• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Wacana Pesan Dakwah Pemberitan “Peringati Maulid Nabi, Warga Muslim Di Bali Arak Ribuan Telur” Di Media Online Tempo (24 Februari 2012)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Wacana Pesan Dakwah Pemberitan “Peringati Maulid Nabi, Warga Muslim Di Bali Arak Ribuan Telur” Di Media Online Tempo (24 Februari 2012)"

Copied!
80
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS WACANA PESAN DAKWAH PEMBERITAN “PERINGATI MAULID NABI, WARGA MUSLIM DI BALI ARAK RIBUAN TELUR”

DI MEDIA ONLINE TEMPO

(24 FEBRUARI 2012)

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh:

IBNU MUHAJIR SAPUTRA NIM : 109051100007

KONSENTRASI JUNALISTIK

JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(2)
(3)
(4)
(5)

i

ABSTRAK

Ibnu Muhajir Saputra.

Analisis Wacana Pesan Dakwah Pemberitaan “Tradisi Perayaan dan Keunikan Maulid Nabi Muhammad SAW Etnis Bugis Bali” di Media Online Tempo.

Pemberitaan peringati “Maulid Nabi, Warga Muslim di Bali Arak Ribuan Telur” di

Media Online Tempo adalah sebuah pemberitaan yang diharapkan dapat memberikan informasi dan lebih dari sekedar inspirasi kepada pembacanya saat ini. Dalam sejarah kehidupan Rasullah. 12 Rabiul awal memiliki makna tersendiri. Selain menandai kelahiran beliau, tanggal tersebut juga menandai hijrahnya Rasulullah ke Madinah, bahkan pada tanggal tersebut Rasulullah juga menghadap ke pangkuan Allah SWT. Bagi komunitas etnis Bugis Bali, tanggal tersebut diabadikan dalam bentuk perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW.

Menurut latar belakang masalah di atas muncul pertanyaan, bagaimana wacana teks

dalam berita “Peringati Maulid Nabi, Warga Muslim di Bali Arak Ribuan Telur”

dikonstruksi? Dan apa pesan dakwah yang diangkat dalam berita “Peringati Maulid Nabi,

Warga Muslim di Bali Arak Ribuan Telur” jika dilihat dari segi kognisi dan konteks sosial?

Wacana teks yang terdapat dalam teks berita “Peringati Maulid Nabi, Warga Muslim

di Bali Arak Ribuan Telur” yaituberita yang bertema keagamaan. Sebenarnya maksud dari

pemberitaan tersebut secara tidak langsung menjelaskan bahwa terjadi toleransi dan kerukunan antar umat beragama. Ini bisa dilihat dari penggunaan bahasa serta penyusunan skema berita. Selain itu, penggunaan bahasa di Media Online Tempo mudah dimengerti sehingga pembaca dapat langsung memahami isi dari wacana tersebut.

Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori analisis wacana Teun A. Van Dijk. Model ini menekankan pada aspek bahasa yang digunakan oleh media yang menggunakan 3 Struktur: struktur mikro, struktur makro dan super struktur. Pendekatan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Dengan mengidentifikasi persoalan tersebut secara mendalam dan menyeluruh.

Dari hasil penelitian ini, ditemukan bahwa pesan dakwah yang terkandung dalam struktur makro atau wacana teks adalah ibadah dan muamalah. Pesan dakwah yang terkandung dalam super struktur berisi adanya kerjasama dan saling membantu antar umat beragama. Dan pesan dakwah yang terkandung dalam struktur mikro yaitu damai, saling menghargai satu sama lain sehingga tidak ada perpecahan dan terjadi kerukunan antar umat beragama.

(6)

ii

Tiada kata yang patut kita lantunkan selain puji syukur kehadirat Allah SWT Tuhan

yang Maha Agung yang dengan limpahan anugerah dan nikmat yang tak terukur kepada kami

selaku peneliti, sehingga dapat memulai dan menyelesaikan penelitian ini. Shalawat teriring

salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan baginda Nabi Besar Muhammad SAW.

Amien.

Peneliti menyadari adanya kekurangan dan kelemahan yang melekat pada diri

peneliti, khususnya pada penyelesaian skripsi ini. Namun Alhamdulillah dengan keterbatasan

dan kekurangan ini akhirnya peneliti bisa menyelesaikan penelitian ini. Hal ini tidak terwujud

sendirinya melainkan karena dukungan dan bantuan dari banyak pihak baik moril maupun

materi, sehingga banyak ucapan terimakasih peneliti ucapkan kepada:

1. Dr. H. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi, Wakil Dekan I Bid. Akademik Dr. Suparto M. Ed, Wakil Dekan II

Bid. Kepegawaian Drs. Jumroni M Si, Wakil Dekan III Bid. Kemahasiswaan Drs.

Wahidin Saputra M.A

2. Ketua Konsentrasi Jurnalistik Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

Rubiyanah M.A., yang telah memberikan sarana dan prasarana yang baik selama

peneliti berada di kampus ini;

3. Sekretaris Konsentrasi Jurnalistik Ade Rina Farida M.Si., yang telah membantu

peneliti dalam menyelesaikan nilai akademis di kampus tercinta ini;

4. Dr. H. Asep Usman Ismail M.A selaku pembimbing yang telah membimbng

penulis dalam menyelesaikan skripsi ini dengan baik;

5. Ayahanda Drs. H. Suwarso, Ibunda Hj Supartilah S.pdI, tercinta dan tersayang

(7)

iii

telah banyak memberikan do’a, ridha, dan semangat sehingga penulis dapat

menyelesaikan studi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Semoga ini semua bisa membuat mereka bangga.

6. Bapak, Ibu Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, khususnya Prodi

Konsentrasi Jurnalistik yang telah memberikan wawasan ke-ilmuan, mendidik dan

mengarahkan penulis selama penulis berada pada masa kuliah;

7. Bagian Administrasi dan Tata Usaha yang telah banyak membantu memberikan

kelancaran kepada penulis dalam penyelesaian administrasi. Serta pimpinan dan

segenap karyawan Perpustakaan Utama (PU) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,

dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi atas penyediaan

buku-buku penunjang dan mencari berbagai literature sehingga penullis dapat

menyelesaikan skripsi ini;

8. Bapak I Gede Suardana selaku wartawan Tempo koresponden Bali, yang telah

memberikan waktu luang untuk wawancara walau di tengah kesibukan.

9. Zuliani Abidin S.Si yang telah selalu mengingatkan, memberi dukungan dan

motivasi penulis untuk segera menyelesaikan skripsi ini.

10. Keluarga Besar Jurnalistik A angkatan 2009 khususnya POLAR, Eko Ramanudin,

Jeffri Kaharsyah, Indi Hikami, Yunus Priyonggo, Andrianto ketut, M. Aulia

Pratama, Maulana A. Subhi Luhung, yang sudah memberi kecerian dengan

indahnya persahabatan yang telah kalian berikan, yang telah menjadi keluarga

serta inspirasi bagi penulis.

11. Keluarga Besar KKN Anomali – Pulau Pari - Jakarta tahun 2012. Semoga tali

silaturahmi ini tidak pernah putus.

(8)

iv kebaikan keluarga dan sahabat-sahabatku tercinta.

Amiin ya Rabbal ‘Alamin.

Jakarta, 01 November 2013

(9)

v

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iii

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7

D. Metodologi Penelitian ... 8

E. Sistematika Penulisan ... 10

F. Tinjauan Pustaka ... 11

BAB II LANDASAN TEORITIS A. Analisis Wacana... 12

1. Pengertian Analisis Wacana ... 12

2. Analisis Wacana Model Teun. A. Van Dijk ... 14

a. Teks ... 15

b. Konteks Sosial ... 16

c. Kognisi Sosial ... 16

B. Konseptualisasi Berita ... 17

1. Pengertian Berita ... 17

2. Nilai-Nilai Berita ... 19

C. Konsep Dakwah ... 20

1. Pengertian Dakwah... 20

2. Pesan Dakwah ... 22

BAB III GAMBARAN UMUM TEMPO A. Sejarah Serta Perkembangan Tempo ... 25

B. Visi Misi Tempo Inti Media ... 31

(10)

vi

B. Analisis ... 40 1. Kerangka Analisis Teks Model Teori Teun A Van Dijk 40 2. Analisis Pemberitaan Dari Kognisi Sosial ... 51 3. Analisis Pemberitaan Dari Konteks Sosial ... 54 BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 57 B. Saran ... 57

(11)

vii

DAFTAR TABEL

1. Tabel 1 Skema atau Model Kognisi Sosial Van Dijk ... 17

2. Tabel 2 Kerangka Data Analisis Teks Tematik ... 41

3. Tabel 3 Kerangka Data Analisis Teks Skematik ... 42

4. Tabel 4 Kerangka Data Analisis Teks Semantik ... 44

5. Tabel 5 Kerangka Data Analisis Teks Sintaktis ... 46

[image:11.595.96.494.142.608.2]
(12)

1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Era globalisasi adalah masa di mana dunia semakin menyempit,

seolah-olah tidak ada batas geografis bahkan budaya/kultur. Tidak terkecuali teknologi

komunikasi sangat pesat saat ini bermanfaat sebagai sebuah sarana yang

menghubungkan masyarakat dari tempat yang satu ke tempat yang lain. Salah satu

contohnya adalah media jurnalistik.

Asep Saeful Muhtadi dalam buku “Jurnalistik Pendekatan Teori” dan

Praktik” mengemukakan bahwa secara umum, medium Jurnalistik baik media

cetak maupun elektronik, keduanya memiliki fungsi yang sama yaitu menyiarkan

informasi. Ini merupakan fungsi utama media massa. Sebab masyarakat membeli

media tersebut karena memerlukan informasi tentang berbagai hal yang terjadi di

dunia ini.

Fungsi kedua dari media massa yaitu mendidik. Karena media massa

menyajikan pesan-pesan atau tulisan-tulisan yang mengandung pengetahuan dan

dijadikan media pendidikan massa.

Ketiga, menghibur. Media massa biasanya menyajikan rubrik-rubrik atau

program-program yang bersifat hiburan. Dan fungsi yang keempat yaitu

memengaruhi. Dalam hal ini, pers memegang peranan penting dalam tatanan

kehidupan masyarkat. Pers dapat melakukan kontrol sosial secara bebas dan

(13)

2

Keberadaan jurnalistik atau pers yang dianggap sebagai fourth estate

(kekuatan keempat) dalam sistem kenegaraan, setelah legislatif, eksekutif, dan

yudikatif. Sebagai pilar keempat itu, media massa cetak maupun elektronik dapat

dimanfaatkan sebagai penyalur aspirasi rakyat, pembentuk opini umum atau

politik negara, dan pembela kebenaran dan keadilan.1

Sebab media, selain berfungsi sebagai alat untuk menyampaikan

pesan-pesan seperti dinyatakan oleh Marshall Mc Luhan, media tersebut juga telah

menjadikan dirinya sendiri sebagai pesan. Apa yang diterima publik dari media

adalah sesuatu yang akan menjadi miliknya. Apa yang dianggap penting oleh

media, karena keampuhannya, juga dianggap penting oleh publik.2

Bill Kovach, ketua Commite of Concered Journalist yaitu lembaga

kewartawanan yang peduli kepada publik di Amerika Serikat, ia menyatakan

bahwa setidaknya ada sembilan elemen jurnalisme dalam media massa. Ia mengutarakan hal ini dalam buku “sembilan elemen Jurnalisme,” di antaranya;

media harus mengungkapkan kebenaran dalam pemberitaannya, media harus loyal

kepada masyrakat, media harus menjunjung disiplin verifikasi, media juga harus

bisa menjaga independensi terhadap sumber berita, media harus bisa menjadi

pemantau pemerintah, media harus meyediakan forum publik untuk kritik maupun

dukungan warga, media harus berupaya membuat hal yang penting, menarik dan

relevan, meida harus menjaga agar berita tetap komprehensif dan proporsional,

1

Zaenudin HM, The Journalist, (Jakarta:Prestasi Pustaka, 2007), h. 5-6

2

(14)

serta menulis berita dengan hati nurani.3 Kesembilan elemen dalam jurnalisme inilah yang menjadi pedoman bagi pekerja media dalam menjalankan tugasnya.

Sesuai dengan pers tersebut, pers bergerak sesuai dengan jalur idealisme

jurnalistik. Namun, pers juga memiliki daya saing dalam perusahaan media yang

mengakibatkan harus memiliki visi misi yang berbeda, konten atau isi media yang

berbeda serta gaya penulisan yang menarik pula.

Pada umumunya, gaya penulisan berita konvensional terdapat dua yaitu

Straight News dan feature. Namun, sesuai dengan perkembangan media massa

baik di Amerika serikat maupun di Indonesia, Narrative Reporting atau penulisan

narasi mulai diterapkan, khususnya dalam media cetak. Tapi tidak semua media

menggunakannya kecuali majalah. Seperti majalah Gatra, Trust dan sebagainya

yang menerapkannya karena memiliki halaman yang lebih luas dan reportase

lebih mendalam dibandingkan surat kabar harian.

Berita memang perlu mengandung pesan moral maupun agama. Karena

pemeberitaan media massa tidak hanya ditulis dengan tujuan sastra (estetik)

semata tetapi didalamnya terdapat pelajaran moral dan agama yang mengkritik

tentang kepincangan moral masyarakat.

Dalam kumpulan laporan jurnalistik tersebut, terdapat peristiwa menarik

yang diambil menjadi kasus analisis dalam penelitian ini yaitu tulisan berita “Keunikan Tradisi Perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW Etnis Bugis

Bali” di Media Online Tempo”

3

(15)

4

Perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW, merupakan peristiwa bersejarah

bagi umat islam, peristiwa ini diperingati sebagai hari lahirnya Nabi Muhammad

SAW, yang merupakan nabi dan rasul terakhir.

Tradisi4 Maulid juga dilaksanakan oleh komunitas etnis Bugis. Komunitas

etnis Bugis memiliki kaitan yang erat dengan agama Islam. Sejak dulu, orang

Bugis dikenal sebagai penganut agama Islam yang taat. Mereka rajin

bersembahyang dan mengaji di masjid. Mereka juga bercita-cita untuk pergi haji.

Begitu inginnya pergi haji, ada peribahasa di kalangan orang Bugis yang

berbunyi:

Biar mi tinggal di ruma kayu

Yang penting bisa naek haji5

Orang-orang tua Bugis akan merasa sangat malu jika anaknya tidak bisa

membaca Al-Qur’an, atau tidak pernah bersembahyang di masjid. Warga Bugis

adalah masyarakat yang fanatik terhadap agama yang dianutnya, yaitu Islam.

Tidaklah mengherankan jika berbagai pengajian marak di kalangan masyarakat Bugis. Kaum ibu membentuk pengajian di majlis ta’lim, kaum bapak memiliki

pengajian di masjid, kaum remaja juga memiliki pengajian yang biasanya

diadakan bergiliran dari rumah ke rumah. 6

Ketika merayakan Maulid Nabi terkadang setiap pengajian merayakannya

sendiri-sendiri. Setiap pengajian akan saling mengundang jamaah pengajian yang

lain. Tujuannya memang hanya memperingati, akan tetapi bagi orang Bugis tidak

4 Menurut Disctionary of sociology adalah proses situasi sosial yang merupakan pewarisan elemen kebudayaan yg di turunkan dr generasi ke generasi secara terus menerus secara lengkap tertulis, a social

5

Hilmy Muhammadiyah, Perempuan Bugis naik haji, (Universitas Michigan, éLSAS, 2009), hlm

20

6

(16)

afdol rasanya jika tidak mengisi acara itu dengan ceramah agama dan pembacaan

riwayat nabi Muhammad SAW, karangan syeikh Jafar al-Barjanzi.

Tradisi maulid bagi komunitas etnis Bugis memiliki ciri khas tersendiri

dibandingkan komunitas etnis budaya lainnya. Dalam perayaan maulid yang

sering dilakukan oleh masyarakat yang biasa menggunakan bahasa Konjo7 disebut

a‟baca barasanji dan a‟baca doang. Dalam bahasa Indonesia berarti membaca

bersanji dan membaca do’a.

Setelah perayaan Maulid, orang Bugis memiliki kebiasaan yang khas

untuk menunjukkan keakraban mereka. Pertama, warga muslim setempat

mengarak perahu keliling gang. Hal ini merupakan simbol penghormatan mereka

kepada leluhur, orang-orang Bugis yang dulu datang ke Bali. Kedua, Maudu di

Bali Biasanya tuan rumah menyediakan makanan ala kadarnya untuk dimakan.

Pada zaman dahulu, makanan ini berupa telur rebus dengan kulit merah. Ini

adalah telur bebek dan telur ayam, telur asin, direbus sampai matang dibubuhi

serbuk pewarna merah dari pohon kesumba. Serbuk pewarna itulah yang

kemudian membuat kulit telur jadi merah.

Di Tanah Melayu, telur merah serupa dinamakan "telok abang". Telok

abang biasanya dikaitkan dalam mainan dari gabus berbentuk kapal terbang dan

kapal laut yang jadi hadiah bagi anak-anak setiap perayaan 17 Agustus di

Sumatera Selatan.8

Pada masa sekarang, tidak jauh beda pada saat zaman dahulu. Telur-telur

disajikan, dirangkai secantik mungkin dalam berbagai bentuk dan ukuran.

7

Bahasa Konjo Adalah Bahasa Yang Digunakan Oleh Masyarakat Kecamatan Kajang dan Kabupaten Sinjai Bagian Barat. Bahasa konjo memiliki banyak kesamaan dengan bahasa bugis

8

(17)

6

Kemudian telur digantung digunungan diruangan tempat berlangsung acara.

Setelah pembacaan doa, baru telur-telur itu boleh diperebutkan. 9

Bertitik tolak dari masalah ini maka penulis menuangkannya dalam skirpsi yang

berjudul “Analisis Wacana Pesan Dakwah Terhadap Berita Keunikan Tradisi

Perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW Etnis Bugis Bali” di Media Online

Tempo.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Pembatasan ini dimaksudkan agar masalah lebih terarah dan lebih jelas

variabelnya. Batasan masalah yang dimaksud dalam penelitian ini adalah megenai

perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW pada komunitas etnis Bugis. Penulis

hanya mengambil edisi Tanggal 24 januari 2013.

2. Perumusan Masalah

Dalam melakukan penelitian ini, penulis juga merumuskan masalah ke

dalam beberapa masalah yakni:

a. Bagaimanakah wacana teks dalam berita “Keunikan Tradisi Perayaan

Maulid Nabi Muhammad SAW Etnis Bugis Bali di media online

Tempo” dikontruksikan?

b. Apa pesan dakwah yang diangkat dalam berita “keunikan tradisi

perayaan maulid nabi Muhammad SAW etnis Bugis Bali” jika dilihat

dari segi kognisi sosial dan konteks sosial?

9

(18)

C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan diadakannya penelitian ini adalah :

a. untuk mengetahui bagaimana kerangka wacana dalam berita “keunikan

tradisi perayaan maulid nabi etnis Bugis Bali” di Media online Tempo.

b. untuk mengetahui apa pesan moral yang terkandung dalam berita “keunikan tradisi perayaan maulid nabi etnis Bugis Bali” di media

online Tempo.

2. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat mememberikan kontribusi

positi bagi pengembangan wacana keilmuan tentang gejala sosial yang

terjadi sehari-hari di sekitar kita. Seperti, peristiwa-peristiwa yang

luput dari perhatian kita dan hilang begitu saja dari sejarah, sama

halnya seperti peristiwa maulid nabi Muhammad SAW

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini, diharapkan bisa menambah pengetahuan

bagi akademisi, praktisi, mahasiswa jurnalistik dan kepada pembaca

pada umumnya serta dapat bermanfaat bagi seluruh lapisan

masyarakat, dan memberi motivasi bagi penulis untuk lebih

(19)

8

D. Metodologi Penelitian

Sebagai karya ilmiah, setiap pembahasan menggunakan metode untuk

menganalisa dan mendeskripsikan suatu masalah. Metode itu sendiri berfungsi

sebagai landasan dalam mengelaborasi suatu masalah, sehingga suatu masalah

dapat diuraikan dan dijelaskan dengan gamblang dan dapat dipahami.

Bogdan dan Taylor yang dikutip Lexy J. Moleong mendefinisikan

metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data

deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang

dapat diamati.10 Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan pisau

analisis wcana yang dikembangkan oleh Teun A. Van Dijk. Pendekatan kualitatif

ini memusatkan perhatian pada prinsip-prinsip umum yang mendasari perwujudan

sebuah makna dari gejala-gejala sosial di dalam masyarakat.11

Sedangkan analisis wacana didefinisikan sebagai suatu upaya

pengungkapan maksud tersembunyi dari sang subjek yang mengemukakan suatu

pernyataan. Metode analisis berbeda dengan analisis isi kualitatif yang lebih

menekankan pada pertanyaan apa (who), analisis wacana lebih melihat kepada

bagaimana (how) dari suatu pesan atau teks komunikasi.

Melalui analisis wacana kita bukan hanya mengetahui bagaimana isi teks

berita, tetapi bagaimana juga pesan itu disampaikan. Dengan melihat bagaimana

struktur kebahasan tersebut, analisis wacana lebih bisa.12

10

Lexy, Metodologi Penelitian, h- 3

11

Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi, (Jakarta: Kencana, 2007). H, 23

12

(20)

Tahapan Penelitian A) Observasi Teks

1. Obeservasi atau pengamatan langsung dilakukan kepada teks yang

akan diteliti. Yaitu mencari dan menghimpun berita “Keunikan Tradisi Perayaan

Maulid Nabi Muhammad SAW Etnis Bugis Pulau Pramuka di koran tempo.”

2. Wawancara, yakni suatu cara untuk mengumpulkan data dengan

mengajukan pertanyaan langsung kepada seorang informan atau seorang autoritas

(seorang ahli atau yang berwenang dalam suatu masalah).13 Wawancara yang

dilakukan dengan terstruktur atau tersusun sesuai dengan pertanyaan-pertanyaan

yang telah disiapkan terlebih dahulu. Wawancara ini dilakukan sebagai

pendukung bagi kognisi sosial serta konteks sosial dalam analisis wacana van

Dijk.

3. Studi Dokumentasi, adalah merupakan tekhnik yang dilakukan dalam

mengumpulkan data berdasarkan buku, majalah, makalah atupun literatur-literatur

lainnya. Penulis akan mengumpulkan data yang berhubungan dengan analisis

wacana.

B). Tekhnik Pengolahan Data

a). Analisis Data

Setelah data diperoleh, maka selanjutnya adalah melakukan

analisis data. Setelah diperoleh wacana yang akan dianalisis, maka sebagai

rujukan adalah dengan menggunakan analisis wacana model Teun van

13

(21)

10

Dijk yang terdiri tiga elemen yaitu dimensi teks, kognisi sosial, dan

konteks sosial.

Jadi, dalam menganalisa data pada tahapan ini penulis selain

memperhatikan bagaimana teks/script dalam berita ”Keunikan Tradisi

Perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW Etnis Bugis Bali di koran

Tempo.” yang terdapat kandungan moral itu di bentuk. Untuk selanjutnya

penulis akan menafsikan atau menginterpretasikan makna yang

tersembunyi dalam teks tersebut, kemudian diambil kesimpulan guna

mencari jawaban dari pertanyaan yang terdapat dalam rumusan masalah.

Dengan adanya kesimpulan tersebut diharapkan penulis bisa lebih terarah.

E. Sistematika Penulisan

Untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai skripsi ini maka

penulis akan menguraikan dalam 5 bab.

BAB 1 Pendahuluan, berisi tentang latar belakang masalah,

pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat

penelitian, metodologi penelitian, serta sistematika

penulisan. Bab ini memberikan gambaran atau kerangka

dari penelitian yang dilakukan.

BAB II Kajian Teoritis, pada bab ini

penulis menjelaskan landasan teori yang berkenaan dengan

penelitian yang dilakukan. Bab ini meliputi Analisis

Wacana, Kerangka Analisis Wacana, konseptualisasi berita

(22)

BAB III Gambaran umum Koran Tempo, penulisakan

menggambarkan mengenai sejarah berdiri Koran Tempo,

Visi dan Misi Koran Tempo, Struktur organisasi Koran

Tempo dan Rubrikasi Koran Tempo.

BAB IV Hasil penelitian, menguraikan Wacana Pesan Moral dalam

berita Keunikan Tradisi Perayaan Maulid Nabi Muhammad

SAW Etnis Bugis Bali di koran Tempo dilihat dari segi teks,

Kognisi Sosial dan Konteks Sosial.

BAB V Penutup, menguraikan kesimpulan berdasarkan pada bab

bab sebelumnya, peneilitan ini juga dilengkapi dengan

[image:22.595.99.508.225.608.2]
(23)

12 BAB II

LANDASAN TEORI

A. ANALISIS WACANA

1. Pengertian Analisis Wacana

Pengertian analisis wacana terdiri dari dua kata, yaitu analisis dan wacana. Analisis

menurut Kamus Besar Indonesia (KBBI) adalah penyelidikan terhadap suatu peristiwa,

penjelasan sesudah dikaji sebaik-baiknya, penguraian suatu pokok atas berbagai bagian, serta

karya sastra atau unsur-unsurnya untuk memahami pertalian antar unsur tersebut.1

Secara etimologi istilah wacana berasal dari bahasa Sansekerta wak/wak/uak yang

memiliki arti „berkata‟ dan „berucap‟. Kemudian kata tersebut mengalami perubahan

menjadi wacana. Kata „ana‟ yang berada dibelakang adalah bentuk sufiks (akhiran) yang

bermakna „membendakan‟ (nominalisasi). Dengan demikian, kata wacana dapat dilakukan

sebagai perkataan atau tuturan.2

Istilah wacana diperkenalkan dan digunakan oleh para ahli linguistik (ahli Bahasa) di

Indonesia sebagai terjemahan dari istilah bahasa Inggris, „discourse‟, kata „deiscourse‟

sendiri berasal dari bahasa Latin, discursus (lari ke sana lari ke mari). Kata ini diturunkan

dari kata „dis‟ (dan/dalam arah yang berbeda-beda) dan kata „currere‟ (lari).3

Dalam Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, terdapat tiga makna dari istilah

wacana. Pertama, percakapan, ucapan, dan tutur. Kedua, keseluruhan tutur atau cakapan yang

1

Depdikbud, Kamus Besar Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, cet ke-1 1998), h. 32

2

Deddy Mulyana, Kajian Wacana: Teori, Metode Aplikasi, dan Prinsip-Prinsip Analisis Wacana,

(Yogyakarta: Tiara Wacana, 2005) h. 3

3

(24)

merupakan satu kesatuan. Ketiga, satuan bahasa terbesar, terlengkap yang realisasinya pada

bentuk karangan yang utuh, seperti novel, buku, artikel.4

Definis klasik wacana berasal dari asumsi-asumsi formalis (dalam istilah Hymes

1974b, “struktural”), mereka berpendapat bahwa wacana adalah “bahasa di atas kalimat atau di atas klausa” (Stubbs 1983:1).5

Van Dijk (1985:4) mengamati bahwa karakteristik deskripsi struktural wacana pada

beberapa perbedaan unit, kategori bentuk sistematik atau hubungan-hubungan yang berbeda.

Lajutnya, menurut van Dijk, penelitian atas wacana tidak cukup hanya atas dasar dimensi

teks semata, karena teks tersebut merupakan hasil praktik produksi yang harus diamati juga.

Van Dijk menyatakan bahwa wacana itu sebenarnya adalah bangunan teoritis yang abstrak

(the abstract theoritical construct) dengan begitu wacana belum dapat dilihat sebagai

perwujudan wacana teks.6

Secara ringkas atau sederhana, teori wacana mencoba menjelaskan terjadinya sebuah

peristiwa seperti terbentuknya sebuah kalimat atau pernyataan. Wacana sebagai upaya untuk

mengungkap makna yang tersirat dari subjek yang mengungkapkan pernyataan tersebut.

Caranya, adalah dengan meletakkan posisi pada si pembicara dengan mengikuti struktur

makna dari pembicara tersebut.

Jika dicoba untuk merumuskan, analisis wacana adalah studi tentang struktural pesan

dalam komunikasi. Dalam pandangan LittelJohn, 19996:84-85). Pertama, seluruhnya

mengenai cara-cara wacana disusun, prinsip yang digunakan oleh komunikator untuk

menghasilkan dan memahami percakapan atau tipe-tipe pesan lainnya. Kedua, wacana

4

Peter Salim dan Yenny Salim, Kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemporer, (Jakarta, Modern English Press, edisi ke -3 2002), h. 1709

5

Deborah Schiffrin, Ancangan Kajian Wacana, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), h. 28

6

(25)

14

dipandang sebagai aksi. Ia adalah cara melakukan segala hal, biasanya dengan kata-kata. Ahli

analisis wacana berasumsi bahwa pengguna bahasa mengetahui bukan hanya aturan-aturan

tata bahasa kalimat, namun juga aturan-aturan untuk menggunakan unit-unit yang lebih besar

dalam menyelesaikan tujuan-tujuan pragmatik dalam situasi sosial. Ketiga, analsisi wacana

adalah suatu pencarian prinsip-prinsip yang digunakan oleh komunikator aktual dari

perspektif mereka; ia tidak memperdulikan ciri atau sifat psikologis tersembunyi atau fungsi

otak, namun terhadap problema percakapan sehari-hari yang kita kelola dan kita pecahkan.7

LittelJohn lebih mengarahkan wacana kepada aturan-aturan tata bahasa yang hadir

dalam proses berkomunikasi. Secara otomatis, lebih terarah kepada makna pesan yang

disampaikan oleh komunikator.

Maka, tetap saja dalam penelitian lebih terarah kepada tokoh van Dijk, yang lebih

memaksudkan bahwa analsis wacana sebagai suatu analisis untuk membongkar

maksud-maksud dan makna-makna tertentu.

2. Analisis Wacana Model Teun van Dijk

Model analisis wacana van Dijk kerap disebut „kognisi sosial’. Istilah ini sebenarnya

diadopsi dari pendekatan lapangan psikologi sosial, terutama untuk menjelaskan struktur dan

proses terbentuknya suatu teks.8

7

Alex Sobur, Analisis Wacana Teks Media Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Semiotik, dan Analisis Framing, h. 48-49

8

(26)

a. Teks

untuk memperoleh gambaran struktur teks dalam model van Dijk, berikut gambaran singkatnya:

1. Tematik, secara harfiah berarti tema. Tema adalah suatu amanat utama yang

disampaikan oleh penulis melalui tulisannya.

2. Skematik, umumnya teks mempunyai skema atau alur dari pendahuluan sampai

akhir. Alur menunjukkan bagian-bagian dalam teks yang disusun dan diurutkan

hingga membentuk suatu kesatuan arti.

3. Semantik, adalah displin ilmu bahasa yang menelaah makna satuan lingual, baik

makna leksikal maupun makna gramatikal.9

4. Sintaktis, merupakan struktur teks yang dalam pengemasannya menentukan

koherensi dan kata ganti yang digunakan dalam satu kalimat. Koherensi adalah

pertalian atau jalinan antar kata atau kalimat dalam teks.

5. Stilistik, yaitu cara yang digunakan oleh penulis untuk menyatakan maksud dengan

menggunakan bahasa sebagai sarana.

6. Retoris, adalah gaya yang diungkapkan ketika seseorang berbicara atau menulis

yang memiliki fungsi persuasif dan berhubungan erat dengan bagaimana pesan itu

disampaikan kepada khalayak.

Keenam unsur teks itu kecuali satu yaitu Retoris tidak penulis gunakan dalam skripsi

ini karena retoris tidak ada kaitannya di dalam penelitian penulis

9

(27)

16

b. Konteks Sosial

Konteks sosial adalah faktor-faktor yang memperngaruhi cerita atau teks yang berasal

dari luar. Menurut van Dijk struktrur ini melihat bagaimana teks ini dihubungkan lebih jauh

dengan struktural sosial dan pengetahuan yang berkembang dalam publik atas suatu wacana.

Konteks sosial berusaha memasukkan semua situasi hal yang berada diluar teks dan

mempengaruhi pemakaian bahasa.

c. Kognisi Sosial

Dalam kerangka analisis van Dijk, pentingnya kognisi sosial yaitu kesadaran mental

wartawan yang membentuk teks tersebut. Karena, setiap teks pada dasarnya dihasilkan lewat

kesadaran, pengetahuan, prasangka, atau pengetahuan tertentu atas suatu peristiwa. Di sini,

wartawan tidak sebagai individu yang netral tapi individu yang memiliki beragam nila,

pengalaman, dan pengaruh ideologi yang didapatkan dari kehidupannya.

Peristiwa dipahami berdasarkan skema atau model, skema dikonseptualisasikan

sebagai struktur mental dimana tercakup cara pandang terhadap manusia, peranan sosial dan

peristiwa. Ada beberapa skema atau model yang dapat digunakan dalam analisis kognisi

sosial penulis, digambarkan sebagai berikut10

10

(28)
[image:28.595.68.532.170.599.2]

Tabel 1

Skema atau Model Kognisi Sosial Van Dijk

Skema Person (Person Schemes)

Skema ini menggambarkan bagaimana seseorang menggambarkan dan memandang orang

lain

Skema diri (Self Schemas)

Skema ini berhubungan dengan bagaimana diri sendiri dipandang , dipahami, dan

digambarkan oleh seseorang

Skema Peran (Rule Schemas)

Skema ini berhubungan dengan bagaimana seseorang memandang dan menggambarkan

peranan dan posisi seseorang dalam masyarakat

Skema Peristiwa (Event Schemas)

Skema ini yang paling sering dipakai, karena setiap peristiwa selalu ditafsirkan dan dimaksud

dengan skema tertentu

B. KONSEPTUALISASI BERITA

1. Pengertian Berita

Paul De Manssener dalam buku Here’s The News : Unesco Associate menyatakan,

news atau berita adalah sebuah informasi yang penting dan menarik perhatian serta minta

khalayak pendengar. Charnley dan James M. Neal menuturkan berita adalah laporan tentang

(29)

18

menarik, masih baru dan harus secepatnya disampaikan kepada khalayak (Erol Jonathans

dalam Mirza, 2008:68-69).11

Berita dapat didefinisikan sebagai peristiwa yang dilaporkan segera yang didapat di

lapangan dan sedang dipersiapkan untuk dilaporkan, belum dapat disebut berita. Wartawan

yang menonton dan menyaksika peristiwa, belum tentu telah menemukan peristiwa.

Wartawan harus bisa menemukan peristiwa setelah memahami proses atau jalan cerita, yaitu

harus tau apa (what) yang terjadi, siapa (who) yang terlibat, bagaimana kejadian itu terjadi

(how), kapan (when) terjadi, dimana (where) peristiwa itu terjadi, dan mengapa (why) sampai

terjadi. Keenam hal tersebut merupakan unsur berita.12

Secara ringkas dapat dikatakan bahwa berita adalah jalan cerita tentang peristiwa. Ini

berarti bahwa suatu cerita setidaknya mengandung dua hal, yaitu peristiwa dan jalan

ceritanya. Jalan cerita tanpa peristiwa atau peristiwa tanpa jalan tidak dapat disebut berita.13

Setelah merujuk kepada beberapa definisi tersebut, maka dapat didefinisikan berita

sebagai berikut: berita adalah laporan tercepat mengenai fakta atau ide terbaru yang benar,

menarik dan atau penting bagi sebagian besar khalayak, melalui media berkala seperti surat

kabar, radio, televisi atau media online internet.14

11

AS Haris Sumadira, Jurnalistik Indonesia Tekhnik Menulis Berita dan Feature, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2005), h.64

12

Eni Setiati, Ragam Jurnalistik Baru dalam Pemberitaan, h.18

13

Sudirman Tebba, Jurnalistik Baru, (Ciputat: Kalam Indonesia, 2005), h.55

14

(30)

2. Nilai-Nilai Berita

Nilai berita atau news values merupakan elemen-elemen dari berita sebagai dasar

patokan bagi wartawan untuk memutuskan berita mana yang pantas untuk diliput, dan mana

yang tidak. Meski menurut Downie JR dan Kaiser, istilah tersebut tidak mudah didefinisikan.

Kriteria nilai umum berita, menurut Brian S. Brooks, George Kennedy, Darly M.

Moen, dan Doen Ranly dalam “News Reporting and Editing” (1980:6-17) menunjuk kepada

sembilan hal. Beberapa pakar lain menyebutkan, ketertarikan manusiawi (humanity) dan seks

(sex) dalam segala dimensi dan manifestasinya, juga termasuk ke dalam criteria umum nilai

berita yang harus diperhatikan dengan seksama oleh para reporter dan editor media massa.

Sehingga terdapat 11 nilai berita, menurut AS Haris Sumadira dalam bukunya : Jurnalistik Indonesia Menulis Berita dan Feature” yakni :

a. Keluarbiasaan (unsualness)

b. Kebaruan (newsness)

c. Akibat (impact)

d. Actual (timelines)

e. Kedekatan (proximity)

f. Informasi (information)

g. Konflik (conflict)

h. Orang penting (prominence)

i. Ketertarikan manusiawi (human interest)

(31)

20

k. Seks (sex).15

Dari 11 nilai berita menurut AS Haris Sumadira yang paling berhubungan dalam topik

berita yang penulis yaitu Aktual, Kedekatan, Informasi

C. KONSEP DAKWAH

1. Pengertian Dakwah

Secara etimologi kata dakwah berasal dari bahasa Arab yang berarti panggilan,

pengajakan, penyeruan, atau orang yang mengajak. Bila diurai menurut tata bahasa Arab kata

dakwah berasal ةوعد ,وعدي ,اعدyang artinya menyeru, memanggil, mengajak dan menjamu.16

Adapula pengertian lain mengatakan bahwa dakwah diambil dari kata da’a yang

artinya memanggil, menyeru dan menghimpun manusia untuk suatu perkara dan

menganjurkan mereka untuk mengamalkannya sebagaimana yang terdapat dalama QS. Yunus

ayat 25

Artinya: “dan Allah menyeru (manusia) ke Darussalam (surga), dan memberi petunjuk

kepada orang yang Dia kehendaki ke jalan yang lurus (Islam).”

Sedangkan secara terminologi (istilah) kata dakwah memliki arti yang beragam. Hal

ini disebabkan karena adanya perbedaan sudut pandang dan penafsiran yang dilakukan oleh

15

Ibid, h.80

16

(32)

para ahli dan praktisi dakwah. Beberapa diantaranya memaparkan pengertian tentang dakwah

adalah:

a. Prof. Toha Yahya Oemar menyatakan bahwa Islam adalah sebagai upaya

mengajak umat dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan

perintah Tuhan untuk kemaslahatan di dunia dan akhirat.17

b. Syeikh Ali Mahfudz di dalam kitabnya Hidayatul Mursyiddin dakwah adalah

mendorong (motivasi manusia untuk melakukan kebaikan dan mengikuti

petunjuk, memerintahkan mereka berbuat ma’ruf dan mencegahnya dari perbuatan

munkar agar mereka memperoleh kebahagiaan di dunia dan akhirat.18

c. Syeikh M. Abduh mengatakan dakwah adalah menyeru kepada kebaikan dan

mencegah dari yang munkar adalah fardhu yang di wajibkan kepada setiap

muslim.19

d. Menurut Muhammad Natsir dakwah mengandung arti kewajiban yang menjadi

tanggung jawab seorang muslim dalam amar ma‟ruf nahi munkar.20

Dari berbagai pengertian dakwah diatas dapat disimpulkan bahwa dakwah adalah

suatu usaha baik dalam bentuk lisan, tulisan, perbuatan dan sebagainya yang merupakan

untuk menyeru, mengajak individu atau kelompok agar mau menuju jalan Islam untuk

beramal ma’ruf nahi munkar dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari demi

mencapai keridhoan Allah.

17

Toha Yahya Oemar, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Wijaya, 1992), h.1

18

Moh. Ardani, Memahami Permasalahan Fikih Dakwah, (Jakarta: PT. Mara Cahaya Utama, 2006), h.10

19

Sayyid M. Nuh, Dakwah Fardiyyah dalam Manhaj Amal Islam, (Solo: Citra Islami Press, 1996), h.13-14

20

(33)

22

2. Pesan Dakwah

Menurut Toto Tasmara pesan dakwah adalah semua pernyataan yang bersumber dari

Al-Qur’an dan sunnah baik tertulis maupun lisan dengan pesan-pesan (risalah) tersebut.21 Sedangkan menurut Quraisy Shihab pesan dakwah merupakan Al-Islam yang bersumber pada

Al-Qu’ran dan Hadits sebagai sumber utama yang meliputi aqidah, syariah, dan akhlak. Jadi

pesan dakwah dapat dikatakan sebagai pernyataan yang berupa seperangkat lambing yang

bermakna yang disampaikan untuk mengajak manusia baik melalui media lisan maupun

tulisan agar mengikuti ajaran Islam dan mampu mensosialisasikannya dalam kehidupan

dengan tujuan mendapatkan kehidupan yang baik di dunia maupun akhirat. Penjelasan dari

pesan-pesan dakwah tersebut adalah:

1. Aqidah

Secara etimologi awidah berasal dari kata al-aqdu yang berarti ikatan,

kepastian, penetapan, pengukuhan, pengencangan dengan kuat dan juga berarti

yakin. Sedangkan secara terminologi, terdapat dua pengertian aqidah baik

secara umum maupun secara khusus.secara umum aqidah berarti hokum yang

benar seperti keimanan dan ketahuidan kepada Allah, percaya kepada

malaikat, rasul, kitab, qadha dan qadar serta hari kiamat.

2. Syariah

Secara etimologi syariah artinya jalan. Sedangkan secara terminologi syariah

artinya suatu system norma Ilahi yang mengatur hubungan manusia dengan

Tuhan, dan hubungan manusia dengan manusia, serta hubungan manusia

21

(34)

dengan alam lainnya.22 dalam pembahasan syariah meliputi perkara ibadah dan muamalah

3. Akhlak

Secara etimologi kata akhlak berasal dari bahasa Arab, jamak dari khuluqun

yang menurut bahasa berarti budi pekerti, perangkai tingkah laku atau tabiat. Secara terminologi Prof. Dr. Farid Ma’ruf mendefinisikan akhlak yaitu

kehendak jiwa manusia yang menimbulkan perbuatan dengan mudah karena

kebiasaan, tanpa memerlukan pertimbangan fikiran terlebih dahulu.23

22

Endang Saefudin Anshari, Kuliah Al-Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1992), h.23

23

(35)

24 BAB III

GAMBARAN UMUM

A. Sejarah serta Perkembangan Tempo

Tempo lahir dan besar pada zaman orde baru, disokong oleh perusahaan

yang juga dibesarkan pada masa orde baru tahun 1971, tetapi orde baru juga yang

mematikannya.1 Tempo lahir dan mati di masa orde baru. Beberapa pendiri

Tempo adalah aktivis mahasiswa tahun 1965/1966 yang ikut menggulingkan

Soekarno. Tempo luput dari pembredelan dua kali pada masa Orde Baru, tahun

1974 dan 1978. Tahun 1982, terjadi Insiden lapangan Banteng, menjelang pemilu

1982 dan dianggap oleh Pemerintah mengganggu keamanan. Untuk itu Goenawan

Muhammad harus mendatangani kesepakatan dengan Departemen Penerangan

untuk tidak meliput isu-isu yang sensitif, termasuk yang menyangkut keluarga

Cendana.

Tempo merupakan bagian kelas menengah Orde Baru, untuk itu Tempo

merupakan fondasi ekonomi yang menyokong Orde Baru. Periode ketika tempo

berjaya ialah pada dekade 1980-an, dimana anggaran belanja iklan perusahaan

banyak masuk ke media cetak. Jumlahnya mencapai 50% dari total belanja iklan

tersebut. Inilah yang pada akhirnya membuat gaji para wartawan tempo mencapai

puncaknya. Setelah perpindahan Tempo dari kawasan Senen ke kawasan

Kuningan pada tahun 1986, setahun kemudian terjadi eksodus puluhan

wartawannya. Mereka keluar dari Tempo untuk mendirikan Majalah Editor

1

http:/www.kompas.com/kompas-cetak/0509/17/pustaka/20532888.him, artikel berjudul

(36)

keluarnya mereka dikarenakan Tempo telah berubah menjadi institusi bisnis,

bukan lagi institusi perjuangan dan manajemen sering kali membela pemilik

modal dan tidak lagi menganggap wartawan sebagai aset berharga.

“Dunia media sangatlah dinamis karena ia juga mewakili dinamika dalam

masyarakat secara mikro. Kantor Tempo pertama di Senen banyak menyimpan

memori. Kehangatan ruang seperti bedeng justru menimbulkan suasana egaliter,

pintu penghubung ruangan yang mirip pintu bar di dilm-dilm koboi; perilaku para

komunis yang kocak-kocak seperti misalnya: tulisan Ong Hok Ham yang sulit

diedit karena satu halaman ketik ketinggalan di rumahnya, atau Abdurrahman

Wahid yang bisa menghabiskan dua nasi bungkus mulai menegetik kolomnya di

Kantor Tempo; dan perilaku para wartawannya sendiri yang memang jahil,

menyiasati waktu-waktu krisis saat deadline. Situasi ini bergeser ketika kemudian

Tempo pindah dari suasana pasar ke situasi perkantoran modern di kawasan

Kuningan.”2

Majalah Tempo adalah majalah berita mingguan Indonesia yang umumnya

meliput berita dan politik. Edisi pertama Tempo diterbitkan pada Maret 1971 yang

merupakan majalah pertama dan tidak memiliki afiliasi dengan pemerintah.

Majalah ini pernah dilarang oleh pemerintah pada tahun 1982 dan 21 Juni 1994,

Tempo kembali beredar pada 6 Oktober 1998. Tempo juga menerbitkan majalah

dalam bahasa Inggris sejak 12 September 2000 yang bernama Tempo Magazine

dan pada 2 April 2001 Tempo juga menerbitkan Koran Tempo. Pelarangan terbit

Majalah Tempo pada 1994 bersama dengan Editor dan Detik, tidak pernah jelas

2

(37)

26

penyebabnya. Tapi banyak orang yakin bahwa Menteri Penerangan saat itu.

Harmoko, mencabut Surat Izin Usaha Penerbitan pers (SIUPP) Tempo karena

laopran majalah ini tentang impor kapal dari Jerman, laporan ini dianggap

membahayakan stabilitas negara. Laporan utama membahas keberatan pihak

militer terhadap impor oleh Menristek BJ Habibie. Sekelompok wartawan juga

kecewa pada sikap Pesatuan Wartawan Indonesia (PWI) karena menyetujui

pembredelan Tempo. Editor dan Detik yang mendirikan Aliansi Jurnalis

Indonesia (AJI).

Koran Tempo adalah sebuah koran berbahasa Indonesia yang terbit di

Indonesia, pemiliknya adalah PT Tempo Inti Media Harian. Tempo sebelumnya

dikenal dengan Majalah Tempo. Dalam proses pendiriannya Koran Tempo

melakukan penjualan saham kepada publik sebanyak 17,6 persen dari dana

tersebut hingga akhirnya koran ini bisa beroperasi. Koran Tempo pertama kali

diterbitkan di Jakarta, 2 April 2001 dengan sirkulasi sebesar 100.000 setiap hari.3

Pertimbangan mendirikan Koran Tempo secara tekhnis ialah untuk mewadahi

bahan-bahan berita Majalah Tempo yang terbuang percuma, secara idealis Koran

Tempo mencoba memunculkan sesuatu yang baru dan berbeda dari surat kabar

lainnya.

Idealisme Koran Tempo sendiri ialah menjadi media massa cetak yang

mampu mendorong masyarakat menjadi kritis dalam menerima informasi Market

reader. Koran Tempo ialah masyarakat kelas menengah ke atas yang secara

ekonomi berkecukupan dan memiliki pendidikan tinggi. Motto yang dianut Koran

3

(38)

Tempo adalah ”to be concise”, yaitu memberitakan sebuah peristiwa dengan

ringkas padat dan jelas sesuai dengan 5 W + 1 H. Motto ini juga yang mendasari

desain Koran Tempo yang pendek dan berita tidak bersambung dari satu halaman

lain ke halaman lainnya. Pertimbangan lain adalah waktu pembaca surat kabar

yang relatif pendek.

Saat ini Tempo memiliki labelnya sebagai koran kompak, sebuah

pergeseran konsep surat kabar harian broadsheet menjadi format tabloid lima

kolom yang lebih mungil dan ringkas. Harus diakui bahwa Tempo adalah sebuah

sekolah jurnalisme dalam praktik di Indonesia yang alumninya diakui di

mana-mana. Sebutlah nama-nama petinggi media di Indonesia saat ini, banyak di

antaranya adalah alumni Tempo. Kalau menyebut nama berita, sukar menyebut

media mana pun yang tak ada alumni Tempo di dalamnya.

Selain Majalah dan Koran, Tempo mengeluarkan berita yang mudah di

akses dalam media online. Situs berita Tempointeraktif.com berganti nama

menjadi Tempo.co pada 23 November 2011. Pergantian identitas ini akan lebih

memberikan kemudahan dan kenyamanan bagi pengaksesnya. Tampilan dan

rubrikasi berita lebih jernih, jumlah berita lebih banyak dan isi lebih akurat.

Konten yang ditampilkan dibuat lebih berwarna agar menarik mata pengunjung

untuk betah dan berlama-lama menikmati situs tersebut.

Perubahan itu juga menjadi bukti perhatian besar Tempo Media Group pada media online. Sangat penting untuk tampil lebih “enak dibaca dan perlu” di

tengah kompetisi media online di tanah air saat ini. Kanal-kanal diperbaiki supaya

(39)

28

Olahraga, Otomotif, Seleb, Travel. Konten kanal foto, grafis, serta video

memperkaya situs itu. Ditambah dengan Jeda, Blog, info pemerintah daerah,

sampai berita lelang, jumlah berita yang tampil kini rata-rata mencapai 450 berita

sehari-hari.

Pergantian nama menjadi Tempo.co merupakan bagian dari strategi

memperkukuh konvergensi pada produk berita Tempo. Peristiwa yang terjadi di

lapangan akan online di Tempo.co. Kemudian Koran Tempo akan menyajikannya

dengan menambahkan konteks, kelengkapan dan tambahan data. Untuk berita

dengan magnitude luas, Majalah Tempo akan menyajikan cerita di balik peristiwa

yang terjadi tadi. Semua saling bertaut, saling melengkapi. Semua berita di media

online dan cetak itu sudah pula bisa diunduh lewat aplikasi Tempo di perangkat

digital berbasis Android dan lapak digital iTunes lewat iPad.

Selain itu, produk digital Tempo juga dapat diakses melalui telepon

“pintar” berbagai jenis dan merk, juga BlackBerry dan iPhone. Tempo telah

mengembangkan aplikasi iPad dan Android untuk hampir semua produk majalah

cetaknya. Aplikasi digital tersebut diharapkan memberikan pengalaman baru bagi para pembaca untuk menikmati semua “terbitan” Tempo Media Group. Pengakses

digital tidak hanya bisa menikmati teks berita bermutu, infografik, atau disain

yang memikat tapi juga tampilan audio dan video yang tentu saja lebih menarik.

Tempo Media Group memang bertekad mengembangkan layanan media

yang terintegrasi dengan baik. Tentu saja modal yang diperlukan tidak sedikit.

Untuk membangun aplikasi digital untuk platform iPad dan Android dibutuhkan

(40)

baru. Angka ini juga belum mencakup investasi aplikasi untuk perangkat

BlackBerry, juga penambahan kapasitas bandwidth dan perombakan web.

Mulai 2012, tim digital Tempo menganggarkan dana cukup besar untuk

pengembangan infrastruktur server dan peningkatan bandwidth. Sejak

diluncurkan, jumlah pengakses digital Tempo telah meningkat lebih dari 500

persen.

Produk digital akan terus dikembangkan sesuai dengan road-map yang

disusun tim digital Tempo. Peta pengembangan itu disusun dengan

memperhatikan perkembangan teknologi digital, kompetitor dan potensi pasar.

Tentu yang terpenting adalah penyempurnaan konten berita. Usaha co-branding

dengan mitra kerja menjadi bagian pengembangan digital ini, di samping kegiatan

promosi.

Hasilnya mulai tampak. Sejak Tempo lahir kembali pada 1998, situs berita

Tempo.co yang lahir di masa pembredelan itu mengalami pertumbuhan yang luar

biasa. Menurut catatan Google Analytics, sepanjang 2010 terjadi peningkatan

jumlah pengunjung sebesar 190 persen, dari 1 juta pengunjung menjadi 4,5 juta

pengunjung per bulan. Sementara itu, jumlah halaman (page per view) yang

dibuka pengunjung juga mengalami peningkatan menjadi 18-20 juta halaman per

bulan.

Keberhasilan itu menggembirakan, walaupun belum cukup. Jumlah

pengunjung Tempo.co ditargetkan akan meningkat menjadi 8-9 juta, dengan 35

(41)

30

juga berharap mampu masuk peringkat 5 besar di situs pemeringkat Alexa dalam

waktu dekat ini.

B. Visi Misi Tempo Inti Media

Visi Tempo Inti Media

Menjadi acuan dalam proses meningkatkan kebebasan rakyat untuk

berpikir dan mengularkan pendapat serta membangun suatu masyarakat yang

menghargai kecerdasan dan perbedaan pendapat.4

Misi Tempo Inti Media

1. menyumbangkan kepada masyarakat suatu produk multimedia yang

menampung dan menyalurkan secara adil suara yang berbeda-beda

2. Sebuah produk multimedia yang mandiri, bebas dari tekanan kekuasaan

modal dan politik

3. Terus meningkatkan apresiasi terhadap ide-ide baru, bahasa, dan tampilan

visual yang baik.

4. Sebuah karya yang bermutu tinggi dan berpegang pada kode etik

5. Menjadikan tempat kerja yang mencerminkan Indonesia yang beragam

sesuai kemajuan jaman.

6. Sebuah proses kerja yang menghargai kemitraan dari semua sektor

4

(42)

7. Menjadi lahan yang subur bagi kegiatan-kegiatan untuk memperkaya

khasanah artistik dan intelektual

C. Struktur Organisasi Tempo

Pemimpin Redaksi : Gendur Sudarsono

Wakil Pemimpin Redaksi : Daru Priyambodo

Redaktur Eksekutif : M. Taufiqurrahman

Nasional dan Hukum

Redaktur Pelaksana : Budi Setyarso, Elik Susanto, I. R. Baskoro, Yosep

Suprayogi

Redaktur : Bagja Hidayat, Jajang Jamaludin, Jobphie

Sugiarto, Setri Yastra, Sukma N Lophies

Ekonomi

Redaktur Pelaksana : Nugroho Dewantoro

Redaktur : Ali Nur Yasin, Efri. N. P, Ritongga, Retno

Sulistyawati, Y Tomi Aryanto

Internasional dan Nusa

(43)

32

Redaktur : Dwi Arjanto, Maria Hasugian, Mustafa Ismail,

Raju Febrian, Sapto Yunus

News dan Metro

Redaktur : Purwanto, Widiarsi Agustina, Yandi Rofyandi,

Zakarias Wuragil

Sains dan Sport

Redaktur Pelaksana : Yosep Soeprayogi, Yosrizal Suriagi

Redaktur : Firman Atmahkusumah, Harry Prasetyo, Irfan

Budiman, Nurdin Saleh, Candra Dewi

Gaya Hidup dan Seni

Redaktur Pelaksana : Qoris Tajudin, Seno Joko Suyono

Redaktur : Dudi Hidayat, Dwi Wilyana, Kurniawan, Nurdin

Kalim, Purwanti Diah Prabandari

Investigasi dan Khusus

Redaktur Pelaksana : Purwanto Setiadi

(44)

Kreatif

Redaktur Kreatif : Gilang Rahadian

Redaktur Desain : Eko Punto Pambudi, Yuyun Nurochman

Bahasa

Redaktur Bahasa : Uu Suhardi (koordinator), Harto Pratikto, Sapto

Nugroho

Pusat data dan Analisis Tempo

Koordinator : Priarna Ade Subrata

(45)

34 BAB IV

TEMUAN DAN ANALISIS DATA

A. Temuan

Bali dikenal sebagai pulau yang dihuni oleh mayoritas Hindu, namun ternyata

terdapat pula masyarakat Muslim yang telah berabad lamanya menghuni pulau Bali dan

hidup berdampingan dengan masyarakat Hindu. Sejarah masuknya Islam di Bali ternyata

berbeda-beda di setiap kabupaten dan memiliki keunikan tersendiri. Berdasarkan catatan

sejarah, disebutkan bahwa Islam masuk ke Bali sejak abad ke-14, tepatnya di daerah Gelgel,

kabupaten Klungkung. Berdasarkan cerita rakyat turun-temurun, cikal bakal orang Islam

pertama yang datang ke Gelgel (pusat pemerintahan di Bali sejak abad ke-14) adalah para

pengiring Dalem dari Majapahit berjumlah 40 orang pada masa pemerintahan Dalem Ketut

Ngelesir, Raja Gelgel I. Raja Dalem Ketut yang masih termasuk dinasti Majapahit

mendirikan Kerajaan Gelgel, yang pada saat itu masih di bawah naungan kerajaan Majapahit.

Dikisahkan, setelah Majapahit runtuh, datanglah Ratu Dewi Fatimah dari Majapahit yang

beragama Islam dengan niat untuk mengajak Raja Dalem Ketut memeluk Islam dan bersedia

menjadi istri apabila Raja Dalem Ketut menjadi Muslim. Konon, upaya Ratu Dewi Fatimah

gagal karena upaya yang semestinya mengkhitan Raja Dalem Ketut ternyata tidak mampu

memutuskan bulu kaki Raja Dalem Ketut. Akhirnya Ratu Dewi Fatimah kembali ke Loloan

(kabupaten Jembrana) tempat pertama beliau mendarat. Setelah Ratu Dewi F atimah

meninggal, para pengiringnya kembali ke Gelgel dan bermukim di sana. Sejak saat itulah

terdapat pemeluk Islam di Gelgel.1

Gelombang berikutnya, Islam masuk ke Bali sejak abad ke-17, berawal dari

datangnya para pelaut Bugis yang melakukan hubungan dagang. Melalui hubungan dagang

1

(46)

inilah Islam diperkenalkan ke masyarakat Bali dan berkembang secara damai. Menurut

sumber-sumber lokal, kelompok orang-orang Bugis ini dikenal dengan sebutan "wong

sunantara" atau "wong nusantara". Gelombang masuknya Islam ke Bali menunjukkan

intensitas yang tinggi pada tahun 1667 setelah terjadi perang Makassar dimana para pedagang

dan bangsawan Bugis-Makassar meningalkan daerahnya untuk menghindari diri dari kejaran

Belanda dan akhirnya mendarat di Badung, Buleleng dan Jembrana. Ketiga daerah ini

kemudian menjadi pusat kekuatan orang-orang Bugis di Bali. Hingga kini masyarakat

Muslim paling banyak terdapat di Badung, Buleleng dan Jembrana2

Sisa-sisa pelaut Bugis yang melarikan diri menuju Badung merupakan pelautpelaut

Bugis Wajo. Para pelaut Muslim ini berlabuh di pelabuhan Serangan yang merupakan

pelabuhan penting di kabupaten Badung, termasuk Kuta yang terletak di Bali Selatan.

Berdasarkan laporan salah seorang utusan Belanda, pada tahun 1828-1830 Kuta merupakan

daerah pelabuhan dan tempat berdagang yang ramai dengan penduduknya terdiri atas 30 KK

orang Bugis dan 30 KK orang Bali yang memeluk Islam3. Sementara itu, beberapa penduduk

asli di pesisir pantai seperti di Serangan, Suwun, Tuban telah memeluk Islam karena

pergaulannya dengan para pelaut Bugis yang tinggal di pesisir pantai, sehingga sering disebut

sebagai Bali Islam4. Orang-orang Bugis yang bermukim di pesisir pantai di Bali Selatan ini

kemudian membentuk pemukiman Muslim yang masih ada hingga saat ini. Proses

terbentuknya masyarakat Islam di Badung yang dibawa oleh para pelaut dan pedagang Bugis

juga dapat dilihat dari berdirinya masjid. Menurut cerita raja Pamecutan IX (Cokorde

Pamecutan) masjid pertama yang didirikan di daerah Badung adalah masjid orang-orang

Bugis di Serangan yang mendapat bantuan dari kerajaan di mana marmer yang dipasang di

2

Yuliani, Ni Putu.1993. Kerukunan antar Umat Beragama di Jembrana dan Buleleng 1856-1990: Suatu Tinjauan Sejarah, (Skripsi S1), Fakultas Sastra Universitas Udayana, Denpasar

3

Parmiti, Ni Nyoman. 1998. Masyarakat Islam di Badu.ng 1891-1990, Skripsi S1 , Fakultas Sastra, Universitas Udayana Denpasar

4

(47)

36

dalam masjid didatangkan dari Cambay Gujarat-India. Kemudian orang-orang Bugis juga

membangun masjid di daerah Suwung5.

Masuknya Islam ke Serangan berkaitan erat dengan kedatangan pedagangpedagang

Bugis di Serangan. Meskipun belum ada catatan yang pasti, diperkirakan orang-orang Bugis

telah bermukim di Bali Utara pada 1642. Sementara di Bali Barat, orang-orang Bugis datang

pada tahun 16696 Berdasarkan cerita turun-temurun orang-orang Bugis yang bermukim di

Serangan berasal dari Lombok dan Sumbawa. Mereka bermukim di Badung setelah terjadi

penggabungan Sumbawa dan Lombok. Di mana pada periode abad ke-17, Kerajaan Gelgel di

Bali mengalami kejayaan dan wilayah kekuasaannya meliputi seluruh Bali, Lombok dan

Sumbawa7

Teori Van Dijk yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya merupakan teori yang

menggunakan analisis teks, konteks sosial dan kognisi sosial dalam menganalisis suatu

wacana, maka untuk mempermudah penulis dalam mengolah data yang terdapat dalam berita

Peringati Maulid Nabi, Warga Muslim di Bali Arak Ribuan Telur.

Peneliti memfokuskan pada berita Peringati Maulid Nabi, Warga Muslim di Bali Arak

Ribuan Telur dengan alasan berita ini.

Bulan Rabiul Awal merupakan bulan yang sangat bersejarah dan berharga bagi umat

Islam di dunia. Di mana pada bulan ini Allah SWT telah mengaruniakan kepada kita umat

manusia, seorang Nabi dan Rasul bernama Muhammad bin Abdullah sebagai rahmat bagi

semesta alam.

5

Sarlan, M. MPA (ed.). 2009 Islam di Bali: Sejarah masuknya agama Islam ke Bali, Bidang Bimas Islam dan Penyelenggaraan Haji Kantor Wilayah Departemen Agama Provinsi Bali. Program Peningkatan ..

6

Suwitha, I Putu Gede. 1985. "Hubungan antar suku Bangsa dalam Masyarakat Majemuk di Jembrana Bali", Masyarakat Indonesia, No.2, Jakarta: LIPI

7

(48)

Sebagaimana firman-Nya.

Artinya: “dan tiadalah Kami mengutus kamu (Muhammad), melainkan untuk (menjadi)

rahmat bagi semesta alam.” (QS al-Anbiya; 107)

Tanggal 12 Rabiul Awal telah menjadi salah satu tanggal istimewa bagi sebagian

kaum muslimin. Tanggal ini dianggap sebagai hari kelahiran Nabi akhir zaman, sang pembawa risalah, penyempurna iman, Nabi agung Muhammad shallallahu alaihi wa’alaa alihi

wa sahbihi wa sallam. Beliau merupakan sosok teladan umat muslim yang pada sosoknya lah

kita berkaca terhadap semua tindak tanduk yang kita perbuat setiap harinya.

Tanggal 12 Rabiul Awal ini biasa disebut Maulid Nabi atau Maulud saja. Kata maulid

atau milad dalam bahasa arab berarti hari lahir. Jadi Maulid Nabi Muhammad SAW (bahasa

Arab mawlid an-nabi), adalah peringatan hari lahir Nabi Muhammad SAW.8 Peringatan

Maulid Nabi merupakan tradisi yang berkembang di masyarakat Islam jauh setelah Nabi

Muhammad wafat. Masyarakat muslim di Indonesia menyambut Maulid Nabi dengan

mengadakan perayaan keagamaan seperti pembacaan syair Barzanji dan pengajian.

Peringatan ini bukan sekedar mengenang sebatas kelahirannya saja. Lebih dari itu secara

substansi, peringatan ini adalah ekspresi kegembiraan dan penghormatan kita selaku umatnya

kepada Nabi Muhammad SAW. Tujuannya adalah untuk membangkitkan kecintaan kita

kepada Nabi Muhammad SAW.

Salah satu bentuk kecintaan kita kepada beliau adalah bershalawat, sebagaimana yang

diperintahkan Allah dalam QS al-Ahzab:56

ۚ

8

(49)

38

Artinya: “Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Wahai

orang-orang yang beriman, bershalawatlah kalian untuk Nabi dan ucapkanlah

salam penghormatan kepadanya.” (Al-Ahzab: 56)

Manusia sebagai mahluk sosial tidak dapat hidup sendiri, melainkan memerlukan

orang lain dalam berbagai hal, seperti bergaul, bekerja, tolong menolong, kerja bakti,

keamanan, dan lain-lain. Seperti halnya yang dikemukakan oleh Kayam9 sebagai berikut :

Sejak manusia bergabung dalam suatu masyarakat, agaknya, keselarasan menjadi suatu kebutuhan. Betapa tidak ! Pada waktu pengalaman mengajari manusia hidup bermasyarakatjauh lebih menguntungkan, efisien dan efektif daripada hidup soliter, sendirian, pada waktu itu pula manusia belajar untuk menenggang dan bersikap toleran terhadap yang lain. Pada waktu dia tahu bahwa untuk menjaga kelangsungan hidupnya dia membutuhkan bekerja bersama orang yang kemudian mengikat diri dalam suatu masyarakat, manusia juga belajar memahami suatu pola kerjasama yang terdapat dalam hubungan antara anggota masyarakat tersebut.

Kerjasama yang dilakukan secara bersama-sama disebut sebagai gotong-royong,

akhirnya menjadi strategi dalam pola hidup bersama yang saling meringankan beban

masing-masing pekerjaan. Adanya kerjasama semacam ini merupakan suatu bukti adanya keselarasan

hidup antar sesama bagi komunitas, terutama yang masih menghormati dan menjalankan

nilai-nilai kehidupan, yang biasanya dilakukan oleh komunitas perdesaan atau komunitas

tradisional. Tetapi tidak menuntup kemungkinan bahwa komunitas masyarakat yang berada

di perkotaan juga dalam beberapa hal tertentu memerlukan semangat gotong-royong.10

Gotong-royong sebagai bentuk solidaritas sosial, terbentuk karena adanya bantuan

dari pihak lain, untuk kepentingan pribadi ataupun kepentingan kelompok, sehingga di

9

Kayam Umar, Prisma No.3 Th XVI 1987. Keselarasan dan Kebersamaan : Suatu Penjelajahan Awal. Jakarta : LP3ES. Hal. 18

10

(50)

dalamnya terdapat sikap loyal dari setiap warga sebagai satu kesatuan. Dalam hal ini,

Parson11 mengemukakan,

Loyalty is, as it were, the uninstitutonalized precusor of solidarity, it is the “spilling

over” of motivation to conform with the interests or expectations of alter beyond the boundaries of any institutionalized or agreed obligation. Collectivity-orientation on the other hand converts this “propensity” into an institutionalized obligation of the

role-expectation. Then whether the actor “feel like it” or not, he is obligated to act in

certain ways and risks the application of negative sanctions if he does not.

Loyalitas, karena itu, para pendahulu uninstitutonalized solidaritas, itu adalah

"tumpah" motivasi agar sesuai dengan kepentingan atau harapan mengubah melampaui batas-batas dari setiap dilembagakan atau disetujui kewajiban. Kolektivitas-orientasi di sisi lain mengubah ini "kecenderungan" menjadi kewajiban dilembagakan peran-harapan. Lalu apakah aktor "merasa seperti itu" atau tidak, ia wajib untuk bertindak dengan cara tertentu dan risiko penerapan sanksi negatif jika dia tidak.

Kehidupan warga suatu komunitas yang terintegrasi dapat dilihat dari adanya

solidaritas di antara mereka melalui tolong-menolong tanpa keharusan untuk membalasnya,

seperti adanya musibah atau membantu warga lain yang dalam kesusahan. Warga komunitas

suatu saat akan memiliki kegiatan yang memerlukan bantuan dari warga lainnya, yaitu

penyelenggaraan suatu tradisi perayaan keagamaan.

Bantuan yang dilakukan terhadap warga yang melakukan kegiatan ini dapat berupa

bahan makanan, uang, ataupun tenaga. Mereka yang datang membantu terlebih dahulu

diberitahu waktu perayaan dilaksanakan, sehingga akan mempersiapkan segala sesuatunya.

Seperti masyarakat Hindu di Bali yang membantu warga Muslim saat memperingati Maulid

Nabi seperti mengarak miniatur perahu. selain itu warga Hindu juga ikut menyumbang telur

hias untuk memeriahkan perayaan maulid Nabi di Bali.12

11

Parsons Talcott, The Social System. (New York: Amerind Publishing Co. Pvt. Ltd. 1951), Hal. 97 – 98

(51)

40

Kemudian sikap toleransi yang diberikan masyarakat Hindu kepada warga Muslim di

Bali tidak menggangu dan saling menghormati saat perayaan berlangsung seperti yang telah

di ajarkan Rasulullah dimana pada masa hidup Rasulullah toleransi antar umat beragama itu

beliau gambarkan dalam hubungan jual-beli dan saling memberi dengan non muslim.13

Sebagaimana diterangkan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam kitab

al-Maghazi hadits nomor 4467:

نعف

ةشئ ع

ضر

ها

نع

:تل ق

ف ت

بنلا

لص

ها

ه لع

ملس

هعرد

ةن ه م

دنع

د

.ن ثاثب

: نع

ع ص

نم

عش

تك(

،

غملا

مقر

ث دحلا

6644

)

Artinya: “Dari Aisyah RA. Dia berkata: Nabi telah wafat sedangkan baju besinya telah

diberikan kepada seorang yahudi sebagai gadai dengan 30 sha‟ gandum”. (Kitab

al-Maghazi, hadits nomor 4467)

B. Analisis

1. Kerangka Analisis Teks Menurut Teori Teun A Van Dijk

Dalam menganalisis berita Peringati Maulid Nabi di Bali memfokuskan dan

menguraikan peristiwa tertentu dengan struktur wacana untuk melihat proses retorika dan

persuasi yang dijalankan ketika seseorang menyampaikan pesan, penulis menggunakan

struktur wacana model Van Dijk yang terdiri dari struktur makro, superstruktur dan struktur

mikro, yang terdiri dari elemen yaitu tematik, skematik, semantik, sintaktis, dan stilistik.

a. Tematik

Pada bab sebelumnya dituliskan bahwa elemen tematik merupakan gagasan inti atau

gambaran umum dari suatu teks atau yang sering kita kenal tema/topik, yaitu

13

[image:51.595.70.528.222.579.2]

Gambar

Tabel 1 Skema atau Model Kognisi Sosial Van Dijk ................  17
Gambaran umum Koran Tempo,  penulisakan
Tabel 1
gambaran umum dari suatu teks atau yang sering kita kenal tema/topik, yaitu
+6

Referensi

Dokumen terkait

Yang dimaksud dengan faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam Kepolisian Resor Kota Pekanbaru, khususnya pada bagian Unit Pelayanan Perempuan dan

Berdasarkan hasil dan pembahasan tersebut di atas, maka dapat ditarik beberapa simpulan sebagai berikut: 1) Peranan Puskesmas dalam program PKPR adalah sebagai ujung

a) Kebutuhan akan Kredit Usaha Pembibitan Sapi (KUPS) agar dapat meningkatkan pendapatannya perbulan. Dengan dilakukan pembibitan sapi yang unggul sehingga menghasilkan

bagian dari seluruh himpunan pengetahuan yang ditimbun oleh seorang individu selama hidupnya itu, seringkali hilang dari akalnya yang sadar, atau dalam “kesadarannya”,

Masyarakat umum juga melihat hal itu sebagai suatu hal yang wajar bahwa waktu 24 (dua puluh empat) jam milik pekerja rumah tangga sepenuhnya adalah untuk mengabdi

Penelitian ini bertujuan mengetahui bagaimana :1)pola kemitraan yang dilaksanakan di PT. Srikandi Agung Makassar; 2) tingkat kepuasan peternak plasma yang bermitra terhadap

→ disebut hasil kali skalar tripel, karena hasilnya merupakan skalar.. Jika urutan vektornya ditukar maka tandanya

Ada dua hal yang penting dalam sistem hidup manusia Praaksara (masa berburu dan mengumpulkan makanan) yaitu membuat alat-alat dari batu yang masih kasar, tulang, dan