ANALISIS PERBANDINGAN SEBELUM DAN SESUDAH PENERAPAN UNDANG-UNDANG PERPAJAKAN NOMOR 36 TAHT'N 2OO8 MENGEN
N
ZAIKAT SEBAGAI PENGURANG PENGTIASILAN KENAPAJAK DAN IMPLIKASIhIYA TERIIADAP PERUBAHAN JT]MLAH WAJIB PAJAK PRIBADI
(Studi Empiris pada KPF Pratama Serpong)
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat-Syarai Unflrk Meraih Gelar Sariana Ekonomi
Oleh: Wina Kurniawati
Nim: 107082002154
Pembimbing
I
Dr. Amilin" SE.. Ak.. M.si NIP. r973061s 200s01 1 009
D^*L:--L:-- rr .l GllItrrruuruB lI
,,1 I
\/l
A
tFt
,IV
Yessi
Fitri.
SE..Alc.
M.si r\rIP.19760924204604 2 002JURUSAI\I AKT]NTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Hari ini Selasa Tanggal 15 Maret Tahun Dua Ribu Sebelas telah dilakukan Ujian
Komprehensif atas nama Wina Kurniawati
NIM:
107082002154 dengan judulSkripsi
"ANALISIS
PBRBANDINGAN
SEBELUM
DAN
SESUDAH
PENERAPAN UNDANG.UNDANG PERPAJAKAN
NOMOR
36
TAHUN
2OO8MEI\GENAI
ZAKAT
SEBAGAI
PENGURANG PENGHASILAN
KENA
PAJAK
DAN
IMPLIKASINYA
TER}IADAP PERUBAHAN
JUMLAH WAJIB
PAJAK
ORANG
PRIBADI'.
Memperhatikan penampilan mahasiswatersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 15 Maret 2011
Tim Penguji Ujian Komprehensif
/:><s\1./
l+/ t/
Reskino. S.E.. Ak.. M.Si.
Penguji
II
Erika Amelia. S.E.. M.Si.
Penguji
III
Hari selas4 Tanggal 31 Bulan Mei Tahun 2011 Telah Dilakukan Ujian Skripsi
atas ftLma
wina
KurniawatiNIM
rc7082a02154 denganjudul
skripsi: *ANALISIS PERBAI\IDINGAN SEBELT]M DAN SESUDAII PENERAPANUNDA}IG.T]NDAIIG
PERPAJAKAN
NOMOR
36
TAHT]N
2OO8MENGENAI
ZAKAT
SEBAGAI PENGURANG PENGHASILAI\I KENAPAJAK
DAI\[
IMPLIKASIIVYATERIIADAP
PERUBAHAN JTJMLAHWAJIB PAJAK
ORANGPRIBADI"
(
Studi Empiris Pada KPP Pratama serpong). Memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama ujianberlangsung, maka skripsi ini sudah dapatditerima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas IslamNegeri Syarif Hidayatullah
Jakarta-Jakart4
3l
Mei 201ITim
lensuii
Uiiaq Skripsi
I l/.-'
Dr. Amilin. SE.
Ak
M.SiPembimbing
I
Prof. Dr, A.bdul Hami4, MS
Kefua
CX
l{t
'
'
.-Y-f\I
tV4
t
rv
Yessi Fitri. sE, AIG M.Si
Pembimbing
II
I
/1
All tt\a//t\ l
-Y-4
tt
\l
\
Rahmawati. SE. MM
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini: Nama
Mahasiswa
: Wina KurniawatiNIM
:107082002154Jurusan/Konsentrasi : Akuntansi/Paiak
Dengan
ini
menyatakan bahwa skripsiini
adalah hasil karya saya sendiri yang mempakan hasil penelitian. pengolahan, dan analisis saya sendiri serta bukaii merupakan plagiat maupun saduran dari hasil karya atau penelitian orangblain-Apabila terbukti skripsi ini merupakan plagiat maka skripsi
ini
dianggap gugur dan harus melakukan penelitian untuk men)'usurl skripsi baru dan kelulusan serta gelarnya dibatalkan.Demikian pernyataan im dibuat dengan segala akibat yang tirnbul di kemudian hari memjadi tanggungjawab saya.
20r1
i{th
I.
Identitas Pribadi t \T^*^ r. L\curl42.
Tempat, tanggal lahir3.
Agarrra4.
NamaAyah < \T^*^ TL-,6.
Alamat?
.F^l^-^-t . r srtrpurr
8.
E-mailIL
Pendidikan Formali. sD
(199s - 200i)2.
SMP
(2001 -2004)3.
SMA
(2004 - 2007)1.
Si
QAA1 - 20ii)
ilI.
Pendidikan Non FormalI l. ltnna \-vvu - ooLoro--\ - JvR4drSr'
2.
24091 anl.l J. LVLV
IV.
Pengalaman Organisasi 1 lnnn ,)nlr\l. LvvT -Lvtv
2.
2009 -20T0DAFTAR
RIWAYAT
HIDUP
\r/:^^ rz,,*:^-.,^+:vv ul4 l\urrl4wcLl
lndramayu, 01 September 1 989
r-l ^.--ISI4ITI H. Ma'mun
rr: \T^-- T),,*-.^+l ,r1,. I\trrrB !'-,-sll)'..rr
Jl. Jendral Sudirman No. 282 Rt. 18/08 rrL 7- l:--- TfL---- F1.-..--.-l- tt--.-. -.-l:-ND.\JaurilB urilra \-llJailuutl naurgculls Indramayu Jawa Barat 45264
. rro<r6n< 1 l aOO
. \roJ\J7 I J I r/-OO
: The_wien az@y ahoo.co.id
SD liegeri Cipancuh
ii
inciramayu Madrasah Tsanawiyah Muallimaat I\ if,,L^**^,1:.,^L V^^.'^1.^#^rvrulldrrurlaurJarr I uBrY4[ctr lct SMA Negeri 5 Bekasi
r I-:--^--:a^- trluvgtsrtas lslalll I\ggctl I^l^-- xl^^ ^-: c----.:fJYal ll
Hidayatullah Jakarta
I DDD T TA /ai^"+o+ DDL I LLn VrHUrqt
ESQ Leadership Training D^l^+lL^- Iz^*---+^-: ^^^'-
^ l--,-+^.^-: r glallltanl -t\utuPuL(ir lJalJl tal\ulllaallDl "Accurate" STAN
-J:-,:^: ll^-1.^+ DEl, DCf) T TI\T
Lrrvlsr rulltat rrrl.tvr l. r-Lt (J il\
THEANALYTICALCufuIPARATIWBEFuREANDAFTER
IMPLEMENTATInNoFTAxI'AwNaMBER36INYEAR2008
CnNCEuINGZAKATASADEDUCTIONFR0MTAXABLE
INCnMEANDTHEIfuIPLI1ATIDNSF0RCHANGESINTHE
NUMBER
OFPERSONAL TAXPAYERS
(EmpiricalstudiesonTucsewiceollicePratamaserpong)
ABSTRACT
Thisstudyaimstoanalizeandprovehowbigthelevelofsignificanceof comparative number of individuat tara'payers before and afier the
application
of
tmlawNo.36yuo,20otconceningZakatasadeductionfromtmableincomeon the tax sewice
ffiee
Serpong in the period 2AA7-2010'location of this researchin
Taxsemiceofficeserpong.Methodsofdataanalysisusedescriptiveanalysisand statistical tests. To
oo*in,
the lqpothesis the researcher used the wilcoxontest andthe test of Marginal Homogenity'
The result af this study indicates that there are significant dffirencesftom theprevioustoforwardimplementationofTmlowNo.36year20aSconcening Zolwt as a deductianfrom taxable income'
ANALISN PERBANDINGAN SEBELUM DAN SESUDAH PENERAPAN
UNDANG-UNDANG PERPAJAKAN NOMOR 36 TAHUN 2OO8 MENGENAI ZAKAT SEBAGAI PENGURANG PENGHASILAN KENA
PAJAK DAN IMPLIKASII{YA TERIIADAP PERUBAHAN JUMLAH
WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI
(Studi
Empiris
PadaKPP Pratama
Serpong)ABSTRAK
Penelitian
ini
bertujuan untuk menganalisis dan membuktikan seberapa besar tingkat signifikansi mengenai perbandingan Jumlah Wajib Pajak OrangPribadi Sebelum dan Sesudah penerapan Undang-Undang Perpajakan Nomor 36
Tahun 2008 Mengenai Zakat sebagai pengurang penghasilan kena pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Serpong pada periode Tahun 2007-20rc. Lokasi
penelitian
di
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Serpong. Metode anaiisis data menggunakan analisis dekriptif dan uji statistik. Untuk menguji hipotesis peneliti menggunakan uji Wilcoxon dan Uji Marginal Homogenity.Hasil penelitian
ini
mengindikasikan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara sebelum dan sesudah penerapan Undang-Undang Perpajakan Nomor 36 Tahun 2008 Mengenai Zakat sebagai pengurang penghasilan kena pajak.KATA PENGANTAR
Ass,alqrnu' alaikum Wr.
W.
Segala pqii dan sy -ukur hanya milik Allah SWT yang senantiasa rnelimpahkan kemudahan, pstunjuk, rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis dalam menyusrm darr merlyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya. Shalawat serta salam selalu tercurah kepada junjungan Nabi bqsar Muhammad SAW, yang telah medgantarkan umatnya menuJu zarnan yang beradab dan penuh pencerahan
Skripsi dengan
judul
Analisis Perbandingan SebelunDnn
Sesudah Penerapan Undang-Undang Perpajakan Nomor36
Tahun 2{X}8 Mmgonai Za.l<at Sebagai Pengurang Pengh*ilan Kena Pajak Dan Imptikasfuya TerhadapPerubahan Jumlah
Wajib
Pajak OrangPribadi
(Studi Empiris Pada KPF Pratama Serpong) disusun guna rnemenuhi syarat dalam mer4ih gelar Sfiana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bis4is, Universitas Islam Negsri SyarifHidayatullahJakarta.
Pada kesempatan
ini
peruli ingin menyampaiktrn rasa terima kbsih yang sobesar-besarnya kgpada:1.
Kedua orangtuaku tercinta Bppa Ma'mun dan Mamah Eneng yang telah membetikan dukungaq materiil dan spiritual terimakasihatas doa yang setiap saat kalian parrjatkan, semangat, motivasi,dan kasih sayang yang telah kalian berikan.2.
Bapak Dr.Amilin
SE.,Ak,
Msi. Selaku Dosen PembimbingI
yang selalu sabar membimbing, mengarahkan, memberi rnotivasi, solusi, menguatkanmental, dan meluangkan waktunya kepada penirtis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
3.
Ibu Yessi Fitri, SE., Ak., Msi. Selaku Dosen PembimbjngII
yang selalumeluangkan
waktq
rnemberi semangat, ardran, ide-ide, motivasi, dan bimbingan selama penulis menyelesaikan slcripsi ini.5.
Ibu Raohmawati SE.,Ak,
Msi. Selaku Ketua Jur,usan AkuntansitlIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.5.
Seluruh Dosen, Staf, dan Kagfawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.yang telah memberikart banyak ilmu yang b€rmanfaat dan bantuan-bantuannya kepada penulis.7.
Adikku Wahyu Kurniawan yang teteh sayangi, yang selalu antusias mengajak diskusi, bertukar pikiran, semoga apa yang dicita-citakan bisatercapai.Amin.8.
$audara'saudaraku tercinta bi lyus, Mamah Dede, Teh Lilis, Om Solefu Omilin,
dan Mbah yang udah baik banget mernbantu dan mernotivasi penulis sehingga penulis bisa menyelBsdikan kuliah Sl seperti sekarang.9.
Sahabat-sahabatku tercinta di kost batubara Institute Ratna K, Nitra, Aidq Kiki, Nuy, Teh cucur Ratna, rizki, dan kholis, Ka ida dan Mba umah.10. Temenotemen Pajak B Endang, Koi, Amel, Dewi, Anik. Audit B lrcha, Tami, dian, culi dan
Ani.
Akunknsi ManajemenFikie,
Saipul, dan terrran-trsman Akuntansi B angkatan 2007 lainnya yang tidak bisa dispbutkan satu persatu. 11, Para Guru dan sahabat-
sahabatku alumni SDN Cipancuh 2, Mts MwillimaatMuh. YK, dan SMAN 5 Bekasi.
Penulis ntenyadari bahwa masih banyak kesalahan dan kekuradgan dalarn penulisan skripsi ini. Oleh karena ifir, penulis gngat mengharapkan kritik daq saran yang dqpat rnembangun demi kesempurnaan skripsi
ini.
Harapan Penulis, semoga skripsiini
bermanfaat khususnya bagi peaulis dan urnulrurya bagi semua pihak lang memb acarry a.Jak*rta,
April20ll
DAFTAR ISI
Halaman Pengesahal....re
.r,....,...i,.rr,..r....rr...r.,i...r,...,...
Surgt Perny8taan...r...r...o...r...t..rr...f.r...r...'....r...
Daftar Riwayat
lfidup....,r...,rr.,...r,..,.,..e...'i..,.r...,**
Ab5tfACt.,...r....re..r..r...r.r...r...o...r..e..r...tt..r
Abstrak...r...r.
...'.'.r...'...r.
Knta Pengentafe...r....rr...'r'....r.'...r.t...'....r-..t.rr....t...r.r...
Daftar
isi...,...,...r...,,...r..,r,..r...,..!*...,..r...r....
Daft*rTrbe|,...,,....,,...
...r....
DAftar Gambar..r.."r....rr...r..!..t...t...r..r..'.r..rr..r...r...'...rr.'. Daftar L8mpir8n....a...i.r.r..r...,....r.r..t...rr.r.r...rr.r...,....
BABI
PilNDAHUILIAII...,..i....,....,
A. Latar Belakang Penelitian. B. RumusanMasalah
C. Tujuan dan Manfaat penelitian
1.
Tujuan Penelitian2.
Manfaat Penelitian.BAB
II
TINJAUANPUSTAKA
...I"""IA
Dasar-dasar Perpajakan1.
PengertianPajak..
i ... .. r2.
Jenis Pajak1.
MenurutGolongan..2.
Menurut Sifat3.
Menurut Lembaga Pemungut. System Pemungutan PajakNomot Pokok Wajib Pajak 0.{PWP)
u v YI vn vlu If,
ri
XIY xv xvlI
I 8I
8 3. 4. 5. 10l0
10 11 t2 t2 l3 t4 l5 t8C,
B.
Tinjauan Mengenai Zakat.D. E. F.
1.
Pengertian 7,akat...2.
Macam-macanZ*at..l.
7,akatFitrah...2.
ZakatMaal....3.
Syarat-syarat Pengeluaran Zakat... -. Regulasi Mengenai Z,akat dalam Perpajakan1.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 20092.
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan Penelitian Terdahulu.Keterkaitan aatar Variabel dan perumusan Hipotesis. . . - . . . .... Kerangka Berfikir
BABIIIMEToDEPENELITIAN..i...'...''....l''.tt..'?
A.
Ruang Lingkup Penelitian.B.
Metode FenentuanSanpel..r...,..
..,r.,,.r..,,C.
Metode PengumputanData.D.
Metode Analisis Data...l.
Metode Analisis Statistik Deskriptif.2.
StatistikNon Pmametrika-
UjiWilcoxon...
(..r..r.r.b.
Uji Marginat Homogenity3.
Instrumen TambahanE.
Operasionalisqsi Variabel penelitian....i....
l.
Undang-Undang peqpajakanNomor 36 Tahun 2008 Pasat 4 ayat32.
lVajib Pajak OrangPribadi...
....r,i.BAB
TV
HASIL PENELITIAN DAFI PEMBAHASAI\...'...A.
Gambaran Umum Objek Penelitian.L
Sejarah Singkat KPP Pratama Serpong.19 19
2l
2r 23 24 28 28 29 34 36 37 38 38 38 39 39 39 394l
4l
42 43M
45 46 46 46 4954
54 )J 58
5:9
59 60 62 68
7l
7l
72 73
73
74 77
Nomor
DAFTAR TABEL
Keterangan
2.1
Tabel penelitian terdahulu.. . i. .. ... j.4.1
wilayah KWaKPP PratamaSerpottg.
504.2
Jurnlah $fajib Pajak Sebelum UU Nomor 36 Tahun2008...
554.3
Jumlah Wajib Pajak Sesudah UU Nomor36 Tahun2008...
564.4
Karaktqristtk Responden Berdasartan Jenis ke1amin..." 584,5
Karakteristik Responden BerdasarkanUsia..-...
594.6
KaraktelistikRespondenBerdasarkan Tfugkat Psndidikan... 604.7
Karakteristik Responden Berdasarkan Staqu$...i..,..,.\... 604.&
Kafakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan..4.9
Analisis StatistikDeskriptif...,...qi
624.10
WilcoxonRanks...r...r
634-Il
lVilcoxonTpstStatistis4.12
Uji MarginalHomogeniry...
654.13'
Hasil PenypbdranKuisioner..
...,...
66Nomor 2.1
4.1
4.2
DAtr'TAR. GAMBAR
Keterangan Halaman
Kerangka
Berfikir. ...i.
36Struktur Organisasi KPP Fratama
Serpong.
47 [image:14.612.56.538.57.749.2]Nonor
1
,
? a J
4 5 6 7
I
I
10DATTAII LAMPIRAN
Ketsrangan
Surat Pemberian Ijin Peneliti&tr. . . -. . . .,. . .. . r . . ...r..i Pdrdtqran Pemertatah No. l8 Tahtm 2008...
J$mtah Wajib PaJ ak di KPP Pratama Se9cpg.."....,.,.
HasilUjiStatistikDeskriptif.,...r...
Hasil Uji Wipoxon,...,. n.. i r. !,.. r.. Flasil Uji Malginal Honrogenrt}'. . . r . . . ! . . i . Kuigioner.,r,r.f
.++.-*.
t.,...
karakteristik
Responden
....,\... . .. , .. ... hasil Penyebaisn Ituisionor, . .., . . . r.,,...,.. 1Grafik Hasil Kuisipner...,...,... 1...!....i.,.
xvi
1q
19 84 88 89 q0
9l
[image:15.612.38.540.41.753.2]1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar belakang Penelitian
Sebagian besar dari kita masyarakat Indonesia tentu menyetujui
bahwa masih banyak warga negara Indonesia yang hidup miskin dan hidup di
bawah garis kemiskinan. Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan, hasil
survei pada Maret 2009, jumlah orang miskin di Indonesia sebanyak 32,53
juta jiwa atau 14,15 persen dari total jumlah penduduk Indonesia.
Sementara Hingga Maret 2010, masih menurut BPS jumlah penduduk
miskin di Indonesia mencapai 31,02 juta atau 13,33% dari jumlah penduduk
Indonesia. Jumlah ini mengalami penurunan sebesar 1,51 juta dibandingkan
penduduk miskin pada Maret 2009 yang sebesar 32,53 juta atau 14,15% dari
total jumlah penduduk. Artinya penurunan penduduk miskin masih sangat
lamban dan jumlahnya tidak signifikan pertahunnya, belum lagi bicara soal
standar kemiskinan yang sudah pasti berbeda antara berbagai pihak, apalagi
jika dikaitkan dengan besaran inflasi.
Menurut Masjanto (2010), BPS menyatakan nominal indikator
kemiskinan sebesar Rp211.000 per bulan per orang. Besaran ini diukur
berdasarkan tingkat kebutuhan makanan dan non makanan, dimana seseorang
dikatakan dalam kondisi miskin apabila ia tidak mempunyai kemampuan
2
kemiskinan sebesar Rp211.000 di mana pemenuhan untuk makanan sebesar
Rp 155.615/bulan dan Non Makanan Rp 56.000/bulan.
Satu-satunya yang bisa menghubungkan membaiknya indikator
perekonomian makro dengan pengentasan kemiskinan hanyalah pajak sebagai
alat negara untuk mendistribusikan kembali pendapatan yang berhasil
diperoleh pihak-pihak yang menikmati pertumbuhan ekonomi nasional, baik
badan usaha maupun perorangan, pemerintah maupun non pemerintah tanpa
kecuali. Disamping pajak, di negeri dengan umat Muslim terbesar di dunia ini
zakat dapat juga berperan sebagai katalisator redistribusi pendapatan nasional
yang bersifat melengkapi pajak negara dan tidak perlu dipertentangkan
apalagi ditolak jika memang bisa meningkatkan kesejahteraan rakyat
(Masjanto, 2010).
Meskipun pajak dan zakat memiliki titik singgung yang sama, yaitu
kewajiban yang mengikat dan kekuasaan yang menekan, di antara dua hal itu
terdapat perbedaan penting. Pertama, zakat adalah ibadah, dan pajak
merupakan kewajiban kepada negara. Kedua, nisab dan persentase zakat
ditetapkan oleh syariat, sedangkan pajak ditentukan oleh ulil amri, serta
merekalah yang menentukan. Ketiga, pajak berkaitan dengan hubungan antara
warga dan negara. Sedangkan zakat berkaitan dengan hubungan antara
manusia dan Tuhan. Lalu, keempat, sasaran pajak terbatas, hanya target
materi. Sedangkan zakat merupakan ibadah yang sekaligus pungutan.
Lahirnya UU Nomor 38 Tahun 1999, tepatnya pada 23 September
3
Islam di negeri ini. UU tersebut merupakan langkah maju. Sebab, sejak
republik ini berdiri, sejak itu pula zakat terabaikan dalam konstitusi
kenegaraan. Sebagai lembaga yang paling sah dan resmi mengelola zakat,
pemerintah sadar bahwa selama ini telah menyia-nyiakan kesempatan.
Padahal, zakat memiliki potensi yang begitu besar, tapi hingga saat ini belum
punya kekuatan apa pun dalam menangani masalah kemiskinan di negeri ini.
Karena itu, sebagian kalangan mengatakan bahwa klausul zakat mengurangi
pajak begitu penting.
Dengan diberlakukannya UU No. 38/1999, untuk pertama kalinya
pemerintah mengatur kaitan antara zakat dengan pajak. Dalam pasal 4
disebutkan Zakat yang telah dibayar kepada Badan Amil Zakat atau Lembaga
Amil Zakat dikurangkan dari laba/pendapatan sisa kena pajak dari dari wajib
pajak yang bersangkutan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Berdasarkan Pasal 11(2) UU No. 38/1999, harta yang dikenakan
zakat terdiri dari harta dan penghasilan. Yang termasuk harta yaitu emas,
perak, uang (kecuali tambahan harta yang bersumber dari penghasilan), dan
rikaz (harta yang dipendam/tersimpan). Sedangkan untuk penghasilan terdiri
dari hasil perdagangan dan perusahaan, hasil pertanian, perkebunan dan
perikanan, hasil pertambangan, hasil peternakan, serta hasil pendapatan dan
jasa. Pembayaran zakat tidak selamanya berkaitan dengan penghasilan, karena
harta yang hanya disimpan (tidak produktif) seperti emas, perak dan uang,
sepanjang memenuhi nisab dan haulnya, maka wajib dibayar zakatnya, tanpa
4
akibat pembayaran zakat ada dua kemungkinan, mengurangi penghasilan atau
mengurangi harta. Dalam pasal 14 (3) UU No. 38/1999 disebutkan,
pembayaran zakat yang dikaitkan dengan perhitungan penghasilan kena pajak
adalah pembayaran zakat yang mengurangi penghasilan dari si pembayar
zakat. Namun ketentuan tidak bisa langsung diterapkan karena harus
menunggu perubahan dan penyesuaian berbagai peraturan perundangan
lainnya, khususnya yang menyangkut Pajak Penghasilan (PPh) (Poernomo,
2011).
Dengan diberlakukannya UU No. 17/2000 tentang perubahan ketiga
UU No. 7/1983, tentang pajak penghasilan, maka kendala itu sudah bisa
diatasi. Dalam UU PPh yang baru disebutkan, Zakat yang nyata-nyata yang
dibayarkan oleh Wajib Pajak orang Pribadi pemeluk agama Islam kepada
badan amil zakat atau atau lembaga amil zakat yang didirikan atau disahkan
oleh pemerintah bukan meruopakan objek pajak bagi si penerima, serta zakat
atas penghasilan boleh dikurangkan dari penghasila kena pajak. Delapan
tahun kemudian, Undang-Undang tersebut disempurnakan kembali dengan
lahirnya Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 mengenai Pajak
penghasilan. Berdasarkan UU No. 36 tahun 2008 terhadap
penghasilan-penghasilan tertentu yang diterima atau diperoleh wajib Pajak dikecualikan
dari pengenaan Pajak Penghasilan (bukan merupakan Objek Pajak).
Berdasarkakan pasal 4 ayat 3(a) penghasilan yang tidak termasuk objek pajak
adalah bantuan atau sumbanagn, termasuk zakat yang diterima oleh badan
5
pemerintah dan yang diterima oleh penerima zakat yang berhak atau
sumbangan keagamaan yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah dan
yang diterima oleh penerima sumbangan yang berhak, yang ketentuannya
diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Pemerintah. Lahirnya
Undang-Undang tersebut merupakan langkah maju, karena Zakat memiliki potensi
besar dalam membantu pemerintah dalam menangani masalah kemiskinan
(Abimanyu, 2010).
Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Russell Powell (2009)
yaitu mengenai Zakat: drawing insights for legal theory and economic policy
from islamic jurisprudence. Ia mengulas mengenai negara-negara yang
memfasilitasi pengumpulan dan distribusi zakat termasuk di Indonesia.
Dalam jurnalnya ia menuliskan
“Indonesia is unique in a number of ways. First, along with malaysia, it is far removed from the core of the arab middle east. Second, islam came the region somewhat later and as part of a religious phenomenon with relatively less political entanglement. Third, according to surveys indonesia has the highest rate of zakat giving among surveyed nations at 94%, with the rate even higher for those with higher education, even though zakat is mandatory.
Indonesia has established govermental organizations to collect and distribute zakat and regulates all private zakat collection and distribution.
Regional “BAZ” are semi-autonomous zakat agencies that collect and
distribute contributions. They compete (often unfavorably) with a variety of other charities and direct giving. Ministry of religion decision No.581/1999 specificially addresed the role of governmental BAZ and nongovernmental zakat collectors known as LAZ. Contribution are deductible up to 2.55 of net income. Altought the percentage of zakat funds collected by BAZ went from 4% in 2000 to 9% in 2004, these governmental organizations still account for a small portion of overall zakat fund, most of which go to local individuals and mosquos”.
Penelitian selanjutnya yang dilakukan oleh Ahmad Syaechu (2008)
undang-6
undang pajak penghasilan no 17 tahun 2000. Penelitian ini adalah untuk
mengetahui apakah ada perbedaan penerimaan zakat pada badan amil zakat
infaq dan shadaqah (BAZIS) DKI Jakarta sebelum dan sesudah
Undang-undang perpajakan no 17 tahun2000. Berdasarkan hasil analisis, menunjukan
bahwa penerimaan zakat pada BAZIS DKI jakarta terus meningkat dari tahun
1995 s.d. 2006. Penerimaan terbesar terjadi pada tahun 2003 dan 2006 yaitu
setelah penerapan undang-undang perpajakan no 17 tahun 2000.
Penelitian berikutnya yang dilakukan oleh Chaeruddin Zakir (2008)
yaitu Analisis terhadap peraturan perpajakan mengenai zakat sebagai
pengurang penghasilan dalam perhitungan pajak penghasilan di Bank Syariah
Muamalat Indonesia Tbk. Dari penelitian ini didapatkan informasi bahwa
Bank Muamalat sebagai pelopor Bank Syariah pertama di Indonesia
menerima pembayaran zakat para muzzaki yang dapat dibayarkan secara
langsung melalui rekening Bank Muamalat atau dapat disetorkan melalui
Lembaga Amal Zakat (LAZ) Bank Muamalat yaitu Baitul Maal Muamalat
(BMM). Besarnya zakat maal yang diterapkan di Bank Muamalat sebesar
2,5% dan waktu mengeluarkannya 1 tahun sekali.
Berdasarkan latar belakang dan pada penelitian-penelitian terdahulu
yang sudah terpapar pada pembahasan di atas, penulis tertarik untuk
melakukan penelitian lebih dalam mengenai pengaruh peraturan yang
menyatakan zakat sebagai pengurang penghasilan kena pajak terhadap
perubahan jumlah wajib pajak pribadi. Di Indonesia, dengan dengan adanya
7
penghasilan kena pajak atau dengan kata lain tidak dikenakan pajak, disambut
positif oleh masyarakat, karena mereka bisa menunaikan dua kewajiban
sekaligus yaitu membayar zakat dan pajak tanpa saling membebani satu sama
lain. Hal ini sangat berpengaruh terhadap kesadaran masyarakat dan tentunya
akan menambah jumlah wajib pajak yang membayar pajak. Untuk itu peneliti
akan meneliti lebih dalam sejauh mana efektivitas penerapan Undang-undang
Nomor 36 tahun 2008 mengenai zakat dan bagaimana pengaruh adanya
undang-undang yang mengatur bahwa zakat merupakan pengurang
penghasilan bruto dan pengaruhnya terhadap jumlah wajib pajak orang
pribadi. untuk itu penulis mengambil judul:
“Analisis Perbandingan Sebelum dan Sesudah Penerapan
Undang-Undang Perpajakan Nomor 36 Tahun 2008 Mengenai Zakat
Sebagai Pengurang Penghasilan Kena Pajak dan Implikasinya Terhadap
Perubahan Jumlah Wajib Pajak Orang Pribadi”.
Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian sebelumnya,
yaitu penelitian yang dilakukan oleh Suhardiman (2010). Perbedaan
penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah sebagai berikut:
1. Variabel yang digunakan penelitian terdahulu adalah PER-16/PJ./2007 dan
Per-116/PJ./2007 terhadap perubahan jumlah Wajib Pajak Orang Pribadi.
Sedangkan dalam penelitian ini peneliti meneliti perbandingan sebelum
dan sesudah penerapan Undang-Undang Perpajakan nomor 36 Tahun 2008
mengenai Zakat sebagai pengurang penghasilan kena pajak dan
8
2. Metode analisis yang digunakan penelitian terdahulu adalah uji regresi
sedangkan dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode analisis
statistik nonparametrik yaitu uji wilcoxon dan uji marginal homogenity.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka pokok permasalahan
yang muncul adalah bagaimana perubahan jumlah Wajib Pajak Orang
Pribadi di KPP Pratama Serpong sebelum dan sesudah Undang-Undang
Perpajakan No 36 Tahun 2008 pasal 4 ayat 3 mengenai zakat sebagai
pengurang penghasilan kena pajak?
C. Tujuan dan manfaat penelitian
1. Tujuan penelitian
Tujuan dilakukannya penelitian terhadap permasalahan ini adalah
untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana perubahan jumlah
wajib pajak orang pribadi di KPP Pratama Serpong sebelum dan
sesudah Undang-Undang Perpajakan No 36 Tahun 2008 pasal 4 ayat 3
mengenai zakat sebagai pengurang penghasilan kena pajak.
2. Manfaat penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi:
a. Direktorat Jenderal Pajak
Memberikan masukan dalam hal regulasi Perpajakan untuk menambah
9
b. Masyarakat
Sebagai sarana informasi mengenai perlakuan zakat dalam perpajakan
dan permasalahannya dalam perpajakan.
c. Kalangan akademisi
Menambah referensi mengenai masalah pengenaan zakat dan
pengaruhnya pada jumlah WP orang pribadi dan peraturan-peraturan
perpajakan yang terkait.
d. Peneliti
Memperluas wawasan mengenai peraturan perlakuan zakat dalam
perpajakan dan pengaruhnya pada perubahan jumlah wajib pajak orang
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Dasar-Dasar Perpajakan
1. Pengertian Pajak
Menurut Resmi (2008:8), terdapat beberapa definisi pajak dari
beberapa pakar yaitu:
Definisi pajak yang dikemukakan oleh Rochmat Soemitro:
Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal balik (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan, dana yang ditunjukkan untuk membayar pengeluaran umum.
Definisi tersebut kemudian disempurnakan, menjadi:
Pajak adalah peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada kas negara untuk membiayai pengeluaran rutin dan “surplus”-nya digunakan untuk public saving yang merupakan sumber utama untuk membiayai public investment.
Definisi pajak yang dikemukakan oleh N. J. Feldmann:
Pajak adalah prestasi yang dipaksakan sepihak oleh dan terutang kepada penguasa (menurut norma-norma yang ditetapkan secara umum), tanpa adanya kontraprestasi, dan semata-mata digunakan untuk menutup pengeluaran-pengeluaran umum.
Pajak menurut Pasal 1 UU KUP No 28 Tahun 2007 mengenai
ketentuan umum perpajakan:
11
Sementara pemahaman pajak dari perspektif hukum menurut Soemitro
merupakan suatu perikatan yang timbul karena adanya undang-undang
yang menyebabkan timbulnya kewajiban warga negara untuk
menyetorkan sejumlah penghasilan tertentu kepada negara, negara
mempunyai kekuatan untuk memaksa dan uang pajak tersebut harus
digunakan untuk menyelenggarakan pemerintahan.
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa:
a) Pajak dipungut berdasarkan atau dengan kekuatan undang-undang
serta aturan pelaksanaannya.
b) Pajak diperuntukkan bagi pengeluaran-pengeluaran pemerintah,
yaitu bila dalam pemasukkan masih terdapat surplus maka
dipergunakan untuk membiayai public investment.
c) Pajak adalah prestasi yang dipaksakan sepihak oleh dan terutang
kepada penguasa tanpa adanya kontraprestasi, dan digunakan untuk
menutup pengeluaran-pengeluaran umum.
d) Pajak dipungut oleh negara baik pemerintah pusat maupun daerah.
2. Jenis Pajak
Menurut Resmi (2008:7), terdapat berbagai jenis pajak, yang dapat
dikelompokkan menjadi tiga, yaitu pengelompokkan menurut
12
1. Menurut Golongan
Pajak dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
a. Pajak Langsung: pajak yang harus dipikul atau ditanggung
sendiri oleh Wajib Pajak dan tidak dapat dilimpahkan atau
dibebankan kepada orang lain atau pihak lain. Pajak harus
menjadi beban Wajib Pajak yang bersangkutan.
Contoh: pajak penghasilan (PPh). PPh dibayar atau ditanggung
oleh pihak-pihak tertentu yang memperoleh penghasilan
tersebut.
b. Pajak tidak langsung: pajak yang pada akhirnya dapat
dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain atau pihak
ketiga. Pajak tidak langsung terjadi jika terdapat suatu kegiatan,
peristiwa, atau perbuatan yang menyebabkan terutangnya
pajak, misal terjadinya penyerahan barang atau jasa.
Contoh: PPN terjadi karena terdapat pertambahan nilai
terhadap barang dan jasa. Pajak ini dibayarkan oleh produsen
atau pihak yang menjual barang tetapi dapat dibebankan pada
konsumen baik secara eksplisit maupun implisit (dimasukkan
dalam harga jual barang atau jasa).
2. Menurut Sifat
a. Pajak subjektif: pajak yang berpangkal pada diri orang yang
dikenakan pajak. Pada pajak subjektif dimulai dengan
13
pemungutan pajak subjektif ini harus ada hubungan antara
Negara pemungut pajak dan subjek pajak (Abut, 2010:9).
b. pajak objektif: pajak yang pengenaannya memerhatikan
objeknya baik berupa benda, keadaan, perbuatan, atau peristiwa
yang mengakibatkan timbulnya kewajiban membayar pajak,
tanpa memperhatikan keadaan pribadi Subjek Pajak (Wajib
Pajak) maupun tempat tinggal.
Contoh: Pajak pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan
atas Barang Mewah (PPnBM), serta Pajak Bumi dan Bangunan
(PBB) (Resmi, 2008:8).
3. Menurut Lembaga Pemungut
a. Pajak Negara (Pajak Pusat): adalah pajak yang pengelolaanya
dilakukan oleh pemerintah pusat untuk membiayai pengeluaran
umum (negara).yang termasuk pajak pusat yang pengelolaanya
dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pajak diantaranya, Pajak
penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak
Bumi dan Bangunan (PBB), Bea Materai, dan Bea Perolehan
Hak atas Tanah dan Bangunan (Abut, 2010:7).
b. Pajak Daerah: pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah
baik daerah tingkat I (pajak provinsi) maupun daerah tingkat II
(Pajak kabupaten/kota) dan digunakan untuk membiayai rumah
tangga daerah masing-masing. Pajak provinsi meliputi Pajak
14
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa jenis-jenis
pajak dibagi menjadi tiga yaitu menurut golongan, menurut sifat dan
menurut lembaga pemungut. Pajak menurut golongan diantaranya
pajak langsung dan pajak tidak langsung. Pajak menurut sifat
diantaranya pajak subjektif, dan pajak objektif. Pajak menurut lembaga
pemungut diantaranya Pajak Negara (Pajak Pusat) dan Pajak Daerah.
3. Sistem Pemungutan Pajak
Resmi (2008:11), menyatakan dalam pemungutan pajak
dikenal beberapa sistem pemungutan, yaitu official assesment system,
self assesment system, dan withholding system.
a. Official assesment system, yaitu suatu sistem pemungutan pajak
yang memberikan kewenangan aparatur perpajakan untuk
menentukan sendiri jumlah pajak yang terutang setiap tahunnya
sesuai dengan ketentuan undang-undang perpajakan yang berlaku.
b. Self assesment system, yaitu sistem pemungutan pajak yang
memberi wewenang wajib pajak untuk menentukan sendiri jumlah
pajak yang terutang setiap tahunnya sesuai dengan ketentuan
undang-undang perpajakan yang berlaku, di Indonesia sendiri juga
condong menerapkan sistem ini, dimana wajib pajak diberi
kepercayaan untuk:
i. Menghitung sendiri wajib pajak yang terutang
ii. Memperhitungkan sendiri pajak yang terutang
15
iv. Melaporkan sendiri pajak yang terutang
v. Mempertanggungjawabkan pajak yang terutang.
c. Withholding System, yaitu sistem pemungutan pajak yang memberi
wewenang kepada pihak ketiga yang ditunjuk untuk menentukan
besarnya pajak terutang oleh wajib pajak sesuai dengan ketentuan
undang-undang yang berlaku.
Pada Official Assesment System inisiatif dalam menghitung serta
memungut pajak sepenuhnya ada pada pihak aparatur pajak, sehingga
berhasil tidaknya pelaksanaan pemungutan pajak banyak tergantung pada
aparatur pajak itu sendiri. Pada Self Assesment System inisiatif dalam
menghitung serta menyetorkan pajak sepenuhnya ada di tangan Wajib
Pajak, Maka dalam sistem ini inisiatif dan kejujuran Wajib Pajak sangatlah
berperan besar dalam menentukan kesuksesan pemungutan pajak.
Sedangkan dalam With Holding System pemungutan pajak banyak
bergantung pada pihak ketiga. Penunjukan pihak ketiga ini bisa dilakukan
dengan Undang-Undang Perpajakan, Keputusan Presiden dan peraturan
lainnya. Berhasil tidaknya pemungutan pajak dengan sistem ini tergantung
pada pihak ketiga tersebut.
4. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
Menurut Undang-Undang republik Indonesia Nomor 28 tahun
2007 tentang perubahan ketiga atas Undang-undang nomor 6 Tahun 1983
16
(enam) yang dimaksud dengan Nomor Pokok Wajib Pajak adalah nomor
yang diberikan kepada wajib pajak sebagai sarana dalam administrasi
perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas
wajib pajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya.
Dalam PER-16/PJ/2007 pasal 1 tentang ketentuan umum
disebutkan bahwa yang dimaksud dengan nomor pokok wajib pajak
(NPWP) adalah nomor yang diberikan kepada wajib pajak sebagai sarana
dalam administrasi perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pengenal
diri atau identitas wajib pajak dalam melaksanakan hak dan ewajiban
perpajakannya. NPWP tersebut berfungsi:
1. Sebagai sarana dalam administrasi perpajakan yang digunakan sebagai
tanda identitas wajib pajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban
perpajakannya, oleh karena itu kepada setiap wajib pajak hanya
diberikan satu NPWP.
2. Untuk menjaga ketertiban dalam pembayaran pajak dan sebagai
pengawasan administrasi perpajakan sebagai aparatur pajak.
Persyaratan pendaftaran NPWP khusus bagi wajib pajak
Perseorangan, usahawan, dan Wajib Pajak Badan sebagaimana diatur
dalam Keputusan Nomor Kep-34/PJ.2/1989 tanggal 10 Juli 1989 dan
PER-24/PJ/2009 Tanggal 16 Maret 2009 sehingga menjadi sebagai
17
a. Untuk Wajib pajak Perseorangan Usahawan: pendaftaran NPWP
dilampiri dengan:
Foto copy KTP atau dan foto copy kartu keluarga;
Untuk karyawan harus dilengkapi dengan surat dari
perusahaan;
Untuk pengusaha, foto copy Surat Izin Usaha atau Surat
keterangan Tempat usaha dari Instansi yang berwenang;
b. Untuk Wajib Pajak Badan: Pendaftaran NPWP dilampiri dengan:
Foto copy Akte Pendirian;
Foto copy Surat Izin usaha atau Paspor salah seorang pengurus
foto copy kartu keluarga;
Bagi yang memenuhi persyaratan tersebut diatas kartu diberikan
oleh kantor Pelayanan Pajak dalam jangka wakti 1(satu) hari atau
NPWP tersebut dikirim kepada Wajib Pajak pada hari berikutnya
atau diambil sendiri oleh Wajib Pajak dengan membubuhkan tanda
tangan atau tanda terima pada buku ekspedisi (Sumarson,
2010:21-22).
Dari beberapa penjelasan diatas mengenai NPWP dapat
disimpulkan bahwa Nomor Pokok Wajib Pajak adalah nomor yang
diberikan kepada wajib pajak sebagai sarana dalam administrasi
perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau
identitas wajib pajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban
18
5. Wajib Pajak
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia nomor 28 Tahun
2007 tentang perubahan ketiga atas Undang-Undang nomor 6 tahun
1983 tentang ketentuan umum dan tata cara perpajakan yang dimaksud
dengan wajib pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi
pembayaran pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang
mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan. Secara sederhana dapat
dikatakan bahwa yang disebut dengan wajib pajak adalah subjek pajak
yang telah memenuhi persyaratan subyektif dan obyektif. Persyaratan
subjektif adalah persyaratan yang sesuai dengan ketentuan mengenai
subjek pajak dalam Undang-Undang Pajak Penghasilan 1984 dan
perubahannya. Sementara itu, persyaratan objektif adalah persyaratan
bagi subjek pajak yang menerima atau memperoleh penghasilan atau
diwajibkan untuk melakukan pemotongan/pemungutan sesuai dengan
ketentuan Undang-Undang Pajak Penghasilan 1984 dan perubahannya.
Menurut Lubis dan Djuanda (2010:10), pada prinsipnya orang
pribadi yang menjadi subjek pajak dalam negeri adalah orang pribadi
yang bertempat tinggal atau berada di Indonesia. Termasuk dalam
pengertian orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia adalah
mereka yang mempunyai niat untuk bertempat tinggal di Indonesia.
Keberadaan orang pribadi di Indonesia lebih dari 183 hari tidaklah
19
berada di Indonesia dalam jangka waktu 12 bulan sejak kedatangannya
ke Indonesia sebagai subjek pajak dapat bertempat tinggal atau berada
di Indonesiaataupun di luar Negeri tempat tinggal orang pribadi atau
tempat kedudukan badan ditetapkan oleh Direktur jendeal Pajak
menurut keadaan yang sebenarnya.
Dari beberapa definisi diatas mengenai Wajib Pajak dapat
disimpulkan bahwa wajib pajak adalah subjek pajak yang telah
memenuhi persyaratan subyektif dan obyektif. Pada prinsipnya orang
pribadi yang menjadi subjek pajak dalam negeri adalah orang pribadi
yang bertempat tinggal atau berada di Indonesia. Termasuk mereka
yang mempunyai niat untuk bertempat tinggal di Indonesia.
Keberadaan orang pribadi di Indonesia lebih dari 183 hari dalam
jangka waktu 12 bulan.
B. Tinjauan Umum Mengenai Zakat
1. Pengertian Zakat
Ditinjau dari segi bahasa kata zakat merupakan kata dasar dari zaka
yang berarti suci, berkah, tumbuh dan terpuji. Sedangkan dari segi
istilah fiqih, zakat berarti sejumlah harta tertentu yang diwajibkan
Allah diserahkan kepada orang yang berhak menerimanya, disamping
berarti mengeluarkan jumlah tertentu itu sendiri (Qardhawi,1999:34).
Sedangkan menurut etimologi syari`at (istilah) memiliki arti
20
1. Zakat dalam arti nama (lughah) artinya kesuburan (gustian
juanda, 2006: 258)
2. Zakat dalam arti thahara artinya kesucian
3. Zakat dalam arti barakah artinya keberkahan
Di dalam Al-Quran Allah SWT telah menyebutkan tentang zakat
dan shalat sejumlah 82 ayat. Dari sini disimpulkan secara deduktif
bahwa zakat merupakan rukun Islam terpenting setelah shalat. Zakat
dan shalat dijadikan sebagai perlambang keseluruhan ajaran Islam.
Pelaksanaan shalat melambangkan hubungan seseorang dengan Tuhan,
sedangkan pelaksanaan zakat melambangkan hubungan antar sesama
manusia.
“Dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. Dan kebaikan apapun yang kamu usahakan bagi dirimu, tentu akan mendapatkan pahala disisi Allah. Sesungguhnya Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan”(QS. Al-Baqarah : 10).
Sementara dalam Surat Al-Bayyinah Ayat 5 allah SWT Berfirman:
“Tidaklah mereka itu diperintahkan, melainkan supaya beribadah kepada Allah dengan ikhlas dan condong melakukan agama karenanya , begitu pula supaya mengerjakan shalat dan mengeluarkan zakat, dan itulah agama yang lurus.” (QS.Al-Bayyinah:5).
Dari beberapa pengertian dan ayat diatas, dapat ditarik beberapa
kesimpulan, Pertama, zakat adalah predikat untuk jenis barang tertentu
yang harus dikeluarkan oleh umat Islam dan dibagi–bagikan kepada
golongan yang berhak menerimanya sesuai dengan ketentuan syari`at.
Kedua, zakat merupakan konsekuensi logis dari prinsip harta milik
21
yang dititipkan kepada manusia ) dalam rangka pemerataan kekayaan.
Ketiga, zakat merupakan ibadah yang tidak hanya berkaitan dengan
dimensi ketuhanan saja, tetapi juga mencangkup dimensi sosial–
kemanusiaan yang kerap disebut ibadah.
Zakat merupakan bagian dari mekanisme keagamaan yang
berintikan semangat pemerataan pendapatan. Dana zakat diambil dari
harta orang yang berkelebihan dan disalurkan bagi orang yang
kekurangan, namun zakat tidak dimaksudkan memiskinkan orang
kaya. Hal ini disebabkan karena zakat diambil dari sebagian kecil
hartanya dengan beberapa kriteria tertentu dari harta yang wajib
dizakati. Oleh karena itu, alokasi dana zakat tidak bisa diberikan secara
sembarangan dan hanya dapat disalurkan kepada kelompok
masyarakat tertentu.
2. Macam- macam zakat
Menurut Darajat (1999:68), Pada garis besarnya zakat dibagi
menjadi dua macam, yaitu yang berhubungan dengan jiwa yang
disebut “Zakat fitrah” (pribadi) dan yang berhubungan dengan harta
yang disebut “zakatmal” (harta).
1. Zakat fitrah
Secara harfiah zakat fitrah (zakat al fitri) berarti zakat
berbuka puasa. Ini berkaitan dengan berakhirnya puasa Ramadhan
22 an-nafs, artinya zakat jiwa. Maksudnya zakat untuk mensucikan
jiwa orang yang berpuasa dari ucapan kotor dan perbuatan yang
tidak ada gunanya.
Zakat Fitrah yaitu zakat yang wajib diberikan oleh setiap
muslim setahun sekali (pada saat idul fitri) berupa makanan pokok
sehari-hari (beras, jagung dan sebagainya) (deppenkeb, 2002).
Zakat fitrah atau zakat jiwa ini dihubungkan engan bulan suci
Ramadhan dan hari raya idul fitri. Karena itu dinamakan juga
Zakatul fitri (Darazat, 1999:68).
Zakat fitrah ini merupakan zakat yang berbeda dari
zakat-zakat yang lainnya, diantaranya dengan zakat-zakat harta. Zakat harta
kendati mencangkup penyucian jiwa juga, tetapi titik beratnya
adalah penyucian atau keberkatan harta sehingga harta yang
dizakati terpelihara, subur dan berkembang.maka tidak
disyariatkan pada zakat-zakat lainnya (Hafidhudin, 2002:199).
Banyaknya zakat fitrah yang harus dikeluarkan adalah satu
sha’ (kira-kira 3 setengah liter). Zakat fitrah hukumnya wajib atas
seseorang itu baik untuk dirinya maupun untuk keluarga yang
menjadi tanggungannya seperti anak dan istrinya. Begitu pula
pembantu yang mengurus pekerjaan dan urusan rumah tangga
(Sabiq, 1987:349).
Dari pengertian diatas dapat dijelaskan kembali bahwa
23
muslim setahun sekali yang berupa makanan pokok sehari-hari
(beras, jagung, dan sebagainya) yang dibayarkan pada saat akhir
bulan ramadhan dan banyaknya zakat fitrah yang harus dikeluarkan
adalah satu sha’ (kira-kira 3 setengah liter).
2. Zakat maal (harta)
Zakat maal adalah sebagian dari harta kekayaan seseorang
atau badan hukum yang wajib diberikan kepada orang-orang
tertentu setelah mencapai jumlah minimal tertentu dan dimiliki
selama jangka waktu tertentu pula (Dewan Direksi Ensiklopedi
Islam, 1994:1110).
Menurut Fachruddin (1999:11), diwajibkan zakat atas
seseorang dengan syarat.
a. Orang islam
b. Orang yang merdeka
c. Orang yang baligh
d. Orang yang waras
e. Mempunyai nisab
f. Hendaknya nisab itu memasuki waktu keluarnya Zakat itu.
Waktunya ialah satu tahun atau 12 bulan selain dari pada zakat
tanaman dan buah-buahan yang waktu zakatnya ialah pada
24
Zakat harta (maal) terdiri dari lima macam, yaitu:
a. Zakat ternak (hewan) yaitu unta, sapi, kerbau, kambing dan
domba.
b. Zakat hasil pertanian yaitu padi, jagung, gandum, biji-bijian
dan buah-buahan yang mengenyangkan.
c. Zakat hasil tambang, baik dalam mata uang atau barang.
d. Zakat barang dagangan, berupa uang atau barang.
e. Zakat harta terpendam (Hafidhuddin 2002:37).
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa zakat maal
merupakan sebagian dari harta kekayaan seeorang atau badan
hukum yang diberikan kepada orang-orang tertentu setelah
mencapai jumlah minimal tertentu selama jangka waktu satu tahun
atau 12 bulan. Zakat maal terdiri dari zakat ternak, zakat hasil
pertanian, zakat hasil tambang, zakat barang dagangan, dan zakat
harta terpendam.
3. Syarat-syarat Pengeluaran Zakat
Zakat adalah suatu hak yang wajib dilaksanakan oleh seorang
mslim dalam hartanya untuk diberikan kepada yang berhak menerima,
dengan menyerahkan langsung kepadanya atau menggunakan wakil bagi
memutuskan manfaat (zakat) dari pemiliknya atau dari lainnya (Shiddieqy,
25
Rukun zakat adalah mengeluarkan sebagian harta yang ada pada
dirinya dan menjadikan sebagai milik orang fakir dengan menyerahkan
langsung kepada asnaf tersebut atau diserahkan kepada walinya, yakni
imam atau amil zakat (orang yang bertugas memungut zakat) (Zuhayly,
1949).
Ketentuan zakat diwajibkan atas setiap orang muslim merdeka
yang mempunyai harta kekayaan dengan syarat-syarat tertentu.
Syarat-syarat tersebut antara lain:
1. Beragama islam. Orang kafir atau orang yang bukan islam walaupun
memiliki harta kekayaan banyak tidak wajib mengeluarkan zakat.
2. Merdeka. Karena itu, hamba sahaya (budak) tidak wajib
mengeluarkan zakat.
3. Milik yang sempurna. Jika sesuatu itu belum dimiliki secara
sempurna, belum dimiliki sebenarnya atau bukan milik penuh, tidak
diwajibkan dikeluarkan zakatnya.
4. Sampai nishab. Mengenai masalah nishab ini hendaklah berlebih dari
kebutuhan-kebutuhan sehari-hari atau kebutuhan penting bagi
seseorang, seperti untuk makanan, pakaian, tempat kediaman dan
sarana untuk mencari nafkah (sifatnya relatif).
5. Dimiliki sampai satu tahun lamanya (haul). Permulaannya dihitung
dari saat memliki nishab. Jika terjadi kekurangan ditengah tahun,
kemudian cukup, maka permulaan tahun dihitung dari saat cukupnya
26
Adapun menurut Yusuf Al-Qardawi (1991:126), syarat-syarat harta
yang wajib dizakati adalah sebagai berikut:
1. Harta yang dimiliki penuh:
Yang dimaksud dengan memiliki penuh adalah bahwa kekayaan itu
harus berada dibawah kontrol atau dibawah kekuasaan pemilik, atau
seperti yang dinyatakan oleh sebagian ahli fiqh, bahwa kekayaan itu
harus berada ditangannya, tidak tersangkut didalamnya hak orang lain.
2. Harta yang berkembang:
Kekayaan yang wajib dizakati adalah kekayaan yang dikembangkan
atau mempunyai potensi untuk berkembang. Pengertian berkembang
menurut bahasa sekarang adalah bahwa sifat kekayaan itu
memberikan pendapatan, keuntungan investasi serta pemesukan atau
kekayaan itu berkembang dengan sendirinya, artinya bertambah dan
menghasilkan produksi.
3. Harta yang cukup senishab:
Islam mewajibkan zakat kepada kekayaan yang berkembang dengan
memberikan ketentuan sendiri, yaitu ejumlah tertentu yang dalam
ilmu fiqh disebut nishab atau dengan kata lain, nishab adalah jumlah
minimal harta kekayaan yang harus dikeluarkan zakatnya.
4. Harta yang lebih dari kebutuhan biasa:
Lebih dari kebutuhan biasa adalah lebih dari kebutuhan rutin karena
kebutuhan manusia sesungguhnya banyak sekali dan bisa tidak
27
5. Harta yang bebas dari hutang:
Pemilik sempurna yang dijadikan persyaratan wajib zakat dan harus
lebih dari kebutuhan primer diatas haruslah pula cukup nishab yang
sudah bebas dari hutang. Bila pemilik mempunyai hutang yang
menghapuskan dan mengurangi jumlah senishab itu, maka zakat
tidaklah wajib, kecuali bagi sebagian ulama fiqh terutama yang
berkenaan dengan kekayaan tunai.
6. Harta itu berlaku setahun atau telah sampai haulnya:
Maksudnya adalah pemilik harta di tangan pemilik telah berlalu
masanya dua belas bulan Qamariah (satu tahun) (Yusuf Qardawi,
1991:126).
Dari penjelasan diatas mengenai syarat-syarat pengeluaran zakat
dapat disimpulkan bahwa zakat diwajibkan atas setiap orang muslim
merdeka dan mempunyai harta kekayaan dengan syarat-syarat yaitu
beragama islam, merdeka, milik yang sempurna, sampai nishab, dan
dimiliki sampai satu tahun lamanya. Adapun syarat harta yang wajib
dizakati yaitu harta yang dimiliki penuh, harta yang berkembang,
harta yang cukup senishab, harta yang lebih dari kebutuhan biasa,
harta yang bebas dari hutang, dan harta tersebut berlaku satu tahun
28
C. Regulasi Mengenai Zakat Dalam Perpajakan
Pelakuan mengenai Zakat sebagai pengurang penghasilan kena pajak
diatur di dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 18 tahun
2009 dan Undang-undang Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Pajak
Penghasilan:
1. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 18 tahun 2009
tentang Bantuan atau Sumbangan Termasuk Zakat atau
Sumbangan Keagamaan yang Sifatnya Wajib yang Dikecualikan
dari Objek Pajak Penghasilan.
Pasal 1
Bantuan atau sumbangan, termasuk zakat dan sumbangan keagamaan
yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang diakui di Indonesia,
dikecualikan sebagai objek pajak penghasilan sepanjang tidak ada
hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan
diantara pihak-pihak yang bersangkutan.
Pasal 2
Zakat sebagaimana dimaksud dalam pasal 1 adalah zakat yang
diterima oleh:
1. Badan amil zakat atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau
disahkan oleh pemerintah; dan
29
Pasal 3
Sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang
diakui di Indonesia sebagaimana dimaksud dalam pasal 1 adalah
sumbangan keagamaan yang diterima oleh:
1. Lembaga keagamaan yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah;
dan
2. Penerima sumbangan yang berhak.
Pasal 4
Bantuan atau sumbangan sebagaimana dimaksud dalam pasal 1 adalah
pemberian dalam bentuk uang atau barang kepada orang pribadi atau
badan.
Dari Peraturan diatas dapat disimpulkan bahwa Bantuan atau
sumbangan, termasuk zakat dan sumbangan keagamaan yang sifatnya
wajib bagi pemeluk agama yang diakui di Indonesia, dikecualikan
sebagai objek pajak penghasilan. Penerima sumbangan yang berhak.
Lembaga keagamaan yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah;
dan sumbangan keagamaan yang diterima. Bantuan atau sumbangan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 1 adalah pemberian dalam bentuk
uang atau barang kepada orang pribadi atau badan.
2 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan
Berdasaskan pasal 4 ayat 3 Undang-undang Nomor 36 Tahun
30
diperoleh Wajib Pajak, dikecualikan dari pengenaan Pajak Penghasilan
(bukan merupakan Objek Pajak). Penghasilan yang tidak termasuk
Objek Pajak menurut ketentuan tersebut adalah:
1. Bantuan atau sumbangan dan harta hibahan
a. Bantuan atau sumbangan, termasuk zakat yang diterima oleh
badan amil zakat atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau
yang disahkan oleh pemerintah dan yang diterima oleh
penerima zakat yang berhak atau sumbangan keagamaan yang
sifatnya wajib bagi pemeluk agama lain yang diakui di
Indonesia, yang diterima oleh lembaga keagamaan yang
dibentuk atau disahkan oleh pemerintah dan yang diterima oleh
penerima sumbanagn yang berhak, yang ketentuannya diatur
dengan atau berdasarkan Peraturan Pemerintah;
b . Harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah dalam garis
keturunan lurus satu derajat, badan keagamaan, badan
pendidikan, badan sosial termasuk yayasan, koperasi, atau
orang pribadi yang menjalankan usaha mikro dan kecil, yang
ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan
menteri Keuangan, sepanjang tidak ada hubungan dengan
usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan diantara
31
2. Warisan
3. Harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan sebagaimana
dimaksud dalam pasal 2 ayat (1) huruf b UU PPh sebagai pengganti
saham atau sebagai pengganti penyertaan modal;
4. Pengantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa
yang diterima atau diperoleh dalam bentuk natura dan/atau
kenikmatan dari Wajib Pajak atau Pemerintah, kecuali yang
diberikan oleh bukan Wajib Pajak, Wajib Pajak yang dikenakan
pajak secara final atau Wajib Pajak yang menggunakan norma
perhitungan khusus (deemed profit) sebagaimana dimaksud dalam
pasal 15 UU PPh;
5. Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi
sehubungan dengan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan,
asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi beasiswa;
6. Dividen atau bagian laba yang diterima atau yang diperoleh dari
perseroan terbatas sebagai Wajib Pajak dalam negeri, koperasi,
badan usaha milik negara, atau badan usaha milik daerah, dari
penyertaan modal pada badan usaha yang didirikan dan bertempat
kedudukan di Indonesia dengan syarat;
a. Dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan, dan
b. Bagi perseroan terbatas, badan usaha milik negara dan badan
32
pada badan yang memberikan deviden paling rendah 25% (dua
puluh lima persen) dari jumlah modal yang disetor;
7. Iuran yang diterima atau diproleh dana pensiun yang pendiriannya telah
disahkan Menteri Keuangan, baik yang dibayar oleh pemberi kerja
maupun pegawai;
8. Penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh dana pensiun
sebagaimana dimaksud pada angka 7, pada bidang tertentu yang
ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan;
9. Bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan
komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham-saham,
persekutuan, perkumpulan, firma, dan kongsi, ermasuk pemegang unit
penyertaan kontrak investasi kolektif;
10.Penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal ventura
berupa bagian laba dari badan pasangan usaha yang didirikan dan
menjalankan usaha atau kegiatan di Indonesia, dengan syarat badan
usaha pasangan tersebut:
a. Merupakan perusahaan mikro, kecil, menengah, atau yang
menjalankan kegiatan dalam sektor-sektor usaha yang diatur
dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri keuangan,dan
b. Sahamnya tidak diperdagangkan di Bursa Efek di Indonesia;
11.Beasiswa yang memenuhi persyaratan tertentu yang ketentuannya
diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan menteri
33
12.Sisa lebih yang diterima atau diperoleh badan atau lembaga nirlaba
yang bergerak dalam bidang pendidikan dan/atau bidang penelitian dan
pengembangan, yang telah terdaftar pada instansi yang membidanginya,
yang ditanamkan kembali dalam bentuk sarana dan prasarana kegiatan
pendidikan dan/atau penelitian dan pengembangan, dalam jangka waktu
paling lama 4 (empat) tahun sejak diperolehnya sisa lebih tersebut, yang
ketentuannya diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan
Menteri keuangan;
13.Bantuan atau santunan yang dibayarkan oleh Badan penyelenggara
Jaminan sosial kepada Wajib Pajak tertentu, yang ketentuannya diatur
lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri keuangan;
Dari Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak
Penghasilan disebutkan pada pasal 4 ayat 3. Penghasilan yang tidak
termasuk Objek Pajak menurut ketentuan tersebut adalah Bantuan atau
sumbangan, termasuk zakat yang diterima oleh badan amil zakat atau
lembaga amil zakat yang dibentuk atau yang disahkan oleh pemerintah dan
yang diterima oleh penerima zakat yang berhak atau sumbangan
keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama lain yang diakui di
34
D. Penelitian Terdahulu
Penelitian ini diambil dari beberapa penelitian terdahulu sebagai berikut:
[image:49.595.139.524.94.761.2]Tabel 2.1
Tabel Penelitian Terdahulu
Peneliti (Tahun)
Judul Penelitian
Metodologi Penelitian Hasil Penelitian (Kesimpulan) Persamaan Perbedaan
Ahmad Syaechu (2008) Analisis Penerimaan Zakat Sebelum dan Sesudah Penerapan Undang-Undang pajak penghasilan No.17 Tahun 2000
Metode yang digunakan: Metode statistik non parametrik
Variabel yang diteliti: 1.Penerimaan zakat di BAZIS DKI Jakarta sebelum UU Perpajakan NO 17 Tahun 2000 2.Penerimaan zakat di BAZIS DKI Jakarta sesudah UU Perpajakan NO 17 Tahun 2000
penerimaan zakat pada baziz dki jakarta sebelum penerapan undang-undang perpajakan no 17 tahun 2000 berbeda dengan penerimaan zakat sesudah penerapan undang-undang perpajakan no.17 tahun 2000 Husnul Khotimah (2008) Analisis Komparatif Tentang Kesadaran Membayar Zakat dengan Kesadaran Membayar Pajak Metode yang diteliti purposive sampling dengan jenis judgmen sampling Variabel yang diteliti: 1. kesadaran menbayar zakat 2. kesadaran membayar pajak masyarakat lebih sadar ntuk membayar zakat dibanding membayar pajak karena nilai rata-rata kesadaran membayar zakat lebih kecil yaitu 12,29, dibanding rata-rata
kesadaran membayar pajak sebessr 20,68.
35
Peneliti (Tahun)
Judul Penelitian
Metodologi Penelitian Hasil Penelitian (Kesimpulan) Persamaan Perbedaan
Chaeruddi n Zakir (2008) Analisis terhadap peraturan perpajakan mengenai zakat sebagai pengurang penghasilan dalam perhitungan pajak penghasilan di Bank Syariah Muamalat Indonesia Tbk pengujian menggunaka n statistik deskriptif Meneliti implementasi UU no 38 tahun 1999 dan UU no 17 tahun 2000 terhadap proses penyaluran zakat pada PT Bank Syariah Muamalat Indonesia Tbk 1.Bank muamalat menerima pembayaran zakat yang dapat dibayarkan secara langsung melalui rekening Bank Muamalat atau dapat disetorkan melalui Lembaga Amal Zakat (LAZ) Bank Muamalat yaitu Baitul Maal Muamalat (BMM).
2. besarnya zakat maal yang diterapkan di Bank Muamalat sebesar 2,5% dan waktu
mengeluarkannya 1 tahun sekali. Iwan Suhardi man (2010) Pengaruh PER-16/PJ/2007 dan PER-116/PJ/2007 terhadap Perubahan Jumlah Wajib Pajak Orang Pribadi Variabel: Perubahan Jumlah Wajib Pajak Orang Pribadi (Y) Variabel: 1.PER-16/PJ/2007 (X1) 2.PER-116/PJ/2007 (X2) Metode penelitian: uji heteroskedastisit ad, uji multikolinearita s, uji determinasi, uji f. PER-16/PJ/2007 berpengaruh signifikan terhadap perubahan jumlah wajib pajak orang pribadi dengan level dibawah 5% (0,05); sedangkan PER-116/PJ/2007 tidak berpengaruh signifikan terhadap perubahan jumlah WP orang pribadi.
[image:50.595.141.521.88.635.2]36
E. Keterkaitan Antar Variabel dan Perumusan Hipotesis
Dampak Undang-Undang No 36 Tahun 2008 Pasal 4 Ayat 3
Terhadap Perubahan Jumlah Wajib Pajak Orang Pribadi
Dalam Undang-undang nomor 36 tahun 2008 tentang pajak
penghasilan, disebutkan bahwa penghasilan yang tidak termasuk Objek
Pajak diantaranya, bantuan atau sumbangan termasuk zakat yang
diterima oleh badan amil zakat atau lembaga amil zakat yang dibentuk
atau yang disahkan oleh pemerintah dan yang diterima oleh penerima
zakat yang berhak.
Penerapan UU perpajakan No 36 Tahun 2008, membuat umat
islam menyambut positif kebijakan tersebut. Zakat atas penghasilan
yang dibayar oleh seorang muslim dapat dijadikan pengurang atas
penghasilan kena pajak (PKP) wajib Pajak Orang Pribadi atau Wajib
Pajak Badan yang dimiliki muslim tersebut. Hal tersebut diatur dalam
pasal 4 ayat 3 UU No. 36 Tahun 2008 tentang zakat sebagai
penghasilan yang bukan objek pajak. Respon positif terhadap
kebijakan tersebut akan mempengaruhi jumlah Wajib Pajak Orang
Pribadi pada KPP Pratama Serpong.
Jawaban sementara dari penelitian ini dituangkan dalam sebuah
hipotesis. Hipotesis yang ada pada dasarnya merupakan jawaban
sementara terhadap suatu masalah yang harus dibuktikan
kebenarannya. Berdasarkan kerangka teori penelitian, maka hipotesis
37
Ha: Terdapat perbedaan signifikan jumlah Wajib Pajak Pribadi pada
KPP Serpong sebelum dan sesudah penerapan UU Perpajakan
Nomor 36 Tahun 2008 Pasal 4 ayat 3.
F. Kerangka Berfikir
[image:52.595.112.518.95.751.2]berdasarkan uraian diatas maka dapat dijelaskan pada bagan berikut:
Gambar 2.1
Judul:
Analisis Perbandingan Sebelum dan Sesudah Penerapan Undang-Undang Perpajakan Nomor 36 Tahun 2008 Mengenai Zakat Sebagai Pengurang Penghasilan Kena Pajak Dan Implikasinya Terhadap Perubahan Jumlah Wajib
Pajak Orang Pribadi
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Serpong
Wajib Pajak Orang Pribadi
Jumlah WP Pribadi KPP Pratama Serpong Sebelum
UU Perpajakan no 36 Tahun 2008 pasal 4 ayat 3
Jumlah WP Pribadi KPP Pratama Serpong Sesudah
UU Perpajakan no 36 Tahun 2008 pasal 4 ayat 3
Metode analisis data :
Statistik non parametrik
Uji Wilcoxon
Interpretasi dan Kesimpulan
Dibandingkan
38
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini membahas mengenai penghasilan yang tidak dikenakan
pajak yaitu zakat. Peneliti mungumpulkan data-data jumlah wajib pajak orang
pribadi yang disajikan oleh kantor pelayanan pajak. Penelitian ini menganalisa
pengaruh peraturan dirjen pajak mengenai penetapan zakat sebagai pengurang
penghasilan bruto yang terdapat dalam UU Perpajakan No. 36 Tahun 2008
terhadap jumlah Wajib Pajak Pribadi. Objek penelitian ini yaitu pada KPP
Pratama Serpong.
B. Metode Penentuan Sampel
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data deret waktu,
yaitu sekumpulan data dari suatu fenomena tertentu yang didapat dalam
beberapa interval waktu tertentu (Umar, 2005: 42). Data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah data kuantitatif. Data kuantitatif adalah data yang
menunjukkan jumlah atau banyaknya sesuatu. Metode pemilihan data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode sensus, yaitu penelitian yang
dilakukan dengan cara meneliti seluruh elemen populasi. Data yang digunakan
adalah data jumlah wajib pajak orang pribadi yang terdaftar pada KPP
39
C. Metode Pengumpulan Data
Metode yang digunakan untuk pengumpulan data dalam penelitian
ini adalah Menggunakan data sekunder. Data sekunder yang diteliti yaitu
data yang disediakan oleh KPP Pratama Serpong berupa data Jumlah
Wajib Pajak Pribadi dari tahun 2007 sampai tahun 2010.
D. Metode Analisis Data
1. Metode analisis statistik