• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Padi Di Kabupaten Aceh Tenggara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Padi Di Kabupaten Aceh Tenggara"

Copied!
67
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

PRODUKSI PADI DI KABUPATEN ACEH TENGGARA

TESIS

OLEH :

SYAHROEL DESKY

057018032/EP

MAGISTER EKONOMI PEMBANGUNAN

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2007

(2)

KATA PENGANTAR

Puji serta syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan

karunia-Nya sehingga penulis telah dapat menyelesaikan penelitian tesis ini

sebagaimana mestinya. Selawat serta salam kepada Nabi Muhammad SAW yang

telah membawa cahaya ilmu pengetahuan ke dunia ini.

Penelitian tesis dengan mengambil judul ”Analisis faktor-faktor yang

mempengaruhi produksi padi di Kabupaten Aceh Tenggara” ini menganalisis

pengaruh dari luas lahan garapan, waktu kerja yang digunakan, jumlah pekerja,

penggunaan pupuk, pestisida, dan benih dalam mempengaruhi tingkat produksi

padi sawah dengan mengambil 120 sampel petani padi sawah di Kabupaten Aceh

Tenggara.

Dalam proses penelitian dan penyusunan laporan tesis, penulis banyak

mendapatkan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karenanya dalam kesempatan ini

penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya

kepada:

1. DR. Murni Daulay, M.Si dan DR. Syaad Afifuddin, M.Ec selaku ketua dan

sekretaris Program Studi Ekonomi Pembangunan.

2. DR. Dede Ruslan, M.Si selaku pembimbing utama yang telah meluangkan

waktu untuk membimbing penulis, disela-sela kesibukannya.

3. Drs. Iskandar Syarief, MA selaku pembimbing anggota yang telah banyak

(3)

4. Khairil, Aida, Rara, dan rekan-rekan lainnya sesama mahasiswa Magister

Ekonomi Pembangunan khususnya angkatan IX yang telah meluangkan waktu

untuk diskusi

5. Kepada kedua orang tuaku Sehaddin Desky dan Hj. Hayatun terima kasih

banyak atas bantuan moril dan spirit yang diberikan.

6. Kepada istri tercinta Early Burhan dan anak kami tersayang Muhammad Farrel

Nandana Desky terima kasih atas perhatian dan kesabaran menemani penulis

selama menempuh pendidikan.

7. Terakhir buat kakakku Mery dan Bang Taufik, adikku Fatmawati dan Ridwan

serta keponakanku Raihan, Hafis dan Nisa.

Penulis menyadari tesis ini masih mengandung banyak kekurangan, baik

dari segi isi maupun tata cara penulisannya, karena penulis mengharapkan kritik

dan saran kontruktif demi kesempurnaan dimasa akan datang. Kiranya penulis

mengharapkan penelitian tesis ini memberikan manfaat kepada semua pihak yang

membacanya.

Medan, Juni 2007 Penulis,

(4)

DAFTAR ISI

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 7

1.3 Tujuan Penelitian ... 7

1.4 Manfaat Penelitian ... 7

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teoritis ... 9

2.1.1 Teori Produksi... 9

2.1.2 Fungsi Produksi... 12

2.1.3 Faktor Produksi dan Pendapatan... 16

2.1.3.1 Modal ... 16

2.1.3.2 Tenaga Kerja ... 17

2.1.3.3 Pendapatan ... 18

2.1.4 Maksimisasi Laba ... 21

2.1.4.1 Fungsi Permintaan Input ... 24

2.1.4.2 Fungsi Penawaran Output ... 25

2.1.4.3 Fungsi Laba Maksimum... 25

2.2 Penelitian Terdahulu ... 26

2.3 Kerangka Konseptual ... 29

2.4 Hipotesis... 31

BAB III. METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup dan Lokasi Penelitian ... 32

3.2 Teknik Pengumpulan Data... 32

3.3 Populasi dan Sampel ... 33

3.3.1 Populasi ... 33

3.3.2 Sampel... 33

3.4 Teknik Analisis Data... 35

3.5 Definisi Operasional Variabel... 37

3.6 Uji Kesesuaian (Goodness of Fit) ... 37

3.6.1 Uji Determinasi R2... 38

(5)

2.6.3 Uji Statistik t... 39

3.7 Uji Asumsi Klasik ... 40

3.7.1 Uji Multikolinearitas ... 40

3.7.2 Uji Heterokedastisitas ... 41

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Responden ... 44

4.1.1 Umur, Jenis Kelamin dan Status Perkawinan ... 44

4.1.2 Pendidikan, Pekerjaan dan Tanggungan Keluarga... 45

4.1.3 Kondisi Rumah Tempat Tinggal... 48

4.2 Tingkat Produksi Padi Sawah ... 50

4.3 Uji Asumsi Klasik... 51

4.3.1 Uji Multikolinieritas... 52

4.3.2 Uji Heterokedastisitas ... 54

4.4 Hasil Estimasi Model Penelitian... 57

4.5 Pembuktian Hipotesis ... 58

4.5.1 Uji Parsial... 59

4.5.2 Uji Simultan ... 60

4.6 Optimasi Laba Petani Melalui Harga Gabah ... 61

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 65

5.2 Saran ... 67

DAFTAR PUSTAKA

(6)

DAFTAR TABEL

Tabel I.1 Sawah Berpengairan, Luas Areal dan Total Produksi Padi di

Kabupaten Aceh Tenggara... 6

Tabel III.1 Sampel Penelitian Berdasarkan Luas Sawah dan Produksi

Tanaman Padi ... 34

Tabel IV.1 Karakteristik Umur, Jenis Kelamin, dan Status Perkawinan

Responden... 45

Tabel IV.2 Karakteristik Pendidikan, Pekerjaan dan Tanggungan

Keluaraga Responden ... 47

Tabel IV.3 Karakteristik Kondisi Tempat Tinggal Responden ... 48

Tabel IV.4 Rata-rata Tingkat Produksi dan Faktor Pendukung Tingkat

Produksi Padi Sawah di Kabupaten Aceh Tenggara ... 51

Tabel IV.5 Uji Multokolinieritas Model Produksi Padi Sawah ... 52

Tabel IV.6 Koefisien Korelasi Antar Variabel ... 53

Tabel IV.7 Hasil Uji Park Model Produksi Padi Sawah di Kabupaten

Aceh Tenggara ... 56

Tabel IV.8 Hasil Estimasi Model Penelitian... 57

(7)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Grafik Hubungan total produksi, marginal produksi dan

rata-rata produksi ... 10

Gambar 2.2 Grafik Peta Isoquant ... 12

Gambar 2.3 Grafik Laba Maksimum... 23

Gambar 2.4 Grafik Laba Convex Terhadap wi... 26

Gambar 2.5 Kerangka Konseptual... 31

(8)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh luas lahan, jam kerja, jumlah pekerja, pupuk, pestisida, dan bibit/benih terhadap produksi padi di Kabupaten Aceh Tenggara. Selain itu juga untuk mengetahui hubungan tingkat harga jual gabah optimum terhadap harga input pupuk yang berlaku di Kabupaten Aceh Tenggara.

Metode yang digunakan untuk menganalisis data penelitian adalah model regresi linier berganda. Data yang digunakan berupa data primer dalam bentuk cross-sectional yang dikumpulkan melalui quisioner. Jumlah sampel yang digunakan sebanyak 120 petani padi.

(9)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Salah satu amanat dari Pembukaan Undang-undang Dasar 1945 ditetapkan

bahwa tujuan dibentuknya Negara adalah untuk memajukan kesejahteraan umum

dan asas keadilan sosial. Untuk memajukan kesejahteraan umum, Todaro (2000)

mengartikan dengan meningkatkan kesejahteraan rakyat melalui pembangunan,

antara lain dengan meningkatkan pendapatan. Sehingga pendapatan per kapita

merupakan konsep yang paling sering dipakai sebagai tolok ukur tingkat

kesejahteraan penduduk suatu Negara.

Secara umum sejak kemerdekaan, kesejahteraan penduduk Indonesia terus

mengalami peningkatan. Hal ini lebih terasa pada masa Orde Baru, terlepas dari

berbagai persoalan yang dialami Negara mulai dari Kolusi, Korupsi dan

Nepotisme (KKN) sampai kepada permasalahan hutang Negara, perekonomian

Indonesia mengalami pertumbuhan secara teratur, dari Gross National Product

(GNP) per kapita US$ 70 tahun 1967 menjadi US$ 1.110 pada tahun 1997.

Negara ini diakui sebagai perekonomian industrialisasi baru, dengan Gross

Domestic Product (GDP) riel tumbuh rata-rata di atas 4,6 persen per tahun selama

tiga dasawarsa (Todaro, 2000).

Di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) sendiri pertumbuhan

ekonomi (non migas) tercatat 7,4 persen per tahun pada periode 1970-1997.

(10)

yaitu hanya -0,41 persen per tahun. Kemudian kembali menunjukkan kenaikan

pada periode 2001-2004 yaitu 3,12 persen per tahun (BPS, 2004).

Kondisi ekonomi NAD membawa pengaruh kepada ekonomi

kabupaten-kabupaten dalam wilayahnya. Sebagaimana ekonomi di Aceh Tenggara.

Perekonomian di Aceh Tenggara secara umum meningkat dari tahun sebelumnya,

walaupun dalam kurun waktu selama tahun 2004 terjadi beberapa musibah besar,

baik yang terjadi di daerah seperti banjir bandang di Kecamatan Badar, maupun

musibah yang terjadi di luar daerah seperti Tsunami yang terjadi di Banda Aceh

dan beberapa kabupaten lainnya.

Menurut perhitungan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar

harga konstan, pertumbuhan ekonomi Aceh Tenggara tahun 2004 mencapai 6,03

persen, lebih baik dibandingkan tahun 2003 yang hanya mengalami pertumbuhan

5,56 persen dan diperkirakan masih lebih tinggi dibandingkan kabupaten lain yang

ada di NAD. Keadaan ini disebabkan kondisi keamanan di Aceh Tenggara relatif

lebih stabil dan kondusif, sehingga semua aktivitas perekonomian berjalan dengan

lancer. Selain itu, membaiknya tingkat pertumbuhan ekonomi Aceh Tenggara

disebabkan adanya peningkatan pertumbuhan dibeberapa sektor ekonomi antara

lain; sektor pertanian, pertambangan dan penggalian, perdagangan dan sektor jasa

(BPS, 2005).

Sektor pertanian pada tahun 2004 tumbuh sebesar 5,10 persen, sedangkan

pada tahun sebelumnya hanya tumbuh sebesar 4,48 persen. Semua sub sektornya

juga mengalami pertumbuhan. Peningkatan pertumbuhan ini disebabkan karena

(11)

pertanian. Selain itu, harga komoditi pertanian yang juga semakin membaik

mendorong para petani meningkatkan produksi pertaniannya. Kondisi iklim

selama kurun waktu 2004 juga sangat mendukung dalam usaha pertanian (BPS,

2005).

Harga komoditi pertanian ikut membaik disebabkan adanya kebijakan

pemerintah untuk melindungi petani. Salah satu bentuk intervensi pemerintah

dalam menstabilkan harga adalah dengan menetapkan harga dasar gabah. Dengan

kebijakan ini pemerintah mengharapkan adanya perlindungan terhadap para petani

yang sebagian besar berada di pedesaan, peningkatan produksi hasil pertanian,

dan pada akhirnya akan berdampak positif bagi pertumbuhan ekonomi.

Faktor lain yang turut mempengaruhi produksi padi adalah tenaga kerja,

bagi petani tradisional biasanya jumlah tenaga kerja yang digunakan tidak efisien.

Hal ini disebabkan penggunaan tenaga kerja dengan luas lahan tidak seimbang.

Selain itu, banyak dari waktu yang harusnya digunakan untuk menggarap sawah

digunakan untuk hal-hal lain, sehingga pekerjaan yang seharusnya dikerjakan

menjadi terlantar. Selain faktor sumberdaya manusia di atas, faktor penting yang

turut menentukan produksi padi adalah penggunaan pupuk dan pestisida yang

tepat. Kelebihan dalam penggunaan pupuk dan pestisida akan berdampak pada

peningkatan biaya produksi, sementara bila kekurangan pupuk dan pestisida akan

menyebabkan penurunan produksi.

Selain harga, sumberdaya manusia, pupuk dan pestisida, faktor lain yang

sangat menentukan produksi hasil pertanian adalah iklim. Dimana sebagaimana

(12)

yang ada di NAD memiliki dua iklim yaitu; kemarau dan penghujan. Pada

umumnya pada saat kemarau, tingkat produksi padi mengalami penurunan,

disebabkan kekurangan air. Sementara pada saat musim penghujan akan terjadi

peningkatan dalam produksi hasil pertanian. Kondisi iklim ini sangat berdampak

bagi petani padi karena sebagian dari sawah yang ada merupakan sawah tadah

hujan.

Letak Goegrafis Kabupaten Aceh Tenggara adalah disebelah Timur

berbatasan dengan Provinsi Sumatera Utara. Sebelah Barat berbatasan dengan

Kabupaten Aceh Selatan. Disebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Gayo

Lues dan disebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Aceh Singkil dan

Provinsi Sumatera Utara.. Daerah Kabupaten Aceh Tenggara terletak diketinggian

± 600 m diatas permukaan laut yang merupakan daerah perbukitan dan

pegunungan. Sebagian kawasannya merupakan daerah suaka alam Taman

Nasional Gunung Leuser. Luas Kabupaten Aceh Tenggara adalah 4.231,41 KM2 ,

yang terdiri dari 11 kecamatan, 249 desa dan 1 kelurahan. Kecamatan yang

terluas adalah Kecamatan Babul Rahmah 1.159,08 KM2 , sedangkan wilayah yang

terkecil adalah Kecamatan Semadam 35,34 KM2 (BPS, 2005)

Penduduk di Kabupaten Aceh Tenggara terdiri dari beberapa suku, yang

terbanyak adalah suku Alas disamping suku yang lain seperti Aceh, Gayo,

Singkil, Jawa, Karo dan Batak. Jumlah penduduk Kabupaten Aceh Tenggara

pada akhir tahun 2004 berjumlah 169.409 jiwa dengan kepadatan penduduk 40

jiwa per KM2 yang terdiri dari 77.385 laki-laki dan 92.024 perempuan. Penduduk

(13)

terkecil terdapat pada Kecamatan Darul Hasanah yaitu sebanyak 9.335 jiwa.

Dilihat dari kepadatan penduduknya, wilayah yang terpadat penduduknya adalah

Kecamatan Babussalam sebesar 575 Jiwa/KM2 , sedangkan yang terjarang

penduduknya terdapat di Kecamatan Babul Rahmah yakni 8 jiwa / KM2.

Pertumbuhan penduduk di Kabupaten Aceh Tenggara berkisar 1,67 persen per

tahun. Rendahnya angka pertumbuhan penduduk ini disebabkan banyaknya

penduduk yang pindah ke daerah lain untuk bekerja, sekolah dan lain sebagainya.

Keadaan ini terjadi karena kurangnya fasilitas pendidikan dan kurangnya lapangan

kerja (BPS, 2005).

Sumberdaya manusia merupakan faktor terpenting dalam pertumbuhan

ekonomi. Pertumbuhan ekonomi tidak semata-mata tergantung dari jumlah

sumberdaya manusia saja, namun lebih menekankan pada efisiensi mereka.

Peningkatan pendapatan per kapita berkaitan erat dengan pengembangan faktor

manusia sebagaimana terlihat dalam efisiensi atau produktivitasnya. Terlepas dari

adanya manusia sebagai salah satu faktor penting dalam pembangunan, yang

terasa lebih penting lagi bagaimana sumberdaya manusia yang ada dapat

dikerahkan untuk mengisi lapangan pekerjaan yang ada. Upaya penting yang perlu

dilakukan adalah menciptakan lapangan kerja yang mampu untuk menampung

angkatan kerja. Salah satu lapangan kerja yang sangat terbuka adalah sektor

pertanian.

Luas lahan persawahan di wilayah Aceh Tenggara sebesar 17.224 Ha yang

terdiri dari sawah beririgasi 2.500 Ha, sawah berpengarian sederhana 13.972 Ha

(14)

mampu menghasilkan 107.153 ton gabah kering panen selama tahun 2004 dengan

produktivitasnya 5,51 ton per hektar.

Tabel I.1

Sawah Berpengairan, Luas Areal dan Total Produksi Padi di Kabupaten Aceh Tenggara

SAWAH BERPENGAIRAN (Ha)

No KECAMATAN Setengah

Tehnis Lawe Sigala Gala Babul Makmur

JUMLAH 2.500 13.972 752 17.224 107.153,4

Sumber: BPS Aceh Tenggara, 2005

Wilayah yang menghasilkan produksi gabah terbesar adalah kecamatan

Lawe Alas total hasil panen selama tahun 2004 sebesar 18.832 ton. Selain

tanaman Padi, terdapat juga jagung yang luas tanamnya 27.054 Ha dengan

produksi sebesar 151.092,85 ton tahun 2004 (BPS, 2005). Namun demikian

berdasarkan laporan yang diterbitkan Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan

Kabupaten Aceh Tenggara pada tahun 2005 terjadi penurunan produktivitas

produksi sebesar 0,09 ton/ha. Jika pada tahun 2004 produktivitasnya sebesar 5,51

(15)

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah-masalah yang hendak

diteliti dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh luas lahan, jam kerja, jumlah pekerja, pupuk,

pestisida, dan benih/bibit terhadap produksi padi di Kabupaten Aceh

Tenggara.

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk menganalisis pengaruh luas lahan, jam kerja, jumlah pekerja,

pupuk, pestisida, dan benih/bibit terhadap produksi padi di Kabupaten

Aceh Tenggara.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada semua pihak,

terutama untuk:

1. Pemerintah daerah Kabupaten Aceh Tenggara dalam menyusun rencana

pembangunan sektor pertanian yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat

yang bekerja di sektor pertanian.

2. Petani padi, dalam hal ini dapat menjadi salah satu pertimbangan bagi para

petani dalam upaya meningkatkan kesejahteraan melalui peningkatan

produksi. Sehingga mampu meningkatkan pendapatan dan tingkat

(16)

3. Sebagai sarana pengembangan ilmu pengetahun yang berhubungan dengan

produksi padi.

4. Sebagai bahan referensi bagi penelitian lanjutan terutama yang

berhubungan dengan variable-variabel yang digunakan dalam penelitian

ini.

(17)

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Teori Produksi

Menurut Pappas (1995) Produksi adalah berkaitan dengan cara bagaimana

sumber daya (masukan) dipergunakan untuk menghasilkan produk-produk

perusahaan (keluaran). Sementara itu, menurut Beattie dan Taylor (1994)

produksi yaitu proses kombinasi dan koordinasi material-material dan

kekuatan-kekuatan (input, faktor, sumber daya, atau jasa – jasa produksi) dalam pembuatan

suatu barang atau jasa output atau produk.

Menurut Joesron dan Fathorrozi (2003), produksi merupakan hasil akhir

dari proses atau aktivitas ekonomi dengan memanfaatkan beberapa masukan atau

input. Lebih lanjut Putong (2002) produksi atau memproduksi menambah

kegunaan (nilai guna) suatu barang. Kegunaan suatu barang akan bertambah bila

memberikan manfaat baru atau lebih dari bentuk semula. Lebih spesifik lagi

produksi adalah kegiatan perusahaan dengan mengkombinasikan berbagai input

untuk menghasilkan output dengan biaya yang minimum.

Ahyari (1997) Produksi adalah kegiatan yang dapat menimbulkan

tambahan manfaatnya atau penciptaan faedah baru. Faedah atau manfaat ini dapat

terdiri dari beberapa macam, misalnya faedah bentuk, faedah waktu, faedah

tempat, serta kombinasi dari beberapa faedah tersebut diatas. Dengan demikian

produksi tidak hanya terbatas pada pembuatan, tetapi sampai pada distribusi.

(18)

Salvatore (2001) produksi adalah merujuk pada transformasi dari berbagai input

atau sumber daya menjadi output berupa barang atau jasa.

Manajemen produksi bertujuan mengatur penggunaan resources

(faktor-faktor produksi) yang ada baiknya berupa bahan, tenaga kerja, mesin-mesin dan

perlengkapan sedemikan rupa sehingga proses produksi dapat berjalan dengan

efektif dan efesien.

Hubungan antara Produksi Total (TP), produksi rata-rata (AP) dan Produk

Marjinal (MP) dalam jangka pendek untuk satu input (input lain dianggap

konstan) dapat dilihat pada gambar berikut (Nicholson 1994) :

(19)

Gambar 2.1 di atas memperlihatkan bahwa antara titik A dan C adalah

pertambahan produksi yang semakin berkurang (law of diminishing marginal

productivity). Titik C adalah total produksi mencapai maksimum artinya

tambahan input tidak lagi menyebabkan tambahan output atau produksi marginal

(MP) adalah nol (C1). Sedangkan Produksi Rata-rata (AP) mencapai maksimum

adalah pada saat elastisitas produksi sama dengan 1 dan AP berpotongan dengan

MP artinya produksi rata-rata sama dengan tambahan output akibat tambahan 1

unit input produksi, dengan asumsi faktor produksi lain dianggap konstan.

Hubungan fungsional antara berbagai faktor produksi termasuk

pengelolaannya memerlukan koordinasi yang baik sehingga dapat menghasilkan

output optimal. (Mubyarto 1986). Apabila keterbatasan biaya menjadi kendala

maka tindakan yang dilakukan adalah dengan meminimumkan biaya (cost

minimization) dan jika tidak dihadapkan dengan keterbatasan biaya maka dapat

dilakukan melalui pendekatan memaksimumkan keuntungan (profit

maximazation)

Apabila kedua input yang digunakan dalam proses produksi menjadi

variabel, maka variabel yang sering digunakan adalah pendekatan isoquant dan

isocost. Isoquant adalah kurva yang menujukan kombinasi input yang dipakai

dalam proses produksi yang menghasilkan output tertentu dalam jumlah yang

sama. Jumlah produksi digambarkan oleh pergeseran kurva isoquant, jika suatu

perusahaan memutuskan untuk menambah produksinya maka kurva isoquant akan

bergeser kekanan sebagaimana diperlihatkan pada Gambar 2 berikut (Joesran dan

(20)

Gambar 2.2: Peta Isoquant

Gambar 2.2 mengilustasikan bahwa ada beberapa proses produksi

sehingga kurva isoquant continue, dan sebenarnya yang ingin dituju oleh setiap

perusahaan adalah titik T, namum untuk mencapai titik tersebut sangat sulit

terlaksana dan tidak akan tercapai, karena titik T menggambarkan penggunaan

input yang demikian banyak sehingga menciptakan output yang tak terhingga.

2.1.2 Fungsi Produksi

Fungsi produksi menghubungkan input dengan output dan menentukan

tingkat output optimum yang bisa diproduksikan dengan sejumlah input tertentu,

atau sebaliknya, jumlah input minimum yang diperlukan untuk memproduksikan

tingkat output tertentu. Fungsi produksi ditentukan oleh tingkat teknologi yang

(21)

sistem produksi merupakan suatu fungsi dari tingkat teknologi pabrik, peralatan,

tenaga kerja, bahan baku dan lain-lain yang digunakan dalam suatu perusahaan

(Arsyad, 1993 ).

Fungsi produksi menggambarkan kombinasi penggunaan input dan

teknologi yang dipakai oleh suatu perusahaan. Pada keadaan teknologi tertentu,

hubungan antara input dan output tercermin pada fungsi produksinya. Suatu

fungsi produksi menggambarkan kombinasi input yang dipakai dalam proses

produksi, yang menghasilkan output tertentu dalam jumlah yang sama dapat

digambarkan dengan kurva isokuan (isoquant), yaitu kurva yang menggambarkan

berbagai kombinasi faktor produksi yang menghasilkan produksi yang sama

(Joesran dan Fathorrozi, 2003)

Isoquant hanya menjelaskan keinginan perusahaan berdasarkan fungsi

produksi yang ditentukan, dan tidak menjelaskan apa yang dapat diperbuat oleh

perusahaan. Untuk memahami ini kita harus memasukkan faktor biaya kedalam

gambar yaitu garis isocost, yang menggambarkan kombinasi biaya berbagai input

dengan input konstan dan biaya itu yang tersedia.

Menurut Pappas (1995) fungsi produksi adalah suatu pernyataan deskriptif

yang mengkaitkan masukan dengan keluaran. Fungsi ini menyatakan maksimum

yang dapat diproduksi dengan sejumlah masukan tertentu atau, alternatif lain,

jumlah minimum masukan yang diperlukan untuk memproduksi satu tingkat

keluaran tertentu. Fungsi produksi ditetapkan oleh teknologi yang tersedia, yaitu

hubungan masukan/keluaran untuk setiap sistem produksi adalah fungsi dari

(22)

dipergunakan perusahaan. Setiap perbaikan teknologi, seperti penambahan satu

komputer pengendalian proses yang memungkinkan suatu perusahaan pabrikan

untuk menghasilkan sejumlah keluaran tertentu dengan jumlah bahan mentah,

energi dan tenaga kerja yang lebih sedikit, atau program pelatihan yang

meningkatkan produktivitas tenaga kerja, menghasilkan sebuah fungsi produksi

yang baru.

Menurut Samuelson (1992) fungsi produksi adalah kaitan teknologi antara

jumlah output maksimum yang bisa dihasilkan oleh masing – masing dan tiap

perangkat input (faktor produksi). Fungsi ini tetap untuk tiap tingkatan teknologi

yang digunakan.

Produksi sebenarnya merupakan kegiatan yang diukur sebagai tingkat

output per unit waktu. Hubungan antara kuantitas produksi dengan input yang

digunakan dalam proses produksi diformulasikan sebagai fungsi produksi.

Menurut Beattie dan Taylor (1994) Produksi adalah proses kombinasi dan

koordinasi material-material serta kekuatan (faktor produksi, sumber daya) dalam

menghasilkan suatu barang atau jasa (output atau produksi). Hubungan antara

input dan output diformulasikan dalam suatu fungsi produksi sebagai berikut :

Q = f (K, L, M ) (2.1)

Dimana: Q adalah jumlah output dari suatu barang yang dihasilkan selama

periode tertentu, K adalah jumlah modal yang digunakan. L adalah tenaga kerja

yang digunakan, dan M adalah variabel lain yang kemungkinan mempengaruhi

(23)

Jika dalam proses produksi hanya terdapat dua kombinasi faktor (input)

produksi yaitu modal dan tenaga kerja, maka bentuk model hubungan antara

output dengan inputnya adalah Q = f (K, L). Jumlah maksimum suatu barang yang

dapat diproduksi (Q) dengan menggunakan kombinasi alternatif antara modal (K)

dengan tenaga kerja L.

Banyak fungsi produksi memiliki suatu sifat yang disebut skala hasil

konstan (constant returns to scale). Fungsi produksi memiliki skala hasil konstan

jika peningkatan dalam persentase yang sama dalam seluruh faktor-faktor

produksi menyebabkan peningkatan output dalam persentase yang sama. Jika

fungsi produksi memiliki skala hasil konstan, maka kita dapatkan output 10

persen lebih banyak ketika kita meningkatkan modal dan tenaga kerja sampai 10

persen. Secara matematis, fungsi produksi memiliki skala hasil konstan jika:

) , (zK zL F

zY = (2.2)

Untuk setiap angka positif z. Persamaan ini menyatakan bahwa jika kita

mengalikan jumlah modal dan jumlah tenaga kerja dengan angka z, output juga

dikalikan dengan z. Pada bagian berikutnya kita lihat bahwa asumsi skala hasil

konstan memiliki implikasi penting pada distribusi pendapatan dari produksi

(Mankiw, 2003:43)..

Konsep fisik lain dari suatu produksi adalah Average Product (AP) atau

produksi rata-rata yaitu perbandingan antara jumlah produk (output) yang

dihasilkan dalam suatu proses produksi dengan jumlah faktor produksi (input)

yang digunakan.

L Q

(24)

K Q

APK = dimana input L dianggap konstan (2.4)

Di samping itu dikenal juga konsep Marginal product (MP) atau produksi

marjinal yaitu tambahan produksi akibat penambahan satu unit input. Fungsi ini

juga merupakan slope dari produksi total. Produksi marjinal bisa diperoleh dengan

melakukan derivasi parsial :

L Q MPL

∂ ∂

= produksi marginal dari tenaga kerja (2.5)

K Q MPK

∂∂

= produksi marginal dari modal (2.6)

2.1.3 Faktor Produksi dan Pendapatan

2.1.3.1Modal

Modal adalah salah satu faktor produksi yang menyumbang pada hasil

produksi, hasil produksi dapat naik karena digunakannya alat-alat mesin produksi

yang efesien. Dalam proses produksi tidak ada perbedaan antara modal sendiri

dengan modal pinjaman, yang masing-masing menyumbang langsung pada

produksi.

Akumulasi modal terjadi apabila sebagian dari pendapatan di tabung dan

di investasikan kembali dengan tujuan memperbesar output dan pendapatan

dikemudian hari. Pengadaan pabrik baru, mesin-mesin, peralatan dan bahan baku

(25)

produktif secara fisik) dan hal ini jelas memungkinkan akan tejadinya peningkatan

output dimasa mendatang (Todaro, 1998).

Menurut Mubyarto (1994) Modal adalah barang atau uang yang secara

bersama – sama faktor produksi, tanah dan tenaga kerja menghasilkan barang

yang baru yaitu output. Pentingnya peranan modal karena dapat membantu

menghasilkan produktivitas, bertambahnya ketrampilan dan kecakapan pekerja

juga menaikkan produktivitas produksi. T.W.Schultz (dalam Mubyarto, 1994)

mengusulkan dengan tegas perbedaan antara modal manusiawi dan modal fisik.

Berhubungan dengan modal manusiawi adalah hubungan antara modal dan

teknologi, disini ditekankan bahwa teknologi tidak lain adalah cara-cara atau

metode yang dapat menurunkan biaya produksi dan menaikan hasil produksi.

Bagi tenaga kerja pengetahuan menganai cara – cara atau metode – metode baru

dapat dibedakan pengetahuan dalam bersifat teknis dan pengetahuan bersifat

organisatoris atau manajerial.

2.1.3.2Tenaga Kerja

Setiap usaha yang dilaksanakan pasti memerlukan tenaga kerja. Oleh

karena itu dalam analisa ketenagakerjaan dibidang bisnis/perusahaan penggunaan

tenaga kerja dinyatakan oleh besarnya curahan tenaga kerja. Skala usaha akan

mempengaruhi besar kecilnya tenaga kerja yang dibutuhkan dan pula

membutuhkan tenaga kerja yang mempunyai keahlian (terampil). Biasanya

perusahaan kecil akan membutuhkan jumlah tenaga kerja yang sedikit, dan

(26)

mempunyai keahlian. Dalam analisa ketenagakerjaan sering dikaitkan dengan

tahapan pekerjaan dalam perusahaan, hal seperti ini sangat penting untuk melihat

alokasi sebaran pengguna tenaga kerja selama proses produksi sehingga dengan

demikian kelebihan tenaga kerja pada kegiatan tertentu dapat dihindarkan

(Sukartawi 2002).

Di Negara-negara yang sudah maju, kemajuan tenaga kerja diukur dengan

tingginya produktivitas tenaga kerja, semua usaha diarahkan untuk meningkatkan

produktivitas. Tenaga kerja merupakan faktor produksi yang paling terbatas

jumlahnya, dalam keadaan ini mesin-mesin penghemat tenaga kerja (labor saving)

ditemukan untuk meningkatkan produktivitas tenaga kerja dan produktivitas

output yang dihasilkan (Mubyarto 1994)

Penggunaan tenaga kerja sebagai variabel dalam proses produksi lebih

ditentukan oleh pasar tenaga kerja, dalam hal ini dipengaruhi oleh upah tenaga

kerja serta harga outputnya (Nopirin, 1996). Pengusaha cenderung menambah

tenaga kerja selama produk marginal (nilai tambah output yang diakibatkan oleh

bertambahnya 1 unit tenaga kerja) lebih tinggi dari pada cost yang dikeluarkan

untuk upah tenaga kerja.

2.2 Penelitian Terdahulu

Yusri (2005) berkesimpulan bahwa rata-rata hasil produksi petani untuk

lahan luas adalah sebesar 7,31 ton dengan rata-rata luas lahan sebesar 1,56 Ha.

Sedangkan hasil produksi untuk petani lahan sempit adalah sebesar 1,59 ton

(27)

ton/Ha. Dari hasil estimasi diperoleh nilai t-hitung untuk variable luas lahan,

tenaga kerja, benih, pupuk organik, pupuk unorganik, pestisida adalah: 6,247;

1,073; 3,358; 1,410; 3,325; dan 0,512. Sedangkan nilai t-tabel untuk n=90 pada

tingkat kepercayaan 95% ( =0,05) adalah 1,990 maka dapat disimpulkan bahwa

variabel luas lahan, benih, pupuk unorganik berpengaruh secara signifikan

terhadap produksi usaha tani padi sawah pada tingkat keyakinan 95%.

Yusniar (2006) dilihat dari kepekaan penggunaan faktor produksi terhadap

kegiatan produksi pupuk, PT. Pupuk Iskandar Muda modal , dan tenaga kerja

berpengaruh terhadap produksi. Hasil analisis data dengan uji serempak

menunjukan bahwa faktor produksi modal dan tenaga kerja berpengaruh terhadap

output. Hal ini dibuktikan dengan nilai Fhitung = 17.992 > Ftabel yaitu 2.08 dan

demikian juga dengan melihat nilai sig = 0.000 < = 0.05. Untuk uji parsial

modal dan tenaga kerja berpengaruh secara signifikan, hal ini dibuktikan oleh

thitung = 4.660 > t tabel = 2.021 dan nilai sig sebesar 0.000 < = 0.05, dan untuk

tenaga kerja thitung = 2.123 ≥ ttabel = 2.021 dan nilai sig = 0.039 > = 0.05.

Dari penggabungan koefesiensi regresi 1 + 2 diperoleh nilai sebesar 0.618 yang

berarti bahwa keadaan produksi PT. Pupuk Iskandar Muda berada pada

decreasing return to scale atau proporsi penambahan faktor produksi akan

menghasilkan tambahan produksi lebih kecil, hal ini ditunjukan oleh 1 + 2 < 1.

Penambahan input sebesar 1% akan menambah produksi 0.618. Artinya produksi

pupuk PT. Pupuk Iskandar Muda belum berproduksi secara optimal.

Karsyno (2000) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa bagi petani

(28)

produksi; bibit, pupuk, pestisida dan pengeluaran lainnya adalah sekitar 15 persen

dari hasil. Untuk pembayaran tenaga kerja di luar keluarga sekitar 10 persen,

sehingga petani gurem akan memperoleh surplus sekitar 75 persen dari hasil

padinya, apabila berperan sebagai petani penggarap. Apabila petani menyerahkan

penguasaan lahannya kepada pihak lain, maka dia akan menerima hanyalah nilai

sewa tanah sekitar 35 persen dari nilai produksi, ditambah dari pendapatan

sebagai buruh.

Malian dan Siregar (2000) menemukan bahwa pendapatan rumah tangga

yang diperoleh petani sayuran berkisar antara Rp. 13,4 – Rp. 14,8 juta per tahun,

atau setara dengan Rp. 1,1 – Rp. 1,2 juta per bulan. Dari jumlah pendapatan

rumah tangga tersebut, penerimaan yang diperoleh dari kegiatan on-farm berkisar

antara Rp. 12,2 – Rp. 13,9 juta per tahun. tingkat pendapatan yang diterima petani

sayuran ternyata lebih tinggi dibandingkan dengan pendapatan petani anggrek

yang berpendapatan Rp. 10,1 – Rp. 12,4 juta per tahun dimana penerimaan yang

bersumber dari on-farm antara Rp. 8,3 – 10,3 juta per tahun. Sedangkan

pendapatan petani tanaman hias berkisar antara Rp. 8,4 – 12,1 juta per tahun.

Sudaryanto dan Rusastra (2000) dalam penelitiannya tentang kebijakan

dan pengembangan pertanian menyarankan kepada pemerintah daerah perlu

mengupayakan pembangunan pertanian sebagai poros pembangunan yang

didukung oleh kebijaksanaan yang kondusif sehingga dapat memberikan

sumbangan nyata terhadap pembangunan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat

di daerah. beberapa program pembangunan yang perlu mendapatkan penekanan

(29)

pertanian, peningkatan ketahanan pangan berkelanjutan, pengembangan agribisnis

dan ekonomi kerakyatan dan pengembangan agropolitan yang sejalan dengan

semangat otonomi daerah.

Susilowati, dkk (2002) hasil penelitiannya menyebutkan secara umum

sumber pendapatan rumah tangga masih tergantung pada sektor pertanian, yaitu

sebanyak 51 persen yang terdiri dari 29,5 persen di bidang usahatani/nelayan dan

21,5 persen sebagai buruh tani/buruh nelayan. Di sektor non-pertanian, sumber

pendapatan rumah tangga yang sifatnya usaha sebanyak 20,6 persen yang

terbanyak berupa usaha dagang yaitu 14,1 persen. Sedangkan yang bersumber

pendapatan utama dari butuh non-pertanian sebanyak 21,5 persen, terutama yang

dominan adalah buruh usaha jasa.

2.3 Kerangka Konseptual

Pada hakekatnya setiap petani merupakan pengusaha (entrepreneurship)

terhadap jenis usaha pertanian yang diusahakannya. usaha tani padi sawah

merupakan perusahaan yang bersifat ekonomis, menggunakan faktor-faktor

produksi, dan menghasilkan out-put sebagai hasil produksi yang kemudian dijual

dan nantinya memperoleh laba atau pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidup

keluarganya.

Dalam proses produksi tersebut dibutuhkan faktor-faktor produksi antara

lain: luas lahan; tenaga kerja; bibit; pupuk; pestisida; musim; disamping

(30)

diberikan masing-masing faktor produksi terhadap hasil akhir produksi tidaklah

sama, tetapi memiliki keterkaitan satu dengan lainnya.

Pengetahuan dan kemampuan untuk mengkombinasikan semua faktor

produksi secara proporsional akan mampu meningkatkan hasil produksi yang

optimal. Sebaliknya, bila faktor-faktor produksi tidak mampu dikombinasikan

secara optimal, maka yang terjadi adalah penurunan hasil produksi

Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini, dengan

didukung oleh teori-teori dan juga temuan-temuan hasil penelitian terdahulu,

maka kerangka konseptual tentang faktor-faktor yang mempengaruhi produksi

padi di Kabupaten Aceh Tenggara, sebagai berikut:

Luas Lahan

Gambar 2.5: Kerangka Konseptual Faktor-faktor yang

Mempengaruhi Produksi Padi di Kabupaten Aceh Tenggara

Waktu Kerja

Jumlah Pekerja

Benih/bibit Pupuk Produksi Padi

(31)

2.4 Hipotesis

Berdasarkan rumusan masalah penelitian ini, dengan didukung oleh

teori-teori, temuan-temuan hasil penelitian terdahulu, serta kerangka konseptual di atas,

maka hipotesis penelitian ini adalah:

Luas lahan, jam kerja, jumlah pekerja, pupuk, pestisida, dan benih/bibit

berpengaruh positif terhadap produksi padi di Kabupaten Aceh Tenggara, ceteris

(32)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Ruang Lingkup dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini hanya menganalisis hal-hal yang berkenaan dengan

variabel-variabel yang mempengaruhi produksi padi di Kabupaten Aceh Tenggara.

Pembatasan ini dilakukan agar tujuan yang ingin dicapai dari hasil penelitian tidak

menyimpang dari yang telah ditetapkan sebelumnya. Lokasi yang dipilih untuk

memperoleh data penelitian lapangan ini adalah desa-desa yang berada di 4

kecamatan dari populasi 11 kecamatan yang berada dalam wilayah Kabupaten

Aceh Tenggara.

3.2 Teknik Pengumpulan Data

1. Data primer, yaitu data yang dikumpulkan dengan mewawancarai responden

dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuisioner), meliputi batasan variabel

dan data yang mendukung penelitian ini. Wawancara ialah tanya jawab antara

petugas dengan responden (kepala rumah tangga). Dalam hal ini penulis

membawa daftar pertanyaan (kuisioner), untuk diisi dengan

keterangan-keterangan yang diperoleh dilapangan.

2. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari studi kepustakaan, dari

buku-buku literatur, jurnal, maupun hasil publikasi dari instansi terkait yang ada

(33)

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi adalah kumpulan dari individu dengan kualitas serta ciri-ciri yang

telah ditetapkan. Sebuah populasi dengan jumlah individu tertentu dinamakan

populasi finit sedangkan jika jumlah individu dalam kelompok tidak mempunyai

jumlah yang tidak tetap ataupun tidak terhingga disebut populasi infinit (Nazir,

1999:325).

Populasi adalah objek penelitian sebagai sasaran untuk mendapatkan dan

mengumpulkan data. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh petani padi

yang ada di 250 desa dari 11 kecamatan yang berada di wilayah Kabupaten Aceh

Tenggara.

3.3.2 Sampel

Sampel adalah kumpulan elemen yang sifatnya tidak menyeluruh

melainkan hanya sebagian dari populasi saja. Metode pengumpulan data ini

dengan jalan mencatat sebagian kecil dari populasi atau dengan perkataan lain

mencatat sampelnya saja. Metode pengumpulan data yang demikian disebut

sampling.

Perlu ditekankan disini bahwa sampel ialah kumpulan elemen yang

merupakan bagian kecil dari populasi, sedangkan sampling ialah suatu cara

pengumpulan data yang mencakup semua elemen di dalam sampel. Untuk

menjangkau keseluruhan dari objek penelitian dipergunakan teknik sampling yaitu

(34)

dalam populasi meskipun data itu tidak diambil secara keseluruhan melainkan

hanya sebagian saja.

Jumlah rumah tangga petani padi yang menjadi sampel penelitian ini

ditetapkan metode penarikan sampel acak sederhana (simple random sampling)

berdasarkan jumlah produksi paling banyak dihasilkan petani pada

masing-masing kecamatan. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 120 rumah

tangga petani padi yang berasal dari 4 kecamatan.

Secara spesifik sampel diambil dari kecamatan Lawe Alas sebanyak 3

desa, masing-masing desa 10 rumah tangga sampel. Kecamatan Babul Rahmat

sebanyak 3 desa, masing-masing 10 rumah tangga sampel. Selanjutnya

Kecamatan Lawe Bulan diambil 30 rumah tangga sampel terbagi dari 3 desa.

Kecamatan Bambel sebanyak 3 desa masing-masing 10 rumah tangga responden.

Sehingga total sampel diperoleh 120 rumah tangga petani. Secara lengkap dapat

dilihat pada tabel III.1 di bawah ini.

Tabel III.1

Sampel Penelitian Berdasarkan Luas Sawah dan Produksi Tanaman Padi

No KECAMATAN

(35)

3.4 Teknik Analisis Data

Model dasar untuk produksi padi di Kabupaten Aceh Tenggara merupakan

pengembangan teori produksi Cobb-Dauglas, yaitu persamaan:

Y = A K L (3.1)

Dengan memecah variabel K dan L dalam bentuk yang lebih spesifik,

yaitu variabel-variabel eksplanatori yang digunakan dalam penelitian ini, maka

fungsi produksi menjadi:

TPp = f (LL, WK, JP, Ppk, Pstd, Bnh) (3.2)

Dengan memasukkan seluruh variabel penelitian ini dalam fungsi

Cobb-Douglas, menghasilkan fungsi sebagai berikut:

6

Selanjutnya untuk mendapatkan model penelitian ini dilakukan log

terhadap variabel-variabel yang digunakan. Untuk menguji pengaruh antara

variabel penjelas (explanatory variable) terhadap produksi padi digunakan metode

Ordinary Least Square (OLS) dalam bentuk regresi berganda dengan

menggunakan alat bantu program SPSS. Adapun spesifikasi model penelitian ini

adalah sebagai berikut:

(36)

Pstd = Pestisida (kg) Bnh = Benih/bibit (kg)

= Konstanta

1, 2, 3, 4, 5, 6 = Parameter regresi µ = Faktor pengganggu

3.5 Definisi Operasional Variabel

1. Total produksi padi (TPp) adalah total hasil produksi padi selama kurun

waktu sekali panen. Total produksi padi dihitung dalam ton.

2. Luas lahan (LL) adalah luas lahan yang digunakan para petani padi di

Kabupaten Aceh Tenggara untuk menanam padi. Luas lahan dihitung dalam

bentuk meter persegi.

3. Waktu kerja (WK) adalah banyaknya waktu yang digunakan untuk bekerja di

sawah. Dihitung berdasarkan jam.

4. Jumlah pekerja (JP) adalah tenaga kerja yang digunakan selama proses

produksi padi, mulai dari pembibitan sampai panen. Dihitung berdasarkan

jumlah orang.

5. Pupuk (Ppk) adalah jumlah pupuk (organik maupun non organik) yang

digunakan petani padi selama satu musim tanam. Dihitung dalam kilogram.

6. Pestisida (Pstd) adalah jumlah pestisida yang digunakan petani padi selama

satu musim tanam. Dihitung dalam kilogram.

7. Benih/Bibit (Bnh) adalah jumlah pemakaian bibit untuk sekali tanam.

(37)

3.6 Uji Kesesuain Model (Goodness of Fit)

Selanjutnya untuk pengujian validitas dari hasil taksiran tersebut

digunakan uji koefisien R2, uji serempak F statistik dan uji individual t statistik

dan matrik korelasi. Suatu perhitungan statistik disebut signifikan secara statistik

apabila nilai statistiknya berada pada daerah dimana H0 ditolak. sebaliknya

disebut tidak signifikan bila nilai uji statistiknya berada pada daerah dimana H0

diterima.

3.6.1 Uji Determinasi R2

Penilaian terhadap koefisien determinasi (R2) bertujuan untuk melihat

variasi kemampuan variabel bebas dalam menjelaskan pengaruhnya terhadap

variabel terikat.

3.6.2 Uji Statistik F

Uji signifikansi simultan pada dasarnya menunjukkan apakah semua

variabel independen yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara

serentak terhadap variabel dependen. Hipotesis nol (H0) yang hendak diuji apakah

semua parameter dalam model penelitian ini sama dengan nol, atau:

H0 : 1= 2 = 3,= 4 = 5 = 6 = 0

Artinya, semua variabel independen bukan merupakan penjelas yang

signifikan terhadap variabel dependen. Hipotesis alternatif (Ha), tidak semua

parameter penelitian ini secara simultan sama dengan nol, atau:

(38)

Artinya, semua variabel independen secara simultan merupakan penjelas

yang signifikan terhadap variabel dependen.

Menurut Kuncoro (2004) cara melakukan uji F adalah sebagai berikut:

Quick look. Bila nilai F lebih besar daripada 4 maka H0 yang menyatakan

1= 2 = 3,= 4 = 5 = 6 = 0 dapat ditolak pada derajad kepercayaan sebesar 5%, Dengan kata lain menerima hipotesis alternatif.

Membandingkan nilai statistik F dengan titik kritis F tabel; apabila nilai

statistik F hasil perhitungan lebih tinggi dibandingkan nilai F tabel, maka

hipotesis alternatif yang menyatakan bahwa semua variabel independen

secara serentak dan signifikan mempengaruhi variabel dependen.

3.6.3 Uji Statistik t

Uji signifikansi parameter induvidual (uji t) pada dasarnya menunjukkan

berapa jauh pengaruh variabel independen secara induvidual dalam menerangkan

variasi variabel dependen. Hipotesis nol (H0) yang hendak diuji apakah parameter

penelitian ini ( 1, 2, 3, 4, 5, dan 6) sama dengan nol, atau:

H0 : 1, 2, 3, 4, 5, dan 6 = 0

Artinya, variabel-variabel eksplanatori bukan merupakan penjelas yang

signifikan terhadap variabel produksi padi. Hipotesis alternatif (Ha), parameter

penelitian ini ( 1, 2, 3, 4, 5, dan 6) tidak sama dengan nol, atau:

Ha : 1, 2, 3, 4, 5, dan 6≠ 0

Artinya, variabel-variabel eksplanatori merupakan penjelas yang

(39)

Menurut Kuncoro (2004) cara melakukan uji t adalah sebagai berikut:

Quick look. Bila jumlah degree of freedom (df) adalah 20 atau lebih, dan

derajad kepercayaan sebesar 5%, maka H0 yang menyatakan bi=0 dapat

ditolak bila nilai t lebih besar dari 2 (dalam nilai absolut). Dengan kata lain

menerima hipotesis alternatif.

Membandingkan nilai statistik t dengan titik kritis t tabel; apabila nilai

statistik t hasil perhitungan lebih tinggi dibandingkan nilai t tabel, maka

menerima hipotesis alternatif.

3.7 Uji Asumsi Klasik

Kebenaran spesifikasi model penelitian ini, di deteksi dengan menguji

asumsi klasik multikolinearitas dan heteroskedastisitas.

3.7.1 Uji Multikolinearitas

Istilah multikolinearitas mula-mula ditemukan oleh Ragnar Frisch.

Multikolinearitas diartikan adanya hubungan linear yang “sempurna” atau pasti,

diantara beberapa atau semua variabel yang menjelaskan dari model regresi.

Untuk regresi k-variabel, meliputi variabel yang menjelaskan X1, X2, ... Xk

(dimana X1 = 1 untuk semua pengamatan yang memungkinkan suatu intersep,

suatu hubungan linear yang pasti dikatakan ada apabila kondisi

0 ...

2 2 1

1XX + +λkXk =

λ terpenuhi (Gujarati, 1978).

Menurut Nachrowi dan Usman (2002) tidak mungkin koefisien regresi

berganda dapat ditaksir akibat terjadinya multikolinearitas sempurna. sedangkan

(40)

dapat dicari, tetapi menimbulkan beberapa akibat, yaitu: a) variansi besar (dari

taksiran OLS; b) interval kepercayaan lebar; c) uji t tidak signifikan; d) R2 tinggi

tetapi tidak banyak variabel yang signifikan dari uji t; e) terkadang taksiran

koefisien yang didapat akan mempunyai nilai yang tidak sesuai dengan substansi,

sehingga dapat menyesatkan.

Mendeteksi multikolinearitas dalam penelitian ini dengan menggunakan

uji koefisien determinasi majemuk (R2) sesuai dengan rumus yang dikembangkan

oleh Gujarati (1978) sebagai berikut:

23

3.7.2 Uji Heterokedastisitas

Asumsi penting dalam model regresi linear klasik adalah bahwa variansi

tiap unsur disturbance tergantung pada nilai yang dipilih dari variabel yang

menjelaskan, adalah suatu angka konstan yang sama dengan σ2. Ini adalah asumsi

homokedastisitas yaitu variansi yang sama (Gujarati, 1978). Dengan

menggunakan rumus:

N i

u

E( i2)=σ2 =1,2,... (3.10)

Menurut Nachrawi dan Usman (2002) homokedastisitas dapat dicari

dengan menggunakan rumus:

(41)

Sedangkan heterokedastisitas dapat dicari dengan menggunakan rumus:

Masih menurut Nachrawi dan Usman (2002) dampak heterokedastisitas

terhadap OLS adalah; a) akibat tidak konstannya variansi, maka salah satu

dampak yang ditimbulkan adalah lebih besarnya variansi daripada taksiran; b)

lebih besarnya variansi, tentunya akan berpengaruh pada uji hipotesis yang

dilakukan, karena kedua uji tersebut menggunakan besaran variansi taksiran

akibatnya uji hipotesis menjadi kurang akurat; c) lebih besarnya taksiran, akan

mengakibatkan standar error taksiran juga lebih besar, sehingga interval

kepercayaan juga menjadi besar; d) akibat beberapa dampak tersebut maka

kesimpulan yang diambil dari persamaan regresi yang dibuat dapat menyesatkan.

Pendeteksian heterokedastisitas dalam penelitian ini dengan melakukan uji

Park. R.E Park dalam tulisannya Estimation with Heteroscedastic Error Terms

memformalkan metode grafik dengan menyarankan bahwa σi2 adalah suatu fungsi

yang menjelaskan Xi (Gujarati, 1978). Bentuk fungsinya adalah:

i

dimana vi adalah unsur gangguan (disturbance) yang stokhastik. Karena σi2

bisanya tidak diketahui, Park menyarankan untuk menggunakan σi2 sebagai

(42)

i i

i i i

v X

v X

+ +

=

+ +

=

ln ln ln

ln 2 2 β α σ β

σ (3.15)

Jika ternyata signifikan secara statistik, ini akan menyarankan bahwa dalam data

terdapat heterokedastisitas. Apabila ternyata tidak signifikan berarti menerima

(43)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Karakteristik Responden

Karakteristik responden yang di bahas dalam penelitian ini meliputi

karakter sosial ekonomi masyarakat petani padi sawah yang dijadikan sebagai

sampel penelitian ini yang berjumlah 120 orang. Adapun cakupan dari

karakteristik yang di bahas meliputi; jenis kelamin, umur, status perkawinan,

bahkan sampai pada kondisi tempat tinggal.

4.1.1. Umur, Jenis Kelamin dan Status Perkawinan

Ditinjau dari segi jenis kelamin petani padi sawah yang menjadi sampel,

sebagaimana disajikan pada tabel IV.1 dijumpai 111 orang (92,5%) berjenis

kelamin laki-laki, dan sisanya sebanyak 9 orang (7,5%) berjenis kelamin

perempuan. Dari 9 orang perempuan ini seluruhnya berstatus janda, sementara

dari 111 laki-laki, 3 orang (2,5%) berstatus duda, dan sisanya sudah menikah.

Sementara dari segi umur, yang paling banyak dijumpai responden dengan

umur antara 31-35 tahun dengan frekuensi 24 orang (20,0%), diikuti kelompok

umur antara 46-50 tahun 22 orang (18,3%), kelompok umur antara 36-40 tahun

dijumpai sebanyak 21 orang (17,5%) dan kelompok umur antara 41-45 tahun

sebanyak 19 orang (15,8%), di bawahnya kelompok umur antara 51-55 tahun dan

kelompok umur 26-30 tahun masing-masing 9 dan 7 orang. Sedangkan sisanya

(44)

menunjukkan bahwa para petani padi sawah di Aceh Tenggara pada umumnya

berada dalam usia produktif dalam melakukan aktivitas ekonomi.

Tabel IV.1

Karakteristik Jenis Kelamin, Status Perkawinan, dan Tingkat Pendidikan Responden

No Karakteristik Frekuensi Persentasi

1 Umur

3 Status Perkawinan: - Kawin

Sumber: Hasil Penelitian, 2007

4.1.3. Pendidikan, Pekerjaan dan Tanggungan Keluarga

Ditinjau dari segi pendidikan yang pernah diikuti oleh responden; dari 120

sampel, dijumpai rata-rata pendidikan petani padi sawah di Aceh Tenggara masih

(45)

(30%) tamat SMP, 46 orang (38,3%) hanya tamat pendidikan dasar (SD), dan juga

dijumpai 33 orang (27,5%) yang tidak sekolah/tidak menamatkan SD.

Hal ini sejalan dengan pendapat Todaro (1998), dimana di Negara-negara

yang sedang berkembang, sebagian besar penduduknya bekerja pada sektor

primer (pertanian), dan mempunyai tingkat pendidikan yang rendah, juga kondisi

kesehatan yang relatif masih sangat terbatas. Rendahnya tingkat pendidikan

menyebabkan mereka tidak mendapatkan lapangan pekerjaan pada sektor-sektor

produktif lainnya.

Selanjutnya untuk jenis pekerjaan lain yang digeluti oleh para petani padi

sawah. Sebagaimana telah dijelaskan pada bab sebelumnya bahwa objek

penelitian ini adalah petani padi sawah. Dengan demikian, semua responden yang

dijadikan sampel penelitian ini pekerjaan utamanya sebagai petani padi sawah.

Namun demikian, sebagian besar dari petani padi sawah ini memiliki pekerjaan

lain (dalam penelitian ini dianggap sebagai pekerjaan sampingan). Aneka

pekerjaan sampingan yang digeluti oleh responden menunjukkan aktivitas

ekonomi dan kehidupan yang berbeda antar kelompok petani padi sawah.

Tabel IV.2 di bawah ini akan menunjukkan aneka pekerjaan sampingan

(46)

Tabel IV.2

Karakteristik Pendidikan, Pekerjaan dan Tanggungan Keluarga Responden

No Karakteristik Frekuensi Persentasi

1 Pendidikan: - Tidak Sekolah - Tamat SD

2 Pekerjaan utama: - Petani padi sawah Sub Total

120 120

100,0 100,0

3 Pekerjaan sampingan: - Tidak ada

- Pegawai Negeri Sipil - Peternak ayam - Peternak bebek - Peternak kambing - Peternak lembu - Peternak ikan - Pedagang kios - Buruh bangunan - Penarik becak - Pekerjaan lainnya Sub Total

4 Tanggungan keluarga: - 1 – 3 orang

Sumber: Hasil Penelitian, 2007

Tabel IV.2 di atas, menunjukkan diferensiasi dalam bidang pekerjaan

sampingan dari para petani padi sawah yang diobservasi. Walaupun dijumpai 44

(47)

petani padi sawah. Sisanya sebanyak 76 orang memiliki pekerjaan sampingan

yang sangat beragam, baik pada sektor pertanian jenis lainnya, maupun pada

sektor industri, maupun sektor jasa.

Dari segi jumlah tanggungan keluarga, pada umumnya para petani padi

sawah ini rata-rata memiliki tanggungan keluarga sebanyak 4 orang, jumlah

tanggungan 1-3 orang sebanyak 49 responden (40,8%), tanggungan 4-6 orang

dijumpai sebanyak 60 responden (50%) dan sisanya sebanyak 11 responden

(9,2%) memiliki tanggungan lebih dari 6 orang.

4.1.3. Kondisi Rumah Tempat Tinggal

Berdasarkan kondisi rumah tempat tinggal keluarga petani padi sawah,

yang paling banyak dijumpai rumah semi permanen yang mencapai 82 rumah

(68,3%), selebihnya rumah permanen sebanyak 13 unit (10,8%) dan rumah

sederhana sebanyak 25 unit (20,8%).

Tabel IV.3

Karakteristik Kondisi Tempat Tinggal Responden

No Karakteristik Frekuensi Persentasi

1 Jenis rumah: - Sederhana - Semi permanen - Permanen

(48)

3 Sumber air bersih: - Toilet keluarga - WC umum

Sumber: Hasil Penelitian, 2007

Tabel IV.3 di atas, juga menunjukkan bahwa alat/sarana yang digunakan

untuk memasak bagi keluarga; secara umum walaupun kondisi ekonomi keluarga

petani ini cenderung sudah baik, namun pada umumnya mereka menggunakan

kompor minyak untuk memasak yang mencapai 97 keluarga (80,8%), sedangkan

yang menggunakan alat elektrik (kompor gas) hanya 4 keluarga (3,3%).

Adapun sumber air bersih untuk keperluan MCK berasal dari sumur

sebanyak 61 keluarga (50,8%), sumber air bersih dari PDAM hanya 38 keluarga

(31,7%), sisanya menggunakan air yang berasal dari sungai/kali. Hal lainnya

adalah kondisi jamban/WC untuk keluarga. Tinjauan ini didasarkan pada kondisi

kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan. Berdasarkan hasil observasi

dijumpai hanya 30 keluarga (25%) yang memiliki toilet keluarga, sisanya

menggunakan jamban/WC umum sebanyak 63 keluarga (52,5%) dan juga 27

keluarga (22,5%) yang tidak memiliki jamban/WC, sehingga menggunakan

(49)

4.2 Tingkat Produksi Padi

Dari hasil observasi dijumpai rata-rata produksi padi yang dihasilkan oleh

petani padi sawah di Kabupaten Aceh Tenggara 2,62 ton per sekali panen.

Produksi paling sedikit 500 kg dan produksi paling banyak 5,8 ton. Tingkat

produksi ini sangat tergantung dari luas lahan garapan dan juga variabel-variabel

pendukung lainnya. Dilihat dari luas lahan garapan rata-rata 1.820,41 meter

persegi, yang paling sempit 400 meter dan yang paling luas memiliki areal

garapan 5.000 meter persegi.

Selain luas lahan, faktor pendukung tingkat produksi lainnya adalah waktu

yang digunakan untuk bekerja di sawah. Hasil observasi dijumpai rata-rata waktu

yang digunakan untuk menggarap sawah 7,28 jam per hari. Paling sedikit waktu

yang digunakan 4 jam per hari, sedangkan petani yang paling banyak

menggunakan waktu bekerja di sawah mencapai 9 jam per hari. Sementara dilihat

dari jumlah pekerja yang digunakan dalam proses produksi; rata-rata petani padi

sawah menggunakan 8 orang. Tabel IV-4 di bawah ini akan menunjukkan

komposisi tingkat produksi padi sawah, serta komposisi faktor pendukung dalam

(50)

Tabel IV.4

Rata-rata Tingkat Produksi dan Faktor Pendukung Tingkat Produksi Padi Sawah di Kabupaten Aceh Tenggara

Uraian Minimum Maksimum Mean Std.

Deviasi Sumber: Hasil Penelitian, 2007

Tabel IV.4 juga menunjukkan bahwa rata-rata penggunaan pupuk per

sekali musim tanam sebanyak 62,56 kg, rata-rata penggunaan pestisida 2,88 liter.

Sedangkan rata-rata penggunaan bibit per sekali tanam sebanyak 55,11 kg.

Banyaknya bibit yang diperlukan sebenarnya sangat tergantung dari luas lahan

yang akan ditanami.

4.3 Uji Asumsi Klasik

Mempertimbangkan bahwa dalam model regresi yang ingin di capai

adalah Best Linear Unbiased Estimator (BLUE) dan adakalanya sering dijumpai

dalam model regresi (terutama regresi linier berganda) berbagai masalah terutama

pelanggaran terhadap asumsi klasik, maka dalam penelitian ini dilakukan

(51)

4.3.1 Uji Multikolinearitas

Interpretasi dari model regresi berganda secara implisit bergantung pada

asumsi bahwa antar variabel bebas yang digunakan dalam model tersebut tidak

saling berkolerasi. Koefisien-koefisien regresi biasanya diinterpretasikan sebagai

ukuran perubahan variabel terikat jika salah satu variabel bebasnya naik sebesar

satu unit dan seluruh variabel bebas lainnya dianggap tetap. Namun, interpretasi

ini menjadi salah apabila terdapat hubungan linier antar variabel bebas.

Pendeteksian ada atau tidaknya multikolinieritas dalam penelitian ini

dilakukan dengan beberapa cara yaitu; pengujian R, uji Tolerance, dan uji

Variance Inflation Factor (VIF). Hasil perhitungan R, TOL, dan VIF

sebagaimana disajikan pada tabel IV.5 di bawah ini.

Tabel IV.5

Uji Multokolinieritas Model Produksi Padi Sawah

Variabel RX Tol. VIF

Luas lahan (x1) Waktu Kerja (x2) Jumlah Pekerja (x3) Pupuk (x4)

Sumber: Hasil Estimasi (Lampiran 4)

Berdasarkan uji R sebagaimana yang ditampilkan pada tabel IV.5 di atas

terlihat bahwa semua variabel bebas mempunyai koefisien korelasi (R) di bawah

nilai R model penelitian. Dengan demikian dapat dijelaskan bahwa antar variabel

(52)

bahwa tidak terjadi pelanggaran asumsi klasik berupa multikolinieritas. Pada tabel

IV.6 di bawah juga ditampilkan koefisien korelasi matrik antar variabel.

Tabel IV.6

Koefisien Korelasi Antar Variabel

logBnh logJP logWK logPstd logPpk logLL

logBnh 1,000 0,317 0,048 -0,200 -0,383 -0,195

logJP 0,317 1,000 0,212 -0,188 -0,284 -0,219 logWK 0,048 0,212 1,000 -0,140 0,124 -0,542

logPstd -0,200 -0,188 -0,140 1,000 -0,072 -0,128

logPpk -0,383 -0,284 0,124 -0,072 1,000 -0,293

logLL -0,195 -0,219 -0,542 -0,128 -0,293 1,000 a Dependent Variable: logTpp

Berdasarkan data pada tabel IV.6 di atas terlihat bahwa koefisien korelasi

antar variabel relatif rendah, yang paling tinggi koefisien korelasi antara variabel

luas lahan dengan waktu kerja yang mempunyai koefisien korelasi sebesar -0,542

yang menunjukkan antara kedua variabel berkorelasi negatif 54,2 persen.

Sementara korelasi paling rendah terjadi antara variabel waktu kerja dengan benih

yang mempunyai koefisien 0,048 yang bermakna bahwa antara kedua variabel

berkorelasi hanya 4,8 persen.

Demikian halnya pengujian dengan TOL dan VIF. Beberapa pendapat

menetapkan kriteria yang berbeda dalam menetapkan batas TOL dan VIF ini.

Ghozali (2004) misalnya menetapkan nilai VIF < 10. Ada juga yang menetapkan

≤ 5,0 dan sebagainya. Namun untuk mempermudah dan mempertegas silang

(53)

sehingga bila 1 dibagi dengan VIF maka di dapat nilai TOL ≥ 0,2. Artinya bila

nilai VIF lebih besar dari 5,0 maka terdapat masalah multikolinieritas, demikian

bila nilai TOL lebih kecil dari 0,2 juga terjadi masalah multikolinieritas.

Hasil estimasi dijumpai nilai TOL dan VIF untuk variabel luas lahan

TOL=0,457 dan VIF=2,186, untuk variabel waktu kerja TOL=0,629 dan

VIF=1,591, untuk variabel jumlah pekerja TOL=0,748 dan VIF=1,338, untuk

variabel pupuk TOL=0,574 dan VIF=1,743, untuk pestisida TOL=0,739 dan

VIF=1,353, dan terakhir untuk variabel benih/bibit memiliki nilai TOL=0,640 dan

nilai VIF=1,562. Terlihat bahwa semua nilai TOL dan VIF berada dalam batas

yang telah ditetapkan sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi

pelanggaran asumsi klasik berupa multikolinieritas.

4.3.2 Uji Heterokedastisitas

Dalam regresi berganda, salah satu asumsi yang harus dipenuhi agar

taksiran parameter dalam model tersebut bersifat BLUE adalah var (ui) = σ2

(konstan), semua sesatan mempunyai variansi yang sama. Padahal ada

kasus-kasus tertentu dimana variansi ui tidak konstan, melainkan suatu variabel

berubah-ubah (Nachrowi dan Usman, 2002).

Sebagaimana telah dijelaskan pada bab tiga penelitian ini bahwa untuk

mendeteksi unsur heterokedastisitas pada model penelitian dilakukan dengan

pendekatan grafik dan metode yang dikembangkan R.E Park (uji Park). Menurut

Ghozali (2005) salah satu cara mendeteksi ada atau tidaknya heterokedastisitas

(54)

ZPRED dengan residualnya SRESID. Deteksi ada atau tidaknya heterokedastisitas

dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot.

Bila ada pola tertentu (bergelombang, melebar, kemudian menyempit), maka

mengindikasikan telah terjadi heterokedastisitas, sebaliknya bila tidak ada pola

yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka nol pada sumbu

Y, maka tidak terjadi heterokedastisitas. Hasil pengujian secara grafik sebagai

berikut:

Scatterplot

Dependent Variable: LOGY

Regression Standardized Predicted Value

3

Gambar 4.1: Scatterplot Uji Heterokedastisitas

Gambar di atas meperlihatkan bahwa titik-titik yang berada pada grafik

scatterplot tidak membentuk suatu pola yang jelas, dan cenderung menyebar di

atas dan di bawah angka nol pada sumbu Y, sehingga dapat dikatakan bahwa tidak

terjadi heterokedastisitas pada model produksi, dan data bersifat homokedastisitas

(55)

Cara kedua mendeteksi gejala heterokedastisitas dalam model penelitian

ini adalah dengan Uji Park. Uji ini dilakukan dengan melakukan regresi linear

berganda dengan memasukkan U2i sebagai dependen variabel, dimana Ui diproksi

dari data residual model produksi. Menurut Ghozali (2005) apabila koefisien

parameter beta dari persamaan regresi tersebut signifikan secara statistik, berarti

model yang diestimasi terdapat heterokedastisitas. Hasil uji Park pada model

penelitian ini sebagai berikut:

Tabel IV.7

Hasil Uji Park Model Produksi Padi Sawah di Kabupaten Aceh Tenggara

Variabel Koefisien Standar

error

t-hitung Sig.

Konstanta Luas lahan (x1) Waktu Kerja (x2) Jumlah Pekerja (x3) Pupuk (x4) Variabel Dependen: Residual Produksi

Sumber: Hasil Estimasi (Lampiran 5)

Berdasarkan hasil uji Park yang ditampilkan pada tabel IV.7 di atas terlihat

bahwa tidak ada satupun variabel bebas yang signifikan secara statistik, pengujian

inferensial dapat dilakukan melalui uji t atau juga dari nilai sig. yang terlalu besar

dan di atas derajat = 0,05. Dengan demikian dapat dibuktikan bahwa dalam

(56)

4.4 Hasil Estimasi Model Penelitian

Estimasi untuk mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel

terikat dilakukan dengan menggunakan model regresi linier berganda dengan

mengadopsi fungsi produksi Cobb-Dauglas. Hasil estimasi sebagaimana disajikan

pada tabel IV.8 di bawah ini.

Tabel IV.8

Hasil Estimasi Model Penelitian

Variabel Koefisien Standar

error Sumber: Hasil Penelitian, 2007

Berdasarkan hasil estimasi yang ditampilkan pada tabel IV.8 di atas, bila

dimasukkan dalam model penelitian, maka hasilnya sebagai berikut:

)

Hasil estimasi di atas menunjukkan bahwa; nilai konstanta sebesar 0,376

mempunyai makna bahwa tanpa adanya pertambahan luas lahan, waktu kerja,

jumlah pekerja, pupuk, pestisida, dan benih maka produksi padi sawah di

(57)

sebesar 0,812 yang bermakna bahwa apabila luas lahan bertambah 1 meter

persegi, maka produksi padi sawah dapat meningkat 81,2 persen.

Selanjutnya koefisien waktu kerja sebesar 0,203 yang bermakna bahwa

dengan penambahan waktu kerja satu jam, akan mampu meningkatkan produksi

padi sawah sebesar 20,3 persen. Demikian halnya dengan jumlah pekerja yang

mempunyai koefisien sebesar 0,115 yang bermakna bahwa apabila jumlah pekerja

ditambah 1 orang, maka akan meningkatkan produksi sebesar 11,5 persen.

Pupuk dan benih mempunyai koefisien yang relatif sangat kecil, dimana

untuk variabel pupuk dijumpai koefisien sebesar 0,03867 yang berarti bahwa

dengan penambahan penggunaan pupuk 1 kg hanya mampu meningkatkan

produksi sekitar 0,03867 persen. Sementara koefisien benih sebesar 0,05821 yang

bermakna bahwa penambahan penggunaan benih hanya mampu meningkatkan

produksi padi sebesar 0,05821 persen. Lain halnya dengan variabel pestisida yang

mempunyai koefisien -0,144 yang bermakna bahwa bagi para petani padi sawah

di Kabupaten Aceh Tenggara penambahan dalam penggunaan pestisida justru

mengurangi produksi padi sebesar 14,4 persen.

4.5. Pembuktian Hipotesis

Sebelum melakukan pembuktian hipotesis sebagaimana yang telah

dirumuskan pada bab sebelumnya, terlebih dahulu akan dilakukan uji kesesuaian

model (Goodness of Fit) atau uji R2. Sebagaimana hasil estimasi yang dilakukan

(lampiran 4) dijumpai koefisien korelasi (R) dan koefisien determinasi (R2)

(58)

Tabel IV.9

Uji Goodness of Fit Model Penelitian

R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

F Change Sig. F

Change

0,887 0,787 0,775 0,11080 69,447 0,000

Sumber: Hasil Estimasi (Lampiran 4)

Berdasarkan tabel IV.9 di atas menunjukkan bahwa nilai R-Square sebesar

0,787 yang bermakna bahwa variasi kemampuan variabel bebas (luas lahan,

waktu kerja, jumlah pekerja, pupuk, pestisida, dan variabel benih) menjelaskan

variabel terikat (total produksi padi) sebesar 78,7 persen. Sedangkan sisanya

sebesar 21,3 persen dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam

model penelitian ini.

4.5.1 Uji Parsial

Sebagaimana yang telah dirumuskan pada bab sebelumnya, bahwa

pengujian secara parsial (individu) dilakukan dengan membandingkan nilai

t-hitung dengan nilai t-tabel. Selain itu juga dilihat berdasarkan nilai signifikansi

(sig.) pada hasil estimasi (lampiran 4).

Pada jumlah sampel (n) = 120, variabel bebas (k) = 6. Koutsoyiannis,

(1981) menjelaskan bahwa besarnya k adalah variabel bebas termasuk konstanta.

Dengan demikian k = 7, dijumpai Degree of Freedom (DF) = 120 – 7 = 113. Pada

DF = 113 dijumpai t-tabel pada pengujian dua ekor; = 0,01 sebesar 2,576, dan

Gambar

Tabel I.1 Sawah Berpengairan, Luas Areal dan Total Produksi Padi di
Gambar 2.1  Grafik Hubungan total produksi, marginal produksi dan rata-
Sawah Berpengairan, Luas Areal dan Total Produksi Padi  Tabel I.1
Gambar 2.1:  Hubungan Total Produksi, Marginal Produksi dan Rata-rata Produksi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian juga menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan pada biaya sisa makanan yang telah tersaji antara kelompok room service dengan kelompok konvensional

Berdasarkan dari hasil penelitian yang dilakukan pada Osiris Coffee Kota Bandung tentang Pengaruh Kualitas Pelayanan terhadap Kepuasan Konsumen dapat diambil

Hasil penelitian lain yang dilakukan oleh Ni’mah menyatakan bahwa terdapat hubungan antara riwayat pemberian ASI ek- sklusif dengan dengan kejadian stunting

menunjukkan jika plat resin akrilik yang direparasi dengan penambahan E- JODVV ¿EHU dengan volumetrik 7,4% menghasilkan kekuatan transversal tertinggi dibandingkan

Penelitian ini hanya terbatas untuk meneliti tentang hubungan kerjasama dengan hasil belajar muatan pelajaran IPA siswa IV di SD Negeri Karangmloko 1 pada ranah kognitif KD

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sujarno (2008), yang menyatakan bahwa variabel jarak tempuh berpengaruh signifikan terhadap pendapatan nelayan

Pritom navode kako u praksi internetski marketing najčešće obuhvaća korištenje web stranica poduzeća u kombinaciji s tehnikama marketinške komunikacije putem