Andrey Pranata : Novel Orang-Orang Proyek Karya Ahmad Tohari: Analisis Sosiologi Sastra, 2009.
NOVEL ORANG-ORANG PROYEK KARYA
AHMAD TOHARI: ANALISIS SOSIOLOGI
SASTRA
SKRIPSI
OLEH
ANDREY PRANATA
050701036
DEPARTEMEN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS SASTRA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
Andrey Pranata : Novel Orang-Orang Proyek Karya Ahmad Tohari: Analisis Sosiologi Sastra, 2009.
NOVEL ORANG-ORANG PROYEK KARYA AHMAD TOHARI:
ANALISIS SOSIOLOGI SASTRA
SKRIPSI
OLEH
ANDREY PRANATA 050701036
Skripsi ini diajukan untuk melengkapi persyaratan mengikuti ujian skripsi dan telah disetujui oleh:
Pembimbing I, Pembimbing II,
Dra. Nurhayati Harahap, M.Hum. Drs. Isma Tantawi, M.A.
NIP 131676481 NIP 131570496
Departemen Sastra Indonesia Ketua,
Andrey Pranata : Novel Orang-Orang Proyek Karya Ahmad Tohari: Analisis Sosiologi Sastra, 2009.
NOVEL ORANG-ORANG PROYEK KARYA AHMAD TOHARI:
ANALISIS SOSIOLOGI SASTRA
ABSTRAK
Andrey Pranata : Novel Orang-Orang Proyek Karya Ahmad Tohari: Analisis Sosiologi Sastra, 2009.
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah Swt atas segala rahmat-Nya yang telah
memberikan semangat dan kekuatan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Dari awal sampai akhir penyelesaian skripsi ini, penulis mengalami kesulitan-kesulitan yang disebabkan kurangnya bahan-bahan, kemampuan
dan pengalaman.
Skripsi ini berjudul Novel Orang-Orang Proyek Karya Ahmad Tohari: Analisis Sosiologi Sastra. Skripsi ini diajukan guna memenuhi salah satu syarat
dalam menempuh ujian sarjana bidang Ilmu Sastra Indonesia di Fakultas Sastra, Universitas Sumatera Utara.
Terima kasih penulis ucapkan kepada:
1. Bapak Drs. Wan Syaifudin, M.A., Ph.D., Dekan Fakultas Sastra Universitas
Sumatera Utara.
2. Ibu Dra. Nurhayati, M.Hum. sebagai pembimbing I dan Bapak Drs. Isma
Tantawi, M.A. sebagai pembimbing II, yang telah memberikan petunjuk dan
saran yang berguna serta dorongan untuk menyelesaikan skripsi ini.
3. Seluruh dosen pengajar, khususnya Bapak Drs. Asrul Siregar, M.Hum., sebagai dosen wali yang selalu memberikan dorongan selama penulis
mengikuti perkuliahan di Fakultas Sastra, Universitas Sumatera Utara.
4. Keluargaku (Ayah Edi Bambang dan Ibunda Suarti Sinaga tercinta serta
Andrey Pranata : Novel Orang-Orang Proyek Karya Ahmad Tohari: Analisis Sosiologi Sastra, 2009.
pernah lupa memberi dorongan dan memanjatkan doa kepada Allah Swt untuk
keberhasilan penulis.
5. Kepada perempuan yang paling spesial di hatiku, Sepratih Surbakti, yang
selalu memotivasi penulis untuk cepat menyelesaikan skripsi, yang selalu menjadi inspirasi penulisan skripsi penulis, dia cahaya penerang langkahku selamanya.
6. Teman-teman Sasindo berbagai stambuk dan khususnya stambuk 2005 yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu yang telah banyak membantu,
memberikan semangat, dan dorongan kepada penulis selama penulisan skripsi ini.
Mudah-mudahan skripsi ini berguna bagi pembaca dan dapat membangkitkan
minat untuk membicarakan ilmu sastra lebih dalam.
Medan, Maret 2009
Andrey Pranata : Novel Orang-Orang Proyek Karya Ahmad Tohari: Analisis Sosiologi Sastra, 2009.
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian...4
1.3.1 Tujuan Penelitian...4
1.3.2 Manfaat Penelitian...5
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA...6
2.1 Konsep...6
2.2 Landasan Teori...8
2.3 Tinjauan Pustaka...12
BAB III METODE PENELITIAN...14
3.1 Metode dan Teknik Pengumpulan Data...14
3.2 Teknik Analisis Data...18
3.2.1 Bahan Analisis...19
BAB IV PENDEKATAN STRUKTUR TERHADAP NOVEL ORANG-ORANG PROYEK KARYA AHMAD TOHARI...20
4.1 Tema...20
4.2 Alur...24
4.3 Penokohan...37
4.4 Latar...47
BAB V ANALISIS SOSIOLOGI SASTRA TERHADAP NOVEL ORANG-ORANG PROYEK KARYA AHMAD TOHARI...53
5.1 Nilai Budaya...53
5.2 Nilai Politik...57
5.3 Nilai Percintaan...61
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN...65
6.1 Kesimpulan...65
6.2 Saran...66
DAFTAR PUSTAKA
Andrey Pranata : Novel Orang-Orang Proyek Karya Ahmad Tohari: Analisis Sosiologi Sastra, 2009.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Masalah
Sebuah karya sastra tercipta berdasarkan imajinasi pengarang. Suatu hal yang tidak dapat dipungkiri adalah suatu kenyataan bahwa seorang pengarang itu
senantiasa hidup dalam suatu ruang dan waktu tertentu. Di dalamnya, ia akan senantiasa terlibat dengan berbagai permasalahan. Jabrohim (2001: 167) mengatakan
bahwa dalam bentuk yang paling nyata, ruang, dan waktu tersebut adalah masyarakat atau kondisi sosial, tempat berbagai pranata nilai di dalamnya berinteraksi. Dengan kata lain, konteks ini menyatakan bahwa suatu karya sastra bukanlah suatu karya
yang bersifat otonom, berdiri sendiri, melainkan suatu yang terikat erat dengan situasi dan kondisi lingkungan tempat karya itu diciptakan.
Sebuah karya sastra merupakan proses kreatif seorang pengarang terhadap realitas kehidupan sosial pengarangnya. Suatu karya sastra dapat dikatakan baik apabila karya sastra tersebut dapat mencerminkan zaman serta situasi dan kondisi
yang berlaku dalam masyarakatnya. Sumardjo dan Saini K. M. (1991: 9) mengatakan bahwa karya sastra yang baik juga biasanya memilki sifat-sifat yang abadi dengan
memuat kebenaran-kebenaran hakiki yang selalu ada selama manusia masih ada. Wellek dan Waren (1984: 276) mengatakan bahwa karya sastra adalah hasil ciptaan pengarang yang menggambarkan segala peristiwa yang dialami masyarakat di
Andrey Pranata : Novel Orang-Orang Proyek Karya Ahmad Tohari: Analisis Sosiologi Sastra, 2009.
yang mendramatisasikan hubungan-hubungan antarmasyarakat berdasarkan
pengalaman dan pengamatannya terhadap kehidupan. Namun, hal itu dilakukan secara selektif dan dibentuk sesuai dengan tujuannya sekaligus memasukkan unsur
hiburan dan penerangan terhadap pengalaman hidup manusia. Betapa pun saratnya pengalaman dan permasalahan kehidupan yang ditawarkan, sebuah karya fiksi haruslah tetap merupakan cerita yang menarik. Tentu saja karya sastra harus bersifat
menarik, sastra harus memiliki struktur dan tujuan estetis, koherensi keseluruhan, dan efek tertentu.
Damono (2002: 1) menyatakan bahwa karya sastra diciptakan sastrawan untuk dinikmati, dipahami, dan dimanfaatkan masyarakat. Sastrawan itu sendiri adalah masyarakat, ia terikat oleh status sosial tertentu. Sastra adalah lembaga sosial yang
menggunakan bahasa sebagai medium; bahasa itu sendiri merupakan ciptaan sosial. Sastra menampilkan gambaran kehidupan dan kehidupan itu sendiri adalah suatu
kenyataan sosial. Bagaimanapun juga, peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam batin seseorang, yang sering menjadi bahan sastra, adalah pantulan hubungan seseorang dengan orang lain atau masyarakat.
Berdasarkan beberapa uraian di atas disimpulkan bahwa sastra merupakan penafsiran kehidupan. Proses pengungkapan realita yang dilakukan pengarang di
dalam karya sastranya, tidak terlepas dari berbagai faktor yang secara sadar atau tidak sadar turut mempengaruhi ide, visi atau sikap pengarang. Keseluruhan faktor tersebut berasal dari lingkungan masyarakat yang ditempati pengarang.
Andrey Pranata : Novel Orang-Orang Proyek Karya Ahmad Tohari: Analisis Sosiologi Sastra, 2009.
mengenyam bangku kuliah, yakni di Fakultas Ilmu Kedokteran Ilmu Khaldun, Jakarta
(1967-1970), Fakultas Ekonomi Universitas Sudirman, Purwokerto (1974-1975), dan Fakultas Sosial Politik Universitas Sudirman (1975-1976). Ahmad Tohari pernah
bekerja di majalah terbitan BNI ’46, keluarga dan Amanah. Novel ini berkisah tentang perjalanan hidup seorang insinyur, Kabul, dalam pengerjaan suatu jembatan di suatu desa. Novel ini juga bercerita tentang suatu percintaan yang bergejolak di
suatu proyek pembangunan jembatan. Selain itu, novel ini juga berhasil menggambarkan keadaan dan situasi dalam pengerjaan proyek pembangunan
jembatan.
Dengan alasan di atas, penulis merasa tertarik untuk menganalisis novel ini dari segi sosiologisnya. Selain itu, sepanjang sepengetahuan penulis, novel ini belum
pernah ditelaah oleh siapa pun baik dari segi sosiologis maupun dari segi lainnya.
1.2 Rumusan Masalah
Karya sastra merupakan dunia kemungkinan, artinya ketika pembaca berhadapan dengan karya sastra, maka karya sastra tersebut berhadapan dengan
kemungkinan penafsiran. Setiap pembaca berhak memiliki penafsiran yang berbeda terhadap makna karya sastra. Hal ini terjadi karena sebuah karya sastra mempunyai
sifat khas, seperti: adanya “fiksionalitas”, “ciptaan”, dan “imajinatif” (Wellek dan Warren, 1989: 18-20). Ketiga unsur inilah yang menyebabkan masalah yang luas dan kompleks dalam dunia sastra. Hal ini juga telah memungkinkan beragamnya teori dan
Andrey Pranata : Novel Orang-Orang Proyek Karya Ahmad Tohari: Analisis Sosiologi Sastra, 2009.
Berdasarkan pendapat di atas, penulis akan menganalisis tentang unsur-unsur
yang membangun sebuah karya sastra yang meliputi: alur, penokohan, gaya bahasa, latar, pusat pengisahan, dan tema. Menurut Rachmat Djoko Pradopo (1986:74)
sebuah cerita merupakan sebuah struktur yang terjalin dari unsur-unsur yang berjalin erat. Stanton (1965: 11-12) membagi struktur cerita rekaan menjadi: tema, fakta-fakta cerita, dan sarana-sarana sastra. Menurut Saleh Saad dalam Lukman Ali (1967: 120)
berpendapat bahwa unsur-unsur penting dalam sebuah struktur cerita ialah alur, penokohan, latar, dan pusat pengisahan. U.U. Hamidy (1983: 14) mengatakan bahwa
jika kita lihat sistematika bangunan karya fiksi, kita akan melihat beberapa bagian yang membentuknya. Di antara bagian-bagian itu yang sangat penting peranannya ialah tema, perwatakan, alur dan tempat kejadian, sistematika hubungan antara tokoh,
dan gaya. Namun, mengingat masalah yang ditawarkan oleh dunia sastra terlalu luas maka penulis membatasi penelitian ini ialah:
1. Pada bagian-bagian yang memegang peranan penting dalam tubuh novel
Orang-Orang Proyek, yaitu: latar, alur, penokohan, dan tema;
2. Penelitian ini juga menganalisis nilai-nilai sosial yang terkandung dalam
novel Orang-Orang proyek, seperti: nilai budaya, nilai politik, dan nilai percintaan.
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
Andrey Pranata : Novel Orang-Orang Proyek Karya Ahmad Tohari: Analisis Sosiologi Sastra, 2009.
menyangkut masalah teoritis dan praktis. Hal ini berkaitan dengan latar belakang
penulis sebagai salah seorang masyarakat sastra Indonesia yang bergerak di bidang akademik sastra sehingga penelitian ini dituntut untuk menitikberatkan landasan
ilmiah dalam kegiatan penelitian sastra
Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah,untuk:
a. Menguraikan struktur novel Orang-Orang Proyek yang mencakup tema,
alur, penokohan, dan latar,
b. Menguraikan nilai-nilai sosiologis yang terdapat dalam novel
Orang-Orang Proyek.
1.3.2 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini akan bermanfaat untuk:
a. Memperkaya pengkajian dan pengapresiasian karya sastra Indonesia, b. Memberikan informasi kepada pembaca tentang nilai-nilai sosial yang
terdapat dalam novel Orang-Orang Proyek, dan
Andrey Pranata : Novel Orang-Orang Proyek Karya Ahmad Tohari: Analisis Sosiologi Sastra, 2009.
BAB II
KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep
Agar peneliti dan pembaca mendapatkan gambaran yang jelas mengenai konsep-konsep penelitian. Maka pada subbab ini akan dijelaskan konsep tersebut.
Menurut Malo, dkk (1985: 47) konsep-konsep yang dipakai dalam ilmu sosial walaupun istilahnya sama dengan yang digunakan sehari-hari, namun makna dan
pengertiannya dapat berubah.
Penelitian ini menggunakan beberapa konsep. Konsep ini berfungsi untuk menjadi pedoman atau pendukung bagi penulis. Konsep-konsep itu adalah sebagai
berikut: a. Sosiologi
Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hidup bersama dalam masyarakat dan menyelidiki ikitan-ikatan antarmanusia yang menguasai kehidupan itu. Berdasarkan asal usul katanya sosiologi dapat didefenisikan sebagai berikut:
sosiologi bersal dari bahasa Latin, socius: teman, kawan; social: berteman, bersama, berserikat. Sosiologi bermaksud untuk mengerti kejadian-kejadian dalam masyarakat
yaitu persekutuan, manusia, dan selanjutnya dengan pengertian itu untuk dapat berusaha mendatangkan perbaikan dalam kehidupan bersama. Singkatnya sosiologi ini adalah ilmu masyarakat atau ilmu kemasyarakatan yang mempelajari manusia
Andrey Pranata : Novel Orang-Orang Proyek Karya Ahmad Tohari: Analisis Sosiologi Sastra, 2009.
agamanya, tingkah laku serta keseniannya atau yang disebut kebudayaan yang
meliputi segala segi kehidupannya. b. Sastra
Damono (1978: 1) mengatakan bahwa sastra adalah lembaga sosial menggunakan bahsa sebagai mediumnya dan bahasa itu sendiri merupakan ciptaan sosial.
c. Sosiologi Sastra
Sosiologi Sastra adalah pendekatan sastra dengan mempertimbangkan segi-segi kemasyarakatannya. Segi kemasyarakatannya berhubungan dengan masyarakat
yang berada di sekitar sastra itu baik penciptanya, gambaran masyarakat yang diceritakan itu dan pembacanya.
Menurut Laurenson dan Swingewood (1971) tiga perspektif berkaitan dengan
sosiologi sastra yaitu 1. Penelitian yang memandang karya sastra sebagai dokumen sosial yang di dalamnya merupakan refleksi situasi pada masa sastra tersebut
diciptakan, 2. penelitian yang mengungkapkan sastra sebagai cerminan situasi sosial penulisnya, dan 3. penelitian yang menangkap sastra sebagai manifestasi peristiwa sejarah dan keadaan sosial budaya.
d. Karya Sastra
Wellek dan Warren (1984: 276) mengatakan bahwa karya sastra adalah hasil
Andrey Pranata : Novel Orang-Orang Proyek Karya Ahmad Tohari: Analisis Sosiologi Sastra, 2009. e. Tema
Gorys Keraf (1980: 107) mengatakan bahwa tema adalah suatu amanat utama yang disampaikan oleh penulis lewat karangannya. Sedangkan menurut Sulastin
(1983: 92) tema adalah semacam kesimpulan bahan cerita, karena itu dinyatakan sesingkat-singkatnya.
f. Alur
Menurut U.U. Hamidy (1983: 26) alur suatu cerita atau plot dapat dipandang sebagai pola atau kerangka cerita dari bagian-bagian lain cerita itu disangkutkan
sehingga cerita itu kelihatan menjadi suatu bangunan yang utuh. g. Latar
Latar atau setting ialah segala keterangan mengenai waktu, ruang, dan suasana
terjadinya lakuan dalam karya sastra (Panuti Sudjiman, 1984: 46). h. Penokohan/perwatakan
Menurut Abrams penokohan itu adalah perwatakan yaitu mengenai sifat, tabiat atau perangai tokoh yang terdapat dalam cerita atau drama.
2.2 Landasan Teori
Untuk membahas sebuah karya sastra ada dua macam pendekatan, yaitu
pendekatan intrinsik dan pendekatan ekstrinsik. Pendekatan intrinsik bertolak dari karya itu sendiri. Pendekatan seperti ini disebut sebagai pendekatan struktural. Pendekatan ini memandang karya sastra sebagai satu kesatuan yang utuh. Pendekatan
Andrey Pranata : Novel Orang-Orang Proyek Karya Ahmad Tohari: Analisis Sosiologi Sastra, 2009.
Penelitian ini menerapkan pendekatan intrinsik dengan teori struktural dan
pendekatan ekstrinsik dengan menggunakan teori sosiologi sastra. Penulis menggunakan pendekatan struktural karena untuk memenuhi sebuah cerita diperlukan
analisis struktural sebab pendekatan struktural merupakan tugas prioritas dalam penelitian karya sastra (Teeuw, 1983: 61).
Menurut Abrams (1979: 3-29; 1981: 36-37) dan Teeuw (1984: 50) ada empat
pendekatan terhadap karya sastra, yaitu: (1) pendekatan mimetik yang menganggap karya sastra sebagai tiruan alam (kehidupan); (2) pendekatan pragmatik yang
menganggap karya sastra itu adalah alat untuk mencapai tujuan tertentu; (3) pendekatan ekspresif yang menganggap karya sastra sebagai ekspresi perasaan, pikiran, dan pengalaman penyair (sastrawan); dan (4) pendekatan objektif yang
menganggap karya sastra sebagai suatu yang otonom terlepas dari alam sekitarnya, pembaca, dan pengarang. Maka, yang penting adalah dalam kritik ini adalah karya
sastra itu sendiri, yang dianalisis khusus struktur intrinsiknya.
Penulis juga menggunakan pendekatan struktural karena untuk memahami cerita perlu dianalisis cerita itu secara struktural sebab pendekatan struktural
merupakan tugas prioritas (Teeuw, 1983:61) merupakan pekerjaan pendahuluan dalam penelitian karya sastra. Makna unsur-unsur karya itu hanya dapat dipahami dan
dinilai sepenuhnya atas dasar pemahaman tempat dan fungsi unsur itu dalam keseluruhan karya sastra.
Penulis memilih teori sosiologi sastra karena dengan menggunakan teori ini
Andrey Pranata : Novel Orang-Orang Proyek Karya Ahmad Tohari: Analisis Sosiologi Sastra, 2009.
memfokuskan perhatian kepada segi-segi sosial kemasyarakatan. Pendekatan
terhadap sastra yang mempertimbangkan segi-segi kemasyarakatan oleh beberapa penulis disebut sosiologi sastra. Istilah ini pada dasarnya tidak berbeda pengertiannya
dengan sosiosastra, pendekatan sosiologis atau pendekatan sosiokultural terhadap sastra. Menurut Damono (1984: 3-4) bahwa pendekatan sosiologis ini pengertiannya mencakup berbagai pendekatan, masing-masing didasarkan pada sikap dan
pandangan teoritis tertentu, tetapi semua pendekatan itu menunjukkan satu ciri kesamaan, yaitu mempunyai perhatian terhadap sastra sebagai institusi sosial yang
diciptakan oleh sastrawan sebagai anggota masyarakat.
Sosiologi dan sastra memiliki kesamaan permasalahan yakni sama-sama berurusan dengan manusia. Namun demikian, tidak berarti kedua bidang tersebut
dapat disamakan begitu saja. Seorang sosiolog hanya dapat melihat fakta berdasarkan kenyataan yang terjadi di dalam masyarakat sedangkan seorang sastrawan dengan
kedalaman imajinasinya mampu mengungkapkan keberadaan manusia dalam sebuah kenyataan. Seorang sosiolog hanya mampu mengungkapkan kenyataan dengan apa adanya.
Sosiologi sastra dengan menggabungkan dua disiplin ilmu yang berbeda, sosiologi dan sastra secara harafiah harus didukung oleh dua teori yang berbeda yaitu
teori-teori sastra, di dalam penelitian sastra itu sendiri, karya sastra merupakan objek yang paling dominan sedangkan ilmu-ilmu yang lain hanyalah sebagai ilmu Bantu. Hal ini sesuai dengan pendapat Ratna (2003: 18) yang menyatakan bahwa masalah
Andrey Pranata : Novel Orang-Orang Proyek Karya Ahmad Tohari: Analisis Sosiologi Sastra, 2009.
mendominasi jelas teori-teori yang berkaitan dengan sastra sedangkan teori-teori yang
berkaitan dengan sosiologi berfungsi sebagai komplementer (pelengkap).
Ratna (2003: 18) juga mengatakan bahwa teori-teori sosiologi yang
mendukung analisis adalah teori-teori yang dapat menjelaskan hakikat fakta-fakta sosial, karya sastra sebagai sistem komunikasi, khusus dalam kaitannya dengan aspek-aspek ekstrinsik, seperti: kelompok sosial, status sosial, stratifikasi sosial,
institusi sosial, sistem sosial, interaksi sosial konflik sosial, dan kesadaran sosial, yang semua berhubunagan dengan masyarakat.
Wilayah sosiologi sastra cukup luas. Wellek dan Warren (1984: 111) membagi telaah sosiologis menjadi tiga klasifikasi, yaitu: (1) sosiologi pengarang yakni mempermasalahkan tentang status sosial, ideologi politik, dan lain-lain yang
menyangkut diri pengarang; (2) sosiologi karya sastra yakni mempermasalahkan tentang suatu karya sastra yang menjadi pokok telaah adalah tentang apa yang tersirat
dalam karya sastra tersebut dan apa tujuan atau amanat yang hendak disampaikannya; (3) sosiologi sastra yakni mempermasalahkan tentang pembaca dan pengaruh sosialnya terhadap masyarakat. Jadi, di dalam penelitian ini penulis menelaah
sosiologi karya sastranya.
Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik suatu gambaran bahwa sosiologi
sastra objek penelitiannya adalah manusia dan kehidupan sosialnya. Damono (2002: 18) berpendapat bahwa sosiologi sastra bukan hanya mengacu kepada teori, melainkan juga mendasarkan diri pada pengamatan. Hal tersebut sudah selayaknya
Andrey Pranata : Novel Orang-Orang Proyek Karya Ahmad Tohari: Analisis Sosiologi Sastra, 2009.
Grabster (dalam Damono, 1984: 4-5) juga menjelaskan bahwa karya sastra
tidak akan dapat dipahami secara menyeluruh dan tuntas jika dipisahkan dari budaya masyarakat yang menghasilkannya. Kebudayaan memiliki tujuh unsur, yaitu: 1.
sistem religi dan upacara keagamaan; 2. sistem dan organisasi kemasyarakatan; 3. sistem pengetahuan; 4. bahasa; 5. kesenian; 6. sistem mata pencaharian hidup; 7. sistem teknologi dan peralatan (Koentjaraningrat, 1974).
Dari uraian tentang berbagai teori di atas untuk menganalisis novel Orang-Orang Proyek, teori yang digunakan yaitu sosiologi sastra yang berfokus kepada
sosiologi karya sastra, dapat diketahui mengenai isi atau apa saja yang tersirat dalam novel Orang-Orang Proyek. Dari sosiologi karya sastra itu dapat dilihat fungsi sosial sastranya yaitu nilai-nilai sosial yang terdapat dalam sebuah karya sastra khususnya
novel Orang-Orang Proyek yang akan ditujukan bagi masyarakat pembaca.
2.3 Tinjauan Pustaka
Suatu penelitian maupun hasil penelitian adalah bagian yang tidak terpisahkan dari unsur-unsur lainnya, baik yang berkaitan langsung maupun tidak langsung
dengan permasalahan yang sedang dibahas oleh seorang peneliti atau penulis.
Sebuah karya ilmiah mutlak membutuhkan referensi atau acuan yang
menopang penelitian yang sedang dikerjakannya. Sejauh yang peneliti ketahui, belum ada yang meneliti novel Orang-Orang Proyek dari sosiologi sastranya di Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sumatera Utara. Mahasiswa Jurusan
Andrey Pranata : Novel Orang-Orang Proyek Karya Ahmad Tohari: Analisis Sosiologi Sastra, 2009.
orang jawa dengan analisis sosiologi sastra. Skripsi Diah Trianingrum tersebut lebih
menekankan pokok penelitian ke segi sikap hidup orang jawa dalam novel Orang-Orang Proyek karya Ahmad Tohari, tetapi pada skripsi penulis ini, penulis
menganalisis novel Orang-Orang Proyek dengan analisis sosiologi sastra yang menganalisis nilai-nilai sosial yaitu nilai budaya, politik, dan percintaan yang terdapat di dalam novel Orang-Orang proyek. Pendekatan struktural membantu
penganalisisan sosiologi sastra.
Penelitian dengan memakai analisis sosiologi sastra sudah banyak yang
menelitinya yaitu salah satunya Triana Lili Rahayu Tanjung dengan judul skripsi Analisis Struktural dan Sosiologis terhadap Novel Ayat-Ayat Cinta Karya
Habiburrahman El Shirazy. Hal inilah yang akan menjadi referensi atau acuan untuk
Andrey Pranata : Novel Orang-Orang Proyek Karya Ahmad Tohari: Analisis Sosiologi Sastra, 2009.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Metode dan Teknik Pengumpulan Data
Data dikumpulkan dengan menggunakan metode membaca heuristik dan hermeneutik. Menurut Pradopo (2001: 84), pembacaan heuristik adalah pembacaan
berdasarkan konvensi sistem semiotik tingkat pertama. Pembacaan hermeneutik adalah pembacaan karya sastra berdasarkan sistem semiotik tingkat kedua atau
berdasarkan konvensi sastranya. Pembacaan hermeneutik adalah pembacaan ulang atau retroaktif sesudah pembacaan heuristik dengan memberikan konvensi sastranya.
Selain itu, Pradopo (2001: 84) juga menjelaskan, “Metode membaca heuristik pada cerita rekaan atau novel merupakan pembacaan berdasarkan tata bahasa ceritanya yaitu pembacaan novel dari awal sampai dengan akhir cerita secara berurutan. Cerita yang memiliki alur sorot balik dapat dibaca secara alur lurus. Hal ini dipermudah dengan dibuatnya sinopsis cerita dari novel yang dibaca tersebut. Pembacaan heuristik itu adalah penerangan kepada bagian-bagian cerita secara berurutan.”
Hasil pembacaan heuristik terhadap novel Orang-Orang Proyek menghasilkan sinopsis cerita sebagai berikut: novel Orang-Orang Proyek ini adalah
sebuah karya seseorang pengarang Indonesia yang pernah kuliah di beberapa fakultas seperti ekonomi, sospol, dan kedokteran, Ahmad Tohari. Novel ini bercerita tentang suasana pengerjaan proyek pembangunan jembatan di Sungai Cibawor di Desa
Cibawor.
Cerita diawali dengan penggambaran seorang lelaki bernama Pak Tarya. Pak
Andrey Pranata : Novel Orang-Orang Proyek Karya Ahmad Tohari: Analisis Sosiologi Sastra, 2009.
Tarya merupakan orang yang terpandang di desa Cibawor. Pak Tarya adalah
pensiunan pegawai Kantor Penerangan dan pernah bekerja sebagai wartawan. Ketika Pak Tarya sedang asyik memainkan seruling, Kabul menghampirinya.
Kabul seorang pimpinan pelaksana proyek bercerita dengan Pak Tarya. Kabul menceritakan bahwa gara-gara banjir kemarin beton pancang tiang sudah miring, pekerjaan harus diulang lagi dari awal. Kabul pusing atas kerusakan itu yang
membuat kerugian yang cukup besar serta memberi beban batin karena hasil kerja beberapa hari dengan biaya jutaan lenyap seketika. Kerugian itu sesungguhnya bisa
dihindari bila awal pelaksanaan pembangunan jembatan itu ditunda sampai musim kemarau tiba beberapa bulan lagi. Itulah rekomendasi para perancang. Namun, rekomendasi itu diabaikan, konon demi mengejar waktu. Penguasa yang punya
proyek dan para pemimpin politik lokal menghendaki jembatan itu selesai sebelum pemilu 1992. Kabul memperkirakan bahwa peresmian jembatan akan dimanfaatkan
sebagai ajang kampanye partai golongan penguasa.
Ketika suara radio di pinggang Kabul terdengar, Kabul pun pamit untuk kembali ke kantor kepada Pak Tarya karena Pak Dalkijo kepala proyek
memanggilnya ke kantor. Kabul berjalan menuju bangunan bedeng tak jauh dari lokasi proyek itu. Pada bangunan itu tersedia ruangan kerja dan tempat istirahat
Kabul. Wati ada di ruangan kerja. Wati bekerja sebagai penulis kantor proyek itu. Wati diterima kerja dalam proyek itu yaitu dalam rangka pemberdayaan tenaga kerja setempat untuk menekan dampak sosial negatif proyek.
Andrey Pranata : Novel Orang-Orang Proyek Karya Ahmad Tohari: Analisis Sosiologi Sastra, 2009.
anggap sebagai milik pribadi. Kabul tahu bagaimana bendahara proyek wajib
mengeluarkan dana untuk kegiatan partai golongan penguasa. Dan ternyata orang-orang kampung juga ikut-ikutan nakal. Mandor yang mencatat penerimaan material
pun pandai berhitung. Namun, menghadapi semua tingkat kebocoran itu, insinyur Dalkijo, atasan Kabul, seperti taidak menanggung beban apa pun. Sebagai insinyur, Kabul tahu betul dampak semua permainan. Mutu bangunan menjadi taruhannya.
Padahal bila mutu bangunan dipermainkan masyarakatlah yang pasti akan menanggung akibat buruknya. Bagi Kabul, hal itu adalah pengkhianatan terhadap
derajat keinsinyurannya.
Kabul dan Wati sering makan bersama di warung Mak Sumeh. Selain itu, mereka juga sering nonton bersama. Dari situlah awal mula percintaan timbul
diantara mereka. Selain itu pun, mereka dibantu oleh gossip-gosip yang dibuat oleh Mak Sumeh, pemilik warung yang berada di dekat proyek. Wiyoso, pacar Wati, yang
masih kuliah, akhirnya memutuskan Wati karena Wiyoso tidak bisa memenuhi permintaan Wati yang menginginkan secepatnya untuk menikah.
Banyak terjadi kejanggalan-kejanggalan dalam proyek itu. Banyak dana
digelapkan untuk dapat memperkaya diri. Mereka menggelapkan dana dengan cara mengurangi mutu takaran bangunan jembatan yang berkualitas baik. Tiba. Pak
Baldun sebagai ketua panitia renovasi masjid bersama Pak Basar yang sebagai kepala desa datang ke proyek. Tujuan mereka untuk meminta bantuan sumbangan untuk merenovasi masjid, yang nantinya masjid ini digunakan oleh orang-orang penting
Andrey Pranata : Novel Orang-Orang Proyek Karya Ahmad Tohari: Analisis Sosiologi Sastra, 2009.
memutuskan bahwa Kabul tidak bias memberi sumbangan karena dana proyek masih
kurang. Kabul mau memberikan sumbangan setelah proyek selesai.
Kabul menuntut untuk pemasangan lantai jembatan harus digunakan besi baru
dan pasir yang bermutu baik. Kabul juga menuntut penyelesaiannya tidak dipaksakan bersamaan dengan HUT GLM. Pak Dalkijo pun tidak menghiraukan tuntutan Kabul. Dalkijo bersikeras dengan anjurannya agar Kabul cepat menyelesaikan proyek
pembangunan jembatan itu agar dapar digunakan pada HUT GLM. Dalkijo menganjurkan agar menggunakan besi bekas dan pasir dari sungai cibawor itu untuk
membangun lantai jembatannya. Akhirnya, Kabul pun menyerah, dia tidak kuasa lagi, keidealisannya itu ditentang oleh pimpinan proyek dan suasana di proyek. Kabul mengundurkan diri dari pekerjaanya di proyek pembangunan jembatan di sungai
cibawor.
Pada desember 1992, hanya satu tahun setelah Kabul meninggalkan proyek
pembangunan jembatan di Sungai Cibawor, Kabul bekerja di proyek milik swasta terlaksana ketika dia mendapat kepercayaan menjadi site manager pembangunan hotel di Cirebon. Liburan akhir tahun ingin dinikmatinya di rumah Biyung bersama
Wati yang sudah menjadi Nyonya Kabul. Mereka baru sebulan menikah. Ketika di perjalanan ke rumah biyung di mulut jalan simpang tiga, Kabul harus menghentikan
mobil. Ada papan melintang dengan tulisan “jembatan rusak”. Ada tanda panah yang menunjukkan jalan alternatif. Mobil Kabul pun berputar dan melaju cepat meninggalkan jembatan Sungai Cibawor. Jembatan yang sekilas tampak gagah itu
Andrey Pranata : Novel Orang-Orang Proyek Karya Ahmad Tohari: Analisis Sosiologi Sastra, 2009.
Metode membaca heuristik harus diulang dengan bacaan retroaktif dan
ditafsirkan secara hermeneutik sehingga pada sistem semiotik tingkat kedua isi cerita rekaan atau novel dapat memberikan pemahaman serta penafsiran makna cerita
keseluruhan dari novel yang dibahas.
Selanjutnya penafsiran data tersebut dicatat pada kartu data. Penafsiran tersebut dicatat berdasarkan masalah yang berhubungan dengan unsur-unsur intrinsik,
seperti: alur, latar, penokohan, dan tema serta unsur-unsur ekstrinsik, seperti: nilai budaya, nilai politik, dan nilai percintaan yang terdapat dalam novel Orang-Orang
Proyek pada kartu data yang berbeda.
3.2 Teknik Analisis Data
Teknik penelitian yang digunakan adalah studi perpustakaan (library
research) yaitu penelitian yang dilakukan di ruang perpustakaan. Pada penelitian ini
akan diperoleh data dan informasi tentang objek penelitian melalui buku-buku (Semi, 1988: 8). Adapun objek penelitian ini adalah novel Orang-Orang proyek karya
Ahmad Tohari.
Dalam menganalisis data obejek yang akan diteliti terlebih dahulu dirumuskan
berdasarkan masalah kemudian diadakan studi perpustakaan. Setelah berbagai informasi diperoleh selanjutnya dilakukan pengumpulan data, penyusunan data, penganalisisan data, dan penafsiran data. Kesimpulan merupakan langkah akhir
Andrey Pranata : Novel Orang-Orang Proyek Karya Ahmad Tohari: Analisis Sosiologi Sastra, 2009.
3.2.1 Bahan Analisis
Data dikumpulkan dari novel, yaitu: Judul : Orang-Orang Proyek
Karya : Ahmad Tohari
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama Tebal Buku : 224 halaman
Ukuran : 14 x 21 cm Cetakan : I
Tahun : 2007
Warna Sampul : Perpaduan putih dan kuning
Gambar : Gambar orang-orang yang bekerja di proyek dengan ditambah alat-
Andrey Pranata : Novel Orang-Orang Proyek Karya Ahmad Tohari: Analisis Sosiologi Sastra, 2009.
BAB IV
Pendekatan Struktural terhadap Novel Orang-Orang Proyek
Karya Ahmad Tohari
4.1 Tema
Tema adalah pokok persoalan yang ingin disampaikan pengarang melalui
karyanya. Seperti yang dikemukakan oleh Gorys Keraf (1980: 107), tema adalah suatu amanat utama yang disampaikan oleh penulis lewat karangannya. Kemudian Atar Semi 91984: 34) mengatakan, tema itu tercakup persoalan dan tujuan atau
amanat pengarang kepada pembaca.
Menurut Sulastin (1983: 92) tema ialah semacam kesimpulan bahan cerita
karena itu dinyatakan sesingkat-singkatnya, misalnya tema suatu cerita ialah kawin paksa. Dalam cerita dengan tema tersebut persoalan kawin paksa akan terbayang sepanjang cerita karena tema itulah yang menjadi pangkal penulisan cerita.
Untuk menafsirkan tema suatu karya sastra dapat digunakan kata kunci, yaitu lewat judul suatu karya sastra (Sulastin, 1983: 129). Mursal Esten (1982: 92)
menyodorkan tiga kriteria untuk mengidentifikasi tema dalam cerita, yaitu:
Pertama tentulah dilihat persoalan mana yang paling menonjol. Kedua, secara kuantitatif, persoalan mana yang paling banyak menimbulkan konflik-konflik yang
melahirkan peristiwa-peristiwa. Cara yang ketiga ialah menentukan waktu penceritaan, yaitu diperlukan untuk menceritakan peristiwa-peristiwa atau
Andrey Pranata : Novel Orang-Orang Proyek Karya Ahmad Tohari: Analisis Sosiologi Sastra, 2009.
menghilangkan keraguan kita untuk menentukan persoalan mana yang merupakan
tema dari sebuah karya sastra. Ketiga kriteria tersebut tidak mutlak harus digunakan sekaligus. Ketiganya baru digunakan menurut urutan, bila ada keraguan dalam
menentukan persoalan mana yang merupakan tema dari karya sastra tersebut. U. U. Hamidy (1983: 16) menyodorkan empat langkah yang harus ditempuh untuk dapat memperoleh tema suatu karya fiksi itu, yaitu pertama, buatlah kesatuan-kesatuan
peristiwa yang amat penting, yang terdapat dalam karya fiksi itu. Susunlah kesatuan-kesatuan peristiwa yang penting itu menurut jalan cerita. Rumusan itulah yang
menjadi tema cerita tersebut.
Henry Guntur tarigan (1984: 125) mengatakan bahwa kalaupun misalnya pengarang tidak menjelaskan apa tema ceritanya secara eksplisit itu harus dapat
dirasakan dan disimpulkan oleh pembaca setelah selesai membacanya.
Berdasarkan keterangan di atas, dalam menganalisis novel Orang-Orang
Proyek ini penulis dapat menemukan tema dalam novel tersebut.
Berdasarkan tema pokoknya, novel Orang-Orang Proyek ini dapat disebut novel politik dan cinta karena di dalam novel ini menceritakan politik dalam
membangun jembatan pastilah orang-orang di dalam pengerjaan proyek itu melakukan korupsi dalam apa saja. Selain itu seorang tokoh utama di samping
dilanda dilema atas tindakan korupsi itu, percintaanlah yang berkecamuk di diri seorang tokoh utama yaitu Kabul.
Keidealisan dan kejujuran Kabul dalam pekerjaannya membangun proyek
Andrey Pranata : Novel Orang-Orang Proyek Karya Ahmad Tohari: Analisis Sosiologi Sastra, 2009.
jembatan. Pemimpin proyek, Dalkijo dendam dengan kemiskinan, hal ini berdampak
pada pembangunan jembatan yaitu mutu bangunan berkurang karena korupsi berjalan di proyek jembatan di Sungai Cibawor. Tindakan korupsi terjadi di dalam pengerjaan
pembangunan jembatan di Sungai Cibawor. Hal ini dapat kita lihat pada kutipan di bawah ini.
”Pertanyaan apa? Kalau sulit saya tak bisa.”
”Mudah saja. Mengapa beberapa penduduk di sini suka menyuap kuli-kuli untuk mendapat, atau tepatnya, dicurikan semen?”
Mendapat pertanyaan yang tak terduga Pak Tarya mengerutkan dahi. ”Begitu?”
”Pura-pura tidak tahu?” ”Saya benar-benar tidak tahu.” ”Nah, sekarang sudah tahu, kan?” ”Ya...! Hup!”
Pak Tarya batal menjawab pertanyaan Kabul karena pancingannya mengena. Tali digulung dalam gerakan yang anggun dan seekor ikan putihan menggelepar di ujungnya. Pak Tarya melepas ikan itu dari mata kail, lalu melemparkan kembali ke air. ”Kamu masih terlalu kecil. Tahun depan kamu saya pancing lagi. Janji, ya?”
Kabul tersenyum mendengar gumam Pak Tarya.
”Oh, maaf. Tadi Mas Kabul tanya apa? Ah, saya ingat. Ada orang kampung ingin mendapat semen dari proyek ini dengan cara menyuap kuli-kuli?”
”Ya.”
”Tanpa maksud membela sesama saudara sekampung, bukankah mereka tak bisa merugikan proyek tanpa kerja sama dengan orang dalam, bukan?”(Hal. 18-19)
Walaupun godaan untuk melakukan tindakan korupsi di dalam pembangunan
jembatan di Sungai Cibawor, Kabul mampu mengatasi persoalan di dalam dirinya yaitu tetap mengikuti prinsip semula menjaga mutu bangunan dengan mempertahankan keidealisannya yang pernah duduk di bangku kuliah. Hal ini dapat
kita lihat pada kutipan di bawah ini.
Andrey Pranata : Novel Orang-Orang Proyek Karya Ahmad Tohari: Analisis Sosiologi Sastra, 2009. ...
Namun masalahnya, dalam ceramah tadi Dalkijo secara tak langsung
menyindir jalan lain yang secara sadar sudah dipilihnya. Yakni jalan hidup yang tidak menaruh dendam terhadap kemiskinan yang dialaminya pada masa lalu. Bagi Kabul, kemiskinan memang harus dihilangkan. Namun tidak harus dengan dendam pribadi.
Dan karena kemiskinan terkait erat dengan struktur maupun kultur masyarakat, menghilangkannya harus melibatkan semua orang dalam semangat setia kawan yang
tinggi. Dengan demikian, jalan sangat egositis yang ditempuh Dalkijo terasa menyimpang (Hal. 28-32).
Sisi percintaan muncul di dalam proyek pembangunan jembatan. Wati yang kerja sebagai administrasi proyek kagum dengan Kabul seorang pelaksana proyek
yang berstatus bujangan. Tetapi Kabul tahu bahwa Wati mempunyai pacar. Wati tetap suka pada Kabul itu yang dikatakan Mak Sumeh tiap Kabul istirahat di warungnya.
Hal ini dapat kita lihat pada kutipan di bawah ini.
”Mumpung belum banyak orang, Pak insinyur, boleh aku bicara sedikit?” ”Pasti boleh. Soal apa? Banyak tukang yang belum bayar utang? Itu urusan mandor, bukan urusanku.”
”Bukan itu, Pak Insinyur. Ini soal pribadi.” ”Pribadi siapa?”
Pribadi Pak Insinyur sendiri.” ”Kok?”
Mak Sumeh senyum-senyum.
”Ya. Begini. Ini salah Pak Insinyur kenapa masih bujangan. Jadi ada gadis yang naksir.” Mak Sumeh senyum lagi.
”Ah, Mak Sumeh mau bilang apa?”Kabul menarik kopi yang sudah disajikan pelayan.
”Anu. Tapi sebelumnya aku minta maaf. Apa Pak Insinyur belum tahu Wati...anu...suka sama Pak Insinyur?” Mak Sumeh menatap lurus ke arah mata Kabul. Yang ditatap mengangkat alis.
Andrey Pranata : Novel Orang-Orang Proyek Karya Ahmad Tohari: Analisis Sosiologi Sastra, 2009.
”Aku yang sudah peyot buat apa berbohong? Dia itu ya sering ngrasani Pak Insinyur (Hal. 46).”
4.2 Alur
Alur tidak dapat diarahkan dalam cerita rekaan (fiksi). Dalam cerita yang sesungguhnya tidak mungkin tidak ada alur. Dalam cerita rekaan modern yang
eksperimental sekalipun, masih ditemui alur. Jika dalam sebuah cerita tidak ditemui alur, orang tidak akan menyebutnya cerita apalagi cerita rekaan, melainkan hanya
sebuah lukisan atau paparan belaka.
Menurut U.U. Hamidy (1983: 26) alur suatu cerita atau plot dapat dipandang sebagai pola atau kerangka cerita dari bagian-bagian lain cerita itu disangkutkan
sehingga cerita itu kelihatan menjadi suatu bangunan yang utuh. Menurut Gorys Keraf (1980: 148),
Alur merupakan kerangka dasar yang sangat penting dalam kisah. Alur mengatur bagaimana tindakan-tindakan harus bertalian satu sama lainnya, bagaimana suatu insiden lain, bagaimana tokoh-tokoh harus digambarkan dan berperan dalam tindakan-tindakan itu, bagaimana situasi dan perasaan karakter (tokoh) yang terlibat dalam tindakan-tindakan itu yang terikat dalam suatu kesatuan waktu.
Perlu ditambahkan adalah tidak perlu dipersoalkan bahwa akhir cerita masih menimbulkan persoalan baru lagi karena akhir suatu kejadian atau peristiwa bisa menjadi awal dari kejadian lain atau awal dari tragedi itu merupakan sebuah diskusi
Andrey Pranata : Novel Orang-Orang Proyek Karya Ahmad Tohari: Analisis Sosiologi Sastra, 2009.
Untuk membatasi titik tinjauan, maka perlu diberi batasan terhadap apa yang
dimaksud cerita di dalam sebuah novel, yaitu rangkaian tindakan yang terdiri dari tahap-tahap yang penting dalam sebuah struktur yang terikat oleh waktu.
Mochtar Lubis (1981: 17) mengatakan bahwa suatu cerita terdiri dari lima bagian, yaitu:
a. Situation (pengarang mulai melukiskan suatu keadaan),
b. Generating Circumstance (peristiwa yang bersangkut-paut dan mulai
bergerak),
c. Racing Action (kedaan mulai memuncak),
d. Climax (peristiwa-peristiwa mencapai puncaknya), dan
e. Denoument (pengarang memberikan pemecahan soal dari semua peristiwa).
Namun bukan berarti bahwa suatu cerita harus disusun menurut urutan
peristiwa seperti di atas, karena ini hanya merupakan penjelasan terhadap unsur-unsur yang membangun alur tersebut. Bagian-bagian tersebut dapat saja berpindah ke bagian lain, denoument dapat saja berpindah ke bagian sitution, demikian pula bagian
situation dapat berubah posisi ke tempat climax. Pertukaran atau perpindahan posisi
tersebut berguna untuk bagian-bagian tertentu, seperti ketakterdugaan, keterkejutan,
dan kelogisan cerita. Bagaimana cerita itu disusun tergantung kepada fantasi pengarangnya.
Pada dasarnya alur dibagi atas dua bagian besar, yaitu alur maju dan alur
Andrey Pranata : Novel Orang-Orang Proyek Karya Ahmad Tohari: Analisis Sosiologi Sastra, 2009.
climax, dan denoument. Sedangkan pengertian alur mundur ialah apabila cerita tidak
mengikuti konsep di atas. Alur mundur dapat diketahui apabila pengarang memulai suatu cerita yang menegangkan atau klimaks, kemudian diceritakan penyebab konflik
besar tersebut.
Menurut fugsinya Boulton (1975: 47-48) membagi alur cerita atas fungsi pengarang dan pembaca. Bagi pengarang, alur adalah arah supaya penulis tetap jelas.
Sedangkan bagi pembaca, alur membawa pembaca bergerak maju meskipun tidak setiap hal kecil dapat ditangkapnya.
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut di atas, penulis memberikan batasan alur sebagai berikut, alur ialah rangkaian peristiwa dalam cerita berdasarkan sebab akibat yang logis. Batasan ini selanjutnya penulis jadikan dasar kajian dalam
penelitian yang penulis lakukan ini. Sebagai pegangan tentang kriteria pembangunan alur, penulis mengambil pembagian dari Muchtar Lubis.
Alur yang terdapat dalam novel Orang-Orang Proyek masih mengikuti pola alur biasa atau alur maju. Bagian-bagian alur cerita ini dapat digambarkan dan dimulai dari pemaparan (situation).
a. Situation
Pemaparan (situation) merupakan suatu kondisi permulaan yang
menyampaikan informasi permulaan kepada pembaca. Kondisi ini mendorong keingintahuan pembaca selanjutnya.
”itulah yang membuat saya tertekan, pusing. Karena beton pancang sudah miring, pekerjaan harus diulang dari awal lagi. Nah, bila pusing Pak Tarya bisa menghibur diri dengan main seruling. Tapi saya?”
Andrey Pranata : Novel Orang-Orang Proyek Karya Ahmad Tohari: Analisis Sosiologi Sastra, 2009.
”Dan kerusakan itu membuat kerugian yang cukup besar. Serta memberi beban batin karena hasil kerja beberapa hari dengan biaya jutaan lenyap seketika.”
”Tapi, Mas Kabul, banjir adalah urusan alam. Jadi, buat apa disesali dan dibuat sedih?”
”Karena kerugian itu sesungguhnya bisa dihindarkan bila awal pelaksanaan pembangunan jembatan itu ditunda sampai musim kemarau tiba beberapa bulan lagi. Itulah rekomendasi dari para perancang. Namun rekomendasi itu diabaikan, konon demi mengejar waktu.”
”Maksudnya?”
”Penguasa yang punya proyek dan para pemimpin politik lokal menghendaki jembatan itu selesai seblum Pemilu 1992. karen, saya kira, peresmiannya akan dimanfaatkan sebagai ajang kampanye partai golongan penguasa. Menyebalkan. Dan inilah akibatnya bila perhitungan teknis-ilmiah dikalahkan oleh perhitungan politik (Hal. 10).”
Awal cerita novel Orang-Orang Proyek memberikan gambaran tentang kondisi proyek pembangunan jembatan di Sungai Cibawor yang mengalami kendala yaitu banyak tindakan korupsi terjadi di dalamnya. Selanjutnya pada paragraf
berikutnya menerangkan tentang kegiatan yang dilakukan oleh tokoh utama.
Sebagai insinyur, Kabul tahu betul dampak semua permainan ini. Mutu bangunan menjadi taruhan. Padahal bila mutu bangunan dipermainkan, masyarakatlah yang pasti akan menanggung akibat buruknya. Dan bagi Kabul hal ini adalah pengkhianatan terhadap derajat keinsinyurannya.
Namun Kabul merasa tak bisa berbuat apa-apa. Karena permainan itu terasa sudah menjadi kewajaran dan menggejala di mana-mana, sampai masyarakat sekitar proyek pun ikut melakukannya. Bahkan pelaksana seperti Dalkijo sudah terbiasa menerima semua bentuk permainan itu tanpa keluhan apa-apa, atau malah memanfaatkannya? (Hal. 28)
....
Andrey Pranata : Novel Orang-Orang Proyek Karya Ahmad Tohari: Analisis Sosiologi Sastra, 2009. b. Generating Circumstances
Peristiwa yang tersangkut paut mulai bergerak. Pada tahap ini, pembaca mulai memahami bahwa cerita akan diceritakan sedikit demi sedikit oleh pengarang, tetapi
cerita belum jelas, masih samar-samar.
Tahap ini dapat dilihat ketika Kabul pusing melihat tiang jembatan yang hancur di landa banjir. Tanpa terasa proyek sudah berjalan tiga bulan.
Namun karena dimulai ketika hujan masih sering turun, volume pekerjaan yang dicapai berada di bawah target. Menghadapi kenyataan ini, Kabul sering uring-uringan. Jengkel karena hambatan ini sesungguhnya bisa dihindari bila pemerintah sebagai pemilik proyek dan para politikus tidak terlalu banyak campur tangan dalam tingkat pelaksanaan.
Dan campur tangan itu ternyata tidak terbatas pada penentuan awal pekerjaan yang menyalahi rekomendasi para perancang, tapi masuk juga ke hal-hal lain. Proyek ini, yang dibiayai dengan dana pinjaman luar negeri dan akan menjadi beban masyarakat, mereka anggap sebagai milik pribadi (Hal. 25).
Selain itu, pada tahap ini juga diceritakan tentang pertemuan antara Kabul dan Wati. Pertemuan itu berlangsung di ruang kerja proyek pembangunan jembatan di Sungai Cibawor. Mereka berdua berada dalam satu ruang kerja, Kabul sebagai
pelaksana proyek dan Wati bekerja sebagai administrasi proyek.
Andrey Pranata : Novel Orang-Orang Proyek Karya Ahmad Tohari: Analisis Sosiologi Sastra, 2009. c. Ricing Action
Tahap ini berisi peristiwa-peristiwa yang mulai mengarah ke puncak cerita, namun belum sampai menimbulkan klimaks (puncak cerita). Dalam cerita ini dapat
dilihat tahap ricing action yaitu terjadinya insiden atau konflik. Walaupun konflik telah terjadi, namun belum menimbulkan suatu perubahan yang mendasar terhadap tokoh utama. Hal ini disebabkan konflik atau insiden yang terjadi sifatnya tidak
terlalu fatal, dengan perkataan lain konflik yang terjadi adalah konflik-konflik kecil. Konflik dalam cerita ini dimulai dengan konflik batin di dalam diri Kabul
yaitu keidealismeannya ditentang oleh Dalkijo selaku pimpinan proyek. Dalkijo memperkaya diri sendiri dengan melakukan tindak korupsi di proyek pembangunan jembatan.
Namun tidak seperti Dalkijo yang mendendam kemelaratan masa muda dengan membalasnya melalui hidup sangat pragmatis dan kemaruk, Kabul tetap punya idealisme dan sangat hemat. Proyek itu pun bagi Kabul harus dilihat dalam perspektif idealismenya, maka harus dibangun demi sebesar-besarnya kemaslahatan umum. Artinya, kualitas harus sempurna dengan memanfaatkan setiap sen anggaran sesuai dengan ketentuan yang semestinya.
Memang, Kabul sering ditertawakan Dalkijo.
”Apa dengan mempertahankan idealismemu, orang-orang miskin di sekeliling kita menjadi baik?” seloroh Dalkijo suatu saat. ”Apa kejujuranmu cukup berarti untuk mengurangi korupsi di negeri ini?”
Kabul seiring merenungkan seloroh Dalkijo ini. Ya, dengan pandangan dekat, seloroh itu ada benarnya juga. Negeri ini dihuni oleh masyarakat korup, terutama di kalangan birokrat sipil maupun militer, juga orang awamnya. Malah Kabul melihat jenis korupsi baru yang tersamar namun bisa sangat parah akibat yang ditimbulkannya, Yakni korupsi melalui manipulasi gelar kesarjanaan.
Andrey Pranata : Novel Orang-Orang Proyek Karya Ahmad Tohari: Analisis Sosiologi Sastra, 2009.
seperti itu, Kabul bisa membayangkan berapa kerugian rakyat akibat korupsi terselubung ini. Apalagi bila dihitung untuk jangka panjang.
Ya, kecurangan memang sudah menjadi barang biasa. Maka Dalkijo juga pernah bilang kepada Kabul, si jujur adalah orang yang menentang arus dan konyol. Bloon. Mungkin. Namun bagi Kabul, kejujuran sebenarnya bukan suatu hal yang istimewa. Dialah yang seharusnya dianggap biasa (Hal. 52-54).
Sebelumnya Kabul seorang anak kuliahan serta dia juga aktivis kampus. Dalam hal menghadapi ini, Kabul tidak sedikit pun tergoda oleh apa yang telah
ditawarkan pimpinan proyek kepada Kabul untuk berbuat curang dalam bekerja. Kabul yang memiliki keidealismean yang tinggi tidak terpengaruh dengan situasi di
dalam proyek yang banyak perangkat di dalamnya melakukan tindakan korupsi. Konflik berikutnya dalam novel Orang-Orang Proyek adalah ketika Kabul hendak shalat Jumat. Ketika Kabul hendak shalat Jumat itulah, Wati menyediakan
perangkat untuk shalat berupa kopiah, baju shalat, dan sarung.
Pertanyaan ini dibawa masuk ke ruang kantor. Dan di sana Kabul menemukan jawaban yang sangat maknawi. Ada kopiah, baju koko, dan kain sarung tertata rapi di atas mejanya. Wangi sekali. Secarik kertas di dekatnya bertuliskan ”silakan pakai”. Kabul cepat tersadar ini hari jumat, maka pekerjaan diistirahatkan sejak jam sebelas. Dan ia pun langsung ke kamar mandi. Selama membersihkan diri Kabul teringat perangkat salat yang wangi itu; siapa yang menaruh di sana? Kabul tahu jawabannya yang pasti benar. Wati. Tulisan di sana cukup menjelaskan semua. Dan agaknya Wati sudah pulang. Tapi kok nganyar-anyari? Jumat-jumat sebelumnya Wati tak pernah peduli apakah Kabul pergi salat atau tidak.
Keluar dari kamar mandi Kabul kembali memandang perangkat yang belum disentuh di atas meja itu. Mau pakai atai tidak? Kabul ragu. Karena memakai atau tidak sama-sama ada bayaran moralnya. Kalau memakai berarti Kabul menerima sikap nganyar-anyari yang ditunjukkan Wati. Ah, Kabul menduga ada sesuatu di balik sikap gadis itu. Padahal Kabul tidak atau belum siap berubah pandangan terhadap dia. Kalau tidak memakai, rasanya tak enak. Pantaskah uluran tangan teman yang sudah sekian lama bekerja sama disepelekan?
Andrey Pranata : Novel Orang-Orang Proyek Karya Ahmad Tohari: Analisis Sosiologi Sastra, 2009. d. Climax
Apabila tahap ketiga tadi menceritakan tentang berbagai macam konflik kecil dan sifatnya menjurus ke konflik besar, maka pada tahap keempat atau puncak,
konflik pecah. Biasanya, konflik-konflik yang menuju konflik besar atau puncak akan berakibat pada perubahan nasib para tokoh, terutama tokoh utama.
Pada tahap ini dapat dilihat dengan jelas bahwa ada beberapa konflik besar
yang terjadi dalam novel Orang-Orang Proyek. Konflik besar pertama dimulai dengan manajer proyek, Dalkijo, memerintahkan Kabul untuk menggunakan pasir
Sungai Cibawor sebagai bahan untuk pengecoran jembatan tersebut digunakan besi bekas. Hal di atas dapat kita lihat pada kutipan di bawah ini.
Proyek jadi lebih ramai. Ir. Dalkijo, manajer proyek, menyuruh Kabul menambah jumlah tukang dan kuli. ”jembatan harus selesai dan diresmikan tepat HUT GLM,” itu kata-kata Dalkijo yang telah diulang-ulang belasan kali. Dan HUT golongan penguasa itu makin dekat. Dalam hitungan Kabul, HUT GLM tinggal 52 hari lagi. Bila tak ada hambatan, waktu sepanjang itu cukup untuk menyelesaikan proyek jembatan dengan tuntas.
Tapi Kabul merasa tak punya jaminan dalam waktu 52 hari semuanya akan berjalan lancar. Musim hujan sudah nyata datang. Hujan sering memaksa tukang batu berhenti bekerja karena tak mungkin memasang adukan dalam guyuran air. Tenda-tanda harus dipasang untuk memayungi tukang-tukang las yang sedang menggarap rancangan lantai jembatan.
Dalam musim hujan, mutu pasir sungai juga turun karena kandungan tanahnya bertambah. Kabul akan mengalami kesulitan mencari pasir sungai yang memenuhi baku mutu untuk pengecoran. Repotnya, katanya karena keterbatasan dana, Manajer Proyek sudah memutuskan menggunakan pasir sungai untuk bahan pembuatan lantai jembatan. Memang, bila dibilas lebih dulu, pasir sungai pun bisa menjadi komponen beton yang memenuhi syarat. Namun pembilasan akan memakan waktu dan juga biaya. Lagi pula harus dipersiapkan peralatan khas untuk mencuci ratusan kubik pasir. Dan peralatan itu tidak ada.
Masih pusing dengan masalah pasir, kemarin kepala Kabul dibuat puyeng lagi. Permintaan atas kekurangan besi rancang yang diajukan kepada Dalkijo dijawab dengan kedatangan truk tronton; isinya besi rancang bekas bongkaran jembatan di pantura (Hal. 179-180).
Andrey Pranata : Novel Orang-Orang Proyek Karya Ahmad Tohari: Analisis Sosiologi Sastra, 2009.
Bagi Kabul, ini sudah keterlaluan. Akhirnya Kabul protes akan perintah
manajer proyek yaitu Pak Dalkijo. Dalkijo memerintahkan kepada Kabul untuk memakai pasir Sungai Cibawor yang kurang mencapai mutu pasir yang baik dan besi
rancang yang bekas. Pernyataan di atas dapat kita lihat pada kutipan di bawah ini. Bagi Kabul, ini sudah keterlaluan. Kabul protes. Maka meskipun sudah diturunkan dari kendaraan pengangkutnya, besi-besi bekas itu dibiarkan menumpuk di halaman kantor proyek. Melalui radio komunikasi Kabul menyatakan tidak akan mau menggunakan besi bekas itu. Tapi Dalkijo bersikeras.
“Aduh, Dik Kabul ini bagaimana? Sudahlah, ikuti perintahku. Gunakan besi itu. Toh itu hanya untuk menutup kekurangan. Aku tahu penggunaan besi bekas memang tidak baik. Tapi bagaimana lagi, dana sudah habis. Makanya, kita pun tak mampu membeli pasir giling. Dana benar-benar sudah habis.”
“Pak, kali ini saya tidak bisa berkompromi,” jawab Kabul penuh percaya diri. “Tak bisa kompromi bagaimana? Dengar, Dik Kabul. Kita sudah selesai membangun bagian terpenting, yakni struktur jembatan. Bukankah Dik Kabul yakin sejauh ini pekerjaan kita bisa dipertanggungjawabkan?”
“Saya bertanggung jawab atas kualitas struktur jembatan.”
“Nah. Dengan demikian kita tinggal menyelesaikan bagian-bagian luar struktur. Bila kita sedikit menurunkan kualitas di bagian ini, mestinya tidak mengapa. Taruhlah, karena kita menggunakan pasir sungai dan besi bekas, lalu lantai jembatan hanya kuat bertahan satu atau dua tahun, Dik Kabul tak usah risau. Karena struktur jembatan tidak ada masalah. Lagi pula kita dikejar waktu. Dan aku bendahara GLM. Bupati, Dandim, Kapolres, Kepala Kejaksaan, Ketua Pengadilan, semua kader dan pendukung GLM. Di DPRD, golongan kita dominan. Bahkan wakil dua parpol itu juga orang-orang yang berjiwa GLM tapi diberi baju hijau dan merah. Semuamya pendukung setia Bapak Pembangunan. Jadi siapa yang berani mengusili kita? Paling-paling LSM! Dan untuk meladeni anak-anak LSM kita punya aparat keamanan. Jadi, Dik Kabul tenang sajalah. Semua bisa kita reka-reka. Semua bisa kita atur.”
”Sebentar, Pak,” sela Kabul. ”Bapak bilang saya tak perlu risau meskipun lantai jembatan mungkin hanya bisa bertahan satu-dua tahun?”
”Ya. Bila nanti jembatan rusak, ya kita perbaiki lagi, tentu saja bila disediakan dananya. Kita ini pemborong (Hal. 180-181).
Ketika Wiyoso, pacar Wati, semakin gelisah menentukan tindakan. Nalar sendiri mengatakan wajar bila Wati sudah ingin menikah. Wiyoso ingat sudah
Andrey Pranata : Novel Orang-Orang Proyek Karya Ahmad Tohari: Analisis Sosiologi Sastra, 2009.
bersuami. Itu belum terhitung mereka yang hanya tamat SMA lalu kawin atau harus
kawin karena pacaran kebablasan. Wiyoso bingung menentukan sikap, menerima Wati sebagai istri hampir tidak mungkin, nalar Wiyoso mengatakan demikian.
Wiyoso belum siap untuk menikahi Wati. Wiyoso masih mengikuti perkulihan di Fakultas Mipa. Setelah dihitung Yos, dalam semester lima usia Yos adalah 24. dan Wati teman seangkatan di SMA, hanya berbeda jurusan. Hal di atas dapat kita lihat
pada kutipan di bawah ini.
Kebaikan masing-masing. Ah, betapa pahit dan menusuk perasaan ungkapan ini. Sialnya, akal Yos sendiri bilang dalam kepahitannya ungkapan tadi mengandung kebenaran juga. Bila dia melepas Wati untuk berjalan sendiri, Yos bisa lebih berkonsentrasi pada studi. Lebih punya ruang dan waktu luas untuk menyiapkan hari depan. Dan lebih menghargai hak Wati untuk memperhitungkan sendiri masa depannya berdasar pada kondisi-kondisi objektif yang melekat pada dirinya.
Tapi ini terlalu rasional. Pacaran adalah tindakan untuk dan atas nama rasa. Jadi, bila dilakukan mengikuti jalur rasional tak akan ada asyiknya (Hal. 168-169).
Akhirnya Wiyoso menemui Wati untuk membicarakan langsung hal ini.
Setelah semalaman Wiyoso bingung menentukan sikap. Hal ini dapat kita lihat melalui penggalan kutipan di bawah ini.
”Wat, aku datang untuk bertanya...”
Yos mematikan rokok yang baru sekali diisap. Wati menatap Yos, namun dengan posisi wajah menunduk. Menunggu. Wati memijit-mijit kuku jari telunjuk.
“Ya, aku mau tanya, kamu benar-benar minta kawin segera?“
”Ya,” jawab Wati lirih. Yos gelisah sekali. Diambilnya rokok baru, dipasang di mulut,tapi korek api di mana?
”Tapi kamu tahu hal itu tak mungkin bagi aku, kan?”
Wati diam dan terus memijit-mijit kukunya. Wajah Yos memerah. Matanya menyala. Jemarinya mengepal-ngepal. Kemudian suaranya keluar dengan getar amarah.
”Apa sebenarnya kamu ingin hubungan kita berakhir? Tolong jawab!” Wati menelan ludah. Tangannya gemetar.
Andrey Pranata : Novel Orang-Orang Proyek Karya Ahmad Tohari: Analisis Sosiologi Sastra, 2009.
Wiyoso terus-menerus bertanya kepada Wati tentang hubungan mereka. Wati
tetap pada prinsipnya yaitu ingin segera menikah. Yos tidak mungkin melakukan hal itu. Wiyoso pun menanyakan alasan Wati mengakhiri hubungan ini. Peristiwa di atas
dapat kita lihat pada penggalan kutipan di bawah ini. ”Aku boleh tahu sebabnya?”
Wati merasa tenggorokannya gatal. Terbatuk.
”Tadi kamu sudah mengatakannya. Kamu bilang tak mungkin menikah dengan aku dalam waktu dekat. Yos, setelah aku pikir, aku tak bisa menunggu terlalu lama. Umurku....”
”Tapi dulu kamu mau. Iya, kan? Mengapa sekarang tidak? Jadi kamu penipu. Kamu pengkhianat.”
Yos benar-benar marah. Kedua matanya berkobar dan tangannya mengepal. Wati pasi. Wajahnya ciut. Matanya mewakili kecemasan yang sangat. Kedua bibirnya rapat. Ketika merasa harus berbicara, bibir Wati bergetar (Hal. 177).
Akhirnya Wiyoso tahu sebab Wati memutuskan hubungan ini. Wiyoso pun
beraksi atas keputusan yang dibuat Wati. Wiyoso bergegas pergi dari kantor tempat Wati bekerja.
Yos bangkit, melangkah cepat ke meja kerja Wati. Gelas minum Wati disambar, sedetik kemudian pecah berhamburan di lantai. Wati menjerit sambil menutup wajah dengan tangannya.
Dan Yos berdiri dengan kaki menggigil. Tunai?
Yos masih berdiri dan wajahnya membara (Hal. 177). ....
Andrey Pranata : Novel Orang-Orang Proyek Karya Ahmad Tohari: Analisis Sosiologi Sastra, 2009. e. Denoument
Tahap denoument adalah suatu tahap yang bersifat final. Pada tahap ini cerita berakhir yang biasanya mempunyai dua pilihan, pertama berakhir dengan
kegembiraan. Kedua akan berakhir dengan tragis ataupun berakhir dengan kesedihan. Dalam novel Orang-Orang Proyek ini cerita diakhiri oleh pengarang dengan rasa kebahagian bercampur dengan rasa duka. Rasa duka itu muncul ketika Kabul melihat
hasil proyek pembangunan jembatan di Sungai Cibawor yang mengecewakan. Standar mutu suatu jemabatan tidak terdapat pada jembatan Sungai Cibawor.
Kabul akhirnya mengundurkan diri dari proyek pembangunan jembatan di Sungai Cibawor yang dipimpin oleh Pak Dalkijo. Kabul mengundurkan diri karena sudah tidak tahan lagi melihat keadaan proyek yang di dalamnya terjadi
penyelewengan dana yang mengakibatkan mutu jembatan yang diharapkan Kabul tidak terlaksana. Dengan terjadinya tindakan korupsi di dalam pengerjaan proyek,
mutu jembatan tidak baik yang nantinya berdampak pada masyarakat setempat sebagai pengguna fasilitas umum. Hal ini dapat kita lihat pada kutipan di bawah ini.
Akhirnya Desember 1992, hanya satu tahun setelah Kabul meninggalkan proyek pembangunan jembatan Sungai Cibawor. Keinginan Kabul bekerja di proyek milik swasta terlaksana ketika dia mendapat kepercayaan menjadi site manager pembangunan hotel di Cirebon. Liburan akhir tahun ingin dinikmatinya di rumah Biyung bersama Wati yang sudah menjadi nyonya Kabul. Mereka baru sebulan menikah.
Andrey Pranata : Novel Orang-Orang Proyek Karya Ahmad Tohari: Analisis Sosiologi Sastra, 2009.
Ketika menuju rumah Biyung, mobil Kabul melewati jembatan Sungai
Cibawor yang dulunya ia sebagai pimpinan pelaksana proyek pembangunan jembatan Sungai Cibawor melihat keadaan jembatan yang sudah rusak. Hati Kabul sedih
melihat keadaan jembatan. Inilah hasil dari pekerjaan yang tidak sesuai mutu standar pembangunan jembatan. Hal di atas dapat kita lihat pada penggalan kutipan di bawah ini.
Untuk mencapai rumah Biyung dari arah Cirebon, Kabul akan melewati jembatan Sungai Cibawor yang dulu digarapnya meskipun tidak sampai selesai. Hampir jam empat sore mobil Kabul mencapai Desa Cibawor. Ah, Kades Basar dan Pak Tarya sedang apa? Dan pertanyaan yang muncul itu segera diterlupakan karena tiba-tiba Kabul terpana. Di mulut jalan simpang tiga Kabul harus menghentikan mobil. Ada papan melintang dengan tulisan “jembatan rusak”. Lalu ada tanda panah yang menunjukkan jalan alternatif.
Kabul dan Wati saling pandang. Wajah Kabul tegang dan merah. Dan pengumaman itu justru membuat Kabul ingin meneruskan perjalanan ke arah jembatan.
“Aku ingin ke sana, Wat. Rasanya harus!”
Wati memahami perasaan Kabul. Lalu mengangguk. Kabul turun dari mobil untuk membuka jalan yang terhalang papan pengumuman. Kembali ke mobil dan langsung melaju lurus.
Jembatan Cibawor sudah kelihatan. Tampak mangkrak dan kesepian. Kegagahan yang dulu sempat tampak kini hilang. Dan begitu turun dari mobil di mulut jembatan, Kabul segera tahu bagian mana yang rusak. Lantai jebol pada dua titik dan aspal sudah retak hampir sepanjang lantai jembatan. Kabul meminta Wati tetap di mobil, karena dia mau turun untuk mengintip bagianstruktur jembatan dari sayap fondasi. Tampaknya tak ada maslah. Kerusakan hanya terdapat pada bagian lantai jembatan. Meski demikian rasa kecewa, malu, marah tak bisa dihindarkan. Pahit. Dan Kabul merasa kepalanya pening (Hal. 217).
...
”Sudah, Mas?” seru Wati dari mobil.
Andrey Pranata : Novel Orang-Orang Proyek Karya Ahmad Tohari: Analisis Sosiologi Sastra, 2009.
Dan ada cerita humor yang sangat populer tentang orang-orang proyek. Suatu saat di akhirat, penghuni neraka dan penghuni surga ingin saling kunjung. Maka penghuni kedua tempat itu sepakat membuat jembatan yang akn menghubungkan wilayah neraka dan wilayah surga. Bagian jembatan di wilayah neraka akan dibangun oleh orang neraka dan sebaliknya. Ternyata penghuni neraka lebih cepat menyelesaikan pekerjaannya daripada para penghuni surga. Dan ketika dicari sebabnya, ditemukan kenyataan di antara para penghuni neraka banyak mantan orang proyek (Hal. 218)
4.3 Penokohan
Penokohan atau karakteristik adalah upaya pengarang untuk memberikan
gambaran yang utuh mengenai tokoh di dalam ceritanya. Penggambaran watak untuk penciptaan tokoh yang hidup dalam suatu karya sastra sangat tergantung kepada penggambaran dari tokoh tersebut.
Penokohan itu adalah perwatakan, yaitu mengenai sifat, tabiat, atau perangai tokoh yang terdapat dalam cerita atau drama. Watak selalu diinterpretasikan oleh
pembaca sebagai pembawaan disertai moral kualitas disposisional (pembawaan, sifat) yang diekspresikan melalui dialog dan lakon action (Abrams, 1981: 20).
Dalam aplikasinya watak itu dapat digambarkan dengan berbagai cara.
Diterangkan satu persatu, baik keadaan jasmani dan rohani tokoh. Ciri-ciri watak ini dapat diterangkan dengan tindakan kata-kata serta dapat pula dengan menggunakan
lambang literer (symbolization) (Wellek & Warren, 1956: 219).
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas ternyata penokohan dapat dirunut melalui keadaan jasmani dan rohani yaitu tokoh, dialog, laku, simbolisme, dan latar.
Andrey Pranata : Novel Orang-Orang Proyek Karya Ahmad Tohari: Analisis Sosiologi Sastra, 2009.
kaitannya dari masyarakat di mana tokoh berada.dalam hal ini, sebagai bagian dari
masyarakat, tokoh harus benar-benar menganut laku yang dianggap wajar oleh masyarakat yang ditransformasikan pengarang. Pengetahuan pengarang mengenai
laku masyarakat yang ditransformasikan melalui tokoh, akan diproyeksikan kembali oleh tokoh. Penelusuran penokohan melalui simbolisme memberi peluang untuk mengetahui lebih jauh mengenai nilai-nilai yang menjadi pedoman masyarakat untuk
melakukan sesuatu. Dalam kaitannya dalam penokohan, latar dianggap sebagai kerangka kerja moral bagi pengarang harus dalam menangani tokoh dan penokohan.
Dengan demikian, seorang pengarang harus benar-benar menciptakan penokohan yang selaras dengan latar, agar dapat diterima secara wajar.
Berdasarkan kepada apa yang telah diuraikan, ternyata unsur penokohan
terjaring dalam sebuah sistem jaringan yang menunjang keutuhan struktur karya sastra. Sistem jaringan yang dimaksud dimanifestasikan melalui penokohan dalam
wujud: dialog, laku, simbolisme, dan latar.
Dilihat dari urutan pentingnya tokoh dalam cerita, dikenal adanya tokoh utama dan tokoh pembantu. Tokoh utama atau protagonis (Inggris, main character)
adalah tokoh dalam karya sastra yang memegang peran pimpinan di dalam drama atau cerita rekaan (Panuti Sudjiman, 1984: 61). Lawan tokoh utama disebut antagonis
(Inggris, antagonist) ialah tokoh dalam karya sastra yang merupakan penentang utama dari tokoh utama (protagonis).
Untuk mengetahui tokoh utama dalam sebuah roman dapat dilakukan dengan
Andrey Pranata : Novel Orang-Orang Proyek Karya Ahmad Tohari: Analisis Sosiologi Sastra, 2009.
banyak berhubungan dengan tokoh-tokoh lainnya. Ketiga, tokoh mana yang paling
banyak memerlukan waktu penceritaan. Tokoh yang paling banyak memenuhi persyaratan yang demikian ditetapkan sebagai tokoh utama. Dengan demikian sesuatu
diskusi atau debat tentang yang mana tokoh utama menjadi tidak diperlukan (Mursal Esten, 1982; 93).
Di bawah ini akan diberikan gambaran penokohan dari tokoh-tokoh yang ada
dalam novel Orang-Orang Proyek adalah
a. Kabul
Kabul adalah seorang pemuda yang mempunyai idealis yang kuat, komitmen yang tinggi terhadap janji dan serius dalam melaksanakan suatu pekerjaan. Dia merupakan tamatan dari fakultas teknik, ia juga mantan aktivis.
Dengan keidealisannya itu, Kabul dalam menjalankan pekerjaannya, ia memiliki sikap dalam bekerja yaitu memiliki kejujuran yang tinggi dan kesungguhan
untuk melaksanakan tugas yang telah ditugaskan kepada Kabul.
Aku insinyur. Aku tak bisa menguraikan dengan baik hubungan antara kejujuran dan kesungguhan dalam pembangunan proyek ini dengan keberpihakan kepada masyarakat miskin. Apakah yang pertama merupakan manifestasi yang kedua? Apakah kejujuran dan kesungguhan sejatinya adalah perkara biasa bagi masyarakat berbudaya, dan harus dipilih karena keduanya hal yang niscaya untuk menghasilkan kemalahatan bersama? Mungkin. Atau entah. Yang jelas bagiku kecurangan besar maupun kecil yang terjadi di proyek ini pasti akan mengurangi tingkat kesungguhan bahkan mengkhianati tujuan dasarnya. Dan hatiku tak bisa menerimanya.
Andrey Pranata : Novel Orang-Orang Proyek Karya Ahmad Tohari: Analisis Sosiologi Sastra, 2009.
Sebagai mantan aktivis kampus sewaktu masih mengikuti perkuliahan, Kabul
memiliki sikap idealisme yang tinggi. Konsistensi keidealismeannya itu terjaga di dalam dirinya.
Sebagai insinyur, Kabul tahu betul dampak semua permainan ini. Mutu bangunan menjadi taruhan. Padahal bila mutu bangunan dipermainkan, masyarakatlah yang pasti akan menanggung akibat buruknya. Dan bagi Kabul hal ini adalah pengkhiatan terhadap derajat keinsinyurannya.
Namun Kabul merasa tak bisa berbuat apa-apa. Karena permainan itu terasa sudah menjadi kewajaran dan merajalela di mana-mana, sampai masyarakat sekitar proyek pun ikut melakukannya. Bahkan pelaksna seperti Dalkijo sudah terbiasa menerima semua bentuk permainan itu tanpa keluhan apa-apa, atau malah memanfaatkannya?
”Dik Kabul,” sambung Dalkijo. ”Saya tahu Dik Kabul mantan aktivis. Biasa kan, yang namanya aktivis punya idealisme yang kolot. Tapi setelah bekerja seperti ini, Dik Kabul harus tunduk kepada kenyataan. Sedikit pragmatislah agar kita tidak konyol seperti Don Kisot. He-he (Hal. 28-29).”
Kabul berasal dari keluarga yang hidup dalam ekonomi yang lemah. Dia
menjadi tulang punggung dalam keluarganya. Dengan tanggung jawab yang besar kepada keluarganya, Kabul mencari uang demi menghidupi keluarganya.
”Jadi, dulu Anda aktivis?”
”Mungkin ya. Tapi tak bisa lanjut karena saya harus cari uang untuk menghidupi ibu yang sudah sendiri, dan adik-adik. Kami sama seperti kebanyakan orang kampung ini, miskin.”
”Kayaknya sekarang Anda bukan orang miskin lagi, paling tidak bila dibanding saya (Hal. 22).”
Selain sifat keidealisan, Kabul memiliki sifat yang bijaksana dalam menentukan sesuatu hal.