Jika terjadi korelasi maka dinamakan terdapat problem Multikolinelitas. Salah satu cara untuk mendeteksi adanya Multikolinelitas yaitu :

cukup tinggi (0,7 – 0,1), tetapi uji-t untuk masing – masing oefisien regresi nya tidak signifikan.

Tingginya merupakan syarat yang cukup (sufficent) akan tetapi bukan syarat yang perlu (necessary) untuk kejadianya Multikolinearitas, sebab pada

yang rendah < 0,5 bisa juga terjadi Multikolinearitas.

1. Meregresikan variabel indevenden X dengan variabel –variabel

independen yang lain, kemudian di hitung nya dengan uji F; 2. Jika �∗> F tabel berarti � di tolak, ada Multikolinearitas. 3. Jika �∗< F tabel berarti � di tolak, ada tidak Multikolinearitas.

(66)

Untuk mengatasi masalah multikolineritas, satu variabel independen yang memiliki korelasi dengan variabel independen lain harus dihapus. Dalam hal metode GLS, model ini sudah diantisipasi dari multikolineritas.

b. Uji Heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas adalah adanya ketidaksamaan varian dari residual untuk semua pengamatan pada model regresi. Uji Heteroskedastisitas berguna untuk mengetahui adanya penyimpangan dari syarat-syarat asumsi klasik pada model regresi, dimana dalam model regresi harus dipenuhi syarat tidak adanya heteroskedastisitas. Homoskedastisitas terjadi bila distribusi probabilitas tetap sama dalam semua observasi x, dan varians setiap residual adalah sama untuk semua nilai variabel penjelas.

J. Tenik Penaksiran Model

(67)

Hal yang diungkap oleh Baltagi (Puji dalam Irawan, 2012), ada beberapa kelebihan penggunaan data panel yaitu:

a) Estimasi data panel dapat menunjukkan adanya heterogenitas dalam tiap unit.

b) Penggunaan data panel lebih informatif, mengurangi kolinieritas antar variabel, meningkatkan derajat kebebasan dan kebih efisien.

c) Data panel cocok utnuk digunakan karena menggambarkan adanya dinamika perubahan.

d) Data panel dapat meminimalkan bias yang mungkin dihasilkan dalam agregasi.

Untuk menguji estimasi pengaruh jumlah unit usaha, nilai investasi, nilai produksi dan upah minimum terhadap penyerapan tenaga kerja pada industri kecil digunakan alat regresi dengan model data panel. Ada dua pendekatan yang digunakan dalam mengalisis data panel. Pendekatann Fixed Effect dan Random Effect. Sebelum model estimasi dengan model yang tepat,

terlebih dahulu dilakukan uji spesifikasi apakah Fixed Effect dan Random Effect atau keduanya memberikan hasil yang sama.

(68)

GLS sudah memperhitungkan heterogenitas yang terdapat pada variabel independen secara eksplisit sehingga metode ini mampu menghasilkan estimator yang memenuhi kriteria BLUE (best linier unbiased estimator).

Dari beberapa variabel yang digunakan dalam penelitian ini maka dapat dibuat model penelitan sebagai berikut:

Yit = β0+β1X1it+ β2X2it +β3X3it + β4X4it t+ε

Yang kemudian di transformasikan kedalam persamaan logaritma, yaitu :

LogYit = β0+Log β1X1it+ Log β2X2it + Log β3X3it+ε

Keterangan :

Log Yit = Pertumbuhan Ekonomi

β0 = Konstanta

Log β1234 = Koefisien variabel 1,2,3

Log X1 = Investasi

Log X2 = Tenaga Kerja

Log X3 = Pengerluaran Pemerintah i = Kabupaten/ Kota

t = Periode Waktu ke-t

(69)

51

Pada bab IV ini penulis akan menyajikan gambaran umum obyek/subyek yang meliputi kondisi Geografis, kondisi ekonomi, kondisi ketenagakerjaan, kondisi penanaman modal, dan pengeluaran pemerintah

A. Kondisi Geografis Provinsi Banten

Berikut ini merupakan peta Provinsi Banten yang terdiri dari 8 Kabupaten/Kota :

Sumber : BPS, Provinsi Banten, 2015

(70)

Secara letak geografis Provinsi Banten dekat dengan Jawa-Barat dan pulau Sumatra. Banten terletak di antara pulau Sumatra, Jawa-barat dan Jakarta, dengan populasi penduduk mencapai 11.768.309 juta jiwa pada tahun 2014. Provinsi Banten terletak di ujung barat Pulau Jawa dan berbatasan langsung dengan DKI Jakarta, Jawa Barat, Laut Jawa, Samudra Hindia dan Selat Sunda.

Letak astronomisnya antara 507’50” - 701’1” LS dan 10501’11” - 10607’12”

BT. Luas wilayah Banten mencapai 9.662,92 km2 atau sekitar 0,51 persen dari luas daratan Indonesia. Berarti, Banten adalah provinsi dengan luas wilayah terkecil kelima di Indonesia setelah Kepulauan Riau (0,43 per-sen), Bali (0,30 persen), DI Yogyakarta (0,16 persen) dan DKI Jakarta (0,03 persen).

Adapun batas wilayah Provinsi Banten meliputi :

a. Sebelah Utara : Laut Jawa

b. Sebelah Selatan : Samudra Indonesia c. Sebelah Barat : Selat Sunda

d. Sebelah Timur : DKI Jakarta dan Provinsi Jawa Barat

Provinsi Banten sendiri terbagi menjadi 8 Kabupaten dan Kota dengan masing-masing luas wilayah terdiri dari :

a) Kabupaten Lebak dengan luas wilayah 3.044,72 km2 b) Kabupaten Pandeglang dengan luas wilayah 2.746,90 km2 c) Kabupaten Serang dengan luas wilayah 1.467,39 km2 d) Kabupaten Tangerang dengan luas wilayah 956,9 km2 e) Kota Serang dengan luas wilayah 266,77 km2

(71)

g) Kota Tangerang dengan luas wilayah 164.54 km2

h) Kota Tangerang Selatan dengan luas wilayah 147.19 km2

Kondisi topografi wilayah Banten pada umumnya merupakan dataran rendah dengan ketinggian antara 0-200 mdpl yang terletak di daerah Kota Cilegon, Kota Tangerang, Kabupaten Tangerang, Kota Tangerang Selatan, Kabupaten Pandeglang dan sebagian besar wilayah Kabupaten Serang. Adapun daerah Lebak Tengah, sebagian kecil Kabupaten Serang dan Kabupaten Pandeglang memiliki ketinggian berkisar 201-2.000 mdpl. Sedangkan daerah Lebak Timur memiliki ketinggian 501-2.000 mdpl yang terdapat di sekitar Puncak Gunung Sanggabuana dan Gunung Halimun.

(72)

dari aspek perkembangan ekonomi, aspek industri, aspek investasi dan penyerapan tenaga kerja. Wilayah Banten memiliki pantai, daratan, hutan dan pegunungan. Provinsi Banten mempunyai letak yang sangat strategis sehingga dapat ditempuh dengan menggunakan transportasi laut, transportasi darat dan transportasi udara.

Faktor geografis yang dimaksud antara lain mencakup aspek keadaan alam dan sumber daya alam dan sumber pendapatan daerah Provinsi Banten yang bersumber dari sektor pertanian, perindustrian, perdagangan dan jasa. Faktor geografis ini dapat dijadikan sebagai faktor pendukung bagi pengelolaan lingkungan hidup di Provinsi Banten, sehingga diharapkan pengelolaan lingkungan hidup di Provinsi Banten ini dapat sejalan dengan pembangunan berkelanjutan dengan tidak mengenyampingkan dampaknya kepada pengguna sektor yang lainnya, juga keterkaitan manusia pribadi sebagai mahluk sosial dengan lingkungan sosialnya perlu diperhitungkan sehingga pembangunan tidak lagi melihat manusia sebagai individu yang berdiri sendiri, tetapi juga memperhatikan dampak pembangunan pada kedudukan manusia sebagai mahluk sosial.

B. Profil Kabupaten/Kota Provinsi Banten 1. Kabuaten Lebak

(73)

dan 5 kelurahan. Kabupaten Lebak memiliki batas wilayah administratif sebagai berikut :

a. Sebelah Utara : Kabupaten Serang dan Tangerang b. Sebelah Selatan : Samudera Indonesia

c. Sebelah Timur : Kabupaten Pandeglang

d. Sebelah Barat :Kabupaten Bogor dan Kabupaten Sukabumi

Kabupaten Lebak dilalui oleh beberapa Daerah Aliran Sungai (DAS), yaitu DAS Ciujung yang bermuara di Laut Jawa, meliputi Sungai Ciujung, Cilaki, Ciberang, dan Cisimeut serta DAS Ciliman dan Cimadur yang bermuara di Samudera Indonesia, meliputi Sungai Ciliman dan anak sungainya, Sungai Cimadur, Cibareno, Cisiih, Cihara, Cipogar dan Cibaliung.

Dengan kondisi geografis seperti di atas, Kabupaten Lebak memiliki keragaman fungsi lahan dari areal sawah hingga industri guna menggerakan roda perekonomian daerah yang berkelanjutan dan akan menciptakan iklim yang kondusif untuk berinvestasi serta menggerakan laju pertumbuhan ekonomi daerah.

2. Kabuaten Pandeglang

Luas wilayah Kabupaten Pandeglang adalah 274.689,91 Ha atau 274,69 Km2 dan secara wilayah kerja administrasi terbagi atas 35 kecamatan, 322 desa dan 13 kelurahan. Wilayah Kabupaten Pandeglang berada pada bagian Barat

(74)

Lintang Selatan (LS) dan 104o 8’-106o 11’ Bujur Timur (BT), dengan batas administrasinya adalah :

a. Sebelah Utara : Kabupaten Serang b. Sebelah Selatan : Samudra Indonesia c. Sebelah Timur : Kabupaten Lebak

d. Sebelah Barat : Samudra Indonesia di pisahkan dengan selat panaitan

Daerah pegunungan pada umumnya mempunyai ketinggian ± 400 m dpl, dataran rendah bukan pantai pada umumnya memiliki ketinggian rata-rata 30 m dpl dan daerah dataran rendah pantai pada umumnya mempunyai ketinggian rata-rata 3 m dpl. Kemiringan tanah di Kabupaten Pandeglang bervariasi antara 0 – 45 %; dengan alokasi 0- 15 % areal pedataran sekitar Pantai Selatan dan pantai Selat Sunda; alokasi 15 – 25 % areal berbukit lokasi tersebar; dan alokasi 25 – 45 % areal bergunung pada bagian Tengah dan Utara.

Di Pandeglang terdapat 6 gunung yaitu : Gunung Karang (1.778 mdpl), Gunung Pulosari (1.346 mdpl), Gunug Aseupan (1.174 mdpl), Gunug Payung (480 mdpl), Gunung Honje (620 mdpl) dan Gunung Tilu (562 mdpl).

(75)

3. Kabuaten Serang

Kabupaten Serang merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Banten. Ibukotanya adalah Ciruas namun saat ini pusat pemerintahanya masih berada di Kota Serang. Kabupaten ini berada di ujung barat laut Pulau Jawa, adapun batasan-batasan wilayah Kabupaten Serang

a. Sebelah Utara : Laut Jawa dan Kota Serang b. Sebelah Selatan : Kabupaten Lebak

c. Sebelah Timur : Kabupaten Tangerang d. Sebelah Barat : Kota Cilegon

(76)

Cipasang dan Anyar yang mendukung kesuburan daerah-daerah pertanian di Kabupaten Serang.

4. Kabuaten Tangerang

Kabupaten Tangerang terletak di bagian timur Provinsi Banten pada koordinat 1060 20-1060 43 bujur timur dan 6000 - 6020’ lintang selatan. Luas Wilayah Kabupaten Tangerang 959,6 km2 atau 9,93 persen dari seluruh luas wilayah Provinsi Banten dengan batas wilayah sebagai berikut :

a. Sebelah Utara : Laut Jawa

b. Sebelah Selatan : Kabupaten Lebak

c. Sebelah Timur : Provinsi DKI Jakarta dan Kota Tangerang Selatan

d. Sebelah Barat : Jakarta Barat dan Kabupaten Serang

Sebagian besar wilayah Tangerang merupakan dataran rendah. Sungai Cisadane, sungai terpanjang di Tangerang, mengalir dari selatan dan bermuara di Laut Jawa. Tangerang merupakan wilayah perkembangan Jakarta. Secara umum, Kabupaten Tangerang dapat dikelompokkan menjadi 2 wilayah pertumbuhan, yakni:

1) Pusat Pertumbuhan Balaraja dan Tigaraksa, berada di bagian barat, difokuskan sebagai daerah sentra industri, permukiman, dan pusat pemerintahan.

(77)

3) Pusat Pertumbuhan Curug, Kelapa Dua, Legok dan Pagedangan, berada di bagian timur dekat perbatasan dengan Kota Tangerang Selatan, difokuskan sebagai pusat pemukiman, dan kawasan bisnis.

5. Kota Serang

Kota Serang yang merupakan Ibu Kota Provinsi Banten terletak pada posisi yang sentral dan strategis karena berada di jalur utama penghubung lintas Jawa

– Merak serta dilintasi jalur Kereta Api Lintas Jakarta – Merak. Jarak Kota

Serang hanya lebih kurang 75 km ke Jakarta Ibukota Negara yang telah dihubungkan dengan jalan bebas hambatan (Jalan Tol Jakarta Merak). Kota serang sendiri berbatasan dengan :

a. Sebelah Utara : Berbatasan dengan teluk banten b. Sebelah Selatan : Kabupaten Serang

c. Sebelah Timur : Kabupaten Serang d. Sebelah Barat : Kabupaten Serang 6. Kota Cilegon

(78)

Krakatau Tirta Industri Water Treatment Plant, (Rencana Lot) Pembangunan Jembatan Selat Sunda dan (Rencana Lot) Kawasan Industri Berikat Selat Sunda.

a. Sebelah Utara : Kabupaten Serang b. Sebelah Selatan : Kabupaten Serang c. Sebelah Timur : Kabupaten Serang d. Sebelah Barat : Selat Sunda

Cilegon memiliki wilayah yang relatif landai di daerah tengah dan pesisir barat hingga timur kota, tetapi di wilayah utara cilegon topografi menjadi berlereng karena berbatasan langsung gunung batur, sedangkan di wilayah selatan topografi menjadi sedikit berbukit-bukit terutama wilayah yang berbatasan langsung dengan Kecamatan Mancak. Kota ini memiliki wilayah strategis yang berhubungan langsung dengan selat sunda, dan terhubung dengan jalan tol Jakarta - Merak. Selain itu rencana pembangunan Jembatan Selat Sunda yang nantinya akan terkoneksi dengan jalan lingkar selatan Kota Cilegon menambah tingkat konektivitas Kota ini dengan daerah lain di sekitarnya.

7. Kota Tangerang

(79)

bagian utaranya (meliputi sebagian besar Kecamatan Benda) ketinggiannya berkisar antara 0 - 10 m dpl. Selain itu pula di Kota Tangerang pun terdapat daerah-daerah yang mempunyai ketinggian > 30 m dpl yaitu pada bagian selatan yaitu Kecamatan Ciledug yang meliputi Kelurahan Cipadu Jaya, Larangan Selatan, Paninggalan Selatan, Paninggalan Utara, Parung Serab, Tajur dan kelurahan Sudimara Pinang (Kecamatan Cipondoh).

Dilihat dari kemiringan tanahnya, sebagian besar Kota Tangerang mempunyai tingkat kemiringan tanah 0 - 30 % dan sebagian kecil (yaitu di bagian selatan kota) kemiringan tanahnya antara 3 - 8% berada di Kelurahan Parung Serab, Kelurahan Paninggalan Selatan dan Kelurahan Cipadu Jaya.

Wilayah Kota Tangerang dilintasi oleh Sungai Cisadane yang membagi Kota Tangerang menjadi 2 bagian yaitu bagian timur sungai dan bagian barat sungai. Kecamatan yang terletak di bagian barat Sungai Cisadane meliputi Kecamatan Jatiuwung dan sebagian Kecamatan 'I'angerang. Selain Sungai Cisadane, di Kota Tangerang terdapat pula sungai-sungai lain seperti Sungai Cirarab yang merupakan batas sebelah

(80)

8. Kota Tangerang Selatan

Tangerang Selatan terletak di bagian timur Provinsi Banten yaitu pada titik koordinat 106'38' - 106'47’ Bujur Timur dan 06'13'30' - 06'22'30' Lintang Selatan.

a. Sebelah Utara : Kota Tangerang

b. Sebelah Selatan : Provinsi Jawa Barat (bogor) c. Sebelah Timur : DKI Jakarta

d. Sebelah Barat : Kabupaten Tangerang

Wilayah Kota Tangerang Selatan diantaranya dilintasi oleh Kali Angke, Kali Pesanggrahan dan Sungai Cisadane sebagai batas administrasi kota di sebelah barat. Letak geografis Tangerang Selatan yang berbatasan dengan Provinsi DKI Jakarta pada sebelah utara dan timur memberikan peluang pada Kota Tangerang Selatan sebagai salah satu daerah penyangga provinsi DKI Jakarta, selain itu juga sebagai daerah yang menghubungkan Provinsi Banten dengan DKI Jakarta. Selain itu, Tangerang Selatan juga menjadi salah satu daerah yang menghubungkan Provinsi Banten dengan Provinsi Jawa Barat.

Gambar

Tabel 1.1. Nilai PDRB di Pulau Jawa dari 33 Provinsi terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2014
Tabel 1.1. di atas menjelaskan kontribusi PDRB di Pulau Jawa terhadap
Gambar 1.1.
Gambar 1.2.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Total jumlah subjek untuk kelompok urea dan niasinamid adalah sama yaitu 33 subjek mendapatkan krim urea 10% atau niasinamid 4% berdasarkan random alokasi menggunakan

Adapun tahap tindakan yang dilakukan, meliputi (a) melaksanakan tindakan dalam pembelajaran pada sub tema Perubahan Wujud Benda sesuai dengan Rencana Pelaksanaan

Guna mengetahui tingkat kepuasan masyarakat di wilayah Kota Banjarmasin terhadap pelayanan perizinan yang diselenggarakan oleh Dinas Penanaman Modal dan

Terdapat perbedaan yang bermakna antara gambaran mikroskopis paru mencit Balb/c yang hanya dipapar asap obat nyamuk bakar dengan gambaran mikroskopis paru mencit Balb/c

 Pengangkatan staf ahli untuk mendukung kinerja dewan; dll. Dari kondisi yang demikian, memang sepertinya sangat sulit untuk berharap banyak adanya kesetaraan

Pendertia depresi cenderung dialami oleh para remaja dan orang tua, sebab mereka lebih cenderung memperhatikan citra tubuhnya, rentan mengalami peristiwa-peristiwa yang

Puji syukur Alhamdulillah kepada Allah SWT atas izinNya dan segala kemudahan serta limpahan karuniaNya, sehingga penulis dapat menyeleseaikan Penulisan Hukum

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas disahkannya buku tentang Skema Sertifikasi Okupasi Nasional Pariwisata bidang Tata Boga yang dapat digunakan sebagai panduan atau