• Tidak ada hasil yang ditemukan

Model usahatani Sayuran Dataran Tinggi Berbasis Konservasi di Daerah Hulu Sungai Cikapundung (Studi Kasus : Lahan Pertanian Berlereng di Hulu Sub DAS Cikapundung Kawasan Bandung Utara )

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Model usahatani Sayuran Dataran Tinggi Berbasis Konservasi di Daerah Hulu Sungai Cikapundung (Studi Kasus : Lahan Pertanian Berlereng di Hulu Sub DAS Cikapundung Kawasan Bandung Utara )"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

1

MODEL USAHATANI SAYURAN DATARAN TINGGI

BERBASIS KONSERVASI DI DAERAH HULU SUNGAI

CIKAPUNDUNG

(Studi Kasus: Lahan Pertanian Berlereng

di Hulu Sub DAS Cikapundung, Kawasan Bandung Utara)

Hendi Supriyadi Nana Sutrisna Santun R.P .Sitorus

BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN JAWA BARAT

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

PEN D AH ULUAN

Latar

Belakang

Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah sebuah kawasan yang dibatasi oleh pemisah topografi, menampung, menyimpan, dan mengalirkan air hujan yang jatuh di atasnya, ke sungai utama yang bermuara ke danau atau laut (Manan, 1977). Asdak (1999) menyatakan bahwa DAS merupakan suatu ekosistem yang di dalamnya terjadi interaksi antara unsur biotik dan unsur abiotik, dimana interaksi ini dinyatakan dalam bentuk keseimbangan antara masukan dan keluaran berupa air dan sedimen.

DAS biasanya berlereng curam, sehingga alirannya cepat hingga sangat cepat. Berdasarkan karakteristik, morfologi, dan aliran sungai, DAS terdiri atas dua bagian, yaitu bagian hulu dan hilir.

Daerah hulu DAS mempunyai ciri antara lain: berlereng curam, batasannya jelas, tanahnya tipis, curah hujan tinggi, dan evapotranspirasi rendah. Lahan di daerah hulu DAS biasanya berupa lahan kering dan berfungsi sebagai daerah

(3)

3 Wilayah Sub DAS Cikapundung bagian hulu terletak di Bandung bagian utara, merupakan bagian dari Kawasan Bandung Utara.

Luas arealnya sekitar 9.401 ha; terdiri dari 253,49 ha (2,7%) lahan basah digunakan untuk sawah dan 9.147,51 ha (97,3%) berupa lahan kering digunakan untuk hutan alam, hutan pinus, perkebunan kina, tegalan, lahan budidaya sayuran dan palawija, serta pemukiman.

Sumberdaya lahan di kawasan budidaya sub DAS Cikapundung bagian hulu sangat potensial. Tanahnya relatif subur, berasal dari batuan

volkanik (Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat, 2000) dan keadaan iklim sangat mendukung, sehingga sangat cocok untuk kegiatan usahatani.

Jenis usahatani yang berkembang adalah usahatani tanaman pangan, sayuran, dan buah-buahan.

(4)

Ke sa la h a n da la m pe n ggu n a a n la h a n (m isu se) da n pe n ggu n a a n la h a n ya n g

be r le bih a n (ov e r u se) a k a n be r da m pa k t e r h a da p k u a lit a s t a n a h , a ir , da n

lin gk u n ga n dise k it a r n ya . D a m pa k n e ga t if a k iba t pe r u ba h a n / k e sa la h a n pe n ggu n a a n la h a n da n pe n ggu n a a n la h a n ya n g be r le bih a n a n t a r a la in : m e m pe n ga r u h i r e sa pa n a ir , k e k e r in ga n , de bit pe r k ola si, ba n j ir , e r osi, da n pe n u r u n a n k e su bu r a n t a n a h .

Ak t ivit a s bu dida ya sa yu r a n pa da la h a n be r bu k it da n be r le r e n g cu r a m

be r pe n ga r u h t e r h a da p pe n in gk a t a n la j u e r osi. Se m a k in t in ggi k e le r e n ga n la h a n , se m a k in t in ggi la j u e r osi ya n g t e r j a di ( Ta be l 1 ) .

218 Kentang - Kubis

30 Dystrandepts

Pangalengan-Bandung3

65 Cabai – Kc. Merah

9-15 Dystropepts

Sukaresmi-Cianjur2

252 Buncis - Kubis

9-22 Hapludands Pacet-Cianjur1 Erosi t/ha/tahun Pola Tanam Lereng % Jenis Tanah Lokasi

[image:4.792.38.755.58.554.2]

Sumber: 1Suganda et al.,(1997); 2Suganda et al., (1999); 3Sinukaban et al., (1994)

(5)

5

Merancang model usahatani sayuran dataran tinggi berbasis konservasi yg

mampu menjaga dan melestarikan sumberdaya lahan dan lingkungan,

sehingga lahan tersebut dapat digunakan secara berkelanjutan tanpa

menurunkan kualitas sekaligus meningkatkan produktivitas dan pendapatan

(6)

Menggunakan pendekatan sistem dengan tahapan

sebagai berikut:

1)

Analisis kebutuhan

2)

Identifikasi sistem

3)

Formulasi masalah

4)

Rancang bangun sistem usahatani konservasi

(7)

7

Metode penelitian adalah survei dan percobaan lapang

Pelaksanaan dibagi ke dalam 7 tahapan:

Metode Penelitian:

1)

Overlay

Peta (peta Satuan Lahan Homogen/SLH)

2)

Survei (Biofisik, sosial ekonomi, dan kelembagaan)

3)

Mengevaluasi kesesuaian penggunaan lahan

existing

menurut

kesesuaian lahannya

4)

Menganalisis komponen yang paling berpengaruh pada masing-masing

subsistem usahatani konservasi tanaman sayuran (dalam hal ini

subsistem usahatani dan subsistem konservasi)

5)

Merancang alternatif model usahatani sayuran dataran tinggi berbasis

konservasi

6)

Pemilihan model usahatani sayuran dataran tinggi berbasis konservasi

7)

Merancang model usahatani sayuran dataran tinggi berbasis

(8)

Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di hulu sub DAS Cikapundung (Gambar 1). Sub DAS Cikapundung terletak di Bandung bagian utara yang merupakan

bagian dari Kawasan Bandung Utara (KBU). Luas kawasan sekitar 9.401 ha berada pada ketinggian 800-2.200 m dari permukaan laut (dpl). Posisi

geografis terletak pada 06°4516′′-06°5312′′ LS dan 107°3530′′-107°4458′′ BT. Pelaksanaan penelitian dilakukan pada MP 2009.

Luas:9.401 ha

Ketinggian:800-2.200 m dpl

Posisi geografis:

06045’16’’-06053’12’’ LS

dan 107035’30’’-107044’58’’ BT

Cakupan Areal:

Kab. Bandung: 3 kec;15 desa Kota Bandung: 2 kec; 2 desa

Peta Kabupaten dan Kota Bandung

Lokasi Penelitian

Wilayah Studi

(9)

9

PELAKSANAAN

Percobaan Lapang

Kegiatan percobaan lapang model usahatani sayuran dataran tinggi

berbasis konservasi dilakukan dengan menggunakan pendekatan

demplot.

Pendekatan ini dilakukan untuk mengkaji kelayakan teknis (produktivitas

tanaman dan besarnya erosi yang terjadi) dan kelayakan finansial.

Percobaan dilaksanakan di dua lokasi, yaitu Desa Mekarwari dan

Gunungputri Kecamatan Lembang.

Model yang diuji coba di lapangan ada dua, yaitu:

Model C

: Sistem usahatani konservasi teras bangku, bedengan

memotong lereng, menggunakan pupuk kandang+kapur,

dipasang mulsa plastik, sistem penanaman sayuran

tumpangsari/tumpang gilir kelompok I+III atau II+III, untuk lahan

dengan kemiringan lereng 15-25%, dan

Model E

: Sistem usahatani konservasi teras gulud, bedengan

searah lereng, menggunakan pupuk kandang+kapur, dipasang

mulsa plastik, sistem penanaman sayuran tumpangsari/tumpang

gilir kelompok I+III atau II+III, untuk lahan dengan kemiringan

lereng 8-15% .

(10)

Jenis sayuran yang ditanam di dua lokasi adalah: Selada dan Brokoli

(kelompok I), Tomat dan Cabai Rawit (kelompok II). Sistem penanaman

adalah tumpang gilir. Jenis tanaman yang pertama ditanam adalah

Selada dan Tomat. Setelah kedua jenis tanaman berumur 2 minggu,

ditanami Cabai Rawit. Brokoli ditanam setelah panen Tomat. Jumlah

populasi tanaman di dua lokasi disajikan pada Tabel 1.

Ta be l 1 . Ju m la h M a sin g- m a sin g Je n is Ta n a m a n

7 .0 0 0 Br ok oli

3 .7 0 0 Ca ba i Ra w it

3 .7 0 0 Tom a t

7 .0 0 0 Sa la da

1 5 - 2 5 % D e sa Gun un gput r i

2 .

5 .6 0 0 Br ok oli

2 .8 0 0 Ca ba i Ra w it

2 .8 0 0 Tom a t

5 .6 0 0 Sa la da

8 - 1 5 % D e sa M e k a r w a n gi

1 .

Popu la si Ta n a m a n Je nis Ta na m a n

Ke m ir in ga n Le r e n g Lok a si

[image:10.792.41.761.75.570.2]
(11)

11

Te k n ik bu dida y a y a n g dit e r a pk a n , se la in k om pon e n di da la m m ode l a da la h pe m be r ia n EM 4 , pu pu k a n or g a n ik , da n pe m e lih a r a a n t a n a m a n ( pe n yia n ga n gu lm a da n pe n ge n da lia n h a m a / pe n ya k it ) .

Ta k a r a n pe m be r ia n k a pu r , pu pu k k a n da n g, da n pu pu k a n or ga n ik disa j ik a n pa da Ta be l 2 .

D ibe n a m k a n k e da la m t a n a h pa da se t ia p lu ba n g t a n a m 3 0 0

Pupuk N PK

D ia du k m e r a t a de n ga n t a n a h 4 0 .0 0 0

Pupuk Ka n da ng

D ia du k m e r a t a de n ga n t a n a h 4 .0 0 0

Ka pu r Gu n u n g Pu t r i/ 1 5 - 2 5 %

2 .

D ibe n a m k a n k e da la m t a n a h pa da se t ia p lu ba n g t a n a m 3 0 0

Pupuk N PK

D ia du k m e r a t a de n ga n t a n a h 3 0 .0 0 0

Pupuk Ka n da ng

D ia du k m e r a t a de n ga n t a n a h 3 .0 0 0

Ka pu r M e k a r w a n gi/ 8 - 1 5 %

1 .

Ca r a Pe m be r ia n Ta k a r a n*

( k g/ h a ) Je n is

Lok a si/

Ke m ir in ga n le r e n g N o

Ke t e r a nga n : * = dit e n t u k a n be r da sa r k a n ha sil a na lisis t a na h

[image:11.792.40.751.49.561.2]
(12)

Pe m e lih a r a a n t a n a m a n dise su a ik a n de n ga n k on disi di la pa n g

Pe n yia n ga n gu lm a le bih m u da h k a r e n a m e n ggu n a k a n m u lsa pla st ik , se h in gga h a n ya dila k u k a n di se k it a r pe r t a n a m a n da n pa da ba gia n la h a n ya n g t ida k dit a n a m i

Pe n ge n da lia n h a m a da n pe n ya k it m e n ga cu pa da sist e m

pe n ge n da lia n h a m a t e r pa du ( PH T) , k e cu a li pa da sa a t t e r j a di le da k a n se r a n ga n h a m a se pe r t i pa da t a n a m a n t om a t

Pe n ge n da lia n h a m a / pe n ya k it t om a t dila k u k a n se ca r a be r k a la se t ia p m in ggu dim u la i pa da sa a t t a n a m a n m u la i be r bu a h sa m pa i m e n j e la n g pa n e n

(13)

13

H ASI L D AN PEM BAH ASAN

Sistem usahatani sayuran yang dilakukan oleh petani sudah berorientasi agribisnis.

Penggunaan lahan semakin intensif, karena kegiatan usahatani yang dilakukan tidak sekedar memenuhi kebutuhan hidup petani tetapi sudah lebih berorientasi

pada keuntungan.

Dengan semakin intensifnya penggunaan lahan, maka petani sudah

melaksanakan pengelolaan tanaman dan pemilihan jenis tanaman yang paling sesuai.

Hasil pengamatan di lapang dan wawancara dengan responden menunjukkan bahwa umumnya petani menerapkan sistem tumpang gilir (penanaman lebih dari satu jenis tanaman dalam satu hamparan lahan dengan waktu tanam yang

berbeda) dan tumpangsari (penanaman lebih dari satu jenis tanaman dalam satu hamparan lahan dengan waktu tanam yang sama).

Sistem pertanaman juga menentukan besarnya penutupan tajuk. Penutupan tajuk sangat mempengaruhi banyaknya air yang menembus tajuk dan sampai ke permukaan tanah secara langsung dan sangat ditentukan oleh jenis tanaman dan kerapatan tanaman. Semakin luas penutupan tajuk dan semakin rapat pertanaman, jumlah air yang lolos menembus tajuk dan sampai ke permukaan tanah semakin kecil. Dengan demikian besarnya erosi yang terjadi juga akan semakin kecil.

(14)

Alt e r n a t if M ode l Usa h a t a n i Sa yu r a n D a t a r a n Tin ggi be r ba sis Kon se r va si

Berdasarkan hasil sintesis dari analisis parsial setiap komponen yang paling

berpengaruh pada subsistem usahatani konservasi, diperoleh lima alternatif model usahatani konservasi tanaman sayuran di hulu sub DAS Cikapundung. Kelima

alternatif model usahatani konservasi tanaman sayuran disajikan pada Tabel 3.

Ta be l 3 . Alt e r n a t if M ode l Usa h a t a n i Sa yu r a n D a t a r a n Tin ggi be r ba sis Kon se r va si

•Teras gulud

•Lengkap Sistem usahatani konservasi teras gulud, bedengan memotong lereng, menggunakan

pupuk kandang+kapur, dipasang mulsa plastik, sistem penanaman sayuran tumpangsari tumpang gilir kelompok I+III atau II+III.

E

•Teras gulud

•Tanpa mulsa Sistem usahatani konservasi teras gulud, bedengan memotong lereng, menggunakan

pupuk kandang+kapur, sistem penanaman sayuran tumpangsari/tumpang gilir kelompok I+III atau II+III.

D

•Teras bangku

•Lengkap Sistem usahatani konservasi teras bangku, bedengan memotong lereng, menggunakan

pupuk kandang+kapur, dipasang mulsa plastik, sistem penanaman sayuran tumpangsari/ tumpang gilir kelompok I+III atau II+III.

C

•Teras bangku

•Tanpa kapur Sistem usahatani konservasi teras bangku, bedengan memotong lereng, menggunakan

pupuk kandang, dipasang mulsa plastik, sistem penanaman sayuran tumpangsari/tumpang gilir kelompok I+III atau II+III.

B

•Teras bangku

•Tanpa mulsa Sistem usahatani konservasi teras bangku, bedengan memotong lereng, menggunakan

pupuk kandang+kapur, sistem penanaman sayuran tumpangsari/tumpang gilir kelompok I+III atau II+III.

A

Pembeda Komponen

Model

[image:14.792.107.757.48.548.2]
(15)

15

H a sil Pe r coba a n La pa n g

1 .Ke r a ga a n Pe r t u m bu h a n Ta n a m a n

[image:15.792.37.766.49.567.2]

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan tanaman Salada, Tomat, dan Cabai Rawit pada 2 model usahatani konservasi sayuran yang berbeda tergolong baik, meskipun hampir sepanjang pertanaman. Pertumbuhan tanaman pada lahan yang memiliki kemiringan lereng 8-15% relatif lebih baik dibandingkan dengan pada lahan yang memiliki kemiringan lereng 15-25% seperti terlihat pada Gambar 2 dan 3.

Gambar 2. Keragaan Pertumbuhan Tanaman Pada Umur 20 Hari Setelah Tanam pada Model E

(kemiringan lereng 8-15%)

(16)

Jenis tanaman yang sudah dipanen adalah selada dan tomat.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa produktivitas selada dan tomat pada Model E (lahan yang memiliki kemiringan lereng 8-15%) lebih tinggi dibandingkan dengan Model C pada lahan yang memiliki kemiringan lereng 15-25% (Tabel 4).

[image:16.792.40.760.53.552.2]

2 . Pr odu k t ivit a s Ta n a m a n

Tabel 4. Produktivitas tanaman selada dan tomat pada 2 model usahatani sayuran dataran tinggi berbasis konservasi di Hulu Sub DAS Cikapundung

2 4 ,9 2 2 7 ,7 2

Tom a t 2 .

1 1 ,6 0 1 6 ,6 4

Se la da 1 .

M ode l C 1 5 - 2 5 % M ode l E

8 - 1 5 %

Pr odu k t ivit a s ( t / h a ) Je n is Ta n a m a n

(17)

17 Pr odu k t ivit a s t a n a m a n , ba ik se la da m a u pu n t om a t pa da M ode l C le bih r e n da h diba n din gk a n de n ga n m ode l E. H a l in i a n t a r a la in dise ba bk a n ole h t in gk a t k e su bu r a n t a n a h pa da m ode l C m e n u r u n a k iba t pe m bu a t a n t e r a s. Ada ba gia n t a n a h pa da la pisa n a t a s ya n g t e r ca m pu r ole h t a n a h ba gia n ba w a h ya n g t in gk a t k e su bu r a n n ya r e n da h , se pe r t i dit u n j u k k a n pa da Ga m ba r 4 . M e sk ipu n pe m be r ia n ba h a n or ga n ik be r a sa l da r i pu pu k k a n da n g sa pi pa da m ode l C

[image:17.792.41.754.45.551.2]

le bih t in ggi diba n din gk a n de n ga n m ode l E, n a m u n pa da t a h u n pe r t a m a pu pu k k a n da n g be lu m t e r u r a i se ca r a se m pu r n a .

(18)

Ta be l 5 m e n u n j u k k a n ba h w a h a sil u j i coba m ode l C, pr odu k t ivit a s se la da se be sa r 1 1 ,6 0 t / h a , le bih r e n da h diba n din gk a n de n ga n m ode l u sa h a t a n i sa a t in i ( 1 2 ,6 7 t / h a ) . N a m u n Tom a t

pr odu k t ivit a sn ya le bih t in ggi, ya it u 2 4 ,9 2 t / h a diba n din gk a n de n ga n m ode l u sa h a t a n i sa a t in i se be sa r 2 1 ,2 5 t / h a .

Pa da m ode l u sa h a t a n i k on se r va si sa yu r a n M ode l E, pr odu k t ivit a s se la da ya it u 1 6 ,6 4 t / h a le bih t in ggi diba n din gk a n de n ga n m ode l u sa h a t a n i sa a t in i ( 1 2 ,6 7 t / h a ) . Pr odu k t ivit a s Tom a t j u ga

t e r golon g t in ggi, ya it u 2 7 ,7 2 t / h a , le bih t in ggi diba n din gk a n de n ga n m ode l u sa h a t a n i sa a t in i, ya it u 2 1 ,2 5 t / h a .

Se ca r a fin a n sia l k e du a m ode l u sa h a t a n i ya n g diu j i coba k a n

[image:18.792.41.754.53.546.2]
(19)

19

3 . Ke la ya k a n Te k n is ( Be sa r n ya Er osi y a n g Te r j a di)

Salah satu indikator kelayakan teknis yang digunakan adalah besarnya erosi yang terjadi.Menurut Sinukaban et al. (1994), suatu tindakan atau model usahatani konservasi dapat dikatakan layak sehingga dapat direkomendasikan jika besarnya erosi yang terjadi lebih kecil dari erosi yang masih diperbolehkan atau tolerable soil loss (TSL).

Hasil prediksi erosi menunjukkan bahwa penerapan model usahatani

konservasi model C pada lereng 15-25% mampu mengendalikan erosi dari 69,93 menjadi 7,18 t/ha/tahun atau sebesar 89,73% dibandingkan dengan model

usahatani konservasi yang biasa diterapkan oleh petani. Penerapan model

(20)

Jika hasil prediksi erosi pada model C dan E dibandingkan dengan nilai TSL, maka model usahatani konservasi C dan E layak direkomendasikan di hulu sub DAS Cikapundung. Model C direkomendasikan pada lahan yang memiliki lereng 15-25% dan model E pada lahan yang memiliki lereng 8-15%. Hal ini berarti

[image:20.792.39.762.62.565.2]

bahwa model usahatani sayuran yang merupakan kombinasi dari vegetasi (jenis tanaman sayuran), sistem penanaman, teras, bedengan, dan mulsa plastik sangat baik untuk konservasi di hulu sub DAS Cikapundung.

(21)

21

1. Komponen yang paling berpengaruh pada subsistem usahatani adalah jenis tanaman, sistem penanaman, dan penggunaan bahan amelioran, sedangkan pada subsistem konservasi adalah konservasi mekanik dan penggunaan mulsa.

2. Alternatif model usahatani konservasi sayuran di hulu sub DAS Cikapundung ada 5, yaitu:

Model A: Sistem usahatani konservasi teras bangku, bedengan memotong lereng,

menggunakan pupuk kandang+kapur, sistem penanaman sayuran tumpangsari/tumpang gilir kelompok I+III atau II+III.

Model B: Sistem usahatani konservasi teras bangku, bedengan memotong lereng,

menggunakan pupuk kandang, dipasang mulsa plastik, sistem penanaman sayuran tumpangsari/tumpang gilir kelompok I+III atau II +III.

Model C: Sistem usahatani konservasi teras bangku, bedengan memotong lereng,

menggunakan pupuk kandang + kapur, dipasang mulsa plastik, sistem penanaman sayuran tumpangsari/tumpang gilir kelompok I+III atau II+III.

Model D:Sistem usahatani konservasi teras gulud, bedengan memotong lereng,

menggunakan pupuk kandang + kapur, sistem penanaman sayuran tumpangsari kelompok I+III atau II+III.

Model E:Sistem usahatani konservasi teras gulud, bedengan memotong lereng,

menggunakan pupuk kandang + kapur, dipasang mulsa plastik, sistem penanaman sayuran tumpangsari/tumpang gilir kelompok I+III atau II+III. Model A , B, dan C diarahkan untuk kemiringan lereng 15-25%, sedangkan model D dan E untuk kemiringan lereng 8-15%. 3. Model C usahatani konservasi tanaman sayuran layak secara teknis dan finansial

digunakan pada lahan dengan kemiringan lereng 15-25% dan model E pada lahan dengan kemiringan lereng 8-15% di hulu sub DAS Cikapundung.

(22)

22

Survei

B

iofisik

(23)

23

Participatory Rural Appraisal (PRA)

(24)

Percobaan Lapang

Model C (Kemiringan lereng 15-25%

(25)

25

Setelah

2

> bulan

Umur

3 minggu

Tomat

S

iap

D

(26)

26

Model E (Kemiringan

lereng

8-15%)

Pembuatan

G

uludan

Guludan

S

iap

D

ipasang

M

(27)

27

Pemasangan

Mulsa

P

lastik

Lahan

S

iap

D

(28)

Pengamatan Hama/Penyakit

Dilakukan Tindakan Pengendalian Jika Diperlukan Berdasarkan Hasil

Pengamatan

(29)

29

Umur

Tanaman

80 hst

Tomat

S

iap

D

(30)
(31)
(32)

32

Sarana

Produksi

yang

(33)

Gambar

Tabel 1. Laju Erosi pada Lahan Sayuran Dataran Tinggi tanpa Teknik Konservasi
Tabel 1 . Jum lah Masing-m asing Jenis Tanam an
Tabel 2 .  Takaran Pem berian Kapur, Pupuk Kandang, dan Pupuk Anorganik serta
Tabel 3 . Alternatif Model Usahatani Sayuran Dataran Tinggi berbasis Konservasi
+6

Referensi

Dokumen terkait

Kaki 2 memberi trigger dari tegangan yang tinggi (Vcc) menuju 1/3 Vcc(<1/3 Vcc), kaki 3(output) akan high tegangan yang tinggi (Vcc) menuju 1/3 Vcc(<1/3 Vcc), kaki

Model regresi logistik digunakan untuk melihat hubungan antara jenis keganasan kanker dengan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pasien penderita kanker

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pelaksanaan dan faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi teori belajar konstruktivisme dengan menggunakan model

Teçhizatın kendi kesicisi ile bağlı olduğu baraya Ana bara, transfer kesici veya ayırıcısı ile bağlı bulunduğu baraya Transfer bara denir.. Enerji

Dari data yang telah didapat dan diasumsikan agar data tersebut bisa diolah, maka data tersebut perlu diubah menjadi data yang dapat dibaca pada grafik untuk

APLIKASI MODEL INDEKS TUNGGAL DAN STOCHASTIC DOMINANCE DALAM ANALISIS PORTOFOLIO OPTIMAL SAHAM (Studi Pada Jakarta Islamic Indeks (JII) di Bursa Efeki. Indonesia (BEI) Periode

Penelitin ini bertujuan untuk meningkatkan kemandirian belajar dan prestasi belajar IPS siswa kelas IV SD Negeri 2 Pageralang tahun ajaran 2012/2013 pada pokok

4.7.2 Hubungan Masalah Kesihatan Kronik Lain yang Dihidapi Responden Berkaitan dengan Pengawalan Diabetes Jenis 2 berdasarkan Tahap HbA1c HUBUNGAN PROFIL RESPONDEN BERKAITAN