PENGARUH SUHU DAN WAKTU PENYIMPANAN SABUN
MANDI BATANG KECANTIKAN DAN SABUN MANDI BATANG
KESEHATAN TERHADAP KADAR AIR, KADAR ALKALI
BEBAS NaOH, ASAM LEMAK BEBAS, DAN KADAR
GARAM NaCl
SKRIPSI
MULIA MAULANA 060822015
PROGRAM STUDI KIMIA S1 EKSTENSI
DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PERSETUJUAN
Judul : PENGARUH SUHU DAN WAKTU PENYIMPANAN
SABUN MANDI BATANG KECANTIKAN DAN SABUN MANDI BATANG KESEHATAN TERHADAP KADAR AIR, ALKALI BEBAS NaOH, ASAM LEMAK BEBAS, DAN KADAR GARAM NaCl
Kategori : SKRIPSI
Nama : MULIA MAULANA
Nomor Induk Mahasiswa : 060822015
Program Studi : SARJANA (S1) KIMIA EKSTENSI
Departemen : KIMIA
Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM (FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Disetujui di
Medan, Desember 2008
Komisi Pembimbing
Pembimbing 2 Pembimbing 1
Drs. Darwin Yunus Nasution, MS Prof. Basuki Wirjosentono, MS.Ph.D NIP. 130 936 280 NIP. 130 809 725
Diketahui/Disetujui oleh
Departemen Kimia FMIPA USU Ketua,
PERNYATAAN
PENGARUH SUHU DAN WAKTU PENYIMPANAN SABUN MANDI KECANTIKAN DAN SABUN MANDI KESEHATAN TERHADAP KADAR AIR,
ALKALI BEBAS NaOH, ASAM LEMAK BEBAS, DAN KADAR GARAM NaCl
SKRIPSI
Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing- masing disebutkan sumbernya
Medan, September 2008
PENGHARGAAN
Segala puji bagi Allah, Tuhan pemilik seluruh alam semesta yang telah begitu banyak melimpahkan rahmat, nikmat dan karunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul PENGARUH SUHU DAN WAKTU PENYIMPANAN SABUN MANDI KECANTIKAN DAN SABUN MANDI KESEHATAN TERHADAP KADAR AIR, ALKALI BEBAS NaOH, ASAM LEMAK BEBAS, DAN KADAR GARAM NaCl, yang disusun sebagai salah satu syarat mencapai gelar Sarjana Sains pada Fakultas MIPA USU, Medan
Penghargaan yang setinggi-tingginya dan ucapan terima kasih yang tulus penulis sampaikan kepada Ayahanda Jalaluddin dan Ibunda Mariati dan menyampaikan rasa terima kasih untuk semua dukungan moril, materil, kasih sayang serta doa restu kepada penulis. Terima kasih juga kepada adik-adik tercinta Lindung, Nana dan Ina yang telah membantu dan memberi dukungan moril, motivasi kepada penulis yang tak akan pernah terbalas dengan apapun jua kecuali oleh Allah SWT.
Pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang tulus kepada :
1. Bapak Prof. Basuki Wirjosentono, MS, Ph D dan Drs. Darwin Yunus Nasution, MS selaku pembimbing I dan II yang dengan kesabarannya telah memberikan arahan dan bimbingan hingga selesainya skripsi ini.
2. Ibu Dr.Rumondang Bulan, MS selaku ketua Departemen Kimia FMIPA USU Medan.
3. Bapak dan Ibu staf pengajar dan administrasi FMIPA USU khususnya Departemen Kimia yang telah mendidik dan memberikan ilmu kepada penulis selama menjalani studi
4. Seluruh rekan kerja di PT.Oleochem and Soap Industry Khususnya di Departemen Quality Control yang telah memberikan masukan dan saran selama ini.
5. Sobat-sobat penulis seperjuangan Uwi, Ripai, Panda, Kangge, Amir, Didi, Ucup, Debby, Ucha, Bari, Dani dll
6. Rekan-rekan dikampus Bang Edi, Bang Ipul,Irma, Ika, Mona, Pipit dll
Penulis menyadari atas kekurangan dari meteri yang disajikan dalam skripsi ini disebabkan karena keterbatasan literatur dan pengetahuan penulis. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan masukan untuk kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat dan berguna bagi kita semua.
Akhirnya kepada Allah jualah kita berserah diri, semoga Allah selalu menunjukkan jalan yang lurus kepada kita. Amin
Medan, September 2008
ABSTRAK
Kadar alkali bebas, asam lemak bebas, garam (NaCl) dan kadar air merupakan kriteria uji untuk persyaratan standar mutu sabun mandi. Kelebihan jumlah kadar dari batasan standar yang telah ditentukan akan dapat menimbulkan kerugian bagi konsumen.
Dalam penelitian ini ingin menentukan pengaruh suhu dan lama penyimpanan sabun mandi kecantikan dan sabun mandi kesehatan terhadap alkali bebas (NaOH), asam lemak bebas, garam (NaCl) dan kadar air dengan variasi suhu 5-100C (suhu kulkas), 25–300C (suhu toko), 35–400C (suhu gudang), 55-650
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kadar air dari sabun mandi yang disimpan dengan suhu yang berbeda mengalami penurunan setiap minggunya. Kadar alkali bebas mengalami penurunan sehingga kadar asam lemak bebas meningkat, dan kadar garam juga mengalami peningkatan setiap minggunya.
THE EFFECT OF TEMPERATURE AND STORE TIME BEAUTY TOILET SOAP AND HEALTHY TOILET SOAP TO MOISTURE CONTENT, FREE
ALKALY CONTENT NaOH, FREE FATTY ACID , AND SALT NaCl
ABSTRACT
Free alkaly content (NaOH), free fatty acid, salt (NaCl) and moisture contents represent criterion test for requirement of standard quality of toilet soap, Excess of amount content from standarddefination which have been defenited will be able to generate loss to consumer.
In this research want to determine the effect of temperature and store time beauty toilet soap and healthy toilet soap to free alkaly content (NaOH), free fatty acid, salt (NaCl) and moisture content with the variation of temperature 5-100C (refrigator temperature), 25-300C (shop temperature), 35-400C (warehouse temperature), 55-650
Result of this research showed that moisture content from kept toilet soap with defferent temperature has decreased every weeks, free alkaly content has decreased until free fat acid content mount, and salt content also experience of increased every week.
DAFTAR ISI
1.2 Perumusan Masalah 3
1.3 Pembatasan Masalah 3
1.4 Tujuan Penelitian 3
1.5 Manfaat Penelitian 3
1.6 Metodologi Penelitian 4
1.7 Lokasi Penelitian 4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5
2.1 Sejarah sabun 5
2.2. Safonifikasi 5
2.2.1. Kegunaan sabun 6
2.2.2. Jenis-jenis Sabun 7
2.2.3. Proses pembuatan sabun 8
2.2.4. Cara kerja sabun 9
2.3. Bahan baku pembuatan sabun 10
2.3.1. Lemak dan Minyak 10
2.3.2. Asam lemak bebas 11
2.3.3. Bahan pengisi 11
2.3.4. Jumlah asam lemak 12
2.4. Kandungan bahan kimia sabun 13
2.4.1. Toilet soap Noodle 13
2.4.2. Kandungan bahan kimia sabun mandi kecantikan 13 2.4.3. Kandungan bahan kimia sabun mandi kesehatan 13
2.5. Kadar air 14
2.6. Kadar alkali bebas yang dihitung sebagai kadar NaOH 14
2.7. Garam dapur (NaCl) 14
2.7.1. Kesadahan 15
2.7.2. Kesadahan sementara 15
2.7.3. Kesadahan tetap 15
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 17
3.1. Alat-alat 17
3.2. Bahan-bahan 17
3.3. Prosedur penelitian 18
3.3.2. Penentuan kadar air dalam sabun mandi kecantikan
dan sabun mandi kesehatan 18
3.3.3. Penentuan kadar alkali bebas dalam sabun mandi kecantikan dan sabun mandi kesehatan 19 3.3.4. Penentuan kadar Asam lemak bebas dalam sabun mandi
kecantikan dan sabun mandi kesehatan 19 3.3.5. Penentuan kadar garam dalam sabun mandi kecantikan
dan sabun mandi kesehatan 20
3.4. Bagan penelitian 21
3.4.1. Penyimpanan sampel 21
3.4.2. Penentuan kadar air dalam sabun 22 3.4.3. Penentuan kadar alkali bebas (NaOH) dalam sabun 22 3.4.4. Penentuan kadar asam lemak bebas dalam sabun 23 3.4.4. Penentuan kadar garam (NaCl) dalam sabun 24
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 25
4.1. Hasil penelitian 25
4.1.1. Penentuan kadar air 25
4.1.2. Penentuan kadar alkali bebas NaOH/FFA 26 4.1.3. penentuan kadar garam (NaCl) 27
4.2. Pengolahan data 29
4.2.1. Perhitungan kadar alkali bebas (NaOH) dalam sabun 29 4.2.2. Perhitungan kadar asam lemak bebas (FFA) dalam sabun 29 4.2.3. Perhitungan kadar garam (NaCl) dalam sabun 29
4.3. Pembahasan 30 4.3.2 Pengaruh lama penyimpanan sabun mandi kecantikan Dan sabun mandi kesehatan terhadap kadar garam
(NaCl) 31
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 32
5.1. Kesimpulan 32
5.2. Saran 33
DAFTAR PUSTAKA 34
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1.1.1 Data hasil pengukuran kadar air sabun mandi kecantikan 25 Tabel 4.1.1.2 Data hasil pengukuran kadar air sabun mandi kesehatan 26 Tabel 4.1.2.1 Data hasil pengukuran kadar alkali bebas (NaOH) dan
asam lemak bebas sabun mandi kecantikan 26 Tabel 4.1.2.2 Data hasil pengukuran kadar alkali bebas (NaOH) sabun
mandi kesehatan 27 Tabel 4.1.3.1 Data hasil pengukuran kadar garam (NaCl) sabun
mandi kecantikan 28 Tabel 4.1.3.2 Data hasil pengukuran kadar garam (NaCl) sabun
ABSTRAK
Kadar alkali bebas, asam lemak bebas, garam (NaCl) dan kadar air merupakan kriteria uji untuk persyaratan standar mutu sabun mandi. Kelebihan jumlah kadar dari batasan standar yang telah ditentukan akan dapat menimbulkan kerugian bagi konsumen.
Dalam penelitian ini ingin menentukan pengaruh suhu dan lama penyimpanan sabun mandi kecantikan dan sabun mandi kesehatan terhadap alkali bebas (NaOH), asam lemak bebas, garam (NaCl) dan kadar air dengan variasi suhu 5-100C (suhu kulkas), 25–300C (suhu toko), 35–400C (suhu gudang), 55-650
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kadar air dari sabun mandi yang disimpan dengan suhu yang berbeda mengalami penurunan setiap minggunya. Kadar alkali bebas mengalami penurunan sehingga kadar asam lemak bebas meningkat, dan kadar garam juga mengalami peningkatan setiap minggunya.
THE EFFECT OF TEMPERATURE AND STORE TIME BEAUTY TOILET SOAP AND HEALTHY TOILET SOAP TO MOISTURE CONTENT, FREE
ALKALY CONTENT NaOH, FREE FATTY ACID , AND SALT NaCl
ABSTRACT
Free alkaly content (NaOH), free fatty acid, salt (NaCl) and moisture contents represent criterion test for requirement of standard quality of toilet soap, Excess of amount content from standarddefination which have been defenited will be able to generate loss to consumer.
In this research want to determine the effect of temperature and store time beauty toilet soap and healthy toilet soap to free alkaly content (NaOH), free fatty acid, salt (NaCl) and moisture content with the variation of temperature 5-100C (refrigator temperature), 25-300C (shop temperature), 35-400C (warehouse temperature), 55-650
Result of this research showed that moisture content from kept toilet soap with defferent temperature has decreased every weeks, free alkaly content has decreased until free fat acid content mount, and salt content also experience of increased every week.
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1Latar belakang
Salah satu cara untuk membersihkan tubuh pada waktu mandi adalah dengan
menggunakan sabun mandi. Sabun adalah garam alkali dari asam-asam lemak dan telah
dikenal secara umum oleh masyarakat karena merupakan keperluan penting di dalam
rumah tangga sebagai alat pembersih dan pencuci. Banyak sabun merupakan campuran
garam natrium atau kalium dari asam lemak yang dapat diturunkan dari minyak atau
lemak dengan direaksikan dengan alkali (seperti natrium atau kalium hidroksida) pada
suhu 80 – 1000
Dilain pihak karena begitu ketatnya persaingan bisnis penjualan sabun mandi,
para produsen berusaha menekan harga jual serendah mungkin dengan cara mengurangi
biaya produksi sehingga mengakibatkan kualitas terabaikan. Konsumen biasanya hanya
tertarik pada bentuk, warna dan aroma yang ditampilkan oleh sabun mandi kecantikan
tersebut serta harganya yang murah , sedangkan kualitas dan keamanan pemakaiannya
hampir terabaikan. Seperti diketahui proses dasar pembuatan sabun adalah dengan cara
menyabunkan suatu ester dengan alkali. Suatu sabun mandi yang baik kualitas kadar
alkali bebas jumlah yang masih tersisa tidak boleh melebihi 0,05 %. Kelebihan jumlah
kadar alkali dari batasan tersebut dapat menimbulkan kerugian konsumen, berupa
kerusakan kulit dan iritasi kulit lainnya. Kelebihan alkali dapat dapat disebabkan karena
penambahan alkali yang berlebih pada proses pembuatan sabun. (Akmal,Yopita, 2006) C melalui suatu proses yang dikenal dengan saponifikasi. Lemak akan
terhidrolisis oleh basa, menghasilkan gliserol dan dan sabun mentah. (Anonimous,
2007)
Sabun mandi kecantikan adalah suatu produk sabun untuk perawatan kecantikan
kulit wajah dan tubuh dengan formulasi yang sesuai untuk kulit. Memberikan zat – zat
gizi dan nutrisi yang sangat diperlukan kulit dan membantu memelihara kulit dengan
mempertahankan kelembaban kulit serta membantu pertumbuhan sel-sel baru jika
terjadi kerusakan sel kulit. Sabun mandi kesehatan adalah suatu formulasi sabun yang
dikategorikan sebagai anti dandruff dan pelindung kulit dan banyak digunakan sebagai
Alkali dapat merusak kulit dari pada menghilangkan bahan berminyak dari kulit .
walaupun demikian dalam penggunaan sabun dengan air akan terjadi proses hidrolis
sehingga mendapatkan sabun yang baik maka diukur sifat alkalisnya yakni pH 5,8-10,5.
Pada kulit yang normal kemungkinan pengaruh alkali lebih banyak. Beberapa penyakit
kulit sensitif terhadap reaksi alkalis, dalam hal ini pemakaian cairan sabun merupakan
kontra indikasi. pH kulit normal antara 3-6, tetapi bila dicuci dengan sabun pH menjadi
9, walaupun kulit cepat bertukar kembali menjadi normal mungkin perobahan ini tidak
diinginkan pada penyakit kulit tertentu.( Lely sari, 2003 )
Parameter lain dalam penganalisaan sabun mandi adalah kadar air dan kadar
garam (NaCl). Kadar air menunjukkan banyaknya kandungan air yang terdapat dalam
suatu sabun. Menurut SNI (1994), kadar air dalam sabun kecantikan maksimum 15 %.
Bila kandungan air terlalu tinggi maka mutu sabun yang dihasilkan akan lembek mudah
larut dalam air. Kadar garam juga sangat perlu diperhatikan dalam analisa sabun mandi
ini, karena kadar garam dapat pempengaruhi kualitas kulit pada pemakai sabun mandi.
Kadar garam sabun mandi tidak boleh melebihi 0,6 %. Kelebihan kadar garam juga
dapat pempengaruhi kesadahan air, sehingga sabun yang dipakai hanya menghasilkan
sedikit busa dan menghabiskan banyak sabun.(Annonimous, 2007)
Jika parameter tersebut tidak melebihi batas yang sudah ditentukan maka produk
sabun mandi ini layak untuk digunakan dan siap untuk didistribusikan kekonsumen.
Selama proses pendistribusian produk sabun akan mengalami masa penyimpanan dalam
gudang (35-40)0C , kontainer (55-65)0C , toko (25-30)0C maupun pada suhu dingin
yaitu pada suhu dalam kulkas (5-10)0
Peneliti sebelumnya yaitu Mahyaruddin juga pernah melakukan penelitian
tentang sabun. Peneliti mengambil sampel sabun cuci pakaian sebagai bahan
penelitiannya dan memvariasikan dua suhu dan juga menggunakan parameter kadar
air, kadar alkali bebas (NaOH), dan kadar garam (NaCl). C.
Dari permasalahan diatas maka penulis ingin menyelidiki kadar alkali bebas
(NaOH), kadar air, kadar asam lemak bebas dan kadar garam (NaCl) yang terdapat
didalam sabun mandi kecantikan dan sabun mandi kesehatan dengan variasi empat suhu
yang berbeda. Sehingga konsumen sabun mandi kecantikan dan sabun mandi kesehatan
mengetahui informasi tentang kandungan yang terdapat dalam sabun mandi kecantikan
1.2 Perumusan Masalah
Adapun permasalahan dalam penelitian ini adalah :
1. Apakah waktu penyimpanan sabun mandi kecantikan dan sabun mandi
kesehatan dapat mempengaruhi kadar air, kadar alkali bebas (NaOH) dan kadar
asam lemak bebas dan kadar garam (NaCl)?
2. Apakah suhu penyimpanan dapat mempengaruhi kadar air, kadar alkali bebas
(NaOH), kadar asam lemak bebas dan kadar garam (NaCl) pada sabun mandi
kecantikan dan sabun mandi kesehatan ?
1.3 Pembatasan Masalah
1. Sampel yang digunakan di peroleh dari PT. Oleochem and Soap Industri dengan
nama dagang sabun mandi kecantikan Juliet dan sabun mandi kesehatan Twist
2. Sample disimpan didalam suhu kulkas (5 – 10)0C ,Toko (25 – 30)0C, gudang (35
– 40)0C , kontainer (55 – 65)0C, sampel dianalisa setiap 1 Minggu sekali selama
4 Minggu
1.4Tujuan Penelitian
1. Untuk menyelidiki pengaruh waktu penyimpanan terhadap kadar air, kadar alkali
bebas (NaOH), kadar asam lemak bebas dan kadar garam (NaCl) pada sabun
mandi kecantikan dan sabun mandi kesehatan.
2. Untuk mengetahui apakah suhu penyimpanan dapat mempengaruhi kadar air,
kadar alkali bebas (NaOH), kadar asam lemak bebas dan kadar garam (NaCl)
1.5. Manfaat Penelitian
1. Memberikan informasi pengaruh alkali bebas (NaOH) dan kadar garam (NaCl)
yang terdapat pada sabun mandi kecantikan dan sabun mandi kesehatan
terhadap tubuh manusia.
2. Untuk dapat mengantisifikasi kemungkinan perubahan kadar air, kadar alkali
bebas (NaOH), kadar asam lemak bebas dan kadar garam (NaCl) yang tinggi
pada sabun mandi kecantikan dan sabun mandi kesehatan selama masa
penyimpanan pada suhu kulkas (5 – 10)0C ,Toko (25 – 30)0
(35 – 40)
C, gudang
0
1.6 Metodologi Penelitian
Pengambilan sample berupa sabun mandi kecantikan dan sabun mandi
kesehatan di lakukan secara acak pada saat produksi berlangsung, sampel dikemas
dengan rapi kemudian di simpan di dalam suhu kulkas , suhu Toko , suhu gudang, suhu
dan kontainer selama 4 minggu dan dianalisis setiap 1 minggu sekali
Sampel dianalisa kadar air menurut AOCS Official Method Da 2a-48, kadar alkali bebas
(NaOH) menurut AOCS Official Method Da 4a-48 , kadar asam lemak bebas menurut
AOCS Official Method Da 9a-48 dan kadar garam (NaCl) menurut AOCS Official
Method Da 9a-48
Variabel tetap : - Berat sabun mandi 75 g
Variabel bebas : - Waktu penyimpanan sabun mandi
- Suhu penyimpanan sabun mandi suhu kulkas (5-10)0
suhu Toko (25 – 30)
C,
0
C, suhu gudang (35 – 40)0
kontainer (55 – 65)
C, suhu
0
Variabel terikat : - Kadar alkali bebas (NaOH), asam lemak bebas, kadar C,
garam (NaCl) dan kadar air
1.7 Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di laboratorium Quality Control PT. Oleochem and Soap
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sejarah sabun
Sabun pertama kali ditemukan oleh orang Mesir kuno beberapa ribu tahun yang lalu.
Pembuatan sabun oleh suku bangsa Jerman dilaporkan oleh Julius Caesar. Teknik
pembuatan sabun dilupakan orang dalam zaman kegelapan (Dark Ages), namun
ditemukan kembali selama Renaissance. Penggunaan sabun mulai meluas pada abad ke
-18.
Dewasa ini sabun dibuat praktis sama dengan teknik yang digunakan pada
zaman yang lampau. Lelehan lemak sapi atau lemak lain dipanaskan dengan lindi
(natrium hidroksida) dan karenanya terhidrolisis menjadi gliserol dan garam natrium
dari asam lemak. Dulu digunakan abu kayu (yang mengandung basa seperti kalium
karbonat) sebagai ganti lindi (lye = larutan alkali). (Fessenden,1992)
2.2 Saponifikasi
Saponifikasi adalah reaksi yang terjadi ketika minyak / lemak di campur dengan
larutan alkali. Dengan kata lain saponifikasi adalah proses pembuatan sabun yang
berlangsung dengan mereakasikan asam lemak dengan alkali yang menghasilkan sintesa
dan air serta garam karbonil (sejenis sabun). Sabun merupakan salah satu bahan yang
digunakan untuk mencuci baik pakaian maupun alat-alat lain. Alkali yang biasanya
digunakan adalah NaOH dan Na2CO3 maupun KOH dan K2CO3 . Ada dua produk yang
dihasilkan dalam proses ini, yaitu sabun dan gliserin. Secara teknik, sabun adalah hasil
reaksi kimia antara asam lemak dan alkali. Asam lemak diproleh dari lemak hewan dan
nabati. Ada beberapa jenis minyak yang dipakai dalam pembuatan sabun, antara lain :
Minyak zaitun (olive oil), minyak kelapa (coconut oil), minyak sawit (palm oil), minyak
kedelai (soy bean oil) dan lain-lain. Masing-masing mempunyai karakter dan fungsi
Sabun adalah garam logam alkali (biasanya garam natrium) dari asam-asam
lemak. Sabun mengandung terutama garam C16 dan C18, namun dapat juga mengandung
beberapa karboksilat dengan bobot atom lebih rendah. Sekali penyabunan itu telah
lengkap, lapisan air yang telah lengkap, lapisan air yang mengandung gliserol
dipisahkan dan gliserol dipulihkan dengan penyulingan. Gliserol digunakan sebagai
pelembab dalam tembakau, industri farmasi dan kosmetik. (Sifat melembabkan timbul
dari gugus – gugus hidroksil yang dapat berikatan hidrogen dengan air dan mencegah
penguapan air itu ). Sabun dimurnikan dengan mendidihkannya dalam air bersih untuk
membuang lindi yang berlebih, NaCl, dan gliserol. Zat tambahan (additive) seperti batu
apung, zat warna dan parfum kemudian ditambahkan. Sabun padat itu dilelehkan dan di
tuang kedalam suatu cetakan.
Suatu molekul sabun mengandung suatu rantai hidrokarbon panjang plus ion.
Bagian hidrokarbon dari molekul itu bersifat hidrofobik dan larut dalam zat-zat non
polar., sedangkan ujung ion bersifat hidrofilik dan larut dalam air. Karena adanya rantai
hidrokarbon, sebuah molekul sabun secara keseluruhan tidaklah benar-benar larut dalam
air. Namun sabun mudah tersuspensi dalam air karena membentuk misel (micelles),
yakni segerombol (50 – 150) molekul yang rantai hidrokarbonnya mengelompok dengan
ujung – ujung ionnya yang menghadap ke air. (Fessenden,1992)
2.2.1 Kegunaan Sabun
Kegunaan sabun adalah kemampuannya mengemulsi kotoran berminyak
sehingga dapat dibuang dengan pembilasan. Kemampuan ini disebabkan oleh dua sifat
sabun.
1. Rantai hidrokarbon sebuah molekul sabun larut dalam zat non-polar, seperti
tetesan-tetesan minyak.
2. Ujung anion molekul sabun, yang tertarik pada air, ditolak oleh ujung anion
molekul – molekul sabun yang menyembul dari tetesan minyak lain. Karena
tolak-menolak antara tetes sabun-minyak, maka minyak itu tidak dapat saling
bergabung tetapi tetap tersuspensi. (fessenden,1992)
Sabun berperan sebagai emulsi antara monomer terdispersi dan fasa larutan
luas digunakan dalam industri kosmetik untuk mengemulsi sejumlah pembersih dan
konditioner. Sabun ini terbuat dari minyak nabati, asam-asam lemak, lilin, dan minyak
mineral. Produk ini berbentuk cairan, pasta, atau gel.
2.2.2 Jenis – jenis sabun
Jenis sabun yang utama adalah sabun mandi dan sabun cuci, sabun yang berbeda
ini biasanya dibuat dengan beberapa cara. Sabun batangan yang ada di pasaran terdiri
dari sabun mandi kecantikan, sabun kesehatan atau sabun anti bakteri, sabun cair, dan
sabun untuk air sadah. Beberapa persamaam terjadi karena sabun batangan kesehatan
mempunyai bahan dasar lemak yang sama. Sabun mandi biasanya dibuat dari campuran
lemak dan minyak kelapa dengan perbandingan 80/20 atau 90/10, dan sabun yang
memiliki lemak yang berlebih mempunyai perbandingan 50/50 atau 60/40 dan ada yang
7 sampai 10% ditambahkan asam lemak bebas juga. Sabun kesehatan mengandung
bahan seperti triclosan dan triclorokarban yang merupakan dua senyawa yang banyak
digunakan sebagai antimikrobial. Penggunaannya secara khas yaitu 0,3 % - 1,0 %
untuk triklosan dan 1,0 % - 1,5 % triklorokarban. Keduanya termasuk kedalam
amulgator dan dapat terdispersi atau terlarut dalam pelarut yang sesuai, seperti parfum.
Pada umumnya sabun yang akan diperdagangkan mengandung 10 sampai 30 %
air, dan jika sabun kekurangan air maka akan sulit larut. Hampir semua sabun meiliki
parfum. Hal ini untuk menghilangkan aroma sabun yang asli. Sabun mandi dibuat
dengan bahan pilihan yang mengandung 10 sampai 15 % pelembab, parfum dan
titanium dioksid sebagai bahan pemutih. Sabun untuk bahan mencukur mengandung
garam kalium dan asam stearat yang banyak, agar mengahsilkan busa yang lebih lama
keringnya.
Jenis sabun batangan lainnya adalah sabun mandi kecantikan. Sabun mandi
kecantikan adalah suatu produk sabun untuk perawatan kecantikan kulit wajah dan
tubuh dengan formulasi yang sesuai untuk kulit. Memberikan zat – zat gizi dan nutrisi
yang sangat diperlukan kulit dan membantu memelihara kulit dengan mempertahankan
kelembaban kulit serta membantu pertumbuhan sel-sel baru jika terjadi kerusakan sel
kulit. Pada sabun kecantikan busa harus lembut dan sifat basanya yang lebih rendah.
2.2.3 Proses pembuatan sabun
Proses ini dilakukan dengan jalan mereaksikan trigleserida (lemak/minyak)
dengan alkali (NaOH) secara langsung untuk menghasilkan sabun. Proses saponifikasi
ini hampir sama dengan proses menggunakan ketel, hanya saja proses ini dilakukan
secara kontinu sementara proses dengan ketel memakai sistem batch.
Langkah pertama dari proses saponifikasi ini adalah pembentukan sabun dimana
trigliserida (lemak/minyak), natrium oksida, larutan elektrolit berupa garam natrium dan
alkali dari pencucian diumpan kedalam autoklaf, dipanaskan dan diaduk pada suhu
1200C dan tekanan 2 atm. Lebih dari 99,5 % lemak berhasil disaponifikasi pada proses
ini. Hasil reaksi kemudian dimasukkan kedalam sebuah pendingin berpengaduk dengan
suhu 85-900
Sebanyak 1,2 – 1,4% NaCl ditambahkan kedalam sabun untuk mengontrol
viskositas larutan. Garam NaCl adalah larutan elektrolit yang biasa digunakan untuk
mempertahankan agar viskositas sabun tetap rendah. Kemudian komponen ini diumpan
ke turbidisper.
C. Disini hasil saponifikasi disempurnakan sehingga terbentuk 2 fase
produknya yaitu sabun dan lye.
Turbidisper, mikser (pencampur), pompa untuk sirkulasi dan tangki netralisasi
merupakan bagian terpenting pada proses ini. Asam lemak dan kaustik soda dicampur
dalam turbidisper yang dilengkapi dengan pengaduk. Dari turbidisper campuran sabun,
asam lemak, dan kaustik soda dialirkan dialirkan kedalam mixer yang dilengkapi dengan
jeket pendingin melalui bagian bawah mixer.hasil pencampuran berupa asam lemak dan
kautik soda yang tidak bereaksi akan dikeluarkan lagi dari saluran dibagian samping
mixer untuk diumpan kembali te turbidisper dengan bantuan pompa sirkulasi. Sabun
yang masuk ke mixer diteruskan ke holding mixer kemudian sabun yang telah terbentuk
dikeringkan. Kandungan air pada sabun dikurangi dari 30-35 % pada sabun murni
menjadi 8 – 18% pada sabun butiran atau lempengan.
Dalam pembuatan sabun batangan, sabun butiran dicampurkan dengan zat
pewarna, parfum dan zat aditif lainnya didalam mizer. Campuran sabun ini kemudian
diteruskan untuk diging untuk mengolah campuran tersebut menjadi suatu produk yang
homogen. Produk tersebut kemudian dilanjutkan ketahap pemotongan. Sebuah alat
pemotong dengan dengan mata pisau memotong sabun tersebut menjadi
sesuai dengan ukuran dan bentuk yang diinginkan. Proses pembungkusan, pengemasan,
dan penyusunan sabun tersebut merupakan tahap terakhir penyelesaian pembuatan
sabun. (Luis Spitz,1996)
Reaksi saponifikasi dan struktur dasar senyawa sabun yang dihasilkan ialah sebagai
berikut:
2.2.4 Cara Kerja Sabun
Kerbanyakan kotoran pada pakaian atau kulit melekat sebagai lapisan tipis
minyak. Jika lapisan minyak ini dapat disingkirkan, berarti partikel kotoran dapat dicuci.
Molekul sabun terdiri atas rantai seperti hidrokarbon yang panjang, terdiri atas atom
karbon dengan gugus yang sangat polar atau ionik pada satu ujungnya. Bila sabun
dikocok dengan air akan membentuk dispersi koloid, bukannya larutan sejati, larutan
sabun ini mengandung agregat molekul sabun yang disebut misel (micelle). Rantai
karbon non polar, atau lipofilik, mengarah kebagian pusat misel. Ujung molekul yang
polar, atau hidrofilik membentuk permukaan misel yang berhadapan dengan air. Pada
sabun biasa, bagian luar dari setiap misel bermuatan negatif, dan ion natrium yang
positif berkumpul didekat keliling setiap misel.
Dalam kerjanya untuk menyingkirkan kotoran, molekul sabun mengelilingi dan
mengemulsi butiran minyak atau lemak. Ekor lipofilik dari molekul sabun melarutkan
minyak. Ujung hidrofilik dari butiran minyak menjulur kearah air. Dengan cara ini,
butiran minyak terstabilkan dalam larutan air sebab muatan permukaan yang negatif dari
2.3 Bahan baku pembuatan sabun
2.3.1 Lemak Dan Minyak
Lemak dan minyak merupakan bagian terbesar dari kelompok lipida. Lemak dan
minyak adalah ester dari asam lemak dan gliserol, sebagian besar berupa bahan
makanan. Lemak dan minyak merupakan sumber energi yang efektif dibandingkan
dengan karboksilat dan protein.
Minyak dan lemak khususnya minyak nabati mengandung asam lemak esensial
seperti asam lenoleat dan anamonat yang dapat mencegah penyempitan pembuluh darah
akibat penumpukan kolesterol minyak atau lemak juga berfungsi sebagai sumber
vitamin A,D,E dan K, karena dapat larut didalamnya.
Minyak dan lemak yang telah dipisahkan dari jaringan asalnya mengandung
sejumlah komponen trigliserida yaitu :
- Lipid kompleks yaitu : tesithin, chepalin, fosporida dan lain-lain
- Sterol berada dalam keadaan bebas atau terikat dengan asam lemak
- Asam lemak bebas
- Lilin
- Pigmen yang larut dalam lemak
- Hidrokarbon.
Asam karboksilat yang diperoleh dari hidrolisis suatu lemak atau minyak, yang
disebut asam lemak, umumnya mempunyai rantai hidrokarbon panjang dan tak
bercabang. Lemak atau minyak sering kali diberi nama sebagai deripat asam-asam
lemak ini. Misalnya tristearat dari gliserol diberi nama tristearin dan tripalmitat dari
gliserol, disebut tripalmitin. Lemak dan minyak dapat juga diberi nama dengan cara
yang biasa dipakai untuk penamaan suatu ester.
Asam – asam lemak dapat juga diperoleh dari lilin (waxes), misalnya lilin lebah.
Dalam hal ini asam lemak diesterkan dengan suatu alkohol sederhana berantai panjang.
Kebanyakan lemak dan minyak yang terdapat dalam alam merupakan trigliserida
campuran, artinya ketiga bagian asam lemak dari gliserida itu tidaklah sama.
Rantai hidrokarbon dalam suatu asam lemak dapat bersifat jenuh atau dapat pula
mengandung ikatan-ikatan rangkap. Asam lemak yang tersebar paling merata dalam
lebih dari satu ikatan rangkap adalah tidak lazim, terutama dalam minyak nabati,
minyak-minyak ini disebut poliunsaturat (polyunsaturates). (Fessenden, 1992)
Minyak dan lemak Pada dasarnya dihasilkan oleh alam yang bersumber dari
hewan dan tanaman. Sedangkan berdasarkan pada sumbernya, minyak dan lemak dapat
diklasifikasikan atas hewan dan tumbuhan. Perbedaan mendasar daripada lemak hewani
dan lemak nabati adalah:
1) lemak hewani mengandung kolesterol, sedangkan lemak nabati mengandung
fitosterol,
2) kadar lemak jenuh dalam lemak hewani lebih kecil daripada lemak nabati, dan
3) lemak hewani mempunyai bilangan Reicher-Meiss lebih besar dan bilangan
Polenshe lebih kecil dibanding dengan minyak nabati (Bailey,1986)
2.3.2 Asam lemak bebas
Asam lemak bebas adalah hasil samping dari pengolahan minyak kelapa sawit.
Dalam pembuatan lilin, asam lemak bebas digunakan sebagai pengganti lemak lilin.
Asam lemak bebas dapat juga digunakan dengan menggunakan sebagai bahan baku
pembuatan detergent, industri kosmetik, cat, tekstil dan lain-lain.
Asam lemak bebas yang dihasilkan oleh proses hidrolisa dan oksidasi biasanya
bergabung dengan lemak netral dan pada konsentrasi sampai 15 persen belum
menghasilkan flafor yang tidak disenangi. Lemak dengan dengan kadar asam lemak
bebas dari 1 persen, jika dicicipi akan terasa membentuk film pada permukaan lidah dan
tidak berbau tengik, namun intensitasnya bertambah dengan bertambahnya jumlah asam
lemak bebas. Walaupun asam lemak bebas dalam jumlah kecil dapat mengakibatkan
rasa yang tidak enak. Dan dapat menghasilkan bau tengik. Asam lemak bebas juga dapat
mengakibatkan karat dan warna gelap jika lemak dipanaskan dalam wajan besi.
(Ketaren, 1986)
2.3.3 Bahan pengisi
Selain itu, perlu ditambahkan zat pengisi (filter) untuk menekan biaya supaya
lebih murah. Adanya perbedaan komposisi pada lemak dan minyak menyebabkan sifat
fisik berbeda dan hasil lemak serta sabun berbeda pula.Untuk memperoleh sabun yang
berfungsi khusus, perlu ditambahkan zat aditif, antara lain: asam lemak bebas, gliserol,
Titanium dioksida (TiO2) Titanium dioksida (TiO2) ditambahkan ke dalam sabun
berfungsi sebagai pemutih sabun dan kulit. Pada konsentrasi kecil (<0,8 %), berfungsi
sebagai pemutih yang sangat efektif. TiO2 mempunyai Mr 79,90 gr/mol, berwarna
putih, grafik spesifik 4,17, tidak larut dalam air panas dan dingin. TiO2
Rutile adalah bentuk yang stabil terhadap perubahan suhu apabila diperoleh
secara luas sebagai monokristal yang transparan. Titanium dioksida digunakan dalam
elektrolit, plastik dan industri keramik karena sifat listriknya. Selain itu, ia sangat stabil
terhadap perubahan suhu dan resisten terhadap serangan kimia. Ia tereduksi sebagian
oleh hydrogen dan karbon monoksida. Titanium oksida murni dipreparasi dari titanium
tetraklorida yang dimurnikan dengan destilasi ulang.
ada dalam tiga
bentuk kristal: anatase, brookite, dan rutile. Biasanya diperoleh secara sintetik.
Kegunaan titanium dioksida antara lain dalam vitreus enamel, industri
elektronik, katalis dan pigmen zat warna. TiO2 adalah zat warna putih yang dominan di
usaha karena mempunyai sifat: indek refraksi tinggi, tidak menyerap sinar tampak,
mudah diproduksi sesuai keinginan, stabilitas tinggi dan non toksik. EDTA ditambahkan
dalam sabun untuk membentuk kompleks (pengkelat) ion besi yang mengkatalis proses
degradasi oksidatif. Degradasi oksidatif akan memutuskan ikatan rangkap pada asam
lemak membentuk rantai lebih pendek, aldehid dan keton yang berbau tidak enak.
EDTA adalah reagen yang bagus, selain membentuk kelat dengan semua kation, kelat
ini juga cukup stabil untuk metode titrimetil. (supena, 2007)
2.3.4 Jumlah Asam Lemak
Jumlah asam lemak pada sabun menunjukkan total jumlah asam lemak yang
tersabunkan dan asam lemak bebas yang terkandung pada sabun. Menurut SNI (1994),
jumlah asam lemak minimal sebesar 70%. Dalam suatu formulasi, asam lemak berperan
sebagai pengatur konsistensi.Asam lemak diperoleh secara alami melalui hidrolisis
trigliserida (William dan Schmitt,2002). Ditambahkan pula oleh Spitz (1996), bahwa
asam lemak memiliki kemampuan terbatas untuk larut dalam air. Hal ini akan membuat
2.4 Kandungan Bahan Kimia Sabun
2.4.1 Toilet Soap Noodle
RBD Palm oil RBD Palm stearin RBD PKO
Cautik soda (NaOH) Salt (NaCl)
BHT
Tetrasodium EDTA
EHDP
Air
2.4.2 Kandungan bahan kimia sabun mandi kecantikan
Soap noodle
IPP
Talcum powder Titanium dioxide
Petrolium jelly / Vaselin Tinopal
Parfume
2.4.3 Kandungan bahan kimia sabun mandi kesehatan
Soap noodle
Sodium lactic (Purasal S/HQ) SLES 70% (EMAL)
Polyglicol E 400
Trichloro carban (TCC) Talcum powder
Petrolim Jelly/ Vaselin Titanium dioxide Tinopal
Parfume
2.5 Kadar Air
Kadar air menunjukkan banyaknya kandungan air yang terdapat dalam suatu
bahan. Menurut SNI (1994), kadar air dalam sabun maksimum sebesar 15%. Faktor
konsentrasi gel lidah buaya dan bee pollen berpengaruh nyata terhadap kadar air sabun
opaque.
2.6 Kadar Alkali Bebas yang dihitung sebagai kadar NaOH
Kelebihan alkali dapat disebabkan karena penambahan alkali yang berlebih pada
proses pembuatan sabun. Alkali bebas yang melebihi standar dapat menyebabkan
kerusakan kulit dan iritasi kulit lainnya. Kadar alkali bebas pada sabun maksimum
sebesar 0,05%. Alkali juga dapat merusak kulit dibandingkan dengan menghilangkan
bahan berminyak dari kulit.Sungguh pun demikian dalam penggunaan sabun dengan air
akan terjadi proses hidrolis sehingga mendapatkan sabun yang baik maka diukur sifat
alkalisnya yakni pH 5,8-10,5. (Erik, 2007)
Pada kulit yang normal kemungkinan pengaruh alkali lebih banyak. Beberapa
penyakit kulit sensitif terhadap reaksi alkalis, dalam hal ini pemakaian cairan sabun
merupakan kontra indikasi. pH kulit normal antara 3-6, tetapi bila dicuci dengan sabun
pH menjadi 9, walaupun kulit cepat bertukar kembali menjadi normal mungkin
perobahan ini tidak diinginkan pada penyakit kulit tertentu.( Lely sari, 2003 )
2.7 Garam dapur (NaCl)
Garam dapur adalah sejeni
kristal putih, dihasilkan dari
adalah Natrium klorida (NaCl). Senyawa natrium adalah penting dalam perindustrian
kimia, kaca, logam, kertas, petrolium, sabun, dan tekstil. Sabun pada umumnya
merupakan garam natrium dengan beberapa jenis asam lemak.
Natrium dalam bentuk logam merupakan wujud penting dalam pembuatan ester
dan dalam perkilangan senyawa organik. Logam alkali ini adalah juga merupakan wujud
2.7.1 Kesadahan
Kesadahan atau hardness adalah salah satu sifat kimia yang dimiliki oleh air.
Penyebab air menjadi sadah adalah karena adanya ion-ion Ca2+, Mg2+. Atau dapat juga
disebabkan karena adanya ion-ion lain dari polyvalent metal (logam bervalensi banyak)
seperti Al, Fe, Mn, Sr dan Zn dalam bentuk garam sulfat, klorida dan bikarbonat dalam
jumlah kecil .Pengertian kesadahan air adalah kemampuan air mengendapkan sabun,
dimana sabun ini diiendapkan oleh ion-ion yang saya sebutkan diatas. Karena penyebab
dominan/utama kesadahan adalah Ca2+ dan Mg2+, khususnya Ca2+, maka arti dari
kesadahan dibatasi sebagai sifat / karakteristik air yang menggambarkan konsentrasi
jumlah dari ion Ca2+ dan Mg2+, yang dinyatakan sebagai CaCO3
2.7.2 Kesadahan sementara
. Kesadahan ada dua
jenis, yaitu :
Kesadahan sementara adalah kesadahan yang disebabkan oleh adanya
garam-garam bikarbonat, seperti Ca(HCO3)2, Mg(HCO3)2. Kesadahan sementar ini dapat /
mudah dieliminir dengan pemanasan (pendidihan), sehingga terbentuk encapan CaCO3
atau MgCO3.
2.7.3 Kesadahan tetap
Kesadahan tetap adalah kesadahan yang disebabkan oleh adanya
garam-garam klorida, sulfat dan karbonat , misal CaSO4, MgSO4, CaCl2, MgCl2
Jika di suatu tempat anda mencuci apapun menggunakan sabun dan ternyata
busa yang terbentuk jumlahnya dibawah perkiraan anda atau tidak seperti biasanya
sehingga utuk memperbanyak busa (karena sugesti bahwa mencuci yang baik harus
banyak busa) anda harus menambah sabun sehingga mengakibatkan boros sabun, maka
besar kemungkinan air yang digunakan utnuk mencuci tersebut memiliki kesadahan
tinggi. Hal itu terjadi karena sebagian sabun yang ditambahkan kedalam air bereaksi
dengan dengan garam karbonatdari Ca
.Kesadahan
tetap dapat dikurangi dengan penambahan larutan soda - kapur (terdiri dari larutan
natrium karbonat dan magnesium hidroksida ) sehingga terbentuk endapan kaslium
karbonat (padatan/endapan) dan magnesium hidroksida
2+
dan Mg2+.Jika menemukan endapan putih
seperti bedak atau kadang berbentuk kerak didasar panci untuk memasak air, maka besar
karena gas CO2 lepas saat pemanasan, sehingga yang tertinggal hanya endapan
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Alat-alat
- Moisture Balance (pengukur kadar air) Sartorius
- Aluminium Plate
- Oven Memmert
- Buret 50 mL Pyrex
- Erlenmeyer 250 mL dan 500 mL Pyrex
- Beaker glass 250 mL dan 500 mL Pyrex
- Hot plate stirer Sybron
- Kertas saring
- Corong Pyrex
- Neraca analitik Sartorius
- Labu takar Pyrex
3.2 Bahan-bahan
- Sabun mandi kecantikan dan sabun mandi kesehatan dari PT. Oleochem and
Soap Industri
- Aquades
- Asam sulfat 0,1 N
- Argentum nitrat 0,1 N
- Kalsium nitrat 20%
- Indikator phenolptalen 1%
- Indikator kalium kromat 5%
- Natrium hidroksida 0,1 N
3.3 Prosedur Penelitian
3.31 Pembuatan pereaksi
H2SO4 0,1 N
Dimasukkan aquades 150 mL kedalam labu ukur 500 mL. Dipipet 1,4 mL asam
sulfat, lalu dituangkan perlahan-lahan melalui dinding labu takar. Ditambahkan aquadest
secara berlahan sampai garis tanda.
Perak nitrat 0,1 N
Dibuat dengan melarutkan 4,3 g kristal perak nitrat dalam labu takar 250 mL
dengan aquadest sampai garis tanda
Kalsium nitrat 20%
Dibuat dengan melarutkan 50 g kristal kalsium nitrat dalam labu takar 250 mL
dengan aquadest sampai garis tanda
Indikator Phenoptalein 1 %
Dibuat dengan melarutkan 1 g phenolptalein.dalam labu takar 100 mL dengan
alkohol 96% sampai garis tanda
Indikator Kalium kromat 5 %
Dibuat dengan melarutkan 5 g kalium kromat dalam labu takar 100 mL dengan
aquadest sampai garis tanda.
Alkohol
Alkohol 96% ditambahkan beberapa tetes phenolptalein dan dinetralkan dengan
larutan NaOH 0,1 N sampai warna merah jambu.
3.3.2 Penentuan Kadar Air dalam sabun mandi kecantikan dan sabun mandi
kesehatan
- Plate Aluminium diletakkan kedalam alat moister balance
- Sabun diletakkan pada plate aluminium sebanyak 5 g
- Temperatur diatur pada alat moister balance pada suhu 1800
- Tombol enter ditekan pada alat moistere balance untuk memulai analisa C
- Hasil kandungan air dibaca pada layar saat moister balance mengeluarkan
3.3.3 Penentuan Alkali bebas dalam sabun mandi kecantikan sabun mandi
kesehatan
- Sebanyak 5 g sabun ditimbang dalam erlenmeyer 250 mL dan ditambahkan
150 mL alkohol yang telah dinetralkan
- Campuran dipanaskan hingga larut
- Campuran ditambahkan 0,5 mL indikator phenolptalein
- Kemudian dititrasi dengan asam sulfat 0,1 N sampai warna merah menghilang
Perhitungan
VH2SO4 x N H2SO4
NaOH (%) =
x BM
W sampel
Keterangan :
NaOH (%) = Kadar NaOH dalam sabun
V = Volume asam sulfat yang digunakan
N = Normalitas asam sulfat
BM = Berat molekul NaOH
W = Berat sample
3.3.4 Penentuan Asam lemak bebas (FFA) dalam sabun mandi kecantikan dan
sabun mandi kesehatan
- Sebanyak 5 g sabun ditimbang dalam erlenmeyer 250 mL dan ditambahkan
150 mL alkohol yang telah dinetralkan
- Campuran dipanaskan hingga larut
- Campuran ditambahkan 0,5 mL indikator phenolptalein
- Kemudian dititrasi dengan asam NaOH 0,1 N sampai muncul warna merah
muda
Perhitungan
VNaOHx N NaOH FFA (%) =
x 20
Keterangan :
FFA (%) = Kadar Asam lemak bebas dalam sabun
V = Volume NaOH yang digunakan
N = Normalitas NaOH
W = Berat sample
3.3.5 Penentuan garam dalam sabun mandi kecantikan dan sabun mandi
kesehatan
- Sebanyak 5 ± 0,1 g sabun ditimbang dalam erlenmeyer 500 mL,
ditambahkan aquadest panas 300 mL lalu dilarutkan dengan menggunakan stirer
- Campuran dilarutkan dengan larutan kalsium nitrat 20% sebanyak 25 mL
- Kemudian disaring dengan kertas saring kedalam erlenmeyer 500 mL
- Filtrat didinginkan pada suhu ruang, ditambahkan sedikit indikator
Phenolptalein untuk mengetahui sifat asam atau basa dari filtrat. Dititrasi
dengan asam sulfat 0,1 N untuk menetralkan filtrat yang yang bersifat basa
- Filtrat ditambahkan indikator K2CrO4 sebanyak 3 mL dan ditirasi dengan AgNO3
0,1 N sampai warna merah bata.
- Blako disiapkan dalam Erlenmeyer 500 mL yang berisi air sebanyak 300 mL
ditambahkan Ca(NO3)2 sebanyak 25 mL dan indikator K2CrO4 dan dititrasi
dengan AgNO3 0,1 N sampai berwarna merah bata.
Perhitungan
(Vs – Vb)x N AgNO3 x BM
NaCl (%) = + 0,025 x 100%
W sample
Keterangan :
NaCl (%) = Kadar garam dalam sabun
Vs = Volume sample
Vb = Volume blanko
W = Berat sample
BM = Berat molekul NaCl
3.4.2 Penentuan Kadar Air Dalam Sabun
Diatur temperatur pada suhu 180 0
Sabun diparut kemudian ditimbang sebanyak 5 ±
0,1 gram didalam Moister balance
C pada Moisture
balance
Dibaca kadar air pada moisture balance setelah
alarm berbunyi
3.4.3 Penentuan Kadar Alkali Bebas (NaOH) Dalam Sabun
Ditimbang 5 ± 0,1 gram dalam
Erlenmeyer 250 ml
Ditambah 150 ml alkohol netral
Dipanaskan sampai larut
Ditambahkan 0,5 indikator pp
Dititrasi dengan asam sulsulfat 0,1 N Sampel
Kadar Air
Sampel
3.4.4 Penentuan Kadar Asam Lemak Bebas (FFA) dalam sabun
Ditimbang 5 ± 0,1 gram dalam
Erlenmeyer 250 ml
Ditambah 150 ml alkohol netral
Dipanaskan sampai larut
Ditambahkan 0,5 indikator pp
Dititrasi dengan NaOH 0,1 N
3.4.5 Penentuan Kadar Garam (NaCl) Dalam Sabun
Ditimbang 5 ± 0,1 gram dalam Erlenmeyer 250 ml
Ditambah aquadest 300 ml
Ditambah 25 ml kalsium nitrat 20%
Disaring
Dinetralkan dengan asam sulfat sampai larutan tak berwarna
Ditambah indicator kalium kromat
Dititrasi dengan argentum nitrat 0,1N Sampel
Residu Filtrat
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Penentuan Kadar Air
4.1.1.1 Variasi waktu dan suhu penyimpanan sabun mandi kecantikan terhadap kadar air
yang disimpan pada suhu kulkas (5 – 10)0C , suhu Toko (25 – 30)0C, suhu
gudang (35 – 40)0C , dan suhu kontainer (55 – 65)0C, dengan menggunakan alat
moisture balance, dimana hasil yang diperoleh dapat dilihat pada tabel 4.1.1.1
Tabel 4.1.1.1 Data Hasil Pengukuran Kadar Air Sabun Mandi Kecantikan
Lama
4.1.1.2Variasi waktu dan suhu penyimpanan sabun mandi kesehatan yang disimpan
pada suhu kulkas (5 – 10)0C , suhu Toko (25 – 30)0C, suhu gudang (35 – 40)0C ,
dan suhu kontainer (55 – 65)0C, dengan menggunakan alat moisture balance,
Tabel 4.1.1.2 Data Hasil Pengukuran Kadar Air Sabun Mandi Kesehatan
4.1.2 Penentuan kadar Alkali bebas (NaOH / FFA)
4.1.2.1 Variasi waktu dan suhu penyimpanan sabun Mandi kecantikan terhadap kadar
Alkali bebas (NaOH) yang disimpan pada suhu kulkas (5 – 10)0C , suhu Toko
(25 – 30)0C, suhu gudang (35 – 40)0C , dan suhu kontainer (55 – 65)0
Tabel 4.1.2.1 Data Hasil Pengukuran Kadar Alkali bebas (NaOH) dan Asam
lemak bebas sabun mandi kecantikan
C, dengan
menggunakan AOCS Official Method Da 4a-48 . Kadar Alkali bebas atau Asam
lemak bebasyang didapat dari sabun mandi kecantikan tersebut dapat dilihat
4.1.2.2 Variasi waktu dan suhu penyimpanan sabun Mandi kesehatan terhadap kadar
Alkali bebas (NaOH) yang disimpan pada suhu kulkas (5 – 10)0C , suhu Toko
(25– 30)0C, suhu gudang (35 – 40)0C , dan suhu kontainer (55 – 65)0C,
dengan menggunakan AOCS Official Method Da 4a-48 . Kadar Alkali bebas
yang didapat dari sabun mandi kesehatan tersebut dapat dilihat pada tabel
4.1.2.2
Tabel 4.1.2.2 Data Hasil Pengukuran Kadar Alkali bebas (NaOH) sabun mandi
Kesehatan
4.1.3 Penentuan kadar garam (NaCl)
4.1.3.1Variasi waktu dan suhu penyimpanan sabun Mandi kecantikan terhadap kadar
garam yang disimpan pada suhu kulkas (5 – 10)0C , suhu Toko (25 – 30)0C,
suhu gudang (35 – 40)0C , dan suhu kontainer (55 – 65)0C, dengan
menggunakan AOCS Official Method Da 9a-48 . Kadar garam yang didapat dari
sabun mandi kecantikan tersebut dapat dilihat pada tabel 4.1.3.1
Tabel 4.1.3.1 Data Hasil Pengukuran Kadar garam (NaCl) sabun mandi
4.1.3.2 Variasi waktu dan suhu penyimpanan sabun Mandi kesehatan terhadap kadar
garam yang disimpan pada suhu kulkas (5 – 10)0C , suhu Toko (25 – 30)0C,
suhu gudang (35 – 40)0C , dan suhu kontainer (55 – 65)0
Tabel 4.1.3.2 Data Hasil Pengukuran Kadar garam (NaCl) sabun mandi
Kesehatan
C, dengan
menggunakan AOCS Official Method Da 9a-48 . Kadar garam yang didapat
dari sabun mandi kecantikan tersebut dapat dilihat pada tabel 4.1.3.2
4 0.52
4.2.3 Perhitungan Kadar Alkali Bebas (NaOH)
Penentuan kadar Alkali Bebas dalam sabun dapat dihitung dengan cara sebagai berikut :
Berat sampel = 5,1521 g
4.2.4 Perhitungan Kadar Asam Lemak Bebas
Penentuan kadar Asam Lemak Bebas (FFA) dalam sabun dapat dihitung dengan cara
4.2.5 Perhitungan Kadar Garam (NaCl) dalam sabun
Penentuan kadar garam (NaCl) dalam sabun dapat dihitung dengan cara sebagai berikut :
Berat sampel = 5,1255 g
Volume titrasi = 5,5 mL
N AgNO3
Berat Molekul = 5,85 = 0,0994 N
Blanko = 0,9
(Vs – Vb)x N AgNO3
NaCl (%) = + 0,025
x BM
W sample
(5,5 – 0,9)x 0,0994 x 5,85
NaCl (%) = + 0,025
5, 125
4.3Pembahasan
4.3.1 Pengaruh lama penyimpanan sabun mandi kecantikan dan sabun mandi
kesehatan terhadap kadar Air
Pada tabel 4.1.1.1 dan 4.1.1.2 dapat dilihat bahwa sabun yang disimpan pada
suhu 25-300, 35-400C, dan 55-650C selama 1 – 4 minggu kadar air mengalami
penurunan setiap minggunya. Hal ini disebabkan karena bahan yang mengandung air
bila disimpan pada suhu tertentu, maka air yang ada akan menguap dari wujud cair
menjadi gas, sehingga bahan tersebut menjadi kering. Tetapi pada suhu 5-100C sabun
mengalami sedikit kenaikan kadar air, hal ini dipengaruhi oleh udara yang ada dalam
kulkas yang begitu dingin dan lembab sehingga air sedikit demi sedikit masuk kedalam
sabun. Berdasarkan hal tersebut diatas maka sabun yang disimpan pada suhu 55-650C
mengalami penurunan kadar air yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan
penyimpanan pada suhu 25-300, 35-400C. Penyimpanan sabun pada 55-650C di minggu
ke 4 kadar air sabun mencapai 9,42%, hal ini mengakibatkan sabun menjadi keras saat
dipakai sehingga bila sabun ini dipakai sabun tersebut sukar untuk larut dan dapat
merusak kulit. Hal ini harus dihindari dalam penyimpanannya agar mendapatkan mutu
sabun yang baik
4.3.2 Pengaruh lama penyimpanan sabun mandi kecantikan dan sabun mandi
kesehatan terhadap kadar Alkali bebas(NaOH) /asam lemak bebas (FFA)
Pada tabel 4.1.2.1 dan tabel 4.1.2.2. dapat dilihat bahwa kadar alkali bebas
NaOH sabun mandi kecantikan pada minggu pertama menunjukkan bahwa kadar alkali
bebas (NaOH) yang sangat rendah hingga pada penyimpanan pada minggu ke 2 kadar
alkali semakin menurun hingga menimbulkan asam lemak bebas (FFA) begitu juga
analisa sampai minggu ke 4 kadar asam lemak bebas semakin naik. hal ini disebabkan
karena masih adanya lemak atau minyak dalam sabun yang belum sempurna di
netralisasi pada tahap penetralisasia, atau juga banyaknya penambahan minyak (PKO)
dalam sabun . Dimana pada proses netralisasi dilakukan penambahan asam lemak
(PKO) tadi yang teroksidasi oleh udara sekitar sehingga NaOH masih terus bereaksi
bebas (FFA) akan terus naik karena disebabkan oleh reaksi oksidasi yang masih terus
berlanjut.
Sedangkan pada sabun kesehatan kadar alkali bebas (NaOH) setiap minggunya
mengalami penurunan, tetapi sampai minggu ke 4 tidak menimbulkan asam lemak bebas
(FFA) seperti pada sabun kecantikan , hal ini disebabkan karena pada tahap netralisasi
penambahan minyak (PKO) tidak begitu banyak untuk menetralisir NaOH, tetapi kadar
NaOH masih terus turun karena minyak /lemak teroksidasi dengan udara sehingga
NaOH masih terus bereaksi dengan minyak / lemak yang masih terdapat dalam sabun.
Kelebihan kadara FFA pada sabun dapat menimbulkan bau tengik pada sabun tetapi bila
kadar NaOH berlebih akan menyebabkan iritasi pada kulit. Sehingga penambahan
NaOH dan minyak/lemak (PKO) pada sabun harus sebanding agar tidak menimbulkan
kerugian pada pemakai sabun.
4.3.1 Pengaruh lama penyimpanan sabun mandi kecantikan dan sabun mandi
kesehatan terhadap kadar garam (NaCl)
Pada tabel 4.1.3.1 dan tabel 4.1.3.2 dapat dilihat bahwa kadar garam (NaCl)
mengalami peningkatan setiap minggunya. Peningkatan ini disebabkan oleh air yang ada
pada sabun mengalami penguapan . Air yang menguap menyebabkan sabun menjadi
kering, sehingga akan meningkatkan kadar garam yang ada pada sabun. Pada suhu
5-100C kadar garam dapat sedikit berkurang, hal ini disebabkan meningkatnya kadar air
Tetapi pada suhu 55-650
Meningkatnya kadar garam ini juga disebabkan karenapenambahan garam yang
berlebih untuk menggumpalkan minyak dan alkali (NaOH) hingga menjaadi
butiran-butiran sabun (nodle) yang masih mengandung kadar air yang tinggi, tetapi pada saat
kadar air tersebut turun maka garam yang ada pada sabun akan naik hingga mencapai
kejenuhan atau konstan. Bila terlalu banyak kandungan garam (NaCl) dalam sabun
maka sabun tersebut sedikit menghasilkan buih dan dapat menimbulkan gatal-gatal dan
iritasi pada kulit.
C kadar garam mengalami peningkatan lebih cepat, karena
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
• Kadar air mengalami penurunan pada setiap minggunya, Pada sabun kecantikan kadar alkali bebas (NaOH) pada minggu pertama sangat rendah
hingga pada minggu ke 2 kadar alkali menurun hingga menimbulkan asam
lemak bebas. Kadar garam (NaCl) setiap minggunya mengalami kenaikan.
Semakin lama sabun disimpan dapat mempengaruhi kadar air, kadar alkali
bebas (NaOH) dan kadar garam (NaCl) dan kualitas sabun tersebut menjadi
kurang bagus
• Penyimpanan sabun mandi pada suhu 5-100
tetapi penyimpanan sabun pada suhu 25-65
C setiap minggunya mengalami
peningkatan kadar air, karena kelembaban suhu dalam kulkas,
0
C kadar air turun yang
menyebabkan sabun menjadi keras.Pada suhu 55-650C kadar garam mengalami
peningkatan lebih cepat, karena jumlah air yang ada pada sabun semakin kecil
sehingga kadar NaCl menjadi naik.
5.2 Saran
Disarankan bila menyimpan sabun jangan teralu lama, karena jika menyimpan
sabun terlalu lama maka sabun tersebut dapat berkurang kualitas nya seperti iritasi pada
kulit, kulit menjadi kasar dan gatal-gatal. Bila membeli sabun dilihat kembali tanggal
DAFTAR PUSTAKA
Akmal. Yopita. (2006), “ Alkali Bebas Pada Berbagai Sabun “ Jurusan Farmasi,
FMIPA, Andalas, Padang
Anonimous, (2007), “Sabun” http//www. Wikipedia. Org/wiki. Diakses tanggal 8
Januari 2008
Bailey, A,Edward. (1986). Industrial Oil and Fat Product, Volume I, Fourth Edition
E.G. Giwangkara, (2007) “ Kenapa Mandi di Pantai Boros Sabun “
http//www.woodnes.com. Diakses tanggal 22 Januari 2008
Erik. L.B. (2007) “ Sabun Transparan dari Minyak Sawit “ http// www. Inside
winme.blog spot.com /2007/log. Diakses tanggal 3 Februari 2008
Fessenden dan Fessenden (1992), “Kimia Organik”, Jilid 2, Edisi ketiga, Erlangga,
Jakarta.
Hard, Harold, (1982), “Kimia Organik” Jilid 2, Erlangga, Jakarta.
Ketaren, (1986), “ Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan “, Edisi I, UI-Press,
Jakarta.
Luis, Spitz, (1996), “Soap and Ditergenta Theoritical and Practical Review”. AOCS
Press.United States of America
PT. Oleochem and Soap Industri,(2002) “Test Method” Quality Control Departement.
Medan.
Rudianto, (2007),” Bahan Mentah Pembuatan Sabun”, hhtp//www.stko.com. Diakses
tanggal 16 Januari 2008
Sari Lely, (2003), “Sabun Obat”, Jurusan Farmasi, FMIPA-USU, USU Digital Library.
Supena, (2007), “Membuat Sabun Mandi Sendiri”. http//www. Woodness.com. Diakses
Standar Mutu sabun mandi Kecantikan dan sabun mandi Kesehatan
PARAMETER STANDARD
Total Fatty Matter 74,5 %
Moisture Content 12 – 16 %
Free Fatty Acid 0,00 %
Free alkali 0.05 % max
Salt Content 0,6 % max