• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perencanaan Tata Hijau Simpang Susun Dawuan Jalan Tol Cikampek

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perencanaan Tata Hijau Simpang Susun Dawuan Jalan Tol Cikampek"

Copied!
73
0
0

Teks penuh

(1)

PERENCANAAN TATA HIJAU SIMPANG SUSUN DAWUAN

JALAN TOL CIKAMPEK

ADITYO WIDODO

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Perencanaan Tata Hijau Simpang Susun Dawuan Jalan Tol Cikampek adalah benar karya saya dengan arahan dari pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Juli 2013

Adityo Widodo

(4)

ABSTRAK

ADITYO WIDODO. Perencanaan Tata Hijau Simpang Susun Dawuan Jalan Tol Cikampek. Dibimbing oleh NIZAR NASRULLAH.

Saat ini kemacetan menjadi permasalahan di kota-kota besar. Hal ini dikarenakan oleh pertumbuhan penduduk, pertumbuhan ekonomi, dan kebutuhan akan transportasi. Kemacetan terjadi dikarenakan bertambahnya jumlah kendaraan bermotor. Aktivitas transportasi menyebabkan peningkatan polusi udara. Untuk menyelesaikan permasalahan ini dibutuhkan ruang terbuka hijau yang terdapat pada lanskap jalan tersebut. Penelitian berlokasi di simpang susun Dawuan jalan Tol Cikampek. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengukur emisi kendaraan berupa partikel debu, jumlah populasi pohon untuk menjerap partikel debu tersebut, dan merencanakan penanaman pada simpang susun Dawuan. Tahapan penelitian terdiri dari pengurusan izin, inventarisasi, analisis, dan sintesis. Hasil penelitian ini berupa rencana lanskap dan rencana penanaman simpang susun Dawuan. Hasil dari studi pada simpang susun Dawuan adalah penataan vegetasi dengan fungsi penyangga, fungsi pengarah, fungsi konservasi, fungsi identitas, fungsi estetika, dan fungsi keamanan. Total Emisi debu yang dihasilkan dari kendaraan bermotor adalah 233.723 g /hari, sehingga dibutuhkan 8.958 pohon untuk menjerap debu tersebut. Pada hasil rencana, penanaman jumlah populasi pohon adalah 5.229 pohon, sehingga masih dibutuhkan 3.729 pohon untuk menjerap partikel debu. Vegetasi yang digunakan diantaranya ki hujan (Samanea saman), akasia (Acassia auriculiformis), dan kayu putih (Melaleuca leucadendra). Kata kunci: emisi kendaraan, fungsi vegetasi, simpang susun, tata hijau

ABSTRACT

ADITYO WIDODO. Planting Plan in Dawuan Junction of Cikampek Toll Road. Supervised by NIZAR NASRULLAH.

Traffic jam have been the most pressing issues in big city. These problems were caused by human population growth, economic growth, and transportation. Vehicle activities increase air pollution on high level. To overcome this problem, green open space in the site is needed as a solution. This research is located in Dawuan interchange at Cikampek toll road. The purpose of this research are to measure total of particle limited by traffic and tree population needed, and to arrange planting plan in Dawuan interchange. The process of this research consists of several phases e.g. commission, research, analysis, and synthesis.The result of the research is arrangement of vegetation by the functions as buffer, direction, conservation, identitiy, and aesthetic. Total emission of particle produced by vehicle approximately is 233.723 g/day, and to adsorb the particle emission 8.958 trees are needed. In case, the site only can be planted by 5.229 trees, so that 3.729 trees still needed to adsorb those emission of dust. Recommended vegetation are Samanea saman, Acassia auriculiformis, and Melaleuca leucadendra.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada

Departemen Arsitektur Lanskap

PERENCANAAN TATA HIJAU SIMPANG SUSUN DAWUAN

JALAN TOL CIKAMPEK

ADITYO WIDODO

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(6)
(7)

Judul Skripsi : Perencanaan Tata Hijau Simpang Susun Dawuan Jalan Tol Cikampek

Nama : Adityo Widodo NIM : A44070069

Disetujui oleh

Dr Ir Nizar Nasrullah, MAgr Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Siti Nurisjah, MSLA Ketua Departemen

(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini dapat diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari 2011 ini ialah tata hijau, dengan judul Perencanaan Tata Hijau Simpang Susun Dawuan Jalan Tol Cikampek.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Nizar Nasrullah, M Agr selaku pembimbing yang telah banyak memberi saran dalam penulisan skripsi. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Arie Arianto ST ,MT dari PT Jasa Marga, Tbk yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada papa, mama, kakak, Amzyella, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Juli 2013

(9)

DAFTAR ISI

ABSTRAK iv

DAFTAR ISI ix

DAFTAR TABEL x

DAFTAR GAMBAR x

DAFTAR LAMPIRAN xi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 1

Manfaat Penelitian 2

Kerangka Pikir 2

TINJAUAN PUSTAKA 3

Simpang Susun 3

Jalan Tol 3

Fungsi Tanaman dalam Lanskap 4

Penanaman Jalur Hijau Jalan Tol 8

METODE 9

Lokasi dan Waktu Penelitian 9

Metode Penelitian 10

HASIL DAN PEMBAHASAN 12

Inventarisasi 12

Analisis 25

Sintesis 36

SIMPULAN DAN SARAN 55

Simpulan 55

Saran 56

DAFTAR PUSTAKA 56

LAMPIRAN 58

(10)

DAFTAR TABEL

1 Fungsi tanaman dalam lanskap (Carpenter et al. 1975). 5

2 Data yang digunakan dalam penelitian 11

3 Rata-rata gas buang bensin dan solar 11

4 Volume Lalu Lintas Jalan Tol (Sumber: PT. Jasa Marga, Tbk) 23 5 Volume Lalu Lintas Rata-Rata Harian (Sumber: PT. Jasa Marga, Tbk) 23

6 Golongan kendaraan yang melintas 24

7 Perhitungan Emisi 32

8 Daya Jerap Debu per Pohon 33

9 Perhitungan Populasi Pohon Menjerap Partikel Debu 33 10 Hubungan fungsi, aktivitas, dan fasilitas simpang susun jalan Tol

Cikampek-Cipularang 37

11 Rencana vegetasi 42

DAFTAR GAMBAR

1 Kerangka pikir penelitian 2

2 Contoh simpang susun 3

3 Bagian- bagian jalan tol 4

4 Peta lokasi penelitian 9

5 Proses perencanaan dan perancangan (Simonds 1983) 12

6 Curah hujan rata-rata bulanan 13

7 Rata-rata jumlah hari hujan 13

8 Suhu rata-rata harian 14

9 Intensitas penyinaran matahari 14

10 Peta aksesibilitas 15

11 Peta topografi 17

12 Peta vegetasi 18

13 Kondisi visual tapak 19

14 Penggunaan lahan 20

15 Peta visual 21

16 Peta drainase 22

17 Peta kemiringan lahan 31

18 Peta analisis 35

19 Bagan hubungan antar ruang 37

20 Skematik diagram 41

21 Siteplan 44

22 Blow up I siteplan 45

23 Blow upII siteplan 46

24 Blow up III siteplan 47 25 Blow up IV siteplan 48

26 Planting plan I 49

27 Planting plan II 50

(11)

29 Planting plan IV 52 30 Detail penanaman ground cover 52

31 Detail penanaman semak 53

32 Detail penanaman pohon 54

DAFTAR LAMPIRAN

(12)
(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Saat ini kemacetan sudah menjadi hal yang umum di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, Surabaya. Kemacetan terjadi dikarenakan bertambahnya jumlah kendaraan bermotor. Salah satu dampak negatif dari bertambahnya jumlah kendaraan bermotor adalah polusi udara akibat sisa pembakaran kendaraan bermotor. Oleh karena itu kebutuhan penyediaan jalan sebagai sarana transportasi juga tidak lepas dari kebutuhan akan penataan lanskap jalan untuk mengurangi polusi terhadap lingkungan.

Dalam Peraturan Pemerintah RI No. 15 tahun 2005 Bab II Penyelenggaraan Jalan Tol bertujuan meningkatkan efisiensi pelayanan jasa distribusi guna menunjang peningkatan pertumbuhan ekonomi terutama di wilayah yang sudah tinggi tingkat perkembangannya. Salah satu upaya pemerintah dalam mengurangi kemacetan serta untuk efisiensi dan efektivitas lalu lintas adalah dengan membangun jalan bebas hambatan antarkota yang menghubungkan Jakarta dan Bandung dengan penambahan jalan tol dari Cikampek sampai Padalarang yang diresmikan pada tahun 2005. Simpang susun Dawuan merupakan penghubung jalan Tol Cikampek dengan jalan Tol Cipularang.

Simpang susun adalah suatu persimpangan tidak sebidang pada pertemuan dua/ lebih lintas jalan arteri atau jalan tol. Fungsi simpang susun adalah mempermudah perpindahan kendaraan dari jalan arteri ke jalan arteri lainnya, jalan arteri ke jalan tol, atau jalan tol ke jalan tol lainnya (Oglesby dan Hicks, 1990). Pada simpang susun terjadi pembagian jalan (divergensi) dan penyatuan (konvergensi) dua jalan. Pembagian jalan divergensi dan konvergensi jalan berpotensi mengakibatkan konflik kendaraan dari kedua jalan tersebut. Pada simpang susun Dawuan kendaraan yang melaluinya adalah akumulasi dari dua jalan Tol Cikampek dan jalan Tol Cipularang, hal ini mengakibatkan jumlah polusi udara yang tinggi, sehingga dibutuhkan vegetasi untuk mengurangi polutan agar kerusakan lingkungan dapat dihindarkan. Keberadaan overpass

mengakibatkan terdapat ketinggian tanah yang berbeda dengan kemiringan yang relatif rawan terhadap erosi sehingga dibutuhkan vegetasi rumput untuk mengurangi dampak erosi (Carpenter et al.,1975). Pada simpang susun terdapat

loop dengan jari-jari yang panjang agar kendaraan dapat berbelok tanpa perlu menurunkan kecepatan secara signifikan. Keberadaan loop yang luas pada simpang susun berpotensi sebagai lahan untuk vegetasi konservasi air, tanah, dan menyerap polusi udara. Keberadaan belokan ini membutuhkan vegetasi pengarah untuk mengarahkan pengemudi kendaraan (Carpenter et al.,1975).

Tujuan Penelitian

(14)

2

dengan pemilihan, penggunaan, dan peletakan berbagai jenis vegetasi pada area hijau jalan.

Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi pihak PT. Jasa Marga, Tbk dalam penataan lanskap simpang susun jalan tol agar dapat memenuhi kebutuhan pengguna jalan, pengelola, dan masyarakat di sekitarnya.

Kerangka Pikir

Gambar 1 Kerangka pikir penelitian Permasalahan lanskap di simpang susun Dawuan

 Polusi udara berupa emisi kendaraan bermotor yang berlebih  Kemiringan lahan yang relatif rawan erosi

 penataan ruang terbuka hijau yang belum maksimal

Badan jalan

Ruang terbuka

Pengguna jalan

Ruang terbuka hijau Daerah bebas

pandang (clear zone) dan cushion planting

Klasifikasi fungsi vegetasi

Klasifikasi jenis vegetasi

Analisis fungsi, jenis vegetasi, dan emisi kendaraan

kriteria tata hijau yang memberi keamanan, kenyamanan, dan keindahan lanskap jalan tol di simpang susun Dawuan serta

mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan sekitar

(15)

3

TINJAUAN PUSTAKA

Simpang Susun

Simpang susun adalah suatu persimpangan tidak sebidang pada pertemuan dua/ lebih lintas jalan arteri atau jalan tol. Fungsi simpang susun adalah mempermudah perpindahan kendaraan dari jalan arteri ke jalan arteri lainnya, jalan arteri ke jalan tol, atau jalan tol ke jalan tol lainnya (Oglesby dan Hicks, 1990). Pada simpang susun ini terjadi pembagian jalan (divergensi) atau penyatuan (konvergensi) dua jalan. Desain geometrik simpang susun meliputi pemilihan bentuk terbaik yang sesuai dengan situasi tertentu. Faktor-faktor yang menjadi pertimbangan adalah topografi medan, proyeksi karakter lalu lintas, lahan yang tersedia, dampak terhadap daerah sekitarnya serta lingkungan keseluruhan, kelangsungan hidup ekonomi, serta kendala-kendala segi pembiayaan.

Bentuk umum simpang susun jalan tol meliputi bentuk ketupat (diamond), setengah semanggi (partial cloverleaf), semanggi (cloverleaf), directional, bentuk Y, bentuk terompet (Oglesby dan Hicks, 1990). Gambar 2 menyajikan bentuk umum simpang susun jalan tol.

(a) (b) (c) (d)

Keterangan: (a) simpang susun diamond; (b) simapang susun semanggi; (c) simpang susun terompet; (d) simpang susun bentuk Y

Gambar 2 Contoh simpang susun Jalan Tol

PP RI No 15 tahun 2005 tentang Jalan Tol menyebutkan bahwa jalan tol adalah jalan umum yang merupakan bagian sistem jaringan jalan dan sebagai jalan nasional yang penggunanya diwajibkan membayar tol. Beberapa bagian yang ada di jalan tol adalah rumija jalur utama, median jalan, gerbang tol, on dan

off ramp, simpang susun, tempat istirahat, dan tempat parkir. Beberapa bagian dari jalan antara lain: (Gambar 3)

1.Ruang Manfaat Jalan (Rumaja): meliputi badan jalan, bahu jalan, dan ambang pengamannya. Badan jalan adalah jalur lalu lintas dengan atau tanpa median jalan. Sedangkan ambang pengaman adalah bagian yang terletak paling luar dari rumaja untuk mengamankan konstruksi jalan.

2.Ruang Milik Jalan (Rumija): meliputi rumaja dan sejalur tanah tertentu di luar rumaja untuk pelebaran dikemudian hari.

(16)

4

Gambar 3 Bagian- bagian jalan tol

Jalan tol memiliki beberapa persyaratan teknis yang disebutkan dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.15 Tahun 2005, antara lain:

1. Jalan tol mempunyai tingkat pelayanan dan kenyamanan yang lebih tinggi dari jalan umum yang ada dan dapat melayani arus lalu lintas jarak jauh dengan mobilisasi tinggi.

2. Jalan tol yang digunakan untuk lalu lintas antarkota didesain berdasarkan kecepatan rencana paling lambat 80 kilometer per jam, dan untuk jalan tol di wilayah perkotaan didesain dengan kecepatan rencana paling lambat 60 kilometer per jam.

3. Jalan tol didesain untuk mampu menahan muatan sumbu terbesar paling rendah 8 ton.

4. Setiap ruas jalan tol harus dilakukan pemagara dan dilengkapi dengan fasilitas penyeberangan jalan dalam bentuk jembatan atau terowongan.

5. Pada tempat-tempat yang dapat membahayakan pengguna jalan tol, harus diberi bangunan pengaman yang mempunyai kekuatan dan struktur yang dapat menyerap energi benturan kendaraan.

6. Setiap jalan tol wajib dilengkapi dengan aturan perintah dan larangan yang dinyatakan dengan rambu lalu lintas, marka jalan, dan alat pemberi isyarat lalu lintas.

Fungsi Tanaman dalam Lanskap

Menurut Arnold (1980) penanaman pohon tepi jalan bertujuan untuk menciptakan efek bagi pengguna jalan. Pohon-pohon tepi jalan bertujuan memisahkan berbagai aktivitas yang berlangsung pada jalan umum maupun jalan dalam suatu kawasan. Bagi pengemudi kendaraan bermotor, pohon memberikan rasa kehadiran ruang dan mengarahkan pandangan terutama bila ditanam dekat dengan garis pinggir perkerasan.

(17)

5

Tabel 1 Fungsi tanaman dalam lanskap (Carpenter et al. 1975).

No. Fungsi

Tanaman Spesifikasi

1 Perbaikan Iklim 1.Modifikasi suhu

2.Penghalang angin dan pergerakan udara 3.Pengontrol presipitasi dan kelembaban 4.Penyaring dan pengkayaan udara

2 Bidang Teknik 1.Pengontrol pembuangan air dan pengendali mutu air

2.Pengontrol bising 3.Penyerap polusi udara

4.Pengontrol sinar langsung ataupun pantulan 5.Pengontrol pergerakan

6.Pengontrol erosi tanah 3 Bidang Arsitektur 1.Pemersatu area

2.Sebagai penghalang 3.Pembentuk private area 4.Sebagai daya tarik

5.Memberikan tema pada suatu lanskap 6.Memperlunak garis arsitektur

7.Kanopi pohon sebagai pembatas bidang atas 8.Pembatas ruang terbuka

9.Penghalang pemandangan buruk

4 Nilai estetik 1.Menampilkan keindahan bentuk, warna dan tekstur

2.Pembingkai pemandangan 3.Pelengkap elemen bangunan

4.Pemersatu elemen-elemen lanskap yang berbeda

5 Habitat kehidupan liar

1.Sebagai tempat tinggal

2.Sebagai tempat mencari makanan

Dalam Nugraha (1998) diungkapkan bahwa pada peencanaan lanskap jalan tol, fungsi tanaman dapat dibedakan berdasarkan bagian-bagian jalan, yaitu: 1. Gerbang tol

Tanaman pada bagian ini berfungsi sebagai identitas untuk memberikan kesan yang mendalam bagi penggunanya, untuk mengarahkan pengguna jalan dengan penanaman berjajar menuju pengambilan tiket / bayar tol, serta bernilai estetis.

2. Median jalan

(18)

6

3. Simpang susun

Pada bagian ini tanaman berfungsi untuk memberikan rasa aman agar tidak menghalangi pandangan pengemudi, untuk memperbaiki sistem drainase, penahan erosi, dan pengikat tanah.

4. Jalur hijau daerah sisi jalan

Tanaman berfungsi sebagai peneduh, penyerap polusi, mengurangi kebisingan, pemecah angin, dan pembatas pandangan.

Agar dapat berfungsi dalam arsitektur lanskap, terdapat beberapa kriteria tanaman yang harus dipenuhi, yaitu :

1. Pengontrol Visual

Tanaman pagar yang rapat dan mempunyai ketinggian lebih dari 1,8 meter dapat menciptakan suasana pribadi dan agar dapat mengalangi sinar secara efektif, tanaman harus diletakkan pada tempat yang strategis antara sumber sinar dengan area yang akan dilindungi (Carpenter et al. 1975). Efektivitas tanaman dalam mengontrol sinar, baik sinar langsung maupun sinar pantulan tergantung dari ukuran tanaman, ketinggian tanaman,kepadatan daun, dan bentuk tajuk. (Grey dan Deneke 1978).

2. Pembatas Fisik

Penghalang fisik bagi manusia dan hewan diberikan oleh tanaman yang memiliki ketinggian antara 0,9-1,8 meter. Tanaman dengan ketinggian lebih dari 1,8 meter selain dapat menciptakan penghalang fisik yang baik, juga dapat digunakan sebagai pengontrol visual (Carpenter et al. 1975). Kriteria tanaman sebagai fungsi pengontrol jalan yaitu pohon dengan bentuk tajuk yang menarik, tinggi tidak menghalangi pandangan pengendara, tidak menghasilkan buah yang besar, dan pertumbuhan tidak agresif (Grey dan Deneke 1978).

3. Pengontrol Suhu

Radiasi matahari dapat berpengaruh terhadap suhu lingkungan. Efektivitas pepohonan dalam menangkap radiasi matahari tergantung pada kepadatan daun, bentuk daun dan pola percabangan (Grey dan Deneke 1978). Susunan daun yang rapat, lapisan daun yang berganda atau tajuk yang rapat dapat menghalangi datangnya sinar matahari. Simonds (1983) menyatakan bahwa pohon yang memiliki batas kanopi tinggi berguna dalam menangkap radiasi matahari. Kriteria tanaman yang dapat digunakan untuk menghalangi sinar dan menurunkan temperatur adalah bertajuk lebar, bentuk daun lebar, dan ketinggian kanopi lebih dari 2 meter.

4. Penahan Angin

(19)

7 5. Pengontrol Presipitasi dan Kelembaban

Kriteria tanaman yang dapat menangkap jatuhnya air hujan dan mengontrol pergerakan air ke tanah adalah tanaman berdaun jarum atau berdaun kasar (berambut), pola percabangan horizontal dan tekstur batang yang kasar (Grey dan Deneke 1978). Tanaman dapat mengontrol kelembaban dengan melepaskan air ke udara melalui transpirasi. semakin banyak jumlah daun, jumlah air yang dikeluarkan semakin banyak, dengan demikian kelembaban udara semakin tinggi (Carpenter et al. 1975).

6. Pengontrol Bising

Efektivitas tanaman dalam mengontrol bising tergantung dari tinggi tanaman, kepadatan daun dan lebar penanaman. Tanaman yang mempunyai penutupan daun sampai bawah, lebih efektif dalam mengontrol bising. Secara umum vegetasi paling efektif digunakan untuk mengurangi kebisingan dengan frekuensi tinggi yang mengganggu (berbahaya). Selanjutnya Grey dan Deneke (1978) menyatakan bahwa tanaman berdaun tebal, cabang dan batang yang besar dan penanaman yang rapat serta cabang-cabang yang ringan, mudah bergerak sehingga menimbulkan suara merupakan tanaman yang efektif dalam mengontrol kebisingan.

7. Pengontrol Polusi Udara

Polusi udara dapat berupa partikel debu atau gas (Grey dan Deneke 1978). Polutan yang berbentuk partikel dapat ditangkap oleh daun tanaman yang kasar dan berambut secara efektif . Partikel-partikel polutan yang terbawa angin ditangkap oleh cabang dan dedaunan pohon. Pohon yang sesuai untuk menangkap polusi udara memiliki kerapatan daun yang tinggi, daun berdaging tebal, dan percabangan rendah. Menurut Grey dan Deneke (1978) Kriteria tanaman yang dapat digunakan untuk menyerap polutan berupa gas adalah mempunyai pertumbuhan yang cepat, tumbuh sepanjang tahun, percabangan dan daun yang padat, dan daun yang berambut.

8. Kontrol Erosi

Erosi tanah dipengaruhi oleh daya perlindungan tanah terhadap angin dan air, karakteristik fisik tanah serta topografi. Erosi oleh angin dipengaruhi oleh kecepatan, waktu dan arah angin disamping faktor tanahnya itu sendiri seperti kelembaban, struktur fisik dan lapisan tanah. Pohon dan semak sejak lama digunakan untuk mencegah erosi akibat angin. Kriteria pohon untuk kontrol erosi yaitu kerapatan daun tinggi, permukaan daun berambut, bentuk pertumbuhan konifer, batang pohon kasar, percabangan horizontal, dan memiliki akar serabut (Grey dan Deneke 1978). Perlindungan terbaik terhadap erosi tanah adalah penutupan tanah dengan baik oleh vegetasi, karena tanaman dapat mereduksi pengaruh dari hujan pada tanah dan akarnya membantu menangkap partikel tanah yang dapat tercuci (Carpenter et al. 1975).

Kriteria umum untuk tanaman jalan khususnya jalan tol menurut Departemen PU Ditjen Bina Marga (1996) adalah:

1. daunnya tidak mudah rontok,

(20)

8

4. kerimbunan daun tidak mengganggu dan tidak menghalangi pandangan pemakai jalan, rambu-rambu lalu lintas, kabel listrik, kabel telepon, maupun fasilitas jalan lainnya,

5. tanaman tidak membahayakan pengguna jalan (tidak berduri, berbiji, atau berbuah besar,

6. perakaran tidak ekstensif, sehingga tidak merusak saluran drainase dan kontruksi jalan,

7. tanaman yang dipilih mempunyai ciri fisik yang menarik atau mempunyai fungsi tertentu.

Kriteria khusus untuk tanaman jalan tol pada bagian daerah milik jalan adalah:

1. pohon penaung dengan tinggi sedang atau kurang dari 15 meter, 2. bentuk tajuk pohon bulat atau kolumnar,

3. tinggi cabang paling bawah 5 meter,

4. tidak menggunakan tanaman berdaun besar dan tidak menggugurkan daun secara serempak,

5. tanaman semak memiliki tinggi maksimum 1,5 meter dan mempunyai percabangan yang empuk,

6. baik pohon dan semak memiliki karakter fisik yang menarik seperti bentuk, tektur, dan warna daun, serta bunga yang menarik, dan

7. menggunakan tanaman penutup tanah yang tahunan.

Kriteria khusus untuk tanaman jalan tol pada bagian simpang susun adalah: 1. tanaman penutup tanah, semak, dan pohon pendek,

2. tajuk kolumnar atau tajuk tidak menyebar horizontal, 3. memiliki warna atau bentuk atraktif,

4. memiliki toleransi sedang sampai tinggi terhadap polusi udara, dan 5. memiliki kemampuan tinggi dalam mengurangi polutan.

Selain memperhatikan fungsi, penggunaan tanaman juga harus diperhatikan dari segi estetikanya yaitu bagian tanaman yang mempunyai keunikan dan keindahan tersendiri baik dari segi warna, aroma, tekstur dan bentuk (Carpenter et al. 1975). Pemilihan tanaman selain harus memperhatikan segi visual juga perlu menyesuaikan antara kondisi fisik tapak dengan kondisi tanaman, perkembangan tanaman tersebut baik pada waktu muda maupun saat dewasa serta pemeliharaannya. Pemilihan yang tepat dan cermat akan sangat penting dalam menentukan keberhasilan suatu lanskap. Dalam pemilihan tanaman menurut Eckbo (1964) perlu memperhatikan:

1. Klasifikasi hortikultur, meliputi syarat tumbuh, toleransi terhadap suhu, air, cahaya, tanah, angin, hama dan penyakit, sifat penyebaran dan sifat adaptasi. 2. Klasifikasi fisik, meliputi fungsi tanaman, ukuran dewasa tanaman, kecepatan

tumbuh, sifat, umur, bentuk, tekstur, warna, aroma dan budidaya. Penanaman Jalur Hijau Jalan Tol

(21)

9 sebagai peneduh dan daya tarik, penghalang/ penutup pemandangan yang kurang baik, menghilangkan kesilauan serta mengurangi polusi udara dan suara (Simonds, 1983). Carpenter, et.al (1975) menyatakan bahwa penggunaan tanaman pada lanskap jalan dibagi menjadi beberapa fungsi, yaitu kontrol visual, pengarah angin, modifikasi radiasi, matahari dan suhu, kontrol kelembaban dan hujan, penyaring polutan, kontrol kebisingan, kontrol erosi, serta habitat alami dan estetika. Menurut Grey dan Deneke (1978) jenis tanaman yang paling efektif untuk meredam suara adalah yang mempunyai tajuk tebal dengan daun yang rindang.

Rencana atau desain penanaman adalah penanaman yang diinginkan pada suatu lahan di masa yang akan datang (Carpenter et al. 1975). Tanaman yang dipilih dan ditata diharapkan dapat menjadi komponen yang mewadahi aktivitas pengguna dalam suasana yang aman, nyaman, indah dan tanaman dapat dipelihara. Desain penanaman ini diwujudkan dalam suatu konsep penanaman. Konsep penanaman merupakan keputusan dari seluruh sisi atau aspek penanaman, baik dari sisi fungsi maupun estetika atau desain. Faktor yang mempengaruhi desain penanaman antara lain biaya konstruksi dan pemeliharaan jangka panjang, serta kondisi tapak yang mencakup jenis tanah, topografi, drainase, iklim, lokasi, serta existing features.

Penataan tata hijau pada simpang susun dapat memberikan pelayanan visual bagi pemakai jalan melalui pengaturan variasi tata ruang dan komposisi massa tanaman dalam berbagai bentuk, warna dan tekstur tanaman. Selain itu, penanaman pada tepian jalan simpang susun dapat memberikan kesan ruang pada pengendara untuk mengarahkan, pencegah erosi, peredam resiko kecelakaan, dan pemberi identitas lokasi (Gilbert 2003).

METODE

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini berlokasi di simpang susun Dawuan jalan Tol Cikampek yang menghubungkan jalan Tol Cikampek dengan jalan Tol Cipularang. Gambar 4 menunjukkan letak lokasi tapak penelitian. Penelitian ini berlangsung dari Februari 2011 hingga penulisan skripsi selesai.

(22)

10

Metode Penelitian

Penelitian perencanaan tata hijau ini menggunakan pendekatan proses perencanaan/ perancangan oleh Simonds (1983), yang meliputi tahap pemberian tugas (commission), pengumpulan data/ inventarisasi (research), analisis

(Analysis), sintesis (Synthesis), pelaksanaan (construction), dan Pemeliharaan (operation). Penelitian tentang perencanaan ini dibatasi sampai pada tahap sintesis dengan hasil akhir berupa conceptual plan. Bagan proses perencanaan berdasarkan pendekatan Simonds (1983) dapat dilihat pada Gambar 5.

Tahapan perencanaan lanskap jalan ini dapat diuraikan menjadi: Pemberian Tugas (Commission)

Merupakan tahap awal penyusunan usulan penelitian, pengurusan izin penelitian kepada pihak-pihak terkait data penelitian yaitu PT. Jasa Marga ,Tbk sebagai pengelola jalan tol Cipularang, BAPPEDA Kabupaten Karawang, dan BMKG Pusat. Dalam tahap ini dilakukan penjabaran dan pendefinisian penelitian kepada pihak-pihak terkait.

Research (Inventarisasi)

Tahap pengumpulan data menyangkut aspek fisik, biofisik, teknik, dan sosial yang berhubungan dengan perencanaan lanskap simpang susun jalan tol ini. Data meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari survai lapang yaitu pengamatan, dokumentasi, dan penghayatan tapak (feel of the land) untuk mendapatkan data fisik dan biofisik tapak yaitu kondisi tapak, vegetasi dan satwa, aksesibiltas, visual tapak, dan tata guna lahan.

Data sekunder diperoleh dari studi pustaka dari PT. Jasa Marga ,Tbk., Pemerintah Kabupaten Karawang, dan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Pusat. Data yang diperoleh dari PT. Jasa Marga Tbk. meliputi data fisik dan biofisik (lokasi tapak, aksesibilitas, topografi, drainase, dan volume kendaraan), data teknik (utilitas dan fasilitas, dimensi jalan, dan pedoman penanaman). Data yang diperoleh dari pemerintah Kabupaten Karawang meliputi data fisik dan biofisik (tanah dan hidrologi). Data yang diperoleh dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Pusat meliputi data biofisik yaitu iklim. Aspek sosial berupa persepsi dan preferensi masyarakat, pengguna, dan pengelola jalan tol diperoleh melalui wawancara dan pengisian kuisioner terhadap 10 orang pengguna jalan, 10 orang masyarakat sekitar, dan 10 orang pengelola jalan tol. Kuisioner dapat dilihat pada Lampiran 1.

Tahapan ini menghasilkan gambar peta dasar dan data-data pendukung. Jenis, sumber, dan cara pengambilan data pada tapak dapat dilihat pada Tabel 2. Analysis (Pengolahan Data)

(23)

11 berdasarkan pada standardisasi, persyaratan, dan kebijakan pemerintah yang sudah ditetapkan. Analisis emisi kendaraan dihitung dengan standar rata-rata emisi gas dalam g/km menurut Strauss dan Mainwaring (1984) dalam Sulistijorini (2009) Tabel 3. Perhitungan jumlah emisi dengan mengalikan jumlah kendaraan dengan standar rata-rata gas buang dari bensin atau solar lalu dibagi dengan panjang jalan. Setelah itu dilakukan perhitungan daya jerap debu polutan untuk mengetahui populasi pohon yang dibutuhkan untuk mengatasi dampak negatif terhadap lingkungan. Analisis persepsi dan preferensi pengguna dan pengelola jalan tol dapat menjadi masukan untuk rencana tata hijau pada simpang susun Dawuan. Tahap ini menghasilkan uraian secara deskriptif baik tertulis maupun dengan gambar analisis.

Tabel 2 Data yang digunakan dalam penelitian

Jenis Data Cara Pengumpulan Sumber

Aspek Fisik dan Biofisik

Tabel 3 Rata-rata gas buang bensin dan solar

Jenis gas buang Bensin Solar

CO 60.00 2.57

(24)

12

Synthesis (Sintesis)

Hasil yang diperoleh pada tahap analisis dikembangkan sebagai pertimbangan untuk mendapatkan hasil perencanaan yang sesuai dengan tujuan yang diinginkan berupa tata hijau sesuai untuk rencana penanaman di simpang susun Dawuan pada jalan Tol Cikampek. Kemudian dilanjutkan dengan rencana skematik yang dipersiapkan untuk menggali alternatif perencanaan, yang menggambarkan penggunaan ruang untuk tata hijau simpang susun Dawuan. Pada saat penyusunan skema diusahakan pemanfaatan optimal potensi yang tersedia dan pemecahan masalah dari kendala agar diperoleh alternatif terbaik.

Batasan akhir penelitian perencanaan tata hijau ini adalah conceptual plan. Conceptual plan merupakan pengembangan rencana skematik. Pada conceptual plan berbagai dimensi, jenis, dan jumlah tanaman yang digunakan.

Gambar 5 Proses perencanaan dan perancangan (Simonds 1983)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Inventarisasi

Tahap inventarisasi merupakan tahap yang dilakukan untuk mengumpulankan data-data yang menyangkut aspek fisik, biofisik, teknik, dan sosial yang berhubungan pada perencanaan tata hijau simpang susun Dawuan pada jalan Tol Cikampek.

Kondisi Umum

Jalan Tol Cikampek adalah jalan tol yang menghubungkan Cawang, Jakarta Timur dengan Cikampek, Karawang dengan panjang 83 kilometer. Jalan Tol Cikampek melewati Kota Jakarta Timur, Kota dan Kabupaten Bekasi, Kabupaten Karawang, dan Kabupaten Purwakarta. Jalan Tol Cikampek mulai dioperasikan pada tahun 1988. Jalan Tol Purbaleunyi adalah jalan tol yang menghubungkan Jakarta dengan Bandung dengan panjang total 123 kilometer. Terbagi atas Jalan Tol Padalarang – Cileunyi sepanjang 58,5 kilometer yang mulai beroperasi sejak tahun 1991dan jalan Tol Cipularang sepanjang 64,4 kilometer yang mulai beroperasi sejak tahun 2005.

(25)

13 jalan Tol Cikampek yang diukur dari simpang susun Cawang. Simpang susun ini terletak pada 6o25’ Lintang Selatan dan 107o25’ Bujur Timur. Peta Aksesibilitas tersaji pada Gambar 9.

Iklim

Pengamatan iklim di Kabupaten Karawang, dilakukan berdasarkan data tahun 2005-2011 dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika. Kabupaten Karawang beriklim tropis dengan temperatur rata-rata tahunan berkisar antara 26,6 oC -28,3 oC dan curah hujan antara 1 - 421,3 mm/bulan. Faktor iklim dan curah hujan ini dipengaruhi oleh keadaan alamnya yang sebagian besar terdiri dari daerah pantai dan dataran rendah terutama wilayah Karawang utara. Sedangkan wilayah Karawang Selatan merupakan daerah perbukitan.

1. Curah Hujan

Curah hujan rata-rata bulanan berkisar antara 1 – 421,3 mm selama tujuh tahun terakhir. Rata-rata hujan bulanan maksimum terjadi pada bulan Februari sebesar 421,3 mm, rata-rata curah hujan bulanan minimum terjadi pada bulan Agustus sebesar 1 mm. Rata-rata hujan bulanan tersaji pada Gambar 6. Rata-rata jumlah hari hujan maksimum 19 hari terjadi pada bulan Februari dan rata-rata jumlah hari hujan minimum 1 hari terjadi pada bulan Agustus. Rata-rata hari hujan tersaji pada Gambar 7.

Gambar 6 Curah hujan rata-rata bulanan

Gambar 7 Rata-rata jumlah hari hujan

mm

ha

(26)

14

2. Suhu Udara

Suhu udara rata-rata harian berkisar antara 26,6 oC – 28,3 oC. Suhu udara maksimum harian antara 31,4 oC- 35,2 oC dan suhu udara rata-rata minimum berkisar antara 22,5 oC – 24,3 oC. Suhu rata-rata harian tersaji pada Gambar 8. Lama penyinaran matahari rata-rata 64% . Intensitas maksimum sebesar 82,6% terjadi pada bulan Agustus dan intensitas minimum pada bulan Februari sebesar 46,5%. Penyinaran matahari tersaji pada Gambar 9.

Gambar 8 Suhu rata-rata harian

Gambar 9 Penyinaran matahari 3. Kelembaban Udara

Kelembaban udara relatif rata-rata harian . Kelembaban udara relatif yang terendah dalam tujuh tahun terkahir adalah pada bulan September sebesar 67,2%. Kelembaban udara relatif tertinggi dalam tujuh tahun terkahir terjadi pada bulan Februari sebesar 86,6%

4. Kecepatan Angin

Kecepatan angin berdasarkan data iklim dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Karawang berkisar 5,6 – 8,2 km/ jam dengan arah angin menuju ke timur dan timur laut. Kecepatan angin menurut skala Beufort tergolong jenis angin sepoi-sepoi dan angin lemah.

o C

(27)

15

Ga

mbar

10 P

eta

aksesibil

it

(28)

16

Tanah dan Topografi

Berdasarkan data PT. Jasa Marga dalam Rencana Teknik Akhir dan Pengawasan Teknik Jalan Tol Cikampek-Padalarang tahun 2002 jenis tanah pada lokasi studi adalah tanah latosol. Tanah latosol adalah tanah yang banyak mengandung zat besi dan alumunium. Warna tanah merah hingga kuning dan mempunyai sifat cepat mengeras bila tersingkap atau berada di udara terbuka disebut tanah laterit. Tanah laotosol memiliki solum yang dalam, memiliki tekstur yang sedang sampai berat, stabilitas agregat tinggi, bobot isi sedang, nisbah debu terhadap liat rendah, permeable dan gembur. Kapasitas tukar kation 10-25 me/100g tanah, kejenuhan basa 15-50% dan mempunyai pH 4,5-6,0.

Lokasi studi terdapat pada dataran rendah dengan ketinggian antara 68-90 mdpl dengan kondisi topografi datar (0-8%), landai (8-15%) dan agak curam 15-25%). Peta topografi lokasi studi disajikan pada Gambar 11.

Vegetasi dan Satwa

Vegetasi yang terletak berbatasan dengan hutan kawasan perumahan Cikampek Golf adalah bambu jepang (Arundinaria pumila) dan flamboyan (Delonix regia). Vegetasi yang terdapat pada area loop antara lain akasia (Acacia auriculiformis), mahoni (Swietenia mahagoni), ki hujan (Samanea saman), bunga merak (Caesalpinia pulcherrima), dadap merah (Erythrina crista-gali), dan ketapang kencana (Bucida molineti). Vegetasi yang terdapat pada belokan dari

loop adalah bunga bugenvil (Bougainvillea spectabillis) dan mahoni (Swietenia mahagoni). Vegetasi yang terdapat pada tengah simpang susun diantaranya cemara gunung (Cassuarina junghuhniana), jati kebo (Antocephalus cadamba), mahoni (Swietenia mahagoni). Vegetasi yang terdapat pada tepi jalan Tol Cipularang kamboja merah (Plumeriarubra), agave (Furcraea gigantea), bintaro (Cerbera manghas), mahoni (Swietenia mahagoni), flamboyan (Delonix regia) dan bunga merak (Caesalpinia pulcherrima). Vegetasi pada median jalan terdapat bunga bugenvil (Bougainvillea spectabillis) dan oleander (Nerium oleander). Vegetasi pada area bebas pandang adalah teh-tehan (Acalypha macrophylla) dan soka (ixora sp.). Peta persebaran vegetasi tersaji pada Gambar 12.

(29)

17

Ga

mbar

11 P

eta topogr

af

(30)

18

Ga

mbar

12 P

eta v

ege

(31)

19

Tata Guna Lahan

Penggunaan lahan disekitar simpang susun Dawuan jalan Tol Cikampek terdiri dari sebelah utara terdapat kebun campuran dan sawah serta hutan milik perumahan Cikampek Golf, dan padang golf, sebelah timur terdapat simpang susun Dauwan Bukit Indah, sebelah barat terdapat kawasan industri Bukit Indah City. Industri yang terdapat pada kawasan tersebut adalah industri kayu, industri kertas,dan industri kendaraan bermotor. Sebelah selatan terdapat sawah, kebun, dan bukit. Peta penggunaan lahan tersaji pada Gambar 14.

Kondisi Visual

Secara umum pada Simpang susun jalan Tol Cikampek-Cipularang kondisi visual yang dilihat pengguna jalan tol adalah lanskap jalan tol yang terdiri dari badan jalan, median, dan vegetasi yang ditanam pada tepi jalan. Kondisi visual yang dilihat pengguna sangat menarik dikarenakan letak badan jalan yang berada di lembah alami sehingga kanan kiri tepi jalan berupa lereng yang memiliki ketinggian yang lebih tinggi dari badan jalan sehingga dapat memberikan pandangan yang menarik. Kondisi visual tapak tersaji pada Gambar 13. Good view merupakan pemandangan tapak yang baik yang dapat dinikmati oleh pengguna jalan dan memberikan kenyamanan dan pengalaman sepanjang perjalanan. Good view pada tapak terdiri dari persawahan, perkebunan, dan vegetasi tepi jalan. Bad view merupakan pemandangan tapak yang buruk yang dapat mengganggu konsentrasi dan kenyamanan pengguna jalan. Pada tapak bad view terdiri dari pabrik dan pemukiman penduduk. Peta visual disajikan pada Gambar 15.

(a) (b)

(c) (d)

Keterangan: (a) vegetasi tepi jalan; (b) vegetasi clear zone area; (c) rumah tepi jalan tol; (d) bangunan tepi jalan tol

(32)

20

Ga

mbar

14 P

enggun

aa

n l

aha

(33)

21

Ga

mbar

15 P

eta visua

(34)

22

Ga

mbar

16 P

eta d

ra

(35)

23

Volume Lalu Lintas

Berdasarkan data Jasa Marga tahun 2008-2010 dapat dilihat dalam Tabel 4 dan Tabel 5 , volume lalu lintas jalan Tol Cikampek pada tahun 2008 sebesar 123.250.044 kendaraan, dengan volume rata-rata harian lalu lintas sebanyak 337.671 kendaraan. Volume lalu lintas jalan Tol Cikampek pada tahun 2009 sebesar 125.104.095 kendaraan, dengan volume rata-rata harian lalu lintas sebanyak 342.751 kendaraan. Volume lalu lintas jalan Tol Cikampek pada tahun 2010 sebesar 132.602.575 kendaraan, dengan volume rata-rata harian lalu lintas sebanyak 363.295 kendaraan. Dari data tersebut terlihat bahwa volume rata-rata harian lalu lintas jalan Tol Cikampek dari tahun-ketahun terus mengalami peningkatan. Dari tahun 2008 hingga 2010 terjadi peningkatan volume rata-rata harian sebesar 25.624 kendaraan.

Volume lalu lintas jalan Tol Cipularang tahun 2008 sebanyak 11.045.951 kendaraan, dengan volume rata-rata harian lalu lintas sebanyak 30.263 kendaraan, volume lalu lintas jalan Tol Cipularang tahun 2009 sebanyak 11.242.383 kendaraan, dengan volume rata-rata harian lalu lintas sebanyak 30.801 kendaraan, volume lalu lintas jalan Tol Cipularang tahun 2010 sebanyak 12.178.375 kendaraan, dengan volume rata-rata harian lalu lintas sebanyak 33.365 kendaraan. Dari tahun 2008 hingga 2010 terjadi peningkatan volume rata-rata harian sebesar 3.102 kendaraan.

Tabel 4 Volume Lalu Lintas Jalan Tol (Sumber: PT. Jasa Marga, Tbk) Ruas Jalan

Tol

Volume Lalu Lintas (kendaraan)

2008 2009 2010

Cikampek 123.250.044 125.104.095 132.602.575

Cipularang 11.045.951 11.242.383 12.178.375

Tabel 5 Volume Lalu Lintas Rata-Rata Harian (Sumber: PT. Jasa Marga, Tbk) Ruas Jalan

Tol

Volume Lalu Lintas Rata-Rata Harian (kendaraan)

2008 2009 2010

Cikampek 337.671 342.751 363.295

Cipularang 30.263 30.801 33.365

(36)

24

Tabel 6 Golongan kendaraan yang melintas

Ruas Jalan Tol Volume lalu lintas rata-rata harian ( kendaraan)

I II III IV V

Cikampek ke Cipularang

25.207 2.995 915 228 166 Cipularang ke

Cikampek

26.204 3.289 910 223 145

Utilitas dan Fasilitas

Simpang susun Jalan Tol Cikampek-Cipularang dilengkapi dengan utilitas dan fasilitas jalan, hal ini sangat penting keberadaannya menginta manfaatnya sangat besar terutama jika dilihat dari segi keamanan. Fasilitas jalan pada simpang susun jalan Tol Cikampek-Cipularang yaitu jembatan lintas atas (overpasss), gorong-gorong, tiang listrik, ponton, papan informasi, tembok pembatas, dan saluran tepi yang dibangun dengan persyaratan teknik. Utilitas jalan merupakan fasilitas umum yang menyangkut kepentingan masyarakat banyak yang mempunyai sifat pelayanan. Utilitas jalan pada simpang susun jalan Tol Cikampek-Cipularang yaitu jaringan listrik.

Fasilitas dan utilitas yang terdapat pada jalan Tol Cikampek-Cipularang, berdasarkan data PT. Jasa Marga Tbk. Cabang Cikampek meliputi:

Badan Jalan

Bagian jalan yang terdapat pada jalan tol adalah daerah milik jalan yang terdiri atas; badan jalan, bahu jalan, median, saluran tepi jalan, dan ambang pengaman. Jalan tol Cikampek memiliki enam buah lajur dengan tiga lajur pada masing-masing jalur. Tol Cipularang memiliki empat buah lajur dengan dua lajur pada masing-masing jalur. Jalur channel dari Jakarta menuju Bandung dan sebaliknya channel dari Bandung menuju Jakarta memiliki dua lajur, sedangkan

channel jalur Cikampek menuju Bandung dan sebaliknya channel dari Bandung menuju Cikampek hanya satu lajur. Lebar lajur 3,5 meter, lebar bahu jalan dalam 2 meter, lebar bahu jalan luar 3 meter, dan, lebar beton median 0,8 meter.

Drainase

Sistem drainase yang diterapkan di simpang susun jalan Tol Cikampek- Cipularang adalah drainase terbuka dan tertutup. Drainase terbuka berupa parit pasangan batu kali. Parit memiliki lebar 1,5 meter dengan kedalaman 0,7 meter. Parit terletak di daerah manfaat jalan berfungsi untuk memperlancar jalannya aliran air hujan atau mengarahkan airnya pada saluran pembuangan agar tidak menimbulkan genangan yang merusak konstruksi jalan dan tanaman disekitarnya.

(37)

25 Patok Kilometer dan Patok DMJ

Pada jalan tol patok kilometer dipasang setiap 100 meter sedangkan patok DMJ dipasang setiap 10 meter. Patok kilometer berfungsi untuk menunjukkan posisi pengguna jalan dan informasi keadaan tapak. Patok DMJ berfungsi sebagai pengarah dan penanda untuk keamanan pengguna jalan.

Pagar Pembatas/ Pengaman

Pagar pengaman berfungsi memberikan keamanan dan membatasi badan jalan dengan wilayah diluar badan jalan, bangunan perkerasaan, dan daerah yang berbahaya. Pagar pembatas yang digunakan pada simpang susun jalan Tol Cikampek-Cipularang 0,8 meter.

Overpass

Pada simpang susun jalan Tol Cikampek-Cipularang terdapat tiga overpass,

dua overpass yang menghubungkan jalan tol Cikampek dan jalan Tol Cipularang dan satu overpass yang berfungsi sebagai jalan arteri kawasan Industri Bukit. Peletakkan rambu lalu-lintas di daerah milik jalan yang dapat terlihat dengan mudak oleh pengguna kendaraan.

Penerangan Jalan

Penerangan pada jalan tol dengan menggunakan lampu jalan standar dan lampu menara. Lampu standar memiliki ketinggian 15 meter dengan jarak interval antar lampu 30 meter. Lampu menara memiliki ketinggina yang beragam antara 20-50 meter tergantung tempat peletakannya. Lampu jalan berfungsi untuk penerangan jalan pada malam hari sehingga memberikan keamanan dan mengurangi tingkat kecelakaan.

Analisis Lokasi

Tapak yang menjadi lokasi penelitian adalah Simpang susun jalan Tol Cikampek-Cipularang. Jalan Tol Cikampek merupakan jalan tol yang menghubungkan kota Jakarta, Bekasi, dan Cikampek. Jalan Tol Cipularang merupakan jalan tol yang menghubungkan Cikampek, Purwakarta, dan Padalarang. Simpang susun pada jalan tol merupakan akses utama yang menghubungkan kedua jalan tol tersebut. Simpang susun ini merupakan bagian dari jalan tol yang dilalui oleh kendaraan dari dan atau menuju dua kota besar yaitu Jakarta dan Bandung menyebabkan penggunaan dengan intensitas yang tinggi.

Identitas Simpang susun Cikampek-Cipularang ditunjukkan melalui penggunaan vegetasi asli yang memiliki fungsi dan estetika yang ditanam dan ditata sehingga dapat memberikan identitas tapak. Penggunaan tanaman dengan bentuk yang menarik seperti bentuk tajuk kubah, bulat, atau piramidal, dan memiliki percabangan, daun atau bunga yang menarik. Selain dapat memberikan identitas pada simpang susun, tanaman juga berfungsi untuk menyerap polutan yang berasal dari emisi kendaraan yang melintas.

(38)

26

pengguna jalan yang bergerak dengan cepat. Prinsip yang harus diperhatikan adalah kesederhanaan, skala, proporsi, keseimbangan, irama, kontras, dan kesatuan yang dapat member nilai keindahan dan meningkatkan kualitas lingkungan. (Carpenter et al., 1975).

Teknik Jalan

Pada Simpang susun Cikampek-Cipularang memiliki daerah pengawasan jalan yang berbentuk lereng berpotensi untuk penanaman vegetasi dengan fungsi penyangga, pengarah, dan konservasi. Keberadaan median sebagai pembatas kedua ruas jalan. Median ruas jalan Tol Cikampek tidak terdapat vegetasi dikarenakan median jalan yang terbuat dari beton tanpa ada ruang untuk penanaman. Sedangkan median ruas jalan Tol Cipularang terdapat vegetasi dikarenakan median jalan yang terbuat dari beton tetapi terdapat ruang untuk peletakkan tanaman. Median jalan yang terbuat dari beton menjadi potensi yang dapat dibuat menjadi planter box yang berfungsi untuk pengarah pandangan pengemudi dan estetika.

Tipesimpang susun pada lokasi penelitian ini berbentuk T. Pada simpang susun terdapat empat loop dan dua flyover. Dengan keberadaan empat loop pada simpang susun tersebut membentuk kawasan yang memiliki potensi untuk penanaman dan penataan vegetasi. Keberadaan dua flyover di simpang susun memiliki topografi dengan kemiringan lahan yang sehingga dapat menyebabkan erosi sehingga diperlukan penanaman untuk mencegah erosi. Keberadaan pembagian jalan (divergensi) dan penyatuan jalan (konvergensi) pada simpang susun menyebabkan akumulasi kendaraan sehingga meningkatkan jumlah polusi udara sehingga diperlukan penataan tanaman yang mampu menyerap polutan. Pada simpang susun ini telah terdapat penataan lanskap, tetapi penataan lanskap yang ada belum optimal sehingga diperlukan penataan lanskap sesuai fungsi dan menambah estetika.

Penataan tanaman untuk fungsi konservasi air dan tanah dilakukan pada dawasja yang memiliki slope yang berlereng dengan kemiringan yang relatif curam. Kombinasi groundcover dan semak serta pohon adalah yang paling efektif untuk penyangga, pengarah, dan konservasi. Median jalan yang menggunakan pembatas tembok beton dengan tinggi 1,5 meter dapat ditanami tanaman yang menarik sehingga dapat memberi pemandangan yang mengarahkan dan menarik bagi pengguna jalan. Pemilihan tanaman semak yang toleran terhadap polusi kendaraan dan memiliki daun atau bunga yang menarik sehingga dapat memberikan pengalaman yang menyenangkan bagi pengguna jalan.

Iklim

(39)

27 rangka kendaraan, serta lampu kendaraan dari arah berlawanan pada malam hari. Untuk mengatasi hal tersebut dapat dilakukan penanaman vegetasi pada sisi jalan dan median jalan karena efek bayangan dari tanaman peneduh dapat mengurangi silau dari sinar matahari dan pantulan struktur sehingga menciptakan iklim mikro yang nyaman. Vegetasi peneduh terutama terdiri dari tanaman yang memiliki karakteristik bentuk tajuk kubah, bulat, atau bertajuk rindang (Carpenter et al., 1975).

Pengaruh angin di jalan tol cukup besar dikarenakan rata-rata kedaraan melaju dengan kecepatan di atas 80 km/jam pada bentuk koridor jalan yang linear. Pengaruh angin yang besar dapat menjadi penyebab erosi permukaan. Pengaruh angin juga berpengaruh bagi masyarakat di sekitar jalan tol yaitu debu dan polutan. Menurut Carpenter et al. (1975) tanaman dapat mengurangi kecepatan angin 25%-75%. Pengendalian angin oleh tanaman melalui penghalang, pengarah, pembias, dan penyerap. Tingkat keefektifannya berdasarkan keefektifan tanaman dan teknik peletakannya. Karakter tanaman sebagai pengendali angin adalah memiliki akar yang kuat, kokoh, cabang atau ranting yang tidak mudah patah. Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum (2012) kriteria tanaman untuk mengendalikan angin adalah tanaman tinggi dan perdu/semak, bermasa daun padat, ditanam berbaris atau membentuk massa dengan jarak tanam rapat (kurang dari 3 meter). Contoh tanaman pengendalian angin adalah kayu manis (cinnamonmum bumanii),cemara (Casuarina aquisetifolia), krey payung (Fillicium decipiens), tanjung (Mimusops elengi), dan glodogan bulat (Polyalthia fragrans),.

Curah hujan wilayah studi menurut perhitungan bulan basah dan bulan kering iklim Schmidth- Frguson (Handoko 1983) termasuk iklim D (sedang), dengan curah hujan rata-rata 147,22 mm/bulan dengan rata-rata jumlah hari hujan 9,75 hari/bulan. Hujan dapat menimbulkan dampak negatif bagi pengguna jalan, seperti kendaraan mudah tergelincir, kecelakaan beruntun, terjadinya genangan air pada badan jalan tol, serta erosi permukaan tanah pada daerah-daerah yang memiliki kemiringan lahan cukup curam. Selain memberikan dampak negatif, curah hujan juga memberikan dampak positif, yaitu ketersediaan cadangan air tanah terutama pada musim kemarau.

Kelembaban udara rata-rata di wilayah studi 79,16% dengan kisaran 67,2% - 86,6%. Menurut Laurie (1990) kelembaban udara ideal untuk kenyamanan manusia berkisar antara 40% - 75%. Kelembaban yang tinggi dapat menimbulkan rasa tidak nyaman dan mengganggu kesehatan manusia. Perhitungan kenyamanan dapat diukur dengan menggunakan prinsip Temperature Humadity Index (THI) = 0,8 T + (RH x T/500), dimana T = temperatur udara rata-rata, dan RH = kelembaban nisbah rata-rata. Kondisi kenyamanan yang ideal untuk daerah tropis akan tercapai jika THI <27, THI pada tapak adalah 26,13 yang berarti kondisi kenyamanan yang ideal. Faktor kelembaban udara tidak terlalu berpengaruh langsung terhadap pengguna jalan karena pengguna jalan berada di dalam kendaraan yang sedang melaju dan sebagian besar kendaraan menggunakan AC yang memberikan kenyamanan tersendiri bagi pengguna jalan. Hal ini perlu dipertahankan dengan penataan tanaman disekitar jalan.

(40)

28

kecepatan 2-6 km/jam tergolong sepoi-sepoi, dan 7-12 km/jam tergolong angin lemah. Kedua jenis angin tersebut tidak mengganggu aktivitas manusia dan mampu mendistribusi polutan. Menurut Laurie (1990) udara yang ideal untuk memberikan kenyamanan bagi manusia adalah udara yang bersih dan tidak terperangkap, tidak berupa angin kencang, serta keterlindungan terhadap sinar matahari. Kondisi kelembaban yang cukup dan kecepatan angin yang relatif rendah maka tidak perlu dilakukan upaya untuk menghalangi/ menghalau angin agar dapat mengurangi kelembaban pada tapak. Arah angin menuju timur dan timur laut menyebabkan persebaran debu lebih dominan mengarah ke timur sehingga dibutuhkan tanaman untuk menjerap partikel debu dengan vegetasi yang memiliki permukaan daun yang kasar dan bermasa daun padat.

Penataan tanaman yang berfungsi untuk memberikan naungan dari sinar matahari dan saat terjadi hujan dengan bentuk tajuk bulat, kubah, atau menyebar. Penataan vegetasi dengan memperhatikan jarak tanam untuk memperlancar sirkulasi angin pada tapak untuk mengatasi kelembaban pada tapak. Pemilihan vegetasi yang toleran kekeringan dikarenakan curah hujan yang rendah sehingga kurangnya ketersediaan air. Hal ini dapat diatasi dengan penyiraman manual pada saat musim kemarau.

Tanah dan topografi

Menurut Soepardi (1983) Jenis tanah latosol bersifat granular sehingga merangsang drainase dalam yang baik, kandungan bahan organik rendah, kapasitas tukar kation yang rendah, mudah diolah, kandungan unsur N- total rendah, dan cenderung bersifat masam. Kondisi tersebut dapat diperbaiki dengan pemupukan yang berimbang antara upuk organik maupun pupuk anorganik juga dengan pengapuran. Pemberian pupuk bertujuan meningkatkan unsur hara dan kandungan N-total pada tanah. Pengapuran bertujuan untuk merangsang struktur remah tanah, memperbaiki ketersediaan Fosfor dan Molibdenum sehingga dapat menurunkan kemasaman tanah. Selain itu meningkatkan unsur Kalsium dan Magnesium yang dapat dipertukarkan, prosentase kejemuan basa akan naik dan dapat merangsang kegiatan organisme tanah sehingga meningkatkan kadar bahan organik tanah dan N-total dalam tanah masam. Jenis tanah latosol cukup subur dengan sistem drainase yang cenderung terhambat dikarenakan tektur tanah yang banyak mengandung liat, sehingga perlu dilakukan seleksi tanaman yang tahan terhadap genangan air. Tanaman tersebut memiliki cirri-ciri jumlah daun yang banyak sehingga luas permukaan tinggi dan memiliki jumlah stomata yang banyak, dan memiliki perakaran yang dapat mengatasi kekurangan oksigen.

(41)

29 kejenuhan bagi pengemudi. Kemiringan lahan yang agak terjal pada simpang susun merupakan area yang rawan erosi permukaan yang akan menghilangkan topsoil baik oleh air hujan maupun angin yang ditimbulkan oleh kendaraan yang melintasi jalan. Tingkat erosi bergantung pada kemiringan lahan, tanah, frekuensi dan intensitas hujan, serta penutupan vegetasi yang ada. Pada area dengan kemiringan lahan yang cukup curam maka perlu ditanami vegetasi dengan kriteria jenis tanaman yang memiliki perakaran yang kuat, dalam, dan menyebar tetapi tidak merusak, cabang/ ranting yang tidak mudah patah baik berupa pohon, semak, dan rumput (Carpenter et al., 1975).

Berdasarkan sifat kimia dan fisik tanah latosol, tidak memerlukan banyak perlakuan dan pengolahan untuk digunakan sebagai media tanam tanaman. Sebelum penanaman tanaman dilakukan pemupukan berimbang antara pupuk organik maupun pupuk anorganik sehingga dapat menjadi sumber nutrisi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Pemilihan tanaman yang digunakan juga memiliki akar yang kuat sehingga dapat menjaga kestabilan tanah. Pada tapak yang memiliki slope relatif curam diperlukan penanaman

groundcover untuk menangkap air hujan dan mencegah erosi. Pegontrolan dan pembersihan rutin saluran drainase dalam dan drainase terbuka untuk menjaga agar saluran drainase berfungsi dengan baik.

Tata Guna Lahan dan Kondisi Visual

Keadaan tapak yang berbentuk lembah yang memberikan aspek visual yang memberi kesan monoton karena pandangan terbatas oleh daerah pengawasan jalan yang lebih tinggi dari badan jalan. View yang baik yang terdapat pada tapak seperti area persawahan dan perkebunan menjadi potensi yang dapat dimanfaatkan dalam penataan lanskap. View ini akan lebih baik jika dipertahankan dan ditonjolkan, karena selain menarik juga keberadaannya memberikan pemandangan yang beragam. Kawasan permukiman dan industri memberikan pemandangan yang buruk yang dapat terlihat dari jalan tol. Hal ini menjadi kendala yang harus ditanggulangi dengan peletakkan dan penataan tanaman pada dawasja untuk menghalangi/ menutup view tersebut.

Penggunaan tapak disekitar jalan tol yang beragam membutuhkan tanaman pembatas agar aktivitas di jalan tol tidak mengganggu masyarakat sekitar. Pematas daerah pengawasan dengan penggunaan lain dibatasi dengan tembok beton setinggi 2 meter. Penataan tanaman berfungsi untuk membatasi pandangan dan penyerap kebising untuk mengurangi dampak negatif jalan tol terhadap lingkungan sekitar. Pemandangan yang menarik berupa persawahan dan perkebunan tidak ditutupi dengan vegetasi yang rapat. Jarak tanam pada daerah persawahan dan perkebunan diatur sehingga pemandangan sawah dan kebun dapat dinikmati dan menjadi pengalaman yang menarik bagi pengguna jalan. Penutupan pemandangan yang buruk berupa pabrik dan permukiman dilakukan menggunakan tanaman yang memiliki massa daun yang pada padat dan ditanam dengan jarak yang rapat.

(42)

30

mencakup lanskap disekitar dan sepanjang jalan. Sehingga perlu dilakukan perencanaan penanaman disekitar dan sepanjang jalan.

Vegetasi dan Satwa yang dipilih mempunyai ciri fisik yang menarik atau mempunyai fungsi tertentu.

Pada area simpang susun memiliki lahan yang cukup luas dengan slope datar dan sebagian berslope cukup curam tetapi masih dimungkinkan untuk ditanami pohon atau semak terutama jenis tanaman penyerap polutan dan tanaman peneduh serta dikembangkan area simpang susun sebagai kawasan konservasi. Kriteria tanaman yang ditanam pada simpang susun adalah tanaman penutup tanah, semak, dan pohon, memiliki tajuk berbentuk kolumnar, lonjong, pyramidal, memiliki warna dan bentuk atraktif, memiliki toleransi sedang sampai tinggi terhadap polusi udara, dan memiliki kemampuan menyerap polutan.

Permasalahan yang dihadapi adalah monoton dan kurang menarik jenis tanaman yang digunakan pada simpang susun. Tanaman yang digunakan pada umumnya sama dengan tanaman yang digunakan pada jalan tol lainnya. Untuk itu diperlukan pemilihan tanaman yang memiliki karakter yang menarik dan indah. Sehingga tanaman tersebut dapat memberikan identitas kawasan simpang susun Cikampek-Cipularang. Permasalahan lain pada tapak adalah polusi udara dari kendaraan yang melintas. Pemilihan tanaman yang digunakan untuk mereduksi polusi. Kriteria tanaman yang dapat mereduksi polusi adalah tanaman dengan permukaan daun yang lebar, bermassa daun yang padat, daun yang berrambut atau kasar. Hasil analisis vegetasi eksisting akasia (Acassia auriculiformis), dan ki hujan (Samanea saman) memiliki kemampuan menjerap partikel debu. Menurut Dahlan (2002) menyatakan bahwa beringin (Ficus benjamina) mahoni (Swietenia mahagoni), akasia (Acassia auriculiformis) dan ki hujan (Samanea saman) adalah jenis tanaman yang memiliki kemampuan tinggi dalam menyerap CO2. Selain dapat mengurangi polusi udara pemilihan tanaman secara ekologis juga dapat mengundang dan menjadi habitat burung. Burung yang terdapat pada tapak perlu dipertahankan dan dijaga kelestariannya. Pohon yang dapat menciptakan kenyamanan dan keamanan adalah pohon yang dapat menaungi dan mengarahkan pengguna jalan. Keamanan suatu pohon dilihat dari sifat percabangan yang kuat/ lentur sehingga tidak mudah patah. Tanaman jalur hijau juga perlu memiliki fungsi lain seperti estetika dan aromatik.

(43)

31

Ga

mbar

17 P

eta k

emi

ringa

n laha

(44)

32

Emisi Kendaraan

Dari data lalu lintas harian rata-rata bulan Juni 2011 kendaraan pada golongan I merupakan kendaraan dengan bahan bakar bensin (87,9%) dan bahan bakar solar (12,1%), jumlah kendaraan dengan bahan bakar bensin adalah 46.269 kendaraan dan jumlah dengan bahan bakar solar adalah 5.141 kendaraan. Sedangkan seluruh kendaraan pada golongan II, III, IV, dan V merupakan kendaraan dengan bakar solar, jumlah kendaraan golongan II, II, IV, dan V dengan bahan bakar solar adalah 8.871 kendaraan. Total kendaraan dengan bahan bakar solar adalah 14.012 kendaraan. Perhitungan jumlah emisi dengan standar rata-rata emisi gas menurut Strauss dan Mainwaring (1984) dalam Sulistijorini (2009) tersaji dalam Tabel 7.

Dari hasil perhitungan penelitian didapatkan perkiraan emisi partikel debu kendaraan berbahan bakar bensin yang melintas per hari adalah 121.780 g. Perkiraan emisi partikel debu kendaraan berbahan bakar solar yang melintas per hari adalah 111.943 g. Total emisi debu yang terdapat pada simpang susun adalah 233.723 g. Jumlah emisi kendaraan bermotor yang tinggi ini merupakan kendala yang dapat merusak lingkungan sekitar dan membahayakan kesehatan masyarakat sekitar. Untuk mengurangi dampak dari polutan tersebut perlu penanaman vegetasi yang efektif menyerap polutan. Kriteria tanaman yang dapat menyerap polutan adalah memiliki percabangan dan daun yang lebat, berdaun lebar dan berambut (Grey dan Deneke 1978). Menurut Dahlan (2002) menyatakan bahwa beringin (Ficus benjamina) mahoni (Swietenia mahagoni), akasia (Acassia auriculiformis) dan ki hujan (Samanea saman) adalah jenis tanaman yang memiliki kemampuan tinggi dalam menyerap gas polutan khususnya CO2.

Tabel 7 Perhitungan Emisi

Jumlah emisi kendaraan yang tinggi sehingga dibutuhkan penanaman vegetasi untuk menjerap partikel polutan agar dapat mengurangi dampak terhadap lingkungan dan masyarakat sekitar. Perhitungan kebutuhan populasi pohon untuk menjerap partikel debu dilakukan dengan membagi jumlah emisi debu dengan kemampuan tiap pohon (akasia, kayu putih, dan glodogan) dalam menjerap debu.

(45)

33 Perhitungan penjerapan debu ini menggunakan hasil penelitian sebelumnya yang dikemukakan oleh (Novianti 2010, dan Muakhor, et al 2012). Hasil perhitungan kemampuan pohon dalam jerap partikel debu disajikan pada Tabel 8.

Tabel 8 Daya Jerap Debu per Pohon Jenis Pohon Diameter populasi pohon yang dibutuhkan untuk menjerap partikel debu yang dihasilkan pada simpang susun Dawuan ini. Hasil perhitungan populasi pohon untuk menjerap partikel debu disajikan pada Tabel 9.

Tabel 9 Perhitungan Populasi Pohon Menjerap Partikel Debu Jenis Pohon Total debu Untuk mengurangi dampak negatif pada lingkungan dan masyarakat sekitar dibutuhkan 8.958 pohon yang terdiri dari akasia 2.748 pohon, kayu putih 3.220 pohon, dan glodogan 2.990 pohon.

Untuk mengurangi polusi udara yang berasal dari emisi kendaraan digunakan tanaman yang memiliki kemampuan menyerap polutan. Kriteria tanaman penyerap polutan adalah tanaman yang memiliki daun yang lebar, daun berambut, dan memiliki massa daun yang lebat. Pohon adalah vegetasi yang paling efektif untuk menyerap polutan.

Lahan yang dapat ditanami pada simpang susun Dawun seluas 13 ha dapat ditanam populasi pohon sebanyak 5.229 pohon. Kebutuhan populasi pohon untuk menjerap partikel debu adalah 8.958 pohon, sehingga masih dibutuhkan 3.729 pohon. Dibutuhkan penanaman pada daerah yang berbatasan dengan simpang susun agar dampak negatif polusi udara pada lingkungan dapat dikurangi.

(46)

34

Persepsi dan Keinginan Responden

Berdasarkan hasil penilaian persepsi masyarakat dan pengguna jalan menginginkan adanya penghijauan disepanjang jalan tol ini dilihat dari 66,7% responden menyatakan sangat perlu dan 33,3% menyatakan perlu. Hal ini dikarenakan penilaian terhadap lanskap jalan tol khususnya pada simpang susun Cikampek- Cipularang 53,3% responden menilai kurang baik dan 6,7% menilai tidak baik, hanya 40% responden yang menilai baik. Hal tersebut dikarenakan belum maksimalnya penataan lanskap jalan tol tersebut. Kendala yang mengganggu konsentrasi saat melalui jalan tol adalah 76,7% responden menilai kondisi lingkungan jalan yang monoton dan membosankan, 63,3% responden menilai silau matahari, 43,3% silau kendaraan, 30% jalan licin saat hujan, 23,3% kondisi badan jalan yang rusak, dan 13,3% kurangnya penerangan pada malam hari. Penghijauan disepanjang jalan tol diharapkan dapat mengurangi dampak dari aktivitas jalan tol bagi lingkungan dan masyarakat sekitar untuk menyerap polutan (90%), menambah keindahan (76,7%), meningkatkan kenyamanan (73,3%), mengurangi silau matahari/lampu kendaraan (50%), dan mengurangi kebisingan dan pengarah pandangan pengemudi (16,7%). Jalur jalan yang mengarah ke timur barat membuat arah matahari yang berada tegak lurus dengan arah laju kendaraan menyebabkan ketidak nyamanan bagi pengguna jalan. Reduksi dampak negatif yang disebabkan oleh karakteristik cuaca dapat dieliminasi dengan penanaman vegetasi sesuai fungsi dan estetikanya.

Keberadaan view yang menarik yaitu 63,3% responden menilai view persawahan, 13,3% perkebunan. Hal ini dapat menjadi pemandangan yang menarik dan dapat ditonjolkan dengan tidak menutup persawahan dan perkebunan. Sedangkan view yang buruk yaitu 83,3% pabrik-pabrik, dan 76,7% permukiman penduduk dapat diberikan pembatas dengan penanaman vegetasi yang menarik dan rapat. Keinginan pengguna jalan terhadap penanaman pada daerah simpang susun dengan menggunakan kombinasi pohon, semak, dan tanaman berbunga (76,7%). Simpang susunmemiliki daerah milik jalan yang luas sehingga menjadi potensi yang dapat dipergunakan untuk penanaman kombinasi tanaman tersebut. Keinginan pengguna jalan terhadap tanaman berbunga untuk ditanam pada median jalan (43,3%) dapat menjadi pemandangan menarik bagi pengguna jalan. Kondisi median jalan yang terbuat dai beton dan memiliki lebar 50 centimeter membuat sedikit ruang untuk ditanami, sehingga diperlukan konstruksi untuk media tanam di median jalan.

(47)

35

Ga

mbar

18 P

eta

ana

li

(48)

36

Sintesis

Penataan jalur hijau jalan yang dikembangkan pada simpang susun Dawuan mempunyai fungsi mengurangi dampak negatif jalan terhadap lingkungan sekitarnya dengan menjerap polutan terutama debu dan gas buangan kendaraan, peredam kebisingan, konservasi air dan tanah, habitat satwa, pelembut struktur bangunan, estetika, identitas lokasi, dan pengaman bagi pengguna jalan serta untuk mewujudkan identitas lokasi, keselamatan dan kenyamanan, mengurangi dampak negatif jalan terhadap kualitas lingkungan sekitarnya, dan menambah nilai estetika melalui pemilihan, penggunaan, dan peletakan berbagai jenis vegetasi pada area hijau jalan. Sehingga memberikan kenyamanan dan keamanan pengguna jalan, dapat meningkatkan kualitas lingkungan pada tapak maupun lingkungan sekitar simpang susun Dawuan.

Hubungan Antar Ruang

Berdasarkan potensi dan kendala yang ada pada lokasi studi maka fungsi lanskap yang akan dikembangkan adalah:

Fungsi penyangga

Lanskap yang ada berupa buffer yaitu ruang penghijauan tanpa ada kegiatan didalamnya sehingga pengelolaannya bersifat ekstensif. Fungsi penyangga ini dimaksudkan untuk meminimalkan dampak negatif dari aktivitas jalan tol terhadap lingkungan di sekitarnya, seperti tingkat kebisingan dan tingkat polusi udara melalui penataan vegetasi yang tepat.

Fungsi Pengarah

Fungsi pengarah diwujudkan dengan membuat batasan pandangan pengendara agar pengemudi melihat arah jalan dan pandangan terfokus pada jalan dan kendaraan lain yang ada di sekitarnya.

Fungsi Pengamanan

Lanskap yang berfungsi untuk keamanan diwujudkan dengan membuat penataan vegetasi pada clear zone area dan cushion planting dengan vegetasi semak rendah berkayu.

Fungsi Konservasi

Lanskap yang berfungsi untuk melindungi masyarakat dari dampak negatif yang terdapat disekitar jalan dan melestarikan vegetasi dan satwa yang ada disekitar jalan dengan membuat ruang terbuka hijau yang berfungsi sebagai daerah resapan air, melindungi jalan dari pengaruh erosi dengan cara penataan vegetasi pada daerah yang berlereng curam.

Fungsi Identitas

Gambar

Gambar 1 Kerangka pikir penelitian
Tabel 1 Fungsi tanaman dalam lanskap (Carpenter et al. 1975).
Tabel 2 Data yang digunakan dalam penelitian
Gambar 5 Proses perencanaan dan perancangan (Simonds 1983)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Jalan simpang semambang – batas pendopo merupakan ruas jalan yang menghubungkan Kabupaten Musi Rawas dan Kabupaten Pali, jalan tersebut juga menghubungkan jalur

Untuk mendapatkan cycle time baru, akan dilakukan perencanaan waktu hijau pada masing-masing simpang di Jalan Jendral Sudirman dengan tahapan; (1) Menganalisis kondisi

Studi ini bertujuan untuk membuat perencanaan lanskap pedestrian hijau (jalur pejalan kaki) yang indah, nyaman, aman, dan mendukung aktivitas pejalan kaki dan pengguna jalan di