• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bank pertanian untuk menjawab pembiayaan usaha pertanian?

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Bank pertanian untuk menjawab pembiayaan usaha pertanian?"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

Bank Pertanian untuk Menjawab

Pembiayaan Usaha Pertanian?

Prof. Dr. Bustanul Arifin

barifin@uwalumni.com

Guru Besar Ilmu Ekonomi Pertanian UNILA Dewan Pendiri/Ekonom Senior INDEF, Jakarta

Professorial Fellow di Program MB-IPB, Bogor

Bahan pada Seminar IPB-BI-Deptan “Menuj4u Pendirian Bank Pertanian”, 11 Mei 2009 di Bogor

Sistematika Penyajian

(2)

Proses “jatuh-bangun” pertanian Indonesia

4.20 5.45 5.36 5.15 3.44 ¾ Perikanan 4.47 -1.92 5.78 6.99 2.02 ¾ Peternakan 4.10 1.29 6.23 5.85 4.53 ¾ Perkebunan 2.63 1.62 1.90 4.95 3.58 ¾ Tan.Pangan 3.45 1.57 3.38 5.72 3.39 PDB Petanian Desen-tralisasi 2001-06 Periode Krisis 1997-00 Dekon struksi 1986-97 Tumbuh Tinggi 1978-86 Konso-lidasi 1967-78 Uraian Sub-sektor

Sumber: Dihitung Arifin dari data BPS dan FAOSTAT (Arifin, 2007)

Fenomena Pertumbuhan Produksi Padi

5,46 60.279.897 4,88 12.343.617 2008 1.13 60.931.912 4.91 12.422.456 2009* 4,76 57.157.435 4,71 12.147.637 2007 0,56 54.454.937 4,62 11.786.430 2006 0,12 54.151.097 4,57 11.839.060 2005 3,74 54.088.468 4,54 11.922.974 2004 1,26 52.137.604 4,54 11.488.034 2003 2,04 51.489.694 4,47 11.521.166 2002 Pertumbuhan (%) Produksi (Ton) Produktivitas (ton/ha) Luas Panen (Ha) Tahun

(3)

Misteri Indeks Pertanaman (IP) Padi Sawah

2008 161.09 125.12 233.85 2007 128.19 107.67 162.42 2006 148.33 119.67 188.89 2005 133.96 111.12 168.87 2004 144.03 120.59 178.38 2003 122.92 107.09 143.14 2002 132.12 112.58 158.44 2001 Indonesia Luar Jawa Jawa Tahun

IP= Perbanduingan luas tanam dawah terhadap luas baku lahan sawah 7.8 juta ha (dalam %) Sumber:BPS (2008)

Kesenjangan produktivitas beras (yield gap) 25% (Bank Dunia, 2009) Karena penyuluhan “sudah mati”, atau sebab strategis/ideologi lain?

Produktivitas Beras Aktual vs Potensial

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Cambodia Laos Thailand Philippines Vietnam Indonesia China

(4)

Politik Pertanian tanpa Komitmen:

Ironi

Belanja pemerintah untuk barang publik (jaringan irigasi, penyuluhan, R&D ) jauh lebih efektif dibanding belanja subsidi barnag privat (pupuk, benih dsb)

Data Bank Dunia: Alokasi anggaran pertanian dan pedesaan di Asia (%PDB)

0 2 4 6 8 10 12

China Indonesia Malaysia Myanmar Philippines Thailand

1990

2005

(5)

Fenomena Pertumbuhan Produksi Padi

5,66 60.279.897 4,88 12.343.617 2008*) 4,76 57.051.679 4,71 12.124.287 2007 0,56 54.454.937 4,62 11.786.430 2006 0,12 54.151.097 4,57 11.839.060 2005 3,74 54.088.468 4,54 11.922.974 2004 1,26 52.137.604 4,54 11.488.034 2003 2,04 51.489.694 4,47 11.521.166 2002 Pertumbuhan (%) Produksi (Ton) Produktivitas (ton/ha) Luas Panen (Ha) Tahun

Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS), berbagai tahun

Tantangan Baru Ekonomi Pangan & Pertanian

• Krisis ekonomi global, permintaan pangan untuk biofuel, perubahan struktur perdagangan pangan

• Perubahan iklim: kecenderungan sektor pertanian dijadikan elemen perundingan IPCCC pasca 2012

• Tujuan pembangunan milenium (MDG), mengurangi kemiskinan dan kelaparan setengah.

Penghasil Emisi Gas CO2Global

0 5 10 15 20 25 30 35 40

1989 1995 1998 1999 2000 2002 2003 2005 2006 2007

-10 10 30 50 70 90 110 130 150

Status Gizi GNI Anggaran Gizi

Pendapatan, Status, Anggaran Gizi

(6)

Dampak nyata perubahan iklim pada

produksi pangan strategis tahun 2050

Sumber: Handoko et al, (2008)

7,6

97.453

1.279.070

Tebu

12,4

92.503

747.611

Kedelai

13,6

1.574.966

11.609.463

Jagung

27,1

761.522

2.807.477

Padi Ladang

20,3

10.473.764

51.647.490

Padi Sawah

(%)

(ton)

Penurunan Produksi

Pangan Tahun 2050

Produksi 2006

(ton)

Komoditas

Sawah di Jawa hilang

113 ribu ha

(jika air laut

naik 0.5 m) &

146.5 ribu ha

(jika air laut naik 1 m)

(7)

Persentase Kredit menurut Sektor Ekonomi

Sumber: Bank Indonesia, Kegiatan Usaha Bank Umum Menurut Sektor, Agustus 2008

Masalah Struktural

Pembiayaan Pertanian

• Minimnya informasi plus burukya komunikasi antara perbankan dan sektor pertanian

• Dualisme struktural pembiayaan agribisnis modern (skala besar) vs pertanian rakyat skala kecil/tak menguntungkan

(8)

(1) Sistem informasi-komunikasi yang buruk

antara perbankan dan sektor pertanian

• Pelaku pertanian kurang aktif menyampaikan peluang bisnis & prospektif usaha pertanian kepada lembaga pembiayaan. Sektor pertanian kurang aktraktif bagi perbankan.

• Perbankan tidak memiliki pemahaman lengkap tentang prospek sektor pertanian. Mereka hanya mengetahui bahwa pertanian isangat berisiko (high risk), tergantung musim, jaminan harga yang tidak pasti, dsb.

• Pertanian masih dianggap kumuh, miskin, pendidikan rendah, mandi keringat, terbenam dalam lumpur dsb, walaupun

sebenarnya, high risk juga dapat berarti high return;

• Pelaku perbankan idak mau tahu tentang kemajuan yang telah dicapai oleh dunia agribisnis sebagai suatu budaya baru, yangditangani oleh eksekutif dan manajer yang profesional.

(2) Dualisme sistem pembiayaan

• Perhatian perbankan terfokus pada agbribisnis modern dan perkebunan besar, berseida bersedia "mendatangi" dan melakukan deal bisnis dengan sektor agribisnis dengan pola manajemen modern.

• Bankir masih harus patuh pada prudential banking, bersikap sangat hati-hati dan agak resisten untuk berhubungan langsung dengan petani kecil, tinggal di pedesaan, berlumpur jika hujan dan berdebu jika kering. • Sebaliknya, bankir tidak jarang menganggap bahwa petani kecil itu tidak

pintar karena terdapatprejudicebahwa mereka tidak menawarkan marjin keuntungan yang memadai bagi lembaga keuangan.

• Berurusan dengan petani kecil dalam jumlah besar mengandung biaya transaksi yang cukup besar, mulai dari biaya inisiasi/ informasi, biaya organisasi/koordinasi, dan biaya penegakan suatu aturan.

(9)

(3) Pragmatisme Mikro dan Skeptisme Makro

• Karena informasi yang tidak mengalir secara baik, maka bankir sangat jarang mau secara sungguh-sungguh membina dan menolong nasabah petani kecil agar sektor pertanian menjadi lebih atraktif danbankable.

• Keputusan bisnis perbankan adalah ketentuan bank umum, yang tentu harus mengikuti prinsip-prinsip prudential banking, dan Arsitektur Perbankan Indonesia (API).

• Demikian pula, walaupun Bank Indonesia telah mencoba untuk menurunkan suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI), kebijakan ekonomi makro masih belum cukup untuk mendukung iklim kondusif bagi perkembangan dunia usaha. • Akibatnya, sebagian besar bank di Indonesia masih merasa

lebih aman untuk memanfaatkan bunga SBI, karena hal itu lebih dari cukup untuk menanggung operasional perbankan.

(1) Solusi Masalah Informasi-Komunikasi

• Sektor pertanian, perlu mampu mengemas diri agar

lebih menarik dan didatangi oleh perbankan.

• Pemerintah mendorong berdirinya lembaga “jembatan”

sektor pertanian dan perbankan, menjalankan fungsi

penjaminan kredit pertanian, peningkatan kepastian

usaha, perbaikan

property rights

sampai pada sertifikat

kepemilikan lahan, dsb.

Stakeholders

perlu menindaklanjuti pendirian lembaga

asuransi tanaman (

crop insurance

), untuk mengatasi

risiko gangguan cuaca, kegagalan panen dan lain-lain.

• Manajemen subsidi perlu didisain khusus agar tidak

(10)

(2) Solusi Masalah Dualisme Pembiayaan

• Perbankan perlu mengembangan skema pembiayaan ke depan (forward financing), dengan tingkat bunga komersial biasa. • Perbankan perlu memanfaatkan ketentuan perundangan baru

tentang sistem resi gudang (warehouse receipt system) dan mulai berbicara serius dengan Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti), sebagai titik fokal pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2006 ttg Sistem Resi Gudang. • Lembaga keuangan non-bank seperti modal ventura, lembaga

peminjamanleasingdsb perlu senantiasa berinovasi, mislanya mengembangkan sistem penyertaan.

• Di negara-negara maju telah dikenal pembiayaandirect lease, skemalease backdsb, yg tidak mustahil dapat dikembangkan untuk sektor pertanian di Indonesia.

(2) Solusi Masalah Manajamen & Kebijakan

• Otoritas perbankan dalam negeri perlu mengembangkan

gagasan baru untuk "mendidik kembali" para bankir agar

mampu lebih mengerti dan memahami sektor pertanian.

Maksudnya, diperlukan suatu keberanian dan terobosan

pemihakan kebijakan perbankan yang lebih pro-pertanian.

• Misalnya melalui Peraturan Bank Indonesia yang mampu

mendorong pemberian insentif bagi perbankan yang

mampu membentuk unit khusus R&D yang fokus pada

pembangunan pertanian.

(11)

Pengalaman dari

Kredit Usaha Rakyat

• KUR adalah kredit modal kerja dan kredit investasi

dengan plafond s/d Rp 500 juta, yang diberikan kepada

UMKM dan Koperasi yang memiliki usaha produktif dan

feasible namun tidak mempunyai agunan yang cukup

(dan akan mendapat jaminan dari Perusahaan Penjamin)

• Tujuan KUR: meningkatkan aktivitas perekonomian,

pengentasan kemiskinan dan penyerapan tenaga kerja.

• Besarnya penjaminan: Maksimal 70% dari plafon kredit

• Sumber dana KUR: 100% dari komersial perbankan

• Secara politis, KUR telah diluncurkan oleh Presiden SBY

pada tanggal 5 November 2007 di Kantor BRI, Jakarta

Organisasi Kredit Usaha Rakyat (KUR)

Bank Pelaksana KUR: Instansi Teknis Pembina

• Bank BRI 1. Kem. Koperasi & UKM • Bank Mandiri 2. Dep. Pertanian

• Bank BNI 3. Dep. Kelautan Perikanan • Bank BTN 4. Dep. Perindustrian • Bank Bukopin 5. Dep. Kehutanan • Bank Syariah Mandiri 6. Instansi terkait lainnya

Perusahaan Penjamin

(12)

Bagaimana Mengakses KUR?

1. UMKM dan Koperasi yang membutuhkan Kredit dapat menghubungi Kantor Cabang/Kantor Cabang Pembantu Bank Pelaksana terdekat.

2. Memenuhi persyaratan dokumentasi sesuai dengan yang ditetapkan Bank Pelaksana.

3. Mengajukan surat permohonan kredit/ pembiayaan 4. Bank Pelaksana akan melakukan penilaian kelayakan 5. Bank Pelaksana berwenang memberikan pesetujuan atau

menolak permohonan kredit.

Tiga Skema KUR

KUR Ritel

• Plafon: Rp 5 juta s/d 500 juta

• Dilayani oleh seluruh 6 bank pelaksana

KUR Mikro

• Plafon: s/d Rp 5 juta

• Dilayani oleh BRI Unit (Pidato Presiden 18 Jan 2008)

KUR Linkage

• Plafon: >Rp 5 juta s/d Rp 500 juta

• Dilayani oleh seluruh 5 bank pelaksana

• Linkage: BKD, KSP/USP, BMT, LKM lainnya

(13)

Target dan Realiasi KUR 2008

• Target dana tersalur pada tahun 2008 Rp 15 triliun,

Realisasi per 31 Desember 2008 Rp 12,456 triliun

• Target debitur: 2 juta; Realisasi 1.656.544 debitur

• Skema terbesar KUR Ritel (56,2%), disusul KUR Mikro

(44,8%). Nilai kredit rata-rata per debitur Rp. 7,52 juta

• Penyaluran KUR BRI: 68% dan debitur 95.7% nasional

• Sektor perdagangan menyerap KUR tertinggi (63,5%),

disusul oleh sektor pertanian (20,9%). Sektor ekonomi

lain menyerap KUR hanya sekitar 3 persen dari total.

Resi Gudang

: Pembiayaan & Perlindungan Harga

Percontohan: Lampung (lada, kopi); Jawa Barat (gabah); Jawa Tengah (gabah dan jagung); Jawa timur (gabah); dan Sulawesi Selatan (gabah, kakao, jagung), dan lain-lain

Pengurangan ketergantungan petani/UKM kepada tengkulak (melalui skema pendanaan), penyediaan sarana dan faktor produksi: pupuk, pestisida, dsb

DEP. PERTANIAN; KEM. KOPERASI

& UKM

BPPT, PEMDA, SWASTA

DEPDAG – BAPPEBTI, BI

PRA-PANEN MASA-PANEN PASCA-PANEN

Alat panen, pengering, sortasi

Mutu lebih baik;

Masa simpan lebih panjang;

Harga terjamin/terlindung

PENGELOLA GUDANG PENILAIAN KUALITAS

PENGERINGAN - SORTASI-KOMODITAS

MENTAH/ASALAN

KOMODITAS SIAP SIMPAN TANAM SAMPAI

PANEN

DOKUMEN

RG

ORIENTASI EKSPOR

KONSUMSI DLM NEGERI / KETAHANAN

PANGAN

(14)

Penutup:

Bank Pertanian hanya salah satu

• Untuk menjawab masalah pembiayaan usaha pertanian, solusi bank pertanian tentu hanya salah satu. Solusi lain masih terbuka sangat lebar, mulai dari perbaikan infrastruktur, penelitian dan pengembangan (R&D) sampai kepada perbaikan dan penjaman kebijakan ekonomi makro secara umum.

• Dukungan kebijakan untuk intervensi langsung dan pemihakan sektor pertanian, pengembangan industri pedesaan, pasca panen dan pengolahan, jasa dan perdagangan menjadi insentif untuk pengentasan masyarakat dari kemiskinan

• Dalam hal KUR, fokus ke depan perlu ke arah KUR Linkage, pengembangan produk jasa yang responsif terhadap krisis, misalnya sistem resi gudang dan sebagainya

• Di daerah, pemberian keleluasaan bagi perbankan cabang dan pemerintah daerah untuk mengambil keputusan pemberian kredit; • Terakhir, pada teknis perbankan, penguatan proses manajemen

risiko (pada aset dan liabilities) tentu tidak dapat ditawar lagi.

Referensi

Dokumen terkait

Teknik penyadapan dalam penyelidikan dan penyidikan tindak pidana narkotika dilakukan setelah terdapat bukti awal dengan cara menggunakan alat-alat elektronik sesuai

Saat ini proses perencanaan pembuatan sistem pengelolaan air terpadu akan dilaksanakan mulai semester kedua, tetapi karena kondisi curah hujan mulai menunjukkan

64 Diagram Hasil Kuisioner Post Test Pertanyaan “Apakah dengan adanya Aplikasi Manajemen Keuangan KKL responden mendapatkan informasi yang akurat (informasi

biasa, sehingga mampu meningkatkan motivasi dalam proses pembelajarannya, dan nilai hasil belajar yang diperoleh siswa pun lebih baik daripada siswa yang proses

Apabila fenomena tersebut benar maka semangat pemekaran daerah telah mengikari semangat otonomi daerah karena yang terjadi justru adanya ketergantungan daerah hasil

Berdasarkan uji one way Anova maka nilai perbedaan data dE*ab pdad masing- masing konsentrasi didapatkan nilai signifikansinya p=0.742 (p>0,05) yang berarti tidak

Berdarasarkan hasil penilitian dan pembahasan yang telah dilakukan mengenai Pemanfaatan Daana Desa Dalam Pembangunan Desa Biring Ere Kecamatan Bungoro Kabupaten

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat penurunan tekanan darah dan peningkatan ketenangan jiwa setelah diberikan pelatihan dzikir pada lansia