• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dinamika Keluarga Pelajar Yang Mengikuti Pendidikan Homeschooling

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Dinamika Keluarga Pelajar Yang Mengikuti Pendidikan Homeschooling"

Copied!
120
0
0

Teks penuh

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

DINAMIKA KELUARGA PELAJAR YANG MENGIKUTI PENDIDIKAN HOMESCHOOLING

SKRIPSI

Diajukan Oleh

Wina Kartika Br. Ginting

060901046

Departemen Sosiologi

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat

Untuk Memperoleh Gelar sarjana

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sumatera Utara

(2)

KATA PENGANTAR

Dengan segala kerendahan hati, penulis memanjatkan Puji dan Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya atas berkat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini guna memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis mengalami kesulitan dikarenakan keterbatasan ilmu pengetahuan yang penulis miliki, namun dengan Rahmat Allah SWT penulis dapat menyelesaikan skripsi ini juga atas doa restu orangtua penulis dan dorongan dari saudara-saudara serta teman-teman terdekat penulis.

Penulis menyadari bahwa didalam penyusunan skripsi ini sudah tentu terdapat kesalahan-kesalahan baik dalam segi bahasa maupun dalam segi pemahamannya. Oleh karena itu penulis akan menerima segala saran dan juga kritik yang membangun dari semua pihak demi kesempurnaan skripsi ini di masa yang akan datang. Namun demikian penulis berharap semoga penyusunan skripsi ini dapat membawa manfaat bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca.

(3)

Rasa hormat setinggi-tingginya dan terima kasih kepada Bapak Dr. Rizabuana, M. Phil, Ph.D, selaku dosen pembimbing skripsi dan sekaligus penasehat akademik saya yang selama ini mengevaluasi dalam prestasi belajar selama mengikuti perkuliahan. Pada saat penulisan skrispsi ini Bapak banyak memberikan dukungan, pengetahuan, dan dengan sabar membimbing saya dalam menyelesaikan penulisan skripsi saya mulai dari awal pemilihan judul sampai skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Kepada seluruh Dosen Sosiologi dan Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik yang telah memberikan berbagai materi selama penulis menjalani perkuliahan di Universitas Sumatera Utara. Kepada seluruh Staf Pendidikan Departemen Sosiologi, Kak Feny, Kak Betty, dan Kak Devi yang telah membantu dalam urusan administrasi selama ini.

(4)

Elicia Dwihafida, Miranti Windasari, Uki, Nanta, Fadli Dan Eka Pradita, semoga kita tetap bersahabat selamanya. Teman-temanku, PKL Bandar klippa(indah, ulya, novi,elin, rolas, adza, doso, herbin, bang wendi), Melinda, Magdalena, Vivi, Feni, imay, Afwan, Regar, Ryan dan semua stambuk 2006 yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, terima kasih atas kerja samanya selama ini.

Terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang membantu dengan memberikan dorongan dan semangat kepada penulis. Demikianlah kata pengantar ini saya perbuat. Apabila terdapat kesalahan dan kekurangan dalam skripsi ini saya mohon maaf.

Medan, Juni 2010

Wina Kartika Br.Ginting

(5)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

ABSTRAKSI

BAB I : PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang 1.2. Perumusan Masalah 1.3. Tujuan Penelitian 1.4. Manfaat Penelitian 1.5. Defenisi Konsep

BAB II : KAJIAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Homeschooling di Amerika Serikat 2.2. Penelitian Homeschooling di Indonesia 2.3. Homeschooling sebagai Pendidikan Alternatif BAB III : METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian 3.2. Lokasi Penelitian

3.2.1. Sejarah Homeschooling

3.2.2. Metode Pendidikan Homeschooling 3.2.3. Kurikulum Homeschooling

(6)

3.2.3.2. Kurikulum Internasional

3.2.3.3. Homeschooling dengan Acuan lain 3.2.4. Ujian Kesetaraan Homeschooling

3.2.5. Bahan Ajar 3.2.6. Flash Card

3.3. Unit Analisis dan Informan 3.3.1. Unit Analisis

3.3.2. Informan

3.4. Teknik Pengumpulan Data 3.4.1. Data Primer

3.4.2. Data Sekunder

3.5. Interpretasi Data dan Analisa Data 3.6. Jadwal Kegiatan

3.7. Keterbatasan Penelitian

BAB IV : KELUARGA WAWAN DAN MIRA

BAB V : KELUARGA ARI DAN NISMA

BAB VI : KELUARGA HANDOKO DAN BERLIANA

BAB VII : PENUTUP

7.1. Kesimpulan 7.2. Saran

DAFTAR PUSTAKA

(7)

DAFTAR TABEL

halaman

(8)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

GAMBAR 1 : Lembar Kerja Keluarga Homeschooling

GAMBAR 2 : Flash Card

(9)

ABSTRAKSI

(10)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

DEPARTEMEN SOSIOLOGI

LEMBAR PERSETUJUAN

Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan oleh: Nama : Wina Kartika Br. Ginting

NIM : 060901046

Departemen : Sosiologi

Judul : DINAMIKA KELUARGA PELAJAR YANG MENGIKUTI

PENDIDIKAN HOMESCHOOLING

Dosen Pembimbing Ketua Departemen

(Dr.Rizabuana,M.Phil,Ph.D) (Prof. Dr. Badaruddin, M.Si)

NIP.196109291986011002 NIP.196805251992031002

a.n. Dekan

Pembantu Dekan I Fisip USU

(11)

ABSTRAKSI

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Pendidikan di rumah bukanlah sebuah hal yang baru. Sebelum ada sistem pendidikan modern (sekolah) sebagaimana yang dikenal pada saat ini, pendidikan dilakukan berbasis rumah. Sistem magang adalah model pendidikan yang sangat dikenal oleh masyarakat. Demikian pula belajar otodidak yang sampai sekarang masih dilakukan. Selain itu, para bangsawan zaman dahulu biasa mengundang guru privat untuk mengajar anak-anaknya. Itulah jejak homeschooling pada masa dahulu.

Homeschooling merupakan salah satu alternatif dan buah dari pencarian sistem pendidikan yang paling sesuai untuk anak-anak. Homeschooling termasuk model pendidikan yang digunakan sebagai alternatif institusi sekolah. Sebagai sebuah model pendidikan anak, homeschooling memiliki persamaan dengan sekolah antara lain sama-sama bertujuan untuk mengantarkan anak-anak pada pencapaian terbaiknya.

(13)

Homeschooling adalah model pendidikan alternatif selain di sekolah. Tidak ada sebuah defenisi tunggal mengenai homeschooling karena model pendidikan yang dikembangkan di dalam homeschooling sangat beragam dan bervariasi. Salah satu pengertian umum homeschooling adalah model pendidikan di mana sebuah keluarga memilih untuk bertanggung jawab sendiri atas pendidikan anak-anaknya dan mendidik anaknya dengan menggunakan rumah sebagai basis pendidikannya. Jadi,orang tualah yang bertanggung jawab secara aktif atas proses pendidikan anaknya.Yang dimaksud bertanggung jawab secara aktif di sini adalah keterlibatan penuh orang tua pada proses penyelenggaraan pendidikan, mulai dalam hal penentuan arah dan tujuan pendidikan, nilai-nilai, yang ingin dikembangkan, kecerdasan dan keterampilan yang hendak diraih, kurikulum dan materi pembelajaran hingga metode belajar serta praktik belajar keseharian anak-anak (Sumardiono,2007:4).

(14)

tertutup dengan lingkungan luar dan karena kebiasaan mereka yang lebih senang bergaul dengan orang yang dikenal saja sehingga menyebabkan anak-anak homeschooling sulit berinteraksi dengan orang lain bahkan dengan teman sebaya mereka yang mengikuti homeschooling. Dipandang dari sisi positif dan negatifnya, homeschooling memiliki beberapa pertimbangan penting. Dilihat dari sisi positifnya yang pertama homeschooling mengakomodasikan potensi kecerdasan anak secara maksimal karena setiap anak memiliki keberagaman dan kekhasan minat, bakat dan keterampilan yang berbeda-beda. Potensi ini akan bisa dikembangkan secara maksimal bila keluarga memfasilitasi suasana belajar yang mendukung di rumahnya sehingga anak didik benar-benar merasa di rumah dalam proses pembelajarannya. Hal ini sesuai dengan prinsip pendidikan yang bersifat informal. Dengan metode homeschooling ini anak didik tidak lagi dibatasi oleh empat tembok kelas yang sesak dan mereka bisa memilih tema pembelajaran yang diinginkan mereka.Yang kedua, metode ini mampu menghindari pengaruh lingkungan negatif yang mungkin akan dihadapi oleh anak di sekolah umum. Pergaulan bebas, tawuran, rokok dan obat-obat terlarang yang terus menghantui para orang tua, sementara mereka tidak dapat mengawasi putra-putrinya sepanjang waktu.

(15)

rumah terus tetapi bisa juga di luar rumah yang penting dalam pembelajaran yang diikutinya. Sehingga pembelajaran bisa berjalan alami dan mandiri. Persoalan legalitas, segudang pertanyaan muncul tentang bagaimana sikap dan pengakuan pemerintah tentang sekolah rumah atau sering disebut homeschooling. Secara prinsip tidak ada masalah. Karena sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dalam pasal 27 ayat(1) dikatakan kegiatan pendidikan informal yang dilakukan oleh keluarga dan lingkungan berbentuk kegiatan belajar secara mandiri. Lalu pada ayat (2) dikatakan bahwa hasil pendidikan sebagaimana dimaksudkan dalam ayat(1) diakui sama dengan pendidika formal dan nonformal setelah peserta didik lulus ujian sesuai dengan standar nasional pendidikan. Jadi secara hukum kegiatan persekolahan di rumah dilindungi oleh Undang-Undang.

(16)

menjadi dua kali lipat dalam kurun waktu delapan tahun. Di luar Amerika Serikat, walaupun tidak banyak tersedia data akurat mengenai jumlah keluarga homeschooling, diperkirakan terus terjadi pertumbuhan dan peningkatan minat terhadap homeschooling. Menurut penelitian Brian Ray ada sekitar 50.000 hingga 95.000 siswa homeschooling di Kanada pada periode tahun 2003-2008. Estimasi untuk England dan Wales bervariasi sekitar 13.000 hingga 50.000.Di Australia, jumlahnya berkisar 35.000 hingga 55.000. dan, sebuah organisasi homeschooling di Jerman melaporkan keberadaan sekitar 500 hingga 600 siswa homeschooling.

(17)
[image:17.612.200.474.142.385.2]

Tabel I

Jumlah Taman Kanak-kanak di Medan Pada Tahun 2009

NO. Tingkat Sekolah Jumlah

1 Taman Kanak-kanak 101

2 Taman Bermain 87

3 Taman Bacaan 50

4 Play Group 86

Jumlah 324

Sumber : Badan Pusat Statistik kota Medan 2009

(18)

dari keluarga karena homeschooling memang memiliki sifat customized sehingga dapat disesuaikan dengan kondisi setiap keluarga.

Kebutuhan dan alasan keluarga yang memilih homeschooling memiliki rentang variasi yang lebar. Alasan itu ada yang bersifat ideologis, tapi tidak sedikit pula yang bersifat praktis. Biasanya, keluarga homeschooling memiliki satu atau beberapa alasan kuat sekaligus yang melatarbelakangi pemilihan homeschooling. Tiga alasan tetinggi dalam pemilihan homeschooling menurut data dari Asah Pena (Asosiasi Sekolah Rumah dan Pendidikan Alternatif) pada tahun 2009 adalah:

• Orang tua ingin meningkatkan kualitas pendidikan anaknya. • Alasan agama (religious reasons)

• Buruknya lingkungan belajar sekolah.

Walaupun alasan agama menjadi alasan yang cukup banyak digunakan para keluarga yang memilih homeschooling, tidak berarti homeschooling identik dengan kelompok konservatif. Alasan terbesar yang digunakan orang tua sebagian besar merupakan paduan antara keinginan meningkatkan kualitas pendidikan dan ketidakpuasan terhadap bentuk pendidikan yang tersedia di masyarakat.

Selain itu hal-hal lain yang menjadi alasan keluarga melakukan homeschooling biasanya, adalah

• Orang tua sering berpindah-pindah atau melakukan perjalanan.

• Orang tua merasa keamanan dan pergaulan sekolah tidak tidak kondusif bagi

perkembangan anak.

(19)

• Anak-anak memiliki kebutuhan khusus yang tidak dapat dipenuhi di sekolah

umum.

• Orang tua memiliki keyakinan bahwa sistem yang ada tidak mendukung

nilai-nilai keluarga yang dipegangnya.

• Orang tua merasa terpanggil untuk mendidik sendiri anak-anaknya.

(Sumardiono,2009:30-31)

1.2. Perumusan Masalah

Adapun yang menjadi perumusan masalah dalam penulisan ini adalah :

1. Mengapa orang tua homeschooler memilih pendidikan homeschooling untuk anak-anaknya?

2. Bagaimana kehidupan sehari-hari anak-anak yang mengikuti pendidikan homeschooling?

1.3. Tujuan Penelitian

(20)

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun yang menjadi manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi penulis, penelitian ini dapat mengasah kemampuan penulis dalam membuat karya tulis ilmiah dan melatih penulis untuk membiasakan diri untuk membuat dan membaca karya tulis. Melalui penelitian ini juga dapat menambah pengetahuan penulis tentang masalah yang diteliti.

2. Memberikan sumbangan pemikiran terhadap perkembangan ilmu sosial dalam hal mendeskripsikan dinamika keluarga pelajar yang mengikuti pendidikan homeschooling, dan diharapkan mampu memberikan manfaat bagi ilmu sosial lainnya secara umum

3. Menambah rujukan bagi mahasiswa Departemen Sosiologi FISIP USU mengenai dinamika keluarga pelajar yang mengikuti pendidikan homeschooling.

4. Memberikan kontribusi terhadap pihak Homeschooling dalam rangka peningkatan kualitas dan mutu pendidikan.

1.5 Defenisi Konsep

(21)

1.5.1 Homeschooling

Salah satu konsep kunci dari homeschooling adalah pembelajaran yang tidak berlangsung melalui institusi sekolah formal. Konsep ini membawa kita pada konsep yang lebih umum yaitu konsep belajar otodidak atau belajar mandiri. Homeschooling adalah model pendidikan dimana sebuah keluarga memilih untuk bertanggung jawab sendiri atas pendidikan anak-anaknya dan mendidik anaknya dengan menggunakan rumah sebagai basis pendidikannya. Jadi orang tua yang bertanggung jawab secara aktif atas proses pendidikan anaknya. Homeschooling merupakan salah satu alternatif dan buah dari pencarian sistem pendidikan yang paling sesuai untuk anak-anak. Homeschooling termasuk model pendidikan yang digunakan sebagai alternatif institusi sekolah. Homeschooling bukanlah lawan pendidikan di sekolah formal dan non formal (kursus-kursus). Homeschooling bukan sebuah cara melarang anak bersekolah di sekolah formal. Homeschooling, sebaliknya dari semua itu, ingin mendukung sekolah formal. Apa yang mungkin kurang diharapkan di sekolah formal, diharapkan dapat ditambah oleh homeschooling. Anak-anak yang tidak diterima di sekolah formal harus dapat memperoleh hak belajarnya di homeschooling. Ada tiga bentuk homeschooling antara lain:

1. Homeschooling tunggal adalah homeschooling yang dilaksanakan oleh orang tua dalam satu keluarga tanpa bergabung dengan yang lainnya. Biasanya homeschooling jenis ini diterapkan karena adanya tujuan atau alasan khusus yang tidak dapat diketahui atau dikompromikan dengan komunitas homeschooling lain. 2. Homeschooling majemuk adalah homeschooling yang dilaksanakan oleh dua atau

(22)

dilaksanakan orang tua masing-masing. Alasannya terdapat kebutuhan-kebutuhan yang dapat dikompromikan oleh beberapa keluarga untuk melakukan kegiatan bersama. Contohnya kurikulum dari kegiatan olah raga (misalnya keluarga atlet tenis) kegiatan musik/seni, kegiatan sosial,dan kegiatan keagamaan.

3. Komunitas homeschooling adalah gabungan dari beberapa homeschooling majemuk yang menyusun dan menentukan silabus,bahan ajar,kegiatan pokok( olah raga,musik/seni dan bahasa),sarana dan prasarana, dan jadwal pembelajaran. Komitmen penyelenggaraan orang tua dan komunitasnya 50:50.(Seto Mulyadi,2007: 36-37) Alasan memilih komunitas homeschooling antara lain: • Terstruktur dan lebih lengkap untuk pendidikan akademik, pembangunan akhlak

mulia dan pencapaian hasil belajar.

• Tersedia fasilitas pembelajaran yang baik, misalnya bengkel kerja, laboratorium

alam, perpustakaan, laboratorium IPA/bahasa, auditorium, fasilitas olahraga dan kesenian.

• Ruang gerak sosialisasi peserta didik lebih luas tetapi dapat dikendalikan.

• Dukungan lebih besar karena masing-masing bertanggung jawab untuk saling

mengajar sesuai keahlian masing-masing. • Sesuai untuk anak usia diatas sepuluh tahun.

• Menggabungkan keluarga yang tinggal berjauhan melalui internet dan alat

(23)

1.5.2 Homeschooler

Homeschooler adalah anak-anak yang mengikuti pendidikan homeschooling, dimana anak-anak tersebut memiliki jenjang usia yang berbeda-beda dan kurikulum pelajaran yang diikuti juga berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan anak dan kondisi keluarga.

1.5.3 Pendidikan

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.

1.5.4 Keluarga

Keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat tempat di mana seseorang mendapatkan pengalaman hidupnya untuk pertama sekali. Keluarga merupakan agen sosialisasi terhadap anak-anak. Di mana idealnya keluarga terdiri dari suami,istri, dan beberapa orang anak. Keluarga merupakan kelompok orang-orang yang dipersatukan oleh ikatan perkawinan, hubungan darah yang berinteraksi dan berkomunikasi satu sama lain melalui perannya masing-masing sebagai anggota keluarga (Gunarsa,1993:210).

1.5.5 Dinamika Keluarga

(24)

dari cara keluarga memandang pendidikan anaknya, bagaimana sebuah keluarga tersebut memperlakukan anak-anaknya. Keluarga yang lebih memilih pendidikan informal untuk anaknya dari pada pendidikan formal yang diikuti oleh anak-anak sebaya lainnya. Orang tua terlibat penuh dalam proses penyelenggaraan pendidikan anaknya mulai dalam hal penentuan arah dan tujuan pendidikan, nilai-nilai yang ingin dikembangkan, kecerdasan dan keterampilan yang hendak diraih, kurikulum dan materi pembelajaran hingga metode belajar serta praktik belajar keseharian anak-anak. Terjadi pergeseran dimana biasanya orang tua zaman sekarang hanya mempercayakan anak-anaknya pada sekolah formal, dan menganggap sekolah formal akan membimbing anak-anak mereka. Selain itu ada beberapa manfaat yang dapat dipetik oleh para pelaku homeschooling antara lain:

• Anak-anak benar-benar dijadikan subjek dalam kegiatan belajar. • Objek yang dipelajari sungguh sangat luas.

• Orang tua dapat berperan penting dalam menanamkan kecintaan belajar kepada

anak-anaknya sejak dini. • Penyelenggaraannya fleksibel.

• Mendukung belajar secara kontekstual yang artinya latar belakang atau

(25)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Homeschooling di Amerika Serikat

Sejarah awal homeschooling yang berkembang di Amerika Serikat pada saat ini dapat dirunut dari perkembangan pemikiran mengenai pendidikan pada tahun 1960-an. Dipicu oleh pemikiran yang dilontarkan oleh Holt(1964). Dari hasil penelitian yang dilakukannya terjadi perbincangan dan perdebatan luas mengenai pendidikan dan sistem sekolah. Sebagai guru dan pengamat anak dan pendidikan, Holt menyatakan bahwa kegagalan akademis pada siswa tidak disebabkan oleh kurangnya usaha pada sistem sekolah, tetapi disebabkan oleh eksistensi sekolah itu sendiri.

(26)

pendidikan terhadap anak-anak, sehingga anak-anak tidak dapat mengembangkan ide-ide kreatif yang ada dalam dirinya. Sistem sekolah lebih mengutamakan keberhasilan kurikulum daripada keberhasilan individu dari anak- anak tersebut. Hal inilah yang menyebabkan anak-anak tidak dapat mengembangkan bakat dan minatnya. Sehingga dibutuhkanlah pendidikan di luar sekolah yang dapat membantu anak-anak dan orang tua dalam menyelenggarakan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan keluarga mereka, inilah perbandingan yang diutarakan oleh Holt tentang pendidikan dan sistem sekolah jadi sesungguhnya arti dari pendidikan yang dikemukakannya berbanding terbalik dengan sistem sekolah, sehingga pendidikan yang berlangsung dalam sistem sekolah tidak sesuai dengan pengertiannya. Maka berkembanglah pendidikan yang memberikan kebebasan terhadap anak-anak untuk mengembangkan bakat dan kreativitasnya, pendidikan itulah yang disebut dengan homeschooling atau sekolah rumah.

(27)

penelitian yang dilakukannya menunjukkan bahwa tingkat kejenuhan seorang anak laki-laki lebih tinggi daripada kejenuhan anak perempuan, dan apabila anak-anak dibawah usia 8 tahun sudah dimasukkan ke sekolah formal maka anak tersebut akan kehilangan tahap bermainnya, dan hal inipula yang memicu kejenuhan anak tersebut dalam bersekolah.

Selain Holt dan Moore, pemikiran lain yang memiliki kontribusi dalam kelahiran homeschooling adalah Ivan Illich (1970) dan Harold Bennet (1972). Hasil karyanya mendapat respon dari para orang tua homeschooling yang ada diberbagai penjuru Amerika Serikat, hasil karya mereka yang terkenal adalah mengenai manfaat yang dipancarkan oleh homeschooling. Ada tiga manfaat yang dipancarkan oleh homeschooling. Pertama, homeschooling mengingatkan atau menyadarkan orang tua bahwa pendidikan untuk anak-anak tidak dapat dipasrahkan sepenuhnya kepada sekolah formal. Kedua, homeschooling dapat menampung anak-anak yang karena alasan-alasan tertentu tidak dapat belajar di sekolah formal. Dan ketiga, homeschooling dapat menjadi alternative dari sekolah-sekolah formal dan nonformal dalam upaya mereka untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Pada tahun 1977, Holt menerbitkan majalah untuk pendidikan di rumah. Buku terakhir yang ditulis Holt dan merupakan buku satu-satunya yang membahas tentang homeschooling. Sebelum dia meninggal pada tahun 1985. Buku itulah yang kini banyak dijadikan referensi dalam mempelajari homeschooling

(28)

pengalaman yang alami yang terjadi pada setiap orang di dalam kesehariannya pada saat setiap orang berinteraksi dengan yang lainnya. Setelah itu homeschooling berkembang dengan berbagai alasan. Selain karena alasan keyakinan, pertumbuhan homeschooling juga banyak dipicu oleh ketidakpuasan atas sistem pendidikan di sekolah. Keadaan pergaulan sosial di sekolah yang tidak sehat juga memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan homeschooling. Walaupun praktisi homeschooling awalnya dipersepsi sebagai kelompok konservatif dan penyendiri, homeschooling terus tumbuh dan membuktikan diri sebagai sistem yang efektif dan dapat dijalankan. Praktisi homeschoolingpun semakin bervariasi dengan berbagai alasan memilih homeschooling dan beragam latar belakang sosial, religius,dan sekuler; kaya, kelas menengah, miskin; kota, pinggiran, pedesaan. Keluarga praktisi homeschooling memiliki beragam profesi mulai dokter, pegawai pemerintahan, pegawai swasta, pemilik bisnis, bahkan guru di sekolah umum.

2.2 Penelitian Homeschooling di Indonesia

(29)

sejarah Indonesia yang menempuh pembelajaran secara mandiri. Salah satu contohnya yang sangat di kenal adalah KH Agus Salim.

Dalam bentuk umumnya, pembelajaran otodidak ini memiliki beragam variasi, diantaranya pembelajaran dengan cara magang yang banyak dipraktikkan oleh keluarga Indonesia. Pedagang atau pengusaha yang mendidik anak-anak mereka agar menguasai dan meneruskan bisnis keluarganya merupakan salah satu contoh homeschooling. Walaupun, mereka tidak mengenal istilah itu. Bentuk-bentuk semacam itu banyak dipraktikkan di masyarakat dan dianggap sebagai akar perkembangan homeschooling yang tumbuh di masyarakat. Dalam era waktu yang lebih dekat, pendidikan keluarga yang dilakukan oleh Said Kelana terhadap anak-anaknya yang menjadi artis (Lydia dan Imaniar) merupakan salah satu contoh mengenai homeschooling pada masa lalu.

Penelitian yang dilakukan Seto Mulyadi (2000), yang mengisahkan tentang belajar yang mengasyikkan yang dialami seorang anak.” Kita semua dilahirkan dengan rasa ingin tahu yang tidak pernah terpuaskan dan kita semua mempunyai alat-alat yang kita perlukan untuk memuaskannya”. Pernahkan anda memperhatikan seorang bayi yang meneliti secara saksama sebuah mainan baru?

(30)

Proses penelitian ini disebut belajar secara menyeluruh ( Global Learning). Global learning merupakan cara efektif dan alamiah bagi seorang manusia untuk mempelajari bahwa otak seorang anak hingga usia enam atau tujuh tahun adalah seperti spons, menyerap berbagai fakta, sifat-sifat fisik dan kerumitan bahasa yang kacau dengan cara yang menyenangkan dan bebas stress. Proses ini juga ditambah dengan faktor-faktor umpan balik positif dan rangsangan dari lingkungan, dan anda dapat menciptakan kondisi yang sempurna untuk belajar apa saja. (Seto Mulyadi,2007: 93-96).

(31)
(32)

homeschooling dapat membentuk karakter anak kearah yang lebih baik, dan inilah yang menjadi alasan pemilihan homeschooling bagi pendidikan anak dalam sebuah keluarga. (Maria,2009:17-19)

2.3 Homeschooling sebagai pendidikan alternatif

Homeschooling atau sekolah rumah saat ini mulai menjadi salah satu model pilihan orang tua dalam mengarahkan anak-anaknya dalam bidang pendidikan. Pilihan ini muncul karena adanya pandangan para orang tua tentang kesesuaian minat oleh anak-anaknya. Ada beberapa alasan mengapa para orangtua di Indonesia lebih memilih sekolah rumah. Kecenderungannya antara lain, dapat menekankan kepada pendidikan moral atau keagamaan, memperluas lingkungan sosial dan tentunya suasana belajar yang lebih baik, selain memberikan pembelajaran langsung yang tidak tersekat-sekat oleh batasan ilmu. Menurut Ella Yuliawati, pandangan ini memberikan pengertian luas kepada setiap orang untuk lebih mengekspresikan keinginan dan kemampuan dalam menimba ilmu, tidak hanya dilingkungan yang dinamakan sekolah. Bahkan kesempatan mendapatkan ilmu yang lebih juga memilki peluang besar sejalan dengan perkembangan pendidikan. Hal ini yang kemudian membuat homeschooling dipilih sebagai salah satu alternatif proses belajar mengajar dalam perkembangan dunia pendidikan di Indonesia. (Sumardiono,2007:43)

(33)

Homeschooling merupakan wujud keterlibatan masyarakat untuk mempengaruhi keadaan sosial politik dan mendapakan pendidikan yang berkualitas. Proposal utama dari homeschooling adalah memberikan alternatif bagi masyarakat sehingga masyarakat memiliki berbagai alternatif yang dapat di pilihnya. Dalam ekspresi yang lebih positif homeschooling dapat menggerakan keluarga untuk terlibat aktif dalam pendidikan, mengganti kepasrahan pada sistem sekolah. Partisipasi keluarga dengan seluruh kecintaan dan kepentingan masa depan anak-anak dapat menjadi sumber yang kuat untuk menjadi penggerak perubahan wajah pendidikan di Indonesia.

Homeschooling bukanlah sekedar membiarkan anak di rumah, mengundang guru privat yang mahal, dan model belajar artis yang malas pergi ke sekolah. Sebagai sebuah gagasan dan praktik, homeschooling jauh lebih substantif dibandingkan persepsi yang berkembang di masyarakat. Homeschooling adalah gerakan back to basic memasuki kembali esensi-esensi pembelajaran yang tidak di batasi oleh tempat belajar, jam belajar, keharusan administratif dan ritual-ritual (baju seragam, uang gedung, buku baru, ijazah, wisuda, dll) yang semakin menggantikan esensi proses belajar. Dengan motto belajar dimana saja, kapan saja, dengan siapa saja, homeschooling memberikan kesempatan proses belajar yang kontekstual dan penggunaan kehidupan sehari-sehari sebagai sumber belajar. Sementara model sekolah formal bersifat masal dan mengejar standart-standart eksternal seperti pabrik dan perkantoran, homeschooling memberikan peluang untuk melakukan kustomisasi pendidikan mulai dari aspek penentuan tujuan, pemilihan materi ajar, dan metode-metode yang digunakan dalam proses belajar.

(34)

kembangkan dalam sistem pendidikan massal. Homeschooling bukanlah mengubah orangtua menjadi guru untuk proses belajar anak-anak karena kemampuan orang tua terbatas. Peran utama orang tua dalam homeschooling adalah menjadi mentor dan fasilitator. Proses utama dalam pembelajaran homeschooling adalah menumbuhkan dan mengerakan kemampuan belajar anak-anak sehingga anak-anak dapat belajar secara mandiri. Homeschooling semakin mudah dilaksanakan pada saat anak semakin dewasa karena anak yang sudah dewasa akan semakin mandiri. Karena homeschooling di bangun oleh keluarga sebagai penggerak kegiatan belajar, tidak ada pusat dan model standar homeschooling karena setiap keluarga bebas merancang model pendidikan yang sesuai dengan tujuan pendidikan keluarga.

(35)

homeschooling yang tidak terdata secara resmi diberbagai belahan dunia. Peluang dan tantangan bersama sebagai sebuah model pendidikan alternatif di masyarakat, homeschooling memberikan peluang untuk berkontribusi pada perbaikan wajah pendidikan Indonesia. Tentu saja harapan itu membutuhkan kerja keras agar gagasan-gagasan di homeschooling dapat dicerna masyarakat dengan baik. Gagasan menjadikan keluarga sebagai sentral perubahan pendidikan, gagasan homeschooling layak untuk didorong karena memberikan kesempatan pada setiap keluarga untuk menentukan apa yang terbaik buat anak dan keluarganya.

(36)

beragam dalam penyelenggaraan homeschooling. Jaringan pembelajaran menjadi salah satu alat untuk menggerakkan proses belajar dalam homeschooling. Di masa depan, sarana fisik yang dibutuhkan dalam pengembangan homeschooling adalah pembentukan pusat belajar, perpustakaan, laboratorium, dan bengkel belajar. Lembaga-lembaga ini tidak menempel di sekolah, tetapi menjadi institusi mandiri yang dapat dimanfaatkan oleh siswa homeschooling atau siapapun yang membutuhkan. Karena kekuatan dari homeschooling terletak pada keluarga, kunci keberhasilan homeschooling terletak pada penumbuhan budaya keluarga yang sehat, yang harus dilakukan sebuah keluarga terhadap pendidikan anak-anaknya adalah terletak pada komitmennya untuk mendukung anak secara akademis dan intelektual, tetapi juga komitmen untuk mengembangkan nilai-nilai moral tertinggi dan penghargaan terhadap keragaman pendidikan, agar anak-anak dapat menjadi bagian integral yang dapat menyatu sekaligus menjadi agen perubahan untuk perbaikan masyarakat. Untuk mengembangkan aspek sosial dari proses belajar, tantangan homeschooling adalah mengembangkan model belajar komunitas yang memungkinkan pengembangan aspek sosial dari anak homeschooling, berbeda dengan model sekolah yang terstruktur ketat, komunitas bersifat longgar dan cair yang berfungsi untuk mengintegrasikan proses-proses belajar individual yang diselenggarakan di rumah menjadi sebuah kerangka pandang holistik pada anak (Sumardiono, 2007: 55-58).

(37)

berperan penting dan memberikan kontribusi besar bagi masyarakat. Walaupun begitu, sekolah tak dapat mengklaim sebagai institusi sempurna dan satu-satunya lembaga pendidikan yang berhak hidup di masyarakat. Banyak masalah baik dalam konsepsi maupun implementasi sekolah yang membuat pengembangan pendidikan alternatif senantiasa layak dipertimbangkan dalam pencarian sistem yang terbaik dalam kemanusiaan (Sumardiono,2007:44-47). Pada siswa-siswa kelas awal, pendidikan homeschooling sangat efektif karena kedekatan orang tua sebagai tutor membuat mereka dapat menyesuaikan dan mencari metoda yang paling efektif untuk proses belajar anak-anaknya. Selain itu faktor perhatian dan cinta orang tua menjadi sebuah hal yang berpengaruh positif dalam perkembangan psikolog anak dan tak tergantikan oleh sosok apapun.

Di bawah ini ada beberapa hasil-hasil penelitian yang berkaitan dengan pendidikan homeschooling yang dijadikan alternatif pendidikan pada sebuah keluarga, antara lain sebagai berikut:

(38)

status pernikahan, pekerjaan, pendidikan, dan penghasilan orangtua, serta usia anak, lama melakukan homeschooling, kurikulum yang dipakai hingga biaya untuk homeschooling.

Kesan dan persepsi salah paling umum mengenai homeschooling adalah penilaian bahwa siswa homeschooling tidak memiliki sosialisasi. Penilaian ini lahir dari persepsi bahwa siswa homeschooling hanya belajar dan tinggal di rumah bersama keluarganya saja (Sumardiono,2007:42). Pada kenyataannya, belajar di rumah hanyalah salah satu aktivitas siswa homeschooling. Selain belajar di rumah, siswa homeschooling tetap bersosialisasi dengan teman-teman sebayanya di tetangga, klub hobi,kursus dan sebagainya. Selain itu siswa homeschooling biasanya juga terlibat dalam kegiatan bersama komunitas homeschooling. Riset mengenai homeschooling justru menunjukkan bahwa paparan para siswa homeschooling terhadap kegiatan sosialisasi justru lebih besar dibandingkan siswa sekolah formal. Berbeda dengan siswa sekolah yang bersosialisasi dengan teman sebaya, siswa homeschooling lebih bersosialisasi dengan pergaulan lintas usia. Komunitas ragam usia adalah kondisi yang ada di dunia nyata, seperti keluarga, organisasi,kantor dan masyarakat (Sumardiono,2007:43).

(39)
(40)

antara konsep yang dijadikan bahan kajian dalanm penelitian. Setiap konsep yang dikembangkan sebagai variable penelitian harus dapat menunujukkan beberapa indikator empirik yang ada di lapangan.

Hasil riset yang dilakukan oleh Aar Sumardion(2000), beda zaman beda profesi, zaman dahulu orang tua menasehatkan kepada anak-anaknya untuk menjadi pegawai negeri. Sebab pekerjaan itu aman dan nanti dapat dinikmati pensiunnya.Kadang-kandang nasehat itu di imbuhi dengan ungkapan ”pekerjaannya ringan dan santai”. Saat dunia swasta (Korporasi dan BUMN) berkembang, sebagian orang tua menasehatkan anak-anaknya untuk bekerja di sektor swasta yang lebih memberikan kepuasan professional dan material. Uang pensiun tidak lagi menjadi daya tarik yang kuat karena pensiun dapat dirancang dengan tabungan, asuransi dan sebagainya. Tantangan hidup yang semakin keras membutuhkan sikap hidup yang berbeda agar dapat survive di dunia nyata. Bekerja santai bukan lagi sikap hidup yang tepat untuk menjalani kehidupan, tetapi kerja keras dan kemampuan berkarya menjadi tantangan hidup yang harus di hadapi. Menurut penelitian ini pondasi dasar dalam mengenyam pendidikan haruslah kokoh, sehingga berakhir dengan baik.

(41)
(42)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Adapun bentuk dari penelitian ini adalah penelitian studi deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif dapat diartikan sebagai pendekatan yang menghasilkan data, tulisan, dan tingkah laku yang di dapat dari apa yang dapat diamati (Nawawi,1994:203). Penelitian deskriptif ini digunakan untuk menggambarkan atau melukiskan apa yang diteliti dan berusaha memberikan gambaran yang jelas mengenai apa yang menjadi pokok penelitian.

3.2. Lokasi Penelitian

Yang menjadi lokasi penelitian ini adalah I Homeschooling Jl. Sei Batang Serangan Medan. Lokasi ini dipilih karena peneliti dapat memperoleh data dari apa yang akan ditelitinya yaitu ingin melihat dinamika keluarga pelajar yang mengikuti pendidikan homeschooling. Selain itu i Homeschooling memiliki murid-murid yang memilih metode pedidikan yang berbeda-beda satu dengan yang lainnya.

3.2.1 Sejarah Singkat I Homeschooling Medan

(43)
(44)

Di Indonesia, menurut perkiraan Ella Yulaelawati, Direktur pendidikan Kesetaraan Depdiknas, ada sekitar 1.000-1.500 siswa homeschooling. Di Jakarta ada sekitar 600 siswa, sebagian besar diantaranya (sekitar 500 orang) adalah siswa homeschooling majemuk, jumlah yang sebenarnya tidak diketahui dengan pasti, tapi diperkirakan masih lebih besar lagi.

3.2.2 Metode Pendidikan Homeschooling

Pendekatan homeschooling memiliki rentan yang lebar antara yang sangat tidak terstruktur (unschooling) hingga yang sangat terstruktur, seperti belajar di sekolah (school at- home).

a. School at-home adalah model pendidikan yang serupa dengan yang diselenggarakan di sekolah. Hanya saja, tempatnya tidak di sekolah, tetapi di rumah.metode ini juga sering disebut textbook approach.

(45)

c. The Living Books approach adalah model pendidikan melalui pengalaman dunia nyata. Metode ini dikembangkan oleh Charlotte Mason pendekatannya dengan mengajarkan kebiasaan baik, keterampilan dasar ( membaca, menulis, matematika) serta mengekspos anak dengan pengalaman nyata, seperti berjalan-jalan, mengunjungi museum, berbelanja ke pasar, mencari informasi di perpustakaan, menghadiri pameran, dan sebagainya.

d. The Classical approach adalah model pendidikan yang dikembangkan sejak abad pertengahan. Pendekatan ini menggunakan kurikulum yang distrukturkan berdasarkan tiga tahap perkembangan anak yang disebut trivium. Penekanan metode ini adalah kemampuan ekspresi verbal dan tertulis. Pendekatannya berbasis teks/literatur (bukan gambar).

e. The Montessori approach adalah model pendidikan yang menggunakan pendekatan yang mendorong penyiapan lingkungan pendukung yang nyata dan alami, mengamati proses interaksi anak-anak di lingkungan, serta terus menumbuhkan lingkungan sehingga anak-anak dapat mengembangkan potensinya secara fisik, mental, maupu n spiritual.

(46)

g. The Eclectic approach memberikan kesempatan pada keluarga untuk mendesai sendiri program homeschooling yang sesuai dengan memilih atau menggabungkan dari sistem yang ada.

3.2.3 Kurikulum Homeschooling

Selain pendekatan dan metode yang digunakan dalam belajar, setiap keluarga homeschooling memiliki pilihan untuk menentukan kurikulum yang diacu dan bahan ajar yang digunakan. Kurikulum berisi sasaran-sasaran pengajaran yang ingin dicapai di dalam rentang waktu tertentu, sedangkan bahan ajar adalah materi praktis yang digunakan untuk pengajaran sehari-hari.

Untuk memilih kurikulum dan bahan ajar, keluarga homeschooling dapat memilih apakah mereka menggunakan bahan paket atau bahan-bahan terpisah. Pada bahan terpaket, keluarga homeschooling menggunakan kurikulum dan bahan-bahan pelajaran yang sudah disediakan oleh lembaga yang menyediakan layanan tersebut.

(47)

materi-materi yang benar-benar dibutuhkannya dan membelinya secara terpisah. Selain kedua pilihan tersebut, keluarga homeschooling mengembangkan kreativitasnya untuk menentukan kurikulum dan materi-materi yang digunakannya.

Keluarga homeschooling dapat menggabungkan antara membeli bahan pengajaran dan penggunaan materi yang ada di rumah, atau membuat sendiri materi pengajaran yang dibutuhkan. Untuk memilih bahan belajar atau materi belajar yang ingin digunakan dalam homeschooling, hal pertama yang harus dilakukan adalah mengenali model homeschooling yang dijalankan di keluarga anda. Sebab,setiap keluarga menjalankan homeschooling dengan model yang beragam, oleh karena itu, acuan dan bahan belajarpun bisa sangat bervariasi.

3.2.3.1 Homeschooling Mengacu Kurikulum Nasional

(48)

3.2.3.2 Homeschooling Mengacu Kurikulum Internasional.

Banyak penyedia kurikulum yang menyediakan produk-produk kurikulum berstandar internasional. Kurikulum internasional itu mengacu pada sistem pendidikan di sebuah Negara tertentu, misalnya Amerika Serikat atau Inggris, tetapi hasilnya diakui di Negara-negara lainnya. Jika anda menyelenggarakan homeschooling berdasarkan kurikulum internasional, materi belajar yang anda pergunakan pun tentu saja harus menyesuaikan dengan target-target kurikulum yang ditetapkan. Biasanya penyedia kurikulum menyediakan daftar refrensi yang dapat digunakan untuk menyelesaikan sebuah sasaran pengajaran tertentu.

Sebagai contoh, jika anda menggunakan acuan kurikulum yang disediakan oleh CIE University of Cambridge, proses homeschooling anda harus mengacu pada kurikulum yang disediakan oleh mereka. Di dalam panduan silabus untuk setiap mata pelajaran yang ingin diambil, selalu ada sasaran-sasaran pengajaran yang dicapai dan daftara buku pelajaran yang disetujui serta bahan lain yang bermanfaat. Anda dapat menggunakan buku refrensi yang ada di dalam daftar tersebut, atau anda dapat menggunakan materi lain yang menurut anda sejalan dengan silabus yang ditetapkan. 3.2.3.3 Homeschooling dengan Acuan Lain

(49)

Di luar dua model besar itu, banyak sekali model-model lain yang dikembangkan oleh keluarga homeschooling itu sendiri. Ada keluarga-keluarga homeschooling yang menyelenggarakan homeschooling berdasarkan orientasi religius mereka, misalnya berdasarkan islam, Kristen, hindu,budha dan kepercayaan lainnya. Tentu saja banyak nilai-nilai tersebut akan mempengaruhi acuaan dan pemilihan materi-materi yang dipergunakan dalam proses homeschooling.

Demikianpun ada keluarga-keluarga yang memiliki kekhasan positif yang kuat dan ingin mengembangkan homeschooling berdasarkan kekhasan itu, maka bahan yang digunakan untuk proses homeschooling pun sangat dipengaruhi oleh tujuan homeschooling yang telah ditetapkan. Sebagai contoh, homeschooling yang ingin mengembangkan tradisi bisnis keluarga, olah raga, seniman, ahli komputer, dan sebagainya.

3.2.4 Ujian Kesetaraan Homeschooling

Ujian kesetaraan paket A,B,C dimaksudkan untuk menyetarakan lulusan peserta pendidikan non formal dengan pendidikan formal. Ujian nasional diselenggarakan selama 2 kali setahun, yaitu periode pertama pada bulan april dan mei, kemudian periode kedua pada bulan oktober. Penyesuaian jadwal ujian dapat dilakukan bila pada bulan tersebut bertepatan dengan bulan ramadhan.Untuk pelaksanaan ujian kesetaraan. Depdiknas membuat petunjuk pelaksanaan ujian kesetaraan tersebut.

Mata pelajaran yang diujikan pada setiap jenjang ujian kesetaraan adalah:

(50)

b. Materi ujian paket B (6 jenis) meliputi mata pelajaran PPKn, Matematika, IPS, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, dan IPA.

c. Materi ujian paket C (6 jenis) IPS meliputi mata pelajaran: PPKn, Bahasa Inggris, Sosiologi, Tatanegara, Bahasa Indonesia, Ekonomi.

d. Materi ujian paket C (7 jenis) IPA meliputi mata pelajaran: PPKn, Bahasa Inggris, Biologi, Kimia, Bahasa Indonesia, Fisika, Matematika.

e. Materi ujian paket C (5 jenis) Bahasa meliputi mata pelajaran: PPKn, Bahasa Inggris, Bahasa Indonesia, Sejarah, Bahasa asing pilihan.

3.2.5 Bahan Ajar

(51)
[image:51.612.124.506.129.364.2]

Gambar 1

Ini beberapa lembar kerja yang dibuat oleh keluarga homeschooling.

3.2.6 Flash Card

(52)
[image:52.612.147.502.111.160.2]

Gambar 2

(53)
[image:53.612.104.385.106.632.2]

Gambar 3

(54)

3.3. Unit Analisis dan Informan

3.3.1 Unit Analisis

Yang menjadi unit analisis atau objek kajian dalam penelitian ini adalah orang tua yang memilih homeschooling untuk pendidikan anaknya dan anak-anak yang mengikuti pendidikan Homeschooling ( homeschooler).

3.3.2 Informan

Informan dalam penelitian ini adalah orang tua yang anaknya mengikuti pendidikan homeschooling dan anak-anak yang mengikuti pendidikan homeschooling (homeschooler) tersebut.

1. Informan kunci

Adapun yang menjadi informan kunci dalam penelitian ini adalah :

 Orang tua yang anaknya mengikuti pendidikan homeschooling, yakni ayah atau ibu yang memilih homeschooling untuk pendidikan anaknya.

2. Informan Biasa

 Anak-anak yang mengikuti pendidikan homeschooling.

3.4. Teknik Pengumpulan Data

(55)

3.4.1. Data Primer, yaitu data yang diperoleh peneliti langsung dari sumber utamanya/objeknya yang akan diteliti (Ronny Kountur,2007:182) untuk mendapatkan data primer dalam penelitian ini dilakukan dengan dua cara, yaitu:

 Observasi Partisipasif

Observasi merupakan salah satu bentuk atau alat yang digunakan untuk mengumpulkan data. Melalui observasi maka peneliti dapat melihat perilaku dalam keadaan (setting) alamiah,melihat dinamika,melihat gambaran perilaku berdasarkan situasi yang ada di lapangan.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan observasi partisipatif, yaitu peneliti adalah bagian dari keadaan alamiah, tempat dilakukannya observasi.seorang peneliti dapat menjadi anggota dari sebuah kelompok khusus atau organisasi dan menetapkan untuk mengamati kelompok itu dengan menggunakan asatu atau beberapa cara. Atau dapat pula peneliti melakukan kerjasama dengan sebuah kelompok dalam tujuannya mengamati kelompok dengan beberapa cara. Tanpa melihat bagaimana peneliti bisa menjadi bagian dari lingkungannya, maka yang penting partisipan aktif sebagai bagian yang menyeluruh yang diperlukan dalam pelaksanaan penelitian ini ( James A Black dan Dean J Champion 1992:289).

 Wawancara Mendalam

(56)

Dalam penelitian ini, informasi yang digali oleh peneliti adalah hal-hal apa saja yang menyebabkan orang tua memilih pendidikan homeschooling untuk pendidikan anak-anaknya. Dan gambaran kehidupan anak-anak yang mengikuti pendidikan homeschooling tersebut.

3.4.2. Data Sekunder yakni data yang bersumber dari hasil penelitian orang lain yang dibuat untuk maksud yang berbeda. Data tersebut dapat berupa fakta,tabel,gambar dan lain-lain. Walaupun data tersebut diperoleh dari hasil penelitian orang lain, namun data tersebut dapat dimanfaatkan (Kountur,2007:178-179 ). Ada beberapa manfaat menggunakan data sekunder antara lain:

- data sekunder dapat diperoleh dengan cepat,

- dalam banyak situasi tidak membutuhkan dana yang besar, dan

- tidak ada cara lain yang dapat dilakukan kecuali dengan data sekunder (Kountur,2007:179)

Pengumpulan data sekunder dalam penelitian ini dilakukan peneliti melalui:

(57)

penelitian ini yang digunakan untuk menelusuri data historis, di mana sebagian data yang tersedia berbentuk surat-surat, catatan harian, laporan, memorial, dokumen,dan foto yang berkaitan dengan topik permasalahan yang ingin di kaji dalam penelitian ini.

3.5 Interpretasi Data dan Analisa Data

Analisis data kualitatif menyangkut identifikasi apa yang menjadi perhatian dan apa yang merupakan persoalan. Kountur,2007:192. Dengan melalukan identifikasi ini ada beberapa proses yang perlu dilakukan, yaitu:

• Proses kategorisasi adalah proses menyusun kembali catatan dari hasil observasi

atau wawancara yang menjadi bentuk yang lebih sistematis. Laporan dibuat dalam beberapa kategori yang sistematis.

• Proses prioritas dilakukan apabila terdapat banyak sekali kategori, untuk itulah

perlu adanya prioritas mana yang kategori yang dapat ditampilkan dan mana yang tidak perlu ditampilkan karena terlalu banyak kategori akan menyulitkan dalam interpretasi , dan

• Proses penentuan kelengkapan dilakukan apabila jumlah atau jenis kategori

(58)

Adapun tahapan dalam menganalisa data dalam penelitian ini adalah:

o Seluruh data yang tertuang dalam catatan hasil wawancara dengan bantuan buku catatan atau tape recorder, hasil pengamatan langsung observasi langsung, hasil kajian pustaka akan dibaca dan ditelaah kembali.

o Memberi kode dan nomor pada setiap data sesuai dengan sifat data yang terkumpul. Sesudah pemberian kode ini selesai kemudian dipelajari untuk disaring kembali.

o Data yang sudah diberi kode serta dipelajari, kemudian disusun kedalam kerangka klasifikasi data.

(59)

3.6. Jadwal Kegiatan

Jadwal kegiatan yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah:

No Kegiatan

Bulan

1 2 3 4 5 6 7 8 9

1 Pra Observasi √

2 Acc Judul √

3 Penyusunan Proposal Penelitian √ √ √

4 Seminar Proposal √

5 Revisi Proposal √

6 Penelitian ke Lapangan √ √

7 Pengumpulan Data dan Analisa Data √

8 Bimbingan Skripsi √ √ √

9 Penulisan Laporan Akhir √ √

(60)

3.7. Keterbatasan Penelitian

Dalam menyelesaikan penelitian ini, peneliti menghadapi beberapa kendala-kendala antara lain:

1. Peneliti tidak mendapatkan surat pengantar dari I homecshooling untuk dapat melakukan wawancara dengan orang tua dan anak-anak yang mengikuti pendidikan homeschooling dengan alasan peneliti harus dapat menyakinkan orangtua yang anak-anaknya mengikuti pendidikan homeschooling itu sendiri. 2. Pada saat melalukan sesi wawancara dengan informan kunci yaitu orangtua yang

anak-anaknya mengikuti pendidikan homeschooling dan anak-anak yang mengikuti pendidikan homeschooling, peneliti harus mengikuti kegiatan informan kunci dan harus menunggu lama karena keberadaan orangtua homeschooling dan anak-anaknya berpindah-pindah tempat. Selain itu para informan kunci memberikan beberapa syarat diantaranya peneliti harus membuat nama samaran dari informan kunci dan informan biasa untuk dapat menjaga identitas diri informan.

(61)

BAB IV

Profil Informan dan Temuan Data

Keluarga Wawan dan Mira

(62)

dengan fasih dan lancar,begitu juga dengan saudara-saudaranya. Kemahiran ibu Mira dan saudara-saudaranya dalam membaca dan mengenali warna tidak terlepas dari peran orang tuanya yang sangat memperhatikan pertumbuhan anak-anaknya. Hal ini juga tidak terlepas dari asupan gizi dan makanan yang dikonsumsi anak-anaknya. Selain itu kedua orangtua Bu Mira selalu memberikan multivitamin kepada putra dan putrinya untuk mendukung perkembangan otak anak-anaknya.

”...Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam keluarga kami, kedua orang tua kami sangat mengutamakan pendidikan buat anak-anaknya, begitu juga dengan saya dan suami terhadap anak-anak kami, sejak saya kecil orang tua saya memberikan pendidikan kepada kami anak-anaknya mulai dari pemaham pengetahuan umum, hingga pengembangan bakat dan minat kami. Sejak kecil saya paling senang menyanyi jadi kedua orang tua saya memberikan kebebasan kepada kami dalam berkarya, semua fasilitas yang kami butuhkan selalu disediakan. Orang tua kami sering berkata kepada kami anak-anaknya bahwa ilmu pengetahuan tidak akan pernah mati, dan kemanapun kita pergi akan tetap dapat bertahan hidup apabila kita mempunyai keahlian dan kemampuan. Jadi ilmu pengetahuan tidak akan pernah mati...” (Wawancara di rumah ibu Mira,7 januari 2010)

(63)

aneh kepadanya. Hal itu terjadi karena dia warga negara Indonesia, padahal pengetahuan yang dimilikinya tidak kalah dengan anak-anak lain di Sekolah tersebut. Dari kejadian itu dia melanjutkan pendidikannya di rumah saja. Kedua orangtuanya memilih sekolah rumah untuk anak-anaknya termasuk Ibu Mira sendiri, sekolah rumah atau yang dikenal homeschooling itu memberikan banyak pengetahuan dan masukan dalam perkembangan anak-anaknya. Mereka sekeluarga menetap di luar negeri hanya 4 tahun setelah itu mereka pindah kembali ke Indonesia, hal ini yang membuat kedua orang tuanya berpikir kembali tentang pendidikan yang harus di jalani anak-anaknya.

”...Sebenarnya setelah saya pindah ke Indonesia saya sudah malas sekolah karena saya memulai dari awal lagi, saya masuk sekolah menengah atas kelas 1 di Jakarta tepatnya di sekolah menengah pertama muhamadiah, kedua orang tua saya sangat memperhatikan pendidikan agama kami, padahal saya ingin sekali masuk di sekolah negeri di Jakarta. Karena mengingat kami berada di luar negeri selama 4 tahun orang tua saya takut apabila saya dan saudara-saudari saya kehilangan pengetahuan agama apalagi pengetahuan agama yang diberikan orang tua di rumah tidak terlalu cukup untuk bekal kami di masa mendatang. Tidak ada satupun orang tua yang ingin anaknya terjerumus ke dalam lembah nista yang dapat menyesatkan anaknya. Itulah yang menjadi pola pikir orang tua terhadap pendidikan agama kami anak-anaknya, sehingga pada saat saya menginjak kelas 1 Sekolah Menengah Atas saya di masukkan ke sekolah agama ...”(Wawancara Januari 2010)

(64)
(65)

Berkat bantuan dari teman-teman dan kedua orangtua ibu Mira akhirnya mereka mengerti bahwa itu merupakan satu tindakan yang dilakukan seseorang untuk mendapatkan kembali kasih sayang yang utuh dari kedua orangtuanya. Akhirnya dengan penjelasan yang mudah dimengerti oleh radit, maka raditpun mulai mengerti bahwa Bella adalah adiknya yang harus disayangi dan dicintai, karena mereka berdua merupakan buah cinta kedua orangtuanya yang akan mendapatkan perlakuan yang sama, kasih sayang yang sama.

”...Saya sempat bingung dan tidak tahu harus berbuat apa, karena setelah anak kedua kami lahir yang kami beri nama Bella, Radit abangnya selalu bertingkah yang aneh-aneh membuat saya dan suami pusing, berkat bantuan teman-teman saya dan kedua orang tua saya, akhirnya saya mengerti harus berbuat apa kepada radit, ternyata hal itu terjadi karena ketakutan radit akan kehilangan kasih sayang dari kami, akhirnya saya dan suami menjelaskan kepadanya bahwa kami berdua tidak akan berubah kepada radit karena radit anak bunda yang paling bunda sayangi, makanya radit juga harus sayangi bella karena bella adik kandung radit, abangkan sudah besar jadi kalo abang sayang sama bunda, abang juga harus sayang sama adik bella. Hal itu setiap hari saya katakan dan akhirnya dia mengerti dan merasakan bahwa kasih sayang kami berdua tidak berubah kepadanya bahkan kami makin menyanyanginya, diapun mulai bertingkah yang baik dan sopan, dia kelihatan seperti anak dewasa yang melindungi adiknya. Kami jadi lega dan senang karena radit ternyata sudah dapat mengerti apa yang kami maksudkan...” (Wawancara Januari 2010)

(66)

membuat ibu mira takut apabila anaknya mendapatkan pendidikan yang banyak diminati orang saat ini. Padahal play group dan taman bermain sangat banyak di kota Medan, bahkan anak-anak yang mengikuti pendidikan di tempat tersebut pun sangat ramai dan bervariasi mulai dari umur 2 tahun hingga 7 tahun, dan fasilitas yang disediakan sangat beragam, namun tetap saja dia lebih memilih homeschooling untuk pendidikan anaknya. Awalnya itu merupakan pilihan yang sulit karena dia juga mengkhawatirkan, apakah nanti anaknya dapat bermain dengan teman-teman sebayanya dan mampukah anaknya bergaul dengan orang lain dan apakah ini tidak akan mengganggu tumbuh kembang anak-anaknya, pertanyaan itu selalu terlintas di benaknya.

(67)
(68)
(69)

bahasa),sarana dan prasarana, dan jadwal pembelajaran. Komitmen penyelenggaraan orang tua dan komunitasnya 50:50. Alasan memilih komunitas homeschooling antara lain:

• Terstruktur dan lebih lengkap untuk pendidikan akademik, pembangunan akhlak

mulia dan pencapaian hasil belajar.

• Tersedia fasilitas pembelajaran yang baik, misalnya bengkel kerja, laboratorium

alam, perpustakaan, laboratorium IPA/bahasa, auditorium, fasilitas olahraga dan kesenian.

• Ruang gerak sosialisasi peserta didik lebih luas tetapi dapat dikendalikan.

• Dukungan lebih besar karena masing-masing bertanggung jawab untuk saling mengajar sesuai keahlian masing-masing.

• Sesuai untuk anak usia diatas sepuluh tahun.

• Menggabungkan keluarga yang tinggal berjauhan melalui internet dan alat

(70)

”...Awalnya saya memilih bentuk homeschooling tunggal buat anak-anak saya, namun setelah saya mengetahui banyak keuntungan yang dapat di terima dari homeschooling komunitas membuat saya lebih memilih homeschooling komunitas, selain dapat membantu saya dalam membimbing anak-anak saya, kami juga dapat bertukar kurikulum pendidikan dan bahan ajar yang dibutuhkan...”(Wawancara Januari 2010)

Sejak keluarga ibu Mira memilih homeschooling buat anak-anaknya dia merasa permasalah yang dihadapinya dalam mendidik anak-anaknya mendapatkan solusi yang baik. Anaknya tumbuh sebagai anak yang sopan, ramah, pandai bergaul dan memiliki banyak teman, walaupun dia tidak mengikuti pendidikan di sekolah formal. Cara yang dilakukan anaknya untuk bergaul dengan teman-teman yang ada di sekitar rumahnya adalah dengan bermain bersama dengan teman yang ada di sekitar rumah, mengikuti les musik, sehingga dapat bermain dengan teman-teman yang ada di tempat les tersebut, selain itu setiap minggu keluarga mereka berlibur dengan komunitas homeschooling lainnya. Jadi dia tetap dapat bersosialisasi dengan anak-anak sebaya bahkan yang lebih dewasa dari dirinya.

(71)

Ternyata anak-anak yang mengikuti pendidikan homeschooling juga dapat bersosialisasi dan memiliki teman yang banyak dan mereka juga dapat bergaul dengan siapa saja, bahkan anak-anak homeschooling dapat bergaul dengan siapa saja baik yang sebaya maupun yang lebih dewasa dari dirinya.

”...Banyak pertanyaan yang muncul dari tetangga ibu Mira siapa yang paling berperan penting dalam menjalankan homeschooling? Ibu mira menjawab bahwa setiap anggota keluarga memegang peranan penting dalam homeschooling anak-anak saya juga harus berperan penting dalam menjalankan homeschooling ini, jadi harus ada kerjasama antara anak dan orangtua agar homeschooling ini dapat berjalan dengan lancar dan sesuai dengan yang kita inginkan homeschooling ini ibarat sejumlah kuntum bunga aneka warna dalam keluarga yang mekar bersama...”(Wawancara Januari 2010)

Keluarga ibu Mira mencoba memberikan penjelasan kepada lingkungan baik lingkungan keluarga maupun tetangga bahwa homeschooling ini adalah salah satu bentuk alternatif di dalam pendidikan. Kegiatan belajar dalam bentuk homeschooling ini dilindungi oleh undang-undang dan diakui secara resmi oleh Pemerintah Republik Indonesia dalam hal ini melalui Menteri Pendidikan Nasional yang juga mendukung adanya pendidikan homeschooling.

(72)
(73)

Asyiknya Ber-Homeschooling

Oleh Radit

Homeschooling itu belajarnya lebih menyenangkan dan lebih bisa dimengerti. Kita bisa belajar di mana saja, bersama siapa saja, dan dengan apa saja. Di mana saja itu misalnya, belajarnya bisa di dapur, di taman, di kolam renang, dan di tempat-tempat lain. Di tempat-tempat-tempat-tempat itu, kita bisa belajar memasak, berkebun, berenang, dan masih banyak lagi.

Kalau tentang guru, kita bisa belajar sama siapa saja. Kalau aku biasanya bisa belajar sama ayah, bunda, adik, kakak, atau bisa juga sama pembantu.

Tetapi, aku lebih sering belajar sama bunda, karena ayah agak sibuk. Kalau ayah dan bunda sedang pergi, aku bisa belajar sama pembantu atau berdua sama adikku.

Aku juga suka belajar sendiri. Biasanya aku belajar dari internet, buku, dan kadang-kadang dari televisi. Aku suka lihat berita-beritanya di televisi. Walaupun aku sekolah di rumah, aku juga tetap dapat banyak teman. Dan aku bisa dapat banyak teman dari sahabat pena, klien ayah, tempat les musikku, teman rumah, dan lain-lain.

(74)

Selain menilai pendidikan anak-anaknya, ibu Mira juga melakukan Evaluasi, adapun cara-cara yang dilakukannya salah satunya adalah mengenalkan anak-anak dengan model tes yang akan mereka hadapi saat mengikuti ujian SD (Paket A), SMP (Paket B), SMA (Paket C). Berikut ini adalah tips untuk memperkenalkan anak dengan model Evaluasi/ujian akademik dengan model sekolah.

Homeschooling, ada jadwalnya juga lho. Jadwalnya kita buat sendiri, tetapi tetap dibantu oleh ayah dan bunda. Di tahun 2010 ini, aku sudah membuat jadwal. Setiap harinya aku melakukannya sesuai jadwal. Misalnya aku buat jadwal seperti:

Jam 15.00: Siap-siap Les Musik

Jam 16.00: Berangkat ke tempat les Musik

Jam 17.00: Mulai les Musik

(75)

Mengacu pada Kurikulum

Berangkatlah dari kurikulum sebagai gambaran besar pencapaian-pencapaian akademis yang harus dicapai oleh anak. Kurikulum menjelaskan tentang cakupan materi yang harus dikuasai pada jenjang tertentu dan semakin tinggi jenjangnya akan semakin luas dan dalam cakupannya. Dengan berangkat dari kurikulum, anak tidak hanya belajar untuk lulus tes (learn to-test), tetapi karena memang ada sasaran-sasaran pelajaran yang hendak diraihnya. Evaluasi ini sering dilakukan ibu Mira pada radit karena mengingat usia dia yang sudah 7 tahun, hampir setiap bulan evaluasi cara ini yang dilakukannya karena metode pendidikan yang diberikannya kepada anaknya adalah school at- home. Di mana kegiatan belajar mengajar yang terjadi sama seperti kegiatan belajar mengajar di sekolah, yang membedakannya hanyalah tempat belajarnya.

Buku Sekolah

Untuk proses belajar, anda dapat menggunakan bahan apa saja, mulai buku, audio-visual, proyek, dan sebagainya. Untuk keperluan evaluasi, belilah buku PR atau buku tes sesuai mata pelajaran yang akan diujikan. Ibu Mira menggunakan buku-buku yang sama seperti buku anak yang melakukan pendidikan formal, ibu Mira memberikan materi dan bahan ajar yang sama dengan sekolah formal. Dia mendapatkan buku-buku tersebut dari perpustakaan, toko buku, dan bahkan sekolah-sekolah.

Sepakati Tes dan Periode Tes

(76)

mengadakan tes. Tetapi jangan terlalu longgar juga sehingga tes baru diadakan menjelang ujian. Hindari persiapan mendadak agar Anda dan anak Anda memiliki waktu untuk memperbaiki pengusaan materi-materi yang dirasa kurang. Tes dilakukannya setiap tiga bulan sekali, agar anak tiga jenuh tetapi tetap dapat terkontrol, sampai di mana kemampuannya, dan di mana kekurangannya. Hal ini sangat penting dilakukan untuk mengetahui perkembangan anak. Sehingga si anak tidak ketinggalan dengan anak-anak yang lain.

Uji Performa melalui Tes

Buat jenjang-jenjang tes, misalnya tes kecil dan tes besar. Tes kecil dalam periode lebih sering daripada tes besar, akan tetapi dengan cakupan yang lebih sedikit. Sementara tes besar menjadi semacam ujian komprehensif terhadap apa-apa yang sudah dipelajari selama enam bulan atau satu tahun. Dalam pengenalan mengenai tes akademik, anak perlu tahu belajar bahwa ada penguasaan materi yang akan diujikan dan jangka waktu penyelesaian yang harus ditaati.

Tes Akademik Bukan Segalanya

(77)

BAB V

Keluarga Ari dan Nisma

Informan kedua adalah keluarga pak Ari dan Ibu Nisma, mereka adalah pasangan suami istri yang tinggal di jalan sei petani Medan, pak Ari adalah seorang wiraswasta dan ibu Nisma adalah ibu rumahtangga. Usia pak Ari sekarang 40 tahun dan istrinya 35 tahun. Mereka memiliki dua orang anak, anak pertamanya bernama Siti dan anak keduanya bernama lily. Anak mereka berdua berjenis kelamin perempuan. Pak Ari adalah anak tunggal, dia tidak memiliki saudara, begitu juga dengan ibu Nisma dia juga anak tunggal di keluarganya. Pak Ari dibesarkan oleh keluarga yang berkecukupan, sedangkan Ibu Nisma dibesarkan oleh keluarga yang pas-pasan. Awal yang tidak mengenakkan, sewaktu ibu Nisma masih duduk di bangku SMP, dia pernah diculik, alasan dan modus apa sampai sekarang dia dan keluarga tidak mengetahui tapi kejadian itu menimbulkan trauma yang dalam kepadanya sampai sekarang. Ibu Nisma yang hanya lulusan SMA,ingin melanjutkan pendidikannya ke jenjang perguruan tinggi, dia tinggal di rumah saudaranya, namun lagi-lagi kejadian yang tidak mengenakkan terjadi kembali kepadanya, kali ini dia tidak diculik tapi ingin diperkosa oleh saudaranya yaitu sepupunya sendiri. Rasa ketakutan selalu menghantuinya, dan akhirnya kedua orangtuanya membawanya ke psikiater karena trauma itu tidak pernah dapat hilang dalam benaknya.

(78)

menenangkan jiwa saya. Saya sangat takut kejadian ini menimpah kedua putri saya sehingga saya selalu membatasi pergaulan anak-anak saya...” (Wawancara Februari 2010)

Ibu Nisma menikah pada usia 25 tahun, pertemuan ibu Nisma dengan suaminya adalah karena hasil dari perjodohan, orangtua ibu Nisma adalah sahabat dari orangtua pak Ari. Pada acara pesta mereka bertemu kembali dan bercerita tentang anak-anaknya. Pada saat itu ibu Nisma selalu ikut ke manapun kedua orangtuanya pergi. Jadi langsunglah terjadi perjodohan. Sekitar setahun kemudian ibu Nisma dan pak Aripun menikah, saat itu ibu Nisma merasa sangat bahagia. Namun terkadang kejadian pahit di masa lalu sering teringat olehnya, tidak lama menikah ibu Nisma hamil dan melahirkan anak pertama mereka yang di beri nama Siti Maysarah, mereka sangat senang, tapi kecemasan muncul di dalam pikiran ibu Nisma. Dia takut hal di masa lalu menimpah putri kesayangannya itu. Sejak mengandung dia berharap anak yang ada dikandungannya itu laki-laki, tapi ternyata anaknya perempuan. Begitu siti berusia 2 tahun, orangtua mendidiknya dengan basic agama yang kuat dan siti hanya diperbolehkan bergaul dengan teman-teman yang dikenal orangtuanya. Setelah umur 5 tahun siti bersekolah di sekolah formal. Tetapi ketakutan ibunya selalu membuat siti untuk takut bergaul dengan teman-temannya.

(79)

guru yang baik untuk siti anaknya, padahalkan orangtuanya hanya lulusan SMA saja. Dari bantuan teman-temannya akhirnya mereka di kenalkan dengan i homeschooling.

Banyak orangtua yang sering bingung dan bertanya-tanya untuk dapat menjadi guru yang baik bagi anak-anaknya, seharusnya hal ini tidak perlu terjadi karena pada dasarnya setiap orangtua di dunia memiliki bakat dan kemampuan alami sebagai guru yang sangat profesional bagi putra-putrinya sendiri. Lihat saja bagaimana orangtua mengajarkan anak-anaknya berbagai hal dan kemampuan sejak anak-anaknya masih bayi. Mulai dari kemampuan tengkurap, duduk, berdiri, berjalan, berbicara, bernyanyi, bertingkah laku dengan sopan dan santun, dan sebagainya. Bukankah itu semua hasil didikan yang diberikan secara alamiah oleh para orangtua masing-masing dari setiap anak-anak di dunia. Inilah kata-kata yang di sampaikan ibu Komariah pimpinan i homeschooling.

(80)

membuat desain, melakukan kegiatan sosial bersama ayahnya mengamati perilaku adik-adiknya dan sebagainya. Selain itu ketakutan ibunya membuat kedua orangtuanya mencari informasi melalui berbagai sumber akhirnya mereka melihat peluang adanya kegiatan belajar di rumah yang dikenal dengan isilah homeschooling. Di dalam negeri sendiri juga ternyata dikenal dengan adanya pendidikan kesetaraan yang memungkinkan anak tetap dapat memperoleh ijazah melalui ujian nasional kesetaraan, dan anak-anak dapat bebas berkreasi tanpa dibatasi oleh empat dinding sekolah yang menakutkan mereka.

Pengalaman ini membuat mereka terus mempelajari berbagai peraturan di Indonesia mengenai legalitas homeschooling. Salah satu sumber yang kemudian semakin menguatkan tekat mereka mengembangkan metode homeschooling untuk Siti adalah pasal 27 dari UU No. 23 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional yang intinya menyatakan bahwa jalur pendidikan informal dalam keluarga diakui sama dan setara dengan jalur pendidikan nonformal maupun formal, setelah siswa memgikuti ujian kesetaraan. Melihat kegembiraan siti mengikuti homeschooling, membuat kedua orangtuanya sangat senang dan kekhawatiran ibunyapun sedikit demi sedikit menghilang dan ibunya merasa bahwa homeschooling dapat menjadi solusi dari permasalahan yang dihadapi kedua orangtuanya.

(81)

bermain dengan teman-temannya seperti anak-anak yang lainnya. Kelebihan yang saya rasakan anak saya jadi dapat berkreasi sendiri, bakat yang dimilikinya mulai terlihat dan kami sebagai orangtua selalu memfasilitasi semua kebutuhan anak saya. Apabila saya mendapat kesulitan dalam mendidik siti, saya langsung menghubungi i homeschooling untuk memberikan bantuan kepada saya, seperti guru bantu, bahan ajar yang lebih mudah dimengerti, dan saran-saran buat saya agar saya dapat menghilangkan kejenuhan belajar pada anak saya. Selain anak saya yang belajar, sayapun juga belajar memahami dan mengerti kebutuhan anak-anak saya, agar proses belajar yang dilaksanakan berjalan dengan lancar dan baik. Sehingga anak-anak juga tidak merasa terbebani oleh tugas-tugas dan kegiatan-kegiatan yang dilakukannya, saya ingin menciptakan suasana belajar yang tenang dan mengasikkan,bukan suasana belajar yang menakutkan. Inilah kelebihan homeschooling yang saya rasakan.seperti kata orang bijak orang-orang dari segala usia sebenarnya dapat belajar apa saja jika mereka melakukannya dengan gaya unik mereka, dengan kekuatan pribadi mereka sendiri...”(Wawancara Februari 2010)

(82)

selesai anak diminta untuk menuliskan berikut komentar dan analisisnya. Bentuk pembelajaran lain adalah anak diajak untuk berkreativitas dengan karton atau dus bekas yang hendak di buang. Barang-barang itu kemudian dibuat menjadi aneka benda yang bermakna seperti tempat pensil, vas bunga, tempat sendok makan, dan sebagainya.

Cara ini menurut mereka merupakan cara untuk menghindari cara belajar yang formal dan kaku yang sering dijumpai anak-anak selama ini. Standar isi kurikulum Depdiknas hanya berfungsi sebagai garis pedoman saja, selanjutnya adalah terpeluang pada upaya pengembangan secara kreatif anak-anak itu sendiri. Di sini ternyata anak tidak hanya berperan sebagai murid, namun dapat pula sebagai guru yang mengajarkan pengetahuannya kepada anak lain atau juga kepada orangtuanya sendiri. Inilah uniknya homeschooling dengan metode unschooling. Apabila hal-hal tersebut dapat dijalankan secara tepat, maka hasilnya adalah terciptanya anak-anak yang senang belajar, menjalankan aktivitas pembelajaran dengan motivasi internal yang kuat, sangat kreatif serta mampu menguasai materi pelajaran secara lebih efektif.

”...Siti anak pertama saya memiliki kemampuan sosial yang lebih baik karena telah belajar terjun ke dalam kehidupan nyata pada masa-masa usia sekolahnya di homeschooling, dalam suasana belajar yang menyenangkan. Misalnya, dia ikut ayahnya ke Nangroe Aceh Darussalam sebanyak emapat kali dan ke pulau Nias sebanyak satu kali dia pernah ikut mengunjungi Maluku untuk berbagi kegiatan sosial...”(Wawancara Februari 2010)

(83)

menemukan berbagai gagasan cemerlang, menyerap pengalaman-pengalaman berharga serta membangun informasi sebagai pengalaman-pengalaman baru yang tidak terlupakan.

”...Kami menggunakan pendidikan di rumah sebagai pelengkap bagi pendidikan di sekolah untuk menggali berbagai minat yang dimiliki anak-anak dan berusaha agar rasa ingin tahu mereka tetap hidup, dengan mendorong individu untuk mengikuti minat mereka dan belajar dengan cara terbaik mereka, anak-anak yang mendapat pendidikan di rumah cenderung belajar dari kekuatan mereka dan tidak berfokus pada kelemahan mereka...”(Wawancara Februari 2010)

Di dalam pelaksanaan homeschooling orangtua memegang peranan penting yaitu sebagai fasilitator, bukanlah yang berceramah panjang lebar yang kemudian sering sekali hanya masuk telinga kiri dan keluar telinga kanan sang anak, tetapi juga sebagai sahabat anak yang ikut membantu mempersiapkan berbagai hal atau mendampingi anak-anak pada saat seorang anak membutuhkan teman untuk berbagi. Pada saat anak berusia balita, sering dikatakan bahwa mereka pada puncak kreativitasnya yang tertinggi karena mampu belajar dengan menggunakan intuisinya. Namun begitu masuk sekolah formal sering terjebak dalam sistem pendidikan akademik yang hanya mengedepankan penggunaan belahan otak kirinya, hal ini yang tida

Gambar

Tabel I
Gambar 1
Gambar 2
Gambar 3
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa model discovery learning praktis, efektif, dan memiliki ukuran pengaruh yang besar dalam meningkatkan keterampilan berpikir

1) Monitoring application, merupakan sebuah antarmuka bagi administrator jaringan yang berfungsi mengambil informasi lalu lintas paket data dari Monitor,

Hasil yang diperoleh berupa tabel dan grafik yang menggambarkan hubungan karakteristik geser tekan, lentur, impak, serapan air, konduktivitas panas, densitas terhadap fraksi

Sehubungan dengan telah dilakukan Evaluasi Dokumen Kualifikasi untuk penawaran paket pekerjaan tersebut diatas yang saudara tujukan kepada Kelompok Kerja (POKJA)

Setelah mendapatkan data dari hasil identifikasi, tahap selanjutnya adalah pengolahan data dengan model House of Risk yaitu matriks yang digunakan untuk menentukan

[r]

Dengan nilai VSWR tersebut, antena mikrostrip akan dapat menangkap frekuensi access point yang bekerja pada frekuensi 2.4 GHz dengan baik.

Didapatkan penurunan sampai dengan 90,244 % yakni pada 60 ml PAC 1 % pada 1 liter limbah laundry.Menurut Ali Masduqi dan Agus Slamet (2000) bahwa penyisihan