1
MODEL USAHATANI SAYURAN DATARAN TINGGI
BERBASIS KONSERVASI DI DAERAH HULU SUNGAI
CIKAPUNDUNG
(Studi Kasus: Lahan Pertanian Berlereng
di Hulu Sub DAS Cikapundung, Kawasan Bandung Utara)
Hendi Supriyadi Nana Sutrisna Santun R.P .Sitorus
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN JAWA BARAT
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
PEN D AH ULUAN
Latar
Belakang
Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah sebuah kawasan yang dibatasi oleh pemisah topografi, menampung, menyimpan, dan mengalirkan air hujan yang jatuh di atasnya, ke sungai utama yang bermuara ke danau atau laut (Manan, 1977). Asdak (1999) menyatakan bahwa DAS merupakan suatu ekosistem yang di dalamnya terjadi interaksi antara unsur biotik dan unsur abiotik, dimana interaksi ini dinyatakan dalam bentuk keseimbangan antara masukan dan keluaran berupa air dan sedimen.
DAS biasanya berlereng curam, sehingga alirannya cepat hingga sangat cepat. Berdasarkan karakteristik, morfologi, dan aliran sungai, DAS terdiri atas dua bagian, yaitu bagian hulu dan hilir.
Daerah hulu DAS mempunyai ciri antara lain: berlereng curam, batasannya jelas, tanahnya tipis, curah hujan tinggi, dan evapotranspirasi rendah. Lahan di daerah hulu DAS biasanya berupa lahan kering dan berfungsi sebagai daerah
3 Wilayah Sub DAS Cikapundung bagian hulu terletak di Bandung bagian utara, merupakan bagian dari Kawasan Bandung Utara.
Luas arealnya sekitar 9.401 ha; terdiri dari 253,49 ha (2,7%) lahan basah digunakan untuk sawah dan 9.147,51 ha (97,3%) berupa lahan kering digunakan untuk hutan alam, hutan pinus, perkebunan kina, tegalan, lahan budidaya sayuran dan palawija, serta pemukiman.
Sumberdaya lahan di kawasan budidaya sub DAS Cikapundung bagian hulu sangat potensial. Tanahnya relatif subur, berasal dari batuan
volkanik (Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat, 2000) dan keadaan iklim sangat mendukung, sehingga sangat cocok untuk kegiatan usahatani.
Jenis usahatani yang berkembang adalah usahatani tanaman pangan, sayuran, dan buah-buahan.
Ke sa la h a n da la m pe n ggu n a a n la h a n (m isu se) da n pe n ggu n a a n la h a n ya n g
be r le bih a n (ov e r u se) a k a n be r da m pa k t e r h a da p k u a lit a s t a n a h , a ir , da n
lin gk u n ga n dise k it a r n ya . D a m pa k n e ga t if a k iba t pe r u ba h a n / k e sa la h a n pe n ggu n a a n la h a n da n pe n ggu n a a n la h a n ya n g be r le bih a n a n t a r a la in : m e m pe n ga r u h i r e sa pa n a ir , k e k e r in ga n , de bit pe r k ola si, ba n j ir , e r osi, da n pe n u r u n a n k e su bu r a n t a n a h .
Ak t ivit a s bu dida ya sa yu r a n pa da la h a n be r bu k it da n be r le r e n g cu r a m
be r pe n ga r u h t e r h a da p pe n in gk a t a n la j u e r osi. Se m a k in t in ggi k e le r e n ga n la h a n , se m a k in t in ggi la j u e r osi ya n g t e r j a di ( Ta be l 1 ) .
218 Kentang - Kubis
30 Dystrandepts
Pangalengan-Bandung3
65 Cabai – Kc. Merah
9-15 Dystropepts
Sukaresmi-Cianjur2
252 Buncis - Kubis
9-22 Hapludands Pacet-Cianjur1 Erosi t/ha/tahun Pola Tanam Lereng % Jenis Tanah Lokasi
[image:4.792.38.755.58.554.2]Sumber: 1Suganda et al.,(1997); 2Suganda et al., (1999); 3Sinukaban et al., (1994)
5
Merancang model usahatani sayuran dataran tinggi berbasis konservasi yg
mampu menjaga dan melestarikan sumberdaya lahan dan lingkungan,
sehingga lahan tersebut dapat digunakan secara berkelanjutan tanpa
menurunkan kualitas sekaligus meningkatkan produktivitas dan pendapatan
Menggunakan pendekatan sistem dengan tahapan
sebagai berikut:
1)
Analisis kebutuhan
2)
Identifikasi sistem
3)
Formulasi masalah
4)
Rancang bangun sistem usahatani konservasi
7
Metode penelitian adalah survei dan percobaan lapang
Pelaksanaan dibagi ke dalam 7 tahapan:
Metode Penelitian:
1)
Overlay
Peta (peta Satuan Lahan Homogen/SLH)
2)
Survei (Biofisik, sosial ekonomi, dan kelembagaan)
3)
Mengevaluasi kesesuaian penggunaan lahan
existing
menurut
kesesuaian lahannya
4)
Menganalisis komponen yang paling berpengaruh pada masing-masing
subsistem usahatani konservasi tanaman sayuran (dalam hal ini
subsistem usahatani dan subsistem konservasi)
5)
Merancang alternatif model usahatani sayuran dataran tinggi berbasis
konservasi
6)
Pemilihan model usahatani sayuran dataran tinggi berbasis konservasi
7)Merancang model usahatani sayuran dataran tinggi berbasis
Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian dilaksanakan di hulu sub DAS Cikapundung (Gambar 1). Sub DAS Cikapundung terletak di Bandung bagian utara yang merupakan
bagian dari Kawasan Bandung Utara (KBU). Luas kawasan sekitar 9.401 ha berada pada ketinggian 800-2.200 m dari permukaan laut (dpl). Posisi
geografis terletak pada 06°45′16′′-06°53′12′′ LS dan 107°35′30′′-107°44′58′′ BT. Pelaksanaan penelitian dilakukan pada MP 2009.
Luas:9.401 ha
Ketinggian:800-2.200 m dpl
Posisi geografis:
06045’16’’-06053’12’’ LS
dan 107035’30’’-107044’58’’ BT
Cakupan Areal:
Kab. Bandung: 3 kec;15 desa Kota Bandung: 2 kec; 2 desa
Peta Kabupaten dan Kota Bandung
Lokasi Penelitian
Wilayah Studi
9
PELAKSANAAN
Percobaan Lapang
Kegiatan percobaan lapang model usahatani sayuran dataran tinggi
berbasis konservasi dilakukan dengan menggunakan pendekatan
demplot.
Pendekatan ini dilakukan untuk mengkaji kelayakan teknis (produktivitas
tanaman dan besarnya erosi yang terjadi) dan kelayakan finansial.
Percobaan dilaksanakan di dua lokasi, yaitu Desa Mekarwari dan
Gunungputri Kecamatan Lembang.
Model yang diuji coba di lapangan ada dua, yaitu:
Model C
: Sistem usahatani konservasi teras bangku, bedengan
memotong lereng, menggunakan pupuk kandang+kapur,
dipasang mulsa plastik, sistem penanaman sayuran
tumpangsari/tumpang gilir kelompok I+III atau II+III, untuk lahan
dengan kemiringan lereng 15-25%, dan
Model E
: Sistem usahatani konservasi teras gulud, bedengan
searah lereng, menggunakan pupuk kandang+kapur, dipasang
mulsa plastik, sistem penanaman sayuran tumpangsari/tumpang
gilir kelompok I+III atau II+III, untuk lahan dengan kemiringan
lereng 8-15% .
Jenis sayuran yang ditanam di dua lokasi adalah: Selada dan Brokoli
(kelompok I), Tomat dan Cabai Rawit (kelompok II). Sistem penanaman
adalah tumpang gilir. Jenis tanaman yang pertama ditanam adalah
Selada dan Tomat. Setelah kedua jenis tanaman berumur 2 minggu,
ditanami Cabai Rawit. Brokoli ditanam setelah panen Tomat. Jumlah
populasi tanaman di dua lokasi disajikan pada Tabel 1.
Ta be l 1 . Ju m la h M a sin g- m a sin g Je n is Ta n a m a n
7 .0 0 0 Br ok oli
3 .7 0 0 Ca ba i Ra w it
3 .7 0 0 Tom a t
7 .0 0 0 Sa la da
1 5 - 2 5 % D e sa Gun un gput r i
2 .
5 .6 0 0 Br ok oli
2 .8 0 0 Ca ba i Ra w it
2 .8 0 0 Tom a t
5 .6 0 0 Sa la da
8 - 1 5 % D e sa M e k a r w a n gi
1 .
Popu la si Ta n a m a n Je nis Ta na m a n
Ke m ir in ga n Le r e n g Lok a si
[image:10.792.41.761.75.570.2]11
Te k n ik bu dida y a y a n g dit e r a pk a n , se la in k om pon e n di da la m m ode l a da la h pe m be r ia n EM 4 , pu pu k a n or g a n ik , da n pe m e lih a r a a n t a n a m a n ( pe n yia n ga n gu lm a da n pe n ge n da lia n h a m a / pe n ya k it ) .
Ta k a r a n pe m be r ia n k a pu r , pu pu k k a n da n g, da n pu pu k a n or ga n ik disa j ik a n pa da Ta be l 2 .
D ibe n a m k a n k e da la m t a n a h pa da se t ia p lu ba n g t a n a m 3 0 0
Pupuk N PK
D ia du k m e r a t a de n ga n t a n a h 4 0 .0 0 0
Pupuk Ka n da ng
D ia du k m e r a t a de n ga n t a n a h 4 .0 0 0
Ka pu r Gu n u n g Pu t r i/ 1 5 - 2 5 %
2 .
D ibe n a m k a n k e da la m t a n a h pa da se t ia p lu ba n g t a n a m 3 0 0
Pupuk N PK
D ia du k m e r a t a de n ga n t a n a h 3 0 .0 0 0
Pupuk Ka n da ng
D ia du k m e r a t a de n ga n t a n a h 3 .0 0 0
Ka pu r M e k a r w a n gi/ 8 - 1 5 %
1 .
Ca r a Pe m be r ia n Ta k a r a n*
( k g/ h a ) Je n is
Lok a si/
Ke m ir in ga n le r e n g N o
Ke t e r a nga n : * = dit e n t u k a n be r da sa r k a n ha sil a na lisis t a na h
[image:11.792.40.751.49.561.2]• Pe m e lih a r a a n t a n a m a n dise su a ik a n de n ga n k on disi di la pa n g
• Pe n yia n ga n gu lm a le bih m u da h k a r e n a m e n ggu n a k a n m u lsa pla st ik , se h in gga h a n ya dila k u k a n di se k it a r pe r t a n a m a n da n pa da ba gia n la h a n ya n g t ida k dit a n a m i
• Pe n ge n da lia n h a m a da n pe n ya k it m e n ga cu pa da sist e m
pe n ge n da lia n h a m a t e r pa du ( PH T) , k e cu a li pa da sa a t t e r j a di le da k a n se r a n ga n h a m a se pe r t i pa da t a n a m a n t om a t
• Pe n ge n da lia n h a m a / pe n ya k it t om a t dila k u k a n se ca r a be r k a la se t ia p m in ggu dim u la i pa da sa a t t a n a m a n m u la i be r bu a h sa m pa i m e n j e la n g pa n e n
13
H ASI L D AN PEM BAH ASAN
Sistem usahatani sayuran yang dilakukan oleh petani sudah berorientasi agribisnis.
Penggunaan lahan semakin intensif, karena kegiatan usahatani yang dilakukan tidak sekedar memenuhi kebutuhan hidup petani tetapi sudah lebih berorientasi
pada keuntungan.
Dengan semakin intensifnya penggunaan lahan, maka petani sudah
melaksanakan pengelolaan tanaman dan pemilihan jenis tanaman yang paling sesuai.
Hasil pengamatan di lapang dan wawancara dengan responden menunjukkan bahwa umumnya petani menerapkan sistem tumpang gilir (penanaman lebih dari satu jenis tanaman dalam satu hamparan lahan dengan waktu tanam yang
berbeda) dan tumpangsari (penanaman lebih dari satu jenis tanaman dalam satu hamparan lahan dengan waktu tanam yang sama).
Sistem pertanaman juga menentukan besarnya penutupan tajuk. Penutupan tajuk sangat mempengaruhi banyaknya air yang menembus tajuk dan sampai ke permukaan tanah secara langsung dan sangat ditentukan oleh jenis tanaman dan kerapatan tanaman. Semakin luas penutupan tajuk dan semakin rapat pertanaman, jumlah air yang lolos menembus tajuk dan sampai ke permukaan tanah semakin kecil. Dengan demikian besarnya erosi yang terjadi juga akan semakin kecil.
Alt e r n a t if M ode l Usa h a t a n i Sa yu r a n D a t a r a n Tin ggi be r ba sis Kon se r va si
Berdasarkan hasil sintesis dari analisis parsial setiap komponen yang paling
berpengaruh pada subsistem usahatani konservasi, diperoleh lima alternatif model usahatani konservasi tanaman sayuran di hulu sub DAS Cikapundung. Kelima
alternatif model usahatani konservasi tanaman sayuran disajikan pada Tabel 3.
Ta be l 3 . Alt e r n a t if M ode l Usa h a t a n i Sa yu r a n D a t a r a n Tin ggi be r ba sis Kon se r va si
•Teras gulud
•Lengkap Sistem usahatani konservasi teras gulud, bedengan memotong lereng, menggunakan
pupuk kandang+kapur, dipasang mulsa plastik, sistem penanaman sayuran tumpangsari tumpang gilir kelompok I+III atau II+III.
E
•Teras gulud
•Tanpa mulsa Sistem usahatani konservasi teras gulud, bedengan memotong lereng, menggunakan
pupuk kandang+kapur, sistem penanaman sayuran tumpangsari/tumpang gilir kelompok I+III atau II+III.
D
•Teras bangku
•Lengkap Sistem usahatani konservasi teras bangku, bedengan memotong lereng, menggunakan
pupuk kandang+kapur, dipasang mulsa plastik, sistem penanaman sayuran tumpangsari/ tumpang gilir kelompok I+III atau II+III.
C
•Teras bangku
•Tanpa kapur Sistem usahatani konservasi teras bangku, bedengan memotong lereng, menggunakan
pupuk kandang, dipasang mulsa plastik, sistem penanaman sayuran tumpangsari/tumpang gilir kelompok I+III atau II+III.
B
•Teras bangku
•Tanpa mulsa Sistem usahatani konservasi teras bangku, bedengan memotong lereng, menggunakan
pupuk kandang+kapur, sistem penanaman sayuran tumpangsari/tumpang gilir kelompok I+III atau II+III.
A
Pembeda Komponen
Model
[image:14.792.107.757.48.548.2]15
H a sil Pe r coba a n La pa n g
1 .Ke r a ga a n Pe r t u m bu h a n Ta n a m a n
[image:15.792.37.766.49.567.2]Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan tanaman Salada, Tomat, dan Cabai Rawit pada 2 model usahatani konservasi sayuran yang berbeda tergolong baik, meskipun hampir sepanjang pertanaman. Pertumbuhan tanaman pada lahan yang memiliki kemiringan lereng 8-15% relatif lebih baik dibandingkan dengan pada lahan yang memiliki kemiringan lereng 15-25% seperti terlihat pada Gambar 2 dan 3.
Gambar 2. Keragaan Pertumbuhan Tanaman Pada Umur 20 Hari Setelah Tanam pada Model E
(kemiringan lereng 8-15%)
Jenis tanaman yang sudah dipanen adalah selada dan tomat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa produktivitas selada dan tomat pada Model E (lahan yang memiliki kemiringan lereng 8-15%) lebih tinggi dibandingkan dengan Model C pada lahan yang memiliki kemiringan lereng 15-25% (Tabel 4).
[image:16.792.40.760.53.552.2]2 . Pr odu k t ivit a s Ta n a m a n
Tabel 4. Produktivitas tanaman selada dan tomat pada 2 model usahatani sayuran dataran tinggi berbasis konservasi di Hulu Sub DAS Cikapundung
2 4 ,9 2 2 7 ,7 2
Tom a t 2 .
1 1 ,6 0 1 6 ,6 4
Se la da 1 .
M ode l C 1 5 - 2 5 % M ode l E
8 - 1 5 %
Pr odu k t ivit a s ( t / h a ) Je n is Ta n a m a n
17 Pr odu k t ivit a s t a n a m a n , ba ik se la da m a u pu n t om a t pa da M ode l C le bih r e n da h diba n din gk a n de n ga n m ode l E. H a l in i a n t a r a la in dise ba bk a n ole h t in gk a t k e su bu r a n t a n a h pa da m ode l C m e n u r u n a k iba t pe m bu a t a n t e r a s. Ada ba gia n t a n a h pa da la pisa n a t a s ya n g t e r ca m pu r ole h t a n a h ba gia n ba w a h ya n g t in gk a t k e su bu r a n n ya r e n da h , se pe r t i dit u n j u k k a n pa da Ga m ba r 4 . M e sk ipu n pe m be r ia n ba h a n or ga n ik be r a sa l da r i pu pu k k a n da n g sa pi pa da m ode l C
[image:17.792.41.754.45.551.2]le bih t in ggi diba n din gk a n de n ga n m ode l E, n a m u n pa da t a h u n pe r t a m a pu pu k k a n da n g be lu m t e r u r a i se ca r a se m pu r n a .
Ta be l 5 m e n u n j u k k a n ba h w a h a sil u j i coba m ode l C, pr odu k t ivit a s se la da se be sa r 1 1 ,6 0 t / h a , le bih r e n da h diba n din gk a n de n ga n m ode l u sa h a t a n i sa a t in i ( 1 2 ,6 7 t / h a ) . N a m u n Tom a t
pr odu k t ivit a sn ya le bih t in ggi, ya it u 2 4 ,9 2 t / h a diba n din gk a n de n ga n m ode l u sa h a t a n i sa a t in i se be sa r 2 1 ,2 5 t / h a .
Pa da m ode l u sa h a t a n i k on se r va si sa yu r a n M ode l E, pr odu k t ivit a s se la da ya it u 1 6 ,6 4 t / h a le bih t in ggi diba n din gk a n de n ga n m ode l u sa h a t a n i sa a t in i ( 1 2 ,6 7 t / h a ) . Pr odu k t ivit a s Tom a t j u ga
t e r golon g t in ggi, ya it u 2 7 ,7 2 t / h a , le bih t in ggi diba n din gk a n de n ga n m ode l u sa h a t a n i sa a t in i, ya it u 2 1 ,2 5 t / h a .
Se ca r a fin a n sia l k e du a m ode l u sa h a t a n i ya n g diu j i coba k a n
[image:18.792.41.754.53.546.2]19
3 . Ke la ya k a n Te k n is ( Be sa r n ya Er osi y a n g Te r j a di)
Salah satu indikator kelayakan teknis yang digunakan adalah besarnya erosi yang terjadi.Menurut Sinukaban et al. (1994), suatu tindakan atau model usahatani konservasi dapat dikatakan layak sehingga dapat direkomendasikan jika besarnya erosi yang terjadi lebih kecil dari erosi yang masih diperbolehkan atau tolerable soil loss (TSL).
Hasil prediksi erosi menunjukkan bahwa penerapan model usahatani
konservasi model C pada lereng 15-25% mampu mengendalikan erosi dari 69,93 menjadi 7,18 t/ha/tahun atau sebesar 89,73% dibandingkan dengan model
usahatani konservasi yang biasa diterapkan oleh petani. Penerapan model
Jika hasil prediksi erosi pada model C dan E dibandingkan dengan nilai TSL, maka model usahatani konservasi C dan E layak direkomendasikan di hulu sub DAS Cikapundung. Model C direkomendasikan pada lahan yang memiliki lereng 15-25% dan model E pada lahan yang memiliki lereng 8-15%. Hal ini berarti
[image:20.792.39.762.62.565.2]bahwa model usahatani sayuran yang merupakan kombinasi dari vegetasi (jenis tanaman sayuran), sistem penanaman, teras, bedengan, dan mulsa plastik sangat baik untuk konservasi di hulu sub DAS Cikapundung.
21
1. Komponen yang paling berpengaruh pada subsistem usahatani adalah jenis tanaman, sistem penanaman, dan penggunaan bahan amelioran, sedangkan pada subsistem konservasi adalah konservasi mekanik dan penggunaan mulsa.
2. Alternatif model usahatani konservasi sayuran di hulu sub DAS Cikapundung ada 5, yaitu:
• Model A: Sistem usahatani konservasi teras bangku, bedengan memotong lereng,
menggunakan pupuk kandang+kapur, sistem penanaman sayuran tumpangsari/tumpang gilir kelompok I+III atau II+III.
• Model B: Sistem usahatani konservasi teras bangku, bedengan memotong lereng,
menggunakan pupuk kandang, dipasang mulsa plastik, sistem penanaman sayuran tumpangsari/tumpang gilir kelompok I+III atau II +III.
• Model C: Sistem usahatani konservasi teras bangku, bedengan memotong lereng,
menggunakan pupuk kandang + kapur, dipasang mulsa plastik, sistem penanaman sayuran tumpangsari/tumpang gilir kelompok I+III atau II+III.
• Model D:Sistem usahatani konservasi teras gulud, bedengan memotong lereng,
menggunakan pupuk kandang + kapur, sistem penanaman sayuran tumpangsari kelompok I+III atau II+III.
• Model E:Sistem usahatani konservasi teras gulud, bedengan memotong lereng,
menggunakan pupuk kandang + kapur, dipasang mulsa plastik, sistem penanaman sayuran tumpangsari/tumpang gilir kelompok I+III atau II+III. Model A , B, dan C diarahkan untuk kemiringan lereng 15-25%, sedangkan model D dan E untuk kemiringan lereng 8-15%. 3. Model C usahatani konservasi tanaman sayuran layak secara teknis dan finansial
digunakan pada lahan dengan kemiringan lereng 15-25% dan model E pada lahan dengan kemiringan lereng 8-15% di hulu sub DAS Cikapundung.
22
Survei
B
iofisik
23
Participatory Rural Appraisal (PRA)
Percobaan Lapang
Model C (Kemiringan lereng 15-25%
25
Setelah
2
> bulan
Umur
3 minggu
Tomat
S
iap
D
26
Model E (Kemiringan
lereng
8-15%)
Pembuatan
G
uludan
Guludan
S
iap
D
ipasang
M
27
Pemasangan
Mulsa
P
lastik
Lahan
S
iap
D
Pengamatan Hama/Penyakit
Dilakukan Tindakan Pengendalian Jika Diperlukan Berdasarkan HasilPengamatan
29
Umur
Tanaman
80 hst
Tomat
S
iap
D
32
Sarana
Produksi
yang