• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kinerja Petugas Posyandu Dan Kepuasan Ibu Pengguna Posyandu Di Desa Sei Semayang Kabupaten Deli Serdang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Kinerja Petugas Posyandu Dan Kepuasan Ibu Pengguna Posyandu Di Desa Sei Semayang Kabupaten Deli Serdang"

Copied!
74
0
0

Teks penuh

(1)

KINERJA PETUGAS POSYANDU DAN KEPUASAN IBU

PENGGUNA POSYANDU DI DESA SEI SEMAYANG

KABUPATEN DELI SERDANG

Skripsi

Zuhrina Aidha

051101033

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

▸ Baca selengkapnya: proposal posyandu word

(2)

PRAKATA

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan

karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul

“Kinerja Petugas Posyandu dan Kepuasan Ibu Pengguna Posyandu di Desa Sei

Semayang Kabupaten Deli Serdang”. Skripsi ini ditulis untuk menyelesaikan

tugas akhir dan mendapatkan gelar sarjana Keperawatan Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara.

Selama penyelesaian Skripsi ini penulis telah banyak mendapat bantuan

dan dukungan dari berbagai pihak, baik moril maupun materil, untuk itu penulis

ingin mengucapkan terima kasih kepada Bapak M. Sukri Tanjung, S. Kep, Ns

selaku dosen pembimbing Skripsi ini yang telah memberi saran dan dorongan

dengan kesabaran selama penulis menyusun proposal penelitian ini. Terima kasih

penulis ucapkan kepada ibu Reni Asmara A. S.Kp, MARS, dan ibu Lufthiani

S.Kep, Ns selaku dosen penguji yang telah memberikan saran untuk perbaikan

dalam penyelesaian skripsi ini.

Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada dr. Dedi Ardinata,

M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan USU, Ibu Mahnum Laylan Nst.

SKep, Ns, dan Bapak Dudut Tanjung, M.Kep, SpKMB selaku Dosen Pembimbing

Akademik yang telah banyak membantu kelancaran perkuliahan penulis. Dan

kepada seluruh Pegawai di Fakultas Keperawatan USU yang telah banyak

membantu penulis untuk urusan administrasi. Dan Terima kasih kepada Kepala

Desa Sei Semayang bapak Asli Sembiring, beserta pegawai yang telah

(3)

Ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya untuk kedua orang tua, Papa

Prof. Dr. Ir. Abdul Rauf, MP. dan Mama Dra. Erlina Wati atas segala

pengorbanan dan perjuangan demi tercapainya impian penulis. Terimakasih atas

segala do’a dan kucuran keringat yang tercurah demi menyelesaikan perkuliahan

penulis, semoga anugerah Allah selalu tercurah buat Papa dan Mama.

Terimakasih juga buat saudara-saudara ku tercinta, Mbak Bebby Meirina R.

S.Sos, dan adikku Ridho Fahmi Abdul Azis yang telah mendukung dan

menghibur disaat penulis mengalami kejenuhan. Dan buat seluruh keluarga besar

Om dan Tante yang sudah memberikan semangat kepada penulis dalam

penyelesaian Skripsi ini

Tidak lupa buat para sahabat di Fakultas Keperawatan USU stambuk

2005, Sari, Ochie, Lita, Ratih, Eli dan semuanya yang tidak bisa penulis sebutkan

satu persatu, penulis mengucapkan terimakasih untuk segala dukungan dan

perhatiannya selama ini. Semoga persahabatan kita tetap terjalin abadi.

Terimakasih buat seseorang yang senantiasa tak pernah lelah memberikan

dukungan, ikhlas menemani saat suka dan duka, dan selalu membantu penulis

dalam menyelesaikan Skripsi ini, Vandi Nova.

Akhir kata penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi

pengembangan ilmu pengetahuan di bidang keperawatan dan pihak-pihak yang

membutuhkan. Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya

membangun untuk perbaikan yang lebih baik di masa yang akan datang.

Medan, Oktober 2009

(4)

DAFTAR ISI

2. Pertanyaan Penelitian... 6

3. Tujuan Penelitian ,…...6

4. Manfaat Penelitian ... 6

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Posyandu... 8

1.1 Pengertian Posyandu...8

1.2 Penyelenggara Posyandu…...9

1.3 Aktivitas Operasional Posyandu…...11

2. Kinerja………... 12

2.1 Pengertian Kinerja... 12

2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja... 14

3. Kepuasan………... 16

3.1 Pengertian dan Teori Kepuasan...16

3.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepuasan………..18

3.3 Klasifikasi Kepuasan...21

BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL 1. Kerangka Konsep…... 23

2. Defenisi Operasional... 24

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 1. Desain Penelitian... 27

2. Populasi, Sampel dan Tehnik Sampling…... 27

3. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 29

4. Pertimbangan Etik ... 29

5. Instrumen Penelitian dan Pengukuran Validitas-Reliabilitas...30

6. Prosedur Pengumpulan Data ... 32

7. Analisa Data... 33

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Penelitian...35

1.1. Karakteristik Responden...35

1.2. Kinerja Petugas Posyandu...39

(5)

2. Pembahasan... 46 2.1. Kinerja Petugas Posyandu... 46 2.2. Kepuasan Ibu Pengguna Posyandu ...51

BAB 6 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

1. Kesimpulan...56 2. Rekomendasi ...57

DAFTAR PUSTAKA ... 59 LAMPIRAN

1. Uji Validitas Isi 2. Uji Reliabilitas

3. Lembar Persetujuan Menjadi Responden Penelitian 4. Instrumen Penelitian

5. Surat Izin Penelitian

(6)

DAFTAR TABEL

Tabel Hal

Tabel 4.1

Tabel 5.6

Rincian Jumlah Sampel pada Setiap Posyandu Di Desa SeiSemayang….……….

Distribusi Frekuensi dan Persentase karakteristik responden petugas posyandu di Desa Sei Semayang (n=30)...

Distribusi Frekuensi dan Persentasi Karakteristik responden ibu pengguna posyandu di Desa Sei Semayang (n=61)...

Distribusi frekuensi dan persentasi dari kinerja petugas posyandu di Desa Sei Semayang (n=30) ...

Distribusi frekuensi dan persentase pernyataan tentang kinerja petugas posyandu di Desa Sei Semayang (n=30) ...

Distribusi frekuensi, dan persentase dari kepuasan ibu pengguna posyandu di Desa Sei Semayang (n=61) ...

(7)

Judul : Kinerja Petugas Posyandu dan Kepuasan Ibu Pengguna Posyandu di Desa Sei Semayang Kabupaten Deli Serdang

Peneliti : Zuhrina Aidha

Program : Sarjana Keperawatan

Tahun akademik : 2009/2010

Abstrak

Kinerja adalah hasil kerja kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya Dan kepuasan adalah suatu keadaan dimana keinginan, harapan, dan kebutuhan individu terpenuhi.

Penelitian ini dilakukan di Desa Sei Semayang Kabupaten Deli Serdang pada bulan Februari sampai dengan Maret 2010. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi kinerja petugas posyandu dan kepuasan ibu pengguna posyandu di Desa Sei Semayang Kabupaten Deli Serdang dengan menggunakan desain penelitian deskriptif. Penentuan sampel kader posyandu menggunakan teknik purposive sampling, dan penentuan sampel ibu pengguna posyandu menggunakan teknik proportional sampling. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner.

Hasil penelitian ini menggambarkan bahwa kinerja petugas posyandu dalam kategori baik sebanyak 25 orang (83,3%), dan kategori buruk 5 orang (16,7%). Kepuasan ibu pengguna posyandu dalam kategori sangat memuaskan sebanyak 55 orang (90,2%), kategori memuaskan 6 orang (9,8%), dan tidak ada untuk kategori tidak mamuaskan dan sangat tidak memuaskan. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kinerja petugas posyandu baik dan kepuasan ibu pengguna posyandu sangat memuaskan. Penelitian selanjutnya diharapkan untuk mengidentifikasi hubungan kinerja petugas posyandu dengan kepuasan ibu pengguna posyandu.

(8)

Judul : Kinerja Petugas Posyandu dan Kepuasan Ibu Pengguna Posyandu di Desa Sei Semayang Kabupaten Deli Serdang

Peneliti : Zuhrina Aidha

Program : Sarjana Keperawatan

Tahun akademik : 2009/2010

Abstrak

Kinerja adalah hasil kerja kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya Dan kepuasan adalah suatu keadaan dimana keinginan, harapan, dan kebutuhan individu terpenuhi.

Penelitian ini dilakukan di Desa Sei Semayang Kabupaten Deli Serdang pada bulan Februari sampai dengan Maret 2010. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi kinerja petugas posyandu dan kepuasan ibu pengguna posyandu di Desa Sei Semayang Kabupaten Deli Serdang dengan menggunakan desain penelitian deskriptif. Penentuan sampel kader posyandu menggunakan teknik purposive sampling, dan penentuan sampel ibu pengguna posyandu menggunakan teknik proportional sampling. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner.

Hasil penelitian ini menggambarkan bahwa kinerja petugas posyandu dalam kategori baik sebanyak 25 orang (83,3%), dan kategori buruk 5 orang (16,7%). Kepuasan ibu pengguna posyandu dalam kategori sangat memuaskan sebanyak 55 orang (90,2%), kategori memuaskan 6 orang (9,8%), dan tidak ada untuk kategori tidak mamuaskan dan sangat tidak memuaskan. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kinerja petugas posyandu baik dan kepuasan ibu pengguna posyandu sangat memuaskan. Penelitian selanjutnya diharapkan untuk mengidentifikasi hubungan kinerja petugas posyandu dengan kepuasan ibu pengguna posyandu.

(9)

BAB 1 PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Dalam rangka mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal,

berbagai upaya kesehatan telah diselenggarakan. Salah satu bentuk upaya

kesehatan melalui puskesmas dan rumah sakit sebagai rujukannya, yang

merupakan sistem pelayanan kesehatan yang dianut dan dikembangkan dalam

sistem kesehatan nasional dengan melibatkan peran serta masyarakat. Beberapa

upaya kesehatan masyarakat yang memerlukan dukungan dan peran serta aktif

masyarakat antara lain adalah berbagai pelayanan dasar puskesmas khususnya

dalam hal kesehatan ibu dan anak, perbaikan gizi, keluarga berencana, kesehatan

lingkungan, pemberantasan dan pencegahan penyakit menular, penyuluhan

kesehatan dan lain-lain yang mencakup 18 usaha kesehatan pokok puskesmas dan

upaya perawatan kesehatan masyarakat melalui pos pelayanan terpadu (posyandu)

(Effendy, 1995).

Posyandu didirikan untuk mengutamakan pelayanan KB dan Kesehatan,

khususnya untuk pelayanan ibu hamil dan anak-anak. Di harapkan juga Posyandu

nantinya dapat menjadi wadah bagi keluarga untuk mengoptimalkan delapan

fungsi keluarga menurut UU no 10 tahun 1992. Tenaga yang bekerja di posyandu

adalah bidan, perawat, dokter, sukarelawan, dan petugas dari BKKBN itu sendiri

(10)

Posyandu dilaksanakan satu bulan sekali dengan menerapkan sistem 5 (lima)

meja, yaitu: Meja 1: Pendaftaran, Meja 2: Penimbangan, Meja 3: Pengisian KMS

(Kartu Menuju Sehat), Meja 4: Penyuluhan perorangan berdasarkan KMS, Meja

5: Pelayanan KB dan kesehatan lain termasuk Immunisasi, pembagian pil KB,

atau konsultasi kesehatan lain (Effendy, 1998).

Pada saat terjadi krisis di tahun 1997-1998, kegiatan Posyandu dalam bidang

KB dan Kesehatan menurun. Jumlah Posyandu yang aktif menurun dari sekitar

500.000 buah menjadi hanya sekitar setengahnya. Begitu juga peranan bidan di

desa. Jumlah bidan yang aktif dalam Posyandu di desa merosot dari sekitar 65.000

menjadi hanya sekitar 20.000 sampai 22.000 bidan. Hal ini berdampak pada

tingginya angka kematian ibu dan bayi. Menurut Direktur Jendral Bina Kesehatan

Masyarakat Departemen Kesehatan Prof. dr. Azrul Azwar, MPH, angka kematian

ibu mencapai 307 kasus per 1000 kelahiran hidup dan angka kematian bayi

mencapai 35 kasus per 1000 kelahiran hidup. Itu berarti setiap tahun ada 13.778

kematian ibu atau setiap dua jam ada dua ibu hamil, bersalin, nifas yang

meninggal karena berbagai penyebab. Bisa dipastikan hal ini disebabkan oleh

kurangnya pengetahuan masyarakat khususnya ibu hamil mengenai cara

memelihara kesehatan selama hamil dan kurang menggunakan pelayanan

kesehatan untuk memeriksakan kehamilan (Syafrudin, 2008).

Pemerintah berupaya mengaktifkan kembali Pos Pelayanan Terpadu

(Posyandu) untuk meningkatkan koordinasi penanganan keluarga berencana (KB)

(11)

pos-pos KB dan pos-pos kesehatan yang telah ada menjadi Pos Pelayanan

Terpadu (Posyandu). Selain itu pemerintah juga mencanangkan program

Revitalisasi Posyandu untuk mengaktifkan kembali kegiatan Posyandu. Program

revitalisasi posyandu mempunyai tujuan agar terjadi peningkatan fungsi dan

kinerja posyandu, dengan kegiatan utama adalah; 1) pelatihan, untuk

meningkatkan kemampuan dan kualitas kader; 2) pelayanan, mencakup pelayanan

lima program prioritas yang merupakan paket minimal dengan sasaran khusus

balita dan ibu hamil serta menyusui dan; 3) penggerakan masyarakat (Ridwan,

2007).

Menurut Mangkunegara, (2000) hal yang sangat penting selain program

yang diselenggarakan Posyandu, kinerja petugas posyandu juga sangat perlu

untuk di tingkatkan. Kinerja (prestasi kerja) adalah hasil kerja secara kualitas dan

kuantitas yang dicapai oleh seseoran

sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Dalam hal ini, seorang

petugas posyandu berperan besar untuk meningkatkan kinerja secara optimal.

Misalnya dengan mengoptimalkan jumlah pengguna satu posyandu dengan

jumlah petugas pada posyandu tersebut. Satu unit Posyandu, idealnya melayani

sekitar 100 balita (120 kepala keluarga) atau sesuai dengan kemampuan petugas

dan keadaan setempat. Pelaksanaan kegiatan Posyandu umumnya dibuka satu

bulan sekali oleh anggota masyarakat yang sudah dilatih menjadi kader kesehatan

setempat di bawah bimbingan Puskesmas (suaramerdeka.com; 14 September

(12)

Salah satu komponen yang penting dalam kinerja Posyandu adalah

layanan yang diberikan oleh Posyandu tersebut. Pelayanan yang baik dan sesuai

kebutuhan masyarakat, terutama yang menunjang kesehatan dan gizi ibu dan

balita tentu akan mendapatkan respon yang positif. Secara ideal, layanan

Posyandu meliputi: Pemantauan gizi yaitu pemantauan kebutuhan balita,

pendidikan atau penyuluhan gizi, serta pemberian makanan tambahan; kesehatan

ibu dan anak; pengontrolan terhadap diare; immunisasi; serta keluarga berencana

(BKKBN, 2004).

Berdasarkan data temuan IFLS (Indonesian Family Life Survey) tahun

1997-2000, terdapat penurunan kinerja Posyandu yang mempengaruhi tingkat

kepuasan ibu-ibu pengguna Posyandu. Terbukti sejak satu dekade terakhir terjadi

penurunan cakupan kedatangan ibu yang membawa balitanya ke Posyandu. Data

tersebut menyebutkan terjadi penurunan sebesar 12% terhadap pengguna

Posyandu oleh balita baik laki-laki maupun perempuan dalam rentang tahun 1997

hingga 2000 (Strauss et al, 2002). Menurut Marks (2003), selain cakupan, kualitas

layanan Posyandu itu sendiri juga menurun, dengan indikasi adanya 14%

penurunan cakupan pemantauan pertumbuhan dan rendahnya kepemilikan KMS

(Kartu Menuju Sehat) hingga menurun sebesar 24% pada kurun waktu yang sama

(Tria, 2007).

Dari data IFLS diketahui bahwa pada saat terjadinya penurunan cakupan

Posyandu, pemanfaatan terhadap layanan kesehatan pribadi atau swasta

meningkat dengan cukup signifikan sebanyak 10%. Angka ini mengindikasikan

(13)

membutuhkan misalnya saat mereka sakit, bukan untuk mendapatkan layanan

monitoring atau meningkatkan pengetahuan kesehatan dan gizi seperti yang

diberikan di Posyandu. Pergeseran kebutuhan inilah yang menyebabkan Posyandu

makin ditinggalkan (Strauss et al, 2002 dalam Tria, 2007).

Di Kabupaten Deli Serdang terdapat 31 unit Puskesmas. Termasuk di

dalamnya Puskesmas di Desa Sei Semayang yang membina 10 Posyandu yang

tersebar di 19 dusun dengan 2 orang tenaga medis dan 4 orang kader di setiap

posyandu. Berdasarkan hasil observasi peneliti, jumlah pengguna Posyandu di

Desa Sei Semayang relatif sedikit. Terlihat dari banyaknya ibu-ibu yang

membawa balitanya ke fasilitas kesehatan atau praktik dokter swasta untuk

imunisasi (Bappeda Deli Serdang, 2004).

Kurangnya pemanfaatan fasilitas yang ada diposyandu kemungkinan

karena masyarakat pengguna Posyandu kurang pengetahuan mengenai pelayanan

dan biaya yang harus dikeluarkan oleh masyarakat untuk mendapatkan pelayanan

yang sesuai dengan kebutuhan mereka di Posyandu. Sehingga masyarakat masih

menganggap bahwa pengobatan itu mahal. Rendahnya status kesehatan

masyarakat dimungkinkan karena kurangnya pengetahuan, terbatasnya akses

pelayanan dan biaya. Secara umum gambaran kepuasan masyarakat pengguna

layanan kesehatan masih rendah. Ini terlihat dari masalah yang muncul di

masyarakat terkait dengan loket pendaftaran yang berbelit-belit, tidak adanya

transparansi, keterbatasan fasilitas, sarana dan prasarana yang kurang memadai

(14)

tersebut membuat masyarakat merasa kurang perlu untuk datang ke pelayanan

kesehatan (Retnowati, 2008).

Sedikitnya masyarakat yang menggunakan fasilitas kesehatan di

Posyandu, mengindikasikan rendahnya kinerja petugas Posyandu. Kinerja petugas

Posyandu yang rendah menyebabkan kepuasan masyarakat terhadap Posyandu

juga rendah.

Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik melakukan penelitian

dengan judul “Kinerja Petugas Posyandu dan Kepuasan Ibu Pengguna Posyandu

di Desa Sei Semayang”.

2. Pertanyaan Penelitian

Yang menjadi pertanyaan dalam penelitian ini adalah:

2.1 Bagaimana kinerja petugas Posyandu di Desa Sei Semayang Kabupaten

deli Serdang?

2.2 Bagaimana kepuasan ibu pengguna Posyandu di Desa Sei Semayang

Kabupaten Deli Serdang?

3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah:

3.1 Mengidentifikasi kinerja petugas Posyandu di Desa Sei Semayang

Kabupaten Deli Serdang.

3.2 Mengidentifikasi kepuasan ibu pengguna Posyandu di Desa Sei Semayang

(15)

4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian diharapkan bermanfaat untuk:

4.1 Praktik Keperawatan

Manfaat penelitian ini untuk praktik keperawatan adalah sebagai

informasi bagi praktik keperawatan komunitas di Puskesmas untuk

meningkatkan kinerja Posyandu.

4.2 Pendidikan keperawatan

Dalam bidang pendidikan keperawatan, hasil penelitian ini diharapkan

akan dapat:

4.2.1 Menambah pengetahuan baru bagi keperawatan komunitas

tentang kinerja petugas Posyandu dengan kepuasan ibu

pengguna Posyandu.

4.2.2 Menjadi bahan kajian dalam perkuliahan dan dapat

diintegrasikan pada keperawatan komunitas di Puskesmas.

4.3 Puskesmas Sei Semayang

Hasil penelitian ini dapat memberikan masukan kepada

Puskesmas Sei Semayang untuk dapat meningkatkan kinerja petugas

Posyandu.

4.4 Penelitian selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai sumber

(16)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

1. Posyandu

1.1. Pengertian Posyandu

Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan bersumber

Daya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh,

untuk dan bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan

kesehatan, guna memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan

kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar untuk

mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi.

Shakira (2009) menyebutkan, Posyandu adalah suatu forum komunikasi,

alih tehnologi dan pelayanan kesehatan masyarakat yang mempunyai nilai

strategis untuk pengembangan sumber daya manusia sejak dini. Posyandu juga

merupakan tempat kegiatan terpadu antara program Keluarga Berencana–

Kesehatan di tingkat desa. Posyandu adalah pusat kegiatan masyarakat dalam

upaya pelayanan kesehatan dan keluarga berencana. Posyandu adalah pusat

pelayanan keluarga berencana dan kesehatan yang dikelola dan

diselenggarakan untuk dan oleh masyarakat dengan dukungan teknis dari

petugas kesehatan dalam rangka pencapaian NKKBS (Norma Keluarga Kecil

Bahagia Sejahtera).

Istilah Posyandu yang dikenal sebagai Pos Pelayanan Terpadu adalah

(17)

bulan sekali diberikan oleh pemberi pelayanan kesehatan dan terdiri dari

beberapa pelayanan kesehatan yaitu:

1. Pelayanan Pemantauan Pertumbuhan Berat Badan Balita

2. Pelayanan Imunisasi

3. Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak. Pelayanan Ibu berupa pelayanan

ANC (Antenatal Care), kunjungan pasca persalianan (Nifas) sementara

Pelayanan Anak berupa Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang

Balita dengan maksud menemukan secara dini kelainan-kelainan pada

balita dan melakukan intervensi segera.

4. Pecegahahan dan Penanggulangan diare Dan Pelayanan Kesehatan

lainnya (Arali, 2008).

Berdasarkan pelayanan yang diberikan, sasaran Posyandu terdiri atas

pasangan usia subur, ibu hamil, ibu menyusui, bayi dan balita (Shakira,

2009).

1.2 Penyelenggara Posyandu

Pada hakikatnya Posyandu didirikan dari, oleh dan untuk masyarakat

dalam mencapai pelayanan kesehatan yang baik. Penyelenggaraannya

dilakukan oleh kader yang telah dilatih di bidang kesehatan dan KB dan

keanggotaannya berasal dari PKK, tokoh masyarakat, dan pemuda atau

pemudi. Pengelola Posyandu sendiri adalah pengurus yang dibentuk oleh

ketua RW yang berasal dari kader PKK, tokoh masyarakat formal dan

(18)

Kader kesehatan merupakan kader-kader yang dipilih masyarakat menjadi

penyelenggara Posyandu. Para ahli mengemukakan pendapat tentang kader

kesehatan. Menurut Gunawan dalam Hasdi (2007), kader kesehatan

dinamakan juga promotor kesehtan desa (prokes) adalah tenaga sukarela yang

dipilih oleh dari masyarakat dan bertugas mengembangkan masyarakat.

Pendapat ini diperkuat oleh pendapat Dirjen Depkes RI yang menyebutkan

kader adalah warga masyarakat setempat yang dipilih dan ditinjau oleh

masyarakat dan dapat bekerja secara sukarela. Para kader kesehatan

masyarakat itu hendaknya memiliki latar belakang pendidikan yang cukup

sehingga memungkinkan mereka untuk membaca, menulis dan menghitung

secara sederhana.

Tujuan pembentukan kader adalah untuk mengikutsertakan masyarakat

secara aktif dan bertanggung jawab. Keikutsertaan masyarakat dalam

meningkatkan efisiensi pelayanan adalah dasar terbatasnya daya dan adanya

dalam operasional Posyandu yang akan memanfaatkan sumber daya yang ada

di masyarakat secara optimal.

Tugas-tugas kader berbeda-beda antara satu tempat dan tempat yang

lainnya. Tugas-tugas tersebut meliputi pelayanan kesehatan dan pembangunan

masyarakat, tetapi yang harus mereka lakukan itu terbatas pada bidang-bidang

(19)

1.3 Aktivitas Operasional Posyandu

Beberapa kegiatan diposyandu diantaranya terdiri dari lima kegiatan

Posyandu antara lain: 1) Kesehatan Ibu dan Anak, yang termasuk didalamnya

Pemeliharaan kesehatan ibu hamil, melahirkan dan menyusui, serta bayi, anak

balita dan anak prasekolah; Memberikan nasehat tentang makanan guna

mancegah gizi buruk karena kekurangan protein dan kalori, serta bila ada

pemberian makanan tambahan vitamin dan mineral; Pemberian nasehat tentang

perkembangan anak dan cara stimilasinya; Penyuluhan kesehatan meliputi

berbagai aspek dalam mencapai tujuan program KIA. 2) Keluarga Berencana,

mencakup: Pelayanan keluarga berencana kepada pasangan usia subur dengan

perhatian khusus kepada mereka yang dalam keadaan bahaya karena melahirkan

anak berkali-kali dan golongan ibu beresiko tinggi; Cara-cara penggunaan pil,

kondom dan sebagainya. 3) Immunisasi. Imunisasi tetanus toksoid 2 kali pada ibu

hamil dan BCG, DPT 3x, polio 3x, dan campak 1x pada bayi. 4) Peningkatan gizi

dengan cara Memberikan pendidikan gizi kepada masyarakat; Memberikan

makanan tambahan yang mengandung protein dan kalori cukup kepada anak-anak

dibawah umur 5 tahun dan kepada ibu yang menyusui; Memberikan kapsul

vitamin A kepada anak-anak dibawah umur 5 tahun. Dan 5) Penanggulangan

Diare (Hasdi, 2007).

Lima kegiatan Posyandu selanjutnya dikembangkan menjadi tujuh kegiatan

Posyandu (Sapta Krida Posyandu), yaitu: 1) Kesehatan Ibu dan Anak, 2) Keluarga

Berencana, 3) Immunisasi, 4) Peningkatan gizi, 5) Penanggulangan Diare, 6)

(20)

limbah yang benar, pengolahan makanan dan minuman, dan 7) Penyediaan Obat

essensial (Shakira, 2009).

Posyandu dilaksanakan sebulan sekali yang ditentukan oleh Kader, tim

penggerak PKK Desa/ Kelurahan dan petugas kesehatan dari Puskesmas.

Kegiatan pelayanan masyarakat dilakukan dengan sistem 5 (lima) meja, yaitu:

• Meja Pertama disebut meja pendaftaran

• Meja Kedua disebut meja penimbangan balita

• Meja Ketiga adalah meja pengisian KMS

• Meja Keempat adalah Penyuluhan Kesehatan

• Meja Kelima adalah Meja pemberian paket pertolongan gizi.

Untuk meja satu sampai empat dilakukan oleh kader kesehatan dan

meja lima dilaksananak oleh petugas kesehatan seperti, dokter, bidan, perawat,

juru imunisasi dan sebagainya (Arali, 2008).

2. Kinerja

2.1 Pengertian Kinerja

Kinerja adalah istilah yang populer di dalam manajemen, yang mana

istilah kinerja didefinisikan dengan istilah hasil kerja, prestasi kerja dan

performance (Sambas, 2009).

Samsudin (2005) menyebutkan bahwa: “Kinerja adalah tingkat

pelaksanaan tugas yang dapat dicapai seseorang, unit atau divisi dengan

menggunakan kemampuan yang ada dan batasan-batasan yang telah

(21)

Setiap individu atau organisasi tentu memiliki tujuan yang akan dicapai

dengan menetapkan target atau sasaran. Keberhasilan individu atau

organisasi dalam mencapai target atau sasaran tersebut merupakan kinerja.

Seperti yang diungkapkan oleh Prawirosentono (1999) yang mengartikan

kinerja sebagai, Hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau kelompok

orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang adan tanggung jawab

masing-masing, dalam rangka upaya mendapai tujuan organisasi

bersangkutan secara ilegal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral

maupun etika.

Dari pendapat Prawirosentono di atas terungkap bahwa kinerja

merupakan hasil kerja atau prestasi kerja seseorang atau organisasi. Berkaitan

dengan hal tersebut, Gomes (2003) mengatakan bahwa “Kinerja adalah

catatan hasil produksi pada fungsi pekerjaan yang spesifik atau aktivitas

selama periode waktu tertentu”. Sementara Rivai (2005) mengemukakan

bahwa: “Kinerja adalah hasil atau tingkat keberhasilan seseorang secara

keseluruhan selama periode tertentu di dalam melaksanakan tugas

dibandingkan dengan berbagai kemungkinan, seperti standar hasil kerja,

target atau sasaran atau kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu dan

telah disepakati bersama.”

Mink (1993) mengemukakan pendapatnya bahwa individu yang

memiliki kinerja yang tinggi memiliki beberapa karakteristik, yaitu

diantaranya: (a) berorientasi pada prestasi, (b) memiliki percaya diri, (c)

(22)

2.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja

Kinerja merupakan suatu hasil kerja yang dilakukan seseorang.

Kinerja dianggap baik jika memenuhi indikator kinerja yaitu:

Specific: Jelas sehingga tidak ada kemungkinan kesalahan interpretasi

Measurable: mempresentasikan tentang sesuatu dan jelas ukurannya.

Attributable: Indikator kinerja yang ditetapkan harus bermanfaat untuk

pengambilan keputusan.

Relevant: Indikator kinerja harus sesuai dengan ruang lingkup program

dan dapat menggambarkan hubungan sebab akibat antar indikator.

Timely: Indikator kinerja yang ditetapkan harus dikumpulkan datanya dan

dilaporkan tepat pada waktunya sebagai bahan pengambilan keputusan

(Soegoto, 2007).

Tinggi rendahnya kinerja pegawai tergantung kepada faktor-faktor

yang mempengaruhinya. Dalam hal ini Jones (2002) mengatakan bahwa

“Banyak hal yang menyebabkan terjadinya kinerja yang buruk, antara lain:

kemampuan pribadi, kemampuan manajer, kesenjangan proses, masalah

lingkungan, situasi pribadi, motivasi”. Pendapat lain menyebutkan,

faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja individu tenaga kerja, yaitu: Kemampuan

mereka, Motivasi, Dukungan yang diterima, Keberadaan pekerjaan yang

mereka lakukan, dan Hubungan mereka dengan organisasi (Mathis & Jackson,

(23)

Berdasarkaan uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa kinerja

merupakan kualitas dan kuantitas dari suatu hasil kerja (output) individu

maupun kelompok dalam suatu aktifitas tertentu yang diakibatkan oleh

kemampuan alami atau kemampuan yang diperoleh dari proses belajar serta

keinginan untuk berprestasi.

Selain beberapa faktor di atas, ada hal yang paling penting yang dapat

mempengaruhi kinerja individu yaitu penghargaan atau reward. Penghargaan

atau reward ini sangat penting untuk menunjang peningkatan kinerja. Sama

halnya dengan petugas posyandu yang sebahagian besar adalah kader

sukarela dari masyarakat, sangat memerlukan penghargaan atas pekerjaan

yang sudah dilakukan. Mereka mungkin tidak mengharapkan penghargaan

dalam bentuk gaji yang besar, karena mereka bekerja dengan sukarela.

Namun, mereka memerlukan penghargaan dalam bentuk pujian atau seminar

seputar Posyandu yang dapat dijadikan strategi dalam rangka

memberdayakan dan mendorong para kader sebagai pengelola Program KB

Nasional di lini lapangan untuk meningkatkan motivasi kerja serta sekaligus

sebagai ajang untuk bertukar pengalaman, wawasan tentang apa yang telah

(24)

3. Kepuasan

3.1. Pengertian Kepuasan dan Teori Kepuasan

Kepuasan adalah suatu keadaan dimana keinginan harapan dan kebutuhan

individu terpenuhi (Atmojo, 2006). Artinya, individu datang ke suatu pelayanan

untuk mendapatkan apa yang diinginkan untuk memenuhi kebutuhannya.

Menurut Suprapto, (1997) kepuasan pelanggan berarti bahwa kinerja suatu

barang sekurang-kurangnya sama dengan apa yang diharapkan. Nursalam, (2003)

juga mengungkapkan bahwa kepuasan adalah perasaan senang seseorang yang

berasal dari perbandingan antara kesenangan terhadap aktifitas dari satu produk

dan harapannya. Lain halnya pendapat Oliver, (1980) menekankan bahwa

kepuasan adalah tingkat perasaan seseorang setelah membandingka kinerja/ hasil

yang dirasakan dengan harapan. Kepuasan klien adalah upaya penyelenggara

pelayanan (provider) di dalam memberikan apa yang betul-betul dibutuhkan dan

diinginkan oleh klien (UNFPA, 1999).

Kepuasan berarti keinginan dan kebutuhan seseorang telah terpenuhi sama

sekali. Kepuasan seorang penerima jasa pelayanan dapat dicapai apabila

kebutuhan, keinginan dan harapannya dapat dipenuhi melalui jasa atau layanan

yang dikonsumsinya. Kepuasan klien bersifat subjektif barorientasi pada individu

dan sesuai dengan tingkat kepuasan rata-rata penduduk. Kepuasan klien dapat

berhubungan dengan berbagai aspek diantaranya mutu pelayanan yang diberikan,

kecepatan pemberi layanan, prosedur serta sikap yang diberikan oleh pemberi

(25)

Dari pengertian di atas, suatu pelayanan dinilai memuaskan bila pelayanan

tersebut dapat memuaskan dan memenuhi kebutuhan pelanggan. Pelanggan atau

klien harus dipuaskan. Jika mereka tidak dipuaskan maka akan meninggalkan

pelayanan tersebut dan beralih ke pelayanan lain. Sama halnya dengan Posyandu.

Jika pengguna Posyandu merasa tidak terpuaskan oleh kinerja petugasnya maka

klien akan meninggalkan Posyandu dan beralih kepada pelayanan kesehatan lain.

Akhirnya produktivitas Posyandu menurun dan menyebabkan tidak sedikit

Posyandu yang harus ditutup.

Ada beberapa teori mengenai kepuasan. Teori yang menjelaskan apakah

klien sangat puas, puas, tidak puas adalah teori performasi yang diharapkan

(expectation-performance theori) yang menjelaskan bahwa kepuasan adalah

fungsi dari harapan klien tentang jasa dan performasi ayang diterimanya. Jika jasa

sesuai dengan harapannya ia akan puas; jika jasa kurang sesuai dengan apa yang

diharapkan, ia akan merasa tidak puas. Kepuasan atau ketidak puasan klien akan

meningkat jika ada jarak yang lebar antara harapan dan kenyataan performasi

pelayanan. Beberapa klien cenderung memperkecil kesenjangan dan mereka akan

terkurangi rasa ketidak puasannya (Purnomo, 2002).

Teori Kotler (1997) dalam Service Quality, kepuasan pelanggan

merupakan kondisi terpenuhinya harapan pelanggan atau service/pelayanan yang

diberikan. Apabila pelayanan yang diberikan sesuai atau melebihi

harapan/ekspektasi pelanggan, mereka akan puas. Sebaliknya apabila pelayan

yang diberikan ternyata di bawah ekspektasi, mereka cenderung tidak puas. Oleh

(26)

Sedangkan teori Wexley dan Yukl (1998) bahwa seorang akan terpuaskan jika

tidak ada selisih antara kondisi yang dibutuhkan dengan kondisi aktual. Semakin

besar kekurangan dalam banyak hal penting yang dibutuhkan, maka semakin

besar rasa ketidak puasan (Utama, 2005).

3.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan

Pengukuran kepuasan pelanggan merupakan elemen yang penting dalam

menyediakan pelayanan yang lebih baik, lebih efisien, dan lebih efektif. Apabila

pelanggan merasa tidak puas terhadap suatu pelayanan yang disediakan, maka

pelayanan tersebut dapat dipastikan tidak efektif dan tidak efisien. Tingkat

kepuasan pelanggan terhadap pelayanan merupakan faktor yang tanggap terhadap

kebutuhan pelanggan, meminimalkan biaya dan waktu serta memaksimalkan

pelayanan terhadap populasi sasaran (Hadisugito, 2005). Bila seorang pelanggan

tidak puas harus segera diketahui faktor penyebabnya dan segera dilakukan

perbaikan. Tanpa adanya tindakan perbaikan hasil pengukuran tingkat kepuasan

pelanggan menjadi tidak bermanfaat. Padahal tujuan pengukuran tingkat kepuasan

pelanggan ialah untuk segera mengetahui faktor-faktor yang membuat pelanggan

tidak puas, segera diperbaikik sehingga pelanggan tidak kecewa.

Menurut Muninjaya (2004) ada beberapa faktor yang mempengaruhi

kepuasan pengguna jasa:

1. Pemahaman pengguna jasa tentang jenis pelayanan yang akan

diterimanya. Dalam hal ini, aspek komunikasi memegang peranan penting

(27)

2. Empati (sikap peduli) yang ditunjukkan oleh petugas kesehatan. Sikap ini

akan menyentuh emosi pasien. Faktor ini akan berpengaruh pada tingkat

kepatuhan pasien (compliance).

3. Biaya (cost). Tingginya biaya pelayanan dapat dianggap sebagai sumber

moral hazzard bagi pasien dan keluarganya. Sikap kurang peduli

(ignorance) pasien dan keluarga menyebabkan mereka menerima saja

jenis perawatan dan tehnologi kedokteran yang ditawarkan oleh petugas

kesehatan. Akibatnya, biaya perawatn menjadi mahal. Informasi terbatas

yang dimiliki oleh pihak klien dan keluarganya tentang perawatan yang

diterima dapat menjadi sumber keluhan klien. Sistem asuransi kesehatan

dapat mengatasi masalah biaya kesehatan.

4. Penampilan fisik meliputi kerapian petugas, kondisi kebersihan dan

kenyamanan ruangan (tangibility).

5. Jaminan keamanan yang ditunjukkan oleh petugas kesehatan (assurance).

Ketepatan jadwal pemeriksaan dan kunjungan dokter juga termasuk pada

faktor ini.

6. Keandalan dan keterampilan (reliability) petugas kesehatan dalam

memberikan perawatan.

7. Kecepatan petugas memberikan tanggapan terhadap keluhan klien

(responsiveness).

Berdasarkan data yang diperoleh dari BKKBN, (2009) fungsi dan kinerja

petugas Posyandu menurun dalam beberapa tahun terakhir ini. Hal tersebut

(28)

kemampuan dari petugas kesehatan, jumlah kader yang kurang dibandingkan

dengan beban kerja, dan alasan-alasan tersebut bergeser menjadi tidak sesuainya

waktu penyelenggaraan Posyandu dengan jadwal imunisasi menyebabkan banyak

ibu yang membawa bayi dan balitanya ke praktek klinis swata. Untuk itulah guna

meningkatkan fungsi dan peran Posyandu diperlukan langkah-langkah taktis dan

strategis, seperti kegiatan revitalisasi. Termasuk dukungan dari Lembaga

kemasyarakatan, PKK, LSM, tokoh agama dan beberapa sektor terkait dalam

pemerintahan.

Pada penelitian yang dilakukan dengan tujuan pengembangan indeks

kepuasan pengguna suatu layanan, diperoleh hasil bahwa indeks kepuasan pasien

secara bersama-sama dengan indikator pelayanan kesehatan lain yang mampu

memberikan gambaran tentang tingkat keberhasilan dan keadaan suatu pelayanan

tersebut. Perkembangan dan penigkatana jasa pelayanan menjadi bahan perhatian

khalayak, sehingga terjadi persaingan mutu pelayanan. Mutu pelayanan yang baik

akan memberikan kepuasan yang akhirnya berdampak pada kunjungan

selanjutnya. Tingkat kepuasan ini digunakan untuk melihat gambaran persepsi

pengguna jasa pelayanan terhadap mutu pelayanan, kinerja petugas pemberi

pelayanan, keterampilan dan kecepatan petugas menanggapi keluhan pengguna

jasa.

Beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan mutu

pelayanan atau kualitas dapat dilakukan dengan cara: meningkatkan perolehan

klien, mempekerjakan petugas pelayanan kesehatan dengan lebih baik, memberi

(29)

produktifitass, memotivasi perawat untuk menawarkan nilai kepada klien dan

membangun struktur kepemimpinan yang lebih baik (Tjiptono, 1997).

3.3. Klasifikasi Kepuasan

Menurut Gerson (2004), untuk mengetahui tingkat kepuasan pelanggan

dapat diklasifikasikan dalam beberapa tingkatan sebagai berikut:

a. Sangat memuaskan

Diartikan sebagai ukuran subjektif hasil penilaian perasaan klien yang

menggambarkan pelyanan kesehatan sepenuhnya atau sebahagian besar sesuai

keinginan atau kebutuhan klien, seperti sangat bersih (untuk prasarana), sangat

ramah (untuk hubungan antara petugas kesehatan atau petugas kesehatan dengan

klien), dan sangat cepat (untuk pelayan dan administrasi), yang seluruhnya

menggambarkan kualitas tingkat pelayanan yang paling tinggi.

b. Memuaskan

Diartikan sebagai ukuran subjektif hasil penelitian perasaan klien, yang

menggambarkan pelayanan kesehatan tidak sepenuhnya atau sebagian sesuai

kebutuhan atau keinginan seperti tidak terlalu bersih, ahak kurang cepat, atau

kurang ramah, yang semuanya ini menggambarkan tingkat kualitas kategori

sedang.

c. Tidak memuaskan

Diartikan sebagai ukuran subjektif hasil penelitian perasaan klien rendah,

yang menggambarkan pelayanan kesehatan tidak sesuai sesuai kebutuhan atau

(30)

d. Sangat tidak memuaskan

Diartikan sebagai ukusan subjektif hasil penelitian perasaan klien yang

rendah, menggambarkan pelayanan kesehatan tidak sesuai kebutuhan atau

keinginan seperti tidak bersih, lambat, dan tidak ramah. Seluruh hal ini

menggambarkan tingkat kualitas pelayanan kategori rendah.

Berpedoman pada skala pengukuran yang dikembangkan Likert dikenal

dengan istilah skala Likert, kepuasan pasien dikategorikan menjadi sangat puas,

agak puas, dan tidak puas. Kategori ini dapat dikuantifikasi misalnya; sangat puas

(31)

BAB 3

KERANGKA KONSEPTUAL

1. Kerangka Konsep

Kerangka konsep pada penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan

kinerja petugas Posyandu dan kepuasan ibu pengguna Posyandu di Desa Sei

Semayang. Kinerja merupakan tolak ukur untuk menilai keberhasilan suatu

pelayanan kesehatan ( Gilbert dalam Heru, 2008). Melalui kinerja, individu dalam

hal ini petugas Posyandu, diharapkan dapat menunjukkan profesionalisme secara

nyata dengan kemampuan pribadi yang mereka miliki, motivasi dan dukungan

yang diterima, keberadaan pekerjaan yang mereka lakukan, hubungan mereka

dengan organisasi, kemampuan manajer, kesenjangan proses, masalah lingkungan

dan situasi pribadi dalam meningkatkan mutu pelayanan kesehatan yang

berdampak pada organisasi tempat kerja yang pada akhirnya berdampak pada

kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakat (Mathis & Jackson 2001, Jones

2002).

Kepuasan adalah suatu keadaan dimana keinginan, harapan dan kebutuhan

pelanggan terpenuhi (Hadi Sugito, 2005). Suatu pelayanan dianggap efisien dan

efektif jika pelayanan tersebut dapat memenuhi kebutuhan klien secara holistik.

Untuk memenuhi kepuasan klien dituntut kinerja petugas yang optimal dan biaya

yang murah. Kepuasan dapat dilihat dari pemahaman pengguna jasa terhadap

pelayanan yang akan diberikan, sikap peduli yang ditunjukkan oleh petugas,

(32)

dan keterampilan petugas, dan kecepatan petugas memberikan tanggapan atas

keluhan klien (Muninjaya, 2004).

Berdasarkan konsep di atas, kerangka konseptual pada penelitian ini

menjelaskan variabel-variabel yang akan diamati melalui penelitian yang akan

dilakukan. Dari uraian di atas dapat dibuat skema penelitian sebagai berikut:

Skema 3.1 Kerangka penelitian kinerja petugas Posyandu dan kepuasan ibu pengguna Posyandu

2. Definisi Operasional

Tabel 3.1. Definisi Operasional Kinerja Petugas Posyandu dan Kepuasan Ibu

pengguna Posyandu di Desa Sei Semayang Kabupaten Deli Serdang

Variabel Definisi operasional

- Kemampuan pribadi

- Motivasi

- Dukungan yang diterima

- Keberadaan pekerjaan

- Hub.dengan organisasi

- Kemampuan manajer

- Kesenjangan proses

- Masalah lingkungan

- Situasi pribadi

Kepuasan ibu pengguna Posyandu

- Pemahaman ttg

pelayanan yang diberikan

- Empati (sikap peduli)

- Penampilan fisik

- Jaminan keamanan

- Keandalan dan keterampilan

(33)
(34)

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

1. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain deskriptif yang bertujuan

mengidentifikasi kinerja petugan Posyandu dan kepuasan ibu pengguna Posyandu

di Desa Sei Semayang kabupaten Deli Serdang.

2. Populasi dan Sampel

Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu-ibu pengguna Posyandu

di Desa Sei Semayang Kabupaten Deli Serdang. Berdasarkan data dari Puskesmas

Sei Semayang, di Desa Sei Semayang terdapat 10 Posyandu dengan rincian

Pengunjung pada bulan Oktober 2009 sebagai berikut. Posyandu Dahlia 32 orang

pengunjung, Posyandu Anyelir 31 orang pengunjung, Posyandu Sakura 25 orang

pengunjung, Posyandu Kamboja 33 orang pengunjung, Posyandu Mekarsari 23

orang pengunjung, Posyandu Cempaka 37 orang pengunjung, Posyandu Matahari

13 orang pengunjung, Posyandu Mawar 13 orang Pengunjung, Posyandu Mayang

Elok 20 orang pengunjung, Posyandu Nusa Indah 18 orang pengunjung. Dengan

demikian didapatkan jumlah populasi sebesar 245 orang pada bulan Oktober

(35)

Sampel

Besar sampel untuk kader posyandu dalam penelitian ini adalah 30 orang

yang dipilih dengan menggunakan teknik purposive sampling yaitu suatu teknik

penetapan sampel sesuai dengan yang dikehendaki peneliti sehingga sampel

tersebut dapat mewakili karakteristik populasi yang telah dikenal sebelumnya

(Nursalam, 2003). Kriteria yang ditentukan dalam penelitian ini yaitu kader yang

sudah tiga bulan terakhir menjadi petugas pada Posyandu tersebut dan bersedia

menjadi responden dalam penelitian ini.

Pengambilan jumlah sampel untuk Ibu-ibu pengguna Posyandu dilakukan

dengan cara mengambil 25% dari jumlah populasi sehingga didapat jumlah

sampel sebanyak 61 orang. Tehnik pengambilan sampel dilakukan secara

proportional sampling yaitu teknik pengambilan sampel dari setiap wilayah

dengan seimbang atau sebanding banyaknya sampel dalam masing-masing

wilayah (Arikunto, 2006). Kriteria yang ditetapkan dalam penelitian ini yaitu

Wanita usia subur, ibu hamil, dan ibu menyusui, dapat membaca dan menulis

bahasa Indonesia dengan baik, menjadi pengunjung Posyandu rutin minimal dua

kali dalam tiga bulan terakhir, bersedia menjadi responden dalam penelitian.

Jumlah sampel secara rinci terdapat dalam tabel di bawah ini.

Tabel 2.1. Rincian jumlah sampel pada setiap Posyandu di desa Sei Semayang.

No Nama Posyandu Jlh. Pengunjung (orang)

jlh. Sampel (25%

populasi)

Pembulatan

1 Dahlia 32 8 8

(36)

3 Sakura 25 6,25 6

4 Kamboja 33 8,25 8

5 Mekarsari 23 5,75 6

6 Cempaka 37 9,25 9

7 Matahari 13 3,25 3

8 Mawar 13 3,25 3

9 Mayang Elok 20 5 5

10 Nusa Indah 18 4,5 5

Total 245 61,25 61

3. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari sampai dengan Maret 2010 di

Desa Sei Semayang. Adapun alasan pemilihan lokasi karena terdapat fenomena

yang nyata tentang penurunan cakupan penggunaan Posyandu yang terlihat dari

penurunan jumlah posyandu dari 19 unit menjadi 10 unit Posyandu di Desa Sei

Semayang.

4. Pertimbangan Etik

Penelitian ini dilakukan setelah mendapat persetujuan dari Fakultas

Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Pada pengumpulan data, peneliti

terlebih dahulu memperkenalkan diri, kemudian menjelaskan maksud, tujuan dan

prosedur penelitian kepada responden. Apabila responden setuju maka responden

(37)

disediakan oleh peneliti. Bila responden tidak bersedia atau menolak untuk diteliti

maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati hak responden.

Untuk menjaga kerahasiaan maka nama responden tidak akan dicantumkan

pada lembar kuisioner yang diisi oleh responden dan hanya diberi kode tertentu.

Kerahasiaan informasi yang diberikan oleh responden dijamin oleh peneliti dan

hanya dipergunakan untuk kepentingan penelitian (Nursalam, 2003).

5. Instrumen Penelitian dan Pengukuran Validitas-Reliabilitas

Penelitian ini menggunakan instrumen berupa kuesioner yang disusun

sendiri oleh peneliti dengan berpedoman pada konsep teori dalam tinjauan

pustaka. Kuesioner ini terdiri dari tiga bagian. Kuesioner data demografi

mencakup data mengenai usia, agama, suku, pendidikan terakhir.

Kuesioner mengenai kinerja petugas Posyandu yang terdiri dari 18

pernyataan yang terdiri dari 2 pernyataan dari tiap sub variabel kinerja yaitu

kemampuan pribadi (1,2), motivasi (3,4), dukungan yang diterima (5,6),

keberadaan pekerjaan yang dilakukan (7,8), hubungan dengan organisasi (9,10),

kemampuan manajer (11,12), kesenjangan proses (13,14), masalah lingkungan

(15,16), dan situasi pribadi (17,18) dengan tiga pilihan jawaban selalu,

kadang-kadang, tidak pernah. Untuk pertanyaan positif diberi skor 3 untuk jawaban selalu,

2 untuk jawaban kadang-kadang, dan 1 untuk jawaban tidak pernah. Sebaliknya

untuk pertanyaan negatif diberi skor 1 untuk jawaban selalu, 2 untuk jawaban

(38)

Kuesioner mengenai kepuasan ibu pengguna Posyandu yang terdiri dari 18

pernyataan yang terdiri dari 3 pernyataan dari tiap sub variabel yaitu pemahaman

tentang pelayanan yang akan diberikan (1,2,3), empati (sikap peduli) yang

ditunjukkan oleh petugas (4,5,6), penampilan fisik petugas Posyandu (7,8,9),

jaminan keamanan yang diberikan (10,11,12), keandalan dan keterampilan

petugas (13,14,15), dan kecepatan petugas memberikan tanggapan terhadap

keluhan pengguna Posyandu (16,17,18), yang dapat dijawab dengan tiga pilihan

jawaban yaitu selalu, kadang-kadang, tidak pernah. Untuk pertanyaan positif

diberi skor 3 untuk jawaban selalu, 2 untuk jawaban kadang-kadang, dan 1 untuk

jawaban tidak pernah. Sebaliknya untuk pertanyaan negatif diberi skor 1 untuk

jawaban selalu, 2 untuk jawaban kadang-kadang, dan 3 untuk jawaban tidak

pernah.

Uji Validitas dan Reliabilitas

Uji validitas merupakan suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat

kevalidan sesuatu instrumen dan bertujuan untuk menggambarkan sejauh mana

instrumen mampu mengukur apa yang akan diukur (Danim, 2003). Uji validitas

dilakukan untuk mengetahui apakah instrumen yang dibuat dapat mengukur apa

yang seharusnya di ukur. Maka dalam penelitian ini uji validitas akan dilakukan

oleh orang yang ahli dalam penelitian ini yaitu Ibu Siti Zahara Nasution, SKp,

MNs.

Uji reliabilitas instrumen bertujuan untuk mengetahui seberapa besar

(39)

valid, tinggi rendahnya reliabilitas ditunjukkan oleh suatu angka koefisien

reliabilitas. Uji reliabilitas ini dilakukan sebelum pengumpulan data terhadap 10

orang responden yang memenuhi kriteria sampel (Dempsey, 2002). Teknik

analisa yang digunakan adalah dengan menggunakan Cronbach Alpha dan

didapatkan nilai 0,736.

6. Rencana Pengumpulan Data

Proses pengumpulan data penelitian dilakukan dengan cara:

1. Meminta surat permohonan izin dari Fakultas Keperawatan Universitas

Sumatera Utara.

2. Mengajukan surat permohonan izin tersebut kepada pemerintah Desa Sei

Semayang.

3. Setelah mendapatkan izin dari pemerintah Desa Sei Semayang, maka

peneliti mulai melakukan pengambilan data dengan mengunjungi setiap

Posyandu yang ada di Desa Sei Semayang.

4. Peneliti menanyakan kepada calon responden bersedia atau tidak menjadi

responden. Lalu peneliti mengumpulkan responden yang sesuai dengan

kriteria dan menjelaskan tujuan penelitian dan cara pengisian instrumen.

Peneliti membagikan kuesioner kepada responden.

5. Calon responden diminta untuk menandatangani lembar persetujuan

(informed consent), dan diminta untuk mengisi kuesioner dengan

(40)

6. Peneliti memberikan kesempatan bertanya jika dalam kuesioner terdapat

pertanyaan yang tidak dimengerti oleh responden.

7. Peneliti mengumpulkan kembali kuesioner dan memeriksa jika ada lembar

kuesioner yang tidak lengkap atau pertanyaan yang tidak diisi seluruhnya

oleh responden. Jika ada yang tidak lengkap maka responden diminta untuk

melengkapi.

8. Setelah data terkumpul dari semua responden, maka dilakukan analisa atau

pengolahan data.

7. Analisa Data

Setelah data terkumpul, peneliti melakukan analisa data melalui beberapa

tahap antara lain : (1) Editing, yaitu memeriksa kelengkapan kuisioner yang telah

diisi oleh responden dengan maksud untuk memeriksa apakah kuisioner telah

diisi sesuai dengan petunjuk, (2) Coding, yaitu memberikan kode tertentu pada

kuisioner yang telah dibuat untuk mempermudah pada saat mengadakan tabulasi

dan analisa data, (3) Tabulating, yaitu untuk mempermudah analisa data,

pengolahan, dan pengambilan kesimpulan, (4) Dilakukan pengolahan data dengan

menggunakan program komputer.

Perhitungan data dalam penelitian ini dihitung dengan menggunakan rumus

statistik menurut Hidayat (2007),

Dimana p merupakan panjang kelas dengan rentang (nilai tertinggi dikurangi nilai

terendah).

(41)

Untuk kuesioner Kinerja Petugas Posyandu yang terdiri dari 18 pertanyaan

terdapat 16 petanyaan posotif dan 3 pertanyaan negatif. Nilai tertinggi yang

mungkin diperoleh pada kuesioner ini adalah 54 dan nilai terendah adalah 18,

maka rentang kelas adalah 18 dengan 2 kategori banyak kelas. Dengan demikian

data tentang kinerja petugas posyandu dikategorikan atas interval kelas sebagai

berikut:

18-35 = Kinerja buruk

36-54 = kinerja baik

Pada kuesioner tentang kepuasan ibu pengguna Posyandu yang terdiri dari 18

pertanyaan terdapat 14 pertanyaan positif dan 4 pertanyaan negatif. Dari

kuesioner, tersebut nilai tertinggi yang mungkin diperoleh adalah 54 dan nilai

terendah adalah 18 yang dibagi dalam 4 kategori banyak kelas. Dengan demikian

data tentang kinerja petugas posyandu dikategorikan atas interval kelas sebagai

berikut:

18-26 = sangat tidak memuaskan

27-35 = tidak memuaskan

36-44 = memuaskan

45-54 = sangat memuaskan

Kinerja petugas Posyandu dan Kepuasan Ibu Pengguna Posyandu disajikan

dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan persentase. Persentase dan distribusi

frekuensi, mean, digunakan untuk menggambarkan data demografi. Analisa data

(42)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan diuraikan data hasil penelitian serta pembahasan yang

diperoleh dari hasil pengumpulan data terhadap 61 orang responden ibu-ibu

pengguna posyandu dan 30 orang responden kader posyandu di Desa Sei

Semayang Kabupaten Deli Serdang pada bulan Februari sampai dengan Maret

2010. Penyajian hasil penelitian ini meliputi deskriptif karakteristik responden,

kinerja petugas posyandu, dan kepuasan ibu pengguna posyandu di Desa Sei

Semayang, Kabupaten Deli Serdang.

1. Hasil Penelitian

1.1 Karakteristik Responden a.Petugas Posyandu (kader)

Dari hasil penelitian yang dilakukan terhadap 30 orang responden petugas

posyandu yang keseluruhannya perempuan didapatkan hasil tentang karasteristik

usia, usia responden terbanyak adalah 45 tahun sampai 54 tahun sebanyak 12

orang (40%). Seluruh responden beragama Islam (100%). Suku terbanyak adalah

responden dengan suku Jawa sebanyak 23 orang (76,7%). Pendidikan terakhir

resposden terbanyak adalah SMP sebanyak 14 orang (46,7%) dan terbanyak

(43)

Tabel 5.1 Distribusi frekuensi dan persentase karakteristik responden Petugas

Posyandu di Desa Sei Semayang (n=30)

No Karakteristik responden Frekuensi Persentase (%) 1

b. Ibu-ibu Pengguna Posyandu

Berdasarkan penelitian terhadap 61 orang responden ibu-ibu pengguna

(44)

pendidikan terakhir, pekerjaan, dan penghasilah perbulan. Usia responden

terbanyak adalah pada usia 20-29 tahun sebanyak 40 orang (65,6%), mayoritas

responden beragama islam sebanyak 45 orang (73,8%). Suku terbanyak yang

terdapat pada responden ini adalah suku Jawa sebanyak 29 orang (47,5 %).

Rata-rata pendidikan terakhir responden adalah SMU/sederajat sebanyak 27 orang

(44,3 %), dan SMP sebanyak 25 orang (41 %). Pekerjaan responden yang

terbanyak adalah ibu rumah tangga sebanyak 40 orang (65,6 %). Dan penghasilan

perbulan responden yang terbanyak adalah Rp 500.000-Rp 1.000.000 sebanyak

36 orang (59 %).

Tabel 5.2 distribusi frekuensi dan persentase karakteristik responden ibu-ibu

pengguna posyandu di desa Sei Semayang (n=61)

(45)
(46)

1.2. Kinerja Petugas Posyandu

Tabel ini menunjukkan bahwa 30 orang responden kader posyandu yang

menjawab keseluruhan kuesioner, terdapat 5 orang responden dengan kinerja

buruk (16,7%), dan renponden dengan kinerja baik terdapat 25 orang (83,3%).

Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi dan Persentasi dari Kinerja petugas Posyandu

Karakteristik (Skor) Frekuensi (f) Persentase (%)

Kinerja buruk (18-35) 5 16,7

Kinerja baik (36-54) 25 83,3

Mayoritas responden menyatakan selalu memiliki kemampuan yang baik

saat memberikan pelayanan sebanyak 25 orang (83,3%), dan responden yang

terampil saat memberikan pelayanan sebanyak 26 orang (86,7%). Mayoritas

responden bersemangat saat memberikan pelayanan sebanyak 18 orang (60%).

Responden juga menyatakan bahwa mereka kadang-kadang mendapatkan

motivasi dari petugas kesehatan lain untuk meningkatkan kinerja sebanyak 15

orang (50%), dan mereka juga selalu menambah pengetahuan dari petugas medis

yang lain sebanyak 25 orang (83,3%). Responden selalu bersungguh-sungguh saat

memberikan pelayanan sebanyak 26 orang (86,7%). Mayoritas responden tidak

melakukan pekerjaan yang bukan bagiannya sebanyak 13 orang (43,3%), dan

responden menjawab kadang-kadang untuk pernyataan ini sebanyak 13 orang

(43,3%). Mayoritas responden menyatakan selalu mengerjakan pekerjaan sesuai

dengan prosedur sebanyak 26 orang (86,7%). Responden selalu membina

(47)

jawabnya sebanyak 25 orang (83,3%). Responden menjawab selalu untuk

pernyataan pelaksanaan posyandu berjalan secara sistematis sebanyak 26 orang

(86,7%). Responden selalu bersikap tegas saat memberikan pelayanan, 26 orang

(86,7%), dan selalu membantu ibu-ibu agar tidak terlalu lama menunggu saat

menunggu giliran 22 orang (73,3%). Responden membantu ibu-ibu saat

pelaksanaan posyandu 27 orang (97%). Sebahagian responden menjawab tidak

pernah untuk pernyataan kurang nyaman dengan suasana tempat dilaksanakannya

posyandu sebanyak 15 orang (50%) dan sebahagian lagi menjawab

kadang-kadang 14 orang (46,7%). Mayoritas responden menyatakan fasilitas yng

digunakan di posyandu tidak mendukung sebanyak 17 orang (56,7%). Mayoritas

responden bersikap ramah saat memberikan pelayanan 27 orang (90%).

Responden selalu mampu menyelesaikan masalah yang ada dengan petugas

kesehatan lain sebanyak 19 orang (63,3%).

Tabel 5.4 Distribusi, Frekuensi, dan Persentase pernyataan tentang Kinerja

Petugas Posyandu

No

Pernyataan selalu

(48)

6 Kemampuan manajer 48 160 7 20 5 16,6

7 Kesenjangan proses 45 150 14 43,3 1 3,3

8 Masalah lingkungan 5 16,6 26 86,7 29 96,7

9 Situasi pribadi 42 106,7 13 43,3 5 16,6

1.3. Kepuasan Ibu Pengguna Posyandu

Tabel 5.4 menunjukkan bahwa dari 61 orang responden ibu-ibu pengguna

posyandu 55 orang (90,2%) responden menyatakan sangat memuaskan terhadap

pernyataan mengenai pelayanan posyandu dan sebanyak 5 orang (9,8%)

menyatakan memuaskan terhadap pernyataan tersebut.

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi dan Persentase dari Kepuasan Ibu Pengguna

Posyandu (n=61)

Karakteristik (Skor) Frekuensi (f) Persentase (%)

Sangat tidak memuaskan - -

Tidak memuaskan - -

Memuaskan 6 9,8

Sangat memuaskan 55 90,2

Sebanyak 45 orang (73,8%) responden menyatakan bahwa petugas

kesehatan dan kader selalu memberikan penjelasan mengenai pelayanan yang

akan diberikan, dan 36 orang (59%) responden menyatakan bahwa kader dan

petugas kesehatan tidak pernah tidak memberikan informasi sesuai dengan

kebutuhan. Mayoritas responden juga menyatakan bahwa petugas kesehatan dan

(49)

(72,1), dan menjawab tidak pernah pada pernyataan petugan kesehatan dan kader

kurang berkomunikasi baik dengan anda dan keluarga sebanyak 49 orang

(80,3%). Seluruh responden 61 orang (100%) menyatakan bahwa petugas

kesehatan dan kader selalu memberikan perhatian selama di posyandu, dan

seluruh responden juga menjawab selalu untuk pernyataan petugas kesehatan dan

kader memberikan dukungan untuk meningkatkan status kesehatan, 61 orang

(100%). Menjawab selalu untuk pernyataan penampilan petugas kesehatan dan

kader bersih dan rapi sebanyak 60 orang (98,4%). Seluruh responden menyatakan

petugas kesehatan berbicara dengan bersikap sopan santun sebanyak 61 orang

(100%), dan seluruh responden juga menyatakan selalu untuk pernyataan petugas

kesehatan dan kader barsikap ramah, 61 orang (100%). Sebanyak 39 orang

(63,9%) responden menyatakan selalu diberikan jaminan kesehatan oleh petugas

kesehatan dan kader. Mayoritas responden menyatakan peralatan dan fasilitas

posyandu dalam kondisi baik, ini terbukti dari jawaban 41 orang (67,2%)

responden. Mayoritas responden juga menyatakan bahwa petugas kesehatan dan

kader selalu menjaga dan mempertahankan kebersihan dan kondisi tempat,

sebanyak 47 orang (77%). 60 orang (98,1%) responden menyatakan petugas

kesehatan dan kader memiliki keterampilan yang baik saat memberikan

pelayanan, dan semua responden dibuat nyaman dan terhindar dari ketakutan oleh

petugas kesehatan dan kader, 61 orang (100%). Mayoritas responden menjawab

tidak pernah untuk pernyataan petugas kesehatan dan kader kurang teliti saat

melakukan tindakan pelayanan sebanyak 31 orang (50,8%), dan menyatakan

(50)

(88,5%). Seluruh responden menyatakan petugas kesehatan dan kader selalu

bersikap baik dalam menanggapi keluhan, 61 orang (100%), dan 59 orang

(96,7%) responden menjawab selalu pada pernyataan petugas kesehatan dan

kader memberikan pelayanan sesuai dengan keluhan.

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi, dan Persentase pernyataan mengenai kepuasan ibu

pengguna popsyandu

No Pernyataan Selalu

Kadang-kadang

Tidak pernah

N % N % N %

1 Pemahaman tentang pelayanan yang diberikan

93 157 48 78.7 42 68,9

2 Empati (sikap peduli) 107 175,4 26 31,7 50 81,9

3 Penampilan fisik 178 291,8 5 8,2 - -

4 Jaminan keamanan 90 147,5 47 7746 45 74,71

5 Keandalan dan keterampilan 118 193.5 34 55,7 - -

6 Cepat tanggap 117 191,8 53 89,6 7 11,4

2. Pembahasan

Pada pembahasan ini peneliti akan membahas hasil penelitian karakteristik

responden, kinerja petugas posyandu, dan kepuasan ibu pengguna posyandu di

Desa Sei Semayan Kabupaten Deli Serdang.

2.1 Kinerja Petugas Posyandu

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa mayoritas usia responden

adalah usia 45-54 tahun (40%). Penelitian yang pernah diakukan oleh Adjad

(51)

Posyandu berumur di atas 25 tahun. Hal ini diperkirakan berkaitan dengan adat

ketimuran yang tidak membenarkan yang muda mengajari yang tua, sehingga

kader yang berusia muda segan untuk melakukan penyulihan dan memberikan

nasehat kepada kader yang berusia lebih tua. Namun bila dilihat dari segi

kemampuan menerima informasi, kader yang berumur lebih muda akan lebih

mudah menerima dan memahami informasi-informasi baru untuk pembaruan yang

berkaitan dengan kemajuan Posyandu dibandingkan dengan kader yang berusia

lebih tua. Hal ini sejalan dengan pendapat Hurlock (1999) yang menyebutkan

bahwa usia dini merupakan usia yang produktif dan belum terjadi penurunan daya

ingat, sehingga akan lebih mudah menerima dan memahami informasi baru yang

diberikan.

Hasil penelitian menunjukkan mayoritas kader berpendidikan SMP

(46,7%). Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan kader sudah cukup untuk

menerima tugas-tugas sebagai kader. Penelitian Hartoyo dkk (2000 yang dikutip

oleh Puspasari, 2002) menyebutkan bahwa sebaiknya kader berpendidikan SMP

karena memiliki kemampuan dan daya pikir yang cukup untuk menjalankan tugas

sebagai kader. Pendidikan kader berhubungan dengan pendidikan kader dalam

pelaksanaan tugas-tugas di Posyandu oleh karena itu kinerja posyandu sangat

tergantung pada kualitas kader. Hal ini sejalan dengan pendapat Kopelmen (1986,

yang dikutip oleh Sihite 2005) bahwa pendidikan mempunyai efek 10-15%

terhadap kinerja seseorang.

Kader merupakan motor penggerak posyandu yang sampai saat ini masih

(52)

diwujudkan dengan pengelolaan posyandu sehingga dapat dikatakan bahwa

keberhasilan posyandu sangat ditentukan oleh kinerja kader. Menurut Maier

dalam Puspasari (2002) kinerja adalah keberhasilan seseorang dalam

melaksanakan tugas pekerjaan. Dari studi kepustakaan tersebut dapat dikatakan

bahwa kinerja kader dapat diukur berdasarkan uraian tugasnya baik pada saat hari

pelaksanaan Posyandu maupun diluar hari pelaksanaan Posyandu.

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan kinerja petugas posyandu dalam

kategori kinerja baik (83,3%). Kinerja individu dikatakan baik jika tujuan dari

suatu pekerjaan itu dapat dilakukan dengan baik dan menghasilkan sesuatu yang

baik yang dapat dirasakan oleh orang lain. Baik atau buruknya suatu kinerja

dipengaruhi oleh banyak hal antara lain kemampuan pribadi yang mereka miliki,

motivasi dan dukungan yang diterima, keberadaan pekerjaan yang mereka

lakukan, hubungan mereka dengan organisasi, kemampuan manajer, kesenjangan

proses, masalah lingkungan dan situasi pribadi dalam meningkatkan mutu

pelayanan kesehatan yang berdampak pada organisasi tempat kerja yang pada

akhirnya berdampak pada kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakat (Mathis &

Jackson 2001, Jones 2002).

Hasil penelitian menyebutkan bahwa kader memiliki kemampuan yang

baik dan mendapat dukungan dari berbagai pihak. Hal ini sangat diperlukan oleh

kader untuk meningkatkan motivasi kerja agar tercapainya peningkatan kinerja

menjadi lebih baik, mengingat bahwa kader melaksanakan tugasnya dengan

sukarela. Dukungan tokoh masyarakat dapat meningkatkan kepercayaan diri kader

(53)

juga dalam bentuk moril sehingga jika kader menemukan hambatan dalam

pekerjaannya dapat melibatkan tokoh masyarakat dalam mengatasi hambatan

tersebut (Puspasari, 2002).

Sarana dan prasarana juga sangat diperlukan untuk meningkatkan kinerja

posyandu. Untuk kelancaran kegiatan posyandu perlu disediakan tempat yang

memadai, selain itu juga diperlukan alat-alat penunjang lain seperti timbangan,

KMS, lembar balik untuk melakukan penyuluhan dan buku register untuk

mencatat hasil kegiatan posyandu. Semua sarana dan prasarana disediakan oleh

dinas kesehatan, namun karena keterbatasan dana banyak posyandu yang belum

memiliki sarana yang baik. Dan ini akan mempengaruhi kelancaran pelaksanaan

posyandu. Hasil penelitian menyebutkan kader nyaman dengan tempat

pelaksanaan posyandu dan fasilitas yang digunakan juga cukup memadai. Hal ini

sejalan dengan pendapat Yazid (1991) dalam Puspasari (2002), sarana yang

tersedia di Posyandu merupakan hal yang sangat penting dan mempengaruhi

kelancaran pelayanan serta mempengaruhi mutu dan jenis kegiatan di posyandu.

2.2 Kepuasan Ibu Pengguna Posyandu

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepuasan ibu pengguna posyandu

berada pada tingkat sangat memuaskan (90,2%). Pelyanan dan perilaku kader

merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap tingkat kepuasan ibu

pengguna posyandu. Kepuasan yang dirasakan ibu pengguna posyandu

merupakan suatu bentuk evaluasi terhadap kinerja suatu posyandu. Hal ini sejalan

(54)

mutu pelayanan dengan tingkat kepuasan klien. Hasil pelayanan yang baik maka

tingkat kepuasan klien tinggi.

Menurut Budiastuti (2002 yang dikutip oleh Parinduri 2009), ada tiga

macam kondisi kepuasan yang dirasakan oleh klien berkaitan dengan

perbandingan antara harapan dan kenyataan. Yang pertama, jika harapan suatu

kebutuhan sama dengan layanan yang diberikan maka klien akan merasa puas.

Kedua, jika layanan yang diberikan kurang atau tidak sesuai dengan kebutuhan

atau harapan maka klien menjadi tidak puas. Ketiga, kepuasan klien merupakan

perbandingan antara harapan yang dimiliki oleh klien dengan kenyataan yang

diterima oleh klien pada saat mengonsumsi produk atau jasa.

Tingkat kepuasan ibu pengguna posyandu dipengaruhi oleh kinerja kader

yang dapat dilihat dari berbagai aspek seperti pemahaman tentang pelayanan yang

akan diberikan, empati (sikap peduli) kader terhadap ibu pengguna posyandu,

penampilan fisik kader, jaminan keamanan yang diberikan, keandalan dan

keterampilan, dan kecepatan tanggap kader dalam menanggapi keluhan ibu

pengguna posyandu (Muninjaya, 2004). Hal ini sejalan dengan hasil penelitian

Suryawati (2006 yang dikutip oleh Parinduri 2009) yang menyebutkan bahwa

kepuasan pasien dipenharuhi oleh perilaku, tanggapan, dan perhatian perawat

pada keluhan pasien.

Berdasarkan hasil penelitian yang menyebutkan kepuasan pasien pada

tingkat sangat memuaskan, ini berarti secara keseluruhan aspek yang ada pada

kader sudah dipenuhi dan dijalankan dengan baik. Dari beberapa pernyataan

(55)

diadakannya posyandu, sebagian besar ibu menyatakan sangat setuju bahwa

kondisi di atas dalam keadaan baik. Hal ini didukung oleh pendapat Soeroso

(2003) yang menyatakan bahwa penampilan tenaga kesehatan termasuk menjamin

mutu pelayanan. Walaupun penampilan tidak sepenuhnya mencerminkan

kemampuan, tetapi penampilan dapat mempengaruhi dalam membina saling

percaya dengan klien. Mardaleta (2005) mengatakan bahwa klien akan merasa

senang, nyaman dan puas jika penampilan jasa pelayanan enak dipandang.

Berdasarkan hasil penelitian mayoritas responden menyatakan sangat

setuju bahwa kader bersikap baik saat memberikan pelayanan, memberikan

perhatian kepada ibu, ramah, dan menghindarkan ibu-ibu dari ketakutan, serta

memberikan jaminan kesehatan seperti menganjurkan ibu-ibu untuk membawa

anak mereka ketika sakit ke Puskesmas. Hal ini menunjukkan bahwa ibu-ibu

pengguna posyandu merasa puas dengan kinerja kader posyandu yang melayani

ibu-ibu dengan baik dan sesuai dengan kebutuhan. Sejalan dengan pendapat

Muninjaya (2004) bahwa informasi yang tepat dan jelas merupakan faktor yang

dominan untuk menentukan seseorang itu puas atau tidak puas terhadap suatu

pelayanan. Betapa pentingnya peran petugas kesehatan sebagai konsultan yang

menjadi sumber informasi (tempat bertanya) bagi klien dan keluarga tentang

sesuatu yang berhubungan dengan masalah kesehatan. Menurut penelitian

Werdati (2001 dalam Kristina 2006) tentang kepuasan klien terhadap pelayanan

rumah sakit, empati perawat dalam arti sikap membantu, komunikatif,dan

perhatian perawat sengat diperlukan bagi klien. Klien mengharapkan perawat atau

Gambar

Tabel 3.1. Definisi Operasional Kinerja Petugas Posyandu dan Kepuasan Ibu
Tabel 2.1. Rincian jumlah sampel pada setiap Posyandu di desa Sei Semayang.
Tabel 5.1 Distribusi frekuensi dan persentase karakteristik responden Petugas
Tabel 5.2 distribusi frekuensi dan persentase karakteristik responden ibu-ibu
+5

Referensi

Dokumen terkait

Minat responden yang menjadi motivasi intrinsik dalam pemanfaatan posyandu bayi menunjukkan bahwa sebagian besar responden menyatakan membawa bayi ke posyandu karena ibu sadar

Hasil penelitian yang dilakukan di Desa Sei Semayang diperoleh bahwa partisipasi seorang ibu rumah tangga dalam usaha peningkatan ekonomi keluarga masih sudah cukup baik,

Hasil uji F diperoleh nilai p = 0,029, maka model regresi dapat digunakan untuk memprediksi kepuasan pengguna Posyandu (Y2) atau dapat dikatakan bahwa

Pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ada hubungan tingkat pengetahuan ibu dengan kepatuhan mengikuti kegiatan posyandu balita di Posyandu Wijaya Kusuma VI Desa

Harapan seorang anak yang begitu rindu untuk pulang ke rumah guna mendapati ibu dan ayahnya bagaikan air pelepas dahaga, namun harapan itu sirna lantaran ayah dan ibu tak lagi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: Modal sosial yang dapat dijadikan model kolaborasi masyarakat dan petugas dalam upaya menurunkan risiko kematian ibu adalah, sistem

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa kinerja kader posyandu yang menjadi responden penelitian pengaruh kinerja kader terhadap cakupan partisipasi ibu bayi pada

Mendata jumlah sasaran Ibu hamil, WUS, PUS, Ibu menyusui, Ibu balita, dan sasaran UPGK yang ada diwilayah posyandu binaan Ibu.. Melaksanakan pendaftaran pengunjung Posyandu