• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis efektivitas pembiayaan sistem syariah terhadap petani agribisnis sayuran pada program upk ikhtiar yayasan peramu bogor (Studi kasus petani sayuran Desa Ciaruteun Ilir Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis efektivitas pembiayaan sistem syariah terhadap petani agribisnis sayuran pada program upk ikhtiar yayasan peramu bogor (Studi kasus petani sayuran Desa Ciaruteun Ilir Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor)"

Copied!
118
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS EFEKTIVITAS PEMBIAYAAN

SISTEM SYARIAH TERHADAP PETANI AGRIBISNIS

SAYURAN PADA PROGRAM UPK IKHTIAR

YAYASAN PERAMU BOGOR

(Studi Kasus Petani Sayuran Desa Ciaruteun Ilir

Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor)

Oleh

MUHAMMAD SYAFAR

H24102052

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

ABSTRAK

Muhammad Syafar. H24102052. Analisis Efektivitas Pembiayaan Sistem Syariah terhadap Petani Agribisnis Sayuran Pada Program UPK Ikhtiar Yayasan Peramu Bogor (Studi Kasus Petani Sayuran Desa Ciaruteun Ilir Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor). Di bawah bimbingan Budi Purwanto

Program UPK Ikhtiar merupakan program untuk membangun kapasitas sosial dan kapasitas ekonomi keluarga berpenghasilan rendah agar mereka mampu memenuhi kebutuhan dasar seperti pangan perumahan, pendidikan, kesehatan, dan sebagainya melalui pengelolaan aset ekonomi rumah tangga dan pengembangan kewirausahaan.

Program UPK Ikhtiar dibentuk ketika pembiayaan lembaga keuangan syariah BPRS Ri’fatul Ummah (RU), BMT Wihdatul Ummah (WU), BMT Khidmatul Ummah (KU) dan BMT Tabdiirul Ummah (TbU) yang dimiliki serta dibawah pembinaan yayasan Peramu Bogor belum efektif. Pembiayaan yang dilakukan oleh BPRS RU, BMT KU, BMT TbU dan BMT WU belum efektif terutama pada sektor riil, yaitu sektor agribisnis/pertanian. Untuk itu, kebijakan Program UPK Ikhtiar dalam meningkatkan pembiayaan sistem syariah menjadi latar belakang untuk dianalisis efektifitas penerapannya di lapangan, apakah program ini mampu menarik masyarakat untuk berpartisipasi menjadi anggota UPK Ikhtiar, sehingga perlu mencari strategi yang tepat untuk meningkatkan efektifitas pembiayaan sistem syariah terhadap petani agribisnis sayuran di Desa Ciaruteun Ilir melaui program UPK Ikhtiar Yayasan Peramu Bogor.

Penelitian ini bertujuan untuk: 1) Mengevaluasi penerapan efektifitas pembiayaan sistem syariah UPK Ikhtiar terhadap petani agribisnis di Desa Ciaruteun Ilir. 2) Mengidentifikasi partisipasi anggota dalam mengikuti program UPK Ikhtiar dalam mempengaruhi peningkatan pembayaran angsuran dan jumlah tabungan petani agribisnis di Desa Ciaruteun Ilir. 3) Menganalisis dan merekomendasikan strategi yang tepat dalam meningkatkan efektifitas pembiayaan sistem syariah UPK Ikhtiar terhadap petani agribisnis di Desa Ciaruteun Ilir.

(3)

Hasil penelitian menyatakan bahwa penerapan program UPK Ikhtiar di Desa Ciaruteun yang merupakan daerah agribisnis sayuran sangat efektif. Hal ini berdasarkan perkembangan partisipasi anggota UPK Ikhtiar bulan Maret 2006 Di Desa Ciaruteun sampai Maret 2006 mengalami peningkatan sebesar 257,6 persen dari tahun sebelumnya. Jumlah anggota pada akhir Maret 2006 tercatat 448 orang yang meningkat dibandingkan pada tahun 2005 sebanyak 125 orang. Jumlah majelis meningkat pesat sebesar 255,56 persen dari tahun 2005 sebanyak 9 majelis dan meningkat menjadi 32 majelis pada akhir Maret 2006. Meningkatnya jumlah anggota membuat total penyaluran dana pembiayaan juga meningkat. Penyaluran dana sampai dengan bulan Desember 2005 sebesar Rp 27.400.000 dan meningkat sampai dengan akhir Maret 2006 sebesar Rp 44.700.000. Jumlah ini menunjukan peningkatan sebesar 63,14 persen dari penyaluran dana pembiayaan tahun sebelumnya.

Hasil penelitian juga membuktikan bahwa partispasi anggota dalam mengikuti program UPK Ikhtiar dapat meningkatkan jumlah tabungan. Tabungan sukarela pada akhir Maret 2006 di Desa Ciaruteun Ilir sebesar Rp 64.300.000

jumlah ini cukup besar dibandingkan pada tahun 2005 hanya sebesar Rp 11.227.500 yang mengalami peningkatan sebesar 472,7 persen. Sedangkan

untuk tabungan wajib dan tabungan kelompok pada bulan Maret 2006 sebesar Rp 1.276.900 dan Rp 1.444.800. Jumlah ini pula cukup besar dibandingkan pada tahun 2005 yaitu masing-masing sebesar Rp 243.300 dan Rp 351.450 dengan peningkatan sebesar 424,8 persen dan 311 persen. Meningkatnya jumlah pembayaran angsuran pembiayaan anggota dilihat dari tingkat resiko pengembalian pembiayaan. Resiko tingkat pengembalian pembiayaan relatif sangat kecil sebesar 9,16 persen. Data ini berdasarkan dengan periode tunggakan dari tahun sebelumnya, resiko portofolio yang paling besar berada pada periode tunggakan 1 sampai 30 hari, dengan portofolio 47 persen bulan Desember 2005 dan menurun 24,27 persen pada bulan Maret 2006.

(4)

INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

DEPARTEMEN MANAJEMEN

ANALISIS EFEKTIVITAS PEMBIAYAAN

SISTEM SYARIAH TERHADAP PETANI AGRIBISNIS SAYURAN PADA PROGRAM UPK IKHTIAR YAYASAN PERAMU BOGOR

( Studi Kasus Petani Sayuran Desa Ciaruteun Ilir Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor)

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk melakukan

Sidang Tugas Akhir Tingkat Sarjana pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Oleh

MUHAMMAD SYAFAR H24102052

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(5)

INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

DEPARTEMEN MANAJEMEN

ANALISIS EFEKTIVITAS PEMBIAYAAN

SISTEM SYARIAH TERHADAP PETANI AGRIBISNIS SAYURAN PADA PROGRAM UPK IKHTIAR YAYASAN PERAMU BOGOR

( Studi Kasus Petani Sayuran Desa Ciaruteun Ilir Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor)

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk melakukan

Sidang Tugas Akhir Tingkat Sarjana pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Oleh

MUHAMMAD SYAFAR H24102052

Menyetujui, Bogor, Agustus 2006

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis di lahirkan di Depok pada hari minggu tanggal 13 November 1983

Masehi bertepatan dengan 17 Shafar 1404 Hijriyah dari pasangan Djliteng Tjipto

Supardjan dan Kafiya Supardjan sebagai anak keempat dari lima bersaudara.

Penulis menuntut ilmu di pendidikan formal dan informal di beberapa

daerah di pulau jawa. Pendidikan Formal dan informal di mulai dari Taman

Kanak-kanak (TK) sampai Sekolah Menengah Atas (SMA) serta Pondok

Pesantren. Pada tingkat TK, penulis menuntut ilmu di TK Tunas Bangsa Depok

pada tahun 1988-1989. Kemudian melanjutkan ke SDN Sudimoro Kabupaten

Malang Jawa Timur sekaligus menjadi Santri di Pondok Pesantren Al

Munawwriyyah pada tahun 1989-1996. Setelah itu penulis melanjutkan sekolah di

Madrasah Tsanawiyah (MTs) Assa’adah sekaligus menjadi santri di Pondok

Pesantren Al Amin Cabang Gontor Ponorogo di Cilacap Jawa Tengah pada tahun

1996-1999. Kemudian karena orang tua pindah ke Bogor, maka penulis

melanjutkan sekolah di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) I Kota Bogor pada tahun

1999-2002. Dan pada tahun yang sama, penulis mendaftarkan diri diterima

menjadi mahasiswa di Departemen Manajemen Institut Pertanian Bogor (IPB)

melalui Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI).

Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif menjadi anggota dan pengurus di

organisasi ektra maupun ekstra kampus. Pada organisasi intra kampus, penulis

menjadi pengurus BEM TPB IPB periode 2002-2003 sebagai staf bidang politik.

Kemudian pada tahun 2002 penulis mendaftarkan diri dan diterima menjadi

anggota Resimen Mahasiswa (MENWA) IPB. Penulis juga menjadi pengurus

DPM FEM IPB periode 2003-2004 sebagai sekretaris umum dan juga mejadi

pengurus Forum Mahasiswa Muslim dan Studi Islam (FORMASI) FEM IPB

periode 2004-2005 sebagai ketua. Kemudian di Organisasi Eksternal Kampus,

penulis mengikuti Basic training HMI Cabang Bogor Komisariat FEM IPB tahun

2004 sebagai syarat menjadi anggota. Jenjang perkaderan di HMI penulis ikuti

dari pengurus Komisariat FEM IPB hingga sekarang diamanahkan menjadi

(7)

KATA PENGANTAR

Segala puji senantiasa dipanjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga dapat

menyelesaikan penelitian ini dengan baik. Tugas akhir ini disusun sebagai syarat

untuk mendapatkan gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Manajemen,

Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor.

Pada saat ini, perkembangan lembaga keuangan syariah mengalami

kamajuan yang pesat. Jumlah lembaga keuangan syariah di Indonesia dari tahun

ke tahun semakin meningkat. Penghimpunan dana lembaga keuangan syariah

mampu mengimbangi penghimpunan dana bank konvensional yang sudah sejak

lama berdiri. Kemudian dari segi penyaluran dana melalui pembiayaan sistem

bagi hasil bank syariah semakin banyak diminati oleh sektor riil, terutama sektor

agribisnis. Untuk itu, perlu dianalisis efektifitasnya dengan metode yang baik

sehingga menghasilkan strategi yang tepat dalam meningkatkan pembiayaan

sistem syariah. Skripsi ini berjudul “Analisis Efektivitas Pembiayaan Sistem

Syariah terhadap Petani Agribisnis Sayuran pada Program UPK Ikhtiar Yayasan

Peramu Bogor” (Studi Kasus Petani Sayuran Desa Ciaruteun Ilir Kecamatan

Cibungbulang Kabupaten Bogor).

Penyusunan skripsi ini banyak dibantu oleh berbagai pihak secara moril

maupun materil. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada :

1. Ir. Budi Purwanto, ME sebagai dosen pembimbing yang telah banyak

meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, saran, motivasi, dan

pengarahan kepada penulis.

2. Heti Mulyati, S.TP. MT dan Farida Ratna Dewi, SE, MM yang telah

bersedia menjadi dosen penguji dalam ujian sidang tugas akhir, berbagai

masukan dalam memperkaya tugas akhir ini sangat berharga sehingga dapat

terlaksana dengan baik dan lancar.

3. Kepada Ayahanda dan Ibunda tercinta yang saya hormati seumur hidup

Djliteng Tjipto Supardjan dan Kafiya Supardjan yang telah memberikan

(8)

4. Saudara-saudaraku yang saya sayangi sepanjang waktu Rahmat Fitri Adam,

Nispu Rahmalia, Aang Burhanuddin, Barkah Noor Rahmat, dan Wasi

Nursalamah yang telah membantu baik secara materi maupun do’a dan

motivasi dalam menyelesaikan kuliah di IPB.

5. Kepada keluargaku di Bali dan Banyuwangi Mbah Abdullah Munawar,

Mbah Uti, Tante Yayuk, Om Bahri, Om Bambang, Mba Vera, Mas Dian,

Dik Lia yang telah memberikan ucapan selamat ketika aku lulus ujian

sidang tugas akhir.

6. Adinda Rizca Febrina Ariyanti di Banyuwangi yang telah memberikan

inspirasi hidup dalam bentuk motivasi, do’a dan kasih sayang.

7. Kepada seluruh dosen TPB IPB dan Fakultas Ekonomi dan Manajemen

yang telah memberikan ilmu pengetahuan kepada saya. Semoga semua ilmu

yang diberikan dapat diamalkan dengan sebaik-baiknya.

8. Kepada seluruh staf pegawai tata usaha fakultas dan departemen di kampus

FEM IPB yang telah membantu dalam menyelesaikan proses administrasi.

9. Kepada seluruh kawan-kawanku di Departemen Manajemen dan Ilmu

Ekonomi angkatan 39, 40, dan 41.

10. Kepada seluruh senior-seniorku di Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) yang

telah berusaha mengkader diriku dengan memberikan wacana-wacana

intelektual untuk menjadi seorang manusia dengan kualitas insan cita.

11. Para pengurus HMI Cabang Bogor dan Komisariat se-Cabang Bogor

Periode 2005-2006 serta seluruh kader HMI yang telah memberikan

motivasi dalam menyelsaikan tugas akhir ini.

Tidak ada gading yang tidak retak. Skripsi ini masih banyak kekurangannya.

Oleh karena itu, saran dan kritik konstruktif diperlukan untuk hal yang lebih baik.

Akhirnya penulis berharap, semoga skripsi ini berharap bagi kemaslahatan umat

dan bernilai ibadah dalam pandangan Allah SWT, Amin.

Bogor, Agustus 2006 M

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 6

1.3. Tujuan Penelitian ... 8

1.3.1.Tujuan Umum ... 8

1.3.2.Tujuan Khusus ... 8

1.4. Manfaat Penelitian ... 8

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 10

2.1. Sistem Pembiayaan Syariah ... 10

2.2. Pembiayaan Sistem Bagi Hasil Bank Syariah Terhadap Perusahaan Agribisnis ... 14

2.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Pembiayaan Sistem Bagi Hasil Bank Syariah ... 14

III.METODOLOGI PENELITIAN ... 18

3.1. Kerangka Pemikiran ... 18

3.2. Pengumpulan Data ... 24

3.3. Jenis Data ... 25

3.4. Pengambilan Sampel ... 26

3.5. Analisis Data ... 26

IV.HASIL DAN PEMBAHASAN ... 31

4.1. Gambaran Umum Obyek Penelitian ... 31

4.1.1.Kondisi Umum Desa Ciaruteun Ilir ... 31

4.1.2.Unit Pelayanan Keuangan (UPK) Ikhtiar ... 32

4.1.3.Prosedur Operasi Standar ... 37

4.1.4.Unit Pelaksana Program Ikhtiar ... 38

4.2. Evaluasi Efektivitas Metode dan Tahapan Program UPK Ikhtiar ... 40

(10)

4.2.2 Mekanisme Persiapan Sosial ... 44

4.2.3 Mekanisme Rekrutmen Anggota ... 46

4.2.4 Mekanisme Pelayanan Pembiayaan ... 47

4.2.5 Mekanisme Pertemuan Rutin ... 50

4.2.6 Mekanisme Pemantauan dan Evaluasi Program ... 52

4.3. Partisipasi Anggota dalam Mengikuti Program UPK Ikhtiar ... 53

4.4. Strategi Efektifitas Pembiayaan Sistem Syariah ... 57

4.4.1 Analisis Fokus ... 59

4.4.2 Analisis Faktor ... 61

4.4.3 Analisis Aktor ... 63

4.4.4 Analisis Tujuan ... 64

4.4.5 Analisis Strategi ... 66

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 69

1. Kesimpulan ... 69

2. Saran ... 71

DAFTAR PUSTAKA ... 72

(11)

ANALISIS EFEKTIVITAS PEMBIAYAAN

SISTEM SYARIAH TERHADAP PETANI AGRIBISNIS

SAYURAN PADA PROGRAM UPK IKHTIAR

YAYASAN PERAMU BOGOR

(Studi Kasus Petani Sayuran Desa Ciaruteun Ilir

Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor)

Oleh

MUHAMMAD SYAFAR

H24102052

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(12)

ABSTRAK

Muhammad Syafar. H24102052. Analisis Efektivitas Pembiayaan Sistem Syariah terhadap Petani Agribisnis Sayuran Pada Program UPK Ikhtiar Yayasan Peramu Bogor (Studi Kasus Petani Sayuran Desa Ciaruteun Ilir Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor). Di bawah bimbingan Budi Purwanto

Program UPK Ikhtiar merupakan program untuk membangun kapasitas sosial dan kapasitas ekonomi keluarga berpenghasilan rendah agar mereka mampu memenuhi kebutuhan dasar seperti pangan perumahan, pendidikan, kesehatan, dan sebagainya melalui pengelolaan aset ekonomi rumah tangga dan pengembangan kewirausahaan.

Program UPK Ikhtiar dibentuk ketika pembiayaan lembaga keuangan syariah BPRS Ri’fatul Ummah (RU), BMT Wihdatul Ummah (WU), BMT Khidmatul Ummah (KU) dan BMT Tabdiirul Ummah (TbU) yang dimiliki serta dibawah pembinaan yayasan Peramu Bogor belum efektif. Pembiayaan yang dilakukan oleh BPRS RU, BMT KU, BMT TbU dan BMT WU belum efektif terutama pada sektor riil, yaitu sektor agribisnis/pertanian. Untuk itu, kebijakan Program UPK Ikhtiar dalam meningkatkan pembiayaan sistem syariah menjadi latar belakang untuk dianalisis efektifitas penerapannya di lapangan, apakah program ini mampu menarik masyarakat untuk berpartisipasi menjadi anggota UPK Ikhtiar, sehingga perlu mencari strategi yang tepat untuk meningkatkan efektifitas pembiayaan sistem syariah terhadap petani agribisnis sayuran di Desa Ciaruteun Ilir melaui program UPK Ikhtiar Yayasan Peramu Bogor.

Penelitian ini bertujuan untuk: 1) Mengevaluasi penerapan efektifitas pembiayaan sistem syariah UPK Ikhtiar terhadap petani agribisnis di Desa Ciaruteun Ilir. 2) Mengidentifikasi partisipasi anggota dalam mengikuti program UPK Ikhtiar dalam mempengaruhi peningkatan pembayaran angsuran dan jumlah tabungan petani agribisnis di Desa Ciaruteun Ilir. 3) Menganalisis dan merekomendasikan strategi yang tepat dalam meningkatkan efektifitas pembiayaan sistem syariah UPK Ikhtiar terhadap petani agribisnis di Desa Ciaruteun Ilir.

(13)

Hasil penelitian menyatakan bahwa penerapan program UPK Ikhtiar di Desa Ciaruteun yang merupakan daerah agribisnis sayuran sangat efektif. Hal ini berdasarkan perkembangan partisipasi anggota UPK Ikhtiar bulan Maret 2006 Di Desa Ciaruteun sampai Maret 2006 mengalami peningkatan sebesar 257,6 persen dari tahun sebelumnya. Jumlah anggota pada akhir Maret 2006 tercatat 448 orang yang meningkat dibandingkan pada tahun 2005 sebanyak 125 orang. Jumlah majelis meningkat pesat sebesar 255,56 persen dari tahun 2005 sebanyak 9 majelis dan meningkat menjadi 32 majelis pada akhir Maret 2006. Meningkatnya jumlah anggota membuat total penyaluran dana pembiayaan juga meningkat. Penyaluran dana sampai dengan bulan Desember 2005 sebesar Rp 27.400.000 dan meningkat sampai dengan akhir Maret 2006 sebesar Rp 44.700.000. Jumlah ini menunjukan peningkatan sebesar 63,14 persen dari penyaluran dana pembiayaan tahun sebelumnya.

Hasil penelitian juga membuktikan bahwa partispasi anggota dalam mengikuti program UPK Ikhtiar dapat meningkatkan jumlah tabungan. Tabungan sukarela pada akhir Maret 2006 di Desa Ciaruteun Ilir sebesar Rp 64.300.000

jumlah ini cukup besar dibandingkan pada tahun 2005 hanya sebesar Rp 11.227.500 yang mengalami peningkatan sebesar 472,7 persen. Sedangkan

untuk tabungan wajib dan tabungan kelompok pada bulan Maret 2006 sebesar Rp 1.276.900 dan Rp 1.444.800. Jumlah ini pula cukup besar dibandingkan pada tahun 2005 yaitu masing-masing sebesar Rp 243.300 dan Rp 351.450 dengan peningkatan sebesar 424,8 persen dan 311 persen. Meningkatnya jumlah pembayaran angsuran pembiayaan anggota dilihat dari tingkat resiko pengembalian pembiayaan. Resiko tingkat pengembalian pembiayaan relatif sangat kecil sebesar 9,16 persen. Data ini berdasarkan dengan periode tunggakan dari tahun sebelumnya, resiko portofolio yang paling besar berada pada periode tunggakan 1 sampai 30 hari, dengan portofolio 47 persen bulan Desember 2005 dan menurun 24,27 persen pada bulan Maret 2006.

(14)

INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

DEPARTEMEN MANAJEMEN

ANALISIS EFEKTIVITAS PEMBIAYAAN

SISTEM SYARIAH TERHADAP PETANI AGRIBISNIS SAYURAN PADA PROGRAM UPK IKHTIAR YAYASAN PERAMU BOGOR

( Studi Kasus Petani Sayuran Desa Ciaruteun Ilir Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor)

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk melakukan

Sidang Tugas Akhir Tingkat Sarjana pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Oleh

MUHAMMAD SYAFAR H24102052

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(15)

INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

DEPARTEMEN MANAJEMEN

ANALISIS EFEKTIVITAS PEMBIAYAAN

SISTEM SYARIAH TERHADAP PETANI AGRIBISNIS SAYURAN PADA PROGRAM UPK IKHTIAR YAYASAN PERAMU BOGOR

( Studi Kasus Petani Sayuran Desa Ciaruteun Ilir Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor)

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk melakukan

Sidang Tugas Akhir Tingkat Sarjana pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Oleh

MUHAMMAD SYAFAR H24102052

Menyetujui, Bogor, Agustus 2006

(16)

RIWAYAT HIDUP

Penulis di lahirkan di Depok pada hari minggu tanggal 13 November 1983

Masehi bertepatan dengan 17 Shafar 1404 Hijriyah dari pasangan Djliteng Tjipto

Supardjan dan Kafiya Supardjan sebagai anak keempat dari lima bersaudara.

Penulis menuntut ilmu di pendidikan formal dan informal di beberapa

daerah di pulau jawa. Pendidikan Formal dan informal di mulai dari Taman

Kanak-kanak (TK) sampai Sekolah Menengah Atas (SMA) serta Pondok

Pesantren. Pada tingkat TK, penulis menuntut ilmu di TK Tunas Bangsa Depok

pada tahun 1988-1989. Kemudian melanjutkan ke SDN Sudimoro Kabupaten

Malang Jawa Timur sekaligus menjadi Santri di Pondok Pesantren Al

Munawwriyyah pada tahun 1989-1996. Setelah itu penulis melanjutkan sekolah di

Madrasah Tsanawiyah (MTs) Assa’adah sekaligus menjadi santri di Pondok

Pesantren Al Amin Cabang Gontor Ponorogo di Cilacap Jawa Tengah pada tahun

1996-1999. Kemudian karena orang tua pindah ke Bogor, maka penulis

melanjutkan sekolah di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) I Kota Bogor pada tahun

1999-2002. Dan pada tahun yang sama, penulis mendaftarkan diri diterima

menjadi mahasiswa di Departemen Manajemen Institut Pertanian Bogor (IPB)

melalui Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI).

Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif menjadi anggota dan pengurus di

organisasi ektra maupun ekstra kampus. Pada organisasi intra kampus, penulis

menjadi pengurus BEM TPB IPB periode 2002-2003 sebagai staf bidang politik.

Kemudian pada tahun 2002 penulis mendaftarkan diri dan diterima menjadi

anggota Resimen Mahasiswa (MENWA) IPB. Penulis juga menjadi pengurus

DPM FEM IPB periode 2003-2004 sebagai sekretaris umum dan juga mejadi

pengurus Forum Mahasiswa Muslim dan Studi Islam (FORMASI) FEM IPB

periode 2004-2005 sebagai ketua. Kemudian di Organisasi Eksternal Kampus,

penulis mengikuti Basic training HMI Cabang Bogor Komisariat FEM IPB tahun

2004 sebagai syarat menjadi anggota. Jenjang perkaderan di HMI penulis ikuti

dari pengurus Komisariat FEM IPB hingga sekarang diamanahkan menjadi

(17)

KATA PENGANTAR

Segala puji senantiasa dipanjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga dapat

menyelesaikan penelitian ini dengan baik. Tugas akhir ini disusun sebagai syarat

untuk mendapatkan gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Manajemen,

Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor.

Pada saat ini, perkembangan lembaga keuangan syariah mengalami

kamajuan yang pesat. Jumlah lembaga keuangan syariah di Indonesia dari tahun

ke tahun semakin meningkat. Penghimpunan dana lembaga keuangan syariah

mampu mengimbangi penghimpunan dana bank konvensional yang sudah sejak

lama berdiri. Kemudian dari segi penyaluran dana melalui pembiayaan sistem

bagi hasil bank syariah semakin banyak diminati oleh sektor riil, terutama sektor

agribisnis. Untuk itu, perlu dianalisis efektifitasnya dengan metode yang baik

sehingga menghasilkan strategi yang tepat dalam meningkatkan pembiayaan

sistem syariah. Skripsi ini berjudul “Analisis Efektivitas Pembiayaan Sistem

Syariah terhadap Petani Agribisnis Sayuran pada Program UPK Ikhtiar Yayasan

Peramu Bogor” (Studi Kasus Petani Sayuran Desa Ciaruteun Ilir Kecamatan

Cibungbulang Kabupaten Bogor).

Penyusunan skripsi ini banyak dibantu oleh berbagai pihak secara moril

maupun materil. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada :

1. Ir. Budi Purwanto, ME sebagai dosen pembimbing yang telah banyak

meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, saran, motivasi, dan

pengarahan kepada penulis.

2. Heti Mulyati, S.TP. MT dan Farida Ratna Dewi, SE, MM yang telah

bersedia menjadi dosen penguji dalam ujian sidang tugas akhir, berbagai

masukan dalam memperkaya tugas akhir ini sangat berharga sehingga dapat

terlaksana dengan baik dan lancar.

3. Kepada Ayahanda dan Ibunda tercinta yang saya hormati seumur hidup

Djliteng Tjipto Supardjan dan Kafiya Supardjan yang telah memberikan

(18)

4. Saudara-saudaraku yang saya sayangi sepanjang waktu Rahmat Fitri Adam,

Nispu Rahmalia, Aang Burhanuddin, Barkah Noor Rahmat, dan Wasi

Nursalamah yang telah membantu baik secara materi maupun do’a dan

motivasi dalam menyelesaikan kuliah di IPB.

5. Kepada keluargaku di Bali dan Banyuwangi Mbah Abdullah Munawar,

Mbah Uti, Tante Yayuk, Om Bahri, Om Bambang, Mba Vera, Mas Dian,

Dik Lia yang telah memberikan ucapan selamat ketika aku lulus ujian

sidang tugas akhir.

6. Adinda Rizca Febrina Ariyanti di Banyuwangi yang telah memberikan

inspirasi hidup dalam bentuk motivasi, do’a dan kasih sayang.

7. Kepada seluruh dosen TPB IPB dan Fakultas Ekonomi dan Manajemen

yang telah memberikan ilmu pengetahuan kepada saya. Semoga semua ilmu

yang diberikan dapat diamalkan dengan sebaik-baiknya.

8. Kepada seluruh staf pegawai tata usaha fakultas dan departemen di kampus

FEM IPB yang telah membantu dalam menyelesaikan proses administrasi.

9. Kepada seluruh kawan-kawanku di Departemen Manajemen dan Ilmu

Ekonomi angkatan 39, 40, dan 41.

10. Kepada seluruh senior-seniorku di Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) yang

telah berusaha mengkader diriku dengan memberikan wacana-wacana

intelektual untuk menjadi seorang manusia dengan kualitas insan cita.

11. Para pengurus HMI Cabang Bogor dan Komisariat se-Cabang Bogor

Periode 2005-2006 serta seluruh kader HMI yang telah memberikan

motivasi dalam menyelsaikan tugas akhir ini.

Tidak ada gading yang tidak retak. Skripsi ini masih banyak kekurangannya.

Oleh karena itu, saran dan kritik konstruktif diperlukan untuk hal yang lebih baik.

Akhirnya penulis berharap, semoga skripsi ini berharap bagi kemaslahatan umat

dan bernilai ibadah dalam pandangan Allah SWT, Amin.

Bogor, Agustus 2006 M

(19)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 6

1.3. Tujuan Penelitian ... 8

1.3.1.Tujuan Umum ... 8

1.3.2.Tujuan Khusus ... 8

1.4. Manfaat Penelitian ... 8

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 10

2.1. Sistem Pembiayaan Syariah ... 10

2.2. Pembiayaan Sistem Bagi Hasil Bank Syariah Terhadap Perusahaan Agribisnis ... 14

2.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Pembiayaan Sistem Bagi Hasil Bank Syariah ... 14

III.METODOLOGI PENELITIAN ... 18

3.1. Kerangka Pemikiran ... 18

3.2. Pengumpulan Data ... 24

3.3. Jenis Data ... 25

3.4. Pengambilan Sampel ... 26

3.5. Analisis Data ... 26

IV.HASIL DAN PEMBAHASAN ... 31

4.1. Gambaran Umum Obyek Penelitian ... 31

4.1.1.Kondisi Umum Desa Ciaruteun Ilir ... 31

4.1.2.Unit Pelayanan Keuangan (UPK) Ikhtiar ... 32

4.1.3.Prosedur Operasi Standar ... 37

4.1.4.Unit Pelaksana Program Ikhtiar ... 38

4.2. Evaluasi Efektivitas Metode dan Tahapan Program UPK Ikhtiar ... 40

(20)

4.2.2 Mekanisme Persiapan Sosial ... 44

4.2.3 Mekanisme Rekrutmen Anggota ... 46

4.2.4 Mekanisme Pelayanan Pembiayaan ... 47

4.2.5 Mekanisme Pertemuan Rutin ... 50

4.2.6 Mekanisme Pemantauan dan Evaluasi Program ... 52

4.3. Partisipasi Anggota dalam Mengikuti Program UPK Ikhtiar ... 53

4.4. Strategi Efektifitas Pembiayaan Sistem Syariah ... 57

4.4.1 Analisis Fokus ... 59

4.4.2 Analisis Faktor ... 61

4.4.3 Analisis Aktor ... 63

4.4.4 Analisis Tujuan ... 64

4.4.5 Analisis Strategi ... 66

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 69

1. Kesimpulan ... 69

2. Saran ... 71

DAFTAR PUSTAKA ... 72

(21)

DAFTAR TABEL

No Halaman

1. Jaringan kantor perbankan syariah bulan Januari – Maret 2005 ... 2

2. Komposisi pembiayaan perbankan syariah (juta rupiah) ... 3

3. Pembiayaan BPRS Ri’fatul Ummah berdasarkan sektor usaha ... 4

4. Pembiayaan BMT Tadbiirul Ummah berdasarkan sektor usaha ... 4

5. Rekap data perkembangan keuangan UPK Ikhtiar ... 5

6. Perbandingan antara pembiayaan sistem syariah dan konvensional ... 14

7. Aspek-aspek yang mempengaruhi ketidakefektifan pembiayaan ... 17

8. Hasil analisis level faktor terhadap efektifitas pembiayaan ... 60

9. Hasil analisis level aktor terhadap faktor ... 61

10.Hasil analisis level tujuan terhadap aktor ... 63

(22)

DAFTAR GAMBAR

No Halaman

1. Skema Musyarakah ... 11 2. Skema Mudharabah ... 12 3. Kerangka pemikiran operasional ... 22 4. Tahapan metode Analytical Hierarchy Process (AHP) ... 28 5. Lembaga penyandang dana UPK Ikhtiar ... 31 6. Manajemen dana UPK Ikhtiar ... 33 7. Struktur organisasi UPK Ikhtiar ... 36 8. Mekanisme penentuan wilayah program UPK Ikhtiar ... 38 9. Skema transaksi penjualan sayuran di pasar ... 40 10.Plafon pembiayaan upk ikhtiar desa ciaruteun (Des 2005-Mei 2006) ... 45 11.Resiko atas pinjaman (Des 2005-Maret 2006) ... 47 12.Skim pembiayaan UPK Ikhtiar (Des 2005-Mei 2006) ... 52 13.Jumlah pinjaman dan akad (Des 2005-Mei 2006) ... 53 14.Data perkembangan tabungan (Tahun 2005 – Maret 2006) ... 54 15.Struktur AHP pada efektifitas pembiayaan UPK Ikhtiar ... 56 16.Prioritas petani pada efektifitas pembiayaan UPK Ikhtiar ... 57 17.Hasil analisis struktur proses hirarki analitik pada efektivitas

(23)

DAFTAR LAMPIRAN

No Halaman

(24)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembiayaan sistem bagi hasil bank syariah di Indonesia mulai dikenal

sejak Bank Muamalat Indonesia (BMI) didirikan pada tanggal 01 November

1991. Pada awalnya, keberadaan bank syariah belum mendapat perhatian

dari masyarakat. Perangkat hukum tentang perbankan yaitu Undang-Undang

(UU) No. 7 Tahun 1992 hanya membahas pembiayaan sistem bagi hasil

secara sepintas yang sesuai dengan prinsip syariah. Jasa perbankan yang

ditawarkan sesuai prinsip syariah khususnya berkaitan dengan pelarangan

praktek riba, pelanggaran prinsip keadilan dalam bertransaksi, dan

keharusan pembiayaan dan investasi pada kegiatan yang etis dan halal

secara syariah.

Perkembangan perbankan syariah cukup pesat ketika pemerintah dan

Bank Indonesia (BI) memiliki komitmen untuk mengembangkan perbankan

syariah. Bentuk komitmen tersebut dengan mengesahkan Undang-undang

(UU) No. 10 Tahun 1998 tentang perbankan yang memberikan landasan

hukum yang lebih kuat bagi keberadaan sistem perbankan syariah

(Muhammad, 2005). Keberadaan UU No. 10 tersebut memberikan kepada

industri perbankan untuk meningkatkan penawaran dengan cara membuka

sejumlah bank-bank syariah baru. Sebab UU No. 10 tersebut menetapkan

dual banking system yang memperbolehkan bank-bank konvensional untuk

membuka cabang syariah atau mengkonversi diri menjadi bank syariah.

Pesatnya perkembangan bank syariah juga diikuti oleh Baitul Mal wat

Tamwil (BMT) sebagai koperasi syariah bagi masyarakat. Di mana BMT

sebagai penyangga ekonomi masyarakat di level menengah dengan sistem

syariah yang mensyaratkan nasabahnya menjadi anggota BMT. Sebab untuk

menjangkau masyarakat yang memang belum mampu dalam ekonomi,

mereka dapat langsung bergabung menjadi anggota BMT tersebut. Mereka

dapat menjadi nasabah untuk melakukan transaksi ekonomi berdasarkan

(25)

Kelompok

Bank KP KC KCP KK KP KC KCP KK KP KC KCP KK Bank Umum Syariah (BUS) 3 93 41 131 3 94 43 133 3 94 45 133 Unit Usaha Syariah (UUS) 15 57 18 0 15 57 18 1 15 58 51 1

BPRS 88 0 0 0 88 0 0 0 89 0 0 0

TOTAL 106 150 59 131 106 151 61 134 107 152 96 134

Jan-05 Feb-05 Mar-05

yang diadakan oleh pengurus BMT, sehingga dapat meningkatkan hubungan

antara anggota dan pengurus BMT.

Pertumbuhan bank syariah sampai tahun 2005 mengalami

perkembangan yang sangat signifikan. Pesatnya perbankan syariah ditandai

dengan bertambahnya Bank Umum Syariah (BUS), Unit Usaha Syariah, dan

Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS). Pada akhir bulan Juni 2004

jumlah Kantor pusat (KP) BUS sebanyak 2 unit, 83 unit kantor cabang

(KC), 28 unit kantor cabang pembantu (KCP), dan 112 unit kantor kas

(KK). Padahal sampai akhir bulan Maret tahun 2005, jumlah Kantor pusat

(KP) BUS sebanyak 3 unit, 94 unit kantor cabang (KC), 45 unit kantor

cabang pembantu (KCP), dan 133 unit kantor kas (KK) seperti yang

diperlihatkan pada Tabel 1 di bawah ini.

Tabel 1. Jaringan kantor perbankan syariah Bulan Januari – Maret 2005

Sumber : Statistik Perbankan Syariah, Bank Indonesia (2005)

Dari Tabel 1 di atas memperlihatkan bahwa jumlah masing-masing

kantor bank syariah setiap bulan pada tahun 2005 mengalami peningkatan.

Kantor Pusat (KP) pada bulan Januari 2005 berjumlah 106 unit menjadi 107

unit pada bulan Maret 2005, Kantor cabang (KC) pada bulan Januari 2005

berjumlah 150 unit menjadi 152 unit pada bulan Maret 2005. Begitu juga

dengan Kantor Cabang Pembantu (KCP) dan Kantor Kas (KK)

masing-masing naik 59 dan 131 bulan Januari 2005 menjadi 96 dan 134 pada bulan

Maret 2005.

Perkembangan yang pesat juga dapat dilihat dari penyaluran dana

perbankan syariah. Dari sisi simpanan masyarakat, Dana Pihak Ketiga

(DPK) pada akhir tahun 2000 berjumlah Rp 1,03 triliun dan pada akhir Juni

tahun 2004 menjadi 8,48 triliun. Sedangkan dari sisi penyaluran dana atau

(26)

dan pada akhir Juni tahun 2004 telah menjadi Rp 8,12 triliun (Statistik

Perbankan Syariah – BI, 2004).

Namun demikian, jika dilihat lebih jauh lagi, khususnya terkait

dengan pembiayaan sistem bagi hasil di bank syariah dengan prinsip

mudharabah dan musyarakah, maka tampak bahwa komposisi pembiayaan

bagi hasil dengan prinsip mudharabah dan musyarakah masih relatif

rendah. Pada akhir Maret tahun 2004 komposisi pangsa (share) pembiayaan

mudharabah dan musayarakah masing masing sebesar 16,03 persen dan

8,23 persen. Sedangkan pada akhir Februari tahun 2005 komposisi pangsa

(share) pembiayaan mudharabah dan musayarakah masing masing sebesar

18,42 persen dan 11,80 persen. Hal ini menunjukkan bahwa komposisi

pembiayaan sistem bagi hasil ini dari tahun 2004 mengalami kenaikan pada

tahun 2005, tetapi pangsa komposisi pembiayaannya relatif masih rendah di

bawah 20 persen. Untuk lebih jelasnya, komposisi pembiayaan perbankan

syariah dapat diperlihatkan pada Tabel 2 di bawah ini.

Tabel 2. Komposisi pembiayaan perbankan syariah (juta rupiah)

Tahun 2004 Tahun 2005

Rincian Pembiayaan

Yang Diberikan Mar Jun Sept Des Jan Feb

Nilai 528.248 944.472 1.118.082 1.270.868 1.285.404 1.432.462 Pembiayaan

Musyarakah Pangsa

(%) 8,23 11,30 11,04 11,06 11,02 11,80

Nilai 1.028.569 1.459.218 1.702.036 2.062.202 2.105.554 2.235.654 Pembiayaan

Mudharabah Pangsa

(%) 16,03 17,46 16,80 17,95 18,05 18,42

Sumber : Statistik Perbankan Syariah – BI (2005)

Pangsa pembiayaan sistem bagi hasil bank syariah akan berdampak

pada sektor riil, termasuk sektor agribisnis. Keinginan pengusaha sektor

agribisnis terhadap pembiayaan sistem bagi hasil bank syariah masih relatif

rendah. Hal ini terjadi pada Yayasan Pemberdayaan Dhu’afa dan

Mustad’afin (Peramu) Bogor yang memiliki dan membina BPRS Ri’fatul

Ummah (RU) serta tiga BMT yaitu : BMT Khidmatul Ummah (KU), BMT

Wihdatul Ummah (WU) dan BMT Tadbiirul Ummah (TbU). Dalam laporan

keuangan tahun 2005 masing-masing lembaga tersebut menyatakan bahwa

pembiayaan sistem syariah untuk sektor agribisnis sangat rendah. Pada

(27)

adalah sebesar 0 persen dari jumlah pembiayaan yang diberikan sampai

dengan Desember 2005 seluruhnya sebesar Rp 3.476.640.000, sedangkan

untuk perdagangan, jasa dan konsumsi masing-masing 73,28 persen, 5,99

persen, dan 20,73 persen. Seperti yang diperlihatkan dalam Tabel 3 di

bawah ini.

Tabel 3. Pembiayaan BPRS Ri’fatul Ummah berdasarkan sektor usaha Jenis

Penggunaan

Realisasi s.d Des 04 (Rp 000)

Persentase (%)

Perdagangan 2.547.603 73,28

Pertanian 0 0

Industri 0 0

Jasa 208.438 5,99

Konsumsi 720.559 20,73

Jumlah 3.476.640 100

Sumber : Laporan Keuangan BPRS RU Tahun 2005

Pembiayaan sistem syariah di BMT juga relatif sangat rendah.

Laporan keuangan tahun 2005 BMT TbU menyatakan bahwa untuk

pembiayaan berdasarkan sektor usaha yang paling rendah adalah peternakan

dan pertanian masing-masing 0,003 persen dan 2,209 persen. Sedangkan

untuk pembiayaan yang paling besar adalah untuk sektor perdagangan dan

jasa masing-masing sebesar 61 persen dan 24 persen. Hal ini dapat dilihat

pada Tabel 4 dibawah ini.

Tabel 4. Pembiayaan BMT Tadbiirul Ummah berdasarkan sektor usaha Jenis Penggunaan Nominal (RP) Persentase (%)

Perdagangan 1.774.527.000 60,800

Jasa 693.585.000 23,764

Lain-lain 211.120.500 7,233

Home Industri 164.910.000 5,650

Pertanian 64.480.000 2,209

Peternakan 10.000.000 0,003

Jumlah 2.918.623.000 100persen

Sumber : Laporan Keuangan BMT TbU Tahun 2005

Alasan utama rendahnya pembiayaan sistem syariah di BPRS RU dan

BMT TU disebabkan oleh tingkat pemahaman pengusaha agribisnis tentang

penerapan pembiayaan sistem syariah masih rendah. Ashari dan Saptana

(28)

syariah dengan prinsip mudharabah dan musyarakah sebagai lembaga

alternatif dalam pembiayaan sektor agribisnis merupakan alternatif yang

strategis, karena secara konseptual relevan dengan sektor agribisnis.

Alasannya adalah pembiayaan sistem bagi hasil berbasis syariah memiliki

ciri bebas bunga, berprinsip bagi hasil dan risiko, serta perhitungan bagi

hasil dilakukan setelah periode transaksi.

Yayasan Peramu sebagai lembaga yang memiliki dan membina BPRS

RU dan BMT WU, BMT KU dan BMT TU melakukan program keuangan

mikro (micro finance) yang langsung kepada masyarakat pedesaan. Hal ini

untuk mengatasi fenomena yang terjadi pada rendahnya pembiayaan sistem

syariah yang merupakan permasalahan penting untuk dibahas dan dicari

solusinya. Program yang dilakukan adalah Unit Pelayanan Keuangan (UPK)

Ikhtiar yang di mulai sejak tahun 1999 yang nasabahnya merupakan

masyarakat pedesaan yang cenderung bekerja pada sektor agribisnis dan

langsung tercatat sebagai anggotanya. Dalam Laporan Keuangan Triwulan I

Tahun 2006, pembiayaan UPK Ikhtiar yang disalurkan dari tahun 2003

sebesar Rp 725.986.000 meningkat menjadi Rp 2.436.736.000 di bulan

Maret 2006 dengan jumlah anggota masing-masing 1.377 orang meningkat

menjadi 2.481 orang seperti yang diperlihatkan pada Tabel 5 di bawah ini.

Tabel 5. Rekap Data Perkembangan Keuangan UPK Ikhtiar Keterangan Tahun

2003

Tahun 2004

Tahun 2005

Maret 2006

Majelis 79 98 146 172

Anggota (orang) 1.377 1.851 2.360 2.481 Penyaluran dana

sampai dengan

(ribu rupiah) 725.986 1.307.236 2.181.986 2.436.736 Sumber : Laporan Keuangan UPK Ikhtiar Triwulan I Tahun 2006

Program UPK Ikhtiar merupakan program yang digunakan untuk

mengatasi belum efektifnya pembiayaan yang dilakukan oleh BPRS RU dan

BMT TU, BMT TU dan BMT WU pada sektor riil, terutama sektor

agribisnis. Padahal untuk melihat suatu efektivitas pembiayaan syariah

adalah dengan melihat sejauh mana pembiayaan yang disalurkan kepada

(29)

dalam meningkatkan pembiayaan sistem syariah menjadi latar belakang

untuk dianalisis efektivitas penerapannya di lapangan, faktor-faktor apa saja

yang mempengaruhi efektivitas pembiayaan sehingga perlu mencari strategi

yang tepat untuk meningkatkan pembiayaan sistem syariah BPRS RU, BMT

WU, BMT KU, BMT Tbu terhadap petani agribisnis melalui program UPK

Ikhtiar.

1.2. Perumusan Masalah

Perkembangan lembaga keuangan syariah tidak terlepas dari kondisi

sektor riil, khususnya sektor agribisnis. Sektor pertanian (agribisnis)

menjadi salah satu sektor yang mampu menghidupkan lembaga keuangan

syariah, baik itu bank syariah, BMT maupun unit-unit syariah lainnya serta

menjadi tujuan utama pembiayaan sistem syariah. Hal ini mengingat bahwa

Indonesia sebagai negara agraris, dimana sektor agribisnis mampu

memberikan nilai tambah yang cukup besar terhadap nilai Produk Domestik

Bruto (PDB) Indonesia sekitar 24 persen dan juga mampu menyediakan

lapangan pekerjaan sebanyak 55 persen di pedesaan (Soekartawi, 2002).

Sehingga sangat tepat pola pengelolaan investasi untuk sektor agribisnis

yang penuh dengan risiko (produksi maupun jatuhnya harga) dilakukan

melalui pembiayaan sistem bagi hasil (profit and loss sharing), baik

menggunakan prinsip mudharabah maupun musyarakah.

Implementasi prinsip mudharabah maupun musyarakah di sektor

agribisnis dapat dilakukan dengan kemitraan usaha. Pola kemitraan yang

dekat dengan mudharabah maupun musyarakah adalah model contract

farming yang telah dikembangkan dalam bentuk Perusahaan Inti Rakyat

(PIR) serta kerja sama operasional agribisnis (Deptan, 1997). Begitu juga

dengan pola kemitraan yang dilakukan oleh Yayasan Peramu yang memiliki

dan membina BPRS RU, BMT WU, BMT TbU dan BMT KU adalah

dengan program UPK Ikhtiar yang memang langsung melakukan transaksi

syariah ke pedesaan. Dengan pola kemitraan tersebut, penyaluran dana akan

lancar melalui pembiayaan sistem syariah kepada petani agribisnis sayuran

sehingga memungkinkan percepatan perputaran arus kas pada sektor

(30)

Program UPK Ikhtiar ini memiliki beberapa faktor dalam menunjang

efektivitas pembiayaan sistem syariah. Pertama, tabungan anggota. Hal ini

merupakan salah cara UPK Ikhtiar untuk menghimpun Dana Pihak Ketiga

(DPK) dari anggota yang akan diputar kembali untuk dipinjamkan kepada

para petani agribisnis yang ingin meminjam. Kedua, pembayaran pinjaman.

Hal ini merupakan faktor penting di mana petani agribisnis mampu

mengembalikan pembiayaan dengan cara mengangsur melalui pertemuan

rutin setiap minggu. Ketiga, kesejahteraan rumah tangga petani. Faktor ini

sangat mempengaruhi efektivitas pembiayaan, sebab dengan memberikan

pinjaman untuk modal usaha pertanian, petani mampu menghidupi

keluarganya dalam hal pendidikan, kesehatan dan kebutuhan sehari-hari.

Keempat, pemberdayaan agribisnis. Hal ini terkait dengan sejauh mana

UPK Ikhtiar mampu membina para petani dengan melakukan

pendampingan agribisnis, sehingga mampu meningkatkan pemahaman

petani dalam melakukan kegiatan agribisnis.

Dalam prakteknya, penerapan UPK Ikhtiar sebagai program di sektor

agribisnis perlu dikaji efektivitas pembiayaannya. Selain pelayanan

pembiayaan, UPK Ikhtiar juga melakukan pelayanan simpanan (tabungan)

bagi masyarakat yang ingin menabung dengan sistem syariah. Sebab

tabungan juga menjadi salah satu faktor pendukung untuk menjamin

keseriusan petani dalam meminjam uang dari UPK Ikhtiar. Kemudian,

bagaimana tingkat kesejahteraan rumah tangga petani ketika mereka aktif

menjadi anggota UPK Ikhtiar, karena ini menjadi ukuran apakah

pembiayaan sistem syariah itu cukup efektif pada keluarga petani. Begitu

juga dengan pendampingan petani melalui penyuluhan dan pemberdayaan

kegiatan agribisnis yang menjadi usaha mereka dalam memenuhi kebutuhan

hidup keluarganya. Sehingga masalah yang diangkat dalam penelitian ini

adalah sejauh mana efektivitas pembiayaan sistem syariah melalui UPK

Ikhtiar yang akan berdampak pada petani agribisnis khususnya di Desa

(31)

Dari penjelasan tersebut di atas dapat dirumuskan permasalahannya

sebagai berikut :

1. Apakah penerapan pembiayaan sistem syariah UPK Ikhtiar dapat

efektif terhadap petani agribisnis sayuran di Desa Ciaruteun Ilir?

2. Apakah partisipasi anggota dalam mengikuti program UPK Ikhtiar

dapat mempengaruhi peningkatan pembayaran angsuran dan jumlah

tabungan petani agribisnis di Desa Ciariteun Ilir ?

3. Strategi apa yang efektif dalam meningkatkan pembiayaan sistem

syariah UPK Ikhtiar terhadap petani agribisnis di Desa Ciaruteun Ilir?

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1.Tujuan Umum Penelitian

Tujuan umum peneltian ini adalah untuk mengetahui efektivitas

pembiayaan sistem syariah melalui program UPK Ikhtiar terhadap

petani agribisnis di Desa Ciaruteun Ilir Kecamatan Cibungbulang

Kabupaten Bogor.

1.3.2.Tujuan Khusus Penelitian

1. Mengevaluasi penerapan efektivitas pembiayaan sistem syariah

UPK Ikhtiar terhadap petani agribisnis di Desa Ciaruteun Ilir.

2. Mengidentifikasi partisipasi anggota dalam mengikuti program

UPK Ikhtiar dalam mempengaruhi peningkatan pembayaran

angsuran dan jumlah tabungan petani agribisnis di Desa

Ciaruteun Ilir.

3. Menganalisis dan merekomendasikan strategi yang tepat dalam

meningkatkan efektivitas pembiayaan sistem syariah UPK

Ikhtiar terhadap petani agribisnis di Desa Ciaruteun Ilir.

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini akan banyak berguna bagi masyarakat, khususnya para

akademisi, baik dosen maupun mahasiswa yang senang terhadap kajian

perkembangan ekonomi syariah di Indonesia. Berikut akan dijelaskan

(32)

1. Para Akademisi

Penelitian ini sangat berguna bagi para akademisi seperti dosen

dan mahasiswa yang memang menjadi salah satu sistem ekonomi

alternatif. Hasil penelitian ini sangat cocok diterapkan pada sektor rill

terutama pertanian yang dapat mengubah paradigma akademisi

tentang sistem ekonomi syariah yang hanya sebatas pada dunia

perbankan saja, sehingga diharapkan banyak para akademisi yang

melakukan penelitian ekonomi syariah khususnya pada sektor

agribisnis.

2. Para Peneliti Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)

Hasil penelitian ini sangat berguna bagi LSM yang memang

memiliki program pendampingan kepada masyarakat miskin.

Bagaimana membangun kekuatan kelompok di dalam masyarakat

sehingga terjadi suatu kohesifitas sosial dengan anggota kelompok

yang lain melalui program pelayanan keuangan mikro berbasis

pengembangan kelompok

3. Para Pengamat dan Praktisi Ekonomi Syariah

Bagi para pengamat dan praktisi, hasil penelitian ini akan

berguna untuk menerapkan sistem pembiayaan dengan sistem

pendampingan. Hal ini cukup efektif dilakukan dan banyak manfaat

bagi lembaga yang menyalurkan pembiayaan kepada masyarakat

karena akan mengurangi dari tingginya tingkat kredit macet (non

(33)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sistem Pembiayaan Syariah

Menurut Muhammad (2005) pembiayaan (financing) adalah

pendanaan yang diberikan oleh suatu pihak kepada pihak lain untuk

mendukung investasi yang telah direncanakan, baik dilakukan sendiri

maupun lembaga. Dengan kata lain, pembiayaan merupakan pendanaan

yang dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah direncanakan.

Lembaga keuangan syariah dalam menggunakan kata pinjaman tidak

menyebutkan kredit, melainkan pembiayaan.

Dalam kaitannya dengan lembaga keuangan syariah, jenis pembiayaan

dibagi menjadi aktiva produktif dan aktiva tidak produktif (Muhammad,

2005), yang masing-masing dapat disebutkan sebagai berikut :

1. Jenis aktiva produktif.

a. Pembiayaan dengan prinsip bagi hasil (Mudharabah dan

Musyarakah)

b. Pembiayaan dengan prinsip jual–beli (Mutabahah, Salam dan

Istishna)

c. Pembiayaan dengan prinsip sewa (Ijarah, Ijarah Muntahiya

Biltamlik/Wa iqtina)

d. Surat berharga syariah

e. Penempatan

f. Penyertaan modal

g. Penyertaan modal sementara

h. Transaksi Rekening Administratif

i. Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI)

2. Jenis aktiva tidak produktif.

Jenis aktiva tidak produktif yang berkaitan dengan aktivitas

pembiayaan adalah berbentuk pinjaman yang disebut dengan

(34)

Secara umum prinsip bagi hasil dalam lembaga keuangan syariah

dapat dilakukan dengan empat akad utama, yaitu : Musyarakah,

Mudharabah, Muzara’ah dan Musqah (Zulkifli, 2003). Namun yang banyak

dipakai lembaga keuangan syariah adalah Musyarakah dan Mudharabah,

karena kedua akad produk tersebut tergolong sebagai kontrak bagi hasil.

Berikut akan dijelaskan kedua akad produk bank syariah tersebut.

1. Musyarakah

Menurut Zulkifli (2003) Musyarakah adalah akad kerja sama

atau percampuran antara dua pihak atau lebih untuk melakukan suatu

usaha tertentu yang halal dan produktif dengan kesepakatan bahwa

keuntungan akan dibagikan sesuai nisbah yang disepakati dan resiko

akan ditanggung sesuai porsi kerja sama. Dua pengusaha yang saling

bekerja sama dengan menyumbangkan dananya masing-masing

sebagai modal usaha. Kemudian hasil keuntungan pendapatan dari

usaha tersebut akan akan dibagi sesuai dengan perjanjian yang telah

disepakati. Jika usaha tersebut mengalami kerugian, maka akan

ditanggung secara bersama-sama. Contoh usaha yang dapat dibiayai

oleh musyarakah seperti jenis usaha Perseroan Terbatas (PT), CV, dan

koperasi yang skemanya terlihat pada Gambar 1 dibawah ini.

Gambar 1. Skema Musyarakah (Zulkifli, 2003) PENGUSAHA I PENGUSAHA II

DANA X DANA X

USAHA

LABA/RUGI

[image:34.612.196.437.449.630.2]
(35)

Menurut Biro Perbankan Syariah Bank Indonesia (BPS-BI,

2001) menyatakan bahwa secara spesifik bentuk kontribusi dari pihak

yang bekerja sama dapat berupa dana, barang perdagangan,

kewiraswastaan, keahlian, kepemilikan, peralatan dan barang-barang

lainnya yang dapat dinilai dengan uang. Semua modal tersebut

disatukan untuk dikelola secara bersama-sama, dan setiap pemodal

memiliki hak untuk turut serta dalam menentukan kebijakan usaha

yang dijalankan.

2. Mudharabah

Menurut Muhammad (2005) pengertian Mudharabah adalah

akad kerja sama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama

(sohibul maal) menyediakan seluruh (100%) modal, sedangkan pihak

lainnya sebagai pengelola (mudharib). Keuntungan usaha dibagi

menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak, sedangkan

apabila rugi ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian itu bukan

akibat kelalaian si pengelola.

Menurut Ashari dan Saptana (2005) menyatakan bahwa

keuntungan yang diperoleh dalam kerja sama ini (mudharabah) dibagi

menurut kesepakatan yang telah dituangkan dalam kontrak. Risiko

kerugian ditanggung sepenuhnya oleh pemilik modal, kecuali

kerugian ditimbulkan akibat kelalaian pengelola seperti

penyelewengan, penyalahgunaan, atau bentuk kecurangan lainnya.

Jika demikian, maka kerugian ditanggung oleh pengelola modal

(mudharib).

Kerja sama antara pemilik modal dengan pengelola saling

mendukung antara satu sama lain. Pengusaha I memiliki kemampuan

untuk mengelola usaha dan pengusaha II memberikan modal untuk

usaha tersebut. Akad yang disepakati tergantung pembagian

persentase berdasarkan perjanjian dalam hal pembagian hasil. jika

usaha tersebut mendapatkan keuntungan, maka akan dibagi sesuai

dengan porsinya masing-masing. Jika mengalami kerugian, maka akan

(36)

BAGI HASIL

PENGUSAHA I PENGUSAHA II

PROFESIONALISME MODAL 100 %

USAHA

[image:36.612.206.445.72.269.2]

LABA/RUGI

Gambar 2. Skema Mudharabah (Zulkifli, 2003)

Adapun ketentuan BPS-BI (2001) tentang Mudharabah adalah

sebagai berikut :

a. Jumlah modal yang diserahkan kepada nasabah selalu pengelola

modal harus diserahkan tunai dan dapat berupa uang atau batang yang

dinyatakan nilainya dalam satuan uang. Apabila modal diserahkan

secara bertahap, harus jelas tahapannya dan disepakati bersama.

b. Hasil pengelolaan modal pembiayaan Mudharabah dapat

diperhitungkan dengan dua cara :

1 Perhitungan dari pendapatan proyek (revenue sharing)

2 Perhitungan dari keuntungan proyek (profit sharing)

c. Hasil usaha dibagi sesuai dengan persetujuan dalam akad, pada setiap

bulan atau waktu yang disepakati. Bank selaku pemilik modal

menanggung seluruh kerugian kecuali akibat kelalaian dan

penyimpangan pihak nasabah, seperti penyelewengan, kecurangan dan

penyalahgunaan dana.

d. Bank berhak melakukakan pengawasan terhadap pekerjaan nasabah,

namun tidak berhak mencampuri urusan/usaha nasabah. Jika nasabah

cedera janji dengan sengaja, misalnya tidak mau membayar

(37)

Pembiayaan dengan prinsip bagi hasil pada lembaga keungan sering

disebut dengan transaksi Natural Uncertainty Contract (NUC). Menurut

Zulkifli (2003) transaksi Natural Uncertainty Contract (NUC) adalah suatu

jenis kontrak transaksi dalalm bisnis yang tidak memiliki kepastian atas

keuntungan dan pendapatan, baik dari segi jumlah maupun penyerahannya.

Hal ini disebabkan karena transaksi ini sangat terkait dengan kondisi di

masa yang akan datang, yang tidak dapat ditentukan.

Untuk mengatasi ketidakpastian dalam tarnsaksi NUC, maka dua

pihak atau lebih saling mencampurkan asetnya (baik real asset maupun

financial asset) menjadi satu kesatuan untuk mengatasi resiko

ketidakpastian usaha, proses percampuran ini lazim disebut dengan syirkah

(Zulkifli, 2003).

Menurut Antonio dalam Irvansyah (2005) menyatakan bahwa

perbedaan antara pemberian pembiayaan sistem syariah dengan sistem

[image:37.612.131.511.377.685.2]

konvensional adalah seperti yang diperlihatkan pada Tabel 6 berikut ini.

Tabel 6. Perbandingan pembiayaan sistem syariah dengan konvensional No Pembiayaan Sistem Syari’ah Pembiayaan Sistem Konvensional 1 Penentuan besarnya rasio bagi hasil

dibuat pada waktu akad dengan berpedoman pada kemungkinan untung rugi.

Penentuan bunga dibuat pada waktu akad dengan asumsi harus selalu untung.

2 Besarnya rasio bagi hasil berdasarkan pada jumlah keuntungan yang diperoleh.

Besarnya persentase berdasarkan pada jumlah uang yang dipinjamkan.

3 Bagi hasil tergantung pada keuntungan proyek yang dijalankan, sekiranya itu tidak mendapatkan keuntungan, maka kerugian akan ditanggung bersama oleh kedua belah pihak.

Pembayaran bunga tetap seperti yang dijanjikan tanpa pertimbangan apakan proyek yang dijalankan oleh pihak nasabah untung atau rugi.

4 Jumlah pembagian laba meningkat sesuai dengan peningkatan jumlah pendapatan

Jumlah pembayaran bunga tidak meningkatkan sekalipun jumlah keuntungan berlipat ganda atau keadaan ekonomi sedang booming. 5 Tidak ada yang meragukan keabsahan

keuntungan bagi hasil

Eksistensi bunga diragukan (setidaknya dikecam bahkan diancam) oleh semua agama, terutama islam.

(38)

Tabel 6 menjelaskan bahwa perbedaaan pembiayaan sistem syariah

dengan sistem konvensional telihat jelas pada pembagian bagi hasil.

Pembiayaan sistem syariah yang berpedoman pada kemungkinan untung

rugi akan melihat lebih jauh prospek dari usaha yang dijalankan tersebut.

Hal ini dapat mengukur besarnya rasio bagi hasil berdasarkan pada jumlah

keuntungan yang diperoleh sehingga ada unsur keadilan antara kedua belah

pihak. Tidak seperti pembiayaan sistem konvensional yang menentukan

bunga sebagai ukuran pembagian keuntungan tanpa melihat untung dan

rugi, Tetapi melihat besarnya persentase berdasarkan pada jumlah uang

yang dipinjamkan.

2.2. Pembiayaan Sistem Bagi Hasil Bank Syariah Terhadap Usaha Sektor Agribisnis

Indonesia sebagai negara agraris memiliki peran yang sangat strategis

dalam pembagunan sektor agribisnis. Sebagian besar masyarakat

menganggap bahwa sektor agribisnis menjadi andalan mata pencaharian

mereka, sebab sektor ini mampu menjadi penyangga perekonomian bangsa

Indonesia. Untuk itu, sektor agribisnis memiliki peluang yang sangat besar

apabila menjadi perhatian semua pihak, khususnya dunia lembaga keuangan

syariah. Sektor agribisnis yang penuh dengan resiko yang menyebabkan

rendahnya minat lembaga perkreditan untuk mendanai sektor ini. Sehingga

pembiayaan sistem bagi hasil lembaga keuangan syariah menjadi alternatif

pendanaan untuk sektor agribisnis.

Menurut Ashari dan Saptana (2005) menyatakan bahwa beberapa hal

yang melandasi prospek pembiayaan sistem bagi hasil lembaga keuangan

syariah untuk sektor agribisnis adalah sebagai berikut :

a. Karakteristik pembiayaan syariah sesuai dengan kondisi bisnis

pertanian.

b. Skim pembiayaan syariah sudah dipraktekkan secara luas oleh petani

di Indonesia.

c. Luasnya cakupan usaha di sektor pertanian.

d. Produk pembiayaan syariah cukup beragam.

(39)

f. Komitmen lembaga keuangan syariah untuk Usaha Kecil dan

Menengah (UKM) karena usaha di sektor pertanian merupakan bisnis

pada sektor riil.

2.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Pembiayaan Sistem Syariah.

Efektivitas pembiayaan sistem syariah dengan prinsip mudharabah

maupun musyarakah tercermin dari pemilik modal dan pengelola modal

(nasabah) itu sendiri. Menurut Admiral dalam Hidayat (2005) menyatakan

bahwa efektivitas pembiayaan dari sisi pengelola modal (nasabah)

berdasarkan beberapa parameter, yaitu :

a. Prosedur pembiayaan yang menunjukkan kemudahan bagi calon

nasabah untuk memahaminya.

b. Persyaratan pembiayaan yang menunjukkan kesanggupan /

kemudahan bagi calon nasabah pembiayaan untuk memenuhinya,

termasuk ada atau tidak adanya jaminan.

c. Waktu pencairan / atau realisasi yang menunjukkan kecepatan bank

syariah untuk mewujudkan pembiayaan yang diajukan.

d. Lokasi bank yang menunjukkan kemudahan bagi nasabah untuk

mengakses sumber permodalan yang disediakan.

e. Dampak pembiayaan yang menunjukkan tingkat kemantapan

pembiayaan.

Jika dilihat dari sisi pengelola modal, efektivitas pembiayaan bagi hasil

dengan prinsip mudharabah dan musyarakah adalah dapat diukur melalui

penyaluran dana. Hal ini terkait dengan seejauh mana pihak pemilik modal

menyalurkan pembiayaan dengan sistem syariah, artinya semakin banyak

dana yang disalurkan, maka pembiayaan sistem syariah tersebut semakin

efektif.

Efektivitas pembiayaan menurut Hamid dalam Hidayat (2005) dapat

diukur dengan cara melihat kemantapan prosedur pembiayaan berdasarkan

faktor-faktor sebagai berikut :

a. Jumlah nasabah yang menunjukkan bahwa sistem pembiayaan dapat

(40)

b. Keragaman mata pencaharian nasabah yang menunjukkan fleksibilitas

prosedur pembiayaan yang dijalankan.

c. Frekuensi pinjaman nasabah, sebagai tingkat keseringan nasabah

dalam mengambil pembiayaan.

d. Frekuensi tunggakan, sebagai tingkat keseringan nasabah dalam

menunggak pembayaran dalam suatu proses peminjaman.

e. Pelayanan pembiayaan, sejauh mana tingkat pelayanan yang

dilakukan, mulai dari pengajuan pembiayaan sampai realisasi

pembiayaan.

Jika dilihat dari segi ketidakefektifannya, menurut Yumanita (Juni, 2005)

bahwa beberapa pakar telah mengidentifikasi sumber-sumber penyebab

tidak efektifnya pembiayaan sistem syariah dapat dilihat dari empat aspek,

yaitu ; 1) internal lembaga keuangan syariah, 2) Nasabah, 3) Regulasi dan 4)

Pemerintah dan institusi lain. Dengan rincian yang diperlihatkan pada Tabel

[image:40.612.129.510.365.651.2]

7 sebagai berikut.

Tabel 7. Aspek-aspek yang Mempengaruhi Ketidakefektifan Pembiayaan Sistem Syariah

Aspek Masalah Utama

1. Internal lembaga keuangan Syariah

a. Kualitas sumber daya insani (SDI) yang belum memadai untuk menangani, memproses, memonitor, menyelia dan mengaudit beberapa proyek syariah.

b. Lembaga Keuangan syariah belum dapat menanggung resiko besar, karena belum memiliki bentuk keahlian yang dibutuhkan untuk memproses, memonitor, menyelia bagi hasil.

c. Kompetisi ketat dengan bank konvensional memaksa bank syariah harus menyediakan pembiayaan alternatif yang beresiko lebih kecil. d. Tidak dapat membiayai proyek jangka panjang,

karena rumit dan makan waktu dari sisi prosedur, kurangnya pengalaman dan keahlan SDI, dan kurangnya penggunaan dana akibat modal tertanam untuk jangka waktu lama.

(41)

2. Nasabah a. Sebagian nasabah penyimpan/peminjam bersifat risk averse, karena belum terbiasa dengan kemungkinan rugi dan sudah terbiasa dengan sistem bunga.

b. Moral hazard, karena pengusaha enggan menyampaikan laporan keuangan/laba yang sebenarya untuk menghindar pajak dan untuk menyembunyikan keuntungan yang sebenarnya. c. Permintaan pembiayaan masih kecil dari nasabah. 3. Regulasi a. Kurangnya dukungan dari regulator, karena tidak

melakukan inesiatif-inesiatif untuk mengadakan perubahan-perubahan peraturan dan institusional yang diperlukan untuk mendukung bekerjanya sistem perbankan dengan baik.

b. Tidak adanya institusi pendukung untuk mendorong penggunaan bagi hasil.

c. Tidak adanya prosedur operasional yang seragam. 4. Pemerintah a. Tidak ada kebijakan pendukung yang mendorong

penggunaan pembiayaan bagi hasil untuk proyek-proyek pemerintah.

b. Perlakuan pajak yang tidak adil, yang memperlakukan keuntungan sebagai objek pajak sedangkan bunga bebas dari pajak.

c. Pasar sekunder instrumen keuangan syariah belum ada, sehingga menyulitkan bank untuk menyalurkan atau mendapatkan akses likuiditas. Sumber : Yumanita (2005)

2.4. Hasil Penelitian Terdahulu

Hidayat (2005) menyatakan bahwa manfaat pembiayaan pada BMT

Koppontren Hubbul Wathon adalah prosedur pembiayaan yang sederhana,

kemudahan dalam persyaratannya dengan tidak ada jaminan, realisasinya

relatif cepat, kecilnya biaya administrasi, pelayanan petugas yang ramah dan

tidak kaku dalam berhubungan,lokasi BMT yang dekat, dan yang terpenting

yaitu sebagian besar nasabah merasakan dampak positif atas pembiayaan

yang diberikan oleh BMT. Efektivitas pembiayaan pada BMT Koppontren

Hubbul Wathon dapat lebih ditingkatkan dengan cara meningkatkan

pengawasan dan pembinaan terhadap usaha para nasabah. Kemudian

faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah pengammbilan pembiayaan oleh nasabah

yaitu faktor besarnya tunggakan dan jangka waktu angsuran pada koefisien

keyakinan 90 persen. Sedangkan faktor pendapatan usaha keluarga dan

(42)

diambil pada koefisien keyakinan 85 persen. Diantara faktor-faktor tersebut,

faktor jangka waktu angsuran memiliki tingkat elastisitas tertinggi.

Imran (2004) menyatakan bahwa kajian pemanfatan pembiayaan

system syariah pada komunitas petani ikan Gurame di Desa Petir

Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor belum bisa dioptimalkan dengan

sebaik-baiknya. Alasan ini disebabkan oleh tingkat pemahaman petani untuk

menerima informasi tentang pembiayaan syariah dan prosedur pembiayaan

yang cukup rumit yang dirasakan oleh petani ikan Gurame. Kemudian yang

lebih penting adalah rendahnya mobilitas petani dalam mengunjungi

lembaga keuangan syariah yang ada di Kabupaten Bogor. Hal ini

disebabkan oleh rendahnya upaya pihak lembaga keuangan syariah dalam

mensosialisasikan dan mempromosikan pembiayaan syariah kepada petani

(43)

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Kerangka Pemikiran.

Lembaga keuangan syariah merupakan lembaga yang usaha pokoknya

memberikan pembiayaan dan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas pembayaran

serta peredaran uang yang pengoperasiannya disesuaikan dengan dengan

prinsip syariat (Muhammad, 2005). Pengoperasian lembaga keuangan

syariah tidak mengandalkan pada bunga bank dan menjauhkan dari unsur

riba, tetapi menerapkan sistem bagi hasil serta mengembangkan produknya

yaitu pembiayaan dengan sistem bagi hasil.

BPRS RU, BMT KU, BMT WU dan BMT Tbu merupakan lembaga

keuangan syariah yang pengoperasiannya memberikan pelayanan

pembiayaan. BPRS RU memberikan pelayanan pembiayaan untuk usaha

yang relatif besar di atas Rp 10.000.000 sedangkan BMT WU, BMT KU

dan BMT TbU merupakan lembaga koperasi syariah yang memberikan

pelayanan pembiayaan kepada anggotanya untuk skala usaha yang relatif

sedang antara Rp 1.000.000 sampai Rp 10.000.000 untuk semua sektor.

Keempat lembaga keuangan tersebut beroperasi sesuai dengan prinsip

syariah, yaitu lebih mengutamakan keadilan dan kesetaraan dalam

menerapkan instrumen pembiayaan syariah (mudharabah dan musyarakah).

Pembiayaan sistem bagi hasil dengan prinsip mudharabah dan

musyarakah merupakan core product lembaga keuangan syariah yang

bebas dari mekanisme bunga. Dalam penerapannya di lapangan, salah satu

contoh di daerah jawa tengah dan DI Yogyakarta sebanyak 47,27 persen

masyarakat menyatakan bunga bank adalah haram, 20,47 persen halal, dan

31,06persen subhat (BPS – BI, 2005). Persepsi masyarakat yang

menyatakan bunga haram mengakibatkan banyak petani agribisnis

menginginkan untuk mendapatkan pendanaan dari bank syariah. Menurut

Muhammad (2005) menyatakan bahwa unsur-unsur perjanjian mudharabah

yaitu ; 1) Ijab Qobul, 2) Adanya dua pihak (Pemilik dana dan pengusaha), 3)

(44)

Produk pembiayaan dengan sistem syariah diantaranya adalah produk

pembiayaan mudharabah dan musyarakah. Pembiayaan sistem bagi hasil

dengan prinsip mudharabah menurut Muhammad (2005) adalah akad kerja

sama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama (sohibul maal)

menyediakan seluruh modal, sedangkan pihak lainnya sebagai pengelola

(mudharib). Keuntungan usaha dibagi menurut kesepakatan yang

dituangkan dalam kontrak, sedangkan apabila rugi ditanggung oleh pemilik

modal selama kerugian itu bukan akibat kelalaian si pengelola.

Sedangkan pembiayaan sistem bagi hasil dengan prinsip musyarakah

menurut Zulkifli (2003) adalah akad kerja sama atau percampuran antara

dua pihak atau lebih untuk melakukan suatu usaha tertentu yang halal dan

produktif dengan kesepakatan bahwa keuntungan akan dibagikan sesuai

nisbah yang disepakati dan risiko akan ditanggung sesuai porsi kerja sama.

Kegiatan sektor agribisnis dengan berbagai jenis usaha yang sangat luas

memungkinkan memakai produk pembiayaan sistem bagi hasil lembaga

keuangan syariah dengan prinsip musyarakah.

Namun demikian, jika dilihat lebih jauh lagi, pembiayaan sistem bagi

hasil lembaga keuangan syariah perlu dievaluasi penerapannya di lapangan.

Sebab ada indikasi komposisi persentase pembiayaan sistem bagi hasil

syariah relatif rendah untuk sektor agribisnis. Hal ini tampak pada nilai

pangsa pembiayaan mudharabah dan musyarakah pada akhir Februari tahun

2005 komposisi pangsa (share) pembiayaan mudharabah dan musyarakah

masing masing sebesar 18,42 persen dan 11,80 persen (Statistik Perbankan

Syariah – BI, 2005). Hal ini menunjukkan bahwa komposisi pembiayaan

sistem bagi hasil bank syariah relatif masih rendah di bawah 20 persen.

Begitu juga dengan rendahnya pembiayaan sektor agribisnis pada

BPRS RU, BMT WU, BMT KU dan BMT TbU juga rendah. Pada

pembiayaan sektor agribisnis di keempat lembaga keuangan tersebut nilai

persentasenya antara 0 persen sampai 2,2 persen yang mengindikasikan

masih rendahnya pembiayaan yang diberikan untuk usaha pertanian kepada

petani di desa. Padahal jika diperhatikan lebih jauh lagi, keempat lembaga

(45)

untuk usaha pertanian. Sehingga dapat dibayangkan bahwa jika keempat

lembaga keuangan tersebut mampu memberikan pelayanan pembiayaan

kepada para petani di wilayah bogor, maka pembiayaan sektor agribisnis

akan meningkat dengan menjangkau desa-desa yang potensial untuk

diberikan pembiayaan.

Melihat kondisi objektif di atas, maka komposisi pembiayaan sistem

bagi hasil dengan prinsip mudharabah maupun musyarakah belum

mengalami pertumbuhan yang pesat. Artinya pembiayaan sitem bagi hasil

lembaga keuangan syariah belum efektif penerapannya di lapangan,

sehingga kebijakan pendanaannya belum optimal. Menurut Yumanita

(2005) menyatakan bahwa beberapa pakar telah mengidentifikasi

sumber-sumber penyebab tidak efektifnya pembiayaan lembaga keuangan syariah

yang dapat dilihat dari empat aspek, yaitu ; 1) internal lembaga keuangan, 2)

Nasabah, 3) Regulasi dan 4) Pemerintah dan institusi lain.

Untuk mengatasi rendahnya pembiayaan pada sektor agribisnis, maka

Yayasan Peramu Bogor yang memiliki dan membina keempat lembaga

keuangan tersebut membuat program UPK Ikhtiar yang dikhususkan untuk

para petani di desa. Program UPK Ikhtiar merupakan program pelayanan

pembiayaan dan tabungan di desa untuk para petani dalam rangka

membantu petani memenuhi kebutuhan dasar (pangan, perumahan,

pendidikan, kesehatan dan sebagainya) melalui pengelolaan aset ekonomi

rumah tangga dan pengembangan kewirausahaan. Kegiatan utama program

UPK Ikhtiar adalam melakukan pendampingan ekonomi rumah tangga

petani melaui tabungan (saving) serta pendampingan usaha rumah tangga

melaui pelayanan pembiayaan BMT dan BPRS yang dikhususkan pada

keluarga yang dikategorikan miskin.

Terdapat empat faktor yang mempengaruhi efektifitas pembiayaan

sistem syariah UPK Ikhtiar. Pertama, tabungan anggota. Hal ini merupakan

salah satu cara UPK Ikhtiar untuk menghimpun Dana Pihak Ketiga (DPK)

dari anggota yang akan diputar kembali untuk dipinjamkan kepada para

petani agribisnis yang ingin meminjam. Kedua, pembayaran pinjaman. Hal

(46)

mengembalikan pembiayaan dengan cara mengangsur melalui pertemuan

rutin setiap minggu. Ketiga, Kesejahteraan rumah tangga petani. Faktor ini

sangat mempengaruhi efektifitas pembiayaan, sebab dengan memberikan

pinjaman untuk modal usaha pertanian, petani mampu menghidupi

keluarganya dalam hal pendidikan, kesehatan dan kebutuhan sehari-hari.

Keempat, pemberdayaan agribisnis. Hal ini terkait dengan sejauh mana

UPK Ikhtiar mampu membina para petani dengan melakukan

Gambar

Tabel 4. Pembiayaan BMT Tadbiirul Ummah berdasarkan sektor usaha
Tabel 5. Rekap Data Perkembangan Keuangan UPK Ikhtiar
Gambar 1. Skema Musyarakah (Zulkifli, 2003)
Gambar 2. Skema Mudharabah (Zulkifli, 2003)
+7

Referensi

Dokumen terkait