• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Pendapatan dan Efisiensi Produksi Usahatani Budidaya Pembesaran Ikan Mas dan Nila Pada Keramba Jaring Apung Ganda (Studi Kasus Waduk Cirata Desa Bobojong Kecamatan Mande Kabupaten Cianjur)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Pendapatan dan Efisiensi Produksi Usahatani Budidaya Pembesaran Ikan Mas dan Nila Pada Keramba Jaring Apung Ganda (Studi Kasus Waduk Cirata Desa Bobojong Kecamatan Mande Kabupaten Cianjur)"

Copied!
108
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PENDAPATAN DAN EFISIENSI PRODUKSI

USAHATANI BUDIDAYA PEMBESARAN IKAN MAS DAN

NILA PADA KERAMBA JARING APUNG GANDA

(Studi Kasus Waduk Cirata Desa Bobojong Kecamatan Mande

Kabupaten Cianjur)

KUKUH TRISNANI

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Pendapatan dan Efisiensi Produksi Usahatani Budidaya Pembesaran ikan mas dan nila Pada Keramba Jaring Apung Ganda (Studi kasus Waduk Cirata Desa Bobojong Kecamatan Mande Kabupaten Cianjur) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikuti dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka dibagian akhir skirpsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, September 2013

Kukuh Trisnani

(4)
(5)

ABSTRAK

KUKUH TRISNANI. Analisis Pendapatan dan Efisiensi Produksi Usahatani Budidaya Pembesaran Ikan Mas dan Nila Pada Keramba Jaring Apung Ganda (Studi kasus Waduk Cirata Desa Bobojong Kecamatan Mande Kabupaten Cianjur

)

. Dibimbing oleh UJANG SEHABUDIN.

Waduk Cirata merupakan waduk yang memiliki kontribusi besar terhadap perikanan Jawa Barat. Perikanan yang dilakukan di Waduk Cirata adalah perikanan budidaya pembesaran ikan dengan KJA. Budidaya KJA yang banyak dilakukan adalah budidaya KJA pembesaran ikan mas dan nila. Hal ini karena komoditas tersebut merupakan komoditas utama di Waduk Cirata khususnya ikan mas. Budidaya pembesaran ikan mas dan nila banyak dilakukan di Desa Bobojong. Tujuan penelitian yang pertama adalah mengidentifikasi struktur biaya dan pendapatan usahatani budidaya KJA pembesaran ikan mas dan nila di Desa Bobojong dengan metode π = TR-TC. Tujuan yang kedua adalah menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani budidaya pembesaran ikan mas dan nila di Desa Bobojong dengan analisis regresi linear berganda. Berdasarkan hasil regresi yang diperoleh, faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan petani secara nyata pada taraf nyata 5 % adalah jumlah produksi ikan mas, jumlah produksi ikan nila, biaya benih ikan mas, harga benih ikan nila, dan harga pakan ikan mas sedangkan tenaga kerja pengaruhnya tidak besar terhadap pendapatan usahatani tersebut. Tujuan yang ketiga adalah efisiensi produksi dengan menggunakan metode MR = MC dan efisiensi pendapatan dengan metode R/C. Hasil yang diperoleh pada tujuan ketiga adalah produksi perikanan pada usahatani budidaya KJA di Desa Bobojong belum optimal sehingga produksi dan penggunaan input produksi perlu dioptimalkan agar keuntungan maksimal. Usahatani budidaya pembesaran ikan mas dan nila di Desa Bobojong layak untuk dilakukan karena nilai R/C untuk pendapatan usahatani atas biaya tunai dan biaya total lebih besar dari satu.

(6)

ABSTRACT

KUKUH TRISNANI. Analysis of income and production efficiency usahatani cultivation enlargement Cyprinus carpio and tilapia on keramba a net driftwood double (Case study on Cirata Dam Bobojong Village Cianjur District Mande). Dibimbing oleh UJANG SEHABUDIN.

Cirata reservoir is one of three reservoirs in Citarum River that has major contribution to the fisheries in West Java. Fisheries in Cirata is conducted by fish rearing (Keramba cage) double KJA. Aquaculture of KJA performed by enlargement Cyprinus carpio and tilapia. This is because those commodities were major commodities in Cirata especially Cyprinus carpio. Enlargement of Cyprinus carpio and tilapia Aquaculture was cultivated widely in Bobojong village. The Objective of this research were to identify the structure of costs and farm income from KJA enlargement of Cyprinus carpio and tilapia aquaculturein Bobojong village by using π=TR-TC method, to analyze the factors that affect

farm income from enlargement of Cyprinus carpio and tilapia aquaculture in Bobojong Village by using multiple linear regressi on analysis, to analyze the efficiency of production by using MR = MC and revenue efficiency y R/C method.

Based on there gressi on results obtained, the factors that affect farmers' income significantly on the 5% through significance level were the number of Cyprinus carpio production, total production of tilapia, Cyprinus carpio seed costs, the price of tilapia seed, and the price of Cyprinus carpio feed education were not affected largely for the farm income. The results obtained on the third objectives howed that production off arming aquaculture on KJA fisheries was not optimal so that the production and production inputs used need to be optimized in order to get maximum profit. Enlargement of Cyprinus carpio aquaculture and tilapia in Bobojong Village was feasible to performed because the value of R/C off farm income from cash costs and total cost was greater than one.

(7)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan

ANALISIS PENDAPATAN DAN EFISIENSI PRODUKSI

USAHATANI BUDIDAYA PEMBESARAN IKAN MAS DAN

NILA PADA KERAMBA JARING APUNG GANDA

(Studi Kasus Waduk Cirata Desa Bobojong Kecamatan Mande

Kabupaten Cianjur)

KUKUH TRISNANI

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(8)
(9)

Judul Skripsi : Analisis Pendapatan dan Efisiensi Produksi Usahatani Budidaya Pembesaran Ikan Mas dan Nila Pada Keramba Jaring Apung Ganda (Studi Kasus Waduk Cirata Desa Bobojong Kecamatan Mande Kabupaten Cianjur)

Nama : Kukuh Trisnani

NIM : H44090021

Disetujui oleh

Ir. Ujang Sehabudin Dosen Pembimbing

Diketahui oleh

Dr. Ir. Aceng Hidayat, MT Ketua Departemen

(10)
(11)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan pada bulan Maret 2013 ini adalah budidaya perikanan KJA, dengan judul Analisis Pendapatan dan Efisiensi Produksi Usahatani Budidaya Pembesaran Ikan Mas dan Nila Pada Keramba Jaring Apung Ganda (Studi Kasus Waduk Cirata Desa Bobojong Kecamatan Mande Kabupaten Cianjur).

Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan kontribusi serta kerjasama dalam penyusunan skripsi ini terutama kepada:

1. Ayahanda tercinta (Waluyo), Ibunda tercinta (Marsumi), Kakak dan adikku tersayang (Sigit Trapsilo dan Sarwono Aji Sanyoto), serta keluarga besar yang telah memberikan kasih sayang, motivasi, dukungan moril maupun materil, serta limpahan do’a yang tak pernah putus kepada penulis.

2. Ir. Ujang Sehabudin selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan waktu dan tenaga untuk memberikan bimbingan, arahan, motivasi, insprirasi dengan penuh kesabaran serta kebaikan yang sangat membantu sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

3. Novindra SP, MSi selaku dosen penguji utama dan Rizal Bahtiar SPi, MSi selaku dosen perwakilan departemen.

4. Beni Osta Nababan SPi, MSi sebagai dosen pembimbing akademik, yang telah membimbing dan memberikan masukan serta arahan selama penulis menjalani kuliah.

5. Kepala BPBPPU Waduk Cirata, Wakil BPBPPU Waduk Cirata, Pendamping (Pak Ade) yang telah membantu penulis dalam memperoleh data dan informasi.

6. Teman satu bimbingan, ( Kiki, Deby, Faiti, Tari, Gugat, Mufqi, dan Wili) atas dukungan, saran, kritik, dan lainnya selama menjalani proses pembuatan skripsi hingga selesai.

7. Handai taulan, Tina, Ichi, Nunu, Frima, Fitri, Qyqy dan seluruh sahabat ESL 46 atas kebersamaan, bantuan, semangat, dan motivasinya.

8. Seluruh Dosen dan Tenaga Pendidikan Departemen ESL yang telah membantu selama penulis menyelesaikan studi di ESL.

Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu dalam membantu proses persiapan hingga penyusunan skripsi ini. Semoga kebaikan yang telah diberikan mendapat balasan dari Allah SWT. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat.

Bogor, September 2013

(12)
(13)

DAFTAR ISI

2.1 Usahatani Budidaya Perikanan pada Waduk... 2.2 Pedoman Teknis Budidaya Ikan Pada Keramba Jaring Apung... 2.3 Karakteristik Ikan Mas... 4.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data... 4.4.1 Identifikasi Struktur Biaya dan Pendapatan Usahatani Budidaya

Pembesaran Ikan Mas dan Nila Pada KJA Ganda di Desa Bobojong... 4.4.2 Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Petani Budidaya... 4.4.3 Efisiensi Produksi dan Pendapatan Usahatani Budidaya Pebesaran

Ikan Mas dan Nila Pada KJA di Desa Bobojong... V GAMBARAN UMUM

5.1 Letak dan Kondisi Waduk Cirata...

5.2 Teknis Buididaya KJA ganda pembesaran ikan mas dan nila di Desa

(14)

Bobojong... 5.3 Karakteristik Responden... 5.4 Karakteristik Usahatani... VI HASIL DAN PEMBAHASAN

6.1 Identifikasi Struktur Biaya dan Pendapatan Usaha Budidaya

Pembesaran Ikan Mas dan Nila KJA Ganda di Desa Bobojong... 6.2 Analisis Faktor-Faktor Pendapatan Usahatani Budidaya Pembesaran

Ikan Mas dan Nila pada KJA Ganda di Desa Bobojong... 6.3 Efisiensi Produksi dan Pendapatan Usahatani Budidaya KJA

Pembesaran Ikan Mas dan nila di Desa Bobojong... VII SIMPULAN DAN SARAN

1 Total Produksi Per Jenis Usaha Perikanan Budidaya KJA Tahun 2009 Sampai Tahun 2012... 2 Data penggunaan lahan KJA di Waduk Cirata wilayah Kabupaten

Cianjur tahun 2012... 3 Jumlah Produksi Ikan Mas dan Nila KJA Waduk Cirata Tahun

2011 Sampai Tahun 2012... 4 Harga Ikan di Waduk Cirata Wilayah Kabupaten Cianjur Periode

Tahun 2011 Sampai Tahun 2012... 5 Struktur biaya usahatani budidaya KJA pembesaran ikan mas dan

nila di Desa Bobojong... 6 Selang Nilai Statistik Durbin Watson dan Keputusannya... 7 Rasio Jumlah Responden Penduduk Asli Dan Pendatang Petani

Budidaya KJA Di Desa Bobojong tahun 2013... 8 Rata-rata biaya tetap pada usaha budidaya KJA pembesaran ikan

mas dan nila di Desa Bobojong... 9 Rata-rata biaya variabel usahatani budidaya KJA pembesaran ikan

mas dan nila di Desa Bobojong... 10 Rata-rata penerimaan usahatani budidaya pembesaran ikan mas dan

(15)

11 Rata-rata pendapatan petani budidaya pembesaran ikan mas dan nila pada KJA di Desa Bobojong atas biaya tunai... 12 Pendapatan petani budidaya pembesaran ikan mas dan nila pada

KJA di Desa Bobojong atas biaya total... 13 Hasil estimasi faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan petani per unit dalam satu tahun... 14 Hasil Estimasi Uji F... 15 Data Sebaran Normal Statistik... 16 Nilai Durbin-Watson Pada Uji Autokorelasi... 17 Nilai Signifikan pada Uji Heteroskedastisitas... 18 Tingkat produksi optimal ikan mas dan nila per unit dalam satu

tahun... 19 Keuntungan maksimal usahatani pembesaran ikan mas dan nila

budidaya KJA di Desa Bobojong... 20 Hasil Optimalisasi Penggunaan Input Produksi Pada Budidaya

Pembesaran Ikan Mas dan Nila Di Desa Bobojong Tahun

2013...

2 Kurva Hubungan antara fungsi biaya dan keuntungan... 20

3 Bagan kerkangka berpikir operasional... 22

4 Kurva fungsi Total biaya (TC) pada budidaya KJA ganda

8 Pendidikan Formal Terakhir Responden... 36

9 Alasan Petani Melakukan usaha budidaya... 37

10 Pengalaman Bertani Responden... 38

11 Sumber modal usahatani... 38

12 Jumlah Tanggungan Keluarga... 39

(16)

14 Musim tanam Ikan Nila... 40

15 Jumlah Unit KJA... 41

16 Kedalaman Jaring Apung... 42

17 kurva TC terhadap produksi Ikan Mas dan Nila (Y)... 57

DAFTAR LAMPIRAN

1 Hasil Estimasi Regresi Faktor-faktor Pendapatan... 67

2 Kuesioner data penelitian... 69

3 Data Penerimaan Total... 74

4 Data Biaya Total... 76

5 Data Biaya Tunai... 77

6 Data Biaya Diperhitungkan... 79

7 Pendapatan Atas Biaya Tunai... 80

8 Pendapatan Atas Biaya Total... 82

9 Data Perhitungan Optimalisasi... 84

(17)

I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perikanan merupakan subsektor pertanian yang menjadi salah satu sumber ekonomi masyarakat Indonesia pada khususnya. Ikan memiliki banyak manfaat bagi kehidupan manusia karena ikan mengandung banyak protein dan vitamin. Sebagian besar masyarakat Indonesia mengonsumsi ikan sebagai bahan makanan sehari-hari. Selain untuk dikonsumsi, ikan juga memiliki manfaat sebagai bahan utama penelitian seperti minyak yang dihasilkan ikan sebagai sumber vitamin (Fauzi 2010).

Menurut Kepala Pusat Data Statistik dan Informasi 2012, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) telah menargetkan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) perikanan sebesar 7% dengan produksi perikanan sebesar 18.49 juta ton, dan nilai ekspor hasil perikanan sebesar lima milliar dollar Amerika Serikat (AS). Kontribusi PDB sektor perikanan terhadap PDB nasional mencapai 3.34% pada tahun 2011. Menteri Kelautan dan Perikanan Sharif C. Sutardjo menyatakan KKP memperoleh Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) sebesar Rp 7.07 triliun yang terdaftar pada Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) tahun 2013. Dana ini dialokasikan untuk meningkatkan kinerja perikanan dan kelautan dalam kontribusinya pada pembangunan ekonomi nasional. Sektor kelautan dan perikanan dinilai semakin penting karena telah berkontribusi nyata terhadap pembangunan nasional.1

Salah satu bentuk usaha perikanan adalah usaha budidaya yang banyak dilakukan pada perairan umum seperti waduk. Produksi perikanan budidaya memberikan kontribusi sebesar 56.33% atau 6.9 juta ton dari total produksi perikanan nasional (Badan Pusat Statistik (BPS) 2011). Perairan umum yang digunakan sebagai tempat pembudidayaan antara lain: perairan tawar yaitu waduk dan danau; perairan payau yaitu tambak dan hutan bakau; serta perairan laut. Luas perairan umum di Indonesia meliputi sungai, danau, rawa, dan waduk dengan luas sekitar 141 690 ha (Cahyono 2001). Budidaya ikan yang dilakukan pada perairan umum memiliki prospek pengembangan usaha yang baik. Usaha perikanan pada

1

(18)

perairan umum dapat berkembang secara intensif karena perairan ini dapat digunakan sebagai kolam pembesaran untuk berbagai jenis ikan. Oleh karena itu, perairan umum merupakan sumberdaya alternatif yang digunakan untuk mengoptimalkan produksi perikanan sehingga secara tidak langsung akan meningkatkan pendapatan petani ikan dan nelayan. Selain itu, optimalisasi produksi ikan yang dilakukan pada perairan umum juga memberikan dampak positif secara tidak langsung yaitu melindungi kelestarian sumberdaya alam (SDA) perairan, peningkatan kesempatan kerja diberbagai sektor seperti usaha pembenihan rakyat yaitu industri pakan, jaring, industri pengolahan ikan, dan lain-lain, serta peningkatan gizi masyarakat (Cahyono 2001).

Salah satu jenis budidaya perikanan yang dilakukan pada perairan umum seperti waduk Cirata adalah budidaya perikanan dengan Keramba Jaring Apung (KJA). KJA adalah budidaya ikan yang dilakukan dengan membentuk kolam-kolam menggunakan jaring yang diapungkan pada waduk. Waduk Cirata memiliki kontribusi perikanan KJA cukup besar yaitu 39.5% terhadap KJA Jawa Barat Sebagian besar wilayah Waduk Cirata masuk ke dalam wilayah Kabupaten Cianjur yaitu sekitar 60% dari luas waduk secara keseluruhan. Badan Pengelola Waduk Cirata (BPWC) mencatat jumlah KJA di Cirata saat ini mencapai 50 000 kolam atau 12 500 unit. Dinas Perikanan Provinsi Jawa Barat mencatat produksi ikan KJA Jawa Barat pada tahun 2007 hampir mencapai 144 000 ton, 57 000 ton diantaranya senilai Rp 353.05 miliar berasal dari aktivitas di KJA Cianjur (Dinas Peternakan Perikanan dan Kelautan (DPPK) Kabupaten Cianjur 2013).

(19)

Gambar 1 KJA ganda di Waduk Cirata Desa Bobojong

Tujuan utama dari Sistem KJA ganda ini adalah untuk menghemat penggunaan pakan ikan. Pakan ikan diberikan untuk kedua komoditas yaitu ikan mas dan nila secara bersamaan. Ikan nila yang berada di lapisan bawah akan memakan sisa taburan pakan dari ikan mas yang berada di jaring lapis atas. Hal ini dapat menguntungkan petani karena dalam melakukan proses produksi dapat menghasilkan dua output dengan memberikan pakan ikan lebih hemat. Komoditas utama yaitu ikan mas dan komoditas tambahan yaitu ikan nila. Oleh karena itu, KJA ini dapat meningkatkan produksi ikan dan pendapatan petani serta dapat mengurangi pencemaran air di waduk akibat endapan sisa pakan yang menumpuk di dasar waduk.

Sistem budidaya KJA dikenal lebih efektif dan efisien dalam pembudidayaan dibandingkan dengan sistem perikanan lainnya. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Total produksi perjenis usaha perikanan budidaya KJA di Waduk Cirata wilayah Kabupaten Cianjur tahun 2009 sampai tahun 2012

No Produksi (ton/tahun)

Jenis Usaha 2009 2010 2011 2012

1 Tambak 53.96 55.04 192.00 113.20

2 Kolam Air Tenang (KAT)

11 676.47 13 230.67 29 846.81 35 311.00

3 Sawah 14 866.11 11 998.36 7 702.92 6 256.00

4 Keramba 84.90 92.92 100.81 16.30

5 Kolam Air Deras (KAD) 71.67 80.37 16.90 17.48

6 KJA 33 005.83 35 811.36 42 815.95 49 483.86

(20)

Berdasarkan Tabel 1, KJA adalah sistem budidaya yang paling banyak menghasilkan produksi ikan dibandingkan dengan jenis usaha lainnya. Selain itu, jumlah produksi ikan yang dihasilkan dari budidaya KJA meningkat setiap tahunnya. Melihat potensi Sumberdaya Ikan (SDI) di Waduk Cirata menyebabkan masyarakat di luar maupun sekitar waduk terus membangun KJA.

Data penggunaan lahan KJA di Waduk Cirata wilayah Kabupaten Cianjur tahun 2012 dapat terlihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Data Penggunaan lahan KJA di Waduk Cirata wilayah Kabupaten Cianjur tahun 2012

No Jenis ikan Jumlah petak ukuran

7mx7m (petak)

5 Pendederan nila (lapis atas nila/ lapis bawah nila) 4 916 6 Aneka ikan (lapis atas aneka ikan/lapis bawah nila) 1 496

7 Tidak beroperasi 273

Sumber: BPBPPU Kabupaten Cianjur tahun 2012

Berdasarkan data pada Tabel 2 dapat dijelaskan bahwa lahan KJA di Waduk Cirata di wilayah Kabupaten Cianjur pada tahun 2012 paling banyak digunakan untuk lahan pembesaran ikan mas pada lapisan atas dan ikan nila pada lapisan bawah. Hal ini dapat terlihat dari jumlah petak KJA yaitu sebanyak 9 500 petak KJA dengan ukuran per kolam adalah 7m x 7m.

Jumlah produksi ikan mas dan nila KJA di Waduk Cirata tahun 2011 sampai tahun 2012 dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3 Jumlah produksi ikan mas dan nila KJA di Waduk Cirata Kabupaten Cianjur tahun 2011 sampai tahun 2012

No Jenis ikan Jumlah produksi (ton) Laju Pertumbuhan (%) Tahun 2011 Tahun 2012

1 Mas 23 451 25 236.65 107.61

2 Nila 9 683 10 550.21 108.96

Jumlah 33 134 35 786.86 216.57

(21)

Berdasarkan data pada Tabel 3 dapat terlihat jumlah produksi ikan mas dan nila mengalami peningkatan produksi sebesar 216.57% dari tahun 2011 sampai tahun 2012. Selain itu, jumlah produksi ikan yang dihasilkan didominasi oleh ikan mas. Hal ini sesuai dengan hasil survei di lokasi penelitian bahwa komoditas utama dari budidaya KJA di Waduk Cirata adalah ikan mas.

Harga benih dan konsumsi ikan mas dan nila di Waduk Cirata Kabupaten Cianjur dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 Harga ikan mas dan nila di Waduk Cirata Kabupaten Cianjur dari tahun 2011 sampai tahun 2012

No Ukuran ikan Mas (Rp/kg) Nila (Rp/kg)

1 Benih 20 000 s.d 25 000 8 000 s.d 16 000

2 Konsumsi 11 000 s.d 16 000 7 500 s.d 10 500

Sumber: BPBPPU Waduk Cirata Kabupaten Cianjur.

Berdasarkan Tabel 4, harga ikan di Waduk Cirata Kabupaten Cianjur baik pada benih maupun harga konsumsi tetap dari tahun 2011 sampai tahun 2012. Berdasarkan hasil survei di lapang, harga ikan mas dan nila ukuran konsumsi pada awal tahun 2013 mengalami peningkatan yaitu menjadi Rp 18 000/kg untuk ikan mas dan Rp 11 000/kg untuk ikan nila.

(22)

budidaya untuk satu unit KJA telah optimal maka secara tidak langsung akan menurunkan banyaknya jumlah unit KJA pada Waduk Cirata.

1.2 Perumusan Masalah

Semakin banyaknya jumlah KJA di Waduk Cirata khususnya Desa Bobojong menyebabkan menurunnya kualitas lingkungan waduk akibat endapan sisa pakan ikan yang menumpuk di dasar waduk. Hal tersebut secara tidak langsung akan mempengaruhi produktivitas perikanan budidaya KJA itu sendiri. Karakteristik petani budidaya KJA di perairan Waduk Cirata Desa Bobojong adalah petani tradisional. Pola usahatani yang dilakukan bersifat sederhana karena hanya berdasarkan pengalaman atau lama usaha dan feelling sehingga dapat mempengaruhi penggunaan input-input produksi yang dilakukan. Input pokok produksi yang digunakan pada usahatani budidaya KJA pembesaran ikan mas dan nila di Desa bobojong adalah pakan dan benih. Tenaga kerja yang digunakan masih tergolong sedikit.

Adanya sistem KJA ganda bertujuan untuk menghemat penggunaan pakan dan secara tidak langsung akan meningkatkan pendapatan petani budidaya karena dengan penggunaan input produksi yang sama akan menghasilkan dua komoditas produksi sekaligus secara bersamaan. Hal ini menjadi peluang petani untuk terus menambah jumlah unit KJA karena memiliki peluang yang lebih besar untuk memperoleh keuntungan yang lebih besar dengan menghemat biaya produksi. Seiringan dengan hal tersebut terkesan bahwa sistem KJA ganda ini kurang tepat sasaran dengan tujuan yang secara tidak langsung untuk menjaga kelestarian waduk jika petani terus menambah jumlah unit KJA. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian terlebih dahulu terhadap satu luasan unit KJA agar usahatani tersebut efisien. Berdasarkan penjelasan tersebut permasalahan dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana struktur biaya dan pendapatan usahatani budidaya pembesaran ikan mas dan nila KJA ganda di Desa Bobojong?

(23)

3. Bagaimana efisiensi produksi dan pendapatan budidaya pembesaran ikan mas dan nila pada KJA ganda di Desa Bobojong.

1.3Tujuan Penelitian

Tujuan umum penelitian adalah mengetahui tingkat pendapatan dan efisiensi produksi budidaya pembesaran ikan mas dan nila pada KJA ganda yang dilakukan petani budidaya di Desa Bobojong untuk satu unit KJA dalam satu tahun. Tujuan khusus berdasarkan perumusan masalah adalah sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi struktur biaya dan pendapatan usahatani budidaya pembesaran ikan mas dan nila KJA ganda di Desa Bobojong;

2. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan petani budidaya pembesaran ikan mas dan nila KJA ganda di Desa Bobojong;

3. Menganalisis efisiensi produksi dan pendapatan budidaya pembesaran ikan mas dan nila pada KJA ganda di Desa Bobojong.

1.4Ruang Lingkup Penelitian

(24)

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Usahatani Budidaya Perikanan pada Waduk

Potensi lahan kolam yang dapat digunakan untuk pembudidayaan ikan tercatat seluas 375 800 ha. Jenis-jenis komoditas ikan air tawar yang dapat dibudidayakan adalah ikan mas, gurame, patin, arwana, nila, mola, tawes, sepat siam. Intensitas pembudidayaan ikan umumnya ditingkatkan tahap demi tahap, dengan cara mula-mula meningkatkan padat penebaran dan ditingkatkan sebanding dengan input kuantitas dan kualitas hara diikuti oleh perbaikan kondisi lingkungan guna mengimbangi masalah-masalah yang timbul. Perkembangan pertumbuhan ikan yang dibudidayakan sangat ditentukan oleh mutu pakan yang tersedia, jumlah pakan, frekuensi pemberian pakan, temperatur, stabilitas mutu air dan minimum harian serta rata-tata keefektifan sistem pembuangan limbah. Berat rata-rata dan berat total dari setiap spesies yang dibudidayakan untuk jangka waktu tertentu tergantung pada komposisi gizi dari pakan, perubahan lingkungan, reproduksi, represi/penahanan, predasi/kebuasan, hama dan penyakit, mortalitas, komposisi, ukuran spesies ikan serta jumlahnya dalam spesies ditentukan (Fachturi 2002).

2.2 Pedoman Teknis Budidaya Ikan pada Keramba Jaring Apung

(25)

ukuran kecil yaitu 1-10 m3/unit berbentuk persegi panjang. KJA dengan ukuran mini atau lebih kecil akan meningkatkan produksi ikan atau hasil panen. Ikan tidak banyak bergerak pada ruang yang sempit sehingga dapat menghemat energi yang diperoleh dari pakan. Energi yang ada pada ikan akan dimanfaatkan secara optimal untuk metabolisme tubuh sehingga ikan dapat lebih cepat besar. (Cahyono 2001).

Budidaya KJA yang banyak dilakukan adalah budidaya pembesaran ikan mas dan nila. Ikan nila dengan ukuran kecil atau masih anakan memiliki daya tahan tubuh yang lebih kuat terhadap perubahan lingkungan dibandingkan dengan ikan nila yang lebih dewasa. Keadaan air dan lingkungan harus diperhatikan dalam budidaya KJA karena akan memperngaruhi pertumbuhan ikan tersebut. Kualitas air yang tidak baik akibat endapan lumpur dari hasil sisa pakan yang menumpuk menyebabkan pertumbuhan ikan terhambat. Budidaya KJA dengan pemeliharaan sistem ekstensif atau tradisional tidak perlu diberi pakan tambahan. Selain itu, pada sistem ini petani menebar benih ikan dalam jumlah sedikit atau padat tebar yang rendah (Rochdianto 2003).

Penggunaan jaring apung ganda sebenarnya lebih diperuntukkan pada ikan mas. Hal ini karena ikan mas yang dipelihara pada satu lapis jaring dengan ukuran 98 m2 dengan padat tebar 100 ekor/m3 dan menghasilkan produksi 20-25 kg/m2 serta konversi pakan 2-3% dari bobot tubuh ikan per hari ternyata terbukti bahwa sebanyak 30-40% pakan ikan yang diberikan terbuang. Oleh karena itu, dengan adanya sistem KJA ganda dengan memelihara ikan mas pada jaring lapis atas dan ikan nila pada jaring lapis bawah diharapkan ikan nila dapat memakan sisa taburan pakan yang terbuang pada lapis atas. Hal ini dapat meningkatkan produksi ikan di KJA (Badan Riset Kelautan dan Perikanan). Terdapat beberapa tahapan atau pedoman teknis budidaya KJA ganda khususnya pada pembesaran ikan mas dan nila, tahapan tersebut antara lain:

1. Penebaran Benih

(26)

terapung. Para pakar perikanan telah mencoba menawarkan rumus untuk menentukan besarnya padat penebaran tersebut, sebagai berikut:

PPI = X BRT

Keterangan:

PPI = Padat Penebaran ikan (kg/m3) BTP = Berat Total Panen (kg/m3)

BRP = Berat Rata-Rata Produksi Akhir (kg/ekor) BRT = Berat Rata-Rata Penebaran (kg/ekor)

Misalkan kita menginginkan ikan yang akan kita panen kelak memiliki berat rata-rata 0.5 kg/ekor, berat total saat panen 25 kg/m3, dan ikan yang akan kita tebarkan memiliki berat rata-rata 0.1 kg/ekor. Wadah budidaya yang digunakan berukuran 4m x 4m dan ketinggiannya 1.5 m, maka volume air dalam wadah ini berjumlah 24 m3. Berdasarkan angka padat penebaran yang diperoleh, jumlah ikan yang harus ditebarkan ke dalam wadah budidaya berukuran seperti di atas adalah 24 x 5 kg = 120 kg ikan.

Cara yang biasanya diandalkan para petani untuk menentukan padat penebaran ikan yang ideal umumnya adalah pengalaman lapangan. Beberapa kali periode usaha yang mereka tekuni, akhirnya dapat diperoleh angka penebaran yang ideal sesuai dengan kondisi perairan setempat dan jenis ikan yang dibudidayakan. Berdasarkan penelitian terdahulu di beberapa lokasi, padat penebaran ikan yang biasa digunakan para petani berkisar antara 5-10 kg/m3 dengan ukuran awal ikan 50-100 gram/ekor. Ukuran ikan yang akan ditebar dengan ukuran mata jaring yang akan dijadikan wadah budidaya harus disesuaikan telebih dahulu agar ikan yang ditebarkan tidak keluar dari wadah. Penebaran ikan dengan ukuran 50-100 gram/ekor dengan ukuran mata jaring 2 inci dapat diandalkan mencegah lolosnya ikan dari wadah. Penebaran ikan dengan ukuran kurang dari 50 gram/ekor harus menggunakan mata jaring yang berukuran lebih kecil. Ukuran benih ikan pada penebaran awal biasanya memiliki ukuran yang seragam.

(27)

lingkungan) sekitar 5-10 menit. Caranya ialah ikan dalam kantong plastik (wadah pengangkutan) dibiarkan terapung dalam perairan sekitar 2-4 menit, kemudian secara bertahap air pada waduk sedikit demi sedikit dimasukkan ke dalam wadah pengangkutan. Setelah suhu air di wadah pengangkut telah sesuai, maka ikan-ikan yang ada di wadah pengangkutan biasanya akan keluar dengan sendirinya ke waduk atau perairan.

2. Pemberian Pakan

Pakan ikan yang diberikan harus bergizi agar ikan cepat tumbuh besar selama pemeliharaan. Kandungan protein pada pakan ikan yang baik adalah di atas 20%. Pelet merupakan salah satu jenis pakan buatan ikan yang memiliki gizi tinggi. Ukuran pemberian pakan pelet pada bulan pertama pemeliharaan sebanyak 4% dari berat total ikan yang dipelihara dalam kantong jaring terapung. Bulan kedua, jumlah pelet dikurangi menjadi 3.5%. Bila budidaya ini dilakukan lebih dari dua bulan, maka jumlah pelet yang diberikan setiap hari adalah 3% dari berat total ikan pada bulan ketiga dan keempat. Kemudian pada bulan kelima pelet diberikan sebanyak 2.5%. Bulan-bulan berikutnya, pelet cukup diberikan sebanyak 2% agar kehilangan bobot ikan dapat dicegah, namun hal ini dapat disesuaikan dengan kondisi pada perairan atau waduk.

Setiap 7-10 hari sekali diadakan sampling populasi ikan pada kolam. Hal ini dilakukan agar jumlah pakan yang diberikan dapat ditentukan. Misalnya jumlah populasi setiap kantong jaring sekitar 1 200 ekor. Sampling ikan yang dapat diambil dari kantong tersebut cukup sekitar 120 ekor saja. Ikan ini kemudian ditimbang satu per satu. Misalkan berat rata-rata 0.2 kg/ekor, berarti berat populasi ikan yang ada dalam kantong tersebut dapat dihitung. Caranya adalah berat rata-rata setiap ekor tersebut (0.2 kg) dikalikan dengan jumlah populasi ikan dalam kantong (1 200 ekor). Jadi jumlah ikan dalam kantong seberat 240 kg. Bila akan diberi pelet setiap hari sebanyak 3%, maka harus disediakan pelet sejumlah 3% x 240 kg, yaitu 7.2 kg/hari.

(28)

hendaknya sedikit demi sedikit sesuai dengan nafsu makan ikan. Agar tidak hanyut terbuang, maka cara pemberian pakan sebaiknya disebarkan dibagian tengah kantong jaring. Selain pakan berupa pelet, pakan tambahan lainnya dapat juga diberikan sesuai jenis ikan yang dibudidayakan. Pakan tambahan yang dapat diberikan berupa dedak, tanaman air, dedaunan, dan sebagainya.

3. Pengontrolan

Selain pemberian pakan, kegiatan lain yang tidak boleh diabaikan selama pemeliharaan ikan dalam kantong jaring terapung adalah pengontrolan. Pengontrolan dilakukan terhadap kualitas air, kesehatan ikan, keadaan wadah budidaya, serta keamanan lingkungan usaha. Secara berkala kualitas air pada perairan perlu kembali dikontrol dengan cara dianalisis dengan teliti. Air yang akan dianalisis hendaknya tidak diambil dari permukaan saja tetapi secara merata hingga kedalaman tertentu (dasar wadah budidaya). Kualitas air pada dasar wadah dengan kedalaman 2 m yang mulai menurun, perlu dilakukan tindakan pengamanan. Pengamanan yang dapat dilakukan antara lain; mengurangi populasi ikan, mengadakan sanitasi lingkungan, dan segera memanen ikan.

Tindakan pengontrolan perlu ditingkatkan pada musim hujan. Hal ini karena pada musim hujan biasanya sering terjadi perubahan lingkungan perairan yang ekstrim yang dapat membahayakan kehidupan ikan. Pengontrolan dapat dilakukan dengan memperhatikan tingkah laku ikan. Ikan-ikan dengan tingkah laku aneh perlu diambil tindakan dengan mendiagnose penyebabnya dan segera menanggulanginya. Ikan-ikan tersebut perlu segera diangkat dan dimasukkan ke dalam wadah khusus untuk dilakukan pengobatan. Jaring harus selalu dibersihkan dari jasad penempel agar sirkulasi air dalam kantong jaring terapung senantiasa lancar. Begitu juga halnya dengan sampah yang hanyut ke arah unit budidaya itu harus segera disingkirkan karena dapat mengundang datangnya hama dan penyakit. Malam hari pengontrolan tetap harus dilakukan.

4. Cara Pemanenan

(29)

dalam kantong jaring terapung. Panen total merupakan kebalikan dari panen selektif. Ikan yang dipanen dengan sistem panen total tidak dipanen berdasarkan ukuran ikan. Pemanenan ikan secara total biasanya dilakukan dengan cara ruang gerak ikan di dalam kantong jaring dipersempit. Hal ini dapat dilakukan dengan cara salah satu sisi kantong jaring dengan sisi lainnya dirapatkan. Tali ris pada kedua sudut jaring bagian atas yang akan dirapatkan harus dibuka terlebih dahulu. Cara ini membuat ikan-ikan yang akan ditangkap tergiring dan terkumpul pada satu tempat sehingga mudah dipanen. Ikan-ikan yang sudah terkumpul itu kemudian dipanen dengan serok yang bertangkai panjang (Rochdianto 2003).

2.3 Karakteristik Ikan Mas

Ikan mas merupakan salah satu jenis ikan konsumsi air tawar. Ikan mas mulai dipelihara di Indonesia sekitar tahun 1920. Ikan mas yang terdapat di Indonesia merupakan ikan mas yang berasal dari Cina, Eropa, Taiwan dan Jepang. Budidaya ikan mas telah berkembang pesat di kolam, sawah, waduk, sungai air deras, bahkan ada yang dipelihara dalam keramba di perairan umum. Adapun sentra produksi ikan mas adalah Ciamis, Sukabumi, Tasikmalaya, Bogor, Garut, Bandung, Cianjur, Purwakarta. Ikan mas dapat tumbuh normal, jika lokasi pemeliharaan berada pada ketinggian antara 150-1000 mdpl. Kualitas air untuk pemeliharaan ikan mas harus bersih, tidak terlalu keruh dan tidak tercemar bahan-bahan kimia beracun, dan minyak/limbah pabrik (Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi).

2.4 Karakteristik Ikan Nila

(30)

perifiton, serta dapat mencerna Blue Green Algae. Ikan nila umumnya matang kelamin mulai umur 5-6 bulan. Ukuran matang kelamin berkisar 30-350 g. Nila menpunyai pertumbuhan cepat, rataan pertumbuhan harian (Average Daily Growth-ADG) dapat mencapai 4,1 gram/hari. Ikan nila mempunyai sifat omnivora (pemakan nabati maupun hewani) sehingga dapat menghemat biaya pakan ikan dalam usahatani budidaya. Pembesaran ikan nila dapat dilakukan di Keramba Jaring Apung (KJA), kolam, kolam air deras, perairan umun baik sungai, danau maupun waduk dan tambak (Dinas Kelautan dan Perikanan Sulawesi Tengah).

2.5 Penelitian Terdahulu

Analisis Pendapatan dan Tingkat Produksi Optimal Usahatani Pisang Dengan Penerapan Standar Prosedur Operasional (SPO) (Studi Kasus Budidaya Pisang di Desa Talaga Kecamatan Cugenang Kabupaten Cianjur) oleh Dwiyanti Nur Shifa. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui keuntungan dan layaknya usahatani pisang dengan penerapan SPO. Metode yang digunakan adalah return cost rasio dan pendekatan fungsi pendapatan. Produksi optimal dicapai saat P = MC sehingga diperoleh sebesar 30 662.41 kg/tahun dan keuntungan maksimal dicapai sebesar Rp 34 680 492/tahun.

Analisis Ekonomi Usahatani Wortel dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan (Studi Kasus Desa Gajah Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo) oleh Ria Aswita Pohan. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui keuntungan usahatani tersebut, analisis faktor-faktor pendapatan usahatani, mengetahui besaranya pendapatan bersih usahatani tersebut. Hasil yang diperoleh adalah usahatani tersebut menguntungkan karena nilai R/C sebesar 2.58, faktor-faktor-faktor produksi serempak berpengaruh nyata terhadap pendapatan, pendapatan bersih usahatani lebih besar dari Upah Minimum Propinsi (UMP).

(31)

terhadap produksi, produksi yang dihasilkan belum efisien, tingkat pendapatan optimal sebesar Rp 6 290 262.

Analisis Usaha Perikanan Budidaya Perairan Waduk Dengan Jaring Apung Kasus Waduk Cirata Kabupaten Cianjur Jawa Barat oleh Dandan Hendayana. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi perbedaan keragaan usaha antara sebelum dan sesudah krisis dengan menggunakan alat ukur benefit cost analisis

yang menghitung komponen finansial, menjelaskan keragaan usaha KJA dilihat dari kelayakan usaha berdasarkan analisis finansial anta sebelum krisis dan sesudahnya, menelusuri gambaran usaha berdasarkan hubungan fungsional antara kegiatan produksi dengan kegiatan pengadaan sarana produksi serta kegitan pemasaran hasil jaring apung sebagai sistem usaha yang berwawasan agribisnis. Hasil dari penelitian adalah berdasarkan nilai NPV dengan diskon faktor 20% menghasilkan nilai NPV yang positif sehingga dengan adanya krisis ini secara finansial usaha ini tidak mengalami tampilan perubahan yang merugikan, sistem pemasaran pakan yang selama ini terjadi tidak efisien.

(32)

III KERANGKA PEMIKIRAN

3.1Kerangka Teoritis

3.1.1 Konsep Produksi dan Pendapatan Usahatani

Prinsip ekonomi dalam proses produksi merupakan hubungan antara tingkat penggunaan faktor-faktor produksi dengan hasil produksi yang diperoleh. Hubungan ini disebut dengan hubungan antara input dengan output. Selain itu, dalam menghasilkan suatu produk dapat pula dipengaruhi oleh produk lain. Input produksi yang digunakan dalam proses produksi berhubungan antara input yang satu dengan yang lain. Ilmu ekonomi perlu diperhatikan karena merupakan dasar untuk perncanaan usahatani dan pemilihan alternatif usahatani. Selain itu, pada usahatani adapula konsep marjinalitas. Marjinalitas atau tambahan dapat menjelaskan besarnya perubahan dari perubahan penambahan atau pengurangan satu-satuan input produksi yang digunakan. Prinsip ekonomi ini dapat diterapkan karena dapat menjelaskan hubungan-hubungan yang dapat menyelesaikan masalah tentang perubahan dalam proses produksi dan profitabilitas dalam usahatani (Suratiyah 2008).

Pendapatan kotor usahatani adalah nilai dari hasil perolehan keseluruhan sumberdaya yang digunakan dalam usahatani. Pengeluaran dalam usahatani adalah pengeluaran yang bersifat tunai dan non tunai. Usahatani yang menggunakan alat-alat pertanian maka perhitungannya perlu dilakukan sebagai penyusutan dan termasuk ke dalam pengeluaran. Penyusutan merupakan penurunan nilai atau manfaat dari kegunaan alat-alat pertanian tersebut selama pemakaian dalam usahatani. Pendapatan bersih usahatani merupakan selisih antara pendapatan kotor dengan pengeluaran total usahatani. Pendapatan bersih usahatani ini digunakan untuk mengukur hasil keuntungan (imbalan) yang diperoleh petani dari pengggunaan faktor-faktor produksi, pengelolaan serta investasi yang dikeluarkan (Suratiyah 2008).

3.1.2 Konsep Biaya Usahatani

(33)

berubah ketika kuantitas output berubah. Biaya ini akan tetap ada walaupun perusahaan tidak melakukan produksi. Salah satu contoh biaya tetap adalah penyusutan mesin-mesin atau alat produksi yang dipakai. Biaya variabel (variable cost) adalah biaya yang jumlahnya berubah ketika jumlah barang yang diproduksi berubah. Salah satu contohnya adalah biaya pembelian bahan mentah atau bahan dasar yang digunakan untuk produksi. Biaya total (total cost) adalah seluruh biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk membeli berbagai input untuk keperluan produksi. Biaya total dihitung dari jumlah biaya tetap dan biaya variabel. Biaya marjinal (marginal cost) adalah biaya tambahan yang dikeluarkan karena adanya perubahan jumlah barang yang diproduksi. Biaya tunai adalah biaya yang dikeluarkan petani secara tunai, contohnya biaya untuk pembelian input, upah tenaga kerja dari luar keluarga, dan lain-lain. Biaya non tunai adalah biaya yang diperhitungkan untuk menghitung pengeluaran petani jika modal, sewa lahan, tenaga kerja dalam keluarga, biaya benih milik sendiri diperhitungkan. Fungsi biaya menggambarkan hubungan antara besarnya biaya dengan tingkat produksi yang digambarkan dengan garis Total Cost (TC) (Suratiyah 2008).

Biaya usahatani secara langsung dapat dipengaruhi oleh jumlah tenaga kerja dalam keluarga. Biaya yang dikeluarkan untuk upah tenaga kerja luar keluarga akan lebih sedikit jika menggunakan tenaga kerja dalam keluarga. Selain biaya untuk tenaga kerja, modal dalam usahatani juga mempengaruhi kelancaran usahatani. Usahatani yang bersifat padat modal akan memerlukan biaya yang lebih banyak dalam proses produksinya (Soekartawi 2002).

3.1.3 Penerimaan dan Pendapatan Usahatani

(34)

usahataninya yang tidak dijual atau untuk konsumsi kebutuhan sehari-hari. Pendapatan adalah selisih dari penerimaan dan pengeluaran. Pendapatan bersih usahatani digunakan untuk mengukur imbangan yang diperoleh keluarga petani dari penggunaan faktor-faktor produksi kerja, pengelolaan, dan modal milik sendiri atau modal pinjaman yang diinvestasikan ke dalam usahatani (Soekartawi 2011).

3.1.4 Faktor-Faktor dan Unsur Usahatani

Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya biaya dan pendapatan sangat kompleks, namun demikian faktor tersebut dapat dibagi ke dalam dua golongan antara lain; faktor internal dan eksternal. Faktor internal terdiri dari: umur petani, pendidikan, pengalaman, jumlah tenaga kerja keluarga, dan modal. Faktor eksternal terdiri dari: input yaitu ketersediaan dan harga, output yaitu permintaan dan harga. Tenaga kerja dalam usahatani dibagi menjadi dua yaitu tenaga kerja dalam keluarga dan tenaga kerja luar keluarga. Jumlah pekerja produktif merupakan satuan kerja yang diperlukan untuk mengukur efisiensi. Usia 15 sampai 64 tahun adalah usia produktif yang dapat digunakan sebagai tenaga kerja. Satuan untuk tenaga kerja perlu disetarakan menjadi Hari Orang Kerja (HOK) dalam usahatani (Suratiyah 2008).

Salah satu faktor eksternal yang dapat mempengaruhi pendapatan adalah harga. Terjadinya kelangkaan akan meningkatkan harga input produksi dipasaran. Hal ini menyebabkan harga ditingkat petani juga meningkat sehingga pendapatan petani akan menurun. Selain itu, usahatani juga dipengaruhi oleh faktor alam. Faktor alam atau iklim sangat menentukan keberhasilan suatu usahatani dalam melakukan usaha budidaya. Iklim atau cuaca yang stabil akan meningkatkan produktivitas komoditas yang diusahakan. Unsur-unsur dalam usahatani terdapat banyak jenis diantaranya: penerimaan, biaya produksi dan pendapatan petani (Suratiyah 2008).

3.1.5 Konsep Efisiensi Produksi

(35)

makanan ikan di setiap lapisan air. Oleh karena itu, ikan yang menggunakan pakan yang tidak bersaing akan mempunyai ruang untuk mencari makan lain yang tersedia sehingga produksi lebih efektif. Kombinasi dari jenis ikan dan padat tebarnya tergantung pada cocoknya jenis ikan tersebut satu sama lain. Semakin banyaknya jumlah ikan yang hidup dan bertambahnya laju pertumbuhan merupakan faktor penting dalam meningkatkan produksi. (Cahyono 2001).

Keuntungan maksimal menggambarkan efisiensi produksi telah tercapai. Rumus pendapatan dapat dituliskan sebagai berikut:

π = TR –TC

π = Py.Y – (TVC + TFC)

π = Py.Y – Px X - TFC keterangan:

= keuntungan (rupiah) Y = Total Produksi (kg) Py = Harga/unit Y (rupiah) Px = Harga/unit X (rupiah) X = Jumlah input (kg)

TFC = Total Biaya Tetap (rupiah)

TVC = Total Biaya Variabel (rupiah) (Soekartawi 2002). Syarat π maksimum pada jangka pendek adalah

Π’ = 0

MR = MC atau P = MC

(36)

Sumber: Debertin 1986

Gambar 2 Kurva hubungan antara fungsi biaya dan keuntungan

Efisiensi produksi dengan menghasilkan dua komoditas output yaitu ikan mas dan nila dapat diperoleh dengan menggunakan pendekatan fungsi biaya. Hal ini dapat terlihat pada Gambar 2. Kurva satu menunjukkan fungsi biaya yang digunakan. Efisiensi produksi dicapai ketika total biaya minimum. Pada saat itu karena biaya yang dikeluarkan petani minimal maka akan meningkatkan pendapatan petani sampai batas maksimal. Keuntungan maksimal yang diperoleh ketika biaya minimal ditunjukkan oleh kurva dua. Kondisi ini secara tidak langsung menjelaskan bahwa petani telah berada pada produksi yang efisien.

Rp TC

VC

FC Y

π maksimal

Y

Rp

P

MC ATC

AVC

Y

P = MR

(37)

Syarat keuntungan maksimal yang dapat diperoleh yaitu ketika . Hasil turunan dari rumus pendekatan tersebut menghasilkan rumus MR = MC yang menunjukkan keuntungan maksimal. Hal tersebut dapat terlihat pada kurva 3.

3.1.6 Efisiensi Pendapatan Usahatani

Efisiensi pendapatan usahatani memberikan batas layak dan tidaknya suatu usahatani dilaksanakan. Perhitungan efisiensinya menggunakan biaya dalam usahatani dianalisis melalui imbangan antara penerimaan total dengan biaya total yang disebut Return and Cost Ratio (R/C ratio). Metode ini mengandung arti bahwa tingkat efisiensi usahatani diukur atas dasar keuntungan. Secara teoritis dengan rasio R/C =1 artinya tidak untung dan tidak pula rugi sedangkan nilai R/C > 1 usahatani menguntungkan (Soekartawi 2002).

3.2 Kerangka Operasional

(38)

dilakukan petani. Selanjutnya dilakukan analisis efisiensi pendapatan usahatani untuk mengetahui tingkat kelayakan usahatani terssebut. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan ingin merekomendasikan kepada petani agar memperhatikan sistem usahataninya dengan tujuan diharapkan petani dapat mengoptimalkan produksi pada satu unit KJA.

Keterangan gambar : alur berpikir batasan penelitian:

Gambar 3 Bagan kerangka berpikir operasional Budidaya pembesaran ikan mas dan nila pada KJA ganda di Desa Bobojong

Semakin terus bertambahnya jumlah unit KJA

(39)

IV METODE PENELITIAN

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitan ini dilakukan di zona perairan Waduk Cirata wilayah Desa Bobojong Kecamatan Mande Kabupaten Cianjur. Wilayah ini dipilih berdasarkan banyaknya jumlah RTP yang melakukan budidaya pembesaran ikan mas dan nila pada KJA ganda. Pengumpulan data penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2013.

4.2 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data cross section

yaitu dengan mengumpulkan data pada satu titik waktu tertentu. Sumber data penelitian diperoleh dari data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dengan melakukan wawancara secara langsung kepada responden melalui kuesioner yaitu petani budidaya KJA. Adapun data primer yang dibutuhkan pada penelitian ini antara lain: karakteristik usahatani dan petani budidaya KJA, struktur biaya, penerimaan, dan penggunaan input produksi yang digunakan pada usahatani budidaya KJA ganda tersebut. Data sekunder diperoleh dari DPPK Kabupaten Cianjur, BPWC, BPBPPU Waduk Cirata Kabupaten Cianjur. Data sekunder digunakan untuk melengkapi data dari pihak terkait yang mendukung penelitian. Selain itu, referensi dan sumber informasi yang digunakan dalam menyusun penelitian ini melalui skripsi terdahulu yang relevan, tesis, buku, jaringan internet, dan jurnal terkait.

4.3 Metode Pengambilan Sampel

(40)

homogen biasanya berada pada wilayah perairan. Karakter khusus dari populasi homogen terletak pada tidak adanya perbedaan pola dari hasil tes setelah melakukan wawancara kepada seluruh responden namun data yang dihasilkan tetap beragam, hanya pola saja yang sama antar petani (Bungin 2005).

Sampel merupakan sebagian data yang diambil dalam suatu populasi. Populasi dalam penelitian ini adalah petani budidaya KJA ganda di Desa Bobojong Kecamatan Mande Kabupaten Cianjur. Penentuan lokasi dan objek penelitian dipilih dengan menggunakan metode purposive sedangkan pengumpulan data responden dilakukan dengan metode accidental. Penelitian ini dilakukan dengan mengambil sampel sebanyak 30 responden yaitu petani budidaya KJA ganda yang melakukan budidaya pembesaran ikan mas dan nila di desa tersebut. Sampel ini diambil berdasarkan jumlah data sebaran normal statistik dan bersifat homogen. Sistem budidaya yeng terdapat di lokasi penelitian bersifat homogen dalam hal penggunaan ukuran luas unit KJA yang sama pada setiap petani sehingga dengan jumlah tersebut dapat mewakili jumlah responden pada penelitian. Penentuan responden pada penelitian ini berdasarkan informasi yang diberikan oleh Kepala BPBPPU kemudian wakil BPBPPU dan selanjutnya kepada pendamping sehingga dilakukan pendataan terhadap responden yaitu sebanyak 30 responden.

4.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data

(41)

4.4.1 Identifikasi Struktur Biaya dan Pendapatan Usahatani Budidaya Pembesaran Ikan Mas dan Nila Pada KJA Ganda di Desa Bobojong Biaya-biaya usahatani yang dikeluarkan petani budidaya KJA pembesaran ikan mas dan nila di Desa Bobojong meliputi biaya tetap dan variabel yang bersifat tunai dan non tunai. Struktur biaya dari usahatani ini dapat lilihat dari Tabel 5 di bawah ini.

Tabel 5 Struktur biaya usahatani budidaya KJA pembesaran ikan mas dan nila di Desa Bobojong

Jenis biaya Komponen biaya

Biaya tetap bersifat tunai - Pajak atas kepemilikan lahan atau unit KJA meliputi: bahan jaring, drum plastik, drum besi, bambu kecil, bambu besar, kayu kaso, busa, besi, tambang jaring, tambang jangkar, rumah jaga.

Biaya variabel bersifat tunai - Biaya benih ikan mas - Biaya benih ikan nila

(42)

budidaya KJA pembesaran ikan mas dan nila di Desa Bobojong merupakan hasil dari total penerimaan produksi ikan mas dan nila dikurangi dengan total keseluruhan biaya baik tunai maupun non tunai. Pendapatan atas biaya tunai diperoleh dari hasil produksi ikan mas dan nila dikurangi dengan seluruh biaya yang bersifat tunai baik tetap maupun variabel. Hal ini karena penggunaan biaya yang dikeluarkan oleh petani secara bersama-sama untuk menghasilkan dua komoditas hasil produksi yaitu ikan mas dan nila untuk satu unit KJA dalam satu tahun.

4.4.2 Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Petani Budidaya

Model pendugaan fungsi pendapatan dengan regresi linear berganda adalah sebagai berikut:

Pendapatan = b0+ b1JPIM +b2JPIN +b3BBM +b4HBN +b5HPM +b6TK +

keterangan:

Pendapatan = pendapatan petani budidaya KJA ganda (rupiah/unit/tahun)

b0 = intersep

b1...b7 = koefisien atau nilai penduga

JPIM = jumlah produksi ikan mas (kg/unit/tahun) JPIN = jumlah produksi ikan nila (kg/unit/tahun) BBM = biaya benih ikan mas (rupiah/unit/tahun) HBN = harga benih ikan nila (rupiah/kg)

HPM = harga pakan ikan mas (rupiah/kg)

TK = tenaga kerja (HOK)

= galat atau error

(43)

dan harga pakan ikan mas dimasukkan ke dalam variabel karena perubahan harga pada input produksi yang digunakan akan mempengaruhi pendapatan petani budidaya begitupula pada biaya benih ikan mas dan lama usaha. Setelah hasil regresi pada model diperoleh, maka selanjutnya dilakukan tahap pengujian terhadap beberapa kriteria antara lain:

1. Kriteria Statistik

a. Uji R2 (Koefisien Determinasi)

Menurut Gujarati (2007b), R2 menyatakan persentase dari total variabel Y (dependent) yang dijelaskan oleh variabel X (independent) dalam model regresi atau mengukur kecocokan dari suatu garis regresi.

Nilai R2 dapat dihitung dengan rumus :

keterangan:

R2 = Koefisien Determinasi JKR = Jumlah Kuadrat Regresi JKT = Jumlah Kuadrat Total

b. Uji F

Uji F dilakukan untuk mengetahui variabel-variabel independent secara keseluruhan dan bersama-sama mempengaruhi variabel dependent.

Hipotesis yang digunakan adalah :

Ho : b1=b2=bn=0, variabel bebas (independent) serempak tidak berpangaruh nyata terhadap variabel terikat (dependent)

H1 : minimal terdapat satu b1≠0, variabel bebas (independent) serempak berpangaruh nyata terhadap variabel terikat (dependent)

Pengambilan keputusan yang dilakukan adalah:

Jika nilai signifikan pada uji F > α, maka Ho dapat diterima artinya faktor pendapatan serempak tidak berpangaruh nyata terhadap pendapatan.

(44)

c. Uji Statistik T

Uji T dilakukan untuk mengetahui signifikansi pengaruh variabel

independent secara individu terhadap variabel dependent dengan menganggap variabel lain bersifat konstan. Hipotesis yang digunakan adalah sebagai berikut: Ho : bi = 0 maka variabel bebas (independent) tidak berpengaruh nyata pada variabel terikat (dependent)

H1 : bi ≠ 0 maka variabel bebas (independent) berpengaruh nyata dan positif pada variabel terikat (dependent).

Pengambilan keputusan yang dilakukan adalah: Jika nilai signifikan pada uji t > α maka terima H0

Jika nilai signifikan pada uji t < α maka tolak H0 (Juanda 2009).

2. Kriteria Ekonometrika

Pengujian ekonometrika yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari empat jenis pengujian yang harus terpenuhi. Uji tersebut antara lain:

a. Uji normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui data menyebar normal secara statistik. Uji ini dilakukan dengan menggunakan aplikasi SPSS 16 dengan menentukan nilai Asymp.sig 2 tailed pada uji sampel Kolmogorov-Smirnov. Uji

one sample Kolmogorov–Smirnov digunakan untuk mengetahui seberapa baik sebuah sampel random data mendekati distribusi normal. Hipotesis yang digunakan adalah:

H0: asymp sig = 0 data menyebar normal H1: asymp sig ≠ 0 data tidak menyebar normal Keputusan yang diambil adalah:

Asymp.sig 2 tailed > α maka terima H0

Asymp.sig 2 tailed < α maka tolak H0 b. Uji multikolinearitas

(45)

pada uji multikolinearitaas adalah nilai VIF yang dihasilkan dari setiap variabel bebas harus kurang dari 10.

c. Uji heteroskedastisitas

Asumsi klasik yang digunakan pada uji heteroskedastisitas ini adalah model dapat dikatakan layak dan memenuhi asumsi klasik jika data yang digunakan tidak terjadi heteroskedastisitas artinya ragam kesalahan atau galat varian pada data konstan. Penelitian ini menggunakan uji glejser untuk menentukan ada tidaknya heteroskedastisitas pada model. Uji glejser dilakukan dengan meregresikan nilai

absolut residual terhadap variabel independent ( Gujarati 2007): Hipotesis yang digunakan adalah:

H0: homogen

H1: heteroskedastisitas

Pengambilan keputusan uji ini adalah:

Jika Nilai probabilitas (p-value) < α, maka tolak H0 Jika Nilai probabilitas (p-value) > α, maka terima H0

d. Uji autokorelasi

Uji ini sebenarnya tidak perlu digunakan pada penelitian yang menggunakan data cross section karena tujuan dilakukannya uji autokorerasi adalah untuk mendeteksi terjadi atau tidaknya korelasi variabel independent terhadap error

namun peneliti boleh melakukannya. Cara mendeteksi ada tidaknya autokorelasi yaitu dengan uji Durbin Watson (DW). Kriteria uji autokorelasi dapat ditentukan oleh keputusan sebagai berikut:

Tabel 6 Selang nilai statistik Durbin Watson dan keputusannya

Hipotesis nol Keputusan Jika

tidak ada autokorelasi positif Tolak 0 < dw < dl

tidak ada autokorelasi positif tidak ada keputusan dl ≤ dw ≤ du

tidak ada autokorelasi negatif Tolak 4-dl < dw <4

tidak ada autokorelasi negatif tidak ada keputusan 4-du ≤ dw ≤ 4-dl

(46)

4.4.3 Efisiensi Produksi dan Pendapatan Usahatani Budidaya Pebesaran Ikan Mas dan Nila Pada KJA di Desa Bobojong

Efisiensi produksi dapat tercapai ketika keuntungan maksimal ketika MR = MC. Efisiensi pendapatan diperoleh dengan melakukan rasio antara penerimaan dan biaya. Efisiensi produksi dan efisiensi pendapatan dapat dilakukan dengan metode perhitungan sebagai berikut.

1. Efisiensi Produksi dengan Pendekatan Fungsi Biaya

Sebelum melakukan penurunan rumus pendapatan, dalam metode pendekatan fungsi biaya perlu ditentukan terlebih dahulu fungsi total biaya (TC) yang digunakan. Fungsi total biaya diperoleh dari hubungan antara total biaya yang digunakan dengan produksi ikan mas dan nila yang telah dikonversi. Produksi ikan nila dikonversi ke dalam produksi ikan mas. Hal ini dilakukan karena untuk menggambarkan dua produksi komoditas sekaligus dalam satu kurva pada garis sumbu x. Sumbu Y pada kurva berupa TC. Hal ini dapat terlihat pada Gambar 4.

Gambar 4 Kurva fungsi Total biaya (TC) pada budidaya KJA ganda pembesaran ikan mas

dan nila

Keuntungan maksimal diperoleh ketika P = MR = MC seperti kurva yang telah disajikan pada Gambar 2 pada bab sebelumnya. Penurunan rumus pendapatan dapat dilakukan sebagai berikut:

Syarat keuntungan maksimum pada jangka pendek TC

Y

(47)

MR = MC atau P = MC

Marginal Reveneu (MR) merupakan turunan dari fungsi TR terhadap Y yaitu sama dengan harga dari output yang dihasilkan. Marginal Cost (MC) merupakan turunan dari fungsi biaya terhadap Y. Kondisi ini menunjukkan bahwa keuntungan yang diperoleh petani akan maksimal karena tambahan biaya produksi yang dikeluarkan petani seimbang atau sama dengan tambahan penerimaan yang dihasilkan petani.

Berdasarkan rumus P = MC maka diperoleh nilai Y optimal yaitu nilai dari produksi gabungan kedua komoditas ikan mas dan nila. Untuk memperoleh produksi optimal dari masing-masing komoditas ikan mas dan nila maka dilakukan substitusi pada fungsi P = MC yang telah diperoleh. Ketika produksi dari masing-masing output telah diperoleh selanjutnya dengan melakukan substitusi menggunakan rumus pendapatan saat produksi optimal maka diperoleh keuntungan maksimal. Setelah itu, dilakukan substitusi kembali dengan menggunakan rumus pendapatan saat produksi optimal dan keuntungan maksimal sehingga diperoleh input-input produksi yang optimal. Hal ini dapat menjelaskan bahwa produksi telah efisien.

2. Efisiensi Pendapatan Usahatani dengan Metode R/C

Pendapatan dalam usahatani dihitung melalui beberapa pendekatan. Salah satu pendekatan untuk menganalisis biaya dan pendapatan adalah dengan cara pendekatan nominal. Pendekatan nominal adalah pendekatan analisis biaya dan pendapatan yang tidak memperhitungkan nilai uang menurut waktu. Ukuran perhitungan yang digunakan pada pendekatan ini adalah harga yang berlaku. Perhitungan pendapatan dengan pendekatan ini dapat langsung dilakukan dengan menghitung selisih penerimaan produksi yang diterima dengan biaya yang dikeluaran pada proses produksi.

(48)

ikan mas dan nila dapat dilakukan dengan menggunakan ukuran imbangan atara penerimaan dengan biaya produksi yang dikeluarkan. Efisiensi pendapatan dilakukan pada pendapatan tunai dan pendapatan total. Secara matematis R/C dapat dirumuskan sebagai berikut:

R/C atas biaya tunai =

(49)

V GAMBARAN UMUM

5.1 Letak dan Kondisi Waduk Cirata

Waduk Cirata terletak pada tiga wilayah kabupaten yaitu Bandung Barat, Purwakarta, dan Cianjur namun sebagian besar wilayahnya masuk ke dalam Kabupaten Cianjur yaitu sebesar 60% dari luas waduk keseluruhan. Luas Waduk Cirata secara keseluruhan termasuk daratan adalah 7 111 ha dan luas genangan seluas 6 200 ha (DPPK Kabupaten Cianjur). Usahatani budidaya KJA banyak dilakukan pada perairan Waduk Cirata wilayah Kabupaten Cianjur khususnya Desa Bobojong. Kondisi Waduk Cirata di Kabupaten Cianjur masih tergolong baik untuk dilakukan budidaya KJA pembesaran ikan mas dan nila karena menurut tengkulak (bandar) yang menerima pasokan ikan dari petani budidaya ikan yang dihasilkan masih tergolong baik namun memang jika dilihat secara keseluruhan jumlah KJA di Waduk Cirata telah melebihi batas dari jumlah standar pendirian KJA di waduk seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya.

Sumber: BPWC (2012)

Gambar 5 Peta wilayah Waduk Cirata

5.2 Teknis Budidaya KJA Ganda Pembesaran Ikan Mas dan Nila di Desa Bobojong

(50)

15m x 15m. Hal ini menjelaskan bahwa berdasarkan ukuran luas unit KJA budidaya ini bersifat homogen. Budidaya KJA ganda yang dilakukan pada satu unit KJA adalah pembesaran ikan mas pada jaring atas dan ikan nila pada jaring bawah. Budidaya pembesaran ikan mas dan nila yang dilakukan dalam satu unit KJA terdiri dari empat kolam ikan mas yang berada pada jaring lapis atas dengan ukuran 7m x 7m dan satu kolam ikan nila yang berada di jaring lapis bawah dengan ukuran seluas satu unit KJA. Selain itu, adapula satu unit KJA yang terdiri dari dua kolam ikan mas dengan ukuran 7m x14m dan satu kolam ikan nila dengan ukuran seluas satu unit KJA. KJA dengan dua kolam ikan mas ini dikenal dengan sebutan dolos. Hal ini dapat terlihat pada Gambar 6 di bawah ini.

Satu unit KJA terdiri dari dua kolam ikan mas Satu unit KJA terdiri dari empat kolam

ikan mas

Sumber: Data Primer 2013

Gambar 6 Kondisi unit KJA di Desa Bobojong

Ikan mas memiliki lama pemeliharaan atau masa panen rata-rata selama tiga bulan sedangkan ikan nila memiliki masa panen rata-rata selama enam bulan. Setelah ikan mas dipanen pertama kemudian kolam dan jaring ikan mas dibersihkan dan kondisi jaring diperiksa. Setelah hal tersebut dilakukan kemudian barulah dilakukan penebaran benih ikan mas kembali. Setelah itu, mulailah tahap pemeliharaan ikan dengan memberikan pakan sebanyak tiga kali yaitu pada pagi, siang dan sore hari. Pakan ikan diberikan dengan cara ditebar.

(51)

dan nila sama-sama dipanen. Panen ikan dilakukan petani dengan berkoordinasi dengan tengkulak untuk datang ke lokasi pemanenan ikan. Panen ikan dalam KJA ini dilakukan dengan mengangkat jaring dari kedua sisi kolam dengan menggunakan bambu besar. Usahatani budidaya KJA ganda di Desa Bobojong ini tidak menggunakan obat-obatan. Petani budidaya hanya menggunakan pakan dan benih dalam pemeliharaan.

5.3 Karakteristik Responden

Sebagian besar petani budidaya di Desa Bobojong merupakan penduduk pendatang. Hal ini dapat terlihat pada Tabel 7 berikut.

Tabel 7 Rasio jumlah responden penduduk asli dan pendatang petani budidaya KJA di Desa Bobojong tahun 2013

Jenis Jumlah penduduk (orang) Presentase jumlah petani (%)

Penduduk Asli 13 43.33

Penduduk Pendatang 17 56.67

Sumber: Olahan Data Primer (2013)

Berdasarkan hasil Tabel 7 yaitu sebanyak 13 orang petani budidaya atau 43.33% adalah penduduk asli Desa Bobojong dan sebanyak 17 orang atau 56.67% adalah petani penduduk pendatang atau berasal dari luar Desa Bobojong.

5.3.1 Umur Responden

Petani budidaya pembesaran ikan mas dan nila pada KJA di Desa Bobojong rata-rata memiliki usia dewasa.

Sumber: Olahan Data Primer (2013)

(52)

Berdasarkan survei di lokasi penelitian, semua petani responden yang melakukan usaha budidaya telah berkeluarga. Hal ini dapat terlihat dari hasil diagram lingkaran yang menggambarkan umur responden atau petani yang melakukan usaha budidaya di Desa Bobojong. Berdasarakan hasil pada Gambar 7 diperolah bahwa sebagian besar umur petani budidaya berkisar dari 48 sampai 53 tahun yaitu sebanyak 27%.

5.3.2 Pendidikan Formal Responden

Petani budidaya KJA rata-rata memiliki latar belakang pendidikan SD sampai SMP namun adapula petani budidaya yang berpendidikan SMA dan setara diploma.

Sumber: Olahan Data Primer (2013)

Gambar 8 Pendidikan formal terakhir responden

Pendidikan mempengaruhi pendapatan petani budidaya. Pendidikan yang rendah menyebabkan banyaknya ketidaktahuan petani tentang pengelolaan budidaya pembesaran ikan dalam KJA. Hal ini akan mempengaruhi proses produksi dan berakhir pada pendapatan petani. Berdasarkan hasil pada Gambar 8, sebagian besar pendidikan terakhir petani budidaya KJA di Desa Bobojong adalah sekolah dasar yaitu selama enam sampai delapan tahun dengan jumlah persentase sebanyak 54%. Hal ini menggambarkan latar belakang pendidikan petani budidaya masih rendah. Oleh karena itu, sistem pengelolaan budidaya KJA yang dilakukan tergolong sederhana.

5.3.3 Alasan melakukan usaha Budidaya

(53)

hasil yang diperoleh dari budidaya cukup menguntungkan. Selain itu, alasan mereka menjadikan usaha ini sebagai usaha utama karena untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan efisiensi pakan. Usahatani budidaya pembesaran ikan di KJA ini cukup banyak diminati oleh masyarakat yang mengetahui potensi di daerah ini. Desa Bobojong menjadi salah satu daerah yang memiliki jumlah RTP yang cukup banyak. Hal ini dapat terlihat pada Gambar 9 berikut.

Sumber: Olahan Data Primer (2013)

Gambar 9 Alasan petani melakukan usaha budidaya

Berdasarkan hasil pada Gambar 9 terdapat 50% untuk memenuhi kebutuhan keluarga, 37% untuk efisiensi pakan, 13% karena menguntungkan dan yang lain-lain. Berdasarkan hasil tersebut terlihat bahwa sebagian besar alasan petani melakukan usaha budidaya pembesaran ikan mas dan nila pada KJA ganda adalah untuk memenuhi kebutuhan hidup.

5.3.4 Status usaha dan Kepemilikan Lahan KJA

Sebanyak 100% lahan KJA yang dimiliki oleh petani budidaya di Desa Bobojong adalah lahan milik sendiri. Mereka membangun KJA dengan perizinan usaha dari BPWC dan BPBPPU Waduk Cirata. Setiap tahunnya petani membayar pajak atas lahan KJA. Usaha budidaya KJA yang dilakukan para petani ikan di Desa Bobojong ini adalah sebanyak 100% sebagai penghasilan utama.

5.3.5 Pengalaman Usahatani atau Lama Usaha

(54)

dan keadaan di lapangan. Kerugian yang petani alami selama bertani dapat menjadi pengalaman yang berharga karena mereka akan berusaha untuk merubah strategi agar tidak mengalami kerugian seperti sebelumya. Oleh karena itu, dalam usaha budidaya pembesaran ikan mas dan nila pada KJA ganda sangat dibutuhkan pengalaman bertani. Semakin lama pengalaman bertani petani budidaya maka tingkat kerugian yang dialami akan menurun atau peluang petani untuk memperoleh pendapatan maksimal lebih banyak. Hal ini dapat terlihat ada Gambar 10 berikut.

Sumber: Olahan Data Primer (2013)

Gambar 10 Pengalaman bertani responden

Berdasarkan hasil Gambar 10 dapat terlihat bahwa petani budidaya di Desa Bobojong rata-rata memiliki pengalaman bertani selama 11 sampai 15 tahun yaitu sebesar 30%.

5.3.6 Sumber Modal Usahatani

Sumber modal usahatani yang dikeluarkan petani budidaya di Desa Bobojong adalah dari diri sendiri, pinjaman dari pedagang pengumpul, dan pinjaman dari bank komersial.

Sumber: Olahan Data Primer (2013)

(55)

Berdasarkan Gambar 11 pada hasil diagram lingkaran sumber modal usahatani berasal dari diri sendiri yaitu sebanyak 77%. Hal ini menggambarkan bahwa sebagian besar petani mengeluarkan modal berasal dari diri sendiri.

5.3.7 Jumlah Tanggungan Keluarga

Petani yang melakukan usaha budidaya pembesaran ikan mas dan nila pada KJA di Desa Bobojong berdasarkan hasil penelitian rata-rata mereka telah berkeluarga. Banyaknya jumlah tanggungan keluarga yang dimiliki petani berdasarkan hasil perhitungan pada diagram lingkaran berkisar dari satu orang hingga sebelas orang terdiri dari anak dan isteri.

Sumber: Olahan Data Primer (2013)

Gambar 12 Jumlah tanggungan keluarga

Gambar 12 menggambarkan bahwa rata-rata jumlah tanggungan keluarga yang dimiliki petani adalah berjumlah sekitar satu sampai tiga orang yaitu sebanyak 53%.

5.4Karakteristik Usahatani

Gambar

Gambar 1 KJA ganda di Waduk Cirata Desa Bobojong
Tabel 2 Data Penggunaan lahan KJA di Waduk Cirata wilayah Kabupaten Cianjur
Tabel 4 Harga ikan mas dan nila di Waduk Cirata Kabupaten Cianjur dari tahun 2011 sampai tahun 2012
Gambar 2 Kurva hubungan antara fungsi biaya dan keuntungan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pendeteksi kesegaran buah adalah suatu alat yang menentukan buah yang masih segar ataupun yang tidak, dengan menggunakan sensor warna TSC3200, dan buah- buahan

Pada Gambar 3 terlihat bahwa nilai T i 2 berada diluar batas kendali, maka sam- pel ke-i dikatakan tidak terkendali, pengamatan yang berada diluar kendali akan dilakukan tindak

Aplikasi pupuk kandang yang berlebihan di lahan sawah dapat mengakibatkan kondisi tanah semakin reduktif, terbentuknya gas-gas beracun bagi akar tanaman, dan terserapnya hara N

YUNIRE YUNIRMAN,

[r]

Oleh sebab itu, permainan tower defense yang akan dibuat memberikan pemain kebebasan dalam menentukan jalur monster.. Pada permainan ini, pemain akan menghadang monster yang

Saham merupakan bukti penyertaan modal dalam suatu kepemilikan saham perusahaan atau yakni surat berharga yang menunjukkan bagian kepemilikan atas suatu perusahaan, Bambang Riyanto